pengaruh dosis pupuk organik padat daun gamal terhadap tanaman sawi
DESCRIPTION
Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman SawiTRANSCRIPT
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
1/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
80
PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAUN GAMAL
TERHADAP TANAMAN SAWI
EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER DOSAGE
OF LEAF OF GAMAL TO MUSTARD CROP
Lahadassy Jusuf, Mulyati A.M., dan A.H. SanabaDosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
ABSTRAK
Daun gamal jika dijadikan pupuk organik mempunyai kandungan nitrogen tinggi sehingga
sangat sesuai jika diaplikasikan pada tanaman yang menghasilkan bagian vegetatif sebagai
bagian yang dipanen. Penelitian tentang potensi daun gamal sebagai pupuk organik padat
(POP) dilakukan di rumah kaca STPP Gowa sejak Maret sampai Juni 2006. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang 3 kali dengan 6 perlakuan dosis
POP daun gamal (POPDG) masing-masing D0= tanpa POPDG, D1= POPDG 2 ton ha-1
;
D2= POPDG 4 ton ha-1; D3= POPDG 6 ton ha-1; D4= POPDG 8 ton ha-1; dan D5=
POPDG 10 ton ha-1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik padat daun gamal
(POPDG) secara umum berpotensi meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama tanaman
sawi. Hasil terbaik yang dapat diperoleh pada penggunaan POPDG terhadap tanaman sawi
adalah 6 8 ton ha-1. Penggunaan POPDG dengan dosis lebih dari 8 ton ha-1, cenderung
mengurangi laju pertumbuhan vegetatif dan berat basah tanaman sawi. Adanya kandungan
senyawa-senyawa antinutrisi dalam daun gamal berpeluang membatasi potensinya sebagai
pupuk organik padat.
Kata kunci : daun gamal, potensi, pupuk organik padat, antinutrisi.
ABSTRACT
Gliricidia leaves if as solid organic fertilizer have high N content, have high beneficial for
leaft or vegetative crops. Experiment related gliricidia leaves as solid organic fertilizer
(POP) was carried out in green house at STPP Gowa from march untill June 2006.
Randomized block design applicated with three replication and six dosage treatment of
POPDG as D0without POPDG, D12 ton ha-1
, D2is 4 ton ha-1
, D3is 6 ton ha-1
, D4is 8
ton ha-1
and D5is 10 ton ha-1
respectively. The result of this experiment showed that : solid
organic fertilizer of gliricidia leaves (POPDG) is potential to increased plants growth
especially mustard greens. The best result of POPDG application to mustard greens is 6 to
8 ton ha-1
. Application 8 ton ha-1
of POPDG or more tend to decreased the rate of
vegetatif growth and fresh weight of mustard greens. The contents of antinutritive
compound in gliricidia leaves have an opportunity restrict its potential as solid organic
fertilizer.Keywords : gliricidia leaves, potential, solid organic fertilizer, antinutritive.
PENDAHULUAN
Sistem intensifikasi pertanian seperti yang
selama ini dilakukan, telah mendorong
intensitas pemakaian pupuk kimia terus
meningkat dari waktu ke waktu. Sejak
awal pelaksanaan sistem Bimas, diper-
kenalkan penggunaan pupuk kimia untuk
tanaman padi sawah misalnya dengan
dosis yang hanya sekitar 50 70 kg ha-1
.
Dalam rentang waktu kurang lebih 25
tahun, terjadi peningkatan dosis pupuk 5
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
2/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
81
6 kali lipat dan hingga saat ini dosis
penggunaan pupuk telah mencapai lebih
dari 300 kg ha-1
(Aryantha dkk., 2002),
sementara peningkatan produksi padi
hanya sebesar 50 persen (Sugito, 2002).
Keberhasilan intensifikasi pertanian ter-
sebut ternyata berdampak pada pengu-
rasan potensi lahan yang mengalami
marginalisasi yaitu dengan makin
banyaknya unsur hara yang setiap tahun
terangkut melalui panen, laju pelapukan
bahan organik dipercepat mengakibatkan
tanah kehilangan daya adsorpsi hara.
Pengelolaan kesuburan tanah pada sistem
ini hanya ditekankan pada penambahan
pupuk anorganik secara berlebihan tanpaadanya upaya menjaga kestabilan bahan
organik dalam mempertahankan kesubur-
an tanah. Klimaks dari teknologi pertanian
masa lalu tersebut adalah makin meluas-
nya areal lahan kritis. Menurut
Djojohadikusumo (1995), areal lahan
kritis yang saat ini tersebar di Indonesia
diperkirakan setiap tahun bertambah
seluas 300.000 600.000 hektar, sebagai
indikasi bahwa usaha-usaha ke arah
pelestarian lahan-lahan pertanian belum
dilakukan secara benar.
Menyadari akan hal tersebut, telah
diupayakan bentuk-bentuk teknologi alter-
natif untuk menekan penggunaan pupuk
kimia, salah satunya dengan meman-
faatkan bahan maupun pupuk organik.
Beberapa hasil penggunaan bahan organik
dalam kegiatan teknologi pertanian
sebagaimana dilaporkan oleh Arifin
(2003) bahwa pada kondisi tanah dengan
N total rendah, P dan K sedang namun
dengan nisbah C/N tergolong tinggi,aplikasi pupuk organik sebanyak 2,25 ton
ha-1
dengan aplikasi pupuk anorganik
setengah dosis anjuran dapat memperoleh
hasil padi setara dengan dosis anjuran.
Sementara Naswir (2003) melaporkan
bahwa penggunaan urine sapi yang
difermentasi mampu meningkatkan pro-
duksi tomat sebesar 21,43 persen.
Tanaman famili leguminoceae merupakan
jenis tanaman yang berpotensi sebagai
sumber hara tanaman dalam bentuk pupuk
organik, salah satu diantaranya adalah
Gamal (Gliricidia sepium). Keunggulantanaman ini dibandingkan jenis legumi-
noceae lain yang berbentuk pohon adalah :
1) mudah dibudidayakan; 2) pertumbuh-
annya cepat; 3) produksi biomassanya
tinggi; serta 4) berpotensi sebagai tanam-
an konservasi khususnya dalam sistem
budidaya lorong (alley cropping). Selain
itu sebagai jenis leguminoceae, gamal
mempunyai kandungan nitrogen yang
cukup tinggi dengan C/N rendah, menye-
babkan biomasa tanaman ini mudah
mengalami dekomposisi. Tanaman inilebih mudah diperoleh dan berpeluang
untuk tersedia lebih banyak dalam
lingkungan maupun lahan usahatani
umumnya, khususnya tanaman semusim
dengan penataan lahan yang lebih baik
dan teratur. Kang et al., (1990 dalam
Ibrahim (2002) melaporkan bahwa
diperkirakan jumlah unsur hara yang
dapat didaurulangkan oleh sistem budi-
daya lorong setiap tahun melalui biomasa
bagian atas tanaman gamal rata-rata per ha
adalah 165 kg N, 14 kg P, 113 kg K.
Dengan potensi yang cukup besar ter-
sebut, memungkinkan tanaman ini mampu
mempertahankan kontinuitas produksi
tanaman semusim khususnya yang
dibudidayakan secara alley cropping.
Ibrahim (2002) memperlihatkan bahwa
ternyata dari daun gamal dapat diperoleh
sebesar 3,15 persen N, 0,22 persen P, 2,65
persen K, 1,35 persen Ca dan 0,41 persen
Mg. Daun gamal jika dijadikan pupuk
organik mempunyai kandungan nitrogenlebih tinggi (Jusuf, 2006), sehingga sangat
cocok jika diaplikasikan pada tanaman
yang menghasilkan bagian vegetatif
sebagai bagian tanaman yang dipanen.
Tanaman sawi sebagai sayuran daun,
dapat merupakan tanaman indikator yang
mampu memberikan respons lebih baik
serta kebutuhan haranya dapat terpenuhi
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
3/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
82
oleh bentuk dan keragaman hara pupuk
organik daun gamal tersebut. Keberada-
an tanaman sawi sebagai salah satu
komoditi sayuran sangat dibutuhkan
dalam penyempurnaan gizi masyarakat.Dikenal sebagai sumber protein, vitamin
dan sebagainya yang sangat dibutuhkan
tubuh. Tanaman sawi jika dipelihara
dengan baik, dimana syarat tumbuh
terpenuhi, maka dapat diperoleh produksi
antara 10 sampai 15 ton ha-1
(Sunarjono,
2003). Untuk melihat sampai seberapa
besar potensi daun gamal, telah dilakukan
penelitian dengan menggunakan pupuk
organik padat dari daun gamal pada
beberapa tingkat dosis terhadap pertum-
buhan dan produksi tanaman sawi.
BAHAN DAN METODA
Penelitian dilakukan di rumah kaca STPP
Gowa dari Maret sampai dengan Juni
2006, untuk mempelajari seberapa besar
dosis pupuk organik padat daun gamal
(POPDG) yang dapat memberikan
kontribusi hara yang mampu mendorong
pertumbuhan tanaman secara optimal.
Penelitian ini diawali dengan pembuatan
POPDG dalam bentuk granular. POPDGdibuat melalui proses pengomposan
terhadap daun kering yang dihancurkan
selama 3 - 4 minggu. Hasil dekomposisi
daun gamal tersebut selanjutnya dihalus-
kan dan dikeringanginkan sehingga
diperoleh bentuk granular. POPDG yang
telah jadi tersebut selanjutnya dicampur
dengan tanah dalam pot sesuai dosis.
Pengujian potensi POPDG terhadap
tanaman sawi menggunakan rancangan
acak kelompok yang diulang sebanyak 3
kali dengan 6 perlakuan masing-masing:
D0 = tanpa aplikasi POPDG;
D1 = aplikasi POPDG 2 ton ha-1
;
D2 = aplikasi POPDG 4 ton ha-1
;D3 = aplikasi POPDG 6 ton ha
-1;
D4 = aplikasi POPDG 8 ton ha-1
; dan
D5 = aplikasi POPDG 10 ton ha-1
.
Setiap unit percobaan menggunakan 6 pot
plastik dengan diameter masing-masing
25 cm yang berisi 1 tanaman pot-1
,
sehingga total pot yang digunakan adalah
6 x 3 x 6 pot = 108 pot.
Pengamatan tanaman dilakukan setiap
minggu terhadap parameter-parameter
tinggi tanaman, jumlah daun dan beratbasah tanaman. Selain itu dilakukan
pengamatan terhadap aktivitas fisiologi
tanaman meliputi CO2 internal dan
aksternal serta laju fotosintesa tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Pertumbuhan vegetatif tanaman
sawi.
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat dilihat
bahwa untuk tinggi tanaman dan jumlahdaun, dosis pupuk organik daun gamal
(POPDG) optimal adalah 2 ton ha-1
.
Namun dilihat dari berat basah tanaman
(Tabel 2), dosis optimal diperoleh pada
perlakuan 6 ton ha-1
. Tinggi, jumlah daun
dan berat basah tanaman sawi pada
berbagai dosis POPDG tertera pada
Gambar 1 dan visual pertumbuhan
tanaman pada Gambar 1 dan 2.
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
4/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
83
y = 125,5 + 53,889x - 2.8304x 2
R2= 0.9297
y = 30,536 + 3,269x - 0.174x 2
R2= 0.9587
y = 9,107 + 0,969x - 0.067x 2
R2= 0.9451
100
125
150
175
200
225250
275
300
325
350
375
400
425
0 2 4 6 8 10
Dosis Kompos Daun Gamal (ton/ha)
Beratbasahtana
man(gram/tanaman
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Jmldaun/tan.danT
inggitanaman(cm/tan.
Brt basah T.tanmn Jml daun
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman sawi (cm) umur 0 3 minggu setelah tanam pada aplikasi
dosis POPDG di rumah kaca.Tinggi tanaman (cm.tan.
-1), umur (mst)Dosis POPDG
(ton ha-1) 0 1 2 3
0
2
4
6
8
10
17,47
17,78
16,55
16,81
17,81
17,47
24,41 a
27,79ab
26,31ab
28,13 b
28,33 b
28,86 b
29,29 a
36,62ab
35,42ab
40,81 b
39,23ab
38,97ab
30,47 a
38,27ab
38,49ab
44,96 b
45,44 b
46,27 b
BNJ0,05 tn 3,72 10,18 10,86Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ0,05.
Tabel 2. Rataan jumlah daun tanaman sawi (cm) umur 0 3 minggu setelah tanam dan berat
basah tanamaan sawi umur 3 minggu setelah tanam pada aplikasi dosis POPDG di
rumah kaca.
Jumlah daun (tan.-1
), umur (mst)Berat basah(tan
-1),
umur (mst)Dosis POP
DG (ton ha-1)0 1 2 3 3
0
2
4
6
810
5,11
4,89
4,99
4,66
5,225,11
6,55
6,78
6,66
6,77
7,446,89
8,33
9,44
8,66
9,44
9,779,66
9,44 a
10,89ab
10,66ab
12,11ab
12,55 b12,11ab
125,83 a
239,83 ab
259,33 b
344,67 bc
417,33 c360,67 bc
BNJ0,05 tn tn tn 2,97 128,91
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata
pada taraf uji BNJ0,05.
Gambar 1. Tinggi, jumlah daun dan berat basah tanaman sawi pada aplikasi dosis
POPDG.
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
5/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
84
Gambar 2. Tanaman sawi umur 3 mst pada aplikasi dosis kompos daun gamal.
2. Aktivitas fisiologi tanaman sawi.Perlakuan dosis POPDG bersifat kuadratik
terhadap laju fotosintesis, CO2 internal
serta hubungan CO2 Internal dengan CO2
Eksternal dan sebaliknya terhadap kon-
duktan stomata dan laju transpirasi
maupun hubungan CO2 Internal dengan
CO2Eksternal (Gambar 4). Dosis POPDG4 ton ha
-1memberikan laju fotosintesa dan
CO2 internal tertinggi dengan konduktan
stomata terendah. Walaupun demikian,
berat basah tanaman tertinggi dicapai pada
dosis 8 ton ha-1
(Gambar 1)
.
Gambar 3. Kondisi pertumbuhan tanaman sawi umur 3 mst pada aplikasi
dosis pupuk organik padat daun gamal di rumah kaca.
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
6/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
85
y = 252,21 - 5,099x + 0.3399x2
R2= 0.7048
232
234
236
238
240
6 7 8 9 10 11 12
Fotosintesis (u.mol-2.detik-1)
CO
2
Internal(ppm
)
y = - 9743 +84,132x - 0.176x2
R
2
= 0.8029
300
305
310
315
320
325
330
230 232 234 236 238 240
CO2 Internal (ppm)
C
O2
Eksternal(ppm
y = 234,67 + 1,547x - 0.169x2
R2= 0.5548
y = 75,119 - 9,434x + 0.891x2
R2= 0.88 51*
230
232
234
236
238
240
242
0 2 4 6 8 10Dosis kompos daun gamal (ton/ha)
CO
2
Inte
rnal(ppm
)
45
50
55
60
65
70
75
Kondukta
n
stom
ata
(m
m
ol.m
-2.d
etik-1)
CO2 Int.
Kond.Stom.
y = 6,922 + 1,637x - 0,141x2
R2= 0,8 168*
y = 3,716 - 0,302x + 0.02x2
R2= 0.2838
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10
Dosis kompos daun gamal (ton/ha)
1
2
3
4
5
Fotosintesa
Transpirasi
Gambar 4. Hubungan dosis POPDG dengan aktivitas fisiologi, CO2internal dengan CO2
eksternal dan fotosintesa dengan CO2internal tanaman sawi.
Pembahasan
1. Pertumbuhan vegetatif tanaman
sawi.
Aplikasi POPDG pada berbagai dosis
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman
sawi yang berbeda pada berbagai para-
meter yang diamati. Jumlah daun dan
tinggi tanaman sawi yang optimal dicapai
pada POPDG 2 ton ha-1, namun berat
basah optimal pada 6 ton ha-1
. Pening-
katan berat basah tanaman sawi akibat
perlakuan dosis POPDG masing-masing
untuk dosis 2, 4, 6, 8 dan 10 ton ha-1
sebesar 90,59; 106,09; 173,92; 231,66 dan186,63 persen.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan
bahwa pada dosis POPDG 2 ton ha-1
,
ketersediaan hara mampu menunjang
pertambahan tinggi tanaman secara
optimal, namun pada dosis tersebut
tanaman sawi masih mempunyai berat
basah minimal. Untuk mencapai berat
basah yang optimal, tanaman masih
membutuhkan banyak enersi maupun hara
agar peningkatan jumlah maupun ukuran
sel dapat mencapai optimal serta
memungkinkan adanya peningkatan kan-
dungan air tanaman yang optimal pula.
Dijelaskan oleh Loveless (1987) bahwa
sebagian besar berat basah tumbuhan
disebabkan oleh kandungan air. Menurut
Gardner et. al. (1985) berat basah tanaman
umumnya sangat berfluktuasi, bergantung
pada keadaan kelembaban tanaman.
Jumin (2002) menjelaskan bahwa besar-
nya kebutuhan air setiap fase pertum-
buhan berhubungan langsung denganproses fisiologi, morfologi serta faktor
lingkungan. Ketersediaan unsur hara
merupakan salah satu faktor lingkungan
yang sangat menentukan laju pertumbuh-
an tanaman (Gardner et al,1985). Untuk
hal tersebut, dibutuhkan lebih banyak
unsur hara esensial yang tersedia dalam
tanah yang dapat diperoleh melalui pe-
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
7/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
86
ningkatan dosis POPDG secara optimal
yaitu 6 ton ha-1
.
2. Aktivitas fisiologi tanaman sawi.
Berdasarkan Gambar 4, peningkatan dosis
POPDG awalnya meningkatkan laju foto-
sintesis maupun CO2internal. Namun pe-
ningkatan dosis POPDG lebih lanjut
berdampak pada penurunan hasil foto-
sintesis dan CO2internal.
Berbagai faktor yang mempengaruhi
fotosintesis yaitu H2O, CO2, cahaya, hara
dan suhu, sebagaimana juga umur dan
genetika tumbuhan (Salisbury dan Ross,
1992). Jika faktor-faktor suhu, cahaya
dan H2O secara merata diterima olehtanaman untuk semua perlakuan, maka
CO2 dan hara dapat dianggap paling
mempengaruhi fotosintesis tanaman sawi
dalam penelitian ini. Hal ini diduga kare-
na terdapat fluktuasi konsentrasi CO2
yang berbeda pada masing-masing per-
lakuan selama dekomposisi daun gamal
lebih lanjut. Demikian pula kondisi hara
akan berbeda pada masing-masing
perlakuan yang pada akhirnya akan mem-
pengaruhi pertumbuhan tanaman.
POPDG setelah diaplikasikan kedalam
tanah akan mengalami dekomposisi lebih
lanjut dan membebaskan berbagai unsur
penyusunnya dalam bentuk mineral yang
tersedia bagi tanaman. Menurut Sutedjo
et. al. (1991) karbon dari bahan organik
dalam kondisi aerob dibebaskan sebagai
CO2. Pembebasan CO2 pada aplikasi
POPDG dengan demikian akan meng-
akibatkan peningkatan konsentrasi CO2
disekitar tajuk tanaman. Peningkatan
konsentrasi CO2 ini akan mempengaruhipeningkatan konsentrasi CO2 internal.
Dijelaskan oleh Loveless (1987) bahwa
jika daun sedang aktif berfotosintesis,
konsentrasi CO2 pada permukaan kloro-
plas akan menipis dan suatu gradasi CO2
akan terbentuk antara permukaan kloro-
plas dengan atmosfir. Pada kondisi ini
CO2 akan terus berdifusi kedalam daun
dengan jumlah tergantung terjalnya
gradasi konsentrasi.
Berdasarkan Gambar 4, CO2 internal
cenderung meningkat jika dosis KDG
ditingkatkan sampai 4 ton ha-1, namun
kemudian menurun pada peningkatan
dosis selanjutnya. Peningkatan CO2 inter-
nal akan mendorong peningkatan laju
fotosintesis. Hal ini sama dengan yang di-
laporkan oleh Zakaria (1999). Laing et.al.
(1974 dalam Zakaria, 1999) menjelaskan
bahwa pada tanaman kedelai, laju foto-
sintesis meningkat dari 15 mg.dm-2
.jam-1
menjadi 35 mg.dm-2
.jam-1
, jika CO2inter-
nal dinaikan dari 100 menjadi 300 ppm
pada suhu 35
o
C.Laju fotosintesis bersifat kuadratik dengan
CO2 internal dimana terjadi peningkatan
laju fotosintesis yang cukup besar pada
konsentrasi CO2 internal terendah. Pe-
ningkatan CO2 internal lebih lanjut akan
meningkatkan laju fotosintesis yang cen-
derung linier (Gambar 4). Hasil ini agak
berbeda dengan yang diperoleh Laing
et.al. (1974) dan Wong (1980) dalam
Zakaria (1999), yang mengatakan bahwa
laju fotosintesis meningkat secara linier
dengan CO2 internal. Peningkatan laju
fotosintesis yang besar tersebut dapat
disebabkan karena kisaran konsentrasi
CO2 internal tersebut merupakan konsen-
trasi CO2 optimal yang lebih respons
terhadap laju fotosintesis, terutama jika
faktor-faktor lain seperti hara cukup
menunjang.
Konduktan stomata tanaman sawi me-
ngalami penurunan dengan meningkatnya
dosis POPDG yang diaplikasikan sampai
4 ton ha-1 diikuti dengan meningkatnyaCO2 internal. Menurut Zakaria (1999),
pembukaan dan penutupan stomata dikon-
trol oleh konsentrasi CO2 internal dan
H2O. Dilaporkan pula oleh Larcher (1983
dalam Zakaria, 1999) bahwa peningkatan
konsentrasi CO2internal dapat mendorong
penurunan konduktan stomata, sehingga
stomata akan menutup sebagian. Keadaan
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
8/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
87
ini merupakan reaksi tanaman untuk
mempertahankan konsentrasi CO2 pada
tingkat yang menguntungkan. Penurunan
konduktan stomata secara proporsional
akan menurunkan laju transpirasi (Gambar4). Hal ini memungkinkan air yang ber-
ada dalam mesofil daun dapat diman-
faatkan secara efisien pada proses
fotokimia dan fotosintesis (Zakaria, 1999).
Transpirasi merupakan proses fisiologi
yang berhubungan dengan kehilangan air
dalam tanaman melalui stomata maupun
kutikula atau lentisel ke atmosfir. Pori
stomata merupakan celah utama bagi
difusi uap air dalam proses transpirasi ke
luar daun dan difusi CO2 ke dalam daun(Salisbury dan Ross, 1992). Selanjutnya
dijelaskan bahwa peningkatan CO2
menyebabkan stomata menutup sebagian
yang mengakibatkan transpirasi menurun.
Tujuan utama aplikasi pemupukan baik
organik maupun anorganik adalah me-
maksimalkan laju penyediaan hara dengan
mengoptimalkan dukungan sifat fisik
maupun biologi tanah. Peningkatan dosis
POPDG diharapkan meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman sampai dosis apli-
kasi tertinggi. Namun kenyataannya yang
ditemui dalam penelitian ini tidaklah
demikian.
Penurunan berat basah secara kuadratik
setelah mencapai berat basah maksimal
pada dosis 8 ton ha-1
(Gambar 1) adalah
sebagai dampak dari menurunnya laju
fotosintesis maupun CO2 internal dengan
pola perkembangan yang sama (Gambar
4). Fotosintesis secara fisiologi tidak saja
menyangkut kebutuhan CO2 internal,
tetapi lebih dari itu melibatkan peran harasebagai unsur pokok dalam aktivitas
metabolisme tanaman. Pertumbuhan
maupun fotosintesis tanaman sangat
ditunjang oleh cukup tersedianya hara
(Gambar 1 dan 4), dimana terlihat bahwa
pertumbuhan dan fotosintesis terendah
pada perlakuan tanpa aplikasi POPDG.Dijelaskan oleh Gardner et. al. (1985)
bahwa masukan nutrisi mineral yang
cukup memungkinkan daun mampu me-
menuhi fungsinya sebagai alat foto-
sintesis. Namun pada kondisi dimana
nutrisi terbatas, maka terjadi distribusi
nutrisi dari daun tua ke daun muda,
sehingga laju fotosintesis pada daun tua
makin berkurang. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pengurangan laju fotosintesis pada
kondisi dimana kandungan nutrisi tersedia
berkurang, disebabkan karena keterse-diaan senyawa-senyawa organik yang me-
rupakan bagian dari proses fotosintesis
seperti ATP berkurang.
3. Kelemahan daun gamal sebagai
pupuk organik padat.
Beberapa senyawa yang dikandung oleh
daun gamal dan sekaligus merupakan sisi
lemah bagi daun gamal sebagai pupuk
organik adalah adanya kandungan
kumarin maupun tannin (Gambar 5).Dijelaskan oleh Praptiwi (1996), bahwa
kumarin merupakan salah satu faktor
antinutrisi yang mempengaruhi konsumsi
pakan dan produksi telur ayam, tetapi
nampaknya disamping kumarin masih
terdapat faktor antinutrisi lain pada daun
gamal. McArthur et.al. (1992) men-
jelaskan bahwa tannin akan berikatan
dengan protein membentuk ikatan tannin-
protein yang merupakan salah satu ciri
tannin sebagai antinutrisi.
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
9/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
88
y = 0,891 - 0,0029x - 0,0004x2
R2= 0,9986**
y = 2,959 - 0,104x + 0,0016x2
R2= 0,9936**
0
1
2
3
4
0 10 20 30Lama pengolahan daun gamal (minggu)
Kandunganta
nnin(%) Lar. d.gamal
Kompos DG
Gambar 5. Kandungan tannin hasil fermentasi perasan dan POPDG yang
diproses selama 0 8 dan lebih dari 30 minggu.
Peningkatan dosis POPDG lebih lanjut
menyebabkan konsentrasi senyawa-
senyawa antinutrisi dalam pot tanaman
meningkat. Dalam kondisi media tanah
yang terbatas, reaksi senyawa-senyawa
antinutrisi akan semakin membatasi
ketersediaan hara bagi tanaman.
Keterbatasan hara yang mulai terasa
akibat peningkatan dosis POPDG tersebut
menyebabkan pembentukan senyawa-
senyawa penunjang fotosintesis seperti
ATP, NADPH maupun klorofil berkurang.
Dengan demikian difusi CO2 maupun
fotosintesis menurun yang berdampak
pada penurunan laju pertumbuhan
tanaman (Gambar 1 dan 4).
KESIMPULAN
1. Pupuk organik padat daun gamal(POPDG) secara umum berpotensi
meningkatkan pertumbuhan tanaman
terutama tanaman sawi.
2. Hasil terbaik yang dapat diperolehpada penggunaan POPDG terhadap
tanaman sawi adalah 6 8 ton ha-1
.
3. Penggunaan POPDG dengan dosislebih dari 8 ton ha
-1, cenderung
mengurangi laju pertumbuhan vege-
tatif dan berat basah tanaman sawi.
4. Adanya kandungan senyawa-senyawaantinutrisi dalam daun gamal berpe-
luang membatasi potensinya sebagai
pupuk organik padat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., 2003. Pengaruh Aplikasi Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Padi Sawah. Skripsi
Jurusan Agronomi Fakultas Pertani-
an dan Kehutanan UniversitasBrawijaya, Malang.
Aryantha, I. N. P., R. N. Noorsalam, dan
E.N. Sukrasno, 2002. Pengem-
bangan dan Penerapan Pupuk
Mikroba Dalam Sistem Pertanian
Organik. Puslit Antar Universitas.
Ilmu Hayati LPPM ITB, Bandung.
Djoyohadikusuma, S., 1995. Sumberdaya
Alam dan Pembangunan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gardner, F.P., B.R. Pearce, L.M. Roger,
1985. Physiology of Crop Plants.
The Iowa State University Press,
Iowa.
Ibrahim, B., 2001. Integrasi Jenis Tanam-
an Pohon Leguminosa Dalam Sistem
Budidaya Pangan Lahan Kering dan
Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah,
-
5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi
10/10
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330
89
Erosi dan Produktivitas Lahan.
Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar.
Jumin, H.B, 2002. Agroekologi. Suatu
Pendekatan Fisiologis. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Jusuf, L. 2006. Potensi daun gamal
sebagai bahan pupuk organik cair
melalui perlakuan fermentasi.Jurnal
AgrisistemVol. 2 No 1: 6 15.
Loveless, A.R., 1987. Prinsip-prinsip
Biologi Tumbuhan untuk Daerah
Tropik. Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta.
McArthur, C., A.E. Hagerman, and C.T.Robbins, 1992. Physiological strate-
gies of mammalian herbivores
against plant defenses. In: R.T. Palo
and C.T. Robbins (eds). Plant
defense against mammalian herbi-
vory. CRC Press. Inc., Florida.
Naswir, 2003. Pemanfaatan urine sapi
yang difermentasi sebagai nutrisi
tanaman. The use anaerob fermented
urine of cows as plant nutrient.
[Diakses 18 Oktober 2006 pada situshttp://tumoutou.net/702_07134/nasw
ir.htm.]
Praptiwi. 1996. Pengaruh faktor anti
nutrisi daun Gliricidia (Gliricidia
sepium) terhadap produksi dan
reproduksi ayam petelur. Disertasi
Program Pascasarjana. Institut Per-tanian Bogor.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross, 1992.
Plant Physiology. 4th edition. Wad-
sworth Publishing Co., A division of
wadsworth, Inc.
Sugito, Y., 2002. Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Indonesia. Prospek
dan Permasalahannya. Prosiding Lo-
kakarya Nasional Pertanian Organik.
Universitas Brawijaya, Malang.
Sunarjono, H., 2003. Bertanam 30 Jenis
Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutedjo, M. M., A.G. Kartasapoetra. dan
S. Sastroatmodjo, 1991. Mikro-
biologi Tanah. Rineke Cipta,
Jakarta.
Zakaria, B. 1999. Aktivitas Fotosintesis
dan Rubisco Tanaman Yang Diberi
Metanol Pada Berbagai Tingkat
Cekaman Air. Disertasi. Program
Pascasarjana Unhas Ujung Pandang.