pengaruh dosis pupuk organik padat daun gamal terhadap tanaman sawi

Upload: rizqi-riyan-fauwzi

Post on 14-Oct-2015

177 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    1/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    80

    PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAUN GAMAL

    TERHADAP TANAMAN SAWI

    EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER DOSAGE

    OF LEAF OF GAMAL TO MUSTARD CROP

    Lahadassy Jusuf, Mulyati A.M., dan A.H. SanabaDosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

    ABSTRAK

    Daun gamal jika dijadikan pupuk organik mempunyai kandungan nitrogen tinggi sehingga

    sangat sesuai jika diaplikasikan pada tanaman yang menghasilkan bagian vegetatif sebagai

    bagian yang dipanen. Penelitian tentang potensi daun gamal sebagai pupuk organik padat

    (POP) dilakukan di rumah kaca STPP Gowa sejak Maret sampai Juni 2006. Penelitian ini

    menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang 3 kali dengan 6 perlakuan dosis

    POP daun gamal (POPDG) masing-masing D0= tanpa POPDG, D1= POPDG 2 ton ha-1

    ;

    D2= POPDG 4 ton ha-1; D3= POPDG 6 ton ha-1; D4= POPDG 8 ton ha-1; dan D5=

    POPDG 10 ton ha-1. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik padat daun gamal

    (POPDG) secara umum berpotensi meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama tanaman

    sawi. Hasil terbaik yang dapat diperoleh pada penggunaan POPDG terhadap tanaman sawi

    adalah 6 8 ton ha-1. Penggunaan POPDG dengan dosis lebih dari 8 ton ha-1, cenderung

    mengurangi laju pertumbuhan vegetatif dan berat basah tanaman sawi. Adanya kandungan

    senyawa-senyawa antinutrisi dalam daun gamal berpeluang membatasi potensinya sebagai

    pupuk organik padat.

    Kata kunci : daun gamal, potensi, pupuk organik padat, antinutrisi.

    ABSTRACT

    Gliricidia leaves if as solid organic fertilizer have high N content, have high beneficial for

    leaft or vegetative crops. Experiment related gliricidia leaves as solid organic fertilizer

    (POP) was carried out in green house at STPP Gowa from march untill June 2006.

    Randomized block design applicated with three replication and six dosage treatment of

    POPDG as D0without POPDG, D12 ton ha-1

    , D2is 4 ton ha-1

    , D3is 6 ton ha-1

    , D4is 8

    ton ha-1

    and D5is 10 ton ha-1

    respectively. The result of this experiment showed that : solid

    organic fertilizer of gliricidia leaves (POPDG) is potential to increased plants growth

    especially mustard greens. The best result of POPDG application to mustard greens is 6 to

    8 ton ha-1

    . Application 8 ton ha-1

    of POPDG or more tend to decreased the rate of

    vegetatif growth and fresh weight of mustard greens. The contents of antinutritive

    compound in gliricidia leaves have an opportunity restrict its potential as solid organic

    fertilizer.Keywords : gliricidia leaves, potential, solid organic fertilizer, antinutritive.

    PENDAHULUAN

    Sistem intensifikasi pertanian seperti yang

    selama ini dilakukan, telah mendorong

    intensitas pemakaian pupuk kimia terus

    meningkat dari waktu ke waktu. Sejak

    awal pelaksanaan sistem Bimas, diper-

    kenalkan penggunaan pupuk kimia untuk

    tanaman padi sawah misalnya dengan

    dosis yang hanya sekitar 50 70 kg ha-1

    .

    Dalam rentang waktu kurang lebih 25

    tahun, terjadi peningkatan dosis pupuk 5

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    2/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    81

    6 kali lipat dan hingga saat ini dosis

    penggunaan pupuk telah mencapai lebih

    dari 300 kg ha-1

    (Aryantha dkk., 2002),

    sementara peningkatan produksi padi

    hanya sebesar 50 persen (Sugito, 2002).

    Keberhasilan intensifikasi pertanian ter-

    sebut ternyata berdampak pada pengu-

    rasan potensi lahan yang mengalami

    marginalisasi yaitu dengan makin

    banyaknya unsur hara yang setiap tahun

    terangkut melalui panen, laju pelapukan

    bahan organik dipercepat mengakibatkan

    tanah kehilangan daya adsorpsi hara.

    Pengelolaan kesuburan tanah pada sistem

    ini hanya ditekankan pada penambahan

    pupuk anorganik secara berlebihan tanpaadanya upaya menjaga kestabilan bahan

    organik dalam mempertahankan kesubur-

    an tanah. Klimaks dari teknologi pertanian

    masa lalu tersebut adalah makin meluas-

    nya areal lahan kritis. Menurut

    Djojohadikusumo (1995), areal lahan

    kritis yang saat ini tersebar di Indonesia

    diperkirakan setiap tahun bertambah

    seluas 300.000 600.000 hektar, sebagai

    indikasi bahwa usaha-usaha ke arah

    pelestarian lahan-lahan pertanian belum

    dilakukan secara benar.

    Menyadari akan hal tersebut, telah

    diupayakan bentuk-bentuk teknologi alter-

    natif untuk menekan penggunaan pupuk

    kimia, salah satunya dengan meman-

    faatkan bahan maupun pupuk organik.

    Beberapa hasil penggunaan bahan organik

    dalam kegiatan teknologi pertanian

    sebagaimana dilaporkan oleh Arifin

    (2003) bahwa pada kondisi tanah dengan

    N total rendah, P dan K sedang namun

    dengan nisbah C/N tergolong tinggi,aplikasi pupuk organik sebanyak 2,25 ton

    ha-1

    dengan aplikasi pupuk anorganik

    setengah dosis anjuran dapat memperoleh

    hasil padi setara dengan dosis anjuran.

    Sementara Naswir (2003) melaporkan

    bahwa penggunaan urine sapi yang

    difermentasi mampu meningkatkan pro-

    duksi tomat sebesar 21,43 persen.

    Tanaman famili leguminoceae merupakan

    jenis tanaman yang berpotensi sebagai

    sumber hara tanaman dalam bentuk pupuk

    organik, salah satu diantaranya adalah

    Gamal (Gliricidia sepium). Keunggulantanaman ini dibandingkan jenis legumi-

    noceae lain yang berbentuk pohon adalah :

    1) mudah dibudidayakan; 2) pertumbuh-

    annya cepat; 3) produksi biomassanya

    tinggi; serta 4) berpotensi sebagai tanam-

    an konservasi khususnya dalam sistem

    budidaya lorong (alley cropping). Selain

    itu sebagai jenis leguminoceae, gamal

    mempunyai kandungan nitrogen yang

    cukup tinggi dengan C/N rendah, menye-

    babkan biomasa tanaman ini mudah

    mengalami dekomposisi. Tanaman inilebih mudah diperoleh dan berpeluang

    untuk tersedia lebih banyak dalam

    lingkungan maupun lahan usahatani

    umumnya, khususnya tanaman semusim

    dengan penataan lahan yang lebih baik

    dan teratur. Kang et al., (1990 dalam

    Ibrahim (2002) melaporkan bahwa

    diperkirakan jumlah unsur hara yang

    dapat didaurulangkan oleh sistem budi-

    daya lorong setiap tahun melalui biomasa

    bagian atas tanaman gamal rata-rata per ha

    adalah 165 kg N, 14 kg P, 113 kg K.

    Dengan potensi yang cukup besar ter-

    sebut, memungkinkan tanaman ini mampu

    mempertahankan kontinuitas produksi

    tanaman semusim khususnya yang

    dibudidayakan secara alley cropping.

    Ibrahim (2002) memperlihatkan bahwa

    ternyata dari daun gamal dapat diperoleh

    sebesar 3,15 persen N, 0,22 persen P, 2,65

    persen K, 1,35 persen Ca dan 0,41 persen

    Mg. Daun gamal jika dijadikan pupuk

    organik mempunyai kandungan nitrogenlebih tinggi (Jusuf, 2006), sehingga sangat

    cocok jika diaplikasikan pada tanaman

    yang menghasilkan bagian vegetatif

    sebagai bagian tanaman yang dipanen.

    Tanaman sawi sebagai sayuran daun,

    dapat merupakan tanaman indikator yang

    mampu memberikan respons lebih baik

    serta kebutuhan haranya dapat terpenuhi

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    3/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    82

    oleh bentuk dan keragaman hara pupuk

    organik daun gamal tersebut. Keberada-

    an tanaman sawi sebagai salah satu

    komoditi sayuran sangat dibutuhkan

    dalam penyempurnaan gizi masyarakat.Dikenal sebagai sumber protein, vitamin

    dan sebagainya yang sangat dibutuhkan

    tubuh. Tanaman sawi jika dipelihara

    dengan baik, dimana syarat tumbuh

    terpenuhi, maka dapat diperoleh produksi

    antara 10 sampai 15 ton ha-1

    (Sunarjono,

    2003). Untuk melihat sampai seberapa

    besar potensi daun gamal, telah dilakukan

    penelitian dengan menggunakan pupuk

    organik padat dari daun gamal pada

    beberapa tingkat dosis terhadap pertum-

    buhan dan produksi tanaman sawi.

    BAHAN DAN METODA

    Penelitian dilakukan di rumah kaca STPP

    Gowa dari Maret sampai dengan Juni

    2006, untuk mempelajari seberapa besar

    dosis pupuk organik padat daun gamal

    (POPDG) yang dapat memberikan

    kontribusi hara yang mampu mendorong

    pertumbuhan tanaman secara optimal.

    Penelitian ini diawali dengan pembuatan

    POPDG dalam bentuk granular. POPDGdibuat melalui proses pengomposan

    terhadap daun kering yang dihancurkan

    selama 3 - 4 minggu. Hasil dekomposisi

    daun gamal tersebut selanjutnya dihalus-

    kan dan dikeringanginkan sehingga

    diperoleh bentuk granular. POPDG yang

    telah jadi tersebut selanjutnya dicampur

    dengan tanah dalam pot sesuai dosis.

    Pengujian potensi POPDG terhadap

    tanaman sawi menggunakan rancangan

    acak kelompok yang diulang sebanyak 3

    kali dengan 6 perlakuan masing-masing:

    D0 = tanpa aplikasi POPDG;

    D1 = aplikasi POPDG 2 ton ha-1

    ;

    D2 = aplikasi POPDG 4 ton ha-1

    ;D3 = aplikasi POPDG 6 ton ha

    -1;

    D4 = aplikasi POPDG 8 ton ha-1

    ; dan

    D5 = aplikasi POPDG 10 ton ha-1

    .

    Setiap unit percobaan menggunakan 6 pot

    plastik dengan diameter masing-masing

    25 cm yang berisi 1 tanaman pot-1

    ,

    sehingga total pot yang digunakan adalah

    6 x 3 x 6 pot = 108 pot.

    Pengamatan tanaman dilakukan setiap

    minggu terhadap parameter-parameter

    tinggi tanaman, jumlah daun dan beratbasah tanaman. Selain itu dilakukan

    pengamatan terhadap aktivitas fisiologi

    tanaman meliputi CO2 internal dan

    aksternal serta laju fotosintesa tanaman.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    1. Pertumbuhan vegetatif tanaman

    sawi.

    Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat dilihat

    bahwa untuk tinggi tanaman dan jumlahdaun, dosis pupuk organik daun gamal

    (POPDG) optimal adalah 2 ton ha-1

    .

    Namun dilihat dari berat basah tanaman

    (Tabel 2), dosis optimal diperoleh pada

    perlakuan 6 ton ha-1

    . Tinggi, jumlah daun

    dan berat basah tanaman sawi pada

    berbagai dosis POPDG tertera pada

    Gambar 1 dan visual pertumbuhan

    tanaman pada Gambar 1 dan 2.

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    4/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    83

    y = 125,5 + 53,889x - 2.8304x 2

    R2= 0.9297

    y = 30,536 + 3,269x - 0.174x 2

    R2= 0.9587

    y = 9,107 + 0,969x - 0.067x 2

    R2= 0.9451

    100

    125

    150

    175

    200

    225250

    275

    300

    325

    350

    375

    400

    425

    0 2 4 6 8 10

    Dosis Kompos Daun Gamal (ton/ha)

    Beratbasahtana

    man(gram/tanaman

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    Jmldaun/tan.danT

    inggitanaman(cm/tan.

    Brt basah T.tanmn Jml daun

    Tabel 1. Rataan tinggi tanaman sawi (cm) umur 0 3 minggu setelah tanam pada aplikasi

    dosis POPDG di rumah kaca.Tinggi tanaman (cm.tan.

    -1), umur (mst)Dosis POPDG

    (ton ha-1) 0 1 2 3

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    17,47

    17,78

    16,55

    16,81

    17,81

    17,47

    24,41 a

    27,79ab

    26,31ab

    28,13 b

    28,33 b

    28,86 b

    29,29 a

    36,62ab

    35,42ab

    40,81 b

    39,23ab

    38,97ab

    30,47 a

    38,27ab

    38,49ab

    44,96 b

    45,44 b

    46,27 b

    BNJ0,05 tn 3,72 10,18 10,86Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak berbeda

    nyata pada taraf uji BNJ0,05.

    Tabel 2. Rataan jumlah daun tanaman sawi (cm) umur 0 3 minggu setelah tanam dan berat

    basah tanamaan sawi umur 3 minggu setelah tanam pada aplikasi dosis POPDG di

    rumah kaca.

    Jumlah daun (tan.-1

    ), umur (mst)Berat basah(tan

    -1),

    umur (mst)Dosis POP

    DG (ton ha-1)0 1 2 3 3

    0

    2

    4

    6

    810

    5,11

    4,89

    4,99

    4,66

    5,225,11

    6,55

    6,78

    6,66

    6,77

    7,446,89

    8,33

    9,44

    8,66

    9,44

    9,779,66

    9,44 a

    10,89ab

    10,66ab

    12,11ab

    12,55 b12,11ab

    125,83 a

    239,83 ab

    259,33 b

    344,67 bc

    417,33 c360,67 bc

    BNJ0,05 tn tn tn 2,97 128,91

    Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata

    pada taraf uji BNJ0,05.

    Gambar 1. Tinggi, jumlah daun dan berat basah tanaman sawi pada aplikasi dosis

    POPDG.

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    5/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    84

    Gambar 2. Tanaman sawi umur 3 mst pada aplikasi dosis kompos daun gamal.

    2. Aktivitas fisiologi tanaman sawi.Perlakuan dosis POPDG bersifat kuadratik

    terhadap laju fotosintesis, CO2 internal

    serta hubungan CO2 Internal dengan CO2

    Eksternal dan sebaliknya terhadap kon-

    duktan stomata dan laju transpirasi

    maupun hubungan CO2 Internal dengan

    CO2Eksternal (Gambar 4). Dosis POPDG4 ton ha

    -1memberikan laju fotosintesa dan

    CO2 internal tertinggi dengan konduktan

    stomata terendah. Walaupun demikian,

    berat basah tanaman tertinggi dicapai pada

    dosis 8 ton ha-1

    (Gambar 1)

    .

    Gambar 3. Kondisi pertumbuhan tanaman sawi umur 3 mst pada aplikasi

    dosis pupuk organik padat daun gamal di rumah kaca.

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    6/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    85

    y = 252,21 - 5,099x + 0.3399x2

    R2= 0.7048

    232

    234

    236

    238

    240

    6 7 8 9 10 11 12

    Fotosintesis (u.mol-2.detik-1)

    CO

    2

    Internal(ppm

    )

    y = - 9743 +84,132x - 0.176x2

    R

    2

    = 0.8029

    300

    305

    310

    315

    320

    325

    330

    230 232 234 236 238 240

    CO2 Internal (ppm)

    C

    O2

    Eksternal(ppm

    y = 234,67 + 1,547x - 0.169x2

    R2= 0.5548

    y = 75,119 - 9,434x + 0.891x2

    R2= 0.88 51*

    230

    232

    234

    236

    238

    240

    242

    0 2 4 6 8 10Dosis kompos daun gamal (ton/ha)

    CO

    2

    Inte

    rnal(ppm

    )

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    Kondukta

    n

    stom

    ata

    (m

    m

    ol.m

    -2.d

    etik-1)

    CO2 Int.

    Kond.Stom.

    y = 6,922 + 1,637x - 0,141x2

    R2= 0,8 168*

    y = 3,716 - 0,302x + 0.02x2

    R2= 0.2838

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    0 2 4 6 8 10

    Dosis kompos daun gamal (ton/ha)

    1

    2

    3

    4

    5

    Fotosintesa

    Transpirasi

    Gambar 4. Hubungan dosis POPDG dengan aktivitas fisiologi, CO2internal dengan CO2

    eksternal dan fotosintesa dengan CO2internal tanaman sawi.

    Pembahasan

    1. Pertumbuhan vegetatif tanaman

    sawi.

    Aplikasi POPDG pada berbagai dosis

    menghasilkan laju pertumbuhan tanaman

    sawi yang berbeda pada berbagai para-

    meter yang diamati. Jumlah daun dan

    tinggi tanaman sawi yang optimal dicapai

    pada POPDG 2 ton ha-1, namun berat

    basah optimal pada 6 ton ha-1

    . Pening-

    katan berat basah tanaman sawi akibat

    perlakuan dosis POPDG masing-masing

    untuk dosis 2, 4, 6, 8 dan 10 ton ha-1

    sebesar 90,59; 106,09; 173,92; 231,66 dan186,63 persen.

    Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan

    bahwa pada dosis POPDG 2 ton ha-1

    ,

    ketersediaan hara mampu menunjang

    pertambahan tinggi tanaman secara

    optimal, namun pada dosis tersebut

    tanaman sawi masih mempunyai berat

    basah minimal. Untuk mencapai berat

    basah yang optimal, tanaman masih

    membutuhkan banyak enersi maupun hara

    agar peningkatan jumlah maupun ukuran

    sel dapat mencapai optimal serta

    memungkinkan adanya peningkatan kan-

    dungan air tanaman yang optimal pula.

    Dijelaskan oleh Loveless (1987) bahwa

    sebagian besar berat basah tumbuhan

    disebabkan oleh kandungan air. Menurut

    Gardner et. al. (1985) berat basah tanaman

    umumnya sangat berfluktuasi, bergantung

    pada keadaan kelembaban tanaman.

    Jumin (2002) menjelaskan bahwa besar-

    nya kebutuhan air setiap fase pertum-

    buhan berhubungan langsung denganproses fisiologi, morfologi serta faktor

    lingkungan. Ketersediaan unsur hara

    merupakan salah satu faktor lingkungan

    yang sangat menentukan laju pertumbuh-

    an tanaman (Gardner et al,1985). Untuk

    hal tersebut, dibutuhkan lebih banyak

    unsur hara esensial yang tersedia dalam

    tanah yang dapat diperoleh melalui pe-

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    7/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    86

    ningkatan dosis POPDG secara optimal

    yaitu 6 ton ha-1

    .

    2. Aktivitas fisiologi tanaman sawi.

    Berdasarkan Gambar 4, peningkatan dosis

    POPDG awalnya meningkatkan laju foto-

    sintesis maupun CO2internal. Namun pe-

    ningkatan dosis POPDG lebih lanjut

    berdampak pada penurunan hasil foto-

    sintesis dan CO2internal.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi

    fotosintesis yaitu H2O, CO2, cahaya, hara

    dan suhu, sebagaimana juga umur dan

    genetika tumbuhan (Salisbury dan Ross,

    1992). Jika faktor-faktor suhu, cahaya

    dan H2O secara merata diterima olehtanaman untuk semua perlakuan, maka

    CO2 dan hara dapat dianggap paling

    mempengaruhi fotosintesis tanaman sawi

    dalam penelitian ini. Hal ini diduga kare-

    na terdapat fluktuasi konsentrasi CO2

    yang berbeda pada masing-masing per-

    lakuan selama dekomposisi daun gamal

    lebih lanjut. Demikian pula kondisi hara

    akan berbeda pada masing-masing

    perlakuan yang pada akhirnya akan mem-

    pengaruhi pertumbuhan tanaman.

    POPDG setelah diaplikasikan kedalam

    tanah akan mengalami dekomposisi lebih

    lanjut dan membebaskan berbagai unsur

    penyusunnya dalam bentuk mineral yang

    tersedia bagi tanaman. Menurut Sutedjo

    et. al. (1991) karbon dari bahan organik

    dalam kondisi aerob dibebaskan sebagai

    CO2. Pembebasan CO2 pada aplikasi

    POPDG dengan demikian akan meng-

    akibatkan peningkatan konsentrasi CO2

    disekitar tajuk tanaman. Peningkatan

    konsentrasi CO2 ini akan mempengaruhipeningkatan konsentrasi CO2 internal.

    Dijelaskan oleh Loveless (1987) bahwa

    jika daun sedang aktif berfotosintesis,

    konsentrasi CO2 pada permukaan kloro-

    plas akan menipis dan suatu gradasi CO2

    akan terbentuk antara permukaan kloro-

    plas dengan atmosfir. Pada kondisi ini

    CO2 akan terus berdifusi kedalam daun

    dengan jumlah tergantung terjalnya

    gradasi konsentrasi.

    Berdasarkan Gambar 4, CO2 internal

    cenderung meningkat jika dosis KDG

    ditingkatkan sampai 4 ton ha-1, namun

    kemudian menurun pada peningkatan

    dosis selanjutnya. Peningkatan CO2 inter-

    nal akan mendorong peningkatan laju

    fotosintesis. Hal ini sama dengan yang di-

    laporkan oleh Zakaria (1999). Laing et.al.

    (1974 dalam Zakaria, 1999) menjelaskan

    bahwa pada tanaman kedelai, laju foto-

    sintesis meningkat dari 15 mg.dm-2

    .jam-1

    menjadi 35 mg.dm-2

    .jam-1

    , jika CO2inter-

    nal dinaikan dari 100 menjadi 300 ppm

    pada suhu 35

    o

    C.Laju fotosintesis bersifat kuadratik dengan

    CO2 internal dimana terjadi peningkatan

    laju fotosintesis yang cukup besar pada

    konsentrasi CO2 internal terendah. Pe-

    ningkatan CO2 internal lebih lanjut akan

    meningkatkan laju fotosintesis yang cen-

    derung linier (Gambar 4). Hasil ini agak

    berbeda dengan yang diperoleh Laing

    et.al. (1974) dan Wong (1980) dalam

    Zakaria (1999), yang mengatakan bahwa

    laju fotosintesis meningkat secara linier

    dengan CO2 internal. Peningkatan laju

    fotosintesis yang besar tersebut dapat

    disebabkan karena kisaran konsentrasi

    CO2 internal tersebut merupakan konsen-

    trasi CO2 optimal yang lebih respons

    terhadap laju fotosintesis, terutama jika

    faktor-faktor lain seperti hara cukup

    menunjang.

    Konduktan stomata tanaman sawi me-

    ngalami penurunan dengan meningkatnya

    dosis POPDG yang diaplikasikan sampai

    4 ton ha-1 diikuti dengan meningkatnyaCO2 internal. Menurut Zakaria (1999),

    pembukaan dan penutupan stomata dikon-

    trol oleh konsentrasi CO2 internal dan

    H2O. Dilaporkan pula oleh Larcher (1983

    dalam Zakaria, 1999) bahwa peningkatan

    konsentrasi CO2internal dapat mendorong

    penurunan konduktan stomata, sehingga

    stomata akan menutup sebagian. Keadaan

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    8/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    87

    ini merupakan reaksi tanaman untuk

    mempertahankan konsentrasi CO2 pada

    tingkat yang menguntungkan. Penurunan

    konduktan stomata secara proporsional

    akan menurunkan laju transpirasi (Gambar4). Hal ini memungkinkan air yang ber-

    ada dalam mesofil daun dapat diman-

    faatkan secara efisien pada proses

    fotokimia dan fotosintesis (Zakaria, 1999).

    Transpirasi merupakan proses fisiologi

    yang berhubungan dengan kehilangan air

    dalam tanaman melalui stomata maupun

    kutikula atau lentisel ke atmosfir. Pori

    stomata merupakan celah utama bagi

    difusi uap air dalam proses transpirasi ke

    luar daun dan difusi CO2 ke dalam daun(Salisbury dan Ross, 1992). Selanjutnya

    dijelaskan bahwa peningkatan CO2

    menyebabkan stomata menutup sebagian

    yang mengakibatkan transpirasi menurun.

    Tujuan utama aplikasi pemupukan baik

    organik maupun anorganik adalah me-

    maksimalkan laju penyediaan hara dengan

    mengoptimalkan dukungan sifat fisik

    maupun biologi tanah. Peningkatan dosis

    POPDG diharapkan meningkatkan laju

    pertumbuhan tanaman sampai dosis apli-

    kasi tertinggi. Namun kenyataannya yang

    ditemui dalam penelitian ini tidaklah

    demikian.

    Penurunan berat basah secara kuadratik

    setelah mencapai berat basah maksimal

    pada dosis 8 ton ha-1

    (Gambar 1) adalah

    sebagai dampak dari menurunnya laju

    fotosintesis maupun CO2 internal dengan

    pola perkembangan yang sama (Gambar

    4). Fotosintesis secara fisiologi tidak saja

    menyangkut kebutuhan CO2 internal,

    tetapi lebih dari itu melibatkan peran harasebagai unsur pokok dalam aktivitas

    metabolisme tanaman. Pertumbuhan

    maupun fotosintesis tanaman sangat

    ditunjang oleh cukup tersedianya hara

    (Gambar 1 dan 4), dimana terlihat bahwa

    pertumbuhan dan fotosintesis terendah

    pada perlakuan tanpa aplikasi POPDG.Dijelaskan oleh Gardner et. al. (1985)

    bahwa masukan nutrisi mineral yang

    cukup memungkinkan daun mampu me-

    menuhi fungsinya sebagai alat foto-

    sintesis. Namun pada kondisi dimana

    nutrisi terbatas, maka terjadi distribusi

    nutrisi dari daun tua ke daun muda,

    sehingga laju fotosintesis pada daun tua

    makin berkurang. Lebih lanjut dijelaskan

    bahwa pengurangan laju fotosintesis pada

    kondisi dimana kandungan nutrisi tersedia

    berkurang, disebabkan karena keterse-diaan senyawa-senyawa organik yang me-

    rupakan bagian dari proses fotosintesis

    seperti ATP berkurang.

    3. Kelemahan daun gamal sebagai

    pupuk organik padat.

    Beberapa senyawa yang dikandung oleh

    daun gamal dan sekaligus merupakan sisi

    lemah bagi daun gamal sebagai pupuk

    organik adalah adanya kandungan

    kumarin maupun tannin (Gambar 5).Dijelaskan oleh Praptiwi (1996), bahwa

    kumarin merupakan salah satu faktor

    antinutrisi yang mempengaruhi konsumsi

    pakan dan produksi telur ayam, tetapi

    nampaknya disamping kumarin masih

    terdapat faktor antinutrisi lain pada daun

    gamal. McArthur et.al. (1992) men-

    jelaskan bahwa tannin akan berikatan

    dengan protein membentuk ikatan tannin-

    protein yang merupakan salah satu ciri

    tannin sebagai antinutrisi.

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    9/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    88

    y = 0,891 - 0,0029x - 0,0004x2

    R2= 0,9986**

    y = 2,959 - 0,104x + 0,0016x2

    R2= 0,9936**

    0

    1

    2

    3

    4

    0 10 20 30Lama pengolahan daun gamal (minggu)

    Kandunganta

    nnin(%) Lar. d.gamal

    Kompos DG

    Gambar 5. Kandungan tannin hasil fermentasi perasan dan POPDG yang

    diproses selama 0 8 dan lebih dari 30 minggu.

    Peningkatan dosis POPDG lebih lanjut

    menyebabkan konsentrasi senyawa-

    senyawa antinutrisi dalam pot tanaman

    meningkat. Dalam kondisi media tanah

    yang terbatas, reaksi senyawa-senyawa

    antinutrisi akan semakin membatasi

    ketersediaan hara bagi tanaman.

    Keterbatasan hara yang mulai terasa

    akibat peningkatan dosis POPDG tersebut

    menyebabkan pembentukan senyawa-

    senyawa penunjang fotosintesis seperti

    ATP, NADPH maupun klorofil berkurang.

    Dengan demikian difusi CO2 maupun

    fotosintesis menurun yang berdampak

    pada penurunan laju pertumbuhan

    tanaman (Gambar 1 dan 4).

    KESIMPULAN

    1. Pupuk organik padat daun gamal(POPDG) secara umum berpotensi

    meningkatkan pertumbuhan tanaman

    terutama tanaman sawi.

    2. Hasil terbaik yang dapat diperolehpada penggunaan POPDG terhadap

    tanaman sawi adalah 6 8 ton ha-1

    .

    3. Penggunaan POPDG dengan dosislebih dari 8 ton ha

    -1, cenderung

    mengurangi laju pertumbuhan vege-

    tatif dan berat basah tanaman sawi.

    4. Adanya kandungan senyawa-senyawaantinutrisi dalam daun gamal berpe-

    luang membatasi potensinya sebagai

    pupuk organik padat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, Z., 2003. Pengaruh Aplikasi Pupuk

    Organik Terhadap Pertumbuhan dan

    Hasil Tanaman Padi Sawah. Skripsi

    Jurusan Agronomi Fakultas Pertani-

    an dan Kehutanan UniversitasBrawijaya, Malang.

    Aryantha, I. N. P., R. N. Noorsalam, dan

    E.N. Sukrasno, 2002. Pengem-

    bangan dan Penerapan Pupuk

    Mikroba Dalam Sistem Pertanian

    Organik. Puslit Antar Universitas.

    Ilmu Hayati LPPM ITB, Bandung.

    Djoyohadikusuma, S., 1995. Sumberdaya

    Alam dan Pembangunan. PT.

    Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Gardner, F.P., B.R. Pearce, L.M. Roger,

    1985. Physiology of Crop Plants.

    The Iowa State University Press,

    Iowa.

    Ibrahim, B., 2001. Integrasi Jenis Tanam-

    an Pohon Leguminosa Dalam Sistem

    Budidaya Pangan Lahan Kering dan

    Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah,

  • 5/24/2018 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal Terhadap Tanaman Sawi

    10/10

    Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

    89

    Erosi dan Produktivitas Lahan.

    Disertasi. Program Pascasarjana

    Universitas Hasanuddin Makassar.

    Jumin, H.B, 2002. Agroekologi. Suatu

    Pendekatan Fisiologis. PT. Raja

    Grafindo Persada, Jakarta.

    Jusuf, L. 2006. Potensi daun gamal

    sebagai bahan pupuk organik cair

    melalui perlakuan fermentasi.Jurnal

    AgrisistemVol. 2 No 1: 6 15.

    Loveless, A.R., 1987. Prinsip-prinsip

    Biologi Tumbuhan untuk Daerah

    Tropik. Penerbit PT. Gramedia,

    Jakarta.

    McArthur, C., A.E. Hagerman, and C.T.Robbins, 1992. Physiological strate-

    gies of mammalian herbivores

    against plant defenses. In: R.T. Palo

    and C.T. Robbins (eds). Plant

    defense against mammalian herbi-

    vory. CRC Press. Inc., Florida.

    Naswir, 2003. Pemanfaatan urine sapi

    yang difermentasi sebagai nutrisi

    tanaman. The use anaerob fermented

    urine of cows as plant nutrient.

    [Diakses 18 Oktober 2006 pada situshttp://tumoutou.net/702_07134/nasw

    ir.htm.]

    Praptiwi. 1996. Pengaruh faktor anti

    nutrisi daun Gliricidia (Gliricidia

    sepium) terhadap produksi dan

    reproduksi ayam petelur. Disertasi

    Program Pascasarjana. Institut Per-tanian Bogor.

    Salisbury, F. B. and C.W. Ross, 1992.

    Plant Physiology. 4th edition. Wad-

    sworth Publishing Co., A division of

    wadsworth, Inc.

    Sugito, Y., 2002. Pembangunan Pertanian

    Berkelanjutan di Indonesia. Prospek

    dan Permasalahannya. Prosiding Lo-

    kakarya Nasional Pertanian Organik.

    Universitas Brawijaya, Malang.

    Sunarjono, H., 2003. Bertanam 30 Jenis

    Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Sutedjo, M. M., A.G. Kartasapoetra. dan

    S. Sastroatmodjo, 1991. Mikro-

    biologi Tanah. Rineke Cipta,

    Jakarta.

    Zakaria, B. 1999. Aktivitas Fotosintesis

    dan Rubisco Tanaman Yang Diberi

    Metanol Pada Berbagai Tingkat

    Cekaman Air. Disertasi. Program

    Pascasarjana Unhas Ujung Pandang.