pendidikan akhlak anak usia prasekolah pada...

84
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRASEKOLAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAK- KANAK DI TK ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: NUR FARIDA NIM : 3102016 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: nguyenthu

Post on 09-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRASEKOLAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DI TK ISLAM TERPADU PERMATA HATI

NGALIYAN SEMARANG

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

NUR FARIDA NIM : 3102016

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2008

ii

Drs. Abdul Kholiq, M.Ag

Jl. Jatisari Baru 1 RT.03/I

Mijen Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

a.n Sdri. Nur Farida

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah Skripsi saudari:

Nama : Nur Farida

NIM : 3102016

Judul : PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRASEKOLAH

PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-

KANAK DI TK ISLAM TERPADU PERMATA HATI

NGALIYAN SEMARANG.

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Juli 2007

Pembimbing,

Drs. Abdul Kholiq, M.Ag NIP : 150 279 726

iii

ABSTRAK

Nur Farida (NIM: 3102016). Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah Pada Lembaga Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Semarang: Program Strata S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pelaksanaan pendidikan akhlak anak usia pra sekolah pada lembaga pendidikan Taman kanak-kanak Islam terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik atau sering disebut juga dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini memandang kenyataan sebagai sesuatu yang berdimensi jamak, utuh/merupakan kesatuan. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Metode desnkriptif dimaksudkan bahwa peneliti menjelaskan bahwa kondisi riil pendidikan akhlak anak usia prasekolah yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Sedangkan analisis kualitatif digunakan pada saat meneliti pelaksanaan pendidikan akhlak anak usia pra sekolah pada lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang.

Sebagai hasil penelitian ini pendidikan akhlak anak usia pra sekolah sangat penting dan pelaksanaannya bukanlah suatu hal yang mudah, karena dalam membina anak kecil harus dengan pendekatan-pendekatan khusus. Apalagi dalam suatu sekolah yang mempunyai anak didik yang tidak sedikit yang berasal dari keluarga dan orang tua yang tentunya berbeda. Dari situlah maka seorang guru dituntut untuk mampu mengarahkan serta mendidik anak agar memiliki akhlak atau budi pekerti yang luhur. Selain itu guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam membina anak didiknya.

Selanjutnya penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kognitif bagi lembaga pendidikan khususnya pada Taman Kanak-Kanak sehingga dapat meningkatkan proses belajar mengajar pendidikan akhlak sebagai fondasi dalam mewujudkan generasi muda muslim yang berakhlakul karimah.

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Januari 2008

Deklarator

Nur Farida NIM : 3102016

v

MOTTO

ووصينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن اشكر لي صريالم إلي كيالدلو14: ان لقم. (و(

Artinya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

(QS. Lukman : 14)1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro, 2000),

hlm.329

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

• Ayahanda Sumat dan ibunda Sulistyowati yang tercinta yang dengan penuh

kasih sayang dan tetesan air mata serta doa kalian yang tulus nan suci

ananda harapkan dapat terus menyongsong masa depan dalam menghadapi

tantangan hidup, rasa terima kasih tidak dapat ananda ucapkan walaupun

dengan kata-kata yang paling manis sekalipun.

• Kakakku Nur Cholis yang tersayang, terima kasih atas motivasi dan

dukungannya selama ini.

• Suamiku Mas Teguh Gunarso yang selalu setia menemaniku dengan iringan

doa yang tulus nan suci serta perhatian dan kasih sayangnya yang

memberikan semangat kepadaku dalam menyelesikan skripsi dari awal sampai

akhir.

• Semua sahabatku terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

• Segenap para pembaca yang budiman.

vii

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرمحن الرحيم

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang

wajib dipenuhi guna memperoleh gelas kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup

kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa

uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil

maupun spirituil. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih

kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang

2. Drs. Abdul Kholiq M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Para dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang

4. R.r. Hindarwati, S.S selaku kepala sekolah PG TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang beserta guru dan karyawan yang telah memberikan ijin

dalam penelitian skripsi ini.

5. Ayahanda Sumat dan ibunda Sulistiyowati tercinta serta seluruh keluarga yang

telah berkenaan memberikan motivasi dan doa yang tulus bagi penulis selama

menyelesaikan studi serta penyusunan skripsi.

viii

6. Teman-teman KKN di desa Wonomerto Batang (Eka, Ma-ma, Zidny, Eli, The

Putri, Ali Kedul, Totok, Ali Maksum, Kang Burin, Syukur, Dedek Huda dan

mas Miftah), terima kasih atas kebersamaan suka dan duka.

7. Teman-teman PPL di SMA N 8 Semarang (I-Cha, R-na, Selly, Ipunk, Arik,

Anton, Adib, Suaiyya, Agus) yang telah memberi motivasi dalam

menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman seperjuanganku (Ana Izzatika, Hanik, Ida Blok M, Isti, Cik us,

Mutho’, Novi) yang senantiasa mengutamakan kebersamaan dan motivasinya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal

mereka diterima disisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih serta

mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan

kÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿalam menyuÿÿÿÿskÿÿÿÿi ini, maka diharapkan kritik ÿÿÿÿsaran yang

konstruktif dari paraÿÿÿÿbaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya

dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, Januari 2008

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN ......................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

DEKLARASI ............................................................................................. v

MOTTO ..................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar belakang masalah .................................................................. 1

B. Penegasan istilah ........................................................................... 4

C. Perumusan masalah ........................................................................ 5

D. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................................ 5

E. Kajian pustaka ................................................................................ 5

F. Metode penelitian ........................................................................... 7

BAB II PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRA SEKOLAH ........ 11

A. Anak Usia Pra Sekolah .................................................................. 11

1. Pengertian Anak pra sekolah .................................................... 11

2. Perkembangan anak pra sekolah .............................................. 13

3. Pentingnya pendidikan akhlak bagi anak usia pra sekolah di

sekolah ..................................................................................... 16

B. Pendidikan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah .................................. 18

1. Pengertian akhlak .................................................................... 18

2. Pengertian pendidikan akhlak .................................................. 23

3. Dasar dan tujuan pendidikan akhlak ....................................... 25

4. Materi pendidikan akhlak ......................................................... 27

x

5. Metode pendidikan akhlak ....................................................... 32

6. Guru ......................................................................................... 35

7. Evaluasi .................................................................................... 37

BAB III GAMBARAN UMUM TK ISLAM TERPADU PERMATA

HATI NGALIYAN SEMARANG ...................................................... 39

A. Sekilas tentang TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang......................................................................................... 39

B. pendidikan akhlak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang ........................................................................................ 46

1. Tujuan pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .............................. 52

2. Materi pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .............................. 53

3. Metode pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .................... 54

4. Guru ......................................................................................... 57

5. Evaluasi .................................................................................... 58

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

USIA PRA SEKOLAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN

TAMAN KANAK-KANAK DI TK ISLAM TERPADU

PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG ................................... 59

A. Analisis tujuan pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .......................... 59

B. Analisis materi pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .......................... 60

C. Analisis metode pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .......................... 61

D. Analisis Guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang ........................................................................................ 64

xi

E. Analisis Evaluasi pendidikan akhlak anak usia pra sekolah di

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang .................... 64

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 65

A. Kesimpulan .................................................................................... 65

B. Saran ............................................................................................... 66

C. Penutup ........................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang

disebut pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan

potensi individual sebagai manusia sehingga dapat hidup secara optimal, baik

sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-

nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup.1 Dengan demikian, pendidikan

memegang peranan penting dalam menentukan hitam putihnya manusia, dan

akhlak juga jadi standar kualitas manusia, artinya baik buruknya akhlak salah

satu indikator berhasil tidaknya pendidikan.

Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah islamiah

anak, pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang

memadai. Dalam al Qur'an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir,

memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak bagi setiap hamba Allah

yang beriman. Maka dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain

harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang

bagaimana harus menghormati dan seterusnya. Karena pendidikan akhlak

sangat penting sekali, bahkan Rasul sendiri diutus oleh Allah untuk

menyempurnakan akhlak.2

Pendidikan akhlak dan budi pekerti sebagai salah satu aspek

pendidikan Islam yang harus mendapat perhatian serius, akhlak merupakan

salah satu ajaran yang terpenting, sebab dalam kehidupan sehari-hari kita tidak

dapat melepaskan diri dari kehidupan sosial, baik sesama manusia maupun

dengan alam sekitar dan terlebih bagi dalam hubungannya dengan Allah Sang

Pencipta.

1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar

Baru, 1991), hlm. 2. 2 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005),

hlm. 117.

2

Semasa anak-anak jika jauh dari pendidikan akhlak, tidak diragukan

lagi kalau anak tersebut akan tersesat dalam pergaulan. Untuk itu pendidikan

akhlak harus mendapat perhatian serius. Dalam hal ini, orang tua, guru dan

pendidik harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan anak atau

peserta didik ke arah yang baik, supaya menjadi generasi yang berakhlakul

karimah.

Masa kanak-kanak dengan usia 3-6 tahun disebut dengan masa

prasekolah merupakan masa bahagia dan amat memuaskan kreativitas, seperti

bermain boneka, suka cerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan

lain sebagainya. Sebagai pendidik baik orang tua maupun guru bertanggung

jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. Kedua pendidik tersebut mempunyai

wewenang mengarahkan perilaku anak dengan sebagaimana yang diinginkan.

Orang tua bertanggung jawab untuk merangsang dan membina perkembangan

intelektual anak serta membina pertumbuhan sikap dan nilai-nilai yang baik

dalam pembinaan anak dan diharapkan ada saling pengertian dan kerja sama

yang erat antara keduanya, dalam usaha mencapai tujuan bersama yaitu

kesejahteraan jiwa anak.

Maka peranan sekolah terhadap pendidikan menjadi sangat penting

mengingat ia merupakan pertengahan antara media masyarakat yang luas. Di

lingkungan keluarga, seorang anak hanya bergaul dengan beberapa individu

saja yang sifat-sifat jasmani atau karakteristik psikologi dan sosialnya

mengalami perubahan yang cukup lambat. Di lingkungan keluarga, si anak

bisa berlatih bergaul dengan baik, menerima dan memberi atau terkadang ia

mengalami masalah yang menyangkut dirinya sendiri. Juga di lingkungan

inilah si anak dapat memenuhi segala kebutuhan tanpa harus bersusah payah

dan iri segala. Semua itu adalah tergantung pada pertumbuhan sosialnya yang

ia terima dalam keluarganya sebuah masyarakat kecil.3

Di sinilah pentingnya mengapa mendidik anak itu dimulai sejak dini,

karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan

3 Muhammad Jamaludin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:

Pustaka al Kautsar, 2001), hlm. 155-156

3

fitrahnya. Dengan demikian maka fitrah manusia itu kita salurkan, kita

bimbing dan kita juruskan kepada jalan yang seharusnya sesuai dengan

arahnya.

Menurut Syekh Mustafa al Ghulayai:4

ربية هي غرس األخالق الفاضلة نفوس الناسئني وسقيها مباء االرشاد والنصيحة، تلاس مث تكون مثراا الفضيلة واخلري وحب العمل فنلحىت تصبح ملكة من ملكات ا

)عضة الناشئني(الوطن لنفع

Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak-anak yang sedang tumbuh dan menyiraminya dengan siraman petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi suatu watak yang melekat dalam jiwa. Kemudian buahnya berupa keutamaan, kebaikan, suka beramal demi kemanfaatan bangsa.

Taman kanak-kanak (TK) didirikan sebagai usaha mengembangkan

seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan

dalam keluarga ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk

pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah.

Adapun fungsi pendidikan TK adalah untuk mengenalkan peraturan

dan menanamkan disiplin pada anak menumbuhkan sikap dan perilaku yang

baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi,

mengembangkan ketrampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak,

menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar. Adapun tujuannya

adalah untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik

psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama sosial, emosional,

kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni, untuk siap

memasuki pendidikan dasar. Tujuan TK adalah kesinambungan dengan tujuan

pendidikan Islam, yaitu untuk membentuk insan kamil (manusia sempurna).

4 Muhammad Mustafa al Ghulayani, Idhatun Nashi’in, (Beirut: al Maktabah al Ilmiyah,

1949), hlm. 189.

4

Oleh karena itu, tujuan TK adalah pembentukan dasar untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki anak usia dini.5

B. Penegasan Istilah

Dalam penegasan istilah ini penulis sengaja membatasi istilah atau

pikiran yang terdapat pada judul skripsi ini, agar tidak terjadi kesimpangsiuran

dalam memahami topik permasalahan yang penulis angkat. Adapun istilah-

istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Secara etimologi pendidikan diartikan dengan proses pengubahan

sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan kepribadiannya melalui upaya pengajaran atau pelatihan.6

2. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari “Khuluk: yang berarti

budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.7

Menurut Imam al Ghazali menyatakan akhlak ialah daya kekuatan (sifat)

yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang

spontan tanpa memerlukan banyak pertimbangan pemikiran.8

3. Anak prasekolah

Yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia

antara 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman (1993).9

4. Lembaga

Lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan sesuatu

penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.10

5 Mansur, op.cit., hlm.128. 6 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet III, hlm.

232. 7 Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1983), cet II, hlm. 11. 8 Zainuddin dan Muhammad Zamhari, Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, (Bandung: CV.

Pustaka Setia, 1999), hlm. 73. 9 Soemarti, P., Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet II, hlm.

19. 10 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), edisi III, hlm. 655.

5

5. Taman Kanak-kanak

TK adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan

program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki

pendidikan dasar.11

Yang penulis maksud dalam penelitian di sini adalah TK Islam terpadu

Permata Hati yaitu suatu lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan

Permata Hati yang berlokasi di Bukit Permata Puri Ngaliyan Semarang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang

permasalahan yang diangkat adalah bagaimana pendidikan akhlak anak usia

prasekolah pada Lembaga Pendidikan Taman Kanak-Kanan Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pendidikan akhlak anak usia prasekolah Pada

Lembaga Pendidikan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Permata

Hati Ngaliyan Semarang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian skripsi ini :

a. Memberikan wacana pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya bagi

dunia pendidikan akhlak anak usia pra sekolah

b. Memberikan kontribusi pemikiran positif sebagai upaya membantu

memecahkan masalah bagi dunia pendidikan akhlak anak usia pra

sekolah

E. Kajian Pustaka

Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini, penulis mengambil

judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Tarbiyah, dan juga buku-buku yang

11 Soemarti, op.cit., hlm.59.

6

bersangkutan dengan skripsi yang akan dibahas. Di antaranya adalah sebagai

berikut:

Skripsi Siti Alimah yang berjudul “Peranan Bahasa Pengantar Dalam

Pencapaian Tujuan Pendidikan Akhlak Pada Anak. Dalam skripsi tersebut

penulis mengemukakan hasil penelitiannya yaitu bahwa dengan menggunakan

bahasa pengantar seorang pendidik baik itu guru ataupun orang tua dapat

menyampaikan pesan baik itu guru ataupun orang tua dapat menyampaikan

pesan baik secara sengaja atau tidak bisa berupa sindiran, remehan, ejekan,

motivasi, nasehat dan lain-lain. Supaya anak dapat menjalin keharmonisan di

dalam hidup bermasyarakat, dapat bertingkah laku, bersikap dan berucap yang

baik kepada orang-orang di sekitarnya, dan berakhlakul karimah. Sehingga

orang lain merasa aman akan keberadaannya. Karena pendidikan akhlak itu

sangat penting sehingga pendidikan akhlak diajarkan mulai anak sedini

mungkin dengan menggunakan bahasa pengantar.12

Skripsi Radhiyah yang berjudul “Metode Pendidikan Anak menurut

Abdullah Nashih Ulwan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akhlak Anak”.

Hasil penelitiannya adalah bahwa pendidikan anak pada dasarnya lebih

diarahkan pada nilai-nilai penanaman akhlak. Pembentukan sikap dan perilaku

yang diperlukan pada anak-anak mampu untuk mengembangkan dirinya

secara normal. Anak-anak dalam usianya ini memiliki daya tangkap dan

potensi yang sangat besar untuk menerima pengajaran. Jadi, dari metode

keteladanan, adat kebiasaan, nasehat perhatian, hukuman ini adalah metode

untuk membentuk akhlak anak dan kesemuanya ini bagus untuk diterapkan.

Oleh karena itu orang tua atau pendidik perlu memusatkan perhatian pada

pengajaran anak-anak tentang akhlak.13

Dalam bukunya Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Mansur,

menjelaskan pendidikan akhlak sangat penting dalam rangka menyelamatkan

dan memperkokoh akidah islamiyah anak. Pendidikan akhlak dimulai sejak

12 Siti Alimah, NIM: 3199144, Peranan Bahasa Pengantar dalam Pencapaian Tujuan

Pendidikan Akhlak Pada Anak, Fakultas Tarbiyah, 2005 13 Rodhiyah, NIM: 3199053, Metode Pendidikan Anak Menurut DR. Abdullah Nashih

Ulwan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akhlak Anak, Fakultas Tarbiyah, Semarang, 2004.

7

umur anak itu sedini mungkin. Dalam menyampaikan ajaran-ajaran

pendidikan anak usia prasekolah menggunakan cara langsung dan tidak

langsung pendidikan akhlak anak usia prasekolah bisa dilakukan di

lingkungan keluarga yaitu oleh orang tua dan di lingkungan sekolah yaitu di

suatu lembaga pendidikan anak prasekolah. Pendidikan akhlak sangat

dipengaruhi oleh akhlak orang tua, pendidik, gurunya atau orang dewasa

lainnya.14

Suwito dalam bukunya filsafat pendidikan akhlak Ibnu Maskawaih

menjelaskan bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis

pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin

manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya

maupun terhadap luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan

akhlak bukan monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata

pelajaran atau lembaga, melainkan terintegrasi ke dalam berbagai mata

pelajaran atau lembaga.15

F. Metodologi Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah,

sebab metode merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan dan untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan

dalam penelitian ini digunakan beberapa metode antara lain:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam uraian ini dikemukakan hal-hal yang berkenaan dengan

metode penelitian, diantaranya :

a. Pendekatan penelitian

Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian lapangan

kualitatif. Dimana hasil penelitian akan dijelaskan secara deskriptif

dengan menggunakan analisis non statistik (analisis deskriptif), karena

14 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005). 15 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih, (Yogyakarta : Belukar, 2004).

8

data yang diwujudkan dalam skripsi ini berbentuk laporan atau uraian

deskriptif kualitatif.

b. Sumber data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamanati atau di interview selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.16

Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, penulis

mengklasifikasikannya menjadi tiga yaitu:

a. Person adalah sumber data berupa orang

b. Place adalah sumber data berupa tempat

c. Paper adalah sumber data berupa symbol atau dokumen17

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu guru TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

2. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki.18 Hal ini senada dengan pendapatnya Sutrisno Hadi

yang mengemukakan bahwa sebagai metode ilmiah, observasi bisa

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki.19

Metode observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan

langsung. Hal-hal yang di amati adalah proses belajar mengajar,

interaksi guru dengan anak diluar jam pelajaran. Pengamatan kondisi

peserta didik di dalam dan di luar jam pelajaran, serta pengamatan

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda karya,

2004), hlm.112 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hlm.107. 18 Kholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

cet. 4, hlm. 70. 19 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), cet. 27,

hlm. 136.

9

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki yang meliputi kondisi

umum TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang.

b. Interview / Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi.20 Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.21

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tujuan,

sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar dan keadaan ahklak

siswa di TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang.

Interview ini dilakukan kepada sekolah TKIT Permata Hati

Ngaliyan Semarang. Hal-hal yang diungkap dalam wawancara ini

dilakukan berdasarkan draf wawancara yang telah dibuat. Selain

kepada kepala sekolah wawancara juga dilakukan kepada guru kelas,

yang dalam hal ini selalu berinteraksi dengan para murid setiap

harinya. Disamping wawancara ii dilakukan untuk mendapatkan data

tentang gambaran umum TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang yang

meliputi letak geografis sekolah dan sejarah berdirinya sekolah.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.22 Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan siswa, guru,

struktur organisasi sekolah, dan lain-lain yang didokumentasikan, yang

dapat melengkapi data yang diperlukan.

20 Masri Singarimbun, Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1989),

hlm. 192. 21 Kholid Narbuko, op.cit., hlm.83 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), edisi 4, hlm. 236.

10

3. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikan sebagai temuan.23

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, mengutip pendapat

William Wiersma, penelitian kualitatif adalah:

“Qualitative research is research that describes phenomena in

words instead if number or measures”.24 Artinya penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggambarkan sejumlah fenomena dengan kata-

kata atau ukuran-ukuran.

Sedangkan menurut S. Margono, penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.25

Jadi dalam penelitian ini tidak dianalisis dengan menggunakan

rumus statistik, tetapi dengan analisa descriptive analysis, yaitu analisis

data yang diwujudkan bukan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif,

yaitu dengan cara berpikir induktif. Sedangkan pendapat lain yang

menyatakan bahwa deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.26 Cara

berfikir induktif adalah cara menarik kesimpulan yang berangkat dari

fakta-fakta yang khusus kongkrit. Kemudian ditarik generalisasi-

generalisasi yang bersifat umum.27

23 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996),

hlm. 104. 24 William Wiersma, Research Methods in Education an Introduction, (USA: A Simon an

Schuster Company, 1995), p. 12. 25 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. 2,

hlm. 36 26 Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet. 2, hlm. 63 27 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset. 2000), cet. 30,

hlm. 42

11

11

BAB II

PENDIDIKAN AHKLAK ANAK USIA PRA SEKOLAH

A. Anak Usia Prasekolah

1. Pengertian Anak Pra Sekolah

Istilah “pra sekolah” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai

arti “jenjang (tingkat) sekolah sebelum sekolah dasar.1

Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih

berada dalam masa kanak-kanak. Firman Allah SWT:

)12: رميم (كم صبياحل اها خذ الكتاب بقوة وآتينييحي

Hai Yahya, ambillah al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanakز (Maryam: 12)2

Kata ash- Shabiyyu dalam surat Maryam ayat 12 menurut Ibnu

Abbas (Ismail al Baruswi, 1100 H, juz V: 319) yang dikutip oleh Ahmad

Tafsir merujuk pada anak yang berumur kira-kira tiga dan tujuh tahun.3

Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak masa kanak-

kanak atau pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang diberikan

kepada anak seusia memasuki TK (3-6 tahun) sampai anak tersebut

mampu menerima pendidikan formal. Jadi apapun yang dilakukan oleh

orang tua dan guru, itulah pendidikan pada terutama pendidikan agama

yang diberikan pada anak dalam masa kanak-kanak (pra sekolah).

Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi

perkembangan anak pada tahapan perkembangan selanjutnya. Dalam masa

ini anak berada pada situasi peka untuk menerima rangsangan yang sesuai

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, t.th), hlm. 786 2 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 244 3 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dan Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1996), hlm. 75

12

tahapan perkembangan anak, kemampuan anak akan berkembang dengan

optimal.4

Periode awal pada kehidupan anak (3-6 tahun) merupakan periode

yang amat kritis dan paling penting. Pembentukan pribadi seorang anak

sangat berperan pada masa ini. Masa pra sekolah dapat merupakan masa-

masa bahagia dan amat memuaskan dari seluruh kehidupan anak. Untuk

itulah kita perlu menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana adanya. Perlu

dicamkan bahwa masa prasekolah adalah masa pertumbuhan. Pada masa

ini kita bisa melihat seperti apakah anak kita tersebut, dan teknik apakah

yang cocok dalam menghadapinya.

Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dua

dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu

dunia 3 dimensi. Dengan perkataan lain masa prasekolah merupakan time

for play. Jadi, biarkanlah anak menikmatinya.5

Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang maksud dari

anak prasekolah, di antaranya sebagai berikut:

1. Menurut The National Association for The Education of Young

Children (NAEYC) sebagai berikut:

a. Early Childhood (anak usia awal) dimulai sejak anak lahir sampai

berusia delapan tahun.

Hal inilah yang sering dipergunakan sebagai rujukan anak yang

belum mencapai usia sekolah dan masyarakat mempergunakannya

untuk berbagai tipe prasekolah (preschool).

b. Adapun early childhood education (pendidikan awal masa anak

merupakan pelayanan yang diberikan pada awal masa anak-anak).

4 Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),

cet 2, hlm. 66 5 Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak Mengenai Sifat, Bakat dan

Kemampuan Anak, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2001), hlm. 4

13

2. Menurut Beichler dan Snowman yang dikutip oleh Soemiarti

Patmonodewo bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6

tahun.6

3. Susilo Windradini berpendapat bahwa anak usia prasekolah adalah

anak yang telah berusia 2-6 tahun.7

Sedangkan di Indonesia lebih umum mengikuti program tempat

penitipan anak (3-5 tahun), (3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain (3

tahun) sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun biasanya mereka mengikuti

program Taman Kanak-kanak (TK).8

2. Perkembangan Anak Prasekolah

a. Perkembangan fisik

Dengan bertambahnya usia, perbandingan antara bagian tubuh

akan berubah, seiring bertambahnya usia. Letak grativitas makin

berada di bawah tubuh, dengan demikian bagi anak yang makin

tambah usianya keseimbangan tersebut terletak di tungkai bagian

bawah. Gerakan anak prasekolah ini makin terkendali dan

terorganisasi yang berupa pola-pola. Terbentuknya pola tingkah laku

ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai hal.9

Perkembangan ketrampilan akan cepat berkembang melalui latihan

yang bersifat fisik. Dalam usia ini otot-otot anak menjadi lebih kuat

dan tulang-tulang tumbuh lebih besar dan keras, otak pun telah

berkembang per 75% dari berat otak usia orang dewasa.

b. Perkembangan motorik

“Perkembangan motorik adalah perkembangan yang

merangsang gerakan.”10 Perkembangan motorik erat kaitannya dengan

6 Soemarti Patmonodewo, op.cit., hlm. 43-44 7 Soesilo Windradini, Psikologi Perkembangan Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th)

hlm. 89 8 Soemarti Patmonodewo, op.cit., hlm. 19 9 Ibid., hlm.25. 10 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.31.

14

masalah perkembangan fisik. Pada anak usia dini otot-otot badan

cenderung lebih kokoh. Ketrampilan-ketrampilan yang menggunakan

otot tangan dan kaki sudah mulai berfungsi, sehingga merangsang

gerakan tubuh.11

Ketrampilan motorik berkembang pesat pada usia ini,

kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba berbagai kegiatan

dengan keyakinan yang besar akan ketrampilan yang dimilikinya,

karena dalam perkembangan motorik unsur-unsur yang menentukan

adalah otot, syaraf, dan otak. Ketiga unsur tadi masing-masing

melaksanakan peranannya secara “interaksi positif” artinya antara

unsur yang satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menunjang dan

saling melengkapi dengan unsur-unsur yang lainnya untuk mencapai

kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.12

Perkembangan motorik anak usia dini mencakup motorik kasar

dan motorik halus. Motorik kasar untuk ketrampilan menggerakkan

dan menyeimbangkan tubuh. Sedangkan motorik halus meliputi otot

halus dan fungsinya.13

c. Perkembangan intelektual

Usia anak prasekolah merupakan usia yang sangat

temperamental bagi anak. Rasa takut mulai muncul pada anak usia 4,5

tahun dari cerita tentang hantu, dan tempat-tempat berbahaya, dan anak

usia ini sering marah disebabkan karena rasa frustasi karena rasa iri

dan cemburu sering muncul.

Rasa ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari

seorang anak. Ada dorongan dari anak untuk mengeksplorasi dan

belajar hal-hal baru. Perlu ditekankan bahwa rasa ingin tahu itu

11 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hlm.22. 12 Zulkifli L, op.cit., hlm.31. 13 Mansur, op.cit., hlm.22-23.

15

terkendali, jangan sampai sesuatu yang biasa dikenalnya serta tentang

kejadian-kejadian mekanika yang ada di sekitarnya.14

d. Perkembangan sosial

Pada usia 3 – 6 tahun anak belajar menjalin kontak sosial

dengan orang-orang yang berada di luar rumah, terutama dengan

anak-anak yang sebaya dengan dia. Tanda-tanda pada perkembangan

sosial ini adalah:

- Anak mulai mengetahui aturan-aturan baik di lingkungan keluarga

maupun di lingkungan tempat dia bermain

- Sedikit demi sedikit anak mulai taat pada peraturan

- Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain.

- Seorang anak mulai dapat bermain dengan lingkungan sekitar dan

dengan teman-teman sebayanya (Peer group)15

Kematangan penyesuaian sosial anak akan terbentuk apabila

dimasukkan ke taman kanak-kanak. TK sebagai “jembatan bergaul”

merupakan tempat yang memberi peluang kepada anak untuk belajar

memperluas pergaulan sosialnya dan menaati peraturan (kedisiplinan).

Pola perilaku sosial pada anak usia dini dapat dibedakan

menjadi dua perilaku, yaitu pola perilaku sosial yang sesuai dengan

harapan kelompok dan pola perilaku tidak sosial yang tidak sesuai

dengan harapan kelompok.16

1. Pola perilaku sosial diantaranya adalah meniru, perasingan, kerja

sama, simpati, empati, dukungan sosial, membagi dan perilaku

akrab.

14 Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak Mengenai Sifat, Bakat, dan

Kemampuan, (Jakarta: Gramedi Widia Sarana Ind, 2001), hlm.8 15 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2000), hlm.162-163. 16 Bambang Sujiono dan Yuliana Nur’aini Sujiono, Mencerdeskan Perilaku Anak Usia

Dini, (Jakarta: PT. Gramedia, 2005), hlm.83-84.

16

2. Pola perilaku tidak sosial diantaranya adalah negative, agresif,

perilaku berkuasa, memikirkan diri sendiri, mementingkan sendiri,

merusak pertentangan seks, prasangka.17

Pada tahap ini adalah awal anak menjadi kritik dalam

pembentukan inteligensi, kepribadian, akhlak, dan perilaku sosial.

Dengan demikian meningkatkan kualitas penanganan terhadap tahap

awal perkembangan anak berarti meningkatkan kemampuan anak

untuk survive, untuk tumbuh kembang dengan demikian program

pendidikan akan lebih efektif dilaksanakan.

a. Perkembangan akhlak

Pada usia anak 3 sampai 6 tahun dasar-dasar akhlak terhadap

kelompok sosial harus sudah terbentuk kepada si anak tidak lagi terus

menerus diterangkan mengapa perbuatan ini salah atau benar, tetapi ia

ditunjukkan bagaimana ia harus berakhlak dan bilamana hal ini tidak

dilakukan maka ia kena hukuman.

Ia memperlihatkan sesuatu perbuatan yang baik tanpa

mengetahui mengapa ia harus berbuat demikian, ia melakukan hal ini

untuk menghindari hukuman yang mungkin akan dialami dari

lingkungan sosial atau memperoleh pujian.18

3. Pentingnya Pendidikan Akhlak Bagi Anak Usia Prasekolah di Sekolah

Pendidikan akhlak dapat diartikan usaha sungguh-sungguh untuk

mengubah akhlak buruk menjadi akhlak yang baik. Dapat diartikan bahwa

akhlak itu adalah dinamis tidak statis, terus mengarah kepada kemajuan,

dari tidak baik menjadi baik, bukan sebaliknya.

Akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik (akhlak mahmudah)

dan akhlak tercela (akhlak madzmumah), sehingga harus diperhatikan

pendidikan akhlak anak oleh pendidik.

17 Ibid, hlm.84-86. 18 Ibid, hlm.11.

17

Yang termasuk akhlak karimah (akhlak baik) antara lain selalu

menepati janji, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, menghormati

orang yang lebih tua, tolong, menolong, pemaaf, jujur dalam perkataan

atau ucapan, dan segala perbuatan yang baik menurut ukuran atau

pandangan Islam.

Adapun perbuatan yang termasuk akhlak madzmumah antara lain

bohong, ingkar janji, curang, suka mengancam dan lain-lain.19

Akhlak yang mulia amatlah penting bagi kehidupan manusia baik

sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat bahkan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Rasulullah SAW bersabda:

: حدثنا عبد اهللا بن عمر القواريري وخلق بن هشام قال: عبد اهللا قالا ثنحدقال رسول : يوب بن موسى عن ابيه، عن جده قالحدثنا عمر احلزان عن ا

رواه . (ما حنل والد ولدا أفضل من أدب حسن: عليه وسلمهللاى الاهللا ص )الترمذي

Abdullah mengatakan kepada kami, berkata: Ubaidillah bin Umar al Qawariri dan Khalaf bin Hisyam keduanya berkata: Amir al Hazani dari Ayub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik. (HR. At-Tirmidzi)20 Akhlak anak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ia

hidup. Keluarga dapat dianggap sebagai faktor paling penting dalam

memberikan pengaruh terhadap kepribadian anak. Pada awalnya, anak

mendapatkan pengaruh dari orang-orang di sekitarnya diantaranya ayah,

ibu dan seluruh anggota keluarga lainnya. Kemudian tatkala anak telah

berusia empat atau lima tahun dan mulai memasuki lingkungan pendidikan

atau TK anak mulai mengenal lingkungan baru. Dalam lingkungan ini

19 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al Islam 2 (Muamalah dan Akhlak), (Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1998), hlm.77-78 20 Abdullah Nashih ‘Ulwan, (Terj) Tarbiyatu al-Aulad fi al-Islam, (Kairo : Daru As-

Salam LI Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi, 1981), Cet.3, hlm.45

18

anak mulai bergaul dengan teman-teman sebayanya atau dengan para

pendidik atau gurunya. Kemungkinan besar dalam usia ini anak belum

mampu membedakan berbagai perkara dan menentukan sebuah tujuan

yang bermanfaat bagi dirinya, sebab anak masih cenderung meniru

perbuatan orang lain.21

Dengan demikian akhlak anak sangat dipengaruhi oleh akhlak

orang tua, pendidik, gurunya atau orang dewasa lainnya. Karena menurut

pandangan anak orang tersebut adalah orang yang patut ditiru dan

diteladani. Jadi ibaratnya anak itu bagaikan air murni yang dapat warnai

dengan warna apapun oleh orang tua dan gurunya. Oleh karena itu pada

umumnya anak akan meniru seluruh sikap, perbuatan dan perilaku orang

tua dan gurunya. Jadi panutan akhlak di rumah adalah ayah, ibu, dan

anggota keluarga lainnya. Sedangkan di sekolah adalah guru, teman

belajar dan teman bermain. Dengan demikian yang perlu diperhatikan

adalah bahwa orang tua, guru, ayah, ibu harus benar-benar memperhatikan

masalah pembinaan akhlak islami anak.

Begitu pentingnya pengawasan perkembangan anak serta

menanamkan kebiasaan yang baik guna mencapai akhlak mulia anak.

Penanaman akhlak sangat dipentingkan dalam pendidikan anak. Dengan

demikian tugas terpenting bagi seorang guru atau pendidik terhadap anak

senantiasa menasehati dan membina akhlak mereka serta membimbing

agar tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu untuk mendekatkan diri

kepada Allah.22

B. Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah

1. Pengertian Akhlak

Istilah akhlak memiliki kesepadanan arti dengan beberapa istilah

seperti moral, etika, dan budi pekerti.

21 Mansyur, op.cit., hlm.285 22 Ibid, hlm.286-288

19

a. Moral

Kata “moral” berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari

mos yang berarti kebiasaan.23 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.24

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan arti susila.

Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa norma-norma moral

adalah tolak ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan

tindakan manusia dilihat dari segi baik dan buruknya sebagai manusia

dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.25

Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan

batasan terhadap aktivitas manusia yang dinilai atau hukum baik atau

buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa

orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang g

bermoral, begitu pula sebaliknya.

b. Etika

Selain akhlak, juga lazim dipergunakan istilah etika, perkataan

ini berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan.26

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu

pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).27

Secara terminologi etika berarti:

1) Menurut Hamzah Ya’kub, “etika adalah ilmu yang menyelidiki

mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran”.28

23 Asamran AS. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press, 2002) Edisi Revisi,

Cet. III, hlm. 8 24 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1982), hlm. 64 25 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 19 26 Hamzah Ya’kub Etika Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1985), Cet. III., hlm. 12 27 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991), hlm. 278 28 Hamzah Ya’kub, op.cit., hlm. 13

20

2) Menurut Ahmad Amin, “Etika ialah ilmu yang menjelaskan arti

baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilakukan oleh

manusia kepada yang lainnya. Menyatakan tujuan yang harus

ditujukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan

jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.”29

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa etika

merupakan cabang filsafat yang merupakan ilmu pengetahuan yang

memberikan penjelasan mengenai baik buruk, serta menunjukkan nilai

atau norma perbuatan manusia, etika adalah teori atau kaidah tentang

tingkah laku manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, sejauh yang

dapat ditentukan oleh akal manusia, dengan kata lain etika adalah

aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

c. Budi Pekerti

Kata budi merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta

yang berarti yang “yang sadar” atau “yang menyadarkan” atau “alat

kesadaran”.30 Dan kata “pekerti yang berarti kelakuan”. Budi adalah

apa yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang

didorong oleh pemikiran rasio yang disebut karakter. Sedangkan

pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh

pemikiran yang disebut behaviour.31

Jadi budi pekerti merupakan peraduan dari hasil rasio dan rasa

yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.

Persamaan ketiganya adalah bahwa semuanya menentukan nilai

baik dan buruk sikap dan perbuatan, yaitu membicarakan kebaikan dan

keburukan sikap dan perbuatan, yaitu membicarakan kebaikan yang

semestinya dikerjakan serta prilaku buruk yang harus ditinggalkan.

Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak

standarnya adalah al-Qur'an dan as-sunnah, bagi etika standarnya adalah

29 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm.64 30 Rahmat Djatniko, Sistem Etika Islam, (Surabaya: Pustaka Panjimas, 1998), hlm. 26 31 Ibid, hlm. 26

21

pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat

kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.32

Setelah dijelaskan istilah akhlak yang mempunyai kesepadanan arti

dengan beberapa istilah seperti moral, etika dan budi pekerti, selanjutnya

dijelaskan pengertian akhlak. Secara etimologi, akhlak dapat diartikan

budi pekerti, watak dan tabi’at,33 kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab,

jamak dari khuluqun ( قخل ) yang menurut lughat diartikan, budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabi’at.34

Sedangkan pengertian akhlak menurut para ahli adalah :

a. Menurut Imam Al-Ghazali

ة ىف النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر يئهن ع عبارةق لاخلفا 35روية من غري حاجة اىل فكر و

Akhlak adalah suatu sifat yang tatanan dalam jiwa seseorang yang dari sifat itu timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

b. Menurut Elizabeth B. Hurlock

“Behaviour which may be called “true morality” does not only conform to social standards but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external to internal authority and consists of conduct regulated from within”.36

Tingkah laku bisa dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).

32 Asmaran AS, op.cit., hlm. 9 33 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), hlm.15. 34 Hamzah Ya’kub, op.cit, hlm.11 35 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Libanon : Dar al-kutub al-Ilmiyah, Beirut.

t.th) hlm.58 36 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, edisi VI, (Kuglehisa, MC. Grow Hill, 1987,

hlm.386

22

Sejalan dengan itu Abudin Nata mengartikan bahwa akhlak adalah

perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran. Namun

perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga

saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan

pemikiran.37

Akhlak juga menjelaskan tentang arti baik dan buruk,

menerangkan segala tingkah laku yang harus dilaksanakan oleh sebagian

manusia kepada manusia lainnya, kepada Tuhannya, kepada lingkungan

sekitar serta menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam

perbuatan dan menunjukkan jalan yang harus dibuat.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu

sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa

berlandaskan al-Qur’an dan al Hadits, yang dari padanya timbul

perbuatan-perbuatan atau kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan

pertimbangan terlebih dahulu. Bila kehendak jiwa itu menimbulkan

perbuatan-perbuatan dan kebiasaan jelek, maka disebut akhlak yang

tercela begitu pula sebaliknya.

Dalam menentukan baik buruknya akhlak, Islam telah meletakkan

dasar-dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan

konsep al-ma’ruf (yang baik) dan al-munkar (yang jelek) semata-mata

pada rasio, nafsu, intuisi, dan pengalaman yang muncul dari panca indera

yang selalu mengalami perubahan. Tetapi Islam, telah memberikan sumber

yang tetap yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal

yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Dasar hidup itu menyangkut kehidupan

perorangan, keluarga, tetangga, sampai pada kehidupan bangsa.38 Karena

meskipun penilaian akhlak hanya pada amal dan tindakan perbuatan

manusia, namun tindakan dan prilaku seseorang pada dasarnya muncul

37 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997) hlm. 5 38 Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka

Pelajar, 1994), hlm. 180-181

23

atas dorongan batiniahnya yang sering juga didorong oleh tekanan-tekanan

lingkungan.39

2. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum penulis mendeskripsikan pendidikan akhlak, maka perlu

dijelaskan terlebih dahulu tentang pendidikan, secara etimologi,

pendidikan atau paedagogie berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata

“pain” yang artinya anak dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi,

paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.40

Secara etimologi, ada beberapa pengertian pendidikan yang

dikemukakan oleh para ahli; John Dewey seperti yang dikutip oleh M.

Arifin, mengatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya

fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah

tabiat manusia dan manusia biasa.41

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya ilmu pendidikan

(Teoritis dan Praktis), pendidikan adalah pemimpin yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anakanak dalam pertumbuhannya

(jasmani dan rohani). Agar berguna bagi dirinya dan masyarakat.42

Frederic J. Mc. Donald dalam bukunya Educational Psychology

mengungkapkan “education in the sense used here, is a process or an

activity which is directed at producting desirable changes in the behaviour

of human beings”. Pendidikan, dalam pengertian yang digunakan disini,

adalah sebuah proses atau aktivitas yang ditunjukkan pada proses

perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku manusia.43

39 Ibid, hlm. 177 40 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 69 41 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000).cet.4, hlm.1 42 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991), hlm.11 43 Frederic J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Fransisco; Wads worth

Publishing Company Inc, 1050). hlm. 4

24

Dari uraian di atas dapat dipahami setidaknya pendidikan adalah

suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk

memberikan bimbingan baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman

nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah

positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan

kebiasaan bertingkah laku, berfikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju

terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

Setelah dijelaskan pengertian pendidikan selanjutnya dijelaskan

pengertian pendidikan akhlak. Menurut Mansur dalam bukunya

pendidikan anak usia dini dalam Islam, pendidikan akhlak adalah usaha

sungguh-sungguh untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak yang

baik. Dapat diartikan bahwa akhlak itu adalah dinamis tidak statis, terus

mengarah kepada kemajuan dari tidak baik menjadi baik, bukan

sebaliknya.44

Sedangkan pendidikan akhlak menurut Ahmad Amin, yaitu

merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar untuk membimbing serta

mengarahkan kehendak seseorang guna mencapai tingkah laku yang baik

dan diarahkan agar menjadikannya suatu kebiasaan.45

Dari definisi di atas yang telah dikemukakan dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud pendidikan akhlak adalah suatu usaha

bimbingan, pengenalan nilai-nilai ajaran agama Islam, yang dijadikan

sebagai pedoman dasar dalam bertindak atau bertingkah laku yang harus

dimiliki dan harus dibiasakan oleh setiap manusia dalam kehidupan sehari-

hari. Agar manusia memiliki kehendak jiwa yang bisa mengembangkan

perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang buruk.

44 Mansur, op.cit., hlm.274 45 Ahmad Amin, op.cit, hlm.3

25

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak

Yang dimaksud dasar pendidikan akhlak adalah pandangan yang

mendasari segala kegiatan pendidikan akhlak. Akhlak adalah sistem moral

yang berdasarkan pada ajaran Islam. Adapun dasar pendidikan akhlak

adalah al-Qur'an, sebagaimana firman Allah:

إوظيم نلق على خلع 4: مقلال(ك(

Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhurز (QS. Al-Qalam: 4).46

Dalam penanaman pendidikan akhlak, al-Qur'an sendiri telah

mengawali dengan memberi petunjuk kepada pendidik, untuk

memanfaatkan masa sosialisasi di lingkungan keluarga sebelum anak lebih

jauh bergaul dengan lingkungannya. Pendidikan itu adalah pendidikan

untuk menghormati dan menghargai orang tua. Hal ini telah tercermin

dalam al-Qur'an, sebagaimana firman Allah:

ا الإننيصوو كرن أن اشيامفي ع الهفصن وهلى وا عنهو هأم هلتمه حيالدان بوسصريالم إلي كيالدلو14: لقمان . (لي و(

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Lukman : 14)47

dari ayat di atas, al-Qur'an begitu bijaksana dalam memberikan

alasan yang logis dan mudah dicerna anak, karena disajikan dalam bahasa

yang sederhana. Ayat di atas sekaligus memberikan jawaban kepada anak

mengapa ia harus menghormati orang tuanya. Dengan penjelasan dari

46 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro, 2000) hlm. 451

47 Ibid, hlm.329

26

pendidik anak akan mendapat kejelasan bagaimana susahnya orang tua

dalam membesarkan mereka.

Dan dasar lain selain al-Qur'an adalah hadits. Sebagaimana sabda

Rasulullah:

: حدثنا عبد اهللا بن عمر القواريري وخلق بن هشام قال: عبد اهللا قالا ثنحدقال رسول : حدثنا عمر احلزان عن ايوب بن موسى عن ابيه، عن جده قال

رواه (ما حنل والد ولده حنال افضل من ادب حسن : عليه وسلمهللاى الاهللا ص 48)امحد بن حنبل

Abdullah mengatakan kepada kami, berkata: Ubaidillah bin Umar al Qawariri dan Khalaf bin Hisyam keduanya berkata: Amir al Hazani dari Ayub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tidak ada pemberian yang lebih utama seorang ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang baik. (HR. Ahmad bin Hambal)

Sedangkan tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah

sesuatu usaha yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan maka

tujuannya bertingkat dan bertahap.

Menurut Barmawie Umary tujuan pendidikan akhlak adalah

menjadikan seseorang agar terbiasa melakukan perbuatan yang baik,

indah, mulia, terpuji, serta menghindari perbuatan yang buruk, jelek, hina

dan tercela. 49

Sedangkan menurut Ibn Maskawaih tujuan pendidikan akhlak

adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan

untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai

kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.50

48 Muhammad Abdul Salam Abdul Sani, Musnad Ahmad bin Hanbal juz IV, (Beirut: Dar

al Alamiah, 142 H), hlm. 97 49 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), hlm. 2 50 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, (Yogyakarta: Belukar, 2004), hlm.16.

27

Karena tujuan berakhlak itu menjalin hubungan antara kita dengan

Allah SWT dan dengan sesama makhluk, sehingga selalu dapat terpelihara

dengan baik dan harmonis.51 Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa

tujuan pendidikan akhlak supaya dapat memahami tentang perbuatan amal

yang baik, sehingga dapat mengamalkan ajaran Islam yang telah

diterimanya.

4. Materi Pendidikan Akhlak

Pendidikan anak usia pra sekolah adalah pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik

di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, maka

perlu dirumuskan sebuah bentuk kurikulum yang tepat sesuai dengan

bentuk pendidikan anak usia pra sekolah tersebut.

Soemiarti mengemukakan bahwa penentuan kurikulum untuk

pendidikan anak pra sekolah disusun berdasarkan pendekatan fakta dan

pendekatan ketrampilan, organisasi kurikulum dan pengalaman belajar

disusun melalui pemilihan topik dan dilakukan secara terintegrasi.

Pendidikan anak usia pra sekolah baru memiliki arti dan peran

dalam menciptakan manusia yang memiliki adat stabilitas yang terus

menerus terhadap globalisasi apabila memiliki kurikulum yang tepat.

Kurikulum pendidikan anak usia pra sekolah yang disebut dengan

acuan menu pembelajaran mencakup tiga bidang pengembangan, yaitu :

a. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama

b. Pengembangan sosial dan emosional

c. Pengembangan kemampuan dasar52

Adapun pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada

anak (kurikulumnya) tiada lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran

Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aqidah,

51 Barmawie Umary, op.cit, hlm.2. 52 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,

2003), hlm.6

28

ibadah dan akhlak. Pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada

anak sedikitnya harus meliputi pendidikan aqidah, pendidikan ibadah, dan

pendidikan akhlak.53

Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh aqidah Islam

pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang

memadai. Untuk usia prasekolah, mereka perlu diajarkan dan dibiasakan

dengan akhlak-akhlak yang mulia. Sebelum dikenalkan kepada anak-anak

sebaiknya pendidikan menerapkan akhlak bukan hanya pengenalan

tentang teori-teori tata krama atau akhlak saja tetapi juga praktek-praktek

tata krama yang mereka tiru dan teladani dari para guru.

Samsu Yusuf LN, menyatakan bahwa anak-anak perlu diajarkan

atau dilatih tentang kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlak

madzmumah seperti mengucapkan salam, membaca hamdalah pada saat

mendapat kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu, menghormati

orang lain, memberi sedekah, memelihara kebersihan baik diri sendiri

maupun lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi dan membuang

sampah pada tempatnya).54

Sedangkan pandangan al-Ghazali tentang pendidikan akhlak anak

meliputi:

a. Kesopanan dan kesederhanaan: makanan, pakaian, tidur.

b. Kesopanan dan kedisiplinan: duduk, berludah, berbicara.

c. Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjauhkan perbuatan yang

tercela, misalnya: suka bersumpah, suka meminta, suka

membanggakan diri, berbuat dengan cara sembunyi-sembunyi,

menjauhi segala sesuatu yang tercela.

d. Latihan beribadah dan mempelajari syariat agama Islam.55

53 Mansur, op.cit., hlm115 54 Samsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung, Rosda

Karya, 2002), hlm.77 55 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Jilid I, Terj. Muhammad Zuhri, (Semarang: Asy-

Syifa, 1990), hlm.149

29

a. Kesopanan dan kesederhanaan

Al-Ghazali sangat menganjurkan kesopanan dan kesederhanaan

dalam hal makan, berpakaian dan tidur.

Salah satu hal yang biasa terjadi terhadap diri anak-anak ialah

mempunyai sifat rakus makan, maka ini perlu didik pula. Misalnya

pada waktu makan itu senantiasa menggunakan tangan kanannya dan

mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim.56

Hal-hal lain yang perlu diketahui dan dipahami anak ketika

makan, diantaranya adalah :

1) Biasakan agar anak mengambil makanan yang dekat dengannya

(ada di hadapannya)

2) Peringatkan anak-anak untuk tidak mengembalikan makanan yang

telah dikunyah ke dalam piring

3) Biasakan agar anak-anak mengunyah secara perlahan, tidak

menelan terburu-buru

4) Biasakan agar anak tidak mencela makanan yang tidak mereka

sukai.57

b. Kesopanan dan kedisiplinan

Al-Ghazali sangat mengutamakan kedisiplinan anak untuk

menghindarkan perbuatan yang tidak pantas di pandang umum dan

membiasakan anak untuk berbuat hal-hal yang patut sesuai dengan

norma-norma masyarakat yang berlaku. Dalam hal ini al-Ghazali

melatih kesopanan dan kedisiplinan anak dalam tata cara duduk,

berbicara, dan meludah.

c. Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjauhkan perbuatan yang

tercela

Al-Ghazali menganjurkan agar mendidik anak dengan

pembiasaan dan latihan untuk menghindarkan dari perbuatan yang

56 Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.109

57 Sihabudin, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.49

30

tercela serta tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun ajaran

agama (Islam).

1) Suka bersumpah

Bersumpah jangan dibolehkan sama sekali, baik pada waktu ia

dalam keadaan benar, apalagi jikalau bersalah. Kepentingannya

adalah agar ia tidak membiasakannya sejak kecil. Sehingga setelah

ia dewasa, dia akan seenaknya dan dengan mudah melanggar

sumpah atau tidak memperdulikan atas hal ini sangat dilarang oleh

ajaran agama (Islam).

2) Suka meminta

Baik sekali anak itu diberi nasehat agar jangan suka menerima

sesuatu pemberian dari kawannya, lebih-lebih jikalau sampai

memintanya hendaklah ia diinsyafkan bahwa keluhuran budi itu

ialah apabila ia dapat memberi dan bukan menerima. Meminta

adalah suatu tanda kerendahan, kehinaan, cela dan kekurangan

harga diri, tetapi harus pula dijaga agar dengan demikian ini jangan

sampai anak itu menjadi seorang yang congkak dan takabur.

Jadi anak dibiasakan untuk suka memberi bukan suka menerima,

hal ini apabila dilatih terus menerus sehingga dewasa nanti akan

menjadi seorang dermawan yang suka membantu dan menolong

keperluan orang lain.

3) Suka membanggakan diri

Agar anak itu diawasi benar-benar jangan sampai membangga-

banggakan dirinya baik yang berhubungan dengan makan atau

pakaian yang diperoleh dari rumahnya, juga hal ihwal keluarga

atau keadaan rumah tangganya.

4) Berbuat dengan cara sembunyi-sembunyi

Anak-anak harus dilarang segala sesuatu yang ia lakukan dengan

sembunyi-sembunyi, sebab ia tidak akan melakukan sesuatu

perbuatan dengan sembunyi-sembunyi kalau ia meyakini bahwa

31

perbuatannya itu jahat. Kalau ia dibiarkan maka ia akan

membiasakan perbuatan jahat.

Maksudnya anak telah mengetahui bahwa perbuatan itu buruk,

tetapi ia tetap melakukannya secara sembunyi-sembunyi karena ia

takut ditegur, dimarahi, atau bahkan dihukum oleh orang tua atau

pendidiknya apabila perbuatan itu diketahuinya.

5) Menjauhi segala sesuatu yang tercela

Laranglah anak-anak itu dengan sungguh-sungguh sehingga ia

takut mencuri dan makan sesuatu yang diharamkan. Demikian pula

harus dicegah benar-benar dari kelakuan-kelakuan yang bersifat

pengkhianat, kata-kata dusta dan kotor serta segala sesuatu yang

dianggap buruk, baik dalam pandangan masyarakat maupun

agama.

d. Latihan beribadah dan mempelajari syariat agama Islam

Al-Ghazali sangat menganjurkan sedini mungkin agar orang

tua memberikan pembiasaan dalam latihan beribadah, seperti bersuci,

shalat, berdoa, berpuasa bulan ramadhan, dan lain-lain, sehingga

secara berangsur-angsur akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah

tersebut, kemudian dengan sendirinya anak akan terdorong untuk

melakukannya tanpa diperintah dari luar (motivasi eksternal), tetapi

dorongan itu timbul dari dalam dirinya (motivasi internal) dengan

penuh kesadaran. Anak harus berangsur-angsur dapat

mengabstraksikan, memahami bahwa beribadah itu harus sesuai

dengan keyakinannya sendiri, keyakinan dengan sadar bukan ikut-

ikutan atau paksaan. Dengan kata lain, anak yang banyak mendapat

kebiasaan dan latihan keagamaan pada waktu dewasanya akan semakin

merasakan kebutuhan terhadap pentingnya agama dalam kehidupan.58

58 Zainuddin dkk, op.cit., hlm.112-116

32

5. Metode Pendidikan Akhlak

Masa anak-anak adalah masa yang baik dalam awal pendidikan

karena ada pepatah mengatakan “pelajaran di waktu kecil ibarat lukisan di

atas batu, pendidikan di waktu besar ibarat lukisan di atas air”. Dari

pepatah di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan yang mudah

itu pada waktu anak-anak. Begitu juga pendidikan akhlak, jika seorang

anak dididik dari kecil tentang pendidikan akhlak maka anak tersebut akan

menjadi anak yang berakhlakul karimah.

Pembentukan akhlak itu berlangsung secara berangsur-angsur dan

bukan hal yang sekali jadi melainkan sesuatu yang berkembang oleh

karena itu pembentukan akhlak adalah suatu proses yang akan

menghasilkan suatu hasil yang baik kalau perkembangan itu dapat

berlangsung dengan baik demikian juga sebaliknya.

Pembentukan akhlak itu hendaknya dimulai dari sejak anak-anak

dididik dalam tingkah laku perbuatan yang dirasa baik, misalnya shalat

atau tata krama.

Zakiah Darajat berpendapat bahwa:

Apabila ajaran agama telah masuk menjadi bagian dari mentalnya yang telah terbina itu, maka dengan sendirinya ia akan menjauhi segala larangan Tuhannya, dan mengerjakan segala suruhannya, bukan karena paksaan dari luar karena pentingnya rasa lega dalam memenuhi perintah Allah itu, yang selanjutnya kita akan melihat bahwa nilai-nilai agama tampak tercermin dalam tingkah laku, sikap dan moralitas pada umumnya.59

Jadi sudah dapat mengetahui bahwa dengan bekal agama anak

akan bisa membedakan antara yang baik dan yang tidak, oleh karena itu

sangat tepat bila sejak dini anak sudah dididik dengan akhlak yang mulia.

Jika pendidikan anak jauh dari pada akidah Islam, terlepas dari

arahan religius dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak

diragukan lagi bahwa anak akan tumbuh dewasa di atas kefasikan,

59 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,

1984), hlm. 68

33

penyimpangan kesesatan dan kefakiran. Bahwa ia akan mengikuti hawa

nafsu dan bergerak dengan motor negatif dan bisikan-bisikan setan sesuai

dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.

Pendidikan akhlak atau moral itu akan tercapai jika terciptanya

pendidikan iman, maksudnya bahwa pendidikan iman itu merupakan

faktor yang meluruskan tabiat bengkok dan memperbaiki jiwa

kemanusiaan. Tanpa perbaikan iman ini, maka perbaikan ketentraman dan

moral tidak akan tercipta.

Untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan

suatu metode atau cara. Demikian halnya dalam menanamkan pendidikan

akhlak agar dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan, harus melalui

beberapa metode.

Ada beberapa metode pendidikan akhlak seperti yang ditulis oleh

Chabib Thoha dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama. Namun

dalam pendidikan anak-anak yang cocok untuk mereka antara lain:

- Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan ini sangat penting untuk diterapkan dalam

pembentukan akhlak, karena itu pembiasaan baik sekali bila dilakukan

sejak usia dini. Untuk terbiasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong

sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang

kontinu setiap hari.60 Contoh dari pembiasaan alat terhadap anak antara

lain; dalam hal peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji perlu

dibiasakan atau diadakan latihan. Apabila latihan-latihan peribadatan

ini betul-betul dikerjakan dan ditaati, maka sedikit demi sedikit akan

lahir akhlak Islam pada diri anak. Contoh, ibadah shalat, ibadah shalat

adalah cara yang paling efektif untuk membawa manusia kepada Allah

yang mulia. Dengan shalat manusia berhadapan langsung dengan

Allah, dan berdialog secara langsung kepada Allah. Ketika itu ia

60 Chabib Thoha dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang,), hlm. 125

34

melakukan hal-hal seperti: memuja Tuhan, berserah diri kepada Tuhan,

memohon perlindungan dari godaan setan, memohon ampunan dan

diberikan dari doa, memohon petunjuk kepada jalan yang benar, dan

dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.61

- Metode keteladanan

Al-Qur'an telah menandaskan pentingnya keteladanan dalam

pendidikan akhlak:

)21: زابحاال ... (ي رسول الله أسوة حسنة فمك كان لدقل

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul itu suri tauladan yang baik… (Q.S. al Ahzab: 21)62

Segala tingkah laku guru sehari-hari akan selalu menjadi pusat

perhatian bagi siswa-siswanya sehingga menimbulkan gejala

identifikasi positif, yaitu penyamaan diri dengan yang ditiru, oleh

karena itu guru yang memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya

di sekolah hendaknya dapat menjadi contoh teladan bagi siswa-

siswanya sendiri.

Akhlak yang baik itu bisa diperoleh karena mengambil contoh

atau meniru orang yang dekat dengannya. Oleh karena itu, bila

dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.

Maka seorang guru itu menjadi panutan bagi murid-muridnya.

Itu harus bersikap lemah lembut dalam tutur kata, kasih sayang, murah

senyum, dan menghiasi diri dengan tingkah laku yang sesuai dengan

tugas yang diembannya.

- Metode kisah atau cerita

Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang

diberikan oleh gurunya. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai

akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain kisah

61 Mansur, op,cit., hlm.24 62 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 336

35

Nabi-Nabi dan umat mereka masing-masing, kisah yang terjadi di

kalangan bani Israil, kisah pemuda-pemuda penghuni goa (ashabul

kahfi) kisah perjalanan isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW dan lain-

lain. Hikmah dari isra’ mi’raj Nabi Muhammad yaitu adanya perintah

shalat lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Kisah mempunyai

kedudukan dan mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi

kehidupan manusia.

Sejak zaman dahulu, tiap bangsa di muka bumi ini mempunyai

kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai moral yang dipakai untuk

mendidik anak cucu atau generasi mudanya. Karena sangat pentingnya

kedudukan kisah dalam kehidupan manusia, agama Islam memakai

kisah-kisah untuk secara tidak langsung membawakan ajaran-

ajarannya dibidang akhlak, keimanan dan lain-lain.63

6. Guru

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran

masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses

pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder

ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu

banyak unsur-unsur manusiawi, seperti sikap, sistem nilai, perasaan,

motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari

proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Disinilah

kelebihan manusia, dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang

diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.

Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang

peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan

tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah.64

63 Mansur, op.cit., hlm.263-264 64 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1995), hlm.12

36

Rasulullah SAW sebagai muallimul awwal fil Islam, guru pertama

dalam Islam bertugas membacakan, menyampaikan dan mengajarkan

ayat-ayat Allah (al-Quran) kepada manusia, mensucikan diri dan jiwa dari

dosa, menjelaskan mana yang haram dan mana yang halal serta

menceritakan tentang manusia di zaman silam, mengaitkan dengan

kehidupan pada zamannya dan memprediksikan pada kehidupan di zaman

yang akan datang. Dengan demikian, tampaklah bahwa secara umum guru

bertugas dan bertanggung jawab seperti Rasul, tidak terikat oleh ilmu atau

bidang studi yang diajarkannya, yaitu mengantarkan murid dan

menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas

kemanusiaan dan tugas-tugas ketuhanan. Ia tidak sekedar menyampaikan

materi pengajaran, tetapi bertanggung jawab pula memberikan wawasan

kepada murid agar menjadi manusia yang mampu mengkaji

keterbelakangan, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan lingkungan

yang menarik dan menyenangkan. Pendidikan kesusilaan, budi pekerti,

etika, moral maupun akhlak bagi murid bukan hanya menjadi tanggung

jawab guru bidang studi agama atau yang ada kaitannya dengan budi.

Dengan demikian, pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia

menuntut adanya kesamaan arah dari seluruh unsur yang ada, termasuk

unsur pendidiknya.

Muhammad Athiya al Abrasyi seperti yang dikutip Abudin Ibn

Rusn menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki seorang guru dalam

mengemban tugasnya sebagai berikut: tidak mengutamakan materi, ikhlas

dalam beramal dan bekerja, pemaaf, mencintai murid seperti mencintai

anaknya sendiri, mengetahui tabiat murid dan menguasai materi

pelajaran.65

65 Abudin Ibn Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hlm.64

37

7. Evaluasi

Secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris,

evaluation yang berarti: penelitian atau penafsiran. Dalam bahasa Arab,

kata yang paling dekat dengan kata evaluasi adalah kata muhasabah,

berasal dari kata khasiba yang berarti mendukung, atau kata khasaba yang

berarti memperkirakan.66

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan perlu

dilakukan usaha atau tindakan evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah

memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria

tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan

tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkat laku yang diharapkan dimiliki

siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil

belajar. Oleh sebab itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan

evaluasi.

Penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar

berfungsi sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal

ini adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat

diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya

dikuasai oleh para siswa. Dengan perkataan lain dapat diketahui hasil

belajar yang dicapai para siswa

b. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah

dilakukan guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil

tidaknya ia mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak

semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan

kurang berhasilnya guru mengajar. Melalui evaluasi, berarti menilai

kemampuan guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam

memperbaiki usahanya, yaitu tindakan mengajar berikutnya.

66 Ibid, hlm.105

38

Dengan demikian fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar

bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru. Evaluasi hasil belajar

dapat dilaksanakan dalam dua tahap; pertama, tahap jangka pendek, yakni

evaluasi yang dilaksanakan guru pada akhir proses belajar mengajar.

Evaluasi ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang,

yakni evaluasi yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar

berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu,

misalnya evaluasi tengah semester atau evaluasi pada akhir semester.

Evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.67

67 Nana Sudjana, op.cit., hlm.111

39

BAB III

HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA

PRASEKOLAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-

KANAK DI TK ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN

SEMARANG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan akhlak

anak usia prasekolah pada lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Bab ini akan menyajikan hasil

penelitian di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang tersebut untuk memberikan konteks, terlebih dulu akan disajikan

tentang Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang.

A. Sekilas Tentang TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

1. Tinjauan TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Taman Kanak-kanak Permata Hati Ngaliyan Semarang didirikan

pada tahun 1999 dalam status terdaftar dan baru diresmikan oleh

Departemen Pendidikan dan Departemen Agama pada tahun 2000

dibawah Yayasan Permata Hati.

Awalnya bernama Yayasan Masjid Al-Azhar, namun karena ada

pergantian pengurus maka seiring dengan perkembangan waktu maka

jajaran pengurus perlu mengganti menjadi yayasan Taman Kanak-Kanak

Permata Hati Ngaliyan Semarang yang bertujuan membentuk anak didik

yang bertakwa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cerdas, cakap,

terampil, percaya diri, memiliki kemampuan mengembangkan diri dan

keluarganya serta bertanggung jawab pembangunan umat dan bangsa.1

1 Hasil wawancara (interview) Dengan kepala sekolah Taman kanak-kanak Permata Hati

Ngaliyan Semarang, Rr. Hindarwati SS Pada Tanggal 22 Maret 2007.

40

2. Visi, Misi Serta Kebijaksanaan Mutu TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang.

a. Visi

1) Menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah agar

mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak

mulia dan beribadah kepada-nya

2) Mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik agar menjadi

manusia yang berdaya guna menjadi umat dan dirinya serta dapat

memperoleh suatu kehidupan yang sempurna.

3) Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak sebagai pondasi

awal terciptanya generasi yang shaleh dan sholihah

b. Misi

1) Senantiasa menciptakan keteladanan dalam kehidupan anak

melalui optimalisasi pendidikan sebagai agen perubahan

2) Memperkenalkan secara dini dinul Islam sesuai dengan

perkembangan kemampuan berfikir anak.

3) Memberikan pengetahuan awal mengenai berbagai hakekat

kehidupan secara ilmiah sesuai dengan kemampuan daya tangkap

anak.

4) Mampu menghasilkan anak didik yang berkualitas serta dapat

mengimplementasikan nilai-nilai Islam.2

c. Kebijaksanaan mutu pendidikan TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang

1) Menjadikan wadah pendidikan “Permata Hati” sebagai kebutuhan

dan harapan masyarakat.

2) Memberikan layanan pendidikan secara profesional sebagai standar

kualitas.

2 Dokumentasi program kegiatan PG-TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang tahun

ajaran 2006-2007.

41

3. Latar belakang didirikan TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang

Adapun latar belakang didirikan TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang adalah :

1) Untuk memberikan alternatif yang bernuansa keislaman kepada

masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai al-qur’an dan sunnah

2) Untuk membantu dan ikut serta dalam pelaksanaan program

pemerintah dibidang pendidikan. Hal ini sesuai dengan pembukaan

UUD 1945 alinea keempat yaitu ikut serta dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa.3

4. Letak geografis TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang terletak di

perumahan Bukit Permata Puri dengan alamat Jl. Bukit Delima A1 No.10

kecamatan Ngaliyan kabupaten Semarang propinsi Jawa Tengah.

Bertempat di lokasi yang representatif untuk sebuah pembelajaran karena

didukung oleh kondisi dan situasi yang tenang dan cukup jauh dari

keramaian dan kebisingan aktifitas masyarakat kota.

5. Struktur Organisasi TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Struktur organisasi adalah seluruh tenaga dan petugas yang

berkecimpung dalam pengelolaan dan pengembangan pendidikan dan

pengajaran. Untuk lebih lengkapnya lihat lampiran I.

3 Hasil wawancara dengan kepala sekolah PG TKI Permata Hati Ngaliyan Semarang, Rr.

Hidarwati, St. pada tanggal 26 Maret 2007.

42

6. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, Sarana dan Prasarana TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang

Proses belajar mengajar akan dapat berjalan manakala ada tenaga

guru, karyawan, siswa dan tenaga administratif. Adapun keadaan guru,

karyawan, siswa serta sarana dan prasarananya adalah sebagai berikut:

a. Keadaan guru

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

mempunyai tenaga pengajar 14 pengajar yakni 2 orang guru TK A

Tabligh, 2 orang pengajar TK A Amanah, 2 orang pengajar TK A Al

Aqil, 2 orang pengajar TK B Fathonah, 2 pengajar TK B Al Amin, 4

orang guru ekstrakurikuler. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.

Tabel I

Data Staf Guru TKIT Permata Hati

Ngaliyan Semarang

No Nama Latar Belakang Pendidikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Rr. Hindarwati, S.S

Nur Setyaning H.

Nanky W.

Ratna Listiyawati

Nut Hayati

Nur Azizah, S.Pd.I

Ika Martiningsih

Siti Nurwati

Diah Pustikawati

Sutiningsih

Siti Fauziyah, S.Pd.I

Dwi Retno Yuni

Zaitun Ni’mah, S.Pd.I

Sri Romdonah, S.Pd.I

Budi Utomo

S1 Bahasa / LPGTK

LPGTK

LPGTK / IKIP PGRI

LPGTK / IKIP PGRI

LPGTK

IAIN Walisongo

D3

LPGTK

LPGTK

IAIN Walisongo

IAIN Walisongo

IKIP PGRI

IAIN Walisongo

IAIN Walisongo

SMU

43

Adapun guru yang mengajar di TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang alumni PG-TK dan Sarjana di bidang pendidikan

antara lain:

1) PG-TK UNNES Semarang

2) IAIN Walisongo Semarang

Adapun mekanisme pengadaan guru dan karyawan PG-TKIT

Permata Hati Ngaliyan Semarang melalui tahapan, yaitu:

1) Pelamar mengajukan surat lamaran

2) Melakukan magang selama tiga bulan

3) Apabila dinyatakan diterima sebagai guru atau karyawan, maka

akan diangkat menjadi guru kontrak.

Untuk meningkatkan hasil pembelajaran agar sesuai target yang

digariskan, maka pengelola melaksanakan pembinaan profesionalisme

guru setiap sebulan sekali.

b. Keadaan karyawan

Proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan sempurna

bila tidak akan dibantu oleh tenaga operasional yaitu karyawan.

Meskipun pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses

interaksi antara siswa dan guru, akan tetapi karyawan mengurusi

masalah administrasi siswa dan sekolah yang bersangkutan. TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang memiliki beberapa

karyawan, yaitu bagian administrasi, office boy, driver, dan cleaning

service. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.

Tabel II

Daftar Nama Karyawan dan Tata Usaha

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

No Nama Latar Belakang Pendidikan

1

2

3

Jatmiko

Latifah

Ika Martiningsih

Driver dan Penjaga Sekolah

Cleaning service

TU

44

c. Keadaan siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian langsung di

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang, siswa yang

terdaftar pada tahun pelajaran 2006/2007 dengan perincian sebagai

berikut:

Tabel III

Daftar siswa TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Jenis kelamin No Kelas

Laki-laki Perempuan Jumlah

1

2

3

4

5

TKA (Tabligh)

TKA (Al-Aqil)

TKA (Amanah)

TKB (Al Amin)

TKB (Fathonah)

12

9

14

12

9

11

13

9

12

14

23

22

23

24

23

Jumlah 56 59 115

d. Keadaan sarana dan prasarana

Proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik

manakala tidak didukung dengan kualitas yang memadai sebagai

sarana pendukung pembelajaran, dan di TK Islam Terpadu Permata

Hati Ngaliyan Semarang memiliki beberapa fasilitas antara lain:

1) Perpustakaan

2) Laboratorium mini

3) Media elektronik

4) Tempat bermain yang terawat

5) Armada antar jemput

6) Ruang kelas yang nyaman dan memenuhi syarat

7) Alat peraga penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) yang

lengkap

45

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang memiliki

organisasi ataupun kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi dan bakat para siswa antara lain:

1) Drum band

Drum band bertujuan untuk mengenalkan apresiasi musik pada

siswa dengan media alat musik untuk melatih ketrampilan tangan

dan syaraf motoriknya dalam memainkan alat musik jenis perkusi

tanpa tangga nada.

2) Seni tari

Seni tari bertujuan untuk melatih dan mengenalkan anak-anak

didik pada dunia tari, melatih keluwesan, keberanian dan

kekreatifan siswa dengan bergerak sesuai irama musik.

3) Gambar

Gambar bertujuan untuk melatih kekreatifan siswa dalam

berimajinasi dengan media kertas dan krayon serta mengenalkan

siswa pada warna.

4) Elektro

Elektro bertujuan untuk mengenalkan teknologi sejak dini bagi

anak dan akan menjadi dasar yang positif bagi anak untuk

menghadapi pendidikan lebih lanjut.

5) Sempoa

Sempoa bertujuan untuk melatih ketrampilan dan melatih

keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan dalam kecepatan

berhitung.

6) Komputer

Komputer bertujuan untuk mengenalkan siswa siswi pada

teknologi komputer, dengan metode bermain, agar siswa siap

menghadapi IPTEK yang akan datang.

7) Class cooking

Class cooking bertujuan untuk melatih dan mengenalkan siswa

pada teknik memasak sederhana agar siswa lebih mandiri.

46

8) Renang

Renang bertujuan untuk melatih keberanian siswa dalam bermain

dan berekspresi alam di kolam renang dan melatih motorik kasar

siswa.

9) Out door activity

Out door activity bertujuan untuk melatih kemandirian, sosialisasi

dan keberanian dalam lingkungan luar sekolah dan rumah.

10) Angklung

Angklung bertujuan untuk mengenalkan siswa bentuk musik

tradisional dengan penggunaan notasi dasar musik yang natural,

dengan pengenalan notasi dasar dapat melatih 25 syaraf siswa agar

dapat lebih meningkatkan kreatifitas.4

B. Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu Permata

Hati Ngaliyan Semarang

Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah

yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia dini. Sebagaimana

terdapat dalam garis-garis besar program kegiatan belajar taman kanak-kanak

(Depdikbud, 1994). Tujuan program pendidikan belajar anak TK adalah untuk

meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan

daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Pelaksanaan pendidikan di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang menggunakan pendekatan dan pembiasaan. Metode pengajaran

disesuaikan dengan kebutuhan minat dan kemampuan anak didik. Lingkungan

belajar yang menarik dan bersifat informal akan merangsang pertumbuhan dan

perkembangan anak, juga dapat menumbuhkan motivasi untuk belajar. 5

4 Dokumentasi program kegiatan PG-TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang, tahun

pelajaran 2006-2007. 5 Hasil wawancara dengan kepala sekolah PG TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang, Rr. Hindarwati, Ss. Pada tanggal 26 Maret 2006.

47

Pendidikan akhlak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, nasehat dan

larangan yang dimulai dengan penanaman. Adapun penanaman yang

dilakukan di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang yaitu:

1. Mulai berangkat ke sekolah, ketika turun dari mobil anak disapa oleh guru

sekolah, anak mengucapkan salam lalu mencium tangan gurunya.

Kemudian anak diantarkan gurunya ke kelas dan anak memasuki ruang

kelas masing-masing.

2. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), dalam kegiatan ini ada empat

tahapan dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Kegiatan awal

Pada kegiatan ini waktunya kurang lebih 30 menit yaitu sebelum

pelajaran dimulai, ketika anak memasuki kelas anak-anak berbaris

dahulu lalu mengucapkan ikrar. Setelah masuk kelas dilanjutkan

dengan berdoa sebelum belajar kemudian anak mengucapkan salam

kepada guru yang akan mengajar dilanjutkan guru kelas melakukan

presensi. Selanjutnya akan menghafalkan surat pendek yang

sebelumnya diberitahukan oleh gurunya.

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, penulis memberikan contoh materi

mengenai keislaman di antaranya yaitu wudlu, pada kegiatan ini anak

diajarkan cara berwudlu yang benar dan mengajak anak praktek

langsung dengan air, agar anak dapat melihat secara langsung dari

gurunya. Kegiatan selanjutnya yaitu shalat, pada kegiatan ini anak

diajarkan shalat yang benar oleh gurunya, agar anak dapat meniru dan

terbiasa karena pada dasarnya anak usia ini masih sangat suka meniru.

Setelah anak melakukan praktek wudlu, dan shalat kegiatan

selanjutnya yaitu dzikir, pada kegiatan ini guru memberikan buku kecil

untuk dibaca atau dipelajari anak dengan dibimbing guru dan anak

menyimak. Selain itu anak diajarkan agar selalu berdzikir sesudah

shalat atau pada waktu tertentu, karena hal ini dapat melatih anak

48

menjadi terbiasa berdzikir siang malam untuk selalu mengingat Allah

SWT.

Pada kegiatan ini selain materi keislaman ada materi ekstra

seperti menggambar, anak diajarkan cara-cara menggambar yang baik

dengan kemampuan masing-masing. Dalam kegiatan ini guru dapat

mengajarkan dan membiasakan agar anak mandiri dalam mengerjakan

tugasnya baik dalam bersikap, bekerja sama dan sebagainya.

c. Istirahat

Dalam kegiatan ini yaitu makan dan bermain. Sebelum makan

dimulai anak-anak mencuci tangan terlebih dahulu lalu anak-anak

berdoa sebelum makan. Hal ini ditanamkan setiap hari pada waktu

istirahat. Setelah selesai makan kemudian bermain. Dalam bermain

anak harus tahu batas waktu bermain selesai. Jadi anak harus berhenti

bermain pada waktunya.6

d. Kegiatan akhir

Pada kegiatan ini guru mengadakan evaluasi, yang meliputi,

keaktifan atau kedisiplinan anak, perilaku keseharian anak, keagamaan

anak, dan kemampuan yang telah dicapai oleh anak. Adapun ketiga

aspek ini dapat dilihat melalui SKH (Satuan Kegiatan Harian) dan

SKM (Satuan Kegiatan Mingguan). Adapun secara rinci dapat dilihat

pada lampiran II.

3. Anak pulang sekolah, sebelum pulang anak-anak dibiasakan mencium

tangan gurunya terlebih dahulu kemudian anak diantar gurunya sampai

depan sekolah dan menemani anak menunggu mobil jemputan datang.

Setelah mobil jemputan datang, anak diantarkan guru masuk ke mobil

kemudian anak mencium tangan gurunya dan mengucapkan salam. Hal ini

dilakukan setiap hari di sekolah sesuai dengan jadwal kegiatan di TK

6 Observasi di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang pada tanggal 3 April

2007.

49

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang, dengan begitu anak-anak

akan terlatih dan terbiasa.7

Demikian kegiatan belajar mengajar harian di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang yang merupakan salah satu proses dalam

menanamkan akhlak pada anak agar memiliki sikap atau perilaku yang baik

kepada guru, kepala sekolah dan teman-temannya. Dengan demikian akan

terbentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa anak didik yang lama kelamaan

akan menjadi kepribadiannya kelak.

Selain proses pendidikan di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang ini juga mengadakan usaha dengan melalui pembinaan baik

pembinaan melalui kegiatan yang harus dilakukan keseharian siswa maupun

kewajiban siswa untuk mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang ini.

Adapun peraturan-peraturannya, meliputi:

a. Waktu sekolah, untuk hari Senin sampai Sabtu pukul 07.00 – 10.15,

kecuali hari Jum’at pukul 07.00 – 09.30. Hadir di sekolah 10 menit

sebelum ikrar Permata Hati, bagi yang terlambat diharapkan lapor ke

kepala sekolah / guru piket dan ikrar sendiri, untuk kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan pada hari Sabtu.

b. Pakaian/atribut, hari Senin memakai putih-putih (celana muslim putih +

kerudung putih + peci), selasa: olah raga, hari rabu: kotak merah, kamis:

biru rompi, Jum’at: bebas muslim, Sabtu : pramuka coklat. Untuk seragam

bebas muslim tidak boleh berupa kaos dan jeans, sepatu harus hitam +

kaos kaki putih (sepatu tidak bertali), untuk tas sekolah wajib memakai tas

Permata Hati, topi OR harus dipakai sesuai jadwalnya, untuk putra wajib

memakai peci sesuai seragam, putri wajib memakai kerudung. Apabila

murid berhalangan mengenakan seragam diharapkan memberitahukan

pihak sekolah. Dan tidak diperkenankan memakai sepatu sendal.

7 Hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang Rr. Hindarwati, S.S pada tanggal 2 April 2007.

50

c. Perlengkapan murid, kecuali yang disediakan sekolah, perlengkapan murid

yang diperlukan membawa dari rumah dan semua perlengkapan murid

yang dibawa ke sekolah harus diberi nama anak.

d. Bekal makanan dan minuman, bentuk bekal makanan dan minuman dari

rumah, bergizi dan bervariasi. Tidak boleh membawa es, permen, chiki,

coklat dan sejenisnya. Dan wadah bekal hendaknya aman dan mudah

untuk anak.

e. Tidak masuk sekolah, bila tidak masuk sekolah karena sakit atau hal-hal

lain harus ada surat/telepon dari orang tua/wali pada hari murid tersebut

tidak masuk, bila sakit lebih dari tiga hari berturut-turut harus ada surat

keterangan dari dokter, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan

dianggap bolos yang pada akhirnya akan merugikan yang bersangkutan,

bila suatu hal terpaksa meninggalkan KBM, orang tua/wali murid harus

menjemput meminta persetujuan dari guru kelas.

f. Konsultasi, konsultasi antar guru dan orang tua diadakan setiap hari,

kecuali saat KBM sedang berlangsung dan saat penerimaan rapot,

konsultasi juga diadakan secara lisan dan tertulis dengan buku

penghubung yang disediakan di sekolah.

g. Tasyakuran ulang tahun, orang tua/wali diharapkan berkonsultasi

mengenai pelaksanaan acara (satu) minggu sebelum hari “H”, acara

dilaksanakan kurang lebih 15 menit di akhir KBM, acara dikemas khusus

tanpa mengurangi makna tasyakuran. Segala sesuatu yang diperlukan

untuk acara dan pelaksanaan tetap mentaati peraturan yang ada dan sudah

dipersiapkan sebaik mungkin.

h. Antar jemput, murid yang diantar ke sekolah dengan diserahkan kepada

guru, pada saat menjemput harap sepengetahuan guru dan bila ikut mobil

antar jemput Permata Hati dengan diantar ibu guru.

i. Larangan-larangan, tidak diperbolehkan mengenakan perhiasan berharga,

kecuali anting untuk murid perempuan, tidak diperbolehkan membawa

mainan dan uang kecuali untuk mengisi infaq kelas, untuk rambut murid

51

laki-laki tidak boleh melebihi telinga dan rambut perempuan yang

melebihi bahu harus diikat.

j. Administrasi, untuk keuangan SPP, BP3, dan lain-lain dibayar selambat-

lambatnya tanggal 10 tiap bulannya dan dibayar orang tua langsung ke

bagian administrasi, apabila melebihi tanggal 10 diharapkan ada

pemberitahuan ke sekolah.

k. Sanksi pelanggaran

Tahap I : peringatan lisan atau teguran

Tahap II : peringatan lisan/teguran dan ikrar dibariskan sendiri

Tahap III : pemberitahuan ke orang tua secara lisan

Tahap IV : pemberitahuan ke orang tua secara tertulis

Tahap V : peringatan ke orang tua secara tulisan

Tahap VI : peringatan secara tertulis dari guru kelas

Tahap VII : peringatan secara tertulis dari kepala sekolah

Tahap VIII : pengembalian amanat yang diemban sekolah ke orang tua

i. Bagi orang atau pengantar yang pada saat proses KBM wajib lapor ke

kantor untuk membawa kartu izin orang tua. Bagi orang tua atau pengantar

yang ingin menemui putra/putri pada saat KBM diwujudkan membawa

kartu izin dari kantor.

j. Lain-lain, semua komponen sekolah wajib untuk menciptakan kehidupan

yang islami di sekolah, peranan aktif orang tua wali murid dalam setiap

program kegiatan sekolah.

Demikian peraturan-peraturan yang diterapkan di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang dan bagi siswa yang melanggar maka akan

dinasehati dan diperingatkan oleh gurunya atau kepala sekolah dan apabila

melanggar lagi, anak ditegur dan ikrar dibariskan sendiri.8

Adapun peranan guru dalam proses pendidikan akhlak bagi siswa

selain mengajar adalah sebagai pemantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan

anak kesehariannya dan yang terjun langsung dalam proses pembentukan

8 Dokumentasi program kegiatan PG-TKI Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

tahun ajaran 2006-2007.

52

akhlak bagi anak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang ini

adalah guru, kepala sekolah dan karyawannya yang telah membantu dalam

proses pembentukan akhlak pada anak TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang ini.9

Pendidikan akhlak yang dilakukan di TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang memiliki berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang ada. Aspek tersebut

mencapai hal-hal antara lain:

1. Tujuan Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang adalah suatu

wadah bermain dan belajar bagi anak diluar lingkungan rumah. Dengan

konsep pengajaran pendidikan Islam melalui proses metode suri tauladan

dengan tujuan bentuknya insan kamil. Untuk mencapai tujuan maka TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang menyusun program

pengajaran yang mengacu pada: pendidikan agama Islam, keterpaduan

antara materi agama dan pengetahuan umum, keterpaduan antara

pendidikan di sekolah dengan di rumah.

Ketiga unsur pendidikan tersebut terintegrasi dan diberikan sesuai

dengan tahap perkembangan anak pra sekolah, dimana selama proses

berlangsung peran orang tua dan guru merupakan orang pertama yang

menjadi model peran, simbol kasih sayang, dan pendidikan bagi anak.

TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang memadukan

kurikulum Depdiknas dan kurikulum Agama yang disusun Permata Hati

dengan rincian sebagai berikut:

a. Kurikulum Depdiknas meliputi:

1) Pengembangan perilaku: moral Pancasila, agama, emosi,

kemandirian, tanggung jawab, disiplin, daya cipta, dan lain-lain.

9 Hasil wawancara dengan guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang (Ibu

Azizah) pada tanggal 3 April 2007

53

2) Pengembangan kemampuan dasar: kemampuan berbahasa, daya

fikir, ketrampilan (motorik halus), jasmani dan kesehatan (motorik

kasar).

b. Kurikulum agama, disusun oleh Permata Hati

1) Pendidikan aqidah

2) Pendidikan ibadah

3) Pendidikan al-Qur'an

4) Pendidikan akhlak10

2. Materi Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang

Pendidikan akhlak merupakan bentuk pendidikan yang berkenaan

dengan masalah perilaku, sikap, kebiasaan, etika, moral dan sopan santun.

Sehingga diharapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku

dalam al-Qur'an dan hadits. Artinya, dalam pelaksanaan pendidikan akhlak

anak diharapkan dapat bertindak, berperilaku, bersikap dan memiliki etika,

moral, sopan santun, atau kebiasaan yang islami. Karena guru merupakan

sumber pertama dan utama dalam penanaman akhlak, baik dan buruknya

akhlak anak didik juga bergantung dari apa saja yang telah ditanamkan,

diajarkan, atau dibiasakan oleh guru-gurunya kepada anak didik.

Pendidikan di sekolah sebagai pendidikan formal yang diajarkan

oleh para guru. Materi-materi (apa saja) yang diberikan kepada anak didik

dalam upaya mengarahkan, membimbing dan membentuk akhlak anak

didik sesuai pula dengan pengetahuan, pengalaman dan kebiasaan yang

dihadapi oleh para guru.

Sebelum anak dapat berfikir logis dan memahami hal-hal yang

abstrak, serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan mana yang

buruk (tamyiz), mana yang benar dan mana yang salah, maka contoh-

contoh, latihan-latihan, dan pembiasaan-pembiasaan mempunyai peranan

10 Dokumentasi program kegiatan PG-TKIT Permata Hati Ngaliyan Semarang, tahun

ajaran 2005-2006.

54

yang sangat penting, dalam pembinaan pribadi anak. Karena masa kanak-

kanak adalah masa paling baik untuk menanamkan dasar-dasar pendidikan

akhlak.11

Adapun kurikulum terpadu di TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang lihat lampiran III.

3. Metode Pendidikan Akhlak Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang

Guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang dalam

melaksanakan pendidikan akhlak siswa-siswanya yang berusia dini,

tentunya dengan metode-metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi

siswanya.

Adapun metode yang diterapkan oleh guru TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang yang sesuai dengan situasi dan kondisi

siswa, yaitu:

a. Nasehat

Nasehat, saran, petunjuk untuk melakukan sesuatu yang

dipandang baik melalui tutur kata yang dilakukan oleh guru, TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Nasehat ini dilakukan

dalam menghadapi sesuatu hal, baik yang kondisi normal maupun

problem.12

Contoh nasehat yang diterapkan pada siswa TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang, yaitu:

1) Situasi normal

Guru : “Kak bagas baru saja masuk, terlambat ya?”

Siswa : Mengangguk

Guru : “Kak Bagas belum berdoa to?”

Siswa : Geleng-geleng

11 Ibid 12 Hasil wawancara dengan guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

(Ibu Azizah) pada tanggal 3 April 2007.

55

Guru : “Sini dekat ibu, doa dulu ya tadikan teman-temannya

sudah berdoa. (sambil guru menuntun cara berdoa). Kalau

diajak ngomong siapa saja, harus menjawab, tadi kok

mengangguk dan menggeleng saja. Besok lagi jangan

sampai terlambat ya”

Siswa : “Ya Bu…”

2) Situasi problem

Siswa : “Bu Aziz nakal …”

Guru : “Kak Zahra ada apa?” (sambil didekati)

Siswa : “Ga mau, ga mau …”

Guru : “Ini Bu Aziz, sayang ga mau sama Bu Aziz?”

Siswa : “Ga tahu”

Guru : “Kak, coba bicara yang baik biar ibu bisa tahu, adik ada

apa, perlu apa, pengen apa, ya?” dan sebagainya.13

Dua contoh di atas adalah gambaran cara yang ditempuh

seorang guru di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

dalam mendidik akhlak siswanya.

Nasehat dalam hal ini adalah menyampaikan suatu saran atau

anjuran agar si anak didik berbuat baik. Tentunya lewat tutur kata dan

sikap. Masing-masing bentuk, isi dan cara bertutur pun berbeda-beda

sehingga hasilnya pun berbeda-beda, ada anak yang menuruti apa yang

dikatakan oleh gurunya dan ada yang diam saja. Dimanapun, dan pada

situasi apapun, nasehat dapat dilakukan oleh guru. Terlepas apakah

siswanya mau menerima atau tidak, hasilnya baik atau tidak, tapi

menurut guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

nasehat harus dilakukan karena menjadi cara yang pertama dan utama

dalam mendidik akhlak siswanya.

13 Observasi di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang pada tanggal 3 April

2007.

56

b. Kisah/cerita

Pada kesempatan tertentu kisah, cerita, ataupun dongeng dapat

digunakan untuk mendidik anak. Dongeng dapat dilakukan secara

langsung oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh guru pada saat ada

peristiwa atau pada saat dibutuhkan umpamanya anak melakukan

kesalahan, pelanggaran atau hanya kemudian diberikan kisah atau

cerita agar dapat dijadikan sebagai pelajaran. Untuk kisahnya dapat

berupa hal-hal yang benar-benar terjadi kisah Nabi atau rasul, atau

kisah-kisah teladan atau kisah-kisah rekaan. Karena anak-anak senang

apabila mendengarkan cerita.14

c. Keteladanan

Keteladanan merupakan cara pendidikan yang dapat langsung

dilihat, dirasakan, hingga dinilai oleh terdidik (siswa). Guru di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang juga memberikan

keteladanan pada siswa-siswanya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat dikemukakan

bahwa guru memberikan teladan kepada siswanya, khususnya dalam

hal bertutur kata. Guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang memanggil guru yang lainnya dengan sebutan “Bu” juga,

tidak memanggil namanya langsung. Tetapi guru dengan panggilan

yang sopan, contoh: Bu Dona, Bu Ima dan lain-lain.15

d. Pembiasaan

Masa kanak-kanak bukan masa pembebanan atau menanggung

kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan.

Oleh karena itu, anak-anak harus dilatih dan dibiasakan berakhlakul

karimah sebagai bekal mereka memasuki usia dewasa (baligh).

Pembiasaan merupakan cara pembentukan akhlak anak yang dilakukan

14 Hasil wawancara dengan guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

(Ibu Ima) pada tanggal 2 April 2007. 15 Observasi di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang pada tanggal 3 April

2007.

57

terus menerus baik gurunya melaksanakan atau tidak pada hal-hal

tertentu. Atau guru melaksanakan setiap saat.

Pembiasaan cium tangan kepada guru ketika sampai di sekolah,

anak tidak berbicara sendiri pada saat guru sedang mengajar, tidak

berbicara pada saat makan atau berdoa, itu semua merupakan contoh-

contoh pembiasaan yang dilakukan oleh guru.

Untuk yang berkenaan dengan manusia, guru telah

membiasakan setiap hari, seperti hormat kepada guru, orang tua,

berbicara dengan sopan, tidak berbuat nakal, dan bersikap yang sopan.

Membiasakan untuk selalu memaafkan teman yang melakukan

kesalahan, membiasakan untuk memperingatkan teman yang

melakukan kesalahan. Untuk yang berkenaan dengan lingkungan guru

di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang membiasakan

kepada siswa untuk menyirami, merawat tanaman yang adalah di

taman. Dan tidak berlaku kasar pada binatang.16

Metode pembiasaan ini sangat penting dalam pembentukan

akhlak, karena itu pembiasaan baik sekali bila dilakukan sejak usia

anak sedini mungkin. Untuk terbiasa hidup baik, teratur, tolong

menolong sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan

latihan yang kontinu setiap hari.

4. Guru

Adapun peranan guru di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang dalam proses pendidikan akhlak bagi siswa selain mengajar

adalah sebagai pemantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak

kesehariannya yang terjun langsung dalam proses pembentukan akhlak

bagi anak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Selain

guru kepala sekolah dan karyawannya juga membantu dalam proses

16 Hasil wawancara dengan guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

(Ibu Azizah) pada tanggal 3 April 2007.

58

pembentukan akhlak pada anak di TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang.

5. Evaluasi

Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan perlu

dilaksanakan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi pada

dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga, atau nilai

berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang

bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang

diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang guru

mengadakan evaluasi yang meliputi keaktifan atau kedisiplinan anak,

perilaku keseharian anak, perilaku keagamaan anak, dan kemampuan yang

telah dicapai oleh anak. Adapun ketiga aspek ini dapat dilihat melalui

SKH (Satuan Kegiatan Harian) dan SKM (Satuan Kegiatan Mingguan).

59

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA PRASEKOLAH PADA

LEMBAGA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DI TK ISLAM

TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu menganalisis data.

Dalam analisis akan digunakan teknis analisis kualitatif melalui metode deskriptif

yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

menemukan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

Dalam analisis ini akan dikemukakan materi, waktu, metode pendidikan

akhlak dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan

akhlak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang.

A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Tujuan pendidikan merupakan komponen utama yang terlebih dahulu

harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar. Peranan tujuan sangat

penting sebab menentukan arah proses belajar mengajar. Tujuan yang jelas

akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan bahan pelajaran,

penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta memberi petunjuk

terhadap penilaian.1

Menurut Barmawie Umary tujuan pendidikan akhlak adalah

menjadikan seseorang agar terbiasa melakukan perbuatan yang baik, indah,

mulia, terpuji, serta menghindari perbuatan yang buruk, jelek, hina dan tercela.

Sedangkan tujuan pendidikan akhlak di TK Islam Terpadu Permata

Hati Ngaliyan Semarang untuk membentuk insan kamil yang berakhlakul

karimah. Dengan demikian, TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan 1 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hlm. 56.

60

Semarang sudah mempunyai tujuan pendidikan akhlak yang sesuai dengan

tujuan pendidikan Islam.

B. Analisis Materi Pendidikan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Materi adalah bahan, hal atau sesuatu dalam kaitannya dengan

pendidikan akhlak, berarti bahan, hal atau sesuatu yang digunakan dalam

pendidikan akhlak karena pendidikan merupakan pendidikan formal, formal

materi pendidikan akhlak tentu berkenaan dengan hal-hal yang bersifat

kebaikan, dari hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa, materi pendidikan

akhlak yang dipergunakan oleh TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang berkisar sebagai berikut :

1. Hormat kepada orang tua, guru dan orang yang lebih tua

2. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

3. Bersikap sopan santun di hadapan orang lain

4. Bekerja sama dengan orang lain

5. Melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah

Materi akhlak anak yang seperti tercantum di atas itu menitikberatkan

kepada lingkungan terdekat seperti orang tua, guru, dan teman, atau orang lain

yang dijumpai merupakan materi yang bisa diterima oleh anak usia

prasekolah. Hal ini berkenaan dengan fakta kepada kenyataan bahwa anak-

anak akan berlatih dengan kondisi yang sebenarnya yaitu dapat melakukan

perbuatan yang terbaik dengan yang paling dekat terlebih dahulu umpamanya

guru, orang tua, saudara dan teman.

Apa yang siswa rasakan di sekolah, berupa sopan santun dan tingkah

laku (perbuatan) dari orang-orang yang ada di sekitarnya dalam lingkungan

sekolah. Hal tersebut mempengaruhi sangat besar terhadap kecenderungan

watak pribadi kelak di masa mendatang.

61

Artinya, materi (hal) tentang sopan santun atau tindakan dan perilaku

yang baik yang diajarkan guru berpengaruh terhadap akhlak anak didiknya,

suatu hal yang tepat bila dalam usia kanak-kanak materi-materi akhlak yang

tercantum di atas tersebut disampaikan oleh seorang guru. Tetapi akan lebih

tepat bila pendidikan akhlak ini disampaikan oleh orang tua juga di rumah,

karena orang tua sebagai pintu pertama pengenalan dan pembentukan akhlakul

karimah seorang anak.

C. Analisis Metode Pendidikan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Metode atau cara yang dimaksud adalah segala upaya yang ditempuh

untuk mencapai tujuan tertentu. Tentunya, cara bersifat terencana, memiliki

arah, disengaja, dan dapat dilakukan berulang-ulang. Dalam hal pendidikan

akhlak anak usia prasekolah. Metode atau cara yang dimaksud adalah upaya

yang harus disampaikan kepada anak agar anak memiliki akhlak yang baik.

Dalam pendidikan akhlak anak yang dilaksanakan di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang, metode-metode yang diterapkan sebagai

berikut:

1. Nasehat

Nasehat merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam

pendidikan akhlak bagi anak-anak usia prasekolah. Nasehat secara umum

adalah saran, arahan, petunjuk, pengharapan, dan lain-lain yang diterapkan

oleh guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang kepada

siswa-siswanya. Nasehat yang diberikan dalam situasi normal (tidak ada

masalah) maupun tidak normal (ada masalah) dapat dilakukan dengan

tutur kata yang baik, nada datar, kata-katanya halus dan dengan

pendekatan keibuan yang diterapkan oleh guru di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang menandakan bahwa mereka lebih

menekankan pada proses. Artinya, meskipun berupa nasehat, apabila tidak

62

dilakukan dengan cara yang tepat maka tidak akan mencapai tujuan. Maka

proses nasehat dengan cara tutur kata yang lembut, halus, sabar, dengan

pendekatan keibuan dan disampaikan antar hari dalam jarak yang cukup

dekat sekali merupakan pilihannya. Guru menghindari terjadinya timbul

benci, marah, proses dari anak, tetapi terjadi komunikasi yang baik.

Nasehat seperti tergambar di atas sudah diterapkan sepenuh hati

oleh guru, karena penyampaiannya sesuai dengan prinsip pendidikan.

Anak bukan orang dewasa bertubuh kecil, sehingga segala bentuk cara

nasehat dapat diterima oleh seorang anak. Nasehat untuk orang lain bukan

diri sendiri tapi untuk anak didiknya harus menyesuaikan situasi, kondisi,

tujuan, tempat dan waktunya.

2. Kisah atau cerita

Salah satu sifat anak adalah senang terhadap cerita, kisah yang

dialami oleh orang lain. Sifat ingin tahu dari suatu cerita tersebut perlu

dikembangkan karena dapat meningkatkan kemampuan menyimak

(mendengarkan) waktu-waktu belajar di kelas, atau saat-saat tertentu yang

dipandang sesuai dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak

melalui cerita.

Dari data yang diperoleh bahwa seorang guru telah melaksanakan

pendidikan akhlak melalui cerita-cerita, kisah atau hikayat. Sementara

kisah atau cerita tersebut lebih banyak dari yang fakta seperti yang dialami

teman, keluarga di rumah, saudara, guru atau lainnya. Karena dari cerita

tersebut diharapkan tumbuh kesadaran untuk mengambil ikhtibar (contoh

atau perumpamaan), tentang apa yang baik dan benar, dan apa yang harus

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Apabila guru melaksanakan

penggunaan cerita untuk pendidikan akhlak, maka isi cerita, makna

termasuk dengan tutur kata yang dipilih agar anak-anak selain tertarik juga

dapat menangkap makna yang ada.

63

3. Keteladanan

Keteladanan merupakan metode pendidikan yang paling efektif.

Apabila pendidik melaksanakan sesuatu yang diajarkan atau disampaikan

dengan memberi keteladanan secara tertib, rutin, dan penuh keikhlasan

yang didik tentu akan timbul kesan dari apa yang telah dilakukannya.

Begitu pula seorang, guru baik terhadap sesama, di kelas berbicara dengan

tutur kata yang sopan, serta berbagai hal lain yang baik sehingga anak

setiap saat dapat mengetahui, akan menyebabkan anak didiknya juga dapat

diharapkan sesuai dengan gurunya.

4. Pembiasaan

Pembiasaan adalah upaya untuk memperoleh ketrampilan,

kemampuan atau sifat tertentu dengan cara yang dilakukan berulang-ulang.

Pembiasaan dilakukan dengan pelatihan sehingga pada awal waktu

tertentu akan memiliki ketrampilan atau sikap tertentu yang baik. Anak

didik yang dibiasakan setiap mau mengawali dan mengakhiri suatu

kegiatan berdoa, mengucapkan salam apabila masuk rumah, dan

sebagainya akan memiliki akhlak yang baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun Tuhannya.

Dari data yang diperoleh guru telah membiasakan siswanya untuk

berakhlak yang baik dan siswa juga bisa menerimanya. Kenyataan tersebut

memberikan gambaran bahwa pembiasaan yang merupakan wujud

pelaksanaan pendidikan yang sangat praktik diperhatikan oleh guru di TK

Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang. Bila menyimak

pandangan Zakiah Daradjat bahwa pembiasaan dan pelatihan tersebut akan

membentuk sikap bertujuan pada anak yang lambat laun sikap itu akan

bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi. Karena telah

menjadi bagian dari pribadinya.

Atas dasar itu tidak ada alasan untuk guru tidak membiasakan anak

pada hal-hal tentang keagamaan, sosial, akhlak, dan lainnya. Prinsipnya

64

pembiasaan yang baik akan menghasilkan sikap, perilaku dan akhlak yang

baik pula.

D. Analisis Guru TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai

sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab

merencanakan dan melaksanakan pendidikan di sekolah.

Adapun peranan guru dalam proses pendidikan akhlak bagi siswa

selain mengajar adalah sebagai pemantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan

anak dalam kesehariannya. Dan yang terjun langsung dalam proses

pembentukan akhlak bagi anak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang ini adalah guru, kepala sekolah dan karyawannya yang telah

membantu dalam proses pembentukan akhlak pada anak TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang ini.

E. Analisis Evaluasi Pendidikan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

Evaluasi merupakan kegiatan akhir dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan

pendidikan, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi

ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya

dikuasai oleh para siswa. Dengan perkataan lain dapat diketahui hasil belajar

yang dicapai oleh siswa.

Di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang, evaluasi

dilaksanakan setiap hari, tiap satu minggu sekali, tengah semester dan akhir

semester. Dengan adanya evaluasi ini guru di TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang bisa mengetahui bahwa hasil belajar pendidikan akhlak

sudah tercapai.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan

serta analisisnya, dapatlah disimpulkan sebagai berikut :

Pendidikan akhlak bagi anak usia prasekolah di TK Islam Terpadu

Permata Hati Ngaliyan Semarang sudah berhasil. Siswa sepenuhnya sudah

bisa menerima tentang hal atau materi yang disampaikan oleh guru di sekolah

walaupun sifat kekanak-kanakan yang masih terlalu manja, penuh emosional

sehingga butuh waktu yang cukup untuk sesuatu hal tertentu yang

disampaikan oleh guru.

Karena anak belum dapat berfikir logis dan memahami hal-hal yang

abstrak, serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan mana yang

buruk (tamyiz), mana yang benar dan mana yang salah, maka contoh-contoh,

latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pembinaan akhlak anak.

Para guru di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang

melaksanakan Pendidikan akhlak dengan penuh kesabaran walaupun siswanya

masih kurang bisa menerima materi akhlak yang disampaikan oleh guru

karena pembentukan akhlak itu berlangsung secara berangsur-angsur dan

bukan hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena

itu pembentukan akhlak adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu

hasil yang baik kalau perkembangan itu dapat berlangsung dengan baik

demikian juga sebaliknya.

Sebaiknya pendidikan akhlak itu dimulai dari sejak anak masih kecil

dengan menanamkan nilai-nilai akhlak. Dapat dikatakan bahwa pendidikan

akhlak di TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang sudah dapat

memenuhi standar pendidikan akhlak bagi anak usia pra sekolah.

66

B. Saran

Setelah memperhatikan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan

perlu disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan Semarang :

a. Hendaknya guru harus dapat memanfaatkan waktu yang seoptimal

mungkin untuk pendidikan akhlak siswanya

b. Pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua murid dalam pendidikan

akhlak anak di rumah

c. Peningkatan interaksi antara guru dengan siswa sehingga permasalahan

akhlak siswa dapat teratasi dengan cepat

2. Kepada orang tua siswa TK Islam Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang:

a. Orang tua menambah wawasan tentang cara-cara mendidik akhlak

anak melalui berbagai cara agar pelaksanaan pendidikan akhlak di

sekolah dapat terwujud pada anak ketika di rumah sesuai yang

diharapkan oleh guru.

b. Orang tua mau bekerja sama dengan sekolah dalam mendidik akhlak

anaknya.

C. Penutup

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini betapapun penulis telah berusaha dengan segenap

kemampuan yang ada untuk menyajikan karya tulis yang sebaik-baiknya tapi

dalam skripsi ini masih jauh kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik

yang membangun sangat penulis harapkan dan penulis terima dengan tangan

terbuka.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,

penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi dapat memberikan manfaat

kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan dimasa

mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

‘Ulwan, Abdullah Nashih, Terj Tarbiyatu al-Aulad fi al-Islam, Kairo : Daru As-Salam LI Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi, 1981, Cet.3.

Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Al Ghulayani, Muhammad Mustafa, Idhatun Nashi’in, Beirut: al Maktabah al Ilmiyah, 1949.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Jilid I, Terj. Muhammad Zuhri, Semarang: Asy-Syifa, 1990.

__________, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, Libanon : Dar al-kutub al-Ilmiyah, Beirut. t.th.

Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Alimah, Siti, NIM: 3199144, Peranan Bahasa Pengantar dalam Pencapaian

Tujuan Pendidikan Akhlak Pada Anak, Fakultas Tarbiyah, 2005.

Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.cet.4.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, edisi 4.

Asamran AS. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press, 2002Edisi Revisi, Cet. III.

Darajat, Zakiah, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang: Diponegoro, 2000.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, t.th.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, cet III.

Djatniko, Rahmat, Sistem Etika Islam, Surabaya: Pustaka Panjimas, 1998.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid I, Yogyakarta: Andi Offset. 2000, cet. 30.

__________, Metodologi Research, jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset, 2002, cet. 27 Hawadi, Reni Akbar, Psikologi Perkembangan Anak Mengenai Sifat, Bakat dan

Kemampuan Anak, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2001.

Hurlock, Elizabeth B., Child Development, edisi VI, Kuglehisa, MC. Grow Hill, 1987.

Mahfudz, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1994.

Mahfuzh, Muhammad Jamaludin Ali, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2001.

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, cet. 2.

Mc. Donald, Frederic J., Educational Psychology, San Fransisco; Wads worth Publishing Company Inc, 1950.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda karya, 2004.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin, 1996.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2003.

Narbuko, Kholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. 4.

Nasir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, cet.

Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Patmonodewo, Soemarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet 2.

Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Rosda Karya, 2003.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, edisi III.

Rodhiyah, NIM: 3199053, Metode Pendidikan Anak Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akhlak Anak, Fakultas Tarbiyah, Semarang, 2004.

Rusn, Abudin Ibn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Sani, Muhammad Abdul Salam Abdul, Musnad Ahmad bin Hanbal juz IV, Beirut: Dar al Alamiah, 142 H.

Sihabudin, Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989.

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1991.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995.

Sujiono, Bambang dan Yuliana Nur’aini Sujiono, Mencerdeskan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Gramedia, 2005.

Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih, Yogyakarta : Belukar, 2004.

Tafsir, Ahmad, Pendidikan Agama dan Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.

Thoha, Chabib dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak dalam Islam, jilid I, Jakarta: Asy Syifa’, 1981.

Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, 1995.

Wiersma, William, Research Methods in Education an Introduction, USA: A Simon an Schuster Company, 1995.

Windradini, Soesilo, Psikologi Perkembangan Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, t.th.

Ya’kub, Hamzah Etika Islam, Bandung : CV. Diponegoro, 1985, Cet. III.

Yusuf, Samsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Rosda Karya, 2002.

Zainuddin dan Muhammad Zamhari, Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.

Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Lampiran I

STRUKTUR ORGANISASI TKIT PERMATA HATI PERIODE 2006/2007

ÿÿshpÿÿinstÿÿÿÿ422ÿÿÿÿhpfhdr0ÿÿÿÿumn

Yayasan Permata Hati

Kepsek Rr. Hidarwati, S.s

Administrasi Ika Martiningsih

PEDOMAN OBSERVASI

No Observasi Ya Tidak Keterangan

1 Dalam penyampaian materi

pendidikan akhlak apakah

seorang guru telah menggunakan

metode seperti cerita, kisah,

teladan dan metode-metode yang

lain yang sesuai dengan

pendidikan akhlak anak usia pra

sekolah ?

√ Guru telah mengguna-

kan metode nasehat,

pembiasaan, kisah atau

cerita dan keteladanan

2 Dalam pendidikan akhlak apakah

guru membuat rencana

pembelajaran?

√ Lihat lampiran II

3 Apakah ada bidang

pengembangan agama Islam yang

terkait dengan pendidikan akhlak

yang dilaksanakan di TK Islam

Terpadu Permata Hati Ngaliyan

Semarang?

√ Guru memberikan buku

panduan akhlak yang

diberikan pada siswa

untuk diisi dengan

mewarnai, menyilang

yang disertai bacaan

dengan beberapa

perintah / suruhan

4 Untuk mengetahui perkembangan

pendidikan anak di rumah, apakah

ada konsultasi antara guru dengan

orang tua murid?

√ Diadakan konsultasi

antara guru dan orang tua

murid setiap hari, kecuali

saat KBM sedang

berlangsung dan saat

penerimaan rapot,

konsultasi juga diadakan

secara lisan dan tertulis

dengan buku penghubung

yang disediakan di

sekolah

5 Pendidikan di sekolah tidak

terlepas dari kurikulum, apakah di

TK Islam Terpadu Permata Hati

Ngaliyan Semarang sudah

diterapkan kurikulum pendidikan

akhlak?

√ Lihat lampiran kurikulum

III