penambahan persentase serat dan jumlah lapisan...
TRANSCRIPT
i
PENAMBAHAN PERSENTASE SERAT DAN JUMLAH
LAPISAN (1-3) TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT
FIBERGLASS-EPOKSI (BHISPENOL A-EPICHLOROHYDRIN)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin
Disusun oleh :
ANTON KURNIAWAN
NIM : 145214010
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FINAL PROJECT
ADDITIONAL PERCENTAGE OF FIBER AND NUMBER OF LAYER
(1-3) AGAINST TENSILE STRENGTH FIBERGLASS-EPOXY
(BHISPENOL A-EPICHLOROHYDRIN)
As Partical Fulfillment of the Requirement
To Obtained The Sarjana Teknik degree In Mechanical Engineering
By :
ANTON KURNIAWAN
Student Number : 145214010
MECHANICAL ENGINGEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINGEERING DEPARTMENT OF
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY OF
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENAMBAHAN PRESENTASE SERAT I}AN JUMLAII
LAPISAN (1.3} TERIIABAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT
F {.8 E * QrC-I'-S-&'rOirSt { I $r S ? E N O L A - E p IC r{ L O fr O H yD R ltrr)
I eiah disetujui oleh
Dosen Pembimbing Skripsi
Budi Setyahandana. S.'f.. M.I.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENAMBAHAN PRESENT'ASE SIIRA'I- I}A N J UIVILAH
LAPISAN (1.3) TERHAI}AP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT
FI * X,RG LA SS- EPO KS I { * fl I SP E NO L A - {i P t C H LO frOr{YD fr I N)
Dipersiapkan dan ditulis olch :
Anton Kurniawan
NtM: 145214i)10
Telah dipertahankan dihadapan l)ewan Penguii Skripsi
Fakultas Sains dan Teknologi
Padatanggal l0 Juli 2018
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
1. Kctua
2. Sekretaris
3. Anggota
: Rl] Dwiseno Wihadi, S.'t., M"Si.
: Achilleus Hermawan A. M.Eng.
: Budi Setyahandana, S.T., M. f.
)'ogyakarta, 10 Juti 2018
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,/L/-S.Si., M.Math.,Sc., Ph.D.
1V
G"Lre2t
@!a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan kepada :
1. Ibuku Maria Emiliana Ekowati dan nenekku Aloysia
Sri Suryani
2. Kakakku Ihwan Kurniawan dan adikku Agnes Kris
Perwitasari
3. Br. Petrus Paijan FIC
4. Br. Marianus FIC
5. Br. Petrus Sutimin FIC
6. Pengasuh dan karyawan Panti Asuhan Santa Maria
Boro
7. Odilia Tyas Sekar Galih
8. Dan semua teman-teman saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERNYATAAII KEASLIAIY KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggr,
dan sepanjang sepengetahuan sayajuga tidak terdapat ka"ya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, l0 Juli 2018
v1
Anton Kumiawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERIYYATAA}I PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTI]K KEPENTINGAhI
AI(ADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasisvra Universitas Sanata Dharma :
Nama : Anton Kurniawan
Nomor Mahasiswa : 145214010
Demi pengembangan ilmu pengetahun saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENAMBAHAN PRESENTASE SERAT I}AIY JUMLAH
LAPISAFI (1.3) TEREADAP KEKUATAI\I TARIK KOMPOSIT
FIB E RGL,4S,S-/?POKSI @ HTSPENOL A-E PICHLOROT{YD RIN)
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan narna saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, l0 Juli 2018
Anton Kurniawan
vlt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INTISARI
` Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik dari komposit serat
fiberglass dengan variasi penambahan persentase serat dan jumlah lapisan.
Komposit ini menggunakan serat fiber dengan arah anyam (woven roving) sebagai
bahan penguat, serta resin epoksi (Bhispenol A-Epichlorohydrin) dan epoksi
hardener (Polyaminoamide) sebagai bahan pengikat (matriks). Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas
dari komposit fiberglass arah serat anyam jika penambahan serat pada lapis 1
adalah 8,2%, lapis 2 adalah 15,1% dan lapis 3 adalah 21,1%.
Langkah pertama dalam pembuatan komposit fiberglass ini adalah dengan
menggunakan cetakan kaca yang berukuran 15 cm x 30 cm x 0,5 cm. Pembuatan
spesimen benda uji menggunakan standarisasi ASTM D638-2a. Spesimen dibuat
sebanyak lima buah pada setiap variasi penambahan persentase serat dan jumlah
lapisan.
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
semakin bertambahnya lapisan serat maka membuat kekuatan tariknya bertambah.
Hal ini disebabkan oleh jumlah lapisan yang semakin banyak, dengan demikian
semakin banyak matriks yang mengikat serat sehingga kekuatan komposit
fiberglass semakin kuat. Kekuatan tarik rata-rata matriks sebesar 51,14 MPa,
komposit dengan penambahan persentase serat 8,2% sebesar 88,71 MPa,
komposit serat 15,1% sebesar 111,95 MPa dan komposit serat 21,1% sebesar
120,44 MPa. Nilai regangan pada matriks sebesar 3,44%, komposit dengan
penambahan serat 8,2% sebesar 9,00%, komposit serat 15,1% sebesar 11,79%
dan komposit serat 21,1% sebesar 15,14%
Kata Kunci : fiberglass, kekuatan tarik, regangan, komposit , resin epoksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This study was conducted to determine tensile strength of fiberglass
composites with variation in fiber additional percentage and number of layers.
This composite used fiberglass with woven roving as a reinforcing material, the
epoxy resin (Bhispenol A-Epichlorohydrin) and epoxy hardener
(polyaminoamide) type catalyst used as a binder (matrix). The purpose of this
research is to know tensile strength, strain and modulus of elasticity of woven
direction fiberglass composite when the addition of fiber in layer 1 is 8,2%, in
layer 3 is 15,1% and in layer 3 is 21,1% .
The first step to make this fiberglass composite is to use a 15 cm x 30 cm x 0.5
cm glass mold. Manufacture of specimen used ASTM D638-2 standardization.
Five specimens were made on each variation of fiber addition and number of
layers.
Based on this research, it can be concluded that increasing layer of fiber makes
the tensile strength increases. This is due to the increasing number of layers,
thereby increasing the number of matrix binding to fibers, so the strength of
fiberglass composites is stronger. Average tensile strength of matrix is 51,14 MPa,
composite with addition 8,2% of fiber is 88,71 MPa, 15,1% of fiber is 111,95
MPa and 21,1% of fiber is 118,84 MPa . The result of strain on the matrix is
3,44%, composite with addition 8,2% of fiber is 9,0%, 15,1% of fiber is 11,79%
and 21,1% of fiber is 14,26%.
Keywords: fiberglass, tensile strength, strain, composite, epoxy resin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan perlindunganya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan syarat yang harus diselesaikan untuk
mendapatkan gelar S-1 Sarjana Teknik Mesin di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
pihak yang senanantiasa memberikan bimbingan, masukan, nasihat serta motivasi
sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisus Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Stefan Mardikus, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Maria Emiliana Ekowati dan Aloysia Sri Suryani, selaku orang tua dari
penulis yang senantiasa memberikan dukungan berupa semangat,
motivasi maupun materi kepada penulis.
6. Ihwan Kurniawan dan Agnes Kris Perwitasari, selaku kakak dan adik
dari keluarga penulis yang selalu mendoakan penulis.
7. Pimpinan Panti Asuhan Santa Maria Bruder Petrus Paijan FIC dan
Pengasuh Bruder Marianus FIC yang telah membimbing, memberikan
motivasi dan dorongan maupun materi kepada penulis.
8. Seluruh staf dan Dosen pengajar di jurusan Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma yang telah mendidik, mendampingi dan membimbing
penulis dari awal perkulihan hingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Seluruh Teman-teman Teknik Mesin angkatan 2014 yang senantiasa
mendampingi penulis dari awal masuk kuliah hingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi tepat waktu.
10. Odilia Tyas Sekar Galih yang telah mendampingi penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Teman seperjuangan skripsi Agustinus Adi Ermawan dan Laurensius
Kristanto yang telah memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi
ini.
12. Teman seperjuangan kuliah Chrisostomos Misurdianto, Fransiskus
Xaverius Dimas Purba, Ade Wisnu Prabowo, Hanto Nurrohmad,
Erasmus Prakasita dan semua temen-teman Teknik Mesin 2014 yang
tidak dapat penulis sebutkan.
13. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan-keurangan yang harus diperbaiki, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat
menyempurnakan untuk penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca,.
Yogyakarta, 10 Juli 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
TITLE PAGE ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
UNTIK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
INTISARI ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II .............................................................................................................. 5
DASAR TEORI ............................................................................................... 5
2.1 Dasar Teori ...................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Komposit ........................................................... 5
2.1.2 Bahan Utama Penyusun Komposit ...................................... 5
2.1.3 Klasifikasi Komposit ........................................................... 7
2.1.4 Polimer ................................................................................. 10
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi (FRP) ........................... 12
2.1.5.1 Orientasi Serat ............................................................ 12
2.1.5.2 Serat ............................................................................ 14
2.1.6 Kaidah Pencampuran Komposit .......................................... 18
2.1.7 Teknik Pembentukan Material Komposit ............................ 20
2.1.8 Pengujian Tarik .................................................................... 23
2.1.9 Rumus Perhitungan Tegangan dan Regangan ..................... 25
2.2 Kerusakan Komposit ....................................................................... 27
2.2.1 Kerusakan Akibat Beban Tarik Longitudinal ...................... 27
2.2.2 Kerusakan Akibat Beban Tarik Transvesal ......................... 28
2.2.3 Kerusakan Mikroskopik ....................................................... 28
2.3 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 29
BAB III ............................................................................................................ 31
METODE PENELITIAN ................................................................................. 31
3.1 Skema Penelitian .............................................................................. 31
3.2 Persiapan Penelitian ......................................................................... 32
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan .................................................... 32
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan ............................................. 36
3.2.3 Perhitungan Komposisi Komposit ....................................... 37
3.3 Pembuatan Komposit ....................................................................... 39
3.4 Standar Benda Uji dan Ukuran Benda Uji....................................... 39
3.5 Cara Pengujian Tarik ....................................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV ............................................................................................................ 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 42
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 42
4.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji Tarik Matrik ............................. 42
4.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji Tarik Komposit ........................ 45
4.1.3 Hasil Rata-rata Pengujian Benda Uji Tarik Matrik dan
Komposit .............................................................................. 52
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 54
BAB V .............................................................................................................. 55
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 55
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 58
5.2 Saran ................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60
LAMPIRAN ..................................................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik resin epoksi ................................................................ 12
Tabel 2.2 Sifat-sifat serat kaca-E dan kaca-S .................................................. 15
Tabel 4.1 Dimensi matrik epoksi ..................................................................... 43
Tabel 4.2 Sifat mekanik matrik epoksi ............................................................ 43
Tabel 4.3 Dimensi komposit fiberglass lapis 1 ................................................ 45
Tabel 4.4 Sifat mekanik komposit fiberglass lapis 1 ....................................... 45
Tabel 4.5 Kekuatan Tarik, Regangan dan Modulus elastisitas komposit
fiberglass lapis 1 yang sudah di standar deviasi .............................. 46
Tabel 4.6 Dimensi komposit fiberglass lapis 2 ................................................ 48
Tabel 4.7 Sifat mekanik komposit fiberglass lapis 2 ....................................... 48
Tabel 4.8 Dimensi komposit fiberglass lapis 3 ................................................ 50
Tabel 4.9 Sifat mekanik komposit fiberglass lapis 3 ....................................... 50
Tabel 4.10 Kekuatan Tarik, Regangan dan Modulus Elastisitas komposit
Fiberglass lapis 3 yang sudah di standar deviasi ............................ 50
Tabel 4.11 Hasil nilai rata-rata Kekuatan tarik, Regangan, dan Modulus
Elastisitas komposit fiberglass ........................................................ 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fibrous composites ...................................................................... 8
Gambar 2.2 Laminated composites .................................................................. 9
Gambar 2.3 Particulate composites ................................................................. 9
Gambar 2.4 Orientasi serat ............................................................................... 13
Gambar 2.5 Grafik Hubungan antara kekuatan, Fraksi volume dan
Susunan serat ................................................................................ 13
Gambar 2.6 Struktur komposit ......................................................................... 14
Gambar 2.7 Continuous roving ........................................................................ 16
Gambar 2.8 Woven roving................................................................................ 17
Gambar 2.9 Copend strand mat ....................................................................... 17
Gambar 2.10 Interface dan Interphase ............................................................ 19
Gambar 2.11 (a) Crack (b) Interface................................................................ 19
Gambar 2.12 Proses pencetakan semprot......................................................... 21
Gambar 2.13 Proses pencetakan tangan ........................................................... 21
Gambar 2.14 Proses pengemasan vakum ......................................................... 22
Gambar 2.15 Proses pultrusion ........................................................................ 22
Gambar 2.16 Proses pemindah cetakan resin ................................................... 23
Gambar 2.17 Mesin Uji Tarik .......................................................................... 24
Gambar 2.18 Kurva tegangan-regangan .......................................................... 24
Gambar 2.19 Spesimen ASTM D638-2a ......................................................... 25
Gambar 2.20 Kerusakan pada komposit beban tarik longitudinal ................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 2.21 Kerusakan pada komposit akibat beban tarik transversal .......... 28
Gambar 3.1 Proses Jalannya Penelitian ........................................................... 31
Gambar 3.2 Cetakan kaca ................................................................................ 32
Gambar 3.3 Timbangan .................................................................................... 33
Gambar 3.4 Gelas ukur .................................................................................... 33
Gambar 3.5 Sekop ............................................................................................ 33
Gambar 3.6 Vernier caliper .............................................................................. 34
Gambar 3.7 Gunting ......................................................................................... 34
Gambar 3.8 Sarung tangan ............................................................................... 34
Gambar 3.9 Masker .......................................................................................... 35
Gambar 3.10 Gerinda tangan ........................................................................... 35
Gambar 3.11 Amplas 1000 .............................................................................. 35
Gambar 3.12 Mesin uji tarik ............................................................................ 36
Gambar 3.13 Fiberglass ................................................................................... 36
Gambar 3.14 Epoxy dan Hardener .................................................................. 37
Gambar 3.15 Mirror glaze ............................................................................... 37
Gambar 3.16 Standar benda uji tarik................................................................ 40
Gambar 4.1 Grafik kekuatan tarik matrik epoksi ............................................. 44
Gambar 4.2 Grafik regangan matrik epoksi ..................................................... 44
Gambar 4.3 Grafik modulus elastisitas matrik epoksi ..................................... 45
Gambar 4.4 Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 1 ....................... 46
Gambar 4.5 Grafik regangan komposit fiberglass lapis 1................................ 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 4.6 Grafik modulus elastisitas komposit fiberglass lapis 1 ................ 47
Gambar 4.7 Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 2 ....................... 48
Gambar 4.8 Grafik regangan komposit fiberglass lapis 2................................ 49
Gambar 4.9 Grafik modulus elastisitas komposit fiberglass lapis 2 ................ 49
Gambar 4.10 Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 3 ..................... 51
Gambar 4.11 Grafik regangan komposit fiberglass lapis 3.............................. 51
Gambar 4.12 Grafik modulus elastisitas komposit fiberglass lapis 3 .............. 52
Gambar 4.13 Grafik rata-rata kekuatan tarik ................................................... 53
Gambar 4.14 Grafik rata-rata regangan ........................................................... 53
Gambar 4.15 Grafik rata-rata modulus elastisitas ............................................ 54
Gambar 4.16 Patahan pada komposit matrik epoksi ........................................ 57
Gambar 4.17 Patahan pada komposit fiberglass lapis 1 .................................. 57
Gambar 4.18 Patahan pada komposit fiberglass lapis 2 .................................. 57
Gambar 4.19 Patahan pada komposit fiberglass lapis 3 .................................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini perkembangan ilmu material cukup pesat, baik dalam bidang
material logam maupun bukan logam. Selama ini material logam mendominasi
dunia industri. Namun masih belum terpenuhi material yang memiliki sifat
tertentu dalam aplikasi di industri, oleh karena itu dikembangkan material bukan
logam khususnya dengan penguat serat fiber. Material fiberglass adalah salah satu
jenis bahan fiber komposit yang memiliki keunggulan yaitu kuat namun tetap
ringan. Walaupun tidak sekaku dan seringan bahan carbon fiber, fiberglass lebih
ulet dan relatif lebih murah di pasaran. Fiberglass biasa digunakan untuk bahan
pembuat pesawat terbang, perahu, bodi atau interior mobil, perlengkapan kamar
mandi, kolam renang, septic tank, tangki air, perpipaan, dinding isolator, papan
selancar dan lain-lain.
Dewasa ini pengunaan bahan komposit di industri meningkat pesat,
dengan banyaknya industri manufaktur yang mulai beralih menggunakan material
komposit sebagai bahan atau kompenen dalam industrinya. Sebagai contoh
banyak industri otomotif mulai menggunakan bahan komposit untuk komponen
mobil, seperti body, dashboar, dan interior dalam mobil. Komposit juga memiliki
kelebihan dibandingkan dengan logam, yaitu dalam hal massa jenis yang lebih
kecil, serta nilai kekerasan yang lebih besar.
Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari dua atau lebih kombinasi material pembentuknya melalui campuran
yang tidak homogen, dimana sifat mekanik masing-masing material
pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material
komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari
material pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
konvensional pada umumnya dari proses pembuatannya melalui percampuran
yang tidak homogen, sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material
komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur komposisi dari material
pembentuknya. Komposit merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan
gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau pengikat dengan penguat.
Melihat permasalahan di atas penulis akan mencoba meneliti kekuatan tarik
pada komposit serat fiber jika ditinjau dari arah seratnya. Dalam penelitian ini
serat fiber dijadikan bahan penguat (Reinforcement) dan matriks yang digunakan
adalah matriks epoxy.
1.2. Rumusan Masalah
Komposit merupakan material yang sifat dan karakteristik sangat
dipengaruhi oleh jenis dari bahan penyusunnya. Agar mendapat sifat dan
karakteristik yang baik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, salah
satunya adalah jumlah lapisan. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh penambahan persentase serat dan jumlah lapisan terhadap
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas bahan komposit fiberglass.
1.3. Tujuan Penelitaian
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
1. Mengetahui rata-rata kekuatan tarik komposit fiberglass pada tiap
variasi dengan penambahan persentase serat dan jumlah lapisan (arah
serat anyam).
2. Mengetahui rata-rata regangan komposit fiberglass pada tiap variasi
dengan penambahan persentase serat dan jumlah lapisan (arah serat
anyam).
3. Mengetahui rata-rata modulus elastisitas komposit fiberglass pada
tiap variasi dengan penambahan persentase serat dan jumlah lapisan
(arah serat anyam).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1.4. Batasan Masalah
Batasan Masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Komposit ini menggunakan resin jenis epoksi (Bhispenol A-
Epichlorohydrin) .
2. Pengujian yang dilakukan dalam tugas akhir ini menggunakan
pengujian tarik.
3. Bahan yang digunakan untuk pengeras komposit adalah epoksi
hardener (polyaminoamide).
4. Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah fiberglass.
5. Cetakan yang digunakan adalah cetakan kaca yang berukuran 30 cm x
50 cm x 0,5 cm.
6. Menggunakan penambahan serat 8,2%, 15,1% dan 21,1%.
7. Specimen benda uji tarik menggunakan standard ASTM D D638-02a.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai
karakteristik bahan komposit fiberglass.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk dapat mengembangkan
komposit berbasis serat glass dengan lebih bervariatif untuk
mendapatkan material komposit dan sebagai refrensi penelitian
selanjutnya.
3. Penelitian ini dapat dijadikan koleksi di perpustakaan sebagai
referensi ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1.6 SistematikaPenulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yaitu menjelaskan tentang latar belakang masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan
rumusan masalah
BAB II Dasar teori yaitu menerangkan tinjauan pustaka dan ilmu-ilmu
teoritis yaitu berisi penelitian-penelitian yang berkaitan serta
dasar teori tentang ilmu material
BAB III Metode penelitian, yaitu menjelaskan tentang pelaksanaan
penelitian yaitu mengenai peralatan yang digunakan, tempat
percobaan, langkah percobaan, cara pengambilan data dan cara
pengolahan data.
BAB IV Data dan analisa, menerapkan data hasil percobaan yang serta
menjelaskan data hasil percobaan yang telah diperoleh.
BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Komposit
Komposit bersal dari kata kerja “to compose” yang berarti menyusun atau
menggabung. Jadi secara sederhana komposit merupakan penggabungan dari dua
atau lebih bahan atau material yang dikombinasikan menjadi satu dalam skala
makrokopis, sehingga menjadi satu kesatuan (Kaw, 1997).
Menurut Matthews dkk (1993), komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran
yang tidak homogen, dimana sifat mekaniknya dari masing-masing material
pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material
komposit yang memiliki sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari materil
pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional
pada umumnya dari proses pembuatnya dari proses pencampuran yang tidak
homogen. Komposit merupakan jumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan
yaitu gabungan antara bahan matriks atau pengikat dengan penguat. Dalam
komposit sendiri penggunaan serat difungsikan untuk mendapatkan karakteristik
bahan komposit, seperti kekuatan, kekakuan dan karakteristik mekanis lainnya.
2.1.2 Bahan Utama Penyusun Komposit
Komposit merupakan penggabungan dari dua material atau lebih yang
digabungkan menjadi satu. Pada umumnya komposit mempunyai mempunyai dua
fase yaitu :
1. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau
fraksi volume terbesar (dominan). Matriks umumnya lebih ductile tetapi
memiliki kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. Syarat pokok matriks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang digunakan dalam komposit adalah matriks harus bisa meneruskan
beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matriks dan kompatibel
antara serat dan matriks, artinya tidak ada reaksi yang menggangu.
Umumnya matriks dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi
(Triyono dan Diharjo, 2000).
Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mentransfer tegangan ke serat
2. Membentuk ikatan koheren.
3. Melindungi serat.
4. Mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik.
5. Melepas ikatan.
6. Tetap stabil setelah proses manufaktur.
2. Bahan Penguat
Salah satu unsur utama penyusun benda komposit adalah penguat
(Reinforcement) yaitu serat. Serat inilah yang terutama menentukan
karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan, dan sifat-sifat
mekanis lainya. Serat dalam bahan komposit berperan sebagai bahan utama
yang menahan beban serta besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat
tergantung dengan kekuatan bahan pembentuknya.
Orientasi dan kandungan serat akan menentukan kekuatan mekanis
dari komposit. Perbandingan antara matriks dan serat juga merupakan faktor
yang sangat menetukan dalam memberikan karakteristik sifat mekanis
produk yang dihasilkan. Serat secara umum terdiri dari 2 jenis yaitu serat
alam dan serat sintetis. Serat alam adalah serat yang dapat langsung
diperoleh dari alam, biasanya berupa serat organik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Beberapa serat alam telah banyak
digunakan oleh manusia, diantaranya adalah rami, ijuk, aren, goni (Kenaf),
eceng gondok, nanas-nanasan dan serat sabut kelapa. Sedangkan serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sintentik yang sering digunakan manusia seperti Fiber glass, Carbon,
Nylon, Graphite, dan alumunium (Bismarck 2002).
3. Bahan Tambahan
Release Agent adalah bahan yang berfungsi sebagai pelicin dalam
pembuatan komposit, sehingga memudahkan dalam melepaskan komposit
dari cetakan. Bahan ini digunakan dengan cara dioleskan ke permukaan
cetakan kaca secara merata sebelum pencentakan komposit dimulai. Banyak
bahan yang sering digunakan sebagai release agent pada pembuatan
komposit seperti oli, mirror glass, dan hand body.
2.1.3 Klasifikasi Komposit
Sedangkan pengolongan komposit berdasarkan dari fase matriksnya adalah
sebagai berikut :
1. Metal Matriks Composites (MMC) adalah komposit matriksnya terbentuk
dari bahan logam dan komposit jenis ini memiliki keunggulan dalam
kekuatan dan ketahanan terhadap aus (usang).
2. Ceramic Matriks Composites (CMC) adalah bahan komposit yang
matriksnya terbentuk dari bahan keramik. Keramik merupakan material
yang memiliki nilai modulus young (stiffness) yang tinggi.
3. Polymer Matriks Composite (PMC) merupakan bahan komposit yang sering
digunakan, biasanya disebut polimer berpenguat serat (FRP – Fibre
Reinforced Polymers of Plastics). Bahan ini menggunakan suatu polimer
berbahan resin sebagai matriksnya, dan suatu jenis serat seperti kaca,
karbon, aramid sebagai penguatnya.
Secara garis besar ada tiga macam jenis komposit berdasarkan penguat yang
digunakan yaitu :
1. Fibrous Composites ( Komposit Serat)
Unsur utama dari komposit serat adalah mempunyai banyak
keunggulan, oleh karena itu bahan komposit serat paling banyak dipakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang terikat oleh matriks yang
saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari 2 macam, yaitu
serat panjang (continous fibre) dan serat pendek (short fiber dan whisker).
Pengunaan bahan komposit serat sangat efisien dalam menerima beban dan
gaya. Oleh sebab itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila
dibebani searah serat, sebaliknya sangat lemah bila dibebani dalam arah
tegak lurus serat. Selain itu serat juga dapat menghemat penggunaan resin.
Contoh struktur continous fibre composites dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Komposit serat
(Gibson, 1994)
2. Laminated Composites ( Komposit Laminat )
Komposit laminat adalah komposit yang terdiri dari dua lapis atau
lebih dan bahan penguat yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya
memiliki karakteristik sifat sendiri, contohnya polywood, laminated glass
yang sering digunakan sebagai bahan bagunan dan kelengkapannya. Contoh
struktur laminated composites dapat dilihat pada Gambar 2.2 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 2.2. Komposit laminat
(Schwartz, 1984)
3. Particulate Composites ( Komposit Partikel)
Komposit partikel adalah komposit yang tersusun dari partikel-
partikel, menurut definisinya partikel ini terbentuk dari bermacam-macam
bentuk seperti bulat, kubik, tetragonal, atau bahkan berbentuk yang tidak
beraturan secara acak, tetapi rata-rata berdimensi sama. Komposit partikel
mempunyai keunggulan seperti ketahanan terhadap aus, tidak mudah retak
dan mempunyai daya pengikat dengan matrik yang baik. Contoh struktur
particulate composites dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3. Komposit partikel
(Schwartz, 1984)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.1.4 Polimer
Polimer adalah nama lain dari plastik yang tersusun dari satuan-satuan
kimia sederhana yang disebut monomer. Contoh-contoh bahan polimer adalah
seperti etilena, propilena, isobutilena, dan butadiena. Secara umum bahan
polimer dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1. Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang pada proses pembentukanya
memerlukan pemanasan. Termoplastic mempunyai sifat isolator yang baik,
mempunyai ketahanan sampai temperatur 260°C, mudah dibentuk dan tahan
terhadap korosi dalam larutan alkali (NaOH) konsentrasi 5%. Thermoplatic
merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan, dan akan
meleleh pada suhu tertentu. Contoh-contoh dari thermoplastic ini adalah
resin Polyethylene (PE), resin Polypropylene (PP), resin Polystyrene (PS),
resin Polymethyl Methacrylate (PMMA), resin Polyvinyl Chloride (PVC),
resin Polyvinyl Asetat, Polyvinyl Alkohol dan Polyvinyl Acetal, resin
Polyacetal atau Polyoxymethylene (POM), Resin Polyamide (Nylon) dan
resin Polycarbonate (PC).
2. Thermoset
Thermoset adalah salah satu jenis plastik yang banyak digunakan
untuk bahan komposit dengan penguat serat. Matriks jenis ini memiliki
rantai molekul yang saling berhubungan walaupun mengalami pemanasan
dan penekanan, masing-masing molekul tidak akan saling bergerak relatif.
Matriks akan mencair dan kemudian mengeras bersamaan dengan
terbentuknya manomer sehingga akan bersifat stabil. Pengunaan thermoset
sebagai matriks mempunyai beberapa unggulan seperti dapat mengikat serat
dengan mudah dan baik, memiliki viskositas yang rendah, memiliki
kelengketan yang baik dengan bahan penguat, kekakuan yang baik,
stabilitas dimensi yang baik, ringan dan tahan korosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Macam-macam matriks/resin dengan jenis Thermoset adalah :
a. Resin Polyester
Resin ini merupakan resin cair dengan viskositas yang relatif rendah,
mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas saat pengesetan, sehingga tidak perlu diberi tekanan
untuk pencetakan. Penggunaan resin jenis ini banyak digunakan untuk
kontruksi sebagai bahan komposit. Proses pengerasan resin ini akan
dimulai setelah dicampur rata dengan katalis yang biasanya dijual
sepaket dengan resin polyester. Kekurangan resin ini adalah tidak akan
kuat apabila hanya digunakan untuk lapisan tipis tetapi memerlukan
bahan lain seperti talek (mirip bedak bayi) dan serat kaca (mat
fiberglass) karena tanpa bahan tambahan ini lapisan resin polyester
hanya akan mudah retak atau terkelupas.
b. Resin Epoxy
Resin ini memiliki kegunaan yang sanggat luas dalam industri teknik
kimia, listrik, mekanik dan sipil. Resin epoxy memiliki sifat tahan
banting dan elastisitas yang melebihi resin-resin lain ini membuatnya
populer dalam bidang pertahanan seperti pembuatan kevlar, pembuatan
kaca-kaca anti peluru dan dalam industri-industri perkapalan sekarang.
Biasanya resin jenis ini digunakan untuk cat, pelapis, pencetak cor dan
benda-benda cetakan. Sifatnya yang tahan terhadap zat kimia dan stabil
terhadap banyak asam, kecuali asam pengoksida yang kuat, ketahanan
termal yang tinggi dan mudah dibentuk tanpa dipanaskan terlebih
dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel 2.1. Karakteristik Resin Epoksi
(sumber : Pengetahuan Bahan Teknik,2007)
2.1.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi (FRP)
Fiber Reinforced Polymer atau FRP adalah suatu bahan komposit yang
diperkuat oleh serat yang diikat dalam matrik. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan FRP adalah orientasi serat, panjang, bentuk, komposisi
serat, dan sifat mekanik dari matrik serta ikatan yang ada dalam komposit
tersebut.
2.1.5.1 Orientasi Serat
Dalam komposit, orientasi serat sangat berpengaruh pada kekuatan
komposit. Secara umum penyusunan arah serat adalah sebagai berikut:
a. Uniderictional, yaitu serat disusun seraca pararel satu sama lainya. Disini
kekuatan tarik terbesar terdapat pada bahan yang sejajar dengan arah serat.
sedangkan kekuatan yang terkecil pada bahan yang tegak lurus arah serat.
b. Pseudotropic, yaitu serat disusun secara acak dan kekuatan tarik pada satu
titik pengujian mempunyai nilai kekuatan yang sama.
c. Bidirectional, yaitu serat disusun tegak lurus satu sama lainya (orthogonal)
contohnya woven roving. Pada susunan ini kekuatan tertinggi terdapat pada
arah serat 0° dan 90° dan kekuatan terendah terdapat pada arah serat 45°.
Sifat mekanik dari pemasangan satu arah ini adalah jenis yang paling
proporsional, karena pada pemasangan satu arah serat ini dapat memberi
kontribusi pemakaian serat paling banyak. Hal tersebut disebabkan karena
pemasangan serat yang semakin acak maka konstribusi serat yang dipasang akan
semakin sedikit (fraksi volume kecil) sehingga menyebabkan kekuatan komposit
Dengan pengisi (coran) 2,8-9,1 3-6 2,4 10,5-17,5 9,3-14,7
Dengan serat gelas 9,8-2,1 4 2,10 21-26 14-21
Perpanjangan
(%)
Modulus elastik
(kgf/mm²x10²)
Kekuatan tekan
(kgf/mm²)
Kekuatan lentur
(kgf/mm²)Resin epoksi
Kekuatan tarik
(kgf/cm²)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
semakin menurun. Dapat dilihat orientasi serat pada Gambar 2.4. Gambar (a.)
Continous roving, (b.) Serat acak, dan (c.) Woven roving.
Gambar 2.4. Orientasi Serat
(sumber: a dan b James F.Shackelford.,Introductions to Material
Science for Engineer. c. Mel M Schwarttz)
Jumlah serat bahan komposit, serat dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi
volume serat (Vf) yaitu perbandingan volume serat (Vf) terhadap volume bahan
komposit (Vc). Semakin besar kandungan volume serat dalam komposit maka
akan meningkatkan kekuatan dari komposit tersebut. Grafik hubungan fraksi
vulume dan susunan serat pada Gambar 2.5
Gambar 2.5. Grafik Hubungan antara kekuatan, Fraksi volume dan Susunan Serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(sumber : Adiyono1996)
2.1.5.2 Serat
Serat atau fiber mempunyai peran penting dalam pembuatan komposit
sebagai penahan beban, karena besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat
tergantung dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter
serat mendekati ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena
minimnya cacat pada material (Triyono & Diharjo k, 2000).
Fungsi utama dari serat adalah:
a. Sebagai pembawa beban
b. Meberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas
c. Pemberi penghantar listrik pada komposit
Adapun ilustrasi dari komposit berdasarkan penguatnya dapat dilihat pada
Gambar 2.6
Gambar 2.6. Struktur komposit
(sumber : https://www.scribd.com/document/Material-Komposit-pdf)
Bahan serat yang dapat digunakan ialah :
a. Serat Glass
Serat glass adalah bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan
komposit polimer. Sifat-sifat serat glass:
1. Tidak mudah terbakar
2. Isolasi litrik yang baik
3. Memiliki kekuatan tarik yang tinggi
Serat glass dapat dibedakan dalam beberapa jenis antara lain :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1. Serat gelas A
Serat gelas yang digunakan pada awal material ini mempunyai
kandungan alkali yang tinggi. Material ini tak banyak dipakai
dalam produksi sebagai reinforcement agent.
2. Serat gelas E
Serat gelas E berupa kalsium, alumunium hidroksida, borosilikat,
pasir silika dan memiliki kandungan alkali rendah. Serat gelas
jenis ini mempunyai kekuatan tarik dan tekan serta geser yang baik
sehingga menpunyai sifat isolator atau penghantar yang tidak baik
tetapi merupakan material yang cukup getas.
3. Serat gelas D
Serat ini memiliki karakteristik dieletrik yang baik maka serat
gelas jenis ini sering dipakai dalam produksi pembutan alat
elektronik.
4. Serat gelas R & S
Serat jenis ini memiliki komposisi kimia yang berbeda tetapi kedua
serat ini merupakan bahan penguat dengan kemampuan tinggi.
Serat gelas R & S ini diaplikasikan sebagai reinforcement agent
dalam pembuatan pesawat terbang. Serat gelas yang mempunyai
massa jenis yang hampir sama dengan serat gelas E ini masing-
masing diproduksi di Eropa untuk serat gelas R dan di Amerika
untuk serat gelas S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2.2. Sifat-sifat serat kaca-E dan kaca-S
(sumber : Callister, 2007)
Sifat Kaca- E Kaca-S
Masa jenis (g/cm3) 2,54 2,48
Koefisien muai termal linier (x106 °C) 4,7 5,6
Kuat tarik pada 22 °C (MPa) 3450 4585
Modulus tarik pada 22 °C (GPa) 72,4 85,5
Perpanjangan luluh (%) 4,8 5,7
Serat gelas diproduksi dalam bentuk penyusunan, karena sangat
berpengaruh untuk menyesuaikan dengan penggunaannya. Pemilihan bentuk
susunan serat secara tepat akan mempermudah pengguna untuk memperoleh sifat
dari komposit yang dinginkan. Adapun macam-macam bentuk serat antara lain :
1. Continuous Roving
Adalah gabungan dari serat-serat paralel menjadi satu strand
dengan sedikit atau tanpa pengikat. Semuanya tersusun secara sejajar satu
sama lain dan memanjang. Serat bentuk ini biasanya digunakan dalam
proses spray up, sentrifugal casting, continuous laminating process. Jenis
inimemiliki sifat mekanis yang baik.
Gambar 2.7. Continuous Roving
(sumber : https://aeroengineering.co.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Woven Roving
Ialah serat yang berbentuk lembaran yang dianyam dari beberapa
serat continuous roving, terdapat berbagai macam ukuran lebar, tebal dan
berat tergantung kebutuhan pemakaian. Bentuk serat jenis ini mempuyai
kekuatan yang tinggi dan dapat menurunkan biaya produksi yang besar.
Biasanya digunakan pada proses hand lay-up, untuk pembuatan tangki
kapal dan body mobil.
Gambar 2.8. Woven Roving
(sumber :https://aeroengineering.co.id)
3. Copend Strand mat
Adalah reinforcing mat yang terbuat dari potongan strand dan
digabung secara acak dengan pengikat atau binder tertentu. Biasanya
dipakai untuk pembuatan produk dengan kekuatan sedang, untuk proses
sentrifugal casting dan hand lay-up.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 2.9. Copend Strand mat
(sumber :https://aeroengineering.co.id)
b. Serat Karbon
Karbon memiliki kerapatan dan koefisien dilatasi rendah serta menjadi
modulus elastis yang tinggi.
c. Serat Keramik
Keramik memiliki satuan fiber antara Carbide silicon (SiC) dan oksida
alumunium (Al2O2). Satuan fiber itu modulus elastisitas yang tinggi dan
digunakan sebagai penguat logam dengan kerapatan.
d. Kevlar 49
Kevlar 49 digunakan sebagai bahan serat untuk polimer, kevlar 49
memiliki beberapa sifat, antara lain : ringan, kekuatan dan kekakuan
tinggi, kerapatannya rendah dan memberikan kekuatan spesifik terbesar
untuk semua fiber yang ada. Kevlar banyak digunakan pada industri
aerospace, marine dan otomotif.
e. Baron
Serat baron terbuat dari silika berlapis grafit atau filamen karbon. Serat ini
mempunyai modulus elastisitas yang sangat tinngi, harga yang mahal dan
membutuhkan peralatan untuk menempatkan serat dalam matrik dengan
ketepatan yang tinggi. Penggunaannya dibatasi pada kompenen peralatan
industri pesawat terbang (aerospace).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Logam
Filamen baja (kontinyu atau tidak kontinyu) sering digunakan sebagai
fiber dalam plastik.
2.1.6 Kaidah Pencampuran Komposit (Rules of Mixture)
Dalam pemilihan bahan komposit, haruslah dipilih kombinasi yang
optimum dari sifat masing-masing bahan penyusunnya. Pencampuran dengan
kombinasi yang optimum akan menghasilkan komposit dengan unjuk kerja yang
baik pula. Sifat-sifat komposit ditentukan oleh phase matrik dan phase reinforcing
sebagai bahan penyusunnya, bentuk geometri bahan penyusunnya serta interaksi
antar phase penyusun komposit. Rongga udara (void), tidak merekatnya phase
reinforcing pada phase matrik (interface), rusak atau retaknya serat (crack) dan
adanya rongga antara phase reinforcing dan phase matrik (interphase) harus
dihindari. Gambar 2.13 dan Gambar 2.14 menunjukan interface dan interphase
serta crack dan interface.
Gambar 2.10. Interface dan Interphase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 2.11. (a) Crack (b) Interface
(sumber : James A.J dan Thomas F.K, Engenering Materials Teknologi,
Structure Processing, Properties and Selections)
Bahan komposit dibuat untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan
penyusunnya. Komposit meningkatkan kekuatan tarik matrik dan mengurangi
regangan matrik. Komposit juga menurunkan kekuatan tarik serat dan
meningkatkan regangan serat. Serat yang bersifat getas tetapi memiliki
kekuatan tarik yang tinggi dipadukan dengan matrik yang memiliki kekuatan
tarik rendah dan regangan yang besar. Perpaduan tersebut menciptakan suatu
bahan yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik. Perbaikan sifat-sifat inilah
yang membuat komposit banyak digunakan sebagai bahan yang digunakan
dalam bidang teknik dan industri. Perpaduan bahan-bahan terus dilakukan
untuk mendapatkan bahan baru yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari
bahan-bahan yang sudah ada.
Dibawah ini adalah perhitungan tentang bahan komposit:
a. Massa Komposit ( )
(2.1)
Dengan: = massa matrik
= massa reinforcing
b. Volume komposit (Vc)
(2.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dengan: Vm = volume matrik
Vr = volume reinforcing
Vv= volume voids (rongga, cacat)
c. Kerapatan komposit (ρc)
( ) ( )
(2.3)
Dengan: = kerapatan matrik
= kerapatan reinforcing
atau:
( ) ( ) (2.4)
Dengan =
( ) ( )
(2.5)
d. Presentase serat
Presentase serat =
(2.6)
e. Presentase matrik
Presentase matrik =
(2.7)
2.1.7 Teknik Pembentukan Material Komposit
a. Pencetakan Semprot
Pencetakan Semprot (spray lay-up), prosesnya adalah sebagai
berikut memotong serat (fiber) yang akan digunakan sebagai penguat,
kemudian diumpankan ke dalam penyemprot resin berkatalis secara
langsung pada permukaan cetakan. Membiarkannya mengeras pada
kondisi atsmosfer standar. Aplikasinya sebagai panel-panel, bodi karavan,
bak mandi, sampan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2.12. Proses pencetakan semprot (spray lay-up)
(sumber :http://adenholics.blogspot.co.id)
b. Pencetakan Tangan
Pencetakan Tangan (Hand Lay-Up), prosesnya ialah menuang resin
dengan tangan ke dalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain,
kemudian memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol
atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang
diinginkan tercapai. Membiarkannya mengeras pada kondisi atmosfir
standar. Aplikasinya sebagai pembuatan kapal, bodi kendaraan, bilah
turbin angin.
Gambar 2.13. Proses pencetakan tangan (hand lay-up)
(sumber :http://adenholics.blogspot.co.id)
c. Pengemasan Vakum
Pengemasan Vakum (vacuum bagging), prosesnya sebagai berikut
dengan menutupi lapisan pencetakan basah dengan film plastik, udara di
bawah kemasan dikeluarkan dengan pompa vakum bertekanan.
Aplikasinya sebagai pembuatan kapal pesiar, komponen mobil balap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 2.14. Proses pengemasan vakum (vacuum bagging)
(sumber :http://adenholics.blogspot.co.id)
d. Pultrusion
Pultrusion, prosesnya adalah sebagai berikut :Penarikan serat dari
suatu jaring atau creel melalui bak resin, kemudian dilewatkan pada
cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut ialah
mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan
mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan.
Aplikasinya sebagai struktur atap, jembatan.
Gambar 2.15. Proses pultrusion
(sumber :http://adenholics.blogspot.co.id)
e. Cetakan Pemindah Resin
Cetakan Pemindah Resin (Resin Transfer Moulding), proses ini
memerlukan penyesuaian dalam pencetakan. Dengan cara, serat penguat
dipotong dan dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan bentuk yang
diinginkan kedalam cetakan. Cetakan ditutup lalu resin dan katalis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
disemprotkan melalui pompa ke dalamnya. Ketika cetakan sudah terisi
penuh dengan resin dan katalis pemompaan dihentikan, dan produk telah
terbentuk.
Gambar 2.16.Proses pemindah cetakan resin
(sumber :http://adenholics.blogspot.co.id)
2.1.8 Pengujian Tarik
Kekuatan tarik (Tensile Stregth) suatu bahan ditetapkan dengan membagi
gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula. Dimensinya sama dengan
tegangan. Kekuatan tarik ditetapkan berdasarkan luas penampang mula,
sedangkan sesungguhnya pada bahan ulet, luas penampang mengecil pada waktu
beban maksimum dilampaui (Van Vlack, 1991). Pengujian tarik dilakukan
terhadap spesimen uji yang standar. Pada bagian tengah dari batang uji merupakan
bagian yang menerima tegangan. Pada bagian ini diukur panjang batang uji, yaitu
bagian yang dianggap mempunyai pengaruh dari pembebanan, bagian inilah yang
selalu diukur pada proses pengujian. Dapat dilihat alat uji tarik pada Gambar 2.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 2.17. Mesin Uji Tarik GOTECH KT-7010A2 TAIWAN,R.O.C,
Gambar 2.18. Kurva tegangan-regangan
(sumber : Rines Proses Manufaktur, hal 58)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 2.19. Spesimen ASTM D638-02a
(sumber :http://classes.engr.oregonstate.edu)
2.1.9 Rumus Perhitungan Tegangan dan Regangan
Pada pengujian tarik yang dilakukan, hasilnya berupa print-out grafik
hubungan beban dan pertambahan panjang. Untuk menghitung besarnya kekuatan
tarik dari pengujian tersebut, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tensile Strenght
Tensile strenght/kekuatan tarik dapat didefinisikan sebagai
gaya perunit luas material yang menerima gaya tersebut. Untuk
dapat memperoleh kekuatan tarik dari suatu material dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(2.8)
Dengan: = tegangan (kg/ )
P = beban (kg)
A = luas penampang ( )= lebar x tebal
2. Tensile Strain
Tensiles strain adalah ukuran perubahan panjang suatu
material setelah dilakukan uji tarik, sehingga dari hasil pengujian
tarik dapat digunakan untuk mencari nilai regangana dari suatu
material. Untuk mencari tensile strain menggunakan Persamaan 2.9.
(2.9)
Dengan: ε = regangan (%)
ΔL = pertambahan panjang (mm)
Lo = panjang mula-mula (mm)
3. Modulus Elastisitas (Young Modulus)
Modulus Elastisitas (Young Modulus) adalah perbandingan
antara tegangan (stress) dengan regangan (strain). Untuk mencari
modulus elastisitas digunakan persamaan 2.10.
(2.10)
Dengan : E = modulus elastisitas (MPa)
σ = Tegangan (MPa)
= Regangan (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2 Kerusakan Komposit
Pada umumnya ada tiga macam pembebanan yang menyebabkan rusaknya
suatu bahan komposit, yaitu pembebanan tarik baik dalam arah longitudinal
maupun transversal.
2.2.1 Kerusakan Akibat Beban Tarik Logitudinal
Pada bahan komposit yang akan diberi beban tarik searah serat, kerusakan
bermula dari serat-serat yang patah pada penampang terlemah. Semakin besar
beban, akan semakin banyak pula serat yang patah. Pada kebanyakan kasus, serat
tidak patah sekaligus secara bersamaan. Kerusakan pada komposit akibat beban
tarik longitudinal dapat dilihat pada Gambar 2.20. Apabila serat yang patah
semakin banyak, maka akan terjadi beberapa kemungkinan:
a. Bila serat mampu menahan gaya geser dan meneruskan ke serat sekitar,
maka serat yang patah akan semakin banyak. Hal ini akan menimbulkan
yang disebut retakan. Patahan yang terjadi disebut patah getas (brittle
failure).
b. Bila matrik tidak mampu menahan konsentrasi tegangan geser yang timbul
diujung, serat dapat terlepas dari matrik (debounding) dan komposit akan
rusak tegak lurus arah serat.
c. Kombinasi dari kedua tipe diatas, pada kasus ini terjadi di sembarang
tempat disertai dengan kerusakan matrik. Kerusakan yang terjadi berupa
patahan seperti sikat (brush type).
Gambar 2.20. Kerusakan pada komposit akibat beban tarik longitudinal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(sumber : Adiyono, 1996)
2.2.2 Kerusakan Akibat Beban Tarik Transversal
Serat pada komposit yang mengalami pembebanan tegak lurus arah serat
(transversal), akan mengalami konsentrasi tegangan pada interface antar serat dan
matrik itu sendiri. Oleh karena itu, bahan komposit yang mengalami beban
transversal akan mengalami kerusakan pada interface. Kerusakan transversal ini
juga dapat terjadi pada komposit dengan jenis serat acak dan lemah dalam arah
transversal. Dengan demikian, kerusakan akibat beban tarik transversal terjadi
karena:
a. Kegagalan tarik matrik
b. Debounding pada interface antara serat dan matrik
Gambar 2.21. Kerusakan pada komposit akibat beban tarik transversal
(sumber : Bambang Krimono Hadi, 2004:41)
2.2.3 Kerusakan Mikroskopik
Definisi kerusakan suatu bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa
struktur dapat dianggap rusak apabila terjadi kerusakan total. Namun untuk
struktur tertentu, deformasi yang sangat kecil sudah dapat dianggap sebagai
kerusakan. Hal ini sangat dapat terjadi pada komposit. Pada bahan ini, kerusakan
internal mikroskopik dapat jauh terjadi sebelum kerusakan yang sebernarnya
terjadi. Kerusakan mikroskopik yang terjadi pada komposit dapat berupa:
a. Patah pada serat (fiber breaking)
b. Retak mikro pada matrik (matrix micro crack)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Terkelupasnya serat dari matrik (debounding)
d. Terlepasnya lamina satu dengan yang lainnya (delamination)
Untuk melihat kerusakan ini maka harus menggunakan mikroskop, dan foto
mikro akan menunjukkan jenis-jenis kerusakannya. Karena kerusakan ini tidak
dapat dilihat oleh mata secara langsung, maka akan sulit menentukan kapan dan
dimana suatu komposit akan rusak. Oleh karena itu, suatu komposit dikatakan
mengalami kerusakan apabila kurva tegangan-regangan (didapat dari pengujian
tarik) tidak lagi linear, atau ketika bahan tersebut telah rusak total. Hal ini berlaku
baik pada komposit satu lapis (lamina) maupun laminat.
2.3 Tijauan Pustaka
Rusman Nur Ichsan, dkk (2015) telah melakukan penelitian tentang
pengaruh susunan lamina komposit berpenguat serat E-GLASS dan serat carbon
terhadap kekuatan tarik dengan matrik polyester. Dalam penelitian ini terdapat
empat variasi susunan lamina serat penguat komposit yaitu: 3 lapisan serat E-glass
jenis random, 3 lapisan serat E-glass WR (woven roving), 3 lapisan serat carbon
dan 3 lapisan hibrid. Metode penelitian menggunakan metode hand lay-up,
pengujian tarik menggunakan standard ASTM 3039-00.
Berdasarkan dari hasil penelitian kekuatan tarik terbesar pada susunan
lamina komposit serat carbon dengan nilai 265,99 MPa, sedangkan kekuatan tarik
terendah pada susunan lamina komposit serat E-Glass random dengan nilai 115,01
MPa. Lamina komposit dengan serat E-glass WR dan serat hibrid memiliki
kekuatan tarik yang hampir sama, masing-masing 196,30 MPa untuk serat E-glass
WR dan 198,25 MPa untuk serat hibrid.
Aris Supriyanto (2005), telah melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Ketebalan Terhadap Kekuatan Tarik dan Regangan Komposit Serat
Pisang”. Penelitian ini membahas ketebalan komposit terhadap kekuatan tarik.
Dalam pembuatan komposit menggunakan cetakan kaca yang berukuran 26 x 15 x
2,5 cm. Benda uji yang dibuat menggunakan fraksi berat 1%, 2%, 3% 4% dan 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
%. Benda uji fraksi berat 2% dengan tebal 3 mm, 5 mm, 7 mm, 9 mm dan dibuat
dengan panjang 180 mm dan diameter 3 mm. Pembuatan benda uji komposit
menggunakan standarisasi ASTM D 638-1. Dari hasil pengujian tarik dan analisis
dapat disimpulkan bahwa fraksi berat serat sangat mempengaruhi nilai dari
kekuatan tarik komposit. Kekuatan tarik tertinggi ada pada komposit dengan
ketebalan 3 mm yaitu sebesar 7,5 kg/mm2. Patahan yang terjadi pada spesimen
setelah dilakukan pengujian tarik adalah patah getas.
Basuki Widodo (2006) melakukan penelitian dan membahas tentang
analisa sifat mekanik komposit epoksi dengan penguat serat pohon aren (ijuk)
model lamina berorientasi sudut acak (random). Dari hasil pengujian tarik yang
dilakukan didapatkan data kekuatan tarik komposit semakin menurun dan
berfluktuasi seiring bertambahnya fraksi berat serat. Pada komposisi berat serat
20% dan 30%, dari ketiga spesimen yang telah diuji didapatkan kekuatan tarik
rata-rata sebesar 2,577 kg/mm2 dan 2,251 kg/mm
2, lebih menurun dibandingkan
dengan komposisi 100% dengan kekuatan tarik sebesar 3,687 kg/mm2 .
Pada komposisi berat serat 40%, 50% dan 60% spesimen yang telah diuji
kekuatan tarik rata-rata yang didapat cenderung meningkat dibanding 100%
epoksi yaitu 5,128 kg/mm2, 3,921 kg/mm
2 dan 3,762 kg/mm
2. Dari pengujian
yang telah dilakukan diperoleh kekuatan tarik komposit tertinggi pada fraksi berat
serat 40%.
Kesimpulan dari ketiga tinjauan pustaka diatas adalah komposisi antara
jumlah resin dan katalis sangat mempengaruhi kekuatan tarik dari bahan komposit
tersebut. Jumlah lapisan, tebal dan fraksi berat juga mempengaruhi dari kekuatan
tariknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Skema Penelitian
Skema penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1. Proses Jalannya Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.2. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, alat dan bahan untuk membuat benda uji
dipersiapkan terlebih dahulu. Proses awal dimulai dari pembelian alat dan bahan
yang diperlukan selama proses pembuatan sampai finishing, lalu mengukur
seberapa banyak bahan yang digunakan untuk pembuatan benda uji dan yang
terakhir pembuatan benda uji sampai pada proses pengujiannya.
3.2.1. Alat-alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan komposit berpenguat
fiberglass dengan orientasi serat ayam adalah sebagai berikut:
1. Cetakan Kaca
Dalam pembuatan komposit, perlu adanya cetakan kaca yang berukuran 15
cm x 30 cm x 0,5 cm. Cetakan ini berfungsi untuk mencetak benda uji,
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Cetakan kaca
2. Timbangan
Timbangan digital ini berfungsi untuk menimbang berat serat, agar sesuai
dengan berat yang diinginkan, dapat dilihat pada Gambar 3.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 3.3. Timbangan digital
3. Gelas Ukur
Gelas ukur ini berfungsi untuk mengukur jumlah resin dan hardener agar
terukur dalam proses pencampurannya, dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Gelas ukur
4. Sekop
Sekop ini berfungsi untuk meratakan dan menekan resin pada serat, dapat
dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Kuas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
5. Vernier Caliper
Alat ini berfungsi untuk mengukur spesimen agar sesuai dengan standar
yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Vernier caliper
6. Gunting
Gunting ini digunakan untuk memotong serat agar sesuai dengan yang
dinginkan, dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Gunting
7. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berguna melindungi tangan dari serat yang menusuk-
nusuk pada tangan saat proses pembuatan komposit, dapat dilihat pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Sarung tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
8. Masker
Masker digunakan sebagai penutup mulut dan hidung saat proses
pembuatan komposit, dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. Masker
9. Gerinda
Gerinda tangan ini berfungsi untuk membentuk spesimen benda uji tarik
agar sesuai dengan standar yaitu ASTM D638-02a, dapat dilihat pada
Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Gerinda tangan
10. Amplas
Amplas digunakan untuk memperhalus dan mengurangi ketebalan pada
komposit yang kasar, dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Amplas 1000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
11. Mesin Uji Tarik
Mesin uji tarik yang digunakan GOTECH KT-7010A2 TAIWAN,R.O.C,
milik Laboratorium Universitas Sanata Dharma, dapat dilihat pada
Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Mesin uji tarik
3.2.2. Bahan-bahan Yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan komposit berpenguat
fiberglass dengan orientasi serat ayam adalah sebagai berikut:
a. Fiberglass
Fiberglass yang digunakan adalah jenis woven roving/anyam, dapat dilihat
pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Fiberglass
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. Resin Epoxy dan Hardener
Resin yang digunakan adalah resin epoxy jenis: BISPHENOL
EPICHLOROHYDRIN dan hardener jenis: POLYAMINOAMIDE, dapat
dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14. Epoxy dan Hardener
c. Release agent
Mirror glaze berbentuk pasta atau krim agak padat digunakan sebagai
pelapis antara bidang cetakan dan material adonan fiber agar kedua bagian
tadi tidak saling menempel,dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Mirror glaze
3.2.3. Perhitungan Komposisi Komposit
Sebelum melakukan pencetakan benda uji komposit, terlebih dahulu harus
menghitung komposisi komposit yang dibuat. Fraksi volume yang digunakan
adalah 30% dan resin 70% berdasarkan volume cetakan.
Berikut adalah perhitungan komposisi komposit:
1. Perhitungan volume serat setiap lapisan
Massa jenis(ρ) =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Massa jenis (ρ) = 2,54 gr/cm³, (Callister, 2007)
a. Massa serat 1 lapis = 35,7 gr
Volume serat =
=
=14,06 cm
3 = 14,06 ml
b. Massa serat 2 lapis = 71,4 gr
Volume serat =
=
= 28,11 cm
3 = 28,11 ml
c. Massa serat 3 lapis = 107,1 gr
Volume serat =
=
= 42,17 cm
3 = 42,17 ml
2. Perhitungan presentase matrik
Volume resin + hardener = 157,5 ml
Presentase matrik =
x 100%
a. Presentase matrik 1 lapis =
x 100% = 91,8 %
b. Presentase matrik 2 lapis =
x 100% = 84,9 %
c. Presentase matrik 3 lapis =
x 100% = 78,9 %
3. Perhitungan presentase serat
Presentase serat =
x 100%
a. Presentase serat 1 lapis =
x 100% = 8,2 %
b. Presentase serat 2 lapis =
x 100% = 15,1 %
c. Presentase serat 3 lapis =
x 100% = 21,1 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.3 Pembuatan Komposit
Pada proses pembuatan komposit dengan serat fiber ini menggunakan
metode hand lay-up dengan standar ASTM D638-02a. Dibutuhkan benda uji
sebanyak 5 buah pada setiap variasi lapisan: komposit dengan 1 lapisan, komposit
dengan 2 lapisan, komposit dengan 3 lapisan dan matriks, sehingga total
keseluruhan benda uji tarik ada 20 benda uji. Dibawah ini merupakan langkah-
langkah yang digunakan untuk membuat komposit fiberglass:
1. Cetakan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada cetakan
dengan menggunakan kuas.
2. Release agent dioleskan pada permukaan cetakan dan penutup cetakan kaca
hingga merata semuanya.
3. Resin dan Hardener dituang kedalam gelas ukur sesuai dengan perhitungan
dan perbandingan 1:1. Setelah itu campuran resin dan hardener ini diaduk
hingga merata selama 2-3 menit.
4. Campuran tersebut selanjutnya dituang ke dalam cetakan kaca dengan
urutan resin kemudian dilapisi serat setelah itu lapisi dengan resin begitu
seterusnya hingga 1-3 lapis.
5. Setelah resin dioleskan ke permukaan cetakan kaca kemudian dilapisi oleh
serat fiber yang pertama, lalu searat kembali dilapisi resin hingga merata.
Hal itu dilakukan hingga lapisan yang ketiga.
6. Setelah komposit dicetak pada cetakan kaca, kemudian dikeringkan di
bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
7. Komposit yang sudah dikeluarkan dari cetakan, selajutnya dibentuk sesuai
dengan ukuran standar ASTM D638-2a.
3.4 Standar Benda Uji dan Ukuran Benda Uji
Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar ASTM D638-
2a, dapat dilihat pada Gambar 3.16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 3.16. Standar benda uji tarik
3.5 Cara Pengujian Tarik
Setelah komposit dibentuk menjadi benda uji sesuai dengan standar
ASTM D638-02a, kemudian spesimen akan diuji tarik. Pengujian tarik ini
bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik rata-rata dan regangan dari setiap
variasi lapisan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian tarik
adalah sebagai berikut :
1. Benda uji atau spesimen yang sudah dibentuk sesuai dengan standar
dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Kertas miilimeter blok dipasang pada printer.
3. Benda uji dipasang pada grip (penjepit) atas dan bawah pada mesin uji tarik,
dengan menaikkan atau menurunkan grip bagian bawah. Sehingga benda uji
berada pada posisi grip yang tepat dan betul-betul vertikal.
4. Lalu grip dikencangkan tetapi jangan terlalu keras karena dapat merusak
permukaan benda uji.
5. Pemasangan extensometer pada benda uji dan nilai elongationnya diatur
menjadi nol.
6. Nilai beban diatur sehingga berada di posisi nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
7. Kecepatan uji diatur (5 mm/menit) dan tombol start ditekan sebanyak dua
kali, kemudian jangan lupa tekan tombol down.
8. Seteah semuanya siap, kemudian pengambilan data denan pengujian tarik
dapat dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada dasarnya peneliti mengacu pada standar ASTM D638-02a namun
saat pembuatan benda uji ukurannya tidak sesuai dengan standar yang diinginkan.
Setelah pengujian tarik terhadap spesimen komposit berpenguat fiber dilakukan
pengolahan data dan perhitungan. Berikut hasil ditampilkan dalam bentuk Tabel
dan Gambar.
4.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji Matrik
Dari hasil pengujian tarik matrik Epoksi tipe: Bisphenol A-
Epichlorohydrin didapatkan sifat-sifat mekanik yaitu kekuatan tarik, regangan dan
modulus elastisitas. Sebelum dilakukan pengujian, benda uji diukur tebal dan
lebar terlebih dahulu. Berikut adalah contoh perhitungan :
A = Luas penampang matrik
= Tebal x Lebar
= 3,2 x 16,75
= 53,6 mm2
a. Setelah diketahui luas penampang, maka dapat dicari kekuatan tarik sebagai
berikut :
Kekuatan tarik = ( )
( ) =
= 4,61 kg/mm²
σ = ( ) (
)
( ) = 45,26 Mpa
b. Setelah diperoleh pertambahan panjang, maka dapat dicari regangan sebagai
berikut :
ΔL (mm) = pertambahan panjang = 2,5 mm
Lo (mm) = panjang mula-mula = 72 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
=
x 100%
= (
) x 100%
= 3,47%
Perhitungan yang lain ditampilkan pada Tabel 4.1 – 4.8.
c. Setelah diperoleh kekuatan tarik dan regangan, maka dapat dicari modulus
elastisitasnya :
E =
=
= 13,04 MPa
Dengan adalah tegangan dan adalah regangan yang diambil dari nilai
yang berada pada UTS (titik puncak patahan).
Dari contoh perhitungan diatas, maka dapat dihasilkan tabel perhitungan
matrik epoksi tipe Bhispenol A-Epichlorohydrin yang dapat dilihat pada Tabel 4.1
dan 4.2.
Tabel 4.1. Dimensi matrik epoksi
Tabel 4.2. Sifat mekanik matrik epoksi
A1 195 72 74,5 16,75 3,2 53,60
A2 195 72 74,55 16,75 3,2 53,60
A4 195 72 74,1 16,75 3,2 53,60
A4 195 72 74,7 16,75 3,2 53,60
A5 195 72 74,55 16,75 3,2 53,60
Rata-rata 195 72 74,48 16,75 3,2 53,60
Lo (mm) L (mm) lebar (mm) tebal (mm) A (mm²)Kode Spesimen L total
A1 267,3 2,5 48,92 3,47 14,09
A2 259,2 2,55 47,44 3,54 13,39
A4 279,3 2,1 51,12 2,92 17,53
A4 287,8 2,7 52,67 3,75 14,05
A5 303,6 2,55 55,57 3,54 15,69
Rata-rata 279,44 2,48 51,14 3,44 14,95
Kekuatan tarik
(MPa)Regangan (%)
Modulus Elastisitas
(MPa)Kode spesimen W (kg) Elongasi (mm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dari hasil pengujian tarik matrik epoksi didapatkan diagram kekuatan
tarik, regangan dan modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.1. Grafik kekuatan tarik matrik epoksi
Gambar 4.2. Grafik regangan matrik epoksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 4.3. Grafik modulus elastisitas matrik epoksi
4.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji Tarik Komposit
Data hasil pengujian tarik serta hasil perhitungan untuk komposit
fiberglass 1 lapis, dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3. Dimensi komposit fiberglass lapis 1
Tabel 4.4. Sifat mekanik komposit fiberglas lapis 1
Keterangan: Kolom yang berwarna merah adalah data yang tereliminasi dari
standar deviasi.
B1 195 72 75,3 16,3 1,61 26,24
B2 195 72 74,9 16,3 1,61 26,24
B3 195 72 80,75 16,3 1,61 26,24
B4 195 72 77,7 16,3 1,61 26,24
B5 195 72 79,4 16,3 1,61 26,24
Rata-rata 195 72 77,61 16,3 1,61 26,24
lebar (mm) tebal (mm) A (mm²)Kode Spesimen L total Lo (mm) L (mm)
B1 232,5 3,3 86,91 4,58 18,96
B2 249,2 2,9 93,15 4,03 23,13
B3 236,3 8,75 88,33 12,15 7,27
B4 218,9 5,7 81,83 7,92 10,34
B5 243,1 7,4 90,87 10,28 8,84
Rata-rata 236 5,61 88,22 7,79 13,71
Modulus Elastisitas
(MPa)Kode spesimen W (kg) Elongasi (mm)
Kekuatan tarik
(MPa)Regangan (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, terdapat beberapa data yang
menyimpang. Maka dilakukan pengolahan data kembali dengan standar deviasi
dan didapat standar deviasi 4,2 (nilai penyimpangan).
DK = 88,22 – 4,2 = 84,02
DT = 88,22 + 4,2 = 92,42
Setelah dilakukan seleksi data menggunakan standar deviasi pada data pengujian
tarik komposit fiberglass lapis 1, maka didapatkan data yang dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Kekuatan tarik, Regangan dan Modulus Elastisitas komposit
fiberglass lapis 1 yang sudah di standar deviasi
Kode spesimen Kekuatan tarik
(MPa) Regangan (%)
Modulus Elastisitas
(MPa)
B1 86,91 4,58 18,96
B3 88,33 12,15 7,27
B5 90,87 10,28 8,84
Rata-rata 88,71 9,00 11,69
Dari hasil pengujian tarik komposit fiberglass lapis 1 didapatkan diagram
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.4,
4.5 dan 4.6.
Gambar 4.4. Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 4.5. Grafik regangan komposit fiberglass lapis 1
Gambar 4.6. Grafik modulus elastisitas
komposit fiberglass lapis 1
Data hasil pengujian tarik serta hasil perhitungan untuk komposit
fiberglass 2 lapis, dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan 4.7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 4.6. Dimensi komposit fiberglass lapis 2
Tabel 4.7. Sifat mekanik komposit fiberglass lapis 2
Dari hasil pengujian tarik komposit fiberglass lapis 2 didapatkan diagram
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.7,
4.8 dan 4.9.
Gambar 4.7. Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 2
C1 195 72 79 16,22 2,57 41,69
C2 195 72 80,9 16,22 2,57 41,69
C3 195 72 79,75 16,22 2,57 41,69
C4 195 72 82 16,22 2,57 41,69
C5 195 72 80,8 16,22 2,57 41,69
Rata-rata 195 72 80,49 16,22 2,57 41,69
Kode Spesimen L total Lo (mm) L (mm) lebar (mm) tebal (mm) A (mm²)
C1 469,1 7 110,40 9,72 11,35
C2 459,8 8,9 108,21 12,36 8,75
C3 496,5 7,75 116,84 10,76 10,86
C4 463,8 10 109,15 13,89 7,86
C5 489,4 8,8 115,17 12,22 9,42
Rata-rata 475,72 8,49 111,95 11,79 9,65
Kode spesimen W (kg) Elongasi (mm)Kekuatan tarik
(MPa)Regangan (%)
Modulus Elastisitas
(MPa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gambar 4.8. Grafik regangan komposit fiberglass lapis 2
Gambar 4.9. Grafik modulus elastisitas
komposit fiberglass lapis 2
Data hasil pengujian tarik serta hasil perhitungan untuk komposit
fiberglass 3 lapis, dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 4.8. Dimensi komposit fiberglass lapis 3
Tebel 4.9. Sifat mekanik komposit fiberglass lapis 3
Keterangan : Kolom yang berwarna merah adalah data yang tereliminasi dari
standar deviasi.
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, terdapat beberapa data yang
menyimpang. Maka dilakukan pengolahan data kembali dengan standar deviasi
dan didapat standar deviasi 3,8 (nilai penyimpangan).
DK = 121,56 – 3,8 = 117,76
DT = 121,56 + 3,8 = 125,36
Setelah dilakukan seleksi data menggunakan standar deviasi pada data
pengujian tarik komposit fiberglass lapis 3, maka didapatkan data yang dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Kekuatan Tarik, Regangan dan Modulus Elastisitas komposit
fiberglass lapis 3 yang sudah di standar deviasi
Kode
spesimen
Kekuatan tarik
(MPa) Regangan (%)
Modulus Elastisitas
(MPa)
D2 118,29 11,94 9,90
D3 125,23 17,78 7,04
D4 119,36 9,17 13,02
D5 118,86 21,67 5,49
Rata-rata 120,44 15,14 8,86
D1 195 72 87,5 16,25 3,25 52,81
D2 195 72 80,6 16,25 3,25 52,81
D3 195 72 84,8 16,25 3,25 52,81
D4 195 72 78,6 16,25 3,25 52,81
D5 195 72 87,6 16,25 3,25 52,81
Rata-rata 195 72 83,82 16,25 3,25 52,81
tebal (mm) A (mm²)Kode Spesimen L total Lo (mm) L (mm) lebar (mm)
D1 678,6 15,5 126,05 21,53 5,86
D2 636,8 8,6 118,29 11,94 9,90
D3 674,2 12,8 125,23 17,78 7,04
D4 642,6 6,6 119,36 9,17 13,02
D5 639,9 15,6 118,86 21,67 5,49
Rata-rata 654,42 11,82 121,56 16,42 8,26
Modulus Elastisitas
(MPa)Kode spesimen W (kg) Elongasi (mm)
Kekuatan tarik
(MPa)Regangan (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dari hasil pengujian tarik komposit fiberglass lapis 3 didapatkan diagram
kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.10,
4.11 dan 4.12
Gambar 4.10. Grafik kekuatan tarik komposit fiberglass lapis 3
Gambar 4.11. Grafik regangan komposit fiberglass lapis 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 4.12. Grafik modulus elastisitas
komposit fiberglass lapis 3
4.1.3 Hasil Rata-rata Pengujian Benda Uji Tarik Matrik dan Komposit
Berikut adalah data hasil rata-rata pengujian tarik matrik dan lapisan serat
komposit fiberglass dari kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas, dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil nilai rata-rata Kekuatan Tarik, Regangan dan Modulus
elastisitas komposit fiberglass
Dari hasil rata-rata pengujian tarik serta hasil perhitungan data matrik dan
lapisan serat komposit fiberglass didapatkan diagram kekuatan tarik, regangan
dan modulus elastisitas yang dapat dilihat pada Gambar 4.13, 4.14 dan 4.15.
Kekuatan Tarik Regangan Modulus Elastisitas
1 Matriks Epoksi 51,14 3,44 14,95
2 1 Lapisan 88,71 9,00 11,69
3 2 Lapisan 111,95 11,79 9,65
4 3 Lapisan 120,44 15,14 8,86
No Jumlah LapisanNilai Rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4.13. Grafik rata-rata kekuatan tarik
Gambar 4.14. Grafik rata-rata regangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 4.15. Grafik rata-rata modulus elastisitas
4.2. Pembahasan
Pembuatan komposit ini menggunakan metode hand lay-up, resin yang
digunakan jenis epoksi tipe: Bhispenol A-Epychlorohydrin. Pada komposit ini
menggunakan perbandingan 1:1, sehingga jumlah epoksi 78,75 ml dan hardener
78,75 ml. Komposit ini menggunakan fiberglass arah serat anyam (woven roving)
sebagai penguatnya dengan variasi penambahan persentase serat 1 lapis 8,2%,
serat 2 lapis 15,1% dan serat 3 lapis 21,1%.
Dari Gambar 4.1 kekuatan tarik rata-rata pada matrik epoksi adalah
sebesar 51,14 Mpa, data terbesar terdapat pada spesimen A5 dengan nilai sebesar
55,57 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen A2 dengan nilai sebesar
47,44 MPa. Dari Gambar 4.2 regangan rata-rata pada matrik epoksi adalah sebesar
3,44%, data terbesar terdapat pada spesimen A4 dengan nilai sebesar 3,75% dan
data terkecil terdapat pada spesimen A3 dengan nilai sebesar 2,92%. Dari Gambar
4.3 modulus elastisitas rata-rata pada matrik epoksi adalah sebesar 14,95 MPa,
data terbesar terdapat pada spesimen A3 dengan nilai sebesar 17,53 MPa dan data
terkecil terdapat pada spesimen A2 dengan nilai sebesar 13,39 MPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dari Gambar 4.4 kekuatan tarik rata-rata pada komposit fiberglass lapis 1
adalah sebesar 88,71 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen B5 dengan nilai
sebesar 90,87 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen B1 dengan nilai
sebesar 86,91 MPa. Dari Gambar 4.5 regangan rata-rata pada komposit fiberglass
lapis 1 adalah sebesar 9,00%, data terbesar terdapat pada spesimen B3 dengan
nilai sebesar 12,15% dan terkecil terdapat pada spesimen B1 dengan nilai sebesar
4,58%. Dari Gambar 4.6 modulus elastisitas pada komposit fiberglass lapis 1
adalah sebesar 11,69 MPa, data tebesar terdapat pada spesimen B1 dengan nilai
18,96 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen B3 dengan nilai 7,27 MPa.
Dari Gambar 4.7 kekuatan tarik rata-rata komposit fiberglass lapis 2
adalah sebesar 111,95 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen C5 dengan nilai
sebesar 115,17 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen C2 dengan nilai
sebesar 108,21 MPa. Dari Gambar 4.8 regangan rata-rata komposit fiberglass
lapis 2 adalah sebesar 11,79%, data terbesar terdapat pada spesimen C4 dengan
nilai sebesar 13,89% dan data terkecil terdapat pada spesimen C1 dengan nilai
sebesar 9,72%. Dari Gambar 4.9 modulus elastisitas rata-rata komposit fiberglass
lapis 2 adalah sebesar 9,65 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen C1 dengan
nilai sebesar 11,35 MPa dan data terkesil terdapat pada spesimen C4 dengan nilai
sebesar 7,86 MPa.
Dari Gambar 4.10 kekuatan tarik rata-rata komposit fiberglass lapis 3
adalah sebesar 120,44 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen D3 dengan nilai
sebesar 125,23 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen D2 dengan nilai
sebesar 118,29 MPa. Dari Gambar 4.11 regangan rata-rata komposit fiberglass
lapis 3 adalah sebesar 15,14%, data terbesar terdapat pada spesimen D5 dengan
nilai sebesar 21,67% dan data terkecil terdapat pada spesimen D4 dengan nilai
sebesar 9,17%. Dari Gambar 4.12 modulus elastisitas rata-rata komposit
fiberglass lapis 3 adalah sebesar 8,86 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen
D4 dengan nilai sebesar 13,02 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen D5
dengan nilai sebesar 5,49 MPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dari Gambar 4.13 diketahui rata-rata kekuatan tarik matrik epoksi, serat 1
lapis, 2 lapis dan 3 lapis. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin
bertambahnya lapisan serat akan membuat kekuatan tarik semakin meningkat hal
ini terlihat dari kekuatan tarik pada setiap lapisan yang terus meningkat. Kekuatan
tarik komposit fiberglass 1 lapis 88,71 MPa, 2 lapis 111,95 MPa dan 3 lapis
120,44 MPa. Gambar 4.14 menyajikan hasil rata-rata regangan dari matrik epoksi,
komposit fiberglass 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis. Dari grafik dapat dilihat regangan
pada komposit fiberglass 1 lapis sebesar 9,00% dan mengalami peningkatan
sampai pada komposit fiberglass 3 lapis sebesar 15,14%. Gambar 4.15
menyajikan hasil rata-rata modulus elastisitas dari matrik epoksi, komposit
fiberglass 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis. Dari grafik dapat dilihat modulus elastisitas
matrik epoksi sebesar 14,95 MPa lebih tinggi dan mengalami penurunan pada
komposit fiberglass 1 lapis sampai 3 lapis. Dari hasil modulus elastisitas tersebut
dapat dilihat bahwa material ini ulet, dikarenakan persebaran serat yang merata
dan berat serat yang bertambah pada setiap jumlah lapisan.
Dari hasil rata-rata kekuatan tarik yang dihasilkan terjadi peningkatan
yang cukup signifikan, mulai dari matrik epoksi hingga lapisan 3 terlihat pada
Gambar 4.13 semakin bertambah jumlah lapisan maka semakin bertambah pula
beban tariknya. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah lapisan maka serat
yang diikat oleh matrik akan semakin banyak sehingga ikatan yang dihasilkan
antara serat dengan matrik menjadi semakin kuat dan beban tariknya pun semakin
meningkat. Selain itu tebal spesimen juga berpengaruh, karena semakin tebal
maka luas penampang semakin besar. Dengan bertambah besarnya luas
penampang, beban tarik yang dihasilkan juga semakin besar sehingga semakin
kuat.
Gambar patahan komposit dari masing-masing lapisan dapat dilihat pada
Gambar 4.16 – 4.19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 4.16. Patahan pada matrik epoksi
Gambar 4.17. Patahan pada komposit fiberglass lapis 1
Gambar 4.18. Patahan pada komposit fiberglass lapis 2
Gambar 4.19. Patahan pada komposit fiberglass lapis 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakuakan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Nilai kekuatan tarik pada matrik adalah sebesar 51,14 MPa. Kekuatan tarik
komposit fiberglass dengan 1 lapis adalah sebesar 88,71 MPa. Kekuatan
tarik komposit fiberglass dengan 2 lapis adalah 111,95 MPa dan komposit
fiberglass dengan 3 lapisan adalah 120,44 MPa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak jumlah lapisan maka kekuatan tariknya semakin
meningkat.
b. Nilai regangan yang dihasilkan mengalami kenaikan yang cukup
signifikan namun tidak dapat dipastikan bahwa itu pengaruh jumlah
lapisan. Regangan pada matrik sebesar 3,44%. Regangan pada komposit
fiberglass 1 lapis sebesar 9,00%, komposit fiberglass 2 lapis sebesar
11,79% dan komposit fiberglass 3 lapis sebesar 15,14%.
c. Nilai modulus elastisitas yang dihasilkan pun mengalami penurunan
seriiring dengan semakin bertambahnya jumlah lapisan. Modulus
elastisitas yang dihasilkan pada matrik adalah sebesar 14,95MPa. Modulus
elastisitas komposit fiberglass 1 lapis sebesar 11,69 MPa, komposit
fiberglass 2 lapis sebesar 9,65 MPa dan komposit fiberglass 3 lapis
sebesar 8.86 MPa.
5.2 Saran
Pada saat penelitian yang penulis lakukan, masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam proses pembuatan komposit. Maka dari itu
peneliti akan memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya, adapun saran sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan penambahan persentase serat dan
jumlah variasi yang berbeda, agar dapat dibandingkan dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Pada proses pembuatan komposit perlu diperhatikan, aduk perlahan resin
dan hardener agar tercampur merata. Untuk megurangi void dilakukan
penekanan yang diberi pembebanan.
c. Pada pembuatan benda uji dengan cara hand lay-up untuk mendapatkan
ketebalan yang seragam sebaiknya dilakukan dengan teliti. Terutama saat
meletakan cetakan, untuk meletakan cetakan sebaiknya diletakkan pada
permukaan yang rata. Jika tidak pada tempat yang rata saat penuangan
resin dan penekanan hasilnya tidak merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
DAFTAR PUSTAKA
Adiyono, Aloysius Lilik. (1996). Pengaruh Suhu Curing terhadap Komposit
Polimer. FST. Universitas Sanata Dharma.
Annual Hand Book ASTM D 638-2a. “Standart Test for Tensile Properties of
Plastics”. Philadelphia, PA : American Society for Testing and Material.
Bismarck, A, Askargorta I.A., Lamphe, T.,Wielaye, B., Stamboulis,
A.,Skenderovich, I., Limbach, H.H., (2002). Surface Characterization of
Flax, Hemp and Celluosa Fibers: Surface Propertiesand the Water
Uptake Behavior, Journal Polymer Composite Vol 23, no. 5.
Diharjo, K., dan Triyono, T., (2000). Buku Pegangan Material Teknik. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Gibson, Ronald F. (1994). Principles of Composite Material Mechanics. New
York: Mc Graw Hill Inc.
Ichsan, Rusman Nur dan Irfa’i, Moch Arif. (2015). Pengaruh Susunan Lamina
Komposit Berpenguat Serat E-Glass dan Serat Carbon Terhadap
Kekuatan Tarik Dengan Matriks Polyester. Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Jones, R. M. (1975). Mechanics of Composite Materials. Mc Graw Hill, New
York.
Jones, R. M. (1999). Mechanics of Composite Materials Seconds Editions.
Blacksbrug : Taylor & Francis.
Kaw, A. K. (1997). Mechanics of Composite Materials. CRC.Press. New York.
Kismono Hadi, Bambang. (2000). Mekanika Struktur Komposit, November
Widjarnako, Emanuel Mario. (2017). Karakteristik Kekuatan Komposit Serat
Kulit Pohon Sonokeling Dengan Variaisi Jumlah Lapisan Serat Pada
Matriks Polyester. FST. Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Matthews, F.L., Rawlings, RD. (1993). Composite Material Engineering And
Science, Imperial College Of Science, Technology And Medi-cine,
London, UK.
Rines. (2009). Proses Manufaktur. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Saputra, Ariel Tirza Edy. (2017). Sifat Mekanik Komposit Partikel Cangkang
Kerang Bermatriks Poliester Justus 108 Menggunakan Fraksi Volume
10%, 20% dan 30%. FST. Universitas Sanata Dharma.
Schwartz, M.M. (1984). Composite Materials Handbook. Mc. Graw-Hill Inc New
York.
Shackelford, J. F., Introduction to Materials Sciennce For Engineers, Prentice
Hall International, Inc
Suprianto, Aris. (2005). Pengaruh Ketebalan Terhadap Kekuatan Tarik dan
Regangan Komposit Serat Pisang. FST. Universitas Sanata Dharma.
Surdia, Tata., & Shiroku Saito. (2005), Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Van Vlack, L. H. (1994), terjemahan Japrie. S. Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi
kelima, Erlangga, Jakarta.
William D. Callister, J., & Rethwisch, D. G. (2014). Materials Science and
Engineering an Introduction. Rosewood Drive: Wiley
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
LAMPIRAN
1. Grafik hasil uji tarik matrik epoxy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Grafik uji tarik komposit fiberglass lapis 1 dengan 8,2% serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3. Grafik uji tarik komposit fiberglass lapis 2 dengan 15,1% serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4. Grafik uji tarik komposit fiberglass lapis 3 dengan 21,1% serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI