PEMUDA DALAM BAIT SYAIR

50 Syair Nasihat Sastrawan Arab untuk PemudaTentang Kehidupan dan Perjuangan

Muhammad Al-Mubassyir

Penerbit PT Elex Media Komputindo

PEMUDA DALAM BAIT SYAIR

50 Syair Nasihat Sastrawan Arab untuk PemudaTentang Kehidupan dan Perjuangan

Pemuda dalam Bait SyairMuhammad Al-Mubassyir

© 2018, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Hak cipta dilindungi undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2018

718101706

ISBN: 978-602-04-8576-8

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Daftar Isi

Kata Pengantar v

Siapa Pemuda itu? 2Pemuda adalah Induk Mukjizat 6Inilah Aku! 10Buah Jatuh Tak Selamanya Dekat dengan Pohonnya 16Belajarlah! Ilmu adalah Hiasan bagi Pemuda 20Pemuda Sesuai Kadar Ilmu dan Ketakwaannya 24Pemuda Sesuai Kadar Keyakinannya 28Menanam dan Menuai 32Usaha Seorang Pemuda adalah Ibadah 36Berusaha, lalu Pasrah Menyambut Takdir-Nya 40Kalau Bukan Sekarang, Kapan Lagi? 44Masa Muda Tak Kan Terulang Kembali 4840 Tahun; Kesempatan Maksimal Usia Pemuda 54

2

Siapa Pemuda itu?

T harafah bin Al-Abd adalah seorang penyair terkemuka pada masa pra-Islam. Dalam biografinya, ia terhitung penyair muda yang meninggal pada umur 26 tahun. Meski masih muda, karya syairnya mampu bersaing me-

lawan karya penyair senior pada zamannya hingga diakui di

kalangan mereka.

Bukti bahwa ia termasuk penyair terkemuka adalah

karyanya yang berupa syair Muallaqat. Muallaqat adalah se-

butan bagi syair karya penyair paling terkemuka pada masa

itu. Disebut Muallaqat (yang digantungkan) karena pada waktu itu, syair-syair tersebut ditulis dan digantungkan pada dinding-dinding Kakbah.

Syair yang disebutkan di atas adalah salah satu bait dari

kumpulan syair Muallaqat karya Tharafah bin Al-Abd. Syair

itu secara tidak langsung menyampaikan sebuah pesan ke-

pemudaan yang menunjukkan bahwa seorang pemuda me-

miliki konsekuensi moral tersendiri atas label ‘pemuda’ yang

disematkan secara kultur sosial kepada dirinya.

Siapa Pemuda itu?

3

Tharafah menyebutkan dalam syairnya bahwa ketika ada satu kaum bertanya, “Siapa pemuda itu?”, ia merasa tertam-

par keras oleh pertanyaan itu. Ia merasa bahwa yang dimak-sud oleh kaum tersebut adalah dirinya. Bagaimana tidak, saat itu ia memang sedang berada pada masa-masa muda, masa-masa yang acap kali menjadi perhatian berbagai kalangan

karena sifat-sifat positif yang menempel padanya. Saat ada yang bertanya dengan pertanyaan skeptis itu, ia pun merasa tersindir dan mengharuskan dirinya untuk memiliki segala

sifat-sifat positif sebagai konsekuensi bahwa dirinya adalah

seorang pemuda.Dalam masyarakat, pemuda sama halnya dengan ka langan manusia lainnya, seperti anak-anak, dewasa, dan orang tua. Pemuda tidak lepas dari apa yang dianggap oleh masyarakatnya. Masyarakat akan mengetahui dan

menganggap bahwa ia adalah seorang pemuda atau berasal

dari kalangan pemuda lengkap dengan sifat-sifat dan ciri khas

yang menempel kepadanya.Pada umumnya, masyarakat mengenal pemuda sebagai sosok generasi yang memiliki kecerdasan, kekuatan, kemam-puan, dan kesempatan yang besar untuk menghadapi ber-bagai persoalan kehidupan. Pemuda berada di antara dua sisi generasi, yaitu generasi anak-anak yang masih terbatas oleh kemampuan, dan generasi orang tua yang juga terbatas oleh usia yang sudah menua. Masyarakat menganggap pemuda se-

bagai sosok yang ideal untuk berkembang.

Seorang penyair modern dari Lebanon menyebut masa

muda dengan istilah Rabî’ al-Hayât atau musim semi

Pemuda dalam Bait Syair

4

kehidupan yang menandakan tumbuhnya segala sesuatu dan

kelahiran kembali. Ada pula pepatah Arab yang tidak asing lagi di telinga, Inna fî yad al-syubbân amra al-ummah wa fî aqdîmihâ hayâtuhâ, sesungguhnya di tangan pemuda terdapat urusan bangsa, dan di setiap langkah kaki mereka terdapat kehidupannya.

Siapa saja yang berani hidup pada masa muda berarti harus siap menanggung konsekuensinya, yaitu menjadi so-sok pemuda yang cerdas, kuat, energik, dan berkesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik. Jika tidak, maka tiada pantas dirinya menyandang label pemuda.Dari sinilah, Tharafah bertekad untuk menjadi pemuda se-

jati sesuai dengan apa yang seharusnya ada pada pemuda. Ia

menegaskan bahwa ia tidak akan bermalas-malas dan tidak

pula akan menjadi seorang yang bodoh; lam atakâsal wa lam ataballad.Demikian pemuda, ia harus menjadi sosok kebanggaan masyarakat dengan sifat-sifat positif, tindakan-tindakan kreatif, dan produktif yang memang menjadi konsekuensi dan sudah seharusnya ada pada sosok setiap pemuda.

6

Pemuda adalah Induk Mukjizat

I liya Abu Madhi, seorang sastrawan Arab modern yang la-hir di Libanon 1889 M. Namun, saat usia kanak-kanak ia dan keluarganya pindah ke Alexandria Mesir. Saat dewa-sa, tepatnya pada umur 22 tahun, ia hijrah lagi ke Amerika.

Iliya Abu Madhi dalam syair di atas tampak menaruh per-

hatian besar kepada pemuda sebagai generasi penerus bangsa.

Ia berbangga kepada setiap pemuda yang lahir karena me-

nandakan kelahiran kembali dan regenerasi yang tidak akan

terputus.

Salam sejahtera disampaikan oleh penyair atas lahirnya

generasi pemuda. Lahirnya satu generasi yang bisa menerus-

kan perjuangan tanda bahwa satu harapan telah tercapai. Duhai, alangkah bahagianya orangtua saat anak-anak me-reka lahir karena tali perjuangan orangtua tidak akan ter-

putus.

226

M uhammad Al­Mubassyir, lahir di Sumenep Ma-dura, 26 Maret 1994. Pendidikannya ditempuh mu-

lai dari MI dan MTs di PP. Annuqayah Guluk- Guluk Sumenep, kemudian MA di PP. Tebuireng Jombang. Saat nyantri di Tebuireng, ia mulai menggemari ilmu bahasa Arab beserta perangkat-perangkatnya, terbukti ia lebih memilih masuk program keagamaan dan bahasa saat duduk di bangku

Aliyah di pondok ini.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di PP. Tebuireng

ditambah pengabdian mengajar selama dua tahun di PP.

Asshomadiyah Burneh Bangkalan pada tahun 2014 ia melan-jutkan kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Arab, UIN Sunan Ampel Surabaya. Di kampus ini ia mulai membuka cakrawala

pemikirannya yang tidak hanya terpaku pada bangku kuliah saja, tapi ia juga memadukan teori-teori akademik yang ia gemari dengan pengalaman-pengalaman pergerakan dan organisasi, sekaligus juga menggeluti dunia tulis menulis.

Tentang Penulis

Tentang Penulis

227

Pada bulan Februari 2018, ia berhasil meraih gelar Sarjana Humaniora dari UIN Sunan Ampel Surabaya, dan dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik akademik.

Buku yang ada di hadapan pembaca ini adalah buku ke-duanya, buku pertamanya berjudul Kisah-Kisah Unik dan Inspiratif Ulama Nahwu Klasik (Penerbit Lisan Arabi, April 2018)

Ia bisa dihubungi melalui Facebook Muhammad Al-Mubas-syir, dan Emal almubas_syir@yahoo.co.id.