pemberantasan hog cholera (prrs dan h1n1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3...

32
Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1) di Wilayah Regional II Tahun 2015 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN NO. 557/2015 KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI VETERINER BUKITTINGGI Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1) di Wilayah Regional II Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER BUKITTINGGI TAHUN 2015

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN NO. 557/2015

KEMENTERIAN PERTANIAN

BALAI VETERINER BUKITTINGGI

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BALAI VETERINER BUKITTINGGI

TA H U N 2 0 1 5

Page 2: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

i

Assalamu,alaikum warohmatullahi warbarokatu.

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat

dan Izin-Nyalah, Laporan Kegiatan Penyidikan Penyakit Babi dalam Rangka

Pemberantasan Penyakit Babi Tahun 2015 yang meliputi Hog Cholera, Porcine

Reproductive and Respiratory Syndrom (PRRS) dan Virus Influenza A dapat

diselesaikan.

Laporan ini merupakan rekapitulasi dari hasil kegiatan monitoring dan diagnosa

penyakit babi selama tahun 2015 yang dilakukan oleh Balai Veteriner Bukittinggi.

Dimana laporan ini memberikan gambaran situasi tentang keadaan penyakit babi

yang ada di Regional Bukittinggi yang meliputi 4 Propinsi yaitu Propinsi Sumbar,

Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.

Dalam kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu terlaksananya kegiatan dan selesainya laporan ini. Kritik

dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk lebih baiknya kegiatan

dan laporan ini dimasa yang akan datang.

Wa'alaikumsalam warohmatullahi warbarokatu

Drh. AzfirmanNIP. 19651004 199403 1 001

Drh. Rina HartiniNIP.19810510 200801 2 016

Kepala Balai Penyusun

Kata Pengantar

Page 3: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Daftar Isi

ii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Situasi Penyakit Menular Pada Babi Di Indonesia 1

Sejarah Hog Cholera Di Regional Ii Bukittinggi 1

Tinjauan Pustaka 11

A. Hog Cholera 11

B. Porcine Reproductive And Respiratory Syndrom (PRRS) 12

C. H1N1 14

Tujuan Surveilans 15

Sasaran 15

Materi dan Metode 16

Prosedur pemeriksaan Elisa Hog Cholera 16

Prosedur Pemeriksaan Elisa Hog PRRS 17

Hasil dan Pembahasan 18

Hasil Pengamatan di Lapangan 18

Hasil Pengambilan Sampel di Lapangan 18

Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Hog Cholera 2015 20

Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Sumbar 2015 20

Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Riau 2015 21

Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Jambi 2015 22

Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Kepri 2015 23

Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Sumbar 2015 23

Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Riau 2015 24

Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Jambi 2015 24

Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Kepri 2015 25

Hasil Pemeriksaan Virus Influenza A 2015 25

Resiko / Analisa Resiko 26

Kesimpulan dan Saran 27

Page 4: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 1

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penyakit Hog Cholera merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis di dalam daftar Penyakit Hewan

Strategis Nasional yang tercantum dalam Kepdirjen No: 59/Kpts/PD.610/05/2007 tanggal 9 Mei 2007, mendapat

prioritas dalam usaha pencegahan, pengendaliandan pemberantasan. Prioritas tersebut disebabkan karena Hog

Cholera menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar dan berpengaruh dalam perdagangan.

Babi merupakan salah satu komunitas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan

karena mampunyai sifat-sifat menguntungkan diantaranya : laju pertumbuhan yang cepat, jumlah anak perkelahiran

(litter size) yang tinggi, efisien dalam mengubah pakan menjadi daging dan memeiliki adaptasi yang tinggi terhadap

makanan dan lingkungan.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan ternak babi dari aspek managemen adalah

faktor kesehatan dan kontrol penyakit. Ternak babi sangat peka terhdap penyakit salah satunya Hog Cholera.

Situasi Penyakit Menular pada Babi di Indonesia

Sebelum tahun 1995 Hog Cholera atau Classical Swine Fever masih merupakan penyakit eksotik di Indonesia. Hal

ini didasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 31 Januari 1994, yaitu Indonesia bebas dari 11 macam

penyakit hewan menular, diantaranya Hog Cholera atau. Classical Swine Fever. Kasus Hog Cholera ini muncul pada

awal 1995 berawal dari kasus di propinsi Sumatera Utara dan akhirnya menyebar dengan cepat melalui perdagangan

babi di Indonesia ke daerah Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara,

Sulawesi Selatan dan Bali ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 888/Kpts/Tn.560/9/1997

tentang Pernyataan berjangkitnya Wabah Penyakit Sampar Babi (Hog Cholera atau Classical Swine Fever) pada

beberapa propinsi di Seluruh Indonesia pada tanggal 9 September 1997.

Sejarah Hog Cholera di Regional II Bukittinggi

Bulan Agustus 1995 yang berasal dari peternakan babi di Muara Kasang, Kota Padang. Dipeternakan tersebut

terjadi wabah penyakit menular mengakibatkan kematian 619 ekor dari total populasi 3.300 ekor dan pada Bulan

Agustus 1996 terjadi kematian 150 ekor dari total populasi 700 ekor yang berasal dari daerah Pekanbaru, Propinsi

Riau. Dan pada Bulan April 1998 terjadi kematian babi di Kota Jambi, Propinsi Jambi. Dan semua sampel tersebut

diperiksa di Balitvet dan diperoleh hasil positif Hog Cholera. Dengan demikian mulai tahun 1995 telah menyerang

Wilayah reginal II Bukittinngi. Sehingga sejak tahun 1998 sampai sekarang BPPV telah melakukan Surveillans rutin

diwilayah kerja yaitu Propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau. Hasil Surveillans Hog Cholera dapat

dilihat pada tabel 1-7

Bab I

Pendahuluan

Page 5: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 2

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 1. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 1998-2000

Tabel 2. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2001-2002

Tabel 3. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2003-2004

ARumbai 20 1 19Bintan Timur 40 1 39

Jumlah 60 2 58 0 0 0B

Batang Hari 17 11 6Muaro Jambi 42 22 20 70 0 70

Jumlah 59 33 26 70 0 70119 35 84 70 0 70Jumlah

Propinsi Riau1 Pekanbaru2 Kepri

Propinsi Jambi1 Jambi

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

���� ����

∑ SERO SERO SERO SERO ∑

A Propinsi Riau

1 Pekanbaru Rumbai 71 30 41

2 Kepri Pulau Bulan 100 0 100 88 4 84

Jumlah 171 30 141 88 4 84

B Propinsi Jambi

1 Jambi Kota Jambi 38 8 38

Jumlah 38 8 38 0 0 0

209 38 179 88 4 84Jumlah

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

���� ����

∑ SERO SERO SERO SERO ∑

A Propinsi�Riau

� Pekanbaru Rumbai 44 24 20

� Kepri Pulau�Bulan 10 0 10

Bintan�Timur 84 42 42 122 11 111

B Propinsi�Jambi

� Jambi Kota�Jambi 12 6 6 12 6 6

Batang�Hari 30 18 12 32 20 12

42 24 18 138 66 72 166 37 129Jumlah

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN ∑

���� ���� ����

SERO SERO ∑ SERO SERO SERO SERO ∑

Page 6: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 3

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 4. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2005-2006

Tabel 5. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2007-2008

A Propinsi Sumbar

1 Payakumbuh Payakumbuh 15 1 14

Jumlah 15 1 14

B Propinsi Kepri

1 Batam Gunung Kijang 33 0 33

2 Batam Nongsa 8 8

Sagulung 99 55 44

3 Karimun Tebing 14 0 14

Jumlah 154 63 91

15 1 14 154 63 91Jumlah

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

���� ����

∑ SERO SERO SERO SERO ∑

A Propinsi Sumbar

1 Padang Pariaman Batang Anai 10 0 10 62 0 62

2 Kep. Mentawai Sugulubek 8 0 8

Jumlah 18 0 18 62 0 62

B Propinsi Riau

1 Kota Pekanbaru Rumbai 32 3 29

Pekanbaru 44 0 44

Jumlah 32 3 29 44 0 44

C Propinsi Jambi

1 Muaro Jambi Jambi Luar Kota 40 21 19 30 13 17

Kumpeh Ulu 10 8 2

2 Kota Jambi Telanaipura

Jumlah 50 29 21 30 13 17

D Propinsi Kepri

1 Bintan Gunung Kijang 10 0 10

Bintan Timur 39 0 39

Toapaya 30 0 30

2 Tanjung Pinang Tanjung Pinang 15 0 15

Bukit Bestari 5 0 5

3 Batam Nongsa 28 18 10

Pulau Bulan 100 88 12

4 Karimun Tebing 42 0 42

Meral 9 4 5

Jumlah 25 0 25 253 110 143

125 32 93 389 123 266Jumlah

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

���� ����

∑ SERO SERO SERO SERO ∑

Page 7: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 4

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

���� ����

∑ SERO SERO SERO SERO ∑

A Propinsi Sumbar

1 Padang Pariaman Batang Anai 13 0 13 25 0 25

2 Pasaman Panti 20 0 20

Jumlah 33 0 33 25 0 25

B Propinsi Riau

1 Kampar Siak Hulu 8 0 8 7 0 7

Tapung Hulu 11 2 9

2 Kota Dumai Dumai Timur 18 7 11

3 Kota Pekanbaru Payung Sekaki 18 0 18

Rumbai 21 7 14 50 16 34

Tenayan Raya 16 1 15

4 Rokan Hilir Bangko Pusako 16 0 16

Rimbo Lintang 23 3 20

5 Siak Tualang 39 4 35

Jumlah 159 22 137 68 18 50

C Propinsi Jambi

1 Muaro Jambi Jambi Luar Kota 10 5 5 21 19 2

Kumpeh Ulu 18 9 9 8 5 3

Mestong 11 5 6

Sei. Gelam 5 0 5

Jumlah 39 19 20 34 24 10

D Propinsi Kepri

1 Bintan Teluk Serbung 4 0 4

Bintan Timur 10 0 10

Toapaya 24 0 24 40 0 40

2 Tanjung Pinang Tanjung Pinang 10 0 10

3 Batam Nongsa 3 0 3

Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0

Sagulung 2 0 2

Sei. Beduk 2 0 2

Jumlah 81 26 55 104 50 54

312 67 245 231 92 139Jumlah

Tabel 6. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2009-2010

Page 8: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 5

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 7. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2011

1 Padang Pariaman Batang Anai Sei Buluh 61 0 61

2 Pasaman Panti Panti 55 1 54

3 Kep. Mentawai Siberut Barat Sugulubek 32 0 32

148 1 147

1 Pelelawan Pangkalan Kerinci Kerinci Timur 26 12 14

2 Kota Pekanbaru Rumbai Muara Fajar 18 2 16

Palas 6 0 6

3 Bengkalis Bengkalis Langga Muara 15 0 15

Pangkalan Batang 5 0 5

4 Kampar Tapung Pantai Cermin 42 15 27

4 Dumai Dumai Timur Bukit Batrem 31 0 31

5 Siak Tualang Perawang Barat 26 7 19

6 Rokan Hilir Bagan Sinembah Suka Rame 30 12 18

199 48 151

1 Batanghari Muara Tembesi Kampung baru 15 3 12

2 Kota Jambi Koto Baru Kinali Besar 20 13 7

Paal 11 0

3 Muaro Jambi Kumpeh Ulu Kasang Lopak Alai 20 12 8

Kasang Pudak 2 0 2

Jambi Luar Kota Muaro Pijoan 8 3 5

65 31 34

1 Karimun Tebing Harjo Sari 51 0 51

Meral Meral Kota 17 0 17

2 Tanjung Pinang Tj. Pinang Timur Batu 9 11 0 11

Pinang Kencana 13 0 13

Kampung Bugis 6 3 3

3 Bintan Bintan Timur Sei. Lekok 8 0 8

Toapaya Toapaya 16 0 16

Toapaya Selatan 6 0 6

4 Batam Bulang Lintang Bulang 0

128 3 125

540 83 457

Persentase (+) 2.3%

TOTAL HASIL PENGUJIAN

PROVINSI JAMBI

Jumlah

Persentase (+) 47%

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Jumlah

Persentase (+) 24.1%

PROVINSI SUMATERA BARAT

Jumlah

Persentase (+) 0.7%

PROVINSI RIAU

Jumlah

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

HASIL�ELISA�HC

SERO SERO JUMLAHDESA

Page 9: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 6

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 8. Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2012

1 Kep. Mentawai Siberut Barat Daya Sagulubek 3 0 3Siberut Selatan Ma. Siberut 19 0 19

Maileppet 10 0 10Muara Siberut 20 0 20

Sikakap Sikakap Tengah 27 0 27Sipora Utara Sidomakmur 17 0 17

Tua Pejat 43 0 432 Padang Pariaman Batang Anai Sei Buluh 42 0 423 Pasaman Panti Cengkeh Pati 40 0 40

221 0 221

1 Bengkalis Manadau Gajah Sakti 67 0 672 Kampar Tapung Hulu Sukaramai 41 0 413 Kota dumai Dumai Timur Bukit Batrem 49 0 494 Pelelawan Pangkalan kerinci Kerinci Timur 24 2 225 Rokan Hilir Bagan Sinembah Bagan Sinembah 15 0 15

Bangko Pusako Bangko Bakti 5 0 5Bangko Permata 1 0 1

Rimba Melintang Jumrah 7 0 76 Siak Minas Minas Jaya 49 0 49

258 2 256

1 Bintan Bintan Timur Sei Lekop 19 0 19Sei Lengkop 7 0 7

Toapaya Toapaya 47 0 472 Karimun Kunur Lubuk 10 0 10

Kundur Barat Kobel 17 0 17Lubuk 30 0 30Sawang 13 0 13

Meral Baran 20 0 20Meral Kota 15 4 11

Tebing Harjo Sari 11 0 11Harjosari 4 0 4Sei Bati 33 6 27

3 Kota Batam Bulang P Bulan 30 19 11Bulang Lintang Pulau Bulan 70 60 10

4 Kota Tj. Pinang Tanjung Pinang Timur Batu IX 20 0 20Batu Sembilan 22 0 22Pinang Kencana 30 0 30

5 Lingga Singkep Batu Kacang 14 0 14Tjg Harapan 9 0 9

Singkep Sei Raya 2 0 2

423 89 334

JUMLAH

PROVINSI SUMATERA BARAT

JUMLAH

PROVINSI RIAU

JUMLAH

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

HASIL�ELISA�HC

SERO SERO JUMLAHDESA

Page 10: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 7

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Hasil Surveillans Hog Cholera Tahun 2012 (lanjutan)

Tabel 9 Hasil pemeriksaan Elisa Hog Cholera di Provinsi Sumatera Barat

1 Batanghari Muara Bulian Kamp. Baru 12 2 10

Muara tembesi Kamp. Baru 30 3 27

2 Kota Jambi Jambi Timur Sijenjang 62 18 44

Koto Baru Kenali Besar 10 9 1

3 Muaro Jambi Jambi Luar Kota Pijoan 25 1 24

Kumpeh Hulu Kasang 8 3 5

Kasang Lopak Alai 2 2 0

Mestong Pondojk Meja 71 49 22

Pondok Meja 38 28 10

Sei Gelam 24 17 7

282 132 150

1184 223 961TOTAL SAMPEL PENGUJIAN

JUMLAH

PROP. JAMBI

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

HASIL�ELISA�HC

SERO SERO JUMLAHDESA

1 Kep. Mentawai Siberut Barat Daya Sagulubek 3 0 3

Siberut Selatan Ma. Siberut 19 0 19

Maileppet 10 0 10

Muara Siberut 20 0 20

Sikakap Sikakap Tengah 27 0 27

Sipora Utara Sidomakmur 17 0 17

Tua Pejat 43 0 43

2 Padang Pariaman Batang Anai Sei Buluh 42 0 42

3 Pasaman Panti Cengkeh Pati 40 0 40

221 0 221JUMLAH

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

HASIL�ELISA�HC

SERO SERO JUMLAHDESA

Page 11: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 8

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Bengkalis Mandau Air Jamban 83 82 1 50 0 50Dumai Dumai Timur Bukit Batrem 64 62 2 20 0 20Kep. Meranti Tebing Tinggi Alah Air 10 3 7 10 0 10Rokan Hilir Bagan Sinembah Balam Sempurna 15 15 0 10 0 10

Sukaramai 20 13 7 9 0 9Bangko Pusako Bangko Bakti 2 2 0 2 0 2Rimba Melintang Jumrah 9 9 0 3 0 3

Rokan Hulu Tambusai Utara Bangun Jaya 49 49 0 23 0 23Siak Minas Minas Timur - - - 12 0 12Kampar Siak Hulu Baru 30 28 2 - - -

Tapung Hulu Kasau Makmur 11 11 0 - - -Pekanbaru Rumbai Muara Fajar 42 31 11 10 0 10

Rumbai Bukit 40 22 18 14 0 14Pelalawan Pangkalan Kerinci 50 30 20 34 0 34

Pkl. Kerinci Timur 50 30 20 34 0 34475 387 88 231 0 231

Batanghari Muara Tembesi Kamp. Baru 18 18 0 20 0 20Jambi Jambi Timur Sijenjang 10 10 0 10 0 10

Kota Baru Kenali Besar 5 3 2 5 0 5Muaro Jambi Jambi Luar Kota Ma Pijoan 43 38 5 14 0 14

76 69 7 49 0 49

Karimun Kundur Lubuk 40 40 0 - - -Kundur Barat Kobel Darat 10 10 0 - - -

Kobel Darat 5 5 0 - - -Sawang 15 14 1 5 0 5

Meral Pasir Panjang 5 5 0 - - -PS. Panjang 5 5 0 - - -

Tebing Harjosari 20 17 3 15 15Harjosari 5 3 2 - - -Sei Beti 25 12 13 20 0 20

Lingga Singkep Batu Kacang 20 20 0 11 0 11Tanjung Harapan 7 7 0 6 0 6

Bintan Bintan Timur Gunung Lengkuas 15 15 0 - - -Taopaya Toa Paya 14 13 1 - - -

Tanjung Pinang Tj. Pinang Timur Batu Ix 10 10 0 10 10Pinang Kencana 10 10 0 5 5

206 186 20 72 0 72

PROVINSI JAMBI

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROVINSI RIAU

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

PROPINSI / KABUPATEN KECAMATAN

HASIL�ELISA�HC HASIL�PCR�HC

SERO SERO SERO SERO JUMLAH JUMLAHDESA

Tabel 10 Hasil pemeriksaan Elisa Hog Cholera di Provinsi Riau, Jambi dan Kepulauan Riau Tahun 2013

Page 12: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 9

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 11. Hasil pemeriksaan Elisa dan PCR HC di tahun 2014

Tabel 12. Hasil pemeriksaan Elisa PRRS dan PCR H1N1 tahun 2014

Tabel 13. Hasil pemeriksaan Elisa dan PCR HC di Prop. Sumbar tahun 2014

Tabel 14. Hasil pemeriksaan Elisa dan PCR HC di Prop. Jambi tahun 2014

PROPINSI

PCR�HOG�CHOLERA

JUMLAH

ELISA�HOG�CHOLERA

SERO SERO JUMLAH

SUMATERA BARAT 140 - 140 9 - 9

RIAU 394 53 341 35 4 31

JAMBI 79 21 58 2 - 2

KEPULAUAN RIAU 135 98 37 25 - 25

JUMLAH 748 172 576 71 4 67

PROPINSI

PCR�H�N�

JUMLAH

ELISA�PRRS

SERO SERO JUMLAH

SUMATERA BARAT

RIAU

JAMBI

KEPULAUAN RIAU

JUMLAH

55 - 55 109 - 109

213 16 197 141 - 141

49 25 24 54 - 54

85 56 29 25 - 25

402 97 305 329 - 329

LOKASI

PCR�HOG�CHOLERA

JUMLAH

ELISA�HOG�CHOLERA

SERO SERO JUMLAH

Kep. Mentawai

Siberut selatan Muntei 35 - 35 - 9

Padang Pariaman

Batang Anai Payo Basung 56 - 56 - -

Pasaman

Panti Panti 49 - 49 - -

JUMLAH 140 - 140 - 9

LOKASI

PCR�HOG�CHOLERA

JUMLAH

ELISA�HOG�CHOLERA

SERO SERO JUMLAH

Batang Hari

Muara Tembesi Kampung baru 7 - 7 - - -

Jambi

Jelatung Kota baru 17 - 17 - - -

Muaro Jambi

Jambi Luar Kota Muaro Pijoan 44 17 27 - - -

Kumpeh Hulu Kasang lpk. Alai 11 4 7 2 - 2

79 21 58 2 - 2JUMLAH

Page 13: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 10

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 14. Hasil pemeriksaan Elisa dan PCR HC di Prop. Riau tahun 2014

Tabel 16. Hasil pemeriksaan Elisa dan PCR HC di Prop. Kepri tahun 2014

LOKASI

PCR�HOG�CHOLERA

JUMLAH

ELISA�HOG�CHOLERA

SERO SERO JUMLAH

Dumai Timur Bukit Batrem 56 - 56 - - -

Pasir Penyu Tanah Merah 15 3 12 3 3 -

Siak Hulu Baru 40 2 38 1 1 -

Tebing Tinggi Alah air 16 2 14 1 - 1

Rumbai Muaro Fajar 84 26 58 20 - 20

Palas 22 2 20 5 - 5

Pangkalan kerinci Pgln. kuras Timur 26 1 25 - - -

Bagan sinembah Bagan batu 70 16 54 - - -

Tambusai Batas 35 - 35 - - -

Dayun Dayun 14 - 14 3 - 3

Kandis Kandis Kota 5 - 5 1 - 1

Minas Minas Timur 11 1 10 1 - 1

394 53 341 35 4 31JUMLAH

Dumai

Indragiri Hulu

Kampar

Kep. Meranti

Pekanbaru

Pelelawan

Siak

Rokan Hulu

Rokan Hilir

LOKASI

PCR�HOG�CHOLERA

JUMLAH

ELISA�HOG�CHOLERA

SERO SERO JUMLAH

Bulang Pulau Bulan 110 97 13 - - -

Bintan Timur Batu Licin 10 1 9 10 - 10

Toapaya Toapaya 15 - 15 15 - 15

135 98 37 25 - 25JUMLAH

Batam

Bintan

Page 14: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 11

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tinjauan Pustaka

A. Hog Cholera

Etiologi

Hog Cholera berdasarkan taxonomi diklasifikasikan sebagai Pestivirus, termasuk dalam genus genus Pestivirus

dari famili Flafiviridae. Anggota laindari genus termasuk Bovine Viral Diarrhea (BVD) dan Border Disease Virus (BDV)

(Anonimus, 2000). Materi genetik virus tersusun atas RNA dan beramplop, memiliki karakteristik pengaruh

kepekaannya terhadap desinfektan. Strain Hog Cholera memiliki keganasan bervariasi, ada strain yang keganasannya

tinggi dan ada pula yang tidak patogen.

Virus Hog Cholera persisten dalam lingkungan yang merupakan gambaran epidemiologis sangat penting. Virus

stabil pada pH antara 4-10, tetapi peka pada suhu 60°C. Meskipun demikian virus Hog Cholera peka terhadap sinar

ultraviolet dan karena virus beramplop maka menjadi peka terhadap deterjen. Virus ini juga peka terhadap desinfektan,

alkali dan pelarut lainnya. Virus terlindung dari kerja agen inioelh tinja atau bentuk material proteinaceus lainnya

seperti karkas. Virus dapat hidup beberapa bulan dalam daging yang diasap dan beberapa tahun dalam daging beku.

Epidemiologi

Infeksi dapat terjadi melalui peroral atau hidung. Periode inkubasi penyakit bervariasi berkisar antara 6-11 hari

meskipun OIE menetapkan periode inkubasi 40 hari sebagai batas waktu maksimum. Virus mengadakan replikasi

dalam tonsil dari sini kemudian menyebar ke kelenjer limfe terus keseluruh tubuh, penyakit bentuk akut kebanyakan

babi akan mati dalam waktu 10-20 hari. Meskipun demikian, ada respon terhadap infeksi lain penyakit akut dan bentuk

Hog Cholera ini banyak terjadi penyebaran virus.

Babi-babi yang terinfeksi virus Hog Cholera dapat mengeluarkan virus sampai menjadi kebal, tetapi babi-babi yang

terinfeksi kronis dapat mengeluarkan virus yang terus menerus, demikian pula hewan yang memili level antibodi

rendah. Virus dikeluarkan lewat sekresi mulut atau hidung, sekresi mata, urin dan tinja.virus Hog Cholera juga

dikeluarkan dalam jumlah besar dari induk dalam cairan uetrus dan juga dikeluarkan pada anak babi yang digugurkan

atau lahir dini yang penting anak babi terinfeksi kongenital. Pada infeksi kronis diproduksi antibodi, jadi pengujian

secara serologis sangat berguna dalam mendiagnosis penyakit.

Cara penularan

Penularan virus Hog Cholera terjadi akibat pergerakan babi-babi yang sakit, daging babi dan produk babi lainnya.

Perpindahan babi yang sakit ini mungkin merupakan cara penularan penyakit yang paling menonjol dimana virus Hog

Cholera menyebar dari satu peternakan ke peternakan lain dari satu daerah ke daerah lainnya. Virus diketahui stabil

dalam daging dan produk daging dalam jangka waktu yang panjang oleh karena itu sampah yang mengandung daging

babi yang tertular merupakan sumber penularan yang potensial. Virus Hog Cholera juga dapat dikeluarkan lewat

semen dan dapat menular secara mekanis lewat jarum suntik, sepatu, peralatan dan vaksin yang terbuka serta botol-

botol antibiotika dimana petugas berpindah dari peternakan yang satu kepeternakan yang lain tanpa melakukan

pencucian atau ada hubungan kerjasama dengan sejumlah peternakan. Dokter Hewan juga berperan penting dalam

penularan Hog Cholera dari peternakan satu ke peternakan lain. Dalam hal ini Dokter Hewan harus hati-hati

menggunakan dan melakukan prosedur standar penanganan yang kemungkinan mendahului penyebaran penyakit.

Ada beberapa laporan dari literatur bahwa Hog Cholera dapat ditularkan oleh serangga sebagai vektor mekanis,

meskipun hal ini bukan dipandang sebagai mekanisme paling penting dalam penularan virus.

Page 15: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 12

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Gejala Klinis

Ada beberapa perbedaan manifestasi gejala klinis hog cholera yang dikenal :

1. Bentuk Per akut

Bentuk per akut ditandai dengan kematian mendadak. Tidak ada gejala klinis sebelumnya dan pada pemeriksaan

paska mati tidak ada perubahan pathologis.

2. Bentuk akut

Bentuk akut yang paling mudah dikenali dan ada hubungannya dengan gejala klinis mayor dan menurunnya

produksi. Hog Cholera merupakan penyakit yang ditandai dengan demam, suhu tubuh meningkat sampai dengan

42°C. Tingkat kematian tinggi bisa mencapai 100%. Babi-babi terserang memperlihatkan gejala gangguan

pernafasan dan batuk-batuk, disentri atau diare dengan atau tanpa muntah, disamping konjungtivitis, hiperemia

kulit dengan bercak-bercak warna ungu pucat, gerakan kaki tidak koordinasi dan konvulsi dimana hewan tidak bisa

bangun. Pada babi bunting mengalami keguguran.

3. Bentuk Sub Akut

Bentuk sub akut menunjukkan gejala klinis yang ringan, suhu tubuh sedikit lebih ringan, suhu tubuh sedikit lebih

rendah, berkisar 40-40,5°C. Tingkat kematian kasus rendah dan berlangsungnya penyakit lebih lama. Keguguran

juga dapat terjadi pada hewan yang bunting atau terjadi mumifikasi fetus, lahir dini atau keadaan lemah dan anak

babi yang terlihat gemetar.

4. Bentuk kronik

Bentuk kronik Hog Cholera terutama ditandai dengan ill thrift . Ada pneunomonia disertai batuk-batuk, menurunnya

nafsu makan, suhu tubuh turun naik, beberapa babi mengalami diare dan dermatitis atau penyakit yang tidak

memperlihatkan gejala klinis (asimtomatis).

B. Porcine Reproductive and Respiratory Syndrom (PRRS)

Porcine Reproductive and Respiratory Syndrom (PRRS) merupakan penyakit menular pada babi berumur muda,

ditandai dengan kelainan reproduksi dan pernafasan. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi pada

industri peternakan babi di seluruh dunia akibat kegagalan reproduksi dan pneumonia berat pada anak babi yang baru

lahir. Penyakit pertama kali terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1987 sebagai “misteri penyakit babi” dan “syndrome

infertilitas dan respiratori” pada babi (Geering et al., 1995). Pada tahun 1990 dan 1991, penyakit serupa terjadi di Eropa

dan menyebar secara cepat hampir di seluruh benua tersebut (Albina E., 1997).

Selama awal tahun 1990 kedua tipe virus tersebut diperkirakan hanya terjadi pada masing-masing wilayah dimana

virus tersebut berasal. Sejak vaksin virus hidup US PRRS yang dilemahkan digunakan oleh beberapa negara Eropa,

pada tahun 1997 terjadi penyebaran virus vaksin dari hewan yang divaksin ke kawanan babi bebas PRRS, yang kadang-

kadang disertai dengan gejala penyakit (Botner et al., 1997). Sekarang kedua tipe virus tersebut dapat dijumpai pada

kawanan babi Eropa sebagai hasil dari infeksi, vaksinasi maupun keduanya. Sebagai tambahan, virus PRRS strain

Eropa (EU PRRSV) sekarang tercatat beredar pada kawanan babi Amerika Utara, walaupun di Amerika Serikat hanya

vaksin turunan US PRRSV yang diizinkan (Dewey et al., 2000). Virus PRRS menyebar secara cepat pada seluruh

kawanan babi secara aerosol. Pergerakan babi terinfeksi memegang peranan utama dalam penyebaran penyakit

diantara kawanan babi. Kawin suntik menggunakan sperma tercemar virus PRRS kemungkinan juga berperan dalam

penyebaran penyakit (Geering et al., 1995)

Page 16: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 13

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Etiologi

Penyebab PRRS berupa virus RNA untai tunggal, polaritas positif, beramplop dan diklasifikasikan dalam famili

Arteriviridae, ordo Nidovirales, genus Arterivirus (Cavanagh D., 1997). Virus PRRS menginfeksi babi pada berbagai

umur dan sel yang menyokong replikasi virus berlokasi pada jaringan dan organ yang berbeda, dengan makrofag

alveolar sebagai tipe sel utama yang yang menyokong replikasi. Apoptosis sel berkaitan dengan infeksi virus PRRS

tersebar dalam berbagai organ termasuk pulmo, testes dan nodus limfatikus (Sirinarumitr, et al., 1998). Virus PRRS

menyebabkan infeksi akut panjang pada babi, dengan periode viremia 4-5 minggu diikuti infeksi persisten di jaringan

limfoid sampai beberapa bulan. Infeksi persisten pada babi masa sapih, virus PRRS dapat dideteksi sampai 157 hari

post infeksi (P.I.) (Wills et al., 1997). Pada babi dewasa lebih pendek sekitar 42-86 hari P.I. (Bierk et al., 2001). Propagasi

virus EU PRRS hanya dapat dilakukan pada biak sel primer monosit atau biak sel primer makrofag. Sebaliknya, virus US

PRRS dapat dikembangkan pada biak yang lain berupa garis sel ginjal kera MA104 (Kim et al., 1993). Virus PRRS

sensitif terhadap perubahan pH, diinaktifasi pada pH kurang dari 5 dan di atas pH 7. Virus mampu bertahan pada 0lingkungan kandang lebih dari 3 minggu. Virus juga diinaktifasi pada suhu 37 C selama 48 jam dan selama 45 menit

0pada suhu 56 C. (Geering et al., 1995).

Gejala Klinis

Masa inkubasi penyakit antara 1 hingga 10 minggu dengan gambaran klinis berupa gangguan reproduksi, sakit

ringan pada anak babi dan gangguan pernafasan pada babi yang lebih tua. Infeksi ringan dan infeksi subklinis sering

terjadi. Babi menunjukkan gejala anoreksia, demam, depresi dan gangguan respirasi. Menurunnya angka konsepsi,

aborsi pada kebuntingan akhir, lahir lemah, lahir mati atau mummifikasi fetus. Bila penyakit terjadi pertama kali pada

suatu peternakan, prosentase lahir mati mungkin meningkat sampai 30% dan kematian pada babi muda sebelum

umur sapih dapat mencapai lebih dari 50%. Pada babi muda menunjukkan anoreksia, bersin-bersin, pernafasan cepat,

penampilan jelek dan terkadang mati. Kemiripan gejala dapat terlihat pada babi yang lebih tua, sering terlihat lebih

ringan tergantung komplikasi infeksi sekunder. Sianosis pada kulit telinga, vulva, dan abdomen sering terlihat (Geering

et al., 1995).

Respon Imun

Babi mengembangkan antibodi dan respon imun berperantara sel mengikuti infeksi. Ig M terdeteksi 5-7 hari p.i. dan

menurun cepat setelah 2-3 minggu (Joo et al., 1997). Ig G terdeteksi dengan ELISA 7-10 hari, mencapai puncak 2-4

minggu P.I., bertahan untuk beberapa bulan dan menurun ke titer rendah sekitar 300 hari P.I. (Nelson et al., 1994).

Limfosit yang memproduksi IFN-γ spesifik virus tidak terdeteksi sampai 13 minggu setelah diinfeksi dengan virus

PRRS virulen atau 8 minggu setelah booster dengan vaksin hidup dilemahkan (Meier et al., 1996). Fungsi utama IFN-γ

mengatur ekspresi molekul dalam memproses dan presentasi antigen yang dibutuhkan oleh sel-T untuk stimulasi dan

pengenalan dari sel-T sitotoksik (Boehm et al., 1997).

Pada babi yang sembuh dari sakit atau oleh vaksinasi PRRS, respon imun bersifat sangat spesifik, lebih protektif

terhadap reinfeksi virus strain yang homolog daripada yang heterolog (Meier et al., 1996). Pada infeksi alami, secara

umum terjadi kegagalan respon imun untuk membersihkan virus secara cepat. Akibat keterlambatan respon imun ini,

terjadi ketidakmampuan membersihkan virus dari jaringan selama periode infeksi akut sehingga banyak terjadi

kerusakan jaringan, replikasi virus yang berlimpah, ekskresi dan menyediakan transmisi langsung. Adanya hewan

yang terinfeksi virus PRRS secara persisten, menggambarkan ketidakmampuan respon imun untuk menanggulangi

infeksi terus menerus (Xiao et al., 2004).

Page 17: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 14

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

C. H1N1

Flu Babi (Swine Influenza) dapat menyebabkan epidemik penyakit pernafasan akut pada babi, dengan morbiditas

yang tinggi tetapi mortalitasnya rendah. Pada perkembangannya, Flu Babi juga dapat menjadi endemis. Virus Flu Babi

dapat juga ditularkan secara langsung ke manusia. (Geering et al., 1995).

Flu babi adalah sebuah penyakit pernafasan yang bersifat akut, sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus

influenza tipe A. Virus influenza, sebuah virus beramplop anggot keluarga Orthomyxoviridae, mempunyai kemampuan

yang unik untuk terjadinya variasi genetik berdasarkan dua gambaran molekuler dari keluarga virus. Pertama, protein

permukaan virus mampu bermutasi sampai 50 % pada urutan asam amino mereka untuk menyelenggarakan

fungsinya dalam infeksi. Kedua, viral genom bersegmen, bebas satu sama lain memungkinkan terbentuknya satu

strain virus jika terjadi infeksi campuran virus influenza yang berbeda genotip (Gallaher, 2009).. Tiga subtipe utama

yang sekarang bersirkulasi dalam populasi babi adalah virus classical swine influenza (SIV) dan virus reasortasi dari

H1N1, H3N2 dan H1N2. Disamping itu babi juga dapat terinfeksi oleh virus influenza A subtype yang lain. Sedangkan

berdasarkan proyeksi Heamglutinin (H) dan Neuraminidase (N) pada permukaan antigen, kebanyak kasus Flu Babi

disebabkan oleh virus type H1N1. Flu Babi seringkali mengalami komplikasi dengan infeksi bakterial (Geering et al.,

1995).

Babi berperan sebagai mixing vessel untuk virus influenza unggas dan manusia. Babi rentan terhadap infeksi virus

influenza unggas dan manusia, reasortasi genetik diantara kedua virus tersebut dapat terjadi bila virus menginfeksi

babi (Scholtissek, 1990). Babi mempunyai dua reseptor pada saluran pernafasan berupa SAα2,3Gal (reseptor avian)

dan SAα2,6Gal (reseptor mamalia) pada ujung gula sakarida (Ito et al., 1998), demikian juga puyuh (Wan and Perez,

2006) dan manusia (Shinya et al., 2006). Sebelum tahun 1998 hanya virus swine influenza H1N1 klasik yang diisolasi

dari babi-babi amerika. Sejak tahun 1998 dobel reasortan (human/swine, subtype H3N2) dan tripel reasortan

(human/avian/swine, subtype H3N2, H1N2, H1N1, H3N1) virus influenza A telah diisolasi dari babi-babi Amerika

Serikat dan Kanada (Zhou et al., 1999).

Babi terinfeksi virus influenza menunjukan gejala demam, lesu, bersin-bersin, batuk, sulit bernafas dan menurunnya

nafsu makan. Virus influenza babi umumnya hanya bereplikasi pada saluran pernafasan babi. Kekebalan cepat

berkembang dan dapat dideteksi kurang dari 1 minggu setelah infeksi (Spronk G.D., 2001). Walaupun tingkat kematian

rendah (1-4%), virus dapat menyebabkan kerugian ekonomi peternak berupa penurunan berat badan dan

terhambatnya pertumbuhan. Babi terinfeksi dapat kehilangan sampai 12 pon berat badan selama periode 3-4 minggu

(Kothalawala et al., 2006).

Penyebaran penyakit terutama melalui kontak langsung dengan babi terinfeksi, biasanya selama transportasi ternak

(Kothalawala et al., 2006). Resiko penularan cukup tinggi pada peternakan intensif, dimana babi-babi sangat

berdekatan satu sama lain. Virus akan menginfeksi semua babi pada suatu peternakan dalam beberapa hari

(Gilchrist et al., 2007).

Page 18: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 15

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

1.2. Tujuan Surveilans

1.2.1 Tujuan umum adalah

1. Meningkatkan kondisi kesehatan hewan melalui Pemberantasan Hog Cholera dalam upaya mendukung

menciptakan rasa aman masyarakat peternak dari penyakit yang patogen tersebut.

2. Terlaksananya survey dan penyidikan Penyakit Hog Cholera yang dimana hasilnya akan dapat ditindaklanjuti oleh

Dinas peternakan atau Dinas yang membidangi kesehatan hewan dalam upaya Pemberantasan Hog Cholera.

3. Mengetahui perkembangan penyakit Hog Cholera di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi serta mengetahui

tingkat keberhasilan program pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan menuju pembebasan Hog

Cholera wilayah per wilayah.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Mendeteksi keberadaan Virus Hog Cholera di wilayah propinsi Sumatera Barat dalam rangka mempertahankan

status bebas.

2. Mengetehui prevalensi Hog Cholera di Propinsi Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.

1.3 Sasaran

1. Peningkatan kesehatan hewan terhadap Penyakit Hog Cholera.

2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan bagi masyarakat

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui terkendalinya penyakit Hog Cholera

Page 19: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 16

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Buletin Informasi Kesehatan Hewan - Volume 17 Nomor 91 Tahun 201516

2.1. MATERI

Surveilans dilakukan dengan mengambil sampel berupa dibedakan berdasarkan tujuan. Propinsi Sumatera Barat

sampel yang diambil adalah serum darah babi, Darah antikoagulan untuk seluruh sampel berasal dari beberapa

petenakan babi rakyat yang dipelihara secara tradisional maupun peternakan babi yang dipelihara secara modern. Jika

ada hasil seropositif maka darah antikoagulan dilanjutkan untuk pemeriksaan deteksi antigen dengan metode PCR.

2.2. METODE

Pemeriksaan antibodi Hog Cholera dilakukan secara Elisa Kompetitif. Reagen yang digunakan berupa Kit ELISA

antibodi Hog Cholera VDPro ® CSFV Antibody C-ELISA Kit. Rev. 05, Kit ELISA PRRS produksi IDEXX Laboratories, Inc.

USA dan Kit ELISA H1N1 produksi IDEXX Laboratories Inc, USA.

Untuk sampel darah antikoagulan diperiksakan dengan metode PCR terhadap sampel yang serum diperiksakan

secara Elisa diperoleh hasil seropositif Hog Cholera.

Prosedur pemeriksaan Elisa Hog Cholera

1. Siapkan semua reagen, sampel dan catatan posisi sampel yang dalam plate

2. Isi 50 µl dilution buffer 1x kedalam masing-masing lubang mikroplate

3. Tambahkan 50 µl sampel pada semua lubang mikroplate kecuali G 11-12 untuk Kontrol Positif dan H 11-12 untuk

Kontrol Negatif

4. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperatur kamar selama 60 menit.

5. Buang (kosongkan) semua larutan dalam mikroplate kemudian Cuci dengan larutan pencuci (wash buffer)

sebanyak 3 (tiga) kali dan kemudian setalah pencuacian terakhir pukulkan mikroplate sampai terbuang sempurna

6. Isikan 100 µl Konjugat (HPRO Anti E-2) pada semua lubang. Tutup mikroplate dengan penutup dan inkubasi

mikroplate pada temperature kamar selama 30 menit.

4. Ulangi langkah 5

5. Isikan Isikan 100 µl TMB Substrat pada semua lubang mikroplate

6. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperature kamar selama 15 menit. Dan lihat perubahan

warna dengan mata

S1 S9 S17 S25 S33 S41 S49 S57 S65 S73 S81 S87

S2 S10 S18 S26 S34 S42 S50 S58 S66 S74 S82 S88

S3 S11 S19 S27 S35 S43 S51 S59 S67 S75 S83 S89

S4 S12 S20 S28 S36 S44 S52 S60 S68 S76 S84 S90

S5 S13 S21 S29 S37 S45 S53 S61 S69 S77 S85 S91

S6 S14 S22 S30 S38 S46 S54 S62 S70 S78 S86 S92

S7 S15 S23 S31 S39 S47 S55 S63 S71 S79 PC PC

S8 S16 S24 S32 S40 S48 S56 S64 S72 S80 NC NC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A

B

C

D

E

F

G

H

Bab II

Materi dan Metode

Page 20: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 17

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

7. Tambahkan 50 µl stop solution pada semua lubang mikroplate

8. Baca OD semua lubang mikroplate dengan ELISA reade pada absorbance 450 nm

Pembacaan Hasil

A. Validasi

1. Hitung nilai mean OD poditif (PCx) dan Kontrol Negatif (Ncx)

2. Nilai Kontrol Negatif harus lebih dari 0.5

3. Nilai Kontrol Positif harus kurang dari 0.2

B. Interpretasi

1. Hitung % PC sampel dengan rumus :

2. Interpretasi

3. Jika hasilnya meragukan, periksa sampel (kontaminasi bakteri dll) dan lakukan test ulangan.

4. Jika hasil ulangan tetap meragukan, periksa epidemiologi farm dan lakukan pengambilan sampel serum ulang dan

lakukan pemeriksaan lagi.

Prosedur Pemeriksaan Elisa Hog PRRS

1. Siapkan semua reagen, sampel dan catatan posisi sampel yang dalam plate.

2. Isikan 100 µl kontrol negatif pada lubang C1 dan D1, NHC pada lubang C2 dan D2.

3. Isikan 100 µl kontrol positif pada lubang A1 dan B1, NHC pada lubang A2 dan B2.

4. Tambahkan 100 µl sampel pada semua lubang mikroplate.

5. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperatur kamar selama 30 menit.

6. Buang (kosongkan) semua larutan dalam mikroplate kemudian Cuci dengan larutan pencuci (wash buffer)

sebanyak 3 (tiga) kali dan kemudian setalah pencuacian terakhir pukulkan mikroplate sampai terbuang sempurna.

7. Isikan 100 µl Konjugat (HPRO Anti E-2) pada semua lubang.

8. Tutup mikroplate dengan penutup dan inkubasi mikroplate pada temperature kamar selama 30 menit.

9. Ulangi langkah 6

10. Isikan 100 µ TMB Substrat pada semua lubang mikroplate.

11. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperature kamar selama 15 menit.

12. Isikan 100 µl Stop Solutioan pada semua lubang mikroplate.

13. Baca OD semua lubang mikroplate dengan ELISA reader pada absorbance 450 nm.

Pembacaan Hasil

Validasi

1. Hitung nilai S/P masing-masing sampel

2. Jika nilai S/P kecil dari 0.4 maka dikelompokkan sebagai negatif antibodi PRRS

3. Jika nilai S/P besar atau sama dengan dari 0.4 maka dikelompokkan sebagai positif antibodi PRRS

Interpretasi

1. Hitung rata-rata kontrol negatif (NC : PRRS) 3. Hitung rasio S/P : ( sampel A : PRRSV ) – ( sampel A : NHC )

2. Hitung rata-rata control positif (PC : PRRS) ( PC : PRRSV ) - ( PC : NHC )

% PC = (NCx - OD sampel ) / (NCx – PCx) X 100

Interpretasi Negatif Positif≥ �������������PC

Page 21: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 18

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

REALISASIPOPULASILOKASI SAMPEL

Prov. Sumatra Barat 1 Padang Pariaman 250 118 1482 Pasaman 150 38 263

Kepulauan Mentawai

100Provinsi Riau

1

Kota Pekanbaru

13.692

114

1142

Kota Dumai

6.882

97

1003

Kab. Kampar

2.291

55

524

Kab. Pelalawan

893

25

265

Kab. Bengkalis

5.238

74

59

6

Kab. Rokan Hilir

8.595

121

547

Kab. Rokan Hulu

5.013

71

61

8 Kab. Siak 2.294 32 329 Kab. Indragiri Hulu 2.518 35 38

10

Kep. Meranti

2.457

35

20Provinsi Jambi

1

Muaro Jambi

1.5

42

30

2

Kota Jambi

1

15

163

Bungo

100

15

Provinsi Kepri 1

Bintan

1.602

25

282

Lingga

356

10

223

Kota Tanjung Pinang

750

10

154 Karimun 2.126 35 22

967 96399.6

Jumlah% Capaian

Hasil Pengamatan di Lapangan

Dari pengamatan dilapangan terhadap ternak babi yang dipelihara di Regional II, kondisi ternak sangat bervariasi.

Ternak babi umumnya dipelihara oleh Etnis Tionghoa. Babi yang dipelihara sebagai pemenuhan kebutuhan untuk

masyarakat non muslim yang membutuhkan daging babi. Umumnya babi dipelihara secara tradisional, dimana dibuat

kandang petak-petak disekitar rumah mereka berupa kandang panggung. Kandang indukan dipisahkan dengan kandang

anakan, terutama anak-anak yang sudah disapih. Namun demikian beberapa peternak telah memelihara babi dengan

sistem modern memberikan pakan dan minum serba otomatis, kandang dari kawat baja/stainless dan semi modern

(kandang dari beton, pemberian pakan dan minum masih manual). Hal ini terdapat pada peternak besar (sebagai usaha

pokok). Pada kedua sistem pemeliharaan ini kandang bersih, sehat dan teratur . Pakan yang mereka berikan, berupa sisa

rumah makan, dan sisa pasar dan dicampur dengan pakan pabrik ala kadarnya, sebagai penambah cita rasa. Secara

umum babi cukup gemuk dan berisi. Sekitar umur 6 bulan babi dijual untuk dipotong.

Sedangkan pengamatan dilapangan terhadap ternak babi yang dipelihara di Propinsi Sumatera Barat sangat sedikit,

berada pada lokasi yakni di Kabupaten Pasaman, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten kepulauan Mentawai.

Babi yang dipelihara sebagai pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat non muslim yang membutuhkan daging babi.

Babi tersebut terlokalisir pada satu kawasan/kelompok peternak. Umumnya babi dipelihara secara tradisional, dimana

dibuat kandang petak-petak disekitar rumah mereka. Pakan yang diberikan berupa sisa-sisa dapur ditambah sedikit

pakan konsentrat (penguat). Peternak babi umumnya memelihara secara tradisional kurang memperhatikan kualitas

pakan dan kebersihan kandang serta lingkungan sehingga mempermudah atau mempercepat timbulnya kasus penyakit.

Babi yang dipelihara di Kab. Padang Pariman dan Pasaman berasal dari keturunan babi Ras Landrice atau dikenal

masyarakat sebagai babi putih, sedangkan di Kepulauan Metawai babi Hutan (babi hitam).

Hasil Pengambilan Sampel di Lapangan

Tabel 17. Realisasi pengambilan sampel Kegiatan Monitoring dan Surveillan Hog Cholera Tahun 2015

Bab III

Hasil dan Pembahasan

Page 22: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 19

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Pengambilan sampel untuk monitoring Hog Cholera Propinsi yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.

Jumlah sampel yang diperoleh dari lapangan dapat dilihat pada diatas.

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa untuk kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik yang ditandai dengan

realisasi capaian target sebesar 99.6 dan terdapat satu kabupaten yaitu Kab. Bungo yang ditargetkan tidak tercapai

tetapi Kab. Kepulauan Mentawai yang tidak ditargetkan dilakukan pengambilan sampel.

Ada 3 pendekatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Hewan dalam melakukan kebijakan pemberantasan dan

pengendalian menghadapi Hog Cholera yaitu : target pembebasan, Tindakan Pemberantasan dan Pengendalian serta

Monitoring dan Evaluasi. Target pembebasan Hog Cholera dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilakukan oleh Balai Veteriner Bukittinggi pada masing-masing daerah. BVET Bukittinggi direncanakan bebas Hog

Chorela yang dilakukan dengan pembebasan propinsi per propinsi.

Tindakan Pemberantasan dan Pengendalian dilakukan dengan penutupan wialayah merupakan tindakan

pencegahan yang baik untuk mengurangi penyebaran penyakit. Namun demikian tindakan ini memerlukan

pertimbangan yang matang terutama menyangkut status wilayah terhadap kasus Hog Cholera. Kriteria dimaksud adalah

tentang wilayah bebas atau daerah bebas, daerah tersangka dan daerah tertular.

Pada Daerah Bebas kriterianya adalah dilarang memasukkan ternak babi, bahan hasil ternak dan hasil ikutannya dari

daerah tertular dan dari daerah tersangka, dilarang membawa atau memasukkan vaksin Hog Cholera dan melakukan

vaksinasi. Selain itu dilakukan Penyidikan serologis untuk memberikan keyakinan bahwa daerah tersebut tetap bebas

terhadap Hog Cholera, penyidikan dilakukan secara sampling pada lokasi yang dianggap rawan sesuai yang diperlukan

serta pemantauan/monitoring dilakukan terhadap kasus-kasus yang dicurigai.

Daerah Tersangka perlakuannya sama dengan daerah bebas. Penyidikan dan monitoring/pemantauan lebih intensif

bila dibandingkan dengan daerah bebas dan perlu kepastian status daerah ini terhadap Hog Cholera (status tertular atau

bebas) melalui penyidikan dan penelitian. Sedangkan, pada Daerah Tertular dilakukan Pengawasan Lalu Lintas. Ternak,

hasil ternak dan bahan ikutannya yang masuk ke daerah tertular melalui tindak karantina/penolakan sesuai peraturan

yang berlaku, diantaranya harus mempunyai Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dokter Hewan yang berwenang

dari daerah asal ternak. Ternak (babi) yang berasal dari daerah tertular harus sudah divaksinasi Hog Cholera di daerah

asal dan Ternak babi yang berasal dari daerah bebas, tersangka harus divaksinasi di karantina hewan tujuan.

Pencegahan penyakit dilakukan dengan vaksinasi setiap tahun pada semua populasi ternak terancam. Kriterianya

adalah vaksin yang boleh digunakan adalah vaksin yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah, pada peternakan

skala komersil (usaha peternakan) pengadaan vaksin dilakukan secara swadaya dan pelaksanaan vaksinasi dilakukan

oleh Dokter Hewan. Sedangkan, pada peternakan rakyat, untuk membudayakan pelayanan dilakukan pembinaan

kelompok oleh Poskeswan/Dinas Peternakan. Petenakan raknyat yang belum berswasembada diberikan subsidi vaksin

Hog Cholera dengan biaya operasional ditanggung oleh pemerintah.

Kegiatan monitoring dilakukan oleh pusat/daerah dan Bvet selama pelaksanaan lapangan masih berlangsung baik

pada peternakan raknyat atau pada perusahaan atau peternakan komersil. Evaluasi dilakukan oleh pusat dan daerah

dengan materi yang dievaluasi antara lain distribusi sarana (vaksin, obatan dan peralatan), realisasi pelaksanaan

operasional (vaksinasi, pengobatan, diagnosa serta situasi penyakit (sakit, mati, kasus terkhir).

Sesuai dengan kebijakan diatas Balai Veteriner Bukittinggi telah melakukan Surveillanss dan Monitoring terhadap

penyakit babi seperti Hog Cholera, PRRS dan H1N1 dan sampel yang diperoleh diperiksa dilaboratorium virologi dengan

menggunakan Metode ELISA. Teknik ELISA ini adalah asalah satu teknik pengujian yang relatif cepat, mudah dan spesifik

untuk mendeteksi antigen Virus Hog Cholera, termasuk reaksi silang dengan pestivirus lainnya, seperti Bovine Viral

Diarrhea (BVD) dan Border Disease (BD). Teknik ini menunjukkan korelasi yang bagus dengan reserve transkriotase

polymerase chain Reaction (PCR) dan isolasiVirus. Dan sampel diperiksakan juga dengan metode PCR di laboratorium

Bioteknologi.

Page 23: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 20

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 18. Rekapitusasi Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dengan tahun 2015

Target pembebasan Hog Cholera dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Balai Veteriner

Bukittinggi pada masing-masing daerah. Rencana pembebasan Hog Cholera di dilakukan secara bertahap. Tahun 2014

telah diperoleh pada Tanggal 7 Februari 2014 melalui SK Meteri Pertanian Propinsi Sumatera Barat di nyatakan bebas

CSF/Hog Cholera.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel yang diperiksa diperoleh dari kegiatan Monitoring dan

Surveillans Hog Cholera, PRRS dan H1N1 diketahui hasil sebagai berikut :

Tabel 19. Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Sumbar Tahun 2015

Di Propinsi Sumatera Barat ditargetkan sampel sebanyak 156 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel sebanyak

274 sampel. Sampel yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Padang Pariaman, Kecamatan Batang

Anai dan Desa Sungai Buluh dengan sistem pemeliharaan secara tradisional, diperiksa sebanyak 148 sampel dari 250

ekor populasi babi yang terancam dan diperoleh hasil 1 sampel HC seropositif. Sampel ini dilanjutkan dengan

pemeriksaan antigen melalui pemeriksaan dengan metode PCR, diperoleh hasil negatif. Ini menyatakan bahwa tidak

terdapat antigen virus Hog Cholera di Propinsi Sumatera Barat. Tindakan yang dilakukan oleh dinas terhadap sampel

yang seropositif ini adalah dengan potong paksa.

Dari hasil pemeriksaan sampel di Kab. Padang Pariaman ini selama tujuh tahun terakhir (2006-2015) terhadap

antigen Hog Cholera.

Di Kabupaten Pasaman, Kecamatan Panti dengan sistem pemeliharaan secara tradisional, diperiksa sebanyak 26

sampel dari 150 ekor populasi babi yang terancam dan diperoleh hasil 100% seronegatif. Sampel ini tidak memenuhi

target disebabkan oleh kurangnya peran aktif peternak dalam membantu menghandle ternak. Daerah Kepulauan

1 274 1 273 1 0 1

2 556 21 535 19 8 11

3 46 33 13 8 7 1

4 87 8 79 18 1 17

963 63 900 46 16 30

6.5 93.5 34.8 65.2 JUMLAH

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Kepulauan Riau

LOKASI JUMLAHJUMLAH HC HCHC, SERO HC, SERO

% sero dan

Kepulauan Mentawai Siberut Barat Daya 100 - 100 - - -

Sagulubek Pasaman

Panti 26 - 26 - - - Panti

Padang Pariaman Batang Anai 108 1 107 1 - 1

Tanjung Basung Padang Pariaman

Batang Anai 40 - 40 - - - Tanjung Basung

274 1 273 1 0 1

325

564

775

790

JUMLAH

NO EPI JUMLAHJUMLAHLOKASI HC HCHC, SERO HC, SERO

Page 24: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 21

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Mentawai sebanyak 100 sampel dan diperoleh hasil hasil 100% seronegatif. Kepulauan Mentawai ini tidak termasuk

sasaran surveillans, sampel ini berasal dari hasil Kegiatan Penyidikan Penyakit Anthraks yang juga diperiksakan Elisa

Hog Cholera.

Hasil surveillan di propinsi Sumatera Barat sesuai dengan OIE suatu negara, daerah atau kopartemen dinyatakan

bebas dari CSF ketika surveilans jika : Belum ada wabah dari CSF dalam babi peliharaan selama 12 terakhir, Tidak ada

bukti infeksi CSFV telah ditemukan dalam babi peliharaan selama 12 bulan terakhir, Tidak ada vaksinasi terhadap CSF

yang telah dilakukan selama 12 bulann terakhir. Kecuali ada cara, divalidasi ke standar OIE membedakan antara vaksin

dan yang terinfeksi babi dan Babi peliharaan import memenuhi persyaratan.

Tabel 20. Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Riau Tahun 2015

Kepulauan Meranti

Tebing Tinggi

15

-

15

-

-

-

Alah Air

Tebing Tinggi Barat

5

-

5

-

-

-

Gogok Darussalam

Indragiri Hulu

Pasir Penyu 38 5 33 4 - 4

Tanah Merah

Pelalawan

Pangkalan Kerinci 26 - 26 - - -

Kerinci Timur

Rokan Hilir

Bagan Sinembah

Bagan Batu Barat 8 - 8 - - -

Bagan Batu Kota 46 8 38 5 - 5 Rokan Hulu

Rambah Sukamaju 10 - 10 - - -

Tambusai Batang Kumu 13 - 13 - - -

Ujung Batu Ujung Batu 38 - 38 - - -

Dumai Dumai Timur 100 - 100 - - -

Bukit Batram Bengkalis

Pinggir 59 - 59 - - - Semunai

Pekanbaru Rumbai

Palas 89 7 82 7 7 - Rumbai 25 - 25 - - -

Siak Tualang

32

-

32

-

-

-

Perawang Barat

Kampar Tapung

52

1

51

3

1

2 Pantai Cermin

556 21 535 19 8 11

609

633

646

709

203

338

JUMLAH

342

396

543

549

NO EPI JUMLAHJUMLAHLOKASI

3.8 96.2 42.1 57.9

HC HCHC, SERO HC, SERO

% sero dan

Page 25: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 22

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Jambi Jelutung

Andil Jaya 7 - 7 - - - Kota Baru

Kenali Besar 9 5 4 3 3 - Muaro Jambi

Mestong Pondok Meja 21 21 - - - -

Sungai Gelam Kebun Sembilan 9 7 2 5 4 1

46 33 13 8 7 1

71.7 28.3 87.5 12.5

636

652

JUMLAH

NO EPI JUMLAHJUMLAHLOKASI HC HCHC, SERO HC, SERO

% sero dan

Di Propinsi Riau ditargetkan sampel sebanyak 659 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel sebanyak 556 sampel

(84.4%). Sampel yang diperiksa tahun 2015 diperoleh hasil diperoleh hasil bahwa sebanyak 21 sampel dari 556 sampel

(3.8%) HC seropositif dan 535 sampel (96.2%) HC seronegatif.

Hal ini menunujukkan penurunan dibandingkan tahun 2014 sebanyak 409 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel

sebanyak 394 sampel (96%). Sampel yang diperiksa tahun 2014 diperoleh hasil diperoleh hasil bahwa sebanyak 53

sampel dari 394 sampel (13,5%) HC seropositif dan 341 sampel (86,5%) HC seronegatif.

Sedangkan jika dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PCR diperoleh hasil dari 19 sampel yang diperiksa

diperoleh hasil 8 sampel positif. Hal ini mengalami peninngkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 35

sampel darah antikoagulan yang serumnya seropositif diperiksakan dengan metode PCR diperoleh hasil sebanyak 4

sampel positif Hog Cholera.

Hasil positif ini berasal dari Kabupaten Indragiri Hulu, Kecamatan Pesisir Penyu, Desa Tanah Merah sebanyak 4

sampel, daerah ini merupakan daerah yang pada tahun 2014 juga ditemukan kasus positif; Kabupaten Rokan Hilir,

Kecamatan Bagan Sinembah, Desa Bagan Batu Kota 5 sampel. Kota Pekanbaru, Kec. Rumbai Desa Palas sebanyak 7

sampel dan dari Kabupaten Kampar, Kecamatan Siak, Desa Pantai Cermin sebanyak 1 sampel, di Kecamatan ini pada

tahun 2014 juga diperoleh hasil positif. Sampel yang berasal dari Kampar ini menunjukkan gejala klinis tidak nafsu

makan, kurus dan mencret.

Tabel 21. Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Jambi Tahun 2015

Di Propinsi Jambi ditargetkan sampel sebanyak 72 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel sebanyak 46 sampel

(64.9%) hal ini disebabkan ada 1 kabupaten yang ditargetkan tidak terlaksana. Hal ini disebabkan karena tidak ada lagi

kegiatan pengambilan sampel lain ke wilayah ini.

Di Propinsi Jambi, dari total sampel yang diperiksa diperoleh hasil bahwa sebanyak 12 sampel dari 46 sampel (26%)

seropositif dan 13 sampel (28.3%) seronegatif, hal menunjukkan tingkat prevalensi yang sam dengan tahun 2014 dari

total sampel yang diperiksa diperoleh hasil bahwa sebanyak 21 sampel dari 79 sampel (26%) seropositif dan 58

sampel (974,40.8%) seronegatif. Sebanyak 7 sampel yang diperiksakan PCR diperoleh hasil negatif Hog Cholera,

mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu sebanyak 2 sampel.

Di Kota Jambi, Kecamatan Kota Baru desa Kinali Besar diperoleh hasil 5 sampel seropositif, tetapi hanya 3 sampel

yang bisa dilanjutkan pemeriksaan PCR diperoleh positif Hog Cholera.

Di Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Mestong, Desa Pondok meja sampel yang diperoleh sebanyak 21 sampel

Page 26: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 23

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tanjung Pinang Tanjung Pinang Timur

Batu Sembilan 15 - 15 - - - Bintan

Bintan Timur Gunung Lengkuas 12 - 12 - - -

Toapaya Toapaya 16 - 16 - - -

Karimun Tebing 22 8 14 8 1 7

Tebing Linggga

Singkep 22 - 22 10 - 10 Batu Kacang

87 8 79 18 1 17 9.2 90.8 5.6 94.4

137

138

208

400

JUMLAH

NO EPI JUMLAHJUMLAHLOKASI HC HCHC, SERO HC, SERO

% sero dan

ini telah dilakukan vaksinasi Hog Cholera dan hasil pemeriksaan dengan metode Elisa diperoleh hasil 100%

seropositif. Sedangkan di Kec. Sungai Gelam Desa Kebun Sembilan diperoleh hasil 7 sampel seropositif. Tetapi 5

sampel darah antikoagulan yang diperiksakan PCR dan diperoleh 4 sampel positif Hog Cholera

Tabel 22. Hasil Pemeriksaan Hog Cholera dari Prop. Kepri Tahun 2015

Di Propinsi Kepulauan Riau ditargetkan sampel sebanyak 80 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel sebanyak 807

sampel. Realissi smpel yang diperoleh melebihi yang ditargetkan.

Total sampel yang diperiksa diperoleh hasil bahwa sebanyak 8 sampel dari 87 sampel (9.2%) seropositif dan 79

sampel (90.8%) seronegatif. Sedangkan terhadap 8 sampel darah antikoagulan yang diperiksakan PCR menunjukkan

hasil positif Hog Cholera 1 sampel. 1 sampel ini berasal dari babi yang berada dirumah potong.

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Sumbar Tahun 2015

20 - 20

Panti 20 - 20

Pasaman Panti

JUMLAH

564

NO EPI JUMLAHLOKASI PRRS SERO PRRS SERO

Page 27: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 24

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 24. Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Riau Tahun 2015

Tabel 25. Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Jambi Tahun 2015

Kepulauan Meranti Tebing Tinggi

Alah Air 2 - 2

Tebing Tinggi Barat Gogok Darussalam 2 - 2

Indragiri Hulu Pasir Penyu

Tanah Merah 25 - 25

Bagan Batu Kota 11 - 11

Sukamaju 7 - 7

Batang Kumu 4 - 4

Ujung Batu 14 - 14

26 - 26

Bukit Batram

20 - 20 Semunai

23 - 23 Perawang Barat

134 0 134

Dumai Timur

Bengkalis

Pinggir

Siak

Tualang

Rokan Hilir

Bagan Sinembah

Rokan Hulu Rambah

Tambusai

Ujung Batu

Dumai

609

646

JUMLAH

203

338

396

543

549

NO EPI JUMLAHLOKASI PRRS SERO PRRS SERO

11 4 7

Andil Jaya

Kenali Besar 7 4 3

Pondok Meja 12 - 12

Kebun Sembilan 4 - 4

34 8 26

Mestong

Sungai Gelam

JUMLAH

636

652

Jambi

Jelutung

Kota Baru

Muaro Jambi

NO EPI JUMLAHLOKASI PRRS SERO PRRS SERO

Page 28: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 25

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Tabel 26. Hasil Pemeriksaan PRRS dari Prop. Kepri Tahun 2015

Hasil pemeriksaan sampel di Propinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi untuk Pemeriksaan Elisa PRRS diproleh hasil

100% seronegatif. Sedangkan sampel yang berasal dari Kabupaten Karimun sebanyak 22 sampel diperoleh hasil

sebanyak 4 sampel seropositif.

Tabel 27. Hasil Pemeriksaan Virus Influenza A Tahun 2015

Pada pemeriksaan Virus Influenza A menggunakan PCR diperoleh hasil dari keseluruhan sampel yang diperiksa

sebanyak 321 sampel, seluruhnya menunjukkan hasil negatif H1N1. Hal ini menunjukkan di wilayah kerja Bvet

Bukittinggi pada tahun 2015 tidak ditemukan agen Virus H1N1 di lapangan.

15 - 15

Batu Sembilan

2 - 2

Gunung Lengkuas

Toapaya 8 - 8

22 4 18

Tebing

47

4

43

8.5 91.5

Karimun Tebing

Toapaya

Tanjung Pinang

Tanjung Pinang Timur

Bintan

Bintan Timur

JUMLAH

137

138

208

NO EPI JUMLAHLOKASI PRRS SERO PRRS SERO

% sero dan

325 Kepulauan Mentawai 25 - 25 564 Pasaman 26 - 26

342 Pelalawan 25 - 25 543 Rokan Hulu 40 - 40 549 Dumai 69 - 69 609 Bengkalis 34 - 34 633 Pekanbaru 11 - 11 646 Siak 20 - 20

636 Jambi 11 - 11 652 Muaro Jambi 24 - 24

137 Tanjung Pinang 10 - 10 138 Bintan 26 - 26

321 0 321 JUMLAH

Provinsi Sumatera Barat

Provinsi Riau

Provinsi Jambi

Provinsi Kepulauan Riau

NO EPI JUMLAHLOKASI

PCR VIRUS INFLUENZA A

Page 29: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 26

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Kendala yang mungkin dihadapi adalah

1. Keterlambatan surat pemberitahuan Dinas Luar

2. Presepsi Dinas yang salah terhadap jadwal Dinas Luar misalnya di surat pemberiatahuan dijadwalkan Dinas

Luarnya dari tanggal 3 s/d 5. Pihak Dinas telah menyusun jadwal dari tanggal 3, padahal tanggal 3 tersebut kita baru

berangkat menuju lokasi.

3. Pada jadwal Dinas Luar pihak dinas yang kita kunjungi sedang sibuk banyak kegiatan sehingga menugaskan

petugas yang tidak mengenal lapangan.

4. Hasil Surveilans sebelumnya belum sampai ke Dinas

5. Hasil pengambilan sampel yang sebelumnya tidak sampai dari dinas ke peternak, sehingga waktu pengambilan

peternaknya keberatan

6. Kebanyakan peternak tionghoa kurang kooperatif.

Pengendalian Resiko adalah

1. Surat Pemberitahuan Dinas Luar sudah dikirim sebulan sebelum jadwal kegiatan

2. Ketua tim sebaiknya menghubungi kontak person di lapangan untuk mengkonfirmasi surat pemberitahuan dan

menjelaskan jadwal yang direncanakan oleh tim

3. Ketua tim pro aktif untuk melihat surat jawaban sebelumnya sudah dikirim ke bagian infovet atau secretariat.

Bab IV

Resiko / Analisa Resiko

Page 30: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 27

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

4.1. KESIMPULAN

1. Propinsi Sumatera Barat masih dinyatakan bebas dengan tidak ditemukan antigen Hog Cholera.

2. Sero Prevalensi Hog Cholera di Propinsi Riau sebesar 3.8%, Propinsi Jambi sebesar 26.1 % dan kepulauan Riau 9.2%.

4.2. SARAN

1. Perlu dilakukan Surveillans terstruktur dalam upaya mempertahankan status bebas Propinsi Sumatera Barat dari

penyakit Hog Cholera dan prevalensi untuk propinsi Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.

2. Terus lakukan pemantauan dan kewaspadaan terhadap perkembangan penyakit Flu Babi dan PRRS di wilayah

Regional II.

3. Lakukan pengawasan yang ketat terhadap keluar masuknya babi.

Bab V

Kesimpulan dan Saran

Page 31: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 28

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

Anonimus, Office International des Epizooties, World Organisation for Animal Health, “Manual of Standards for Diagnostic Tests

and Vaccines, Fourth Edition, 2000.

Anonimus, Manual Penyakit Hewan Mamalia, Dirkeswan, Dirjen Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, 2001

Anonimus, 2008, Kematian babi di Sumater Utara tidak membahayakan manusia, http://www.medanbisnisonline.com/

rubrik.php?p=119955&more=1, diakses tanggal 28 November 2008.

Albina, E., 1997, Epidemiology of porcine reproductive and respiratory syndrome(PRRS) : an overview, Vet. Microbiol. 55: 309-316.

Bierk, M. D., Dee, S. A., Rossow, K. D., Collins, J. E., Otake, S., Molitor, T. W., 2001, Transmission of porcine reproductive and

respiratory syndrome virus from persistenly infected sows to contact controls, Can. J. Vet. Res.; 65: 261-266.

Boehm, U., Klam, T., Groot, M., Howard, J. C., 1997, Cellular response to interferon-γ, Ann. Rev. Immunol. 15:749-795.

Botner, A., Strandbygaard, B., Sorensen, K. J., Have, P., Madsen, K. G., Madsen, E. S.and Alexandersen, S., 1997, Appearance of acute

PRRS-like symptoms in sow herds after vaccination with a modified live PRRS vaccine,Vet.Rec. 141:142-143.

Cavanagh, D., 1997, Nidovirales: a new order comprising Coronaviridae and Arteriviridae, Arch. Virol. 142: 629-633.

Dewey, C., Charbonneau, G., Carman, S., Hamel, A., Nayar, G., Friendship, R., Eernisse, K. and Swenson, S., 2000, Lelystad–like

strainof porcine reproductive and respiratory syndrome virus (PRRSV) identified in Canadian swine, Can. Vet J.

41:493-494.

Geering, W. A., Forman, A. J. and Nunn, M. J., 1995, Porcine reproductive and respiratory syndrome in Exotic diseases of animals,

Australian Government Publishing Service, Canbera, pp: 193-198.

Geering, W.A., Forman, A.J., Nunn, M.J., 1995, Exotic Disease of Animals, Bureau of resource sciences, Departemen of primary

Industries and energy, Australian government publishing service, Canberra.

Joo, H. S., Park, B. K., Dee, S. A., Pijoan, C., 1997, Indirect flourescent Ig M antibody response of pigs infected with porcine

reproductive and respiratory syndrome (PRRS) virus, Vet. Microbiol. 55: 303-307.

Kim, H. S., Kwang, J., Yoon, I. J., Joo, H. S. and Frey, M. L., 1993, Enhanced replicationof porcine reproductive and respiratory

syndrome (PRRS) virus in a homogeneoussubpopulation of MA-104 cell line, Arch. Virol. 133: 477-483.

Meier, W. A., Galeota, J., Osorio, F. A., Husmann, R. J., Schnitzlein, W. M. and Zuckermann, F. A., 2003, Gradual of the interferon-

gamma response of swine to porcine reproductive and respiratory syndrome virus infection or vaccination, Virology

309: 18-31.

Nasution, S. S., 2008, Dugaan infeksi porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS), Makalah pada Pertemuan Patologi

2008 di Bukittinggi. Nelson, E. A., Christopher-Hennings, J., Benfield, D. A., 1994, Serum immune response to the

proteins of porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) virus, J. Vet. Diagn. Invest. 6: 410-415.

Seuberlich, T., Tratschin, J. D., Thur, B. and Hofmann, M. A., 2002, Nucleocapsid protein-based Enzyme Linked Immunosorbent

Assay for detection an differentiation of antibodies against European and North American porcine reproductive and

respiratory syndrome virus, Clin. Diagn. Lab. Immunol. 9: 1183-1191.

Sirinarumitr, T., Zhang, Y., Kluge, J. P., Halbur, P. G. and Paul, P. S., 1998, A pneumo-virulent United States isolateof porcine

reproductive and respiratory syndromevirus induces apoptosis in bystander cells both in vitro and in vivo, J. Gen. Virol.

79: 2989-2995.

Ressang, AA. Patologi Khusus Veteriner, NV. Edisi II, Percetakan Bali, 1984)

Wills, R. W., Zimmerman, J. J., Yoon, K. J., et al., 1997, Porcine reproductive and respiratory syndrome virus: a persistent infection,

Vet. Microbiol., 55: 231-240. Xiao, Z., Batista, L., Dee, S., Halbur, P. and Murtaugh, M. P., 2004, The level of virus-specific

T-cell and macrophage recruitment in porcine reproductive and respiratory syndrome virus infection in pig is

independent of virus load, J. Virol., 78: 5923-5933.

Daftar Pustaka

Page 32: Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)bvetbukittinggi.ditjenpkh.pertanian.go.id/bvet_admin/...3 Batam Nongsa 3 0 3 Pulau Bulan 40 26 14 50 50 0 Sagulung 2 0 2 Sei. Beduk 2 0 2 Jumlah

Balai Veteriner Bukittinggi - Laporan Kegiatan 2015 29

Pemberantasan Hog Cholera (PRRS dan H1N1)di Wilayah Regional II Tahun 2015

KEMENTERIAN PERTANIAN

BALAI VETERINER BUKITTINGGI

H T T P : // B V E T B U K I T T I N G G I . D I TJ E N N A K . P E R TA N I A N .G O. I D

@BVETBUKITTINGGI BVET-BUKITTINGGISMS INFOVET

0812 2159 2225SMS SPECIMENT0812 2159 2226

Kementerian Pertanian

Balai Veteriner BukittinggiJl. Raya Bukittinggi-Payakumbuh Km.14

Baso Kab. Agam Sumbar PO.Box 35

Bukittinggi 26101

[email protected]

[email protected]

0752 - 28300 0752 - 28290