pemangku dan sesana kepemangkuan

Upload: miswanto

Post on 18-Jul-2015

4.307 views

Category:

Documents


73 download

DESCRIPTION

Makalah tentang Sesana Pemangku dan Kepemangkuan

TRANSCRIPT

pemangku dan sesananing pemangku Sebuah Catatan Kecil* Oleh : Miswanto, S.Ag.** NQH"H lFNQFH ll O Svastyastu O A no badra krattavo yantu vivta Purwaka Dalam struktur sosial keagamaan Hindu, pemangku merupakan salah satu tingkatan stuktur sosialyangdimuliakan.PemangkudiidentikkandenganparaulamadalamIslamataupara pendetadalamKristen.NamundemikianbelumbegitubanyakumatHindudankalangan pemangkusendiriyangmemahamibetultentangselukbelukkepemangkuan,sesana kepemangkuandansebagainya.SehinggadikalanganumatHindusendiriseringtidak menempatkanpemangkusebagaimanamestinya.Tidaksedikitpemangkuyangmenerima perlakuan sebagaimana bukan seorang pemangku. Ironis memang, tetapi itulah kenyataannya. Sementaraitukalanganpemangkusendirijugabanyakyangtidakbisamenempatkandiri merekasebagaipemangku,baikdaricarabicara,berpakaian,berkatadanbertindakdi masyarakat. Selain itu, masih terjadi kerancuan antara tugas dan kewenangan pemangku di pura. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan saya dengan segala keterbatasan dan kekurangan ini menyampaikan beberapa pokok pikiran tentang pemangku dan sesana kepemangkuan Orang SuciSemua agama di dunia memiliki orang suci. Hindu sebagai agama tertua juga memmpunyai orang suci. Pada umumnya orang suci dikenal dari tugas, pengabdian, kepemimpinan di bidang agamasertasifatnya.DalamajaranHindu,yangdimaksudkansebagaiorangsuciadalahorang yang karena sifat dan kemampuannya ia dipercaya oleh umat untuk menjalani prosesi pensucian guna mengemban tugas dan kewajiban untuk kepentingan agama dan umat. MenurutKetetapanMahasabhaPHDPNo.5tahun1968(PHDIPusat,2005:47)orang suci menurut Hindu dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok ekajti dan kelompok dwijti. Kelompokekajtiadalahkelompokorangsuciyangdisucikandenganupacaramewinten, sedangkankelompokdwijtiadalahkelompokorangsuciyangdisucikandenganupacara *DisampaikanpadaParumanPemangkudanSaratiseKecamatanGenteng,Glenmore,KalibarudanSempu, tanggal 24 Desember 2006 bertempat di SDN 4 Jambewangi, Sempu, Kabupaten Banyuwangi. ** Penulis adalah Dosen Luar Biasa di UNTAG Banyuwangi, Dosen STHD Klaten POKJAR di Banyuwangi, Guru di SMPN 2 Purwoharjo dan SMP Kosgoro Pesanggaran serta Penulis Freelance di Beberapa Majalah Hindu di Bali. 2 medika.Kelompokekajtibiasadisebutdenganistilahpinandita,sementarakelompokdwijti biasa disebut dengan istilah paita.Adapunyangtermasukkelompokpinanditaadalah:pemangku,wasi,mangku balian/dukun, mangku dalang, pengemban, dharma acarya, dan sebagainya. Sebutan ini biasanya mengacupadadeadrestapadamasing-masingwilayah.Selanjutnya,kelompokpaitaatau dwijtimeliputi:peaa,bhujga,i,bhagawn,srimpu,sireempu, dukuhdansebagainya. Sebutan ini juga mengacu pada dea dresta.PerihalorangsuciinidalamajaranHindudiIndonesiadiaturdalamsastraataususastra Vedadanlontar-lontardiIndonesiaseperti:ivasasana,Vttisasana,ilakrama,Widdhi Papicatan,KramaningDadiWiku,ilakramaningAguruan-guruan,Agastyaparwadanlain-lain.OrangsuciyangbanyakdikenalolehumatHindubiasanyadarigolonganpinandita. Golonganinipulayangsecaralangsungmelayanikebutuhanritualdanspiritualumatsehari-harinya. Makalah ini juga akan banyak membahas tentang seluk beluk kepemamngkuan. Pemangku Sebagaimanatelahdiulasdimukabahwapemangkuadalahtermasukorangsucimenurut Hindu.PemangkusendirimerupakanrohaniwanHinduyangtelahdisucikanmenurutaturan-aturan dalam Agama Hindu. Dari proses pensuciannya, pemangku digolongkan dalam kelompok ekajtiataukelompokpinandita.Seorangpemangkudapatmeningkatkankesuciannyamenjadi seorangpaitadenganmenjalaniprosespensuciantingkatankedua(dwijti)sesuaiaturan-aturanyangtelahditetapkanBaikkelompokekajtimaupundwijtimerupakanorangyang dianggap suci (orang suci) menurut ajaran Agama Hindu. DiBali,pemangkubisadikatakansebagaiorangyangmengepalaisebuahpura.Tugas seorangpemangkuadalahmenyelesaikansuaturitualdipura.Kesehariannya,beliaulahyang bertanggungjawabdalammenghaturkansesajendipuratersebut,melayaniumatyang bersembahyangdipuraitu,sertamemeliharakebersihandanprasaranayangadadipura. Singkatnya, tugas pemangku adalah pelayanan sosial kepada umat dan pelayanan kepada Tuhan. BagiumatHindukeberadaanorangsucibaikitudarikelompokpaitaataupinaita khususnyapemangkuamatlahpenting,karenakepadamerekalahumatHinduakanmemohon bimbingan secara spiritual. Dalam Agastyaparwa 391 disebutkan : Ikang kadk (n) mwang upadea sang yogwara ya rakwa wnang lumpasakn ikang mnusa Terjemahan: Orangyangtelahdiinisiasi(didika)dandiarahkanolehseorangYogwara,konondapat melepaskan (belenggu) umat manusia. LebihjauhtentangfungsipaitaataupinaitabagiumatHindudinyatakandalam Kekawin Bhomntaka III.26 sebagai berikut: Dharma-dharmaning ri sang pinaita mahrddhika pinaka patrthaning sart Terjemahan: Dalam hal dharma atau kewajiban seorang pinaita (paita) yang sempurna merupakan tempat memohon air kehidupan, sebagai penyucian guna mendapatkan kebahagiaan umat manusia.3 MemangpadaumumnyapinanditaataupaitadiIndonesiabertugassebagaisang sangaskara atau orang yang bertugas untuk melaksanakan upacara penyucian. Adapun beberapa jenis pemangku menurut sebab-musababnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:Pemangku karena keturunan; Anakdariseorangpemangkuataupaitadapatmeneruskankewajibanayahnyauntuk menjadi pemangku atau paita. Hal ini umum terjadi pada masyarakat.Pemangku karena pilihan umat.Seorangpemangkudapatdipiliholehumatdenganmelihatdedikasipemangkutersebut dalam kesehariannya. Di Jawa pada umumnya pemangku dipilih oleh umatnya. Pemangku karena kehendak niskalaPemangku yang seperti ini biasanya dipilih secara niskala oleh Ida Bhatara Kawitan atau Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Selanjutnya,untukmenjadipemangku(paita)seseorangharusmemenuhibeberapa syaratyangtelahditetapkandalamsumberhukumHindu.Aturantentangsyarat-syarattersebut bersumberpadaLontariwaasanyangmerupakanprototypedarisumberajarantentang kependetaandiIndonesia.KemudianaturantersebutdiulaskembalidalamLontar-lontar sesudahnya seperti : Vttiasan, lakrama, Sesananing Kawikon, lakramaning Aguron-guron, Kramaning Dadi Wiku dan lain-lain.Dalam Lontar iwa asan no.8a disebutkan sebagai berikut: Nihan lwiraning wwang pilihn gawayana iya, wwang suddha janma, mah pawitra kawanganya, wwang satya wacana tan mraodita, wwang sujanma tuhu mahrddhika, wwang praj wruh mangaj, wwang satwika saddhu mahrddhika, wwang sulpagh ring winaya, wwang sthira sthiti ring abhipraya, wwang dherya dharaka angelakn sukha duka, wwang satya bhakti matuhan, ngniweh ring wwang atuha, wwang mahyun ring kagawayaning dharma krya, wwang mapagh magawe tapa, nhan lwir ning wwang gawayn iya, yogya dikan. Terjemahan: Demikianmacamorangyangpatutdipilihmenjadisisya.Keturuansuddhajanma,orangyang setiaterhadapucapannya,tidakberbohong,orangbijaksana,pandaidalamilmu,orangyang benar-benarberjiwabesar,orangmulia,suci,berjiwabesar,orangyangsusila,tegasdalamhal siasat,orangyangkuatterhadapatasan,apalagiterhadaporangtua,orangyanggemar melaksanakanajarandharma,orangyangteguhmelaksanakantapa,demikianlahmacamorang yang dijadikan sisya yang patut didiksa / diwinten (Pudja, dkk., 1982 : 82). Kemudian orang yang tidak patut didiksa menurut Lontar iwa asan no. 8b adalah:Orang yang kapatita, artinya orang yang jatuh sebagai walaka;Kuci angga atau Cedangga, artinya orang yang cacat tubuh; Cuntakajanma,artinyaorangyangmelakukanpekerjaanhinasepertimencuri,orangyang sedang dipidana, dan lain-lain; Maha Duka, artinya orang yang menderita karena sengsara; Orangyangsudahkttadikita,artinyayangsudahpernahdidiksaolehnabelain(Pudja, dkk., 1982 : 82-83). AturantersebutkemudiandibakukanmealuiTapPHDPNo.5tahun1968BagianAyang mengaturtentangPendeta.Adapunsyarat-syaratuntukmenjadipinanditaataupendetayang telah dibakukan tersebut adalah (PHDI Pusat, 2005 : 45-48) : 4 Laki-laki atau wanita yang sudah kawin; Laki-laki atau wanita yang nyukla brahmacri atau kanya; Pasangan suami istri; Umur sudah dewasa (setidak-tidaknya 50 60 tahun); Paham bahasa Kawi, Sanskerta dan Indonesia; Memiliki pengetahuan umum dan mendalami intisai ajaran-ajaran agama (Tattwa, Sula dan Upacara; Sehat lahir batin, tidak sedang tengganggu ingatannya pun tidak cacat tubuh (cedngga) dan berbudi luhur; Berkelakuan baik dan tidak pernah tersangkut perkara pidana; serta Mendapat tanda kesediaan dari calon Nabenya yang akan mendiksa (khusus calon paita). Sebaliknyaseorangpemangkujugaharusmemilihnabeyangbenar-benarmempunyai tingkatkesuciantinggidanmelaksanakansesananingkawikonsecarabenar.Seorangcalon pemangkuataucalonpaitatidakbolehmemintawintenataudiksakepadaorangyangbelum jelasapakahiaseorangkttadikitaataubukan.DalamLontarlakramaningAguron-guron dijelaskan : Nihan ana wwang manandang bawa, sakalwiraning bawunia, gurun kang awh bawa durung abawa, tan wnang mawh bawa ring iya, yan mangkana pada papanya kang abawa kalawan kang awh bawa.Terjemahan: Demikianadaorangyanginginmebawa/mepudgala,sangatlahbanyakjenisnya,guruyang memberikanbawa/diksa/wintenbelummediksa,tidakbolehmemberikandiksa/wintenkepada sisya,jikademikianhalnyamakasama-samamenderitalahsisyayangmendiksadanyang memberikan diksa.Mengenai kriteria paita yang ideal untuk dijadikan nabe atau yang memberikan upacara penyucian kepada kita, dalam Lontar iwa asan no. 2a disebutkan sebagai berikut: carya wddha paita, wddha ring wayah tuwi, carya praja abdikwruh mangaji wla widy, mwang tarka wyakradi, carya weda praga, wruh ringangga pangupnggayaning sanghyang catur weda, wruh ring kaswadhyyan sanghyang rti smti, carya stiti gumawe dharma sdhana, akti ring kagawayaning yaa dna ktti, carya uddha la, apagh manutta sadu winayan, pawitra sulakana, carya jitendriya, tyga kaakta ring bhoga wiaya, carya sudhira dhraka tguh ring tapa brata, nahan lwir nira sang sadhu wnang gawayn dhangupadhyya, ngaranya Terjemahan : carya paita senior, termasuk senior dalam hal usia, carya bijaksana yang paham ilmu suara, mendalamilmuagamanya,kuatdalamilmupengetahuansertailmudialektika,terutamailmu tata bahasa, carya yang ahli weda, mengerti tentang pembagian Weda, memahami rti maupun Smti, carya yang tguh melaksanakan dharma sadhana, mampu dalam memberikan yasa, dna dankirti,caryayangsucitingkahlakunya,teguhberpegangpadapedomankebijaksanaan, 5 mampumelaksanakanpenyucianataubenangsuci(pawitra),caryayangmampu mengendalikanindriya,waspadadantidakdiperbudakolehsegalamacammakanandan kenikmatan duniawi, carya yang sangat tangguh, tahan dan teguh dalam tapa brata, demikianlah seorangsadhakayangpatutdijadikansebagaidhangupadhyya,namanya(Pudja,dkk.,1982: 70-71). HalsenadajugadisebutkanolehPakuBuwanaIVdalammahakaryabeliauyangtekenal yakni Srat Wulah Rh II.4, yang berbunyi: Nanging yen sira ngguguru kaki, amiliha manungsa kang nyata, ingkang bcik martabat, sarta kang wruh ing hukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sokur olh wong tapa, kang wus amungkul, tan mikir pawwhing liyan, iku pants guronana kaki, sartan kawruhana. Terjemahan :Tetapijikaengkauhendakberguru,pilihlahmanusiayangnyata,yangbaikmartabatnya,serta orang yang tahu tentang aturan/hukum, yang rajin beribadah dan juga tahu akan rasa malu, lebih baiklagiseorangpertapa,yangsudahterbuktiloyal,tidakmemikirkanpemberianoranglain, (orang) demikian itulah yang patut dijadikan guru, sertanya ketahuilah (akan hal itu). Dariuraiantersebutmengisyaratkankepadaparacalonpemangkuataupaitaharus selektifdalammemilihnabenya.Demikianpulaseorangnabeharusselektifdalammemilih calonsisyanya.HalinidisebabkankarenasebagaimanadisebutkandalamKekawinrjuna Wiwha antara Nabe dan sisyanya maala ayu tunggal (Purwita, 1993 : 12). Sesananing Pemangku Sesana merupakan suatu kode etik atau aturan. Wojowasito (1977 : 62) menjelaskan bahwa sesanaberasaldarikataSanskertaasanyangdapatdiartikansebagaiajaranaturan, perintah.Sesanakepemangkuanatausesaningpemangkuberartisegalaaturanatauperintah-perintah berikut larangan-larangan yang harus dilaksanakan oleh seorang pemangku.Padadasarnyaseorangpemangkuharusmelaksanakansesanainiagardapatmenjaga kesuciannya.Seorangpemangkudituntutagarselaludalamkeadaanbersihdansucikhususnya secara spiritual. Ia tidak boleh lth atau terkena lth ltuhing bhuwana. Kalaupun terkena lth tersebut ia harus segera bertindak untuk melaksanakan penyucian kembali atau penyepuhan. Hal inisangatpentingbagiseorangpemangkukarenasebagaimanayangtelahdijelaskandimuka pemangku adalah orangyang akan dimintaipatrthaning sart oleh paraumatnya. Jika seorang pemangkudalamkeadaantidaksuci,bagaimanamungkiniadapatmemberikantirthasuci kepadaumatnya.Apalagiiabertugasuntukselalumenjagakesucianpura.Untukitumenjaga kesucian ini adalah sesana yang sangat prinsipil bagi para pemangku. Mengenai kesucian tersebut dalam Manava Dharmastra V.109 disebutkan: "'F"' l HUN{"' ll adbhirgtri uddhyanti mana satyena uddhyati, 6 vidyatapobhya bhuttma buddhir jnena uddhyati. Terjemahan: Tubuhdibersihkandenganair,pikirandisucikandengankebenaran,jiwamanusiadisucikan denganpelajaransucidantapabrata,kecerdasandisucikandenganpengetahuanyangbenar (Pudja & Sudharta, 2002 : 311). Dari sloka tersebut jelas sekali bahwa kesucian diri seseoang dapat berupa kesucian badan, pikiran,kecerdasandanjiwa.Seorangpemangkuyanginginmendapatkankesucianperlu memperhatikan sloka tersebut.Lebih jauh Lontar Vtisasana menyebutkan: Lwanta muwah ik sang siddhanta suddha brata, ikang ina, mwang ikang jihwa lawanikang iwadwra, aywa juga kaungkulan dning sinanggah tan uci, tan kagarawa dning stri, seng campur, lwanikang mwang udrajti, mkdi mwang caal. Terjemahan: Danlagidemikianbratauntukkesucianbagisangsiddhanta,mulaipikiran,perkataandan perbuatan, jangan diungkuli oleh semua yang tidak suci, tidak dikuasai oleh istri, ketika sedang berhubungan, juga oleh keturunan sudra dan orang hina. Dalambaittersebutsecaratersuratdijelaskanbahwaseorangyangmenjalanibrata kesucian dilarang keras untuk diungkuli oleh semua benda yang tidak suci. Contoh yang bisa kita lihatdalamkehidupansehari-hariadalahtempatjemuran.Seorangpemangkuyangsudah mendapattapakanwiddhidilaranguntuklewatdibawahjemuran.Iajugatidakbolehnyunggi benda-benda kecuali upakara tapakan widdhi seperti daksina, pratima dan lain-lain.Selainituseorangpemangkulaki-lakitidakbolehdiungkuliolehistriatauanak-anaknya, olehoranglainyangbukannabenya,kakyangnabedanseterusnya.Halyangseringkitaamati adalahseorangpemangkuyangsebagaiayahseringmemakansisamakanananaknyawalaupun masihkecil,berganti-gantianbajudengansaudaranya,minumpadakendiatautempatairyang sama dengan walaka dan masih banyak lagi contoh lainnya. Menurut sesana kepemangkuan hal tersebutsebaiknyadihindariolehpemangkuyangsudahmendapatkantapakanwiddhi.Jika pemangku tersebut melanggar maka resikonya ia akan susut gua. Jika seorang pemangku sudah seringmengalamisusutgua,makaiaharusmelaksanakanupacarapenyepuhan(penyucian kembali). Namundemikianadabeberapahalyangmasihdapatditolerir,yaknimasalahberjalandi bawahjemuran.DiJawaumumnyamasyarakatmembuatjemurandiataskepala.Jikaseorang pemangkusecarakebetulanterpaksaharuslewatdibawahjemurankarenatidakadajalanlain, maka diusahakan tali jemuran itu harus berada lebih dari 12 jari di atas kepalanya. Dalam Srya evana dijelaskan bahwa kondisi citta nirmala atau paita kembali melakukan penuntunan iva tma ke atas jantung paita tempat persemayamannya menuju dvdaa agula (dua belas jari) di atas ivadvra (Hooykaas, 2004 : 47).Selanjutnya mengenai makanan dan minuman, seorang pemangku juga wajib menjalankan bratakesucianterhadapmakanandanminumanitusendiri.DalamKekawinNtistraII.12 disebutkan : 7 haywa mamukti sang sujana kaa piita tilarn, kamalaning arra ripu whya ri dalm apark, lwirnika kaa mangsa musika rgala wiyung ul, krimi kawat makdinika papahara hilangkn. Terjemahan : Orang yang sujana tidak boleh memakan daging yang tidak suci. Ia harus menjauhi segala yang mengotorkanbadandansegalayangmendekatkanseterulahir-batinkepadanya.Adapunyang termasukdagingyangtidakbaikyaitu:dagingtikus,anjing,katak,ular,cacing,ulat,cacing, semua makanan itu terlarang sebab itu elakkan. SelainmenurutLontarVttiasanaadabeberapajenisdagingyangtidakbolehdimakan olehsangiddhanta.Adapunmacam-macamdagingtersebutadalah:dagingingwong(daging manusia),wre(kera),sampi(dagingsapi),jaran(kuda),gardabha(keledai),ttk(pelatuk), celengumah(babipeliharaan),singha(singa),kadal(kadal),tkek(tekek),cck(cecak),lelawa (kelelawar),satwapacanaka(hewanberkukulima),krurapaki(burungbuas,sepertigagak dll) dan sebagainya. Kemudian lebih jauh, Lontar Vttiasana menyebutkan : lawanta muwah sang iddhanta, haywa sr mukti surudan, salwiranikang caru, salwiring katumpangan camah,. Terjemahan : Dan lagi bagi para pendeta, janganlah engkau memakan banten atau sesaji surudan, semua jenis caru, semua makanan yang tertindih semua hal yang tidak suci. Mengenaiminumanpemangkujugaharusmenjauhidarisegalajenisminumanyang mengandung alkohol. Pemangku harus minum air yang bukan sisa orang lain (kecuali nabenya). Jikapemangkuminumditempat-tempatumumsepertidihajatandansebagainya,makauntuk menetralisirkekotoranyangdapatmenyebabkandirinyaletehiaharusmembuangsedikitair tersebutketanah(prtiw).Supayasemuasebelyangadapadaminumanyangiamakan ternetralisir oleh Ibu Pertiwi. Selanjutnyaperihalsesananingpemangkudalamhalsebagaipatrthaningsartbiasanya akandiaturolehgarisagurwanmasing-masing.Namunadaaturanyangtelahdibakukanoleh Parisada sebagai majelis tertinggi agama Hindu. Menurut Tap. PHDP No. V tahun 1968 bagian B tentang Pinandita disebutkan bahwa seorang pinandita mempunyai ciri khas sebagai berikut: Rambut panjang atau bercukur; Pakaian : destar putih, baju putih, selimut/kampuh putih (dalam melaksanakan upacara); Dalam melakukan pemujaan memakai : genta, pasepan, bunga, gandaksata, tempat tirtha atau kumbha (PHDI Pusat, 2005 : 47-48).Selain sebagai sang patrtha, berkewajiban memberikan pembinaan dan pencerahan kepada umatnya.Dalamhaliniiabertindaksebagaiupadhyyaataucarya.Seorangpemangkutidak diperkenankanmenolakkaryaatauupacarayangsudahdituwurkankepadanya(tanwnang salwiringkarya)kecualikarenahalanganyangtidakbisaditundaatauyangbukan kewenangannya.Mengenaitatapemujaan,seorangpemangkubolehmenggunakangagalarankusumadewa atausangkulputih.Pemangkudilaranguntukmenggunakanmudra(tanwnanganglarakna mdra).Karenamudrahanyadilakukanolehsangmadwijati.Selainitudalamhaltataupakara seorang pemangku diberikan kewenangan sampai pada batas pedudusan alit.Sementaraitukewenanganlainnyaiaberhakatasupacara-upakarapadaunsuratau tingkatan sthiti. Sedangkan untuk tingkatan utpati dan pralina pemangku masih belum diberikan 8 kewenangan.Olehkarenaituseorangpemangkutidakbolehmembuattirthapasupatiatautirta pengentas.Jan Banggul Pemangku mempunyai predikat khusus yang disebut sebagai Jan Banggul. Artinya seorang pemangkuadalahbagaikantanggayangmenghubungkanumatdenganIdaSangHyangWidhi. Secara fisik Jan Banggul bermakna bahwa pemangku yang bertugas naik turun di tempat suci itu. Tugasinitidakdapatdigantikanolehoranglain,karenabangunantersebutharusbenar-benar dijaga kesuciannya (Tanaya, 2003 : 42).Olehkarenaitusetelahmelewatiprosespewintenan,seorangpemangkumendapatkan tapakan widdhi melalui Nabe yang memberikan pewintenan kepadanya. Tapakan widdhi tersebut disebutjugaTapakLingga.UpacarainibertujuanuntukmenyatukaniwaLiggadiPura dimanadiasungsungdantmaLiggayangadadalamdirinya.Halinilahyangmenyebabkan seorang pemangku yang ditapak lingga tersebut mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Ida Bhatara yang melinggih di Pura di mana dia sungsung.Teruntuk hal tersebut, pemangku dari suatu pura yang akan muput di pura lain harus seijin atausepengetahuanpemangkuyangbersangkutan.Tidakdiperkenankanpemangkutersebut nyelonong seenaknya. Ini merupakan hal yang harus diperhatikan bagipara pemangku. Jika hal inidilarang,makasecaraniskalapemangkutersebutakanterkenaupadrawadaribhatarayang melinggih di pura tersebut (kasiku dning jawata).Upacaratersebutjugamenandakanbahwatidaksetiaporangdapatmenyatakandirinya sebagaipemangku,tanpajelasdanpastidiPuramanaiamenjadipemangku.Halinisangat pentinguntukdimengertiolehumatdanjugapemangkuyangbersangkutanagarterjadi ketertibandalamkehidupankeagaamaan,selainuntukmenjagakesucianpuraitusendiri (Tanaya, 2003 : 42). Kewajiban Umat Terhadap Pemangku Pemangkutanpaumatbukanlahapa-apa.Umatadalahwargayangmenyungsungdan membuat pemangku itu suci dan dihormati. Agar pemangku tersebut senantiasa dapat dijadikan sebagaitempatpatrthaningsratmakaumatmempunyaikewajibanuntukmenghormatidan menghargai pemangkunya.Dalamhalupacara,pemangkuberhakatassesarisetelahdihaturkankepadaIdaBhatara terlebihdahulu.Bagiumatyangmampuberkewajibanmemberikansesarikepadapemangku utamanya setelah atau pada waktu muput upacara.Umat Hindu tidak diperkenankan untuk mendebat, melawan, menghina serta merendahkan pemangku. Dalam Kekawin Nti stra II.13 disebutkan : haywa maninda ring dwija daridra dumadak atmu, stra tininda denira kaptaka tinmu magng, yan kita ninda ring guru patinta mapark atmu, lwirnika wanga patra tumibeng watu rmk apasah. Terjemahan : Janganlah mencela brahmana, perbuatan itu dapat mendatangkan kecelakaan bagimu. Jika kamu mencela buku-buku suci, kamu akan mendapat siksaan di neraka. Jika kamu mencela guru-guru, akan segera kamu menemui ajalmu seperti piring hancur jatuh di batu).9 SebagaimanaapayangditulisdalamKekawinNtistratersebut,perbuatanmenghina brahmana atau pemangku ternyata dapat mendatangkan mara bahaya. Lebih-lebih ketika seorang pemangkusedangmelaksanakanataungantebwaktuupacara.DalamLontarTuturRareAngon ditambahkan : Yan adwa ring sang wiku, kadi hili ring bau, papa kapangguhnya, apan sang wiku mwak bhara, wenang manugraheng janma, manglpasakn karya rahayu Terjemahan : Jikabertengkardenganseorangwiku,sepertiterseretarusataualiranair(sungai),hanya penderitaanyangakanditemuinya,karenaseorangwikuberbadandewa,yangberwenang memberikananugrahkepadamanusia,melepaskan(menyelesaikan)karyaatauupacara(untuk) kerahayuan. Walaupun demikian umat bisa memperingatkan pemangku atau wiku yang bersalah dengan jalan mepeungu. Mepeungu ini merupakan jalan yang bisa ditempuh umat untuk memprotes seorangpemangkudenganjalanyanghalusatausopan.Tujuannyaadalahuntukmengingatkan sajaagarsangpemangkutersebutmengertikesalahannya.Sementarauntukmendakwaapalagi memecatpemangkubukanlahwewenangumatatauPHDI,melainkanwewenangNabeyang telah memberikan saskara kepadanya.Wasana Wakya Itulahbeberapapokokpikiranyangdapatsayasampaikanpadaparumanini.Walaupun sedikitsekiranyadapatmemberikanbekaldanwawasankepadakitatentangpemangkudan sesanakepemangkuan.Sehinggakitanantinyadapatmemberikanpenghargaandan penghormatanyangsewajarnyakepadaparapemangkukita.Sementaraharapanbesarbagi pemangku itu sendiri untuk dapat berpikir, berkata dan bertindak sesuai sesana yang dianutnya. FH "H FH l FH FH F"H ll O Siddhirastu, O nti, nti, nti. Daftar Pustaka Agastya Parwa Hooykaas, C., 2004, Srya evana, Surabaya : Pramita. Kekawin Bhomntaka, Pusdok Denpasar Bali. PHDI Pusat, 2005, Kompilasi Dokumen Literer 45 Tahun Parisada, Jakarta : PHDI Pusat. Pudja, Gede, dkk., 1982, iwa asan, Jakarta : Mayasari. Pudja,Gede;TjokordaRaiSudharta,2002,ManawaDharmastra,CompendiumHukum Hindu, Jakarta : Pelita Nursatama Lestari.Purwita, IB Putu, 1993, Upacara Medk, Denpasar : Upada Sastra. Srat Wulang Rh, Serat Koleksi PribadiTanaya, Ki Dharma, 2003, Pemangku, Warta Hindu Dharma No. 432.lakramaning Aguron-guron, Lontar Koleksi Pribadi. Wtti asan, Lontar Koleksi Pribadi. Wojowasito, S., 1977, Kamus Kawi Indonesia, Bandung : Pengarang.