pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

46
1

Upload: irene-susilo

Post on 26-Jun-2015

1.439 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

1

Page 2: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1394 / MENKES / SK / 2002 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji. Pedoman ini merupakan bagian dari Sistem Pembinaan Kesehatan Jemaah haji di Tanah Air khususnya di Puskesmas, sehingga dalam pelaksanaannya pembinaan merupakan kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan untuk mempersiapkan Jemaah Haji agar mampu secara fisik, sehat dan mandiri. Pedoman ini mencakup substansi, konsep dasar dan metode pelaksanaan pembinaan kebugaran jasmani di Puskesmas dan jejaringnya , peran serta masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) dan Kelompok olahraga masyarakat serta kemitraan dengan Lintas Sektor. Mudah-mudahan Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan kebugaran Jemaah Haji Indonesia sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian Jemaah Haji. Kepada seluruh penyusun dan berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini, kami sampaikan terima kasih atas dedikasinya. Semoga pedoman ini bermanfaat dalam pembinaan kesehatan Jemaah Haji Indonesia. Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 3: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

3

SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan RI yaitu mewujudkan masyarakat mandiri untuk

hidup sehat yaitu kemandirian dapat dicapai melalui berbagai upaya antara lain penggunaan

alat, metode dan teknologi kesehatan yang tepat guna, sarana pelayanan kesehatan yang

terjangkau oleh masyarakat dan biaya kesehatan yang terjangkau. Hal tersebut membutuhkan

model pembinaan kesehatan yang terbukti efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat termasuk jemaah haji.

Pembinaan kesehatan merupakan upaya pembinaan holistik yang dilakukan kepada

perorangan atau kelompok calon jemaah haji secara paripurna pada semua tahap

penyelenggaraan ibadah haji sejak calon jemaah haji mendaftar sampai kembali ke Tanah Air.

Pembinaan kesehatan jemaah haji di Tanah Air berawal dari tingkat Puskesmas setelah

dilakukan pemeriksaan kesehatan I baik bagi jemaah haji yang sehat maupun jemaah haji risti

setelah dilakukan pemeriksaan rujukan.

Pembinaan kebugaran jasmani merupakan salah satu bagian dari sistem pembinaan

kesehatan jemaah haji di Puskesmas, untuk itu dibutuhkan petugas kesehatan yang mampu

menganalisis faktor risiko penyakit dan merencanakan serta melakukan pelaksanaan

pembinaan kebugaran jasmani .

Dalam melaksanakan pembinaan kebugaran jemaah haji tentunya perlu memperhatikan

adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat, kemitraan dengan UKBM, Lintas Sektor

terkait dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji serta Kelompok Olahraga masyarakat.

Melalui pembinaan kebugaran jasmani jemaah haji secara terintegrasi dan berkesinambungan

diharapkan dapat.tercapai jemaah haji Indonesia yang sehat dan bugar untuk dapat

melaksanakan kegiatan ibadah haji secara optimal.

Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 4: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

4

TIM PENYUSUN 1. Abdul Hafiz, SKM,MM (Subdit Kesehatan Haji)

2. Drg. Abdul Halim, MPPH (Biro Umum)

3. Drs. H. Ade Marfuddin, MM (Yayasan Gema Hati)

4. Dr. Eny Riangwati Tanzil, SpKO (Subdit BUK Perkotaan dan Olahraga)

5. Dr. Ferina Andayani (Subdit Kesehatan Haji)

6. Drg. Hermanto Setia Hadi, MS (Subdit BUK Indera dan Usila)

7. Dr. Imran Agus Nurali, SpKO (Subdit BUK Perkotaan dan Olahraga)

8. Dra. Sri Koesminarti (Pusat Promosi Kesehatan)

9. Dr. Noviar Mahmud, SpKO (PDSKO)

10. Dr. Onzat Razak, MKes (BKOM Bandung)

11. Dr. R. Wisnu Hidayat, SpKO (PS – IKO FKUI)

12. Dr. Siti Zaenar, MKes (Subdit IKD & UKBM)

13. Drs. Supriyadi (Yayasan Jantung Indonesia)

14. DR.Drs. Sofyan Hanif, MPd (FIK-Universitas. Negeri Jakarta)

15. Dr. Wahyudi Hartono, MS (Direktorat Bina Kesehatan Kerja)

16. Widio Djatmiko, SKM,MM (Sudbit BUK Perkotaan dan Olahraga)

Sekretariat :

1. Dr. Fathonah

2. Drs. Ari Sanistioro

3. Evi Anggraeni

4. Anisah Lutfinati, AMG

5. Suharto

6. Sudarmi

7. Dikam

Page 5: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

SAMBUTAN 3

TIM PENYUSUN 4

DAFTAR ISI 5

BAB I PENDAHULUAN 6

A. LATAR BELAKANG 6

B. TUJUAN 8

1. TUJUAN UMUM 8

2. TUJUAN KHUSUS 8

C. DASAR HUKUM 8

BAB II RUANG LINGKUP 9

A. PENGERTIAN 9

B. SASARAN 10

BAB III KONSEP DASAR : IBADAH HAJI, KEBUGARAN DAN LATIHAN FISIK 11

A. IBADAH HAJI 11

B. KEBUGARAN JASMANI 11

C. LATIHAN FISIK 13

BAB IV PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI 19

A. PERENCANAAN 20

B. PELAKSANAAN 24

C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 37

BAB V PENUTUP 38

KEPUSTAKAAN 39

LAMPIRAN – LAMPIRAN 40

Page 6: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

6

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG :

Ibadah haji sebagai rukun Islam ke-5 merupakan kewajiban umat islam karena Allah

SWT dan menurut Surat Al Imran ayat 97 merupakan kewajiban bagi orang-orang yang

sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah yaitu mampu dalam pembiayaan,

pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani. Kemampuan jasmani dan rohani

merupakan salah satu syarat kelayakan untuk beribadah haji (istithoah) berdasarkan

hasil pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari penyelenggaraan ibadah haji.

Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan

perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga dapat menunaikan

ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Penyelenggaraan dilakukan

melalui sistem dan manajemen yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat

berjalan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai tuntunan agama serta jemaah haji

dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji, Menteri Kesehatan bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan dan

pelayanan kesehatan ibadah haji baik pada saat persiapan maupun pelaksaanaan

penyelenggaraan ibadah haji.

Faktor-faktor internal dan eksternal jemaah haji mempengaruhi angka kesakitan dan

angka kematian jemaah haji . Faktor internal antara lain tingkat kebugaran jasmani yang

masih kurang dan sudah menderita penyakit sejak dari tanah air.

Data perbandingan jumlah jemaah haji berdasarkan kelompok usia dalam 3 tahun

terakhir (tahun 2006 – 2008) adalah : kelompok usia < 50 tahun (50,6% ; 52,3% dan

43%) dan kelompok usia ≥ 50 tahun (49,4% ; 47,7% dan 57%).

Sesuai dengan International Classification of Disease - X (ICD-X), data penyebab utama

penyakit jemaah haji Indonesia yang berobat jalan pada tahun 2008 adalah penyakit

BAB

I

Page 7: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

7

sistem pernapasan (54,1%), penyakit sistem otot, tulang dan jaringan penyambung

(11,1%), penyakit sistem sirkulasi (10,7%) dan penyakit sistem pencernaan (9,7%).

Sedangkan penyebab utama angka kesakitan yang dirawat inap adalah : penyakit

sistem pernapasan (27%), penyakit sistem sirkulasi (24,5%), penyakit sistem

pencernaan (15,1%). Data penyebab utama kematian adalah : penyakit sistem sirkulasi

(66,4%), penyakit sistem pernapasan (28%), penyakit sistem saraf (1,6%) dan

neoplasma (1,3%).

Jumlah jemaah haji wafat berdasarkan kelompok umur pada 2 tahun terakhir (2007 –

2008) berturut-turut yaitu kelompok usia < 40 tahun (1,7% ; 9%) , kelompok usia 40 –

50 tahun (7,6% ; 7%), kelompok usia 51 – 60 tahun (23,2% ; 21,5%), kelompok usia

61 – 70 tahun (35,7% ; 36,5%) dan kelompok usia > 70 tahun (31,8% ; 33,9%).

Berdasarkan data-data tersebut dapat diasumsikan bahwa bagi kelompok usia ≥ 50

tahun dengan atau tanpa faktor resiko penyakit, kemampuan kesehatan termasuk

kemampuan fisik sangat mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian jemaah

haji.

Penyelenggaraan pembinaan kesehatan jemaah haji di Puskesmas mencakup aspek

pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam beribadah haji yang memenuhi kaidah

beribadah dan kemampuan fisik untuk melakukannya. Pelayanan kesehatan terhadap

jemaah haji di Puskesmas meliputi upaya-upaya promotif , preventif, kuratif, dan

rehabilitatif agar setiap jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan kondisi

kesehatan yang tetap terjaga.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pemeriksaan kesehatan I dan pemeriksaan

kebugaran jasmani serta pembinaannya sangat penting untuk menjaga kondisi prima

jemaah haji saat melakukan ibadah haji. Selama ini Puskesmas melakukan

pemeriksaan kesehatan I meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan

melakukan pembinaan untuk mengatasi penyakit yang diderita, namun belum disertai

dengan pembinaan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Oleh karena itu petugas

kesehatan di Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan dasar memerlukan

peningkatan kemampuan untuk melakukan upaya pembinaan kebugaran jasmani bagi

jemaah haji.

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan di Puskesmas

atau institusi kesehatan lain dalam membina jemaah haji untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, sehingga angka kesakitan dan kematian jemaah haji selama

beribadah haji di Arab Saudi dapat diminimalisir.

Page 8: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

8

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum:

Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pembinaan kebugaran jasmani bagi

jemaah haji di Puskesmas sehingga tercapai jemaah haji Indonesia yang sehat dan

bugar.

2. Tujuan Khusus: a. Terlaksananya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan

di Puskesmas dalam melakukan pelayanan kebugaran jasmani bagi jemaah haji;

b. Terlaksananya peningkatan kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas

dalam menyusun perencanaan kegiatan pembinaan kebugaran jasmani jemaah

haji;

c. Terlaksananya peningkatan kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas

dalam penatalaksanaan kebugaran jasmani bagi jemaah haji sehat dan jemaah

haji risti;

d. Terlaksananya peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan

monitoring dan evaluasi kebugaran jemaah haji di Puskesmas;

e. Terlaksananya peningkatan kemampuan petugas kesehatan untuk melakukan

pemberdayaan jemaah haji dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya.

C. DASAR HUKUM:

1. Undang-Undang RI, nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang RI, nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

3. Undang-Undang RI, nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 1394/ Menkes/ SK/ XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia;

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI , nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI, nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

Page 9: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

9

RUANG LINGKUP

A. PENGERTIAN

1. Kebugaran jasmani

Adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari

dalam jangka waktu relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

2. Aktivitas fisik Adalah setiap gerakan tubuh yang dapat meningkatkan pengeluaran tenaga dan

energi.

Contoh: membersihkan rumah, mencuci, menyeterika, memasak, berkebun, naik-

turun tangga, berjalan kaki, mencuci kendaraan, dll.

3. Latihan fisik

Adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dan

terencana dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Contoh: stretching, latihan kekuatan otot, latihan keseimbangan, jalan cepat,

jogging, sit-up/push-up, senam aerobik, bersepeda , dll

4. Jemaah haji

Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah

mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan.

5. Jemaah haji sehat

Adalah Jemaah haji yang pada pemeriksaan kesehatan dinyatakan tidak memiliki

faktor risiko terhadap penyakit dan tidak menyandang penyakit tertentu yang dapat

mempengaruhi kondisinya selama menjalankan ibadah haji.

BAB

II

Page 10: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

10

6. Jemaah haji risiko tinggi kesehatan (Jemaah Haji Risti)

Adalah jemaah haji yang memiliki satu atau lebih keadaan fisik atau psikis yang

dapat memperburuk kesehatannya selama melaksanakan perjalanan ibadah haji.

Contoh: usia lanjut, memiliki riwayat hipertensi, diabetes diabetes, penyakit paru

obstruksi kronis (PPOK), penyakit jantung, obesitas, riwayat psikiatri, dll.

7. Faktor risiko penyakit Adalah keadaan fisik yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan

aktivitas fisik atau latihan fisik.

Contoh: usia 40 tahun, obesitas, hipertensi, hiperkolesterolemia, penyakit jantung,

penyakit diabetes melitus, PPOK, gangguan psikiatri, osteoporosis, osteoarthritis,

dll.

8. Puskesmas Adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja.

9. Petugas Kesehatan Adalah Petugas kesehatan di Puskesmas yang mengelola program pembinaan

kesehatan haji.

10. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan

masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dibina oleh

Puskesmas, Lintas Sektor dan lembaga terkait lainnya.

Contoh :

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos

kesehatan Pesantren (Poskestren), SBH (Saka Bhakti Husada),

Posyandu/Kelompok Lansia, Posyandu PTM, Posbindu, Kelompok Jantung

Sehat, dll.

2. Bentuk kelompok yang dapat dimanfaatkan sebagai wahana pembinaan

kesehatan haji seperti: Kelompok Bimbingan Manasik Haji, Kelompok Bimbingan

Ibadah Haji (KBIH), Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Majelis Ta’lim,

Yayasan Gema Hati, dll.

B. SASARAN

Sasaran buku pedoman ini adalah petugas kesehatan di Puskesmas.

Page 11: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

11

KONSEP DASAR IBADAH HAJI, KEBUGARAN JASMANI dan LATIHAN FISIK

A. IBADAH HAJI Merupakan kegiatan ibadah wajib yang memerlukan kesiapan fisik yang prima karena

mengandung aktifitas fisik yang lebih berat dari kegiatan kita sehari-hari.

Aktivitas fisik yang dimaksud di atas adalah : 1. Sholat 5 waktu di Mesjidil Haram / Mesjid Nabawi :

Berjalan dari pemondokan atau batas masuk kendaraan ke area Masjidil Haram atau

Masjid Nabawi.

2. Tawaf : Berjalan mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam sebanyak 7 kali.

3. Sa’I : Berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali (7 x ±

420 meter = 2, 9 Km).

4. Kegiatan Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina) : Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah termasuk melontar jumroh

5. Kegiatan lain, seperti :

Kegiatan dari daerah asal ke embarkasi, di pesawat, ziarah selama di Tanah Suci dan

kepulangan di Tanah Air.

B. KEBUGARAN JASMANI Pemeliharaan kebugaran jasmani bagi Jemaah haji dimaksudkan sebagai sarana mencapai

dan menjamin kondisi kesehatan yang optimal menjelang keberangkatan sampai kembali

ke Tanah Air. Pelaksanaannya dapat secara mandiri dan kelompok, berkesinambungan

sejak di daerah asal, di perjalanan, embarkasi / debarkasi haji, selama di Arab Saudi dan

setelah kembali ke Tanah Air.

BAB

III

Page 12: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

12

Komponen Kebugaran Jasmani : terdiri dari 2 kelompok yaitu

1. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Health related fitness) Terdiri dari : daya tahan jantung-paru, daya tahan dan kekuatan otot, fleksibilitas dan

komposisi tubuh.

a. Daya tahan jantung-paru (Cardiorespiratory endurance)

- merupakan komponen yang terpenting dalam penilaian status kebugaran

jasmani atau stamina seseorang dan sangat dibutuhkan dalam kegiatan ibadah

haji

- besarnya daya tahan jantung-paru diukur dengan menilai volume oksigen

maksimal yang dapat digunakan oleh tubuh (VO2max)

b. Kekuatan dan Daya tahan otot (Muscle Strength and endurance)

- adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-ulang

terhadap suatu beban submaksimal dan maksimal dalam jangka waktu tertentu

- merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan dan penurunan kekuatan

otot ini akan mengganggu keseimbangan tubuh dan peningkatan risiko jatuh

- pada kegiatan ibadah haji kekuatan dan daya tahan otot sangat diperlukan

pada tungkai, lengan dan punggung misalnya saat melakukan tawaf, melontar

jumroh, naik turun tangga , kegiatan yang banyak berdiri dan berjalan,

membawa barang bawaan dsb.

c. Fleksibilitas / Kelenturan (Flexibility)

- adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak

sendi secara maksimal

- keleluasaan gerak tubuh pada persendian sangat dipengaruhi oleh elastisitas

otot, tendon dan ligamen sekitar sendi serta sendi itu sendiri

- mempengaruhi postur tubuh seseorang, mempermudah gerak tubuh,

mengurangi kekakuan, meningkatkan ketrampilan dan mengurangi risiko

terjadinya cedera.

d. Komposisi tubuh (Body composition)

- terdiri dari massa tubuh tanpa lemak dan lemak tubuh.

- Parameternya terdiri dari :

Page 13: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

13

• Indeks mass tubuh adalah berat badan yang diukur dalam satuan Kg dibagi

tinggi badan dalam Meter kuadrat yang menggambarkan proporsi berat

badan terhadap tinggi badan.

• Ukuran Lingkar Pinggang

2. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill related fitness)

Terdiri dari komponen kecepatan gerak, kelincahan, keseimbangan, waktu/ kecepatan

reaksi, koordinasi dan daya ledak otot.

Berdasarkan hal tersebut diatas, komponen kebugaran jasmani yang penting bagi jemaah

haji adalah :

1. Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi)

2. Kekuatan dan daya tahan otot

3. Kelenturan

4. Keseimbangan

5. Daya ledak otot (power)

C. LATIHAN FISIK BAGI JEMAAH HAJI :

Jemaah haji sebaiknya tetap melakukan aktivitas fisik di rumah setiap hari secara teratur

disesuaikan dengan kondisi kesehatan. Sementara bagi jemaah haji yang bekerja tetap

melakukan aktivitas fisik di tempat kerja seperti naik turun tangga, berjalan cepat antar

ruangan, dll.

Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan menambah aktivitas fisik dengan

latihan fisik sebelum, selama dan setelah beribadah haji secara baik, benar, terukur dan

teratur. Jemaah haji risiko tinggi yang akan melakukan latihan fisik harus dengan

pertimbangan medis yang cukup dengan prinsip aman dan memberikan manfaat yang

optimal, sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik jemaah haji.

1. MANFAAT LATIHAN FISIK : a. Mengendalikan atau mengendalikan berat badan, sehingga menurunkan risiko

menjadi obesitas;

b. Mencegah, menurunkan atau mengendalikan tekanan darah tinggi;

c. Mencegah, menurunkan atau mengendalikan gula darah pada penderita diabetes

tipe 2;

d. Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung;

e. Mengurangi risiko penyakit pembuluh darah tepi;

Page 14: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

14

f. Meningkatkan kadar kolesterol HDL;

g. Menurunkan kadar kolesterol LDL;

h. Mencegah atau mengurangi terkena risiko osteoporosis pada wanita;

i. Membantu mengendalikan stress dan mengurangi kecemasan serta depresi dan

menimbulkan rasa percaya diri khususnya pada kegiatan yang dilakukan secara

berkelompok;

j. Memperbaiki fleksibiltas otot dan sendi serta memperbaiki postur tubuh sehingga

dapat mencegah nyeri punggung bawah;

k. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko penyakit menular

(misalnya influenza);

l. Meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu dan

kelembaban lingkungan (aklimatisasi).

2. KONTRA INDIKASI LATIHAN :

a. Kontra Indikasi mutlak :

Pada kondisi ini jemaah haji sama sekali tidak dianjurkan untuk melakukan latihan

fisik.

1. Ada kelainan EKG istirahat , dengan adanya kemungkinan infark

2. Angina pectoris tidak stabil

3. Aritmia Ventrikel tidak terkontrol

4. Hipertensi tidak terkontrol

5. Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol atau Diabetes tipe 1

6. Thrombophlebitis

7. Infeksi akut

8. Psikosis

b. Kontra Indikasi relatif : Pada kondisi ini jemaah haji dapat melakukan latihan fisik dengan pengawasan

tenaga kesehatan terlatih

1. Gangguan elektrolit darah

2. Hipertensi ≥ 160 / 100 mmHg

3. Kadar gula darah sewaktu ≥ 250 mg/dL

4. Penyakit infeksi kronis (TBC aktif )

5. Gangguan neuromuskular, muskuloskeletal atau radang sendi

Page 15: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

15

3. PRINSIP- PRINSIP LATIHAN FISIK

a. Perlu menerapkan prinsip latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur guna

mencegah timbulnya dampak yang tidak diinginkan.

b. Latihan fisik terdiri dari pemanasan, latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan.

Pemanasan dan pendinginan berupa peregangan dan relaksasi otot serta sendi

serta dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan.

c. Frekuensi latihan fisik dilakukan 3-5 x/minggu dengan selang 1 hari istirahat.

d. Latihan fisik dilakukan pada intensitas ringan-sedang dengan denyut nadi : 70 – 80

% x Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk jemaah haji sehat dan 60 – 70 % x Denyut

Nadi Maksimal (DNM) untuk jemaah haji risti. DNM = 220 – umur.

e. Latihan fisik dilakukan secara bertahap dan bersifat individual, namun dapat

dilakukan secara mandiri dan berkelompok

f. Latihan fisik bagi jemaah haji risti dilakukan dibawah pengawasan tenaga

kesehatan yang terlatih dalam kesehatan olahraga.

4. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

a. Umum :

1. Dokter Puskesmas perlu melakukan pemeriksaan kesehatan awal untuk

mengetahui ada tidaknya kontra indikasi (medical clearance);

2. Meminta persetujuan tertulis dari jemaah haji risti untuk mengikuti program

latihan fisik dengan memberikan penjelasan yang sebaik-baiknya (informed

concent);

3. Dokter Puskesmas perlu untuk mempertimbangkan merujuk jemaah haji risti

yang penatalaksanaannya sulit khususnya terkait dengan program latihan fisik

(ke BKOM / Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat atau Pelayanan Rehabilitasi

Medik di Rumah Sakit terdekat)

4. Jemaah haji dapat melakukan latihan fisik di ruangan dengan ventilasi dan

cahaya yang cukup atau di tempat terbuka dengan permukaan lantai yang rata

dan tidak licin;

5. Jemaah haji dapat melakukan latihan jalan kaki setelah sholat subuh (pukul

05.00-05.30) atau pada sore hari (pukul 17.00-17.30) agar tubuh dapat

melakukan penyesuaian terhadap suhu dingin dan kelembaban yang rendah.

Untuk mengantisipasi ibadah haji pada musim panas, latihan fisik tidak

dianjurkan pada siang hari karena dapat memperburuk faktor risiko atau

Page 16: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

16

penyakitnya. Latihan fisik jika dilakukan secara baik, benar, terukur dan teratur

dapat meningkatkan kemampuan adaptasi fisiologis tubuh seseorang terhadap

perubahan kondisi lingkungan.

b. Persiapan latihan : 1. Sebaiknya memakai pakaian olahraga yang terbuat dari katun (dapat menyerap

keringat) dan tidak ketat agar pergerakan tidak terganggu (seperti kaos, training

pack).

2. Sebaiknya menggunakan sepatu olahraga yang cukup nyaman (sol lunak dan

elastis).

3. Pola hidangan yang dianjurkan menjelang latihan fisik:

• Tidak mengganggu kebiasaan pola makan sehari-hari;

• Sebaiknya makan dan minum dengan:

- hidangan lengkap 3-4 jam sebelum latihan sore hari;

- makanan kecil/ringan seperti biskuit atau roti 2-3 jam sebelum melakukan

latihan fisik;

- makan cair misalnya bubur, jus buah 1-2 jam sebelum melakukan latihan

fisik;

- 15-30 menit sebelum, selama dan setelah melakukan latihan dianjurkan

minum air saja.

C. Jenis latihan yang tidak dianjurkan :

Latihan yang bersifat :

1. lebih lama dari 60 menit

2. menahan nafas;

3. memantul dan melompat;

4. latihan beban dengan beban dari luar

5. mengganggu keseimbangan (berdiri di atas 1 kaki tanpa berpegangan atau

tempat latihan tidak rata dan licin);

6. hiperekstensi leher (menengadahkan kepala ke belakang);

7. kompetitif atau dipertandingkan;

D. PROGRAM LATIHAN FISIK Latihan fisik yang dilakukan harus bersifat baik , benar, terukur dan teratur. Bersifat baik jika

dilakukan sejak mendaftar sebagai jemaah haji atau minimal 6 bulan sebelum berangkat

dan peningkatan latihan secara bertahap. Setiap sesi latihan dimulai dengan pemanasan ,

Page 17: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

17

diikuti latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan. Dilakukan dengan benar sesuai kondisi

fisik dan faktor resiko penyakit yang dimilki serta tidak menimbulkan dampak yang

merugikan. Latihan fisik dilakukan secara terukur sesuai dengan takaran denyut nadi

latihan atau ada tidaknya keluhan subyektif saat melakukan latihan. Dilakukan secara

teratur sesuai dengan frekuensi latihan per minggu

Tahapan dalam satu sesi latihan fisik :

1. Pemanasan (Warming-up) :

Pemanasan yang baik merupakan bagian penting dalam melakukan latihan fisik.

Pemanasan merupakan serangkaian latihan fisik sebagai persiapan latihan fisik inti

agar tubuh siap untuk melakukan latihan inti dan mencegah terjadinya cedera selama

latihan. Urutan pemanasan diawali dengan gerakan-gerakan ringan, kemudian

peregangan dan diakhiri dengan berjalan kaki. Pemanasan dilakukan selama 10-15

menit.

Peregangan :

Merupakan bagian dari pemanasan dengan cara meningkatkan luas gerak sekitar

persendian serta melibatkan tulang dan otot .

Peregangan dilakukan:

a. Secara perlahan sampai mendekati batas luasnya gerakan sendi, kemudian ditahan

selama 8 hitungan dalam 10 detik dan akhirnya direlaksasikan;

b. Sampai terasa ada regangan yang cukup tanpa ada rasa nyeri.

c. Selama 5-10 menit dengan melibatkan persendian dan otot-otot tubuh bagian atas,

bagian bawah serta sisi kiri dan kanan tubuh;

d. Tanpa memantul-mantul.

e. Bernapas secara teratur dan tidak dibenarkan untuk menahan napas.

2. Latihan Inti :

Terdiri dari latihan yang bersifat aerobik, latihan kekuatan otot dan latihan

keseimbangan serta latihan daya ledak otot

Latihan aerobik dilakukan berdasarkan frekuensi latihan fisik per minggu, mengukur

intensitas latihan fisik dengan menghitung denyut nadi per menit saat latihan fisik, lama

serta jenis latihan fisik.

Latihan kekuatan otot dilakukan berdasarkan jumlah set dan pengulangan gerakan

(repetisi) serta tanpa adanya penambahan beban dari luar. Jenis latihan kekuatan otot

dapat berupa latihan peregangan dan selama senam.

Page 18: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

18

Latihan keseimbangan dilakukan dengan melatih tubuh pada posisi tidak seimbang

dengan atau tanpa menggunakan alat bantu (kursi)

Latihan daya ledak otot dilakukan dengan menyerupai gerakan-gerakan saat melontar

jumroh pada jarak tertentu ( 5 – 10 meter).

3. Pendinginan :

a. Dilakukan setelah melakukan latihan fisik inti, dengan gerakan sama seperti pada

pemanasan termasuk peregangan.

b. Peregangan sendi dan otot dilakukan secara perlahan namun dengan tingkat lebih

ringan dibandingkan saat pemanasan dan secara perlahan direlaksasikan

Page 19: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

19

PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI Latihan fisik dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan pembinaan kesehatan jemaah haji di

Puskesmas, selain dari kegiatan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pola hidup

bersih dan sehat selama melaksanakan ibadah haji. Pelaksanaan latihan fisik sebaiknya

dilakukan sejak jemaah haji mendaftar atau minimal 6 bulan sebelum keberangkatan,

sehingga tubuh dapat melakukan adaptasi terhadap dosis latihan dan mendapatkan manfaat

yang optimal sebagai modal untuk melaksanakan ibadah haji.

Selama di Arab Saudi jemaah haji diharapkan dapat melakukan pemeliharaan kebugaran

jasmani dalam bentuk latihan peregangan (stretching). Setibanya di Indonesia melanjutkan

latihan fisik yang disarankan sebagai bagian dari penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat

sehingga kebugaran jasmani yang sudah terbina dapat tetap terjaga.

Kegiatan pembinaan kebugaran jasmani merupakan rangkaian dari kegiatan pembinaan

kesehatan haji yang dilakukan oleh Puskesmas.

Sesuai dengan Kepmenkes RI no 128 tahun 2004 tentang fungsi Puskesmas, pelaksanaan

latihan fisik bagi jemaah haji dapat menerapkan fungsi-fungsi :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan :

Dengan berkoordinasi dengan Pimpinan Wilayah tempat kerja Puskesmas, Lintas Sektor

(KUA Kecamatan), KBIH, Tokoh Masyarakat (alim ulama, majlis ta’lim) dsb.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga :

Pelaksanaan latihan fisik tidak hanya dilakukan secara berkelompok melalui UKBM

(Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) atau kelompok olahraga masyarakat

lainnya seperti KJS (Kelompok Jantung Sehat), Senam Pernafasan, Senam Tera dsb.

Disamping itu sebaiknya dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan melibatkan

peran serta keluarga

BAB

IV

Page 20: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

20

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat :

Pelaksanaan latihan fisik dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan bagi

jemaah haji khususnya yang risti atau sedang mempunyai masalah kesehatan.

A. PERENCANAAN

Puskesmas perlu melakukan perencanaan kegiatan baik dari sisi pembiayaan,

ketenagaan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, agar pelaksanaan pembinaan

kebugaran jasmani bagi jemaah haji terselenggara secara optimal.

Puskesmas menyusun perencanaan kebutuhan satu tahun agar Puskesmas mampu

melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan haji secara efisien, efektif dan dapat

mempertanggungjawabkan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan dalam

penyelenggaraan kesehatan haji. Perencanaan pembinaan kebugaran jasmani bagi

jemaah haji harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan program pembinaan

kesehatan jemaah haji di Puskesmas beserta jaringannya (Puskesmas Pembantu dan

UKBM) serta kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KUA (Kantor Urusan

Agama) tingkat Kecamatan atau melalui KBIH.

1. Tahap Persiapan :

Kepala Puskesmas menunjuk/membentuk Tim Pembina kebugaran jasmani jemaah

haji. Tim ini dapat merupakan bagian dari Tim Pemeriksaan Kesehatan I di

Puskesmas. Tim ini bertugas untuk memahami pedoman pembinaan kebugaran

jasmani jemaah haji bagi tenaga kesehatan di Puskesmas, serta mempelajari

kebijakan atau pedoman yang terkait dengan pembinaan/penyelenggaraan

kesehatan haji lainnya.

2. Tahap Persiapan :

Kepala Puskesmas menunjuk / membentuk Tim Pembina kebugaran jasmani jemaah

haji. Tim ini dapat merupakan bagian dari Tim Pemeriksaan Kesehatan I di

Puskesmas. Tim ini bertugas untuk memahami pedoman pembinaan kebugaran

jasmani jemaah haji bagi tenaga kesehatan di Puskesmas, serta mempelajari

kebijakan atau pedoman yang terkait dengan pembinaan / penyelenggaraan

kesehatan haji lainnya.

2. Tahap Analisis Situasi : Tim Pembina kebugaran jasmani jemaah haji mengumpulkan informasi berupa

a. Karakteristik dan permasalahan kesehatan jemaah haji

b. Data tempat tinggal jemaah haji atau keluarga terdekatnya

Page 21: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

21

c. Data UKBM atau kelompok olahraga di wilayah tempat tinggal jemaah

d. Data sumber daya tenaga, sarana dan prasarana terkait dengan pembinaan

kebugaran jasmani seperti : instruktur olahraga atau tenaga kesehatan olahraga,

tempat latihan dan perlengkapannya, formulir kartu kendali, laboratorium jika

diperlukan dsb.

e. Pembiayaan yang dibutuhkan sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan

3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan : Tim Pembina kebugaran jasmani jemaah haji menyusun rencana usulan kegiatan

dengan memperhatikan :

a. Kegiatan bersifat terintegrasi dengan kegiatan pembinaan kesehatan di

Puskesmas atau Rumah Sakit serta pembinaan manasik ibadah haji

b. Kegiatan bersifat berkesinambungan dengan kagiatan latihan fisik sebelumnya

yang sudah dilakukan oleh jemaah haji serta memperbaiki program latihan fisik

jika masih terdapat masalah

c. Rencana usulan kegiatan disesuaikan dengan kondisi kesehatan jemaah haji,

keadaan serta kemampuan Puskesmas di wilayah kerjanya.

Seorang jemaah haji sebelum melaksanakan program latihan fisik, terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan kelayakan untuk mengikuti latihan fisik.

Pemeriksaan ini dapat digabungkan atau terpisah dengan pemeriksaan kesehatan I bagi

jemaah haji sebagai syarat dalam pendaftaran sebagai jemaah haji.

Pemeriksaan diawali dengan mengisi formulir kelaikan untuk melakukan program latihan

fisik serta ada tidaknya kontra indikasi mutlak atau relatif dalam mengikuti latihan fisik.

Pengisian formulir dapat dilakukan dengan panduan oleh seorang petugas kesehatan

(perawat atau bidan)

Page 22: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

22

Keterangan :

A. Petugas menyiapkan formulir PAR-Q & You (Physical Activity Readiness - Questionnaire

& You) dengan menanyakan identitas Jemaah haji seperti : nama, jenis kelamin, umur,

alamat dan jenis pekerjaan .

ALUR PENATALAKSANAAN LATIHAN FISIK

PENDAFTARAN DAN PENGISIAN FORMULIR PAR-Q & You

JAWABAN TIDAK JAWABAN YA

KLASIFIKASI SKRINING EKG (≥ 40th)

PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

PEMERIKSAAN KESEHATAN

LAYAK TIDAK LAYAK

PENGOBATAN / RUJUKAN

PROGRAM OLAHRAGA SESUAI DENGAN

JAMAAH HAJI SEHAT ATAU RISTI

EVALUASI

PEMANTAUAN

LAYAK TIDAK LAYAK

Hasil EKG pembebanan abnormal

Page 23: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

23

B. Menanyakan ke 7 butir pertanyaan yang terdapat dalam formulir

Par-Q & You dengan jawaban yang sebenarnya. Yaitu :

- terdapat satu atau lebih jawaban Ya, maka Jemaah haji dikonsultasikan untuk

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Pemeriksaan dilakukan untuk

menentukan layak atau tidak dilakukan pengukuran kebugaran jasmani berdasarkan

ada tidaknya kontra indikasi .

- Jika tidak layak, maka jemaah haji perlu mendapatkan penatalaksanaan pengobatan

yang sesuai dengan penyakitnya atau bila perlu merujuknya .

- Pengobatan dilakukan sampai Jemaah haji layak untuk dilakukan pengukuran

kebugaran jasmani.

C. Bagi Jemaah haji usia > 40 tahun yang menjawab tidak dalam semua pertanyaan Par-Q

& You atau layak setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, maka dilakukan skrining

EKG istirahat.

D. Jika pada skrining EKG istirahat ditemukan kelainan (tidak layak) maka Jemaah haji

diobati atau dirujuk dulu.

E. Jika pada skrining EKG istirahat tidak ditemukan kelainan (layak) dilanjutkan dengan

pengukuran kebugaran jasmani sesuai dengan syarat-syarat pengukuran.

F. Jika pada EKG pembebanan selama pengukuran kebugaran jasmani ditemukan

kelainan maka peserta dirujuk.

1. Pernahkah anda mendengar dokter yang mengatakan bahwa anda menderita suatu kelainan jantung ?

2. Apakah anda seringkali mengalami nyeri dada atau nyeri di jantung anda ? 3. Seringkah anda merasa akan pingsan atau mengeluh rasa pusing kepala yang agak parah ? 4. Pernahkah dokter memberitahukan kepada anda bahwa tekanan darah anda terlalu tinggi ?

5. Pernahkah dokter memberitahu kepada anda bahwa anda mengidap suatu masalah

persendian atau tulang ? 6. Apakah anda membawa serta obat-obat berdasarkan resep, seperti obat untuk kelainan

jantung, tekanan darah tinggi , diabetes ? 7. Apakah terdapat suatu alasan fisik yang belum disebutkan diatas bahwa anda seharusnya

tidak boleh mengikuti suatu program aktivitas fisik ?

Page 24: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

24

G. Hasil dari pengukuran kebugaran jasmani didapatkan tingkat kebugaran jasmaninya.

H. Pemilihan program olahraga disesuaikan dengan Jemaah haji sehat dan Jemaah haji

resiko tinggi

I. Pemantauan harus selalu dilakukan saat berolahraga maupun selama melaksanakan

program olahraga, seperti adanya keluhan, cedera, dll.

J. Evaluasi program dilakukan setelah program olahraga berlangsung selama 6 bulan,

dengan melakukan pemeriksaan tingkat kebugaran kembali.

B. PELAKSANAAN :

1. WAKTU : a. Sebelum keberangkatan

b. Selama di pesawat / perjalanan

c. Selama di pemukiman (Arab Saudi)

d. Setelah kepulangan

2. TEMPAT : a. Puskesmas

b. UKBM atau kelompok olahraga masyarakat

c. Rumah atau tempat kebugaran/ fitness centre (mandiri)

d. Pesawat

e. Pemukiman jemaah haji

1. SEBELUM KEBERANGKATAN

Urutan kegiatan latihan fisik adalah :

A. Pemanasan : 10 – 15 menit

- Senam ringan / jalan santai selama 5 menit

- Stretching / peregangan 5 – 10 menit : Sendi & Otot

Gambar 1 : Regangkan leher kearah samping kanan, sehingga otot leher sisi kiri

teregang, Tahan selama 8 hitungan / 10 detik. Begitu pula kearah

sebaliknya.

Page 25: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

25

Gambar 2 :

Letakkan lengan kanan ke atas bahu kiri, dan siku kanan agak

didorong kearah belakang, sehingga otot bahu kanan belakang

teregang. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik. Begitu pula terhadap

lengan kiri.

Gambar 3 :

Letakkan lengan kanan ke arah bahu belakang melalui belakang

kepala. Siku kanan didorong kearah bawah sehingga otot sayap

lengan kanan teregang. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik. Begitu

pula terhadap lengan kiri.

Gambar 4 :

Rentangkan ke 2 lengan ke arah depan, ke 2 tangan dirapatkan.

Regangkan selama 8 hitungan/ 10 detik sehingga otot-otot lengan

samping teregang.

Gambar 5 : Rentangkan ke 2 lengan ke arah atas , ke 2 tangan dirapatkan.

Regangkan selama 8 hitungan / 10 detik sehingga otot-otot bahu

samping teregang.

Page 26: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

26

Gambar 6 :

Lengan kanan di rentangkan ke arah samping berlawanan melalui

atas kepala. Regangkan selama 8 hitungan / 10 detik sehingga otot-

otot sisi badan dan bahu teregang. Ulangi gerakan ke arah

sebaliknya.

Gambar 7 :

Bungkukkan badan semampunya dengan lengan menyusuri tungkai

hingga sampai lutut. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik sehingga

otot-otot punggung teregang.

Bagi jemaah haji dengan obesitas atau tidak mampu dalam keadaan

berdiri, dapat dilakukan dalam posisi duduk.

Gambar 8 :

Berpegangan pada dinding atau tiang, tungkai kanan di bengkokkan

ke belakang semampunya dan dipegang oleh tangan kiri dan tungkai

kiri lurus berdiri. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik sehingga otot-

otot paha kanan depan dan tungkai bawah kanan depan teregang.

Lakukan pada tungkai sebaliknya.

Gambar 9 : Berpegangan pada dinding atau tiang, Tungkai kiri dibengkokkan ke

arah atas semampunya, dipegang oleh tangan kiri. Tungkai kanan

berdiri lurus. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik sehingga otot-otot

paha kiri belakang teregang.

Page 27: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

27

Gambar 10 : Bersandar pada dinding, tungkai kanan dibengkokan ke

depan sehingga tungkai kanan lurus ke belakang. Tahan

selama 8 hitungan / 10 detik sehingga otot-otot belakang tungkai

tungkai kiri teregang.

B. Latihan Inti : berupa latihan aerobik selama 20 – 60 menit

Dilakukan 3 x seminggu berupa kombinasi , senam aerobik 1 x dan jalan cepat 2 x,

sesuai dengan aktivitas yang akan dihadapi jemaah haji di tanah suci.

1. Senam aerobik 1 x / minggu (kelompok)

Bagi jemaah haji yang sehat :

Latihan disesuaikan dengan kemampuan Jemaah haji dengan menghitung denyut

nadi saat ditengah-tengah fase latihan ( Denyut nadi latihan = 70 – 80 % DNM atau

tidak sampai bernafas berlebihan / hiperventilasi) diselingi gerakan sedikit high

impact (gerakan-gerakan yang dilakukan dengan benturan pada tungkai, misal :

gerakan meloncat, melompar atau salah satu tungkai dalam posisi melayang)

Bagi jemaah haji risti :

Dosis latihan disesuaikan dengan kemampuan sehingga denyut nadi latihan

mencapai = 60 – 70 % DNM dan bersifat low impact (gerakan-gerakan yang

dilakukan tanpa adanya benturan pada tungkai)

2. Jalan cepat 2 x / minggu (secara kelompok 1x dan secara mandiri 1x)

Latihan dilakukan dengan kecepatan secara bertahap :

Page 28: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

28

Bagi jemaah haji sehat :

Bulan

ke-

Jarak (Km)

Waktu

tempuh (menit)

Pengulangan

per sesi latihan

Selang Waktu

istirahat (menit)

keterangan

I 1,6 20 - 25 1 -

II 1,6 20 2 15

III 1,6 20 2 10

IV 1,6 20 2 5

V 1,6 15 2 10

VI 1,6 15 2 5

Bagi jemaah haji dengan risti :

Bulan

ke-

Jarak (Km)

Waktu

tempuh (menit)

Frekuensi per

sesi latihan

Selang Waktu

istirahat (menit)

keterangan

I 1,6 25 - 30 1 -

II 1,6 25 2 15

III 1,6 25 2 10

IV 1,6 25 2 5

V 1,6 20 2 10

VI 1,6 20 2 5

Keterangan : contoh pada Jemaah Risti bulan 2

Jalan cepat 1,6 Km dengan waktu tempuh 25 menit, dilakukan 2 x dengan selang

waktu istirahat 15 menit . Istirahat dilakukan tidak dalam keadaan duduk, tetapi

secara aktif yaitu sambil berjalan pelan atau menggerakan lengan dan tungkai.

3. Alternatif latihan fisik lain yang dapat dilakukan :

Latihan fisik ini biasanya dilakukan oleh jemaah haji secara mandiri di rumah atau

tempat latihan kebugaran (fitness centre) khususnya di daerah perkotaan, oleh

karena keterbatasan waktu melakukan secara berkelompok atau memang sudah

mempunyai peralatan yang diperlukan serta sudah terbiasa dan mampu

melakukannya. Peningkatan beban latihan tetap menggunakan prinsip-prinsip latihan

serta dimodifikasi sesuai dengan contoh pada jenis latihan fisik berjalan cepat.

Page 29: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

29

Jenis Latihan fisik yang dapat dilakukan :

a. Sepeda statis : - Tinggi sadel disesuaikan dengan mengatur putaran di bawah sadel setinggi

posisi salah satu lutut yang menekuk dengan sudut ± 100o.

- Melihat denyut nadi istirahat pada panel denyut nadi.

- Kecepatan mengayuh diatur dengan memutar pengaturan beban

1) Pemanasan : Beban dimulai pada skala beban 0 ( dari skala 8 )

Dilakukan selama 5 menit (kecepatan mengayuh dengan tempo 100 bpm).

Lakukan latihan sehingga denyut nadi naik mencapai 100x/menit.

2) Latihan Inti : Skala beban dinaikkan menjadi 2 - 3 dan pertahankan selama 20 - 30 menit.

Lakukan latihan sampai denyut nadi naik mencapai 70 – 80 % x DNM pada

jemaah yang sehat.

Atau 60 – 70 % x DNM pada jemaah risti

3) Pendinginan :

Skala beban diturunkan kembali secara perlahan menjadi 0 selama 5 menit.

Kayuhan dihentikan, tetap istirahat di atas sadel sepeda sampai denyut nadi

turun di bawah 100x/menit atau mendekati denyut nadi istirahat.

b. Berenang :

- Dilakukan bagi jemaah haji yang sudah mampu berenang.

- Kedalaman kolam renang disesuaikan dengan kemampuan berenang atau

kolam renang dengan kedalaman ukuran dewasa

1) Pemanasan :

Dilakukan di luar kolam dengan gerakan-gerakan stretching selama 5 – 10

menit

Latihan pemanasan dilanjutkan di kolam renang dengan gaya yang sudah

dikuasai, berenang bolak balik sepanjang lebar kolam renang dengan

kecepatan lambat selama 5 menit

2) Latihan Inti : Berenang dilakukan bolak balik sesuai kemampuan sepanjang lebar kolam

renang dengan kecepatan lambat sampai sedang selama 20 – 60

menit.diselingi istirahat

3) Pendinginan : Dilakukan di luar kolam dengan gerakan-gerakan stretching dan pelemasan

selama 5 menit

Page 30: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

30

c. Treadmill : - Pastikan semua indicator pada panel / display dapat berfungsi dengan baik.

Denyut nadi dapat dilihat pada panel

- Pengaturan beban dilakukan dengan menyesuaikan kecepatan berjalan dan

sudut kemiringan yang terdapat pada panel treadmill

1) Pemanasan : Dengan sudut kemiringan 0 derajat dan kecepatan yang disesuaikan

melakukan gerakan berjalan biasa

Lakukan pemanasan selama 10 – 15 menit sehingga denyut nadi naik

mencapai minimal 100x/menit.

2) Latihan Inti :

Beban dinaikkan sehingga denyut nadi naik mencapai 70 – 85% x DNM pada

jemaah sehat atau 60 – 70 % x DNM pada jemaah risti dan dan

dipertahankan selama 20 - 60 menit.

3) Pendinginan :

Beban diturunkan kembali secara bertahap selama 5 menit sehingga denyut

nadi turun di bawah 100x/menit atau mendekati denyut nadi istirahat.

C. Pendinginan : 5 – 10 menit

Bentuk kegiatan prinsipnya sama dengan kegiatan pemanasan hanya dilakukan dengan

perlahan dan pelemasan

Perhatian : Pada penderita penyakit

• Jantung dan Hipertensi :

- Tidak melakukan latihan dengan beban dari luar seperti dumbel dsb kecuali tekanan darah dibawah 160 / 100 mmHg, dengan menggunakan botol air mineral 600 cc.

- Tidak dianjurkan dengan intensitas atau berat ringannya latihan berubah-ubah selama sesi latihan

• Diabetes Melitus :

- Dianjurkan membawa permen atau makanan kecil berkalori selama mengikuti sesi latihan

- Tidak dianjurkan lama latihan lebih dari 60 menit

Page 31: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

31

• Arthritis / Berat badan berlebih :

- Tidak dianjurkan melakukan latihan dengan gerakan-gerakan High impact

• Cedera tulang dan sendi :

- Tidak dianjurkan melakukan latihan dengan gerakan-gerakan High impact serta intensitas latihan tidak terkontrol

• Low Back Pain :

- Tidak dianjurkan melakukan latihan dengan gerakan-gerakan yang bersifat Low dan High impact, tetapi dapat melakukan berupa renang, senam lantai dsb.

• Paru – Paru, Ginjal dan Epilepsi :

- Tidak dianjurkan melakukan latihan dengan Intensitas tidak terkontrol

4. Latihan Kekuatan Otot dan Keseimbangan

Dilakukan pada hari saat jemaah haji tidak melakukan latihan aerobik.

Dilakukan masing-masing selama 10 – 15 menit

a. Latihan Kekuatan Otot :

Gambar 1 :

Latihan kekuatan otot kaki, lutut, pinggul dan punggung.

Diawali dari posisi duduk, ke 2 lengan dipinggang.

Ke posisi berdiri, namun kedua lutut dibengkokkan dan

ditahan selama 8 hitungan / 10 detik dan kembali ke posisi

duduk. Gerakan diulangi 3 – 5 kali.

Gambar 2 : (gambar diganti saat mau cetak) Latihan kekuatan otot lengan dan bahu.

Diawali dari posisi duduk, ke 2 lengan menggenggam

Sebuah air mineral isi 600 cc. Kedua lengan diluruskan

kesamping dan ditahan selama 8 hitungan / 10 detik dan

kembali ke posisi lurus kebawah. Gerakan diulangi

3 – 5 kali.

Page 32: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

32

Gambar 3 : Latihan kekuatan otot tungkai sisi dalam dan luar.

Diawali dari posisi berdiri, kedua lengan bertolak

pinggang. Dengan menggunakan pita karet (rubber band) atau

ban roda dalam sepeda atau sesuatu yang lentur, dikaitkan

antara 2 kaki.

Gerakan dimulai dengan meluruskan salah satu tungkai

kesamping, tahan selama 8 hitungan / 10 detik dan kembali

ke posisi semula. gerakan diulangi 3 – 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang

lainnya. Untuk menjaga keseimbangan dapat dilakukan

berdekatan dengan dinding.

Gambar 4 : Latihan kekuatan otot tungkai bawah.

Diawali dari posisi setengah berbaring di lantai.

Dengan menggunakan pita karet (rubber band) atau

Ban roda dalam sepeda atau sesuatu yang lentur, di

Kaitkan antara 2 kaki. Salah satu tungkai di bengkok

Kan.

Gerakan dimulai dengan meluruskan tungkai yang

bengkok lurus ke atas, tahan selama 8 hitungan / 10 detik

dan kembali ke posisi semula. Gerakan diulangi ke 3 – 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai lainnya.

b. Latihan Keseimbangan :

Gambar 1 : Berjalan lurus mengikuti arah garis lurus sepanjang 10 meter.

Langkah kaki awal diikuti langkah kaki berikutnya persis sesuai

Dengan arah garis, dengan pandangan mata lurus ke depan.

Berjalan dilakukan 3 kali bolak balik.

Page 33: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

33

Untuk gambar 2-5 perlu menggunakan kursi sebagai tumpuan sekedarnya Gambar 2 : Gerakan diawali dengan berdiri lurus di belakang kursi.

Salah satu tangan cukup menyentuh pada kursi untuk menjaga

keseimbangan.

Salah satu tungkai digerakkan lurus ke samping , tahan selama

8 hitungan / 10 detik dan kembali lurus seperti sedia kala.

Gerakan dilakukan berulang sampai 3 - 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang lain.

Gambar 3 : Dengan posisi sama dengan pada gambar 2, gerakan tungkai

Dilakukan ke arah belakang. Tahan selama 8 hitungan / 10 detik.

Gerakan dilakukan berulang sampai 3 – 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang lain.

Gambar 4 : Dengan posisi sama dengan pada gambar 2, gerakan tungkai

dilakukan serong ke belakang. Tahan selama 8 hitungan /

10 detik. Gerakan dilakukan berulang sampai 3 – 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang lain.

Gambar 5 : Dengan posisi sama dengan pada gambar 2, gerakan tungkai

dilakukan ke arah atas dan tahan selama 8 hitungan ( 10 detik)

Gerakan dilakukan berulang sampai 3 - 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang lain

Page 34: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

34

Gambar 6 : Diawali dengan posisi berdiri lurus, berdekatan dengan dinding

atau kursi tungkai kiri dikaitkan ke belakang tungkai lainnya

dan tahan selama 8 hitungan (10 detik)

Gerakan dilakukan berulang sampai 3 - 5 kali.

Lakukan hal yang sama pada tungkai yang lain.

2. SELAMA DI PESAWAT : (gambar diganti dengan orang menggunakan kopiah)

Stretching sambil duduk : leher, bahu, badan, lengan, tangan dan jari-jari, pinggul, tungkai dan kaki dengan arah gerakan ke kiri dan kanan.

Gambar 1 Pada posisi duduk, kedua lengan disamping badan.

Palingkan leher kearah samping kanan sehingga otot-otot

leher sebelah kiri teregang, dan tahan selama 8 hitungan /

10 detik dan lemaskan. Ulangi gerakan sejumlah 3 kali.

Gerakan sebaliknya dilakukan kearah kiri..

Gambar 2 : Pada posisi duduk, kedua lengan disamping badan. Kedua

bahu diangkat dan diregangkan sehingga terasa regangan

pada atas bahu dan otot-otot leher. Lakukan selama 8

hitungan / 10 detik dan lemaskan. Ulangi gerakan sejumlah 3

kali.

Gambar 3 : Pada posisi duduk, kedua telapak tangan bertemu

dibelakang kepala. Regangkan lengan dan bahu selama 8

hitungan / 10 detik dan lemaskan. Ulangi gerakan sejumlah 3

kali.

Page 35: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

35

Gambar 4 : Pada posisi duduk, salah satu lengan dibengkokkan dengan

melewati belakang kepala dan dipegang oleh lengan yang

lain. Regangkan dan tahan selama 8 hitungan / 10 detik dan

lemaskan. Ulangi gerakan sejumlah 3 kali. Gerakan

sebaliknya dilakukan dengan yang lain.

Gambar 5 : Posisi duduk, luruskan kedua lengan keatas dan gabungkan

tangan satu dengan lainnya, dengan telapak tangan

menghadap ke arah bawah, regangkan dan tahan selama 8

hitungan / 10 detik. Ulangi gerakan sejumlah 3 kali.

Gambar 6 : Posisi duduk, kedua lengan diluruskan kedepan dan tangan

yang bersatu dengan lainnya dengan posisi telapak tangan

menghadap ke depan. Regangkan dan tahan selama 8

hitungan / 10 detik . Ulangi gerakan sejumlah 3 kali.

Gambar 7 : Pada posisi duduk, kedua tangan dalam posisi mendorong

dengan lengan ditekuk pada ke 2 siku. Seluruh jari-jari tangan

dibuka dan diregangkan selama 8 hitungan / 10 detik dan

kemudian dilemaskan. Ulangi gerakan sejumlah 3 kali.

Page 36: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

36

Gambar 8 : Berdiri dan berjalan didalam pesawat (jika memungkinkan)

selama 5 – 10 menit.

3. SELAMA DI ARAB SAUDI :

- Aktivitas selama di Arab Saudi baik dalam perjalanan (berjalan kaki) maupun

kegiatan beribadah sudah merupakan bentuk aktivitas fisik yang sedang – berat,

sehingga tidak memerlukan lagi kegiatan berupa latihan aerobik

- Untuk menjaga stamina selama di pemukiman, jemaah haji dapat melakukan

stretching dan pemanasan, sama seperti dengan kegiatan sebelum keberangkatan.

- Kegiatan dapat dilakukan selama di pemukiman secara mandiri atau berkelompok

- Dilakukan minimal 3 – 5 x sehari selama 5 – 10 menit

4. SETELAH KEPULANGAN :

Bentuk latihan fisik pada prinsipnya sama dengan kegiatan sebelum keberangkatan

dan dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk latihan fisik lainnya.

RINGKASAN KEGIATAN :

TEMPAT

KEGIATAN LATIHAN FISIK

STRETCHING PEMANASAN

LATIHAN Inti (Aerobik)

PENDINGINAN

Latihan

Kekuatan otot dan

Kesimbangan

TANAH AIR

+

+

+

+

PESAWAT

+

DI ARAB SAUDI

+

KEPULANGAN (TANAH AIR)

+

+

+

+

Page 37: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

37

C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

1. PEMANTAUAN :

Pelaksanaan monitoring dilakukan pada jemaah haji yang latihan secara

berkelompok di Puskesmas atau UKBM atau Kelompok Olahraga lainnya dengan

menggunakan kartu kendali latihan pribadi yang sudah disiapkan oleh Puskemas.

Monitoring juga dilakukan setelah kepulangan bersamaan dengan pemeriksaan

kesehatan

Kontrol pelaksanaan hasil latihan dilakukan di Puskesmas 1 x/ bulan pada saat

latihan secara berkelompok di Puskesmas

Pelaksanaan monitoring latihan fisik bagi jemaah haji dilakukan pada saat sebelum

melakukan latihan, saat melakukan latihan dan setelah melakukan latihan pada hari

latihan (sesi latihan).

Monitoring pada sebelum sesi latihan dilakukan berupa pemeriksaan kondisi tubuh

seperti suhu tubuh, denyut nadi istirahat, tekanan darah.. Pada saat latihan perlu

dilakukan pengawasan ada tidaknya keluhan baik yang dirasakan oleh jemaah

maupun yang terlihat khususnya bagi jemaah risti.. Pada saat selesai sesi latihan

perlu dilakukan pemeriksaan mencapai denyut nadi istirahat apakah sudah tercapai

minimal 5 menit setelah latihan.

Alat monitoring dapat berupa kartu kendali (terlampir) yang dapat dibawa pulang dan

format penilaian yang dipegang oleh petugas kesehatan. Latihan dapat dilakukan

dimana saja dan evaluasi di Puskesmas dengan membawa kartu kendali.

2. EVALUASI :

Evaluasi latihan dilakukan pada saat :

1. Awal latihan dan setiap 3 bulan pelaksanaan latihan dengan menggunakan tes

kebugaran jasmani (Tes Jalan cara Rockport 1.6 Km)

2. Setiap peningkatan beban latihan (setiap bulan) dengan mengetahui ada

tidaknya keluhan jemaah haji serta kemampuan melakukan setiap sesi latihan.

3. Setiap adanya pemeriksaan hasil laboratorium atau pemeriksaan rujukan, dapat

menjadi ukuran untuk menilai kemajuan latihan

Page 38: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

38

PENUTUP

Buku Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji bagi Petugas Kesehatan di

Puskesmas diharapkan dapat digunakan sebagai bagian dari pembinaan kesehatan jemaah

haji di wilayah kerja Puskesmas.

Kegiatan pembinaan kebugaran jasmani jemaah haji di Puskesmas dapat juga merupakan

kegiatan terintegrasi dan pengembangan dari program kesehatan olahraga di Puskesmas,

sehingga dapat disesuaikan kebutuhannya akan sarana, prasarana serta tenaga.

Pelaksanaan pembinaan kebugaran berupa latihan fisik dilakukan secara mandiri dan

kelompok, sejak sebelum keberangkatan sampai setelah kepulangan ke Tanah Air ,

diharapkan menjadi perilaku sehari-hari Jemaah Haji sebagai bagian dari penerapan Pola

Hidup Bersih dan Sehat.

BAB

V

Page 39: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

39

DAFTAR PUSTAKA :

1. ACSM. ACSM’s Guidelines for Exercise testing and Prescription. 7th ed. Philadelphia : Lipincot Williams & Wilkins, 2006.

2. Bob Anderson. Stretching. California : Shelter Publications, 1980

3. Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/ Menkes/ SK/ /2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Jakarta : Depkes RI, 2004

4. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1394/ Menkes/SK/XI/ 2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia. Jakarta : Depkes RI, 2005

5. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji Indonesia. Jakarta : Depkes RI, 2005

6. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis Pembinaan Kesehatan Calon Jemaah Haji di Indonesia. Jakarta : Depkes RI, 2006

7. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi. Jakarta : Depkes RI, 2006

8. Depkes RI, Direktorat Sepim-Kesma. Profil Kesehatan Haji Indonesia tahun 2008. Jakarta, Depkes RI, 2008

9. Depkes RI, Ditjen P2M&PL. Panduan Berhaji sehat. Jakarta : Depkes RI, 2008

10. Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas. Jakarta : Depkes RI, 2006

11. Depkes RI, Dit. Bina Kesehatan Komunitas. Kebijakan kesehatan olahraga. Jakarta : Depkes RI , 2006

12. Depkes RI, Dit. Bina Kesehatan Komunitas. Pedoman upaya kesehatan olahraga di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI, 2006

13. Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Depkes RI, 2005

14. Depkes RI, Proyek Strengthening of Community Urban Health. Pedoman Kesehatan Olahraga. Jakarta : Depkes RI, 2002

15. Depkes RI, Direktorat Bina Kesehatan Komunitas. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta : Depkes RI, 2005

16. O’Connor FG, Sallis RE, Wilder RP et al. Sports Medicine. Boston : Mc Graw Hill Companies, 2005

17. Suharli M. Tuntunan Praktis Ibadah Umroh & Haji. Jakarta : Al Amin Universal, 2008

18. Thomson PD. Exercise & Sports Cardiology. Connecticut. Mc Graw Hill Companies, 2001

19. UU No. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan ibadah haji

Page 40: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

40

LAMPIRAN :

Lampiran 1 :

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Nomor :

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Tempat/tgl lahir :

Alamat :

KTP/ SIM Nomer :

Pekerjaan :

Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini, bersama ini menyatakan KESEDIAANNYA untuk dilakukan tindakan dan prosedur pembinaan kebugaran pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan yang berwenang di fasilitas kesehatan tersebut di atas, sebagaimana berikut ini :

1. Diagnosis penyakit atau kelainan yang saya alami, yaitu : Untuk menyelesaikan atau mengobati penyakit tersebut, perlu dilakukan tindakan medik, yaitu : ___________________________________________________________________

2. Setiap tindakan medik yang dipilih bertujuan untuk memperbaiki atau mengobati gangguan kesehatan, kelainan atau penyakit yang saya alami. Namun demikian sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, setiap tindakan mempunyai RESIKO, baik yang telah diduga maupun yang tidak diduga sebelumnya.

3. Petugas kesehatan telah pula menjelaskan bahwa ia akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan tindakan medik dan menghindarkan kemungkinan terjadinya resiko, agar diperoleh hasil pengobatan yang optimal.

4. Semua penjelasan tesebut diatas sudah SAYA MAKLUMI dan dijelaskan dengan kalimat yang jelas dan SAYA MENGERTI sehingga saya memaklumi arti penyakit dan tujuan tindakan medik yang saya alami. Dengan demikian TERDAPAT KESEPAHAMAN diantara pasien dan petugas kesehatan tentang upaya serta tujuan pengobatan, untuk mencegah timbulnya masalah hukum di kemudian hari.

Dalam keadaan dimana saya tidak mampu untuk memperoleh penjelasan dan memberi persetujuan, maka saya menyerahkan mandat kepada suami/isteri /wali saya yaitu :

Nama : ( ) suami/ isteri ( ) wali

Tempat/tgl lahir :

Alamat :

KTP/ SIM Nomor :

Pekerjaan :

Demikian untuk menjadi maklum, surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

....................,..................................2009

Yang memberi persetujuan

Petugas Kesehatan Suami/Isteri wali

( ) ( ) ( )

Page 41: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

41

LAMPIRAN 2 : Metode dan cara tes Rockport

a. Metode: Tes Lari / Jalan : 1 mil / 1,609 Km

1. Pelaksanaan : a. Sebelum melakukan tes, lakukan peregangan seluruh tubuh terutama otot-

otot tungkai dan diakhiri dengan pemanasan berupa berjalan secara perlahan

b. Saat memulai tes, alat pencatat waktu dihidupkan

c. Berjalan cepat atau berlari secara konstan semampunya pada jarak yang

telah ditentukan (1,6 km), pada lintasan yang datar : lurus atau berputar

(lapangan bola standar : keliling 400 m)

d. Peserta tes dapat individual atau kelompok , berdiri di belakang garis “start”.

e. Setelah aba-aba “siap” peserta tes mengambil sikap start berdiri, siap untuk

berjalan / berlari.

f. Setelah aba-aba “ya” peserta tes berlari menuju garis finish, menempuh jarak

sesuai jarak tempuh 1600 m

g. Catat waktu tempuh (menit & detik) dan masukkan dalam tabel 1 :

Misalnya :

Peserta tes “Tn. A” umur 55 tahun, dengan waktu tempuh 12 menit 30 detik (=

12,5 menit).

Dengan menggunakan tabel 1, didapatkan nilai VO2Max dari waktu tempuh

12’30” adalah : 31 ml/ kg/ menit.

Berdasarkan tabel 2, tingkat kebugaran jasmani Tn, A dengan nilai VO2Max 31

ml/kg/menit pada usia 55 tahun adalah : cukup.

Tabel 1

Hubungan Waktu Tempuh-VO2Max

No.

Waktu Tempuh

VO2Max

ml/kg/menit

1 5’18” – 5’23” 62

2 5’24” – 5’29” 61

3 5’30” – 5’35” 60

4 5’36” – 5’42” 59

5 5’43” – 5’49” 58

6 5’50” – 5’56” 57

Page 42: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

42

7 5’57” – 6’04” 56

8 6’05” – 6’12” 55

9 6’13” – 6’20” 54

10 6’21” – 6’29” 53

11 6’30” – 6’38” 52

12 6’39” – 6’48” 51

13 6’49” – 6’57” 50

14 6’58” – 7’08” 49

15 7’09” – 7’19” 48

16 7’20” – 7’31” 47

17 7’32” – 7’43” 46

18 7’44” – 7’56” 45

19 7’57” – 8’10” 44

20 8’11” – 8’24” 43

21 8’25” – 8’40” 42

22 8’41” – 8’56” 41

23 8’57” – 9’14” 40

24 9’15” – 9’32” 39

25 9’33” – 9’52” 38

26 9’53” – 10’14” 37

27 10’15” – 10’36” 36

28 10’37” – 11’01” 35

29 11’02” – 11’28” 34

30 11’29” – 11’57” 33

31 11’58” – 12’29” 32

32 12’30” – 13’03 31

33 13’04” – 13’41” 30

34 13’42” – 14’23” 29

35 14’24” – 15’08” 28

36 15’09” – 16’00” 27

37 16’01” – 16’57” 26

38 16’58” – 18’02” 25

39 18’03” – 19’15” 24

40 19’16” – 20’39” 23

41 20’40” – 22’17” 22

42 22’18” – 24’11” 21

Page 43: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

43

TABEL 2

KLASIFIKASI KAPASITAS AEROBIK (Kebugaran Jasmani) MENURUT AHA

(American of Heart Association) - 1972

Umur

Kurang Sekali

Kurang

Cukup

Baik

Baik

Sekali

Wanita

20 – 29

30 – 39

40 – 49

50 – 59

60 – 69

< 24

< 20

< 17

< 15

< 13

24 – 30

20 – 27

17 – 23

15 – 20

13 – 17

31 – 37

28 – 33

24 – 30

21 – 27

18 – 23

38 – 48

34 – 44

31 – 41

28 – 37

24 – 34

49+

45+

42+

38+

35+

Men

20 – 29

30 – 39

40 – 49

50 – 59

60 – 69

< 25

< 23

< 20

< 18

< 16

25 – 33

23 – 30

20 – 26

18 – 24

16 – 22

34 – 42

31 – 38

27 – 35

25 – 33

23 – 30

43 – 52

39 – 48

36 – 44

34 – 42

31 – 40

53+

49+

45+

43+

41+

Page 44: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

44

LAMPIRAN 3 : KARTU KENDALI 12 MINGGU / 3 BULAN

NAMA : L / P UMUR : .... THN TGL:

Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

LATIHAN FISIK :

Aerobik

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

I. SENAM

II. JALAN CEPAT

III. LATIHAN LAINNYA :

Kekuatan otot & k

Keseimbangan

Catatan &

Paraf Petugas

GD Sewaktu

Tekanan darah

Berat Badan

Keluhan

Page 45: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

45

Minggu V

Minggu VI

Minggu VII

Minggu VIII

LATIHAN FISIK :

Aerobik

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

I. SENAM

II. JALAN CEPAT

III. LATIHAN LAINNYA :

Kekuatan otot & k

Keseimbangan

Catatan &

Paraf Petugas

GD Sewaktu

Tekanan darah

Berat Badan

Keluhan

Page 46: Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan

46

Minggu IX

Minggu X

Minggu XI

Minggu XII

LATIHAN FISIK :

Aerobik

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

S

S

R

K

J

S

M

I. SENAM

II. JALAN CEPAT

III. LATIHAN LAINNYA :

Kekuatan otot & k

Keseimbangan

Catatan &

Paraf Petugas

GD Sewaktu

Tekanan darah

Berat Badan

Keluhan

CATATANPETUGAS ....................................................................................................................... .......................................................................................................................