parasit panca indera 2016

Upload: kayla-audivisi

Post on 07-Mar-2016

255 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Kayla Audivisi1102012139Kelas AParasitology: Memahami serangga penyebab penyakit (scabies) dan miasis Memahami serangga penyebab alergi dan reaksi toksikMemahami serangga penyebab penyakit (scabies) dan miasisSKABIESSarcoptes scabiei : Morfologi: Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei (Fam. Sarcoptidae, Ordo Acari, Kelas Arachnida). Badannya berupa kantong/oval, tubuhnya terdiri kapitulum, kaki pendek ada 4 pasang (depan 2 pasang, belakang 2 pasang), ambulacra pada kaki, ukuran betina 0,35mm dan jantan 0,20mm. Daur hidup: Kopulasi jantan mati betina membuat terowongan di stratum korneum kulit kopulasi (2 hari) betina bertelur 2-3butir/hari selama 3-5 hari larva selama 3-4 hari nimfa selama 3-5 hari dewasa.Pathogenesis: Lesi primer berupa terowongan yang berisi tungau mengeluarkan secret startum korneum lisis sensitisasi pruritus dan lesi sekunder/tersier. Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi (jari tangan, pergelangan tangan, siku luar, lipatan ketiak, umbilicus, dll.)Scabies biasanya menghinggapi pasien dengan hygiene yang buruk, miskin dan hidup dalam lingkungan yang padat dan kumuh.PEDIKULOSISPedikulosis adalah gangguan yang disebabkan infestasi tuma.Pediculus humanus corporis : Morfologi: Pediculus humanus corporis (Fam. Pediculidae, Ordo Anoplura) adalah tuma badan. Bentuk lonjong, pipih dorso-ventral, berukuran 3-4mm, jantan lebih kecil, otot toraks jelas, memiliki kuku yang kecil.Daur hidup: Rentang kehidupan rata-rata 18 hari dan selama waktu ini tuma betina dapat menghasilkan 270-300 telur. Tuma ini biasanya ditularkan melalui pakaian yang terkontaminasi. Tuma bertahan di lapisan pakaian sampai 3 hari.Pathogenesis: Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur dan secret dari kutu pada waktu menghisap darah.Pediculus humanus capitis :

Morfologi: Pediculus humanus capitis (Fam. Pediculidae, Ordo Anoplura) adalah tuma kepala. Bentuk lonjong, pipih dorso-ventral, berukuran 1,0-1,5mm, berwarna kelabu, kepala berbentuk segitiga, segmen toraks bersatu dan abdomen bersegmen, ujung setiap kaki dilengkapi dengan kuku.Daur hidup: Tuma berjalan dari helai ke helai dengan menjepit rambut dengan kuku-kukunya. Tuma dapat pindah ke hospes lain. Telur (nits) berwarna putih, dilekatkan pada rambut dengan perekat kitin. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur sampai dewasa rata-rata 18 hari, sedangkan tuma dewasa dapat hidup 27 hari.Patologi dan gejala klinis: Lesi pada kulit disebabkan oleh tusukan tuma pada waktu mengisap darah, lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur tuma yang merangsang menimbulkan papul merah dan gatal. Infestasi mudah terjadi dengan kontak langsung.FTIRIASISPhthirus pubis : Morfologi: Ftiriasis adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma Phthirus pubis. Bentuknya pipih dorso-ventral, bulat menyerupai ketam dengan kuku pada ketiga pasang kakinya. Dewasa berukuran 1,5-2mm dan berwarna abu-abu.Daur hidup: Hidup pada rambut kemaluan dan ketiak. Tuma memasukkan bagian mulutnya ke dalam kulit untuk jangka waktu beberapa harisambil menghisap darah. Telur menjadi dewasa kurang lebih 3 4 minggu.Patologi dan gejala klinis: Rasa gatal terjadi pada tempat tusukan. Kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Penularannya melalui kontak langsung, terutama pada waktu berhubungan seksual.

MIASISMiasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau binatang vertebrata. Diagnosis dibuat dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh, lubang tubuh atau tinja dilanjutkan dengan diagnosis spesies dengan cara melakukan identifikasi spirakel posterior larva. Infestasi lalat pada manusia dapat terjadi bila seseorang menelan buah atau makanan yang kebetulan mengandung telur atau larva lalat atau juga dapat terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah kumuh dan kotor.Chryssomyia bezziana : Morfologi: Ordo Diptera. Lalat hijau. Miasis spesifik (obligat). Ukurannya 6-11mm, tubuh terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen. Badan berwarna hijau metalik, sayap jernih dengan guratan yang jelas, permukaan tubuh tertutup dengan bulu-bulu pendek di selingi dengan sederetan bulu yang keras dan jarang letaknya. Mulutnya tipe penjilat. Larva membentuk silinder memanjang terdiri dari 10 ruas dengan ujung depannya meruncing. Larva yang cukup umur dapat berukuran 1cm dan berwarna kuning ke putih-putihan. Pupa berwarna coklat, berbentuk lonjong seperti tong.Daur hidup: Lalat betina merupakan penyebab penyakit miasis obligat yang meletakkan telurnya pada tepi luka yang terbuka dalam jumlah 100-150 butir. Telur akan menetas setelah 20-30 jam. Stadium larva dilalui selama 5-6 hari. Lalu menjatuhkan diri dari luka untuk berubah menjadi pupa yang berlangsung 7-9 hari kemudian menjadi dewasa.Sarcophaga spp : Morfologi: Ordo Diptera. Lalat daging. Miasis semispesifik (fakultatif). Ukurannya 10-14mm, tubuh terdiri kepala toraks, dan abdomen. Tanda khasnya gambaran abdomen seperti papan catur. Berwarna abu-abu, bagian toraks terdapat 3 garis hitam. Struktur mulutnya tipe penjilat. Aristanya hanya berambut pada setengah bagian frontal sedangkan sebagian distalnya tidak berambut. Larva lalat ini dapat hidup di daging busuk.Daur hidup: Waktu yang diperlukan sejak dari telur hingga menjadi lalat dewasa 14-18 hari. Tergantung pada suhu, kelembapan.Musca domestica :

Morfologi: Fam. Musicdae, Ordo Diptera. Miasis aksidental. Ukuran 5.5-7.5mm, terdapat 4 garis putih pada punggung, tipe mulut/proboscis lekat isap, vena ketiga menutup, warnanya abu kehitaman, sepasang sungut terltak didepan mata, tiga pasang kaki dilapisi bulu lebat, sayapnya sepasang tipis serta menembus cahaya.Daur hidup: Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 12-14 hari didaerah tropis. Larva ini sangat rakus dan aktif, akan menjadi pupa setelah 4-7 hari. Pupa akan menjadi lalat dewasa setelah 4 hari kemudian. Umur lalat diperkirakan 1-2 bulan.Memahami serangga penyebab alergi dan reaksi toksikKupu kupu :

Morfologi: Ordo Lepidoptera. Terbagi menjadi 2 macam, kupu-kupu siang dan malam. Kupu-kupu siang berbadan langsing, sayap berwarna-warni, warna lebih terang, antenna tidak bercabang. Kupu-kupu malam badan gemuk, warna sayap lebih gelap, sisik sayap kasar, antenna bercabang-cabang.Daur hidup: Stadium dewasa mempunyai 2 pasang sayap yang bersisik tebal dan mempunyai mulut untuk menghisap (siphoning), sedangkan larva mempunyai bentuk mulut untuk menggigit. Kupu-kupu mengalami metamorphosis lengkap.Patologi: Larva kupu-kupu yang biasa disebut ular bulu bulu mengandung toksin toksin merusak sel-sel tubuh tubuh mengeluarkan histamine, serotonin, heparin erusisme. Gejala erusisme adalah urtikaria, nyeri, gatal, dan rasa panas. Kupu-kupu dewasa dapat menyebabkan kelainan bila manusia kontak dengan bulu yang terdapat di bagian ventral abdomennya, disebut lepidopterisme.Apis mellifera : Morfologi: Lebah termasuk Ordo Hymenoptera, bentuk badan gemuk (Bombidae) dan langsing (Vespidae), mempunyai 2 pasang sayap yang tipis dan mempunyai pinggang yang disebut pediselsebagai penyambung toraks dan abdomen. Mulut lebah digunakan untuk menggigit dan menjilat. Pada ujung abdomen lebah betina dan pekerja terdapat alat penyengat yang mengeluarkan toksin.Patologi: Pada umumnya gejala klinis yang berat disebabkan oleh sengatan lebah yang berat disebabkan oleh sengatan lebah yang termasuk family apidae, vespidae, bombidae. Toksin dikeluarkan saat menyengat, toksin mengandung zat anafilaktogenik, hemolitik, neurotoksik, antigenic, dan silolitik. Pada kasus ringan menimbulkan rasa gatal, nyeri, kemerahan, tetapi pada kasus berat bias menyebabkan syok anafilaktik.Buthus sp. / Centruroides sp. :

Morfologi dan daur hidup: Kalajengking termasuk Ordo Scorpionida. Dua genus kalajengking yang penting dalam kedokteran adalah Centruroides dan Buthus yang termasuk family Buthidae. Ukuran 7-10cm. Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam di bawah batu, potongan kayu, atau persembunyian lain. Tubuh kalajengking terdiri atas sefalotoraks dan abdomen serta mempunyai 4 pasang kaki. Pada ruas terakhir abdomen terdapat alat penyengat yang disebut telson yang mengandung kelenjar racun. Pedipalpnya besar, ujungnya kuat dan merupakan sapit. Rata-rata, seekor betina bisa melahirkan 25-35 ekor anak. Mereka tetap pada punggungnya, sampai mereka molting untuk pertama kali. Setelah kalajengking muda putih turun dari punggung betina, molting, kemudian balik lagi ke punggung induk selama 4-5 hari sebelum meninggalkan induk, biasanya dalam waktu 1-3 minggu setelah lahir.Patologi: Racun kalajengking berupa toksalbumin yang mengandung neurotoksin dan hemotoksin. Pada tempat sengatan terasa sangat nyeri dan pedih yang menjalarke sekitarnya. Dapat timbul keracunan sistemik yang berakhir dengan kematian karena syok dan paralisis pernapasan.Scolopendra :

Morfologi dan daur hidup: Kelabang atau centipede termasuk kelas chilopoda. Tubuhnya memanjang dan pipih dorsoventral, beruas banyak. Ukurannya 2-25cm, sepasang kaki tiap ruas, antenna 1 pasang, tanda khususnya kuku beracun (poison claw). Tempat hidupnya di bawah batu dan kayu. Makanannya berupa insekta dan binatang kecil lainnya. Metamorfosisnya tidak sempurna.Patologi: Gigitan kelabang dapat menimbulkan nyeri dan eritema karena toksin yang keluar melalui kuku beracun. Toksin kelabang mengandung antikoagulan dan 5 hidroksi triptamin. Gigitan Scolopendra yang terdapat di daerah tropic dapat menyebabkan rasa nyeri, perdarahan dan nekrosis.Lactrodectus mactans: Morfologi dan daur hidup: Laba-laba black widow yang betina berukuran 13mm dan jantan 6mm, tubuh terdiri dari sefalotoraks dan abdomen yang dihubungkan oleh pedisel, kaki 4 pasang, berwarna hitam dan mempunyai gambaran hour glass merah pada bagian ventral abdomen, tanda khasnya sepasang chelicera (alat pelepas racun). Biasanya laba-laba jantan dibunuh betina setelah kopulasi.Patologi: Racun L.mactans bersifat neurotoksik terhadap saraf perifer. Gigitannya menyebabkan rasa nyeri yang hebat, rasa nyeri menjalar ke dada dan perut dan timbul gejala seperti akut abdomen.Rhipicephalus sanguineus :

Morfologi: Sengkenit ini berwarna kemerahan atau coklat kehitaman. Lekuk anus terletaak lebih posterior. Pada pasangan koksa pertama terdapat celah. Sengkenit jantan memiliki keping adanal dan adanal asesori. Basis kapituli berbentuk segi enam.Kaki 4 pasang, ukuran kurang lebih 10mm.Dermacentor andersoni : Morfologi: Sengkenit ini memiliki hiasan skutum. Lekuk anus terletak lebih posterior. Basis kapituli berbentuk segi empat. Pada lateral skutum terdapat mata. Sengkenit ini memiliki festoon yang berjumlah satu buah. Baik jantan maupun betina memiliki celah pada pasangan koksa pertama. Pada jantan koksa semakin posterior semakin membesar dan koksa terbesar terdapat pada pasangan kaki keempat. Sengkenit ini tidak memiliki keping ventral. Berukuran kurang lebih 10mm. kaki 4 pasang (larva kaki 3 pasang).Daur hidup R.sanguineus dan D.andersoni: Daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang diletakkan induknya di tanah. Sengkenit dewasa setelah kawin akan menghisap darah sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah dan disinilah akan bertelur. Larva yang baru menetas segera akan mencari inangnya dengan pertolongan benda-benda sekitarnya serta bantuan olfaktoriusnya. Setelah mendapatkan inangnya, ia akan menghisap darah inang darah hingga kenyang (enggorged) lalu akan jatuh ke tanah atau tetap tinggal pada tubuh inang tersebut dan segera menyilih (molting) menjadi nimfa. Nimfa menghisap darah kembali, setelah kenyang akan jatuh ke tanah dan molting menjadi sengkenit dewasa.Satu siklus daur hidup berkisar antara 6 minggu sampai tiga tahun.Patologi: Pada waktu mengisap darah, toksin dikeluarkan bersama ludah yang mengandung antikoagulan. Paralisisnya berupa paralisis motoric yang dapat menimbulkan kematian bila mengenai otot pernapasan. Jika sengkenit menggigit bahu atau sepanjang tulang punggung gejala menjadi lebih berat.