panca sila

Upload: dede-kurniawan

Post on 09-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2. Landasan Epistemologis Pancasila

Kelompok 6Asep Nugraha / 03111405001Olistiyo Maussa / 03111405003Sepriadi Kamil / 03111405009Bagus Wim Chandra S / 03111405031M.Riezky Septian / 03111405049Dede Kurniawan / 03111405061

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA ILMU PENGETAHUANParadigma ialah model dalam teori ilmu pengetahuan, kerangka berfikir. Sehingga apabila dikaitkan dengan kata Pancasila dapat dipahami bahwa maksud dari Pancasila Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan ialah Pancasila sebagai sistem nilai acuan, landasan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan ilmu pengetahuan

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan yang diletakkan di atas Pancasila sebagai paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya,yaitu pada aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya.

1. Aspek Ontologi (ontology)

Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme, dualisme, pluralisme )b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.2. Aspek Epistemologis PancasilaSumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada ada bangsa Indonesia sendiri.Sebagai suatu sistem pengetahuan, Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam susunan Pancasila maupun arti dari setiap sila. Susunan sila bersifat hierarkis piramidal, dimana sila pertama menjiwai 4 sila berikutnya, dst.

3. Aspek Aksiologi (axiology)

Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu. Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan ilmu secara imperative mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisiteLandasan Pengembangan Ilmu PengetahuanA. Prinsip-prinsip berpikir ilmiah1) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal : perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .2) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.

3) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten, implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis.4) Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif).5) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.

B. Masalah nilai dalam IPTEK

1. Keserba majemukan ilmu pengetahuan dan persoalannyaSalah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah keserba majemukan ilmu itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada kebhinekaannya. Seperti pada awal perkembangan ilmu pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.

Ilmu pengetahuan pada hakekatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia dan moralitas religius dalam upaya mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia

PendidikanPendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Filsafat Pancasila dan PendidikanHakikat Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengandung konsekuensi dalam segala aspek bidang nasional harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila

Filsafat Pancasila yang memandang hakikat manusia sebagai monopluralis akan tercermin dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yang subyeknya adalah juga manusia

Implikasi dalam pendidikanPendidikan harus meliputi pengembangan seluruh aspek jiwa (rohani) manusia mencakup akal, rasa, dan kehendak, serta aspek raga (jasmani) , aspek individu, aspek mahluk sosial, aspek pribadi dan aspek kehidupan ketuhanannya. Contoh :

Pemelajaran Teknologi Informasi adalah bagian dari pengembangan akal dan kreatifitas manusiaPemelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan upaya penguasaan kompetensi terkait dengan aspek manusia sebagai mahluk sosialPemelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan realisasi dari penguasaan kompetensi terkait dengan aspek ketuhanan RangkumanPengembangan seluruh aspek manusia harus berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pendidikan adalah dalam rangka mengolah kekayaan alam yang disediakakn Tuhan Yang maha Esa (sila ke-1), tujuan esensialnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia, pengembangan iptek haruslah hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral (sila ke-2), pengembangan iptek sejak dini diarahkan dapat mengembangkan rasa nasionalisme (sila ke-3), siswa sebagai ilmuwan perlu diberikan kebebasan mengem angkan iptek sekaligus menghargai kebebasan orang lan (silake- 4), pengembangan iptek harus menjaga keseimbangan kehidupan dirinya sendiri, dengan orang lain, dirinya dengan Tuhannya, dirinya dengan masyarakat, dan alam sekitar (sila ke-5).Terima Kasih