p u t u s a n no. 855 k/pdt.sus/2008 demi keadilan ... filehal 1 dari 24 hal. putusan no.855...
TRANSCRIPT
Hal 1 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
P U T U S A NNo. 855 K/Pdt.Sus/2008
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara banding perdata khusus permohonan pembatalan putusan
arbitrase pada tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut
dalam perkara antara :
1. PT. PERSADA SEMBADA, berkedudukan di Jalan
Kramat Raya No. 104 RT. 002 / RW. 009, Kelurahan
Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, diwakili
oleh FREDDY SANTOSO, selaku Direktur Utama,
dalam hal ini memberi kuasa kepada DR. OTTO
HASIBUAN, SH.,MM.,dkk., Advokat & Konsultan
Hukum pada kantor “OTTO HASIBUAN &
ASSOCIATES”, beralamat di Komplek Duta Merlin
Blok B – 30, Jalan Gajah Mada No. 3 – 5, Jakarta
Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22
Agustus 2008 ;
PEMOHON BANDING dahulu PEMOHON
PEMBATALAN / TERMOHON DALAM ARBITRASE ;
m e l a w a n :
1. PT. PETRONAS NIADA INDONESIA, berkedudukan
di Menara Rajawali, Lantai 24, Jalan Mega
Kuningan Lot 5.1, Kawasan Mega Kuningan Jakarta
12950,
TERMOHON BANDING dahulu TERMOHON
PEMBATALAN / TERMOHON DALAM ARBITRASE ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa
sekarang Pemohon Banding sebagai Pemohon Pembatalan / Termohon
Dalam Arbitrase telah mohon pembatalan putusan arbitrase melawan
Termohon Banding sebagai Termohon Pembatalan / Pemohon Dalam
Hal 2 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Arbitrase, di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
A. PENDAHULULAN
1. Bahwa Pemohon adalah pemilik atas sebidang tanah dan bangunan
yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 57, Jakarta Pusat, seluas
kurang lebih 5.780 M2 sebagaimana tercatat dalam Buku Tanah Hak
Guna Bangunan Nomor 440 atas nama PT. PERSADA SEMBADA ;
2. Bahwa PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA, beralamat di Menara
Rajawali, 24th Floor, Jalan Mega Kuningan Lot 5.1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950 adalah suatu perusahaan Penanaman
Modal Asing yang melakukan kegiatan pengusahaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar untuk Umum atau disingkat SPBU ;
3. Bahwa tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2006, antara Pemohon
selaku penjual dengan PT. PETRONAS NIAGA INDONESAIA selaku
pembeli telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Nomor 01 di hadapan SUZY ANGGRAINI, S.H., Notaris di Jakarta,
atas obyek perjanjian yakni sebidang tanah dan bangunan yang
terletak di Jalan Kramat Raya No. 57, seluas kurang lebih 5.780 M2,
sebagaimana tercatat dalam Buku Tanah Hak Guna Bangunan
Nomor 440 atas nama PT. PERSADA SEMBADA berikut
persyaratan-persyaratan lainnya (selanjutnya mohon disebut
(“Perjanjian”) (bukti P.1) ;
4. Bahwa dalam pelaksanaan perjanjian tersebut terjadi sengketa antara
Pemohon dengan PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA ;
5. Bahwa tepatnya pada tanggal 09 Oktober 2007 PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA telah mengajukan permohonan arbitrase di
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), beralamat di Wahana
Graha Lt. 2, Jalan Mampang Prapatan No. 2, Jakarta, sebagaimana
tercatat dalam perkara Arbitrase Nomor : 266/X/ARB-BANI/2007
tanggal 09 Oktober 2007, yang pada pokoknya alasan diajukannya
permohonan arbitrase tersebut sehubungan dengan Pemohon telah
melakukan cidera janji (wanprestasi) terhadap Perjanjian Pengikatan
Jual Beli No. 01 tanggal 12 Oktober 2006, yang dibuat di hadapan
SUZY ANGGRAINI MUHARAM, S.H., Notaris di Jakarta, dengan
tidak menyerahkan seluruh ijin-ijin yang disyaratkan dalam Pasal 2
dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Pasal 2.1. juncto Pasal
Hal 3 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
5.1. Perjanjian, yaitu 180 hari kalender ditambah perpanjangan
selama 90 hari kalender sejak ditanda-tangani perjanjian ;
6. Bahwa atas permohonan arbitrase tersebut, pada tanggal 27 Mei
2008 Majelis Arbitase pemeriksa perkara arbitrase Nomor :
266/X/ARB-BANI/2007 telah membacakan putusannya (selanjutnya
mohon disebut “Putusan Arbitrase”), yang pada pokoknya Pemohon
dinyatakan telah cidera janji (wanprestasi) terhadap Akta Pejanjian
Jual Beli No. 01 tanggal 12 Oktober 2006 dan Pemohon dihukum
untuk mengembalikan seluruh pembayaran sebesar Rp.
24.456.200.000,- (dua puluh empat milyar empat ratus lima puluh
enam juta dua ratus ribu rupah) dan Pemohon dihukum untuk
membayar bunga sebesar 6 % (enam persen) kepada PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA (bukti P.2) ;
7. Bahwa dalam putusan arbitrase dinyatakan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat telah ditunjuk untuk melaksanakan putusan arbitrase ;
8. Bahwa pada hari Senin tanggal 17 Juni 2008 Sekretaris Majelis
Sidang BANI a quo telah menyerahkan dan mendaftarkan putusan
Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008 di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sebagaimana
tercatat dalam Akta Pendaftaran Nomor : 03/WASIT/2008/
PN.Jkt.Pst. ;
9. Bahwa terhadap putusan arbitrase dapat diajukan permohonan
pembatalan yang menurut ketentuan Pasal 71 Undang-undang RI.
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengktea harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran
putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri ;
10. Bahwa kemudian pada tanggal 14 Juli 2008 Pemohon telah
mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase Nomor :
266/ARB-BANI/22007 tanggal 27 Mei 2008 di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan demikian permohonan ini
telah diajukan dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari dan dengan
cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang sehingga karenanya
secara formal permohonan ini seyogianya dinyatakan dapat diterima
untuk dipertimbangkan ;
B. DASAR HUKUM PEMBATALAN PUTUSAN
Hal 4 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Bahwa Pemohon sangat keberatan dengan Keputusan Majelis Arbitrase
Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008, karena Majelis
Arbitrase a quo mendasarkan keputusannya dari hasil tipu muslihat
yang dilakukan oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 70 huruf (c) Undang-undang RI Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ;
C. ALASAN-LASAN PEMBATALAN PUTUSAN
Bahwa Pemohon sangat keberatan dengan Keputusan Majelis Arbitrase
Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008, karena Majelis
Arbitrase a quo mendasarkan keputusannya dari hasil tipu muslihat
yang dilakukan oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 70 huruf ( c ) Undang-undang RI Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
sebagaimana dikemukakan di bawah ini ;
1. Bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1.3 Perjanjian antara
Pemohon dengan PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah
sepakat cara pembayaran harga atas tanah dilakukan dalam 4
(empat) tahap yakni :
1.1. Pembayaran pertama akan dilakukan oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar 15 % (lima
belas persen) dari harga tanah atau senilai Rp. 6.762.600.000,-
(eam milyar tujuh ratus enam puluh dua juta enam ratus ribu
rupiah) selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah
perjanjian ditandatangani ;
1.2. Pembayaran ke-dua akan dilakukan oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar 15 % (lima
belas persen) dari harga tanah atau senilai Rp. 6.762.600.000,-
(enam milyar tujuh ratus enam puluh dua juta enam ratus ribu
rupiah) setelah Pemohon melakukan r o y a ;
1.3. Pembayaran ke-tiga akan dilakukan oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar 15 % (lima
belas persen) dari harga tanah atau senilai Rp.
22.542.000.000,- (dua puluh dua milyar lima ratus empat puluh
dua juta rupiah) setelah PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
menerima dari Pemohon dokumen asli IPR, Ijin Lokasi, UKL,
UPL, HO dan / atau SIPPT atas nama PT. PETRONAS NIAGA
Hal 5 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
INDONESIA dan persiapan awal pekerjaan konstruksi telah
dapat dilaksanakan oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA ;
1.4. Pembayaran ke-empat akan dilakukan oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar 20 % (dua
puluh persen) dari harga tanah atau senilai Rp. 9.016.800.000,-
(sembilan milyar enam belas juta delapan ratus ribu rupiah)
setelah PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA menerima dari
Pemohon dokumen asli IMB dan SK Gubernur atas nama PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA ;
2. Bahwa total harga atas tanah yang akan dibayar oleh PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 ayat 1.1. Perjanjian adalah sebesar Rp.
45.084.000.000,- (empat puluh lima milyar delapan puluh empat juta
rupiah) ;
3. Bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 3.1. Perjanjian PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA akan memberikan uang jasa atas
pengurusan ijin-ijin kepada Pemohon sebesar Rp. 4.624.000.000,-
(empat milyar enam ratus dua puluh empat juta rupiah) dibagi
dalam 4 (empat) tahap yakni :
1). Pembayaran pertama akan dilakukan oleh PT PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar 15 % ( lima belas
persen ) dari biaya perizinan atau senilai Rp. 693.600.000,-
(enam ratus sembilan puluh tiga juta enam ratus ribu rupiah)
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah
perjanjian ditanda-tangani ;
2). Pembayaran ke-dua sebesar 15 % dari biaya perizinan atau
senilai Rp. 693.600.000,- (enam ratus sembilan puluh tiga juta
enam ratus ribu rupiah) akan dilakukan setelah Pemohon
melakukan roya ;
3). Pembayaran ke-tiga sebesar 50 % (lima puluh persen) dari biaya
perizinan atau senilai Rp. 2.312.000.000,- (dua milyar tiga ratus
dua belas juta rupiah) akan dilakukan setelah PT Petronas Niaga
Indonesia menerima dari Pemohon dokumen asli IPR, Izin
Lokasi, UKL, UPL, HO dan / atau SIPPT atas nama PT Petronas
Niaga Indonesia dan persiapan awal pekerjaan konstruksi telah
dapat dilaksanakan oleh PT Petronas Niaga Indonesia ;
Hal 6 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
4). Pembayaran ke-empat sebesar 20 % (dua puluh persen) dari
biaya perizinan atau senilai Rp. 924.800.000,- (sembilan ratus
dua puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah) akan dilakukan
setelah PT Petronas Niaga Indonesia menerima dari Pemohon
dokumen asli IMB dan SK Gubernur atas nama PT Petronas
Niaga Indonesia ;
4. Bahwa berdasarkan keterangan NJIAUW CANDRA LIMPAN IMAM
MINTARJA dan H. TURAJI, S.H., antara Pemohon dengan PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA telah melakukan pertemuan-
pertemuan yang sepakat merubah transaksi jual beli tersebut dengan
cara lelang maka tahapan pembayaran atas tanah disepakati
berubah, dimana PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA berjanji untuk
membayar lunas harga tanah tersebut dengan dibuktikan pada
tanggal 16 Maret 2007 PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah
membayar uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar
rupiah) kepada Pemohon untuk mengikuti lelang (bukti P.3 dan bukti
P.4) ;
5. Bahwa telah ternyata berdasarkan fakta perubahan cara pembayaran
PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah melakukan pembayaran
kepada Pemohon dengan tidak mengikuti tahap-tahap dalam
perjanjian sebagai berikut :
1). Pada tanggal 16 Oktober 2006 PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA telah membayar kepada Pemohon sebesar Rp.
7.456.200.000,- (tujuh milyar empat ratus lima puluh enam juta
dua ratus ribu rupiah) ;
2). Pada tanggal 18 Januari 2007 PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA telah membayar kepada Pemohon sebesar Rp.
2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) ;
3). Pada tanggal 16 Maret 2007 PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA telah membayar kepada Pemohon sebesar Rp.
15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) ;
4). Total keseluruhan yang telah dibayar oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA kepada Pemohon sebesar Rp.
24.456.200.000,- (dua puluh empat milyar empat ratus lima
puluh enam juta dua ratus ribu rupiah) ;
6. Bahwa menurut hukum dengan adanya fakta perubahan transaksi
dengan cara lelang dan perubahan cara pembayaran yang tidak
Hal 7 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
mengikuti tahap-tahap dalam perjanjian, maka kewajiban roya tidak
diperlukan lagi sehingga terbukti menurut hukum antara Pemohon
dengan PT Petronas Niaga Indonesia telah sepakat merubah
perjanjian baik secara tegas-tegas maupun diam-diam ;
7. Bahwa namun dalam persidangan arbitrase a quo PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA telah melakukan tipu muslihat kepada Majelis
Arbitrase a quo dengan cara membuat serangkaian kata-kata bohong
dalam bukti (P-6C) yang diajukan oleh PT Petronas Niaga Indonesia,
yakni berupa tanda terima pembayaran sebesar Rp. 15.000.000.000,-
(lima belas milyar rupiah) yang di dalamnya tercantum serangkaian
kata-kata bohong bahwa uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima
belas milyar rupiah) dimaksudkan sebagai pembayaran ke-tiga atas
tanah bukan sebagai uang untuk mengikuti lelang, yang mana
sebelumnya diketahui berdasarkan keterangan Njiauw Candra
Limpan Imam Mintarja dan H. turaji, SH antara Pemohon dengan PT
Petronas Niaga Indonesia telah melakukan pertemuan-pertemuan
yang sepakat merubah transaksi dengan cara lelang yang dibuktikan
oleh PT Petronas Niaga Indonesia dengan memberikan uang sebesar
Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) kepada Pemohon
untuk mengikuti lelang (bukti P-5) ;
XXXXXXXXX
membayar kepada Pemohon sebesar Rp. 7.456.200.000,- (tujuh milyar
empat ratus lima puluh enam juta dua ratus ribu rupiah), telah melakukan
tipu muslihat kepada Majelis Arbitrase a quo dengan cara membuat
serangkaian kata-kata bohong dalam bukti P-6 c yang diajukan oleh
Pada tanggal 16 Oktober 2006 PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
telah membayar kepada Pemohon sebesar Rp. 7.456.200.000,- (tujuh
milyar empat ratus lima puluh enam juta dua ratus ribu rupiah), yakni
berupa tanda terima pembayaran uang sebesar Rp. 15.000.000.000,-
(lima belas milyar rupiah) dimaksudkan sebagai pembayaran ketiga atas
tanah bukan sebagai uang untuk mengikuti lelang, yang mana
sebelumnya diketahui berdasarkan keterangan dari NJIAUW CANDRA
LIMPAN IMAM MINTARJA dan H. TURAJI, S.H., antara Pemohon
dengan Pada tanggal 16 Oktober 2006 PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA telah membayar kepada Pemohon sebesar Rp.
7.456.200.000,- (tujuh milyar empat ratus lima puluh enam juta dua ratus
Hal 8 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
ribu rupiah), telah melakukan pertemuan-pertemuan yang sepakat
merubah transaksi dengan cara lelang yang dibuktikan oleh Pada tanggal
16 Oktober 2006 PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah membayar
kepada Pemohon sebesar Rp. 7.456.200.000,- (tujuh milyar empat ratus
lima puluh enam juta dua ratus ribu rupiah), dengan memberikan uang
sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) kepada
Pemohon untuk mengikuti lelang (bukti P.5) ;
2.4. Bahwa selanjutnya dalam persidangan arbitrase PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA telah melakukan tipu muslihat
kepada Majelis Arbitrase a quo dengan cara membuat
serangkaian kata-kata bohong dalam bukti P-15 yang diajukan
oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA yakni berupa Surat
dari PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA kepada Pemohon
tertanggal 30 April 2007, yang pada pokoknya dalam surat
tersebut PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah merangkai
kata-kata bohong bahwa Pemohon telah menyalah artikan
pembayaran sejumlah uang sebesar Rp. 15.000.000.000,-
(lima belas milyar rupiah) pada tanggal 16 Maret 2007. Bahwa
uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah)
bukan merupakan tanda persetujuan dari PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA atas pelaksanaan lelang, namun uang
tersebut dimaksudkan sebagai itikad baik dari PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA dalam transaksi a quo. Akan tetapi
sebelumnya diketahui bahwa berdasarkan keterangan dari
NJIAUW CANDRA LIMPAN IMAM MINTARJA dan H. TURAJI,
S.H. antara Pemohon dengan PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA telah melakukan pertemuan-pertemuan yang
sepakat merubah transaksi dengan cara lelang yang dibuktikan
oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA dengan
memberikan uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas
milyar rupiah) kepada Pemohon untuk mengikuti lelang (bukti
P.6) ;
3.4. Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, terbukti
menurut hukum bahwa PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
telah melakukan tipu muslihat kepada Majelis Arbitrase a quo
dengan cara membuat serangkaian kata-kata bohong dalam
Hal 9 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
bukti P-6c dan bukti P-15 yang diajukan oleh PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA ;
4.4. Bahwa dikarenakan Majelis Arbitrase a quo mendasarkan
putusan Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei
2008 pada bukti P-6c dan bukti P-15 yang notabennya bukti
tersebut merupakan hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA maka sudah sepantasnya
putusan Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei
2008 dinyatakan batal untuk seluruhnya ;
Bahwa berdasarkan ha-hal tersebut diatas, maka Pemohon mohon
agar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan putusan sebagai
berbikut :
A. DALAM PROVISI :
Menyatakan putusan Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007 tanggal 27
Mei 2008 ditunda pelaksanaannya ;
B. DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan putusan Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007
tanggal 27 Mei 2008 didasarkan atas tipu muslihat yang dilakukan
oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA ;
3. Menyatakan batal putusan Arbitrase Nomor : 266/ARB-BANI/2007
tanggal 27 Mei 2008 untuk seluruhnya ;
4. Menunjuk arbiter baru guna memeriksa kembali sengketa perkara
arbitrase antara PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA dengan PT.
PERSADA SEMBADA ;
5. Memerintahkan kepada Kepala Panitera Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat untuk segera mencoret putusan Arbitrase Nomor :
266/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008 dari daftar putusan
arbitrase di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ;
6. Menghukum Pemohon untuk membayar seluruh biaya perkara ini ;
A T A U :
Apabila Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bependapat lain mohon
keputusan yang seadil-adilnya (Ex aequo et bono) ;
Bahwa atas permohonan tersebut Termohon telah mengajukan
jawaban sebagai berikut :
Hal 10 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Bahwa Termohon menolak dan menyangkal seluruh dalil Pemohon
dalam permohonan, kecuali yang secara nyata dan jelas diakui
keberanarannya oleh Termohon dalam jawaban ini ;
Bahwa Termohon menolk dengan tegas permohonan yang
disampaikan Pemohon untuk membatalkan putusan Arbitrase No.
266/X/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008 (“Putusan Arbitrase”), karena
dasar diajukan permohonan tersebut semata-mata hanya untuk menunda
pelaksanaan putusan Arbitrase yang telah mempounyai kekuatan hukum
yang tetap serta sah dan mengikat ;
Bahwa prosese permohonan yang diajukan Pemohon tersebut telah
melanggar ketentuan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“Undang-Undang rbitrase”) ;
A. DALAM EKSEPSI.
Permohonan yang diajukan Pemohon Prematur.
Bahwa Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase, menyatakan sebagai
berikut :
“Terhadap putusan arbitrase, para pihak dapat mengajuikan permohonan
pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu ;
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan,
yang disembunyikan oleh pihak lawan, atau
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan sengketa ;
Bahwa penjelasan Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase, menyatakan
sebagai berikut :
“Permohonan pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan arbitrase
yang sudah didaftarkan di pengadilan. Alasan-alasan : permohonan
pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan
pengadilan. Apabila pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut
terbukti atau tidak terbukti, maka putusan pengadilan ini dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan bagi hakim untuk mengabulkan atau menolak
permohonan ;
Bahwa berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase berikut
penjelasannya, terbukti bahwa permohonan yang diajukan Pemohon adalah
prematur, karena alasan yang diajukan Pemohon sebagai dasar
Hal 11 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
permohonan berdasarkan Undang-Undang Arbitrase harus dibuktikan
terlebih dahulu dalam suatu proses pembuktian serta diputuskan oleh
Pengadilan baik untuk perkara pidana maupun perdata ;
Bahwa berdasarkan hal tersebut, sudah sepatutnya Majelis Hakim
yang memeriksa permohonan ini menolak serta tidak dapat menerima
permohonan pembatalan putusan Arbitrase karena permohonan tersebut
prematur dengan tidak adanya proses pembuktian dan putusan Pengadilan
baik untuk perkara pidana maupun perdata atas alasan yang dijadikan dasar
permohonan ini ;
Permohonan yang diajukan Pemohon kurang pihak, (Exceptie Plurium
Litis Consortium)
Bahwa dalam dalil-dalil permohonan Pemohon selalu mengkaitkan
permohonan dengan putusan Arbitrase yang dikeluarkan Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI). Untuk menjaga kredibilitas BANI serta untuk
mengetahui secara penuh gambaran peristiwa yang didalilkan Pemohon
dalam Permohonan, sudah sepatutnya BANI sebagai pihak yang putusnnya
dimintakan pembaalan harus didengar keterangannya.
Bahwa berdasarkan hal tersebut, sudah sepaptnya Majelis Hakim
yang memeriksa permohonan ini menolak serta tidak dapat menerima
permohonan pembatalan putusan Arbitrase karena kurangnya pihak yang
harus didengar keterangannya, agar gambaran keseluruhan peristiwa yang
didalilkan Pemoon menjadi jelas dan lengkap ;
Bahwa berdasarkan hal-hal yang terurai pada bagian Eksepsi
diatas, Termohon mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa permohonan
berkenan untuk menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak dapat
diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard) ;
B. DALAM POKOK PERKARA
Putusan Arbitrase adalah sah dan mengikat Pemohon dan Termohon.
Bahwa pokok permasalahan yang timbul antara Pemohon dengan
Termohon adalah karena Pemohon cidera janji (wanprestasi) terhadap
Termohon atas Perjanjian Pengikatan Jual Beli No. 01 tanggal 12 Oktober
2006, yang dibuat dihadapan SUZY ANGGRAINI MUHARAM, S.H., Notaris
di Jakarta (PPJB) – (bukti T-1) ;
Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon dalam permohonan
adalah semata-mata pengulangan dan telah dibahas serta dibuktikan
kebenarannya dalam proses pemeriksaan di BANI ;
Hal 12 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Bahwa Pemohon telah terbukti melakukan cidera janji (wanprestasi)
atas PPJB dengan tidak melaksanakan pengurusan seluruh perijinan yang
disyaratkan serta menjual tanah yang ditransaksikan kepada Komisi Yudisial
pada saat PPJB masih berlangsung ;
Bahwa selanjutnya BANI telah mengeluarkan putusan Arbitrase No.
266/X/ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mei 2008 (bukti T-2) yang isinya
menyatakan Pemohon cidera janji (wanprestasi) dan menghukum Pemohon
untuk mengembalikan seluruh pembayaran yang telah diterima dari
Termohon sebbesar Rp. 24.456.200.000,- (dua puluh empat milyar empat
ratus lima puluh enam juta dua ratus ribu rupiah) ditambah bunga sebesar 6
% (enam persen) pertahun yang dihitung sejak tanggal 9 Juli 2007 sampai
dengan tanggal Pemohon melaksanakan eksekusi putusan Arbitrase ;
Bahwa selanjutnya putusan Arbitrase tersebut telah didaftarkan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan No. 03/WASIT/2008/PN.JKT.PST.
tanggal 17 Juni 2008. berdasarkan hal tersebut putusan Arbitrase telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap serta sah dan mengikat baik pihak
Pemohon maupun Termohon ;
Permohonan yang diajukan Pemohon tidak berdasar serta
bertentangan dengan Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase.
Bahwa Termoho menolak dengan tegas dalil Pemohon pada bagian
B permohonan karena permohonan yang diajukan Pemohon tidak
mempunyai dasar hukum dan bertentangan dengan Pasal 70 Undang-
Undang Arbitrase ;
Bahwa sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya pada bagian
Eksepsi, Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase secara tegas mengatur
prosedur permohonan pembatalan Arbitrase, Kutippan selengkapnya Pasal
70 Undang-Undang Arbitrase berikut penjelasannya adalah sebagai berikut :
“Terhadap putusan arbitrase, para pihak dapat mengajuikan permohonan
pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu ;
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan,
yang disembunyikan oleh pihak lawan, atau
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan sengketa ;
Penjelasan Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase :
Hal 13 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
“Permohonan pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan arbitrase
yang sudah didaftarkan di pengadilan. Alasan-alasan : permohonan
pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan
pengadilan. Apabila pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut
terbukti atau tidak terbukti, maka putusan pengadilan ini dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan bagi hakim untuk mengabulkan atau menolak
permohonan ;
Bahwa berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang Pemohon ltidak mempunyai
dasar hukum untuk mengajukan permohonan karena alasan yang didalilkan
Pemohon yaitu seolah-olah adanya “tipu muslihat” serta I”serangkaian kata-
kata bohong” sampai dengan permohonan ini diajukan tidak pernah
diperiksa ataupun diputus oleh Pengadilan manapun baik untuk perkara
pidana maupun perdata ;
Bahwa dengan demikian karena tidak adanya putusan Pengadilan
baik untuk perkara pidana maupun perdata yang membuktikan dalil
Pemohon, maka dalil yang dikemukakan Pemohon adalah mengada-ada
serta tidak berdasar hukum dan oleh karenanya sudah sepatutnya
permohonan ini ditolak Majelis Hakim yang memeriksa permohonan ini
untuk seluruhnya ;
Dalil adanya “Tipu muslihat” serta “Serangkaian kata-kata bohong”
dalam proses acara pemeriksaan di BANI adalah mengada-ada dan
tidak berdasar
Bahwa Termohon menolak dengan tegas dalil-dalil yang
dikemukakan Pemohon pada bagian C paragraph awal permohonan
mengenai alasan-alasan pembatalan putusan, serta butir 4,5,6,7,8,9,10
bagian C permohonan karena mengada-ada dan tidak berdasar ;
Bahwa dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon pada bagian C
paragraph awal serta butir 4,5,6,7,8,9,10 bagian C permohonan, seluruhnya
telah diperiksa dan bibuktikan dalam proses beracara di BANI, dimana
terbukti bahwa dalil tersebut seluruhnya tidak benar ;
Bahwa dalil “tipu muslihat” serta “serangkaian kata-kata bohong”
yang dikemukakan Pemohon adalah tuduhan yang mengada-ada dan tidak
berdasar dimana Pemohon tidak dapat membuktikan kebenaran dalilnya
sesuai dengan Pasal 70 Undang-Undang Arbitrase ;
Bahwa karena Pemohon tidak dapat membuktikan adanya putusan
Pengadilan baik untuk perkara pidana maupun perdata yang mendukung
dalilnya, sudah sepatutnya Majelis Hakim menolak permohonan ini karena
Hal 14 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
alasan yang menjadi dasar permohonan ini adalah mengada-ada dan tidak
berdasar ;
Pemohon dengan tegas telah mengakui bahwa bukti P-6C yang
diajukan Termohon adalah sesuai dengan fakta sebenarnya dan bukan
tipu muslihat serta serangkaian kata-kata bohong sebagaimana
didalilkan Pemohon sendiri.
Bahwa Termohon dapat membuktikan adanya pengakuan secara
tegas dari Pemohon perihak bukti P-6C (bukti T-3) yang diajukan Termohon
adalah sesuai dengan fakta sebenarnya, dan bukan merupakan “tipu
muslihat” serta “serangkaian kata-kata bohong” sebagaimana didalilkan
Pemohon ;
Bahwa dalam dokumen yang disampaikan Pemohon pada saat
beracara di BANI, yaitu dokumen Daftar bukti tertyulis Termohon / Pemohon
Rekonvensi tertanggal 7 Desember 2007 (Daftar Bukti) – (bukti T-4), pada
halaman 17 terdapat penjelasan mengenai bukti PR.10C (bukti T-5) yang
siampaikan Pemohon ;
Bahwa selengkapnya kami kutip bunyi halaman 17 mengenai
penjelasan bukti PR.10C sebagai berikut :
“Bilyet Giri No. GMA 395015 senilai Rp. 15.000.000.000,- menerangkan
bahwa pada tanggal 16 Maret 2007 Termohon Rekonpensi telah melakukan
pembayaran ketiga atas tanah di Jalan Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat
sebesar Rp. 15.000.000.000,-. Hal tersebut membuktikan bahwa benar
Pemoon Rekonpensi telah menerima uang sebesar Rp. 15.000.000.000,-
dari Termohon Rekonpensi untuk pembayaran ketiga atas tanah di Jalan
Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat” ;
Bahwa apa yang diuraikan Pemohon pada dokumen yang dibuatnya
pada bukti T-4 pada intinya adalah saama dengan bunyi uraian pada bukti
T-3 (bukti yang diajukan Termohon dalam permohonan Arbitrase di BANI
sebagai bukti P-6C). adapun kutipan bunyi lengkap uraian pada bukti T-3
(bukti yang diajukan Termohon dalam permohonan Arbitrase di BANI
sebagai bukti T-6C) adalah sebagai berikut :
“Bilyet Giro for third payment of land located at Jl. Kramat Raya Kav. 57, Kel.
Kramat, Kecl. Senen, Jakarta Pusat – IP & IMB received” ;
Bahwa berdasarkan hal tersebut terbukti Pemohon mengakui
secara tegas bahwa bukti T-3 (bukti yang diajukan Termohon dalam
permohonan Arbitrase di BANI sebagai bukti P-6C) yang diajukan Termohon
adalah sesuai dengan fakta sebenarnya dan bukan merupakan “tipu
Hal 15 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
muslihat” serta “serangkaian kata-kata bohong” sebagaimana didalilkan
Pemohon. Pemohon mengkaui secara tegas dalam bukti T-4 bahwa bukti T-
3 (bukti yang diajukan Termohon dalam permohonan Arbitrase di BANI
sebagai bukti P-6C) tersebut adalah bukti pembayaran ketiga atas tanah
dan bukan merupakan persetujuan lelang sebagaimana didalilkannya ;
Bahwa dalam sidang pemeriksaan di BANI, terbukti bahwa dalil
“persetujuan lelang” yang dikemukakan Pemohon adalah mengada-ada dan
tidak berdasar. Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya di persidangan
arbitrase mengenai adanya persetujuan tersebut ;
Bahwa sebagai informasi kepada Majelis Hakim, usulan lelang yang
diajukan Pemohon kepada Termohon adalah usulan sepihak dan memaksa,
Termohon tidak pernah menyetuji atau menolak usulan terslebut karena
berdasar PPJB sudah disepakati bahwa untuk melakukan roya menjadi
kewajiban dan tanggung jawab Pemohon. Dengan demikian memang
secara fakta tidak pernah ada “persetujuan lelang” sebagiamana didalilkan
Pemohon ;
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diata, terbukti dalil Pemohon
pada bagian C butir 7 permohonan adalah mengada-ada dantidak berdasar
sehingga sudah sepatutnya Majelis Hakim menolak permohonan ini untuk
seluruhnya ;
Dalil Pemohon yang menyatakan bukti P-15 yang diajukan Termohon
merupakan “Tipu muslihat” serta “serangkaian kata-kata bohong”
adalah dalil yang mengada-ada dan tidak berdasar
Bahwa Termohon menolak dengan tegas dalil Pemohon pada
bagian C butir 8 permohonan yang menyatkan bukti P-15 yang diajukan
Termohon pada proses acara di BANI (bukti T-6) adalah “tipu muslihat”
serta “serangkaiam kata-kata bohong”, karena hal tersebut tidak sesuai
dengan fakta sebenarnya ;
Bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya pada bagian C
butir 8 permohonan, tetapi sebaliknya dalam proses acara di BANI terbukti
fakta-fakta yang diungkapkan pada bukti T-6 (bukti yang diajukan Termohon
dalam permohonan Arbitrase di BANI sebagai bukti P-15) adalah sesuai
dengan fakta yang sebenarnya. Hal ini diperkuat dengan pertimbangan
Majelis Hakim Arbitrase yang memeriksa permohonan Arbitrase dan
menuangkan dalam putusan Arbitrase halam 54 (bukti T-2) ;
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, terbukti dalil Pemohon
pada bagian C butir 8 permohonan adalah mengada-ada dan tidak berdasar
Hal 16 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
sehingga sudah sepatutnya Majelis Hakim menolak permohonan ini untuk
seluruhnya ;
Dalil Pemohon yang menyatakan bukti T-3 (bukti yang diajukan
Termoon dalam permohonan Arbitrase di BANI sebagai bukti P-6C) dan
bukti T-6 (bukti yang diajukan Termohon dalam permohonan Arbitrase
di BANI sebagai bukti P-15) adalah “Tipu muslihat” serta “serangkaian
kata-kata bohong” menjadi tidak terbukti.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, dalil butir 9 dan 10
bagian C permohonan menjadi tidak terbukti, sehingga sudah sepatutnya
Majelis Hakim menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon pada
bagian C paragraph awal serta butir 4,5,6,7,8,9,10 bagian C permohonan
karena mengada-ada dan tidak berdasar ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon
moohon agar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan putusan
sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :
1. Menerima eksepsi Termohon ;
2. Menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk Verklaard) ;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak permohonan pembatalan putusan Arbitrase yang diajukan
Pemohon untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan putusan Arbitrase No. 266/X.ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mi
2008 sah dan mengikat baik bagi pihak Pemohon maupun Termohon
serta telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ;
3. Menghukum Pemohon untuk melaksanakan dengan seera dan secara
penuh putusan Arbitrase No. 266/X.ARB-BANI/2007 tanggal 27 Mi
2008 ;
4. Menghukum Pemohon untuk membayar seluruh biaya perkara ;
Bahwa terhadap putusan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
telah mengambil putusan, yaitu putusan tanggal 22 Agustus 2008 Nomor :
01/P/Pembatalan Arbitrase/2008/PN.Jkt. Pst. yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :
- Menolak Eksepsi Termohon untuk seluruhnya ;
DALAM POKOK PERKARA :
- Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya ;
Hal 17 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
- Membebankan Pemohon untuk membayar biaya permohonan ini yang
hingga saat ini diperhitungkan sebesar Rp. 309.000,- (tiga ratus
sembilan ribu rupiah) ;
Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut
diucapkan pada tanggal 22 Agustus 2008 dengan dihadiri oleh Kuasa
Pemohon dan Kuasa Termohon kemudian terhadapnya oleh Pemohon
dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
22 Agustus 2008 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 04
September 2008 sebagaimana ternyata dari Akte Permohonan Kasasi
Nomor 86/Srt.Pdt.Kas/2008/PN.JKT.PST. Jo Nomor : 01/P/Pembatalan
Arbitrase/2008/PN.JKT.PST. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat pada tanggal 30 Oktober 2008 ;
Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi yang pada tanggal 20
Oktober 2008 telah dIsampaikan salinan permohonan kasasi dan salinan
memori kasasi dari Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori kasasi yang
diterima di kepniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 30
Oktober 2008 ;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formil
dapat diterma ;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh para
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pada pokoknya
ialah :
I. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NOMOR :
01/P/PEMBATALAN ARBITRASE/2008/PN.JKT.PST. TANGGAL 22
AGUSTUS 2008 DINYATAKAN BATAL KARENA MAJELIS HAKIM
A QUO MELANGGAR HUKUM ACARA PEMERIKSAAN
PERMOHONAN.
1. Bahwa PADA TANGGAL 14 Juli 2008 Pembanding telah
mendaftarkan Pemohonan Pembatalan putusan Arbitrase Nomor :
266/X/ARB-BANI/2007 di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat (selanjutnya disebut “Permohonan”) sebagaimana teregister
Hal 18 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
dalam perkara Pemohonan Pembatalan Arbitrase Nomor :
01/P/Pembatalan Arbitrase/2008/PN.Jkt.Pst. ;
2. Bahwa dalam permohonan tersebut Pembanding tidak menjadikan
PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA sebagai pihak Termohon
dengan alasan dalam proses pemeriksaan permohonan tidak ada
pihak yang dijadikan seebagai Termohon, hal tersebut juga
didasarkan pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. Nomor :
06/Banding/Wasit/2002 tanggal 26 Februari 2003 dan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI. Nomor : 1/Banding/Wasit/2003 tanggal 11
Februari 2004 Jo putusan Pengadilan Negeri Kudus Nomor :
30/Pdt.P/2002/PN.KDS. tanggal 29 Agustus 2002 dalam
permohonan pembatalan arbitrase tidak ada pihak yang dijadikan
sebagai termohon ;
3. Bahwa namun dalam persidangan pada tanggal 20 & 21 Agustus
2008, Majelis Hakim a quo telah secara sepihak menambah pihak
dengan menghadirkan PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
sebagai pihak Termohon dan memperkenankan PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA untuk menanggapi permohonan Pembanding
tanpa persetujuan dari Pembanding ;
4. Bahwa Pembanding telah berkeberatan dan menolak dipanggil dan
diberikannya hak kepada PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
menanggapai permohonan Pembanding, akan tetapi Majelis Hakim
tetap tidak memperdulikan keberatan dan penolakan Pembanding
tersebut dan tetap memperkenankan PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA untuk hadir dan menanggapi permohonan
Pembanding ;
5. Bahwa alasan Majelis Hakim a quo menghadirkan PT. PETRONAS
NIAGA INDONESIA selaku Termohon adalah untuk kepentingan
pemeriksaan perkara dan dengan memperhatikan Azas Audi ad
Alteram Partem sebagaimana dijelaskan dalam pertimbangan
hukumnya pada halaman 34 dalam putusannya ;
6. Bahwa Pembanding tidak sependapat dengan pertimbangan-
pertimbangan hukum Majelis Hakim a quo yang menghadirkan PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA selaku Termohon untuk didengar
pendapat atau tanggapannya karena alasan-alasan tersebut tidak
berdasarkan hukum dan cenderung mengada-ada ;
Hal 19 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
7. Bahwa berdasarkan hukum acara pemeriksaan perkara
permohonan tidak ada pihak yang dijadikan sebagai Termohon
sehingga proses pemeriksaan permohonan hanya secara sepihak
atau bersifat ex-parte, hal ini dapat dibuktikan juga dengan
adanya putusan atas perkara permohonan Pembatalan
Arbitrase yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde verklaard) yakni putusan Mahkamah Agung RI.
Nomor : 06/Banding/Wasit/2002 tanggal 26 Februari 2003 dan
putusan Mahkamah Agung RI. Nomor : 1/Banding/Wasit/2003
tanggal 11 februari 2004 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Kudus
Nomor : 30/Pdt.P/2002/PN.KDS. tanggal 29 Agustus 2002 yang
dalam permohonan pembatalan arbitrase tidak ada pihak yang
dijadikan sebagai Termohon ;
8. Bahwa senada dengan alasan Pembanding tersebut, Yahya
Harahap, S.H. dalam bukunya Hukum Acara Perdata tentang
gugatan, persidangan, penyitaan, pembuktian dan putusan
Pengadilan, halaman 39 mengatakan Bahwa “tidak mungkin
dalam proses ex-parte ditegakkan Azas Audi Partem karena
memang tidak ada pihak Tergugat. Oleh karena itu asas to hear
other side (mendengar pihak lain), tidak relevan dalam proses
permohonan. Dalam penyelesaian permohonan, tidak mungkin
ditegakkan asas both sides be heard before a decision is giben
karena untuk mengambil keputusna atua penetapan yang
didengar semata-mata hanya Pemohon saja” ;
9. Bahwa sebagai akibat salah menerapkan hukum atau melanggar
hukum acara pemeriksaan permohonan yang dilakukan oleh Majelis
Hakim a quo dengan menghadirkan PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA selaku pihak Termohon maka permohonan tersebut
tidak dapat diputus dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sebagaimana yang diatur dalam Psal 72 ayat 3 Undang-Undang
Arbitrase, hal itupun juga diakui oleh Majelis Hskim a quo dalam
putusan halaman 34 sebagai berikut :
“Menimbang, bahwa berdasarkan alsan pertimbangan tersebut
diatas, demi untuk kepentingan hukum Pemohon dan kepentingan
hukum Termohon dan demi untuk kepentingan pemeriksaan dalam
perkara permohonan ini dan dengan memperhatikan azas
kepatutan dan azas keadilan maka ketentuan Pasal 72 ayat (3)
Hal 20 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang tenggang waktu 30
(tiga puluh) hari telah disimpangi oleh Majelis Hakim ….. “ ;
10.Bahwa berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut diatas maka
terbukti menurut hukum persidangan perkara Pembatalan Arbitrase
Nomor : 01/P/Pembatalan Arbitrase/2008/PN.Jkt.Pst. telah cacat
yuridis karena dilaksanakan dengan melanggar hukum acara
pemeriksaan permohonan sehingga sudah sepatutnya putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 01/P/Pembatalan
Arbitrase/2008/PN.Jkt.Pst. tanggal 22 Agustus 2008 dinyatakan
batal ;
11.Bahwa selanjutnya dengan batalnya putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat Nomor : 01/P/Pembatalan Arbitrase/2008/PN.Jkt.Pst.
tanggal 22 Agustus 2008 tersebut maka Mahkamah Agung RI.
seyogyanya mengabulkan permohonan Pembanding untuk
membatalkan putusan Arbitrase Nomor : 266/X/ARB-BANI/2007
tanggal 27 Mei 2008 ;
II. MAJELIS HAKIM A QUO SALAH MENERAPKAN HUKUM
PEMBUKTIAN YANG BERAKIBAT KELIRU DALAM MENGAMBIL
SUATU KEPOUTUSAN
12.Bahwa Pembanding tidak sependapat dengan pertimbangan hukum
Majelis Hakim a quo sebagaimana terdapat pada halaman 36 dalam
putusannya sebagai berkut :
“Menimbang, bahwa terhadap dalil permohonan Pemohon tersebut
setelah Maejlis Hakim mencermati dan memperhatikan bukti-bukti
surat yang diajukan …… ternyata bahwa dalam pengajuan kedua
bukti tersebut ke Majelis Arbitrase tidak ada unsur adanya tipu
muslihat ataupun rangkaian kebohongan yang dilakukan oleh
Termohon PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA (vide : keterangan
saksi H. TURAJI dibawah sumpah yang menrangkan bahwa tidak
ada terjadi kekeliruan dan kebohongan dari PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA dalam putusan Arbitrase demikian pula dengan
keterangan saksi NJIAUW CANDRA LIMPAN IM yang menerangkan
bahwa saksi tidak tahu peniouan apa yang dilakukan oleh PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA yang dibwah ke Arbitrase)”.
13.Bahwa berdasarkan fakta yang tidak dapat dibantah, tipu muslihat
yang dilakukan oleh asasi merasa keberatan terhadap amar / dictum
putusan a quo, oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA terhadap
Hal 21 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
bukti P-6C adalah PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah
membuat serangkaian kata-kata bohong dalam bukti P-6C yakni
berupa tanda terima pembayaran uang sebesar Rp. 15.000.000.000,-
(lima belas milyar rupiah) yang di dalamnya tercantum srangkaian
kata-kata bohong bahwa uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima
belas milyar rupiah) dimaksudkan sebagai pembayaran ketiga atas
tanah bukan sebagai uang untuk mengikuti lelang, namun
berdasarkan keterangan dari NHJIAUW CANDRA LIMPAN IMAM
MINTARJA dan H. TURAJI, S.H., di depan persidangan quo uang
sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) diberikan
oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA kepada Pembanding atas
kesepaktan untuk mengikuti lelang ;
14.Bahwa selanjutnya berdasarkan fakta yang tidakd apat dibantah tipu
muslihat yang dilakukan oleh PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
terhadap bukti P-15 adalah PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA
telah membuat serangkaian kata-kata bohong dalambukti P-15 yakni
berupa Surat dari PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA kepada
Pembanding tertanggal 30 April 2007, yang pada pokoknya dalam
surat tersebut PT. PETRONAS NIAGA INDONESIA telah merangkai
kata-kata bohong bahwa Pembanding telah menyalahartikan
pembayaran sejumlah uang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima
belas milyar rupiah) pada tanggal 16 Maret 2007. bahwa uang
sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) bukan
merupakan tanda persetujuan dari PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA atas pelaksanaan lelang, namun uang tersebut
dimaksudkan sebagai itikad baik dari PT. PETRONAS NIAGA
INDONESIA dalam transaksi a quo, namun berdasarkan keterangan
dari NJIAUW CANDRA LIMPAN IMAM MINTARJA dan H. TURAJI,
S.H., di depan persidangan a quo uang sebesar Rp.
15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) diberikan oleh PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA kepada Pembanding atas
kesepaktan untuk mengikuti lelang ;
16.Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas terbukti menurut
hukum Majelis Hakim a quo salah menrapkan hukum pembuktian
yakni salah dan keliru mempertimbangkan keterangan saksi H.
TURAJI dan NJIAUW CANDRA LIMPAN IM sehigga mengakibatkan
pada putusan yang keliru pula ;
Hal 22 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
III. MAJELIS HAKI A QUO SALAH MENERAPKAN HUKUM
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 70 PENJELASAN
UNDANG-UNDANG ARBITRASE YANG BERAKIBAT KELIRU
DALAM MENGAMBIL SUATU KEPUTUSAN
17. Bahwa Pembanding tidak sependapat dengan pertimbangan hukum
Majelis Hakim a quo sebagaimana terdapat pada halaman 37 dalam
putusannya sebagai berikut :
“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian pertimbangan
tersebut diatas dan dengan pula memperhatikan … dan dilain pihak
bahwa Maejlis Hakim juga tidak menemukan adanya suatu putusan
Pengadilan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan
bahwa putusan arbitrase tersebut diambil dari hasil ltipu muslihat
yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa
sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 70 Undang-Undang
No. 30 Tahun 1999 tantang Arbitrase yang menjelaskan bahwa
“Permohonan Pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan
arbitrase yang sudah didaftarkan di Pengadilan, Alasan-alasan :
Permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus
dibutkikan dengan putusan Pengadilan. Apabila pengadilan
menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut terbukti atau tidak
terbukti maka putusan pengadilan ini dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan bagi hakim untuk mengabulkan atau menolak
permohonannya”.
18. Bahwa Pembanding dengan tegas menolak pertimbangan hukum di
atas, karena Majelis Hakim dalam memutus perkara a quo salah dan
keliru menerapkan Pasal 70 Penjelasan Undang-Undang Arbitrase ;
19. Bahwa yang dimaksud kata “dapat” dalam penjelasan Pasal 70
Undang-Undang Arbitrase menurut pendapat Pembanding adalah
Majelis Hakim diberikan kebebasan oleh undang-undang untuk
menggunakan atau tidak menggunakan putusan pengadilan
tersebut jikalau Pembanding mengajukan putusan pengadilan
tersebut untuk membuktikan dalil permohonannya ;
20. Bahwa sedangkan dalam perkara a quo Pembanding tidak
mengajukan bukti putusan pengadilan yang menyatakan bahwa PT.
PETRONAS NIAGA INDONESIA telah melakukan tipu muslihat
dikarenakan putusan Pengadilan dalam perkara pidana memakan
waktu yang cukup lama dan tidak mungkin dapat diseledaikan
Hal 23 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
dalam jangka waktu 30 hari, sedangkan berdasarkan Pasal 71
Undang-Undang Arbitrase pengajuan permohonan pembatalan
arbitrase dibatasi dalam jangka waktu 30 hari sejak putusan
arbitrase didaftarkan di Pengadilan Negeri sehingga jika
ketentuan Pasal 70 Penjelasan Undang-Undang Arbitrase
diberlakukan secara mutlak maka akan menimbulkan
ketidakadilan dan kerugian atas diri Pembanding ;
21. Bahwa dikarenakan putusan pengadilan tersebut sifatnya hanya
sebagai salah satu cara untuk membuktikan permohonan
Pembanding maka menurut pendapat Pembanding Pasal 70
Penjelasan Undang-Undang Arbitrase bukan merupakan syrat
mutlak untuk membuktikan permohonan Pembanding, namun
jauh lebih penting adalah Pembanding dapat membuktikan dalil-dalil
permohonannya berdasarkan kedua saksi tersebut di atas ;
22. Bahwa berdasarkan alasan hukum tersebut di atas terbukti menurut
hukum Majelis Hakim a quo salah menerapkan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 Penjelasan Undang-Undang Arbitrase
sehingga mengakibatkan pada putusan yang keliru pula ;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah
Agung berpendapat :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena
pertimbangan Pengadilan Negeri telah tepat dan benar ;
Bahwa Permohonan ini Prematur sebab harus dibuktikan lewat
putusn pengadilan terlebih dulu adanya ; tipu muslihat / kebohongan (bukan
hanya tafsir dari salah satu pihak) vide bukti Pasal 70 Undang-Undng No.
30 Tahun 1999 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula
ternyata bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan
dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang
diajukan oleh Pemohon Kasasi : PT. PERSADA SEMBADA tersebut harus
ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi / PEMOHON ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum membayar
biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 dan
Hal 24 dari 24 hal. Putusan No.855 K/Pdt.Sus/2008
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 serta peraturan perundang-undangan lain
yang bersangkutan ;
M E N G A D I L I :
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT.
PERSADA SEMBADA tersebut ;
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Rabu tanggal 21 Januari 2008 oleh DR. HARIFIN A.
TUMPA, S.H., M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis, PROF. DR. MUCHSIN, S.H. dan PROP.
REHNGENA PURBA, S.H., M.S., sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh PROF. DR. MUCHSIN, S.H. dan
PROP. REHNGENA PURBA, S.H., M.S., Hakim-Hakim Agung sebagai
Anggota, dan dibantu oleh PRI PAMBUDI TEGUH, S.H. M.H. Panitera
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.-
Hakim-Hakim Anggota : K e t u a :
Biaya-biaya : Panitera Pengganti :
1. Meterai …….………. Rp. 6.000,-
2. Redaksi ……………. Rp. 1.000,-
3. Administrasi kasasi Rp.4.493.000,-
J u m l a h ……. Rp. 5.000.000,-