nurwahidah 204011003184 jurusan pendidikan agama …

67
STATUS SOSIAL KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SDN KAMPUNG UTAN I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I ) Oleh : Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

STATUS SOSIAL KELUARGA

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI

SDN KAMPUNG UTAN I

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :

Nurwahidah

204011003184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “STATUS SOSIAL KELURGA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA SDN KAMPUNG UTAN I” dengan tujuan untuk

mengetahui bagaimana status sosial keluarga antara motivasi belajar siswa yang

ada di SDN I Kampung Utan.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. penelitian

korelasi anatara dua variabel yg merupakan variabel bebas dan variabel terikat.

Populasinya adalah siswa kelas V dan kelas VI yang semuanya di ambil sebanyak

40 orang. 20 dari kelas V dan 20 dari kelas VI.

Adapun tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik random

sampling (acak). Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

observasi dan angket, yang mana data yang di peroleh kemudian di analisis.

Penelitian kuantitatif ini, dari data-data kualitatif dan data-data yang di

kumpulkan yang bersifat kualitatif kemudian akan di ubah menjadi data yang

bersifat kuantitatif (kuantifikasi). Langkah-langkah yang di gunakan untuk

mengubah data tersebut adalah dengan memberikan skor (skoring) terhadap setiap

jawaban yang di berikan oleh responden dengan ketentuan sebagai berukut :

Jika pernyataan bersifat positif: Jika pernyataan bersifat negatif:

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban

Skor

SS (Sangat Sesuai) : 4 SS (Sangat Sesuai) : I

S(Sesuai) : 3 S (Sesuai) : 2

TS (Tidak Sesuai) : 2 TS (Tidak Sesuai) : 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1 STS (Sangat Tidak Sesuai) : 4

Adapun untuk mengetahui berapa besar korelasi atau hubungan antara kedua

variabel x dan variabel y adalah dengan menggunakan rumus product moment

untuk data kelompokkan dimana N=60, dengan rumus sebagai berikut :

r xy = ∑x’y’ _ ( Cx’ ) (Cy’)

N

Page 3: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah rahmat

taufiq dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“STATUS SOSIAL KELURGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

SDN KAMPUNG UTAN I”.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad saw yang banyak berjasa dalam menegakkan kalimat Tuhan,

pembawa kabar gembira dan keselamatan beserta keluarga dan para sahabat.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidaklah mudah semudah yang

di bayangkan, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang di hadapi.

Namun dengan sekuat tenaga dan pikiran penulis berusaha keras untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, walaupun mungkin masih

banyak sekali kesalahan dan kekurangan.

Penulis juga banyak sekali mendapat bantuan dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak baik yang langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi

ini dapat terselesikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-dalamya

penulis sampaikan kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,

3. Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Safiudin

Shiddiq, MA.

4. Bapak Drs.H. Faridal Arkam, M.Pd, Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan arahan, nasehat, dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku

sebagai penunjang dalm penulisan skripsi ini.

6. Kepala SDN I Kampung Utan Ibu Endang Kurniasih beserta Staf guru

yang telah bersedia membantu dan mengizinkan penulis mengadakan

penelitian.

Page 4: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

7. Orang tua penulis yang di ada palembang Ayahanda Sulaiman. Kr dan

Ibunda Asmin yang selalu memberikan motivasi dan dukungan materi dan

moril dalam menyelesaikan kuliah.

8. Orang tua penulis yang di Jakarta Pak De H. Abdullah dan wak Hj

Asmawati yang tak henti-hentinya memberikan nasehat-nasehat, dorongan

dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adik penulis semua baik yang di palembang dan di Jakarta.

10. Sahabat-sahabat ku yang terbaik yang ada di kampus khususnya kak Ida

Farida, Rahma Yanti Tanjung, Fajar, Dewi R, Inong F, Khozanatul,

Andriani yang selalu memberikan support dan tempat curahan hati.

Semoga bantuan do’a dan partisifasi yang telah di berikan kepada penulis

mendapatkan pahala yang berlipat dan ganjaran dari Allh SWT. Amin…..

Jakarta, juni 2009

penulis

Page 5: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

DAFTAR ISI

Surat pernyataan .....................................................................................

Lembar pengesahan .................................................................................

Abstrak .............................................................................................. i

Kata pengantar ........................................................................................ ii

Daftar isi .............................................................................................. iv

Daftar tabel .............................................................................................. vi

Daftar lampiran ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1

B. Indentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........... 6

1. Indentifikasi Masalah...................................................... 6

2. Pembatasan Masalah....................................................... 6

3. Perumusan Masalah ........................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ................................................................. 9

1. Problema Kemiskinan .................................................... 9

2. Status Sosial Ekonomi Keluarga ..................................... 19

a. Pengertian Status Sosial Ekonomi Keluarga dan

Macam-macamnya....................................................... 19

b. Indikator Status Sosial Ekonomi Keluarga ................... 21

3. Motivasi Belajar ............................................................. 24

a. Pengertian Motivasi dan Motivasi Belajar .................... 24

b. Macam-macam Motivasi dan Fungsinya dalam Belajar 25

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar dan

Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah .............................. 28

4.Dampak Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap

Page 6: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Motivasi Belajar Siswa .................................................... 31

B. Kerangka Berfikir ............................................................. 34

1. Siswa Yang Berekonomi Tinggi………………………… 34

2. Siswa Yang Berekonomi Rendah……………………….. 35

C. Perumusan Hipotesis......................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian.............................................................. 37

B. Tempat dan Waktu Tujuan ................................................ 37

C. Metode dan Variabel Penelitian......................................... 37

D. Populasi dan Sampel......................................................... 38

E. Tahnik Pengumpulan Data ................................................ 39

F. Tehnik Pengelolaan dan Analisis Data ............................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum SDN I Kampung Utan .......................... 42

1. Latar belakang atau sejarah berdirinya ......................... 42

2. Struktur organisasi ....................................................... 44

3.Visi dan Misi ................................................................ 45

4.Keadaan guru dan murid ............................................... 45

B. Deskripsi Data ................................................................. 48

C. Analisis Data ................................................................... 54

D. Inerprestasi Data .............................................................. 56

E. Ulasan ............................................................................. 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................... 60

B. Saran-saran ...................................................................... 61

C. Daftar pustaka.................................................................. 62

D. Biodata penulis

Page 7: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri Kampung

Utan…………………………..……………………………………

44

Tabel 2 : Data Kepegawaian / guru Sekolah Dasar Negeri Kampung

Utan …………………………..…………………………………...

46

Tabel 3 : Daftar Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung

Utan …………………………..…………………………………..

47

Tabel 4 : Daftar Sarana Dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Kampung

Utan…………………………………. ……………………………

47

Tabel 5 : Daftar Variable X ………………..…………………………..……

49

Tabel 6 : Daftar Variable Y ………………..…………………………..……

51

Tabel 7 : Tabel Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga…………………..

53

Tabel 8 : Daftar Sample

Penelitian…………………………..……………… 54

Page 8: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : kisi-kisi angket tingkat social ekonomi keuarga dan motivasi

belajar

Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan

……………………… 64

Lampiran 2 : Daftar angket

penelitian…………………………………………….. 65

Lampiran 3 : Rekapitulasi Daftar Skor Sosial Ekonomi Dan Motivasi Belajar

Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan

…………………...... 68

Lampiran 4 : Rekapitulasi Daftar banyaknya penghasilan

………………………... 69

Lampiran 5 : Daftar Peringkat Sosial Ekonomi Keluarga

………………………… 70

Lampiran 6 : Peta Korelasi

……………………………………………………....... 72

Page 9: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya pendidikan merupakan masalah penting yang aktual

sepanjang zaman. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu

mengola alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Pendidikan

sangatlah penting dalam menentukan maju dan mundurnya bangsa, sehingga

pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana

yang terdapat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun

2003 yaitu :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Masalah kemiskian dan kaum fakir bukanlah masalah baru, sejak

dahulu berbagai agama dan aliran filsafat mencoba memecahkannya untuk

mengakhiri penderitaan kaum fakir. Namun pada zaman sekarang masalah

kemiskinan dan problematika ekonomi secara umum telah merasuk akal dan

jiwa manusia secara luas.2 Islam mewajibkan setiap orang baik laki-laki

maupun perempuan untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang

lahat.

Seiring dengan perkembangan zaman, bekal pendidikan perlu dimiliki

oleh semua orang agar dapat bertahan hidup di tengah masyarakat modern.

walaupun demikian, belum semua orang menyadari pentingnya arti

pendidikan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Kurangnya

1 Undang-undang tentang Sisdiknas dan PeaturanPelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta:

Tamita Utama, 2004), h.7 2 Dr. Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1999) Cet. 1, h.23.

Page 10: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

akan arti penting pendidikan ini terutama terjadi pada kelompok masyarakat

dengan status ekonomi menengah kebawah. Hal tersebut dapat di pahami

karena sebagian dari kelompok ini mengutamakan usaha-usaha untuk

mempertahankan mereka dari hari ke hari guna memenuhi kebutuhan dasar

mereka ketimbang untuk memikirkan pendidikan.

Tanpa mengesampingkan pendidikan luar sekolah, pendidikan melalui

jalur sekolah merupakan persyaratan penting dalam bekerja. Oleh karena itu

sudah selayaknyalah ada usaha-usaha untuk mengembangkan pendidikan bagi

anak-anak dari kalangan ini, baik untuk pendidikan sekolah maupun

pendidikan luar sekolah sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian

anak sebagai generasi penerus di harapkan dapat menjadi individu yang

bertahan di tengah kemajuan teknologi saat ini dan dapat memperbaiki taraf

hidup keluarga mereka agar tidak terus menerus hidup dalam kemiskinan.

Keinginan orang tua untuk mengubah nasib bagi anak-anaknya tidak

bertentangan dengan agama, tetapi merupakan tabi’at manusia untuk hidup

lebih baik dan sejalan dengan firman Allah SWT di dalam QS. An-Nisa’ [4]:9

dan Ar-Ra’du [13]:11

��������� �� ����� ���� ���������

�� � !" #$%&' ()*+-./0 �1#2&/34

���/$��5 �6!"�78%�9 ���:;*<��$%�$ ����

������:;����� (=���� �>?+ ?&@ ABC

Aِrtinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.

D EF!; ���� G= IJK��+ ��� �M���;!N

OPQR&S ��IJK��+ ��� �6T3U:#VW!N

Page 11: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum kecuali

mereka itu merubah diri mereka sendiri.3

Seiring dengan perkembangan zaman pula maka bekal pendidikan

dengan kualitas yang baik sangat di perlukan sebagai persiapan untuk

menghadapi tantangan hidup dimasa depan.

Prestasi belajar yang baik merupakan faktor penunjang keberhasilan

seseorang dalam usaha memperbaiki taraf hidupnya. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi

intelektual, motivasi belajar, sikap dan minat terhadap pendidikan serta faktor

eksternal yang meliputi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal serta

keadaan situasional.4

Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar.

Motivasi belajar menentukan jumlah waktu yang digunakan siswa dalam

belajar dan jumlah waktu yang digunakan ini merupakan salah satu peramal

yang dapat di percaya bagi pencapaian prestasi siswa. Jadi bila kita

membandingkan dua orang siswa yang mempunyai kecerdasan yang sama

maka siswa dengan motivasi belajar tinggi akan menghabiskan waktu lebih

banyak belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih tinggi dari pada siswa

yang motivasi belajarnya rendah. Selain mempengaruhi jumlah waktu yang

digunakan, motivai belajar juga menimbulkan keinginan untuk belajar serta

menentukan bayaknya materi yang akan di pelajari. Dengan demikian maka

siswa dengan motivasi belajar tinggi akan memiliki banyak energi untuk

belajar sehingga prestasinya akan lebih tinggi.

Menurut Gage and Berliner motivasi merupakan syarat mutlak untuk

belajar dan mempengaruhi arah, aktivitas yang terpilih serta intensitas

keterlibatan siswa dalam suatu aktifitas. Motivasi menjadi bagian dari tujuan

pengajaran, dimana siswa di harapkan dapat memiliki motivasi untuk belajar

yang terbentuk selama dalam mengalami proses belajar di sekolah.

3 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI

4 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996) Cet, H. 56

Page 12: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Latar belakang siswa yang lemah ekonomi mungkin menjadi

penyebab rendahnya tingkat kecerdasan mereka, akan tetapi mereka tetap

memiliki peluang untuk berhasil bila memiliki motivasi untuk belajar yang

tinggi. Oleh karena itu motivasi untuk belajar pada diri mereka harus menjadi

karakteristik dan penting untuk membentuknya sejak awal siswa belajar

disekolah.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

�َ�� اْ�ِ�ْ�َةِ َ�َ�َ�َ�اُ� ُ�َ��دَاِ�ِ� اَوْ ُ�َ��َاِ�ِ� اَوْ َ �ُ�َ�ْ�ُ ��ْ# أََ�ٍ- َ,$لَ رَُ&ْ�لُ اِ) َ(َ�� اُ) َ�َ�ْ'ِ� وََ&��َ% َ"$ِ"ْ# َ"ْ�ُ�ْ�دٍ إِ�َ

�ِ�ِ$/َ )روا� "/�%(01َ�ُ

Artinya : “ Dari Anas ra Bersabda Rasulullah saw. “tidaklah anak yang

dilahirkan ini kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya

kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi

, Nasrani atau Majusi”.5

Hadits di atas mempunyai kaitan yang erat dengan pernyataan

sebelumnya. Hadits ini mempunyai pengertian bahwa setiap orang lahir dalam

keadaan fitrah. Setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi seorang yang

baik, jahat, pintar ataupun bodoh tanpa memandang dari golongan apa ia

berasal.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar mencakup

aspek budaya, keluarga, sekolah, dan pribadi siswa itu sendiri. Pengembangan

motivasi belajar pada siswa akan terjadi secara optimal bila keempat system di

atas berkembang secara harmonis. Akan tetapi pada kenyataannya ada

kekurangan-kekurangan dalam tiap aspek tersebut sehingga menghambat

pembentukan motivasi belajar pada siswa, khususnya siswa dengan latar

belakang ekonomi lemah. mereka hidup di tengah lingkungan kemiskinan

ytang tidak selalu mementingkan pendidikan dikarenakan adanya kebutuhan

lain yang harus didahulukan.

Sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta permasalahan dalam

keluarga sebagai akibat dari permasalahan ekonomi juga menghambat dalam

5 Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h.113

Page 13: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

menumbuhkan motivasi belajar anak. Kurangnya penerimaan dari guru,

sekolah dan teman-teman sebaya menyebabkan anak memandang bahwa

sekolah merupakan hal yang tidak menyenangkan dan sia-sia.

Istilah ekonomi lemah yang identik dengan kemiskinan adalah suatu

keadaan yang di lukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang pokok.6 Ekonomi lemah yang identik dengan

kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang

muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat dinegara

berkembang.

Masalah ekonomi lemah ini dikatakan sebagai salah satu problem

karena menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana,

terintegrasi, dan menyeluruh dalam waktu singkat.7

Tingkat pendapatan yang semakin rendah , hilangnya kesempatan

kerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) serta semakin tingginya harga

barang-barang kebutuhan pokok semakin mempersulit kehidupan mereka.

Status sosial ekonomi mempengaruhi sikap dan nilai orang tua,

terutama terhadap pendidikan anak, perhatian terhadap sekolah, dan penyediaan sarana penunjang pendidikan di rumah. Status sosial ekonomi dan

prestasi siswa mempunyai hubungan yang erat. Siswa dengan status sosial

ekonomi tinggi dari berbagai etnik memiliki skor tes yang lebih tinggi dan bertahan di sekolah lama dari pada siswa dengan status social ekonomi

lemah.8

Pendidikan selanjutnya amat di tentukan oleh keberhasilan pendidikan

di jenjang sekolah dasar ini. Setiap anak adalah masa depan, karena itu tempat

anak adalah di sekolah, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau tempat

yang dapat membahayakan perkembangannya.

Dalam melakukan intervensi terhadap masalah pendidikan bagi siswa

ekonomi lemah maka motivasi menjadi fokus utama yang perlu di perhatikan

6 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), Cet.2, h.28.

7 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, h.28

8 Woolfolk and Anita, E, Educational Psychology, (Jakarta: Ally and Bacon, 1993),

h.378

Page 14: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

karena motivasi berkaitan erat dengan perilaku belajar dan prestasi serta

sangat mempengaruhi untuk kerja siswa dalam belajar di sekolah. Hurlock

menyatakan bahwa masa penting pertumbuhan mitovasi belajar adalah pada

usia sekolah dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai keberhasilan

dalam belajar. Selain itu, pada masa usia sekolah anak diharapkan

memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.9

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

1) Apakah anda selalu diberikan uang jajan oleh orang tua anda?

2) Apakah siswa mempunyai kemauan sendiri dalam belajar?

3) Apakah siswa mempunyai peralatan belajar yang memadai?

4) Apakah siswa selalu diberi motivasi dengan imbalan atau hadiah?

5) Apakah orang tua siswa mempunyai pendapatan yang memadai?

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya salah penafsiran terhadap judul, maka

penulis perlu memberikan batasan masalahnya yaitu sebagai berikut:

a. Kemiskinan yang di maksud adalah suatu keadaan yang di lukiskan

sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang

pokok.

b. Motivasi yang di maksud adalah motivasi belajar, yakni dorongan

untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan belajar.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat di

rumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana status sosial keluarga di SDN Kampung Utan I ?

b. Bagaimana pengaruh status sosial keluarga terhadap motivasi belajar

siswa SDN Kampung Utan I ?

c. Apakah terdapat hubungan antara status sosial keluarga dengan

motivasi belajar siswa SDN Kampung Utan I ?

9 Elizabeth B. Hurloak, Psikologi Perkrmbangan, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet.1, h.115

Page 15: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa yang dilanda

kemiskinan.

b. Untuk mengetahui pengaruh ekonomi keluarga terhadap motivasi

belajar ssiswa SD N Kampung Utan I

c. Untuk melengkapi data yang telah penulis peroleh dari kepustakaan

dan sumber-sumber lainnya, terutama data-data yang berhubungan

dengan ekonomi orang tua yang mempengaruhi motivasi belajar

siswa.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan imformasi kepada pihak sekolah mengenai motivasi

belajar siswanya.

b. Memberikan masukan kepada pihak sekolah mengenai usaha-usaha

yang dapat di lakukan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar

siswa.

c. Memicu penelitian lain untuk memikirkan dan mengembangkan

pendidikan bagi siswa yang berlatarbelakang ekonomi lemah.

d. Memberikan masukan kepada orang tua yang lemah ekonomi, untuk

selalu menumbuhkan motivasi kepada anaknya untuk mau belajar.

Page 16: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Problema Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah ekonomi global yang paling

mendesak pada saat ini, terutama dinegara-negara berkembang. Sebagaimana

yang telah disampaikan Miranda S. Goeltom dalam keynote speech-nya yang

mengutip laporan Bapenas dan juga disampaikan Endah Murniningtyas-

Bappenas, tingkat kemiskinan di indonesia masih sangat memprihatinkan

dengan jumlah masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan berjumlah

34,96 juta jiwa atau 14,6 % dari total penduduk Indonesia posisi maret 2008.

meski membaik dari angka di Maret 2007 yang mencapai 37,17 juta atau 15,5

% penduduk, angka ini lebih buruk dibandingkan pada saat sebelum krisis

tahun 1996 yang berjumlah 34,01 juta, meski dalam prosentase lebih rendah

dari posisi tahun 1996 yaitu 17,47% dari total penduduk. Menurut Akyuwen,

prosentase penduduk miskin terbesar terdapat di Papua, Irjabar, Maluku, NTT,

dan Gorontalo. Sementara jumlah terbanyak terdapat di Jawa Timur, Jawa

Tengah, dan Jawa Barat.

Sejauh ini jelas sekali bahwa pengentasan kemiskinan belum

mencapai hasil yang di harapkan. Kondisi kemiskinan ini diperburuk dengan

adanya peningkatan ketimpangan pendapat, paling tidak sejak tahun 2002, saat

indonesia mulai mencoba menggeliat keluar dari krisis. Studi dari Bank Dunia

menyebutkan bahwa hampir 50% dari jumlah penduduk Indonesia

dikategorikan "miskin" dan berada diambang kemiskinan. Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) mengklaim program penanggulangan

kemiskinan di indonesia telah sejalan dengan target pencapaian millennium

development goals (MDGs) yaitu mengurangi jumlah penduduk miskin hingah

setengahnya di tahun 2015.

9

Page 17: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Di sisi lain, keprihatinan masyarakat indonesia yang masih dirundung

cobaan ini ternyata belum berakhir saat ini, bahkan cobaan yang mereka

rasakan semakin pahit dengan terjadinya kenaikan BBM yang diikuti barang

kebutuhan pokok dan lainnya. Hasil penelitian yang di lakukan Lembaga

Survei Indonesia (LSI) tahun 2008 menunjukkan bahwa berbagai masalah

yang dianggap penting di masyarakat – seperti kenaikan harga bahan pokok

dan lainnya akhir-akhir ini, lapangan kerja yang tidak memadai, dan

kemiskinan semakin parah- dirasakan semakin berat oleh masyarakat.

Kenyataan itu jelas bertolak belakang dengan data yang dipublikasi BPS

terakhir yang keadaannya menyatakan ekonomi indonesia membaik di tahun

2007. hasil survei lainnya juga mengukuhkan kondisi ini, seperti survei indek

kepercayaan konsumen pada awal tahun 2008 juga menunjukkan indikator

yang menurun. Ini jelas menjadi bukti bahwa kondisi ekonomi semakin

memburuk dan yang paling krusial adalah beban hidup masyarakat khususnya

rakyat kecil yang semakin besar.

Melihat data sakernas di atas, bisa di simpulkan bahwa upaya

pemberantasan kemiskinan di indonesia kurang berhasil. Dengan

mengesampingkan nilai nominal dan angka persentase, Bangladesh yang

pendapatan per kepalanya di bawah indonesia boleh di nilai lebih berhasil

mengurangi jumlah orang miskin. Secara sistematis, sejak tahun 1992,

persentase kemiskinan di Bangladesh terus menurun sedikit demi sedikit dan

tak pernah naik. Pada tahun 1992, 59% warga Bangladesh di kategorikan

miskin. Namun pada tahun 1996, angka tadi tinggal 52% dan terus menurun.

Krisis ekonomi, politik dan sosial pada akhir 1990-an, indonesia kini

mulai kembali stabil. Negara ini sebagian besar telah pulih dari krisis ekonomi

dan keuangan yang terjadi pada tahun 1998, yang telah melemparkan jutaan

penduduknya ke jurang kemiskinan dan menjadikannya sebagai negara

berpenghasilan rendah. Namun, belum lama ini Indonesia sekali lagi berhasil

melewati ambang batas kemiskinan dan menjadi salah satu negara baru

berpeghasilan menengah di dunia. Angka kemiskinan, yang meningkat lebih

dari sepertiga kali selama masa krisis, kembali turun mencapai tingkat

Page 18: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

sebelum akhir tahun 2005, meskipun pada tahun 2006 mengalami sedikit

peningkatan akibat lonjakan harga beras di akhir tahun 2005 dan di awal tahun

2006.

Namun, menyonsong era baru ini, penanggulangan kemiskinan tetap

menjadi salah satu tantangan yang mendesak bagi Indonesia. Meskipun angka

kemiskinan nasional secara umum telah turun ke tingkat sebelum krisis-

dengan tidak menghitung kenaikan angka kemiskinan yang baru saja terjadi

pada tahun 2006-hampir 35 juta penduduk masih hidup dalam kemiskinan.

Jumlah ini masih melebihi total jumlah penduduk miskin yang ada di Asia

Timur, tidak termasuk China. Selain itu, angka kemiskinan nasional ini

menutupi gambaran tentang kelompok besar penduduk ’hampir miskin’ di

indonesia, yang hidupnya mendekati garis kemiskinan.

Pemerintahan Indonesia yang terpilih secara demokratis mengakui

bahwa penanggulangan kemiskinan merupaka tantangan terbesar dan

pemerintah telah menetapkan target penanggulangan kemiskinan yang

ambisius untuk jangka pendek dan menengah. Pemerintahan Indonesia jelas

memiliki komitmen untuk menanggulangi kemiskinan tercermin dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengahnya (RPJM) tahun 2004-2009, yang

hal itu merupakan bagian dari Srtategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan

(SNPK) yang di gariskan oleh pemerintah. Selain ikut menandatangani

Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) untuk tahun

2015, dalam rencana jangka menengahnya pemerintah telah menjabarkn

target-target utama penanggulangan kemiskinan untuk tahun 2009. hal ini

meliputi target-target yang ambisius namun relevan, seperti mengurangi angka

kemiskinan dari 18,2 % di tahun 2002 menjadi 8,2 %, meningkatkan rasio

partisipasi siswa sekolah menengah pertama dari 79,5% pada tahun 2002

menjadi 98%, dan menurunkan angka kematian ibu hamil dari 307 per

100.000 kelahiran pada athun 2002 menjadi 226.

Kemiskinan kembali ke tingkat sebelum krisis pada tahun 2004, tetapi

melonjak kembali pada tahun 2005-2006. mskipun mengalami kemunduran

yang luar biasa akibat krisis keuangan Asia pada tahun 1997, indonesia telah

Page 19: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya menurunkan tingkat

kemiskinan. Pada tahun 1999, yaitu pada masa puncak krisis, 23,4% penduduk

memiliki tingkat pendapatan yang tidak cukup untuk menompang kebutuhan

dasar mereka. Hanya dalam lima tahun kemudian, yakni pada tahun 2004,

ingkat kemiskinan turun menjadi 16,7%. Yang berarti selama periode tersebut

sebanyak 7,6 juta orang berhasil keluar dari kemiskinan. Tingkat kemiskinan

pada tahun 2004 itu bahkan lebih rendah di bandingkan tingkat kemiskinan

pada masa sebelum krisis, yakni tahun 1996, yang mencapai 17,6%. Selain

perbaikan dalam hal penurunan angka kemiskinan, sejak tahun 2002 tingkat

kesenjangan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan telah kembali ke

tingkat sebelum krisis, dan bahkan mencapai tingkat yang lebih rendah di

sebagian wilayah. Perbandingan riwayat kemiskinan antar wilayah juga

menunjukkan penurunan kemiskinan yang signifikan di keenam kategori

wilayah yang di gunakan untuk penilaian ini, yaitu Jawa/Bali, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara/Maluku dan Papua. Pada tahun 2004,

seluruh wilayah kembali ke tingkat kemiskinan pada tahun 1996, atau bahkan

ke tingkat yang lebih rendah, dengan satu-satunya pengecualian di wilayah

Sumatera. Pada tahun 2004, tingkat kemiskinan di wilayah Sumatera masih

berada 2% di atas tinkat kemiskinan tahun 1996 sebesar 15,5%. Meskipun

upaya pengurangan tingkat kemiskinan mengalami kemajuan, namun terutama

sebagian akibat dari kenaikan harga beras pada tahun 2005-2006, angka

kemiskinan meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006, yang merupakan

kenaikan pertama sejak krisis tahun 1997.

Pada 1 September 2006, BadanPusat Statistik (BPS) mengumumkan

bahwa angka kemiskinan di indonesia meningkat dari 16% pada februari 2005

menjadi 17,75% pada maret 2006. kenaikan angka kemiskinan yang tercatat

pertama kali sejak krisis ekonomi itu berarti ada tambahan 4juta orang yang

jatuh miskin selama kurun waktu tersebut.10

Indonesia dengan penduduk sekitar 211 juta jiwa pada waktu ini

memerlukan usaha terus menerus yang konsisten untuk memerangi

10 Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Idonesia, (Bank Dunia) Cet November

2006, h, 1,29,34.

Page 20: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

penduduknya yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Upaya

memerangi kemiskinan itu harus memerlukan komitmen semua komponen

pembangunan yang dilakukan dengan terpadu dan terus menerus pada sasaran

yang sama, yaitu keluarga kurang mampu, baik menyangkut kepala

keluarganya, anak-anaknya atau anggota lain dari keluarga tersebut.

Apabila komitmen itu tidak seragam, yaitu setiap komponen

pembangunan mencari sasarannya sendiri-sendiri, tidak mustahil hasilnya

akan tidakmaksimal dan kemiskinan yang mungkin saja ditangani akan

tumbuh kembali dengan magnitute yang justru lebih membesar.

Upaya pengentasan kemiskinan biasanya ditujukan kepada sasaran

penduduk miskin atau penduduk kurang mampu tanpa mengambil sasaran

keluarganya secara utuh. Padahal keluarga itu mempunyai anak, atau anak-

anak yang masih kecil atau anak remaja yang mungkin saja sekolah atau

kebanyakan tidak sekolah karena orang tuanya kurang mampu. Anak-anak ini

biasanya terlepas dari perhatian kita semua karena di sekolah hampir pasti

anak-anak ini tidak menonjol karena berbagai alasan.

Atau anak-anak ini justru tidak sekolah karena kekurangan biaya

dan harus membantu orang tuanya mencari nafkah atau maksimal bekerja

keras sambil sebisa-bisa belajar pada tingkat pendidikan yang masih

rendah. Jarang, kalau ada, anak-anak keluarga kurang mampu itu yang

sanggup melanjutkan pendidikan pada pendidikan tinggi atau universitas.

Kalau ada mereka umumnya menjadi mahasiswa yang segera dengan mudah

drop-out karena berbagai alasan.

Pertumbuhan keluarga kurang mampu muda dewasa ini relatif

tinggi karena merupakan pendewasaan dari "baby boomers"yang

dilahirkan pada tahun 1960-1980 yang lalu. Apabila kita tidak hatihati

baby boomers itu bisa menghasilkan keluarga miskin yang lebih banyak

di masa yang akan datang karena beberapa alasan sebagai berikut ini.

Pertama, jumlah keluarga muda kurang mampu sekarang ini

relatif tinggi, yaitu sekitar setengah paro dari 20 persen jumlah penduduk

Page 21: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

yang ada di Indonesia yang jumlahnya adalah 211 juta jiwa tersebut. Jumlah

ini tidak saja besar tetapi mempunyai tingkat kesuburan yang jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan jaman baby boom di tahun 1970 – 1980 yang

lalu. Tingkat kesehatan dan kemampuannya untuk "menghasilkan anak" juga

jauh lebih tinggi karena umumnyS rnereka, biarpun relatif kurang mampu,

tetapi dilahirkan pada jamai yang jauh lebih kondusif dibandingkan

dengan jaman kelahiran orang tuanya dulu.

Kedua, anak-anak muda anak dari keluarga kurang mampu itu

masih menikah relatif pada usia yang muda. Bagi keluarga kurang mampu

menikah pada usia muda bisa merupakan treatment untuk mengentaskan

kemiskinan dan menghilangkan tanggungan bagi orang tua yang

bersangkutan. Mereka menikah dengan harapan bisa melepaskan diri dari

lembah kemiskinan.

Ketiga, anak-anak muda yang lebih mampu bisa belajar sedikit

tentang reprodusksi dan mungkin saja mengikuti KB setelah menikah.

Bagi keluarga kurang mampu menikah dan mempunyai anak secara langsung

hampir merupakan suatu kebiasaan yang belum berhasil dipatahkan.

Perkawinan muda menghasilkan jumlah anak yang lebih besar bagi

keluarga kurang mampu baru tersebut.

Keempat, berkat tersedianya fasilitas kesehatan umum yang

makin baik, biarpun relative kurang mampu, tingkat kematian anak dan

tingkat kematian bayi secara umum makin kecil. Dengan demikian jumlah

anak-anak yang dilahirkan dan tetap hidup pada usia lima tahun atau lebih

oleh pasangan muda akan tinggi. Kemungkinan bertambahnya anggota

keluarga kurang mampu dengan demikian juga bertambah tinggi.

Kelima, ledakan ini kakan menjadi resiko karena generasi muda

keluarga kurang mampu tidak saja tidak mengenal dengan baik reproduksi

keluarga tetapi mereka sedang tergoda oleh kehidupan modern yang

sangat permisif ditambah dengan akibat gangguan globalisasi dan

kemiskinan lain seperti merebaknya hidup bebas tanpa perkawinan

biarpun ada ancaman penyakit HIV/AIDS, atau penyakit lainnya akibat

Page 22: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

pergaulan bebas itu. Kondisi negatif itu akan menghasilkan anak dengan

perhitungan yang sangat tidak rasional.

Menyadari betapa sulitnya menempatkan anak-anak keluarga

kurang mampu sebagai titik sentral pembangunan dalam proses

pemberdayaan, maka Yayasan Damandiri berkerja sama dengan beberapa

universitas, negeri dan swasta, sedang berusaha keras mengembangkan cara

baru untuk menempatkan anak-anak berbakat dari anak keluarga kurang

mampu itu. Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah di Malang

dan Universitas Jendral Soedirman di Purwokerto dipilih sebagai

universitas model untuk mencari cara baru menemukan anak-anak berbakat

dari keluarga kurang mampu tersebut.

Dalam kerjasama ini ketiga universitas mencari anak-anak

berbakat tersebut balk langsung dengan mendatangi sekolah-sekolah

maupun mengundang Kepala Sekolah yang bersangkutan untuk

mengirim calon-calon siswanya yang kebetulan anak keluarga kurang

mampu melamar untuk menjadi mahasiswanya dengan mengikuti

seleksi yang diselenggarakan oleh Tim Universitas yang bersangkutan.

Selanjutnya calon mahasiswa itu diseleksi secara ketat oleh Tim

Universitas balk dalam pengalaman akademisnya selama di SMU, SMK

atau MA maupun latar balakang orang tuanya untuk ditentukan kemungkinan

di fakultas yang menjadi pilihan siswa yang bersangkutan. Apabila

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Universitas yang

bersangkutan maka kemudian siswa itu mendapat pemberi tahuan bahwa

dia diterima di Universitas dan fakultas yang menjadi pilihannya.

Daftar siswa yang diterima lengkap dengan pengalaman

akademis dan ciri-ciri latar belakang kedua orang tuanya dikirimkan

kepadaYayasan Damandiri untuk sekali lagi mendapatkan penelitian

tentang keadaan orang tuanya. Secara seksama latar belakang kedua

orang tua siswa yang beruntung itu dicek kembali oleh Yayasan dan

diputuskan bahwa siswa itu mendapat dukungan pembayaran seluruh

Page 23: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

biaya SPP sampai mahasiswa itu lulus menjadi sarjana pada fakultas

atau universitas pilihannya.

Mulai bulan Agustus 2002 yang lalu diharapkan sudah ada

keputusan tentang nama-nama siswa lulusan SMU, SMK dan MA yang

diterima menjadi mahasiswa dan mendapatkan dukungan pembayaran

SPP dari ketiga Universitas yang menjadi model tersebut. Apabila

percobaan tersebut berhasil diharapkan tahun depan Yayasan dapat

memperluas usahanya dengan mengajak kerjasama dengan Universitas lainnya

sesuai dengan kemampuan anggaran yang tersedia.

Kerjasama ini merupakan kerjasama gotong royong karena Yayasan

Damandiri tidak bisa menyediakan beasiswa untuk para mahasiswa selama

mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi yang ada. Akan diusahakan

kerjasama lebih lanjut dengan Yayasan Supersemar untuk memberikan

beasiswa bagi mahasiswa anak keluarga kurang mampu tersebut.11

Pemerintah perlu meninjau kembali program pengentasan kemiskinan

yang ada selama ini. Guru besar Pascasarjana Universitas Airlangga Prof. Dr.

H. Haryono Suyono menyarankan upaya memperkuat pengentasan

kemiskinan melalui proses pemberdayaan keluarga dalam bidang ekonomi.

Perlunya di tekankan pada keluarga, lantaran keluarga merupakan

indikator yang menggambarkan kemapuan untuk memenuhi kebutuhan

minimal sampai kepada kebutuhan investasi dan sosial budaya keluarga yang

bersangkutan.

Angka kemiskinan diindonesia, masih tinggi berdasarkan data BPS

pada tahun 1998 terdapat 49,5juta (24%), dan pada tahun 2000 sedikit

menalami penurunan menjadi 33,2 juta jiwa ()16,09%. Pada tahun 2002

menunjukkan gejala peningkatan di tandai dengan tingginya angka PHK

massal dan membengkaknya jumlah pengungsi. Data Depnakertrans

menunjukkan angka PHK kumulatif dan perorangan dan di bulan januari

11 Prof. Dr. H. Haryono Suyono, Memotong Rantai Kemiskinan, (Jakarta : Penerit

Yayasan Damandiri, 2003) Cet. Ke- 1, h, 93-96, dan 98-100

Page 24: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

sampai september 2001 menacapai 55,137 pekerja. Sedangkan jumlah

pengungsi mencapai 1,3 juta KK.

Masih kata Haryono, ia mencatat terdapat sekitar 42% keluarga

prasejahtera dan sejahtera, yang tidak selalu berada di bawah garis

kemiskinan. Namun, akan dapat dengan mudah jatuh miksin karena

ketidakstabilan kondidi yang melingkupinya. Antara lain, tempat tinggal yang

terpencil,dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak mampu bersaing

dengan penduduk lain yang memiliki kondisi yang lebih baik.

Selama ini, beberapa program pengentasan kemiskinan yang di

lakukan pemerintah yang di nilai mampu meningkatkan taraf hidup

masyarakat yang hidup diambang kemiskinan. Misalnya program Takesra

(Tabungna Keluarga Sejahtera) yang di mulai sejak tahun 1995 mrnunjukkan

hasil positif, menurut laporn Bank BNI, pada akhir juli 2001 jumlah anggota

penabung Takesra mencapai 13,02 juta keluarga dengan jumlah dana di

tabung sebesar 24,17 miliar.

Perkembangan berikutnya, tahun 1997 pemerintah memberikan kredit

modal uasaha bagi keluarga prasejahtera da sejahteradengan nama Kredit

Usaha Keluarga Sejahtera (kukesra). Sampai akhir juli 2001 terdapat 10,5 juta

keluarga mengikuti program ini. Namun sayangnya semenjak krisis keuangan

1997 kinerja pembinaan kukesra kurang berjalan dengan baik sehingga jumlah

tunggakan meningkat.12

Adapun ukuran kemiskinan itu bermacam-macam, ada yang

berdasarkan penghasilan, ada yang didasarkan pada konsumsi, ada pula yang

luas perumahan. Kemiskinan pada hakekatnya merupakan perbedaan antara

penghasilan dan Standar kehidupan minimum. Jadi pengertian relative,

tergantung pada distribusi penghasilan, nilai politik, sosial dan budaya

masyarakat dalam suatu priode.

Di negara maju, orang menciptakan minimum acceptable

standard of living sebesar 3000 dolar AS tiap tahun. Tetapi ada yang

12 Harian Umum Republika, “Tinjau Kembali Pengentasan Kemiskinan”, h. 15

Page 25: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

berpendapat bahwa di Indonesia orang miskin pengeluarannya Rp.

4000/kapita/bulan, menengah Rp. 4000-8000/kapita/bulan, dan kaya diatas Rp.

8000 – pada tahun 1976.13

Prof. Sayogya mengatakan bahwa untuk mengukur kemiskinan

dapat dipakai kebutuhan fisik minimum. Berdasarkan penelitiannya orang

desa setiap bulan memerlukan kebutuhan minimum equivalent dengan 20

Kg beras, untuk orang kota 30 beras."

Sedangkan menurut Munandar Soelaeman, bahwa kebutuhan objektif

manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan

apakah bernilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai

dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim, dan

lingkungan yang dialaminya, yang tersimpul dalam barang dan jasa yang

tertuang dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal

yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat

pendapatan minimum. 14

2. Status Sosial Ekonomi Keluarga

a. Pengertian dan Macam-macam Status Sosial

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki

seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang

memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam

struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya

rendah.

Berikut adalah macam-macam status sosial yang ada dalam

masyarakat luas :

13 Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, (Yogyakarta : BPFE,

1982), Cet. Ke-1, h.127. 14Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, , h. 128

Page 26: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

1) Ascribed status ialah status sosial yang di bawah sejak lahir

seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, suku, usia, dan lain

sebagainya.

2) Acheved status ialah status sosial yang di dapat seseorang

karena kerja keras dan usaha yang di lakukanya. Contoh harta

kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan dll.

3) Assigned status ialah status sosial yang di dapat seseorang di

dalam lingkungan masyarakat yang bukan di dapat sejak lahir

tetapi di berikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.

Seperti seseorang yang di jadikan kepala suku, ketua adat,

sesepuh dll.15

Stratifikasi ekonomi (economic stratification), yaitu perbedaan

warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi, yang

merupakan kenyataan sehari-hari. Dalam kaitan ini kita mengenal, antara

lain, perbedaan warga masyarakat dalam penghasilan dan kekayaan

mereka menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Yang mana

masyarakat kita terdapat sejumlah besar warga yang tidak mampu

memenuhi keperluan minimum manusia untuk hidup layak karena

penghasilan yang mereka miliki sangat terbatas. Ada pula warga yang

seluruh kekayaan pribadinya bernilai di atas Rp 1 miliar.

Stratifikasi sosial ini di bagi menjadi dua bagian, yaitu

1) Stratifikasi sosial terbuka adalah system stratifikasi di mana

setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu

strata/tingkatan ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat

pendidikan, kekayan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang

yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta

strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah,

kuliah, dan menguasai banyak keterampilan sehingga mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran yang

tinggi juga. 2) Stratifikasi sosial tertutup yaitu Stratifikasi di mana tiap-tiap

anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau

15 http://organisasi .org/arti-definisi-status social-dalammasyarakat

Page 27: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contohnya

seperti system kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin

anak keturunan orang biasa seperti petani bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.16

Adapun mengenai perbedaan tingkat ekonomi suatu keluarga

dapat diketahui dari hasil pendapatannya yang diperoleh sesuai dengan bidang usaha dan jenis pekerjaan masing-masing. Menurut Soerjono

Soekamto, Klasifikasi tingkat ekonomi keluarga perbulan dapat dikategorikan sebagai berikut: kurang dari Rp. 500.000 dikategorikan

rendah, antara Rp. 500.000 – Rp. 700.000 dikategorikan sedang, lebih

dari Rp.1000.000 dikategorikan tinggi.17

Kita semua mengenal kemiskinan bila menghadapinya,

namun tidak mudah mendefinisikan pengertiannya secara obyektif.

Pendapatan juga tidak sepenuhnya merupakan ukuran yang tepat,

karena faktor pendapatan tidak menyatakan bagaimana

sesungguhnya situasi hidup seseorang. Mungkin lebih sesuai

mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidak sanggupan untuk mernuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.18

b. Indikator statatus Sosial Ekonomi Keluarga

Menurut Todaro tingkat social ekonomi adalah tingkat kehidupan

(social ekonomi) yang dimiliki dan memberikan kepuasan minimal atau

maksimal sesuai dengan pendapatan. Sedangkan mitchel melihat tingkat

social ekonomi berdasarkan peluang-peluang hidup. Peluang-peluang

tersebut dapat di lihat berdasarkan kemudahan mendapatkan penghasilan

dan harta benda. Bagi masyarakat yang memmpunyai tingkat sosial

ekonomi tinggitentu mendapatkan penghasilan dan harta benda lenib

mudah jika di bandingkan dengan masyarakat yang tingkat sosial

ekonominya rendah.

Astrid S. Susento mengemukakan pada dasarnya mengukur tingkat

social ekonomi sama dengan mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.

16 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fak.Ekonomi UI, 2000) Cet ke-2,

h. 87 & 104 17

Soerjono Soekanto, Memperkenal Sosiologi, (Jakarta : Rajawali Press, 1998) Cet.

Ke-3, h.22 18

Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1995), Cet. III, h. 152

Page 28: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Penentu tingkat kesejahteraan masyarakat atau keluarga dapat digunakan

patokan sebagai berikut:

1. Pendapat, kekayaan dan pekerjaan

2. Lingkungan kerja

3. kesehatan

4. pendidikan

5. ketertiban social

6. milik pribadi yang diizinkan masyarakat

7. kesempatan rekreasi dan pengguna waktu luang.

Biro Pusat Statistik menggunakan 3 kelompok dalam menentukan

tingkat social ekonomi masyarakat, yaitu:

1. Pendapatan dan pengeluaran

2. kesejahteraan, social budaya, kriminalitas, dan wisata

3. kesehatan, gizi, biaya pendidikan, dan lingkungan tempat tinggal.

Berbeda dengan pendapatan-pendapatan di atas klasifikasi tigkat social

ekonomi yang dilakukan Warner dan kawan-kawan terdiri dari empat status

karakteristik indeks, yaitu:

1. pekerjaan

2. penghasilan (sumber income)

3. type rumah

4. wilayah tempat tinggal.

Berdasarkan beberpaa pendapat di atas benar apa yang dikemukakan

dan berdasarkan hasil analisis FX. Sudarsono bahwa pengukuran tingkat

social ekonomi sangatlah beragam sesuai dengan lingkungan, masyarakat atau

daerahnya serta indicator-indikator yang digunakan. Ini bukan saja di Amerika

di Indonesia personalnya tetap sama. Bagi masyarakat di kota penghasilan

perbulan tentu mendapat porsi yang dominant, sebab segala kebutuhan harian

mesti dibeli, tinggi rendahnya tingkat social ekonomi seseorang diukur dari

penghasilan perbulan. Tempat tinggal, harta yang dimiliki yang diizinkan

masyarakat, kesempatan rekreasi dan menggunakan waktu luang, fasilitas-

fasilitas lainnya, seluruh membutuhkan uang yang bersumber dari

penghasilan. Bagi masyarakat desa penghasilan perbulan (uang) tidak bisa

Page 29: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

menjadi ukuran. Tinggi rendahnya tingkat social ekonomi seseorang juga

ditemukan dengan harta benda yang dimiliki, luas tanah pertanian dan jumlah

binatang ternak, serta factor keturunan dan lain-lain. Sudarsono mengatakan,

berdasarkan indeks yang disusun Sewell selain menenyakan barang dan

fasilitas yang dimiliki, juga beribadah dan sekolah minggu. Dalam masyrakat

petani di desa pergi ke gereja dan mengikuti sekolah minggu di anggap

memberikan tambahan status sosial. Kalau di Indonesia tentu rajin ke masjid

shalat berjamaah dan aktifitas mengikuti pengajian.

Didalam penelitian sosial di Indonesia sampai saat ini biasanya

indikator yang digunakan terbatas pada

a. pendapatan

b. pekerjaan dan

c. pendidikan.

Bedasarkan pengalaman, Sudarsono mengajukan suatu pengukuran yang

kiranya dapat mengurangi kesalahan dan biasanya pengukuran. Secara garis

besarnya indikator ini dapat digolongkan kedalam kelompok:

a. Indikator objektif

Pengukuran yang yang bersifat objektif dalam arti dapat dinyatakan

dalam angka atau bersifat factual, termasuk dalam klasifikasi ini:

1. Pendidikan

2. Jenjang jabatan atau pekerjaan yang dinyatakan degan skor

3. Pendapatan (take hone pay) bagi yang bekerja dengan mendapatkan gaji

atau upah. Bagi yang lain disusikan dengan siklus perolehan hasil kerja,

seperti nelayan berbeda dengan petani

4. Pemilikan barang berharga yang langsung dapat dilihat oleh orang lain

diduga sebagai symbol atau pratanda status social termasuk barang atau

benda bergerak dan tidak bergerak serta pemeliharaan hewan atau binatang

yang bernilai ekonomi maupun menimbulkan adanya pengakuan dari

masyarakat sekitar atau dilingkungan.

b. Indikator subjektif

Pengukuran yang bersifat subjektif berupa pernyataan atau pegakuan

terhadap status oleh orang lain atau sekelilingnya sebagai akibat dimilikinya

Page 30: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

kewenangan atau power and authority serta pengaruhnya. Misalnya seseorang

diangkat menjadi pimpinan organisasi, lembaga, perusahaan maupun desa.

Dalam jabatan tersebut akan melekat adanya kekuasaan dan kewenangan

tertentu yang menyebabkan ia mampu memerintah atau menyuruh orang lain

yang menjadi bawahannya. Semakin tinggi jabatan maka kekuasaan

kewenangan akan semakin luas. Dengan jabatan tersebut ia akan dapat

mempengaruhi orang lain dan sekelilingnya, atau di akui adanya pengaruh

seseorang yang memiliki jabatan.

Sudarsono juga mengakui akan menimbulkan banyaknya kesulitan

dalam mengumpulkan data mengenai pemilikan barang-barang yang berharga,

benda-benda yang bergerak, masyarakat biasanya bersikap tertutup. Demikian

juga mengenai pengukuran yang berhubungan dengan indicator subjektif .

langkah yang paling tepat menurut pendapat Sudarsono adalah sesuai dengan

pendapat Zamroni. Zamroni mengatakan bahwa konsep status social ekonomi

mencakup tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, juga tingkat pendapatan.

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi dan Motivasi Belajar

Kata "motivasi" berasal dari kata motif yang berarti

sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang

menycbabkan organisme itu bertindak atau berbuat.19

Menurut

Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human

Behavior: Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam

suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke

suatu tujuan atau perangsang.20

Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam

dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada

19

Hartomo, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta; Bumi Aksara, 2001), cet ke-5, h. 331-332 20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.

Ke-16, h.60

Page 31: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan

sangat dirasakan atau mendesak.

Menururt Mc. Donald, motivasi mengandung tiga elemen

penting yaitu:

1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi

seseorang.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seseorang

siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang yang seharusnya

dikejakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Dengan kata

lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi

pada dirinya. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subjek belajar itu dapat tercapai.21

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam

hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk

belajar, siswa memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Macam-Macam Motivasi dan Fungsinya dalam Belajar

1. Macam-macam motivasi

21

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafido Persada,

2003), cet. Ke-10, h. 75

Page 32: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Jika dilihat dari dasar pembentukannya, motivasi itu

terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Motif-motif bawaan, yakni motif yang dibawa sejak

lahir, dan motivasi itu ada tanpa dipelajari misalnya :

dorongan untuk makan, minum, dan bekerja

b. Motif-motif yang dipelajari yakni motif-motif yang

timbul karena dipelajari, misalnya; dorongan untuk

belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Motif-motif ini

seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan

secara sosial. Dalam kegiatan belajar-mengajar, hal ini

dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.22

Sedangkan Woodworth membagi motivasi menjadi 3

golongan yaitu:

1. Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk

makan, minum.

2. Motif-motif darurat misalnya dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha.

3. Motif-motif objektif, misalnya kebutuhan melakukan

eksplorasi, motivasi menaruh minat.23

Meskipun dalam pengklasifikasian motivasi, Para ahli

berbeda pendapat, namun akhirnya mereka mempunyai

kesepakatan bahan motivasi itu dikelompokkan menjadi 2,

yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tanpa perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah

22 http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-

diferensiasi-dalam-masyarakat

23 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan h. 64

Page 33: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.24

Kemudian jika

dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan misalnya

kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik ini adalah keinginan mencapai tujuan yang

terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri. Dorongan

yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan, kebutuhan

yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik

dan berpengetahuan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

ber-fungsi karena adanya perangsang dari luar, sebagai contoh

seseorang itu belajar, karena besok paginya akan ujian dengan

harapan mendapat nilai yang baik sehingga akan dipuji oleh

pacarnya atau temannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut

dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar

yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Motivasi ini tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan

siswa dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-

komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang

menarik bagi siswa, sehingga diperlukan inotivasi ekstrinsik.

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi.

Makin tepat motivasi diberikan, akan berhasil pula

keberhasilan itu. Manurut S. Nasution, fungsi motivasi adalah :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi.

24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89

Page 34: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

b. Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang

hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.25

Adapun menurut A. Rohani, HM dan Abu Ahmadi

sebagai berikut:

a. Memberikan semangat dan mengaktifkan peserta didik agar

tetap berminat dan siaga.

b. Memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas

tertentu yang berkaitan dengan pencapaian tujuan belajar.

c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek

dan jangka panjang.26

Disamping itu motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi

yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan

tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar dan

Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah.

Menurut Wlodkowski faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain adalah :

1. Budaya

Latar belakang budaya yang menekankan pada

pentingnya keberhasilan dalam pendidikan akan menjadi

pendorong berhasilnya anak dalam pendidikan. Kebudayaan

Jepang misalnya, menempatkan keberhasilan pendidikan

sebagai nilai yang tinggi dan pendidikan anak merupakan prioritas utama.

2. Keluarga

Keluarga memberikan pengaruh penting terhadap

motivasi belajar anak, walaupun demikian pengaruh keluarga

terhadap motivasi anak bervariasi menurut tingkat sosial,

25

S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung : Temmars, 1986), cet ke-5, h.79 26

A. Rohani H.M dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka cipta,

1991), h. 11

Page 35: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

ekonomi dan latar belakang budaya. Orang tua dari golongan

sosial ekonomi menengah keatas cenderung lebih banyak memberikan rangsangan belajar bagi anak-anaknya.

Sedangkan orang tua dari golongan sosial ekonomi

kebawah cenderung untuk lebih memikirkan bagaimana

mereka memenuhi kebutuhan hidup sehingga kurang

memperhatikan kebutuhan belajar anak-anaknya. Namun

banyak pula orang tua yang berpenghasilan rendah memiliki

usaha-usaha untuk mendukung anak-anak mereka agar dapat

berhasil di sekolah dan banyak anak mereka yang prestasinya

tinggi. Mereka melakukan hal ini dalam rangka memperbaiki

taraf hidup keluarga agar tidak terus menerus hidup dalam

kemiskinan.

Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi rendahnya

kemampuan kognitif pada masanusia sekolah antara lain

adalah sikap orang tua yang tidak mendukung pendidikan, harapan orang tua yang rendah terhadap anak-anaknya dan

iklim intelektual yang kurang menyenangkan di rumah.27

3. Sekolah

Faktor sekolah dan guru juga memberikan pengaruh

terhadap motivasi siswa untuk belajar walaupun dalam banyak

kasus pengaruh mereka tidak sekuat pengaruh orang tua dalam

proses belajar. Selain itu guru juga diharapkan dapat

mendukung semua siswa dari berbagai latar belakang

kehidupan mereka agar dapat mengembangkan kemampuan

belajar mereka seoptimal mungkin. Siswa dengan latar

belakang miskin cenderung kurang mendapat perhatian dari

guru, karena memiliki penampilan yang kurang menarik,

kurang terbiasa dengan buku-buku dan aktivitas sekolah

sehingga guru dan siswa lain menduga bahwa siswa tersebut

tidak pandai.

4. Pribadi Siswa

27 Wolfolk and Anita E, h.116

Page 36: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Ciri-ciri siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh

dan menikmati setiap hal yang dilakukannya dalam proses belajar adalah :

a). Memiliki peringkat yang balk di kelas.

b). Menemukan sendiri bahwa proses belajar memberikan

kepuasan bagi dirinya.

c). Dapat mengatur dirinya dengan memiliki perencanaan

belajar yang baik.

d). Menyadari tanggung jawabnya dalam belajar dengan tidak

menyalahkan orang lain bila proses helajar tidak berjalan

dengan baik.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:

1). Memberikan angka

Angka dalam hal ini merupakan symbol dan kegiatan

belajarnya. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa

merupakan motivasi yang sangat kuat. Akan tetapi ada juga

bahkan banyak siswa yang belajar hanya ingin mengejar naik

kelas saja. Ini menunjukkan niat yang dimilikinya kurang

berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang

menginginkan angka baik.

2). Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi tetapi

tidaklah selalu demikian karena untuk suatu pekerjaan mungkin

tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak

berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

3). Saingan atau Kompetisi

Saingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong

belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar.

4). Ego Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar dapat

merasakan pentingnya tugas sehingga ia bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri merupakan salah satu bentuk

motivasi yang cukup penting.28

5). Memberikan Ulangan

28 Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar h. 90

Page 37: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Umumnya para siswa akan Iehih giat belajar kalau

mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi.

6). Mengetahui Hasil Pekerjaan.

7). Pujian, pujian merupakan bentuk reinforcement yang

positif dan sekaligus motivasi yang baik.

8). Hukuman, hukuman sebagai reiforcement yang negatif,

tetapi kalau diberikan secara tepat dan biak bisat menjadi alat motivasi.

9). Hasrat (ada maksud belajar).

10). Minat

11). Tujuan yang diakui, Rumusan tujuan yang diakui baik

oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat

penting karena menimbulkan gairah untuk terus belajar.29

4. Dampak Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi

Belajar Siswa.

Adanya perbedaan prestise dalam masyarakat tercermin

pada perbedaan gaya hidup, sebagaimana nampak dari

pernyataan Max Weber berikut ini :

. . . status honor is normally expressed by the fact that

above all else a specific style of life can be expected from all

those who wish to belong to the circle. Linked with this

expectation are restrictions on ’social’ intercourse.

Sejumlah ahli sosiologi berusaha meneliti bagaimana

perbedaan kelas sosial terwujud dalam perbedaan dalam

perilaku. Salah satu perbedaan peerilaku kelas di jumpai

dalam busana yang di pakai warga masyarakat kita di

perkotaan. Dalam berbusana baik laki-laki maupun perempuan

dari kelas sosial berbeda mempunyai kerangka acuan yang

berbeda pula. Kaum perempuan kita dari kalangan kelas atas

yang berbusana barat, misalnya, akan banyak yang cenderung

berbusana dengan mengacu pada karya perancang terkenal dari

Paris, New York, London, Tokyo atau Roma. Kaum

29Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 94

Page 38: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

perempuan dari kelas menengah kebawah akan lebih

cenderung memakai busana ciptaan perancang mode terkenal

dalam Negeri, sedangkan busana pilihan mereka yang berada

di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada desain yang

di tentukan para grosir pakaian jadi di pusat penjualan pakaian

seperti misalnya pasar Tanah Abang atau pasar Cipulir di

Jakarta.

Perbedaan gaya hidup ini tidak hanya di jumpai pada

herarki prestise, tetapi juga pada herarki kekusaan. Kita

melihat bahwa setiap kelas sosial pun menampilkangaya hidup

yang khas.Ogburn dan Nimkoff menyajikan suatu sketsa dari

majalah life yang menggambarkan bahwa lapisan bawah (low-

brow, menengah bawah (lower middle-brow), menengah atas

(hight class),masing-masing mempunyai khas dalam hal

pakaian, perlengkapan rumah tangga, hiburan, makanan,

minuman, bacaan, senirupa, rekaman musik, permainan dan

kegiatan.

Dalam kaitan dengan perbedan antar kelas ini para ahli

sosiologi sering berbicara mengenai simbol status (status

symbol), yaitu simbol yang menandakan status dalam

masyarakat. Dari pandangan Berger bahwa orang senantiasa

memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah di raihnya

dengan memakai berbagai simbol kita dapat menyimpulkan

bahwa simbol status berfungsi untuk memberitahu status yang

diduduki seseorang. Salah satu di antaranya, misalnya ialah

cara menyapa.

Perbedaan status tidak hanya di lihat dari cara menyapa,

cara berbahasa dan cara bergaya. Dalam interaksi antara orang

yang statusnya berbeda, perbedaan status ini dapat di lihat

pula dari pola komunikasi nonverbal yang terjadi, seperti

kebisaan melipat kedua tangan di depan badan, menundukkan

badan atau kepala oleh seseorang ketika berbicara dengan

orang yang berstatus lebih tinggi, penyebutan gelar, pangkat

Page 39: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

atau jabatan pun memberikan petunjuk mengenai status

seseorang dalam masyarakat, baik yang di peroleh dengan sendirinya maupun di raih melalui usaha.30

Dari segi pembentukan keluarga, kemiskinan

merupakan salah satu rintangan besar bagi para pemuda-

pemudi untuk melangsungkan perkawinan, disamping

dipenuhinya berbagai syarat seperti mahar, nafkah, dan

kemandirian ekonomi.31

Sebab itulah Al-Qur'an menasehati

mereka yang menghadapi kesulitan itu agar menjaga diri dan

bersabar sampai kekuatan ekonominya memungkinkan. Dari

segi pendidikan, keluarga yang lemah ekonomi dapat

menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan

seperti biaya kurang dapat dipenuhi serta suasana rumah

menjadi suram dan gairah belajar menjadi berkurang.

B. Kerangka Berfikir

1. Siswa Yang Berekonomi Tinggi

Peranan keluarga khususnya orang tua akan sangat

menentukan besarnya pengaruh proses pendidikan anak di

lingkungan keluarga, dan pada akhirya akan mempengaruhi hasil

belajar anak di sekolah. Tingkat kesadaran dari orang tua untuk

mendorong anaknya supaya belajar dirumah sangat besar dengan

faktor ekonomi mereka yang tinggi, bahkan orang tua

beranggapan bahwa pendidikan anaknya adalah tidak hanya

semata-mata tanggung jawab sekolah saja melainkan tanggung

jawab orang tua.

Sementara data menunjukkan bahwa prestasi belajar anak

di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang biasanya

dikelompokkan menjadi faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan

individu anak. Penelitian-penelitian yang pernah di lakukan, baik

30 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fak.Ekonomi UI, 2000) Cet ke-2,

h.97-100

Page 40: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

di negara-negara maju maupun di negara berkembang

menunjukkan bahwa pada umumnya faktor keluarga mempunyai

faktor yang dominan terhadap prestasi belajar yang di capai oleh

siswa. Pengaruh perbedaan ekonomi keluarga tersebut sangat

berpengaruh kemajuan siswa di sekolah. Misalnya, adanya

kesulitan belajar, dengan menurunnya motivasi belajar anak

sehingga banyak yang tinggal kelas dan bahkan putus

sekolah.sebaliknya adanya kemudahan untuk belajar dengan

sarana dan prasarana yang mereka miliki sehingga anak

termotivasi untuk belajar di rumah dan tidak tinggal kelas.

Pendidikan akan dapat berlangsung dengan baik apabila

diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang cukup, dimana

dalam proses pendidikan masalah biaya akan dapat mempengaruhi

motivasi anak untuk belajar dan melanjutkan pendidikannya

ketingkat yang lebih tinggi.

Pada umumnya orang tua yang berstatus sosial tinggi

mempunyai cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-

anaknya.

2. Siswa Yang Berekonomi Rendah

Kurangnya kemauan akan arti pentingnya pendidikan,

terutama terjadi pada kelompok masyarakat ekonomi menengah

kebawah. Hal ini dapat dipahami karena sebagian kelompok ini

mengutamakan usaha-usaha untuk mempertahankan hidup guna

memenuhi kebutuhan dasar ketimbang memikirkan pendidikan.

Prestasi belajar yang baik merupakaa faktor penunjang

keberhasilan seseorang untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya.

Dan prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana

motivasi belajar termasuk salah satu faktor internal dan keluarga

merupakan salah satu faktor eksternal. Jika keduanya saling

mendukung maka prestasi belajarpun akan tinggi. Latar belakang

keluarga siswa yang lemah ekonomi mungkin menjadi penyebab

Page 41: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

rendahnya tingkat motivasi dan kecerdasan mereka. Karena

memang motivasi belajar itu dipengaruhi oleh aspek budaya,

keluarga, sekolah, dan pribadi siswa itu sendiri. Motivasi belajar

akan berkembang secara optimal jika keempat sistem itu

berkembang secara harmonis. Akan tetapi ada aspek lain yang

juga mempengaruhi motivasi belajar yaitu sikap orang tua dalam

menyikapi permasalahan ekonomi keluarga juga akan menghambat

berkembangnya motivasi anak untuk belajar. Disamping itu

kurangnya penerimaan dari guru, sekolah dan teman-teman sebaya

juga menyebabkan anak memandang sekolah sebagai hal yang

tidak menyenangkan.

Siswa yang lemah ekonomi akan terancam gagal dalam

menyelesaikan pendidikan mereka dengan keterampilan yang

seharusnya mereka miliki untuk dapat bertahan hidup di

lingkungan masyarakat yang lebih modern. Namun mereka akan

tetap berhasil jika memiliki motivasi belajar yang tinggi, olch

karena itu perlu usaha-usaha sejak dini untuk menumbuhkan

motivasi belajarnya.

C. Perumusan Hipotesis

Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan

mengajukan hipotesa sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat motivasi

belajar siswa yang orang tuanya mampu dengan siswa yang orang

tuanya miskin.

Ha : Tingkat motivasi belajar siswa yang orang tuanya berekonomi

mampu lebih tinggi dari tingkat motivasi belajar siswa yang orang

tuanya miskin

Page 42: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti :

1. bagaimana status sosial keluarga siswa di SDN Kampung Utan I Ciputat

Tangerang ?

2. bagaimana motivasi belajar siswa di SDN Kampung Utan I Ciputat

Tangerang ?

3. bagaimana pengaruh status sosial keluarga dengan motivasi belajar di

SDN Kampung Utan I Ciputat Tangerang ?

B. Tempat dan Waktu Tujuan

Penelitian ini di laksanakan di SDN Kampung Utan I Ciputat

Tangerang. Adapun waktu yang di perlukan dalam penelitian ini adalah mulai

dari bulan April sampai bulan Mei 2009.

C. Metode dan Variabel penelitian

Adapun metode penelitian yang gunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif dan metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis

komparasional. Yaitu membandingkan motinasi belajar siswa berdasarkan

tingkat ekonomi siswa.

Adapun yang di maksud dengan variabel bebas/independen adalah

kondisi-kondisi atau karakterisrik yang menerangkan hubungannya dengan

fenomena yang diobservasi. Karena fungsi variabel ini sering di sebut variabel

pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas

berpengaruh terhadap variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel

bebasnya adalah kemiskinan (lemahnya) ekonomi orang tua32.

Kemiskinan orang tua diidentifikasikan secara operasional sebagai

kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

32

Cholid Marbuko dan Abu Ahmadi, metodologi penenelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

1997), Cet. I, h. 119

37

Page 43: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Indikator kemiskinan orang tua meliputi : jenis pekerjaan orang tua, latar

belakang pendidikan orang tua, pemenuhan kebutuhan gizi, pemenuhan biaya

dan fasilitas belajar anak.

Sedangkan yang di maksud variabel terikat/dependen adalah kondisi

atau karakteristik yang berubah ketika penelitian mengintroduksi

pengubah/pengganti variabel bebas.menurut fungsinya variabel ini di

pengaruhi oleh variabel lain, maka sering di sebut juga variabel terpengaruh.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar anak.

Motivasi belajar siswa didefenisikan sebagai suatu perubahan

sinergi yang ada pada diri siswa sehingga dengan perasaan dan emosi, siswa

kemudian bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.

Indikator motivasi belajar meliputi: perhatian terhadap pelajaran, semangat

belajar dan keaktifan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.33 Pada penelitian ini

yang menjadi populasi adalah seluruh siswa yang orang tuanya berekonomi

lemah dan siswa yang orang tuanya berekonomi mampu. Sampel adalah

sebagai contoh atau wakil dari populasi yang diteliti.

Pada penelitian ini, penulis megambil sampel secara urporsive

sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan ciri-ciri khusus yang telah di

tentukan.34 Yaitu siswa yang memiliki kriteria berasal dari keluarga mampu

dan siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Pada penelitian ini yang

menjadi sampel adalah 40 orang siswa yang di bagi menjadi dua kategori

kelompok : pertama kelompok eksperimen (siswa yang berekonomi tinggi)

berjumlah 20 orang, dan kedua, kelompok kontrol (siswa yang berekonomi

rendah) berjuklah 20 orang.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menempuh

teknik dengan menggunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet,XII, h.108 34 Ibid, h. 109

Page 44: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Yaitu mrengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap kndisi SD yang di teliti

2. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru BP untuk

memperoleh keterangan atau data tentang hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan tehnik ini adalah unutk

mengetahui usaha-usaha sekolah dalam meninglatkan motivasi belajar sisw

yang berlatar belakang lemah ekonomi (miskin).

3. Angket

Merupakan suatu pengumpul imformasi dengan cara menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis untuk di jawab secara tertulis oleh responde.35

Dngan angket yang disebarkan tersebut, akan memudahkan penulis

medapatkan data yang representative sehubungan dengan masalah yang

diteliti.

F. Tehnik Pengelolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengelolahan Data

Untuk mengolah data-data yang telah terkumpul dalam penelitian ini,

penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali di lakukan adalah

melakukan edit sehingga hanya data yang terpakai saja yang ada. Langkah

editing ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapid an langsung

mengadkan lebih lanjut.

b. Skoring

Selanjutnya memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang

terdapat dalam anket. Dalam pemberian skor ini penulis mempehatikan

jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir

pertanyaan yang tidak layak diberikan skor.

Cara menjumlahkan skor angket pada variabel kemiskinan ekonomi

orang tua dengan memberikan bobot nilai sbagai berikut:

35 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 181

Page 45: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

1) Alternatif jawaban “A” mempunyai bobot nilai 4

2) Alternatif jawaban”B” mempunyai bobot nilai 3

3) Alternatif jawaban “C” mempunyai bobot nilai 2

4) Alternatif jawaban”D” mempunyai bobot nilai 1

Sedangkan untuk variable motivasi di berikan bobot nilai sebagai

berikut :

1) Alternatif jawaban “Sangat Setuju” mempunyai bobot nilai 4

2) Alternatif jawaban “Setuju” mempunyai bobot nilai 3

3) Alternatif jawaban “Tidak Setuju” mempunyai bobot nilai 2

4) Alternatif jawaban “Sangat Tidak Setuju” mempunyai bobot nilai 1

Seluruh bobot nilai di atas berlaku unutk pertranyaan dan pertanyaan

yang bersifat positif, sedangkan pertanyaan dan pertanyaan yang

bersifat negative bobot nilai di atas menjadi kebalikannya.

c. Tabulating

Yaitu mentabulating data jawaban yang telah diberikan ke dalam tabel,

selanjutnya di nyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.

2. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Untuk menganalisa antara

variabel bebas dan variabel terikat, penulis menggunakan rumus product

moment.36

rxy = ( )( )

( ) ( ) ]][[2222

YYNXXN

YXYN

∑−∑∑−∑

∑∑−∑

ket :

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y

∑X : Jumlah seluruh skor X

36

Anas Sdijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

h.278

Page 46: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

N : Number of Cases

Page 47: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

BAB IV

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum SDN I kampung utan

1. latar belakang atau sejarah berdirinya

Pada umumnya di desa Kampung Utan belum banyak lembaga-

lembaga pendidikan. Di tengah-tengah kebutuhan masyarakat akan

pendidikan, maka masyarakat mengajukan permohonan kepada

pemerintah untuk mendirikan lembaga formal dengan tujuan

mengentaskan kebodohan dan meningkatkan sumber daya manusia

(SDM), agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan

Negara.

Sebelum SDN Kampung Utan 1 berdiri, telah ada lembaga pendidikan

lain khususnya madrasyah Ibtidaiyah (MI), namun di sisi lain masyarakat

kampung utan mengharapkan anak mereka bersekolah disekolah umum.

Oleh sebab itu, pada tahun 1973 – 1974 Bapak Lurah Hasan membangun

SDN Kampug Utan 1 yang saat itu masih menumpang disalah satu

madrasyah Kampug Utan 1.

Kemudian pada tahun 1975-1976 H. Hasan mendapat INPRES untuk

mendirikan gedung sekolah sendiri yang pertama kali di bangun 8 lokal, 1

lokal ruang kepala sekolah, 1 lokal ruang guru, dan lainnya untuk ruang

belajar siswa. Maka resmilah pada tahun 1975-1976 SDN Kampung Utan

1 berdiri.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 seiring dengan

berjalannya waktu masyarakat semakin mempercayai sekolah dasar

tersebut. Jumlah siswanya dari tahun ketahun semakin meningkat.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 berdiri pada tahun

1976, sebagai kepala sekolah Bapak H. Zaman sampai tahun 1987. pada

tahun 1987 sekolah dibagi menjadi dua, karena siswanya mencapai kurang

lebih 600 siswa. Pada tahun 1987-1992 kepala Sekolah Dasar Negeri

42

Page 48: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

(SDN) Kampung Utan I adalah Bapak Endang Supriatno, sedangkan

kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan II adalah Bapak

Hasanudin. Pada tahun 1992-2001 adalah Ibu Salamah Rahmah, tahun

2001-2007 Bapak H. Umar Dani dan pada tahun 2008 kepala Sekolah

Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 adalah Ibu Endang Kurniasih

sampai sekarang.

Dari tahun 1976-2004 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1

masih berdiri kokoh dengan mengemban misi khusus yaitu “Meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemajuan ilmu pengetahuan”.

Dengan sejarah singkat mengenai berdirinya Sekolah Dasar Negeri

(SDN) Kampung Utan 1 yang saya obserpasi pada tanggal 18-22 Mei

2009.

Page 49: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

2. Struktur Organisasi

Tabel 137

Struktur Organisasi

Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan I

Pengawas Kepala Sekolah Komite

E. Junaedi

Endang Kurniasih

Abdul Kohar

GURU KELAS

Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V Kls VI

Hj. Etty N Saenih S.Ag Supartina Wartini Ir. Rahayu Sri Mulyani

GURU BIDANG STUDI

Agama Olahraga Komp/KTK Bhs. Inggris Bhs. Sunda Pramuka

Uus Husna Wahyudi S.sos Syamsiah/Yopi Endang SN.sos Endang SN.sos M. Supardi S.Pd

3. Visi dan Misi

37Sumber data, Buku Induk SDN Kampung Utan I.

Bendahara

Hj. Etty N

Siswa

Penjaga.

Page 50: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

a. Visi

unggulan dalam mata pelajaran matematika di kecamatan Ciputat

Timur pada Tahun 2013

b. Misi SDN I Kampung Utang

a) Meningkatkan kompetensi guru dalam mata pelajaran

Matematika

b) Menambah jumlah jam mata pelajaran Matematika

c) Melengkapi sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar

mengajar.

d) Mengoptimalkan penggunaan lingkungan sebagai sumber

belajar dalam roses kegiatan belajar mengajar.

e) Meberikan manajemen / administrasi sekolah.

f) Mengadakan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah SWT, melalui pembelejaran Agama, ceramah/kultum.

g) Mengembangkan petonsi, minat dan bakat peserta didik agar

memiliki daya saing yang tinggi, terampil, produktif, disipin

dan mandiri.

4. Keadaan guru dan murid

Adapun jumlah dewan guru yang ada di SDN I kampung utan

berjumlah 14 orang, yang terdiri dari guru laki-laki sebanyak 5 orang, guru

perempuan 8 orang ditambah 1 kepala sekolah dan 1 orang penjaga

sekolah. Selama satu minggu mereka mengajar sebanyak 24 jam pelajaran.

Untuk lebih jelasnya lihat keterangan atau data guru yang ada pada table

kepegawian di bawah ini :

Page 51: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Tabel 2

Data Kepegawaian/Guru

Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan I

No Nama L/p Guru Kls Ijazah

tertinggi &

Tahun

Ijazah

Pangkatdan

Golongan

Jabatan Mulai kerja di

sekolah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

12

13

14

15

E. Kurniasih

Sri Mulyani

Wartini

Supartina

Hj. Etty N

Rahayu P

Saenih

Wahyudin

M. Yoppy

Syamsiah

Endang Sri. N

M. Supardi

Maman

Uus Husna

P

P

P

P

P

P

P

L

L

P

P

L

L

L

V

IV

III

I

V

I/VI

I/VI

I/VI

I/VI

I/VI

I/VI

-

I/VI

D2 1995

D2 1995

D2 2002

D2 2002

D2 1995

S1 1988

S1 2001

S1 2003

S1 2008

PGA 1977

S1 2005

S1 2005

SMA 1995

S1 2008

IV A

IV A

IV A

IV A

IV A

III A

-

-

-

-

-

-

-

-

Kepsek

Guru kelas

Guru kelas

Guru kelas

Guru kelas

Guru kelas

Guru kelas

Guru OR

Guru TIK

Guru Kes

Guru basing

Guru Pram

Penjaga

Guru Agama

23-11-2001

10-07 -1984

01-07-2005

01-10-1984

01-10-1981

02-01-2008

01-06-2003

03-08-2002

07-06-2007

02-01-2001

22-07-2003

01-04-2003

12-05-1990

14-07-2008

Page 52: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Tabel 3

Data Keadaan Siswa SDN I Kampung Utan

No. Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki perempuan

1 1 28 24 52

2 2 22 19 41

3 3 28 9 37

4 4 14 13 27

5 5 12 15 27

6 6 12 20 32

Jumlah 216

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang di miliki oleh SDN I kampung utan cukup

lengkap dan sangat mendukung kelancaran belajar mengajar yang lebih

baik. Kelengkapan sarana dan prasarana yang di miliki akan

mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusanya.

Adapun sarana prasarana yang tersedia dapat di hat pada table di

bawah ini :

Tabel 4

Data Sarana dan Prasarana SDN I Kampung Utan

No. Keerangan Jumlah

1 Ruang kepala sekolah 1

2 Ruang guru 1

3 Ruang computer 1

4 Ruang perpustakaan 1

Page 53: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

5 Ruang ibadah 1

6 Ruang UKS 1

7 Ruang penjaga 1

8 Ruang kelas 5

9 Ruang TU 1

10 Kamar kecil 2

B. Deskripsi Data

Penelitian ini berjudul Status sosial keluarga terhadap motivasi belajar

siswa di SDN Kampung Utan I. yang terdiri dari variable X dan variable

Y.

1. Deskripsi Data Variable X

Data yang diperoleh penulis adalah meliputi dua hal karena penelitian

ini mengungkapkan hubungan antara dua hal yaitu Status sosial keluarga (

Variabel x ) dan motivasi belajar siswa ( Variabel y ).

Setelah di peroleh data berdasarkan hasil angket tersebut kemudian di

deskripsikan dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah

data dari instrument pengumpul data (angket) menjadi tabel-tabel angka,

seperti dapat di lihat berikut ini :

Untuk mengetahui bagaimana status sosial keluarga maka di gunakan

rentangan untuk variable X dengan responden pada kriteria atau ketentuan

sebagai berikut :

Untuk Variabel X ( Status Sosial Keluarga), yaitu :

Skor Kriteria Nilai

a) 24 – 17 Tinggi

b) 16 – 9 Sedang

c) 1 – 8 Rendah

Untuk ketentuan di atas maka dengan demikian di hasilkan data status

social ,keluarga ( Variabel X)

Page 54: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Tabel 5

Daftar Vaiabel X (Status Sosial Keluarga)

No Responden Skor Variabel X Kriteria

1 RW 10 Sedang

2 OS 9 Sedang

3 SY 6 Rendah

4 EP 10 Sedang

5 GF 9 Sedang

6 WD 12 Sedang

7 SF 8 Rendah

8 DW 8 Rendah

9 NR 17 Rendah

10 SK 7 Rendah

11 UN 6 Rendah

12 SH 8 Rendah

13 BN 8 Rendah

14 VW 8 Rendah

15 AR 9 Sedang

16 SP 11 Sedang

17 SK 12 Sedang

18 AG 13 Sedang

19 AK 13 Sedang

20 HR 12 Sedang

21 AM 12 Sedang

22 RK 9 Sedang

23 LO 7 Rendah

24 IW 20 Tinggi

25 AS 15 Sedang

26 DH 13 Sedang

27 DR 13 Sedang

Page 55: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

28 NA 5 Rendah

29 MK 5 Rendah

30 LN 14 Sedang

31 RI 14 Sedang

32 RS 14 Sedang

33 PA 11 Rendah

34 SH 13 Sedang

35 EP 7 Rendah

36 MW 8 Rendah

37 IS 7 Rendah

38 LA 7 Rendah

39 DW 12 Sedang

40 NA 21 Tinggi

N= 40 X = 423

Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga

Kriteria nilai Banyaknya Presentase

Tinggi 2 5

Sedang 21 52.5

Rendah 17 42.5

Total 40 100

Dari keterangan tabel di atas menunjukkan status sosial keluarga tinggi

sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% dan yang menunjukkan status sosial

keluarga sedang sebanyak 21 siswa dengan persentase 52.5%.

Adapun tentang status sosial keluarga rendah sebanyak 17 siswa dengan

persentase 42.5%.

Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata nilai (mean) tentang

bimbingan orang tua maka di gunakan rumus sebagai berikut :

Mx = ∑fx = 432

N 40

Page 56: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

= 10.8

dengan skor rata-rata yang dihasilkan adalah 10,8, maka berarti rata-rata siswa

menyatakan bahwa bimbingan orangtua terhadap siswa adalah sedang

2. Deskripsi Data Variable Y

Adapun untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa maka

digunakan rentangan untuk variabel Y dengan berpedoman pada kriteria atau

ketentuan sebagai berikut, yaitu :

Untuk Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Skor Kriteria Nilai

a. 120 – 103 Sangat Tinggi

b. 102 – 85 Tinggi

c. 84 – 67 Sedang

d. 66 – 49 Rendah

e. 48 —30 Sangat Rendah

Tabel 6

No Responden Skor Variabel Y Kriteria

1 RW 95 Tinggi

2 OS 86 Tinggi

3 SY 91 Tinggi

4 EP 94 Tinggi

5 GF 87 Tinggi

6 WD 92 Tinggi

7 SF 95 Tinggi

8 DW 87 Tinggi

9 NR 95 Tinggi

10 SK 98 Tinggi

11 UN 95 Tinggi

12 SH 95 Tinggi

Page 57: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

13 BN 94 Tinggi

14 VW 84 Sedang

15 AR 92 Tinggi

16 SP 95 Tinggi

17 SK 91 Tinggi

18 AG 96 Tinggi

19 AK 120 Sangat tinggi

20 HR 91 Tinggi

21 AM 81 Sedang

22 RK 92 Tinggi

23 LO 89 Tinggi

24 IW 91 Tinggi

25 AS 97 Tinggi

26 DH 94 Tinggi

27 DR 100 Tinggi

28 NA 88 Tinggi

29 MK 86 Tinggi

30 LN 99 Tinggi

31 RI 94 Tinggi

32 RS 92 Tinggi

33 PA 98 Tinggi

34 SH 99 Tinggi

35 EP 98 Tinggi

36 MW 92 Tinggi

37 IS 80 Sedang

38 LA 95 Tinggi

39 DW 96 Tinggi

40 NA 97 Tinggi

N= 40 Y = 3731

Tabel 7

Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga

Page 58: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Kriteria nilai Banyaknya Presentase

Sangat tinggi 1 2.5

Tinggi 36 90

Sedang 3 7.5

Rendah 0 0

Sangat rendah 0 0

Total 40 100

Dari keterangan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

motivasi yang sangat tinggi untuk belajar sebanyak 1 orang dengan persentase

2.5 %,dan siswa yang memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 36 siswa

dengan persentase 90 % , dan untuk siswa yang memilki motivasi belajar yang

sedang sebanyak 3 orang dengan presentase 7.5%.

Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) variabel y yaitu

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

My = ∑ f y = 3731

N 40

= 93,27

Dengan nilai rata-rata yang dihasilkan adalah 93,27, maka ini berarti rata

rata siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.

Data yang diperoleh penulis adalah meliputi dua hal karena penelitian

ini mengungkapkan hubungan abtara dua hal yaitu hubungan ekonoi

keluarga ( Variable x ) dan motivasi belajar siswa ( Variabel y ).

Setelah data-data di kumpulkan melalui intrumen data yang di gunakan

yaitu angket yang telah di berikan kepada 40 orang siswa yang terdiri dari kelas

V dan kelas VI, maka untuk selanjutnya data tersebut dideskripsikan dan di

analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Adapun data sample penelitian

yang di ambil untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Page 59: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Tabel 8

Daftar sampel penelitian

Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

V 8 15 23

VI 7 10 17

Total 15 25 40

Sebelum mengetahui hasil data antara variable x dan variabel y, maka kita

lihat terlebih dahulu mengenai hasil data dari indikator atau aspek setiap

pernyataan yang di jawab oleh respondenuntuk mengetahiu berapa besar

presentase setiap alternative dari pernyataan yang ada.

C. Analisis data

data yang telah di deskripsikan di atas, baik data mengenai hubungan

ekonomi keluarga (variable x) maupun data tenang motivasi belajar

(variable y), maka untuk selanjutnya data tersebut di analisis dan

diinterprestasikan untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Adapun analisi ang di gunakan untuk mengetahui bagaimana

hubungan ekonomi keluarga dan motivasi belajar, maka di gunakan skor

untuk variable x dan variable y dengan criteria ketentuan sebagai berikut :

Cx’ =

= 22

40

= 0,55

∑N

fy

Page 60: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Cy’ =

= 11

40

= 0,28

SDx’ = i ∑ fx’2

_ ∑fx’2

N N

= 1 78 _ 0,552

40 40

= 1 1,95 – 0,302

= 1 1,65

= 1,28

SDy’ = i ∑ fy’

2 _ ∑fy’2

N N

= 1 65

_ 0,28 2

40 40

= 1 1,62 – 0,08

= 1 1,54

= 1,22

r xy = ∑x’y’ _ ( Cx’ ) (Cy’)

N

∑ fy’ N

Page 61: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

( SDx’) (SDy’)

= 65 _ (0,55) (0,28)

40

(1,28) (1,22)

= 1,625-0,154

1,56

= 1,47

1,56

= 0,94

D. Interprestasi data

Berdasarkan perhitungan di atas, di peroleh nilai koefisien penelitian

tentang status social ekonomi dengan motivasi belajar siswa sebesar rxy

0.94.

Dalam buku “statistik pendidikan” yang di kemukakananas sudjiono tentang

tingkat koefisien korelasi “r”.

Dengan mengadakan perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa

hubungan antara sosial dengan motivasi belajar siswa berada pada tingkat

hubungan yang sama. Karena angka indeks korelasi product moment rxy =

0,94

Untuk melihat hubungan antara dua variabel, maka penulis

merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa (Ho). Adapun hipotesa

itu adalah :

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga

dengan motivasi belajar mereka.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga

dengan motivasi belajar siswa.

Selanjutnya untuk menguji kedua hipotesa di atas, perlu dibuktikan

dengan cara membandingkan (r) dengan terlebih dahulu melihat derajat

bebasnya (db) atau Degree of Fredom yang dirumuskan sebagai berikut :

df = N - nr

Page 62: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Keterangan : df : Degree of Fredom (Derajat Bebas)

N : Jumlah responden

nr : Banyak variabel yang dikorelasikan

Dengan diperoleh df, maka dapat dicari besarnya “r” yang

tercantum dalam tabel nilai “r” product moment, baik taraf signifikan 5%

maupun pada taraf signifikan 1%.

Mencari df atau db dengan rumus df = N – nr, dimana jumlah (N) =

40 dan variabel yang dikorelasikan adalah 2 maka df = 40 – 2 = 38 setelah

diketahui df = 38 dengan melihat tabel nilai “r” product moment maka

dapat diketahui bahwa dengan df = 38 pada taraf signifikan 5% diperoleh

“r” product momentnya sebesar 0,168 , sedangkan pada taraf signifikan

1% diperoleh product moment sebesar 0,242. Ternyata rxy yang sebesar

0,94 jumlahnya jauh lebih besar daripada r tabel pada taraf signifikan 5%,

maka dengan demikian hipotesa alternatif yang menyatakan adanya

korelasi yang signifikan antara status sosial ekonomi keluarga dengan

motivasi belajarnya dapat diterima, sementara Ho nya ditolak.

Kesimpulan yang dapat penulis tarik ialah, tinggi rendahnya

motivasi belajar siswa kuat hubungannya dengan positif-kurang positifnya

status sosial ekonomi keluarga, jadi kurang positif status sosial ekonomi

keluarga akan rendah pula motivasi belajarn siswa.

Setelah rxy diketahui jumlahnya sebesar 0,94 %, jadi untuk

mengetahui berapa besar pengaruh variabel x terhadap variabel y maka,

dapat dibuktikan melalui perhitungan koefisien determinasi (D) dengan

rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

= (0,94)2 x 100%

= 0,88 x 100%

= 88%

Page 63: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Dengan demikian motivasi belajar siswa SDN Jombang III Ciputat

dipengaruhi + 88 % oleh kepribadian guru pendidikan agama Islam, dan

sisanya 12% dipengaruhi oleh variabel lain.

E. Ulasan

Dari hasil penelitan di atas, data-data yang di peroleh adalah melalui

angket yang penulis sebarkan pada siswa-siswi SDN I Kampung Utan

yang berjumlah 40 orang dari kelas Vdan kelas VI dengan ketentuan 20

orang dar kelas V dan 20 orang dari kelas VI.

Sebagaimana telah penulis uraikan, bahwa status sosial ekonomi kuat

hubungannya dengan motivasi belajar mereka. Dengan melihat dari nilai

koefisien yang di peroleh sebesar rxy = 0,94.

Dengan demikian status ekonomi keluarga sangat besar pengaruhnya

terhadap motivasi belajar siswanya, oleh karena itu,orang tua yang

mengalami status ekonomi rendah supaya lebih sering memberikan

dukungan atau dorongan yang besar kepada anak-anak agar mempunyai

motivasi yag besar dalam belajar dan bisa mendapatkan nilai yang tidak

jauh berbeda dengan anak yang berstatus ekonomi tinggi.

Untuk dewan guru yang meberikan materi kepada anak di kelas,

supaya tidak membeda-bedakan kasih sayang, perhatian dan bimbingan

antara siswa yang satu dengan yang lain, agar tidak terjadi kesenjangan

antara siswa dan guru.

Dari uraian di atas dapat di ketahui dan di pahami, bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga terhadap

motivasi beajar siswa di SDN I Kampung Utan.

Page 64: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi, analisa dan interprestasi data yang telah di uraikan

pada bab sebelumnya, data penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan

skripsi ini dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Status sosial keluarga yang terdapat di SDN Kampung Utan I yaitu

sedang, ini dapat di lihat dari jawaban angket status sosial keluarga

yang tinggi sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% dan yang

menunjukkan status sosial keluarga sedang sebanyak 21 siswa dengan

persentase 52.5%. Adapun tentang status sosial keluarga rendah

sebanyak 17 siswa dengan persentase 42.5%.

2. Motivasi belajar siswa di SDN kampung Utan I yaitu tinggi, karena

dapat di lihat dari jawaban angket, telah menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk belajar sebanyak 1

orang dengan persentase 2.5 %,dan siswa yang memiliki motivasi

yang tinggi sebanyak 36 siswa dengan persentase 90 % , dan untuk

siswa yang memilki motivasi belajar yang sedang sebanyak 3 orang

dengan presentase 7.5%.

3. Hubungan antara status sosial keluarga terhadap motivasi belajat siswa

di SDN Kampung Utan I yaitu tinggi/kuat atau dapat di katakan bahwa

hubungan antara status sosial keluarga dengan motivasi belajar siswa

terdapat hubungan yang kuat.

B. Saran-saran

Berdasarkan penelitan yang penulis lakukan,maka penulis mempunyai

harapan dan mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait

untuk dapat di indahkan antara lain :

60

Page 65: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

1. Hendaknya pemerintah maupun swasta, dapat meningkatkan bantuan

kepada siswa yang membutuhkan dan memberikan pemerataan

kemakmuran kepada masyarakat yang kurang mampu.

2. Kepada orang tua siswa,di harapkan dapat memenuhi fasilitas belajar

untuk anak-anaknya sesuai dengan kemampuan, karena dengan

tersedianya fasilitas belajar akan memberikan motivasi yang besar

pada anak untuk memacu semangat belajar.

3. Bagi siswa yang berlatar belakang kurang mampu/sosial ekomi rendah,

diharapkan tidak mempunyai perasaan minder sama teman yang

ekonomi nya lebih tinggi dan selalu memiliki motivasi yang tinggi

dalam belajar.

4. Untuk guru, hendaknya memiliki sikap penuh kasih sayang perhatian

dan bertanggung jawab yang besar terhadap murid baik yang berstatus

ekonomi rendah atau tinggi, dan hendaknya dapat memotivasi murid-

muridnya agar berprestasi lebih baik lagi.

5. Antara pihak sekolah dan orang tua di harapkan bisa menjaga

hubungan yang lebih baik lagi agar tercipta komunikasi yang lancar

anarata kedua belah pihak.

Page 66: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan A. Rohani H.M , Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka

cipta, 1991), h. 11

Abu Ahmadi dan Cholid Marbuko, metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

1997)

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI

Anita Woolfolk and, Educational Psychology, (Jakarta: Ally and Bacon, 1993)

Arikunto Suharsimi , Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Idonesia, (Bank Dunia 2006)

Harian Umum Republika, Tinjau Kembali Pengentasan Kemiskinan

Hartomo, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta; Bumi Aksara, 2001)

Hurloak Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1995)

Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Nasution S, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung : Temmars, 1986)

Noor Arifin, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999)

Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997)

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)

Qardhawi Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1999)

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003)

Sdijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004)

Soekanto Soerjono, Memperkenal Sosiologi, (Jakarta : Rajawali Press, 1998)

Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, (Yogyakarta : BPFE,

1982)

Sunarto Kamano,Pengantar Sosiologi (Jakarta:Fak.Ekonmi UI,2000)

Suparlan Parsudi, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1995)

Suyono, Haryono Memotong Rantai Kemiskinan, (Jakarta : Penerit Yayasan

Damandiri, 2003)

Page 67: Nurwahidah 204011003184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA …

Undang-undang tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004,

(Jakarta: Tamita Utama, 2004)

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996)