nurwahidah 204011003184 jurusan pendidikan agama …
TRANSCRIPT
STATUS SOSIAL KELUARGA
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI
SDN KAMPUNG UTAN I
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh :
Nurwahidah
204011003184
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “STATUS SOSIAL KELURGA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA SDN KAMPUNG UTAN I” dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana status sosial keluarga antara motivasi belajar siswa yang
ada di SDN I Kampung Utan.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. penelitian
korelasi anatara dua variabel yg merupakan variabel bebas dan variabel terikat.
Populasinya adalah siswa kelas V dan kelas VI yang semuanya di ambil sebanyak
40 orang. 20 dari kelas V dan 20 dari kelas VI.
Adapun tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik random
sampling (acak). Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi dan angket, yang mana data yang di peroleh kemudian di analisis.
Penelitian kuantitatif ini, dari data-data kualitatif dan data-data yang di
kumpulkan yang bersifat kualitatif kemudian akan di ubah menjadi data yang
bersifat kuantitatif (kuantifikasi). Langkah-langkah yang di gunakan untuk
mengubah data tersebut adalah dengan memberikan skor (skoring) terhadap setiap
jawaban yang di berikan oleh responden dengan ketentuan sebagai berukut :
Jika pernyataan bersifat positif: Jika pernyataan bersifat negatif:
Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban
Skor
SS (Sangat Sesuai) : 4 SS (Sangat Sesuai) : I
S(Sesuai) : 3 S (Sesuai) : 2
TS (Tidak Sesuai) : 2 TS (Tidak Sesuai) : 3
STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1 STS (Sangat Tidak Sesuai) : 4
Adapun untuk mengetahui berapa besar korelasi atau hubungan antara kedua
variabel x dan variabel y adalah dengan menggunakan rumus product moment
untuk data kelompokkan dimana N=60, dengan rumus sebagai berikut :
r xy = ∑x’y’ _ ( Cx’ ) (Cy’)
N
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah rahmat
taufiq dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“STATUS SOSIAL KELURGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
SDN KAMPUNG UTAN I”.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw yang banyak berjasa dalam menegakkan kalimat Tuhan,
pembawa kabar gembira dan keselamatan beserta keluarga dan para sahabat.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidaklah mudah semudah yang
di bayangkan, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang di hadapi.
Namun dengan sekuat tenaga dan pikiran penulis berusaha keras untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, walaupun mungkin masih
banyak sekali kesalahan dan kekurangan.
Penulis juga banyak sekali mendapat bantuan dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak baik yang langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi
ini dapat terselesikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-dalamya
penulis sampaikan kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,
3. Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Safiudin
Shiddiq, MA.
4. Bapak Drs.H. Faridal Arkam, M.Pd, Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan arahan, nasehat, dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku
sebagai penunjang dalm penulisan skripsi ini.
6. Kepala SDN I Kampung Utan Ibu Endang Kurniasih beserta Staf guru
yang telah bersedia membantu dan mengizinkan penulis mengadakan
penelitian.
7. Orang tua penulis yang di ada palembang Ayahanda Sulaiman. Kr dan
Ibunda Asmin yang selalu memberikan motivasi dan dukungan materi dan
moril dalam menyelesaikan kuliah.
8. Orang tua penulis yang di Jakarta Pak De H. Abdullah dan wak Hj
Asmawati yang tak henti-hentinya memberikan nasehat-nasehat, dorongan
dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Adik-adik penulis semua baik yang di palembang dan di Jakarta.
10. Sahabat-sahabat ku yang terbaik yang ada di kampus khususnya kak Ida
Farida, Rahma Yanti Tanjung, Fajar, Dewi R, Inong F, Khozanatul,
Andriani yang selalu memberikan support dan tempat curahan hati.
Semoga bantuan do’a dan partisifasi yang telah di berikan kepada penulis
mendapatkan pahala yang berlipat dan ganjaran dari Allh SWT. Amin…..
Jakarta, juni 2009
penulis
DAFTAR ISI
Surat pernyataan .....................................................................................
Lembar pengesahan .................................................................................
Abstrak .............................................................................................. i
Kata pengantar ........................................................................................ ii
Daftar isi .............................................................................................. iv
Daftar tabel .............................................................................................. vi
Daftar lampiran ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Indentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........... 6
1. Indentifikasi Masalah...................................................... 6
2. Pembatasan Masalah....................................................... 6
3. Perumusan Masalah ........................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ................................................................. 9
1. Problema Kemiskinan .................................................... 9
2. Status Sosial Ekonomi Keluarga ..................................... 19
a. Pengertian Status Sosial Ekonomi Keluarga dan
Macam-macamnya....................................................... 19
b. Indikator Status Sosial Ekonomi Keluarga ................... 21
3. Motivasi Belajar ............................................................. 24
a. Pengertian Motivasi dan Motivasi Belajar .................... 24
b. Macam-macam Motivasi dan Fungsinya dalam Belajar 25
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar dan
Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah .............................. 28
4.Dampak Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap
Motivasi Belajar Siswa .................................................... 31
B. Kerangka Berfikir ............................................................. 34
1. Siswa Yang Berekonomi Tinggi………………………… 34
2. Siswa Yang Berekonomi Rendah……………………….. 35
C. Perumusan Hipotesis......................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian.............................................................. 37
B. Tempat dan Waktu Tujuan ................................................ 37
C. Metode dan Variabel Penelitian......................................... 37
D. Populasi dan Sampel......................................................... 38
E. Tahnik Pengumpulan Data ................................................ 39
F. Tehnik Pengelolaan dan Analisis Data ............................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum SDN I Kampung Utan .......................... 42
1. Latar belakang atau sejarah berdirinya ......................... 42
2. Struktur organisasi ....................................................... 44
3.Visi dan Misi ................................................................ 45
4.Keadaan guru dan murid ............................................... 45
B. Deskripsi Data ................................................................. 48
C. Analisis Data ................................................................... 54
D. Inerprestasi Data .............................................................. 56
E. Ulasan ............................................................................. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... 60
B. Saran-saran ...................................................................... 61
C. Daftar pustaka.................................................................. 62
D. Biodata penulis
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri Kampung
Utan…………………………..……………………………………
44
Tabel 2 : Data Kepegawaian / guru Sekolah Dasar Negeri Kampung
Utan …………………………..…………………………………...
46
Tabel 3 : Daftar Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung
Utan …………………………..…………………………………..
47
Tabel 4 : Daftar Sarana Dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Kampung
Utan…………………………………. ……………………………
47
Tabel 5 : Daftar Variable X ………………..…………………………..……
49
Tabel 6 : Daftar Variable Y ………………..…………………………..……
51
Tabel 7 : Tabel Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga…………………..
53
Tabel 8 : Daftar Sample
Penelitian…………………………..……………… 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : kisi-kisi angket tingkat social ekonomi keuarga dan motivasi
belajar
Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan
……………………… 64
Lampiran 2 : Daftar angket
penelitian…………………………………………….. 65
Lampiran 3 : Rekapitulasi Daftar Skor Sosial Ekonomi Dan Motivasi Belajar
Siswa Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan
…………………...... 68
Lampiran 4 : Rekapitulasi Daftar banyaknya penghasilan
………………………... 69
Lampiran 5 : Daftar Peringkat Sosial Ekonomi Keluarga
………………………… 70
Lampiran 6 : Peta Korelasi
……………………………………………………....... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya pendidikan merupakan masalah penting yang aktual
sepanjang zaman. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu
mengola alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Pendidikan
sangatlah penting dalam menentukan maju dan mundurnya bangsa, sehingga
pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana
yang terdapat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun
2003 yaitu :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Masalah kemiskian dan kaum fakir bukanlah masalah baru, sejak
dahulu berbagai agama dan aliran filsafat mencoba memecahkannya untuk
mengakhiri penderitaan kaum fakir. Namun pada zaman sekarang masalah
kemiskinan dan problematika ekonomi secara umum telah merasuk akal dan
jiwa manusia secara luas.2 Islam mewajibkan setiap orang baik laki-laki
maupun perempuan untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang
lahat.
Seiring dengan perkembangan zaman, bekal pendidikan perlu dimiliki
oleh semua orang agar dapat bertahan hidup di tengah masyarakat modern.
walaupun demikian, belum semua orang menyadari pentingnya arti
pendidikan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Kurangnya
1 Undang-undang tentang Sisdiknas dan PeaturanPelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta:
Tamita Utama, 2004), h.7 2 Dr. Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999) Cet. 1, h.23.
akan arti penting pendidikan ini terutama terjadi pada kelompok masyarakat
dengan status ekonomi menengah kebawah. Hal tersebut dapat di pahami
karena sebagian dari kelompok ini mengutamakan usaha-usaha untuk
mempertahankan mereka dari hari ke hari guna memenuhi kebutuhan dasar
mereka ketimbang untuk memikirkan pendidikan.
Tanpa mengesampingkan pendidikan luar sekolah, pendidikan melalui
jalur sekolah merupakan persyaratan penting dalam bekerja. Oleh karena itu
sudah selayaknyalah ada usaha-usaha untuk mengembangkan pendidikan bagi
anak-anak dari kalangan ini, baik untuk pendidikan sekolah maupun
pendidikan luar sekolah sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian
anak sebagai generasi penerus di harapkan dapat menjadi individu yang
bertahan di tengah kemajuan teknologi saat ini dan dapat memperbaiki taraf
hidup keluarga mereka agar tidak terus menerus hidup dalam kemiskinan.
Keinginan orang tua untuk mengubah nasib bagi anak-anaknya tidak
bertentangan dengan agama, tetapi merupakan tabi’at manusia untuk hidup
lebih baik dan sejalan dengan firman Allah SWT di dalam QS. An-Nisa’ [4]:9
dan Ar-Ra’du [13]:11
��������� �� ����� ���� ���������
�� � !" #$%&' ()*+-./0 �1#2&/34
���/$��5 �6!"�78%�9 ���:;*<��$%�$ ����
������:;����� (=���� �>?+ ?&@ ABC
Aِrtinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
D EF!; ���� G= IJK��+ ��� �M���;!N
OPQR&S ��IJK��+ ��� �6T3U:#VW!N
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum kecuali
mereka itu merubah diri mereka sendiri.3
Seiring dengan perkembangan zaman pula maka bekal pendidikan
dengan kualitas yang baik sangat di perlukan sebagai persiapan untuk
menghadapi tantangan hidup dimasa depan.
Prestasi belajar yang baik merupakan faktor penunjang keberhasilan
seseorang dalam usaha memperbaiki taraf hidupnya. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi
intelektual, motivasi belajar, sikap dan minat terhadap pendidikan serta faktor
eksternal yang meliputi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal serta
keadaan situasional.4
Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar.
Motivasi belajar menentukan jumlah waktu yang digunakan siswa dalam
belajar dan jumlah waktu yang digunakan ini merupakan salah satu peramal
yang dapat di percaya bagi pencapaian prestasi siswa. Jadi bila kita
membandingkan dua orang siswa yang mempunyai kecerdasan yang sama
maka siswa dengan motivasi belajar tinggi akan menghabiskan waktu lebih
banyak belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih tinggi dari pada siswa
yang motivasi belajarnya rendah. Selain mempengaruhi jumlah waktu yang
digunakan, motivai belajar juga menimbulkan keinginan untuk belajar serta
menentukan bayaknya materi yang akan di pelajari. Dengan demikian maka
siswa dengan motivasi belajar tinggi akan memiliki banyak energi untuk
belajar sehingga prestasinya akan lebih tinggi.
Menurut Gage and Berliner motivasi merupakan syarat mutlak untuk
belajar dan mempengaruhi arah, aktivitas yang terpilih serta intensitas
keterlibatan siswa dalam suatu aktifitas. Motivasi menjadi bagian dari tujuan
pengajaran, dimana siswa di harapkan dapat memiliki motivasi untuk belajar
yang terbentuk selama dalam mengalami proses belajar di sekolah.
3 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI
4 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996) Cet, H. 56
Latar belakang siswa yang lemah ekonomi mungkin menjadi
penyebab rendahnya tingkat kecerdasan mereka, akan tetapi mereka tetap
memiliki peluang untuk berhasil bila memiliki motivasi untuk belajar yang
tinggi. Oleh karena itu motivasi untuk belajar pada diri mereka harus menjadi
karakteristik dan penting untuk membentuknya sejak awal siswa belajar
disekolah.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
�َ�� اْ�ِ�ْ�َةِ َ�َ�َ�َ�اُ� ُ�َ��دَاِ�ِ� اَوْ ُ�َ��َاِ�ِ� اَوْ َ �ُ�َ�ْ�ُ ��ْ# أََ�ٍ- َ,$لَ رَُ&ْ�لُ اِ) َ(َ�� اُ) َ�َ�ْ'ِ� وََ&��َ% َ"$ِ"ْ# َ"ْ�ُ�ْ�دٍ إِ�َ
�ِ�ِ$/َ )روا� "/�%(01َ�ُ
Artinya : “ Dari Anas ra Bersabda Rasulullah saw. “tidaklah anak yang
dilahirkan ini kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya
kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi
, Nasrani atau Majusi”.5
Hadits di atas mempunyai kaitan yang erat dengan pernyataan
sebelumnya. Hadits ini mempunyai pengertian bahwa setiap orang lahir dalam
keadaan fitrah. Setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi seorang yang
baik, jahat, pintar ataupun bodoh tanpa memandang dari golongan apa ia
berasal.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar mencakup
aspek budaya, keluarga, sekolah, dan pribadi siswa itu sendiri. Pengembangan
motivasi belajar pada siswa akan terjadi secara optimal bila keempat system di
atas berkembang secara harmonis. Akan tetapi pada kenyataannya ada
kekurangan-kekurangan dalam tiap aspek tersebut sehingga menghambat
pembentukan motivasi belajar pada siswa, khususnya siswa dengan latar
belakang ekonomi lemah. mereka hidup di tengah lingkungan kemiskinan
ytang tidak selalu mementingkan pendidikan dikarenakan adanya kebutuhan
lain yang harus didahulukan.
Sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta permasalahan dalam
keluarga sebagai akibat dari permasalahan ekonomi juga menghambat dalam
5 Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h.113
menumbuhkan motivasi belajar anak. Kurangnya penerimaan dari guru,
sekolah dan teman-teman sebaya menyebabkan anak memandang bahwa
sekolah merupakan hal yang tidak menyenangkan dan sia-sia.
Istilah ekonomi lemah yang identik dengan kemiskinan adalah suatu
keadaan yang di lukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok.6 Ekonomi lemah yang identik dengan
kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang
muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat dinegara
berkembang.
Masalah ekonomi lemah ini dikatakan sebagai salah satu problem
karena menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana,
terintegrasi, dan menyeluruh dalam waktu singkat.7
Tingkat pendapatan yang semakin rendah , hilangnya kesempatan
kerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) serta semakin tingginya harga
barang-barang kebutuhan pokok semakin mempersulit kehidupan mereka.
Status sosial ekonomi mempengaruhi sikap dan nilai orang tua,
terutama terhadap pendidikan anak, perhatian terhadap sekolah, dan penyediaan sarana penunjang pendidikan di rumah. Status sosial ekonomi dan
prestasi siswa mempunyai hubungan yang erat. Siswa dengan status sosial
ekonomi tinggi dari berbagai etnik memiliki skor tes yang lebih tinggi dan bertahan di sekolah lama dari pada siswa dengan status social ekonomi
lemah.8
Pendidikan selanjutnya amat di tentukan oleh keberhasilan pendidikan
di jenjang sekolah dasar ini. Setiap anak adalah masa depan, karena itu tempat
anak adalah di sekolah, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau tempat
yang dapat membahayakan perkembangannya.
Dalam melakukan intervensi terhadap masalah pendidikan bagi siswa
ekonomi lemah maka motivasi menjadi fokus utama yang perlu di perhatikan
6 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), Cet.2, h.28.
7 Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, h.28
8 Woolfolk and Anita, E, Educational Psychology, (Jakarta: Ally and Bacon, 1993),
h.378
karena motivasi berkaitan erat dengan perilaku belajar dan prestasi serta
sangat mempengaruhi untuk kerja siswa dalam belajar di sekolah. Hurlock
menyatakan bahwa masa penting pertumbuhan mitovasi belajar adalah pada
usia sekolah dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar. Selain itu, pada masa usia sekolah anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.9
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
1) Apakah anda selalu diberikan uang jajan oleh orang tua anda?
2) Apakah siswa mempunyai kemauan sendiri dalam belajar?
3) Apakah siswa mempunyai peralatan belajar yang memadai?
4) Apakah siswa selalu diberi motivasi dengan imbalan atau hadiah?
5) Apakah orang tua siswa mempunyai pendapatan yang memadai?
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari timbulnya salah penafsiran terhadap judul, maka
penulis perlu memberikan batasan masalahnya yaitu sebagai berikut:
a. Kemiskinan yang di maksud adalah suatu keadaan yang di lukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok.
b. Motivasi yang di maksud adalah motivasi belajar, yakni dorongan
untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan belajar.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat di
rumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana status sosial keluarga di SDN Kampung Utan I ?
b. Bagaimana pengaruh status sosial keluarga terhadap motivasi belajar
siswa SDN Kampung Utan I ?
c. Apakah terdapat hubungan antara status sosial keluarga dengan
motivasi belajar siswa SDN Kampung Utan I ?
9 Elizabeth B. Hurloak, Psikologi Perkrmbangan, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet.1, h.115
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa yang dilanda
kemiskinan.
b. Untuk mengetahui pengaruh ekonomi keluarga terhadap motivasi
belajar ssiswa SD N Kampung Utan I
c. Untuk melengkapi data yang telah penulis peroleh dari kepustakaan
dan sumber-sumber lainnya, terutama data-data yang berhubungan
dengan ekonomi orang tua yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan imformasi kepada pihak sekolah mengenai motivasi
belajar siswanya.
b. Memberikan masukan kepada pihak sekolah mengenai usaha-usaha
yang dapat di lakukan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
siswa.
c. Memicu penelitian lain untuk memikirkan dan mengembangkan
pendidikan bagi siswa yang berlatarbelakang ekonomi lemah.
d. Memberikan masukan kepada orang tua yang lemah ekonomi, untuk
selalu menumbuhkan motivasi kepada anaknya untuk mau belajar.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Problema Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah ekonomi global yang paling
mendesak pada saat ini, terutama dinegara-negara berkembang. Sebagaimana
yang telah disampaikan Miranda S. Goeltom dalam keynote speech-nya yang
mengutip laporan Bapenas dan juga disampaikan Endah Murniningtyas-
Bappenas, tingkat kemiskinan di indonesia masih sangat memprihatinkan
dengan jumlah masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan berjumlah
34,96 juta jiwa atau 14,6 % dari total penduduk Indonesia posisi maret 2008.
meski membaik dari angka di Maret 2007 yang mencapai 37,17 juta atau 15,5
% penduduk, angka ini lebih buruk dibandingkan pada saat sebelum krisis
tahun 1996 yang berjumlah 34,01 juta, meski dalam prosentase lebih rendah
dari posisi tahun 1996 yaitu 17,47% dari total penduduk. Menurut Akyuwen,
prosentase penduduk miskin terbesar terdapat di Papua, Irjabar, Maluku, NTT,
dan Gorontalo. Sementara jumlah terbanyak terdapat di Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat.
Sejauh ini jelas sekali bahwa pengentasan kemiskinan belum
mencapai hasil yang di harapkan. Kondisi kemiskinan ini diperburuk dengan
adanya peningkatan ketimpangan pendapat, paling tidak sejak tahun 2002, saat
indonesia mulai mencoba menggeliat keluar dari krisis. Studi dari Bank Dunia
menyebutkan bahwa hampir 50% dari jumlah penduduk Indonesia
dikategorikan "miskin" dan berada diambang kemiskinan. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) mengklaim program penanggulangan
kemiskinan di indonesia telah sejalan dengan target pencapaian millennium
development goals (MDGs) yaitu mengurangi jumlah penduduk miskin hingah
setengahnya di tahun 2015.
9
Di sisi lain, keprihatinan masyarakat indonesia yang masih dirundung
cobaan ini ternyata belum berakhir saat ini, bahkan cobaan yang mereka
rasakan semakin pahit dengan terjadinya kenaikan BBM yang diikuti barang
kebutuhan pokok dan lainnya. Hasil penelitian yang di lakukan Lembaga
Survei Indonesia (LSI) tahun 2008 menunjukkan bahwa berbagai masalah
yang dianggap penting di masyarakat – seperti kenaikan harga bahan pokok
dan lainnya akhir-akhir ini, lapangan kerja yang tidak memadai, dan
kemiskinan semakin parah- dirasakan semakin berat oleh masyarakat.
Kenyataan itu jelas bertolak belakang dengan data yang dipublikasi BPS
terakhir yang keadaannya menyatakan ekonomi indonesia membaik di tahun
2007. hasil survei lainnya juga mengukuhkan kondisi ini, seperti survei indek
kepercayaan konsumen pada awal tahun 2008 juga menunjukkan indikator
yang menurun. Ini jelas menjadi bukti bahwa kondisi ekonomi semakin
memburuk dan yang paling krusial adalah beban hidup masyarakat khususnya
rakyat kecil yang semakin besar.
Melihat data sakernas di atas, bisa di simpulkan bahwa upaya
pemberantasan kemiskinan di indonesia kurang berhasil. Dengan
mengesampingkan nilai nominal dan angka persentase, Bangladesh yang
pendapatan per kepalanya di bawah indonesia boleh di nilai lebih berhasil
mengurangi jumlah orang miskin. Secara sistematis, sejak tahun 1992,
persentase kemiskinan di Bangladesh terus menurun sedikit demi sedikit dan
tak pernah naik. Pada tahun 1992, 59% warga Bangladesh di kategorikan
miskin. Namun pada tahun 1996, angka tadi tinggal 52% dan terus menurun.
Krisis ekonomi, politik dan sosial pada akhir 1990-an, indonesia kini
mulai kembali stabil. Negara ini sebagian besar telah pulih dari krisis ekonomi
dan keuangan yang terjadi pada tahun 1998, yang telah melemparkan jutaan
penduduknya ke jurang kemiskinan dan menjadikannya sebagai negara
berpenghasilan rendah. Namun, belum lama ini Indonesia sekali lagi berhasil
melewati ambang batas kemiskinan dan menjadi salah satu negara baru
berpeghasilan menengah di dunia. Angka kemiskinan, yang meningkat lebih
dari sepertiga kali selama masa krisis, kembali turun mencapai tingkat
sebelum akhir tahun 2005, meskipun pada tahun 2006 mengalami sedikit
peningkatan akibat lonjakan harga beras di akhir tahun 2005 dan di awal tahun
2006.
Namun, menyonsong era baru ini, penanggulangan kemiskinan tetap
menjadi salah satu tantangan yang mendesak bagi Indonesia. Meskipun angka
kemiskinan nasional secara umum telah turun ke tingkat sebelum krisis-
dengan tidak menghitung kenaikan angka kemiskinan yang baru saja terjadi
pada tahun 2006-hampir 35 juta penduduk masih hidup dalam kemiskinan.
Jumlah ini masih melebihi total jumlah penduduk miskin yang ada di Asia
Timur, tidak termasuk China. Selain itu, angka kemiskinan nasional ini
menutupi gambaran tentang kelompok besar penduduk ’hampir miskin’ di
indonesia, yang hidupnya mendekati garis kemiskinan.
Pemerintahan Indonesia yang terpilih secara demokratis mengakui
bahwa penanggulangan kemiskinan merupaka tantangan terbesar dan
pemerintah telah menetapkan target penanggulangan kemiskinan yang
ambisius untuk jangka pendek dan menengah. Pemerintahan Indonesia jelas
memiliki komitmen untuk menanggulangi kemiskinan tercermin dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengahnya (RPJM) tahun 2004-2009, yang
hal itu merupakan bagian dari Srtategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan
(SNPK) yang di gariskan oleh pemerintah. Selain ikut menandatangani
Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) untuk tahun
2015, dalam rencana jangka menengahnya pemerintah telah menjabarkn
target-target utama penanggulangan kemiskinan untuk tahun 2009. hal ini
meliputi target-target yang ambisius namun relevan, seperti mengurangi angka
kemiskinan dari 18,2 % di tahun 2002 menjadi 8,2 %, meningkatkan rasio
partisipasi siswa sekolah menengah pertama dari 79,5% pada tahun 2002
menjadi 98%, dan menurunkan angka kematian ibu hamil dari 307 per
100.000 kelahiran pada athun 2002 menjadi 226.
Kemiskinan kembali ke tingkat sebelum krisis pada tahun 2004, tetapi
melonjak kembali pada tahun 2005-2006. mskipun mengalami kemunduran
yang luar biasa akibat krisis keuangan Asia pada tahun 1997, indonesia telah
mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya menurunkan tingkat
kemiskinan. Pada tahun 1999, yaitu pada masa puncak krisis, 23,4% penduduk
memiliki tingkat pendapatan yang tidak cukup untuk menompang kebutuhan
dasar mereka. Hanya dalam lima tahun kemudian, yakni pada tahun 2004,
ingkat kemiskinan turun menjadi 16,7%. Yang berarti selama periode tersebut
sebanyak 7,6 juta orang berhasil keluar dari kemiskinan. Tingkat kemiskinan
pada tahun 2004 itu bahkan lebih rendah di bandingkan tingkat kemiskinan
pada masa sebelum krisis, yakni tahun 1996, yang mencapai 17,6%. Selain
perbaikan dalam hal penurunan angka kemiskinan, sejak tahun 2002 tingkat
kesenjangan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan telah kembali ke
tingkat sebelum krisis, dan bahkan mencapai tingkat yang lebih rendah di
sebagian wilayah. Perbandingan riwayat kemiskinan antar wilayah juga
menunjukkan penurunan kemiskinan yang signifikan di keenam kategori
wilayah yang di gunakan untuk penilaian ini, yaitu Jawa/Bali, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara/Maluku dan Papua. Pada tahun 2004,
seluruh wilayah kembali ke tingkat kemiskinan pada tahun 1996, atau bahkan
ke tingkat yang lebih rendah, dengan satu-satunya pengecualian di wilayah
Sumatera. Pada tahun 2004, tingkat kemiskinan di wilayah Sumatera masih
berada 2% di atas tinkat kemiskinan tahun 1996 sebesar 15,5%. Meskipun
upaya pengurangan tingkat kemiskinan mengalami kemajuan, namun terutama
sebagian akibat dari kenaikan harga beras pada tahun 2005-2006, angka
kemiskinan meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006, yang merupakan
kenaikan pertama sejak krisis tahun 1997.
Pada 1 September 2006, BadanPusat Statistik (BPS) mengumumkan
bahwa angka kemiskinan di indonesia meningkat dari 16% pada februari 2005
menjadi 17,75% pada maret 2006. kenaikan angka kemiskinan yang tercatat
pertama kali sejak krisis ekonomi itu berarti ada tambahan 4juta orang yang
jatuh miskin selama kurun waktu tersebut.10
Indonesia dengan penduduk sekitar 211 juta jiwa pada waktu ini
memerlukan usaha terus menerus yang konsisten untuk memerangi
10 Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Idonesia, (Bank Dunia) Cet November
2006, h, 1,29,34.
penduduknya yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Upaya
memerangi kemiskinan itu harus memerlukan komitmen semua komponen
pembangunan yang dilakukan dengan terpadu dan terus menerus pada sasaran
yang sama, yaitu keluarga kurang mampu, baik menyangkut kepala
keluarganya, anak-anaknya atau anggota lain dari keluarga tersebut.
Apabila komitmen itu tidak seragam, yaitu setiap komponen
pembangunan mencari sasarannya sendiri-sendiri, tidak mustahil hasilnya
akan tidakmaksimal dan kemiskinan yang mungkin saja ditangani akan
tumbuh kembali dengan magnitute yang justru lebih membesar.
Upaya pengentasan kemiskinan biasanya ditujukan kepada sasaran
penduduk miskin atau penduduk kurang mampu tanpa mengambil sasaran
keluarganya secara utuh. Padahal keluarga itu mempunyai anak, atau anak-
anak yang masih kecil atau anak remaja yang mungkin saja sekolah atau
kebanyakan tidak sekolah karena orang tuanya kurang mampu. Anak-anak ini
biasanya terlepas dari perhatian kita semua karena di sekolah hampir pasti
anak-anak ini tidak menonjol karena berbagai alasan.
Atau anak-anak ini justru tidak sekolah karena kekurangan biaya
dan harus membantu orang tuanya mencari nafkah atau maksimal bekerja
keras sambil sebisa-bisa belajar pada tingkat pendidikan yang masih
rendah. Jarang, kalau ada, anak-anak keluarga kurang mampu itu yang
sanggup melanjutkan pendidikan pada pendidikan tinggi atau universitas.
Kalau ada mereka umumnya menjadi mahasiswa yang segera dengan mudah
drop-out karena berbagai alasan.
Pertumbuhan keluarga kurang mampu muda dewasa ini relatif
tinggi karena merupakan pendewasaan dari "baby boomers"yang
dilahirkan pada tahun 1960-1980 yang lalu. Apabila kita tidak hatihati
baby boomers itu bisa menghasilkan keluarga miskin yang lebih banyak
di masa yang akan datang karena beberapa alasan sebagai berikut ini.
Pertama, jumlah keluarga muda kurang mampu sekarang ini
relatif tinggi, yaitu sekitar setengah paro dari 20 persen jumlah penduduk
yang ada di Indonesia yang jumlahnya adalah 211 juta jiwa tersebut. Jumlah
ini tidak saja besar tetapi mempunyai tingkat kesuburan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan jaman baby boom di tahun 1970 – 1980 yang
lalu. Tingkat kesehatan dan kemampuannya untuk "menghasilkan anak" juga
jauh lebih tinggi karena umumnyS rnereka, biarpun relatif kurang mampu,
tetapi dilahirkan pada jamai yang jauh lebih kondusif dibandingkan
dengan jaman kelahiran orang tuanya dulu.
Kedua, anak-anak muda anak dari keluarga kurang mampu itu
masih menikah relatif pada usia yang muda. Bagi keluarga kurang mampu
menikah pada usia muda bisa merupakan treatment untuk mengentaskan
kemiskinan dan menghilangkan tanggungan bagi orang tua yang
bersangkutan. Mereka menikah dengan harapan bisa melepaskan diri dari
lembah kemiskinan.
Ketiga, anak-anak muda yang lebih mampu bisa belajar sedikit
tentang reprodusksi dan mungkin saja mengikuti KB setelah menikah.
Bagi keluarga kurang mampu menikah dan mempunyai anak secara langsung
hampir merupakan suatu kebiasaan yang belum berhasil dipatahkan.
Perkawinan muda menghasilkan jumlah anak yang lebih besar bagi
keluarga kurang mampu baru tersebut.
Keempat, berkat tersedianya fasilitas kesehatan umum yang
makin baik, biarpun relative kurang mampu, tingkat kematian anak dan
tingkat kematian bayi secara umum makin kecil. Dengan demikian jumlah
anak-anak yang dilahirkan dan tetap hidup pada usia lima tahun atau lebih
oleh pasangan muda akan tinggi. Kemungkinan bertambahnya anggota
keluarga kurang mampu dengan demikian juga bertambah tinggi.
Kelima, ledakan ini kakan menjadi resiko karena generasi muda
keluarga kurang mampu tidak saja tidak mengenal dengan baik reproduksi
keluarga tetapi mereka sedang tergoda oleh kehidupan modern yang
sangat permisif ditambah dengan akibat gangguan globalisasi dan
kemiskinan lain seperti merebaknya hidup bebas tanpa perkawinan
biarpun ada ancaman penyakit HIV/AIDS, atau penyakit lainnya akibat
pergaulan bebas itu. Kondisi negatif itu akan menghasilkan anak dengan
perhitungan yang sangat tidak rasional.
Menyadari betapa sulitnya menempatkan anak-anak keluarga
kurang mampu sebagai titik sentral pembangunan dalam proses
pemberdayaan, maka Yayasan Damandiri berkerja sama dengan beberapa
universitas, negeri dan swasta, sedang berusaha keras mengembangkan cara
baru untuk menempatkan anak-anak berbakat dari anak keluarga kurang
mampu itu. Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah di Malang
dan Universitas Jendral Soedirman di Purwokerto dipilih sebagai
universitas model untuk mencari cara baru menemukan anak-anak berbakat
dari keluarga kurang mampu tersebut.
Dalam kerjasama ini ketiga universitas mencari anak-anak
berbakat tersebut balk langsung dengan mendatangi sekolah-sekolah
maupun mengundang Kepala Sekolah yang bersangkutan untuk
mengirim calon-calon siswanya yang kebetulan anak keluarga kurang
mampu melamar untuk menjadi mahasiswanya dengan mengikuti
seleksi yang diselenggarakan oleh Tim Universitas yang bersangkutan.
Selanjutnya calon mahasiswa itu diseleksi secara ketat oleh Tim
Universitas balk dalam pengalaman akademisnya selama di SMU, SMK
atau MA maupun latar balakang orang tuanya untuk ditentukan kemungkinan
di fakultas yang menjadi pilihan siswa yang bersangkutan. Apabila
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Universitas yang
bersangkutan maka kemudian siswa itu mendapat pemberi tahuan bahwa
dia diterima di Universitas dan fakultas yang menjadi pilihannya.
Daftar siswa yang diterima lengkap dengan pengalaman
akademis dan ciri-ciri latar belakang kedua orang tuanya dikirimkan
kepadaYayasan Damandiri untuk sekali lagi mendapatkan penelitian
tentang keadaan orang tuanya. Secara seksama latar belakang kedua
orang tua siswa yang beruntung itu dicek kembali oleh Yayasan dan
diputuskan bahwa siswa itu mendapat dukungan pembayaran seluruh
biaya SPP sampai mahasiswa itu lulus menjadi sarjana pada fakultas
atau universitas pilihannya.
Mulai bulan Agustus 2002 yang lalu diharapkan sudah ada
keputusan tentang nama-nama siswa lulusan SMU, SMK dan MA yang
diterima menjadi mahasiswa dan mendapatkan dukungan pembayaran
SPP dari ketiga Universitas yang menjadi model tersebut. Apabila
percobaan tersebut berhasil diharapkan tahun depan Yayasan dapat
memperluas usahanya dengan mengajak kerjasama dengan Universitas lainnya
sesuai dengan kemampuan anggaran yang tersedia.
Kerjasama ini merupakan kerjasama gotong royong karena Yayasan
Damandiri tidak bisa menyediakan beasiswa untuk para mahasiswa selama
mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi yang ada. Akan diusahakan
kerjasama lebih lanjut dengan Yayasan Supersemar untuk memberikan
beasiswa bagi mahasiswa anak keluarga kurang mampu tersebut.11
Pemerintah perlu meninjau kembali program pengentasan kemiskinan
yang ada selama ini. Guru besar Pascasarjana Universitas Airlangga Prof. Dr.
H. Haryono Suyono menyarankan upaya memperkuat pengentasan
kemiskinan melalui proses pemberdayaan keluarga dalam bidang ekonomi.
Perlunya di tekankan pada keluarga, lantaran keluarga merupakan
indikator yang menggambarkan kemapuan untuk memenuhi kebutuhan
minimal sampai kepada kebutuhan investasi dan sosial budaya keluarga yang
bersangkutan.
Angka kemiskinan diindonesia, masih tinggi berdasarkan data BPS
pada tahun 1998 terdapat 49,5juta (24%), dan pada tahun 2000 sedikit
menalami penurunan menjadi 33,2 juta jiwa ()16,09%. Pada tahun 2002
menunjukkan gejala peningkatan di tandai dengan tingginya angka PHK
massal dan membengkaknya jumlah pengungsi. Data Depnakertrans
menunjukkan angka PHK kumulatif dan perorangan dan di bulan januari
11 Prof. Dr. H. Haryono Suyono, Memotong Rantai Kemiskinan, (Jakarta : Penerit
Yayasan Damandiri, 2003) Cet. Ke- 1, h, 93-96, dan 98-100
sampai september 2001 menacapai 55,137 pekerja. Sedangkan jumlah
pengungsi mencapai 1,3 juta KK.
Masih kata Haryono, ia mencatat terdapat sekitar 42% keluarga
prasejahtera dan sejahtera, yang tidak selalu berada di bawah garis
kemiskinan. Namun, akan dapat dengan mudah jatuh miksin karena
ketidakstabilan kondidi yang melingkupinya. Antara lain, tempat tinggal yang
terpencil,dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak mampu bersaing
dengan penduduk lain yang memiliki kondisi yang lebih baik.
Selama ini, beberapa program pengentasan kemiskinan yang di
lakukan pemerintah yang di nilai mampu meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang hidup diambang kemiskinan. Misalnya program Takesra
(Tabungna Keluarga Sejahtera) yang di mulai sejak tahun 1995 mrnunjukkan
hasil positif, menurut laporn Bank BNI, pada akhir juli 2001 jumlah anggota
penabung Takesra mencapai 13,02 juta keluarga dengan jumlah dana di
tabung sebesar 24,17 miliar.
Perkembangan berikutnya, tahun 1997 pemerintah memberikan kredit
modal uasaha bagi keluarga prasejahtera da sejahteradengan nama Kredit
Usaha Keluarga Sejahtera (kukesra). Sampai akhir juli 2001 terdapat 10,5 juta
keluarga mengikuti program ini. Namun sayangnya semenjak krisis keuangan
1997 kinerja pembinaan kukesra kurang berjalan dengan baik sehingga jumlah
tunggakan meningkat.12
Adapun ukuran kemiskinan itu bermacam-macam, ada yang
berdasarkan penghasilan, ada yang didasarkan pada konsumsi, ada pula yang
luas perumahan. Kemiskinan pada hakekatnya merupakan perbedaan antara
penghasilan dan Standar kehidupan minimum. Jadi pengertian relative,
tergantung pada distribusi penghasilan, nilai politik, sosial dan budaya
masyarakat dalam suatu priode.
Di negara maju, orang menciptakan minimum acceptable
standard of living sebesar 3000 dolar AS tiap tahun. Tetapi ada yang
12 Harian Umum Republika, “Tinjau Kembali Pengentasan Kemiskinan”, h. 15
berpendapat bahwa di Indonesia orang miskin pengeluarannya Rp.
4000/kapita/bulan, menengah Rp. 4000-8000/kapita/bulan, dan kaya diatas Rp.
8000 – pada tahun 1976.13
Prof. Sayogya mengatakan bahwa untuk mengukur kemiskinan
dapat dipakai kebutuhan fisik minimum. Berdasarkan penelitiannya orang
desa setiap bulan memerlukan kebutuhan minimum equivalent dengan 20
Kg beras, untuk orang kota 30 beras."
Sedangkan menurut Munandar Soelaeman, bahwa kebutuhan objektif
manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan
apakah bernilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai
dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim, dan
lingkungan yang dialaminya, yang tersimpul dalam barang dan jasa yang
tertuang dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal
yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat
pendapatan minimum. 14
2. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Pengertian dan Macam-macam Status Sosial
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang
memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam
struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya
rendah.
Berikut adalah macam-macam status sosial yang ada dalam
masyarakat luas :
13 Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, (Yogyakarta : BPFE,
1982), Cet. Ke-1, h.127. 14Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, , h. 128
1) Ascribed status ialah status sosial yang di bawah sejak lahir
seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, suku, usia, dan lain
sebagainya.
2) Acheved status ialah status sosial yang di dapat seseorang
karena kerja keras dan usaha yang di lakukanya. Contoh harta
kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan dll.
3) Assigned status ialah status sosial yang di dapat seseorang di
dalam lingkungan masyarakat yang bukan di dapat sejak lahir
tetapi di berikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.
Seperti seseorang yang di jadikan kepala suku, ketua adat,
sesepuh dll.15
Stratifikasi ekonomi (economic stratification), yaitu perbedaan
warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi, yang
merupakan kenyataan sehari-hari. Dalam kaitan ini kita mengenal, antara
lain, perbedaan warga masyarakat dalam penghasilan dan kekayaan
mereka menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Yang mana
masyarakat kita terdapat sejumlah besar warga yang tidak mampu
memenuhi keperluan minimum manusia untuk hidup layak karena
penghasilan yang mereka miliki sangat terbatas. Ada pula warga yang
seluruh kekayaan pribadinya bernilai di atas Rp 1 miliar.
Stratifikasi sosial ini di bagi menjadi dua bagian, yaitu
1) Stratifikasi sosial terbuka adalah system stratifikasi di mana
setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu
strata/tingkatan ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat
pendidikan, kekayan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang
yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta
strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah,
kuliah, dan menguasai banyak keterampilan sehingga mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran yang
tinggi juga. 2) Stratifikasi sosial tertutup yaitu Stratifikasi di mana tiap-tiap
anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau
15 http://organisasi .org/arti-definisi-status social-dalammasyarakat
tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contohnya
seperti system kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin
anak keturunan orang biasa seperti petani bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.16
Adapun mengenai perbedaan tingkat ekonomi suatu keluarga
dapat diketahui dari hasil pendapatannya yang diperoleh sesuai dengan bidang usaha dan jenis pekerjaan masing-masing. Menurut Soerjono
Soekamto, Klasifikasi tingkat ekonomi keluarga perbulan dapat dikategorikan sebagai berikut: kurang dari Rp. 500.000 dikategorikan
rendah, antara Rp. 500.000 – Rp. 700.000 dikategorikan sedang, lebih
dari Rp.1000.000 dikategorikan tinggi.17
Kita semua mengenal kemiskinan bila menghadapinya,
namun tidak mudah mendefinisikan pengertiannya secara obyektif.
Pendapatan juga tidak sepenuhnya merupakan ukuran yang tepat,
karena faktor pendapatan tidak menyatakan bagaimana
sesungguhnya situasi hidup seseorang. Mungkin lebih sesuai
mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidak sanggupan untuk mernuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.18
b. Indikator statatus Sosial Ekonomi Keluarga
Menurut Todaro tingkat social ekonomi adalah tingkat kehidupan
(social ekonomi) yang dimiliki dan memberikan kepuasan minimal atau
maksimal sesuai dengan pendapatan. Sedangkan mitchel melihat tingkat
social ekonomi berdasarkan peluang-peluang hidup. Peluang-peluang
tersebut dapat di lihat berdasarkan kemudahan mendapatkan penghasilan
dan harta benda. Bagi masyarakat yang memmpunyai tingkat sosial
ekonomi tinggitentu mendapatkan penghasilan dan harta benda lenib
mudah jika di bandingkan dengan masyarakat yang tingkat sosial
ekonominya rendah.
Astrid S. Susento mengemukakan pada dasarnya mengukur tingkat
social ekonomi sama dengan mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.
16 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fak.Ekonomi UI, 2000) Cet ke-2,
h. 87 & 104 17
Soerjono Soekanto, Memperkenal Sosiologi, (Jakarta : Rajawali Press, 1998) Cet.
Ke-3, h.22 18
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1995), Cet. III, h. 152
Penentu tingkat kesejahteraan masyarakat atau keluarga dapat digunakan
patokan sebagai berikut:
1. Pendapat, kekayaan dan pekerjaan
2. Lingkungan kerja
3. kesehatan
4. pendidikan
5. ketertiban social
6. milik pribadi yang diizinkan masyarakat
7. kesempatan rekreasi dan pengguna waktu luang.
Biro Pusat Statistik menggunakan 3 kelompok dalam menentukan
tingkat social ekonomi masyarakat, yaitu:
1. Pendapatan dan pengeluaran
2. kesejahteraan, social budaya, kriminalitas, dan wisata
3. kesehatan, gizi, biaya pendidikan, dan lingkungan tempat tinggal.
Berbeda dengan pendapatan-pendapatan di atas klasifikasi tigkat social
ekonomi yang dilakukan Warner dan kawan-kawan terdiri dari empat status
karakteristik indeks, yaitu:
1. pekerjaan
2. penghasilan (sumber income)
3. type rumah
4. wilayah tempat tinggal.
Berdasarkan beberpaa pendapat di atas benar apa yang dikemukakan
dan berdasarkan hasil analisis FX. Sudarsono bahwa pengukuran tingkat
social ekonomi sangatlah beragam sesuai dengan lingkungan, masyarakat atau
daerahnya serta indicator-indikator yang digunakan. Ini bukan saja di Amerika
di Indonesia personalnya tetap sama. Bagi masyarakat di kota penghasilan
perbulan tentu mendapat porsi yang dominant, sebab segala kebutuhan harian
mesti dibeli, tinggi rendahnya tingkat social ekonomi seseorang diukur dari
penghasilan perbulan. Tempat tinggal, harta yang dimiliki yang diizinkan
masyarakat, kesempatan rekreasi dan menggunakan waktu luang, fasilitas-
fasilitas lainnya, seluruh membutuhkan uang yang bersumber dari
penghasilan. Bagi masyarakat desa penghasilan perbulan (uang) tidak bisa
menjadi ukuran. Tinggi rendahnya tingkat social ekonomi seseorang juga
ditemukan dengan harta benda yang dimiliki, luas tanah pertanian dan jumlah
binatang ternak, serta factor keturunan dan lain-lain. Sudarsono mengatakan,
berdasarkan indeks yang disusun Sewell selain menenyakan barang dan
fasilitas yang dimiliki, juga beribadah dan sekolah minggu. Dalam masyrakat
petani di desa pergi ke gereja dan mengikuti sekolah minggu di anggap
memberikan tambahan status sosial. Kalau di Indonesia tentu rajin ke masjid
shalat berjamaah dan aktifitas mengikuti pengajian.
Didalam penelitian sosial di Indonesia sampai saat ini biasanya
indikator yang digunakan terbatas pada
a. pendapatan
b. pekerjaan dan
c. pendidikan.
Bedasarkan pengalaman, Sudarsono mengajukan suatu pengukuran yang
kiranya dapat mengurangi kesalahan dan biasanya pengukuran. Secara garis
besarnya indikator ini dapat digolongkan kedalam kelompok:
a. Indikator objektif
Pengukuran yang yang bersifat objektif dalam arti dapat dinyatakan
dalam angka atau bersifat factual, termasuk dalam klasifikasi ini:
1. Pendidikan
2. Jenjang jabatan atau pekerjaan yang dinyatakan degan skor
3. Pendapatan (take hone pay) bagi yang bekerja dengan mendapatkan gaji
atau upah. Bagi yang lain disusikan dengan siklus perolehan hasil kerja,
seperti nelayan berbeda dengan petani
4. Pemilikan barang berharga yang langsung dapat dilihat oleh orang lain
diduga sebagai symbol atau pratanda status social termasuk barang atau
benda bergerak dan tidak bergerak serta pemeliharaan hewan atau binatang
yang bernilai ekonomi maupun menimbulkan adanya pengakuan dari
masyarakat sekitar atau dilingkungan.
b. Indikator subjektif
Pengukuran yang bersifat subjektif berupa pernyataan atau pegakuan
terhadap status oleh orang lain atau sekelilingnya sebagai akibat dimilikinya
kewenangan atau power and authority serta pengaruhnya. Misalnya seseorang
diangkat menjadi pimpinan organisasi, lembaga, perusahaan maupun desa.
Dalam jabatan tersebut akan melekat adanya kekuasaan dan kewenangan
tertentu yang menyebabkan ia mampu memerintah atau menyuruh orang lain
yang menjadi bawahannya. Semakin tinggi jabatan maka kekuasaan
kewenangan akan semakin luas. Dengan jabatan tersebut ia akan dapat
mempengaruhi orang lain dan sekelilingnya, atau di akui adanya pengaruh
seseorang yang memiliki jabatan.
Sudarsono juga mengakui akan menimbulkan banyaknya kesulitan
dalam mengumpulkan data mengenai pemilikan barang-barang yang berharga,
benda-benda yang bergerak, masyarakat biasanya bersikap tertutup. Demikian
juga mengenai pengukuran yang berhubungan dengan indicator subjektif .
langkah yang paling tepat menurut pendapat Sudarsono adalah sesuai dengan
pendapat Zamroni. Zamroni mengatakan bahwa konsep status social ekonomi
mencakup tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, juga tingkat pendapatan.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi dan Motivasi Belajar
Kata "motivasi" berasal dari kata motif yang berarti
sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menycbabkan organisme itu bertindak atau berbuat.19
Menurut
Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human
Behavior: Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam
suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke
suatu tujuan atau perangsang.20
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
19
Hartomo, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta; Bumi Aksara, 2001), cet ke-5, h. 331-332 20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.
Ke-16, h.60
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau mendesak.
Menururt Mc. Donald, motivasi mengandung tiga elemen
penting yaitu:
1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi
seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan
Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seseorang
siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang yang seharusnya
dikejakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Dengan kata
lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi
pada dirinya. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.21
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar, siswa memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Macam-Macam Motivasi dan Fungsinya dalam Belajar
1. Macam-macam motivasi
21
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafido Persada,
2003), cet. Ke-10, h. 75
Jika dilihat dari dasar pembentukannya, motivasi itu
terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Motif-motif bawaan, yakni motif yang dibawa sejak
lahir, dan motivasi itu ada tanpa dipelajari misalnya :
dorongan untuk makan, minum, dan bekerja
b. Motif-motif yang dipelajari yakni motif-motif yang
timbul karena dipelajari, misalnya; dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Motif-motif ini
seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan
secara sosial. Dalam kegiatan belajar-mengajar, hal ini
dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.22
Sedangkan Woodworth membagi motivasi menjadi 3
golongan yaitu:
1. Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk
makan, minum.
2. Motif-motif darurat misalnya dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha.
3. Motif-motif objektif, misalnya kebutuhan melakukan
eksplorasi, motivasi menaruh minat.23
Meskipun dalam pengklasifikasian motivasi, Para ahli
berbeda pendapat, namun akhirnya mereka mempunyai
kesepakatan bahan motivasi itu dikelompokkan menjadi 2,
yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tanpa perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
22 http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-
diferensiasi-dalam-masyarakat
23 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan h. 64
ada dorongan untuk melakukan sesuatu.24
Kemudian jika
dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan misalnya
kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah keinginan mencapai tujuan yang
terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri. Dorongan
yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan, kebutuhan
yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik
dan berpengetahuan.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
ber-fungsi karena adanya perangsang dari luar, sebagai contoh
seseorang itu belajar, karena besok paginya akan ujian dengan
harapan mendapat nilai yang baik sehingga akan dipuji oleh
pacarnya atau temannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut
dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi ini tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan
siswa dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-
komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
menarik bagi siswa, sehingga diperlukan inotivasi ekstrinsik.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi diberikan, akan berhasil pula
keberhasilan itu. Manurut S. Nasution, fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi.
24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89
b. Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang
hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.25
Adapun menurut A. Rohani, HM dan Abu Ahmadi
sebagai berikut:
a. Memberikan semangat dan mengaktifkan peserta didik agar
tetap berminat dan siaga.
b. Memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas
tertentu yang berkaitan dengan pencapaian tujuan belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek
dan jangka panjang.26
Disamping itu motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar dan
Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah.
Menurut Wlodkowski faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain adalah :
1. Budaya
Latar belakang budaya yang menekankan pada
pentingnya keberhasilan dalam pendidikan akan menjadi
pendorong berhasilnya anak dalam pendidikan. Kebudayaan
Jepang misalnya, menempatkan keberhasilan pendidikan
sebagai nilai yang tinggi dan pendidikan anak merupakan prioritas utama.
2. Keluarga
Keluarga memberikan pengaruh penting terhadap
motivasi belajar anak, walaupun demikian pengaruh keluarga
terhadap motivasi anak bervariasi menurut tingkat sosial,
25
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung : Temmars, 1986), cet ke-5, h.79 26
A. Rohani H.M dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka cipta,
1991), h. 11
ekonomi dan latar belakang budaya. Orang tua dari golongan
sosial ekonomi menengah keatas cenderung lebih banyak memberikan rangsangan belajar bagi anak-anaknya.
Sedangkan orang tua dari golongan sosial ekonomi
kebawah cenderung untuk lebih memikirkan bagaimana
mereka memenuhi kebutuhan hidup sehingga kurang
memperhatikan kebutuhan belajar anak-anaknya. Namun
banyak pula orang tua yang berpenghasilan rendah memiliki
usaha-usaha untuk mendukung anak-anak mereka agar dapat
berhasil di sekolah dan banyak anak mereka yang prestasinya
tinggi. Mereka melakukan hal ini dalam rangka memperbaiki
taraf hidup keluarga agar tidak terus menerus hidup dalam
kemiskinan.
Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi rendahnya
kemampuan kognitif pada masanusia sekolah antara lain
adalah sikap orang tua yang tidak mendukung pendidikan, harapan orang tua yang rendah terhadap anak-anaknya dan
iklim intelektual yang kurang menyenangkan di rumah.27
3. Sekolah
Faktor sekolah dan guru juga memberikan pengaruh
terhadap motivasi siswa untuk belajar walaupun dalam banyak
kasus pengaruh mereka tidak sekuat pengaruh orang tua dalam
proses belajar. Selain itu guru juga diharapkan dapat
mendukung semua siswa dari berbagai latar belakang
kehidupan mereka agar dapat mengembangkan kemampuan
belajar mereka seoptimal mungkin. Siswa dengan latar
belakang miskin cenderung kurang mendapat perhatian dari
guru, karena memiliki penampilan yang kurang menarik,
kurang terbiasa dengan buku-buku dan aktivitas sekolah
sehingga guru dan siswa lain menduga bahwa siswa tersebut
tidak pandai.
4. Pribadi Siswa
27 Wolfolk and Anita E, h.116
Ciri-ciri siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh
dan menikmati setiap hal yang dilakukannya dalam proses belajar adalah :
a). Memiliki peringkat yang balk di kelas.
b). Menemukan sendiri bahwa proses belajar memberikan
kepuasan bagi dirinya.
c). Dapat mengatur dirinya dengan memiliki perencanaan
belajar yang baik.
d). Menyadari tanggung jawabnya dalam belajar dengan tidak
menyalahkan orang lain bila proses helajar tidak berjalan
dengan baik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
1). Memberikan angka
Angka dalam hal ini merupakan symbol dan kegiatan
belajarnya. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat. Akan tetapi ada juga
bahkan banyak siswa yang belajar hanya ingin mengejar naik
kelas saja. Ini menunjukkan niat yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang
menginginkan angka baik.
2). Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi tetapi
tidaklah selalu demikian karena untuk suatu pekerjaan mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
3). Saingan atau Kompetisi
Saingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
4). Ego Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar dapat
merasakan pentingnya tugas sehingga ia bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri merupakan salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting.28
5). Memberikan Ulangan
28 Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar h. 90
Umumnya para siswa akan Iehih giat belajar kalau
mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi.
6). Mengetahui Hasil Pekerjaan.
7). Pujian, pujian merupakan bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus motivasi yang baik.
8). Hukuman, hukuman sebagai reiforcement yang negatif,
tetapi kalau diberikan secara tepat dan biak bisat menjadi alat motivasi.
9). Hasrat (ada maksud belajar).
10). Minat
11). Tujuan yang diakui, Rumusan tujuan yang diakui baik
oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat
penting karena menimbulkan gairah untuk terus belajar.29
4. Dampak Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi
Belajar Siswa.
Adanya perbedaan prestise dalam masyarakat tercermin
pada perbedaan gaya hidup, sebagaimana nampak dari
pernyataan Max Weber berikut ini :
. . . status honor is normally expressed by the fact that
above all else a specific style of life can be expected from all
those who wish to belong to the circle. Linked with this
expectation are restrictions on ’social’ intercourse.
Sejumlah ahli sosiologi berusaha meneliti bagaimana
perbedaan kelas sosial terwujud dalam perbedaan dalam
perilaku. Salah satu perbedaan peerilaku kelas di jumpai
dalam busana yang di pakai warga masyarakat kita di
perkotaan. Dalam berbusana baik laki-laki maupun perempuan
dari kelas sosial berbeda mempunyai kerangka acuan yang
berbeda pula. Kaum perempuan kita dari kalangan kelas atas
yang berbusana barat, misalnya, akan banyak yang cenderung
berbusana dengan mengacu pada karya perancang terkenal dari
Paris, New York, London, Tokyo atau Roma. Kaum
29Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 94
perempuan dari kelas menengah kebawah akan lebih
cenderung memakai busana ciptaan perancang mode terkenal
dalam Negeri, sedangkan busana pilihan mereka yang berada
di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada desain yang
di tentukan para grosir pakaian jadi di pusat penjualan pakaian
seperti misalnya pasar Tanah Abang atau pasar Cipulir di
Jakarta.
Perbedaan gaya hidup ini tidak hanya di jumpai pada
herarki prestise, tetapi juga pada herarki kekusaan. Kita
melihat bahwa setiap kelas sosial pun menampilkangaya hidup
yang khas.Ogburn dan Nimkoff menyajikan suatu sketsa dari
majalah life yang menggambarkan bahwa lapisan bawah (low-
brow, menengah bawah (lower middle-brow), menengah atas
(hight class),masing-masing mempunyai khas dalam hal
pakaian, perlengkapan rumah tangga, hiburan, makanan,
minuman, bacaan, senirupa, rekaman musik, permainan dan
kegiatan.
Dalam kaitan dengan perbedan antar kelas ini para ahli
sosiologi sering berbicara mengenai simbol status (status
symbol), yaitu simbol yang menandakan status dalam
masyarakat. Dari pandangan Berger bahwa orang senantiasa
memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah di raihnya
dengan memakai berbagai simbol kita dapat menyimpulkan
bahwa simbol status berfungsi untuk memberitahu status yang
diduduki seseorang. Salah satu di antaranya, misalnya ialah
cara menyapa.
Perbedaan status tidak hanya di lihat dari cara menyapa,
cara berbahasa dan cara bergaya. Dalam interaksi antara orang
yang statusnya berbeda, perbedaan status ini dapat di lihat
pula dari pola komunikasi nonverbal yang terjadi, seperti
kebisaan melipat kedua tangan di depan badan, menundukkan
badan atau kepala oleh seseorang ketika berbicara dengan
orang yang berstatus lebih tinggi, penyebutan gelar, pangkat
atau jabatan pun memberikan petunjuk mengenai status
seseorang dalam masyarakat, baik yang di peroleh dengan sendirinya maupun di raih melalui usaha.30
Dari segi pembentukan keluarga, kemiskinan
merupakan salah satu rintangan besar bagi para pemuda-
pemudi untuk melangsungkan perkawinan, disamping
dipenuhinya berbagai syarat seperti mahar, nafkah, dan
kemandirian ekonomi.31
Sebab itulah Al-Qur'an menasehati
mereka yang menghadapi kesulitan itu agar menjaga diri dan
bersabar sampai kekuatan ekonominya memungkinkan. Dari
segi pendidikan, keluarga yang lemah ekonomi dapat
menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan
seperti biaya kurang dapat dipenuhi serta suasana rumah
menjadi suram dan gairah belajar menjadi berkurang.
B. Kerangka Berfikir
1. Siswa Yang Berekonomi Tinggi
Peranan keluarga khususnya orang tua akan sangat
menentukan besarnya pengaruh proses pendidikan anak di
lingkungan keluarga, dan pada akhirya akan mempengaruhi hasil
belajar anak di sekolah. Tingkat kesadaran dari orang tua untuk
mendorong anaknya supaya belajar dirumah sangat besar dengan
faktor ekonomi mereka yang tinggi, bahkan orang tua
beranggapan bahwa pendidikan anaknya adalah tidak hanya
semata-mata tanggung jawab sekolah saja melainkan tanggung
jawab orang tua.
Sementara data menunjukkan bahwa prestasi belajar anak
di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang biasanya
dikelompokkan menjadi faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan
individu anak. Penelitian-penelitian yang pernah di lakukan, baik
30 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fak.Ekonomi UI, 2000) Cet ke-2,
h.97-100
di negara-negara maju maupun di negara berkembang
menunjukkan bahwa pada umumnya faktor keluarga mempunyai
faktor yang dominan terhadap prestasi belajar yang di capai oleh
siswa. Pengaruh perbedaan ekonomi keluarga tersebut sangat
berpengaruh kemajuan siswa di sekolah. Misalnya, adanya
kesulitan belajar, dengan menurunnya motivasi belajar anak
sehingga banyak yang tinggal kelas dan bahkan putus
sekolah.sebaliknya adanya kemudahan untuk belajar dengan
sarana dan prasarana yang mereka miliki sehingga anak
termotivasi untuk belajar di rumah dan tidak tinggal kelas.
Pendidikan akan dapat berlangsung dengan baik apabila
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang cukup, dimana
dalam proses pendidikan masalah biaya akan dapat mempengaruhi
motivasi anak untuk belajar dan melanjutkan pendidikannya
ketingkat yang lebih tinggi.
Pada umumnya orang tua yang berstatus sosial tinggi
mempunyai cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-
anaknya.
2. Siswa Yang Berekonomi Rendah
Kurangnya kemauan akan arti pentingnya pendidikan,
terutama terjadi pada kelompok masyarakat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini dapat dipahami karena sebagian kelompok ini
mengutamakan usaha-usaha untuk mempertahankan hidup guna
memenuhi kebutuhan dasar ketimbang memikirkan pendidikan.
Prestasi belajar yang baik merupakaa faktor penunjang
keberhasilan seseorang untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya.
Dan prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana
motivasi belajar termasuk salah satu faktor internal dan keluarga
merupakan salah satu faktor eksternal. Jika keduanya saling
mendukung maka prestasi belajarpun akan tinggi. Latar belakang
keluarga siswa yang lemah ekonomi mungkin menjadi penyebab
rendahnya tingkat motivasi dan kecerdasan mereka. Karena
memang motivasi belajar itu dipengaruhi oleh aspek budaya,
keluarga, sekolah, dan pribadi siswa itu sendiri. Motivasi belajar
akan berkembang secara optimal jika keempat sistem itu
berkembang secara harmonis. Akan tetapi ada aspek lain yang
juga mempengaruhi motivasi belajar yaitu sikap orang tua dalam
menyikapi permasalahan ekonomi keluarga juga akan menghambat
berkembangnya motivasi anak untuk belajar. Disamping itu
kurangnya penerimaan dari guru, sekolah dan teman-teman sebaya
juga menyebabkan anak memandang sekolah sebagai hal yang
tidak menyenangkan.
Siswa yang lemah ekonomi akan terancam gagal dalam
menyelesaikan pendidikan mereka dengan keterampilan yang
seharusnya mereka miliki untuk dapat bertahan hidup di
lingkungan masyarakat yang lebih modern. Namun mereka akan
tetap berhasil jika memiliki motivasi belajar yang tinggi, olch
karena itu perlu usaha-usaha sejak dini untuk menumbuhkan
motivasi belajarnya.
C. Perumusan Hipotesis
Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan
mengajukan hipotesa sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat motivasi
belajar siswa yang orang tuanya mampu dengan siswa yang orang
tuanya miskin.
Ha : Tingkat motivasi belajar siswa yang orang tuanya berekonomi
mampu lebih tinggi dari tingkat motivasi belajar siswa yang orang
tuanya miskin
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti :
1. bagaimana status sosial keluarga siswa di SDN Kampung Utan I Ciputat
Tangerang ?
2. bagaimana motivasi belajar siswa di SDN Kampung Utan I Ciputat
Tangerang ?
3. bagaimana pengaruh status sosial keluarga dengan motivasi belajar di
SDN Kampung Utan I Ciputat Tangerang ?
B. Tempat dan Waktu Tujuan
Penelitian ini di laksanakan di SDN Kampung Utan I Ciputat
Tangerang. Adapun waktu yang di perlukan dalam penelitian ini adalah mulai
dari bulan April sampai bulan Mei 2009.
C. Metode dan Variabel penelitian
Adapun metode penelitian yang gunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif dan metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis
komparasional. Yaitu membandingkan motinasi belajar siswa berdasarkan
tingkat ekonomi siswa.
Adapun yang di maksud dengan variabel bebas/independen adalah
kondisi-kondisi atau karakterisrik yang menerangkan hubungannya dengan
fenomena yang diobservasi. Karena fungsi variabel ini sering di sebut variabel
pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel
bebasnya adalah kemiskinan (lemahnya) ekonomi orang tua32.
Kemiskinan orang tua diidentifikasikan secara operasional sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
32
Cholid Marbuko dan Abu Ahmadi, metodologi penenelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), Cet. I, h. 119
37
Indikator kemiskinan orang tua meliputi : jenis pekerjaan orang tua, latar
belakang pendidikan orang tua, pemenuhan kebutuhan gizi, pemenuhan biaya
dan fasilitas belajar anak.
Sedangkan yang di maksud variabel terikat/dependen adalah kondisi
atau karakteristik yang berubah ketika penelitian mengintroduksi
pengubah/pengganti variabel bebas.menurut fungsinya variabel ini di
pengaruhi oleh variabel lain, maka sering di sebut juga variabel terpengaruh.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar anak.
Motivasi belajar siswa didefenisikan sebagai suatu perubahan
sinergi yang ada pada diri siswa sehingga dengan perasaan dan emosi, siswa
kemudian bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Indikator motivasi belajar meliputi: perhatian terhadap pelajaran, semangat
belajar dan keaktifan.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.33 Pada penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh siswa yang orang tuanya berekonomi
lemah dan siswa yang orang tuanya berekonomi mampu. Sampel adalah
sebagai contoh atau wakil dari populasi yang diteliti.
Pada penelitian ini, penulis megambil sampel secara urporsive
sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan ciri-ciri khusus yang telah di
tentukan.34 Yaitu siswa yang memiliki kriteria berasal dari keluarga mampu
dan siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Pada penelitian ini yang
menjadi sampel adalah 40 orang siswa yang di bagi menjadi dua kategori
kelompok : pertama kelompok eksperimen (siswa yang berekonomi tinggi)
berjumlah 20 orang, dan kedua, kelompok kontrol (siswa yang berekonomi
rendah) berjuklah 20 orang.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menempuh
teknik dengan menggunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet,XII, h.108 34 Ibid, h. 109
Yaitu mrengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap kndisi SD yang di teliti
2. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru BP untuk
memperoleh keterangan atau data tentang hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan tehnik ini adalah unutk
mengetahui usaha-usaha sekolah dalam meninglatkan motivasi belajar sisw
yang berlatar belakang lemah ekonomi (miskin).
3. Angket
Merupakan suatu pengumpul imformasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk di jawab secara tertulis oleh responde.35
Dngan angket yang disebarkan tersebut, akan memudahkan penulis
medapatkan data yang representative sehubungan dengan masalah yang
diteliti.
F. Tehnik Pengelolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengelolahan Data
Untuk mengolah data-data yang telah terkumpul dalam penelitian ini,
penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali di lakukan adalah
melakukan edit sehingga hanya data yang terpakai saja yang ada. Langkah
editing ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapid an langsung
mengadkan lebih lanjut.
b. Skoring
Selanjutnya memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang
terdapat dalam anket. Dalam pemberian skor ini penulis mempehatikan
jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir
pertanyaan yang tidak layak diberikan skor.
Cara menjumlahkan skor angket pada variabel kemiskinan ekonomi
orang tua dengan memberikan bobot nilai sbagai berikut:
35 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 181
1) Alternatif jawaban “A” mempunyai bobot nilai 4
2) Alternatif jawaban”B” mempunyai bobot nilai 3
3) Alternatif jawaban “C” mempunyai bobot nilai 2
4) Alternatif jawaban”D” mempunyai bobot nilai 1
Sedangkan untuk variable motivasi di berikan bobot nilai sebagai
berikut :
1) Alternatif jawaban “Sangat Setuju” mempunyai bobot nilai 4
2) Alternatif jawaban “Setuju” mempunyai bobot nilai 3
3) Alternatif jawaban “Tidak Setuju” mempunyai bobot nilai 2
4) Alternatif jawaban “Sangat Tidak Setuju” mempunyai bobot nilai 1
Seluruh bobot nilai di atas berlaku unutk pertranyaan dan pertanyaan
yang bersifat positif, sedangkan pertanyaan dan pertanyaan yang
bersifat negative bobot nilai di atas menjadi kebalikannya.
c. Tabulating
Yaitu mentabulating data jawaban yang telah diberikan ke dalam tabel,
selanjutnya di nyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.
2. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Untuk menganalisa antara
variabel bebas dan variabel terikat, penulis menggunakan rumus product
moment.36
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[2222
YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
ket :
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
36
Anas Sdijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
h.278
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
N : Number of Cases
BAB IV
Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum SDN I kampung utan
1. latar belakang atau sejarah berdirinya
Pada umumnya di desa Kampung Utan belum banyak lembaga-
lembaga pendidikan. Di tengah-tengah kebutuhan masyarakat akan
pendidikan, maka masyarakat mengajukan permohonan kepada
pemerintah untuk mendirikan lembaga formal dengan tujuan
mengentaskan kebodohan dan meningkatkan sumber daya manusia
(SDM), agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan
Negara.
Sebelum SDN Kampung Utan 1 berdiri, telah ada lembaga pendidikan
lain khususnya madrasyah Ibtidaiyah (MI), namun di sisi lain masyarakat
kampung utan mengharapkan anak mereka bersekolah disekolah umum.
Oleh sebab itu, pada tahun 1973 – 1974 Bapak Lurah Hasan membangun
SDN Kampug Utan 1 yang saat itu masih menumpang disalah satu
madrasyah Kampug Utan 1.
Kemudian pada tahun 1975-1976 H. Hasan mendapat INPRES untuk
mendirikan gedung sekolah sendiri yang pertama kali di bangun 8 lokal, 1
lokal ruang kepala sekolah, 1 lokal ruang guru, dan lainnya untuk ruang
belajar siswa. Maka resmilah pada tahun 1975-1976 SDN Kampung Utan
1 berdiri.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 seiring dengan
berjalannya waktu masyarakat semakin mempercayai sekolah dasar
tersebut. Jumlah siswanya dari tahun ketahun semakin meningkat.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 berdiri pada tahun
1976, sebagai kepala sekolah Bapak H. Zaman sampai tahun 1987. pada
tahun 1987 sekolah dibagi menjadi dua, karena siswanya mencapai kurang
lebih 600 siswa. Pada tahun 1987-1992 kepala Sekolah Dasar Negeri
42
(SDN) Kampung Utan I adalah Bapak Endang Supriatno, sedangkan
kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan II adalah Bapak
Hasanudin. Pada tahun 1992-2001 adalah Ibu Salamah Rahmah, tahun
2001-2007 Bapak H. Umar Dani dan pada tahun 2008 kepala Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1 adalah Ibu Endang Kurniasih
sampai sekarang.
Dari tahun 1976-2004 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampung Utan 1
masih berdiri kokoh dengan mengemban misi khusus yaitu “Meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemajuan ilmu pengetahuan”.
Dengan sejarah singkat mengenai berdirinya Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Kampung Utan 1 yang saya obserpasi pada tanggal 18-22 Mei
2009.
2. Struktur Organisasi
Tabel 137
Struktur Organisasi
Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan I
Pengawas Kepala Sekolah Komite
E. Junaedi
Endang Kurniasih
Abdul Kohar
GURU KELAS
Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V Kls VI
Hj. Etty N Saenih S.Ag Supartina Wartini Ir. Rahayu Sri Mulyani
GURU BIDANG STUDI
Agama Olahraga Komp/KTK Bhs. Inggris Bhs. Sunda Pramuka
Uus Husna Wahyudi S.sos Syamsiah/Yopi Endang SN.sos Endang SN.sos M. Supardi S.Pd
3. Visi dan Misi
37Sumber data, Buku Induk SDN Kampung Utan I.
Bendahara
Hj. Etty N
Siswa
Penjaga.
a. Visi
unggulan dalam mata pelajaran matematika di kecamatan Ciputat
Timur pada Tahun 2013
b. Misi SDN I Kampung Utang
a) Meningkatkan kompetensi guru dalam mata pelajaran
Matematika
b) Menambah jumlah jam mata pelajaran Matematika
c) Melengkapi sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
d) Mengoptimalkan penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar dalam roses kegiatan belajar mengajar.
e) Meberikan manajemen / administrasi sekolah.
f) Mengadakan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT, melalui pembelejaran Agama, ceramah/kultum.
g) Mengembangkan petonsi, minat dan bakat peserta didik agar
memiliki daya saing yang tinggi, terampil, produktif, disipin
dan mandiri.
4. Keadaan guru dan murid
Adapun jumlah dewan guru yang ada di SDN I kampung utan
berjumlah 14 orang, yang terdiri dari guru laki-laki sebanyak 5 orang, guru
perempuan 8 orang ditambah 1 kepala sekolah dan 1 orang penjaga
sekolah. Selama satu minggu mereka mengajar sebanyak 24 jam pelajaran.
Untuk lebih jelasnya lihat keterangan atau data guru yang ada pada table
kepegawian di bawah ini :
Tabel 2
Data Kepegawaian/Guru
Sekolah Dasar Negeri Kampung Utan I
No Nama L/p Guru Kls Ijazah
tertinggi &
Tahun
Ijazah
Pangkatdan
Golongan
Jabatan Mulai kerja di
sekolah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
E. Kurniasih
Sri Mulyani
Wartini
Supartina
Hj. Etty N
Rahayu P
Saenih
Wahyudin
M. Yoppy
Syamsiah
Endang Sri. N
M. Supardi
Maman
Uus Husna
P
P
P
P
P
P
P
L
L
P
P
L
L
L
V
IV
III
I
V
I/VI
I/VI
I/VI
I/VI
I/VI
I/VI
-
I/VI
D2 1995
D2 1995
D2 2002
D2 2002
D2 1995
S1 1988
S1 2001
S1 2003
S1 2008
PGA 1977
S1 2005
S1 2005
SMA 1995
S1 2008
IV A
IV A
IV A
IV A
IV A
III A
-
-
-
-
-
-
-
-
Kepsek
Guru kelas
Guru kelas
Guru kelas
Guru kelas
Guru kelas
Guru kelas
Guru OR
Guru TIK
Guru Kes
Guru basing
Guru Pram
Penjaga
Guru Agama
23-11-2001
10-07 -1984
01-07-2005
01-10-1984
01-10-1981
02-01-2008
01-06-2003
03-08-2002
07-06-2007
02-01-2001
22-07-2003
01-04-2003
12-05-1990
14-07-2008
Tabel 3
Data Keadaan Siswa SDN I Kampung Utan
No. Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki perempuan
1 1 28 24 52
2 2 22 19 41
3 3 28 9 37
4 4 14 13 27
5 5 12 15 27
6 6 12 20 32
Jumlah 216
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang di miliki oleh SDN I kampung utan cukup
lengkap dan sangat mendukung kelancaran belajar mengajar yang lebih
baik. Kelengkapan sarana dan prasarana yang di miliki akan
mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusanya.
Adapun sarana prasarana yang tersedia dapat di hat pada table di
bawah ini :
Tabel 4
Data Sarana dan Prasarana SDN I Kampung Utan
No. Keerangan Jumlah
1 Ruang kepala sekolah 1
2 Ruang guru 1
3 Ruang computer 1
4 Ruang perpustakaan 1
5 Ruang ibadah 1
6 Ruang UKS 1
7 Ruang penjaga 1
8 Ruang kelas 5
9 Ruang TU 1
10 Kamar kecil 2
B. Deskripsi Data
Penelitian ini berjudul Status sosial keluarga terhadap motivasi belajar
siswa di SDN Kampung Utan I. yang terdiri dari variable X dan variable
Y.
1. Deskripsi Data Variable X
Data yang diperoleh penulis adalah meliputi dua hal karena penelitian
ini mengungkapkan hubungan antara dua hal yaitu Status sosial keluarga (
Variabel x ) dan motivasi belajar siswa ( Variabel y ).
Setelah di peroleh data berdasarkan hasil angket tersebut kemudian di
deskripsikan dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah
data dari instrument pengumpul data (angket) menjadi tabel-tabel angka,
seperti dapat di lihat berikut ini :
Untuk mengetahui bagaimana status sosial keluarga maka di gunakan
rentangan untuk variable X dengan responden pada kriteria atau ketentuan
sebagai berikut :
Untuk Variabel X ( Status Sosial Keluarga), yaitu :
Skor Kriteria Nilai
a) 24 – 17 Tinggi
b) 16 – 9 Sedang
c) 1 – 8 Rendah
Untuk ketentuan di atas maka dengan demikian di hasilkan data status
social ,keluarga ( Variabel X)
Tabel 5
Daftar Vaiabel X (Status Sosial Keluarga)
No Responden Skor Variabel X Kriteria
1 RW 10 Sedang
2 OS 9 Sedang
3 SY 6 Rendah
4 EP 10 Sedang
5 GF 9 Sedang
6 WD 12 Sedang
7 SF 8 Rendah
8 DW 8 Rendah
9 NR 17 Rendah
10 SK 7 Rendah
11 UN 6 Rendah
12 SH 8 Rendah
13 BN 8 Rendah
14 VW 8 Rendah
15 AR 9 Sedang
16 SP 11 Sedang
17 SK 12 Sedang
18 AG 13 Sedang
19 AK 13 Sedang
20 HR 12 Sedang
21 AM 12 Sedang
22 RK 9 Sedang
23 LO 7 Rendah
24 IW 20 Tinggi
25 AS 15 Sedang
26 DH 13 Sedang
27 DR 13 Sedang
28 NA 5 Rendah
29 MK 5 Rendah
30 LN 14 Sedang
31 RI 14 Sedang
32 RS 14 Sedang
33 PA 11 Rendah
34 SH 13 Sedang
35 EP 7 Rendah
36 MW 8 Rendah
37 IS 7 Rendah
38 LA 7 Rendah
39 DW 12 Sedang
40 NA 21 Tinggi
N= 40 X = 423
Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga
Kriteria nilai Banyaknya Presentase
Tinggi 2 5
Sedang 21 52.5
Rendah 17 42.5
Total 40 100
Dari keterangan tabel di atas menunjukkan status sosial keluarga tinggi
sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% dan yang menunjukkan status sosial
keluarga sedang sebanyak 21 siswa dengan persentase 52.5%.
Adapun tentang status sosial keluarga rendah sebanyak 17 siswa dengan
persentase 42.5%.
Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata nilai (mean) tentang
bimbingan orang tua maka di gunakan rumus sebagai berikut :
Mx = ∑fx = 432
N 40
= 10.8
dengan skor rata-rata yang dihasilkan adalah 10,8, maka berarti rata-rata siswa
menyatakan bahwa bimbingan orangtua terhadap siswa adalah sedang
2. Deskripsi Data Variable Y
Adapun untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa maka
digunakan rentangan untuk variabel Y dengan berpedoman pada kriteria atau
ketentuan sebagai berikut, yaitu :
Untuk Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
Skor Kriteria Nilai
a. 120 – 103 Sangat Tinggi
b. 102 – 85 Tinggi
c. 84 – 67 Sedang
d. 66 – 49 Rendah
e. 48 —30 Sangat Rendah
Tabel 6
No Responden Skor Variabel Y Kriteria
1 RW 95 Tinggi
2 OS 86 Tinggi
3 SY 91 Tinggi
4 EP 94 Tinggi
5 GF 87 Tinggi
6 WD 92 Tinggi
7 SF 95 Tinggi
8 DW 87 Tinggi
9 NR 95 Tinggi
10 SK 98 Tinggi
11 UN 95 Tinggi
12 SH 95 Tinggi
13 BN 94 Tinggi
14 VW 84 Sedang
15 AR 92 Tinggi
16 SP 95 Tinggi
17 SK 91 Tinggi
18 AG 96 Tinggi
19 AK 120 Sangat tinggi
20 HR 91 Tinggi
21 AM 81 Sedang
22 RK 92 Tinggi
23 LO 89 Tinggi
24 IW 91 Tinggi
25 AS 97 Tinggi
26 DH 94 Tinggi
27 DR 100 Tinggi
28 NA 88 Tinggi
29 MK 86 Tinggi
30 LN 99 Tinggi
31 RI 94 Tinggi
32 RS 92 Tinggi
33 PA 98 Tinggi
34 SH 99 Tinggi
35 EP 98 Tinggi
36 MW 92 Tinggi
37 IS 80 Sedang
38 LA 95 Tinggi
39 DW 96 Tinggi
40 NA 97 Tinggi
N= 40 Y = 3731
Tabel 7
Rekapitulasi Data Status Sosial Keluarga
Kriteria nilai Banyaknya Presentase
Sangat tinggi 1 2.5
Tinggi 36 90
Sedang 3 7.5
Rendah 0 0
Sangat rendah 0 0
Total 40 100
Dari keterangan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
motivasi yang sangat tinggi untuk belajar sebanyak 1 orang dengan persentase
2.5 %,dan siswa yang memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 36 siswa
dengan persentase 90 % , dan untuk siswa yang memilki motivasi belajar yang
sedang sebanyak 3 orang dengan presentase 7.5%.
Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) variabel y yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
My = ∑ f y = 3731
N 40
= 93,27
Dengan nilai rata-rata yang dihasilkan adalah 93,27, maka ini berarti rata
rata siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Data yang diperoleh penulis adalah meliputi dua hal karena penelitian
ini mengungkapkan hubungan abtara dua hal yaitu hubungan ekonoi
keluarga ( Variable x ) dan motivasi belajar siswa ( Variabel y ).
Setelah data-data di kumpulkan melalui intrumen data yang di gunakan
yaitu angket yang telah di berikan kepada 40 orang siswa yang terdiri dari kelas
V dan kelas VI, maka untuk selanjutnya data tersebut dideskripsikan dan di
analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Adapun data sample penelitian
yang di ambil untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8
Daftar sampel penelitian
Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
V 8 15 23
VI 7 10 17
Total 15 25 40
Sebelum mengetahui hasil data antara variable x dan variabel y, maka kita
lihat terlebih dahulu mengenai hasil data dari indikator atau aspek setiap
pernyataan yang di jawab oleh respondenuntuk mengetahiu berapa besar
presentase setiap alternative dari pernyataan yang ada.
C. Analisis data
data yang telah di deskripsikan di atas, baik data mengenai hubungan
ekonomi keluarga (variable x) maupun data tenang motivasi belajar
(variable y), maka untuk selanjutnya data tersebut di analisis dan
diinterprestasikan untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Adapun analisi ang di gunakan untuk mengetahui bagaimana
hubungan ekonomi keluarga dan motivasi belajar, maka di gunakan skor
untuk variable x dan variable y dengan criteria ketentuan sebagai berikut :
Cx’ =
= 22
40
= 0,55
∑N
fy
Cy’ =
= 11
40
= 0,28
SDx’ = i ∑ fx’2
_ ∑fx’2
N N
= 1 78 _ 0,552
40 40
= 1 1,95 – 0,302
= 1 1,65
= 1,28
SDy’ = i ∑ fy’
2 _ ∑fy’2
N N
= 1 65
_ 0,28 2
40 40
= 1 1,62 – 0,08
= 1 1,54
= 1,22
r xy = ∑x’y’ _ ( Cx’ ) (Cy’)
N
∑ fy’ N
( SDx’) (SDy’)
= 65 _ (0,55) (0,28)
40
(1,28) (1,22)
= 1,625-0,154
1,56
= 1,47
1,56
= 0,94
D. Interprestasi data
Berdasarkan perhitungan di atas, di peroleh nilai koefisien penelitian
tentang status social ekonomi dengan motivasi belajar siswa sebesar rxy
0.94.
Dalam buku “statistik pendidikan” yang di kemukakananas sudjiono tentang
tingkat koefisien korelasi “r”.
Dengan mengadakan perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa
hubungan antara sosial dengan motivasi belajar siswa berada pada tingkat
hubungan yang sama. Karena angka indeks korelasi product moment rxy =
0,94
Untuk melihat hubungan antara dua variabel, maka penulis
merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa (Ho). Adapun hipotesa
itu adalah :
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga
dengan motivasi belajar mereka.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga
dengan motivasi belajar siswa.
Selanjutnya untuk menguji kedua hipotesa di atas, perlu dibuktikan
dengan cara membandingkan (r) dengan terlebih dahulu melihat derajat
bebasnya (db) atau Degree of Fredom yang dirumuskan sebagai berikut :
df = N - nr
Keterangan : df : Degree of Fredom (Derajat Bebas)
N : Jumlah responden
nr : Banyak variabel yang dikorelasikan
Dengan diperoleh df, maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel nilai “r” product moment, baik taraf signifikan 5%
maupun pada taraf signifikan 1%.
Mencari df atau db dengan rumus df = N – nr, dimana jumlah (N) =
40 dan variabel yang dikorelasikan adalah 2 maka df = 40 – 2 = 38 setelah
diketahui df = 38 dengan melihat tabel nilai “r” product moment maka
dapat diketahui bahwa dengan df = 38 pada taraf signifikan 5% diperoleh
“r” product momentnya sebesar 0,168 , sedangkan pada taraf signifikan
1% diperoleh product moment sebesar 0,242. Ternyata rxy yang sebesar
0,94 jumlahnya jauh lebih besar daripada r tabel pada taraf signifikan 5%,
maka dengan demikian hipotesa alternatif yang menyatakan adanya
korelasi yang signifikan antara status sosial ekonomi keluarga dengan
motivasi belajarnya dapat diterima, sementara Ho nya ditolak.
Kesimpulan yang dapat penulis tarik ialah, tinggi rendahnya
motivasi belajar siswa kuat hubungannya dengan positif-kurang positifnya
status sosial ekonomi keluarga, jadi kurang positif status sosial ekonomi
keluarga akan rendah pula motivasi belajarn siswa.
Setelah rxy diketahui jumlahnya sebesar 0,94 %, jadi untuk
mengetahui berapa besar pengaruh variabel x terhadap variabel y maka,
dapat dibuktikan melalui perhitungan koefisien determinasi (D) dengan
rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100%
= (0,94)2 x 100%
= 0,88 x 100%
= 88%
Dengan demikian motivasi belajar siswa SDN Jombang III Ciputat
dipengaruhi + 88 % oleh kepribadian guru pendidikan agama Islam, dan
sisanya 12% dipengaruhi oleh variabel lain.
E. Ulasan
Dari hasil penelitan di atas, data-data yang di peroleh adalah melalui
angket yang penulis sebarkan pada siswa-siswi SDN I Kampung Utan
yang berjumlah 40 orang dari kelas Vdan kelas VI dengan ketentuan 20
orang dar kelas V dan 20 orang dari kelas VI.
Sebagaimana telah penulis uraikan, bahwa status sosial ekonomi kuat
hubungannya dengan motivasi belajar mereka. Dengan melihat dari nilai
koefisien yang di peroleh sebesar rxy = 0,94.
Dengan demikian status ekonomi keluarga sangat besar pengaruhnya
terhadap motivasi belajar siswanya, oleh karena itu,orang tua yang
mengalami status ekonomi rendah supaya lebih sering memberikan
dukungan atau dorongan yang besar kepada anak-anak agar mempunyai
motivasi yag besar dalam belajar dan bisa mendapatkan nilai yang tidak
jauh berbeda dengan anak yang berstatus ekonomi tinggi.
Untuk dewan guru yang meberikan materi kepada anak di kelas,
supaya tidak membeda-bedakan kasih sayang, perhatian dan bimbingan
antara siswa yang satu dengan yang lain, agar tidak terjadi kesenjangan
antara siswa dan guru.
Dari uraian di atas dapat di ketahui dan di pahami, bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga terhadap
motivasi beajar siswa di SDN I Kampung Utan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi, analisa dan interprestasi data yang telah di uraikan
pada bab sebelumnya, data penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan
skripsi ini dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Status sosial keluarga yang terdapat di SDN Kampung Utan I yaitu
sedang, ini dapat di lihat dari jawaban angket status sosial keluarga
yang tinggi sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% dan yang
menunjukkan status sosial keluarga sedang sebanyak 21 siswa dengan
persentase 52.5%. Adapun tentang status sosial keluarga rendah
sebanyak 17 siswa dengan persentase 42.5%.
2. Motivasi belajar siswa di SDN kampung Utan I yaitu tinggi, karena
dapat di lihat dari jawaban angket, telah menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk belajar sebanyak 1
orang dengan persentase 2.5 %,dan siswa yang memiliki motivasi
yang tinggi sebanyak 36 siswa dengan persentase 90 % , dan untuk
siswa yang memilki motivasi belajar yang sedang sebanyak 3 orang
dengan presentase 7.5%.
3. Hubungan antara status sosial keluarga terhadap motivasi belajat siswa
di SDN Kampung Utan I yaitu tinggi/kuat atau dapat di katakan bahwa
hubungan antara status sosial keluarga dengan motivasi belajar siswa
terdapat hubungan yang kuat.
B. Saran-saran
Berdasarkan penelitan yang penulis lakukan,maka penulis mempunyai
harapan dan mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait
untuk dapat di indahkan antara lain :
60
1. Hendaknya pemerintah maupun swasta, dapat meningkatkan bantuan
kepada siswa yang membutuhkan dan memberikan pemerataan
kemakmuran kepada masyarakat yang kurang mampu.
2. Kepada orang tua siswa,di harapkan dapat memenuhi fasilitas belajar
untuk anak-anaknya sesuai dengan kemampuan, karena dengan
tersedianya fasilitas belajar akan memberikan motivasi yang besar
pada anak untuk memacu semangat belajar.
3. Bagi siswa yang berlatar belakang kurang mampu/sosial ekomi rendah,
diharapkan tidak mempunyai perasaan minder sama teman yang
ekonomi nya lebih tinggi dan selalu memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar.
4. Untuk guru, hendaknya memiliki sikap penuh kasih sayang perhatian
dan bertanggung jawab yang besar terhadap murid baik yang berstatus
ekonomi rendah atau tinggi, dan hendaknya dapat memotivasi murid-
muridnya agar berprestasi lebih baik lagi.
5. Antara pihak sekolah dan orang tua di harapkan bisa menjaga
hubungan yang lebih baik lagi agar tercipta komunikasi yang lancar
anarata kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan A. Rohani H.M , Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka
cipta, 1991), h. 11
Abu Ahmadi dan Cholid Marbuko, metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997)
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI
Anita Woolfolk and, Educational Psychology, (Jakarta: Ally and Bacon, 1993)
Arikunto Suharsimi , Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Idonesia, (Bank Dunia 2006)
Harian Umum Republika, Tinjau Kembali Pengentasan Kemiskinan
Hartomo, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta; Bumi Aksara, 2001)
Hurloak Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1995)
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Nasution S, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung : Temmars, 1986)
Noor Arifin, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999)
Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997)
Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)
Qardhawi Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1999)
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003)
Sdijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004)
Soekanto Soerjono, Memperkenal Sosiologi, (Jakarta : Rajawali Press, 1998)
Sukanto Rekso Hadi Prodjo, Ekonomi Perkotaan, (Yogyakarta : BPFE,
1982)
Sunarto Kamano,Pengantar Sosiologi (Jakarta:Fak.Ekonmi UI,2000)
Suparlan Parsudi, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1995)
Suyono, Haryono Memotong Rantai Kemiskinan, (Jakarta : Penerit Yayasan
Damandiri, 2003)
Undang-undang tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004,
(Jakarta: Tamita Utama, 2004)
Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996)