nilai-nilai pendidikan akhlak dalam...

83
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAYSIRUL KHALAQ DALAM MENYIKAPI BULLYING DI KALANGAN PELAJAR Skripsi Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: JAJANG SUPRIATNA NIM. 1112011000007 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: vannhan

Post on 25-Apr-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

TAYSIRUL KHALAQ DALAM MENYIKAPI BULLYING DI

KALANGAN PELAJAR

Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

JAJANG SUPRIATNA

NIM. 1112011000007

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

i

ABSTRAK

Jajang Supriatna (NIM: 1112011000007). Nilai-Nilai pendidikan Akhlaq Dalam

Kitab Taisirul Khalaq Dalam Menyikapi Bullying Di Kalangan Pelajar. Skripsi

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayadatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai akhlak yang

terdapat pada Kitab Taysirul Khalaq karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi dalam

menyikapi bulliying di kalangan Pelajar. Adapun metode penulisan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, lebih tepatnya adalah

metode penelitian kepustakaan atau library reasearch yang bercorak deskriptif

analitis atau analitis kritis, yaitu mengkaji gagasan primer mengenai ruang lingkup

permasalahan yang dipercaya oleh gagasan sekunder yang relevan. Yang menjadi

sumber primer dalam penelitian ini adalah Kitab Taysirul Khalaq karya Hafidz

Hasan Al-Mas’udi, dan juga menggunakan sumber sekunder, yaitu sumber buku-

buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Asapun hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai-nilai akhlak yang ada

kaitannya dalam menyikapi prilaku bully ada tujuh di dalam Kitab Taysirul

Khalaq, yaitu: pertama Adab yang harus di penuhi murid, seperti sifat tawadhu’

dan tidak ujub, kedua Adab dalam pergaulan, yaitu murid harus saling

menghormati dan mengasihi sesama teman dalam bergaul. Ketiga Kerukunan,

yaitu seorang murid harus memiliki sifat kebersamaan dan persaudaraan yang

kuat dalam berteman. Keempat Persaudaraan, dengan memperkuat persaudaraan

maka satu sama lain bagaikan bangunan yang tidak akan meruntuhkan satu sama

lain. Kelima Ghibah dan penggunjingan, yaitu dengan meninggalkannya murid

akan sifat dan perilaku ini, maka perilaku bullying akan berkurang di kalangan

murid. Keenam Takabur atau sombong, murid yang sombong akan lebih

cenderung merasa unggul dibanding dengan teman-temannya, maka bullying akan

terjadi jika murid memiliki sifat angkuh dan sombong. Ketujuh Zalim atau aniaya.

Dari ketujuh bab ini apabila dimiliki oleh seorang murid dan menjauhi apa yang

tidak boleh di lakukan, maka murid akan terhindar dari pelaku dan perilaku sifat

bully terhadap temannya ataupun orang lain.

Kata Kunci: Nilai-nilai akhlaq.

ii

ABSTRACT

Jajang Supriatna (NIM: 1112011000007). Educational Values of Akhlaq in the

Book of Taisirul Khalaq in Responding to Bullying Among Students. Thesis

Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN

Syarif Hidayadatullah Jakarta.

This study aims to reveal the moral values contained in the book Taisir al

Khalaq by hafidz hasan al-Masudi, The writing method used in this study is a

qualitative method, more precisely is a library research method or a reasearch

library that is analytically or analytically critical descriptive pattern, which

examines the primary ideas about the scope of problems that are believed by

relevant secondary ideas. The primary source of this research is Hafidz Hasan al

Mas'udi's Taisirul Khallaq circumcision, and also uses secondary sources, namely

the sources of books relating to research conducted.

which is expected to make the solution for bullying behavior among students

/ students. The results showed that there are seven moral values related to

responding to bully behavior in the Taisirul Khallaq book, namely: first Adab

must be fulfilled by students, such as the nature of tawadhu 'and not ujub, both

Adab in association, ie students must mutual respect and love for fellow friends in

socializing. Third Harmony, that is a student must have the character of

togetherness and brotherhood that is strong in friends. Fourth Brotherhood, by

strengthening brotherhood each other is like a building that will not tear down one

another. The fifth reward and use, namely by leaving the student with the nature

and behavior, will reduce the bullying behavior among students. Sixth, arrogant or

arrogant, arrogant students will be more likely to feel superior than their peers, so

bullying will occur if students have arrogant and arrogant qualities. Seventh Zalim

or persecution. From these seven chapters if they are owned by a student and stay

away from what should not be done, the student will avoid the perpetrator and

bully behavior towards his friends or others.

Keywords: moral values

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-

sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam baik yang masih hidup maupun yang

telah wafat.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berterimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil

khususnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak Oman Syahroni dan Ibu Iros

yang dengan sabar mengasuh dan mengasih serta selalu mendoakan yang tebaik

bagi penulis. Selanjutnya penulis juga menyampaikan banyak rasa terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Islam. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag

dan sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Hj. Marhamah Saleh,

Lc.

3. Dosen penasihat akademik Bapak Tanenji, MA yang selau memberikan

nasihatnya kepada penulis

4. Dosen pembimbing Skripsi, Dr. Dimyati, MA yang telah memberikan

saran dan arahan serta motivasi dalam penulisan skripsi

5. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dosen Jurusan

Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya melalui

pengajaran, pendidikan, keteladanan dalam proses belajar di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan pondok pesantren Daar El-hikam K.H. Bahrudin, S.Ag dan Hj.

Tutik Rosmaya yang telah memberikan ilmu dan nasehatnya kepada

penulis.

iv

7. Kepala Sekolah SMPI Daar El-Hikam Moh. Syafri M.Pd dan guru-guru

yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar cepat selesai

skripsinya.

8. Kepala Yayasan Raudhatul Irfan Bapak Irham Zuhri Nasution dan staf

pengajar mudah-mudahan selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

9. Kepada Founder DPPU (Dompet Pesantren Peduli Umat) Moh. Khudri,

S.Pd yang selalu memberikan arahan kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI A dan seluruh mahasiswa/i PAI UIN

Jakarta angkatan 2012, terima kasih atas masukan, dorongan, dan

sharingnya yang telah diberikan untuk penulis sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sahabat tercinta Wadah Silaturahmi 2012, Adnan kasogi S.S.I,

Pandi darmawan S.Sy, M. Sayid Rifai S.Sy, Asnawi Riza, Ghozali Sahlan,

M. Sulfi Apriadi S.Hum dan teman-teman yang lainya, Tanpa jasa-jasa

kalian semua penulis bukanlah apa-apa dan bukan siapa siapa.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Apabila ada kekurangan

dalam penulisan skripsi ini, mohon dimaafkan. Semoga skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Aamiin.

Ciputat, 31 Oktober 2018

Penulis,

Jajang Supriatna

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Nilai ................................................................................................ 9

B. Pendidikan ........................................................................................................ 10

1. Pengertian Pendidikan ................................................................................... 10

2. Pendidikan Islam ........................................................................................... 13

C. Akhlak ............................................................................................................... 17

1. Pengertian Akhlak ......................................................................................... 17

2. Macam-macam Akhlak ................................................................................. 19

3. Pendidikan Akhlak dalam Islam .................................................................... 22

4. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak ............................................................... 23

D. Bullying

1. Pengertian Bullying ....................................................................................... 25

2. Jenis-jenis Bullying ....................................................................................... 26

3. Ciri-ciri Perilaku Bullying ............................................................................. 27

4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying ........................................................... 28

5. Dampak Bullying ........................................................................................... 28

6. Bullying dalam pandangan islam ................................................................... 29

7. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 32

1. Waktu Penelitian ......................................................................................... 32

2. Tempat Penelitian........................................................................................ 32

vi

B. Metode dan Jenis Penelitian ............................................................................ 32

C. Sumber Data ..................................................................................................... 33

1. Data Primer ................................................................................................. 33

2. Data Sekunder ............................................................................................. 34

D. Analisis data ...................................................................................................... 34

E. Teknik Penulisan Proposal Skripsi ................................................................. 35

F. Fokus Penelitian ............................................................................................... 35

G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syeikh Hafidz Hasan Al-mas’udi ........................................................................... 36

1. Biografi Hasan Al-Mas’udi ................................................................................. 36

2. Karya Hasan Al-Mas’udi .................................................................................... 37

3. Karakteristik Kitab Taysirul Khalaq ................................................................... 38

B. Analisa Akhlak dan Perilaku pelaku Bullying ..................................................... 49

a. Akhlak Pelaku Bullying....................................................................................... 49

b. Prilaku Pelaku Bullying. .................................................................................... 50

C. Analisis Nilai-Nilai Akhlaq ...................................................................................... 50

1. Adab yang harus dipenuhi murid ........................................................................ 51

2. Adab dalam pergaulan......................................................................................... 52

3. Kerukunan ........................................................................................................... 53

4. Persaudaraan ....................................................................................................... 55

5. Ghibah atau penggunjingan................................................................................. 57

6. Takabur dan sombong ......................................................................................... 58

7. Zalim atau aniaya ................................................................................................ 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 64

B. Saran .......................................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 66

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan akhlak merupakan permasalahan utama yang menjadi

tantangan manusia sepanjang sejarahnya. Sejarah bangsa-bangsa yang

diabadikan dalam Al-Qur’an baik Kaum ‘Ad, Tsamud, Madyan maupun yang

didapat dalam buku-buku sejarah menunjukan bahwa suatu bangsa akan

kokoh apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya satu bangsa akan runtuh bila

akhlaknya rusak.

Realitanya perilaku serta budi pekerti (akhlak) dari pelajar saat ini

memprihatinkan, di antaranya cenderung bertutur kata yang kurang baik,

saling mengejek antar sesama teman, mengucilkan orang lain, bertingkah laku

yang kurang sopan, tidak lagi patuh terhadap orang tua dan gurunya dan lain

sebagainya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh pendidikan budi pekerti yang

mereka dapatkan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat

dan yang paling berpengaruh adalah akhlak yang didapat dari lingkungan

sekitar. Lingkungan sekeliling yang baik cenderung akan baik pula akhlak

yang dipakainya, begitupun sebaliknya akhlak dilingkunganya kurang baik

maka akan kurang baik juga akhlak yang didapatinya.

Akhlak adalah suatu hal yang sangat penting bagi umat manusia,

akhlakul karimah merupakan sifat para Nabi dan Rasul yang harus

dipraktikkan atau ditiru oleh manusia sebagai umat pengikutnya,

sebagaimana Rasulullah itu diutus ke muka bumi ini sebagai suri tauladan

bagi umatnya, sebagaimana yang dikatakan dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21:

2

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-

Ahzab [33]:21).

Rasulullah membawa akhlak yang sempurna dan agung yang bersumber

dari wahyu untuk menjadi tauladan bagi orang yang beriman. Allah Swt

berfirman:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S.

Al-Qalam [68]:4).

Selain itu, Rasulullah juga diutus ke muka bumi ini untuk

menyempurnakan akhlak, sebagaimana dalam Hadits yang berbunyi:

د بن عجلن، عن د، عن محم ث نا عبد العزيز بن محم ث نا سعيد بن منصور، قال: حد حدحكيم، عن أبي صالح،عن أبي هري رة، قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليه القعقاع بن

م صالح الخلق 1" وسلم: " إنما بعثت لتم

“ Telah meriwayatkan hadits Sa’id bin Mansur, berkata: telah meriwayatkan

hadits pada kami Abdul ‘aziz bin Muhammad, dari Muhammad bin ‘Ajlan,

dari Al Qo’qooa’ bin Hakim, dari Abi solih, dari Abi Hurairah, berkata;

Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan

Akhlak yang Sholih (layak)”. HR. Ahmad

Untuk menghasilkan manusia-manusia yang berbudi pekerti baik, perlu

adanya pendidikan yang baik dan mengedepankan pendidikan akhlak agar

memperoleh akhlak yang baik sebagaimana akhlak yang Rasulullah ajarkan

dan Rasul contohkan kepada umatnya. Hal ini disambut positif oleh

1 Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Musnad Al

Mukatsirina Min As Shohabah, Musnad Abi Hurairah RA, Nomor 8952.Abu Abdullah Ahmad bin

Muhammad bin Hambal As Saybani, Musnad Imam Ahmad bin Hambal,(Muassasah Ar Risalah,

2001 M – 1421H), h. 41/512.

3

pemerintah dengan mengedepankan pendidikan akhlak atau budi pekerti

dalam Kurikulum 2013.

Bersamaan dengan hal itu, sebelum penerapan Kurikulum 3013, Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.2

Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis, serta bertanggungjawab.3

Untuk itu, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai macam

metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu

dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya

pribadi-pribadi muslim yang ber-akhlakul karimah, taat pada Allah dan

Rasul-Nya, hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan

dan seterusnya.4 Di sisi lain, bersamaan dengan perkembangan era globalisasi

yang semakin maju, banyak permasalahan demi permasalahan yang dihadapi

masyarakat, diantara masalah besar yang dihadapi adalah akhlak.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia

sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan

perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama maupun makhluk

individual dan sosial. Banyak dampak negatif yang paling berbahaya terhadap

kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya

2Abdul Rozak, dkk., Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Pendidikan, (Jakarta:

FITK Press, 2010), h. 4. 3M. Sukardjo, dkk., Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja

GrafindoPersada, 2009), h. 14. 4Nur Hadie, Pemikiran Syeikh Muhammad Syakir Tentang Pendidikan Akhlak Dalam

Kitab Washáyá Al-Ábá’ Li Al-Abná’, Jurnal Tadrîs, Vol. 7 Nomor 1, Juni 2012, h. 115.

4

kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan

hidupnya adalah nilai material sehingga manusia terlampau mengejar materi

tanpa menghiaraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk

memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.5

Hal itu mengakibatkan berbagai permasalahan, seperti kenakalan remaja,

tawuran antar pelajar, minum-minuman keras, mengolok-ngolok teman

sendiri, narkoba, anak yang durhaka pada orang tua, dan pergaulan bebas di

kalangan pelajar. Bahkan yang lebih memilukan anak di bawah umur pun

sudah banyak yang melakukan tindakan kriminalitas.

Salah satu permasalahan di kalangan pelajar pada era globalisasi yang

serba canggih ini adalah masalah perundungan atau bullying. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia perundungan ditafsirkan sebagai mengganggu,

mengusik terus menerus, meyusahkan. Berdasarkan data pada tahun 2015

oleh International Center For Research on Women (ICRW) mengatakan

bahwa 84% siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami kekerasan di

sekolah6.

Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika sekolah.

Umumya orang lebih mengenalnya dengan istilah-istilah seperti

penggencatan, pemalakan, pengucilan, intimidasi dan lain-lain. Istilah

bullying sendiri memiliki makna luas, mencakup berbagai bentuk penggunaan

kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti orang lain sehingga korban merasa

tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Sementara itu, praktik bullying terjadi pula di tingkat sekolah dasar.

Salah satu kasus kematian akibat bullying adalah kematian Fifi Kusrini, anak

usia tiga belas tahun yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 Juli 2015.

Kematian siswi sekolah dasar ini dipicu oleh rasa minder dan frustasi karena

sering diejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-temanya di sekolahnya.

Permasalahan ini timbul karena lemahnya pengawasan dan filter serta

kepedulian dari berbagai pihak dalam menghadapi arus globalisasi, baik itu

5 A.Mustofa Akhlak Tasawuf ( Bamdung; pustaka setia 2014 cet VI). Hal 17 6http://regional.kompas.com/read/2016/11/29/16005801/84.persen.siswa.indonesia.alami.

kekerasan.di.sekolah di akses pada 17-10-2017 jam 20.52 wib

5

pemerintah, lembaga pendidikan, bahkan keluarga yang paling berperan

penting. Penting kiranya untuk mencegah dan meminimalisir perundungan

atau bullying di kalangan pelajar dan salah satu metode yang harus

dikembangkan adalah pembelajaran akhlak di kalangan pelajar.

Untuk itu, penting bagi kita untuk mendalami pendidikan akhlak dengan

cara memahami dan mempelajari akhlak islami yang dicontohkan dam

diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para pewarisnya sehingga dapat

menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada

akhirnya memiliki sifat perilaku akhlak terpuji.

Ulama-ulama terdahulu telah banyak mengajarkan kepada murid-

muridnya mengenai pentingnya akhlak yang baik, salah satu kitab yang

membahas tentang pendidikan akhlak yang harus dimiliki yaitu kitab Taysirul

Khallaq karangan Hafidz Hasan al Mas’udi. Dalam kitab ini sangat mudah di

pahami dalam bahasanya, juga sangant bermanfaat jika diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari karena semua yang ada berkaitan dengan akhlak yang

bertujuan untuk menjadikan perilaku yang baik dalam diri mausia.

Permasalahan akhlak ini, kemudian menjadi perhatian bagi ulama asal

Mesir yaitu Hafidz Hasan al-Mas‟udi yang dituangkan dalam karyanya yang

berjudul Taysirul Khalaq, ini merupakan salah satu kitab akhlak yang dapat

dijadikan salah satu acuan dalam pendidikan akhlak di Indonesia, serta dapat

dijadikan solusi mengatasi permasalahan akhlak dalam dunia pendidikan,

khususnya pemangku kebijakan yang ada dalam dunia pendidikan tersebut

terutama pendidik dan peserta didik. Perlu digaris bawahi, bahwa pendidikan

akhlak tidak semata-mata ditujukan kepada peserta didik saja, melainkan

pendidik juga, karena peran pendidik sangat diperhitungkan di dalamnya.

Pendidik harus mampu memberi contoh yang baik, agar apa yang

disampaikan oleh pendidik dapat diterima dan dicontoh peserta didiknya.

Untuk itu dalam kitab ini dibahas pula bagaimana menjadi pendidik yang

berakhlak.

Kitab tersebut biasanya dikaji dan dipelajari di pesantren-pesantren,

maupun madrasah-madrasah diniyah pada tingkat pemula (Ibtida’) di

6

Indonesia, disamping Kitab Ta’lim Al-Muta’allim. Hal demikian memberi

isyarat bahwa pendidikan akhlak harus dilaksanakan dan dipelajari sejak dini.

Adapun kitab-kitab yang membahas mengenai akhlak dibagi menjadi dua

kategori. Pertama, kitab akhlak yang membahas mengenai etika dasar dalam

mencari ilmu, menghormati guru dan orang tua, serta berbagai akhlak yang

menjadi prasyarat sebagai muslim teladan. Kedua, kitab akhlak yang

membahas mengenai akhlak atau etika mengenai ibadah dan muamalah

secara umum.7 Dan secara umum kitab akhlak kategori pertama sudah banyak

dikaji dalam penelitian-penelitian sebelumnya, dibandingkan dengan kitab

akhlak kategori kedua.

Adapun Kitab Taysirul Khalaq mencakup kedua kategori di atas.

Keistimewaan lain dari kitab ini adalah terletak pada penyusunannya yang

ringkas dan sistematis. Selain itu, pembahasannya menggunakan metode

deskriptif yang sangat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca

untuk cepat memahaminya.8 Di samping itu menurut penulis kitab ini juga

menyebutkan akhlak peserta didik secara terperinci, yaitu dengan

membaginya kepada tiga macam, yakni kepada diri sendiri, guru, dan teman,

tidak seperti kitab akhlak pada umumnya yang menyebutkan akhlak peserta

didik tanpa dirinci seperti kitab ini.

Dengan melihat fakta yang terjadi dalam kehidupan sekarang ini, penting

bagi umat Islam mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab

Taysirul Khalaq karya Hafidz Hasan al-Mas’udi di mana beliau dapat

mendidik murid-muridnya sehingga menjadi orang-orang yang shalih dan

berbudi pekerti yang luhur. Maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun

dan mengkaji lebih jauh tentang “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TAYSIRUL KHALAQ DALAM MENYIKAPI BULLYING

DI KALANGAN PELAJAR”

B. Identifikasi Masalah

7 Toto Edi dkk, Ensiklopadi Kitab Kuning, (Jakarta: Aulia Press, 2007), h. 198-199 8 Ibid, h. 210

7

Sehubungan dengan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi, yakni sebagai berikut:

1. Terjadi degradasi akhlak generasi penerus bangsa seiring perkembangan

zaman yang canggih.

2. Masih kurangnya kepedulian terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak.

3. Tingginya kasus perundungan atau bullying di kalangan pelajar

Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan membatasi permasalahan

seputar analisa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Taysirul Khalaq

yang berkaitan dengan penyelsaian problematika bullying di kalangan pelajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut: Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan

akhlak di Kitab Taysirul Khalaq dalam menyikapi masalah bullying di

kalangan pelajar?

E. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Kitab

Taysirul Khalaq.

F. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

8

Dari pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumbangan pemikiran untuk perbaikan pendidikan Islam di masa-masa

yang akan datang.

b. Praktis

1) Menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan yang lebih mendalam

serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

2) Dapat menambah pemahaman dan pengetahuan serta dapat

diperuntukan sebagai bahan studi bagi peneliti yang membahas

masalah yang sama.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Nilai

Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu

akan, berdaya berlaku, sehingga nilai diartiakan sebagai sesuatu yang

dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang

atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal

itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang

yang menghayatinya menjadi bermartabat.9

Steeman menyatakan, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada

hidup, yang memberi acuan, titik tolak, dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu

yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan

seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut

pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai

dan etika.10Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat

pada suatu objek, bukan objek pada itu sendiri, sesuatu itu mengandung nilai

artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga

itu indah perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang

melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu

sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-

kenyataan lainnya. Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain

sebagai pembawa nilai.

Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan

keinginan manusia. Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina

manusia supaya menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai dengan martabat

9 Sutarjo Adisusilo, Pembelajanaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2012), cet,1, h.56. 10 Ibid.

10

human-dignity, dan human-dignity ini adalah tujuan itu sendiri, tujuan dan

cita manusia.11

Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama

yang berwujud perintah, larangan dan anjuran; yang kesemuanya berfungsi

untuk membina kepribadian manusia dalam kaitanya sebagai hamba Allah

serta anggota masyarakat.12

B. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan

pen-, akhiran –an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau

melatih atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu

pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan emua hal

yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan

kecerdasan dan keterampilanya.

Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan,

pembentukan, pengarahan, pencerdasan pelatihan yang ditunjukan

kepada semua anak didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan

membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki

keterampilan, atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupanya di

masyarakat.13

Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan

sebagainya), mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik

atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan

sebagainya.14 Dalam bahasa Arab istilah pendidikan digunakan untuk

11 Mohommad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan

Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional (1996), h. 135. 12 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia,2014),cet.VI, h. 17 13 Hasan basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Pustaka setia, 2009), Cet 1,

h. 53. 14 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. 9,

h. 333.

11

berbagai pengertian, antara lain tarbîyah, tahdzîb, ta’lîm, ta'dîb, siyâsat,

mawâ’izh,'ada ta'awwudz dan tadrîb.15

Sedangkan untuk istilah tarbiyyah, tahzîb dan ta'dîb sering diartikan

pendidikan. Ta'lîm diartikan pengajaran, siyâsat diartikan siasat,

pemerintahan, politik atau pengaturan. Mawâ'izh diartikan pengajaran

atau peringatan. 'Ada ta'awwudz diartikan pembiasaan dan tadríb

diartikan pelatihan.16

Secara bahasa kata pendidikan berasal dari istilah dalam bahasa

Yunani kata yaitu paedagogie. Kata paedagogi terdiri dari dua kata

“paid” bermakna anak dan “ogogos” yang berarti membina atau

membimbing. Apa yang dipraktikan dalam pendidikan selama ini adalah

konsep pedagogi, yaitu secara harfiah adalah seni membimbing anak.17

Ditinjau dari segi proses tejadinya pendidikan ada dua segi yang

harus dikembangkan yaitu melalui proses individual dan proses

sosial. Dari segi proses individual, pendidikan diartikan sebagai

usaha pengembangan semua kemampuan dasar yang sudah dimiliki

anak sejak lahir. Sedangkan dari segi proses sosial pendidikan

merupakan usaha melestarikan dan meneruskan nilai-nilai

kebudayaan kepada generasi berikutnya dalam rangka aktifitas

sosial.18

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003, menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan,.19

15 Hadie, op. cit., h. 116. 16 Ibid. 17M.Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), h.7-8. 18Eko Madyosusilo dan RB Kasihadi. Dasar-dasar Pendidikan.(Semarang: Eftar Publishing,

1985), h.13 19 Rozak, loc. cit., h. 4.

12

Dari tujuan pendidikan nasional tersebut, terdapat 3 macam

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang murid, yaitu kompetensi

sikap yang meliputi sikap spiritual yang dibuktikan dengan iman dan

takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap sosial dibuktikan dengan

akhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, tanggung jawab. Kemudian

kompetensi pengetahuan, murid harus memiliki ilmu yang banyak supaya

menjadi orang cerdas. Selanjutnya kompetensi keterampilan, murid harus

cakap dan kreatif supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya di masa

depan.

Selain itu, Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk

meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi

pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budinurani) dan

jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan).20 Bapak

Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa

pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi

pekerti (Kekuatan batin, karakter, pikiran (intelect) dan tubuh anak yang

antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang

kita didik selaras dengan dunianya.21

Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak

manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat

yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejateraan hidupnya. Oleh

karena itu dalam pendidikan terdapat proses timbal balik antara pendidik,

anak didik, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saling berbagi.

Hubungan timbal balik yang terjadi dalam pendidikan sebagai prasyarat

keberhasilan pendidikan, sebagimana seorang guru yang lebih awal

memiliki pengetahuan tertentu yang kemudian diberikan atau

ditransformasikan kepada anak didik. Dinamika pendidikan tejadi

20 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1980), h. 2.ak 21 Nata, op. cit., h.338.

13

manakala proses hubungan timbal balik berlangsung dengan

mempertahankan nilai-nilai kepribadian yang aktual.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang ditujukan

untuk membina kualitas manusia seutuhnya supaya ia dapat melakukan

perannya dalam kehidupan secara menyeluruh dan untuk menggali

kemampuan-kemampuan yang berada dalam diri seseorang.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup

seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah,

sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan

manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.22 Abdur Rahman Nahlawi

menyatakan Pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat

sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara

keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.23

Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas menyatakan, pendidikan Islam

ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk

pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu

di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan

dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud

dan kepribadian.24 Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pendidikan Islam

adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar

ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.25

Pendidikan dalam islam itu sangat berkaitan dengan kebutuhan dan

tabiat manusia yang meliputi tiga unsur, yaitu jasad, ruh dan akal. Oleh

sebab itu, tujuan pendidikan Islam secara umum harus dibangun

berdasarkan tiga unsur tersebut, supaya terjaga keseimbangannya. Atas

22 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 8. 23 Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Cet. 3, h.15. 24Ibid, h. 16. 25 Muhyiddin Tohir Tamimi, Eksistensi Pendidikan Islam di Abad Pengetahuan, Jurnal Turats,

Vol. 5, No. 1, 2009, h. 2.

14

dasar tersebut, tujuan pendidikan Islam dapat dikelompokan menjadi

tiga:

a. Pendidikan Jasmani

Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini sudah pasti memiliki tugas

yang sangat berat. Tugas manusia bukan hanya beribadah saja, akan

tetapi harus menjalin hubungan baik dengan sesama mahluk, supaya

bisa menciptakan keharmonisan di antara mahluk. Untuk menjalankan

tugas yang berat ini, manusia harus memiliki kesehatan jasmani, yaitu

memiliki fisik yang kuat. Kesehatan jasmani ini penting, seseorang

yang memilki jasmani yang sehat, maka dengan sangat mudah akan

menjalankan segala aktivitasnya, seperti beribadah, bekerja, belajar

ataupun yang lainya. Berbeda dengan seseorang yang memiliki

jasmani yang lemah, maka akan sulit sekali untuk menjalankan

aktivitasnya. Dalam hal ini, Allah Ta’ala lebih mencintai orang

mu’min yang imannya kuat dan juga fisik yang kuat, di bandingkan

dengan orang mu’min yang imanya kuat, tetapi fisiknya lemah.

Rasulullah bersabda ”orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih

dicintai oleh Allah dari pada orang mu’min yang lemah.” (HR.

Muslim). Hadis ini membuktikan betapa pentingnya kesehatan jasmani

ini. Sebagai umat Islam wajib hukumnya untuk menjaga kesehatan,

supaya dalam menjalankan tugas di muka bumi ini sebagai khalifah

dapat dilaksanakan dengan baik.

Pendidikan jasmani juga dapat membentuk kepribadian seseorang, di

antaranya adalah sebagai berikut:

1) Menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat pernapasan,

peredaan darah, alat pencernaan, urat saraf, serta melatih kecekatan

dan ketangkasan.

2) Membentuk watak seseorang untuk menjadi baik, seperti melatih

kesabaran, keberanian, kejujuran, sportivitas, taan kepada aturan

dan rajin dalam segala hal.

15

3) Menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi, seperti gotong royong,

solidaritas dan tolong menolong.

b. Pendidikan Akal

Akal merupakan karunia terbesar Allah yang diberikan kepada

manusia. Manusia menjadi mahluk Allah yang paling sempurna di

antara mahluk yang lain sebab memiliki akal. Akal digunakan untuk

berfikir tentang kekuasaan Allah, sehingga dengan akal tersebut

manusia akan selalu berusaha dekat dengan Allah Ta’ala. Dalam ushul

fiqh bab Maqasid al-Syari’ah menjaga akal itu merupakan bagian dari

agama. Akal yang sehat sudah pasti akan selallu berfikir positif, bisa

membedakan halal haram, baik buruk. Berbeda dengan akal yang

kurang sehat akan selalu berfikiran negatif, bahkan tidak bisa

digunakan untuk berfikir untuk membedakan halal haram, baik buruk.

Menurut Sapiudin Sidiq memelihara akal dilihat dari segi

kepentinganya di bedakan menjadi tiga tingkatan:

1) Memelihara akal dalam tingkat darruriyat, artinya menjaga akal

dari hal-hal yang bisa merusak akal. Seperti meminun khamar atau

mengkonsumsi narkoba. Apa bila hal ini dilakukan maka akan

merusak akal.

2) Memelihara akal dalam tingkat hajiyat, seperti menuntut ilmu

pengetahuan. Apabila hal ini tidak di lakukan maka tidak akan

merusak akal akan tetapi dapat mempersulit hidup seseorang.

3) Memelihara akal dalam tinkat tahsiniyat, seperti menghindari diri

dari menghayal hal-hal negatif atau yang tidak memiki manfaat. 26

c. Pendidikan Akhlak

Akhlak adalah sifat yang melekat pada diri seseorang untuk melakukan

perbuatan yang dilakukan secara spontan tanpa berfikir panjang karena

sudah menjadi kebiasaanya. Di dalam ajaran agama islam akhlak

mempunyai kedudukan tertinggi setelah ilmu. Pembentukan akhlak

merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru kepada

26 Sapiudin Shidiq, Usulu Fiqh, h. 228-229.

16

muridnya, karena tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan

akhlak dan budi pekerti yang akan membuat seseorang menjadi

bermoral, jiwa bersihn dan juga dapat menghormati hak-hak manusia.

Nabi muhammad diturunkan dibumi ini yaitu untuk menyempurnakan

akhlak manusia. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi

individu dan masyarakat. Manusia yang tidak memiliki akhlak maka

sama dengan binatang dan syaitan. Untuk membentuk akhlak

seseorang menjadi baik membutuhkan waktu yang lama dan juga

kesabaran. Seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad

ketika mengubah masyarakat Arab jahiliah yang pada waktu itu seperti

binatang, suka membunuh anak perempuan, berzina, mabuk,

menyembah berhala, dan suka berperang. Beliau tetap sabar walaupu

pada waktu itu Nabi Muhammad dicaci maki oleh keluarganya sendiri,

bahkan di usir dari tempat kelahiranya. Akhlak ini menjadi tolak ukur

keberhasilan tujuan pendidikan Islam.

Pendidikan akhlak ini merupakan hal yang harus ditanamkan

kepada murid, mengingat generasi sekarang seperti telah tenggelam

dalam suasana dekadensi moral. Rasullah selalu menganjurkan kepada

umatnya untuk selalu bercermin kepada akhlak yang baik, karena

dengan itu menandakan cerminan manusia yang baik pula. Pendidikan

akhlak juga menekankan kepada sikap, tabiat dan perilaku yang

menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan harus

dijadikan kebiasaan sehari-hari dalam kehidupan anak. Rasulullah

selalu menganjurkan umatnya agar selalu memperhatikan budi perkerti

anak. Budi pekerti yang baik ini merupakan bukti tauhid kepada Allah

dan ini dapat dijadikan barometer seseorang benar ber-tauhid atau

sebaliknya.

Dilihat dari segi metodologisnya, proses kependidikan islam

demikian merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai secara bertahap

dalam pribadi manusia. Dengan kata lain bahwa kependidikan Islam

17

melakukan internalisasi ajaran Islam secara bertahap ke dalam pribadi

manusia sesuai dengan tingkat perkembanganya.

Apa yang disebut dengan kepribadian manusia tidak lain sebagai

satu keseluruhan hidup manusia lahir dan bathin, yang menampakan

watak aslinya dalam tingkah laku sehari-hari.

Dengan demikian, tugas pokok pendidikan Islam adalah

membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia selaku makhluk

individual dan sosial. Untuk tujuan tersebut, proses kependidikan

Islam memerlukan sistem pendekatan yang secara strategis dapat

dipertanggungjawabkan dari segi pedagogis. Dalam hubungan inilah,

pendidikan Islam memerlukan berbagai ilmu pengetahuan yang

relevan dengan tugasnya.27

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan

sistem pendidikan yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang

dibutuhkan oleh umat Islam, sehingga mampu mengarahkan/membina

umat Islam menjadi lebih baik sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri

agar menjadi insan-insan yang berkualitas.

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Dari sudut pandang kebahasaan, Abuddin Nata menyatakan, akhlak

berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata

akhlaqa, yukhliqu, ikhlâqan, sesuai dengan timbangan (wazan) af’ala,

yuf’ilu if’âlan yang berarti al-sajiyah (perangai), althabî’ah (kelakuan,

tabi’at, watak dasar), al-‘âdat (kebiasaan, kelaziman), al-murû’ah

(peradaban yang baik), dan al-dîn (agama).28

Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang dikenal sebagai pakar

bidang akhlak terkemuka dan terdahulu, seperti yang dikutip Abuddin

Nata, mengatakan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa

27 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 7. 28 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 1.

18

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa pemikiran dan

pertimbangan”.29 Al-Qurtuby mengatakan bahwa akhlak merupakan

suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya

disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.30

Sementara itu, Muhammad bin ‘Ilan Al-Sadiqy mengatakan Akhlak

adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan

perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang

lain).31

Kemudian Al- Ghazali berpendapat mengenai akhlak, yaitu:

فس راسخة عب ها تصدر الف عال بسهولة ويسر من غير ارة عن هيئة فى الن عن حاجة الى فكر ورؤية

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.32

Dr.M Abdullah Dirroz mengemukakan akhlak adalah suatu kekuatan

dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana

berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang

benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal

akhlak yang jahat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak

merupakan sifat atau tabi’at yang terdapat dalam jiwa yang dengannya

menghasilkan perbuatan-perbuatan secara spontan tanpa membutuhkan

pertimbangan agar seseorang dapat menegtahui sesuatu perbuatan yang

baik dan perbuatan yang kurang baik dalam prilaku kehidupan di

masyarakat.

29Ibid, h.3. 30Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I: Mujizat Nabi, Kara mah Wali, Ma’rifah Sufi, (Jakarta:

Kalam Mulia, 2009), h. 4. 31Ibid, h.5 32Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h..4.

19

2. Macam-Macam Akhlak

a. Akhlak al-Karimah

Akhlak al-Karimah dapat dibagi kepada tiga bagian, di antaranya:

1) Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-

sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia,

malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.

Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap

Allah. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut:

a) Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan

kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya

manusia berterima kasih kepada yang meniptakannya.

Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya. (Q.S. At-Thin [95]: 4)

b) Allah telah memberikan perlengkapan pancaindera, hati nurani dan

naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat

tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat

melakukan berbagai aktivitas dalam berbagai bidang kehidupan

yang membawa kepada kejayaanya.

c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan

yang terdapat di bumi.

2) Akhlak yang baik terhadap diri sendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT, dengan

segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Ia diciptakan

20

dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri,

perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat.

Dengan kelengkapan rohani ini manusia dapat memecahkan

berbagai masalah yang dihadapinya secara konseptual dan terencana.

Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri

dengan sebaik-baiknya karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan

dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada

orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling tolong

menolong dengan orang lain

Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,

karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan

merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat

dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan,

pertolongan, menghargainya dan sebagainya.33

Akhlaq terhadap Allah sebagai pencipta tidak bisa dipisahkan

dari Akhlak manusia keapada makhluk lain terutama kepada sesama

manusia. Dalam konteks hubungan sebagai sesama muslim, maka

Rasulullah mengumpamakan bahwa hubungan tersebut sebagai

sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan penderitaan

jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit. Akhlak

terhadap sesama manusia juga harus ditunjukan kepada orang yang

bukan Islam di mana mereka ini tetap dipandang sebagai makhluk

Allah yang harus disayangi.

Manifestasi Akhlak kepada manusia yang dilakukan dengan

penuh keikhlasan dan kontinuitas akan semakin menguatkan akhlak

33 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h.49-57.

21

manusia kepada penciptanya. Alhasil, perpaduan sikap akhlak

terhadap makhkuk dan kepada pencipta ini akan menjadikan

seseorang menjadi manusia terpuji di hadapan Allah maupun

makhluk lain.34

b. Akhlak al-Mazmumah

Akhlak yang tercela (Akhlak al-Mazmumah) secara umum

adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak

yang tercela, diantaranya:

1) Berbohong

Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi

yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Berdusta/bohong

ada tiga macam : berdusata dengan perbuat an, lisan, dan dengan

hati.

Apabila kita hendak membangun masyarakat Islam maka

pertama-tama yang harus kita lakukan ialah memberantas prasangka-

prasangka dan membuang jauh-jauh keraguan/syak wasangka, serta

berpegang teguh dalam kejujuran.

2) Takabur (sombong)

Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela pula, arti takabur

ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang

lain. Pendek kata merasa diri serba hebat.

3) Dengki

Dengki atau kata Arabnya “Hasad” jelas termasuk Akhlak al-

Mazmumah. Dengki itu ialah rasa atau sikap tidak senang atas

kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk

menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan

34 M. Jamil Akhlak Tasawuf, (ciputat: CV. Referensi,2013),hal 5

22

maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau

tidak.

4) Bakhil

Bakhil artinya kikir. Orang kikir ialah orang yang sangat hemat

dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat

dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya

itu untuk diberikan kepada orang lain.35

3. Pendidikan Akhlak dalam Islam

Aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu

sendiri, bahkan ayat Al-qur’an yang pertama kali diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw. adalah bukan tentang perintah

shalat, puasa, dan lainya, tetapi justru perintah iqra (membaca,

merenungkan, menelaah, meneliti, atau mengkaji) atau perintah

untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari

aktivitas pendidikan. Dari situlah manusia memikirkan, menelaah,

dan meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan itu, sehingga

munculah pemikiran dan teori-teori pendidikan Islam. Karena itu

Abd al-Ghani ‘ubud menyatakan bahwa tidak mungkin ada

kegiatan pendidikan Islam dan sistem pengajaran Islam, tanpa

adanya teori-teori atau pemikiran pendidikan Islam. Pandangan

tersebut diperkuat oleh langgulung .36

Dari pengertian pendidikan dan akhlak di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan akhlak dalam Islam merupakan

suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh seorang guru

maupun pendidik untuk membentuk akhlak yang baik kepada

siswa/peserta didik sesuai ajaran Islam sehingga terbentuk pribadi-

pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

35Ibid, h. 57-58. 36 H.Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana Perdana Media Group,2009)

h.2-3

23

4. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Sebagai salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis,

keberadaan suatu ilmu harus mempunyai fungsi atau faedah bagi

manusia. Dengan ditemukanya suatu teori-teori pada ilmu, akan

lebih menambah wawasan dalam bertindak atau berproses.

Kegunaan ilmu semata-mata untuk dapat mengetahui rahasia-

rahasia di samoing juga dapat diperhitungkan baik dan buruknya

suatu langkah yang dijalani.

Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Allah SWT

semata-mata akan menghasilkan kebahagiaan. Pertama, akan

mendapat tempat yang baik di mata masyarakat. Kedua, akan

disenangi orang dalam pergaulan. Ketiga, akan dapat terpelihara

dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang

diciptakan oleh Allah. Keempat, orang yang bertakwa dan

berakhlak akan mendapat pertolongan dan kemudahan dalam

memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.

Kelima, jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindunagn dan

segala penderitaan dan kesukaran.37

Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana

yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan

sesuatu sesuai dengan tempatnya. Dengan maksud dapat

menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya. Orang yang

berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga

dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan hidup oleh

setiap orang selalu didambakan kehadiranya di dalam lubuk hati.

Di mna hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan selalu

mendapat ridha Allah, juga selalu selalu disenagi sesama makluk.

Walaupun demikian, untuk meraih senua di atas yaitu

kebahagiaan, kesejahteraan, dan ridha Allah tidak begitu mudah.

Manusia harus dapat membandingkan mana yang buruk dan mana

37 A.musthafa, Akhlak Tasawuf (Bandung:cv pustaka setia, cet VI 2014) hal.27

24

yang baik. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila

orang dapat berpegang pada kebailkan dan membuang keburukan,

inilah jalan kelurusan. Lebih lanjut seseorang dapat memilih yang

baik dan dapat bisa meninggalkan yang buruk.

Orang yang sudah mencapai pemilihan kebaikan, diupayakan

ada proses keyakinan dan menjadikan dirinya untuk terus-menerus

dalam tindakan untuk membiasakan diri pada kebaikan, akhirnya

akan menumbuhkan kegemaran.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mulia karena

karunia yang diberikan Allah kepadanya, berupa akal pikiran dan

karenanya membedakannya dengan makhluk-makhluk lainya

menpunyai dua jalur hubungan. Pertama adalah jalur hubungan

vertikal, yakni antara hubungan manusia sebagai makhluk ciptaan

yang menciptakan yaitu Allah SWT. Hubungan Allah ini merupakan

kewajiban bagi manusia, karena statusnya sebagai makhluk yang

tentunya harus mengabdi dan menghamba kepada tuahn. Kedua

adalah jalur hubungan horisontal, yakni hubungan antara manusia

dengan manusia lainya, hubungan manusia dengan sesama mnnusia

ini adalah merupakan kodrat atau pembawaan dari manusia itu

sendiri, karena manusia adalah sebagai makhkuk sosial, makhkuk

bermasyarakat dan makhkuk yang suka bergaul. Di samping adanya

perintah dari tuhan agar manusia saling kenal mengenal, saling

berkasih sayang, saling tolong menolong, dan yang lainya.

Menurut Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa hasil

hikmah dan faedah dari akhlak adalah:

Pertama, meningkatkan derajat manusia

Kedua, menuntun kepada kebaikan

Ketiga, manifestasi kesempurnaan iman

keempat, keutamaan di hari kiamat

kelima, kebutuhan pokok dalam keluarga

keenam, membina kerukunan antar keluarga dan tetangga

25

ketujuh, untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara

kedelapan, dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah38

D. Perundungan (Bullying)

1. Pengertian bullying

Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang

bearti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini

akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda

dengan negara lain seperti Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang

menyebut bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya

berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa

biasanya mob adalah kelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak

serta terlibat kekerasan.39

Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti

penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Istilah bullying dalam

bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari sakat) dan

pelakunya (bully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu,

mengusik, dan merintangi orang lain. Sedangkan menurut terminologi

adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan

tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang.40

Perilaku bulyying merupakan learned behaviors karena manusia tidak

terlahir sebagai penggertak dan pengganggu yang lemah. Bullying

merupakan perilaku tidak normal, tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa

diterima. Hal yang spele pun kalau dilakukan secara berulang-ulang pada

akhirnya dapat menimbulkan dampak serius dan fatal. Dengan

membiarkan atau menerima perilaku bullying, kita berarti memberikan

bullies power kepada pelaku bullying, menciptakan interaksi sosial tidak

sehat dan meningkatkan budaya kekerasan. Interaksi yang tidak sehat

38 A.musthafa, Akhlak Tasawuf (Bandung:cv pustaka setia, cet VI 2014) hal.31 39 Ardi Wiyani, School Bullying (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, cet II 2014) h 11 40 Ibid hal 12.

26

dapat menghambat pengembangan potensi diri secara optimal sehingga

memandulkan budaya unggul.41

Riset menunjukan bahwa bentuk bullying tidak langsung, seperti

pengucilan atau penolakan secara sosial, lebih sering digunakan oleh

perempuan dari pada laki-laki, sementara anak laki-laki menggunakan atau

menjadi korban tipe bullying secara langsung, misalnya penyerangan

secara fisik.

Dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan di atas, bahwa bullying

adalah sikap yang negatif seseorang atau kelompok orang yang secara

terus-menerus mengucilkan, mengolok-ngolok atau memojokan seseorang

yang menjadi target secara fisik maupun mental sehinnga yang menjadi

korban dari bulyying menjadi lemah dan tidak percaya diri dalam

menjalakan aktivitas yang menjadi bahan bully. Dan bullying ini sifatnya

mengganggu orang lain karena dampak dari perilaku negatif yang kini

sedang populer dikalangan masyarakat ini adalah ketidak nyamanan orang

lain atau korban bullying itu sendiri.

2. Jenis-Jenis Bullying

Bullying merupakan perilaku yang disengaja untuk menyakiti atau

melukai korbanya baik secara jasmani maupun rohani

a. Kontak fisik langsung : seperti memukul, mendorong, mengigit,

menjambak, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar

juga termasuk memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain

b. Kontak verbal langsung : seperti mengancam, mempermalukan,

merendahkan, mengganggu, member panggilan nama, merendahkan,

mengintimidasi, memaki dan menyebarkan gossip.

c. Perilaku non verbal langsung : melihat dengan sinis, menjulurkan

lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek atau

mengancam, biasanya disertai oleh bulliying fisik atau verbal.

41 Ibid hal 13.

27

d. Perilkau non verbal tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang,

memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja

mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.

e. Pelecehan seksual, terkadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau

verbal. Meskipun laki-laki dan perempuan bulliying cenderung

menggunakan bulliying verbal, tetapi umumnya, perilaku bulliying

fisik lebih banyak dilakukan laki-laki dan bullying verbal banyak

dilakukan perempuan.42

Johan Galtung membagi tipologi kekerasan menjadi tiga yaitu

kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural.

Kekerasan langsung adalah sebuah peristiwa, kekerasan struktural

adalah sebuah proses, sedangkan kekerasan kultural adalah sesuatu

yang bersifat permanen. Ketiga tipologi kekerasan ini memasuki waktu

secara berbeda.

3. Ciri-ciri Perilaku Bullying

Ciri pelaku bullying antara lain:

a. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di

sekolah

b. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah dan sekitarnya

c. Seorang yang populer di sekolah

d. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai: sering berjalan di depan,

sengaja menabrak, berkata kasar, menyepelekan atau melecehkan

Ciri korban bullying antara lain:

a. Pemalu, pendiam, penyendiri

b. Bodoh atau dungu

c. Mendadak menjadi penyendiri atau pendiam

42http://www.pelajaran.co.id/2017/04/pengertian-bullying-penyebab-bentuk-macam-jenis-dan-

dampak-bullying.html.

28

d. Sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas

e. Berperilaku aneh atau tidak biasa (marah tanpa sebab, mencoret-

coret, dan lain-lain).

4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

a. Adanya rasa ingin berkuasa

b. Akibat kurang perhatian dari orang sekitar

c. Pelaku pernah menjasi korban kekerasan

d. Akibat sering berkelahi

e. Akibat meniru tindakan kekerasan dari film atau game dan lain-lain

5. Dampak Bullying

Bullying dapat berdampak positif ataupun negative bagi pelaku,

penerima ataupun pihak lainya.

a. Dampak Negatif

Korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai

masalah, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah

yang mungkin terjadi pada korban bullying antara lain:

1.) Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi,

kegelisahan dan masalah tidur.

2.) Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan

ketegangan otot.

3.) Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.

4.) Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin

akan menunjukan sifat kekerasan.

29

b. Dampak Positif

Bullying dapat mendorong munculnya berbagai

perkembangan positif bagi korban bullying. Korban bullying

cenderung akan:

1) Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi masalah.

2) Termotivasi untuk menunjukan potensinya agar tidak

direndahkan lagi.

3) Termotivasi untuk berintropeksi diri sendiri.

E. Bullying Dalam Pandangan Islam

Bulyying dapat dikatakan dengan tindakan kekerasan, penindasan,

mengolok-ngolok atau mempermalukan orang lain baik secara fisik, verbal

maupun non verbal dengan mempunyai tujuan tertentu yaitu mempermalukan

dan menyakiti hati seseorang, hal ini dalam pandangan agama islam termasuk

dalam kategori akhlak mazmummah. Dalam ayat Al-qur’an dijelaskan dalam

surat al-ahzab ayat 58 :

Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin

dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka

sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang masih ada

kaitannya dengan penelitian penulis, di antaranya:

1. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung Dalam Kitab Al-

Barzanzi, ditulis oleh Lutfi Kamil Maulana, NIM: 10701101428

mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Syarif

30

Hidayatullah Jakarta tahun 2013 menyimpulkan Bahwa Nilai nilai

pendidikan akhlak dalam kitab al-Barzanzi karya syeikh ja’far al-Barzanji

adalah, pertma Akhlak kepada allah swt yaitu menyucikan dan memuji

asma-nya .memohonkan ridho, memohonkan hidayah, tawakkal, dan

bersyukur, kedua akhlak kepada Rasulullah SAW yaitu membacakan

shalawat ketika disebutkan namanya ketiga akhlak kepada diri sendiri

yaitu malu, tawadhu, pemaaf, zuhud, dan kasih sayang , ketiga

berkeluarga yaitu memilih pasangan hidup dengan melihat agamanya dan

memberikan nama yang baik kepada anak dengan menggunakan

Muhammad, Abdullah Dan abdurrahman. Keempat, akhlak kepada

tetangga yaitu saling berbagi dan menyayangi. Kelima adalah akhlak

bermasyarakat yaitu bermusyawarah, berani kepada yang bathil, dan

berkata jujur walaupun dalam kondisi bergurau.43

2. Hadi Juhaidi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak dalam Kitab Barzanji” menyebutkan bahwa dalam

Kitab Barzanji ada nilai pendidikan akhlak yang bersifat personal

(individu) dan interpersonal (sosial). Akhlak interpersonal antara lain

akhlak dalam pergaulanya itu berupa mengucapkan dan menjawab salam

serta berjabattangan. Saling menebarkan salam berarti saling menebarkan

kasih sayang termasuk kepada teman. Berjabat tangan dapat meredam

amarah dan dendam, sehingga bisa mencegah perbuatan bullying.

3. Fat’hi Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Akhlakul Karimah pada Proses Pembelajaran dalam Perspektif Ilmi pada

KitabTa’lim Al-Muta’allim” menjelaskan bahwa salah satu perkara

penting yang menjadi bahasan dalam KitabTa’lim Al-Muta’allim terkait

menuntut ilmu adalah seyogyanya penuntut ilmu memilih teman yang

baik dan menghindari teman yang malas, penganggur, pembual, suka

berbuat onar dan suka memfitnah.

43 Lutfi, Nilai-Nilai pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Barzanzi, Skripsi, (Jakarta:

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h.52.

31

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penyusunan skripsi ini dari bulan November 2017 s.d

Oktober 2018.

2. Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Tarbiyah.

B. Metode dan Jenis Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan euntuk

mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel sehingga dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi dalam

bidang tertentu.44

Penelitian skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang diupayakan untuk

mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan

sifat objek tertentu, serta metode analisis yaitu dengan mengumpulkan

data-data kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis 45

2. Jenis penelitian

Penelitian deskriptif dibedakan menjadi beberava variasi, yaitu

studi perkembangan, studi kemasyarakatan, studi perbandingan, studi

44 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia,2011), h.97 45 Ibid, h 100

33

hubungan, studi waktu dan gerak, studi lanjut, studi kecenderungan,

analisis kegiatan, analisis isi atau dokumen, dan lain-lain.46

Adapun jenis penelitian ini dilakukan dengan studi analisis isi, atau

dokumen (content or document analysis) yaitu teknik yang ditunjukan

untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen

yang validitas dan keabsahanya terjamin, baik dokumen perundangan dan

kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan

terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.47

Adapun analisi yang dilakukan penulis pada penelitian ini bersifat

noniteraktif yaitu dengan mengedakan pengkajian berdasarkan analisi

dokumen48 serta menindentifikasi isi pesan yang disampaikan oleh seorang

tokoh hasan al masudi dalam kitabnya yaitu taisirul khalaq.

C. Sumber Data

Penelitian yang dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi ini adalah

penelitian yang berdasarkan pada penelitian kepustakaan (Library

Research), untuk itu sumber-sumber data diperoleh dari bahan-bahan

pustaka sebagai sumber pokok yang ada relevansinya dengan

permasalahan di atas antara lain sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan langsung oleh peneliti langsung dari sumber pertama

atau tempat objek penelitian dilakukan.49 Jadi dari bagian ini yang

menjadi data primer dalam penelitian skripsi ini adalah kitab Taisirul

Khalaq karangan syaikh Hafiz Hasan Al-Mas’udi

46 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010) h. 77 47 Ibid, h.81 48 Ibid h. 65

49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung Alfabeta 2009) Cet

VIII, h. 137.

34

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang yang digunakan umtuk

memperkuat teori dan membantu penelitian. Dalam hal ini

menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan akhlak, pendidikan,

dan teori fiksi.

D. Analisis data

Teknik analisi data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data

tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh penulis akan tetapi dapat

dipahami juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.50

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan dua metode dalam

menganalisis data, di antaranya sebagai berikut:

1. Metode analisis isi (content analysis)

Metode analisi adalah telaah sistematis dan catatan-

catatan atau dokumen-dokumen sebagai sumber data dan salah

satunya adalah untuk mengenali sumber data, konsep atau

keyakinan.51

2. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu cara yang digunakan

untuk membahas objek penelitian secara apa adanya

berdasarkan data-data yang diperoleh.52

Adapun tekhnik deskriptif yang penulis akan gunakan dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif. Maka dengan analisis

kualitatif akan diperoleh gambaran yang sistematik mengenai

dokumen tersebut. Kemudian dokumen tersebut akan diteliti dan

diklarifikasi menurut pola tertentu. Tujuan dari analisis ini adalah

untuk menjelaskan pokok-pokok penting yang terdapat dalam

sebuah dokumen atau manuskrip.

50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 336. 51 Sanapiah Faisal. Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 135-136. 52 Lexy j. Moleong, metodologi peneliti kualitatif, (Bandung: Remaja rosda Karya, 2000), h. 163.

35

E. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK)”

F. Fokus Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pandangan atau pemikiran Hafiz

Hasan Al-Mas’udi terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

Taisirul Khalaq

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan, dalam tahap ini, penulis melakukan kunjungan

perpustakaan dalam rangka pengumpulan data.

2. Tahap Pelaksanaan, dalam tahap ini, penulis melakukan pengumpulan

data dari buku-buku sumber yang diperoleh dari perpustakaan dan

internet untuk penelitian.

3. Tahap Penyelesaian, dalam tahap ini penulis berusaha menyimpulkan

dan menyusun data dalam bentuk laporan/hasil penelitian

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syaikh Hafz Hasan Al-Mas’udi

1. Biografi Syaikh Hafiz Hasan Al-Mas’udi

Nama sebenarnya Hafid Hasan Al-Mas’udi ialah Abu Al-Hasan Ali

bin Husayn bin Ali Al-Mas’udi atau Abu Hasan Ali bin al-Hasyn bin

Abdulloh Al-Mas’udi. Beliau di lahirkan di Baghdad Iraq menjelang

akhir abad ke-9 M. Beliau dilaporkan meninggal dunia di Fustat (Mesir)

pada tahun 345 H/1956 M. Pernyataan ini sama dalam Al-Dhahabi dan

surat tulisan Al-Musabihi yang menyatakan Al-Mas’udi meninggal dunia

dalam bulan Jumadil Akhir 345 H. Beliau berketurunan Arab yaitu

keturunan Abdulloh bin Mas’udi seorang sahabat Nabi Muhammad

SAW.53

Hafid Hasan Al-Mas’udi mendapat pendidikan secara langsung dari

orang tuanya. Setelah dewasa, rancangan pertama yang dicadangkan

ialah beralih kepada bidang sejarah dan adat istiadat dan cara hidup

setiap negeri. Beliau mempunyai cita-cita yang tinggi. Atas dasar ingin

menjalankan penyelidikan menyebabkan beliau menceburi bidang

pelayaran ke seluruh pelosok dunia. Untuk itu beliau berlayar ke seluruh

pelosok dunia. Al-mas’udi adalah ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi,

ensiklopedi, dalam bidang sains islam sekaligus pengembara.

Karena banyaknya negara yang telah al-mas’udi kunjungi, serta

banyaknya karya yang beliau buat, hal itu menyebabkan beliau diberi

sebuah julukan sebagai penulis dari sastra arab sebagaimana karya beliau

yang begrjudul Muruj Al-Zahab Wa Ma’adin Al-Jawahir, ia menjelaskan

bagaimana terjadinya gempa.

53Tayibah, “Tokoh Islam (Hafid Hasan Al-Mas’udi)”. http://tayibah.e.Islam.com. (25

Desember 2017), Jam. 19.34

37

2. Karya-karya Syaikh Hafiz Hasan Al-Mas’udi

Syaikh Hafid Hasan Al-Mas;udi merupakam ulama yang ahli dalam

berbagai bidang ilmu, seperti geografi, pelayaran, sampai dalam bidang

ilmu keagamaan. Diantara karya-karyanya dalam bidang akhlak adalah kitab

Taisirul Kholaq, dalam ilmu hadis beliau berhasil menulis sebuah kitab

yang berjudul Minhah al-Mugis, sedangkan kitab Akhbar az-Zaman dan Al-

Ausat adalah karyanya dalam bidang sejarah.54

Selain kitab Taysirul Khalaq, Al-mas’udi juga banyak menghasilkan

karya lainya diantaranya.

a. Zakha’ir al-Ulum wa ma kana fi Sa’ir al-Dhuhur (Khazanah ilmu

pada setiap kurun).

b. Al-ijtihar Lima Marra fi Salif al-A’mar tentang peristiwa-peristiwa

masa lalu. Buku ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di

Najaf pada tahun 1995.

c. Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al-Ajam (sejarah

Bangsa arab dan persia).

d. Akhbar al-Azaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-

Madiyan wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, al-

Ausat, berisi kronologi sejarah umum.

e. Muruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir (Padang rumput Emas dan

Tambang Batu Permata) disusun tahun 947M.

f. At-Tanbih wa al-Israf (indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956M.

g. Al-Qayada wa al-Tajarib (Peristiwa dan Pemngalaman).

h. Majahir al-Akhbar wa Tara’if al-Asar (Fenomena dan Peninggalan

Sejarah).55

54 ]Teransip di http://ogetto.mywapblog.com/al-Mas’udi -sejarawan-pengembara.xhtml

(25 Nov 2017) Jam. 21:45 55 Tersedia di http://ogetto.mywapblog.com/al-Mas’udi -sejarawan-pengembara.xhtml

(25 Nov 2017) Jam. 21:50

38

Tidak banyak para pendahulu yang menulis dan mengulas sejarah

pengarang kitab taisirul khalak yaitu Syaikh Hafid Hasan Al-Mas’udi, para ahli

waris juga sangat sulit untuk dilacak karena keberadaan penulis yang tidak

memungkinkan melacaknya sampai negara asal atau tempat dimana beliau

berkiprah. Namun sekilas gambaran yang sudah dipaparkan diatas itu penyusun

kira bahwa sudah terwakili dari uraian-urain biografi Syaikh Hafidz Hasan Al-

Mas’udi dan juga karanggan-karangan yang sudah disusun oleh beliau.

3. Karakteristik kitab Taysirul Khalaq

Kitab Taysirul Khalaq adalah kitab yang berisi tentang rinkasan ilmu

akhlak untuk para pelajar tingkat dasar. Karena pada dasarnya mempelajari

akhlak harus dimulai dan ditanamkan dari sejak dini.

Pada awalnya kitab ini disusun oleh pengarang untuk siswa-siswi kelas

satu Ma’had Al-Azhar di Mesir, namun pada kenyataanya berkah para ulama-

ulama terdahulu kitab ini banyak digunakan juga oleh pesantren-pesantren di

Indonesia Seperti Pesantren KHZ Musthafa Sukamanah Tasikmalaya,

pesantren Sukahideung Tasikmalaya, bahkan pesantren ternama yang berada di

Indonesia yaitu Pesantren Lirboyo menggunakan kitab ini utuk kalangan

pemula yang baru belajar dan masuk di pesantren tersebut.

Kitab ini disusun oleh pengarang agar mudah dipahami oleh para pelajar

yang didalamnya terdapat bab-bab yang menjelaskan tentang akhlak-akhlak

agar mempermudah bagi yang mempelajari kitab ini.

Adapun isi yang terdapat dalam kitab taisirul khalaq ini ada 31 bab yang

mana menjelaskan tentang akhlak kepada allah, akhlak kepada sesama

manusia, akhlak terhadap diri sendiri, dan juga dijelaskan juga dalam kitab ini

akhlak tercela dan akhlak terpuji.

a) Takwa

Takwa adalah menjalankan semua perintah Allah swt. Dan

menjauhi semua larangan-Nya yang rahasia maupun yang terang.

Takwa tidak akan sempurna, kecuali jika seorang telah meninggalkan

segala bentuk perbuatan dosa dan melakukan segala perbuatan yang

39

baik. Takwa adalah jalan menuju petunjuk bagi yang menjalankannya

dan tali bagi yang berpegang teguh padanya.Adapun sebab-sebabnya

yakni seseorang hendaknya mengerti bahwa dirinya adalah seorang

hamba yang hina dan ia mempunyai Tuhan yang maha mulia.

Hendaknya seseorang selalu mengingat kebaikan Allah dalam segala

kondisinya. Hendaknya seorang selalu meyakini adanya kematian dan

meyakini adanya surga dan neraka.

Adapun hasil dari takwa ialah mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Seseorang yang bertakwa, maka khetika didunia kedudukanya

mulia, namanya indah mengundang simpati orang banyak. Karena

seseorang yang bertakwa ia akan dimuliakan oleh orang-orang kecil

dan akan disegani oleh orang-orang mulia. Seseorang yang berakal

akan menilainya sebagai seorang yang perlu disantuni dan ditolong.

Adapun diakhirat, ia akan selamat dari api neraka dan akan masuk

surga.

b) Tata Krama Seorang Guru

Seorang guru adalah pemberi petunjuk bagi seorang murid

tentang berbagai ilmu pengetahuan. Hendaknya ia mempunyai sifat

yang terpuji. Maka hendaknya seorang guru itu bertakwa, rendah hati,

ramah tamah, sabar, dan rendah hati. Seorang guru hendaknya

mempunyai sifat kasih sayang dan lemah lembut kepada murid-

muridnya, agar mereka bergairah menerima petunjuknya. Seorangguru

hendaknya selalu menasehati dan mendidik muridnya dengan baik,

janganlah ia membebani mereka segala sesuatu yang mereka belum

mengerti

c) Tata Krama Seorang Murid

Seorang murid harus bertata krama terhadap dirinya, gurunya dan

saudara-saudaranya. Tata krama dengan diri sendiri diantaranya:

Hendaknya dia tidak sombong, bersikap rendah hati, jujur, dan tidak

memandang segala yang diharamkan, jujur terhadap apa yang tidak

diketahui.

40

Cara bertata krama dengan gurunya diantaranya: yakin bahwa

kebaikan gurunya lebih besar karena dia mendidik jiwanya,bersikap

tunduk saat dihadapan gurunya, duduk dengan baik saat guru

mengajar, tidak bergurau, tidak memuji kelebihan guru lain dan tidak

malu bertanya tentang apa yang belum dimengerti.

Cara bertata krama dengan saudara-saudaranya diantaranya:

menghormati dan tidak menghina seorangpun dari mereka, tidak

bersikap sombong, tidak meremehkan kawannya yang belum mengerti

dan tidak bergembira saat guru marah pada kawannya yang belum

mengerti, kareana perbuatan itu dapat menimbulkan marah dan

permusuhan.

d) Hak Asasi Ibu Bapak

Ibu bapak adalah penyebab kelahiran seorang. Jika tidak karena

perjuangan keduanya, maka seorang anak tidak akan tumbuh dengan

baik. Jasa seorang ibu adalah mengandungnya selama sembilan bulan

dan melahirkannya dalam keadaan sulit. Jasa seorang ayah adalah

usahanya sekuat tenaga untuk memberi kebaikan bagi pertumbuhan

jasmani dan rohani anaknya.

Hendaknya seorang anak tidak menentang perintah ibu bapaknya,

kecuali diperintah untuk maksiat. Hendaknya duduk dihadapan

keduanya sambil menundukkan kepala dan menutup pandangan

matanya dari berbagai kekurangan keduanya. Tidak menyakiti ibu

bapaknya apa lagi membantah. Tidak berjalan di depan keduanya,

kecuali untuk mengabdi kepada keduanya. Hendaknya selalu

memohonkan ampunan untuk ibu bapaknya.

e) Hak Asasi Kaum Kerabat

Kaum kerabat ialah siapapun yang masih mempunyai hubungan

silaturrahmi dengannya. Allah memerintahkan menyambung

silaturrahmi dan melarang memutuskannya. Maka hendaklah seorang

peduli kepada hak asasi kaum kerabatnya dan menjaganya baik-baik,

41

tanpa menyakiti seorangpun diantara mereka dengan tutur kata

maupun dengan perbuatannya.

Hendaknya seorang bersikap rendah hati kepada kaum

kerabatnya, bersabar terhadap keburukan mereka, walaupun mereka

sudah melampaui batas terhadapnya. Hendaknya ia menanyakan

ketidakhadiran salah seorang di antara mereka. Hendaknya ia

menolong semampunya seorang dari kaum kerabatnya untuk

mencapai keinginannya dan menjauhkan mereka dari segala kejahatan

serta selalu menjenguknya.

f) Hak Asasi Tetangga

Seorang tetangga adalah orang-orang yang berada di sebelah

rumahnya sebanyak empat puluh rumah dari segala pejurunya.

Tetangga mempunyai hak darimu, diantaranya: engkau memberi

salam kepadanya. Engkau berbuat kebajikan kepadanya dan membalas

kebajikannya jika telah berbuat kebajikan pada kamu. Hendaknya

engkau mengembalikan hak-hak keuangannya kepadanya. Handaknya

mengunjungi jika ia sakit.

Hendaknya memberi ucapan selamat jika ia bergembira dan

ucapan takziah saat kesusahan.hendaknya engkau tidak memandang

kaum wanitanya dengan sengaja. Hendaknya engkau menutupi segala

kekurangannya. Hendaklah engkau menghadapinya dengan senyum

dan penuh hormat

g) Tata Krama Pergaulan

Hendaknya seorang selalu berwajah senyum kepada orang lain.

Hendaknya seorang bersikap lemah lembut terhadap orang lain.

Hendaknya seorang mau mendengarkan ucapan orang lain.

Hendaknya seorang bersikap rendah hati dan tidak sombong terhadap

orang lain. Hendaknya seorang berdiam diri ketika bergurau dengan

orang lain. Hendaknya seorang memaafkan kekeliruan orang lain.

Saling menyantuni pada yang lain. Tidak membanggakan kedudukan

dan kekayaan. Menyembunyikan rahasia orang lain

42

h) Kerukunan

Kerukunan adalah rasa kebersamaan dan persaudaraan antara

seorang dengan orang banyak yang mana masing-masing individunya

saling bergembira ketika bertemu dengan sesamanya. Sebab-sebabnya

ada lima, yaitu: Agama, nasab atau keturunan, hubungan perkawinan,

kebaktian dan persaudaraan.

i) Persaudaraan

Persaudaraan adalah ikatan antara dua orang yang didasari kasih

sayang, keduanya saling membantu dengan harta dan jiwa, saling

memaafkan kekurangan yang lain, saling ikhlas, setia kawan, saling

meringankan yang lain, saling mengucapkan kata-kata yang diridhai

oleh Agama, saling menyuruh yang baik dan mencegah yang munkar.

j) Tata Krama Menghadiri Majlis

Seorang yang menghadiri majlis hendaknya ia memberi salam

lebih dulu keada yang telah hadir disana, duduk di akhir majlis,

menjauhi percakapan yang tidak berguna. Hendaknya ia tidak

menganggap remeh seorangpun di majlis itu. Hendaknya ia tidak

mengagungkan seorang diantara merekakarena hartanya. Hendaknya

merendahkan diri di majlis, karena akan mengundang simpati dan

kepedulian orang kepadanya.

k) Tata Krama Makan

Sebelum makan, seorang harus mencuci tangan terlebih dahulu,

meletakkan makanan di bawah dan duduk di bawah serta niat takwa

untuk ibadah dan meninggalkan makan ketika telah kenyang.

Hendaknya puas dengan makanan yang ada dan tidak mencelanya.

Mengajak orang lain untuk makan bersama dengannya. Hendaknya ia

mengucapkan basmalah dengan suara yang jelas agar mengingatkan

yang ikut makan bersamanya.

Makan dengan tangan kanan, memperkecil makanannya dan

mengunyah sebaik-baiknya. Tidak mengulurkan tangannya ketempat

orang lain sebelum ia selesai. Hendaknya makan yang ada di

43

depannya, kecuali buah-buahan. Tidak bernafas di dalam makanan,

tidak memotong makanan dengan pisau, tidak mengusap tangannya

dengan makanan. Tidak mengumpulkan buah kurma dengan bijinya

dalam satu wadah. Hendaknya ia tidak minum air, kecuali jika

diperlukan dan setelah selesai makan. Segera berhenti makan sebelum

kekenyangan. Membasuh kedua tangan setelah makan dan mengucap

hamdalah.

l) Tata Krama Minum

Minum dengan tangan kanan, mengucap basmalah dan duduk saat

minum. Menghisap minumannya karena meneguknya dapat

membahayakan hati. Hendaknya ia minum dengan tiga kali nafas

dalam sekali minum. Mengucap hamdalah setelah selesai minum.

Tidak bernafas dalam gelas.

m) Tata Krama Tidur

Sebelum tidur hendaknya ia bersuci dari hadats terlebih dahulu,

tidur dilambung sebelah kanannya dan menghadap kiblat. Hendaknya

ia niat beristirahat untuk menguatkan ibadah-nya. Hendaknya

berdzikir pada Allah sebelum dan sesudah tidur.

n) Tata Krama di Dalam masjid

Masjid adalah salah satu rumah Allah untuk ibadah. Siapa yang

menyatukan hatinya kepada masjid maka di hari kiamat kelak ia akan

diberi naungan oleh Allah. Seorang yang hendahk ke masjid, maka

hendaknya ia berjalan dengan perasaan rindu, tenang dan rendah hati.

Hendaknya ia melangkah masuk dengan kaki kanannya lebih dulu

setelah melepas kedua sandalnya di luar masjid. Setelah berada dalam

masjid, sebaiknya melakukan shalat sunnah dua rakaat tahiyatul

masjid. Hendaknya ia memberi salam, meskipun tidak seorangpun di

dalamnya, karena masjid tidak pernah kosong dari jin dan malaikat.

Hendaknya ia duduk dengan niat i’tikaf dan mendekatkan diri

kepada Allah dan memperbanyak dzikir. Menahan diri dari nafsu

permusuhan, tidak pindah dari satu tempat ke tempat yang lain kecuai

44

diperlukan. Tidak mencari barang yang hilang di dalam masjid, tidak

mengeraskan suara di dekat orang-orang yang shalat dan tidak lewat

di hadapan mereka.

Hendaknya tidak sibuk mengerjakan sesuatu di dalam masjid dan

tidak membicarakan masalah duniawi di dalamnya. Jika hendak keluar

masjid, maka hendaknya ia melangkahkan kaki kirinya lebih dulu dan

meletakkan kedua sandalnya, kemudian memakai sandalnya sebelah

kanan dulu.

o) Kebersihan

Ketahuilah bahwa syariat menyuruh kita membersihkan badan,

pakaian dan tempat kita. Karena itu, seorang wajib membersihkan

badannya dengan cara merawat rambut kepalanya dengan menyisirnya

dan memberinya minyak. Membersihkan kedua telinganya dengan

membasuhnya dengan air dan menggosoknya dengan tangan.

Membersihkan mulut dengan berkumur dan menggosok giginya.

Membersihkan hidung dengan menghirup air ke dalam hidung dan

mengeluarkannya kembali. Membersihkan kukunya dengan

membasuh apa yang ada di bawahnya dengan air. Hendaknya mencuci

pakaiannya dengan air saja atau dengan air dan sabun jika diperlukan.

Demikian dengan tempat tinggalnya dibersihkan, karena kebersihan

dapat menjaga kesehatan, menghilangkan risau, mendatangkan rasa

gembira dan pergaulan yang menyenangkan.

p) Kejujuran dan Kedustaan

Jujur adalah memberitakan sesuatu menurut yang sebenarnya.

Dusta adalah memberitakan sesuatu tidak menurut yang sebenarnya.

Adapun sebab-sebab jujur adalah adanya akal, Agama dan perasaan

yang mulia.

Adapun penyebab kedustaan adalah ingin mencari kebaikan dan

menolak keburukan, karena ada sebagian orang yang

menilaikedustaan dapat menyebabkan keselamatan walau sesat.

Karena itu ia memilih dusta agar selamat.

45

q) Amanat

Amanat adalah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak para

hambanya. Hanya dengan amanat, Agama seorang menjadi sempurna,

kehormatannya terlindungi dan hartanya terpelihara. Karena dengan

memenuhi hah-hak Allah berarti ia menjalankan semua perintah dan

menjauhi larangan Allah.

Demikian pula, dengan memenuhi hak-hak para Hamba-Nya,

berarti ia akan mengembalikan semua titipan kepada yang berhak

masing-masing, tidak mengurangi timbangan dan tidak membongkar

rahasia dan kekurangan orang lain, dan ia lebih memilih sesuatu yang

membahagiakan dirinya di dunia dan di akhirat.

r) Menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik

Menjaga diri adalah menjauhkan diri dari segala yang diharamkan

dan dari hawa nafsu yang rendah. Sifat ini merupakan sifat yang

paling tinggi dan mulia. Dan sifat ini akan timbul berbagai sifat yang

terpuji, seperti sabar, menerima apa adanya, dermawan, mengalah,

wara’, rendah hati , kasih sayang dan malu. Sifat ini merupakan

kekayaan, meskipun seorang tidak mempunyai harta. Sifat ini

merupakan mahkota, meskipun seoang tidak mempunyai kedudukan

s) Bermoral yang baik

Sifat ini menyuruh seorang berpegang teguh pada moral dan adat

istiadat yang mulia. Adapun sebabnya adalah adanya kemauan yang

keras dan jiwa yang mulia. Seorang yang mempunyai kemauan yang

mulia, maka ia selalu menjaga budi pekerti yang mulia, mengenali

segala keutamaan, membangun kemuliaan, suka memberi dan

mencegah keburukan.

t) Menahan Marah

Al Hilm adalah menahan diri dari marah dan balas dendam

terhadap orang yang menyakitinya, meskipun ia mampu

melakukannya. Adapun sebabnya adalah karena merasa sayang

46

kepada orang yang berlaku bodoh tidak mau memakinya, tidak mau

membalas kejahatan karena malu, tidak ingin menyakiti orang yang

menghinanya, karena menjaga nikmat yang lalu dan tidak mau berbuat

makar atau menggunakan kesempatan.

Seseorang yang tidak mau membalas kejahatan orang lain dengan

kejahatan yang serupa hanyalah seorang yang berhati dan kemauan

yang mulia.

u) Kedermawanan

Kedermawanan adalah memberikan harta kepada orang lain tanpa

diminta dan bukan karena haknya. Kedermawanan adalah sifat utama,

baik dan terpuji, karena sifat ini disenangi orang banyak, dan sifat ini

banyak kebaikannya dan memperluas pergaulan.

v) Rendah Hati

Sifat rendah hati dan bersikap ramah bukan karena hina dan

rendah. Arti sifat ini adalah memberi haknya masing-masing, tidak

meninggikan yang rendah lebihdari haknya dan tidak merendahkan

yang mulia dari kemuliaannya.

w) Harga Diri

Sifat ini mendorong seseorang memuliakan dan menghormati

dirinya. Adapun sebabnya adalah karena seorang mengetahui harga

dirinya. Adapun hasilnya adalah seorang akan menghiasi dirinya

dengan budi pekerti yang mulia, ia akan bersabar menghadapi

berbagai cobaan, ia tidak ingin menampakkan rasa butuhnya kepada

orang lain, ia akan dimuliakan dan Allah akan berbuat kebajikan

kepadanya.

x) Perasaan Dendam

Perasaan dendam adalah memendam perasaan buruk terhadap

orang lain dan ingin menyakitinya. Adapun penyebabnya adalah

karena ia marah terhadap seorang dan perasaan itu timbul karena

47

delapan sifat yang diharamkan yaitu: merasa hasud dan dendam pada

orang lain, merasa gembira atas musibah yang menimpa orang lain,

merasa dijauhi orang lain, merasa diremehkan, merasa dilukai

perasaannya, merasa jasadnya disakiti orang, merasa haknya diambil

orang.

y) Perasaan Hasud

Sifat ini adalah perasaan yang menginginkan lenyapnya

kesenangan oranglain. Penyebabnya ada tiga macam yaitu: merasa

tidak senang kepada seorang yang diberi kelebihan oleh Allah, merasa

keunggulan atau kelebihan orang yang dihasudi olehnya, sehingga ia

tidak dapat mengunggulinya, karena merasa kikir.

Yang menyebabkan hilangnya perasaan hasud ialah: berpegang

teguh kepada Agama, mengetahui bahwa perasaan hasud sangat

berbahaya, merasa ridha dengantakdir Allah.

z) Menggunjing Orang

Sifat buruk ini adalah ketika engkau menyebutkan sifat yang tidak

disenangi saudaramu meskipun di depannya. Sebabnya ada delapan:

perasaan hasud, keinginan melampiaskan kebenciannya, ingin

menonjol, ingin menyudutkan seorang, membebaskan dirinya, ingin

mengambil muka dengan kawan-kawannya, ingin bergurau dan ingin

memperolok seorang.

aa) Mengadukan Kekurangan Orang Lain

Sifat buruk ini adalah mengadukan tutur kata, atau perbuatan,

atau kekurangan orang kepada orang lain untuk memperburuk, atau

membangkitkan rasa permusuhan di antara mereka.

Yang dapat mencegah dari sifat buruk ini hanyalah

pengetahuannya bahwa sifat buruk ini dapat menimbulkan perpecahan

dan permusuhan di antara manusia.

bb) Kesombongan

Sifat buruk ini adalah ketakjuban seorang terhadap diri dan

kemampuannya yang diniali olehnya lebih unggul dari kemampuan

48

orang lain. Kesombongan memiliki keburukan antara lain: suka

menyakiti orang lain, memutuskan tali persaudaraan, suka memecah

belah persatuan, menimbulkan kebencian seorang pada kawannya,

suka sepakat menyakiti hati orang lain, tidak mau tunduk pada

kebenaran, tidak mau menahan marahnya, tidak mau bersikap lemah

lembut.

Siapapun yang mengerti bah wa dirinya hanya makhluk yang

diciptakan dari sperma dan kelak jadi bangkai maka akan mudah

baginya meninggalkan perasaan sombong yang menimbulkan

ketakjuban kepada dirinya.

cc) Tertipu Oleh Kekaguman Terhadap Sesuatu

Sifat ghurur ini adalah kecenderungan seorang kepada hawa nafsu

dan tabiat yang dipengaruhi oleh setan. Ada dua macam yaitu:

tertipunya orang-orang kafir terhadap kehidupan dunia, sehingga lupa

akhirat dan yang kedua ada orang-orang beriman yang suka berbuat

maksiat tertipu dengan keyakinannya terhadap keluasan ampunan

Allah.

dd) Kezaliman

Kezaliman adalah keluar dari batas keadilan, baik kurang atau

melebihi batas. Kezaliman meliputi segala perbuatan maksiat dan

segala kelakuan buruk. Pelakunya termasuk menzalimi dirinya atau

menzalimi orang lain. Menzalimi diri mengandung arti tidak mentaati

Allah atau tidak beriman. Menzalimi orang lain mempunyai arti

mengurangi hak asasi orang lain, misalnya menyakiti tetangga,

menghina tamu, menciptakan kedustaan, menggunjing dan mengadu.

ee) Keadilan

Keadilan adalah bersikap di tengah dalam segala urusan dan

berjalan di dalamnya sesuai dengan syariat. Keadilan ada dua macam:

Pertama: keadilan manusia dalam dirinya dengan menempuh jalan

yang lurus.

49

Kedua: keadilannya terhadap orang lain. Keadilan ini ada tiga

macam:keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan rakyat

terhadap penguasa dan murid terhadap gurunya serta anak kepada

orang tuanya dan keadilan manusia terhadap sesamanya dengan tidak

bersikap sombong terhadap mereka dan mencegah gangguan dari

mereka.

B. Analisa Akhlak dan Perilaku pelaku Bullying

Dalam analisa ini ada 2 komponen yang menjadi akar permasalahan

dalam kasus bullying; sifat atau akhlak pelaku bullying dan perilaku

pelaku bullying.

1. Akhlak Pelaku Bullying

Pertama mengenai sifat pelaku bullying mempunyai rasa yang lebih

tinggi atau takabur sehingga pelaku dapat mengatur atau meremehkan

orang lain yang menurut pelaku dianggap rendah sehingga pelaku bisa

mengejek atau mengolok-ngolok dengan seenaknya.

Kedua, kurangnya uswatun hasanah. Hal ini dipengaruhi dengan

kebiasaan pelaku bergaul dengan lingkungan yang kurang baik yang

menjadikan karakter pelaku lebih cenderung menjadi kebiasaan untuk

melakukan bullying karena dalam lingkungan tersebut bullying adalah

suatu hal yang jamak terjadi.

Ketiga selain dari pada itu bisa dikarenakan dengan pengaruh media

sosial dengan melihat atau mencontoh dari pada isi konten media

kurang baik yang pada akhirnya bisa menjadikan pelaku melakukan

bullying. Hal ini yang kerap terjadi di kalangan pelajar karena suatu

tontonan yang baik maka akan baik pula hasilnya begitupun

sebaliknya ketika tontonan itu kurang baik maka akan kurang baik

pula hasil dari tontonan tersebut. Dalam hal point ini orang tua

mempunyai peranan penting untuk menjaga putra putrinya agar tidak

menjadi pelaku bully ataupun menjadi korban bullying.

50

Keempat difaktori dengan kurang baiknya hubungan antar sesama

sekolah bisa mengakibatkan adanya problematika bullying.

Permasalhan ini biasanya terjadi karena sekolah dengan sekolah lainya

ada suatu hal masalah yang satu pihak dan pihak lain tidak terima.

Bullying ini termasuk kepada phenomena bullying antar kelompok

bukan lagi atar individu melainkan sudah merabah kepada tahap

bullying kelompok, salah satupenyebab nya antara lain yaitu

kurangnya kerukunan antar sekolah dan komponen-komponen yang

lainya.

2. Prilaku pelaku bullying

Bentuk bullying biasanya pelaku melakukan bullying kepada

korban dengan cara menghina, mencela, mempermalukan, dan

menganiyaya korban. Dengan melampiaskan kebenciaanya, dengan

menyudutkan korban, dan ingin mengambil muka dihadapan kawan-

kawanya sehingga membulli korban.

Dalam sekolah biasanya pada awal masuk masih ada beberapa

kegiatan yang menggunakan kekerasan hal ini menjadi akan menjadi

siklus, ketika ada senior yang membuly kepada juniornya, maka di

tahun berikutnya akan ada hal yang sama yang dulu di bulli oleh

senior kepada junior, junior pun setelah menjadi senior akan berbuat

demikian hal ini tidak akan bisa dihentikan.

C. Analisis nilai akhlak dalam Kitab Taysirul Khalaq dalam menyikapi

Bullying

Dari sekian isi yang terdapat pada Kitab Taysirul Khalaq yang telah

dipaparkan diatas, penulis hanya menfokuskan pada permasalahan yang

berkaitan dengan kasus bullying yang terjadi dikalangan pelajar ini.

Adapun bab-bab yang berkaitan dengan bullying yaitu:

1. Adab yang harus dipenuhi murid

51

Dalam bab ini di jelaskan bahwa seorang murid diantara adab-adab

yang harus dimiliki adalah meninggalkan sifat ‘ujub (berbangga diri) dan

harus memiliki sifat Tawadhu (rendah hati).

‘Ujub dalam kamus munawir diartikan al-zahwu atau al-kibru yang

artinya kebanggaan atau kesombongan56, lebih tepatnya ialah

membanggakan diri sendiri. Hal tersebut dilarang karena merupakan

bentuk kesombongan yang termasuk akhlak tercela. Dan seorang murid

juga harus memiliki sifat Tawadhu.

Tawadlu atau rendah diri dalam kitab Taysir al-Khallâq fî Ilmi al-

Akhlâq disamakan dengan Ramah, yang memiliki definisi sebagai berikut:

ة الجانب من غير خسة وال مذلةوإالنهو خفض الجناح

Tawadlu “ adalah sikap merendahkan diri dengan hormat dan khidmat,

bukan karena rendah atau hina.”

Maksudnya ialah memberikan kepada setiap orang akan haknya,

sesuai dengan kedudukannya. Tidak mengangkat-ngangkat derajat orang

yang rendah, juga tidak merendahkan derajat orang yang mulia. Dua sifat

ini lah apabila tidak dimiliki oleh seorang murid yang sedang menuntut

ilmu, maka akan muncul dalam diri murid sifat lawan dari dua sifat diatas.

Seorang murid akan selalu merasa dirinya yang paling tinggi dari yang

lain, dikarenakan di dalam dirinya tertanam sifat Ujub. Dan juga dia akan

merasa Takabur (sombong) dihadapan teman-temannya, karena tidak

memilikinya seorang murid atas sifat Tawadhu.

Dalam kasus bullying, seseorang cenderung melakukan perbuatan ini

dikarenakan ia merasa lebih hebat dan lebih tinggi kedudukannya

dibanding yang lain. Dan rasa sombong yang berlebihan akan memicu

seseorang melakukan pembulian terhadap yang lainnya.

Sebagai cotoh kasus, yang terlampir dalam jurnal. Ryan Sulaiman

membacok guru SMAN Leles, Budi Kuspriatna (42) sehingga mengalami

56 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 896

52

luka parah dibeberapa bagian tubuhnya karena ditegur merokok.57 Dalam

kasus ini sangat jelas sekali adab, tatakerama seorang murid terhadap guru

harus di utamakan, dan ditanamkan kepada siswa sejak dini sehingga

siswa merasa bahwa guru adalah sosok yang harus dihormati. Inipun

terjadi karena kesombongan yang tertanam di diri siswa, yang

mengakibatkan angkuhnya diri, sehingga tidak terima jikalau ditegur oleh

siapapun, termasuk seorang guru sekalipun.

Maka untuk mencegah adanya rasa sombong dalam diri seseorang

perlu kiranya harus dibekali rasa ketawadhuan, rendah hati dalam diri

seseorang agar tidak merasa bangga diri sehingga tidak meremehkan yang

lemah, terlebih seorang guru. Dengan cara tanamkan nilai-nilai positif

terhadap siswa, nilai spiritualitas, sehingga dapat menjadikan anak yang

bertakwa sesuai dengan tujuan pendidiakan nasional.

2. Adab dalam pergaulan

Bergaul atau pergaulan dalam bahasa arabnya dikenal dengan

Mu’asyaroh. Dalam bermu’asyaroh ada dua hal yang paling utama yang telah

dijelskan dalam Al Qur’an surat Ali-Imran ayat 112 :

Artinya: mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali

jika mereka berpegang kepada (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan

manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka

diliputi kerendahan.

57 Ulfah, Penanganan perilaku bullying siswa melalui konseling model pengembangan komitmen

beragama, Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. I. No. 1,

2008.

53

Dalam hadits nabi juga dijelaskan yang Artinya: dari abu dzar, jundub bin

junadah dan abu abdurrahman, dan muadz bin jabal, R.A dari

rasuloulllah saw beliau bersabda: “bertakwalah kepada alah dimana saja

kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat

menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR

Turmudzi)

Dalam bab ini dijelaskan bahwa etika tatakrama dalam pergaulan harus

mempunyai sikap yang lemah lembut terhadap orang lain, memaafkan

kesalahan orang lain, menyantuni kepada orang lain dan tidak membanggakan

kedudukan atau harta kekayaaan yang dimiliki.

Contoh kasus terjadi di pangkalpinang provinsi kepulauan Bangka

Belitung. Yang mana siswi SMP Negeri Pangkalpinang seorang siswi dipaksa

bersujud dan mencium kaki teman sekolahnya setelah selisih faham, bahkan

sempat di videokan oleh temannya yang lain.58

Beberapa point point yang disebutkan diatas sudah jelas bahwa islam tidak

mengajarkan untuk menggunakan kekerasan dalan bergaul dengan sesama,

ketika seseorang mempunyai sifat-sifat yang disebutkan diatas cenderung lebih

tidak akan adanya prilaku buli membuli kepada sesama teman ataupun orang

lain pergaulan yang dilandasi dengan sifat-sifat tersebut tidak akan

menimbulkan kekerasan

3. Kerukunan

Kerukunan adalah rasa kebersamaan dan persaudaraan antara seorang

dengan banyak yang mana masing-masing individunya saling bergembira

ketika bertemu dengan sesamanya. Dan kerukunan menjadi faktor penting

untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan, yang terjadi dikalangan pelajar

sepeti tawuran, itu disebakan tidak rukunya antar sesama teman.

Allah SWT menjelaskan dalam Firmannya:

58 http://bangka.tribunnews.com/2018/01/20/bullying-di-sekolah-kembali-terjadi-siswi-smp-3-

dipaksa-sujud-cium-kaki-teman, Jam. 12:34

54

“ dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai ”

saling memperkuat kerukunan antar teman, saling percaya dan tidak saling

mencurigai, akan mencegah terjadinya perilaku bulyy antar siswa. Karena

semunya merasa bahwa mereka adalah keluarga yang harus di jaga

kerukunan, jangan sampai bercerai berai. Mengokohkan ikatan seperti

bangunan yang saling menguatkan satu sama lain. Berdasarkan hadits nabi

Muhammad SAW:

املؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا“orang mukmin sesama mukmin lainnya ibaratkan sebuah bangunan yang

saling menguatkan satu sama lain” (HR. Bukhari)

Bahkan lebih luas lagi maknannya bukan hanya sesama mukmin

saja, sesama manusia pun harus menjaga kerukunan, baik dari suku, yang

berbeda, agama yang berbeda, bahkan negara yang berbeda, sehingga

terjalinnya kerukunan yang kuat yang tidak menimbulkan permusuhan

dikemudian hari.

Sebagai contoh kasus yang terjadi di SMA kota Bandung, Ado

pasien di RS bandung yang sering berkhayal jadi jagoan. Karena tidak bisa

melawan saat dimasukan tong sampah dan menjadi bahan olok-olokan

teman sekelasnya, ado pun menutup diri lalu berusaha bunuh diri. “karena

merasa tertindas”.59

Terlihat dalam kasus diatas, yang menjadikan terjadinya prilaku

bully antar siswa yaitu tidak terjadinya kerukunan antar siswa sehingga

satu sama lain saling melakukan tindakan yang merugikan siswa lain.

Maka berlandasan kepada hadits nabi yang telah dijelaskan di atas, rukun

dalam pergaulan adalah menjadi faktor terjalinnya hubungan yang

59 Lely resna “kupas tuntas Bullying di sekolah (bandung 24 agustus 2008)

55

harmonis yang akan mempererat tali persaudaraan, sehingga siswa

terhindar dari perilaku bulling.

4. Persaudaraan األخاء

Dalam analisis menganai kaitan kasus bullying siswa sangat erat

kaitannya dengan persaudaraan. Persaudaraan adalah :

هو رابطة بين الشخصين تحقق بينهما المودة

Yaitu : pertalian hubungan cinta kasih antara dua orang.60

Dalam persaudaraan, memiliki tatakerama antara satu sama lain,

diantaranya saling menghormati, saling mengasihi, dan saling berbagi.

Istilah persaudaraan dalam bahsa arab dikenal dengan Ukhuwah, maka

pengertian Ukhuwah diambil dari kata Akha )أخا( yang makna dasarnya

memberi perhatian اهتم kemudian berkembang arti menjadi sahabat, teman

yang secara leksikal menunjuk pada makna “ dia bersama )الصاحب، الصديق(

di setiap keadaan, saling bergabung antara selainnya pada suatu komunitas “

61.(يستعار لكل مشارك لغريه يف القبيلة)

Masih dalam makna leksikal, kata ukhuwah pada dasarnya berakar dari

akhun )أخ( yang jamaknnya ikhwatun (إخوة ), artinya saudara.Kalau saudara

perempuan disebut ukhtun (أخت), jamaknya akhwat (أخوات ). Dari kata ini

kemudian terbentuk al-akhu, bentuk mutsanna-nya akhwan, dan jamak-nya

ikhwan (إخوان ) artinya banyak saudara, dan dalam Kamus Bahasa Indonesia

kata ini dinisbatkan pada arti orang yang seibu dan sebapak, atau hanya seibu

atau sebapak saja. Arti lainnya adalah orang yang bertalian sanak keluarga,

60Ahmad Sunarto, tt Taisirul Khalaq, (Surabaya: Al Miftah, ), h. 34 61 Luis Ma’luf, Al Munjid Fii Al Lughah (Bairut: Dar Al Masyriq, 1977) h. 5.

56

orang yang segolongan, sepaham, seagama, sederajat.62 Jadi tampak sekali

bahwa kata akhun tersebut semakin meluas artinya, yakni bukan saja saudara

seayah dan seibu, tetapi juga berarti segolongan, sepaham, seagama, dan

seterusnya. Berdasarkan arti-arti kebahasaan tadi, maka ukhuwah dalam

konteks bahasa Indonesiamemiliki arti sempit seperti saudara sekandung, dan

arti yang lebih luas yakni hubungan pertalian antara sesama manusia, serta

hubungan kekerabatan yang akrab di antara mereka. Berkenaan dengan itulah,

M. Quraish Shihab menjelaskan definisi ukhuwah secara terminologis sebagai

berikut: :

Ukhuwah pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian

dalam banyak hal”. Karenanya, persamaan dalam keturunan

mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga

mengakibatkan persaudaraan.Dalam kamus-kamus bahasa,

ditemukan bahwa kata akh juga digunakan dalam arti teman

akrab atau sahabat.63

Dalam penertian diatas, maka persaudaraan ini menjadi faktor penting

dalam terhindarnya perbuatan bullying. Apabila telah terjadi jalinan tali

pesaudaraan antar siswa maka akan muncul rasa kasih sayang antar keduanya

sehingga tidak akan terjadi perbuatan yang tidak di inginkan, dalam kasus ini

adalah perbuatan bullying.

Di sisi lain Faktor Penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto, antara

lain keluarga.

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang

tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah

yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku

bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua

mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia

akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk

62 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 1003. 63 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h.357

57

berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan

kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.64

Maka, keluarga yang harmonis dan terjalin kasih sayang di dalamnya

akan menjadikan anak merasa aman dan tentram, sehingga membentuk

karakter anak yang baik pula.

5. Ghibah atau Penggunjingan

Lisan adalah alat yang sangat di gunakan dalam berkomunikasi melalui

percakapan. Setiap insan di karunai lisan oleh allah untuk dipergunakan

dengan sebaik mungkin, banya sekali larangan mengenai penggunaan lisan

yang tidak baik, misalnya menggunjing, membicarakan keburukan orang lain.

Secara bahasa, kata ghibah )غيبة( berasal dari akar kata “ ghaba,

yaghibu” )غاب، يغيب( yang artinya tersembunyi, terbenam, tidak hadir, dan

tidak tampak.

Secara istilah ghibah seperti yang telah di sabdakan oleh Nabi

Muhammad SAW dalam haditsnya:

قالوا: « أتدرون ما الغيبة؟»عليه وسلم، قال: عن أبي هري رة، أن رسول اهلل صلى اهلل قيل أف رأيت إن كان في أخي ما « ذكرك أخاك بما يكره »اهلل ورسوله أعلم، قال:

«يكن فيه ف قد ب هته إن كان فيه ما ت قول، ف قد اغتبته، وإن لم »أقول؟ قال:

Dari Abu Huroiroh Radhiyallahu‘anhu bahwsanya Rosulullah

Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : Tahukah kalian apakah ghibah

itu? Sahabat menjawab : Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berkata : “Yaitu engkau menyebutkan

64 Ela Zain Zakiyah , Sahadi Humaedi , Meilanny Budiarti Santoso, Faktor yang

mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying , Jurnal Penelitian & PPM, Vol 4, No: 2, h. 327

58

sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

Salam ditanya : Bagaimanakah pendapatmu jika itu memang benar ada

padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab : “Kalau

memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi

jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah

berdusta atasnya”65

Dalam analisis kaitannya dengan perilaku bulliying, ghibah faktor yang

lebih sering muncul dalam permasalahan ini. Karena bahayanya lisan yang

terkadang salah kata sedikit dapat menimbulkan permusuhan, termasuk di

dalamnya kasus bulliying siswa terhadap temannya. Seperti, seseorang

membicarakan temannya atas sesuatu yang tidak di suka oleh temannya ke

orang lain, sehingga menimbulkan permusuhan. Maka, menjaga lisan adalah

faktor penting dalam kerukunan persahabatan dan pertemanan sesama siswa,

sehingga tidak menimbulkakn suatu hal yang tidak di inginkan di kemudian

hari.

6. Takabur atau Sombong

Takabur adalah lawan daripada tawadhu’. Takabur juga merupakan anak

dari sifat Ujub. Sombing adalah suatu sikap besar diri dan suka menganggap

yang lain remeh, merasa dirinya besar, merasa dirinya pandai dan tinggi

dalam segala hal, baik harta, pasangan, dan kedudukan.66

Takabur dalam istilah didefinisikan sebagai berikut, yaitu:

استعظام النفس ورؤية قدرها فوق قدر الغريArtinya: perasaan besar diri dan beranggapan derajatnya diatas prang

lain.

Kerusakan yang ditimbulkan dari sifat sombong ini sangat banyak,

diantaranya: menyakitkan orang lain, memtuskan tali persaudaraan,

menimbulkan perpecahan, mendatangkakn orang-orang benci kepada

teman yang memiliki sifat sombong, dan menyakitinya, tidak mematuhi (

65 Muslim bin hajjaj, Shahih Muslim, (Baerut: Dar ihya at turats Al Arabi, ) hal. 4/2001 66 Sa’id Hawwa, Kajian Lengkap Penyusian Jiwa, Tazkiyatun Nafs, Intisari Ihya

Ulumuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hal. 243

59

menentang) kebenaran, tidak dapat meredam kejengkelan, dan kasar dalam

memberi nasihat.67

Seseoang tidak akan sombong kecuali yang suka membanggakan diri.

Seseorang tidak akan memuliakan dirinya sendiri kecuali meyakini bahwa ia

memiliki sifat-sifat yang sempurna. Semuanya itu berkaitan sengan urusan

agama dan dunia, yang berkaitan dengan agama itu ilmu dan amal perbuatan,

sedangkan yang berkaitan dengan dunia yaitu, keturunan (nasab), kecantikan,

kekuatan, harta dan banyak teman.68

Padahal jika kita tela’ah kembalik, Allah SWT telah banyak memberikan

pengetahuan mengenai bahayanya sombong, yang terdapat dalam firman-

firmannya, antara lain:

" Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS.

An Nahl:23)

Dan dijelaskan juga dalam Surat Al Mukmin ayat 60, Allah SWT

berfirman:

"dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam

dalam Keadaan hina dina " (QS. Al Mukmin:60)

Belum lama terjadi dan sempat viral di beberapa media sosial, sembilan

pelaku bulliyying siswi SD di Tamrin City Jakarta Pusat. Mulanya, seorang

pelaku bernama F mengatai SW sombong karena tidak pernah main ke Kebon

Kacang, Jakarta Pusat. Selanjutnya, korban SW mengajak duel F.

"Penyebabnya F (salah satu pelaku) mengeluarkan kata-kata pada SW, kok

sombong sekarang nggak pernah main ke Boncang (Kebon Kacang). Lalu

67 Hafidz Hasan Al Mas’udi, Taysirul Khalak, (Surabaya: Al hidayah, 1418 H), h. 83. 68 Ibid, h. 252

60

SW ngajak Duel F. Hal tersebut diucapkan hari Selasa, (11/7/2017) lalu,

pukul 09.30 WIB di Sekolah Dasar," jelas Mustakim.

"Lalu, teman-teman saling mengadu, selanjutnya terjadi keributan itu

penghadangan dan keributan di Thamrin City," sambungnya.

Mustakim mengatakan, kesembilan pelaku tergabung dalam satu grup

bernama BOS (Brather Of Santay). Grup ini adalah grup sepermainan

anak Kebon Melati dan Kebon Kacang, Jakarta Pusat.

"Mereka (pelaku dan korban) hanya teman main dan teman sekolah saja,

dan juga teman Facebook, kebanyakan tetanggaan saja. Dan satu grup di

BOS ( brather Of Santay ), satu teman sepermainan anak Kebon Melati

dan Kebon Kacang," tutur Mustakim.

Korban SW adalah siswa kelas VI di SDN 03 Kebon Kacang. Sedangkan

kesembilan pelaku, AS siswa SMPN 273 Jakarya, HR siswa SMP

Muhammadiyah 6, RA siswa SD Muhamadiyah 56, RZ siswa SDN 03

Kebon Melati, RN siswa SDN 02 Kebon Melati, SA siswa SDN 01 Kebon

Kacang, AA SDN 03 Kebon Kacang, SN siswa SDN 01 Kebon Kacang, F

siswa SDN 01 Kebon Kacang.69

Sombong merupakan sikap yang tidak terpuji yang biasa dimiliki oleh

sebagian siwa di sekolah, banyak faktor ketika seorang siswa mempunyai

sifat sombong bisa karena merasa banyaknya harta, bisa karena menjadi

jagoan bisa juga karena menjadi ketua geng atau mempunyai jabatan

sehingga dia merasa berbangga diri atas dia milikinya, sehingga dengan

seenaknya bisa mengolok-ngolok, meremehkan yang lemah dan dengan

perbuatan tersebut bisa menimbulkan perkelahian atau pertengkaran.

7. Zalim atau Aniaya

Kata Zulm dalam Mu’jam al Wasith diartikan meletakan sesuatu bukan

pada tempatnya dan mempunyai dasar kegelaan dan lawan kata cahaya.70

Dalam kamus al Munjid bahwa kata Zulm diartikan sebagai seseorang

yang suka kemewahan dan juga dikatakan dengan gelapnya malam, serta

sesuatu yang buruk akibatnya. Selain bermakna aniaya, Ulm juga bermakna

meletakan sesuatu yang bukan pada tematnya.71

69 https://news.detik.com/berita/d-3564407/ini-alasan-pelaku-bully-siswi-sd-di-thamrin-

city 70 Shauqi Dhaif, Al Mu’jam Al Wasith, (Mesir: Maktabah Shurouq ad Dauliyyah, 2011),

h. 557

71 Fr Louis Maluf Al yassui’ui dan Fr Barnaed Tottel Al Yassui Al Munjid Fi Al-lhugah

wa Al A’lam, cet XXXIII (Lebanon Daar Al Masriq T.th) . 998

61

Dari sudut makna kebahasaan atau etimologi, Zulm itu artinya gelap,

karena kejahatsn itu menimbulkan kegelapan hati. Dengan demikian Zulm

berarti “ orang yang melakukan kegelaan”. Dari pengertian Zulm yang berarti

gelap, maka kata Zulm menjadi lawan kata dari Nur atau cahaya yang juga

berti terang. Pengertian yang demikian itu, sesunguhnya erat kaitannya

dengan sumber kezaliman itu sendiri, yakni hati yang tidak lagi memiliki

nurani atau hati yang gelap.72

a. Macam – macam zalim

1) Zalimnya manusia kepada Allah SWT

Perbuatan zalim yang paling besar dalam katagori ini adalah syirik,

kufr, dan munafik.

2) Zalimnya manusia kepada sesama Makhluk.

Banyak sekali kezaliman manusia sesama makhluk, sedikit saya

cantumkan sebagai contoh:

a) Fasad

Kata fasad berasal dari kata Fasada. Menurut Al Ashfihani,

makna kata itu berarti keluarnya sesuatu dari keseimbangan,

baik sedikit maupun banyak. Kata itu kemudian diterjemahkan

sebagai rusak atau sakit. Antonimnya adalah As Solah, berarti

kemaslahatan, manfaat atau kegunaan. Sesuatu yang rusak

memang minimal berkurang nilai kemanfaatannya. Maka, ia

tidak maslahat. Sesuatu yang rusak justru menyusahkan dam

merepotkan.

b) Sariqah

Menurut bahasa sariqah adalah mencuri. Adapun yang

dimaksud adalah mengambil barang milik orang lain tanpa hak

72 Ensiklopedi nurholis majid ensiklopedia pemikiran islam di kanvas peradaban ( jakarta

democracy project, yayasan demokrasi, 2011, 1385

62

dengan maksud untuk memiliki barang tersebut, tanpa

sepengetahuan pemiliknya.73

Dalam Al Qur’an disebutkan larangan tentang mencuri yaitu

dalam surat Al Maidah: 38-39:

“ laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah

tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka

kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana. Maka Barangsiapa bertaubat (di antara

pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan

memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kasus bulliying terjadi di SMA 1 semarang, yang mana seorang anak

laki-laki yang bernama bintang di aniaya oleh seniornya ketika masuk dalam

Organisasi Siswa Indra Sekolah (OSIS) hingga mangakibatkan hilangnya

nyawa. Dengan berdalih Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), para senior

melakukan tindakan yang dibatas kewajaran, bahkan korban dalam bukti foto

yg ada, di perintahkan menggunakan pakaian dalam wanita, seperti BH, lebih

dari itu korban di suruh mengesot dengan menggunakan rok wanita di sebuah

Mall.74

Jika kita analisa kaitannya denga perilaku Bulliying siswa yang terjadi di

sekolah, maka, menjadi sangat jelas pengaruhnya terhadap tindakan buruk

siswa terhadap rekan atau temannya. Siswa yang melakukan bully, dia telah

merusak dan mencuri kepercayaan temannya dan juga merusak ruang lingkup

sekolah. Sekolah jadi tidak terasa aman dengan adanya tindakan bully, yang

didasari dengan saling menzalimi antar siswa.

73 Ibid,. 271 74 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3894976/sman-1-semarang-blak-blakan-kasus-

bullying-berujung-2-siswa-dipecat. Jam. 14:55

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian yang penulis lakukan mengenai nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam Kitab Taysirul Khalaq dalam menyikapi

masalah bullying di sekolah, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Terdapat 7 nilai pendidikan akhlak yang dapat ditemukan oleh peneliti di

dalam kitab taysirul khalak kaitannya dengan perilaku bullying di sekolah,

yaitu;

1. Adab yang harus di penuhi murid, seperti sifat tawadhu’ dan tidak ujub.

2. Adab dalam pergaulan, yaitu murid harus saling menghormati dan

mengasihi sesama teman dalam bergaul.

3. Kerukunan, yaitu seorang murid harus memiliki sifat kebersamaan dan

persaudaraan yang kuat dalam berteman.

4. Persaudaraan, dengan memperkuat persaudaraan maka satu sama lain

bagaikan bangunan yang tidak akan meruntuhkan satu sama lain.

5. Ghibah dan penggunjingan, yaitu dengan meninggalkannya murid akan

sifat dan perilaku ini, maka perilaku bullying akan berkurang di kalangan

murid.

6. Takabur atau sombong, murid yang sombong akan lebih cenderung

merasa unggul dibanding dengan teman-temannya, maka bullying akan

terjadi jika murid memiliki sifat angkuh dan sombong.

7. Zalim atau aniaya, perilaku bullying lebih cenderung melakukan

kekerasan yang merugikan orang lain, baik secara fisik maupun lainnya.

Dari ketujuh bab ini yang terdapat dalam Kitab Taysirul Khalaq,

semuanya berkaitan dengan pendidika akhlak yang apabila tidak dimiliki atau

dihindari maka akan lebih memungkinkan terjadinya bullying diantara

murid/siswa.

64

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang

kiranya dapat menjadi salah satu upaya dalam membina atau membangun

pendidikan akhlak di kalangan pelajar.

1. Hendaknya nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab

taysirul khalaq mengenai problematika bullying dapat diterapkan di

sekolah dan diluar sekolah

2. Bagi pendidik, guru, ustadz, hendaknya menjadi faktor sentral dan penentu

dalam proses pencapain pendidikan akhlak di sekolah, dan menjadi

sumber tauladan pertama di lingkungan sekolah

3. Bagi masyarakat dan orang tua hendaknya meningkatkan kesadaran akan

peranan dan posisinya yang sangat penting dalam mendukung proses

mendidik akhlak siswa

4. Bagi penulis, penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna dan tentunya

masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangan berharap

jika ada peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat tema sebagaimana

penelitian itu,untuk mengembangkan penelitian yang jauh lebih baik.

65

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo, Pembelajanaran Nilai Karakter, Jakarta:PT RajaGrafindo

Persada, 2012.

Al Mas’udi, Hafidz Hasan, Taysirul Khalaq, Surabaya: Al hidayah, 1418 H.

Ardani, Moh, Akhlak-Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2002.

Dhaif, Shauqi, Al Mu’jam Al Wasith, Mesir: Maktabah Shurouq ad Dauliyyah,

2011.

Ela Zain Zakiyah , Sahadi Humaedi , dan Meilanny Budiarti Santoso, Faktor

yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying , Jurnal

Penelitian & PPM, Vol 4, No: 2.

Ensiklopedi Nurholis Majid Ensiklopedia Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban

jakarta democracy project, yayasan demokrasi, 2011.

Faisal, Sanapiah, Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Gofur, Waryono Abdul, Menyingkap Rahasia Al Qur’an, Yogyakarta: el SAQ

Press, 2009.

Hadie, Nur, Pemikiran Syeikh Muhammad Syakir Tentang Pendidikan Akhlak

Dalam Kitab Washáyá Al-Ábá’ Li Al-Abná’, Jurnal Tadrîs, Vol. 7

Nomor 1, Juni 2012.

Hajjaj, Muslim bin, Shahih Muslim, Baerut: Dar ihya At Turats Al Arabi.

Hawwa, Sa’id, Kajian Lengkap Penyusian Jiwa, Tazkiyatun Nafs, Intisari Ihya

Ulumuddin, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

66

Ihsan, Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Lutfi, Nilai-Nilai pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Barzanzi, Skripsi, Jakarta:

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Ma’luf, Luis, Al Munjid Fii Al Lughah , Bairut: Dar Al Masyriq, 1977.

Madyosusilo, Eko, dan RB Kasihadi. Dasar-dasar Pendidikan.Semarang: Eftar

Publishing,1985.

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I: Mujizat Nabi, karamah wali, ma’rifah sufi, Jakarta:

Kalam Mulia, 2009.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Pustaka Setia,2011.

Moleong, Lexy j., metodologi peneliti kualitatif, Bandung: Remaja rosda Karya,

2000.

Mustofa, A, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia,2014.

Muhaimin, H, Manajemen Pendidikan, Jakarta: kencana perdana media

group,2009.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.

Rozak, Abdul, dkk., Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Pendidikan,

Jakarta: FITK Press, 2010.

Sapiudin Shidiq, Usulu Fiqh, Jakarta: kencana 2017

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung Alfabeta

2009.

Sukardjo, M, dkk., Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: PT

Raja GrafindoPersada, 2009.

67

Sukarjo, M, dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan

Aplikasinya, Jakarta:Rajawali Pers, 2009.

Sukmadinta, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Syam, Mohommad Noor, filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan

pancasila, Surabaya:Usaha Nasional, 1996.

Tamimi, Muhyiddin Tohir, Eksistensi Pendidikan Islam di Abad Pengetahuan,

Jurnal Turats, Vol. 5, No. 1, 2009.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya:

Usaha Nasional, 1980,

Wiyani, Ardi, school Bullying, Jogjakarta: ar-ruzz media, cet II 2014.

http://regional.kompas.com/read/2016/11/29/16005801/84.persen.siswa.indonesia.

alami.kekerasan.di.sekolah di akses pada 17-10-2017

https://news.detik.com/berita/d-3564407/ini-alasan-pelaku-bully-siswi-sd-di-

thamrin-city.

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3894976/sman-1-semarang-blak-

blakan-kasus-bullying-berujung-2-siswa-dipecat.