nilai-nilai maulid membentuk sumberdaya manusia model kenabian · sulullah hijrah ke madinah untuk...

4
6 MPA 317 / Pebruari 2013 Di zaman Rasulullah tak ada peringatan Maulid. Dalam mempe- ringati hari kelahirannya, beliau senantiasa melakukan ritual puasa. Dengan demikian, tak ada contoh dari Nabi sendiri perihal peringatan ter- sebut. Sehingga bagi umat yang memperingatinya, tak ada seruan tapi juga tidak ada larangan. Jadi menurut Masyhudi Much- tar, M.Si, hal semacam itu boleh-boleh saja. Aplikasinya bi- sa berupa membaca shalawat Nabi, pe- ngajian, khitanan massal, khataman al- Qur’an, atau yang lainnya. Tapi yang harus dijaga, adalah kemurnian dari pe- ringatan itu sendiri. Jangan sampai ternoda de- ngan acara-acara yang me- nyimpang dari tujuan semu- la. “Semisal diisi dengan acara goyang-ndangdutan atau yang bersifat hura- hura,” tukasnya mencon- tohkan. Dirinya tak menampik bila acara tersebut harus variatif agar tak monoton yang dapat membosankan pemirsa. Namun tetap saja harus menjaga agar tak ter- cederai hal-hal yang tak se- iring dengan nilai-nilai Mau- lid. “Harlah NU juga pernah mengundang Band WALI. Tapi anak-anak muda yang hadir diajak bershalawat Badar dan mereka sangat antusias. Dengan begitu secara tak langsung dakwah Islamiyah bisa berjalan dan tanpa hambatan sedikit- pun,” ungkapnya. Memperingati Maulid Nabi, tutur Sekretaris Tanfidziyah PWNU Jatim ini, pada hakekatnya adalah mensyukuri nikmat Allah yang pal- ing mendasar. Sebab keberadaan Ra- sulullah itu merupakan wujud nyata dari kebesaranNya. Sebab dengan kehadiran Rasulullah manusia hing- ga pada saat ini dapat mengenalNya. “Makanya jangan sekali-kali me- niadakan Rasul. Umat Islam harus cinta pada beliau, yang salah satunya melalui peringatan Maulid,” te- rangnya. Carilah tema yang tak perlu muluk-muluk tapi tepat sasaran. Meski temanya sederhana namun memiliki makna yang besar. Jadi inti- nya, bagaimana dengan tema ter- sebut umat dapat meniru yang dite- ladankan Rasul. “Bobot tema peri- ngatan yang paling hebat, adalah me- ngurai sejarah perjuangan Rasul- ullah. Terutama yang berkaitan de- ngan akhlaqul karimah,” imbuhnya. “Seperti tema al-amin. Substansinya cukup jelas dan menarik, yakni mengingatkan para pemimpin negara agar berbuat jujur dan bisa dipercaya oleh rakyat,” tambahnya. Terpenting lagi, bagaima agar seusai peringatan Maulid ada pe- ningkatan dan perubahan perilaku. Kalau cuma mengadakan peringatan demi peringatan dan tanpa ada per- ubahan apa-apa, itu sama artinya hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin. Untuk itulah hendaknya kita serius saat mendengarkan kisah Rasul dituturkan. “Nabi Muhammad SAW tak pernah membalas kejelekan de- ngan kejelekan. Beliau pernah di- lempari batu dan kotoran onta, serta diludahi mukanya. Namun itu tak membuat Rasulullah surut dalam melakukan tugas dakwah dan misi kerasulannya,” paparnya. Peringatan Maulid Nabi Mu- hammad SAW, se- sungguhnya telah di- mulai sejak masa pe- merintahan Khalifah Shalahuddin al-Ayyu- bi. Tujuannya adalah untuk menggelorakan semangat kaum Mu- slimin karena ketika itu sedang berkeca- muk perang salib. “Jadi mo- tivasi utamanya, adalah me- numbuhkan ruhul jihad di kalangan orang Islam ketika itu,” simpul ustadz Umar Fanani menegaskan. Menurut Ketua Ya- yasan Pesantren Persis Ba- ngil ini, Shalahudin ingin mengembalikan umat pada Sirah Nabawi. Intinya, dia ingin umat meneladani pe- rilaku kehidupan Rasul- ullah. “Sebab mana mung- kin umat meneladani Rasul- nya jika mereka tidak tahu sirah kehidupan Nabi,” tu- kasnya bernada tanya. Nyatanya dengan me- ngingat sejarah perjuangan Rasulullah, kaum Muslimin waktu itu mampu mengga- pai kemenangan gemilang. Jadi peringatan Maulid ke- tika itu sangat dahsyat man- faatnya. “Tapi seiring berja- lannya waktu, ternyata dari peringat- an Maulid ke peringatan Maulid be- rikutnya, seakan sekedar ritual tanpa makna,” tengarainya. Oleh sebab itu, sudah saatnya generasi saat ini diajak untuk mem- pelajari Sirah Nabawi dengan benar. Dengan kata lain, memahami Islam itu sendiri. Bagaimana mungkin mengha- rap orang menjalankan ajaran Islam, jika Islam saja tidak paham. Dan tentu saja pemahaman tentang Islam harus dimulai sejak dini. Nilai-Nilai Maulid Membentuk Sumberdaya Manusia Model Kenabian Masyhudi Muchtar, M.Si

Upload: others

Post on 18-Oct-2019

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nilai-Nilai Maulid Membentuk Sumberdaya Manusia Model Kenabian · sulullah hijrah ke Madinah untuk meniti dakwah lebih leluasa. Dari sananlah kemenangan dak-wah Islam bergema hingga

6 MPA 317 / Pebruari 2013

Di zaman Rasulullah tak adaperingatan Maulid. Dalam mempe-ringati hari kelahirannya, beliausenantiasa melakukan ritual puasa.Dengan demikian, tak ada contoh dariNabi sendiri perihal peringatan ter-sebut. Sehingga bagi umat yangmemperingatinya, tak ada seruan tapijuga tidak ada larangan.

Jadi menurut Masyhudi Much-tar, M.Si, hal semacam itu boleh-bolehsaja. Aplikasinya bi-sa berupa membacashalawat Nabi, pe-ngajian, khitananmassal, khataman al-Qur’an, atau yanglainnya. Tapi yangharus dijaga, adalahkemurnian dari pe-ringatan itu sendiri.Jangan sampai ternoda de-ngan acara-acara yang me-nyimpang dari tujuan semu-la. “Semisal diisi denganacara goyang-ndangdutanatau yang bersifat hura-hura,” tukasnya mencon-tohkan.

Dirinya tak menampikbila acara tersebut harusvariatif agar tak monotonyang dapat membosankanpemirsa. Namun tetap sajaharus menjaga agar tak ter-cederai hal-hal yang tak se-iring dengan nilai-nilai Mau-lid. “Harlah NU juga pernahmengundang Band WALI.Tapi anak-anak muda yanghadir diajak bershalawatBadar dan mereka sangatantusias. Dengan begitusecara tak langsung dakwahIslamiyah bisa berjalan dantanpa hambatan sedikit-pun,” ungkapnya.

Memperingati Maulid Nabi,tutur Sekretaris Tanfidziyah PWNUJatim ini, pada hakekatnya adalahmensyukuri nikmat Allah yang pal-ing mendasar. Sebab keberadaan Ra-sulullah itu merupakan wujud nyatadari kebesaranNya. Sebab dengankehadiran Rasulullah manusia hing-ga pada saat ini dapat mengenalNya.“Makanya jangan sekali-kali me-niadakan Rasul. Umat Islam haruscinta pada beliau, yang salah satunyamelalui peringatan Maulid,” te-

rangnya.Carilah tema yang tak perlu

muluk-muluk tapi tepat sasaran.Meski temanya sederhana namunmemiliki makna yang besar. Jadi inti-nya, bagaimana dengan tema ter-sebut umat dapat meniru yang dite-ladankan Rasul. “Bobot tema peri-ngatan yang paling hebat, adalah me-ngurai sejarah perjuangan Rasul-ullah. Terutama yang berkaitan de-

ngan akhlaqul karimah,” imbuhnya.“Seperti tema al-amin. Substansinyacukup jelas dan menarik, yaknimengingatkan para pemimpin negaraagar berbuat jujur dan bisa dipercayaoleh rakyat,” tambahnya.

Terpenting lagi, bagaima agarseusai peringatan Maulid ada pe-ningkatan dan perubahan perilaku.Kalau cuma mengadakan peringatandemi peringatan dan tanpa ada per-ubahan apa-apa, itu sama artinya hariini tidak lebih baik dari hari kemarin.

Untuk itulah hendaknya kita seriussaat mendengarkan kisah Rasuldituturkan. “Nabi Muhammad SAWtak pernah membalas kejelekan de-ngan kejelekan. Beliau pernah di-lempari batu dan kotoran onta, sertadiludahi mukanya. Namun itu takmembuat Rasulullah surut dalammelakukan tugas dakwah dan misikerasulannya,” paparnya.

Peringatan Maulid Nabi Mu-hammad SAW, se-sungguhnya telah di-mulai sejak masa pe-merintahan KhalifahShalahuddin al-Ayyu-bi. Tujuannya adalahuntuk menggelorakansemangat kaum Mu-slimin karena ketikaitu sedang berkeca-

muk perang salib. “Jadi mo-tivasi utamanya, adalah me-numbuhkan ruhul jihad dikalangan orang Islam ketikaitu,” simpul ustadz UmarFanani menegaskan.

Menurut Ketua Ya-yasan Pesantren Persis Ba-ngil ini, Shalahudin inginmengembalikan umat padaSirah Nabawi. Intinya, diaingin umat meneladani pe-rilaku kehidupan Rasul-ullah. “Sebab mana mung-kin umat meneladani Rasul-nya jika mereka tidak tahusirah kehidupan Nabi,” tu-kasnya bernada tanya.

Nyatanya dengan me-ngingat sejarah perjuanganRasulullah, kaum Musliminwaktu itu mampu mengga-pai kemenangan gemilang.Jadi peringatan Maulid ke-tika itu sangat dahsyat man-faatnya. “Tapi seiring berja-

lannya waktu, ternyata dari peringat-an Maulid ke peringatan Maulid be-rikutnya, seakan sekedar ritual tanpamakna,” tengarainya.

Oleh sebab itu, sudah saatnyagenerasi saat ini diajak untuk mem-pelajari Sirah Nabawi dengan benar.Dengan kata lain, memahami Islam itusendiri. Bagaimana mungkin mengha-rap orang menjalankan ajaran Islam,jika Islam saja tidak paham. Dan tentusaja pemahaman tentang Islam harusdimulai sejak dini.

Nilai-Nilai MaulidMembentuk Sumberdaya Manusia

Model Kenabian

Masyhudi Muchtar, M.Si

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd 1/28/2013, 12:16 PM6

Page 2: Nilai-Nilai Maulid Membentuk Sumberdaya Manusia Model Kenabian · sulullah hijrah ke Madinah untuk meniti dakwah lebih leluasa. Dari sananlah kemenangan dak-wah Islam bergema hingga

7MPA 317 / Pebruari 2013

Menurut pria yang masih enerjikdi usia senjanya ini, momen pentingdalam melakukan gerakan memahamiSirah Nabawi paling tepat tentu padatanggal kelahirannya. Sebab itulahtonggak cahaya perubahan dimulai.Meski demikian, jangan dipahamibahwa Rabiul Awal itu hanya sebagaihari kelahiran dan wafatnya Rasul-ullah saja. Ada beberapa ahli sejarahyang mengatakan, bahwa RabiulAwal juga sebagai hari di mana Ra-sulullah hijrah ke Madinah untukmeniti dakwah lebih leluasa.

Dari sananlah kemenangan dak-wah Islam bergema hingga ke seluruhpenjuru. Tapi inti kemenangan dak-wah Rasulullah, bukanlah pada ke-mengan fisik. Kemenangannya ada-lah kemenangan ruhani. Sebab ca-paian inilah yang mampu mengubaharah sejarah. Kemenangan semodelitu tahan terhadap perubahan cuaca.“Nilainya tak pernah turun lantaranlahirnya berbagai filsafat dan mad-zhab. Bahkan buktinya terdapatdalam dirinya sendiri, sehingga tidakmembutuhkan bukti dari pihak lain,”ujarnya.

Dalam melancarkan dakwah danperjuangan, Rasulullah tak berbedadengan manusia lainnya. Suka duka,bahagia dan derita silih berganti. Nabipun pernah berlumuran darah karenalemparan batu. Pernah pula gigi ta-ringnya patah karena bidikan panah.Hanya saja, keyakinan akan kesucianagama dan keimanan kepada Ilahitelah menjadi sumber kekuatanRasulullah.

Memang, dilihat dari sisi aqidah,sejak awal dakwah Nabi SAW telahmengantongi kemenangan. Sebabdia berada di pihak yang benar yaknijalan yang diridhai Allah SWT. Se-dangkan siapa saja yang memusuhi-nya, jelas berada di pihak yang kalahlantaran jauh dari ridha Ilahi. Namunkemenangan yang paling kentara daridakwah Rasulullah, adalah keber-hasilannya dalam membina pribadipara sahabat.

Nabi Muhamad berhasil menja-dikan para sahabatnya sebagai Mus-lim sejati, dimana segenap perilakudan tutur katanya mencerminkanajaran-ajaran Islam. Dan kemenanganparipurna yang dicapai Nabi akhirzaman tersebut, adalah atas keber-hasilannya menjadikan syariat Islam

sebagai suatu sistem yang mengaturdan mengendalikan kehidupan sosialdalam berbagai sendinya. “Inilahyang harus dipahami umat, agar mam-pu meneladani Rasulullah dari ber-bagai aspeknya. Kemudian mampumenebarkannya dalam seluruh peri-laku kehidupan,” tandas Wakil Mu-dir III Bidang Kesantrian PesantrenPersatuan Islam Bangil ini penuhharap.

Tapi yang disayangkan Drs.Istiqlal Arif Lazim, bahwa maraknyakegiatan keagamaan semacam itu takberbanding lurus dengan perubahanmoral di masyarakat. Sebab perayaanMaulid yang selama ini kita lakukan,

masih sebatas melakukan ritual yangsemata bersifat seremonial. “Padahalada esensi yang lebih penting untuklebih kita pahami dan teladani daripribadi Rasulullah. Anehnya, justruitu yang malah kita alpakan dalamkehidupan sehari-hari,” tukas Di-rektur Perguruan Al Irsyad Surabayaini.

Sebagai seorang pemimpin, Ra-sulullah memiliki empat fungsi dasardan enam sifat dasar kepemimpinan.Hal inilah yang seharusnya diteladanipara pemimpin dalam membangunumat. Bukankah Allah sudah men-disain figur pemimpin yang patutdicontoh dalam diri Rasululullah?“Dan itu untuk diteladani kapan pundan dalam kondisi apa pun, karenatak lapuk termakan zaman,” imbuh-

nya.Empat fungsi dasar Rasulullah

tersebut, urai ayah satu anak ini, ada-lah sebagai perintis, sebagai pember-daya, sebagai penyelaras dan seba-gai panutan. Sebagai seorang perin-tis, Nabi SAW mempunyai ide-ideyang cemerlang. Tapi ide-ide Rasulitu tak sertamerta langsung disampai-kan kepada umat dengan begitu saja.Sebab Rasulullah mempunyai stra-tegi dakwah tersendiri,” tuturnya.

Beliau senantiasa membaca danmenganalisa terlebih dulu situasi dankondisi umat yang dipimpinnya. Ra-sulullah lantas menyelaraskan antarayang dia perbuat dengan yang akan

diperbuat umatnya. “Rasulullah itusangat memahami karakter umat yangdipimpin, sehingga beliau tahu apayang cocok dan dibutuhkan umat-nya,” terangnya.

Setelah umat bisa menerima danmelaksanakan ide-idenya, RasulullahSAW lantas memberdayakan merekadan membangun karakter umat de-ngan akhlak yang mulia. “Fungsiyang keempat, Rasulullah mampumenjadi teladan bagi umatnya. Beliauseorang pioner yang selalu beradadi depan untuk memberikan contoh,”tukasnya.

Setelah memahami empat fungsidasar itu, lanjutnya, seorang pemim-pin juga harus memiliki enam sifatdasar yang dimiliki Rasulullah. Seo-rang pemimpin haruslah seorang

Ustadz Umar Fanani

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd 1/28/2013, 12:16 PM7

Page 3: Nilai-Nilai Maulid Membentuk Sumberdaya Manusia Model Kenabian · sulullah hijrah ke Madinah untuk meniti dakwah lebih leluasa. Dari sananlah kemenangan dak-wah Islam bergema hingga

8 MPA 317 / Pebruari 2013

visioner yang mampu menyampaikanide dan bisa bekerja sama denganstakeholdernya. Dia harus mempu-nyai himmah yang kuat untuk me-wujudkan target yang dicita-citakan.“Seorang pemimpin juga harus me-miliki integritas yang tinggi. Satunyakata dengan perbuatan. Inilah akhlak.Dan dia juga harus amanah,” jelas-nya.

Selain itu, seorang pemimpinjuga dituntut untuk memiliki rasaingin tahu yang tinggi. Menurutnya,perintah Iqra’ yang diterima NabiSAW saat menerima wahyu pertamakali itu sangat luas maknanya. “Iqra’itu tidak hanya sekedar membacatulisan, tapi juga membaca alam,membaca situasi dan menganalisa,serta membaca peluang,” paparnya.“Dan yang keenam, seorang pemim-pin harus berani mengambil resiko.Dia berada dalam garda depan yangpaling bertanggung jawab,” tandasalumnus Fakultas Tarbiyah Univer-sitas Muhammadiyah Surabaya ini.

Beberapa sifat yang hilang daripemimpin saat ini, menurutnya, ada-lah sifat amanah dan tak berani me-ngambil resiko. Mereka tak memilikiintegritas sebagai seorang pemimpin.Sebab kata dan perbuatan mereka takseia sekata. Ketika ada persoalan, ke-rapkali mereka mengorbankan anakbuahnya. “Berapa banyak kasus ke-jahatan korupsi yang ditengarai meli-batkan pejabat penting negara, tapiyang ditahan hanya anak buahnya.Itu pun dengan hukuman ringan,”ujar alumnus Pondok Pesantren Mas-kumambang Dukun Gresik ini geram.

Masalah integritas dan profe-sionalitas, tutur Dr. H. Ali Mudlofir,MA, sesungguhnya bisa kita galidari sifat Nabi SAW. Disamping me-miliki kepribadian yang utuh, Rasul-ullah juga menjadi seorang pemimpin.Sifat yang sangat melekat pada diribeliau, adalah shiddiq, amanah, ta-bligh dan fathanah. Kata kunci dariintegritas, adalah jujur (shiddiq) dandapat dipercaya (amanah). “Jika se-seorang dapat mengembangkan ke-dua sifat tersebut di manapun dandalam kondisi apapun, maka integri-tas orang tersebut telah utuh,” jelas-nya.

Sedangkan soal profesionalitas,itu bisa kita gali dari sifat tabligh danfathanah. Dengan sifat tabligh, sese-

orang akan mampu mengkomunikasi-kan idenya. Dan tak semua orangpandai bisa mengkomunikasikan ke-pandaiannya. Banyak orang pandaitetapi tak mampu menyampaikan ide-idenya. Sebaliknya, banyak pula or-ang yang komunikasinya baik tetapikering ide. “Jika seseorang dapat me-niru sifat tabligh Rasul, berarti dia pro-fesional karena bisa mengkomunika-sikan idenya dengan baik,” terang-nya.

Sifat tersebut akan lebih sem-purna jika didukung oleh sifat fatha-nah atau kecerdasan. Menjadi pe-mimpin atau pribadi yang cerdas, ten-tu akan mampu menangkap peluang.Ketika dia mampu menangkap pe-luang, maka dia akan mendukungprofesinya. “Jadi, berbicara mengenaiintegritas dan profesionalitas itu, ti-dak lepas dari sifat wajib Rasul yangempat,” simpulnya.

Namun yang perlu dipahami,sambung Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Sunan Ampel Surabaya ini,tataran di atas adalah masih dalamtaraf teoritis. Oleh karenanya masihharus diaplikasikan. Ada pepatahArab yang mengatakan; siirotulmar’i tunbi-u an sarirotihi (perilakuseseorang itu menggambarkan kepri-badiannya). “Jadi kalau seseorangpunya sifat siddiq dan amanah, apli-kasinya adalah satunya kata dan per-buatan. Jika dia mengatakan ke utara,

pasti dia berjalan ke arah utara,” te-gasnya.

Dari kenyataan itulah, sehinggakata dan perilakunya bisa menjaditeladan. Rasulullah sendiri tidak ha-nya pandai berbicara dengan hadits-hadits qowli, tetapi juga pandai mem-beri contoh dalam hadits-hadits fi’li.“Sekarang ini kita krisis keteladanan.Banyak orang produktif perkataandan tulisan, tetapi dia tidak produktifcontoh perilaku nyata,” tukasnya.“Di negeri ini banyak orang yang pin-tar bicara dan kaya ide, tetapi contohkonkretnya yang kurang banyak. Ba-nyak teori kurang aplikasi,” sindirnya.

Sedangkan Nabi SAW selalumemberikan contoh tindakan nyatadan praktek langsung. Hadits sholl-uu kamaa roaitumuunii usholli(shalatlah kamu sebagaimana akushalat), itu menggambarkan uswahhasanah yang diberikan Rasulullah.“Sekarang ini pemimpin sudah ba-nyak. Tapi pemimpin yang membe-

rikan teladan baik, itu yang masihkurang,” kritiknya.

Umat Islam, harap pria yang me-nyelesaikan S2 dan S3nya di UINSunan Kalijaga Yogjakarta ini, hen-daknya dapat menghayati jiwa Rasul.Sebab Nabi SAW itu langsung terli-bat dalam permasalahan masyarakat,sehingga beliau benar-benar merasa-kan. “Jadi Rasul tidak sedang berteorimembaca buku, tetapi beliau benar-

Drs. Istiqlal Arif Lazim

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd 1/28/2013, 12:16 PM8

Page 4: Nilai-Nilai Maulid Membentuk Sumberdaya Manusia Model Kenabian · sulullah hijrah ke Madinah untuk meniti dakwah lebih leluasa. Dari sananlah kemenangan dak-wah Islam bergema hingga

9MPA 317 / Pebruari 2013

benar merasakan bagaimana rasanyaorang-orang yang lemah dan dile-mahkan,” tandasnya. “Jiwa Rasul ituberangkat dari bawah. Jadi bukan ha-nya ikut merasakan, tapi beliau me-mang merasakan. Bukan hanya men-datangi orang miskin, tetapi beliaumemang pernah miskin,” paparnya.

Mochammad Yunus, SekretarisMUI Jatim, mengurai lebih detil lagi.Di dunia birokrasi, katanya, saat initengah dilanda penyakit akut semisalminimnya profesionalitas kerja dan nirintegritas. Maka solusinya, adalahpembenahan SDM secara menyelu-ruh. Dan pembenahan ini tak perlumemakai teori-teori asing. “Sebabkhazanah Islam telah memiliki giddenatau panduan tersendiri,” tuturMochammad Yunus.

Menurut Pembina IndonesianIslamic Busines Forum (IIBF) Jatimini, momen Maulid atau MiladRasulullah SAW sangat tepat untukmengurai kembali kepribadian

manusia termulia tersebut. Sebab su-dah seharusnya SDM model kenabi-anlah yang akan mampu menjawabkebuntuan zaman.

Sekjen Gerakan Umat Islam Ber-satu (GUIB) Jatim ini menyebutkan,di antara sifat Rasulullah yang patutditeladani yang nantinya bisa dija-dikan gidden untuk melandasi kinerjabaik dalam dalam dunia profesionalmaupun birokrasi, yakni pertama ada-lah sifat ash-shidq atau jujur. Sifat inimengandung makna kejujuran dalammelaksanakan pekerjaan. Artinya pe-kerjaan itu dilaksanakan dengan baik

dan benar. Sifat inilah yang menjadipondasi dalam meneguhkan profesio-nalisme. Jadi tak akan ada profesio-nalisme tanpa kejujuran. “Sudah ba-nyak i’tibar bagaimana sebuah peker-jaan yang tidak dilandasi kejujurandan kebenaran, pasti hasilnya jauhdari harapan,” tandasnya

Pengurus ICMI Jatim bidangPengkajian Ke-Islaman dan Pesan-tren ini pun melanjutkan, bahwa de-ngan kejujuran pula akan mamputerbentuk team work yang handal.Dan tiap anggota tim pasti akan se-cara optimal mengeluarkan potensiterbaiknya, jika kejujuran ini menjadilandasan kinerjanya.

Hanya saja, terkadang sistemyang ada berpihak pada ketidakju-juran. Meski demikian, orang tentutidak boleh pesimistis dalam mene-gakkak kejujuran. “Karena itu tugaspemimpin adalah membuat sistemyang fair. Sehingga orang yang jujurtidak termarjinalkan dan tidak ter-

alienasi dalam sebuah sistem,” tuturpria kelahiran Surabaya 7 Desember1971 ini mengingatkan.

Sifat kedua yang harus disun-tikkan adalah al-amanah, yang ber-arti terpercaya. Ini juga bisa bermaknapenuh dedikasi, akuntabel dan ber-tanggung jawab. Sifat ini adalah fak-tor fundamental dalam membangunprofesionalisme. Coba bayangkan,bagaimana jadinya andai sebuah pe-kerjaan diberikan kepada orang yangtidak bertanggung jawab? “Pasti takakan mampu menghasilkan sesuatuyang baik dan bermanfaat bagi kha-

layak,” tegasnya.Namun yang perlu diingat, bah-

wa untuk mencapai hasil terbaik tentutiap pekerjaan harus mampu terko-munikasikan dengan baik kepadaseluruh tim kerja. Karena itu, SuamiSiti Suhanah ini menandaskan, dibu-tuhkan sifat yang ketiga yakni at-ta-bligh. Sifat ini memiliki arti penyampaiatau dalam bahasa sekarang komu-nikatif. Sifat ini juga mengandungunsur transparansi dan visioner.

Dan untuk mewujudkan visi danmisi, tentu dibutuhkan kecerdasandalam mengantisipasi segala sesu-atu. Karena itulah dibutuhkan sifatal-fathanah atau kecerdasan lebih.Jadi dengan kecerdasan, seorangprofesional akan mampu melihat danmenangkap peluang dengan cepatdan tepat. Dengan kecerdasan pulanantinya mampu memprediksi perso-alan yang pasti muncul, lalu mencari-kan alternatif solusi.

Jadi dengan mengetahui keem-

pat sifat tersebut, sudah seharusnyadijadikan parameter dalam mening-katkan profesionalitas, kapasitas dankompetensi SDM yang ada. “Jikasemua SDM memiliki keempat sifatini, tentu potensinya akan melejit, ser-ta capaian kinerjanya sangat luarbiasa,” tukas Sekretaris Umum IkatanDa’i Area Lokalisasi (IDIAL) Jatim inimeyakinkan.

Laporan:Dedy Kurniawan, Muhammad

Hisyam, A. Suprianto, Feri AriaSanti, Rasmana Rahim (Surabaya).

Dr. H. Ali Mudlofir, MA Mochammad Yunus

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd 1/28/2013, 12:16 PM9