ngadiman, j. soedarsono, s. kabirun dan n. abdullah
TRANSCRIPT
MEMPELAJARI IMp~ILISASI N-PUPUK PADA TANAH SAWAH DENGANTEKNIK ISOTOP N
Ngadiman*, J. Soedarsono*, S. Kabirun*, dan N. Abdullah**
ABSTRAK.
MEHPELAJARI IHOBILISASI N-PUPUK PADA TANAH SAWAH DINGAH TlKMIK ISOTOP 15N•
penelitian i.obilisasi telah dilakukan pada tanah regoBol yang disawahkan .engguna
kan teknik perunut isotop N-15. Percobaan dilakukan di rumah kaca menggunakan pot
plastik yang berisi 3,5 kg tanah kering angin yang diberi jerami padi yang dihalus
kan se~anyak : 0; 0,4; dan n: bobot setiap pot dipupuk deng"n 100 PPIII N, 30 ppll
PZ05 dan 30 ppm KZO. Tanah digenangi air dan ditanami bibit padi, kemudian diinkubasi selama 40 hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa laju imobilisasi nitrogen pupuk
meningkat dengan cepat selama 10 hari pertama. Pembenaman jerami 0; 0,4; dan 1% ber
turut-turut mencapai imobilisasi maksimum pada hari ke : 10, ZO, dan 40. Besarnya
imobilisasi maksimum berturut-turut adalah 10, Z6 dan 38% nitrogen pupuk.
ABSTRACT
STUDY ON THI NITROGEN IItttOBILIZATION IN WATERLOGGED SOIL BY USING 15N TICB
NIQUE. The aim of this study eluciadate immobilization of fertilizer nitrogen in
waterlogg-ed soil.On isotope technique was used in this experiment. The experiment
was conducted in the glass house using plastic pots which contained 3.5 kg dried
soil. The ground on rice straw was at the amount of 100 ppm N, 30 ppm PZOS: and 30
ppm KZO of fertilizer were applied. The soil was flooded with sterilized water.Three rice seedlings were transplanted to each pot and incubated for 40 days. The
results showed that the rate of fertilizer nitrogen immobilization was sharply in
creased during the first 10 days incubation. The N immobilization reached the
maximum (10, Z6; and 38%) after 10, ZO and, 40 days after fertilizer application,
respectively for the straw incorporation of 0; 0,4; aflrl,.
PENDAHULUAN
Tanah sawah merupakan suatu lahan pertanian yang penting untuk
budidaya tanaman padi. Sejalan dengan laju pertambahan penduduk, ma-
* Fakultas Pertanian, UGH
** Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BAT AN
223
kapeningkatan produksi beras mutlak diperlukan. Namun usaha ini
\ dibatasi oleh kekahatan (deficiency) unsur hara utama dalam tanah,
ynitu nitroienl UntuK itu D~r~n~n tCKnoloii intcn~ifiK~~i Dcrt~niBn
di lakukan, termasuk pemupukan nitrogen dan hasilnya telah dapat di
rasakan.
Bila dikaji secara mendalam, penerapan teknologi tersebut juga
menghadapi kendala seperti masalah efisiensi pemupukan. Beberapa
peneliti menyebutkan bahwa pada umumnya serapan nitrogen pupuk hanya
berkisar antara 30 - 40%, sedangkan 60 - 70% hilang melalui proses :
nitrifikasi-denitrifikasi, fiksasi oleh mineral lempung, penguapan
amonia, pel indian dan aliran masa (1). Oleh karena itu upaya terha
dap efisiensi pemupukan nitrogen sangat diperlukan. Beberapa cara
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan adalah : cara pemupukan yang
tepat (2), penggunaan senyawa penghambat ni trifikasi (3), pengem
balian sisa tanaman setelah panen ke dalam tanah (4). Pengembalian
sisa tanaman seperti jerami padi memerlukan perhatian khusus, karena
selain produksinya yang besar antara 2 - 10 ton/Ha/musim (5), juga
terdapat beberapa akibat yang ditimbulkan (6).
Secara mikrobiologis, pengembalian jerami ke dalam tanah akan
menyediakan energi dan karbon bagi mikroba untuk tumbuh dan berkem
bang biak (7). Pada saat itu mikroba mengasimilasi nitrogen tersedia
dalam tanah yang disebut dengan proses imobilisasi nitrogen (8).
Proses ini dapat menekan kehilangan nitrogen melalui proses-proses
di atas (9).
Bertolak pada permasalahan di atas, penelitian ini dimaksudkan
untuk menguji imobilisasi N-pupuk pada tanah yang disawahkan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai teknologi
untuk menghemat penggunaan pupuk tanpa harus menekan pertumbuhan dan
atau hasil tanaman padi secara nyata.
BAHAN DAN METODE
Bahan Penelitian. Tanah yang digunakan adalah jenis tanah
regosol yang diambil dari lahan percobaan UGM di Kalitirto, Berbah,
Sleman, Yogyakarta. Tanah dikeringanginkan, kemudian disaring dengan
saringan berdiameter 2 mm.
224
Jerami padi menggunakan jerami padi varietas IR 36, dikeringkan
pada suhu 60 - 700C dan digiling hingga 10108 saringan 20 .me8h.
Demikian pula benih padi yang ditanam adalah varietas IR 36 •
. Pupuk nitrogen dalam bentuk urea bertanda 15N diperoleh dari
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR)-BATAN Jakarta, sedang pupuk
P dan K masing-masing berbentuk TSP dan KCL.
Netode Penelitian. Sebanyak 3,5 kg tanah kering angin dituang
ke dalam ember plastik dengan ukuran diameter bawah 17 em, diameter
atas 20 em, dan tinggi 10 em.
Jerami kering-halus ditambahkan ke dalam tanah dengan takaran :
0; 0,4; dan 1% dari bobot tanah, kemudian diaduk hingga merata.
Pupuk eampuran yang terdiri dari 100 ppm N berupa urea, 30 pp.
P205 berupa TSP, dan 30 ppm K20 berupa KCL di tambahkan ke dalam
tanah dalam bentuk larutan, kemudian dieampur menggunakan mixer
sampai homogen.
Penggenangan dilakukan dengan menambahkan air steril hingga
dieapai ketinggian air 2,5 em. Cara penambahan air melalui pipa PVC
yang berlobang keeil-keeil dan ditaneapkan pada bagian tepi, sehing
ga dapat melindungi tanah dari kerusakan.
Keesokan harinya, tiga batang bibit padi umur 21 hari ditanam
(transplantin~) pada tiap-tiap pot. Selanjutnya diinkubasi selama 40
hari dan dijaga kondisi airnya.
Pengamatan dilakukan enam kali dengan eara sampel terbuang pada
hari ke : 1, 5, 10, 20, 30, dan 40 setelah tanam. Analisis dan
pengamatan dibedakan antara tanah dan tanaman. Analisis tanah meli
puti : kandungan nitrogen dan jumlah mikroba dalam tanah. Kandungan
nitrogen meliputi : N-total dan N-sisa (BLACK, 1965) serta N
tersedia (10). Jumlah mikroba meliputi : mikroba aerob (11),
pereduksi nitrat (ALEXANDER 1965), dan pereduksi sulfat (MOMUAT,
1985). Pengamatan terhadap tanaman adalah : kenampakan tanaman dan
N-total.
Penetapan 15N dilakukan terhadap N-total, N-sisa, dan N-tana.an
(12) •Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan pada tiap-tiap
pengamatan digunakan analisis multiobservation of data yang disusun
dalam raneangan aeak lengkap dalam kelompok (RCBD), kemudian diuji
dengan Duncan Multiple Ran~e Test (DMRT) (13).
225
Y. 5 gram
ODDL-~PenetapanN- total
Penetapan
NH4
II. 15 gram
Tiga ulangansubsampel tanah
EketraKCl 2
eke trak 1 !Tan'ahli isaI,.Penetapan Penetapan
N03 N-sisg
Garrbar 1. Skerna analisis ni trogen dalarn tanah
HAS I L DAN PEMBAHASAN
Nitrogen pupuk yang terimobilisasi diketahui dengan merunut
isotop 15N dalam N-sisa tanah (8) dan hasil analisisnya seperti pada
Gambar 2 dan Tabel 1. Dari ketiga perlakuan yang diuj ikan tampak
bahwa laju imobilisasi nitrogen pupuk meningkat dengan tajam selama
10 hari pertama. Setelah itu diikuti sedikit peningkatan atau penu
runan tergantung kandungan bahan organiknya. Kalau dilihat dari
hasil anal isis statistik, perbedaan antar perlakuan pada tiap penga
mat an menunjukkan beda nyata mulai hari ke 5. Hasi! ini memberi
petunjuk bahwa proses imobilisasi nitrogen mulai berlangsung aktif
sejak awal inkubasi.
226
0---0 Tanpa jeram1
.~ Dengan jerami 0,4%
45 t >f-,J( Dengan jeram1 1%
35
25 ----.~
o 1 5 10 20 30 40
Waktu, hari
Garrbar 2. Pola imobilisasi nitrogen pupukpada tanah yang dis awahkan
Pembenaman jerami 0; 0,4; dan 1% berturut-turut untuk penambli.han
jerami 0; 0,4 dan 1%. Imobilisasi maksimum terjadi pada hari ke 10,
20, dan 40, besarnya masing-masing adalah 10, 26, dan 38% dari ni
trogen pupuk yang diberikan. Dengan kata lain, pembenaman jerami ke
dalam tanah meningkatkan laju dan jumlah imobilisaasi nitrogen.
Sebagai pendukung proses imobilisasi tersebut juga terlihat
dari hasil analisis N-anorganik dan jumlah mikroba tanah. Keterse
diaan nitrogen dalam tanah selama inkubasi seperti pada Gambar 3.
Pada awal inkubasi ketersediaan nitrogen sebesar 90 ppm, dan pada
227
Tabel 1. Perbandingan rerata 15N yang terimobilisasi tiga perlakuan
pada tiap-tiap pengamatan.
-----------------------I5N=t--~---~-:-------------------
Perlakuan erlmoblllsasi -------------------------------------------------------
1 5 10 20 30 40
••••••••••••••••••••••••• % ••••••••••••••••••••••••••••
A
4,311 a5,284a10,336a5,233a4,692a4,933a
B
6,010a15,153b25,412b25,986b25,504b24,486b
C
11,607b22,825c35,555c37,026c37,467c38,314c
Keterangan :
A, B, C = Berturut-turut perlakuan tanpa jerami; dengan
jerami 0,4%; dan dengan jerami 1%.
akhir inkubasi tinggal 9 ppm. Pengurasan N-tersedia ini disebabkan
karena terimobilisasi, diserap tanaman, dan atau hilang dalam bentuk
gas. Bila ditinjau selama 10 hari pertama, aktivitas serapan nitro
gen oleh tanaman masih relatif kecil, sedangkan imobilisasi 'nitrogen
telah berlangsung aktif, sehingga kemungkinan terbesar penurunan N
tersedia pada waktu 10 hari itu disebabkan oleh proses i.obilisasi.
Hasil pengamatan jumlah mikroba seperti pada gambar 4. Secara u.u.perkembangan ketiga jenis mikroba yang diamati relatif menyolok
selama 10 hari pertama. Pola masing-masing mikroba berbeda-beda
sela.a inkubasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan tanah,
terutama ketersediaan oksigen. Kesesuaian hasil ketiga parameter
tersebut membuktikan bahwa imobilisasi nit~gen diatas berlangsung
secara mikrobiologis. Adanya imobilisasi non-biologis dapat diabai
kan pada jenis tanah yang digunakan dalam percobaan ini (14).
Terjadinya imobilisasi nitrogen pupuk pada tanah yang tanpa jerami
disebabkan oleh pemupukan nitrogen ke dalam tanah merangsang mikroba
untuk menggunakan cadangan substrat karbon yang ada di dalam tanah.
Pe.benaman jerami meningkatkan laju daD jumlah nitrogen pupuk yang
diimobilisasikan. Jerami mempunyai nisbah C/N = 85,
228
2 0 t·- - -8-,. - - 0...
t---, , , _\ .•... -. '~---~~--- ~-----" -i:: :::.-..,.::-~::-c.= - •..• __"./ --- ---
-¥ IIo1 5 10 20
Waktu, hart
30 40
Garnbar 3. Perubahan N-anorganik selarnainkili as i
sedangkan C/N mikroba = 10 sehingga selama perombakannya mikroba
masih harus mengambil nitrogen dari luar jerami. Besarnya nitrogen
yang diasimilasi ini ditentukan oleh banyaknya karbon jerami yang
digunakan (15). Disamping itu pola imobilisasinya berbeda-beda. Pada
perlakuan tanpa jerami dan dengan jerami 0,4% telah menunjukkan laju
penurunan secara lambat. Hal ini berarti telah berlangsung keadaan
dim ana proses imobilisasi sedikit lebih kecil daripada mineralisasi
nya. Sebaliknya, pada perlakuan jerami 1%, sampai akhir inkubasi
masih menunjukkan imobilisasi nitrogen masih lebih besar dibanding
mineralisasinya. perbedaan laju peningkatan yang menyolok pada awal
inkubasi kemudian laju penurunan yang lambat membuktikan bahwa
proses imobilisasi berlangsung lebih cepat daripada mineralisasi.
dengan demikian nitrogen pupuk yang diimobilisasi mikroba secara
229
'"-..M~I~o~
a. Aerob
40
o1 5 10
I20
t...:
30 40
•
b. Pereduks1 n1trat'"
"-
~ 50no~~Do
~ 30•
10~I-"-.I
o 1 5 10 20 30 40
'""--.~.''"o~
c. Pereduks1 sulfat
30
10j~
~-o 1----4o5 10 20, 30 40
230
Walctu, hari
Garrbar 4. Perubahan jumlah mikroba aerob.pereduksi ni trat. dan pereduksisulfat se1ama 40 hari inktbasi
0--0 tanpa jerani.--. dengan jerami 0,4%x--x dengan jerami 1%
cepat, kemudian akan dilepaskan secara perlahan-lahan (slow-release)
menjadi bentuk tersedia kembali yang dapat digunakan oleh tanaman.
Kegiatan mikroba ini dapat dimanfaatkan dalam usaha efisiensi peng
gunaan pupuk.
Satu hal lain yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan ak
tivasi imobilisasi nitrogen adalah pertumbuhan tanaman pada waktu
mikroba aktif melakukan imobilisasi. Bila diatas tanah terdapat ta
naman, semen tara mikrobanya sedang aktif maka akan terjadi per
saingan dalam penggunaan nitrogen. Biasanya mikroba yang akan
"menang", sehingga tanaman dapat mender ita defisiensi nitrogen. Oleh
karena itu per lu dicari imbangan kedua hal tersebut yang paling
menguntungkan. Sebagai bioassay terhadap masalah ini telah diujikan
tanaman padi pada masing-masing perlakuan diatas, dan hasilnya
seperti pada Gambar 5.
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa sampai hari ke 30,
kenampakan tanaman pada tiap perlakuan berbeda. Namun demikian
gejala defisiensi nitrogen tampak jelas hanya pada kontrol dan
perlakuan jerami 1%, sedang perlakuan tanpa jerami dan jerami 0,4%
tampak subur dan tidak berbeda nyata. Dengan demikian diketahui
bahwa pembenaman jerami 1% sangat menurunkan pertumbuhan tanaman,
walaupun dapat menekan kehilangan nitrogen pupuk lebih besar (lihat
Tabel 2).
Tabel 2. Neraca kesetimbangan N-pupuk dalam sistem tanah sawahsetelah hari ke 40
Perlakuan Masukan (%) Keluaran (%)-----------------------------------
A
B
C
100
100
100
1
4,93
24,49
38,31
2
13,58
29,3442,72
3
56,25
48,54
35,99
4
69,83
77,8878,71
x
30,17
22,12
21,29
Keterangan : 1 = N-15 yang terimobilisasi2 = N-15 total dalam tanah3 = N-15 dalam tanaman4 = jumlah 2 dan 3X = N-15 yang hilang
231
Gambar 5. Perturrbuhan padi tDTlur30 hari setelah tanarn
A = kontrol C tanpa pupuk & jerami)B = dengan pupukC =pupuk + jerami 0,4%D = pupuk + jerarni 1%
Hasil perhitungan tersebut juga menunjukkan bahwa pada perlaku
an jerami sebagian besar nitrogen pupuk dalam tanah berupa N
terimobilisasi dan hanya kira-kira 15% yang berupa N-tersedia.
Sebaliknya pada perlakuan tanpa jerami, sebagian besar N-pupuk dalam
bentuk tersedia yang lebih mudah hilang. Pembenaman jerami 0; 0,4;
dan 1% berturut-turut terjadi kehilangan nitrogen pupuk sebesar 30,
22, dan 21%.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Laju imobilisasi nitrogen pupuk meningkat dengan cepat selama 10
hari pertama.
232
2. Imobilisasi maksimum pada hari ke 10, 20 dan 40 berturut-turut
untuk penambahan jerami OJ 0,4; dan 1% dan bobot tanah, besarnya
masing-masing 10, 20 dan 38% dari jumlah N yang ditambahkan.
3. Keuntungan pembenaman jerami adalah memacu kegiatan mikroba
meningkatkan efisiensi pemupukan dan atau menekan kehilangan
nitrogen pupuk.
4. Pembenaman jerami 0,4% lebih menarik untuk dipertimbangkan se
bagai usaha penghematan pupuk dan pemeliharaan kesehatan tanah
dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. CRASWELL, E.P., and VLEK, P.L.G., Fate of fertilizer nitrogen
applied to wetland soil. Dev. Plant and Soil ~ (1983) 237.
2. DEDATTA, S.K., "Fertilizer management for efficient use in
wetland rice soils", Soil and Rice. IRRI. Philippine (1978).
3. BROADBENT, F.E., "Nitrogen transformation in flooded soil",
Nitrogen and Rice, IRRI. Philippine (1978).
4. INOKO, A., The composting of organic materials and associatedmaturity problems. AS PAC Tech. Bull. 71 (1982) 1.
5. OKA,I.N., PARTODIHARDJO, S., and BAHAGIAWATI, Some organic tech
nique and pest management to save energy in food productionin developing countries. Bio. Indonesia 10 (1984) 13.
6. WILLIAM, W.A., MIKKELSEN. D.S., MULLER, K.E., and RUCKMAN, J.E.,
Nitrogen immobilization by rice straw incorporated lowland
rice production. Plant and Soil 28 (1968) 49.
7. ALLISON, F.E., Nitrate assimilated by soil microorganisms in
relation to available energy supplay, Soil sci. 24 (1947) 79.
8. YONEYAMA, T., and YOSHIDA, T., Immobilization of soil and
fertilizer nitrogen by intact rice residue in soil. Soil Sci.Plant Nutr. 23 (1977) 41.
233
9. KOWALENKO, C.G., Effect of immobilization on nitrogen transfor
mation and transport in a field N-15 experiment. Can. J. Soil
Sci. 61 (1981) 387.
10. BURESH, R.J.E., AUSTIN, E.R., and CRASWELL, E.T.·, Anatical
methods in N-15 research. Fert. Res. ~ (1982) 37.
11. ALLEN, O.N., Experiments in Soil Bacteriology, Burgess Publ. Co.Minnesota (1953).
12. FIEDLER, R., and PROKSCH, G., The determination of N-15 by emmi
sion and mass spectronetry in biochemical analysis. Anal.Chem. Act. 78 (1975) 1.
13. GOMEZ, K.A., and GOMEZ, A.A., Statistical Procedure for Agricultural Research, John Willey and Sons, New York (1984).
14. BROADBENT, F.E., and TYLER, K.B., Effect of pH on nitrogen
immobilization in two California soils, Plant and Soil 23
(1965) 314.
15. ALEXANDER, M., Introduction to Soil Microbiology, John Willeyand Sons, Wisconsin (1978).
DI SKUSI
RAHAYU TEJASARWANA
1. Mohon penjelasan cara pengamatan N terimobilisasi, dalam
persen pupuk ?
2. Hasil penelitian antara lain jerami dapat menentukan
kehilangan N-pupuk. Apakah dengan pebenaman jerami, pemberian
pupuk N bisa lebih efisien dalam hal kenaikan hasil gabah atau
pertumbuhan tanaman ?
234
NGADIMAN
1. Caranya diamati pada N-sisa (tanah yang telah diekstraksi
dengan KCI 1M. N-sisa tanah dianalisis 15N-nya. Kemudian dapat
dihitung, yaitu :
%N-bdp x N-sisa%N-terimobilisasi = ---------------- x 100.
dosis pupuk
2. Pemberian jerami justru menyebabkan penurunan pertumbuhan, hasil
untuk musim tanam I. Tetapi saya yakin pada musim tanam selan
jutnya akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Karena
pemberian jerami (BO) ke dalam tanah, akan memperbaiki baik unsur
makro ~aupun unsur mikro. Untuk pengaruhnya terhadap hasil saya
belum melakukan percobaan, saya batasi sampai hasil harike-40.
Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut.
EKA SUGI YART A
lmobilisasi N-pupuk Makin meningkat dengan jumlah jerami tanah
yang meningkat, tetapi serapan N pada tanaman justru menurun.
Mohon penjelasan .
NGADlMAN
Justru hasil tersebut merupakan efek/akibat pembenaman jerami
ke dalam tanah. Karena N-tersedia dimobilisasi mikroba sehingga
tidak tersedia bagi tanaman. Tapi perlu diketahui bahwa N
terimobilisasi ini akan dilepas kembali (slow release N) setelah
mikroba mati dan terjadi remineralisasi 15N-pupuk. Dan kami
membuat perlakuan dosis jerami yang dibenam dengan tujuan untuk
meneari imbangan N-terimobilisasi tinggi, kurang berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini saya tunjukan dalam
penelitian bahwa pembenaman jerami 0,4% lebih menarik untuk
dikaj i lebih lanjut sebagai usaha e fis iens i pemupukan dan
menyebabkan kesehatan tanah.
SISMIYATI R.
Bila tidak dipergunakan N berlabel (15N) bagaimana cara menetapkan N
yang terimobilisasi oleh mikroba tanah ?
235
NGADlMAN
Bila tidak digunakan 15N sangat sulit, bahkan tidak mungkin. Karena
kita tidak tahu N yang terimobilisasi itu berasal dari mana (apakah
dari pupuk, tanah, atau fiksasi N-udara oleh mikroba). Semen tara N
yang diambil mikroba sulit diketahui jumlahnya. Sementara itu, pemi
sahan mikroba dari tanah relatif sulit. Seandainya mikroba mudah
dipisahkan N-terimobilisasi {N-dalam mikroba} dapat dianalisis,
bahkan dengan metode konvensional sekalipun.
M. MARDJO
1. Apakah dalam penelitian ini diamati tingkat perubahun C/N
ratio sejalan dengan tingkat imobilisasi N ?
2. Apakah kesimpulan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan ?
NGADIMAN
1. C/N ratio juga diamati, dan hasilnya sejalan aktivitas mikroba
tanah (poli imobilisasinya) yakni:
- Perlakuan tanpa jerami = C/N awal sampai akhir justru
meningkat karena terjadi peningkatan Nhasil fiksasi N-udara.
Dengan jerami 0,4 % = C/N awal 14,34 ; C/N akhir = 13,88.
Dengan jerami 1,0 % = C/N awal 16,39 i C/N akhir = 15,22.
2. Hasil penelitian ini baru taraf skala lab./rumah kaca, dan hanya
pada fase vegetatif. Oleh .kerena itu, perlu dikaji penelitian
lapangan. Setelah itu, masih deperlukan pertimbangan ~osial dan
ekonomi.
236