muhammad saw sang pemimpin agama dan kepala negara

39
MUHAMMAD SAW SANG PEMIMPIN AGAMA DAN KEPALA NEGARA Oleh : Agus Jaya PENDAHULUAN Fenomena agung tidak datang dengan tiba-tiba melainkan senantiasa diiringi tanda-tanda yang menopang keagungan peristiwa tersebut. Demikian juga kehadiran Muhammad saw sebagai sayyid al-anbiya’ merupakan peristiwa mulia yang tiada tara. Tanda-tanda kehadiran beliau telah dijelaskan dalam kitab-kitab terdahulu dan melalui lisan para nabi, para hukama’ dan tokoh-tokoh agama terdahulu yang menunjukkan keagungan peristiwa yang dinanti-nanti tersebut. Tatkala seluruh penjuru Jazirah Arabiah merintih dalam kezaliman, ketidakadilan, keberingasan, kejahatan, dan keyakian akan tahayul, muncullah Muhammad sebagai pembawa rahmat bagi bangsa Arab dan alam semesta. Dalam makalah ini penulis akan menguraikan tanda-tanda dan kabar gembira atas kehadiran Muhammad di muka bumi ini, kelahiran, pemeliharaan, tauladan dan ke-pemimpinan Beliau pra dan pasca kenabian baik pada periode Makkah maupun Madinah. 1. BIOGRAFI NABI MUHAMMAD SAW a. Tanda-tanda Tibanya Rasul Terakhir 1

Upload: agus-jaya-kholid-saude

Post on 27-Jun-2015

212 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

MUHAMMAD SAW SANG PEMIMPIN AGAMA DAN KEPALA

NEGARA

Oleh : Agus Jaya

PENDAHULUAN

Fenomena agung tidak datang dengan tiba-tiba melainkan senantiasa diiringi

tanda-tanda yang menopang keagungan peristiwa tersebut. Demikian juga kehadiran

Muhammad saw sebagai sayyid al-anbiya’ merupakan peristiwa mulia yang tiada tara.

Tanda-tanda kehadiran beliau telah dijelaskan dalam kitab-kitab terdahulu dan melalui

lisan para nabi, para hukama’ dan tokoh-tokoh agama terdahulu yang menunjukkan

keagungan peristiwa yang dinanti-nanti tersebut. Tatkala seluruh penjuru Jazirah Arabiah

merintih dalam kezaliman, ketidakadilan, keberingasan, kejahatan, dan keyakian akan

tahayul, muncullah Muhammad sebagai pembawa rahmat bagi bangsa Arab dan alam

semesta.

Dalam makalah ini penulis akan menguraikan tanda-tanda dan kabar gembira atas

kehadiran Muhammad di muka bumi ini, kelahiran, pemeliharaan, tauladan dan ke-

pemimpinan Beliau pra dan pasca kenabian baik pada periode Makkah maupun Madinah.

1. BIOGRAFI NABI MUHAMMAD SAW

a. Tanda-tanda Tibanya Rasul Terakhir

Berita gembira akan datangnya seorang utusan agung telah menyebar

melalui kitab-kitab terdahulu, lidah-lidah para nabi, para hukama’. Memahami

demikian mulia utusan dan misi yang diembannya maka Al-Qur’an, Al-Hadits

dan At-Taurat mengabadikan hal tersebut.

Allah swt berfirman melalui ucapan Isa as dalam Al-Qur’an :

الل��ه رس��ول إنى إس��رائيل بنى يا مريم بن ا عيسى قال " وإذ

ي��أتى برس��ول ومبش��را التورئة من يدى بين لما مصدقا إليكم

... " . أحمد إسمه بعدى من

1

Page 2: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

“Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata : “Hai Bani Israil,

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan yang turun

sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira akan datangnya seorang

rasul sesudahku bernama Ahmad (Muhammad).”(Al-Qur’an Surat As-Shof, ayat

; 6).

Pada ayat di atas kita temukan kolerasi yang sangat harmonis dan kuat

antara Isa as sebagai “khotam an-nabiyyin Bani Israil” dengan Ahmad yang

menjadi “khotam an-Nabiyyina muthlaqon”. Sinyal “mubassyiran” (berita

gembira) dari Isa tersebut mewakili kebahagiaan Bani Israil terhadap fenomena

akan diutusnya Ahmad sebagai penutup seluruh nabi. Keterkaitan syariat antara

nabi Musa as sebagai nabi termashur bani Israil dan Isa as sebagai penutup nabi

dari Bani Israil serta nabi Muhammad sebagai penutup seluruh nabi sangatlah

jelas. Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Katsir : Bahwa Allah memulai syariat-Nya,

dan memberi cahaya dari Tursina tempat Allah memberikan wahyu kepada Musa

as, dan terbitlah cahaya dari Sya’ir gunung tempat dilahirkan dan diutusnya Isa

as, dan menebarlah cahaya tersebut dari Paraan yaitu Makkah. (Lihat Ma’a ar-

Rasul fi Sairihi wa Siratihi Hal : 150, Yahya Ismail dan Said Muhammad Sholih

Showabi).

Adapun Ahmad yang dimaksudkan Isa as pada ayat di atas adalah

Muhammad saw sendiri, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhori :

محمد أخبرنى قال الزهرى عن شعيب أخبرنا اليمان أبو حدثنا

رس�ول س�معت قال عنه لله رضى أبيه عن مطعم بن جبير بن

وأن��ا محمد أنا أسماء لى : إن يقول وسلم عليه الله صلى الله

..... " الكفر بى الله يمحو الذى الماحى وأنا أحمد

“Telah menyampaikan hadits kepada kami Abu al-Yaman, demikian juga

Syuaib telah menyampaikan berita kepada kami dari az-Zuhri, ia berkata telah

menyampaikan hadits kepada saya Muhammad bin Zubair bin Mat’am, dari

ayahnya. Ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Saya

memiliki nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, dan saya al-Mahi yang

2

Page 3: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Allah gunakan untuk menghapus kekufuran, ….” (Fath al-Bari Bi Syarhi as-

Shohihi al-Bukhori, Ibnu Hajar al-Asqolani, hadits no : 4897 Juz : 8 hal :789)

Begitu juga kehadiran Rasulullah saw disinyalir dalam hadits seperti yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

الع��اص بن عم��رو بم الل��ه عبد : لقيت قال يسار بن عطاء عن

ص��لى الل��ه رس��ول ص��فة عن : أخبرنى قلت عنهما الله رضى

فى لموصوف إنه أجل. والله قال التوراة فى وسلم عليه الله

أرس��لناك إن��ا الن��بى أيه��ا القران. ي��ا فى صفته ببعض التوراة

ورس�ولى عب��دى أنت لألم�يين وح�رزا ون�ذيرا ومبش��را شاهدا

األس��واق فى سحاب وال غليظ وال بفظ ليس المتوكل سميتك

الل��ه يقبض��ه ولن ويغف��ر يعفو ولكن السيئة بالسيئة يدفع وال

بها فيفتح الله إال الإله يقولوا بأن العوجاء الملة به يقيم حتى

غلفا. وقلوبا صما وأذانا عميا أعينا

Dari Atho’ bin Yasar ia berkata : “Saya bertemu Amru bin Ash ra, lalu

saya berkata : “Tolong beritahu saya sifat-sifat Rasulullah dalam Taurat.” Ia

berkata: “Baik, demi Allah sesungguhnya di alam Taurat tercantum sifat-sifatnya

sebagaimana sebagian sifatnya juga tercantum dalam Al-Qur’an, Wahai Nabi

sesungguhnya saya utus engkau sebagai saksi, penyampai berita gembira,

pengingat dan pelindung bagi orang-orang yang buta huruf. Engkau adalah

hamba dan utusan-Ku, Aku beri gelas engkau al-Mutawakkil (sangat Qona’ah

dan sabar), tidak kasar, tidak kejam, tidak memeras susu di pasar, tidak

membalas kejahatan dengan kejahatan akan tetapi memaafkan dan mengampuni,

dan tidak akan wafat sebelum tegaknya agama yang lurus, dengan mengakui

tiada Tuhan selain Allah, melaluinya terbukalah mata yang buta, telinga yang tuli

dan hati yang tertutup (Fath al-Bari Bi Syarhi as-Shohihi al-Bukhori, Ibnu Hajar

al-Asqolani, hadits no : 4838 Juz : 8 hal :719)

Sinyal elemen kehadiran beliau di muka bumi ini juga disampaikan dalam

kitab-kitab terdahulu, dalam Injil Barnabas pasal 97 ayat 14-19 dengan tegas

3

Page 4: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Yesus menyebutkan bahwa Messias yang dinanti-nanti itu adalah Muhammad.

Redaksi Barnabas tersebut sebagai berikut :

Pasal 97: 14 :“Ketika itu imam menanyakan : “Dinamakan apakah Messias itu

dan apakah tanda yang menunjukkan kehadirannya ?”

15 : Jesus menjawab : “Sesunggunya nama Messias itu ajaib, karena

Allah sendiri yang memberikan nama itu, dikala Allah

menciptakan rohnya dan meletakkannya di suatu tempat yang

indah di langit.”

16 : Allah berfirman: “Sabarlah wahai Muhammad, karena untukmu

Aku akan menciptakan surga dan dunia …”

17 : “Kemudian apabila aku mengutusmu ke dunia aku akan jadikan

engkau rasulku untuk keselamatan, …”

18 : ”Bahwa namanya yang diberkahi itu adalah Muhammad.”

19 : “Di saat itu khalayak ramai meneriakkan : “ Ya Allah utuslah

Rasulmu itu kepada kita, ya Muhammad marilah selekasnya untuk

keselamatan dunia.”

Perhatikan juga kitab Perjanjian Lama, Nubuat nabi Musa as, (Bibel, edisi

lama)

Ulangan 18 : 18 : “Seorang nabi akan kubangkitkan bagi mereka dari antara

saudara mereka seperti engkau ini, … “

Dari ungkapan ini bisa dipahami bahwa nabi tersebut berasal dari

kaumnya sendiri, yang dimaksudkan adalah Muhammad saw, (al-Qur’an : al-

Baqoroh : 129)

Ulangan 33 : 2 : “Berkatalah ia : “Tuhan datang dari Sinai, dan terbit kepada

mereka dari Syair, ia tampak bersinar dari pegunungan Paran …”

Demikian juga ungkapan ini menunjukkan keterikatan antara utusan-

utasan Allah, Musa as datang dari Sinai (Tursina, tempat nabi Musa pertama kali

menerima wahyu), lalu Isa as dari Syair (Isa lahir dan diangkat menjadi nabi di

gunung Syair) dan Muhammad dari Paran. Yang dimaksudkan Paran adalah nama

lain dari kota Makkah, tempat nabi Muhammad saw diutus.

Yeyasa 42 : 1 : “ … Aku telah menaruh rohku ke atasnya supaya ia menyatakan

4

Page 5: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

hukum kepada bangsa-bangsa.”

Pada ayat ini dinyatakan bahwa da’wah tersebut universal. Dan dakwah nabi

Muhammad saw adalah universal untuk semua manusia (al-Qur’an : al-Anbiya :

107)

4 : “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah

terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi, …”

Pernyataan ini mendukung dakwah nabi Muhammad yang tidak pernah gagal.

Daniel : 7 : 14 : “Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemulyaan dan

kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa,

suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya

ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap dan

kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”

Ayat ini menjelaskan agama Islam yang sempurna. Syariatnya termasuk memuat

sistem pemerintahan.

(Bibel edisi lama) Maleakhi 3 : 2 : “Tetapi siapa gerangan akan menderita hari

kedatangan-Nya, dan siapa tahan berdiri, apabila kelihatanlah Ia,

karena iapun seperti api pandai emas,dan seperti sabun benara.

(Dalam edisi baru : “Sebab ia seperti api tukang pemurni logam

dan seperti sabun tukang penatu).”

Yang dimaksud dengan sabun menara atau sabun tukang penatu adalah

Muhammad, artinya bahwa nabi Muhammad saw membersihkan ajaran agama-

agama terdahulu dari kesalahan-kesalahan yang dibuat umatnya. Dan pada

realitanya Al-Qur’an tampil sebagai pengoreksi kitab-kitab terdahulu. (lihat, al-

Qur’an : Ali Imran : 2-4, al-Maidah : 13).

Berita kehadiran Beliau yang diabadikan dalam kitab-kitab terdahulu

mengisyaratkan keagungan dan kemuliannya sebagai seorang nabi pengemban

amanah menyelamatkan umat dari kegelapan iman menuju cahaya hidayah. Ciri-

ciri nabi terakhir yang dijelaskan dalam kitab-kitab terdahulu inilah yang

mendorong beberapa orang tua untuk menamai anaknya yang lahir dengan nama

“Muhammad” sebagai bentuk harapan anaknyalah yang menjadi Muhammad.

Ibnu Jauzi berkata : “Ada tiga nama Muhammad sebelum Rasulullah saw lahir

5

Page 6: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

sebagai bentuk harapan orang tua mereka agar anaknyalah yang menjadi

Muhammad (yang dimaksudkan dalam Taurat), yaitu : Muhammad bin Sufyan

bin Majasyi’, Muhammad bin Ahihah al-Jullah bin Juraisy bin Auf bin Amru bin

Auf bin Malik bin Aus, Muhammad bin Hamran bin Rabiah. Semua orang tuanya

mengerti kitab-kitab terdahulu (lihat Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa Siratihi Hal :

173, Yahya Ismail dan Said Muhammad Sholih Showabi). Dengan penuh

kebahagian dan harapan mereka menanti kelahiran nabi terakhir ini berasal dari

kaum mereka, namun ketika beliau lahir dan ternyata berasal dari kaum Quraisy

yang berarti memutus mata rantai kenabian dari Bani Israil, muncullah bentuk-

bentuk penolakan. Allah swt berfirman dalam al-Quran :

... ملتهم تتبع حتى النصارى وال اليهود عنك ترضى ولن

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu

hingga kamu mengikuti agama mereka. “(al-Qur’an, Surat al-Baqoroh : 120).

b. Nasab Nabi Muhammad saw

Nasab nabi Muhammad saw dari ayahnya adalah Muhammad bin

Abdullah bin Abdul Mutholib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin Abdi manaf

(Mughiroh) bin Qusay (Mujammi’) bin Kilab (Hakim) bin Murroh bin Ka’ab bin

Luay bin Gholib bin Fihr* (Quraiys) bin Malik bin Nadr bin Kinanah bin

Huzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nazzar bin Ma’ad bin Adnan,

sementara nasab dari ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abd Manaf bin

Zuhroh bin Kilab bin Murroh. (lihat Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa Siratihi Hal :

203-204, Yahya Ismail dan Said Muhammad Sholih Showabi, Maulid al-Barzanji

Natsar, hal 74-75)

Quraisy adalah sebuah keluarga terhormat dari keturunan Ismailiyah.

Salah satu di antara keturunan nabi Ismail ini yang berkuasa adalah Fihr yang

memilki nama lain Quraisy. Pada abad kelima Masehi Qusay (keturunan Quraiys)

berhasil menyatukan suku-suku Quraiys. Mereka mendirikan Dar al-Nadwah

sebagai tempat berkumpulnya pemuka-pemuka Quraiys memusyawarahkan

kepentingan umum. Di tempat inilah Qusay menjalankan urusan administrasi * dalam kitab Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa Siratihi Hal : 203-204, ditulis Qohar. Kemungkinan Fihr memiliki nama Qohar dan Quraiys.

6

Page 7: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

pemerintahannya. Ia memasak air dan makanan untuk kepentingan para peziarah

selama musim haji. Dengan cara demikian ini membuktikan sebagai seorang

penguasa yang cakap dan bijaksana. Sepeninggal Qusay anaknya yang bernama

Abdud Dar menjadi penguasa Hijaz. Ia menjadikan Makkah sebagai pusat

pemerintahannya. Sepeninggal Abdud Dar terjadi pembagian kekuasaan antara

putranya dengan putra saudaranya, Abdul Manaf. Putra Abdul Manaf yang

bernama Abdul Syam menangani urusan administrasi sedang putra Abdud Dar

menangani masalah militer. Selanjutnya putra Abdud Dar menyerahkan

kekuasaannya kepada saudaranya yang bernama Hasyim, seorang yang sangat

cakap dalam hal militer, sedang putra Abdus-Syam yang bernama Umayyah

menjadi terseingkir oleh supermasi Hasyim. Ia berusaha merebut kekuasaannya

dari Hasyim dalam sebuah medan perkelahian yang dapat dimenangkan oleh

Hasyim. Oleh dewan hukum dan pengadilan Umayyah dikenai hukuman

pengasingan di luar kota selama sepuluh tahun.

Hasyim, moyang Muhammad, dalam perkawinannya dengan wanita

Madinah melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Syaibah*. Setelah

kematian Hasyim, saudara laki-lakinya yang bernama Mutholib membawa

Syaibah ke Madinah. Orang-orang Madinah menyangka Syaibah sebagai budak

Mutholib maka mereka menyebutnya sebagai Abdul Mutholib. Selanjutnya dalam

sejarah Islam ia lebih dikenal dengan Abdul Mutholib.

Sifat kedermawanan dan kebijaksanaan Abdul Mutholib membawanya

dipercayai dan diakui sebagai pemimpin di tengah-tengah suku Qurays. Namun

Harib, putra Umayah tidak mengakuinya yang menyebabkan dewan hakim

mengusirnya keluar kota seperti hukuman yang pernah diterima oleh ayahnya.

Dan inilah yang menjadi akar permusuhan antara Bani Hasyim dengan Bani

Umayyah.

Abdul Mutholib mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang anak

perempuan. Ketika ia berusia 70 tahun, datang serangan Raja Abrahah, pimpinan

umat Kristen Yaman. Secara tiba-tiba mereka menyerbu kota Makkah dan Ka’bah

* dalam buku, maulid al-barzanji Natsar hal 74 tertulis nama Syaibah, kemungkinan penulisan pada buku Sejarah Islam diatas keliru. Wallahu a’lam

7

Page 8: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

dengan mengendarai gajah.* Suatu peristiwa militer yang sangat aneh bagi

masyarakat Arab. Peristiwa ini diabadikan dalam sejarah Islam sebagai Tahun

Gajah (570 M) (lihat, Sejarah Islam, K. Ali, hal 35-38, Syauqi Abu Kholil, Atlas

Al-Qur’an : 179).

* Lihat peta perjalanan bala tentara Gajah untuk menghancurkan Ka’bah.

8

Page 9: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Lalu kemudian tentara Gajah ini hancur sebelum mencapai tujuannya

sebagaimana Allah ceritakan dalam al-Qur’an :

“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana tuhanmu telah bertindak

terhadap Tentara Gajah. Bukankah tipu daya mereka untuk menghancurkan

Ka’bah adalah sia-sia, lalu Tuhanmu mengirim kepada mereka Burung Ababil,

yeng melempari mereka dengan batu dari Sijjil (api yang terbakar), dan mereka

menjadi seperti daun yang dimakan ulat. (lihat, al-Qur’an, Surat al-Fill, ayat: 1-5)

Sebelum terjadi peristiwa serangan Abrahah ini, Abdul Mutholib

menitipkan putranya yang bernama Abdullah untuk berlindung di rumah Wahhab,

seorang kepala suku dari suku Bani Zahra. Di rumah inilah Abdullah dikawinkan

dengan Aminah putri Wahhab.

Abdullah hidup bersama Aminah hanya dalam waktu tiga hari di rumah

Wahhab. Kemudian ia meninggalkan istrinya, pergi ke Syiria untuk urusan

perdagangan. Ketika dalam perjalan pulang dari Syiria, ia jatuh sakit di dekat

Madinah dan wafat dengan meninggalkan lima ekor unta, sejumlah biri-biri dan

seorang budak perempuan yang bernama Ummu Aiman. Inilah kekayaan yang

kelak menjadi warisan Muhammad dari ayahnya. (lihat, Sejarah Islam, K. Ali, hal

: 38-39)

Keturunan yang baik dan sifat mulai menjadi cikal bakal Rasulullah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, beliau bersabda :

الل��ه ص��لى الل��ه رس��ول : س��معت يقول األسقع بن واثلة عن

إس�ماعيل ول�د من كنان�ة اصطفى الله : إن يقول وسلم عليه

هاش��م ب��نى قريش من واصطفى كنانة من قريشا واصطفى

هاشم. بنى من واصطفانى

9

Page 10: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

“Dari Wasilah bin Asqo’ ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw

bersabda: “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di atara keturunan Ismail, dan

memilih Quraiys dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari

keturunan Quraiys dan memilih saya di antara Bani Hasyim. (lihat, Shohih

Muslim bi Syarhi an-Nawawi, Imam an-Nawawi, Juz 8 hal. 36)

Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 571 M, Aminah melahirkan

seorang anak Yatim yang diberi nama Muhammad oleh kakeknya. Dan diberi

nama Ahmad oleh Ibunya. (lihat, Sejarah Islam, K. Ali, hal : 38-39

c. Dalam Gemblengan Ilahi

Muhammad lahir di Makkah al-Mukarramah* dalam keadaan yatim.

Lahirnya Muhammad dalam keadaan yatim tidaklah semata-mata peristiwa alami,

tetapi merupakan sebuah “kreasi” Allah swt (lihat, al-Qur’an, ad-Duha : 6).

Status yatim menyambung ikatan nubuwwah antaranya dengan nabi Musa yang

sama-sama lahir dalam era kegelapan dan menghadapai keadaan yang tidak

kondusif. Pada masa Musa as, setiap bayi lelaki yang lahir akan segera dibunuh

sesuai perintah Fir’aun. Namun ketika Fir’aun menemukan Musa dalam peti

terapung di laut tanpa pengasuh maka timbullah kasih sayang dalam hatinya dan

tergeraklah untuk memeliharanya. Kalaulah Fir’aun tahu bahwa Musa memiliki

ibu niscaya iapun akan membunuh Musa (lihat, al-Quran, Surat Taha : 39, al-

Qoshosh : 7-10). Hal ini juga terjadi pada Muhammad. Pada masa itu tidak jarang

orang membunuh bayi lelaki yang lahir karena takut kelak menjadi saingan dalam

memperoleh kemegahan duniawi. Terlebih lagi dengan berita yang telah

menyebar bahwa Muhammad mengemban misi yang sangat besar untuk

mengubah tatanan masyarakat secara sempurna. Namun melihat keadaan bayi

yang lahir yatim ini timbullah welas asih dari Abu Lahab yang kelak menjadi

dedengkot musuh Rasulullah setelah kenabian beliau. Bahkan Abu Lahab

memerdekakan Tsuaibah, seorang hambanya untuk kemudian menyusui

Muhammad. (lihat Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa Siratihi, hal : 181)

* lihat peta tempat kelahiran Muhammad di Makkah al-Mukarramah

10

Page 11: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

2. KONTRIBUSI PEMIKIRAN MUHAMMAD PRA KENABIAN

a. Penderitaan Membentuk Jati Diri

Perjalanan hidup Muhammad penuh dengan duka-lara, setelah ayahnya

meninggal disaat ia masih dalam rahim ibunya, disusul wafatnya ibu tercinta

disaat usianya baru enam tahun, selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya, namun

tak berapa lama sang kakekpun menyusul kedua orang tuanya ketika Muhammad

kecil berusia delapan tahun. Sebelum sang kakek wafat ia berpesan kepada Abu

Tholib untuk menjaga Muhammad, dalam asuhan Abu Tholib yang miskin papa

inilah Muhammad dibesarkan. Walau dalam keadaan miskin papa, tidaklah

menyebabkan cintanya terhadap Muhammad berkurang bahkan Allah ciptakan

tali kasih yang sangat dalam antara Abu Tholib dengan Muhammad sehingga

kemanapun Abu Tholib pergi ia selalu bersama Muhammad. Ketika Muhammad

berusia dua belas tahun ia diajak bersama dalam sebuah perjalan dagang menuju

Syam, dalam perjalanan ini Abu Tholib bertemu seorang pendeta bernama

Buhairo, pada kesempatan ini Buhairo menghidangkan makanan kepada

rombongan dengan tujuan untuk mengamati mereka. Setelah mengamati ia

menemukan ciri-ciri kenabian yang dijelaskan dalam Taurat pada diri

Muhammad, setelah mereka menyantap hidangan tersebut terjadilah percakapan

antara Buhairo dengan Muhammad dan semakin yakinlah Buhairo bahwa

Muhammad akan menjadi seorang Rasul, karenanya ia berpesan kepada Abu

Tholib agar segera pulang dan membatalkan rencananya menuju Syam serta

menjaga Muhammad dari ancamaman Yahudi (lihat, Hayat Rasulillah, Mahmud

Syalbi, hal : 18-23). Fenomena yang penuh penderitaan inilah yang menghantar

Muhammad dalam alam fikir dan renungan, melalui proses ini Muhammad

belajar, merasakan dan memahami beratnya kehidupan sebagai bekal membentuk

jati dirinya (lihat, Hayat Rasulillah, Mahmud Syalbi, hal : 28).

b. Training Kepemimpinan dalam Profesi Pengembala

Hal lain yang menunjang proses tafakkur dan taammul Muhammad adalah

kesempatan menjadi pengembala. Kesempatan ini sebagai training kesabaran

“membina” hewan ternak sebelum terjun membina manusia. Beliau harus bekerja

11

Page 12: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

keras dan penuh kewaspadaan untuk menjaga gembalaanya agar tidak dimakan

srigala dan tersesat, profesi ini menimbulkan renungan bahwa demikianlah

perjuangan yang harus ditempuhnya guna menyelamatkan manusia dari terkaman

Iblis dan sekutunya dan menjaga mereka dari kesesatan (lihat, Hayatu Muhammad,

Muhammad Husain Haikal, hal. 135).

Status pengembala adalah profesi tetap para nabi, dalam haditsnya Beliau

bersabda :

بن ج��ابر أخ��برنى ق��ال س��لمة ابو أخبرنى قال شهاب ابن عن

بم�ر وس�لم علي�ه الل�ه ص�لى الل�ه رسول مع كنا قال الله عبد

, أيطب فإن��ه منه باألسود عليكم فقال الكباث نجنى الظهران

رعاها. إال نبى من وهل نعم قال الغنم تراعى أكنت

“Dari Ibnu Syihab ia berkata, telah menyampaikan khabar kepada saya

Abu Salmah, dari Jabir bin Abdullah ia berkata ; “kami bersama Rasulullah saw

pada satu tempat yang bernama Mahru az-Zhohron memilih kibas, lalu

Rasulullah saw bersabda : “pilihlah yang berwarna hitam, karena itu yang lebih

baik, lalu kami berkata : “apakah engkau pernah mengembala kambing, Beliau

bersabda : “tidak ada seorang nabipun yang tidak mengembala. (lihat, Fath al-

Bari bi Syarhi as-Shohihi al-Bukhori, Ibnu Hajar al-Asqqolani, juz 9 hal. 692).

Imam an-Nawawi berkata : Hikmah para nabi mengembala adalah

menjadikan mereka tawadhu’ hati akan bersih karena sering menyendiri, dan

mendidik metode pengembangan nasehat dalam menghadapi masyarakat. (lihat

Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa Siratihi, Hal : 192)

Hasil kreasi dan gemblengan Ilahiyah ini menghantar Muhammad menjadi

seorang yang paling ksatria, memiliki akhlak termulia, keturunan terhormat,

tetangga terbaik, sikap terbijaksana, senantiasa berkata jujur dan amanah serta

terhindar dari perbuatan keji dan hina dina hingga Muhammad menyandang gelar

“al-Amin” dari kaumnya. (lihat, Hayat Rasulillah, Mahmud Syalbi, hal : 24)

c. Kecerdasan dan Kebijaksanaan Muhammad

12

Page 13: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Potensi positif yang ada dalam diri Muhammad hingga menyandang gelar

al-Amin dari kaumnya menyebabkan senantiaa diterima dalam pergaulan sehari-

hari. Ketika usia Muhammad tiga puluh lima tahun kaum Quraiys bermaksud

membangun kembali Ka’bah yang hancur diterjang banjir, rencana pembangunan

Ka’bah itu sendiri sudah ada sebelum kejadian banjir tersebut karena waktu itu

Ka’bah menjadi tempat penyimpanan barang-barang berharga sementara Ka’bah

sendiri belum ada atap sehingga menjadi target pencurian, akan tetapi dongeng

dari nenek moyang mereka bahwa orang yang mengubah Ka’bah akan mendapat

murka dari Tuhannya Ka’bah menyurutkan niat tersebut. Ketika terjadi bencana

banjir yang menghancurkan Ka’bah rencana tersebut semakin kuat mengalahkan

rasa takut mereka, bertepatan dengan kejadian itu sebuah kapal berasal dari mesir

merapat di pelabuhan Jedah. Pemilik kapal itu ada seorang pedagang dari Roma

bernama Baquum yang juga seorang yang ahli dalam bangunan. Mendengar hal

ini Walid bin Mughiroh bergegas menuju Jedah dan bernegosiasi dengan Baquum

tentang rencana tersebut, dan dengan senang hati Baquum menyetujuinya.

Dalam melaksanakan pekerjaan ini kaum Quraisy dibagi menjadi empat

kelompok, setiap kelompok bertugas untuk meratakan dinding Ka’bah terlebih

dahulu kemudian membangunnya kembali. Walid bin Mughiroh tampil sebagai

orang pertama melaksanakan hal tersebut, dengan sedikit rasa takut Walid

memohon kepada Tuhan-tuhannya sebelum menghancurkan sebagian sisi dari

Rukun Yamani. Setelah hal itu kaum Quraisy menantikan kejadian yang akan

menimpa Walid, pada keesokan harinya ternyata Walid tidak tertimpa apapun

barulah kaum Quraisy melaksanakan pembangunan Ka’bah tersebut dengan

tenang.

Ketika pembangunan Ka’bah telah selesai dan tinggal meletakkan Hajar

Aswad terjadilah perselisihan sengit diantara mereka sehingga memakan waktu

lebih dari empat hari karena semuanya merasa lebih berhak untuk meletakkan

Hajar Aswad pada tempatnya. Semua kabilah bertekad agar bisa meletakkan

Hajar Aswad pada tempatnya, bahkan Bani Abdid Dar bersumpah dengan

memasukkan tangan mereka pada satu wadah yang dipenuhi darah sebagai bukti

keseriusan mereka yang kemudian hal ini dikenal La’aqotu ad-Dam (sesendok

13

Page 14: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

darah). Melihat situasi yang kritis ini Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang

tertua diantara mereka tampil menengahi, lalu diambillah kesepakatan bersama :

“barang siapa yang pertama kali masuk melalui pintu As-Shofa maka ialah yang

berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakkan Hajar Aswad tersebut.

Ketika mereka melihat orang yang pertama kali masuk lewat pintu as-Sofa

mereka berkata : ini adalah al-Amin dan kami ridho terhadap keputusannya, lalu

mereka menceritakan hal tersebut kepada Muhammad, mendengar hal ini

Muhammad berfikir sejenak dan selanjutnya ia meminta kain dan

membentangkan kain tersebut lalu mengangkat Hajar Aswad keatas kain tersebut

dengan tanggannya dan kemudian ia meminta setiap pemimpin kabilah untuk

memegang ujung kain tersebut dan kemudian bersama-sama mengangkatnya

menuju tempat Hajar Aswad dan Muhammad mengangkatnya dari kain tersebut

lalu meletakkannya ditempat semula. Dengan keputusan yang sangat cerdas dan

bijaksana ini maka hilanglah perselisihan diantara kaum Quraisy.(lihat, Hayat

Muhammad, Muhammad Husain Haekal, hal 141)

KONTRIBUSI PEMIKIRAN MUHAMMAD PRA KENABIAN

Penderitaan Membentuk Jati Diri

Training Kepemimpinan dalam Profesi Pengembala

Kecerdasan dan Kebijaksanaan

Muhammad

Kemiskinan, yatim-piatu dll

Profesi setiap nabi adalah

pengembala, pengembalaan

adalah training kesabaran, dll.

Peletakan kembali hajar

Aswad, dll.

_ل_̂م ا ي_̀جد̂ك_ أ aآو_ى ي_ت̀يم ) ف_د_ك_6 اال (و_و_ج_ د_ى ض_ ه_ ) ف_د_ك_7 a (و_و_ج_ أ_̂غن_ى) ع_ائًا̀ل ف_

8-6 الضحى( 8

ق���ال ش���هاب ابن عن ق��ال س��لمة ابو أخبرنى

عب��د بن ج��ابر أخ��برنى رس��ول مع كنا قال الله

علي��ه الل��ه ص��لى الل��ه الظه��ران بم��ر وس��لم فق���ال الكب���اث نج���نى

(lihat, Hayat Muhammad, Muhammad Husain Haekal, hal 141), proses peletakan

kembali Hajar Aswad.

14

Page 15: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

فإنه منه باألسود عليكم ت�����راعى , أكنت أيطب وه���ل نعم ق���ال الغنم

رعاها. إال نبى من

3. KARAKERISTIK KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW PRIODE

MEKAH

Ketika Muahammad berusia empat puluh tahun, kesedihan semakin

menguasai jiwanya, faktor kesedihan tersebut adalah realita bahwa kaumnya semakin

jauh tenggelam dalam kesesatan sehingga mendorong Muhammad untuk

mengasingkan diri dan merenung mencari solusi dari realita yang terjadi. Dalam

penyendirian inilah mula-mula datangnya wahyu, dan inilah yang menjadi batasan

kongkrit mulainya kerasulan Muhammad saw. Wahyu yang turun masa ini menjadi

cerminan yang sangat jelas untuk mengetahui katrakteristik kepemimpinan

Muhammad saw pada priode Makkah.

a. Konsentrasi pada Aqidah

Nabi Muhammad saw sangat memahami untuk membentuk ikatan

masyarakat yang kokoh hendaklah didasari keyakinan yang benar, sama dan

teguh. Aspek perhatian pertama Rasulullah adalah Tauhid Rububiyah, hal ini

tampak dari wahyu-wahyu pertama* yang turun senantiasa mencantumkan kata

“Rabb” (lihat, QS : Iqro : 1,3, al-Qolam 2,7, al-Muzammil : 8-9, al-Muddatsir :

3,7, al-Fatihah : 2). Kata “Rabb” pada ayat-ayat tersebut menampakkan

keagungan Allah yang mengasuh, membimbing, menjaga dan memelihara alam

semesta. Tauhid Rububiyah ini menjadi jalan penghantar untuk menanamkan

keyakinan pada Tauhid Uluhiyah yang menyatakan bahwa Allah swt semata yang

berhak untuk disembah tanpa sekutu bagi-Nya (lihat, kaifa nata’amalu ma’a al-

Qur’an al-Azim, Yusuf Qordhowi, hal. 50-51). Keyakinan ini mengakar pada jiwa

sahabat Rasulullullah saw hingga para sahabat seperti Bilal, keluarga Yasir, rela

mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan keyakinan tersebut. (lihat, Hayat

* lima wahyu pertama yang turun sesuai urutan adalah surat : Iqro’ al-Qolam, al-Muzammil, al Mudatsir dan al-Fatihah. Lihat al Itqon fi Ulum al-Quran, Imam Jalaluddin as-Sayuti Jilid 1 hal 77.

15

Page 16: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Muhammad, Muhammad Husain Haikal, hal ; 163, Hayatu Rasulillah, Mamud

Syalabi : 50-51). Pada priode inilah Rasulullah menanamkan hakikat keyakinan

yang memiliki tiga unsur :

1. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah swt. (QS : al-An’am : 102)

2. Tiada Wali yang layak kecuali Allah swt (QS : al-An’am : 102)

3. Tiada Hakim yang layak diikuti kecuali Allah swt. (QS: al-An’am : 114).

b. Menanamkan Pemahaman bahwa Islam adalah Agama Universal

Seruan Allah dengan menggunakan kata “Ya Ayyuha an-Nas” yang

merupakan ciri-ciri ayat Makiah* memberikan pemahaman upaya peralihan dari

ekslusif menuju universal. dari kebiasaan masyarakat Quraisy memanggil “Ya

Ma’syara Qurais”, atau seruan Ahl al-Kitab baik Yahudi maupun Nasrani ‘Ya

Ahl al-Kitab” atau “Ya Bani Israil” yang ekslusif pada satu kaum atau aliran saja

menuju seruan “Ya Ayyuha an-Nas” yang universal melampaui setiap masa,

golongan, bahasa dan bangsa.

Seruan universal ini diperjelas lagi dengan isi firman Allah swt : ‘dan

tidaklah kami utus engkau kecuali agar menjadi rahmat bagi semesta alam. (QS :

al-Anbiya’ 107). Namun untuk mewujudkan dakwah universal ini Rasulullah

menggunakan strategi “tadrij” (bertahap). Dalam dakwah menuju universal ini,

Rasulullah saw melalui tiga tahapan :

1. Menyeru kerabat dekat dengan dakwah “sirri” (QS : as-Syuara’ : 214).

2. Menyeru penduduk Makkah dan sekitarnya dengan dakwah “Jahr” (QS : al-

An’am 92).

3. Menyeru untuk alam semesta (QS : al-Anbiya’ : 107)

c. Pembentukan Akhlak dan Simbol Sosial

Di samping karekteristik diatas, pada priode ini juga Rasulullah saw

sangat menekankan pendidikan akhlak kepada sahabat beliau, baik akhlak

* kecuali kata “Ya Ayyuha an-Nas” dalam surat al-Baqoroh dna al-Haj, tidak termasuk ayat makiah. (lihat, al-Wajiz fi Ulum al-Qur’an, Ahmad Kaftaru, hal. 28)

16

Page 17: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Rabbaniyah yang merupakan hubungan langsung dengan Allah swt seperti

pendalaman ketaqwaan, ikhlas, taubat, tawakkal, raja’, malu, syukur, sabar, ridho,

mahabbah, zuhud, maupun Akhlak Insaniyah yang bersinggungan langsung dengan

sesama manusia seperti jujur, amanah, kasih sayang, keberanian, tawadlu’,

menepati janji, malu, harga diri, bijaksana, sabar, adil, berbuat baik, silaturahmi,

tenggang rasa, menghormati yang lebih tua, mengasihi yang lebih muda,

menghargai tetangga dsb. (lihat, QS : al-Mukminun : 1-8)

Akhlak yang diajarkan Beliau kepada sahabatnya tidak hanya melalui

ucapan, tapi melalui aflikasi perbuatan Rasulullah sehari-hari yang langsung

tampak dan mudah dicerna oleh para sahabat. Metode “Ibda’ binafsika” (memulai

dari diri sendiri) dalam pendidikan Rasulullah menjadi jaminan keberhasilan dan

kualitas dakwah Beliau yang tidak pernah pudar sepanjang masa. Walaupun

demikian, dampak dari dakwah Rasulullah saw yang semakin berhasil tersebut

menyebabkan orang-orang yang dengki terhadap Beliau dan Islam menggusirnya

hingga dengan berat hati Rasulullah saw berhijrah meninggalkan Mekah tempat

beliau dilahirkan menuju ke Madinah al-Munawwarah. Peristiwa Hijrah tersebut

Allah swt abadikan kejadian monumental tersebut dalam al-Qur’an.* (QS : at-

Taubah : 40)

KARAKERISTIK KEPEMIMPINAN

NABI MUHAMMAD SAW PRIODE MEKAH

Konsentrasi pada AqidahMenanamkan

Pemahaman Islam sebagai Agama Universal

Pembentukan Akhlak

1. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah swt. (QS : al-An’am : 102)

1. Menyeru kerabat dekat dengan dakwah “sirri” (QS : as-Syuara’ : 214).

2. Menyeru penduduk

- A ِِِِِِِِِkhlak Rabbaniyah yang merupakan hubungan langsung dengan Allah swt seperti pendalaman ketaqwaan, ikhlas, taubat,

* lihat peta rute perjalanan Hijrah Rasulullah saw dari Mekkah menuju Madinah

17

Page 18: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

2. Tiada Wali yang layak kecuali Allah swt (QS : al-An’am : 102)

3. Tiada Hakim yang layak diikuti kecuali Allah swt. (QS: al-An’am : 114).

Makkah dan sekitarnya dengan dakwah “Jahr” (QS : al-An’am 92).

3. Menyeru untuk alam semesta (QS : al-Anbiya’ : 107)

tawakkal, raja’, malu, syukur, sabar, ridho, mahabbah, zuhud,

- Akhlak Insaniyah yang bersinggungan langsung dengan sesama manusia seperti jujur, amanah dsb. (lihat, QS : al-Mukminun : 1-8)

18

Page 19: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Rangkuman Makalah Muhammad sawSang Pemimpin Agama dan Kepala Negara Era Mekah

MUHAMMAD SAWSANG PEMIMPIN AGAMA DAN KEPALA NEGARA

BIOGRAFI

Tanda-tanda hadirnya Muhammad saw

Al-Qur’anInjil

Nasab QuraisyDalam Gemblengan Ilahi Yatim, dll

KONTRIBUSI PEMIKIRAN

MUHAMMAD PRA KENABIAN

Penderitaan Membentuk Jati Diri

Kemiskinan, yatim-piatu dll

Training Kepemimpinan dalam Profesi Pengembala

Profesi setiap nabi adalah pengembala, pengembalaan adalah training kesabaran, dll.

Kecerdasan dan Kebijaksanaan Muhammad

Peletakan kembali hajar Aswad, dll.

KARAKERISTIK KEPEMIMPINAN NABI

MUHAMMAD SAW PRIODE MEKAH

Konsentrasi pada Aqidah

1. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah swt. (QS : al-An’am : 102)

2. Tiada Wali yang layak kecuali Allah swt (QS : al-An’am : 102)

3. Tiada Hakim yang layak diikuti kecuali Allah swt. (QS: al-An’am : 114

Menanamkan Pemahaman bahwa Islam adalah Agama

Universal

1. Menyeru kerabat dekat dengan dakwah “sirri” (QS : as-Syuara’ : 214).

2. Menyeru penduduk Makkah dan sekitarnya dengan dakwah “Jahr” (QS : al-An’am 92).

3. Menyeru untuk alam semesta (QS : al-Anbiya’ : 107)

Pembentukan Akhlak dan

Simbol Sosial*

Ibda’ binafsika, menjadi tonggak

keberhasilan dakwah Rasulullah

19

Page 20: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

saw

4. KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW

PRIODE MADINAH

Setibanya Rasulullah saw di Yastrib atau madiah maka lahirlah komunitas Islam

pertama kali yang bebas dan merdeka dibawah pimpinan nabi Muhammad saw.

Komunitas ini terbentuk dari kaum Muhajirin (pengikut nabi yang datang dari Mekkah)

dan kaum Anshor (penduduk Madinah yng telah memeluk Islam dan mengundang

Rasulullah untuk berhijrah ke madinah.) diantara penduduk Madinah sendiri terdapat

komunitas-komunitas lain yang pada waktu itu terdiri dari sisa Aus, Khazraj, orang-orang

Yahudi, Banu Qoinqo’ Banu Quraizoh, di Fadak, Banu Nadzir yang tidak jauh dari sana

dan Yahudi Khaibar di Utara.* (Zakaria Bashier : 2002 : 12)

Disinilah fase baru dalam kehidupan Muhammad saw dimulai yang sebelumnya

beliau berkonsentrasi pada penegakan akidah dan pokok-pokok akhlak maka disini beliau

telah masuk pada penguatan akidah, pembahasan akhlak, syariat dan meletakkan dasar

politik serta organisasi.

A. Membangun Masjid sebagai Simbol Negara Demokrasi

Masjid dan sholat merupakan pendidikan nilai demokrasi yang sangat berharga

yang tidak perbah ditemukan dalam ritual agama selain agama Islam. Diantara nilai-nilai

demokrasi tersebut adalah

- Hak dan kewajiban yang sama terhadap, tanpak pada peraturan melepas

alas kaki ketika akan masuk masjid.

- Setiap Jamaah yang tiba lebih dahulu berhak mendapatkan posisi terdepan

dalam Masjid tanpa membedakan status sosial dan jabatan.

* Simbol Sosial sangat nyata dari bacaan Tahiyat ketika sholat, ketika Rasulullah saw ditawarkan keselamatan, rahmat dan berkat tanpa melibatkan orang lain sebagaimana disebutkan dalam bacaan tahiyat “assalamu alika ayyuha annabiyu warahmatullahi wabarakatuh” Rasulullah mengalihkan “ujian” tersebut bukan hanya untuk Beliau pribadi tapi memunculkan symbol sifat sosial yang tiada tara dengan kata “assalamu alaina wa ala ibadillahi as-sholihin”. Lihat, Ibnu Hajar al-Asqolani, Fath al-Bari, Jilid 11, hal 66. Hadits No. 6265, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Syaukani, Nail al-Author, Kairo : Dar al-hadits, Juz 2, hal. 633

* lihat peta kota Yatsrib dan sekitarnya, serta masjid Quba yang merupakan mesjib pertama kali dibangun oleh Rasulullah saw.

20

Page 21: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

- Pemilihan imam (pemimpin) berdasarkan kemampuan dan kelayakan

bukan (pilihan nurani) bukan berdasarkan kepentingan pribadi atau

kelompok, dll.

B. Persaudaraan Umat Islam

Ketika kaum muslimin Mekah hijrah ke Madinah, maka masyarakatnya semakin

bercorak heterogen dalam hal etnis dan keyakinan. Untuk itu nabi menempuh dua cara

yaitu, pertama, menata interen kehidupan kaum muslimin, yaitu mempersaydarakan

antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor secara efektif yang bukan didasarkan hubungan

darah atau kabilah, melainkan atas dasar ikatan agama (iman). Kedua, Nabi

mempersatukan antara kaum muslimin dan kaum Yahudi bersama sekutu-sekutunya

melalui perjanjian tertulis yang dikenal dengan ”Piagam madinah”.

Batu dasar yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan

bernegara pada intinya membahas mengenai :

1. Semua pemeluk Islam meskipun berasal dari banyak suku tetapi merupakan satu

komunitas.

2. hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antar anggota komunitas

Islam lain didasarkan atas prinsip-prinsip : (a) Bertetangga baik, (b). Saling bantu

membantu dalam menghadapi musuh secara bersama, (c). Membela mereka yang

teraniaya, (d). Saling menasehati, (e). Menghormati kebebasan beragama. (M.

Doddy Fachrurrosie : 2000 : 103)

Demikianlah, seluruh kota Madinah dan sekitarnya telah benar-benar menjadi

terhormat bagi seluruh penduduk. Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan

mengusir setiap serangan yang datang dari luar, mereka harus bekerjasama antara sesama

mereka guna menghormati segala hak dan segala kebebasan yang sudah disetujui

bersama dalam dokumen tersebut. (Haikal : 1993 : 197)

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa lahirnya piagam Madinah sebagai

pernyataan terbentuknya negara Madinah, sekalipun nabi tidak pernah mengatakan

bahwa Beliau mendirikan negara.

21

Page 22: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

C. Nabi Muhammad sebagai Kepala Negara

Di dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 144 menegaskan bahwa Muhammad saw adalah

seorang Rasul, juga terdapat dalam surat an-Nahl : 44, al-A’raf : 157 dan al-Ahzab : 21.

dalam ayat-ayat tersebut ditemukan bahwa Muhammad saw sebagai Rasul bukan hanya

penyampai dan penjelas keseluruhan wahyu Allahm tetapi juga diberi hak legislatif atau

menetapkan hukum bagi manusia dan menertibkan kehidupan masyarakat. (J. Suyuthi

Pulungan : 1996 : 80)

Perubahan besar yang dialami oleh Nabi dan pengikutnya dari kelompok

powerless (tanpa kekuasaan) menjadi komunitas yang memiliki kekuatan sosial politik

ditandai dengan beberapa peristiwa penting, pada tahun 621 M atau atau yang dikenal

dengan Bai’at al-Aqobah Pertama, sekelompok orang Arab kota Yatsrib berikrar bahwa

mereka tidak akan menyambah selain Allah, akan meninggalkan segala perbuatan jahat

dan mentaati Rasulullah saw dalam segala hal yang benar. Sedangkan pada tahun 622 M,

dikenal dengan Bai’at al-Aqobah Kedua, mereka berjanji akan melindungi Nabi

sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka dan akan mentaati Beliau sebagai

pemimpin mereka. Nabipun dalam kesempatan tersebut berjanji akan berjuang bersama

mereka baik untuk berperang maupun untuk perdamaian. Kedua bai’at itu dianggap

sebagai batu-batu pertama bagi bangunan negara Islam. (J. Suyuti pulungan : 1995 : 78)

Negara Madinah dibentuk dan dipimpin oleh Rasulullah saw, Beliau adalah

seorang Rasul atau wakil Allah yang dikehendaki Allah sendiri untuk menyampaikan

wahyu-Nya dan memberi contoh penerapannya. Beliau juga diberi hak oleh Allah untuk

menetapkan hukumdan hak menertibkan kehidupan masyarakat, baik berdasarkan prinsip

dasar wahyu maupun atas dasar pendapatnya yang disebut dengan ketetapan-ketetapan

Nabi (ahkam an-nabawiyat) disamping kedudukannya sebagai Rasul Allah yang diyakini

sepenuhnya oleh masyarakat muslim, juga mereka terima sebagai pemimpin mereka

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dengan kata lain, Beliau diyakini sebgai pemimpin agama yang menerima wahyu

dan diterima pula sebagai pemimpin politik. Dengan demikian, negara madinah dizaman

Nabi adalah teoraksi, yaitu negara teoraksi Islam. Nabi Muhammad memposisikan

dirinya pda tingkat persamaan dengan warga umat dan menjamin egalitarian bagi semua

22

Page 23: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

pihak, bahkan memberikan peluang kepada para sahabatnya untuk mengemukakan

pendapat mengenai masalah-masalah yang tidak ada penjelasannya dalam wahyu. (J.

Suyuthi Pulungan : 1996 : 86)

Sesuai dengan konsep unsur-unsur penting berdirinya suatu negara, maka dapat

dikatakan masyarakat yang dipimpin oleh Nabi juga merupakan suatu organisasi

masyarakat yang menetap di wilayah tertentu dan memiliki kekuasaan politik dan

kedaulatan yang bebasdan merdeka untuk melaksanakan hukum dan ketertiban dalam

masyarakat. Sedangkan unsur-unsurnya terdiri dari wilayah yaitu Madinah, rakyat yang

terdiri dari golongan-golongan muslim, pemerintah dipegang oleh Nabi dan dibantu oleh

para sahabatnya dan berdaulat berdasarkan pada undang-undang tertulis sebagai

kesepakatan antar golongan untuk membangun masyarakat politik bersama (J Suyuthi

Pulungan : 1995 : 88)

Jelasnya, Muhammad saw berdasarkan fakta historis dan dilihat dari konsep ilmu

politik dan negara mempunyai posisi sebagai kepala negara disamping sebagai Rasul dan

Pemimpin agama. Masyarakat yang dipimpinnya di Madinah disamping sebagai

masyarakat agama, juga sebagai masyarakat politik dapat disebut suatu negara.

C. Mekanisme Pengambilan Keputusan

Dalam hal mekanisme pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang

terjadi sebagaimana petunjuk al-Qur’an nabi mengembangkan budaya musyawarah

dikalangan para sahabatnya, Beliau sendiri meski seorang Rasul amat gemar

berkonsultasi dengan para pengikutnya dalam soal kemasyarakatan tetapi dalam

berkonsultasi Beliau tidak hanya mengikuti satu pola saja, kerapkali Beliau

bermusyawarah hanya dengan beberapa sahabat senior. Tidak jarang pula Beliau hanya

meminta pertimbangan dari orang-orang yang ahli dalam hal yang dipersoalkan atau

profesional. Terkadang Beliau melemparkan masalah-masalah kepada pertemuan yang

lebih besar, khususnya masalah-masalah yang mempunyai dampak bagi masyarakat yang

lebih luas (Munawir Sazali : 1993 : 17).

Dalam al-Qur’an ada dua ayat yang menyatakan pujian terhadap orang-orang

yang melaksanakan musyawarah sebelum mengambil keputusan dan perintah

melaksanakan musyawarah.

23

Page 24: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Dan orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan, mereka mendirikan sholat

sedangkan urusan mereka diselesaikan dengan musyawarah diantara mereka. (QS : as-

Syu’ara : 38)

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam semua urusan dan apabila sudah

mengambil keputusan mengenai suatu perkara maka bertakwalah kepada Allah. (QS : Ali

Imron : 159)

Lain dari pada itu Nabi tidak mengikuti nasehat sahabat. Dalam hal Beliau bersikap

demikian, tidak selalu karena Beliau mendapatkan petunjuk dari Allah swt melalui

wahyu. Dalam beberapa peristiwa Nabi mengambil keputusan yang bertentangan dengan

pendapat sahabat, lalu kemudian turun wahyu yang membenarkan pendapat yang sudah

diterima oleh Nabi itu. (Munawir Sazali : 1993 : 19)

Yang penting dalam pelaksanaan musyawarah dalam pengambilan keputusan

tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ajaran Islam, yaitu kebebasan, persamaan dan

keadilan. Pendapat yang dijadikan keputusan bukan melihat kepada siapa yang

mengemukakan pendapat itu melainkan bagaimana kualitas pendapt dan dampaknya bagi

kemaslahatan umat bukan untuk kepentingan yang bermusyawarah.

KESIMPULAN

Pada priode Mekkah dakwah nabi terlebih dahulu menekankan pembentukan

akidah, karena kondisi masyarakat di Mekah yang masih sangat dipengaruhi masa

jahiliyah, sehingga sudah sepantasnya membentuk akidah agar mampu menyamakan

persepsi tentang Islam kemudian berkembang pada pemahaman bahwa Islam adalah agama

universal dan pembentukan akhlak serta simbol sosial.

Pada priode Madinah fokus dakwah Rasulullah saw telah mencapai tahap pemantapan

akidah dan menjangkau problema-problema sosial kemasyarakatan, sehingga kapasitas Beliau

sebagi seorang pemimpin agama dan kepala pemerintahan semakin tampak dan memberikan

kontribusi berharga yang tak ternilai bagi umat manusia untuk mecapai kemaslahatan duniawi

dan ukhrowi.

24

Page 25: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.

Abu Kholil, Syauqi, Atlas al-Qur’an, Jakarta Timur : almahira, 2005

Al-Asqolani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari Bi Syarhi Shohihi al-Bukhori, Kairo: Dar al-

Hadits, 1998, cetakan I.

Ali, K, Sejarah Islam, Tarikh Pra-Modern, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003.

Al-Qordhowi, Yusuf, Kaifa Nata’amalu ma al-Qur’an al-Azim, Kairo: Darl as-Syuruq,

2000.

An-Nawawi, Imam, Shohih Muslim Bi Syarhi an-Nawawi, Darl- al-Fajri li at-Turats,

1999.

Haikal, Muhammad Husain, Hayat Muhammad, Kairo: Maktabah al-Usroh, Kairo, 2001.

Injil Barnabas.

Injil Perjanjian Lama.

Ismail, Yahya dan Showabi, Said, Muhammad, Sholeh, Ma’a ar-Rasul fi Sairihi wa

Sirotihi. Dirasat Tahliliyat fi as-Sirot an-Nabawiah, Kairo: Maktabah

Ushuluddin al-Azhar.

Khotib, Wadhoh, al-Wajiz fi ulum al-Qur’an, Damaskus: Darl al-Ushoma’, 1999.

25

Page 26: Muhammad Saw Sang Pemimpin Agama Dan Kepala Negara

Munawir Sadjali, Islam dan Tata Negara, Jakarta : UI Press, 1993

M. Doddy Fachrurrozie, Riwayat Nabi Muhammad saw dan Tempat-tempat Suci Agama

Islam, Jakarta : Angkara, 2000

Pulungan, J. Suyuthi, Fiqh Siyasah : Ajaran, Sejarah dan Pemikirannya, Jakarta : Raja

Grafindo Persada. 1995

Pulungan, J. Suyuthi, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam madinah di Tinjau

dari Pandangan al-Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Syalbi, Mahmud, Hayat Rasulillah, Beirut, Darl al-Jail, 1974.

Syaukani, Muhammad, Ali, Muhammad, Nail al-Author, Kairo : Dar al-hadits, 2000, Juz

2, hal. 633

Zakaria, Bashier, Sunshine at Madinah Studies in The Life Of The Prophet Muhammad,

Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

26