motivasi dan kepuasan kerja cover - lppm.moestopo.ac.id · (beragama) al-hamdulillaahi rabbi...
TRANSCRIPT
Pendekatan Psikologi dan Islami
Dr. MUHTADIN, M.A.
DAN KEPUASAN KERJAMOTIVASI
mandalanasionalpublishing
MOTIVASI DAN
KEPUASAN KERJA
Pendekatan Psikologi dan Islami
Dr. Muhtadin, M.A.
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA Pendekatan Psikologi dan Islami
Dr. Muhtadin, M.A. 2014
Editor : Ahmad Sutrisna Desain Sampul : Tim Tata Letak : Tim
Mandala Nasional Publishing Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Cempaka Putih Jakarta Pusat 10530
Cetakan Pertama: September 2014
ISBN: 978-602-14829-8-8
Dicetak oleh Percetakan IPB Bogor – Indonesia Isi diluar tanggung jawab percetakan
--- MOTTO ---
ال تنش نصيبك الدهار اآلخرة ابتغ فيما آتاك الله
ال تبغ إليك أحسن كما أحسن الله من الدنيا
ال الم سد ن ال ساا ف اار إ ه الله
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagian negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan”.
(QS. 28: 77)
مؤمن ى أنثى من عمل صال ا من ذكر أ
لنجز نهيم أجرىم بأحسن ما فلن يينهو حياة طيبت
كانا مل
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. 16: 97)
ليش بخيركم من ترك انياه ال خرتو ال اخرتو
لدنياه حتى صي منيما جمي ا فا الدنيا
بال غ الى االخرة ال تكنا كال على الناس
“Bukanlah merupakan orang yang terbaik di antara kamu
sekalian barangsiapa meninggalkan kehidupan (kepentingan)
dunianya untuk kehidupan (kepentingan) akhiratnya, dan tidak
(pula orang yang meninggalkan) kehidupan akhiratnya untuk
kehidupan dunianya, sehingga ia memperoleh dari kedua-
duanya; karena sesungguhnya kehidupan dunia merupakan
(alat untuk) sampai kepada kehidupan akhirat; dan janganlah
kamu sekalian menjadi beban tanggungan atas orang lain”.
(HR. Ibnu ‘Asakir dari Anas ra.)
--- KATA PENGANTAR ---
Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)
Al-Hamdulillaahi Rabbi al-‘Alamiin, segala
puja-puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang. Shalawat dan
salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, segenap kelurga, sahabat
dan pengikut-pengikutnya.
Saya mendapat kepercayaan untuk memberi
pengantar sebuah buku yang berada di tangan
pembaca yang berjudul Motivasi dan Kepuasan
Kerja: Pendekatan Psikologi dan Islami. Buku ini
bersumber dari disertasi saudara Dr. Muhtadin,
M.A. yang berjudul “Pengaruh Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi
dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja Guru”. Disertasi tersebut
berusaha memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang bisa disarikan menjadi
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apa ada
pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah
terhadap motivasi kerja guru? Apa ada pengaruh
iii
perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kepuasan kerja guru? Apakah ada pengaruh
perilaku kepemimpinan kepala sekolah, budaya
organisasi dan kompetensi pedagogik terhadap
motivasi dan kepuasan kerja guru?
Disertasi yang dipertahankan di depan Dewan
Penguji Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta pada
tanggal 28 September 2013 itu, secara jelas telah
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Dalam buku ini, saudara Muhtadin
menelaah motivasi dan kepuasan kerja dari segi
psikologi dan Islami. Motivasi merupakan salah
satu unsur pokok dalam perilaku seseorang.
Motivasi adalah suatu proses psikologi. Kepuasan
kerja pada dasarnya adalah “security feeling” (rasa
aman) dan mempunyai segi-segi, di antaranya segi
sosial ekonomi dan segi sosial psikologi.
Publikasi buku ini diharapkan dapat menjadi
khazanah keilmuan khususnya yang terkait
dengan motivasi dan kepuasan kerja yang
bersumber pada nilai-nilai Islam dan menjadi
salah satu bahan rujukan dan sumber-sumber
kajian yang relevan dan aktual bagi para pembaca
khususnya para guru dan karyawan.
Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si.
Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
iv
--- KATA PENGANTAR PENULIS ---
Al-Hamdulillaah Rabbi al-‘Alamiin, segala
puja-puji hanyalah milik Allah, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Shalawat dan salam
semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammmad SAW, segenap keluarga, shahabat
dan pengikut-pengikutnya. Hanya berkat taufik,
hidayah dan inayah Allah SWT semata penulis
dapat menyelesaikan buku yang berjudul Motivasi
dan Kepuasan Kerja: Pendekatan Psikologi dan
Islami ini.
Pada dasarnya, buku ini diambil dari
disertasi penulis yang berjudul “Pengaruh Perilaku
Kepemimpinan Kepala Skolah, Budaya Organisasi
dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja Guru SLTA Perguruan Al-Islam
Surakarta”. Tentu saja telah dilakukan modifikasi
di sana-sini agar layak menjadi bentuk buku,
bukan lagi merupakan bentuk disertasi. Untuk itu
penulis sangat berterima kasih kepada saudara
Editor yang telah menyunting buku ini.
Penulis tak lupa menghaturkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. Darwis Hude,
v
M.Si. dan Dr. Zaimudin, M.A. selaku promoter
disertasi penulis. Ucapan serupa dihaturkan pula
kepada Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) Jakarta yang telah memberi
kesempatan dan membantu baik moril maupun
materiil kepada penulis untuk menempuh kuliah
pada Program Doktor.
Penulis juga sangat berterimakasih kepada
Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si. selaku Rektor
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang
ikut mendorong penerbitan buku ini, sekaligus
memberi kata pengantar. Ucapan terima kasih
kami sampaikan pula kepada Penerbit yang telah
menerbitkan buku ini. Kepada istri setia, Dra. Ika
Dyah Damayanti Dewi Prabandari dan anak-anak
tercinta Nur Fadhilah Al-Karimah, Nur Rizqiyah Al-
Karimah dan Nur Imamah Al-Karimah, penulis
pun menyatakan penghargaan yang tinggi, karena
berkat dorongan dan do’a mereka sungguh amat
tinggi bermakna dan mengundang motivasi
tersendiri bagi penulis.
Akhirnya, kepada para pembaca dan
pemerhati masalah motivasi dan kepuasan kerja,
dengan sadar penulis mohon koreksi dan
masukan. Tentu tidak sedikit kekurangan dan
kelemahan terdapat dalam buku ini.
Jakarta, September 2014
Penulis
vi
--- DAFTAR ISI ---
Motto … i
Kata Pengantar Rektor
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) … iii
Kata Pengantar Penulis … v
Daftar Isi … vii
BAB I
PENDAHULUAN … 1
BAB II
MOTIVASI KERJA … 7
1. Pengertian Motivasi … 7
2. Macam-macam Motivasi … 10
2.1. Motivasi Dilihat dari Dasar
Pembentukannya … 10
2.2. Motivasi Menurut Pembagian
Woodworth dan Marquis … 11
2.3. Motivasi Jasmaniah dan Ruhaniah … 12
2.4. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik … 14
3. Hakikat Motivasi Kerja … 17
4. Teori-teori Motivasi … 21
4.1. Teori Motivasi Imam Ghazali … 21
4.2. Teori Kepuasan dan Teori Proses … 39
vii
BAB III
KEPUASAN KERJA … 69
1. Pengertian Kepuasan Kerja … 69
2. Faktor Penyebab Kepuasan Kerja … 76
3. Teori Kepuasan Kerja … 86
3.1. Teori Ketidaksesuaian … 86
3.2. Teori Keadilan … 87
3.3. Teori Dua Faktor … 88
4. Kepuasan Kerja dalam Islam … 90
4.1. Kerja sebagai Ibadah … 91
4.2. Ajaran Islam tentang Kepuasan Kerja
… 99
5. Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja
… 105
6. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja
… 106
BAB IV
PERILAKU KEPEMIMPINAN … 109
1. Pengertian Perilaku Kepemimpinan … 109
2. Kepemimpinan dalam Islam … 113
2.1. Kepemimpinan dalam Al-Qur’an … 121
2.2. Kepemimpinan Rasulullah SAW … 123
2.3. Kriteria Kepemimpinan … 134
3. Pendekatan Studi Kepemimpinan … 139
3.1. Pendekatan Pengaruh Kewibawaan
… 139
3.2. Pendekatan Sifat … 141
3.3. Pendekatan Perilaku … 143
3.4. Pendekatan Situasional … 144
viii
4. Fungsi Kepemimpinan … 146
5. Gaya Kepemimpinan … 153
6. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan
Motivasi Kerja … 159
7. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan
Kepuasan Kerja … 161
BAB V
BUDAYA ORGANISASI … 163
1. Definisi Budaya Organisasi … 163
2. Fungsi Budaya Organisasi … 165
3. Pembentukan Budaya Organisasi … 169
4. Unsur Budaya Organisasi … 188
5. Hubungan Budaya Organisasi dengan
Motivasi Kerja … 190
6. Hubungan Budaya Organisasi dengan
Kepuasan Kerja … 192
DAFTAR PUSTAKA … xi
PROFIL PENULIS … xix
ix
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 1
BAB I
PENDAHULUAN
otivasi merupakan daya dorong
seseorang untuk melakukan kegiatan
tertentu. Sebagai contoh, seorang guru
menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi
untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi, maka
ia tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar,
atau jika dia mengajar karena terpaksa saja.
Keberhasilan guru dalam mengajar karena
motivasi, ini sebagai pertanda apa yang telah
dilakukan oleh guru itu telah menyentuh
kebutuhannya. Guru yang termotivasi dalam
bekerja, maka akan menimbulkan kepuasan kerja,
karena kebutuhan-kebutuhan guru yang
terpenuhi mendorong guru meningkatkan
kinerjanya.
Supriadi, menyatakan bahwa “Motivasi
berkaitan erat dengan kesejahteraan, kondisi
kerja, kesempatan untuk pengembangan karier,
M
2 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dan pelayanan tambahan terhadap guru (Dedi
Supriadi, 2000: 20).
Tujuan akhir dari seorang pekerja terhadap
pekerjaannya adalah tercapainya kepuasan kerja.
Pekerja yang profesional idealnya selalu berupaya
untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal,
sehingga dapat mencapai kepuasan atas
pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan salah satu
faktor penting untuk mendapatkan hasil kerja
yang optimal. Menurut Siagian, kepuasan kerja
dapat memacu prestasi kerja (kinerja) yang lebih
baik. Oleh karena itu, ketika seseorang merasakan
kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan
berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk
menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan
demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai
akan meningkat secara optimal (Sondang P.
Siagian, 2003: 297).
Oleh karena itu, seyogyanya para pemimpin
berusaha untuk memahami para pekerja dan
mengupayakan agar mereka memperoleh
kepuasan dalam menjalankan tugasnya. Sebab,
perilaku kepemimpinan berdampak pada
kepuasan kerja. Pimpinan tertinggi harus dapat
mengupayakan peningkatan kinerja bawahanya
melalui berbagai program pembinaan yang dapat
dilakukan.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 3
Menurut Hanafi, perilaku pemimpin juga
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja.
Berdasarkan penelitiannya faktor gaji memang
menjadi faktor utama, sebab gaji merupakan
output atau hasil dari sebuah proses kerja.
Kesesuaian antara besarnya tanggung jawab dan
besarnya gaji ini menjadi bahan pertimbangan
bagi karyawan untuk menerima atau menolak
sebuah pekerjaan. Faktor kedua adalah perilaku
pemimpin, di mana perilaku pemimpin memiliki
dampak yang signifikan terhadap sikap karyawan,
perilaku dan kedisiplinan karyawan. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah
lingkungan kerja. Hubungan kerja yang erat dan
saling membantu antara sesama pegawai, antara
bawahan dengan atasan akan mempunyai
pengaruh yang baik pula terhadap tingkat
kepuasan kerja pegawai (Hanafi, 21 November
2010).
Oleh karena itu, para pemimpin harus
mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan
kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk
memimpin. Mereka harus dapat memperhatikan
kebutuhan dan perasaan orang-orang yang
bekerja, sehingga kinerja mereka selalu terjaga.
Pola hubungan atasan-bawahan yang hanya
mengandalkan kekuasaan sebaiknya dihindari,
dan sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama
fungsional. Ia juga harus menghindarkan diri dari
4 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
one man show, sebaliknya harus menekankan
pada kerja sama kesejawatan, menghindari
terciptanya suasana kerja yang serba
menakutkan, dan sebaliknya perlu menciptakan
keadaan yang membuat semua stakeholders
percaya diri.
Kepuasan kerja yang tinggi juga terkait
dengan budaya organisasi dan dapat memberikan
keuntungan nyata bagi stakeholders organisasi.
Karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi
akan bekerja dengan semangat sehingga
memberikan peluang untuk mencapai hasil kerja
yang tinggi. Pengaruh budaya organisasi dalam
mendorong kepuasan kerja juga terasa sangat
penting, karena para karyawan akan terdorong
menyelesaikan pekerjaannya secara konsisten.
Salah satu teori tentang kepuasan kerja
kaitannya dengan budaya organisasi dikemukakan
oleh Malayu S.P. Hasibuan, bahwa kepuasan kerja
harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral
kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan
karyawan meningkat (Malayu S.P. Hasibuan,
2008: 202). Kepuasan kerja adalah sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral
kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja, Kepuasan
kerja dinikmati dalam pekerjaan, di luar
pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 5
Budaya organisasi menggambarkan suasana
dan hubungan kerja antara sesama karyawan,
antara karyawan dengan pimpinan, antara
karyawan dengan pihak-pihak terkait lainnya.
Hubungan yang kondusif ini sangat dibutuhkan
agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan lebih efektif. Budaya organisasi
merupakan keyakinan, sikap, dan nilai yang
dimiliki sehingga menjadi identitas yang melekat
pada organisasi.
Budaya organisasi dapat dibentuk,
diciptakan, dan direkayasa agar sinergis dengan
cita-cita organisasi. Oleh karenanya, tugas
pimpinan adalah membangun budaya organisasi
agar sejalan dengan visi dan misi organisasi. Jika
hal itu berjalan dengan efektif, diharapkan para
karyawan dapat bekerja dengan nyaman, aman,
dan memiliki kepuasan kerja tinggi.
6 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 7
BAB II
MOTIVASI KERJA
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata Latin
"Motive" yang berarti dorongan, daya penggerak
atau kekuatan yang terdapat dalam diri organism
yang menyebabkan organism itu bertindak atau
berbuat. Selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris
motivation berarti pemberian motif, penimbulan
motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau
keadaan yang menimbulkan dorongan.
W.H. Haynes dan J.L. Massie dalam
Manulang mengatakan: "motive is a something
within the individual which incities him to action"
(Manullang M., 2001: 165). Motif adalah sesuatu
yang timbul pada seseorang untuk bertindak.
Motivasi dapat pula berarti sebagai faktor
yang mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu. Hasibuan menyatakan bahwa:
motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
8 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan organisasi (Malayu S.P.
Hasibuan, 2001: 72).
Wahyosumijo mengemukakan pengertian
motivasi sebagai konsep manajemen dalam
kaitannya dengan kehidupan sekolah dan
kepemimpinan, adalah sebagai berikut: “Motivasi
adalah dorongan kerja yang timbul pada diri
sendiri untuk berperilaku dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan”. (Wahyosumidjo, 1999: 25)
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu
proses psikologi yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan persepsi, dan keputusan
yang terjadi pada diri seseorang. Proses psikologi
timbul diakibatkan oleh faktor di dalam maupun
luar diri seseorang itu sendiri yang disebut
intrinsic dan extrinsic.
Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa
kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan
atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau
ke masa depan. Sedang faktor dari luar diri dapat
ditimbulkan oleh berbagai faktor-faktor lain yang
sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik
maupun faktor instrinsik, motivasi timbul karena
adanya rangsangan. Tingkah laku bawahan dalam
kehidupan organisasi pada dasarnya berorientasi
pada tugas, artinya bahwa tingkah laku bawahan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 9
biasanya didorong oleh keinginana untuk
mencapai tujuan yang harus selalu diamati,
diawasi, dan diarahkan dalam rangka
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan
organisasi.
Berkaitan dengan pengertian motivasi,
beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai
konstruk hipotetis yang digunakan untuk
menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan
keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan.
Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan
seseorang terhadap sesuatu. (Hamzah B. Uno,
2011: 4)
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu
dorongan yang timbul karena adanya rangsangan
dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang
berkeinginan untuk mengadakan perubahan
tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih
baik dari keadaan sebelumnya, dengan sasaran
sebagai berikut:
a) Mendorong manusia untuk melakukan
suatu aktivitas yang didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini,
motivasi merupakan motor penggerak dari
setiap kebutuhan yang akan dipenuhi,
10 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
b) Menentukan arah tujuan yang hendak
dicapai, dan
c) Menentukan perbuatan yang harus
dilakukan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
motivasi kerja guru misalnya, dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang mendorong seorang guru
untuk bekerja agar berprestasi, lebih maju,
mendapatkan pengakuan, tertarik pada
profesinya, tanggung jawab, ingin selalu naik
pangkat, mendapatkan gaji yang memadai, dan
lain-lainnya.
2. Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis
motivasi, Sardiman menyatakan bahwa macam
atau jenis motif itu dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. (Sardiman, 1987: 85-90). Dengan
demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu
sangat bervariasi. Adapun sudut pandang tersebut
antara lain adalah:
2.1. Motivasi Dilihat dari Dasar
Pembentukannya
a) Motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif
yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada
tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 11
dorongan untuk makan, dorongan untuk
minum, dorongan untuk bekerja, dorongan
untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-
motif ini seringkali disebut motif-motif yang
disyaratkan secara biologis.
b) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,
dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam
masyarakat. Motif-motif ini seringkali
disebut dengan motif-motif yang
diisyaratkansecara social. Sebab manusia
hidup dalam lingkungan social dengan
sesame manusia yang lain, sehingga
motivasi itu terbentuk. Frandsen,
mengistilahkan dengan affiliative needs.
Sebab justru dengan kemampuan
berhubungan, kerja sama di dalam
masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri.
Sehingga manusia perlu mengembangkan
sifat-sifat ramah, kooperatif, membina
hubungan baik dengan sesama, apalagi
dengan orang tua dan guru.
2.2. Motivasi Menurut Pembagian dari
Woodworth dan Marquis
a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi
misalnya: kebutuhan untuk minum, makan,
12 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan
untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis
physiological drives dari Frandsen
sebagaimana telah disinggung di atas.
b) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam
jenis motif ini antara lain: dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, untuk berusaha, untuk
memburu. Jelasnya motivasi ini timbul
karena rangsangan dari luar.
c) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini
menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, untuk menaruh minat. Motif-
motif ini muncul karena dorongan untuk
dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
2.3. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis
motivasi itu menjadi dua jenis yaitu motivasi
jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk
motivasi jasmaniah seperti misalnya: refleks,
insting, otomatis, nafsu. Sedangkan yang
termaksuk motivasi rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan pada setiap diri manusia
terbentuk melalui empat momen, yaitu:
a) Momen timbulnya alasan
Sebagai contoh seorang pemuda yang
sedang giat berlatih olah raga untuk
menghadapi suatu porseni di sekolahnya,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 13
tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk
mengantarkan seseorang tamu membeli tiket
karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. Si
pemuda itu kemudian mengantarkan tamu
tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi
timbul alasan baru untuk melakukan
sesuatu kegiatan (kegiatan mengantar).
Alasan baru itu bisa karena untuk
menghormati tamu, atau mungkin keinginan
untuk tidak mengecewakan ibunya.
b) Momen pilih
Momen pilih, maksudnya dalam
keadaan pada waktu ada alternatif-alternatif
yang mengakibatkan persaingan di antara
alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian
seseorang menimbang-nimbang dari
berbagai alternatif untuk kemedian
menetkan pilihan alternatif yang akan
dikerjakan.
c) Momen putusan
Dalam persaingan antara berbagai
alasan, sudah barang tentu akan berakhir
dengan dipilihnya satu alternatif. Satu
alternatif yang dipilih inilah yang menjadi
putusan untuk dikerjakan.
d) Momen terbentuknya kemauan
Kalau seseorang sudah menetapkan
satu putusan untuk dikerjakan, maka
timbullah dorongan pada diri seseorang
14 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
untuk bertindak, melaksanakan putusan
itu.
2.4. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh seseorang yang senang membaca, tidak
usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia
sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan
belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, siswa itu melakukan
belajar, karena betul-betul ingin mendapat
pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat
berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak
karena tujuan yang lain-lain.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki
motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, berpengetahuan, yang ahli
dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan
untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah
belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat
pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 15
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada
suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu
muncul dari kesaadaran diri sendiri dengan tujuan
secara esensial, bukan sekedar simbol dan
seremonial.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besok paginya akan ujian
dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga
akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi
yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan
nilai yang baik, atau mendapat hadiah. Jadi kalau
dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung bergayut
dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat
juga dikatakan sebagi bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
(Sardiman, 1987: 85-90)
Motif instrinsik lebih kuat dari pada motif
ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus
berusaha menimbulkan motif-motif instrinsik
dengan menumbuhkan dan mengembangkan
16 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
minat mereka terhadap bidang-bidang studi yang
relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran
yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan
instruksional pada saat pembelajaran akan
dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan
mencapai sasaran.
Berikut beberapa hal yang dapat
menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain adalah:
(1) Pendidik memerlukan anak didiknya,
sebagai manusia yang berpribadi,
menghargai pendapatnya, pikirannya,
perasaannya, maupun keyakinannya.
(2) Pendidik menggunakan berbagai metode
dalam melaksanakan kegiatan
pendidikannya.
(3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan
dan juga pengarahan kepada anak didiknya
dan membantu apabila mengalami
kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun
akademis.
(4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan
yang luas dan penguasaan bidang studi
materi yang diajarkan kepada peserta
didiknya.
(5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta kasih
dan sifat pengabdian kepada profesinya
sebagai pendidik (Hamzah B. Uno, 2011: 4).
Semua ciri tersebut harus dimiliki oleh
pendidik dalam upaya memberikan motivasi
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 17
kepada peserta didiknya dan mengabdi pada
profesinya sebagai pendidik.
3. Hakikat Motivasi Kerja
Tidak jarang ditemukan orang yang kurang
memiliki gairah dalam melakukan tugasnya, yang
berakibat kurang berhasilnya tujuan yang ingin
dicapai. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah kurangnya motivasi orang
tersebut. Motivasi dapat dipandang sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling, dan didahului
dengan tanggapan adanya tujuan (Sardiman,
1987: 73). Pernyataan ini mengandung tiga
pengertian, yaitu bahwa:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu,
2) Motivasi ditandai oleh adanya rasa atau
feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini,
motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan,
afeksi, dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia, dan
3) Motivasi dirancang karena adanya tujuan.
Motivasi muncul dari dalam diri seseorang,
tetapi kemunculannya karena rangsangan atau
dorongan oleh adanya unsur lain, dalam hal ini
adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut soal
kebutuhan.
18 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Sejalan dengan itu, Purwanto mengatakan
bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah:
1) Sebagai motor penggerak bagi manusia,
ibarat bahan bakar pada kendaraan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah
perwjudan suatu tujuan atau cita-cita
3) Mencegah penyelewengan dari jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan,
dalam hal ini makin jelas tujuan, maka
makin jelas pula bentangan jalan yang harus
ditempuh
4) Menyeleksi perbuatan diri, artinya
menentukan perbuatan mana yang harus
dilakukan, yang serasi guna mencapai
tujuan dengan menyampingkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
(Ngalim Purwanto, 2007: 71).
Kerja dan bekerja sudah menjadi kebutuhan
seseorang, oleh karena itu kerja merupakan:
a) Aktivitas dasar dan dijadikan bagian
esensial dari kehidupan manusia.
b) Kerja memberikan status dan mengikat
seseorang kepada individu lain dan
masyarakat.
c) Pada umumnya, wanita maupun pria
menyukai pekerjaan, jadi mereka suka
bekerja.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 19
d) Moral pekerja dan pegawai tidak mempunyai
kaitan langsung dengan kondisi fisik atau
material dari pekerjaan, dan
e) Insentif kerja.
Dalam motivasi kerja, Allah berfirman antara
lain:
ة اىغ اى عاى عرشد ئ اى سعى ين ع يا فغش الله قو اع
ي ذ ا مر ت ادج فث ن اىله
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan”. (QS. 9: 105)
ث أ رمش أ ن و و عا أ ال أظع ع ست … فاعرجاب ى
“Maka Tuhan mereka memperkenankan
permohonannya dengan berfirmaan: Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun
perempuan…”. (QS. 3: 195)
ىجضه فيذه داج غثح ئ أث رمش أ و صاىذا ع
ي ا ماا تؤدغ أ ش
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami beri
20 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. 16: 97)
ه عزات ىلذذ ا م شذ ى صذهن نشذ ى ستن ار ذؤره
“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan,
„Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih‟. (QS. 14: 7)
ال ي اى أع ف ى يا ا ع ه ىنو دس اخ
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut
apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah
mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.
(QS. 46: 19)
Dalam melakukan pekerjaan, biasanya
seseorang tidak selamanya hanya dipengaruhi oleh
motivasi ekstrinsik seperti kepenuhan keuangan
semata, tetapi motivasi intrinsik merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan. Motivasi intrinsik
tersebut antara lain kebanggaan akan dirinya
dapat melakukan sesuatu pekerjaan yang orang
lain belum tentu mampu melakukannya,
kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau minat yang
besar terhadap tugas atau pekerjaan yang
dilakukan selama ini. Oleh karena itu, motivasi
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 21
kerja tidak hanya berwujud kepentingan ekonomi
saja, tetapi bisa juga berbentuk kebutuhan psikis
untuk lebih melakukan pekerjaan secara aktif.
4. Teori-Teori Motivasi
4.1. Teori Motivasi Imam Ghazali
Imam Ghazali (450H/1058M-505H/1111M),
menyatakan bahwa dalam tubuh manusia terdiri
dari empat unsur, yaitu al-qalbu, al-ruh, an-nafs
dan al-„aql. (Imam Ghazali, 2013: 273).
1. al-Qalbu (hati)
Kata al-qalbu (hati) memiliki dua makna
yaitu:
Pertama; adalah daging kecil yang terletak di
dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya ada
rongga yang berisi darah hitam. Daging ini menjadi
sumber dan tempat bagi roh. Daging ini juga
terdapat pada binatang dan orang mati. Al-Qalb
atau jantung ini dalam istilah Indonesia lebih
dikenal dengan nama “hati” yang merupakan
pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh manusia.
Kedua; adalah al-qalbu dalam makna ”jiwa”,
yaitu sesuatu yang halus (lathifah), bersifat
ketuhanan (rahbaniyah), dan ruhaniyah (tak
berbentuk), yang berkaitan dengan hati secara
fisik tadi. (Imam Ghazali, 2012: 6)
Lathifah (yang halus) itu adalah hakikat diri
manusia. Ia mampu menangkap pengetahuan
22 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
tentang Allah dan hal-hal spiritual lainnya, yang
tak mungkin dicapai dengan akal pikiran semata.
Itulah manusia yang menerima perintah dan
larangan Tuhan, yang akan dihukum dan diberi
pahala sebagai konsekwensi atas apa yang
diperbuatnya saat hidup di dunia.
Hati dalam pengertian yang kedua ini (jiwa)
tetap berhubungan dengan hati secara fisik.
Namun untuk mengetahui letak hubungan itu
bukanlah hal yang mudah bagi kebanyakan orang
awam. Hubungan itu begitu eratnya, seperti
hubungan atau kaitan antara sifat dan benda yang
disifati, misalnya mesin dengan orang yang
menggunakan mesin itu, atau antara rumah
dengan penghuninya.
Makna yang kedua ini juga dapat diartikan
sebagai bisikan halus robbaniyah (ketuhanan)
yang berhubungan langsung dengan hati yang
berbentuk daging. Bisikan halus rabbaniah inilah
yang dapat mengenal Allah SWT, dan memahami
apa yang tidak dapat dijangkau oleh khayalan dan
angan-angan, inilah hakikat manusia yang dikenai
khitab (titah hukum), dan penjelasan ini
diisyaratkan oleh firman Allah SWT dalam Surat
Qaf ayat 37:
ي ذ إ يبي ي ذ ه ذ ي ذ ك ذ ي لن ك ذ ي ذ ك ي ذ هي ذ ك ب ي ذ اذ اك ي ذ إ ك ذ ي إ ذ ي إ ي ذ إ ذ إان
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 23
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati”. (QS. 50: 37)
Jika yang dimaksud dengan hati (al-qalbu)
dalam ayat ini adalah gumpalan daging kecil,
maka semua orang memilikinya, namun yang
dimaksud di sini adalah orang-orang yang
mempunyai akal. Dengan demikian tidak semua
orang memilikinya, karena tidak semua orang
berakal.
Jika manusia telah memahami hal ini, maka
hubungan bisikan robbaniyah yang sangat halus
dengan hati yang berbentuk daging adalah
hubungan yang sangat dalam (samar) yang tidak
dapat diketahui dengan penjelasan-penjelasan,
jadi tergantung pada persaksian mata hati. Situasi
ini dapat diilustrasikan dengan perumpamaan
sebagai berikut; bisikan robbaniyah ibarat seorang
raja, sedangkan dagingnya laksana istananya. Jika
hubungan keduanya seperti halnya hubungan
benda-benda, maka tidak benar jika dikatakan
bahwa bisikan rabbaniyah dapat berpindah dari
satu hati ke hati manusia lain.
2. al-Ruh
Kata al-ruh (roh) juga memiliki dua arti,
yaitu:
24 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Pertama, ruh dalam pengertian biologis,
yaitu benda halus yang bersumber dari dalam
rongga hati, yang menyebar ke seluruh bagian
tubuh melalui pembuluh darah. Benda itu
menyebar dengan membawa kekuatan perasaan,
penglihatan, pendengaran, dan penciuman, serta
kekuatan anggota badan lainnya. Itulah yang
disebut “nyawa” (hidup). Itu ibarat pantulan
cahaya dari sebuah pelita yang menerangi sudut-
sudut rumah. Hidup itu laksana cahaya dan
nyawa itu pelitanya. Ruh dalam pengertian
“nyawa” inilah yang dimaksud oleh para ilmuwan;
yakni gas atau uap halus yang terjadi karena
proses panas tertentu oleh hati (jantung).
Kedua, ruh dalam makna yang hakiki, yaitu
sesuatu yang halus dan bersifat non materi dalam
diri manusia, yang lazim disebut sebagai “jiwa”,
bukan nyawa (Imam Ghazali, 2012: 8). Makna ruh
inilah yang menjadi focus kalangan ulama dalam
mengobati hati manusia. Ruh atau jiwa ini adalah
sifat halus dalam diri manusia yang dapat
mengetahui segala sesuatu dan dapat menangkap
segala pengertian, berkaitan sekali dengan makna
al-qalbu yang telah dijelaskan sebelumnya. Ruh
bersifat rabbaniyah, dan akal manusia tidak
sanggup menjangkau atau mencerna hakikat yang
sebenarnya.
Allah Ta‟ala telah berfirman tentang ruh ini:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 25
ي إ ني ذ إ يالي ي ك إ ك إ اك ي إ ه ك ه وإ و ي ذ بإ ي ذ ذ ي ي ذ ك إ اك ي إ ي ر وه ي ر وإي ه ك ي ذاك ه وذ ذذ ذ ذلك
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh,
katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya ruh itu
termasuk urusan Tuhanku”. (QS. 17: 85)
3. An-Nafs (Nafsu)
Kata an-nafs atau nafsu ini juga mempunyai
dua makna:
Pertama, makna yang meliputi kekuatan
sifat marah, syahwat, dan sifat-sifat tercela lainnya
pada manusia. Nafs dalam pengertian seperti
inilah yang lazim digunakan oleh para ulama
tasawuf. Menurut mereka, nafsu adalah tempat
berhimpunnya sifat-sifat tercela pada manusia,
maka nafsu itu harus dilawan dan ditundukkan.
Inilah yang diisyaratkan oleh sabda Nabi
saw, sebagai berikut:
أعذ عذك غل اىر ت ثل
“Musuhmu yang paling utama adalah nafsumu
yang terletak di antara kedua lambungmu”.
(HR. al-Baihaqi)
Kedua, an-nafsu bermakna “jiwa”, atau
sesuatu yang halus (lathifah) dalam diri manusia,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
dan merupakan hakikat atau substansi manusia.
Akan tetapi, nafs disini memiliki beberapa sifat
yang sesuai dengan keadaannya. Bila nafs menjadi
26 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
tenang dan mampu melenyapkan syahwat, maka
nafsu seperti ini disebut dengan istilah an-nafs al-
muthmainnah (nafsu yang tenang).
Allah SWT, berfirman dalam surat al-Fajr
ayat 27 dan 28:
ئإونةهي طك ذ ي ك ه اإ نةاليي(27) ذ ي ذ نوه ذ ي ونفكسه ي ذ اإ ذةالي ذ ك ك إ إ ي إ ذ ي ذ بإ إ
“Wahai nafsu yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan ridha dan diridhai”.
(QS. 89: 27-28)
Nafsu dalam pengertian yang pertama sulit
dibayangkan akan kembali kepada Tuhannya.
Sebaliknya justru akan menjauh dari-Nya karena
ia termasuk tentara-tentara setan.
Apabila ketenangan nafsu itu tidak dapat
maksimal atau sempurna, namun selalu mencela
dan melawan kemaksiatan atau keinginan
syahwat, maka nafsu seperti ini disebut dengan
istilah an-nafs al-lawwamah (nafsu atau jiwa yang
mencela diri). Sebab, ia selalu mencela orang yang
lalai menjalankan ibadah. Hal ini sebagaimana
firman Allah Ta‟ala dalam surat al-Qiyamah ayat 2
sebagai berikut:
ةإي ي ن ن ذ ه كلإ هي إ ونفكسإ ذ ي
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)”. (QS. 75: 2)
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 27
Jika nafsu (jiwa) sudah tidak mampu
menentang atau melawan syahwat, bahkan
menyerah serta patuh kepada keinginan syahwat
dan ajakan-ajakan setan, maka nafsu seperti ini
disebut an-nafsu al-ammarah bis suu‟i (nafsu yang
selalu mengajak kepada keburukan). Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yusuf
ayat 53 sebagai berikut:
ي ذ إ بي ي ذ بإ ي ذفه ب ي ذ بإ ي إان ي إ ني ذ ي ذ إ ذ ي ذ ن ذ بي إ لر وإ ي ونفكسذ يوذفكلإ ي إان ه ذ بإ ه ذ ذ ي
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
(QS. 12: 53)
Boleh saja dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan suka mengajak kepada keburukan itu
adalah nafsu dalam pengertian pertama, yaitu
nafsu yang yang dipenuhi syahwat-syahwat dan
sifat-sifat tercela lainnya.
Jadi, nafsu dalam pengertian pertama itu
sangat tercela. Sedangkan nafsu dalam pengertian
kedua itu terpuji. Ini karena secara zat dan
hakikatnya, ia adalah nafsu (jiwa) manusia, yang
mengetahui Allah SWT, dan berbagai pengetahuan
lainnya.
28 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Nafsu amarah ini merupakan tingkat nafsu
terendah, sedangkan nafsu muthmainnah adalah
derajat nafsu tertinggi. Sedang di antara kedua
nafsu itu ada nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang
mencela kejahatan dan tidak cenderung kepada
perbuatan itu tapi tidak pula bisa tenang dalam
kebaikan, seperti zikir kepada Allah SWT.
4. Al-„Aql (Akal)
Kata al-„aql itu mempunyai banyak makna
yang beragam, namun dalam hal ini ada dua
makna.
Pertama, pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu di alam materi. Jadi akal itu ibarat
sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati (jiwa).
Kedua, kadang-kadang yang dimaksudkan
dengan akal adalah “yang memperoleh
pengetahuan” itu, yaitu “hati” (yang halus). Jadi,
ilmu itu suatu sifat yang bertempat di sana (akal)
(Imam Ghazali, 2012: 11-12)
Dengan demikian, akal bisa diartikan
sebagai “sifat orang yang berilmu” dan bisa pula
diartikan sebagai “tempat pengetahuan” atau
“yang mengetahui”. Inilah yang dimaksud hadits
Rasulullah saw:
أه ا خيق هللا اى قو
“Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah
akal”
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 29
Sifat dari akal adalah immateri, tapi sifat itu
tidak akan ada tanpa sesuatu yang bersifat
memberi. Jadi tempat akal harus ada lebih dulu
atau bersaman dengan itu. Ilmu atau pengetahuan
adalah isi dari akal dan diciptakan lebih dulu oleh
Allah.
Sesungguhnya ilmu itu sifat dari akal yang
tak mungkin kita gambarkan (immateri). Dan, sifat
itu pasti ada pada suatu tempat atau benda
(materi). Karena itu, tempat atau benda tersebut
sudah ada lebih dulu sebelum sifatnya, atau ada
bersamaan dengan sifat itu.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman kepada
akal, “Menghadaplah kemari!”. Maka akal pun
menghadap. Lalu Allah berfirman, “Berbaliklah”.
Maka akalpun berbalik membelakangi.
***
Dengan demikian telah jelas bahwa yang
dimaksud dengan hati, ruh, nafs, dan akal dalam
berbagai ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits
Rasulullah saw, adalah bisikan halus rabbaniyah.
Sahl at-Tustasi berkata: “Hati laksana singgasana
dan dada menjadi kursinya”. Ucapan ini
menunjukkan bahwa yang dimaksud “hati” oleh
at-Tustasi adalah bukan gumpalan daging yang
berisikan darah hitam (melainkan bisikan halus
rabbaniah). Rasulullah SAW juga bersabda:
30 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
ا ف اىجغذ عغح ارا صيذد صيخ صيخ اىجغذ مي ارا فغذخ فغذ
سا اىثخاس. اىجغذ مي أال اىقية
“Dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang
jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika
ia buruk , maka buruklah seluruh tubuh, itulah
hati”. (HR. Bukhari)
Sebagai unsur motivasi, menurut al-Ghazali
sebuah perilaku terjadi karena peran dari junudu
al-qalb atau tentara hati. Dalam hal ini, hati
memiliki dua macam tentara, yaitu tentara yang
dapat dilihat dengan mata kepala, dan tentara
yang hanya bisa dilihat dengan mata hati
(bashirah). Hati itu sendiri posisinya seperti raja,
sedang tentara-tentaranya bertindak sebagai
pembantu atau pelayanannya.
Tentara hati yang tampak oleh mata kepala
kita adalah tangan, kaki, mata, telinga, lidah,
mulut, dan semua anggota tubuh lainnya, baik
yang nampak dari luar maupun yang ada di dalam
tubuh. Semuanya melayani dan tunduk kepada
hati. Mereka tunduk secara naluriah, tak bisa
menentang sedikitpun (Imam Ghazali, 2012: 15).
Ketika mata disuruh oleh hati untuk
terbuka, maka terbukalah ia. Dan ketika kaki
disuruh oleh hati untuk bergerak melangkah,
maka melangkahlah ia. Begitu pula lidah disuruh
untuk berbicara, maka berbicara.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 31
Begitulah karakter atau naluri anggota-
anggota tubuh kita. Kepatuhan tubuh dan indera
kepada hati, dari satu segi menyerupai kepatuhan
dan ketaatan para malaikat kepada Allah. Malaikat
memang diciptakan hanya untuk berbakti dan
tidak dapat menentang Tuhan, tak pernah
mangkir terhadap perintah Tuhan. Segala perintah
selalu mereka kerjakan. Allah Ta‟ala berfirman
dalam surat al-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:
ي ذ ك إ ذ ذ هي ذ ذ ك ذ ي يوذ الي ذ ه يه ذ ي ون سه ي ذ ذ ك إ ه ك وه ي ه ي ذوفهلذ ه ك يآ ذ ذ ي ذ ر ذ ي ن إ اذ
ي ذ ي ه ك ذ ه اذي ي ذ ذفك ذ ه اذ ذي ذ ي ذ ذ ذ ه ك ي ان يذ يبي ي ذ ك ه اذ يالبي إ يئإ ذةبي إ ذ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dank eras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. 66: 6)
Hanya ada satu segi yang membedakan
antara ketaatan malaikat dan ketaatan anggota
tubuh tadi. Malaikat selalu taat dan patuh kepada
Allah, sementara mata hanya taat dan tunduk
kepada hati atas dasar taskhir atau ketundukan.
Mata tidak mendapatkan pengalaman baik dari
dirinya atau dari kepatuhannya terhadap hati.
Para tentara itu amat dibutuhkan oleh hati
dalam perjalanan-Nya kepada Allah, yang harus
32 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
melewati beberapa fase atau terminal sebelum
bertemu dengan-Nya. Kebutuhan itu seperti
halnya bekal makanan dan kendaraan yang amat
dibutuhkan oleh tubuh kita dalam melakukan
suatu perjalanan. Dan memang untuk itulah
(bertemu Allah) hati diciptakan. Allah berfirman
dalam surat al-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
ي إ ني إ ذ ك هيه اإي وسذ ي ذ اإ ان ي ك إ ذ ذ ي ذ ذ ك ه
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,
kecuali hanya untuk mengabdi kepada-Ku”.
(QS. 51: 56)
Tubuh menjadi kendaraan bagi hati (jiwa)
menuju Tuhan, sedangkan ilmu menjadi bekal
makanannya. Untuk menjadikan ilmu sebagai
bekal adalah dengan melakukan amal-amal shalih.
Seorang hamba Allah tidak mungkin sampai
kepada Tuhannya sebelum badannya tenang (mati)
atau sebelum ia meninggalkan dunia ini.
Dunia yang dekat ini harus ditinggalkan
terlebih dahulu untuk dapat mencapai tempat
yang lebih jauh. Dunia ini adalah ladang untuk
menanam amal-amal shalih bagi kepentingan
akhirat dan tempat untuk membimbing diri.
Tempat ini disebut duniya yang dekat karena
merupakan terminal terdekat di antara banyak
terminal lainnya. Jadi amatlah dibutuhkan untuk
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 33
menyiapkan bekal saat hidup di dunia ini, yaitu
berupa amal-amal shalih.
Badan atau tubuh adalah kendaraan yang
membawa hati ke terminal dunia ini. Maka, tubuh
harus selalu dijaga dan dilindungi, dengan cara
mengisinya dengan bekal makanan dan hal-hal
yang dapat membuatnya sakit atau bahkan
membinasakannya.
Dalam kaitan ini kita memerlukan dua
tentara, yaitu:
a) Tentara bathiniyah yang bersifat
tersembunyi, yaitu syahwat kepada
makanan dan minuman.
b) Tentara lahiriyah, yaitu tangan dan
organ-organ tubuh kita lainnya yang
berperan dalam mendatangkan makanan
dan minuman itu. (Imam Ghazali, 2012:
18)
Allah Ta‟ala telah menciptakan syahwat
pada makanan dan minuman itu dalam jiwa kita
karena itu amat dibutuhkan untuk memelihara
tubuh, serta menjadikan anggota-anggota tubuh
sebagai alat untuk memenuhi syahwat tersebut.
Begitu pula untuk menangkal musuh-
musuh dari luar yang dapat membinasakan tubuh
diperlukan dua tentara, yaitu:
a) Tentara bathiniyah, berupa “marah” yang
berguna untuk menangkal semua
34 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
bahaya dan menuntut balas kepada
musuh.
b) Tentara lahiriah, berupa tangan, kaki dan
lain sebagainya yang dapat dipergunakan
untuk bertindak sepanjang kemauan
amarah tadi.
Jadi, fungsi anggota-anggota badan itu
laksana senjata atau instrumen. Orang yang
membutuhkan makanan tapi tidak mengenal
makanan tersebut, maka tak ada gunanya, ia
punya keinginan dan selera terhadap makanan.
Dan untuk mengenal makanan itu, juga
diperlukan adanya dua tentara yaitu:
a) Tentara batiniah, berupa daya
pendengaran, penglihatan, penciuman,
rabaan kulit, dan pengecapan lidah.
b) Tentara lahiriah, berupa mata, telinga,
hidung dan sebagainya.
Perilaku menurut Imam Ghazali bertujuan
untuk sampai kepada Allah, namun dalam
praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirarki
motivasi Amarah (hedonistic), motivasi Lawwamah
(skeptic), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).
(Imam Ghazali, 2012: 20)
Untuk sampai kepada Allah diperlukan
nafsu al-muthmainnah, salah satu ciri seseorang
yang memiliki nafsu al-muthmainnah adalah
seseorang yang memiliki rasa qana‟ah. Qana‟ah
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 35
adalah menerima dengan rela apa yang ada atau
merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Sudah barang tentu qana‟ah dengan artinya
yang demikian, hanya dapat dicapai jika terlebih
dahulu nafsu amarah dan nafsu lawwamah dapat
dikendalikan atau dikuasai. Qana‟ah di sini bukan
qana‟ah ikhtiar, akan tetapi qana‟ah hati. Karena
itu sekalipun hati telah merasa cukup dengan apa
yang dimiliki, tidak berarti amal ikhtiar dihentikan
lalu orang tinggal berpangku tangan saja
menganggur tanpa ada usaha sama sekali.
Qana‟ah bukanlah kemalasan.
Qana‟ah dalam penertian yang luas
mengandung lima perkara, yaitu:
a) Menerima dengan rela apa yang ada.
b) Memohon kepada Tuhan tambahan yang
pantas, disertai dengan usaha atau
ikhtiar.
c) Menerima dengan sabar kehendak
(ketentuan) Tuhan.
d) Bertawakal kepada Tuhan.
e) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
(Hamka, 1961: 118)
Adapun tentara hati dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Tentara pendorong, terdiri dari:
36 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
a) Pendorong untuk mengambil hal-hal yang
bermanfaat dan yang sesuai dengan tubuh.
Inilah yang disebut dengan syahwat.
b) Pendorong untuk menolak hal-hal yang
dapat membahayakan dan membinasakan.
Misalnya amarah.
Kadang-kadang tentara pendorong ini
dikenal dengan istilah “Kemauan”.
2. Tentara Penggerak, yaitu tentara yang
menggerakkan anggota-anggota tubuh untuk
mencapai beberapa tujuan. Tentara inilah yang
lazim disebut dengan kekuasaan. Jenis tentara
kedua ini tersebar luas diseluruh anggota
tubuh, terutama urat-urat daging dan otot.
3. Tentara yang bertindak seperti kekuatan
rahasia (mata-mata) untuk menangkap atau
mengenali sesuatu dari luar. Mereka adalah :
a) Kekuatan penglihatan
b) Kekuatan pendengaran
c) Kekuatan penciuman
d) Kekuatan pengcap, dan
e) Kekuatan peraba (sentuan kulit).
(Imam Ghazali, 2012: 19)
Jenis tentara ketiga ini tersebar pada
anggota-anggota tubuh tertentu.Mereka ini
juga bisa disebut dengan istilah tentara ilmu
atau penemu.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 37
Setiap tentara bathiniah memeliki beberapa
tentara lahiriah, yaitu organ-organ tubuh yang
tersusun dari lemak, urat, daging, darah dan
tulang, yang memangberfungsi sebagai alat bagi
tentara bathiniah tersebut. Sebab, kekuatan
menggenggam itu adalah dengan telapak dan jari-
jari tangan, dan kekuatan melihat itu diperankan
oleh mata. Demikian pula dengan kekuatan-
kekuatan lainnya. Tegasnya, masing-masing harus
disertai dengan tentara lahiriah.
Imam Ghazali juga membagi tentara-tentara
pengenal (mata-mata) menjadi dua jenis, yaitu:
a) Tentara yang tampak, yaitu apa yang
umum dikenal sebagai panca indera,
yaitu pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecap, dan peraba.
b) Tentara yang tersembunyi dalam
cakrawala otak, yaitu kekuatan
imajinasi, kekuatan pikiran, kekuatan
memori atau daya ingat, kekuatan
membangkitkan kembali ingatan, dan
kekuatan untuk menggabungkan empat
kekuatan tersebut secara bersama-
sama. Lima kekuatan ini ada di dalam
otak dan mereka menetap di sana tanpa
terlihat.
Setelah melihat sesuatu obyek, seseorang
mungkin akan memejamkan mata, lalu ia
38 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
mendapatkan suatu gambaran imajinasi tertentu
dalam jiwanya tentang apa yang ia lihat. Lalu
imajinasi itu menetap dalam dirinya, disebabkan
oleh hadirnya “tentara penjaga”. Selanjutnya ia
akan berpikir tentang apa saja yang tergambar
dalam jiwanya tersebut sehingga tersusunlah
suatu rangkaian gambaran. Lantas ia pun menjadi
ingat atas apa saja yang sebelumnya sudah ia
lupakan, sehingga kembalilah ingatannya itu. Dan
pada gilirannya akan terhimpunlah semua
kekuatan dan perasaan yang ada atas obyek yang
ia lihat itu.
Makna dalam batin itu adalah gabungan
perasaan, daya, imajinasi, daya pikir, daya ingat,
dan daya hafal. Seandainya Tuhan tidak
menciptakan kekuatan-kekuatan menghafal,
berfikir, mengingat, dan berimajinasi, niscaya otak
kita ini akan kosong. Begitu pula keadaannya
dengan tangan dan kaki. Oleh karena itulah
kekuatan-kekuatan tersebut termasuk tentara
batin yang letaknya berada di dalam batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa
teori motivasi bagi Imam Ghazali adalah perilaku
seseorang atau motivasi seseorang itu karena
peran dari junud al-qalb (tentara-tentara hati).
Perilaku bertujuan untuk sampai kepada Allah.
Untuk sampai kepada Allah diperlukan nafsu al-
muthmainnah. Salah satu ciri seseorang yang
memiliki nafsu al-muthmainnah adalah seseorang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 39
yang memiliki rasa qana‟ah, yaitu menerima
dengan rela apa yang ada atau merasa cukup
dengan apa yang dimilikinya. Istilah Jawa “Narima
ing pandum”. Jenis tentara hati adalah tentara
pendorong, tentara penggerak, dan tentara yang
bertindak.
Ringkasnya, teori Imam Ghazali menyatakan
bahwa unsur motivasi adalah sebuah perilaku.
Perilaku terjadi karena peran dari junud al-qalbi
atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat
dua kelompok junud al-qalbi, yaitu yang bersifat
fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagai
alat, dan yang bersifat psikis yang mewujudkan
syahawat dan ghadhab.
Syahawat mendorong untuk melakukan
sesuatu (motif mendekat), dan ghadhab
mendorong untuk menghindar (motif menjauh).
Tujuan dari perilaku adalah untuk sampai kepada
Allah. Tetapi praktiknya perilaku ini terbagi ke
dalam hirarki motivasi Amarah, motivasi
Lawwamah, dan motivasi Muthmainnah.
4.2. Teori Kepuasan dan Teori Proses
Menurut Hasibuan, teori motivasi dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: teori
kepuasan (content theory) dan teori proses
(process theory) (Malayu S.P. Hasibuan, 2010:
103).
40 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
1) Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas
faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu
yang menyebabkannya bertinadak dan berperilaku
dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan
perhatian pada factor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba
menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang
memuaskan dan mendorong semangat bekerja
seseorang. Hal yang memotivasi semangat bekerja
seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan materiil maupun non materiil yang
diperolehnya dari hasil pekerjaannya.
Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan
bahwa seseorang akan bertindak (bersemangat
bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan (inner needs) dan kepuasannya.
Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan
yang diinginkan, maka semakin giat orang itu
bekerja. Jadi jika kebutuhan dan kepuasannya
semakin terpenuhi, maka semangat bekerjanya
pun akan semakin baik pula. Tinggi/rendahnya
tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin
dicapai seseorang mencerminkan semangat
bekerja orang tersebut.
Teori kepuasan (content theory) ini kadang-
kadang juga disebut antara lain:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 41
a) Teori Kebutuhan (need theories) oleh
Abraham H. Maslow.
b) Teori Motivasi-pemeliharaan atau Teori
Higienis oleh Frederick Herzberg.
c) Teori Prestasi oleh David McClelland.
(Hani T. Handoko, 1999: 255)
Untuk lebih jelasnya penulis uraikan teori-
teori tersebut sebagai berikut:
a) Teori Kebutuhan (Need Theories) oleh
Abraham Maslow
Teori motivasi yang sekarang banyak
dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik
maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu
menurut teori ini, apabila seorang pemimpin
atau pendidik bermaksud memberikan motivasi
kepada seseorang, ia harus berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-
kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Ngalim Purwanto menyatakan bahwa
Abraham Maslow mengemukakan adanya lima
tingkatan kebutuhan pokok manusia (M.
Ngalim Purwanto,1992: 77). Kelima tingkatan
kebutuhan pokok inilah yang kemudian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari
motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan
42 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat
pada gambar berikut:
Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
fisik dan yang sangat pokok. Maka, makin
rendah taraf kehidupan ekonomi seseorang
semakin menjadi sangat utama. Kebutuhan
mempertahankan hidup meliputi kebutuhan
akan sandang, pangan, dan papan. Apabila
kebutuhan ini secara relatif dapat terpenuhi,
maka kebutuhan lain akan menyusul, yaitu
Aktualisasi Diri (Self
Actualized)
Kebutuhan Penghargaan
(Esteem Needs)
Kebutuhan Sosial (Social
Needs)
Kebutuhan Rasa Aman Dan Perlindungan (Safety
and Security Needs)
Kebutuhan Fisiologis
(Physiological Needs)
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 43
kebutuhan akan rasa aman. Pengalihan
kebutuhan ini terjadi apabila seseorang
terus berusaha meningkatkan pemuasan
kebutuhannya yang diwujudkan dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas. Seiring
dengan itu maka kebutuhan yang sudah
terpenuhi tidak merupakan kebutuhan yang
diperlukan lagi.
Apabila kebutuhan seperti lapar atau
haus tidak dipenuhi secara memadai, maka
kebutuhan di atasnya untuk sementara
ditekan dalam arti untuk pengendalian
perilaku. Individu yang berada dalam
jenjang tertentu berarti secara
keseluruhannya dapat diasumsikan
dipengaruhi oleh kebutuhan pada jenjang
tersebut. Artinya sepanjang makanan belum
diperolehnya dan belum makan, maka orang
yang sedang dalam kelaparan akan selalu
berpikir, bermimpi dan berbicara tentang
makanan. Oleh karena Maslow merasa
bahwa ketika kebutuhan itu muncul, maka
kebutuhan itu menjadi faktor dominan yang
mampu menjadi pengarah dan
mengendalikan perilaku manusia tersebut.
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety–Need)
Kebutuhan keamanan merupakan
kebutuhan yang lebih tinggi dan menjadi
44 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
lebih penting dari pada kebutuhan fisiologis.
Oleh karena itu dalam perilaku tercermin
upaya kita untuk tetap berada dalam situasi
yang aman. Contoh dalam hal ini, misalnya
kita telah memperbaiki rumah yang rusak
dengan biaya berjuta-juta rupiah agar kita
lebih aman dan nyaman dari terik matahari
ataupun temperature udara luar, tetapi tiba-
tiba banjir menghanyutkan dan merusak
rumah tersebut, serta merta kita tinggalkan
begitu saja karena kita merasa mencari
tempat dengan alasan mencari yang lebih
aman. Dengan demikian kerugian material
tidak memiliki arti apa-apa disbanding
dengan lolos dari banjir yang memberikan
rasa aman jauh lebih penting.
Kebutuhan rasa aman juga Nampak
pada anak-anak ketika tiba-tiba menangis
karena jatuh, dikagetkan oleh suara keras,
orang asing yang tak dikenalnya masuk
ruangannya, bianatang buas mendekatinya
dan sebagainya. Analogi dengan teori
Maslow tersebut meyakini bahwa sebagian
besar masyarakat kita dewasa ini
perilakunya sedang didominasi oleh
kebutuhan atau motivasi rasa aman, baik
rasa aman dari kejahatan di jalan, aman
dari pekerjaan (PHK), aman dari pencurian,
perampokan, pembunuhan dan sebagainya.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 45
Kebutuhan ini mengandung makna
yang sangat luas. Dengan demikian
kebutuhan akan security juga menjadi salah
satu factor pendorong yang tidak dapat
diabaikan di dalam maupun di luar
organisasi. Seorang karyawan misalnya
memerlukan adanya ketenangan dari-di-ke
tempat kerja termasuk keselamatan
miliknya. Manifestasi keamanan fisik
maupun psikis di dalam penjelasan di
berbagai bentuk, salah satu di antaranya
adanya tunjangan perawatan maupun
kesejahteraan lainnya.
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Ketika kebutuhan rasa aman
terpenuhi secara memadai, maka kebutuhan
itu menjadi tidak penting bagi perilaku
selanjutnya. Hal ini karena sudah ada
kebutuhan lebih lanjut yang dianggapnya
lebih penting, yaitu kebutuhan akan
kehausan cinta atau kasih sayang orang lain
atau disebut kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial tidak sama dengan
kebutuhan akan seks, walaupun keintiman
seks juga merupakan kebutuhan.
Kebutuhan akan kasih saying tidak saja
dalam arti menerima, tetapi jugadalam arti
member kasih saying kepada orang lain.
46 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Kebutuhan akan kasih saying ini dapat
diperoleh melalui misalnya menikah,
bekerja, memasuki kelompok tertentu
seperti organisasi, persaudaraan atau social
tertentu.
Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial, ia tak dapat hidup sendirian
tanpa adanya orang lain, oleh karena itu ia
pun ada keinginan untuk dapat diterima
oleh orang lain menjadi anggota kelompok
masyarakat baik hal itu terjadi di
lingkungan sekolah, lingkungan kerja
ataupun di lingkungan organisasi maupun
masyarakat luas. Keikutsertaan seorang
anggota kelompok dalam berbagai organisasi
merupakan salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan sosial.
Manifestasi kebutuhan sosial tersebut
meliputi antara lain:
a. Sense of Belonging
Kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain sebagai makhluk sosial.
Setiap manusia yang memiliki akal budi
yang sehat tidak ingin hidup menyendiri dan
tidak senang dipenjarakan dari anggota
kelompoknya. Setiap manusia ingin
diterima, dibutuhkan dan dihargai oleh
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 47
orang lain sebagai anggota masyarakat atau
kelompok terhormat.
b. Sense of Achievement
Kebutuhan untuk maju dan tidak
gagal. Setiap manusia memilki
kecenderungan untuk ingin menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan penuh tanggung
jawab, dan tidak akan pernah menghindar
bagaimanapun besarnya tanggung jawab
tersebut. Setiap sandungan yang
dihadapinya tidak akan dianggapnya sebagai
kegagalan melainkan merupakan suatu
tantangan untuk lebih meningkatkan upaya
dan prestasinya.
c. Sense of Participations
Kebutuhan untuk ikut berperan
akatif. Untuk dapat meningkatkan peran
serta secara aktif dalam suatu organisasi
dapat dilakukan antara lain:
- Ada tujuan yang jelas.
- Proses perumusan kebiksanaan
yang melibatkan semua unsur.
- Proses pengambilan keputusan
yang demokratis.
- Proses pelaksanaan didasarkan
pada pembagian tugas yang
jelas.
48 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
- Pembagian wewenang yang
menggairahkan dan dapat
menimbulkan daya kreasi dan
inovasi para anggota.
- Pengawasan yang bersifat
mendidik dan bukan untuk
mencari-cari kesalahan/alasan
untuk menindak bawahan.
- Memperhatikan nasib bawahan
atau karyawan.
- Mengembangkan rasa percaya
diri.
- Memberi kesempatan kepada
setiap karyawan untuk mampu
mengambil keputusan sendiri
yang dianggapnya tepat dalam
pelaksanaan tugasnya masing-
masing.
4. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem–Need)
Apabila kebutuhan sosial telah
diperolehnya secara memadai maka
kebutuhan itupun akan menghilang atau
melemah, bersamaan dengan munculnya
kebutuhan baru yaitu kebutuhan akan
penghargaan diri. Tahap ini adalah
kebutuhan akan penilaian yang positif dan
tinggi atas diri seseorang. Penilaian ini dapat
dibedakan atas dua kategori yaitu
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 49
kebutuhan penghargaan dari dalam diri, dan
kebutuhan penghargaan dari orang lain.
Kebutuhan penghargaan diri memotivasi
seseorang untuk berusaha keras mencapai
cita-cita, kekuatan, rasa percaya diri,
kemandirian dan kebebasan. Kebutuhan
penghargaan diri sendiri merupakan
keinginan kuat untuk merasa diri sendiri
lebih bernilai.
Kebutuhan penghargaan diri terkait
dengan orang lain dalam melibatkan
keinginan atas reputasi, status, pengakuan,
dan penghargaan oleh orang lain atas
kemampuannya. Ketika kebutuhan
penghargaan diri ini terpenuhi, maka orang
cenderung memiliki rasa percaya diri,
berharga dan melihat dirinya sendiri sebagai
obyek yang paling penting di dunia ini.
Demikian pula sebaliknya ketika kebutuhan
ini tidak terpenuhi maka dapat terjadi sikap
yang sebaliknya di mana yang bersangkutan
berhubungan tidak baik dengan orang lain,
dan dicirikan dengan rasa rendah diri,
lemah, tidak percaya diri, dan putus asa.
Kebutuhan untuk dihargai,
berprestasi, berkompetensi, memperoleh
pengakuan dan dukungan. Setiap manusia
mempunyai rasa harga diri, ia merasa
dirinya penting walaupun dalam suatu
50 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
organisasi kedudukannya rendah. Mereka
ingin diperlakukan sebagai makhluk yang
mempunyai martabat yang tinggi dengan
kepribadian yang wajar untuk dihargai,
sekalipun dia dalam kondisi riil bahwa
dirinya sedang melakukan sesuatu yang
merendaahkanmartabat kemanusiaannya
sendiri.
Dalam agama memang dijelaskan
bahwa manusia itu adalah makhluk yang
paling mulia (selagi berada dalam kondisi
iaman dan taqwa) namun tidak disadari
bahwa manusia itu pula adalah makhluk
yang paling rendah dari binatang (manakala
manusia itu sendiri berada dalam kondisi
kufur, disebut asfala safilin, yakni serendah-
rendahnya). Dalam hubungan kebutuhan
sosial ini manusia sangat cenderung
menginginkan dimilikinya kekuasaan atas
orang lain ataupun lingkungan.
Oleh karena itu, untuk
memperolehnya ia berupaya untuk
melakukan suatu prestasi yang dapat diakui
orang lain agar penguasaan yang
diinginkannyaitu dapat tercapaisehingga
diperoleh kepuasan diri pada kebutuhan
tingkat ini.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 51
5. Kebutuhan Aktualisasi (Self Actulized–
Need)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat tertinggi dalam teori A. Maslow. Ia
merupakan kebutuhan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki
secara maksimal. Misalnya seorang guru, ia
akan berusaha menjadi guru terbaik
sehingga dapat menjadi guru teladan di
wilayahnya maupun nasional. Demikian
pula seorang karyawan berupaya sedemikian
rupa untuk menjadi karyawan terbaik serta
teladan di perusahaannya, sumber
motivasinya adalah kepuasan akan
pekerjaan itu sendiri, di mana ia dapat
mengekspresikan dirinya sebagaimana yang
ia kehendaki.
Ketika orang dapat memenuhi
keempat kebutuhan yang pertama, maka
tingkat akhir perkembangan yang
diistilahkan A. Maslow sebagai "aktualisasi
diri" menjadi lebih penting. Pada tingkat ini
perilaku orang dimotivasi oleh kondisi yang
berbeda dari pada empat tingkat yang lebih
rendah terdahulu. Individu yang
teraktualisasi diri memenuhi kebutuhan
deprivasi keempat hirarki pertama.
Perilaku orang yang teraktualisasi diri
termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan
52 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
baru, yang diistilahkan Maslow dengan
kebutuhan sekarang (being needs) seperti:
kepercayaan, kejujuran, kecantikan, dan
kebaikan yang semuanya itu dapat
memberikan arti kepada kehidupan individu
yang teraktualisasi tersebut.
Menurut Maslow bahwa perilaku atau
tindakan masing-masing perorangan pada
saat-saat tertentu ditentukan oleh
kebutuhanyang paling dominan. Dengan
demikian setiap pimpinan atau manajer
yang ingin memotivasi setiap karyawanya
perlu memahami tingkat kebutuhan yang
lebih berpengaruh dari karyawannya.
Dengan perkataan lain bahwa hierarki
kebutuhan Maslow ini tidak dimaksudkan
sebagai kerangka yang dapat dipergunakan
untuk menilai tingkat kebutuhan karyawan
melainkan lebih merupakan ramalan tingkat
karyawan.
Sekalipun Maslow sangat menyadari
akan adanya keterbatasan yang sangat
subyektif, namun ia berusaha keras untuk
menemukan ciri-ciri orang yang
teraktualisasi diri dan yang pautut menjadi
perhatian kita bersama-sama. Ciri-ciri
utama orang yang telah teraktualisasi
kebutuhannya adalah sebagai berikut:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 53
- Persepsi yang lebih efisien terhadap
realita dan lebih menyenangkan.
- Penerimaan diri.
- Sifat spontan.
- Pemusatan masalah.
- Adil (kebutuhan privasi).
- Independent kultur dan lingkungan.
- Kesegaran apresiasi.
- Pengalaman mistik dan lautan
perasaan.
- Simpati untuk kemanusiaan.
- Hubungan antar pribadi yang dekat.
- Struktur karakter demokrasi.
- Alat dan tujuan.
- Filosofis,tak bermusuhan, rasa humor.
- Kreatif. (Sahlan Asnawi, 207: 110)
b) Teori Motivasi Dua Faktor oleh F. Herzberg
Herzberg dalam penelitiannya mengenai
"pekerjaan tertentu" mana yang mempengaruhi
keinginan sesseorang untuk melaksanakan
tugas dengan baik, maka ternyata pekerjaan
yang sifatnya rutin, assembly, terbukti
mengurangi motivasi karyawan, bahkan dapat
menambah ketidakpuasan.
Herzberg menyatakan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi seorang dalam
pekerjaannnya, yaitu faktor penyebab kepuasan
(satisfiers) atau pemotivasi dan faktor penyebab
54 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
ketidakpuasan (dissatisfiers) atau faktor
hygiene.
Faktor-faktor yang berperan sebagai
motivator terhadap karyawan menurut
Herzberg adalah yang mampu memuaskan dan
mendorong orang untuk bekerja dengan baik
yaitu dengan pencapaian hasil (achievement),
pengalaman (recognition), pekerjaan itu sendiri
(work it self), tanggung jawab (responsibility)
dan kemajuan atau pengembangan
(advancement).
Rangkaian kepuasan tersebut berkaitan
dengan sifat pekerjaan atau kedudukan
pekerjaan dan dengan imbalan yang dihasilkan
secara langsung dari prestasi kerjanya serta
peningkatan dalam tugasnya. Namun perlu
dipahami apabila faktor-faktor tersebut tidak
terpenuhi, maka tidak akan selalu
menimbulkan ketidakpuasan, tetapi mereka
akan selalu bersatu untuk memenuhinya.
Selanjutnya faktor penyebab
ketidakpuasan kerja meliputi: gaji
(salary/wages), kondisi pekerjaan (work
condition), hubungan antar pribadi (inter-
personal relation), supervisi (supervition) dan
kebijaksanaan dan administrasi perusahaan
atau organisasi (company policy and
administration). Menurut Herzberg, gaji dan
tunjangan relatif kecil mempengaruhi prestasi
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 55
kerja seseorang, namun kebijaksanaan
organisasi secara keseluruhan akan
mempengaruhi motif karyawan untuk
berprestasi atau tidak, tetap tinggal di
organisasi atau tidak.
Dari uraian di atas, teori Herzberg dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Perbaikan gaji, kondisi kerja dan
kebijaksanaan perusahaan tidak akan
menimbulkan kepuasan, melainkan dapat
menimbulkan ketidakpuasan, faktor yang
dapat memberi kepuasan adalah "hasil kerja
itu sendiri".
2) Yang dapat meningkatkan atau memotivasi
karyawan dalam bekerja adalah kelompok
"satisfiers".
3) Perbaikan faktor dissatisfiers kurang
mempengaruhi atau tidak ada pengaruhnya
sama sekali terhadap sikap kerja yang
positif, karena faktor hygiene melukiskan
hubungan kerja dengan konteks atau
lingkungan dalam mana karyawan
melaksanakan pekerjaan (job contexs).
c) Teori Motivasi Prestasi oleh David McClelland
McClelland yang ditulis oleh Hasibuan
mengemukakan teorinya yaitu McClelland's
Achievement Motivation Theory atau Teori
Motivasi Prestasi McClelland. Teori ini
56 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
berpendapat bahwa karyawan mempunyai
cadangan energi potensial. Bagaimana energi
dilepaskan dan digunakan tergantung pada
kekuatan dorongan motivasi seseorang dan
situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan
dimanfaatkan oleh karyawan karena
didorongan oleh:
Kekuatan motif dan kekuatan dasar yang
terlibat.
Harapan keberhasilannya, dan
Nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
(Malayu S.P. Hasibuan, 2010: 111-112)
McClelland juga berpendapat bahwa ada
tiga macam motivasi yang mendorong perilaku
manusia yaitu motivasi berprestasi, motivasi
berafiliasi, dan motivasi berkuasa (Sahlan
Asnawi, 2007: 94). Ketiga motivasi inilah yang
paling sering dijumpai pada kehidupan
manusia, terutama pada kehidupan manusia
pimpinan dan pengusaha.
(1) Motivasi Berprestasi
Apabila seseorang selalu berpikir
untuk mengerjakan sesuatu yang lebih
baik, maka dapat dikatakan memiliki
motivasi berprestasi tinggi. Motif
berprestasi berhubungan dengan
kemampuan untuk mengatasi rintangan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 57
dan memelihara semangat kerja yang
tinggi, bersaing (melauli usaha keras)
untuk mengungguli orang lain.
Jadi, motivasi berprestasi adalah
dorongan dalam diri individu
sehubungan dengan adanya
pengharapan bahwa tindakan yang
dilakukan merupakan alat untuk
mencapai hasil yang lebih baik dari pada
hasil yang telah dicapai sebelumnya,
bersaing dan mengungguli orang lain,
mengatasi rintangan, serta memelihara
semangat kerja yang tinggi.
Manifestasi dari motivasi berprestasi
akan terlihat pada beberapa ciri perilaku
seperti:
(a) Mengambil tanggung jawab pribadi
atas perbuatan-perbuatannya.
(b) Mencari umpan balik tentang
perbuatannya.
(c) Memilih resiko yang moderat atau
sedang dalam perbuatannya, dan
(d) Berusaha melakukan sesuatu dengan
cara-cara baru dan kreatif.
(2) Motivasi Berafiliasi
Apabila seseorang selalu berfikir
tentang kehangatan dan kesenangan
dalam bergaul dengan teman-temannya
58 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
atau orang lain, maka dikatakan
mempunyai motif berafiliasi tinggi. Motif
berafiliasi erat hubungannya dengan
kehidupan sosial seseorang, yaitu
merupakan keinginan untuk
menyenangkan dan mendapatkan afeksi
dari orang lain, serta memelihara sikap
setia terhadap teman dan keluarga.
Menurut para ahli yang ditulis oleh
Asnawi, antara lain Atkinson & Atkinson,
Herbert, McClelland dan Burnham
menyatakan bahwa motif berafiliasi
adalah dorongan untuk membentuk,
memelihara atau mempertahankan dan
memperbaiki hubungan afeksi yang
positif, serta agar disukai dan diterima
orang lain (Sahlan Asnawi, 2007: 95).
Motivasi berafiliasi diartikan sebagai
dorongan untuk berhubungan dengan
orang lain serta untuk disenangi orang
lain.
Bertolak dari rumusan para ahli
tersebut di atas, dapat kita rumuskan
bahwa motivasi berafiliasi adalah
dorongan yang timbul dalam diri individu
sehubungan dengan adanya pengharapan
bahwa tindakan yang dilakukan
merupakan alat untuk membentuk,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 59
memelihara, diterima serta bekerja sama
dengan orang lain.
Adapun cirri-ciri perilaku yang
merupakan manifestasi motivasi
berafiliasi adalah:
(1) Lebih senang bersama orang lain dari
pada sendirian.
(2) Sering berhubungan dengan orang
lain, termasuk bercakap-cakap di
telepon atau berkunjung ke tempat
orang lain.
(3) Lebih memperhatikan segi hubungan
pribadi yang ada dalam pekerjaannya
daripada tugas yang ada dalam
pekerjaan itu sendiri.
(4) Mencari persetujuan atau
kesepakatan dari orang lain.
(5) Melakukan pekerjaan lebih efektif
bilamana bekerjasama dengan orang
lain dalam suasana yang kooperatif.
(3) Motivasi Berkuasa
Seseorang yang selalu berfikir dan
memikirkan bagaimana mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain agar ia
senantiasa mematuhi dan menuruti apa
yang diinginkannya, dalam hal ini dapat
dikategorikan mempunyai motif berkuasa
yang tinggi. Motif berkuasa merupakan
60 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
kebutuhan untuk mendominasi dan
mengontrol orang lain.
Asnawi menulis pendapat Mc.
Clelland bahwa motif berkuasa sebagai
dorongan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain serta mengontrol dan
memanipulasi lingkungan (Sahlan
Asnawi, 2007: 96).
Jadi motivasi berkuasa adalah
dorongan yang timbul dalam diri individu
sehubungan dengan adanya pengharapan
bahwa tindakan yang dilakukan
merupakan alat untuk mempengaruhi,
menguasai, mengendalikan serta
memanipulasi perilaku orang lain.
Adapun beberapa ciri perilaku
sebagai manifestasi dari motivasi
berkuasa adalah:
(a) Sangat aktif dalam menentukan arah
kegiatan dari kegiatan organisasi di
mana ia berada di dalamnya.
(b) Senang mengumpulkan barang-barang
atau menjadi anggota suatu organisasi
atau perkumpulan yang bisa
mencerminkan prestise.
(c) Sangat peka terhadap struktur
pengaruh antar pribadi dari kelompok
atau organisasi, dan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 61
(d) Berusaha menolong orang
lainwalaupun pertyolongannya itu
tidak diminta.
2) Teori Proses (Process Theory)
Teori motivasi proses ini pada dasarnya
berusaha untuk menjawab pertanyaan "bagaimana
menguatkan, mengerahkan, memelihara dan
menghentikan perilaku individu", agar setiap
individu bekerja giat sesuai dengan keinginan
manajer. Bila diperhatikan secara mendalam, teori
ini merupakan proses "sebab dan akibat"
bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang
akan diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini,
maka hasilnya akan diperoleh baik untuk hari
esok. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam
bagaimana proses kegiatan yang dilakukan
seseorang, hasil hari ini merupakan kegiatan hari
kemarin.
Karena "ego" manusia yang selalu
menginginkan hasil yang baik-baik saja, maka
daya penggerak yang memotivasi semangat kerja
seseorang terkandung dari harapan yang akan
diperolehnya pada masa depan. Inilah sebabnya
teori ini disebut "teori harapan" (expectancy
theory). Jika harapan itu dapat menjadi kenyataan
maka seseorang akan cenderung meningkatkan
semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya bila harapan
62 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
itu tidak tercapai akibatnya ia akan menjadi
malas.
Teori motivasi proses ini dikenal dengan
teori-teori:
a) Teori harapan (expectancy theory)
b) Teori keadilan (equity theory)
c) Teori pengukuhan (reinforcement theory)
(MalayuS.P. Hasibuan, 2010: 116).
a) Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori harapan ini dikemukakan oleh
Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa
kekuatan yang memotivasi seseorang untuk
bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal-balik antara
apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil
pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin
perusahaan akan memberikan pemuasan bagi
keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang
dilakukannya itu. Bila keyakinan yang
diharapkan cukup besar untuk memperoleh
kepuasannya, maka akan bekerja keras pula,
dan sebaliknya.
Teori harapan ini didasarkan atas
harapan (expectancy), nilai (valence), pertautan
(instrumentality) (Malayu S.P. Hasibuan, 2010:
117).
Harapan (expectancy) adalah suatu
kesempatan yang diberikan akan terjadi karena
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 63
perilaku. Harapan mempunyai nilai yang
berkisar antara "nol" sampai positif "satu".
Harapan nol menunjukkan bahwa tidak ada
kemungkinan sesuatu hasil akan muncul
sesudah perilaku atau tindakan tertentu
dilakukan . Harapan positif satu menunjukkan
kepastian bahwa hasil tertentu akan muncul
mengikuti suatu tindakan atau perilaku yang
telah dilakukan.
Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku
tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu
(daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu
bersangkutan. Misalnya, peluang untuk
dipindahkan ke posisi dengan gaji yang lebih
besar di tempat lain, mungkin mempunyai nilai
bagi orang yang menghargai uang atau orang
yang menikmati nilai rangsangan dari
lingkungan baru, tetapi mungkin mempunyai
nilai (valensi) rendah bagi orang lain yang
mempunyai ikatan kuat dengan kawan,
tetangga dan kelompok kerjanya.
Valensi ini ditentukan oleh individu dan
tidak merupakan kualitas obyektif dari akibat
itu sendiri. Pada suatu situasi tertentu, valensi
ini berbeda bagi satu orang ke orang lain.
Suatu hasil mempunyai valensi positif, apabila
dipilih dan lebih disegani, tetapi sebaliknya
mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih dan
tidak disegani. Suatu hasil mempunyai nilai
64 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
(valensi) nol, jika orang acuh tak acuh untuk
mendapatkannya.
Pertautan (instrumentality) adalah
persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil
tingkat kedua. Victor Vroom mengemukakan
bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang
berkisar "nol dan minus satu". Hasil valensi
minus satu (-1) menunujukkan persepsi bahwa
tercapainya tingkat kedua adalah pasti tanpa
hasil tingkat pertama. Dan tidak mungkin
timbul dengan tercapainya hasil tingkat
pertama (+1) menunjukkan bahwa hasil tingkat
pertama itu perlu dan sudah cukup untuk
menimbulkan hasil tingkat kedua. Karena hal
ini menggambarkan suatu gabungan (asosiasi),
maka instrumentality dapat dipikirkan sebagai
pertautan (korelasi).
b) Teori Keadilan (Equity Theory)
Ego manusia selalu mendambakan
keadilan dalam pemberian hadiah maupun
hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif
sama. Bagaimana perilaku bawahan dinilai oleh
atasan akan mempengaruhi semangat kerja.
Keadilan merupakan daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi
atasan harus bertindak adil terhadap semua
bawahannya. Penilaian dan pengakuan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 65
mengenai perilaku bawahan harus dilakukan
secara obyektif (baik/salah), bukan atas suka
atau tidak suka (like or dislike). Pemberian
kompensasi atau hukuman harus berdasarkan
atas penilaian yang adil dan obyektif. Jika
prinsip ini diterapkan dengan baik oleh
pimpinan maka semangat kerja bawahan
cenderung akan meningkat.
Keyakinan atas dasar pembandingan,
tentang adanya ketidakadilan, dalam bentuk
pembayaran kurang atau lebih, akan
mempunyai pengaruh pada perilaku dalam
pelaksanaan kegiatan. Faktor kunci bagi
manajer adalah mengetahui apakah
ketidakadilan dirasakan, dan bukan apakah
ketidakadilan secara nyata ada. Ketidakadilan
ini akan ditanggapi dengan bermacam-macam
perilaku yang berbeda, misalnya dengan
menurunkan prestasi, mogok, minta berhenti,
dan sebagainya. Bagi manajer, teori keadilan
memberikan implikasi bahwa penghargaan
sebagai motivasi kerja harus diberikan sesuai
yang dirasa adil oleh individu-individu yang
bersangkutan.
c) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan
sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi. Misalnya promosi
66 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
tergantung dari prestasi yang selalu dapat
dipertahankan. Bonus kelompok tergantung
pada tingkat produksi kelompok itu. Sifat
ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang
mengikuti perilaku itu.
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua
jenis, yaitu:
(1) Pengukuhan positif (positive
reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh
positif diterapkan secara bersyarat.
(2) Pengukuhan negatif (negative
reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengaruh
negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu
berhubungan dengan bertambahnya frekuensi
dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu
stimulus yang bersyarat. Demikian juga
"prinsip hukuman (punishment)" selalu
berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (respons) itu
diikuti oleh rangsangan yang bersyarat.
Hukuman ada dua jenis, yaitu:
(1) Hukuman dengan menghilangkan
(removal). Terjadi apabila suatu
pengukuahan positif dihilangkan secara
bersyarat. Misalnya kelambatan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 67
seseorang menyebabkan kehilangan
sejumlah uang dari upahnya.
(2) Hukuman dengan penerapan
(application). Terjadi apabila suatu
pengukuhan negatif diterapkan secara
bersyarat. Misalnya ditegur oleh atasan
karena menjalankan tugas dengan jelek.
Sifat imbalan atau hukuman dan bagaimana
kedua hal itu dilaksanakan sangat mempengaruhi
perilaku karyawan. Manajer perlu sekali mengatur
waktu secara tepat dalam penggunaan imbalan
dan hukuman dalam organisasi. Pengaturan
waktu yang tepat dari perolehan ini dinamakan
penjadwalan pengukuhan (reinforcement
scheduling). Dalam jadwal yang paling sederhana
tanggapan itu diberikan hanya sesudah beberapa
kejadian dari suatu tanggapan dan tidak sesudah
setiap tanggapan, maka digunakan jadwal
pengukuhan sewaktu-waktu (intermittent
reinforcement). Jadwal pengukuhan malar (terus-
menerus) dan sewaktu-waktu akan menghasilkan
prestasi yang sangat berbeda-beda.
***
Dari uraian di atas, jika kita kaitkan dalam
konteks guru misalnya, maka guru yang memiliki
motivasi kerja tinggi dapat dipastikan akan
bekerja secara maksimal. Guru yang memiliki
68 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
motivasi dalam bekerja dapat dipastikan juga
memiliki kecintaan dalam bekerja. Guru yang
telah memiliki kecintaan dalam bekerja ini akan
mencurahkan secara penuh kemampuan, tenaga,
dan waktu untuk bekerja. Ketika guru telah
memiliki motivasi bekerja ini maka dapat
dipastikan guru telah memiliki rasa kecintaan
terhadap pekerjaan, yang pada akhirnya akan
memiliki rasa puas dalam bekerja.
Motivasi kerja guru berarti keinginan yang
kuat untuk mencapai keberhasilan pekerjaan yang
ditandai dengan upaya aktualisasi diri, kepedulian
pada keunggulan dan pelaksanaan tugas yang
optimal berdasarkan perhitungan rasional.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 69
BAB III
KEPUASAN KERJA
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja diartikan sebagai suatu
refleksi atau pencerminan dari seberapa jauh
seseorang merasa tertarik dan terdorong pada
suatu pekerjaan, sehingga situasi dan keadaan
pekerjaan tersebut mempunyai nilai tertentu bagi
dirinya. Kepuasan kerja itu sendiri terdiri dari
perasaan dan tingkah laku yang dimiliki seseorang
tentang pekerjaannnya. Semua aspek-aspek
penting pekerjaan, baik dan buruk, positif dan
negatif, memberikan kontribusi terhadap
perkembangan perasaan-perasaan kepuasan atau
ketidak puasan.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan dari
masing-masing individu. Semakin banyak aspek
dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu
tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan dan begitu pula sebaliknya.
70 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Biasanya seseorang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dilakukan, apabila apa
yang dikerjakan itu dianggapnya telah memenuhi
harapannya, sesuai dengan tujuan seseorang
tersebut bekerja. Apabila seseorang mendambakan
sesuatu itu berarti seseorang tersebut memiliki
satu harapan dan dengan demikian ia termotivasi
untuk melakukan tindakan ke arah pencapaian
harapan tersebut, maka seseorang tersebut akan
merasa puas.
Istilah kepuasan kerja mempunyai berbagai
pengertian tergantung kepada penggunaannya.
Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki "Job
satistfaction is an effective or emotional response
toword various facets of one's job, this definition
implies job satisfaction is not a unitary concept".
(Robert Kreitner and Angelo Kincki, 2010:170).
Kepuasan kerja merupakan respon yang efektif
atau emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan
seseorang. Mereka akan merasa puas dengan
adanya kesesuaian dengan aspek pekerjaan yang
mereka alami. Atau dengan kata lain perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya yang didasarkan
pada penilaian aspek yang berada dalam pekerjaan
dan menggambarkan pengalaman menyenagkan
dan tidak menyenangkan yang diharapkan pada
masa mendatang.
Colcuitt menyatakan bahwa "Job satisfaction
defined as a pleasurable emotional state resulting
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 71
from the appraisal of one's job experiences".
(Colcuitt, Le Pine, Wesson, 2009:104). Kepuasam
kerja diartikan sebagai keadaan emosional yang
menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian
salah satu pekerjaan atau pengalaman kerja.
Penilaian salah satu pekerjaan merupakan tujuan
yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan, seberapa jauh pekerjaannya secara
keseluruhan menyenangkan kebutuhan mereka.
Dua pendapat tersebut menyatakan bahwa
kepuasan kerja adalah suatu respon atau keadaan
emosional dari pengalaman kerja seseorang.
Keadaan emosional senang atau tidak senang
terhadap suatu pekerjaan, ketidakpuasan kerja
akan muncul saat harapan-harapan ini tidak
dipenuhi. Sebagai contoh, jika seseorang
mengharapkan kondisi kerja yang aman dan
bersih, maka seseorang mungkin bisa menjadi
tidak puas jika tempat kerja tidak aman dan kotor.
Sedangkan menurut Stephen P. Robins
menyatakan sebagai berikut: "Job satisfaction
describes a positive feeling about a job, resulting
from an evaluation of its characteristics. A person
with a high level of job satisfaction holds positive
feelings about his or her job, while a dissatisfied
person holds negative feelings". (Stephen P.
Robbins,2009:113). Kepuasan kerja merujuk pada
perasaan umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Seorang dengan tingkat kepuasan
72 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
kerja tinggi mrnunjukkan sikap yang positif
terhadap pekerjaan itu, seseorang yang tak puas
dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif
terhadap pekerjaan itu.
Selain itu kepuasan kerja merupakan
perasaan menyenangkan yang timbul dari
pandangan seseorang terhadap tugas yang
dilaksanakannya, sebagaimana Raymond A. Noe
menyatakan: "Job satisfaction a pleasant feeling
resulting from the perceptions that one's job fulfils or
allows for the fulfillment of one's important job
values". (Raymond A. Noe, 2007:341).
Berdasarkan pengertian di atas kepuasan
kerja memiliki tingkat kepuasan kerja yang
berbeda-beda, sesuai dengan sistem nilai yang ada
pada dirinya. Perbedaan itu ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan dan nilai-
nilai yang dianut individu dalam kaitannya dengan
pengalaman dan hasil yang diperoleh dalam
pekerjaan. Menurut Raymond A. Noe kepuasan
kerja yang menyatakan secara individual
meskipun bekerja pada tipe pekerjaan yang sama,
dapat mempunyai tingkat kepuasan atau ketidak
puasan yang berbeda.
Beberapa hal yang timbul dari ketidak
puasan terhadap pekerjaan menurut Steven L. MC
Shane, antara lain:
(1) Exit (keluar). Seorang yang merasa puas
atas pekerjaannya akan bertahan lama
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 73
dalam perusahaan, sedangkan seorang
yang tidak puas akan meninggalkan
perusahaan tempat kerjanya dan mencari
pekerjaan di tempat lain.
(2) Voice (aspirasi). Secara aktif dan
konstruktif berusaha memperbaiki
kondisi, termasuk menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah
dengan atasan dan beberapa bentuk
aktivitas serikat kerja.
(3) Loyalty (kesetian). Secara pasif tetapi
optimis menunggu membaiknya kondisi,
termasuk membela organisasi ketika
berhadapan dengan kecaman eksternal
dan mempercayai organisasi dan
manajemen untuk melakukan yang
benar.
(4) Neglect (pengabdian). Seseorang tidak
masuk kerja memiliki berbagai alasan,
misalkan: sakit, izin cuti dan lain-
lainnya. Seseorang yang tidak puas akan
lebih memanfaatkan kesempatan untuk
tidak masuk kerja. Banyak sedikitnya
seseorang yang tidak masuk kerja
memberikan gambaran tentang kepuasan
kerja dan untuk meneliti sebab-sebab
tidak hadirnya karyawan dapat dengan
mengadakan pengamatan secara
langsung maupun tidak langsung
74 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
kemudian menentukan langkah
selanjutnya (Steven L. Mc Shane,
2009:109).
Apabila seseorang menunjukkan
ketidakpuasan dalam bekerja karena dihadapkan
dengan suatu ketimpangan antar harapan dan
kenyataan, maka ketelitian kerja dan rasa
tanggung jawab terhadap hasil kerjanya cenderung
menurun. Salah satu contoh indikator
ketidakpuasan yang terlihat adalah sering terjadi
kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini
sebagaimana dinyatakan oleh Robert N. Lussiers:
"Job satisfaction is a set af attitudes toward work.
Job satisfaction is what most employees want from
their jobs, even more than they want job security or
higher pay. Job satisfaction affects absenteeism
and turnover, which affect performance. Employees
who are more satisfied with their jobs are absent
less, and they are more likely to stay on the job. But
there are other facts too. Low job satisfaction often
contributes to wildcat strikes, work slowdowns,
poor product quality, employee theft, and sabotage".
(Robert N Lussier, 2001:79). Kepuasan kerja
merupakan serangkaian perilaku/sikap seseorang
terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.
Kepuasan suatu pekerja tersebut didasari
bagaiman seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya menginginkan keamanan, dan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 75
kompensasi/penggajian yang baik terhadap
pekerjaan yang mereka lakukan. Apabila kepuasan
kerja mereka tidak terpenuhi maka akan
berdampak kepuasan kerja mereka rendah, yang
berakibat pembolosan, menurunnya kerja, dan
sebagainya.
Sedangkan Jhon Newstrom menyatakan
bahwa: "Job satisfaction is a set of favorable or
unfavorable feelings and emotions with which
employees view their work. Job satisfaction is an
effective attitude feelings of relative like or dislike
toward something". (Jhon W. Newstrom and Keith
Davis, 2011:220). Perasaan puas dapat berubah
sesuai dengan kondisi yang dialami individu baik
menguntungkan maupun tidak menguntungkan.
Kepuasan kerja secara khusus mengacu pada
sikap suka atau tidak suka seseorang terhadap
sesuatu, misalnya karena kenaikan pangkat atau
gaji yang diperoleh.
Kepuasan kerja dapat pula menggambarkan
sikap secara keseluruhan atau mengacu kepada
bagian dari pekerjaan seseorang. Mungkin mereka
puas dengan penghasilan yang diperolehnya,
tetapi tidak puas dengan kondisi kerja yang
dihadapinya.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan suatu tingkat dimana seseorang
merasa positif atau negatif tentang berbagai segi
76 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dari pekerjaan, tempat kerja, dan hubungannya
dengan teman kerja. Perasaan senang atau tidak
senang pekerja terhadap pekerjaan terbentuk bila
ada kesesuaian antara karakteristik pekerjaan
dengan keinginannya.
Kepuasan kerja merupakan refleksi perasaan
yang timbul setelah melakukan evaluasi terhadap
lingkungan pekerjaannya. Seseorang yang merasa
puas dengan pekerjaannya akan memiliki sikap
yang positif dengan pekerjaan sehingga akan
memacu untuk melakukan pekerjaandengan
sebaik-baiknya, sebaliknya adanya kemangkiran,
hasil kerja yang buruk, mengajar kurang
bergairah, merupakan akibat dari ketidakpuasan
kerja. Seseorang akan merasa puas bekerja jika
memiliki persepsi selisih antara kondisi yang
diinginkan dan kekurangan dapat dipenuhi sesuai
kondisi actual (kenyataan), seseorang akan puas
jika imbalan yang diterima seimbang dengan
tenaga dan ongkos individu yang telah
dikeluarkan, dan seseorang akan puas jika
terdapat faktor yang pencetus kepuasan kerja
(satisfier) lebih dominan dari pada faktor pencetus
ketidak puasan kerja (disastifer).
2. Faktor Penyebab Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja menurut John Newstrom dan Davis,
menyatakan bahwa faktor yang berkaitan dengan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 77
kepuasan kerja dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kepuasan kerja yang berhubungan dengan isi
pekerjaan (job content), dan konteks pekerjaan (job
context) yang meliputi pengawasan, rekan kerja,
dan organisasi. (John W. Newstorm and Keith
Davis, 2011:221).
Kepuasan kerja setiap individu dan
kelompok tidaklah sama karena berhubungan
dengan sejumlah variabel seperti ukuran
organisasi, tingkat pekerjaan, dan usia.
Ukuran organisasi dapat berkaitan dengan
kepuasan kerja. Semakin kecil ukuran organisasi,
semakin tinggi kepuasan kerja seseorang. Hal ini
sangat berkaitan dengan koordinasi dan
partisipasi pegawai di mana semakin besar ukuran
organisasi, semakin kompleks penerapan ketiga
hal tersebut. Pegawai dengan jabatan yang lebih
tinggi cenderung lebih puas dengan pekerjaannya
dari pada pegawai yang menduduki jabatan yang
lebih rendah. Biasanya pegawai dengan jabatan
yang lebih baik, serta mempunyai kemungkinan
untuk menggunakan kemampuan dan keahlian
secara lebih baik, kesempatan untuk
mengembangkan kreatifitas selalu ada.
Usia yang lebih tua umumnya memandang
pekerjaan lebih realistis dibanding yang lebih
muda, oleh karena itu mereka tingkat
kepuasannya terhadap pekerjaan cenderung lebih
tinggi. Seseorang dengan usia yang lebih muda
78 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
selalu menaruh harapan besar terhadap suatu
pekerjaan, sehingga mempunyai tingkat kepuasan
ideal yang sulit dicapai.
Di dunia pendidikan bisa terjadi guru-guru
yang sudah tua cenderung lebih puas dalam
bekerja dibanding dengan guru-guru yang masih
muda, karena harapannya tidak sama tingginya
dengan guru-guru yang muda. Guru-guru yang
memperoleh jabatan tambahan, tugas tambahan
di sekolah akan lebih puas dalam bekerja
dibanding dengan guru-guru yang hanya mengajar
saja tanpa tambahan tugas/jabatan lain. Hal ini
dikarenakan guru yang memperoleh jabatan/tugas
tambahan tentu lebih banyak tunjangannya,
disamping dia dihargai dan diperlukan dalam
organisasi/sekolah. Selanjutnya sekolah-sekolah
besar dengan jumlah guru yang banyak akan
membuat kepuasan kerja guru menjadi kurang,
sebab semakin besar organisasi, semakin banyak
guru akan semakin rumit pula mengelola
organisasi tersebut.
Menurut Muhammad, ada dua hal yang
mungkin menyebabkan orang tidak puas dengan
pekerjaannya, yaitu pertama, apabila orang
tersebut tidak mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya.
Kedua, apbila hubungan sesama teman sekerja
kurang baik. Atau dengan kata lain ketidakpuasan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 79
kerja ini berhubungan dengan masalah
komunikasi. (Muhammad Ami, 2009:79).
Siagian menyatakan bahwa, kepuasan kerja
karyawan dipengaruhi faktor-faktor "sifat
pekerjaan, otonomi bertindak, terdapat variasi,
adanya umpan balik terhadap pekerjaan yang
dilakukan, penerimaan kelompok, dan lingkungan
kerja". (Siagian, Sondang P, 2008:295).
John R. Schermerhorn, Jr, mengatakan
bahwa “the five facets of job satisfaction measured
by the JDI are:
1) The work itself (responsibility, interest,
and growth),
2) Quality of supervision (technical help and
social support),
3) Relationships with co-workers (social
harmony and respect),
4) Promotion opportunities (chances for
further advancement),
5) Pay-adequacy of pay and perceived
equity vis-à-vis other.” (John. R.
Schemerhorn, James G. Hunt, and
Ricard N. Osborn, 2005:143).
Menurutnya, lima faktor yang berpengaruh
terhadap kepuasan kerja, yaitu pekerjaan itu
sendiri (tanggung jawab, ketertarikan,
pertumbuhan), kualitas dari pengawasan
(dukungan sosial), hubungan dengan rekan kerja
(saling menghormati), peluang promosi
80 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
(kesempatan berkembang), serta upah
(terpenuhinya upah).
Robert N. Lussier, berpendapat bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
adalah:
1) The work it self (pekerjaan itu sendiri),
yaitu apakah pekerjaan tersebut
membuat seseorang tertarik untuk
melakukannya.
2) Pay (upah), yaitu sistem penggajian,
tingkat keadilan pembayaran finansial.
3) Growth and upward mobility
(senioritas/jenjang karir).
4) Supervision (pengawasan), yaitu
bantuan teknis yang mungkin
didapatkan dari atasan dalam
menghadapi pekerjaan tertentu.
5) Coworkers (rekan kerja), yaitu
interaksi dan kerjasama dengan rekan
sekerja di dalam kelompok kerja, dan
antar kelompok kerja. (Robert N.
Lusier, 2001: 80).
Michael, berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor
internal, eksternal, dan individu. (Michael Drafke,
2009: 407-409).
1) Faktor internal adalah:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 81
a) The work (pekerjaan) menunjukkan
bahwa efektivitas pekerjaan seseorang di
sebuah perusahaan.
b) Job variety (variasi pekerjaan) merujuk
pada ketrampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan, di mana masing-masing
pekerjaan memerlukan suatu aktivitas
yang berbeda atau bervariasi yang
memerlukan penggunaan sejumlah
kemampuan dan kecakapan pekerja yang
berbeda pula dalam mengerjakan.
c) Task specialization (tugas spesialisasi)
yang merujuk pada tingkat partisipasi
dalam pengambilan keputusan.
d) Autonomy (otonomi) menunjukkan bahwa
suatu pekerjaan memberikan bagian-
bagian untuk kebebesan ketergantungan
(freedom independent), dan pertimbangan
bagi pekerja dalam menentukan kegiatan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Memberikan kebebesan untuk mengatur
pekerjaan merupakan harapan setiap
pekerja, sehingga dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
e) Goal determination yaitu kebebasan
pegawai dalam menetapkan sasaran-
sasaran kerja mereka sendiri dan
menentukan kriteria mereka sendiri
untuk sukses. Peningkatan kebebasan
82 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
untuk menentukan tujuan dan kriteria
keberhasilan yang dapat mengakibatkan
peningkatan kepuasan kerja.
f) Feedback and recognition (umpan balik
dan pengakuan) menunjukkan bahwa
untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dalam pekerjaan, diperlukan umpan balik
dari hasil pekerjaan yang dicapai
langsung oleh pekerja dan informasi yang
sejelas-jelasnya mengenai keefektifan
hasil kerja. Umpan balik dalam pekerjaan
merupakan unsur yang penting dalam
peningkatan kepuasan kerja, sebab
umumnya pegawai memiliki motif-motif
berprestasi.
2) Faktor eksternal antara lain:
a) Achievement (prestasi) merujuk pada
keberhasilan seseorang dalam pekerjaan.
b) Role ambiguity and role conflict (peran
ambiguitas dan peran konflik).
c) Opportunity (peluang).
d) Job security (kenyamanan bekerja),
keadaan yang aman sangat
mempengaruhi perasaan pegawai
sewaktu kerja.
e) Social interactions (interaksi sosial).
f) Supervision (pengawasan), dengan
pengawasan yang baik dari seseorang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 83
supervisor yang dapat berperan sebagai
figur yang baik bagi bawahannya dapat
mengurangi absensi dan turn over.
g) Organizaitional culture (budaya
organisasi) keyakinan kolektif, nilai-nilai
dan sikap organisasi.
h) Work schedules (jadwal pekerjaan).
i) Seniority (senioritas).
j) Compensation (kompensasi) yaitu uang
dan imbalan kerja.
3). Faktor individu antara lain:
a) Commitment (komitmen).
b) Expectations (harapan).
c) Job involvement (keterlibatan kerja),
betapa pentingnya pekerjaan dalam
hidupnya. Pegawai terlibat dalam
pekerjaannya, maka pegawai makin
merasakan kepuasan pada pekerjaan
yang mereka lakukan.
d) Effort/reword ratio.
e) Influence of coworkers (dukungan sosial
rekan kerja atau kelompok kerja dapat
menimbulkan kepuasan kerja bagi
seorang pegawai, karena merasa diterima
dan dibantu dalam memperlancar
penyelesaian tugasnya.
f) Comparisons.
84 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
g) Opinions of others, pendapat orang lain
mengenai pekerjaan anda juga
mempengaruhi kepuasan kerja anda.
h) Personal outlook (pandangan pribadi),
pandangan umum seseorang pada
kehidupan adalah faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
Seseorang dengan harga diri yang tinggi,
dengan percaya diri dalam
kemampuannya, dan dengan pandangan
yang positif terhadap kehidupan lebih
cenderung memiliki kepuasan kerja yang
tinggi dari seseorang dengan sikap
negatif.
i) Age (usia) menunjukkan bahwa ketika
seseorang makin bertambah lanjut
usianya. Mereka cenderung sedikit lebih
puas dengan pekerjaannya. Seseorang
yang lebih muda cenderung kurang puas
karena berpengharapan tinggi, kurang
penyesuaian dan berbagai sebab lain.
Kreitner dan Kinicki, menyatakan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja
adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan
Model ini menjelaskan bahwa kepuasan
ditentukan oleh karakteristik dari sebuah
pekerjaan yang memungkinkan seseorang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 85
individu untuk memenehui kebutuhannya.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan
memepengaruhi kepuasan kerja.
2. Ketidakcocokan/perbedaan
Model ini menjelaskan bahwa kepuasan
adalah hasil dari harapan yang terpenuhi.
Pada saat harapan lebih besar dari pada
yang diterima, seseorang tidak akan puas.
Sebaliknya, individu akan puas pada saat ia
mempertahankan output yang diterimanya
dan melampui harapan pribadinya.
3. Pencapaian Nilai
Gagasan yang melandasi pencapaian nilai
adalah bahwa kepuasan berasal dari
persepsi bahwa suatu pekerjaan
memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai
kerja yang penting dari seorang individu.
Oleh karena itu para manajer dapat
meningkat kepuasan karyawan dengan
melakukan strukturisasi lingkungan kerja
penghargaan dan pengakuan yang
berhubngan dengan nilai-nilai karyawan.
4. Keadilan
Dalam model ini, kepuasan adalah suatu
fungsi dari bagaimana seorang individu
diperlakukan secara adil di tempat kerja.
Kepuasan berasal dari persepsi seseorang
bahwa output pekerjaan, relatif sama
dengan inputnya, perbandingan yang
86 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
mendukung output/input lain yang
signifikan.
5. Komponen Watak/Genetik
Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kepuasan merupakan sebagian fungsi dari
sifat pribadi maupun faktor genetic. Model
ini menunjukkan bahwa perbedaan individu
yang stabil adalah sama pentingnya dalam
menjelaskan kepuasan kepuasan kerja
dengan karakteristik lingkungan kerja.
(Robert Kreitner and Angelo Kincki,
2005:271-272).
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kepuasan kerja seseorang antara lain adalah
kedudukan, pangkat dan jabatan, masalah umur,
jaminan finansial dan sosial, serta mutu
pengawasan.
3. Teori Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl, mengkategorikan teori-
teori kepuasan kerja kepada tiga kumpulan
utama, yaitu teori ketidaksesuaian (discrepancy),
teori keadilan (equity theory), dan teori dua faktor.
(Wexley, Kenneth N. dan Gary Yukl, 2005: 130)
3.1. Teori Ketidaksesuaian
Menurut Wexley dan Yukl, kepuasan atau
tidakpuasan dengan aspek pekerjaan tergantung
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 87
pada selisih (discrepancy) antara apa yang
dianggap telah didapatkan dengan apa yang
diinginkan. (Wexley, Kenneth N. dan Gary Yukl,
2005:130). Jumlah yang dinginkan dari
karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai
jumlah minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhannya. Seseorang akan
terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi-
kondisi yang dinginkan dengan kondisi aktual
yang diperoleh.
Kesimpulan teori ketidaksesuaian
menekankan selisih antara kondisi yang
diinginkan dengan kondisi aktual (kenyataan), jika
ada selisih jauh antara keinginan dan kekurangan
yang ingin dipenuhi dengan kenyataan maka
orang menjadi tidak puas. Tetapi jika kondisi yang
diinginkan dan kekurangan yang akan ingin
dipenuhi ternyata sesuai dengan kenyataan yang
didapat maka ia akan puas.
3.2. Teori Keadilan
Teori keadilan memerinci kondisi-kondisi
yang mendasari seseorang bekerja akan
menganggap fair dan masuk akal jika insentif dan
keuntungan dalam pekerjaannya sesuai dengan
apa yang diharapkan. Teori ini telah
dikembangkan oleh Adam dan teori ini merupakan
variasi dari dari teori proses perbandingan, dan
keadilan serta ketidakadilan. Input adalah
88 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
komponen masukan yang bernilai bagi seseorang
yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti
pendidikan, pengalaman, kecakapan, banyaknya
usaha yang dicurahkan, jumlah jam kerja, dan
peralatan atau perlengkapan pribadi yang
dipergunakan untuk pekerjaannya. (Wexley,
Kenneth N. dan Gary Yukl, 2005: 131)
Kesimpulan teori keadilan atau kewajaran
imbalan yang ditrima. Keadilan diartikan sebagai
ratio antara input misalnya pendidikan guru,
pengalaman mengajar, jumlah jam mengajar,
banyaknya usaha yang dicurahkan pada sekolah
dengan output, misalnya upah/gaji, penghargaan,
promosi (kenaikan pangkat) dibandingkan dengan
guru yang lain di sekolah yang sama atau di
sekolah lain pada input dan output yang sama.
3.3. Teori Dua Faktor
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja
secara kualitatif berbeda dengan ketidak puasan
kerja. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
disatisfier atau hygiene factors dan satisfier atau
motivators. Hygiene faktor meliputi hal-hal seperti
gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi,
kondisi kerja dan status. (Wexley, Kenneth N. dan
Gary Yukl, 2005:136)
Kesimpulan dalam teori dua faktor bahwa
terdapat faktor pendorong yang berkaitan dengan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 89
perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga
membawa kepuasan kerja, dan yang kedua, faktor
yang dapat mengakibatkan ketidak puasan kerja.
Kepuasan kerja adalah motivator primer yang
berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, sebaliknya
ketidak puasan pada dasarnya berkaitan dengan
memuaskan anggota organisasi dan menjaga
mereka tetap dalam organisasi dan itu berkaitan
dengan lingkutan.
***
Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis
kemukakan tentang ciri-ciri kepuasan kerja
sebagai berikut:
a) Hasil persepsi karyawan terhadap pekerjaan
sehingga menimbulkan sikapnya terhadap
pekerjaan, sikap tersebut bisa positif dan
bisa negatif.
b) Penilaian karyawan terhadap perbedaan
antara imbalan dengan harapan.
c) Karyawan yang puas akan bersikap positif
terhadap pekerjaan, sebaliknya karyawan
yang tidak puas bisa bersikap negatif
terhadap pekerjaan.
Karyawan akan merasa puas bekerja jika
memiliki persepsi selisih antara kondisi yang
diinginkan dan kekurangan dapat dipenuhi sesuai
kondisi aktual (kenyataan), karyawan akan puas
90 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
jika imbalan yang diterima seimbang dengan
tenaga dan ongkos individu yang telah
dikeluarkan, dan karyawan akan puas jika
terdapat faktor yang pencetus kepuasan kerja
(satisfier) lebih dominan dari pada faktor pencetus
ketidak puasan kerja (disastifier).
Indikator-indikator kepuasan kerja, sesuai
yang dikemukakan Wexley dan Yukl, yaitu
perasaan yang berupa rasa senang maupun tidak
senang berdasarkan imbalan yang diterima,
kondisi kerja, perolehan penghargaan, dukungan
dari rekan sekerja, dan keberhasilan
menyelesaikan pekerjaan. (Wexley, Kenneth N. dan
Gary Yukl, 2005: 130-137)
4. Kepuasan Kerja Dalam Islam
4.1. Kerja sebagai Ibadah
Kerja adalah suatu kegiatan melakukan
sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
tt: 488). Arti ini bersifat secara garis besar, perlu
penjelasan lebih lanjut. Dalam Oxford Advanced
Learner‟s Dictionary diterangkan arti lebih detail,
kerja merupakan penggunaan kekuatan fisik atau
daya mental untuk melakukan sesuatu (Hornby,
1955: 1375).
Kamus lain menyebutkan, kerja ialah
aktivitas yang merupakan usaha badan atau
usaha akal yang digunakan menghasilkan
sesuatu, lebih dari sekedar hiburan. Dalam
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 91
Ensiklopedi Indonesia dengan konteks ekonomi,
kerja diartikan sebagai pengerahan tenaga (baik
pekerjaan jasmani maupun rohani) yang
dilakukan untuk menyelenggarakan proses
produksi (Hasan Shadily, tt: 1756).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
a) Kerja itu merupakan aktivitas bertujuan,
dengan sendirinya dilakukan secara sengaja
b) Pengertian kerja dengan konteks ekonomi
adalah untuk menyelenggarakan proses
produksi. Jadi, merupakan upaya
memperoleh hasil. Sedangkan pengertian
kerja di sini mencakup pula konteks
keagamaan. Oleh karenanya pengertian hasil
dapat bersifat transenden dan non materiil,
di samping yang bersifat materiil.
c) Kerja mencakup kerja bersifat fisik dan non
fisik atau kerja batin. Jadi bertujuan
memperoleh hasil, mencakup kerja lahir dan
batin.
Kerja atau amal dalam Islam dapat diartikan
dengan makna secara umum dan secara khusus.
Amal dengan cara umum adalah melakukan atau
meninggalkan perbuatan yang diperintahkan atau
dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan yang
baik ataupun perbuatan yang jahat. Perbuatan
yang baik disebut amal shalih, dan perbuatan
yang jahat disebut maksiyat. Adapun kerja secara
92 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
khusus adalah melakukan pekerjaan atau usaha
yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik
tolak bagi proses kegiatan ekonomi.
Konsep kerja menurut Islam adalah meliputi
segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh
Syariat Islam untuk mendapatkan balasan, upah
atau bayaran. Hal ini karena Rasulullah saw,
pernah bersabda:
ا : ع اىقذاد ت ذ نشب سظ هللا ع ع اىث صي هللا عي عي قاه
أمو أدذ غ اا قػ خشا أ ؤمو عو ذ ا ث هللا داد عي اىغال
سا اىثخاس اىغائ غش . ما ؤمو عو ذ
“Dari Miqdad bin Ma‟di Yakrib ra, dari Nabi saw,
bersabda: Sekali-kali tidaklah pernah seseorang
memakan makanan yang lebih baik dibandingkan
dengan memakan (makanan) dari hasil kerja
tangannya, dan sesengguhnya Nabi Allah Daud as
senantiasa makan dari hasil kerja tangannya”.
(H.R. Bukhari, Abu Daud, Al-Nasa‟iy dan lainnya)
Dalam Islam bekerja dinilai sebagai
kebaikan, dan kemalasan dinilai sebagai
keburukan. Bekerja mendapat tempat yang
terhormat di dalam Islam. Islam memandang
bahwa bekerja adalah sebagai ibadah. Dengan
bekerja kita melaksanakan hubungan hablum
min-Allah dan hablum min-annas.
Hablum min-Allah dalam artian bahwa
bekerja dan ikhtiar adalah perintah Allah yang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 93
harus kita tunaikan. Dengan bekerja berarti kita
tengah menunaikan kewajiban tersebut. Hablum
min-nnas memiliki pengertian bahwa dengan
bekerja berarti kita tengah melakukan hubungan
antar manusia dengan teman atau relasi kerja,
dengan atasan, dengan bawahan, dan tentunya
dengan keluarga yang kita nafkahi melalui ikhtiar
bekerja tersebut.
Rasulullah saw, pernah menyatakan bahwa
bekerja adalah jihad fi sabilillah: “Barang siapa
yang bekerja keras untuk mencari nafkah
keluarganya, maka ia adalah mujtahid fi
sabilillah.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits lain riwayat Thabrani,
Rasulullah saw, bersabda:
سا اىطثشا . اىزب رب ال ن شا اال اى تطية اى لح
“Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada yang
tidak bisa terhapus oleh (pahala) shalat, sedekah
ataupun hajji, namun hanya dapat ditebus dengan
kesungguhan dalam mencarinafkah penghidupan.”
(H.R. Thabrani).
Dalam hadits ini Nabi saw, ingin
menunjukkan betapa tingginya kedudukan bekerja
dalam Islam, sehingga hanya dengan bekerja keras
(sungguh-sungguh) suatu dosa bisa dihapuskan
oleh Allah SWT. Berniat untuk bekerja dengan
cara-cara yang sah dan halal menuju ridha Allah
94 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
adalah visi dan misi setiap muslim. Berpangku
tangan merupakan perbuatan tercela dalam agama
islam. Umar bin Khattab pernah menegur
seseorang yang sering duduk dan berdo‟a di masjid
tanpa mau bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraan dirinya. Umar berkata:
اىي اسصق فقذ عير ا اىغاء ال : ال ق ذ ادذم ع غية اىشصق قه
. ذطش رثا ال فعح
“Janganlah salah seorang kamu duduk di masjid
dan berdo‟a: “Ya Allah berilah aku rezeqi”.
Sedangkan ia tahu bahwa langit tidak akan
menurunkan hujan emas dan hujan perak”
Maksud perkataan Umar ini adalah bahwa
seseorang itu harus bekerja dan berusaha, bukan
hanya berdo‟a saja dengan mengharapkan
bantuan orang lain.
Tujuan bekerja antara lain adalah:
a) Melaksanakan tuntutan di dalam Islam.
b) Untuk mendapatkan rezeqi sebagai
karunia Allah SWT.
c) Sebagai mekanisme dalam
memakmurkan muka bumi
Ayat-ayat Al-Qur‟an yang menuntut manusia
untuk bekerja antara lain:
Surat At-Taubah ayat 105:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 95
ي كغذ ك إي ي إ ذ ي ذ إ إ ير اذ لذوه ذ ي ذ وه اذ له ه هي ذ ك ه ك إ ي ذ ذ هي ذ ذ ذ ه ك ي ك ذ ه ي ذلذ ذ ذ ي ان ذ ه ك
يوذ ك ذ ه اذي ه ك ي إ ذ ي هوو ه ه ك ذ ن ذ يذ إي ذ هوذ بإئ
“Katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan
orang-orang muknmin, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS 9: 105)
Surat Al-Jumu‟ah ayat 10:
ذي ذثإ الي إي ذ ك ه ه ي ان ي ان ي ذاك إ اك ي ذ كوذغه ي إ ضإ ي ني هي ذ ووذ إ ه ي إ ي ذ ك ذإإ ذ ي هاإ ذ ك
هفك إ ه اذي يو ذ ذ ن ه ك
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung”. (QS 62: 10)
Kerja akan dikategorikan ibadah apabila:
a) Apabila bekerja untuk keperluan diri sendiri.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Jika seseorang di antara kamu pada tengah
hari mengambil kayu di belakangnya,
sehingga dia dapat bersedekah darinya dan
mencegah dari padanya untuk meminta-
minta kepada orang lain, karena tangan di
atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
dan mulailah dari pada yang terdekat”.
96 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
b) Bekerja untuk keperluan keluarga. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai
kepada orang mukmin yang bekerja”.
c) Bekerja untuk keperluan masyarakat. Tidak
semua manusia mempunyai keahlian dalam
semua bidang. Untuk itu keahlian individu
dapat menyumbang kepada kesejahteraan
masyarakat yang diklasifikasikan sebagai
tuntutan fardhu kifayah. Sebagaimana
firman Allah SWT, dalam surah an-Nahl ayat
43:
ي يوذ ك ذ ه اذي...ي ي هوكوه ك ي إاك ي بإ ك إ ذ ه ي ذ ك ذ ذ لك
“Bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”.
(QS 16: 43)
Kerja sebagai ibadah, berarti mencakup
segala apa yang disukai oleh Allah dan mendapat
ridhaNya, baik berupa kerja lahir maupun batin,
maka dua macam kerja tersebut dalam pandangan
Islam dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Kerja lahir merupakan aktivitas fisik,
anggota badan, termasuk panca indera
seperti melayani pembeli di toko,
mencangkul di kebun/sawah, mengajar di
sekolah, menjalankan shalat, dan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 97
mengawasi anak buah bekerja, dan
sebagainya.
b) Kerja batin ada dua macam:
Kerja otak, seperti belajar, berpikir
kreatif, memecahkan masalah,
menganalisis dan mengambil kesimpulan.
Kerja qalbu, seperti berusaha
menguatkan kehendak mencapai cita-
cita, berusaha mencintai pekerjaan dan
ilmu pengetahuan, sabar dan tawakkal
dalam rangka menghasilkan sesuatu.
(Ahmad Janan Asifudin, 2004: 59).
Dalam Islam, pengertian akal sebagai alat
untuk memahami, mencakup dua pengertian kerja
batin tersebut. Isyarat demikian dapat ditangkap
dari firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 46 dan
surah Yusuf ayat 2:
ي إ ذ ي ي ذلك ذ ه اذ يآ ذ اب ي إ ذ ي ذ ك ي ذ ك إ ه اذ ي ه ه ب ي ذ ه ك ي ذوذ ه اذ ضإ ي ذلإ ه ي إ ي ذ ك ذ ذ ذ ك
ي نوإ ي إ ي ريه إي يوذ ك ذ ي ك ه ه ه اك ي ذ ذ إ ذإإون ذ ي يوذ ك ذ ي ذ ك ذ ه
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka
bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat
memahami, telinga mereka dapat mendengar?
Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang
buta ialah hati yang di dalam dada”. (QS 22: 46)
98 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
يوذ ك إ ه اذي الي ذ ذ ن ه ك الي ذ ذ إ ب آو إون ي ذونذ كوذ اهي ه ك
“Sesungguhnya telah Kami turunkan al-Qur‟an
berbahasa Arab agar supaya kamu memahaminya
dengan akal”. (QS 12: 2)
Kesemuanya itu, baik yang termasuk kerja
lahir maupun kerja batin, dalam konteks etos
kerja islami, termasuk aktivitas kerja bila
dilakukan secara sengaja dan tidak lepas dari
motif mendapatkan hasil materiil atau non
materiil.
Allah telah memberikan akal bagi manusia
untuk mencari kebutuhan hidupnya, menggali dan
mencari kekayaan dan sumber daya alam yang
telah Allah sediakan begitu banyak dan tidak akan
habisnya.
Jabatan dan keahlian apapun haikatnya
adalah anugerah dari Allah. Allah telah membagi-
bagi kemampuan, keahlian, dan kejujuran. Tidak
setiap orang siap menjadi petani atau pedagang,
demikian juga tidak semua orang siap untuk
menjadi TNI atau Polisi. Banyak orang yang tidak
mampu menekuni pekerjaan atau keahlian yang
dapat ditekuni oleh yang lain. Kadang yang cacat
tubuh saja memiliki keahlian yang khusus yang
tidak dimiliki yang lain.
Demikian Allah telah mendistribusikan
keahlian, kemampuan kepada setiap manusia.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 99
Allah berfirman antara lain surat an-Nahl ayat 71
dan surat al-Isra‟ ayat 21:
ي ذ ذ ي ذ ي نك إ إ ك يي إ ي هابإ ه ي إ ذ يبإ ي ذ ذ ي ن إ اذ قإ نك ي ذ ذ ي ذ كضي إ ي بإ ي ذ كاذ ه ك هي ذان ذ ذ ان
يه اذي إي ذ ك ذ ي ان ةإ ي ذ ذ إوإ ك ذ يلذ ذ وب ي إ إ ي ذ ه ك ي ذ ك ذ وه ه ك ذ ذ ذ ك
“Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas
sebagian yang lain dalam hal rezqi, tetapi orang
yang dilebihkan (rezeqinya itu) tidak mau
memberikan rezeqinya kepada para hamba sahaya
yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama
(merasakan) rezeqi itu. Mengapa mereka
mengingkari rahmat Allah”. (QS 16: 71)
يوذفكاإ يالي ييذ ذ ذ ي ذ ذ ك ذ ه ي ذ ذ ي ذ كضي ذ ذ إ ذ هي ذ ك ذ ه ي ذان كوذ ي ذ كاذ ه ك ي ذ ك ذ واله ك
“Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan
sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan
kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih
besar keutamaannya”. (QS 17: 21)
Dengan demikian maka kita sebagai
manusia yang beriman kepada Allah SWT, akan
menjadikan pedoman bahwa: “Bekerjaku
Ibadahku, Jabatanku Ibadahku” untuk meraih
keridahaan Allah SWT.
4.2. Ajaran Islam dalam Kepuasan Kerja
Tingkat kepuasan manusia itu tidak ada
batasanya, sehingga memang bisa menimbulkan
rasa rakus dan yang sejenisnya. Rasulullah SAW,
100 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
pernah menyatakan dalam sebuah haditsnya
sebagai berikut:
ع ات عثاط أظ ت اىل سظ هللا ع أ سعه هللا صي هللا عي
ى الء فا , ى أ الت اد ادا رة أدة أ ن ى ادا: عي قاه
ر ق عي . اال اىرشاب رب هللا عي ذاب
“Dari Ibnu „Abbas dan Anas bin Malik ra, mereka
berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda:
Andaikan seorang anak Adam (manusia)
mempunyai suatu lembah emas, pasti ia ingin
mempunyai dua lembah. Dan tiada yang dapat
menutup mulutnya (tidak ada yang menghentikan
kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah (mati).
Dan Allah berkenan member taubat kepada siapa
saja yang bertaubat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam membatasi tingkat kepuasan manusia
dengan tingkat kebutuhan yang seharusnya
dipenuhi. Pertemuan antara tingkat kepuasan
manusia yang tidak ada batasannya dengan
tingkat pemenuhuan kebutuhan dasar manusia
yang menjadikannya seorang qana‟ah dan
tawadhu‟. Ketika yang didahulukan adalah tingkat
kepuasan atau “want” maka seseorang akan
terlihat hidup berlebihan, sebaliknya jika yang
didahulukan adalah “needs” maka seseorang akan
terlihat hidup dengan bersahaja. Singkatnya ada
perbedaan mendasar antara “need” dan “want”
Hal ini Rasulullah saw, bersabda:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 101
ع عثذ هللا ت عش ت اى اص سظ هللا ع أ سعه هللا صي هللا عي
سا غي . ىقذ أفيخ أعي ما سصق م افا ق هللا تا أذا: عي قاه
“Dari Abdullah bin Amru ra, ia berkata: Rasulullah
saw, bersabda: Sungguh untung orang yang masuk
Islam dan rezeqinya cukup, dan merasa cukup
dengan apa-apa pemberian Allah kepadanya”.
(HR. Muslim)
ع أت دمحم فعاىح ت عثذ اال صاس سظ هللا ع أ عع سعه هللا صي
سا . غت ى ذ ىال عال ما عل م افا قع: هللا عي عي قه
اىرشز
“Dari Abu Muhammad (Fadholah) bin Ubaid Al-
Anshary) ra, ia telah mendengar Rasulullah saw,
bersabda: Untung bahagialah siapa yang mendapat
hidayat ta‟at pada ajaran Islam, dan
penghidupannya sederhana, dan menerima
(merasa cukup dengan apa yang ada)”.
(HR. Al-Turmudzi)
Jika kepuasan kerja dikaitkan dengan
ajaran Islam maka yang muncul adalah tentang
ikhlas, sabar, dan syukur. Ketiga hal tersebut
dalam kehidupan kita sehari-hari sangat berkaitan
dengan permasalahan yang muncul dalam bekerja
terutama kepuasan kerja. Bekerja dengan ikhlas,
sabar, dan syukur kadang-kadang memang tidak
menjamin menaikkan output. Tapi sebagai proses,
bekerja dengan tiga aspek tersebut memberikan
102 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
nilai tersendiri. Dengan bekerja secara ikhlas yang
disertai dengan sabar, dan syukur maka ada nilai
satisfaction tertentu yang diperoleh, yang tidak
hanya sekedar output. Ketika pekerjaan selesai,
maka ada kepuasan yang tidak serta merta
berkaitan langsung dengan output yang diperoleh.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
Ibrahim ayat 7:
ي ذ ذ إ ي ذ ذيإ يبي ي إان ه ك و ي ذفذ ك ي ذ ذئإاك ي ذنإ يذون ه ك ه ك و ي ذ ذ ك ي ذئإاك ي ذ ر ه ك ذ ناذ ذ إ كيوذ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azab-Ku
sangat berat”. (QS 14: 7)
Bekerja dengan tidak disertai dengan ikhlas,
sabar, dan syukur bisa menjadikan orang
cemberut dalam menyelesaikan tugasnya.
Pekerjaan memang selesai, output ada, dan target
bisa diperoleh. Tapi keberhasilan yang diperoleh
bila bekerja tidak ikhlas, bisa membawa rasa
marah dan capai. Orang yang menyelesaikan
pekerjaan dengan rasa ikhlas, sabar, dan syukur,
akan mempunyai aura tubuh yang
menggembirakan, senyum yang cerah dan riang
gembira. Sebaliknya orang yang bekerja tidak
ikhlas, sabar, dan syukur akan merasa tertekan,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 103
dan tidak puas, meski target dan output
kegiatannya terpenuhi.
Untuk bekerja secara ikhlas dengan sabar
dan syukur, memerlukan sikap menerima apa
adanya atau legowo atau qana‟ah. Seseorang yang
memiliki sikap menerima apa adanya atau legowo
bisa menerima keberhasilan dan tidak
keberhasilan. Selalu siap menerima kenyataan
bahwa output kerjanya lebih banyak dinikmati
orang lain dari pada untuk dirinya sendiri. Meski
sudah kerja keras, dan kerja keras, outputnya
ternyata adalah untuk orang lain. Oleh sebab itu
kita diharuskan bersyukur dan melihat ke
golongan bawah serta tidak membandingkan
dengan golongan atas. Hal ini sesuai dengan
hadits Rasulullah saw:
أ شا : قاه سعه هللا صي هللا عي عي: ع أت ششج سظ هللا ع قاه
ال ذ شا اى فقن ف أ ذس أ ال ذضدسا ح , اى اع و ن
ر ق عي . هللا عين
“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Bersabda
Rasulullah saw: Lihatlah orang yang di bawahmu,
dan jangan melihat orang yang di atasmu, karena
demikian itu lebih tepat, supaya kamu tidak
meremehkan ni‟mat karunia Allah kepada kamu”.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Di era kompetisi kerja yang sangat keras dan
ketat, bekerja dengan ikhlas, sabar dan syukur
104 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
menjadi tantangan yang berat. Tidak mudah
untuk menerima kenyataan di mana seorang yang
berhasil “menang”, kompetisi dalam bekerja,
ternyata outputnya lebih banyak untuk orang lain.
Dengan bekerja secara ikhlas, sabar dan syukur
tantangan yang berat itu menjadi ringan.
Jika seseorang tersebut bekerja dengan
ikhlas, sabar, dan syukur maka ketika diberi
nikmat oleh Allah SWT, ia akan berdo‟a
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT
dalam surat al-Ahqaf ayat 15:
ي....ي ي نوإ ي ذوك ذ ك ذ وذ ذ يوإ ك ذ ي ذ ك ه ذ وإ ي ذاك نإ ك إي ذ ك ي ذ ذي ذ ب وذ ذ يوإ ك ذ ي ذ ك ه ذ وإ ي ذاك نإ ك إي ذ ك ذ ب
ي ي إ ذ ك ذ ه ك ه ي إ ي إ ي ه بإ نوإ ي إوبإ يو اذ اهي ذ ذ ك إحك اليوذ ك ي ذ ك ذ ذي ذ إ ي ذ ذاك ذ ذ ني ذ ذ ذ ي ذ إيذين
ي ي ك هلك إ إ اذ اك ذ إوبإ ي إ
“Ya Tuhanku! berilah aku petunjuk agar aku dapat
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang
tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang
Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang
akan mengalir sampai kepada anak cucuku.
Sungguh aku bertaubat, dan sungguh aku
termasuk orang muslim”. (QS 46: 15)
Syukur berarti memaksimalkan potensi yang
ada, punya fisik yang sempurna digunakan
dengan baik, indera yang diberikan akan
maksimal jika kita menyadari akan potensinya,
kondisi sadar atas kepemilikan diri adalah konsep
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 105
syukur, begitu juga kita diberi umur, kesehatan
digunakan dengan baik, harta yang cukup
digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Jika
tidak mendapatkan itu selanjutnya adalah sabar
dan ikhlas dengan tetap memperhatikan potensi
diri, memahami kondisinya, tetap stabil tidak larut
dalam kesedihan atau kesenangan, tidak mudah
putus asa yang mengakibatkan stress atau depresi
yang akan menimbulkan perilaku negatif,
merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Jadi bukan sabar yang “bodoh” tetapi penuh
kreatifitas, keteguhan, optimis jiwanya, tidak
gampang terombang-ambing oleh keadaan. Itulah
kesadaran kita tetap terjaga dan terbaharuhi yang
memungkinkan untuk mengambil keputusan dan
tindakan secara bijaksana walaupun dalam situasi
yang sulit sekalipun.
5. Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja
Davis dan Newstron, berpendapat bahwa
kondisi kerja yang kondusif memungkinkan setiap
guru termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya
yang unggul, disertai usaha untuk meningkatkan
kompetensinya. Disamping itu kondisi ini
menggambarkan bahwa motivasi merupakan
suatu kondisi yang mendorong atau yang menjadi
sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan (Davis, K dan JW. Newstrom, 2004: 87).
106 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Sedangkan menurut Sedarmayanti
mendefinisikan bahwa motivasi kerja sebagai
sesuatu yang menimbulkan semangat kerja
(Sedarmayanti, 2007: 64).
Menurut Nawawi, manajemen sebagai proses
mendayagunakan orang lain untuk mencapai
suatu tujuan hanya akan berlangsung efektif dan
efisien jika ruangan mampu memotivasi para
pekerja dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya. Jadi dengan demikian
motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap
kepuasan kerja karyawan. Hasil yang positif
mengindikasikan bahwa jika motivasi kerja tinggi
maka kepuasan kerja juga tinggi.
6. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja
Di dalam organisasi terjadi saling
berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin,
sehingga memungkinkan terwujudnya iklim
organisasi. Iklim organisasi adalah lingkungan
manusia di mana para pegawai organisasi
melakukan pekerjaan mereka. Iklim tersebut dapat
mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Hal
itu dengan membentuk harapan pegawai tentang
konsekwensi yang akan timbul dari berbagai
tindakan. Harapan menimbulkan motivasi atau
mendorong pegawai untuk melakukan kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan, dalam rangka
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 107
memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan
fisiologis, sosial, rasa aman, penghargaan dan
aktualisasi diri. Terpenuhinya kebutuhan yang
sesuai dengan harapan akan mendatangkan
kepuasan kerja.
Perilaku kepemimpinan merupakan bentuk
karakter pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya bila dilakukan dengan baik,
maka karyawan akan termotivasi yang pada
akhirnya menimbulkan kepuasan kerja bagi
karyawan tersebut.
108 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 109
BAB IV
PERILAKU
KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Perilaku Kepemimpinan
Membicarakan kepemimpinan dapat dimulai
dari berbagai sundut pandang,dan setiap sudut
pandang dapat merupakan pendekatan yang akan
melahirkan pengertian yang berbeda dengan
pendekatan lainnya. Pemimpin dan kepemimpinan
dibutuhkan oleh manusia karena adanya
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
setiap manusia . Hal ini berarti bahwa ada
manusia yang memiliki kemampuan untuk
memimpin . Pemimpin adalah seorang yang
memiliki kecakapan tertentu yang dapat
mempengaruhi para pengikutnya untuk
melakukan kerja sama kea rah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, jelas
bahwa pemimpin harus memiliki berbagai
kelebihan, kecakapan dibandingkan dengan
110 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
anggota lainnya. Dengan kelebihan yang
dimilkinya, pemimpin dapat memiliki kewibawaan
sehingga dipatuhi oleh para pengikutnya.
Kelebihan tersebut beragam, di antaranya ialah
kelebihan moral, semangat kerja, keterampilan,
kecerdasan, keuletan, dan sebagainya. (Herabudin,
2009:183).
Yukl, mendefinisikan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu sifat, perilaku pribadi, pengaruh
terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan
kerjasama antar peran, kedudukan dari suatu
jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain
tentang legitimatis pengaruh (Gary Yukl, 2007: 5).
Nawawi juga mendefinisikan bahwa
kepemimpinan sebagai kemampuan
menggerakkan, memberikan motivasi, dan
mempengaruhi orang-orang agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil
keputusan tentang kegiatan harus dilakukan
(Hadari Nawai, 2006: 81).
Purwanto mendefinisikan kepemimpinan
sebagai suatu sifat, perilaku pribadi, pengaruh
terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan
kerja sama antar peran, kedudukan dari suatu
jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain
tentang legitimaasi pengaruh (M. Ngalim Purwanto,
2006: 48).
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 111
Wahjosumidjo mendefinisikan bahwa
kepemimpinan sebagai sifat-sifat, perilaku pribadi,
pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan kerja sama antar peran, kedudukan
dari suatu jabatan administratif, dan persepsi dari
lain-lain tentang legitimasi pengaruh
(Wahyosumidjo, 2005: 17).
Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan
di atas, pada dasarnya mengandung kesamaan
asumsi yang bersifat umum, yaitu:
a) Di dalam satu fenomena kelompok
melibatkan interaksi antara dua orang atau
lebih.
b) Di dalam melibatkan proses mempengaruhi,
di mana pengaruh yang sengaja digunakan
oleh pemimpin terhadap bawahannya.
Di samping kesamaan asumsi yang umum,
di dalam definisi tersebut juga memiliki perbedaan
yang bersifat umum pula, seperti:
a) Siapa yang mempergunakan pengaruh.
b) Tujuan dari pada usaha untuk
mempengaruhi.
c) Cara yang digunakan dalam
mempengaruhinya.
Kepemimpinan telah dipelajari melalui
berbagai cara yang berbeda-beda tergantung pada
konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi
para penelitinya, sehingga studi kepemimpinannya
hanya memperlakukan atau dihadapkan pada
112 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
satu aspek yang sempit, seperti pengaruh
bawahan atau sifat-sifat pribadi, atau perilaku
yang satu sama lain dijadikan sasaran studi tanpa
mengaitkan satu sama lain yang sebenarnya
merupakan satu rangkaian persoalan di bidang
kepemimpinan.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan
para anggota kelompok. Tiga implikasi penting
yang terkandung dalam hal ini yaitu:
(1) Kepemimpinan itu melibatkan orang lain
baik itu bawahan maupun pengikut.
(2) Kepemimpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, karena anggota
kelompok bukanlah tanpa daya.
(3) Adanya kemampuan untuk menggunakan
bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
memengaruhi tingkah laku pengikutnya
melalui berbagai cara.
Oleh karena itu, kepemimpinan pada
hakikatnya adalah:
a) Proses memengaruhi atau memberi contoh
dari pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi;
b) Seni memengaruhi dan mengarahkan orang
dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, dan kerjasama yang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 113
bersemangat dalam mencapai tujuan
bersama;
c) Kemampuan untuk memengaruhi, memberi
inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diharapkan;
d) Melibatkan tiga hal yaitu, pemimpin,
pengikut, dan situasi tertentu.
(Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2003: 3)
2. Kepemimpinan Dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal
pokok bagi kepribadian islami dan sudah diberi
contoh Nabi Muhammad saw, yang telah
menjadikan dirinya sebagai da‟iyah (seorang yang
melakukan dakwah) untuk menjadi seorang
pemimpin, baik secara de jure maupun secara de
facto, dalam membimbing orang lain menuju jalan
yang lurus (ihdinash shiraathal mustaqiim).
Pemegang fungsi kepemimpinan dalam Islam
biasa disebut Imam, dan kepemimpinan itu sendiri
disebut “imamah”. Pemimpinan dalam sejarah
kebudayaan Islam biasa digunakan dengan istilah:
khalifah, amir, dan sulthan. Dalam pada itu
perkataan wali dalam arti pemimpin masih segar
hingga saat ini, karena kita jumpai sebutan: wali
kota, wali negeri, dan sebagainya (Hamzah Ya‟qub,
1989: 115).
114 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Istilah lain adalah idarah atau management,
di mana Al-Qur‟an telah memberikan stimulasi di
dalam firman Allah surah Al-Baqarah, ayat 282:
أق ذ الله أقغػ ع رىن مثشا اى أ ي ذنرث صغشا أ ا أ ال ذغؤ
ن ظ عي في ن ا ت ذجاسج داظشج ذذش ذن أد أاله ذشذاتا االه أ ادج ىيله
ا ... اح أاله ذنرث
“Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya, yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu‟amalahmu itu), kecuali jika mu‟amalah
itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di
antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya”. (QS. 2: 282)
Di dalam ayat tersebut di atas, disebutkan,
artinya “yang kamu jalankan di antara kamu”.
Asal katanya “adaara-idaarah” yang artinya
manajemen, administrasi. Idaarah adalah masdar
dari adaara, jadi idaarah atau manajemen, suatu
keadaan sistem balik, berusaha supaya
menepati peraturan yang ada (Ahmad Warson,
1984: 466). Idarah mempunyai beberapa
pengertian, antara lain: a) menjadikan sesuatu
berjalan, b) saling mengisi, 3) persoalan atau
pendapat. Disamping pengertian tersebut, juga
mempunyai pengertian lain seperti: perkumpulan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 115
syarikah, madrasah, yayasan, sarana atau
perlengkapan untuk menyelesaikan segala urusan,
untuk mencapai hasil atau meningkatkan
produktivitas (Jurban Mas‟ud, 1967: 47).
Ayat tersebut menerangkan persoalan yang
berhubungan urusan sistem manusia, terutama
dalam persoalan jual beli, transaksi atau persoalan
kesekretariatan. Maka tidak heran apabila asal
penemuan ilmu manajemen itu dari persoalan
yang berhubungan dengan usaha bisnis, yang
kemudian berkembang menjadi ilmu dalam
mencapai tujuan, seperti kelompok sistem,
organisasi, syarikat-syarikat maupun
pemerintahan. Karena Al-Qur‟an memberitakan
apa yang terjadi dan yang akan terjadi (Jawahir
Tantawi, 1988: 49).
Di Indonesia istilah idarah identik dengan
manajemen, sebagaimana yang dirumuskan oleh
Koordinator Dakwah Islam DKI di dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Masjid. Idarah masjid
memberikan pengertian bahwa idarah dalam
pengertian umum adalah segala usaha, tindakan
dan kegiatan manusia, yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengendalian segala sesuatu
secara tepat guna (KODI, 1999: 49).
Dalam Islam, pemimpin merupakan hal yang
sangat fundamental. Ia menempati posisi tertinggi
dalam bangunan masyarakat. Dalam kehidupan
berkelompok (berjamaah), pemimpin ibarat kepala
116 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki
peranan yang strategis dalam pengaturan pola
(minhaf) dan gerakan (harokah). Kecakapannya
dalam memimpin akan mengarahkan yang
dipimpin kepada tujuan yang akan dicapai, yaitu
kejayaan dan kesejahteraan dengan iringan ridho
Allah SWT. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman
dalam surah Al-Baqarah ayat 207:
سءو تاى ثاد الله شظاج الله لش غ اترغاء اىهاط
“Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya karena mencari keridhan
Allah; dan Allah Maha Penyntun kepada hamba-
Nya”. (QS. 2: 207)
Dalam bangunan masyarakat, pemimpin
berada pada posisi yang menentukan terhadap
perjalanan umatnya. Apabila sebuah jamaah
memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif
dan cakap dalam pengembangan dan
pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliah,
maka dapat dipastikan perjalanan umatnya akan
mencapai titik kesuksesan. Sebaliknya, manakala
suatu jamaah dipimpin oleh orang yang memiliki
banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan,
manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan
nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan
hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 117
jamaah akan mengalami kemunduran, dan
bahkan mengalami kehancuran. Allah berfirman
dalam surah al-Isra‟ ayat 16:
ا شا ه ه فذ ا اىق ا فذقه عي ا ف غقا ف رشف شا يل قشح أ ارا أسدا أ
شا ذذ
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu
negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati
Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya Perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri ini sehancur-
hancurnya”. (QS. 17: 16)
Islam memandang bahwa kepemimpinan
memiliki posisi yang sangat strategis dalam
terwujudnya masyarakat yang berada dalam
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,
sebagaimana firman Allah SWT:
سصق ستن اه ميا ع آح هرا غن ىغثب ف ىقذ ما
سبب غ س ا نشا ى تيذج غثح
“Sesungguhnya bagi kaum Saba‟ ada tanda
(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan) : “
Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
118 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
(QS. 34: 15)
Mereka itu adalah masyarakat Islami yng
dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-
prinsip Islam. Demikianlah pentingnya
kepemimpinan atau imam dalam sebuah jamaah
atau kelompok. Rasulullah SAW bersabda:
ارا : قاه سعه هللا صي هللا عي عي : ع أت ششج سظ هللا ع قاه
سا . عافشذ فيئ ن اقشإم ا ما أصغشم ارا أن ف أش م
اىثخاس
“Dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah sawa,
bersabda : Apabila kamu mengadakan perjalanan
secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya
sebagai imam (pemimpin perjalannan)”.
(HR. Bukhori)
Kepemimpinan dalam pandangan Islam
tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan
pada umumnya, karena prinsip dan sistem yang
digunakan terdapat beberapa persamaan.
Kepemimpinan pertama kali dalam Islam
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kepemimpinan
Rasulullah saw tidak bisa dipisahkan dengan
fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual
dan masyarakat.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 119
Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah
keteladanan. Dalam kepemimpinannya, beliau
mengutamakan uswatun hasanah yakni
pemberian contoh kepada sahabat yang dipimpin.
Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang
sangat agung, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Al-Qur‟an surah Al-Qalam ayat 4:
ي ذ ذ ي ه هقي ذالإ ي ذ إون ذ
“Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-
benar berada dalam akhlak yang agung”.
(QS. 68: 4)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Rasulullah
SAW memang mempunyai kelebihan berupa
akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin
dan memberikan teladanan memang tidak
diragukan. Kepemimpinan Rasulullah saw
memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun
setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha
meneladani kepemimpinannya.
Rasulullah SAW membuktikan bahwa
seorang pemimpin yang baik adalah yang
mendorong para pengikutnya agar melayani orang
lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Sebagai
seorang pemimpin, seseorang terikat oleh
kedudukan yang dipercayakan Tuhan agar
bertanggung jawab dalam menegakkan keadilan,
kesetaraan, dan kesepahaman dalam segala
120 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
urusan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi juga
seorang ayah, imam, administrator, manajer,
supervisor, atau bahkan seorang pekerja yang
berpengaruh. Rasulullah SAW menegaskan
bahwasetiap orang yang diberi kepercayaan oleh
Tuhan Yang Maha Perkasa untuk menjadi
khalifah.
Kepemimpinan melibatkan proses
mempengaruhi orang untuk mentransformasikan
pandangan hidup mereka, kadang-kadang melalui
tindakan afirmatif, untuk mencapai kondisi yang
lebih baik. Perubahan yang lebih baik bisa dicapai
dengan cara mengubah perilaku seseorang, situasi
seseorang, atau lingkungan seseorang (atau
perpaduan di antara ketiganya) sedemikian rupa
sehingga hasilnya akan bermanfaat bagi ummat
manusia secara khusus. Proses seperti ini menjadi
landasan kepemimpinan altruistis.
Altruisme (bahasa Latin: alter, atau bentuk
jamaknya: alteri, orang lain) mengonotasikan
prinsip hidup, yang menghargai dan berbuat demi
kebaikan orang lain, menunjukkan kasih sayang
serta perhatuian terhadap kesejahteraan orang
lain. Prinsip ini menunjukkan suatu sikap
menyayangi dan berbagi rasa, sikap peduli dan
tidak egois atas kesejahteraan yang lain, menjaga
perasaan orang lain, memperhatikan kebutuhan
orang lain, dan selalu berusaha menciptakan
solusi saling menguntungkan atas apa yang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 121
dikerjakan secara bersama. Ini merupakan
antitesis dari sikap egoisme (sangat mementingkan
diri sendiri), kiasu-isme (takut kalah), Darwinisme
sosial (hukum rimba), atau Machiavellinisme
(kelicikan). Maka ciri-ciri seorang pemimpin yang
islami adalah: sopan, tabah, dermawan, baik hati,
ramah, berani, dapat dipercaya, penuh kebajikan,
semangat melayani masyarakat, dan berorientasi
warga (Ismail Noor, 2011: 33).
2.1. Kepemimpinan dalam Al-Qur’an
Nabi Adam adalah manusia pertama, dan
orang yang pertama memimpin manusia meskipun
hanya anak-anak dan cucu-cucunya. Hal ini Allah
SWT, berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 30:
غذ ا الئنح ا اعو ف ا سض خي ح قاىا أذج و ف ار قاه ستل ىي
ا ال ذ ي ط ىل قاه ا أعي قذ ذك غثخ تذ ذ اء غ ل اىذ ا ف
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”, mereka berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang Engkau
tidak mengetahui”. (QS. 2: 30)
122 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Perkataan khalifah dalam bentuk mufrad,
sedang jamak-nya khulafa atau khalaaif berarti
pengganti Nabi Muhammad saw (Mahmud Yunus,
1973: 120). Pada ayat tersebut Allah SWT
memberikan kekuasaan kepada manusia pertama
Adam sebagai khalifah untuk mengatur manusia
dalam kehidupan (As-Sayyid Muhammad Rasyid
Ridha, 1954: 258). Dalam Al-Qur‟an sebutan ini
sebanyak 9 kali, khalifah dapat berarti pengganti,
penguasa, atau generasi penerus, wakil dan
pengganti sesuatu yang telah ada sebelumnya.
(Jamaluddin Kafie, 1998: 65).
Tafsir al-Manar menyebutkan pengertian
ayat tersebut bahwa “manusia dijadikan Allah
SWT sebagai khalifah atau penguasa di bumi yang
dibekali dengan akal pikiran dan ilmu penetahuan
yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (As-Sayyid
Muhammad Rasyid Ridha, 1954: 256). Ini
merupakan keistimewaan manusia diberikan
kewenangan untuk mengatur alam semesta ini
dengan petunjuk Al-Qur‟an.
Pengertian khalifah sebagai penguasa,
banyak ragam dan jenis kekuasaan tersebut, baik
secara operasional, maupun konsepsional.
Khalifah juga mengandung arti yang universal,
tergantung penempatannyaa di dalam
pembahasan. Adakalanya dalam suatu negara
yang berdaulat, bentuk-bentuk organisasi
kemasyarakatan, sampai pada bentuk yang
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 123
sekeacil-kecilnya. Allah mengangkat khalifah di
bumi untuk menjadi pemimpin terhadap
sesamanya yang dilakukan secara kontinyu dari
generasi ke generasi (Abul Fidah Ismail bin Katsir,
1979: 49).
2.2. Kepemimpinan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun
hasanah yang harus diteladani bagi semua ummat
Islam. Beliau memiliki akhlak yang agung dan
luhur. Dengan akhlak yang luhur itulah beliau
dapat berhasil dalam berdakwah hanya kurang
dari 23 tahun, beliau dapat merubah dari
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang
beriman, berilmu, dan maju dalam segala bidang.
Akhlak Rasulullah SAW terulis dalam Al-
Qur‟an, antara lain dalam surah Al-Qalam ayat 4:
ي ذ ذ ي ه هقي ذالإ ي ذ إون ذ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang luhur”. (QS. 68: 4)
Di antara akhlak Rasulullah SAW yang
terpuji, adalah sikap pemaaf dan kasih terhadap
sesamanya, meskipun beliau sering dihina,
difitnah, dan disakiti orang lain. Selain bersikap
pemaaf, Nabi juga bersikap pengasih dan
penyayang terhadap sesamanya, terhadap fakir
miskin dan anak yatim. Dalam berbagai kegiatan
124 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dakwahnya, beliau selalu memulai kebaikan dari
dirinya sendiri dan keluarganya. Beliau selalu
berusaha kebaikan dan memelihara umatnya dari
kehancuran dan kenistaan.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surah
At-Taubah ayat 128:
ئ تاى ن دشص عي ا عر عضض عي أ غن سعه ىقذ اءم
سءو سد
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan
dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
(QS. 9: 128)
Dalam surah al-A‟raf ayat 199:
ي اىجا أعشض ع ش تاى شو أ خز اى
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma‟ruf, serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh”. (QS. 7: 199)
Ayat tersebut menunjukkan ada tiga macam
sikap dan budi pekerti yang luhur bagi Rasulullah
SAW, yaitu pemaaf, memerintah kebaikan dan
menajauhi dari orang-orang bodoh.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang
pelopor yang pro aktif dalam mengerjakan segala
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 125
urusan karena Allah SWT. Untuk menanamkan
iman atau keyakinan kepada para pengikutnya,
beliau berkata terus terang soal apa yang boleh
dan apa yang dilarang kepada mereka.
Beliau memberi teladan melalui
kepemimpinan dengan contoh (uswah), selalu
selangkah di depan untuk diikuti yang lain. Beliau
melakukannya tanpa menunjukkan arogansi,
tetapi beusaha menjadi yang terbaik dalam
ummat, tetap menunjukkan keberanian tetapi
rendah hati. Dalam prosesnya, Nabi Muhammad
SAW dipandang sebagai seorang manusia yang
memiliki integritas tinggi, bersemangat
menuntaskan misi dan penuh kasih dalam
membantu pengikutnyamenuju jalan yang benar.
Nabi Muhammad SAW menerapkan tiga gaya
pokok dalam kepemimpinannya, plus lima, yaitu
syura (permusyawaratan), „adl bil qisthi (keadilan
disertai kesetaraan), dan hurriyah al-kalam
(kebebasan dalam berekspresi) dalam segala
urusan dengan umatnya. Plus lima adalah
integritas pribadi, perbaikan hubungan, daya
kepemimpinan, perilaku etis, dan mendorong
semangat melalui pengetahuan spiritual (Ismail
Noor, 2011: 23).
1. Syura
Syura merupakan model dasar pengambilan
keputusan, dan dalam melakukan hal ini Al-
126 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Qur‟an menyerukan kepada para pemimpin
muslim agar bermusyawarah dengan mereka yang
berpengaruh atau yang lebih memiliki
pengetahuan dan lebih paham tentang persoalan
yang sedang dihadapi.
Syura adalah sebuah metode yang
menerapkan musyawarah di antara para
pemimpin dan pengikut mengenai berbagai
persoalan penting, terutama jika masalahnya
bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak.
Berbagai pikiran dan saran diminta dari berbgai
kalangan, terutama dari mereka yang ahli dan
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Allah telah mewajibkan syura kepada semua
hamba-Nya, karena Dia telah menyejajarkan
dengan kewajiban beribadah melalui shalat, zakat,
dan amal shalih.
Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Syura ayat 38:
ي نذ كوذ ه ك ي ذ إ ن ي ذ ي ه ذ ي ذ كوذ ه ك ي ذ ذ ذ ه ي ني ذي ذ ذ ك ه ه ك وذ ذ ه ي إ ذ بإ إ ك ي لك ذ ن إ اذ
هوكفإ ه ا
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhan dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
(QS. 42: 38)
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 127
Para pemimpin mungkin bukan hanya
mereka yang dianugerahi wawasan atau visi atas
berbagai situasi yang menuntut penyelesaian
masalah. Ada para pengikut yang bisa
memberikan konttribusi juga, bahkn pada
sejumlah kasus tertentu bisa lebih baik
dibandingkan dengan para atasannya.
Firman allah dalam surah Ali Imran ayat
159:
ىل فاعف د ا ع د ف ا غيظ اىقية ال م ى د ى ى الله ح ا سد فث
ذة ه الله ا مهو عي الله د فر ش فبرا عض ف ا س ا اعرغ ش ى ع
ي م ر اى
“Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad)
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
merek menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. 3: 159)
Syura diterapkan dalam pengambilan
keputusan dan berbagai pilihan strategis. Metode
ini diterapkan ketika tidak ada nash dalam Al-
Qur‟an atau Sunnah Nabi saw. Hal ini disebabkan
Syura membutuhkan ijtihad (keputusan yang
128 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
didasarkan pada penyelidikan seksama terhadap
berbagai fakta) mengenai berbagai persoalan.
2. Keadilan („adl)
Keadilan merupakan tonggak kedua
kepemimpinan Islam. Pemimpin muslim harus
berurusan dengan berbagai macam orang,
terutama pada ummatnya, dengan rasa keadilan
dan keterbukaan tak peduli apa suku, keyakinan,
kebangsaan, atau keimanannya. Al-Qur‟an
memerintahkan kepada kaum muslim agar
bersikap adil dan tidak pandang bulu, bahkan
kepada mereka yang menentang.
Allah berfirman dalam surah an-Nisa‟ ayat
135:
اىذ اى أ عي أ غن ى ذاء لله تاىقغػ ا ه ا ما ق آ ا اىهز ا أ
ا ذ ذىا أ هث ا اى ا فال ذر ى ت أ فقشا فالله غا أ ن ا ا قشت
خثشا ي ا ذ ت ما ه الله ذ شظا فب ا أ ذي
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia
(yang terdakwa itu) kaya atau miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 129
maka sesungguhnya Allah adalah Maha teliti
segala apa yang kamu kerjakan”. (QS. 4: 135)
Surah lain, Al-Maidah ayat 8:
عي ق آ هن ال جش ذاء تاىقغػ لله ا ه ا ما ق آ ا اىهز ا أ
ي ا ذ خثش ت ه الله ا اذهقا الله أقشب ىيرهق أاله ذ ذىا اعذىا
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu
sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika)
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. 5: 8)
Juga dalam surah an-Nisa‟ ayat 58:
ا ذذن اىهاط أ ت ر ارا دن ا ي ااخ اى أ ا ا ذئد أ شم ؤ ه الله ا
ا تصشا ع ما ه الله ا ت ا ن ه ه الله تاى ذه ا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu.
Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.
(QS. 4: 58)
130 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Keadilan bermakna meletakkan sesuatu
pada tempatnya, atau menempatkannya dalam
perspektif yang benar. Keadilan juga berarti
melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa
besar maupun kecilnya. Dalam konteks Islam, hal
ini pada puncaknya mengimplikasikan bahwa
Allah SWT, melakukan segala sesuatunya dengan
benar. Apapun yang Dia perbuat berdasarkan
pada kebenaran. Bahkan, ketika Dia harus
menghukum hamba-Nya, Dia melakukan yang
terbaik buat mereka. Di pihak manusia, keadilan
mengimplikasikan melakukan sesuatu pada
tempatnya, tanpa kedengkian atau kesombongan.
Ketika Rasulullah saw, mengukuhkan
kedudukan kum muslim di Madinah, beliau
membuat sebuah Piagam Perjanjian (al-Dhimmah)
dengan suku Yahudi demi pertahanan dan
keamanan kota. Di antara tujuan piagam itu
adalah kedudukan Nabi Muhammad saw, sebagai
pemimpin dan kepala negara Madinah. Nabi
Muhammad saw diterima sebagai pengendali
segala urusan. Beliau bertindak sebagai penengah
pihak-pihak yang bertikai sehingga hukum dan
peraturan dapat ditegakkan di Negara Madinah
Dalam penerapan keadilan, Nabi selalu
memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada semua warga tanpa memandang ras,
keyakinan. Semua orang memiliki akses yang
sama dalam kegiatan ekonomi, pendidikan,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 131
perdilan, rampasan perang, ketaatan beragama,
atau pemilihan pejabat negara. Demokrasi
ditegakkan selama tidak melanggar hukum Allah
SWT.
Dalam pengertian manajemen, keadilan
adalah bersikp menjadi sesama manusia kepada
orang lain. Keadilan mencakup kondisi yang
terbuka dalam perekrutan dan pemecatan, seleksi
karyawan sercara bijak, penentuan upah dan gaji
yang merata, alokasi tugas dan tanggung jawab
yang adil, kepantasan dalam menangani urusan
kepegawaian, penanganan pengaduan secara
proposional, penghargaan memadai mengenai
pekerjaan yang dilakukan. Dalam semua aspek
pengaturan kesejahteraan tersebut, keadilan
harus ditegakkan.
3. Kebebasan Berekspresi
Kebebasan berekspresi merupakan hak yang
diberikan kepada siapa saja untuk menyuarakan
kepedulian, persetujuan atau saran suatu
persoalan yang mempengaruhi kesejhteraan
dirinya atau komunitasnya. Nabi Muhammad
caakap dalam hal menangani berbagai masalah
yang dibawa ke hadapan beliau. Bahkan dalam
sesi halaqah, Nabi mendengarkan pandangan
orang lain dengan sungguh-sungguh, dengan
tubuh dicondongkan ke arah orang itu, sebelum
132 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
berkomentar, memberi nasihat, dan mengambil
keputusan.
Kebebasan berekspresi sangat erat
kaitannya dengan praktik syura, yang
memungkinkan adanya pandangan yang setuju
dan yang menentang. Begitulah praktik praktik
syura, memberi kebebasan berekspresi tapi harus
sejalan dengan etika dalam perbedaan pendapat
(adabu al-ikhtilaf), sehingga bisa memunculkan
solusi terbaik, memberi gambaran kepada
pemimpin tentang bagaiman cara menangani
perselisihan semacam itu. Di dalamnya
terkandung hak azasi individu, sepanjang hak
tersebut tidak melanggar hak orang lain.
Agar mendapatkan keputusn melalui syura,
tetapi memberi ruang bagi perbedaan pendapat,
para anggota halaqah harus berpartisipasi dalam
tukar pendapat dengan pikiran terbuka dan niat
positif.
Rasulullah saw, bersabda:
....اا اال عاه تاىاخ اا ىنو اشء ا
“Perbuatan itu berdasarkan niatnya dan setiap
orang akan mendapatkan apa yang
diniatkannya….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Aspek-aspek etika dalam perbedaan
pendapat pada pelaksanaan rapat dan
mudzakarah (diskusi atau tukar pendapat atas
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 133
suatu perselisihan) yang berlangsung pada masa
Rasulullah saw adalah:
(a) Pedoman diberikan oleh Nabi Muhammad
SAW. Dengan demikian para shahabat tidak
perlu berselisih di antara mereka sendiri.
Persoalan dibahas dengan sopan, damai,
tetapi tegas.
(b) Ketika timbul perbedaan, kendati sudah ada
usaha menyelesaikannya, para shahabat
merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunnah untuk
mencari penyelesaiannya. Segala keputusan
yang diambil dari Al-Qur‟an dan Sunnah
akan diikuti tanpa syarat.
(c) Berkenaan dengan berbagai persoalan yang
menyangkut interpretasi, Nabi Muhammad
SAW, akan memberikan petunjuk tentang
apa yang benar dan apa yang salah. Para
shahabat memberikan kepercayaan dan rasa
hormat dalam ketulusan atas pandangan
dan penilaian satu sama lain. Pendekatan
ini menghindari sikap ekstrim dan fanatik.
(d) Siapapun yang ada di dalam tim atau rapat
bisa menunjukkan kebenaran, yang akan
diakui dan diterima. Kesepakatan atau
pandangan mayoritas adalah tujuan untuk
sampai pada sebuah keputusan.
134 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
2.3. Kriteria Kepemimpinan
1) Faktor Keulamaan
Allah berfirman dalam surah Fathir ayat 28:
عثاد ا خل الله ا مزىل اه خريف أى ا ا اب اىذه اىهاط
عضض غ س ه الله اء ا اى ي
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”. (QS. 35: 28)
Ayat ini menjelaskan bahwa di antara
hamba-hmba yang paling takut kepada Allah
adalah al-Ulama. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila pemimpin mempunyai kriteria keulamaan,
maka dia akan selalu menyandarkan segala sikap
dan keputusannya berdasarkan Al-Qur‟an dan As-
sunnah. Dia akan takut melakukan kesalahan dan
berbuat dosa.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam
surah Al-Hujurat ayat 1:
ع عي ع ه الله ا اذهقا الله سعى الله ذ ا ت ا ال ذقذ آ ا اىهز ا أ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 135
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. 49: 1)
Seorang pemimpin yang berkriteria ulama,
haruslah memiliki keilmuan yang dalam. Ia selalu
menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya
berdasarkan ilmu. Hal ini berdasarkan firman
Allah SWT, dalam surah an-Nahl ayat 43:
ال ذ ي ر م مش ا و اىز فاعؤىا أ قثيل االه س اال د اى ا أسعيا
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada
mereka, Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui”. (QS. 16: 43)
Ayat ini menjelaskan bahwa seorang
pemimpin harus ahlu adz-dzikri (ahli dzikir), yaitu
orang yang dapat dijadikan rujukan dalam
menjawab berbagai macam problema ummat.
2) Faktor Keteladanan
Seorang pemimpin hendaknya orang yang
memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik
dalam hal perbuatan, perkatan, dan ibadah
kepada Allah SWT. Hal ini allah berfirman dalam
surah al-Ahzab ayat 21:
136 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
رمش الله اخش اى ش الله ما ج دغح ى أع ف سعه الله ىن ىقذ ما
مثشا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
(QS. 33: 21)
Seorang pemimpin hendaknya menjadikan
Rasulullah SAW sebagai teladan bagi dirinya,
sehingga meskipun tidak mencapaai titik
kesempurnaan, paling tidak ia mampu
menampilkan akhlak yang baik. Akhlak
merupakan masalah yang paling mendasar dalam
kepemimpinan, meskipun seorang pemimpin
memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa,
tetapi apabila tidak dikontrol mellui akhlak yang
baik, maka ia justru akan membawa kerusakan
dan kehancuran.
3) Faktor Manajerial
Seorang pemimpin harus memahami ilmu
manajerial, meskipun pada standar yang minim.
Memahami manajemen kepemimpinan,
perencanaan, administrasi, distribusi
keanggotaan, dan sebagainya. Allah berfirman
dalam surah Ash-Shaf ayat 4:
شصص تا ص ا مؤه ف عثي قاذي ذة اىهز ه الله ا
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 137
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh”. (QS. 61: 4)
Ayat ini menjelaskan tentang seorang
pemimpin bagaimana harus dapat menciptakan
suasana yang di pimpin (bawahannya) menjadi
serasi, seimbang dan adil. Dengan kemampuan
manajerial seorang pemimpin, maka akan tercipta
tawassuq (keteraturan), tawazun (keseimbangan),
yang kesemuanya tertuju pada takammul
(kesempurnaan) secara menyeluruh.
4) Faktor Intelektual
Seorang pemimpin harus memiliki
kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual
(SQ), maupun intelektual (IQ). Rasulullah saw,
pernah menguji kelayakan dan kepatutan kepada
Mu‟adz bin Jabal sebagai berikut:
ع ار ت ثو سظ هللا ع ا سعه هللا صي هللا عي عي ىا ت ث اى
فا ى : قاه. أقع تنراب هللا: مف ذقع ارا عشض ىل قعاء ؟ قاه: اى قاه
. فا ى ذجذ ف عح سعه هللا : قاه . فثغح سعه هللا: ذجذ ف مراب هللا ؟ قاه
أ رذ سأ: قاه
: فعشب سعه هللا عي صذس قاه : قاه (ا ال اقصش ف ا راد )ال اى
.اىذذ هلل اىز فق سعه سعه هللا ىا شظ سعه هللا
“Dari Mu‟adz bin Jabal ra, bahwa Rasulullah SAW
ketika mengutusnya ke Yaman beliau bersabda:
138 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
“Bagaimanakah engkau memberi putusan (hukum)
apabila suatu putusan dihadapkan kepadamu?”.
Mu‟adz menjawab: “Saya akan memberikan
keputusan berdasarkan kitab Allah”. Beliau
bersabda: “Jika kamu tidak menemukannya di
dalam kitab Allah?” Ia menjawab: “Maka
berdasarkan sunnah Rasulullah”. Beliau bersabda :
“Jika kamu tidak menemukannya dalam sunnah
Rasulullah?” Ia menjawab : “Saya akan berijtihad
dengan pendapatku, dan saya tidak akan gegabah
(tidak sembrono). Perawi berkata: Kemudian
Rasulullah SAW menepuk-nepuk dada Mu‟adz
seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan taufik kepada utusan Rasulullah
kepada sesuatu yang diridhai oleh Rasulullah”
Hadits tersebut menunjukkan betapa
pentingnya kecerdasan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Rasulullah SAW juga
menyatakan:
. فارا دن ا رذ ث أخطؤ في أ ش, ارا دن اىذام فا رذ ث أصاب في أ شا
ر ق عي
“Apabila seorang hakim hendak menetapkan
sesuatu hukum ia berijtihad kemudian tepat
ijtihadnya, maka baginya dua pahala; dan apabila
ia hendak menetapkan sesuatu hukum dan
berijtihad kemudian salah ijtihadnya, maka
baginya satu pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 139
3. Pendekatan Studi Kepemimpinan
Wahjosumidjo mengemukakan bahwa
persoalan utama kepemimpinan dapat dibagai ke
dalam tiga masalah pokok, yaitu:
1) Bagaimana seseorang dapat menjadi seorang
pemimpin.
2) Bagaimana seorang pemimpin itu
berperilaku.
3) Apa yang membuat pemimpin itu berhasil.
(Wahyosumidjo, 2005: 19).
Sehubungan masalah di atas, studi
kemimpinan yang terdiri dari berbagai macam
pendekatan pada hakikatnya merupakan usaha
untuk menjawab atau memberikan pemecahan
persoalan yang terkandung di dalam ketiga
permasalahan tersebut. Adapun pendekatan
terhadap kepemimpinan tersebut adalah:
3.1. Pendekatan Pengaruh Kewibawaan
(power influence approach)
Menurut pendekatan ini, keberhasilan
pemimpin dipandang dari segi sumber dan
terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada
para pemimpin, dan dengan cara yang
bagaimana para pemimpin menggunakan
kewibawaan tersebut kepada bawahan
(Wahyosumidjo, 2005:20). Pendekatan ini
menekankan proses saling mempengaruhi, sifat
140 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
timbal balik dan pentingnya pertukaran
hubungan kerjasama antara para pemimpin
dengan bawahan.
Wirawan mengemukakan bahwa hasil
penelitian terdapat pengelompokan sumber dari
mana kewibawaan tersebut berasal, yaitu:
a) Legitimate power, bawahan melakukan
sesuatu karena pemimpin memiliki
kekuasaan untuk meminta bawahan dan
bawahan mempunyai kewajiban untuk
menuruti atau mematuhinya.
b) Coersive power, bawahan melakukan
sesuatu agar dapat terhindar dari
hukuman yang dimilki oleh pemimpin.
c) Reward power, bawahan mengerjakan
sesuatu agar memperoleh penghargaan
yang dimiliki oleh pemimpin.
d) Referent power, bawahan melakukan
sesuatu karena bawahan mereasa kagum
terhadap pemimpin, bawahan merasa
kagum atau membutuhkan untuk
menerima restu pemimpin, dan mau
berperilaku pula seperti pemimpin.
e) Expert power, bawahan mengerjakan
sesuatu karena bawahan percaya
pemimpin memiliki pengetahuan khusus
dan keahlian serta mengetahui apa yang
diperlukan (Wirawan, 2002: 21).
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 141
Berdasarkan pendekatan pengaruh
kewibawaan, seorang kepala sekolah
dimungkinkan untuk menggunakan pengaruh
yang dimilikinya dalam membina,
memberdayakan, dan memberi teladan
terhadap guru sebagai bawahan. Legitimate dan
coercive power memungkinkan kepala sekolah
dapat melakukan pembinaan terhadap guru,
sebab dengan kekuasaan dalam memerintah
dan member hukuman, pembinaan terhadap
guru akan lebih mudah dilakukan. Sementara
itu dengan reward power memungkinkan
kepala sekolah memberdayakan guru secara
optimal, sebab penghargaan yang layak dari
kepala sekolah merupakan motivasi berharga
bagi guru untuk menampilkan performan
terbaiknya, Selanjutnya dengan referent dan
expert power, keahlian dan perilaku kepala
sekolah yang diimplementasikan dalam bentuk
rutinitas kerja, diharapkan mampu meningkan
motivasi kerja para guru.
3.2. Pendekatan Sifat (the Trait Approach)
Pendekatan ini menekankan pada
kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin
ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang
dimilki oleh pemimpin seperti:
a) Tidak kenal lelah atau penuh energi.
b) Intuisi yang tajam.
142 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
c) Wawasan masa depan yang luas.
d) Kecakapan meyakinkan yang sangat
menarik.
Menurut pendekatan sifat, seseorang
menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang
dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau
dilatih. Purwanto mendefinisikan pemimpin
adalah dilahirkan bukan dibuat bahwa
pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan
untuk memimpin, tetapi mewarisinya (M.
Ngalim Purwanto, 2006: 31).
Sutisno mengemukakan bahwa seseorang
tidak menjadi pemimpin dikarenakan memilki
suatu kombinasi sifat-sifat kepribadian, tapi
pola sifat-sifat pribadi pemimpin itu pasti
menunjukkan hubungan tertentu dengan sifat,
kegiatan, dan tujuan dari pada pengikutnya
(Sutisno, 2005: 258). Berdasarkan pendekatan
sifat, keberhasilan seseorang pemimpin tidak
hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi,
melainkan ditentukan pula oleh
kecakapan/keterampilan (skill) pribadi
pemimpin.
Studi trait approach didukung dengan
perkembangan cepat percobaan psikologi
selama periode 1920-1950. Berdasarkan hasil
studi tersebut ada tiga macam sifat pribadi
seorang pemimpin yang meliputi:
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 143
a) Ciri-ciri fisik, (physical characteristics),
seperti tinggi badan, penampilan,
energi.
b) Kepribadian (personality), seperti
menjunjung tinggi harga diri, stabilitas
emosional.
c) Kemampuan/kecakapan. Seperti
kecerdasan umum (general
intelegence), lancar berbicara (verbal
fluency), keaslian (originality), dan
wawasan social (social insight).
3.3. Pendekatan Perilaku (the Behavior
Approach)
Pendekatan perilaku merupakan
pendekatan yang berdasarkan pemikiran,
bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin
ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan
yang dilakukan oleh pemimpin dalam
kegiatannya sehari-hari. Pendekatan perilaku
ini ditunjukkan pemimpin dalam hal
bagaimana cara memberi perintah, membagi
tugas dan wewenang, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat kerja bawahan, cara
memberi bimbingan dan pengawasan, cara
membina disiplin kerja bawahan, dan cara
mengambil keputusan (M. Ngalim Purwanto,
2006: 32).
144 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Pendekatan perilaku menekankan
pentingnya perilaku yang dapat diamati yang
dilakukan oleh para pemimpin dan sifat pribadi
atau sumber kewibawaan yang dimilikinya.
Oleh sebab itu, pendekatan perilaku itu
mempergunakan acuan sifat pribadi dan
kewibawaan.
Kemampuan perilaku secara
konsepsional telah berkembang ke dalam
berbagai macam cara dan berbagai macam
abstraksi. Perilaku seorang pemimpin
digambarkan ke dalam istilah pola aktivitas,
peranan manajerial atau kategori perilaku.
3.4. Pendekatan Situasional (situational
approach)
Pendekatan situasional menekankan
pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi,
mengemukakan dan mencoba untuk mengukur
atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan
membantu pimpinan dengan garis pedoman
perilaku yang bermanfaat yang berdasarkan
kepada kombinasi dari kemungkinan yang
bersifat kepribadian dan situasional
(Wahyosumidjo, 2005: 15).
Pendekatan situasional atau pendekatan
kontingensi merupakan suatu teori yang
berusaha mencari jalan tengah antara
pandangan yang mengatakan adanya azas-azas
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 145
organisasi dan manajemen yang bersifat
universal, dan pandangan yang berpendapat
bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki
situasi yang berbeda-beda sehingga harus
dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Yukl, menjelaskan bahwa pendekatan
situasional menekankan pada pentingnya
faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi
proses kepemimpinan. seperti sifat pekerjaan
yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat
lingkungan eksternal, dan karakteristik para
pengikut (Gary Yukl, 2007: 11).
Fattah berpandangan bahwa keefektifan
kepemimpinan bergantung pada kecocokan
antara pribadi, tugas, sikap, dan persepsi
(Nanang Fattah, 2001: 9).
Sutarto mengemukakan bahwa berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan
gaya kepemimpinan antara lain sifat pribadi
pemimpin; sifat pribadi bawahan; sifat pribadi
sesama pemimpin; struktur organisasi; tujuan
organisasi; kegiatan yang dilakukan; motivasi
kerja; harapan pemimpin maupun bawahan;
pengalaman pemimpin maupun bawahan; adat,
kebiasaan, tradisi, budaya lingkungan kerja;
tingkat pendidikan pemimpin maupun
bawahan; lokasi organisasi di kota besar, kota
kecil, atau desa; kebijaksanaan atasan;
teknologi, peraturan perundangan yang
146 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
berlaku; ekonomi, politik, keamanan yang
sedang berlangsung disekitarnya (Sutarto,1986:
109).
4. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Wahjosumidjo, fungsi
kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan. Fungsi-fungsi
kepemimpinan yaitu membantu terciptanya
suasana persaudaraan, dan kerja sama dengan
rasa penuh kebebasan, membantu kelompok
untuk mengorganisasikan diri yaitu ikut
memberikan rangsangan dan bantuan kepada
kelompok dalam menetapkan tujuan, membantu
kelompok dalam menetapkan proses kerja,
bertanggungjawab dalam mengambil keputusan
bersama dengan kelompok, dan terakhir
bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi organisasi.
Adapun fungsi-fungsi kepemimpinan adalah:
1) Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas
bawahan.
2) Mengkomunikasikan gagasan kepada orang
lain.
3) Mempengaruhi orang lain.
4) Menciptakan perubahan secara efektif di
dalam penampilan kelompok.
5) Menggerakkan orang lain, sehingga secara
sadar orang lain tersebut mau
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 147
melaksanakan apa yang dikehendaki
(Wahyosumidjo, 2005: 40).
Rivai menyatakan bahwa dalam
kepemimpinan terdapat kegiatan pengaruh-
mempengaruhi serta menggerakkan bawahaannya
untuk mencapai tujuan. Agar dapat berhasil dalam
memimpin bawahaannya, selain harus memiliki
kualitas maupun sifat, juga dituntut untuk dapat
memengaruhi dan mengarahkan bawahannya.
Dengan demikian, seorang pemimpin harus
mampu melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan, diantaranya adalah koordinasi,
pengambilan keputusan, komunikasi, dan
perhatian kepada bawahan (Veithzal Rivai dan
Deddy Mulyadi, 2009: 128-131).
1) Koordinasi
Untuk dapat menggerakkan bawahan,
seorang pemimpin harus dapat melakukan
koordinasi, yaitu menghubungkan,
menyatupadukan dan menyelaraskan hubungan
antara orang-orang, pekerjaan-pekerjaan, dan
satuan-satuan organisasi yang satu dengan yang
lain sehingga semuanya berjalan dengan
harmonis. Melalui koordinasi yang baik,
pembagian kerja akan lebih jelas sehingga
bawahan akan lebih memahami apa yang harus
dikerjakan dan tidak menimbulkan salah persepsi
148 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
serta keragu-raguan dalam melaksanakan
pekerjaan. Seorang pemimpin harus mampu
mengordinasikan segala aktivitas yang menjadi
tanggung jawabnya. Dengan demikian, koordinasi
yang baik dapat merupakan indikator bahwa
kepemimpinannya baik.
Allah berfirman antara lain dalam surah Al-
Baqarah ayat 208 dan surah Al-Maidah ayat 2:
ب عذ اه ىن طا اخ اىله هث ا خط ال ذر مافهح ي ا ادخيا ف اىغ آ ا اىهز ا أ
ث
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam perdamaian secara sempurna”. (QS. 2: 208)
ه ... ا اذهقا الله ا اى ذ ا عي اإلث ال ذ ا اىرهق ا عي اىثش ذ ا
ذذ اى قاب الله
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan
tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran”. (QS.5: 2)
2) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses
utama dalam mengelola organisasi. Proses
pengambilan keputusan pada dasarnya
merupakan penetapan suatu alternatif pemecahan
masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang
ada. Untuk itu diperlukan teknik pengambilan
keputusan dengan membuat langkah-langkah
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 149
yang logis dan sistematis, yang meliputi:
merumuskan masalah, mengumpulkan informasi,
memilih pemecahan yang paling layak dan
melaksanakan keputusan. Karena pengambilan
keputusan merupakan pekerjaan yang selalu
dilakukan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin sering menghadapi berbagai masalah
karenanya ia harus mengambil tindakan yang
tepat. Inilah yang disebut proses pengambilan
keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan kunci
bagi kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin, di
mana serangkaian kegiatan dipilih dan pilihan ini
mencerminkan alternatif tindakan yang terbaik
bagi penyelesaian masalah. Apabila keputusan
yang diambil tepat, maka akan memengaruhi
keberhasilan seorang pemimpin dalam upaya
mencapai tujuan. Allah berfirman dalam surah
Asy-Syura ayat 38:
ا سصقا ه س ت ش أ الج ا اىصه أقا اعرجاتا ىشت اىهز
ق
“Hai orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
(QS. 42: 38)
150 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
3) Komunikasi
Komunikasi akan terjadi jika seseorang ingin
menyampaikan informasi kepada orang lain, dan
komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik
dan tepat jika dalam penyampaiannya dapat
dilaksanakan dengan baik, dan penerima
informasi dapat menerimanya tidak dalam bentuk
distorasi. Proses dasar komunikasi terrjadi bila
terdapat unsur-unsur komunikator, pesan,
saluran, dan komunikan. Komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan, dan
komunikan menangkap atau menerima pesan
melalui saluran (penglihatan, pendengaran,
peraba, penciuman, dan perasaan).
Kemampuan berkomunikasi seorang
pemimpin memegang peranan penting karena
seorang pemimpin akan berhadapan dengan
bermacam pribadi yang berbeda watak maupun
latar belakangnya. Hal ini perlu disadari oleh
seorang pemimpin, sehingga seorang pemimpin
akan berusaha memahami pribadi serta watak
bawahaannya. Komunikasi yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dapat berbentuk instruksi atau
perintah, saran, bimbingan, petunjuk, nasihat
maupun kritik yang sifatnya membangun.
Di samping komunikasi dari atas yang
dilakukan oleh pemimpin, maka komunikasi dari
bawah juga sangat penting untuk diperhatikan.
Komunikasi dari bawah bisa berupa laporan,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 151
keluhan, harapan-harapan, serta penyampaian
ide-ide yang perlu mendapat perhatian, karena hal
semacam ini sering lepas dari perhatian pemimpin.
Allah berfirman antara lain dalam surah Al-
Isra‟ ayat 36:
غ ال ع ى ل ما اى ئاد مو أ اىثصش ع ه اىغه ا عي ظ ىل ت ا ى ال ذقف
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungjawabannya”. (QS. 17: 36)
4) Perhatian pada Bawahan
Unsur manusia merupakan unsur yang
menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan
organisasi. Oleh karena itu, perlu dibina
hubungan antar manusia yang sebaik-baiknya
sehingga merupakan tim yang dapat bekerja sama
dengan penuh kesadaran di antara mereka tanpa
adanya paksaan. Dengan demikian, pemimpin
harus memberikan perhatian kepada bawahan di
dalam melaksanakan pekerjaan, agar bawahan
merasa diperlukan kehadirannya dan bukan
dianggap sebagai alat atau mesin dalam
organisasi.
Pemimpin harus bisa membantu bawahan
apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya, memberikan rangsangan yang berupa
152 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
pujian apabila bawahan bekerja dengan berhasil
dengan baik, dan juga memberikan rangsangan
yang berupa insentif bila bawahan mempunyai
prestasi atau hasil kerja yang baik. Oleh sebab itu,
seorang pemimpin harus berusaha memberikan
fasilitas bagi pencapain tujuan para bawahannya.
Allah berfirman antara lain dalam surah Al-
Maidah ayat 2:
... ه الله ا اذهقا الله ا اى ذ ا عي اإلث ال ذ ا اىرهق ا عي اىثش ذ ا
ذذ اى قاب
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan
tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran”. (QS. 5: 2)
Rasulullah SAW bersabda:
ال ر : قاه سعه هللا صي هللا عي عي: ع دز ح سظ هللا ع قاه
ال صثخ غ اصذا هلل ىشعى , تؤش اىغي فيظ
. سا اىطثشا. ىنرات الا ى اح اىغي فيظ
“Dari Hudzaifah ra, ia berkata: Rasulullah saw,
bersabda: Barang siapa yang tidak memperhatikan
kepentingan kaum muslimin, maka ia bukanlah
termasuk di antara mereka , dan barang siapa
yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku
pemberi nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, bai
kitab-Nya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 153
kaum muslimin, maka ia bukanl;ah termasuk di
antara mereka”. (HR. Ath-Thabraniy)
5. Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki
perilaku yang berbeda dalam memimpin para
pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara
singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan
(leadership style). Menurut Sutanto dan Setiawan
gaya kepemimpinan adalah sikap dan tindakan
yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi
bawahan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu
cara untuk mempengaruhi bawahannya yang
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau
kepribadian. (Sutanto dan Setiawan, 2000:29-43).
Perilaku kepemimpinan diekspresikan dalam
dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task
Oriented), dan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada karyawan (employee Oriented)
atau hubungan antar manusia. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas
menekankan pada pengawasan yang ketat.
Dengan pengawasan yang ketat dapat dipastikan
bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada karyawan, mengutamakan
untuk memotivasi dari mengontrol bawahan, dan
bahkan dalam beberapa hal bawahan akan ikut
154 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
terkait dengan bawahan.
Soetopo menyatakan bahwa pemimpin yang
berorientasi pada hubungan antar-manusia
bercirikan: (a) menyenangkan, (b) bersahabat, (c)
menerima, (d) membantu, (e) bersemangat, (f)
rileks, (g) dekat, (h) hangat, (i) kerja sama, (j)
suportif/mendukung, (k) menarik, (l) harmonis,
(m) percaya diri, (n) efisien, dan (o) terbuka.
Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada
tugas bercirikan pada: (a) kurang menyenangkan,
(b) kurang bersahabat, (c) menolak, (d) membuat
kecewa, (e) lesu, (f) tegang, (g) berjarak, (h) kurang
kerja sama, (i) bertentangan, (j) membosankan, (k)
suka bertengakar, (l) kurang efisien, (m) ragu-ragu,
(n) murung, dan (o) tertutup. (Soetopo Hendyat,
2012:234).
Kedua gaya tersebut, dapat dirasakan oleh
bawahan secara langsung ketika pimpinan
berinteraksi dengan bawahannya. Setiap
pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya
cenderung lebih menyukai pada gaya
klepemimpinan yang berorientasi pada karyawan
atau bawahan atau hubungan antar-manusia,
karena merasa lebih dihargai dan diperlakukan
secara manusiawi, memanusiakan manusia
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 155
sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas
kerja dan kepuasan kerja karyawan.
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas, lebih menekankan pada penyelesaian tugas-
tugas yang dibebankan pada karyawan. Pimpinan
pada umumnya lebih memperhatikan hasil dari
pada proses. Keadaan tersebut membentuk
kondisi tempat kerja menjadi kurang kondusif,
karena masing-masing karyawan berkonsentrasi
pada tugas yang harus diselesaikan karena terikat
waktu dan tanggung jawab.
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua
gaya kepemimpinan tersebut di atas. Manajer
berorientasi pada tugas mengarahkan dan
mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pekerjaan
dari pada pengembangan dan pertumbuhan
karyawan. Sedangkan manajer yang berorientasi
pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi
pada bawahan disbanding mengawasi mereka.
Mereka mendorong para anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan
kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, menciptakan suasana
persahabatan, dan hubungan yang saling
mempercayai seta menghormati dengan para
anggota kelompok.
156 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Gaya kepemimpinan yang kurang
melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan,
akan mengakibatkan bawahan merasa tidak
diperlukan, karena pengambilan keputusan
tersebut terkait dengan tugas bawahan sehari-
hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan semestinya
tidak dilakukan, namun pemimpin dalam
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat
merupakan tindakan yang bijaksana kepada
bawahan, maka akan terjadi kegagalan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih
memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian
tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan
mendapat sambutan hangat oleh bawahan
sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan
baik dan di satu sisi timbul kesadaran untuk
bekerja sama dan bekerja produktif. Bermacam-
macam cara mempengaruhi bawahan tersebut
guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan
organisasi. Pimpinan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan pada tugas dan fungsi,
melalui proses komunikasi dengan bawahannya
sebagai dimensi dalam kepemimpinan dan teknik-
teknik untuk memaksimalkan pengambilan
keputusan.
Menurut Likert yang ditulis oleh Thoha,
berpendapat bahwa pemimpin itu dapat berhasil
jika bergaya participative management. Gaya ini
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 157
menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah
jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan
pada komunikasi. Selain itu, semua pihak dalam
organisasi—bawahan maupun pimpinan---
menerapkan hubungan atau tata hubungan yang
mendukung (supportive relationship).
Likert merancang 4 sistem kepemimpinan
dalam manajemen sebagai berikut:
Sistem 1, dalam sistem ini pemimpin bergaya
otoriter atau sebagai exploitive-authoritative.
Manajer dalam hal ini sangat otokratis,
mempunyai sedikit kepercayaan kepada
bawahannya. Suka mengeksploitasi bawahan, dan
bersikap paternalistic. Cara pemimpin ini dalam
memotivasi bawahannya dengan memberi
ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang-
seling pemberian penghargaan yang secara
kebetulan. Pemimpin dalam system ini, hanya
mau memperhatikan pada komunikasi yang turun
ke bawah, dan hanya membatasi proses
pengambilan keputusan di tingkat atas saja.
Sistem 2, dalam sistem ini pemimpin
dinamakan otokratis yang baik hati (benevolent
outhoritative). Pemimpin mempunyai kepercayaan
yang terselebung, percaya kepada bawahan, mau
memotivasi dengan hadiah-hadiah, tetapi bawahan
merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu
yang bertalian dengan tugas pekerjaan dengan
atasannya.
158 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Sistem 3, dalam sistem ini gaya
kepemimpinan yang konsultatif. Pemimpin
menentukan tujuan, dan mengemukakan
pendapat berbagai ketentuan yang bersifat umum,
sesudah melalui proses diskusi dengan para
bawahan. Bawahan di sini merasa sedikit bebas
untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan
dengan tugas pekerjaan bersama atasannya.
Sistem 4, dalam sistem ini dinamakan
pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif
(participative group). Karena pemimpin dalam
penentuan tujuan dan pengambilan keputusan
ditentukan bersama. Bawahan merasa secara
mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan
sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya bersama
atasannya (Miftah Thoha, 2010: 314-316).
Menurut Wahyosumidjo, ada tiga pola dasar
perilaku pemimpin, yaitu:
(1) Perilaku pemimpin yang mengutamakan
tugas (Task Oriented).
(2) Perilaku pemimpin yang mementingkan
hubungan kerja sama (Relationship
Oriented).
(3) Perilaku pemimpin yang mengutamakan
hasil (Effective ness). (Wahyosumidjo, 2010:
441).
Dari ketiga pola dasar tersebut, tentu saja
perilaku kepemimpinan yang diharapkan adalah
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 159
kepemimpinan yang mampu menyeimbangkan
antara ketiganya (equilibrium), artinya harus
mampu mewujudkan tercapainya tugas, hubungan
kerja sama dan hasil secara seimbang.
6. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan
Motivasi Kerja
Kepemimpinan dalam pandangan Islam
adalah sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Seorang pemimpin yang baik
adalah yang mendorong para pengikutnya agar
melayani orang lain untuk bisa unggul dalam
kehidupan. Sebagai seorang pemimpin, seseorang
terikat oleh kedudukan yang dipercayakan Tuhan
agar bertanggung jawab dan bisa
dipertanggungjawabkan dalam menegakkan
keadilan, kesetaraan, dan kesepahaman dalam
segala urusan.
Seorang pemimpin bisa jadi juga seorang
ayah, seorang imam, seorang administrator,
seorang manajer, seorang supervisor, atau bahkan
seorang seorang pekerja yang berpengaruh.
Kepemimpinan Rasulullah SAW, yang
menjadi contoh antara lain adalah:
a. Beliau seorang pelopor yang pro aktif dalam
mengerjakan segala urusan karena Allah
SWT.
b. Untuk menanamkan iman atau keyakinan
kepada para pengikutnya, beliau berkata
160 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
terus terang soal apa yang boleh dan apa
yang dilarang kepada mereka.
c. Beliau selalu memberi teladan melalui
kepemimpinan dengan contoh (uswah),
selalu selangkah di depan untuk diikuti
yang lain. Melakukannya tanpa
menunjukkan arogansi, tetapi selalu
berusaha menjadi yang terbaik untuk
ummat, tetap menunjukkan keberanian,
tetapi rendah hati.
d. Beliau dipandang sebagai seorang manusia
yang memiliki integritas tinggi, bersemangat
menuntaskan misi dan penuh kasih sayang
dalam membantu pengikutnya menuju jalan
yang benar.
e. Sikap beliau adalah pemaaf, memerintah
kebaikan dan menjauhi dari kebodohan.
f. Kepemimpinan beliau menerapkan tiga gaya
pokok dalam kepemimpinan plus lima, yaitu:
syura (permusyawaratan), „adl bil qisthi
(keadilan diserttai kesetaraan), dan hurriyah
al-kalam (kebebasan dalam berekspresi),
dalam segala urusan dengan ummatnya.
Plus lima adalah integritas pribadi,
perbaikan hubungan dengan orang lain,
daya kepemimpinan, perilaku etis (akhlaqul
karimah), dan peningkatan semangat
melalui pengetahuan spiritual.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 161
Kepemimpinan sebagai unsur yang ada
dalam suatu organisasi memiliki pengaruh yang
besar terhadap motivasi kerja karyawan. Hal ini
disebabkan karena seorang pemimpin memiliki
tugas untuk menggerakkan karyawan, yaitu
dengan memberi motivasi terhadap karyawan.
Lipham, berpendapat bahwa pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja adalah
pengaruh yang paling besar (Lipham James M,
2005: 67). Ini secara logika juga dapat diterima
bahwa seseorang yang merasakan rasa adil dan
nyaman dari pimpinan maka motivasi kerjanya
meningkat. Sebaliknya, kepemimpinan yang
kurang adil atau berpihak menjadikan motivasi
kerja akan menurun. Pengaruh kepemimpinan
terhadap motivasi kerja merupakan pengaruh
langsung. Adanya perubahan motivasi kerja
disebabkan adanya perubahan terhadap
kepemimpinan yang diterima dan dirasakan.
7. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan
Kepuasan Kerja
Perilaku kepemimpinan merupakan bentuk
karakter pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya bila dilakukan dengan baik,
maka karyawan akan termotivasi yang pada
akhirnya menimbulkan kepuasan kerja bagi
karyawan tersebut.
162 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Gibson, menyatakan bahwa ada hubungan
timbal balik antara kinerja dan kepuasan kerja. Di
satu sisi dikatakan bahwa kepuasan kerja
menyebabkan peningkatan kinerja sehingga
pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain
dapat pula terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh
adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga
pekerja yang lebih produktif akan mendapat
kepuasan (James L. Gibson, John M. Ivancevich,
James H. Donnely, Jr, 2007: 110).
Veochio berpendapat bahwa kinerja secara
tidak langsung menyebabkan kepuasan kerja.
Kinerja akan menerima reward, baik intrinsik
maupun ekstrinsik. Kepuasan kerja akan
diperoleh melalui penilaian pekerja terhadap
reward yang diterima. Apabila pekerja merasa
bahwa pemberian penghargaan tersebut adil, akan
membuat kepuasan kerja meningkat. Namun,
apabila terjadi sebaliknya akan menyebabkan
ketidak puasan kerja.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 163
BAB V
BUDAYA ORGANISASI
1. Definisi Budaya Organisasi
Pemahaman tentang budaya organisasi
sesungguhnya tidak lepas dari konsep dasar
tentang kata budaya (culture) sebagai konsep
berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi,
dan merupakan suatu identitas dari tiap-tiap
bangsa. Budaya merupakan pola yang terintegrasi
dari perilaku manusia, yang terdiri dari pikiran,
bahasa, perbuatan dan hasil-hasil budaya lainnya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Zurle Senyucel
sebagai berikut: "Culture is a complex network of
values that guide individual's behavior. It involves a
set of beliefs, values, assumptions, expectations and
experiences that are acquired through learning and
socializing and shared by members of a social unit,
like in an organization" (Zurle Senyucel, 2009: 44).
Budaya adalah hasil pemikiran dan kemudian
yang dilakukan dalam kehidupan seseorang, baik
164 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Hasil pemikiran tersebut dapat
berupa pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, dan
moral yang didapat dari interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Menurut Nancy J. Adler, Culture is seen as
"that complex whole which includes knowledge,
beliefs, art, morals, law, custom, and any other
capabilities and habits accuired by man as a
member of society" (Nancy J. Adler, 2008: 18).
Budaya adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat serta kebiasaan yang diperoleh
seseorang terhadap orang lain dalam kehidupan
masyarakat.
Setelah mengetahui pengertian budaya,
Stephen Robbins memberikan pengertian tentang
budaya organisasi sebagai berikut "Refers to a
system of shared meaning held by members that
distinguishes the organization from other
organizations" (Stephen P Robbins, 1996: 289).
Budaya organisasi merupakan pengendali dan
arah dalam membentuk sikap dan perilaku para
anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu
maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas
dari budaya organisasi dan pada umumnya
anggota organisasi akan berdampak oleh beraneka
ragamnya sumber daya yang ada.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 165
Ndraha, menyatakan bahwa budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi dan
keyakinan dasar yang diterima anggota dari
sebuah organisasi yang dikembangkan melalui
proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar
dan integrasi dari dalam (Talizuduhu Ndraha, 203:
102).
Kreitner dan Kinicki, menyatakan bahwa
budaya organisasi sebagai refleksi nilai-nilai dan
nkeyakinan yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Nilai-nilai ini cenderung berlangsung dalam waktu
yang lama dan tahan terhadap perubahan (Robert
Kreitner dan Angelo Kinicki, 2005: 79).
Sudrajad, juga mendefinisikan, bahwa
budaya organisasi sebagai perangkat nilai yang
diterima selalu benar, yang membantu seseorang
dalam organisasi untuk memahami tindakan-
tindakan mana yang dapat diterima dan tindakan
mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai
tersebut dapat dikomunikasikan melalui cerita dan
cara-cara simbolis lainnya (Ahmad Sudrajad,
2008: 1).
2. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi sebagai pedoman untuk
mengontrol perilaku anggota organisasi, pasti
memiliki fungsi dan manfaat yang berguna bagi
organisasi. Budaya oeganisasi berguna untuk
membangun dalam mendesain kembali sistem
166 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
pengendalian manajemen organisasi, yaitu sebagai
alat untuk menciptakan komitmen agar para
manajer dan karyawan mau melaksanakan
perencanaan strategis, programming, budgeting,
controlling, monitoring, evaluasi, dan lain-lainnya
(Asri Laksmi Riani, 20011: 8).
Menurut Robins, fungsi budaya organisasi
adalah:
1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas
antara satu organisasi dan yang lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi
anggota-anggota organisasi.
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen
pada sesuatu yang lebih luas dari pada
kepentingan diri individual seseorang.
4) Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna
dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan
(Stephen P. Robbins, 1996: 294).
Sunarto, menyebutkan bahwa budaya
organisasi mempunyai beberapa fungsi, antara
lain:
1) Pengikat organisasi
Budaya organisasi berfungsi sebagai
pengikat seluruh kompenen organisasi,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 167
terutama pada saat organisasi menghadapi
guncangan baik dari dalam maupun dari luar
akibat adanya perubahan.
2) Integrator
Budaya organisasi merupakan alat untuk
menyatukan beragam sifat, karakter, bakat
dan kemampuan yang ada di dalam organisasi.
3) Identitas Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu
identitas organisasi. Sebagai contoh adalah:
The Jakarta Consulting Group. Logo yang
digunakan adalah orang memanah, yang
melambangkan ketepatan dan kecepatan.
Artinya bahwa perusahaan ini memiliki
identitas sebagai perusahaan yang
mengutamakan ketepatan dan kecepatan.
4) Energi untuk mencapai kinerja yang tinggi
Berfungsi sebagai suntikan energi untuk
mencapai kinerja yang tinggi. Salah satu kredo
yang dipegang The Jakarta Consulting Group
adalah bekerja dalam tim
5) Ciri Kualitas
Budaya organisasi merupakan representasi
dari cirri kualitas yang berlaku dalam
organisasi tersebut
6) Motivator
Budaya orgamisasi juga merupakan pemberi
semangat bagi para anggota organisasi.
168 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Organisasi yang kuat akan menjadi motivator
yang kuat juga bagi para anggotanya.
7) Pedoman Gaya Kepemimpinan
Adanya perubahan di dalam suatu
organisasi akan membawa pandangan baru
tentang kepemimpinan. Seorang pemimpin
akan dikatakan berhasil apabila dapat
membawa anggotanya keluar dari kritis akibat
perubahan yang terjadi. Sebaliknya,
keberhasilan itu tentu disebabkan ia memiliki
visi dan misi yang kuat.
8) Value Enhancer
Salah satu fungsi organisasi adalah untuk
meningkatkan nilai dari stakeholders-nya, yaitu
anggota organisasi, pelanggan, pemasok, dan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi (Sunarto, 2003: 10).
Dari uraian di atas, tampak bahwa budaya
organisasi memiliki peran yang sangat penting
untuk mendorong terciptanya kepuasan kerja dan
meningkatkan konsisten kerja seseorang. Dari
sudut pandang seseorang, budaya menjadi
bermanfaat karena dapat mengurangi
keambiguan. Budaya organisasi menyampaikan
alat untuk menentukan arah organisasi,
mengarahkan apa yang dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan, mengalokasi dan mengelola
sumber daya manusia, dan sebagai alat untuk
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 169
menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan organisasi.
3. Pembentukan Budaya Organisasi
Budaya organisasi tidak terbentuk begitu
saja secara tiba-tiba, melainkan melalui proses
yang panjang. Sekali dibentuk budaya tidak akan
menghilang begitu saja. Budaya sudah terbentuk
dan jika diyakini bahwa budaya tersebut sesuai
dengan arah dan tujuan awal pendirian organisasi
maka tidak ada cara lain kecuali melestarikannya.
Robbins, membuat tahapan pembentukan
budaya organisasi, sebagaimana dalam gambar
berikut:
Gambar di atas menjelaskan budaya
organisasi terbentuk dari filosofi pendiri
organisasi, selanjutnya budaya tersebut digunakan
sebagai kriteria dalam merekrut dan menyeleksi
karyawan yang akan bergabung dalam organisasi.
Tindakan manajemen puncak menentukan kriteria
perilaku, perilaku yang baik dapat diterima,
sedangkan yang tidak baik ditolak. Proses
Budaya
Organisasi
isasilaisoS
irad tafasliF
sasinagrO iridnePi
Manajemen
Puncak
Kriteria
Seleksi
170 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
sosialisasi nilai-nilai organisasi terhadap karyawan
baru tergantung pada tingkat keberhasilan yang
dicapai melalui proses seleksi maupun preferensi
manajemen puncak dalam menyosialisasikan nilai-
nilai organisasi (Stephen P. Robbins, 1996: 302).
Proses sosialisasi budaya organisasi sangat
penting bagi sebuah organisasi karena budaya
organisasi tidak hanya menjadi milik pendiri
organisasi atau milik sejumlah karyawan, akan
tetapi harus disosialisasikan kepada semua
karyawan baru. Kreitner dan Kinicki, menjelaskan
bahwa sosialisasi budaya organisasi didefinisikan
sebagai proses karyawan mempelajari nilai, norma,
dan perilaku yang dituntut yang memungkinkan ia
berpartisipasi sebagai anggota organisasi.
Sekalipun rekrutmen dan seleksi telah dilakukan
secara baik oleh organisasi, karyawan baru tidak
akan sepenuhnya terindoktrinasi budaya
organisasi (Robert Kreitner dan Angelo, 2005: 96).
Pegawai baru pada umumnya tidak
mengenal budaya organisasi sehingga berpotensi
mengganggu nila-nilai, dan norma-norma yang
sudah berjalan. Karena itu organisasi berusaha
membantu karyawan baru untuk menyesuaikan
diri dengan budaya organisasi yang telah mapan.
Sosialisasi penting dilakukan agar terbentuk sikap
dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab
untuk kemajuan organisasi.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 171
Di dalam mengenal budaya organisasi,
biasanya pegawai baru menjalani masa orientasi
pekerjaan dan selanjutnya supervisor atau
pegawai senior menjadi pembimbing dan pelatih
untuk memastikan pegawai baru mempelajari
budaya organisasi.
Selanjutnya Kreitner dan Kinicki menyusun
tahapan sosialisasi budaya organisasi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1) Sosialisasi antisipasi.
2) Pertemuan, dan
3) Perubahan dan pemahaman yang bertambah
(Robert Kreitner dan Angelo, 2005: 97-100).
Tahap sosialisasi antisipasi dimulai sebelum
individu-individu secara resmi bergabung menjadi
anggota organisasi. Informasi sosialisasi lebih dulu
datang dari berbagai sumber, dapat melalui iklan
media masa, cerita yang telah tersebar luas
mengenai suatu prestasi organisasi. Semua
informasi yang diterima secara formal maupun
secara informal, akurat maupun tidak akurat
dapat membantu para individu mengantisipasi
kenyataan organisasi.
Pengetahuan mengenai suasana kerja,
standar gaji, dan promosi yang dilakukan
organisasi dirumuskan pada tahap pertama.
Seringkali karyawan memiliki harapan yang tidak
realistis akan cenderung keluar dari pekerjaan
mereka di masa depan, maka organisasi
172 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
melakukan peninjauan suasana kerja yang
realistis (realistic job preview) yang
membertahukan aspek positif dan negative sebuah
pekerjaan. Peninjauan keadaan pekerjaan
dilakukan dengan cara memberikan ide yang
realistic melalui brosur, audio visual, maupun
secara verbal kepada karyawan baru mengenai
pekerjaan yang mungkin dilakukan.
Tahap kedua adalah tahap pertemuan
(encounter) dimulai saat kontrak pekerjaan telah
ditandatangani. Pada saat inilah merupakan
kejutan bagi karyawan baru memasuki wilayah
yang baru dikenal. Persoalan yang muncul
berkenaan dengan aspek-aspek persahabatan,
waktu, sikap, kompetensi, dan harapan yang
dimiliki seseorang mengnai masa depan kariernya.
Tugas karyawan baru yang paling menekan
adalah membangun seperangkat pedoman dan
interpretasi untuk menjelaskan dan membuat
aktivitas dapat berjalan dan berarti. Selama tahap
pertemuan, individu ditantang untuk
menyelesaikan konflik apapun antara pekerjaan
dan kepentingan di luar. Bila jam kerja terlalu
lama dan sedikit waktu untuk kepentingan
keluarga, dapat meminta individu untuk keluar
dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai.
Tahap ketiga yaitu perubahan dan
pemahaman yang bertambah, pada tahap ini
penguasaan yang penting dan pemecahan konflik
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 173
peranan menandai mulainya tahap akhir dan
proses sosialisasi. Karyawan baru tidak mengalami
transisi secara sukarela akan tetapi melalui
pemberian ide, pemahaman dan kontrak kerja.
Apabila karyawan terlambat/tidak segera
menerima budaya organisasi, maka akan terisolasi
dari jaringan kerja dan sosialisasi di dalam
organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan
antara nilai (values) yang dianut oleh pemimpin
dengan nilai-nilai yang dianut oleh bawahan yang
ada dalam organisasi tersebut. Pertemuan pikiran-
pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan
apa yang dinamai oleh Kasali (2006) sebagai
“pikiran organisasi” (Muhaimin dkk, 2011: 48).
Dari pikiran organisasi itulah kemudian
muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini
bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan
menjadi bahan utama pembentuk budaya
organisasi. Dari budaya tersebut kemudian
muncul dalam berbagai symbol dan tindakan yang
kasat indera, yang dapat diamati kemudian dapat
dirasakan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Proses penggabungan nilai-nilai sebagai
suatu rangkaian utuh dalam suatu pikiran
organisasi sangat tergantung kepada seorang
pemimpin dan individu-individu yang ada di
174 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
organisasi tersebut. Contohnya apabila seorang
pemimpin memiliki kecerdasan mental, fisik,
emosional, dan spiritual yang baik lalu bertemu
dengan bawahan yang mempunyai karakter sama,
tentu akan tercipta pikiran organisasai yang baik.
Dan semakin baik pikiran organisasi tersebut,
maka semakin baik pula nilai-nilai yang akan
dianut dalam organisasi. Nilai-nilai inilah yang
akan menjadi pilar dari budaya organisasi.
Agustian (2007) dalam bukunya Muhaimin,
memberikan saran yang menarik tentang
pembentukan nilai-nilai organisasi berdasarkan
hasil riset internasional mengenai karakteristik
yang hampir sama dengan Rasulullah SAW
(Siddiq, Amanah, Fathonah, dan Tablig). Ambil
contoh, misalnya, Konosuke Matshushita pendiri
perusahaan eloktronik besar yang merek-
mereknya hampir terjual ke seluruh dunia,
memiliki sifat yang sangat peduli dengan SDM,
jujur, integritas, disiplin, peduli, dan hidup
bersahaja (Muhaimin dkk, 2011: 50).
Muhaimin meminjam pengertian Kasali
dalam mengklasifikasikan nilai-nilai yang menjadi
pilar budaya organisasi menjadi dua factor: a)
faktor internal, yaitu: inisiatif, kebersamaan,
tanggung jawab, rasa memiliki, komitmen
terhadap lembaga, kerjasama, saling pengertian,
semangat persatuan, taat asas, memotivasi dan
membimbing, b) faktor eksternal, yaitu: inovatif,
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 175
adatif, bekerja keras, peduli terhadap orang lain,
disiplin, jujur, hubungan yang sederhana antar-
orang dan bagian, dan berwawasan luas.
Dari uraian teori-teori dan pendapat yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat
disintesiskan bahwa budaya organisasi adalah
nilai-nilai yang ada dalam suatu organisasi yang
terbentuk dari proses interaksi anggotanya, yang
mencakup nilai-nilai kebaikan. Seperti
kebersamaan, nilai semangat dalam bekerja, nilai
kejujuran, integritas, jujur, dan disiplin.
Terkadang kita harus mengalahkan ego
pribadi kita ketika berbicara tentang organisasi,
meskipun kadang dalam posisi benar. Karena
Islam menyukai persatuan dan kesatuan jama‟ah.
Jika terlihat outsider anggota yang berada di
dalamnya tidak kompak tentu akan mengganggu
stabilitas organisasi.
Berkaitan dengan hal tersebut indikator dari
budaya organisasi dapat meliputi: nilai
kebersamaan, saling menghargai, semangat dalam
bekerja, disiplin, jujur dan integritas.
Nilai-nilai dalam organisasi tersebut telah
ditegaskan dalam Al-Qur‟an antara lain sebagai
berikut:
1) Nilai kebersamaan. Islam mengajarkan
kepada manusia untuk hidup bersama
antara satu dengan yang lain dan saling
176 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
tolong menolong, bersatu padu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat
13:
قثائو تا يام أث رمش ا اىهاط اها خيقام ا أ
خثش عي ه الله ا أذقام ذ الله ع ن ه أمش ىر اسفا ا
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(QS. 49: 13)
Dalam surah At-Taubah ayat 71:
شو تاى ش ىاء ت ط ؤ أ اخ ت ع ئ اى ئ اى
سعى الله ط ماج اىضه ئذ الج اىصه ق نش اى ع
عضض دن ه الله ا الله ى ل عشد أ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma‟ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 177
mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (QS. 9: 71)
Surah Al-Maidah ayat 2:
اذهقا .... ا اى ذ ا عي اإلث ال ذ ا اىرهق ا عي اىثش ذ ا
ذذ اى قاب ه الله ا الله
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran”. (QS. 5: 2)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa
manusia antara satu dengan yang lain supaya
saling tolong menolong dalam melaksanakan
tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan
betapa pentingnya kebersamaan dalam
melaksanakan tugas, karena sesama manusia
merupakan saudara, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
: قاه سعه هللا صي هللا عي عي: ع ات ع سظ هللا ع قاه
ر ق . اىئ ىيئ ما ىثا لذ ت ع ت عا ثل ت اصات
عي
“Dari Abu Musa, ia berkata: Rasulullah saw,
bersabda: Seorang mukmin bagi sesama
178 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
mukmin, bagaikan bangunan yang saling kuat-
menguatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits lain:
قاه سعه هللا صي هللا : ع اى ا ت تلش سظ هللا عا قاه
ثو اىئ ف ذد ذشاد ذ اغ ثو : عي عي
. اىجغذ ارا ا رن عع ذذاع ى عائش اىجغذ تا ىغش اىذ
ر ق عي
“Dari Nu‟man bin Basyir ra, ia berkata:
Rasulullah saw, bersabda: Perumpamaan
orang mukmin dalam cinta kasih dan rahmat
hati mereka bagaikan satu badan. Apabila
satu anggota menderita, maka menjalarlah
penderitaan itu ke seluruh badan hingga
tidak dapat tidur dan merasa panas”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
2) Saling menghargai. Islam mengajarkan
kepada manusia agar manusia antara satu
dengan yang lain saling menghormati, saling
menghargai demi menjaga kesatuan dan
persatuan dalam membina organisasi.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam
surah Al-Hujurat ayat 10 dan 11:
ذشد ى يهن اذهقا الله ن أخ ج فؤصيذا ت اخ ئ ا اى اه
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 179
kedua saudaramu dan bertakwalah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
(QS. 49: 10)
ال شا نا خ عغ أ ق ا ال غخش ق آ ا اىهز ا أ
ال ذاتضا ضا أ غن ال ذي ه شا ه خ ن غاء عغ أ غاء
ى ل رة فؤ ى ا اى غق ت ذ اإل تا ىقاب ت ظ االع
اى هاى
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-
wanita ( mengolok-olokkan) wanita-wanita
lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari pada
wanita (yang mengolok-olokkan) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk- buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka itulah orang-orang yang
zalim”. (QS. 49: 11)
Ayat tersebut menjelaskan betapa
pentingnya kesatuan dan persatuan. Hal ini
Rasulullah SAW bersabda antara lain:
180 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
ع عثذ هللا ت عشت اى اص سظ هللا عا ع اىث صي هللا
, اىغي عي اىغي ىغا ذ: عي عي قاه
ر ق عي. اىا ش جش ا هللا ع
“Dari „Abdullah bin Amr, ra, ia berkata;
Rasulullah saw, bersabda: Seorang yaitu
yang dapat selamat sekalian orang muslim
dari gangguan lidah dan tangannya. Dan
seorang muhajir, yaitu orang yang
meninggalkan semua larangan Allah”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
قاه سعه هللا صي هللا عي : ع شش ت عثذ هللا سظ هللا ع قاه
ر ق عي. ال شد اىاط ال شد هللا: عي
“Dari Jarir bin Abdillah ra, ia berkata:
Rasulullah saw, bersabda: Siapa yang tidak
kasih saying kepada sesame manusia, maka
Allah tidak mengasihinya”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
3) Semangat dalam bekerja. Islam mengajarkan
kepada manusia untuk semangat dalam
beramal.
Firman Allah SWT, dalam surah Al-Qasas
ayat 77:
ا م أدغ ا اىذ ال ذظ صثل اىذهاس اخشج ا آذاك الله اترغ ف
غذ ال ذة اى ه الله ال ذثغ اى غاد ف ا سض ا ل اى الله أدغ
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 181
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan
Allah kepada mu (kebahagian) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan”.
(Q.S. 28: 77)
Dalam surah An-Nahl ayat 97:
فيذه داج غثح ئ أث رمش أ و صاىذا ع
ي ا ماا تؤدغ أ ش ىجضه
“Barang siapa yang mengerjakan amal
shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. 16: 97)
Ayat tersebut menjelaskan kepada
manusia supaya manusia semangat dalam
bekerja untuk meraih kebahagiaan dunia
182 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dan akhirat. Ayat tersebut juga dikuatkan
hadits Rasulullah saw, sebagai berikut:
: قاه سعه هللا صي هللا عي عي : ع اظ سظ هللا ع قاه
ىظ تخشم ذشك دا الخشذ ال أخشذ ىذ ا در صة
. ا ا فا اىذ ا تالغ اى اال خشج ال ذنا مال عي اىاط
سا ات عغاك
“Dari Anas ra, ia berkata : Rasulullah saw,
bersabda: Bukanlah merupakan orang yang
terbaik di antara kamu sekalian, barang
siapa meninggalkan kehidupan (kepentingan)
dunianya untuk kehidupan (kepentingan)
akhiratnya, dan tidak (pula orang yang
meninggalkan) kehidupan akhiratnya untuk
kehidupan dunianya, sehingga ia
memperoleh dari kedua-duanya, karena
sesungguhnya kehidupan dunia merupakan
(alat untuk) sampai kepada kehidupan
akhirat, dan janganlah kamu sekalian
menjadi beban tanggungan atas orang lain”.
(HR. Ibnu „Asakir)
4) Kebebasan dalam memberikan saran dan
kritik.
Firman Allah SWT dalam surah Ali Imran
ayat 104:
ع شو تاى ش ؤ ش اى اىخ ح ذع ه أ ن ىرن
يذ اى ى ل أ نش اى
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 183
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung”. (QS. 3: 104)
Surah Al-Kahfi ayat 29:
اء فين ش اها أعرذا اء فيئ ف ستن قو اىذق
و اء ماى غرغثا غاثا ت ا ا عشادق اسا أداغ ت اى ىي ه
شذ قا عاءخ ت ظ اىلهشاب اى ل
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barang
siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang-orang zalim itu neraka”. (QS. 18: 29)
5) Kejujuran.
Firman Allah SWT dalam surah At-Taubah
ayat 119:
ادق ع اىصه ما ا اذهقا الله آ ا اىهز ا أ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar”. (QS. 9: 119)
184 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Surah Al-Ahzab ayat 70:
ال عذذا قىا ق ا اذهقا الله آ ا اىهز ا أ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah dengan
perkataan yang benar”. (QS. 33: 70)
Ayat tersebut menjelaskan tentang
betapa pentingnya jujur dalam beramal. Hal
ini juga ditegaskan oleh Rasulullah saw,
sebagai berikut:
ا : ع ات غ د سظ هللا ع ع اىث صي هللا عي عي قاه
اىصذق ذ اى اىثش ا اىثش ذ اى اىجح ا اىش و ىصذق
ا اىنزب ذ اى اى جس ا اى جس , در نرة عذ هللا صذقا
ر ق عي . ذ اى اىاس ا اىش و ىنزب در نرة عذ هللا مزاتا
“Dari Abdullah bin Mas‟ud ra, ia berkata:
Rasulullah saw, bersabda: Sesungguhnya
kebenaran (kejujuran) itu membawa kepada
kebaikan (taat) dan kebaikan itu membawa
kesurga. Dan seseorang membiasakan
dirinya berkata benar hingga tercatat di sisi
Allah siddiq. Dan sesungguhnya dusta
membawa kepada lancing (keji), sedangkan
keji itu membawa ke neraka. Dan seseorang
membiasakan dusta hingga tercatat di sisi
Allah pendusta”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 185
Hadits lain:
: ا اىث صي هللا عي عي قاه, ع عو ت دف سظ هللا ع
ا اخ عي , عؤه اىلادج تصذق تيغ هللا اصه اىلذاء
.سا غي. فشا
“Dari Sahl bin Hunaif ra, Rasulullah saw,
bersabda: Siapa yang minta kepada Allah
mati syahid dengan cara jujur, niscaya Allah
akan menyampaikannya ke tingkat orang
mati syahid, meskipun ia mati di atas
ranjang (tempat tidur)”. (HR. Muslim)
6) Disiplin. Islam mengajarkan kepada ummat
manusia untuk disiplin dalam beramal.
Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat
282:
ن ىنرة ت فامرث غ اى أ و تذ ا ارا ذذار آ ا اىهز ا أ
يو اىهز ى فينرة الله ا عيه نرة م ال ؤب ماذة أ ماذة تاى ذه
اىذق اىهز عي ما ا فب ال ثخظ سته ىرهق الله اىذق عي
ى تاى ذه يو في وه ال غرطع أ ظ ا أ ... ع ا أ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu‟amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia
186 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur. …” (QS. 2: 282)
Surah A-Nisa‟ ayat 58:
اىهاط أ ت ر ارا دن ا ي ااخ اى أ ا ا ذئد أ شم ؤ ه الله ا
ا تصشا ع ما ه الله ا ت ا ن ه ه الله ا تاى ذه ا ذذن
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah member pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”. (QS. 4: 58)
Ayat tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa manusia dalam beramal
(mua‟amalah) dengan orang lain harus
disiplin, tegas dan jelas (tepat waktu).
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 187
Apabila manusia tidak disiplin (tepat waktu),
tidak tegas dan jelas, maka nanti akan
menjadi orang munafik.
Sabda Rasulullah SAW:
: أ سعه هللا صي هللا عي عي قاه: ع أت ششج سظ هللا ع
. ارا أإ ذ خا, ارا عذ أخيف, ارا دذز مزب: أح اىافق ثالز
ر ق عي
“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah
saw, bersabda: Tanda orang munafiq itu tiga:
Jika berkata ia dusta, jika berjanji ia
menyalahi, dan jika dipercaya ia
mengkhianati (cidera)”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
7) Kenyamanan dalam kerja. Firman Allah
SWT, dalam surah Fushilat ayat 30:
الئنح أاله ذخافا اى ه عي ا ذرضه ه اعرقا ث قاىا ستا الله ه اىهز ا
ذعذ ر أتلشا تاىجهح اىهر م ال ذذضا
“Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): “Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan (memperoleh) syurga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. 41: 30)
188 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
4. Unsur Budaya Organisasi
Asri Laksmi Riani menyatakan bahwa
unsur-unsur budaya orgamisasi adalah:
a) Asumsi dasar
b) Seperangkat nilai dan keyakinan yang
dianut
c) Pemimpin
d) Pedoman mengatsai masalah
e) Berbagai nilai
f) Pewarisan
g) Acuan perilaku
h) Citra dan brand yang khas
i) Adaptasi (Asri Laksmi Riani, 2011: 25).
Menurut Bennis, yang ditulis oleh Asri,
menyatakan bahwa ada tiga tingkatan unsur
budaya organisasi.
Pertama: Artifacts (suatu yang dimodifikasi
oleh manusia untuk tujuan tertentu). Artifacts
dapat dilihat lamgsung dari struktur sebuah
organisasi dan proses yang dilakukan di
dalamnya. Artifacts merupakan hal yang paling
mudah dilihat dan ditangkap saat kita memasuki
sebuah organisasi karena berhubungan erat
dengan apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita
rasakan saat kita berada di dalamnya.
Kedua: Nilai-nilai yang didukung oleh
perusahaan yang mencakup strategi, tujuan, dan
filosofi dasar yang dimiliki oleh organisasi. Nilai-
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 189
nilai ini dapat dipahami jika kita sudah mulai
menyelami perusahaan tersebut dengan tinggal
lebih lama dengannya. Unsur budaya organisasi
jenis ini biasanya dinyatakan secara tertulis dan
menjadi aturan bagi setiap gerak dan langkah
anggota organisasi. Pernyataan tertulis disusun
berdasarkan kesepakatan bersama dan seiring
waktu akan sangat dipengaruhi oleh cita-cita,
tujuan, dan persepsi yang dimiliki oleh pendiri
organisasi (founding fathers).
Ketiga: Asumsi-asumsi tersirat yang
dipegang bersama (shared tacit assumptions) dan
menjadi dasar pijakan (basic underlying
assumptions). Asumsi-asumsi tersirat ini dapat
kita jumpai dengan menelusuri sejarah
organisasinya. Nilai-nilai, keyakinan, dan asumsi-
asumsi yang dipegang oleh para pendiri dianggap
penting bagi kesuksesan organisasi. Demikian
pula hal-hal yang bersifat sesuatu yang sudah
dianggap normal atau sudah menjadi kebiasaan
atau menerima adanya yang dipegang bersama
oleh seluruh anggota organisasi (Asri Laksmi
Riani, 2011: 26).
Ada lima dimensi yang perlu diperhatikan
jika kita berbicara tentang asumsi-asumsi dasar
dalam budaya organisasi, yaitu: a) hubungan
manusia dengan lingkungan, b) hakikat kenyataan
dan kebenaran, c) sifat dasar manusia, d) hakikat
190 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
aktivitas manusia, dan e) hakikat hubungan antar
manusia.
5. Hubungan Budaya Organisasi dengan
Motivasi Kerja
Budaya organisasi merupakan pola
keseharian yang menjadi suatu norma dalam
organisasi tersebut. Terbentuknya budaya
organisasi tersebut dipengaruhi oleh persepsi dan
perilaku anggota lain dalam sistem organisasi
tersebut. Ketika pihak manajemen organisasi
memandang bahwa kualitas merupakan suatu hal
yang mesti dilakukan dalam aktivitas kerja
organisasi, maka persepsi dan perilaku anggota
organisasi akan didorong oleh nilai kualitas dalam
aktivitas kerja mereka.
Sebagai suatu norma yang berlaku, budaya
organisasi ini akan membentuk pola hubungan
dalam organisasi. Budaya yang baik akan
mempengaruhi kerja karyawan, begitu pula
sebaliknya apabila budaya tidak nyaman akan
menjadikan karyawan tidak maksimal dalam
bekerja.
Hubungan antar manusia adalah penting
dalam mendukung budaya organisasi yang tercipta
dalam lingkungan kerja. Ndraha, berpendapat bahwa
dalam kehidupan manusia terkait dengan budaya
di lingkungan kerja atu lingkungan seseorang itu
berada yang antara lain: masalah hakikat
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 191
hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan
masalah hakikat hubungan manusia dengan
sesamanya (Talizuduhu Ndraha, 2007: 112).
Manusia tidak dapat hidup menyendiri
walaupun ia tergolong manusia yang mempunyai
kemandirian yang tinggi, manusia tetap akan
hidup saling berhubungan satu sama lainnya.
Dengan adanya hubungan antar manusia akan
dapat membentuk nilai-nilai kerja sama yang baik
dalam bekerja, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi kerjanya.
Pendapat Robbins, yang menggambarkan
bahwa kepribadian seseorang pada hakikatnya
ditentukan oleh nilai-nilai yang terintegrasi dalam
dirinya sehingga mendorong untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan
seseorang mencerminkan nilai-nilai yang
dianutnya (Stephen P. Robbins, 2006: 212). Nilai-
nilai tersebut merupakan budaya budaya kerja
yang dapat mendorong seseorang bekerja keras.
Semakin tinggi nilai budaya kerja yang
universal yaitu adanya hubungan antara manusia
yang tinggi, nilai etika dan nilai kehidupan yang
teratur maka motivasi kerja akan meningkat. Ini
juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Wirawan, bahwa perilaku manusia sehari-hari
ditentukan, didorong atau diarahkan oleh nilai-
nilai budayanya (Wirawan, 2002: 121). Nilai yang
dominan akan memunculkan perilaku yang
192 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
dominan dalam kehidupan manusia yang
membuat manusia berbudaya.
Gibson juga berpendapat bahwa etika berarti
susunan moral yang terdiri atas kumpulan nilai-
nilai yang tersusun baik dalam suatu sistem yang
bulat (James L. Gibson, John M. Ivancevich,
James H. Donnely, Jr, 2007: 134).
6. Hubungan Budaya Organisasi dengan
Kepuasan Kerja
Kebudayaan merupakan sebuah totalitas
yang kompleks, yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan
kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat, yang semuanya
merupakan bentuk kebudayaan yang
terekspresikan dan berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan emosi dan membantu seseorang untuk
menafsirkan dunianya.
Moral, yaitu standar baik dan buruk, benar
dan salah yang termasuk dalam bidang nilai,
merupakan bagian dari kebudayaan (Sondang P.
Siagiaan, 2008: 45). Maksudnya adalah seorang
guru yang mempunyai orientasi nilai budaya yang
baik, akan senantiasa mengkaitkan pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan budaya ataupun
norma masyarakat setempat, sehingga tidak
timbul konflik yang akan menurunkan kepuasan
kerja.
Motivasi dan Kepuasan Kerja | 193
Pengaruh budaya organisasi terhadap
kepuasan kerja dalam hal ini kepuasan kerja
dipengaruhi oleh budaya organisasi, arah positif
menunjukkan bahwa semakin baik budaya
organisasi, maka kepuasan kerja semakin
meningkat. Nilai-nilai yang sudah tersusun rapi
dan dianggap sebagai sebuah nilai baik, maka
sebuah budaya yang dapat meningkatkan
kepuasan kerja yang pada akhirnya meningkatkan
kinerjanya.
Di dalam organisasi terjadi saling
berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin,
sehingga memungkinkan terwujudnya iklim
organisasi. Iklim organisasi adalah lingkungan
manusia di mana para pegawai organisasi
melakukan pekerjaan mereka. Iklim tersebut dapat
mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Hal
itu dengan membentuk harapan pegawai tentang
konsekwensi yang akan timbul dari berbagai
tindakan.
Harapan menimbulkan motivasi atau
mendorong pegawai untuk melakukan kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan, dalam rangka
memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan
fisiologis, sosial, rasa aman, penghargaan dan
aktualisasi diri. Terpenuhinya kebutuhan yang
sesuai dengan harapan akan mendatangkan
kepuasan kerja.
194 | Motivasi dan Kepuasan Kerja
Teori yang dikembangkan oleh Robbin,
bahwa nilai-nilai ialah sesuatu yang diakui oleh
orang berdasarkan perasaan sebagai sesuatu yang
tersusun rapi, orang dapat berbuat terhadap nilai
dengan jalan memikirkan, mengakui, menghargai
dan mendorongnya (Stephen P. Robbins, 2006:
220).
Dalam kehidupan individu dan masyarakat
nilai-nilai merupakan tenaga pendorong dan
pemberi arah dari perilaku individu dan
masyarakat. Sehingga adanya orientasi nilai
budaya yang kuat dalam diri seorang guru akan
memberikan dorongan dan arah kepada
pencapaian kepuasan dalam bekerja.
--- DAFTAR BACAAN ---
Abul Fidah Ismail bin Katsir, Muhtashar Ibn
Katsir, Kairo, Isa Babil Halabi, 1979.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus
Arab-Indonesia, Yogyakarta, Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta, 1984.
Al-Ghozali, Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad, Ihya’ Ulumuddin, Beirut,
Libanon, Dar al-Ma’rifah.tt.
Al-Abrasy, Athiyah, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa
Falasifatuha, Mesir, Isa al-Babi al-Halabi,
1979.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur apenelitian Suatu
Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta,
2006.
Asnawi, Sahlan. Teori Motivasi Dalam Pendekatan
Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta,
Studia Press, 2007.
Brikan Barki al-Qurasyi, al-Qudwah wa Dauruha
fi Tarbiyah an-nasy’, Mekkah, al-Maktabah
al-Faishaliyah, 1984.
Colcoitt, Le Pine, Wesson, Organizational
Behavior, New York, Mc Graw-Hill
International, 2009.
xi
Djatmiko, Rahmat. Pandangan Islam Tentang
Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pembangunan Pendidikan Dalam
Pendidikan Islam, IAIN Surabaya, 1986.
Fattah, Nanan, Landasan Manajemen Pendidikan,
Bandung Remaja Rosdakarya, 2001.
Hamzah, Ya’cub, Publisistik Islam, Teknik dan
Dakwah dan Leadership, Semarang,
Diponegoro, 1989.
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, BPFE.
2008.
Hasan, MZ, Statistik Inferensial Lanjut, Analisis
Regresi dan Analisis Jalur, Malang, IKIP
Malang, 1990.
Hasibuan, Malayu S.P. Organisasi dan Motivasi ,
Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta,
Bumi Aksara, 2010.
______, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2004.
Gerungan, WA., Psikologi Sosial, Bandung, Eresca,
2009.
Ibrahim. R, Kurikulum Pembelajaran, Bandung,
UPI, 2002.
Isbandi Rukminto Adi, Psikologi: Pekerjaan Sosial
dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Dasar-Dasar
Pemikiran, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
1994.
Ismail, Noor, Manajemen Kepemimpinan
Muhammad SAW, Mencontoh, Teladan
Kepemimpinan Rasul Untuk Kesempurnaan
Manajemen Modern, Bandung, Mizan, 2011.
xii
Jalaluddin Rahmat Metode Penelitian Komunikasi,
Bandung Remaja Rosdakarya, 2002.
Jawahir Thantawi, Unsur-unsur Manajemen
Menurut Al-Qur’an, Jakarta, Bulan Bintang,
1988.
Jurban Mas’ud, Raudut Tullab, Beirut, Darrul
Ihmiyah, 1967.
John.R. Schemerhorn, James G Hunt, and Ricard
N. Osborn, Organization, Behaviors, John
Willey & Sons, 2005
John W, New Strom and Keith Davis,
Organizational Behavior, Human Behavior at
Work, New York, Mc Graw-Hill, 2011.
Kafie, Jamaluddin, Mengikuti Peristiwa Khalifah
dan Di Balik Al-Qur’an, Surabaya, Bina
Ilmu, 1998.
KODI (Koordinator Dakwah Islam) DKI Jakarta,
Idarah Masjid (Manajemen Masjid), Jakarta,
1999.
Kreitner, Robert and Angelo Kinichi,
Organizational Behavior, Mc Graw-Hill
International Editional, 2010.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinichi, Perilaku
Organisasi (Organizational Behavior).
Penerjemah Erly Suandi, Jakarta, Salemba
Empat, 2005.
Lioyd Byar and Leslie W. Rue, Human Resource
Management, New York, Mc Graw-Hill,
2008.
Liphan, James M. The Principe Ship Concepts
Competent And Case, New York and
London, Longman, 2005.
xiii
Michael Drafke, The Human side Of Organization,
Prantice Hall, 2009.
Ma’arif, A. Syafi’I, Al-Qur’an Realitas Sosial dan
Sejarah (Sebuah Refleksi), Bandung,
Pustaka, 1985.
Majid, Irfan al-Kailany, Al-Fikr Al-Tarbawy Inda
Ibn Taimiyah, Madinah, Maktabah, Dar al-
Turats, 1986.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi,
Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan,
Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah,
Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2011.
Mulyasa E. Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Konsep Karakteristik dan Implementasi).
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003.
________, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012.
________, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
________, Manajemen & Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara, 2012
Munandar, Utami 1992, Mengembangkan bakat
dan Kreatifitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi
Guru dan Orang Tua, Jakarta, Grasindo,
1992.
Nancy. I. Adler, International Demensions Of
Organizational Behavior, Thomson, South
Western, 2008.
xiv
Nasir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2005.
Ndraha, Talizuduhu, Budaya Organisasi, Jakarta,
Rineka Cipta, 2003.
Prasetyo, Bambang, Metode Penelitian Kuantitatif,
Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005.
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2006.
Rahman, dkk, Pedoman Supervisi, Jakarta,
Departemin Pendidikan dan Kebudayaan,
2006.
Ridha, Rasyid, Tafsir al-Manar, Mesir, Darul
Manar, 1954.
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku
Organiosasi, Jakarta, Raja Grafindo Persda,
2009.
Robert N. Lusier, Human In Organization, New
York, Mc Graw-Hill, 2001.
Robins, Stephen P, Organizational Behavior, New
Jersey, Pearson Prentice Hall, 2009.
________, Organizational Behavior, Alih Bahasa
Hdyana Pujaatmaka, Jakarta, Indeks,
2006.
Sardiman, Interaksio dan Motivasi Belajar
Mengajar, Jakarta, Rajawali Pers, 1987
Siagian, Sondamg P, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta Bumi Aksara, 2008.
________, Teori dan Praktek Kepemimpinan,
Jakarta, Rineka Cipta, 2003.
Sofyan, Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta,
LP3ES, 2012
xv
Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian
Pendidikan, Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi,
Bandung, Alfabeta, 2005.
________, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2010.
Sunarto, Komunikasi Efektif & Kepemimpinan,
Jakarta, Universitas Prof. Dr. Moustopo
(Beragama), 2010.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011
Suryadi, Ace dan Wiana Muluana, Kerangka
Konseptual Mutu Pendidikan dan
Pembinaan Kemampuan Profesional Guru,
Jakarta, Cardinas Metropole, 2003.
Sutanto, EM, dan Setiawan, B. Gaya
Kepemimpinan yang Efektif Dalam Upaya
Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja, Karyawan, di Toserba, Sinarmas
Sidoarjo, Jurnal manajemen &
Kewirausahaan, Vol.2, September, 2000.
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi,
Yogyakarta, Gajahmada University Press,
1986.
Sutopo, Henddyat, Perilaku Organisasi Teori dan
Praktek di Bidang Pendidikan, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2012
Syahminan, Zaini, Kuliyah Akidah Islam,
Surabaya, Al-Ikhlas, 1983.
xvi
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendidikan Baru, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010.
Syed Mahmudunasir, Islam Konsepsi dan
Sejarahnya, Bandung, Remaja Rosdakarya,
1993.
Swardi, Manajemen Pembelajaran, Mencipta Guru
Kreatif, dan Berkompetensi, Surabaya,
Trempian Media Grafika, 2008.
Uno, Hamzah B, Teori Motivasi dan
Pengukurannya, Analisis di Bidang
Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.
Usman, M. Uzer, Guru Profesional, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2006.
Wagiman, Persepsi Guru Terhadap Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta,
Tarakanita 2005.
Wahyo sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Tijauan Teoritik dan Permasalahannya,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005.
Wexley, Kenneth N dan Gary Yukl, Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia,
Jakarta, Rineka Cipta, 2005.
Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi: Teori
Aplikasi dan Penelitian, Jakarta, Salemba
Empat, 2002.
Yamin, Martinis, Standarisasi Kinerja Guru,
Jakarta, Gaung Persada, 2010.
Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia,
Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1973.
xvii
Yukl, Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, Alih
Bahasa Budi Spriyanto, Jakarta, Indeks,
2007.
Zurle, Senyucel, Managing The Human Resource
In The 21, Century, Aps, 2009.
Thoha, Miftah, 2010, Perilaku Organisasi Konsep
Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, Rajawali
Pers, 2010.
xviii
--- PROFIL PENULIS ---
Dr. Muhtadin, M.A. lahir di Boyolali
pada tanggal 20 November 1956.
Menyelesaikan pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) di Ngesrep tahun
1969, Madrasah Tsanawiyah (MTs) di
Sukoharjo tahun 1971, Pondok
Pesantren Jamsaren di Surakarta tahun 1971, MA
di Surakarta tahun 1974, Sarjana Muda
Universitas Islam Surakarta tahun 1978, Sarjana
Bahasa Arab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 1982, Pascasarjana S2 IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 1990, serta Pascasarjana S3 di
PTIQ Jakarta tahun 2013.
Dalam dunia pendidikan, pernah bekerja
sebagai guru dan dosen di beberapa
sekolah/perguruan tinggi, antara lain Perguruan
Al-Islam Surakarta (1980-1992), Universitas Islam
Surakarta (1982-1992), Universitas Nahdlatul
Ulama Surakarta (1982-1992), PTIQ Jakarta
(1992-2004), Universitas Islam Jakarta (1992-
2004), Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI (1993-
sekarang), Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) (2003-sekarang), dan Universitas Bakri
Jakarta (2013-sekarang).
xix
Selain itu, penulis juga sering diminta
menjadi khatib/ustadz di beberapa tempat, antara
lain Masjid Baiturrahim Istana Merdeka (2000-
sekarang), LAN RI (1993-sekarang), Perum Peruri
(1994-sekarang), Kementerian Sosial (1995-
sekarang), KPK (2010-sekarang), BIN (2010-
sekarang, Kementerian Keuangan (2005-2010),
Waskita Karya (1997-sekarang), Hotel Indonesia
(1994-sekarang), Hotel Darmawangsa (1999-
sekarang), BRI (2010-sekarang), dan lain-lain.
Saat ini, tinggal di Jl. Masjid Al-Mabrur No.
77 Komplek Ditjen Haji Legoso, Pisangan Ciputat,
Tangerang Selatan.
Mandala Nasional PublishingJl. Pangkalan Asem Raya No. 55
Cempaka Putih - Jakarta Pusat 10530
Dr. Muhtadin, M.A. lahir di Boyolali pada tanggal 20 November 1956. Menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Ngesrep tahun 1969, Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Sukoharjo tahun 1971, Pondok Pesantren Jamsaren di Surakarta tahun 1971, MA di Surakarta tahun 1974, Sarjana Muda Universitas Islam Surakarta tahun 1978, Sarjana Bahasa Arab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1982, Pascasarjana S2 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1990, serta Pascasarjana S3 di PTIQ Jakarta tahun 2013.
Dalam dunia pendidikan, mengabdikan diri sebagai guru dan dosen di beberapa sekolah/perguruan tinggi, antara lain Perguruan Al-Islam Surakarta (1980-1992), Universitas Islam Surakarta (1982-1992), Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta (1982-1992), PTIQ Jakarta (1992-2004), Universitas Islam Jakarta (1992-2004), Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI (1993-sekarang), Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) (2003-sekarang), dan Universitas Bakri Jakarta (2013-sekarang).----------------------------------------------------------------------------------------------
ISBN 978-602-14829-8-8
978 602 14829 8 8