modul pkp2 02. pendahuluan

Upload: giusti-wanaprastha

Post on 14-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

Modul

TRANSCRIPT

  • Suherman (Ir, M.Eng, Ph.D Spesialis Manajemen Aset Jalan)

    30 Agustus 2012

    Kelompok Bidang Keahlian Transportasi Jurusan Teknik Sipil

    Politeknik Negeri Bandung

    PK

    P 2

    Module 2

  • PK

    P 2

    DAFTAR ISI DEFINISI PERKERASAN KAKU

    KOMPONEN DASAR PERKERASAN KAKU

    2.1 KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN

    2.2 PRINSIP PERKERASAN KAKU

    2.3 JENIS PERKERASAN KAKU

    2.4 STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    2.5 TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU

    2.6 OVERLAY AC DIATAS PERKERASAN KAKU

    2.7 PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU

    2.8 JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU

  • PK

    P 2

    LEARNING OUTCOMES 1. Jelaskan (describe) kriteria dan prinsip

    konstruksi perkerasan kaku;

    2. Identitifikasi (identify) jenis dan struktur perkerasan kaku;

    3. Jelaskan (explain) tegangan pada perkerasan kaku;

    4. Rencanakan (design) panjang, diameter dan jarak batang ruji dan batang pengikat sambungan.

  • PK

    P 2

    Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.

    Mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.

    DEFINISI PERKERASAN KAKU

  • PK

    P 2

    KOMPONEN DASAR PERKERASAN KAKU

  • 2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN Referensi: Sukanto (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    NO KRITERIA LENTUR KAKU KOMPOSIT

    1 Kenyamanan Memuaskan pemakai Bising kurang baik untuk lalu lintas

    Cukup baik

    2 Ketahanan Kurang kuat Kuat Kuat

    3 Kekakuan Kurang Lebih Tinggi Tinggi

    4 Jumlah lapisan Lebih banyak Cukup Cukup

    5 Kelas konstruksi Kelas tinggi Kelas tinggi Kelas tinggi

    6 Keawetan Kurang awet Awet Awet

    7 Pemeliharaan Sering/berat Kecil/ringan Kecil/ringan

    8 Kemampuan penyebaran gaya ke bawah

    Kurang effektif Effektif Effektif

    9 Tebal lapisan Lebih tebal Tipis Lebih tipis

    10 Biaya konstruksi Awal tinggi, pemeliharaan tinggi, total tinggi

    Awal tinggi, pemeliharaan rendah, total rendah

    Awal tinggi, pemeliharaan rendah, total rendah

    11 Kemudahan dalam overlay Mudah Cukup Cukup

  • 2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN P

    KP

    2

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

    1 Komponen Konstruksi

    Multi-layer, terdiri atas: Lapis Permukaan (Surface

    Course) Lapis Pondasi Atas (Base

    Course) Lapis Pondasi Bawah

    (Subbase Course) Tanah Dasar (Subgrade)

    Single-layer system, terdiri atas: Pelat beton multi tinggi,

    sebagai surface base Subbase (lean concrete atau

    granular material) tidak berfungsi sebagai lapisan struktur

    Tanah dasar (subgrade)

    2 Kemampuan penyebaran

    beban

    Kemampuan penyebaran beban pelat beton lebih besar, karena modulus elastisitas (E) pelat beton yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perkerasan lentur. Pelat beton setebal 25 cm (dengan flexural strenght fx=45 kg/cm2) setara dengan perkerasan lentur dengan tebal total 55 cm, mempunyai kapasitas beban 8 juta ESAL.

  • 2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN Referensi: Sukanto (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    3 Ketahanan terhadap

    pelapukan/ oksidasi

    Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung bahan-bahan organik (C) dibandingkan dengan aspal, sehingga perkerasan beton semen lebih tahan terhadap oksidasi (penuaan/ageing) dari pada perkerasan aspal.

    4 Kebutuhan pemeliharaan

    Pemeliharaan perkerasan kaku lebih kecil/jarang dari pada perkerasan flexible. Kegiatan pemeliharaan perkerasan beton dilakukan dalam rangka menghambat kerusakan konstruksi yang diakibatkan dari proses pelapukan (penurunan) dan proses keausan karena pemakaian.

    5 Biaya konstruksi

    Pada saat ini biaya kedua jenis perkerasan tersebut relatif hampir sama, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Dengan beban lalu lintas dan daya dukung tanah dasar yang

    sama, maka ketebalan konstruksi perkerasan kaku jauh lebih tipis dari perkerasan lentur.

    Konstruksi perkerasan beton mempunyai biaya investasi awal yang tinggi namun biaya pemeliharaan yang lebih rendah dibandingkan dengan perkerasan lentur.

    Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

  • 2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU

    Perkerasan beton mempunyai kekakuan atau modulus elastisitas yang tinggi dari perkerasan lentur.

    Beban yang diterima sebagian besar ditahan oleh pelat beton dan hanya sebagian kecil ditahan oleh tanah dasar.

    Tebal pelat beton diharapkan mampu memikul tegangan yang ditimbulkan oleh beban roda kendaraan, perubahan suhu dan kadar air serta perubahan volume yang terjadi pada lapisan dibawahnya.

    Untuk memikul pengulangan pembebanan lalu lintas sesuai dengan konfigurasi dan beban sumbu, perhitungan tebal pelat beton diterapkan prinsip kelelahan (fatigue).

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU

    Perkerasan kaku didesain atas dasar:

    a. Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k);

    b. Lapisan pondasi bawah pada struktur perkerasan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman daya dukung di bawah pelat beton;

    c. Kekuatan beton yang dinyatakan dalam kekuatan lentur tarik (flexural strenght), mengingat keruntuhan pada perkerasan kaku berupa retakan oleh tegangan lentur tarik yang berlebihan.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU

    Gambar 2.1: Distribusi beban pada perkerasan kaku

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    Berdasarkan susunan lapisannya, jenis-jenis perkerasan kaku dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

    a. Perkerasan Beton Semen

    Merupakan perkerasan kaku dengan pelat beton yang terletak diatas lapis pondasi bawah.

    1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan;

    2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan;

    3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan;

    4. Perkerasan beton semen pratekan.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    1. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan (Jointed Plain Concrete Pavement JPCP)

    Tidak menggunakan tulangan;

    Umumnya jarak sambungan pelat beton berkisar 4 m sampai 7 m;

    Ketebalan lapisan perkerasan pelat beton berkisar 200 mm sampai 400 mm;

    Sambungan pelaksanaan (construction joint) dan sambungan muai (expantion joint) harus dipasang pada setiap sambungan;

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    Tampak Atas

    Sambungan Memanjang Tie Bar

    Tipikal Spasi

    (3,7 6,1) m Arah Lalu-lintas

    Dowel Tampak Samping Sambungan Melintang

    Lapisan Pondasi Bawah

    Tanah Dasar

    Gambar 2.2: Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan (JPCP)

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    2. Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement JRCP)

    Terdiri dari beberapa panel-panel pelat beton;

    Diperkuat dengan tulangan besi, untuk mengendalikan retak;

    Jarak sambungan dapat dibuat sampai dengan 15 meter;

    Keuntungan lebih nyaman untuk kendaraan karena spasi sambungan yang panjang;

    Kekurangan permasalahan kinerja untuk jangka waktu yang panjang.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    Tampak Atas

    Sambungan Memanjang

    Tipikal Spasi

    ( s/d 15) m

    Dowel Tampak Samping Sambungan Melintang

    Lapisan Pondasi Bawah

    Tanah Dasar

    Gambar 2.3: Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (JRCP)

    Tipikal Spasi Retak ( s/d 4,6) m Arah

    Lalu-lintas

    Tulangan Beton

    Retak pada tengah panel

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    3. Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan (Continously Reinforced Concrete Pavement CRCP)

    Tidak menggunakan sambungan sepanjang jalannya;

    Diperkuat dengan tulangan pelat beton, untuk mengendalikan retak;

    Retak umumnya terjadi pada jarak spasi tertentu sesuai dengan spasi spasi tulangan pelat beton yang dipasang;

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    Tampak Atas

    Sambungan Memanjang

    Tampak Samping

    Lapisan Pondasi Bawah

    Tanah Dasar

    Gambar 2.4: Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan (CRCP)

    Tipikal Spasi Retak ( 1,1 s/d 2,4 ) m Arah

    Lalu-lintas

    Tulangan Beton

    Retak pada panel beton

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Continously Reinforced Concrete Pavement

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    4. Perkerasan Pracetak Beton Semen Pratekan (Panel Presstressed Concrete Pavement PPCP)

    Digunakan panel-panel pracetak yang kemudian disusun dan dilakukan penarikan tegangan pada kabel yang menghubungkan panel pracetak tersebut (post tention);

    Sistem pracetak dimaksudkan untuk mencegah timbulnya retakan pada pelat beton;

    Keuntungannya adalah menghemat waktu pelaksanaan dan juga mengurangi tebal pelat beton semen;

    Lebih tahan lama dan menghemat biaya pemeliharaan dibandingkan dengan jenis lainnya.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    Gambar 2.5: Tipikal Perkerasan Pracetak Beton Semen Pratekan

    Arah Lalu-lintas

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Sambungan dengan pelindung besi

    Panel penarikan lengan Panel dasar

    Kantung tandon

    3 m

    5 6 m

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    b. Perkerasan Komposit

    Merupakan perkerasan kaku dengan pelat beton sebagai lapis pondasi dan aspal beton (Asphalt Concrete - AC) sebagai lapis permukaan yang bersifat struktural;

    Lapisan aspal beton tersebut dihitung sebagai bagian yang ikut memikul beban;

    Penentuan tebal lapis aspal beton dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. Tentukan terlebih dahulu tebal pelat beton yang dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri dari beton semen;

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.3. JENIS PERKERASAN KAKU

    b. Tebal pelat beton dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton;

    c. Ketentuan tebal minimum pelat beton adalah 150 mm dan untuk mencegah retak refleksi (akibat celah sambungan dan retak pada pelat beton) disarankan tebal minimum aspal beton 100 mm.

    Catatan:

    Jenis perkerasan beton semen yang umumnya digunakan di Indonesia adalah jenis perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan (JPCP) dengan tebal antara 200 mm hingga 270 mm.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    Gambar 2.6: Struktur Perkerasan Kaku

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    a. Pelat Beton Semen (Concrete Base) Terletak di atas lapisan pondasi bawah; Mutu beton yang umumnya digunakan adalah

    mempunyai nilai Flexural Strength (fx) > 45 kg/cm2 atau

    beton K375 K425; Tidak diizinkan terjadi kelekatan atau friksi antara

    lapisan pondasi bawah dengan pelat beton, dapat dicegah dengan bond breaker sebagai berikut: Terbuat dari plastik; Permukaan lapis beton kurus tidak boleh dibuat

    bertekstur kasar; Pemasangan plastik harus dihindari adanya rongga

    udara dibawah plastik yang akan menyebabkan sambungan yang tidak merata.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Bond Breaker

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Pelat Beton Semen

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Pelat Beton Semen

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Pelat Beton Semen

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    b. Lapis Beton Kurus ( Lean C oncrete)

    Pelat beton diletakkan di atas lapisan beton kurus;

    Lapisan beton kurus diperlukan untuk:

    Mencegah penyerapan air semen oleh tanah dasar;

    Segera melindungi tanah dasar terhadap air hujan;

    Mendapatkan permukaan lantai kerja yang cukup rata, kuat dan seragam;

    Dapat dilewati kendaraan kerja;

    Menaikkan daya dukung dan keseragaman tanah dasar.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Lean Concrete

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    c. Pondasi Bawah ( sub base)

    Terletak diantara tanah dasar (sub grade) dengan lapisan beton semen (lapisan permukaan);

    Fungsi lapisan pondasi bawah adalah:

    Mencegah pumping tanah dasar;

    Mendapatkan lantai kerja yang rata, kuat dan seragam;

    Melindungi tanah dasar terhadap air hujan;

    Mengurangi pengaruh perubahan volume tanah dasar.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    d. Lapisan Tanah Dasar( sub grade)

    Daya dukung tanah dasar (CBR) tidak terlalu memegang peranan karena tingkat kekakuan beton semen 10 kali perkerasan aspal beton;

    Parameter yang digunakan adalah Modulus Reaksi Tanah Dasar (k), ditetapkan dilapangan dengan pengujian pelate bearing.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Sub Grade

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    e. Sambungan

    Berfungsi untuk mengendalikan/mengarahkan retak dari pelat beton akibat susut (shrinkage) dan lenting (warping) agar teratur, baik bentuk maupun lokasinya sesuai yang direncankan;

    Dipasang tulangan sambungan dan pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent yang bersifat thermoplastic;

    Joint sealent dapat dilakukan dengan pengecoran panas maupun dingin, antara lain rubber asphalt, coal tars atau rubber tars;

    Dilakukan sesegera mungkin, agar celah tidak terisi kotoran/bahan lain;

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Joint Sealent

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Berdasarkan letaknya:

    Sambungan melintang (Transverse Joint)

    Sambungan/Joint

    Sambungan memanjang

    (Longitudinal Joint)

    1. Sambungan muai (expansion joint); 2. Sambungan susut (contraction joint); 3. Sambungan pelaksanaan (construction joint)

    1. Sambungan lenting (warping joint); 2. Sambungan pelaksanaan (construction joint)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU

    e. Sambungan

    Sambungan Melintang/Transverse Joint :

    Sambungan susut (contraction joint), dibuat dengan cara melakukan penggergajian (saw cutting) sedalam tebal pelat;

    Sambungan pelaksanaan (construction joint), dibuat dengan cara memasang bekisting melintang dan dowel antara pelat yang dicor sebelumnya dengan pelat yang dicor berikutnya.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • Contraction Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Sambungan pada bidang yang diperlemah; Untuk mengalihkan tegangan tarik akibat

    suhu, kelembaban, gesekan sehingga akan mencegah retak;

    Ditempatkan pada jarak yang tidak melebihi perbandingan 3 : 2 dari panjang dan lebar pelat beton;

    Selebar 4 6 mm dengan kedalaman lebih kurang dari tebal pelat beton.

  • Contraction Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Tujuan:

    Untuk memberikan kemungkinan susut

    dari pelat beton sehubungan dengan turunnya temperatur pelat beton dibawah temperatur pada saat

    konstruksi

    Pergerakan dibatasi oleh gesekan subgrade; Disain menyertakan panjang pelat beton yang

    diberikan oleh: Dimana: Sc = tegangan tarik yang diijinkan = 0,8 kg/cm2 W = unit berat dari beton = 2.400 kg/cm3

    F = koefisien gesekan subgrade = 1,5 Lc= 4,3 m Jarak maksimum adalah 4,5 meter

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Contraction Joint

  • Contraction Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • Contraction Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • Contraction Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • Expansion Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

    Tujuan:

    Untuk memberikan kemungkinan muai

    dari pelat beton sehubungan dengan naiknya temperatur pada saat konstruksi

    Disain mempertimbangkan: Disediakan disepanjang arah memanjang; Meliputi dalam menentukan jarak

    sambungan untuk suatu sambungan muai/ expansion joint yang diberikan, semisal 2,5 cm.

  • Expansion Joint

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    f. Tulangan

    Dalam struktur perkerasan kaku terdapat 2 jenis tulangan yaitu:

    Tulangan pelat beton, untuk memperkuat pelat beton tersebut terhadap retak susut;

    Tulangan sambungan, untuk menyambung kembali bagian-bagian pelat beton yang putus akibat retak.

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU P

    KP

    2

    Tulangan Pelat Beton:

    Berbentuk lembaran anyaman (dibuat secara fabrikasi);

    Penempatan pada tebal pelat beton di sebelah atas;

    Berfungsi memegang retak agar tidak terbuka. Jadi bukan menahan momen atau gaya lintang sehingga tidak mengurangi tebal pelat.

    Dengan adanya tulangan pelat beton, maka jarak sambungan melintang dapat dibuat lebih jauh (2-3 kali lipat) sehingga lebih nyaman dan mengurangi biaya pemeliharaan sambungan melintang.

    Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    Tulangan Lembaran Ayaman

    PK

    P 2

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Tulangan Sambungan Melintang (disebut Dowel/ruji):

    Berfungsi sebagai sliding devices pada saat terjadinya penyusutan pelat beton, dan load transfer devices;

    Berbentuk polos, berukuran besar (biasanya dipakai diameter 25 32 mm), dan bekas potongan harus rapi;

    Satu ujung dibuat lekat (bonded) dengan pelat beton, dan pada ujung alinnya dibuat tidak lekat/licin (dengan cara dicat atau dibungkus plastik tipis atau dilapisi gemuk);

    Penempatan ditengah-tengah tebal pelat dan sejajar sumbu jalan.

    Kadang-kadang pelat beton didisain tanpa dowel, maka dalam hal ini fungsi load transfer dialihkan kepada improvement subgrade.

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    No. Tebal pelat beton, h (mm) Diameter ruji (mm)

    1 125 h 140 20

    2 140 h 160 24

    3 160 h 190 28

    4 190 h 220 33

    5 220 h 250 36

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Tujuan:

    Mentransfer beban lalu lintar secara

    efektif antara dua pelat beton dan

    menjaga dua pelat beton pada ketinggian

    yang sama

    Analisis Bradbury memberikan kapasitas beban transfer dari 1 (satu) dowel/ruji dalam shear, bending dan bearing sebagai berikut:

    (1) (2)

    (3) Dimana: P = kapasitas transfer beban dari 1 (satu)

    batang dowel dalam shear, bending dan bearing.

    d = diameter dari batang dowel (cm) Ld = panjang dari batang dowel (cm) = lebar sambungan Fs, Ff dan Fb = tegangan yang diijinkan

    Perencanaan mempertimbangkan: Batang baja bulat

    polos; Ujung satu lekat

    dan ujung lainnya bebas

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Desain prosedur

    Tahap 1

    Hitung panjang batang dowel yang akan dipasang pada pelat beton semen Ld dengan menyamakan persamaan (2) = (3), dan diperoleh:

    Tahap 2

    Hitung kapasitas transfer beban Ps, Pf dan Pb untuk 1 (satu) batang dowel dengan panjang Ld

    Tahap 3

    Asumsi kapasitas beban batang dowel adalah 40% beban roda, hitung faktor kapasitas beban f sebagai berikut:

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Desain prosedur

    Tahap 4

    Jarak efektif yang dapat mentransfer beban secara efektif diberikan oleh 1,8 l, dimana l adalah jari-jari kekakuan relatif;

    Asumsikan variasi linier dari faktor kapasitas;

    Asumsikan jarak antara dowel dan tentukan faktor kapasitas ;

    Faktor kapasitas aktual harus lebih besar dari faktor kapasitas yang diperlukan;

    Jika tidak, lakukan iterasi satu kali lagi dengan jarak dowel yang baru.

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Rencanakan ukuran dan jarak batang-batang dowel pada suatu sambungan muai/ expansion joint dari perkerasan beton semen dengan ketebalan 25cm. Diberikan jari-jari kekakuan relatif sebesar 80 cm, disain beban roda 5.000 kg, kapasitas beban dari sistem dowel adalah 40 persen dari disain beban roda, lebar sambungan adalah 2,0 cm dan tegangan yang diijinkan dari shears, bending dan bearing pada batang dowel berturut-turut adalah 1.000, 1.400 dan 100 kg/cm2.

    Contoh:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Diberikan: P= 5.000 kg, l= 80 cm, h= 25 cm, = 2,0 cm, Fs= 1.000 kg/cm

    2, Ff= 1.400 kg/cm2 dan

    Fb= 100 kg/cm2, asumsikan diameter= 2,5 cm.

    Tahap 1: panjang dari batang dowel Ld: Penyelesaian untuk Ld dengan trial and error. 1. Berikan Ld = 45,00, maka Ld= 40,95; 2. Berikan Ld = 40,95, maka Ld= 40,52; 3. Berikan Ld = 40,50, maka Ld= 40,46; Panjang minimum dari batang dowel adalah Ld+ = 40,5+2,0=42,5 cm, sehingga memberikan panjang 45 cm dan diameter 2,5 cm. Oleh karena itu Ld= 45,0-2,0=43,0 cm

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Tahap 2: Hitung kapasitas transfer beban dari 1 (satu) batang dowel.

    Oleh karena itu, diperlukan kapasitas transfer beban:

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Tahap 3: Hitung jarak yang diperlukan: jarak efektif dari transfer beban = 1,8 x l = 1,80 x 80 = 144 cm. Asumsikan jarak 35 cm, kapasitas aktual adalah:

    Asumsikan jarak 30 cm, kapasitas adalah:

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Jadi, harus mempertimbangkan nilai 2,92, lebih besar dan lebih dekat terhadap nilai 2,77 Oleh karena itu memberikan diameter 2,5 cm mild steal batang dowel dengan panjang 45 cm dengan jarak 30 cm dari as ke as.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Rencanakan ukuran dan jarak batang-batang dowel pada suatu sambungan muai/ expansion joint dari perkerasan beton semen dengan ketebalan 20 cm. Diberikan jari-jari kekakuan relatif sebesar 90 cm, disain beban roda 4.000 kg, kapasitas beban dari sistem dowel adalah 40 persen dari disain beban roda, lebar sambungan adalah 3,0 cm dan tegangan yang diijinkan dari geser/shears, moment/bending dan daya dukung/bearing pada batang dowel berturut-turut adalah 1.000, 1.500 dan 100 kg/cm2.

    Soal:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Diberikan: P= 4.000 kg, l= 90 cm, h= 20 cm, = 3,0 cm, Fs= 1.000 kg/cm

    2, Ff= 1.500 kg/cm2 dan Fb= 100 kg/cm

    2, asumsikan diameter= 2,5 cm.

    Tahap 1: panjang dari batang dowel Ld: Penyelesaian untuk Ld dengan trial and error, Ld adalah 39,5 cmm. Panjang minimum dari batang dowel adalah Ld+= 39,5 + 3,0 = 42,5 cm, sehingga memberikan panjang 45 cm dan diameter 2,5 cm. Oleh karena itu Ld = 45 3 = 42 cm.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Tahap 2: Hitung kapasitas transfer beban dari 1 (satu) batang dowel.

    Oleh karena itu, diperlukan kapasitas traansfer beban:

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Tahap 3: Hitung jarak yang diperlukan: jarak efektif dari transfer beban = 1,8 x l = 1,80 x 90 = 162 cm. Asumsikan jarak 35 cm, kapasitas aktual adalah:

    Asumsikan jarak 40 cm, kapasitas adalah:

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dowel/Ruji

    Jadi, harus mempertimbangkan nilai 2,52, lebih besar dan lebih dekat terhadap nilai 2,335. Oleh karena itu memberikan diameter 2,5 cm mild steal batang dowel dengan panjang 45 cm dengan jarak 40 cm dari as ke as.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Tulangan Sambungan Memanjang (disebut Tie bar/batang pengikat):

    Berfungsi sebagai rotation devices/hinge (engsel), bukan sebagai sliding devices;

    Berbentuk ulir/deformed, berukuran kecil (biasa dipakai diameter 12 14 mm);

    Kedua ujung dibuat lekat (bonded) dengan pelat beton;

    Penempatan ditengah-tengah tebal pelat dan tegak lurus sumbu jalan.

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005

    PK

    P 2

    Tie Bar

  • Tie Bar

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tujuan:

    Berlawanan dengan batang dowel, batang tie bukan untuk meneruskan beban, namun berfungsi sebagai sarana untuk mengikat dua pelat beton.

    Karena itu batang tie harus dibentuk atau dipasang dan ditempatkan kedalam pelat beton agar dapat berfungsi dengan baik.

    Batang tie lebih kecil dari batang dowel dan ditempatkan pada interval yang lebih besar, dipasang sepanjang sambungan memanjang

    Tahap 1: Diameter dan jarak pertama kali ditentukan dengan menyamakan totak friksi sub grade dengan total tegangan tarik untuk satuan panjang ( satu meter). Oleh karena luas batang per satu meter dalam cm2 diberikan oleh: Dimana: b adalah lebar dari pelat perkerasan (m), h adalah tebal dari perkerasan (cm), W adalah unit berat dari beton (asumsikan 2.400 kg/cm2),

    100 x

  • Tie Bar

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tujuan:

    Berlawanan dengan batang dowel, batang tie bukan untuk meneruskan beban, namun berfungsi sebagai sarana untuk mengikat dua plat beton.

    Karena itu batang tie harus dibentuk atau dipasang dan ditempatkan kedalam plat beton agar dapat berfungsi dengan baik.

    Batang tie lebih kecil dari batang dowel dan ditempatkan pada interval yang lebih besar, dipasang sepanjang sambungan memanjang

    f adalah koefisien friksi (asumsikan 1,5) dan Ss adalah working tensile stress yang diijinkan dalam baja (asumsikan 1.750 kg/cm2). Asumsikan dalam perencaanaan diameter batang 0,8 sampai 1,5 cm.

  • Tie Bar

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tujuan:

    Berlawanan dengan batang dowel, batang tie bukan untuk meneruskan beban, namun berfungsi sebagai sarana untuk mengikat dua plat beton.

    Karena itu batang tie harus dibentuk atau dipasang dan ditempatkan kedalam plat beton agar dapat berfungsi dengan baik.

    Batang tie lebih kecil dari batang dowel dan ditempatkan pada interval yang lebih besar, dipasang sepanjang sambungan memanjang

    Tahap 2: Panjang dari batang tie adalah dua kali panjang yang diperlukan untuk membentuk bond stress sama dengan working tensile stress dan diberikan oleh: Dimana: d adalah diameter dari batang, Ss adalah tensile stress yang diijinkan (kg/cm2), dan Sb adalah bond stress yang diijinkan dan dapat diasumsikan untuk batang polos dan ulir berturut-turut 17,5 kg/cm2 dan 24,6 kg/cm2.

  • Tie Bar

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Rencanakan panjang dan jarak batang pengikat, diberikan keterbalan perkerasan adalah 18 cm dan lebar dari jalan adalah 7,2 m dengan 1 (satu) sambungan longitudinal. Berat isi/Unit weight dari beton adalah 2.400 kg/cm2, koefisien friksi 1,5, tegangan tarik /working tensile stress yang diijinkan adalah 1.750 kg/cm2 dan tegangan batas/bond stress dari bar deformed adalah 24,6 kg/cm2

    Contoh:

    (1)

  • Tie Bar

    2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Diberikan: h= 18 cm, b= 7,2/2= 3,6 m, Ss= 1.750 kg /cm2, f= 1,5, W= 2.400 kg/cm2 dan Sb= 24,6 kg/cm

    2. asumsikan diameter= 1,0 cm.

    Tahap 1: diameter dan jarak: Asumsikan diameter= 1,0 cm, maka A=1/4d= 0,785 cm2. oleh karena itu jarak adalah: Tetapkan 55 cm.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tie Bar

    Tahap 2: panjang dari batang Gunakan diameter 1,0 cm tie bar/batang pengikat dengan panjang 36,0 cm dengan jarak 55,0 cm dari as ke as.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tie Bar

    Rencanakan panjang dan jarak tie bar, diberikan keterbalan perkerasan adalah 20 cm dan lebar dari jalan adalah 7 m dengan 1 (satu) sambungan longitudinal. Unit weight dari beton adalah 2.400 kg/cm2, koefisien friksi 1,5, working tensile stress yang diijinkan adalah 1.750 kg/cm2 dan bond stress dari deformed bar/batang ulir adalah 24,6 kg/cm2

    Soal:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tie Bar

    Diberikan: h= 20 cm, b= 7/2= 3,5 cm, Ss= 1.750 kg kg/cm2, f= 1,5, W= 2.400 kg/cm2 dan Sb= 24,6 kg/cm

    2. asumsikan diameter= 1,0 cm.

    Tahap 1: diameter dan jarak: Asumsikan diameter= 1,0 cm, maka A=1/4d= 0,785 cm2. oleh karena itu jarak adalah: Dibulatkan 55 cm.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tie Bar

    Tahap 2: panjang dari batang Gunakan diameter 1,0 cm tie bar dengan panjang 36,0 cm dengan jarak 55,0 cm dari as ke as.

    Jawaban:

    (1)

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tegangan-Tegangan Akibat Suhu

    1. Tegangan-tegangan akibat suhu dikembangkan pada perkerasan beton semen akibat variasi suhu pada pelat beton;

    2. Hal ini disebabkan oleh: Variasi harian yang menghasilkan suatu

    gradien suhu sepanjang tebal dari pelat; Variasi musiman yang menghasilkan

    perubahan secara keseluruhan pada suhu pelat.

    3. Yang pertama akan menghasilkan tegangan lenting/ warping stresses;

    4. Dan berikutnya tegangan friksi/frictional stresses

    Tegangan-tegangan akibat suhu

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Tegangan lenting/Warping stress pada bagian tengah, tepi dan ujung dinyatakan berturut-turut ti, te dan tc.

    (1) Warping Stress

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Dimana: E adalah modulus elastisitas beton dalam kg/cm2 (3x105), adalah koefisien thermal beton per oc (1x10-7), t adalah perbedaan terperatur antara bagian atas dan bawah plat, Cx dan Cy adalah koefisien yang didasarkan pada Lx/l pada luasan yang ditentukan dan Ly/l sudut tegak lurus terhadap areal yang ditentukan, adalah ratio posisson (0,15), a adalah jari-jari dari luasan beton dan l adalah jari-jari kakakuan relatif.

    (1) Warping Stress

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Frictional stress, f dalam kg/cm2 diberikan

    oleh persamaan:

    Dimana: W adalah unit weight beton dalam kg/cm2 (2400), f adalah koefisien friksi sub grade (1,5) dal L adalah panjang dari plat beton dalam meter (7). f =(2400x1,5x7)/(2x10

    4)= 1,26 kg/cm2

    (2) Frictional Stress

  • 2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

    PK

    P 2

    Kesimpulan

    Perencanaan perkerasan kaku yang didasarkan kepada analisis Westergaard memerlukan: 1. Modulus reaksi sub grade; 2. Jari-jari kekakuan relatif; 3. Jari-jari distribusi beban roda. Untuk perencanaan kritis perlu mempertimbangkan: 1. Frictional stress; 2. Warping stress.

    Jenis sambungan yang berbeda diperlukan seperti: 1. Expansion joint; 2. Contraction joint.

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Lokasi Tegangan Kritis

    1. Karena pelat perkerasan beton semen memiliki panjang dan lebar yang terbatas, baik karakter istik maupun intensitas tegangan maksimum yang disebabkan oleh penerapan beban lalu lintas yang diberikan tergantung pada lokasi beban dipermukaan perkerasan;

    2. Terdapat tiga lokasi tipikal, katakanlah tengah/interior, tepi/edge dan ujung/corner, dimana ketiga lokasi tersebut dikatakan sebagai lokasi beban kritis.

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    (1) Tegangan akibat

    pembebanan oleh roda (lalu lintas)

    Pembebanan ujung Pembebanan pinggir

    Pembebanan tengah

    Lokasi Tegangan Kritis

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    Tegangan tegangan beban roda

    persamaan tegangan

    Westergaard

    1. Pelat beton semen diasumsikan homogen;

    2. Mempunyai sifat-sifat elastis yang seragam dengan reaksi vertikal sub grade secara proposional terhadap defleksi;

    3. Westergaard mengembangkan hubungan hubungan untuk tegangan pada daerah pinggir, ujung dan tengah

    Lokasi Tegangan Kritis

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan (stress) yang diakibatkan

    oleh Pembebanan

    ujung

    Dimana: c = tegangan maximum, disebabkan pembebanan ujung (kg/cm

    2) P = beban roda (kg) H = tebal pelat (cm) A1 = a 2 (cm) A = jari-jari roda (cm) L = jari-jari kekakuan relatif E = modulus Young dari beton (kg/cm2) K = modulus reaksi tanah dasar (kg/cm2) = poisson ration dari beton

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan yang diakibatkan

    oleh Pembebanan

    pinggir

    Dimana: e = tegangan maximum, disebabkan pembebanan pinggir (kg/cm

    2) P = beban roda (kg) H = tebal pelat (cm) A = jari-jari roda (cm) L = jari-jari kekakuan relatif

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan yang diakibatkan

    oleh Pembebanan

    tengah

    Dimana: i = tegangan maximum, disebabkan pembebanan tengah (kg/cm

    2) P = beban roda (kg) H = tebal pelat (cm) A = jari-jari roda (cm) L = jari-jari kekakuan relatif

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    (1) Tegangan akibat

    pembebanan oleh roda (lalu lintas)

    Pembebanan ujung C = 14,7 kg/cm

    Pembebanan pinggir e = 14,4 kg/cm

    Pembebanan tengah i = 12,1 kg/cm

    Lokasi Tegangan Kritis

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    (2) Tegangan akibat

    perubahan temperatur dan kadar air

    Pengembangan

    Penyusutan

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan yang diakibatkan oleh

    Perubahan temperatur dan kadar air

  • Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    (3) Tegangan akibat

    perubahan volume lapisan pondasi akibat

    frost action

    2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Di Indonesia, bisa diabaikan karena boleh dikatakan frost

    action hampir tidak ada.

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

    Tegangan-tegangan yang terjadi pada perkerasan kaku

    (4) Tegangan akibat timbulnya gejala

    pumping Dapat diatasi dengan menggunakan subbase

    Pumping adalah pengocokan butiran-butiran sub grade atau sub base pada daerah sambungan

    (basah atau kering) akibat gerakan vertikal pelat beton karena beban lalu lintas. Kejadian ini

    mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT

    PK

    P 2

  • 2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU

    Pelapisan ulang beton aspal AC di atas perkerasan beton semen berfungsi sebagai: a. Pelapisan Ulang Non-Struktural Dimaksudkan untuk memperbaiki permukaan

    beton semen yang sudah aus; Tebal pelapisan ulang AC tersebut tipis ( 1 2 cm)

    dan campuran tersebut harus mempunyai sifat kelekatan aspal yang tinggi.

    b. Pelapisan Ulang Struktur Dimaksudkan untuk menambah kekuatan

    perkerasan beton semen yang sudah ada; Akan terbentuk struktur perkerasan baru yang

    bersifat komposit.

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

    PK

    P 2

  • 2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU P

    KP

    2

    Biasanya keputusan penggunaan overlay AC diambil setelah mempertimbangkan beberapa opsi perbaikan perkerasan kaku sebagai berikut:

    a. Full depth repair di bagian perkerasan yang rusak;

    b. Partial depth repair pada sambungan sambungan;

    c. Diamond grinding untuk memperbaiki kekasaran permukaan;

    d. Stabilization of slabs dengan mengisi rongga-rongga pada lapisan pondasi bawah;

    e. Concrete overlay

    Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    Apabila kerusakan sangat eksesif, maka satu-satunya opsi selain AC overlay adalah rekonstruksi (removal).

    Persyaratan utama permukaan yang akan dioverlay AC adalah bahwa permukaan harus rata, padat, dan seragam.

    Penyemprotan lapis perekat ( tack coating) diperlukan untuk permukaan pelat beton yang akan di overlay.

    Perlu diperhatikan, bukan lapis resap pengikat (prime coat) yang diperlukan

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • PK

    P 2

    2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    a. Persiapan Lapangan Jalan lama adalah lapen + sand sheet dengan kondisi

    lapangan mulai dari rusak ringan sampai dengan rusak berat (tanah dasar terlihat karena tergerus oleh air hujan) atau dikenal berlobang-lobang.

    Setelah pengukuran, pematokan dan penentuan elevasi rencana jalan, maka dilakukan pembersihan badan jalan dari kotoran termasuk pembersihan badan jalan dari gundukan tanah.

    Konstruksi perkerasan kaku terdiri dari dua bagian utama yaitu cement treated sub base (CTSB) dengan persyaratan mutu K125 (non struktural) yang berfungsi sebagai lapisan leveling (perataan) dan untuk mencegah pumping action.

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Sedangkan untuk lapisan atas (pelat beton) digunakan beton dengan persyaratan mutu K350.

    Untuk menjaga konsistensi campuran, kemudian keseragaman pelaksanaan, serta kebersihan pekerjaan dan terjaminnya mutu beton, maka digunakan beton ready mix.

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    b. Pelaksanaan Cement Treated Sub Base (CTSB): Seluruh lebar jalan ditutup; Dilakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana

    ketinggian CTSB berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan;

    Badan jalan dibasuh/disiram dengan air terlebih dahulu agar tidak terjadi penyerapan air semen dari CTSB yang akan digelar;

    Pemasangan bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas serta memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan dengan kemampuan kerja per hari, berdasarkan kapasitas truck mixer (8 truck @ 5 m3 perhari).

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Ketebalan CTSB yang digelar tidak sama;

    Bentuk akhir atau bagian atas CTSB harus rata karena diperuntukan sebagai landasan untuk meletakkan pelat beton;

    Setelah selesai kemudian dilakukan proses curing dengan menebarkan karung goni yang dibasahi selama seminggu, guna mencegah terjadinya retakan-retakan;

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Persiapan di Base Camp

    Ukuran pelat beton yang dikerjakan adalah lebar 4 m dan panjang 5 m.

    Arah lalu-lintas

    Arah lalu-lintas

    0,05 m

    0,05 m

    As

    jalan

    0,05 m 0,05 m 5 m 5 m 5 m

    0,5 m

    0,5 m

    4 m

    4 m

    Gambar 2.7: Tampak atas dimensi dan jarak antar plat beton

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Ukuran ketebalan mal melintang dibuat miring mengikuti kemiringan melintang normal jalan sebesar 2%;

    Ukuran mal memanjang mengikuti ketinggian ketinggian pada kedua ujung mal melintang;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    0,28 m

    0,30 m

    0,20 m

    4,00 m

    AS JALAN

    LOBANG DOWEL

    2 %

    Panjang pelat beton 5,00 m

    Te

    ba

    l pela

    t

    LOBANG TIE BAR 0,84 m

    Gambar 2.8: Tampak mal memanjang

    Gambar 2.7: Tampak mal melintang

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    1 3 7 5

    2 4 8 6

    1 3 7 5

    2 4 8 6

    1 3 7 5

    5,0 m

    5,0 m

    5,0 m

    5,0 m

    5,0 m

    4,0 m 4,0 m

    0,5 m 0,5 m

    Dowel

    Tie bar

    Keterangan:

    1. Cor tahap pertama

    2. Cor tahap kedua

    3. Cor tahap ketiga

    4. Cor tahap keempat

    5. Cor tahap kelima

    6. Cor tahap keenam

    7. Cor tahap ketujuh

    Gambar 2.9: Proses tahapan pengecoran pelat beton

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Te

    ba

    l pela

    t

    Aspal

    0,5 cm

    panjang dowel dibungkus plastik Dowel 25 (polos)

    Gambar 2.10: Posisi dowel pada sambungan melintang

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    h h/3

    h/4

    0,5 cm Tie bar 12 (ulir)

    L (tie bar) = 120 cm

    Gambar 2.11: Posisi tie bar dan lidah dalam sambungan memanjang

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Persiapan di Lapangan

    Pemasangan mal kotak dilakukan di atas CTSB hanya pada satu sisi jalan saja;

    Pemasangan plastik dengan maksud sebagai breaker di atas lapisan CTSB agar tidak terjadi pelekatan antara CTSB dan plat beton, plastik ini juga dilekatkan pada mal kotak slab dan secara rapat melekat pada CTSB;

    Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie bar (batang pengikat) pada mal memanjang, selalu dilakukan pengecekan agar tetap tegak lurus terhadap bidang mal melintang/memanjang;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Proses Pelaksanaan Pengecoran

    Beton ready mix yang berasal dari truck mixer dituang kedalam kotak mal yang telah disiapkan lalu diratakan , proses perataan dan pemadatan dapat terjadi karena alat vibrating screed;

    Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak yang ketiga, lihat Gambar 2.9;

    Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed, maka pelat beton tersebut ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar matahari secara langsung, mencegah terjadinya retak rambut;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Pembuatan alur (grooving) dilakukan setelah beton dalam keadaan setengah mengeras kurang lebih 3 4 jam sesudah pengecoran;

    Pada hari kedua setelah pengecoran dilakukan proses curing dengan menggelar karung goni di atas plat beton dan disiram air 3 kali sehari selama seminggu;

    Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal samping dibuka dilanjutkan dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa memasang mal melintang karena plat beton yang sudah dicor berfungsi sebagai mal melintang;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/memasang plastik di atas CTSB;

    Kemudian sebagai pemisah antara dua plat beton dilekatkan gabus (Styro foam) dengan tebal 0,5 cm untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan susut plat beton;

    Demikian sistem pengecoran dilakukan pada satu sisi jalan dengan lebar 4,0 m dan diselesaikan sesuai dengan panjang rencana jalan;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Kemudian pengecoran dilakukan untuk sisi jalan yang lainnya dengan cara yang sama hanya pada sisi memanjang plat beton yang sudah di cor diletakkan di atasnya besi siku sebagai landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke ujung lain, agar tidak terhadi kerusakan pada permukaan plat beton yang sudah di cor;

    Kemudian sebagai pemisah antara dua plat beton dilekatkan gabus (Styro foam) dengan tebal 0,5 cm untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan susut plat beton;

    Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan, disisipkan gabus di antara kedua plat beton pada sisi sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan membuat dilatasi.;

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    Kendali Mutu

    Pengendalian mutu mulai dari proses pencampuran di batching plant dilakuan oleh pengawas teknik, PU maupun perusahaan, komposisi dan berat masing-maing agregat sesuai dengan job mix formula;

    Sedangkan pada pengecoran lapangan dilakukan pengambilan sampel 2 kubus tiap 5 m3, lalu dilakukan perendaman di lokasi pekerjaan;

    Kemudian dilakukan pengetesan terhadap kuat tekan kubus beton dengan umur 7, 14 dan 28 hari

    PK

    P 2

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Pengambilan Sample

  • 2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Pengambilan Sample

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Jenis kerusakan berdasarkan model

    kerusanakan

    Deformasi (Deformation)

    Retak (Cracking)

    Kerusakan pengisi sambungan (Joint seal defects)

    Rompal/gompal (Spalling)

    Kerusakan bagian tepi pelat (Edge drop-off)

    Kerusakan tekstur permukaan (Surface texture defects)

    Berlubang (Pothole)

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Deformasi (Deformation)

    Adalah penurunan permukaan perkerasan beton semen sebagai

    akibat terjadinya retak atau pergerakan diantara

    pelat beton

    Amblas (Depression)

    Patahan (Faulting)

    Pemompaan (Pumping)

    .... (Rocking)

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Amblas(Depression)

    Penurunan permanen permukaan pelat beton dan umumnya terletak

    disepanjang retakan atau sambungan

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Patahan (Faulting)

    Terjadinya perbedaan ketinggian antara pelat beton, yang diakibatkan

    oleh penurunan pada sambungan atau retakan

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    Pemompaan (Pumping)

    Proses keluarnya air dan butiran-butiran tanah dasar

    atau pondasi bawah melalui sambungan dan

    retakan atau pada bagian pinggir pelat beton

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

    ...... (Rocking)

    Sebuah fenomena, dimana terjadinya pergerakan

    vertikal pada sambungan atau retakan yang disebabkan oleh

    pergerakan dan beban lalu lintas

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • 2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide

    PK

    P 2

  • PK

    P 2

    1. Jelaskan (describe) kriteria dan prinsip konstruksi perkerasan kaku;

    2. Identitifikasi (identify) jenis dan struktur perkerasan kaku;

    3. Jelaskan (explain) tegangan pada perkerasan kaku;

    4. Rencanakan (design) panjang, diameter dan jarak batang ruji dan batang pengikat sambungan.

    Review: Learning Outcomes

  • PK

    P 2

    Soal - Kuis

    1. Salah satu kriteria dari perkerasan beton semen adalah single-layer system. Jelaskan (describe) apa yang dimaksud dengan single-layer system tersebut.

    2. jelaskan (describe) prinsip perkerasan beton semen sehubungan dengan parameter perencanaan modulus rekasi tanah dasar (k), lapis pondasi bawah, lean concrete dan pelat beton.

  • PK

    P 2

    Soal - Kuis

    3. Jelaskan (explain) tegangan-tegangan yang terjadi pada suatu pelat perkerasan beton semen.

    4. Rencanakan (design) ukuran dan jarak batang-batang ruji pada suatu sambungan muai perkerasan beton semen dengan ketebalan 27,0 cm. Diberikan jari-jari kekakuan relatif sebesar 90 cm, rencana beban roda sebesar 7,0 ton,

  • PK

    P 2

    Soal - Kuis

    4. kapasitas beban dari sistem beban batang-batang ruji adalah 50% dari rencana beban roda, lebar sambungan adalah 2,5 cm dan tegangan yang diijinkan untuk shear, bending dan bearing pada batang ruji berturut-turut sebesar 1.100, 1.500 dan 120 kg/cm2.

  • PK

    P 2

    Soal - Kuis

    5. Rencanakan (design) panjang dan jarak batang-batang pengikat, jika diberikan ketebalan perkerasan beton semen adalah 25,0 cm dan lebar dari jalan adalah 8.0 meter dengan 1 (satu) sambungan memanjang. Unit weight dari beton adalah 2.500 kg/cm2, koefisien friksi 1,5, working tensile stress yang diijinkan adalah 1.800 kg/cm2 dan bond stress dari batang ulir adalah 25

    kg/cm2.

  • PK

    P 2

    SELAMAT BELAJAR