modul 7

12
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I MODUL VII PENGUKURAN SUDUT KELOMPOK : XIV (Empat Belas) ANGGOTA : 1. Edwin Pasaribu (03033110096) 2. Sastra Dinata (03033110097) 3. Nurgiono Agung B. (03033110098) 4. Suparman (03033110099) 5. Erik Faldian (03033110100) 6. David A.P.H. (03033110102) 7. Cici Meitriana S. (03033110111) 8. Novita Angelina (03033110112) ASISTEN : Aditya Yolanda

Upload: zola1st

Post on 12-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IUT

TRANSCRIPT

Page 1: modul 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH I

MODUL VII

PENGUKURAN SUDUT

KELOMPOK : XIV (Empat Belas)

ANGGOTA : 1. Edwin Pasaribu (03033110096)

2. Sastra Dinata (03033110097)

3. Nurgiono Agung B. (03033110098)

4. Suparman (03033110099)

5. Erik Faldian (03033110100)

6. David A.P.H. (03033110102)

7. Cici Meitriana S. (03033110111)

8. Novita Angelina (03033110112)

ASISTEN : Aditya Yolanda

Page 2: modul 7

A. NO. PRAKTIKUM

IUT I Modul VII

B. NAMA PRAKTIKUM

Pengukuran Sudut

C. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui cara pengukuran sudut dengan menggunakan Alat Ukur Total

Station

2. Untuk mengetahui besarnya sudut pada titik yang telah ditentukan

D. DASAR TEORI

Kegunaan terbesar dari teodolit digital elektronik baru nyata bila digabung

dengan EDMI, menghasilkan apa yang dikenal dengan “stasiun-kotah”. Sekarang

tersedia sejumlah instrumen stasiun kotah. Stasiun kotah adalah sangat serba guna

dan bermanfaat untuk hampir segala jenis pengukuran, dan salah satu contohnya

adalah pengukuran sudut.

Mengukur sudut dengan teodolit digital elektronik

Kecuali caranya yang otomatis menetapkan sudut, penanganan mekanis

terhadap teodolit digital elektronik sama dengan terhadap instrument biasa.

Rancangan alat ini termasuk sumbu I yang memutar instrumen dalam azimuth,

sumbu II untuk memutar teropong, sebuah pengunci dan penggerak halus untuk

pengarahan. Untuk mengukur sebuah sudut, diambil bidikan belakang memakai

pengunci dan penggerak halus, dan sebuah harga awal masuk ke pengunjukan

(display). Nol dapat dipasang jika sudut langsung sedang diukur, tetapi sembarang

Page 3: modul 7

harga yang diperlukan dapat dimasukkan jika mengorientasikan pada sebuah garis

yang diketahui azimutnya. Sudut kemudian diputar dengan pengarahan lagi,

memakai pengunci dan sekrup penggerak halus, dan harganya secara otomatis

ditunjukkan dalam instrumen. Untuk menghilangkan galat instrumental dan

meningkatkan kesaksamaan, sudut dapat diulang berapa kali saja dalam kedudukan

instrumen baik biasa maupun luar biasa, dan diambil harga puratanya. Komputer-

komputer terpasang tetap dengan otomatis akan melaksanakan pengambilan purata

dan mengunjukkan hasilnya.

Beberapa kemampuan khusus dirancang ke dalam kebanyakan teodolit digital

elektronik meningkatkan ketelitiannya dan memperlancar operasinya. HP 3820

misalnya, mempunyai komputer terpasang tetap yang mengorientasikan lingkaran

vertikal. Kalau ada galat indeks secara otomatis terbaca dan diteruskan ke komputer,

yang mengoreksinya pada sudut-sudut terukur. Alat lain mengindera bila lingkaran

horizontal tak datar, kemudian komputer menerapkan koreksi pada sudut-sudut

horizontal yang diukur. Jadi mendatarkan instrumen dengan saksama adalah tidak

perlu. Sistem pembacaan otomatik memukul rata harga-harga dari pihak berlawanan

diametris pada lingkaran, dengan demikian mengoreksi bila ada simpang-pusat. Juga

sebuah mekanisme gerak kasar dapat menggerakkan lingkaran untuk mengawali

pembacaan-pembacaan kedudukan berbeda dan menghilangkan pengaruh

ketidaksempurnaan pembagian skala lingkaran.

Sumber galat dalam pekerjaan teodolit

Galat-galat dalam pengukuran teodolit berasal dari sumber-sumber yang

bersifat instrumental, alamiah dan pribadi. Adalah tidak mungkin menentukan harga

tepat sebuah sudut dan karenanya galat dalam harga terukurnya. Tetapi hasil-hasil

saksama dapat diperoleh dengan (a) mengikuti prosedur-prosedur tertentu di

Page 4: modul 7

lapangan, (b) menangani instrumen dengan hati-hati, (c) mengecek pengukuran-

pengukuran.

Galat-galat instrumental

1. Tidak teraturnya nivo piringan (lingkaran horizontal)

Jika garis arah nivo piringan tidak tegak lurus sumbu I, maka sumbu I tidak akan

benar-benar vertikal bila nivo itu diseimbangkan. Keadaan ini menyebabkan galat

dalam sudut horizontal dan sudut vertikal terukur yang tidak dapat dihilangkan

dengan mengambil purata pembacaan biasa dan luar biasa. Nivo piringan tak

teratur, jika setelah diseimbangkan, menjadi tak seimbang bila teropong diputar

180° horizontal. Jauhnya penyimpangan gelembung menunjukkan dua kali

kemiringan sumbu I. Karenanya untuk membuat sumbu I benar-benar vertikal,

gelembung dikembalikan ke arah seimbang setengah jauhnya penyimpangan

memakai sekrup penyetel. Dengan nivo piringan tak teratur, sudut-sudut dapat

diukur tetapi sukar dan makan waktu, sehingga pengaturan yang diperlukan

seharusnya dilaksanakan. Prosedur-prosedur untuk melaksanakan ini dan lain-

lain pengaturan teodolit sudah dibicarakan pada modul sebelumnya.

2. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu II

Jika keadaan ini dijumpai, sewaktu teropong dibuat luar biasa garis bidik

membentuk kerucut yang sumbunya berimpit dengan sumbu II instrumen. Galat

terbesar dari sumber ini terjadi bila membuat teropong luar biasa, misalnya dalam

memperpanjang garis lurus atau mengukur sudut-sudut belokan. Juga, bila sudut

kemiringan bidikan belakang tidak sama dengan sudut kemiringan bidikan depan,

sudut horizontal terukur menjadi tidak benar. Galat-galat ini dihilangkan dengan

pemusatan rangkap dan dengan mengambil harga purata pembacaan-pembacaan

biasa dan luar biasa yang sama banyak.

3. Sumbu II tak tegak lurus sumbu I

Page 5: modul 7

Keadaan ini menyebabkan garis bidik membentuk bidang datar miring sewaktu

instrumen dibuat luar biasa, dan karenanya, bila bidikan belakang dan bidikan

depan mempunyai sudut kemiringan yang berbeda, akan dihasilkan sudut

horizontal yang salah. Galat-galat dari asal ini juga dapat dihapus dengan

mengambil purata pembacaan-pembacaan biasa dan luar biasa yang sama

banyak.

4. Garis arah nivo teropong tidak sejajar dengan garis bidik

Jika hal ini terjadi pada transit, garis bidik miring ke atas atau ke bawah bila nivo

teropong diseimbangkan. Ini menyebabkan galat dalam sudut vertikal dan

pembacaan rambu bila transit dipakai sebagai alat sipat datar. Pengaruh itu

dihilangkan dalam sudut vertikal dengan mengambil purata pembacaan-

pembacaan biasa dan luar biasa yang sama banyak, dan dalam sipat datar dengan

membuat sama jarak bidikan belakang dan bidikan depan.

5. Simpang-pusat lingkaran atau nonius

Jika pembacaan-pembacaan nonius instrument A dan B berbeda tepat 180° untuk

semua kedudukan, maka lingkaran-lingkaran adalah sepusat dan nonius terpasang

dengan benar. Jika pembacaan-pembacaan berselisih tetap namun bukan 180°,

nonius-nonius itu menyimpang dan sebaiknya dipakai nonius A saja atau

mengambila purata dari kedua nonius. Jika selisihnya tidak tetap, ada simpang-

pusat lingkaran. Pembacaan sebaiknya diambil di beberapa kedudukan pada

lingkaran dan hasil-hasil nonius A dan nonius B diambil puratanya. Teodolit

tidak mempunyai nonius. Tetapi, dapat saja di situ ada simpang-pusat dan galat-

galat dari sumber ini dibuat minimum dengan mengambil pembacaan-pembacaan

di beberapa tempat pada lingkaran sehingga terletak berselang di keliling seluruh

busur lingkaran, dan hasilnya dipukul rata.

6. Kaki tiga (alat statif) tidak kokoh

Page 6: modul 7

Baut-baut kaki tiga harus ketat sehingga tidak kendor maupun tegang (kaki tiga

dapat diketok sedikit untuk mengendorkan ketegangan yang ada sebelum

melakukan bidikan pertama), dan alas-alasnya tertanam kokh di tanah. Untuk

menghilangkan ketegangan, beberapa juru ukur melepaskan mur bersayap dan

mengetatkan kembali setelah menancapkan kaki-kaki, sebelum mendatarkan

instrumen.

E. WAKTU PRAKTIKUM

27 September 2005

F. LOKASI PRAKTIKUM

Di depan Gedung Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya

G. ALAT DAN BAHAN

1. Topcon GTS-220 series 1 buah

2. Tutup lensa 1 buah

3. Battery BT-52QA 1 buah

4. Battery charger BC-27CR 1 buah

5. Toolkit (rodpins, screwdriver, 1 set

cleaning brush, kain flannel)

6. Kotak plastik tempat alat 1 buah

7. Slicon cloth 1 buah

8. Plastik hujan untuk alat 1 buah

9. Unting-unting 1 buah

10. Buku manual bahasa Inggris 1 buah

Page 7: modul 7

H. PROSEDUR PRAKTIKUM

Mengukur Sudut Horizontal dan Arah Vertikal

1. Sentring alat di titik C dan target polygon di titik A & B

2. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER

A o o B

α

o

V : 90°10’20”HR : 120°30’40”

OSET HOLD HSET P1

3. Bidik target A, set 0 bacaan horizontal ( [F1] 0 SET )

H ANGLE 0 SET [F3] YES V : 90°10’20”> OK ? HR : 0°00’00”

… … [YES] [NO] OSET HOLD HSET P1

4. Bidik target B, maka sudut horizontal ACB (α) dan vertikal akan ditampilkan ke layer

Setting Sudut Horizontal Kanan/Kiri (R/L)

Tampilan HR di layar berarti:

- Bacaan horizontal membesar apabila teropong diputar searah jarum jam

- Bacaan horizontal mengecil apabila teropong diputar berlawanan dengan arah

jarum jam

Tampilan HL di layar berarti:

- Bacaan horizontal mengecil apabila teropong diputar searah jarum jam

Page 8: modul 7

- Bacaan horizontal membear apabila teropong diputar berlawanan dengan arah

jarum jam

V : 90°10’20” V : 90°10’20”

HR : 120°30’40” [F4] P1 [F4] P2 [F2] R/L HR : 239°29’20”

OSET HOLD HSET P1 OSET HOLD HSET P1

Perhatikan bahwa bacaan horizontal HR + HL = 360°