m.ikrom hsb 250939362 (contoh skripsi)

Upload: nonaa-hasibuan-part-ii

Post on 16-Jul-2015

947 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG PERBANKAN SYARIAH TERHADAP MINAT MENABUNG DI PERBANKAN SYARIAH DI YOGYAKARTA ( STUDY DI UPN,UII,UGM 2008-2009 ) THE INFLUENCE OF STUDENT KNOWLEDGE ABOUT ISLAMIC BANKING TOWARD THEIR INTEREST TO HAVE SAVING AT ISLAMIC BANKING IN YOGYAKARTA ( STUDY AT UPN,UII,UGM 2008-2009 ) SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam

Oleh: RACHMAD AGUNG SULISTYO 03423028 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010

NOTA DINASHAL Kepada : SKRIPSI

Yogyakarta,

30 Dzulhijjah 1430 H 17 Desember 2009 M

: Yth. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta

Assalamu`alaikum wr. wb. Berdasarkan penunjukan Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dengan surat nomor : 104/Dek/70/FIAI/VI/09 tanggal 29 JUNI 2009 atas tugas kami sebagai pembimbing skripsi Saudara : Nama Nomor Pokok/NIMKO : Rachmad Agung Sulistyo : 03423028

Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia : Jurusan Tahun Akademik Judul Sripsi : Ekonomi Islam : 2009/2010 : Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah Di Yogyakarta ( Study Di UPN,UII,UGM 2008-2009 ) setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, akhirnya kami berketetapan bahwa skripsi saudara tersebut di atas memenuhi syarat untuk diajukan ke sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. Demikian, semoga dalam waktu dekat bisa dimunaqasahkan, dan bersama ini kami kirimkan 4 (empat) eksemplar skripsi dimaksud. Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing,

DRS. H . ASMUNI, MA.

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebening Tetesan Embun Pagi Dan Secerah Sinarnya Mentari

Karya Kecilku ini Ku Persembahkan kepada : Bapak, Emak, Keluargaku, Dan Orang-Orang Tercinta Yang selalu Mendukung, Mendoakan, Dan Membimbing Penuh Kasih Sayang, Cinta, serta Ketulusan Tak Ada Kata Yang Indah Selain Doa Buat Kalian

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb Segala Puji Syukur kehadirat 4JJI SWT yang menggegam segala yang ada di dalam jiwa ini, serta atas limpahan Rahmat, Hidayah, dan InayahNya, yang selalu berikan jalan bagi hambanya yang mau berusaha, Shalawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada Putra Padang Pasir, Nabi Akhirul Zaman, junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, dan Umatnya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Bank Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah Di Yogyakarta ( Study Di UPN,UII,UGM 2008-2009 ) dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa pengarahan, bantuan serta doa. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Sesepuh, Pengasuh serta Guru Bahrul Ulum, terima kasih atas gemblengan, ilmu serta doa, sehingga penulis bisa seperti sekarang, semoga 4JJI selalu mengampuni dosa kalian. amin. 2. Abah ( Alm ) selaku pengasuh Ar-Roudloh beserta Keluarga, terima kasih atas kesabaran mendidik, serta merawat penulis, dan memberikan tempat untuk menuntut ilmu, semoga 4JJI membalasnya yang setimpal. amin. 3. Kedua Orang Tuaku, Bapak Sunardi dan Ibu Utik Rochdiyati dan Keluargaku, yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih sayang, kesabaran dan cintanya. 4. 5. Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid. M.Ec. Bapak Drs. M. Fajar Hidayanto, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. 6. Bapak Nur Kholis, S.Ag, M.Sh.Ec. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia.

7.

Bapak Drs. H. Asmuni MTh, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sabar dan semangat, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini sehingga tercapai hasil yang baik dan terima kasih waktu dan tenaganya.

8. 9.

Seluruh civitas akademika di lingkungan FIAI Universitas Islam Indonesia. Nenek, Kakekku serta Keluargaku Arif, Ucrit, Mbak Wulan, Mbak Atik, Mas Wawan dan Lek Hani, Lek Bag, Terimakasih support, keceriaan,doa yang menjadi semangat dalam menyelesaikan semuanya.

10.

Keluarga besar Bani Cokro Sudiro terima kasih banyak atas setiap doanya, that`s the best things.

11.

Saudaraku seperjuangan El- Redha People terima kasih pelajaran hidup yang kalian berikan padaku, ku selalu rindukan bersama kalian, terima kasih segalanya.

12.

My Best Friends keluarga galon Aray, Pak Dul, Kakak Ipar, Komandan, Oon, Dayak, canda tawa selalu ada saat disamping kalian, ( kapan naik gunung rek, ku pingin jadi orang kaya ).

13. 14.

Anak-anak Kost Briliant, Menyenangkan bersama kalian, terima kasih jamuannya. Keluarga Kraton Bu Dokter, Tante, Ucil, Rental, Bu Guru, Unyil, Oneng, Pak Hakim, Jangkung, Pak Ketu, Si Elektro..Ayo semangat 45 rek, kapan jalan-jalan..

15.

Keluarga kecilku Dijogja Ki Gendeng, Wong Elek, Kloneng, Sayangku, Mbenk, Inyong, Tekal, Heny, Slamet, Dian, Nisa, Komeng, Cak Horas, Panut, Cah Smp, Cak Indi, Ucok, Bang Jhon, Pak Pung, Daeng, Azis, Iteng, Sony, Gembus, dan Pak Ustad terima kasih bantuan dan dukungan, serta doa, hanya doa yang bisa ku berikan padamu sobat, ku tunggu kalian dipintu kesuksesan.amin.

16. 17.

Sahabatku di HMI terima kasih semangat dan semuanya, Revolusi sampai mati.. Sobatku yang gila Ridho, Klaten, Purworejo, Santet, Teguh, Pipit, Gondhes, Guse...ku salut akan kalian, dunia menunggu orang2 seperti kalian....

18.

Friend Futsalku Bento, Wong Deso, Pak Dhe, Beben, Katrok, Kholiq, Si Mas, Delon, Bayu, Ucok, Iwan, Oki, dan temen2 yang lain.....Kpan futsal lagi...

19. 20.

Teman-Teman Ekis angkatan 2003 ~.....jangan menyerah .....~ Sahabatku Lek Kidi Si Dewa senyum , terima kasih masukan dan saran...kau selalu berpikir dewasa..makasih Sahabat.....semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah..sing sabar lek...

21.

Terima kasih Lis atas semua yang kamu berikan padaku, support, waktu, fasilitas, dan kesabarannya, masih ada orang seperti kamu, tak ada alasan tidak terima kasih juga cinta dan kasih sayangmu, semoga 4JJI berikan yang terbaik dalam hidupmu....

22.

Someone terimakasih segalanya, kau ajarkan aku tentang kedewasaan, kesabaran, cinta, serta kasih sayang, selalu ada hari esok,..semoga 4JJI berikan hati yang lembut untukmu......

23. 24.

Shepiaku selalu ada cerita bersamamu, dimana kau sekarang. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat memberikan sumbangan lebih dalam ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb

YOGYAKARTA,

JANUARI 2010

RACHMAD AGUNG SULISTYO

ABSTRAKSIPENGARUH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG BANK SYARIAH TERHADAP MINAT MENABUNG DI PERBANKAN SYARIAH DI YOGYAKARTA ( STUDY DI UPN,UII,UGM 2008-2009 )Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Mahasiswa berpengaruh terhadap keputusan untuk menabung di Bank Syariah. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dengan metode pengambilan Purposive Sampling. Ada Empat teknik analisis yang digunakan untuk menganalis data, yaitu Regresi Linier Sederhana, Uji F, Uji T, dan Model Summary. Analisis Pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan Mahasiswa tentang Bank Syariah terhadap minat menabung, yang Kedua pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas, dan pengujian yang terakhir untuk mencari hubungan variabel tidak bebas ( minat menabung ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengaruh pengetahuan Mahasiswa berpengaruh positif terhadap keputusan minat menabung, dikarenakan Mahasiswa adalah Agent Of Change, yang mempunyai pola berpikir lebih maju daripada masyarakat awam, dan pengetahuan Mahasiswa lebih cepat, melalui pelajaran maupun study yang ada dikampus, sehingga pengetahuan memacu dan merangsang minat untuk menabung di Bank Syariah, dibuktikan dengan adanya study tentang Ekonomi Islam, serta didukung juga pembayaran Mahasiswa melalui Bank Syariah. Dalam mencari analisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana, sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui Kuesioner yang dibagikan kepada Mahasiswa dari masing-masing Universitas, dan didukung pula dengan literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan Analisis Regresi diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan Mahasiswa tersebut mempunyai t hitung yang lebih besar dari t tabel , sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap minat menabung. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung = 17,040 > 2.000 dengan tingkat Probabilitas 0,05. Sedangkan nilai Fhitung > Ftabel (290,376 > 3,96 ) dengan taraf signifikansi sebesar 0.000. Pengaruh variabelvariabel terhadap pengambilan keputusan menabung ditunjukkan dengan R 2 sebesar 0,748. Ini berarti bahwa 74,8% pengetahuan Mahasiswa dapat menjelaskan variabel menabung. Sedangkan sisanya sebesar 25,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

DAFTAR ISIHalaman Judul ......................................................................................................................... Halaman Nota Dinas................................................................................................................ Halaman Pengesahan .............................................................................................................. Halaman Pernyataan................................................................................................................ Halaman Motto ....................................................................................................................... Halaman Persembahan............................................................................................................. Halaman Kata Pengantar ......................................................................................................... Halaman Abstraksi .................................................................................................................. Halaman Daftar Isi .................................................................................................................. Halaman Daftar Tabel ............................................................................................................. Transliterasi Arab Latin........................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1.2. Batasan Masalah ...................................................................................................... 1.3. Rumusan Masalah .................................... 1.4. Tujuan Penelitian ......... 1.5. Manfaat Penelitian ... 1.6. Kajian Pustaka.. 1.7. Hipotesis Penelitian.. 1.8. Sistematika Penulisan .. BAB II DESKRIPSI UMUM PERBANKAN SYARIAH 2.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah .... 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. Pengertian Bank Syariah ............................................................................. Bank Syariah Dan Strategi Pengembanganya............................................. Peranan Bank Syariah ..... 11 11 15 16 18 19 19 20 21 31 32 1 4 4 4 5 5 9 9 i ii iii iv v vi vii viii ix x xi

2.1.4. Karakteristik Dasar Bank Syariah............................................................... 2.1.5. Prinsip Operasional Bank Syariah... 2.1.6. Produk-Produk Bank Syariah.. 2.1.6.1. Produk Penyaluran Dana........................................ 2.1.6.2 Produk Penghimpunan Dana.. 2.2. Perilaku Konsumen Dalam Islam..................................................................... 2.3. Sikap Masyarakat Yogyakarta Terhadap Perbankan Syariah..

2.4. Perilaku Konsumen Dalam Perbankan Syariah ...................................... 2.4.1. 2.4.2. 2.4.3. Pengertian Perilaku Konsumen .................................................................... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen............................. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Produk....

33 33 34 37 45 45 47 49 52 54

2.5. Loyalitas Nasabah................................. 2.5.1. Pengertian Loyalitas Nasabah 2.5.2 Konsep Loyalitas Nasabah. 2.5.3 Pengukuran Loyalitas Nasabah.................................. 2.5.4 Loyalitas Dalam Islam... 2.5.5 Pengaruh Produk,Harga,Tempat,Dan Promosi Terhadap Loyalitas Nasabah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 Pengumpulan Data ............................... Pengambilan Sampel................................................................................................. Analisis Data............................................................................................................. Populasi Dan Sampel................................................................................................ Teknik Pengumpulan Data........................................................................................ Jenis Data Dan Sumber Data.................................................................................... Definisi Operasional Variabel................................................................................... Metode Analisis Data................................................................................................ 3.8.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................................... 3.8.2. Alat Analisis Data........................................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Analisis Deskriptif.... 4.2. UJi Validitas Dan Reliabilitas. 4.3. Hasil Penelitian ( Uji Hipotesis ) ............................................................................. 4.4. Pembahasan ( Interpretasi )......................................................................................

56 56 56 57 58 58 59 60 60 60

63 65 67 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .. 5.2. Saran..................................................... 5.3. Keterbatasan Penelitian.... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 74 75 75

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10

Kategori Loyalitas menurut Jacoby Dan Chestnut Skala Loyalitas Populasi Kampus Tahun 2009 Jenis Kelamin Umur Validitas Untuk Variabel Pengetahuan Mahasiswa Validitas Untuk Variabel Minat Menabung Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Hasil Analisis Regresi Berganda Hasil Analisis Uji F Hasil Analisis Uji T Hasil Uji Koefisien Determinasi

48 52 63 64 64 65 66 67 68 68 70 66

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATINTransliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan bahasa lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan bahasa Arab ke bahasa latin. Penulisan transliterasi Arab-Latin di sini menggunakan transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Konsonan tunggal Huruf Arab Nama alif Ba Ta sa Jim Ha Kha Dal al Ra Zai Sin Syin Huruf latin tidak dilambangkan b t s j h kh d r z s sy Keterangan tidak dilambangkan be te es (dengan dengsn titik diatas ) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye

2. Vokal

Sad Dad Ta Za ain Gain Fa Qaf Kaf Lam Mim Nun Wau Ha hamzah Ya

S d t z

es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik (di atas) ge ef ki ka el em en we ha apostrof ye

g f q k l m n w h y

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda

Nama Fathah Kasrah Dammah

Huruf Latin a i u

Nama a i u

---------------Contoh:

b. Vokal Rangkap

kataba suila

yahabu dzukira

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Fathah dan ya Fathah dan wawu Huruf Latin ai au Nama a dan i a dan u

--------Contoh:

3. Maddah

kaifa

haula

Maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda:

A. Fathah + huruf alif, ditulis = a dengan garis di atas, seperti rijlun B. Fathah + huruf alif layyinah, ditulis = a dengan garis di atas, seperti

4. Ta Marbutah

ms

C. Kasrah + huruf ya' mati, ditulis = i dengan garis di atas, seperti mujbun

D. Dammah + huruf wawu mati, ditulis = u dengan garis di atas, seperti: qulbuhum

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua: a. Ta Marbutah hidup Ta Marbutah yang hidup atau yang mendapat harakah fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t. b. Ta Marbutah mati Ta marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah h Contoh:

Talhah

c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan h. Contoh:

-

Raudah al-jannah

5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh: rabbana naima

-

6. Penulisan Huruf Alif Lam A. Jika bertemu dengan huruf qamariyah,maupun qomariyah ditulis dengan metode yang sama yaitu tetapi ditulis al-, seperti :

al-karm al-kabr al-rasl al-nisa

B. Berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf capital, seperti :

7. Hamzah

al-Azz al-hakm

C. Berada di tengah kalimat, ditulis dengan huruf kecil, seperti : Yuhib al-Muhsinn

Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:

8. Penulisan Kata atau Kalimat

syaiun

umirtu

Pada dasarnya setiap kata, baik fiil (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah. Hanya katakata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang dihilangkan. Dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut ditulis dengan kata sekata. Contoh:

Wa innallha lahuwa khairu al-Rziqn Fa auf al-Kaila wa al- Mzn

9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, seperti huruf kapital yang digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap harus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:

wam Muhammadun ill Rasl

10. Kata yang sudah bahasa Arab yang sudah masuk bahasa Indonesia maka kata tersebut ditulis sebagaimana yang biasa ditulis dalam bahasa Indonesia. Seperti kata: al-Qur'an, hadis, ruh, dan kata-kata yang lain. Selama kata-kata tersebut tidak untuk menulis kata bahasa Arab dalam huruf Latin.

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Bank Syariah akan dapat berkembang dengan baik bila mengacu pada Demand (Permintaan) masyarakat akan Produk dan Jasa Bank Syariah. Dengan modal UU dan NilaiNilai Moral, Perbankan Syariah harus mampu membuktikan bahwa keberadaannya dapat melayani kebutuhan masyarakat baik dari sisi Surplus Unit (Kelebihan Dana) maupun Dificit Unit (Kekurangan Dana). Walaupun pengembangan Bank Syariah secara intensif masih relatif baru ( 10 tahun terhitung dari diberlakukannya UU Nomor 10 Tahun 1998), 1memiliki hikmah tersendiri bagi dunia Perbankan Nasional dimana Pemerintah membuka lebar kegiatan usaha Perbankan dengan berdasarkan pada Prinsip Syariah. Sehingga pembedaan pengaturan Perbankan Syariah dengan Konvensional bukan disebabkan Perbankan Syariah yang masih Infant (Muda), tetapi karena memang Perbankan Syariah beroperasi dengan sistem yang berbeda dengan Perbankan Konvensional. Sehubungan dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1992 tersebut, kemudian mengundang sambutan masyarakat Pebisnis Perbankan, tanpa kecuali Pebisnis Perbankan di Yogyakarta, bahwa usaha menghadirkan lembaga keuangan yang berasaskan Syariah, bukanlah hal yang baru, tetapi sesungguhnya sudah cukup lama diperjuangkan, baik ditingkat Dunia maupun ditingkat Nasional. Upaya intensif pendirian Bank Syariah di Indonesia, dapat ditelusuri jejaknya sejak dikeluarkannya Paket Oktober 1988 (Pakto88) dan Paket Januari 1990 (Pakjan 90). 2 Paket Deregulasi tersebut berisi tentang Liberalisasi Industri Perbankan, guna mendorong akses masyarakat terhadap Financial Market dan memacu Perbankan ke arah kompetisi yang sehat dan efisien. Pada waktu itu para Ulama telah berusaha untuk mendirikanMuhammad (2004), Bank Syariah Analisis Kekuatan,Kelemahan,Peluang Dan Ancaman, Yogyakarta:Ekonisia; hal 23. 2 Pada era sebelum deregulasi perbankan 1 Juni 1983, bank-bank di Indonesia, terutama bank swasta memang belum berkembang. Hal ini disebabkan oleh pengawasan dan pengaturan yang membatasi ruang gerak dari bank-bank tersebut, sehingga bank-bank swasta belum bisa berkembang seperti sekarang ini. Ruddy Tri Santoso (1997), Mengenal Dunia Perbankan Yogyakarta: Andi, hlm. 17. Menurut Kasmir, bisnis perbankan di Indonesia pada era 1960-an hingga 1970-an merupakan bisnis yang belum begitu berkembang. Bank masih terkesan angker, karena bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi nasabahlah yang mencari bank. Kemudian tahun 1980-an hingga 1990-an, kesan bank menjadi terbalik, karena bank justru mulai aktif mengejar nasabah. Meskipun pada pertengahan tahun 1997 hingga tahun 2000 merupakan masa kehancuran bagi dunia perbankan di Indonesia, karena banyak bank swasta maupun bank milik pemerintah yang dilikuidasi dan dimerger. Kasmir (2003), Manajemen Perbankan Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 3.1

Bank bebas bunga, namun tidak ada perangkat hukum yang mendukung, kecuali penetapan bunga sebesar 0% oleh Perbankan. 3 Sejarah mencatat perkembangan Bank Syariah di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh berdirinya Bank Syariah di Negara-Negara lain. Eksperimen Pertama kali mengenai Perbankan Syariah pada masa modern dilakukan di Delta Sungai Nil dari tahun 1963-1973, yaitu Bank Tabungan Pedesaan Mit-Ghamr. Pendirian ini dipelopori oleh Ahmad An-Najjar. Eksperimen Pertama kali ini berhasil, tetapi karena terjadi gejolak politik di Negara tersebut maka Bank tersebut ditutup. Kemudian Eksperimen Kedua dilakukan di Karachi (Pakistan), pada bulan Juni 1965, yaitu Bank Koperasi. Pelopor pendirian Bank tersebut adalah S.A. Irsyad. Namun, Eksperimen tersebut tidak berhasil karena salah pengelolaan dan kurangnya Sumber Daya Insani (SDI). Akhirnya Bank tersebut juga ditutup. 4 Lebih lanjut, pada tahun 1971 didirikan Bank Islam di Mesir, yaitu Nasser Social Bank, berlokasi di Kairo dan mulai beroperasi tahun 1972. Pada tahun 1975, di Dubai juga didirikan Dubai Islamic Bank dan merupakan usaha swasta terbatas dengan modal sebesar 50 juta Dirham. 5 Di Iran, Perbankan Syariah mulai diterapkan pada tahun 1979. Kemudian disusul Negara-Negara lain di kawasan Asia Barat seperti Siprus, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Turki. Sedangkan di Asia Tenggara, Bank Islam juga didirikan di Malaysia, yaitu Bank Islam Malaysia Berhad, yang dioperasikan berdasarkan prinsip Syariat Islam. 6 Kemudian, pada tahun 1973 di Philipina juga didirikan Bank Islam, yaitu Philiphine Amanah Bank. Pendirian Bank tersebut melalui Dekrit Presiden Ferdinand Marcos. 7Berdirinya Islamic Development Bank (IDB) juga memicu berdirinya Bank-Bank Islam di seluruh Dunia. Di Indonesia, Bank Islam pertama adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang didirikan pada tahun 1991, namun baru mulai beroperasi tanggal 1 Mei 1992. Berawal dari rekomendasi Lokakarya MUI tentang Bunga Bank dan Perbankan tanggal 18-20 Agustus 1990 di CisaruaZainul Arifin (2000), Memahami Bank Syariah , Jakarta: Alvabeta, hlm. 26. Akibat dari pemberlakuan Pakto88 adalah jumlah bank semakin bertambah dan persaingan untuk menghimpun dana dari masyarakat semakin besar. Bank-bank memperoleh kesempatan untuk menciptakan berbagai produk dan saling berlomba menawarkan tingkat suku bunga deposito maupun tabungan yang lebih tinggi. Lukman Dendawijaya (2000), Manajemen Perbankan Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 10. 4 Umar Chapra (2001), Masa Depan Ilmu Ekonomi Islam Jakarta: Gema Insani Press, hlm. 222. Referensi lain Karsum, Pandangan Tentang Riba dan Bunga Bank Islam Fiqh Kontemporer Studi Pandangan M. Dawam Rahardjo (2002), Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 124. 5 Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (2002) Reposisi Bank Sentral di Indonesia: Perspektif Sistem Ekonomi Islam,dalam Islam Historis: Dinamika Studi Islam di Indonesia Yogyakarta: Galang Press, hlm. 198. 6 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah, hlm. 22-24. 7 Setya (April 2003), Swiss Surga Keuangan Islam, dalam MODAL, No. 6/I , hlm. 29.3

Bogor 8, kemudian dipertegas dalam Munas VI MUI tanggal 22-25 Agustus 1990. Hasil Lokakarya ini di dukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), sebagai tindak lanjut tahun 1991 ditandatangani akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Umum Syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI, yang akte pendiriannya ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. 9 Bank Syariah adalah suatu sistem Perbankan yang berdasarkan Syariat Islam. Sedangkan yang di maksud dengan Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk menyimpan dana, pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan Syariah. Dengan perkembangan sistem Perbankan yang begitu pesat, maka perlu adanya strategi pengembangan Perbankan. Untuk mengetahui strategi pengembangan Bank Syariah, Muhammad Syafii Antonio 10 dalam bukunya, Bank Syariah dari Teori ke Praktek mengemukakan bahwa strategi pengembangan Perbankan Syariah di arahkan untuk meningkatkan kompetisi usaha yang sejajar dengan sistem Perbankan Konvensional ataupun antar Bank Syariah lainnya yang di lakukan secara Komprehensif dengan mengacu pada Analisis Kekuatan dan Kelemahan Perbankan Syariah di Indonesia saat ini. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM ( Sumber Daya Manusia ) meliputi pengetahuan, Pengetahuan tentang Bank Syariah, dapat diperoleh melalui dalam ataupun luar, bisa melalui Teman/Kampus/Relasi Bisnis, sesuai dengan pendapat Philip Kothler yang menyatakan bahwa kelompok acuan merupakan salah satu dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku pembeli. Kelompok acuan merupakan penjabaran dari faktor sosial, Teman/Kampus/Relasi Bisnis merupakan kelompok primer, yang mana orang tersebut secara terus-menerus beriteraksi dengan mereka. Dan pengetahuan dapat diperoleh : 11 1. Eksternal : Radio, Majalah, Teman, Tetangga. 2. Internal : Kelompok Study Ekonomi Islam, pelajaran tentang Perbankan Syariah.

Dan dari pengetahuan tersebut terbentuklah suatu ketertarikan pada suatu masyarakat atau Mahasiswa, untuk mencoba atau minat mengetahui sistem Perbankan Syariah melalui

Muh Syafii Antonio (1999) Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan , Bank Indonesia, Tazkia Institut hlm : 278. 9 Syamsul Anwar (1995) Permasalahan Produk-Produk Bank Syariah : Studi Tentang Bai Muajjal, Yogyakarta : P3M UIN Sunan Kalijaga, hlm.17. 10 Muh Syafii Antonio (2001) Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta:Gema Insani Press.hlm 227-229 11 Philip Kotler Dan Anderson (1995), Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirbala, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

8

menabung, dan salah satunya bukti minat tersebut terbentuklah forum yang membahas tentang Perbankan Islam,dan pihak Bank pun merespon akan antusias Mahasiswa dengan kerjasama dengan pihak Universitas dengan menyediakan produk-produk Bank Syariah seperti tabungan, karena tabungan bagi Mahasiswa untuk transfers uang dan untuk menabung dan adanya bagi hasil yang ditawarkan pihak Bank. Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji masalah tersebut dengan mengangkat tema : PENGARUH PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG PERBANKAN SYARIAH TERHADAP MINAT MENABUNG DI PERBANKAN SYARIAH DI YOGYAKARTA B. BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, maka penelitian di batasi oleh faktor potensi ekonomi dan preferensi pengembangan jaringan Bank Syariah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan produk-produk Bank Syariah yang di tawarkan kepada masyarakat. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana potensi minat Mahasiswa terhadap Bank Syariah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Mahasiswa UPN,UII,UGM, berdasarkan potensi ekonomi dan preferensi masyarakat terhadap Bank Syariah? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan Mahasiswa tentang Bank Syariah menarik minat masyarakat, khususnya Mahasiswa UPN,UII,UGM, untuk menabung di Bank Syariah di Daerah Istimewa Yogyakarta ? 3. Produk-produk Bank Syariah apa yang diminati masyarakat, khususnya Mahasiswa UPN,UII,UGM, baik untuk produk penghimpunan dana, pembiayaan maupun jasa layanan Bank Syariah? D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan dan menganalisis : 1. Potensi minat masyarakat khususnya Mahasiswa UPN,UII,UGM, terhadap Bank Syariah di DIY berdasarkan potensi ekonomi dan preferensi masyarakat terhadap Bank Syariah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat, khususnya Mahasiswa

UPN,UII,UGM, untuk menabung di Bank Syariah.

3. Produk-produk Bank Syariah yang diminati masyarakat, khususnya Mahasiswa UPN,UII,UGM, baik untuk produk Penghimpunan Dana, Pembiayaan maupun Jasa layanan Bank Syariah. E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini bermanfaat bagi : 1. Perbankan a. Mengembangkan produk dan layanan jasa Bank Syariah sesuai dengan karakteristik masyarakat dan daerah. 2. Masyarakat a. Memiliki alternatif sistem Perbankan jika melakukan hubungan dengan Perbankan dan masalah keuangan (Penyimpanan dan Pembiayaan). b. Memperoleh layanan Perbankan Syariah sesuai dengan minat dan harapannya. 3. Manfaat Akademis a. Berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Di sisi lain, penelitian ini dapat menambah wawasan dan kepustakaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. F. KAJIAN PUSTAKA Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari pengetahuan yang sudah ada. Pada umumnya semua ilmuwan akan memulai penelitiannya dengan cara menggali apa yang sudah dikemukakan atau di temukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Pemanfaatan terhadap apa-apa yang dikemukakan atau di temukan oleh ahli tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari, mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi halhal yang sudah ada, untuk mengetahui apa yang sudah ada dan apa yang belum ada melalui laporan hasil penelitian dalam bentuk jurnal-jurnal atau karya ilmiah. Dalam penelitian yang ditulis oleh Murniasih berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Melakukan Transaksi di Bank Syariah Yogyakarta mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mendorong nasabah dalam melakukan transaksi di Bank Syariah terdiri dari 3 faktor : Agama, Jaminan, dan Keadilan. 12 Bagi kalangan Muslim yang taat, Bunga Bank dianggap sebagai hal yang diharamkan Agama. Sebab Bunga Bank di

Lihat Murniasih (2003), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Melakukan Transaksi di Bank Syariah, Skripsi Universitas Ahmad Dahlan.

12

kategorikan sebagai Riba. Oleh karena itu, sebagian Umat Islam di Indonesia menuntut adanya Bank yang bebas bunga. Pada tahun 1992 lahirlah Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank yang beroperasi dengan tidak menggunakan Bunga (Riba). Karena BMI menggunakan sistem bagi hasil (non bunga) maka Bank Syariah (BMI) terbebas dari resiko tingkat bunga, resiko nilai tukar dan resiko kredit dan ini menyebabkan BMI tetap bertahan dan eksis ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Penelitian tentang Bank Muamalat Indonesia sebelumnya pernah dilakukan oleh H.Alfred L. 13 Penelitian yang mengambil tema Analisis Sikap Nasabah Terhadap Produk BMI (Study Pada BMI Cabang Surabaya), Bank Muamalat Indonesia merupakan alternatif pilihan bagi sebagian masyarakat yang menginginkan kehidupan ekonomi yang berorientasi pada ajaran Agama. Peran serta aktif Bank Muamalat Indonesia menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan Perekonomian Makro yang berorientasi kerakyatan dengan tingkat ketahanan yang tinggi. Pemahaman terhadap sikap nasabah beserta karakteristiknya sangat membantu pengelolaan dan strategi pengembangan Bank Muamalat Indonesia yang lebih berorientasi pada nasabah, sehingga mampu bersaing dengan Bank lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : Karakteristik nasabah Bank Muamalat Indonesia, Motivasi nasabah mengambil produk Bank Muamalat Indonesia, serta Sikap nasabah terhadap produk Bank Muamalat Indonesia. Adapun hasil dari penelitian ini, ialah: nasabah Bank Muamalat Indonesia mempunyai berbagai karakteristik dalam hal lama menjadi nasabah, serta motivasi dalam mengambil produk, dalam motivasi nasabah mengambil produk ada yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan kehidupan di akherat dan dunia. Peneliti sebelumnya Muhibbudin. 14 mengangkat tema Tanggapan Masyarakat Terhadap Bank Syariah (Study Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Makassar), di mana dijelaskan pada penelitian tersebut bahwa ciri khas Bank Syariah adalah menggunakan pendekatan yang mengutamakan prinsip keadilan, dan tidak memberlakukan sistem bunga. Para ahli Ekonomi Islam sepakat bahwa reorganisasi Perbankan Islam harus dilakukan dengan berdasarkan Syirkah (Kemitraan Usaha) dan Mudharabah (Bagi Hasil). Dalam tinjauan lain, karakteristik kondisi Sosial, Budaya, dan, Keagamaan pada Masyarakat Makassar yaitu jumlah mayoritas Muslim dan13

Lihat H.Alfred L (2002) Analisis Sikap Nasabah Terhadap Produk BMI (studi pada BMI cabang Surabaya), Tesis Magister Studi Islam UII , hlm.13. 14 Lihat Muhibbudin, (2002), Tanggapan masyarakat terhadap bank syariah (studi pada Bank Muamalat Makassar), Tesis Magister Studi Islam UII, hlm.12.

tingkat religiusitas yang tinggi. Masyarakat Makassar dalam kehidupan kesehariannya diduga mempunyai pengaruh terhadap persepsi masyarakat dan pandangan mereka terhadap keberadaan Bank Syariah. Penelitian yang berjudul Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa Tengah dan DIY , yang dilakukan untuk menganalisa Potensi, Preferensi, dan Perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jawa Tengah dan DIY tahun 2000. metode analisis yang digunakan adalah Model Logit. Preferensi terhadap Bank Syariah menunjukkan bahwa masyarakat memilih karena keuntungan relatif dari Bank Syariah, tingkat Kompabilitas/Tingkat Kecocokan Perbankan Syariah, tingkat Komprehensif/Seberapa Jauh Bank Syariah memiliki dimensi universal, yang menyangkut aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta tingkat Triabilitas/Observabilitas Bank Syariah. 15 Untuk mencari nasabah maka perlu adanya Pengenalan, Promosi dan Pemasaran nama dan produk Bank Syariah terhadap masyarakat. Penelitian Ulfah Safrini, 16 yang mengangkat tentang Pengaruh Strategi Pemasaran Shar-E Terhadap Loyalitas Nasabah (Study Bank Muamalat Indonesia), dimana peneliti menjelaskan bahwa variabel promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas Nasabah. Semakin baik promosi yang ditawarkan kepada nasabah, maka sikap Loyalitas Nasabah pun akan semakin tinggi. Oleh karena itu, promosi merupakan sesuatu yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabah. Salah satu tujuan promosi Bank adalah menginformasikan segala produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru. 17 Peneliti Indah Piliyanti, 18 mengangkat tema penerapan konsep The Celestial Management (Study Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Yogyakarta), di mana peneliti menjelaskan Bank Syariah dalam prakteknya harus mengacu pada etika dan nilai-nilai Ilahiyah sebagai konsekuensi atas konsep Syariah yang dianutnya. Sehingga apabila hal-hal tersebut diabaikan, maka reputasi sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia telah memiliki konsep manajemen yang digunakan sebagai Budaya Organisasi disebut dengan The Celestial Management. Konsep ini mencoba menjelaskan pesan-pesan Agama dan Hadist Nabi SAWBI dan UNDIP (2000), Ringkasan Eksekutif Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa Tengah dan DIY, (Semarang: Tim BI dengan Pusat Penelitian Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian UNDIP) hlm. 26-28. 16 Lihat Ulfah Safrini (2002) Pengaruh Strategi Pemasaran Shar-E terhadap Loyalitas Nasabah . (Studi pada Bank Muamalat Indonesia cabang Yogyakarta) Tesis Pasca Sarjana UIN fak.Syariah KUI.hlm 64 17 Ibid hlm 175-176 18 Lihat Indah Piliyanti (2002), Penerapan konsep the celestial management (studi pada Bank Muamalat Indonesia cabang Yogyakarta), Tesis Magister Studi Islam UII, hlm.14.15

dalam berbisnis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konsep The Celestial Management pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Yogyakarta. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman-pemahaman Karyawan terhadap konsep The Celestial Management, dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Karyawan pada konsep The Celestial Management Terhadap Performance Quality (Kinerja Karyawan). Juga untuk mengetahui peran komitmen organisasional dalam memediasi hubungan antara pemahaman Karyawan dan Performance Quality atau Kinerja Karyawan. Adapun hasil serta manfaat yang didapat dari penelitian ini ialah, bahwa secara teori membuktikan bahwa Manajemen Berbasis Spritual (Spiritual Based Management) mampu menunjukkan kinerja terbaik, Implikasi Manajerial dari penelitian ini adalah memberi masukan pada manajemen Bank Muamalat Indonesia Cabang Yogyakarta tentang pemahaman Karyawan terhadap konsep The Celestial Management, komitmen Karyawan dan kinerja Karyawan saat ini. Penelitian lainnya, Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah (Study Kasus Bank Muamalat Dan BNI Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Muamalat dan BNI Syariah. Dalam penelitian ini Preferensi Terhadap Sistem Bank Syariah menunjukkan bahwa salah satu yang menyebabkan masyarakat memilih Bank Syariah karena masyarakat memiliki pertimbangan Agama, yaitu masyarakat yang menyamakan Bunga Bank adalah Riba yang diharamkan, dan juga beranggapan bahwa dalam kegiatan Operasional Konvensional terdapat kegiatan usaha yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Dasar Keuangan Syariah, seperti Penyaluran Dana kepada kegiatan Usaha dan Jasa Non Halal, adanya kecenderungan kegiatan Spekulatif (Maysir), pembagian keuntungan secara Tidak Adil (Gharar). Di dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya yang sama-sama meneliti tentang Preferensi Bank Syariah hanya sekedar menjelaskan salah satu Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah adalah pertimbangan Agama, sedangkan dalam study kasus ini kualitas produk tidak menjadi bahasan. Dengan melihat sekilas terhadap penelitian-penelitian terdahulu tersebut di atas, hanya beberapa penelitian yang dianggap relevan yang menjadi acuan penulis, sedangkan penelitian yang berkaitan dengan yang penyusun maksud belum ada study tersebut dan pada Skripsi inilah penelitian itu diperlengkap.

G. HIPOTESIS PENELITIAN Ho:b=0 Secara serentak pengetahuan Mahasiswa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah di Yogyakarta. Ho:b0 Secara serentak pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah berpengaruh secara signifikan terhadap minat menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah di Yogyakarta. H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Batasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Kajian Pustaka G. Hipotesis penelitian I. Sistematika Pembahasan BAB II DESKRIPSI UMUM PERBANKAN SYARIAH A. Gambaran Umum Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah 2. Peranan Bank Syariah 3. Karakteristik Dasar Bank Syariah 4. Prinsip Operasional Bank Syariah 5. Produk-Produk Bank Syariah B. Perilaku Konsumen Dalam Islam C. Sikap Masyarakat Yogyakarta Terhadap Perbankan Syariah D. Perilaku Konsumen Dalam Perbankan Syariah E. Loyalitas Nasabah 1. Pengertian Loyalitas Nasabah 2. Konsep Loyalitas Nasabah 3. Pengukuran Loyalitas Nasabah 4. Loyalitas Dalam Islam 5. Pengaruh Produk,Harga,Tempat,Dan Promosi Terhadap Loyalitas Nasabah.

BAB III METODE PENELITIAN A. Pengumpulan Data B. Pengambilan Sampel C. Analisis Data D. Populasi Dan Sampel E. Tekhnik Pengumpulan Data F. Jenis Data Dan Sumber Data G. Definisi Operasional Variabel H. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Dan Reabilitas 2. Alat Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif B. Uji Validitas Dan Reabilitas C. Hasil Penelitian ( Uji Hipotesis ) D. Pembahasan ( Interpretasi ) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Berisikan Kesimpulan Yang Telah Dibahas Sebagai Jawaban Atas Masalah Pokok B. Beserta Saran Yang Diharapkan Akan Menjadi Menjadi Masukan Sebagai Tindak Lanjut Dari Penelitian Ini. DAFTAR PUSTAKA A. Berisikan Referensi Yang Mendukung Skripsi Ini. LAMPIRAN A. Berisikan Tabel Yang Mendukung.

BAB II DESKRIPSI UMUM PERBANKAN SYARIAH2.1 GAMBARAN UMUM PERBANKAN SYARIAH. 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Kata Syariah adalah kata Bahasa Arab yang secara harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mesti dilalui. Secara Terminologi, definisi Syariah adalah Peraturan dan Hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT, atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum Muslimin supaya mematuhinya, agar Syariah ini diambil oleh Umat Muslim sebagai penghubung dengan Allah SWT dan Manusia. 19 Maka secara singkat, Syariah itu berisi Peraturan dan Hukum-Hukum, yang menentukan garis hidup yang harus dilalui oleh seorang Muslim. sebagaimana Firman Allah SWT : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu Syariat (peraturan) dari urusan (Agama itu), Maka ikutilah Syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui. (Al-Jatsiyah:18). 20 Istilah Bank Islam atau Bank Syariah merupakan fenomena baru dalam dunia Ekonomi Modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para Pakar Islam dalam mendukung Ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan memperbaiki sistem Ekonomi Konvensional yang berbasis Bunga. 21 Karena itulah Sistem Bank Islam menerapkan sistem Bebas Bunga (Interest Free) dalam operasionalnya, dan karena hal itu rumusan yang paling lazim untuk mendefinisikan Bank Islam atau Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam, dengan mengacu kepada Al-Qurn dan As-Sunnah sebagai landasan Dasar Hukum dan Operasional. 22 Selanjutnya definisi Bank Syariah dengan melihat fungsinya sebagai suatu Lembaga atau Badan Keuangan adalah Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberi Kredit dan Jasa-Jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, yang sistem operasionalnya

19 20

Syaikh Mahmud Syalthut (1959), Al-Islam,Aqidah wal Syariah, cet. 1, hlm. 68. Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 21 Lihat tulisan Omar Hazeim Abdul Karem (2004), Perbankan Islam dalam Perspektif perbandingan antara Indonesia dan Irak, hlm. 1. 22 Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio (1992), Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, hlm. 1-2.

disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. 23 Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan Kredit dan Jasa-Jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsipprinsip Syariat Islam. 24 Di mana dalam sistem Ekonomi Islam, penumpukan kekayaan sangat dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang membutuhkan, maka dalam hal ini Bank Syariah menjadi fasilitas bagi pihak yang memiliki Kelebihan Dana (Surplus Unit) untuk dapat disalurkan kepada pihak yang Kekurangan Dana (Deficit Unit) melalui produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, sistem Ekonomi Islam merupakan sistem yang Adil dan Seksama serta berupaya menjamin kekayaan agar tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, akan tetapi tersebar ke seluruh masyarakat. 25 Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat Al-Qurn : Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7). 26 Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, 27 yang mengacu kepada ketentuanketentuan Al-Quran dan Hadist. 28 Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998 yang berlaku saat ini, tidak ada definisi secara khusus tentang pengertian Bank Syariah. Namun terdapat definisi yang mengarah pada pengertian Bank Syariah, yaitu Pengertian Bank dan Pengertian Prinsip Syariah: 29 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan Menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka23

Warkum Sumitro (1997), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga (BAMUI) dan Takaful), Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 5. 24 Hasan Syadily (1984), Ensiklopedia Islam, Jakarta : Ichtiar Baru, hlm. 194. 25 Afzalur Rahman (1995), Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, alih bahasa Soeroyo dan Nastangin, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, hlm. 9. 26 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 27 Muamalah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat.yang termaktub dalam al-Qurn dan Hadis. Adiwarman karim (2003), Bank Islam., hlm. 11. 28 Abdul Wahab Khalaf (1984), Hukum-Hukum Islam, alih bahasa Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah Mansoer, Bandung : Risalah, hlm. 46. 29 Undang-Undang Perbankan (1998), hlm.9-10.

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip Bagi Hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip Penyertaan Modal (Musyarakah), prinsip Jual Beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip Sewa Murni Tanpa Pilihan (Ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (Ijarah Wa Istiqna). Maka dari beberapa Pengertian dan Penjelasan Bank Syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya adalah Menghimpun Dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali, dalam bentuk Kredit dan Jasa-Jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan PrinsipPrinsip Syariat Islam. Dengan mengacu kepada Al-Qurn dan As-Sunnah sebagai Landasan Hukum dan Operasionalnya. Menurut Ajaran Islam, Syariat itu berasal dari Allah SWT. Yang di dalamnya terdapat Sumber Hukum dan Sumber Undang-Undang, serta Perintah dan Larangan yang disampaikan kepada manusia dengan perantaraan Rasulullah SAW dan termaktub di dalam kitab Suci AlQurn. Perintah dan Larangan ini dalam bahasa teknis Ilmu Fiqih disebut dengan Hukum Taklifi. Sehingga timbul usaha untuk memahami dan menafsirkan Perintah dan Larangan tersebut, yang dilakukan secara sistematis oleh Para Ulama dengan menggunakan metode tertentu. Hasil dari usaha sistematis untuk Memahami dan Menafsirkan Perintah dan Larangan Allah SWT ini dinamakan Fiqih. Maka Fiqih adalah Tafsiran dari Ulama atas Syariah. Selanjutnya Syariah itu terbagi menjadi Dua, yakni Ibadah dan Muamalah, maka sebagai konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa Fiqih pun terbagi menjadi Dua, yakni Fiqih Ibadah 30 dan Fiqih Muamalah. 31 Secara Umum, Syariah ini telah ditetapkan dan ditegakkan pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perkembangan Syariat sesudah Nabi Muhammad SAW.30

Fiqih Ibadah adalah tafsiran ulama atas perintah dan larangan dalam bidang ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan penciptannya Allah SWT, seperti : sholat, puasa, zakat, dll. Adiwarman Karim (2003), Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : IIIT Indonesia, hlm. 13. 31 Fiqih Muamalah adalah tafsiran ulama atas perintah dan larangan dalam bidang muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya seperti, transaksi dalam ekonomi, dll. Adiwarman Karim (2003), Bank Islam., hlm. 13.

Sebagaimana Firman Allah SWT: Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu Agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi Agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah : 3). 32 Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada Bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah Lembaga Keuangan/Perbankan yang Operasional dan Produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW. Antonio dan Purwaatmaja membedakan menjadi Dua pengertian yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan Prinsip Syariah Islam. Bank Syariah adalah (1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist, Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip Syariat Islam adalah Bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara Bermuamalat secara Islam. 33 Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara Bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist. Sedangkan pengertian Muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan Manusia dengan Manusia, baik hubungan pribadi maupun hubungan perorangan dengan masyarakat. 34 Untuk menghindari pengoperasian Bank dengan sistem Bunga, Islam memperkenalkan Prinsip-Prinsip Muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara Bunga Bank dengan Riba. Dengan lahirnya Bank Islam di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah Bank yang beroperasinya dengan sistem Bagi Hasil atau Bank Syariah. Kaitan Bank dengan Uang dalam satu unit bisnis adalah penting, namun didalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya Ketidakadilan, Ketidakjujuran dan PenghisapanAl-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. Muhammad (2004), Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonosia, Hlm. 1 34 Sumitro, Warkum (2002), Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo, Hlm. 5.32 33

(pada umumnya Bank Konvensional melakukan transaksi yang bersifat tidak boleh tidak, pasti, selalu untung dan tidak pernah rugi) dari satu pihak ke pihak lain (Bank dengan Nasabahnya). Kedudukan Bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai Mitra Investor dan Pedagang, sedangkan dalam hal Bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai Kreditur dan Debitur. 35 Aktivitas Perbankan yang Pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia Perbankan adalah kegiatan Funding, maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah Giro, Tabungan, Sertifikat Deposito dan Deposito Berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka pihak Perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa Bunga, Bagi Hasil, Hadiah, Pelayanan atau Balas Jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak Perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh Perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah Kredit (Lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima Kredit (Kreditur) dalam bentuk Bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi Bank yang berdasarkan prinsip Syariah dapat berdasarkan Bagi Hasil atau Penyertaan Modal. Besarnya Bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya Bunga Simpanan. Semakin besar atau semakin mahal Bunga Simpanan, maka semakin besar pula Bunga Pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan Menghimpun Dana (Funding) dan Menyalurkan Dana (Lending) ini merupakan kegiatan utama Perbankan. 36 2.1.2. Bank Syariah dan Strategi Pengembangannya Kelangsungan perkembangan Bank Syariah bergantung pada Kredibilitas dan Profesionalitasnya, bukan karena dana dalam jumlah besar hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan Profesionalitas memungkinkan sebuah Lembaga Keuangan dapat memelihara35 36

Muhammad, (2002), Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal.1 Kasmir, (2003),Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.24

kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat luas, serta dapat beroperasi dengan efisiensi. Efisiensi memungkinkan Lembaga Keuangan yang bersangkutan untuk bertahan dan berkembang, sehingga menambah Kredibilitas lebih lanjut. Lembaga Keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional niscaya tidak akan bisa langgeng, apalagi untuk berkembang. Bank Syariah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : (1) Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional, (2) Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau, (3) Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui skema Sewa-menyewa ( Ijarah ), (4) Mampu mengelola persepsi masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syariah itu sendiri secara baik. 37 Serta peran ulama juga dibutuhkan untuk mengembangkan strategi Bank Syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat, setidaknya ada Empat peran penting ulama : (1) Menjelaskan kepada masyarakat bahwa Perbankan Syariah pada dasarnya adalah penerapan Tathbig Fiqih Muamalah Maaliyah (bagaimana hubungan manusia dengan Harta, Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan ), (2) Mengembalikan masyarakat pada Fitrah Alam dan Fitrah Usaha yang sebelumnya telah mengikuti Syariah, (3) Menyarankan kepada para Pengusaha agar mengikuti langkah yang ditempuh oleh Bank Syariah dalam berbagi hasil dan berbagai resiko, (4) Membantu menyelamatkan perekonomian bangsa melalui pengembangan sosialisasi Perbankan Syariah. 38 2.1.3. Peranan Bank Syariah. Berbicara tentang peranan sesuatu, tidak dapat dipisahkan dengan fungsi dan kedudukan sesuatu itu. Diantara Bank-Bank yang beroperasi dengan sistem Bagi Hasil adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank IFI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah ditambah dengan BPR-BPR Syariah dan Baitul Mal Wa Tamwil. Hadirnya Lembaga Keuangan ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat paling bawah untuk mengenal dan memanfaatkan Jasa Bank. 39 Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan Standar Akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai berikut: 40Muhammmad (2002) Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, hal 10 Muh Syafii Antonio (1999) Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan , Bank Indonesia, Tazkia Institut hlm 287. 39 Ibid., Hlm. 65 40 Heri Sudarsono (2004), Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, hlm. 3938 37

a. b.

Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola Investasi Dana Nasabah. Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c.

Penyedia Jasa, lalu lintas keuangan dan lalu lintas Pembayaran Bank Syariah dapat melakukan kegiatan layanan jasa Perbankan sebagaimana lazimnya.

d.

Pelaksanaan kegiatan Sosial, sebagai ciri yang melekat pada Entitas Keuangan Syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (Menghimpun, Mengadministrasi dan Mendistribusikan) Zakat serta Dana-Dana Sosial lainnya.

Donnely Jr, sebagaimana dikutip Ratih Huriyati, menjelaskan bahwa terdapat Enam karakteristik pemasaran jasa Perbankan yang mempengaruhi distribusinya, yaitu sebagai berikut:41

a. Intangibility (Tidak Berwujud) Bisnis Perbankan berkaitan dengan unsur kepercayaan. Pada hakekatnya nasabah menaruh kepercayaan kepada Bank dalam hal Pengelolaan Investasi Keuangannya. Hal tersebut sulit untuk dilihat seperti halnya pemasaran barang, sehingga mempengaruhi kebijakan promosi jasa Perbankan. b. Inseparability (Ketergantungan) Jasa Perbankan tidak dapat dipisahkan dari individu penjualnya, karena jasa tersebut dibuat dan disalurkan langsung pada saat yang sama. c. Perishability (Tidak Tahan Lama) Jasa merupakan suatu hal yang tidak dapat disimpan, dijual atau dikembalikan, dan mudah usang, sehingga terjadi permasalahan jika permintaan akan jasa tersebut berfluktuasi. d. High Individualized Marketing System. Pemasar yang baik akan menggunakan suatu sistem pemasaran yang dapat dimanfaatkan, khusus dan cocok dengan jenis produk yang akan dipasarkan. e. Lack Of Need For Logistic Function. Bank memasarkan produk yang tidak berwujud, maka penghapusan atau pengurangan fungsi marketing tertentu sangat dimungkinkan.hal ini dapat terlihat dari sisi logistik dimana para Pemasar Jasa Bank tidak memerlukan perhatian khusus pada tempat Penyimpanan, Transportasi, dan Inventori Kontrol.

41

Ibid., hlm. 43-44.

f. Client Relationship. Transaksi Perbankan memungkinkan hubungan antara Penjual dan Pembeli sangat erat, dan bukan sekedar hubungan langganan biasa saja akan tetapi lebih erat lagi sehingga merupakan Client Relationship. 2.1.4. Karakteristik Dasar Bank Syariah Aktivitas Keuangan dan Perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern, untuk membawa mereka kepada Dua ajaran pokok Al-Quran, yaitu: 1. Prinsip At-Taawun, yaitu prinsip saling membantu dan bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, bukan untuk kemungkaran maupun kemaksiatan. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat Al-Maidah ayat 2: 42

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya . 2. Prinsip Al-Ikhtinaz, yaitu menahan Uang (Dana) dan membiarkannya Menganggur (Idle), karena tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat An-Nisa ayat 29: 43

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu . Perbankan Konvensional menggunakan instrumen Bunga dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan instrumen yang digunakan oleh Perbankan Islam adalah Bagi Hasil (Profit Sharing). 44 Istilah Bunga merupakan terjemahan dari Interest, yang berarti tanggungan kepada pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan atauAl-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. Ibid. 44 Sebelum nasabah terbiasa dengan prinsip bagi hasil atau bagi risiko, maka diterapkan mengenai distribusi pendapatan (revenue sharing). Namun dalam prakteknya revenue sharing mengandung kelemahan, yaitu jika pendapatan bank semakin rendah maka bagian bank setelah pendistribusian pendapatan tidak mampu membiayai kebutuhan operasionalnya. Bank akan mengalami kerugian dan membebani para pemegang saham. Arifin, Dasardasar Manajemen, hlm. 66-67.42 43

sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. 45 Sedangkan mengenai istilah Riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai imbangan yang ditetapkan untuk salah Satu Pihak (dari Dua Pihak), yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter. 46 2.1.5. Prinsip Operasional Bank Syariah Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Dana secara seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai Sistem Operasional Bank Syariah. Secara umum, konsep Sistem Operasional Bank Syariah adalah: 1. Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan Prinsip Syariah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak Pertama (Pemodal dan Pemegang Saham), dana dari pihak Kedua (Pinjaman dari Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak Ketiga (Nasabah). 47 2. Bank Syariah sebagai Penyalur Dana bagi pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah meliputi Tiga kerangka, yaitu Pembiayaan Tijarah (Jual Beli), Pembiayaan Syirkah (Kerjasama atau Kongsi) dan Pembiayaan Al-Qardhul Hasan (Kebajikan). 48 Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999, ada beberapa prinsip dari Produk-Produk Bank Syariah yang sudah ditawarkan kepada masyarakat: 49 2.1.6. Produk-Produk Bank Syariah Bank Syariah memiliki peran sebagai Lembaga Perantara (Intermediary) antara UnitUnit Ekonomi yang mengalami Kelebihan Dana (Surplus Unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami Kekurangan Dana (Deficit Unit). Melalui Bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada Kedua belah pihak.

Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer (Yogyakarta: UII Press, 1999), hlm 146-147. Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001), hlm. 56. 47 Dendawijaya, Manajemen Perbankan, hlm. 53-57. 48 Muhammad Ghafur W., Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Volume Simpanan Mudharabah di BMI tahun 1994-2001, skripsi tidak dipublikasikan, FE UGM Yogyakarta (2003), hlm. 25-26. 49 Direktorat Perbankan Syariah, Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia, Mei 1999-Desember 2003 (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), hlm. 1-4.46

45

Kualitas Bank Syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen Bank untuk melaksanakan perannya. Untuk memenuhi kebutuhan Modal dan Pembiayaan, Bank Syariah memiliki ketentuanketentuan yang berbeda dengan Bank Konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank Syariah, yaitu 50 : 1. Produk Penyaluran Dana (Financing) 2. Produk Penghimpunan Dana (Funding) 2.1.6.1 Produk Penyaluran Dana Penyaluran Dana dari masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut : A. Prinsip Al-Wadiah Untuk Simpanan Lancar Al-Wadiah dapat diartikan sebagai Titipan dan Amanat dari pihak lain, dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum dalam Al-Quran :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya. (QS. An-Nisaa : 58) 51 Hukum Menitipkan dan Menerima Titipan adalah Jaiz. 52 Orang yang merasa sanggup menerima amanat tersebut, lebih baik menerimanya. Menurut Ar-Rafii, orang yang merasa sanggup hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya. 53 Berdasarkan kewenangan yang diberikan, maka Wadiah dibedakan menjadi Dua macam, yaitu Wadiah Yad Amanah dan Wadiah Yadh Dhamanah. Wadiah Yad Amanah berarti penerima titipan tidak berhak menggunakan dana atau barang titipan tersebut untuk didaya gunakan. Sedangkan Wadiah Yadh Dhamanah adalah memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang atau dana yang dititipkan tersebut.

50 51

Heri Sudarsono, (2003), Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, hal.56 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 52 Sabiq, Fiqh as-Sunnah., hlm. 235. 53 Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi (1994), Fiqih Islam Lengkap, cet. ke-2 Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 179.

Aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan untuk Penghimpunan Dana seperti Giro (Current Account) dan Tabungan Berjangka (Saving Account). 54 B. Prinsip Al-Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan Al-Mudharabah sebenarnya merupakan suatu bentuk penyertaan yang berakar dari AlMusyarakah. Al-Musyarakah sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara Dua Belah Pihak atau Lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya masing-masing. Berbeda dengan Al-Musyarakah, pada Al-Mudharabah ada pihak yang Menyediakan Dana saja (Shahibul mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas Pengelolaan Usaha saja (Mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi Shahibul Mal akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang Mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial skill yang disumbangkannya. 55 2.1.6.2. Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana kepada masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : A. Al-Mudharabah Perjanjian Usaha antara Pemilik Modal (Bank Syariah) dan Pengusaha, di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha, misalnya kendaraan dan rumah. Mudarabah berasal dari kata yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga Qiradh, yang berasal dari kata Al-Qathu (Potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian dari labanya. 56 Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, Qiradh atau Mudarabah adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan dan dipersekutui Untung atau Laba, diharuskan. Hukum tersebut disepakati oleh para Mudjtahidin, begitu juga Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun, menurut para Mudjtahidin Qiradh dengan Mata Uang (bukan mata uang Perak) adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan Abu Yusuf membolehkan, jika mata uang tersebut laku. 5754 55

Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, hlm. 24. Ibid. hal. 57 56 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 212. 57 Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi (1970), Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 426.

Pada dasarnya Mudarabah dapat dikategorikan sebagai salah satu Musyarakah, namun para Cendekiawan Fiqh Islam menempatkan Mudarabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri. 58 Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Surat alMuzzammil ayat 20: 59

Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Muzzammil: 20). Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Mudarib adalah Enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan, untuk mencari karunia Allah dari keuntungan investasinya. 60 Mudarabah bisa juga disebut sebagai Muamalat, yaitu akad antara Kedua Belah Pihak, kemudian Salah Satu Pihak mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan. Dan keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Dengan Ijma Ulama, maka Mudarabah itu diperbolehkan. 61 Mengenai pembagian keuntungan, Ibnu Rusyd berkata, Para Ulama sepakat bahwa Pelaksana (Mudarib) tidak boleh mengambil keuntungan yang menjadi bagiannya, tanpa dihadiri oleh Pemilik Modal (Sahibul Mal). Karena kehadiran Sahibul Mal merupakan prasyarat dalam Pemecahan Harta (Keuntungan). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada Mudarib, maka Mudarabah dibedakan menjadi Dua macam, yaitu Mudarabah Mutlaqah, artinya Mudarib diberi kewenangan untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki dan Mudarabah Muqayadah, artinya alokasi investasi ditentukan oleh Pihak Pertama (Pemilik Dana) sedangkan Mudarib bertindak sebagai pelaksana atau pengelola dana tersebut.58 59 60 61

Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm. 19. Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm. 19. Sabiq, Fiqh as-Sunnah, hlm. 212.

Aplikasi dalam dunia Perbankan, Mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi Penghimpunan Dana seperti Tabungan dan Deposito Berjangka. Sedangkan pada sisi pembiayaan digunakan pada Produk-Produk Pembiayaan Modal Kerja pada bidang Jasa dan Perdagangan. B. Al-Musyarakah Suatu perjanjian kerjasama antara Dua Pihak atau Lebih dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing, contohnya Modal Kerja. Misalnya, PT. MLM bekerja sama dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, PT. MLM menyediakan barang, sedang A menanggung biaya transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan). Syirkah berarti Ikhtilath (Percampuran). Menurut para Fuqaha (Imam Hanafi), Syirkah berarti akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal Modal/Keuntungan. 62 Sedangkan menurut Ahli Fiqh lain, Syirkah adalah percampuran hak dari Dua (Lebih) orang menjadi Satu, sehingga diusahakan dengan Satu Nama. 63 Definisi lain mengenai Syirkah adalah perjanjian antara pihak-pihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan Nisbah yang disepakati. 64 Landasan mengenai Musyarakah terdapat dalam surat Ash-Shaad ayat 24: 65

" Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta Kambingmu itu untuk ditambahkan kepada Kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat .

Yang dimaksud dengan kata Al-Khulatha dalam ayat di atas adalah mereka yang berserikat. 66

62 63

Ibid., hlm. 294. Ibid., hlm. 294. 64 Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, hlm. 20. 65 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 66 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, hlm. 294.

Syirkah terdiri dari 2 kelompok, yaitu: a. Syirkah Amlak adalah lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad (bisa bersifat Ikhtiari atau Jabari). 67 Hukum dari Syirkah tersebut bahwa partner tidak berhak bertindak dalam penggunaan milik partner lainnya tanpa izin dari yang bersangkutan. b. Syirkah Uqud adalah bahwa Dua Orang (lebih) melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan. Syirkah Uqud terdiri dari 4 kelompok, yaitu: Syirkah Inan, Muwafadhah, Abdan dan Wujuh. 68 Menurut Imam Hanafi keempat Syirkah tersebut diperbolehkan, jika syaratsyaratnya terpenuhi. Kemudian menurut Imam Syafii membatalkan semua, kecuali Syirkah Inan. Sedangkan Hambali membolehkan semuanya, kecuali Syirkah Muwafadah. Dan menurut Imam Maliki membolehkan semuanya, kecuali Syirkah Wujuh. 69 Adapun rukun dari dari Syirkah adalah Ijab dan Qabul. 70 Selanjutnya aplikasi Musyarakah dalam dunia Perbankan, biasanya digunakan untuk pembiayaan proyek tertentu. Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, maka ditetapkanlah skema Modal Ventura. B. Al-Murabahah Menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah dengan Margin Keuntungan yang disepakati. Misalnya, PT. MLM meminta A menjual produknya. Kemudian PT. MLM menyerahkan barang-barangnya untuk dijual oleh A. Selanjutnya hak yang diperoleh A adalah berdasarkan kesepakatan antara A dengan PT. MLM.

Ikhtiari adalah bahwa dua orang dihibahkan/diwariskan sesuatu, kemudian mereka menerrima, maka barang yang dihibahkan/diwariskan milik mereka berdua. Sedangkan jabari adalah sesuatu yang berstatus sebagai milik lebih dari satu orang (umum), tanpa adanya usaha dari mereka dalam proses pemilikan barang tersebut. Misalnya: harta warisan, syirkah berlaku untuk barang warisan, tanpa ada usaha dari pemilik. Ibid., hlm. 294. 68 Pengertian syirkah inan adalah persekutuan dalam urusan harta oleh dua orang, kemudian mereka memperdagangkannya dengan keuntungan dibagi dua dan tidak disyaratkan jumlah modalnya sama atau wewenang dan keuntungan. Kemudian syirkah muwafadlah adalah bergabungnya dua atau lebih, untuk melakukan kerja bersama dalam satu urusan, dengan ketentuan modal, wewenang dan agama yang sama. Syirkah wujuh adalah bahwa dua orang (lebih) membeli sesuatu tanpa permodalan, yang ada hanya berpegang kepada nama baik dan kepercayaan pedagang kepada mereka. Sedangkan syirkah abdan (syirkah fisik) adalah bahwa dua orang atau lebih berpendapat untuk menerima pekerjaan, dengan ketentuan upah yang mereka terima dibagi sesuai dengan kesepakatan. Syirkah ini disebut sebagai syirkah amal (syirkah kerja) atau syirkah shanai (syirkah para tukang) maupun syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Ibid., hlm. 295-297. 69 Ibid., hlm. 295. Referensi lain baca ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqih, hlm. 396-403. 70 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, hlm. 295.

67

Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan Produksi (Inventory). 71 Adapun dasar-dasar perniagaan seperti yang tercantum dalam surat An-Nisa ayat 29 adalah: 1) Saling meridhai antara penjual dengan pembeli, sedangkan tindak penipuan, pendustaan atau pemalsuan itu diharamkan, 2) Semua yang ada di dunia perniagaan dan apa yang terkandung di dalam maknanya merupakan Kebathilan (Tidak Kekal). Hendaknya tidak melalaikan orang yang berakal, demi mempersiapkan kehidupan Dunia maupun Akhirat nantinya, dan 3) Bahwa semua jenis perniagaan itu mengandung Kebathilan. Oleh karena itu, perlu toleransi jika terjadi penambahan harga, karena kepandaian pedagang dalam menawarkan barang dagangannya, bukan karena pemalsuan atau penipuan. 72 Landasan Syariah mengenai Murabahah terdapat dalam Surat An-Nisa 29: 73

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu . Yang dimaksud dengan kata Al-Bathil (Al-Buthlan) adalah kesia-siaan atau kerugian. Atau mengambil harta tanpa pengganti yang hakiki dan keridhaan dari pemilik harta tersebut, maupun menafkahkan harta ke jalan yang tidak benar, seperti riba dan penipuan dalam jual beli. Sedangkan kata Bainakum adalah harta yang haram akibat perselisihan antara orang yang memakan dan orang yang dimakan hartanya. 74 Selanjutnya, aplikasi dalam dunia perbankan biasanya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang Investasi, baik Domestik maupun Luar Negeri, seperti melalui Letter of Credit (L/C). a. Salam Secara Etimologis, Salam berarti Salaf (Pendahuluan). Sedangkan Bai As-Salam adalah akad jual beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya diserahkan kemudian,Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm. 25. Mustafa al-Maraghi (1986), Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, hlm. 27-28. 73 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 74 Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, hlm. 25-26.72 71

sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. 75 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 282: 76

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan ... Yang dimaksud dengan kata Dain pada ayat di atas adalah muamalat tidak secara tunai, untuk barang yang terkandung dalam jaminan. Oleh karena itu, kriteria barang harus jelas dan si pemebeli meyakini akan dipenuhi oleh si penjual pada waktu yang sudah ditetapkan. 77 Jumhur Ulama berpendapat, perlunya menuliskan tempo dalam jual beli Salam, karena Salam tidak boleh berlangsung sekarang. Sedangkan menurut Imam Syafii hal tersebut boleh (seketika), karena lebih utama dan untuk menghindari terjadinya penipuan. Pendapat tersebut juga dibenarkan oleh As-Syaukani. 78 Aplikasi dalam dunia Perbankan sering digunakan pada pembayaran para Petani jangka pendek dan pada pembiayaan barang-barang industri, misalnya produk Garmen (Pakaian Jadi). Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan. Karena Bank tidak bermaksud melakukan Salam untuk memperoleh barang, melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk Salam yang dilakukan oleh Bank, selalu diikuti dengan transaksi penjualan kepada pihak atau nasabah lain. 79

b. Istishna (Purchase By Order Or Manufacture) Bai Al-Istishna adalah Akad Jual Beli antara Pemesan/Pembeli (Mustashni) dengan Produsen/Penjual (Shani), di mana barang yang akan diperjualbelikan harus terlebih dahulu ditentukan kriterianya dengan jelas. Ishtisna dengan Salam sebenarnya hampir sama,

75

Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 171.

7677

Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press.

Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 171. 78 Ibid., hlm. 172. 79 Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, hlm. 27.

perbedaannya hanya terletak pada cara pembayarannya. Pada Salam pembayarannya harus di muka, sedangkan Istishna pembayarannya bisa di awal, di tengah maupun di akhir. 80 C. Al-Ijarah ( Jasa-jasa ) Pembiayaan Bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan pemilikan. 81 Misalnya Ijarah sama dengan Transaksi Jual Beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara pemilik barang. Ijarah berasal dari kata Ajru, yang berarti Iwadlu (Ganti). Sedangkan menurut Terminologi Syara Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. 82 Pemilik yang menyewakan manfaat disebut Muajjir, sedangkan pihak lain yang Memberikan Sewa disebut Mustajir. Adapun barang yang diambil manfaatnya disebut Majur dan Jasa yang diberikan sebagai Imbalan Menyewa disebut Ajran/Ujrah. 83 Para Cendekiawan Fiqh Muslim membagi Ijarah menjadi 2 bagian, yaitu menyewa untuk jangka waktu tertentu dan menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu. 84 Bentuk yang Pertama banyak diterapkan dalam Sewa-Menyewa aset/barang, sedangkan bentuk yang Kedua digunakan untuk para Staf Ahli atau Para Pekerja usaha-usaha tertentu. Secara garis besar, NashNash Al-Qurn lebih banyak merujuk pada jenis Ijarah yang Kedua. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Qashash ayat 26: 85

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

Kemudian Surat Ath-Thalq ayat 6: 86

80 81

Ibid., hlm. 28. Martono, (2002), Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, hal. 99 82 Sabiq, Fiqh Sunnah, III: 198. 83 Ibid., hlm. 198. 84 Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm 29-30. 85 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 86 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press.

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (Isteri-Isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. Adapun Ijma para Ulama mengenai Ijarah adalah sepakat, karena tidak ada satupun Ulama yang membantahnya. Meskipun terdapat perbedaan di antara mereka, namun hal itu tidak dianggap. Selanjutnya, hikmah di Syariatkannya Ijarah karena semua manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidup mereka. 87 Jika terdapat kesepakatan pemilikan barang pada akhir masa sewa disebut Ijarah Mumtahiya Bittamilk (Financial Lease With Purchase Option). Aplikasi dalam Dunia Perbankan adalah Leasing, baik dilakukan dalam bentuk Operating Lease maupun Financial Lease. a. Qardhul Hasan (Benevolent Loan) Qardhul Hasan (Benevolent Loan) adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman. 88 Landasan Syariah mengenai Pinjaman Tunai Kebajikan (Qardhul Hasan) terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 245: 89

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasan diberikan kepada mereka yang membutuhkan pinjaman konsumtif jangka pendek (untuk tujuan yang penting) dan para pengusaha kecil yangDalam hal ini manusia membutuhkan tempat tinggal, sebagian dari mereka membutuhkan orang lain, mereka juga membutuhkan kendaraan/angkutan, kemudian membutuhkan berbagai peralatan dan membutuhkan lahan untuk bercocok tanam. Sabiq, Fiqh as-Sunnah, hlm. 200. 88 Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm. 33. 89 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press.87

kekurangan dana (Lack Of Fund), tetapi mempunyai prospek bisnis yang baik. Sumber dana untuk pemberian pinjaman tunai kebajikan ini berasal dari dana yang dikumpulkan oleh Lembaga Amil Zakat (ZIS). 90 b. Wakalah (Deputyship) Wakalah bermakna Tafwidh, yang berarti Penyerahan, Pendelegasian atau Pemberian Mandat. 91 Atau pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain, dalam hal-hal yang dapat diwakilkan. 92 Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Kahfi 19: 93

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.

Islam Mensyariatkan Wakalah karena manusia memang membutuhkannya. Manusia tidak dapat memenuhi semua kepentingannya sendiri, mereka selalu membutuhkan orang lain sebagai Delegasi atau Wakil untuk kepentingannya. 94 Firman Allah SWT dalam Surat Yusuf ayat 55: 95

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."

90 91

Perwataadmadja dan Antonio, Apa dan Bagaimana, hlm. 33-34. Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 226. 92 Ibid., hlm. 226. 93 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press. 94 Ibid., hlm. 226. 95 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press.

Wakalah juga termasuk jenis Tolong-Menolong (Taawun) atas dasar Kebajikan dan Taqwa. Sehingga Umat Muslim membolehkan hal tersebut. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 2: 96

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

c. Kafalah (Guaranty) Menurut Epistemologi, Kafalah berarti Adh-Dhammu (Menggabungkan), Dhaman (Jaminan), Hamalah (Beban) dan Zaamah (Tanggungan). 97 Sedangkan menurut pengertian Syara Kafalah berarti proses penggabungan tanggungan Kafiil menjadi tanggungan Ashiil, dalam tuntutan dengan materi sama/hutang maupun barang/pekerjaan. Menurut Imam-Imam lainnya, Kafalah adalah menggabungkan Dua tanggungan dalam permintaan/hutang. 98 Sedangkan landasan Syariah mengenai Kafalah terdapat dalam Surat Yusuf ayat 72: 99

Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya." Para Ulama Berijma membolehkannya, karena orang-orang Islam pada zaman Nubuwwah mempraktekkan hal ini dan tidak ada ulama yang menegur atau melarangnya. 100 d. Sharf Sharf adalah menjual Mata Uang (Emas dan Perak) dengan Mata Uang lainnya. Menjual Emas dengan Emas atau Perak dengan Perak itu tidak diperbolehkan, kecuali Tunai/Kontan. Di

96 97

Ibid. Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 283. 98 Istilah-istilah dalam kafalah di antaranya kafiil, ashiil, makful lahu dan makful bihi. Kafiil adalah orang yang berkewajiban melakukan makful bihi (penanggung) dan semua urusan harta berada di tangannya. Kemudian ashiil adalah orang yang berhutang (yang ditanggung). Sedangkan makful lahu adalah orang yang menghutangkan dan makful bihi adalah orang/barang/pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh makful lahu. Ibid., hlm. 283. 99 Al-Qurn Karm dan Terjemahan Artinya (1999), Yogyakarta : UII Press 100 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III: 283-284.

sisi lain, menjual Emas dengan Emas atau Perak dengan perak secara sukatan itu diperbolehkan, tetapi sifat Emas/Perak Keduanya serupa. Pendapat tersebut disepakati oleh para Mudjtahidin. 101 e. Hiwalah (Transfer Service) Kata Hiwalah diambil dari kata Tahwil, yang berarti Intiqal (Perpindahan). Yang dimaksud di sini adalah memindahkan hutang dari tanggungan Muhil (Debitur) menjadi tanggungan Muhalalaih. 102 Islam membenarkan Hiwalah dan membolehkannya jika diperlukan. Sebagaimana Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: 103

Di dalam Hadits tersebut Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang menghutangkan, jika orang yang berhutang menghiwalahkan kepada orang yang mampu, hendaknya menerima Hiwalah tersebut dan mengikuti kepada Muhalalaih. Menurut Jumhur Ulama perintah tersebut Sunnah, namun kebanyakan pengikut Imam Hambali, Ibn Jarir, Abu Tsur dan Az-Zahiriyah berpendapat bahwa hukumnya wajib bagi Kreditur menerima Hiwalah tersebut. 104 Selanjutnya, Aplikasi dalam Dunia Perbankan berupa penerapa