metode komunikatif pengajaran

Upload: stu-wiel

Post on 18-Jul-2015

536 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

METODE KOMUNIKATIF PENGAJARAN BAHASA ARAB

Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Matakuliah Metode Pengajaran Bahasa Arab Semester II Tahun Akademik 2012/2013

Oleh SUHATNAM NIM: 80100210023

Dosen Pemandu Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, MA. Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang, M. Ag.

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2012

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berintelerasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses pengajaran ditandai atau diketahui oleh adanya interaksi antara komponen-komponen pengajaran.1 Beberapa komponen pengajaran yang saling berkaitan tersebut, yaitu pengajar/guru, pelajar/siswa, metode pengajaran, media pengajaran, sarana dan prasarana. Begitu juga Surya berpendapat sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa baik buruknya situasi proses belajar-mengajar dan tingkatan pencapaian hasil proses instruksional itu pada umumnya bergantung pada faktor-faktor yang meliputi: karakteristik siswa, karakteristik pengajar, interaksi dan metode, karakteristik kelompok fasilitas fisik, mata pelajaran, dan lingkungan alam sekitar.2 Dengan tidak adanya atau tidak berfungsinya salah satu dari komponen tersebut tentu akan menghambat laju proses pembelajaran. Dengan demikian, metode pengajaran pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Metode pengajaran yang dipilih oleh pengajar merupakan salah satu dari komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan. Metode yang digunakan oleh penagajar harus yang sesuai dengan materi ajar dan sekaligus juga mempertimbangkan

12

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarata: Bumi Aksara, 2008), hlm: 77.

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda Karya, 2005), h. 257.

3

kondisi pelajar. Dengan demikian, pemilihan metode oleh pengajar itulah yang akan turut serta menentukan tingkat kesuksesan hasil belajar pelajar/siswa.3 Begitu halnya dengan pembelajaran bahasa Arab dalam lingkungan satuan pendidikan, bahwa metode pengajaran menentukan tingkat pencapaian keberhasilan pelajar dalam belajarnya. Seorang pengajar bahasa yang menganut pendekatan tertentu, ia memiliki kebebasan menciptakan beragam metode sesuai dengan situasi dan kondisi terjadinya kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, perlu diperhatikan dan dicatat bahwa metode yang dilahirkan dan digunakan tidak bertentangan dengan pendekatan yang dianut.4 Salah satu metode pengajaran yang berkembang di dunia pengajaran bahasa khususnya bahasa Arab adalah metode konunikatif. Metode ini lahir dari ketidak puasan terhadap hasil capaian pelajar, yaitu pelajar kurang mampu berkomunikasi dengan bahasa target, setelah mereka melalui tahap pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode audilingual. Berkenaan dengan uraian tersebut di atas maka makalah ini membahas tentang metode komunikatif tersebut.

B. Rumusan Masalah Dari beberapa uraian latar belakang di atas, penulis mengetengahkan rumusan masalah, yaitu;1. Bagaimana pendekatan metode komunikatif? 2. Bagaimana desain dan prosedur metode komunikatif?Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Rosda Karya, 2005), h. 257. Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. 1; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 168.4 3

4

3. Apa kelebihan dan kekurangan metode komunikatif?

BAB II PEMBAHASAN A. Pendekatan Metode Komunikatif 1) Sejarah Lahirnya Pendekatan Komunikatif Pada tahun 1960-an tradisi pembelajaran bahasa di Inggris mengalami perubahan cukup mendasar. Perubahan ini dipicu oleh asumsi baru tentang hakikat pembelajaran bahasa yang secara mendasar mengikuti asumsi-asumsi baru. Hal inilah yang mendorong munculnya pembelajaran Bahasa Komunikatif /Communikative

Language Teaching. Pada tahun-tahun sebelumnya, situasional Language

Teaching mendominasi percaturan pembelajaran bahasa Inggris. Pada Situasional Language Teaching, Bahasa diajarkan dengan cara melatih siswa tentang struktur dasar dalam berbagai aktivitas yang didasarkan pada hal-hal yang bermakna. Pendekatan

pembelajaran bahasa tersebut tidak dapat bertahan lama sebab ada bantahan-bantahan dari para pakar linguistik di Amerika. Dalam pendekatan audiolingual sebagai bagian dari penerapan pendekatan Situasional Language Teaching. Selanjutnya, Howatt dalam Tolla ,mengatakakan5

5

pendekatan

Situasional

Language

Teaching

Tolla, Ahmad. 1996. Kajian Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di SMU di Kotamadya Ujung Pandang. Tesis. Malang: IKIP Malang.

5

merupakan suatu gagasan yang keliru karena memprediksi bahasa berdasarkan kejadian-kejadian situasional atau situasional tertentu. Pendekatan tersebut lebih seksama akan kembali pada konsep tradisional. Hal yang sama diungkapkan oleh Noam Chomsky seorang pakar linguistik yang Amerika Serikat 1957 dalam bukunya Syntaktic teori

Struktures

diterbitkan

menunjukkan

bahwa

struktural terbukti tidak mampu menjelaskan karakteristik bahasa yang fundamental kreativitas6. Di samping itu, para pakar linguis terapan di Inggris menekankan pada dimensi bahasa yang mendasar lainnya yang belum tergarap secara memadai pada pendekatan pembelajaran bahasa yang telah berlaku saat itu, yaitu dimensi fungsional dan komunikatif. Menurut penilaian mereka, perlu ada pemberian perhatian yang cukup memadai dalam pembelajaran bahasa dengan menekankan pendekatan komunikatif daripada pendekatan struktural. Para sarjana yang memprakarsai pandangan tersebut, yaitu Christopher Candlin dan Henri Widdoson yang telah banyak mengkaji karya-karya linguis Fungsional Inggris, seperti John Firth, dan M.A.K. Halliday. Karya-karya yang bersifat sosiolinguistik, seperti Dell Hymes, John Gumperz dan william Labov dari Amerika. Karya-karya filsafat, seperti John Austin dan John Searle dari Amerika dan London7

.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius 7 Tolla op cit.6

6

Dalam pandangan fundamental dalam kaitannya dengan hakikat pembelajaran bahasa merupakan embrio bagi pendekatan lain dalam pembelajaran asing yang bersumber dari perubahan realitas pembelajaran bahasa di Eropa dan membentuk suatu dewan yang dinamakan Dewan Eropa yang mendukung sepenuhnya terbentuknya Asosiasi Linguistik Terapan Internasional (Internasional Assosiasi of Applied Linguistics). Assosiasi ini dianggap sangat penting untuk mengembangkan dan menyebarluaskan metodemetode pembelajaran bahasa. Sebagai realisasi dari program-program perkumpulan

tersebut, tahun 1971 mulai dikembangkan pembelajaran bahasa dalam suatu sistem kredit, yaitu sebuah sistem yang tugas-tugas pembelajarannya dipecah-pecah ke dalam bagian atau unit-unit. Setiap unit berhubungn dengan unit lainnya8. Upaya tersebut mulai dipertajam oleh D.A. Wilkins pada tahun 1972 dalam makalahnya berjudul Grammatikal, Situasional an National Syllabus yang disampaikan dalam konfrensi Linguistik Terapan di Copenhagen. Sejak itu kepopuleran pembelajaran bahasa secara komunikatif menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mampu menggoyangkan konsep pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum

struktural. Dalam konferensi tersebut, Wilkins mendemonstrasikan sistem makna yang mendasari penggunaan bahasa secara

komunikatif. Wilkins menguraikan dua jenis makna yaitu kategori nasional meliputi konsep-konsep seperti waktu, urutan, kuantitas,Azies, Furqanul dan A. Chaedar Alwasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.8

7

lokasi, frekuensi dan kategori fungsi komunikatif seperti penolakan, penawaran, keluhan dan sebagainya. Wilkins kemudian merevisi dan melengkapi makalahnya sehingga tersusun sebuah buku berjudul National Syllabuses (1976) dan memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran bahasa komunikatif (PBK). Sekalipun pada mulanya gerakan ini tumbuh di Inggris, tetapi pada umumnya pengaruhnya meluas sampai ke Amerika pada pertengahan 1970-an. Para pendukungnya baik di Inggris maupun di Amerika sama-sama melihat sebagai suatu pendekatan bukan metode.

B. Ciri-ciri Pendekatan Komunikatif Untuk menentukan ciri-ciri pendekatan komunikatif, landasan pokok yang berkenaan hal tersebut, adalah hakikat teori bahasa, hakikat belajar bahasa, dan hakikat pembelajaran bahasa.

1) Hakikat Teori Bahasa

Metode ini berlandas pada teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dengan demikian tujuan pengajaran bahasa adalah

mengembangkan apa yang disebut dengan kompetensi komunikatif (Maha>rah alittis}a>l/communicative competence), yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai situasi dan kondisi. Dengan demikian penggunaan bahasa tidak hanya terdiri atas empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), tapi mencakup

8

beberapa kemampuan dalam kerangka komunikatif yang luas, sesuai dengan peran dari partisipan, situasi, dan tujuan interaksi.9 Teori linguistik yang juga berpengaruh terhadap metode ini adalah teori penggunaan bahasa secara fungsional yang dikembangkan oleh Halliday. Dalam sejumlah buku dan makalah, Halliday mengemukakan teori mengenai fungsi-fungsi bahasa. Berdasarkan teori ini, pengajaran bahasa menitikberatkan pada pengajaran fungsi bahasa. Para pendukung metode komunikatif ini berpendapat bahwa seseorang bisa dianggap mempelajari suatu bahasa hanya apabila dia mempelajari ungkapan-ungkapan dan ujaran-ujaran (baik dalam bentuk teks lisan maupun teks tertulis) yang memenuhi ketujuh fungsi bahasa. Halliday (Fachrurrozi mengutipnya dari Thuimah) menyebutkan bahwa fungsifungsi bahasa itu ada 7 (tujuh) yaitu: fungsi instrumental, fungsi pengaturan, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, fungsi imajinatif, dan fungsi perwakilan.10 2) Hakikat Belajar Bahasa Beberapa ahli ilmu bahasa terapan dalam pembelajaran bahasa, antara lain Brumfit, Johnson, serta Littlewood (dalam Syafiie, 1993) mengemukakan beberapa prinsip teori belajar bahasa yang menjadi dasar pendekatan komunikatif sebagai berikut:

Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional & Kontemporer (Cet. 1; Jakarta Timur: Bania Publishing), h. 86. Ahmad Fuad Effend., op.cit., h.54. Ibid., h. 87. Liha juga Azhar Arsyad, Madkhal ila> T{uruqi Tali>mi al-Lugah alAjnabiyyah (Cet. 1; Makassar: Ahkam, 1998), h. 30.10

9

9

a) Untuk mendorong kegiatan proses belajar bahasa dibutuhkan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan komunikasi yang sebenarnya. Berdasarkan prinsip ini, tidak berarti bahwa pembelajaran bahasa selalu berupa aktivitas berkomunikasi yang sebenarnya terjadi. Adapun kegiatan-kegiatan

pembelajaran yang berupa latihan-latihan pemakaian bahasa bukanlah tujuan pembelajaran melainkan media untuk

mencapai tujuan yakni kemampuan berkomunikasi oleh karena latihan-latihan menuju pendekatan komunikatif penggunaan bahasa bukan pengetahuan kebahasaan.b) Penciptaan kegiatan-kegiatan yang bermakna pada siswa

dengan penggunaan bahasa akan mendorong proses belajar bahasa. Dari prinsip ini pembelajaran bahasa dengan

pendekatan komunikatif sangat mengutamakan berbagai tugas yang bermakna bagi siswa.c) Bahasa yang bermakna bagi siswa akan mendorong proses

belajar siswa. Berdasarkan prinsip ini, materi pembelajaran bahasa melalui pendekatan komunikatif adalah bahasa dalam pemakaian. Selanjutnya, Angela Scarino (dalam Azies, 1996: 28-32) mengemukakan delapan prinsip belajar bahasa yang bercorak komunikatif sebagai berikut : a) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik bila diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat.

10

b) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik bila ia diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menggunakan bahasa sasaran secara komunikatif dalam berbagai aktivitas.c) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia dipajankan

(exposed) ke dalam situasi komunikasi yang dapat dipahami dan relevan dengan kebutuhan dan minatnya. d) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik, bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,

keterampilan dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa. e) Pembelajar akan belajar dengan baik bila ia memperoleh gambaran tentang data sosiokultural dan pengalaman budaya yang merupakan bagian dari bahasa sasaran. f) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia menyadari peran serta hakikat bahasa dan budaya. g) Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika ia diberi umpan balik yang tepat yang menyangkut kemajuan mereka.

3) Hakikat Pembelajaran Bahasa Teori pembelajaran bahasa yang melandasi metode ini dapat dilihat dari praktik pelaksanaannya. Richard dan Rodgers berpandangan sebagaimana dikutip oleh Fachrurrozi bahwa ada tiga prinsip pengajaran yang melandasi metode ini, yaitu:a) Prinsip komunikasi (mabda al-ittis}a>l/communication principle)

yang menyatakan bahwa semua kegiatan bahasa yang melibatkan pelajar/siswa secara aktif dalam kegiatan komunikasi yang sebenarnya bisa

11

mempermudah terjadinya proses pembelajaran bahasa. Dengan kata lain, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan kemampuan berkomuikasi merupakan tujuan yang paling utama.b) Prinsip

tugas

(mabda

al-muhimma>t/task

principle)

yang

menyatakan bahwa proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik apabila kegiatan-kegiatan berbahasa ditujukan kepada penyelesaian tugastugas yang bermakna.c) Prinsip

kebermaknaan

(mabda

al-manawiyyah/meaningfulness

principle) yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan harus bisa memberi makna kepada pelajar/siswa untuk untuk mendukung

berlangsungnya proses pembelajaran.11 Makna bahasa sangat penting, dan oleh karena itu, kegiatan belajar harus dipilih dan diatur sedemikian rupa sehingga bisa menjadi bermakna bagi pelajar/siswa dan cara ini bisa ditempuh dengan menggunakan bahan pelajaran yang otentik bukan dengan latihan-latihan pola-pola bahasa yang bersifat mekanik, namun yang dilatihkan harus yang bermanfaat guna. Kelahiran pengajaran komunikatif (PK) merupakan hasil dari sejumlah kajian tentang pemerolehan bahasa (iktisa>b al-lugah) dan berbagai penelitian mengenai metode pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika pada tahun 70-an. Meskipun terdapat beberapa variasi dalam penerapan PK, namun karakteristik dasarnya tetap sama. Karakteristik tersebut yaitu: 1. Tujuan pengajarannya ialah mengembangkan kompetensi pelajar

berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang

11

Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin., op.cit., h. 89.

12

sesungguhnya atau dalam situasi kehidupan yang nyata. Tujuan PK tidak ditekankan pada penguasaan gramatika atau kemampuan membuat kalimat gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduk ujaran yang sesuai dengan konteks. 2. Salah satu konsep yang mendasar dari PK adalah kebermaknaan dari setiap bentuk bahasa yang dipelajari dan keterkaitan bentuk, ragam, dan makna bahasa dengan situasi dan konteks berbahasa itu. 3. Dalam proses belajar-mengajar, siswa bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktivitas komunikatif yang sesungguhnya. Sedangkan pengajar memprakarsai dan merancang berbagai pola interaksi anatar siswa, dan berperan sebagai fasilitator.4. Aktivitas di dalam kelas diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan-

kegiatan komunikatif, bukan dril-dril manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa makna (tadri>b babga>iy) .5. Materi yang disajikan bervariasi, tidak hanya mengandalkan buku teks, tapi

lebih ditekankan pada bahan-bahan otentik (berita koran, iklan, menu, KTP, SIM, formulir, dan sejenisnya). Dari bahan-bahan otentik tersebut, pemerolehan bahasa pelajar diharapkan meliputi bentuk, makna, fungsi, dan konteks sosial. 6. Penggunaan bahasa ibu dalam kelas tidak dilarang tapi diminimalkan.7. Dalam PK, kesilapan siswa ditoleransi untuk mendorong keberanian siswa

berkomunikasi.

13

8. Evaluasi dalam PK ditekankan pada kemampuan menggunakan bahasa

dalam kehidupan nyata, bukan pada penguasaan struktur bahasa atau gramatika.12

C. Desain Metode Komunikatif 1. Tujuan Pengajaran Tujuan pengajaran bahasa dengan metode komunikatif adalah mengembangkan kompetensi pelajar dalam berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang sesungguhnya atau dalam situasi kehidupan nyata (s}iya>g alijtima>iy / social context). Tujuan pengajaran bahasa dengan metode ini tidak ditekankan pada penguasaan gramatika atau kemampuan membuat kalimat gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduk ujaran yang sesuai dengan konteks. Kemampuan komunikatif menuntut kemampuan untuk menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks sosial tertentu. Untuk bisa memiliki kemampuan seperti itu, para pelajar/siswa membutuhkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk, maknamakna, dan fungsi-fungsi bahasa. Mereka perlu mengetahui bahwa banyak bentuk bahasa yang dapat digunakan untuk satu fungsi, dan juga bahwa suatu bentuk bahasa sering kali dapat dipakai untuk berbagai fungsi. Mereka harus mampu memilih dari sekian bentuk bahasa, mana yang paling sesuai untuk dipakai, memahami konteks sosial dan peran-peran dari orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Mereka juga harus mampu mengatur proses negosiasi makna dengan bicara mereka.

Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Cet. 3; Malang: Misykat, 2005), h. 57.

12

14

2. Model Silabus Ada beberapa tipe silabus yang diusulkan untuk kelas-kelas yang menggunakan metode komunikatif. Walkins (1976) mengusulkan silabus struktural plus fungsional dan silabus nasional. Brumfit (1980) mengusulkan tipe spiral fungsional sekitar inti structural. Allen (1980) mengusulkan tipe silabus struktural-fungsional-instrumental. Jupp dan Hollin (1975) mengusulkan tipe silabus fungsional. Widdowson (1979) mengusulkan silabus interaksional. Sementara Prabhu (1983) menawarkan tipe silabus berbasis tugas. Persoalan silabus menjadi isu penting dalam metode ini, karenanya banyak tipe yang diusulkaan. Dari berbagai usulan tersebut diambil jalan tengah bahwa silabus yang ideal adalah silabus yang mencakup paling sedikit mengandung 10 unsur, yaitu: tujuan, latar, peranan, peristiwa-peristiwa komunikatif, fungsi bahasa, nosi-nosi (ide, gagasan), wacana dan keterampilan retorik, varietas, isi/bobot gramatikal, dan isi/bobot leksikal.13 3. Jenis Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan metode komunikatif tidak dibatasi atau tidak ditentukan secara kaku selama jenis kegiatan pembelajaran dan latihannya berorientasi pada pencapaian tujuan komunikatif. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran diarahkan kepada pelibatan pelajar/siswa dalam komunikasi yang sebenarnya dengan menggunakan bahasa sasaran. Kegiatan komunikasi ini meliputi kegiatan-kegiatan yang mendorong pelajar/siswa berpartisipasi dalam proses komunikasi seperti saling memberi informasi dan saling menjelaskan maksud. Dalam hal ini pelajar/siswa memiliki tujuan dalam

13

Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin., op.cit., h. 90.

15

berkomunikasi (misalnya untuk membeli tiket pesawat, untuk menulis surat kepada redaksi Koran atau majalah atau untuk berbelanja). Kegiatan pelajar/siswa harus berfokus pada makna (mana/content) bukan pada bentuk (syakl/form). Siswa sebaiknya menggunakan beragam bahasa, tidak hanya satu struktur bahasa. Guru tidak menggangu kegiatan yang sedang berlangsung dan tidak ada control terhadap materi yang diajarkan.14 4. Peranan Guru Dalam metode komunikatif, selain sebagai fasilitator, yakni membantu mempermudah jalannya komunikasi, pengajar/guru juga berperan sebagai analis kebutuhan, manajer kegiatan kelompok, penasehat dan sebagai penghubung. Sebagai seorang analsis, guru bertanggung jawab dalam menentukan dan menanggapi kebutuhan bahasa pelajar/siswa. Pengajar/guru harus bisa mengetahui apa yang dibutuhkan pelajar/siswa dalam belajar. Guru harus bisa menganalisa kebutuhan pelajar/siswa dengan cara berbincang-bincang dengan siswa satu persatu dan menanyakan pandangan pengajar/siswa mengenai gaya belajar mereka, modal belajar mereka dan tujuan belajar mereka. Dengan cara demikian guru bisa mengetahui motivasi pelajar/siswa secara individu dalam belajar bahasa sehingga pengajar/guru bisa merancang kegiatan bahasa yang cocok. Sebagai konselor, guru diharapkan bisa memberikan contoh bagaimana seorang pembicara bisa membuat lawan bicaranya mengerti maksudnya melalui penggunaan parafase, konfirmasi dan umpan balik. Pengajar/guru bisa menjawab pertanyaanpertanyaan pengajar/siswa dan memonitor kegiatan mereka dalam berkomunikasi.

14

Ibid.

16

Guru juga bisa mencatat kesalahan-kesalahan pelajar/siswa untuk dibahas dalam kegiatan yang lebih terpusat pada ketelitian. Sebagai manajer kegiatan kelompok, pengajar/guru bertanggung jawab dalam menciptakan suasana kelas yang komunikatif dan mengatur kegiatan-kegiatan yang bersifat komunikatif dalam kelas. Pada waktu yang lain pengajar/guru bisa melibatkan diri dalam berkomunikasi bersama-sama dengan pelajar/siswa. Tanggung jawab pengajar/siswa adalah menjaga situasi agar kegiatan komunikasi tetap tercipta.15 5. Peranan Siswa Peran utam pelajar/siswa dalam metode komunikatif adalah sebagai komunikator karena mereka terlibat langsung secara aktif dalam berkomunikasi baik dengan partisipasi pengajar/guru maupun tanpa partisipasi guru di dalamnya. Mereka juga terlibat aktif dalam pertukaran ide dan pikiran yakni berusaha agar maksudnya bisa dipahami oleh orang lain dan mereka berusaha untuk memahami maksud orang lain. Dalam hal ini pelajar/siswa berperan sebagai perunding.16 6. Peranan Bahan Ajar Berbagai macam bahan pelajaran telah digunakan untuk mendukung metode komunikatif dalam pengajaran bahasa. Tidak seperti pendukung metode lain yang berkembang pada masa itu, para praktisi pengajaran bahasa komunikatif memandang penggunaan materi pelajaran sebagai cara untuk mempengaruhi kualitas interaksi kelas dan penggunaan bahasa. Dengan demikian materi pelajaran mempunyai peran yang penting dalam usaha mendorong penggunaan bahasa komunikatif. Penggunaan metode

15 16

Ibid., h. 91. Ibid.

17

ini mempertimbangkan 3 (tiga) macam materi pelajaran, yaitu materi pelajaran berbasis teks, materi pelajaran berbasis tugas, dan realita.17

D. Prosedur Metode Komunikatif Dalam pengajaran bahasa, teknik yang paling banyak digunakan adalah penggunaan bahan ajar otentik (min mas}a>dir as}liyyah/authentic material), permainan bahasa (ala>b al-lugawiyyah/language games), rangkaian gambar cerita (silsilah al-qis}s}ah al-mus}awwarah/picture strip story) dan bermain peran (tams\i>l daur/role play), penyelesaian masalah (hall al-

musykila>t/problem solving).18 Prosedur pengajaran bahasa Asing (khususnya bahasa Arab) dengan metode komunikatif (disadur oleh Fachrurrozi dari Finocchiaro dan Brumfit): 1. Pembelajaran diawali dengan penyajian suatu dialog singkat atau beberapa dialog-mini, didahului oleh motivasi berkaitan dengan situasi dialog terkait pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh para pelajar/siswa, serta suatu diskusi mengenai fungsi dan situasi orang, peranan, latar, topik, formalitas atau informalitas bahasa yang menurut fungsi dan situasi tersebut. 2. Kemudian dilanjutkan dengan praktik lisan (pengulangan) setiap ucapan bagian dialog yang disajikan pada hari itu (seluruh kelas, setengah kelas, kelompok, individual) dan pada umumnya didahului oleh model.3. Selanjutnya pembelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan-

pertanyaan dan jawaban-jawaban tetap berdasarkan topik-topik dialog dan17 18

Ibid., h. 92. Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin., op.cit., h. 92.

18

situasi yang ada. Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban harus berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pribadi para pelajar/siswa. 4. Setelah itu, pengajar/guru dan pelajar/siswa menelaah dan mengkaji salah satu ekspresi komunikatif dasar dalam dialog itu atau salah satu struktur yang menunjukkan fungsi tersebut. Pengajar/guru juga bisa memberikan beberapa contoh tambahan mengenai penggunaan ekspresi komunikatif atau struktur dengan kosakata biasa. 5. Kegiatan-kegiatan produksi lisan bergerak maju dari kegiatan terpimpin menuju kegiatan komunikasi yang lebih bebas. 6. Setelah kegiatan latihan lisan, pelajar/siswa menyalin dialog-dialog, atau dialog-dialog mini, atau modul-modul kalau tidak terdapat atau tertera dalam teks kelas. 7. Sebelum pembelajaran berakhir, pengajar/guru memberi contoh tugas pekerjaan rumah secara tertulis, kalau diperlukan.8. Akhirnya, dilakukan evaluasi pembelajaran (hanya lisan), misalnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.19

E. Kekuatan dan Kelemahan Setiap metode memiliki aspek kekuatan dan kelemahan. Berbagai metode datang silih berganti karena adanya ketidak puasan terhadap metode sebelumnya, namun metode yang baru pun akan mengalami hal yang sama, dikritik dan dianggap19

Ahmad Fuad Effendy., op. cit, h. 68. Dan Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin., op.cit., h.

94.

19

tidak mampu lagi memuaskan kepentingan pengajaran bahasa pada masanya. Begitu juga metode komunikatif ini memiliki aspek kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan metode komunikatif, yaitu;1. Pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran langsung

dapat berkomunikasi (dalam bahasa fungsi, nosi, kegiatan berbahasa, dan keterampilan tertentu).2. Pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal,

sosiolinguistik, wacana, dan strategis. 3. Suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi, sehingga tidak membosankan.4. Kenyamanan pelajar/siswa di dalam kelas tercipta dengan baik karena mereka

mendapatkan kesempatan yang banyak dalam berinteraksi dengan temantemannya ataupun dengan gurunya. Dan kelemahan metode komunikatif, yaitu; 1. Kemampuan membaca, dalam keterampilan tingkat ambang, tidak mendapat porsi yang cukup.2. Loncatan langsung ke aktivitas komunikatif bisa menyulitkan siswa pada

tingkat permulaan.20

20

Ahmad Fuad Effendy., op.cit., h. 69.

20

BAB III KESIMPULAN Dari beberapa uraian yang telah disebutkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa;A. Pendekatan metode komunikatif.

21

Dari aspek hakikat bahasa, pendekatan metode ini berlandaskan pada teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Begitu juga berlandaskan kepada teori linguistik, yaitu teori penggunaan bahasa secara fungsional.B. Desain dan prosedur metode komunikatif. a. Desain metode komunikatif

Desain metode komunikatif terdiri dari;1)

Tujuan pengajaran komunikatif, yaitu mengembangkan kompetensi

pelajar dalam berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang sesungguhnya.2)

Model silabus, silabus yang disarankan ada beberapa tipe. Akan tetapi, silabus yang dianggap ideal adalah yang mencakup paling

setidaknya

sedikit mengandung 10 unsur, yaitu: tujuan, latar, peranan, peristiwaperistiwa komunikatif, fungsi bahasa, nosi-nosi (ide, gagasan), wacana dan keterampilan retorik, varietas, isi/bobot gramatikal, dan isi/bobot leksikal.3)

Jenis kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dengan metode

komunikatif tidak dibatasi atau tidak ditentukan secara kaku selama jenis kegiatan pembelajaran dan latihannya berorientasi pada pencapaian tujuan komunikatif.4)

Peranan guru atau pengajar dalam metode komunikatif, selain sebagai

fasilitator, yakni membantu mempermudah jalannya komunikasi, pengajar juga berperan sebagai analis kebutuhan, manajer kegiatan kelompok, penasehat dan sebagai penghubung.5)

Peranan pelajar atau siswa dalam metode komunikatif adalah sebagai

komunikator yang terlibat langsung secara aktif dalam berkomunikasi.

22

6)

Peranan bahan ajar dalam mendukung metode komunikatif telah

beraneka ragam. Akan tetapi, hendaknya penggunaan metode ini mempertimbangkan 3 (tiga) macam materi pelajaran, yaitu materi pelajaran berbasis teks, materi pelajaran berbasis tugas, dan realita.b. Prosedur metode komunikatif

Pembelajaran diawali dengan penyajian suatu dialog singkat atau beberapa dialog-mini. Kemudian dilanjutkan dengan praktik lisan (pengulangan) setiap ucapan bagian dialog yang disajikan pada hari itu. Selanjutnya pembelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban Setelah itu, pengajar dan pelajar menelaah dan mengkaji salah satu ekspresi komunikatif dasar dalam dialog. Setelah kegiatan latihan lisan, pelajar menyalin dialog-dialog, atau dialog-dialog mini, atau modul-modul kalau tidak terdapat atau tertera dalam teks kelas. Akhirnya, dilakukan evaluasi pembelajaran (hanya lisan), misalnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. C. Kelebihan dan kekurangan Kelebihan metode komunikatif; pelajar lancar berkomunikasi, suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar, sehingga tidak membosankan. Adapun kekurangannya; kemampuan membaca tidak mendapat porsi yang cukup, loncatan langsung ke aktivitas komunikatif bisa menyulitkan pelajar pada tingkat permulaan.