mengembalikan kemakmuran islam dengan dinar dan dirham

35
“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham” 1 EKONOMI MAKRO ISLAM “Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham” Dosen Pengampu : Fadli Hudaya, SE. M.Si Disusun oleh : Miftahuddin (2013002009) PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN 2013/2014

Upload: ksei-iqtishoduna-pekalongan

Post on 12-Apr-2017

357 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

1

EKONOMI MAKRO ISLAM

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan

Dirham”

Dosen Pengampu : Fadli Hudaya, SE. M.Si

Disusun oleh :

Miftahuddin (2013002009)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

2013/2014

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

2

Oleh: Miftahuddin1

Abstract

The stability of the currency to be one of the most important aspects that influence

the occurrence of inflation and the crisis in the community. Currency system that

is currently used judged unable to solve economic problems would worsen

economic conditions. Returns an economic system that uses a more stable

currency is essential that efforts should be made. Economic system or the gold

and silver which is currently called the dinar and dirham be assessed right from

the stability of the currency because it has proven anti against inflation. Efforts to

return this currency would bring prosperity to the community with all the

advantages and disadvantages.

Keywords: gold dinar, fiat money, currency stability.

Abstrak

Kestabilan mata uang menjadi salah satu aspek terpenting yang mempengaruhi

terjadinya inflasi maupun krisis di masyarakat. Sistem mata uang yang saat ini

digunakan dinilai tidak berhasil mengatasi berbagai masalah ekonomi justru

memperkeruh kondisi ekonomi. Pengembalian sistem ekonomi yang menggunakan

mata uang yang lebih stabil adalah upaya penting yang harus dilakukan. Sistem

ekonomi emas dan perak atau yang saat ini disebut dinar maupun dirham dinilai

tepat dilihat dari stabilitas mata uang tersebut karena memang sudah terbukti

anti terhadap inflasi. Upaya pengembalian mata uang ini akan membawa

kemakmuran bagi masyarakat dengan segala kelebihan maupun kekurangannya.

Kata kunci: uang emas, uang fiat, kestabilan mata uang.

1 Mahasiswa STIE Muhammadiyah Pekalongan Program Pendidikan S1 Ekonomi Islam

Semester II

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

3

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan kawasan Asia telah berlanjut

memasuki tahun ke 6. Belum ada tanda-tanda bahwa krisis di kawasan ini akan

pulih, meskipun Indonesia yang dianggap sebagai salah satu daerah penggerak

ekonomi kawasan Asia Tenggara telah dianggap sukses melaksanakan pemilihan

umum, tanpa diwarnai kekerasan. Sebagaimana dimaklumi, krisis ekonomi yang

terjadi di kawasan Asia ini berawal dari krisis nilai tukar mata uang, yaitu

semakin kuatnya mata uang asing (khususnya dollar Amerika) terhadap mata uang

domestik.

Akibatnya harga-harga meningkat secara berlipat karena struktur ekonomi

Indonesia didominasi impor, baik bahan baku maupun barang jadi. Di bidang jasa

keuanganpun demikian, dan tingkat suku bunga meroket sehingga pada

puncaknya pernah mencapai 90%. Dunia usaha macet, tingkat pengangguran

semakin besar, inflasi meninggi, pertumbuhan negatif dan seterusnya.

Banyak orang gusar mengapa sebuah perekonomian harus terpuruk hanya

karena nilai mata uang yang berubah. Sehingga di tengah krisis pernah ada usulan

untuk mengikat (peg) rupiah kepada beberapa mata uang asing, yang lazim

disebut CBS (Currency Board System). Namun karena sebelumnya Indonesia

telah menandatangani Letter of Intent dengan IMF, yang mensyaratkan

diantaranya bahwa Indonesia harus menganut sistem (rezim) devisa bebas, maka

ide tentang CBS tidak diterima. Padahal sistem itu sudah dipraktekkan oleh

negara lain yang pernah mengalami krisis, seperti Hongkong.

Orang juga ingat kembali bahwa dalam sejarah ekonomi, baru pada tahun

1990an inilah krisis mata uang muncul kembali setelah menimpa Amerika pada

tahun 1973. Kali ini negara-negara yang terkena adalah negara-negara selain

Amerika dan Eropa, terutama Asia. Sebelumnya ketika Bretton Wood Agreement

masih diikuti, di mana setiap mata uang harus dirujuk kepada emas, belum pernah

terjadi krisis seperti ini. Adalah Amerika di bawah Nixon yang kemudian

membatalkan perjanjian Bretton Wood tersebut pada tahun 1971 ketika dollar

Amerika semakin lemah dan ekonomi Amerika mengalami krisis. Sejak saat itu

dollar Amerika tidak lagi didasarkan kepada emas. Dengan demikian ekonomi

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

4

dunia secara praktis telah dikuasai oleh Amerika, mengingat mata uang rujukan

dunia saat ini adalah dollar Amerika, sedangkan mata uang tersebut sepenuhnya

diatur oleh pemerintah Amerika.

Menarik untuk diperhatikan bahwa selama mata uang dunia masih disandarkan

kepada emas, selama itu pula mata uang relatif stabil dan kemungkinan krisis

sangat kecil. Ancaman krisis hanya ada dari penyakit yang lain, yaitu bunga.

Tidak mengherankan karenanya jika dalam sejarah Islam tidak pernah terjadi

krisis semacam itu. Sebab, sejak zaman Nabi SAW sampai dengan Dinasti

Ustmaniyyah, yang jatuh pada tahun 1923, yang namanya uang adalah uang emas

atau perak. Uang kertas tidak dikenal sama sekali.

Karya ilmiah ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan sekitar mata uang

emas dan perak dilihat dari perspektif syariah Islam. Pertanyaan-pertanyaan yang

timbul adalah bagaimana hukumnya penggunaan emas dan perak sebagai mata

uang? Apakah sisi negatif maupun positif yang ditimbulkan dari penerapan sistem

mata uang emas dan perak? Bagaimana penetapan mata uang emas terhadap

valuta asing dan kaitannya dengan transaksi-transaksi luar negeri?

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

5

PEMBAHASAN

Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Konvensional

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam

ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas

bahwa uang adalah uang bukan capital (modal). Sedang uang dalam perspektif

ekonomi konvensional diartikan secara interchangeability/ bolak-balik, yaitu uang

sebagai uang dan sebagai capital bahkan dianggap sebagai barang komoditi.

Perbedaan lain adalah bahwa dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah suatu

yang bersifat flow concept dan capital adalah suatu yang bersifat stock concept.

Dalam Islam, capital is private goods, sedangkan money is public goods. Uang

yang ketika mengalir adalah public goods (flow concept), lalu mengendap

kedalam kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik

pribadi (private goods)2.

Konsep public goods belum dikenal dalam teori ekonomi sampai tahun 1980-

an. Baru setelah muncul ekonomi lingkaran, maka kita berbicara tentang

externalities, public goods, dan sebagainya. Dalam islam konsep ini sudah di

kenal, yaitu ketika Rosulillah bersabda “Manusia mempunyai hak bersama dalam

tiga hal: air, rumput, dan api” (HR Ahmad, abu Dawud dan Ibn Majah). Dengan

demikian, berserikat dalam hal public goods bukanlah hal yang baru dalam

ekonomi islam, bahkan konsep ini sudah terimplementasi, baik dalam bentuk

musyarakah, muzara’ah, musaqah, dan lain-lainnya.

Menurut teori ekonomi konvensional, uang dapat dilihat dari sisi hukum dan

sisi fungsi3. Secara hukum uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-

undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika ada

aturan atau hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagi

alat tukar. Sementara secara fungsi, yang dikatakan uang adalah segala sesuatu

2 Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hal 77 3 Muhammad, Kebijakan Fiscal dan Moneter dalam Ekonomi Islam (Jakarta:Salemba 4, 2002),

hal 32

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

6

yang menjalankan fungsi sebagai uang, yaitu dapat dijadikan sebagai alat tukar

menukar (medium of exchange) dan penyimpan nilai (store of value). Ini adalah

pendapat irving fisher dan Cambridge. Sementara Keynes mengatakan, uang

berfungsi sebagai alat untuk transaksi, spekulasi dan jaga-jaga.

Di dalam ekonomi ini juga, uang dipandang sebagai sesuatu yang sangat

berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu. Konsep ini disebut

time value of money . adalah nilai waktu dari uang bisa bertambah dan berkurang

sebagai akibat perjalanan waktu. Dengan memegang uang orang dapat dihadapkan

pada resiko menurunnya daya beli dan kekayaan sebagai akibat inflasi. Sedangkan

memilih menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik akan memperoleh

bunga yang diperkirakan di atas inflasi yang terjadi. Dengan demikian, nilai uang

saat sekarang - nilai substitusinya terhadap barang akan lebih tinggi dibandingkan

nilai dimasa yang akan datang.

Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional kapitalisme, islam

membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang

bukanlah barang dagangan. Mengapa uang berfungsi? Uang menjadi berguna

hanya jika ditukar dengan barang yang nyata atau digunakan untuk membeli jasa.

Oleh karena itu, uang tidak bisa di jual dan dibeli secara kredit. Orang perlu

memahami kebijakan Rasulullah SAW, bahwa tidak hanya mengumumkan bunga

atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang pertukran uang

dan beberapa benda bernilai lainnya untuk pertukaran yang tidak sama jumlahnya,

serta menunda pembayaran jika barang dagangan atau mata uangnya adalah sama.

Efeknya adalah mencegah bunga yang masuk ke sistem ekonomi melalui cara

yang tidak diketahui. Jika uang adalah flow concept maka modal adalah stock

concept.

Di dalam ekonomi islam, konsep time value of money tentunya tidak akan

terjadi. Untuk menganalisa ini, ada ajaran kuat dalam islam, yaitu terdapat di

dalam QS.Al Ashr:1-3 yang berbunyi:

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

7

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dari surah Al-Ashr ini menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah

sama kuantitasnya, yaitu 24 jam/hari, 7 hari/minggu. Namun nilai dari waktu itu

akan berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Perbedaan nilai waktu

tersebut adalah tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu.

Semakin efektif dan efisien, maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan

efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang

melaksakannya. Oleh karena itu, siapapun pelakunya tanpa memandang suku,

agama dan ras, secara sunatullah ia akan mendaptkan keuntungan di dunia. Di

dalam islam keuntungan bukan saja di dunia, namun yang dicari adalah

keuntungan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu bukan saja

harus efisien dan efektif, namun juga harus didasari keimanan.

Kerancuan Konsep Uang dalam Pemikiran Konvensional

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pemikiran ekonom konvensional

tentang uang beragam. Fisher menyatakan bahwa permintaan uang (money

demand) adalah fungsi dari income, sedangkan interest tidak ada hubungannya

dengan permintaan uang. Sementara itu, para ekonom Cambridge menyatakan

bahwa uang sebagai medium of exchange dan store value dan tidak meniadakan

efek dari interest rate.

Selain berpendapat bahwa uang adalah stock consept sehingga uang adalah

salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store fo wealth), Marshall-Pigou juga

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

8

menyatakan bahwa manusia mempunyai indivudal choice, yaitu bagaimana dia

menentukan dan bagaimana memegang dan memelihara asetnya, apakah sebagian

di bonds, di stock, atau di money, dan sebagainya. Dalam teori moneter

konvensional, Marshall-Pigou dijabarkan oleh Keynes yang mengatakan bahwa

individual choice seseorang itu dipengaruhi oleh tiga motif, yaitu money demand

for transaction, money demand for precautionary dan money demand for

speculation.

Bagi Keynes, money demands for transaction ditentukan oleh tingkat

pendapatan; money demand for precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan;

dan money for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.4

Sebenarnya, ada beberapa kekeliruan yang dibuat oleh Keynes, salah satunya

yang juga diprotes oleh muridnya sendiri, Tobin-Boumol, masing-masing pada

tahun 1953 dan 1956. Jika kita pelajari dari buku Keynes, secara impisit, ada

perfect subtitution antara money dan non-monetary asset. Kita lihat modelnya,

secara implisit dia mengatakan bahwa adanya perfect subtitution antara money,

bonds, dan capital misalnya dalam teori konvensional dan yang disebut problem

of aggregation, di mana diketahui ada lima pasar, yaitu:

1. Consumer Goods

2. Labor Sevices

3. Production (capital) Goods

4. Bonds

5. Money

Semua ini akan berhadapan dengan:

1. Price

2. Wages

3. Interest

4 Adiwarman A Karim, Op.Cit., hal 89.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

9

Sistem Uang Emas

Negara akan mempraktikan sistem uang emas, apabila negara tersebut

mempergunakan mata uang emas dalam melakukan transaksinya ke dalam dan

luar negeri, atau apabila di dalam negeri negara tersebut mempergunakan mata

uang kertas yang bisa ditukarkan menjadi emas.5 Namun adakalanya

dipergunakan di luar negeri maupun melakukan pembayaran ke luar negeri, atau

hanya untuk melakukan pembayaran ke luar negeri. Hanya saja, pertukarannya

mempergunakan kurs6 tetap. Artinya, satuan uang kertas tersebut harus bisa

ditukar menjadi barang tertentu, yang berupa emas atau sebaliknya, dengan kurs

tertentu pula. Maka secara pasti, dalam kondisi semacam ini mata uang dalam

suatu negara terkait erat dalam nilai emas. Apabila nilai emas (yang terkait dengan

barang-barang lain) naik, maka nilai mata uang tersebut akan naik. Apa bila nilai

emas (yang terkait dengan barang lain) tersebut menurun, maka nilai mata uang

tersebut akan menurun.

Uang, dengan standar emas (gold standard) memiliki beberapa sifat khusus,

dimana satuan uangnya terkait dengan emas dengan persamaan tertentu, yakni

satuan tersebut secara teratur terbuat dari berat emas tertentu. Sedangkan

mengimpor dan mengekspor emas, dapat dilakukan secara bebas, dimana orang-

orang boleh mendapatkan uang, atau batangan, atau berat emas, lalu

mengeluarkannya dengan bebas.

Di samping karena emas tersebut bisa ditukarkan dengan bebas antarnegara

yang berbeda, sehingga tiap orang bisa memilih antara membeli uang asing

dengan mengirimkan emas. Hanya biasanya orang akan memilih sistem yang

paling minimum biayanya. Selama harga emas ditambah dengan biaya

pengirimiannya lebih besar dari pada harga uang asing di pasar, maka pengiriman

uang asing itulah yang lebih baik. Namun, bila harga pertukaran tadi melampaui

5 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam

(Surabaya:Risalah Gusti, 1996), Hal 302

6 Nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang negara yang lain

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

10

harga nominalnya, maka lebih baik mengambil emas daripada melakukan

pertukaran dan pengiriman tersebut.7

Sistem Uang Perak

Yang dimaksud dengan sistem uang perak, atau standar perak (silver standard)

adalah, bahwa peraklah yang menjadi standar satuan uang, di mana logamnya bisa

dinikmati dengan adanya kebebasan bentuk, serta mampu dilebur tanpa batas.

Sistem ini telah dikenal sejak zaman dahulu, sehingga di dalam negara islam

sistem ini telah berjalan seiring dengan sistem uang emas. Sementara di beberapa

negara, sistem tersebut telah menjadi satu-satunya sistem uang utamanya. Bahkan

sistem uang perak tetap dipakai di Indo-China hingga tahun 1930, di mana pada

tahun yang sama qirsy8 emas telah diganti dengan qirsy perak.

Sistem uang perak ini sama seperti sistem uang emas, dalam bentuk rinciannya.

Oleh karena itu, sangat mudah menggabungkan antara sistem uang emas dengan

perak tersebut dalam satu negara. Di mana, negara islam sejak hjirahnya

Rasulullah saw telah mengambil moneter seharusnya tetap berpijak pada standar

emas dan perak tersebut yang secara hakiki dipergunakan dalam pertukaran,

maupun dalam pertukarannya mempergunakan uang kertas, dengan cadangan

emas dan perak, di tempat-tempat tertentu.

Sistem Uang Fiat

Saat ini hampir semua transaksi perdagangan baik lokal sampai tingkat

internasional di lakukan dengan menggunakan fiat money9. Mata uang ini

mengemuka karena fleksibilitas dan kepraktisannya. Selain itu, fiat money juga

membuka peluang bagi suatu negara untuk menyusun anggaran defisit yang di

7 Taqyuddin An-Nabhani, Op.Cit., hal 303. 8 Qirsy adalah jenis mata uang yang dipergunakan di Indo-China ketika itu. 9 Fiat Money bisa didefinisikan sebagai uang kertas yang secara legal diakui pemerintah

melalui dekrit sebagai uang resmi, tetapi tidak disokong dengan logam mulia seperti emas dan perak.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

11

antaranya dibiayai dari penciptaan uang yang tak perlu didukung dengan

kepemilikan logam berharga.10

Dalam perdagangan internasional tidak semua jenis fiat money beroleh

legitimasi dan dipergunakan secara luas. Negara berkembang misalnya, jarang

yang menggunakan fiat money lokal untuk urusan transaksi internasional karena

mata uang mereka dianggap volatile11

Fiat money atau uang kertas ini terbagi menjadi tiga jenis12:

1. Uang kertas subtitusi, yaitu uang kertas yang mencerminkan kadar jumlah

emas dan perak dalam bentuk uang atau batangan, yang disimpan di tempat

tertentu, yang memiliki nilai logam sama dengan nilai nominal yang dimiliki

oleh uang kertas tersebut, dan bisa ditukarkan sesuai dengan permintaan.

Dalam kondisi semacam ini, pertukaran tersebut berpijak pada uang logam

(specie). Apa saja yang menjadi pengganti, karena bisa saling ditukarkan, maka

uang kertas tersebut bisa menggantikan kedudukannya sebagai subtitusinya.

2. Uang kertas yang dijamin (representative money), yaitu uang kertas yang

disepakati oleh penandatangannya untuk membayar mata uang logam tertentu

kepada pembawanya. Sedangkan nilai tukar (exchange value)-nya sangat

bergantung kepada terjaganya kredibilitas dan kemampuan penandatangan

untuk memenuhi janjinya. Apabila kertas tersebut sangat mudah dipergunakan

dalam pertukaran, sebagaimana uang logam. Bentuk uang ini yang paling

utama adalah uang kertas bank (bank note) yang dikeluarkan oleh bank yang

sudah dikenal dan terpercaya di mata khalayak.

Hanya saja, uang kertas bank (bank note) atau uang kertas yang terjamin

(representative money) ini sumbernya-baik bank maupun pemerintah- tidak

dapat menyimpan kadar emas tertentu yang nilainya sama persis, sabagaimana

terdapat pada uang kertas bank (bank note). Namun sumber yang

mengeluarkan uang kertas bank (bank note) tersebut biasanya menyimpan di

10 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan,(Jakarta:

Senayan Abadi Publishing, 2007), Hal 32 11 Volatile dalam tulisan ini selanjutnya disejajarkan dengan tidak stabil, rentan fluktuasi, atau

nilainya mudah naik turun secara relatif dibandingkan dengan mata uang lainnya. 12 Taqyuddin An-Nabhani, Op.Cit., hal 309.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

12

dalam kasnya dalam jangka waktu biasa dengan cadangan logam sebagai

jaminan uang kertasnya menurut nilai tertentu. Boleh jadi 3:4, 2:3, 1:3, atau

menurut kedudukan tertentu. Oleh karena itu, kadar nilai uang kertas bank

yang mempunyai penjamin dalam bentuk cadangan logam, yang nilainya sama

persis tersebut bisa dianggap sebagai uang kertas subtitusi, sedangkan sisa

kadar nilai yang tidak mempunyai penjamin berupa cadangan logam tersebut

uang kertas bank. Di mana kemampuan pertukarannya harus dikembalikan

kepada kepercayaan khalayak pada penandatangannya.

Atas dasar inilah, negara yang menjadikan niali emas dan perak sama persis

dengan nilai mata uang kertas yang dikeluarkannya, maka uangnya disebut

dengan uang kertas subtitusi dan uang sempurna. Adapun negara yang

menjadikan nilai logam emas dan perak tidak sama dengan nilai uang kertas

secara sempurna, namun hanya sebagian nilainya yang sama, maka uangnya

disebut dengan uang kertas yang dijamin (representative money).

3. Uang kertas yang tidak dapat ditukarkan dengan logam murni (unconvertible

paper money), yang juga disebut dengan flat money. Uang tersebut juga disebut

dengan uang kertas atau (paper money). Di mana, uang tersebut merupakan

kertas uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan pemerintah menjadikan

kertas uang tersebut sebagai uang utama, namun kertas uang tersebut tidak

dapat ditukarkan dengan emas dan perak, dan tidak dijamin dengan cadangan

emas dan perak, atau disebut uang kertas bank (bank note). Namun, untuk

kepentingan tersebut dikeluarkanlah undang-undang yang bisa melindungi

bank yang mengeluarkannya, sehingga dapat memaksa terjadinya pertukaran

dengan emas dan perak.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

13

Ayat Al Quran dan Hadist yang menyebutkan Uang Dinar dan Dirham

QS. At-Taubah ayat 34

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.

QS. Al Kahfi ayat 19

Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

14

kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.

QS. Yusuf ayat 20

Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.13

QS. Ali Imran ayat 75

Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-orang ummi.14 mereka berkata Dusta terhadap Allah, Padahal mereka mengetahui.

13

Hati mereka tidak tertarik kepada Yusuf karena Dia anak temuan dalam perjalanan. Jadi mereka kuatir kalau-kalau pemiliknya datang mengambilnya. oleh karena itu mereka tergesa-gesa menjualnya Sekalipun dangan harga yang murah.

14 Yang mereka maksud dengan orang-orang Ummi dalam ayat ini adalah orang Arab.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

15

Rasulullah SAW bersabda (HR. Muslim)

”Dinar dengan dinar, tidak ada kelebihan antara keduanya (jika dipertukarkan);

dan Dirham dengan Dirham dan tidak ada kelebihan diantara keduanya (jika

dipertukarkan).”

Rasulullah SAW bersabda (HR. Muslim)

”Uang logam perak jumlahnya di bawah lima auqiyah tidak ada kewajiban zakat

atasnya.”

Keuntungan Sistem Uang Emas

Keuntungan sistem uang emas jika dibandingkan dengan sistem uang kertas

maupun sistem-sistem yang lain adalah, adalah secara pasti uang emas bersifat

internasional. Di mana keuntungan semacam ini tidak dimiliki oleh sistem-sistem

uang lain.

Dunia secara keseluruhan telah mempraktikan sistem uang emas dan perak,

sejak ditemukannya uang hingga Perang Dunia I. Yang ketika itu belum dikenal

sistem yang lain selain kedua sistem mata uang tersebut. Akan tetapi, ketika para

imperialis membuat tipu daya melalui imperialiasasi ekonomi15 dan kekayaan,

maka mereka mempergunakan uang sebagai salah satu sarana imperialisasi.

Mereka kemudian merubah sistem uang emas emas tersebut ke dalam sistem uang

lain. Mereka menganggap tabungan bank dan flat money, yang disandarkan

kepada emas atau perak itu merupakan nilai banyaknya uang. Begitu pula mereka

menganggap emas dan perak sebagai nilai banyaknya uang.

Dari sinilah, maka diperlukan penjelasan tentang manfaat sistem uang emas.

Dan di antara manfaat yang paling penting adalah sebagai berikut16:

1. Sistem uang emas akan mengakibatkan kebebasan pertukaran emas,

mengimpor dan mengekspornya, yakni masalah yang menentukan peranan

kekuatan uang, kekayaan dan perekonomian. Dalam kondisi semacam ini,

15 Imperialisasi di sini maksudnya, upaya dominasi ekonomi yang dilakukan bangsa luar untuk

berusaha menghapuskan sistem mata uang emas yang sudah diberlakukan sebelumnya. 16

Taqyuddin An-Nabhani, Op.Cit., hal 304.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

16

aktivitas pertukaran mata uang tidak akan terjadi karena adanya tekanan dari

luar negeri sehingga bisa mempengaruhi harga-harga barang dan gaji para

pekerja.

2. Sistem uang emas, juga berarti tetapnya kurs pertukaran mata uang

antarnegara. Karena tetapnya kurs pertukaran mata uang tersebut, maka akan

menyebabkan meningkatnya perdagangan internasional. Sebab, para pelaku

bisnis dalam perdagangan luar negeri tidak takut bersaing. Karena kurs

uangnya tetap, maka mereka tidak khawatir dalam mengembangkan bisnisnya.

3. Dalam sistem uang emas, bank-bank pusat dan pemerintah, tidak mungkin

memperluas peredaran kertas uang, karena secara umum kertas uang tersebut

bisa ditukarkan menjadi emas dengan harga tertentu. Sebab, pemerintah-

pemerintah tertentu khawatir jika memperluas peredaran kertas tersebut, justru

akan menambah jumlah permintaan akan emas, sementara pemerintah

sementara pemerintah tidak sanggup menghadapi permintaan tersebut. Oleh

karena itu, untuk melindungi kertas uang yang dikeluarkan serta sikap hati-hati

pemerintah terhadap emas, pemerintah tersebut akan melakukan penimbunan

(uang emas).

4. Tiap mata uang yang dipergunakan di dunia, selalu dibatasi dengan standar

tertentu yang berupa emas. Dan pada saat itu pengiriman barang, kekayaan dan

orang dari satu negara ke negara lain, menjadi sedemikian mudah. Sehingga

masalah potongan serta kelangkaan uang bisa dihilangkan.

5. Tiap negara akan menjaga kekayaan emas, sehingga tidak akan terjadi pelarian

emas dari suatu negara ke negara lain. Dan negara pun tidak akan memerlukan

kontrol sekecil-kecilnya untuk melindungi kekayaannya. Sebab, kekayaan

tersebut tidak akan ditransfer dari negara tersebut kecuali karena adanya alasan

yang sah menurut syara’, yakni adakalanya untuk membayar barang atau gaji

para pekerja.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

17

Kontroversi Penggunaan Uang Emas dan Perak17

1. Jumlah Emas yang Kurang?

Ada yang menyatakan bahwa jumlah emas yang pernah ditambang dan

diproduksi hanya 142 metrik ton atau senilai 4,5 trilyun US$ (jika harga emas

per kg = 32.500 US$). Menurut mereka jumlah itu kurang. Padahal jika dibagi

untuk 7 milyar manusia, maka tiap manusia mendapat sekitar Rp. 5,85 juta atau

20 gram emas. Tiap keluarga (suami-istri+2 anak) berarti punya Rp. 23,5 juta.

Itu baru dari emas. Belum dari uang perak dan tembaga. Karena Islam tidak

hanya memakai emas. Tapi juga perak (Dirham) dan tembaga (Fulus) untuk

mata uangnya. Jika digabung dengan uang perak dan tembaga, tiap keluarga

bisa memiliki uang senilai Rp. 70 juta. Itu sudah jauh dari mencukupi

mengingat dalam Islam uang itu berfungsi sebagai alat tukar/jual-beli. Bukan

untuk disimpan. Stabilitas uang Dinar dan Perak sebagaimana ditunjukkan di

atas, berdasarkan hukum Supply and Demand menunjukkan bahwa jumlahnya

stabil/sesuai pertumbuhan jumlah penduduk. Tidak kurang. Tidak juga

berlebih.

2. Membawa Uang Emas Repot dan Berat?

Ada yang bilang kalau bawa uang emas repot dan berat. Memang berapa

banyak uang yang dia bawa? Sebagai contoh, berat uang kertas sekitar 1 gram.

Jadi dengan membawa 1 gram uang kertas, paling banyak Kita membawa Rp.

100.000. Sementara 1 gram emas itu harganya sekitar Rp. 450.000. Artinya

jika untuk membawa uang Rp. 100 juta Kita harus membawa 1 kg uang kertas

Rp. 100.000. Dengan membawa uang emas Kita cukup membawa 0,22 kg uang

emas saja. Tapi jarang ada orang yang mau membawa uang Rp. 100 juta di

dompetnya.

3. Emas dan Perak Tidak Cocok untuk Jadi Mata Uang?

Sebenarnya emas dan perak sudah dijadikan mata uang di berbagai dunia

selama ribuan tahun. Bahkan AS sendiri menggunakan emas sebagai jaminan

17 Dinar Emas & Dirham Perak Sebagai Solusi Islam Mengatasi Riba & Inflasi. http://23fx.blogspot.com/2011/08/dinar-emas-dirham-perak-sebagai-solusi.html (diakses tanggal 14 juni 2012 pukul 01.37)

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

18

uang kertas mereka hingga 40 tahun lalu. Saat Presiden AS Nixon mencabut

emas sebagai jaminan di bulan Agustus 1971, baru uang Dollar AS benar-benar

menjadi Fiat Money. Uang kertas yang tidak dijamin emas ataupun perak.

Nilainya ditentukan oleh para spekulan pasar. Jadi baru 40 tahun terakhir saja

dunia hidup dengan uang kertas Fiat Money.

Celakanya kaum Yahudi melalui keluarga Rothschild dan Rockefeller

memegang Bank Sentral AS The Fed, dan berbagai Bank Sentral di seluruh

dunia. Dengan cara itu, mereka bisa mencetak kertas yang tidak berharga

menjadi uang yang dianggap bernilai. Hanya mereka yang berhak mencetak

uang. Ada pun pihak lain, meski menggunakan tinta dan kertas yang sama atau

lebih mahal, tetap dianggap uang palsu dan merupakan kejahatan. Dengan

uang itu mereka membiayai kampanye para politikus/kandidat presiden

sehingga bisa jadi boneka mereka. Dengan uang itu mereka bisa membeli

berbagai perusahaan dan menguasai kekayaan alam di seluruh dunia.

4. Mata Uang Emas dan Perak Hanya Mata Uang Islam?

Sebetulnya mata uang emas dan perak dipakai di seluruh dunia di berbagai

zaman. Bukan hanya di kalangan Muslim. Sebagai contoh di Alkitab ditulis:

Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang

kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu,

berjalanlah !” (Kisah Para Rasul 3:6).

Pada beberapa versi lain, kata “Emas dan Perak” langsung diterjemahkan

sebagai uang atau uang emas dan uang perak. Di lagu “London Bridge is

Falling Down” juga ditulis “Gold and Silver I have none”. Jadi emas dan

perak yang merupakan logam mulia yang

berharga merupakan mata uang yang universal. Kekaisaran Romawi biasa

memakai emas, perak, dan perunggu sebagai mata uang mereka. Bahkan nama

uang Romawi, Denarius, mirip dengan nama uang Dinar.

5. Bagaimana dengan Negara yang Tidak Punya Tambang Emas atau Perak?

Ada orang yang menganggap penggunaan mata uang emas dan perak tidak

praktis bagi negara-negara yang tidak memiliki tambang emas dan perak. Ini

keliru. Buktinya negara-negara seperti Singapura dan Jepang yang nyaris tidak

memiliki tambang emas dan perak, mereka tetap punya banyak emas dan

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

19

perak. Wanita-wanita mereka tetap bisa mengenakan cincin dan kalung emas.

Ini karena mereka bisa menjual produk/jasa yang mereka miliki sehingga

mereka bisa mendapatkan emas dan perak.

Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdangan Internasional

Untuk menjadikan dinar sebagai mata uang global diperlukan berbagai langkah

dan strategi. Kehadiran dinar dalam sistem perdagangan dan moneter dunia

dimaksudkan untuk menggantikan uang fiat dan menjadikan alternatif bagi

negara-negara berkembang untuk menghindari dominasi perekonomian negara-

negara maju. Untuk menggantikan peran uang fiat dalam perekonomian

diperlukan beberapa penerapan dinar secara bertahap, langkah demi langkah

bukan dengan perubahan secara drastis. Salah satu langkah yang dilakukan dalam

penerapan dinar tersebut adalah dengan menjadikan dinar sebagai alat transaksi

perdagangan barang dan jasa internasional, baik perdagangan multilateral

maupun bilateral.18

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan dinar dalam

perdagangan internasional, antara lain:

1. Peran Dinar dalam Perdagangan

Penggunaan dinar tidak ditunjukan untuk menggantikan peran mata uang

domestik, tetapi hanya digunakan untuk pembayaran atas transaksi

perdagangan barang dan jasa luar negeri. Uang domestik tetap diperlukan

sebagai alat transaksi domestik. Dinar tidak diwujudkan dalam bentuk fisik,

tetapi diukur dalam ukuran harga emas. Jika satu dinar sama dengan satu ounce

emas dan satu ounce emas setara dengan $290, maka satu dinar sama dengan

$290. Emas tersebut bisa dihargakan dengan nilai mata uang negara lain yang

ditetapkan oleh kedua negara. Pembayaran tidak dilakukan dengan mentransfer

dinar dari satu negara ke negara lain, tetapi hanya dengan mentransfer

ekuivalen emasnya ke bank kustodian yang telah disepakati. Hal ini ditunjukan

untuk menghindari kesulitan untuk mentransfer emas dalam bentuk fisik serta

18 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam ,(Bandung:Alfabeta, 2010), Hal 77

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

20

memberikan kemudahan bagi negara yang tidak memiliki sumber daya emas

yang cukup.

2. Penggunaan Emas Dinar

Dinar tersebut akan digunakan dalam transaksi perdagangan multilateral dan

bilateral. Perdagangan multilateral melibatkan beberapa negara dalam transaksi

perdagangan seperti ekspor dan impor yang terjadi antara Malaysia dengan

Arab Saudi dan Indonesia. Sedangkan transaksi bilateral melibatkan dua negara

dalam perdagangan barang dan jasa, seperti perdagangan antara Indonesia

dengan Malaysia. Perdagangan bilateral tidak hanya terbatas pada negara yang

ada dalam satu regional, tetapi bisa juga dengan negara yang berada di luar

regionalnya, seperti perdagangan antara Indonesia dengan Australia atau

Indonesia dengan Amerika Serikat.

3. Peraturan tentang Penerapan Dinar dalam Perdagangan Internasional

Mengimplementasikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional

harus merujuk pada peraturan dan undang-undang yang membolehkan dinar

yang terbuat dari emas bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Setidaknya,

ada tiga atura (legal issues) yang berkenaan dengan menggunakan dinar dalam

perdagangan internasional, yaitu19:

a. Internasional Legal Implements

Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan penerapan dinar dalam

perdagangan internasional dalam Articles of Agreement of the

Internasional Monetary Fund. Pada tahun 1945 salah satu aturan yang

ditetapkan IMF adalah sistem par value yang mengharuskan negara-negara

anggota mengkonversikan mata uang mereka seperti dolar yang di-peg

kepada emas sebesar 1/35 per ons emas. Setelah sistem par value berakhir

pada tahun 1971, negara anggota mengadopsi aturan yang dibuat IMF

pada tahun 1976 the Second Amandement to the Article of Agreement yang

baru efektif digunakan pada tahun 1978 hingga saat ini. Dalam aturan

tersebut negara anggota dibolehkan untuk mengkonversikan mata uangnya

terhadap mata uang lain selain emas. Beberapa negara ada yang

19 Ibid,. Hal 78

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

21

mengkonversikan mata uangnya dengan Special Drawing Rate (SDR)

yang dibuat IMF. Sebagian lainnya ada yang membiarkan mata uangnya

mengambang berdasarkan permintaan dan penawaran internasional.

Walaupun setiap negara bebas menentukan mata uang yang menjadi

standar nilai tukarnya, setiap negara dilarang melakukan manipulasi nilai

tukar atau moneter internasional yang ditujukan untuk mengambil

keuntungan dari persaingan yang tidak fair dengan negara lain. Setiap

negara diharuskan untuk berkolaborasi dengan pendanaan dan pembiayaan

dari IMF untuk mempromosikan stabilitas nilai tukar dan menghindari

perubahan persaingan nilai tukar. Negara yang membiarkan mata uangnya

mengambang bebas diharuskan melakukan intervensi nilai tukarnya untuk

mengatasi perubahan nilai tukar yang tajam dan fluktuasi nilai tukar.

Berdasarkan Articles IV the Obligations Regarding Exchange

Arrangements berisikan tentang nilai tukar hanya dikonversikan kepada

SDR atau kepada mata uang negara lain selain emas. Sekilas, aturan

tersebut terlihat melarang dan membatasi penggunaan emas sebagai

sebuah perjanjian nilai tukar (exchange arrangements). Tetapi dinar yang

akan digunakan dalam perdagangan internasional bukan uang sebuah

negara yang ditopang dengan emas (backed by gold). Kehadiran dinar

dalam perdagangan internasional tidak ditujukan untuk menjadikan dinar

sebagai mata uang sehari-hari semua negara, tetapi hanya digunakan untuk

menjadi alat transaksi perdagangan bilateral. Pembayaran dengan dinar

dilakukan dengan mentransfer ekuivalen dinar ke account negara peserta

yang ada di bank kustodian. Dalam aturan yang sama dengan Article IV

dinyatakan bahwa kondisi ekonomi internasional tertentu, mengizinkan

sebuah negara untuk memperkenalkan sistem perjanjian nilai tukar yang

berdasarkan atas stabilitas.

b. Financial Infrastructure

Lembaga keuangan adalah salah satu faktor yang akan menyukseskan

implementasi dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional.

Lembaga keuangan seperti perbankan harus siap dengan beberapa aturan

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

22

yang mendukung penggunaan dinar dan menyesuaikan sistem

operasionalnya. Untuk mewujudkan itu, diperlukan peran dan aturan yang

mendukung industri perbankan untuk berperan dalam perdagangan

bilateral. Dalam hal ini, bank sentral selaku otoritas moneter akan menjadi

lembaga yang mengawasi dan mengatur mekanisme sistem perbankan

internasional.

c. Dispute Settlement

Untuk menghindari perselisihan perdagangan, maka diperlukan sebuah

mekanisme penyelesaian (dispute settlement) yang bisa mengatasi

perselisihan dagang antar negara maupun sektor swasta. Saat ini aturan

tentang perselisihan telah ditetapkan oleh WTO yang dinamakan dengan

Dispute Settlement Mechanism. WTO telah mengeluarkan beberapa

persetujuan, seperti General Agreement on Tariffs and trade, General

Agreement on Trade in Service dan Agreement on Trade-Related Aspect of

Property Rights. Setiap dari aturan tersebut memiliki tiga tujuan utama

yaitu:

1. Untuk membantu perdagangan berjalan secara bebas;

2. Untuk mencapai liberalisasi dengan cara negosiasi; dan

3. Untuk mengatur perselisihan perdagangan (settling payment)

Proses penyelesaian perselisihan tersebut telah diatur dalam the

Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement on

Dispute (DSU). Di samping peraturan yang ditetapkan oleh WTO,

perdagangan secara bilateral juga membutuhkan lembaga-lembaga yang

membantu dalam penyelesaian masalah-masalah perdagangan seperti

lembaga mediasi, arbitrasi dan konsiliasi. Kehadiran lembaga tersebut

diharapkan bisa membantu kelancaran dan menyelasaikan setiap

permasalahan yang muncul dari perdagangan tersebut.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

23

Urgensi Penggunaan Dinar dan Dirham dalam Sistem Ekonomi

Penggunaan dinar maupun dirham merupakan suatu solusi atas perekonomian

dunia yang menggunakan uang fiat. Penggunaan uang fiat menimbulkan

ketidakstabilan perekonomian dunia, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan mata

uang yang stabil yaitu dinar ataupun dirham.20 Pada tahun 1250 M/ 648 H di

negara Mesir, dinar yang dijadikan sebagai dasar moneter pernah dipengaruhi oleh

penggunaan uang fulus yaitu uang campuran dari kuningan dan tembaga.

Penggunaan uang fulus dan ditambah oleh kondisi perekonomian yang buruk

telah menyebabkan harga yang tidak stabil. Untuk mengatasi hal tersebut Al-

Maqrizi (768-845 H) dalam bukunya Ighosatul Ummah bi Kasyfil Ghummah

menjelaskan kondisi tersebut secara terperinci serta memberikan jalan keluar bagi

kondisi perekonomian Mesir pada waktu itu. Di antara pemikiran Al-Maqrizi

tersebut adalah:

1. Hanya dinar dan dirham yang dapat digunakan sebagai uang

2. Menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money)

3. Membatasi uang fulus

Menurut Al-Maqrizi untuk mengatasi kondisi tersebut, dinar dan dirham harus

kembali digunakan dalam perdagangan barang dan jasa seperti pembayaran upah

para pekerja. Untuk mendukung penggunaan dinar dirham tersebut maka

pemerintah harus menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money)

serta membatasi penggunaan uang fulus hanya untuk transaksi dalam skala kecil

dan hanya untuk transaksi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan dinar

dan dirham digunakan untuk transaksi dalam skala besar seperti perdagangan luar

negeri dan transaksi domestik lainnya.

Ada beberapa alasan dari penggunaan mata uang dinar Islam dalam menuju

stabilitas sistem moneter, antara lain:

1. Uang yang stabil. Pebedaan uang dinar dengan uang fiat adalah kestabilan nilai

uang tersebut. Setiap mata uang dinar mengandung 4.25 gram emas 22 karat

dan tidak ada perbedaan ukuran emas yang dikandung dinar pada setiap negara,

20 Ibid,. Hal 80

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

24

tidak ada perbedaan nilai dinar yang digunakan di Irak dengan dinar yang

digunakan di negara Arab saudi. Uang dinar tidak mengalami inflasi semenjak

zaman Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wassallam hingga sekarang. Sebuah

penelitian telah dilakukan oleh professor Roy Jastram dari Berkeley University

dengan menulis buku tentang The Goldent Constant. Ia melakukan penelitian

harga emas terhadap beberapa komoditi untuk waktu 400 tahun hingga 1976.

hasil dari penelitiannya adalah bahwa harga emas adalah konstan dan stabil.

Sekalipun selama waktu tersebut telah terjadi krisis, perang, dan bencana alam

nilai emas relatif stabil (Vadillo, 2002).

2. Alat tukar yang tepat. Dengan adanya nilai yang stabil dan standar yang sama

di setiap negara, dinar akan memberikan kemudahan dan kelebihan bagi

masyarakat untuk melakukan transaksi domestik dan transaksi internasional

sekalipun. Dinar adalah mata uang yang berlaku secara sendirinya, berbeda

dengan fiat money sebagai legal tender yang membutuhkan pengesahan berupa

hukum oleh pemerintah yang mencetaknya. Uang dinar emas adalah uang

sudah dikenal selama berabad-abad, sehingga tidak diperlukan adanya proses

penghalalan dan pengesahan sebagai uang

3. Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi. Nilai dinar yang sama akan

mengurangi tingkat spekulasi dan arbitrasi di pasar valuta asing, karena

kemungkinan perbedaan nilai tukar akan sulit terjadi. Jika dinar sudah menjadi

“single currency” yang sama di setiap negara, maka tidak akan ada perbedaan

nilai dinar di setiap negara yang memberikan keuntungan yang besar kepada

para spekulator-spekulator tersebut.

4. Karena setiap transaksi Dinar dan dirham akan didasari oleh transaksi di sektor

riil, maka penggunaannya dapat mengiliminir penurunan ekonomi atau

economic downturn dan resesi.

5. Penggunaan Dinar dan Dirham dalam suatu negara akan mengiliminir risiko

mata uang yang dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan oleh

beberapa negara yang berpenduduk Islamnya mayoritas akan mendorong

terjadinya blok perdagangan Islam.

6. Penggunaan Dinar dan Dirham akan menciptakan sistem moneter yang adil

yang berjalan secara harmonis dengan sektor riil. Sektor riil yang tumbuh

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

25

bersamaan dengan perputaran uang Dinar dan Dirham, akan menjamin

ketersediaan kebutuhan masyarakat pada harga yang terjangkau.

7. Berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kesenjangan akan dengan

sendirinya menurun atau bahkan menghilang.

8. Kedaulatan negara akan terjaga melalui kesetabilan ekonomi yang tidak

terganggu oleh krisis moneter atau krisis mata uang yang menjadi pintu

masuknya kapitalis-kapitalis asing untuk menguasai perekonomian negara dan

akhirnya juga menguasai politik keamanan sampai kedaulatan negara.

9. Hanya uang emar (Dinar) dan perak (Dirham) yang bisa menjalankan fungsi

uang modern dengan sempurna yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange),

fungsi satuan pembukuan (unit of account) dan fungsi penyimpan nilai (store

of value).

Pada saat ini, peran uang fulus sudah digantikan oleh uang fiat yang digunakan

untuk semua transaksi perdagangan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Penggunaan dinar maupun dirham merupakan suatu solusi untuk mengatasi

berbagai dampak penggunaan perekonomian yang ditimbulkan oleh penggunaan

uang fiat dalam perekonomian dunia.

Dr. Ahmad Hasan dalam bukunya Al-Awraq an-Naqdiyyat fi al-Iqtishadi al-

Islamiy menjelaskan bahwa setelah berakhirnya perang dunia I, setiap negara

memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap perdagangan dunia

untuk menurunkan jumlah impor barang dan komoditi seperti pemberlakuan pajak

dan cukai. Setiap negara berusaha untuk mendorong peningkatan ekspor yang

kemudian menyebabkan perbedaan harga-harga di setiap negara.

Ketika perdagangan menggunakan emas, maka indeks harga akan

mempertahankan kesesuian, karena menggunakan sistem emas sangat berperan

penting untuk menjaga stabilitas harga di berbagai negara. Sebagai contoh,

terjadinya kerjasama dagang antara Suriah dengan Prancis dengan menggunakan

sistem emas. Suriah mengimpor komoditi dengan jumlah besar dari Prancis, hal

ini akan menyebabkan keluarnya emas dari Suria menuju Prancis dan persediaan

emas akan menipis di Suriah. Saat itu harga-harga akan mengalami penurunan di

Suriah. Ketika harga-harga komoditi komoditi di Suriah menurun, negara lain

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

26

akan melakukan impor dari Suriah dan saat itu pula emas-emas akan kembali

masuk dan menguat di Suriah. Tetapi, ketika perdagangan di dunia tidak lagi

berjalan dengan bebas, keberadaan uang emas akan digantikan dengan uang kertas

yang berakibat pada perbedaan indeks harga-harga.

Menurut Hafiz Majdi, Dodik Siswantoro dan J.A Brovosky (Stable and Just

Global Monetary System, 2002), penggunaan dinar yang dilakukan oleh kedua

negara dalam perdagangan bilateral akan menyebabkan penyesuaian otomatis

terhadap neraca pembayaran (balance of payment) ke dua negara. Contoh

sederhananya adalah ketika salah sati negara mekespor barang ke negara lainnya,

maka negara tersebut akan memiliki lebih banyak dinar emas dan jumlah barang

yang lebih sedikit. Hal ini akan menyebabkan terangkatnya harga barang karena

adanya ekspor dan dengan tingkat harga yang lebih tinggi serta melakukan

penyesuaian otomatis terhadap perbedaan pada neraca pembayaran. Dampak

implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional diproyeksikan akan

mendatangkan banyak manfaat.

Pertama, mengurangi dampak voltalitas yang disebabkan oleh fluktuasi mata

uang. Kedua, trader tidak perlu melakukan hedging. Ketiga, transaksi semakin

efisien karena semakin banyak negara yang bergabung, hanya diperlukan gold

dinar yang relatif kecil untuk volume perdagangan yang difasilitasi. Keempat,

gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common currency) yang

berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi. Kelima, keuntungan politis di

mana para pendukung gold dinar akan menjadi blok yang solid yang diperhatikan

kiprahnya.21

Peluang Bersanding dengan Dolar

Menurut Dr. Mahatir Muhammad solusi yang mudah untuk keluar dari krisis

moneter adalah dengan meniggalkan kebijakan IMF dan mulai mandiri dengan

kebijakan sendiri. Meniggalkan IMF untuk menjadi sukses ternyata telah

dibuktikan oleh Korea Selatan dan Thailand. Bagaimana halnya dengan

21

M. Luthfi Hamidi, Op.Cit., Hal 102-103

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

27

Indonesia? Ternyata hal ini tidak cukup berhasil pada kenyataannya kontrak kerja

sama dengan IMF yang habis 2001 lalu justru diperpanjang.

Untuk keluar dari krisis perlu mandiri dengan kebijakan sendiri, dalam hal lain

dalam mencegah krisis diperlukan pengembalian sistem keungan dengan kembali

menggunakan mata uang emas untuk alat pembayaran.

Krisis moneter yang menghantam kawasan Asia Tenggara pada pertengahan

1997 memang menjadi tonggak peringatan betapa tak berdayanya negara dan

betapa jumuwanya para spekulan. Tak heran bila dalam pidato-pidatonya saat itu,

Mahatir lantang menuding para spekulan-khususnya George Soros-yang bak

malaikat maut memainkan stabilitas mata uang negara tertentu dari jauh.

Mata uang kertas yang tidak mempunyai nilai intrinsik sehingga nilai tukarnya

menjadi subjek manipulasi seperti yang kita saksikan selam krisis keuangan di

Asia, papar Mahatir pada saat membuka konferensi mengenai Islam di Kuala

Lumpur. Orang yang membawa Malaysia sebagai negara yang diperhatikan kelas

ekonominya ini seterusnya membandingkan betapa lemahnya uang kertas yang

saat ini dipakai bila dibandingkan dengan uang emas. Dinar mempunyai nilai

yang jelas berdasarkan kebutuhan dunia akan emas. Artinya, ia tidak perlu dijamin

oleh bank sentral manapun, karena dinar menjaminnya sendiri sebagai barang

berharga. Selain itu, emas juga memiliki harga yang relatif stabil dan karenanya

tidak seperti mata uang kertas yang fluktuatif dibandingkan satu sama lainnya.

Mahatir yang pada saat itu merangkap sebagai menteri keuangan menyebutkan,

penggunaan dinar untuk perdagangan internasional banyak menjanjikan

keuntungan. Selain risiko spekulasinya nihil, juga ongkos usaha akan dapat

dikurangi sebagai akibat batasa-batasan tertentu lenyap yang pada gilirannya akan

memacu perdagangan. “Perdagangan tidak perlu dibayar dengan dinar

sesungguhnya. Namun impor dan ekspor pasangan negara yang melakukan

perdagangan dapat diseimbangkan dan bedanya hanyalah pembayaran dilakukan

dengan dinar.”22

22 M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2003), Hal 367

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

28

Saatnya Kembali ke Emas

Membincangkan peluang emas kembali berjaya sebagai mata uang

internasional atau kembali berjaya sebagai mata uang kertas yang sepenuhnya

(100 persen) didukung dengan cara emas mungkin kedengaran aneh bagi banyak

audiens. Begitulah yang pernah disampaikan peraih Nobel ekonomi Robert

Mundell. Dalam sebuah kuliah di St. Vincent College, Pennsylviana,1997,

Mundell memprediksi peluang emas untuk kembali memperoleh perhatian dunia

bila reformasi moneter terjadi amat tipis, tanpa keterlibatan Amerika. Sebaliknya,

dia meramalkan, mata uang Eropa (yang sekarang tergabung dalam Euro) akan

duduk berdampingan dengan dollar.

Namun demikian, Mundell melihat emas sebagai satu-satunya komoditi yang

amat berperan dalam sistem moneter internasional. Hanya peran emas

dimarginalkan oleh konspirasi internasional dengan berbagai cara termasuk

menciptakan aset lain seperti Special Drawing Rate (SDR) yang diciptakan IMF

pada tahun 1968. Seperti dollar, SDR sebelumnyadidukung dengan emas, namun

lambat laun setelah harga emas melesat naik pada tahun 1970-an, garansi emasnya

dicabut. Meskipun upaya banalisasi emas terus dilakukan, tegas Mundell, tetap

saja emas disimpan publik sebagai aset investasi, demikian juga oleh bank-bank

sentral.

Akibat dari marginalisasi emas dalam sistem moneter, dunia memasuki era

baru apa yang disebut Mundell sebagai a regime of permanent inflation. IMF

yang semula diplot untuk menjadi pengatur moneter internasional, dalam

praktiknya tak lebih sebagai konsultan ad hoc bagi kebijakan makro ekonomi dan

pengawas utang. Alih-alih memberikan resep stabilitas moneter bagi kliennya,

IMF malah memperburuk situasi. Kebanyakan negara yang ditangani IMF tidak

bisa kembali tegak sebagaiamana sebelum diterpa krisis, kecuali satu dua kasus.

Peluang emas untuk kembali menjadi acuan moneter internasional sangat besar

dari sisi fundamental (ekonomi), tetapi agak sulit dari sudut pandang politik. Itu

bisa dilihat dari kuatnya konspirasi internasional untuk menyingkirkan pengaruh

emas. Banalisasi (penyingkiran) emas dari arena terhormat itu tak lepas dari

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

29

kokohnya Amerika sebagai superpower dunia. Setiap negara superpower

berpeluang menjadi mata uangnya juga mata uang dunia.23

Sejarah mencatat Dinarius yang dicetak oleh kerajaan Romawi sampai beredar

dan dipergunakan sebagai alat transaksi di Jazirah Arab, bahkan di masa

Rasulullah saw karena saat itu imperium Romawi menjadi adi kuasa dunia.

Poundsterling Inggris juga mendominasi di abad ke-19 di saat Inggris menduduki

predikat yang sama.

Berbeda dengan negara-negara lainnya, Romawi dan Inggris Raya adalah

contoh sembuah imperium. Normalnya, sebuah negara mendapat pendanaannya

dengan memungut pajak dari rakyatnya. Nmaun bagi negara yang memiliki

imperium, mereka memungut pajak dari negara lainnya.

Namun, untuk pertama kalinya, Amerika Serikat dalam abad ke-20 memajaki

negara-negara lain dunia secara tidak langsung, melalui beban inflasi penciptaan

mata uang dolar yang tidak di-backed dengan logam berharga. Mata uang dolar

yang terdistribusi secara luas menempatkan Amerika pada tempat istimewa.

Negara-negara lain harus berkeringat menyerahkan hasil buminya dari minyak,

tuna, rotan, kayu, emas, tembaga, sementara sang superpower cukup

menukarkannya dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tidak

memiliki nilai intrinsik apa-apa. Risiko terjadi inflasi dari penciptaan dolar yang

berlebihan dengan cerdik dialihkan kepada 60% lebih penduduk bumi yang

menggunakan uang ini.

Dalam konteks ini, kekohan Amerika berikut mata uang dolarnya, bisa

dijelaskna Mundell dengan mengadopsi teori gravitasi newtonia. Ketika suatu

negara menjadi superpower dunia, kedudukanny tak ubahnya matahari dalam tata

surya. Dia akan menjadi pusat kekuasaan, sekaligus pusat moneter internasional.

Sementara negara-negara lain tak lebih dari sekadar planet-planet yang

mengorbit. Namun, apabila salah satu planet itu di kemudian hari bertambah besar

dan besar karena suatu hal, bahkan melebihi matahari, maka beralihlah planet itu

menjadi pusat gravitasi, menjadi pusat kekuatan baru, dan rezim moneter baru pun

23 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan ,

(Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2007), Hal 149

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

30

tercipta. Demikian pula yang terjadi kenapa era poundsterling berakhir dan

bergeser ke dolar, ketika Amerika mengambil alih peran superpower dari tangan

Inggris.

Setelah itu, masing-masing superpower terus berusaha keras untuk

mempertahankan moneter dunia dalam pola permainannya. Setiap upaya

menggoyangkan statusnya dengan mengatasnamakan reformasi moneter, pasti

ditolaknya. Mundell mencontohkan penolakan Inggris pada 1870-an ketika

Amerika dan Prancis mengusulkan kembali kepada bimetal (logam berharga).

Kini kalau ada upaya yang sama untuk mengkampayekan penggunaan gold dinar,

misalnya, siapa yang pertama bakal menolak? Sudah pasti Amerika yang berdiri

di deretan terdepan.

Dengan mempertahankan dolar memimpin dalam share keuangan global, AS

mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Mereka mendapatkan free lunch yang

mustahil mereka lepas. Seignorage penciptaan doral menjadi keuntungan bagi AS

mendulang pembiayaan bagi kepentingan ekonominya. Memberi peluang emas

masuk menggeser dolar, berarti akan memangkan free lunch yang sudah begitu

lama dinikmati.

Apakah dengan demikian peluang emas, seperti yang diisyaratkan Mundell itu,

sama sekali tertutup mungkin tidak. Dengan logika gravitasi newtonia tadi, hanya

ada satu superpower yang akan eksis menjadi pusat tata surya. Bagaimana bila

kemudian ada satu atau bahkan lebih planet yang tiba-tiba menjadi besar dengan

besaran yang relatif sama dengan matahari? Tentu ini akan mengacaukan sang

superpower lama.

Saat ini euro telah menjadi pesaing potensial dolar. Meski komposisinya

terhadap total jumlah cadangan devisa internasional masih di bawah dolar, tetapi

sacara fundamental ekonomi, kata Mundell, kekuatan mereka yang bergabung

dalam euro, 10-15% lebih besar dari AS. Jadi ini Cuma persoalan waktu euro akan

membesar dan akhirnya menyamai atau bahkan melebihi dolar.24

24 Ibid,. Hal 152

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

31

Euro menyitratkan fenomena baru, bahwa superpower tidak harus satu negara,

ia bisa kumpulan dari beberapa negara, tapi dengan satu visi dan kepentingan.

Bila negara-negara anggota OKI, misalnya, bersatu seperti yang ditunjukkan

negara-negara Eropa yang bergabung dan euro, bukan tidak mungkin mereka akan

menjadi salah satu pusat tata moneter baru dengan gold dinar sebagai alat

pembayaran internasional.

Mungkin banyak kalangan yang meragukan skenario anggota OKI bisa bersatu

dengan common currency. Ini masuk akal, mengingatkan tipikal negara-negara

anggotanya masih belum siap berkorban untuk kepentingan jangka panjang.

Kalaupun OKI secara politis tidak dapat melecut dirinya untuk memperjuangkan

emas sebagai jangkar mata uang, akan ada pihak lain yang melakukannya. Ini

seperti sebuah keniscayaan. Seperti disinggung di awal, berabad-abad emas telah

mebuktikan diri sebagai uang universal. Alat pembayaran yang akan menjaga

problema inflasi. Sehingga ekonomi yang dibina pun tidak bersifat bubble

economic layaknya diciptakan fiat money yang sewaktu-waktu bisa pecah. Bila

waktu akhirnya membuktikan bubble economic itu benar-benar pecah berantakan,

sulit membayangkan di atas puing-puingnya dibangun lagi sistem yang sama yang

gagal menciptakan ekuilibrium ekonomi.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

32

PENUTUP

Dari pembahas di atas maka dapat disimpulkan yakni sistem moneter yang

berbasiskan pada classical gold dinar atau yang lebih dekat dengan sistem ini,

memiliki mekanisme penyeimbang otomasi sehingga ekuilibrium moneter terjaga.

Ketekoran perdagangan (trade imbalance) yang terjadi akan memaksa negara

yang mengalami defisit untuk bekerja lebih keras dan efisien sehingga produksi

mereka bisa bersaing di mata internasional.

Sistem moneter yang berbasiskan fiat money seperti yang ditunjukkan dollar

standard sangat potensial menyulut berbagai disekuilibrium ekonomi. Ketekoran

perdagangan yang dialami AS akan terakumulasi, tidak diselesaikan. Tidak ada

upaya keras untuk menekan ketekoran ini karena pemerintah (AS). Ketertinggalan

ekonomi di Indonesia ternayata disebabkan ketidak mandirian yang ditunjukkan

oleh pemerintah RI dengan terus bekerja sama dengan IMF dalam hal ini Amerika

lah yang berperan penting dalam pemberlakuan sistem ekonomi uang fiat justru

lebih merugikan bangsa.

Sifat voltalitas karena pengaruh fluktuasi mata yang dimiliki fiat money

dianggap sebagai salah satu faktor penyebab kerugian ekonomi bagi penganutnya,

karena para pengguna sistem fiat money harus membayar ongkos pencetakan

kertas uang yang nilai intrinsiknya tidak ada. Slain itu pihak trader diharuskan

melakukan hedging (pemagaran) dalam setiap transaksi. Sistem uang emas labih

cenderung memperkecil biaya transaksi karena sifatnya sebagai mata uang

bersama (commont currency), maka dari itu kesolida para pendukun gold dinar

amatlah diperlukan untuk lebih mempromosikan pemberdayaan atau

pengembalian sistem ekonomi uang emas.

Beralihnya sistem ekonomi dolar menjadi ekonomi emas atau perak amatlah

penting untuk dilakukan, hal ini didasarkan karena gagalnya fiat money mencegah

petaka yang sudah telah yang sudah disimpannya. Kestabilan yang dihadirkan

oleh emas dan perak adalah salah satu keunggulan yang dapat dihandalkan untuk

menyelasaikan masalah-masalah ekonomi. Meskipun banyak sekali hambatan

maupun kontroversi yang mungkin hadir terkait dengan pengembalian sistem

emas ataupun dirham ini, bukan suatu kemustahilan untuk kita tetap berupaya

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

33

keras untuk mengaplikasi secara lebih dalam sistem ekonomi emas atau perak ini.

Karena sudah dipastikan kejayaan dan kemakmuran islam akan dapat

dikembalikan apabila kita juga mengembalikan sistem ekonomi awal yang lebih

dominan menggunakan mata uang emas ataupun perak.

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

34

DAFTAR PUSTAKA

A. Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2007)

An-Nabhani Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif

Islam (Surabaya:Risalah Gusti, 1996)

Luthfi M. Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan

Berkeadilan,(Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007)

Luthfi M. Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta : Senayan Abadi

Publishing, 2003)

Muhammad, Kebijakan Fiscal dan Moneter dalam Ekonomi Islam

(Jakarta:Salemba 4, 2002)

Nur M. Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam ,(Bandung:Alfabeta, 2010)

Dinar Emas & Dirham Perak Sebagai Solusi Islam Mengatasi Riba & Inflasi.

http://23fx.blogspot.com/2011/08/dinar-emas-dirham-perak-sebagai-solusi.html

(diakses tanggal 14 juni 2012 pukul 01.37)

“Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham”

35

Biografi Penulis

Nama : Miftahuddin

Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 5 April 1995

Alamat : Wonoyoso Gg. 3 Buaran Pekalongan

Motto : Belajarlah ! Karena sesungguhnya ilmu akan

menjadi penghias bagi ahlinya