membangun logika anak pra-sekolah - 1logika... · akhirnya menulis angka, menggunakan penggaris,...

23
Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 1

Upload: lehuong

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 1

P!"#$"%$r Salah satu pondasi penting di dalam proses belajar

anak dalam jangka panjang adalah membangun kemampuan

logikanya. Diantara kemampuan berlogika adalah memahami

masa lah , mengumpulkan da ta , menge lompokkan ,

membandingkan, mencari pola, serta mengambil kesimpulan

dari data yang dikumpulkan.

Pendidikan logika itu sebenarnya tidak hanya berbentuk

pengajaran matematika seperti di bangku sekolah yang

sebagian besar mengenai hafalan perkalian, rumus, dan teknik

mengerjakan soal. Pendidikan logika bisa mengambil berbagai

bentuk, termasuk menggunakan bahasa sebagai alat untuk

belajar.

Bagaimana proses belajar logika pada anak usia dini dan

pra-sekolah?

Pengajaran logika dan matematika pada anak pra-sekolah

bukanlah dengan cara memaksa anak untuk duduk serius di

kursi, kemudian meminta mereka mendengarkan penjelasan

dan mengerjakan tugas di kertas. Proses belajar logika dan

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 2

matematika pada anak pra-sekolah juga tidak selalu dalam

bentuk formal, menggunakan buku dan pensil.

Pendidikan logika dan matematika pada anak-anak pra-

sekolah adalah sebuah bentuk pendidikan pendahuluan dan

pengenalan tentang logika dan matematika, sebelum mereka

belajar secara formal di sekolah.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 3

Pr&"'&p P!"#$($r$"Beberapa prinsip di dalam pengajaran logika dan

matematika untuk anak-anak pra-sekolah adalah:

a. Proses Belajar Mengikuti Perkembangan Anak

Setiap anak unik dan berbeda dengan anak lainnya.

Keunikan itu membawa konsekuensi bahwa setiap

anak memiliki kecepatan yang berbeda di dalam

perkembangannya.

Keunikan setiap anak ini perlu disadari secara nyata

oleh setiap orangtua. Ada anak yang lebih cepat

berbicara. Ada anak yang lebih cepat perkembangan

motor iknya d iband ingkan kemampuan ber -

komunikasi.

Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan dalam proses

belajar ini adalah mengikuti perkembangan individual

yang terjadi pada anak. Jangan menjadikan

perkembangan anak lain sebagai acuan. Pada titik di

mana anak sudah berkembang, di sana proses belajar

dimulai dan dikembangkan.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 4

Orangtua dapat mengenali perkembangan anak ini

melalui percakapan dan pengamatan dari proses

sehari-hari. Ketika anak sudah mengenal bilangan,

proses belajar diteguhkan dengan belajar membilang

(counting) benda-benda dalam keseharian.

Tetapi jika anak belum siap, maka orangtua bisa

mencari area-area lain pada anak yang lebih dahulu

dikembangkan.

b. Berangkat dari Keseharian

Jangan mencari-cari hal yang ideal untuk memulai

proses belajar. Jangan menunggu ketersediaan alat

belajar atau permainan yang menurut Anda ideal.

Jangan menunggu anak sudah mencapai tahap

tertentu, misalnya menunggu anak sudah bisa

berbicara, baru akan memulai proses belajar.

Saat anak belum bisa berbicara, proses belajar paling

sederhana adalah merespon ucapan-awal anak yang

belum bermakna (bubbling) dan menganggapnya

sebagai kata-kata bermakna. Anda dapat merespon

dengan senyum, pertanyaan dan kata-kata yang Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 5

menunjukkan seolah-olah Anda mengerti apa yang

diucapkannya. Proses ini dapat dilakukan sepanjang

hari saat Anda sedang berinteraksi dengan anak.

Semakin besar anak, Anda dapat mengajaknya

bercakap-cakap dan bercerita tentang apapun yang

terlihat atau sedang dilakukan di sekitar.

Mulai saja dari hal-hal sederhana yang biasa Anda

jalani bersama anak-anak. Manfaatkan kegiatan

sehari-hari yang dijalani anak, mulai bangun tidur,

makan, mandi, bermain, hingga tidur lagi di malam

har i . In t inya ada lah bers ikap proakt i f dan

memanfaatkan semua momen yang sedang terjadi

bersama anak.

c. Dimulai dari Benda Nyata Yang Dikenal

Matematika dan logika adalah sebuah konsep abstrak.

Dibutuhkan kesiapan anak untuk mencerna konsep/

gagasan dan hal-hal yang abstrak. Seorang anak yang

belum siap menerima hal abstrak tidak bisa

dipaksakan untuk mempelajarinya. Jika dipaksakan,

kedua pihak akan kecewa, baik anak yang merasa Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 6

tidak mengerti maupun orangtua yang frustasi kepada

anaknya.

Oleh karena itu, proses belajar logika dan matematika

harus dimulai dari hal-hal fisik, dimulai dari hal-hal

yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan yang

dikenalnya.

Sebagai contoh, anak bisa belajar melalui makanan,

minuman, mainan, dan benda-benda yang ada di

sekitarnya. Ketika jangkauan anak sudah semakin

luas, Anda bisa mulai membicarakan mobil, film yang

ditonton, cerita yang didengarkan, dan sebagainya.

d. Belajar Melalui Percakapan & Permainan

Proses belajar logika dan permainan pada anak-anak

pra-sekolah bisa mengambil bentuk bermacam-macam.

Pada anak yang menjelang usia sekolah, sebagian

prosesnya mungkin mulai menggunakan kertas lembar

kegiatan.

Tetapi, sebagian besar kegiatan belajar logika dan

matematika anak-anak dilakukan melalui percakapan-

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 7

percakapan yang dibangun oleh orangtua bersama

anak.

Percakapan itu bisa dimulai oleh orangtua, misalnya

orangtua bertanya berapa jumlah kue yang sedang

dipegang anak atau meminta bantuan anak

mengambilkan dua butir telur untuk memasak.

Tapi, bisa juga percakapan itu dimulai oleh anak dan

fungsi percakapan orangtua adalah memperluas dan

memperkaya kualitas pembicaraan anak. Sebagai

contoh, ketika anak bertanya hari ini hari apa,

orangtua mengajak anak ke kalender dan menjelaskan

kepada anak tentang hari.

e. Kegiatan dalam Waktu Pendek yang Berulang

Kegiatan belajar logika dan matematika pada anak

tidak berlangsung dalam jangka waktu lama. Prosesnya

berlangsung pendek, sekitar 1-15 menit, tetapi

dilakukan secara berulang.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 8

Lebih baik kegiatan anak dilakukan secara berulang

dan secara periodik daripada dilakukan dalam jangka

waktu panjang pada satu waktu tertentu.

Sebagai contoh, suatu ketika mungkin anak Anda

bertanya tentang jam dan Anda menjelaskan sebentar

tentang jam. Lalu, anak langsung pergi bermain lagi

setelah mendengarkan penjelasan Anda. Keesokan

harinya dia datang lagi dan menanyakan hal yang

sama, kemudian Anda menjelaskan lagi sambil

menambahkan sedikit pertanyaan kepadanya.

Model belajar ini sederhana, menyenangkan, dan lebih

efektif daripada memaksa anak duduk dan diam

mendengarkan penjelasan Anda tentang jam dan

kemudian mengerjakan soal tentang jam.

f. Penggunaan Alat Tulis Seiring Perkembangan

Motorik Halus

Kegiatan menulis dan berhitung menggunakan alat

tulis di kertas bukanlah sebuah hal yang ditabukan

dalam masa prasekolah. Pokok yang terpenting adalah

kegiatan itu tak dilakukan anak dalam keadaan Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 9

dipaksa. Durasi waktunya juga pendek, kegiatan sudah

berhenti sebelum anak merasa bosan atau lelah.

Anak bisa mulai diperkenalkan dengan alat tulis yang

lunak dan mudah digunakan seperti spidol. Dari coret-

coret tak berbentuk, menggambar dan mewarnai, anak

kemudian dapat mulai belajar menarik garis dalam

permainan matching, menelusuri titik (tracing), hingga

akhirnya menulis angka, menggunakan penggaris, dan

menggambar bentuk-bentuk geometri dengan lebih

rapi.

g. Permainan dan game digital

Cara belajar logika dan matematika yang lain adalah

melalui permainan. Anda dapat mengajak anak

bermain kartu, bermain tebak-tebakan, dan

sebagainya. Anak merasa sedang bermain, suasana

bahagia dan penuh gelak tawa. Padahal anak

sebenarnya juga sedang melakukan proses belajar.

Alat lain yang bisa digunakan untuk proses belajar

adalah game digital, baik game komputer maupun

ap l ikas i game d i handphone/ tab l e t . Kunc i Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 10

menggunakan game sebagai alat belajar adalah

memilih game yang tepat, biasanya simulasi. Juga,

Anda memegang kendali atas alat (gadget/komputer)

dan waktu kegiatan anak bermain.

Sebaiknya kegiatan bermain game/komputer ini

ditunda dan anak lebih banyak dipaparkan pada

permainan yang nyata.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 11

P)*)*-p)*)* M$%!r& B!+$($rBeberapa pokok materi belajar tentang logika dan

matematika untuk anak-anak pra-sekolah:

a. Memahami sebab akibat.

Pemahaman tentang kausalitas (sebab-akibat) adalah

pelajaran logika yang berlangsung sejak lahir dan

mulai dipelajari anak sejak bayi. Ketika bayi mulai bisa

mendengarkan dan melihat yang terjadi di sekitarnya,

mereka mulai mencerna dan belajar tentang sebab-

akibat. Jika dia menangis, akan ada ibunya datang dan

menyusui, jika dia tersenyum sekelilingnya ikut

tertawa, dan seterusnya.

Semakin anak tumbuh besar, pemahaman tentang

sebab-akibat pada anak semakin berkembang.

Orangtua dapat mengajarkan dan menguatkan anak

melalui berbagai kegiatan sebab-akibat, misalnya

menyalakan lampu, memutar keran, menekan remote

control, menekan tombol on-off pada mainan, dan

sebagainya.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 12

Walaupun secara kerangka konseptual pengetahuan

anak be lum memahami dengan sempur na ,

pemahaman tentang aksi-reaksi yang dilakukan

melalui tindakan-tindakan keseharian anak adalah

stimulus penting untuk membangun logikanya.

Pemahaman ini akan lebih meresap jika orangtua juga

mengkomunikasikannya melalui penjelasan lisan yang

sederhana sesuai pemahaman anak.

b. Mengenal angka

Seiring perkembangan kemampuan berkomunikasi dan

indera pada anak, semakin besar ekspose anak pada

lambang bilangan. Anak juga sering mendengar angka/

bilangan disebutkan.

Ketika anak sudah mencapai kesiapan ini, maka

orangtua dapat mengenalkan angka, baik melalui

penyebutan angka di dalam percakapan, lagu, cerita,

atau tindakan sehari-hari bersama anak. Juga,

pengenalan secara lisan dapat diiringi dengan

pengenalan tentang lambang angka.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 13

Dengan memperkenalkan lambang bilangan satu

sampai sepuluh (1-10), anak akan hafal dan bisa

menyebutkan angka satu sampai sepuluh. Pada awal

proses ini, anak mulai bisa menyebutkan angka secara

urut, menyebut lambang angka tertentu, tetapi masih

belum memahami hubungan makna antara angka itu

dengan dunia nyata yang ada di sekitarnya. Pada tahap

ini, angka diperlakukan sebagai nama/label

sebagaimana huruf dan benda-benda lain.

c. Membilang (counting)

Proses belajar membilang (counting) dilakukan seiring

dengan pengenalan angka dengan melibatkan benda-

benda nyata yang dikenal anak. Proses belajarnya pun

dilakukan saat anak melakukan kegiatan alaminya.

Sebagai contoh, ketika anak sedang menemani

orangtua untuk merapikan mainan yang sudah selesai

dimainkannya, orangtua bisa memasukkan mainan ke

kotak penyimpanan dengan membilang “satu, dua,

tiga, empat, lima.” Kata-kata ini diulang terus sampai

seluruh mainan masuk ke kotak.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 14

Proses belajar membilang juga bisa dilakukan melalui

pertanyaan, misalnya: berapa jumlah kue yang dimiliki

kakak? Berapa jumlah kereta api adik? Berapa jumlah

kancing di baju Ayah?

Kalau anak belum bisa menjawab, orangtua dapat

membantunya dengan membilang sambil memegang

kue atau benda yang sedang dihitung “satu, dua, tiga,

dan seterusnya…” Proses memegang benda yang

diiringi ucapan tentang bilangan harus dilakukan

untuk mengajarkan kepada anak asosiasi antara

jumlah benda dan angka yang diucapkan.

d. Operasi matematika sederhana

Operasi matematika yang sederhana adalah

penjumlahan dan pengurangan. Anak bisa belajar

menghitung mainan setelah diberi hadiah mainan yang

baru oleh kakek.

Kegiatan belajar penjumlahan juga bisa dilakukan

pada saat anak menemani orangtua berbelanja. Minta

anak untuk mengambil 3 mie, kemudian minta lagi dia

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 15

mengambil 2 mie, kemudian tanyakan: sekarang

semua mie-nya ada berapa?

Proses pengurangan bisa dipelajari anak dari proses

berbagi kue dengan kakak atau adik. Ketika kue kakak

ada 5 kemudian diberikan kepada adik 1, berapa kue

yang masih dimiliki kakak?

Selain menggunakan benda yang berkaitan dengan

anak, proses belajar ini bisa menggunakan benda-

benda lain yang dijumpai, misalnya: batu, bantal, baju,

telor, dan sebagainya.

e. Mengurutkan angka.

Selain mengenal angka sebagai lambang dan jumlah

(cardinal number), anak bisa belajar tentang urutan

angka (ordinal number). Anak tidak perlu tahu istilah

cardinal number dan ordinal number, yang penting

anak memahami dari praktek yang dijalaninya.

Untuk mengenal urutan angka, orangtua dapat

menggunakan tangga. Anak naik tangga sambil

menghitung. Semakin ke atas semakin membesar.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 16

Sebaliknya, ketika turun berarti menunjukkan angka

yang mengecil.

Salah satu alat yang bisa digunakan dalam mengenali

urutan adalah permainan “missing number”. Jika anak

belum bisa menulis, permainan ini bisa dipelajari

menggunakan game yang ada di komputer/gadget.

Saat anak sudah bisa menulis, permainan ini bisa

dipelajari anak menggunakan lembar kerja (worksheet).

f. Mengenali pola yang berulang

Dalam proses pertumbuhan, anak akan belajar

mengenai pola-pola yang terjadi dalam kehidupannya

yang sebagian besar pola itu terjadi begitu saja. Contoh

pola keseharian itu adalah jadwal mandi, jadwal sholat

setelah adzan (bagi yang muslim), jadwal ke gereja

setiap hari Minggu, waktu ayah berangkat ke kantor

pukul 7, ayah libur di hari Sabtu dan Minggu, dan

seterusnya.

Pola-pola harian ini dapat digunakan sebagai sarana

mengenalkan waktu, baik jam maupun hari kepada

anak.Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 17

g. Membandingkan dua kondisi

Konsep logika perbandingan memberikan kesempatan

kepada anak untuk membandingkan dua fakta. Proses

belajar tentang perbandingan ini pada awalnya tidak

mudah karena perbandingan bersi fat re lat i f

(membandingkan dua hal), sementara hal yang

diketahui anak sebelumnya bersifat absolut (satu hal).

Sebagai contoh, anak hanya tahu gajah itu besar.

Padahal besar memiliki pasangan kecil. Anak belum

tahu bahwa gajah besar, tapi pesawat lebih besar lagi.

Oleh karena itu, konsep pemahaman terhadap

perbandingan ini membutuhkan waktu yang panjang

dan orangtua perlu bersikap santai terhadap

kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak.

Konsep perbandingan yang penting dipelajari

diantaranya adalah: besar -kecil, tinggi-rendah,

panjang-pendek, atas-bawah.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 18

h. Mengelompokkan

Pengelompokan adalah pengantar untuk proses belajar

mengenai himpunan dan klasifikasi saat anak masuk

usia sekolah. Untuk belajar mengenai pengelompokan,

banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya mengajari

anak memasukkan pakaian bersih ke lemari.

Saat anak memasukkan pakaian bersih ke dalam

lemari, dia belajar mengelompokkan pakaian

berdasarkan pemilik (pakaian ayah, bunda, kakak,

adik, dsb). Anak juga belajar memilah jenis-jenis

pakaian, misalnya: celana dalam, celana, baju yang

harus dimasukkan ke tempat yang sesuai.

Pengelompokan juga bisa diajarkan saat anak

menemani belanja dengan melihat area penataan

supermarket berdasarkan kelompok makanan segar,

pakaian, peralatan bayi, dan sebagainya.

i. Mengenal bentuk geometris.

Pengenalan bentuk-bentuk geometris dasar, baik dua

dimensi (lingkaran, bujursangkar, segitiga, persegi

panjang) serta tiga dimensi (bola, tabung, piramid) Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 19

dapat dikenalkan melalui benda-benda yang ada di

sekitar.

Pendekatan belajar geometri bisa dimulai dengan

benda-benda tiga dimensi. Setelah anak mulai

mengenal kertas dan bermain-main dengan gambar,

bentuk-bentuk dua dimensi dapat diperkenalkan.

Proses ini akan terus diulang selama beberapa tahun

pertumbuhan anak melalui pengenalan dan

perbincangan selintas, juga menggunakan alat bantu

lembar kerja saat mereka sudah siap.

j. Mengenal waktu

Pengenalan waktu (pagi, siang, malam, jam, hari,

tanggal, bulan, dan tahun) berjalan bertahap seiring

meningkatnya pemahaman anak terhadap konsep

abstrak mengenai waktu.

Pendekatan paling efektif dalam proses belajar

mengenai waktu adalah mengaitkannya dengan dunia

anak dan kepentingan anak, misalnya: jadwal bermain,

waktu makan, jadwal film yang disukainya, ulang

tahun, dan sebagainya.Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 20

Melalui percakapan-percakapan yang berlangsung

sehari-hari, orangtua mengenalkan konsep tentang

waktu kepada anak menggunakan bahasa yang

sederhana dan bisa dimengerti anak. Semakin sering

anak diajak berbicang mengenai waktu, pemahaman

mereka akan semakin meningkat. Tentu saja,

peningkatan itu juga selaras dengan meningkatnya

usia mereka.

k. Belajar mengukur

Belajar mengukur adalah proses awal anak untuk

belajar tentang satuan. Ada satuan panjang, satuan

luas dan volume.

Proses belajar mengenai satuan dapat dilakukan

menggunakan ubin. Anak mengukur jarak antar-

dinding, anak mengukur luas kamar, menuang air ke

ember hingga penuh, membantu menimbang tepung,

dan sebagainya.

l. Menyelesaikan masalah sederhana.

Menyelesaikan masalah sederhana adalah bagian dari

kemampuan anak mengambil keputusan. Inti dari Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 21

proses ini adalah mengimplementasikan pemahaman

tentang teori matematika dengan dunia nyata.

Proses ini penting untuk diselenggarakan secara

khusus jika proses pembelajaran memisahkan antara

teori dan praktik. Tetapi jika proses pembelajaran

menggunakan kegiatan keseharian, proses bukan

sebuah hal baru.

Contoh kegiatan keseharian yang melihat proses

penyelesaian masalah adalah meminta anak untuk

membantu menyiapkan meja makan pada saat ada

tamu. Ada belajar menghitung berapa jumlah orang

yang hadir dan kemudian menyediakan gelas/piring

sesuai jumlah tersebut.

Atau, saat anak berbelanja ke supermarket, ibu

meminta anak untuk membeli snack untuk seluruh

kakak dan adik, masing-masing 3 bungkus, maka anak

akan belajar menghitung berapa bungkus jumlah

snack yang harus dibelinya.

Membangun Logika Anak pra-Sekolah - 22

P!",+-Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3

(tiga) anak, yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008).

Bersama isterinya, Mira Julia (Lala), mereka memilih homeschooling

untuk pendidikan anak-anaknya. Aar dan Lala menjalani

homeschooling sejak anak-anak mereka lahir hingga saat ini.

Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan

manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik

Informatika ITB dan Magister Manajemen bidang Keuangan di

Lembaga PPM, Jakarta.

Sempat berkarir di dunia keuangan, Aar saat ini memilih

untuk menjadi bapak rumah tangga dan menjadi Working At Home

Dad (WAHD).

Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola

blog Rumah Inspirasi (www.rumahinspirasi.com). Aar juga telah

menulis buku tentang homeschooling berjudul “Homeschooling

Lompatan Cara Belajar” dan “Warna-warni Homeschooling” yang

diterbitkan oleh penerbit Elex Media Komputindo.

Blog: www.RumahInspirasi.com

Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono

Twitter: @AarSumardiono

Email: [email protected] Logika Anak pra-Sekolah - 23