bab 2c rapi

50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendampingan Suami 2.1.1 Definisi Pendampingan Suami adalah kehadiran suami dalam kamar bersalin (Farrer, 2001). Kehadiran suami biasanya memberikan ketenteraman bagi istri yang akan bersalin, Suami juga dapat memainkan peranan yang aktif dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istrinya. Pikiran sehat suami bisa menjadi faktor yang sangat penting bagi wanita dalam proses persalinannya (Farrer, 2001). Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial secara psikologis di pandang sebagai hal yang kompleks. Wortmen dan Dunkell Scheffer (dalam Abraham, 1997) megidentifikasi beberapa jenis dukungan yang meliputi ekspresi peranan positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan 12

Upload: gemma-alhamdy

Post on 06-Dec-2015

236 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2c rapi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendampingan Suami

2.1.1 Definisi

Pendampingan Suami adalah kehadiran suami dalam kamar bersalin

(Farrer, 2001). Kehadiran suami biasanya memberikan ketenteraman bagi

istri yang akan bersalin, Suami juga dapat memainkan peranan yang aktif

dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istrinya.

Pikiran sehat suami bisa menjadi faktor yang sangat penting bagi wanita

dalam proses persalinannya (Farrer, 2001).

Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari

dukungan sosial. Dukungan sosial secara psikologis di pandang sebagai hal

yang kompleks. Wortmen dan Dunkell Scheffer (dalam Abraham, 1997)

megidentifikasi beberapa jenis dukungan yang meliputi ekspresi peranan

positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan dengan

penghargaan yang tinggi dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang

ketepatan, keyakinan dan perasaan seseorang (Herawati Mansyur, 2013).

Dukungan keluarga, terutama suami, saat ibu melahirkan sangat

dibutuhkan, seperti kehadiran suami untuk mendampingi istri menjelang saat

melahirkan atau suami menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan

sehingga istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan.

Selain itu, kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan keyakinan

pada ibu bahwa proses persalinan yang di jalani ibu akan berlangsung dengan

12

Page 2: BAB 2c rapi

baik, sehingga ibu tidak perlu merasa cemas, tegang, atau ketakutan

(Mansyur, 2005).

Sebaiknya ada orang terdekat yang mendampingi saat bersalin

terutama bagi ibu yang mudah cemas dan takut. Yang paling diharapkan

adalah suami. Selain faktor kedekatan, suami pun diharapkan memahami

bahwa persalinan merupakan proses yang begitu berat sehingga ia akan lebih

menyayangi istrinya. Namun tak semua suami berani mendampingi, bisa

karena suami tak tega, tak kuat melihat ceceran darah, dan lainnya. Jika

demikian, pendampingan bisa dilakukan oleh orang tua atau sahabat yang

benar-benar dekat dengannya (Nakita, 2009).

2.1.2 Peran Suami Dalam Proses Persalinan

Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan

persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka

berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu

dan bayinya. Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu yang akan

melahirkan tidak dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh

dukun beranak atau anggota keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama

proses kelahiran dapat membuat suatu perbedaan antara kehidupan dan

kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar hadir

pada saat persalinan dan membiayai pelayanan yang diberikan. Suami juga

harus mempersiapkan transportasi serta mencukupi perlengkapan yang

dibutuhkan (Rukiyah A.Y, 2009).

13

Page 3: BAB 2c rapi

Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu

ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang

berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari

pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan,

dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas

kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang

penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya

menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan

membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang

memutuskan transportasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tempat

pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut

dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan

dengan komplikasi (Lucianawaty, 2007).

Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada

di samping istri yang sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu

dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul. Pengurangan rasa

sakit (pain relief) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain

(Herawati 2014).

2.1.2.1 Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik,

emosional, dan psikologis selama persalinan akan dapat

membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu

memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal

(Herawati 2014).

14

Page 4: BAB 2c rapi

2.1.2.2 Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus –

menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat

sederhana, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan

persalinan, hasil kelahiran bertambah baik, dan bersifat sayang

ibu. Beberapa teknik dukungan/pendekatan untuk mengurangi

rasa sakit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kehadiran seorang pendamping yang terus – menerus,

sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang

memberi dukungan.

2. Perubahan posisi dan pergerakan.

3. Sentuhan dan massase.

4. Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen.

5. Pijatan ganda pada pinggul.

6. Penekanan pada lutut.

7. Kompres hangat dan kompres dingin.

8. Berendam.

9. Pengeluaran suara.

10. Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa ).

11. Musik yang lembut dan menyenangkan ibu (Herawati, 2014).

Suami atau pendamping persalinan lainnya dapat berperan

dalam mengurangi rasa sakit saat melahirkan, misalnya dengan

membimbing istri untuk melakukan pernafasan untuk menghilangkan

rasa sakit, memegang tangan istri, memberi semangat, atau memberi

bimbingan visualisasi agar istri tetap tenang (Chaerani, 2006).

15

Page 5: BAB 2c rapi

Sewaktu mempersiapkan kelahiran perlu sekali

mempertimbangkan peran suami. Suami biasanya ingin turut

berpartisipasi dalam kelahiran anak mereka. Sekalipun suami tidak

terlibat dalam proses kelahiran, ia dapat:

1) Melakukan hal-hal yang mengalihkan perhatian selama proses

persalinan

2) Mengukur waktu kontraksi

3) Mengusap-usap punggung

4) Menjadi titik fokus dan bernapas bersama pada saat kontraksi

5) Menghibur dan memberi dorongan semangat (Baby-kids, 2005).

Menurut Anik Maryunani tahun 2010, sebagai pendamping ibu

yang akan bersalin, maka suami seharusnya membekali dirinya dengan

hal- hal berikut ini :

(1) Siap mengajukan pertanyaan

(2) Membawa bekal untuk diri sendiri

(3) Mengetahui hal yang akan dihadapi

(4) Bersikap fleksible

(5) Menemukan pengalihan perhatian

(6) Menjadi suporter ibu

(7) Mengetahui kapasitas sebagai pendamping

(8) Bersiap mengambil alih

(9) Siap menunggu

(10) Selalu mendampingi ibu

16

Page 6: BAB 2c rapi

2.1.3 Peran pendamping suami selama proses persalinan pada setiap tahap /

kala persalinan (Anik.M.2010) :

2.1.3.1 Peran pendamping persalinan pada kala 1 persalinan

1. Pendamping persalinan bisa membantu ibu

mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang sudah mulai

muncul. Misalnya, menemani ibu berjalan – jalan, bercerita

atau menonton televisi.

2. Pendamping persalinan bisa membuatkan

minuman segar yang nantinya berguna untuk memberi ekstra

energi dan mencegah dehidrasi. Pendamping persalinan bisa

selalu mengingatkan ibu untuk minum setiap beberapa jam

sekali dan BAK setiap dua jam sekali

3. Pada saat nyeri atau kontraksi timbul,

pendamping persalinan bisa mengajak ibu berbicara sambil

memberikan pujian bila ibu berhasil melewati setiap kontraksi

yang terjadi.

4. Pendamping persalinan bisa membantu ibu

untuk mengganti posisi tubuh ketika ibu mulai terlihat stres

atau lelah.

5. Pendamping persalinan bisa memberikan pijatan

lembut dipunggung kaki atau pundak ibu.

2.1.3.2 Peran pendamping persalinan pada kala II persalinan.

17

Page 7: BAB 2c rapi

1. Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk tetap berada

dalam posisi yang membuat ibu nyaman untuk melahirkan.

2. Pendamping persalinan bisa mengajak ibu berbicara selama

kontraksi dan pada saat mengedan serta memijat punggung ibu

bila memang ibu menginginkannya.

3. Bila ibu menginginkan, ibu bisa meminta pendamping

persalinan menyemprotkan air atau menyeka wajah ibu dengan

kain basah untuk menyegarkan ibu kembali.

4. Saat bayi mulai terlihat keluar dari jalan lahir, pendamping

persalinan bisa berkomunikasi dengan ibu melalui sentuhan

lembut dari pada mengajak ibu berbicara.

2.1.3.3 Peran pendamping persalinan pada kala III persalinan

1. Pendamping persalinan dapat memotong tali pusar sikecil begitu

bayi lahir, dan membantu membaringkannya ke atas dada ibu.

2. Pendamping persalinan bisa menggendong dan berkenalan

dengan sikecil yang baru lahir dan memberikan kecupan selamat

atas keberhasilan ibu melalui seluruh proses persalinan yang

melelahkan.

3. Bila ibu merasa lapar dan sudah diperbolehkan untuk makan,

pendamping persalinan bisa menyuapi makanan untuk ibu.

4. Pendamping persalinan bisa menemani selama ibu menyusui

bayi.

5. Pendamping persalinan bisa mengumandangkan adzan bagi bayi

untuk keluarga muslim.

18

Page 8: BAB 2c rapi

2.1.4 Perbedaan Budaya Dan kehamilan

Secara universal ada tendensi timbulnya ritual seremonial sekeliling

kehidupan, seperti kehamilan, kelahiran, pernikahan, kematian.

Mengidentifikasi nilai - nilai budaya, berguna dalam merencanakan

perawatan yang sensitif sesuai budaya. Kehamilan adalah kejadian yang

membahagiakan dalam budaya yang memberi nilai terhadap anak. Ada

budaya yang menganggap bahwa kehamilan adalah sakit., ada yang

menganggap kehamilan adalah alamiah (Salmah Dkk, 2005 )

Sikap ibu hamil bervariasi tergantung budayanya, misalnya orang

Amerika yang berasal dari Afrika menganggap kehamilan itu adalah

kebahagiaan. Orang Amerika meksiko menganggap kehamilan itu adalah

kondisi alamiah. Kebanyakan anak – anak diharapkan kehadirannya untuk

meneruskan keluarga dan nilai – nilai budaya. Seorang perempuan yang

memberi anak terutama jenis kelamin laki – laki akan mendapatkan status

yang lebuh tinggi. Hal ini terdapat pada keluarga Cina (Salmah dkk, 2005).

Dengan adanya kehamilan, hubungan pasangan tersebut dengan orang

tuanya menjadi lebih dekat. Kakek/nenek kadang – kadang merasa tidak pasti

seberapa boleh mereka terlibat, seberapa ingin membantu, memberi nasehat

atau hadiah. Bagi kakek / nenek yang masih muda bisa terlibat membantu

bekerja atau kegiatan lain. Bagi kakek/ nenek peran mereka juga berubah

dalam kehidupannya, seperti sudah pensiun, keuangan, manuopose, kematian

teman dan lain – lain yang bisa menimbulkan konflik dalalm struktur

19

Page 9: BAB 2c rapi

perubahan keluargakarena pasangan yang hamil tersebut juga ingin

merasakan dan mengontrol situasi baru mereka sendiri. Penting bagi

pasangan yang masih muda untuk mendengarkan perbedaan yang ingin di

jelaskan oleh orang tuanya. Biasanya pasangan muda merasakan menerima

nasihat yang berlebihan, yang kadang – kadang bisa mereka anggap sebagai

kritik atas asuhan mereka kepada bayi yang baru lahir. Sebaiknya pasangan

muda mendiskusikan masalah – masalah mereka dan menyetujui

perencanaannya (Salmah Dkk, 2005)

Peran dari bantuan kakek / nenek ketika bayi dibawa pulang, perlu

diperjelas untuk memberikan situasi yang nyaman di rumah. Kadang – kadang

diperlukan pendidikan kesehatan bagi kakek / nenek, agar bisa memberi

nasihat atau dukungan kepada orang tua baru (Salmah Dkk, 2005).

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan

terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan

tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati.dkk, 2011).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal (Gail.W.Stuart,2012).

20

Page 10: BAB 2c rapi

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristikrasa takut adalah

adanya objek/sumber yang spesifik dan dapat diidentivikasi serta dapat

dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang

melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang

mengancam.ketakutan disebabkan olehhal yang bersifat fisik dan psikologis

ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya

(Suliswati.dkk, 2011). Cemas adalah keadaan dimana seseorang mengalami

perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf otonom (Gail.W.Stuart, 2012).

2.2.2 Faktor Predisposisi Kecemasan

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal

kecemasan antara lain teori psikoanalisis, inter presonal, teori perilaku,teori

keluarga. Dan teori biologis (Gail.W.Stuart, 2011):

2.2.2.1 Teori psikoanalisis.

Dalam pandangan psikoanalisis kecemasan adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan

Superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,

sedangkan Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi

menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut,

dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan Ego bahwa ada bahaya .

2.2.2.2 Teori interpersonal.

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari

perasaan takut terhadap adanya penerimaan dan penolakan interpersonal,

kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

21

Page 11: BAB 2c rapi

kecemasan dan kehilangan menimbulkan kelemahan spesifik, orang yang

dengan harga diri rendah terutama akan mengalami kecemasan berat .

2.2.2.3 Teori perilaku.

Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk

frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang tidak diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan

dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran

meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya

dihadapkan pada kekuatan yang berlebihan lebih sering menunjukkan pada

kehidupan selanjutnya

2.2.2.4 Teori keluarga.

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang

tindih antara gangguan kecemasan dan depresi .

2.2.2.5 Teori biologi.

Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reflektor

khusus untuk biodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat Asam Amino Butirik Gama Neuroregulator

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana halnya dengan

endorphine, selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang

mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan,

22

Page 12: BAB 2c rapi

kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stres .

2.2.3 Penyebab Ansietas

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun

gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan

ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang

dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang

mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Gail

W stuart, 2012).

2.2.4 Faktor Presipitasi Kecemasan.

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor

presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

2.2.4.1  Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang

mengancam integritas fisik yang meliputi :

1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal

(misalnya : hamil).

2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal.

2.2.4.2 Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

23

Page 13: BAB 2c rapi

1. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di

rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

2. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

Faktor presipitasi dibedakan menjadi (Gail.W Stuart 2012) :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat

membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang

terintegrasi seseorang.

2.2.5 Gejala Kecemasan.

Gejala kecemasan sangat kompleks. Berikut ini gejala kecemasan

seperti diuraikan oleh Infokes (2007) :

(1) Merasa bahwa mereka akan tertimpa musibah.

(2) Mudah tersinggung dan sulit untuk berteman.

(3) Stres dan sulit tidur di malam hari.

(4) Mengeluh palpitasi (denyut jantung yang cepat), perut sakit dan

diare.

(5) Tangan berkeringat dan gemetar.

(6) Buang air kecil menjadi sering

24

Page 14: BAB 2c rapi

(7) Sangat pusing, kadang-kadang sampai pingsan.

(8) Tiba-tiba nafas mulai cepat seperti orang ketakutan.

(9) Tangan dan kaki merasa kesemutan dan kadang kejang.

(10)Kadang-kadang gejala-gejala cemas ini timbul secara mendadak

tanpa tanda-tanda awal dalam bentuk yang sangat berat yang

disebut dengan serangan panik (Infokes, 2007).

2.2.6 Sumber Koping Kecemasan

Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan

sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model

ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan

keyakinan budaya dapat membantu individu mengintergrasikan

pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi kopinng

yang berhasil (Gail W Stuart, 2007).

2.2.7 Tingkatan Kecemasan

Menurut ( Gail.W Stuart, 2012 ), tingkat ansietas sbb :

2.2.7.1   Ansietas ringan;

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan

dan kreativitas.

2.2.7.2   Ansietas sedang;

Memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami

25

Page 15: BAB 2c rapi

perhatian yang selektif namun dapat berfokus untuk melakukan sesuatu

yang lebih terarah.

2.2.7.3   Ansietas Berat;

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung

untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat

berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

2.2.7.4  Tingkat Panik ;

Dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi

kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,

kehilangan pemikiran rasional.

2.2.8 Pengukuran tingkat kecemasan

Test kecemasan dengan pertanyaan langsung, mendengarkan

kriteria penderita, serta mengobservasinya terutama perilaku non verbal.

Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk

mengetahui tingkatannya. Penting untuk diketahui adalah adanya tanda-

tanda tremor, tatapan mata kurang atau menerawang, kurang senyum, otot-

otot muka lebih mudah dikontrol. Oleh karena itu penderita dapat saja

26

Page 16: BAB 2c rapi

berpura-pura tidak cemas, tetapi gerakan lain seperti tersebut diatas kurang

dapat dikontrol.

Pengukuran tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan

skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) (Nursalam, 2008:179).

Adapun penilaian HARS adalah:

0  :   tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1  :   ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2  :   sedang (separuh dari gejala yang ada)

3  :   berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)

4  :   sangat berat (semua gejala ada)

Sedangkan derajat kecemasan dikategorikan dengan cara:

Score :

<6 (tidak ada kecemasan) 15-27 (kecemasan sedang)

6-14 (kecemasan ringan) >27 (kecemasan

berat)

27

Page 17: BAB 2c rapi

Lembar kuisioner HARS Hamilton Anxiety Rating Scale

Beri tanda chek (√ ) pada kotak jawaban ( ) yang disediakan pada masing-

masing pertanyaan sesuai dengan apa yang Anda rasakan selama proses

persalinan

1. Perasaan cemas

Diisi oleh peneliti

Cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung.

2. Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Mudah terkejut

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3. Ketakutan

Terhadap gelap

Terhadap orang asing

Bila ditinggal sendiri

Terhadap kerumunan orang banyak

Terhadap keramaian lau lintas

Terhadap binatang besar

28

Page 18: BAB 2c rapi

4. Gangguan Tidur

Sukar tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Bangun dengan lesu

Mimpi-mimpi

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

Sukar berkonsentrasi

Daya ingat buruk

6. Perasaan tertekan ( Depresi )

Hilangnya minat

Sedih

Kurangnya kesenagan / Hobi

Bangun dini hari

Perasaan berubah sepanjang hari

7. Otot-otot

Nyeri pada otot

Keditan otot

Gerakan gigi

Rasa tidak stabil

8. Gejala Sensorik

Tinitus (telinga berdenging)

Penglihatan kabur

Muka merah / pucat

Perasaan lemah

29

Page 19: BAB 2c rapi

Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala Kardiovaskular (jantung)

Jantung berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi meningkat

Rasa lemah seperti mau pingsan

Detak jantung hilang ( berhenti sekejap )

10. Gangguan Urogenital

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenorhoe / tidak datang bulan

Menorahgi / datang bulan banyak

Frigiditas / tidak ada nafsu seksual

Ereksi lemah atau tidak dapat ereksi

11. Gejala Pernafasan

Rasa tertekan didada

Perasaan tercekik

Sering menarik nafas panjang

Merasa nafas pendek / sesak

12. Gejala Gastrointestinal

Sulit Menelan

Sukar buang air besar

Gangguan pencernaan

Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan

Pernafasan perut

30

Page 20: BAB 2c rapi

Perut tersa penuh dan kembung

Mual dan Muntah

Buang air besar lembek

Konstipasi (feses mengeras, tidak dapat buang air besar)

13. Gangguan Otonom / Vegetatif

Mulut kering

Muka merah

Mudah berkeringat

Pusing / sakit kepala

Bulu roma berdiri

14. Perilaku sewaktu wawancara

Gelisah

Tidak tenang

Jari tremor / gemetar

Mengkrutkan dahi

Muka tegang

Tonus otot meningkat

Nafas pendek dan cepat

Jumlah skor : . . . .Kesimpulan : Tidak ada kecemasan

Kecemasan ringan

Kecemasan sedang

Kecemasan berat

31

Page 21: BAB 2c rapi

2.2.9 Rentang Respons

Gambar 2-2 Rentang Respons Kecemasan (Gail W Stuart, 2012)

Respons adaptif Respons maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Ciri-ciri ansietas yaitu :

2.2.9.1 Ansietas Ringan

Lebih waspada, gerakan mata, ketajaman pendengaran

bertambah, dan kesadaran meningkat.

2.2.9.2 Ansietas Sedang

Berfokus pada dirinya (penyakitnya). Menurunnya

perhatian terhadap lingkungan secara terperinci.

2.2.9.3 Ansietas Berat

Perubahan pola pikir, ketidak selarasan pikiran,

tindakan dan perasaan. Lapangan persepsi menyempit.

2.2.9.4 Panik

32

Page 22: BAB 2c rapi

Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi;

ketidakmampuan memahami situasi; respon tidak dapat

diduga; aktivitas motorik yang tidak menentu.

2.2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1. Pengalaman

Stuart menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi tingkat

kecemasan. Pada cemas ringan individu dapat menginterprestasikan

pengalaman masa lalu, saat ini dan masa datang. Pada cemas sedang

memandang saat ini dengan arti masa lalu. Pada tingkat panik,

individu tidak mampu menginte-grasikan pengalaman, dapat terfokus

hanya pada hal saat ini (Gail.W.Stuart, 2012).

2. Pendidikan.

Pendidikan mempengaruhi status kesehatan mental seseorang

individu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki faktor resiko

terjadi gangguan mental dibandingkan seseorang dengan yang

berpendidikan lebih tinggi (Gail.W.Stuart, 2012).

3. Pendapatan.

Pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan timbul

gejala gangguan psikiatri yang lebih besar dibandingkan dengan yang

memiliki pendapatan yang lebih besar (Gail.W.Stuart, 2012).

4. Jenis kelamin.

33

Page 23: BAB 2c rapi

Jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya gangguan

mental seseorang karena antara laki-laki dan perempuan mempunyai

cara penyelesaian masalah yang berbeda-beda (Gail.W.Stuart, 2012 ).

5. Suku.

Kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis

seseorang karena setiap suku memiliki metode penyelesaian masalah

yang berbeda ( Gail.W.Stuart, 2012).

6. Umur.

Dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda, orang

yang lebih tua lebih cepat mengatasi problem kejiwaan dan dapat

mengantisipasi bila masalah yang dihadapi timbul kembali ( Gail.W.

Stuart, 2012).

7. Sistem kepercayaan.

Setiap jenis sistem kepercayaan mempunyai perbedaan dalam

metode penyelesaian masalah terhadap gangguan psikiatri, respon

adaptif dari sistem Kepercayaan dapat meningkatkan imolitas dan

kecepatan perbaikan suatu masalah ( Gail.W.Stuart, 2012: 161-162 )

Ann Issacs (2005) dalam buku Gail.W.Stuart menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi respon seseorang terhadap stres dan

ansietas, antara lain :

1. Usia, maturitas perkembangan, atau keduanya

34

Page 24: BAB 2c rapi

2. Status kesehatan jiwa dan fisik

3. Predisposisi genetic (misalnya peningkatan sensitivitas terhadap

stres)

4. Makna yang dirasakan (stres dapat dianggap membahayakan,

mengancam atau menantang)

5. Nilai-nilai budaya dan spiritual

6. Dukungan sosial dan lingkungan

7. Respon koping yang dipelajari (Gail.W.Stuart 2012).

7.2 Konsep Persalinan (Partus)

2.3.1 Pengertian.

Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil

pembuahan (yaitu, janin yang viable, plasenta dan ketuban) dari dalam

uterus lewat vagina ke dunia luar (Farrer, 2001: 118).

Persalinan dan kelahiran adalah merupakan kejadian fisiologis

yang normal, kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang

ibu daan keluarga menantikannya selama Sembilan bulan. Ketika

persalinan di mulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya dan peran

petugas adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan

dukungan pada ibu bersalin. (Saifuddin :2007).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa

komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono:2002).

35

Page 25: BAB 2c rapi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika

kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Rukiyah; Ai

yeyeh; dkk, 2009).

2.3.1.1 Bentuk persalinan berdasarkan teknik :

1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar

dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria

3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian

rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009).

2.3.1.2 Persalinan berdasarkan umur kehamilan :

1) Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau

usia kehamilan di bawah 28 minggu.

2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

umur kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi

prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.

36

Page 26: BAB 2c rapi

3) Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas

2.500 gram.

4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin

disebut postmatur.

5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,

mungkin di kamar mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya.

6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo

pelvic Disproportion (CPD) (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009).

2.3.2 Tahap persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka

dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II

disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan

kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III

atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan

dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian.

Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.

(Rohani; dkk, 2011).

2.3.2.1 Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya

37

Page 27: BAB 2c rapi

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama

6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.

1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus

umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve

Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/ jam.

38

Page 28: BAB 2c rapi

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka

lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium

internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.

2.3.2.2 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum

dan/atau vagina.

4. Perineum terlihat menonjol.

5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6. Meningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukkan :

1). Pembukaan serviks telah lengkap.

2). Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

39

Page 29: BAB 2c rapi

2.3.2.3 Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Perubahan psikologis kala III

1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa

sangat lelah.

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.

1.3.2.4 Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :

1. Tingkat kesadaran.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan

pernapasan.

3. Kontraksi uterus.

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Asuhan dan pemantauan pada kala IV

1) Kontraksi uterus harus baik.

40

Page 30: BAB 2c rapi

2) Tidak ada perdarahan pe vaginam.

3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.

4) Kandung kemih harus kosong.

5) Luka perineum harus di rawat dan tidak ada hematoma.

6) Keadaan umum ibu harus stabil (Anik maryunani 2010:54).

2.3.3 Faktor-faktor utama dalam Persalinan Spontan

Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan spontan menurut

(Anik Maryunani 2010) adalah:

2.3.3.1 Power (tenaga)

Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang

dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim dan rasa pulas yang

terjadi dengan sendirinya, tanpa dibantu obat – obatan, yang diukur

menurut intensitas, lama dan frekuensi kontraksi uterus..

2.3.3.2 Passage (Jalan lahir)

Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina

sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula

tahanan atau resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul

dilatasi servik/ leher rahim membuka lengkap sampai pembukaan 10 cm.

2.3.3.3 Passenger

Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin, dan bagian janin

yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin.

41

Page 31: BAB 2c rapi

Ukuran kepala lebih lebar daripada bahu dan kurang lebih seperempat dari

panjang bayi. Sembilan puluh enam persen bayi dilahirkan dengan bagian

kepala lahir pertama (Farrer, 2001).

2.3.4 Tanda-tanda Mulainya Persalinan

Tanda-tanda mulainya persalinan adalah:

2.3.4.1 His / kontraksi

His/kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan menimbulkan

ketidaknyamanan serta kadang-kadang nyeri, merupakan tanda persalinan

yang sebenarnya kalau his tersebut berlanjut terus dan semakin meningkat

frekuensinya. His dapat dirasakan oleh pemeriksa ketika uterus menjadi

keras dan tegang.

2.3.4.2 Show

Istilah show diartikan sebagai keadaan terlihatnya mucus atau

lendir (acapkali lendir tersebut mengandung bercak darah) yang keluar

dari vagina.

2.3.4.3 Dilatasi serviks

Dilatasi os servisis eksterna yang terjadi secara bertahap

merupakan indikator yang menunjukkan kemajuan persalinan kalau proses

persalinan tersebut disertai dengan kontraksi uterus. Dilatasi uterus

diketahui atau dipastikan dengan pemeriksaan pervaginam.

2.3.4.4 Engagement presenting part

Presenting part (yang biasanya kepala janin) akan mengalami

engagement atau terbenam ke dalam panggul. Pada primigravida,

peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan dimulai.

42

Page 32: BAB 2c rapi

Dinding abdomen pada multipara tidak begitu kencang sehingga

engagement baru terjadi setelah proses persalinan dimulai.

2.3.4.5 Pembentukan tonjolan ketuban

Pembentukan tonjolan ketuban atau bag of forewater (cairan

amnion / ketuban yang terperangkap dalam serviks di depan presenting

part) dapat diraba oleh pemeriksa melalui pemeriksaan pervaginam

(Farrer, 2001: 125)

2.4 Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Istri

Selama Proses Persalinan

Kehadiran suami biasanya memberikan ketenteraman bagi istri

yang akan bersalin. Suami juga dapat memainkan peranan yang aktif

dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istrinya.

Pikiran sehat suami bisa menjadi faktor yang sangat penting bagi wanita

dalam proses persalinannya (Farrer, 2001).

Selain faktor kedekatan, sang suami diharapkan memahami

bahwa persalinan merupakan proses yang begitu berat sehingga ia akan

lebih menyayangi istrinya. Suami atau pendamping persalinan lainnya

dapat berperan dalam mengurangi rasa sakit saat melahirkan, misalnya

dengan membimbing istri untuk melakukan pernafasan untuk

menghilangkan rasa sakit, memegang tangan istri, memberi semangat,

atau memberi bimbingan visualisasi agar istri tetap tenang (Chaerani,

2006).

43

Page 33: BAB 2c rapi

Berbagai peranan suami tersebut jika dilakukan dengan baik

maka dapat menimbulkan rasa nyaman bagi istri yang sedang melahirkan,

dengan demikian pendapingan suami selama proses persalinan istrinya

diharapkan dapat menurunkan perasaan cemas pada istri. (Herawati

Mansyur2014 ).

44