mastoid it is

30
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN GANGGUAN SISTIM PENGINDERAAN: MASTOIDITIS Dosen Pengampu: Siti Fatmawati, S.Kep, Ns Disusun oleh: 1. ARISA IKA DEWI (B2008006) 2. DWI ERNAWATI (B2008014) 3. HUSNUL CHOTIMAH (B2008022) 4. LILIS SETYANINGRUM (B2008030) 5. NANI SETYANI (B2008038) PRODI DIII KEPERAWATAN

Upload: dyan-ayu-prorenata

Post on 21-Jun-2015

1.012 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mastoid It Is

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN GANGGUAN SISTIM PENGINDERAAN:

MASTOIDITIS

Dosen Pengampu: Siti Fatmawati, S.Kep, Ns

Disusun oleh:

1. ARISA IKA DEWI (B2008006)

2. DWI ERNAWATI (B2008014)

3. HUSNUL CHOTIMAH (B2008022)

4. LILIS SETYANINGRUM (B2008030)

5. NANI SETYANI (B2008038)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

SURAKARTA

2010

Page 2: Mastoid It Is

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari catatan medis sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005

didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum

mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari

terakhir yang dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata

27 tahun termuda 5 tahun dan tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun

(36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam penelitian ini (laki-laki

53,7% dan wanita 46,3%) dengan hasil penelitian Yusra dkk yaitu 23 tahun.

(www.kalbe.co.id /files/2004/cdk/files/155 ).

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah

diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam

sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik,

nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan

empiema. Ini merupakan penyakit anak-anak dan menyertai dengan ketat

kurva insidensi otitis media akut. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada

anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama

otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin

mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari

telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat

antibiotik (Dudey, 1992: 269).

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunisupresi atau mereka

yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya

berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab organisme penyebab

yang lain adalah sama dengan penyebab otitis media akut. Pemeriksaan

radiologis pada mastoiditis koalesens mengungkapkan adanya apasitikasi sel-

sel udara inastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal dari sel-sel

tersebut. Hilangnya kontur masing-masing sel, membedakan temuan ini

dengan temuan pada otitis media serasa dimana kontur sel tetap utuh.

Page 3: Mastoid It Is

Pengobatan awal berupa miringatoma, yang cukup lebar, biarkan dan

antibiotik yang sesuai diberikan intravena. Bila gambaran radiologis

memperhatikan hilang pola trabukular atau adanya progesi penyakit, maka

harus dilakukan mastoidektomi lengkap dengan segera untuk mencegah

komplikasi serius seperti petrositis, labirintitis, meningitis, dan abses otot

(George, 1997: 106).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan membaca dan memahami makalah ini diharapkan semua

mahasiswa khususnya DIII Keperawatan semester IV mampu

melaksanakan asuhan keperawatan gangguan sistim pendengaran:

Mastoiditis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan

mengetahui dan memahami tentang:

a. Definisi mastoiditis.

b. Etiologi mastoiditis.

c. Manifestasi klinis mastoiditis.

d. Patofisiologi mastoiditis.

e. Pathways mastoiditis.

f. Komplikasi penatalaksanaan mastoiditis.

g. Pemeriksaan penunjang mastoiditis.

h. Asuhan keperawatan pada pasien dengan mastoiditis.

Page 4: Mastoid It Is

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,

menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif

(osteomyelitis) (Parakrama, 2006: 442).

Mastoiditis merupakan akibat dari penyebaran infeksi dari telinga

bagian tengah (Reeves, 2001: 19).

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang

terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang

dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah

sebagai contoh otitis media akut

(http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/).

B. Etiologi

Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah

mengumpul di sel-sel udara mastoid

2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang

dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut

yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,

streptococcus group-A dan staphylococcus aureus

Menurut (http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis)

etiologi mastoiditis antara lain:

1. Bakteri

Biasanya adalah streptococcus aureus.

Page 5: Mastoid It Is

2. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak

adalah streptococcus pnemonieae.

C. Manifestasi klinis

Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita

mastoiditis antara lain:

1. Demam biasanya hilang dan timbul.

2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam

telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.

4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas

sebaseus (lemak).

5. Dinding posterior kanalis menggantung.

6. Pembengkakan postaurikula.

7. Temuan radiologis

Adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya

trabukulasi normal sel-sel tersebut.

8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

Menurut (http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis)

manifestasi klinis mastoiditis adalah:

1. Nyeri telinga yang makin berdenyut-denyut

2. Bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telingan

3. Demam

Dapat berlangsung terus meskipun telah mendapat antibiotik.

D. Patofisiologi

Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang

tidak ditangani dengan baik. Biasanya mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu

setelah otitis media akut infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara

mastoid (Reeves, 2001: 19).

Page 6: Mastoid It Is

Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma

yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan

luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral

membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha

sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila

tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan

paralisis nervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau

gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak

(Smeltzer, 2001: 2052).

Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik,

peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui

saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk

jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan

berlanjut ke dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi

meningitis, absis subdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta

mungkin juga terjadi hidrosefalus (Nurbaiti, 1993: 25).

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka

yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan

dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim

adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus

hemlytiens, pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus, streptococcus

viridans (Adams, 1997: 106).

Page 7: Mastoid It Is

E. Pathways

Sumber: George (1997: 106) Reeves (2001: 19) Smeltzer (2001: 2052) Nurbaiti (1993: 25)

Otitis media akut

Tidak ditangani dengan baik

Perluasan infeksi ke dalam sistim sel udara mastoid

Bakteri(Streptococcus aureus, Streptococcus pneumonia)

Masuk cavum mastoid

Mastoiditis

Mastoiditis benigna Mastoiditis maligna

Infeksi telinga tengah

Terjadi inflamasi jaringan

Metabolisme tubuh meningkat

Infeksi terjadi berulang

Mukosa menebal

Penekanan pembuluh darah

Produksi infeksi menyebar ke telinga dalam

Ketulian sensori neural

Perubahan persepsi sensori auditorius

Kerusakan komunikasi verbal

Menyebar ke labirin

Labyrintitis

Keseimbangan tubuh terganggu

Defisiensi efektor

Risiko cidera

Produk infeksi menyebar ke tulang tengkorak

Terjadi peradangan di meningen

Meningitis

Bakteri berkembang biak dan toksin

Metabolisme tubuh meningkat

Hipertermi

Hipertermi

Tindakan operatif

Pre operasi mastoidektomi

Kurang pengetahuan

Ansietas

Post operasi mastoidektomi

Luka insisi

Kerusakan jaringan

Nyeri Risiko infeksi

Penurunan kesadaran

Risiko cidera

Page 8: Mastoid It Is

F. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik

menurut Adams (1997: 106) adalah:

1. Petrositis

Yaitu infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah perforasi kendang

telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.

2. Labyrintitis

Yaitu peradangan labirin ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran

atau vertigo disebut juga (otitis interna).

3. Meningitis

Yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf)

biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4. Abses otak

Yaitu kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan otak.

Komplikasi menurut Nurbaiti (1993: 25) adalah:

1. Meningitis

Yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf)

biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

2. Abses subdural

Yaitu kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan diantara

durameter dan arakhnoid.

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis)

pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1. CT scan

Mendiagnosis kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam.

Biasanya memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah

di samping dalam rongga mastoid.

2. Pemeriksaan radiologis

Mengetahui adanya apasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan

hilangnya trabekulasi normal dan sel-sel tersebut.

Page 9: Mastoid It Is

3. Tympanocentesis dan myringotomi

Tympanocentesis adalah penusukan bedah pada membran timpani

(gendang telinga) untuk membuang cairan dari telinga tengah.

Myringotomi adalah pembentukan lubang pada membran timpani, seperti

pada tympanocentesis.

Myringotomi mungkin dilakukan di awal, kemudian diikuti dengan terapi

antibiotik.

H. Penatalaksanaan Medis

Menurut Higler (1997: 109) penatalaksanaan medis pada mastoiditis

antara lain:

1. Pemberian antibiotik sistemik

Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau

menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.

2. Pembedahan

a. Timpanoplasti

Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran di telinga

tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi

fenestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah

untuk menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan cangkok

membran timpani dan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan

sekundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki

pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai

teknik timpanoplasti yang berbeda, yaitu pencangkokan (kulit, fasia,

membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog,

kartilago dan aloplastik).

b. Mastoidektomi

Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan

mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi,

menciptakan telinga yang kering dan aman.

Page 10: Mastoid It Is

I. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis)

penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:

1. Perawatan pre-operasi

Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk

menjalani tympanoplasty.

2. Perawatan post operasi

Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti lodoform

gauze (nuga-uze) dibalut dalam kanal audiotori.

Menurut George (1997: 108) antara lain:

1. Terapi konservatif

Yaitu menasehati untuk menjaga telinga agar tetap kering serta

membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati di tempat

praktik.

2. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik

dan steroid.

Page 11: Mastoid It Is

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut (http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis)

pengkajian yang dilakukan antara lain:

1. Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa

penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid.

Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di

telinga dan demam hilang timbul.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang didapat:

a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

b. Kemerahan pada kompleks mastoid

c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir

d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wilkinson, J. M (2007) diagnosa keperawatan yang muncul

pada mastoiditis antara lain:

1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Page 12: Mastoid It Is

3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi

sensori auditoris.

5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

C. Intervensi dan Rasional

1. Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan

pendengaran

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

pasien mampu mendengar dengan baik

Kriteria Hasil : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman

pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat

pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar

dan perawatannya yang tepat

Untuk menjamin keuntungan

maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada

semua bunyi di lingkungan dan

membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan

pendengaran

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

suhu tubuh dapat normal (360-370C)

Kriteria Hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

b. Kulit tidak teraba hangat

c. Wajah tidak tampak merah

d. Tidak terjadi dehidrasi

Page 13: Mastoid It Is

No Intervensi Rasional

1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan

pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan

klien

3. Ajarkan kompres hangat dan

banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh

dan mengganti cairan tubuh yang

hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian

antipiretik

Untuk menurunkan panas

3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi cidera

Kriteria Hasil : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan pendengaran tidak

meluas

2. Meminimalkan tingkat

kebisingan di unit perawatan

intensif

Berhubungan dengan kehilangan

pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti

ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh

akibat vertigo/gangguan

keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian

obat antiemetika dan antivertigo

sesuai indikasi misalnya

antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga

terhindari dari jatuh

Page 14: Mastoid It Is

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk mendengar petunjuk auditoris

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

pasien dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil : a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi

b. Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak

bibir

c. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan

cara yang diajarkan

No Intervensi Rasional

1. Berbicara jelas dan tegas tanpa

bergerak

Membantu pasien merangsang

komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam

mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain

yang terlibat dengan pasien

tentang perilaku yang

memudahkan membaca gerak

bibir

Untuk merangsang komunikasi

verbal

4. Bila menggunakan alat bantu

dengar, kenakan pada telinga

yang tidak dioperasi

Mempermudah pasien mendengar

sehingga dapat lancar dalam

berkomunikasi

5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

nyeri teratasi

Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

b. Skala nyeri turun

c. Wajah pasien tampak rileks

Page 15: Mastoid It Is

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi,

intensitas

Mengetahui ketidakefektifan

intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan

ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien

terhadap nyeri dan mengurangi

nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik,

antibiotika, dan anti inflamasi

sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri,

membunuh kuman dan mengurangi

peradangan sehingga mempercepat

penyembuhan

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah

terhadap jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

risiko infeksi dapat hilang atau teratasi

Kriteria Hasil : a. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum pasien

selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan

dan mencuci telinga luar

Mencegah penularan penyakit

3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi

4. Kolaborasi pemberian antibiotik

profilaksis

Agar dapat membunuh kuman,

sehingga tidak menularkan

penyakit terus-menerus

7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

ansietas berkurang

Page 16: Mastoid It Is

Kriteria Hasil : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping,

kontra impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten

dan substansial

b.Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien tentang

peran advokat perawat intra

operasi

Kembangkan rasa percaya/

hubungan, turunkan rasa takut akan

kehilangan kontrol pada

lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut

yang mengharuskan dilakukan

penundaan prosedur pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-

menerus akan mengakibatkan

reaksi stress yang berlebihan, risiko

potensial dari pembalikan reaksi

terhadap prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak

diperlukan selama pemindahan

ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan

masalah kehilangan harga diri dan

ketidakmampuan untuk melatih

kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan

yang sederhana pada pasien yang

tenang

Ketidakseimbangan dari proses

pemikiran akan membuat pasien

menemui kesulitan untuk

memahami petunjuk-petunjuk yang

panjang dan berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan

meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk,

misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam

hari sebelum pembedahan;

meningkatkan kemampuan koping

Page 17: Mastoid It Is

8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

tidak terjadi cidera

Kriteria Hasil : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran tidak

meluas

2. Meminimalkan tingkat

kebisingan di unit perawatan

intensif

berhubungan dengan kehilangan

pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti

ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh

akibat vertigo/ gangguan

keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian

obat antiemetika dan outivertigo

sesuai indikasi, misalnya

antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga

terhindar dari jatuh

Page 18: Mastoid It Is

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,

menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif

(osteomyelitis) (Parakrama, 2006: 442).

Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian

tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis

kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan

pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran

timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak

(benigna) dan bentuk ganas (maligna) (Nurbaiti, 1993: 25).

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah

diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam

sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik

(Dudey, 1992: 269).

B. Saran

Penulis menghimbau kepada semua pembaca pada umumnya dan

mahasiswa DIII Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah pada khususnya agar selalu

menjaga kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang

terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada

prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

Page 19: Mastoid It Is

DAFTAR PUSTAKA

http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis

www.kalbe.co.id /files/2004/cdk/files/155

Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC

Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC

Doenges, M. E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC

Haranto, H, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta: EGC

Nurbaiti,1993, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk Perawat, Jakarta: FKUI

John, F. 1998, Indera Prima, Bandung: Indonesia Publising House

Reeves, C.J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta: EGC

Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC