manhaj hizbut tahrir dalam mengubah keadaan

27
MANHAJ HIZBUT TAHRIR dalam Mengubah Keadaan STRATEGI DAKWAH Hizbut Tahrir 1992 Strategi Dakwah Hizbut Tahrir Judul Asli: Manhaj Hizbut Tahrir fit Taghyiir Penerjemah: Nurkhalish Penyunting: A.R. Nasser : Abu Fuad Abu Azka Penata Letak: N.a. Rasyid Cet. ke 3 April 1996 Buku ini adalah teks pidato yang disampaikan oleh delegasi Hizbut Tahrir

Upload: afizi-al-selanjuri

Post on 16-Apr-2017

253 views

Category:

News & Politics


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

MANHAJ HIZBUT TAHRIRdalamMengubah Keadaan

STRATEGI DAKWAHHizbut Tahrir

1992

Strategi Dakwah

Hizbut TahrirJudul Asli: Manhaj Hizbut Tahrirfit TaghyiirPenerjemah: NurkhalishPenyunting: A.R. Nasser: Abu FuadAbu AzkaPenata Letak: N.a. RasyidCet. ke 3 April 1996

Buku ini adalah teks pidato yang disampaikan oleh delegasi Hizbut Tahrir pada konferensi MSA (Moslem Student of America) tanggal 24 Jumadil Ula 1410 H (22 Desember 1989) di negara bagian Missouri, Amerika Serikat.

حيــم حمـن الر بســمالله الر

Page 2: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

الحمد لله رب العـالمين و الصالة و الم على سيد المرسلين و إمـام المتقين و على آله و صحيه و من دعا الس

م خطاه يدعوته و التزم بطريقته و ترسة مقيـاســا ألعماله و و جعل العقيدة أسـاسـا لفكرته واألحكام الشرعي

مصدارا ألحكامه ، و بعد Segala puji syukur kita panjatkan ke Hadlirat Allah SWT, Rabbul 'Izzati. Shalawat dan salam, semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, selaku pemimpin para Nabi dan orang-orang bertaqwa, begitu pula kepada keluarga dan shahabat-shahabat beliau serta siapa saja yang menyerukan dakwah dan selalu mengikuti metode serta langkah beliau, yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar pemikirannya, dan hukum syara' sebagai tolok-ukur amal perbuatannya, sekaligus sebagai sumber hukumnya

Wahai Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,الم عليكم و رحمة الله و بركاته السMarilah kita memohon kehadlirat Allah SWT agar

menjadikan pertemuan ini, semata-mata karena-Nya serta membuahkan hasil bagi Islam dan kaum Muslimin. Mudah- mudahan Allah SWT membukakan wawasan kita dan memperlihatkan kebenaran kepada kita sehingga kita mampu mengikutinya; serta memperlihatkan kebathilan agar kita dapat menjauhinya. Amin.

Ayyuhal ikhwatil kiraam,

Sesungguhnya problematika utama yang dihadapi kaum muslimin saat ini adalah bagaimana menerapkan kembali hukum yang diturunkan Allah SWT, yaitu dengan menegakkan kembali sistem khilafah dan mengangkat seorang Khalifah yang dibai'at berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul-Nya. Khalifah inilah yang akan memimpin kaum muslimin menghancurkan perundang-undangan kufur dan menggantinya dengan hukum-hukum Islam; mengubah negeri-negeri Islam menjadi Darul Islam, sekaligus masyarakat di dalamnya menjadi masyarakat Islam; serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah dan jihad.

Dengan membatasi problematika utama kaum muslimin ini, akan jelaslah tujuan yang harus diupayakan oleh para pengemban dakwah, baik yang berbentuk kutlah (kelompok dakwah), jama'ah, maupun partai politik; selain memperjelas thariqah (metode) yang harus ditempuh untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Untuk memahami hal ini, terlebih dahulu harus diketa- hui realita kaum muslimin saat ini; realita negeri-negeri Islam; realita dari keadaan negeri-negeri Islam, apakah termasuk Daarul Islam ataukah Daarul Kufur; realita masyarakat Islam saat ini; serta hukum syara' yang berkaitan dengan semua situasi dan kondisi tersebut.

Realita kaum muslimin saat ini, walaupun telah memeluk Islam, tetapi ternyata mereka dikuasai oleh berbagai pemikiran dan perasaan. Ada yang Islami, ada yang kapitalistik, ada yang sosialistik, ada yang bertolak dari

Page 3: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

nasionalisme dan patriotisme, selain ada yang bertolak dari semangat golongan atau ke-madzhaban.

Sementara negeri-negeri Islam termasuk negeri Arab sekalipun --sangat disayangkan-- ternyata seluruhnya telah menerapkan perundang-undangan dan hukum-hukum kufur, kecuali sebagian kecil dari hukum-hukum Islam, seperti dalam masalah-masalah nikah, talak, rujuk, pemberian nafkah, pembagian harta waris, perselishan mengenai masalah perwalian atau status anak. Hanya hukum-hukum semacam inilah yang mereka serahkan pelaksanaannya kepada pengadilan khusus, yang mereka sebut sebagai pengadilan agama. Sekalipun ada juga pengadilan-pengadilan yang menerapkan hukum-hukum syara' selain yang disebutkan di atas seperti terdapat di sebagian negeri-negeri Islam seperti Arab Saudi dan Iran.

Menyangkut keadaan negeri-negeri Islam saat ini, apakah termasuk daarul Islam ataukah daarul kufur, ternyata seluruhnya merupakan daarul kufur --bukan daarul Islam. Untuk memahami keadaan ini terlebih dahulu harus diketahui pengertian syara' mengenai Daarul Islam dan Daarul Kufur.

Daarul Islam menurut istilah syara' adalah suatu negeri yang menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanan wilayah tersebut berada di tangan Islam, yaitu di bawah kekuasaan pertahanan kaum muslimin --baik dalam negeri maupun luar negerinya-- sekalipun mayoritas penduduknya adalah non-Islam. Sedangkan Daarul Kufur adalah suatu negeri yang menerapkan hukum-hukum kufur dan atau keamanannya tidak didasarkan pada Islam, yaitu

tidak berada di tangan kekuasaan dan pertahanan kaum muslimin, sekalipun mayorias penduduknya adalah orang-orang Islam.

Jadi, yang menjadi pedoman untuk menentukan keadaan sebuah negeri, apakah termasuk daarul Islam ataukah daarul Kufur, bukanlah negeri atau penduduknya, melainkan hukum di negeri tersebut, berikut keaamanannya. Apabila hukum-hukum yang diterapkan oleh suatu negeri adalah hukum Islam, dan keamanannya berada di tangan kaum muslimin, maka negeri seperti inilah yang disebut Daarul Islam. Sedangkan apabila hukum-hukum yang diterapkannya adalah kufur dan atau keamanannya tidak berada di tangan kaum muslimin, maka negeri ini disebut Daarul Kufur atau Daarul Harb.

Pengertian ini diambil dari sebuah hadits riwayat Sulaiman ibnu Buraidah yang diantaranya tercantum:حول من دارهم الى دارالمهـاجرين منهم و كف عنهم ثم أدعهم إلى أدعهم إلى اإلسالم فإن أجـابوك فأقبل هم إن فعلوا ذلك فلهم مــا الت المهـاجرين للمهــاجرين و عليهم مـا على و أخبرهم أن

"... Serulah mereka kepada Islam, maka apabila mereka menyambutnya, terimalah mereka dan henti- kanlah peperangan atas mereka; kemudian ajaklah mereka berpindah dari negerinya (yang merupakan daarul kufur) ke daarul muhajirin (daarul Islam); dan beritahukanlah kepada mereka bahwa apabila mereka telah melakukan semua itu, maka mereka akan mendapatkan hak yang sama sebagaimana yang

Page 4: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

dimiliki kaum muhajirin, dan juga kewajiban yang sama seperti halnya kewajiban kaum muhajirin."

Hadits ini bisa dipahami bahwa apabila mereka tidak berpindah, maka hak mereka tidak sama dengan kaum muhajirin, yaitu orang-orang yang telah berada di Daarul Islam. Dengan demikian, hadits ini sesungguhnya telah menjelaskan perbedaan hukum, antara orang yang telah berhijrah dan yang tidak. Daarul muhajirin adalah Daarul Islam pada zaman Rasulullah, sedangkan selainnya adalah Daarul Kufur. Dari sinilah diambil istilah Daarul Islam, dan Daarul Kufur atau Daarul Harb. Jadi penambahan kata Islam, kufur atau harb pada ''daar'' adalah mewakili sistem hukum dan pemerintahannya.

Oleh karena itu, untuk menggunakan istilah "Daar", harus selalu dikaitkan dengan penguasa, yang hanya dapat ditentukan oleh dua hal: (1) pemeliharaan kepentingan ummat dengan hukum-hukum tertentu, dan (2) kekuatan (negara) yang menjaga/membela rakyat dan melaksanakan hukum-hukum, dengan kata lain diperhatikan faktor kea- manannya. Dari sinilah latar belakang dua syarat yang disebutkan di atas. Selain itu, mengenai syarat penerapan hukum-hukum didasarkan pula pada dalil-dalil berikut:(1) Firman Allah SWT: و من لم يحكم بمـا أنزل الله فأولئك هم

الكافرون"Siapa saja yang tidak menerapkan hukum ber- dasarkan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah tergolong orang-orang kafir"

(2) Hadits riwayat Auf ibnu Malik mengenai keberadaan pemimpin-pemimpin jahat, dimana tercantum di dalamnya:الصالة بالسيف ؟ فقال ال ما أقاموا فيكم قيل يـا رسول الله : أفال ننبذهم

"...ditanyakan oleh para shahabat: 'Wahai Rasulullah tidakkah kita lawan saja mereka itu dengan pedang?', Beliau menjawab: 'Tidak, selama mereka masih melaksanakan shalat (maksudnya melaksanakan hukumhukum syara')."

(3) Hadits riwayat Ubadah Ibnu Shamit mengenai bai'at aqabah, dimana ia mengatakan:كفرا بواحـا عندكم من الله فيه برهان و أن ال ننـازع األمر أهله إال أن تروا

"(Dan) hendaknya kami tidak mencabut kekuasaan penguasa kecuali (sabda Rasulullah:) 'Apabila kalian melihat kekufuran yang nyata yang mempunyai bukti nyata di sisi Allah SWT'."

Dalam riwayat Imam Thabrani disebut kekufuran yang jelas (surrahan). Hadits ini menunjukkan bahwa penerapan hukum selain hukum-hukum Islam, adalah diantara alasan yang mengharuskan mengangkat senjata ke hadapan penguasa.

Semua ini merupakan bukti bahwa penerapan Islam adalah salah satu syarat Daarul Islam. Sebab, kalau tidak pasti akan dilawan dengan senjata atau diperangi.

Page 5: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

Sedangkan pengertian bahwa keamanan haruslah berupa keamanan Islam --yakni di bawah kekuasaan kaum muslimin, juga diambil dari firman Allah: و لن يجعل الله للكافرين على المؤمنين

سبيال"(Dan) Allah tidak menjadikan bagi orang-orang kafir jalan untuk menguasai orang-orang mu'min."

Dengan kata lain, tidak boleh memberi kesempatan kepada orang-orang kafir untuk berkuasa atas orang-orang mu'min. Sebab, dengan memberikan kekuasaan kepada mereka berarti menjadikan keamanan kaum muslimin berada di bawah kekuasaan kufur --bukan di bawah kekuasaan Islam.

Selain itu, Rasulullah saw juga pernah menyuruh memerangi setiap negeri yang tidak tunduk pada kekuasaan kaum muslimin. Beliau benar-benar mengancam mereka dengan peperangan, tanpa membedakan apakah penduduknya orang-orang Islam atau bukan. Buktinya adalah larangan beliau memerangi penduduk suatu negeri, apabila telah diketahui sebagai orang-orang Islam. Diriwayatkan dari Anas: و إذا لم يسمع أذانا أغار بعد أن يصبح يغز حتى يصبح، فإذا سمع أذانا أمسك كان رسول الله ص إذا غزا قوما لم

"Adalah Rasulullah apabila memerangi suatu kaum, tidak memeranginya sebelum tiba waktu pagi. Maka, apabila beliau mendengar adzan (shubuh) berkumandang, maka beliau mengurungkan peperangan, dan apabila tidak mendengar suara

adzan beliau melanjutkan rencana perangnya setelah shalat shubuh".

Begitu pula diriwayatkan dari 'Isham al Muzni, ia berkata:: بي ص إذا بعث سرية يقول كان الن تقتلوا أحدا إذا رايتم مسجدا أو سمعتم مناديا فال"Adalah Nabi saw apabila mengutus pasukan perang, beliau selalu berpesan: 'Apabila kalian melihat masjid atau mendengar adzan berkumandang, janganlah ka- lian membunuh seorang pun"

Adzan dan masjid adalah termasuk tanda-tanda keberadaan Islam, maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan orang- orang Islam di suatu negeri bukan menjadi penghalang untuk menyerang dan memerangi negeri tersebut. Ini berarti bahwa negeri-negeri semacam itu, dianggap sebagai daarul harb atau daarul kufur. Sebab, meskipun di dalam negeri tersebut terdapat tanda-tanda keberadaan Islam, namun keamanan negeri tersebut tidak berada di bawah kekuasaan Rasul -- yaitu kekuasaan dan keamanan Islam. Oleh karena itu, negeri tersebut tetap dianggap sebagai daarul harb yang diperangi seperti darul harb yang lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa seluruh negeri Islam saat ini, tidak memenuhi syarat pertama yaitu penerapan hukum-hukum Islam meskipun keamanan sebagian besar negeri-negeri tersebut berada di tangan kaum muslimin dan di bawah kekuasaan mereka. Karena itulah amat disayangkan bahwa negeri-negeri Islam saat ini, tidak bisa

Page 6: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

dikategorikan sebagai daarul Islam, meskipun negeri-negeri itu disebut sebagai negeri Islam dan penduduknya adalah penduduk Islam --mengingat pedoman yang digunakan dalam hal ini adalah aspek penerapan hukum dan keamanan, bukan negeri atau penduduknya.

Adapun realita masyarakat di negeri Islam saat ini sesungguhnya adalah realita sebuah masyarakat yang tidak Islami. Hal ini karena sebuah masyarakat terbentuk dari individu, pemikiran, perasaan dan peraturan. Maka, untuk dapat dikatakan sebagai masayarakat Islam, tidaklah cukup hanya dengan keberadaan individu-individu muslim sebagai penduduknya.

Sebuah masyarakat pada hakekatnya adalah sekelompok manusia yang saling memiliki hubungan secara terus-menerus. Apabila ada sekelompok manusia namun tidak memiliki hubungan secara terus-menerus, maka mereka tidak bisa dianggap sebagai masyarakat, melainkan hanya sebuah jama'ah, seperti para penumpang kapal, penumpang kereta, atau seperti rombongan seperjalanan (kafilah).

Supaya terwujud hubungan secara terus-menerus antar individu dalam sebuah masyarakat, haruslah disatukan pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya dan peraturan-peraturannya. Apabila ketiga aspek ini tidak dijumpai pada mereka, tentu tidak akan ada hubungan secara terus-menerus, sehingga dengan demikian mereka tidak dapat disebut sebagai sebuah masyarakat.

Dari sinilah sebuah masyarakat terbentuk dari sekelompok manusia, yang memiliki pemikiran dan

perasaan yang sama serta diterapkan suatu peraturan di tengah-tengah mereka. Faktor-faktor ini pula yang menentukan corak masyarakat di dunia. Oleh karena itu, masyarakat di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan pemikiran, perasaan, dan peraturan yang mereka miliki.

Akan halnya masyarakat di negeri-negeri Islam saat ini, ternyata dikuasai oleh berbagai pemikiran, perasaan dan peraturan yang campur-aduk, walaupun mayoritas individu- individunya adalah orang-orang Islam. Oleh karena itu, tidak aneh apabila terjadi hal-hal yang saling bertentangan secara nyata dalam pemikiran dan perasaan antar kaum muslimin. Misalnya, pada saat mereka menanti-nantikan kehadiran Islam, kita saksikan betapa mereka menerima penguasa kafir dengan senangnya atau diam seribu bahasa terhadap perundang-undangan kufur yang diterapkan di tengah-tengah mereka. Pada saat kita melihat mereka sama-sama merindukan kembalinya Islam, kita saksikan betapa teguhnya mereka memegang semangat nasionalisme, patriotisme, kesukuan, ataupun fanatisme madzhab. Pada saat mereka menganggap Amerika, Inggris dan Rusia sebagai musuh, kita saksikan betapa mereka justru meminta bantuan kepada negeri-negeri tersebut, juga meminta perlindungan dan menanti-nantikan uluran tangan dari negeri-negeri kufur itu untuk memecahkan problematika yang mereka hadapi.

Pada saat mereka meyakini bahwa sesama mukmin adalah bersaudara, kita saksikan betapa mereka berlomba- lomba menonjolkan fanatisme kesukuan atau

Page 7: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

kedaerahannya. Orang arab membanggakan kearabanya, orang Turki membanggakan ke-thuraniah-annya, orang Parsi membanggakan keparsiannya; termasuk orang Irak, orang Mesir atau orang Syam, masing-masing membanggakan tanah airnya. Demikian seterusnya, kita menyaksikan hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam.

Begitu pula pada saat mereka meyakini Islam, kita saksikan betapa mereka dengan penuh semangat menyerukan slogan-slogan demokrasi, kebebasan, bahwa kedaulatan di tangan rakyat, juga ide-ide sosialisme dan sebagainya dari berbagai pemikiran kufur yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum-hukum Islam secara keseluruhan.

Demikianlah keadannya. Belum lagi kalau kita menyaksikan sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem perpolitikan luar negeri, perundang- undangan sipil yang mereka terapkan di seluruh negeri- negeri Islam, semuanya tidak lain adalah sistem dan perundang-undangan kufur. Keadaan inilah yang menjadikan masyarakat di negeri-negeri Islam secara keseluruhan dikategorikan sebagai masyarakat yang tidak Islami.

Seluruh pembahasan tersebut di atas memperjelas bahwa kaum muslimin di seluruh negeri-negeri Islam, sekalipun mereka adalah orang-orang Islam, namun sesungguhnya mereka hidup di dalam masyarakat yang tidak Islami, dan negeri yang mereka tempati sesungguhnya bukan Daarul Islam.

Sebagaimana jelasnya masalah utama yang dihadapi kaum muslimin --sejak keruntuhan Daulah Khilafah, lalu Islam dijauhkan dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat-- adalah jelasnya penerapan Islam keembali dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, yaitu dengan menegakkan sistem khilafah dan mengangakat seorang khalifah yang dibai'at untuk didengar dan ditaati oleh kaum Muslimin beradasarkan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya; menghancurkan hukum-hukum dan perundang-undangan kufur untuk digantikan dengan hukum-hukum dan perundang-undangan Islam; mengubah negeri-negeri Islam menjadi daarul Islam dan masyarakatnya menjadi masyarakat yang Islami; kemudian menyatukan negeri-negeri Islam menjadi satu negara Khilafah; serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah dan jihad.

Akan halnya mengapa masalah di atas dianggap sebagai masalah utama, ialah karena nash-nash syara' telah mewajibkan seluruh kaum muslimin untuk mengamalkan hukum-hukum Islam secara keseluruhan dan merealisasikannya secara nyata dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Allah SWT berfirman:

سول فخذوه و مـا نهاكم و مـا آتاكم الرعنه فانتهوا

"Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian maka ambillah, dan apa saja yang dilarangnya maka ting- galkanlah."

Page 8: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

Lafadz ما pada ayat tersebut adalah termasuk lafadz umum, yang mengandung arti keharusan mengambil apa saja yang dibawa Rasul dan kewajiban meninggalkan seluruh perbuatan haram yang dilarang oleh beliau.

Begitu pula firman Allah SWT:بعض ما أنزل الله إليك أهوءهم و احذرهم أن يفتنوك عن و أن احكم بينهم بما أنزل الله و التتبع“Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, serta berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu."

Ayat ini mengandung perintah Allah kepada Rasul-Nya dan kaum muslimin untuk memutuskan perkara dengan seluruh hukum yang diturunkan Allah. Sebab, lafadz ما dalam ayat tersebut adalah termasuk bentuk umum, yang mencakup seluruh hukum yang diturunkan Allah.

Demikian pula firman-Nya yang lain: و من لم يحكم بما أنزل الله فاولئك هم

الكـافرون"Siapa saja tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah termasuk orang-orang kafir."

Dengan kata lain: siapa saja yang tidak bertahkim dengan seluruh hukum yang diturunkan Allah adalah tergolong sebagai orang-orang kafir, karena lafadz dalam ayat tersebut adalah umum, mencakup seluruh apa yang diturunkan Allah.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa bertahkim dengan seluruh hukum yang diturunkan Allah SWT adalah wajib. Oleh karena kewajiban ini tidak terwujud di negeri-negeri Islam saat ini, maka kembali terwujudnya Islam dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi masalah utama kaum muslimin saat ini.

Lebih jauh Islam bahkan telah menjadikan masalah utama ini sebagai masalah antara hidup atau mati. Imam Muslim telah meriwayatkan sebuah hadist yang berasal dari 'Auf ibn Malik bahwa Rasulullah bersabda:كره برئ و من أنكر سلم و لكن من ستكون أمراء فتعرفون و تنكرون فمن يف ؟ فقال : ال ما أقاموا رضي و تابع ، قيل يا رسول الله : أفال ننبذهم بالس

فيكم الصالة"Akan muncul di antara kalian berbagai tingkah polah penguasa, (tindakan mereka) ada yang kalian anggap baik dan ada yang kalian pandang salah. Siapa saja yang menolak tindakan salah mereka (minimal di dalam hati), maka dia bebas (dari dosa). Siapa saja yang ingkar, dia juga selamat (dari dosa). Tetapi siapa saja diantara kalian yang merasa senang, bahkan mengikuti (perbuatan-perbuatan yang salah itu), maka dia telah berdosa". Para Shahabat

Page 9: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

bertanya: ‘Tidakkah lebih baik mereka itu kita perangi saja Ya Rasulullah?' Nabi menjawab: 'Tidak, selama mereka menegakkan shalat (hukum-hukum Islam)'".

Di dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari 'Ubadah bin Shamit yang berkata:الطاعة في منشطنا و مكرهنا و فيما أخذ علينا أن بايعنا على السمع و دعانا رسول الله ص فبايعناه، فقال أن تروا كفرا بواحا عسرنا و يسرنا و أثرة علينا، و أن ال عندكم من الله فيه برهان ننازع األمر أهله إال

"Rasulullah mengajak kami (membai'atnya), lalu kami berbai'at kepada beliau. Kemudian beliau mengajar- kan kepada kami bagaimana kami harus berbai'at Lalu kami berbai'at kepadanya, untuk setia mendengarkan dan mentaati perintahnya, baik dalam keadaan yang kami senangi ataupun tidak kami senangi, pada masa sulit maupun lapang, serta dalam hal tidak mendahulukan urusan kami. Juga agar kami tidak merebut kekuasaan dari seseorang pemimpin, kecuali (sabda Rasulullah:) 'Kalau kalian melihat kekufuran secara terang-terangan, yang dapat dibuktikan berdasarkan keterangan dari Allah".

Menegakkan shalat dalam hadits Auf bin Malik nampak jelas maksudya, yaitu menegakkan agama. Dalam hal ini digunakan lafadz yang bersifat induktif (yang dituju adalah makna yang bersifat umum) yaitu menerapkan hukum-hukum Islam .Sedangkan yang dimaksud dengan

"kekufuran secara terang-terangan" dalam hadits 'Ubadah bin Shamit, adalah kekufuran yang nampak dalam perbuatan penguasa, yakni dengan menerapkan hukum-hukum kufur.

Mafhum dari hadits di atas, bahwasanya kita (hendaklah) memerangi para penguasa dengan senjata, apabila mereka tidak menegakkan hukum Islam, tidak menampakkan syi'ar-syi'arnya dan juga supaya kita memeranginya apabila mereka menerapkan hukum-hukum kufur sekaligus merebut kekuasaan mereka pada saat mereka memperlihatkan kekufuran yang nyata. Memerangi mereka dalam hadits di atas juga dimaksudkan untuk menggeser mereka dari kekuasaan, demi mengembalikan hukum-hukum Islam.

Dengan demikian jelaslah bahwa kewajiban menerapkan hukum-hukum Islam dan larangan menerapkan hukum-hukum kufur adalah masalah utama bagi kaum Muslimin.

Saudara-saudaraku seiman yang mulia.Sesungguhnya berbagai malapetaka dahsyat yang

mengguncang sebuah masyarakat, secara alamiyah akan membangkitkan potensi dalam diri umatnya. Potensi tersebut diantaranya membuahkan rasa kebersamaan diantara individu-individunya sehingga mendorong munculnya berbagai aktivitas pemikiran untuk mengkaji sebab-sebab malapetaka tersebut guna mendapatkan penyelesaian yang akan menyelamatkan mereka. Berbagai aktivitas pemikiran dimaksud mencakup mengkaji sejarah

Page 10: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

umat itu pada masa lalu, saat ini maupun yang akan datang; mengkaji sejarah bangsa-bangsa dan ummat lain sekaligus menelusuri proses kebangkitannya sebagai perbandingan, supaya akal mendapatkan petunjuk melalui pengkajian tersebut sehingga memperoleh suatu pemecahan dan penyelesaian.

Akan halnya dengan kaum Muslimin, sesungguhnya pada permulaan abad ini kaum muslimin telah diguncang malapetaka paling dahsyat yang berhasil mencabik-cabik wadah keberadaan mereka dan memecah belah kesatuan negeri-negerinya serta menghancurkan negaranya, yaitu negara Khilafah. Bahkan, ruh mereka pun berhasil dikubur dalam-dalam. Islam tidak lagi diterapkan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, sehingga mengakibatkan Daulah Khilafah terpecah-belah menjadi negeri-negeri dan wilayah-wilayah kecil, yang masing-masing tunduk pada pemerintahan negara-negara kafir secara langsung pada awalnya, kemudian melalui pemerintahan-pemerintahan boneka dari kalangan kaum Muslimin dan melalui perundang-undangan dan hukum-hukum kufur yang mereka paksakan secara nyata di seluruh negeri-negeri Islam.

Malapetaka yang memilukan itu kemudian disusul dengan malapetaka lainnya --yaitu persekongkolan negara- negara kafir dengan antek-anteknya para penguasa negara- negara Arab-- yang mengakibatkan terampasnya tanah suci Palestina dan berdirinya negara Israel di wilayah itu.

Dua malapetaka inilah yang sangat melukai hati kaum Muslimin. Maka, umat pun kemudian mulai berupaya

menyelamatkan diri, sehingga berdirilah berbagai gerakan baik yang Islami maupun yang tidak Islami. Hanya saja usaha-usaha tersebut belum mampu menghasilkan apa yang diinginkan, yaitu dapat menyelamatkan ummat dari penga-ruh kedua malapetaka yang dahsyat ini.

Setelah terjadi malapetaka yang kedua lahirlah Hizbut Tahrir. Yaitu, sebuah gerakan yang bermula dari beberapa Ulama setelah merasakan berbagai malapetaka yang menimpa kaum muslimin. Mereka kemudian mempelajari realita umat Islam kini dan masa lampau; mempelajari apa saja yang telah menimpa ummat dari berbagai malapetaka dan penderitaan, serta sebab-sebabnya. Mereka juga mempelajari realita kaum Muslimin; realita masyarakat di negeri-negeri Islam berikut interaksinya dengan para penguasa dan sebaliknya; serta peraturan dan undang-undang yang telah diterapkan para penguasa itu. Semua ini telah mereka pelajari, selain mempelajari ide-ide dan perasaan-perasaan yang mendominasi kaum Muslimin. Sesudah itu, seluruh masalah tersebut mereka sandarkan kepada hukum-hukum syara', setelah dipelajari secara teliti dan didasarkan pada realita yang terjadi. Mereka juga mempelajari gerakan-gerakan yang telah berdiri dan bertujuan menyelamatkan kaum Muslimin, baik yang berdasarkan Islam maupun yang tidak.

Walhasil, setelah melalui berbagai studi tersebut secara intensif, mereka menghasilkan sebuah pemikiran yang khas, jernih dan jelas; lalu mereka mendirikan Hizbut Tahrir berdasarkan pemikiran tersebut.

Page 11: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

Sesungguhnya Hizbut Tahrir sesudah melakukan studi tersebut, telah sampai pada kesimpulan bahwa masalah utama kaum Muslimin tiada lain adalah mengembalikan penerapan Islam dalam kehidupan bernegara dan berma- syarakat, serta mengembangkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah dan jihad.

Berdasarkan kesimpulan ini, Hizbut Tahrir lalu menentukan tujuannya, yaitu melangsungkan kehidupan Islam, dan mengemban dakwah Islamiyah, serta bergerak di tengahtengah umat untuk merealisir tujuan tersebut.

Sesungguhnya yang dimaksud dengan melangsungkan kehidupan Islam adalah kembalinya kaum muslimin menerapkan seluruh hukum dan ajaran Islam, baik aqidah, ibadah, akhlaq, mu'amalah, sistem pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pergaulan masyarakat, sistem pendidikan, dan sistem politik luar negeri yang mencakup hubungannya dengan negara-negara dan bangsa-bangsa luar, serta berusaha mengubah negeri-negeri kaum muslimin menjadi Daarul Islam dan mengubah masyarakat yang ada di dalamnya menjadi masyarakat Islami. Dan untuk melangsungkan kehidupan Islam tidak ada cara lain kecuali dengan menegakkan sistem Khilafah dan mengangkat seorang khalifah bagi seluruh kaum Muslimin yang dibai'at untuk didengar dan ditaati berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Manakala Hizbut Tahrir dengan studi yang dilakukannya telah berhasil menetapkan masalah utama kaum Muslimin, sekaligus menentukan tujuan yang diidam-idamkan dan target yang akan direalisasikan; maka

sesungguhnya Hizbut Tahrir juga telah berhasil merumuskan metode yang harus ditempuh untuk merealisasikan tujuannya. Metode dimaksud tidak lain adalah metode yang telah diterapkan Rasulullah saw dalam perjalan beliau semenjak diutus sebagai Rasul hingga berhasil menegakkan Daulah Islam di Madinah.

Agar usaha untuk melangsungkan kehidupan Islam dapat segera terwujud, maka usaha tersebut harus berupa aktivitas kelompok (amal jama'i) dan tidak boleh berupa aktivitas perseorangan (amal fardi). Sebab, aktivitas perseorangan tidak akan dapat menghantarkan kepada tujuan tersebut, selain karena seseorang --betapapun tinggi akal dan pemikirannya-- tidak akan mungkin mencapai tujuan tersebut secara sendirian, melainkan harus bergabung dengan jama'ah.

Oleh karena itu, usaha untuk menegakkan sistem khilafah dan mengembalikan penerapan hukum dengan apa yang telah diturunkan Allah harus berupa amal jama'i dan harus berbentuk kutlah (kelompok dakwah), partai, atau sebuah jama'ah. Dan amal jama'i ini pun harus berupa aktivitas politik dan tidak boleh bergerak di luar aktivitas politik. Sebab, menegakkan sistem khilafah dan mengangkat seorang khalifah adalah aktivitas politik. Demikian pula usaha mengembalikan penerapan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah aktivitas politik, dan itu tidak akan mungkin terwujud kecuali berupa aktivitas politik.

Kelompok-kelompok dakwah yang bergerak di luar bidang politik pada hakekatnya tidak berhubungan dengan masalah utama kaum Muslimin saat ini. Gerakan-gerakan

Page 12: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

tersebut tidak mungkin akan mampu mencapai tujuan yang seharusnya diwujudkan kaum muslimin, yaitu menegakkan sistem khilafah dan mengembalikan penerapan hukum dengan apa yang diturunkan Allah. Kelompok-kelompok dakwah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(a) Kelompok-kelompok dakwah yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, seperti membangun sekolah dan rumah sakit; membantu fakir miskin, anak-anak yatim atau orang-orang jompo dan sebagainya. Meskipun aktivitas- aktivitas tersebut sangat dianjurkan oleh Islam kepada kaum muslimin, akan tetapi aktivitas semacam ini tidak berhu- bungan dengan masalah utama kaum Muslimin, dan tidak mungkin akan dapat mencapai tujuan yang seharusnya diwujudka oleh kaum muslimin. Pada saat yang sama, melaksanakan aktivitas sosial semacam ini, sebenarnya justru akan memalingkan jamaah itu dari kewajiban yang dibebankan kepada dirinya, dalam mengembalikan penerapan hukum-hukum Allah SWT hingga terwujud di muka bumi ini. Lebih dari itu, kiprah berbagai kelompok dakwah pada aktivitas-aktivitas sosial secara terus-menerus, dapat dianggap sebagai upaya Ri'ayatusy Syuun Ad-Daaimah --yaitu pelayanan kebutuhan rakyat secara terus-menerus. Padahal, ri'ayatusy syuun secara terus-menerus adalah tanggung jawab dan kewajiban negara --bukan kewajiban individu dan juga bukan kewajiban jama'ah.

Sedangkan aktivitas sosial yang sifatnya temporal, tidak dianggap sebagai pelayanan kebutuhan rakyat secara terus-menerus. Aktivitas inilah yang diperintahkan dan

dianjurkan oleh syara'. Hanya saja, aktivitas-aktivitas ini tidak berhubungan dengan masalah utama kaum muslimin.

(b) Kelompok-kelompok dakwah yang bergerak di bidang peribadatan dan selalu menganjurkan pelaksanaan amalan- amalan sunnah (yang bukan wajib). Ajakan untuk beribadah dan melaksanaan amalan-amalan sunnah adalah hal-hal yang sangat dianjurkan oleh Islam kepada kaum muslimin, karena merupakan bagian dari Islam dan termasuk satu diantara kebajikan yang diwajibkan Allah untu didakwahkan oleh kaum muslimin. Dalam surat Ali Imran, Allah SWT berfirman:

ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير"Hendaklah ada diantara kalian sebuah jama'ah yang mengajak kepada al khair"

Namun demikian, seruan untuk beribadah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah hanyalah satu bagian saja daripada Islam. Padahal, dakwah seharusnya ditujukan kepada pene-rapan Islam secara menyeluruh, mulai dari aqidah, ibadah, akhlaq, mu'amalah, dan perundang-undangannya, sampai kepada penerapan sistem ekonomi, sistem pergaulan masyarakat, sistem pendidikan, maupun politik luar negeri, serta seluruh hukum syara' lainnya.

Membatasi dakwah hanya kepada seruan untuk beribadah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah, tentu tidak ada hubungannya dengan masalah utama kaum muslimin dan tidak mungkin akan dapat mencapai tujuan yang seharusnya diwujudkan oleh kaum muslimin. Serupa

Page 13: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

dengan kelompok-kelompok dakwah semacam ini --yakni sama kedudukannya--adalah kelompok-kelompok dakwah yang memfokuskan perhatiannya kepada kodifikasi Hadits berikut takhrij-nya (menyangkut sanad, perawi, atau periwayatan sebuah Hadits dan lain sebagainya, pent).

Lebih dari itu, memfokuskan perhatian kepada aktivitas-aktivitas seperti ini akan memalingkan Jama'ah itu dari kewajiban yang dibebankan Allah atas kaum Muslimin, yaitu mengenyahkan hukum-hukum kufur serta menerapkan kembali hukum-hukum Islam dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

c. Organisasi-organisasi dakwah yang bergerak dalam bidang penerbitan dan penyebaran buku-buku atau kebudayaan Islam, atau dalam bidang pemberian nasehat dan petunjuk (Al Wa'dl Wal Irsyad)

Menerbitkan dan menyebarkan buku-buku dan kebudayaan Islam, termasuk dakwah di bidang pemberian petunjuk dan nasehat, pada hakekatnya termasuk aktifitas yang terpuji. Hanya saja, aktivitas seperti ini bukan merupakan jalan untuk menyelesaikan problematika utama kaum muslimin, juga bukan jalan untuk menegakkan sistem khilafah dan menerapkan kembali hukum-hukum Allah dalam realita kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sesungguhnya suatu pemikiran, apabila tidak diemban dengan jalan politik supaya dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, maka sesungguhnya hanya akan menjadi pengetahuan teoritis, pemikiran yang hanya berada dalam otak, atau

hanya akan menjadi pemikiran akademis yang tersimpan dalam buku atau dalam benak manusia. Betapa banyak perpustakaan Islam penuh dengan ribuan buku yang sangat berharga dan tak ternilai harganya, akan tetapi buku-buku tersebut tetap saja membisu di tempatnya. Demikian pula halnya dengan pemikiran, apabila tidak diemban dengan jalan politik supaya dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, niscaya akan tetap membeku seperti sedia kala.

Lihatlah misalnya universitas-universitas yang khusus mengajarkan Islam dan tsaqafahnya, seperti Al Azhar (Mesir), Az Zaituunah (Tunisia), An Najf (Irak) dan lain sebagainya. Universitas-universitas tersebut mengajarkan Islam dan tsaqafahnya secara teoritis dan akademis belaka, bukan dengan cara praktis dan amaliyah (untuk diterapkan). Wajar saja apabila setiap tahun meluluskan ribuan 'Ulama, namun tak ubahnya seperti mewisuda buku-buku berjalan. Sebab, Islam mereka mempelajari secara teoritis dan tidak dengan cara praktis untuk diterapkan, dikembangkan dan diwujudkan dalam kehidupan bernagara dan bermasyarakat secara nyata.

Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau kita menyaksikan mereka tidak menjadikan hukum syara' serta tolok ukur perbuatan dalam Islam --yaitu halal dan haram-- sebagai asas pandangan hidup mereka. Mereka juga tidak menjadikannya sebagai landasan dalam tingkah laku, atau dalam menetapkan suatu hukum untuk realita dan peristiwa baru yang selalu berkembang.

Page 14: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

(d). Organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok dakwah yang bergerak dalam aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar adalah bagian dari perintah yang diwajibkan Allah SWT atas kaum Muslimin, seperti dalam firman-Nya:يأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر ولتكن منكم أمة يدعون الى الخير و

Hendaklah ada di antara kalian sebuah jamaah yang menyerukan pada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang Ma'ruf dan mencegah dari yang Mungkar

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar hukumnya adalah wajib atas kaum muslimin dalam setiap keadaan, baik Daulah Khilafah sudah tegak maupun belum; juga apakah hukum- hukum Islam diterapkan dalam Masyarakat ataukah tidak. Aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar selalu dilaksanakan pada masa Rasulullah, masa Khulafaur Rasyidin dan generasi berikutnya; hukumnya akan tetap menjadi wajib atas kaum muslimin hingga akhir zaman nanti.

Hanya saja aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar bukanlah jalan untuk menegakkan Khilafah dan mengembalikan Islam ke tengah-tengah kehidupan bernegara dan bermasyarakat --sekalipun merupakan bagian dari upaya melangsungkan kehidupan Islam, karena dalam Amar Ma'ruf Nahi Mungkar terdapat aktivitas mengoreksi para penguasa dan menyuruhnya pada kebaikan serta mencegahnya dari perbuatan mungkar. Lebih dari itu, aktivitas untuk melangsungkan kehidupan Islam

sesungguhnya berbeda dengan aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.

Dalam hal ini perlu kita ingat bahwa aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar berbeda dengan aktivitas menghilangkan kemungkaran. Sebab, aktivitas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar hanya terbatas pada aktivitas lisan, sedangkan aktivitas menghilangkan kemungkaran tidak hanya terbatas pada lisan, bahkan jika perlu dengan menggunakan tangan, yaitu kekuatan yang bersifat fisik, berdasarkan sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Sa'id Al Khudriy:ره بيده فإن فبقلبه و ذلك أضعف اإليمان لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع من رأى منكم منكرا فليغي

Siapa saja yang melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Bila tidak mampu hendaklah dengan lisannya. Bila tidak mampu hendaklah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman"

Penggunaan tangan dalam rangka menghilangkan kemungkaran yang dilakukan oleh individu, bergantung pada kemampuannya menghilangkan kemungkaran itu seperti yang tersurat dalam hadits tersebut, dengan syarat penggunaan tangan tersebut tidak mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar, seperti terjadinya fitnah atau pembunuhan. Demikianlah cara menghilangkan kemungkaran bagi individu, yang tidak berkaitan dengan

Page 15: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

aktivitas menegakkan khilafah dan mengembalikan Islam dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Akan halnya terhadap penguasa, terdapat pengecualian dari hadits yang menyerukan penggunaan tangan dalam mencegah kemungkaran berdasarkan hadits-hadits yang mewajibkan taat kepada penguasa sekalipun telah bertindak zhalim dan merampas hak-hak rakyat, selama tidak memerintahkan perbuatan maksiyat; juga berdasarkan hadits-hadits yang melarang mengangkat senjata terhadap penguasa, kecuali apabila telah menampakkan kekufuran secara nyata, yaitu telah memberlakukan hukum-hukum kufur. Imam Muslim meriwayatkan dari Nafi' yang berasal dari ibnu 'Umar, bahwa Nabi saw pernah bersabda:

فإذا أمر بمعصية فال سمع و ال طاعة فيما أحب و كره مالم يؤمر بمعصية السمع و الطاعة على المرء المسلم"Wajib mendengar dan taat bagi seorang Muslim (kepada penguasa) dalam hal-hal yang dicintai maupun yang dibencinya, selama tidak disuruh melakukan maksiyat. Apabila ia disuruh melakukan maksiyat, maka tidak ada kewajiban lagi untuk mendengar dan taat kepadanya."

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda:اس خرج من من كره من أميره شيئا فليصبر عليه ه ليس أحد من الن مات ميتة فإن جاهلية السلطان شبرا فمات إال

"Siapa saja membenci satu hal dari pemimpinnya, hendaklah ia bersabar. Sesungguhnya tak seorang (muslim)pun yang melepaskan diri (dari ketaatan kepada penguasa) walaupun sejengkal, kemudian mati, maka matinya adalah seperti mati jahiliyah."

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah bersabda: كم سترون بعدي أثرة و أمورا سلوا الله حقكم رسول الله ؟ قال أدوا إليهم حقهم و تنكرونهـا ، قالوا : فمـا تأمرنا يـا إن

"Sesungguhnya kalian akan menjumpai suatu masa sesudahku, sikap para pemimpin yang mementingkan diri dan perkara-perkara yang kalian ingkari. Para shahabat bertanya: 'Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah? Beliau menjawab: 'Penuhilah hak-haknya dan mengenai hak-hak kalian serahkanlah kepada Allah."

Tetapi walaupun Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin untuk mentaati para penguasa meski telah bertindak zhalim dan merampas hak-hak rakyat, namun beliau tetap mewajibkan kaum muslimin untuk mengoreksi mereka, mengkritik mereka dengan perkataan, dan menegur mereka dengan kata-kata yang pedas. Hal ini karena kaum muslimin adalah pengawas bagi penguasa akan tanggung jawabnya dan berkewajiban menolak perbuatan mungkar mereka.

Page 16: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Nabi saw bersabda:ه يستعمل عليكم إمراء فتعرفون و و لكن من رضي و تابع تنكرون فمن كره برئ و من أنكر سلم ‘ن

"Akan muncul di antara kalian berbagai tingkah penguasa, (tindakan mereka) ada yang kalian anggap baik dan ada yang kalian pandang salah. Siapa saja yang menolak tindakan salah mereka (minimal di dalam hati), maka dia bebas (dari dosa). Siapa saja yang ingkar, dia juga selamat (dari dosa). Tetapi siapa saja diantara kalian yang merasa senang, bahkan mengikuti (perbuatan-perbuatan yang salah itu), maka dia telah berdosa."

Dengan kata lain siapa saja yang menolak kemungkaran, hendaklah dia berusaha mengubahnya dan bagi yang tidak mampu mengubahnya namun tetap menolaknya dalam hati maka ia akan selamat. Akan tetapi siapa saja yang rela dengan perbuatan mereka lalu mengikutinya, maka dia tidak akan selamat.

Rasulullah saw juga pernah bersabda:

د الشهداء حمزة و رجل قام إلى إمام سيجائر فنصحه فقتله

"Pemimpin para syuhada adalah Hamzah dan sese- orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim lalu menasehatinya, kemudian ia dibunuhnya."

إفضل الجهاد كلمة حق تقال عند ذيسلطان جــائر

"Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kata- kata haq di hadapan penguasa yang zhalim."

Berkaitan dengan penggunaan kekuatan fisik dalam menghadapi penguasa, melawannya dengan senjata dan memeranginya apabila melakukan kemungkaran, maka sesung- guhnya syara' telah melarang hal ini, kecuali dalam satu keadaan, yaitu: apabila penguasa tersebut menampakkan kekufuran secara nyata (yaitu melaksanakan hukum-hukum kufur) atau apabila berpangku tangan terhadap kekufuran yang mendominasi negerinya. Dalam keadaan ini pemimpin seperti itu harus diperangi, dilawan dengan senjata, dan direbut kekuasaanya untuk mengembalikannya dari pelaksanaan hukum-hukum kufur. Apabila pemimpin itu tidak mau juga melepaskan hukum-hukum kufur, maka ia akan dihadapi dengan senjata dan diperangi agar ia terdepak dari kekuasaan, dan semata-mata agar hukum-hukum syara' dapat kembali diterapkan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah disebutkan: قالوا يا رسول الله أفال نقتلهم ؟ ، قال :

ال ، مـا صلوا"...Para Shahabat bertanya (kepada Rasulullah): 'Wahai Rasulullah tidakkah kita perangi saja mereka itu?' Beliau menjawab: 'Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat.'"

Page 17: Manhaj Hizbut Tahrir Dalam Mengubah Keadaan

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan 'Auf bin Malik:بالسيف ؟ فقال ال ، ما أقاموا فيكم قيل يا رسول الله : أفال ننابذهم الصالة

"... ditanyakan (oleh shahabat) kepada Rasulullah: 'Tidakkah kita perangi saja mereka itu dengan pedang? Beliau menjawab: 'Tidak, selama masih menegakkan shalat."

Arti menegakkan shalat di sini adalah menegakkan hukum- hukum Islam secara keseluruhan. Yaitu, penyebutan terhadap sebagian kecil dari hukum --yaitu shalat-- sedangkan yang dimaksud adalah keseluruhan. Dalam Hadits yang diriwayatkan dari 'Ubadah ibn Shamit:أن تروا كفرا بواحا عندكم من الله فيه برهان وأن ال ننازع األمر أهله إال

"Hendaknya kami tidak merebut kekuasaan dari tangan para pemimpin, kecuali (Rasul bersabda:) 'Apabila kalian menyaksikan kekufuran nyata, yang dapat dibuktikan di hadapan Allah'."

Dalam riwayat Ath Thabrani disebut "keku furan yang jelas". Sedangkan dalam riwayat Imam Ahmad disebut Selama ia tidak menyuruhmu berbuat maksiyat secara nyata."

Hadits-hadits tersebut di atas seluruhnya menunjukkan kewajiban mengangkat senjata terhadap para penguasa dan

memeranginya apabila telah menampakkan kekufuran nyata yang dapat dibuktikan di sisi Allah --yakni apabila ia memerintah dengan hukum-hukum kufur.

Namun demikian, kewajiban mengangkat senjata terhadap para penguasa, melawan dan memberhentikannya dari kekuasaan, hanya dapat dilakukan apabila sudah cukup kemampuan untuk menggulingkan mereka, meskipun hanya dilandasi dugaan kuat. Hal ini karena manath dari hadits-hadits tentang penggunaan tangan (kekuatan fisik) dalam melawan kemungkaran, dan manath dari hadits mengenai kewajiban mengangkat senjata terhadap para penguasa keti-