aktivitas dakwah hizbut tahrir indonesia dewan...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DEWAN PIMPINAN DAERAH ( DPD ) BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
A. Samsul Anwar NIM.105051001881
Di bawah bimbingan
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 196104221990032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DEWAN
PIMPINAN DAERAH (DPD) BOGOR, telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 19 Maret 2010. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota Drs. Wahidin Saputra, MA Dra. Hj. Musyfirah Nurlaily, MA NIP. 19700931996031001 NIP. 197104122000032001
Anggota
Penguji I Penguji II DR. H. A. Ilyas Ismail, MA Umi Musarrofah, MA NIP. 196304051994031001 NIP. 197108161997032002
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 196104221990032001
AKTIVITAS DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DEWAN PIMPINAN DAERAH ( DPD ) BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
A. Samsul Anwar NIM.105051001881
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 5 Maret 2010
A. Samsul Anwar
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah segala puji ke hadirat Allah SWT, Yang Maha Adil, Yang
telah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Yang telah memberikan
kedamaian dan keragaman. Yang senantiasa memberikan nikmat sehat wal’afiat,
taufik dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yang membawa umat manusia menjadi cerah dan
mencerahkan, sehingga dapat menjalankan kehidupan ini begitu sejuk dan penuh
hikmah pengetahuan, kepada keluarga, shahabat dan seluruh pengikutnya yang
senantiasa menjalankan sunnahnya.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa penyusunan skripsi ini
tidak akan selesai jika tanpa dukungan semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A.,
Bapak Drs. Studi Rizal LK, MA. selaku Pembantu Dekan I, II, dan III
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ii
4. Bapak Drs. Jurmroni, MSi dan Ibu Dra. Umi Musyarrofah, MA, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dalam
berkonsultasi dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi.
5. Bapak Drs. S. Hamdani, M.Ag selaku dosen penasehat akademik penulis,
yang telah memberikan pengarahan dan memotivasi penulis dalam
mengarungi pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
6. Ibu. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum selaku pembimbing, berkat kesabaran
dalam membimbing serta waktu luangnya untuk sharing kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
8. Seluruh pegawai Akademik dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, staf Perpustakaan Utama yang telah membantu
menunjukkan buku-buku yang penulis perlukan.
9. Kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda, atas cinta dan kasih
sayang, kesabaran, pengorbanan, dan motivasinya yang tak kunjung
padam, Kakanda, Adinda, dan untuk calon istriku tercinta Atiatu Jakiyah
yang selalu memberikan kesegaran pikiran di saat penulis jenuh. Ku
persembahkan skripsi ini untuk kalian.
10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Al-Hikmah An-Najiyah Cibinong, Aby
dan Umy Orang Tua kedua penulis, dewan Assatidz, dan para Santri yang
memberikan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
iii
iv
11. Keluarga Tia, Bapak, Ibu, Oji, Inyeng (yang lucu), Teh Ani, Ka Fauzi,
Dan Keluarga Besar Al-Asiyah Cibinong, terimakasih atas dukungan dan
motivasinya.
12. Teman-teman éRSOUS (Institute for Religion and Social Studies), Nasrul
Umam Syafi’i, Ahmad Taufik, Lukman Hakim, H. Asep Muhammad
Lu’ay, H. Darnoto, Saepul Hidayat, Hamzah Sulaiman, Sutrisno, Abdul
Majid, Alip Nuryanto, Tb. Asep Subhi, Fahru, Haris, Munir dkk. yang
selalu setia dan bersama untuk memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman KPI B angkatan 2005, Zaka, Indra, Ade, Rijal, Maksis,
Irfan, Noviyanto, Fandi, Rosdiana, Yuswita dll. yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu-persatu (mari kita lanjutkan perjuangan dan kejarlah
cita-cita setinggi-tingginya). Bersama merasakan susah dan senangnya
menempuh pendidikan di Kampus tercinta, indahnya kebersamaan.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis berdo’a semoga partisipasi aktif
semua pihak tersebut di atas dan yang tidak sempat disebutkan semuanya,
benar-benar menjadi bagian dari rangkaian amal saleh. Amiin.
Jakarta, 05 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DATAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 4
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 5
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 9
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah ...................................................................................... 11
B. Subjek Dakwah .......................................................................... 13
C. Objek Dakwah ............................................................................ 14
D. Tujuan Dakwah .......................................................................... 15
E. Metode dakwah .......................................................................... 16
F. Media Dakwah ........................................................................... 17
G. Organisasi
1. Pengertian Organisasi ........................................................... 19
2. Struktur Organisasi .............................................................. 20
3. Budaya Organisasi ............................................................... 21
4. Macam-macam Organisasi ................................................... 22
v
5. Bentuk-bentuk Organisasi .................................................... 23
6. Prinsip-prinsip Organisasi .................................................... 24
7. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Organisasi .................... 25
8. Pengembangan Organisasi ................................................... 26
9. Kaderisasi ............................................................................. 27
BAB III. GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD
BOGOR
A. Sejarah Berdirinya Hizbut Tahrir ............................................... 30
B. Latar Belakang Berdinya Hizbut Tahrir ..................................... 31
C. Tujuan Hizbut Tahrir .................................................................. 32
D. Landasan Pemikiran Hizbut Tahrir ............................................ 33
E. Pemikiran dan Doktrin Hizbut Tahrir Dalam Kenegaraan ........ 35
F. Keanggotaan Hizbut Tahrir ........................................................ 36
G. Pola Organisasi Hizbut Tahrir .................................................... 37
H. Aktivitas Hizbut Tahrir .............................................................. 38
I. Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Jihad .................................. 40
J. Tempat Aktivitas Hizbut Tahrir ................................................. 41
K. Metode Dakwah Hizbut Tahrir .................................................. 42
BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
A. Pengertian Dakwah Menurut Hizbut Tahrir ............................... 52
B. Kegiatan Dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor ............................ 52
C. Media Dakwah Hizbut Tahrir .................................................... 53
D. Karakteristik Dakwah Hizbut Tahrir .......................................... 56
E. Antara Politik Pemikiran Dan Dakwah ...................................... 57
vi
vii
F. Harapan Hizbut Tahrir DPD Bogor ........................................... 58
G. Analisis Dakwah Hizbut Tahrir ................................................. 60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 67
B. Saran ........................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD BOGOR
A. Latar Belakang Masalah
☺ ☺
’’Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.’’ (Q.S. Ali Imran :104)
Masalah dakwah dewasa ini sangat penting bagi perkembangan ajaran
Islam. Pada hakikatnya dakwah adalah realisasi dari amar ma’ruf nahi munkar,
yakni mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah manusia dari
kemunkaran. Bila demikian maka dakwah Islam merupakan kewajiban bagi setiap
muslim. Dakwah berjalan tanpa mengenal kurun waktu selama di dunia masih ada
manusia, maka dakwah Islam tetap diperlukan.
Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengemban Dakwah
Islamiyah di setiap waktu dan keadaan. Kaum wajib berusaha dan berusaha
mengubah keadaan mereka, teruma tatkala kekufuran telah merajalela dan Islam
telah lenyap dari kehidupan. Disamping itu, Syeikh Mustopa Al-Galaya seperti
dikutip H. Amura menyebutkan dalam bukunya “al-Islam ruhul madaniyah”
bahwa dakwah adalah kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah,
serta kebaikannya harus disebarluaskan di antara manusia.
1
2
Islam adalah agama dakwah,1 artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, mengajak dan
menyeru orang lain untuk menerima Islam, dan meyakininya dengan cara
tersendiri. Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di
dakwahinya oleh karena itu manusia di anugrahi akal sehingga dituntut untuk
berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami,
merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut sehingga bisa di ambil
manfaat darinya.
Dakwah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengalaman
keislaman seseorang dalam sosio-budayanya, maka penyampaian pesan dakwah
ini pun dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai dengan keahliannya.2
Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip kaidah ajaran Islam, maka
dakwah dapat dilakukan dengan cara: Lisan, Tulisan, Seni, Sastra, Budaya dan
Sebagainya. Baik di lakukan secara individu atau kelompok.
Islam telah memberi kemudahan bagi seluruh pemeluknya yang ingin
menyebarluaskan seluruh perintah dan larangan Allah SWT khususnya, bagi para
juru dakwah (baik personal maupun kelompok). Allah memberikan kebebasan
dalam menyapaikan pesan dakwah dengan berbagai metode dakwah, serta
kendaraan yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan-pesan agama. Dalam
Surat an-Nahl ayat 125, Allah berfirman:
1 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997) 2 Fathi Yakan, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, (Solo: Intermedia, 2003),
h. 55
3
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125).”.
Akan tetapai seiring dengan semakin kompleksnya kehidupan karena
terjadinya berbagai differensiasi dalam sendi kehidupan, maka keinginan untuk
menghadirkan ajaran agama (Islam) yang lebih kontributif dan konstektual
manjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi (Point of no return).
Karena sebagaimana diketahui, betapapun sempurananya ajaran suatu agama yang
terekam dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an dan
al-Hadits, ajaran-ajaran tersebut tidak akan mempunyai makna, ketika tidak
mampu di break down menjadi panduan fungsional yang dapat dirasakan bagi
kebutuhan umat manusia.3
Dengan demikian maka tugas dakwahpun menjadi lebih kompleks lagi,
sehingga tidak jarang kita dengar ada yang disebut dengan dakwah melalui
internet, dakwah melalui media cetak, elektronik. Berangkat dari kompleksnya
kehidupan itu pula maka tidak sedikit masyarakat yang mendirikan lemabaga-
lembaga/institusi yang bergerak di bidang dakwah, salah satunya adalah Hizbut
Tahrir Indonesia atau yang biasa kita sebut dengan HTI. Lembaga yang sudah
memiliki cabang di manca negara ini didirikan dengan tujuan untuk melanjutkan
3 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan
Aksiologis, (Pustaka Pelajar & Walisongo Press), cet-E, h. xi
4
kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, yang di
lakukan secara terorganisir. Maka dengan alasan ini pula kemudian penulis
tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana Dakwah Hizbut Tahrir
Indonesia yang berada di Bogor. Untuk itu penulis mengangkat kajian ini mejadi
sebuah tema utama dalam skripsi penulis, yang penulis beri judul : “Dakwah
Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dalam memahami isi, peneliti
memberikan batasan yaitu pada dakwah yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir
DPD Bogor.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa kegiatan dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor?
2. Apa media yang digunakan Hizbut Tahrir dalam brdakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui kegiatan dakwah Hizbut Tahrir DPD Bogor.
b. Untuk mengetahui media yang digunakan Hizbut Tahrir DPD Bogor
dalam berdakwah.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademik
5
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan
kita semua tentang dakwah yang baik. Penelitian ini juga di harapkan
dapat memberikan kontribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa
fakultas dakwah dan komunikasi (FDK) dan khususnya bagi para
mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran islam (KPI) yang tertarik
untuk mempelajari tetang dakwah.
b. Manfaat Praktis
Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi
para praktisi dakwah dalam melaksanakan dakwahnya.
D. Tinjauan Pustaka
Karya-karya ilmiah yang menghususkan mengkaji tentang dakwah
terutama di bidang metode dakwah sudah begitu banyak di temukan. Tetapi
untuk kajian yang menghususkan tentang gerakan dakwah (terutama yang
dilakukan oleh kelompok secara terorganisir) belum begitu banyak di
temukan. Padahal kajian seperti ini penulis menganggap sangat layak
dilakukan guna melengkapi khazanah ke ilmuan di bidang dakwah. Sebelum
melangsungkan penelitian ini penulis terlebih dahulu melakukan peninjauan
di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan terutama di perpustakaan
dakwah. Hal itu di lakukan karena penulis merasa khawatir terjadi kesamaan
judul dalam penelitian ini sehingga akan menimbulkan prasangka bahwa
karya ilmiah yang penulis kerjakan merupakan jiplakan dari karya orang lain.
Penelitian ini penulis banyak terilhami dari beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, seperti berikut ini:
6
1. Dakwah Badan Kerohanian Islam Rumah Sakit Haji Jakarta Dan
Pengaruhnya Terhadap Ibadah Pegawai Setempat yang di buat oleh
Lukman Yuni Akbar dengan no NIM: 103051028535 pada tahun 2007.
Secara umum pokok pembahsan dalam penelitian ini adalah sama yaitu
mengenai dakwah. Namun penulis menganggap selain beda subjek yang
diteliti penulis pun melihat ada perbedaan antara dakwah yang disampaikan
Badan Kerohanian Islam Rumah Sakit Jakarta dengan Hizbut Tahrir Indonesia
Khususnya yang ada di Bogor. Dengan demikian skripsi ini penulis anggap
layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Taylor adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4 Sedangkan menurut
Anselm Strauss adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik
atau dengan cara-cara lain dari pengukuran.
Dengan demikian dapat difahami bahwa penelitian kualitatif lebih
memfokuskan penggalian makna pada suatu masalah dan kemudian hasilnya
ditafsirkan oleh peneliti sendiri. Hal itulah yang membedakan dangan
penelitian kuantitatif yang berpatokan pada hitungan dan rumus-rumus yang
4 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989,
cet ke-1 h.3)
7
bersifat pasti, meskipun bisa saja kedua metode penelitian itu dijalankan
secara bersamaan.
a. Subjek dan Objek Penelitian.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia DPD
Bogor, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kegiatan
dakwahnya.
b. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penulis melakukan penelitian dengan mendatangi kantor Hizbut Tahrir
Indonesia Kota Bogor dan mengikuti kegiatan yang di adakan oleh
lembaga di atas. Adapun tempat penelitian dilakukan di majlis atau kantor
Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor.
2. Sumber Data
Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data skunder. Data
primer adalah data yang langsung diambil dari responden yang bersangkutan.
Sedangkan data skunder adalah data yang didapat dari pihak kedua, tidak
secara langsung dari subjek penelitian.5
Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer, yaitu dengan
cara mendatangi kantor Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor dan melakukan
wawancara dengan pengurus Hizbut Tahrir Indonesia DPD Bogor. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan penjawab (informan)
5 Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), cet. Ke-1, h.8.
8
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).6 Penulis melakukan wawancara terhadap pengurus Hizbut
Tahrir Indonesia DPD Bogor.
b. Telaah Kepustakaan
Telaah kepustakaan: untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
penelitian ini, selain yang telah disebutkan diatas (Wawancara), telaah
kepustakaan juga dimaksudkan untuk menjelaskan teori yang digunakan.
Telaah kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku,
jurnal, surat kabar dan majalah yang kiranya dapat mendukung penelitian
ini dari segi pustaka.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisa non statistik, yaitu mengambil keputusan atau
kesimpilan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, dan
penganalisaan data hasil penelitian, kemudian menyajikannya dalam karya
ilmiah.7
F. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.
6 M. Nazir, Metode Penelitian I (Jakarta: Galia Indonesia, 1995), h. 234. 7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet ke-2.
H. 27.
9
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis
membaginya menjadi lima bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan.
Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, teknik penulisan data, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis.
Dalam bab ini memuat ruang lingkup teori tentang pengertian
dakwah, ruang lingkup dakwah, Unsur-unsur dakwah, Teori
tentang dakwah serta bentuk-bentuk dakwah. Tentang pengertian
organisasi, struktur organisasi, budaya organisasi, macam-macam
organisasi, bentuk-bentuk organisasi, prinsip-prinsip organisasi,
pengembangan organisasi, kader.
BAB III : Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia Kab Bogor.
Dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi di
dirikannya Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor.
BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian.
Dalam bab ini memuat deskripsi tentang dakwah Hizbut Tahrir
Indonesia Kota Bogor.
BAB V : Penutup.
Pada bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang
penulis lakukan serta saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah
Secara etimologis (lughatan) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru,
memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, panggilan.8 Sebagaimana
disebutkan dalam buku Amrullah Ahmad, kata dakwah berasal dari bahasa Arab
yang mempunyai arti sebagai berikut:
1. Menurut kamus Munjid, dakwah berasal dari fiil madli da’a yang mempunyai
arti menyeru atau memanggil.
2. Menurut kamus Marbawi, diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan
dia)
3. Menurut pendapat Prof. H. Muhammad Yunus mempunyai dua akar kata
yaitu:
a. Menyeru, memanggil, mengajak, menjamu.
b. Da’a, Yad’u, Da’a’an yang berarti memanggil, mendo’a, memohon.
c. Orang yang berdakwah disebut da’i, di ambil dari kata daa’a yang
jamaknya
d. Da’aatan yang berdakwa, yang menyeru, yang memanggil, yang berdo’a.
Da’i (orang yang berdakwah) disebut juga muballig (yang menyampaikan)
di ambil dari kata da’watan, jadi kata dakwah merupakan isim mashdar yang
8 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan
Struktur ke Ilmuan Dakwah, (Medan: 1996) h. 15.
10
11
berasal dari fi’il madhi da’a yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan.9
Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi (istilah), beberapa Ulama
mengartikan dakwah sebagai beriut:
1. Menurut Syaikh M. Ash Shawwaf, “Dakwah adalah risalah langit yang
diturunkan ke bumi berupa hidayah sang Khaliq kepada makhluk, yakni
agama dan jalanNya yang lurus, yang sengaja dipilihNya dan dijadikan
sebagai satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”10 Menurut
Syaikh M. Abduh, “ringkasnya menyeru kepada kebaikan menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan
kepada setiap muslim.”11
2. Menurut Didin Hafidhudin: “Dakwah merupakan proses yang
berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap
menuju kehidupan yang islami.”12
3. Menurut M. Quraish Shihab: “Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”13
4. Menurut Toha Yahya Omar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”14
9 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab. Departemen Pendidikan, 2000, h. 132. 10 Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami
Press, 1996) Cet. Ke-1, h. 13- 14. 11 Ibid, h. 27 12 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP, 1999) Cet. Ke-1, h, 77. 13 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
masyarakat (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke-XIX, h. 194 14 Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Wijaya, 1971), cet. Ke-2, h. 1
12
Lebih lanjut lagi Prof. Dr. Toha Yahya Omar MA, membagi dakwah
menjadi dua segi :
1. Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi
cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian
manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat
pekerjaan tertentu.
2. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam ialah mengajak manusia dengan cara
bijkasana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.15
Dakwah merupakan metode yang memiliki arti yang sangat luas dimana
dakwah tidak terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga
mengarah kepada pembinaan dan takwin (pembentukan) individu, keluarga,
lingkungan dan masyarakat Islam. Dakwah tidak bisa diterapkan dengan
komposisi dan kapasitas yang sama pada setiap obyeknya, yakni manusia. Bagi
individu yang memang terbiasa berbuat dosa dan maksiat, cukuplah bagi mereka
dakwah dengan ta’rif (pengenalan) dan tabligh. Jika kelak mereka memiliki
kemajuan dan telah menyadari fitrahnya maka perlu sekali diadakan pembinaan
dan takwin sebagai tindak lanjut perilaku dakwah kepada mereka.
B. Subjek Dakwah
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik
15 A. H. Hasanuddin, “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan”,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982) h. 34
13
secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi
dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.16
Pada prinsipnya setiap individu seorang muslim ataupun muslimah
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah islamiyah, paling tidak
untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an (QS. At-Tahrim: 66:6).
⌧
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dengan demikain dapat dipahami bahwa setiap orang yang menyatakan
dirinya sebagai pemeluk agama Islam, maka secara otomatis ia memikul suatu
kewajiban untuk melaksanakan dakwah.
C. Objek Dakwah
Adapun objek dakwah ini disebut mad’u atau sasaran dakwah, mereka
adalah orang-orang yang diseru, dipanggil dan diundang. Maksudnya ialah orang
16 M. Hafi Ashari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Cet ke-1, h. 179
14
yang diajak kedalam Islam.17 Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran
dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam system dakwah yang tidak
kalah penting peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.
Oleh karena itu, masalah masyarakat atau sasaran dakwah ini haruslah dipelajari
dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktifitas dakwah yang sebenarnya.
Maka dari itu sebagai bekal dakwah bagi seorang da’i atau muballigh
hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman
yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat. Dengan demikian, seorang
juru dakwah harus mampu menyesuaikan sasaran dakwah agar yang
dilaksanakannya dapat berhasil dengan baik.
D. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas
dakwah. Tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap
pengguanaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi
dakwah.
Tujuan dakwah adalah mengajak seluruh umat manusia (meliputi orang
muslim maupun non muslim) kepada jalan yang benar serta diridhai Allah SWT.
agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat.
Tujuan Khusus dakwah adalah:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf
17 Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet. Ke-1, h
15
3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
SWT.
4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.18
Adapun materi dakwah tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama yang meliputi
akidah, syari’ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh
darinya. Dan dalam penyampaian dakwah pun haruslah menyesesuaikan dengan
keadaan waktu, lingkungan, dan kemampuan seseorang mad’u dalam menerima
dan memahami pesan yang disampaikan (kadar intelektualitasnya). Maka dengan
itu, dakwah yang disampaikan kepada mad’u dapat sesuai dengan apa yang
menjadi tujuan seorang da’i dalam berdakwah.
E. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui)
dan “bodos” (jalan, cara). Maka, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata
methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal
dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam Bahasa Arab artinya thariq.19
Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud.
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih
18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983), h. 54-58 19 Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet. Ke-1, h.35
16
sayang.20 Para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan
berbagai metode dan media sesuai dangan kebutuhan sasaran dakwah, paling tidak
proses pelaksanaan dakwah betul-betul bisa menyentuh sasarannya. Para da’i
dalam menyampaikan dakwahnya mengunakan metode yang tertera dalam al-
Qur’an yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 125.
☺
☺
☺
☺
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125).” a. Berdakwah menggunakan metode hikmah menurut Al-marhagi berdakwah
dengan ucapan yang sangat bijaksana disertai dengan alasan dan dalil yang
dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan ketidakjelasan.21
b. Mauidzah hasanah, menurut Ibnu Sayyidhi memberikan irjat (yang dilakukan)
olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakan
hatinya.
c. Berdakwah dengan mudjadalah ialah berdakwah dengan berdebat dan bertukar
pikiran untuk mendudukan orang yang menentang dan membangkang ajaran
Islam yang di sampaikan oleh da’i dengan sangat hati-hati dan tetap
menghormati dan tidak menyalahkan.
20 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. Ke-1 21 Imas Rosyanti, Sari Tafsir II, (Bandung : Fa Sumatra, 1996), h. 14
17
F. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyapaikan
materi dakwah, media dakwah ini dapat berupa barang (material) contoh: Televisi,
Radio, Video, Kaset, Majalah, dan Surat Kabar, bias juga orang/manusia, tempat,
kondisi tertentu dan sebagainya.22
Dengan demikian banyak media dakwah yang tersedia, maka seorang da’i
haruslah memilih beberapa media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan dakwah yang hendak tercapai
2. Materi dakwah
3. Kemampuan da’i
4. Ketersediaan media
5. Kualitas media
Menurut Zainal Muhtarom media yang paling efesien dalam berdakwah
secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Media Lisan
Dibanding dengan media lain, media lisan merupakan suatu media yang
sering digunakan karena sifatnya praktis dan ekonomis. Termasuk didalamnya
media lisan adalah diskusi, khutbah, ramah tamah dan sebagainya.
2. Media Cetak
Dikenal juga sebagai media tulisan, ide-ide dan ajaran Islam yang
dituangkan dalam bentuk tulisan seperti pada surat kabar, bulletin, spanduk,
majalah dan sebagainya.
22 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983), h. 163
18
3. Media Elektronik
Merupkan suatu media yang lahir karena pemikiran manusia dalam bidang
teknologi. Pada media ini, emosi dan ketegangan penonton atau pendengar
dapat terpancing melalui tingkah laku, kata-kata ataupun suara yang
dihasilkan, yang termasuk dalam media jenis ini adalah: radio, televise, film,
tape, dan lain sebagainya.
4. Media Organisasi
Organisasi dakwah merupkan alat pelaksanaan dakwah, agar dapat
menacapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien, maka
melalui organisasi social maupun keagamaan dakwah dapat terus
diselenggarakan dalam setiap kegiatan intern dan ekstern.
5. Media Seni dan Budaya.
Media ini merupkan suatu media yang sangat diminati dan akan terus
diwariskan pada generasi selanjutnya. Dakwah melalui seni dan budaya sudah
dilakukan oleh para guru atau da’i di zaman dahulu hingga sekarang. Seperti
wayang, gamelan, seni sastra dan lain sebagainya. Selain media seni dan
budaya, dakwah juga dapat dilakukan melalui seni bahasa dan seni suara.23
G. Organisasi
1. Pengertian organisasi
Kata organisasi berasaldari istilah yunani organan dan istilah latin
organum yang berarti alat, bagian, anggota, atau badan. Dalam literatur
dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana
23 Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta : Al-Amien
Press, 1996). Cet ke-1, h. 115
19
memandang. James D. Mooney mengatakan, “organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”, sedangkan
Chestheer I. Barnard memberi pengertian terhadap organisasi, yaitu sebagai
suatu sisitem dan akativitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih.24
Bila dibandingkan, kedua pendapat tersebut, sebenarnya tidak ada
perbedaan yang hakiki karena james D. Mooney melihat organisasi sebagai
suatu “badan” dimana terdapat perserikatan manusia untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Akan tetapi Chesther I. barnard melihat organisasi itu
merupakan suatu “susunan skematis” dimana tergambar “sistem dari aktivitas
kerja sama”. Dengan kata lain masing-masing melihat organisasi itu dari suatu
segi.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangat penting bagi perjalanan suatu organisasi, agar
dapat pembagian pekerjaan dan koordinasi secara formal. Terdapat enam
unsur ketika merancang struktur organisasi diantaranya adalah; spesialisasi
pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi
dan disentralisasi, sertaformalisasi.25
a. Spesialisasi pekerjaan, yaitu sampai tingkat mana tugas dalam organisasi
dipecah-pecah menjadi pekerjaan terpisah.
b. Departemen talisasi, yaitu dasar yang dipakai untuk mnegelompokkan.
24 Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres,
2001), h. 59 25 Robbins Stphen, Perilaku Organisasi, edisi Bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. Indeks
Gramedia, 2006), h. 585
20
c. Rantai komando, yaitu garis wewenang yang tiadak terputus-putus yang
terentang dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas
siapa melapor kesiapa
d. Wewenang, yaitu hak-hak yang inhern dalam posisi manajerial untuk
memebgai perintah dan mengaharapkan perintah itu di patuhi
e. Kesatuan komando, yaitu bwahan seharusnya mempunyai satu atasna yang
kepadanya ia beryanggung jawab langsung.
f. Sentralisasi, yaitu tingkat dimana pengambilan keputusan dipusatkan pada
titik tunggal dalam oraniassi.
g. Formalisasi, yaitu tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi itu dilakukan
3. Budaya Organisasi
Setiap organisasi memiliki budayanya yang terbentuk. Keberadaan sebuah
budaya dalam organisasi sangat memberikan peran yang penting bagi
keberlangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi.
Budaya dapat menjadi pengikat sekaligus motivator rasa kebersamaan para
anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tatacara dan
batasan perilaku dalam berorganisasi.26 Artinya setiap organisasi akan
membentuk budayanya sendiri yang berbeda dengan organisasi lain.
Begitu pula budaya merupakan komponan yang menyebabkan suatu
strategi dapat di implementasikan pada suatu organisasi, sementara strategi
tidak dapat diimplementasikan pada organisasi lain dengan kondisi relaitif
sama. Budaya suatu organisasi merupakan sikap dan nilai-nilai, gaya
mananjemen dan kebiasaan mengambil keputusan dari orang-orang yang ada
26 Amirullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Strategi, h. 165
21
didalam organisasi. Terlepas dari kuat atau lemahnya kultur suatu organisasi,
yang jelas bahwa budaya organisasi berfungsi untuk:
a. Menentukan batas-batas berperilaku bagi para anggota organisasi.
b. Menumbuhkan perasaan teridentifikasi dengan organisasi dikalangan para
anggotanya.
c. Menumbuhkan komitmen bagi keberhasilan organisasi.
d. Menjamin stabilitas organisasi.
e. Berperan sebgai mekanisme pengendali dalam kehidupan bersama kafrena
budaya organisasi mengikat semua orang dalam organisasi yang
bersangkutan.27
Oleh sebab itu, budaya suatu organisasi harus tercatat sejak awal
berdirinya organisasi seiring dengan penetapan struktur, misi, tujuan, dan
berbagai harapan yang diinginkan.
4. Macam-Macam Organisasi
Dasar dari pengertian organisasi yang berbeda pendapat, melahirkan
macam-macam organisasi, sehingga untuk membedakannya dibubuhi kata
dibelakang organisasi, seperti organisasi statis, organisasi dinamis, organisasi
internasional, organisasi negara, organisasi daerah, organisasi formal dan
organisasi informal. Namun dari macam-macam organisasi tersebut dapat
dikelompokan menjandi tiga macam organisasi yaitu, organisasi statis,
organisasi dinamis, organisasi formal, dan organisasi informal.28 Organisasi
statis adalah bagan organisasi atau skema organisasi, tidak lain adalah gambar
27 Sondang P. Siagian, Teori Pengembangan Orgnaisasi, h. 112-113 28 Ibid, h. 60
22
secara skematis tentang hubungan kerja orang-orang yang terdapat dalam
suatu badan, dalam rangka usaha mencapai tujuan itu.
Berhadapan dengan ini kita mengenal organisasi dinamis yaitu setiap
kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organisasi,
serta mengadakan departemensasi dan menetapkan wewenang, tugas dan
tanggung jawab orang-orang dalam suatu badan. Maka organisasi dinamis
tidak lain dari kegiatan-kegiatan yang mengorganisasi, kegiatan dan
menetapkan susunan suatu badan. Organisasi formal yaitu, suatu sistem
kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih dan dikoordinasi dengan sadar
untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi informal merupakan kumpulan
hubungan antar perorangan tanpa tujuan bersama yang disadari meskipun pada
akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama.
Adapun ciri-ciri organisasi ada tiga yaitu:
a. Sekelompok orang
b. Kerjasama atau pembagian pekerjaan, dan
c. Tujuan bersama.29
Dalam organisasi formal ketiga ciri itu ada, dimana hubungan dalam
organisasi informal ketiga ciri itu tidak ada, namun hubungan itu dipengaruhi
oleh perasaan dan tujuan bersama yang tidak jelas. Organisasi foramal, tiap
unsur organisasi mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi-fungsi yang tegas
sedangkan dalam organisasi informal, kedudukan, tugas serta fungsi-fungsi itu
tanpaknya kabur.
5. Bentuk-Bentuk Organisasi
29 Robbins Stphen, Perilaku Organisasi, edisi bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. Indeks
Gramedia, 2006), h. 61
23
Menurut pola hubungna kerja, serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab, maka bentuk organisasi itu dibedakan sebagai berikut:
a. Bentuk organisasi garis
b. Bentuk organisasi fungsional
c. Bentuk organisasi garis dan staf
d. Bentuk organisasi fungsional dan staf.30
Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling
sederahana. Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah masih kecil, jumlah
anggotanya sedikit dan saling mengenal, spesialisasi kerja belum begitu
tinggi. Bentuk organisasi fungsional adalah dimana segelintir pimpinan tidak
mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang memberi
komando pada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan fungsi
atasan tersebut. Bentuk organisasi garis dan staf adalah terdapat satu atau lebih
tenaga staf. Staf yaitu orang yang ahli dalam biadang tertentu yang tugasnya
memberi nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin di
dalam organisasi tersebut. Bentuk organisasi staf dan fungsional adalah
kombinasi dari bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan
staf.
6. Prinsip-Prinsip Organisasi
Dalam rangka membentuk organisasi yang baik, maka seseorang perlu
memperhatikan prinsip-prinsip organisasi. Para ahli memberikan beragam
prinsip-prinsip organisasi, yang dapat diringkas sebagai berikut :
a. Mempunyai tujuan yang jelas
b. Terdapat jenjang kepemimpinan dan system kepemimpinan yang layak
30 Ibid, h. 61
24
c. Mempunyai satu kesatuan perintah atau komando
d. Terdapat pembagian wewenang yang jelas antar pemimpin
e. Terdapat sistem pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang jelas
f. Terdapat pembagian sistem pengendalian atau rentang kendali
g. Terdapat garis koordinasi antara pimpinan dan anggota organisasi
h. Terdapat fleksibelitas cara pelaksanaan berbagai kegiatan.31
7. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Organisasi
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan organisasi dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Faktor ekstern
Faktor akstern adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau
sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali
suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang
kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi
yang termasuk faktor ekstren adalah perkembangan teknologi, faktor
ekonomi dan peraturan pemerintah.
b. Faktor intern.32
Faktor intren adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam
organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber
antara lain:
1. Problem hubungan antar anggota.
31Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres,
2001), h. 55 32 Ibid, h. 2
25
2. Problem dalam proses kereja sama
3. Problem keuangan
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu
problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang
menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan
problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang hubungannya
setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang
sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan
komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan sistem pengupahan,
misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan
tenatang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama. Hal ini akan
menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi,
misalnya anggota sering terlambat.
Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem.
Keputusannya sepihak mungkin baik, tetapi karena terjadi salah informasi,
bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang
dilakukan akan menyangkut terhadap sistem yang digunakan.
8. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah suatu usaha jangka panjang untuk
memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi,
terutama memulai manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan
kolaboratif dengan tekanan khusus pada budaya tim-tim kerja formal dengan
penggunaan teori dan teknlogi.33
33 T. Tani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2003), h. 337
26
Pengembangan organisasi lebih dikenal dengan organisation development
(OD). Pengertian pokok OD adalah perubahan yang terencana. Perubahan
dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus menerus terjadi
dan mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat kini.
Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyarakat modern, mau tidak
mau harus beradaptasi terhadap arus perubahan.
Untuk dapat bertahan, organisasi harus mampu mengarahkan warganya
agar dapat beradaptasi dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan
dampak positif dari berbagai pembaharuan dengan pengembangan diri dan
pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga organisasi dalam
mengembangkan diri menghadapi perubahan, inilah yang dikenal luas sebagai
prose Organisation Development (OD).
H. Kader
1. Pengertian Kader
Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi,
pertai dan sebagainya.34 Pengertian kader menurut zaenal bahry adalah tenaga
binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi atau pembinaan yang tetap
untuk sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu
diperlukan.35 Adapun pengertian kader apabila dilihat dari asal suku katanya
berasal dari bahasa inggris yaitu, “cadre” adalah:
1. Sekelompok pasukan inti yang terlatih dapat bertambah jumlahnya apabila
dibutuhkan.
34 Zaenal bahry, kamus umum; khususnya bidang hukum dan politik, (bandung: angkasa,
1996), h. 45 35 Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan
Sejahtera (Jakarta: Skripsi, MD, 2003)
27
2. Suatu kelompok pengawasan atau kelompok inti yang terlatih dari suatu
organsasi.
3. Kelompok orang-orang yang sangat terlatih.36
Maka pengertian kader adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti
(yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi suatu
organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.
2. Ciri-Ciri Organisasi Kader
Dalam rangka membentuk organisasi yang dinamis, maka organisasi perlu
memperhatikan regenerasi estapeta organisasi tersebut. Oleh karena itu
organisasi kader memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lebih mementingkan kualitas tiap-tiap individu dari pada kuantitasnya.
b. Mempunyai pasukan atau kelompok inti.
c. Setiap individunya berperan aktif dalam memajukan organisasi, sehingga
adanya regenerasi kepengurusan.
d. Mementingkan keketatan organisasi dan disiplin dari anggota-
anggotanya.37
Dalam pengembangan organisasi, kader merupakan roh organisasi. Karena itu
pengkaderan disuatu oraganisasi sudah semestinya diformulasikan secara
sistematik dan terencana dengan baik, sehingga menjadi ujung tombak,
keberlangsungan dan kesinambungan dinamika organisasi. Tersistematis
artinya, pola pengkaderan mengandung esensi dalam rangka
memformulasikan tahapan jenjang kader yang membangun diatas perangkat
pijakan yang jelas serta menyangkut muatan yang harus dipunyai oleh kader.
36 Ibid. h.18 37 Ibid, h. 19
28
Pengkaderan disuatu organisasi diproyeksikan bagi terlaksananya pola
kaderisasi berjenjang dan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Oleh karena
itu, pengkaderan diarahkan bagi tersedianya human resources penopang utama
bagi keberlangsungan organisasi yang disandarkan pada klasifikasi dan
kualifikasi kader sesuai dengan tingkatan demi mengemban amanat, nilai-
nilai, serta ide-ide besar organisasi.38
Suplay kader yang handal sangat dibutuhkan organisasi untuk memenuhi
kebutuhan disemua lini. Disetiap kepemimpinan organisasi problem
penyediaan sumberdaya kader yang berbobot dalam jumlah besar untuk
mengisi posisi-posisi pada sentral organisasi menjadi hal yang terpenting.
Akan tetapi dalam rekrutmen kadang menjadi dilema ketika yang direkrut
adalah mereka yang qualified, biasanya dengan konsekuensi perangkapan
jabatan serta tidak cukup waktu bagi organsasi.
Untuk menjadi kader harus menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan
serta harus teruji militansi dan kemampuan anggota pada umumnya.39
Problem kaderisasi dan kerisis kader menjadi tanggung jawab berat bagi suatu
organisasi. Oleh karena itu ada beberapa hal yang penting dalam membentuk
refomulasi sistem pengkaderan, diantaranya:
a. Pengkaderan harus berbasis pada kompetensi.
b. Pengkaderan harus memperhatikan setting budaya masyarakat tertentu.40
Tampaknya refomulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting untuk
ditindak lanjuti dalam upaya penanganan kerisis kader dan problem kader
38 PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Muhammadiyah,
(Yogyakarta: PP IRM, 2004), h.1 39 Suara muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret, (Yogyakarta: SM, 2004), h.7 40 Ibid, h.7
29
disinilah letak kaderisasi sebagai pengembangan organisasi dan penyemai
organisasi. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh
karena itu perubahan suatu pengkaderan dalam organisasi untuk terus
mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar
lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.
BAB III
GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR
A. Profil Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik Islam yang tujuannya untuk
mengembalikan khilafah Islamiyah dengan bertopang pada ide (fikroh) sebagai
sarana pokok dalam perubahan.41
Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis),
Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di
seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali
Khilafah Islamiyah ini di pelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang
ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah
di Palestina. Hizbut Tahrir kini telah berkembang keseluruh negara Arab di Timur
Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan, dan Aljazair. Juga ke
Turki, Inggris, perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan Negara-negara Eropa
lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan,
Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.42
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis
dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide
dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas
dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan. Hizbut Tahrir adalah
sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan
41 Abdullah M. Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri
ajarannya, (Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007), hal. 129. 42 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, (Bogor,
Pustaka Thariqul Izzah, 2009), h. 3
30
31
Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan
bersama-sama mereka (umat) berjuang untuk menjadikan Islam sebagai
permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kemabali
system Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan oleh Allah dalam
realitas kehidupan.
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian
(seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan
penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga social
(yang bergerak di bidang social kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti,
dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.43
B. Latar Belakang Berdirinya Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT.
☺ ☺
Artinya: (Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jama’ah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari
kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, system
perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari
cengkraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir
43 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, h. 5
32
bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi,
sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan kembali.44
C. Tujuan Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam, dan
mengemban Islam keseluruh penjuru dunia. Ini berarti mengajak semua kaum
muslimin untuk kembali hidup secara Islami di darul Islam dan di dalam
masyarakat Islam. Seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur sesuai dengan
hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi penelitiannya adalah
halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah,
yang di pimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum
muslim untuk di dengar dan ditaati, dan agar menjalankan kehidupannya
berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Juga untuk mengemban risalah
Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.45
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan untuk membangkitkan kembali
umat Islam dengan kebangkitan yang benar, malalui pola pikir yang cemerlang.
Hizbut Tahrir berusaha mengembalikan, mengambilalih kendali negara-negara
dan bangsa-bangsa di dunia, seperti yang telah terjadi di masa silam, dan
memimpinnya sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Tujuan Hizbut Tahrir lainnya adalah menyampaikan hidayah (petunjuk
syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang ide-ide dan
system perundang-undangan kufur maupun kekufuran itu sendiri secara
menyeluruh, sehingga Islam dapat menyelimuti seluruh dunia.
44 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, h. 8 45 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, h. 11
33
D. Landasan Pemikiran Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir telah melakukan kajian, penelitian dan studi, terhadap
kondisi umat, sejauh mana kemerosotan yang dialaminya. Kemudian
membandingkannya dengan kondisi di masa Rasulallah saw, masa Khulafaur
Rasyidin, dan masa generasi tabi’in. Disamping itu, dengan merujuk kembali
sirah Rasulallah saw dan tata cara mengemban dakwah beliau, sejak permulaan
dakwahnya hingga keberhasilannya mendirikan Daulah Islamiyah di kota
Madinah. Juga dengan mempelajari bagaimana perjalanan hidup beliau di
Madinah. Dan tentu saja setelah merujuk kepada Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya,
serta apa yang ditunjukkan oleh dua sumber ini, yakni Ijma Sahabat dan Qiyas,
selain berpedoman pada ungkapan-ungkapan/pendapat para sahabat, tabi’in,
imam-imam dari kalangan mujtahidin. Setelah melakukan aktivitas kajian tersebut
secara menyeluruh,
Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide pendapat-pendapat,
dan hukum-hukum, yang berkaitan dengan fikrah (ide) dan thariqah (metode).
Semua ide, pendapat dan hukumnya, hanya berasal dari Islam. Tidak ada satupun
yang bukan berasal dari Islam. Secara utuh dan murni diambil dari Islam. Tidak
disandarkan pada sesuatu selain dari pokok-pokok (ajaran) Islam dan nash-
nashnya. Hizbut Tahrir juga menyandarkan pada pemikiran (akal sehat) dalam
penetapannya. Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide, pendapat-
pendapat, dan hukum-hukum tersebut sesuai dengan ketentuan yang diperlukan
dalam perjuangannya untuk melangsungkan kejidupan Islam serta mengemban
dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, dengan mendirikan Daulah Khilafah dan
mengangkat seorang Khalifah.
34
Ide-ide, pendapat-pendapat, dan hukum-hukum yang telah dipilih dan
ditetapkannya, telah di himpun dalam berbagai buku dan selebaran. Semua itu
telah diterbitkan dan disebarluaskan kepada umat. Berikut nama-nama buku yang
telah diterbitkan oleh Hizbut Tahrir.
1. Nizhamul Islam (Peraturan Hidup Dalam Islam)
2. Nizhamul Hukmi Fil Islam (Sistem Pemerintahan Islam)
3. Nizhamul Iqtishadi Fil Islam (Sistem Ekonomi Islam)
4. Nizhanul Iztima’i Fil Islam (Sistem Pergaulan di dalam Islam)
5. At-Takattul al-Hizbi (Pembentukan Partai Politik)
6. Mafahim Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Hizbut Tahrir)
7. Daulah al-Islamiyah (Negara Islam)
8. Syakhshiyah al-Islamiyah (Kepribadian Islam, tiga jilid)
9. Mafahiim Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Politik Hizbut
Tahrir)
10. Nadlarat Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pandangan Politik Hizbut Tahrir)
11. Muqaddimah ad-Dustur (Pengantat Undang-undang Dasar Negara Islam)
12. Al-Khilafah (Sistem Khilafah)
13. Kaifa Hudimat al-Khilafah (Persekongkolan Meruntuhkan Negara
Khilafah)
14. Nizham al-‘Uqubat (Sistem Sanksi)
15. Ahkam al-Bayyinat (Hukum Pembuktian)
16. Naqdlu al-Isytirakiyah al-Markisiyah (Kritik Terhadap Sosialis Marxis)
17. At-Tafkiir (Membangun Pemikiran)
18. Sur’atu al-Badihah (Kecepatan Berfikir)
19. Fikru al-Islam (Pemikiran Islam)
35
20. Naqdlu an-Nadlariyatu al-Iltizami fi al-Qawanini al-Gharbiyyah (Kritik
terhadap Teori Stipulasi Undang-undang Barat)
21. Nida Haar (Seruan Hizbut Tahrir Untuk Umat Islam)
22. Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla (Politik Ekonomi yang Agung)
23. Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah (Sistem Keuangan di Negara Khilafah).
Disamping itu, terdapat ribuan selebaran buklet dan diktat yang di
keluarkan Hizbut Tahrir, baik menyangkut ide maupun politik. Cara yang
ditempuh Hizbut Tahrir dalam menyampaikan ide-ide dan hukum-hukum yang
telah dipilih dan ditetapkannya adalah dengan cara politik. Yaitu, dengan
menyampaikan semua ide dan hukum kepada masyarakat, hingga mereka mau
menerima, mengamalkan, dan turut mengembannya, agar bias terwujud dalam
aspek pemerintahan dan realitas kehidupan. Hal itu merupkan kewajiban yang
harus mereka pikul sebagai bagian dari kaum muslim. Itu juga diwajibkan atas
Hizbut Tahrir sebagai partai politik Islam, yang anggotanya terdiri dari kaum
Muslim.
Dalam menetapakan ide-ide dan hukum-hukum Islam, Hizbut Tahrir
hanya bersandar kepada wahyu, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah, serta yang di
tunjukan oleh keduanya, berupa Ijma Sahabat dan Qiyas. Karena, hanya keempat
rujukan itu saja yang hujjahnya ditetapkan dengan dalil yang qath’i (pasti).46
46 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir.
36
E. Pemikiran dan Doktrin Hizbut Tahrir Dalam Kenegaraan
Diantara pemikiran dan doktrinnya adalah :
1. Penerapan kehidupan Islami dengan cara terlebih dahulu menegakkan negara
Islam di negara-negara Arab, kemudian di negara Islam di luar Arab.
2. Setelah negara Islam terbentu kemudian melancarkan dakwahnya ke Negara-
negara non muslim melalui umat Islam yang sudah terbentuk.
3. Ingin mengembalikan kepercayaan terhadap Islam melalui aktifitas keilmuan
di satu sisi dan malalui politik disisi lain.
4. Dalam melakukan perubahan, Hizbut Tahrir membagi langkahnya menjadi
tiga tahap, yaitu :
a. Tahap konflik yaitu pertarungan pemikiran dengan melontarkan faham-
faham dan ide-ide.
b. Tahap Refolusi berfikir, dan ini berlangsung dengan adanya interaksi
masyarakat melalui aktifitas tsaqafah siasi (politik).
c. Tahap mengambil alih kekuasaan melalui gerakan massa, dan
pengambilan kekuasaan ini harus menyeluruh dan menurutnya untuk
mencapainya harus minta bantuan pemerintah, panglima militer, pimpinan
suatu jama'ah, ketua suku dan sebagainya.
5. Untuk mencapai tujuannya Hizbut Tahrir membuat program limit waktu 13
tahun, dalam jangka waktu tersebut Hizbut Tahrir harus sudah dapat
mendirikan Negara Islam, kemudian limit tersebut diperpanjang hingga tiga
dasawarsa karena sikon yang tidak memungkinkan. Namun sampai saat ini
belum juga berhasil merampas kekuasaan dan mendirikan Negara Islam.47
47 Abdullah M. Sufyan Raji, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri
ajarannya, (Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007), h. 130-131.
37
F. Keanggotaan Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik laki-laki
maupun wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka orang Arab atau bukan,
berkulit putih atau hitam. Hizbut Tahrir adalah partai untuk seluruh kaum Muslim,
dan menyerukan kepada umat untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil
dan menetapkan seluruh aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi ras, bangsa,
warna kulit maupun madzhab mereka. Hizbut Tahrir melihat semuanya dari sudut
pandang Islam.
Cara mengikat individu-individu di dalam Hizbut Tahrir adalah dengan
memeluk akidah akidah Islam, matang dalam tsaqafah Hizbut Tahrir, mengambil
dan menetapkan ide-ide serta pendapat Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang
mengajukan dirinya menjadi anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya terlibat
dengan Hizbut Tahrir. Hal itu muncul ketika dakwah telah berinteraksi
dengannya, dan dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-
persepsi Hizbut Tahrir. Jadi, ikatan yang menjalin anggota Hizbut Tahrir adalah
akidah Islam dan tsaqofah Hizbut Tahrir yang lahir dari akidah tadi. Halqah-
halqah (pembinaan) wanita di dalam Hizbut Tahrir, terpisah dengan halqah laki-
laki. Yang memimpin halqah-halqah wanita adalah para suami, muhrimnya, atau
para wanita.48
G. Pola Organisasi Hizbut Tahrir
Dari aspek keorganisasian Hizbut Tahrir memiliki pengurus struktural dan
fungsional. Struktural adalah penannggung jawab organisasi baik di tingkat
48 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir.
38
daerah maupun pusat. Sedangkan fungsional atau yang disebut dengan laznah, itu
ada yang disebut dengan laznah i’almiah, laznah i’almiah ini yang mengurusi
berkaitan dengan media, yang menulis opini di media-media baik yang di miliki
oleh Hizbut Tahrir maupun media luar yang bisa diakses untuk menampilkan
tulisan-tulisan Hizbut Tahrir. Selanjutnya laznah siyasiyah, laznah siyasiyah ini
yang melakukan kajian dibidang politik ditengah-tengah masyarakat dalam
perspektif Islam, ketika ada yang menyimpang baik DPR tingkat pusat maupun
daerah, itu akan Hizbut Tahrir luruskan sesuai dengan syari’at Islam.
Ada lagi yang namanya laznah maslahiyah, laznah maslahiyah ini yang
melakukan kajian dibidang ekonomi, fungsinya untuk memberikan solusi kepada
masyarakat dari masalah-masalah ekonomi sesuai dengan ekonomi Islam, dan ada
juga yang disebut dengan laznah fa’aliyah, laznah fa’aliyah ini yang mengtur
hubungan natar lembaga. Seperti yang dilakukan Hizbut Tahrir DPD Bogor saat
ini dengan adanya agenda silaturahmi dengan lembaga-lembaga lain seperti NU,
Muhammadiyah, PUI, dan PKS pimpinan kota bogor, yang biasa dilakukan dua
minggu sekali dan ini merupakan tugas laznah fa’aliyah.49
Bagaimanapun, kita (papar Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor) umat Islam
harus saling bersinergis, karena Hizbut Tahrir meyakini tidak mungkin Hizbut
Tahrir sendirian merubah keadaan masyarakat. Hizbut Tahrir tetap memerlukan
komponen lain supaya bersinergi untuk mencapai tujuan dalam berdakwah.
49 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
39
H. Aktivitas Hizbut Tahrir
Aktivitas Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk merubah
kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam, dengan merubah ide-
ide menjadi ide-ide Islam, sehingga akan menjadi opini umum di tengah-tengah
masyarakat, serta menjadi persepsi bagi mereka, yang akan mendorongnya untuk
merealisir dan menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam. Juga dengan
merubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan Islam,
ridla terhadapapa yang di ridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang di
murkai dan di benci Allah. Merubah hubungan/interaksi yang ada di tengah-
tengah masyarakat menjadi hubungan interaksi yang Islami, berjalan sesuai
dengan hukum-hukum dan pemecahan-pemecahan Islam. Seluruh aktivitas yang
dilakukan Hizbut Tahrir bersifat politik, dimana Hizbut Tahrir memperhatikan
urusan masyarakat sesuai dengan hukum dan pemecahan yang syar’i. sebab,
politik adalah mengatur dan memelihara urusan masyarakat sesuai dengan hukum-
hukum dan pemecahan Islam.
Aktivitas yang bersifat politik ini tampak jelas di dalam mendidik dan
membina umat dengan tsaqofah Islam, meleburnya dengan Islam,
membebaskannya dari akidah yang rusak, pemikiran yang salah, serta dari
persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan
pandangan-pandangan yang kufur. Aktivitas politik ini tampak juga dalam aspek
pergolakan pemikiran (shira’ul fikri) dan perjuangan politik (kifahu siyasi).
Pergolakan pemikiran terlihat dalam penentanganya terhadp ide-ide yang
salah, akidah yang rusak, atau pemahaman yang keliru, dengan cara menjelaskan
kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, disertai dengan penjelasan mengenai
40
ketentuan hukum Islam dalam maslah tersebut. Sedangkan perjuangan politiknya
terlihat dari penentanagnnya terhadap imperialis kafir, dalam memerdekakan umat
dari belenggu kekuasaannya, membebaskan umat dari tekanan dan pengaruhnya,
serta mencabut akar-akarnya, baik yang berupa pemikiran, budaya, politik,
ekonomi, maupun militer, dari seluruh negeri-negeri Islam.
Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam menentang para penguasa,
mengungkapkan penghianatan dan persekongkolan mereka terhadap unat,
melancarkan kritik, control, dan koreksi terhadap mereka, serta berusaha
menggantinya apabila hak-hak umat dilanggar atau tidak menjalankan
kewajibannya terhadap umat, atau mereka menyalahi hukum-hukum Islam. Jadi,
aktivitas Hizbut Tahrir, semuanya bersifat politik, baik diluar perkara
pemerintahan ataupun yang menyangkut pemerinthan.
Aktivitas Hizbut Tahrir tidak bersifat akademik. Hizbut Tahrir bukanlah
sekolah. Seruannya bukan berbentuk nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk
(yang menjemukan dan kering). Aktivitasnya bersifat politik, dengan cara
mengungkapkan fikrah-fikrah (ide) Islam beserta hukum-hukumnya, untuk
dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup bermasyarakat
dan bernegara.
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam tiada lain agar Islam dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehingga akidah Islam menjadi dasar Negara,
dasar konstitusi dan perundang-undangan. Karena akidah Islam adalah akidah
aqliyah dan akidah siyasiyah, yang melahirkan aturan yang dapat memecahkan
problematika manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi,
pendidikan, social kemasyarakatan, dan lain-lain.
41
I. Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Jihad
Hizbut Tahrir punya pandangan terperinci terkait dengan masalah jihad,
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa jihad tidak dibebankan kepada kelompok politik
dan kelompok dakwah. Menurut Hizbut Tahrir jihad hukum asalnya adalah
dibebankan kepada umat Islam. Sehingga umat Islam wajib menjalankan jihad ini
melalui otoritas yang menyerukannya. Hizbut Tahrir berpendapat bahwa dalam
beberapa kasus jihad itu wajib, bahkan menjadi fardhu'ain (kewajiban setiap
orang) dari kaum Muslim, seperti dalam kasus ketika musuh menyerang dan
menghancurkan wilayah Islam, maka dalam kasus ini Hizbut Tahrir memandang
wajib atas semua kaum Muslim melakukan jihad untuk mengusir kaum kafir
aggressor. Dan dalam kasus seperti ini, para anggota Hizbut Tahrir menjadi
bagian dari pejuang bersama kaum muslim lainnya.
Adapun kewajiban jihad yang sebenarnya (menurut Hizbut Tahiri) itu
untuk membebaskan negeri-negeri Islam yang sedang diduduki dan didominasi
oleh kaum kafir, maka Hizbut Tahrir berpendapat ini adalah tugas tentara yang
merupakan sayap militer umat Islam. Dan tentara sekarang ini lanjut Hizbut
Tahrir sedang berada dalam kekuasaan para penguasa yang mengabaikan jihad,
dan bahkan menghalanginya. Oleh karena itu, umat harus menekan para penguasa
agar mereka menggerakkan tentara ini. Apabila para penguasa menolak
melakukannya, maka umat Islam wajib menyingkirkannya, dan kemudian
menggantinya dengan seorang penguasa yang secara terbuka menyatakan jihad
untuk membebaskan negeri-negeri Islam, bahkan menerapkan semua hokum jihad
yang telah diwajibkan oleh Allah Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.50
50 Ahmad al Qoshosh, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www.
Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.
42
J. Tempat Aktivitas Hizbut Tahrir
Walaupun Islam adalah mabda yang bersifat universal, akan tetapi
menurut metode Islam, titik awal aktivitasnya tidak dilakukan di setiap negeri.
Memang dakwah harus dilakukan keseluruh dunia, hanya saja fokus akitivtas
harus di tetapkan pada satu atau beberapa negeri, sehingga aktivitas dapat di
konsentrasikan pada tegaknya Daulah Islamiyah.
Dunia secara keseluruhan, merupakan tempat yang layak bagi dakwah
Islam. Namun, karena negeri-negeri Islam mayoritas pendudukanya beragama
Islam, maka wajar apabila dakwah bertolak mulai dari sini. Disamping itu,
keberadaan negeri-negeri Arab yang menjadi bagian dari negeri-negeri Islam,
percakapannya menggunakan bahasa Arab, yang merupakan bahasa al-Qur’an dan
as-Sunnah dan menjadi bagian penting dalam Islam, serta termasuk unsur pokok
dalam tsaqafah Islam, maka negeri-negeri Arab menjadi temapat yang di
prioritaskan untuk memulai mengemban dakwah Islam ini.
Hizbut Tahrir telah muncul dan berkembang serta mengemban dakwahnya
di sebagian besar negeri-negeri Arab, kemudian mulai menyebar secara alami,
sehingga aktivitasnya terdapat di banyak negeri Arab dan di negeri-negeri Islam
lainnya.51
K. Metode Dakwah Hizbut Tahrir
Metode yang ditempuh dalam mengemban dakwah (telah di tetapkan)
berupa hukum-hukum syara yang diambil dari thariqah perjalanan dakwah
Rasulallah saw. Sebab mengikuti Rasulallah saw adalah wajib, sebagaimana
firman Allah SWT:
51 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir.
43
⌧ ☺
⌧ ⌧
⌧
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat Allah). (QS. Al-Ahzab: 21)
⌦ ⌧
Artinya: Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (QS. Ali Imran: 31)
Artinya: apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja
yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7)
Masih banyak ayat lain yang menunjukan wajibnya mengikuti perjalanan
Rasul, menjadikannya suri tauladan, dan mengambilnya sebagai rujukan. Kondisi
kaum Muslim saat ini hidup di daarul kufur karena mereka menerapkan system
hukum selain dari apa yang diturunkan Allah SWT, serupa dengan keadaan negeri
Makkah pada saat di utusnya Rasulallah saw. Untuk itu, fase Makkah wajib
dijadikan acuan dalam mengemban dakwah, dan dijadikan sebagai objek untuk
diteladani.
Berdasarkan penelusuran perjalanan dakwah Rasulallah saw di Makkah
hingga keberhasilan beliau mendirikan negara di Madinah, tampak jelas bahwa
belaiu menjalankan aktivitas dakwanya melalui beberapa tahapan yang amat jelas
cirri-cirinya. Belaiu melakukan aktivitas tertentu yang sangat tampak tujuannya.
44
Dalam hal ini, Hizbut Tahrir telah mengambil metode dakwah Rasulallah saw dari
segi operasional maupun tahapan-tahapannya. Termasuk seluruh aktivitas yang
harus dilakukannya pada seluruh tahapan tadi, yaitu dengan menjadian seluruh
aktivitas Rasulallah saw tersebut sebagai suri tauladan pada seluruh tahapan
perjalanan dakwah.
Berdasrkan hal-hal inilah Hizbut Tahrir menetapkan langkah
operasionalnya dalam tiga tahap:
1. Tahap tastqif (pembinaan dan pengkaderan) untuk melahirkan orang-orang
yang meyakini fikrah Hizbut Tahrir dan untuk membentuk kerangka
sebuah partai.
2. Tahap tafa’ul (berinteraksi) dengan umat, agar mampu mengemban
dakwah Islam, sehingga umat akan menjadikannya sebagai perkara utama
dalam kehidupannya, serta berusaha menerapkannya dalam realitas
kehidupan.
3. Tahap istilamu al-hukmi (penerimaan kekuasaan), untuk menerapkan
Islam secara praktis dan menyeluruh, sekaligus menyebarluaskan risalah
Islam ke seluruh dunia.
Tahap pertam telah dirintis oleh Hizbut Tahrir di kota al-Quds pada tahun
1372 H (1953 M), dibawah seorang pendiri yang alim dan terhormat, seorang
pemikir besar dan politikus ulung, juga seorang qadli pada Mahkamah Isti’naf
(Pengadilan Banding) di al-Quds, yaitu al-Ustadz Taqiyyudin an-Nabhani
rahimahullah.
Pada saat itu, Hizbut Tahrir telah melakukan kontak (langsung) dengan
anggota-anggota masyarakat, menyapaikna fikrah dan thariqah dakwahnya
45
melalui orang perorang. Bagi orang yang menerima fikrah dan thariqah Hizbut
Tahrir, pembinaannya di atur secara intensif dalam halqah-halaqah Hizbut Tahrir,
hingga menyatu dengan ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah dijadikan
sebagai pedoman, kemudian menjadikannya seorang Muslim yang mempunyai
kepribadian Islam, berinteraksi dengan Islam, menghayatinya serta memiliki
aqliyah dan nafsiyah Islamiyah. Selanjutnya bergerak mengemban dakwah kepada
umat. Apabila seseorang telah sampai pada tingkayan ini, maka secara sukarela ia
akan menggabungkan dirinya dengan Hizbut Tahrir sebagai anggota. Keadaan ini
serupa dengan apa yang telah dilakukan Rasulallah saw pada tahap awal dakwah
beliau yang berlangsung selama tiga tahun.
Beliau berdakwah melalui individu dan menyampaikannya kepada orang-
orang (yang ada di Makkah dan sekitarnya) apa yang telah disampaikan Allah
kepadanya. Bagi orang yang mengimaninya, maka diikatnya dengan kelompoknya
(pengikut Rasul) atas dasar Islam. Ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Rasulallah saw berusaha mengajarkan Islam kepada setiap orang baru, dan
membacakan kepada mereka apa-apa yang telah diturunkan Allah berupa ayat-
ayat al-Qur’an, sehingga mereka berpola hidup secara Islam. Beliau bertemu
mereka secara rahasia, dan membina mereka secara rahsia pula di tempat-tempat
yang tersembunyi. Penyebaran Islampun makin meluas dan menjadi buah bibir
masyarakat Makkah. Pada akhirnya, secara berangsur-angsur mereka masuk ke
dalam Islam.
Pada tahap awal ini, perhatian Hizbut Tahrir ini dipusatkan kepada
pembinaan kerangka Hizbut Tahrir, memperbanyak pendukung dan pengikut,
serta membina para pengikutnya dalam halqah-halqah dengan tsaqafah Hizbut
46
Tahrir yang terarah dan intensif. Sampai pada akhirnya berhasil membentuk
partai bersama-sama para pemuda (syabab) yang telah menyatu dengan Islam dan
menerima pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir. Berinteraksi dengan pemikiran-
pemikiran tersebut, dan mengembannya kepada masyarakat. Setelah Hizbut Tahrir
berhasil membentuk kelompok patai, dan masyarakat mulai merasakan serta
mengenal Hizbut Tahrir beserta ide-ide dan apa yang diserukannya kepada
masyarakat, maka sampailah Hizbut Tahrir pada tahap yang kedua.
Tahap kedua adalah tahap at-tafa’ul, yaitu berinteraksi dengan masyarakat
dan mendorong mereka untuk mengemban dakwah Islam, membentuk kesadaran
dan opini umum atas ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah dipilih dan di
tetapkan Hizbut Tahrir, hingga dijadikan sebagai pemikiran umat yang akan
mendorongnya untuk berusaha di wujudkan dalam realita kehidupan. Bersama-
sama dengan Hizbut Tahrir, umat melakukan aktivitas untuk mendirikan Daulah
Khilafah, mengankat seorang Khalifah untuk melanjutkan kehidupan Islam dan
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Pada tahap ini, Hizbut Tahrir mulai beralih mengajak kepada masyarakat
dengan penyampaian yang bersifat kolektif. Pada saat itu Hizbut Tahrir
melakukan aktivitas-aktivitas berikut:
1. Tsaqafah murakkazah (kajian intensif), melalui halqah-halqah yang
diadakan untuk individu (pengikut Hizbut Tahrir) dalam rangka
membangun kerangka Hizbut Tahrir, memperbanyak pendukung, serta
melahirkan kepribadin Islam di kalangan para pengikut dan anggota
Hizbut Tahrir hingga mereka mampu mengemban dakwah, mengarungi
medan kehidupan dengan pergolakan pemikiran dan perjuangan politik.
47
2. Tsqapah jama’iyah (kajian umum), yang disampaikan kepada umat Islam
secara umum berupa ide-ide dan hukum-hukum Islam yang telah di adopsi
oleh Hizbut Tahrir. Ini dilakukan melalui pengajian-pengajian umum di
masjid-masjid, atau dibalai-balai pertemuan, gedung-gedung dan tempat-
tempat umum, juga melalui media massa, buku-buku dan selebaran-
selebaran, untuk mewujudkan kesadaran umat secara umum, sekaligus
berinteraksi dengan umat.
3. Shira’ al-fikri (pergolakan pemikiran), untuk menentang
kepercayaan/ideology, aturan dan pemikiran-pemikiran kufur, menentang
segala bentuk aqidah yang rusak, pemikiran yang keliru, persepsi yang
salah dan sesat, dengan cara mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan
pertentangannya dengan Islam. Juga membersihkan umat dari bentuk
pengaruh dan implikasinya.
4. Kifah as-siyasi (perjuangan politik), berbentuk:
a. Beruang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai
dan mendominasi negeri-negeri Islam. Menghadapi segala bentuk
penjajahan, baik itu berupa pemikiran, politik, ekonomi, maupun
militer, mengungkap akar dan membongkar persekongkolan negara-
negara kafir hingga umat bebas dari segala bentuk dominasi mereka.
b. Menentang para penguasa di negeri-negeri Arab dan negeri-negeri
Islam lainnya. Membongkar kejahatan mereka, menyampaikan nasehat
atau kritik, dan mencoba merubah tingkah laku mereka melahap hak-
hak umat, atau pada saat mereka tidak melaksanakan kewajibannya
terhadap umat, atau tatkala melalaikan salah satu urusan umat, atau
48
ketika mereka menyalahi hukum-hukum Islam. Dan melakukan
aktivitas untuk mengapuskan kekuasaan mereka, kemudian
menggantikannya dengan kekuasaan yang merujuk pada system
hukum Islam.
5. Mengadopsi ke maslahatan umat dan melayani seluruh urusannya sesuai
dengan hukum-hukum syara’.
Hizbut Tahrir telah melaksanakan seluruh aktivitas itu dengan mengikuti
jejak Rasulallah saw setelah turunya firman Allah SWT:
☺ ☺
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadmu), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. al-Hijr: 94)
Rasulallah saw diperintahkan untuk menyampaikan risalahnya secara
terang-terangan. Menyeru orang-orang Quraisy di bukit Shafa, dan memberitahu
bahwa beliau adalah seorang Nabi yang di utus. Beliau meminta agar mereka
beriman kepadanya. Beliau mulai menyampaikan dakwahnya kepada kelompok-
kelompok maupun kepada individu-indvidu. Beliau menentang orang-orang
Quraisy melawan tuhan-tuhan mereka, akidah dan pemikiran mereka,
mengungkapkan kepalsuan, kerusakan dan kesalahannya. Beliau menyerang dan
mencela setiap akidah dan pemikiran kufur yang ada pada saat itu, sementara
ayat-ayat al-Qur’an masih turun secara berangsur-angsur. Ayat al-Qur’an turun
dan menyerang apa yang dilakukan orang-orang Quraisy, seperti memakan riba,
membunuh anak permpuan (hidup-hidup), mengurangi timbangan dan melakukan
perzinahan. Seiring dengan itu, ayat al-Qur’an turun mengecam para pemimpin
49
dan tokoh-tokoh Quraisy, termasuk nenek moyang mereka. Mencapnya sebagai
orang bodoh. Mengungkap persekongkolan yang mereka rancang untuk
menentang Rasul dan sahabat-sahabatnya.
Dalam menyampaikan pemikirannya dan menghadapi ide-ide yang salah
dan menyimpang dari Islam, menentang kelompok-kelompok politik lain (yang
tidak berideologikan Islam), atau dalam menghadapi negara-negara kafir
imperialis serta menentang para penguasa, sikap Hizbut Tahrir dalam hal ini
adalah menyampaikan pendapatnya secara terang-terangan, menyerang, dan
menentang. Tidak dengan cara nifaq (berpura-pura), menjilat, bermanis muka
terhadap mereka, simpang siur ataupun berbelok-belok. Tidak pula dengan cara
mengutamakan jalan yang lebih selamat. Hizbut Tahrir berjuang secara politik
tanpa melihat lagi hasil yang akan dicapai, dan tidak terpengaruh oleh kondisi
yang ada.
Sikap Hizbut Tahrir dalam menentang setiap orang yang menyimpang dari
Islam dan hukum-hukumnya telah membawa bahaya, sehingga para anggotnya
menghadapi berbagai macam gangguan, dan menerima siksaan yang pedih dari
para penguasa, baik berupa penjara, penyiksaan, pengusiran, pengejaran,
diputuskan mata pencahariannya, dan diboikot kepentingannya, serta dilarang
bepergian ke luar negeri (dicekal). Bahkan, banyak diantara mereka juga di
bunuh, banyak anggota-anggota Hizbut Tahrir yang di bunuh oleh para penguasa
zhalim di negeri Irak, Suriah, dan Libia. Lebih dari itu, banyak juga yang
dipenjarakan di negeri-negeri seperti Yordania, Suriah, Irak, Mesir, Libia, dan
Tunisia. Penjara-penjara di Negara-negara tersebut penuh dengan anggota-
anggota Hizbut Tahrir. Apa yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir dan penderitaan
50
yang di tanggung leh anggota-angota Hizbut Tahrir disebabkan karena mereka
mengikuti jejak Rasulallah saw.52
Hizbut Tahrir tidak menggunakan kekuatan fisik untuk membela diri atau
menentang para penguasa. Kekuatan fisik yang di maksud dalam perkara ini tidak
ada hubungannya dengan jihad. Jihad tetap berlangsung hingga hari kiamat.
Apabila musuh-musuh kafir menyerang salah satu negeri Islam, maka wajib atas
kaum muslim yang menjadi penduduk negeri itu untuk menghadapinya. Demikian
pula dengan anggota-anggota Hizbut Tahrir yang ada di daerah itu yang
merupakan bagian dari kaum Muslim diwajibkan atas mereka sebagaimana
diwajibkan atas Muslim yang lainnya, yaitu memerangi dan menghadapi musuh,
karena (anggota-anggota Hizbut Tahri adalah)njuga kaum Muslim yang
berjihaduntuk menegakan kalimat Alllah dan dia mengajak orang lain, maka
anggota-anggota Hizbut Tahrir akan menyambut seruanya. Sebab mereka adalah
bagian dari kaum Muslim yang telah di perintahkan kepada mereka (yang tinggal
di negeri itu) untuk menghadapi musuh.
Tatkala masyarakat telah apatis terhadap dakawh Hizbut Tahrir akibat
hilangnya kepercayaan umat terhadap para pemimpin mereka dan tokoh-tokoh
masyarakat yang pernah menjadi tumpuan harapan. Juga akibat keadaan yang
serba sulit yang sengaja dibuat oleh kaum imperialis agar taktik imperialism tetap
berlangsung. Juga akibat dominasi kekuasaan dan sikap keras/kejam para
penguasa yang menindas rakyatnya, penganiayaan brutal yang dilakukan oleh
para penguasa terhadap terhadap anggota atau pengikut Hizbut Tahrir. Pada saat
masyarkat menjadi akibat keadaan ini, maka Hizbut Tahrir mulai melakukan
52 Ahmad al Qoshosh, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www.
Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.
51
aktivitas thalabun-nushrah dari orang-orang yang memiliki kekuasaan. Ini
dilakukan untuk dua tujuan:
1. Tujuan himayah (membela Hizbut Tahrir bersama anggota-anggotanya),
hingga tetap mampu mengemban dakwah dalam keadaan yang aman.
2. Sebagai perantara untuk meraih kesuksesan dengan mendirikan Negara
Khilafah dan menerapkan system hukum Islam.
Pada saat Hizbut Tahrir melakukan aktivitas thalabun nushrah, seluruh
kegiatan lainnya tetap berjalan, seperti pembinaan intensif dalam halqah-halqah,
pembinaan kolektif untuk umum, memusatkan perhatian agar mereka turut
mengemban Islam dan mewujudkan opini umum di tengah-tengah umat. Begitu
pula dengan aktivitas lainnya, seperti menentang negara-negara kafir imperialis,
mengungkap maker jahat mereka dan mengungkap persekongkolannya.
Menentang para penguasa, mengadopsi kemaslahatan umat dan memelihara
urusannya. Semua aktivitas ini terus dilakukan oleh Hizbut Tahrir, seraya
berharap kepada Allah, semoga Hizbut Tahrir dan umat Islam memperoleh ke
keberhasilan, kemenangan dan pertolongan Allah. Pada saat itulah orang-orang
mukmin bergembira dengan datangnya pertolongan Allah.53
53 Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
A. Pengertian Dakwah Menurut Hizbut Tahrir
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ustadz Rosyid yang
merupakan Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor, beliau berpendapat bahwa dakwah
itu berasal dari kata ud’u yang artinya menyeru, yang namanya menyeru itu
dengan menggunakan kata atau dengan menggunakan lisan. Adapun yang disebut
dengan dakwah bil hal walaupun Hizbut Tahrir melaksanakannya akan tetapi hal
itu bukanlah dianggap sebagai dakwah karena bagi Hizbut Tahrir memberi contoh
itu bagian dari syahsiyah atau kepribadian seorang pengemban dakwah, apakah
hal itu untuk di contoh atau tidak, itu memang merupakan kewajiban untuk
berbuat baik. Adapun terkait dengan dakwah bil kolam Hizbut Tahrir
mengkategorikan ini kedalam pembinaan umum. Hal ini sebagaimana di katakan
oleh Ustadz Rosyid dalam wawancaranya dengan penulis bahwa “Termasuk juga
sebenarnya terkait dengan dakwah bil kolam Hizbut Tahrir juga melakukannya,
tetapi kalau dalam konteks kita, kita kategorikan sebagai pembinaan umum”.54
B. Kegiatan Dakwah Hizbut Tahrir
Mengenai kegiatan Ustadz Rosyid memaparkan bahwa Hizbut Tahrir
mempunyai dua aktivitas pokok. Pertama yang disebut pembinaan husus/tastqif
hos. Kedua pembinaan umum/tastqif amm. Pembinaan husus adalah pembinaan
yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir kepada para anggotanya dan para
54 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
52
53
simpatisannya sedangkan pembinaan umum atau tastqif amm adalah kegiatan
yang dilakukan aktivis Hizbut Tahrir supaya berbaur dengan masyarakat guna
mengisi kajian-kajian di masjid, majlis taklim, kampus, perkantoran dan
sebagainya, hal itu (sebagaimana dipaparkan humas Hizbut Tahrir DPD Bogor)
dilakukan dalam rangka membina dan menghujamkan pemikiran-pemikiran Islam
sehingga menjadi qiyadah fiqriyah (kepemimpinan berfikir). Sehingga dengan
demikian bagi anggota Hizbut Tahrir dimanapun berada ketika ditanyakan tentang
parmasalahan yang satu jawabannya pasti sama.55
Selain dua aktivitas pokok diatas Hizbut Tahrir memiliki program yang
disebut masyirah atau unjuk rasa, hal itu sebagaimana dikemukakan humas hizbut
Tahrir bahwa
“HizbutTahrir memiliki program yang namanya masyirah atau unjuk rasa. Dengan berbaris melapis tanpa harus menggangu haknya orang lain untuk memanfaatkan jalan, mengganggu ketertiban umum itu tidak diperkenankan. Unujuk rasa dilakukan dengan tujuan untuk membentuk apa yang disebut dengan opini umum, dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa system yang ada ini sudah rusak, butuh alternative solusi dan Hizbut Tahrir menawarkan solusi itu”.
C. Media Dakwah Hizbut Tahrir
Walaupun diawal Hizbut Tahrir menyatakan bahwa penyampaian pesan
melalui tulisan itu tidak termasuk dakwah akan tetapi banyak media yang dimiliki
Hizbut Tahrir dalam menyampaikan pesannya. Hal itu terbukti dengan adanya
bulletin al-Islam yang dikatakan lebih dari satu juta eksemplar dalam sekali terbit,
majalah al-wa’ie, dan tabloid ummat yang digunakan Hizbut Tahrir dalam
berdakwah, disamping buku-buku yang banyak diterbitkan oleh Hizbut Tahrir.
55 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
54
Selain media cetak Hizbut Tahrirpun menggunakan media elektronik
dalam dakwahnya, seperti Radio Hizbut Tahrir, Televisi Hizbut Tahrir (HT
Channel) dan Websait yang memuat husus aktivitas Hizbut Tahrir, hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh humas Hizbut Tahrir DPD Bogor bahwa:
“Hizbut Tahrir menginginkan masyarakat itu memiiki standar Islam dalam aktivitasnya, dan hal itu akan Hizbut Tahrir lakukan dengan berbagai macam cara bisa lewat seminar, tabligh akbar, juga lewat media atau tulisan. Hizbut Tahrir memiliki memiliki bulletin al-Islam yang lebih dari satu juta eksemplar dalam sekali terbit di seluruh Indonesia, Hibut Tahrir memiliki majalah al-wa’ie, tabloid media umat, Televisi HTI Chanel, Hizbut Tahrir juga memiliki Websait yaitu Hizbut Tahrir.co.id, disamping itu tulisan para aktivis Hibut Tahrir juga banyak dimuat di harian Radar Bogor baik surat pembaca, opini, maupun gagasan.”
Disamping kedua media diatas (cetak dan elektronik) Hizbut Tahrirpun
menggunakan media lisan dalam dakwahnya, seperti dengan seminar dan tabligh
akbar. Hal itu dilakukan dalam rangka membentuk opini umum.56 Karena bagi
Hizbut Tahrir opini umum merupakan awal dari semua perubahan, dengan
analoginya pada tragedy 1998 dimana pada saat itu semua masyarakat
menginginkan Presiden Soeharto turun, media mengekspos menginginkan itu,
kemudian masyarakat juga memiliki perasaan dan pemikiran yang sama agar
Presiden Soeharto turun. Sehingga hal-hal yang sifatnya institusionalpun juga
tidak dianggap, dengan bukti karena sebelumnya DPR, MPR menyetujui secara
aklamasi untuk menetapkan Soeharto sebagai Presiden lagi, tidak lama kemudian
yang terjadi justru berbalik dan hal itu terjadi karena adanya dorongan yang kuat
dari masyarakat yang sudah terbentuk opininya menginginkan perubahan dengan
diturunkannya Soeharto.
56 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
55
Begitu juga dengan harapan Hizbut Tahrir, ketika opini masyarakat sudah
terbentuk untuk menginginkan Islam yang muncul sebagai solusi dari
problematika yang ada, karena sudah menyadari bahwa demokrasi adalah system
yang rusak, maka tidak ada lagi yang bisa menahannya. Yahudi saja (papar
Ustadz Rosyid) memiliki filosofis bahwa kebohongan kalau disampaikan secara
terus menerus itu akan menjadi kebenaran, seperti demokrasi atau pluralism
disampaikan secara terus menerus atau continue, disampaikan lewat segala
macam media, televise, radio, koran, dan semua tokoh membicarakan tentang
baiknya demokrasi maupun pluralisme akhirnya masyarakat menganggap hal itu
baik. Padahal Hizbut Tahrir memandang demokrasi atau pluralism itu adalah ide
yang sesat, ide yang batil, yang haram mengambilnya, haram menerapkannya, dan
haram juga untuk menyebarluasknnya.57 Oleh karena itu menjadi penting bagi
Hizbut Tahrir untuk merebut opini public, karena memang itu akan sangat
mempengaruhi.
Dalam dakwahnya (tambah Ustadz Rosyid) Hizbut Tahrir menyampaikan
materi-materi ke Islaman yang menggugah, hal itu dilakukan dalam rangka
membentuk syahsiyah, baik berupa aqliyah maupun nafsiyah. Dengan aqliyah
adalah harus disadari bahwa umat Islam saat ini mundur karena masuknya
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam, seperti pluralisme,
liberalisme, nasionalisme, juga demokrasi. Karena hal itu menurut Hizbut Tahrir
merupakan ajaran yang tidak pernah ada asal muasalnya dalam hasanah Islam.
Makanya kemudian Hizbut Tahrir menginginkan adanya pemurnian terkait
dengan pemikiran-pemikiran yang beredar di masyarakat. Bahwa Islam ini
57 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
56
sebenarnya sudah syamil mutakammil, sudah kaffah, sudah sempurna yang
kemudian tidak lagi membutuhkan pemikiran-pemikiran asing.58
Oleh karena itu menurut Ustadz Rosyid menjadi tugas kita bersama
termasuk yang diemban Hizbut Tahrir dalam mengembalikan qiyadah
fiqriyah/kepemimpinan berfikir ditengah-tengah umat agar menjadikan Islam
sebagai tolok ukur pemikirannya. Hizbut Tahrir berpendapat bahwa demokrasi
bukanlah musyawarah walaupun ada musyawarah dalam demokrasi, tetapi
musyawarah dalam demokrasi dianggap sangat berbeda dengan musyawarah atau
syuro dalam Islam. Oleh karena itu menjadi sesuatu yang dianggap ceroboh kalau
menyamakan demokrasi dengan musyawarah. Hal demikian yang kemudian oleh
Hizbut Tahrir dianggap pemikiran asing yang merusak, mengganggu, dan
menyebabkan mundurnya umat Islam.
Oleh sebab itu untuk mencegah masuk dan berkembangnya pemikiran
asing Hizbut Tahrir memiliki berbagai macam kitab seperti nidzomul Islam,
nidzom iqtishodi fil Islam atau system ekonomi dalam Islam, nidzom al-iztima’i
fil Islam atau system pergaulan dalam Islam, ada system keuangan dalam Islam,
system politik dalam Islam, dan system pemerintahan dalam Islam. Yang
disebarluaskan kepada masyarakat untuk menunjukan kepada umat bahwa Islam
itu sudah sempurna dan Islam memiliki gagasan sendiri tentang sistem hidup.59
58 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010. 59 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
57
D. Karakteristik Dakwah Hizbut Tahrir
Dalam dakwahnya Hizbut Tahrir memiliki karakteristik dakwah yang
unik, dan diyakini Hizbut Tahrir bahwa dakwahnya tidak akan bersinggungan
dengan ormas lain. Disamping memang banyak aktivis Hizbut Tahrir yang juga
aktif di ormas-ormas lain, Hizbut Tahrir juga memiliki sasaran dan materi dakwah
sendiri yang itu tidak berbenturan dengan apa yang sudah dilakukan lembaga yang
ada selama ini seperti dicontohkan kalau ada organisasi yang fokusnya pada
bidang ekonomi atau pendidikan baik itu dengan cara membuat sekolah maupun
lembaga usaha. Sesungguhnya Hizbut Tahrir tidak akan membuat hal serupa,
karena bagi Hizbut Tahrir masalah-maslah pokok atau perkara besar yang
dihadapi umat islam saat inilah yang harus diselesaikan seperti masalah tidak
diterapkannya hukum-hukum islam ditengah-tengah masyarakat.60
E. Antara Politik Pemikiran Dan Dakwah
Terkait dengan aspek dakwah, Hizbut Tahrir tidak melihat adanya
pertentangan antara eksistensinya sebagai partai politik pemikiran dengan
eksistensinya sebagai partai dakwah. Hizbut Tahrir didirikan sebagai wujud
pelaksanaan atas perintah Allah SWT dalam firman-Nya:
☺ ☺
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Ali Imran : 104)
60 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.
58
Dengan begitu , seluruh aktivitas Hizbut Tarir adalah mengemban dakwah
Islam. Namun perbedaan antara Hizbut Tahrir dengan yang lainnya dalam
mengemban dakwah Islam adalah, bahwa Hizbut Tahrir tidak mengemban Islam
secara terbuka, tanpa batasan dan perincian, melainkan mengemban Islam secara
terperinci. Hal itu dilakukan mengingat adanya perbedaan yang jelas antara Islam,
pemikiran dan solusinya, dengan setiap pemikiran, system dan solusi selain Islam.
Oleh karena itu Hizbut Tahrir meyakini bahwa metode terbaik untuk
mendakwahkan hukum-hukum Islam adalah mengaitkannya dengan fakta, dan
selanjutnya mengemban dakawah secara politik. maksudnya bahwa dakwah itu
bukan sekedar nasihat dan konseling (bimbingan dan arahan), melainkan
mengemban dakwah dengan cara menjelaskan kepada masyarakat mengenai
perbedaan antara Islam dengan pemikiran dan system yang ada ditengah-tengah
realitas. Hal itu dianggap berbeda dengan sebagian orang yang mengemban Islam
secara umum tanpa menjelaskan perbedaan antara Islam dengan realitas yang
memaksa dirinya secara politik, budaya, pemikiran, dan informasi.
Dengan begitu Hizbut Tahrir adalah partai dakwah yang aktivitasnya
mengemban dakwah, namun dalam mengemban dakwahnya Hizbut Tahrir
melakukannya secara politik, dalam arti bahwa tujuan dakwah Hizbut Tahrir
adalah mengganti pemikiran, persaan, dan system yang dianggap tidak sesuai
dengan Islam. Dan hal itu diyakini Hizbut Tahrir hanya bisa diwujudkan dengan
melakukan serangan pemikiran, di samping melakukan perjuangan politik
terhadap system dan peraturan selain Islam yeng sedang diterapkan sekarang.61
61 Ahmad al Qoshosh, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www.
Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.
59
G. Harapan Hizbut Tahrir Kota Bogor
Hizbut Tahrir DPD Bogor berharap kelak masyarakat Bogor akan
terbentuk kesadarannya bahwa hukum yang sekarang ini tidak baik, yang
kemudian masyarakat menginginkan hukum Islam supaya diterapkan di
masyarakat. Tidak ada lagi mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian
hukum Islam. Seperti yang terjadi saat ini, dalam hal ibadah masyarakat
mengambil Islam. Tapi dalam berpolitik, pendidikan, bidang kesehatan, dalam hal
muamalah tidak mau mengambil Islam. Hizbut Tahrir mencontohkan dalam Al-
Qur’an surat al-Baqarah ayat 183:
☺⌧
’’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,’’ Padahal lima ayat sebelumnya yaitu ayat 178 :
☺
⌦ ⌧ ☺
☺ ☺
⌧ ’’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian
60
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih’’.
Dan dalam ayat yang setelahnya itu ada ayat yang mewajibkan berperang.
Akan tetapai masyarakat ini ketika di seru untuk berpuasa mereka berbondong-
bondong memenuhi seruan Allah untuk berpuasa. Tetapi kalau diseru untuk
qishash atau untuk berperang mereka tidak mau. Padahal redaksi ayatnya sama.
Hal ini yang di ancam oleh Allah dalam firmannya surat al-Baqarah ayat 85:
⌧
☺
☺
⌧ ⌧ ☺
☺ ’’Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat’’
Oleh karena itu Hizbut Tahrir memandang penting menjadikan perjuangan
untuk mengembalikan hukum-hukum Allah tegak kembali, karena dengan
61
tegaknya hukum Allah yang menjadi permasalahan pokok, maka permasalahan
cabang yang berkaitan dengan masalah apapun itu akan terselesaikan.62
I. Analisis Dakwah Hizbut Tahrir
Dalam hal pengertian dakwah penulis sedikit berbeda pendapat dengan apa
yang telah diungkapkan oleh humas Hizbut Tahrir, alasan penulis karena dalam
buku yang berjudul Pembangunan dan Dakwah Bil Haal yang diterbitkan oleh
Mimbar Ulama 1991 Husein Assegaf menyatakan bahwa dakwah bil haal adalah
dakwah melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab, buku, majalah, internet,
koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan sangat penting dan efektif.63
Begitu juga dengan dakwah bil haal Husein Assegaf mendefinisikan bahwa
dakwah bil hal adalah seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata
untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka memcahkan persoalan
dalam suatu lingkungan masyarakat. Walaupun ketiga bentuk dakwah yang
disebutkan diatas telah dilakukan oleh Hizbut Tahrir akan tetapi secara teoritis
penulis melihat Hizbut Tahrir tidak menyatakan itu sebagai dakwah. Hal itu yang
kemudian perbedaan pendapat antara pengertian dakwah yang penulis pahami
dengan pengertian dakwah menurut Hizbut Tahrir.
Zainal Muhtarom dalam bukunya dasar-dasar manajemen dakwah Islam
menyatakan bahwa media yang paling efisien dalam berdakwah salah satunya
adalah media organisasi. Organisasi merupakan alat pelaksanaan dakwah, agar
62 Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut
Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010. 63 Husein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, (Jakarta, Mimbar Ulama, 1991),
hal. 58.
62
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, maka
melalui organisasi dakwah dakwah dapat terus diselenggarakan dalam setiap
kegiatan intern dan ekstern. Dalam hal ini penulis bertpendapat bahwa Hizbut
Tahrir sudah mampu memanfaatkan organisasi sebagai media dalam berdakwah,
hal itu terbukti dengan adanya kepengurusan sebagaimana yang disebutkan diatas
bahwa Hizbut Tahrir memiliki pengurus structural dan fungsional yang setiap
anggota dalam kelompok tersebut sudah memiliki tugasnya masing-masing.
Sebagaimana pendapat Chesther I. Barnard yang dikutif oleh Mannulang M.
dalam bukunya dasar-dasar manajemen bahwa organisasi adalah suatu system
dan aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dengan adanya
pembagian tugas dan dilakukan oleh lebih dari satu orang maka penulis
berpendapat bahwa Hzibut Tahrir sudah memenuhi criteria organisasi
sebagaimana yang dinyatakan Chesther.
Selanjunya selain organisasi yang menjadi media paling efisien dalam
berdakwah Zainal Muhtarom-pun menyatakan bahwa ada media lisan, media
cetak, maupun media elektronik. Semua media yang di sebutkan Zainal Muhtarom
di atas penulis melihat media itu sudah di pakai oleh Hizbut Tahrir dalam
menyampaikan dakwahnya. Keyakinan penulis dikuatkan dengan terbitnya buletin
al-Islam oleh Hizbut Tahrir yang lebih dari satu juta eksemplar dalam satu kali
terbit, seperti yang dikatakan Ustadz Rasyid selaku Humas Hizbut Tahrir DPD
Bogor dalam wawancara yang penulis lakukan. Selain bulletin al-Islam yang
merupakan media cetak yang dimanfaatkan dalam menyampaikan dakwahnya
Hizbut Tahrir pun memiliki majalah al-wa’ie, tabloid media umat dan buku yang
dikarang dan diterbitkan oleh aktivis Hizbut Tahrir.
63
Adapun media elektronik yang dimanfaatkan Hizbut Tahrir anatara lain
Hizbut Tahrir memliki channel telvisi sendiri yaitu TV HT Channel dan radio
Hizbut Tahrir, selain itu Hizbut Tahrir pun memiliki website yang bisa diakses
dimana saja dan oleh siapa saja. Dalam pemanfaatan media penulis sangat setuju
dengan apa yang sudah dilakukan oleh Hizbut Tahrir karena penulis
menganggapan hal itu sudah maksimal baik media cetak maupun elektroniknya
sudah terpenuhi semua. Akan tetapi dalam hal media lisan penulis memandang
bahwa Hizbut Tahrir belum optimal dalam menyampaikan dakwahnya. Hal itu
penulis rasakan selain jarangnya penulis menemukan kegiatan dakwah secara
lisan yang di adakan atau diisi oleh aktivis Hizbut Tahrir, dalam wawancara
penulis dengan Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor-pun penulis hanya memperoleh
informasi jadwal kegiatan halqah atau kajian yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir
itu hanya satu tempat dan tempat itupun penulis rasa tidak semua orang
memungkinkan untuk mengikutinya karena berada di masjid Polretsa Kota Bogor
yang mana tidak sedikit masyarakat merasa segan untuk memasukinya apalagi
tanpa ada tujuan yang pasti. Hal itu penulis anggap menjadi penyebab tidak
memungkinkannya orang yang tanpa sengaja masuk kedalam masjid untuk
mengikuti pengajian yang di adakan oleh Hizbut Tahrir bisa mengikuti kegiatan
halqah yang di adakan oleh Hizbut Tahrir. Itu yang berkaitan dengan media.
Adapun yang berkaitan dengan kegiatan. Dengan dua aktivitas pokoknya
yaitu tastqif hos dan tastqif amm atau pembinaan husus dan pembinaan umum
penulis setuju kalau itu dilakukan secara berkesinambungan dan banyak diketahui
umum terutama yang berkaitan dengan pembinaan umum, karena dakwah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Didin Hafidhudin dalam bukunya yang
64
berjudul dakwah actual adalah proses secara berkesinambungan yang ditangani
para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk
kejalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami. Pada akhirnya
penulis berasumsi bahwa, berat bagi Hizbut Tahrir sebagai da’i atau yang
mendakwahkan untuk merubah kehidupan masyarakat sebagai mad’u
sebagaimana yang dicita-citakan oleh Hizbut Tahrir untuk menjadikan masyarakat
yang memiliki standard berfikir dan berprilaku secara Islami seperti juga tujuan
dakwah yang dikemukakan Didin Hafidhudin di atas kalau pesan yang
disampaikan itu tidak sampai kepada masyarakat (mad’u).
Disamping kegiatannya yang harus banyak diketahui oleh masyarakat.
Kalau Hizbut Tahrir menginginkan masyarakat terutama warga Bogor memiliki
standard Islami baik dalam berfikir maupun berperilaku maka penulis berpendapat
bahwa pesan yang disampaikannyapun harus tepat. Sebagaimana dalam ilmu
dakwah yang pernah penulis pelajari bahwa dalam berdakwah ada yang disebut
pemetaan dakwah, hal itu dilakukan agar pesan yang hendak disampaikan itu
sesuai, baik dengan kemampuan berfikir maupun keadaan social mad’u.
sebagaimana pesan yang disampaikan oleh Rasulallah yang kurang lebih isinya
adalah perintah untuk berbicara sesuai dengan kemampuan lawan bicara.
Disamping itu penulis masih lebih banyak melihat dari isi pesan yang
disampaikan lebih kepada konsep kepemerintahan khilafah dari pada pembinaan
akhlak Islami, padahal Nabi sendiri berkata bahwa Beliau di utus ke muka bumi
ini untuk menyempurnakan akhlak. Kalau dikatakan dalam teori sosiologi modern
yang tokohnya Neil J. Smelser dan Alex Inkeles bahwa untuk meraih kesuksesan
yang sama (dalam konteks ini Rasulallah) maka (Hizbut Tahrir) harus menempuh
65
tahapan yang sama dengan apa yang telah dilalui yang sukses64. Penulis
berpendapat demikian bukan berarti penulis tidak setuju dengan cita-cita Hizbut
Tahrir untuk menegakkan kembali khilafah, tetapi penulis berpendapat bahwa
ketika masyarakat sudah memiliki akhlak Islami kemudian merasakan
kenyamanan dan keamanan dengan konsep Islam maka masyarakat akan dengan
sendirinya menginginkan untuk ditegakkannya syari’at Islam, dengan demikian
maka masyarakat tidak merasa dipaksa untuk mendukung berdirinya khilafah
seperti yang Hizbut Tahrir cita-citakan, artinya kemudian penulis ingin
berpendapat bahwa dakwah harus dilakukan secara bertahap sebagaimana yang
telah dikatakan Didin Hafidhudin di atas. Dari hal yang kecil untuk mewujudkan
cita-cita yang besar, hal itu dilakukan untuk mengawali perubahan terhadap
masyarakat yang dianggap menyimpang maupun yang patuh disebabkan oleh
adanya gangguan (disrupsi) pada proses penghayatan dan penglaman nilai-nilai
Islam dalam perilaku seseorang.
Dilihat dari aspek sosiologis masyarakat, bogor adalah masyarakat yang
majemuk, yang terdiri dari berbagai suku, adat, budaya, juga agama. Jadi penulis
berpendapat bahwa tidak mudah bagi Hizbut Tahrir untuk menggiring masyarakat
kita ke pada syari’at Islam walaupun mayoritas warganya muslim bahkan menjdi
Islam terbesar, akan tetapi masyarakat bogor ini sebelumnya tidak pernah
merasakan dipimpin oleh pemimpin yang menggunakan system Islam, beda
halnya dengan masyarakat yang ada di negara yang pernah merasakan dipimpin
dengan system Islam, seperti Palestina tempat dimana Hizbut Tahrir didirikan
64 Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta, Mitra Sejahtera
2008), h. 190.
66
mereka memang sudah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam naungan
syari’at Islam.
Dari aspek pendidikan, penulis berpendapat bahwa sudah terlalu banyak
dan melekatnya pemikiran yang dianggap tidak Islami yang menyerang
masyarakat kita karena memang pola pendidikan kita adalah pola pendidikan yang
diwariskan para colonial yang sampai sekarang masih di gunakan. Disamping itu
Indonesia karena masyarkatnya yang majemuk menjadikan negara yang
berpenduduk muslim dengan system demokrasi. Yang berkembangnya pendapat
tentang kebangsaan, nasionalisme, dan sosialisme yang mana itu semua
pemahaman yang dianggap sesat dan menyimpang oleh Hizbut Tahrir. jadi pada
akhirnya penulis menilai kalau Hizbut Tahrir ingin mendirikan khilafah Islamiyah
maka tidak bisa dengan sarta merta dimasukan kedalam pola pikir masyarakat
tanpa sebelumnya masyarakat di bina akhlaknya demi meraskan indahnya system
Islam untuk mencapai kesadaran masyarakat dengan sendirinya karena
bagaimanapun masih sangat banyak kontradiksi antara kenyataan kehidupan umat
Islam dengan hokum Islam, terutama masalah politik, pemerintahan dan ekonomi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian ilmiah tersebut, kiranya dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk kegiatan pokok dakwah yang dilakukan Hizbut Tahrir DPD Kota
Bogor adalah tastqif hos dan tastqif amm atau pembinaan umum dan
pembinaan husus. Tastqif hos merupakan pembinaan husus bagi para anggota
dan simpatisan Hizbut Tahrir sedangkan tastqif amm adalah pembinaan yang
dilakukan untuk masyarakat umum dan melakukan unjuk rasa terhadap
kebijakan yang tidak Islami.
2. Media yang digunakan dalam berdakwah adalah media lisan, cetak, dan
elektronik. Media lisan terbukti dengan adanya halqah/kajian di masjid
Polresta Kota Bogor. Media tulisan terbukti dengan adanya bulletin, bulletin
al-Islam, majalah al-wa’ie, dan tabloid media Islam. Sedangkan media
elektronik terbukti dengan adanya televisi HT Chane, Radio Hizbut Tahrir,
dan Websait Hizbut Tahrir.
B. Saran-saran
1. Perhatian dakwahnya jangan terlalu dipusatkan kepada agenda mewujudkan
Khilafah Islamiyah, sehingga terkesan melalaikan agenda membebaskan umat
dari syirik, bid’ah, fanatisme, pembentukan akhlak, serta keterbelakangan dan
kemunduran.
67
68
2. Meningkatkan dakwah bil lisan dan dilakukan di tempat umum yang mudah
dan memungkinkan di tempuh oleh banyak orang dari semua kalangan.
3. Pesan dakwahnya tidak melulu ke system khilafah Islamiyah tetapi juga di
imbangi dengan pembinaan akhlak kepada masyarakat.
4. Melakukan kaderisasi lebih luas dan terbuka lagi.
5. Terus meningkatkan metode dakwah yang efektif dan efisien, karena
tantangan yang akan dihadapi umat Islam seperti sekulerisasi, globalisasi
informasi akan selalu membutuhkan solusi yang dapat mengantisipasi
perubahan tersebut.
6. meningkatkan kerjasama dengan ormas-ormas lain.
Menyadari pentingnya suatu penelitian untuk dapat mengungkap masalah-
masalah sosial yang dialami oleh lembaga-lemabag keagamaan, maka diperlukan
adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terkait, guna memperoleh
data yang valid dari kegiatan dakwah Hizbut Tahrir. Namun demikian sudah
barang tentu disana sini masih banyak kekurangan dan susunan kalimatnya. Maka
dari itu tiada gading yang tak retak, demikian juga tidak ada manusia yang
sempurna. Maka dengan segala kerendahan hati penyusun mohon kritik dan saran
yang membangun untuk bekal di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)Ashari, M. Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Al-Qoshosh, Ahmad, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www. Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.
Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997
Amirullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Strategi.
Amrullah, Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan Struktur ke Ilmuan Dakwah, Medan: 1996
Asmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Assegaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, Jakarta, Mimbar Ulama, 1991
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1999
Bahry, Zaenal, Kamus Umum; Khususnya Bidang Hukum dan Politik, Bandung: angkasa, 1996
Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta, GIP, 1999
Handoko, T. Tani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 2003
Hasanudin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996
Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2009
Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Bogor, Senin 18 Januari 2010.
Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta, Mitra Sejahtera 2008
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1989
M. Nazir, Metode Penelitian I, Jakarta: Galia Indonesia, 1995
Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2001
69
70
Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta : Al-Amien Press, 1996
Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Nuh, Sayyid M, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, Solo : Citra Islami Press, 1996
Omar, Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Wijaya, 1971
PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP IRM, 2004
Raji, Abdullah M. Sufyan, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri Ajarannya, Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007
Rosyanti, Imas, Sari Tafsir II, Bandung : Fa Sumatra, 1996
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung: Mizan, 1999
Siagian, Sondang P., teori pengembangna orgnaisasi
Stphen, Robbins, perilaku organisasi, edisi bahasa Indonesia; Jakarta; PT. indeks Gramedia, 2006
Suara Muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret, Yogyakarta: SM, 2004
Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan Aksiologis, Pustaka Pelajar & Walisongo Press
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Islam, Surabaya, 1983
Yakan, Fathi, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, Solo: Intermedia, 2003
Yogaswara, Angga, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: Skripsi, MD, 2003
Yunus, Muhammad, Kamus Bahasa Arab, Departemen Pendidikan, 2000
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997)
Yakan, Fathi, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, (Solo: Intermedia, 2003)
Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan
Aksiologis, (Pustaka Pelajar & Walisongo Press)
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989)
Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005)
M. Nazir, Metode Penelitian I (Jakarta: Galia Indonesia, 1995)
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999)
Amrullah, Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan
Struktur ke Ilmuan Dakwah, (Medan: 1996)
Yunus, Muhammad, Kamus bahasa arab. (Departemen Pendidikan, 2000)
Nuh, Sayyid M, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami
Press, 1996)
Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP, 1999)
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
masyarakat (Bandung: Mizan, 1999)
Omar, Yahya, Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT. Wijaya, 1971)
A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982)
Ashari, M. Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996)
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983)
Asmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007)
Rosyanti, Imas, Sari Tafsir II, (Bandung : Fa Sumatra, 1996)
Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta : Al-Amien
Press, 1996)
Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres,
2001)
Stphen, Robbins, perilaku organisasi, edisi bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. indeks
Gramedia, 2006)
Amirullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Stratejik.
Siagian, Sondang P., teori pengembangna orgnaisasi
Handoko, T. Tani, Manajemen, (yogyakarta : BPFE, 2003)
Bahry, Zaenal, kamus umum; khususnya bidang hukum dan politik, (bandung: angkasa,
1996)
Yogaswara, Angga, Aplikasi perencanaan dan pengorganisasian partai keadilan
sejahtera (Jakarta: Skripsi, MD, 2003)
PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, sistem pengkaderan ikatan muhammadiyah,
(Yogyakarta: PP IRM, 2004)
Suara muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) maret, (Yogyakarta: SM, 2004)
Raji, Abdullah M. Sufyan, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri ajarannya,
(Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007)
Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, (Bogor,
Pustaka Thariqul Izzah, 2009)
Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir
DPD Bogor, Senin 18 Januari 2010.
Al-Qoshosh, Ahmad, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www.
Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.
Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta, Mitra Sejahtera 2008).
Assegaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, (Jakarta, Mimbar Ulama, 1991)
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jln. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Jakarta 15412, Indonesia Telp : (62-21) 7432728
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA*) SEMESTER GANJIL/GENAP**) TAHUN 2010/2011
1. Nama : A. Samsul Anwar 2. Tempat/Tgl. Lahir : Bogor, 09 Oktober 1986 3. Nomor Pokok : 105051001881 4. Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam 6. Program : S1 7. Judul Skripsi : “Aktivitas Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Bogor” 8. Tanggal Lulus : 19 Maret 2010 9. Nomor Ijazah ***) : 10. Indek Prestasi/Ydc : 3,18 (Tiga Koma Delapan Belas) 11. Jabatan Dalam Organisasi
Kemahasiswaan : - 12. Alamat Asal : Kp. Cilambur 03/03 Leuwi Batu, Rumpin - Bogor 13. Alamat Sekarang : Jln. Kayumanis 05/04 Cirimekar Cibinong - Bogor 14. Nama Ayah : Abd Rojak 15. Pendidikan Ayah : SD 16. Pekerjaan Ayah : Petani 17. Nama Ibu : Muti’ah 18. Pendidikan Ibu : SD 19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jakarta, 19 Maret 2010 Foto 3x4
Tanda Tangan Ybs,
A. Samsul Anwar Catatan : *) Dibuat rangkap 2 (dua):
- Lembar Pertama untuk Bagian Akademik dan Kemahasiswaan - Lembar Kedua untuk Fakultas Yang Bersangkutan
**) Coret Yang Tidak Perlu ***) Nomor Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKPSI
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jln. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Jakarta 15412, Indonesia Telp : (62-21) 7432728
IDENTITAS ALUMNI Wisuda Ke: 79 /Tahun Akademik: 2010/2011
Yang bertandatangan di bawah ini, 1. Nama Lengkap : A. Samsul Anwar 2. Nomor Pokok/Nim : 105051001881 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Tempat/Tgl.Lahir : Bogor, 09 Oktober 1986 5. Alamat Asal : Kp. Cilambur 03/03 Leuwi Batu, Rumpin - Bogor 6. Alamat Sekarang : Jln. Kayumanis 05/04 Cirimekar Cibinong - Bogor 7. Kode Pos : 16917 8. Telepon : 081 777 5717 – 021 94414084 9. Jurusan/Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam 10. Judul Skripsi : “Aktivitas Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Bogor” 11. Pembimbing : Dra, Hj. Asriati Jamil, M. Hum 12. Penguji (1) : DR. H. A. Ilyas Ismail, MA 13. Penguji (2) : Umi Musyarrofah, MA 14. Tanggal Lulus : 19 Maret 2010 15. IP/Yudisium : 3, 18 (Tiga Koma Delapan Belas ) 16. Nomor & Tgl. Ijazah*) : 17. Pekerjaan : - 18. Alamat Pekerjaan : -
Mengetahui Jakarta, 29 Maret 2010 Ketua Jurusan KPI Tanda Tangan Ybs,
Drs. Jumroni, M.Si A. Samsul Anwar
Foto 4x6
NIP. 196710061994031006 Catatan : Dibuat Rangkap 2 (dua): - Lembar Pertama untuk Bagian Akademik dan Kemahasiswaan - Lembar Kedua untuk Fakultas Yang Bersangkutan *) Nomor Ijazah Diisi Oleh Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro AAKPSI
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PENULIS DENGAN HUMAS HIZBUT TAHRIR DPD BOGOR
HARI : SENIN, 18 JANUARI 2010
(Responden)
De samsul kuliah di jurusan apa?
(Penulis)
Saya di dakwah pak, jurusan komunikasi penyiaran Islam.
(Responden)
Kalau di ormas, ormas apa?
(Penulis)
Belum saya Pak, belum ikut ormas.
(Responden)
Oooo… Nanti lebih lengkapnya disini ya (Responden sambil menyodorkan buku yang di
pegangnya yang berjudul ), kalau mau di ambil dari rubrik apapun boleh kalau memang
ada disini, dan kalau untuk kebogoran ya memang pasti tidak ada disini. Gimana?
(Penulis)
Jadi ,eee.. yang pertama ini kan, emm emm (penulis berdehem sebanyak dua kali) tentang kegiatan Hizbut Tahrir ya Pak ya, yang cabang kota bogor berarti ya, emmm itu kegiatannya apa aja gitu pak?
(Responden)
Ya. Kalau penamaannya, kalau di bogor itu daerah ya (daerah ya Pak ya?
Penulis) Eee.. jadi dalam konteksnya DPD (dewan pimpinan daerah) Kota bogor atau
kabupaten bogor juga ada tetapi dalam satu komando, bogor gitu. Eeeh.. Baru kalau
kemudian kalau di tingkat kecamatan namanya DPC, masing-masing lembaga memang
beda kalau di kepartaian golkar itu pakai DPD kalau PDIP itu DPC, ia kan, paham ya?
(Ya! Penulis) Kalau untuk kecamatan golkar itu pakai DPC, kecamatan bogor utara DPC
golkar, misalnya bogor utara, kalau PDI kecamatan itu anak cabang DPAC, kalau PKS
pakai DPD untuk kota bogor DPC untuk kecamatan.
Nah kalau Hizbut Tahrir Indonesia eeeh.. memakai istilah kalau konteks ke
kotaan atau daerah itu dengan istilah daerah atau DPD jadi bukan cabang ya, kalau
cabang itukonteksnya kecamatan, (ooo..ya..ya..ya.. penulis) kalau di Hizbut Tahrir.
Ehm..(Responden berdehem) Mengenai kegiatan sebenarnya sama seperti kegiatan-
kegiatan Hizbut Tahrir di berbagai tempat yang lain, sebenarnya itu ada, setidaknya ada
dua atau tiga aktivitas pokoknya pertama itu yang namanya (ngooong, suara motor lewat)
pembinaan husus tastqif ya namanya tastqif atau pembinaan, pembinaan ini ada dua ya,
pertama pembinaan husus, pembinaan husus adalah pembinaan yang dilakukan oleh
Hizbut Tahrir kepada para anggotanya dan para simpatisannya, wujudnya berupa apa,
wujudnya berupa pengkajian Islam secara mendalam perminggu (perminggu ya.
Penulis), heeh, perminggu ini ada yang disebut dengan halqoh, halqoh itu kan artinya
melingkar, jadi melingkar dengan peserta terbatas untuk membahas tentang suatu kitab.
Kita punya kitab berpuluh-puluh kitab nanti bisa di lihat kitab-kitab yang sifatnya
memang kalau saya bilang revolutif memang sangat diametral perbedaannya dengan,
eeee…. system yang ada sekarang ini, nah kita menyiapkan itu untuk mensosialisasikan
terhadap masyarakat termasuk di binakan untuk di pahami oleh para kadernya.
Jadi para kader Hizbut Tahrir itu dimana saja di temui, ketika ditanyakan tentang
satu permasalahan tertentu jawabannya pasti sama (pasti sama ya pak ya. penulis), pasti
sama dimanapun juga, mau diciputat, dibogor, mau di irian jaya, hatta mau di new York.
Mau di eee…apa London ya, ada di paris atau prancis semua sama, karena Hizbut Tahrir
itu apa, eeeh.. seruannya adalah seruan global dan memang memiliki jejaring di berbagai
tempat, bukan hanya di (ngoong, suara motor lewat) Indonesia. Nah jadi itu pembinaan
pertama adalah apa yang disebut dengan tastqif atau pembinaan husus atau tastqip hos
atau tastqif murokazi atau murokazah, yaitu pembinaan yang intensif atau pembinaan
yang husus, husus bagi siapa?, husus bagi para anggotanya seminggu sekali ada wajib,
kemudian sebulan sekali ada forum-forum yang hanya boleh di ikuti oleh para
anggotanya saja.
Itulah yang di lakukan Hizbut Tahrir dalam rangka membina, menghujamkan
pemikiran-pemikiran Islam, karena pemikiran Islam ini akan menjadi qiyadah fiqriyah,
akan menjadi kepemimpinan berfiqir bagi para Syabab Hizib, syabab itu adalah sebutan
bagi para anggota-anggota Hizbut Tahrir, panggilannya syabab atau para pemuda Hizib,
diseluruh tempat dimana pun Hizbut Tahrir ada, jadi begitu, pembinaan pertama itu
pembinaan husus atau hos, dan ini sangat berbeda dengan lembaga-lembaga lain, kalau
saya lihat, lembaga lain itu sangat jarang yang melakukan pembinaan-pembinaan secara
intensive ya, kalau kita wajibkan itu, dua jam seminggu sekali itu harus mengkaji kitab,
kitab ini selesai dan kitab Hizbut Tahrir berbahasa arab gitu, jadi kita bukanlah lembaga
atau intitas yang, katakanlah seperti partai politik yang hanya bergerak menjelang pemilu
(ya! penulis) yakan?, atau seremonial semata yang kemudian ngumpul-ngumpul hanya
untuk arisan semata, atau pengajian-pengajian yang tanpa eeehh, tajam pembahasnnya
gitu, kita engga. Kita ada rujukannya, skedulnya rapi, bacanya kitab arab semua di sarah
dijelaskan segala macam dengan pembahasan-pembahasan yang tajam. Sampai
membentuk kerangka berfikir.
Sehingga kemudian dari modal itulah seluruh anggota Hizbut Tahrir dimanapun
berada ketika ditanyakan tentang permaslahan yang satu jawabannya pasti satu, sama
(pasti satu ya? Penulis), paaasti satu (Responden berintonasikan penekanan akan ke
pastian) (soalnya mungkin kitab rujukannya mungkin sama ya?, Penulis), satu ya.
Beda halnya ketika kemudian orang di Tanya tentang satu permaslahan untuk di lembaga
yang lain barangkali pasti ada beda-beda pendapat, yakan?, nah kalau itu nanti boleh di
kembangkan ke yang lain, boleh di analogkan dengan lembaga yang lain atau dengan
maslah apapun, tapi itu sudah sangat kasat mata, sering kali terjadi konflik antar individu
anggota yang satu dengan anggota yang lain karena memang tidak klop (Tid.. Tid..
klakson kendaraan yang melintas) dalam memandang satu urusan, kalau Hizbut Tahrir
tidak seperti itu, satu kata untuk semua.
Tapi bukan berarti tudak boleh berbeda pendapat, tidak. Ini membentuk kerangka
berfikir, jadi kerangka berfikirnya ketika sudah di bentuk maka ketika di berikan
permasalahan apapun jawabannya pasti sama, kaerna kalau dalam kaidah ushul fiqh itu
kan ada, dalam kaidah ushul fiqh yang bisa menguatkan, ushul fiqh nya sudah sama, ya?.
Kemudian mengenai yang kedua adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya apa pembinaan
umum atau pembinaan amm nah atau tastqif jama’I, kalau tadi kan tastqif hos atau
murokazi/murokazah, itu yang intensif ya.
Yang kedua namanya tastqif amm atau pembinaan umum, pembinaan umum itu
ya Hizbut Tahrir antara aktivisnya kemudian melebur dengan masyarakat mengisi kajian-
kajian seperti di masjid-masjid ya, kemudian mengisi khotib jum’at ya/ khutbah jum’at
juga di lakukan dan itu yang kenapa banyak orang yang terperanagah dengan Hizbut
Tahrir kegiatannya tidak ada putusnya, kegiatan tastqif amm ini atau pembinaan umum
ini tidak ada putusnya, karena semua cabang ya, katakanlah pastabikul khoirot untuk
berlomba-lomba menhgadkan kegiatan gitu dan itu Hizbut Tahrir tidak mengeluarkan
biaya sepeserpun gitu, karena mereka yang membiayai, jadi para anggota ini sendiri yang
mengadakan. Nah kalau ditingkat pusat itu ada yang namanya halqoh Islam peradaban,
itu di wisma antara Jakarta selatan, nah di bogor juga ada halqoh Islam peradaban tingkat
Kota bogor, di tingkat kabupaten bogor juga ada, nah demikian juga pembinaan-
pembinaan umum lain ini juga banyak, seperti kajian-kajian di masjid, majlis taklim,
mushala-mushala, perkantoran ini buuanyak sekali, tiap minggu itu pasti ada banyak, jadi
setiap cabang ini mengadakan kegiatan, coba bisa dibayangkan ketika masing-masing
syabab Hizbut Tahrir itu bergerak mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
pembinaan umum ya, luar biasa itu.
Jadi memang kita tidak dibatasi oleh momentum-momentum tertentu ketika
bergerak, sebagaimana partai-partai politik yang hanya muncul ketika menjelang
pemilihan umum saja, kita tidak. Karena kita menyadari bahwa umat ini memang berada
pada derajat keterpurukan yang parah sehingga kemudian perjuangannyapun harus
ekstra. Kaum-kaum musuh Islam ini bergerak, berjuang, pagi, siang malam gitu ya, untuk
menghambat apa?, dakwah Islam, hal yang sama harus dilakukan para aktivis muslim,
pantang menyerah ya, kemudian mendakwahkan Islam dengan Ikhlas di tengah-tengah
masyarakat.
Karena kalau musuh Islam itu, anggaplah seperti amerika dan Israel segala
macam tidak ada habis-habisnya membuat makar terhadap kaum muslimin kan?, kenapa
kita masih bisa berleha-leha nah ini yang menjadi spirit bagi anggota Hizbut Tahrir untuk
tidak berhenti, terus bergerak, namanya juga gerakan taharruk itu bergerak artinya, jadi
kalau tidak bergerak maka dia bukan orang gerakan, bukan orang harokah, karena
taharruk itukan bergerak, nah kalau untuk orang yang semacam itu (tidak mau bergerak)
dari pada merepotkan mendingan tidak usah karena ada atau tidaknya itukan sama saja,
makanya kita (Hizbut Tahrir) punya mekanisme, kalau memang kita sudah bangkitkan,
sudah kita motivasi tidak juga kemudian tergerak untuk bergerak maka ya kita
tinggalkan, ya sudah tidak layak menjadi bagian dari Hizbut Tahrir karena Hizbut Tahrir
itu adalah gerakan, dakwah menjadi nafasnya, darahnya.
Nah itu tadi dua kegiatan secara umum seperti itu, ada pembinaan husus/tastqif
hos yang kedua adalah pembinaan umum atau tastqif amm pembinaan umum dijabarkan
banyak, bias berupa seminar, diskusi panel, ada talk show, seminar-seminar segala
macam ini banyak sekali. Pasti setiap minggu ada, di level cabang ada, kota ada,
kabupaten ada, di tingkat pusat juga ada, hampir tiap minggu ada (berarti secara jelas
memang Hizbut Tahrir punya program yang jangka pendek, menengah dan panjang, atau
gimana Pak?). ia, kita punya program-program tadi itu, eeehh jangka pendek ada gitu ya,
jangka menengah ada, dan panjang juga ada.
Nah itu kurang lebih terkait dengan aktivitas Hizbut Tahrir, ya berdakwah di dua
hal itu, pembinaan umum sama pembinaan husus, dengan tujuan sebenarnya kalau
pembinaan umum untuk membentuk opini, kalau pembinaan husus tadikan untuk
menanamkan, anggaplah militansi atau pemahaman-pemahaman yang logis, yang sahih,
yang menurut syari’at Islam paling kuat, kan gitu. Ditanamkan dimasing-masing anggota
Hizbut Tahrir di gembleng, sebagaimana Rasulallah menggemblang para sahabatnya,
dirumah Arqom bin Abi Arqom ya, ada Ali disitu yang masih berumur tujuh atau delapan
tahun waktu itu kemudian ada al-Arqom juga ikut disitu umurnya juga kurang lebih sama
seperti Aly, kemudian ada yang sudah agak tuaan seperti Abu Bakar juga di gembelng
disitu, ada Umar, ada Utsman segala macam ada disana, nah itu yang di sebut dengan
pembinaan tastqif yang juga dilakukan oleh Rasulallah.
Rasulallah juga melakukan pembinaan umum, yakan dengan melakukan tadi itu
apa?, ada masyirah, masyirah juga keluar ada dua barisan yang barisan pertama di pimpin
oleh Hamzah dan barisan kedua di Pimpin oleh Umar Bin Khotob, nah keluar itu untuk
menunjukan eksistensinya dan itu di lekukan juga oleh Hizbut Tahrir, Hizbut Tahrir
mengenal dengan nama masyirah ya atau eeehh unjuk rasa atau aksi gitulah itu namanya
masyirah ya, dengan berbaris yang rapi melapis tanpa harus menggangu haknya orang
lain untuk memanfaatkan jalan, mengganggu ketertiban umum itu tidak di perkenankan.
Nah ini juga yang dilakukan dakwah Hizbut Tahrir dengan tujuan untuk membentuk apa
yang disebut dengan ra’yul amm, opini umum, opini umum di tengah-tengah masyarakat
bahwa di tengah-tengah kita ini sudah apa?, system yang ada ini sudah system yang rusak
butuh alternatif solusi dan Hizbut Tahrir menawarkannya. Nah itu kurang lebih
kegiatannya.
(Penulis)
Kalau untuk bentuk dakwahnya itu Pak, kam kalau yang saya pelajari tentang kegiatan dakwah itu ada bil qalam, bil lisan dan bil hal, kalau untuk Hizbut Tahrir sendiri, apakah melakukan tiga-tiganya, atau mungkin salah satu yang lebih di dominankan atau bagaimana pak? (Responden)
Kalau apa?, kalau saya pribadi memahami kalau yang namanya dakwah itu kan
dari kata ud’u, apa ingat ayatnya gimana? (Responden bertanya kepada penulis)
(kemudian penulis membacakan Q.S. An-Nahl : 125 ) artinya apa? (responden
kembali bertanya kepada penulis mengenai arti dari ayat yang penulis bacakan dan
penulis pun menyebutkannya) yang namanya ud’u ini kan menyeru, kalau menyeru ini
kan dengan menggunakan apa?, dengan menggunakan lisan, jadi kalau dalam konteks itu
kalau saya pribadi memahami bahwa dakwah itu ya memang menggunakan perkataan,
dengan qoul gitu.
Nah perkara bahwa dakwah itu juga bisa dilakukan dengan apa?, dengan deripasi
yang lain, nah itu juga kita lakukan ya, tapi memang mungkian konteksnya bukan disebut
sebagai dakwah ya kalau di kita, Karena memang dakwah ini dengan menyeru gitu, kalau
memberi contoh atau disebut dengan dakwah ila, ila apa?, bil hal ya?, atau member
contoh itu memang bagian dari syahsiyah, bagian dari kepribadian seorang pengemban
dakwah yakan?, jadi apakah itu untuk di contoh atau tidak itu memang kewajiban dia
untuk berbuat baik yakan?, eeehh..nah termasuk juga sebenarnya terkait dengan apa?,
eeehh bil qolam ya, Hizbut Tahrir juga melakukan, ini kalau dalam konteks kita, kita
kategorikan sebagai pembinaan umum tadi, nah pembinaan umum tadi itu bisa melalui
apa?, nah pembinaan umum ini kan tujuannya untuk membentuk apa yang disebut ro’yul
amm, nah ro’yul amm ini adalah opini umum ya, di tengah-tengah masyarakat. Nah opini
umum ditengah-tengah masyarakat ini kan harus di ubah ini mensetnya itu, sehingga
opini yang berdar itu, itu adalah opini Islam gitu yak an?, bukan opini yang goirul Islam,
seperti sekarang ini katakanlah seperi demokrasi yang beredar di tengah-tengah
masyarakat, nah kita menginginkan masyarakat itu memiliki standar Islam dalam
aktivitasnya, dan kita lakukan dengan berbagai cara, bisa lewat seminar, bisa lewat tablig
akbar segala macam bisa juga lewat wasilah media atau tulisan, Hizbut Tahrir memiliki,
memiliki eeehh.. apa?, tulisan-tulisan punya media-media sendiri dan itu digunakan
sebgai wasilah menyebarkan pemikiran-pemikiran Islam, untuk membentuk opini umum
di tengah-tengah masyarakat.
Kita punya buletin al-Islam yang lebih dari satu juta exs ketika terbit ya, di
seluruh Indonesia, kita juga punya majalah namanya al-wa’ie, kita punya tabloid
namanya media ummat, kita punya TV juga namanya HTI channel ya, kita juga punya
websait namanya Hizbut Tahrir.co.id, dan banyak sekali wasilah-wasilah dakwah yang
kita gunakan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran Islam yang kita inginkan menjadi,
suatu saat akan menjadi apa?, menjadi tolok ukur aktivitas masyarakat, nah sekarang ini
kan ro’yul amm yang beredar di masyarakatkan bukan Islam.
Gambarannya seperti ini, kenapa ro’yul amm itu menjadi penting, opini umum itu
menjadi penting, coba bayangkan, nisbatkan ketika tahun 98 ketika semua masyarakat
menginginkan Soeharto turun, kan gitu, itu kan ro’yul amm, semua media meng-ekspos
menginginkan itu, kemudian masyarakat juga memiliki perasaan dan pemikiran yang
sama agar Soeharto turun segala macam. Sehingga kemudian hal-hal yang sifatnya,
anggaplah konstitusional itu juga tidak di anggap, coba bagaimana mungkin, karena
sebelumnya DPR, MPR menyetujui secara aklamasi untuk menetapkan Soeharto sebagai
Presiden lagi, beberapa bulan kemudian ko malah berbalik, kenapa?, karena ada
dorongan di tengah-tengah masyarakat menginginkan perubahan gitu, cuman
perubahannyakan tidak di arahkan ke perubahan Islami kan gitu, bayangannya seperti itu,
pentingnya ro’yul amm atau opini di tengah-tengah masyarakat ketika berbagai lapisan
masyarakat itu sudah menginginkan Islam yang muncul sebagai katakanlah apa?, solusi
terhadap segala problematika umat maka tidak lagi ada yang bisa nahan.
Coba kalau semua juga menginginkan, wah ini demokrasi sudah bobrok sudah
brengsek ya, ini harus di ganti ini, kalau masyarakay menginginkan penggantinya Islam
siapa yang akan bisa menahan, tidak ada yang bisa menahan, sama seperti masyarakat
ketika menginginkan Soeharto turun, kan tidak ada yang bisa menahan, tentara yang akan
menahan ?!, tentara pun akhirnya akan bergabung dengan opini yang sama, kan gitu, kan
begitu sebenarnya proses perubahan itu. Nah ini juga yang dilakukan Hizbut Tahrir
kenapa Hizbut Tahrir bergabung dengan masyarakat dengan berbagai macam washilah
bisa berupa ceramah, tabligh akbar, diskusi panel, work shop segala macam, bisa juga
lewat media-media yang dimilki, maupun media lain yag kita manfaatkan, coba kalau di
bogor Hizbut Tahrir tulisan para aktivisnya hampir tiap hari menghiasi Koran radar
bogor, terus itu, baik surat pembaca maupun opini atau gagasan, terus itu.
Nah itu dalam rangka memang membentuk opini umum di tengah-tengah
masyarakat, yahudi saja juga seperti itu loh, dalam konteks, bukan membenarkan yahudi,
yahudi kan punya pilosofis begini kebohongan itu kalau di sampaikan terus menerus
(kalikan saja 6000) itu akan menjadi kebenaran, nah itu bahkan kebohongan yang
disampaikan, terus yang kita sampaikan ini kan kebenaran, kalau kebaikan kebenaran
tidak pernah disampaikan bagaimana mungkin orang itu menjadi percaya bahwa ini
sesuatu yang baik, sama seperti begini demokrasi disampaikan terus-menerus ya, secara
continue ya, secra berkesinambungan terus disampaikan lewat segala macam media. TV,
radio, Koran dan semua tokoh ngomong tentang baiknya demokrasi, akhirnya apa orang
menganggap demokrasi itu baik padahal Hizbut Tahrir memandang demokrasi itu adalah
ide yang sesat, ide yang batil, yang haram mengambilnya, haram menerapkannya, dan
haram juga untuk menybarluaskannya kan begitu, yak an?,(oh..ia.penulis).
Oleh karena itu menjadi penting sebenarnya merebut opini umum itu, kenapa?,
karena memang itu akan sangat mempengaruhi. Kalau teorinya yahudi bahkan
kebohongan saja kalau di sampaikan terus menerus akan menjadi sebuah kebenaran,
sama seperti ini ya mas samsul (responden menyebut nama penulis sambil memgang dan
menunjukan buku), coba kalau mas samsul punya ade yang belum punya maklumat atau
informasi sama sekali tentang eeehh..ini namanya buku, kemudian mas samsul bilang de
ini namanya combro, tidak itu bukan combro itu buku, tidak mulai sekarang itu namanya
combro, terus begitu akhirnya apa yang terjadi?, ketika di tanyakan lagi itu pasti
jawabannya ini namanya combro walaupun hakikatnya itu bukan combro itu buku. Nah
demikian juga sebuah kebaikan kalau tidak pernah disampaikan bagaimana mungkin
orang akan mengetahui itu adalah sebuah kebenaran atau kebaikan, sebaliknya kalau itu
sebuah kebohongan kalau di beritakan terus menerus orang akan menganggap bahwa itu
adalah sebuah kebaikan.
Sama isu demokrasi, pluralism ya, kemarin ketika ada salah satu tokoh yang
wafat ide pluralism kan mengemuka, TV segala macam meng-ekspose sedemikian rupa,
(oh..iya..iya..penulis) bahwa seolah-olah pluralism itu kan suatu ajaran yang sohih yang
benar dalam sebuah ajaran Islam, orang lupa ya, ajaran pluralism itu apa?, menganggap
bahwa semua agama itu sama, Majlis Ulama Indonesia dalam kongresnya pada tahun
2005 sudah mengeluarkan fatwa haramnya pluralism, coba orang lupa siapa?, ulama-
ulama kita lupa, kalau majlis ulama sebagai payung organisasi-organisasi Islam di
seluruh Indonesia pun sudah mengharamkan total pluralism ya kan. Tetapi kenapa
kemarin seolah-olah pluralism itu benar, oh Bapak pluralism, Bapak, wah segala macam
deh ya di kasih pujian, itu seolah-olah menyihir masyarakat kita dan menganggap bahwa
pluralism itu benar, padahal pluralism itu ide sesat, ide batil, ide yang di haramkan dalam
Islam dan itu semua ulama sebenarnya sudah sepakat dalam MUI mengeluarkan
rekomendasi dalam kongres di MUI pusat tahu 2005 yang lalu, nah ini, pentingnya
sebuah opini ya, dimana opini itu bisa mempengaruhi pikiran seseorang.
(Penulis)
Terus kalau untuk eeehh materi sendiri yang disampaikan dalam berdakwah itu jadinya eeehh.. apa itu pak? (Responden)
Kita hanya dan hanya menyampaikan adalah materi-materi ke Islaman yang
menggugah ya eeehh, ini dalam rangka membentuk memang tadi, eehh syahsiyah.
Syahsiyah itu ada dua, syahsiyah itu berupa aqliyah, berupa pemikiran, yang kedua
berupa nafsiyah atau tingkah laku, nah yang dua itu saja yang kita sampaikan, dengan
akliyah adalah bahwa harus di sadari bahwa umat islam ini mundur karena masuknya
pemikiran-pemikiran kufur atau pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam,
konsep tentang tadi itu ya, pluralism, liberalism, nasionalisme, kemudian juga demokrasi
ya ?, segala macam, inikan sebenarnya ajaran-ajaran yang tidak pernah ada jelas asal
muasalnya dari hasanah Islam, makanya kemudian Hizbut Tahrir menginginkan adanya
pemurnian terkait dengan pemikiran-pemikiran yang beredar di masyarakat bahwa Islam
ini sebenarnya sudah syamil mutakammil, sudah kaffah, sudah sempurna, yang kemudian
kita tidak membutuhkan pemikiran-pemikiran asing.
Ketika kita biarkan pemikiran-pemikiran asing itu masuk keranah pemikiran kita,
pemikiran umat ini maka kemudian yang terjadi adalah kemunduran, yak an?, Wong
sudah tidak ada lagi yang lebih tinggi di bandingkan dengan Islam, kalau di sebut
sempurna, apa coba, kalau Islam dikatakan sebagai al yauma akmaltu lakum, hari ini
telah aku sempurnakan untuk kalian, yang disebut sempurna apa?, kan tidak ada ini apa?,
cela nya,(ya..ya.ya..penulis) tidak ada cacatnya, yakan?, kenapa kemudian kita
mengambil pemikiran-pemikiran yang tidak ada jelas asal muasalnya dalam Islam.
Oleh karena itu menjadi tugas kita bersama termasuk yang di emban Hizbut
Tahrir dalam mengembalikan qiyadah fikriyah, kepemimpinan berfikir itu di tengah-
tengah umat agar menjadikan Islam itu sebagai tolok ukur pemikirannya saja gitu, bukan
yang lain, kalau pluralism kan diambil dari barat, pluralism juga ajaran-ajaran barat,
demokrasi coba dari mana asal muasal demokrasi coba dari mana?, yak an?,
(ya..ya..penulis) dari barat, tidak ada ceritanya. Demokrasi itu bukan musyawarah lho,
memang ada musyawarah dalam demokrasi, tetapi musyawarah dalam demokrasi sangat
berbeda dengan musyawrah dalam Islam atau syuro dalam Islam, bahkan itu sangat
diametral bedanya, oleh karena itu menjadi sesuatu yang gegabah kalau menyamakan
demokrasi dengan musyawarah.
Nah pemikiran pemikiran asing yang merusak itulah yang kemudian banyak
mengganggu umat Islam memundurkan umat Islam, karena umat Islam sudah tidak
memiliki orisini, orasinalitas ,orisinalitas (Responden sedikit kesusahan menyebutkan
kata orisinalitas) dalam pemikiran, (ya..ya..ya..) padahal Islam ini sudah sempurna
tidak mungkin kita ini butuh perdaban-peradaban lain, kita mengambil ide-ide atau
gagasan-gagasan lain wong kita sudah lengkap.
Makanya kemudian kalau Hizbut Tahrir memiliki berbagai macam kitab untuk
disebarluaskan di tengah masyarakat yang intinya sebenarnya ingin menunjukan dan
ingin mensyi’arkan di tengah-tengah umat, membina umat ya, bahwa islam itu sudah
sempurna dan Islam memiliki gagasan-gagasan sendiri tentang system hidup ini, ada
yang disebut dengan nidzomul Islam kitab pertama yang dikaji, kemudian ada yang
disebut juga nidzom iqtishodi fil Islam, iqtishodi itu adalah system ekonomi dalam Islam,
ada juga yang seperti nidzom al-iztima’I fil Islam atau system pergaulan dalam Islam,
ada system ke uangan dalam Islam, ada system politik dalam Islam, ada system nidzom
al-hukmi fil islam, system pemerintahan dalam Islam.
Jadi sebenarnya sudah komplit, sebagai sebuah gagasan sudah lengkap bahwa
Islam ini sudah sempurna, tinggal masalah kemauan saja sebenarnya, mau tidak kita
mengambil Islam dan meninggalkan pemahaman-pemahaman yang memang bukan
berasal dari Islam, sebagaimana demokrasi, pluralism ya, emansipasi segala macam, itu
yang memang sekarang banyak diserang dimasukan lewat media-media yang 80%
dikuasai oleh eeehh..apa?, musuh-musuh Islam untuk menginfiltrasi pemikiran-
pemikirannya bagi umat Islam, sebenarnya kalau umat Islam ini mau berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan Sunnah saja itu sudah cukup kita ini.
(Penulis)
Terus eeehhh.. kalau saya lihat disinikan tadinya ini kan mau saya tanyakan tentang aqidah syri’ah dan muamalah, tetapi eeehh.. saya melihat dari paparan Bapak tadi kayanya eeehh..jauh lebih luas mungkin cakupannya ya sudah masuk ke system hidup ya, sudah masuk ke system hidup manusia. Nah untuk pembagian, pembagian tugas dakwah gitu pak misalkan eeehh..apakah dilakukan misalkan dalam bidang ekonomi husus di lakukan orang-orang ahli ekonomi, atau, atau bagaimana itu Pak? (Responden)
Eeehh..Kalau tadi mungkin sebelum terjadi salah paham, bahwa Hizbut Tahrir itu
juga tidak seolah-olah langsung jleg bermain di tataran system hidup, bukan. tapi apa
yang kita ajarkan di para kader atau anggota Hizbut Tahrir dalam pembinaan husus itu
juga di mulai dari aqidah, yak an?, bagaimana mungkin kita mau memanen buahnya
sementara akarnya ini tidak kokoh gitu ya, walaupun ada buahnya buah tidak bermutu
kan gitu, sehingga kemudian dalam pengkaderan Hizbut Tahrir itu yang di sampaikan
memang pertama kali (nanti ada kitabnya ya, nanti bias ilihat), pertama kali adalah bab
tentang aqidah, dikokohkan dulu aqidahnya, tentang keyakinan bahwa Alllah itu ada,
tentang tauhid itu di ajarkan pertama kali, terus dan terus sampai kemudian matang, baru
beralih ke tema-tema tentang syahsiyah, tentang dakwah, tentang qiyadah ya, tentang
syri’ah, tapi memang di awali dengan aqidah, jadi memang aqidah merupakan sesuatu
yang paling penting untuk di binakan.
Nah mengenai eeeh..apa eeeehhh?, penempatan orang perorang atau departemen-
departemenlah katakana seperti itu [30:47], nah itu kita ada yang dinamakan sebagai
laznah atau lizzan ya dalam bahasa jamaknya gitu, laznah ini adalah, kalau secara umum
di Hizbut Tahrir itu ada yang disebut dengan structural ya ada fungsional. Structural itu
ya, itulah yang penanggung jawab di kabupaten, atau dikota, atau di kecamatan gitu ya,
ini structural, nah kalau fungsional itu ya, sama tadi. Tapi fungsional kalau di lembaga
lain barang kali yang disebut dengan departemen lah gitu, nah ada departemen yang
disebut laznah I’al-miah gitukan, laznah I’al-miah ini adalah laznah yang berfungsi yang
berkaitan dengan media ya. Opini media, jadi dia fokusnya ya, kerjaannya katakanlah
fungsinya hanya memberikan opini media, yang nulis di media-media yang kita miliki
maupun di media-media yang kita bisa akses untuk menampilkan tulisan kita, kan Koran-
koran banyak ya, surat kabar banyak di radio banyak, nah yang menangani itu siapa?, itu
tadi yang di sebut dengan laznah I’al-miah atau departemen informasi lah katakana gitu,
ada juga yang namanya laznah siyasiyah atau departemen politik gitu, laznah yang
berfungsi untuk melakukan kajian-kajian politik, politik di tengah-tengah masyarakat,
dalam konteks Islam ya, ketika ada sesuatu yang menyimpang dalam Islam kita luruskan
ya, ketika di tingkat pusat misalnya DPR membuat tentang undang-undang penanaman
modal, undang-undang tentang kelistrikan, undang-undang tentang minerbal, segala
macam, termasuk dikampus itukan ada undang-undang tentang PHB, dan itu semua
nuansanya liberal, nah siapa yang akan mengkaji undang-undang yang dihasilkan oleh
produk-produk parlemen seperti itu?, nah Hizbut Tahrir punya namanya laznah siyasiyah
atau depatemen politik yang akan melakukan kajian-kajian seperti itu untuk disikapi,
dengan Islam dan di berikan solusi bahwa Islam itu sebenarnya kaya gini bukan seperti
yang anda bikin.
Begitu, itu namanya departemen politik, dan orang-orang nya siap yang ada di
sana?, ya orang-orang yang memiliki ke ahlian di bidang politik ya, orang terbaik yang
ditempatkan dalam bidang yang tepat, nah itu ka nada pemilihan-pemilihan husus, sepert
itu, yang ahli dibidang ekonomi ia ada namanya laznah maslahiyah gitu, jadi menangani
tentang problem-problem ekonomi gitu ya, muncul di tengah-tengah masyarakat tentang
aktivitas ribawi, tentang tidak sayr’inya misalnya terkait dengan asuransi misalnya, atau
deripat-deripat aktivitas ekonomi kapitalisme yang kemudian banyak beredar di tengah-
tengah masyarakat, tentang kendab, teng perlakuan asuransi, tentang segala macam yang
terkait dengan aktivitas ekonomi itu disikapi oleh laznah yang memiliki konsen husus
terkait masalah ekonomi, ada juga namanya laznah fa’aliyah, laznah fa’aliyah ini ya,
hubungan antar lembaga, kalau Hizbut Tahrir ini punya kalau di DPD bogor, punya
agenda-agenda kontak silaturahmi dengan lembaga-lembaga lain, karena kan itu
bagaimanapun juga bagian juga dari umat Islam yang kita harus sinergis, kalau di bogor
kita punya satu momen husus sebagai acara sering dengan ormas-ormas lain, di situ ada
NU juga hadir, sekitar dua minggu yang lalu disini (komisariat HTI DPD Kota Bogor),
ada pimpinan FPI dating, ada pimpinan NU kota bogor datang, pimpinan PUI datang,
pimpinan PKS datang. Kita punya momen husus setiap dua minggu sekali ketemu, dan
dilkukan secara rutin.(dan itu biasa di lakukan ya pak?penulis).
Kalau Hizbut Tahrir semua aktiviatasnya bergerak di tengah-tengah masyarakat,
tanpa di suruhpun mereka pasti kan melakukan kontak-kontak dengan para tokoh-tokoh,
atau para aktivis ormas yang lain, itu yang lebih spesipik, memang ini jadi tugas apa yang
disebut dengan laznah fa’aliyah, nah disitulah kemudian ada pembagian tugas lah disana,
nah itu, jadi banyak lah ya, kalau disini tu namanya maktab gitu, maktab ya tempat kitab-
kitab disini tempat terima tamu segala macam kalau ini ya sekretariatan lah, nah itu juga
ada yang menggawangi, kita juga punya banyak lah departemen, dan itu memang
sebenarnya enaknya progresasi di Hizbut Tahrir ini, Karena orang-orangnya memiliki
kesadaran yan penuh gitu, jadi tidak harus mendorong-dorong, eh kamu harus begini-
begini, tidak. Semua sudah tau apa yang harus dilakukan apa yan harus di kerjakan,
semua bergerak di tengah-tengah masyarakat karena kita dalam hal ini adalah taharruk,
bergerak bukan organisasi yang menunggu gitu,menunggu panggilan orang, tidak usah di
panggilpun kita akan nyari dimana yang bias di isi, jadi itu spiritnya tidak akan pernah
bisa ditemui di lembaga manapun, ini tidak akan pernah berhenti Hizbut Tahrir ini
bergerak di masyarakat, jangankan di tawarin tidak di tawarinpun kita akan berusaha
untuk nyari gitu,(ya..penulis) dan lebih uniknya anda tidak usah mengeluarkan ongkos
sepeserpun ya, ketika memanggil aktivis Hizbut Tahrir untuk mengisi acara ya, geratis
dari awal sampai akhir sampai kapanpun juga misalnya ada seseorang yang ingin jadi
bagian dari Hizbut Tahrir kita akan isi misalnya seminggu sekali tanpa putus, sampai tua
sekalipun free gitu, tidak ada biaya sama sekali, nah itu yang di lakukan oleh Hizbut
Tahrir.
Karena kalau bicara dorongan atau alkuwwah ini dorongan bukan dorongannya
alkuwwah al-madiyyah, buan dorongan materi kalau ngisi dapat amplop gitu bukan,
tetapial-kuwwah ar-ruhiyyah dorongan spiritual ya ruhiyyah yang menggerakkan para
aktivis Hizbut Tahrir ini ya sehingga kemudian ia akan terus mencari dan mencari mana
tempat-tempat yang harus di sosialisasikan gagasan-gagasan yang luar biasa menarik ya,
yang memang harus disampaikan dan itu menjadi kesadaran penuh di kalangan para
aktivis Hizbut Tahrir sehingga kalau tidak disampaikan bagaimana orang mengetahui
kalau kita memiliki gagasan yang luar biasa, gagasan yang akan mendririkan derajat
Islam, orang menjadi pejuang-pejuang demokrasi aja kok menggembar-gembor
memperjuangkan ide-ide kufur, ide-ide yang sesat, coba mereka padahal menyampaikan
gagasan yang salah, yang keliru, kenapa kita yang memiliki gagasan yang baik yang
mulia murni berasal dari Islam malah menyembunyikannya kan gitu,(ya..ya..penulis)
sangat lucu kemudian kalau ada aktivis Hizbu Tahrir yang tidak pernah berdakwah, atau
tidak mau berdakwah tidak mau menyampaikan sesuatu yang hak gitu, kita sampaikan
apa adanya, bahwa ini batil ini yang hak, tetapi kemudian dia itu kita bersinergis dengan
berbagai lapisan masyarakat dari kota bogor, kita bersinergis dengan ormas-ormas ya,
satu kesepahaman, ada beberapa yang memang harus di respon bersama gitu masalah
umat, itu kemudian kita membutuhkan untuk bersama-sama menyelesaikannya, jadi
karena Hizbut Tahrir meyakini tidak mungkin Hizbut Tahrir sendirian yang akan
merubah keadaan masyarakat, Hizbut Tahrir tetap memerlukan komponen lain untuk
sama-sama sinergis untuk mencapai tujuan-tujuan dalam berdakwah.
(Penulis)
Terus selama ini apa yang menjadi penghambat dakwah,ada tidak?
(Responden)
Kalau bayangan anda penghambat dakwah itu seperti apa?
(Penulis)
Eee.....misalkan..eeemm..Hizbut Tahrir ini kan sebuah organisasi ya pak?(responden..ya..) apakah ada dari organisasi lain yang merasa ohh ini...istilahnya apa..kelompok dia, sehingga ormas itu akan mempengaruhi masuknya dakwah hizbut Tahrir..atau seperti apa pak?) (Responden)
Pada faktanya tidak pernah terjadi seperti itu, karena Hizbut Tahrir ini memiliki
karakteristik dakwah yang unik yang memang kemudian tidak akan pernah ada
singgungan dengan ormas lain gitu, kenapa unik?, misalnya mau di singgungkan
kearahmana coba?, karena Hizbutahrir juga di dalamnya banyak aktivis-aktivis
Nahdiyyin, aktivis Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis, itu juga bergabung di organisasi
kita, katakanlah di organisasi Hizbut Tahrir. Saya pribadi besiknya dari Nahdiyyin,
keluarga saya keluarga Kiyai, keluarga pesantren tetapi saya aktif di Hizbut Tahrir, nah
kebetulan juga ada pimpinan juga di kota bogor dan dia pengurus Muhammadiyah di
daerahnya dan ada juga dari al-Irsyad, artinya sebenarnya begini, Hizbut Tahrir memiliki
korp value tersendiri yang itu memang tidak terjadi oper leving dengan apa yang sudah
dilakukan lembaga-lembaga yang ada selama ini, misalnya gini, ada organisasi yang
kemudian berfokusnya ada pada ekonomi atau ada pada pendidikan dengan membuat
sekolah-sekolah segala macam, Hizbut Tahrir itu tidak dan tidak akan pernah membuat
sekolahan gitu, Hizbut Tahrir itu tidak akan membuat lembaga amal-amal usaha gitu,
yakan?, sehingga kemudian tidak akan ada oper leve gitu, kalaukita punya lembaga
pendidikan misalnya sekolah atau perguruan tinggi Hizbut Tahirir mungkin kita akan
saingan juga dengan lembaga-lembaga itu, tapi kita kan tidak.
Hizbut Tahrir hanya memfokuskan diri untuk menyadarkan umat bahwa ini loh
ada namanya qoidah masyiriah, ada namanya perkara pokok, perkara besar yang dihadapi
umat Islam saat ini masalah besar la-qodiriyah al-masyiriyah yang itu harus di selesaikan,
apa itu al-qodiriyah al-masyiriyah itu?, yaitu tidak di terapkannya hokum-hukum Islam di
tengah-tenagh masyarakat, itulah qodiriyah al-masyiriyah yang di pahami oleh Hizbut
Tahrir, sehingga kalau kemudian Hizbut Tahrir ada amalan-amalan yang sifatnya praktis
ya, cabang misalnya, kan ini ada permasalahan ni, permasalahan akarnya ini adalah tidak
di terpakannya hokum-hukum Allah, hukum-hukum Islam,(ya..penulis) hukum-hukum
Islam itu kan banyak, ada pendidikan, ada terkait dengan masalah ekonomi, masalah
terkait dengan politik masalah terkait dengan budaya, masalah terkait dengan pergaulan
di tengah-tengah masyarakat. Nah kalau kemudian Hizbut Tahrir melakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya praktis dengan kalau ada masalah kesehatan berarti Hizbut Tahrir
membikin rumah sakit gitu, kalau ada masalah sekolah mahal kemudian Hizbut Tahrir
membuat sekolahan, tapi itu tidak dilakukan oleh Hizbut Tahrir, kenapa?,
Karena Hizbut Tahrir tidak memandang hal itu sebagai permasalahan pokok,
permasalahan pokoknya adalah permaslahan tidak di terapkannya hokum-hukum Islam
itu, yakan?, cabangnya hokum Islam terkait dengan pendidikan, kesehatan segala macam,
dan kebetulan dari segmen itu sudah ada, apa?, temen-temen dari organisasi lain yang
menggarap itu,(ya..ya..ya..penulis) kan gitu. Jadi mana mungkin Hizbut Tahrir itu akan
bersebrangan atau bersentuhan atau bersaing dengan lembaga-lemabag itu, tidak
mungkin, yang adalah pasti akan sinergis gitu, kenapa?, bisa jadi penolakan yang anda
maksud tadi itukan karena ke Khawatiran kan gitu, wah kalau saya ini akomodir Hizbut
Tahrir nanti begini-begini gitu, itu tidak akan terjadi, kenapa?, karena Hizbut Tahrir tidak
akan pernah melakukan hal-hal yang dilakukan oleh temen-temen di organisasi lain, kita
tidak akan penah membuat rumah sakit, kita tidak akan pernah membuat sekolahan,
pesantren, itu juga tidak.
(Penulis)
Jadi,eemmmm selama ini bagaimana pak respon masyarakat terhadap dakwah
HTI?
(Responden) Sangat menerirma,(menerima ya..penulis) bahkan kalau di. Siapa coba yang
tidak menerima semua level masyarakat kita masuki ya, di kampus bias masuk, di
mushalla-mushalla, di masjid kita juga jadi pengurus, bahkan Hizbut tahrir itu
anggotanya tidak wajib untuk menjadi pengurus gitu ya, jadi tidak akan pernah ada cerita
Hizbut tahrir itu memiliki atau menguasai mesjid gitu,(ya..penulis) tidak akan pernah
terjadi sampai kapan pun juga, karena apa?, Hizbut Tahrir sudah cukup dn mencukupkan
diri kalau mesjid itu makmur, siapapun itu pengurusnya, tidak kemudian harus menjadi
ketua DKM nya menguasai tidak, ini sama sekali tidak pernah dilakukan, sehingga kalau
pun misalnya ada segala macam seperti dulu pernah ada fitnah segala macam Hizbut
Tahrir menguasai mesjdi itu tidak pernah terjadi sebenarnya, atau begini saja sebenarnya
Hizbut Tahrir di berikan kesempatan bulletin jum’atnya beredar di mesjid itu sudah
sangat gembira sekali, apalagi kalau kemudiandi berikan kesempatan jatah khutbah
jum’at, ya bias mengisi taklim di mesjid itu gitu, itu sudah sangat luar biasa kita terima
gitu, tanpa harus kita kuasia mesjidnya itu gitu, yakan?, karena yang pentingkan makmur
gitu, nah itu sebagai gambaran kenapa kemudian Hizbut Tahrir di terima dimana-mana,
bahkan kalau di kota bogor kita memiliki kajian husus di polresta bogor, di mesjid
polresta bogor kita memiliki kajian husus di sampaikan resmi atas nama Hisbut Tahrir
kota bogor gitu, yakan?,(ya...ya...ya..penulis) sinergis dengan polisi, tentarapun sama, di
tingkat DanDim, Kodim itu juga silaturahmi bersinergi segala macam.
Jadi intinya sebenarnya di kalangan pelajar Hizbut Tahrir masuk, di kalangan
masyarakat umum kita juga masuk, di kampus-kampus juga kita masuk sehingga
kemudian, tidak ada alasan masyarakat itu antipasti segala macam danyang kesini malah
sebaliknya mereka membuka tangan terhadap dakwah yang disampaikan oleh Hizbut
Tahrir ini, selebar-lebarnya, seluas-luasnya, kenapa?, karena merekapun akhirnya tau,
apa dan siapa Hizbut Tahrir itu dan motivasinya apa. Kita tidak memiliki motivasi yang
sifatnya materi, ketenaran segala macam, tidak ada ya. Karena proses itulah yang
kemudian menggerakan individu-individu anggota Hizbut Tahrir sehingga kemudian
tanpa kenal lelah untuk terus bergerak.
(Penulis)
Jadi emmm..mungkin ini yang terakhir mengenai kegiatan,eemmmm harapan dan cita-cita HTI untuk kota bogor ini apa sih pak? (Responden)
Ya harapannya gini, kita sedang menyiapkan masyarakat Bogor ini, sebenarnya
bukan masyarakat bogor juga, dimanapun dimana disitu ada aktifitas Hizbut Tahrir,
wajib bagi kawan-kawan aktivis Hizbut Tahrir itu untuk melakukan pembinaan terkait
dengan ke Islaman, menajamkan, membumikan pemikiran-pemikiran Islam, katakan tadi
itu, permasalahan pokoknya bagaimana kemudian hokum Islam ini, hokum-hukum Allah
ini bisa di terapkan di tengah-tengah masyarakat caranya dengan berbagai macam hal
yang bisa di lakukan, bisa lewat media, bisa lewat diskusi, bisal lewat silaturahmi, dialog
segala macam, ini akan dilakukan. Sehingga tadi itu, inginnya akan terbentuk kesadaran
ditengah-tengah masyarakat bahwa mereka sadar akan hokum Islam. Coba bayangkan,
umat Islam sendiri tidak mengetahui tentang pemikiran-pemikiran Islam,
yakan?,(ya…ya..penulis) umat Islam sendiri tidak mengetahui pemikiran-pemikiran dan
pemahaman-pemahaman tentang Islam, sehingga kemudian apa?, mereka mengambil
pemahaman-pemahaman lain, kan gitu.
Pemahaman-pemahaman tentang demokrasi, sekularisme, pluralism, itukan bukan
pemahaman yang dari Islam, tapi mereka ambil kenapa?, karena memang opini
tadi.(ya..ya..penulis) Nah ini hal yang ingin di lawan oleh Hizbut Tahrir, dengan apa?,
dengan mengajak kembali mengingatkan masyarakat itu, bahwa kita ini sudah sempurna
sebenarnya, Islam itu sudah sempurna, gagasannya sudah syamil muttakamil, sehingga
tidak perlu lagi mengambil ide-ide lain, tidak perlu talbisul haq bil bathil, mencampur
adukan antara yang bathil dengan yang haq, Islam sudah ya’lu wala yu’la alaih, gitu,
tidak ada lagi yang lebih tinggi dari pada Islam dan celakanya kalau umat Islam ini
mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian, itu bahaya yang disampaikan oleh
Allah dalam firmannya surat al-Baqrah ayat : 85 nanti bisa di cek ya. Bahwa apakah
kamu hendak mengambil sebagian dari isi al-Kitab ini dan kemudinian meninggalkan
yang lain gitu, :apakah kamu hendak beriman kepada sebagian dan kemudian
meninggalkan sebagian yang lain”. Ini yang terjadi umat Islam dalam hal ibadah mereka
mengambil Islam, kalau mau di kuburkan saja minta dikuburkan secara Islam, kalau mau
nikah saja di nikahkan secara Islam, tapi dalam berpolitik dalam berekonomi, dalam
berpendidikan, dalam bidang kesehatan, dalam bidang hal segala macam rupa, dalam hal
muamalah tidak mau mengambil Islam, dalam hal ibadah saja dalam perkara-perkara
ritual mereka mau mengambil Islam, coba bagaiana kemudian umat Islam ini mengambil
sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain.
Ketika katakanlah di bulan ramadhan mereka beramai-ramai menyambut seruan
Allah ya, dalam surat al-Baqarah ayat :183 ya, (yaa ayyuhalladzi kutiba
a’laikumussiyam……..penulis) diwajibkan atas kamu berpuasa, padahal lima ayat
sebelum itu ada namanya, pertama ayat 178 yang mewajibkan atas kamu kishas, dalam
ayat setelahnya itu ada namanya, ayat tentang wajib atas kamu berperang. Coba tapi
kenapa seruan masyarakat ini ketika diseur untuk berpuasa mereka berbondnog-bondong
memenuhi seruan Allah untuk berpuasa tapi kemudia kalau diseur oleh Allah dalm
redaksinya kalau dalam bahasa arab, itu redaksinya kan sama. Yaa ayyuhalladzi kutiba
alaikumul qshas gitu, diwajibkan atas kamu kishas, dalam perkara bilqhotl (dalam
perkara pembunuhan) ya, coba sekarangdikia ada tidak hokum qishash?,(tidak
ada..penulis) kalau tidak ada, lantas yang dosa siapa coba?, kenapa kemudian
kitamengambil shaum lalu meninggalkan qishash?.
Qishash itu kan perkara uqubat, perkara pengadilan. Kenapa dalam hal puasa
ibadah kita ambil tetapi dalam hal uqubat kita tidak ambil gitu, itu kan dzolim, siapa yang
dosa, kita semua dosa hari ini sebenarnya, kenapa?, kita masih memilih-milih mana yang
diambil mana yang tidak. Dan qishash itu, uqubat itu bisa di terapkan kalau kemudian
sistemnya juga Islam, kan gitu?, oleh karena itu menjadi penting menjadikan perjuangan
ini untuk mengembalikan hokum-hukum Allah itu tegak kembali, kenapa?, karena
dengan tegaknya hokum Allah, yang sebagai qodiriyah masyiriyah tadi permasalahan
pokok, permasalahan cabang yang terkait dengan peradilan, hokum-hukumnya berupa
qishas, rajam, hudud, jinayat itu akan terselesaikan. Terkait dengan masalah pendidikan
itu terselesaikan, terkait dengan masalah kesehatan itu terselesaikan, terkait dengan
masalah ekonomi itujuga akan terselesaikan. Sekarang ada praktek ribawi segala macam,
coba aja datang kepasar ada timbangan-timbangan yang tidak balance, hampir semua itu
pedagang tidak balance timbangannya, muthaffifiin itu kan ancamannya dalam surat al-
muthaffifiin itu dilakukan.
Nah kalau kita konsentrasinya pada hal-hal yang cabang itu, siapa yang akan
focus pada perkara-perkara yang utama ini,(ya..ya..ya..penulis) sementara. Coba kalau
ibaratkan sebuah genting, ketika genting itu bocor kita kasih ember, sebagian situ bocor
lagi kita kasih ember, kalau bocornya sudah semua coba, hanya oeang bodoh saja yang
masih menyediakan ember, kan gitu?, apa solusinya?,(diganti gentingnya..penulis)
perbaiki atau ganti gentingnya. Ganti genting kalau dalam konteks Islam itu ganti
systemnya, tidak cukup sebenarnya ganti rezim itu, ganti rezim, ganti penguasa itu tidak
cukup, kan ada empat kategori, system yang baik penguasanya baik atau amanah, system
yang baik penguasanya buruk, system yang buruk penguasanya baik, system yang buruk
penguasanya buruk, Indonesia itu sistemnya buruk penguasanya buruk, jadi tidak ada
yang diambil.
(Penulis)
Trus ini pak,eemmm mengenai politik ya..sekarang kan samsul ikut kelompok diskusi gitu temen-temen mahsiswa,jadi sampai saat ini masih terbentuk bahwa untuk perubahan apalagi yang berkaitan dengan system,itu kita harus memiliki power ya pak,artinya kita jadi penguasa baru kita rubah system,nah kalo saya liat ini kan kalo dari HTI,saya belum tau eemmm maksdnya ininya,apa..kenapa tidak ikut system gitu pak sehingga terpilih menjadi penguasa untuk merubah system gitu pak? (Responden)
Bias dibuktikan ketika sudah berkuasa bisa dirubah sistemnya?ayo dalam konteks
keindonesiaannya aja..coba agama yang berkuasa siapa yang dianaggap berprestasi
dalam islam,coba kemarin hanya menyebut di forum yang century ini kika menyebutkan
ada fraksi yang megingatkan saja ‘ bung..anda sudah disumpah atas nama Allah Lo..itu
akan diminta pertanggung jawaban diakhirat nanti”apa jawaban si rohut poltak itu
kan?heii bung ini bukan Negara islam gitu..itu salah coba Cuma ngomong seperti itu saja
eksistensinya luar biasa..ya..coba contohkan kalau sudah berkuasa dengan jalur ekaternal
dia bisa merubah sistemnya.kalau teman-teman mahasiswa memiliki anggapan seperti
itu.
(Penulis)
Nah..mangkanya waktu itu..eemmm ini baru obrolah mahsasiswa gitu ya pak?(responden ya..) sehingga dari obrolan itu menarik kesimpulan bahwa wahh kalau kita menginginkan Negara ini menjadi sebuah Negara islam kita harus memiliki kekuasaan, dan disitu kita jangan sampai goyang dengan yang lain gitu loh..dan mungkin selama ini dianggap bahwa kita belum ada yang mempunyai komitmen untuk menjadikan Negara ini menjadi Negara islam gitu? (Responden)
Dalam sejarah saya rasa tidak pernah adanya perubahan system itu di mulai dari
dalam system itu sendiri, itu dari empiris ya. Dari I’tiqodinya, dari keyakinannya Islam
sudah memberikan gambaran secara jelas tentang perubahan system itu, Rasulallah sudah
mencontohkan sejelas-jelasnya tentang perubahan itu, apakah Rasul itu pernah kemudian
menerima tawaran orang-orang quraisy menjadi barisan system mereka menjadi bagian
dari system kufur mereka kemudian Rasulallah merubah dari dalam kan tidak pernah,
yakan?, coba bayangkan, Rasul kita loh suri tauladan kita pernah tidak berkompromi
dengan kebatilan seperti itu, tidak pernah.
Rasulallah katakanlah kemudian jadi mentri dulu, kemudian jadi penguasa, tidak,
tidak pernah terjadi. Bahkan dikatakan, bahkan walau matahari di tangan kanan ku, bulan
di tangan kiriku saya tidak akan melakukan hal itu, itu yang dilakukan oleh Rasul, inikan
dalam bahasa thariqoh, thariqoh itu sesuatu yang fick yang tidak boleh menyimpang
dalam perkara ushlub atau cara bolehlah cara itu banyak (ya..ya..penulis)tapi kalau yang
namanya thariqoh itu kan baku ya, nah thariqoh Islam Rasulallah ya, dalam merebut
kekuasaan, anggaplah itu sudah ada, di kitab syirahkan banyak sekali itu, bagaimana
yang dicontohkan Rasulallah?, Rasul tidak pernah tadi itu, masuk ke dalam system yang
tidak Islami, tidak pernah. Dan secara empirispun kita buktikan bahwa tidak akan pernah
perubahan itu lewat jalur itu. Ya anggaplah pak Harto, Pak Harto saja tumbang rezimnya
bukan system, rezim Pak Harto tumbang lewat kekuatan luar atau kekuatan dalam?, coba
mana buktikan, sebutkan satu saja perubahan yang dimulai dari dalam, perubahan yang
sifatnya sistemik, revolusioner, tidak ada.
Oleh Karena itu menjadi penting sebenarnya dikalangan temen-temen mahasiswa
untuk belajar kembali tentang sejarah Rasul kita ini, jadi bagaiman Rasulallah itu
melakukan perubahan, apa yang dilakukan Rasulallah?, Rasulallah dulu mengutus para
sahabat-sahabatnya untuk melakukan kontak dengan ahlu kuwwah, orang-orang yang
punya power atau kekuasaan gitu kan?.