makalah pai kelas 1 a

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Arti Taubat Nashuha Makna Taubat menurut pengertian bahasa ialah kembali. Maksudnya ialah kembali pulang mengikuti jalan yang benar dengan meninggalkan jalan yang sesat. Allah SWT, berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8) Ayat diatas merupakan seruan kepada orang-orang yang beriman agar kembali kepada Allah dari perbuatan- perbuatan dosa dengan Taubat yang benar-benar murni dan tulus, yaitu dengan niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan maksiat itu kembali, sesudah menyesalatas perbuatan yang terlanjur dilakukan. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa dan memasukannya kedalam surga. Ubay bin Ka’ab Ra. Mengatakan, “Kami telah diberitahu bahwa akan terjadi pada umat ini saat mendekati hari kiamat yaitu : 1. Orang yang berhubungan badan dengan istri atau budaknya pada dubur, 2. Pelacuran sesama wanita. Haram hukumnya dimurka oleh Allah dan Rasul-Nya.

Upload: rizal92

Post on 23-Jun-2015

3.239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pai kelas 1 a

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Arti Taubat Nashuha

Makna Taubat menurut pengertian bahasa ialah kembali. Maksudnya ialah

kembali pulang mengikuti jalan yang benar dengan meninggalkan jalan yang sesat.

Allah SWT, berfirman yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubat

yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-

kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8)

Ayat diatas merupakan seruan kepada orang-orang yang beriman agar

kembali kepada Allah dari perbuatan-perbuatan dosa dengan Taubat yang benar-

benar murni dan tulus, yaitu dengan niat sungguh-sungguh tidak mengulangi

perbuatan maksiat itu kembali, sesudah menyesalatas perbuatan yang terlanjur

dilakukan. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa dan memasukannya

kedalam surga.

Ubay bin Ka’ab Ra. Mengatakan, “Kami telah diberitahu bahwa akan terjadi

pada umat ini saat mendekati hari kiamat yaitu :

1. Orang yang berhubungan badan dengan istri atau budaknya pada dubur,

2. Pelacuran sesama wanita. Haram hukumnya dimurka oleh Allah dan Rasul-

Nya.

3. Pelacuran sesama laki-laki. Inipun haram hukumnya dimurka oleh Allah dan

Rasul-Nya.

Mereka ini tidak diterima shalatnya terkecuali dengan bertaubat yang

nashuha.

Zir bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah taubat nashuha itu?”

Jawab Ubay, “Saya telah bertanya kepada Nabi SAW, dan beliau bersabda,

‘menyesal atas dosa yang diperbuat, lalu meminta ampun kepada-Nya dan tidak

akan mengulangi perbuatan itu untuk selama-lamanya’.”

Page 2: Makalah pai kelas 1 a

Ditanya Umar tentang taubat nashuha. Ia menjawab “Taubat Nashuha itu

adalah tidak kembali kepada perbuatan dosa sebagaimana tidak kembalinya air susu

pada payudara ibu yang menyusui anaknya”.

Para Ulama bersepakat, yang dimaksud Taubat Nashuha itu terdiri dari tiga

syarat, yaitu :

1. Menghentikan Maksiat.

2. Menyesal atas perbuatan yang terlanjur dilakukan.

3. Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali. Dan apabila

dosa yang dilakukan berhubungan dengan manusia, maka taubatnya ditambah

dengan syarat keempat, yaitu :

4. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak.

Salah satu nama surat dalam Al-Qur’an ialah At-Taubah (Pengampunan).

Surat kesembilan ini dikenal pula dengan nama Bara’ah, yang artinya berlepas diri.

Maksudnya, sebagian besar pokok pembicaraan surat ini tentang pernyataan berlepas

dirinya orang-orang yang beriman terhahadap orang-orang musyrik yang diwujudkan

dengan jihad melawan mereka sebagai bukti taubat yang nashuha. Dan, disinilah

tampak jelas bahwa hakikat taubat yang sebenarnya senantiasa menuntut pelakunya

berlepas diri secara totalitas terhadap segala sesuatu yang mempersekutukan Allah

SWT, sebagai akidah orang yang bertaubat.

2. Taubat Itu Hijrah

Keterkaitan Taubat dengan Hijrah adalah laksana ruh di dalam jasad. Tiada

arti ruh tanpa jasad dan tiada arti jasad tanpa ruh. Keberadaan keduanya itulah hidup

dan perpisahannya adalah maut.

Arti Hijrah berasal dari bahasa Arab, yang artinya meninggalkan suatu

perbuatan, ataubberpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Adapun arti Hijrah

menurut syari’at ada tiga macam, yaitu :

Pertama : Hijrah dari semua perbuatan yang dilarang oleh Allah ke perbuatan

yang tidak dilarang oleh Allah. Hijrah ini adalah diharuskan dikerjakan oleh tiap-tiap

orang yang telah mengaku beragama islam. Nabi SAW telah bersabda yang artinya :

“Orang-orang yang berhijrah itu ialah orang yang meninggalkan segala yang Allah

telah melarang daripadanya.”(diriwayatkan Al-Bukhary dan lainnya dari shahabat

Abdullah bin Umar Ra.).

Page 3: Makalah pai kelas 1 a

Jadi, siapa saja dari orang-orang Islam, telah meninggalkan semua

perbuatan yang dilarang oleh Allah, maka ia termasuk daripada orang yang

mengerjakan hijrah yang pertama.

Kedua : Hijrah (mengasingkan) diri dari pergaulan orang-orang musyrik atau

orang-orang kafir yang memfitnah orang-orang yang telah memeluk agama islam.

Maka hijrah ini adalah diharuskan juga dikerjakan tiap-tiap orang islam karena untuk

menjauhi fitnah-fitnah dari orang-orang musyrik dan kafir yang memusuhi islam.

Yang pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk mengerjakan perintah-perintahnya

dan menjauhi larangan-larangannya. Dizaman Nabi SAW hijrah ini pernah

dikerjakan oleh kaum muslimin, yakni hijrah sebagian kaum Muslimin diwaktu itu

ke Negeri Habsyi sampai terjadi dua kali.

Ketiga : Hijrah (berpindah) dari negeri atau daerah orang-orang kafir atau

musyrik ke negeri atau daerah orang-orang muslimin. Seperti hijrah Nabi SAW dan

kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja syarat-syarat Taubat Nashuha ?

2. Apa saja macam-macam Taubat ?

Page 4: Makalah pai kelas 1 a

BAB II

PEMBAHASAN

Empat Syarat Taubat Nashuha

1. Syarat Pertama : Menghentikan Maksiat

Untuk memenuhi syarat yang pertama ini sangat diperlukan sikap bara’ah

(sikap tegas yang disertai tindakan berlepas diri atau pemutusan hubungan dari

segala perkara yang dapat menimbulkan perbuatan maksiat). Karena mana mungkin

seseorang dikatakan telah bertaubat dengan sebenar-benarnya bila masih bertoleransi

dan berhubungan baik dengan kemaksiatan. Perbuatan semacam ini merupakan

pernyataan berloyalitas pada jalan-jalan syaitan dan syiar-syiarnya. Bukan saja

tertolak taubatnya, bahkan lambat laun menyeret pelakunya kepada kekufuran.

Diantara ciri-ciri orang yang menghentikan maksiat, ialah sebagai berikut :

1. Mencampakan Sifat Sombong

Segala kemegahan dan kenikmatan dunia seringkali membuat orang lupa

dan sombong, hingga tercatatlah ia dalam golongan orang-orang yang sombong.

Allah SWT berfirman yang artinya :

“Dan apabila dikatakan kepadanya : ‘bertaqwalah kepada Allah’, bangkitlah

kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)

neraka Jahanam. Dan sesungguhnya neraka Jahanam itu tempat tinggal yang

seburuk-buruknya”. (QS. Al-Baqarah : 206)

“Tiga orang yang pada hari kiamat tidak akan diampuni dan tidak akan dilihat

dengan pandangan rahmat Allah dan untuk mereka tetap disediakan siksa yang

pedih. Pertama, orang tua renta yang berzina; kedua, raja pendusta; dan ketiga,

orang melarat yang sombong”. (Diriwayatkan Muslim)

Untuk itu hendaklah setiap orang yang ingin bertaubat dengan sebenar-

benarnya mencampakan jauh-jauh sifat sombong. Tiada satu kemaksiatan pun dapat

dihentikan bila sifat ini masih ada di hati seorang muslim.

Page 5: Makalah pai kelas 1 a

2. Hijrah

Taubat yang dapat menghentikan maksiat harus disertai dengan hijrah.

Simaklah berita dari Abu Said Al-Khudry Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda yang

artinya :

“Dahulu pada umat-umat yang terdahulu, terjadi seseorang telah membunuh

sembilan puluh sembilan jiwa, kemudian ia ingin bertaubat, maka mencari seorang

alim, dan ditunjukan pada sorang pendeta, maka ia bertanya, ‘saya telah

membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah ada jalan untuk bertaubat ?’

Jawab pendeta,’ maka segera dibunuh pendeta itu, sehingga genap seratus orang

yang telah dibunuhnya. Kemudian mencari orang alim lainnya, dan ketika telah

ditunjukan maka ia menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah

ada jalan untuk bertaubat ?Jawab si Alim, ya ada, dan siapakah yang dapat

menghalanginya untuk bertaubat ? pergilah ke dusun itu karena disana banyak

orang yang taat kepada Allah, maka berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka,

dan jangan kembali ke negerimu ini, karena tempat penjahat’. Maka pergilah orang

itu. Tatkala dalam perjalanan ia meninggal dunia. Maka bertengkarlah Malaikat

Rahmat, ‘ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya’.

Berkata Malaikat Siksa, ‘ia belum penah berbuat kebaikan sama sekali’. Maka

datanglah seorang malaikat berupa manusia dan dijadikannya sebagai juri (hakim)

diantara mereka. Maka ia berkata’. Ukur saja antara dua dusun yang yang

ditinggalkan dan yang dituju, maka ke mana ia lebih dekat masukkanlah ia kepada

golongan orang sana.’ Kemudian diukur, dan didapatkan lebih dekat kepada dusun

baik yang ditujunya, kira-kira sejengkal, maka dipegang ruhnya oleh Malaikat

Rahmat.” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim).

Dari hadits di atas, jelas bahwa hijrahnya si Pembunuh dari negerinya yang

penuh kemaksiatan dan orang-orangnya yang jahat ke dusun yang banyak orang-

orang baik, menjadi jawaban diterima taubatnya si pembunuh tadi.. Sekalipun ia

belum pernah berbuat kebaikan. Dan disini terlihat pula peran niat ikhlas karena

Allah sebagai Aqidah orang-orang yang bertaubat sekalipun hijrahnya belum sampai

kedusun yang dituju,- maka telah tetap pahalanya disisi Allah.

3. Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah

Orang yang bertaubat tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.

Semestinya orang yang bertaubat dan bertekad menghentikan kemaksiatannya

memiliki sikap optimis terhadap Allah SWT. Allah SWT, berfirman yang artinya :

Page 6: Makalah pai kelas 1 a

“katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri

mereka sendiri, jangan lah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha

Pengampun Lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar : 53).

Dari Anas Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘wahai Anak Adam ! Selagi engkau meminta

dan berharap daripada-Ku, maka Aku akan ampunkan apa-apa dosa yang telah

terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai Anak Adam ! walaupun sampai

dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampun kepada-Ku, niscaya Aku beri

ampunan kepadamu. Wahai Anak Adam ! Jika engkau datang kepada-Ku dengan

dosa sepenuh isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan yang lain dengan Aku,

niscaya Aku datang padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula’.” (Diriwayatkan

At-Tirmidzy dan ia berkata ini hadits hasan shahih).

Tapi banyak orang berkeyakinan bahwa dosanya tidak akan diampuni oleh

Allah dan dirinya hanya layak menjadi bahan bakar api neraka. Yang pada akhirnya

dia berputus asa untuk bertaubat dan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat.

4. Tidak berprasangka buruk kepada Allah

Tidak mungkin dapat menghentikan kemaksiatan seseorang yang

berprasangka buruk kepada Allah. Karena sebagian prasangka adalah dosa yang

menjerumuskan kepada fitnah. Allah SWT berfirman yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu

mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging

saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12).

Bagaimana pula kiranya seseorang yang ingin bertaubat dan menghentikan

kemaksiatanya berprasangka buruk kepada Allah. Bukankah akan tertolak taubatnya.

Dari jabir bin Abdillah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“janganlah mati salah satu dari kamu, melainkan dalam keadaan baik sangka

kepada Allah azza wa jalla.”

Page 7: Makalah pai kelas 1 a

Sudah semestinya orang yang mau bertaubat dan menghentikan

kemaksiatannya berbaik sangka kepada Allah. Karena pada dasarnya sangka Allah

mengikuti sangka hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“Allah telah berfirman, ‘Aku selalu mengikuti sangka hamba-Ku......’.”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

2. Syarat Kedua : Menyesal Atas Perbuatan Yang Terlanjur

Dilakukan

Ini adalah syarat taubat nashuha yang kedua. Bukan dinamakan taubat bila

rasa penyesalan atas suatu perbuatan dosa yang dilakukan saja tidak ada. Dan,

bagaimana pula akan menghentikan kemaksiatan dan sadar untuk bertaubat ? karena

itu rasa penyesalan termasuk syarat taubat yang nashuha.

Adapun ciri-ciri orang yang menyesal atas kemaksiatan yang terlanjur

dilakukannya ialah sebagai berikut :

1. Melafadzkan Taubat dan Berdo’a

Penyesalan selain terletak di hati juga harus dilafadzkan dengan lisan.

Pelafadzan akan menguatkan hati dan memeliharanya dengan janji yang telah

diikrarkan dihadapan Allah. Dan Istighfar adalah lafadz bagi orang-orang bertaubat

yang berisikan do’a-do’a memohon ampunan kepada Allah Ta’ala. Sedemikian

pentingnya kedudukan pelafadzan istighfar sampai-sampai Rasulullah setiap hari

melakukan sebanyak tujuh puluh hingga seratus kali.

Dari Abu Hurairah Ra. Bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :

“Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar dan bertaubat kepada

Allah tiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” (Diriwayatkan Al-Bukhary).

2. Tidak Menangguhkan Taubat

Ciri lain orang yang menyesal atas kemaksiatan yang dilakukan ialah tidak

menangguhkan taubat, tapi menyegerakannya. Bila taubat ditangguhkan terlihattiada

kesungguhan. Penangguhan disebabkan oleh keraguan sedang penyegeraan

dikarenakan takut dan penyesalan. Allah SWT berfirman yang artinya :

Page 8: Makalah pai kelas 1 a

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga

yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang

bertaqwa.” (Ali Imran : 133).

3. Mengganti Keburukan Dengan Kebaikan

Penyesalan baru terlihat nyata setelah si Pelakunya mengadakan perbaikan.

Sesal atas kemaksiata yang melekat di hati dan dikuatkan dengan lafadz taubat, baru

terbukti dengan praktek amal shaleh sebagai langkah mengadakan perbaikan. Allah

SWT berfirman yang Artinya :

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh;

maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan : 70).

3. Syarat Ketiga : Niat Sungguh-sungguh Tidak Mengulangi

Perbuatan Itu Kembali

Syarat ketiga taubat nashuha ini pun memiliki ciri-ciri yang menunjukan

bahwa seseorang berniat bersungguh-sungguh tidak mengulangi kemaksiatannya

setelah bertaubat. Diantara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1. Wara’ (berhati-hati)

Sikap berhati-hati termasuk perkara yang dapat membentengi taubat dari

kerusakan akibat mengulangi perbuatan maksiatnya kembali. Keberadaan wara’ bagi

orang yang bertaubat menjadi pemelihara dan motor penggerak aktivitas-aktivitas

ibadah sebagai manifestasi taubat yang nashuha menuju tingkat muttaqin. Dari

Athiyah bin Urwah Assa’dy Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“seorang hamba tidak dapat mencapai tingkat muttaqin, hingga meninggalkan apa-

apa yang tidak berdosa, karena khawatir terjerumus pada apa yang berdosa.”

(Diriwayatkan At-Tirmidzy).

2. Menganjurkan Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran

Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan dosa, juga terlihat dari adanya

kemauan yang kuat dari orang yang bertaubat menganjurkan kebaikan dan mencegah

kemungkaran kepada orang lain. Ini adalah wujud pernyataan dirinya perang secara terbuka

terhadap segala kemungkaran yang ia penah terjerumus kedalamnya dan telah merasakan

langsung kemudharatannya. Kembalinya orang yang bertaubat ialah dengan mengikuti jalan

Allah.

Page 9: Makalah pai kelas 1 a

3. Menyadari Ujian Sebagai Peringatan Agar Bertaubat

Banyak orang-orang yang bertaubat cepat merasa puas dan menganggap

dirinya telah bersih. Mereka lupa bahwa syaitan tidak pernah berputus asa

menjerumuskan manusia ke lembah dosa hanya dengan menggunakan satu umpan.

Boleh jadi taubat seseorang atas suatu perbuatan dosa mencapai tingkat nashuha dan

tidak dilakukannya lagi; tetapi itu bukan berarti ia telah bebas sepenuhnya dan lolos

begitu saja dengan umpan-umpan syaitan lainnya dengan tingkat godaan yang lebih

berat. Taubat terakhir dari keimanan, sedang keimanan tidak diakui sebelum

mengalami ujian.

4. Syarat Keempat : Menyelesaikan Urusan dengan Orang Yang

Berhak

Syarat taubat keempat ini harus ditunaikan apabila perbuatan dosa yang

dilakukan melanggar hak manusia. Seperti mencuri barang milik orang lain,

berhutang yang tidak dilunasi, ghibah, mencaci maki, mengolok-olok, sumpah palsu,

ingkar janji, merusak nama baik orang, menyakiti badan, dan segala perkara dosa

yang terkait dengan hak manusia. Selain harus melakukan tiga syarat taubat

sebelumnya, maka orang yang melakukan perbuatan dosa yang berhubungan dengan

hak manusia harus melengkapi taubatnya dengan syarat keempat ini. Ada-pun cara

menyelesaikan urusan dengan orang yang dilanggar haknya adalah :

1. Mengembalikan Apa Yang Harus Dikembalikan

2. Meminta Ma’af Atau Halalnya Kepada Orang Yang Dilanggar

Haknya

Allah berfirman yang artinya :

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubatlah

kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberikan

kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah

ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai

keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku

takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud : 3)

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :

“Siapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain, maka minta

ma’aflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang hari dimana mata uang tidak

Page 10: Makalah pai kelas 1 a

berlaku lagi. Kalau ia mempunyai amal baik, sebagian dari amal baiknya itu akan

diambil sesuai dengan kadar aniaya yang telah dilakukannya. Kalau ia tidak

mempunyai amal baik, maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan kepada

dosanya.”*(Diriwayatkan Al-Bukhary) *(dosa orang yang dilanggar haknya akan

ditimpakan kepada orang yang melanggarnya).

Selain menunjukan pentingnya minta ma’af, hadits diatas berisikan pula

ancaman atas mereka yang enggan meminta ma’af atau halalnya orang yang telah

dilanggar haknya.

Macam-macam Taubat

Dalam hal ini Imam Ghazali membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu :

1. Taubat Orang Awam, taubat ini dilakukan atas dosa-dosa yang nyata atau

kelihatan seperti dosa berzina, mencuri, korupsi, membunuh, minum-

minuman keras, dan lainnya.

2. Taubat Khusus, taubat ini dilakukan atas dosa-dosa batin atau tidak

kelihatan mata seperti dengki, riya’, ujub, takabur, dan lainnya. Sikap-sikap

ini secara langsung tidak diketahui oleh orang lain. Namun demikian, akibat

sikap ini bisa dirasakan oleh pihak lain.

3. Taubat Lebih Khusus, taubat ini dilakukan atas dosa/kasalahan lalai

mengingat Allah. Taubat inilah yang dimaksudkan dalam Sabda Nabi

Muhammad SAW yang menyatakan : “Aku beristighfar dan bertaubat lebih

dari 70 kali dalam sehari”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).

Page 11: Makalah pai kelas 1 a

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Taubat merupakan ruh dan jasadnya adalah hijrah. Karena hijrah manifestasi

dari taubat.

2. Orang yang mengembalikan secara totalitas fitrah dirinya selaku insan kepada

Allah selaku pencipta, Al-Khalik. Dengan kata lain, tidak mempersekutukan

Allah dengan segala sesuatunya. Maka konsekwensinya, ia akan menjadi

hamba yang rela, puas, dan taat diatur dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.

Sudah barang tentu ia pula yang menjadipemelihara dan pembela bagi agama

Allah yang setia darigangguan apapun yang akan merusak fitrah manusia dari

penghambaan kepada Khaliknya.

3. Hijrah adalah manifestasi taubat nashuha. Dengan hijrah hidup fitrah dimulai,

praktek-praktek amal shaleh didukung dan para pelanggarnya ditindak

dengan hukum Allah yang universal ditegakkan.

4. Niat ikhlas adalah syarat pokok semua ibadah yang diterima disisi Allah

SWT. tidak dikatakan seseorangf melakukan taubat yang nashuha bila telah

rusak niatnya.

5. Berniat yang bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi maksiat yang

pernah dia lakukan.

6. Macam-macam Taubat menurut Imam Ghazali dibagi menjadi tiga tingkatan

yaitu, Pertama : Taubat Orang Awam, Kedua : Taubat Khusus, Ketiga :

Taubat Lebih Khusus.

Alhamdulillah, dengan pertolongan-Nya akhirnya penulisan makalah yang

berjudul “Taubat Nashuha” ini bisa selesai. Karena itu, diharapkan kita bisa

merealisasi diri dan bersegera bertaubat kepada allah Ta’ala sebelum terlambat.

Wassalam.

(Kelompok 3_kelas 1a_matematika)

Page 12: Makalah pai kelas 1 a

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mubin Ahmad.2002. “Empat Syarat Taubat Nashuha”.Jakarta :

Darul Falah.

Rahardjo, M. Dawan.2002. “Ensiklopedi Al-Qur’an”. Yogyakarta :

Paramadina.

Chalil, KH. Moenawar.1993. “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam”. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Al-Afifi, Thoha Abdullah.1994. “Tobat”. Surabaya : Risalah Gusti.

www.google.com