makalah dinasti abbasiyah

26
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka dapat memungkinkan untuk mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan Abasiyyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abasiyyah ini bukan sekedar penggantian dinasti, tetapi merupakan suatu revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia di dalam Sejarah Barat 1 . Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia, sehingga banyak dipengaruhi oleh peradaban bangsa Persia. Jika bani Umayyah dengan Damaskus sebagai Ibu Kotanya mementingkan kebudayaan Arab, maka bani Abbasiyah dengan memindahkan Ibu kotanya ke Baghdad telah agak jauh dari pengaruh Arab. Baghdad terletak di daerah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia. Di samping itu, tangan kanan yang membawa Bani Abbasiyah kepada kekuasaan adalah orang-orang Persia. Dan setelah berkuasa, cendekiawan Persialah yang mereka jadikan sebagai pembesar-pembesar di istana. Dengan naiknya kedudukan orang-orang Persia dan kemudian orang-orang Turki dalam pemerintahan bani Abbasiyah, kedudukan orang-orang Arab menurun. Masa ini bukanlah masa ekspansi daerah kekuasaan seperti pada masa Umayyah tetapi masa pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam. Berbagai macam disiplin keilmuan meningkat pesat. Perguruan Tinggi yang 1 Syed Mahmudunnashir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994, hal. 246 1

Upload: azka-al-kahfi

Post on 28-Jan-2015

1.981 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: makalah dinasti abbasiyah

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka dapat

memungkinkan untuk mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan

oleh Bani Umayyah yang besar dan Abasiyyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian

Umayyah oleh Abasiyyah ini bukan sekedar penggantian dinasti, tetapi merupakan suatu

revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi

Perancis dan Revolusi Rusia di dalam Sejarah Barat1.

Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia, sehingga banyak dipengaruhi

oleh peradaban bangsa Persia. Jika bani Umayyah dengan Damaskus sebagai Ibu Kotanya

mementingkan kebudayaan Arab, maka bani Abbasiyah dengan memindahkan Ibu kotanya

ke Baghdad telah agak jauh dari pengaruh Arab. Baghdad terletak di daerah yang banyak

dipengaruhi oleh kebudayaan Persia. Di samping itu, tangan kanan yang membawa Bani

Abbasiyah kepada kekuasaan adalah orang-orang Persia. Dan setelah berkuasa, cendekiawan

Persialah yang mereka jadikan sebagai pembesar-pembesar di istana.

Dengan naiknya kedudukan orang-orang Persia dan kemudian orang-orang Turki

dalam pemerintahan bani Abbasiyah, kedudukan orang-orang Arab menurun. Masa ini

bukanlah masa ekspansi daerah kekuasaan seperti pada masa Umayyah tetapi masa

pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam. Berbagai macam disiplin keilmuan

meningkat pesat. Perguruan Tinggi yang didirikan pada zaman ini antara lain Baitul Hikmah

di Baghdad dan Al-Azhar di Kairo yang hingga kini masih harum namanya sebagai

universitas Islam yang termasyhur di seluruh dunia.

Periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan memiliki pengaruh

walaupun tidak secara langsung pada tercapainya peradaban modern di Barat sekarang.

Periode kemajuan Islam ini menurut Christoper Dawson, bersamaan masanya dengan abad

kegelapan di Eropa. Pada abad ke-11 Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang

tinggi di Timur dan melalui Spanyol, Sicilia dan Perang Salib peradaban itu sedikit demi

sedikit di transfer ke Eropa. Dari Islam-lah Eropa mempelajari semua ilmu pengetahuan.

Maka tidak mengherankan jika Gustave Lebon mengatakan bahwa “orang Arab-lah yang

menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam

abad”.

1 Syed Mahmudunnashir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994, hal.

246

1

Page 2: makalah dinasti abbasiyah

2. Rumusan Masalah

1. Apa Latar balakang dalam menciptakan Prestasi dan intelektual pada masa Dinasti

Abbasiyah ?

2. Bagaimana perkembangan intelektual baerupa sains dan tekhnologi, astronomi,

matematika, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah serta hukum ?

3. Apa pengertian transmisi dan sebab-sebab terjadinya transmisi peradaban dan

kebudayaan muslim ke dunia barat ?

BAB II

PEMBAHASAN

2

Page 3: makalah dinasti abbasiyah

A. Latar balakang dalam menciptakan Prestasi dan intelektual pada masa Dinasti

Abbasiyah

Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun

750-754 M. karena itu Pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-

Manshur (754-775M). dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah,

Khwarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan

kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu persatu

disingkirkannya. Abdullah ibn Ali dan Shalih ibn Ali, keduanya adalah pamannya sendiri

yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, karena tidak

bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al-Khurasani atas perintah Abu Ja’far.

Pada mulanya ibu kota Negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk

lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Manshur

memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di bangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu

kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya

membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan meentapkan keamanan di daerah perbatasan.

Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-bneteng di Asia, kota Malatia, wialyah

Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M.

Pada masa al-Manshur pengertian khalifah kembali dirubah. Dia berkata: “Innama ani

sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adlah kekeuasaan Tuhan di bumi-Nya)”. Dengan

demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya

nerupakan mandate dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi

sebagaimana pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin. Di samping itu, berebda dari daulat

Umayyah, khalifa-khalifah Abbasiyah memakai gelar tahta, seperti al-Manshur adalah gelar

tahtanya Sulthan Abu Ja’far. Gelar tahta itu lebih populer dari pada nama sebenarnya.

Dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abdul-

Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh

khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-758 M), al-Hadi (775-786 M), Harun ar-Rasyid

(786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tahsim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M),

dan al-Mutawakkil (847-861 M). pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat

denagn peningkatan disektor pertanian mulai dari irigasi dan peningkatan hasil pertambangan

seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Terkecuali itu dagang transit amtara Timur dan Barat

juga banyak membawa kekayaan. Basharah menjadi pelabuhan yang penting.

3

Page 4: makalah dinasti abbasiyah

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun ar-

Rasyid (786-80 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak

dimanfaatkan Harun ar-Rasyid untuk keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan,

dokter, dan farmasi didrikan. Pada masanya sudah terdapatpaling tidak sekitar 800 0rang

dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial,

kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada

zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara

terkuat dan tidak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang

sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemah buku-buku asing

digalakkan untuk menerjemahkan buku-buku Yunanai, ia menggaji penerjemah-penerjemah

dari golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah,

satu karya besranya ynag gteropenting adalah pembangunan baitul hikmah, pusat

penerjemahan yang berfungsi sebagai perguraun tinggi dengan perpustakaan yang besar.

Pada masa al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan danilmu

pengetahuan.

Al-Mu’tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada

orang-orang Turki untuk masuk dalam pemberitahuan, keterlibatan mereka dimulai sebagai

tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan

perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-oarang muslim mengikuti perang sudah tehenti.

Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian,

kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode

ini banyak tantangan dan gerakan politik yang menggangu stabilitas, baik dari kalangan Bani

Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah

dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di

Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Semuanya

dapat dipadamkan.

Dibawah Bani Abbas, kaum ningrat arabia yang lama diganti dengan kelas pejabat

pemerintahan. Ke khalifahan Abbasiyah sangat dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh Persia.

Orang-orang Khurasan membentuk pengawal ke khalifahan dan orang-orang Persia

membentuk pos-pos yang penting didalam pemerintahan khalifah Abbsiyah.

Pengaruh persi dapat melunakkan kekasaran dari kehidupan Arabia yang primitif itu

dan membuka jalan bagi suatu zaman baru yang ditandai oleh perkembangan ilmu

pengetahuan dan pengajaran dan ilmu pengetahuan.

4

Page 5: makalah dinasti abbasiyah

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara

politis, para khalifah betul-betul kokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan, politik

dan agama. Disisi lain kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Perioe ini juga

berhasil menyiapakan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengethuan dalam

islam.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan, dibawah

pimpinan al-Mahdi, al-Hadi, Harun ar-Rasyid, al-Ma’mun, al-Mu’tashim, al-Wasiq dan al-

Mutawakil.2

B. Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim

Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Baghdad menjadi pusat kegiatan

intelektual, musik, puisi, sesusastraan dan filsafat mulai berkembang. Sianr ilmu pengetahuan

tambah bercahaya yang demikian karena negara-negara bagian dari kerajaan Islam raya

belomba-lomba dalam memberi kedudukan terhormat pada para ulama dan paera pujangga.

Adapun zaman keemasan khusus dalam bidang ilmu pengetahuan adalah periode yang

sedang kita bicarakan, demikain Jarji Zaldan melukiskan masa daulat Abbasiyah IV, karena

dalam masa tersebut berbagai ilmu pengtehuan telah matang, benanum, pertumbuhannya

telah sempurna dan berbagai kitab yang bermutu telah cukup banyak dikarang terutama ilmu

bahasa, sejarah, geografi, adab dan filsafat.

Seperti yang telah diterangkan bahwa dalam zaman ini berbagai cabang ilmu islam

telah tumbuh subur seperti yang dilukiskan ahli sejarah Jarji Zardan. Pada awal

sejarahnya,ilmu-ilmu Islam berkembang dalam bidang qira’ah, tabsir dan hadis kemudian

menyusul ilmu fiqih. Ilmu-ilmu ini bertambah subur berkembang, sesuai denagan evolusi

kemajuan masyarakat. Telah diketahui bahwa ilmu fiqih telah matang dan berkembnag

kaidah-kaidahnya pada masa daulat Abbasiyah II. Dari ijtihad dan semangat riset, maka para

ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan

keahlian bidang-bidang ilmu pengetahuan.3

C. Perkembangan intelektual berupa sains dan tekhnologi, astronomi, matematika,

filsafat, kedokteran, sastra, sejarah serta hukum

1. Bidang Matematika

2 Syukur fatah, Sejarah Peadaban Islam, PT.Pustaka Rizki Putera, Semarang (Januari 2010), hal. 94-973 Ibid.,hal.

5

Page 6: makalah dinasti abbasiyah

Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi,

astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm

(sekarang Kuva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupna, ia

bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad dan ia juga penemu angka nol.

Buku pertamanya, Al-Jabar adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik

dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.

Kontribusi beliau tidak hanya berdampak besar pada matematika, tapi dalam

kebahasaan. Kata aljabar berasal dari kata al-jabr, satu dari dua operasi dalam matematika

untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau.

2. Bidang Kedokteran

Perkembangan ilmu kedokteran sejalan dengan perkembangan ilmu filsafat. Mula-

mula al-Mansur mengundang seorang dokter kepala dari Jundishapur kemudian berturut-turut

mengundang dokter-dokter ternama dari Syria, Mesir, Bizantium dan India untuk berkumpul

di Baghdad.

Ada beberapa perguruan tinggi kedokteran yang terkenal, antara lain:

a. Sekolah tinggi kedokteran di Yunda Shapus.

b. Sekolah tinggi kedokteran di HIrran, Syeria.

c. Sekolah tinggi kedokteran di Baghdad.

Para dokter dan ahli kedokteran islam yang terkenal antara lain:

1. Jabir ibn Hayyan, (wafat tahun 161H./778M.), sbagai bapak ilmu kimia.

2. Hunain ibn Ishaq, (194-264H/.810-878M.), ahli mata yang terkenal.

3. Tabib ibn Qurra 9221-228H./836-901M.)

4. Ar-Raji 9251-313H./809-873M.)

5. Ibn Sina dengan karyanya al-Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine) dan Materia

Medica yang memuat 760 obat-obatan.

3. Bidang Astronomi ( Ilmu Falak)

Kaum muslimin memiliki modal besar dalm mengembangkan Ilmu Falak. Mereka

telah berhasil menjadikan satu aliran-aliran yang dianut masyarakat Yunani, Hindu, Persia,

Kaldan, dan Arab Jahiliyah.

6

Page 7: makalah dinasti abbasiyah

Ilmu bintang yang memegang peranan penting dalam menetukan garis politik para

khalifah dan para amir, yang mendasarkan perhitungan krjanya pada peredaran bintang.

Diantara para sarjana Ilmu Falak Ilmu Bintang yang termasyhur, yaitu:

1. Abu Ma’syar al-Falaky ( wafat 272 H), yaitu Ja’far bin Umar al-Falaky, yang terkenal

dengan nama Abu Ma’syar al-Falaky.

2. Jabir Batany ( wafat 319 H), yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Jabir al-Batany al-

Hiranya ash-Shaby, yang telah menetapkan letak bintang.

3. Abu Hasan ( 277-352 H), yaitu Abu Hasan Ali bin Abi Abdillah Harun bin Ali.

Beliau sarjana ilmu Bintang yang terbesar pada masanya.

4. Al-Biruny ( wafat tahun 440 H), yaitu Muhammad bin Ahmad Al-Biruny. Beliau ahli

Ilmu Bintang yang besar dalam perjalanan sejarah.

5. Al-Farghani ( Alfraganus) ( sekitar tahun 860) menulis kitab Ushul al-Falak ( prinsip-

prinsip astronomi) dan Jawami’ ilm al-Nujum wa Ushul al-Harakahal-Samawiyyah

(penjelasan lengkap tentang bintang dan prinsip-prinsip gerkan langit).

6. Al-Battani (Albatanius) (859-929) bersama Sabit bin Qurrah (836-901) merupakan

penerus al-Farghani.

4. Sejarah

Dalam bidang sejarah, pada mulanya masih terasa pengaruh sistem penulisan masa

Umayyah. Bentuk histrografi berupa biografi, telah sampai kepada kita karya Ibnu Hisyam

(wafat 218-834H). Histografi Islam mencapai masa jayanya melalui al-Thabari dan al-

Mas’udi Abu Jaf’ar Muhammad bin Jarir al-Thabari (838-923) menulis sebuah buku sejarah

Tarikh al-Rasul wa al-Mamalik. Buku ini dianggap karya pertama yang paling lengkap

tentang sejarah dalam bahasa Arab. Sejarahwan seperti Miskawaih, Ibn al-Athir dan Abu al-

Fida, menggunakannya sebagai referensi.

Setelah al-Thabari, Mas’udi dan Miskawaih, karya di bidang sejarah dianggap

mengalami kemunduran. Namun, setelah masa ketiga tokoh tersebut, lahir sarjana-sarjana

dalam bidang sejarah seperti Izz al-Din Ibnu al-Athir (1160-1234) dengan karyanya al-Kamil

fi al-Tharikh dan Usd al-Ghabah. Buku ini memuat kumpulan biografi dari 7500 sahabat. Ibn

al-Athir disusul oleh Sibth bin al-Jawzi (1186-1257) yang menulis buku Mirat al-Zaman fi

Tarikh al-Ayyam, suatu sejarah umum sejak zaman Yahudi sampai tahun 1256. Ibnu Khalkan

(wafat 1282) menyusun kamus biografi nasional.

Di Spanyol Andalusia sajarawan pada masa awal yang terkenal, diantaranya Abu

Bakar bin Umar yang selalu dikenal dengan al-Quthiyah (wafat 977). Sejarawan dari Cardova

7

Page 8: makalah dinasti abbasiyah

inimenulis buku Tarikh Iftitah (Fath) Andalus yang isinyaa menceritakan tentang permulaan

penaklukan Islam sampai masa pemerintahan Abd al-Rahman III. Penulis biografi dari

Spanyol, adalah Abu al-Wahid Abdullah bin Muhammad bin al-Faradhi. Ia dilahirkan di

Cardova pada tahun 962 dan setelah ia kembali ke Spanyol ditunjuk sebagai qadhi di

Valencia. Ketika Cardova direbut oleh clan Barbar pada tahun 1013, ia terbunuh dan

mayatnya ditemukan empat puluh hari kemudian. Salah satu dari sekian banyak karyanya

adalah Tarikh al-Ulama al-Andalus. Buku penting lainyya yang digunakan untuk

mempelajari Spanyol adalah Bughyat al-Mutamimm fi Tarikh Rujal Andalus.

5. Sains

Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan sains. Dalam bidang

matematika, pakar yang sangat terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut, ia

juga dikenal sebagai seorang teknorat dan ahli ekologi. Bidang matematika jugamelahirkan

nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahli dalam bidang teknik (Philip K.Hitti,

1974:570)

Dalam bidang fisika dukenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang meletakkan dasar

ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul. Dia jugalah yang menemukan

rumusan klasifikasi binatang, tumbuhan, numerial. Ar-Razi membuat sejumlah substansi dan

proses kimiawi, sebagian darinya seperti distilasi dan kristalisasi yang sekarang digunakan

(George F. Kreller, 1978:4)

Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim

Ibn Yahya An-Naqqosh. Yang pertama dikenal sebagai penemu pembuatan kaca dari batu

dan yang kedua sebagai orang yang dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari.

Dalam berbagai disiplinilmu yang lain, Spanyol Islam juga banyak melahirkan pakar, seperti

Zahrawi (kedokteran), yang menemukan pengobatan lemah syahwat, pembedahan, dan lain-

lain.

6. Filsafat

Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9

M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni

selama pemerintahan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman (823-886)

(Majid Fahri,1986:357).

Kajian filsafat ini dilanjutakan oleh penguasa berikutnya, yakni Al-Hakam (961-976

M.) denagan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari

8

Page 9: makalah dinasti abbasiyah

timur dalam jumlah besar. Dengan berbagai upaya yang dilakukan dan adanya dukungan

politis dari penguasa, akhirnya Cardova mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat

pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dan melahirkan banyak filosof terkenal yanf

wacana perenungan dan pemikiranyya mewarnai struktur bangunan ilmu pengetahuan sampai

abad sekarang.

Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhamad Ibn

As-Sayiqh yang leabih dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-Farabi dan Ibn Sina, Ibn

Bajah melalui pemikiranyya sering mengembangkan berbagai permasalahan yang bersifat

etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai

karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya

yang masyhur berjudul Hay Ibn Yaqzahn ( Badri Yatim, 1986:101). Para filosof lainnya

adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal ahli

fiqh ( Anwar G. Ghejne, 1974:165).

7. Tekhnologi

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa

pemerintahhan Harun ar-Rasyid , kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya

dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu

mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat

penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu

falsafah dan sastera. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan

dalam banyak bidang ilmu, terutama Falsafah.

2. Gerakan Terjemah Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan

dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu

pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, falsafah, kimia dan sejarah.

Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan.4

8. Hukum

Dalam rangka memperluas ruang lingkup dan cakrawala pandangan hukum Islam,

maka para pemikir Muslim berusaha mengembangkan pemikiran tentang hukum Islam para

fuqaha yang lahir pdan pada masa Abbasiyah dan seterusnya dapat digolongkan dalam dua

aliran, yaitu ahli Hadis dan ahli Ra’yi. Ahli hadits mendasarkan pemikirannya-pemikirannya

4 SJ Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam lintasan sejarah,Malang Press, Malang (2008), hal.180-188

9

Page 10: makalah dinasti abbasiyah

pada Hadits Rasulullah. Mereka disebut sebagai aliran Madinah. Di Madinah banyak tersebar

Hadits Rasulullah. Ahli ra,yi di sebut juga dengan aliran kuffah atau Irak, mereka

mendasarkan pemikiran-pemikiran hukumnya pada kemampuan akal fikiran dan

pengalamnnya. Di kuffah,asrah, Baghdad, sedikit hadis nabi yang tersebar, karena itu lebih di

utamakan ra’yi. Tokoh aliran ini ialah Abu Hanifah , ia seorang Persia yang disebarkan di

Kuffah dan Baghdad.5

D. Tahapan dan bentuk-bentuk transmisi sains islam ke Barat abad Pertengahan

Tak dapat disangkal termasuk oleh kalangan ilmuan Barat bahkan telah menjadi satu

klise bahwa pengembangan sains modern dibangun di atas kontribusi ilmuan-ilmuan Muslim.

Di antara sumbangan terpenting mereka adalah penemuan metode eksperimental, yang pada

gilirannya melahirkan revolusi di bidang sains dan teknologi hingga tingkat

pengembangannya sebagai sekarang ini. Terlepas dari keasyikan "memuja" masa lampau,

fakta di atas disebutkan tidak saja dalam rangka menjadikannya 'ibrah (pelajaran) tetapi juga

seperti disebutkan Munawar Ahmad Anees6sebagai keadilan sejarah (historical justice).

Dengan begitu diharapkan, bukan hanya kaum di luar Islam, tapi kaum Muslim sendiri dapat

memandang agamanya secara lebih utuh: dalam hal ini sebagai suatu kekuatan peradaban

yang (pernah) terbukti mampu mendorong pemeluknya untuk dapat jika bukannya harus

menjadi perambah jalan bagi penciptaan suatu masa depan kemanusiaan yang progresif, di

samping tentunya lebih manusiawi.

Sesungguhnya, pengaruh peradaban Muslim (Abad Pertengahan) jauh lebih luas

dibanding "sekadar" peletakan landasan sains modern. M.M. Sharif, salah seorang pemikir

Muslim Pakistan terkemuka pasca Iqbal seperti dikutip Haidar Bagir menambahkan beberapa

sumbangan lain pemikiran Islam atas pemikiran Barat: pengenalan ilmu-ilmu sejarah;

penyelarasan filsafat dengan agama; penggalakan mistisisme Barat; peletakan landasan bagi

Renaisans di Itali; dan sampai tingkat tertentu membentuk pemikiran Eropa modern hingga

masa Immanuel Kant, bahkan (pada jurusan tertentu) hingga masa yang lebih belakang.7

5 SJ Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam lintasan sejarah,Malang Press, Malang (2008), hal.170-1716 Dr. Munawar Ahmad Anees adalah seorang pakar biologi yang bergiat di bidang penemuan filsafat-sains Islam.

Banyak berkecimpung dalam pelahiran dan pengembangan jurnal-jurnal ilmiah keislaman yang punya reputasi internasional. Pernah menjadi contributing-editor pada Afkar/Inquiry (London), Editor pada Journal of Islamic Science & International Journal of Islamic and Arabic Studies (Bloomington) dan kini menjabat managing-editor pada Periodica Islamica (Malaysia).

7 Haidar Bagir, "Jejak-jejak Sains Islam dalam Sains Modern", jurnal Ulumul Qur'an, No. 2 Vol. 2 thn. 1989, h. 34-35.

10

Page 11: makalah dinasti abbasiyah

Bahkan, dalam wilayah tertentu tampak jelas betapa besar kontribusi kaum Muslim

terhadap dunia modern. Robert Stephen Briffault (1906-1948), dalam The Making of

Humanity, menulis:

"Meski tak satu aspek pun pertumbuhan Eropa tak dipengaruhi secara menentukan

oleh Kebudayaan Islam, (namun) pengaruh yang paling jelas dan penting adalah pada sains-

sains kealaman (natural science) dan ruh ilmiah (scientific spirit).

Sains adalah sumbangan terbesar peradaban Arab (baca: Islam, pen) kepada dunia

modern tetapi buahnya lambat masaknya. Baru tak lama setelah kebudayaan Moor (Arab-

Spanyol) terbenam kembali ke dalam kegelapan, maka raksasa yang dilahirkannya bangkit

dalam keperkasaannya. Bukan hanya sains yang telah menghidupkan kembali Eropa,

melainkan pengaruh-pengaruh lain peradaban Islam juga memancarkan kemilau aslinya

kepada kehidupan modern..."

Di samping Beffault, tak sedikit sarjana-sarjana Barat yang secara jujur

mengungkapkan kontribusi pemikiran dan sains Islam terhadap Barat. Sebut saja di antaranya

Thomas Arnold, Alfred Guillame, George Anawati, Gustave Le Bon, S. Lane Poole, M.P.E

Berthelot, George Sarton, Max Meyerhof, John William Drafer, Maurice Lombard, serta

Eugene A. Myers.

Tahapan dan bentuk-bentuk transmisi intelektual dan sains Islam ke Barat. Transmisi

pemikiran dan sains Islam ke Barat Abad Pertengahan melewati tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap pertama, kelompok sarjana (Barat) mengunjungi wilayah-wilayah Muslim untuk

melakukan kajian-kajian pribadi. Constantinus Africanus (1087 M) dan Adelhard (1142 M)

dari Inggris dapat disebut sebagai perintisnya. Belakangan banyak pelajar dari Itali, Spanyol

dan Prancis Selatan menghadiri seminari-seminari Muslim untuk belajar matematika, filsafat,

kedokteran, kosmografi, dan lain-lain. Dalam waktu yang tidak lama, mereka telah menjadi

kandidat profesor di universitas-universitas pertama di Barat, yang dibangun dengan

mencontoh seminari-seminari Muslim tersebut.

Tahap kedua, bermula dari pendirian universitas-universitas pertama Barat. Gaya arsitektur,

kurikulum, dan metode dan pengajaran universitas-universitas ini sama dengan yang ada pada

seminari-seminari Muslim. Untuk pertama kalinya, seminari Salermo didirikan di kerajaan

Napoli (Naples) oleh Raja Fredrick dari Sisilia. Di Sisilia, buku-buku Aristoteles

diterjemahkan ke dalam Latin dari terjemahan bahasa Arabnya, untuk kemudian dibawa ke

Itali. Pada saat yang sama universitas-universitas penting juga didirikan di Pandua, Toulouse

dan, belakangan di Leon.

11

Page 12: makalah dinasti abbasiyah

tahap ketiga, sains Muslim ditransmisi ke Prancis dan wilayah-wilayah Barat lewat Itali.

Seminari-seminari dari Bologna dan Montpellier didirikan pada awal abad ketiga belas. Baru

beberapa saat kemudian universitas Paris dibuka. Sementara itu, sains Barat ini tiba ke

Inggris dan Jerman, masing-masing lewat universitas Oxford dan Köln, yang didirikan

dengan pola yang sama.

Dari berbagai universitas yang ada, tiga di antaranya yang sangat termasyhur yakni

universitas Al-Azhar di Kairo, universitas Nizamiyah di Baghdad, dan universitas Cordoba di

Andalusia. Untuk yang terakhir ini, banyak orang Barat-Kristen yang belajar di sana, yang

pada urutannya kelak menjadi salah satu tempat terpenting dalam proses transmisi pemikiran

dan sains Islam ke negeri-negeri asal mereka.

Sementara itu, bila hendak menelusuri bentuk-bentuk transmisi pemikiran dan sains

Islam ke Barat, setidaknya terdapat dua jalur paling menonjol yaitu kontak intelektual dan

perang salib.

1.      Kontak Intelektual

Dalam konteks ini, sedikitnya terdapat dua tempat yang sangat penting dikemukakan

di sini untuk disebut sebagai "pusat" transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat-Kristen

Abad Pertengahan.

Pertama, Spanyol, tepatnya Andalusia. Di Andalusia banyak sekali universitas yang

didirikan. Di sana, orang-orang Eropa banyak berdatangan untuk kepentingan studi dan

transfer cultural. Sebut saja misalnya, Michael Scot, Robert Chester, Adelard Barth, Gerard

dari Cremona, dan lain-lain nama yang merintis kegiatan studi di Andalusia. Toledo

mempunyai peranan amat penting dalam hal ini. Seperti diketahui bahwa Toledo, yang telah

direbut kembali oleh orang-orang Nasrani kemudian, terdapat masjid-perpustakaan yang amat

banyak menyimpan khazanah intelektual Muslim. Orang-orang Arab campuran dan Yahudi,

kemudian bekerja bersama-sama orang Nasrani Spanyol untuk melakukan penerjemahan

besar-besaran. Mereka mempelajari dan selanjutnya menerjemahkan matematika, kedokteran,

astronomi, fisika, kimia, dan lain-lain dari universitas-universitas tersebut baik yang berada di

Cordoba, Toledo, Seville maupun Granada.8

Kedua, Sisilia. Di wilayah ini, sains Islam, khususnya kedokteran dipelajari di

Salermo. Penerjemahan besar-besaran dilakukan terutama oleh Constantinus Africanus (1087

M) yang beruntung menjadi murid seorang Arab. Dari terjemahan-terjemahan bahasa Arab,

ia menghasilkan terjemahan Latin karya-karya Hipocrates dan Gales di samping

8 Nourouzzaman Shiddiqi, Tamaddun Islam: Bunga Rampai Kebudayaan Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h. 67-80.

12

Page 13: makalah dinasti abbasiyah

menerjemahkan karya-karya orisinal sarjana-sarjana Muslim. Di Palermo, ibukota Sisilia,

juga timbul gerakan penerjemahan besar-besaran pada abad ke-13 M di bawah dorongan Raja

Fredrick II dan Roger II. Dari sini, karya-karya terjemahan itu dibawa ke Eropa bagian

selatan, dan kelak melahirkan Renaisans di Itali.

2.      Kontak Perang Salib

Siria dan sekitarnya, seperti diketahui, adalah wilayah di mana Islam dan Barat

berjumpa dalam bentuk perang Salib. Perang yang berlangsung antara 1095 sampai 1291ini,

sedikitnya punya pengaruh terhadap transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat. Kendati

demikian, disadari bila pengaruh perang salib di sini tidaklah begitu intens, mengingat orang-

orang yang datang sebagai pasukan Salib adalah ksatria-ksatria perang dan bukan ilmuan.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa sekiranya pun terjadi transmisi akibat perang salib tetapi

bentuknya tak lebih dari peniruan tatacara hidup sebagai hasil kekaguman Barat dalam hal ini

pasukan Salib terhadap masyarakat Islam yang mereka lihat. Transmisi terlihat terutama pada

kemiliteran, arsitektur, teknologi pertanian, industri, rumah-rumah sakit, permandian umum,

dan dalam batas tertentu juga sastra.

Di samping dua bentuk yang mengakibatkan terjadinya transmisi pemikiran dan sains

Islam ke Barat, tak sedikit historian melihat bila terdapat pula pengaruh kontak pribadi dalam

proses itu. Pandangan ini berangkat dari satu kenyataan bahwa sejak penaklukan Siria, Mesir

dan Persia oleh ekspedisi-ekspedisi Islam sejak khalifah 'Umar ibn al-Khattab, tak sedikit

orang-orang Kristen di Timur (Bizantium) menjalin kontak pribadi dengan orang-orang

Islam. Karena semangat liberasi, moderasi dan toleransi yang dimiliki umat Islam, sehingga

orang-orang Kristen tidak menemukan halangan dalam mengikuti kegiatan intelektual dan

kebudayaan kaum Muslim. Tak jarang di antara mereka menjadi tokoh-tokoh penting dalam

gerakan keilmuan Islam yang lahir kemudian. Mereka pula yang kelak banyak membantu

menerjemahkan karya-karya keilmuan Yunani ke dalam bahasa Arab, dan selanjtnya,

terutama pada paruh awal abad ke-11, karya-karya terjemahan berbahasa Arab itulah yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh sarjana-sarjana Barat.

5 . Pengaruh sains islam terhadap sains Barat

Salah satu karya pemikiran Barat yang secara jujur melihat pengaruh pemikiran Islam

terhadap pemikiran Barat-Kristen adalah Kalam Cosmological Argument, karangan William

Craig. Sementara, polemik posthumous antara Al-Ghazali dan Ibn Rusyd misalnya,

13

Page 14: makalah dinasti abbasiyah

mendapatkan pantulannya dalam pemikiran Bonaventura dan Thomas Aquinas (1226-1274).

Sekalipun di bawah bayangan inkuisisi mereka tidak akan mengakui pengaruh itu, namun

para sarjana modern menemukan bahwa itu memang ada, dan cukup substansial. Demikian

pula, sekarang ini mulai ada perhatian kepada kemungkinan adanya pengaruh pemikiran

Islam ke dalam teologi Reformasi Kristen. Misalnya, ajaran Reformasi Kristen bahwa Kitab

Suci terbuka untuk semua pemeluk (dan tidak perlu dibatasi wewenang membaca dan

menafsirkan hanya kepada kelas pendeta saja), dan bahwa setiap pribadi manusia

bertanggung jawab kepada Tuhan.9 Mempertimbangkan bahwa ajaran serupa itu hampir tidak

dikenal di kalangan Kristen sebelumnya, maka sulit sekali membayangkan bila para pemikir

Reformis tidak terpengaruh ajaran Islam yang relevan.

Sementara itu, dalam bidang sains, pengaruh Islam atas Barat mencakup perkenalan

ilmu-ilmu sejarah, metode kelimuan dan penciptaan landasan bagi sains modern.

Salah satu metode keilmuan terutama dalam kerangka bangunan sains Islam motif

penemuan metode eksperimental oleh kaum Muslim, memang patut dikedepankan di sini.

Seperti diketahui, dengan kian meluasnya teritori Islam sebagai hasil gemilang ekspedisi-

ekspedisi militer (futuhat) sejak 'Umar ibn al-Khattab, khalifah II kaum Muslim mengalami

kontak-kontak kebudayaan dan ilmiah (scientific and cultural encounter) dengan bangsa-

bangsa lain. Satu di antara kontak terpenting adalah perjumpaan Islam dengan kebudayaan

Yunani.

Namun, kata Iqbal berhubung dengan konkretnya jiwa Al-Qur'an, sedang pemikiran

Yunani bersifat spekulatif, maka timbullah pemberontakan intelektual kaum Muslim

terhadapnya di segenap lini berfikir. Memang Al-Qur'an bertentangan dengan pemikiran

Yunani yang lebih mengutamakan teori dan mengabaikan kenyataan memberi perhatian yang

sangat besar kepada, di samping anfus (jiwa), juga alam empiris (afaq) dalam

terminologinya.

Segeralah, setelah itu, Islam melahirkan tidak sedikit ilmuan-ilmuan eksperimental

yang luar biasa. Kepada sebagian di antara mereka inilah Roger Bacon, bahkan juga Francis

Bacon yang kemudian disebut-sebut sebagai 'penemu' metode eksperimental di Barat belajar

di universitas Islam di Spanyol.

Di samping afaq (alam empirik) dan anfus (jiwa), Al-Qur'an juga banyak menyebut

sejarah sebagai sumber pengetahuan. Walhasil, kaum Muslim tercatat sebagai sejarawan-

sejarawan dalam arti sesungguhnya istilah ini yang paling dini dalam sejarah umat manusia.

9 Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 47-48.

14

Page 15: makalah dinasti abbasiyah

Kita, misalnya, mengenal Al-Thabari, Ibn al-Atsir, Al-Mas'udi dan puncaknya Ibn Khaldun

sebagai sejarawan dan historiograf-historiograf paling dini. Bahkan untuk tokoh yang terakhir

ini, dipandang sebagai filsuf sejarah yang pertama di dunia.

Penemuan metode eksperimental oleh cendekiawan Muslim memperlihatkan

kemudian pengaruhnya yang amat besar terhadap penciptaan landasan sains modern. Sejak

Roger Bacon dan Francis Bacon "merumuskan" kembali metode empirikal sebagai metode

keilmuan, sains Barat tiba-tiba saja mengalami revolusi. Suatu iklim keilmuan yang kelak

berpengaruh terhadap gerakan Renaisans di Barat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15

Page 16: makalah dinasti abbasiyah

Dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abdul-Abbas

dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh

khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-758 M), al-Hadi (775-786 M), Harun ar-Rasyid

(786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tahsim (833-842 M), al-Watsiq (842-847

M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Perkembangan intelektual

o sains dan tekhnologi

o astronomi

o matematika

o filsafat

o kedokteran

o sastra

o sejarah

o hukum

Transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat Abad Pertengahan melewati tahap-tahap

sebagai berikut:

o Tahap pertama, kelompok sarjana (Barat) mengunjungi wilayah-wilayah

Muslim untuk melakukan kajian-kajian pribadi.

o Tahap kedua, bermula dari pendirian universitas-universitas pertama Barat. Gaya arsitektur, kurikulum, dan metode dan pengajaran universitas-universitas ini sama dengan yang ada pada seminari-seminari Muslim.

o tahap ketiga, sains Muslim ditransmisi ke Prancis dan wilayah-wilayah Barat lewat Itali. Seminari-seminari dari Bologna dan Montpellier didirikan pada awal abad ketiga belas. Baru

DAFTAR PUSTAKA

Syukur fatah, Sejarah Peadaban Islam, PT.Pustaka Rizki Putera, Semarang (Januari

2010)

16

Page 17: makalah dinasti abbasiyah

Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru

Islam Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Paramadina, 1995),

Haidar Bagir, "Jejak-jejak Sains Islam dalam Sains Modern", jurnal Ulumul Qur'an,

No. 2 Vol. 2 thn. 1989

SJ Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam lintasan sejarah,Malang Press,

Malang (2008),

Nourouzzaman Shiddiqi, Tamaddun Islam: Bunga Rampai Kebudayaan Muslim,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1986

Syed Mahmudunnashir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung : Remaja Rosda

Karya, 1994

17