lp hiv aids

34
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I “LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN PENYAKIT HIV-AIDS” OLEH : 2.2 DIII KEPERAWATAN NAMA KELOMPOK 2 : I GUSTI PUTU YUDA PANGESTU SUTEJA (P07120014040) I GUSTI AYU KERTININGSIH (P07120014042) NI PUTU SRI INDRIYANI LESTARI (P07120014062) PANDE PUTERI SEPTIANI (P07120014064) KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2015

Upload: sri-indry-lestari

Post on 11-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp hiv aids

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN PENYAKIT HIV-AIDS”

OLEH :

2.2 DIII KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK 2 :

I GUSTI PUTU YUDA PANGESTU SUTEJA (P07120014040)

I GUSTI AYU KERTININGSIH (P07120014042)

NI PUTU SRI INDRIYANI LESTARI (P07120014062)

PANDE PUTERI SEPTIANI (P07120014064)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2015

Page 2: lp hiv aids

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT HIV-AIDS

A. PENGERTIAN

Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk

dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan

DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang

panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik

laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan

beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan

menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu,

virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007)

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang

menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang

diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-

obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. (Sudoyo Aru,

dkk 2009)

B. ETIOLOGI

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus

(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-

1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.

HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka

untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada

gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes

illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

Page 3: lp hiv aids

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam

hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system

tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

C. GEJALA DAN TANDA

Gejala klinis pasien dengan HIV AIDS sesuai dengan fase- fase infeksi sebagai berikut:

Fase Lamanya

fase

Antibodi

yang

terdeteksi

Gejala-gejala Dapat

ditularkan

1.Periode

jendela

2.Infeksi HIV

primer akut

3.Infeksi

asimtomatik

4.Supresi imun

simtomatik

4mg-6bln

setelah

infeksi

1-2

minggu

1-15 tahun

atau lebih

Sampai 3

tahun

Tidak

Kemungkin

an

Ya

Ya

Tidak ada

Sakit seperti flu

Tidak ada

Demam, keringat

malam hari,

penurunan BB,

diare, neuropati,

Ya

Ya

Ya

Ya

Page 4: lp hiv aids

5.AIDS Bervariasi

1-5 tahun

dari

penentuan

kondisi

AIDS

Ya

keletihan, ruam

kulit,

limpadenopati,

perlambatan

kognitif, lesi oral

Infeksi

oportunistik berat

dan tumor–tumor

pada setiap sistem

tubuh, manifestasi

neurologik

Ya.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit pada infeksi HIV

primer akut yang lamanya 1-2 minggu,pasien akan merasakan sakit seperti flu.Dan di saat

fase supresi imun simtomatik ( 3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat malam

hari, penurunan BB, diare,neuropati,keletihan,ruam kulit,limpadenopati,perlambatan

kognitif dan lesi oral.Pada saat fase infeksi HIV menjadi AIDS ( bervariasi 1-5 tahun )

dari pertama penentuan kondisi AIDS akan terdapat gejala infeksi oportunistik dengan

manifestasi klinik yang dapat mengenai setiap sistem organ seperti :

a) Manifestasi respitori :

Infeksi karena PCP dengan gejala nafas pendek,sesak nafas,(dispnea),batuk-

batuk,nyeri dada, dan demam,

Kompleks mycobacreium avium yaitu infeksi oleh M.Avium intracellular,

M.scrofulaceum dengan keadaan umum yang buruk.

Infeksi M.tuberculosis yaitu TB

b) Manifestasi gastrointestinal :

Diare kronis, hepatitis, disfungsi biliari,penyakit anorektal mencakup hilangnya

selera makan,mual,vomitus,ekskoriasi kulit perianal,kelemahan dan

ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari

Page 5: lp hiv aids

Kandidiasis oral

Terdapat lesi karena kandida yang ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim

dalam rongga mulut yang bila tidak diobati akan berlanjut mengenai esophagus

dan lambung dengan keluhan sulit menelan serta nyeri dan rasa sakit di balik

sternum( nyeri retrosternal)

Sindrom pelisutan ( wasting syndrome ) yaitu penurunan BB yang tidak

dikehendaki melampui 10% dari BB dasar,diare yang kronis selama lebih dari 30

hari atau kelemahan kronis dan demam kambuhan atau menetap tanpa adanya

penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.

c) Kanker :

Sarcoma kaposi dengan tanda lesi kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian

tubuh biasanya berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu gelap, lesinya dapat

datar,atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis ( bercak-bercak perdarahan ) serta

edema.

Limfoma sel B sering dijumpai pada otak ,sum-sum tulang dan traktus

gastrointestinal.

d) Manifestasi neururologik :

Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral,perifer dan autonum dimana

gangguan ini dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada jaringan

saraf ,IO,neoplasma primer atau metastatik, perubahan serebrovaskuler, ensefalopati

metabolik atau komplikasi skunder karena terapi.kompleks berupa:

Ensefalopati HIV (kompleks dimensia AIDS) berupa sindrom klinis yang ditandai

penurunan progesif pada fungsi kognitif,perilaku dan motorik.Manifestasi dini

mencakup gangguan daya ingat,sakit kepala, kesulitan konsentrasi,konfusi

progesif,pelambatan psikomotorik,apatis dan ataksi.Stadium lanjut mencakup

gangguan kognitif global,kelambatan dalam respon verbal,gangguan afektif seperti

pandangan yang kosong, hiperrefleksi paraparesis spatik, psikosis,halusinasi,

tremor,inkontinensia, serangan kejang,mutisme .

Meningitis kriptokokus yaitu infeksi jamur Cryptococcus neoform dengan gejala

demam, sakit kepala, malaise,kaku kuduk, mual,vomitus,perubahan status mental

dan kejang.

Page 6: lp hiv aids

Leukoensefalopati multifokal progresiva (PML) merupakan kelainan sistem saraf

pusat dengan demielinisasi yang disebabkan virus J.C manifestasi klinis dimulai

dengan konfusi mental dan mengalami perkembangan cepat yang pada akhirnya

mencakup gejala kebutaan,afasia,paresis .

Mielopati vaskuler merupakan kelainan degeneratif yang mengenai kolumna

lateralis dan posterior medulla spinalis sehingga terjadi paraparesis spastik

progresiva,ataksia serta inkontinensia.

Neuropati perifer yang berhubungan dengan HIV diperkirakan merupakan kelainan

demielisasi dengan disertai rasa nyei serta patirasa pada

ekstrimitas,kelemahan,penurunan reflkes tendon yang dalam ,hipotensi ortostik

e) Manifestasi dermatologik:

IO seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan

vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit

Moluskum kontaiosum merupakan infeksi virus ditandai oleh pembentukan plak

yang disertai deformitas.

Dermatitis seboroika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang

mengenai kulit kepala serta wajah.

Folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit kering dan mengelupas atau

dengan dermatitis atopik seperti eczema atau psoriasis.

f) Sistem sensorik ;

Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata, retinitis

sitomegalovitus

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran yang

berhubungan dengan mielopati,meningitis,sitomegalovirus dan reaksi –reaksi obat.

D. PATOFISIOLOGI

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel

yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar

limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi

sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian

yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka

Page 7: lp hiv aids

Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan

reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer

penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan

pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-

stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus

dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper

tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV

didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang

menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang

asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T

sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.

Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan

penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang

serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara

progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T

penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap

tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,

jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi

mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur

oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru

akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang

didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,

atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

E. POHON MASALAH

Page 8: lp hiv aids
Page 9: lp hiv aids

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan

mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus

adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain

untuk:

- Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga

menghambat pemeriksaan serologis.

- Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.

- Tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonvensi.

- Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensivitas ELISA untuk HIV-2 rendah.

2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik. Tes, misalnya:

- ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1 – 100%). Biasanya memberikan hasil

positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil psitif harus dikonfirmasi dengan

pemeriksaan Western blot.

- Western blot, spesifisitas tinggi (99,6 – 100%). Namun, pemeriksaan ini

cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak

diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

- Immunofluorescent assay (IFA).

- Radioimmunopraecipitation assay (RIPA).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 10: lp hiv aids

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

HARITGL/JAM

DIAGNOSA PERAWATA

N

RENCANA TUJUAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

1.Diare

berhubungan

dengan kuman

pathogen usus

/ infeksi HIV

ditandai

dengan pasase

feses encer

dan sering

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan diare

dapat terkontrol.

K.E:

- Melaporkan

penurunan

episode diare

- Menunjukkan

kultur feses

normal

1. Kaji kebiasaan

defikasi normal

pasien

2.Kaji terhadap diare:

sering,feses

encer,nyeri/kram

abdomen,volume

feses cair , faktor

pemberat dan

penghilang.

3. Kolaborasi untuk

pemeriksaan kultur

feses dan berikan

terapi anti mikroba

sesuai ketentuan .

4. Lakukan tindakan

untuk mengurangi

pembatasan sesuai

ketentuan dokter:

a. Pertahankan

pembatasan

makanan dan

Memberikan dasar

untuk evaluasi

Mendeteksi

perubahan pada

status,kuantitas

kehilangan cairan

dan memberikan

dasar untuk

tindakan

keperawatan.

Mengidentifikasi

dan mengatasi

organisme

patogenik.

Tirah baring dapat

menurunkan

episode akut.

Menurunkan

stimulasi usus.

Page 11: lp hiv aids

cairan sesuai

ketentuan dokter.

b. Hindari

merokok.

c. Hindari iritan

usus seperti

makanan

berlemak atau

gorengan,sayuran

mentah dan

kacang-

kacangan.

d. Berikan makanan

sedikit tapi

sering.

5. Delegatif

pemberian

antispasmodik ,antiko

lenergik

6. Pertahankan

masukan cairan

sedikitnya 3 L

kecuali dikontra

indikasikan.

Nikotin bertindak

sebagai stimulant

usus.

Mencegah

merangsang usus

dan distensi

abdomen.

Meningkatkan

nutrisi adekuat.

Menurunkan

spasme dan

motilitas usus.

Mencegah

hipovolemia.

2.Hipertermi

berhubungan

dengan proses

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

1. Observasi suhu

tiap 2 jam

Mengetahui

perkembangan

suhu tubuh pasien

Page 12: lp hiv aids

infeksi

ditandai

dengan

peningkatan

suhu tubuh

( suhu tubuh >

37 5º C)

selama 3x24 jam

diharapkan suhu

tubuh dalam batas

normal .

K.E:

- Suhu tubuh

36-37º C

- Klien merasa

nyaman tanpa

rasa panas

2. Beri kompres

hangat di daerah

pembuluh darah besar

3. Delegatif

pemberian antipiretik

dan antibiotika.

4. Kolaborasi untuk

pemeriksaan

laboratorium

Memberi

rangsangan pada

hipotalamus

Antipiretik untuk

menurunkan suhu

dan antibiotika

untuk membunuh

kuman.

Mengidentifikasi

penyebab

3.Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan diare

kronis

ditandai

dengan turgor

kulit

buruk,penurun

an produksi

urin

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan

kekurangan

volume cairan

dapat diatasi.

K.E:

- Membran

mukosa lembab

- Turgor kulit

membaik

- TTV satbil

- Pengeluaran

urin 400 cc/24

jam

1. Kaji status

kulit,turgor dan

selaput lender

2. Kaji status hidrasi

dan catat intake dan

out put

3. Kaji keseimbangan

elektrolit dan

observasi sesuai

kebutuhan.

Mengetahui derajat

kehilangan cairan

Memberi informasi

tentang

keseimbangan

cairan dan fungsi

ginjal sebagai

pedoman

pemberian cairan.

Diare dan muntah

berlebihan diikuti

oleh kehilangan

elektrolit.

Page 13: lp hiv aids

4. Pantau pemasukan

oral dan memasukkan

cairan sedikitnya

2500ml/hari.

5. Pantau tanda-tanda

vital

6. Delegatif

pemberian cairan

/elektrolit IV

7. Pantau

pemeriksaan lab

sesuai indikasi :

elektrolit,bun/sc

Mempertahankan

keseimbangan

cairan ,mengurangi

rasa haus dan

melembabkan

membran mukosa

Sebagai indikator

dari volume cairan

sirkulasi

Mencukupi

kebutuhan cairan.

Sebagai

kewaspadaan

terhadap gangguan

elektrolit dan fungsi

ginjal.

4.Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan

peningkatan

produksi

mukus

ditandai

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan

bersihan jalan

nafas membaik.

K.E:

- Frekuensi nafas

1. Kaji dan laporkan

tanda dan gejala

perubahan status

pernafasan:

takipnea,penggunaan

otot aksesori,batuk,

warna dan jumlah

sputum,bunyi nafas

abnormal,warna kulit

Menunjukan fungsi

pernafasan

abnormal.

Page 14: lp hiv aids

dengan

adanya

sputum,ronchi

(+)

normal ( 20x/mt)

- Bunyi nafas

normal

- Sputum

berkurang bahkan

hilang

- Paru bersih

abu-abu/sianotik,

gelisah,konfusi atau

somolen.

2. Dapatkan sampel

sputum untuk kultur

yang diprogramkan

oleh dokter dan

berikan anti

mokrobial sesuai

ketentuan.

3. Berikan perawatan

paru : batuk

efektif,nafas dalam,

drainase postural

dan vibrasi setiap 2

sampai 4 jam

4.Bantu pasien dalam

mengambil posisi

fowler tinggi atau

semi

5. Lakukan tindakan

untuk menurunkan

viskositas sekresi :

a. Mempertahankan

masukan cairan

sedikitnya 3L per

hari ecuali

Membantu dalam

identifikasi

organisme

patogenik.

Mencegah stasis

sekresi dan

meningkatkan

bersihan jalan

nafas.

Memudahkan

bersihan jalan nafas

dan pernafasan.

Memudahkan

ekspektorasi sekresi

.mencegah stasis

ekskresi

Page 15: lp hiv aids

dikontraindikasika

n.

b. Lembabkan udara

yang

diinspirasikan

sesuai ketentuan

dokter.

c. Konsulkan dengan

dokter mengenai

penggunaan agens

mukolitik yang

diberikan melalui

nebulezer

7.Lakukan

pengisapan trakel

sesuai kebutuhan .

8.Delegatif

pemberian terapi

oksigen sesuai

ketentuan

Membuang sekresi

bila pasien tidak

dapat

melakukannya.

Meningkatkan

avaibilitas oksigen.

5. Pola nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan

obstruksi

endotrakeal

ditandai

dengan

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan pola

nafas efetif dapat

dipertahankan.

K.E:

1. Auskultasi bunyi

nafas,tandai daerah

paru yang mengalami

penurunan

/kehilangan ventilasi

dan

munculnya bunyi

adventius : ronchi,

Memperkirakan

adanya

perkembangan

komplikasi /infeksi

pernafasan.

Page 16: lp hiv aids

dispnea - Sianosis (-)

- Frekuensi nafas

normal (20x/mt)

- Bunyi nafas

normal

mengi,krekels

2. Catat kecepatan /

kedalaman

pernafasan ,sianosis,p

enggunaan otot

aksesori dan

munculnya dispnea.

3. Beri posisi fowler

4. Berikan periode

istirahat yang

cukup ,pertahankan

lingkungan tenang.

5. Delegatif

pemberian O2 dan

obat-obatan sesuai

indikasi

Takipnea,sianosis ,

tak dapat

beristirahat dan

peningkatan nafas

menunjukan

kesulitan

pernafasan dan

adanya kebutuhan

untuk

meningkatkan

pengawasan /

intervensi medis.

Meningkatakan

fungsi pernafasan

yang optimal.

Menurunkan

konsumsi O2..

Mempertahankan

ventilasi

/oksigenasi efektif.

Page 17: lp hiv aids

6. Perubahan

nutrisi kurang

dari

kebutuhan

berhubungan

dengan

penurunan

masukan oral

ditandai

dengan

adanya mual

muntah , nyeri

pada mulut,

tidak nafsu

makan porsi

makan tidak

habis,penurun

an BB,massa

otot menurun

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 7x24 jam

diharapkan terjadi

perbaikan status

nutrisi

K.E:

- Melaporkan

peningkatan nafsu

makan

- Porsi makan

habis

- BB tidak turun

1. Kaji terhadap

malnutrisi dengan

mengukur tinggi dan

berat

badan,usia,protein

serum, albumin,

hemoglobin dan

pengukuran

antropometri.

2. Kaji riwayat diet

termasuk makanan

yang disukai dan

tidak disukai serta

intoleransi makanan

3.Kaji faktor-faktor

yang mempengaruhi

masukan oral:

kemampuan

mengunyah,

merasakan,menelan.

4. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk diet

kalori tinggi.

5. Kurangi faktor

yang membatasi

masukan oral :

a. Dorong pasien

Memberikan

pengukuran

obyektif terhadap

status nutrisi.

Memastikan

kebutuhan terhadap

pendidikan

nutrisi ,membantu

intervensi

individual.

Memberikan dasar

dan arahan untuk

intervensi.

Memudahkan

perencanaan

makanan.

Meminimalkan

Page 18: lp hiv aids

istirahat sebelum

makan

b. Rencanakan

makan sehingga

jadwal makan

tidak terjadi

segera setelah

prosedur yang

menimbulkan

nyeri atau tidak

enak.

c. Dorong pasien

untuk makan

dengan orang

terdekat bila

mungkin.

d. Beri makan

sedikit tapi

sering.

e. Batasi cairan 1

jam sebelum

makan dan pada

saat makan.

keletihan yang

dapat menurunkan

nafsu makan.

Menurunkan

rangsang

mencemaskan.

Membatasi isolasi

sosial dan

meningkatakan

nafsu makan.

Mengurangi mual

dan mencegah

pasien terlalu

kenyang..

Mencegah pasien

terlalu kenyang.

Page 19: lp hiv aids

6. Delegatif tentang

pemberian antiemetik

,suplemen vitamin,

anti jamur dan nutrisi

parentral,enteral.

7.Timbang BB sesuai

kebutuhan

Mengurangi

muntah,meningkat

kan fungsi

gaster,mengatasi

kandidiasis dan

mencukupi

kebutuhan nutrisi.

Sebagai indikator

kebutuhan nutrisi.

7. Nyeri

berhubungan

dengan efek

sekunder

terhadap lesi

mulut & kulit,

batuk /retraksi

otot dada,

neuropati

perifir

ditandai

dengan

mengeluh

nyeri saat

batuk,sakit

kepala,tampak

meringis.

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan nyeri

berkurang bahkan

hilang.

K.E:

- Ekspresi wajah

rileks

- Skala nyeri 3

- Dapat

istirahat/tidur

dengan adekuat

1. Kaji

lokasi,lamanya

intensitas

( skala 0-10) ,

penyebaran dan

perhatikan tanda-

tanda non verbal :

perubahan

TD,HR,gelisah.

2. Dorong

pengungkapan

perasaan.

3. Jelaskan penyebab

nyeri dan pentingnya

melaporkan

Membantu

mngevaluasi

sumber dan lokasi

stimulus.

Dapat mengurangi

ansietas dan rasa

takut sehingga

mengurangi

persepsi akan

intensitas rasa sakit.

Membantu

penanganan

terhadap nyeri dan

Page 20: lp hiv aids

perubahan dan

karakteristik nyeri

4. Lakukan tindakan

paliatif :pengubahan

posisi,masase

5. Motivasi

melakukan tehnik

distraksi dan

penggunaan nafas

dalam.

6. Delegatif

pemberian analgetik

komplikasinya.

Meningkatkan

relaksasi

/menurunkan

ketegangan otot.

Mengalihkan

perhatian dari nyeri

dan membantu

relaksasi otot.

Mengurangi nyeri

8. Perubahan

proses pikir

berhubungan

dengan

penurunan

fungsi

kognitif,

perilaku,

motorik yang

menyertai

ensefalopati

HIV ditandai

dengan

gangguan

daya

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

selama 5x24 jam

diharapkan

perubahan proses

pikir terpantau.

K.E:

- Tanda-tanda

infeksi SSP

terlaporkan

- orientasi dalam

realita

1. Kaji status mental

dan neurologis

2. Catat perubahan

dalam

orientasi,respon

terhadap

rangsang ,kemampua

n untuk memecahkan

masalah,ansietas,

perubahan pola tidur,

halusinasi dan ide

paranoid.

Menetapkan tingkat

fungsional pada

waktu penerimaan .

Mewaspadakan

perawat pada

perubahan status

yang dihubungkan

dengan infeksi SSP

yang makin

buruk,stressor

lingkungan,tekanan

fisiologis,efek

samping terapi

obat.

Page 21: lp hiv aids

ingat,kebingu

ngan. 3. Pertahankan

lingkungan yang

menyenangkan.

4. Pantau adanya

tanda-tanda infeksi

SSP : demam,sakit

kepala,kaku kuduk

5. Dorong orang

terdekat untuk

bersosialisasi dan

berikan reorientasi

dengan berita

aktual,kejadian dalam

Memberikan

rangsangan,

lingkungan normal

akan membantu

dalam

mempertahankan

orientasi realita.

Gejala SSP

dihubungkan

dengan

meningitis/ensefali-

tis diseminata yang

mungkin dapat

menimbulkan

perubahan

kepribadian yang

tidak kelihatan

sampai kekacauan

mental,peka

rangsang,mengantu

k,pingsan,kejang

dan dimensia.

Hubungan yang

biasa sering kali

akan berguna dalam

membantu

mempertahankan

Page 22: lp hiv aids

keluarga

6. Kolaborasi

pemeriksaan

diagnostik dan

berikan obat-obatan

sesuai petunjuk.

orientasi terutama

jika pasien

mengalami

halusinasi.

Pilihan tes/

pemeriksaan

tergantung

manifestasi

klinis ,sesuai

dengan perubahan

status mental yang

akan merefleksikan

berbagai faktor

penyebab.Pengguna

an obat dengan

waspada dapat

membantu

mengatasi

masalah :

halusinasi.

K. REFRENSI