laporan_pendahuluan_bblr

Upload: esa-rosyida-umam

Post on 08-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI DENGAN BBLR

A. DEFINISIBeberapa pengertian tentang bayi baru lahir rendah (BBLR), menurut pantiawati (2010, h.1) mengatakan BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan, sedangkan menurut Surasmi et all (2003, h.30) mengatakan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Low birthweight has been defined by the World Health Organization (WHO) as weight at birth of less than 2,500 grams (5.5 pounds) (Unicef & WHO 2004, h.1).Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut: Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg). Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 41 mg). Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih).Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan:1. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang terbagi dalam :* Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).* Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK).* Neonatus lebih bulan kecil untuk masa kehamilan (NLB KMK).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram tanpa memandang masa kehamilannya. B. ETIOLOGIPenyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur (Pantiawati 2010, h.4). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan BBLR menurut pantiawati (2010, hh.4-5) dan Surasmi et all (2003, hh.31-32) antara lain sebagai berikut :1. Faktor Ibua. Penyakitpenyakit yang yang berpengaruh seperti toksemia gravidarum (Preeklamsia dan ekslamsia), perdarahan antepartum, trauma fisik, diabetes melitus, tumor, penyakit akut dan kronis.b. taruma pada masa kehamilan antara lain fisik (misal jatuh) dan psikologis (stres)c. ibu dengan faktor BBLR sebelumnya.d. usia ibuusia yang dapat beresiko terjadinya BBLR diantaranya usia kurang dari 16 tahun dan usia lebih dari 35 tahun, dan ibu dengan multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.e. keadaan sosialkeadaan sosial yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR adalah golongan sosial ekonomi rendah dan perkawinan yang tidak sah, keadaan gizi yang kurang baik, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, dan pengawasan antenatal yang kurang.f. sebab lainsebab lain yang dapat berpengaruh pada BBLR adalah ibu yang perokok, peminum alkohol dan pemakai narkotik.2. faktor janina. hidramnoin.b. kehamilan gandac. ketuban pecah dinid. cacat bawaaane. infeksi (rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)f. insufisiensi plasentag. inkopantibilitas darah ibu dan janin.3. Faktor plasentaa. plasenta previab. solusio plasentac. sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)d. tumor (molahidatidosa)e. luas permukaan berkurangf. adanya plasentitis villus (bakteri, virus, dan parasit)4. Keadaan sosial ekonomi yang rendah5. Kebiasaan6. Idiopatik

Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Menurut harapan hidupnya 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram. 2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram. 3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. b. Menurut masa gestasinya 1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). 2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

C. TANDA DAN GEJALAmenurut Proverawati (2010, h.2) mengatakan bahwa tanda dan gejala dari BBLR adalah1. Berat kurang atau sama dengan 2500 gram2. Panjang kurang dari 45 cm3. Lingkar dada kurang dari 30 cm4. Lingkar kepala kutrang dari 33 cm5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu6. Kepala lebih besar 7. Kulit tipis, transparan, lambut lanugo banyak, lemak kurang8. Otot hipotonik lemah9. Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea10. Kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40 50x/menit11. Nadi 100-140x/menit12. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya13. Tumit mengkilap, telapak kaki halus14. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labio mayora, klitoris menonjol (Bayi perempuan) dan testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)15. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah16. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah17. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang

D. PATOFISIOLOGIMenurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi.

E. PEMERIKSAAN FISIK dan PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. PEMERIKSAAN FISIKa. Reflek misalkan moro, menggenggam, dan menghisap.b. Tonus Aktivitasc. Kepalad. Matae. THT (telinga dan mulut)f. Abdomeng. Toraksh. Paru-parui. Jantungj. Ekstermitask. Umbilikusl. Genetaliam. Anusn. Spinao. Kulitp. Suhu

2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ). c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. g. Pemeriksaan Analisa gas darah (Sitohang 2004, h.5).

F. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR menurut Pantiawati (2010, hh.55-56) dan Proverawati at all (2010, hh.31-35) antara lain:a. Medikamentosapemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau peroral 2 mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir 3-10 hari dan umur 4-6 minggu) (Pantiawati 2010, h.55).b. Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan Intake NutrisiPengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan asupan nutrisi, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Asupan nutrisi misalnya air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI merupakan makanan paling utama sehingga ASI didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak bisa untuk menghisap. Bila faktor menghisapnya kurang, ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok dengan perlahan atau dengan memasang sonde ke lambung (Proverawati 2010, h.33).Pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khususnya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat untuk menghisap dan sianosis ketika minum dapat melalui botol atau menete pada ibunya dengan melalui nasogastrik tube (NGT). Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan yang lebih rendah. Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang (Proverawati 2010, h.33).c. Mempertahankan suhu tubuh bayiPada bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas dan menjadi hipotermia, karena pengaturan pusat panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh akrena itu, bayi prematur haris dirawat di dalam inkubator, sehingga pnas badannya mendekati dalam rahim.BBLR dirawat dalam inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembabannya agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur. Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi hiperoksia yang dapat menyebabkan hiperoplasia retrorental dan fibroplasis paru. bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui tudung kepala dengan alat CPAP (continues positif airway preasurre) atau dengan endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang aman dan stabil.

d. Pencegahan infeksibayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusst, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan aseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien, mengatur kunjungan menghindari perawatan yang terlalu lama dan pemberian antibiotik yang tepat. bayi prematur mudah sekali terinfeksi, karena daya tahan tubuhnya masih lemah, kemampuan leokosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. oleh karena itu upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi BBLR.e. Penimbangan berat badanperubahan berat badan mencerminkan kondisi nutrisi bayi dan eratnya kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh karena itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.f. Pemberian oksigenekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan. konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30 35%. konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa panjang akan menyebabkan kerussakan pada jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.g. Pengawasan jalan nafasjalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakhea, alveoli, bronkhiolus, bronkheolus respiratorius dan duktus alveolus ke alveoli. terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan kematian.

G. PENDIDIKAN KESEHATANPendidikan yang dapat diberikan pada klien dan keluarga klien adalah 1. Breast Caremerupakan suatu tindakan dengan melakukan beberapa pemijatan, menjaga kebersihan serta tindakan-tindakan pada kelainan payudara, sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat menyusui.a. Tahap-tahap cara perawatan payudara1) Langkah-langkah membersihkan puting susu meliputi :a) Ibu duduk bersandarb) Buka pakaian atasc) Letakan handuk di bawah payudarad) Kapas dibasahi dengan baby oile) Kedua puting susu dibasahi dengan kapas yang sudah dibasahi dengan baby oil selama 3-4 menit.f) kapas digosok-gosok di sekitar puting susu untuk mengangkat kotorang) Kedua tangan dibasahi dengan baby oil dan lakukan pemijatan2) Cara-cara pemijatan pada perawatan payudaraa) Tuangkan minyak atau baby oil secukupnya.b) Kedua telapak tangan berada di antara kedua belah payudara lalu diurut dari atas ke samping lalu kebawah dan menuju ke puting susu dengan mengangkat payudara perlahan-lahan, pemijatan dilakukan 30 kali.c) Telapak tangan kiri menyokong payudara sebelah kiri dan tangan kanan dengan sisi kelingking mengurut payudara mulai dari pangkal dada kearah puting susu, demikian dengan payudara sebelah kanan dan dilakukan sebanyak 30 kali.d) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, payudara kanan dengan tangan kanan, 2 atau 3 jari tangan berlawanan membuat pemutaran sambil ditekan, dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu, setiap payudara kali gerakan.

3) Pengompresan pada cara perawatan payudaraPengompresan pada cara perawtan payudara adalah kompreslah payudara dengan waslap dingin selama 5 menit, sekalian untuk membersihkan payudara dari minyak.

2. Memeras ASIManfaat memeras ASI adalaha. Mengurangi bengkak pada payudara.b. Mengurangi sumbatan atau ASI statis.c. Sambil diberi ASI perah, bayi belajar menyusu dari puting yang terbenam.d. Bayi yang mengalami kesulitan dalam koordinasi menyusu, dapat diberi ASI perah terlebih dahulu.e. Bayi yang menolak menyusu, dapat diberi ASI perah dulu, sambil belajar menyukai proses menyusu.f. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang tidak bisa menyusu, dapat diberi ASI perah.g. Bayi yang sakit dapat diberi ASI perah, ketika tidak mendapat ASI yang cukup dari kegiatan menyusu langsung pada ibu.h. Mempertahankan pasokan ASI ketika bayi atau ibunya sakit.i. Ketika ibu bekerja, bayi tetap mendapat ASI yang diperah.j. Mencegah ASI menetes ketika ibu jauh dari bayinya.k. Membantu bayi melekat pada payudara yang penuh.l. Memberi ASI langsung ke mulut bayi, dengan cara diperah.m. Mencegah puting dan areola menjadi kering dan lecet.

H. NURSING CARE PLANNING (NCP)Diagnosa Keperawatan : 1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paruTujuan : Pola nafas yang efektifKriteria :a. Kebutuhan oksigen menurunb. Nafas spontan, adekuatc. Tidak sesakd. Tidak ada retraksi dadaRencana Tindakan :a. Berikan posisi kepala sedikit ekstensib. Berikan oksigen dengan metode yang sesuaic. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktanTujuan : menunjukan pertukaran gas adekuatKriteria :a. Tidak sianosis.b. Analisa gas darah normalc. Saturasi oksigen normal.Rencana Tindakan :a. Lakukan isap lendir kalau perlub. Berikan oksigen dengan metode yang sesuaic. Observasi warna kulitd. Ukur saturasi oksigene. Observasi tanda-tanda perburukan pernafasanf. Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasang. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darahh. Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolitTujuan : menunjukan tidak ada gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Kriteria:a. Turgor kulit elastikb. Tidak ada edemac. Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jamd. Elektrolit darah dalam batas normalRencana Tindakan :a. Observasi turgor kulit.b. Catat intake dan outputc. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolitd. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuatTujuan : Menunjukan pemenuhan nutrisi yang adekuatKriteria :a. Berat badan naik 10-30 gram / harib. Tidak ada edemac. Protein dan albumin darah dalam batas normalRencana Tindakan :a. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepatb. Observasi dan catat toleransi minumc. Timbang berat badan setiap harid. Catat intake dan outpute. Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkunganTujuan : Suhu bayi stabilKriteria :a. Suhu 36,5 0C -37,2 0Cb. Akral hangatRencana Tindakan :a. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.b. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panasc. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlud. Ganti popok bila basah

6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskulerTujuan : Menujukan perfusi jaringan baikKriteria :a. Tekanan darah normalb. Pengisian kembali kapiler