laporan tutorial_sken i_pinggangku nyeri_balqis, dr

38
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO 1 PINGGANGKU NYERI KELOMPOK 6 1. Achmad Nurul H. (G0011003) 2. Adya Sitaresmi (G0011005) 3. Atika Sugiarto (G0011043) 4. Dzulfiar N. U. (G0011079) 5. Ery Radiyanti (G0011085) 6. Fery Ardi K. (G0011091) 7. Ratna Sariyatun (G0011165) 8. Rezza Dwi Haryanto (G0011169) 9. Rifqi Hadyan (G0011171) 10. Rizqa Febriliany P. (G0011183) TUTOR

Upload: bayu-praasetyo

Post on 09-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK MUSKULOSKELETAL

SKENARIO 1

PINGGANGKU NYERI

KELOMPOK 6

1. Achmad Nurul H. (G0011003)

2. Adya Sitaresmi (G0011005)

3. Atika Sugiarto (G0011043)

4. Dzulfiar N. U. (G0011079)

5. Ery Radiyanti (G0011085)

6. Fery Ardi K. (G0011091)

7. Ratna Sariyatun (G0011165)

8. Rezza Dwi Haryanto (G0011169)

9. Rifqi Hadyan (G0011171)

10. Rizqa Febriliany P. (G0011183)

TUTOR

Balqis, dr., M.Sc., CM, FM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2011

Page 2: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario Pinggangku Nyeri

Seorang perempuan berusia 76 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri

pada pinggangnya, terutama bila untuk berdiri, berjalan, atau perubahan posisi.

Keluhan ini timbul sejak 4 bulan yang lalu, yang muncul tiba-tiba dan semakin lama

bertambah nyeri.

Hasil pemeriksaan dokter, didapatkan adanya punggung Dowager, xyphosis. Hasil

foto rontgen adalah didapatkan adanya fraktur kompresi di L2-L3, dan pernah

dilakukan pemeriksaan BMD. Kemudian direncanakan pemeriksaan lanjutan yaitu

asam urat, faktor rematoid, CRP, dan DEXA. Dokter kemudian memberikan obat

analgesik dan menyarankan untuk fisioterapi ke bagian Rehabilitasi Medis.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang muncul dari skenario di atas meliputi:

1. Perempuan 76 tahun

2. Keluhan nyeri pada pinggangnya, terutama untuk berdiri, berjalan, atau

perubahan posisi

3. Keluhan timbul sejak 4 bulan yang lalu, muncul tiba-tiba dan semakin

lama bertambah nyeri

4. Hasil pemeriksaan dokter: punggung Dowager, xyphosis

5. Hasil foto rontgen: fraktur kompresi di L2-L3

6. Pernah dilakukan pemeriksaan BMD

7. Pemeriksaan lanjutan: asam urat, faktor rematoid, CRP, dan DEXA

8. Pasien diberi obat analgesik

9. Pasien disarankan untuk fisioterapi ke bagian Rehabilitasi Medis

C. Rumusan Analisis Masalah

Dari masalah yang telah ditentukan, dapat dibuat analisis masalah sebagai

berikut:

1. Anatomi dan fisiologi vertebrae lumbalis

2. Proses osteogenesis

3. Mekanisme nyeri, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, asal nyeri

pinggang dalam skenario

4. Macam-macam kelainan sendi

2

Page 3: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

5. Penyebab dan jenis-jenis fraktur, hubungan fraktur dengan punggung

Dowager dan xyphosis

6. Kaitan waktu 4 bulan yang lalu dengan penyakit di skenario

7. Diagnosis banding dan diagnosis pasti

8. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan

9. Epidemiologi

10. Macam-macam obat analgesik

11. Terapi farmakologi dan non farmakologi

D. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi vertebrae lumbalis

2. Mengetahui proses osteogenesis

3. Mengetahui mekanisme nyeri dan faktor-faktor yang mempengaruhi

nyeri

4. Mengetahui macam-macam kelainan sendi

5. Mengetahui penyebab fraktur, jenis-jenis fraktur, dan hubungan fraktur

dengan punggung Dowager dan xyphosis

6. Mengetahui kaitan waktu dengan penyakit di skenario

7. Mengetahui diagnosis banding dan diagnosis pastinya

8. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

diperlukan untuk menentukan diagnosis

9. Mengetahui epidemiologi penyakit di skenario

10. Mengetahui macam-macam obat analgesik

11. Mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi untuk penyakit di

skenario

E. Manfaat Penulisan

Mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi vertebrae lumbalis

2. Menjelaskan proses osteogenesis

3. Menjelaskan mekanisme nyeri dan faktor-faktor yang mempengaruhi

nyeri

4. Menjelaskan macam-macam kelainan sendi

5. Menjelaskan penyebab fraktur, jenis-jenis fraktur, dan hubungan fraktur

dengan punggung Dowager dan xyphosis

6. Menjelaskan kaitan waktu dengan penyakit di skenario

3

Page 4: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

7. Menjelaskan diagnosis banding dan diagnosis pastinya

8. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

diperlukan untuk menentukan diagnosis

9. Menjelaskan epidemiologi penyakit di skenario

10. Menjelaskan macam-macam obat analgesik

11. Menjelaskan terapi farmakologi dan non farmakologi untuk penyakit di

skenario

4

Page 5: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

BAB II

PEMBAHASAN

1. Klarifikasi istilah

- Punggung Dowager : kifosis dorsalis karena fraktur pada vertebralis

- Xhyposis : kelengkungan pada kurvatura torakal tulang

belakang yang berlebihan seperti yang terlihat dari samping

- Nyeri : pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

mengenakkan karena kerusakan jaringan, bersifat subjektif untuk tiap orang

- Pemeriksaan BMD : Bone Marrow Density, pemeriksaan yang digunakan

untuk mengukur mineral tulang.

- Fraktur : patah, retak, lepasnya kontinuitas dari tulang itu

sendiri maupun tulang dengan kompresinya.

- DEXA : Dual-Energy X-ray Absorptiometry, menggunakan

dua sinar-X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang

belakang dan pangkal paha, termasuk salah satu metode pemeriksaan BMD

- CRP : C-Reactive protein, protein yang mengindikasikan

luasnya jaringan yang rusak, kadarnya meningkat pada infeksi akut.

Harga rujukan : Normal : ≤ 10 mg/L ; Inflamasi > 10 mg/L

- Faktor rheumatoid : autoantibodi terutama IgM yang berikatan dengan

IgG membentuk kompleks imun. FR meningkat ada kelainan sendi

seperti pada OA

- Fisioterapi : pelayanan kesehatan untuk mengembalikan fungsi

tubuh.

- Asam urat : produk metabolism purin melalui katalisin Xantin

oleh Xantin oksidase

- Analgesik : obat-obatan yang memiliki efek mampu mengurangi

maupun menghilangkan nyeri seperi aspirin, para amino fenol, antalgin,

ibuprofen, dll

- Fraktur kompresi : jenis fraktur karena kompresi/penekanan oleh dua

tulang yang menumbuk tulang diantara keduanya.

- Rehabilitasi medis : tindakan perbaikan medis yang bertujuan untuk

memperbaiki kualitas hidup.

5

Page 6: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

2. A) Anatomi dan fisiologi vertebrae lumbalis

a. Vertebrae

Vertebrae merupakan tulang-tulang pendek yang berderet-deret membentuk

suatu tiang yang disebut: Columna vertebralis atau tulang punggung.

Menurut daerah dari badan dikenal beberapa vertebrae:

1. Vertebrae Cervicales di daerah leher jumlahnya ada 7 buah.

2. Vertebrae Thoracales di daerah dada jumlahnya ada 12 buah.

3. Vertebrae Lumbales di daerah pinggang jumlahnya ada 5 buah.

4. Vertebrae Sacrales di daerah kelangkang, jumlahnya di embrio ada 5,

akan tetapi pada dewasa sudah menulang menjadi satu tulang yang

disebut Os Sacrum.

5. Vertebrae Coccygeae di daerah ekor yang jumlahnya ada 3-6 buah. Ini

merupakan ruas-ruas ekor.

Columna vertebralis merupakan pilar

utama tubuh dan berfungsi

menyangga cranium, gelang bahu,

ekstremitas superior, dan dinding

thorax serta melalui gelang panggul

meneruskan berat badan ke

ekstremitas inferior. Di dalam

rongganya terdapat medulla spinalis,

radix nervi spinales, dan lapisan

penutup meningen, yang dilindungi

oleh columna vertebralis.

Vertebrae tipikal tersusun atas 2

bagian pokok, yaitu: corpus,

merupakan segmen ventral dan arcus vertebralis, merupakan segmen dorsal yang

keduanya melingkupi suatu ruangan yang disebut foramen vertebralis. Antara corpus

vertebrae yang saling berurutan dihubungkan dengan jaringan fibrocartilagenia yang

disebut discus intervertebralis. Discus ini berfungsi untuk meredam benturan.

A. Vertebrae Lumbalis

6

Page 7: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Vertebrae lumbalis jumlahnya ada

5 buah dan merupakan ruas-ruas

terbesar dengan sifat-sifat umum:

a.Corpus besar, tebal, kuat,

berbentuk seperti ginjal yang

melintang. Dataran ventral lebih

tinggi dari dataran dorsal (lordosis

lumbalis).

b. Pediculus kuat mengarah

ke belakang.

c.Lamina tebal.

d. Foramen vertebrale

berbentuk segitiga.

e.Processus transversus pendek,

kuat, dan pada

basisnya/pangkalnya mempunyai

tonjolan kecil yang disebut

processus accessorius.

f. Processus spinosus kuat tetapi pendek, rata, berbentuk segiempat dan

mengarah ke belakang. Pada processus articularis superior dan inferior telah

membelok antara bidang frontal dan bidang sagital. Di ujung lateral daripada

processus articularis superior terdapat tonjolan kecil yang disebut processus

mamillaris.

g. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan

facies articularis inferior menghadap ke lateral.

h. Vertebrae lumbalis tidak mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan

costae dan tidak ada foramina pada processus transversus.

Ciri-ciri vertebrae lumbal V:

a. Bagian ventral corpus lebih rendah daripada bagian dorsal.

b. Processus spinosusnya lebih kecil

c. Kadang-kadang dalam pertumbuhannya vertebrae lumbal V melekat pada os

sacrum.

7

Page 8: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Pada regio cervical dan

lumbal, discus

intervertebralis terletak

paling tebal, karena regio

tersebut merupakan tempat

dimana banyak terjadi

gerakan. Discus

intervertebralis berfungsi

untuk meredam benturan.

Discus ini terdiri atas dua bagian, yaitu annulus fibrosus di bagian tepi dan nucleus

pulposus di bagian pusat. Bila ada tekanan yang terlalu kuat maka nucleus pulposus

dapat keluar (herniasi nucleus pulposus).

C) Mekanisme Nyeri

- Mekanisme nyeri, Asal nyeri pinggang, faktor memperberat dan

memperingan

A. Mekanisme Nyeri

Merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan

jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus

noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini

berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus

dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem

nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang

membantu perbaikan jaringan yang rusak.

Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan

kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non-

noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan

menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan

dan menghilangkan respon inflamasi. Timbulnya nyeri ini terjadi melalui

sensitasi perifer maupun sensitasi pusat.

a) Sensitisasi Perifer

8

Page 9: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Cidera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya

perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak

akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat,

ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin,

chemokine dan growth factor. Beberapa komponen diatas akan

langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen

lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif

terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers) Komponen

sensitisasi, misalnya prostaglandin E 2 (PGE2) akan mereduksi ambang

aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan

cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen

yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan,

penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak

akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan

menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan

sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi.

b) Sensitisasi Sentral

Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari

nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu

oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity dependent),

kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription

dependent). Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas

sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan

input (kerusakan jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan

jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masif kedalam

9

Gambar: Mekanisme sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral

Page 10: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf didalam medulla

spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini akan menyebabkan

munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus non-noksius dan pada

daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan menjadi lebih sensitif

terhadap rangsangan nyeri.

c) Nosiseptor (Reseptor Nyeri)

Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot,

persendian, viseral dan vaskular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung

jawab terhadap kehadiran stimulus noksius yang berasal dari kimia,

suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal,

nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi

yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus (resting).

Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak (skrining fungsi) ke SSP

untuk interpretasi nyeri.

Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda.

Nosiseptor C tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada

stimulus panas atau dingin, dimana yang lainnya bereaksi pada

stimulus yang banyak (kimia, panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta

mempunyai aktivitas nociceptor-like. Serat –serat sensorik

mekanoreseptor bisa diikutkan untuk transmisi sinyal yang akan

menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi inflamasi dan

produkproduknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar

karena sentuhan ringan) dihasilkan mekanoreseptor A-beta. Nosiseptor

viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya sebagai

reseptor nyeri karena organ dalam jarang terpapar pada keadaan yang

potensial merusak.

d) Perjalanan Nyeri (Nociceptive Pathway)

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis

kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang

merefleksikan empatproses komponen yang nyata yaitu transduksi,

transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat

diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex

cerebri).

Proses Transduksi

10

Page 11: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Mulai timbulnya rangsangan. Hal ini sangat berhubungan dengan

sensitasi perifer

Proses Transmisi

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan

proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer

ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi

sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan

sebagian ke traktus spinoretikularis.

Modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat

(medulla spinalis dan otak).

Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses

tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan

menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi

nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks

sebagai diskriminasi dari sensorik.

B. Asal nyeri pinggang

Ditinjau dari struktur anatomi dan histologi di region pinggang, nyeri bisa

berasal dari:

1. Tulang-tulang lumbalis

Pada periosteum terdapat persarafan dan vaskularisasi sebagai tempat

awal nyeri. Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan

kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga

dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar

kartilago. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri.

Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar

tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang

berkembang. Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).

2. Muskulus-muskulus yang membungkus tulang-tulang di pinggang

Pada sarcolemma dan membrane dalam otot terdapat neuromuskuler

junction

3. Saraf

Diduga serabut-serabut saraf di sekitar pinggang terhimpit saat kompresi

11

Page 12: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

4. Sendi

Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat

sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine

bursitis dan sindrom iliotibial band. Pada penelitian dengan

menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul

diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema

sumsum tulang ( Felson, 2008).

C. Faktor yang memperberat dan memperingan

Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri multifactorial bisa

karena umur, jenis kelamin, persepsi, lama nyeri, lokasinya dan semuanya

bersifat subjektif.

D) Macam-macam kelainan sendi

Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi

untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi fit tulang dan sendi,

manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini

adalah beberaa bentuk kelainan / gangguan tulang dan sendi.

A. Kelainan / Gangguan Pada Tulang Belakang / Spinal Manusia

1. Kiposis / Kyphosis

Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang

belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi

terlihat bongkok

2. Lordosis

Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang

belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi

terlihat bongkok ke belakang.

3. Skoliosis / Scoliosis / Skeliosis

Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang

belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat

penderita bungkuk ke samping.

4. Sublubrikasi

Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang

menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri

atau ke kanan.

12

Page 13: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

B. Kelainan / Gangguan Pada Sendi Manusia

1. Keseleo / Terkilir / Sprained

Terkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi

yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya

kesleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian

yang keseleo.

2. Dislokasi / Dislocation

Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi

pergeseran dari kedudukan awal.

3. Artritis / Arthritis

Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang

terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal

adalah rematik.

4. Ankilosis / Ankylosis

Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat

digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.

C. Kelainan/Gangguan Retak Tulang / Patah Tulang / Fraktura / Fracture

Fraktura tulang adalah ratak tulang atau patah tulang yang umumnya terjadi

akibat benturan, kelebihan beban, tekanan, dan lain sebagainya. Fraktura

tulang sederhana yaitu keretakan tulang yang tidak melukai organ-organ

yang ada di sekelilingnya. Fraktura kompleks adalah keretakan tulang yang

menyebabkan luka pada organ di sekitarnya.

D. Kelainan / Gangguan Fisiologik

1. Mikrosefalus / Microcephalus

Mikrosefalus adalah kelainan pertumbuhan terkorak kepala yang

menyebabkan kepala penderita terlihat lebih kecil dari normal.

2. Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang rapuh. keropos dan mudah patah.

Umumnya osteoporisis disebabkan oleh hormon jantan / betina yang kurang

sempurna atau akibat kekurangan asupan kalsium untuk tulang.

3. Rakitis / Rachitis / Rakhitis

Rakitis adalah penyakit tulang yang terjadi akibat kurang vitamin D sehingga

umumnya menyebabkan bentuk tulang kaki bengkok membentuk huruf O

atau X.

13

Page 14: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

E) Penyebab dan jenis-jenis fraktur, hubungan fraktur dengan punggung

Dowager dan xyphosis

Fraktur kompresi yaitu fraktur dimana tulang mengalami kompresi khususnya

pada tulang belakang. Hal ini terjadi akibat adanya gaya kompresi yang

disalurkan sepanjang sumbu kolumna vertebralis, lebih sering mengenai

vertebra servicalis dan lumbalis karena sumbu vertebralis lurus.

Tulang yang rapuh dan melemah merupakan penyebab utama terjadinya hal

ini. Ketika tulang rapuh, maka aktivitas sehari-hari dapat memicu terjadinya

fraktur kompresi tulang belakang ringan. Misalnya saja ketika mengangkat

benda sambil membungkuk atau pernah terjatuh. Fraktur-fraktur kecil ini dapat

secara permanen mengubah kekuatan dan bentuk tulang belakang. Selain itu,

juga bisa menyebabkan kehilangan tinggi karena tulang belakang menjadi lebih

pendek. Fraktur kompresi paling banyak terjadi pada bagian depan tulang

belakang, yang menyebabkan bagian depan tulang runtuh dan menciptakan

vertebrae berbentuk baji. Bagian belakang tulang tidak berubah karena terbuat

dari tulang yang lebih keras. Hal Ini menciptakan postur tubuh membungkuk

yang disebut kyphosis, atau punuk dowager.

Xyphosis sendiri yaitu kelengkungan pada kurvatura torakal tulang belakang

yang berlebihan seperti yang terlihat dari samping.

14

Page 15: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

G) Diagnosis banding dan diagnosis pasti

Spondilosis Osteoporosis Rheumatoid arthritis Arthritis

-   Spondilosis merupakan perubahan degenerati spina yang disebabkan oleh osteoarthritis (Dorland, 2010).

-     Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

-   Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit sistemik yang membuat pincang pasien dengan pengrusakan pada kartilago dan tulang secara progresif. Penyakit ini diinisiasi oleh sistem imun, dipertahankan oleh sitokin, dan diakibatkan oleh metalloproteinase.

-   Radang sendi yang disertai nyeri pada persendian, disertai panas, kemerahan, dan pembengkakan.

-   Spondilosis paling sering ditemukan pada usia antara 20-50 tahun. Kelainan ini sering tidak memberikan gejala apapun. Spondilosis dapat menyebabkan nyeri punggung dan leher karena kompresi saraf –kompresi saraf muncul akibat menggembungnya diskus intervertebrae yang mengakibatkan penyempitan lubang dimana serabut saraf akan keluar dari kanal yang terdapat pada vertebrae.

-     Prevalensi osteoporosis pada dewasa berusia 50 tahun atau lebih menurun 50,0% selama periode 1988-1994 dan 2005-2008, dari 12% menjadi 6%, melebihi target Healthy People 2010 yaitu 10%. Osteoporosis menurut kriteria WHO didefinisikan sebagai kadar BMD < -2,5 SD. Sementara kondisi dimana BMD antara -2,5 dan -1 SD disebut dengan osteopenia.

-   RA dimulai dengan inflamasi Arthus-like yang akut pada cairan sinovial, ditandai dengan munculnya faktor rheumatoid IgM dan IgG (anti immunoglobulin) pada serum dan dalam persendian. Antibodi terhadap citrullinated peptides (CP) juga ditemukan pada serum dan persendian. Komplemen diaktivasi di dalam cairan sinovial, dan komponen komplemen yang paling penting adalah anafilatoksin C3a dan C5a. Sel mononuklear dan endotelial yang teraktivasi selama produksi pannus sitokin Th1 dan Th2 muncul pada beragam kondisi dan proporsi. Akhirnya, kartilago akan tererosi akibat aksi metalloproteinase yang disekresi.

-     Penyebab: 1.     Acute arthritis

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang.

2.     Cronic inflammatory arthritis

15

Page 16: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.

3.     Degenerative arthritis / hypertropic arthritis / osteoarthritis

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alcohol akan memperburuk keadaan ini.

4.     Infectious arthritis

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

5.     Lyme arthritis

- Gejalanya: 6.     Menopausal arthritis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala seperti tinggi badan berkurang, bungkuk atau bentuk tubuh berubah, patah tulang, nyeri bila ada patah tulang.

7.     Suppurative arthritis

-     Faktor risiko:

1. Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.

16

Page 17: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

2. Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.

3. Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.4. Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.

5. Riwayat keluarga

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.6. Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.

7. Menopause

17

Page 18: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya.

- Deteksi dini osteoporosis

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak

diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam

mencegah dan mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara dini

untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau belum,

sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah selanjutnya.

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan

mineral tulang adalah sebagai berikut:

a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X

berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang

dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang

dan jaringan lunak yang dibandingkan dengan bagian yang lain.

b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan

hasil modifikasi dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang

anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur

kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang

atau pangkal paha.

c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk

menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang

belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan

dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika

hasilnya mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka

dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds menggunakan

gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya

18

Page 19: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara

melalui udara dan sebagian lagi melalui air.

e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-

scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu

model dari QTC disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur

kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan.

- Pengertian Osteoartritis

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana

keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai

dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya

ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada

tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan

melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi

- Epidemiologi Osteoartritis

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling

umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang

dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut

merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.

Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang

dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria

dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada

lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut

kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden

OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.

- Patogenesis Osteoartritis

Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer

dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak

memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh

penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder,

berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh

inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor

keturunan (herediter), danimmobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer

lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA

sekunder. Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses

19

Page 20: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA

merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan

kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas

diketahui.Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme

perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga

pada akhirnya menimbulkan cedera.

- Tanda dan Gejala Klinis

Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang

dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan

Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan

dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi

gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong

dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin

beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi

kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)

maupun eksentris/salah satu arah gerakan saja (Soeroso, 2006).

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan

dengan pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).

c. Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak

melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu

yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).

d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini

umum dijumpai pada pasien OA lutut.

e. Pembesaran sendi ( deformitas )

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar

f. Pembengkakan sendi yang asimetris

20

Page 21: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi

yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit,

sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).

g. Tanda – tanda peradangan

Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,

rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA

karena adanya synovitis.

h. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien

lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi

tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.

- Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang

terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik

( Soeroso, 2006). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis

OA adalah :

a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada

bagian yang menanggung beban seperti lutut ).

b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).

c. Kista pada tulang

d. Osteofit pada pinggir sendi

e. Perubahan struktur anatomi sendi.

- Penatalaksanaan Osteoartritis

Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya

OA yang diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal,

yaitu :

* Terapi non-farmakologis

a. Edukasi

b. Terapi fisik atau rehabilitasi

c. Penurunan berat badan

* Terapi farmakologis

21

Page 22: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang

timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi

manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).

a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2

(COX-2), dan Asetaminofen

Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat

AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan

asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi

daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama

dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi

dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara

mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson,

2006 ).

b. Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau

merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan yang

termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,

kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya ( Felson,

2006 ).

* Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk

mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi

deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

H) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan

1. C-Reactive Protein (CRP)

C-reaktive protein diproduksi oleh lever. Level CRP meningkat ketika terjadi

inflamasi pada tubuh. Tes CRP merupakan tes yang secara umum digunakan

untuk mengecek adanya tidaknya inflamasi dalam tubuh. Namun tes ini tidak

spesifik, artinya dapat mendeteksi adanya inflamasi dalam tubuh namun tidak

dapat menentukan lokasi terjadinya inflamasi.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan darah dari pembuluh vena,

biasanya dari dalam siku atau belakang tangan. Darah diambil dengan

menggunakan jarum. Penggunaan tes CRP biasanya digunakan untuk:

22

Page 23: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

- Mengecek penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis, lupus, atau

vaskulitis.

- Mengukur keberhasilan suatu pengobatan anti-inflamasi.

Akan tetapi, level CRP yang rendah tidak selalu berarti tidak ada inflamasi

dalam tubuh. Level CRP juga mungkin tidak meningkat pada orang-orang

dengan rheumatoid arthritis dan lupus. Alasannya belum diketahui.

Saat ini telah berkembang tes CRP yang lebih sensitif, yang disebut high-

sensitivity C-reactiove protein (hs-CRP) assay, yang dapat menntukan risiko

seseorang untuk terkena penyakit jantung.

Nilai CRP dapat bervariasi dari laboratorium yang satu dengan yang lainnya.

Secara umum, dinyatakan dengan tidak dideteksinya CRP dii dalam darah.

Perlu diketahui bahwa hasil CRP positif juga dapat terjadi pada pertengahan

akhir kehamilan atau karena penggunaan pil KB (pil kontrasepsi).

2. Rheumatoid Factor

Rheumatoid factors sebenarnya tidak spesifik terhadap rheumatoid arthritis;

mereka mengenali imunoglobulin yang telah kontak dengan beragam antigen

bakteri maupun virus.

RF ditemukan dalam titer yang tinggi pada pasien dengan endokardis

bakterial, hepatitis C, dan periodontitis. Namun, pasien dengan RA juga

membentuk antibodi terhadap CP. Titer anti-CCP lebih sensitif dan

diagnostik daripada titer RF.

Bone Mineral Density (BMD), merupakan preditor yang penting untuk

faktur. BMD yang rendah pada spina atau leher femur pada wanita

postmenopausal ditunjukkan memiliki perspektif dengan peningkatan risiko

patah vertebral. Akan tetapi penelitian oleh Heidari et al. (2010)

menunjukkan bahwa banyak perempuan postmenopausel dengan patah

vertebrata tidak osteoporotik, sehingga pengukuran dengan BMD tidak dapat

secara akurat memprediksi perkembangan ke arah fraktur.

23

Page 24: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Nyeri pinggang bisa terjadi baik dari tulang, sendi, otot, maupun saraf yang

menginervasi otot-otot pembungkus tulang-tulang di pinggang.

2. Diagnosis yang paling mendekati terhadap keluhan pasien pada skenario adalah

osteoarthritis dengan saran dokter untuk melakukan fisioterapi dan rehabilitasi

medis

3. Terapi pada osteoarthritis bisa melalui obat-obatan (farmakologi) dan atau tanpa

obat (non-farmakologi)

4. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk lebih memastikan diagnosis yang

sudah ada seperti CRP dan rheumatoid factor

B. SARAN

1. Perlu segera dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk memperbaiki kondisi

dan kualitas hidup pasien

2. Perlu memperhatikan factor-faktor lain seperti social dalam memberikan terapi

untuk pasien mengingat usia pasien yang sudah tua

C.

24

Page 25: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Harrison, Tinsley R. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. Amerika

Serikat: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Heidari b, Hoshmand S, Hajian K, Heidari P. 2010. Comparing bone mineral density in

postmenopausal women with and without vertebral facture and its valui in

recognizing high-risk individuals. EHMJ. 18: 868.

http://emedicine.medscape.com/article/331715-overview#showall

(Diunduh pada tanggal 28 September 2012 pukul 4.45 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22611/4/Chapter%2520II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23462/4/Chapter%2520II.pdf

http://www.emedicinehealth.com/spondylosis/article_em.htm

(Diunduh pada tanggal 28 September 2012 pukul 4.10 WIB)

http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Arthritis/arthritis_rheumatic_qa.asp

(Diunduh pada tanggal 28 September 2012 pukul 4.40 WIB)

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/rheumatoidarthritis.html

(Diunduh pada tanggal 28 September 2012 pukul 4.36 WIB)

Indratni, Sri. 2010. Skeleton Humanum. Surakarta: UNS Press.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.

Qomsan, Taufiq Insani. 2009. Penatalaksanaan terapi latihan pada post operasi fraktur

kompresi vertebra thorakal xii – lumbal 1 dengan frankle A. Surakarta: UMS

Ridker PM, Libby P. Risk Factors for Atherothrombotic Disease. In: Libby P, Bonow RO,

Mann DL, Zipes DP, eds. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular

Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa; Saunders Elsevier; 2007: chap 39.

Teddy Septianto et all, 2009. Pantom Panduan Anatomi 1.

Weissman G. 2006. The pathogenesis of rheumatoid arthritis. Bulletin of the NYU Hospital

for Joint Diseases. 64: 1 & 2.

25

Page 26: Laporan Tutorial_Sken I_Pinggangku Nyeri_Balqis, Dr

26