laporan tekpenghf antenna
TRANSCRIPT
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 1/19
Lab Teknik Pengukuran HF 1
Pengukuran dan Analisa Karakteristik Antenna Dipol VHF
I.Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengecekan semua alat bekerja dengan baik (levelling)
Mahasiswa dapat melakukan open/short calibration pada pengukuran antena dipole VHF
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran return loss antenna dipole VHF pada frekuensi
tertentu.
Mahasiswa dapat menganalisa akurasi pengukuran impedansi pada pengukuran antena dipole
VHF
II.
Landasan Teori
Scalar Network Analyzer
Scalar Network Analyzer adalah suatu bentuk jaringan analyzer RF yang hanya mengukur sifat
amplitudo perangkat yang diuji. Dalam pandangan ini adalah sederhana dari berbagai jenis
network analyzer RF.
Spesifikasi:
Fungsi : Hp 8765A memproses dan menampilkan sinyal demodulasi 27,8 KHz dari
detektor tipe HP 11664 dan HP 85020 atau 85021 bridges.
Dynamic Rance: +10dBm s/d -50 dBm diketiga inputnya(A, B, dan R).
Dynamic Akurasi: akurasi pengukuran di satu channel dengan menggunakan 1 channel.
Pengukurannya sekitar +10 s/d -50dBm pada suhu 25’ C dan frekuensi 50MHz.
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 2/19
Lab Teknik Pengukuran HF 2
Scale Resolution
Reference offset
Levelnya akan bekerja pada kenaikan 0,01dB dari -70.00 to + 20.00 dBm (absolute) or -
90.00 to +90.00dB(ratio).
Resolution
Sweep Time
Waktu minimum sweep > 150ms.
Averaging
2,4,8,16,32,64,128, dan 256 nilai rata-rata tracing.
Power Requirements
Sweep OsilatorBerada pada lampiran 1
RF Detektor
RF detektor adalah alat elektronik yang berfungsi menyearahkan sinyal RF menjadi sinyal DC.Spesifikasi dapat dilihat pada lampiran 1.
Directional Coupler
Directional coupler memegang peranan penting dalam rangkaian microwave pasif.
Device ini diimplementasikan dalam banyak cara untuk mendapatkan sejumlah kemampuan
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 3/19
Lab Teknik Pengukuran HF 3
dengan batasan-batasannya. Salah satu fungsinya adalah sebagai pembagi daya atau
penggabung daya. Secara umum, directional coupler dapat didefinisikan sebagai rangkaian
multi port (biasanya terdiri dari 4 port) yang idealnya bersifat matched , lossless dan timbal
balik, yang memiliki suatu port yang terisolasi berdasarkan letak port sinyal inputnya. Bila
digambarkan, rangkaiannya akan terlihat seperti gambar di bawah ini, yang terdiri dari 2 garis
lurus sebagai jalur transmisi dengan sebuah garis menyilang sebagai coupling diantara 2 garis
itu.
Gambar Skema rangkaian directional coupler
Kinerja dari suatu coupler ditentukan oleh parameter-parameter berikut ini :
Return Loss atau Reflection Loss menunjukkan suatu nilai kesesuaian dari impedansi input.
Jika input match nya baik maka koefisien refleksi input akan rendah dan berarti hanya
sedikit daya masuk yang dipantulkan kembali. Dengan demikian nilai return loss akan
tinggi.
Insertion Loss menunjukkan suatu jumlah daya yang memasuki coupler namun gagal
melewati direct portnya. Bila sebagian besar daya mengalami coupled, maka dikatakan
adanya daya yang hilang pada direct portnya.
Koefisien Coupling menunjukkan suatu jumlah daya yang dikopel dari direct port nya dan
ini menentukan jenis couplernya. Sebuah 3 dB coupler merupakan coupler yang memiliki
daya yang dikopel sebesar setengah dari daya yang diberikan. Daya tersebut dibagi dua
antara coupled port dan direct port.
Isolation menunjukkan seberapa besar kemampuan coupler mampu mempertahankan daya
sehingga tidak keluar melalui isolated port. Untuk sebuah coupler yang ideal, isolationnya
akan sama dengan tak hingga.
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 4/19
Lab Teknik Pengukuran HF 4
Antena Dipole 1/2λ
1 / 2 λ
Directivity dan Gain
Directivity antena dipol λ/2 adalah:
dB
d d
D 15.2
sinsin
]cos)2 / cos[(
4
2
0 0
(4.20)
Sedangkan gain antena ini diperoleh dengan rumus, G = kD, k merupakan suatu efisiensi antena
yang besarnya antara 0 dan 1.
Impedansi Input Antena λ /2
Untuk menganalisa dan menghitung impedansi input dipol λ /2 diperoleh melalui daya radiasi.
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan2
20 r rad
R I P dan s
rad sd W P
. akan diperoleh
impedansi input antena.
Rapat Daya Antena λ /2
Rapat daya untuk antena dipol adalah:
*
*
E a E a R
H aa R E RW
e
ee
x 2
1
x E 2
1 H x
2
1
*
(4.21)
dimana W
adalah rapat daya.
H dan E diperoleh dari persamaan-4.2:
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 5/19
Lab Teknik Pengukuran HF 5
sin
2cos-cos
2cos
r2 0
klkl
e I j E
jkr
(4.22)
sin
2kl cos-cos
2cos
2 0
kl
r
e I j H
jkl(4.23)
Maka rapat daya W
suatu dipol ini adalah :
2
22
2
0
sin
2coscos
2cos
8
I
klkl
r W
(4.24)
Daya total radiasi dihitung dengan :
2
0
r r
s
rad
d d rW
d d aW a s d W P
0
2
2
0 0
sin
sin..
d
kl kl
I
d
kl kl
I P
0
rad
0
2
2
0
2
2
2230
22
4
sin
coscoscos
sin
coscoscos
(4.25)
2
00 R I Prad , (4.26)
maka
d
klkl
R
0
2
0
sin
2coscos
2cos
60 (4.27)
Untuk l = λ /2, diperoleh:
7344.230230 xC R inr (4.28)
Reaktansi input dihitung dengan persamaan:
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 6/19
Lab Teknik Pengukuran HF 6
klSklSklklS X ioi x 22cos24
lkaC klC klcC kl iii2
2222sin (4.29)
dimana:
210,
2,
2 alk
Maka diperoleh:
Ω5451.42 x X (4.30)
Jadi impedansi input untuk antena dipol λ /2 adalah
Ω42.55)
j
jX R Z xr
73((4.31)
Terminasi 50 Ω
Sebuah terminasi (dummy load) adalah perangkat yang digunakan untuk
mensimulasikan beban listrik, biasanya untuk tujuan pengujian. Di radio perangkat ini juga
dikenal sebagai antena boneka atau terminasi frekuensi radio. Ini adalah perangkat yang
digunakan di tempat antena untuk membantu dalam pengujian pemancar radio. Terminasi atau
dummy load digunakan untuk mengganti antena pemancar sementara saat pengaturan atau
penyesuaian transmitter, sehingga transmitter tidak mengganggu pemancar radio lain selama
pengaturan. Selain itu, jika pemancar diuji tanpa beban, seperti antena atau dummy load,
pemancar bisa rusak. dan pemancar akan beroperasi secara berbeda dibandingkan dengan
beban, dan penyesuaian atau pengaturan akan mengalami kesalahan.
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 7/19
Lab Teknik Pengukuran HF 7
Terminasi (dummy load) biasanya harus resistansi murni yaitu jumlah resistansi harus
sama dengan impedansi dari garis antena atau transmisi yang digunakan dengan pemancar
(biasanya 50 atau 75 Ω Ω). Energi radio yang diserap oleh dummy load diubah menjadi
panas. Sebuah dummy load harus dipilih atau dirancang untuk mentolerasi jumlah daya yang
dikirim oleh pemancar. Dummy load yang ideal menyediakan rasio gelombang berdiri
( SWR) dari 01:01 pada impedansi yang diberikan.
Frekuensi Counter
Frekuensi counter adalah suatu perangkat elektronik yang digunakan untuk mengukur
frekuensi . Frekuensi adalah jumlah gelombang yang terjadi dalam satuan waktu tertentu.
Frekuensi counter biasanya digunakan untuk mengukur jumlah osilasi atau pulsa per detik
dalam sinyal listrik yang berulang.
Prinsip kerja dari frekuensi counter adalah dengan mencuplik frekuensi dari sinyal yang
masuk selama 1 detik, dari cuplikan tersebut mikrokontroler akan menghitung pulsa yang
terjadi dengan memanfaatkan fungsi counter, hasil dari pengukuran frekuensi akan ditampilkan
pada display LCD.
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 8/19
Lab Teknik Pengukuran HF 8
Pengukuran Impedansi Akurasi
2
Keterangan:
A = Directivity
B = Kalibrasi erorr
C = efektif source match
= koefisien pantul pada beban
VHF (Very High Frequency)
VHF (Very high frequency atau frekuensi sangat tinggi) adalah frekuensi radio yang
berkisar dari 30 MHz ke 300 MHz. Frekuensi langsung di bawah VHF ditandai frekuensi tinggi
(HF), dan frekuensi yang lebih tinggi berikutnya dikenal sebagai frekuensi ultra tinggi (UHF).
alokasi frekuensi ini ditetapkan oleh ITU. Penamaan tersebut mengacu pada penggunaan
frekuensi tingkat tinggi berasal dari pertengahan abad ke-20, ketika layanan radio biasa
digunakan MF, Frekuensi Medium, lebih dikenal sebagai "AM" di Amerika Serikat, di bawah
HF. Saat ini VHF berada di urutan terbawah frekuensi penggunaan praktis, sistem baru
cenderung menggunakan frekuensi dalam SHF dan EHF di atas jangkauan UHF. Pada umumnya
yang menggunakan VHF adalah siaran radio FM, siaran televisi, pemancar telepon genggam
darat (darurat, bisnis, dan militer), komunikasi data jarak jauh dengan modem radio, Radio
Amatir, komunikasi laut, komunikasi kendali lalu lintas udara dan sistem navigasi udara
(misalnya VOR, DME & ILS).
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 9/19
Lab Teknik Pengukuran HF 9
Penggunaan secara umum
Sub bagian tertentu dari pita VHF memiliki penggunaan yang sama di seluruh dunia. Beberapa
negara menggunakan rincian seperti di bawah ini:
108 – 118 MHz: navigasi udara beacon VOR dan lokalisasi Instrument Landing System.
118 – 137 MHz: Airband untuk kontrol lalu lintas udara, AM, 121.5 MHz frekuensi
darurat
Penggunaan VHF di berbagai Negara Indonesia
Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan
frekuensi (Radio Regulation) untuk penyiaran televisi pada pita frekuensi VHF dan UHF. Sesuai
dengan sistem pertelevisian yang dianaut oleh indonesia yaitu CCIR B dan G maka penggunaan
frekuensi tersebut telah diatur sebagai berikut :
VHF band I : saluran 2 dan 3 VHF band III : saluran 4 s/d 11 VHF band IV : saluran 21 s/d 37 VHF band V : saluran 38 s/d 70
Sejarah pertelevisian di Indonesia diawali pada tahun 1962 oleh TVRI di Jakarta dengan
menggunakan pemancar televisi VHF. Pembangunan pemancar TVRI berjalan dengan cepat
terutama setelah diluncurkannya satelit Palapa pada tahun 1975. Pada tahun 1987, yaitu lahirnya
stasiun penyiaran televisi swasta pertama di Indonesia, stasiun pemancar TVRI telah mencapai
jumlah kurang lebih 200 stasiun pemancar yang keseluruhannya menggunakan frekuensi VHF,
dan pemancar TV swasta pertama tersebut diberikan alokasi frekuensi pada pita UHF.
Kebijaksanaan penggunaan pita frekuensi VHF untuk TVRI dan UHF untuk swasta pada
saat itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang menguntungkan negara sebagai berikut :
Jumlah saluran TV pada pita VHF yang jumlahnya hanya 10 saluran hampir seluruhnya
telah digunakan untuk 200 stasiun pemancar terutama di pulau Jawa, maka pemancar TV
swasta yang pertama dan berlokasi di Jakarata dialokasikan pada pita frekuensi UHF.
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 10/19
Lab Teknik Pengukuran HF 10
Pemancar VHF lebih ekonomis dan tidak berbeda kualitasnya dengan pemancar TV UHF
sangat cocok unruk stasiun penyiaran pemerintah yang terbatas dana pembangunannya.
Kesinambungan pemeliharaan dan penggantian pemancar TVRI yang 70% adalah buatan
LEN sangat didukung oleh hasil produksi LEN yang belum memproduksi pemancar
UHF.
TVRI terus memperluas jangkauannya sampai ke pelosok tanah air dimana saat itu masih
banyak masyarakat di daerah yang belum mampu membeli pesawat TV berwarna dan pada saat
itu pesawat hitam putih hanya dapat menerima saluran VHF.
III. Komponen dan Alat Praktikum
Sweep Oscillator 8620 C (Hewlett Packard); HP 8622A RF Plug-in 0,01-2,4 GHz
HP 8756A Scalar Network Analyzer
11664A Detector (HP) max input 20 dBm/10 Vdc 0,01-18 GHz : 2 buah
LM 3010 Multifunction Counter
Kabel RG8
N connector
Terminasi 50Ω
Terminasi short
Directional Coppler 4 kutub
Antenna dipole ½ λ
IV. Langkah Percobaan dan Hasil Percobaan
1. Levelling B (mengecek semua fungsi apakah berjalan dengan baik atau tidak)
Hubungkan input detektor ke sweep oscillator dan output detektor ke input B scalar network
analyzer seperti pada gambar dibawah ini
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 11/19
Lab Teknik Pengukuran HF 11
startstop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r
Set putih (CW/CW Marker) = 99.5 MHz
Set merah (Marker sweep / stop marker) = 200 Hz
Set hijau (full sweep/start marker) = 0 Hz
Set output = 0 dBm
Set RF pada posisi ON
Tekan tombol Meas PWR pada Scalar Network Analyzer hingga lampu indikator di posisi B
Pilih main menu, lalu tekan tombol yang menunjuk CAL , kemudian pilih de offset B
Layar mengukur B= 1.99 dBm kemudian masukkan angka 1.99 di detektor offset B
Tekan tombol main menu, kemudian pilih cursor
Maka akan muncul B menjadi 0.01 dBm
Setelah B sesuai dengan output RF Plug-in maka leveling telah berhasil dilakukan
2. Levelling R
Set RF pada posisi OFF
Putuskan detektor yang terhubung dari B ke sweep oscillator, kemudian hubungkan input
detector yang lain ke sweep oscillator dan output detektor ke input R scalar network analyzer
sehingga seperti gambar dibawah
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 12/19
Lab Teknik Pengukuran HF 12
startstop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CON O FF
RF plug -in
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r
Set putih, merah, hijau, dan output RF plug-in seperti pada levelling B
Set RF pada posisi ON
Tekan Mean PWR di Scalar Network analyzer hingga lampu indikator berada pada posisi R
Tekan tombol main menu, lalu tekan tombol yang menunjuk CAL , kemudian pilih de offset R
Layar mengukur R= 2.3 dBm kemudian masukkan angka 2.3 di detektor offset R
Tekan tombol main menu, kemudian pilih cursor
Maka akan muncul R menjadi 0.02 dBm
Setelah R sesuai dengan output RF Plug-in maka leveling R telah berhasil dilakukan
3. Set RF pada posisi OFF kemudian masukan kabel N connector RF output lalu hubungkan ujung
catunya ke port 1 input directional coupler
P1
P2
P3
P4
Gambar port directional coppler
3.1 Berikan terminasi 50 Ω di port 3 directional coupler dan hubungkan RF detector ke port 2
directional coupler
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 13/19
Lab Teknik Pengukuran HF 13
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
Terminasi50Ω
Directional
Coupler
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 2
Terminasi50Ω
DirectionalCoupler
B terukur untuk RF detector 1 = 0,5 dBm
B terukur untuk RF detector 2= 0,56 dBm
3.2 Berikan terminasi 50 Ω di port 3 directional coupler dan hubungkan RF detector ke port 4
directional coupler
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 2
Terminasi50Ω
DirectionalCoupler
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
Terminasi50Ω
DirectionalCoupler
B terukur untuk RF detector 1 = -20 dBm
B terukur untuk RF detector 2= -21,06 dBm
4. Kalibrasi short/open
Set RF pada posisi OFF
Hubungkan RF detector 1 ke port 3 dan RF detector 2 ke port 4 seperti gambar
dibawah
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 14/19
Lab Teknik Pengukuran HF 14
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
DirectionalCoupler
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r 1
Open
Tekan tombol Main menu
Tekan tombol yang menunjuk CAL
Pilih short open calibration (tombol paling atas) lalu tekan Meas PWR sehingga
lampu indicator menunjukan ke B
Tekan tombol CH1 kemudian pilih connect short
Masukan short pada port 2 output directional coupler seperti pada gambar dibawah
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
DirectionalCoupler
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k
t o r 1
TerminasiShort
Pilih store short kemudian pilih connect open dan lepaskan short dari port 2 output
directional coppler seperti pada gambar dibawah
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
DirectionalCoupler
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r 1
Open
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 15/19
Lab Teknik Pengukuran HF 15
Pilih store open dan tekan tombol meas ratio hingga lampu indicator menunjukan
B/R
Nilai yang terbaca yaitu sekitar
Input = 20 dBm
Pantulan Total = 20 dBm
B/R = -20dBm-(-20dBm)
= 0,56 dB
Set RF OFF lalu masukkan terminasi 50 Ω pada port 2 output directional coppler
seperti pada gambar dibawah ini
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
DirectionalCoupler
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r 1
Terminasi50Ω
B/R = 29,99 dB
5. Test pengukuran antenna dipole VHF
Set CW marker pada frekuensi 99.5Mhz
Lepaskan EXT AM dibelakang sweep oscillator
Putuskan port input directional coupler dari RF output
Tekan stop marker/ marker sweep agar yang keluar dari sweep oscillator hanya 1 frekuensi saja
yaitu 99.5Mhz
Hubungkan multi function counter ke RF output sweep oscillator seperti gambar dibawah ini
start
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CON O FF
RF plug -in
99.4896 MHz
Multifunction Counter
LN LM 3010
Kemudian putar CW marker hingga multifunction counter memunculkan 99.5 Mhz (terukur di
multifunction counter 99.4896 Mhz) setelah CW marker diset 99,5 MHZ putuskan hubungan
multifunction counter dengan sweep oscillator
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 16/19
Lab Teknik Pengukuran HF 16
Pasang kembali EXT AM lalu tekan kembali marker sweep/ stop markernya hingga kedua
lampu hidup dan yang keluar dari sweep oscillator adalah sweep frekuensi.
Hubungkan kembali RF output ke port input directional coupler dan ON kan RF plug-in.
Set panjang gelombang 1/2 λ antenna dipole sepanjang 150 cm
75 cm
75cm
Hubungkan input antenna ke port 2 output directional coupler seperti pada gambar dibawah
stop
Sweep Oscillator
CW
HP 8620CO N O FF
RF plug -in
start
Spectrum Analyzer
A BR
HP 8756A
HP 1164A
RF detektor 1
DirectionalCoupler
H P
1 1 6 4 A
R F
d e t e k t o r 1
15 0 c m ANTENA
DIPOLE ½ λ
Berikut dibawah ini kurva return loss pada display Scalar Network analyzer
Data yang didapat yaitu
B/R – 7,79 dB
Ref – 10,50 dB
Karena cursor dan marker belum berada di lembah maka panjang antenna harus diatur hingga
cursor dan marker berada di lembah kurva return loss
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 17/19
Lab Teknik Pengukuran HF 17
Setelah panjang antenna dikurangi, cursor dan marker berada di lembah kurva dan didapat hasil
B/R -28,97 dB
Ref – 18.58 dB
Panjang antenna setelah dikurangi yaitu 126 cm
63 cm
63 cm
V. Analisis Perhitungan
Analisa directivity
P1
P2
P3
P4
0 dBm
0 dBm
-20 dBm
-20 dBm
0 dBm yang masuk melalui port input (P1) akan di couple oleh coupled port(P3) dan
pantulan port output (P2) di couple oleh isolated port (P4). Sehingga untuk langkah
percobaan 3.2 ketika RF detector dipasang di P4 maka terukur -20 dBm karena diberi
hambatan yang match sehingga pantulan turun dan yang decouple seluruhnya yaitu -20 dB
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 18/19
Lab Teknik Pengukuran HF 18
Spesifikasi pengukuran
Band Frekuensi VHF = 30 MHz – 100 MHz
Frekuensi center = 99,5 MHz
Analisa panjang antenna
λ = C/ f
= 3.108 / 99.5.106
= 3 m
λ/2 = 1,5 m
untuk masing-masing sisi antena, panjangnya = 75 cm
Analisa perhitungan
Frekuensi = 99,5 MHz
Detektor : SWR = 1,22
Directional Coupler : Directivity = 29,99 dB
VSWR = 1,15
Impedansi = 50 Ω
Maka:
Directivity = 2,99 dB
29,99dB = -20 log |A|
| |
√ ()
√ ( ) = 0,0606
B = A + C = 0,0316 + 0,0606 = 0,0922
With Instrument
5/12/2018 Laporan TekPengHf Antenna - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tekpenghf-antenna 19/19
Lab Teknik Pengukuran HF 19
( ) ( )
= 0,032
Without Instrument
( ) =0,03167
VI. Kesimpulan
Pada pengukuran karakterisitik antenna dipole VHF terdapat 3 langkah penting percobaan yaitu
Levelling, Kalibrasi short/open dan Test. Levelling penting dilakukan karena sebelum melakukanpengukuran setiap alat harus dipastikan berfungsi dengan baik, seperti leveling sweep osilator untuk
mengecek apakah fungsi start stop frequency masih dijalankan atau tidak selain itu juga untuk
mengetahui kemampuan deteksi RF yang dimiliki Detektor. Selain itu sebelum dikalibrasi coupling
factor directional coupler juga harus dicek apa sesuai dengan sfesifikasi Cf=20 dBm atau tidak. Setelahitu lakukan kalibrasi open/short dengan tujuan agar respons frekuensi dan error instrument dapat
diabaikan. Saat melakukan test frekuensi center juga harus dipastikan tepat sesuai harapan yaitu 99,5
MHz sehingga menambahkan multifunction counter untuk mengukur frekuensi sangat dianjurkan.Selama pengukuran harus teliti bahwa setiap alat terhubung dengan baik dan tidak longgar atau salah
hubung dan selalu perlakukan alat-alat praktikum dengan hati-hati karena ketersediaan alat yang sudah
tua dan laboratorium juga tidak memiliki cadangan apabila alat tersebut rusak.
Pada analisa perhitungan terdapat effective source match yang melibatkan d atau koefisienpantul directional coupler dan bukan koefisien pantul sumber. Kemudian karena telah melakukan
kalibrasi short/open maka respons frekuensi dan instrument error dapat diabaikan dan total bernilai
0,03167.
VII. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/VHF
http://guru.technosains.com