laporan tahunan tahun 2019 - drndrn.go.id/files/2019/buku_laporan_tahunan_2019_07012020_ww… ·...

i

LAPORAN TAHUNAN

DEWAN RISET NASIONAL

TAHUN 2019

ii

LAPORAN TAHUNAN

DEWAN RISET NASIONAL

TAHUN 2019

Tim Penyusun

Tim Asistensi dan Staf Profesional Dewan Riset Nasional Periode 2019-2022

Tim Penyunting Sudharto P. Hadi

Andi Eka Sakya

Desain Sampul & Tata Letak Ellien Siskory Almira

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku Tanpa izin tertulis dari Penerbit.

© 2019 Dewan Riset Nasional

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN :

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas diselesaikannya Laporan Tahunan

Dewan Riset Nasional Tahun 2019. Laporan ini salah satu bentuk pertanggungjawaban kegaitan DRN

selama kurun waktu tahun 2019, yang berisi seluruh kegiatan yang dilaksanakan DRN dalam bentuk

Rapat Badan Pekerja, Rapat Komtek, FGD, Seminar, Sidang Paripurna, Kunjungan Lapangan,

Kemitraan dan Komunikasi dengan seluruh stakeholder. Laporan ini sekaligus menjadi catatan tentang

hasil-hasil dan kesimpulan dari kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2019 yang dapat dimanfaatkan

sebagai referensi oleh anggota DRN dan pihak yang berkepentingan untuk menindaklanjutinya di masa

yang akan datang.

Bahan utama yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah catatan dari notulensi yang

telah dibuat oleh Tim Asistensi, Staf Profesional, Ketua Komisi Teknis dan Tim Sekretariat pada setiap

rapat-rapat dan FGD yang dilaksanakan selama tahun 2019. Selain itu, laporan hasil kunjungan

lapangan dalam rangka pemantauan perkembangan iptek dan kemitraan dengan Industri, DRD dan

Pemerintah Daerah juga menjadi bahan penting dalam menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, pimpinan

DRN mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan

laporan ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada para ketua dan anggota Komisi Teknis DRN Bidang

Pangan, Energi, Transportasi, TIK, Hankam, Kesehatan dan Obat, Material Maju, dan Sosial

Humaniora, dan Lingkungan Kebencanaan yang telah dengan aktif dan semangat tinggi melaksanakan

kegiatan selama kurun waktu tahun 2019.

Terimakasih pula kepada Tim Sekretariat DRN yang terus menerus mendukung dan

memfasilitasi kelancaran kegiatan DRN. Semoga laporan ini bermanfaat dan kita semua selalu dalam

lindungan Allah SWT. Amin.

Jakarta, Desember 2019

Ketua Dewan Riset Nasional

Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... iv

A. SIDANG PARIPURNA DEWAN RISET NASIONAL ......................................................... 1

A.1 SIDANG PARIPURNA I DEWAN RISET NASIONAL ....................................................... 1

A.2 SIDANG PARIPURNA II DEWAN RISET NASIONAL ...................................................... 2

A.3 SIDANG PARIPURNA III DEWAN RISET NASIONAL .................................................. 11

B. RAPAT BADAN PEKERJA DEWAN RISET NASIONAL ................................................ 17

B.1 Rapat Badan Pekerja ke 1 (25 Juli 2019) .............................................................................. 17

B.2 Rapat Badan Pekerja ke 2 (22 Agustus 2019) ....................................................................... 23

B.3 Rapat Badan Pekerja Ke 3 (17 September 2019) .................................................................. 28

B.4 Rapat Badan Pekerja ke 4 (14 Oktober 2018) ....................................................................... 31

C. RAPAT DAN FGD KOMISI TEKNIS DEWAN RISET NASIONAL ................................ 34

C.1 Komisi Teknis Pangan dan Pertanian .................................................................................... 34

C1.1 Rapat ke 1 (8 Agustus 2019) ................................................................................................. 34

C1.2 Rapat ke 2 dan Kunjungan ke BPTIP (17 Oktober 2019) ..................................................... 36

C1.3 Rapat ke 3 (15 November 2019) ........................................................................................... 39

C.2 Komisi Teknis Energi ........................................................................................................... 42

C.2.1 Rapat ke 1 (14 Agustus 2019) ............................................................................................... 42

C.2.2 Rapat ke 2 (26 September 2019) ........................................................................................... 44

C.2.3 Rapat ke 3 (18 November 2019) ........................................................................................... 46

C.3 Komisi Teknis Transportasi .................................................................................................. 49

C.3.1 Rapat ke 1 (7 Agustus 2019) ................................................................................................. 49

C.3.3 Rapat Komisi Teknis Transportasi ke 2 (27 September 2019) .............................................. 51

C.4 Komisi Teknis Kesehatan dan Obat ...................................................................................... 55


C.5 Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi .......................................................... 56

v


C.5.2 Rapat ke 2 (4 Oktober 2019) ................................................................................................. 57

C.6 Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan ............................................................................ 58


C.7 Komisi Teknis Material Maju ............................................................................................... 62

6.7.1 Rapat ke 1 (19 Agustus 2019) ............................................................................................... 62

6.7.2 Rapat ke 2 (28 Oktober 2019) ............................................................................................... 65

C.8 Komisi Teknis Sosial Humaniora, Pendidikan, Seni dan Budaya ......................................... 67


C.9 Komisi Teknis Lingkungan dan Kebencanaan ...................................................................... 68

C.9.1 Rapat ke 1 (9 Agustus 2019) ................................................................................................. 68

C.9.2 Rapat ke 2 (7 Oktober 2019) ................................................................................................. 71

C.9.3 Rapat ke 3 (18 November 2019) ........................................................................................... 74

D. AUDIENSI MENRISTEK/KA BRIN, FOKUS GRUP DISKUSI DAN PERTEMUAN

DENGAN RIEKE D PITALOKA ........................................................................................ 77

D.1 Audiensi dengan Menristek/Ka. BRIN (12 November 2019) ................................................ 77

D.2 Fokus Grup Diskusi (19 November 2019) ............................................................................ 85

D.3 Pertemuan DRN dengan Rieke D. Pitaloka (11 Desember 2019)......................................... 93

E. KEMITRAAN, KONSULTASI DAN KOORDINASI DRD ................................................ 97

1

A. SIDANG PARIPURNA DEWAN RISET NASIONAL

A.1 SIDANG PARIPURNA I DEWAN RISET NASIONAL

Kamis 4 Juli 2019, Dewan Riset Nasional (DRN) menyelenggarakan acara Sidang Paripurna

I Dalam Rangka Pengukuhan Anggota Dewan Riset Nasional Periode 2019 s.d. 2022 dan Seminar

mengenai "Membangun SDM Inovatif Menuju Industri 4.0" di Auditorium Gedung D Ristekdikti

Senayan, Jakarta. Sidang Paripurna II Dewan Riset Nasional kali ini sebagian besar dihadiri para calon

anggota DRN Periode 2019 s.d. 2022 dan perwakilan DRD dari seluruh Indonesia.

Dalam laporannya Ketua DRN menyampaikan bahwa Dewan Riset Nasional mempunyai 3

(tiga) tugas pokok dan fungsi:

1) Penyusunan Agenda Riset Nasional yang sudah selesai ditulis, disosialisasikan dan diserahkan

ke semua Universitas di Indonesia;

2) Memberikan Masukan Kebijakan Iptek kepada Menristekdikti antara lain memberi masukan

kepada mitra-mitra Kemenristekdikti dengan secara aktif menjadi reviewer untuk berbagai

program Ristekdikti seperti PUI, INSINAS, KNAPP, selain itu ada yang menjadi reviewer

unttuk LPDP, KALBEFARMA Award. Anggota DRN juga terlibat di dalam perumusan yang

dilaksanakan Kemenristekdikti seperti PRN dan RIRIN; dan

3) Membina Dewan Riset Daerah (DRD). Selama 3 tahun jumlah DRD telah meningkat dari

sekitar 40 tiga tahun lalu. Saat ini jumlah DRD sudah mencapai 84.

Mengakhiri laporannya, Ka. DRN menyampaikan catatan penting untuk masukan bagi Anggota

DRN Periode 2019 s.d. 2022 dan untuk DRD seluruh Indonesia yakni bahwa Riset mengalami tekanan

untuk mengubah kinerja & efisiensi dan dampak riset. Tekanan utamanya: (1) tuntutan agar riset yang

didanai publik harus bisa bermanfaat lebih dari sekedar peningkatan ilmu pengetahuan, (2) Riset harus

lebih berperan dalam meningkatkan stok ilmu pengetahuan yang berguna, mendukung dan merangsang

2

interaksi sosial, menciptakan industri baru, menyediakan pengetahuan sosial dan humanitas serta untuk

menjamin kualitas kehidupan sosial.

Pada acara berikutnya, yaitu Keynote Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

(Menristekdikti) Mohamad Nasir. Dalam kesempatan tersebut Menristekdikti telah mengukuhkan 74

Anggota Dewan Riset Nasional (DRN) periode 2019 s.d. 2022. Ke-74 anggota DRN terbagi dalam

sembilan Komisi Teknis.

Dalam Keynote Speech dinyatakan bahwa Anggota DRN ditugaskan untuk mengawal dan

menerapkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) kepada Mitra Kerja DRN, sehingga RIRN dapat

menjadi pedoman utama inovasi dalam perkenomian Indonesia. Selain itu, Menristekdikti mempunyai

harapan yang tersembunyi kepada Para Anggota DRN Periode 2019 s.d 2022 yaitu agar Inovasi menjadi

tulang punggung bangsa untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas sumber daya manusia (SDM)

Indonesia, memacu pertumbuhan ekonomi Negara dengan menghasilkan nilai tambah untuk

perkenomian Indonesia di berbagai bidang. Hal ini juga sudah tertuang dalam Perpres RIRN. Selain

melalui RIRN yang didukung dan dipromosikan oleh DRN, Kemenristekdikti saat ini mengupayakan

ada integrasi yang lebih dalam penelitian dan penciptaan inovasi melalui (draft) Rancangan Undang-

Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (RUU Sisnas Iptek). Riset ke depan

diharapkan tidak lagi tercecer di Kementerian teknis, pada lembaga-lembaga pemerintah non-

kementerian (LPNK). Riset ke depan harus terintegrasi menjadi satu dalam wadah yang lebih strategis.

A.2 SIDANG PARIPURNA II DEWAN RISET NASIONAL

A.2.1 Sambutan Ketua DRN (Dr. Bambang Setiadi, IPU)

Sebagai bagian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) tahun 2019,

DRN menyelenggarakan Sidang Paripurna II dalam bentuk Seminar Nasional dengan tema

“Membangun Sumber Daya Manusia Inovatif Indonesia”. Hasil seminar akan disampaikan kepada

3

Pemerintah untuk mendukung Visi Presiden terpilih. SDM mendatang harus mampu mengantisipasi

tantangan era Industri 4.0.

Melalui SDM inovatif, diharapkan melalui transformasi riset menuju hilirisasi iptek dan

komersialisasi dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi (Paul M. Romer, 2018). Praktek knowledge

based economy telah diadopsi di negara-negara maju seperti Korea, Jepang, China dan negara-negara

Eropa. Keberhasilan negara-negara tersebut diwujudkan melalui penciptaan ekosistem inovasi dan

dibentuknya kelembagaan National Research and Innovation Council (Dewan Riset dan Inovasi

Nasional) yang dipimpin langsung oleh Presiden atau Perdana Menteri.

Di dalam SP II DRN, setelah mendengarkan paparan para Pembicara Utama, dipresentasikan

pula “Innovation Champion” masing-masing Komtek, dalam bentuk usulan-usulan proyek inovasi yang

dapat menjadi solusi atas masalah-masalah nasional. Innovation Champion merupakan pemikiran

terobosan dalam mendorong percepatan inovasi di dalam negeri berkontribusi pada peningkatan PDB.

Usulan innovation champion ini selanjutnya akan dikaji lebih lanjut penyempurnaannya hingga akhir

tahun, dan kemudian akan disampaikan kepada Presiden melalui Menristekdikti.

A.2.2 Pembicara Utama

A.2.2.1 Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (diwakili oleh

Bapak Teguh Wijinarko – Staf Ahli Bidang Budaya Kerja): Membangun SDM ASN

Inovatif

Posisi Indonesia dalam Global Innovation Index masih rendah (peringkat 85), dan lebih rendah

dari negara tetangga Malaysia dan Filipina, walaupun sudah meningkat dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah faktor institusi/kelembagaan. Oleh karenanya, Kemen

PANRB sangat berkepentingan untuk mengupayakan peningkatan peringkat inovasi melalui ASN.

Upaya tersebut, antara lain, dilakukan melalui penguatan dan pemberian motivasi kepada ASN di

seluruh tingkatan instansi pemerintah, yang dilaksanakan dalam bentuk: (1) Pelatihan, (2) Proyek

perubahan, (3) Kompetisi, dan (4) ASN Award. Adapun provinsi yang telah mendapatkan award

tersebut adalah Jawa Timur dan terakhir Jawa Tengah.

Selama ini untuk membangun SDM inovatif masih terkendala dengan berbagai tantangan: (1)

peraturan / perundangan, yang menjerat (2) sistem penganggaran, (3) fleksibilitas penggunaan

anggaran, (4) kepemimpinan yang belum mendukung inovasi, (5) sistem manajemen SDM (human

capital management), dan (6) budaya yang belum mendukung.

Untuk membangun ASN berkualitas, Kemen PANRB juga menerapkan proses rekruitmen

CPNS melalui Computer Assisted Test (CAT) untuk menggantikan cara lama yang bersifat manual.

4

Dalam kaitan itu, DRN diharapkan dapat memberikan masukan konsep-konsep inovatif dalam

mendorong perbaharuan sistem birokrasi.

A.2.2.2 Direktur Pedidikan Tinggi, IPTEK, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas):

Pengembangan dan Pembiayaan Riset dan Inovasi dalam Perspektif RPJMN 2020-2024

Kerangka pikir pembangunan manusia diarahkan menjadi “Manusia Berkualitas dan Berdaya

Saing”, untuk mewujudkan: (1) Layanan Dasar & Perlindungan Sosial, (2) Produktivitas, dan (3)

Pembangunan kharakter.

Masih banyak faktor yang menjadi kendala dalam proses inovasi. Bappenas telah melakukan

perubahan melalui berbagai pendekatan, antara lain: diperkenalkannya clustering kegiatan dalam

bentuk kegiatan flagship berdasarkan RIRN dan PRN. Tujuannya untuk semakin mengintegrasikan,

mengkoordinasikan, mengefektifkan dan mengefisiensikan program, kegiatan dan anggaran

litbangjirap di berbagai K/L dan PT. Namun demikian belum memberikan hasil optimal dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada iptek dan inovasi.

Dengan telah diundangkannya UU No. 11/2019 tentang Sisnas Iptek, maka isu strategi

pengembangan Iptek-Inovasi di Indonesia harus mengacu pada Rencana Induk Pemajuan Iptek (RIPPT

sebagaimana disebutkan dalam pasal 8, dalam rangka mewujudkan dukungan penyelenggaraan ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai landasan ilmiah dalam perumusan dan penetapan kebijakan

pembangunan nasional

Untuk itu, perlu penataan kembali Kelembagaan Litbang dan Inovasi menyesuaikan dengan

UU No. 11/19, yakni: (1) Tupoksi (implementasi, pemetaan, kompetensi dan kapasitas SDM, Sarpras),

dan (2) Konsep dan desain kelembagaan, sehingga mampu mengatasi permasalahan ke depan. DRN

diharapkan berperan dalam rangka menata Ekosistem Inovasi di berbagai aspek, termasuk aspek

kebijakan / regulasi dan penganggaran.

A.2.2.3 Dr. Yanuar Nugroho, Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP): Membangun Ekosistem

Riset dan Inovasi di Indonesia

Indonesia selama ini dikenal sebagai sebagai laboratorium hidup yang kaya akan seni, budaya

dan berbagai keragaman etnis, sehingga banyak menarik perhatian para Peneliti luar negeri. Hal jni

ditunjukkan dari berbagai paper dan kajian ilmiah yang merujuk pada perkembangan Indonesia yang

terjadi di Indonesia. Kolaborasi merupakan prasyarat dan kunci dalam membangun kesuksesan

penelitian.

Penelitian dan hasil inovasinya, perlu dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Karena,

penelitian dapat dilihat dari: (1) penelitian yang dilakukan sejak awalnya tidak semata-mata ditujukan

untuk menghasilkan produk akhir yang bernilai komersial (un-intended), seperti bohlam dan rontgen,

5

(2) intended research (applied, terapan) yang memang sejak awal ditujukan untuk menghasilkan

produk, dan (3) blue sky research tetapi sangat mendalam dan melibatkan aspek yang luas.

Disebutkan bahwa upaya penguasaan teknologi dalam arti sesungguhnnya (dalam makna ganda

science dan engineering), harus didasarkan atas landasan yang mencakup pengembangan ilmu

pengetahuan dan pembinaan penelitian ilmiah yang dilengkapi dengan penerapan Teknik kerekayasaan

(Soemitro, 1994, pp 253). Intinya, dipersyaratkan terbangunnya ekosistem riset, yang meliputi: (1)

shared vision bahwa riset adalah investasi dan inovasi akan berkontribusi pada kekuatan pilar ekonomi

negara, (2) Regulasi yang fleksible dan mendorong terjadinya kolaborasi, (3) kelembagaan yang

berstrategi, (4) Jenjang sumberdaya iptek yang terkelola dengan baik, (5) Keterlibatan epistemic

community, (6) pendanaan yang fleksibel baik secara khusus maupun pendanaan abadi, dan (7)

ketelibatan unsur non-pemerintah.

Terlepas dari sudah diundangkannya UU No. 11/19 tentang Sisnas Iptek, beberapa hal perlu

diperbaiki untuk mendukung terbangunya ekosistem riset yang bagus, misalnya: (1) pemindanaan

peneliti asing, (2) tidak tercantumnya epistemic community seperti AIPI, DRN dan DRD, (3) belum

terkonfirmasikannnya bentuk kelembagaan BRIN yang dimaksud; untuk menyebut beberapa contoh.

Lebih jauh, dikemukakan pula upaya mengoptimalkan posisi, struktur, fungsi, dan peran lembaga

seperti AIPI, DRN, dan BRIN.

A.2.2.4 Bappeda Jateng: Ekosistem Inovasi di Jawa Tengah

Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang telah berhasil mengembangkan proses inovasi,

sehingga mendapatkan penghargaan dari Kementerian PAN-RB, sebagai provinsi paling inovatif di

Indonesia. Beberapa strategi dalam upaya meningkatkan inovasi di daerah antara lain melalui: (1)

dukungan regulasi (Sisda, Perda dan Pergub), (2) inovasi pada tingkat UPD, (3) pembentukan kluster

sesuai dengan unggulan wilayah, (4) pembangunan technopark, dan (5) DRD. Telah terbentuk 17 DRD

dari 32 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah dan diantaranya telah melaksanakan perannya sebagai

intermediator antara penghasil (inventor) dengan pengguna teknologi.

Keberhasilan tersebutdi atas tidak lepas dari peran Pemda (Balitbang, Bappeda). Pada

kesempatan ini, DRD Jawa Tengah juga akan menyampaikan “Deklarasi Salatiga” dari hasil Rapat

Koordinasi DRD se Jawa Tengah yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Agustus 2019. Deklarasi

ini pada dasarnya adalah pernyataan DRD se-Jawa Tengah untuk mewujudkan cita-cita pembangunan

berkelanjutan yang berbasis pada Iptek (Lampiran 1). Dengan UU No.11/2019, diharapkan payung

hukum DRD dapat diperjelas sebagaimana tercantum pada UU Sisnas Iptek sebelumnya (UU

No.18/2002).

6

A.2.3 Sesi 1 Pleno: Kebijakan Untuk Membangun Ekonomi Berbasis Inovasi.

A.2.3.1 Strategi Inovasi Untuk Daya Saing Nasional Menuju Industri 4.0 – Ketua DRN

Dengan mengadopsi formulasi Edward Robert tentang inovasi sebagai hasil dari invensi

dikalikan dengan (*) komersialisasi, DRN mendorong hasil inovasi yang didanai melalui program

insentif Kemenristekdikti melalui Innovation Day di beberapa kota di luar negeri, antara lain: Jepang

dan Jerman. Eksibisi hasil inovasi tersebut ternyata mampu melahirkan beberapa kontrak produksi,

terutama bagi produk-produk bio-organik dari Indonesia. Scale up proses ini, seharusnya mendorong

inovasi anak bangsa memberikan kontribusi nyata bagi APBN, seperti halnya di negara-negara maju

lainnya: Jepang dan Korea.

Riset seharusnya berperan, tidak saja untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang berguna, tapi

juga mendukung penciptaan industri baru, merangsang interkasi sosial, meningkatkan stock ilmu

pengetahuan yang lebih berguna dan menyediakan dukungan sosial yang inklusif.

Inovasi menjadi sangat strategi jika dilihat dari kerangka tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB),

terutama Tujuan-9: membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif,

berkelanjutan dan mendorong inovasi. Kemajuan teknologi merupakan landasan upaya untuk mencapai

tujuan lingkungan hidup, seperti peningkatan sumber daya dan efisiensi energi. Tanpa teknologi dan

inovasi, industrialisasi tidak akan terjadi, dan tanpa industrialisasi, pembangunan tidak akan terjadi.

Oleh karenanya, pembangunan SDM unggul yang mendukung Indonesia maju ke depan harus

dapat mengatasi berbagai isu krusial, seperti: (1) pendidikan (dana sudah besar tetapi dampak belum

terasakan dan belum merata), yang diindikasikan dengan rendahnya indeks IPM, (2) stunting (> 30%)

dan gizi buruk serta penyakit mental, (3) pertumbuhan ekonomi yang stagnan, (4) peran pemerintahan

dan kepastian hukum, serta (5) kapasitas kelembagaan masih rendah.

Berdasarkan pada kondisi tersebut di atas, maka pembangunan SDM perlu dikondisikan

melalui berbagai strategi, antara lain: (1) menciptakan program innovation champion, yang mendukung

visi Presiden 2019-2024, (2) membangun SDM yang cerdas dan terintegrasi, (3) pengembangan Iptekin

yang mampu mendukung era IR 4.0., dan (5) dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai.

A.2.3.2 Mempersiapkan SDM Untuk Membangun Ekonomi Berbasis Iptek dan Inovasi di Era

Industri 4.0 – Komtek Sosial, Humaniora, Ekonomi, Pendidikan, Seni dan Budaya DRN

Dalam rangka mewujudkan manusia inovatif Indonesia, beberapa isu krusial yang ditengarai akan

mengendalai, antara lain:

Masih rendahnya kualitas pendidikan dan keteraksaraan;

Belum meratanya akses pendidikan;

Belum efektifnya manajemen dan proses belajar-mengajar di sekolah;

7

Masih ditemukannya kasus-kasus stunting dan gizi buruk;

Meningkatnya penyakit menular;

Pertumbuhan ekonomi yang stagnan;

Terhambatrnya investasi karena hambatan peraturan dan kelembagaan;

Masih lemahnya regulasi yang pro-bisnis;

Rendahnya kapasitas lembaga;

Rendahnya kualitas pelayanan public;

Terjadinya disharmoni sosial dan konflik antar masyrakat;

Mudahnnya terjadi friksi antar partai;

Ancaman disintegrasi;

Tergerusnya nilai-nilai budaya dan akulturasi budaya;

Ancaman pengaruh globalisasi dan teknologi informasi terhadap generasi milenial;

Langkah terobosan untuk menyelesaikan permsalahan di atas, menuju realisasi terciptanya

manusia unggul and inovatif Indonesia, dilakukan melalui penciptaan program 5 (lima) pilar

pembangunan SDM cerdas, inovatif dan berintegritas:

1. Smart Living / Environment melalui perbaikan akar sosial ekonomi kesehata anak dan

pencegahan stunting;

2. Smart Heritage melalui upaya revitalisasi nilai-nilai budaya lokal dab penyebarannya

berbasis teknologi;

3. Smart people dengan mendorong investasi SDM berbasis clustering/local resources,

integrasi dan sinergi pendidikan (formal dan non-formal), dan pengelolaan dan sinergi

talenta Indonesia (diaspora);

4. Smart Economy melalui strategi penyiapan kebutuhan pekerjaan masa depan dan

peningkatan nilai-nialai kewirausahaan berbasis digital-creativity; dan

5. Smart Governance melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan public berbaisis IT,

pemberdayaa masyarakat, dan penguatan nilai-nialai budaya demokrasi.

A.2.3.3 Bahasan Umum

Tindakan riil pembangunan SDM yang unggul pada dasarnya harus dimulai sejak “janin di

dalam kandungan”. Dengan demikian, akan dilahirkan bayi yang sehat dan cerdas. Niatan ini

8

mempunyai makna yang sangat luas, terutama terkait dengan pendidikan ibu hamil agar tetap sehat dan

berperilaku baik, serta berbagai aspek lainnya.

Untuk mendukung proses inovasi diperlukan ekosistem inovasi yang kondusif. Melalui UU No.

32 Tahun 2004 tetang Otonomi Daerah, posisi Pemda sangat menentukan, khususnya Balitbangda dan

DRD diharapkan dapat lebih berperan untuk menciptakan ekosistem inovasi. Balitbangda dan DRD

dapat mengintegrasikan berbagai program sehingga kepentingan antar sektor terjembatani melalui

penyusunan rencana induk, misalnya pengintegrasian untuk pengembangan kawasan industri dan

pariwisata, yang dapat didukung dengan regulasi sesuai dengan kebutuhan daerah, baik dalam bentuk

regulasi baru, regulasi turunan maupun dalam bentuk harmonisasi berbagai regulasi yang telah ada.

Berkaitan dengan UU No.11/2019 tentang Sisnas Iptek, dan utamanya terkait dengan Pasal 48

yaitu tentang badan riset dan inovasi nasional (BRIN), DRN telah mengirimkan masukan kepada

Pemerintah melalui Menteri Ristekdikti. Pada prinsipnya BRIN berupa institusi / lembaga yang

berperan untuk menciptakan ekosistem inovasi secara kondusif dalam upaya menjadikan Iptek sebagai

landasan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dan sebaiknya dipimpin langsung oleh Presiden

(Presiden sebagai Panglima Inovasi)

Kementerian PAN-RB sudah berupaya untuk meningkatkan ASN Inovatif melalui berbagai

regulasi di semua tingkat jenjang, termasuk perekrutan pegawai baru. Upaya tersebut, perlu lebih

diperluas, baik dasi sisi sektoral dan spasial (wilayah) melalui strategi yang cerdas dan

mempertimbangkan pendekatan sustabinabilitas (sosial, ekonomi dan lingkungan).

A.2.4 Sesi Paralel

Sesi Paralel dibagi menjadi 2, yaitu:

Kebijakan Inovasi Bidang Pangan, Kesehatan, Energi dan Lingkungan & Kebencanaan

Kebijakan Pembangunan Inovasi Bidang Transportasi, TIK, Hankam dan Material Maju

Pada sesi ini masing-masing Komtek mempresentasikan masukan innovation champion.

Masukan innovation champion dari Sesi 1) dan 2) yang dirangkum pada Tabel 1.

Tabel 1: Usulan Innovative Champion dari 9 Komtek DRN

NO KOMTEK USULAN INNOVATION CHAMPION

1. Pangan dan

Pertanian

1) Produksi tepung berbasis karbohidrat local (Mocaf, Tepung Asam),

2) Gandum Tropika, dan

3) Pangan Fungsional Untuk Stunting

2. Energi Untuk mendukung dekarbornisasi sektor energi jangka panjang yang mendalam diperlukan:

1) Pengembangan Bahan Bakar Bersih Berbasis Energi Baru dan Terbarukan Rendah/Zero

Karbon

9

NO KOMTEK USULAN INNOVATION CHAMPION

2) Pengembangan Teknologi Kelistrikan Berbasis Energi Baru dan Terbarukan

Rendah/Zero Karbon

3) Sistem Manajemen Energi, Teknologi Efisiensi, Konservasi dan Smart Energy

4) Pengembangan Teknologi Peningkatan Cadangan dan Produksi Minyak dan Gas Bumi

5) Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Energi Fosil Menuju Energi Bersih dan

Rendah/Zero Karbon

3. Kesehatan dan

Obat-obatan

1) Percepatan pengembang teknologi industri farmasi (sediaan obat dan bahan baku obat)

2) Pengembangan alat dan instrumentasi kesehatan produksi dalam Negeri

3) Pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular dan penyakit jiwa

4) Riset kebijakan kesehatan untuk pelayanan bersinergi dalam bentuk AHS dengan pendekatan riset operasional dan pemanfaatan big data

4. Lingkungan & Kebencanaan

1) Disaster science and techno park (4.0 to 6.0),

2) Sisntem informasi inovasi manajemen lingkungan dan kebencanaan

5. Transportasi 1) Kapal Tanker Vegetable Oil,

2) Motorized Container Barge

3) Smart Healing Pavement untuk Cracking

4) Sarana transportasi alternative untuk menunjang Pariwisata dan daerah 3T

5) Pembuatan Bandar Udara Perairan

6. Teknologi

Informasi dan Komunikasi

(TIK)

1) Aplikasi yang mendukung Jaringan dan Opretasional SPBE,

2) Aplikasi data produk berbasis Big Data menuju implementasi One Data Policy

3) Niche Produk untuk mendukung (1) dan (2)

7. Pertahanan dan

Keamanan

(Hankam)

1) Radar Ground Central Intercept,

2) Pesawat Terbang Nir Awak,

3) Roket Pertahanan,

4) Cyber attack security (kerjasama dengan TIK)

8. Material Maju 1) Material Pangan,

2) Produk radio isotop,

3) Material kesehatan dan kosmetik,

4) Material maju berbasis SDA

9. Sosial

Humaniora,

Pendidikan, Seni

dan Budaya

Membangun SDM Cerdas, Inovatif dan Berintegritas:

1) Smart living / environment: akar social ekonomi, kesehatan anak dan pencegahan

stunting

2) Smart people: Investasi SDM berbasis clustering/ local resources, integrasi dan sinergi pendidikan (formal dan informal), pengelolaan dan sinergi talenta (penyebaran

diaspora)

3) Smart economy: Menyiapkan kebutuhan pekerjaan masa depan dan menciptakan

kewirausahaan berbasis digital-kreatif

4) Smart governance: Peningkatan kualitas pelayanan publik yang inovatif berbasis IT,

Pemberdayaan masyarakat, dan penguatan nilai-nilai budaya demokrasi

5) Smart heritage: Revitalisasi nilai nilai budaya lokal, local wisdom, penyebaran budaya

berbasis teknologi

Dalam diskusi, disampaikan berbagai masukan khususnya innovation champion dari DRD,

yang terangkum pada (lihat Tabel 2).

10

Tabel 2: Masukan Usulan Innovative Champion dari DRD

NO PENGUSUL INNOVATION CHAMPION DRD

10 DRD 1) Smart Farming,

2) Tanaman Obat,

3) Solar Cell,

4) Penanganan Kebakaran Hutan,

5) Panas Bumi,

6) Long-Term Deep Carbonization of Energy

A.2.5 Sesi Penutupan

Pada Sesi Penutupan ini disampaikan oleh Ketua DRN dengan mempresentasikan Kesimpulan

Umum. Kesimpulan ini akan dikaji dan disempurnakan lebih lanjut oleh masing-masing Komtek, dan

hasil akhir akan disusun dalam bentuk buku usulan innovative champion, yang akan disampaikan

kepada Pemerintah (Presiden c.q. Menteri Ristekdikti), antara lain:

1. Untuk mewujudkan ke-5 visi Presiden terpilih 2019 – 2024 diprasyaratkan proses

transformasi mewujudkan pembangunan nasional berlandaskan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pemikiran tersebut telah dijadikan produk legal dengan telah diundangkannya

UU No. 11/2019 tentang Sistem Nasional ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai

pangganti UU No. 18/2002 dengan judul yang sama;

2. Kegiatan penelitian yang berhasil, baik itu dalam bentuk publikasi berkualitas dan/atau

pemanfaatan hasil penelitian untuk keperluan komersial, sering ditunjukkan sebagai upaya

kolaboratif. Oleh karenanya, mendorong upaya percepatan proses penetrasi hasil kegiatan

riset dan inovasi – yang diformulasikan sebagai invensi kali komersialisasi – ke dalam

kegiatan ekonomi produktif (nasional), yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada

APBN, mensyaratkan ekosistem inovasi yang kondusif;

3. Ekosistem inovasi tersebut antara lain terbangun dari: (1) shared vision, (2) Sistem

perundang-undangan (regulasi), (3) Kelembagaan, (4) Sistem Pendanaan, (5) Pola

pembinaan SDM Iptek (Peneliti, Perekayasa dan Dosen), (6) Komunitas Epistemik, dan (7)

Keterlibatan Pihak Swasta;

4. Dari sisi birokrasi, Kemen PANRB telah melakukan reformasi birokrasi yang mendukung

terbinanya ASN yang inovatif, berdaya saing dan unggul, dimulai sejak recruitment secara

otomatis, pembinaan melalui diklat kepemimpinan dengan pola proyek perubahan,

reformasi birokrasi di setiap lini;

5. Proses realisasi program dengan pendekatan money follow program, oleh Bappenas

diimplementasikan melalui 45 (empat puluh lima) kegiatan flagship yang dilakukan

11

dipelbagai K/L melalui pendanaan APBN (DIPA) untuk semakin mempertajam,

memadukan dan saling-melengkapi sasaran yang direncanakan;

6. Diundangkannya UU No. 11/2019, mengkofirmasi niatan untuk menjadikan Ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai landasan pembangunan nasiona dan diterjemahkan

dalam bentuk perlunya dibuat Rencana Induk Pemajuan Iptek (Pasal 8) sebagai landasan

pembangunan nasional jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka

pendek (5 tahun);

7. Komunitas epistemik mempunyai fungsi dan peran penting dalam menetapkan rumusan

arah, prioritas dan strategi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komunitas epistemik

adalah jaringan pakar berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan membantu

pengambil keputusan untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, mengidentifikasi

alternatif solusi kebijakan dan menilai hasil kebijakan. AIPI, DRN dan DRD merupakan

bagian tak terpisahkan dari komunitas epistemik. Dalam perspektif UU N0. 11/19, AIPI

dan DRN ini akan semakin berperan jika dipimpin langsung oleh Presiden;

8. Maisng-masing Komisi Teknik (Komtek) telah mengajukan usulan innovative champion

yang akan dituntaskan pada bulan Desember 2019 dan diajukan kepada Pemerintah

(Presiden) melalui Menteri Ristekdikti

A.3 SIDANG PARIPURNA III DEWAN RISET NASIONAL

A.3.1 Pembukaan

A.3.1.1 Sambutan Ketua DRN

Ketua DRN yang menyampaikan bahwa SP III ini merupakan rangkaian kegiatan dari SP II di

Bali, yakni tentang pemikiran prioritas unggulan atau innovative champion. DRN telah melakukan

pemikiran tentang inovasi ini sejak 2-3 tahun yang lalu, yang menjadi landasan pemikiran SP II dan SP

12

III tahun 2018. Sebelumnya DRN juga telah membahas inovasi dengan forum Rektor perguruan Tinggi

dan bahkan juga mengundang Prof. Soo Khee Chee NationalUniversity of Singapore. Pemikiran

inovasi akhirnya mengerucut pada Paul Romer (peraih hadiah Nobel 2018) yang menyatakan bahwa

Inovasi adalah pengarah pertumbuhan ekonomi jangka panjang, sehingga pemikiran ini dengan Visi

Presiden Jokowi (14 Juli 2019) tentang pembangunan ekonomi yang berbasis pada manusia inovatif.

Berbekal pada inovasi, kualitas SDM, dan penguasaan teknologi kita bisa keluar dari kutukan sumber

daya alam (SDA).

Dari penjelajahan pemikiran inovasi DRN, timbul pemikiran menyusun innovative champion

sebagai alternatif atas ketergantungan SDA, karena fakta program inovasi yang diselenggarakan di

Indonesia (Kemenristekdikti) yang jumlahnya telah mencapai 1.153 inovasi, dinilai dampak

perekonomiannya belum signifikan.

DRN telah mencatat berbagai masalah riset-iptek dan inovasi diantaranya: (i) Hasil-hasil riset

berhenti di prototype, paten, publikasi, (ii) Agenda riset tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, (iii)

Industri/ users mengadopsi inovasi yang berlisensi dari negara luar, (iv) Riset di berbagai

lembagalitbang Kementerian/ lembaga, Perguruan Tinggi tidak terkoordinasi, tumpang tindih dan

duplikasi, (v) Anggaran riset didominasi pemerintah (sekitar 85% ), dan (Vi) Lemahnya hubungan

Triple-Helix. Sebagai konsekuensinya, Global Innovation Index masih rendah,yakni 85 dari 126 negara.

Kemudian berawal dari hasil pertemuan dengan Bapak Menristek (27 Nopember 2019), maka

DRN perlu memberikan masukan tentang BRIN. Hal ini mengingat bahwa hasil riset dinilai gagal untuk

hilirasi/ komersialisasi, antara lain karena: (i) riset sering berhenti pada protipe, (ii) terbatasnya

hubungan triple helix, dan (iii) sistem pendanaan riaet. BRIN dibentuk dalam rangka UU no 11/ 2019

tentang Litbangjirap. DRN memberikan masukan sebagai terdapat pada Gambar:

Tugas DRIN mencakup 5 hal yakni: (i) penyusunan PRN, (ii) Perumusan arah dan prioritas

utama pembangunan Iptek, (iii) Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis Nasional Iptek, Sinas

(National Innovation Policy), (iv) Pemantauan perkembangan Iptek dan kebutuhan Iptek

untukpembangunan, dan (v) Menjalin Kemitraan dengan Dewan Riset Daerah, dan dewan-dewan

sejenis ditingkat nasional dan internasional.

A.3.1.2 Keynote Speech Ketua AIPI (Prof. Satryo Soemantri Brojonegoro)

Keynote Ketua AIPI berfokus pada: Profil SDM menyongsong 100 Tahun

Kemendekaan.Tantangan nasional di bidang iptek adalah penerapan teknologi baru pada sektor-sektor

utama, sehingga dapat mendorong perekonomian. Dua (2) aspek utama dalam penerapan iptek yang

harus diperhatikan yaitu sesuai kebutuhan dan bisnis plan.

Selama ini industri /swasta tidak mau mengambil resiko, dan sebagai akibatnya investasi di

bidang riset sangat rendah, sehingga Pemerintah harus mau mengambil resiko kegagalan riset yang

13

cukup tinggi. Kendala lain dalam menjalankan kegiatan riset adalah sistem keuangan kita tidak

membenarkan terjadinya kegagalan dalam pencaian target sesuai dengan waktu yang telah terjadwal.

Contoh mobil listrik pada waktu Menteri BUMN Bapak Dahlan Iskan, yang hanya dapat menyerahkan

600 dari 1000 unit produk, sehingga menjadi temuan KPK, dan akhirnya Bapak Dahlan masuk penjara.

DRN perlu memberikan usulan untuk mengantisipasi tentang proses dan sistem inovasi yang

diperlukan. Sebagai contoh di ITS yang telah berhasil membuat motor listrik dan memproduksi

beberapa unit. Namun berbagai aspek untuk produksi masal masih diperlukan tahapan proses, seperti

investasi, kebijakan /regulasi, waktu dan sistem produksi, yang belum dipersiapkan dengan baik,

sehingga hasil riset tersebut gagal masuk pasar/ komersialisasi.

Kita perlu belajar dari contoh-contoh sukses yang berawal dari kegagalan seperti produksi roket

di Korea, produksi motor/ mobil Honda di Jepang. Dalam hal ini yang penting adalah value, substansi

dan administrasi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mempersiapkan SDM tahun 2045, AIPI sudah melakukan survei melalui pertanyaan-

pertanyaan, untuk SDM 2045, yaitu dalam Agenda Iptek Indonesia, yang mencakup: (i) Identitas,

keragaman, dan budaya, (ii) Kepulauan, Kelautan, dan Sumber Daya Hayati, (iii) Kehidupan, kesehatan

dan Nutrisi, (iv) Air, Pangan dan energi, (v) Bumi, iklim dan alam semesta, (terutama daerah katulistiwa

dan sebagai tempat terbaik untuk observatory sebagai cagar budaya), (vi) Bencana dan ketahanan

masyarakat terhadap bencana, (vii) Material dan Sains komputasi, (viii) Ekonomi tata kelola dan

masyarakat

Di tingkat global, kita perlu mengantisipasi prakiraan Global 2052, dengan 5 isu utama yakni

berakhirnya:(i) Kapitalisme, (ii) Pertumbuhan ekonomi, (iii) Demokrasi yang lambat, (iv)

Keharmonisan antar generasi, dan (v) Iklim yang stabil.

Selain itu, tantangan yang kita hadapi adalah era revolusi industri 4.0 (IR 4.0) dengan 2 dampak

utama di berbagai bidang kehidupan, yakni: (i) Most Prone to Automation, seperti Telemarketers, Tax

preparers, Real Estate Brokers, dan sebagainya, dan (ii) Least Prone to Automation, seperti Physician

and Surgeons, Psychologists, Human Resources Managers, Sales Managers, dan sebagainya. Dan

sebagai konsekuensi, hal tersebut akan berdampak pula pada penghasilan manusia, dimana pekerjaan-

pekerjaan yang sifatnya tidak rutin (Non Routine Task) mempunyai peluang berpenghasilan tinggi

dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutin.

Untuk manusia Indonesia ke depan (2045), harus mempunyai kemampuan untuk

mempertahankan dan adaptif pada kondisi-kondisi: (i) Non routine, (ii) Problem solving, (iii) High

math and social skills, (iv) Soft skills, (v) Not to compete with or to replace computer/ technology but

smart/ intelligent utilization of them, dan (vi) Lifelong and active learning.

14

A.3.2 Presentasi Komtek: Innovative Champion

Presentasi Komtek untuk Program Prioritas Unggulan (Innovative Champion) dilaksanakan secara

pleno yang mencakup 9 Komtek, yaitu:

1. Pangan dan Pertanian

2. Energi

3. Transportasi dan Maritim

4. Teknologi Informasi dan Komunikasi

5. Kesehatan dan Obat

6. Material Maju

7. Pertahanan dan Keamanan

8. Sosial Humaniora, Pendidikan, Seni dan Budaya

9. Lingkungan dan Kebencanaan

Presentasi ke 9 Komtek menghasilkan 9 program Prioritas Unggulan (1 Komtek 1 Program) yang

terangkum menjadi dokumen yang dilaporkan dan diserahkan kepada Menteri Ristek pada acara

penutupan.

A.3.3 Penutupan

A.3.3.1 Laporan Ketua DRN

Mengucapkan terimakasih kepada Bapak Menteri Riset dan Teknologi, yang berkenan hadir

dan memberikan arahan pada acara Sidang Paripurna DRN III (SP DRN III) tahun 2019 ini. SP DRN

III pada hari ini merupakan lanjutan kegiatan SP DRN II, yang diselenggarakan di Bali, yakni menyusun

prioritas unggulan (innovative champion)

Disamping itu, pada SP DRN III ini juga menyampaikan usulan masukan tentang BRIN (Badan

Riset dan Inovasi Nasional). BRIN adalah amant UU No. 11/ 2019, sebagai lembaga litbangjirap, dan

termasuk usulan posisi DRN / DPRIN pada BRIN tersebut (lihat Gambar).

Mengingat sistem inovasi yang yang tidak sederhana, maka riset-riset yang terkait dengan

inovasi diusulkan tidak diberlakukan sebagai pengadaan barang, suatu kegagalan riset jangan

diberlakukan sebagai tindak pidana, karena kegagalan ini adalah kunci sukses keberhasilan.

Pada kesempatan ini atas prakarsa Ketua DRN dimintakan laporan dari forum: (i) Prof.

Komarudin Hidayat, melaporkan bahwa para anggota DRN ini diisi oleh komunitas SDM dengan

kualifikasi tinggi, dan personil yang sudah selesai dengan dirinya yang masih mauberpikir untuk negara,

15

dan (ii) Perwakilan DRD (Sumatera Utara), melaporkan bahwa dengan UU No. 11/2019, dimana tidak

mencantumkan DRN dan DRD, sementara fungsi DRD sangat penting untuk mendukung Pemda.

Untuk ke 2 laporan di atas, dimohon Bapak Menristek dapat memanfaatkan DRN dan DRD

untuk mendukung program pemerintah, khususnya untuk pembangunan Iptekin dan penerapannya

untuk pertumbuhan ekonomi.

A.3.3.2 Sambutan dan Arahan Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala BRIN

Mengawali sambutannya, Bapak Menristek menyampaikan ucapan terimakasih kepada DRN

atas laporan yang terkait dengan Inovasi Unggulan. Indonesia ingin seperti Korea dan Jepang, dimana

inovasi disiapkan dengan berbasis pada hasil riset, disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi

keunggulan bangsa Indonesia.

Potensi kekayaan alam ini antara lain: Pertambangan (termasuk uranium untuk tenaga nuklir),

Perkebunan (dengan diversifikasinya yang cukup tinggi), dan sebagainya (termasuk lautan). Kajian

atas pertanyaan mengapa daya saing global Indonesia rendah, menyimpulan bahwa kita sudah puas

dengan apa yang dimiliki, sehingga kurang termotivasi untuk berusaha. Sementara Korea dan Jepang

yang sangat militant, karena negara-negara tersebut tidak banyak memiliki SDA. Oleh karena itu, ke 2

negara tersebut focus pada pengembangan SDM yang maju dan focus pada inovasi, yakni untuk dapat

menjual produk yang dihasilkan baik di pasar domestik maupun di pasar global.

Nilai pelajaran yang dapat diambil adalah perlunya kondisi keterbatasan (limitation) yang dapat

memacu danmemicu untukberinovasi. Dengan kata lain bahwa untuk berinovasi diperlukan suatu kultur

dengan kemauan untuk belajar dan membuat produk imitasi melalui rekayasa balik (reverse

engineering). Dengan imitasi, kemudian melakukan pengembangan untuk inovasi produk sejenis yang

baru (down streaming).

Industrialisasi di Indonesia tidak pernah straight forward, bahkan terjadi deindustrialisasi.

Dalamhalini inovasi sangat dibutuhkan agar industri maju. Indikator terjadinya deindustrialisasi adalah

nilai kontribusi untuk GDP di bidang manufaktur sekarang turun, seharusnya di Indonesia kontribusi

lebih besar dari 30%.

Pada umumnya produk-produk dengan nilai tambah yang paling tinggi diperoleh melalui

product development yang berbasis pada riset, yang dapat mencapai 70%. Dalam hal ini lebih dari

sekadar manufacturing tetapi industrialization.

Sekarang kita sudah memasuki era IR 4.0, sehingga perlu melakukan terobosan dengan inovasi.

Contoh mikroba untuk renewable energy. Inovasi harus dijadikan sebagai kebutuhan dan sebagai kunci

pertumbuhan ekonomi, sehingga pada akhir tahun 2024 Indonesia dapat mencapai kondisi ekonomi

yang kokoh sebagai producer bukan importer. Kemajuan teknologi di era IR 4.0 agar menjadi acuan

dalam melakukan kegiatan / adaptif baik dengan memanfaatkan sisi positif maupun mengeliminasi di

16

sisi negative sebagaimana terjadinya cyber security yang dapat menjadi Matra ke-4 yang dapat

mengganggu situasi / kondisi di bidang Hankam.

Untuk itu, Indonesia perlu melakukan penguasaan teknologi pendukung IR 4.0, yang antara

lain adalah: (i) data analysis, (ii) artificial intelligence ( penting untuk keamanan di airport), (iii) block

chain, (iv) Internet of Thing (IoT), (v) Automatic & Robotics, (vi) 3 D Printing, dan (vii) Cloud

Computing.

Dengan inovasi-inovasi yang berbasis pada teknologi-teknologi tersebut diharapkan

munculnya bisnis baru dan job-creation / menciptakan lapangan kerja, misalnya pilot untuk drone, yang

mana droneini dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, untuk penyemprotan pestisida,

juga perang, pengeboman kilang minyak, dansebagainya. Sebaliknya, di era IR 4.0 dapat berakibat

negatif yang dikenal dengan desruption, seperti hilangnya pekerjaan tertentu, atau tersisihnya usaha-

konvensional oleh model usaha yang baru, seperti terdesaknya gojek pangkalan oleh gojek online.

Oleh karena itu Bapak Menteri menginstruksikan agar DRN dapat merumuskan kebijakan baru

yang adaptif dan up todate dengan kondisi era IR 4.0yang ditandai oleh banyaknya kreasi di bidang

ekonomi digital. Dalam hal ini DRN dituntut agar kreatif, inovatif dan berjiwa enterpreneurship, yang

dalam hal ini termasuk mendukung komersialisasi /pemasaran produk.

Terkait BRIN sebagaimana diamanatkan pada UU No.11/2019, maka BRIN harus dapat

mendukung Visi Presiden, khususnya Visi nomor 5 yaitu: Transformasi Ekonomi untuk menghasilkan

produk-produk unggulan bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan hasil riset / teknologi untuk

pengolahan SDA lokal. Hanya dengan cara demikian Indonesia akan dapat keluar dari middle income

trap , sedemikian memasuki usia tua / pensiun mempunyai cukup kekayaan dan kesejahteraan.

Selain itu, BRIN juga dituntut untuk:

1. Mengembangkan industri manufaktur dan industri jasa modern, termasuk untuk industri

perfilman dan media.

2. Mengatasi berbagai permasalahan riset di Indonesia, dengan membangun managemen dan

ekosistem riset, mendukung industri swasta untuk pendanaan riset

3. Meningkat TKDN, sebagaimana terjadi pada pembangunan LRT yang tingkat

TKDNnyasudah cukup tinggi

4. Mendukung program nasional flagship

5. Mengkoordinasi danmengendalikan seluruh kegiatan riset di Indonesia, termasuk yang

dilaksanakan di Lemlitbang Kementerian dan LPPM di Perguruan Tinggi

17

B. RAPAT BADAN PEKERJA DEWAN RISET NASIONAL

Badan Pekerja Dewan Riset Nasional (BP-DRN) adalah kelompok kerja yang terdiri atas

Pimpinan DRN yaitu Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris, ditambah dengan Ketua Komisi Teknis

(Komtek) yang jumlahnya 9. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Badan Pekerja ini melakukan rapat

dalam upaya mengumpulkan, dan merumuskan berbagai pemikiran awal, serta melakukan keputusan-

keputusan yang sifatnya sementara.

Dalam penyelenggaraan rapat Badan Pekerja, diundang juga Tim Asistensi DRN yang

jumlahnya sesuai dengan jumlah Komisi Teknis dan Staf Profesional DRN, serta dapat mengundang

Narasumber sesuai dengan kebutuhan rapat.

Hasil-hasil rapat Badan Pekerja ini selanjutnya akan dibahas pada rapat di tingkat Komtek untuk

dapat dibahas lebih spesifik dan dapat ditindak-lanjuti atau diimplementasikan sesuai dengan bidang

Komtek. Pembahasan-pembahasan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pertemuan baik dalam bentuk

rapat maupun pertemuan ilmiah lainnya, seperti seminar, forum group discussion (FGD), lokakarya dan

sebagainya.

Hasil rapat / pertemuan/ FGD di tingkat Komtek dapat diformulasikan dalam bentuk rumusan

pemikiran, rekomendasi dan usulan kebijakan ringkas (policy brief). Hasil-hasil selanjutnya akan

dibahas di tingkat Pimpinan untuk kemudian disampaikan oleh Ketua DRN kepada pihak-pihak

berkepentingan seperti kepada Menteri Ristekdikti dan jajarannya ataupun kepada pihak lain seperti

pemerintah dan pejabat, industri, DRD dan instansi lainnya.

Selama tahun 2019, BP-DRN telah melaksanakan rapat 4 kali, yang hasilnya disusun dalam

bentuk Rangkuman, dengan struktur Rangkuman yang disesuaikan dengan Agenda rapat.

B.1 Rapat Badan Pekerja ke 1 (25 Juli 2019)

18

B.1.1 Pembukaan

Rapat Badan Pekerja (BP) DRN 2019 – 2022 merupakan kegiatan DRN yang pertama kali.

Dalam pembukaannya, Ketua DRN mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta rapat. Pada

kesempatan ini, Ketua DRN menyampaikan salah satu isu penting, yaitu perekonomian Indonesia yang

sedang memprihatinkan, karena defisit neraca perdagangan sejak Maret 2019 yang sangat besar dan

terus berkelanjutan, sehingga DRN yang dibentuk sebagai advisory body diharapkan dapat memberikan

masukan kepada Pemerintah (cq Kemenristekdikti).

Dicontohkan diwaktu penyusunan RUU Sisnas Iptek, DRN tidak dilibatkan, namun DRN

merasa berkepentingan untuk membentuk Tim Ad Hoc agar dapat memberikan berbagai masukan

pemikiran, salah satunya tentang inovasi. Pada saat UU Sisnas Iptek yang disahkan, masukan DRN

tentang inovasi diadopsi menjadi 1 Bab tersendiri. Mengingat rapat ini yang pertama kali, maka Ketua

DRN mempersilahkan setiap peserta rapat untuk memperkenalkan diri.

DRN perlu segera melakukan Persiapan Sidang Paripurna II yang akan diselenggarakan di Bali, 27

Agustus 2019, bersamaan dengan peringatan HAKTEKNAS 2019.

B.1.2 Adopsi Agenda

Agenda Rapat BP No.: BP-01/2019/Dok-01 dipersiapkan oleh Sekretariat atas arahan Ka.

DRN, beserta Sekretaris dan Staf Profesional. Ketua DRN membuka kesempatan bagi Anggota BP

untuk memberikan masukan, balikan dan komentar.

Agenda yang telah disepakati disetujui, namun dinilai cukup banyak item bahasan yang harus

dicakup. Mengingat keterbatasan waktu rapat, beberapa Agenda akan di selesaikan pada rapat BP

berikutnya, yang direncanakan dilaksanakan sebelum SP II di Bali (alternatif tanggal 19 Agustus 2019).

B.1.3 Tata Kerja Internal DRN

B.1.3.1 Peraturan Dewan Riset Nasional Nomor: 01/DRN/PER/VII/2007 tentang Tata

PelaksanaanDewan Riset Nasional

Sekretaris DRN menjelaskan Tata-kerja DRN berdasarkan Perpres No. 16/2005 dan Peraturan

DRN 01/2007 tentang Tata-Pelaksanaan DRN beserta Lampirannya, yang mencakup antara lain : (1)

Badan Pekerja, (2) Komisi Teknik, (3) Panitia Adhoc, (4) Staf Profesional, (5) Tim Asistensi.

Peraturan DRN 01/2007 tentang Tata-Pelaksanaan DRN ini sudah terlalu lama dan tidak ter-

update, diusulkan untuk melakukan kajian terhadap seluruh produk kebijakan terutama dalam kaitannya

dengan Tata-kerja DRN.

19

B.1.3.2 Revisi Anggaran 2019/2020

Sekretaris menjelaskan status anggaran 2019/2020 dan proses revisi yang sedang diajukan

untuk mendukung kegiatan DRN tahun anggaran 2019/2020:

1. Anggaran DRN untuk tahun anggaran 2020 turun menjadi Rp. 5 Milyar. Sedangkan,

kegiatan yang dicakup 12 bulan, maka dirasakan sangat kurang. Untuk itu DRN perlu

mencari anggaran tambahan untuk mendukung kegiatan DRN tahun 2020.

2. Tim Asistensi, tidak teralokasikan honor, sehingga Pimpinan DRN akan mengupayakan

honor Tim Asistensi dari anggaran yang teralokasi.

B.1.3.3 Rencana Kegiatan DRN 2019 – 2022

Sesuai dengan Peraturan DRN N0. 1/2007, Rencana Kegiatan 2019 – 2022 dirumuskan melalui

Rapat BP DRN dan mendapat persetujuan Sidang Paripurna untuk diimplementasikan melalui Rapat-

rapat koordinasi dan kunjungan kerja.

Sidang Paripurna;

Dalam satu tahun anggaran, DRN mengadakan Sidang Paripurna paling sedikit 2 (dua) kali

atau lebih sesuai dengan kebutuhan kegiatan

Rapat Badan Pekerja

Rapat Badan Pekerja dilakukan 4 (empat) sd 6 (enam) kali dalam satu tahun anggaran;

Rapat Komisi Teknik

Dalam rangka melaksanakan kesepakatan Sidang Paripurna atau Rapat BP, Komtek

dibantu oleh Tim Asistensi masing-masing komisi, mengadakan Rapat Koordinasi dan

/atau Kunjungan Kerja sesuai dengan ketersediaan anggaran pada tahun anggaran ybs;

Rapat Panitia Adhoc

Panitia Ad hoc dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan fokus perhatian, sertra

didukung sesuai dengan ketersediaan anggaran;

Komunikasi DRN – DRD

Setiap Komtek dapat mengakomodasi kehadiran anggota DRD untuk mengikuti rapat

koordinasi Komtek. Kehadirian anggota DRD di Sekretariat DRN selalu

didokumentasikan;

Dokumentasi Laporan

20

Pada setiap pertemuan, ditetapkan kodifikasi warna sampul laporan masing-masing tingkat

rapat pertemuan: (1) Hijau – Sidang Paripurna, (2) Biru – untuk Rapat Pekerja, dan (3)

Kuning untuk Komisi Teknik;

Rangkuman hasil pembahasan dan diskusi, sebagai berikut:

DRN diusulkan untuk melakukan review peraturan-peraturan tentang DRN, sehingga peran

DRN dapat diperjelas dan ter update;

Target SP II akan membuat statement dari masing-masing Komtek, sehingga setiap

Komtek perlu menetapkan innovative champion subject/items (1-2 inovasi) yang akan

disampaikan kepada Menteri / Presiden, agar dapat dijadikan prioritas Presiden untuk

pembangunan perekonomian Indonesia. Kriterianya adalah inovasi yang berimplikasi pada

APBN. Innovative champion subject/items akan terus dibahas sampai akhir tahun;

Hambatan inovasi di Perguruan Tinggi (PT) selama ini dinilai akibat implementasi

kebijakan penilaian kinerja terkait dengan Tri Dharma PT yang dikenakan pada tingkat

individu, bukan kelembagaan. Untuk ini DRN akan memepersiapkan masukan kepada

Menteri Ristekdikti;

Penetapan innovative champion subject/items dan isu penting lainnya dapat dibahas pada

Rapat Komtek, dan diharapkan dapat disampaikan pada Rapat BP berikutnya;

DRN perlu segera menyikapi UU Sisnas Iptek, yang operasionalnya dituangkan pada

RIRIN. DRN perlu membentuk Tim Adhoc untuk menentukan berbagai kebijakan strategi,

kisi-kisi, tugas DRN dan sebagainya,menuju pada pembuatan masukan untuk Rencana

Induk Iptak Nasional seperti yang amanatkan di dalam UU SInas Iptek yang baru, dan

diketuai oleh Bp. Bambang Teja;

B.1.3.4 Persiapan Materi Sidang Paripurna DRN Ke II, 26 - 28 Agustus 2019:

Sidang Paripurna Kedua DRN 2019 – 2022 dijadwalkan diselenggarakan pada tanggal 27

Agustus 2019 di Bali bersamaan dengan penyelenggaraan Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi

Nasional ke-14:

Ketua DRN mengusulkan tema SP II Bali adalah Membangun Manusia Inovatif. Untuk itu,

Ketua DRN memberikan wawasan pentingnya inovasi yang mencakup: (i) Proses penyusunan

sumbangan pemikiran tentang inovasi, (ii) Pemahanan Inovasi dan Outputnya (iii) Pentingnya inovasi

dan strategi inovasi, (iv) Inovasi dalam The G-20 Osaka Leader’s Declaration, (v) landasan hukum

inovasi di UUD 1945, Nawacita dan Visi-Misi Presiden 2020-2024, dan (vi) usulan strategi inovasi

berdasarkan Visi-Misi Presiden, (vii) masukan DRIN (Dewan Riset dan Inovasi), (viii) Implementasi

Inovasi di Indonesia berdasarkan formula: Inovasi = Invensi X Komersialisasi, dan (ix) Perkembangan

Riset Dekade Terakhir. Hasil diskusi disepakati perihal sebagai berikut:

21

Tema disepakati menjadi “Membangun SDM Inovatif Indonesia”;

Kegiatan Komtek sebelumnya dapat diteruskan dan bahkan dapat dipilih untuk ditetapkan

sebagai innovative champion subject/items. Contoh di Komtek Transportasi dan Maritim

tentang ITS (Intelligence Transportation System);

DRN bertugas untuk mengawal agar innovative champion subject/items dapat

diimplementasikan menjadi produk komersial;

RPJMN yang disusun Bappenas berisi juga tentang Strategi Inovasi. Anggota DRN dapat

memberkan masukan dalam waktu 1 minggu;

DRN perlu melakukan review berbagai regulasi yang menghambat inovasi. Banyak

innovator yang mengalami hambatan karena tidak/belum siapnya regulasi (kasus Komtek

Material Maju), atau regulasi yang ada justru menjerat para innovator dalam kasus hukum.

Untuk ini perlu dibentuk Tim Adhoc yang diketuai oleh Bapak Ashwin Sasongko;

Inovasi sosial / pelayanan ternyata sudah banyak terjadi di daerah (misalnya inovasi

pelayanan Akte Kelahiran). Hal-hal demikian perlu mendapat perhatian untuk dapat

didukung pemanfaatannya lebih lanjut;

Inovator juga dapat berasal dari kalangan masyarakat (Petani, Nelayan). Misalnya produksi

bibit tanaman, dan hal ini juga belum dapat terakomodir dalam suatu regulasi, sehingga

dilarang oleh Pemda. Keadaan inilah yang menjadi hambatan inovasi;

Hambatan inovasi juga terjadi di berbagai bidang. Khususnya di bidang material sehingga

berakibat pada pembangunan berbiaya mahal. Sebagai contoh: limbah bentonit, limbah

industri baja, dan sebagainya. Permasalahan ini diusulkan dikaji lebih lanjut pada FGD

dengan melibatkan pihak-pihak terkait (misalnya KLHK), sehingga hasilnya dapat

diusulkan sebagai innovative champion subject/items;

Keberandaan DRD yang sudah cukup lama sangat penting untuk Pemda, misalnya di Jatim

dan Jogjakarta. Namun demikian peran DRD di berbagai daerah masih perlu didorong dan

diharapkan dapat menjadi think-tank yang mendukung perkembangan inovasi di daerah;

Kebencanaan pada dasarnya sangat bervariasi bentuknya dan bersifat lokal, sehingga

penanganannya/solusinya harus dilakukan secara terintegrasi/terpadu dari berbagai

pendekatan dan multidisiplin. Dalam hal ini diperlukan socio-technology approach;

Potensi besar inovasi adalah berbasis kearifan lokal (biomassa) untuk menghasilkan

produk-produk generik, yang selama ini masih diimport. Dalam hal ini diperlukan industri

generik. Misalnya, untuk industri metal, agar kita lebih mandiri dengan memanfaatkan

teknologi yang sudah kita kuasai;

22

UU Sisnas Iptek secara operasional akan mengacu pada RIRIN, sementara kalau berbicara

industri, maka RIPIN juga dapat dijadikan acuan;

Inovasi dapat juga diimplementasikan untuk penghematan berbagai hal yang sehari-hari

kita temukan, untuk menggantikan peralatan produk yang selama ini diimport, misalnya

lampu bohlam;

Hambatan inovasi di Indonesia, selain R&D, juga masalah: (i) K (capital) juga menjadi

kendala, karena pembiayaan investasi yang sangat rendah, dan (ii) kesiapan SDM.

Hambatan inovasi ini sering dikaitkan dengan “Lembah Kematian” pada proses hilirisasi;

DRN diharapkan dapat mengkaji berbagai isu besar / internasional ke depan, untuk

mengantisipasi berbagai hal /bencana terjadi, misalnya masalah Climate Change akibat gas

rumah kaca yang berdampak pemanasan global, yang banyak terkait dengan pemakaian

energy, sebagai mana di presentasikan oleh Bapak Hardiv Situmeang.

B.1.3.4 Presentasi Climate Summit (Bapak Hardiv Situmeang)

Presentasi tentang Climate Change oleh Bapak Hardiv adalah bahan dasar pemikiran DRN

yang akan disampaikan ke Presiden dalam rangka pertemuan Climate Summit tanggal 23 September di

New York, yang selanjutnya akan dibawa pada COP25 di Satiago, Chili pada tanggal 3-12 Desember

2019.

Indonesia pada dasarnya telah menyetujui program COP dengan telah Ratifikasi dengan UU

no.16 tahun 2016, sehingga seharusnya Indonesia berkepentingan untuk melaksanakan.

Namun dalam kenyataan selama ini terbukti bahwa kebijakan bauran energy belum dapat

mendukung tercapainya tujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sampai tahun 2050. Demikian

pula di tingkat internasional pun pencapaiannya sukar terealisasi.

Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi ancaman tenggelamnya beberapa pulau di

Indonesia dan dampak-dampak ekologis lainnya, karena kenaikan suhu global 2 °C membawa akibat

naiknya permukaan air laut setinggi 0,4 – 1,4 M.

Upaya yang telah dilakukan Indonesia selama ini ternyata belum mengarah untuk tercapainya

target SDG 2030, sehingga DRN perlu memberikan pemikiran kepada Presiden pada UN Climate

Action Summit tersebut.

B.1.3.5 Kesimpulan

1. Masing-masing Komtek akan mempersiapkan 1-2 “innovative champion subject/items”

sebagai bahan masukan ke Menteri dan Presiden;

2. DRN membentuk Panitia Ad Hoc tentang produk turunan UU Sisnas Iptek dan melakukan

Review Regulasi yang berkaitan dengan hambatan inovasi dan mengadakan FGD;

23

3. Judul SP DRN II di Denpasar adalah Membangun SDM Inovatif Indonesia;

4. Potensi inovasi di daerah cukup besar, diperlukan dukungan regulasi agar meningkatkan

peran DRD sebagai think-tank Pemda.

B.2 Rapat Badan Pekerja ke 2 (22 Agustus 2019)

B.2.1 Pembukaan oleh Ketua DRN

Rapat BP II ini diselenggarakan dalam rangka untuk menyiapkan SP II di Bali, yang akan

diselenggaralkan pada tanggal 27 Agustus 2019. Penjelasan SP II ini selajutnya akan disampaikan oleh

Sekretaris DRN.

B.2.2 Penjelasan SP II oleh Sekeretaris DRN

Berdasarkan hasil Rapat BP I, maka DRN akan menyelenggarakan SP II yang diselenggarakan

di Bali, seiring dengan peringatan HAKTEKNAS ke 24. Selanjutnya DRN telah melakukan kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

Menyelenggarakan rapat untuk masing-masing Komtek untuk membahas innovation

champion yang akan dipresentasikan pada SP II. Materi ini selanjutnya akan disampaikan

kepada Presiden sebagai masukan untuk mendukung pembangunan perekonomian berbasis

riset dan inovasi.

Menyelenggarakan rapat Tim Kecil yang membahas tentang BRIN, dan untuk BRIN ini

DRN telah menyusun masukan yang telah disampaikan kepada Menteri Ristekdikti. Dan

kepada Presiden RI ke-3.

24

Masing-masing Komtek telah melakukan rapat untuk membahas innovative champion dan

telah mempersiapkan untuk presentasi di SP II di Bali pada tanggal 27 Agustus 2019.

Kegiatan DRN di Bali mulai tanggal 26 s/d 28 Agustus 2019 dengan, dengan agenda utama

(i) Rakornas Ristek (26/08/2019), (ii) SP II DRN (27/08/2019) dan (iii) Acara Puncak

Hakteknas (28/08/2019)

B.2.3 Arahan Ketua DRN tentang Panglima Inovasi

Tujuan mempersiapkan innovative champion dari masing-masing Komtek adalah menyiapkan

program prioritas untuk Presiden terpilih 2019-2014, sehingga bahan ini akan disampaikan kepada

Presiden. Innovative champion ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

Indonesia yang berbasis pada inovasi sesuai dengan konsep-konsep yang sudah kita pelajari terutama

dari Edward Robert dari MIT, yang dituliskan bahwa Inovasi = Invensi*Komersialisasi maupun dari

teori Paul M. Romer (2018) yang pada dasarnya melakukan transformasi pembangunan ekonomi yang

berbasis ekosistem inovasi. Inovasi ini dicirikan dengan dampaknya yang dapat mempengaruhi GDP/

ekonomi global. GDP itu mempunyai banyak variable, misalnya lapangan kerja, dan sebagainya. Di

tingkat dunia ada 50 sektor inovasi, namun Indonesia tidak mengembangkan satupun dari 50 sektor

tersebut.

Kalau setiap Komtek 2 innovative champion, maka akan terkumpul 18 innovative champion

dari DRN. Dalam hal ini masing-masing innovative champion perlu diberikan Target, Strategi, dan

implementasinya, sebagaimana di sampaikan oleh Paul Romer. Hubungan teori Paul Romer ini ternyata

selaras dengan strategi inovasi yang tercantum pada Visi Presiden terpilih.

B.2.4 Laporan Masing-Masing Komtek

B.2.4.1 Komtek TIK

1. Latar Belakang: hasil riset yang sudah banyak dihasilkan tetapi tidak dapat

diimplementasikan, sehingga berhenti dampaknya kurang kelihatan. Contoh smart card,

ADSB , AIS.

2. Usulan innovative champion:

Aplikasi yang mendukung Jaringan dan Opretasional SPBE, dan

Aplikasi data produk berbasis Big Data menuju One Data Integrasi data sangat penting,

misalnya data tanah (dengan 2 sertifikat)

B.2.4.2 Komtek Soshum

25

1. Latar Belakang: (i) arah pembangunan ekonomi harus bersifat inklusif, sehingga diperlukan

SDM berkualitas dan inovatif yang berbasis Iptek, (ii) jiwa wirausaha / entrepreneurship,

dan jumlahnya yang masih di bawah rata-rata dunia, dan (iii) masih tingginya stunting

karena gizi buruk


Smart living / environment dan smart economy untuk mengatasi akar social ekonomi,

kesehatan anak dan pencegahan stunting

Smart people: Investasi SDM berbasis clustering/ local resources, integrasi dan sinergi

pendidikan (formal dan informal), pengelolaan dan sinergi talenta (penyebaran

diaspora)

B.2.4.3 Pangan dan Pertanian

1. Latar belakang: ketahanan pangan yang masih rendah yang diindikasikan dengan tingginya

import pangan, sementara itu potensi sumber daya pangan local sangat tinggi


Produksi tepung berbasis karbohidrat local (Mocaf, Tepung Asam),

Gandum Tropika, dan

Pangan Fungsional Untuk Stunting

B.2.4.4 Lingkungan Hidup dan Kebencanaan

1. Latar belakang: infrastruktur pendukung untuk metigasi bencana masih terbatas


Disaster science and techno park (4.0 to 6.0),

Sistem informasi inovasi manajemen lingkungan dan kebencanaan untuk Peningkatan

kualitas lingkungan hidup, dan Menuju Ketangguhan

B.2.4.5 Pertahanan dan Keamanan

1. Latar belakang: Komtek Hankam mengacu pada UU No. 16 Tahun 2012 tentang KKIP,

sehingga semua kebijakan mengacu pada industri Hankam, antara lain adalah tentang

meningkatkan kandungan local


Radar Ground Control Intercept,

Pesawat Terbang Nir Awak,

26

Roket Pertahanan,

Cyber attack security (kerjasama dengan TIK)

B.2.4.6 Transportasi dan Maritim

1. Latar belakang: Indonesia belum mempunyai grand design dan masterplan ITS untuk

semua moda transportasi


Kapal Tenker Vegetable Oil,

Motorized Container Barge

Smart Healing Pavement untuk Cracking

Sarana transportasi alternative untuk menunjang Pariwisata dan daerah 3T

Pembuatan Bandara Udara Perairan

B.2.4.7 Material Maju

1. Latar belakang: Urgensi” Pengembangan Industri Special Steel (Material Maju) di

Indonesia sehingga diperlukan model pengembangan wahana inovasi / transfer


Material Pangan,

Produk radio isotop,

Material kesehatan dan kosmetik,

Material maju berbasis SDA

B.2.4.8 Kesehatan dan Obat

1. Latar belakang: tingginya import bahan baku obat dan alat kesehatan, dan pembiayaan

BPJS yang deficit, sehingga perlunya meningkatkan kandungan local.


Percepatan pengembang teknologi industri farmasi (sediaan obat dan bahan baku obat)

Pengembangan alat dan instrumentasi kesehatan produksi dalam Negeri

Pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular dan penyakit jiwa

Riset kebijakan kesehatan untuk pelayanan bersinergi dalam bentuk AHS dengan

pendekatan riset operasional dan pemanfaatan big data

27

B.2.4.9 Energi

1. Latar belakang: ketahanan energy di Indonesia masih rendah, sehingga dituntut untuk dapat

menghasilkan energi yang berdaya saing berbasis inovasi dengan berpedoman pada 4 C

(concept, yang terkait erat dengan Consumer, Competitive dan Collaborative.


Pengembangan Bahan Bakar dan Teknologi Kelistrikan dan Teknologi Pemanfaatan

Energy Fosil Bersih Berbasis Energi Baru dan Terbarukan Rendah Karbon & Zero

Carbon

PengembanganTeknologi Peningkatan Cadangan dan Produksi Minyak dan Gas Bumi

Sistem Manajemen Energi, Teknologi Efisiensi, Konservasi, dan Smart Energy

B.2.5 Diskusi

Innovative champion ini sebaiknya mengacu pada PRN sebagai dokumen resmi untuk riset

dan inovasi

Stunting merupakan permasalahan nasional yang melibatkan berbagai Komtek, yaitu

Komtek Pangan dan Pertanian, Komtek Kesehatan dan Obat dan Komtek Sosial

Humaniora, Pendidikan, Seni, dan Budaya.

Peningkatan kandungan local (local content) dinilai mendesak karena permasalahan ini

terdapat di berbagai Komtek, seperti Komtek Kesehatan dan Obat, Komtek Hankam,

Komtek Material Maju dan sebagainya.

Program innovative champion direncanakan dapat dilaksankan selama 5 tahun yakni pada

period eke 2 Presiden Jokowi.

B.2.6 Penutup

Pada SP II DRN di Bali akan dipresentasikan innovative champion dari masing-masing

Komtek, dan setelah itu akan dilakukan perbaikan s/d awal Desember 2019, dan akhirnya akan

dibukukan dan diserahkan kepada Presiden

Berbagai permasalah nasional yang perlu segera diatasi adalah: (i) stunting, (ii) Big Data, dan

(iii) mengurangi import dan (iv) meningkatkan kandungan local

28

B.3 Rapat Badan Pekerja Ke 3 (17 September 2019)

B.3.1 Pembukaan Oleh Ketua DRN

Rapat dibuka oleh Ketua DRN dengan menyampaikan terimakasih kepada Dr. Bapak Karjono

Atmoharsono, M.Hum. (Sestama BPIP). Lebih lanjut, Ka. DRN menjelaskan salah satu isu penting

tentang UU No. 11/2019. Pada pertemuan ini, Pak Karjono diharapkan dapat menjelaskan dengan

tuntas tentang UU No. 11/ 2019 dan terutama keterkaitannya dengan eksistensi DRN dan DRD.

Disampaikan pula, DRN selama ini memperjuangkan UU Inovasi. Pembahasan tersebut di

lingkungan DRN menghasilkan usulan masukan, yakni: (i) naskah akademis, dan (ii) materi RUU, dan

(iii) mensosialisasikan materi tersebut di berbagai pertemuan dengan berbagai pihak terkait (Menteri

Ristekdikti, fraksi-fraksi DPR, Sidang Paripurna DRN, Forum Rektor, dan sebagainya).

Bagi DRN, diundangkannya UU No. 11/19ini cukup mengagetkan, karena DRN dan DRD tidak

tercantum di dalamnya. Dalam 2 (dua) tahun terakhir, DRN telah berhasil men-encourage pendirian 84

DRD. DRD menjadi institusi penting dalam mendorong kemajuan iptek dan mendukung pertumbuhan

perekonomian berbasis inovasi di daerah. Berbagai peristiwa penting, antara lain adalah pembentukan

Forum DRD Sumatera, pembentukan Forum DRD Jawa Tengah yang menghasilkan deklarasi Salatiga.

Melalui rapat ini diharapkan dapat diperoleh pencerahan dan pemahaman kepastian hukum mengenai

posisi DRN/DRD, apakah DRN akan tetap, atau hilang, dan langkah apa yang harus dilakukan DRN

guna mempertahankan keberadaannya.

B.3.2 Pemikiran DRN: Presiden Panglima Inovasi

DRN adalah institusi penting dalam memajukan iptek dan inovasi, sebagaimana tercermin

keberadaan National Research and Innovation Council di negara-negara maju. Di negara-negara maju

tersebut, untuk mendukung terwujudnya ekosistem inovasi dibentuk lembaga National Research and

29

Innovation Council (Dewan Riset dan Inovasi Nasional) yang dipimpin langsung oleh Presiden atau

Perdana Menteri.

Konsep-konsep inovasi dipelajari terutama dari Edward Robert dari MIT, yang

memformulasikan Inovasi = Invensi*Komersialisasi. Teori Paul M. Romer (2018) pada dasarnya

transformasi pembangunan ekonomi dalam mendorong kemajuan negara pada umumnya berbasis

ekosistem inovasi yang baik. Inovasi ini dicirikan dengan dampaknya yang dapat mempengaruhi GDP/

ekonomi global. Teori Paul M. Romer ini mampu mengarahkan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana

telah dilaksanakan di negara-negara maju.

Hubungan teori Paul Romer ini ternyata selaras dengan strategi inovasi yang tercantum pada

Visi Presiden terpilih. Sehubungan dengan hal tersebut, DRN megajukan gagasan: Presiden sebagai

Panglima Inovasi, dalam rangka memngimplementasikan visi tersebut guna mendukung pembangunan

dan kemajuan perekonomian di Indonesia.

Berkenaan dengan UU No. 11/2019 ini yang hanya mencantumkan Badan Riset dan Inovasi Nasional

(BRIN) dan tidak tercantumnya DRN/DRD, maka berbagai alternatif usulan posisi DRN adalah sebagai

berikut:

DRN di bawah Presiden langsung, sementara BRIN di bawah Kemenristekdikti;

DRN di bawah Presiden langsung, sementara BRIN di bawah beberapa Kementerian

terkait

Berdasarkan pada usulan tersebut, maka pokok-pokok pikiran DRN mencakup 5 hal sebagai

berikut: (i) Presiden adalah Ketua DRN, (ii) DRN menetapkan unggulan inovasi yang berbasis dari

usulan Komtek, (iii) Unggulan Inovasi ditetapkan berdasarkan kriteria produk riset nasional dan

memiliki dampak terhadap GDP, (iv) Unggulan inovasi/innovative champion akan disampaikan kepada

Presiden, (v) Jaminan anggaran untuk unggulan inoasi, dan (vi) Sidang DRN dilaksanakan 2 kali per

tahun, yaitu sidang pada awal untuk menetapkan unggulan inovasi dan sidang untuk mendengarkan

laporan perkembangan.

B.3.3 UU No. 11/2019 tentang Sisnas Iptek Dalam Upaya Penciptaan Ekosistem Iptek Di

Indonesia oleh Dr. Karjono Atmoharsono, Mhum (Sestama BPIP)

Dalam paparannya Dr. Karjono menjelaskan memorie van toelichting UU No. 11/2019,

dengan penekanan pada Bab dan Pasal yang terkait dengan DRN. Di samping itu, juga menyampaikan

berbagai peraturan kebijakan lainnya yang terkait dengan pengembangan iptek, seperti UU No.

39/2008, tentang Kementerian Negara.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka eksistensi DRN tidak hilang/masih tetap, walaupun

tidak tersebut pada UU No.11/2019. Hal yang tidak disebut tidak berarti hilang, karena instansi lain pun

30

juga tidak disebutkan, misalnya LIPI, BPPT dan sebagainya. Dasar hukumnya adalah pada Bab XIII

tentang Ketentuan Penutup, khususnya Pasal 99, yang menyatakan bahwa Peraturan Pelaksanaan UU

No.18/2002 masih dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU 11 tahun 2019. Salah

satunya adalah Perpres No.16/ 2005 tentang Dewan Riset Nasional.

Ke depan agar DRN masih tetap ada, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan. Untuk itu,

diberikan berbagai pertimbangan/alternatif usulan alternative sebagai berikut:

1. DRN diusulkan seperti instansi lain BPPT, LIPI, dan sebagainya yang berada di bawah

BRIN, yang berada di bawah Menko PMK;

2. DRN diusulkan diusulkan seperti instansi lain BPPT, LIPI, dan sebagainya yang berada di

bawah BRIN, namun di bawah Pengarah / Komisi tertentu;

3. DRN diusulkan seperti OJK yakni Lembaga Baru yang bersifat Mandiri dan Super body;

4. DRN diusulkan di bawah BRIN, dimana BRIN ini dipimpin langsung oleh Presiden;

5. DRN diusulkan di bawah BRIN, namun BRIN yang dipimpin langsung oleh Presiden ini

berada di atas Kementerian-kementerian terkait

B.3.4 Diskusi

Pada dasarnya, eksistensi DRN masih tetap, walaupun tidak disebut pada UU No.11/2019. Hal

yang tidak disebut tidak berarti hilang, karena instansi lainpun juga tidak disebutkan, misalnya LIPI,

BPPT dan sebagainya. Dasar hukumnya adalah pada Bab XIII tentang Ketentuan Penutup, khususnya

Pasal 99, yang menyatakan bahwa Peraturan Pelaksanaan UU No.18/2002 masih dinyatakan berlaku,

yakni terdapat pada Perpres No.16/ 2005 tentang Dewan Riset Nasional. Kecuali terdapat peraturan

lain sebagai turunan UU No. 11 yang menyatakan hilang.

Mengingat bahwa BRIN belum dibentuk, maka disepakati perlu segera menyampaikan usulan

kepada Menteri cc Presiden tentang posisi DRN. Dalam hal ini usulan mengerucut pada usulan DRN

sebagai Dewan Pengarah BRIN, yang dipimpin langsung oleh Presiden dan berperan sebagai think-

tank BRIN. Secara khusus, DRN berperan sebagai pengarah penyusunan RIPIPT (Rencana Induk

Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) (pasal 9), mengingat RIPIPT tersebut disusun oleh

Pemerintah Pusat, bukan Kemenristekdikti. Untuk itu, Ketua DRN membentuk Tim Adhoc untuk

menyusun usulan ini dan ditargetkan selesai akhir bulan September ini.

31

B.3.5 Kesimpulan

1. DRN berusaha kuat untuk mendorong eksistensi DRN setelah diberlakukannya UU

No.11/2019, bukan semata-mata karena DRN, tetapi semata-mata karena ekosistem inovasi

yang seharusnya;

2. Ke depan DRN dipimpin oleh Presiden yang bertindak sebagai Panglima Inovasi;

3. DRN sudah mengkaji konsep-konsep Inovasi selama 2 tahun, dan kesimpulannya adalah

perlunya menerapkan pembangunan perekonomian berbasis iptek dan inovasi dan

diselaraskan dengan visi Presiden 2019-2014;

4. DRN akan segera menyusun usulan posisi DRN sebagai Dewan Pengarah BRIN dan

menyampaikan kepada Menteri cc Presiden; Posisi DRN berada di bawah Wapres dan di

atas Para Menteri.

B.4 Rapat Badan Pekerja ke 4 (14 Oktober 2018)

B.4.1 Pembukaan

Rapat dibuka oleh Ketua DRN, dan menyampaikan bahwa rapat BP IV ini sangat penting,

karena tugas DRN yang selama ini fokus tentang Inovasi, yakni berdasarkan pada UUD 1945 dan

Nawacita (khususnya Nawacita Ke-6) yang mengandung kata Daya Saing. Pemikiran Inovasi ini

dilaksanakan dalam rangka membantu Kemenristek tentang Inovasi.

Presiden dan Wakil Presiden yang akan dilantik belum ada program yang jelas seperti halnya

Nawacita pada pelantikan Presiden tahun 2014, kecuali tentang Visi Presiden yang sudah disampaikan.

32

Selama 2-3 tahun ini, pemikiran DRN tentang inovasi khususnya tentang Inovasi telah

mengerucut pada pemikiran pentingnya inovasi yang mampu meningkatkan GDP, sehingga DRN telah

menyiapkan innovative champion dari masing-masing Komtek, yang telah dibahas pada SP II di Bali,

yang akan dikirimkan kepada Presiden terpilih tahun awal tahun 2020.

Namun berdasarkan pada Rapat BP III 17 September 2019 tentang status DRN dan BRN

dengan mengundang narasumber Dr. Karjono Atmoharsono – Sestama BPIP, maka DRN telah

memutuskan untuk mengadop saran Dr. Karjono tersebut yang menyatakan berdasarkan Pasal 98 UU

No. 11/ 2019, DRN tidak dibubarkan (masih tetap eksis), sehingga DRN perlu berbuat sesuatu yaitu

mengusulkan perlunya pembentukan Dewan Pengarah BRN yang langsung dipimpin Presiden,

sebagaimana di BPIP.

B.4.2 Tindak-Lanjut

Menindaklanjuti saran tersebut Ketua DRN berinisiatif untuk menyusun draft Surat kepada

Presiden, dan setelah mendapatkan masukan dari Komtek TIK, surat tersebut disusun dengan tema

“Pembangunan Kapasitas Inovasi Nasional Untuk Ekonomi Digital Mandiri”.

Ekonomi digital memang sudah dijadikan pedoman pembangunan di negara-negara SEAN,

Ekonomi Digital di Indonesia, baru dibahas di beberapa pertemuan terbatas (misal pertemuan yang

diselenggarakan oleh CIPG), dan belum digaungkan oleh Pemerintah atau belum menjadikan ekonomi

digital sebagai program utama dalam pembangunan perekonomian, atau dengan kata lain belum

menjadi Skenario Pertumbuhan yang berbasis Inovasi. Hal ini berdasarkan berbagai referensi, bahwa

ekonomi digital juga didasari oleh kata kunci Inovasi. Melalui modal Inovasi yang berbasis pada

teknologi yang telah dikuasai dapat dijadikan dasar peningkatan kapasitas inovasi sebagai modal

pembangunan ekonomi berbasis teknologi digital.

B.4.3 Diskusi Masukan

Atas konsep surat ini, maka berbagai masukan telah dibahas dan akan segera disempurnakan.

Adapun masukan-masukan tersebut adalah sebagai berikut:

Perlunya diberikan rincian solusi atas ide ekonomi digital tersebut, yakni bagaimana

dilaksanakan, bagaimana merubah dan bagaimana menyusun organisasi agar dapat

berhasil. Dengan kata lain bagaimana penjabaran untuk mendapatkan nilai tambah dan

manfaatnya.

Perlunya meng-“address pada permasalahan yang ada, misalnya masalah spesifik

konektivitas, dan perlunya integrasi, mengingat beragamnya sumber daya alam, budaya,

33

dan sebagainya antar daerah kabupaten, sehingga bersifat spesifik untuk negeri, dan untuk

ini diperlukan “slogan”.

Ekonomi digital dikembangkan pada dasarnya berbasis pada teknologi-teknologi di

masing-masing Komtek, misalnya digitalisasi di Komtek Pangan dan Pertanian tentang

ekonomi digital untuk traktor.

Pelaksanaan program untuk ekonomi digital ini perlu dipimpin langsung oleh Presiden,

karena tidak mungkin dapat ditangani oleh suatu Kementerian saja.

Kata Mandiri dalam terminologi Ekonomi Digital Mandiri dimaksudkan untuk mengadop

teknologi digital dari luar yang kemudian dikembangkan di Indonesia sesuai dengan

aplikasi /kebutuhan nasional.

Perlu diberikan latar-belakang tentang pentingnya ekonomi digital (misalnya kontribusi

teknologi digital terhadap GDP yang sangat besar, yakni 11%) dan mengapa penting DRN

/ DEPRIN menjadi Pengarah BRIN, dengan mengacu pada UU.

Perlunya ditekankan bahwa program ekonomi digital ini mempunyai tujuan akhir adalah

kemakmuran bangsa

Draft surat ini terfokus 2 hal yang berbeda yaitu ekonomi digital dan dewan pengarah,

dimana keduanya belum terhubung

B.4.4 Kesimpulan

Draft surat ini dinilai sudah runtut, sehingga yang diperlukan adalah perbaikan secara

redaksional, dengan menekankan berbagai hal sebagaimana tersebut pada masukan-masukan di atas.

34

C. RAPAT DAN FGD KOMISI TEKNIS DEWAN RISET NASIONAL

Komisi Teknis (Komtek) adalah Komisi yang dibentuk oleh Pimpinan DRN berdasarkan

bidang prioritas pembanguan sebagaimana terdapat pada RPJPN 2005-2024, yang terdiri atas 7 bidang

yaitu: (i) Pangan dan Pertanian, (ii) Bidang Energi, (iii) Bidang Transportasi, (iv) Bidang Hankam, (v)

Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, (vi) Bidang Kesehatan dan Obat, (vii) Bidang Material

Maju, dan (viii) Bidang Sosial Humaniora, Pendidikan, Seni dan Budaya. Kemudian ditambahkan satu

bidang lagi, yaitu Bidang Lingkungan dan Kebencanaan sebagai Komtek ke-9. Masing-masing Komtek

dipimpin oleh seorang Ketua dan Wakil Ketua yang beranggotakan 8-9, dan dibantu oleh seorang Tim

Asisten.

Dalam kegiatannya Komtek melaksanakan rapat dan pertemuan lainnya sesuai dengan

kebutuhan di bidangnya masing-masing. Rapat dan pertemuan antar Komtek dapat dilaksanakan sesuai

dengan permasalahan yang di bahas.

C.1 Komisi Teknis Pangan dan Pertanian

C1.1 Rapat ke 1 (8 Agustus 2019)

C1.1.1 Pembukaan

Rapat dibuka oleh Dr. Ir. Fadjry Djufri, M.Si. Disampaikan pimpinan rapat bahwa Balitbangtan

mempunyai 65 satker yang tersebar di seluruh Indonesia maka rapat DRN berikutnya bisa difasilitasi

oleh Balitbangtan melalui satker dimana pertemuan tersebut akan dilaksanakan sekaligus untuk melihat

capaian hasil penelitian Balitbangtan. Dicontohkan penelitian yang masih berlangsung saat ini adalah

Biodisel 100% (B100) yang saat ini masih dalam tahap uji ketahanan mesin menggunakan bahan bakar

B100, juga disampaikan bahwa Balitbangtan juga menghasilkan varietas padi untuk menanggulangi

stunting dan varietas padi basmati yang beraroma wangi hasil persilangan antara basmati dan pandan

wangi.

35

C1.1.2 Informasi Hasil Sidang Paripurna

Ketua DRN sekaligus anggota Komtek Pangan dan Pertanian Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU

menyampaikan hasil rapat Paripurna DRN. Di informasikan tentang issue status Badan Riset dan

Inovasi Nasional (BRIN) dan Dewan Riset dan Inovasi Nasional (DRIN), serta bagaimana

dukungannya terhadap visi presiden sekarang.

Pada kesempatan ini dipresentasikan bahan yang disiapkan DRN untuk disampaikan ke Menteri

RIstek Dikti serta Menko Kemaritiman tentang struktur BRIN dan DRIN menuju visi Presiden RI 2019

– 2024. Rapat mengusulkan untuk mengirimkan bahan tersebut ke Komisi VII DPR RI sebagai mitra

Kemenristekdikti

C1.1.3 Diskusi Komtek Pangan dan Pertanian untuk Penyempurnaan ARN

Dalam diskusi Komtek Pangan dan Pertanian disampaikan bahwa bahan yang akan

dipresentasikan oleh Ketua Komtek Pangan dalam siding paripurna yang akan diadakan di Bali. Bahan

yang diangkat diharapkan sesuai dengan karakter pemerintahan yang baru: inovatif, research trend dan

massive.

Bahan yang akan dipresentasikan oleh ketua komtek pangan akan berisi hal-hal sebagai berikut:

Kebijakan pangan dan pertanian (pangan, bahan baku industri dan energi)

Issue stunting

Industri substitusi import (Karbohidrat): Cassava/singkong dan gandum

Pangan lokal

Diskusi menyepakati bahwa disamping presentasi, Komtek pangan akan menampilkan poster

dan pameran mini produk-produk inovasi (Balitbangtan melalui BPTP Bali akan menampilkan pameran

ini)

C1.1.4 Rencana kegiatan Komtek Pangan dan Pertanian

Sesuai dengan ketersedian anggaran DRN, rapat komtek tahun 2019 akan dilaksanakan 3 kali.

Rapat komtek II direncanakan akan dilaksanakan di Sukabumi tanggal 17 September 2019 sekaligus

mengunjungi Balai Penelitian Tanaman Industri. Rapat Komtek III akan dilaksanakan di Manado

tanggal 7 – 8 Nopember 2019 yang akan mengangkat tema kelapa dan produk turunannya. Sedangkan

FGD I akan dilaksanakan pada tanggal 29/30 Oktober dengan tema pangan lokal.

36

C1.2 Rapat ke 2 dan Kunjungan ke BPTIP (17 Oktober 2019)

C.1.2.1 Pembukaan

Rapat dibuka oleh Bapak Fadjry Djufry - Kepala Badan Litbang Pertanian. Mengawali

sambutannya menyampaikan bahwa rapat Komtek Pangan dan Pertanian ini sengaja di selenggarakan

di Balittri, dalam upaya lebih memaknai topic bahasan tentang Bioenergi, khususnya Biodiesel yang

telah dikembangkan di Balittri dengan memanfaatkan bahan baku minyak kemiri sunan dan juga

minyak sawit / crude palm oil (CPO). Pada rapat ini juga dihadiri peserta dari berbagai instansi terkait

di lingkungan Kementerian Pertanian, antara lain Kepala Balittri dan jajarannya, Puslitbang Pertanian

dan Perkebunan, Balai Penelitian Kelapa dan Palma.

Selanjutnya disampaikan juga fasilitas penelitian yang ada di Balittri beserta hasil-hasil

risetnya, antara lain: (i) Pilot Plant Biodiesel dengan kapasitas 1.600 liter per hari, yang sudah mampu

memproduksi B-100, fasilitas pembibitan (tanaman kopi, tanaman coklat), pasca panen kopi dan pasca

panen coklat.

C.1.2.2 Presentasi

1. Penelitian dan Pengembangan Bioenergi Pak Hardiv Situmeang

Dalam upaya pengembangan bioenergy, sebagai salah satu energi terbarukan

(renewable energy), paling tidak ada 3 pilar sebagai rambu-rambu, yaitu aseksibilitas,

potensi dan koordinasi dengan instansi terkait, supaya dalam perkembangannya dapat

berkelanjutan.

Pemerintah telah memprogramkan pengembangan biodiesel yang terkenal dengan

Mandat B20 tahun 2018, kemudian secara bertahap B30 tahun 2020, dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan bioenergi/biodiesel, berbagai hal yang penting diperhatikan

adalah: (i) emisi gas, bagaimana dapat menurunkan emisi dan supaya sustainable, (ii)

37

mapping potensi renewable energy di daerah (mengingat beragamnya potensi), dan (iii)

perlunya dikoordinasikan dengan berbai instansi terkait, misalnya Kementerian

Perindustrian, Institusi Litbang, terkait dengan teknologi yang digunakan, dengan

memanfaatkan teknologi ramah lingkungan. Contoh pernah terjadi Di Cina menggunakan

incinerator yang tidak memenuhi syarat.

2. Potensi Tepung Cassava dan Sagu Mendapingi Gandum – Bapak Utama Kajo

Permasalahan utama di bidang pangan adalah: (i) tingginya import bahan pangan,

termasuk bahan pangan tepung sangat besar (12. Juta ton / tahun), (ii) potensi biodiversitas

penghasil tepung yang belum dimanfaatkan secara optimal, seperti Mocaf dan Tapioka

asam, dan (iii) tingginya angka stunting (± 30%).

Sementara itu, di negara-negara Amerika Latin, tapioca asam sudah biasa

dimanfaatkan. Tapioka asam pada dasarnya tapioca hasil proses fermantasi dengan bakteri

asam laktat. Untuk mempercepat proses fermentasi dapat ditambahkan ragi (inokulum)

bakteri asam laktat. Proses produksi tapioca asam pada dasarnya sudah proven. Secara

sederhana Tapioka asam dapat diproses dengan cara direndam dengan air murni, dalam

waktu 5 hari akan timbul bau asam, dan dapat diproses lanjut (pengeringan), maka

diperoleh tapioca asam. Keunggulan tapioca asam ini adalah daya kembang (baking power)

tepung yang tinggi seperti halnya pada gandum nilai baking dapat mengembang seperti

gandum.

Tapioka asam secara teknis dapat diproduksi, namun secara ekonomi belum layak,

karena ongkos produksi yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut diusulkan agas

pengembangan industri tapioca asam dapat dilakukan dalam bentuk kluster-kluster industri,

mirip dengan konsep energy mandiri dengan memanfaatkan potensi sumber daya energy

local. Untuk itu, perlunya menggunakan sumber daya tepung daerah, misalnya di Papua

dapat memanfaatkan seperti sagu, sehingga dapat mendukung kearifan local. Sebagai

ilustrasi, apabila kita dapat mensubstitusi 10% import gandum, maka jumlah devisa yang

dapat dihemat mencapai Rp. 2.4 T.

C.1.2.3 Diskusi

Produksi bioenergi kita tidak memenuhi syarat, sehingga diperlukan pemikiran, bagaimana

keterkaiatan dengan 3 pilar tersebut, sehingga produk yang dihasilkan dapat bermanfaat secara ekonomi

dan berkesinambungan.

Hasil pertemuan ini (Komtek Pangan Pertanian dan Komtek Energi) dapat disarankan:

1. Disusun policy brief terkait dengan BBN / biodiesel dalamhubungannya dengan mandate

B-20 sampai dengan B100,

38

2. Sosialisasi hasil-hasil riset, khususnya produksi bibit tanaman berkualitas (kopi dan cacao),

3. DRN dapat berperan sebagai intermediator untuk mempertemukan antara pihak penghasil

teknologi / produk teknologi dengan pengusaha/ industri yang relevan,

4. Pemerintah / Pemda lebih proaktif mendukung proses hilirisasi dan membangun start-up

company berbasis hasil litbang dan mendorong untuk komersialisasinya.

5. Menulis success story hasil-hasil litbang yang telah dikomersialisasikan / dimanfaatkan,

seperti bibit tanaman / varietas unggul untuk kopi, cacao, padi unggul (termasuk beras

basmati), yang dapat membantu menanggulangi stunting.

Komtek Pangan – Pertanian dan Komtek energy adalah Komtek yang sangat penting,

sebagaimana FAO menyebut sebagai Food-Energy-Water Nexus, yang juga tersebut pada issue global

yakni Food, Feed, Fiber, Fuel and Environment.

Selama ini Kemtan sudah melaksanakan public technology, yaitu upaya komersialisasi hasil

litbang dengan program-program inovasi, antara lain Permentan Nomor: 07/Permentan/L.B.200/8/2018

tentang Alih Teknologi.

C.1.2.4 Penutup

Sambutan penutupan disampaikan oleh Bapak Tri Joko Santoso – Kepala Balittri, dengan

menyampaikan terimakasih atas diselenggarakanya rapat di Balittri, yang sekaligus pertemuan ini dapat

dijadikan sebagai Testimoni Positif untuk Balittri.

Pada kesempatan rapat Komtek Pangan dan Pertanian di Balittri, para peserta rapat juga diberi

kesempatan untuk mengujungi fasilitas riset di Balittri, yang terdiri atas:

1. Pilot plant biodiesel berbasis minyak minyak nabati (kemiri sunan, sawit) dengan kapasitas

produksi 1.600 liter/hari

Pilot plant ini telah berhasil memproduksi biodiesel untuk B20 s/d B100, sehingga pilot

plant ini siap untuk di scale-up dan direplikasi di daerah lain untuk mendukung program

“energy mandiri” di daerah.

2. Pembibitan tanaman kopi dan tanaman kakao

Telah dihasilkan jutaan bibit tanaman khususnya kopi dan kakao yang telah dikirim ke

berbagai daerah di Indonesia.

3. Proses pasca panen kopi dan cacao

Telah berhasil memproduksi berbagai jenis bubuk kopi, coklat dengan berbagai merk

(Arabika, Robusta, Rabitta, Kakao) dan coklat cetak.

39

Akhir pertemuan ini Bapak Fadjry – menawarkan pertemuan berikutnya di Balai Besar

Tanaman Padi di Sukamandi.

C1.3 Rapat ke 3 (15 November 2019)

C.1.3.1 Pembukaan

Pembukaan oleh Ka Komtek yang diwakili oleh Dr. Haryono, menyampaikan bahwa agenda

utamanya rapat ini adalah membahas innovative champion, namun berhubung dengan adanya issue

penting pertemuan DRN dengan Menrisrek baru tanggal 12 Nopember 2019, khususnya tentang BRIN.

BRIN yang dimaksud diharapkan mirip dengan CSIRO di Australia, dimana bersifat koordinasi

dengan tugas membangun network dan connectivity. Innovation suatu kata yang sedang in di Australia

dan di negara-negara maju, yang dibangun dengan konsep triple helix. Demikianjuga di Selandia Baru,

terdapat lembaga riset yang serupa dengan CSIRO.

C.1.3.2 Hasil Pertemuan DRN dengan Menristek

Ketua DRN yang menyampaikan hasil pertemuan dengan Menristek, yang dilaksanakan pada

tanggal 12 Nopember 2019. Pertemuan dengan Menristek dinilai sangat positip terhadap keberadaan

dan kontribusi DRN, sehingga pertemuan yang dijadwalkan 1 jam menjadi 2,5 jam. Dalam pertemuan

tersebut disampaikan tentang:

1. Pentingnya DRN di Indonesia dengan mempresentasikan: (i) historis DRN, (ii)

keanggotaan DRN (kualifikasi anggota DRN), dan (iii) peran DRN baik di Indonesia

maupun di negara-negara maju, khususnya di Amerika, dimana DRN selalu dipimpin oleh

Perdana Menteri atau Presiden.

40

2. Kegiatan DRN dalam 2 tahun terakhir yang memfokuskan pada konsep pemikiran inovasi,

yang dibedah melalui berbagai even dan disyahkan di SP II tahun 2018 di Makassar, yang

kemudian diadop pada UU No. 11/2019, dimana Invensi dan Inovasi menjadi satu Bab

tersendiri.

3. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi dengan DRD, yang jumlah DRD telah mencapai

87 baik di tingkat Provinsi maupun tingkat Walikota/ Kabupaten. DRD mempunyai

peranan penting untuk mendukung Pemda dalam berbagai kebijakan pemajuan iptek di

daerah

4. Tentang inovasi, DRN mengacu terutama pada konsep Edward Robert, Inovasi = Invensi

X Komersialisasi. Saat ini kata Inovasi sudah banyak tersosialisasi dan banyak digunakan

sebagai icon di masyarakat luas.

5. Fakta program 106 inovasi Indonesia di Kemenristekdikti dinilai dampak

perekonomiannya masihkecil, sehingga di SP II Bali, DRN memutuskan setiap Komtek

mengusulkan minimal 2 inovasi produk dengan prospek dan impact yang besar yang dapat

memberikan kontribusi terhadap GDP.

Pertemuan dengan Menristek dapat disimpulkan bahwa konsep BRIN belum final, sehingga

diharapkan masukan tentang konsep BRIN ini. Untuk itu, pada FGD tanggal 19 Nopember 2019,

diharapkan adanya masukan konsep BRIN dari semua Komtek.

C.1.3.3 Diskusi

1. BRIN

Peranan BRIN dianalogkan dengan institusi yang mampu menjawab pertanyaan

Presiden Jokowi tentang apa hasilnya dari anggaran riset Rp. 24,9 Trilyun. Dalam hal

ini institusi tersebut harus mampu merencanakan dan mengawasi kegiatan riset,

sehingga dapat dihasilkannya produk-produk inovatif yang bermanfaat untuk

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Pemikiran DRN tentang BRIN juga akan disampaikan kepada Wapres. Pertemuan ini

difasilitasi oleh Dr. Siti Zuhro (Ketua Komtek Sosial Humaniora,

Pada kesempatan FGD tanggal 19 FGD diharapkan masing-masing Komtek dapat

memilih unggulan /innovative champion dan mengusulkan pemikiran BRIN yang juga

akan disampaikan kepada Wapres

DRN perlu segera menyampaikan usulan konsep BRIN, termasuk juga keberadaan

DRN, mengingat DRN tidak tersebut dalam UU No.11/2019.

2. Innovative champion Komtek Pangan dan Pertanian

41

Gandum Tropika diharapkan dapat menjadi salah satu usulan Innovative Champion,

dengan pertimbangan: (i) tingginya import gandum dan terigu (mencapai 5,67 juta ton),

dan (ii) keberhasilan riset-riset budidaya gandum di Indonesia (Universitas UKSW

Salatiga, Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara).

Produksi Gandum Tropika saat ini dinilai tidak layak secara ekonomi dan gandum

adalah tanaman subtropis sebagaimana kedelai. Namun dengan dukungan riset

genomik (rekayasa genetika) untuk mendapatkan bibit unggul yang adaptif (Gandum

GMO), pemilihan varietas /galur dan dukungan mekanisasi moderen disepakati untuk

diusulkan dalam rangka mendukung kemandirian pangan di Indonesia diera industri

4.0.

Pengembangan industri tepung pendamping gandum ( sauer starch, mocaf) berbasis

pangan karbohidrat lokal (aneka ubi, sagu, dan lain-lain) juga dinilai penting untuk

mendukung kemandirian pangan, sehingga disepakati untuk diusulkan menjadi salah

satu innovative champion. Untuk pengembangan industri tepung tepung tersebut,

diperlukan dukungan model budidaya perkebunan, sehingga tidak tergantung pada

produk dari petani.

Pemanfaatan sumber karbohidrat lokal bermakna pula untuk mengangkat budaya

leluhur bangsa Indonesia yang pada awalnya makanan pokoknya non beras (aneka

umbi, jagung)

Upaya pengembangan budidaya di Indonesia selalu dihadapkan dengan terbatasnya

lahan, oleh karena itu pemikiran memenfaatkan lahan suboptimal menjadi bagian

solusi, mengingat lahan ini masih sangat luas.

Untuk mendukung ongkos produksi / pasca panen yang belum layak ekonomi,

diperlukan intervensi teknologi yang dapat dilakukan melalui riset untuk memangkas

proses/ mencari terobosan biaya produksi.

Berbasis pada usulan innovative champion di SP II, Bali, maka Pengembangan Pangan

Fungsional Stunting Berbasis Sumber Pangan Lokal, tetap disetujui untuk diusulkan.

Hal ini mengingat bahwa Stunting dinilai permasalahan nasional yang terkait dengan

pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas SDM dimasa mendatang. Pangan

fungsional untuk stunting sudah banyak diteliti dan telah berhasil membuat formula

pangan fungsional untuk stunting yang kaya protein dan kaya mikronutrien (Fe, Zn).

Pola pengembangan perkebunan inti rakyat (PIR), adalah perkebunan yang saling

menguntungkan yang perlu diterapkan juga pada budidaya tanaman (singkong,

gandum) pada program usulan innovative champion, sebagai creating share value.

42

Presentasi Bapak Agus tentang Pangan Pokok, Pangan Lokal dan contoh-contoh

pengolahannya dapat dijadikan referensi pendukung utama untuk usulan innovative

champion Komtek Pangan dan Pertanian.

C.1.3.4 Kesimpulan

Komtek Pangan dan Pertanian menyepakati mengusulkan 2 program innovative champion,

yaitu:

1. Program Kemandirian Pangan Karbohidrat melalui Program Adopsi Gandum Tropika dan

Pengembangan Industri Tepung Pendamping Gandum (Sauer starch, Mocaf) berbasis

Pangan Lokal

2. Program Produksi Pangan Fungsional Untuk Stunting berbasis Pangan Lokal

Komtek Pangan dan Pertanian mengusulkan: BRIN sebagai lembaga / institusi riset dan inovasi

yang berfungsi untuk Pengelolaan / Managemen yang mencakup Perencanaan, Koordinatif dan

Pengawasan

C.2 Komisi Teknis Energi

C.2.1 Rapat ke 1 (14 Agustus 2019)

C.2.1.1 Rencana Kegiatan Komtek Energi DRN 2019-2022

1. Dari waktu yang tersisa pada tahun 2019, Agenda kegiatan Komtek Energi adalah 3 kali

Rapat Komtek, 1 kali Sidang Paripurna, 1 kali FGD.

2. Rapat Komtek II akan dilaksanakan setelah pelaksanaan Sidang Parpurna II, dengan materi

menindaklanjuti keputusan Sidang Paripurna.

43

3. Kepastian ada atau tidaknya FGD lintas komtek akan ditanyakan pada Rapat Badan Pekerja

(BP), Kamis 22 Agustus 2019.

C.2.1.2 Persiapan Sidang Paripurna DRN II, 26-28 Agt 2019

1. Dalam rangka kehadiran pada Sidang Paripurna DRN II, para Anggota DRN diminta segera

memesan tiket sendiri, akan direimburce oleh sekretariat.

2. Komtek Energi harus dapat mensupport Tema Sidang Paripurna DRN II yaitu

“Membangun SDM Inovatif Indonesia”.

3. Pada Sesi Paralel dalam Sidang Paripurna II, Komtek Energi diberi waktu 15 menit untuk

membuat presentasi dengan cakupan “Innovative champion subject/items”.

4. Judul/topik innovative champion subject/items akan disampaikan pada Rapat Badan

Pekerja DRN (Kamis, 22 Agustus 2019).

C.2.1.3 Innovative Champion Subject/Items

1. Kriteria Innovative Champion Subject/Items Bidang Energi:

Dapat diimplementasikan, yang dapat mendukung peningkatan GDP

Low-Carbon and Zero-Carbon Development (Pembangunan Rendah dan/atau Nir

Karbon)

Harus memperhatikan isu global dalam mendukung pencapaian target temperatur

global jangka panjang.

2. Usulan Subject

Mengambil dari Prioritas Riset Nasional yang pernah diusulkan DRN yang lalu.

Selaras dengan butir c.1.ii, misalnya Green fuel dan Nuklir.

Innovation strategy di bidang energi

Penetapan usulan subject/items akan dibahas dan diusulkan melalui group WhatsApp/email

dalam bentuk 2-3 slides presentation. Usulan diharapkan bisa diterima selambat-lambatnya Selasa, 20

Agustus 2019, untuk selanjutnya akan diintegrasikan.

C.2.1.4 Lain-Lain

1. Ketua DRN menceritakan tentang pentingnya kedudukan Dewan Riset bagi suatu Negara,

dengan mengambil contoh Research Council di beberapa Negara seperti, Singapura, Korea,

Amerika, Finlandia, dll.

2. Setelah Undang-Undang Sisnas Iptek disahkan, maka setiap Komtek perlu memikirkan

regulasi turunannya

44

C.2.1.5 Tindaklanjut

Menyiapkan Innovative Champion Subject/Items untuk disampaikan dalam Rapat Badan

Pekerja.

C.2.2 Rapat ke 2 (26 September 2019)

C.2.2.1 Sambutan Ketua DRN

1. Dalam rapat Badan Pekerja, DRN telah mengundang Sestama Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP), guna menjelaskan dengan tuntas terkait dengan disahkannya UU No. 11

Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek).

2. Dari Rapat BP DRN, diputuskan DRN akan mengirimkan surat kepada Presiden melalui

Menteri Ristekdikti yang isinya menjelaskan tentang:

Usulan terkait kelembagaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Eksistensi dan posisi DRN, yaitu sebagai Dewan Pengarah BRIN.

DRN dipimpin oleh Presiden yang bertindak sebagai Panglima Inovasi.

3. Surat kepada Presiden akan dikirimkan paling lambat awal Oktober 2019.

4. Terkait usulan Innovative Champion Subject, sebaiknya tetap mengacu pada Prioritas Riset

Nasional (PRN) yang telah ditetapkan oleh Kemenristekdikti.

C.2.2.2 Pembahasan dan Penetapan Usulan Innovative Champion Subject.

Berdasarkan diskusi anggota komtek yang hadir, diputuskan:

45

1. Setiap anggota komtek energi dimohon menyampaikan 2 usulan Innovative Champion

Subject.

2. Kriteria Innovative Champion Subject/Items Bidang Energi (hasil rapat komtek pertama):

Menyelesaikan permasalahan energi nasional dan dapat diimplementasikan dalam

jangka waktu 5 tahun dan dapat memberi nilai tambah (dapat mendukung peningkatan

GDP?).

Usulan dipilih dari topik atau sub-topik Prioritas Riset Nasional (ada 25 Topik Riset).

lihat Lampiran 2.

Low-Carbon and Zero-Carbon Development (Pembangunan Rendah dan/atau Nir

Karbon)

Harus memperhatikan isu global dalam mendukung pencapaian target temperatur

global jangka panjang.

3. Innovative Champion Subject usulan anggota komtek, dipresentasikan dalam Rapat

Komtek Energi ketiga untuk dipilih dan ditetapkan sebagai usulan dari Komtek Energi.

4. Rapat Komtek akan dilaksanakan pada minggu kedua Nopember, setelah FGD.

C.2.2.3 Persiapan FGD Komtek Energi

1. Tema: “Perspektif energi hydrogen di Indonesia” atau “Potensi pengembangan produksi

dan pemanfaatan energi hydrogen di Indonesia”

2. Waktu: FGD dilaksanakan setengah hari pagi sampai dengan siang, pada minggu kedua

Nopember. Tanggal/hari akan ditetapkan kemudian.

3. TOR FGD akan disiapkan oleh Ketua Komtek Energi bersama Asisten Komtek.

C.2.2.4 Tindaklanjut

Setiap Anggota Komtek menyiapkan Innovative Champion Subject/Items untuk disampaikan

dalam Rapat Komtek Energi ketiga.

46

C.2.3 Rapat ke 3 (18 November 2019)

C.2.3.1 Paparan Bapak Prakoso, Sekretaris Deputi Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN

Diperlukan melakukan audiensi terhadap prioritas nasional khususnya bidang energi. Prioritas

riset nasional 2020 – 2024 sebagai amanat RIRN Perpres No 38 Tahun 2018 dan amanah ini

diterjemahkan menjadi Perencana Induk Jangka panjang 2017 – 2045 tentang riset yang di skenariokan.

Dalam Rencana Induk Jangka Panjang tersebut dibagi menjadi Rencana Induk Jangka Menengah di

Perpres ini diamanahkan kepada Menteri yang mempunyai tugas dan fungsi Riset dan Teknologi untuk

membuat Prioritas Riset Nasional. PRN yang pertama dilakukan tahun 2017-2019 telah berakhir, di

masa yang akan datang ini dan sudah satu kloter maka akan dilakukan monev amanah dari

Permenristekdikti No 36 Tahun 2018 dan tata cara melaksanakan membuat PRN juga terdapat amanah

dari Permenristekdikti No 40 Tahun 2018. Tata cara pelaksanaan menyelenggarakan atau membuat

berita dan setelah kita mulai untuk tahun 2020-2024 secara teknokratif sudah dimulai sejak hakteknas

2018 di Riau. Kita melakukan pertemuan kelitbangan seluruh Indonesia.

Di PRN 2020-2024 matriksnya ada Fokus Riset, Tema Riset, Topik Riset, Target Capaian,

Institusi Pelaksanaan Riset dan Rencana Alokasi Anggaran. Posisinya RIRN sebagai masukan dari

RPJMN, ini juga dituangkan dan dikuatkan pada UU Sisnas Iptek No 11 Tahun 2019. Pada UU Sisnas

Iptek, untuk pemajuan iptek, skenario perencanaan harus berdasarkan masukan teknologi R&D.

RPJMN ini yang per tahunnya menjadi Rencana Kerja Pemerintah. Di K/L harus selaras dengan

RENSTRA dan dituangkan pada RKA K/L. Sehingga pengangan kita adalah masuk RPJMN sesuai

dengan RENSTRA menjadi Rencana Kerja yang ada isinya di tiap tahun.

Mekanisme Penetapan Tema, Topik dan Flagship Nasional Riset dari pertemuan yang kita

lakukan ada 9 bidang riset sesuai dengan RIRN tapi di PRN belum tentu semua sama dan bisa

ditambahkan karena ada kata dan lainnya. Maka berdasarkan dari masukan K/L, LPNK, DRN dan juga

47

Perguruan Tinggi dari tahun 2018 hingga keputusan Hakteknas di Bali sehingga ada PRN Tahun 2020-

2024 yaitu dengan 9 bidang fokus yakni Pangan, Energi, Kesehatan Obat, Transportasi, Produk

Rekayasa Keteknikan, Pertahanan dan Keamanan, Kemaritiman, Sosial Humaniora Seni Budaya dan

Pendidikan, dan Bidang Riset Lainnya (Multidisiplin dan Lintas Sektor seperti kebencanaan,

biodiversitas, stunting, lingkungan, sumber daya air dan iklim). Semua perjalanan PRN terdokumentasi

dengan baik, dari segi softcopy dan hardcopy.

Topik-topik riset dibagi menjadi 4 ruang/cluster. Dalam PRN ada fokus riset, ada tema riset

dan ada topik riset. Sehingga topiknya dari surat yang disampaikan, terdapat 416 topik masukan. Dari

metodologi yang ada, dibuat matriksnya dan ditentukan topik yang memiliki impact besar, kesiapan

mengeksekusi kegiatan penelitiannya, dan hasilnya menjadi Produk Nasional yang kita harapkan di

Tahun 2024. Maka salah satu messnya, ekeselensi K/L berdampak terhadap eknomi atau tidak, berbasis

pasar atau di mall, pelaksanaan peraturan perundangan ada karena penelitian menjawa strategi nasional,

meningkatkan daya saing nasional, ketersediaan dan mobilitas sumber daya manusia IPTEK dan saran

prasarana yang mendukung kegiatan penelitian. Dilihat dari Iterasi, diskusi, pendalaman dan

assesment yang dilakukan sehingga ada Pra-Rakornas, ada pendalaman tertentu setiap sub bidang fokus

riset. Dari 9 bidang fokus tadi terdapat 30 tema, 47 topik dan 49 produk. Flagship Nasional terintegrasi

70% APBN, Flagship K/L 30% APBN pada tahun 2020-2024 yang ini nantinya akan dipegang oleh

Kementerian Keuangan.

Dari 49 topik dan tema tadi terdapat fokus pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa

keteknikan, hankam, maritim, seperti bidang energi : geotermal, energi terbaharukan, bio fuel energy,

baterai.

Program flagship adalah program unggulan yang terdiri dari sejumlah kegiatan yang saling

bersinergi untuk menghasilkan satu atau beberapa produk. Semua perencanaan akan dilaksanakan oleh

BAPPENAS. Flagship nasional untuk menghasilkan National Brand merupakan riset kolaborasi

Nasional. Program-program PRN akan di endorsement oleh BAPPENAS.

Kolaborasi universitas, LPNK IPTEK, K/L teknis, Pemerintah Daerah harus seimbang. Untuk

mempermudah kegiatan manajemen, maka dari itu dibuat manajemen aplikasi SIM-PRN untuk melihat

positioning 49 topik/kegiatan tadi bisa termonitor. Sehingga terlihat topik mana yang harus didukung.

Sesuai amanah UU Sisnas Iptek No 11 Tahun 2019 bahwa Iptek untuk daya saing, Iptek itu

pembangunan. Peran dan kedudukan Iptek itu untuk ekonomi, maka kelembagaanya yaitu pendidikan,

penelitian dan pengembangan, pengkajian dan penerapan, invensi dan inovasi. Sehingga kita

mengendorse Iptek untuk menghasilkan inovasi. Minimal dalam menjalankan tugas amanah tadi bisa

mensinergikan anggaran.

C.2.3.2 Diskusi

1. Apakah dibedakan antara pembangunan nuklir dan risetnya?

48

Seharusnya kalau memang menjadi prioritas cepat tidak perlu masuk PRN langsung beli

saja, jika dalam jangka panjang pun harus masuk PRN.

2. Tema dan topik sudah terpatri, judulnya di topik itu terdapat judul-judul penelitian bisa

mendorong program manualnya.

3. Pada Rakor Perkenomian kata-kata berdampak perekonomian dimaknai dapat

mensubstitusi import, mendorong eskpor, dan manjadi solusi dalam kebutuhan-kebutuhan

masyarakat.

4. Komposisi dari 47 topik itu semuanya sama tidak ada urutan ranking yang terpenting.

Tadinya super flagship ada 10, kalau yang menentukan super flagship dari Prioritas

Nasional di keputusan Presiden.

5. Mengenai anggaran disesuaikan dengan kapasitas anggaran Negara, dari menu 49 topik

tersebut sudah disetujui oleh BAPPENAS tetapi anggarannya tergantung kekuatan

kegiatannya, tapi bahwasannya RPJMN akan diketuk bulan Januari Tahun 2020.

6. Saat penentuan Flagship, BAPPENAS saat ini ikut andil dalam Rakor Kelitbangan

sehingga tidak ada overlapping seperti 7 tahun yang lalu.

C.2.3.3 Kesimpulan dan Tindak Lanjut

1. Usulan-usulan yang sudah dibuat DRN bagaimana jika tidak terdapat di Flagship Nasional,

padahal sudah ada topik-topik yang sudah disetujui oleh BAPPENAS.

2. Apa yang sudah tertulis di dalam BRIN, yang 4 tema itu kita jadikan champion saja sebagai

bahan kompromi, kecuali mau menambahkan prototype PLTN seperti apa dan yang lain

seperti apa.

3. Komponen prototype tidak terlalu jelas apakah sudah prototype komersialisasi atau sebatas

prototype penelitian.

4. Tetap membuat 4 Innovation Champion saja.

5. Setiap anggota komtek membuat 2 - 3 slide untuk gambaran perekonomian usulan

Innovation Champion.

6. Pembicaraan lebih lanjut, besok tanggal 19 November 2019 pada saat Rapat FGD mengenai

Penajaman Innovation Champion.

49

C.3 Komisi Teknis Transportasi


C.3.2 Pembukaan Rapat

Rapat dibuka oleh Ir. Sugihardjo, M.Si selaku ketua Komtek Transportasi yang mengucapkan

terimakasih dan menjelaskan secara ringkas tujuan rapat ini.

C.3.2.1 Penjelasan Hasil Rapat Badan Pekerja

1. Mekanisme

1) Masing-masing Komtek akan mempersiapkan 1-2 “innovative champion subject/items”

sebagai bahan masukan ke Menteri dan Presiden;

2) Usulan no 1) dipilih berdasarkan kriteria yang berpengaruh terhadap peningkatan GDP

(Gross Domestic Product)

3) DRN membentuk Panitia Ad Hoc tentang produk turunan UU Sisnas Iptek dan

melakukan Review Regulasi yang berkaitan dengan hambatan inovasi dan mengadakan

FGD; DRN juga sudah mempersiapkan usulan posisi DRN dan BRIN setelah revisi UU

Sinasiptek disetujui DPR.

4) Tema SP DRN II di Denpasar adalah Membangun SDM Inovatif Indonesia;

5) Potensi inovasi di daerah cukup besar, diperlukan dukungan regulasi agar meningkatkan

peran DRD sebagai think-tank Pemda.

50

2. Pembahasan/Diskusi

1) Komtek Transportasi dan Maritim mengusulkan peran industri terlihat secara eksplisit

pada pelaksanaan riset nasional dalam pembahasan positioning DRN, BRIN dan

Litbang K/L.

2) Komtek Transportasi dan Maritim mengusulkan selain kriteria pengungkit GDP

ditambahkan kriteria strategis, dan dilaksanakan secara konsorsium

C.3.2.2 Peran dan Tugas Komisi Teknis

1. Fokus Tugas Dewan Riset Nasional

1) Memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan Prioritas Riset Nasional

(PRN)

2) Memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam perumusan arah dan prioritas utama

pembangunan Iptek

3) Memberikan berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan strategis nasional iptek, sistem Inovasi Nasional (SINas) dan

kebijakan strategis iptek lainnya

4) Melaksanakan pemantauan perkembangan Iptek dan kebutuhan Iptek untuk

pembangunan

5) Menjalin kerjasama kemitraan dengan Dewan Riset Daerah (DRD) dan Dewan-dewan

sejenis di tingkat nasional maupun Internasional.

2. Pembahasan/Diskusi:

1) Pengalaman periode yang lalu, kegiatan Komtek dalam menjalankan tugasnya antara

lain:

Mengevaluasi dan menyusun ARN

Mengawal dan menginisiasi konsorsium riset (Intelligent Transportation System

dan Smart Pavement) melaui FGD

Menyusun Policy Brief diawali dengan FGD

Pemantauan dan kunjungan ke Industri serta menjalin konsultasi dengan DRD dan

local players non instalatier

2) Periode ini menjadi khusus dengan telah disahkannya UU Sisnasiptek, maka tahun ini

lebih dikhususkan pada menjawab pertanyaan dimana peran dan posisi DRN.

51

C.3.2.3 Usulan Agenda Kerja Komisi Teknis

1. Rapat Komtek dapat dilaksanakan 3-4 kali sampai dengan Desember 2019, dan

dimungkinkan dilaksanakan ditempat lain.

2. Dengan keterbatasan anggran FGD dilaksanakan kerjasama dengan Komtek yang lain

dengan tema yang membahas crosscutting komtek

3. Agenda/kegiatan komtek disinegikan dengan Badan Litbang Kementerian Perhubungan

dan Badan Litbang Kementerian PUPERA

C.3.2.4 Pembahasan/Diskusi

1. Usulan “innovative champion subject/items” Komtek Transportasi dan Maritim akan

diabahas di WA Group dari tanggal 7 Agustus sampai dengan tgl 18 Agustus dan akan

difinalisasi tgl 24 Agustus. Di dokumentasikan untuk siap disampiakan dengan pada SP.

2. 2 hal yang menjadi dasar pelaksanaan Riset yaitu riset beyond dan riset responsif

3. Agenda komtek berikutnya menunggu hasil SP dan Rapat BP

C.3.3 Rapat Komisi Teknis Transportasi ke 2 (27 September 2019)

C.3.3.1 Pembukaan Rapat

Rapat dibuka oleh Ir. Sugihardjo, M.Si selaku ketua Komtek Transportasi menjelaskan secara

ringkas tujuan rapat ini yaitu untuk pembahasan lebih dalam terkait usulan “innovative champion

subject/items” yang sudah terpilih untuk diusulkan pada Presiden RI.

52

C.3.3.2 Pembahasan Usulan Dewan Riset Nasional kepada Presiden “Pembangunan Kapasitas

Inovasi” (Dr Ir. Bambang Setiadi, IPU (Ketua DRN))

1. Pokok Paparan

1) DRN akan menyampaikan usulan suatu konsep dewan pengarah riset inovasi nasional

kepada Presiden Republik Indonesia.

2) Dalam usulan tersebut, akan disampaikan bahwa DRN akan menjadi pendamping

Presiden untuk menjalankan visi Presiden Republik Indonesia.

3) Posisi DRN sama dengan Lembaga LPNK, tidak tertulis dalam UU No.11/2019 dan

tetap berfungsi karena UU18/2002 tidak dalam posisi dimatikan.

4) DRN mengusulkan pentingnya Presiden menjadi Ketua BRIN dan untuk Dewan

Pengarah BRIN adalah para anggota Dewan Riset Nasional.

5) Dukungan terhadap visi Presiden berdasarkan rumusan pembangunan berbasis inovasi

berdasarkan gabungan pemikiran mantan Presiden B.J Habibie.

6) Teori terkait dukungan DRN dan pengelolaan SDM untuk mencapai visi Presiden akan

disampaikan pula dalam usulan tersebut.

2. Pembahasan/Diskusi:

1) Perlu dipertimbangkan cara penyampaikan surat usulan ini pada Presiden dan melalui

siapa.

2) Alternatif penyampaian surat DRN kepada Presiden Republik Indonesia melalui

Menteri RistekDIKTI. Sebelum penyampaian surat DRN kepada Presiden, DRN harus

melaporkan kepada Menristekdikti bahwa DRN akan mengirimkan surat ke Presiden.

3) Ada inkonsistensi pada poin C dan D di surat.

4) Perlu dibuat gambar yang lebih sederhana agar pesan surat mudah dibaca oleh

Presiden.

5) Dalam surat kepada Presiden atau pengantar kepada Presiden. Poin yang penting, yang

perlu masuk di dalam surat adalah bahwa ketua Deprin adalah Presiden.

6) Berkaitan dengan suratnya:

Alternative 1: hal 1 sudah sangat sejalan. Alur Presiden substansi dulu baru proses,

Halaman 2 dibalik jadi halaman 3. Halaman 3 jadi halaman 2 dengan kalimat

pengantar untuk menjabarkan. Strategi di halaman 4.

53

Halaman 2, yang perlu dimasukkan poin pertama yaitu adapun dewan pengarah

dilantik dapat diperkuat dengan yang kompeten dari Presiden.

7) Penyusunan surat yaitu disampaikan strategi dulu baru goals. Di depan ada strategi

setelah itu infrastruktur.

C.3.3.3 Pembahasan Innovative Champion

1. Usulan “innovative champion subject/items” yang akan dibahas sebagai bahan masukan

Presiden yaitu:

Pengembangan dan penggunaan kapal tanker vegetable oil Indonesia untuk ekspor.

Pengembangan Motorized Container Barge sebagai alternatif angkutan short sea

shipping

Smart Pavement Development

2. Pembahasan lebih ditekankan terkait roadmap dan hilirisasi invention dan komersialisasi.

1) Pengembangan dan penggunaan kapal tanker vegetable oil Indonesia untuk ekspor :

- Selama ini perusahaan vegetable oil menggunakan kapal luar negeri karena dinilai

sudah sanggup dari segi Food Grade. Penggunaan kapal luar negeri tentunya akan

menambah biaya transportasi dan tidak memberikan kontribusi yang besar bagi PDB

Indonesia di sektor transportasi, untuk itu perlu dikembangkan desain kapal tanker

yang khusus untuk mengangkut vegetable oil.

- Rekomendasi Desain untuk pembangunan kapal Tanker khusus pengangkut vegetable

oil

2) Pengembangan Motorized Container Barge sebagai alternatif angkutan short sea

shipping:

Badan Litbang Perhubungan telah melaksanakan Study Penerapan MCB Jakarta-

Surabaya Dalam Rangka Mengurangi Beban Lalu Lintas Barang di Pantai Utara Pulau

Jawa

Kelebihan dari MCB yaitu Triple E: Economic of Scale, Energy Efficient,

Environmentally Improved

3) Smart Pavement Development

Durability merupakan salah satu parameter perkerasan jalan. Adanya “crack” pada

permukaan jalan menyebabkan intrusi air terjadi dan menyebabkan stabilitas

perkerasan dan tanah dasar terganggu hingga mengalami kegagalan perkerasan

54

Self-healing pavement menggabungkan teknologi bahan dan reaksi biologi/kimia

untuk menutup “crack” yang akan mengembalikan kemampuan impermeabilitas

perkerasan

Konsep ini bisa diaplikasikan pada perkerasan kaku (concrete pavement) maupun

perkerasan lentur (asphalt pavement)

Perlu dipertimbangkan Isu strategis terkait IKN untuk di jabarkan dalam program

DRN kedepan.

C.3.3.4 Diskusi

1. Terkait kapal tanker, CPO hanya ada di Kalimantan dan dumai. Semua ini akan ke tetangga

pengepul (Malaysia). Dari study kami dengan world bank, perlu dipetakan prioritas

komoditi ekpor kita.

2. Penerapan MCB Jakarta-Surabaya Dalam Rangka Mengurangi Beban Lalu Lintas Barang

di Pantai Utara Pulau Jawa merupakan moda alternatif lain untuk pengakutan container.

MCB jadi alternative untuk mengurangi kemaceta. Costnya lebih rendah 1/3. Karena lebih

rendah bisa digunakan di inland waterways. Lebih bisa maneuver dan efektif untuk

angkutan.

3. Secara operasional lebih bisa bermanfaat dan efisien. Di Sumatera dan di Kalimantan

TImur menghubungkan tol dengan sisi produksi. Enginenya memakai elecktrik (jadi

semakin praktis dan lebih mudah masuk ke daerah yang terbatas).

4. Paling mudah untuk angkutan peti kemas, angkutan curah dan cair.

5. Dilihat dari perbandingan harga impact secara ekonomi dapat terlihat.

6. Berkaitan dengan efisiensi logistic, dari operator tol sendiri antara kendaraan berat, lebih

seneng tidak melalui tol. Alternative untuk mengalihkan ke kereta api tidak berkembang.

Untuk mengalihkan ke laut, eknomi laut scale nya tidak masuk, karena harus subsidi besar

(1jt lebih). Litbang tahun lalu sudah membuat kajian ekonomi motorized buz. Semakin

besar semakin murah, tapi speednya lambat.

7. Kapal MCB murah. Transportasi untuk kesejahteraan bangsa dari arahan Presiden. Ship

follow the trade, belum bisa cover daerah 3T. oleh karena itu konsep kami ship follows the

location, ship follow the trade. Economi scale dan environmental approve. Kerusakan jalan

sudah meningkat.

8. Konteks ship follow the location. Faktor faktor lain lokasi yang diangkat harus terintegrasi.

9. Ekonomi close scale harus mempertimbangkan biaya loading dan yang paling penting

pelayanan efisiensi. Kombinasi cost dan waktu.

55

10. Terkait Smart Pavement, perlu dilakukan kajian lebih dalam terkait smart pavement dengan

melibatkan para pakar dan peneliti yang telah melakukan kajian terkait smart pavement.

11. Pembahasan smart pavement dapat dilakukan di salah satu universitas dengan mengundang

pakar yang telah melakukan studi smart pavement serta melibatkan perwakilan dan

Kementerian/Lembaga dan stakeholder lainnya yang terkait.

12. Pembahasan selanjutnya dilakukan di grup terkait penyepakatan bersama. Target DRN

dalam mematangkan dokumen narasi dan target real terkait penghematan devisa, juga

roadmapnya dan program kerja.

C.4 Komisi Teknis Kesehatan dan Obat


Paparan pengantar dari Sekjen DRN , memberikan gambaran sekaligus mengingatkan tentang

tugas dan fungsi setiap anggota DRN sesuai tertuang dalam regulasi yang ada, setiap komtek diminta

untuk mendeskripsikan setidaknya dua (2) “innovative champion” yang diusulkan dan dipaparkan pada

saat pertemuan di Bali

Dipahami bahwa usulan substansial yang tertera dalam Prioritas Riset Nasional (PRN) tidak

sepenuhnya sesuai dengan usulan yang diberikan oleh komtek Kesehatan dan Obat periode sebelumnya.

Hal ini menjadikan pertimbangan perlunya melakukan adaptasi/penyesuaian lebih lanjut agar ide dan

pemikiran substansial yang tidak tertampung dalam PRN masih dapat menjadi diharmonikan

Beberapa usulan dan pemikiran dalam pengembangan dan adaptasi substansial PRN antara lain:

Penajaman isu penyakit – penyakit di Indonesia untuk dapat diselaraskan dengan

pengembangan Riset obat dan vaksin misalnya: Cardiovascular disease, Diabetes, Chirosis

Hepatis, dll

56

Pengembangan Stem Cell yang lebih diarahkan pada pelayanan “aging” atau degeneratif;

Sebagai kepedulian untuk merespon isu kesehatan yang up to date adalah memberikan

pertimbangan perumusan kebijakan tentang pembiayaan kesehatan khususnya “defisit

BPJS;

Pengembangan inovasi untuk pengembangan alat kesehatan produk dalam negeri agar

dapat diberikan priortas;

Mempertimbangkan “pelaksanaan paten oleh Pemerintah” untuk jenis obat yang paling

diperlukan karena pertimbangan potensi terjadinya penyakit pandemic dan obat tak

terjangkau masyarakat

Untuk selanjutnya sesuai arahan Sekjen DRN akan dirumuskan dua (2) topic “innovative

champion” untuk disampaikan pada sidang paripurna di Bali tanggal 26 -28 Agustus 2019

C.5 Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi


C.5.5.1 Pembukaan

Ketua DRN menjelaskan Posisi DRN dg BRIN, DRN mampu menjelaskan Pemahaman

inovasi pada visi dan misi Presiden, Nawa cita ke-6 hanya ada daya saing, visi Indonesia programnya

dirangkum dlm inovasi, ada 2 skenario untuk posisi DRN di era BRIN, diharapkan tim Komtek TIK

memberikan 1 atau 2 produk inovasi

C.5.5.2 Diskusi Anggota DRN Komtek TIK

1. Platform Big Data, standardisasi format data, Unicode

2. Aplikasi mobile yg mempertemukan penjual dan pembeli produk Indonesia

57

3. Mengembangkan dan mendorong startup bidang TIK, platform untuk coaching

membangun startup dan menghubungkan dg investor

4. Aplikasi berbasis AI+IoT untuk membangun kecerdasan secara massif untuk solusi

persoalan masyarakat

5. Aplikasi untuk 3D printing

C.5.5.3 Kesimpulan untuk usulan Innovation Champion Sidang Paripurna DRN

1. Big Data untuk pemerintah untuk jaringan (SPBE); aplikasinya dan konten untuk satu data

2. Big Data untuk non pemerintah untuk jaringan (data Publik); aplikasinya dan konten untuk

menumbuhkan bisnis baru dengan menggunakan data publik

3. Niche Product bidang TIK (Produk-produk punya pasar khusus) contoh: smart card untuk

mhs, dan BTS 4G untuk lingkungan Kampus.

C.5.2 Rapat ke 2 (4 Oktober 2019)

Ketua DRN menyampaikan isu-isu terkait dengan DRN hasil rapat BP sebelumnya bahwa

Ketua pengarah DRN adalah Presiden) dan Ketua DRN mempresentasikan tentang Strategi Inovasi,

Inovasi = Invensi + Komersialisasi dan pokok-pokok usulan DRN. Usulan Komite TIK untuk tambahan

surat ke Presiden yaitu “Ekonomi Digital Mandiri”.

Dengan program lanjutannya berupa Goverment goes Digital (SPBE & Satu data Indonesia),

Industri 4.0 (sektor pangan, kesehatan, energi, hankam, transportasi, kebencanaan & lingkungan,

sosbud, material maju, dll), berdampak pada pertumbuhan GDP melalui peningkatan rate technology.

58

C.6 Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan


C.6.1.1 Paparan Ka.Komtek Hankam tentang

1. Perkembangan kemampuan penguasaan teknologi alpalhankam sejak tahun 2014 hingga

2019, dikatagorikan dalam 2 hal, yakni:

Penguasaan teknologi yang diperoleh dari produsen Alpalhankam luar negeri, didapat

melalui proses pengadaan produk alpalhankam dimaksud, dan diberikan secara

bertahap sesuai dengan jumlah unit pengadaannya. Demikian halnya dengan proses

alih teknologinya. Tidak ada produsen yang mau memberikan teknologi, apalagi

“teknologi kunci”. Ketergantungan terhadap produsen luar negeri sangat tinggi. Waktu

penguasaan teknologi yang dibutuhkan relatif pendek karena desainnya sudah ada, dan

tergantung jumlah pengadaannya.

Penguasaan teknologi yang diperoleh melalui kemandirian dalam negeri membutuhkan

waktu yang lama, karena selain berhasil membuat prototipe produk yang bisa

beroperasi, masih membutuhkan proses sertifikasi kelaikan baik tipe maupun produksi,

dan ada komitmen pengguna untuk memanfaatkannya melalui mekanisme pengadaan

alpalhankam.

2. Berdasarkan tabel Indikator Keberhasilan pengembangan teknologi Komtek DRN Bidang

Hankam untuk RPJMN-2 (Th 2009-2014) dan rencana RPJMN-3 (Th 2015-20019), dari

sejumlah target topik riset, sebagian sudah dicapai.

3. Berdasarkan hasil rangkuman kegiatan Komtek Hankam tahun 2015 – 2018 dalam

memantau dan mengevaluasi kegiatan program riset Alpalhankam sebanyak 9 kali rapat, 3

kali FGD (Hilirisasi Produk Riset Nasional Alpalhankam Untuk Penguatan Industri

Pertahanan; Teknologi Jaringan Sistem Transmisi Real-Time Jarak Jauh Pesawat Terbang

59

Tanpa Awak; Pengelolaan Kelaikan Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan

Sebagai Bagian Dari Tugas Pemerintah Untuk Membangun dan Mengembangkan Industri

Pertahanan), 1 kali FGD kerjasama dgn Dirjen Penguatan Inovasi-Kemritekdikti,

kunjungan kerja ke Pustekroket-LAPAN dan PT Krakatau-Posco, diperoleh hasil sebagai

berikut :

Ada komitmen Kementerian Pertahanan untuk mengalokasikan dana riset Hankam

Kementerian ristek-dikti tidak mengalokasikan dana riset khusus untuk pengembangan

teknologi pertahanan

Peran TNI sebagai pengguna dalam riset Hankam belum definitive

Peran instansi kelaikan yang berwenang dalam menentukan kelaikan produk hasil

pengembangan tidak menjadi perhatian para nara sumber.

Para pengguna yang diwakili dinas litbang ketiga TNI maupun Polri tidak mengambil

peran aktif dalam diskusi

Tidak disebutkan adanya Masterplan Nasional Pengembangan Alpahankam

Alat dan peralatan keamanan Polri belum mendapat perhatian

Adanya kesulitan untuk mengarahkan offset dari perusahaan pemasok Alutsista

Adanya Pengembang Riset Dalam Negeri selalu mengaku bisa melakukan rancang

bangun dan rekayasa produk Alpalhankam, tapi nyatanya belum berhasil laik operasi

sesuai kebutuhan operasional TNI dan Polri

Konsorsium yang aktif memberikan masukan dalam FGD hanya konsorsium tentang

pengembangan pesawat tanpa awak dan konsorsium pengembangan radar

4. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi perkembangan produk kegiatan Tujuh Program

Prioritas Alpalhankam KKIP, sampai saat ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan yang selesai dilaksanakan melalui mekanisme kerjasama pengadaan Luar

Negeri adalah:

Pengembangan pembuatan Tank Medium Roda Rantai

Pengembangan pembuatan Kapal Selam

Kegiatan yang belum selesai dilaksanakan melalui mekanisme kerjasama pengadaan

Luar Negeri adalah: Pengembangan Propelan

Kegiatan yang perlu dijadual ulang adalah: Pengembangan Pesawat Tempur

Kegiatan mandiri tanpa kerjasama dengan Luar Negeri:

Roket R-Han 122B, berhasil memperoleh sertifikasi kelaikan dari IMAA

60

Rudal, belum berhasil memperoleh sertifikasi kelaikan dari IMAA

Radar, belum memperoleh sertifikasi kelaikan dari IMAA

5. Secara umum kondisi saat ini dan tantangan ke depan adalah:

KKIP belum bersidang kembali, sehingga belum ada perkembangan terkini

perkembangan alpalhan terbaru

Direncanakan dibentuk Kabinet baru Presiden RI

UU Nomor 11/2019, tentang Sisnas Iptek sudah disetujui DPR dan diundangkan

Menurut pasal 48 UU dimaksud, Presiden akan membentuk Badan Riset dan Inovasi

Indonesia

Diperlukannya Rencana Induk Pemajuan IPTEK

6. Hasil Rapat Badan Pekerja DRN tanggal 25 Juli 2019 adalah:

Masing-masing Komtek akan mempersiapkan 1-2 “Innovative champion

subject/items” sebagai bahan masukan ke Menteri dan Presiden

DRN membentuk Panitia Ad Hoc tentang produk turunan UU Sisnas Iptek dan

melakukan Review Regulasi yang berkaitan dengan hambatan inovasi dan mengadakan

FGD

Tema SP DRN II di Denpasar adalah “Membangun SDM Inovatif Indonesia”

Potensi inovasi di daerah cukup besar, diperlukan dukungan regulasi agar

meningkatkan peran DRD sebagai think-tank Pemda

Paparan Ka. DRN tentang kemampuan iptek dan Inovasi untuk mendukung daya saing

bangsa serta arahan Presiden tentang Inovasi yang akan didanai

C.6.1.2 Pembahasan

1. Dasar perlunya dukungan pengembangan industri produk alpalhankam adalah UU no 16/

2012 tentang Industri Pertahanan, dikoordinasikan oleh KKIP.

2. Mengingat Menristekdikti adalah anggota KKIP, maka peran pengembangan penguasaan

teknologi bidang teknologi pertahnan dan keamanan perlu didukung oleh Kemristekdikti

3. Permasalahan yang terjadi adalah:

Harmonisasi cara pandang Kemristekdikti dengan Kemhan terhadap hilirisasi program

riset bidang hankam belum optimal dan berjalan sendiri-sendiri

61

Renstra Kemristekdikti untuk bidang Hankam dengan Renstra Kemhan belum sejalan

dalam konteks kesepakatan litbangyasa Nasional untuk meraih penguasaan

kemandirian teknologi dan daya saing industri. Masalah sinergitas masih belum

berjalan dengan baik

Bappenas menjadikan Kemhan sebagai ujung tombak untuk memenuhi kebutuhan

alpalhankam

Mengingat sebagian besar pendanan pengadaan produk alutsist sumber dananya

berasal dari pinjaman Luar Negeri, maka agak sulit untuk dialokasikan untuk

pengembangan teknologi alpalhankam Dalam Negeri

KKIP belum memberi masukan dan menjembatani pengalokasian sumber dana Dalam

Negeri dan Luar Negeri untuk kepentingan program bidang hankam Nasional

Rencana Induk kebutuhal alpalhankam tidak dikaitkan (linked up) dengan kebutuhan

litbangyasa

Industri cenderung menghindari pendanaan pengembangan produk teknologi

alpalhankam yang bersumber dari dana sendiri, mengingat ada resiko kerugian cukup

tinggi, misalnya spesifikasi teknis belum sesuai dengan kebutuhan pengguna dan tidak

jadi beli produk tersebut. Hal tersebut akan berdampak negative terhadap neraca

perusahaan. Industri dituntut harus menghasilkan profit.

Sumber alokasi PDN untuk 7 Program Prioritas tidak terserap oleh Industri hingga

hampir 50% dalam tahun anggaran

Ada perbedaan sudut pandang antara Industri, Regulator dan Pengguna terhadap

kebutuhan suatu produk alpalhankam yang akan digunakan oleh pengguna

C.6.1.3 Diskusi

1. DRN diharapkan membantu memberikan masukan dalam hal sinergitas implementasi

pengembangan produk teknologi alpalhankam, termasuk 7 program prioritas terhadap

adanya perbedaan sudut pandang antara industri, regulator dan pengguna

2. DRN memberi masukan terhadap: Pembentukan Konsorsium Litbangyasa, Kebijakan

Kerjasama terhadap pengadaan alpalhankam dari Luar Negeri, Kebijakan Anggran, dan

Kebijakan pemanfaatan SDM

3. DRN mengusulkan pemanfaatan pinjaman Dalam Negeri untuk membiayai kegiatan

inovasi pengembangan produk alpalhankam buatan Dalam Negeri, dan perlu adanya

kespakatan produk yang akan di buat dengan pengguna dan regulator.

62

4. DRN mendorong Industri kecil menjadi DOA, untuk mendukung peningkatan program

kegiatan pengembangan Tier 2 dan Tier 3

5. Perlu dibuat Roadmap yang mengintegrasikan Roadmap pengadaan alpalhankam dengan

roadmap litbangyasa

6. Perlu dibuat daftar kajian-kajian litbangyasa dengan melibatkan para pakar dan mahasiswa

S2 dan S3

7. Perlu dilakukan FGD Komtek Hankam dari aspek kebijakan litbangyasa bidang hankam

dan membuat identifikasi skala prioritas. Termasuk dalam FGD tersebut melakukan

verifikasi terhadap hasil produk industri untuk pembuatan kapal selam, roket dan tank

medium, serta membuat policy paper kepada Menristekdikti.

C.6.1.4 Kesimpulan

1. Innovative champion subject/items Komtek Hankam akan dibahas dalam rapat BP

berikutnya dan disosialisasikan dalam Sidang Paripurna II

2. Fokus kegiatan utama Komtek Hankam adalah 7 program prioritas KKIP

3. Hasil –hasil riset diupayakan bisa tergambar dalam GDP dan berdampak terhadap GDP

4. DRN diharapkan membantu menjembatani sinergitas implementasi pengembangan produk

teknologi alpalhankam dengan melibatkan pengguna, regulator, industry dan lembaga

litbang/perguruan tinggi

5. Komtek Hankam merencanakan akan melaksanakan FGD, dan judulnya akan dibahas pada

rapat Komtek Hankam berikutnya.

C.7 Komisi Teknis Material Maju

6.7.1 Rapat ke 1 (19 Agustus 2019)

63

1. Pendahuluan

Prolog dan arahan oleh Wakil Ketua Dewan Riset Nasional, Prof. Sudharto P. Hadi dan

Sekretaris Dewan Riset Nasional, Dr. Andi Eka Sakya M.Eng mengenai tugas Komtek

Material Maju dan isu terdekat yang perlu direspon (penentuan innovation champion item).

2. Penetapan Wakil Ketua

Terpilih Bapak Ir. Koesnohadi secara musyawah dan mufakat

3. Penentuan Innovation Champion Item/subjects

Pak Koesno:

Tugas DRN tidak membangun langsung SDM inovatif tapi menyiapkan panggung atau

arena bagi SDM Inovatif untuk tumbuh

Pak Nurul:

Menshare success story pelaku inovasi khususnya bidang material maju sebagai

insipirasi tumbuhnya SDM inovatif

Pak Dwi:

1) Membuat konsep kebijakan khususnya di bidang material maju

2) pengalaman BPPT: dari awal pengembangan duduk bersama dengan stakeholder

terkait (industry)

3) Memperkaya sarana pelatihan dan workshop untuk penelitian

4) Para pelaku perlu memahami pola riset di litbang berbeda dengan riset di industry

5) Perlu recognition dan award untuk pelaku inovasi

6) Ada sarana FGD untuk membahas lebih detail

Pak Jamasri:

Menjawab pertanyaan Presiden?

1) dengan cara mempresentasikan data riset inovatif

2) menyiapkan panggung tumbuhnya sdm inovatif (sesuai dengan statement Pak

Koesno)

Identifikasi riset yang sudah berjalan/diberikan pendanaan, untuk bridging history,

review/analisa, kemudian memformulasikan langkah strategis untuk mempersiapkan

sdm inovatif selanjutnya

64

Pak Edy:

1) Spin-off hasil penelitian yang seringkali tidak terakomodasi, isu sustainability

2) Tridharma perguruan tinggi mulai berkembang dengan adanya tantangan inovasi

ini. Selanjutnya akan terus berkembang menjadi pengetahuan dan penyiapan SDM

(teaching industry).

3) Peran stakeholder: industry untuk melayani masyarakat, PT memiliki SDM, dan

Litbang memiliki fasilitas

Pak Koesno:

1) Teaching Industry menjadi wahana bersama bagi PT dan Industri untuk

menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan

2) Dana Kemenristekditi untuk inovasi sebesar 300 Milyar, sebagian dana untuk

pendidikan

3) Menjawab tantangan investasi 1000 trilyun pada 2025, harus dipahami perbedaan

antara dunia invensi dan ranah inventasi

4) Pembagian peran antara inventor dan businessman.

5) Model best practice

6) Inovasi mencakup pertumbuhan start-up hingga industrialisasi

Pak Nurul:

Mendesain mekanisme/model pembangunan sdm inovatif

Pak Zaki:

1) Ada penelitian yang sudah didiseminasikan namun perlu data dampak ekonomi

atau outcome yang sudah dihasilkan.

2) Perlu support regulasi untuk wahana dan mekanisme lahirnya inovasi

3) Subsitusi impor: mencari data impor yang jumlahnya tinggi namun memiliki

potensi SDA/SDM local

4) Ada dirjen penggunaan hasil litbang di kementrian (Kementan, KKP)

4. Summary Ketua Komtek

1) Mengidentifikasi kisah sukses dan mendefinisikan kesuksesan berinovasi > (bidang

Innovation champion?)

65

2) Analisa kegagalan dan analisa keberhasilan untuk mengetahui hambatan inovasi dan

faktor keberhasilan

3) Membuat model best practice untuk menumbuhkan inovasi (di berbagai lembaga)

4) Menyiapkan wahana/panggung untuk pertumbuhan SDM inovatif

6.7.2 Rapat ke 2 (28 Oktober 2019)

1. Pembukaan oleh Ketua DRN Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadi

Perkembangan Usulan DRN ke Presiden

1) UU Inovasi menjadi bab

2) Sumbangsih terhadap konsepsi Badan Riset Inovasi nasional

3) Menterjemahkan pemikiran DRN: Inovasi = Invensi x Komersialisasi

4) Mempertajam pemikiran Presiden terkait Manusia Inovatif

5) Inovasi terkait GDP (bagaimana memanfaatkan anggaran penelitian untuk peningkatan

GDP)

6) Champion inovasi (2 unggulan)

Pertemuan BP DRN dengan Sekjen BPIP + Ekonomi Digital Mandiri (masukan

Komtek IT) + Sidang Paripurna Surat kepada Presiden

2. Rapat Komtek dipimpin oleh Prof. Nurul Taufiqu Rochman

1) Review dari masukan anggota dewan terkait pemilihan champion inovasi material

maju: Nilai tambah pada industri (Pak Zaki), Esensi Pengelolaan Sumber Daya Alam

(mineral) Indonesia (Pak Koesno)

2) Review pemaparan Komtek Material Maju pada Sidang Paripurna II

66

3) Masukan Pak Edy Giri:

Perlu disusun roadmap

4) Masukan Pak Jamasri:

Perlu pendetailan program dan roadmap, sehingga dapat menjadi panduan riset

secara umum

Analisa penentuan prioritas menggunakan decision making tool, seperti AHP

5) Tanggapan Pak Nurul:

Penentuan panduan riset berdasarkan potensi sumber daya alam dari hasil analisa

prioritas

6) Masukan Pak Nofrijon:

DRN tidak sebagai eksekutor tetapi memberikan panduan dan arahan.

Konteks riset material maju dalam proses industri dilakukan setelah pengolahan

sumber daya alam bukan proses pengolahan sumber daya alam itu sendiri.

Namun perlu dilihat lagi situasi industri hulu agar hilirisasi peningkatan nilai

tambah dapat dimungkinkan.

7) Tanggapan Pak Nurul: Dibuat grand strategy pengolahan komoditas yang lengkap dari

hulu ke hilir, menggambarkan potensi SDA, peningkatan nilai tambah termasuk

support kebijakannya.

8) Masukan Pak Koesnohadi (dipaparkan dengan bahan presentasi tersendiri):

Perlu keseimbangan perspektif demand pull dan supply (technology) push.

Definisi material maju > Perspektif makro material maju: tidak bisa berdiri sendiri

dan diolah menjadi produk manufaktur bernilai tinggi.

Peran industri terhadap sektor ekonomi.

link and match terhadap kebutuhan industri (prioritas).

case study: kesiapan (Industri) Indonesia dalam komoditi mobil listrik (baterai,dll)

9) Tanggapan Pak Nurul:

Tools analisa seperti SWOT, AHP untuk penentuan posisi daya R&D material

maju berdasarkan kriteria, diantaranya:

Mampu menjawab masalah/isu nasional

Memiliki potensi nilai tambah

67

Resiko kegagalan kecil

Ketidakbergantungan terhadap bahan baku

Dari 4 faktor eksternal diatas, (i) dan (ii) dianggap sangat penting. Lainnya berupa

faktor iinternal seperti: kesiapan SDM, kesiapan infrastruktur, kesiapan teknologi,

kemudahan dalam pengajuan dan pembiayaan riset, tingkat kemudahan dalam

penerapan teknologi.

Perlu diformulasi faktor-faktor internal dan eksternal dan sub kriteria seperti

diatas dalam penentuan prioritas riset nasional dan champion inovasi bidang

material maju.

Beberapa yang sempat dibahas: kriteria internal, eksternal, stakeholder,

climate change

Framework analisa akan dilontarkan dan didiskusikan oleh para expert pada

FGD.

FGD diusulkan pada minggu ketiga November 2019 (tentative: Senin, 18

November jam 12.00 – 17.00).

Dibuat list undangan hingga 50 stakeholder termasuk anggota DRN.

C.8 Komisi Teknis Sosial Humaniora, Pendidikan, Seni dan Budaya


Untuk menyiapkan materi yang akan dibahas tgl 26-28 Agustus 2019 di Bali, Komtek Soshum,

Pendidikan, Seni & Budaya akan fokus ke topik SDM sebagaimana di bawah ini:

Skill dan pekerjaan masa depan

68

Kebijakan penurunan percepatan stunting

Pengembangan SDM berdasarkan clustering

Pendidikan dan pelatihan melalui lembaga formal dan non formal

Sinergi dan kolabolarasi multidisipliner

Manajemen talenta

C.9 Komisi Teknis Lingkungan dan Kebencanaan


1. Lokasi

Sesi 1. Ruang Rapat BMKG, Jl. Angkasa I No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat

Sesi 2. Ruang Kerja Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gedung Manggala

Wanabakti Lt. 4, Jakarta Pusat

Sesi 3. Ruang Rapat BMKG, Jl. Angkasa I No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat

2. Agenda

Penjelasan Rapat Badan Pekerja

Innovative Champion Subject

Agenda Kerja DRN Komisi Teknis 2019-2022

3. Hasil

1) Sesi 1

69

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan bertugas untuk menciptakan

ekosistem riset dan mengkoordinasikan riset-riset nasional. Dewan Riset Nasional

(DRN) sendiri sudah matang dengan konsep inovasi.

Riset diarahkan sesuai dengan visi-misi presiden 2019-2024; riset harus inovatif

dan jelas untuk hal-hal strategis, dan bisa bermanfaat lebih dari sekedar

peningkatan ilmu pengetahuan.

Visi Jokowi tentang Inovasi sejalan dengan visi inovasi dari Paul M. Romer (2018).

Inovasi harus bisa menaikkan GDP dan menjadi pengarah utama pertumbuhan

ekonomi jangka panjang

Dalam pidato yang disampaikan pada awal 2019, Presiden RI meletakkan strategi

inovasi pada pendidikan tenaga kerja, modal tenaga kerja, serta riset dan

pengembangan

Posisi DRN diharapkan dapat memberi masukan kepada Presiden RI dalam

mengarahkan serta mengkoordinasikan riset-riset nasional.

DRN sangat diharapkan masukan-masukan dan rekomendasi-rekomendasinya

serta membantu memantau implementasi IPTEK.

Belum ada produk unggulan Indonesia yang mendunia. Hal ini patut

dipertanyakan, mengingat jumlah sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang

sangat tinggi. Perlu difikirkan bersama, bagaimana mendorong ekosistem riset

nasional.

Masukan-masukan DRN yang sifatnya kebijakan akan lebih berguna; Tindak lanjut

Perpres Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-

2045 serta acuan dalam melakukan riset.

Topik terkait kebencanaan merupakan flagship nasional terintegrasi dan dikerjakan

secara gotong royong di tingkat nasional.

Setiap bencana memiliki karakter tersendiri. Sehingga manajemen bencana di

suatu tempat tidak harus sama dengan manajemen bencana di tempat lain.

Perbedaan ini terjadi dikarenakan: jenis ancamannya berbeda, dengan risiko yang

berbeda serta karakter/sistem sosial masyarakatnya pun akan berbeda.

Sistem inovasi kebencanaan nasional ditujukan untuk mengurangi jumlah korban

akibat bencana dan mencakup inovasi sosial dan kebijakan (socio-technology).

70

Teknologi kebencanaan sudah harus ada di Indonesia. Akan tetapi, teknologi hanya

sebatas teknologi pada kondisi tanpa pusat pendidikan masyarakat (terhadap

masalah kebencanaan).

Prioritas Riset Nasional (PRN) adalah dokumen pelaksanaan dari RIRN (Rencana

Induk Riset Nasional) yang disusun utuk jangka waktu 5 tahun. RIRN sendiri

adalah dokumen perencanaan sektor riset secara nasional.

Komisi Teknis Lingkungan dan Kebencanaan DRN harus mengajukan Champion

untuk bidang Lingkungan dan Kebencanaan.

Keterkaitan lingkungan dan bencana: bencana lingkungan yang banyak terjadi 95%

mencakup bahaya hidrometeorologi banjir, longsor, dan abrasi dan mengakibatkan

turunnya daya dukung lingkungan hidup.

Untuk mengatasi masalah terkait kebencanaan, penyelesaian masalah di hulu

belum disentuh. Saat terjadi bencana, permasalahan di hulu harus dilihat, e.g. tata

ruang

2) Sesi 2

Komtek Lingkungan dan Kebencanaan DRN sangat diharapkan masukan-masukan

dan rekomendasi-rekomendasinya terkait bidang lingkungan hidup dan kehutanan.

KLHK mempersilakan keikutsertaan Komtek Lingkungan dan Kebencanaan DRN

dalam kegiatan-kegiatan (FGD) yang diselenggarakan KLHK.

3) Sesi 3

Pada sesi ini, Tim Komtek Lingkungan dan Kebencanaan DRN mendapat

penjelasan terkait program maupun produk inovasi dari setiap bidang kedeputian di

BMKG, sebagai berikut:

Produk inovasi kedeputian bidang instrumentasi, kalibrasi, rekayasa dan jaringan

komunikasi BMKG, seperti sistem pengamatan cuaca otomatis yang ditempatkan

di bandara untuk mendapatkan data unsur-unsur cuaca secara otomatis.

Penyampaian produk unggulan pusat penelitian dan pengembangan BMKG,

termasuk Informasi dan prediksi cuaca pada lokasi operasional PLN, Model

Prakiraan Potensi Demam Berdarah Berbasis Iklim, Model Monitoring Prekusor

Gempa Bumi.

Penyampaian produk inovasi bidang meteorologi, seperti: potensi hotspot terkait

potensi kebakaran hutan, prakiraan cuaca untuk publik melalui media sosial,

71

layanan informasi meteorologi penerbangan, maupun pusat meteorologi maritim

(sistem pemodelan meteorologi-oseanografi, informasi untuk nelayan, peringaan

banjir pesisir/Rob, marine environment forecast and hazard warning system).

Penyampaian produk inovasi kedeputian klimatologi, seperti peringatan dini iklim

untuk kekeringan, potensi akumulasi hujan tinggi dan anomali iklim, peringatan

dini potensi demam berdarah berbasis iklim, peta potensi energi terbarukan (angin,

matahari), proyeksi iklim untuk perencanaan pembangunan, serta literasi iklim

berbasis sectoral dan generasi milenial (sekolah lapang iklim dan jamboree iklim).

Penyampaian produk inovasi kedeputian bidang geofisika BMKG, mencakup

InaTEWS (Indonesia tsunami early warning system), pengembangan sistem

peringatan dini tsunami non tektonik berbasis teknologi deteksi anomali muka laut

di wilayah Selat Sunda, produk inovasi seismologi teknik, produk mitigasi

gempabumi dan tsunami.

Untuk program pusat gempabumi dan tsunami, telah disusun roadmap tahun 2020-

2024 yang diawali dengan otomatisasi prosesing dan diseminasi gempabumi dan

tsunami (3 menit) pada tahun 2020 sampai dengan pemanfaatan data dan output

informasi dalam skala nasional dan global (Global Partnership) pada tahun 2024.

C.9.2 Rapat ke 2 (7 Oktober 2019)

1. Agenda Pra-Fgd Di Yogyakarta

Rapat Komisi Teknis Lingkungan dan Kebencanaan

Kunjungan ke Lingkungan Inovasi Sosial Sungai Code

72

Kunjungan ke Cafe Sawah Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten

2. Hasil Rapat Komisi Teknis Lingkungan Dan Kebencanaan

Rapat dilaksanakan di Ruang Siti Nurbaya Center, Klinik Lingkungan dan Mitigasi

Bencana (KLMB), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan bertugas untuk menciptakan ekosistem

riset dan mengkoordinasikan riset-riset nasional. Dewan Riset Nasional (DRN) sendiri

sudah matang dengan konsep inovasi.

Riset diarahkan sesuai dengan visi-misi presiden 2019-2024; riset harus inovatif dan

jelas untuk hal-hal strategis, dan bisa bermanfaat lebih dari sekedar peningkatan ilmu

pengetahuan.

Visi Jokowi tentang Inovasi: Inovasi harus bisa menaikkan GDP dan menjadi pengarah

utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Saat ini GDP Indonesia dibawah

beberapa negara tetangga seperti Singapura, Brunei Darussalam, Thailand.

Presiden RI meletakkan strategi inovasi pada pendidikan tenaga kerja, modal tenaga

kerja untuk mewujudkan Manusia Inovatif. Hal ini sejalan dengan konsep Paul M.

Romer untuk mewujudkan Manusia Terdidik, serta konsep dari almarhum Bapak BJ.

Habibie yaitu Manusia Terbarukan.

Posisi DRN diharapkan dapat memberi masukan kepada Presiden RI dalam

mengarahkan serta mengkoordinasikan riset-riset nasional juga membantu pemerintah

dalam bidang pemajuan iptek. Dalam gerakan inovasi teknologi yang diarahkan

Presiden, kerangka inovasi tidak boleh ditinggalkan jika Indonesia tidak ingin

ketinggalan.

DRN sedang menyiapkan surat resmi DRN kepada Presiden yang isinya akan

dimatangkan dalam rapat Badan Pekerja DRN pada tanggal 14 Oktober dengan

membawa 2 skenario terkait posisi DRN nantinya.

DRN saat ini bersepakat untuk mengusung program Ekonomi Dijital Mandiri. Iptek

diharapkan menjadi landasan pertumbuhan ekonomi menuju kemadirian dan daya

saing. Vietnam dan Malaysia sudah memulai dijital ekonomi di negaranya, sedangkan

dijital ekonomi Indonesia juga sudah dimulai sejak tahun 2017.

Komisi Teknis Lingkungan dan Kebencanaan DRN harus mengusulkan Champion

untuk bidang Lingkungan dan Kebencanaan. Untuk mematangkan usulan Champion

tersebut, akan dilakukan FGD lanjutan di Jakarta dengan menggandeng BNPB atau

KLHK.

73

Posisi komtek Lingkungan dan Kebencanaan juga akan mengarah pada isu ekonomi

dijital. Isu ini masuk ke komtek LB melalui permasalahan ekosistem. Usulan produk

inovasi unggulan LB adalah (i) disaster science and techno park (456), serta (ii) sistim

informasi inovasi manajemen lingkungan dan kebencanaan nasional.

Program jangka panjang DRN harus memuat visi misi strategi pemajuan iptek, tidak

hanya terkait 1 komtek saja. Isu-isu terkait juga harus diperhatikan seperti bagaimana

menjembatani gap atara iptek dan manusianya, menyusun kerangka kemajuan iptek,

serta berbagai masalah dan hambatan dalam pemajuan iptek (konteks: inovasi).

3. Kunjungan ke Lingkungan Inovasi Sosial Sungai Code

Kunjungan ke lingkungan inovasi Kali Code dilakukan untuk melihat bagaimana

masyarakat berperan secara aktif untuk merubah sungai di lingkungannya menjadi bersih,

bahkan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi dari upayanya tersebut. Warga Kali Code

saat ini bisa tinggal di lingkungan yang bersih dan nyaman, mendapatkan manfaat dari air

sungainya, memiliki ruang untuk berjualan tanaman, dan bahkan menyediakan barang

kerajinan siap jual maupun tempat home stay bagi pengunjung yang datang ke wilayah mereka

dan ingin mempelajari konsep program yang mereka terapkan.

4. Kunjungan ke Cafe Sawah Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten

Cafe Sawah Desa Jomboran yang dikelola BUMDes Bodronoyo merupakan salah satu

contoh nyata upaya membangun bangsa yang tangguh melalui perpaduan antara upaya mitigasi

bencana, pengelolaan lingkungan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Disini, gerakan pentahelix terlihat nyata secara bahu membahu mewujudkan cafe sawah

melalui kreatifitas dan inovasi bersama. Kesuksesan Cafe Sawah dapat menjadi salah satu

contoh untuk diangkat menjadi program di tingkat nasional.

5. Catatan Kunjungan

Kunjungan ke Kali Code dan Cafe Sawah dilakukan oleh Komtek Lingkungan dan

Kebencanaan sejalan dengan penyusunan rencana strategis untuk membangun bangsa yang

tangguh bencana yang sedang dilakukan Komtek LB. Kali Code dan Cafe Sawah merupakan

contoh baik yang sudah dilakukan di lapangan untuk dijadikan masukan disamping melakukan

riset dan diskusi program. Penggunaan konsep pembangunan berbasis masyarakat (community-

based development) terlihat jelas di dalam kedua kegiatan tersebut, masyarakat lokal secara

aktif terlibat dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, juga pengelolaannya.

Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah orang-orang yang paling

tahu kondisi sosial budaya setempat. Kegiatan pembangunan harus memperhatikan nilai-nilai

sosial budaya, serta melibatkan masyarakat lokal secara aktif mulai dari tahapan perencanaan.

74

Diharapkan pendekatan ini akan lebih menjamin kesesuaian program pengembangan dengan

aspirasi masyarakat, serta lebih menjamin tingkat kontinuitas yang tinggi. Diatas itu semua,

community empowerment dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam

menyelamatkan hidupnya. Jangan sampai ada satu jiwa pun meninggal karena masalah

lingkungan dan bencana.

C.9.3 Rapat ke 3 (18 November 2019)

1. Agenda Rapat

Paparan Pak Andi Eka Sakya

Koordinasi untuk FGD Gabungan: pembahasan innovative champion Komtek

Lingkungan dan Kebencanaan

2. Notulen Rapat

1) Agenda 1

Sejak awal berdiri pada 23 tahun lalu, organisasi DRN selalu dipimpin oleh

Kemenristek kecuali sejak masa Pak Kusmayanto Kadiman dan setelahnya

Organisasi seperti DRN di negara lain dipimpin oleh presiden (Amerika), Perdana

Menteri (Singapura, Malaysia), atau setara Menteri (Thailand, Brunei

Darussalam).

Usulan DRN, Presiden adalah komando tertinggi DRN

Arti inovasi merupakan perkalian antara invension dengan commersialization

75

Sehingga 9 Komtek yang ada di DRN diminta untuk merumuskan dua produk

inovasi yang akan diusulkan oleh komteknya.

Dari usulan-usulan yang masuk, pada FGD gabungan akan diputuskan 9 produk

inovasi DRN

2) Agenda 2

Dampak pemisahan kembali Kemenristek dengan Dikti bagi akademisi: hasil-hasil

riset berada dibawah Kemenristek, urusan administrasi berada dibawah

Kemendikbud.

Terbentuknya BRIN diharapkan akan mengurangi terjadinya duplikasi riset antar

K/L karena BRIN merupakan platform bagi pusat-pusat riset dalam K/L.

Berbeda dengan UU 18 sebelumnya yang menyebutkan DRN dan AIPI

didalamnya, RUU Sinas Iptek tidak menyebutkan kedua badan tersebut.

Pembentukan BRIN bukan merupakan usulan pemerintah. Proses lahirnya

memiliki nuansa politik sangat kental. Ketua Panitia Kerja berkomunikasi

langsung dengan Kemen PAN-RB, Kemenkumham, Kemendagri, dan Kemenkeu)

BRIN didesain sebagai lembaga super power dengan kewenangan luar biasa (di

dalam UU tersebut) yang melaksanakan jirap secara terintegarasi untuk

mengurangi tumpang tindih, serta mengarahkan, riset-riset nasional dalam rangka

menjawab presiden terkait penggunaan dana riset dan pelaksanaannya.

Yang masih belum jelas, karena masih terus dibahas dan belum ada perpres yang

mengatur, akan seperti apakah struktur organisasi BRIN? Saat ini masih terdapat 2

konsep BRIN terkait lembaga-lembaga dibawah Kemenristek: (1) Merger, atau (2)

Holding, kelembagaan dengan manajemen pengelolaan keuangan. Sehingga

kelahiran BRIN sangat bergantung pada jadwal para pebahas.

Ada yang mengusulkan merger fisik antara LIPI, BPPT, AIPI. Yang mengusulkan

tidak mengerti bahwa AIPI memiliki bentuk yang berbeda.

Keberadaan DRN ke depan masih belum clear. Sudah ada pertemuan dengan

Menristek untuk meyampaikan tentang DRN. Tetapi saat ini belum ada konsep dari

Pak Menteri. Usulan: jika DRN ingin memiliki legacy, ada Perpres No. 38 Tahun

2018 tentang Peraturan Presiden (PERPRES) tentang Rencana Induk Riset

Nasional Tahun 2017-2045.

Untuk periode RPJMN 2020-2024, Prioritas Riset Nasional 2020-2024 memiliki 2

fokus riset; (1) Rekayasa keteknikan, (2) Multidisiplin dan lintas sektoral, dengan

76

49 produk riset yang akan dicermati. Produk riset ini adalah yang akan

mendapatkan anggaran APBN. Hal ini difokuskan untuk menjawab kritikan

presiden.

Ke depan, akan disiapkan satu sistem untuk seluruh kegiatan penelitian baik untuk

PT maupun lembaga Litbang. Dengan penggunaan satu sistem ini duplikasi

kegiatan penelitian akan lebih mudah untuk dideteksi.

Terkait usulan dari 2 flagships menjadi 1 flagship dari Komtek LB, yaitu: (1)

Disaster science and techno park (4.0 to 6.0), serta (2) Sistem informasi inovasi

manajemen dan kebijakan lingkungan dan kebencanaan nasional yang terintegrasi.

Isu lingkungan dan kebencanaan saling terkait, tidak dapat dipisahkan, dan harus

menjadi satu kesatuan.

Banyak hal yang belum terselesaikan. Usulan flagship sebaiknya membumi,

menggunakan Bahasa yang mudah difahami masyarakat umum. Riset itu sesuatu

hal yang diperlukan, tetapi riset-riset yang dapat langsung diimplementasikan akan

lebih bermanfaat.

Konsep risiko bencana: Risiko (bencana) = Bahaya (H) x Kerentanan (V) /

kapasitas (C), (V) merupakan kondisi kerentanan yang disebabkan oleh fisik,

lingkungan, sosial, ekonomi.

Usulan flagship Komtek LB perlu mempertimbangkan aspek: (1) ekonomi, (2)

teknologi, dan (3) kebijakan. Aspek sosial dapat digunakan untuk mengungkit

ketiga aspek tersebut.

Usulan flagship juga harus mempertimbangkan persentase keuntungan akibat

menerapkan flagship tersebut. Berapa persenkah tambahan untuk kontribusi

ekonomi? DRN diharapkan bisa membantu mempercepat proses penambahan ini.

Penggabungan dari 2 usulan flagship Komtek LB menjadi “Science technopark

lingkungan kebencanaan“. Dalam hal ini DRN menyiapkan framework/vehicle

(yaitu science technopark).

Kembali kepada fungsi DRN, maka DRN hanya memberi masukan ke Menristek

yang kemudian akan menentukan apakah usulan DRN bisa dipakai oleh BRIN atau

tidak.

77

D. AUDIENSI MENRISTEK/KA BRIN, FOKUS GRUP DISKUSI DAN PERTEMUAN

DENGAN RIEKE D PITALOKA

D.1 Audiensi dengan Menristek/Ka. BRIN (12 November 2019)

1. Laporan Ketua DRN

Ketua Dewan Riset Nasional memperkenalkan anggota Dewan Riset Nasional Periode

2015-2018 dan Periode 2019-2022 melalui foto. Komposisi Anggota Dewan Riset

Nasional Periode 2019-2022 berdasarkan latar belakang terdapat 31 dosen, 13

peneliti/perekayasa, 19 balitbang, dan 11 bisnis/swasta. Berdasarkan usia terdapat 10 orang

dari usia 45-50 tahun, 12 orang dari usia 51-55 tahun, 27 orang dari usia 56-60 tahun , 15

orang dari 61-65 tahun, 7 orang dari usia 66-70 tahun dan 3 orang dari usia lebih dari 70

tahun. Sedangkan berdasarkan pendidikan, Anggota DRN periode 2019-2022 sebagian

besar S3 dan terdapat 24 Profesor.

Sejarah Dewan Riset Nasional di Indonesia dibentuk di era Presiden Soeharto pada

tahun 1986 hingga saat ini selama 23 tahun melewati 6 presiden, jika dibandingkan dengan

Amerika Dewan Riset Nasional sudah selama 103 tahun dari tahun 1916-2019 melewati 29

presiden. Cara kerja DRN Amerika sebagai pembanding DRN Indonesia itu, langsung

dibawahi Presiden.

Porsi Tugas Dewan Riset Nasional diambil dari dalam UUD Dasar 1945 pada pasal

31 ayat 5 yang berbunyi Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lalu

diterjemahkan Pak Jokowi dalam Nawacita yakni Daya Saing dan akhirnya mengambil kata

inovasi. Sepanjang 2 periode Dewan Riset Nasional fokus dengan inovasi. Cara mengambil

keputusannya dengan ada 9 komtek untuk merumuskan masalah dan memunculkan

strategi, Rapat FGD untuk memutuskan strategi dengan mitra komtek atau mitra di luar

komtek, dan Sidang Paripurna untuk menyerahkan produk pemikiran. Pada tahun 2015-

78

2018, DRN memberikan masukan kebijakan kepada Menristek mengenai Undang-Undang

Inovasi, Membangkitkan Dewan Riset Daerah dan Desiminasi Inovasi.

Dewan Riset Nasional memberikan kebijakan kepada Menristek pada Sidang

Paripurna Tahun 2017, Sidang Paripurna Tahun 2018 yang dibuka oleh Pak Luhut B.

Pandjaitan dan melakukan berdiskusi pertemuan ilmiah dengan universitas, DPR dan MPR,

Partai hingga LSM. DRN juga cukup rutin melapor ke Pak Habibie dan bertemu dengan

pansus DPR untuk membicarakan Undang-Undang no 11. Ketika DRN membahas UU No

11, Menristek memberikan komitmen bahwa “kebijakan inovasi yang diusulkan DRN

dalam bentuk UU tersendiri nantinya bisa dimasukkan dalam UU Sinas Iptek yang sedang

direvisi.“ Dewan Riset Nasional juga menekankan bahwa semua Negara ASEAN Ketua

DRN nya itu adalah Perdana Menteri, Raja, dan Presiden, hanya di Indonesia Ketua DRN

dibawahi oleh eselon 4.

Dan mengenai DRD, ini merupakan sebuah prestasi DRN. Pembinaan yang dilakukan

telah mendorong terbentuknya 87 DRD. Pada awal periode 2015 memiliki 40 DRD. Dalam

kaitan ini, yang dilakukan DRN adalah menerima seluruh DRD di Indonesia secara rutin

untuk mendiskusikan program-program inovasi. DRD pun memberikan publikasi-

publikasinya setiap tahun. Gubernur Jawa Timur memberikan statement resmi bahwa DRD

Jawa Timur memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan provinsi Jawa Timur

dengan cara seluruh permikiran DRD dijadikan Pergub oleh Pak Gubernur.

Diseminasi Pemahaman Inovasi, masuk dalam permasalahan yang pertama yaitu

terlalu banyak definisi. Ketua DRN menuliskan pemikirannya di Kompas pada tanggal 31

Oktober 2018 bahwa kata Inovasi harus masuk dalam Badan Riset dan Dewan Riset Inovasi

Nasional. Dalam bidang sainsnya tersendiri, dengan berbagai rumitnya pemahan inovasi,

Ketua Dewan Riset Nasional menemukan pemahaman yang sederhana dari Edward Robert

Profesor Management MIT yang menerjemahkan yaitu Innovation = Invention x

Commercialization. Penelurusan terakhir pada kata invensi dan inovasi pada Undang-

Undang No 11 ada 19 kata yang merupakan berarti cukup penting didalami lebih lanjut.

Ilmu ini berkembang dengan cepat karena rumus tersebut cukup sederhana untuk

dipahami, bahkan saat ini muncul masyarakat invention to innovation (i2i) dan muncul ke

publik. Di Indonesia sendiri, teman-teman di Kemenristek ada upaya mendokumentasikan

938 Innovations Indonesia dari 10 buku. Mereka mengatakan bahwa kesulitannya bahwa

Inovasi yang ada tidah dibutuhkan oleh pasar. DRN membuat prinsip bahwa inovasi harus

masuk ke GDP.

Pada Sidang Paripurna ke 2 DRN Tahun 2019 di Bali diputuskan sebuah skenario

bahwa 9 komtek sedang merumuskan 2 produk inovasi pada setiap masing-masing komtek.

79

Lalu pada Forum Group Diss FGD Gabungan akan memutuskan 9 produk inovasi yang

akan dilakukan pada tanggal 19 November 2019 kemudian Sidang Paripurna nanti yang

akan dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2019 akan memtuskan 2 produk inovasi dan

7 prospek produk inovasi lainnya yang akan dilaporkan ke Menteri dan diserahkan ke

Presiden untuk membuat skenario. Karena pengalaman menunjukkan hanya Presiden yang

bisa membuat skenario pelaksanaan inovasi ini supaya tidak ada pemotongan di tengah.

2. Tanggapan Menristek

Berdasarkan paparan tersebut, Menristek menanggapi 3 hal yakni: 1) dalam kaitan

dengan BRIN yang diamanahkan Undang-Undang No. 11 SISNAS IPTEK. Menristek

meminta pandangan setiap individu anggota DRN yang hadir mengenai bentuk BRIN, 2)

mengenai Prioritas Riset Nasional, definisi yang diambil mengenai Inovasi yaitu Invensi x

Komersialisasi. Terkait dengan 1.053 yang belum cukup berhasil dikomersialisasikan,

pengalaman selama 3 minggu ini menunjukkan kebanyakan dari kita orang Indonesia

begitu jago pada tahap invensi sampai level prototype. Level prototype pun juga sudah

bagus, tidak hanya diuji di lab tapi juga di lapangan. Terdapat permasalahan ketika menuju

komersialisasi, bisa karena sertifikasi yang rumit, dan berbagai kendala yang lain.

3. Diskusi

Ketua DRN

Pandangan BRIN menurut saya :

Pak Menteri dipilih Pak Presiden karena masalah anggaran 24,9 T, kalau saya jadi

Bapak saya akan mendesain organisasinya itu dibuat berorientasi untuk

menyelesaikan dan menjawab persoalan anggaran 29, T dan tidak dalam kotak-

kotak penelitian;

Seluruh dunia keputusan inovasi yang penting itu berada di tangan Presiden, seperti

Samsung yang saat ini memberikan sumbangan 27% GDP di Korea.

Boenjamin Setiawan

Birokrasi menghambat sekali. Saya melihat di era Pak Jokowi bahwa SDM yang

paling penting dan saya terimakasih sekali. Saya melihat banyak peluang, misalnya

tourism kedokteran dan kesehatan. Pariwisata sekarang lagi digalakkan. Health

Tourism nomor 1 di ASEAN yakni Malaysia, Singapore, disusul Thailand dan

Filipina. Tapi di Indonesia, Health Tourism dilupakan.

Medical Tourism nomor 1 yaitu StemCell. Kalbe Farma siap membeli produk

StemCell. BPOM sudah memberikan sertifikasi Kalbe Farma tentang StemCell.

80

StemCell memiliki banyak manfaat sekali terutama untuk pengobatan kanker.

Bahkan kanker merupakan killer pertama di dunia.

Kalbe Farma pun siap bekerja sama dengan Universitas.

Ngakan Timur Antara

Dengan adanya BRIN dan Ristek, diharapkan bisa menjadi dirijen dari penelitian

dan pengembangan di Indonesia dan lebih kuat secara formal. Dalam koordinasi nanti

lebih ditekankan sehingga fungsi BRIN sebagai dirijen itu bisa terasa. Fokus bidang

pangan, energi dan kesehatan akan menjadi kenyataan karena kita Negara besar dan

akan menghasilkan produk yang besar pula. Penelitian kita bisa fokus ke bidang

tersebut.

Terdapat wacana mengenai anggaran 26 T, bahwa kementerian-kementerian itu

tidak perlu litbang karena kementerian itu misalnya di perindustrian tujuan utamanya

membuat kebijakan bidang perindustrian dan mendorong output dari perindustrian di

Indonesia. Tugas litbang seharusnya ada di Kemenristek berdasarkan konsolidasi.

Menjawab pertanyaan Menristek tentang posisi Pak Ngakan sebagai birokrat dan

menjabat sebagai kabalitbang perindustria dan apakah memungkinkan

BRIN/Kemenristek ini melakukan fungsi koordinasi namun Kalitbang-litbangnya di

Kementerian, dikatakan bahwa ego sektoral masih kuat. Dalam kasus seperti itu tidak

bisa dibayangkan bahwa agenda riset masukan dari DRN yang sudah menugaskan riset

poin a sampai e pada tahun anggaran 2020 dan kemudian ketika dalam perjalanan,

misalnya kementerian perindustrian menganggap ada yang baru dan lebih dibutuhkan,

sehingga membuat aktivitas yang diluar dari yang diarahkan. Bagaimananpun anggaran

penelitian litbang kan menginduk di Kementerian. Pertanyaannya, dalam konteks

birokrasi hari ini bagaimana caranya litbang-litbang kementerian (fokus ke kemeperin)

bisa sejalan dengan agenda riset nasional.

Saya melihat keyakinan itu akan ada, karena pertama secara formal BRIN sudah

terbentuk kemudian kita mulai ke depan bahwa Bapak Presiden menekankan inovasi

dari penggiat yang pertama dan SDM jadi suatu keniscayaan untuk mengejar suatu

kompetitif di depan. Jika nanti masing-masing kementerian memiliki litbang, pasti

sudah secara otomatis akan menginduk ke BRIN atau Kemenristek dan ini memang

harus disosialisasikan, kekuatan itu akan tercermin nanti apabila akan mengusulkan

anggaran Kemenristek/BRIN harus memegang peranan penting dalam menyetujui

anggaran kita. Dan jika ada perubahan di tengah jalan, menurut saya kecil kemungkinan

yang akan terjadi karena membuat penelitian bukan seketika kecuali problem solving.

81

Bambang Tejasukmana

Terkait dengan BRIN berdasarkan UU Sisnas Iptek merupakan bagian dari aparat

Presiden untuk mengendalikan seluruh Kementerian dan Badan Usaha yang akan

menjadi garda depannya dalam formasi mencapai daya saing. Dan dalam UU Sisnas

IPTEK pun dikatakan bahwa akan membangun Sistem Informasi tentang IPTEK. Jika

dibangun oleh BRIN akan menjadi Sistem Informasi secara keseluruhan antar

Kementerian.

Di lihat dari sisi pelaksanaan, BRIN berfungsi untuk menjalankan dan

mengintegrasikan lalu di dalam proses yang sekarang bahwa K/L mengerjakan

pekerjaannya dengan bottom up (sistem musrenbang). Diperlukan komando, proses-

proses untuk menentukan program setiap K/L akan ada di BRIN. Tahapan pengerjaan

dari K/L dilaporkan melalui Sistem Informasi ke BRIN lalu terjadi proses interaksi

sehingga setiap langkah yang ditentukan awal dalam pemajuan teknologi langkah-

langkahnya akan termonitor. Presiden tetapkan menjadi komando Panglima Inovasi.

Harkunti Pertiwi Rahayu

Mempromosikan inovasi dalam teknologi kebencanaan dengan peringatan dini

kebencanaan. Pemetaan teknologi struktur material bangunan baik yang mengalami

pasca bencana. Membangun manusia yang tangguh terhadap bencana dan aware

terhadap lingkungan.

Anne Kusmayati

Litbang di Kementerian Pertahanan hanya memiliki 1 user yaitu TNI, sehingga

yang dibuat untuk memenuhi ALUTSISTA TNI. Program-program yang dibuat

tentunya untuk memberikan suatu rekomendasi untuk Direktorat Jenderal di

Kementerian Pertahanan.

BRIN akan menjadi suatu organisasi yang memberikan arah penelitian dan

penempatan anggaran di program yang tepat. Bukan hanya sebagai perumus kebijakan,

BRIN juga akan menjembatani kemandirian dibangun. Namun untuk koordinasi dan

kosolidasi di K/L akan mengalami kesulitan karena K/L ketika membicarakan

anggaran, akan mempengaruhi APBN dari K/L.

Nurul Taufiqu Rachman

82

Bidang material maju saat ini menengani 2 isu yakni: 1) isu daya saing industri

nasional; 2) isu nilai tambah sumber daya mineral dan pertambangan.

BRIN menjadi solusi dari ketumpang-tindihan penelitian. Kedepannya komponen

material maju harus berada dalam satu peta dan satu konsep di DRN. Masukan untuk

BRIN mencari solusi mengenai proses anggaran penelitian, misalnya yang bisa

mengusahakan penelitian LIPI tapi yang memiliki anggaran besar di K/L tidak di LIPI.

Balitbangkes/Anwar M

BRIN diharapkan dapat memperbaiki bisnis proses program-program kerja.

Balitbangkes punya jarlitbangkes yang terdiri dari perguruan tinggi, balitbang dan

lembaga untuk mengurangi ketumpangtindihan penelitian. Balitbangkes juga memiliki

tugas dari Presiden tentang penurunan jumlah angka stunting dan penurunan jumlah

kematian Ibu dan Bayi. Hal yg penting untuk BRIN yakni adanya orientasi produk pada

penelitian-penelitian bidang kesehatan. Peran BRIN harus mensinergikan antara

Lembaga Riset, Akademisi, Pemerintah dan Bisnis.

Ashwin Sasongko

Fokus kegiatan TIK pada 3 hal yaitu Intranet Indonesia, litbang yg terkait untuk

mendukung satu data (protokol kegiatan riset harus sama), dan niece produk yg

mendukung Intranet Indonesia dan program satu data.

Periode sebelumnya, kepala badan litbang kominfo tahun 2018 melaksanakan

smart card ada 4 universitas Tel-U, UI, ITB dan Unhas. Tahun 2019 pak dimyati

mengirimkan surat ke 4 universitas tersebut untuk menggunakan anggaran dari

kementerian. Hal tersebut terjadi di setiap produk. Menggunakan hasil riset sendiri saja

juga sudah sulit karena alasan administrasi.

Mengenai BRIN, dulu seluruh program dan anggaran semuanya di menristek dan

keluar hanya di LPNK Ristek (lapan, bapeten, bsn). Sedangkan Balitbang Kementerian

dilaksanakan koordinasinya melalui pola Rakornas Ristek dan Insentif.

Sugihardjo

Komtek Transportasi melanjutkan periode sebelumnya yaitu smart healing

pavement yang sekarang sedang di TRL 6 dilanjutkan hingga hilirisasi di TRL 9.

Vegetable Oil Tanker akan menjadi salah satu Innovation Champion Komtek

Transportasi. Bandara perairan dan pesawat-pesawat amfibi juga harus dikembangkan.

Terkait dengan BRIN, dipetakan litbang kemenhub dan harus standarisasi. BRIN

terdapat 2 pilihan, apakah BRIN menjadi prioritas nasional dan membawahi litbang-

litbang atau semua lembaga dilebur menjadi BRIN.

83

Dadan Kusdiana

Semua Puslitbang ESDM tidak ada anggaran penelitian dari tahun lalu. Mengenai

BRIN sesuai dengan pernyataan Kabalitbang Perhubungan sebelumnya. Legalitas

BRIN apakah Perpres yang akan mengarahkan sehingga terjadi optimalisasi dari ego

sektoral dan kepentingan Nasional dari sisi Riset dan Teknologi.

Hardiv H. Situmeang

Riset di bidang energi : 1) pengembangan bahan bakar bersih berbasis energi baru

terbarukan rendah zero carbon 2) pengembangan teknologi kelistrikan berbasis energi

baru terbarukan rendah zero carbon, 3) sistem energi efficiency conservation in smart

energy Usulan untuk BRIN yakni adanya koordinasi dan Government System.

Sudharto P. Hadi

Pasal 48 UU 11 Tahun 2019 itu dinyatakan bahwa untuk menjalankan penelitian,

pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi terintegrasi. Kata

kuncinya adalah mulai dari hulu dan hilir terintegrasi. Disitu terlihat bahwa tugas BRIN

sebagai dirijen dan simbol dari hulu sampai dengan hilir, karena itu menurut saya perlu

ada semacam forum komunikasi atau forum koordinasi pengembangan IPTEK di

Indonesia.

Koordinasi tidak mudah karena masalah ego sektor, salah satu upaya yang bisa

dilakukan adalah Penyusunan Agenda Riset atau Rencana Induk dari awal sudah

dengan mereka. Lalu ada roadmap kemudian dikoordinasi dan diintegrasikan, lalu

BRIN diatur dalam Perpres. Mungkin nanti di Perpres bisa diatur sebagai bagaimana

koordinasi antara K/L dan Perguruan Tinggi yang seharusnya dilakukan.

DRN bisa membantu merumuskan arah perkembangan iptek kedapan

sebagaimana dulu adalah tugas DRN yang tertuang di Undang-Undang 18 Tahun 2002.

Dan DRN bisa membantu koordinasi dengan Litbang karena Anggota DRN ada Kepala

Litbang. Dan itu juga sebuah cara agar agenda riset yang DRN susun akan menjadi

acuan oleh Kementerian – Kementerian terkait.

Andi Eka Sakya

Mengamati jumlah publikasi, paten dan strat-up sudah terlihat mulai meningkat.

Namun demikian, jumlah strat-up tersebut, ternyata mayoritas fintech, e-commerce dan

ride-hailings. Porsi teknolofi sangat sedikit, atau bahkan bisa dikatakan belum ada.

BRIN diharapkan mempunyai kekuatan untuk menyatukan berbagai K/L menjadi satu

harus dan memfasilitasi sertifikasi dan standarisasi agar dapat membuta produk yang

84

bersaing dengan produk yang sudah ada. Dan BRIN akan memiliki kekuatan yang

sangat bagus jika dikomando oleh Presiden.

3. Kesimpulan

Harkunti Pertiwi Rahayu

Karena ada pemecahan ristekdikti, Dikti kembali ke Dikbud. Apakah penelitian-

penelitian di Perguruan Tinggi akankah bisa masuk dalam kebijakan-kebijakan/ dalam

wadah/ platform yang akan dikembangkan di dalam BRIN atau kah melalui

Kementerian Dikbud ?

Menristek/Kepala BRIN

Dari sejauh yang telah dirancang BRIN, penelitian di perguruan tinggi akan masuk

ke platform BRIN. Jika hanya mengurusi yang di K/L dan LPNK akan menjadi tidak

fair karena statistik menunjukkan peneliti terbanyak ada di Perguruan Tinggi. Untuk

mengenai administrasinya akan melalui Kementerian Pendidikan. Misalkan untuk

menjadi Guru Besar, untuk unsur penelitian akan ada Assesment dari BRIN sedangkan

untuk menentukan Guru Besar ada di keputusannya di Kementerian Pendidikan.

Mengenai pemasukan arahan perkembangan riset dan inovasi ke depan, maupun

mengenai BRIN. Hingga 1 bulan terakhir ini kita segera menyelesaikan mengenai

BRIN dan segera dituangkan dalam Perpres, terutama yg paling berat adalah terkait

dengan K/L selama ini. Karena, seperti yang sudah dikatakan, bahwa anggaran K/L itu

adalah ego-sektoralnya sendiri dan komisi di DPR sehingga kita tidak ingin ada upaya

untuk mengintegrasikan program dan anggaran riset di BRIN tapi nanti konsekuensi

implementasinya tidak sejalan dengan K/L dan timbul komplikasi juga dengan DPR.

Semoga produk hukum nantinya bisa mengatasi hal-hal yang bisa mengganggu

permasalahan yang ada.

4. Penutup dari Ketua DRN

Sebenarnya hari ini rapat pertama BRIN, Pak Menteri memimpin K/L dan Universitas

walaupun tidak semua setidaknya menjadi latihan rapat BRIN

Kami ditugaskan teman-teman DRN untuk mengundang Pak Menteri pada tanggal 2

Desember 2019 yakni Sidang Paripurna DRN yang akan dihadiri oleh 87 DRD se-

Indonesia dan 74 Anggota DRN.

85

D.2 Fokus Grup Diskusi (19 November 2019)

D.2.1 Pembukaan

1. Sambutan Ketua DRN

Ketua DRN menyampaikan bahwa 80 % materi yang disampaikan dalam membuka FGD

Gabungan merupakan materi yang dipresentasikan pada saat audiensi kepada Bapak Menteri

Ristek yang dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember 2019.

Pertemuan dengan Menristek dinilai sangat positip, khususnya terhadap keberadaan DRN.

Bapak Menteri sangat mengharapkan kontribusi pemikiran DRN tentang BRIN, sehingga

pertemuan yang dijadwalkan 1 jam menjadi 2,5 jam untuk dapat mendengarkan masukan dari

masing-masing peserta pada pertemuan ini.

Dalam pertemuan dengan Menteri Ristek/Ka. BRIN, telah disampaikan beberapa hal

sebagai berikut:

Pentingnya DRN di Indonesia dengan mempresentasikan: (i) historis DRN, (ii)

keanggotaan DRN (klasifikasi dan kualifikasi anggota DRN), dan (iii) peran DRN di

beberapa negara contohnya USA dan Korea. Di Amerika justru mempunyai: (i)

National Science and Technology Council (NSTC), dan (ii) President’s Council of

Advisors on Science and Technology (PCAST) di bawah Presiden;

Kegiatan DRN dalam 2 tahun terakhir memfokuskan pada pemikiran/konsep inovasi,

sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 5. Pemikiran ini diterjemahkan sebagai

pendukung daya-saing dalam kaitannya dengan Visi Presiden 2014 – 2019.

Pembahasan melalui berbagai pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak terkait (DPR,

ICMI, IABIE, Perguruan Tinggi, dan sebagainya) dan kemudian disahkan pada SP II

86

tahun 2018 di Makassar. Adopsi inovasi di dalam UU No. 11 Tahun 2019 tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disandingkan dengan invensi

(invensi dan inovasi) dan tercantum di dalam 19 pasal;

Dengan diberlakukannya UU No.11/2019 ini, DRN telah mengirim surat kepada

Presiden dalam upaya memberikan masukan tentang BRIN (Badan Riset dan Inovasi

Nasional) sebagai institusi yang dipimpin langsung oleh Presiden. Pada surat ini juga

disampaikan dukungan terhadap pemikiran Presiden tentang pembangunan ekonomi

yang didukung oleh manusia unggul dan inovatif. Hal ini sejalan dengan pemikiran

Presiden ke 3 Bapak Habibie tentang manusia yang terbarukan, dan juga dengan

pemikiran Paul Romer (pemenang hadiah nobel bidang ekonomi tahun 2018) yang

menyatakan bahwa diperlukan manusia yang terdidik untuk mendorong partumbuhan

ekonomi berbasis ilmu pengetahuan;

Tentang inovasi, DRN mengacu terutama pada konsep dasar dari Edward Robert,

Inovasi = Invensi X Komersialisasi. Saat ini kata Inovasi sudah banyak tersosialisasi

dan banyak digunakan sebagai icon di masyarakat luas.

Fungsi lain DRN adalah melaksanakan pembinaan dan koordinasi dengan DRD. Saat

ini jumlah DRD telah mencapai 87 baik di tingkat Provinsi maupun tingkat Walikota/

Kabupaten. DRD mempunyai peranan penting untuk mendukung Pemda dalam

menentukan berbagai kebijakan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

pembangunan di daerah.

Fakta program inovasi yang diselenggarakan di Indonesia (Kemenristekdikti) yang

jumlahnya telah mencapai 1.153 inovasi, dinilai dampak perekonomiannya belum

signifikan, sehingga di SP II DRN di Bali, DRN memutuskan setiap Komtek

mengusulkan minimal 2 produk inovasi unggulan (innovative champion) yang

mempunyai prospek dan impact yang besar, yakni dapat memberikan kontribusi

terhadap GDP;

Mempertimbangkan perihal di atas, FGD Gabungan ini diharapkan dapat

mendiskusikan 2 (dua) hal: (i) Konsep tentang BRIN, dan (ii) Innovative Champion

masing-masing Komtek dan untuk itu diambil teman utama “Penajaman Penyusunan

Innovation Champion”

DRN juga akan melalukan audiensi kepada Wakil Presiden guna melaporkan

perkembangan- perkembangan tentang usulan BRIN dan Innovative Champion,

mempertimbangkan bahwa Wapres-lah yang menyebut pertama kali tentang BRIN

pada saat kampanye.

87

2. Keynote Plt. Deputi Penguatan Inovasi- Kemenristek

Mengawali sambutan Plt. Deputi Penguatan Inovasi menyampaikan bahwa

Kemenristek/BRIN mengalami perubahan dalam status organisasi. Saat ini,

pengkoordinasiannya dilakukan melalui Menko Perekonomian, dengan visi SDM unggul,

Indonesia maju. Perkembangan ekonomi akhir-akhir ini dipacu oleh teknologi digital, sehingga

Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan era digital ini untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2020 s/d 2024. Tantangan yang harus menjadi perhatian untuk

mengembangkan ekonomi digital adalah sebagai berikut:

1) Kondisi Global, yang ditentukan oleh perkembangan trend teknologi di era ekonomi

digital, khususnya untuk mendukung revolusi industri 4.0, yang ditandai dengan

munculnya perusahaan / industri digital, termasuk dampak negative terjadinya

disrupsi di berbagai perusahaan / bisnis, seperti bisnis retail, transportasi, media, dan

sebagainya.

2) Kondisi Nasional, antara lain:

Diakui bahwa Indonesia terimbas tren perkembangan era digital. Hal ini ditandai

dengan meningkatnnya jumlah pengguna telpon seluler yang etrdaftar terdaftar

(133%), internet (56%) dan social media (56%). Jumlah tersebut dari tahun ke

tahun terus meningkat.

Potensi bonus demografi yang perlu dipersiapkan dan dimanfaatkan dengan baik.

Karena banyak lapangan kerja baru, tapi di sisi lain, disrupsi berakibat pada

meningkatnya lapangan kerja yang tutup;

Sementara itu, kenyataan bahwa Competitiveness Index Indonesia justru turun

2019. Demikian pula Indeks Inovasi Global di rangking 85. Untuk itu, dengan

kondisi dan potensi di Indonesia, khususnya perguruan tinggi, diharapkan dapat

meningkatkan index inovasi, dan untuk itu innovative champion perlu mendapat

perhatian.

3) Peran Pemerintah, mengacu pada arahan Presiden pada tanggal 20 Oktober 2019

yang mencakup 5 hal: (i) Pembangunan SDM, (ii) Transformasi Ekonomi, (iii)

Reformasi Birokrasi, (iv) Pembangunan Infrastruktur, dan (v) Penyederhanaan kendala

regulasi. Khususnya untuk kendala regulasi, diharapkan Komtek dapat memberikan

masukan.

4) Indonesia perlu melakukan perubahan paradigma transformasi ekonomi digital dari

resources base ke human resources bases dengan mengandalkan inovasi. Perlu

88

membudayakan proses- proses terjadinya innovation, termasuk factor social. Melalui

budaya inovasi ini, dan pemanfaatan teknologi digital target pertumbuhan ekonomi

untuk tahun 2020-24 ditetapkan sebesar 5,4-6,0 % (data Kemenko Perekonomian).

5) Untuk mewujudkan keberhasilan digital ekonomi, diperlukan berbagai upaya, yaitu: (i)

mengembangkan SDM Unggul yang mampu menguasai pengetahuan dasar teknologi

digital, (ii) membudayakan inovasi melalui dukungan perubahan pola pikir untuk

menciptakan ekosistem inovasi, melalui berbagai pendekatan/ model sperti triple helix,

technology push, market pull, dan sebagainya, guna menghasilkan produk-produk

inovatif, (iii) dukungan anggaran yang memadai, dan (iv) regulasi yang mendukung.

6) Menko Perekonomian telah menetapkan capaian-capaian dalam bentuk Quick Wins,

yakni: (i) Mandatori B30 dan Pengembangan Green Fuel, (ii) Optimalisasi Peran

Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Dalam Rangka Hilirisasi Produk R&D, (iii)

Gasifikasi Batubara, (iv) Pengembangan Kemitraan Agribisnis Hulu dan Hilir dengan

Metode Klaster dan Penerapan Teknologi IoT. (Padi, Kelapa, Kakao, Karet

Hortikultura dan sebagainya), (v) Energi Bersih Untuk Pembangkit Listrik (EBT), (vi)

Pengembangan Ekonomi Digital, (vii) Litbang Indutsri Farmasi, dan (viii) Omnibuslaw

Cipta Kerja

D.2.2 Diskusi BRIN

1. Sebelum Waka DRN, Ka. DRN meminta Ka. Komtek TIK untuk sharing tentang

pertemuan dengan Bapak Menristek. Pada tahun 2002 – 2004, Menristek mengorganisasi

7 (tujuh) LPNK Ristek (BPPT, BIG, LAPAN, LIPI, BAPETEN, BATAN, BSN).

Koordinasi program dan penganggarannya dilakukan melalui satu pintu, yaitu

Kemenristek melalui Sesmenristek. Koordinasi Balitbang Kementerian dilakukan melalui

rembug nasional dalam benntik Rakornas Ristek. Untuk riset yang bersifat strategis

dilakukan secara top-down. Riset dibiayai melalui program insentif (RUT, RUK, dan

RUI). Dan untuk yang sifatnya strategis melalui RUSNAS.

Hal ini pernah dilakukan dalam menerapakan pada periode Menristek BJ Habibie (1978

– 1998): Berawal dari yang Akhir dalam mendukung industri strategis. BRIN dalam

kelembagaannya melalui pembentukan holding dapat pula membangun mekanisme

yang sama, karena dimungkinkan.

2. Waka DRN: Pengantar Kelembagaan BRIN:

Mengawali presentasi tentang gagasan mengapa BRIN dibentuk yang antara lain untuk

menjawab pertanyaan hasil anggaran Ristek sebesar Rp. 26 T. Berbagai kendala yang

89

dihadapi selama ini adalah: (i) hasil riset belum berorientasi pada produk, masih sebatas

publikasi, patent dan prototype), yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri, (ii) tidak

terkoordinasinya antar lembaga litbang, dan (iii) industri berbasis lisensi asing;

Untuk itu, BRIN diharapkan dapat berperan untuk mengatasi berbagai kelemahan

dalam program riset di Indonesia, yakni dengan meningkatkan (i) Kontribusi S&T (ii)

kualitas HR, kapasitas infrasruktur, (iv) kontribusi swasta/ industri pada anggaran riset,

dimana saat ini 81% anggaran riset dari Pemerintah;

Kondisi di atas berakibat hasil riset tidak membuahkan produk, karena tidak terjadi

proses hilirisasi hasil riset. Upaya hilirisasi hasil riset terkendala terutama pada tahap

Uji dan Demontrasi produk yang memerlukan biaya besar. Tahap ini terkenal dengan

istilah Lembah Kematian atau death-valley;

Sesuai dengan Amanat UU 11/ 2019 pasal 48, maka BRIN berperan menjalankan

litnagjirap serta invensi dan inovasi yang terintegrasi, dan untuk itu akan diterbitkan

Peraturan Presiden.

Untuk itu, BRIN ditafsirkan suatu lembaga yang didirikan untuk berbagai fungsi: (i)

koordinasi lembaga litbang, (ii) mensinergikan sumber daya iptek, (iii) merumuskan

kebijakan Iptek, (iv) mengatur dan mengalokasikan sumber daya Iptek, (v) penguatan

inovasi untuk berdaya saing, dan (vi) mewujudkan tujuan nasional Iptek sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, disusun Rencana Induk Pemajuan Iptek

Berkenaan dengan keberadaan DRN menurut UU No.11/2019 sebagai Pengganti

UU No.18/2002, maka dinyatakan bahwa posisi DRN sama dengan semua LPNK, tidak

tertulis dalam UU No.11/2019, namun masih tetap berfungsi, karena pada pasal 98 UU

No.11/2019 menetapkan bahwa semua peraturan perundangan yang merupakan

peraturan pelaksanaan dari UU No.18/2002 dinyatakan masih tetap berlaku, sepanjang

tidak bertentangan dengan ketentuan UU ini. Dalam hal ini pembentukan DRN dapat

mengacu pada Perpres No.16/2005

3. Rangkuman Diskusi

1) Peran dan Fungsi BRIN:

Melaksanakan amanat UU No. 11 Tahun 2019;

Koordinator Lemlitbangjirap SD Iptek;

Mengintegrasikan SD Iptek (komunikasi koordinasi, harmonisasi, sinergi);

Merumuskan kebijakan Iptek: prioritasi, fokus, terarah dan sinergis;

Penguatan Iptek dan inovasi dalam rangka meningkatkan daya-saing;

90

Mensinergikan kebijakan Litbang Kementerian dengan kebijakan

Menristek/Ka BRIN;

Mengalokasikan dan mendistribusikan SD Iptek agar tepat sasaran, juga

termasuk memenuhi target program internasional;

Monitoring, pengawasan, dan penguatan riset lemlitbangjirap dan kementerian

serta PT;

Data Mining.

2) Holding R&D Institution, termasuk Indonesia Institute of Health;

3) Dalam Rapat Koordinasi dengan DPR, Menteri bertindak selaku Pengguna Anggaran

(PA);

4) Mekanisme komunikasi dan koordinasi dilaksanakan melalui RAKORNAS

Ristek sebagai bentuk hubungan fungsional programatik;

5) DRN / DPRIN di bawah Menristek/Ka. BRIN dengan tugas utama: menyusun RIPI

(Rencana Induk Pemajuan Iptek);

6) Melaksanakan match-making/intermediatsi antara lemlitbangjirap dengan industri

dalam upaya hilirisasi hasil riset menjadi produk komersial;

D.2.3 Innovative Champion

1. Komtek Pangan dan Pertanian

Pengembangan Pangan pokok dan fungsional Berbasis Sumberdaya Lokal (aneka

umbi, aneka kacang, hortikultura)

Pengembangan industri Ingredien intermediate (aneka tepung, pasta, chip) sebagai

bahan baku industri pangan, pakan, farmasi (gandum tropika, aneka kacang lokal)

2. Komtek Energi

Komtek energi mempertimbangkan trend pemikiran tipping-off melalui approach 3D

(Decarbonization, Digitalization, Decentralisation). Dekarbonisasi sektor energi melalui

pengembangan teknologi: (1) produksi bahan bakar bioenergy, (2) Pembangkit Listrik

Panas Bumi Skala Kecil, (3) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, (4) Gasifikasi Batubara,

dan (5) Sistem Penyimpanan Energi untuk Mendukung Dekarbonisasi Sistem Transportasi

dan Peningkatan Integrasi VRE di Sistem Ketenagalistrikan;

91

3. Komtek Transportasi dan Maritim:

Transport Infrastructure: smart pavement development;

Transport vehicle: Pengembangan dan penggunaan kapal tangki minyak nabati

(vegetable oil tanker) Indonesia.

4. Komtek Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pengembangan produk mandiri untuk mendukung infrastruktur jaringan Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau Government Secure Intranet yg terdiri

Protocol, Enskripsi, IP Addres, dll. (misalnya BTS 5G);

Implementasi peraturan data integrase di antara organisasi pemerintah pusat dan daerah,

setrta jaminan keamanan data, termasuk peraturan perundang-undangan yang

menyangkut data security, peraturan pemain asing, peraturan sektoral yang menunjang;

Pengembangan aplikasi berbasis Web dan Mobile Apps dengan menggunakan BIG

DATA yang dihasilkan dari jaringan SPBE. (misalnya bukalapak membuka layanan

public, pengemnangan smart city generasi 3.0)

Pengembangan Aplikasi yang menggunakan data publik dalam menumbuhkan bisnis

baru berbasis BIG DATA non pemerintahan (misalnya pengembangan start up baru

berbasis digital)

Pengembangan lanjut produk lokal untuk Niche Product bidang TIK, antara lain:

smart card, ADSB (Automatic Survailance Broadcast), dan AIS (Automatic

Identification System).

5. Komtek Pertahanan dan Keamanan

Radar Aktif GCI (Ground Control Interception)

Cyber Security

6. Komtek Kesehatan dan Obat

Riset untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh Penyakit Degeneratif,

dengan mendorong Riset: Healthy Life Style (makanan dan minuman rendah: gula,

garam, lemak). Regulasi wajib oleh pemerintah;

Riset berbasis Industri :

Cell Therapy: Stem Cell, Secretome, monoclonal anti body untuk mendukung

Health Tourism oleh private Company perlu Melonggarkan regulasi

Obat kanker: mendorang innovasi dengan “pelaksanaan paten oleh Pemerintah”

92

contoh Humira untuk produksi dalam negeri. Juga mendorong Obat Bahan Alam

7. Komtek Material Maju

Teknologi MM utk mengolah SDA menjadi bahan baku industri nasional;

Fokus mengganti bahan baku impor

Teknologi MM strategis utk peningkatan daya saing industri nasional

8. Komtek Sosial Humaniora, Pendidikan, Budaya dan Seni

Membangun bangsa yang cerdas, memiliki jatidiri, inovatif, beraya saing,

berintegritas dan sejahtera melalui:

1) Smart people:

Investasi SDM berbasis clustering/local resources

Integrasi dan sinergi pendidikan formal, non formal, dan informal

Pengelolaan dan sinergi talenta (penyebaran diaspora)

2) Smart economy:

Menyiapkan kebutuhan pekerjaan masa depan

Menciptakan kewirausahaan (entrepreneurhip) berbasis digital-kreatif

9. Komtek Lingkungan dan Kebencanaan

1) Disaster Science and Techno Park (4.0 to 6.0)

Jembatan Riset dengan Pengambil Kebijakan (Pemerintah)

Dunia Usaha dan Masyarakat

Pusat informasi dan pusat kajian LB yang terintegrasi Think Tank Pemerintah

Disaster and Eco Tourism

2) Sistem Informasi Inovasi Manajemen dan Kebijakan Lingkungan dan Kebencanan

Nasional yang Terintegrasi

Mengakommodasi State of the Art Problem dan Solusi Isu-Isu Kritis

Menurunkan Indeks Risiko Bencana mempunyai korelasi

positif terhadap upaya meningkatkan GDP

93

D.2.4 Penutupan

Penutupan dilakukan oleh Ketua DRN, yang menyampaikan hibauan agar DRN terus

berpikir untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, dengan indikator antara lain hilangnya

para pengemis/ peminta di negeri ini dan bentuk layanan kesehatan yang paripurna.

D.3 Pertemuan DRN dengan Rieke D. Pitaloka (11 Desember 2019)

D.3.1 Pembukaan

Rapat dibuka oleh Ka. DRN dengan ucapan terima kasih, terutama kepada Ibu Rieke D.

Pitaloka yang telah berkenan menginisiasi pertemuan dengan Badan Pekerja DRN dan meminta

masing-masing peserta Rapat untuk memperkenalkan diri.

D.3.1.1 Sambutan Ibu Rieke D. Pitaloka Waka Baleg DPR, Fraksi PDIP, DPR

Ibu Rieke mengucapkan terima kasih atas kesediaan Ka. DRN dan anggota Badan Pekerja

DRN untuk melakukan pertemuan pembahasan tentang BRIN. Pertemuan ini diinisasi oleh

B Rieke, didorong oleh: (1) kekhawatiran bahwa R-Perpres akan melemahkan amanah UU

No. 11/2019, dan (2) gagasan “holding” yang beredar dalam pembentukan organisasi

BRIN;

UU No. 11/2019 merupakan terobosan dan membawa paradigma baru yang meletakkan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan

nasionai di segala bidang kehidupan dan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila (Pasal

5.a). Perubahan paradigma untuk tidak melihat Iptek sebagai science for science, tetapi

science for humanity mambangun budya evidence-based policy, science -based

development. Tidak mungkin negara maju tanpa Iptek yang kuat atau tanpa landasan Iptek.

Persoalan inilah yang mendorong inisiasi pertemuan ini, karena concern tentang

perkembangan penetapan BRIN yang masih jauh dari amanah UU No. 11/2019 Pasal 48

94

yang menyatakan bahwa untuk menjalankan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan

Penerapan, serta Invensi dan Inovasi yang terintegrasi dibentuk badan riset dan inovasi

nasional (BRIN);

BRIN diharapkan tidak hanya memindahkan Kemenristekdikti menjadi

Kemenristek/BRIN. Presiden menghendaki agar BRIN mempunyai kekuatan untuk

mengintegrasikan struktur, program dan anggaran. Dalam hal ini, di sisi DPR, telah

dipersiakan melalui Prolegnas telah memprioritaskan amandemen Undang- Undang Nomor

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 17/2007

tentang Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional disesuaikan

dengan UU No. 11/2019.

Jangan sampai terjadi seperti halnya saat Kemenperin membuat Roadmap Pembangunan

Industri (RIPIN) dengan 10 (sepuluh) prioritas yang merangkum proses hulu hingga hilir

(Industri Pangan), kemudian justru muncul Revolusi Industri 4.0 (AT Kearney) yang

penekanannya pada hilirisasi (food and beverage). Persoalan hilirisasi, perlu dilihat dari

sisi hulunya yang mestinya bisa dipenuhi juga oleh produk lokal.

Ibi Rieke mengharapkan dukungan DRN untuk proses penetapan organisasi kelembagaan

BRIN dapat segera diterima dan diselesaikan tanpa kegaduhan. Jika organisasi BRIN tidak

seperti yang diharapkan, sebagai salah satu pembuatnya, berencana akan mengajukan

Perpres BRIN ke Mahkamah Konstitusi.

D.3.1.2 P Jumain Plt Deputi Penguatan Inovasi

Ka. DRN memberikan kesempatan berikut kepada P Jumain, Plt Deputi Penguatan Inovasi,

Kemenristek/BRIN dalam rangka menjawab pertanyaan B Rieke tentang status perkembangan

organisasi BRIN:

Terdapat 3 (tiga) scenario BRIN: (1) LPNK dilebur, (2) LNPK Ristek tidak dilebur tetapi

berada id bawah komando Kemenristek/BRIN dengan Litbangkem berada di bawah

koordinasi 5 bidang BRIN, dan (3) sama denan alternative (2) tetapi hanya bersifat tag-in.

Seungguhnya dari sejak awal telah disadari bahwa “persoalan” anggaran Iptek, lebih

bannyak di Litbangkem (~26 T), sedangkn LPNK Ristek ~6 T. Kontatasi Presiden

berkaitan dengan Kurang sinkronnya kegiatan litbangjirap litbangkem dengan LPNK

Ristek. Untuk itu, alternative (2) menjadi preferensi: LPNK tetap dengan penyesuaian tugas

pokok dan fungsi, sementara Litbangkem berada dilebur ke dalam 5 bidang BRIN;

DRN penting memberi masukan dalam triple helix. BRIN memerlukan dapur untuk

merumuskan dan memberikan pertimbangan kebijakan keputusan BRIN tentang arah

pembangunan, prioritasi dan pembanguna Iptek di daerah;

95

D.3.1.3 Sambutan Ketua DRN

Jumlah populasi Indonesia yang meningkat, memberikan 3 (tiga) alternatif Indonesia: (1)

menjadi pasar dari negara lain, (2) pengangguran tak terkendali, atau (3) terbangun manusia

produktif;

Pada masa lalu, Sukarno sebagai founding father menekankan karakter building. BJ

Habibie menekankan perlunya membangun sumberdaya manusia terbarukan, dan Jokowi

menggaris-bawahi perlunya mencetak manusia inovatif. Romer menekankan bahwa dalam

perspketif teori pertumbuhan ekonomi endogen, manusia terdidik menjadi sangat strategis

di era teknologi saat ini. Korelasi konsep pembangunan manusia Indonesia, mendapatkan

dukungannya pada Teori Romer yang mendapatkan Nobel 2018;

Tentang posisi DRN: (i) Amerika selama lebih dari 106 tahun perkembangan Ipteknya

terjaga karena peran NST dan PCAST, (ii) Korea demikian pula hampir 50 tahun, (iii)

negara-negara Asean juga demikian.

Negara-negara tersebut meletakkan Inovasi dalam proses rumit diterjemahkan bahwa

Inovasi adalah Invensi * Komersialisasi.

D.3.2 Diskusi

1. Rieke:

Menanggapi pertanyaan P Dharto tentang dihapuskannya DRN pada R-Perpres BRIN,

B Rieke menyatakan bahwa penguatan DRN tidak akan bermanfaat jika tidak

dilengkapai dengan kemampuan intervensi keputusan;

Semestinya R-Perpres BRIN menjadi satu dengan DPBRIN dan pembahasannya

dilakukan secara terbuka;

2. Siti Zuhro

Mengingatkan bahwa BRIN dan bentukna merupakan keputusan politik. Jika

keberpihakan pemerintrah belum cukup serius, perlu dilakukan pemetaan poltis dengan

solusi politis;

Dalam hal ini, pendekatan birokratis yag sifatnya hirarkhis tidak akan bannyak

membantu;

Virus B Rieke harus dibuat besar

3. Jumain

96

Presiden telah menginstruksikan Menrsistek agar menggabungkan Lemlitbang.

Mengantisipasi permasalahan yang timbul, diharapkan proses penggabungan akan

dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun. RATAS sore ini, membahas tentang

penggabungan tersebut;

PDIP telah mengusulkan agar R-Perpres dapat mencakup: Kemenristek, BRIN dan

DPBRIN;

4. Bambang Setiadi

Di dalam kegiatan litbangjirap satu aturn besar yang dianut, bahwa pelaku tidak bias

berfungsi sebagai wasit, regulator dan eksekutor sekaligus.

Pertemuan semacam akan bias menjadi bagian dari proses pemikiran akademik yang

hasilnya disampaikan kepada Menteri untuk pertimbangan kebijakan keputusan dan

Menteri perlu tahu, sehingga proses dan keputusannya tidak menimbulkan kegaduhan

yang tidak perlu;

5. Ratna Sitompoel

Penguatan Lembaga seperti DRN diperlukan karena pengalaman menunjukkan hasil

rumusan dan bahasan akademik, karena kikoordinasikan melalui setingkat Es 3 atau 4,

ternyata tidak dipakai dan tidak sama;

6. Ashwin:

Mengingatkan bahwa fungsi daerah sangat penting dan strategis. Oleh karenanya, saat

mulai membangun MIPI yang kemudian menjadi LIP, dengan membangun LON di

Ambon, LBN di Bogor, LEN di Bandung;

LPNK sejatinya akan willing terhadap apa yang diputuskan oleh Menrsitek;

7. Bambang Teja:

Mengingatkan bahwa teman2 di LPNK Ristek menghadapi ketakutan yang tidak

dimengerti;

Setuju dan mendukung tentang perlunya keputusan segera, karena momentumnya.

Pengunduran 1 (satu) tahun akan melemahkan momentum yang telah diperoleh.

D.3.3 Penutupan

Pertemuan ditutup oleh Ketua DRN dengan ucapan terima kasih, terutama kepada B Rieke yang

telah menggagas pertemuan ini. Penghargaan juga disampaikan kepada semua peserta Rapat BP DRN.

97

Hasil pertemuan ini akan menjadi bahan masukan internal BP DRN dan pertimbangan langkah-lanjut

dalam mendukung kelembagaan BRIN.

E. KEMITRAAN, KONSULTASI DAN KOORDINASI DRD

Dewan Riset Nasional (DRN) dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.

18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (UU Sisnas P3 Iptek), yaitu pasal 19, dan tugas pokok DRN tercantum pada Peraturan

Presiden Republik Indonesia (Perpres) No. 16/2005 tentang Dewan Riset Nasional.

Seperti halnya DRN, yang dibentuk berdasarkan UU No.18 Tahun 2002, yaitu Pasal 19 ayat 2,

maka DRD dibentuk berdasarkan UU yang sama, yaitu pada pasal 20, ayat 4. Berdasarkan UU No.18

ini Pemerintah Daerah (Pemda) diberikan peran besar dalam urusan Iptek, dimana salah satunya adalah

pembentukan DRD yang tercantum pada pasal 20 ayat 4.

Karena DRD dibentuk oleh Pemda, maka DRD mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

(i) penyusunan kebijakan iptek di daerah, (ii) merupakan “agen” pembangunan iptek di daerah, dan

menjadi “penghubung” antara kebijakan iptek pusat dan kebijakan iptek daerah, (iii) mendukung Pemda

untuk melakukan koordinasi di bidang iptek dengan daerah-daerah lain, serta mewakili daerah di Dewan

Riset Nasional (UU no 18 tahun 2002: penjelasan pasal 21:4), dan (iv) mendukung Pemda untuk

menerapkan Sistem Inovasi Daerah, sesuai dengan Peraturan Bersama Mendagri-Menristek April 2012.

Berdasarkan tugas dan fungsi DRN dan menjadi mitra DRD, pada tahun 2019, sejumlah DRD

melakukan pertemuan konsultasi dan koordinasi dengan DRN di Jakarta, sebagai berikut:

1. DRD Jawa Timur (5 Juli 2019)

98

2. DPRD dan Balitbang Gunung Kidul (5 Agustus 2019)

3. DRD Sumatera Utara (18 September 2019)

99

4. BAPPEDA Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung (4 Oktober 2019)

5. Wakil Ketua Menjadi Narasumber di Litbang dan DRD Sumatera Barat

(16 Oktober 2019)

100

6. Ketua DRN Menghadiri Pengukuhan Anggota DRD Kota Mojokerto (21 Oktober

2019)

7. DRD Kota Mojokerto (22 Oktober 2019)

101

8. DRD Kepulauan Riau (23 Oktober 2019)

9. Wakil Ketua DRN Menghadiri Seminar Internasional di Universitas Yogyakarta

mewakili Dirjen Penguatan Inovasi Kemristikdikti sebagai key note speaker

(24 - 25 Oktober 2019)

102

10. Balitbang Provinsi Lampung (4 Desember 2019)

11. Balitbang dan DRD Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

(19 Desember 2019)

laporan tahunan tahun 2019 - drndrn.go.id/files/2019/buku_laporan_tahunan_2019_07012020_ww… ·...

Documents