laporan poa m.faiz

Download Laporan POA M.faiz

If you can't read please download the document

Upload: muhammad-faiz-islami

Post on 25-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum ke-3Hari/Tanggal: 10 Oktober 2013m.k Penyakit Organisme AkuatikKelompok: VAsisten: Indriyani Anggi PutriISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGENDisusun oleh:Muhammad Faiz islamiC14110008DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2013PENDAHULUANLatarBelakangKegiatan akuakuktur merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, dengan cara mengkulturkan organisme budidaya sehingga dapat dikontrol dan dihasilkan produk panen sesuai keinginan kemudian mendatangkan profit bagi pembudidaya. Kegiatan akuakultur tidak terlepas dari berbagai problem dalam pengerjaannya. Problem tersebut salah satunya adalah masalah penyakit yang menyerang organisme budidaya. Serangan penyakit dapat berasal dari virus, bakteri, jamur, dan parasit. Penyebaran penyakit dalam lingkungan budidaya terutama kolam yang tenang, dapat terjadi dengan cepat. Jika salah satu ikan terserang hama dan penyakit maka semua ikan yang dibudidayakan akan terserang hama dan penyakit pula karena tidak adanya pergantian air. Cendawan merupakan salah satu penyebab penyakit pada ikan, untuk itu perlu dilakukan penelaahan terhadap cendawan. Penelaahan terhadap cendawan dapat dilakukan melalui kegitan praktikum isolasi dan identifikasi cendawan patogen. Setelah praktikum dilaksanakan diharapkan praktikan dapat melakukan pencegahan dan penanganan terhadap cendawan dapat dilakukan untuk menghasilkan produktifitas kegiatan akuakultur yang maksimal.TujuanTujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk cendawan akuatik penyebab penyakit mikotik pada ikan beserta cara reproduksi, serta mengetahui cara penanganan cendawan dai tahap isolasi, pewarnaan, sampai tahapan kultur untuk memudahkan dilakukannya identifikasi.METODOLOGIWaktu dan TempatPraktikum isolasi dan identifikasi cendawan patogen dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 2 Oktober 2013 pukul 10.00-13.00 WIB bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu dilakukan pengamatan pada hari senin tanggal 7 Oktober 2013 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Institut Pertanian Bogor.Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum adalah pembakar bunsen, spiritus, sprayer, lup inokulan (ose), kaca preparat, cover glass, mikroskop, plastik wrap, pinset, alat tulis, buku gambar, dan lap/tissue. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah cendawan akuatik (telur ikan lele yang terkena cendawan), isolat cendawan non akuatik, media agar Glucose Yeast Agar (GYA). ProsedurCara Isolasi CendawanMulanya dilakukan proses sterilisai media dan meja kerja dengan prosedur yang standar kemudian hidupkan bunsen, kemudian media agar GYA, telur yang terkena cendawan disiapkan, lalu dengan menggunakan pinset pindahlan telur ikan kedalam media GYA, kemudian tutup rapat dengan plastic warp.Identifikasi Cendawan pada Telur Ikan Lele (Clarias sp.)Alat dan bahan disiapkan, kemudian pindahkan telur ikan kedalam kaca preparat, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop, setelah itu catat patogen yang ditemukan, dokumentasikan, dan gambar hasilnya di buku gambar. Identifikasi Cendawan pada Tempe Cendawan dari tempe diambil kemudian dibuat preparat, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop, kemudian catat dan dokumentasikan hasil pengamatan.HASIL DAN PEMBAHASANHasilBerdasarkan hasil pengamatan isolasi dan identifikasi cendawan patogen didapatkan hasil sebagai berikut.Tabel 1. Hasil Isolasi Cendawan pada Telur Ikan Lele (Clarias sp.)No.KelompokTumbuh /Tidak TumbuhDiameter Cendawan yang Diisolasi (mm)Foto11Tumbuh6522Tumbuh7633Tumbuh2344Tumbuh1755Tumbuh2566Tumbuh15Berdasarkan Tabel 1. Hasil Isolasi Cendawan pada Telur Ikan Lele (Clarias sp.) diketahui bahwa semua sampel yang diisolasikan dalam media GYA semuanya tumbuh hal ini membuktikan bahwa telur lele yang digunakan telah terkena cendawan patogen. Diameter cendawan yang terbesar terdapat pada sampel kelompok 2 yaitu 76 mm dan diameter terkecil terdapat pada kelompok 4 yaitu 17 mm. Pembahasan Cendawan adalah organisme heterotrofik yang berfilamen, bersel tunggal, multiseluler, dan uniselular, tidak berklorofil, dindingnya tersusun dari khitin, ada yang bersifat parasitik dan ada pula yang saprofit, habitatnya pada air ataupun tanah yang lembab (Sumarsih 2003). Tubuh cendawan (talus) pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu spora dan miselium. Miselium merupakan kumpulan filamen yang dinamakan hifa. Miselium ada yang bersifat somatik dan ada yang reproduktif. Miselium somatik berfungsin untuk memperoleh makanan sedangkan reproduktif untuk perbanyakan cendawan (Pelczar, 1986 dalam Soraya, 2003). Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik (Rachmawan 2001).Menurut Pelczar (1986) dalam Soraya (2003), perkembangbiakan cendawan dapat dilakukan secara seksual dan aseksual, reproduksi seksual melalui peleburan gamet yaitu antheridium dan oogonium. Sedangkan cara aseksual dengan pembelahan atau pembentukan spora. Cendawan yang ditemukan dalam kegiatan praktikum merupakan cendawan yang biasanya hidup dilingkungan akuatik, cendawan ini seringkali menjadi parasit bagi ikan. Cendawan akuatik yang umumnya menjadi parasit bagi ikan adalah dari kelas Oomycetes (Bruno dan Wood, 1999 dalam Soraya, 2003). Sedangkan satu jenis cendawan non-akuatik ditemukan dalam sampel tempe yaitu Rhizopus sp. Cendawan ini tidak berbahaya karena dimanfaatkan untuk pembuatan tempe (Firmansyah 2007).Rhizopus sp. adalah kapang yang termasuk dalam family Mucoraceae dan ordo Mucorales, Ciri-ciri dari Kapang ini adalah mempunyai miselium yang tidak bersekat-sekat, warna miselium putih, sedangkan warna sporangiumnya berwarna kehitam-hitaman. Kapang ini biasanya hidup sebagai saprofit dan beberapa hidup secara parasit pada tumbuh-tumbuhan. Kapang ini memiliki bentuk seperti kapas pada awalnya, namun setelah muncul sporangium dan sporanya maka warnanya akan menjadi kehitam-hitaman. Miselium pada kapang ini terbagi atas stolon, yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoid) dan sporangiofor. Kapang Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan untuk mengubah pati menjadi dekstrosa, serta dapat memecah protein dan lemak yang ada di dalam bahan (Moore-Landecker, 1986 dalam Firmansyah, 2007). Saprolegnia sp., Achlya sp., dan Aphanomyces sp. Merupakan anggota dari kelas Oomycetes yang biasanya ditemukan sebagai parasite ikan budidaya, kerusakan yang diakibatkannya berupa luka yang mengakibatkan stress ataupun infeksi pada ikan yang diserang (Pickering dan Willoughby, 1982 dalam Soraya, 2003).Cendawan Saprolegnia sp. memiliki bentuk seperti benang halus dan bewarna putih atau kadang-kadang agak kecoklatan, menonjol, dan bundar. Hidup di daerah tropis, tidak hidup di air laut, merupakan cendawan yang menyebabkan infeksi pada ikan, juga dapat menyerang telur ikan (Bruno dan Wood, 1999 dalam Soraya, 2003).Cendawan Saprolegnia sp. dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Sporulasi cendawan ini diawali dengan spora bergerak dari arah hifa, memadati sporangium keluar dengan memecah ujung sporangium dan langsung menyebar (tidak encyst) (Nuryati dkk. 2009).Gambar 1. Proses sporulasi Saprolegnia sp.Selanjutnya cendawan Aphanomyces sp. merupakan bagian dari kelas Oomycetes, memiliki ukuran 6-15 mikron, diameter hifa 5-15 mikron, ukuran dan bentuk sporangium sama dengan hifa yaitu 5-15 mikron, dan sifat sporanya motil dan menyebar (Alderman, 1985 dalam Masrul, 2005). Cendawan ini memiliki dua macam cara untuk memperbanyak diri yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan spora yang dibentuk secara aseksual, ataupun pembelahan dan penguncupan. Pembelahan sel, yaitu dengan memagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa dan pada penguncupan suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya. Sporulasinya diawali dengan spora yang membentuk kista, berupa bola di mulut sporangium (Nuryati dkk. 2009).Gambar 2. Proses sporulasi Aphanomyces sp.Kemudian cendawan Achlya sp. memiliki ciri-ciri sporangiumnya berbentuk silindris, hifa bercabang banyak dan tidak bersepta, kecuali saat bereproduksi, ujung hifa membulat, kemudian sporanya membentuk siste dalam mulut sporangium, sporangia tidak berpolifersi. Sporulasinya Achlya sp. hampir menyerupai Aphanomyces sp. yaitu diawali dengan spora yang membentuk kista, berupa bola di mulut sporangium, bedanya soprangium pada achlya lebih besar dari Aphanomyces (Sari 2003).Gambar 3. Sporulasi Achlya sp. Serangan yang berasal dari cendawan patogen dapat ditanggulangi dengan bergagai cara misalnya dengan mengkombinasikan teknik manajemen budidaya dan treatment kimiawi, kemudian dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan ikan, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan yang terlalu tinggi, memenuhi kebutuhan gizi ikan. Penggunaan fungisida ikan , dengan perlakuan, formalin dan povidone iodine, dapat pula denga direndam dalam larutan Malachite Green 2 ppm selama 30-60 menit (Purwakusuma 2007).KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanMelalui isolasi dan identifikasi cendawan yang bersifat patogen dapat diketahui jenis cendawan yang menginfeksi dan mengetahui patogenitasnya pada ikan. Jenis cendawan yang didapatkan adalah Saprolegnia sp, Aphanomyces sp., dan Achlya sp, sedangkan cendawan yang non-akuatik adalah Rhizopus sp..SaranDiharapkan untuk praktikum selanjtnya menggunakan sampel yang tidak saja berasal dari telur ikan, misalnya ikannya langsung. Dengan demikian diharapkan cendawan jenis lainnya dapat dipelajari.DAFTAR PUSTAKAFirmansyah, R. 2007. Isolasi, Identifikasi dan Produksi Miselia Rhizopus sp. Berkadar Asam Nukleat rendah. [Skripsi]. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.Masrul, Neni. 2005. Potensi Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya Terhadap Pertumbuhan Cendawan pada Perkembangan Awal Ikan Gurame Osphronemus gouramy. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Nuryati, S. dkk.2009. Identifikasi dan Uji postulat Koch Cendawan Penyebab Penyakit pada Ikan Gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 21-27.Rachmawan O. 2001. Ruang lingkup Mikroorganisme. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek pengembangan Sistem Standar Pengelolaan SMK, Direktorat pendidikan Menengan Kejuruan Jakarta.Sari, F. B. P. 2003. Identifikasi dan Uji Postulat Koch Cendawan Penyebab Penyakit pada Ikan Gurami. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UPMVeteran, Yogyakarta.Soraya, S. D. 2003. Identifikasi Cendawan pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) dan Penggunaan Daun Paci-Paci (Leucas lavandulaefolia) untuk Mengendalikannya (Pendekatan in vitro). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Pelczar, M.J., R.D. Reid dan E.S.C. Chan. 1974. Microbiology 4thed. Tata McGrawHill Pub. Co.Ltd. New Delhi .Purwakusuma, W. 2007. Infeksi Jamur. http://www.o-fish.com/HamaPenyakit/jamur.php [ 14 November 2007].LAMPIRANBerikut adalah hasil dokumentasi cendawan yang didapatkan oleh praktikan saat melakukan kegiatan isolasi dan identifikasi cendawan.(a)(b)(c)Gambar 4. Cendawan akuatik a. Achlya sp., b. Saprolegnia sp., c. Aphanomyces sp. perbesaran 40x10.Gambar 5. Rhizopus sp.Perbesaran 40v10Gambar 6. Hasil isolasi cendawan kelompok 5