laporan-pendahuluan-abses

13
Laporan Pendahuluan Nama Mahasiswa : Ayu Nanda Lestari NIM : 0610720003 I. Masalah Utama : Abses Gluteus II. Pengertian Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam tubuh, yang tidak terlihat.Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit ) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Abses gluteus merupkan abses yang terdapat pada area gluteus. III. Etiologi Ketika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. sebagian sel mati jaringan yang sehat itu mati, dan hancur

Upload: omay-khan

Post on 01-Dec-2015

990 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan-Pendahuluan-abses

Laporan Pendahuluan

Nama Mahasiswa : Ayu Nanda Lestari

NIM : 0610720003

I. Masalah Utama : Abses Gluteus

II. Pengertian

Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses

dapat terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena

berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam

tubuh, yang tidak terlihat.Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan

nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan

karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena

adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).

Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah

penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Abses gluteus

merupkan abses yang terdapat pada area gluteus.

III. Etiologi

Ketika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. sebagian sel mati jaringan yang sehat itu mati, dan hancur

meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Suatu

infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara: bakteri masuk

ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril

dan bakteri dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.

Kondisi ini memicu sel-sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi

masuk ke dalam rongga tersebut, memerangi bakteri, dan kemudian mati. Sel

darah putih yang mati itulah yang membentuk cairan nanah, yang mengisi

rongga tersebut. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika

terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi daerah

yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat gangguan

sistem kekebalan.

Page 2: Laporan-Pendahuluan-abses

IV. Klasifikasi

Ada dua jenis abses, septik dan steril.

1) Abses septic

Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti bahwa mereka

adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh.

Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai

tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul

di situs tersebut dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim

yang menyerang bakteri dengan terlebih dahulu tanda dan kemudian

mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka

ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah

sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga

mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan

bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah tebal, cairan-nanah kuning yang

mengandung bakteri mati, dicerna jaringan, sel-sel darah putih, dan enzim.

Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang

diawali dengan proses yang disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri

mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian terjadi:

* Darah mengalir ke daerah meningkat.

* Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.

* Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya.

* Ternyata merah.

* Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia.

Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri

peradangan. Ketika proses berlangsung, jaringan mulai berubah menjadi

cair, dan bentuk-bentuk abses. Ini adalah sifat abses menyebar sebagai

pencernaan kimia cair lebih banyak dan lebih jaringan. Selanjutnya,

penyebaran mengikuti jalur yang paling resistensi, umum, jaringan yang

paling mudah dicerna. Sebuah contoh yang baik adalah abses tepat di

bawah kulit. Paling mudah segera berlanjut di sepanjang bawah

permukaan daripada bepergian melalui lapisan terluar atau bawah melalui

struktur yang lebih dalam di mana ia bisa menguras isi yang beracun. Isi

Page 3: Laporan-Pendahuluan-abses

abses juga dapat bocor ke sirkulasi umum dan menghasilkan gejala seperti

infeksi lainnya. Ini termasuk menggigil, demam, sakit, dan

ketidaknyamanan umum.

2) Abses steril

Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses

yang sama bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan

seperti obat-obatan. Jika menyuntikkan obat seperti penisilin tidak diserap,

itu tetap tempat itu disuntikkan dan dapat menyebabkan iritasi yang cukup

untuk menghasilkan abses steril. Seperti abses steril karena tidak ada

infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras,

padat benjolan karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa

nanah.

V. Manifestasi Klinik

Tidak dapat dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu bagian tubuh

tertentu. Tetapi setelah abses terbentuk, biasanya kita merasa tidak nyaman,

terjadi pembengkakan, demam dan jika abses terjadi di organ luar tubuh, akan

terlihat kumpulan nanah. Sedangkan jika abses terjadi di bagian dalam tubuh,

maka yang dapat dirasakan adalah organ tubuh yang membesar (akibat

pembengkakan). abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka

manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari

proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan

(tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi.

VI. Patofisiologi

Terlampir

VII. Pemeriksaan Diagnostik

Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses

dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan

darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan

Page 4: Laporan-Pendahuluan-abses

ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT

scan atau MRI.

VIII. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi yang menetap atau

penyebaran infeksi jika penyebabnya tidak segera diatasi

IX. Penatalaksanaan

1. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan

antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan

intervensi bedah, debridemen, dan kuretase. hal yang sangat penting untuk

diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik

tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal

tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam

abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam

pH yang rendah.

2. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi

penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena

benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda

asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan

dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.

3. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan

apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras

menjadi tahap nanah yang lebih lunak.

4. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,

tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan

terakhir yang perlu dilakukan.

5. Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,

antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering

digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten

Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa

tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat

Page 5: Laporan-Pendahuluan-abses

melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, dan doxycycline.

X. Prognosis

Secara umum, diagnosis yang cepat dan penanganan yang tepat dapat

memberikan hasil yang bagus.

XI. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut

4. Resiko hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses

penyakit dan tindakan medis yang dilakukan

XII. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan rasa nyaman nyeri terpenuhi

Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat nyeri

Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan

dan mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi.

b. Berikan posisi senyaman mungkin

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan.

c. Berikan lingkungan yang nyaman

Rasional : Untuk mendukung tindakan yang telah diberikan guna

mengurangi rasa nyeri.

d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi Rasional :

Untuk mengurangi rasa nyeri

Page 6: Laporan-Pendahuluan-abses

2. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan,

stasis jaringan tubuh

Tujuan

Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil

Tanda-tanda infeksi (-)

Suhu normal

Intervensi keperawatan

1. Observasi tanda terjadinya infeksi.

R/ mengetahui secara dini terjadinya infeksi dan untuk membantu

memiih intervesi yang tepat

2. Ganti balutan dengan teknik aseptik.

R/ Teknik aseptic yang tepat menurunkan resiko penyebaran bakteri

dan kontaminasi silang.

3. Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari Tingkatan nutrisi dengan diet

TKTP Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.

R/ nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat

pertumbuhan jaringan.

i. Berikan antibiotika sesuai program medis.

R/ Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen.

ii. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak, nyeri, kekakuan.

Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari

hasil yang diharapkan

R/ Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan gangguan pola tidur teratasi

Kriteria hasil : Pola tidur terpenuhi

Rencana tindakan :

a. Kaji pola tidur atau istirahat normal pasien

Page 7: Laporan-Pendahuluan-abses

Rasional : Untuk mengetahui pola tidur yang normal pada pasien dan

dapat menentukan kelainan pada pola tidur.

b. Beri lingkungan yang nyaman

Rasional : Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan aktivitas dan

tidur.

c. Batasi pengunjung selama periode istirahat

Rasional : Untuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur pasien

d. Pertahankan tempat tidur yang hangat, bersih dan nyaman

Rasional : Supaya pasien dapat tidur dengan nyaman

e. Kolaborasi pemberian terapi analgetika

Rasional : Agar nengurangi rasa nyeri yang menggangu pola tidur

pasien

4. Resiko hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, pasien tidak

mengalami perubahan suhu tubuh yang signifikan

Kriteria hasil

Suhu tubuh normal

Intervensi Keperawatan

1. Mencatat suhu pra operasi dan mengkaji suhu post operasi

R/ Sebagai evaluasi adanya perubahan suhu yang signifikan

2. Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuai kebutuhan

R/ Dapat membantu dalam mempertahankan/menstabilkan suhu

pasien

3. Lindungi area kulit dari paparan langsung aliran udara

R/ Kehilangan panas dapat terjadi ketika kulit dipajankan pada aliran

udara atau lingkungan yang dingin

4. Berikan selimut pada pasien

R/ menjaga kehilangan panas tubuh

5. Kolaborasi pemberian antipiretik

Page 8: Laporan-Pendahuluan-abses

R/ Antipiretik merupakan terapi farmakologis untuk menurunkan

suhu tubuh.

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses penyakit

dan tindakan medis yang dilakukan

Tujuan

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan cemas

berkurang

Kriteria hasil

Klien tidak bertanya-tanya lagi

Klien mengatakan mengerti tentang penjelasan

Wajah tampak relaks

TTV dalam batas normal

TD 100-120/60-90 mmHg

Nadi 60-100x/menit

RR 16-24 x/menit

Intervensi Keperawatan

1. Memberikan penjelasan tentang penyakitnya

R/ Klien akan mengerti dan kooperatif

2. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi dan memberikan

support sistem

R/ Membesarkan jiwa klien

3. Memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan apapun

R/ Klien akan mengerti tindakan dan mau bekerjasama

4. Mengobservasi TTV

R/ Kecemasan akan meningkatkan TTV

Page 9: Laporan-Pendahuluan-abses

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,

EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI:

Jakarta

Nanda International. 2009. Nursing Diagnoses : Definition and classification

2009-2010.Wiley-Blackwell:United Kingdom