laporan pendahuluan 4 sistem

33
BAB I GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN ( SCABIES ) 1.1. Anatomi Fisiologi Kulit 1.1.1 Anatomi Kulit Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Setiap lapisan akan semakin berdiferensiasi ( menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik ). Ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1 mm pada kelopak mata hingga 1 mm pada telapak tangan dan kaki. Melanosit, merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlihat dalam produksi pigmen melamin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melamin, maka semakin gelap warna kulit. Epidermis melalui modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling tebal pada daerah telapak tangan dan kaki, dan menimbulkan keratin dalam jumlah yang lebih besar. Dermis adalah bagian terbesar kulit yang berfungsi memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Jaringan subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki. Lapisan subkutan dan struktur internal seperti otot dan tulang. Rambut terdiri dari akar rambut yang terbentuk dalam dermis, dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. 1.1.2 Fisiologi Kulit a. Perlindungan Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja,kulit memberikan perlindungan yang sangat efektif

Upload: senja-tsamrotul

Post on 13-Aug-2015

348 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

BAB I

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN ( SCABIES )

1.1.Anatomi Fisiologi Kulit

1.1.1 Anatomi Kulit

Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Setiap

lapisan akan semakin berdiferensiasi ( menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik ).

Ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya

paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1 mm pada kelopak mata hingga 1 mm pada telapak tangan

dan kaki.

Melanosit, merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlihat dalam produksi

pigmen melamin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melamin, maka semakin gelap

warna kulit.

Epidermis melalui modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling

tebal pada daerah telapak tangan dan kaki, dan menimbulkan keratin dalam jumlah yang lebih besar.

Dermis adalah bagian terbesar kulit yang berfungsi memberikan kekuatan dan struktur pada

kulit.

Jaringan subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh

kecuali pada telapak tangan dan kaki. Lapisan subkutan dan struktur internal seperti otot dan tulang.

Rambut terdiri dari akar rambut yang terbentuk dalam dermis, dan batang rambut yang menjulur

keluar dari dalam kulit.

1.1.2 Fisiologi Kulit

a. Perlindungan

Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja,kulit

memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing lainnya.

Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh utama

trauma yang terus menerus terjadi didaerah tersebut.

b. Sensibilitas

Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri sentuhan yang

ringan dan tekanan ( sentuhan yang berat ).

Page 2: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

c. Keseimbangan air

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan

mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan

mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan, bila kulit mengalami kerusakan.

d. Pengaturan suhu

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil pendukung metabolisme

makanan yang memproduksi energi panas, ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik

penting terlibat dalam kehilangan dari tubuh kelingkungan, pertama yaitu radiasi merupakan

perpindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada suhu jarak

tertentu. Kedua, konduksi merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih

dingin yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara

meliputi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga yaitu konveksi yang terdiri atas pergerakan

massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.

e. Produksi vitamin

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk

mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia,

suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan

deformitas tulang.

1.2 Definisi Scabies

Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan gatal-gatal.

Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah kondisi hygene

yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat bersih.

Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi parasit ini

tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan

sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman

yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi. Petugas

kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.

Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan

berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki

depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua hingga tiga

butir sehari selama dua bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva ( telur ) menetas dalam waktu

hingga empat hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam

tempo sekitar 10 hari.

Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau ( kutu/mite )

yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili

Page 3: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada

kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

1.3 Etiologi

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian hominis.Sarcoptes

scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada

manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada

kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang

betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni

200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai empat pasang kaki, dua pasang

longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan dua pasang longlegs kedua pada betina

berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan

rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi ( perkawinan ) yang terjadi di atas

kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh

yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan

kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya dua atau empat butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.

Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu tiga hingga lima hari, dan menjadi larva yang

mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah dua hingga tiga hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan

betina, dengan empat pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-

12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu tiga hingga empat hari, kemudian larva

meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi

nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,

sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada

suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,

contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka

seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.

1.4 Pengklasifikasian Scabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga

dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain ( Sungkar, S, 1995 ):

a. Skabies pada orang bersih ( scabies of cultivated )

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya

sehingga sangat sukar ditemukan.

b. Skabies incognito

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda

klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito

Page 4: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip

penyakit lain.

c. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat

didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul

sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih

dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa

bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies

manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.

Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang

kesayangannya yaitu paha,perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan

transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara ( 4 – 8 minggu ) dan dapat sembuh

sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada

manusia.

e. Skabies Norwegia

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama

generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang

berambut, telinga, bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi

kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak

menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat

banyak ( ribuan ). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun

tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

f. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,

telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima

sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. ( Harahap. M, 2000 )

g. Skabies terbaring ditempat tidur ( bed ridden )

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat

menderita skabies yang lesinya terbatas. ( Harahap. M, 2000 )

1.5 Manifestasi Klinis

Diagnosis dibuat dengan menemukan dua dari empat tanda cardinal berikut :

a. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran

fesesnya.

b. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna

coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan

serta pada pergelangan tangan.

c. Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik ) yang disebabkan karena peningkatan

kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.

Page 5: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

d. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.

e. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan papula.

f. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi

siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara yang menggantung, dan

pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau skrotum.

g. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit di

sekitarnya.

h. Pruritus noktuma ( gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu

yang lembab dan panas.

i. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota

keluarga.

j. Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi

pimorfi ( pustu, ekskoriosi ). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,

yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan

perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki

bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit

kepala dan wajah.

k. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih

stadium hidup tungau ini.

l. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis

kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,

impetigo, dan furunkulsis.

1.6 Patofisiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak

kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan

oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah

infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan

urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan

gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

1.7 Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat

garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri

pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.

Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada

terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

a. Urtikaria

Page 6: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas

dan menimbul ( bentol ), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa

gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya

berlangsung 20 menit sampai tiga jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.

b. Infeksi sekunder

c. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut ( folikel ). Pada kulit yang terkena

akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-

beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.

d. Furunkel

Furunkel ( bisul ) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan

subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan

bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari

tangan. Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah.

Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning ( membentuk

pustule ). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung

sedikit darah.

e. Infiltrat

f. Eksema infantum

Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang

umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang

tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

1.8 Pemeriksaan Fisik :

Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan

kuku. Prosedur Utama :

a. Inpeksi dan palpasi

@̶ Memerlukan ruangan yang terang dan hangat

@̶ Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi

@̶ Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar

@̶ Sarunga tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit

b. Tampilan umum dikaji :

@̶ Warna

@̶ Suhu

@̶ Kelembaban

@̶ Kekeringan

@̶ Tekstur kulit ( kasar atau halus )

@̶ Lesi

@̶ Vaskularitas

@̶ Mobilitas

@̶ Kondisi kuku dan rambut

Page 7: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

@̶ Turgor kulit

@̶ Edema

@̶ Elastisitas kulit

1.8.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Pengumpulan informasi identitas pasien yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur,

alamat, agama, suku, pendidikan, dan diagnosa medis, serta pengumpulan informasi identitas

penanggung jawab yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat, agama, suku, pendidikan,

hubungan dengan pasien.

b. Riwayat Kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan pasien yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.

@̶ Keluhan utama

Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama

pada malam hari.

@̶ Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan

akibat rasa gatal yang sangat hebat.

@̶ Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi

@̶ Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami atau tidak.

c. Pola Fungsi Kesehatan

@̶ Pola persepsi terhadap kesehatan

Apabila sakit, pasien biasa membeli obat di toko obat terdeat atau apabila tidak terjadi

perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

@̶ Pola aktivitas latihan

Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian, Eliminasi,

Mobilisasi di tempat tidur

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Dengan menggunakan alat bantu

2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas

@̶ Pola istirahat tidur

Biasanya pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada

malam hari.

@̶ Pola nutrisi metabolik

Apakah terdapat gangguan dalam nutrisi metabolik pada pasien.

Page 8: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

@̶ Pola eleminasi

Bagaimana pola eleminasi pasien sebelum dan saat sakit apakah terdapat gangguan dalam

pola eleminasi, kaji konsistensi feses, warna dan bau khas urine.

@̶ Pola kognitif perceptual

Saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan

normal.

@̶ Pola peran hubungan

Meliputi status perkawinan, pekerjaan, kualitas aktivitas, sistem dukungan : istri dan anaknya.

@̶ Pola nilai dan kepercayaan

Kepercayaan yang pasien anut dan frekuensi ibadah yang dilakukan oleh pasien.

@̶ Pola konsep diri

Meliputi harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, peran diri.

@̶ Pola seksual reproduksi

Apakah terjadi gangguan pola seksual reproduksi pada pasien.

@̶ Pola koping

Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, kehilangan atau perubahan yang terjadi

misalnya perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,

pandangan pasien terhadap masa depan misalnya apakah pasien optimis untuk sembuh.

d. Pemeriksaan fisik

@̶ Tanda-tanda vital :

Meliputi pengukuran suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan.

@̶ Keadaan umum

Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien dari

komposmentis apatis, samnolen, delirium, sopor, dan koma.

@̶ Pemeriksaan Head to Toe :

Meliputi kulit dan rambut, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen,

ekstremitas atas dan bawah.

@̶ Pemeriksaan pada kulit dan rambut meliputi inspeksi warna kulit, suhu, kelembaban,

kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas,mobilitas, kondisi kuku

dan rambut, turgor kulit, edema, elastisitas kulit, warna rambut.

@̶ Pemeriksaan pada kepala meliputi inspeksi kesimetrisan dan bentuk kepala, serta

palpasi adanya nyeri tekan.

@̶ Pemeriksaan mata, inspeksi bentuk boola mata, kesimetrisan, sklera berwarna putih,

konjungtiva berwarna merah muda.

@̶ Pemeriksaan telinga meliputi inspeksi ukuran dan kesimetrisan telinga, kebersihan

telinga ( luar-dalam ), serta palpasi adanya benjolan pada telinga.

@̶ Pemeriksaan hidung, inspeksi kesimetrisan, adanya lesi dan secret, serta palpasi

adanya benjolan.

@̶ Pemeriksaan mulut, inspeksi bentuk dan kesimetrisan mulut, kebersihan lidah dan

gigi, uji reflek mengunyah.

Page 9: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

@̶ Pemeriksaan leher, inspeksi bentuk dan adanya pembesaran kelenjar tiroid, serta

palpasi adanya bejolan dan refleks menelan ( adanya nyeri menelan ).

@̶ Pemeriksaan dada, pada paru-paru inspeksi kesimetrisan paru, palpasi getaran focal

femitus sama antara kanan dan kiri, perkusi dan auskultasi.

@̶ Pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk dan kesimetrisan abdomen, warna kulit,

auskultasi bising usus, perkusi dan palpasi adanya massa dan nyeri tekan.

@̶ Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, meliputi inspeksi warna kulit, kelembapan,

palpasi adanya varises, uji reflek bisep dan trisep, postur tubuh, cara berjalan pasien.

1.9 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, nimfa atau skibala (

butiran feses ) scabies. Cara menemukan tungau

a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.

Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan

lhat dengan mikroskop cahaya.

b. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat

dengan kaca pembesar.

c. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan dua jari kemudian buat irisa tipis

dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.

d. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

1.10 Penatalaksanaan

1.10.1 Farmakologis

Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep yang

dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang tersedia di pasaran.

Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain : tidak berbau, efektif terhadap semua

stadium kutu ( telur, larva maupun kutu dewasa ), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah

diperoleh dan murah harganya.

a. Sistemik

@̶ Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0.34

mg/kg BB 3 x sehari.

@̶ Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.

b. Topikal

Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:

@̶ Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau

tak sedap ( belerang ), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan

penggunaannya harus lebih dari tiga hari berturut-turut.

@̶ Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam

selama tiga hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit.

@̶ Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah

digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita

hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf

Page 10: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

pusat ( SSP ). Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat diulang satu

minggu kemudian bila belum sembuh.

@̶ Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek anti skabies, juga bersifat

anti gatal.

@̶ Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik.

Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.

Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung sampai

sekitar empat minggu lamanya. Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau pun antihistamin

untuk mengatasinya.

1.10.2 Non-farmakologis (+Pencegahan)

Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya

peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan dengan cara :

@̶ Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita

skabies ( yang dipakai dalam lima hari terakhir ), kemudian menjemurnya hingga kering.

Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhan mengenai hygiene

perorangan dan lingkungan.

@̶ Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

@̶ Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan

rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu skabies tidak hidup

disana.

1.11 Asuhan Keperawatan

Page 11: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

BAB II

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL ( ARTRITIS RHEUMATOID )

2.1 Definisi

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,

cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin,

Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi

pada sendi ( Lemone & Burke, 2001 : 1248 ).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.

Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur ( Felson dalam Budi Darmojo, 1999 ).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah

pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai

membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku

sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis

progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 )

2.2 Etiologi

Penyebab pasti rheumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari

faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar

adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus ( Lemone & Burke, 2001 ).

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan

mengenai penyebab artritis rheumatoid, yaitu :

a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

b. Endokrin

c. Autoimun

d. Metabolik

e. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.

Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus

Page 12: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang

rawan sendi penderita.

2.3 Manifestasi Klinis

Pola karakteristik dari persendian yang terkena

a. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.

b. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang

belakang serviks, dan temporomandibular.

c. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.

d. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung

selama lebih dari 30 menit.

e. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Gambaran Ekstra-artikular

a. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia

b. Fenomena Raynaud.

c. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan

subkutan di atas tonjolan tulang.

Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:

a. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.

b. Nyeri dan paling parah kekakuan sendi yang dirasakan pada pagi hari.

c. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.

d. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium.

Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau

peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari

tangan.

2.4 Patofisiologi

2.5 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang

merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid ( OAINS ) atau obat

pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi

faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Page 13: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara

akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.6 Kriteria Diagnostik

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar

pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala. Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

a. Kekakuan pagi hari ( sekurangnya 1 jam )

b. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

c. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

d. Arthritis yang simetris

e. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

f. Perubahan-perubahan radiologik ( erosi atau dekalsifikasi tulang )

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh

kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-

kurangnya enam minggu.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan rheumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi

inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi

penderita ( Lemone & Burke, 2001 ). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis

antara lain :

a. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan

proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik

untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses

autoimun.

b. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk

mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang

tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun

istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan

pergerakan sendi.

c. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.

Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

Page 14: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

d. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang

disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

e. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya

dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join

replacement untuk mengganti sendi.

2.8 Asuhan Keperawatan

2.8.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Pengumpulan informasi identitas pasien yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur,

alamat, agama, suku, pendidikan, dan diagnosa medis, serta pengumpulan informasi identitas

penanggung jawab yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat, agama, suku, pendidikan,

hubungan dengan pasien.

b. Riwayat Kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan pasien yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.

@̶ Keluhan utama

Pada pasien rheumatoid artrtis nyeri.

@̶ Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mulai merasakan nyeri dan paling parah kekakuan sendi yang dirasakan pada pagi

hari.

@̶ Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk Rumah Sakit sebelumnya atau tidak.

@̶ Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang pasien alami atau tidak.

c. Pola Fungsi Kesehatan

@̶ Pola persepsi terhadap kesehatan

Apabila sakit, klien pasien biasa membeli obat di toko obat terdeat atauapabila tidak terjadi

perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

@̶ Pola aktivitas latihan

Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian, Eliminasi,

Mobilisasi di tempat tidur

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Dengan menggunakan alat bantu

2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

Page 15: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas

@̶ Pola istirahat tidur

Bagaimana pola istirahat pasien sebelum dan saat sakit, apakah terjadi gangguan pola

istirahat.

@̶ Pola nutrisi metabolik

Apakah terjadi gangguan pola nutrisi pada pasien.

@̶ Pola eliminasi

Bagaimana pola eliminasi sebelum dan saat pasien sakit, konsistensi feses, warna dan bau

khas urine.

@̶ Pola kognitif perceptual

Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan

normal.

@̶ Pola peran hubungan

Meliputi status perkawinan, pekerjaan, kualitas aktivitas :sebelum sakit klien rajin ke sawah

untuk menggarap sawahnya, sistem dukungan : istri dan anaknya.

@̶ Pola nilai dan kepercayaan

Kepercayaan yang pasien anut dan frekuensi ibadah yang dilakukan oleh pasien.

@̶ Pola konsep diri

Meliputi harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, peran diri.

@̶ Pola seksual reproduksi

Apakah terjadi gangguan pola seksual reproduksi pada pasien.

@̶ Pola koping

Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, kehilangan atau perubahan yang terjadi

misalnya perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,

pandangan pasien terhadap masa depan misalnya apakah pasien optimis untuk sembuh.

d. Pemeriksaan fisik

@̶ Tanda-tanda vital :

Meliputi pengukuran suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan.

@̶ Keadaan umum

Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari

komposmentis apatis, samnolen, delirium, sopor, dan koma.

@̶ Pemeriksaan Head to Toe :

Meliputi kulit dan rambut, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen,

ekstremitas atas dan bawah.

@̶ Pemeriksaan pada kulit dan rambut meliputi inspeksi warna kulit, suhu, kelembaban,

kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas,mobilitas, kondisi kuku

dan rambut, turgor kulit, edema, elastisitas kulit, warna rambut.

@̶ Pemeriksaan pada kepala meliputi inspeksi kesimetrisan dan bentuk kepala, serta

palpasi adanya nyeri tekan.

Page 16: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

@̶ Pemeriksaan mata, inspeksi bentuk boola mata, kesimetrisan, sklera berwarna putih,

konjungtiva berwarna merah muda.

@̶ Pemeriksaan telinga meliputi inspeksi ukuran dan kesimetrisan telinga, kebersihan

telinga ( luar-dalam ), serta palpasi adanya benjolan pada telinga.

@̶ Pemeriksaan hidung, inspeksi kesimetrisan, adanya lesi dan secret, serta palpasi

adanya benjolan.

@̶ Pemeriksaan mulut, inspeksi bentuk dan kesimetrisan mulut, kebersihan lidah dan

gigi, uji reflek mengunyah.

@̶ Pemeriksaan leher, inspeksi bentuk dan adanya pembesaran kelenjar tiroid, serta

palpasi adanya bejolan dan refleks menelan ( adanya nyeri menelan ).

@̶ Pemeriksaan dada, pada paru-paru inspeksi kesimetrisan paru, palpasi getaran focal

femitus sama antara kanan dan kiri, perkusi dan auskultasi.

@̶ Pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk dan kesimetrisan abdomen, warna kulit,

auskultasi bising usus, perkusi dan palpasi adanya massa dan nyeri tekan.

@̶ Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, meliputi inspeksi warna kulit, kelembapan,

palpasi adanya varises, uji reflek bisep dan trisep, postur tubuh ( lordosis, kifosis, dan

skoliosis ), cara berjalan.

e. Pemeriksaan Diagnostik

@̶ Laboratorium ( Kalsium, posfor, LED, LEE dll )

@̶ Radiography ( Rontgen, CT Scan, MRI, Myelogram, EMG, Radionuklir, dan Biopsi tulang )

2.8.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DO :

- Tekanan darah

140/80 mmHg

- RR : 26x/mnt

- Nadi : 120x/mnt

- S : 38,50 c

DS :

- Klien mengaku lesu

- klien mengaku

nafsu makan

menurun

- klien mengeluh

lutut kaku dan nyeri

pada waktu sendi

digerakan

Penekanan daerah local

hipotalamus

keluarnya mediator kimia

Proses inflamasi

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut

Page 17: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

DO :

- Lutut tampak

bengkak dan

merah

- terdapat benjolan (

nodule

subcutaneous )

pada bagian bawah

siku ( bursa

olekranon ).

DS :

- pasien mengeluh

kaku pada

persendiaannya.

- nyeri pada waktu

memulai

menggerakan sendi

lutut

-sakit terutama pada

saat diluruskan

Hambatan nutrisi pada kartilago

artikularis

Kartilago nekrosis

Erosi Kartilago

Adhesi pd permukaan sendi

Ankilosis fibrosa

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik

Hambatan mobitas fisik

DO :

- lutut tampak

bengkak dan

merah

- terdapat benjolan (

nodule

subcutaneous )

pada bagian bawah

siku ( bursa

olekranon ).

DS :

- klien mengatakan

pasien malu

dengan adanya

benjolan dan

kemerahan pada

lututnya

Synovial menebal

pannus

nodul

Deformitas sendi

Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh

Page 18: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

DO :

- pasien tampak

kotor dan berbau

tidak sedap

- pasien tdak bisa

memenuhi personal

hyegine

DS :

- pasien mengatakan

bahwa pasien tidak

mampu untuk

memenuhi personal

hyegine

Adhesi pd permukaan sendi

Ankilosis fibrosa

Kekakuan sendi

Terbatasnya gerakan sendi

Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri

DO :

- pasien tampak

gelisah

- pasien tampak

melamun

DS :

- pasien mengatakan

takut jika

penyakitnya tidak

dapat disembuhkan

Reaksi peradangan

Nyeri

Kurang informasi tentang

penyakit

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

2.8.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,

destruksi sendi.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan

kekuatan otot.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,

daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit.

2.8.4 Intervensi Keperawatan

Page 19: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Page 20: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

1. Nyeri berhubungan

dengan agen

pencedera, distensi

jaringan oleh

akumulasi cairan/

proses inflamasi,

destruksi sendi.

Setelah dilakukan

tindakan selama 2x24 jam

nyeri berkurang, dengan

kriteria hasil :

a. Nyeri hilang/ terkontrol

b. Terlihat rileks, dapat

tidur/beristirahat dan

berpartisipasi dalam

aktivitas sesuai

kemampuan.

c. Mengikuti program

farmakologis yang

diresepkan.

d. Menggabungkan

keterampilan relaksasi

dan aktivitas hiburan

ke dalam program

pengontrolan nyeri.

1) Kaji Skala nyeri,

keluhan nyeri, catat

lokasi.

2) Berikan matras/

kasur keras, bantal

kecil, Tinggikan

linen tempat tidur

sesuai kebutuhan.

3) Anjurkan pasien

untuk sering

mengubah posisi.

4) Anjurkan pasien

untuk mandi air

hangat atau mandi

pancuran pada

waktu bangun

dan/atau pada

waktu sebelum tidur.

5) Kolaborasi

pemberian obat-

obatan sesuai

petunjuk.

1) Membantu dalam

menentukan

kebutuhan

manajemen nyeri

dan keefektifan

program.

2) Matras yang lembut/

empuk, bantal yang

besar akan

mencegah

pemeliharaan

kesejajaran tubuh

yang tepat,

menempatkan stress

pada sendi yang

sakit. Peninggian

linen tempat tidur

menurunkan tekanan

pada sendi yang

terinflamasi.

3) Mencegah terjadinya

kelelahan umum dan

kekakuan sendi.

4) Panas meningkatkan

relaksasi otot, dan

mobilitas,

menurunkan rasa

sakit dan

melepaskan

kekakuan di pagi

hari.

5) Sebagai anti

inflamasi dan efek

analgesik ringan

dalam mengurangi

kekakuan dan

meningkatkan

mobilitas.

2. Gangguan

mobilitas fisik

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1) Kaji aktifitas klien. 1) Melihat kemampuan

Page 21: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

berhubungan

dengan deformitas

skeletal,

nyeri, penurunan

kekuatan otot

selama 2x24 jam

gangguan mobilitas fisik

tidak terjadi, dengan

kriteria hasil :

a. Mempertahankan

fungsi posisi dengan

tidak

hadirnya/pembatasan

kontraktur.

b. Mempertahankan

ataupun

meningkatkan

kekuatan dan fungsi

dari dan/atau

kompensasi bagian

tubuh.

c. Mendemonstrasikan

tehnik/perilaku yang

memungkinkan

melakukan aktivitas

2) Pertahankan

istirahat tirah baring/

duduk jika

diperlukan

jadwalkan aktivitas

untuk memberikan

periode istirahat

yang terus menerus

dan tidur malam hari

yang tidak

terganggu.

3) Bantu dengan

rentang gerak

aktif/pasif.

4) Posisikan dengan

bantal, kantung

pasir, gulungan

trokanter, bebat,

brace.

5) Gunakan bantal

kecil/tipis di bawah

leher.

6) Dorong pasien

mempertahankan

postur tegak dan

duduk tinggi, berdiri,

dan berjalan.

7) Kolaborasi: berikan

obat-obatan sesuai

indikasi.

mobilisasi klien.

2) Istirahat sistemik

dianjurkan selama

eksaserbasi akut dan

seluruh fase penyakit

yang penting untuk

mencegah kelelahan

mempertahankan

kekuatan.

3) Mempertahankan/

meningkatkan fungsi

sendi, kekuatan otot

dan stamina umum.

4) Mencegah fleksi

leher.

5) Memaksimalkan

fungsi sendi dan

mempertahankan

mobilitas.

6) Mungkin dibutuhkan

untuk menekan

sistem inflamasi

akut.

7) Membantu proses

penyembuhan

pasien.

3. Gangguan Citra

Tubuh

berhubungan

dengan perubahan

kemampuan untuk

melaksanakan,

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

gangguan citra tubuh

tidak terjadi, dengan

kriteria hasil :

1) Dorong pasien untuk

mengungkapkan

mengenai masalah

tentang proses

penyakit, harapan

1) Guna menentukan

manajemen

selanjutnya yang

tepat dalam

mengatasi maslah

yang dihadapi oleh

Page 22: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

ketidakseimbangan

mobilitas.

a. Mengungkapkan

peningkatan rasa

percaya diri dalam

kemampuan untuk

menghadapi penyakit,

perubahan pada gaya

hidup, dan

kemungkinan

keterbatasan.

b. Menyusun rencana

realistis untuk masa

depan.

masa depan.

2) Diskusikan arti dari

kehilangan/

perubahan pada

pasien/orang

terdekat.

3) Diskusikan persepsi

pasien mengenai

bagaimana orang

terdekat menerima

keterbatasan.

4) Bantu dalam

kebutuhan

perawatan yang

diperlukan.

5) Kolaborasi: Rujuk

pada konseling

psikiatri, misal:

perawat spesialis

psikiatri, psikolog.

pasien.

2) Berikan kesempatan

untuk

mengidentifikasi

rasa takut/

kesalahan konsep

dan menghadapinya

secara langsung.

3) Mengidentifikasi

bagaimana penyakit

mempengaruhi

persepsi diri dan

interaksi dengan

orang lain akan

menentukan

kebutuhan terhadap

intervensi/ konseling

lebih lanjut.

4) Mempertahankan

penampilan yang

dapat meningkatkan

citra diri).

5) Pasien/orang

terdekat mungkin

membutuhkan

dukungan selama

berhadapan dengan

proses jangka

panjang/

ketidakmampuan

4. Defisit perawatan

diri berhubungan

dengan kerusakan

musculoskeletal.

Setelah dilakukan

tindakan selam 2x24 jam

defisit perawatan diri tidak

terjadi ditandai dengan

kriteria hasil :

a. Melaksanakan

aktivitas perawatan

1) Diskusikan tingkat

fungsi umum ( 0-4 )

sebelum timbul

awitan/ eksaserbasi

penyakit dan

potensial perubahan

yang sekarang

1) Mungkin dapat

melanjutkan aktivitas

umum dengan

melakukan adaptasi

yang diperlukan

pada keterbatasan

saat ini.

Page 23: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

diri pada tingkat

yang konsisten

dengan kemampuan

individual.

b. Mendemonstrasikan

perubahan teknik/

gaya hidup untuk

memenuhi

kebutuhan

perawatan diri.

c. Mengidentifikasi

sumber-sumber

pribadi/ komunitas

yang dapat

memenuhi

kebutuhan

perawatan diri.

diantisipasi.

2) Pertahankan

mobilitas.

3) Kolaborasi: Konsul

dengan ahli terapi

okupasi

4) Kolaborasi: Atur

evaluasi kesehatan

di rumah sebelum

pemulangan dengan

evaluasi setelahnya.

2) Mendukung

kemandirian

fisik/emosional.

3) Berguna untuk

menentukan alat

bantu untuk

memenuhi

kebutuhan individual.

4) Mengidentifikasi

masalah-masalah

yang mungkin

dihadapi karena

tingkat kemampuan

actual.

Page 24: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

BAB III

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN ( CA BULLI )

3.1

Page 25: Laporan Pendahuluan 4 Sistem

Patofisiologi

Zat karsinogenik infeksi kronik

ChromiumNikel

Merusak

heterokromatin

menginaktifkan gen

…..tumor

membentuk

radikal bebas

kerusakan DNA sel

>saturasi urine + > produksi matrik

inhibitor

cristalisasi

agregrasi membesar

terjebak di kandung kemih

tumbuh membesar

formulasi batu

peningkatan

tekanan kandung

kemih

peningkatan reflek miksi

frequency meningkat

gangguan eliminasi urinaris

penekanan kandung

kemih

keluarnya

mediator kimia

merangsang

hypothalamus

nyeri

ulserasi

infeksi

sekunder

panas sewaktu kencing

dan hematuria

pertumbuhan sel yang abnormal

papiloma yang kecil dan benigna

penggunaan energy terfokus pada

mitosis sel TUMOR

vit b12, asam folat dipakai poliferasi

DNA abnormal

penurunan nutrisi

ketidak seimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Ansietas Keluarnya enzim

renin

Mengaktifkan angiotensin

1

Mengeluarkan hormone Aldosterone

Mengeluarkan hormone ADH

Menurunkan TD Meningkatkan TD

Hipermetaboli

k

Resiko kekurangan

volume cairan

mengubah angiotensin 2

Page 26: Laporan Pendahuluan 4 Sistem