laporan pendahuluan 4 sistem
TRANSCRIPT
BAB I
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN ( SCABIES )
1.1.Anatomi Fisiologi Kulit
1.1.1 Anatomi Kulit
Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Setiap
lapisan akan semakin berdiferensiasi ( menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik ).
Ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya
paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1 mm pada kelopak mata hingga 1 mm pada telapak tangan
dan kaki.
Melanosit, merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlihat dalam produksi
pigmen melamin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melamin, maka semakin gelap
warna kulit.
Epidermis melalui modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling
tebal pada daerah telapak tangan dan kaki, dan menimbulkan keratin dalam jumlah yang lebih besar.
Dermis adalah bagian terbesar kulit yang berfungsi memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.
Jaringan subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh
kecuali pada telapak tangan dan kaki. Lapisan subkutan dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Rambut terdiri dari akar rambut yang terbentuk dalam dermis, dan batang rambut yang menjulur
keluar dari dalam kulit.
1.1.2 Fisiologi Kulit
a. Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja,kulit
memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing lainnya.
Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh utama
trauma yang terus menerus terjadi didaerah tersebut.
b. Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri sentuhan yang
ringan dan tekanan ( sentuhan yang berat ).
c. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan, bila kulit mengalami kerusakan.
d. Pengaturan suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil pendukung metabolisme
makanan yang memproduksi energi panas, ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik
penting terlibat dalam kehilangan dari tubuh kelingkungan, pertama yaitu radiasi merupakan
perpindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada suhu jarak
tertentu. Kedua, konduksi merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih
dingin yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara
meliputi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga yaitu konveksi yang terdiri atas pergerakan
massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.
e. Produksi vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk
mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia,
suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan
deformitas tulang.
1.2 Definisi Scabies
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan gatal-gatal.
Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah kondisi hygene
yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat bersih.
Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi parasit ini
tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan
sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman
yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi. Petugas
kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan
berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki
depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua hingga tiga
butir sehari selama dua bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva ( telur ) menetas dalam waktu
hingga empat hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam
tempo sekitar 10 hari.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau ( kutu/mite )
yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada
kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
1.3 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian hominis.Sarcoptes
scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada
kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai empat pasang kaki, dua pasang
longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan dua pasang longlegs kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi ( perkawinan ) yang terjadi di atas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya dua atau empat butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu tiga hingga lima hari, dan menjadi larva yang
mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah dua hingga tiga hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan
betina, dengan empat pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-
12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu tiga hingga empat hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi
nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada
suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka
seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
1.4 Pengklasifikasian Scabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain ( Sungkar, S, 1995 ):
a. Skabies pada orang bersih ( scabies of cultivated )
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat
didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha,perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara ( 4 – 8 minggu ) dan dapat sembuh
sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada
manusia.
e. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga, bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak ( ribuan ). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. ( Harahap. M, 2000 )
g. Skabies terbaring ditempat tidur ( bed ridden )
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas. ( Harahap. M, 2000 )
1.5 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan dua dari empat tanda cardinal berikut :
a. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran
fesesnya.
b. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna
coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan
serta pada pergelangan tangan.
c. Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik ) yang disebabkan karena peningkatan
kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.
d. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.
e. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan papula.
f. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi
siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara yang menggantung, dan
pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau skrotum.
g. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit di
sekitarnya.
h. Pruritus noktuma ( gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
i. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
j. Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi
pimorfi ( pustu, ekskoriosi ). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
k. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
l. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulsis.
1.6 Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak
kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan
urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
1.7 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri
pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada
terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
a. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas
dan menimbul ( bentol ), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa
gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya
berlangsung 20 menit sampai tiga jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
b. Infeksi sekunder
c. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut ( folikel ). Pada kulit yang terkena
akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-
beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
d. Furunkel
Furunkel ( bisul ) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari
tangan. Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning ( membentuk
pustule ). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung
sedikit darah.
e. Infiltrat
f. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.
1.8 Pemeriksaan Fisik :
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan
kuku. Prosedur Utama :
a. Inpeksi dan palpasi
@̶ Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
@̶ Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
@̶ Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar
@̶ Sarunga tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit
b. Tampilan umum dikaji :
@̶ Warna
@̶ Suhu
@̶ Kelembaban
@̶ Kekeringan
@̶ Tekstur kulit ( kasar atau halus )
@̶ Lesi
@̶ Vaskularitas
@̶ Mobilitas
@̶ Kondisi kuku dan rambut
@̶ Turgor kulit
@̶ Edema
@̶ Elastisitas kulit
1.8.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Pengumpulan informasi identitas pasien yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur,
alamat, agama, suku, pendidikan, dan diagnosa medis, serta pengumpulan informasi identitas
penanggung jawab yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat, agama, suku, pendidikan,
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
@̶ Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama
pada malam hari.
@̶ Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan
akibat rasa gatal yang sangat hebat.
@̶ Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi
@̶ Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami atau tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan
@̶ Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, pasien biasa membeli obat di toko obat terdeat atau apabila tidak terjadi
perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
@̶ Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian, Eliminasi,
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
@̶ Pola istirahat tidur
Biasanya pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada
malam hari.
@̶ Pola nutrisi metabolik
Apakah terdapat gangguan dalam nutrisi metabolik pada pasien.
@̶ Pola eleminasi
Bagaimana pola eleminasi pasien sebelum dan saat sakit apakah terdapat gangguan dalam
pola eleminasi, kaji konsistensi feses, warna dan bau khas urine.
@̶ Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
@̶ Pola peran hubungan
Meliputi status perkawinan, pekerjaan, kualitas aktivitas, sistem dukungan : istri dan anaknya.
@̶ Pola nilai dan kepercayaan
Kepercayaan yang pasien anut dan frekuensi ibadah yang dilakukan oleh pasien.
@̶ Pola konsep diri
Meliputi harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, peran diri.
@̶ Pola seksual reproduksi
Apakah terjadi gangguan pola seksual reproduksi pada pasien.
@̶ Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, kehilangan atau perubahan yang terjadi
misalnya perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
pandangan pasien terhadap masa depan misalnya apakah pasien optimis untuk sembuh.
d. Pemeriksaan fisik
@̶ Tanda-tanda vital :
Meliputi pengukuran suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan.
@̶ Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien dari
komposmentis apatis, samnolen, delirium, sopor, dan koma.
@̶ Pemeriksaan Head to Toe :
Meliputi kulit dan rambut, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah.
@̶ Pemeriksaan pada kulit dan rambut meliputi inspeksi warna kulit, suhu, kelembaban,
kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas,mobilitas, kondisi kuku
dan rambut, turgor kulit, edema, elastisitas kulit, warna rambut.
@̶ Pemeriksaan pada kepala meliputi inspeksi kesimetrisan dan bentuk kepala, serta
palpasi adanya nyeri tekan.
@̶ Pemeriksaan mata, inspeksi bentuk boola mata, kesimetrisan, sklera berwarna putih,
konjungtiva berwarna merah muda.
@̶ Pemeriksaan telinga meliputi inspeksi ukuran dan kesimetrisan telinga, kebersihan
telinga ( luar-dalam ), serta palpasi adanya benjolan pada telinga.
@̶ Pemeriksaan hidung, inspeksi kesimetrisan, adanya lesi dan secret, serta palpasi
adanya benjolan.
@̶ Pemeriksaan mulut, inspeksi bentuk dan kesimetrisan mulut, kebersihan lidah dan
gigi, uji reflek mengunyah.
@̶ Pemeriksaan leher, inspeksi bentuk dan adanya pembesaran kelenjar tiroid, serta
palpasi adanya bejolan dan refleks menelan ( adanya nyeri menelan ).
@̶ Pemeriksaan dada, pada paru-paru inspeksi kesimetrisan paru, palpasi getaran focal
femitus sama antara kanan dan kiri, perkusi dan auskultasi.
@̶ Pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk dan kesimetrisan abdomen, warna kulit,
auskultasi bising usus, perkusi dan palpasi adanya massa dan nyeri tekan.
@̶ Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, meliputi inspeksi warna kulit, kelembapan,
palpasi adanya varises, uji reflek bisep dan trisep, postur tubuh, cara berjalan pasien.
1.9 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, nimfa atau skibala (
butiran feses ) scabies. Cara menemukan tungau
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan
lhat dengan mikroskop cahaya.
b. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
c. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan dua jari kemudian buat irisa tipis
dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
d. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
1.10 Penatalaksanaan
1.10.1 Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep yang
dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang tersedia di pasaran.
Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain : tidak berbau, efektif terhadap semua
stadium kutu ( telur, larva maupun kutu dewasa ), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah
diperoleh dan murah harganya.
a. Sistemik
@̶ Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0.34
mg/kg BB 3 x sehari.
@̶ Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.
b. Topikal
Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
@̶ Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau
tak sedap ( belerang ), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan
penggunaannya harus lebih dari tiga hari berturut-turut.
@̶ Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama tiga hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit.
@̶ Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah
digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita
hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf
pusat ( SSP ). Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat diulang satu
minggu kemudian bila belum sembuh.
@̶ Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek anti skabies, juga bersifat
anti gatal.
@̶ Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik.
Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung sampai
sekitar empat minggu lamanya. Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau pun antihistamin
untuk mengatasinya.
1.10.2 Non-farmakologis (+Pencegahan)
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya
peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan dengan cara :
@̶ Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita
skabies ( yang dipakai dalam lima hari terakhir ), kemudian menjemurnya hingga kering.
Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhan mengenai hygiene
perorangan dan lingkungan.
@̶ Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
@̶ Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu skabies tidak hidup
disana.
1.11 Asuhan Keperawatan
BAB II
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL ( ARTRITIS RHEUMATOID )
2.1 Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin,
Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi ( Lemone & Burke, 2001 : 1248 ).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur ( Felson dalam Budi Darmojo, 1999 ).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 )
2.2 Etiologi
Penyebab pasti rheumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari
faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus ( Lemone & Burke, 2001 ).
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan
mengenai penyebab artritis rheumatoid, yaitu :
a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus
dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.
2.3 Manifestasi Klinis
Pola karakteristik dari persendian yang terkena
a. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.
b. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang
belakang serviks, dan temporomandibular.
c. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.
d. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit.
e. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular
a. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia
b. Fenomena Raynaud.
c. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan
subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:
a. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.
b. Nyeri dan paling parah kekakuan sendi yang dirasakan pada pagi hari.
c. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
d. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium.
Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau
peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari
tangan.
2.4 Patofisiologi
2.5 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid ( OAINS ) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
2.6 Kriteria Diagnostik
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar
pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala. Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
a. Kekakuan pagi hari ( sekurangnya 1 jam )
b. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
c. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
d. Arthritis yang simetris
e. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
f. Perubahan-perubahan radiologik ( erosi atau dekalsifikasi tulang )
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh
kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-
kurangnya enam minggu.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan rheumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi
penderita ( Lemone & Burke, 2001 ). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis
antara lain :
a. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan
proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik
untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.
c. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.
Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
d. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
e. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya
dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join
replacement untuk mengganti sendi.
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Pengumpulan informasi identitas pasien yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur,
alamat, agama, suku, pendidikan, dan diagnosa medis, serta pengumpulan informasi identitas
penanggung jawab yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat, agama, suku, pendidikan,
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
@̶ Keluhan utama
Pada pasien rheumatoid artrtis nyeri.
@̶ Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan nyeri dan paling parah kekakuan sendi yang dirasakan pada pagi
hari.
@̶ Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rumah Sakit sebelumnya atau tidak.
@̶ Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang pasien alami atau tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan
@̶ Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien pasien biasa membeli obat di toko obat terdeat atauapabila tidak terjadi
perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
@̶ Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian, Eliminasi,
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
@̶ Pola istirahat tidur
Bagaimana pola istirahat pasien sebelum dan saat sakit, apakah terjadi gangguan pola
istirahat.
@̶ Pola nutrisi metabolik
Apakah terjadi gangguan pola nutrisi pada pasien.
@̶ Pola eliminasi
Bagaimana pola eliminasi sebelum dan saat pasien sakit, konsistensi feses, warna dan bau
khas urine.
@̶ Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
@̶ Pola peran hubungan
Meliputi status perkawinan, pekerjaan, kualitas aktivitas :sebelum sakit klien rajin ke sawah
untuk menggarap sawahnya, sistem dukungan : istri dan anaknya.
@̶ Pola nilai dan kepercayaan
Kepercayaan yang pasien anut dan frekuensi ibadah yang dilakukan oleh pasien.
@̶ Pola konsep diri
Meliputi harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, peran diri.
@̶ Pola seksual reproduksi
Apakah terjadi gangguan pola seksual reproduksi pada pasien.
@̶ Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, kehilangan atau perubahan yang terjadi
misalnya perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
pandangan pasien terhadap masa depan misalnya apakah pasien optimis untuk sembuh.
d. Pemeriksaan fisik
@̶ Tanda-tanda vital :
Meliputi pengukuran suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan.
@̶ Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari
komposmentis apatis, samnolen, delirium, sopor, dan koma.
@̶ Pemeriksaan Head to Toe :
Meliputi kulit dan rambut, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah.
@̶ Pemeriksaan pada kulit dan rambut meliputi inspeksi warna kulit, suhu, kelembaban,
kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas,mobilitas, kondisi kuku
dan rambut, turgor kulit, edema, elastisitas kulit, warna rambut.
@̶ Pemeriksaan pada kepala meliputi inspeksi kesimetrisan dan bentuk kepala, serta
palpasi adanya nyeri tekan.
@̶ Pemeriksaan mata, inspeksi bentuk boola mata, kesimetrisan, sklera berwarna putih,
konjungtiva berwarna merah muda.
@̶ Pemeriksaan telinga meliputi inspeksi ukuran dan kesimetrisan telinga, kebersihan
telinga ( luar-dalam ), serta palpasi adanya benjolan pada telinga.
@̶ Pemeriksaan hidung, inspeksi kesimetrisan, adanya lesi dan secret, serta palpasi
adanya benjolan.
@̶ Pemeriksaan mulut, inspeksi bentuk dan kesimetrisan mulut, kebersihan lidah dan
gigi, uji reflek mengunyah.
@̶ Pemeriksaan leher, inspeksi bentuk dan adanya pembesaran kelenjar tiroid, serta
palpasi adanya bejolan dan refleks menelan ( adanya nyeri menelan ).
@̶ Pemeriksaan dada, pada paru-paru inspeksi kesimetrisan paru, palpasi getaran focal
femitus sama antara kanan dan kiri, perkusi dan auskultasi.
@̶ Pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk dan kesimetrisan abdomen, warna kulit,
auskultasi bising usus, perkusi dan palpasi adanya massa dan nyeri tekan.
@̶ Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, meliputi inspeksi warna kulit, kelembapan,
palpasi adanya varises, uji reflek bisep dan trisep, postur tubuh ( lordosis, kifosis, dan
skoliosis ), cara berjalan.
e. Pemeriksaan Diagnostik
@̶ Laboratorium ( Kalsium, posfor, LED, LEE dll )
@̶ Radiography ( Rontgen, CT Scan, MRI, Myelogram, EMG, Radionuklir, dan Biopsi tulang )
2.8.2 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DO :
- Tekanan darah
140/80 mmHg
- RR : 26x/mnt
- Nadi : 120x/mnt
- S : 38,50 c
DS :
- Klien mengaku lesu
- klien mengaku
nafsu makan
menurun
- klien mengeluh
lutut kaku dan nyeri
pada waktu sendi
digerakan
Penekanan daerah local
hipotalamus
keluarnya mediator kimia
Proses inflamasi
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
DO :
- Lutut tampak
bengkak dan
merah
- terdapat benjolan (
nodule
subcutaneous )
pada bagian bawah
siku ( bursa
olekranon ).
DS :
- pasien mengeluh
kaku pada
persendiaannya.
- nyeri pada waktu
memulai
menggerakan sendi
lutut
-sakit terutama pada
saat diluruskan
Hambatan nutrisi pada kartilago
artikularis
Kartilago nekrosis
Erosi Kartilago
Adhesi pd permukaan sendi
Ankilosis fibrosa
Kekakuan sendi
Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobitas fisik
DO :
- lutut tampak
bengkak dan
merah
- terdapat benjolan (
nodule
subcutaneous )
pada bagian bawah
siku ( bursa
olekranon ).
DS :
- klien mengatakan
pasien malu
dengan adanya
benjolan dan
kemerahan pada
lututnya
Synovial menebal
pannus
nodul
Deformitas sendi
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DO :
- pasien tampak
kotor dan berbau
tidak sedap
- pasien tdak bisa
memenuhi personal
hyegine
DS :
- pasien mengatakan
bahwa pasien tidak
mampu untuk
memenuhi personal
hyegine
Adhesi pd permukaan sendi
Ankilosis fibrosa
Kekakuan sendi
Terbatasnya gerakan sendi
Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri
DO :
- pasien tampak
gelisah
- pasien tampak
melamun
DS :
- pasien mengatakan
takut jika
penyakitnya tidak
dapat disembuhkan
Reaksi peradangan
Nyeri
Kurang informasi tentang
penyakit
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
2.8.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit.
2.8.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan
dengan agen
pencedera, distensi
jaringan oleh
akumulasi cairan/
proses inflamasi,
destruksi sendi.
Setelah dilakukan
tindakan selama 2x24 jam
nyeri berkurang, dengan
kriteria hasil :
a. Nyeri hilang/ terkontrol
b. Terlihat rileks, dapat
tidur/beristirahat dan
berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai
kemampuan.
c. Mengikuti program
farmakologis yang
diresepkan.
d. Menggabungkan
keterampilan relaksasi
dan aktivitas hiburan
ke dalam program
pengontrolan nyeri.
1) Kaji Skala nyeri,
keluhan nyeri, catat
lokasi.
2) Berikan matras/
kasur keras, bantal
kecil, Tinggikan
linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
3) Anjurkan pasien
untuk sering
mengubah posisi.
4) Anjurkan pasien
untuk mandi air
hangat atau mandi
pancuran pada
waktu bangun
dan/atau pada
waktu sebelum tidur.
5) Kolaborasi
pemberian obat-
obatan sesuai
petunjuk.
1) Membantu dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri
dan keefektifan
program.
2) Matras yang lembut/
empuk, bantal yang
besar akan
mencegah
pemeliharaan
kesejajaran tubuh
yang tepat,
menempatkan stress
pada sendi yang
sakit. Peninggian
linen tempat tidur
menurunkan tekanan
pada sendi yang
terinflamasi.
3) Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
4) Panas meningkatkan
relaksasi otot, dan
mobilitas,
menurunkan rasa
sakit dan
melepaskan
kekakuan di pagi
hari.
5) Sebagai anti
inflamasi dan efek
analgesik ringan
dalam mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan
mobilitas.
2. Gangguan
mobilitas fisik
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1) Kaji aktifitas klien. 1) Melihat kemampuan
berhubungan
dengan deformitas
skeletal,
nyeri, penurunan
kekuatan otot
selama 2x24 jam
gangguan mobilitas fisik
tidak terjadi, dengan
kriteria hasil :
a. Mempertahankan
fungsi posisi dengan
tidak
hadirnya/pembatasan
kontraktur.
b. Mempertahankan
ataupun
meningkatkan
kekuatan dan fungsi
dari dan/atau
kompensasi bagian
tubuh.
c. Mendemonstrasikan
tehnik/perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas
2) Pertahankan
istirahat tirah baring/
duduk jika
diperlukan
jadwalkan aktivitas
untuk memberikan
periode istirahat
yang terus menerus
dan tidur malam hari
yang tidak
terganggu.
3) Bantu dengan
rentang gerak
aktif/pasif.
4) Posisikan dengan
bantal, kantung
pasir, gulungan
trokanter, bebat,
brace.
5) Gunakan bantal
kecil/tipis di bawah
leher.
6) Dorong pasien
mempertahankan
postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
7) Kolaborasi: berikan
obat-obatan sesuai
indikasi.
mobilisasi klien.
2) Istirahat sistemik
dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit
yang penting untuk
mencegah kelelahan
mempertahankan
kekuatan.
3) Mempertahankan/
meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot
dan stamina umum.
4) Mencegah fleksi
leher.
5) Memaksimalkan
fungsi sendi dan
mempertahankan
mobilitas.
6) Mungkin dibutuhkan
untuk menekan
sistem inflamasi
akut.
7) Membantu proses
penyembuhan
pasien.
3. Gangguan Citra
Tubuh
berhubungan
dengan perubahan
kemampuan untuk
melaksanakan,
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
gangguan citra tubuh
tidak terjadi, dengan
kriteria hasil :
1) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
mengenai masalah
tentang proses
penyakit, harapan
1) Guna menentukan
manajemen
selanjutnya yang
tepat dalam
mengatasi maslah
yang dihadapi oleh
ketidakseimbangan
mobilitas.
a. Mengungkapkan
peningkatan rasa
percaya diri dalam
kemampuan untuk
menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya
hidup, dan
kemungkinan
keterbatasan.
b. Menyusun rencana
realistis untuk masa
depan.
masa depan.
2) Diskusikan arti dari
kehilangan/
perubahan pada
pasien/orang
terdekat.
3) Diskusikan persepsi
pasien mengenai
bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan.
4) Bantu dalam
kebutuhan
perawatan yang
diperlukan.
5) Kolaborasi: Rujuk
pada konseling
psikiatri, misal:
perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
pasien.
2) Berikan kesempatan
untuk
mengidentifikasi
rasa takut/
kesalahan konsep
dan menghadapinya
secara langsung.
3) Mengidentifikasi
bagaimana penyakit
mempengaruhi
persepsi diri dan
interaksi dengan
orang lain akan
menentukan
kebutuhan terhadap
intervensi/ konseling
lebih lanjut.
4) Mempertahankan
penampilan yang
dapat meningkatkan
citra diri).
5) Pasien/orang
terdekat mungkin
membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka
panjang/
ketidakmampuan
4. Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan kerusakan
musculoskeletal.
Setelah dilakukan
tindakan selam 2x24 jam
defisit perawatan diri tidak
terjadi ditandai dengan
kriteria hasil :
a. Melaksanakan
aktivitas perawatan
1) Diskusikan tingkat
fungsi umum ( 0-4 )
sebelum timbul
awitan/ eksaserbasi
penyakit dan
potensial perubahan
yang sekarang
1) Mungkin dapat
melanjutkan aktivitas
umum dengan
melakukan adaptasi
yang diperlukan
pada keterbatasan
saat ini.
diri pada tingkat
yang konsisten
dengan kemampuan
individual.
b. Mendemonstrasikan
perubahan teknik/
gaya hidup untuk
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri.
c. Mengidentifikasi
sumber-sumber
pribadi/ komunitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri.
diantisipasi.
2) Pertahankan
mobilitas.
3) Kolaborasi: Konsul
dengan ahli terapi
okupasi
4) Kolaborasi: Atur
evaluasi kesehatan
di rumah sebelum
pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
2) Mendukung
kemandirian
fisik/emosional.
3) Berguna untuk
menentukan alat
bantu untuk
memenuhi
kebutuhan individual.
4) Mengidentifikasi
masalah-masalah
yang mungkin
dihadapi karena
tingkat kemampuan
actual.
BAB III
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN ( CA BULLI )
3.1
Patofisiologi
Zat karsinogenik infeksi kronik
ChromiumNikel
Merusak
heterokromatin
menginaktifkan gen
…..tumor
membentuk
radikal bebas
kerusakan DNA sel
>saturasi urine + > produksi matrik
inhibitor
cristalisasi
agregrasi membesar
terjebak di kandung kemih
tumbuh membesar
formulasi batu
peningkatan
tekanan kandung
kemih
peningkatan reflek miksi
frequency meningkat
gangguan eliminasi urinaris
penekanan kandung
kemih
keluarnya
mediator kimia
merangsang
hypothalamus
nyeri
ulserasi
infeksi
sekunder
panas sewaktu kencing
dan hematuria
pertumbuhan sel yang abnormal
papiloma yang kecil dan benigna
penggunaan energy terfokus pada
mitosis sel TUMOR
vit b12, asam folat dipakai poliferasi
DNA abnormal
penurunan nutrisi
ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Ansietas Keluarnya enzim
renin
Mengaktifkan angiotensin
1
Mengeluarkan hormone Aldosterone
Mengeluarkan hormone ADH
Menurunkan TD Meningkatkan TD
Hipermetaboli
k
Resiko kekurangan
volume cairan
mengubah angiotensin 2