laporan lateks 1111
TRANSCRIPT
LAPORAN
ANALISA MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
NAMA : SIGIT SATRIA PUTRA
NIM : 121710101111
KELAS : THP - C
KELOMPOK/SHIFT : 2/C2
ACARA : Pengolahan Lateks
TGL PRAKTIKUM : 26 oktober 2013
TGL LAPORAN : 3 Desember 2013
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat baik untuk
lingkup internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara.
Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang
dihasilkan kurang memuaskan. Hal tersebut disebabkan teknologi pengolahan karet
yang masih seadanya.
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari
pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks
mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri.
Karet alam dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat.
Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya yang
masih sangat sederhana. Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena
makin meningkat produksi karet sintetis misal butyl tubber (BR) dan lain-lain.
Dalam teknologi pengolahannya lateks dapat dijadikan berbagai macam
produk yang sangat berguna diantaranya karet sheet, crepe, dan lateks pekat. Dimana
dalam pengolahannya terdapat langkah yang berbeda- beda untuk setiap produk karet
tersebut. Dalam praktikum ini akan dilakukan beberapa kegiatan terkait dengan
teknologi pengolahan karet, faktor – faktor yang mempengaruhi untuk
mengendalikan mutu dari karet.
1.2. Tujuan Praktikum
1.1.1 Umum
Memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian
proses dan mutu yang dihasilkan.
1.1.2 Khusus
1. Menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang
dihasilkan
2. Menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam, yaitu karet
sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3. Menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crep, lateks
pekat dan crumb rubber
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Karet dan Klasifikasinya
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon
karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah
percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di
Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga
sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman
karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah
menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua
negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan
sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer.
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai
wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah
tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari
penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet),
bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku
industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk
bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,
komponen, dan sebagainya ( Habibi, 2009 ).
2.2. Pengertian Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.2.1 Lateks Segar
Lateks karet alam secara umum didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari
pembuluh lateks bila dilukai. Lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang
mempunyai banyak inti sel (multinukleotida). Oleh sebab itu lateks sebenarnya adalah
protoplasma. Lateks sewaktu keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan
steril, tetapi kemudian tercemar oleh mikroorganisme dari lingkungannya ( Djumarti,
2010 ).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet
yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam
zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. Lateks sendiri sebenarnya adalah
semacam getah yang dihasilkan oleh tanaman karet (Hevea brasiliensis).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan
dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF
karena terjadi koagulasi ( Goutara, 1985 ).
2.1.2 Lateks Pekat
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dibuat dengan
proses tertentu. Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan empat cara
yaitu: sentrifugasi, pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Diantara keempat
cara tersebut sentrifugasi dan pendadihan merupakan cara yang telah dikembangkan
secara komersial sejak lama.
Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi dilakukan menggunakan
sentrifuge berkecepatan 6000-7000 rpm. Lateks yang dimasukkan kedalam alat
sentrifugasi (separator) akan mengalami pemutaran yaitu gaya sentripetal dan gaya
sentrifugal. Gaya sentrifugal tersebut jauh lebih besar daripada percepatan gaya berat
dan gerak brown sehingga akan terjadi pemisahan partikel karet dengan serum.
Bagian serum yang mempunyai rapat jenis besar akan terlempar ke bagian luar
(lateks skim) dan partikel karet akan terkumpul pada bagian pusat alat sentrifugasi.
Lateks pekat ini mengandung karet kering 60%, sedangkan lateks skimnya
masih mengandung karet kering antara 3-8% dengan rapat jenis sekitar 1,02 g/cm3.
Pemekatan lateks dengan cara pendadihan memerlukan bahan pendadih seperti
Natrium atau amonium alginat, gum tragacant, methyl cellulosa, carboxy
methylcellulosa dan tepung iles-iles. Adanya bahan pendadih menyebabkan partikel-
partikel karet akan membentuk rantai-rantai menjadi butiran yang garis tengahnya
lebih besar. Perbedaan rapat jenis antara butir karet dan serum menyebabkan partikel
karet yang mempunyai rapat jenis lebih kecil dari serum akan bergerak keatas untuk
membentuk lapisan, sedang yang dibawah adalah serum.
2.3 Sifat Fisik dan kimia Lateks
Karet alam mengandung seratus persen cis,-1,4-poliisoprena,yang terdiri dari
rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti yang
diilustrasikan oleh tabel berikut.
Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tabel berikut,
Sumber : Dipetik dan dikompilasi dari Morton,M.Rubber technology. Edisi ke3. NewYork Van Nostrand Reinhold,1987.
Tabel tersebut secara singkat menjelaskan mengenai sifat-sifat dari karet alam dan
menunjukkkan komposisi lateks segar.(Surya,2006)
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda
dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat
elastis(rubberines). Namun bahan-bahan itu berbeda sifat dasarnya misalnya
kekuatan tensil,daya ulur maksimusm, daya lentur(resilience) dan terutama pada
proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Karet alam merupakan
suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan produksi karet alam sangat
terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk karet-karet benang,
adapun sifat-sifatnya adalah:
-Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil
-Dapat dibentuk dengan panas yang rendah
-Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik seperti
oksidasi Dan ozon
-Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti Bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelumat sintetis dan cairan
hidrolik
-Daya tahan sangat tinggi.(Spillane,1989)
Lateks pekat merupakan jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat
melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau
centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-
bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi (Suharto.1978).
Standar mutu lateks pekat
2.4 Manfaat Lateks
Karet alam banyak digunakan dalam berbagai industri. Umumnya alat-alat yang
dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam
usaha industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam
antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin
kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat
atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Umumnya alat-alat yang
dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam
usaha industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam
antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin
kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Karet juga bisa
dipakai untuk tahanan dudukan mesin serta dipasang pada pintu, kaca pintu, kaca
mobil, dan pada alat-alat lainnya (Nopianto,2009). Dalam aplikasinya bahan karet
yang diperbuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis, dan tidak
menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas mesin. Sambungan
pipa minyak,pipa air, pipa udara banyak juga yang menggunakan bahan baku karet,
walaupun kiniada yang menggunakan bahan plastik.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Pipet ukur
- Beaker glass
- Spatula
- Saringan
- Botol plastik tempat lateks segar
- Penangas / hot plate
- Neraca analitik
3.1.2 Bahan
- Lateks segar
- Asam format 1%
- Asam asetat 1%
- CMC 1%
- Air
@100 ml lateks segar
Timbang dalam beaker glass (a gram)
+ asam format 1% (10ml) + asam asetat 1% (10ml)
Pemanasan dan pengadukan (hingga menggumpal)
Pengepresan
Keringkan permukaan karet
Timbang sebagai b gram (Hitung Fp dan KKK
100 ml lateks segar
Penyaringan
Penentuan KK dan KE
Penambahan air sesuai Perhitungan
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
3.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
@100 ml lateks segar
Penyaringan
@ + amoniak 0,5 ml
+ 5 ml CMC 1% + 6 ml CMC 1% + 7 ml CMC 1%
Pengadukan dan Biarkan 4,5,6 hari
Amati tekstur, KKK, aroma dan warna
3.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-
sifat Lateks Pekat
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan Berat BG (gr) Berat BG +
lateks segar
(gr)
Berat a (gr) Berat b (gr)
Penambahan
Asam Format
201,5 299 97,5 37,72
Penambahan
Asam Asetat
205,5 300 94,5 33,5
4.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan KKK KE N
Lateks A 37,72 15 100
Lateks B 33,501 15 100
4.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-
sifat Lateks Pekat
a) Shift C1
Perlakuan Warna Aroma
CMC 5 ml
CMC 6 ml
CMC 7 ml
++++
++
+++
+++++
+++
++++
Keterangan : Warna semakin + maka semakin gelap
Aroma semakin + maka semakin menyengat
Perlakuan a gram b gram
CMC 5 ml
CMC 6 ml
CMC 7 ml
97,72
98,31
98,53
30,01
29,22
28,19
b) Shift C2
Perlakuan Warna Aroma
CMC 5 ml
CMC 6 ml
CMC 7 ml
++++
+++
++
+++
++++
++
Keterangan : Warna semakin + maka semakin gelap
Aroma semakin + maka semakin menyengat
Perlakuan a gram b gram
CMC 5 ml
CMC 6 ml
CMC 7 ml
98,82
97,07
98,65
28,73
27,31
26,97
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan FP (%) KKK (%)
Penambahan Asam 70,4 28,79
Format
Penambahan Asam
Asetat
69,3 29,29
4.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan KKK KE N AT
Lateks A 28,79 15 100 91,93 ml
Lateks B 29,29 15 100 95,27 ml
4.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-
sifat Lateks Pekat
a) Shift C1
Perlakuan a gram b gram FP KKK
CMC 5 ml
CMC 6 ml
CMC 7 ml
97,72
98,31
98,53
30,01
29,22
28,19
69,28%
70,27%
71,38%
30,001%
29,198%
28,180%
b) Shift C2
Perlakuan a gram b gram FP KKK
CMC 5 ml
CMC 6 ml
98,82
97,07
28,73
27,31
70,9%
71,86%
28,76%
25,34%
CMC 7 ml 98,65 26,97 72,66% 26,97%
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, dan CMC
5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Penggunaan asam didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam
menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk
menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau
berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik
sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan
pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan
mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur
dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan
atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat ( Zuhra, 2006 ).
5.1.2 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil.
Oleh karena itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang
baru. Tingkat kestabilan yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam
periode waktu satu malam. Satu bagian atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam
CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (-CH2COONa). Kelarutan CMC
dipengaruhi oleh derajat substitusinya (DS). Karboksimetilselulosa dengan DS lebih
kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali, sedangkan pada DS lebih besar dari
0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC memiliki DS maksimal
tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil yang dapat
digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.2 Fungsi Perlakuan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dimana untuk penentuan kadar karet
kering (KKK) dan pengenceran lateks dan pengaruh penambahan bahan dadih. Dalam
perhitungan KKK, digunakan 100 ml lateks segar dalam beaker glass dan ditambah
masing – masing dengan asam asetat 1 % sebanyak 10 ml dan asam format 1 %
sebanyak 10 ml tujuannya untuk menggumpalkan lateks. Lalu lateks tersebut
dipanaskan hingga menggumpal, tujuan dari pemanasan yaitu untuk mempercepat
proses penggumpalan karena pada proses ini kandungan air juga akan menguap.
Setelah itu dilakukan penggilingan untuk memperbesar luas permukaan agar mudah
dikeringkan, setelah itu dikeringanginkan. Selanjutnya ditimbang berat basahnya
sebagai a gram, kemudian di oven pada suhu 50oC selama 1 hari tujuannya untuk
menghilangkan air pada lembaran lateks tersebut agar diperoleh lateks yang benar –
benar kering. Setelah itu ditimbang berat keringnya sebagai b gram. Kemudian
dihitung faktor pengeringnya dan KKK-nya serta diamati pula aroma, tekstur, dan
warnanya. Perhitungan untuk penentuan KKK didapatkan untuk presentase faktor
pengeringan dan persentase KKK berbanding terbalik. Semakin besar faktor
pengeringan maka semakin kecil nilai KKK.
Sedangkan dalam pengenceran lateks, pertama – tama yang dilakukan adalah
200 ml lateks segar disaring tujuannya untuk memperoleh filtrat yang murni dari
lateks tanpa ada campuran dari komponen – komponen lain. sebelum di encerkan
ditentukan terlebih dahulu KK dan KE ( kadar karet yang diinginkan ) sesuai dengan
acara 1, selanjutnya tambahkan air ke dalam lateks segar tersebut sesuai hasil
perhitungan rumus pengenceran yaitu :
AT=KK −KE× N literKE
Sedangkan untuk percobaan pengaruh penambahan bahan dadih,
perlakuannya pertama –tama 300 ml lateks disaring untuk memperoleh filtrat lateks
yang benar – benar murni, kemudian lateks tersebut ditambahkan larutan CMC 1%
sebagai bahan penstabil sebanyak 7 ml lalu diaduk tujuannya untuk memperoleh
lateks pekat. Kemudian lateks tersebut didiamkan selama 4, 7, dan 8 hari tujuannya
untuk mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap nilai KKK lateks dan
sifat organoleptik lainnya.
5.3 Analisa Data
5.4.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan nilai KKK pada perlakuan
penambahan asam format 1%, sebesar 37,72% dengan FP 61,313%. Sedangkan pada
penambahan asam asetat 1% didapatkan nilai KKK sebesar 33,501% dengan FP
64,550%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai KKK pada penambahan
asam format lebih besar dari pada penambahan asam asetat, hal ini berarti mekanisme
asam format dalam mengkoagulasi lateks itu lebih baik dibandingkan asam asetat.
Pengepresan dengan tekanan dan waktu pengepresan pada praktikum ini tidak
ditentukan sehingga kadar air yang terkandung dari karet hasil pengeringan tidak
sama satu dengan yang lain, sehingga berat basahnya berbeda. Perbedaan berat basah
tersebut menghasilkan nilai KKK yang berbeda. Selain itu semakin kecil FP maka
KKK akan semakin besar.
5.3.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Dari hasil pengamatan dan perhitungan pada acara pengenceran lateks
A(penambahan asam format)diketahui nilai KKK sebesar 37,72 dan nilai KE 15%
dan jumlah liter lateks segar(N) sebesar 100 sedangkan pengenceran lateks
B(penambahan asam asetat)diketahui nilai KKK sebesar 33,501 dan nilai KE 15%
dan jumlah liter lateks segar(N) sebesar 100.
5.3.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-
sifat Lateks Segar
Dari hasil pengamatan terhadap penambahan CMC 5 diketahui bahwa pada viskositas
hari ke-4 sebesar 30, hari ke-5 sebesar 14, dan hari ke-6 sebesar 11. Untuk
penambahan CMC 6 ml didapatkan nilai viskositas pada hari ke-4 sebesar 60, hari ke-
5 sebesar 34, dan hari ke-6 sebesar 12. Sedangkan untuk penambahan CMC 7 ml
didapatkan hasil viskositas pada hari ke-4 sebesar 9, hari ke-5 sebesar 10, dan hari ke-
6 sebesar 5. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu
penyimpanan ( pendiaman ) semakin besar pula nilai KKK-nya. Hal ini sudah benar
karena semakin lama penyimpanan, air yang menguap dari lateks itu juga semakin
banyak sehingga diperoleh kadar karet kering yang semakin besar pula. Untuk
pengamatan sifat organoleptiknya, untuk warna semakin lama waktu penyimpanan
warnanya semakin gelap hal ini disebabkan karena selama penyimpanan terjadi reaksi
maillard. Untuk aroma, semakin lama waktu penyimpanan aromanya semakin
menyengat karena komponen senyawa volatilnya banyak yang menguap. Untuk
tekstur, semakin lama waktu penyimpanan teksturnya semakin kenyal karena larutan
CMC yang digunakan juga semakin menstabilkan lateks tersebut sehingga
keelastisannya terjaga.
Dari pengamatan terhadap pengaruh penambahan cmc terhadap warna
didapatkan hasil pada penambahan CMC 5 ml pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara
berturut-turut +1, +2, dan +3. Pada penambahan CMC 6 ml didapatkan hasil pada
hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +3, +3, dan +4. Sedangkan pada
penambahan CMC 7 ml didapatkan hasil pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara
berturut-turut +2, +4, dan +5. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin gelap, hal ini disebabkan
karena saat penyimpanan dimungkinkan terjadi kontak dengan udara pada senyawa
yang terdapat pada lateks sehingga terjadi proses oksidasi dan menyebabkan warna
lateks menjadi coklat atau warnanya menjadi lebih gelap. Selain itu banyaknya
komponen pada karet yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga
dapat menyebabkan perubahan warna pada karet.
Dari pengamatan terhadap aroma untuk penambahan CMC 5 ml didiketahui
pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +3, dan +4, untuk
penambahan CMC 6 ml didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-
turut +3, +4, dan +5, dan untuk penambahan CMC 7 ml didapatkan pada hari ke-4,
ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +1, +5, dan +6. Dari data tersebut didaptkan
bahwa semakin lama penyimpanan maka aroma lateks menjadi semakin menyengat.
Hal ini dikarenakan serum C yang mengandung zat yang terlarut yaitu asam amino,
karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat
terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari
pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air.
Tahapan pengolahan karet secara umum : penerimaan lateks kebun,
pengenceran, pengenceran, penggilingan, pengasapan, dan sortasi.
Penentuan nilai KKK dilakukan dengan tujuan antara lain: untuk
penentuan upah penyadapan lateks, untuk menentukan jumlah air pada waktu
pengenceran lateks, penyadap lateks tidak mungkin mencampuri lateks
dengan air.
Sedangkan tujuan dari pengenceran lateks antaralain: penyeragaman kadar
karet kering (KKK) sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap,
mempermudah meratanya koagulans yang dibutuhkan untuk proses koagulasi,
memudahkan pemisahan lateks dengan kotoran atau penyaringan.
Mekanisme koagulasi lateks dengan penambahan asam adalah ion H+ akan
bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk
menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.
Pada perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam asetat secara
berturut-turut adalah 37,72% dan 33,501%. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan asam format sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada
penambahan asam asetat karena KKKnya lebih besar.Berdasarkan hasil
tersebut diketahui bahwa nilai KKK pada penambahan asam format lebih
besar dari pada penambahan asam asetat, hal ini berarti mekanisme asam
format dalam mengkoagulasi lateks itu lebih baik dibandingkan asam asetat.
Untuk pengenceran lateks, Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui
seberapa banyak air yang dibutuhkan berdasarkan jumlah lateks yang akan
diencerkan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai AT 25.046,66 ml untuk
penambahan asam format.
KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 5 hari dengan KKK sebesar 30,001%.
Ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar
dan mutu karet akan semakin baik.
6.2 Saran
1.Sebaiknya waktu dan proses praktikum sebaiknya lebih dioptimalkan.
2.Penyampaian metode dan skema kerja sebaiknya lebih dioptimalkan.
3.Terimakasih untuk kakak-kakak asisten(ありがとうございました).
DAFTAR PUSTAKA
Djumarti. 2010. Teknologi Pengolahan Lateks. Handout. Jember : FTP Unej
Goutara. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor : Fatemeta-IPB
Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT. Kinta.
Morton, M. 1987.Rubber Technology. 3 rd Edition. Van Nostrand
Reinhold, New. York.
Nopianto Eko. 2009 . Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan
Bogor.
Spillane, James J. 1989. : Komoditi karet : peranannya dalam perekonomian
Indonesia / James J. Spillane.Yogyakarta : Kanisius
Suharto.1978. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-
Universitas Sumatera Utara.
Zuhra. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan : Universitas Sumatera Utara
Lampiran
a. Perhitungan KKK Lateks Segar
Penambahan asam format
Fp ¿(a−b)
a x 100%
¿(97,5−37,72)
97,5x 100%
= 61,313 %
KKK = a-(fp x a)/100%
= 97,5-( 61,313 x 97,5)/100%
= 37,72%
Penambahan asam asetat
Fp ¿(a−b)
a x 100%
¿(94,5−33,5)
94,5x 100%
= 64,550 %
KKK = a-(fp x a)/100%
= 94,5( 64,550 x 94,5)/100%
= 33,501
b. Pengenceran lateks Pada pembuatan karet Sheet
Lateks a dengan penambahan asam format
AT ¿(KK−KE)
KE x N
= (37,72−15)
15 x 100
= 25.046,66
Lateks B dengan penambahan asam asetat
AT ¿(KK−KE)
KE x N
= (33,501−15)
15 x 100
= 22,234
c. Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat-
sifat lateks pekat
Shift 1
CMC 5 ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (30,001−97,72)
97,72 x 100%
= 69,28%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 97,72( 69,28 x 97,72)/100%
= 30,001
CMC 6ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (29,01−98,31)
98,31 x 100%
= 70,27%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 98,31( 70,27 x 98,31)/100%
= 29,198
CMC 7ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (28,19−98,53)
98,53 x 100%
= 71,38%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 98,53( 71,38 x 98,53)/100%
= 28,180%
Shift 2
CMC 5 ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (28,73−98,82)
98,82 x 100%
= 70,9%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 98,82( 70,9 x 98,82)/100%
= 28,76%
CMC 6ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (27,31−97,07)
97,07 x 100%
= 71,86%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 97,07( 71,86 x 97,07)/100%
= 25,34%
CMC 7ml
fp ¿(b−a)
a x 100%
= (26,97−98,65)
98,65 x 100%
= 72,66%
KKK = a-(fp x a)/100%
= 98,65( 72,66 x 98,65)/100%
= 26,97%