laporan lateks 2014

Upload: faranita-lutfia-normasari

Post on 02-Jun-2018

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    1/24

    Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan HuluPengolahan Lateks

    oleh:

    Faranita Lutfia Normasari 131710101029

    Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Universitas Jember

    2014

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    2/24

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    3/24

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakanag

    Lateks berasal dari sadapan pohon karet dengan cara melukai atau menggores

    pembuluh kayu. Banyak orang yang bersepsi bahwa lateks itu karet. Lateks

    merupakan suatu sistem koloid dimana terdapat partikel karet yang dilapisi oleh

    protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum. Lateks terdiri dari 25-45%

    hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan-bahan bukan karet. Komposisi

    karet bervariasi tergantung dari jenis klon, umur tanaman, iklim, sistem deres, dan

    kondisi tanah (Southron, 1968). Karet merupakan bahan polimer yang elastis dan

    sangat berguna dalam menghasilkan berbagai macam produk seperti kasur karet,

    bahan-bahan otomotif, bahan-bahan rumah tangga dan sebagainya. Sebelum

    produk ini dapat dihasilkan, karet mentah yang digunakan perlu diproses

    mengikuti prosedur tertentu agar karet mempunyai bentuk fisik dan sifat-sifat

    yang diperlukan dalam menghasilkan produk yang diinginkan (Spilane, 1989).

    Selain itu, lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan

    banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan,

    beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada

    tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh

    tersendiri, disebut pembuluh lateks (Anonima, 2014). Karet adalah polimer

    hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan (Anonimb,

    2013).

    Berdasarkan perbedaan kedua bahan tersebut dapat diketahui bahwa, berbeda

    pula penggunaanya dan proses pengolahannya. Lateks ini apabila berasal dari

    perkebunan rakyat akan diolah menjadi BOKAR (Bahan Olahan Karet Rakyat)

    yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam bahan baku pembuatan barang jadi

    seperti sarung tangan (medis, bedah, industri), balon, dan dot bayi. Akan tetapi,

    dikarenakn sistem pengolahannya yang masih sederhana, maka hasilnya pun

    kurang baik. Selain itu, pembuatan lateks pekat yang berasal dari lateks kebun

    merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menambah tingkat

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    4/24

    penghasilan petani. Karena dapat dijual kepada pihak industri yang kemudian

    akan dijadikan bahan baku barang jadi.

    Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana cara

    perhitungan KKK lateks yang baik dan standar yang baik untuk KKK dari lateks

    segar. Selain itu, juga untuk mengetahui cara pengenceran lateks yang baik dalam

    pembuatan karet sheet dan crepe. Serta mengetahui jenis pendadih atau pembeku

    dan teknik yang baik untuk menggumpalkan (pengolahan lateks) karet dalam

    lateks, sehingga daopat membantu meningkatkan cara pengolahan yang baik pada

    lateks yang dihasilkan oleh masyarakat dengan cara yang sederhana.

    1.2Tujuan

    1.2.1Umum

    Tujuan umum dari praktikum ini adalah diharapkan praktikan setelah

    mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat

    memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses

    serta mutu yang dihasilkan.

    1.2.2

    Khusus

    Adapun tujuan khusus dari praktikum lateks antara lain;

    1.

    Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet

    yang dihasilkan,

    2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam, yaitu

    karetsheet, crepe, lateks dan crumb rubber, dan

    3. Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe,

    lateks pekat, dan crumb rubber.

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    5/24

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Definisi dan Klasifikasi Tanaman Karet

    Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang

    bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya

    pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa

    diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah

    (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,

    bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan

    bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain (Purwanta dkk,

    2008). Berikut ini adalah klasifikasi botani tanaman karet menurut Cahyono

    (2010):

    Kingdom/Philum :Plantae (tumbuh-tumbuhan)

    Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

    Sub divisi :Angiospermae (biji berada dalam buah)

    Kelas :Dycotyledonae (biji berkepin dua)

    Ordo :Euphorbiales

    Famili :Euphorbiales

    Genus :Hevea

    Spesies :Hevea bransiliensis

    Menurut Nazaruddin dan Farry (1992), faktor-faktor yang sangat berpengaruh

    terhadap produktivitas karet adalah letak daerah terhadap lintang yang mencakup

    luasan antara 15oLU sampai 10oLS, besarnya curah hujan yaitu antara 2000-2500

    mm setahun, suhu harian rata-rata yang berkisar antar 25-30oC, ketinggian tempat

    dari permukaan laut yang biasanya dapat tumbuh baik pada ketinggian 1-600 m

    dari permukaan laut dan ontensitas sinar matahari selama 5-7 jam sehari.

    2.2Lateks Segar dan Pekat

    Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang

    dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan

    integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    6/24

    dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet, crepe, lateks

    pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu larutan koloid

    dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam suatu media yang

    banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang terkandung

    tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam

    air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat

    menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).

    Latek kebun (lateks segar) adalah getah yang baru disadap dengan kandungan

    karet kering (kkk) sekitar 30%. Lateks kebun ini umumnya sangat encer, jadi

    perlu dipekatkan lebih dahulu hingga kadar karet kering (kkk) sekitar 60%. Lateks

    yang telah mengalami kepekatan disebut dengan latek pekat. Berbagai persyaratan

    lateks pekat, antara lain:

    1.

    Dapat disaring dengan saringan 40 mesh,

    2.Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu,

    3.Tidak bercampur dengan bubur lateks, air atau serum lateks,

    4.

    Berwarna putih dan berbau karet segar, dan

    5.

    Mempunyai kadar karet kering berkisar antara 60-62%.

    Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan.

    Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi

    atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya

    penggumpalan pada kondisi yang diinginkan (Abi, 2008). Adapun faktor-faktor

    yang mempengaruhi kestabilan lateks antara lain:

    1.Adanya kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase air

    (serum), dan

    2.

    Adanya interaksi antara partikel-partikel itu sendiri.

    Di samping kedua faktor di atas, ada tiga faktor lain yang dapat menyebabkan

    sistem koloid partikel-partikel karet tetap stabil (Ompusunggu, 1989), yaitu:

    1.Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya

    tolak menolak antara dua atau lebih partikel karet tersebut,

    2.Adanya interaksi antara molekul air dengan partikel karet yang

    menghalangi terjadi penggabungan partikel-partikel karet tersebut, dan

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    7/24

    3.

    Energi bebas antara permukaan yang rendah.

    Lateks merupakan suatu koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang

    tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam macam

    zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning (Djumarti, 2013). Karet

    mempunyai sifat kenyal (elastic), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan

    viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32F karena

    terjadi koagulasi.

    2.3Manfaat dan Aplikasi Lateks

    Menurut Abednego (1979) lateks atau karet alam banyak digunakan dalam

    industri-industri barang, antara lain:

    1.Bahan mesin-mesin penggerak,

    2.

    Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat

    terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa

    karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam,

    3.

    Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung

    dan penahan getaran, misalnya shock absorbers,

    4.Bahan tahanan dudukan mesin,

    5.

    Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-

    alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus

    air,

    6.

    Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran,

    7.Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals

    banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang

    menggunakan bahan plastic,

    8.Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang

    air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus

    menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat,

    9.Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan

    permainan, serta

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    8/24

    10.

    Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat

    dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk

    besar, dan jeep.

    2.4Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Sifat Lateks

    Terdapat beberapa komponen bukan karet didalam lateks sangat

    mempengaruhi sifat lateks, ada yang berpengaruh buruk dan ada yang

    berpengaruh baik pada lateks. Berikut ini adalah komponen-komponen tersebut

    menurut Zahara (2005), antara lain:

    1.

    Protein

    Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar berkisar antara 1,0-1,5%

    (b/v) dan sekitar 20% dari protein tersebut teradsorbsi pada partikel karet, dan

    sebagian larut dalam serum. Protein yang teradsorbsi pada permukaan partikel

    karet berfungsi sebagai lapisan pelindung, dimana protein akan memberikan

    muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya

    interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan

    tetap stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein tersebut akan

    terurai sehingga lapisan pelindung partikel karet akan rusak dan terjadilah

    interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.

    2. Karbohidrat

    Karbohidrat yang terdapat dalam lateks adalah sukrosa, glukosa, galaktosa

    danfruktosa. Ini merupakan sumber energi dan media yang baik bagi

    pertumbuhanmikroorganisme, sebagai akibatnya akan terbentuk asam lemak.

    Asam lemak inimenurunkan kemantapan mekanik dan pH lateks. Jika pH berada

    pada titik isoeletrik maka lateks menggumpal. Untuk menghindarkan aktivitas

    mikroba biasanya ditambahkan bahan pengawet seperti amonia, natrium sulfit dan

    formaldehid.

    3. Ion-ion Logam

    Ion-ion logan seperti Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam lateks dapat

    menetralkan muatan negatif dari partikel dan menyebabkan terganggunya

    kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    9/24

    partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks

    menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah

    karena selain dapat mengganggu kemantapan, juga mengganggu kestabilan sistem

    koloid lateks tersebut.

    2.5 Proses Penggumpalan Pada Lateks

    Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan

    partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang.

    Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk

    gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat dilakukan dengan

    penambahan asam dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isolektriknya

    yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga

    elektrokinetik potensial sama dengan nol (Ompusunggu, 1989).

    Penggumpalan dapat juga terjadi dengan cara dehidrasi yaitu dengan

    menambahkan alkohol yang bersifat menarik air. Penggumpalan dapat juga

    dilakukan dengan penambahan larutan elektrolit bermuatan positif yang dapat

    menetralkan muatan negatif dari sistem koloid seperti kalsium dan magnesium

    (Roberts, 1988).

    Bahan-bahan penggumpal lateks yang sering digunakan adalah asam asetat

    (CH3COOH) dan asam formiat (HCOOH) atau yang biasa disebut sebagai asam

    semut. Pada waktu penggumpalan lateks, harus diperhatikan hal-hal berikut:

    1. Jumlah asam yang harus sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 20 ml

    CH3COOH 2,5 % atau 20 ml HCOOH 2% tiap 1 liter lateks, dan

    2.

    Pengadukan harus hati-hati dan sempurna karena dapat menyebabkangelembung udara, ketebalan dan kekerasan koagulum yang tidak merata.

    (Roberts, 1988).

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    10/24

    2.6 SNI Lateks

    Tabel 2.1.Syarat Mutu Lateks SNI 06-2047-2002

    No Parameter Satuan

    Persyaratan

    Lateks

    kebunSit Slab Lump

    1

    Karet

    Kering

    (KK)

    (min)

    Mutu I

    Mutu II

    %

    %

    28

    20

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    2

    Ketebalan

    (T)

    Mutu I

    Mutu II

    Mutu III

    Mutu IV

    mm

    mm

    mm

    mm

    -

    -

    -

    -

    3

    5

    10

    -

    150

    50

    100

    150

    >150

    3.

    Kebersihan

    (B)

    -Tidak

    terdapat

    kotoran

    Tidak

    terdapat

    kotoran

    Tidak

    terdapat

    kotoran

    Tidak

    terdapat

    kotoran

    4.

    JenisKoagulan

    Asamsemut

    dan

    bahan

    lain

    yang

    tidak

    merusak

    mutu

    karet *

    Asam semutdan bahan lain

    yang tidak

    merusak mutu

    karet *)

    serta

    penggumpalan

    alam

    Asam semutdan bahan

    lain

    yang tidak

    merusak

    mutu

    karet*)

    serta

    penggumpala

    n

    alami

    KETERANGAN

    min = minimal*)

    Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh

    lembaga penelitian yang kredibel

    Sumber: Badan Standart Nasional (2002)

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    11/24

    BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1Alat dan Bahan

    3.1.1

    Alat

    1.Neraca analitik

    2.Gelas ukur

    3.Penggilingan laboratorium

    4.Beaker glass

    5.Saringan

    6.

    Pengaduk spatula

    7.Hot plate

    8.Kempa hedrolik

    9.

    Pipet volume

    3.1.2Bahan

    1.Lateks segar

    2.

    Asam format 1%

    3.

    Asam asetat 1%

    4.Ammonia

    5.

    Air

    6.Tissue

    7.Label

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    12/24

    3.2Skema Kerja

    3.2.1Perhitungan KKK Lateks segar

    Gambar 1. Skema kerja penentuan KKK lateks segar

    Tentukan FP dan KKK

    100 ml lateks segar

    Masukkan dalam beaker glass

    + 20 ml larutan asam

    format

    Pemanasan Pengadukan hingga

    menggumpal

    Pengepresan

    Kering anginkan

    Timbang (a gram)

    Oven (40-45oC)

    Timbang (b gram)

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    13/24

    3.2.2

    Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

    Gambar 2. Skema kerja pengenceran lateks

    3.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

    Sifatsifat Lateks Pekat

    Gambar 3. Skema kerja perbedaan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap

    sifat lateks

    250 mL lateks

    Penyaringan 2 mm dan 1 mm

    Tentukan KKK

    + Air (AT)

    250 mL lateks segar

    + 4-7 gram ammonia per liter

    + asam asetat 1%

    (50 ml, 60 ml, 70 ml per ml)

    Pengadukan

    Disimpan 5, 6, 7 hari

    Amati KKK, warna, dan bau

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    14/24

    BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    4.1Hasil Pengamatan

    4.1.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar dan Pengenceran

    Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

    Lateks

    Kering

    UlanganBerat lateks sebelum

    pengovenan (a gram)

    Berat lateks setelah

    pengovenan (b gram)

    U1 23,24 g 20,60 g

    U2 24,68 g 21,56 g

    U3 27,70 g 24,26 g

    4.1.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

    Sifat-Sifat Lateks Pekat

    Asam

    AsetatPenyimpanan Warna Aroma

    Berat

    Sebelum

    dioven

    (a gram)

    Berat

    Setelah

    dioven

    (b gram)

    60 ml

    5 Hari + +++ - -

    6 Hari ++ +++ - -

    7 Hari ++ +++ - -

    70 ml

    5 Hari +++ +++ 59,33 53,14

    6 Hari ++++ +++ 55,57 54,807 Hari +++++ +++++ 54,63 54,33

    Keterangan:

    Aroma : semakin (+), semakin menyengat

    Warna : semakin (+), semakin banyak bercak kuning

    4.2Hasil Perhitungan

    4.2.1Perhitungan KKK Lateks Segar dan Pengenceran Lateks pada Pembuatan

    Karet Sheet

    Lateks

    Kering

    Ulangan FP (%) KKK (%) Rata-Rata

    U1 11,33 20,60

    22,47U2 8,58 22,56

    U3 12,418 24,26

    4.2.2Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

    Jenis Karet AT (ml)

    Karet Sheet 49,8

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    15/24

    Karet Crepe 12,35

    4.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

    Sifat-Sifat Lateks Pekat

    Asam

    AsetatPenyimpanan FP (%) KKK (%)

    70 ml

    5 Hari 10,433 53,1401

    6 Hari 5,2231 54,8

    7 Hari 5,3787 51,72

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    16/24

    BAB 5. PEMBAHASAN

    5.1Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

    5.1.1

    Perhitungan KKK Lateks Segar

    Pada perhitungan nilai KKK lateks segar diambil 100 ml lateks segar yang

    kemudian dimasukkan dalam beaker glass sebagai tempat penggumpalan. Latek

    segar tersebut kemudian ditambahkan 20 ml asam format untuk menggumpalkan

    lateks. Lateks yang telah ditambahkan asam format dipanaskan sambil diaduk

    hingga menggumpal. Fungsi dari pemanasan ini untuk membantu mempercepat

    proses penggumpalan, karena protein yang menjadi selubung lateks akan

    terdenaturasi karena pemanasan. Pemanasan juga dilakukan secara bertahap dari

    shu rendah ke suhu tinggi, agar asam yang ada pada lateks tidak menguap selama

    pemanasan. Setelah lateks menggumpal dilakukan pengepresan untuk

    mengeluarkan sisa air dan asam format, serta memperlebar luas permukaan

    sehingga pengeringan akan optimal. Karena air akan lebih cepat menguap dan

    efisien. Kemudian dikering anginkan untuk menguapkan air yang ada pada

    permukaan lateks. Kemudian ditimbang dan diberi tanda a. Dilakukan

    pengovena pda lateks tersebut pada suhu 40-45C untuk menguapkan air yang

    belum menguap dengan teknik sebelumnya dan setelah itu ditimbang sebagai b.

    Setelah diketahui kedua data tersebut dapat dilakukan perhitungan FP dan KKK

    lateks.

    5.1.2

    Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

    Pada praktikum ini menggunakan 250 ml lateks yang kemudian dialkukan

    penyaringan pada saringan 2 mm dan 1 mm untuk menyaring lateks yang telah

    menggumpal pada lateks segar maupun kotoran lain yang terdapat pada lateks

    segar. Selanjutnya dilakukan penentuan KKK lateks kebun yang didapatkan dari

    perhitungan acara 1 dan KE merupakan KKK lateks yang dikehendaki. Setelah

    dilakukan perhitungan, didapatkanlah jumlah air (AT) yang perlu ditambahkan

    untuk pengenceran lateks.

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    17/24

    5.1.3

    Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

    Sifat-Sifat Lateks Pekat

    Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih atau penggumpal dan

    lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks segar diawali dengan pengambilan

    lateks segar sebanyak 250 ml. Kemudian ditambahkan ammonia sebanyak 4-7

    gram/L sebagai zat antikoagulan untuk mencgah terjadinya penggumpalan. Selain

    itu, juga untuk memantapkan lateks karena amoniak sangat efektif dan relatif

    lebih murah dibandingkan dengan antikoagulan lainnya dalam memantapkan

    lateks. Lateks kemudian ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 50 ml pada

    beaker glass pertama, 60 ml pada beaker glass kedua, dan 70 ml pada beaker glass

    ketiga. Kemudian dilakuakan pengadukan, sehingga asam asetat tercampur merata

    dengan lateks (homogen), sehingga penggumpalan akan maksimal dan merata di

    seluruh area dan dibiarkan selama 5,6 dan 7 hari. Fungsi dari perbedaan waktu ini

    dilakukan untuk mengetahui waktu optimal dari penambahan zat koagulan.

    Selanjutnya diamati kadar karet kering (KKK), warna, dan aroma untuk

    mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan sehingga dapat

    diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet yang paling baik.

    5.2Analisis Data

    5.2.1Perhitungan KKK Lateks Segar

    Berdasarkan hasil perhitungan yang telah didapat, didapatkan nilai KKK

    lateks segar adalah 22,47%. Hal ini telah sesuai dengan SNI 06-2047-2002 yang

    didalamnya menetapkan nilai KKK dari lateks segar (kebun) adalah 20-28%.

    Selain itu, semakin tinggi nilai KKK kebun maka akan semakin baik mutu dari

    lateks segar tersebut. Nilai KKK yang berkisar antara 20-28% ini membantu

    dalam pengenceran lateks segar apabila telah dikirim ke industri. Karena biasanya

    pada industri pengolahan lateks dengan KKK 20-28% akan diturunkan menjadi

    15%. Pengenceran ini berfungsi untuk semakin meningkatka kemantapan dari

    lateks segar, sehingga produk yang dihasilkan juga akan baik.

    5.2.2Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    18/24

    Berdasarkan hasil perhitungan yang telah didapatkan, diketahui nilai AT

    dari karet sheet adalah 49,8 ml dan nilai AT karet crepe sebesar 12,35 ml,

    sedangkan nilai KKK (KK) adalah 22,47%. Pada pembuatan karet sheet KKKp

    (KE) yang dibutuhkan adalah 15% dan pada pembuatan karet crepe KKKp (KE)

    yang dibutuhkan adalah 20%. Oleh karena itu, nilai AT pada karet sheet lebih

    besar karena KKKp yang dibutuhkan lebih kecil, dikarenakan perubahan dari

    KKK ke KKKp yang berselisih jauh begitu juga sebaliknya pada karet crepe yang

    hanya berubah dari 22,47% menjadi 20%. Berdasarkan teori diketahui bahwa

    jumlah air (AT) yang digunakan dalam pengenceran lateks dilakukan berdasarkan

    nilai KKK yang didapatkan, semakin besar nilai KKK maka air yang digunakan

    akan semakin banyak. Karena apabila nilai KKK terlalu besar akan

    mengakibatkan bekuan latek menjadi keras, pekerjaan penggilingan bekuan latek

    menjadi sulit, sheet akan menjadi tebal, dan proses pengeringan akan menjadi

    lama.

    5.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap

    Sifat-Sifat Lateks Pekat

    Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada penambahan asam

    astetat 1% 60 ml dan perlakuan ketiga dengan penambahan asam asetat 1% 70 ml

    diperoleh hasil pengamatan warna lateks selama 5, 6, dan 7 hari yaitu, semakin

    hari semakin (+) atau semakin banyak bercak kuning. Hal tersebut sesuai dengan

    teori yang menjelaskan bahwa semakin lama waktu penyimpanan, maka warna

    yang dihasilkan akan semakin kuning. Karena asam asetat yang berfungsi sebagai

    penstabil/koagulan memisahkan serum dan butir karet, sehingga butir karet yang

    mengandung protein terpisah dari serumnya dan menyebabkan warna kuning.

    Butir karet akan terpisah terkumpul di bagian atas cairan dan serumnya di bagian

    bawah. Lamannya waktu penyimpanan juga mempengaruhi terpisahya butir karet

    dengan serum, sehingga warna kuning yang dihasilkan pada lateks semakin

    banyak.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada perlakuan kedua dengan

    penambahan asam astetat 1% 60 ml diperoleh hasil pengamatan aroma lateks

    selama 5, 6, dan 7 hari diperoleh aroma lateks stabil (+++). Pada pengamatan

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    19/24

    aroma seharusnya semakin lama semakin berbau menyengat karena menggunakan

    asam asetat yang tidak ada antimikroba. Karena akan menyebabkan terjadinya

    aktivitas mikroba yang mengurai protein yang tersisa pada lateks. Namun, dari

    data yang didapatkan pada aroma tetap tidak terjadi perubahan dengan

    bertambahnya waktu. Hal ini dapat terjadi karena kurang pekanya praktikan dalam

    membedakan bau lateks dari hari 5, 6, dan 7 sehingga aromanya cenderung stabil,

    tetapi tidak jauh berbeda dari standar yang ditentukan atau juga dapat

    dimungkinkan karena teknik penyimpanan yang baik dan mencegah terjadinya

    aktivitas mikroba.

    Pada perhitungan pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama

    pemisahan terhadap mutu lateks pekat didapatkan nilai FP dan KKK. Untuk nilai

    FP dari perlakuan A dan B tidak didapat hasil dikarenakan lateks yang diolah

    tidak menggumpal sehingga tidak dapat diketahui berat sebelum pengovenan dan

    berat sesudah pengovenan. Nilai FP yang dihasilkan dari perhitungan hanya pada

    perlakuan C dengan penambahan asam asetat 1% 70 ml yaitu pada hari ke 5, 6

    dan 7 berturut-turut 10,43%; 5,2231 % dan 5,3787 %. Faktor pengeringan

    dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan dan berat lateks setelah

    pengovenan.

    Berdasarkan hasil perhitungan KKK lateks segar didapat hasil KKK pada

    ulangan 1 sebesar 20,60 %, ulangan 2 sebesar 22,56 %, dan ulangan 3 sebesar

    24,26 %. Kemudian setelah dilakukan pengenceran berdasarkan waktu

    penyimpanan didapatkan data nilai KKK terbesar adalah pada hari ke 6 dengan

    nilai 54,8% dan termasuk ke dalam lateks pekat. Lateks pekat memiliki

    kandungan Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 55%. Pada penyimpanan hari ke-

    7 KKK lateks pekat yang dihasilkan dengan jumlah asetat yang lebih rendah (70

    ml) dan adanya pengaruh penambahan ammonia sebagai zat penstabil sehingga

    terjadi penurunan KKK. Penurunan dikarenakan masih terjadi gerak brown yang

    dapat memperlambat terjadinya pemisahan antara partikel dengan serum, sehingga

    kadar karet yang dicapai di bagian atas tidak maksimum.

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    20/24

    BAB 6. PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan praktikum lateks dapat

    disimpulkan bahwa:

    1. KKK lateks segar yang baik adalah sesuai dengan SNI 06-2047-2002,

    yaitu 20-28%.

    2. Semakin kecil KKKp (KE) yang dibutuhkan, maka akan semakin besar

    AT yang diperlukan.

    3.

    Semakin hari nilai KKK, warna, dan aroma lateks berdasarkan

    penyimpanannya akan semakin tinggi untuk KKK, semakin kuning untuk

    warna, dan beraroma semakin tidak sedap untuk aroma (karena tidak ada

    senyawa antimikroba).

    6.2 Saran

    Pada saat pengamatan lebih baik diserahkan pada praktikan tertentu, sehingga

    data yang ada tidak terpencar.

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    21/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Abednego, J. G. 1979. Dasar-Dasar Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian

    Perkebunan Bogor.

    Anonima. 2014.Lateks.http://id.wikipedia.org/wiki/Lateks (diakses 18 Desember

    2014).

    Anonimb. 2013. Karet. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet (diakses 18 Desember

    2014)

    Cahyono. 2010.Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Sumatera Utara.

    Djumarti. 2013. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan

    Lateks. Jember: FTP UJ.

    Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Balai

    Penelitian Perkebunan Sungei Putih

    Tim Penulis PS. 1999.KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan

    Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Zahara. 2005. Pengaruh Campuran Pengawet (Amonia-Asam Borat) terhadap

    Nilai Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Karet

    dengan Penggumpal Asam Asetat. SkripsiJurusan Kimia FMIPA USU

    http://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Lateks
  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    22/24

    LAMPIRAN

    1. Lampiran Perhitungan

    Perhitungan KKK Lateks Segar

    Ulangan 1

    a gram = 23,24 gram

    b gram = 20,60 gram

    Fp = () ()

    ()x 100%

    =()

    = 0,1133 x 100 %

    = 11,33 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 23,24(0,1133 x 23,24) %

    = 23,242,633

    = 20,60 %

    Ulangan 2

    a gram = 24,68 gram

    b gram = 21,56 gram

    Fp = () ()

    ()x 100%

    =()

    = 0,085899 x 100 %

    = 8,58 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 24,68(0,0858 x 24,68) %

    = 24,682,1175

    = 22,56 %

    Ulangan 3

    a gram = 27,70 gram

    b gram = 24,26 gram

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    23/24

    Fp = () ()

    ()x 100%

    = ()

    = 0,12418 x 100 %

    = 12,418 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 27,70(0,12418 x 27,70) %

    = 27.703,4397

    = 24,26 %

    Rata-rata KKK =

    = 22,47 %

    Pengenceran Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet

    AT =

    Karet Sheet

    AT =

    x 100 ml

    = 49,8 ml

    Karet Crepe

    AT =

    x 100 ml

    = 12,35 ml

    Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat

    lateks pekat

    a. 5 Hari (70 ml)

    a gram = 59,33 gram

    b gram = 53,14 gram

    Fp = () ()

    ()x 100%

  • 8/10/2019 Laporan Lateks 2014

    24/24

    =()

    = 0,10433 x 100 %

    = 10,433 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 59,33(0,10433 x 59,33) %

    = 59,336,1899

    = 53,1401 %

    b. 6 Hari (70 ml)

    a gram = 57,82 gramb gram = 54,80 gram

    Fp =eratbasah(a)beratkering(b)

    beratbasah(a)x 100%

    =()

    = 0,052231 x 100 %

    = 5,2231 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 57,82(0,052231 x 57,82) %

    = 57,823,0199

    = 54,8 %

    c. 7 Hari (70 ml)

    a gram = 54,66 gram

    b gram = 51,72 gram

    Fp =eratbasah(a)beratkering(b)

    beratbasah(a)

    x 100%

    =()

    = 0,0538 x 100 %

    = 5,3787 %

    KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)

    = 54,66(0,0538 x 54,66) %

    = 54,662,9407

    = 51,72 %