laporan lateks 2014
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
1/24
Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan HuluPengolahan Lateks
oleh:
Faranita Lutfia Normasari 131710101029
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
2014
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
2/24
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
3/24
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakanag
Lateks berasal dari sadapan pohon karet dengan cara melukai atau menggores
pembuluh kayu. Banyak orang yang bersepsi bahwa lateks itu karet. Lateks
merupakan suatu sistem koloid dimana terdapat partikel karet yang dilapisi oleh
protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum. Lateks terdiri dari 25-45%
hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan-bahan bukan karet. Komposisi
karet bervariasi tergantung dari jenis klon, umur tanaman, iklim, sistem deres, dan
kondisi tanah (Southron, 1968). Karet merupakan bahan polimer yang elastis dan
sangat berguna dalam menghasilkan berbagai macam produk seperti kasur karet,
bahan-bahan otomotif, bahan-bahan rumah tangga dan sebagainya. Sebelum
produk ini dapat dihasilkan, karet mentah yang digunakan perlu diproses
mengikuti prosedur tertentu agar karet mempunyai bentuk fisik dan sifat-sifat
yang diperlukan dalam menghasilkan produk yang diinginkan (Spilane, 1989).
Selain itu, lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan
banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan,
beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada
tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh
tersendiri, disebut pembuluh lateks (Anonima, 2014). Karet adalah polimer
hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan (Anonimb,
2013).
Berdasarkan perbedaan kedua bahan tersebut dapat diketahui bahwa, berbeda
pula penggunaanya dan proses pengolahannya. Lateks ini apabila berasal dari
perkebunan rakyat akan diolah menjadi BOKAR (Bahan Olahan Karet Rakyat)
yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam bahan baku pembuatan barang jadi
seperti sarung tangan (medis, bedah, industri), balon, dan dot bayi. Akan tetapi,
dikarenakn sistem pengolahannya yang masih sederhana, maka hasilnya pun
kurang baik. Selain itu, pembuatan lateks pekat yang berasal dari lateks kebun
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menambah tingkat
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
4/24
penghasilan petani. Karena dapat dijual kepada pihak industri yang kemudian
akan dijadikan bahan baku barang jadi.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana cara
perhitungan KKK lateks yang baik dan standar yang baik untuk KKK dari lateks
segar. Selain itu, juga untuk mengetahui cara pengenceran lateks yang baik dalam
pembuatan karet sheet dan crepe. Serta mengetahui jenis pendadih atau pembeku
dan teknik yang baik untuk menggumpalkan (pengolahan lateks) karet dalam
lateks, sehingga daopat membantu meningkatkan cara pengolahan yang baik pada
lateks yang dihasilkan oleh masyarakat dengan cara yang sederhana.
1.2Tujuan
1.2.1Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah diharapkan praktikan setelah
mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat
memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses
serta mutu yang dihasilkan.
1.2.2
Khusus
Adapun tujuan khusus dari praktikum lateks antara lain;
1.
Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet
yang dihasilkan,
2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam, yaitu
karetsheet, crepe, lateks dan crumb rubber, dan
3. Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe,
lateks pekat, dan crumb rubber.
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
5/24
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi dan Klasifikasi Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa
diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain (Purwanta dkk,
2008). Berikut ini adalah klasifikasi botani tanaman karet menurut Cahyono
(2010):
Kingdom/Philum :Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi :Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas :Dycotyledonae (biji berkepin dua)
Ordo :Euphorbiales
Famili :Euphorbiales
Genus :Hevea
Spesies :Hevea bransiliensis
Menurut Nazaruddin dan Farry (1992), faktor-faktor yang sangat berpengaruh
terhadap produktivitas karet adalah letak daerah terhadap lintang yang mencakup
luasan antara 15oLU sampai 10oLS, besarnya curah hujan yaitu antara 2000-2500
mm setahun, suhu harian rata-rata yang berkisar antar 25-30oC, ketinggian tempat
dari permukaan laut yang biasanya dapat tumbuh baik pada ketinggian 1-600 m
dari permukaan laut dan ontensitas sinar matahari selama 5-7 jam sehari.
2.2Lateks Segar dan Pekat
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
6/24
dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet, crepe, lateks
pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu larutan koloid
dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam suatu media yang
banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang terkandung
tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam
air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat
menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Latek kebun (lateks segar) adalah getah yang baru disadap dengan kandungan
karet kering (kkk) sekitar 30%. Lateks kebun ini umumnya sangat encer, jadi
perlu dipekatkan lebih dahulu hingga kadar karet kering (kkk) sekitar 60%. Lateks
yang telah mengalami kepekatan disebut dengan latek pekat. Berbagai persyaratan
lateks pekat, antara lain:
1.
Dapat disaring dengan saringan 40 mesh,
2.Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu,
3.Tidak bercampur dengan bubur lateks, air atau serum lateks,
4.
Berwarna putih dan berbau karet segar, dan
5.
Mempunyai kadar karet kering berkisar antara 60-62%.
Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan.
Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi
atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya
penggumpalan pada kondisi yang diinginkan (Abi, 2008). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kestabilan lateks antara lain:
1.Adanya kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase air
(serum), dan
2.
Adanya interaksi antara partikel-partikel itu sendiri.
Di samping kedua faktor di atas, ada tiga faktor lain yang dapat menyebabkan
sistem koloid partikel-partikel karet tetap stabil (Ompusunggu, 1989), yaitu:
1.Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya
tolak menolak antara dua atau lebih partikel karet tersebut,
2.Adanya interaksi antara molekul air dengan partikel karet yang
menghalangi terjadi penggabungan partikel-partikel karet tersebut, dan
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
7/24
3.
Energi bebas antara permukaan yang rendah.
Lateks merupakan suatu koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam macam
zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning (Djumarti, 2013). Karet
mempunyai sifat kenyal (elastic), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32F karena
terjadi koagulasi.
2.3Manfaat dan Aplikasi Lateks
Menurut Abednego (1979) lateks atau karet alam banyak digunakan dalam
industri-industri barang, antara lain:
1.Bahan mesin-mesin penggerak,
2.
Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat
terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa
karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam,
3.
Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung
dan penahan getaran, misalnya shock absorbers,
4.Bahan tahanan dudukan mesin,
5.
Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-
alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus
air,
6.
Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran,
7.Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals
banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang
menggunakan bahan plastic,
8.Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang
air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus
menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat,
9.Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan
permainan, serta
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
8/24
10.
Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat
dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk
besar, dan jeep.
2.4Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Sifat Lateks
Terdapat beberapa komponen bukan karet didalam lateks sangat
mempengaruhi sifat lateks, ada yang berpengaruh buruk dan ada yang
berpengaruh baik pada lateks. Berikut ini adalah komponen-komponen tersebut
menurut Zahara (2005), antara lain:
1.
Protein
Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar berkisar antara 1,0-1,5%
(b/v) dan sekitar 20% dari protein tersebut teradsorbsi pada partikel karet, dan
sebagian larut dalam serum. Protein yang teradsorbsi pada permukaan partikel
karet berfungsi sebagai lapisan pelindung, dimana protein akan memberikan
muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya
interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan
tetap stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein tersebut akan
terurai sehingga lapisan pelindung partikel karet akan rusak dan terjadilah
interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.
2. Karbohidrat
Karbohidrat yang terdapat dalam lateks adalah sukrosa, glukosa, galaktosa
danfruktosa. Ini merupakan sumber energi dan media yang baik bagi
pertumbuhanmikroorganisme, sebagai akibatnya akan terbentuk asam lemak.
Asam lemak inimenurunkan kemantapan mekanik dan pH lateks. Jika pH berada
pada titik isoeletrik maka lateks menggumpal. Untuk menghindarkan aktivitas
mikroba biasanya ditambahkan bahan pengawet seperti amonia, natrium sulfit dan
formaldehid.
3. Ion-ion Logam
Ion-ion logan seperti Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam lateks dapat
menetralkan muatan negatif dari partikel dan menyebabkan terganggunya
kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
9/24
partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks
menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah
karena selain dapat mengganggu kemantapan, juga mengganggu kestabilan sistem
koloid lateks tersebut.
2.5 Proses Penggumpalan Pada Lateks
Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan
partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang.
Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk
gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat dilakukan dengan
penambahan asam dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isolektriknya
yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga
elektrokinetik potensial sama dengan nol (Ompusunggu, 1989).
Penggumpalan dapat juga terjadi dengan cara dehidrasi yaitu dengan
menambahkan alkohol yang bersifat menarik air. Penggumpalan dapat juga
dilakukan dengan penambahan larutan elektrolit bermuatan positif yang dapat
menetralkan muatan negatif dari sistem koloid seperti kalsium dan magnesium
(Roberts, 1988).
Bahan-bahan penggumpal lateks yang sering digunakan adalah asam asetat
(CH3COOH) dan asam formiat (HCOOH) atau yang biasa disebut sebagai asam
semut. Pada waktu penggumpalan lateks, harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Jumlah asam yang harus sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 20 ml
CH3COOH 2,5 % atau 20 ml HCOOH 2% tiap 1 liter lateks, dan
2.
Pengadukan harus hati-hati dan sempurna karena dapat menyebabkangelembung udara, ketebalan dan kekerasan koagulum yang tidak merata.
(Roberts, 1988).
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
10/24
2.6 SNI Lateks
Tabel 2.1.Syarat Mutu Lateks SNI 06-2047-2002
No Parameter Satuan
Persyaratan
Lateks
kebunSit Slab Lump
1
Karet
Kering
(KK)
(min)
Mutu I
Mutu II
%
%
28
20
-
-
-
-
-
-
2
Ketebalan
(T)
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Mutu IV
mm
mm
mm
mm
-
-
-
-
3
5
10
-
150
50
100
150
>150
3.
Kebersihan
(B)
-Tidak
terdapat
kotoran
Tidak
terdapat
kotoran
Tidak
terdapat
kotoran
Tidak
terdapat
kotoran
4.
JenisKoagulan
Asamsemut
dan
bahan
lain
yang
tidak
merusak
mutu
karet *
Asam semutdan bahan lain
yang tidak
merusak mutu
karet *)
serta
penggumpalan
alam
Asam semutdan bahan
lain
yang tidak
merusak
mutu
karet*)
serta
penggumpala
n
alami
KETERANGAN
min = minimal*)
Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh
lembaga penelitian yang kredibel
Sumber: Badan Standart Nasional (2002)
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
11/24
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1.Neraca analitik
2.Gelas ukur
3.Penggilingan laboratorium
4.Beaker glass
5.Saringan
6.
Pengaduk spatula
7.Hot plate
8.Kempa hedrolik
9.
Pipet volume
3.1.2Bahan
1.Lateks segar
2.
Asam format 1%
3.
Asam asetat 1%
4.Ammonia
5.
Air
6.Tissue
7.Label
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
12/24
3.2Skema Kerja
3.2.1Perhitungan KKK Lateks segar
Gambar 1. Skema kerja penentuan KKK lateks segar
Tentukan FP dan KKK
100 ml lateks segar
Masukkan dalam beaker glass
+ 20 ml larutan asam
format
Pemanasan Pengadukan hingga
menggumpal
Pengepresan
Kering anginkan
Timbang (a gram)
Oven (40-45oC)
Timbang (b gram)
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
13/24
3.2.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe
Gambar 2. Skema kerja pengenceran lateks
3.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap
Sifatsifat Lateks Pekat
Gambar 3. Skema kerja perbedaan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap
sifat lateks
250 mL lateks
Penyaringan 2 mm dan 1 mm
Tentukan KKK
+ Air (AT)
250 mL lateks segar
+ 4-7 gram ammonia per liter
+ asam asetat 1%
(50 ml, 60 ml, 70 ml per ml)
Pengadukan
Disimpan 5, 6, 7 hari
Amati KKK, warna, dan bau
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
14/24
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1Hasil Pengamatan
4.1.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar dan Pengenceran
Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe
Lateks
Kering
UlanganBerat lateks sebelum
pengovenan (a gram)
Berat lateks setelah
pengovenan (b gram)
U1 23,24 g 20,60 g
U2 24,68 g 21,56 g
U3 27,70 g 24,26 g
4.1.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap
Sifat-Sifat Lateks Pekat
Asam
AsetatPenyimpanan Warna Aroma
Berat
Sebelum
dioven
(a gram)
Berat
Setelah
dioven
(b gram)
60 ml
5 Hari + +++ - -
6 Hari ++ +++ - -
7 Hari ++ +++ - -
70 ml
5 Hari +++ +++ 59,33 53,14
6 Hari ++++ +++ 55,57 54,807 Hari +++++ +++++ 54,63 54,33
Keterangan:
Aroma : semakin (+), semakin menyengat
Warna : semakin (+), semakin banyak bercak kuning
4.2Hasil Perhitungan
4.2.1Perhitungan KKK Lateks Segar dan Pengenceran Lateks pada Pembuatan
Karet Sheet
Lateks
Kering
Ulangan FP (%) KKK (%) Rata-Rata
U1 11,33 20,60
22,47U2 8,58 22,56
U3 12,418 24,26
4.2.2Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe
Jenis Karet AT (ml)
Karet Sheet 49,8
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
15/24
Karet Crepe 12,35
4.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap
Sifat-Sifat Lateks Pekat
Asam
AsetatPenyimpanan FP (%) KKK (%)
70 ml
5 Hari 10,433 53,1401
6 Hari 5,2231 54,8
7 Hari 5,3787 51,72
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
16/24
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.1.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada perhitungan nilai KKK lateks segar diambil 100 ml lateks segar yang
kemudian dimasukkan dalam beaker glass sebagai tempat penggumpalan. Latek
segar tersebut kemudian ditambahkan 20 ml asam format untuk menggumpalkan
lateks. Lateks yang telah ditambahkan asam format dipanaskan sambil diaduk
hingga menggumpal. Fungsi dari pemanasan ini untuk membantu mempercepat
proses penggumpalan, karena protein yang menjadi selubung lateks akan
terdenaturasi karena pemanasan. Pemanasan juga dilakukan secara bertahap dari
shu rendah ke suhu tinggi, agar asam yang ada pada lateks tidak menguap selama
pemanasan. Setelah lateks menggumpal dilakukan pengepresan untuk
mengeluarkan sisa air dan asam format, serta memperlebar luas permukaan
sehingga pengeringan akan optimal. Karena air akan lebih cepat menguap dan
efisien. Kemudian dikering anginkan untuk menguapkan air yang ada pada
permukaan lateks. Kemudian ditimbang dan diberi tanda a. Dilakukan
pengovena pda lateks tersebut pada suhu 40-45C untuk menguapkan air yang
belum menguap dengan teknik sebelumnya dan setelah itu ditimbang sebagai b.
Setelah diketahui kedua data tersebut dapat dilakukan perhitungan FP dan KKK
lateks.
5.1.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe
Pada praktikum ini menggunakan 250 ml lateks yang kemudian dialkukan
penyaringan pada saringan 2 mm dan 1 mm untuk menyaring lateks yang telah
menggumpal pada lateks segar maupun kotoran lain yang terdapat pada lateks
segar. Selanjutnya dilakukan penentuan KKK lateks kebun yang didapatkan dari
perhitungan acara 1 dan KE merupakan KKK lateks yang dikehendaki. Setelah
dilakukan perhitungan, didapatkanlah jumlah air (AT) yang perlu ditambahkan
untuk pengenceran lateks.
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
17/24
5.1.3
Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap
Sifat-Sifat Lateks Pekat
Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih atau penggumpal dan
lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks segar diawali dengan pengambilan
lateks segar sebanyak 250 ml. Kemudian ditambahkan ammonia sebanyak 4-7
gram/L sebagai zat antikoagulan untuk mencgah terjadinya penggumpalan. Selain
itu, juga untuk memantapkan lateks karena amoniak sangat efektif dan relatif
lebih murah dibandingkan dengan antikoagulan lainnya dalam memantapkan
lateks. Lateks kemudian ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 50 ml pada
beaker glass pertama, 60 ml pada beaker glass kedua, dan 70 ml pada beaker glass
ketiga. Kemudian dilakuakan pengadukan, sehingga asam asetat tercampur merata
dengan lateks (homogen), sehingga penggumpalan akan maksimal dan merata di
seluruh area dan dibiarkan selama 5,6 dan 7 hari. Fungsi dari perbedaan waktu ini
dilakukan untuk mengetahui waktu optimal dari penambahan zat koagulan.
Selanjutnya diamati kadar karet kering (KKK), warna, dan aroma untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan sehingga dapat
diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet yang paling baik.
5.2Analisis Data
5.2.1Perhitungan KKK Lateks Segar
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah didapat, didapatkan nilai KKK
lateks segar adalah 22,47%. Hal ini telah sesuai dengan SNI 06-2047-2002 yang
didalamnya menetapkan nilai KKK dari lateks segar (kebun) adalah 20-28%.
Selain itu, semakin tinggi nilai KKK kebun maka akan semakin baik mutu dari
lateks segar tersebut. Nilai KKK yang berkisar antara 20-28% ini membantu
dalam pengenceran lateks segar apabila telah dikirim ke industri. Karena biasanya
pada industri pengolahan lateks dengan KKK 20-28% akan diturunkan menjadi
15%. Pengenceran ini berfungsi untuk semakin meningkatka kemantapan dari
lateks segar, sehingga produk yang dihasilkan juga akan baik.
5.2.2Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
18/24
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah didapatkan, diketahui nilai AT
dari karet sheet adalah 49,8 ml dan nilai AT karet crepe sebesar 12,35 ml,
sedangkan nilai KKK (KK) adalah 22,47%. Pada pembuatan karet sheet KKKp
(KE) yang dibutuhkan adalah 15% dan pada pembuatan karet crepe KKKp (KE)
yang dibutuhkan adalah 20%. Oleh karena itu, nilai AT pada karet sheet lebih
besar karena KKKp yang dibutuhkan lebih kecil, dikarenakan perubahan dari
KKK ke KKKp yang berselisih jauh begitu juga sebaliknya pada karet crepe yang
hanya berubah dari 22,47% menjadi 20%. Berdasarkan teori diketahui bahwa
jumlah air (AT) yang digunakan dalam pengenceran lateks dilakukan berdasarkan
nilai KKK yang didapatkan, semakin besar nilai KKK maka air yang digunakan
akan semakin banyak. Karena apabila nilai KKK terlalu besar akan
mengakibatkan bekuan latek menjadi keras, pekerjaan penggilingan bekuan latek
menjadi sulit, sheet akan menjadi tebal, dan proses pengeringan akan menjadi
lama.
5.2.3Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap
Sifat-Sifat Lateks Pekat
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada penambahan asam
astetat 1% 60 ml dan perlakuan ketiga dengan penambahan asam asetat 1% 70 ml
diperoleh hasil pengamatan warna lateks selama 5, 6, dan 7 hari yaitu, semakin
hari semakin (+) atau semakin banyak bercak kuning. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa semakin lama waktu penyimpanan, maka warna
yang dihasilkan akan semakin kuning. Karena asam asetat yang berfungsi sebagai
penstabil/koagulan memisahkan serum dan butir karet, sehingga butir karet yang
mengandung protein terpisah dari serumnya dan menyebabkan warna kuning.
Butir karet akan terpisah terkumpul di bagian atas cairan dan serumnya di bagian
bawah. Lamannya waktu penyimpanan juga mempengaruhi terpisahya butir karet
dengan serum, sehingga warna kuning yang dihasilkan pada lateks semakin
banyak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada perlakuan kedua dengan
penambahan asam astetat 1% 60 ml diperoleh hasil pengamatan aroma lateks
selama 5, 6, dan 7 hari diperoleh aroma lateks stabil (+++). Pada pengamatan
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
19/24
aroma seharusnya semakin lama semakin berbau menyengat karena menggunakan
asam asetat yang tidak ada antimikroba. Karena akan menyebabkan terjadinya
aktivitas mikroba yang mengurai protein yang tersisa pada lateks. Namun, dari
data yang didapatkan pada aroma tetap tidak terjadi perubahan dengan
bertambahnya waktu. Hal ini dapat terjadi karena kurang pekanya praktikan dalam
membedakan bau lateks dari hari 5, 6, dan 7 sehingga aromanya cenderung stabil,
tetapi tidak jauh berbeda dari standar yang ditentukan atau juga dapat
dimungkinkan karena teknik penyimpanan yang baik dan mencegah terjadinya
aktivitas mikroba.
Pada perhitungan pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama
pemisahan terhadap mutu lateks pekat didapatkan nilai FP dan KKK. Untuk nilai
FP dari perlakuan A dan B tidak didapat hasil dikarenakan lateks yang diolah
tidak menggumpal sehingga tidak dapat diketahui berat sebelum pengovenan dan
berat sesudah pengovenan. Nilai FP yang dihasilkan dari perhitungan hanya pada
perlakuan C dengan penambahan asam asetat 1% 70 ml yaitu pada hari ke 5, 6
dan 7 berturut-turut 10,43%; 5,2231 % dan 5,3787 %. Faktor pengeringan
dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan dan berat lateks setelah
pengovenan.
Berdasarkan hasil perhitungan KKK lateks segar didapat hasil KKK pada
ulangan 1 sebesar 20,60 %, ulangan 2 sebesar 22,56 %, dan ulangan 3 sebesar
24,26 %. Kemudian setelah dilakukan pengenceran berdasarkan waktu
penyimpanan didapatkan data nilai KKK terbesar adalah pada hari ke 6 dengan
nilai 54,8% dan termasuk ke dalam lateks pekat. Lateks pekat memiliki
kandungan Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 55%. Pada penyimpanan hari ke-
7 KKK lateks pekat yang dihasilkan dengan jumlah asetat yang lebih rendah (70
ml) dan adanya pengaruh penambahan ammonia sebagai zat penstabil sehingga
terjadi penurunan KKK. Penurunan dikarenakan masih terjadi gerak brown yang
dapat memperlambat terjadinya pemisahan antara partikel dengan serum, sehingga
kadar karet yang dicapai di bagian atas tidak maksimum.
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
20/24
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan praktikum lateks dapat
disimpulkan bahwa:
1. KKK lateks segar yang baik adalah sesuai dengan SNI 06-2047-2002,
yaitu 20-28%.
2. Semakin kecil KKKp (KE) yang dibutuhkan, maka akan semakin besar
AT yang diperlukan.
3.
Semakin hari nilai KKK, warna, dan aroma lateks berdasarkan
penyimpanannya akan semakin tinggi untuk KKK, semakin kuning untuk
warna, dan beraroma semakin tidak sedap untuk aroma (karena tidak ada
senyawa antimikroba).
6.2 Saran
Pada saat pengamatan lebih baik diserahkan pada praktikan tertentu, sehingga
data yang ada tidak terpencar.
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
21/24
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, J. G. 1979. Dasar-Dasar Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.
Anonima. 2014.Lateks.http://id.wikipedia.org/wiki/Lateks (diakses 18 Desember
2014).
Anonimb. 2013. Karet. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet (diakses 18 Desember
2014)
Cahyono. 2010.Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara.
Djumarti. 2013. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks. Jember: FTP UJ.
Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Balai
Penelitian Perkebunan Sungei Putih
Tim Penulis PS. 1999.KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan
Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Zahara. 2005. Pengaruh Campuran Pengawet (Amonia-Asam Borat) terhadap
Nilai Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Karet
dengan Penggumpal Asam Asetat. SkripsiJurusan Kimia FMIPA USU
http://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Karethttp://id.wikipedia.org/wiki/Lateks -
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
22/24
LAMPIRAN
1. Lampiran Perhitungan
Perhitungan KKK Lateks Segar
Ulangan 1
a gram = 23,24 gram
b gram = 20,60 gram
Fp = () ()
()x 100%
=()
= 0,1133 x 100 %
= 11,33 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 23,24(0,1133 x 23,24) %
= 23,242,633
= 20,60 %
Ulangan 2
a gram = 24,68 gram
b gram = 21,56 gram
Fp = () ()
()x 100%
=()
= 0,085899 x 100 %
= 8,58 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 24,68(0,0858 x 24,68) %
= 24,682,1175
= 22,56 %
Ulangan 3
a gram = 27,70 gram
b gram = 24,26 gram
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
23/24
Fp = () ()
()x 100%
= ()
= 0,12418 x 100 %
= 12,418 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 27,70(0,12418 x 27,70) %
= 27.703,4397
= 24,26 %
Rata-rata KKK =
= 22,47 %
Pengenceran Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet
AT =
Karet Sheet
AT =
x 100 ml
= 49,8 ml
Karet Crepe
AT =
x 100 ml
= 12,35 ml
Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat
lateks pekat
a. 5 Hari (70 ml)
a gram = 59,33 gram
b gram = 53,14 gram
Fp = () ()
()x 100%
-
8/10/2019 Laporan Lateks 2014
24/24
=()
= 0,10433 x 100 %
= 10,433 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 59,33(0,10433 x 59,33) %
= 59,336,1899
= 53,1401 %
b. 6 Hari (70 ml)
a gram = 57,82 gramb gram = 54,80 gram
Fp =eratbasah(a)beratkering(b)
beratbasah(a)x 100%
=()
= 0,052231 x 100 %
= 5,2231 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 57,82(0,052231 x 57,82) %
= 57,823,0199
= 54,8 %
c. 7 Hari (70 ml)
a gram = 54,66 gram
b gram = 51,72 gram
Fp =eratbasah(a)beratkering(b)
beratbasah(a)
x 100%
=()
= 0,0538 x 100 %
= 5,3787 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 54,66(0,0538 x 54,66) %
= 54,662,9407
= 51,72 %