laporan kinerja pengelolaan dan tipologi kelompok tani...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA
PENGELOLAAN
KELOMPOK TANI
KEMENTERIAN PERTANIAN
LAPORAN KINERJA
PENGELOLAAN DAN TIPOLOGI
TANI RESPONSIF GENDER
TAHUN 2012
KEMENTERIAN PERTANIANSeptember 2012
DAN TIPOLOGI
RESPONSIF GENDER
KEMENTERIAN PERTANIAN
Draf-2
i Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, serta ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang berkontribusi, sehingga penyusunan Buku Laporan Kinerja
Pengelolaan Kegiatan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 dapat
diselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban
pelaksanaan delapan kegiatan pilot proyek responsif gender yang dilaksanakan pada
Semester I tahun 2012.
Buku laporan kinerja ini merupakan satu dari Empat Inovasi Strategis Kementerian
Pertanian dalam membangun dan mengembangkan program/kegiatan yang responsif
gender pada tahun 2012 ini. Inovasi strategis lainnya adalah: (1) menyusun panduan
pengelolaan kegiatan responsif gender di level lapangan tahun 2012 sebagai best
practices, sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan secara lebih praktis di lapangan, (2)
membangun jaringan website pengarusutamaan gender guna menyebarluaskan
informasi dan komunikasi gender, (3) mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan responsif gender berbasis website, sehingga pelaporan dapat terkirim
dengan cepat, mudah dan hemat.
Buku laporan kinerja ini memuat maksud dan tujuan, sasaran, metode analisis kegiatan,
profil kegiatan, kinerja pengelolaan, tipologi kelompoktani kegiatan responsif gender
sesuai local wisdom serta kesimpulan dan rekomendasi.
Kami berharap dengan adanya Empat Inovasi Strategis Kementerian Pertanian, maka
pengelolaan kegiatan responsif gender dapat dilaksanakan menjadi lebih praktis dan
implementatif di lapangan, berkelanjutan dan berdampak luas di masyarakat.
Akhir kata, semoga Buku Laporan Kinerja ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait.
Jakarta, September 2012 Sekretaris Jenderal
Hari Priyono
ii Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ....................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................. ii Daftar Tabel ............................................................................................................ iv Daftar Bagan ........................................................................................................... v Daftar Lampiran ...................................................................................................... vi Bab I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. LatarBelakang ......................................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2 C. Output yang diharapkan ......................................................................... 3 D. Ruang Lingkup ........................................................................................ 3 Bab II METODOLOGI ANALISIS KEGIATAN RESPONSIF GENDER ................. 4 A. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 4 B. Kerangka Analisis Kegiatan Responsif Gender ...................................... 5 C. Metode Analisis GAP (Gender Analysis Pathway) .................................. 6 Bab III PROFIL KEGIATAN RESPONSIF GENDER TAHUN 2012 ........................ 11
A. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ................................................... 11
B. Sarjana Membangun Desa (SMD) ......................................................... 14 C. SL-PPHP ............................................................................................... 14 D. Pengembangan Desa Mandiri Pangan .................................................. 15 E. Pengelolaan Irigasi Partisipatif (PIP) ...................................................... 16 F. Pelatihan Teknis Pertanian Non Aparatur .............................................. 18 Bab IV KINERJA PENGELOLAAN DAN TIPLOGI KELOMPOK TANI ................... 19 A. Kinerja Pengelolaan Kegiatan Responsif Gender .................................... 19 B. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Tanaman Pangan ....... 20 C. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Hortikultura ................ 21 D. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Perkebunan ................ 27 E. Tipologi/Potret Kelompok Peternak Kegiatan Sarjana Membangun Desa 31 F. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif . 34 G. Tipologi/Potret KelompoktaniKegiatan Pelatihan Non Aparatur .............. 41 H. Tipologi/Potret KelompoktaniKegiatan Desa Mandiri Pangan ................ 88 Bab V MODEL PENGINTEGRASIAN GENDER DALAM SISTEM USAHA TANI LAHAN
KERING....................................................................................................... 95 A. Latar Belakang ......................................................................................... 95 B. Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 96 C. Metodologi ............................................................................................... 96 D. Hasil dan Pembakaran ............................................................................ 98 E. Rekomendasi Alternatif Kebijakan ........................................................... 102 Bab VI TIPOLOGI PENDEKATAN RESPONSIF GENDER PADA SL-PPHP ......... 104 A. Latar Belakang ......................................................................................... 104 B. Metodologi ............................................................................................... 105
iii Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
C. Analisis Gender ....................................................................................... 110 D. Pembahasan............................................................................................ 125 E. Kesimpulan .............................................................................................. 130 Bab VII PENUTUP .................................................................................................. 132 A. Kesimpulan .............................................................................................. 132 B. Rekomendasi…………………………….................................................... 133
iv Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Sembilan Langkah Gender Analisys Pathway(GAP) ................................. 10 Tabel 2 Kegiatan Responsif Gender Dalam Pembangunan Pertanian 2012 .......... 11
v Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1 Alur Kerja Analisis Gender ....................................................................... 10
vi Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 ............................................................................................................ 64 Lampiran 2 ............................................................................................................. 65 Lampiran 3 ............................................................................................................ 66 Lampiran 4 ............................................................................................................ 67 Lampiran 5 ............................................................................................................ 68
1 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan di Indonesia telah
dilakukan lebih dari satu dasawarsa. Terbitnya INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional menjadi satu titik
tolak kebijakan ke arah pembangunan yang responsif gender. Kebijakan ini
kemudian dipertegas juga dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang
RPJMN 2010-2014 yang menetapkan gender sebagai salah satu isu lintas bidang
yang harus diintegrasikan dalam semua bidang pembangunan.
Kementerian Pertanian mendukung implementasi Inpres No. 9 Tahun 2000 karena
disadari bahwa terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender di bidang pertanian
akan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, mulai dari aparat
hingga pelaku di bidang pertanian. Dukungan tersebut ditunjukkan melalui kegiatan
yang responsif gender sejak awal dirintisnya PUG tahun 2000, terutama melalui: (1)
proyek-proyek PHLN, seperti P4K dan FEATI (BPSDMP), ARMP/PATTP (Litbang
Pertanian), PIDRA (BKP) dan proyek-proyek lainnya; (2) membentuk Tim Koordinasi
PUG dan Kelompok Kerja PUG tingkat Kementerian Pertanian mulai Tahun 2003;
(3) sosialisasi konsep Gender dan PUG di tingkat pusat dan daerah; (4) pelatihan
TOT PUG dan Penyusunan/pelaksanaan Desa Model Pengarusutamaan Gender
dan (5) Telah menerbitkan berbagai panduan yang terkait dengan konsep gender
dan PUG serta panduan umum perencanaan penganggaran yang responsif gender.
Integrasi gender dalam proses perencanaan dan penganggaran merupakan suatu
langkah yang relatif baru karena pada awalnya proses pengintegrasian gender
dalam pembangunan lebih terfokus pada upaya untuk memperkuat prasyarat
implementasi PUG seperti membangun komitmen pengambil kebijakan, penyediaan
alat analisis gender, serta pengembangan kelembagaan PUG. Untuk mendukung
upaya pengintegrasian gender dalam perencanaan dan penganggaran telah
diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 119/2009 dan No. 104/PMK.02/2010
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga untuk pelaksanaan anggaran di Tahun 2011.
2 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Selanjutnya sesuai PMK No. 93/PMK.02/2011 menyatakan bahwa mulai Tahun
2012 pengelolaan Anggaran Responsif Gender (ARG) harus dilaksanakan dan
diimplementasi pada Program/kegiatan di K/L, dengan fokus: (1) penugasan
Prioritas Nasional; (2) pelayanan masyarakat (service delivery); serta (3)
pelembagaan pengarusutamaan gender (termasuk capacity building, advokasi
gender, kajian, sosialisasi, diseminasi dan pengumpulan data terpilah).
Kementerian Pertanian pada tahun 2012 telah melaksanakan kegiatan responsif
gender dengan pilot proyek pada delapan kegiatan (pada level output kegiatan) yang
tersebar di delapan Eselon-1. Guna melihat kinerja implementasi kegiatan responsif
gender, telah dilakukan pemantauan dan evaluasi di lapangan dan hasilnya disajikan
dalam Buku Laporan Kinerja Pengelolaan Kegiatan dan Tipologi Kelompok Tani
Responsif GenderTahun 2012.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud
Laporan Kinerja Pengelolaan Kegiatandan Tipologi Kelompok Tani Responsif
Gender Tahun 2012 dimaksudkan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan kepada Pimpinan untuk mendapat pengarahan dan tindak
lanjut.
Tujuan
Penyusunan Laporan ini bertujuan:
a. Mengidentifikasi realisasi fisik kegiatan responsif gender di tingkat kelompok tani
sasaran.
b. Mengidentifikasi implementasi kinerja pendampingan dan pengelolaan kegiatan
responsif gender di tingkat lapangan.
c. Mengidentifikasi data terpilah dan data terpilih aspek gender di kelompok tani
sasaran.
d. Menganalisis aspek: akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pengarusutamaan
gender.
e. Mengidentifikasi kendala, upaya solusi yang telah dilakukan dan rekomendasi
tindak lanjutnya.
3 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
C. Output yang diharapkan
Tersusunnya dokumen Laporan Kinerja Kegiatan dan Tipologi Kelompok Tani
Responsif Gender Tahun 2012.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Laporan ini mencakup: (1) pendahuluan berisi latar belakang,
maksud dan tujuan, serta output yang diharapkan, (2) metodologi berisi metode
pengumpulan data dan pengolahan/analisis data responsif gender, (3) gambaran
umum kegiatan responsif gender mencakup delapan kegiatan pilot proyek responsif
gender tahun 2012, (4) analisis kegiatan responsif gender terdiri: analisis data
terpilah, analisis faktor kesenjangan gender, sebab-sebab dan dampak, (5)
kesimpulan dan saran.
Laporan kinerja ini merupakan hasil dari pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dari
delapan kegiatan responsif gender, yaitu: (1) Sekolah Lapangan Pengelolaan Hama
Terpadu (SL-PHT) Tanaman Pangan; (2) SL-PHT Hortikultura; (3) SL-PHT
Perkebunan; (4) Sarjana Membangun Desa (SMD); (5) SL-PPHP; (6) Pengelolaan
Irigasi Partisipasif (PIP); (7) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan); (8)
Pelatihan Teknis Pertanian bagi Non Aparatur. Delapan kegiatan pilot proyek
tersebut dilaksanakan pada beberapa provinsi secara bertahap dan berkelanjutan.
4 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
II. METODOLOGI ANALISIS KEGIATAN RESPONSIF GENDER
A. Metode Pengumpulan Data
Guna menganalisis kegiatan resposif gender, terlebih dahulu dilakukan
pengumpulan data dan identifikasi di lapangan. Kegiatan ini dilakukan secara
terpadu oleh Tim Pusat. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut.
1. Penentuan waktu dan lokasi pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2012.
Lokasi kunjungan ditentukan minimal satu lokasi sampel dari masing-masing
pilot proyek. Pemilihan lokasi sampel dilakukan secara purposive dengan
mempertimbangkan kesiapan dan keragaan kelompok tani, serta aksesibilitas
dikaitkan dengan waktu kunjungan 3-4 hari.
2. Jenis dan sumber data
Data-data yang dikumpulkan di lapangan meliputi data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait di daerah, seperti data
keragaan kelompok tani sasaran, realisasi kegiatan, pembinaan,
pendampaingan maupun pelaporan diperoleh dari dinas/badan lingkup pertanian
provinsi dan kab/kota maupun UPT/BPP tingkat kecamatan. Data primer
diperoleh dari wawancara dengan menggunakan panduan dan formulir isian
kepada petugas lapangan/pendamping, ketua kelompok tani maupun
anggotanya. Guna memperoleh gambaran lengkap di lapangan dilakukan
pengamatan kegiatan kelompok tani maupun peninjauan usahatani.
3. Rapat koordinasi persiapan dan panduan ke lapangan
Dalam rangka memperlancar pengumpulan data di lapangan telah disiapkan
panduan ke lapangan dan formulir isian yang disusun secara terstruktur sebagai
acuan kerja indentifkasi di lapangan. Rapat koordinasi persiapan sebelum
berangkat ke lapangan dilakukan guna memastikan kesiapan rencana kerja,
lokasi kunjungan, bahan dan sarana kerja di lapangan. Rapat koordinasi
persiapan ini juga dimaksudkan guna memperoleh persamaan persepsi diantara
tim pusat dalam pengumpulan data di lapangan.
5 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
4. Pelaksanaan pengumpulan data
Tim Pusat yang melakukan pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan
dilaksanakan secara terpadu. Buku pandauan dan formulir isian menjadi acuan
pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.
B. Kerangka Analisis Kegiatan Responsif Gender
Analisis Gender adalah proses yang dibangun secara sistematis untuk
mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan,
akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam
proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-
laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan
faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.
Ada beberapa model teknik analisis gender yang telah dikembangkan oleh beberapa
ahli, antara lain:
1. Model Harvard, dikembangkan oleh Harvard Institute for International
Development bekerjasama dengan Kantor Women in Development (WID)-
USAID. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal.
Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek,
menyimpulkan data basis atau data dasar.
2. Model Moser, didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat
‘teknis dan politis’, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam
perencanaan dan proses transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai
suatu ‘debat’. Terdapat kelemahan dalam model ini yang tidak memperhitungkan
kebutuhan strategis laki-laki.
3. Model SWOT, (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dengan
analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara ‘internal’ mengenai
kekuatan dan kelemahan dan secara ‘eksternal’ mengenai peluang dan
ancaman.
4. Model PROBA (Problem Base Approach) yang dikembangkan atas kerjasama
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN dan UNFPA di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota, teknik ini sedikit berbeda dengan Gender Analysis
Pathway.
6 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
5. Model GAP (Gender Analysis Pathway) atau Alur Kerja Analisis Gender
(AKAG), adalah alat analisis gender yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang
dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan
pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan
atau kegiatan pembangunan. Dari kelima model teknik analisis yang telah
dikembangkan tersebut di atas disarankan untuk menggunakan teknik analisis
gender dengan metode GenderAnalysis Pathway (GAP).
C. Metode Analisis GAP (Gender Analysis Pathway)
Analisis GAP ini dimulai dengan menggunakan data pembuka wawasan yang dipilah
menurut jenis kelamin (lelaki dan perempuan) dan data gender digunakan untuk
mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan
gender (gender issues).
Dengan menggunakan GAP ini dapat diidentifikasi kesenjangan gender dan
permasalahan gender sekaligus menyusun rencana kebijakan/program/kegiatan
yang ditujukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut.
Beberapa istilah yang harus dipahami dalam melakukan analisis, diantaranya:
1. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab
laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh
keadaan sosial dan budaya masyarakat.
2. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut.
3. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan
perempuan.
4. Data Terpilah adalah nilai dari variabel-variabel yang sudah terpilah antara laki-
laki dan perempuan berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian.
5. Data Kuantitatif adalah nilai variabel yang terukur.
6. Data Kualitatif adalah nilai variabel yang tidak terukur dan sering disebut atribut.
7 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
7. Responsif Gender adalah kebijakan/program/kegiatan yang sudah
memperhitungkan laki-laki dan perempuan
8. Perencanaan adalah suatu upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta informasi, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, melalui pemilihan alternatif tindakan yang rasional.
9. Perencanaan Kebijakan adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah,
dan lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun kebijakan jangka
menengah (setiap lima tahun), atau jangka pendek (setiap tahun) yang
dibutuhkan bagi penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan
daerah (provinsi, kabupaten/kota) berdasarkan atau mengacu pada Renstra.
10. Perencanaan Program adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dan
lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun rencana kegiatan jangka
menengah dan jangka pendek (setiap tahun), yang dibutuhkan bagi
penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan daerah (provinsi,
kabupaten/kota), berdasarkan atau mengacu pada kebijakan yang telah
ditetapkan.
11. Perencanaan Kegiatan adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah
dan lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun rencana kegiatan
jangka menengah dan jangka pendek (setiap tahun), yang dibutuhkan bagi
penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan daerah (provinsi,
kabupaten/kota), berdasarkan atau mengacu pada program yang telah
ditetapkan.
12. Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan
sumber daya tertentu.
13. Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam suatu
kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan
14. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil
keputusan.
15. Manfaat adalah kegunaan sumber yang dapat dinikmati secara optimal.
16. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak
memihak pada salah satu jenis kelamin.
17. Indikator adalah alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukan
perbandingan, kecenderungan atau perkembangan.
8 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan delapan langkah
yang harus dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap I: Analisis Kebijakan Responsif Gender; tahap ini diperlukan karena
secara umum kebijakan, program dan kegiatan pembangunan selama ini masih
netral gender (didasarkan pada asumsi bahwa pembangunan memberikan
manfaat dan berdampak sama kepada perempuan dan laki-laki)
2. Tahap II: Formulasi Kebijakan yang responsif Gender;
3. Tahap III: Rencana Aksi yang Responsif Gender
Langkah-langkah dalam Model GAP adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pada tahap pertama Analisis Kebijakan Responsif Gender:
a) Mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/kegiatan
pembangunan pertanian yang ada dari masing-masing unit sesuai tugas
pokok dan fungsi. Apakah kebijakan/program/kegiatan telah dirumuskan dan
ditetapkan untuk mewujudkan kesetaraan gender.
b) Menyajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis
kelamin sebagai data pembuka wawasan. Apakah data yang ada
mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara
perempuan dan laki-laki.
c) Menganalisis sumber dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya
kesenjangan gender (gender gap); mencakup (a). akses yang sama
terhadap sumber-sumber daya pembangunan sektor pertanian; (b). kontrol
terhadap sumber-sumber daya pembangunan pertanian; (c). partisipasi
perempuan dan laki-laki dalam berbagai tahapan pembangunan pertanian
termasuk dalam proses pengambilan keputusan; (d). manfaat yang sama
dari hasil pembangunan pertanian atau sumber daya pembangunan
pertanian yang ada.
d) Mengidentifikasi masalah-masalah gender (gender issues) berdasarkan
keempat faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender dengan menjawab
5 W dan 1 H. Apa masalah-masalah gender yang diungkapkan oleh faktor-
faktor kesenjangan gender; dimana terjadinya kesenjangan antara
perempuan dan laki-laki dalam masyarakat publik; mengapa terjadi
kesenjangan tersebut; apakah kebijakan/program/kegiatan pembangunan
9 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
sektor pertanian yang ada justru memperlebar kesenjangan, mempersempit
kesenjangan atau tetap, dan apakah akar permasalahan.
2. Langkah-langkah pada tahap kedua Formulasi Kebijakan Yang Responsif
Gender, yaitu:
e) Merumuskan kembali kebijakan/program/kegiatan pembangunan pertanian
yang reponsif gender. Dengan mempertimbangkan hasil proses analisis
gender yang dilakukan pada langkah 1 sampai 4 tahap pertama, sehingga
menghasilkan kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang responsif
gender.
f) Mengidentifikasi indikator gender (gender indicator) dari setiap
kebijakan/program/kegiatan pembangunan pertanian dari langkah e.
3. Langkah-langkah pada tahap ketiga Rencana Aksi Yang Responsif Gender:
g) Menyusun Rencana Aksi; yang didasarkan pada kebijakan/program/kegiatan
pembangunan responsif gender dengan tujuan untuk
mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.
Seluruh rencana aksi yang disusun sesuai dengan tujuan kebijakan yang
telah responsif gender yang telah diidentifikasi dalam langkah 5.
h) Mengidentifikasi sasaran (secara kuantitatif dan atau kualitatif) bagi setiap
rencana aksi butir 7. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan rencana
aksi tersebut mengurangi dan atau menghapus kesenjangan gender.
i) Pengukuran hasil dengan menggunakan data dasar dan indikator yang jelas.
Indikator gender diarahkan untuk meningkatkan peran pelaku usaha.
Secara ringkas sembilan langkah GAP disajikan pada Tabel 1.
10 Laporan Kinerja Pengelolaan
Tabel 1 : Sembilan Langkah
Kebijakan/
Program/
Kegiatan
Data
Pembuka
wawasan Faktor
Kesenjangan
Nama
Program/
Kegiatan
Tujuan
Kebijakan
Data terpilah
-Kuantitatif
-Kualitatif
-Akses
-Kontrol
-Partisipasi
-manfaat
Secara ringkas dan skematis, alur kerja analisis gender secara umum dimulai dari
identifikasi kebijakan responsif gender, formulasi, rencana aksi dan identifikasi
sasaran serta pengukuran hasil
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
bilan Langkah Gender Analisys Pathway
Isu Gender Kebijakan dan Rencana
Aksi
Faktor
Kesenjangan
Sebab
kesenjangan
Internal
Sebab
Kesenjangan
Eksternal
Reformasi
Tujuan
Kesenjangan
dapat dilihat
dari sisi
kebijakan
yang ada saat
itu
Kesenjangan
dilihat dari sisi
pelaku/
kelompok
sasaran
Merumusk
an kembali
Kebijakan/
program/
Kegiatan
yang
responsif
gender
Secara ringkas dan skematis, alur kerja analisis gender secara umum dimulai dari
identifikasi kebijakan responsif gender, formulasi, rencana aksi dan identifikasi
pengukuran hasil disajikan pada Bagan-1 berikut.
sif Gender Tahun 2012
Gender Analisys Pathway (GAP)
Kebijakan dan Rencana
Aksi
Pengukuran Hasil
Rencana
Aksi
Data
Dasar
Indikator
Gender
Rencana
Aksi
disusun di
tujukan
untuk
menguran
gi
kesenjang
an antara
perempua
n dan laki-
laki
Data
Terpilah
Meningk
atnya
peran
pelaku
usaha
Secara ringkas dan skematis, alur kerja analisis gender secara umum dimulai dari
identifikasi kebijakan responsif gender, formulasi, rencana aksi dan identifikasi
11 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
III. PROFIL KEGIATAN RESPONSIF GENDER TAHUN 2012
Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan delapan kegiatan responsif gender sebagai
Pilot Project dalam mengimplementasikan pelaksanaan anggaran yang responsif
gender. Penyusunan kegiatan tersebut mengacu pada PMK No. 93/PMK.02/ 2011
dan kegiatan/output responsif genderdi sajikan pada Tabel 2
.
Tabel 2. Kegiatan Responsif Gender dalam Pembangunan Pertanian Tahun
2012
NO ESELON I PROGRAM KEGIATAN OUTPUT KEGIATAN KELENGKAPAN
(TOR, GAP,GBS)
1 Ditjen Tanaman
Pangan
Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman Pangan
Untuk Mencapai
Swasembada dan
Swasembada Berkelanjutan
Penguatan Perlindungan
Tanaman dari gangguan
OPT dan DPI
Pengembangan Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SL-PHT) Tanaman
PanganLENGKAP
2 Ditjen Hortikultura Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Produk Tanaman
Hortikultura Berkelanjutan
Pengembangan Sistem
Perlindungan Tanaman
Hortikultura
Pengembangan Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SL-PHT) Hortikultura LENGKAP
3 Ditjen Perkebunan Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan
Dukungan Perlindungan
Perkebunan
Pelaksanaan Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SL-PHT) Perkebunan
LENGKAP
4
5
6
7
8
Ditjen Peternakan
dan Kesehatan
Hewan (PKH)
Program Pencapaian Swa-
sembada Daging Sapi dan
Peningkatan Penyediaan
Pangan Hewani yang Aman
Sehat, Utuh dan Halal
Peningkatan Produksi
Ternak dengan
Pendayagunaan
Sumberdaya Lokal
Sarjana Membangun Desa
(SMD)
Ditjen Prasarana dan
Sarana Pertanian
(PSP)
Program Peningkatan Nilai
Tambah, Dayasaing, Industri
Hilir, Pemasaran dan Eskpor
Hasil Pertanian
Ditjen P2HP Penyelengaraan SL-PPHP Sekolah Lapangan Pengolahan
Pemasaran Hasil Pertanian (SL-
PPHP) LENGKAP
LENGKAP
Pengembangan Irigasi
Partisipatif (PIP) Responsif
Gender
Pengelolan Air Untuk
Pertanian
Penyediaan dan
Pengembangan Prasarana
dan Sarana Pertanian
Pengembangan Desa Mandiri
Pangan (DEMAPAN)
Non Aparatur yang mengikuti
Pelatihan Teknis -Agribisnis
LENGKAP
LENGKAP
LENGKAP
Badan Penyuluhan
dan Pengembangan
SDMP (BPPSDMP)
Program Penyuluhan dan
Pengembangan SDM
Pertanian
Pemantapan Sistem
Pelatihan Pertanian
Badan Ketahanan
Pangan (BKP)
Program Peningkatan
Diversifkasi dan Ketahanan
Pangan Masyarakat
Pengembangan
Ketersediaan dan
Penanganan Kerawanan
Gambaran umum masing-masing kegiatan responsif gender tahun 2012 diuraikan
dalam bentuk profil kegiatan sebagai berikut.
A. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan metode
penyuluhan untuk mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu. Prinsip
12 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
dasar Sekolah Lapangan antara lain: (1) mempunyai peserta dan pemandu
lapangan, (2) merupakan sekolah di lapangan dan peserta
mempraktekkan/menerapkan secara langsung dari yang dipelajari, (3) mempunyai
kurikulum, evaluasi dan sertifikat tanda lulus, dan (4) dimulai dengan acara pre-
test/ballot box, kontak belajar, pertemuan pekanan, post-test/ballot box, field/hari
lapangan (penyerahan sertifikat kelulusan)
Metode penyuluhan sekolah lapangan ini muncul atas dasar dua hal penting, yaitu
keanekaragaman ekologi dan peran petani sebagai manajer (ahli PHT) di lahannya
sendiri. Pengendalian Hama Terpadu sulit dituangkan melalui model penyuluhan
biasa (poster, ceramah dan lainnya), antara lain karena keanekaragam ekologi
daerah tropik, oleh karena itu PHT bersifat sensitif lokal. PHT bekerja sama dengan
alam dan tidak menentangnya. Upaya mengubah petani agar menjadi manajer di
lahannya/ahli PHT pada dasarnya merupakan pengembangan sumberdaya
manusia. Untuk menuju pertanian berkelanjutan, petani agar mampu memperbaiki
teknologi pertanian secara berkesinambungan.
SL-PHT dilaksanakan dalam siklus kegiatan mengalami, menganalisis,
mengumpulkan dan menerapkan. Prinsip SL-PHT adalah pemberdayaan
petani/peserta dengan pendekatan pendidikan orang dewasa, sehingga mampu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah perilaku dalam
pengelolaan organisme pengganggu tanaman (OPT). Atas prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaannya, SL-PHT dilakukan di lahan (lahan
usaha tani sebagai kelas) dan bertahap selama satu siklus atau periode waktu
budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Ciri-ciri SL-PHT adalah sebagai berikut :
1. Petani dan Pemandu adalah peserta belajar dan saling menghormati;
2. Perencanaan bersama dilakukan oleh kelompok tani peserta;
3. Keputusan bersama dimusyawarahkan oleh anggota kelompok tani peserta;
4. Cara belajar lewat pengalaman/pendidikan orang dewasa (Andragogi);
5. Peserta melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri;
6. Materi pelatihan dan praktek terpadu di lapangan;
7. Sarana belajar adalah lahan usahatani (Agroekosistem);
13 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
8. Pelatihan selama satu siklus perkembangan tanaman (sesuai fenologi
tanaman);
9. Kurikulum yang rinci dan terpadu;
10. Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah diperoleh dari
lapangan;
11. Demokratis, kebersamaan, keselarasan, partisipatif dan tanggung jawab.
12. Lahan/lapangan dan ekologi pertanian setempat yang hidup dan dinamis
merupakan sarana belajar utama, jika diperlukan sarana belajar lain, maka
hanya berupa ”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah
proses belajar.
13. Peserta Sekolah Lapangan PHT adalah petani pemilik dan penggarap lahan
usahatani yang responsif terhadap teknologi baru, produktif, baik pria maupun
wanita. Sebagai petani mereka bukan milik dan bawahan siapapun.
SL-PHT Tanaman pangan ditujukan untuk komoditas: padi, jagung dan kedelai. SL-
PHT Hortikultura ditujukan untuk komoditas buah-buahan (mangga, jeruk, durian,
manggis dan pisang), sayuran (bawang merah, cabai dan kentang), tanaman hias
(anggrek), rimpang (jahe, kunyit dan kencur), dan tidak menutup kemungkinan untuk
komoditas tanaman hortikultura lainnya. Sedangkan SL-PHT untuk perkebunan
ditujukan pada komoditas kakao, lada, kopi, kapas, teh dan jambu mete.
SL-PHT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
petani/kelompok tani tentang empat prinsip PHT, yaitu: (1) Budidaya Tanaman
Sehat, (2) Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami (3) Pengamatan Rutin/
Berkala, dan (4) Petani Menjadi Ahli PHT, sehingga petani/kelompok tani mau dan
mampu secara mandiri menerapkan PHT dalam pengelolaan usaha taninya serta
dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan kesejahteraan petani.
Dalam pelaksanaan SL-PHT di lapangan masih terjadi kesenjangan antar pelaku, di
mana anggota kelompok tani umumnya laki-laki sehingga petani laki-laki lebih
banyak berpartisipasi baik dalam mengikuti pembinaan, pemanfaatan/pengetahuan
teknologi serta memiliki kontrol yang lebih tinggi terhadap sumberdaya lahan. Hal
tersebut disebabkan belum adanya data terpilah, belum semua orang/petugas
memiliki pengetahuan tentang kegiatan dan isu gender sehingga isu gender terjadi
14 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
belum dianggap penting dalam perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan.
Disamping itu, motivasi perempuan masih rendah karena masih terkait pada peran
domestik (rumah tangga).
B. Sarjana Membangun Desa (SMD)
Kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) yang merupakan salah satu kegiatan
Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian dalam upaya pemberdayaan
kelompok tani ternak yang dilakukan dengan menempatkan tenaga Sarjana
Peternakan dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan
Kedokteran Hewan di kelompok tani. Dengan penempatan SMD di pedesaan
diharapkan dapat melakukan transfer teknologi dari Perguruan/Sekolah Tinggi ke
masyarakat dan meningkatkan jiwa kewirausahaan.
Kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) telah dilaksanakan sejak tahun 2007
dengan fokus pada pengembangan usaha sapi potong untuk mendukung program
swasembada daging sapi 2014 (PSDS). Tahun 2009 kegiatan SMD diperluas pada
komoditi ternak unggas lokal, sapi perah, kambing/domba dan kelinci, di mana
keempat komoditi ini tidak hanya dapat meningkatkan usaha ekonomi di pedesaan,
tetapi juga berperan mendukung program restrukturisasi perunggasan dan
memperkuat program diversifikasi pangan.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, pelaksanaan kegiatan SMD tahun 2007
hingga tahun 2009 ditinjau dari aspek teknis, kelembagaan dan pengembangan
usaha cukup signifikan pengaruhnya terhadap kemajuan dan perkembangan
kelompok, sehingga pada tahun 2010 kegiatan ini lebih diperluas dan dikembangkan
baik komoditi maupun pelaksanaannya.
C. SL-PPHP
Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP)
merupakan kegiatan yang dapat mengintegrasikan kegiatan PPHP baik secara
vertikal antara pusat, Provinsi, kabupaten/kota sampai kepada pelaku usaha di
lapangan, maupun secara horizontal antar Direktorat (fungsi). SL-PPHP merupakan
15 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
upaya percepatan dalam memecahkan masalah pelaku utama dan pelaku usaha
yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yaitu
mengubah sasaran dan sikap ketergantungan ke arah kemandirian; dari saling
ketergantungan kearah kerja dalam kelompok dan pekerja terampil menjadi pekerja
profesional. Salah satu kegiatan SL-PPHP berupa pelatihan bagi penyuluh,
pendamping, pelaku usaha dan pelaku utama.
Pelaksanaan SL-PPHP dilaksanakan pada tiga tingkatan yaitu :
a. Pembekalan SL-PPHP untuk PL-I (Pemandu Lapangan) melalui workshop untuk
menetapkan Calon Penerima/Calon Lokasi (CP/CL): petani, lokasi, materi
pelatihan, masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha di lapangan. Peserta PL-I
adalah widyaiswara, penyuluh pertanian provinsi dan aparat pusat.
b. SL-PPHP PL-II dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pemandu lapangan
dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Peserta PL-II yaitu:
penyuluh pertanian/operator pembina/ tingkat kabupaten dan kecamatan.
c. SL-PPHP bagi pelaku usaha yaitu petani yang terkait dengan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian.
D. Pengembangan Desa Mandiri Pangan
Program Aksi Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan salah
satu komponen kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan
Kerawanan Pangan dalam mengurangi jumlah penduduk rawan pangan. Untuk
mengatasi masalah rawan pangan, dilakukan pemberdayaan ketahanan pangan
masyarakat kepada kelompok afinitas (keanggotaannya berdasarkan tempat tinggal)
selama empat tahun yaitu: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan
kemandirian. Tahapan tersebut dilaksanakan melalui pendampingan oleh penyuluh
pertanian dengan fokus pengembangan usaha produktif dan pemantapan ketahanan
pangan keluarga. Pengembangan usaha produktif dimaksudkan untuk meningkatkan
daya beli sehingga mampu mengakses pangan dari pasar yang tidak dapat dipenuhi
sendiri, sedangkan pengetahuan pemantapan ketahanan pangan keluarga adalah
upaya memenuhi kebutuhan pangan sendiri dengan sumber daya pangan yang
dimiliki.
16 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Sebelum kegiatan dimulai, dilakukan identifikasi peserta di desa yang mempunyai
jumlah penduduk miskin minimal 30% dan sebagian dalam kondisi rawan pangan.
Peserta yang telah terjaring dibentuk kelompok afinitas sebagai sarana komunikasi,
informasi dan edukasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam pendampingan
selama empat tahun. Pendampingan diarahkan sampai dengan kelompok afinitas
menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Bagi kelompok
afinitas yang berhasil, akan ditunjuk sebagai inti dalam memperluas pengembangan
desa mandiri melalui replikasi desa yang berada di sekitarnya dalam mendorong
Gerakan Kemandirian Pangan.
Proses pemberdayaan masyarakat melalui: 1) pelatihan; 2) pendampingan, dan 3)
peningkatan akses untuk pengembangan kerjasama partisipatif inklusif, kapasitas
individu, kapasitas kelembagaan masyarakat, sosial dan ekonomi serta ketahanan
pangan.
Dalam pelaksanaan di lapangan kelompok afinitas yang menjadi sasaran kegiatan
yang terdata pada umumnya adalah laki-laki, sehingga merekalah yang lebih banyak
berpartisipasi mengikuti pembinaan dan diskusi dengan petugas setempat, maka
pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat cenderung lebih dimanfaatkan oleh
petani laki-laki. Seharusnya perempuan juga mempunyai peluang yang sama dalam
mengikuti pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat, bahkan perempuan
mempunyai kemampuan dan peranan lebih baik dari pada laki-laki karena disamping
perempuan dapat berusaha dalam peningkatan pendapatan keluarga juga bisa
menerapkan pendidikan pangan dan gizi di lingkungan keluarganya.
E. Pengelolaan Irigasi Partisipatif (PIP)
Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut dipicu juga oleh pemahaman sebagian
besar petani bahwa pengelolaan irigasi merupakan tanggung jawab pemerintah
sepenuhnya, memicu rendahnya partisipasi petani dalam pengelolaan prasarana
irigasi yang selama ini hanya bisa di laksanakan oleh laki-laki. Sementara itu juga
teknologi pendayagunaan pengelolaan air irigasi yang dihasilkan lebih berorientasi
kepada laki-laki sebagai penggunanya, sehingga aspek gender belum
diperhitungkan. Potensi yang dimiliki masyarakat petani (wanita tani) sebenarnya
17 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
cukup besar dalam pengelolaan irigasi, sepanjang mereka dapat merasakan
langsung manfaat yang diperoleh serta diberi kesempatan untuk ikut memberikan
sumbang saran walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Hal ini dapat dilihat pada beberapa Daerah Irigasi yang masyarakat petani (wanita
tani) suku tertentu (Bali, Bugis, dll.) mampu berperan di bidang pengelolaan irigasi.
Kepatuhan dalam berorganisasi maupun besarnya rasa tanggung jawab mereka
dalam membangun dan memelihara jaringan irigasi sangat patut dihargai dan perlu
dikembangkan. Sedangkan kenyataan di lapangan banyak perempuan yang telah
berpartisipasi dalam menjalankan fungsi prasarana irigasi tetapi kurang dianggap
keterlibatannya selama ini sehingga aspek gender belum diperhitungkan.
Untuk itu implementasi di lapangan diwujudkan melalui pendekatan pengelolaan
irigasi partisipatif yang sensitif gender. Pendekatan pengelolaan partisipatif ini
sebenarnya sudah lama dikenal didalam sistem pengelolaan desa tradisional. Akan
tetapi sayangnya kearifan tradisional/lokal ini makin luput diperhitungkan. Oleh
sebab itu seharusnya melalui kebijakan pemberdayaan petani tersebut, maka
partisipasi dan peran serta petani (laki-laki dan perempuan) pemakai air dalam
pengelolaan irigasi akan semakin ditingkatkan dan dilakukan dalam setiap tahapan
kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi
serta pemanfaatan hasil, termasuk pembiayaannya, sehingga petani (laki-laki dan
perempuan) mempunyai rasa memiliki terhadap hasil pembangunan prasarana
irigasi.
Atas dasar pengalaman dan informasi dari beberapa provinsi sebenarnya partisipasi
petani yang sensitif gender dalam pengelolaan irigasi cukup dapat diandalkan
sepanjang petani (laki-laki dan perempuan) diberi kesempatan dan kepercayaan
untuk ikut berperan serta dan pembinaan serta bimbingan yang dilakukan secara
terus menerus dari aparat pemerintah terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas
Pengairan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Lembaga
Formal/Informal.
18 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
F. Pelatihan Teknis Pertanian Non Aparatur
Dalam upaya peningkatan kemampuan dan usaha sumberdaya manusia (SDM)
Pertanian telah dilakukan berbagai kegiatan pelatihan bagi non aparatur. Jenis
pelatihan yang telah dilakukan, yaitu: pelatihan bagi petani, pemantapan
kelembagaan serta pemantapan kelembagaan petani (mulai dari aspek budidaya
sampai pemasaran). Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang merupakan
salah satu unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertanian R.I No. 299/Kpts/OT.140/7/2005, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan pengembangan
sumberdaya manusia pertanian. BBPP Lembang, sebagai salah satu unit kerja,
mempunyai tugas melaksanakan pelatihan bagi aparatur pertanian dalam bentuk
pelatihan bagi non aparatur serta pengembangan kelembagaan tani.
Untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut di atas, secara operasional
pengembangan SDM pertanian (non aparatur) dilakukan melalui pelatihan teknis
yang diselenggarakan BBPP Lembang. Kegiatan ini akan diikuti oleh beberapa
unsur aparatur sebagai penerima manfaat, diantaranya yaitu: unsur petani, unsur
kelembagaan P4S dan unsur kelembagaan lainya dibidang pertanian
19 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
IV. KINERJA PENGELOLAAN DAN ANALISIS GENDER
A. Kinerja Pengelolaan Kegiatan Responsif Gender
Keragaan pengelolaan delapan pilot proyek kegiatan responsif gender tahun 2012
disajikan mengenai: (1) kelengkapan persyaratan dalam perencanaan dan
penganggaran, (2) persiapan kegiatan di lapangan (Juklak/Juknis, sosialisasi,
indentifikasi data lokasi, seleksi data terpilah CP/CL, penetapan kelompok tani
sasaran, penetapan pendamping/pemandu/fasilitator, (3) penyaluran bantuan sosial,
(4) pelaksanaan kegiatan, (5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Secara rinci
aspek pengelolaan kegiatan responsif gender dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelengkapan persyaratan dalam perencanaan dan penganggaran.
Delapan pilot proyek kegiatan responsif gender tahun 2012 seluruhnya telah
dilengkapi dengan analisis GAP, TOR dan GBS. Hal tersebut telah sejalan dan
mengacu kepada PMK No. 93/PMK.02/2011.
b. Persiapan kegiatan di lapangan
Secara umum dapat dijelaskan bahwa dokumen perencanaan berupa Juknis
telah disusun oleh SKPD kabupaten/kota. Juknis ini mengatur hal-hal yang
belum jelas dan diatur pada juklak yang disusun oleh SKPD Provinsi dan
pedoman yang disusun oleh pusat. Juknis disusun secara fleksibel dengan
memperhatikan kondisi wilayah. Persiapan lain yang telah dilakukan adalah:
sosialisasi terhadap calon kelompok sasaran, melakukan indentifikasi data
lokasi, melakukan seleksi data terpilah CP/CL, penetapan kelompok tani
sasaran, maupun penetapan pendamping/pemandu/fasilitator yang berdedikasi
tinggi dalam mengembangkan dan memotivasi masyarakat. Penyusunan data
dasar lokasi mencakup data karakteristik rumah tangga, pemetaan potensi
wilayah lokasi kegiatan, profil kelompok dan profil lokasi.
c. Penyaluran bantuan sosial
Berdasarkan laporan yang diterima Pokja Pusat dapat disampaikan bahwa
sebagian besar daerah telah merealisasikan penyaluran bantuan sosial terhadap
kelompok tani sasaran. Bantuan tersebut digunakan untuk kegiatan produktif di
bidang pertanian.
20 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok tani sasaran, antara lain
meliputi: pengorganisasian kelompok, rapat kelompok, identifikasi kebutuhan
dan jenis usaha, rencana usaha dan biaya, pengadaan sarana dan prasarana
produksi, penyelenggaraan pelatihan, pelaksanaan usahatani dan lainnya.
Kegiatan pendampingan/pembinaan dilakukan oleh petugas di lapangan dan
difasilitasi oleh SKPD tingkat kabupaten/kota.
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik guna memastikan
bahwa semua yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik di
lapangan. Pemantauan di lapangan dilakukan dengan mengamati, observasi
lapang dan wawancara kepada petugas dan kelompok tani sasaran. Hasil
pemantauan dianalisis dan dievaluasi dengan cara membandingkan antara
dokumen perencanaan dan kondisi aktual di lapangan. Terdapat dua jenis
pelaporan dalam kegiatan responsif gender yaitu (1) pelaporan rutin dari
lapangan secara berjenjang disampaikan ke pusat, laporan ini mencakaup
kinerja realisasi fisik dan keuangan serta kendala yang dihadapi, dan (2) laporan
hasil pemantauan dan evaluasi yang disusun oleh Pokja PUG untuk
disampaikan ke pimpinan. Saat ini Kementan sedang menyusun mekanisme
pelaporan rutin (triwulanan) dari lapangan secara on-line berbasis website
dengan harapan laporan akan disampaikan lebih cepat, dan untuk segera
mendapat respon tindak lanjut dari pimpinan.
B. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Tanaman Pangan
Kinerja SL-PHT Tanaman Pangan tahun 2011, dilihat dari aspek gender, secara
ringkas disajikan sebagai berikut: kehadiran peserta SL-PHT berkisar antara 90 –
100%, dan secara rata-rata (Indonesia) mencapai 99,20%.
a. Komposisi peserta pria:wanita cukup bervariasi di daerah, dengan rata-rata
Indonesia 77,60%:22,40%.
b. Peserta didominasi petani yang berumur ≤20 - ≥40 th, yaitu sebanyak 49%,
diikuti peserta berumur ≥ 40 th sebanyak 46%, dan umur ≤ 20 th hanya 5%.
c. Jenjang pendidikan peserta umumnya lulusan SD (40,90%), diikuti peserta
lulusan SLTP (31,50%), SLTA (26,40%), dan Perguruan Tinggi (1,10%).
21 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d. Peningkatan Kemampuan dan Pengetahuan rata-rata adalah 77,01 % (Pre Test
43,5 dan Post Test 77).
Sedangkan dampak dari kegiatan SL-PHT 2011 dibandingkan dengan non SL-PHT
sebagai berikut:
a. Intensitas serangan OPT Utama padi pada perlakuan petani berkisar antara 0 –
31,80% (rata-rata 9,80%), sedangkan pada petak PHT antara 0 – 15,50% (rata-
rata 6,20 %), berarti secara rata-rata pada petak PHT intensitas serangan OPT
lebih rendah sebesar 36,73% dibandingkan petak petani.
b. Aplikasi pestisida kimia pada petak perlakuan petani berkisar antara 0.4 kali –
12,4 kali (rata-rata 3,3 kali). Sedangkan pada perlakuan PHT aplikasi pestisida
kimia berkisar antara 0 kali – 3,7 kali (rata-rata 0,8 kali), yang berarti pada petak
PHT frekuensi aplikasi pestisida lebih rendah sebesar 75,76% dibandingkan
petak petani.
c. Produktivitas (provitas) pada perlakuan petani berkisar antara 23,1 ku/ha – 90,8
ku/ha (rata-rata 55,80 ku/ha). Sedangkan pada petak PHT, produktivitas
berkisar antara antara 28,70 ku/ha – 100,70 ku/ha (rata-rata 64,90 ku/ha).
Dengan demikian secara rata-rata pada petak PHT terjadi peningkatan provitas
sebesar 16,31%.
d. Rata-rata B/C Ratio pada petak perlakuan petani berkisar antara 0,2 – 5,3 (rata-
rata 1,7) dan pada petak PHT berkisar antara 0,5 – 5,3 (rata-rata), 3), sehingga
pada petak PHT terjadi peningkatan B/C Ratio sebesar 35,29%.
C. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Hortikultura
SL-PHT merupakan metode penyuluhan dalam bidang perlindungan tanaman untuk
mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu. Pengendalian Hama Terpadu
sulit dituangkan melalui model penyuluhan biasa (poster, ceramah dan lainnya)
antara lain karena keanekaragaman ekologi daerah tropik, oleh karena itu PHT
mutlak bersifat lokal. PHT bekerjasama dengan alam dan tidak menentangnya.
Upaya mengubah petani agar menjadi manajer lahannya/ ahli PHT pada dasarnya
merupakan pengembangan sumber daya manusia. Untuk menuju pertanian
22 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
berkelanjutan petani merupakan sumber daya masyarakat tani itu sendiri yang
mampu memperbaiki teknologi pertanian secara berkesinambungan.
SL-PHT Hortikultura telah dimulai sejak tahun 2007 hingga sekarang. Pada tahun
2012 terdapat 661 kelompok SL-PHT yang tersebar pada 33 Provinsi di Indonesia
yang dananya bersumber dari APBN. Pada umumnya pengunaan dana hanya
diperuntukkan pada operasional SL-PHT itu sendiri yakni Honor pendamping lapang,
konsumsi peserta selama pertemuan, serta bantuan transport peserta selama
pertemuan.
Sejalan dengan konsep Pengarusutamaan Gender (PUG), Peserta SL-PHT tiap-tiap
kelompok telah ditetapkan maksimal 25 orang dengan persentase peserta
perempuan minimal 15% ketetapan ini merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan peran perempuan dalam mengisi pembangunan.
Sesuai dengan dana yang telah dialokasikan, dalam setahun pertemuan kelompok
memang telah ditetapkan yakni sekitar 12-14 kali pertemuan yang umumnya
berlangsung selama tiga bulan. Namun demikian, ketika pertemuan SL telah
mencapai 12 atau 14 kali pertemuan, kegiatan dalam kelompok tersebut tetap
berjalan dengan menerapkan teori serta praktek dilapangan yang telah mereka
dapatkan selama mengikuti program SL-PHT pada pertanian mereka dan tetap
dalam pengawasan pendamping petugas lapang di daerah.
1. Sl-PHT Pada Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang
a. SL-PHT pada kabupaten Bandung Barat
Pada kabupaten Bandung Barat terdapat dua kelompok yang tergabung dalam
SL-PHT, yaitu :
1) Kelompok Tani “Bunga Mekar”
a) Profil Kegiatan
Kelompok Tani “Bunga Mekar” terletak di kampung Sukaraya, RT 03/RW
05, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Dengan jumlah peserta sebanyak 25 orang yang terdiri dari 18 orang
laki-laki dan 7 orang perempuan yang berada dibawah pengawasan
pendamping lapang yang berjumlah tiga orang. moditas yang
23 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
dibudidayakan pada kelompok ini adalah tanaman hias krisan.
Pertemuan dilakukan 1 kali dalam seminggu, setiap hari selasa mulai
dari pukul 13.00 – selesai (berkisar 4 – 5 jam). Penentuan jadwal
pertemuan didasarkan pada kesepakatan antara petani dengan
pemandu lapangan, dan sampai saat ini (tanggal 3 September 2012)
kegiatan SL-PHT telah berlangsung selama 12 kali pertemuan.
Kegiatan dilakukan selama satu musim (3 bulan) yang dimulai dari
penyemaian sampai pada masa panen dengan melibatkan seluruh
peserta. Aktivitas yang dilakukan selama pertemuan adalah pengamatan
OPT, pengukuran cabang, jumlah tunas, keadaan gulma, air, gambar
pada kertas hasil pengamatan, persentase yang dilanjutkan dengan
diskusi oleh seluruh peserta.
Beberapa kegiatan budidaya yang dominan dilakukan oleh laki-laki:
pencangkulan, pengobatan, penyiraman (kadang-kadang perempuan),
penyemprotan, pembuatan screen house. Beberapa kegiatan budidaya
yang dominan dilakukan oleh perempuan: penanaman, penyiangan,
pemupukan, pupuk dasar (pupuk organik), pupuk kimia, pemangkasan
bunga, pemanenan 50:50; Produksi: produksi perminggu kurang lebih
3.000 tangkai/ perikat Rp. 7.000 (10 tangkai). Panen perminggu. Dari
100 % hasil panen rata-rat yang terjual sekitar 70%. Dengan modal rata-
rata sekali tanam kurang lebih 5 juta, hasil kurang lebih 10 juta;
Pemasaran: biasanya hasil pertanian didistribusikan kepasar
Pemasaran rawa belong, jakarta (sebagian besar dikirim ke rawa
belong), wastu kencana –bandung. Untuk pemasaran Bandung diambil
oleh pengepul dan untuk rawa belong langsung dikirim ke pihak kedua.
Kontrol terhadap lahan: perempuan tetap berpartisipasi tetapi penentu
keputusan tetap berada pada laki-laki. Keuntungan: perempuan lebih
dominan dalam pengelolaan uang. Tapi dalam penggunaannya tetap
dalam tahap diskusi. Laki-laki berperan dalam pengajuan kebutuhan.
Permodalan: tiap-tiap kepala keluarga memiliki aturan yang berbeda
tetapi pada umumnya penentu keputusan berada pada laki-laki
24 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
b) Kendala yang dihadapi adalah banyaknya istilah-istilah yang sulit di
pahami oleh para peserta. Solusi pada level kabupaten adalah lebih
menyederhanakan bahasa dalam penyampaian materi, PPL di lapangan
berkoordinasi dengan petugas dinas provinsi. Adapun untuk level
kelompok tani harus dipecahkan berdasarkan kebutuhan
petani/kelompok
c) Manfaat bagi kelompok tani adalah menambah wawasan bagi para
petani khususnya dalam hal penanganan OPT, menumbuhkan semagat
bertani dan meningkatkan rasa percaya diri.
2) Kelompok Tani “Agri Binangkit”
a) Profil Kegiatan
Kelompok Tani “Agri Binangkit” kampung Bukanagara, Desa Pagar Wagi
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dengan jumlah
anggota sebanyak 25 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 8
orang perempuan. Komoditas yang dibudidayakan pada Kelompok Tani
Agri Binagkit adalah Buah Jeruk Lembang. Pertemuan dilakukan 1 kali
dalam seminggu, adapun waktunya sangat kondisional. Penentuan
jadwal pertemuan didasarkan pada kesepakatan antara petani dengan
pemandu lapangan. Aktivitas yang dilakukan selama pertemuan adalah
Pengamatan OPT, okulasi, cara pembuatan pestisida nabati, gambar
pada kertas hasil pengamatan, persentase yang dilanjutkan dengan
diskusi oleh seluruh peserta. Beberapa kegiatan budidaya yang dominan
dilakukan oleh Laki-laki: pengolahan tanah, pemupukan, pemanfaatan
agensi hayati, pengendalian mekanik, pengendalian. Beberapa kegiatan
budidaya yang dominan dilakukan oleh perempuan : pada kelompok
Tani Agri Bingangkit ini hanya beberap aktivitas saja yang melibatkan
perempuan seperti penetapan waktu tanam, penyiangan, sortasi hasil
panen, pengemasan dan pengepakan. Kontrol terhadap lahan:
perempuan tetap berpartisipasi tetapi penentu keputusan tetap berada
pada laki-laki. Keuntungan: perempuan lebih dominan dalam
pengelolaan uang. Tapi dalam penggunaannya tetap dalam tahap
diskusi. Laki-laki berperan dalam pengajuan kebutuhan. Permodalan:
25 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
tiap-tiap kepala keluarga memiliki aturan yang berbeda tetapi pada
umumnya penentu keputusan berada pada laki-laki
b) Kendala yang dihadapi adalah banyak istilah-istilah yang sulit di pahami
oleh para peserta. Solusi pada level kabupaten adalah lebih
menyederhanakan bahasa dalam penyampaian materi, PPL di lapangan
berkoordinasi dengan petugas dinas provinsi. Adapun untuk level
kelompok tani harus dipecahkan berdasarkan kebutuhan petani/kelompok
c) Manfaat bagi kelompok tani adalah menambah wawasan bagi para petani
khususnya dalam hal penanganan OPT, menumbuhkan semagat bertani
dan meningkatkan rasa percaya diri
b. SL-PHT pada kabupaten Sumedang
1) Kelompok Tani “Pasir Keliki”
a) Profil Kegiatan
Kelompok Tani “Pasir Keliki” terletak di kampung Pasir Keliki, Desa
Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang. Dengan jumlah
peserta sebanyak 25 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 7
orang perempuan yang berada dibawah pengawasan pendamping
lapang yang berjumlah enam orang. Komoditas yang dibudidayakan
pada kelompok ini adalah Komoditas cabe. Latar belakang pendidikan
anggota kelompok tani “Pasir Keliki” rata-rata. Beberapa kriteria dalam
menetapkan menetapkan kelompok tani sebagai kelompok yang akan
dibina dalam SL-PHT yaitu: kelompok yang aktif/rutin melaksanakan
peretemuan kelompok, kelompok/petani yang anggotanya menanam
cabe, kondisi lahan memungkinkan ditanami saat kegiatan SL.
Sosialisasi PPL terhadap kelimpok tani berupa jenis kegiatan,
komoditas, lama kegiatan dan peserta.
Pertemuan dilakukan 1 kali dalam seminggu, setiap hari selasa mulai
dari pukul 9.00 – 12.00. Penentuan jadwal pertemuan didasarkan pada
kesepakatan antara petani dengan pemandu lapangan, kigiatan telah
dilakukan 5 kali pertemuan dan akan dilaksanakan sebanyak 12 kali
26 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
pertemuan. Kegiatan dilakukan selama satu musim (3 bulan) yang
dimulai dari penyemaian sampai pada masa panen dengan melibatkan
seluruh peserta. Aktivitas yang dilakukan selama pertemuan adalah
Penggambaran situasi dilapang, diskusi, praktikum, pengamatan OPT,
pemeliharaan, dan pengendalian. Beberapa kegiatan budidaya yang
dominan dilakukan oleh Laki-laki: pencangkulan, pengobatan,
penyiraman (kadang-kadang perempuan), penyemprotan, pembuatan
screen house. Beberapa kegiatan budidaya yang dominan dilakukan
oleh perempuan : penanaman, penyiangan, pemupukan, pupuk dasar
(pupuk organik), pupuk kimia, pemangkasan bunga, pemanenan
50:50. Pemasaran : biasanya hasil pertanian didistribusikan kepasar
setempat. Kontrol terhadap lahan : perempuan tetap berpartisipasi
tetapi penentu keputusan tetap berada pada laki-laki. Keuntungan :
perempuan lebih dominan dalam pengelolaan uang. Tapi dalam
penggunaannya tetap dalam tahap diskusi. Laki-laki berperan dalam
pengajuan kebutuhan. Permodalan : tiap-tiapkepala keluarga memiliki
aturan yang berbeda tetapi pada umumnya penentu keputusan berada
pada laki-laki.
b) Kendala yang dihadapi adalah banyak Istilah-istilah yang sulit di pahami
oleh para peserta dan pengairan mulai tesendat-sendat. Solusi pada level
kabupaten adalah lebih menyederhanakan bahasa dalam penyampaian
materi PPL di lapangan berkoordinasi dengan petugas dinas provinsi.
Untuk level kelompok tani dipecahkan berdasarkan kebutuhan
petani/kelompok.
c) Manfaat bagi kelompok tani adalah menambah wawasan bagi para petani
khususnya dalam hal penanganan OPT, menumbuhkan semangat
bertani dan meningkatkan rasa percaya diri
KESIMPULAN
a. Berdasarkan peraturan jumlah peserta yeng telah ditetapkan (minimal 15
%) jumlah anggota perempuan dalam tiap kelompok telah memenuhi
27 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
b. Pada kelompok tani Bunga Mekar di kec. Cisarua dan kelompok tani
Pasir keliki di Kabupaten Sumedang anggota kelompok perempuan
cukup antusias dalam mengikuti SL-PHT
c. Dari ketiga kelompok tani yang telah dikunjungi rata-rat
permasalahannya adalah kesulitan dalam memahami istilah-istilah PHT
& masalah permodalan
d. Untuk akses, partisipasi, dan manfaat perbandingannya sudah mencapai
65 % : 45 % antara laki-laki dan perempuan, tetapi dalam hal komtrol
masih didominasi oleh laki-laki.
D. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan SL-PHT Perkebunan
1. Pelaksanaan SL-PHT periode tahun 1997 – 2010
Melalui Bagian Proyek PHT-Perkebunan Rakyat (PR) atau Integrated Pest
Management (IPM)-Smallholders Estate Crop Protection (SECP) dari tahun
1997 sampai tahun 2005, dengan bantuan pinjaman dana dari Asean
Development Bank (ADB), pemerintah telah melaksanakan kegiatan SL-PHT
pada 12 provinsi yang meliputi komoditi kopi, kakao, lada, kapas, teh dan
jambu mete. Jumlah petani yang telah mengikuti SL-PHT mencapai 122.610
petani. Peserta SL-PHT adalah petani pekebun yang ditetapkan berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dengan jumlah peserta setiap kelompoknya
sebanyak 25 orang. Dengan adanya permintaan dari Bank Dunia, agar
dipersyaratkan peserta SL-PHT adalah perempuan sebanyak 10 %. Hal ini
telah sejalan dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarustamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional, semua
pimpinan Kementerian dan Lembaga Pemerintah baik Pusat maupun Daerah
diinstruksikan untuk mengintegrasikan aspek gender dalam menyusun
kebijakan, program dan kegiatan.
Mengingat pentingnya peran perempuan dalam pelaksanaan SL-PHT
perkebunan dan implementasi PHT, maka persentase peserta perempuan
ditingkatkan menjadi 20%. Persyaratan meningkatnya persentase peserta
perempuan mungkin menjadi hal yang menyulitkan bagi beberapa provinsi,
28 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
seperti daerah yang secara kental menganut tuntunan agama termasuk aspek
sosial budaya.
Provinsi Bali dikenal sebagai salah satu provinsi dengan budaya yang biasa
mempekerjakan perempuan pada beberapa kegiatan, terutama dalam kegiatan
usahatani. Sedangkan di beberapa wilayah lainnya, seperti di Pulau Sumatera,
peran perempuan tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan peran laki-laki
terutama dalam kegiatan usaha tani perkebunan.
Mulai tahun 2006 – 2009 melalui dana TP, telah dilatih petani sebanyak 11.810
orang petani yang menyebar hampir pada semua provinsi. Dalam
pelaksanaannya, peserta perempuan bukan merupakan rambu-rambu yang
harus dipenuhi, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi responsif gender.
Agar penyelenggaraan pembangunan perkebunan memberikan keadilan dan
kesetaraan bagi seluruh masyarakat tanpa membedakan laki-laki dan
perempuan, maka pada tahun 2010 jumlah peserta perempuan yang
dipersyaratakan dalam SL-PHT menjadi 25 %. Hasil evaluasi pelaksanaan SL-
PHT pada tahun 2010 diperoleh rata-rata prosentase perempuan 24% dalam
setiap kelompok atau sebanyak 5 orang.
2. Pelaksanaan SL-PHT tahun 2011
Melalui alokasi dana APBN Tahun 2011, SL-PHT perkebunan dilaksanakan
menyebar di 15 Provinsi, 40 kabupaten, atau dengan peserta sebanyak
77 kelompok tani (1.925 petani) pada delapan komoditas perkebunan yaitu
kakao, kopi, karet, kelapa, jambu mete, cengkeh, kelapa sawit dan lada.
Berdasarkan catatan dari daerah bahwa peserta SL-PHT per kelompok tani
sebanyak 25 orang dan prosentase rata-rata keikutsertaan perempuan untuk
SL-PHT masing-masing sebagai berikut: komoditi kakao 16%, kopi 19%, karet
21%, kelapa 20%, jambu mete 31%, kelapa sawit 0%, cengkeh 20% dan lada
32 %.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan perempuan dalam pelaksanaan
SL-PHT rata-rata untuk semua komoditi adalah sebesar 20 %. Masih
29 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
kurangnya peserta perempuan yang ikut SL-PHT umumnya disebabkan oleh
perempuan kurang berperan dalam pelaksanaan budidaya tanaman sehat
seperti pengelolaan/pemeliharaan tanaman perkebunan dan perempuan lebih
banyak melakukan urusan rumah tangga.
3. Pelaksanaan SL-PHT tahun 2012
SL-PHT petani tahun 2012 dilaksanakan di 19 provinsi, 41 kabupaten, dengan
peserta sebanyak 84 kelompok tani atau 2.100 petani. Kegiatan SL-PHT
perkebunan pada tahun 2012 dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 dan
sampai saat ini telah dilaksanakan di Provinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Lampung dan Bali.
Hasil evaluasi kegiatan
yang responsif gender
telah dilaksanakan pada
SL-PHT kakao yaitu di
Desa Sobangan
Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung
Provinsi Bali yaitu pada
kelompok tani (Subak
Abian) Manik Sarwa
Nadi. Peserta SL-PHT kakao dimaksud dalam satu kelompok terdiri dari 20 laki-laki
dan lima perempuan, sebagai berikut :
a. Latar belakang pendidikan para peserta bervariasi yaitu mulai dari SD sampai
dengan S1 yaitu Sarjana satu orang, 10 orang tamatan SLTA, tiga orang
tamatan SLTP dan 11 orang tamatan SD. Peserta perempuan tiga orang
tamatan SLTA, satu orang tamatan SLTP dan satu orang SD.
b. Kontribusi perempuan dalam pelaksanaan SL-PHT berkisar antara 0 – 40 %
dibanding dengan laki-laki, hal ini dapat dibuktikan dengan kontribusi perempuan
dan laki-laki, yaitu :
30 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
No Kegiatan SL-PHT Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
% Keterlibatan Perempuan
1 Praktek pemupukan 25 0 0 2 Pembahasan 6 1 11
3 Pemaparan 2 0 0 4 Diskusi/bertanya 5 3 40
c. Kontribusi langsung perempuan dalam SL-PHT antara 0-100% dibandingkan
dengan laki-laki, atau rata-rata sekitar 14 %. Tidak dijumpai adanya kondisi
seimbang, dimana laki-laki dan perempuan masing-masing berkontribusi 50 %.
d. Wawancara yang dilakukan dengan responden yang diambil dari peserta SL-
PHT, terdiri dari empat orang perempuan dan empat orang laki-laki, diperoleh
hasil sebagai berikut :
1) Materi kuisener meliputi indikator akses, kontrol, partisipasi dan manfaat
baik dalam hal mendapatkan informasi, memahami dan menerapkan
teknologi PHT dan prediksi iklim.
2) Pada umumnya peserta SL-PHT baik perempuan dan laki-laki tetap
melakukan kegiatan tahapan PHT secara utuh (pengamatan OPT,
pemupukan, pemangkasan, sanitasi, pemanenan dan kegiatan lainnya),
tergantung kondisi masing-masing urusan rumah tangga keluarga peserta
SL-PHT. Namun peran laki-laki lebih menonjol dalam akses informasi harga
(komoditas dan sarana produksi), dan mekanisme mendapatkan bahan
tanaman yang bersertifikat.
3) Pengetahuan maupun ketrampilan peserta dalam SL-PHT sangat
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan riwayat pekerjaan (ada yang
pensiunan pegawai).
4) Pada umumnya aspek budaya sangat erat hubungannya dengan responsif
gender, hal ini terbukti bahwa perempuan mempunyai peran hampir
seimbang dengan laki-laki khususnya di provinsi Bali.
31 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Dari hasil pelaksanaan SL-PHT
seperti tersebut di atas dapat
disampaikan hal-hal sebagai
berikut :
1) SL-PHT berlangsung dari
jam 08.00 – 14.00 dan
dilaksanakan setiap minggu
selama 16 kali pertemuan secara
kontinu, dengan demikian tidak
menjadi masalah bagi peserta
perempuan untuk mengikuti SL-PHT, walaupun jadwal pelaksanaan SL-PHT
bersamaan waktunya dengan pelaksanaan kewajiban sebagai ibu rumah
tangga.
2) Dari hasil pelaksanaan SL-PHT mulai dari periode tahun 1997 sampai dengan
tahun 2011 diperoleh rata-rata keikutsertaan perempuan sebesar 20% dalam
setiap kelompok.
3) Kontribusi langsung perempuan dalam SL-PHT antara 0-100% dibandingkan
dengan laki-laki, atau rata-rata sekitar 14%. Tidak dijumpai adanya kondisi
seimbang, dimana laki-laki dan perempuan masing-masing berkontribusi 50%.
4) Dari hasil kunjungan lapangan ke SL-PHT kakao di Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung Provinsi Bali, peserta SL-PHT baik laki-laki maupun
perempuan turut berperan serta dalam setiap tahapan kegiatan yang ada dalam
SL-PHT.
5) Pemahaman PHT dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan bahkan
jenis kelamin. Pada umumnya peserta laki-laki memahami PHT.
6) Latar belakang budaya suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan usaha tani, khususnya penerapan PHT.
E. Tipologi/Potret Kelompok Peternak Kegiatan Sarjana Membangun Desa
Kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) merupakan fasilitasi pemerintah cq
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk membentuk calon-
calon wirausahawan di bidang peternakan, serta mendorong transfer teknologi yang
32 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi di bidang peternakan dan kesehatan
hewan, yang mereka pelajari di bangku kuliah kepada para peternak.
Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan
pendapatan dan daya beli serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pemenuhan gizi. Dengan meningkatnya permintaan tersebut, memberikan peluang
untuk berkembangnya usaha agribisnis peternakan.
Metode pelaksanaan kegiatan SMD tersebut dilakukan melalui pengajuan
permohonan para lulusan perguruan tinggi dibidang peternakan dan kesehatan
hewan kepada Dekan Fakultas Peternakan atau Kedokteran Hewan/Fakultas yang
membidangi Jurusan Peternakan/Kedokteran Hewan yang ada di wilayah
Kabupaten/Provinsi domisili calon SMD dan kelompok binaannya, dan atau Dinas
Peternakan/Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi.
Seleksi terhadap para lulusan perguruan tinggi dibidang peternakan dan kesehatan
hewan yang mengajukan permohonan tersebut dilakukan melalui 3 tahap yakni
tahap penilaian administrasi, wawancara dan verifikasi ke lapangan. Selanjutnya
para lulusan perguruan tinggi dibidang peternakan dan kesehatan hewan yang telah
lulus dari ketiga tahapan seleksi tersebut ditetapkan sebagai penerima fasilitasi
kegiatan SMD.
SMD yang menerima fasilitasi kegiatan SMD tersebut mendapatkan bantuan
penguatan modal usaha untuk mengadakan agroinput dan melakukan usaha
peternakan bersama dengan kelompok peternak binaannya tersebut. SMD tersebut
diharapkan dapat melakukan tranfer teknologi dari ilmu-ilmu peternakan dan
kesehatan hewan yang diperolehnya dari perguruan tinggi ke para peternak, serta
mampu mengembangkan usaha peternakan ke arah agribisnis guna meningkatkan
kesejahteraan peternak.
SMD Tahun 2007-2011
Fasilitasi kegiatan SMD ini dimulai sejak tahun 2007 melalui bantuan penguatan
modal usaha yang diberikan kepada SMD yang lulus seleksi dan kelompok
binaannya. Total lulusan perguruan tinggi di bidang peternakan dan kesehatan
33 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
hewan yang telah menerima fasilitasi kegiatan SMD tersebut dari tahun 2007 hingga
2011, berjumlah 2.192 SMD yang terdiri dari SMD dibidang usaha peternakan sapi
potong (1.242), sapi perah (74), kerbau (28), kambing/domba (549), unggas lokal
(264) dan kelinci (35).
Pada penerimaan lulusan perguruan tinggi di bidang peternakan dan kesehatan
hewan yang lulus mendapat fasilitasi kegiatan SMD tahun 2007 hanya berjumlah 10
SMD, dimana 90% adalah laki-laki dan 10% perempuan. Pada tahun 2008 fasilitasi
kegiatan SMD berjumlah 199 SMD, dimana persentase SMD perempuannya
meningkat menjadi 15% dan persentase SMD laki-laki penerima menurun menjadi
85%. Selanjutnya pada tahun 2009 persentase SMD perempuan penerimanya
meningkat menjadi 20% dari total paket SMD yang berjumlah 600 paket, sedangkan
SMD laki-laki penerimanya menurun menjadi 80%. Peningkatan persentase SMD
perempuan penerima fasilitasi ini meningkat kembali pada tahun 2010 menjadi 30%
dari total kegiatan 700 paket, sedangkan persentase SMD laki-laki menurun menjadi
70%. Namun demikian presentase SMD perempuan pada tahun 2011 menurun
dibandingkan tahun 2010 menjadi 25% seiring dengan penurunan paket SMD
menjadi 689 paket.
Hasil Evaluasi SMD Tahun 2007-2010 di 8 (Delapan) Provinsi
Pada tahun 2011 telah dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan
kegiatan SMD dari tahun 2007 hingga tahun 2010 di 8 propinsi, yakni Propinsi D. I.
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Riau, Sumatera Barat,
dan Sumatera Selatan. Penilaian evaluasi tersebut dilakukan dengan dikategorikan
dalam 4 (empat) kelompok penilaian, yakni GRADE A (sangat berkembang),
GRADE B (berkembang), GRADE C (cukup berkembang), yakni GRADE D (tidak
berkembang). Pengelompokkan tersebut berdasarkan penilaian pada kriteria 1)
produksi dan produktifitas peternakan kelompok binaannya; 2) peningkatan skala
usaha; 3) peningkatan asset kelompok; 4) manajemen dan pengelolaan usaha; 5)
dinamika kelompok; dan 6) administrasi usaha.
Hasil evaluasi terhadap penerima fasilitasi kegiatan SMD tahun 2007-2010 di 8
propinsi yang berjumlah 605 SMD tersebut diperoleh gambaran, bahwa 89 SMD
masuk dalam kategori GRADE A, 340 SMD pada kategori Grade B, 150 SMD pada
kategori GRADE C, dan 26 SMD pada GRADE D. Pada hasil evaluasi tersebut
34 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
terlihat bahwa 14,71% sangat berkembang, 56,20% berkembang, 24,79% cukup
berkembang, dan 26% tidak berkembang.
SMD Tahun 2012
Fasilitasi lulusan perguruan tinggi di bidang peternakan dan kesehatan hewan yang
mendapat fasilitasi kegiatan SMD pada tahun 2012 dilaksanakan dalam 3 (tiga)
tahap penerimaan SMD dan 1 tahap seleksi SMD Plus. Penerimaan SMD tahap ke-
1 berjumlah 100 paket dan tahap ke-2 berjumlah 372 paket, sedangkan tahap ke-3
masih sedang pada tahap proses penerimaan. Persentase SMD perempuan dari
total penerimaan SMD tahap ke-1 dan ke-2 tersebut sebesar 29% sedangkan SMD
laki-laki 71%. Persentase SMD perempuan ini mengalami peningkatan dari tahun
2011 yang hanya sebesar 25%.
Fasilitasi kegiatan SMD pada tahun 2012 ini agak berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya karena juga dilakukan fasilitasi bagi SMD yang menerima bantuan
agroinput pada tahun sebelumnya untuk mendapat fasilitasi penguatan modal usaha
yang dapat dipergunakan untuk sarana pengembangan SDM, penguatan jaringan
pemasaran dan pengembangan diversifikasi usaha. Fasilitasi kegiatan SMD Plus
tersebut berjumlah 100 SMD Plus, yang terdiri dari 28% SMD Plus perempuan dan
72%% SMD Plus laki-laki.
F. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif
Kelompok tani penerima manfaat kegiatan pengelolaan irigasi partisipatip yang
responsive gender ini adalah kelompok P3A Bangun Karyo, Desa Sindutan,
Kecamatan Temo dengan jumlah anggota kelompok 67 orang yang terdiri dari laki-
laki 48 orang dan perempuan 19 orang (28,36%) dengan target anggota perempuan
adalah 25%.
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan antara
lain :
- Pertemuan Kelompok
Pertemuan kelompok penerima manfaat
dilakukan dalam rangka mempersiapkan
35 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, misalnya kesiapan
para anggota dan perangkat organisasi/ lembaga lainnya, sekaligus untuk
merencanakan penyusunan RUKK.
- Penyusunan RUKK
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) dilakukan
dengan melibatkan seluruh anggota dengan dibimbing atau bekerjasama
dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Kulon Progo dan instansi
terkait. Rencana usulan kegiatan kelompok
memuat secara rinci tentang lokasi, jenis
dan volume, bahan/material rancangan
teknis (desain sederhana) dan jadwal
pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan baik kegiatan fisik maupun
kegiatan non fisik, rencana anggaran biaya dan sumber pembiayaan baik
yang berasal dari bantuan pemerintah (APBN dan atau APBD) maupun
sebagai partisipasi (sharing) masyarakat/petani.
- Pembukaan Rekening Kelompok
Setelah pertemuan kelompok dan penyusunan RUKK dilakukan,
selanjutnya Ketua Kelompok bersama dengan Satker/Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo membuka rekening kelompok untuk
kepentingan transfer dana bantuan sosial ke kelompok tersebut.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
- Kegiatan pengembangan irigasi partisipatif (PIP)responsive gender yang
diaksanakan adalah kegiatan rehabilitasi atau pembangunan jaringan irigasi
tersier, dengan pola partisipatif dengan melibatkan laki-laki dan perempuan.
- Kegiatan PUG yaitu melalui kegiatan peningkatan kemampuan teknis petani
dilakukan dengan pelatihan/workshop/sekolah lapang. Dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat menggunakan metode PRA (Participatory Rapid
Appraisal) dan dipadukan dengan FGD (Focus Group Discussion) untuk
menggali akses, kontrol, partisipasi serta manfaat yang diperoleh dari petani
baik laki-laki maupun perempuan, sehingga diharapkan proses keterlibatan
mereka mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
36 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
evaluasi kegiatan PIP
1. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Irigasi Partisipatif yang responsif gender
dengan memperhatikan kondisi setempat dan dilakukan secara bertahap, yaitu :
a) Penyusunan rencana usulan kegiatan kelompok
1) Lokasi, Jenis, dan Volume Bahan/Material.
Dalam menyusun rencana usulan kegiatan, memuat secara jelas rincian
lokasi, jenis dan volume bahan/material yang diperlukan, kegiatan yang
akan dilaksanakan baik fisik maupun non fisik, yaitu kegiatan
pengembangan jaringan irigasi tingkat usaha tani. Disamping itu juga
diuraikan secara singkat dan jelas tahapan pelaksanaan kegiatan dan
penanggung jawabnya.
2) Rancangan Teknis (Desain Sederhana).
Karena kegiatan sifatnya sederhana dan dalam bentuk perbaikan
jaringan di tingkat usahatani (JITUT), maka sebagai acuan pelaksanaan
di lapangan hanya diperlukan desain sederhana saja, dan desain
sederhana dimaksud disusun oleh petani/kelompok P3A.
3) Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan disusun secara lengkap dan jelas sejak dari tahap
persiapan, penyusunan rencana, penyusunan desain sederhana,
pengesahan rencana usulan kegiatan kelompok, penyediaan
bahan/material bangunan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan,
monitoring dan evaluasi.
4) Rencana Anggaran Biaya dan Sumber Pembiayaan.
Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) dilengkapi dengan
Rencana Anggaran Belanja (RAB) dan disesuaikan dengan besarnya
anggaran per paket yaitu Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk
pengembangan irigasi partsipatif dan Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)
untuk pengembangan pertanian. Dalam RAB dijelaskan komponen yang
akan dibiayai melalui bantuan pemerintah (TP/Bansos) dan komponen
lainnya yang merupakan partisipasi petani/P3A. Partisipasi yang
dimaksud di sini berupa material atau tenaga kerja.
37 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Gambar : Pelaksanaan workshop dalam pembuatan perencanaan rehabilitasi jaringan irigasi dengan melakukan PRA (Participatory Rapid Appraisal) dalam menentukan lokasi, kebutuhan bahan, dll
b) Partisipatif
Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan antara satker dengan kelompok penerima
bantuan/manfaat.Kegiatan ini melibatkan peran serta petani melalui P3A
sejak persiapan awal sampai dengan pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan. Keterlibatan tersebut tercermin dari mulai
penyusunan rencana usulan kegiatan kelompok (RUKK), penyusunan
desain sederhana, penyusunan rencana anggaran biaya, pembagian
kewajiban dalam pembiayaan (sharing), pengesahan rencana usulan
kegiatan kelompok, dan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan,
pemantauan serta pengawasan.Partisipasi kelompok P3A dapat diwujudkan
dalam bentuk penyediaan bahan material/bangunan, tenaga kerja, dalam
bentuk dana dan sebagainya.
Partisipasi kelompok dalam bentuk bukan fisik seperti tenaga kerja
dikonversikan ke dalam rupiah, sehingga dapat dilihat berapa besar nilai
partisipasi (sharing) dari kelompok dalam penyelesaian kegiatan dan berapa
besar dana pemerintah yang disediakan. Dengan adanya partisipasi petani
(laki-laki dan perempuan) diharapkan tujuan dan sasaran kegiatan
pengelolaan irigasi partisipatif yang responsive gender dapat terwujud
dengan baik.
38 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
c) Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan swakelola oleh petani/P3A (laki-laki
dan perempuan) dan sebagai acuan pedoman pelaksanaan kegiatan fisik di
lapangan untuk rehabilitasi JITUT/JIDES dengan menggunakanPedoman
Teknis Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES)/Jaringan Irigasi Tingkat
Usaha Tani (JITUT) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian dan Air Cq. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2011.
Pengadaan bahan atau material dilakukan langsung oleh kelompok / P3A,
dan pelaksana kegiatan konstruksi di lapangan tidak untuk
dikontrakkan kepada pihak lain, tetapi pelaksanaan di lapangan langsung
dilakukan oleh kelompok P3A secara swakelola (laki-laki dan perempuan).
Gambar : Peran serta perempuan dalam pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif (PIP) yang responsif gender.
Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.
Uraian rinci dari indikator kinerja disajikan sebagai berikut:
39 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
TINGKAT
CAPAIAN
TARGET
(% )
1 3 4 5 6 7
A.
- Dana Rp. 75.000.000 75.000.000 100
unit 1 1 100
m 501 543 108,38
Ton/ha 3 5
% 30% 66,66%
e. Impact
Meningkatnya pendapatan Keluarga Petani
No. KEGIATAN/ INDIKATOR / KINERJA
dengan baik dari hasil partisipasi petani (laki-laki dan perempuan)
d. Benefit
Meningkatnya produktivitas dan Produksi komoditas pangan di
b. Output :
Terlaksananya kegiatan
Pengembangan Irigasi Partisipatif yang responsive gender
c. Outcome :
Berfungsinya jaringan irigasi Tingkat usaha tani
2
SATUAN TARGET REALISASI KET
Lokasi kegiatan
Pengembangan Irigasi Partisipatif yang Responsive gender
a. Input :
Dari hasil pengukuran kinerja pada tabel diatas bahwa tingkat capaian kinerja
untuk indikator input dan output tercapai 100 %, indikator outcome tercapai
108,38 %. Indikator benefit tercapainya peningkatan produksi padi dari 3 ton/ ha
menjadi 5 ton/ha melalui peningkatan IP 100 menjadi IP 200 dan indikator
impact dari hasil wawancara dengan petani diperoleh gambaran adanya
peningkatan pendapatan petani ± 66,66%/th. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan kegiatan pengembangan irigasi partisipatif yang responsive gender
berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Irigasi Partisipatif yang responsive
gender, Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo (08) tahun 2011dijumpai
beberapa permasalahan antara lain :
1. Masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani tentang fisik
bangunan jaringan irigasi.
2. Selama ini dalam pengelolaan irigasi selalu dilakukan oleh laki-laki belum
melibatkan perempuan.
40 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
3. Adanya perubahan kebijakan di tingkat Pusat yang menyebabkan dana tidak
dapat dicairkan sesuai jadwal yang telah disepakati sehingga pelaksanaan
kegiatan mundur dari waktu yang telah direncanakan.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut diupayakan dengan cara :
1. Mengikuti pelatihan dan berkoordinasi dengan Dinas PU (Sub Din Pengairan).
2. Melibatkan peran laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan pelaksanaan
kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, operasional dan
pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi, sampai pada tahap evaluasi,
sehingga keinginan, tujuan dan sasaran dapat lebih terakomodir untuk kedua
belah pihak (laki-laki dan perempuan)
Dari pelaksanaan kegiatan pengembangan irigasi partisipatif yang responsive
gender, Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo (08) tahun 2011dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kegiatan fisik pengembangan irigasi partisipatif yang responsive gender dapat
tercapai 108,38 % dan keuangan Rp. 150.000.000,- ( 100 %) dari pagu
anggaran Rp. 150.000.000,-
2. Terberdayakannya perempuan dalam pembangunan pertanian khususnya
dalam pengembangan irigasi partisipatip, baik melalui aspek Akses, Partisipasi,
Kontrol maupun Manfaat dari kegiatan Pengelolaan Irigasi Partisipatip (PIP).
3. Dengan adanya kegiatan pengembangan irigasi partisipatif yang responsive
gender yang dilaksanakan dengan pola swakelola masyarakat :
a. Dapat meningkatkan dinamika, rasa memiliki dan swadaya petani (laki-laki
dan perempuan) dalam pelaksanaan pembangunan fisik, sehingga di semua
lokasi pencapaian fisik bangunan rata-rata tercapai 108,38 %.
b. Telah meningkatkan penerapan pola partisipatif petani (laki-laki dan
perempuan) dalam pelaksanaan pengelolaan irigasi di tingkat usahatani,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi pelaksanaan
termasuk aspek pembiayaan terhadap operasional dan pemeliharaan
sarana dan prasarana irigasi di tingkat usahatani.
c. Dapat mengembangkan dan meningkatkan kesadaran petani (laki-laki dan
perempuan) dan kelompoknya (kelompok tani/P3A) tentang pentingnya
41 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
penerapan kesetaraan gender (responsive gender) dalam pelaksanaan
pengelolaan irigasi di tingkat usahatani.
d. Dapat meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung
jawab dari petani (laki-laki dan perempuan) dan kelompoknya (kelompok
tani/P3A) dalam pengelolaan irigasi yang lebih efisiensi, efektif, dan
berkelanjutan.
4. Dengan adanya kegiatan pengembangan irigasi partisipatif telah dapat
mengefisienkan air irigasi, sehingga daerah – daerah yang biasanya kekurangan
air karena banyaknya air irigasi yang hilang menjadi tercukupi.
Saran :
1. Perlunya kegiatan lanjutan kegiatan pengembangan irigasi partisipatif yang
responsif gender, untuk tahun – tahun berikutnya
2. Perlunya pelatihan bagi petugas dan petani (laki-laki dan perempuan) tentang
teknis konstruksi irigasi (perencanaan, pelaksanaan, penghitungan RAB, dll).
G. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan Pelatihan Non Aparatur
1. Profil desa Jorong Koto Marapak Kecamatan Iv Angkek Kabupaten Agam
Sumataera Barat
a. LATAR BELAKANG
Keberadaan kaum wanita tani dalam pembangunan nasonal merupakan
sumbangan yang sangat besar dalam arti yang luas peran mereka meliputi
pertanian tanaman pangan/hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan
rakyat dan kehutanan mulai dari kegiatan usaha hulu (On Farm) sampai
kepada usaha hilir ()f Farm). Namun norma dan traidisi yang hidup dalam
masyarakat dan lingkungan sosialnya seringkali kurang menguntungkan,
bila dibandingkan dengan kaum pria posisi mereka lemah secara ekonomi.
Guna mengatasi kensenjangan dan menciptakan perubahan kondisi yang
diskriminatif pada masa lampau antara pria dan wanita kearah yang lebih
berkeadilan dan berkesetaraan gender, pemeintah telah menerbitkan
instruksi Presiden Non 9 tahun 2000, tentang pengarusutamaan gender
42 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
dalam Pembangunan Nasional ( PROPENAS) tahun 2000-2004 dan
Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Departemen Pertanian Tahun
2004 .
b. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan pengembangan desa model adalah pengembangan
desa percontohan yang berbasis kepada usaha agribisnis dan responsif
gender melalui komitmen dan peningkatann kemampuan masyarakat tani
perempuan dan laki-laki dalam mengelola sistem dan usaha agribisnis di
pedesaan.
Tujuan dari kegiatan pengembangan desa model adalah :
1) Meningkatkan parttisipasi perempuan dan laki-laki dalam kegiatan usaha
agribinsi di pedesaan
2) Meningkatkan akses perempuan dan laki-laki dalam pembangunan
sistem dan usha agribisnisn pedesaan
3) Meningkatkan kontrol perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya
dan kegiatan sistem dan usaha agribisnis
4) Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam memanfaatkan
hasil-hasil pembangunan sistem usaha agribisnis,
Pengarusutaam gender dalam pembangunan nasional merupakan salah
satu strategi Pembangunan yang dlakukan melalui pengintegrasian
permasalahan, pengalaman, aspirasi dan kebutuhan baik laki-laki maupun
perempuan kedalam seluruh proses pembangunan, mulai dari perencanaan
program, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasi, sehingga
dengan demikian partisipasi akses dan kontrol pria dan wanita sebagai
pelaku dan penerima manfaat hasil-hasil pembangunan meningkat secara
berkeadilan dan berkesetaraan gender.
Sehubunggan dengan hal tersebut diatas, maka Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian dalam rangka mengimplementasikan
Program secara konkrit ke dalam kegiatan nyata di pedesaan, yaitu dengan
menerapkan pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional
43 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
melalui kegiatan Pengembangan Desa Model yang berbasis usaha
agribisnis dan responsif gender.
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Kegiatan Desa Model Koto Marapak adalah pemberdayaan masyarakat
yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, petani
pemandu dan fasilitator desa, yang diawali dengan adanya kegiatan pilot
proyek Badan Pengemvanbgan SDM Pertanian dalam kegiatan peranan
waanita amelalui Bbalai Diklat pertanian Sumatera Barat antara lain :
Pada tahun 2004, melaksanakan kegiatan kelompok sesuai dengan RKK
yang telah disepakati yaitu :
- Latihan pengoperasian hand tractor
- Latihan magang membuat kerupuk
- Praktek membuat krupuk
- Mengoperasian hand ttractor
Pada tahun 2005, melaksanakan komitmen bersama dari kelompok yaitu
melaksanakan usaha kelompok antara lain :
- Membuat kebun kolektif mananam ubi kayu seluas 0,8 ha
- Mengadakan pertemuan kelompok rutin 1 kali dalam sebulan
- Melaksanakan magang pengolahan krupuk ubi kayu ke kamang magok
- Membuat kesepakatan kelompok yang harus dilaksanakan oleh anggota
kelompok
- Menannam singkong seluas 2 Ha
- Membuka usaha jasa hand tractor
- Membuka usaha kerupuk ubi kayu
Pada tahun 2006, kegiatan kelompok yang dilaksanankan antara lain :
- Panen ubi kayu
- Membuka usaha baru antara lain menanam kacang tanah
- Membuka usaha pengolahan pupuk
- Usaha pembuatan kerupuk ubi kayu di masing-masing keluarga
- Usaha keluarga berkembang menjadi 13 Unit
44 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d. KULTUR BUDAYA
Kebudayaan minangkabau memakai sistem matriakat (keturunan ibu),
dalam pewarisan harta pusaka jatuh ke pihak ibu dan juga keturunan (suku)
sehingga pepatah minang berbunyi :
Karatau Bujang dahulu
Babuah Babunga Balum
Maratau Bujang Dahulu
Dirumah Paguno Balun
Artinya kalau seorang anak yang belum berkeluarga belum bisa
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga karena
dianggap masih masih ke kanak-kanakan, sedangkan yang memutuskan
adalah mamak (saudara ibu) Maksud ke kanak-kanakan disuruh merantau
untuk mencari pengalaman hidup sedangkan di kampung masih ada mamak
yang mengurus. Dalam pembagian harta warisan berbunyi pepatah:
Kaluak paku kacang balimbing “ Tampurung lenggang-lengangkan Anak
dipangku, kemenakan di bimbing Urang kampung dipasenggangkan
Artinya: Anak dipangku (anak dibesarkan dan dibiayai dengan mata
pecahan sendiri.) Kemenakan dibimbing (dibina, dinasehati dengan
menggunakan harta pusaka dan sekali-kali tidak boleh dijual) Urang
kampung dipatenggangkan artinga posisi mamak dikampung terhadap
masyarakat mengenai kebudayaan yang harus dikembangkan artinya
kebiasaan orang minang yang suka bekerjasama (gotong royong) Mamak
ikut membina membangun kampung seperti membangun mesjid, tempat-
tempat umum yang dibutuhkan masyarakat.
e. KELOMPOK TANI DESA MODEL
1) Pembentukan kelompok
a) Cikai Bakal
Kelompok tani Maju Baersama merupakan cikai bakal dalam
pengembangan desa model responsif gender.
45 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
b) Alamat Kelompok
Jorong Koto Marapak Nagari Lamban kecamatan IV Angkek Kabupaten
Agam Sumataera Barat
c) Perkembangan
Kurang lebih satu setengah tahun program desa model di
implementasikan dalam berbagai macam bentuk kegiatan, dalam waktu
yang relatif singkat itu belum begitu banyak yang dapat dihasilakn,
namun setidak-tidaknya sudah terlihat beberapa perubahan,
perkembangan, kemajuan dan dampak yang dirasakan diantaranya :
1) Sudah mulai adanya perubahan sikap dan perilaku sebagaian
masyarakat tani, tokoh masyarakat, ibu-ibu PKK dan pemuda dalam
kegiatan pembangunan, khususnya keterlibatan mereka dalam
kegiatan maupun organisasi Kelompok Tani
2) Adanya peningkatan kontribusi perempuan dan laki-laki terhadap
produktivitas pendapatan keluarga, dimana dalam pemanfaatan
waktu luang banyak diantara ibu-ibu rumah tangga, remaja putus
sekolah menjadi tenaga kerja pada usaha pembuatan kerupuk
singkong
3) Terjadi peningkatan peran serta perempuan dan laki-laki dalam
kegiatan ekonomi produktif, yaitu dengan tumbuh dan
berkembangnya usaha kerupuk singkong, baik itu usaha keluarga
maupun usaha kelompok. Disamping itu dengan adanya kegiatan
gotong royong setiap seminggu sekali juga akan menambah peran
serta perempuan dan laki-laki dalam kegiatan ekonomi produktif
4) Akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya pembangunan
pertanian ( pendidikan, pelatihan, informasi, organisasi, lahan ,
model kerja, kredit) mengalami beberapa peningkatan, diantaranya
dapat dilihat dari :
� Sudah mulainya kaum perempuan terlibat dalam organisasi
kelompok tani
� Sudah mulai adanya keikutsertaan kaum perempuan dalam
acara pertemuan-pertemuan dan pelatihan pertanian
46 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
� Terbukanya kesempatan bagi kelompok/anggota untuk
memanfaatkan lahan-lahan terlantar untuk kegiatan usaha
pertanian keluarga/kelompok
� Ikut sertanya kelompok dalam acara lelang produk komoditi
pertanian yang diadakan oleh Diperindag Kab Agam
Kontrol atau penguasaan/kewenangan perempuan dan laki-laki terhadap
sumberdaya pembangaunan pertanian/agribisnis , dilihat dari keputusan
yang diambil melalui musyawarah atau pertemuan keluarga, baik itu
kontribusi , gagasan, ide dan pemikiran – pemikiran yang dilontarkan
dalam menentukan jenis usaha, pembelian sarana produksi dan
peralatan, penjualan hasil , penggunaan jumlah , jenis dan waktu
penggunaan ppupuk selama ini sudah diputuskan melalui musyawarah
keluarga, peningkatan yang terjadi dari aspek lain yaitu sudah adanya
kontrol perempuan dalam keputusan-keputusan yang diambil melalui
kelompok tani yaitu dalam penentyuan jenis uasaha kelompok.
d) Jumlah Anggota30 Orang (15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan)
e) Struktur Organisasi
PELINDUNG/
PEMBINA
KETUA
SEKSI PRODUKSI
SEKSI PENGOLAHAN
SEKSI ORGANISASI & MANAJEMEN
SEKSI PEMASARAN
SEKRETARIS BENDAHARA
47 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
2. Profil Desa Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru, Jambi
a. LATAR BELAKANG
Usaha untuk meningkatkan pendapatan petani yang berada di pedesaan
perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik laki-laki
maupun perempuan dan meningkatkan peran kerjasama dalam semua
aspek kegiatan yang dapat menimbulkan ide-ide baru guna untuk
kepentingan keluarganya serta dapat dikembangkan kepada masyarakat
lain yang responsif gender.
b. MAKSUD DAN TUJUAN
1) Untuk Mengetahui perkembangan kegiatan penyuluhan partisipatif di
desa model dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006
2) Untuk menyampaikan semua hasil kegiatan pada pengembangan desa
model kepada pihak yang lebih berkompeten guna untuk pedoman
langkah pembinaan selanjutnya
3) Dapat mengevaaluasi permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan desa model dan mencari solusi serta
merekomenmdasikan upaya pemecahannya
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Pelaksanaan Pengembangan Desa Model
- Pelaksanaan pengembangan Desa Model dimulai dengan pelaksanaan
Participatori Rural Apraisal (PRA) di Desa Kenali Asam Atas Kota Jambi
- Peserta terdiri dari penyuluh setempat, tokoh Masyarakat, Petani
Pemandu dan petani peserta
- Pelaksanaan Rencana Usaha Keluarga (RUK), Rencana Kegiatan
Kelompok (RKK), Rencana Kegiatan Desa (RKD) dan Rencana
Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD).
- Pelaksanaan Usaha Agribisnis kelompok penggemukan sapi dan
pengolahan hasil
- Pelaksanakan usaha sampingan kelompok yaitu kripik pisang, kripik
ubi, kelentingan dan opak
48 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
- 10 Kelompok laki-laki 10 orang dan perempuan 10 orang berasal dari 3
kelompok tani Desa Model Kelurahan Kenali Asam Atas Kota Jambi.
d. KONDISI DESA
1) Potensi agribisnis
Kelurahan Kenali Asam Atas mempunyai potensi perikanan dan
pertanian dimana terdapat kolam ikan dan sebagian lahan pertanian
yang dimanfaatkan untuk tanaman palawija
2) Jumlah SDM Pertanian
Jumlah sumber daya manusia kelurahan Kenali Asam Atas terdiri dari
5.202 orang, 2.225 orang bermata pencarian sebagai PNS/ABRI,
pengusaha, pertukangan dan pensiunan. Disamping itu juga terdapat
petani dan buruh tani, pengangkutan dan buruh bangunan
3) Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di kelurahan Kenali Asam Atas adalah sebesar 5.202
orang atau sebesar 1.224 kepala keluarga (KK). Penduduk terdiri dari
laki-laki sebesar 2.560 orang dan perempuan sebanyak 2.642 orang.
Kepadatan penduduk adalah sebesar 7 Orang per hektar
4) Kultur Budaya
Penduduk Kelurahan Kenali Asam Atas bervariasi sebagian besar
adalah pendatang dari Pulau Jawa, karena lokasinya yang merupakan
pertambangan minyak bumi sehingga banyak pendatang
e. KELOMPOK TANI DESA MODEL
PEMBENTUKAN KELOMPOK
1) Cikal Bakal
Dibentuknya kelompok tani mulai tahun 1994, dengan nama kelompok
tani “ BUNGA RAYAI”
2) Alamat Kelompok
Kelurahan Kenali asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi RT 23
3) Perkembangan
Dengan PUG dapat menyusun PRA untuk mencapai tujuan
4) Jumlah Anggota
25 Orang (laki-laki dan Perempuan )
49 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
5) Struktur Organisasi
� Ketua : Asriah
� Sekretaris : Jumiah
� Bendahara : Riatinah
f. SISTEM PEMBINAAN DESA MODEL
Jumlah Kelembagaan
Ada 5 kelembagaan terdiri dari
1) Balai Diklat Agribisnis Perkebunan dan Tehnologi Lahan Rawa Jambi
2) Dinas Pertanian Kota Jambi
3) BPP Kota Baru
4) Kecamatan Kota Baru
5) Kelurahan Kenali Asam Atas
6) Kelompok Tani PUG
50 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
3. Profil Desa Purwodadi, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Jawa Tengah
a. LATAR BELAKANG
Pengembangan desa yang berbasis agribisnis dan responsif gender
dibutuhkan implementasinya di pedesaan, karena petani dengan belajar
sambil berbuat mereka akan punya keyakinan untuk melaksanakan apa
yang dipelajari dan apa yang diperolehnya dari belajar bersama. Dengan
melihat dan melakukan kegiatan pada percontohan desa model petani akan
percaya dan ikut melakukan seperti yang dilihat. Sehingga pengembangan
desa model yang berbasis agribisnis dan responsif gender akan dapat
berkembang
b. MAKSUD DAN TUJUAN
1) Maksudnya adalah agar dalam desa percontohan agribisnis yang
responsif gender inkorporasi (penggabungan) isu-isu gender dalam
kegiatan /program/proyek dan kegiatan pembangunan dapat
dilaksanakan secara konkrit dalam program/proyek dengan kegiatan
yang nyata di pedesaan
2) Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
masyarakat pedesaan/pertanian, baik laki-laki maupun perempuan
dalam perencanaan pengembangan usaha agribisnis, sehingga dapat
menaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Kegiatan Kelompok (usaha agribisnis)
- Kelompok ternak kambing dengan jumlah anggota 60 Orang telah dapat
mendirikan kandang kelompok sebanak 10 Unit dengan dilengkapi
kantor kelompok, dengan bantuan dari STPP Magelang dan Pemda
Magelang
- Bertanam padi Situ Bagendit seluas 500 M2 dengan produksi beras 3
kw kering
- Pengembangan kelompok untuk intensifikasi sapi, mulai didirikan
kandang kelompok seluas 1..00 M2 dengan jumlah anggota 20 orang
51 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d. LETAK GEOGRAFIS
Desa Purwodadi terletak kurang lebih 4 Km dari ibukota Kecamatan
Tegalrejo, dan kurang lebih 15 Km dari Ibu Kota Kabuaten Magelang.
Bentuk permukaan tanah adalah bergelombang dengan ketinggian kurang
lebih 450M dpl, jenis tanah latosol dengan kemiringan tanah 3-15%.
Luas Wilayah desa 142 ha, terdiri atas :
- Sawah :87ha, ditanami padi, Jagung an kacang tanah
- Pekarangan :50ha
- Tegalan :30,8 ha
- Lain –lain : 5ha
- Terdiri atas 3 dusun yaitu Clapar, Tumbu dan Blembeng
e. POTENSI KERAGAAN
Kelompok tani desa model
1) Pembentukan kelompok
a) Cikal Bakal
Kelompok terbentuk pada tanggal 8 Agustus 2003, sebagai kelompok
kelompok terrnak kambing dengan jumlah anggota 20 orang (laki-laki 12
orang dan perempuan 8 orang) dan diberi nama Sumberejo dengan alamat
Dusun Clapar, Desa Purwodadi Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
provinsi Jawa Tengah. Sekarang sudah terbentuk 2 kelompok usaha sebagai
pengembangan kelompok Sumberejo dengan kegiatan intensifikasi sapi
yang beranggotakan 20 orang, selain itu kelompok tersebut juga berkegiatan
menanam padi dengan jumlah anggota 20 orang juga terdiri dari (laki-laki 8
orang dan perempuan 12 oang)
b) Alamat Kelompok
Dusun Clapar, Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kab. Magelang
c) Perkembangan
Awal mulai terbentuk satu kelompok ternak kambing pada tahun 2003,
Pada tahun 2005 dan 2006 berkembang menjadi tiga kelompok yaitu
Sumberejo 1,2 dan 3 dengan jumlah anggota semula 20 orang menjadi 60
orang
52 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d) Jumlah Anggota
Sekarang 60 orang menjadi tiga sub kegiatan
f. PENGEMBANGAN USAHA
1) Dampak terhadap Pengembangan Usaha Keluar
Adanya Desa Model memberikan dampak yang sangat positip terhdap
pengembangan usaha luas. Di situ muncul usaha pembuatan pothel
ynang berbahan baku ketela. Juga muncul usaha pembibitan padi
Situbagendit
2) Mengelola Bantuan
- Bulan September 2003 menerima bntuan dari KIPPK, satu ekor
kambing dikelola oleh kelompok dan sekarang suda menjadi 30 ekor.
- Bulan Desember 2005 menerima bantuan dari STTP 20 ekor kambing
dan sekarang sudah 65 ekor, bantuan dikelola oleh pengurus
kelompok
- Sedang untuk pemda sebesar Rp. 5.000.000,-. Pembuatan kandang
menyerap dana Rp. 10.000.000,- Kekurangan dana Rp.5.000.000,-
adalah swadaya kelompok
g. SISTIM PEMBINAAN MODEL
Jumlah Kelembagaan yang mendukung LMD;
- STTP
- Dinas Pertanian
- Dinas Peternakan
- Pemerintah Desa Setempat
- KIPPK
- Dinas perindustrian
- KUD
- Dinas Pengairan
h. RENCANA PENGEMBANGAN
1) PEREKEMBANNGAN
53 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Profil keluarga dibuat oleh setiap keluarga di pandu oleh pemandu
lapangan dengan jumlah petani 30 Orang, Setelah tersusun prifil keluarga
disusunlah RUK
2) HASIL PRA, ROK,RKK, RKPP
Penyusunan RKK dengan hasil sebagai berikut
a) Membuat Bokhasi
b) Perbaikan saluran irigasi
c) Membuat kandang kelompok
d) Pembuatan TPPK
i. KONDISI DESA
1) Potensi agribisnis
Kelurahan Kenali Asam Atas mempunyai potensi perikanan dan
pertanian dimana terdapat kolam ikan dan sebagian lahan pertanian
yang dimanfaatkan untu tanaman palawija
2) Jumlah SDM Pertanian
Jumlah sumber daya manusia kelurahan Kenali Asam Atas adalah
sebesar 5.202 orang, 2.225 orang bermatapencarian sebagai
PNS/ABRI, pengusaha, pertukangan dan pensiunan. Disamping itu
juga terdapat petani dan buruh tani, pengangkutan dan buruh
bangunan
3) Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di kelurahan Kenali Asam Atas adalah sebesar
5.202 orang atau sebesar 1.224 kepala keluarga (KK). Penduduk
terdiri dari laki-laki sebesar 2.560 orang dan perempuan sebanyak
2.642 orang. Kepadatan penduduk adalah sebesar 7 Orang per hektar
4) Kultur Budaya
Penduduk Kelurahan Kenali Asam Atas bervariasi sebagian besar
adalah pendatang dari Pulau Jawa, karena lokasinya yang merupakan
pertambangan minyak bumi sehingga banyak pendatang
54 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
j. KELOMPOK TANI DESA MODEL
PEMBENTUKAN KELOMPOK
1) Cikal Bakal
Dibentuknya kelompok tani mulai tahun 1994, dengan nama
kelompok tani “ BUNGA RAYAI”
2) Alamat Kelompok
Kelurahan Kenali asam Atas
3) Perkembangan
Dengan adanya program PUG dapat menyusun PRA untuk
mencapai tujuan
4) Jumlah Anggota
25 Orang (laki-laki dan Perempuan )
5) Struktur Organisasi
� Ketua : Asriah\
� Sekretaris : Jumiah
� Bendahara : Riatinah
k. SISTEM PEMBINAAN DESA MODEL
Jumlah Kelembagaan
Ada 5 kelembagaan terdiri dari
1) Balai diklat agribisnis Perkebunan dan Tehnologi Lahan Rawa Jambi
2) Dinas Pertanian Kota Jambi
3) BPP Kota Baru
4) Kecamatan Kota Baru
5) Kelurahan Kenali Asam Atas
6) Kelompok Tani PUG
l. KULTUR BUDAYA
Kebudayaan minangkabau memakai sistem matriakat (keturunan ibu), dalam
pewarisan harta pusaka jatuh ke pihak ibu dan juga keturunan (suku)
sehingga pepatah minang berbunyi :
Karatau Bujang dahulu
Babuah Banbunga Balum
55 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Maratau Bujang Dahulu
Dirumah Paguno Balun
Artinya kalau seorang anak yang belum berkeluarga belum bisa
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga karena
dianggap masih masih ke kanak-kanakan sedangkan yang memutuskan
adalah \mamak (saudara ibu)
Maksud ke kanak-kanakan disuruh merantau unatuk mencari pengalaman
hidup sedangkan di kampung masih ada mamak yang mengurus.
Dalam pembagian harta warisan berbunyi pepatah: Kaluak paku kacang
balimbing )
Tampurung lenggang-lengangan
Anak dipangku, kemenakan di bimbing
Urang kampung dipasenggangkan
Artinya: Anak dipangku ( anak dibesaarkan dan dibiayai dengan mata
pecahan sendiri.)
Kemenakan dibimbing (dibina, dinasehati dengan menggunakan harta pusaka
dan sekali-kali tidak boleh dijual)
Urang kampung dipatenggangkan artinga posisi mamak dikampung terhadap
masyarakat mengenai kebudayaan yang harus dikembangkan artinya
kebiasaan orang minang yang suka bekerjasama (gotong royong)
Mamak ikut membina membangun kampung seperti membangun mesjid,
tempat-tempat umum yang dibutuhkan masyarakat.
m. KELOMPOK TANI DESA MODEL
Pembentukan kelompok
1) Cikai Bakal
Kelompok tani Maju Baersama merupakan cikai bakal dalam
pengembangan desa model responsif gender.
2) Alamat Kelompok
Jorong Koto Marapak nagari Lamban \kecamatan IV Angkek
Kabupaten Agam Sumataera Barar
3) Perkembangan
Kurang lebih satu setengah tahun program desa model di
implementasikan dalam berbagai macam bentuk kegiatan, dalam
56 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
waktu yang relatif singkat itu belum begitu banyak yang dapat
dihasilakn, namun setidak-tidaknya sudah terlhat beberapa
perubahan, perkembangan, kemajuan dan dampak yang dirasakan
diantaranya :
a) Sudah mulai adanya perubahan sikap dan perilaku sebagaian
masyarakat tani, tokoh masyarakat, ibu-ibu PKK dan pemuda
dalam kegiatan pembangunan, khususnya keterlibatan mereka
dalam kegiatan maupun organisasi Kelompok Tani
b) Adanya peningkatan kontribusi perempuan dan laki-laki
terhadap produktivitas pendapatan keluarga, dimana dalam
pemanfaatan waktu luang banyak diantara ibu-ibu rumah
tangga, remaja putus sekolah menjadi tenaga kerja pada usaha
pembuatan kerupuk singkong
c) Terjadi peningkatan peran serta perempuan dan laki-laki dalam
kegiatan ekonomi produktif, yaitu dengan tumbuh dan
berkembangnya usaha kerupuk singkong, baik itu usaha
keluarga maupun usaha kelompok. Disamping itu dengan
adanya kegiatan gotong royong setiap seminggu sekali juga
akan menambah peran serta perempuan dan laki-laki dalam
kegiatan ekonomi produktif
d) Akses perempuandan laki-laki terhadap sumberdaya
pembangunan pertanian ( pendidikan,pelatihan, informasi,
organisasi, lahan , model kerja, kredit) mengalami beberapa
peningkatan, diantaranya dapat dilihat dari :
� Sudah maulainya kaum perempuan terlibat dlam organisasi
kelompok tani
� Sudah mulai adanya keikutsertaan kaum perempuan dalam
acara pertemuan-pertemuan dan pelatihan pertanian
� Terbukanya kesempatan bagi kelompok/anggota untuk
memanfaatkan lahan-lahan terlantar untuk kegiatan usaha
pertanian keluarga/kelompok
� Ikut sertanya kelompok dalam acara lelangproduk komoditi
pertanian yang diadakan oleh Diperindag Kab Agam
57 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kontrol atau penguasaan/kewenangan perempuan dan laki-
lakiterhadap sumberdaya pembangaunan pertanian/agribisnis , dilihat
dari keputusan yang diambil melalui musyawarah atau pertemuan
keluarga, baik itu kontribusi , gagasan, ide dan pemikiran – pemikiran
yang dilontarkan dalam menentukan jenis usaha, pembelian sarana
produksi dan peralatan, penjualan hasil , penggunaan jumlah , jenis
dan waktupenggunaan ppupuk selama ii sudah diputuskan melalui
musyawarah keluarga, peningkatan yang terjadi dari aspek lain yaitu
sudah adanya kontrol perempuan dalam keputusan-keputusan yang
diambil melalui kelompok tani yaitu dalam penentyuan jenis uasaha
kelompok.
4) Jumlah Anggota
30 Orang (15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan)
5) Struktur Organisasi
PELINDUNG/
PEMBINA
SEKSI PRODUKSI
SEKSI PENGOLAHAN
SEKSI ORGANISASI & MANAJEMEN
SEKSI PEMASARAN
SEKRETARIS BENDAHARA
58 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
4. Profil Desa Banjaroya, Kec.Kalibawang Kabupaten Kulonprogo, Jogyakarta
a. LATAR BELAKANG
Peran perempuan dalam pembangunan pertanian telah memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam pembangunan, namun posisinya selalu
saja belum menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari pelatihan, pembinaan,
penyuluhan di bidang pertanian yang sering dilaksanakan umumnya sedikit
melibatkan perempuan.
Intruksi Presiden no.9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender (PUG)
dalam Pembangunan Nasional merupakan upaya pemerintah untuk
menyetarakan keterlibatan perempuan dalam pembangunan di berbagai
bidang .
Pengarusutamaan gender bermakna pengintegrasian permasalahan,
pengalaman dan kebutuhan laki-laki maupun perempuan dalam seluruh
proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
monitoring dan evaluasi. Hal ini berakibat perlu dipahaminya pola pembagian
kerja antara laki-laki dan perempuan dalam keiatan rumah tangga, kegiatan
produktif dan kegiatan reproduktif serta perbedaan akses dan kontrol
diantara mereka terhadap pemberdayaan pembangunan
Pembinaan kelompok sensitif gender penerapannya didekatkan dengan
kegiatan usaha keluarga petani, karena berdasarkan kenyataan dari fakta
menunjukan bahwa usaha kecil di bidang agribisnis bergerak dan berbasis
pada sumberdaya lokal, tahan dalam menghadapi goncangan krisis, bahkan
berkibar memjadi lokomatif ekonomi nasional, dan akan terus berkibar apabila
nuaansa gender dipahami oleh keluarga tani. Adapun pelaku kebanyakan
adalah petani/masyarakat pedesaan, yang umumnya berpendidikan rendah,
sebagian berusaha secara mandiri dan masih diwarnai oleh usaha yang
kurang berwawasan gender, dimana ada ketidakseimbangan antara peran
wanita dan pria (Gender) khususnya dalam partisipasi, akses, kontrol dan
manfaat
Sekolah tinggi Penyuluhan, pertaian (STPP) Magelang Jurusan Penyuluhan
Pertanian di Yogyakarta secara bertahap ikut berperan mengembangkan
kegiatan usaha berwawasan gender di bidang pertanian di pedesaan, yang
59 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
akan dilanjutkan scara terpadu dan kemitraan oleh berbagai elemen lembaga
atau masyarakat, sehingga terbentuknya desa agribisnis sebagai desa model
l.
b. MAKSUD DAN TUJUAN
Melalui kegiatan PUG yang berkesinabungan mulai tahun 2004 sampai
sakarang STPP di Yogyakarta melaksanakan pembinaan, pengembangan
dan pendammpingan pada desa Banjaroya yang telah ditetapkan untuk
dijadikan desa model guna mengimplementasikan secara konkrit “Desa
Model yang Sensitif Gender” dalam keegiatan di pedesaan secara nyata.
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Memberdayakan masyarakat pertanian baik laki-laki maupun perempuan agar
lebih mampu menganalisis keadaanya sendiri dan pemikiran apa yang bisa
mereka lakukan untuk memperbaiki keadaannya, Mengembangkan potensi
dan ketrampilan serta perilakunya yang membuat masyarakat lebih mandiri
2. Tujuan Khusus
Meningkatan kemampuan masyarakat petani/desa, perempuan dan laki-laki
dalam melaksanakan kegiatan usaha agribisnis sesuai dengan jenis usaha
yang sudah direncanakan dalam Rencana Usaha Keluarga (RUK)
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Pola kegiatan tahun 2004
Kegiiatan Desa Model pada tahun 2004 dilakukan pada 3 Kecamatan dan 6
desa dimana salah satunya adalah Desa Banjaroya. Kegiatan pelatihan
dilaksanakan di STPP Magelang jurusan Penyuluhan Pertanian di
Yogyakarta, sedangkan analisis RUK dan penyusunannya dilaksanakan di
desa yang telah ditetapkan, dinjutkan dengan sosialisasi hasil RUK. Sebagai
tindak lanjut akan dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan
kelompok dengan terwujutnya/berlkembangmnya LKM sebagai motivatr
dalam pengembangan usaha yang sensitif gender
60 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pola Kegiatan tahun 2005
Kegiatan Desa Model tahun 2005 hampir sama dengan tahun 2004 hanya
dilaksanakan dii 3 kecamatan dari 3 desa. Dalam hal ini Desa Sri Martani
termasuk desa yang sasaran tahap kedua dengan pertimbangan potensi dan
minat masyarakat untuk bergabung pada kegiatan ini. Kegiatan pelatihan
dilaksanakan di STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di
Yogyakarta, sedangkan anlisis RUK dan penyusunannya dilaksanakan di
desa yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan sosialisasi hasil RUK.
Sebagai tindak lanjut akan dilaksanakan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kelompok dengn trwujudnya /berkembangnya LKM sebagai
motivator dalam pengambangan usaha yang bernuansa gender.
Pola kegiatan tahun 2006
Bentuk kegiatan pembinaan desa model pada tahun 2006 adalah berupa
pembinaan dan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dan
pengelolaan dana bantuan yang sudah diterima pada awal berdirinya
kelompok
d. LETAK GEOGRAFIS
Desa Banjaroya terletak dikecamatan Kalibawang , Kabupaten Kulon Progo
dengan batas desa adalah sebagai berikut, Sebelah \utara Kabupaten
Magelang. Dan Barat berbatas langsung dengan kecamatan Samigaluh,
Sebelah timur berbatas langsung dengan kaparen Sleman dan sebelah
Selatan berbatas dengan Desa Banjaharjo Kecamatan Kalibawang. Jarak ke
ibukota kecamatan Kalibawang sekitar 0,5 km, Jarak ke Ibukota Kabupaten
Kulonprogo 35 Km sedangkan jarak ke Ibukota provinsi Yogyakarta sekitar
40 km Luas daerah keseluruhan sekitar 1.567 Ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 400 - 600 m dengan curah hujan rata-rata 2392 mm/tahun.
Topografi lahan adalah dataran (78,35 ha) dan perbukitan (1.488,65 ha)
dengan kondisi lahan antara lain subur (60%) sedang (20%) dan tidak
subur/kritis (20 %). .Penggunaan lahan desa Banjaroya adalah untuk sawah
irigasi setengah teknissekitar 13 ha, sawah tadahhujan sekitar 84 dan Lahan
kering 1,309 ha.
61 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
e. KONDISI DESA
1) POTENSI AGRIBISNIS
Desa Banjaroya memiliki lahan potensial untuk sawah, tanaman ladang
dan ternak dan perkebunan. Luas areal potensial untuk dijadikan sawah
setengah irigai 13 Ha. Sisanya adalah tadah hujan. Hal ini didukung
dengan adanya mata air yang berda di dekat desa tersebut. Lahan
perkebunan terdiri dari perkebunan rakyat terutama taanman Cacao dan
Kelapa
Umumnya kelompok tani di Desa ini sudah melaksanakan
kegiatannya berkelompok dalam penyusunan pola tanam, pertemuan
rutin, pengadaan saprotan, pengaturan air irigasi, simpan pinjam, arisan
dan grropyokan tikus
2) JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Desa Banjaraya 9,251 jiwa terdiri dari 4.418 orang
laki-laki dan 4.833 orang perempuan. Jumlah penduduk usia produktif
(16-50 tahun ) 5836 orang yang terdiri dari laki-laki 2.334 orang dan
perempuan 3.502 orang
Kultur Budaya di daerah ini adalah budaya Jawa Tengah pada umunya
yang sudah kita kenal selama ini. Budayta ini sangat melekat dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam melakukan usaha. Disamping
itu agama juga sangat mempengaruhi tatanan kehidupan di desa ini.
f. KELOMPOK TANI DESA MODEL
1) PEMBENTUKAN KELOMPOK
1) Cikal Bakal
Cikal Bakal kelompok ini adalah kelompok tani berbasis tanaman,
dimana anggota kelompok pada awalnya adalah pemilik tanaman
cacao ditanam secara terpadu.. Juga memanfaatkan daun cacao
sebagai makanan ternak milik sendiri dan untuk petani yang ada
disekitarnya.
Pada tahun 2004 berdasarkan hasil PRA yang dilakukan oleh TIM
PUG di Kabupaten Kulon Progo ditetapkanlah Desa Bajarharjo
sebagai Desa Model dengan dasar potensi agribisnis, diduikung
62 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
pemerintah desa dan keinginan anggota untuk membenahi
kelompok dan usahanya.
Kelompok ini berbasis domisili dimana anggotanya berdomisili di
wilayah yang sama dan berkeinginan berkelompok dan memajukan
usahanya melalui pembinaan dari STPP.
Usaha kelompok Ngudi Mulyo beragam terdiri dari ternak sapi,
pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk, tanaman cacao, ubi
kayu, sayuran, hijauan, pakan ternak, Pengolahan hasil seperti
slodok, gula kristal, pemasaran hasil usaha berbasis agribisnis.
2) Alamat Kelompok
Kelompok andalan di Desa Banjaroya ini adalah kelompok Ngudi
Mulyo yang beralamat di Dusun Pantog Wetan, Desa Banjaroya
Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo.
3) Jumlah Anggoita
Anggota Kelompok Ngudi Mulyo pada awal pembinaan Deda Model
PUG pada tahun 2004 adalah 15 Orang pada tahun 2006 sudah
berkembang menjadi 60 orang. Dengan jenis usaha yang semakin
beragam. Penambahan anggota ini terjadi karena minat
masyarakat sekitar untuk bergabung sangat tinggi, retapi dalam
kelompok ini ada komitmen yang tidak tertulis dimana setiap
anggota yang ingin bergabung harsus ada anggota lama yang
menjamin bahwa anggota baru tersebut dapat mengikuti aturan
yang ada du dalam kelompok.
g. PENGEMBANGAN USAHA
a. Dampak terhadap Pengembangan usaha keluar
- Munculnya beraneka ragam usaha
- Berkembangnya penanganan pengolahan hasil
- Berkembangnya sensitif gender di dalam anggota kelompok
khususnya
63 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
- Meningkatnya silahturahmi dalam anggota kelompok
- Kelompok menjadi satu kebutuhan untuk menjadi usaha bantu
b. Mengelola Bantuan
Dikelola secara koperatif oleh lembaga keuangan mikro
h. SISTEM PEMBINAAN MODEL
Sistem pembinaan Desa Model terdiri dari :
a) Pembina Utama STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di
Yogyakarta
Melakukan pembinaan secara berkala baik secara langsung
maupun tidak langsung dan sebagai penghubung dengan pihak.
b) Pembinaan Kecamatan PPL
Melakukan pembinaan secara berkala baik secara langsung
maupun tidak langsung serta mencarikan berbagai peluang untuk
pengembangan kelompok
c) Pembina Desa : Ek Bang Desa,PPL
Melakukan pembinaan secara berkala baik secara langsung
maupun tidak langsung serta menjalin kemitraan dengan berbagai
pihak
d) Pembina Dusun : Kadus dan Tokoh Masyarakat
Melakukan pembinaan secara berkala baik secara langsung
maupun tidak langsung
Jumlah Kelembagaa
Kelembagaan yang terlibat dalam pembinaan Desa Model terdiri
dari STPP, Kecamatan, Desa Lingkuop Pertanian,BPP, Dusun,
Perguruan Tinggi Negeri, dan Swasta yang terkait dlam berbagai
program.
64 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
5. Profil Desa Gerbo, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur
a. LATAR BELAKANG
Dalam rangka pengembangan pertanian berwawasan gender, Kabupaten
Pasuruan pada tahun 2004 dialokasikan progran/kegiatan penerapan
Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui pengembangan Desa Model yang
didanai oleh Badan Pengembangan SDM Pertanian melalui Balai Besar Diklat
Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman obat (BBDATPO) Malang.
b. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender dalam Pengembangan Desa Model Berbasis
Agribisnis di Kelompok Tani, BINTARO: Dusun Rojopasang Desa Gerbo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
1) Diklat Perencanaan Partisipatif PUG bagi petani yang diikuti oleh
35Orang petani peserta yang tergabung dalam kelompok tani BINTARO
terdiri dari 22 orang perempuan dan 13 orang laki-laki
2) Diklat Teknis Agribisnis Pengolahan Hasil Susu bagi Petani dengan
peserta yang sama seperti Diklat Perencanaan Partisipatif PUG bagi
Petani
3) Kegiatan Pasca Diklat dalam pengembangan Desa Model mengacu pada
tujuan umum pengembangan Desa Model, yaitu pengembangan desa
percontohan berbasis usaha agribisnis dan responsif gender melalui
pengembangan komitmen dan peningkatann kemampuan masyrakat
tani perempuan dan laki-laki dalam mengelola sistim dan usaha
agribisnis dalam beberapa kegiatan seperti, Pertemuan rutin kelompok
tani sebulan sekali, Pengelolaan pengolahan hasil susu menjadi usaha
kelompok tani, pembinaan rutin dari kantor Ketahan Pangan dan
Penyuluhan Pertanian, Dinas Peternakan, Badan Pemberdayaan
Masyarakat serta Instansi terkait yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten
Pasuruan melalui kegiatan pengembangan olahan pangan.
65 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
d. LETAK GEOGRAFIS
Desa Gerbo Kecamatan Purwodadi terletak disebelah timur dan berjarak
36 Km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Pasuruan, berbatasan
sebelah Utara Desa Lebak Rejo Kecamatan Purwodadi, sebelah selatan
Desa Gendro Kecamatan Tutur,, sebelah barat Desa Cowek Kecamatan
Purwodadi dan Hutan serta sebelah Timur Desa Dawuhansengon
Purwodadi.
Wilayah Desa Gerbo seluas 1.35 Ha ternagi 6 dusun, keadaan tanahnya
cukup subur, bercurah hujan rata-rata 1.881 mm, Jumlah hujan 9 bulan,
ketinggian wilayah 800-850 dpt
e. KONDISI DESA
1) JUMLAH KECAMATAN/KABUPATEN
Desa Gerbo berjarak 20 km dari Kecamatan Purwodadi dan 36 Km dari
Kabupaten Pasuruan
2) KULTUR BUDAYA
Sebagian besar penduduk beragama Islam, dengan kegiatan rutinitas
bertani baik sebagai petani pemilik/penggarap maupun sebagai buruh
tani atau peternak sapi perah yang pamerannya dilakukan 2 x sehari
yang pertama jam 04.00 pagi dan yang kedua jam 15.000 WIB
kemudian disetor langsung ke tempat penampungan koperasi (TPK)
f. KELOMPOK TANI DESA MODEL
1) PEMBENTUKAN KELOMPOK
a) Cikal Bakal
Sebelum ada program PUG kelompok tani sudah ada dengan
nama Karya Tani yang beranggootakan 30 orang laki-laki
sedangkan ibu-ibu mempunyai kegiatan pengajian 1 kali/seminggu.
Sejak adanya program PUG kelompok ibu-ibu yang semula hanya
mempunyi kegiatan pengajian bergabung menjadi kelompok tani
“BINTARO”
66 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
b) ALAMAT KELOMPOK
Kelompok ini beralamat di Dusun Rojopasang Desa Gerbo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan
c) PERKEMBANGAN
i. Adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat tani, tokoh
masyarakat maupun aparat di pedesaan terhadap kegiatan
pembangunan di desanya
ii.Susu yang semula hanya disetor langsung sekarang diolah
menjadi
berbagai macam produk olahan antara lain krupuk susu, es
susu aneka rasa, es krim (puter) dan permen susu
iii. Ada pertemua rutin dari
anggota kelompok sebulan sekali
iv.Ada peningkatan/peluang/akses dalam pembangunan baik laki-laki
dan perempuan dan hasilnya
v.Ada peningkatan kontrol/kewenangan yang dimiliki laki-laki dan
perempuan dalam pengembangan usaha yang telah dirintis
vi.Manfaat PUG ini dapat dirasakan baik oleh laki-laki maupun
perempuan
d) JUMLAH ANGGOTA
Kelompok beranggotakan 35 orang dengan komposisi 22 orang
perempuan dan 13 laki-laki
e) PEMBINAAN
Pembinaan dilakukan oleh PPL wilayah binaan setempat dengan
jadwal rutin sekali dalam sebulan dan sewaktu-waktu pada saat
proses pengolahan dilakukan.
g. PENGEMBANGAN USAHA
1) Dampak terhadap Pengembangan Usaha Keluar
• Merasakan proses pembelajaran dalam memasarkan produknya
67 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
• Meningkatkan motivasi dalam pengembangan produk olahan
• Adanya nilai tambah yang dirasakan oleh kelompok terhadap
potensi (susu) yang selama ini dikirim langsung dengan harga
Rp.2.000/ltr menjadi lebih tinggi nilai ekonomis setelah diolah
menjadi produk olahan susu
2) Mengelola Bantuan
Bantuan yang diterima selama ini berupa peralatan dan bahan
pengolahan hasil susu namun demikian bantuan tersebut masih
dirasa kurang mengingat kelompok tersebut membagi diri menjadi 3
bagian dalam proses pengolahan hasilnya
h. SISTIM PEMBINAAN DESA MODEL
1) Jumlah Kelembagaa
• Kelompok tani : 4 Unit
• Koperasi : 3 Unit
• TPK (Tempat Pelayanan KUD) : 2unit
• Penggilingan Padi : 2 Unit
68 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
6. Profil Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti Kab. Atabanan, Bali
a. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mengidentifikasi keadaan permasalahan dan potensi
desa/wilayah serta sumberdaya manusia Pertanian, baik laki-laki maupun
perempuan sebagai subyek/pelaku usahatani/agribisnis, maka dipandang
perlu membentuk suatu wadah/kelompok yang dalam pembinaanya berspektif
gender di Banjar Mojan, Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kab Tabanan-
Bali
b. MAKSUD DAN TUJUAN
1) Meningkatkan antara akses dan kontrol baik laki-laki mauun perempuan
terhadap sumberdaya pertanian guna meningkatkan manfaat yang lebih
menguntungkan bagi pendapatan keluaga dan kesejahteraan masyarakat
pada umunya.
2) Meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap anggota
kelompok menuju profesialisme dalam bidang pertanian secara luas
3) Menciptakan lapangan kerja baru guna mengurangi tingkat pengangguran
khususnya masyarakat di Banjar Mojan
4) Belajar bertukar pikiran dalam pemecahan masalah
5) Saling belajar memperkaya wawasan
6) Saling bantu dalam kegiatan sosial maupun meningkatkann tali
persaudaraan antara semua anggota.
c. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Kegiatan yang telah dilaksanakan Kelompok Loka Sari
1) Pertemuan Kelompok
Pertemuan rutin dilakukan 1 kali dalam sebulan yaitu setiap tanggal 1
bulan berjalan dengan membahas dan merencanakan berbagai
kegiatan, salah satunya adalah kegiatan simpan pinjam yang terdiri
dari membayar iuran wajib, membayar bunga pinjaman, membayar
sanksi-sanksi/denda sesuai dengan AD/ART kelompok yang telah
disepakati.
69 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
2) Pemeliharaan ternak sapi
Usaha ternak sapi merupakan usaha kegiatan yang sudah biasa
dilakukan oleh masyarakat di Banjar Mojan, namun belum semua
anggota kelompok memiliki ternak sapi. Dengan adanya program
pemerintah (PUG) berupa bantuan ternak sapi betina sebanyak 18
ekor (1 ekor mati karena misibah, ditanggung kelompok) dimana pola
penerimaanya secara pengundian di kelompok dengan persyaratan
memiliki kandang yang layak dan wajib mengembalikan anak sapi
sebanyak 2 ekor baik jantan maupun betina ke kelompok setelah itu
induk awalnya menjadi hak milik penerima bantuan.
Adapun manfaat yang diterima dari usaha ternak sapi antara lain
anaknya setelah pengembalian 2 ekor, tenaganya dan kotoranyya
sebagai pupuk organik.
3) Pengumpulan pengumpulan kotoran sapi sebanyak 1 ember ( kurang
lebih 10 kg) oleh seluruh anggota kelompok setiap hari minggu dan
tanggal 01 pada saat pertemuan rutin pada lahan yang telah
disepakati
bersama, selanjutnya diproses dijadikan pupuk organik.
d. LETAK GEOGRAFIS
Luas wilayah Banjar Mojan adalah 41,28 ha dengan Lahan sawah 14,28
ha, tegalan 21 ha dan pekarangan 6 ha dengan batas-batas banjar sebagai berikut
sebelah utara perbatasan dengan Banjar Tundak, sebelah timur berbatasan dengan
Banjar Temacun, sebelah selatan berbatasan dengan Banjar Belah dan sebelah
barat berbatasan dengan Banjar Luwus. Wilayah Banjar Mojan memiliki ketinggian
400 - 450 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2000-2500
mm/tahun dan memiliki suhu udara berkisar antara 20 derajat -31 derajat Celsius
e. POTENSI KERAGAAN
1. Jumlah Penduduk
Total jumlah penduduk Banjar Mojan sebanyak 863 Jiwa (204 KK) dimana 95
persen diantaranya berprofesi sebagai petani, namum secara profesional individu
dan sudut pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya dalam upaya penglolaan usaha
70 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
tani dalam arti luas masih perlu mendapat pembinaan dan pelatihan secara
berkesinabungan. Jumlah penduduk Banjar Mojan berdasarkan jenis kelamin dari
426 orang laki-laki (49,36 %) dan 437 orang perempuan (50,64%0
2. Jumlah SDM
Dari 30 orang anggota kelompok yang mempunyai kelebihan untuk bisa
dikembangkan SDMnya adalah :
a. 2 orang tukang jahit ( Perempuan )
b. 2 Orang pedagang buah dan sayur (perempuan)
c. 3 orang pedagang/pemasaran ternak (laki-laki)
d. 10 Orang laki-laki sebagai tukang bangaunan
e. 2 orang perempuan sebagai tukang bangunan dengan keahlian finishing
3. Jarak Kecamatan/Kabupaten
a. Jarak dari Banjar Mojan ke kantor Desa Mekarsari 500 m (0,5 km) ke
Kantor Camat Baturiti kurang lebih 5,5 km, 14,5 km ke kabupaten
b. Jarak dari Desa Mekarsari ke \kantor Camat Baturiti 5 km
c. Jarak dari Camat ke Kabupaten 15 km
4. Kultur Budaya
a. Seluruh masyarakat yang ada di Bnajar Mojan memeluk agama Hindu
b. Segala kegiatan sosial seperti upacara agama, kematian dan jenis
upacara keagamaan lainnya dikerjakan secara bersama – sam, segala
kegiatan ini sudah diikat oleh aturan (pararem) baik yang dimiliki oleh
Desa, Banjar Adat maupun kelompok PUG
c. Perempuan Bali memiliki kultur kebiasaan sebagai wanita pekerja yanag
ulet, untuk menopang pendapatan rumah tangga
f. KELOMPOK TANI DESA MODEL
e) Cikal Bakal
Surat Pengukuran kelompok PUG Loka Sari yang telah ditanda tangani oleh
kepala desa pada tanggal 02 Agustus 2004
f) Alamat Kelompok
71 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kelompok PUG Loka Sari beralamat di Banjar Mojan, Desa Mekar Sari
Kecamatan Butiriti Kabupaten Tabanan, Bali
g) Perkembangan
1) Kegiatan yang sudah dilaksanakan
Kelompok PUG Loka Sarui terbentuk tanggal 02 Agustus 2005 di
Banjar Mojan, Kec Baturiti, Kab, Tabanan yang beranggotakan
sebanyak 30 Orang yang terdiri dari 15 orang pria dan 15 orang wanita
melaksanakan kegiatan antara lain :
- Memelihara sapi untuk mendapatkan keuntungan dari anaknya,
tenaga dan kotorannya
- Meelakukan pengumpulan kotoran sapi secara rutin setiap bulan
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik
- Melaksanakan pertemuan rutin setiap 01 pada bulan berjalan, yang
sekaligus melakukan kegiatan simpan pinjam, membayar iuran dan
membayar denda atau sangsi sesuai dengan kesepakatan yang
telah diatur dalam AD/ARTt kelompok
- Mengikutsertakan beberapa orang anggota untuk ikut serta dalam
pelatihan ketrampilan yang dilaksabakan oleh BPTP dan Dinas
Pertanian Privinsi maupun Kabupaten Tabanan.
g. RENCANA PENGEMBANGAN
1. Pemasaran pupuk organik untuk dipasarkan tidak hanya di tingkat desa atau
kecamatan bahkan ke pasar kabupaten yang memiliki prospek cukup bagus.
Pada tingkat kelompok juga akan direncanakan pemasaran produk sayuran
secara kolektif sehingga tidak dipermainkan oleh tengkulak dan
memudahkan petani dalam memasarkanya dengan lebih memberdayakan
seksi pemasaran yang ada di kelompok Loka sari.
2. Memanfaatkan pupuk organik untuk budidaya tanaman padi sawah dan
hortikultura juga akan dilakukan mengingat semakin dibutuhkannya produk
pertanian yang lebih higienis walaupun sampai saat ini segmen pasarnya
belum terlalu banyak, namun paling idak selain memanfaatkan pupuk yang
berasal dari sumberdaya lokal juga sekaligus memelihara kesuburan tanah
yang saat ini penggunaanya sudah cukup tinggi
72 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
3. Melaksanakan pasca panen/pengolahan scunder beberapa produk
hortikultura, hal ini mengatisipasi pada saat harga jatuh disaat panen raya.
Salah satu produk yang direncanakan adalah pembuatan nektar (sari buah )
wortel yang direncanakan akan dibina oleh BPTP Bali
73 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
7. Profil Desa Bukit Batu, Kabupaten Singkawang, Kalimantan Barat
a. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Penyusunan hasil pengkajiandesa secara partisipatif (profil desa, profil
keluarga, RUK),
Penyusunan rencana agribisnis keluarga (RAK.RUK,RKD,RKPD),
Diklat Agribisnis ( Budidaya sawi, kacang panjang, cabe besar,
ketimun, membuat pupuk bokashi)
Lokakarya dan evaluasi
Bimbingan lanjutan
Pembinaan, bimbingan desa model dilaksanakan secara koordinatif
melalui dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak antara lain Dinas
Agribisnis, Lurah Bukit Batu, Camat, Singkawang Tengah, PKK
Keccamatan dan Kota Singkawang serta penyuluh Pertanian
Kecamatan Singkawang Tengah.
b. LETAK GEOGRAFIS
Jarak Bukit Batu ke kecamatan kurang lebih 1 km dari Kabupaten/kota
Singkawang kurang lebih 6 km.Topografi datar, ketinggian diaas permukaan laut
kurang lebih 10 km.
c. POTENSI KERAGAAN
Kondisi Desa
5. Jumlah SDM Pertanian
- Jumlaah penduduk ( laki-laki 1734 orang, 1780 orang)
- Jumlah SDM ( petugas 10 orang, petani 30 orang)
6. Kultur Budaya
Terdiri dari berbagai macam Suku (Jawa, Madura, Melayu) dan mayoritas
beragama Islam
d. KELOMPOK TANI DESA MODEL
h) Cikal Bakal
Cikal bakal pembentukan kelompok Desa Model berdasarkan hasil pelatihan
peserta fasilitator PUG Desa Bukit Batu dan dilanjutkan dengan Lokakarya
Perencanaan Partisipatif pada tanggal 1 s/d 2 September 2004. Selanjurnya
74 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
pada tanggal 10 September 2004 terbentuklah Kelompok Tani PUG” KARYA
BHAKTI” Desa Model PUG
SISTIM PEMBINAAN DESA MODEL
Jumlah Kelembagaan
o Pertemuan bulanan kelompok yang dihadiri oleh penyuluh pertanian
kecamatan maupun Dinas/Instansi Terkait
o Kelembagaan yang ada di Desa Model selain kelompok tani PUG yaitu
KUD 1 kelompok, dan kelompok, P4K 1 kelompok dan 6 kelompok,
kecamatan Singkawang Tengah, Dinas Agribisnis Kota Singkawang
8. Profil Desa Soladua, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan
a. TUJUAN
1. Meningkatkan parttisipasi laki-laki dan perempuan dalam kegiatan usaha
agribinsi
2. Meningkatkan akses laki-laki dalam pembangunan sistem dan usha
agribisnisn diedesaan;
3. Meningkatkan kontrol laki-laki dan peempuan terhadap sumberdaya
4. Mewujudkan kelanjutan kegiatan PUG
b. KEGIATAN DESA MODEL
1. Sosialisasi tentang desa model dengan peserta terdiri dari aparat dinas,
penyuluh kecamatan, Camat, Kades serta Tomas dan Toga;
2. Penentuan lokasi pengembangan desa model;
3. Pelatihan PRA bagi petugas dan petani;
4. Lokakarya hasil pelatihan
5. Melaksanakan PRA
6. Pelatihan teknis bagi petani
7. Pembelian sarana pengolahan hasil
8. Pembentukan kelompok PUG di dusun tetangga
75 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
c. LETAK GEOGEAFIS
Desa Soladua berada pada 45 meter dari permukaan laut, dimana berada
pada wilayah iklim peralihan dengan curah hujan 9 bulan basah dan 3 bulan
kering serta puncak kemarau terjadi pada bulan September . Jarak dari
ibukota provinsi 212 km yang dapat ditempuh dengan waktu 4 jam
menggunakan kendaraan umum, 52 km dari ibukota Kabupaten dengan
menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 selama 1 jam, sedangkan jarak
dengan ibukota Kecamatan 12 km dapat ditempuh selama 1 jam, sedangkan
jarak dengan ibukota kecamatan 12 km dapat ditempuh selama 15 menit,
dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4
d. POTENSI/KERAGAAN
1) Potensi agribisnis
a) Potensi agribisnis
Desa Soludua meliputi Perkebunan Kakao 685 Ha; Perkebunan Mete 5
Ha; persawahan produktif 145 Ha; Pencetakan sawah baru 55 Ha;
Budidaya Bunga Evorbia dan beberapa jenis bunga lain yang sedang
diminati pasar; Peternakan ayam ras 15.000 ekor, peternakan sapi,
kambing, kerbau, populasi masih terus meningkat
b) Jumlah Penduduk
Sesuai data tahun 2005, sebanyak 275 KK (117 Jiwa) yang terdiri dari
595 Pria, dan 592 perempuan dengan mata pencaharian 95% dibidang
pertanian;
c) Jumlah SDM
Jumlah SDM Pertanian 95% dari 275 KK menggantungkan hidupnya
di sektor pertanian (sebagai petani); Jumlah Penyuluh 2 Orang KTNA
1 Orang, Mantri Tani 1 Orang
d) Kultur Budaya
Di desa Soludua budaya yang selalu dipertahankan adalah Acara
Tudang Sipulung (pesta panen), yang dilaksanakan pada saat habis
panen, pada kesempatan tersebut dibahas evaluasi kegiatan usaha
tani yang lalu dan penyusunan perencanaan penanaman pada musin
yang akan datang
76 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
e. KELOMPOK TANI DESA MODEL
1) Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2004,
bertempat di Balai Desa Salodua, dengan nama “ Kelompok Harapan
Jaya’
a) Cikai Bakal
Cikal Bakal kelompok PUG di desa Soludua ini adalah kelompok-
kelompok DPG (Diversifikasi Pangan dan Gizi) dan Kelompok
Wanita Tani yang sudah lama terbentuk jauh sebelum adanya
kelompok PUG
b) Alamat Kelompok
‘ KELOMPOK HARAPAN JAYA” Dusun Soludua, Kecamatan
Maiwa Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan;
c) Perkembangan
Pengembangan kelompok ini dari tahun ke tahun makin banyak
msyarakat yang merasakan dampaknya, sehingga didalam desa
tersebut semua dusun sudah terbentuk kelompok PUG secara
Swadaya, bahkan di desa lain yang ada didalam wilayah
kecamatan Meiwa;
f. KEMITRAAN USAHA
a. Kerjasama antara kelopok
Kerjasama kelompok yang telah dilakukan adalah; pengadaan pompa
air, hand tractor, power threser, pengerjaan lahan sawah, dan
pengolahan hasil. Sedangkan kerjasama dengan pihak luar yaitu
dengan pedagang dalam pembelian gabah, kakao, dan biji jambu mete
serta bunga;;
b. Kerjasama dengan supermarket/investor
g. PENGMBANGAN USAHA
a. Dampak terhadap Pengembangan Usaha Keluar
b. Mengelola Bantuan
Bantuan dari berbagai instansi yang selama ini diperoleh berasal dari
77 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
BBDMP Batangkaluku dan Pemda Kab.Enrekang. Pengelolaan
bantuan
dikoordinasikan melalui ketua Kelompok atas kesepakatan anggota
kelompoknya. Namun saat ini masih mengharapkan bantuan alat
berupa
kacip (pemecah biji jambu mete), karena daerah ini penghasil jambu
mete
yang cukup besar.
h. SISTEM PEMBINAAN DESA MODEL
Jumlah Kelembagaan
UPJA 1 unit; P3A 1 unit: Kelompok Tani 8 kelompok; dan TPK (Tempat
Pelauyanan Koperasi) 1 Unit
Pembinaan desa model dilaksanakan oleh instansi terkait lingkup Pemkab
Enrekang, dibawah koordinasi Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
i. RENCANA PENGEMBANGAN
Pelaksanaan hasil PRA yang sudah terealisir adalah
1) Usaha penjualan PUPUK,
2) Usaha Bunga bunga;
3) Usaha jasa parut kelapa, pembuatan tepung beras
4) Pengupasan jambu mete, penjualan gabah, kakao dan jambu mete
78 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
9. Profil Desa Manikin, Kec. Kpang Tengah, Kabupaten Kupang, Ntt
a. LATAR BELAKANG
1) Menyelenggaran dikla PRA yang responsif Gender bagi penyuluh dan
petani yang berjumlah 50 orang , peserta yang berasal dari 3 (Tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Kupang Tengah, Kupang Timur dan Kupang
Barat;
2) Para peserta tersebut diatas (point 1) akan melanjutkan kegiatan dalam
bentuk sosialisasi dan penerapan Program PUG Desa Model di Desa
masing-masing selama 10 kali pertemuan denga peserta 20 orang untuk
masing-masing kelompok.
3) Melanjutkan pertemuan kelompok untuk kelanjutan Responsif Gender
pada Desa Model tahun 2004-2005 pada 6 desa, yaitu, Desa Persiapan
Mata Air Tarus, Desa Oebelo, Desa Merdeka, Desa Tuapukan, Desa
Pukade, Desa Oematnunudan Desa Manikin
b. URAIAN SINGKAT KEGIATAN DESA MODEL
Kegiatan desa model di Desa Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
Kupang pada kelompok Tingbers yang dimulai pada bulan Oktober 2005,
dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Pelatihan PRA yang responsif gender di Balai Diklat Agribisnis Ternak, p
Potong dan Tehnologi Lahan Kering Noelbaki – Kupang, NTT pada
tanggal 3 s.d 15 Oktober 2005.
2) Kegiatan pertemuan sebanyak 10 kali di Kelompok dalam rangka
bimbingan lanjutan yang dimulai tanggal 16 s.d 26 November 2006
3) Produksi awal pembuatan daging se’i babi, dodol pisang, sirup jambu biji,
selai pepaya, dimulai tanggal 5 Desember 2005 (produksi se”i dilakukan
setiap bulan maksimal sebanyak 4 kali produksi)
4) Syukuran kelompok dalam rangka pemasangan papan nama kelompok
pada tanggal 23 Januari 2006
5) Perispan bahan dalam rangka pembuatan lopo dimulai pada tangga 2
Februari 2006
6) Arisan kelompok dimulai tanggal 5 Februari 2006 dan tanggal 25 Febuari
2006 dengan dana dari kas kelompok sebanyak Rp.300,- per kali arisan
79 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
7) Pembuatan pondasi dan pendirian lopo dimulai pada tanggal 5 maret s.d
16 April 2006
8) Mengikuti sosialisasi dana bergulir di koperasi Kabupaten Kupang pada
tanggal 18 April 2006
9) Mengikuti pameran di Keamatan Kupang Timur dalam rangka Hari
Kebangkitan Nasional ke 98 negara yaitu pameran peragaan foto, lomba
krida, panggung hiburan rakyat dan pasar murah pada tanggal 22 s.d 25
Meri 2006
10) Latihan pembuatan se”i babi dengan menggunakan asap cair dan
pengemasan hasil kerjasama Koperasi Kabupaten Kupang dan LIPI
Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2006.
c. LETAK GEOGRAFIS
Kelurahan Tarus, Desa Manikin terletak pada dataran rendah 10 m dari
permukaan laut. Desa Manikin berbatasan sebelah timur dengan Desa mata
Air Tarus dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Panfui Timur,
sebelah barat berbatasan denga keluyrahan Lansiana dan sebelah utara
berbatasan dengan pantaui wisata Manikin.
d. POTENSI KERAGAAN
e) Kultur Budayas
Penduduk Kelurahan Manikin sangan bervariasi baik dari Propvinsi
NTT maupun provinsi lainya (Jawa, Sulut< maluku< dll) Untuk provinsi
NTT terdiri atas beberapa suku antara lain ; Suku Rote, Suku Sabu,
Suku Alor, Suku Flores, Suku Timor dan suku Sumba
e. KELOMPOK TANI DESA MODEL
Perkembangan
Jumlah anggota awal : 15 Orang
Jumlah ngota saat ini : 30 Orang\
Usaha Awal : budidaya horti, padi sawah, ternak dan
hasil pertanian, beternak babi dan sapi,
warung makan sate babi\
80 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
f. KEMITRAAN USAHA
c. Kerjasama antara kelopok
Sudah terjalin hubungan kemitraan dalam bidang pemasaran hasil
d. Kerjasama dengan supermarket/investor belum ada
g. PENGEMBANGAN USAHA
c. Dampak terhadap Pengembangan Usaha Keluarga
- Memenuhi kebutuhan gizi masyarakat anggota
- Memenuhi/meningkatkan pendapatan anggota kelompok
- Menambah modal usaha kelompok
d. Mengelola Bantuan
h. SISTEM PEMBINAAN DESA MODEL
- Kunjungan kelompok oleh penyuluh< balai Diklat
- Pelatihan, lokakarya tingkat kabupaten, provinsi
Jumlah Kelembagaan ada 3 yaitu desa/kelurahan, pemerintah dan
LSM/swasta
10. Pelaksanaan Pelatihan Teknis Pertanian bagi Non Aparatur di Jawa Tengah
a) Waktu Pelaksanaan Pelatihan
- Penanggungjawab penyelenggaraan diklat bagi Gapoktan Program PUAP
Tahun 2012 yang penyelenggaraannya dibawah koordinasi BBPP
Lembang dilasanakan di BPSMP Provinsi Jawa Tengah (Soropadan), diklat
dilaksanakan secara paralel pada tanggal 21 s.d 26 Juni 2012, terdiri dari
angkatan VII,VIII,IX dan X.
b) Jumlah peserta pelatihan Gapoktan, Program PUAP Tahun 2012 di BPSMP
Prov. Jawa Tengah, sebagai berikut:
81 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pelatihan / Angkatan
Jml Peserta (orang)
Ket. Rencana Realiasai
Pengurus Gapoktan/ Angkatan VII 32 32 L:30, P:2
Pengurus Gapoktan/ Angkatan VIII 30 30 L:29, P:1
Pengurus Gapoktan/ Angkatan IX 30 30 L:30
Pengurus Gapoktan/ Angkatan X 32 32 L:30,P:2
Jumlah 124 124 L: 119 P: 5
- Peserta Diklat bagi Gapoktan Program PUAP Tahun 2012, berasal dari
Gapoktan yang berdomisili di wilayah Kabupaten Karang Anyar, Kab.
Kebumen dan Kab. Klaten dengan rencana jumlah peserta dan realisasi
jumlah peserta 124 orangdan pesertahadir seluruhnya;
c) Hasil pengamatan dan diskusi dengan Panitia Penyelenggara, sebagai
berikut:
- BBPP Lembang dalam melaksanakan diklat bagi Gapoktan Program
PUAP Tahun 2012 berkoordinasi dengan 3 UPTD Provinsi yaitu Bapeltan
Cihea, BPSMP Nak Ungaran Provinsi Jawa Tengah dan BPSMP Tan
Prov. Jawa Tengah (Soropadan). Koordinasi dilakukan tidak hanya dalam
hal teknis pelaksanaan namun juga dalam hal keuangan/ anggaran
sepenuhnya diserahkan ke UPTD Provinsi selaku pelaksana diklat bagi
Gapoktan Program PUAP Tahun 2012;
- Diklat dilaksanakan selama 5 (lima) hari dengan Pola Pelatihan yaitu 3
(Pembekalan) – 1(pendalaman) – 1 (pemantapan). Pembekalan dan
pendalaman dilakukan di kelas di BPSMP Soropadan sedangan
pendalaman dilasanaan di Gapoktan;
- Fasilitator adalah Widyaiswara, Tim Teknis Kabupaten dan Praktisi dari
Gapoktan lokasi kunjungan lapang;
- Narasumber adalah Kepala BPSMP Soropadan, BPTP Prov. Jawa
Tengah dan Kadistan Kabupaten terkait asal peserta. Sedangkan
Fasilitator adalah Widyaiswara Balai Diklat Prov. (Widyaiswara BPSMP
Soropadan) dan Penyuluh Pertanian peserta TOT Program PUAP;
82 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
- Pembekalan dan pemantapan dilaksanakandi BPSMP Soropadan,
sedangkan Pendalaman dilaksanakan di Gapoktan berprestasi yang
berlokasi di Kecamatan Ambarawa (Kab. Semarang), Kecamatan
Srumbung (Kabupaten Magelang), Kecamatan Salaman (Kabupaten
Magelang), Kecamatan Suruh (Kabupaten Semarang) dan Kecamatan
Nampirejo (Kabupaten Temanggung);
- Pada saat kunjungan lapang di Gapoktan berprestasi (Profil Gapoktan
berprestasi), peserta diminta untuk menggali informasi sebanyak-
banyaknya tentang organisasi, tertib administrasi pembukuan dan
keuangan serta melihat pengembangan usaha agribsinis yang
dikembangkan oleh masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam
Gapoktan;
- Transportasi kunjungan lapang menggunakan minibus dan lokasi
Gapoktan disesuaikan dengan jumlah anggaran yang tersedia namun
tetap dipilih Gapotan terbai diwilayah tersebuit.
- Akomodasi dan konsumsi pada saat kunjungan lapang sudah cukup
memadai sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia;
- Mulai dari persiapan (pemanggilan peserta) sampai dengan pelaksanaan
dan kunjungan lapang pelaksanaan berlangsung lancar, relativ tidak ada
masalah, hal ini terjadi karena adanya koordinasi yang baik antara BBPP
Lembang, BPSMP Soropadan dan Dinas Pertanian Kabupaten terkait,
selain itu BPSMP Soropadan sudah memiliki contac person di setiap
Kabupaten sehingga memudahkan Panitia dalam pemanggilan peserta;
d) Hasil Pengisian Kuesioner :
a. Kuesioner bagi Penyelenggara
• Petunjuk Teknis sudah disiapkan oleh BBPP Lembang selaku
penanggungjawab penyelenggaraan diklat meliputi materi
diklat,poladiklat,syarat fasilitator dan persyaratan peserta.
• SK Kepanitiaan ada dan ditetapkan oleh Kepala BPSMP Tan Prov.
Jawa Tengah (Soropadan). Surat undangan peserta, narasumber ada;
• Fasilitator/Narasumber berasal dari Widyaiswara, Penyuluh Pertanian
peserta TOT, Kepala BPSMP Tan Soropadan, Distan Provinsi, Distan
83 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kabupaten terkait, BPTP Provinsi dan Pakar/Praktisi berasal dari
Pengurus Gapoktan tempat kunjungan lapang, narasumber dan
fasilitator berasal dari BBPP Lembang (UPT Pelatihan Pusat) dan
Instansi terkait. Persyaratan fasilitator sudah terpenuhi yaitu dapat
menyusun bahan ajar, bahan tayang dan persyaratan lainnya yang
disesuaikan dengan juklak;
• Panduan pelaksanaan ada namun isinya belum sesuai dengan,
petunjuk lapangan (BPSMP sudah berusaha menyusun, namun belum
sesuai dengan persyaratan penyusunan pedlap) dan dibagikan sebelum
pelaksanaan diklat;
• Silabus diklat belum dibuat sedangkan pembagian modul dilakukan
pada pertengahaniawal diklat. Selain modul peseta diklat juga dibagikan
hand out (lembaran materi) yang dibuat oleh fasilitator, materi dibagikan
dalam bentuk print out;
Pada saat pelaksanaan
• Peserta dan Fasilitataor hadir dikelas 10 menit sebelum diklat dimulai;
• Gapoktan peserta diklat, sudah sesuai dengan SK Menteri Pertanian
dan penugasan peserta oleh Dinas Pertanian/ BP4K setempat,
kehadiran jumlah peserta sesuai dengan rencana kuota dari
Kementerian Pertanian;
• Fasilitator hadir 10 menit sebelumnya, metode diklat andragogy
(pembelajaran orang dewasa), materi sudah sesuai kurikulum, jumlah
jam materi sudah sesuai dan mengacu pada Juklak penyiapan SDM
PUAP tahun 2012 yang telah diterbitkan oleh Puslatan.
• Bahan serahan berupa ATK (alat tulis), Tas, Topi dan materi diklat,dan
buku panduan.
• Bahan monitoring dan evaluasi meliputi: monitoring kesesuaian tempat
praktek lapang, kepuasan peserta non aparatur terhadap
penyelenggaraan diklat, evaluasi penguasaan/materi, blanko penilaian
tugas dan praktek lapang, evaluasi terhadap sikap dan perilaku dan
soal pretest dan postes (yang belum dilampirkan: evaluasi terhadap
fasilaitator, format LP5/ dayli mood, form biodata fasilitator);
84 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
• Diklat bagi Pengurus Gapoktan dilaksanakan selama 5 hari dengan
pola pembekalan-pendalaman- pemantapan (3-1-1), lokasi praktek
lapang sudah sesuai yaitu Gapoktan terbaik di wilayah tersebut yang
terjangkau dengan waktu tempuh dan anggaran yang tersedia;
• Sarana dan prasarana ruang belajar terdiri dari LCD, Whitebord dan
sound system, karena udara di wilayah BPSMP Tan sudah dingin maka
ruangan kelas tidak ada AC/ kipas angin;
• Rapat evaluasi secara khusus tidak ada namun ketika menjelang
penutupan diklat dilakukan koordinasi antar seksi terkait untuk
mempersiapkan kegiatan penutupan;
• STMD pada saat monitoring belum tersedia, rencananya akan
ditandatangani bagian muka oleh Ka BBPPLembang dan bagian
belakang oleh Ka BPSMP Tan Soropadan;
• Menurut informasi dari Penanggungjawab/ seksi diklat bahwa manfaat
evaluasi yaitu memberikan indicator untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan penyelenggaraan diklat.
b. Kuesioner bagi Peserta
(1) Tenggang waktu pemanggilan peserta antara pelaksanaan diklat
dengan waktu penerimaan undangan, yaitu 17% peserta menyatakan
surat pemanggilan peserta diterima 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
diklat, 17% peserta menyatakan 2 hari sebelumnya, 23% menerima
undangan 3 hari sebelum pelaksanaan diklat, 17% menerima 5 hari
sebelum pelaksanaan, sedangkan 13% menyatakan surat pemanggilan
diterima 6 hari sebelumnya. Jadi undangan pemanggilan diterima oleh
peserta dengan waktu yang bervariasi;
(2) 97% peserta menyatakan bahwa Panitia membagikan panduan, dan
jadwal diklat, 33 % peserta menyatakan panitia tidak membagiakan
jadwal diklat.
(3) Sebagian besar peserta menyatakan bahan dan perlengkapan yang
diterima oleh peserta adalah tas,buku,pulpen, panduan, penggaris dan
topi.
(4) Sarana pembelajaran meliputi LCD, whiteboard dan sounds system;
85 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
(5) Seluruh peserta menyatakan menerima bahan ajar yang dibagikan
sebelum pembelajaran dan modul yang dibagikan sudah sesuai
dengan materi, selain itu peserta juga dibagikan hand out oleh
widyaiswara/ fasilitator. Tidak ada materi yang menurut peserta
dianggap sulit, beberapa materi yang dianggap sulit yaitu: pembukuan
(10% peserta), kelayakan usaha (10%) menyusun RUB RUA dan RUK
(23%), Administrasi dan LKM (3%), Analisa ratio (3%), mekanisme
penyaluran dan BLM (7%), pemecahan masalah di lapangan (3%).
- Materi yang diterima sudah sesuai dengan tugas/ usaha sehari-hari
peserta;
(6) Waktu diklat bagi Gapotan Program PUAP tahun 2012 selama 5 (lima)
hari;
- Menurut peserta materi yang kurang waktunya pembukuan (17%),
kelayakan usaha agribisnis (7%) menyusun RUB,RUA dan RUK
( 23%), Admisnistrasi dan LM (3%), keuangan (7%),
(7) Jenis metode diklat yang digunakan pada diklat bagi Gapoktan
Program PUAP adalahceramah (90%),studi kasus (37%), diskusi
(80%), penugasan terstruktur (30%),demonstrasi/ unjuk kerja (17%),
simulasi (30%),
(8) Untuk pertanyaan dengan unsur monitoring dan evaluasi
- peserta diberikan pre test oleh Fasilitator yang menyatakan ya
(100%);
- peserta diberikan post test oleh Fasilitator yang menyatakan ya
(100%);
- peserta mengisi format LP5, (97%) menyatakan ya;
- peserta mengisi format LP8 yang menyatakan ya (83%) dan
lainnya tidak memberikan komentar;
(9) Praktek Lapang:
- lama praktek lapang diklat bagi Gapoktan selama 1(satu) hari
dinyatakan oleh 97% lainnya tak berkomentar;
- materi praktek lapang sudah sesuai dengan tujuan diklat, hal ini
dinyatakan oleh 100%) peserta;
86 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
- lokasi praktek lapang sudah sesuai dengan tujuan diklat, dan
dilaksanakan di Gapoktan Tani Lestari desa Ngumpin kecamatan
Ambarawa;
- Materi praktek lapang sudah sesuai dengan harapan peserta diklat, hal
ini disampaikan oleh 100% peserta,
- Sarana transportasi sudah tersedia oleh Panitia dan memadai (100%)
dengan jenis transportasi minibus;
(10) Faktor dan hambatan peserta untuk hadir mengikuti diklat,yaitu faktor
alam (7%), factor keuangan (37%), factor transportasi (27%),factor jarak
tempuh (57%), surat pemanggilan terlambat (17%)
Hasil pengisian kuesioner bagi penyelenggara dan kuesioner bagi peserta
terlampir.
e) Permasalahan
- Dalam menyusun panduan dan petunjuk lapanganBPSMP Prov. Jawa
Tengah Soropadan belum sesuai dengan format yang telah ditetapkan
dalam Permentan Nomor: 49/Permentan/OT.140/9/2011;
- Surat pemanggilan peserta (17%) terlambat sehingga peserta merasa
terburu-buru dalam mempersiapkan kehadiran ketempat diklat;
- Fasilitator dalam menyampaiakan materi terlalu cepat (13%).
f) Saran:
- Panduan pelaksanaan diklat belum berisi tentang unsur-unsur yang telah
ditetapkan dalam kuesioner,
- BPSMP Tan Prov. Jawa Tengah dalam melaksanakan evaluasi
hendaknya menggunakan format evaluasi lengkap sebagaimana format
evaluasi yang tercantum dalam permentan
nomor:16/Permentan/OT.140/J/02/12 tentang juklak monitoring dan
evaluasi pendidikan dan pelatihan pertanian yang telah dikeluarkan oleh
Puslatan;
- Lembar evaluasi hendaknya dibagikan oleh Panitia dan bukan dititipkan
oleh Widyaiswara, agar peserta dalam mengisi lembar evaluasi
87 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
bersungguh-sungguh dan tidak sembarangan maka Panitia penyelenggara
perlu memberikan penjelasan tentang tatacara pengisian format evaluasi;
- Modul diklat hendaknya dibagikan pada saat kedatangan peserta diklat
bersamaan dengan pembagian ATK, sehingga peserta diklat dapat
mempelajari dan materi yang akan disampaikan oleh Widyaiswara pada
saat materi diklat disampaikan;
- Dalam membuat petunjuk lapangan dan silabus hendaknya BPSMP
Soropadan dalam menyusun Pedlap isinya sesuai dengan yang ada
didalam Permentan Nomor:49/Permentan/OT.140/9/201, tentang
Pedoman Pendidikan dan Pelatihan pertanian Aparatur dan Non Aparatur;
- Beberapa saran peserta untuk BPSMP Tan Soropadan sebagai tempat
pelaksanaan, idealnya 1 kamar hanya untuk 2 (dua) orang klau untuk 4
orang terlalu padat, sebaiknya ada TV untuk hiburan peserta, tempat air
minum dari kamar jaraknya cukup jauh, konsumsi masih ada peserta yang
merasa masih urang ( 10%= 3 orang);
- Panitia lebih mengefektifan waktu diklat sehingga tidak banyak waktu
luang yang terbuang.
g) Kesimpulan
- Pelaksanaan Diklat di BPSMP Tan Soropadan untuk diklat bagi
Gapoktan Program PUAP tahun 2012, berjalan lancar tanpa hambatan,
seluruh peserta (124 orang) hadir sesuai jumlah yang telah direncanakan
dengan komposisi jumlah peserta laki dan perempuan (119 orang laki-
laki dan 5 orang perempuan);
- Kunjungan Lapang ke Gapoktan berprestasi dilakukan selama 1 hari
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang teknis
mengembangkan Gapoktan baik dari sisi administrasi pembukuan,
administrasi keuangan maupun kelembagaan Gapoktan;
- Kerjasama antara BBPP Lembang, BPSMP Tan Soropadan dan Tim
Teknis Kabupaten Klaten, Kabupaten Kebumen dan Kab. Karang Anyar
berlangsung lancar baik dari aspek teknis pelaksanaan diklat maupun
aspek anggaran;
- Tidak ada masalah yang prinsip dalam pelaksanaan diklat bagi Gapoktan
program PUAP tahun 2012 di BPSMP Tan Soropadan hal ini terjadi
88 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
karena BPSMP Tan Soropadan dalam pemanggilan peserta melakukan
koordinasi yang intensif dengan contact person (Dinas Pertanian
Kabupaten dan Penyuluh Pertanian) di wilayah asal peserta
- STTMD dikeluarkan oleh BBPP Lembang, halaman muka ditandatangani
oleh Ka. BBPP Lembang dan halaman belakang di tandatangani oleh Ka
BPSMP Prov. Jawa Tengah.
H. Tipologi/Potret Kelompok Tani Kegiatan Desa Mandiri Pangan
1. Kelompok Tani Desa Mandiri Pangan Jawa Tengah
a. Gambaran Umum
Lokasi tingkat Propinsi, Kota Semarang dan Kabupaten Pati. Penetapan dan
Pertimbangan Pemilihan Lokasi Demapan sebagai Pilot Proyek, yaitu:
penetapan pada Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang adalah
tahun pertama pelaksanaan kegiatan Demapan dengan kondisi perkotaan yang
masih ada aktifitas pertanian serta penetapan pada Desa Kletek, Kecamatan
Puncak Wangi, Kabupaten Pati adalah Demapan pada tahun keempat dengan
kondisi pada umumnya masyarakat menggantung kehidupannya pada
pertanian.
b. Pelaksanaan Sosialisasi Pedoman PUG Bidang Ketahanan Pangan
Dalam rangka memasyaratkan Pengarusutamaan Gender Bidang Ketahanan
Pangan, Pokja PUG BKP menyelenggarakan sosialisasi Pedoman PUG Bidang
Ketahanan Pangan kepada petugas yang menangani Desa Mandiri Pangan baik
di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di
tingkat propinsi Jawa Tengah pada tanggal 6 September 2012 pukul 09.00 s.d.
12.00 di Badan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Jawa Tengah. Presentasi
dipandu oleh Kepala Bidang Ketersediaan Pangan dan dihadiri oleh petugas dari
tingkat kabupaten/kota sebanyak 45 orang yang terdiri dari 34 laki-laki dan
11perempuan (lihat lampiran).
PUG sudah dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan kegiatan Desa Mandiri
Pangan yang didanai oleh APBD Propinsi pada 10 kabupaten. Kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi sosialisasi, pemantauan dan pembinaan serta evaluasi.
89 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Sedangkan model penerapan PUG pada Desa Mandiri Pangan yang didanai
oleh APBN adalah Kota Semarang dan Kabupaten Pati pada tahun 2012. Pada
tahun sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi dan identifikasi penjajagan
kegiatan Demapan berbasis PUG yang didanai oleh APBN. Walaupun belum
dilakukan persiapan PUG pada Demapan, pada kenyataannya PUG sudah
diterapkan tetapi belum dilaksanakan pelaporan data terpilah.
Materi yang disampaikan dalam sosialisasi tersebut mencakup: dasar hukum
pelaksanaan PUG, pengertian PUG, Data Terpilah, serta kiat-kiat pelaksanaan
Demapan berbasis PUG. Pada dasarnya pelaksanaan Demapan berbasis PUG
tidak membutuhkan dana tambahan, melainkan dalam pelaksanaan harus
membuat data terpilah dan upaya-upaya yang dilakukan harus mewujudkan
keadilan dan kesetaraan gender pada aspek akses, partisipasi, kontrol dan
manfaat. Menanggapi materi tersebut pada umumnya peserta sudah memahami
pengetahuan yang diterima, hal tersebut seperti dijelaskan oleh Kepala Bidang
Ketersediaan Pangan bahwa aplikasi PUG pada Demapan sudah dilaksanakan
di Jawa Tengah sejak tahun 2011 untuk Demapan yang dibiayai dengan APBD
Propinsi Jawa Tengah.
c. Kegiatan Demapan Berbasis PUG
Pelaksanaan Demapan berbasis PUG yang dibiayai oleh APBN pada tahun
2012 di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, kota Semarang ada 4 (empat)
kelompok afinitas yaitu: Kelompok Mandiri Pangan Rejo Tani dengan kegiatan
ternak kambing Jawa Randu, Kelompok Mandiri Pangan Maju Jaya dengan
kegiatan Lumbung Pangan, Kelompok mandiri Pangan Mekar Jaya dengan
kegiatan pengolahan pangan, dan Kelompok Mandiri Pangan Barokah dengan
kegiatan budidaya jamur. Masing-masing kelompok tersebut terdiri dari 15
orang.
Strategi aplikasi PUG dalam Demapan di kota Semarang adalah menetapkan
kelompok beranggota laki-laki atau perempuan dan kelompok campuran.
Kelompok beranggota sama tersebut adalah Kelompok Rejo Tani yang
beranggota semua laki-laki dan Kelompok Mekar Jaya yang beranggota semua
perempuan, sedangkan kelompok campuran adalah Kelompok Maju Jaya dan
90 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kelompok Barokah masing-masing beranggota 11 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan. Pembagian kelompok tersebut didasarkan atas budaya kerja yang
berkembang di masyarakat, misalnya beternak harus dilaksanakan laki-laki
sedangkan pengolahan pangan dilakukan oleh perempuan karena aktivitas
tersebut banyak dilaksanakan di dapur.
Walaupun dari aspek penetapan peserta Demapan masih menggunakan budaya
yang ada, tetapi hampir semua kegiatan produktif yang dilaksanakan di
lingkungan rumah tangga aktifitas suami, istri, anak laki-laki dan anak
perempuan saling berpartisipasi dalam menangani kegiatan usaha produktif. Hal
tersebut dilakukan karena suami atau isteri pada umumnya bekerja sebagai
buruh pabrik sehingga anak laki-laki dan anak perempuan membantu kegiatan
rumah apabila suami atau isteri sedang bekerja di pabrik.
Dari keempat kelompok mandiri pangan tersebut, ketiga kelompok sudah
melaksanakan kegiatan produktif sesuai dengan rencana, sedangkan satu
kelompok lainnya yaitu Kelompok Barokah yang menangani budidaya jamur
dihentikan sementara aktifitasnya karena musim kemarau yang sangat kering,
namun disarankan supaya menangani kegiatan produktif lainnya sehingga
modal bisa berputar.
d. Kesimpulan dan Saran
Kegiatan Demapan di Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang
sudah melaksanakan prinsip-prinsip PUG dalam penetapan peserta dan
pelaksanaannya. Untuk memantapkan aplikasi tersebut, dalam pendampingan
perlu memperhatikan kaidah-kaidah PUG sehingga pada semua aktifitas
Demapan yang dijalankan mengusahakan adanya kesetaraan dan keadilan
gender. Untuk itu dalam pelaporannya, perlu dilakukan dengan data terpilah
sehingga kesenjangan antara laki-laki dengan perempuan dalam aktifitas
Demapan dapat dikurangi tanpa merubah budaya di kelurahan tersebut.
Untuk meningkatkan kinerja Demapan berbasis PUG, perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
91 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
1. Melakukan sosialisasi PUG di tingkat kecamatan, kelurahan, RW dan RT
melalui kegiatan kunjungan ke lapangan.
2. Membina pendamping untuk menerapkan PUG dalam kegiatan di tingkat
lapangan.
3. Melakukan pemantauan secara periodik pada aplikasi PUG di tingkat
lapangan dan memecahkan permasalahan secara dini apabila terjadi
pemasalahan gender.
4. Melakukan evaluasi tiap semester untuk memperbaiki dan menyempurnakan
aplikasi PUG pada waktu yang akan datang.
2. Kelompok Tani Desa Mandiri Pangan Sumatera Utara
a. Gambaran Umum
Lokasi yang dikunjungi adalah Kota Medan yaitu di desa Andang Sari,
Kecamatan Terung dan Kabupaten Binjai yaitu di desa Jati Utomo, Binjai Utara.
Penetapan dan pertimbangan pemilihan lokasi kelompok Demapan yang
dijadikan pilot project adalah Kelompok afinitas yang terdiri dari 3 kelompok
yaitu: (1) kelompok home industry dan dagang dengan nama Laris Manis, (2)
kelompok tani dengan nama Tani Bali, dan (3) kelompok wanita tani dengan
nama Srikandi. Penetapan dan pemilihan kelompok afinitas tersebut karena: (1)
anggota kelompok merupakan campuran laki-laki dan perempuan; (2)
merupakan kelompok tahun pertama (2006) sehingga dapat dievaluasi baik dari
sisi keprograman maupun peran gender dalam kegiatan Demapan. Kelompok
Purwodadi bergerak di tiga bidang yaitu bergerak di bidang Ternak, Dagang, dan
bertani.
b. Pelaksanaan kegiatan Demapan:
Deskripsi umum tentang profil penyuluh pendamping : responden merupakan
kelompok ke mandirian, profil untuk penyuluh pendamping tidak bisa kita
uraikan, tetapi penyuluh pertanian masih tetap melakukan pantauan ke
kelompok. Kelompok afinitas di desa Andang Sari pada tahun 2006 dengan
nama Tani Bali terdiri dari 50 anggota, setelah pelaksanaan tahap pertama
(persiapan), kelompok tersebut berkembang menjadi 3 kelompok yaitu kelompok
yang bergerak dibidang home industri dan berdagang, produksi pertanian, dan
ternak (kelompok wanita).
92 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kelompok home industri dan berdagang Laris Manis terbentuk tahun 2007 yang
beranggotakan 20 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan, pada tahun
2011 – 2012 berkembang menjadi 30 orang terdiri dari 20 perempuan dan 10
laki-laki. Perubahan anggota tersebut karena berkembangnya usaha kelompok
tersebut terutama usaha sembako keliling dan keripik singkong. Kelompok Tani
Bali terbentuk tahun 2008 dengan jumlah anggota sebanyak 25 terdiri dari 15
laki-laki dan 10 perempuan. Hingga tahun 2012 tidak ada pertambahan anggota.
Kelompok wanita Srikandi terbentuk tahun 2010 beranggotakan 32 orang
perempuan. Kelompok Srikandi merupakan pengembangan dari kelompok
Demapan yang merupakan campuran kelompok afinitas dan non afinitas.
c. Deskripsi pelaksanaan usaha dan perkembangan usaha selama
pelaksanaan kegiatan Demapan
Kelompok home industri dan berdagang Laris Manis dengan usaha dagang
sembako, kelontong keliling, jamu, dan keripik singkong. Pada tahun 2011 –
2012 kelompok tersebut berkembang usahanya terutama usaha sembako
keliling dan keripik singkong meskipun penjualannya masih di wilayah
kecamatan Terung. Kelompok Tani Bali terbentuk tahun 2008 dengan kegiatan
utama produksi pertanian yaitu sayuran bayam, kangkung, dan daun singkong.
Sedangkan kegiatan tambahan adalah beternak ayam dan berdagang.
Kelompok wanita Srikandi terbentuk tahun 2010 dengan kegiatan utama ternak
ayam dan itik, membuat dan menjual pangan olahan, dan menjual sayuran.
d. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Lapangan
Apabila dilihat dari komposisi jumlah anggota kelompok afinitas bahwa anggota
perempuan lebih dominan dalam pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan.
Sehingga aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat kegiatan Demapan
terhadap peran gender telah berjalan dengan baik.
1) Aspek Akses
Apabila dilihat dari tabel kuesioner (terlampir) bahwa akses responden
terhadap pelaksanaan kegiatan Demapan antara ayah (laki-laki) dan ibu
(perempuan) telah seimbang meskipun akses bagi perempuan terlaksana
setelah ada pengembangan anggota kelompok dan usaha (dua tahun
93 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
terakhir). Sedangkan akses anak laki-laki dan perempuan terhadap kegiatan
Demapan belum tercapai.
2) Aspek Partisipasi
Karena akses terhadap pelaksanaan kegiatan Demapan telah seimbang
maka partisipasi terhadap kegiatan usaha kelompok/keluarga dan domestik
juga telah seimbang. Sedangkan anak laki-laki atau perempuan mulai
berpartisipasi meskipun sangat kecil kurang lebih 30 % seperti packing,
merapikan barang yang akan dijual. Kecilnya partisipasi tersebut karena
masih sekolah, dan lebih banyak untuk kegiatan domestik (membantu
pekerjaan rumah tangga).
3) Aspek Kontrol
Karena kelompok afinitas di Desa Andang Sari sudah tidak mendapat
bantuan/tahap kemandirian, maka kontrol yang dilakukan oleh penyuluh
tidak dilaksanakan lagi. Kontrol tersebut hanya dilakukan oleh ayah (laki-
laki) dan ibu (perempuan), sedangkan kontrol yang dilakukan secara
kelompok pada saat menerima bantuan, memilih jenis usaha, menentukan
skala usaha, membuat rencana usaha, dan membagi tugas. Sedangkan
presentase kontrol untuk kegiatan home industri/berdagang dan produksi
pertanian lebih didominansi para ayah/laki-laki, karena pekerjaan tersebut
lebih memerlukan tenaga dan waktu diluar yang lebih banyak. Sedangkan
kontrol untuk kegiatan kelompok wanita (Srikandi) hampir 100 persen
dilakukan oleh anggota kelompok tersebut, meskipun ayah/laki-laki juga
mensuport pelaksanaan kegiatan kelompok wanita tersebut. Sedangkan
aspek kontrol anak laki-laki dan perempuan terhadap kegiatan Demapan
belum tercapai.
4) Aspek Manfaat
Apabila dilihat jumlah komposisi antara ibu (perempuan) dan ayah (laki-laki)
dalam anggota kelompok afinitas, maka pemanfaatan komponen dalam
pelaksanaan Demapan telah seimbang meskipun aspek manfaat bagi
perempuan terlaksana setelah ada pengembangan anggota kelompok dan
usaha. Sedangkan aspek manfaat bagi anak laki-laki dan perempuan
terhadap kegiatan Demapan hanya hasil pendapatan usaha kelompok.
94 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
e. Permasalahan yang terpantau :
Apabila dilihat dari aspek-aspek gender yang dipantau bahwa telah terjadi
keseimbangan tetapi masih diprioritaskan untuk laki-laki sebagai kepala rumah
tangga kecuali kepala rumah tangganya perempuan (janda)
f. Kesimpulan, Saran dan tindak lanjut :
Masih tingginya partisipasi laki-laki dalam Kelompok tersebut, walapun anggota
kelompok kebanyakan perempuan, tetapi kontrol tetap dilakukan oleh laki-laki
sebagai kepala rumah tangga. Saran untuk kelompok di berikan kesempatan
kepada perempuan (ibu) untuk berperan aktif di dalam kelompok
95 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
V. MODEL PENGINTEGRASIAN GENDER DALAM SISTEM USAHATANI
LAHAN KERING
A. Latar Belakang
Sejak diterbitkan Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional, Kementerian Pertanian mengambil inisiatif mendukung
penuh Inpres tersebut, mengingat keadilan dan kesetaraan gender sangat penting
guna meningkatkan produktivitas petanidan produksi/produktivitas pertanian.
Dukungan tersebut ditunjukkan dengan kegiatan responsif gender mulai tahun 2000
melalui Proyek-proyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, seperti: (1)Proyek
Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K), (2) Farmer Empowerment Through
Agricultural Technology and Information Project (FEATI), (3) Agriculture Research
Management (ARM) /The Participatory Development of Agricultural Technology
Project (PATTP), (4) Participatory Integrated Development Agriculture in Rainfield
(PIDRA) dan proyek-proyek lainnya. Sehingga mulai tahun 2000 merupakan awal
tahun pelaksanaan PUG di Kementerian Pertanian. Pilot proyek PUG ini terus
dilanjutkan melalui berbagai kegiatan sosialisasi, pelatihan, seminar maupun
rencana aksi di lapangan dan pendampingannya.
Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan pertanian tidak terlepas dari
Sumberdaya manusia sebagai pelaku dan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaannya. Sumberdaya manusia lingkup pertanian meliputi pegawai, penyuluh
maupun petaninya. Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan
pertanian di lapang turut memberikan kontribusi tingkat keberhasilan pembangunan
pertanian di lapangan.Di tingkat lapangan, ternyata kinerja penyuluh perempuan ini
relatif lebih disiplin, telaten, dan sabar dalam membimbing dan mendampingi petani.
Tenaga kerja sektor pertanian memiliki peran strategis karena banyaknya tenaga
kerja yang ada di sektor pertanian (sekitar 37,0%) terhadap total tenaga kerja dan
berkontribusi sebesar 13% dari total PDB, yang berarti produktivitas pertanian relatif
masih rendah dibandingkan dengan sektor lain. Sebagian besar tenaga kerja kita
berusaha padasubsektortanamanpangan 49,7%, diikuti perkebunan 31,02%,
peternakan 10,5%, hortikultura 7,6% dan sisanya bekerja di usaha campuran dan
96 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
jasa pertanian. Melihat data tersebut, maka apabila kita dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja di pertanian berarti membantu menyelesaikan 37% tenaga
kerja nasional, demikian juga apabila kita fokus pada tenaga kerja di subsektor
tanaman pangan.
Sebagaimana diketahui terdapat beberapa pola kontribusi perempuan dalam
berusahatani, antara lain: bekerja di lahan sendiri, bekerja sebagai buruh, bekerja di
luar sektor pertanian maupun pekerjaan domestik. Guna menganalisis curahan
waktu perempuan dalam berbagai kegiatan, maka dilakukankajian model
pengintegrasian gender pada usahatani lahan kering.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari kajian ini adalah: (1) menyusun prototype mainstreaming
genderusahatani lahan kering dan karakteristiknya; (2) menyusun alat bantu
pengambilan keputusan (decision support system) pengarusutamaan gender
dengan metode yang terpilih. Manfaat dari kajian ini diharapkan metodologi dan
implementasi kajian ini dapat dijadikan salah satu metode analisis gender dan model
pendekatan di sektor pertanian maupun untuk sektor yang lainnya.
C. Metodologi
Kajian ini model pengintegrasian gender pada usahatani lahan kering dilaksanakan
di Desa Kalisidi dan Desa Keji, Kabupaten Semarang dan di Desa BunderKabupaten
Bantul dan Desa Selopmioro, Kabupaten Gunung Kidul. Responden
dikelompokkan menurut lokasi tempat tinggal yaitu di pedesaan (rural) dan pinggiran
kota (peri-urban). Mengingat kajian ini difokuskan pada pola usahatani lahan kering,
sehingga dari masing-masing tipe lokasi tempat tinggal, ditelusuri sumber air untuk
lahan usahatani (meliputi dam parit, embung, tanpa dam parit) dan selanjutnya
dikelompokkan lagi menurut jenis tanaman yang diusahakan (tanaman pangan,
hortikultura, tanaman tahunan).
Kajian ini dilaksanakan oleh Badan Penelitiandan Pengembangan,Departemen
Pertanian kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan pada tahun
2003. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan melalui Analytical
97 Laporan Kinerja Pengelolaan
Hirarchical Process (AHP)
pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering disajikan pada Bagan 5.1.
Pada prinsipnya pengolahan data dengan metode AHP ini dimulai dengan
mengelompokkan sistem berdasarkan kriteria dan subkriteria untuk menyusun
hirarki dalam pengarusutamaa
faktor dan penyusunan struktur hirarki/level,
sub-faktor, serta (c) penyusunan skala prioritas.
mencakup faktor pada level
level-IV. Pada level-II (faktor)aspek yang dipilih mencakup tiga aspek yaitu: akses,
kontrol, partisipasi), selanjutnya ditentukan komponen subfaktor dan alternatif
pilihan. Komponen pada faktor dan subfaktor dibe
Secara rinci penentuan faktor dan subfaktor dalam AHP disajikan pada Bagan 5.2.
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
(AHP) maupan kerangka harvard.Tahapan ka
pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering disajikan pada Bagan 5.1.
Pada prinsipnya pengolahan data dengan metode AHP ini dimulai dengan
engelompokkan sistem berdasarkan kriteria dan subkriteria untuk menyusun
hirarki dalam pengarusutamaan gender. Tahapan dari AHP adalah
faktor dan penyusunan struktur hirarki/level, (b) pembobotan terhadap faktor dan
c) penyusunan skala prioritas. Struktur faktor yang diajukan
mencakup faktor pada level-II, subfaktor pada level-III dan alternatif pilihan pada
II (faktor)aspek yang dipilih mencakup tiga aspek yaitu: akses,
kontrol, partisipasi), selanjutnya ditentukan komponen subfaktor dan alternatif
pilihan. Komponen pada faktor dan subfaktor diberikan pembobotan secara tepat.
Secara rinci penentuan faktor dan subfaktor dalam AHP disajikan pada Bagan 5.2.
sif Gender Tahun 2012
maupan kerangka harvard.Tahapan kajian
pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering disajikan pada Bagan 5.1.
Pada prinsipnya pengolahan data dengan metode AHP ini dimulai dengan
engelompokkan sistem berdasarkan kriteria dan subkriteria untuk menyusun
Tahapan dari AHP adalah (a) indentifikasi
b) pembobotan terhadap faktor dan
Struktur faktor yang diajukan
III dan alternatif pilihan pada
II (faktor)aspek yang dipilih mencakup tiga aspek yaitu: akses,
kontrol, partisipasi), selanjutnya ditentukan komponen subfaktor dan alternatif
rikan pembobotan secara tepat.
Secara rinci penentuan faktor dan subfaktor dalam AHP disajikan pada Bagan 5.2.
98 Laporan Kinerja Pengelolaan
Dalam rangka mengisi data
perbandingan berpasangan dari nilai 1 sampai dengan 9, diman
nilai diberi skala kepentingan, definisi dan penjelasannya. Pada nilai 2, 4, 6, dan 8
disebut nilai tengah karena berada diantara pertimbngan yang berdekatan atau
disebut juga nilai kompromistis. Skala penilaian perbandingan berpapasan dis
pada Bagan 5.3.
D. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis yang telah dilakukan diperoleh
informasi struktur mata pencaharian penduduk di Empat Desa lokasi kajian, dimana
sebagian besar bekerja sebagai petani (kisaran 50
pekerjaan sebagai buruh pabrik dan buruh bangunan. Sedangkan jenis pekerjaan
profesional hanya berkisar antara 2
pencaharian penduduk disajikan pada Bagan 5.4.
Tingkat partisipasi antara laki
menunjukkan keragaman, walaupun pada seluruh tipe keaktifannya masih
didominasi oleh partisipasi laki
keaktifan (laki-laki aktif, perempuan aktif, laki
laki lebih tinggi tingkat partisipasinya. Pada kelompok laki
tingkat partisipasi perempuan berkisar 5
perempuan aktif, diperoleh hasil tingkat partisi
sedangkan pada kelompok perempuan aktif, diperoleh hasil tingkat partisipasi
perempuan berkisar 57 - 65%. Secara rinci disajikan pads Bagan 5.5.
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Dalam rangka mengisi data-data pada setiap level, telah ditentukan skala penilaian
perbandingan berpasangan dari nilai 1 sampai dengan 9, dimana masing
nilai diberi skala kepentingan, definisi dan penjelasannya. Pada nilai 2, 4, 6, dan 8
disebut nilai tengah karena berada diantara pertimbngan yang berdekatan atau
disebut juga nilai kompromistis. Skala penilaian perbandingan berpapasan dis
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis yang telah dilakukan diperoleh
informasi struktur mata pencaharian penduduk di Empat Desa lokasi kajian, dimana
sebagian besar bekerja sebagai petani (kisaran 50-66%), dan diikuti dengan jenis
pekerjaan sebagai buruh pabrik dan buruh bangunan. Sedangkan jenis pekerjaan
profesional hanya berkisar antara 2-6% saja. Secara diagram jenis mata
pencaharian penduduk disajikan pada Bagan 5.4.
laki-laki dan perempuan pada usahatani padi dan palawija
menunjukkan keragaman, walaupun pada seluruh tipe keaktifannya masih
didominasi oleh partisipasi laki-laki. Pada usahatani padi, dari tiga kelompok
laki aktif, perempuan aktif, laki-laki dan perempuan aktif) terlihat laki
laki lebih tinggi tingkat partisipasinya. Pada kelompok laki-laki aktif, diperoleh hasil
tingkat partisipasi perempuan berkisar 5 - 26%, pada kelompok laki
perempuan aktif, diperoleh hasil tingkat partisipasi perempuan berkisar 9
sedangkan pada kelompok perempuan aktif, diperoleh hasil tingkat partisipasi
65%. Secara rinci disajikan pads Bagan 5.5.
sif Gender Tahun 2012
data pada setiap level, telah ditentukan skala penilaian
a masing-masing
nilai diberi skala kepentingan, definisi dan penjelasannya. Pada nilai 2, 4, 6, dan 8
disebut nilai tengah karena berada diantara pertimbngan yang berdekatan atau
disebut juga nilai kompromistis. Skala penilaian perbandingan berpapasan disajikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis yang telah dilakukan diperoleh
informasi struktur mata pencaharian penduduk di Empat Desa lokasi kajian, dimana
66%), dan diikuti dengan jenis
pekerjaan sebagai buruh pabrik dan buruh bangunan. Sedangkan jenis pekerjaan
6% saja. Secara diagram jenis mata
laki dan perempuan pada usahatani padi dan palawija
menunjukkan keragaman, walaupun pada seluruh tipe keaktifannya masih
laki. Pada usahatani padi, dari tiga kelompok
laki dan perempuan aktif) terlihat laki-
laki aktif, diperoleh hasil
26%, pada kelompok laki-laki dan
pasi perempuan berkisar 9 - 38%,
sedangkan pada kelompok perempuan aktif, diperoleh hasil tingkat partisipasi
65%. Secara rinci disajikan pads Bagan 5.5.
99 Laporan Kinerja Pengelolaan
Tingkat pengambilan keputusan dalam keluarga di lokasi kajian dipeoleh ha
bahwa dalam hal: (1) pengambilan keputusan untuk perawatan anak, (2)
pengeluaran sehari-hari dan (3) penjualan hasil lebih dominan perempuan,
sebaliknya, pengambilan keputusan dalam: (1) penggunaan lahan, pengelolaan air
dan pengelolaan komoditas lebih
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Tingkat pengambilan keputusan dalam keluarga di lokasi kajian dipeoleh ha
bahwa dalam hal: (1) pengambilan keputusan untuk perawatan anak, (2)
hari dan (3) penjualan hasil lebih dominan perempuan,
sebaliknya, pengambilan keputusan dalam: (1) penggunaan lahan, pengelolaan air
dan pengelolaan komoditas lebih dominan laki-laki. Pengambilan keputusan
sif Gender Tahun 2012
Tingkat pengambilan keputusan dalam keluarga di lokasi kajian dipeoleh hasil
bahwa dalam hal: (1) pengambilan keputusan untuk perawatan anak, (2)
hari dan (3) penjualan hasil lebih dominan perempuan,
sebaliknya, pengambilan keputusan dalam: (1) penggunaan lahan, pengelolaan air
laki. Pengambilan keputusan
100 Laporan Kinerja Pengelolaan
dilakukan bersama-sama untuk urusan pendidikan anak, kesehatan keluarga,
keluarga berencana dan perkawiana. Secara rinci disajikan pada Bagan 5.6.
Berdasarkan pengelompokkan tingkat keaktifan dalam berusahatani
kering dapat dianalisis perbandingan tingkat keuntungan dan analisis
cost ratio (B/C rasio) berkisar antara 1,14 sampai 2,61 dengan keuntungan berkisar
Rp 600 ribu dampai Rp 2 juta/ha/musim (data tahun 2002
padi, juga terdapat usaha sampingan meliputi usahatani tembakau, kacang tanah
dan campuran dengan pendapatan bersih berkisar antara Rp 269 ribu sampai 7,2
juta/hektar/musim. Secara rinci disajikan pada Bagan 5.7.
Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahw
pada tiga aspek yaitu: aspek akses, kontrol dan partisipasi, diperoleh hasil pada
perempuan saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K2) dengan skala
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
sama untuk urusan pendidikan anak, kesehatan keluarga,
keluarga berencana dan perkawiana. Secara rinci disajikan pada Bagan 5.6.
Berdasarkan pengelompokkan tingkat keaktifan dalam berusahatani
kering dapat dianalisis perbandingan tingkat keuntungan dan analisis
(B/C rasio) berkisar antara 1,14 sampai 2,61 dengan keuntungan berkisar
Rp 600 ribu dampai Rp 2 juta/ha/musim (data tahun 2002-2003). Selain usahatani
padi, juga terdapat usaha sampingan meliputi usahatani tembakau, kacang tanah
dan campuran dengan pendapatan bersih berkisar antara Rp 269 ribu sampai 7,2
juta/hektar/musim. Secara rinci disajikan pada Bagan 5.7.
Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa skala prioritas pengarusutamaan gender
pada tiga aspek yaitu: aspek akses, kontrol dan partisipasi, diperoleh hasil pada
perempuan saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K2) dengan skala
sif Gender Tahun 2012
sama untuk urusan pendidikan anak, kesehatan keluarga,
keluarga berencana dan perkawiana. Secara rinci disajikan pada Bagan 5.6.
Berdasarkan pengelompokkan tingkat keaktifan dalam berusahatani padi lahan
kering dapat dianalisis perbandingan tingkat keuntungan dan analisis benefit and
(B/C rasio) berkisar antara 1,14 sampai 2,61 dengan keuntungan berkisar
2003). Selain usahatani
padi, juga terdapat usaha sampingan meliputi usahatani tembakau, kacang tanah
dan campuran dengan pendapatan bersih berkisar antara Rp 269 ribu sampai 7,2
a skala prioritas pengarusutamaan gender
pada tiga aspek yaitu: aspek akses, kontrol dan partisipasi, diperoleh hasil pada
perempuan saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K2) dengan skala
101 Laporan Kinerja Pengelolaan
priotitas kriteria petani tertinggi yaitu 0,30, dan tere
laki-laki saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K1) dan 0,07 pada
alternatif pilihan (K4). Secara rinci disajikan pada Bagan 5.8.
Pada Bagan 5.9. disajikan struktur hirarki,m faktor, subfaktor dan alterna
yang pada akhirnya menghasilkan peringkat alternatif kebijkan dari yang terbaik
sampai dengan yang terburuk (tidak terpilih).
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
priotitas kriteria petani tertinggi yaitu 0,30, dan terendah 0,08 pada alternatif pilihan
laki saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K1) dan 0,07 pada
alternatif pilihan (K4). Secara rinci disajikan pada Bagan 5.8.
Pada Bagan 5.9. disajikan struktur hirarki,m faktor, subfaktor dan alterna
yang pada akhirnya menghasilkan peringkat alternatif kebijkan dari yang terbaik
sampai dengan yang terburuk (tidak terpilih).
sif Gender Tahun 2012
ndah 0,08 pada alternatif pilihan
laki saja yang aktif pada usahatani dengan dam parit (K1) dan 0,07 pada
Pada Bagan 5.9. disajikan struktur hirarki,m faktor, subfaktor dan alternatif pilihan
yang pada akhirnya menghasilkan peringkat alternatif kebijkan dari yang terbaik
102 Laporan Kinerja Pengelolaan
Berbagai alternatif kebijakan yang dapat ditempuh dalam kajian ini antara lain
kebijakan dari (A.1) sampai dengan
5.10.
E. Rekomendasi Alternatif Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering,
dapat diperoleh alternatif kebijakan yang ditempuh yaitu: (
memperbaiki dam parit yang rusak
padat tenaga kerja serta ramah perempuan
ke sektor non pertanian agar curahan tenaga kerjanya dapat digantikan oleh
perempuan, (A.4) transformasi pekerjaan domestik perempuan kepada anggota
keluarga lainnya, (A.5) memberikan kesempatan yang sama perempuan di bidang
pendidikan, ketrampilan dam partisipasi dalam setiap kegiatan pembangun
introduksi teknologi budidaya hortikultura bernil
pendek agar indek pertanaman dapat dioptimalkan
pengolahan hasil pertanian
meningkatkan nilai tambah berbagai hasil pertanian sekaligus menciptakan
lapangan kerja baru, (A.8)
ekonomi tinggi, agar dapat menghasilkan sumber pendapatan jangka panjang dan
tabungan keluarga, dan (
mengoptimalkan daya dukung
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Berbagai alternatif kebijakan yang dapat ditempuh dalam kajian ini antara lain
kebijakan dari (A.1) sampai dengan (A.9) disajikan secara skematis pada Bagan
Rekomendasi Alternatif Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering,
dapat diperoleh alternatif kebijakan yang ditempuh yaitu: (A1) m
dam parit yang rusak, (A.2) introduksi perakitan teknologi praktis, tidak
padat tenaga kerja serta ramah perempuan, (.A.3) transformasi tenaga kerja laki
ke sektor non pertanian agar curahan tenaga kerjanya dapat digantikan oleh
formasi pekerjaan domestik perempuan kepada anggota
emberikan kesempatan yang sama perempuan di bidang
pendidikan, ketrampilan dam partisipasi dalam setiap kegiatan pembangun
ntroduksi teknologi budidaya hortikultura bernilai ekonomi tinggi dengan umur
pendek agar indek pertanaman dapat dioptimalkan, (A.7) introduksi teknologi
an hasil pertanian dengan mendorong peran perempuan
meningkatkan nilai tambah berbagai hasil pertanian sekaligus menciptakan
) introduksi teknologi budidaya tanaman tahunan bernilai
ekonomi tinggi, agar dapat menghasilkan sumber pendapatan jangka panjang dan
, dan (A.9) introduksi konservasi lahan dan air untuk
mengoptimalkan daya dukung agro-ekosistem untuk pertanian.
sif Gender Tahun 2012
Berbagai alternatif kebijakan yang dapat ditempuh dalam kajian ini antara lain
(A.9) disajikan secara skematis pada Bagan
Berdasarkan hasil analisis pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering,
membangun atau
teknologi praktis, tidak
ransformasi tenaga kerja laki-laki
ke sektor non pertanian agar curahan tenaga kerjanya dapat digantikan oleh
formasi pekerjaan domestik perempuan kepada anggota
emberikan kesempatan yang sama perempuan di bidang
pendidikan, ketrampilan dam partisipasi dalam setiap kegiatan pembangun, (A.6)
ai ekonomi tinggi dengan umur
ntroduksi teknologi
dengan mendorong peran perempuan, untuk
meningkatkan nilai tambah berbagai hasil pertanian sekaligus menciptakan
ntroduksi teknologi budidaya tanaman tahunan bernilai
ekonomi tinggi, agar dapat menghasilkan sumber pendapatan jangka panjang dan
ntroduksi konservasi lahan dan air untuk
103 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Berdasarkan kajian tersebut, aspek akses dan kontrol perlu mendapat perhatian,
sehingga dapat berdampak pada: (1) perubahan pola pikir masyarakat yang
merugikan perempuan, serta (2) memberikan peluang yang sama
untukmendapatkanpendidikan, Peningkatan keterampilan melalui keikutsertaan
dalam penyuluhan dan latihan, serta partisipasi dalam setiap kegiatan
pembangunan.
Dalam rangka memperlancar pengelolaan usahatani lahan kering serta mengatasi
berbagai kendala utama yang dihadapi oleh petani laki-laki dan perempuan, maka
diperlukan intervensi pemerintah dalam bentuk: (1) bantuan langsung masyarakat
untuk meningkatkan daya dukung sumberdaya/agroekosistem, (2) menyusun
prototype mainstreaming gender dan karakteristiknya menurut: agroekosistem,
subsektor, sosiokultural lainnya dalam penyusunan mainstreaming gender, (3)
implementasi di lapangan dengan berbagai terobosan baru dalam implementasi
mainstreaming gender untuk memberikan bukti dan bukan janji.
104 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
VI. TIPOLOGI PENDEKATAN RESPONSIF GENDER PADA SL-PPHP
A. Latar Belakang
Optimalisasi potensi perempuan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dapat
dilakukan melalui kegiatan produktif dimana kesetaraan gender menjadi inti
pengembangan program pertanian. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan
sektor pertanian, khususnya usaha-usaha pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian yang responsif gender sangat diperlukan. Hal tersebut mempunyai peran
untuk: (1) menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih mantap,
berkesinambungan, dan mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, dengan
mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan
perempuan dan laki-laki; (2) memperkecil kesenjangan gender yang terjadi di
berbagai bidang pembangunan; (3) meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
dapat mensejahterakan keluarga.
1. Perumusan masalah
Masalah yang ingin dikaji dalam kegiatan ini adalah :
a. Seberapa besar peran laki-laki dan perempuan dalam kegiatan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang berspektif gender;
b. Seberapa besar waktu yang digunakan dalam mengelola kegiatan pengolahan
dan pemasaran.
c. Apakah ada perbedaan penggajian atau upah yang diterima oleh perempuan
dibandingkan laki-laki dalam usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
2. Tujuan kajian
Tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut :
a. Memotret profil kegiatan pengolahan dan pemasaran diperdesaan dalam
perspektif gender, yakni mengenai :
1) Bobot pekerjaan yang dilakukanoleh perempuan dan laki-laki dalam
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;
2) Curahan waktu kerja bagi perempuan dan laki-laki dalam mengelola
kegiatan pengolahan dan pemasaran pertanian; dan
105 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
3) Besarnya upah yang diterima oleh perempuan dan laki-laki dalam kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
b. Menganalisis kendala dan hambatan implementasi PUG dalam kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
B. Metodologi
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di Propinsi Bali dengan memilih beberapa kelompok yang
mengelola komoditas sebagai berikut :
No Komoditas Lokasi
1 Kakao Jembrana, Badung dan Tabanan
2 Kopi Buleleng, KarangasemdanBangli
3 Kacang Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar dan
Klungkung
b. Data dan Metode Analisis
Data yang digunakan dalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan
daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya (desk study). Responden yang
diharapkan dapat memberikan informasi data adalah :
(1) ketua kelompok pengolahan dan
(2) para anggota kelompok pengolahan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi buku, data statistic, brownsing
dari internet, dan lain-lain.
Analisa gender ditujukan untuk menganalisa peran langsung laki-laki dan
perempuan dalam usaha tani, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan akses
dan kontrol terhadap kekayaan keluarga. Hal ini diperlukan untuk memahami
keseimbangan posisi dan untuk menilai bersama hal-hal yang perlu dikembangkan
106 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
untuk kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
mereka.
Untuk melakukan analisis gender atau tepatnya teknik analisis gender diartikan
sebagai pengujian secara sistematis terhadap peranan–peranan, hubungan-
hubungan dan proses-proses yang memusatkan perhatiannya pada
ketidakseimbangan kekuasaan, kesejahteraan dan beban kerja antara laki-laki dan
perempuan di semua masyarakat.
Analisis gender dilakukan dengan memperhatikan 4 (empat) faktor utama guna
mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender. Keempat faktor tersebut adalah:
(1) Faktor akses. Apakah perempuan dan laki-laki memperoleh akses yang sama
terhadap sumber-sumber daya pembangunan; (2) Faktor kontrol. Apakah
perempuan dan laki-laki memiliki kontrol (penguasaan) yang sama terhadap
sumberdaya pembangunan?; (3) Faktor partisipasi. Bagaimana perempuan dan laki-
laki berpartisipasi dalam program-program pembangunan?; dan (4) Faktor manfaat.
Apakah perempuan dan laki-laki menikmati manfaat yang sama dari hasil
pembangunan?
Alur kerja Analisa Gender (GAP) dalam penyusunan kebijakan/program/kegiatan
pembangunan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,
sebagaimana telah diuraikan dalam buku Pedomam Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender Dalam Penyusunan Rencana Aksi, Departemen
Pertanian, terdiri dari 3 tahapan dan 8 langkah sebagai berikut:
TAHAP I: Analisis Kebijakan yang responsif gender
Tahap ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pembangunan yang ada dan
menggunakan data pembuka wawasan yang dipilah menurut jenis kelamin, untuk
kemudian mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) dan
permasalahan gender (gender issues). Tahap ini perlu dilakukan karena pada
umumnya kebijakan dan program pemerintah hingga saat ini masih netral Gender
(gender neutral), dengan asumsi bahwa kebijakan dan program tersebut
memberikan manfaat dan berdampak sama kepada perempuan dan laki-laki.
107 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
(1) Identifikasi tujuan dan atau sasaran kebijakan/program/ proyek/ kegiatan
pembangunan yang ada saat ini:
Pada umumnya kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang ada saat ini
adalah netral gender, atau tidak membedakan gender. Untuk itu, beberapa
pertanyaan dasar dapat diajukan, seperti:
a) Tujuan dan atau sasaran kebijakan/program/proyek/kegiatan Pembangunan apa
saja yang telah dirumuskan/ditetapkan untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender?
b) Apakah komitmen tersebut telah diintegrasikan dalam tujuan dan atau sasaran
kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan tersebut?
c) Apabila tidak / belum,apa yang perlu dilakukan?
(2) Sajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis
kelamin sebagai data pembuka wawasan (Eye-Opener Data):
Data kuantitatif dan Kualitatif dapat digunakan untuk melihat bagaimana suatu
kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang ada saat ini memberikan
dampak yang berbeda kepada perempuan dan laki-laki, serta sekaligus dapat
digunakan untuk menentukan perspektif/dimensi gender dari
kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang akan dirumuskan. Data ini
harus dipilah menurut jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) sehingga para
perencana dapat memahami adanya perbedaan pengalaman, aspirasi,
permasalahan dan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki.Di samping itu, data
kualitatif dapat pula digunakan untuk melihat perbedaan yang ada antara
perempuan dan laki-laki.
Pada langkah ini pertanyaan dasar yang dapat, diajukan, adalah: apakah data yang
ada mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara
perempuan dan laki-laki?
108 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
(3) Analisis sumber terjadinya dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya
Kesenjangan gender (Gender Gap):
Untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan gender, digunakan 4 (empat) faktor
utama, yaitu: akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat yang diperoleh melalui teknik
analisis gender. Beberapa pertanyaan mendasar yang dapat membantu
mengungkapkan adanya kesenjangan gender, adalah:
a) Apakah perempuan dan laki-laki mempunyai akses yang sama terhadap
sumber-sumber daya pembangunan ?
b) Siapa yang menguasai (memiliki kontrol) sumberdaya pembangunan tersebut ?
c) Bagaimana partisipasi perempuan dan laki-laki dalam berbagai tahapan
pembangunan, termasuk dalam proses pengambiIan keputusan ?
d) Apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari hasil
pembangunan atau sumber-sumberdaya pembangunan yang ada ?
(4) Identifikasi masalah-masalah gender (Gender Issues):
Pada tahap ini, para perencana dapat mengidentifikasi masalah-masalah gender,
berdasarkan empat factor penyebab terjadinya Kesenjangan gender sebagaimana
dihasilkan pada langkah 3 di atas.Terdapat beberapa pertanyaan dasar yang dapat
membantu dalam mengidentifikasi masalah-masalah gender, diantaranya adalah:
a) Masalah-masalah gender apakah yang diungkapkan oleh faktor-faktor
kesenjangan gender ?
b) Dimana terjadinya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki ?
c) Apakah kesenjangan terjadi di wilayah publik dan ataukah terjadi di wilayah
domestik ? Mengapa terjadi kesenjangan gender tersebut?
d) Apakah kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang ada
mempersempit kesenjangan gender tersebut, tetap atau justru memperlebar
kesenjangan tersebut ?
e) Apakah akar permasalahannya? Bagaimana mengatasinya?
109 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
TAHAP II: Formulasi Kebijakan Responsif Gender
(5) Rumuskan kembali kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan
baru yang responsif gender:
Pada langkah kelima ini, para perencana perlu merumuskan kembali
kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan dengan mempertim-bangkan
input dari keseluruhan proses analisis gender yang dilakukan mulai dari langkah 1
hingga 4, sehingga menghasilkan kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan
yang responsif gender.
Beberapa pertanyaan berikut diharapkan dapat membantu mengarahkan perumusan
kembali kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan agar responsif gender:
a) Langkah-langkah apa yang diperlukan untuk mengatasi kesenjangan gender
yang ada?
b) Bagaimana pemerintah dapat memperkecil atau menghilangkan kesenjangan
gender tersebut?
c) Bagaimana pemerintah dapat memastikan bahwa perempuan dapat
berpartisipasi lebih optimal dalam proses pembangunan dan mendapatkan
manfaat yang adil dari pembangunan tersebut?
d) Altematif kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan apa yang harus
dikembangkan untuk memperkecil/ menghilangkan kesenjangan gender dan
masalah-masalah gender yang telah diuraikan pada langkah 3 dan 4 di atas?
e) Rumusan tujuan kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang
bagaimana yang dapat menjamin kesetaraan dan keadilan gender pada
kelompok sasaran?
(6) Identifikasi indikator gender (Gender Indicator):
Pada langkah ini para perencana perlu mengidentifikasi indikator gender dari setiap
kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan pada langkah 5.
110 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Beberapa pertanyaan berikut dapat membantu mengarahkan, seperti:
(1) Indikator kuantitatif dan atau kualitatif apa saja yang dapat diidentifikasi untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan kebijakan/ program/proyek/kegiatan
pembangunan yang responsif gender ?
(2) Indikator apa saja yang dapat menjelaskan apakah faktor-faktor kesenjangan
sudah berkurang, tetap, atau bahkan melebar ?
(3) Apa ukuran keberhasilan kesetaraan dan keadilan gender ?
Tahap III: Rencana Aksi Yang Responsif Gender
(7) Penyusunan rencana aksi
Berdasarkan kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan yang
responsif gender perlu disusun rencana aksi yang ditujukan untuk
mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.
Seluruh rencana aksi yang disusun harus sesuai dengan tujuan kebijakan
kesetaraan dan keadilan gender yang telah diidentifikasi pada langkah 5 di
atas.
(8) Identifikasisasaran-sasaran (kuantitatif dan atau kualitatitif untuk setiap
rencana aksi)
Sasaran-sasaran apa (kuantitatif dan/atau kualitatif yang perlu dirumuskan
untuk setiap rencana aksi yang telah disusun pada langkah 7 tersebut di
atas? Pastikan bahwa dengan melakukan rencana aksi tersebut, maka
kesenjangan gender akan berkurang atau hilang.
C. Analisis Gender
Faktor sosial budaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi peranan
perempuan dalam pekerjaan nafkah. Sistem kekerabatan yang berbeda (patrilineal,
matrilineal atau bilineal) yang mengenal pola adat menetap (setelah kawin) yang
berbeda-beda mempunyai implikasi yang berbeda-beda pula terhadap peranan
perempuan dalam pekerjaan nafkah. Sistem kekerabatan patrilineal pada
masyarakat Bali, dan pengaruh yang besar dari agama Hindu yang mengenal sistem
kasta mengembangkan adat istiadat yang khas pula bagi perempuan Bali. Dalam
111 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
mengatasi tuntutan untuk bekerja keras pada perempuan Bali dan tak jarang pula
disertai dengan imbalan kerja nafkah yang lebih kecil dan penilaian terhadap
statusnya yang rendah, ternyata kebiasaan falsafah dan religi menyatakan semua
pekerjaan itu adalah “dharma” dan baik, telah membenarkan peran serta perempuan
Bali dalam pekerjaan nafkah yang dianggap tidak pantas pada perempuan Jawa.
Bali kaya akan tradisi Hindu yang penuh dengan ajaran kebajikan dan harmonisasi
dengan alam. Dalam tradisi agraris mereka dikenal sistem pengairan atau irigasi
subak. Air, sawah, tanaman padi mempunyai tempat penting dalam sistem subak
bahkan dikaitkan dengan aspek religius. Oleh karena itu subak tak semata mengatur
soal teknis pengaturan air semata, tetapi juga aspek sosial, religius.
Pengaturan air ala subak telah diatur dalam semacam undang-undang yang disebut
awig-awig. Dalam awig-awig inilah dimuat pokok-pokok aturan subak. Pembagian air
disesuaikan dengan keanggotaan petani di subak, ada anggota aktif dan pasif,
keduanya mendapat pembagian jatah air yang berbeda. Inilah prinsip keadilan
dimana pembagian disesuaikan dengan kontribusi.
Pelaksanaan survey di propinsi Bali difokuskan kepada industri pengolahan kakao,
kopi dan kacang. Ketiga komoditi ini merupakan komoditi unggulan yang dihasilkan
oleh Propinsi Bali baik untuk pemasaran di dalam negeri maupun ekspor.
Keterlibatan gender dalam industri pengolahan dan pemasaran ketiga komoditi
tersebut menarik untuk diamati lebih mendalam mengingat sistem pertanian SUBAK
yang terkenal dan sudah turun temurun serta sampai saat ini masih aktif diterapkan.
Pendalaman mengenai peran gender dalam SUBAK memberikan gambaran
mengenai akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang diterima oleh setiap gender.
112 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
a. Kontribusi Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
KegiatanPengolahan dan Pemasaran “K a k a o”
Gambaran Umum
Tanaman Kakao di Provinsi Bali dapat dikatakan
cukup potensial, dimana berdasarkan sumber data
Dinas Perkebunan Propinsi tahun 2010 luas areal
tanaman kakao sebesar 12.845 Ha, dengan produksi
yang dihasilkan sebesar 5.025 Ton dan produktivitas
serbesar 522 Kg/Ha/Th. Pengembangan kakao
tersebar di 3 Kabupaten yaitu di Kabupaten
Jembrana, Badung dan Tabanan dengan jumlah tenaga kerja sebesar
617.493 HOK dan 55.682 KK .
Umur Responden
Sebagian besar
responden kakao
berada dalam usia
produktif, yaitu berumur
antara 31-40 tahun
(57%), dan antara 41-
50 tahun (36%). Hanya
sebagian kecil (7%)
yang berusia di atas 50
tahun ke atas. Hal ini
menunjukkan bahwa
usaha pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan kakao didominasi oleh
tenaga kerja produktif.
0%
57%
36%
7%0%
Dibawah 20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun
41-50 tahun 50 tahun ke atas
`
113 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pendidikan
Sebagian besar
responden (64%)
menyelesaikan
pendidikannya
sampai tingkat SMA,
namun tidak
melanjutkan ke
jenjang yang lebih
tinggi dan hanya
29% yang
menyelesaikan sampai SMP tetapi tidak melanjutkan pendidikannya. Selain itu,
hanya sedikit (7%) yang merupakan tamatan universitas. Hal ini menunjukkan
bahwa petani yang bergerak dalam usaha pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan kakao sebagian besar adalah tamatan sekolah menengah.
Gaji/Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh
dari usaha perkebunan
kakao di Bali bervariasi dan
sebagian besar berkisar
antara Rp.200.000 –
Rp.1.500.000 per bulan.
Hanya sebagian kecil
(14%) yang memperoleh di
atas Rp.1.500.000 per
bulan.
0%0%0%
29%
0%
64%
7%
tidak tamat SD Tamat SD, tidak melanjutkanTidak tamat SMP Tamat SMP, tidak melanjutkanTidak tamat SMA Tamat SMA, tidak melanjutkanLainnya
0%
28%
29%
29%
14%
kurang dari Rp.200.000/bulan 200.000 - 500.000/bulan
500.000-750.000/bulan 750.000-1.500.000/bulan
di atas 1.500.000/bulan
114 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Lama bekerja
Pada umumnya petani
kakao mempunyai
pengalaman atau latar
belakang bekerja yang
berbeda. Namun sebagian
besar (43%) memiliki
pengalaman bekerja dalam
perkebunan kakao sekitar 2-3 tahundan ada banyak juga (29%) yang
berpengalaman lebih lama lagi yaitu sekitar 3-4 tahun. Hanya sedikit (14%)
yang berpengalaman diatas 5 tahun.
Waktu Bekerja
Dalam mengelola
usaha perkebunan
kakao, sebagian
besar petani
(43%)
menghabiskan
waktu lebih dari 5
jam per hari dan
banyak juga
(36%) yang
menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam per hari. Hal ini menunjukkan bahwa dari
waktu yang ada, para petani kakao menghabiskan waktunya untuk usaha
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan kakao.
Kontribusi Dalam Kegiatan Agribisnis Berdasarkan Gender
Kontribusi Dalam Kegiatan Panen
Pada pelaksanaan panen biasanya dari awal penanaman telah diketahui kapan
waktunya panen, penentuan pelaksanaan waktu panen kakao pada umum nya
lebih dominan ditentukan oleh lelaki. Pelaksanaan kegiatan lainnya seperti
sortasi, pemisahan isi buah dengan kulit, pemeraman dan pengemasan banyak
14%
43%
29%
0%
14%
dibawah 1 tahun 2-3 tahun 3-4 tahun 4-5 ta hun 5 tahun ke a ta s
0%
0%
36%
21%
43%
dibawah 2 jam 2 - 3 jam 3-4 jam 4-5 jam 5 jam ke atas
115 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
dilakukan oleh kaum perempuan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh kaum
perempuan dianggap tidak mengutaman fisik.
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Penanganan Pasca Panen
Alur proses penanganan pasca panen biji kakao ada yang langsung dijualada
juga dilakukan perlakuan berikutnya seperti pemeramam/fermentasi,
penjemuran dan pengemasan. Petani yang tidak melakukan fermentasi setelah
biji kakao dipetik langsung dikemas dengan karung setelah itu akan diambil oleh
pedagang pengumpul, pelaksanaan kegiatan ini banyak dilakukan oleh kaum
perempuan.
Pada umumnya biji kakao di propinsi Bali tidak dijual langsung tetapi dijual
setelah di fermentasi. Kegiatan fermentasi biji kakao lebih dominan dilakukan
oleh kaun perempuan. Setelah biji kakao difermentasi lalu dikemas ke dalam
karung, kegiatan pengemasan ini banyak dilakukan kaum lelaki.
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Pemasaran
Kegiatan pemasaran biji kakao baik dilakukan bersama-sama, kesepakatan
harga ditentukan bersama-sama dalam suatu rapat subak dengan
mempertemukan calon pembeli. Dalam hal pemasaran kelompok tani responden
telah bekerjasamadengan PT. Bumitangerang Jakarta, yang juga telah memiliki
cabang perusahaan di Denpasar, hal ini dilakukan untuk mempermudah
kemitraan.
Untuk dapat mencapai standar biji kakao yang sesuai, PT. Bumitangerang juga
melakukan pembinaan dari kegiatan jadwal pemetikan sampai standarbiji yang
terfermentasi. Untuk memotivasi petani, PT Bumitangerang juga memberikan
reward dengan cara memberikan tambahan harga beli biji kakao fermentasi
yang melebihi standar yang diberikan oleh PT. Bumitangerang.
Penentuan kerjasama/kemitraan ditentukan bersama-sama dalam pertemuan
subak, posisi kaum perempuan dengan lelaki sama dekali tidak dibedakan
116 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
b. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran “K o p i”
Gambaran Umum
Tanaman Kopi di Provinsi Bali dapat dikatakan cukup
potensial, tanaman kopi yang dihasilkan dengan dua jenis
yaitu kopi arabika dan robusta. Penyebaran kopi arabika
di Kabupaten Buleleng, Karangasem dan Bangli,
sementara untuk kopi robusta tersebar di Kabupaten
Bangli, Klungkung, Karangasem dan Gianyar. Berdasarkan sumber data Dinas
Perkebunan Propinsi tahun 2010 luas areal tanaman kopi baik arabika dan
robusta seluas 9.980 Ha, dengan produksi sebesar 4.021,40 Ton, produktivitas
serbesar 2.611 Kg/Ha/Th. Sementara jumlah tenagakerja sebesar 559.215 HOK
dan 43.099 KK
Kopi “Kintamani Bali” merupakan salah satu kopi Indonesia yang telah
mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari CIRAD Perancis.Proses
pengolahan kopi dilakukan secara basah dan merujuk kepada kopi ose (green
coffee) atau kopi bubuk yang dihasilkan dari arabika kintamani.
Umur Responden
Sebagian besar
responden kopibubuk
berada dalam usia
produktif, yaitu berumur
antara 41-50 tahun
(67%), dan antara 31-40
tahun (33%). Hal ini
menunjukkan bahwa
usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan kopi didominasi oleh tenaga kerja produktif.
0%0%
33%
67%
0%
Dibawah 20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun
41-50 tahun 50 tahun ke atas
117 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pendidikan
Sebagian besar responden
(67%) menyelesaikan
pendidikannya sampai
tingkat SMA namun tidak
melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi dan
hanya 33% yang
menyelesaikan sampai
SMP tetapi tidak
melanjutkan
pendidikannya. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang bergerak dalam usaha
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan kopi sebagian besar adalah
tamatan sekolah menengah.
Gaji/Pendapatan
Pendapatan
yang diperoleh
dari usaha
perkebunan kopi
di Bali bervariasi
dan sebagian
besar (67%)
berkisar antara
Rp.750.000 –
Rp.1.500.000
per bulan dan sisanya (33%) berkisar antara Rp.200.000 – Rp. 500.000 per
bulan.
0%0%0%
33%
0%
67%
0%
tidak tamat SD Tamat SD, tidak melanjutkan
Tidak tamat SMP Tamat SMP, tidak melanjutkan
Tidak tamat SMA Tamat SMA, tidak melanjutkan
Lainnya
0%
33%
0%67%
0%
kurang dari Rp.200.000/bulan 200.000 - 500.000/bulan
500.000-750.000/bulan 750.000-1.500.000/bulan
di atas 1.500.000/bulan
118 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Lama bekerja
Sebagian besar petani kopi di Bali memiliki pengalaman bekerja dalam
perkebunan kopi sekitar 2-3 tahun.
Waktu Bekerja
Dalam mengelola usaha perkebunan kopi, sebagian besar petani menghabiskan
waktu lebih dari 5 jam per hari.
Kontribusi Dalam Kegiatan Agribisnis Berdasarkan Gender
Kontribusi Dalam Kegiatan Panen
Biji kopi dapat dikatakan telah siap untuk dipanen dicirikan dengan warna dari
biji tersebut yaitu merah. Buah kopi yang telah di petik di masukan kedalam
keranjang, pelaksanaan kegiatan pemetikan lebih banyak dikerjakan oleh kaum
perempuan.
Dalam hal penentuan pelaksanaan waktu panen/pemetikan biji kopi pada umum
nya lebih dominan ditentukan oleh lelaki, demiukianhalnyadengan pelaksanaan
kegiatan panen juga banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Setalah biji kopi dipetik,
perlakukan selanjutnya adalah pemilihan/sortasi biji, sortasi dilakukan untuk
memisahkan buah matang dari buah muda dan kering atau yang jatuh di tanah.
Hal ini bertujuan untuk dapat memisahkan kopi dengan kualitas yang baik. Untuk
menghasilkan kopi dengan kualitas special hanya dapat diperoleh dari buah
yang matang. Pelaksanaan sortasi lebih banyak dilakukan oleh perempuan.
Sebagian biji kopi yang telah sortasi terkadang ada yang langsung dikemas
untuk di jual langsung,ada pula yang di olah terlebih dahulu untuk menjadi bubuk
kopi lalu dikemas dan dijual.
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Penanganan Pasca Panen
buah kopi yang sudah dipetik dan disortasi harus segera dikeringkan untuk
menghin dari terjadinya perubahan kimia dan fermentasi yang dapat
menurunkan kualitas kopi. Pengeringan dilakukan sampai kadar air 12-13%.
Sebagian responden ada yang mengeringkan kopi nya dengan dijemur dengan
119 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
menggunakan sinar matahari tetapi ada pula yang menggunakan alat
pengering. Pelaksanan penanganan pasca panen biji kopi yaitu
penjemuran/pengeringan lebih dominan dilakukan oleh lelaki. Pelaksanaan
pasca panen lainnya adalah sortasi dan pengemasan biji kopi. Untuk
pelaksanaan kegiatan sortasi ke dua dilakukan oleh perempuan, sementara
untuk pengemasan lebih dominan dilakukan oleh kaum lelaki.
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Pengolahan
Alur proses kegiatan pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi antara lain
pengupasan/hulling, sortasi kopi beras, pengemasann dan penyimpanan.
Pelaksanaan kegiatan pengupasan dilakukan oleh kaum lelaki sedangkan untuk
sortasi biji kopi dan pengemasan dilakukan oleh kaum perempuan. Sedangkan
penyimpanan banyak dilakukan oleh kaum lelaki.
Untuk pengolahan kopi basahalur
proses yang dilakukan oleh
responden antara lain:
pengupasan/pulping, fermentasi,
pencucian, penjemuran,
pengeringan mekanis, pendinginan
/tempering, pengupasan kulit
landak, penyangraian, blending/
pencampuran, pengemasan dan
penyimpanan. Dalam pelaksanaan
kegiatan pengupasan/pulping,
fermentasi, pencucian, penjemuran banyak dilakukan oleh kaum
perempuan.Kegiatan lainnya seperti pengeringan mekanis,
pendinginan/tempering, pengupasan kulit landak, penyangraian,
blending/pencampuran dominan lebih banyak dilakukan oleh kaum lelaki, hal ini
dikarenakan seluruh kegiatan dilakukan dengan mesin.
Kontribusi Dalam Kegiatan Pemasaran
Pemasaran biji kopi dibagi dengan pemasaran biji kopi basah juga biji kopi
kering, selain itu juga sebagian petani ada yang menjual biji kopi yang diolah
120 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
menjadi kopi bubuk. Untuk pemasaran biji kopi basah, biji kopi kering serta kopi
bubuk ditentukan bersama-sama dalam pertemuan subak.
c. KegiatanPengolahan dan Pemasaran “K a c a n g”
Gambaran Umum
Sentra produksi kacang di Bali berada di Kabupaten
Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar dan Klungkung.
Pada tahun 2010 luas panen 10.397 Ha, produksi
11.582 Ton dan produktivitas 0,9 Ton/Ha. Walaupun
tanaman kacang tidak banyak ditanam di Bali tetapi
Bali merupakan sentra produksi anekaolahankacang. Banyaknya produksi
kacang di propinsibali di perolehdari PulauJawa yang selanjutnya diolah dan
dipasarkan di Bali.
Umur Responden
Sebagian besar responden
kacangberada dalam usia produktif,
yaitu berumur antara 41-50 tahun
(67%), dan antara 31-40 tahun
(33%). Hal ini menunjukkan bahwa
usaha pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian kacang didominasi
oleh tenaga kerja produktif.
Pendidikan
Tingkat pendidikan petani kacang di Bali
merata pada semua tingkat pendidikan
dari tamat SMP dan SMA tetapi tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa petani yang
bergerak dalam usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan kacang
sebagian besar adalah tamatan sekolah menengah.
0%0%
33%
67%
0%
Dibawah 20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun
41-50 tahun 50 tahun ke atas
0%0%0%
34%
0%
33%
33%
tidak tamat SD Tamat SD, tidak melanjutkan
Tidak tamat SMP Tamat SMP, tidak melanjutkan
Tidak tamat SMA Tamat SMA, tidak melanjutkan
Lainnya
121 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Gaji/Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari
usaha perkebunan kacang di Bali
sebagian besar (67%) berkisar
antara Rp.200.000 – Rp.500.000
per bulan dan sisanya (33%)
berkisar antara Rp.750.000 – Rp.
1.500.000 per bulan.
Lama bekerja
Sebagian besar petani kacang di Bali memiliki pengalaman bekerja dalam usaha
pengolahan dan pemasaran kacang di atas 5 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa pengolahan dan pemasaran kacang di propinsi Bali sudah cukup lama
berlangsung dan hal ini dapat dilihat dari makin beragamnya kacang produksi
Bali yang dijual di pasaran.
Waktu Bekerja
Dalam mengelola usaha pengolahan dan pemasaran kacang sebagian besar
petani menghabiskan waktu lebih dari 5 jam per hari.
Kontribusi Dalam Kegiatan Agribisnis Berdasarkan Gender
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Penanganan Pasca Panen
Kegiatan penanganan pasca panen kacang pada umum nya lebih dominan
ditentukan oleh perempuan. Kacang yang telah dibeli di bersihkan terlebih
dahulusetelahitu di kupas, dimana klegiatan ini dilakukan oleh kaum perempuan
di waktu senggang setelah mereka melakukan kegiatan rumah tangga.
Kontribusi Tenaga Kerja Kegiatan Pengolahan
Proses pengolahan kacang dilakukan setelah kacang dikupas baru diolah.
Kegiatan pengolahan kacang lebih dominan dilakukan oleh perempuan. Aneka
olahan kacang yang cukup diminati dan terkenal di propinsi Bali antara lain
0%0%0%
33%
67%
kurang dari Rp.200.000/bulan 200.000 - 500.000/bulan
500.000-750.000/bulan 750.000-1.500.000/bulan
di atas 1.500.000/bulan
122 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
kacang asin, kacang manis, kacang rasa keju, kacang pedas, dan lainnya-
lainnya. Setelah kacang diolah lalu dikemas, pengemasan kacang olahan lebih
banyak dilakukan oleh kaum perempuan.
Kontribusi Dalam Kegiatan Pemasaran
Kacang yang sudah dikemas siap untuk dipasarkan, dalam menentukan harga
kacang olahan serta mitra pemasaran dilakukan bersama-sama di dalam rapat
subak.
d. Kesenjangan Ditinjau Dari Sisi Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat
Kesenjangan antarakaum perempuandan lelakibaiktuamaupun muda di Propinsi
Bali cukup terlihatperbedaannya, hal ini terjadi karena sistem kekerabatan
patrilineal yang ada pada masyarakat Bali. Selain itu juga pengaruh yang besar
dari agama
Hindu yang
mengenal
sistem kasta
mengembang
kan adat
istiadat yang
khas pula
bagi
perempuan
Bali.
Dalam mengatasi tuntutan untuk bekerja keras pada perempuan Bali disertai
dengan imbalan kerja nafkah yang lebih kecil dan penilaian terhadap statusnya
yang rendah, ternyata kebiasaan falsafah dan religi menyatakan semua
pekerjaan itu adalah “dharma”.Dengan adanya istilah “dharma” ini dirasa telah
membenarkan peran serta perempuan Bali dalam pekerjaan mencari nafkah
yang dianggap tidak pantas pada perempuan Jawa.
123 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kesenjangan genderyang ada di Propinsi dapat dijelaskan dalam beberapa
faktor sebagai berikut :
1) FaktorAkses
Akses terhadap pembiayaan terbuka lebih luas bagi laki-laki dibandingkan
perempuan seperti terlihat pada sulitnya kaum perempuan untuk mendapatkan
kredit dari bank. Akses terhadap informasi dan teknologi terlihat seimbang
karena keterlibatan aktif baik laki-laki maupun perempuan membuka peluang
untuk mendapatkan informasi dan teknologi untuk pengembangan usaha
pengolahan dan pemasaran kakao, kopi dan kacang.
2) Faktor Kontrol
Kontrol dalam pengolahan dan pemasaran kakao dan kopi sebagaimana dilihat
dari mekanisme pengambilan keputusan lebih banyak ditentukan oleh kaum laki-
laki seperti terlihat dari keputusan melaksanakan panen dan penanganan pasca
panen. Kontrol yang sama dalam pengolahan dan pemasaran kacang lebih
banyak didominasi oleh perempuan.
3) Faktor Partisipasi
Kehidupan warga Bali
yang terkenal dengan
pelaksanaan kegiatan
rohani, membuat
kaum perempuan
harus berpartisipasi
untuk dapat
mensukseskan
kegiatan tersebut.
Pembagian pekerjaan
persiapan
pelaksanaan “sembahyang” yang rutin dilakukan oleh warga bali dalam hal
persiapan seluruhnya dikerjakan oleh kaum perempuan. Sementara untuk
pelaksanaan “sembahyang” nya dilakukan bersama-sama.
124 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Dalam kegiatan pengolahan hasil, terlihat adanya perbedaan keterlibatan laki-
laki dan perempuan dalam pengolahan kakao dan kopi dibandingkan dengan
produk kacang. Kaum laki-laki terlihat lebih dominan dalam kegiatanpengolahan
kakao dan kopi sedangkan untuk kegiatanpengolahan kacang, perempuan lebih
dominan.
Hal ini dapat dipahami mengingat usaha pengolahan kakao dan kopi
memerlukan kekuatan fisik yang lebih besar dibandingkan pada pertanian
kacang. Sebaliknya, usaha pemasaran hasil pada ketiga komoditi tersebut
menunjukkan peran perempuan yang lebih besar dibanding laki-laki. Dapat
disimpulkan bahwa kesetaraan gender dalam usaha pengolahan dan
pemasaran kakao, kopi dan kacang tidak dapat terlepas dari bentuk kegiatan
fisik yang dibutuhkan. Laki-laki akan lebih berperan pada kegiatan pengolahan
yang membutuhkan kegiatan fisik yang tidak mampu untuk dilakukan oleh kaum
perempuan. Namun demikian, keterlibatan perempuan tidak terlihat dalam
struktur kepengurusan (lihat gambar).
4) FaktorManfaat
Manfaat dalam bentuk gaji/upah yang diterima laki-laki dan perempuan dalam
usaha pengolahan dan pemasaran kakao, kopi dan kacang dikelola secara
bersama untuk kepentingan bersama.
e. Masalah dan Kendala
1. Peranan gender bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian terutama
ditentukan dengan banyaknya pelaksanaan upacara adat yang ada dan wajib
untuk di dilaksanakan, sementara dalam melaksanakan upacara tersebut perlu
adanya persiapan, dan seluruh persiapan upacara adat tersebut dilakukan oleh
perempuan, walaupun dalam kepengurusan sepenuhnya diisi oleh laki-laki.
2. Dengan demikian peran perempuan dihadapkan kepada pembagian waktu dan
kewajiban antara upacara adat keagaman, keluarga serta keanggotaannya di
dalam subak.Ketidakaktifan mereka dalam kegiatan keagamaan dan subak akan
membawa konsekuensi hukuman secara sosial, materi/denda, dan lain-lain yang
tidak melihat apakah yang bersangkutan lelaki atau perempuan.
125 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
3. Kendala teknis antara lain : terkenanya hama penyakit, cuaca ekstrim,
permodalan, minimnya fasilitas pengolahan.
D. Pembahasan
Faktor sosial budaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi peranan
perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah. Sistem kekerabatan yang berbeda
(patrilineal, matrilineal atau bilineal) yang mengenal pola adat menetap (setelah
kawin) yang berbeda-beda mempunyai implikasi yang berbeda-beda pula terhadap
peranan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah. Sistem kekerabatan
patrilineal pada masyarakat Bali, dan pengaruh yang besar dari agama Hindu yang
mengenal sistem kasta, mengembangkan adat istiadat yang khas pula bagi
perempuan Bali. Dalam mengatasi tuntutan untuk bekerja keras pada perempuan
Bali dan tak jarang pula disertai dengan imbalan kerja nafkah yang lebih kecil dan
penilaian terhadap statusnya yang rendah, ternyata kebiasaan falsafah dan religi
menyatakan semua pekerjaan itu adalah "dharma" dan baik, telah membenarkan
peran serta perempuan Bali dalam pekerjaan mencari nafkah yang dianggap tidak
pantas pada perempuan Jawa.
Bali kaya akan tradisi Hindu yang penuh dengan ajaran kebajikan dan harmonisasi
dengan alam. Dalam tradisi agraris mereka terkenal dengan sistem pengairan atau
irigasi subak. Air, sawah, tanaman padi mempunyai tempat penting dalam sistem
subak bahkan dikaitkan dengan aspek religius. Oleh karena itu subak tak semata
mengatur soal teknis pengaturan air semata, tetapi juga aspek sosial dan religi.
Pengaturan air ala subak telah diatur dalam semacam undang-undang yang disebut
awig-awig. Dalam awig-awig inilah dimuat pokok-pokok aturan subak. Pembagian air
disesuaikan dengan keanggotaan petani di subak, ada anggota aktif dan pasif,
keduanya mendapat pembagian jatah air yang berbeda. Inilah prinsip keadilan
dimana pembagian disesuaikan dengan kontribusi. Namun demikian, prinsip
keadilan di sini lebih ditekankan kepada kontribusi dan bukan pada kesetaraan
gender.
126 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Hasil survey terhadap peranan gender di propinsi Bali menunjukkan bahwa dalam
kehidupan sosial masyarakat Bali, upacara adat dan keagamaan sangat dominan.
Hal ini membawa konsekuensi terhadap pembagian waktu antara partisipasi aktif
dalam upacara adat dan keagamaan dengan aktivitas lainnya. Khusus dalam
industri pengolahan dan pemasaran ketiga komoditi yang dikaji terlihat bahwa jenis
kegiatan/aktivitas menentukan peran gender. Kegiatan yang menuntut kekuatan fisik
tentunya akan lebih didominasi oleh lelaki dibandingkan kaum perempuan.
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Kakao, kontribusi berdasarkan gender
Kegiatan Perempuan Laki-laki
a. Panen
- Penentuan waktu panen
- Sortasi, pemisahan isi buah
dengan kulit, pemeraman
Dominan
Dominan
b. Penanganan Pasca Panen
- Pemetikan,pengemasan
dan langsung dijual
- Fermentasi
- Pengemasan ke dalam
karung setelah fermentasi
Dominan
Dominan
Dominan
c. Pemasaran
- Penentuan kemitraan
dengan perusahaan
pembeli
- Kesepakatan harga
penjualan (penentuan
harga)
Sama –sama
Sama-sama
Sama-sama
Sama-sama
Pada kegiatan panen, ada dua kegiatan yaitu : 1) Penentuan pelaksanaan waktu
panen, yang dominan dilakukan oleh laki-laki dan 2) Sortasi, pemisahan isi buah
dengan kulit dan pemeraman, yang dominan dilakukan oleh perempuan. Pada
kegiatan panen ini terjadi gap atau kesenjangan gender baik pada laki-laki maupun
wanita. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut maka diperlukan tambahan alat
127 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
pasca panen yang responsif gender, kegiatan pemisahan isi buah dari kulit dan
pemeraman masih dilakukan secara tradisional oleh kaum wanita, untuk itu
diperlukan tempat penyimpanan dan alat mesin pemeraman yang modern untuk
mengefektifkan kegiatan tersebut. Untuk melatih menggunakan alat tersebut
diperlukan pelatihan kepada laki-laki dan juga perempuan dan waktu pelatihannya
dilaksanakan pada saat wanita atau ibu-ibu telah menyelesaikan pekerjaan
rumahtangga dan persiapan upacara keagamaan. Dengan demikian laki-laki dan
perempuan dapat melakukan kegiatan tersebut sehingga mengurangi kesenjangan
gender.
Pada kegiatan penanganan pasca panen, kegiatan pemetikan, pengemasan ke
dalam karung untuk langsung dijual dominan dilakukan oleh perempuan. Hal ini
disebabkan pemetikan biji kakao masih menggunakan semacam
bakulataukeranjang yang digendong oleh perempuan, laki-laki tidak banyak terlibat.
Untuk mengurangi kesenjangan tersebut maka diperlukan tambahan alat
penanganan pasca panen yang responsif gender seperti trolley yang memakai roda
dan mempunyai bak yang besar yang dapat digunakan oleh laki-laki maupun
perempuan. Dengan alat ini akan mengurangi tenaga perempuan dalam pemetikan
dan laki-laki dapat terlibat menggunakan trolley tersebut untuk membantu pekerjaan
kaum perempuan.
Pada kegiatan pemasaran, untuk kegiatan penentuan kemitraan dan kegiatan
penentuan harga telah dilakukan secara bersama –sama oleh kaum perempuan dan
laki-laki dalam rapat yang dinamakan subak. Jadi pada kegiatan ini tidak terjadi
kesenjangan gender, karena partisipasi laki-laki maupun perempuan pada kegiatan
tersebut adalah sama.
128 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Kopi, kontribusi berdasarkan gender
Kegiatan Perempuan Laki-laki
d. Panen
- Penentuan waktu panen
- Pemetikan biji kopi dan
dimasukkan dalam keranjang
- Sortasi
Dominan
Dominan
Dominan
e. Penanganan Pasca Panen
- Penjemuran/pengeringan
- Sortasi kedua
- Pengemasan
dominan
dominan
dominan
f. Pengolahan
- Pengupasan,fermentasi,
pencucian, penjemuran
- Pengeringan mekanis,
pendinginan/tempering,
pengupasan kulit,
penyangraian, blending
(seluruh kegiatan dilakukan
dengan mesin)
dominan
dominan
g. Pemasaran
- Pemasaran biji kopi basah,
biji kopi kering, kopi bubuk
Sama-sama
Sama-sama
Pada kegiatan panen, penentuan pelaksanaan waktu panen ditentukan oleh laki-laki,
sedangkan pemetikan biji kopi dan dimasukkan ke dalam keranjang dominan
dilakukan wanita. Untuk mengurangi kesenjangan gender pada kegiatan pemetikan
biji kopi, sama seperti pada kegitan pemetikan kakao, diperlukan alat panen yang
lebih modern seperti trolley yang memakai roda dan mempunyai bak yang besar
yang dapat digunakan laki-laki maupun wanita. Dengan alat ini akan
dapatmengurangi tenaga perempuan dalam pemetikan dan laki-laki dapat terlibat
menggunakan trolley tersebut membantu kaum perempuan.
129 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pada kegiatan pengolahan, pengeringan mekanis, pendinginan/tempering,
pengupasan kulit penyangraian dan blending, semuanya menggunakan mesin yang
dominan dilakukan laki-laki. Untuk mengurangi kesenjangan gender dan pekerjaan
tersebut dapat dilakukan oleh kaum perempuan maka diperlukan pelatihan
menggunakan alat-alat tersebut. Pelatihan sebaiknya dilaksanakan pada saat ibu-
ibu/perempuantelah menyelesaikan pekerjaan rumahtangga dan persiapan upacara
keagamaan. Dengan demikian kegiatan pengolahan ini dapat dilakukan oleh kaum
perempuan karena sudah mampu menggunakan alat-alat mesin tersebut.
Pada pemasaran biji kopi basah, biji kopi kering serta kopi bubuk untuk penentuan
harga telah dilakukan secara bersama-sama oleh kaum perempuan dan laki-laki
dalam pertemuan yang dinamakan subak. Jadi pada kegiatan ini tidak terjadi
kesenjangan gender, karena partisipasi laki-laki maupun perempuan pada kegiatan
tersebut adalah sama.
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Kacang, kontribusi berdasarkan gender
Kegiatan Perempu
an
Laki-
laki
h. PenangananPascaPanen
- Pembelian,pembersihandanpengupasankacang
Dominan
i. Pengolahan
- Pengolahankacangdanpengemasanmenjadikacan
gasin, kacangmanis, kacang rasa keju,
kacangpedasdll
Dominan
j. Pemasaran
- Penentuanharga
- Penentuankemitraan
Sama –
sama
Sam
a-
sama
Pada kegiatan pengolahan kacang dan pengemasan masih mengunakan cara
tradisional sehinggga lebih banyak didominasi kaum perempuan. Untuk mengurangi
130 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
kesenjangan gender maka diperlukan alat-alat pengolahan yang lebih modern
seperti alat penyangraian, blending dan pengeringan serta alat packaging dari
mesin. Untuk dapat menggunakan alat tersebut diperlukan pelatihan yang
pesertanya adalah laki-laki maupun kaum perempuan.Untuk meningkatkan
partisipasi perempuan dalam pelatihan, sebaiknya dilakukan pada saat ibu-
ibu/perempuan telah selesai melaksanakan tugas-tugas rumahtangga dan persiapan
upacara keagamaan. Dengan demikian kegiatan pengolahan kacang ini sama –
sama dilakukan lakilaki dan perempuan.
Kontribusi dalam kegiatan pemasaranya itu penentuan harga kacang olahan serta
mitra pemasaran dilakukan bersama-sama di dalam rapat subak.Pada kegiatan ini
juga tidak terjadi Kesenjangan gender.
E. Kesimpulan
Budaya masyarakat setempat secara umum memberikan pembatasan pekerjaan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh perempuan atau laki-laki sehingga perlu
dicermati secara arif oleh para perencana, untuk menghindari termarjinalisasinya
salah satu gender terutama kaitannya dalam hal kesempatan perempuan untuk
memperoleh pekerjaan, sehingga tingkat kemiskinan pada akhirnya dapat
diturunkan.
Terbukti dalam kajian ini, adat istiadat dan sistem sosial sangat mempengaruhi
pembagian peran gender pada masyarakat Bali. Oleh sebab itu maka penting sekali
melakukan pendataan secara terpilah yang dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatansehingga dapat diketahui manfaat yang diterima oleh setiap jenis gender,
atau kelompok penerima manfaat yang spesifik.Dengananalisis genderyang tepat
akan menghasilkan sebuah perencanaan pembangunan serta anggaran yang
responsif gender.
Sebab dengan melakukan analisis gender maka dapat dicermati apakah perempuan
dan laki-laki dapat memperoleh akses partisipasi, pengambilan keputusan, kontrol
dan manfaat yang sama atau tidak dalam kegiatan usaha pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian. Untuk daerah yang berbeda dan tahapan kegiatan yang
131 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
berbeda, akan dapat diketahui bagaimana pembagian peran yang terjadi. Dengan
mengetahui hal-hal itu, maka kegiatan perencanaan, penyusunan anggaran,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi program terkait pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang responsif gender dapat dilakukan secara efektif.
Untuk kegiatan dan program pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,
penyesuaian dilakukan misalnya dalam hal desain alat dan desain pelatihan. Desain
alat yang tepat baik termasuk memperhitungan gender pengguna alat, akan
berdampak pada tingginya tingkat pemanfaatan alat tersebut. Untuk kegiatan yang
sudah berlangsung, perbaikan dapat dilakukan pada kegiatan lanjutan.Desain
pelatihan dengan memperhatikan jadwal yang tepat akan lebih efektif dan tepat
sasaran.
132 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kinerja pengelolaan delapan kegiatan responsif gender tahun 2012 yang telah
direalisasikan mencakup: (1) kelengkapan persyaratan dalam perencanaan dan
penganggaran, (2) persiapan kegiatan di lapangan (Juklak/Juknis, sosialisasi,
indentifikasi data lokasi, seleksi data terpilah CP/CL, penetapan kelompoktani
sasaran, penetapan pendamping/pemandu/fasilitator, (3) penyaluran bantuan
sosial, (4) pelaksanaan pendampingan/pembinaan, (5) pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan secara periodik.
2. Sampai dengan Minggu-II September 2012 realisasi fisik kegiatan secara
keseluruhan berkisar 50% sampai 69% dan diperkirakan realisasi pada akhir
Desember 2012 sudah mencapai di atas 90%.
3. Berdasarkan data terpilah dapat diketahui bahwa partisipasi perempuan dalam
kegiatan ini berkisar dari 7% sampai 37% dan untuk kegiatan SL-PHT Tanaman
Pangan dan Hortikultura sebesar 15% sedangkan SL-PHT Perkebunan sebesar
10%.
4. Analisis masalah gender dapat diketahui bahwa sebagaian besar kegiatan 2012
ini baru dapat dianalisis apa tahapan akses dan partisipasi, sedangkan kontrol
dan manfaat sebagian belum dapat dianalisis karena belum direalisasikan. Pada
aspek akses dan partisipasi antara laki-laki dan perempuan sebagian sudah
mencapai 65% : 35%.
5. Beberapa kendala di lapangan yang dihadapi adalah: (1) aparat SKPD
kabupaten/kota dan petugas pendamping lapangan belum sepenuhnya
memahami responsif gender, (2) kurangnya perhatian dari pengelola dalam
pembinaan/pemantauan responsif gender, (3) Petani sulit memahami istilah-
istilah gender, seperti GBS, SL-PHT dan lainnya, (4) keterlibatan semua pihak
belum terlihat nyata, (5) belum seluruh daerah menyampaikan laporan responsif
gender secara tepat, terbit dan lengkap.
133 Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
B. Rekomendasi
1. Diperlukan sosialisasi dan pembinaan yang intensif di tingkat lapangan
sehingga tercapai persamaan persepsi dalam melaksanakan kegiatan responsif
gender.
2. Diperlukan komitmen yang kuat dari aparatur pusat dan daerah dalam
melakukan pembinaan dan pengembangan gender. Komitmen yang kuat
juga ditunjukkan dengan dialokasikan dana yang memadai untuk
operasional kegiatan responsif gender, kelembagaan dan sistem data yang
memadai.
3. Tipologi kelompoktani sasaran kegiatan responsif gender di setiap daerah
berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial-budaya setempat dan
karakteristik daerah, saat ini baru disajikan beberapa potret kelompoktani di
beberapa daerah. Untuk itu diperlukan kegiatan penyajian informasi
mengenai keragaman potret PUG pada setiap daerah sesuai dengan
karakteristik dan local wisdom.
4. Diperlukan pengembangan sistem informasi dan komunikasi berbasis IT
untuk mendorong percepatan perluasan konsep gender. Berkaitan dengan
hal tersebut Kementan telah membangun jaringan website PUG.
5. Lemahnya sistem pelaporan akan ditindaklanjuti dengan pengembangan
sistem pelaporan PUG berbasis website on-line antara pusat-daerah.
6. Berbagai metode analisis, seperti GAP, AHP, check list, SWOT dan analisis
deskriptif dapat digunakan untuk menganalisis gender. Untuk itu perlu
diperbanyak model-model kajian yang sejenis
7. Kegiatan ini harus implementatif, dibangun berkelanjutan dan berdampak luas
di masyarakat, untuk itu diperlukan keterlibatan semua pihak (unsur
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, media masa, tokoh
masyarakat dan lainnya) untuk mempercepat perluasan dan pemasalan
aspek-aspek gender.
134 Laporan Kinerja Pengelolaan
1 Pemerintah Aceh 100,00
2 Sumatera Utara 100,00
3 Sumatera Barat 100,00
4 Riau 94,70
5 Jambi 100,00
6 Sumatera selatan 100,00
7 Bengkulu 100,00
8 Lampung 99,60
9 Bangka Belitung 91,30
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 100,00
13 Jawa Tengah 100,00
14 DI Yogyakarta 100,00
15 Jawa Timur 100,00
16 Banten 100,00
17 Bali 100,00
No. Propinsi Kehadiran
Peserta (%)
Lampiran 1
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012
Pria Wanita < 20 th ≥ 20 - ≤40 th > 40 th SD SLTP SLTA
63,10 36,90 0,00 67,70 32,30 13,80 39,10 45,80
75,20 24,80 0,70 40,80 58,50 26,50 29,00 42,80
39,00 61,00 0,70 55,00 44,30 45,30 28,70 25,30
31,00 69,00 6,90 58,90 34,30 63,00 19,00 17,90
65,90 34,10 0,00 68,50 31,50 29,50 35,50 35,00
95,00 5,00 5,80 38,30 55,80 73,00 14,30 12,70
62,00 38,00 0,00 93,50 6,50 5,00 42,50 52,50
90,10 9,90 8,50 55,70 35,70 45,60 40,60 13,80
81,20 18,80 7,80 62,30 30,00 7,50 19,30 68,80
74,90 25,10 0,20 47,00 52,90 63,10 25,80 10,90
79,70 20,30 0,10 28,90 70,90 44,10 25,20 28,00
66,30 33,70 0,00 26,30 73,70 40,60 21,70 37,10
91,20 8,80 10,20 35,80 54,00 48,10 27,10 22,80
85,40 14,60 6,40 60,80 32,80 44,40 41,20 14,40
93,30 6,70 0,70 30,30 69,00 54,30 24,70 20,30
Komposisi
Peserta (%)Komposisi Umur (%) Jenjang Pendidikan (%)
sif Gender Tahun 2012
SLTA PT Pre TestPost
Test
45,80 1,20 44,50 78,30
42,80 1,70 44,00 80,20
25,30 0,70 34,10 73,90
17,90 0,10 32,60 74,40
35,00 0,00 44,30 75,30
12,70 0,00 27,00 69,90
52,50 0,00 39,60 75,70
13,80 0,00 44,00 79,00
68,80 4,50 51,30 73,80
10,90 0,20 41,90 73,80
28,00 2,70 43,50 71,10
37,10 0,60 53,00 73,60
22,80 2,00 48,00 85,10
14,40 0,00 40,40 80,00
20,30 0,70 43,40 78,50
Nilai TesJenjang Pendidikan (%)
135 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012
136 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012
137 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012
138 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012
139 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012
140 Laporan Kinerja Pengelolaan
Laporan Kinerja Pengelolaan dan Tipologi Kelompoktani Responsif Gender Tahun 2012 sif Gender Tahun 2012