laporan - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewseksi “industri pangan” dibentuk oleh...

152
Laporan Jang Disusun Oleh Seksi Industri Pangan DÉPERNAS

Upload: nguyenthien

Post on 31-May-2019

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

LaporanJang Disusun

OlehSeksi Industri Pangan

DÉPERNAS

Page 2: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan
Page 3: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

219/III-Dep./’60- 200 -

L A P O R A N

Jang Disusun

Oleh

S E K S I I N D U S T R I P A N G A N

D É P E R N A S

Page 4: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan
Page 5: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

ISI LAPORAN SEKSI INDUSTRI PANGANDEWAN PERANTJANG NASIONAL

Prakata …………………....…………………....…………………..…. HalamanBab I “Umum” …………………....…………………....…………… 1 – 4

A. 10 prinsip pokok Seksi Pangan…………………....………….. 4B. Angka kenaikan djumlah penduduk …………………..……… 5 – 8C. Penetapan presentase penambahan produksi tiap tahun ……… 8 – 9

Bab II Gambaran keadaan sekarang (th. 1958) menurut djenis dan nilai uangnja …………………....…………………..…..

9

Untuk bahan makanan nabati:I. Beras …………………....…………………....……………..

9

II. Produksi Kedelai ………………………………...………..... 9III. Produksi djagung dan nilai produksinja dalam tahun 1958 ... 11IV. Produksi Katjang Tanah dan nilai produksinja dalam

tahun 1958 …………………....…………………....………..12

V. Produksi Ketella pohon dan nilai produksinja dalam tahun 1958 …………………....…………………....………..

14

VI. Produksi Ketella rambat dan nilai produksinja dalamtahun 1958 …………………....…………………....………..

15

VII. Produksi Katjang hidjau dan nilai produksinja dalamtahun 1958 …………………....…………………....………..

16

VIII. Produksi Katjang merah dan nilai produksinja dalam tahun 1958 …………………....…………………....………..

17

Bab III Kegiatan oleh Sektor Pemerintah Pusat/pemerintah Da- erah/Swasta dalam bidang produksi Bahan Makanan Nabati …………………....…………………..……………

18

A. Usaha Djangka Pendek …………………....…………………. 19B. Usaha Djangka Pandjang …………………....……………….. 19 – 20C. Pengolahan bahan2 Makanan …………………....…………… 20D. Distribusi bahan2 Makanan …………………..……………… 23E. Tenaga jang tersedia dan tenaga jang dibutuhkan pada

Djawatan Pertanian Rakjat …………………....………………23

Bab IV Gambaran keadaan jang diingini ……….………………… 24A. Tahun jang didjadikan target mulai selfsupporting, pro-

duksi jang ditudju dalam tahun itu beserta dasar perhi-tungannja dan djumlah tambahan produksi …………………..

25

B. Djalan2 baru untuk mentjapai selfsupporting akan beras dalam tahun 1962 tanpa import, berdasarkan angka-angka Pemerintah …………………………....…………………..…..

27

C. Dua djalan baru untuk mentjapai selfsupporting beras dalam tahun 1962 …………………....…………………..……

30

D. Djalan baru penanaman kedelai untuk mentjapai kebutuh-an gizi …………………....…………………....………………

32

Bab V Untuk Bahan Makanan Chewani …………………..…….. 35Produksi dan nilainja …………………....…………………..... 35

1. Bidang perikanan darat dalam tahun 1958 ………………….... 352. Bidang perikanan laut dalam tahun 1958 …………………….. 383. Bidang kehewanan dalam tahun 1958 ……………………….. 39

Bab VI Untuk Bahan2 Makanan lainnja serta bahan2 keperlu-an lainnja ……………………………………..…………...

48

A. G u l a ………………………………………………………… 48B. Minjak kelapa (kopra) ………………………………………... 58C. G a r a m ……………………………………..……………….. 61D. Minjak tanah …………………………………………………. 63E. R o k o k …………………………………..………………….. 65

K E S I M P U L A N U M U M …………………………………….. 68

Page 6: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

231/III-Dep./’60- 125 -

R A L A T

LAPORAN SEKSI INDUSTRI PANGAN

Stc. No. 219/III-Dep./’60

Halaman Garis Tertulis Betulnja

Daftar isi Ke 9 dari atas I. A.

" " 10 " " II. B.

" " 11 " " III. C.

" " 12 " " IV. D.

" " 13 " " V. E.

" " 14 " " VI. F.

" " 15 " " VII. G.

" " 16 " " VIII. H.

1 " 6 " " 1953 1958

4 " 2 " bawah Itu oleh dasar Itu sebagai dasar

5 " 5 " atas Dapat dipakai Dapat ditjapai

5 " 8 " " Perentjana Perentjanaan

6 " 1 " " 37 Dihapuskan

6 " 5 " " Nokta Waktu

7 " 12 " " Hal mana akan Bahan makanan

7 " 11 " bawah Ikut sertakan Diikutsertakan

8 " 3 " atas Sajjr Sajur

9 " 6 " bawah Dikutif Dikutip

9 " 6 " " Beras a. Beras

9 " 9 " " I A.

11 " 15 " " II B.

12 " 5 " " III C.

14 " 10 " atas IV D.

15 " 16 " " V E.

16 " 16 " " VI F.

17 " 20 " " VII G.

18 " 14 " " VIII H.

14-15-16 - Per cavita Per capita

27 " 1 … Djalan2 baru B. Djalan2 baru

30 " 13 dari atas 10.796.200 – 9.169.000 = 1.600.200 ton

10.796.200 – 9.169.000 = 1.627.200 ton (?)

31 " 9 dari atas Total ada : 5.842.000

Total ada : 5.842.500 (?)

32 " 8 " " 15.750.160 ton 15.750.216 ton

35 " 3 " " a) 1.

37. ke 1 dari bawah……

Page 7: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Halaman Garis Tertulis Betulnja

37 Ke 1 dari bawah (hanja F……….) (hanja 7 kg/HA)

39 " 3 " atas …………Djumlah a. Djumlah

40 " 1 " " …………Nilai b. Nilai

41 " 1 " " …………Produksi c. Produksi

42 " 1 " " …………Djumlah d. Djumlah

43 " 1 " " …………Djumlah e. Djumlah

44 " 1 " " …………Produksi f. Produksi

45 " 1 " " …………Nilai g. Nilai

46 " 2 " " …………Productie h. Produksi

47 " 2 " " …………Daftar i. Daftar

60 " 5 " " 1000.000------------ x Rp. 66.500 = …….

1000.000------------ x Rp. 6.500 = 6Rp 1.040 djuta atau dibulatkan satu mil-jar rupiah.

61 " 11 " " tertinggal Tertinggi

- 2 -

Page 8: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

LAPORAN SEKSI “INDUSTRI PANGAN”DEWAN PERANTJANG NASIONAL

P R A K A T A

Seksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung.

TUGAS SEKSI1. Mendjelaskan keadaan sekarang:

a. Mendjelaskan produksi sekarang ( 1959 atau 1953)Mendjelaskan produksi tiap djenis bahan makanan menurut berat dan nilai uang dan disusun menurut daerah-daerah.

b. Mendjelaskan anggaran jang tersedia dalam sektor Pemerintah (termasuk kredit dari bank Pemerintah) untuk produksi setiap bahan.

c. Mendjelaskan kegiatan oleh sector Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah/Partikelir.

d. Mendjelaskan pengolahan bahan-bahan makanan.e. Mendjelaskan distribusinja.f. Mendjelaskan tenaga jang tersedia (djenis, djumlahnja)g. Kesimpulan atas a s/d f.

2. MENJELASKAN KEADAAN JANG MENDJADI TUDJUAN, DAN SUPAJA DITETAPKAN:a. I. Tahun jang didjadikan target mulai selfsupporting.

II. Beberapa produksi jang ditudju dalam tahun itu, beserta dasar perhitungannja.b. Mendjelaskan kemungkinan penambahan produksi berdasarkan keadaan

sekarang dengan menjebut djumlah tambahan produksi.c. Mendjelaskan djalan-djalan baru untuk tambahan produksi diser-tai biaja

untuk djalan baru tersebut. Dalam hal ini djuga ke-mungkinan dengan djalan menggiatkan industri rumah tangga.

d. Mendjelaskan tempat-tempat dimana dilakukan tindakan-tindakan.e. Mendjelaskan peranan Pemerintah Pusat/pemerintah Daerah/Swasta.f. Mendjelaskan tenaga jang harus disediakan dan matjamnja.g. Penilikan (research) jang harus dilakukan.h. Perbandingan dengan pengalaman diluar negeri.i. Perentjanaan tahun-tahun 1961, 1962, 1963, 1964, 1965.

I. Rentjana Usaha.II. Biaja Usaha (rupiah dan devisen).III. Hasil Usaha.IV. Tenaga-tenaga jang diperlukan (djenisnja, djumlahnja).V. Saran-saran dilapangan perdagangan (pengumpulan dan dis-tribusi).VI. Hal-hal lain jang dianggap seksi perlu.

3. TJARA PENJUSUNAN …….

Page 9: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

3. TJARA PENJUSUNAN LAPORAN.

a. Seksi menundjuk suatu Komisi Redaksi jang terdiri dari tiga orang anggauta jang diberi tugas menjusun laporan Seksi.

b. Laporan seksi disusun sedemikian rupa hingga djelas:1. U m u m .2. Gambaran keadaan sekarang.3. Gambaran keadaan jang diingini.4. Rentjana usaha untuk mentjapai keadaan, disertai

schema dari tahun-ketahun 1961 – 1966 mengenai biaja investasi jang diperlukan.

5. Keuntungan jang akan ditjapai.6. Saran-saran lain.

SUSUNAN SEKSIKetua : Dr. Hadjidharmo Tjokronegoro.Wakil Ketua : Prof. Dr. Poerwo Soedarmo.Anggauta2 : 1. Mr. Sudarisman Poerwokoesoemo.

2. Ruslan Widjajasastra.3. Lahmuddin Dalimunthe.4. Letkol. R.A. Rachman.5. Drs. Imam Pratignjo.6. F. Runturambi.7. Semaun.8. Supranoto.9. Munasir.

10. Wikana.Sekretaris : Drs. Saidus Sjahar.

Seksi Industri Pangan mengadakan rapat-rapatnja di Bandung.A. Hari Sabtu tanggal 5 Desember 1959 s/d hari Rabu tanggal

16-12-1959.B. Hari Senin tanggal 11-1-1960 s/d hari Selasa 12-1-1960.C. Hari Kamis tanggal 25-2-1960 s/d hari sabtu tanggal 27-2-

1960.

SUSUNAN SUB-SUB SEKSI.

I. 1. Dr. Hadjidharmo Tjokronegoro Ketua2. Wikana3. Moenasir4. Mr. Soedarisman PoerwokoesoemoTugas : Membahas tugas-tugas Seksi mengenai produksi bahan makanan nabati.

II. 1. Prof. Dr. Poerwo Soedarmo Ketua

2. Drs. Imam ………..

- 2 -

Page 10: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

2. Drs. Imam pratignja 3. Soepranoto4. Ruslan Widjajasastratugas : Membahas bahan makanan Chewani.

III. 1. F. Runturambi Ketua2. Semaun3. Lahmuddin Dalimunthe4. Let.Kol. A. RahmanTugas : mengenai produksi gula, minjak kelapa, garam, mi-njak tanah dan rokok dan tembakau, tjengkeh kertas sigaret.

KEGIATAN-KEGIATAN/USAHA-USAHA SUB-SUB SEKSI.

Dalam sidang seksi tanggal 12 Djanuari 1960 malam memutuskan untuk:

Melandjutkan pekerdjaan kelompok-kelompok kerdja sebagai berikut:

A. I. Kelompok kerdja I mengadakan rapatnja di Solo dari tanggal 27 s/d 30 Djanuari 1960.

Rabu 27 Djanuari 1960 djam 09.00 – 13.00Malam 23.00 – 20.00 ״

Kamis 28 Djanuari 1960 13.00 – 09.00 ״ Malam 23.00 – 20.00 ״

Djum’at 29 Djanuari 1960 13.00 – 09.00 ״ Malam 23.00 – 20.00 ״

Sabtu 30 Djanuari 1960 11.00 – 09.00 ״ II. Kamis 25 Pebruari 1960 13.00 – 09.00 ״ Djum’at 26 Pebruari 23.00 – 20.00 ״

B. I. Kelompok kerdja II, mengadakan rapatnja di Djakarta.Tanggal 15 Djanuari 1960 di Departemen Pertanian.1960 ״ 21 ״ Rapat Sub Seksi״ ״ ״ 1960 ״ 28 ״ 4 ״ Pebruari 1960 ״ ״ ״4 ״ Pebruari 1960 ״ ״ ״II. Tanggal 25 Pebruari 1960 mengadakan penindjau-

an ke Lembaga Virus dan Balai penjelidikan Perikanan Darat di Bogor.

C. Kelompok kerdja III mengadakan 6 hari rapat-rapatnja di Djakarta.Mulai tanggal 18 Djanuari 1960 s/d 15 Pebruari 1960 di Se-kretariat Bapekan dan dua kali dari tanggal 25 s/d 26 Pebruari 1960.

Pada rapat ……..

- 3 -

Page 11: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Pada rapat Seksi tanggal 27 Pebruari 1960 dibentuklah Panitia jang bertugas membuat laporan jang berdasar pada laporan-laporan sub-sub Seksi jang sudah disjahkan dalam rapat tersebut jang ter-diri dari:

1. Dr. Hadjidharmo Tjokronegoro2. Prof. Dr. Poerwo Soedarmo3. F. Runturambi

dibantu oleh Sekretaris Seksi.Panitia mulai bekerdja setelah rapat 27 Pebruari 1960 s/d Selasa pagi tanggal 1 Maret 1960 di Bandung. Pada Selasa malam tanggal 1 Maret 1960 diteruskan di Djakarta sampai dengan Minggu tanggal 6 Maret 1960.

BAB I

U M U M

Bangsa Indonesia dengan tekad jang bulat telah membuktikan pe-ngorbanan jang ikhlas untuk mentjapai kemerdekaannja jang sedjak 17 Agustus 1945 telah dapat merebut kekuasaan politik dari bangsa Belanda.

Sampai sekarang sudah hampir 15 tahun Bangsa Indonesia berdju-ang mengconsolider dan memperkuat kedudukannja dengan berusaha se-kuat-kuatnja, mengatasi segala rintangan dalam negeri baikpun dari luar negeri.

Walaupun revolusi belum selesai, namun sudah lama dirasakan, bahwa kemerdekaan dan kedudukan politik jang sudah tjukup kuat itu, haruslah segera dapat memberikan perbaikan terhadap rakjat Indonesia dilapangan sosial ekonomis. Rakjat harus segera dibebaskan dari be-lenggu kemelaratan dan kemiskinan/taraf hidup jang rendah, baik se-bagai akibat pendjadjahan jang lama ataupun akibat jang tak boleh tidak dari setiap bangsa jang berdjuang dan berkorban.

Pembebasan rakjat dari kemelaratan dan kemiskinan bukan sadja dapat dilihat sebagai tudjuan revolusi, untuk mentjiptakan masjara-kat jang adil dan makmur, tetapi djuga dilihat sebagai pangkal ber-tolak untuk mewudjutkan masjarakat jang kuat dan agung, untuk tetap dapat mempertahankan kemerdekaannja dan mengembangkan kepribadian hingga dapat memberikan sumbangan jang berarti bagi umat manusia.

Untuk mentjapai masjarakat jang makmur itu, bagi Indonesia per-lu diadakan suatu “Rentjana Pembangunan Semesta” jang terpimpin berdasarkan perhitungan dan pertimbangan2 jang seba lengkap dan semesta pula, sehingga rentjana tersebut dapat dipertanggung dja-wabkan setjara teoritis dan pelaksanaan jang terdjamin dan praktis. Oleh karena itu dasar pokok untuk mengedjar kemakmuran jang relative lebih tinggi haruslah dimulai dengan melengkapi persediaan

bahan –bahan ……

- 4 -

Page 12: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari dari rakjat jaitu bahan makanan dan pakaian/Sandang Pangan.Dalam periode pembangunan 5 tahun ini (1961 – 1965) perioritet pertama harus diletakkan pada produksi bahan makanan rakjat jang tjukup, dapat dipakai oleh daja beli rakjat dan sampainja dita-ngan rakjat tepat pada waktu jang dibutuhkannja.

Seksi “Industri Pangan” Depernas bertugas dalam lapangan pe-rentjana Persediaan bahan makanan jang tjukup dan murah dan menja-rankan pada seksi-seksi lain terutama seksi distribusi untuk men-djamin penjebaran/pembagian bahan makanan jang sehat.

Seksi Pangan didalam merentjanakan Produksi pangan mendasar-kan rentjana ini atas 3 hal jaitu:A. 10 prinsipe pokok jang telah disetudjui oleh Seksi.B. Angka kenaikan djumlah penduduk jang tertentu.C. Penetapan persentase kenaikan produksi jang tertentu tiap ta-

hun, jang sesuai dengan perkembangan djumlah penduduk.

A. 10 prinsipe pokok jang telah disetudjui oleh Seksi. 1. Tudjuan kearah taraf kehidupan jang sempurna ditjapai se-

tjara bertingkat-tingkat, dalam hal ini selfsupporting dalam keperluannja minimum pangan merupakan tingkat per-tama.Keterangan: a. Produksi beras harus mentjapai selfsup-

porting selekas-lekasnja.b. Demikian djuga produksi protein chewani.

2. Harus ada persesuaian paham antara Depernas dengan Peme-rintah mengenai djumlah dan perkembangan penduduk, djuga dalam hal djumlah tanah jang tersedia bagi persawahan per-kebunan kehutanan dan sebagainja.Keterangan : Seksi Pangan menetapkan angka-angka jang ter-

tentu mengenai djumlah penduduk dan kenaikan penduduk tiap tahun berdasarkan angka-angka jang tertjantum dalam buku statistik, Statis-tical Pocketbook of Indonesia” tahun 1958. Sebagai pangkal bertolak diambil djumlah pen-duduk dari tahun 1957, jaitu sebesai 86.300.000 (buku statistik hal 11).Sebagai angka tambahan penduduk ditetapkan 1,7% untuk tiap tahun. Dasar perhitungannja adalah sebagai berikut: dalam halaman 13 bu-ku statistik ditjantumkan angka-angka kema-tian dan kelahiran untuk 15 daerah Swatantra tingkat II dalam djangka waktu 5 tahun (1953 s/d 1957). Dari angka-angka ke-matian dan kelahiran ini dapat ditetapkan

persentase……

- 5 -

Page 13: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

persentase tambahan penduduk untuk tiap tahun. Untuk tahun 1957 angka rata-rata tambahan pen-duduk adalah 1.768% Seksi Pangan memutuskan se-bagai angka kenaikan penduduk tiap tahun untuk djangka nokta 5 tahun pertama jang akan datang ini 1,7% dengan perhitungan, bahwa dengan naiknja taraf hidup dan berkembangnja kebudajaan, teru-tama dikalangan rakjat tani angka kelahiran akan menurun, sedangkan angka kematian belum terpe-ngaruhi.

3. Minimum requirement jang diperhitungkan oleh Lembaga Makanan Rakjat (rata-rata penduduk/19.000 kalori, protein 47,15 ter-masuk 7,90 gram protein chewani), diadjukan sebagai antjer-an-tjer usaha perlengkapan kekurangan protein diberikan prioritet.Suatu penjelidikan gizi nasional pada waktu jang tertentu untuk menilaikan perbandingan antara produksi bahan makanan konsumsi dan kesehatan penduduk.Keterangan: Angka-angka keperluan minimum jang paling baru se-

perti telah ditetapkan oleh Lembaga Makanan Rakjat adalah: rata-rata berat badan dari penduduk Indone-sia ada 34 kg dan memerlukan tiap hari 1900 kalori dan 47,15 protein, terdiri dari 39,25 gram protein nabati dan 7,9 gram protein chewani. Protein seba-njak 47,15 menghasilkan 188 kalori. Kekurangan akan kalori (1900 – 188 = 1711,40) diperoleh dari zat te-pung dan lemak dalam makanan. Setjara praktis tjukup-lah keperluan tubuh disebutkan hanja dalam kalori dan protein. Dalam hal mineral dan vitamin, selain jang telah terdapat dalam makanan jang menghasilkan kalori dan protein, keperluan mudah dipenuhi dengan sajuran dan buah-buahan (lihat lampiran) ……: “Per-baikan makanan oleh prof. Purwosudarmo”

4. Sumber-sumber sendiri berupa tenaga massa rakjat, bahan-bahan, alat-alat dan daja tjipta serta skill jang telah ada pada rak-jat hendak diutamakan dalam planning. Penjelidikan untuk sum-ber-sumber ini didjalankan dengan sadar. Harus ada kesunggu-han didalam pikiran untuk mendjalankan pembangunan ini sedapat mungkin dengan tenaga dan sumber sendiri.Keterangan: disarankan supaja dalam rentjana pembangunan di-

adakan research mengenai faktor-faktor jang telah ter-sedia, sehingga pembangunan didasarkan atas tenaga-tenaga dan sumber-sumber jang ada dengan tidak atau

hanja ………..

- 6 -

Page 14: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

sebagian jang paling perlu menggantungkan kepa-da import.Sebagai Tjontoh misalnja: import patjul.- sekian ribu untuk sentra padi, dengan tidak di-

dasarkan atas produksi patjul dalam negeri dan alat-alat pertanian lainnja dalam negeri.

- Pembuatan pupuk kompos setjara massal dan ter-atur oleh rakjat tani, hingga dapat mengurangi import pupuk kimia.

5. Berbagai daerah jang telah membuktikan sangat tepat untuk menghasilkan misalnja ternak (Sumba), karet (Sumatera), kop-ra (Sulawesi), dalam hal memenuhi hal mana akan atau kebutuhan lain diusahakan sematjam inter-insulair barter antara pulau-pulau ini dengan misalnja Djawa sebagai produsen beras dan Kalimantan sebagai produsen ikan. Dalam hal ini diperhatikan hasil penjelidikan Lembaga Penjelidikan Tanah.Seterusnja berhubung dengan soal pertahanan dan soal trans-port jang masih kurang harus pula dipikirkan pembentukan kesa-tuan ekonomi jang terdiri atas kelompok-kelompok pulau.Keterangan: Dengan adanja kerdja sama antara kelompok-kelom-

pok pulau ini jang merupakan unit-unit agronomical ini dapat pula memudahkan pemetjahan soal perta-hanan dan pengangkutan.

6. Transmigrasi jang antara lain diperlukan pula dalam persoalan perbaikan dilaksanakan dengan tudjuan membangunkan masjara-kat progresip.Keterangan: Transmigrasi dilaksanakan bukan sadja untuk mem-

perbesar produksi dibidang pertanian, melainkan djuga dibidang pembangunan, perindustrian dan pertambangan dan dibidang pertahanan diluar Djawa.

7. Setjara massal, kaum tani ikut sertakan dalam pembangunan de-ngan mempergunakan skill-skill jang telah ada.Keterangan: Supaja tenaga rakjat jang ada dibimbing kearah

tingkat jang mempertinggi ketjakapannja, misal-nja dibidang:a. memperbaiki mutu dan memudahkan pengeringan

ikan air tawar dengan suatu alat kompor jang mudah dalam pemakaiannja dan dengan harga da-lam kemungkinan daja beli rakjat, sehingga pengeringan tidak hanja tergantung kepada garam dan sinar matahari.

b. penjemurnaan …….

- 7 -

Page 15: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

b. penjempurnaan tjara penanaman tanah dengan la-rikan.

c. penanaman pekarangan sajur-sajuran dan pohon-pohon buah-buahan dan tanaman-tanaman lain jang berfaedah untuk penghasilan rakjat.

d. pengolahan kaju.e. Pembuatan pupuk kompost.

8. Ahli-ahli pemikir, penjelidik, pentjipta dan jang telah ber-daja hendaknja diberikan bimbingan jang djelas.

9. Barang-barang jang tidak vital dihentikan importnja untuk sementara waktu dan barang-barang lain jang dapat dibuat di-dalam negeri diperkembangkan produksinja.Keterangan: Barang jang tidak vital, termasuk barang-barang

mewah dihentikan importnja untuk sementara wak-tu. Barang-barang lain jang tidak vital jang da-pat diproduksi dalam negeri importnja djuga di-hentikan, misalnja antara lain: tjengkeh. Dengan djalan ini prpoduksi tjengkeh dalam negeri akan berkembang dengan lebih tjepat.Dengan penghentian import barang-barang jang tidak vital, devisen dapat digunakan untuk meng-import barang-barang jang sangat berharga bagi pembangunan industri kita.

10. Seksi Industri Pangan berpendapat, bahwa rentjana pembangunan untuk menutup kebutuhan minimum akan bahan-bahan makanan terutama jang mengenai produksi zat telur nabati dan chewani harus didasarkan atas sjarat-sjarat:- harus ditjapai dalam waktu jang sesingkat-singkatnja- harus ditjapai dengan biaja jang seringan-ringannja menge-

nai biaja rupiah, lebih-lebih lagi mengenai devisen- rentjana untuk menutup keperluan minimum akan bahan maka-

nan ini harus diberi prioritet atas rentjana-rentjana lain.- setelah tudjuan ini tertjapai, barulah rentjana-rentjana

pembangunan semesta lainnja diberi perhatian sepenuhnja.B. Angka kenaikan djumlah penduduk jang tertentu.

Sebagai pangkal pokok perhitungan digunakan angka da-lam Buku Statistik (Hal. 11) mengenai djumlah penduduk Indonesia untuk tahun 1957, jaitu 86.300.000.

Berdasarkan ini dan djumlah presentase kenaikan djumlah penduduk sebanjak 1,7% jang telah ditetapkan oleh Seksi Pa-

ngan, maka ……..

- 8 -

Page 16: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

ngan, maka djumlah penduduk adalah sebagai berikut:Tahun 1958 …………………. Dibulatkan 87.760.000״ …………………. 1959 ״ 89.250.000״ …………………. 1960 ״ 90.770.000״ …………………. 1961 ״ 92.310.000״ …………………. 1962 ״ 93.880.000״ …………………. 1963 ״ 95.475.000״ …………………. 1964 ״ 97.100.000״ …………………. 1965 ״ 98.750.000״ …………………. 1966 ״ 100.420.000

C. Penetapan persentase penambahan produksi tiap tahun.Berdasarkan angka-angka persentase kenaikan djumlah pen-

duduk untuk tiap tahun sebanjak 1,7% oleh Seksi pangan di-tetapkan 2% sebagai angka tambahan produksi bahan-bahan maka-nan, dengan alasan bahwa demikian pergeseran angka persentase keatas (lebih dari 1,7%) sudah dapat ditampung. Kalau ternja-ta kelak, bahwa angka persentase kenaikan ini ada kurang da-ri 1,7% maka kelihatan produksi bahan makanan ini dapat di-gunakan sebagai “ijseren stock”.Untuk konsumsi minjak tanah diambil sebagai tambahan 10% tiap tahun, karena konsumsi minjak tanah akan bertambah djuga kare-na perkembangan pemakaian.

BAB II

GAMBARAN KEADAAN SEKARANG (TAHUN 1958) MENURUT DJENIS DAN NILAI UANGNJA

Produksi dari beberapa djenis bahan pada waktu sekarang, ber-dasarkan angka-angka pemerintah jang resmi adalah:

A. Untuk bahan makanan nabati.

Beras, kedelai, djagung, katjang tanah, ketela pohon, ketela ram-bat, katjang hidjau, katjang merah adalah sebagai berikut:

Beras (angka-angka dikutif dari Lampiran djawaban Sdr. Menteri Inti Produksi kepada pertanjaan Depernas, Daftar No. 4).

LUAS PANEN, PRODUKSI PADI DAN NILAI PRODUKSI DALAM TAHUN 1 9 5 8

DJUMLAH PADI

Propinsi ---------------------------------------------------NILAI DALAM RUPIAH

Djawa Barat ……..

- 9 -

Page 17: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

PropinsiDJUMLAH PADI

NILAI DALAM Rp.Panen x 1000 ha

Produksi padi kering x 1000 ton

Rata2 qt/ha

Djawa Barat 1.648 3.461 21,00 10.141.300.000Kotapradja Dja-karta Raya

21 36 17,66 ---

Djawa Tengah 1.324 2.730 20,60 7.917.000.000D. I. Jogjakarta 118 222 18,95 643.800.000Djawa Timur 1.278 3.128 24,46 9.071.200.000

Djawa Madura 4.389 9.577 21,82 27.773.300.000

A t j e h 162 431 26,46 1.249.900.000Sumatera Utara 349 849 24,36 2.462.100.000Sumatera Barat 165 506 30,57 1.467.400.000D j a m b i 60 162 27,24 362.500.000R i a u 66 125 18,95 469.800.000Sumatera Selatan 346 833 24,10 2.415.700.000

S u m a t e r a 1.148 2.906 25,31 8.427.400.000

Kalimantan Barat 235 318 13,55 922.200.000Kalimantan Tengah 86 75 8,80 217.500.000Kalimantan Selatan 192 353 18,37 1.023.700.000Kalimantan Timur 51 77 15,17 223.300.000

Kalimantan 564 823 14,61 2.386.700.000

Sulawesi 377 848 22,52 2.459.200.000Nusa Tenggara 435 952 21,87 2.760.800.000M a l u k u 3 2 7,05 5.800.000Irian Barat 1 0.5 5,86 1.500.000

INDONESIA 6.917 15.108 21,84 43.813.200.000

Kesimpulan2 mengenai produksi beras

Perbandingan antara padi kering dan beras adalah : 2 : 1

1. Produksi rata2 tiap HA di Djawa/ Madura untuk padi sawah dan padiladang ada lebih rendah dari pada diluar Djawa, jaitu:

Djawa/Madura Luar Djawa

- padi sawah kering : 22,47 qt/HA 26,13 qt/HA

- padi ladang kering : 11,71 qt/HA 13,08 qt/HA

2. Luas panen padi sawah …………….

- 10 -

Page 18: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

2. Luas panen padi sawah, produksi padi (kering) dan produksi beras Djawa/Madura

Djawa/Madura Luar Djawa Indonesia

- luas panen : 4.124.000 HA 1.705.000 HA 5.829.000 HA

- produksi padi kering : 9.266.000 ton 4.558.000 ton 13.724.000 ton

- produksi beras : 4.633.000 ton 2.229.000 ton 6.862.000 ton

3. Luas panen padi ladang, produksi padi (kering) dan produksi beras

Djawa/Madura Luar Djawa Indonesia

- luas panen : 2.265.000 HA 827.000 HA 1.088.000 HA

- produksi padi kering : 311.000 ton 1.074.500 ton 1.385.500 ton

- produksi beras : 155.500 ton 537.250 ton 692.750 ton

4. Luas panen padi sawah dan padi ladang, produksi padi (kering) dan produksi beras diseluruh Indonesia

- Luas panen padi sawah dan padi ladang : 5.829.000 + 1.088.000 = 6.917.000 HA

- produksi padi (kering) : 13.724.000 + 1.385.500 = 15.109.500 ton

- produksi beras : 6.862.000 + 692.750 = 7.554.750 ton

5. pemakaian beras per capita tiap tahun dan tiap hari, berdasarkan produksi ini

Berdasarkan produksi beras diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 se-banjak 7.554.750 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian beras per capita/tahun adalah hanja 7.554.750.000 Kg :87.760.000 = 85.97 Kg, dibulatkan 86 Kg. Ini berarti, bahwa pemakaian per capita/hari adalah 86.000 gram : 365 = 236 gram.

II. Produksi KEDELAI dan nilai produksinja dalam tahun 1958

a. Produksi Kedelai (Angka2 dikutip dari “Djawaban sdr. Menteri Inti Produksi” kepada pertanjaan Depernas, Lampiran III Daftar no.5)

b. Nilai uangnja (Angka2 dikutip dari Daftar Departemen Pertanian: Nilai produksi kedelai dalam tahun 1958, hal. 3)

Luas Panen dan Produksi kedelai serta nilai produksi dalam tahun 1958

Propinsi Panen x 1000

Produksi Rata2 qt/ha

Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 27 19 6,95 117.800.000Djawa Tengah 140 83 5,92 514.600.000D.I. Jogja 23 15 6,54 93.000.000Djawa Timur 343 255 7,45 1.581.000.000

Djawa/Madura 533 372 6,98 2.306.400.000

A t j e h ………

- 11 -

Page 19: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Propinsi Panen x 1000

Produksi Rata2 qt/ha

Nilai dalam Rp.

A t j e h 1,3 0,8 5,98 4.960.000Sumatera Utara 7 5,3 7,54 32.860.000Sumatera Barat 0,3 0,2 6,99 1.240.000Sumatera Selatan 8,4 6,6 7,90 40.920.000

SUMATERA 17,0 12,9 7,59 79.980.000

Kalimantan Barat 0,6 0,4 6,43 2.480.000Kalimantan Selatan 0,6 0,2 7,86 1.240.000Kalimantan Timur 0,6 0,5 7,18 3.100.000

KALIMANTAN 1,4 1,1 6,96 6.820.000

SULAWESI 1,3 0,9 6,62 5.580.000

NUSA TENGGARA 91,7 34,4 6,65 213.280.000

INDONESIA 604,4 421,3 6,97 2.612.060.000

Kesimpulan2 mengenai produksi kedelai

1. Produksi rata2 tiap HA di Djawa/Madura untuk kedelai (6,98 qt/HAwose kering) lebih tinggi daripada diluar Djawa (6,80 qt/HA wose kering)

2. Luas panen kedelai di Djawa/Madura (553.000 HA) ada djauh lebih tinggi daripada diluar Djawa (71.400 HA).

3. Produksi kedelai (wose kering) di Djawa/Madura ada 372.000 ton dan diluar Djawa ada 49,3 ton.

4. Pemakaian kedelai per capita tiap tahun dan tiap hari, berdasarkan produksi ini.

Berdasarkan produksi kedelai diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 421,3 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, makapemakaian kedelai per capita/tahun adalah:421.300.000 Kg : 87.760.000 = 4,8 Kg dan per capita/hari :4.8000 gr : 365 = 13 gram.

III. Produksi DJAGUNG dan nilai produksinja dalam tahun 1958

a. Produksi djagung (Angka2 dikutip dari “Djawaban sdr. Menteri Inti Produksi kepada pertanjaan2 Depernas, Lampiran III Daftar No. 5)

b. Nilai uangnja (Angka2 dikutip dari Daftar Departemen Pertanian: Nilai produksi djagung dalam tahun 1958)

LUAS PANEN DAN ……..

- 12 -

Page 20: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

LUAS PANEN DAN PRODUKSI DJAGUNG SERTA NILAI PRODUKSINJA TH. 1958

P r o p i n s i

DJAGUNG

NILAI DALAM Rp.Panen x 1000 ha

Produksipipilan kering

x 1000 ton

Rata2 qt/ha

Djawa Barat 87 87 87 349.600.000Kotapradja Djakarta 0,5 0,5 11,16 ---Djawa Tengah 713 768 10,77 2.918.400.000D. I. Jogjakarta 32 26 8,21 98.800.000Djawa Timur 1.274 1.103 8,66 4.191.400.000

Djawa Madura 2.106,5 1.984,5 9,42 7.558.200.000

A t j e h 2 1,1 5,91 4.180.000Sumatera Utara 16,7 16,8 10,08 63.840.000Sumatera Barat 3 2,8 9,00 10.640.000D j a m b i 4,6 3,7 8,00 14.060.000R i a u 1,7 1,6 8,98 6.080.000Sumatera Selatan 23,3 24,8 10,63 94.240.000

S u m a t e r a 51,3 50,8 9,89 193.040.000

Kalimantan Barat 13,4 11 8,14 41.800.000Kalimantan Tengah 2 1,7 8,09 6.460.000Kalimantan Selatan 2,7 2,2 8,05 8.360.000Kalimantan Timur 3,6 3,3 9,23 12.540.000

Kalimantan 21,7 18,2 8,30 69.160.000

Sulawesi 206,5 162,2 8,00 616.360.000Nusa Tenggara 7 5,9 8,44 22.420.000M a l u k u 0,6 0,7 11,47 2.660.000Irian Barat 343,1 393,2 11,46 1.494.160.000

INDONESIA 2.736,7 2.617,5 9,57 9.956.000.000

Kesimpulan2 mengenai produksi djagung

a. Produksi rata2 tiap HA di Djawa/Madura untuk djagung (9,42 qt/HA pipilan kering ada lebih rendah daripada diluar Djawa (10,06 qt/HA pipilan kering).

b. Luas panen djagung di Djawa/Madura (2.106.500 HA) ada lebih tinggi daripada diluar Djawa (630.200 HA).

c. Produksi djagung ……..

- 13 -

Page 21: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

c. Produksi djagung (pipilan kering) di Djawa/Madura ada 1.984.500 tondan diluar Djawa ada 633.000 ton.Di Indonesia ada 2.617.500 ton.

d. Pemakaian djagung rata2 percapita tiap tahun dan tiap hari ber-dasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi djagung diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 2.617.500 ton dan djumlah pen-duduk sebesar 87.760.000 maka pemakaian djagung perkapita/tahun adalah 2.617.500.000 Kg : 87.760.000 = 29,71 Kg = 29.710 gram : 365 = 81,3 gram, dibulatkan = 81 gram.

IV. Produksi KATJANG TANAH dan nilai produksinja dalam tahun 1958

a. Produksi katjang tanah (Angka2 dikutip dari “Djawaban sdr. Menteri Inti Produksi kepada pertanjaan2 Depernas, Lampiran III Daftar No. 5)

b. Nilai uangnja (Angka2 dikutip dari Daftar Departemen Pertanian: Nilai produksi katjang tanah dalam tahun 1958)

LUAS PANEN DAN PRODUKSI KATJANG TANAH SERTA NILAI PRODUKSINJA TH. 1958

P r o p i n s i

KATJANG TANAH

NILAI DALAM Rp.Panen x 1000 ha

Produksipipilan kering

x 1000 ton

Rata2 qt/ha

Djawa Barat 72 48 6,64 435.000.000Kotapradja Djakarta 2 2 8,45 ---Djawa Tengah 79 54 6,79 499.800.000D. I. Jogjakarta 12 8 6,51 69.600.000Djawa Timur 118 83 7,03 722.100.000

Djawa Madura 283 195 6,85 1.726.500.000

A t j e h 1,4 0,9 5,49 7.830.000Sumatera Utara 3,9 2,1 5,37 18.270.000Sumatera Barat 3,4 2,4 7,20 20.880.000D j a m b i 0,1 0,1 8,00 870.000R i a u 0,6 0,4 7,49 3.480.000Sumatera Selatan 7,2 3,7 5,16 32.190.000

S u m a t e r a 16,6 9,6 5,79 83.520.000

Kalimantan Barat 0,3 0,3 9,20 2.610.000Kalimantan Tengah 0,1 0,05 4,74 440.000Kalimantan Selatan 1,1 0,7 6,67 6.090.000Kalimantan Timur 0,4 0,3 7,04 2.010.000

Kalimantan 1,9 1,35 7,05 11.150.000

Sulawesi 10,2 6,1 5,99 53.070.000Nusa Tenggara 1,2 1,1 9,23 9.570.000M a l u k u - - - ---Irian Barat 18,1 17,4 9,62 151.380.000

INDONESIA 331 230,5 6,93 2.035.190.000

Kesimpulan2 mengenai ………

- 14 -

Page 22: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kesimpulan2 mengenai produksi katjang tanaha. Produksi rata2 tiap HA di Djawa/Madura untuk katjang tanah

(6,85 qt/HA wose kering) lebih rendah daripada diluar Djawa (7,42 qt/HA wose kering)

b. Luas panen katjang tanah di Djawa/Madura (553.000 HA) ada lebih tinggi daripada diluar Djawa (48.000 HA).

c. Produksi katjang tanah (wose kering) di Djawa/Madura ada 195.000 ton dan diluar Djawa ada 35.550 ton.

d. Pemakaian katjang tanah rata2 per capita tiap tahun dan tiap ha-ri, berdasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi katjang tanah diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 230.500 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian katjang tanah per capita/tahun adalah 230.000.000 : 87.760.000 = 26,2 Kgdan per capita hari = 26200 gr : 365 = 71,8 gram, dibulatkan 72 gram.

V. Produksi KETELLA POHON dan nilai produksinja dalam tahun 1958Produksi ketella pohon (Angka2 dikutip dari Daftar Departemen Pertanian :

Produksi/Nilai produksi ketela pohon hal. 7)

Daftar: Produksi/nilai produksi ketela pohon dalam tahun 1985

Propinsi Luas (ha) Hasil ubi basah (ton)

Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 239.000 2.047.000 1.719.480.000Djawa Tengah 385.000 2.883.000 2.421.720.000D.I. Jogja 46.000 211.000 177.240.000Djawa Timur 405.000 2.899.000 2.435.160.000

Djawa/Madura 1.075.000 8.040.000 6.753.600.000

A t j e h 1.300 40.300 33.852.000Sumatera Utara 12.800 136.000 114.240.000Sumatera Barat 3.900 124.700 104.748.000R i a u 1.600 47.500 39.900.000D j a m b i 2.500 14.800 12.432.000Sumatera Selatan 34.700 547.400 459.816.000

SUMATERA 56.800 910.700 764.988.000

Kalimantan Barat 28.600 278.700 234.108.000Kalimantan Tengah 13.000 169.000 141.960.000Kalimantan Selatan 4.100 31.200 26.208.000Kalimantan Timur 6.000 47.700 40.068.000

KALIMANTAN 51.700 526.600 442.344.000

SULAWESI 47.000 270.000 226.800.000

NUSA TENGGARA 80.300 979.000 822.360.000

MALUKU 4.500 45.000 37.800.000

IRIAN BARAT 160 1.600 1.344.000

INDONESIA 1.315.500 10.972.900 9.217.236.000

Kesimpulan2 mengenai produksi………

- 15 -

Page 23: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kesimpulan2 mengenai produksi ketela pohona. Produksi rata2 tiap HA di Djawa/Madura untuk ketella pohon (k.l. 75 qt/HA ubi

basah),b. Luas panen ketella pohon di Djawa/Madura (k.l. 11,56 qt/HA ubi basah) ada lebih

tinggi daripada diluar Djawa (240.000 HA).c. Produksi ketella pohon (ubi basah) di Djawa/Madura ada 8.040.000

ton dan diluar Djawa ada (240.000 HA).d. Pemakaian ketella pohon rata2 per capita tiap tahun dan tiap hari

berdasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi ketella pohon ini diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 10.872.000 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian ketella pohonper capita/tahun adalah 10.872.000.000 : 87.760.000 = 123,88 Kgdan per capita hari = 339 gram.

VI. Produksi ketella rambat dan nilai produksinja dalam tahun 1958Produksi dan nilai produksi ketella rambat (angka2 dikutip dari Departemen Pertanian : Produksi/nilai produksi ketela rambat hal. 8)

Daftar: Produksi/nilai produksi ketela pohon dalam tahun 1985

Propinsi Luas (ha) Ubi basah (ton)

Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 112.000 592.000 556.480.000Djawa Tengah 101.000 592.000 556.480.000D.I. Jogja 5.000 28.000 26.320.000Djawa Timur 85.000 534.000 501.960.000

Djawa/Madura 303.000 1.746.000 1.611.240.000

A t j e h 1.000 10.100 9.494.000Sumatera Utara 22.600 224.300 210.842.000Sumatera Barat 2.800 37.300 35.062.000R i a u 600 3.300 3.102.000D j a m b i 1.000 4.900 4.606.000Sumatera Selatan 9.000 51.000 47.940.000

SUMATERA 37.000 330.900 311.046.000

Kalimantan Barat 2.500 19.700 18.518.000Kalimantan Tengah 900 3.500 3.290.000Kalimantan Selatan 1.700 9.600 9.024.000Kalimantan Timur 1.400 8.600 47.940.000

KALIMANTAN 6.500 41.400 38.916.000

SULAWESI ……..

- 16 -

Page 24: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

SULAWESI 15.000 75.000 70.500.000

NUSA TENGGARA 65.700 595.000 559.300.000

MALUKU 2.600 20.600 19.364.000

INDONESIA 429.800 1.062.900 2.640.366.000

Kesimpulan2 mengenai produksi ketela rambata. Produksi rata2 16 HA di Djawa/Madura untuk ketella rambat

(kurang lebih 57,6 qt/HA) ada lebih rendah daripada diluar Djawa (84 qt/ha ubi basah)

b. Luas panen ketella rambat di Djawa/Madura (303.000 ha) ada lebih tinggi daripada luar Djawa (126.800 HA).

c. Produksi ketella rambat di Djawa/Madura ada 1.746.000 ton ubi basah, diluar Djawa ada 1.062.900 ton. Di Indonesia ada 2.808.900 ton.

d. Pemakaian ketella rambat rata2 per capita tiap tahun dan tiap hari berdasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi ketella rambat di Indonesia dan tahun 1958 sebanjak 2.808.900 ton dan djumlah pen-duduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian ketella rambat per capita/tahun = 2.808.900.000 kg : 87.760.000 = 32,1 Kg dibulatkan 32 Kg dan per capita/hari = 32.000 gr : 365 = 88 gram.

VII. Produksi katjang hidjau dan nilai produksinja dalam tahun 1958Produksi dan nilai. Produksi katjang hidjau (angka2 dikutip dari Departemen Pertanian : Produksi/Nilai produksi katjang hidjau hal. 5)

Daftar: Produksi/nilai produksi katjang hidjau dalam tahun 1985

Propinsi Luas (ha) Hasil (ton) Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 54.771.575 26.250.950 179.031.479Djawa Tengah 52.390.598 25.199.900 146.915.417D.I. Jogja 310.804 149.500 759.460Djawa Timur 81.871.699 39.380.300 222.892.498

DJAWA/MADURA 189.144.676 90.980.650 549.598.854

SULAWESI 15.845 77.900 52.851

NUSA TENGGARA 29.577 14.800 78.884

INDONESIA 189.190.098 91.003.350 549.730.589

Kesimpulan2 mengenai produksi………

- 17 -

Page 25: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kesimpulan2 mengenai produksi katjang hidjaua. Katjang hidjau diluar Djawa/Madura hanja ditanam di Sulawesi dan Nusa

Tenggara; di Sumatera dan Kalimantan dan Maluku tidak.b. Produksi rata2 tiap ha di Djawa dan Madura (50,2 qt/ha) ada lebih

tinggi daripada diluar Djawa (k.l. 50 qt/ha)c. Luas panen katjang di Djawa/Madura (189.144,676 ha) ada lebih

tinggi daripada diluar Djawa (45.422 ha).d. Produksi katjang hidjau di Djawa/Madura ada 90.980,65 ton

dan di luar Djawa ada 22.700 ton.e. Tidak diambil kesimpulan mengenai pemakaiannja, sebab di

Kalimantan Sumatera dan Maluku tidak ditanam dan pada umum-nja tidak dianggap sebagai makanan pokok.

VIII. Produksi katjang merah dan nilai produksinja dalam tahun 1958Produksi dan nilai produksi ada sebagai berikut (angka2 dikutip dari Departemen Pertanian : Produksi/Nilai produksi katjang merah hal. 6)

Daftar: Produksi/nilai produksi katjang merah dalam tahun 1985

Propinsi Luas (ha) Hasil (ton) Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 4.613,1 3.221,4 26.479.908

I N D O N E S I A 4.613,1 3.221,4 26.479.908

Kesimpulan mengenai produksi katjang merah.a. penanamannja di Indonesia hanja terbatas di produksi Djawa Barat sadja.b. Tidak mempunjai arti sebagai bahan makanan pokok.

Rekapitulasi mengenai Konsumsi bahan2 makanan nabati berdasarkan produksi sekarang :Beras, kedelai, djagung, katjang tanah, ketella pohon, ketella rambat, katjang hidjau, katjang merah dalam tahun 1958 :

1. Produksi beras dalam tahun 1958 memberi makan rata2 percapita/hari sebanjak 236 gram dan per capita/tahun sebanjak 86 Kg.

2. Produksi kedelai dalam tahun 1958 memberi makan rata2 per capita/hari sebanjak 13 gram, dan per capita/tahun sebanjak 4,8 Kg.

3. Produksi djagung dalam tahun 1958 memberi makan rata2 per ca-pita/hari sebanjak 81 gram, dan per capita/tahun sebanjak 30 Kg.

4. Produksi katjang tanah dalam tahun 1958 memberi makan rata2 per capita/hari sebanjak 72 gram, dan per capita/tahun 26 Kg.

5. Produksi ketella pohon dalam tahun 1958 memberi makan rata2 per capita/hari sebanjak 340 gram, dan per capita/tahun 124 Kg.

6. Produksi ……..

- 18 -

Page 26: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

6. Produksi ketella rambat dalam tahun 1958 memberi makan rata2 per capita/hari sebanjak 88 gram, dan per capita/tahun 32 Kg.

7. Dari bahan2 makanan nabati ini, dapat dianggap sebagai ba-han2 makanan pokok: Beras, Kedelai dan Djagung.Bahan2 makanan lainnja seperti : Katjang tanah, ketella pohondan ketella rambat dapat dipandang sebagai bahan makan tam-bahan sadja.

Beras, Kedelai dan Djagung mengandung protein nabati jang bermutu tinggi, sedangkan katjang tanah, ketella pohon dan ketella rambat tidak dan hanja dianggap sebagai penambah hidraat arang dalam makanan.

Bab III

Kegiatan oleh sektor Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah/Swasta da-lam bidang produksi Bahan Makanan Nabati

Usaha2 dalam bidang produksi Bahan Makanan Nabati adalah melulu dari pihak Pemerintah Pusat. Dalam hal ini Pemerintah daerah memegang peranan sebagai pembantu.Usaha Pemerintah Pusat dalam bidang ini meliputi beras, dja-gung, ketella pohon dan ketella rambat, tetapi jang diutama-kan adalah beras. Tudjuan Pemerintah Pusat dengan usaha2 itu adalah untuk mentjapai selfsupporting mengenai beras dalam tahun 1962, dja-di direntjanakan dalam tahun 1962 supaja produksi beras dalam nege-ri sudah dapat mentjukupi seluruh kebutuhan dan tidak perlu lagi mengimport beras.Usaha Pemerintah ini terbagi dalam: Usaha djangka pendek.

Usaha djangka pandjang.

A. USAHA DJANGKA PENDEKJang diutamakan adalah usaha djangka pendek ini, oleh karena self-supporting akan beras harus ditjapai dalam waktu jang se-singkat2-nja (dalam tahun 1962). Usaha ini diselenggarakan dengan djalan:Intensifikasi tanaman padi (memperbaiki jang sudah ada), jang di-laksanakan dengan 2 djalan:1. Gerakan intensifikasi massaal2. Sentra padi

1. Intensifikasi Massaalmeliputi wilajah Indonesia seluruhnja, dilakukan serentak dan di-biajai setjara tambahan.Tudjuan pokok adalah:

- memperbaiki saluran2 pengairan desa dengan djuga menggunakan pom-pa2 air.

- Memperluas pemakaian bibit2 unggul- Menambah pemakaian pupuk- Pemberantasan hama/penjakit dengan mengusahakan alat2 dan obat2an - Menjelenggarakan perlombaan2

Usaha ………

- 19 -

Page 27: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Usaha Intensifikasi Massaal ini diselenggarakan oleh Djawatan Per-tanian.

Sentra PadiTugasnja: - menjediakan kredit terpimpin (supervised credit), ar-

tinja pemberian kredit jang disertai bimbingan cultuur-technis. Kredit ini berupa uang (untuk bekerdja) dan alat2/bahan2 untuk keperluan mempertinggi produksi, se-perti bibit unggul, pupuk, obat2an, alat2 pemberantasan hama dan alat2 pertanian. Kemudian rakjat tani, sesu-dah panen, mengembalikan kredit itu in natura (dengan padi) berdasarkan harga pemerintah.Dengan djalan ini pemerintah dapat menguasai sebagian dari produksi padi, djadi Sentra padi ikut mendjamin pe-masukan padi pada Pemerintah.

- menampung penggilingan2 padi, hingga penggilingan2 padi ini pusat/pangkalan usaha Sentra padi, pusat pengumpulan /penjimpanan padi, pusat penggilingan padi mendjadi be-ras, pusat penjimpanan beras dan pusat/pangkalan penjaluran beras jang dikuasai pemerintah/kepada konsumen.

2. Perluasan areal irigasi dengan projek2 sedang dan ke-tjil (no. 3)Projek2 ini adalah:

- penjelesaian saluran2 detail di 3 projek di Sumatera Selatan- pembuatan2 dam baru di 2 sungai di Sumatera Selatan- penjelesaian saluran2 detail di 2 tempat di Djawa- penjelesaian pembuatan dam baru serta bangunan2 pengairan di 1

tempat di Djawa- menjelesaikan pembuatan waduk di 1 tempat di Djawa.

Dari projek2 irigasi djangka pendek ini akan didapatkan tambahan areal sawah:dalam tahun 1960 – luas 10.200 HA53.500 ״ – 1961 ״ ״ HA17.500 ״ – 1962 ״ ״ HA12.600 ״ – 1963 ״ ״ HAHA Djumlah besar ada 98.800 HA 5.000 ״ – 1964 ״ ״ Dalam tahun 1962 akan ada tambahan areal sawah seluas 60.000 HA, jaitu dengan selesainja seksi pengairan pertama dari projek Djatiluhur. Dengan demikian, maka dalam djangka waktu pendek akan ada tambahan areaal seluas 98.800 + 60.000 = 158.800 HA.Sesudah seluruh projek Djatiluhur selesai, maka dalam tahun 1964 ada tambahan areal sawah lagi seluas 180.000 HA, djadi semuanja ada 338.800 HA.

B. Usaha Djangka Pandjang1. Kanalisasi tanah pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera.

2. Waduk ………..

- 20 -

Page 28: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

2. Waduk Djatiluhur (Tjitarum)3. Pembukaan tanah kering (ladang2 alang2) di Sumatera Timur, Sumatera

Selatan dan Kalimantan Selatan dan mendirikan disini perusahaan2 pertanian jang dimekanisasi.

ad. 1. Kanalisasi tanah pasang surutTudjuannja ialah membuka persawahan baru didaerah rawa dengan meng-gali saluran2 jang menghubungkan daerah ini dengan sungai besar jang keadaan pengairannja dipengaruhi oleh pasang-surut laut. Dengan de-mikian, permukaan air dalam saluran2 itu ikut serta naik dan turun dan zat2 asam jang terkandung dalam rawa2 itu dapat dikeluarkan. Setelah 2 tahun lamanja tanah2 itu dapat ditanami padi.Pekerjaan ini sudah mulai pada awal tahun 1958 di Kalimantan.Menurut rentjana ini akan digali saluran induk di Kalimantan antara Bandjarmasin dan Pontianak sepandjang 760 KM dan di Sumatera antara Palembang dan Tandjong Balai sepandjang 840 KM.Pada tiap 5 KM saluran induk akan digali dikanan-kirinja, saluran2 sekunder jang pandjangnja masing2 25 KM. Di kanan-kirinja saluran2 sekunder ini akan digali saluran tertiair jang menghubungkan saluran2 sekunder itu dengan tanah2 jang akan didjadikan sawah baru. Dengan tjara ini, maka pada tiap KM saluran induk akan dapat dibuka masing2 12.500 HA di kanan dan kiranja saluran induk itu.Kalau seluruh projek pasang-surut selesai, maka ini berarti bahwa: - di Kalimantan diperoleh tambahan sawah seluas 3.800.000 HA- di Sumatera 4.200.000 ״ ״ ״ ״ HA

Djumlah besar 8.000.000 HA

ad. 2. Waduk DjatiluhurSesudah selesai waduknja akan diperoleh tambahan pengairan sawah se-luas 240.000 HA. Sawah ini tadinja hanja dapat ditanami 1 x dalam satu tahun. Sesudah waduknja serta saluran2nja selesai akan dapat di-tanam 2 x dalam satu tahun. Selain untuk pengairan, waduk ini diguna-kan djuga untuk pembangkitan tenaga hydrolistrik sebesar 150.000 KW.

ad. 3. Pembukaan tanah keringjang dimaksudkan adalah pembukaan ladang2 alang2 jang terdapat di Sumatera Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, untuk di-tanami. Disini akan didirikan projek2 beras (padi ladang) setjara mekanis. Selain padi ladang akan ditanam pula polowidjo dan pupuk hidjau dan akan diusahakan djuga peternakan untuk menghasilkan susu, daging dan telur.Dalam tahun 1960 direntjanakan pembukaan 3 unit, masing2 seluas 2.500 HA dan tiap unit akan ditanami dengan padi ladang 500 HA, dengan polowidjo 500 HA dengan pupuk hidjau 1.500 HA.

ANGGARAN jang tersedia dalam sektor PemerintahAnggaran Belandja untuk menaikkan produksi dengan djalan Intensifikasi (Sentra padi dan Intensifikasi Massaal).Hanja didapat bahan dari anggaran mengenai Intensifikasi Massal dan Sentra Padi. Mengenai projek irigasi sedang/ketjil, kanalisasi tanah pasang-surut, irigasi Djatiluhur dan pembukaan tanah kering tidak diperoleh bahan.

ANGGARAN BELANDJA ……..

- 21 -

Page 29: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

A N G G A R A N B E L A N D J AUNTUK MENAIKKAN PRODUKSI DENGAN DJALAN INTENSIFIKASI (PC dan IM)

PENGELUARAN

No. O b j e k 1959/1960 (Rupiah)

1960/1961 (Rupiah)

1961/1962 (Rupiah)

K e t e r a n g a n

I PADI CENTRA :

1. Belandja Pegawai 10.000.000 28.000.000 84.000.0002. Barang ״ 78.716.000 547.450.000 3.142.000.000 Termasuk kredit untuk

petani3. Modal ״ 32.267.000 94.750.000 83.300.0004. Training kader 1.320.000 3.960.000 6.000.000 Termasuk training kader

Penggilingan padiDjumlah I 122.503.500 674.160.000 3.315.300.000

II INTENSIFIKASI UMUM :1. Bibit padi unggul 12.800.000 240.000.000 400.000.000 Mempunjai tegenpost2. Obat2-an untuk pemberantasan hama/

penjakit17.325.000 26.900.000 28.600.000

3. Pompa tekanan tinggi 9.000.000 9.000.000 2.400.0004. Perbaikan irigasi desa 30.000.000 25.000.000 20.000.0005. Pompa air untuk irigasi 8.500.000 17.000.000 42.500.0006. Pupuk buatan 97.650.000 435.000.000 306.000.000 Mempunjai tegenpost7. Pembibitan tanaman pupuk hidjau 2.000.000 5.000.000 5.000.0008. Alat-alat pertanian 12.000.000 15.000.000 33.000.000 Mempunjai tegenpost9. Penjaluran/instruksi 10.000.000 6.000.000 6.000.000 Pertjetakan folder dan

buku2 instruksi.10. Perlombaan/gerakan 10.000.000 10.000.000 10.000.000

Djumlah II 209.275.000 778.900.000 853.500.000

Djumlah I + II 331.778.500 1.463.060.000 4.168.800.000

C. PENGOLAHAN ………..

- 22 -

Page 30: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

C. PENGOLAHAN bahan2 makanan1. Jang mengenai PADI

Sebagai produksi padi di-olah sendiri oleh rakjat dengan djalan ditumbuk untuk didjadikan beras tumbuk.

Sebagian ketjil dari beras tumbuk ini diolah lebih landjut (dibikin beras putih) di penggilingan2 beras milik swasta.

Sebagian produksi padi dibeli oleh Pemerintah dari rakjat dan diolah di penggilingan2 padi swasta dengan upah giling.

2. Jang mengenai KEDELAI Sebagian produksi jang tidak di-export diolah oleh

rakjat dan didjadikan tempe, tahu, ketjap dan tautjo untuk selandjutnja dikonsumsi sebagai lauk pauk.

3. Jang mengenai DJAGUNG Sebagian jang tidak diexport diolah oleh rakjat

sendiri (digiling) mendjadi beras djagung untuk untuk selandjutnja dikonsumsi sebagai nasi djagung. Sering kali dimakan djuga nasi tjampuran (beras dan beras djagung).

4. Jang mengenai KATJANG TANAH Sebagian produksi jang tidak di-export dibuat

minjak katjang tanah oleh rakjat dengan alat2 jang sederhana.5. Jang mengenai KETELLA POHON

Sebagian produksi dibuat gaplek (ketella pohon jang dikeringkan) oleh rakjat untuk bahan konsumsi atau bahan export. Dalam hal ini gaplek diolah dulu mendjadi tepung gaplek.

Sebagian produksi dibuat tepung tapioca untuk bahan export atau konsumsi dalam negeri. Pembuatan tepung tapioca ini didjalankan setjara ketjil2an oleh rakjat atau setjara besar2an dalam pabrik2 tapioca.

D. DISTRIBUSI bahan2 makananJang didistribusikan oleh Pemerintah hanja beras

(berasal dari padi milik pemerintah atau dari import).Badan jang mengatur pembelian padi dari rakjat penggilingan

padi, import beras dan distribusi beras adalah sekarang Dewan Bahan Makanan dengan apparatur2nja di daerah Swatantra ting-kat I dan II. Penggilingan padi mendjadi beras didjalankan di perusahaan2 penggilingan padi milik swasta jang mendapat upah giling dari Pemerintah.Distribusi selandjutnja diselenggarakan melalui pedagang2 gros-sier, kemudian pengetjer2 dan koperasi2, jang bertugas menjam-paikannja kepada umum, pegawai negeri termasuk alat2 negara.Distribusi ini hanja didjalankan di kota2. Di desa2 tidak di-adakan distribusi beras.

E. Tenaga jang ………..

- 23 -

Page 31: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

E. Tenaga jang tersedia dan tenaga jang dibutuhkan pada Djawatan Pertanian Rakjat.Mengenai instansi2 lain jang bersangkutan tidak diperoleh bahan.

KEBUTUHAN TENAGAPADA DJAWATAN PERTANIAN RAKJAT

1959

FORMASI DIBUTUHKAN KEKURANGAN

UNIVERSITEE

1. Umum 2 33 312. Seleksi - 1 13. Hama/penjakit - 1 14. Mekanisasi - 4 45. Home Ekonomics - 1 16. Technologi - 3 37. Paedagoog - 1 18. Sociologie - 2 29. Teknik (civil/umum) - 2 210. Teknik (mesin) - 1 111. Hukum (adat) - 1 112. Hukum (Int. Relation) - 1 113. Microbiologi - 1 114. Kimia (umum) - 3 315. Ekonomi :

- Umum- Perusahaan- Akuntan

---

211

211

16. Ilmu Pasti - 1 117. Perpustakaan - 2 2

Djumlah 2 62 60

AKADEMI

1. Umum 13 17 42. Mekanisasi 1 - -3. G u l a 1 1 -4. Teknologi - 2 25. Home Economics - 2 26. Statistik 2 5 37. Administrasi (B.B.A.) - 9 98. Biologi (umum) 2 3 19. Perpustakaan - 3 310. Instrumen dan las - 1 111. Seni Lukis - 1 1

Djumlah 19 44 16

MENENGAH ATAS ……….

- 24 -

Page 32: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

FORMASI DIBUTUHKAN KEKURANGAN

MENENGAH ATAS

1. Umum 596 213 -

KEBUTUHAN TENAGA PADADJAWATAN PERIKANAN DARAT

FORMASI DIBUTUHKAN KEKURANGAN

UNIVERSITEE 18 1) 110 92

AKADEMI 29 223 194

MENENGAH 89 430 341

1) Tidak termasuk pendidikan universiter semuanja

BAB IV GAMBARAN JANG DIINGINIA. Tahun jang didjadikan target mulai selfsupporting, produksi jang

ditudju dalam tahun itu beserta dasar perhitungannja dan djumlah tambahan produksi.

Menurut rentjana Pemerintah djangka PENDEK seperti sudah di-gambarkan diatas mengenai kegiatan Pemerintah Pusat, maka tahun 1963 telah didjadikan target mulai selfsupporting akan beras.Tentang hal produksi beras dalam tahun itu jang ditudju ialah: sebanjak 9.830.000 ton. Jang diperhitungkan untuk kebutuhan konsum-si pada tahun 1962 adalah 9.310.000 ton, berdasarkan djumlah pen-duduk sebesar 93.611.000 dan pemakaian beras per capita/tahun sebanjak 100 kg.Dengan usaha Intensifikasi Massaal dan Sentra Padi direntjanakan ditjapai produksi beras sebanjak 9.4 djuta ton x)Tambahan karena projek irigasi sedang/ketjil 0.1 djuta tonTambahan karena selesainja Waduk Djatiluhur 0.3 djuta ton

9.8 djuta tonx) (tambahan karena Intensifikasi massaal = 500.000 ton, karena Sentra Padi = 1.350.000 ton, bersama = 1.850.000 ton).

Dengan demikian sudah akan ada kelebihan beras sebanjak 9.800.000 ton – 9.311.000 ton = 489.000 ton untuk keperluan buffer-stock.Lihat selandjutnja : Ichtisar Target dari rentjana Padi Centra dan Intensifikasi

Massal dibawah ini.

I C H T I S A R ……….

- 25 -

Page 33: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

I C H T I S A R T A R G E TDari rentjana Padi Centra dan Intensifikasi Massaal

O b j e k Unit: 1959/60 1960/61 1961/62 K e t e r a n g a n

a. Penduduk Djiwa 90.330.000 91.956.000 93.611.000b. Konsumsi beras per capita setahun Kg. 100 100 100c. Kebutuhan akan beras Ton 9.033.000 9.196.000 9.361.000d. PADISENTRA (PC):

1. Djumlah sentra Buah 42 125 500 1/ 1/ dimaksudkan untuk mengintegrasikan seluruh PP dengan PC.

2. Luas wilajah Ha 100.000 500.000 3.000.0003. Bibit unggul Ton 5.000 25.000 150.0004. P u p u k Ton 10.000 50.000 300.0005. Hasil padi (pengembalian kredit) Ton 60.000 300.000 1.800.000 2/ 2/ 6 km. padi kering

giling dari tiap ha.6. Tambahan hasil beras diwilajah PC diban-dingkan dengan tahun 1958/59

Ton 45.000 225.000 1.350.000

e. PENGGILINGAN PADI (PP):Djumlah jang diintegrasikan dengan PC Buah 20 100 676 3/ 3/ djumlah PP jang ada

menurut angka sta-tistik Dep. Per-industrian (1957)..

f. INTENSIFIKASI MASSAL (IM)1. Areal terluas jang diprojektor Ha 303.000 1.240.000 2.000.0002. Bibit unggul Ton 3.200 60.000 100.0003. P u p u k Ton 30.300 124.000 75.0004. Obat2-an pemberantasan hama/penjakit:

- fosfor pasta, aldrin, belerang- e n d r i n

TonLiter

53056.250

730112.500

750112.500

5. Alat2 pertanian:- pompa tekanan tinggi- pompa air- patjul

BuahBuahBuah

1.500200

200.000

1.500400

250.000

40011.000

550.0006. Hasil tambahan beras diwilajah IM diban-

dingkan dengan tahun 1958/59Ton 75.750 310.000 500.000

g. Beras jang harus dikuasai pemerintah Ton 1.250.000 1.250.000 1.250.000h. Produksi beras sawah seluruhnja Ton 8.100.000 8.515.000 9.830.000i. Kekurangan beras (c-h) = impor Ton 933.000 681.000 -j. Beras jang dikuasai PC/PP (d.5) Ton 30.000 150.000 900.000k. Diperlukan pembelian beras dalam negeri

(g – (I + j)Ton 287.000 419.000 150.000

- 26 -

Page 34: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

B. Djalan2 baru untuk mentjapai selfsupporting akan beras dalam tahun 1962 tanpa import, berdasarkan angka-angka Pemerintah.

Diantara bahan makanan nabati, Seksi Industri pangan menganggap bahwa beras dan kedelailah jang ter-penting. Sebabnja, susunan protein beras dan kedelai tinggi nilai biologiknja, hingga suatu kombinasi antaraprotein beras dan protein kedelai dalam makanan kitawalaupun belum menjamai, tapi sudah mendekati nilai protein hewani, hingga besar manfaatnja bilamana keper-luan minimum akan protein nabati dalam makanan kita dipenuhi semuanja oleh kombinasi beras dan kedelai

Berdasarkan pertimbangan ini, maka Seksi Indus-tri Pangan berpendapat untuk menitikberatkan perhatian-nja kepada penambahan produksi beras dan kedelai dalam perentjanaannja menambah produksi bahan makanan nabatilainnja seperti djagung, katjang tanah, ketella pohon, ketella rambat dan katjang hidjau dipertahankan kepada taraf jang telah ditjapai sekarang (dalam tahun 1958).dengan demikian maka hendaknja bahan makanan ini diang-gap sebagai makanan tambahan sadja, tjuma untuk memenuhi djumlah kalori, terketjuali djagung jang djuga mengan-dung banjak protein.

Seksi Industri Pangan berpendapat pula, bahwa un-tuk mendapatkan nilai gizi jang lajak, susunan bahan makanan nabati dalam makanan kita dipenuhi atau dilebihi keper-luan minimumnja, hanja oleh beras dan kedelai.Menurut pandangan jang paling baru dari Lembaga makananRakjat (dibawah pimpinan Sdr. Prof. Dr. Poerwo Soedarmo M.D.)maka penduduk Indonesia beratnja rata2 ada 34 kg dan rata2memerlukan sehari minimum 1900 kalori dan 47,15 gr pro-tein dalam makanannja (lihat lampiran). Protein sebanjak47,15 gr harus dipenuhi oleh protein nabati sebanjak39,25 gr dan oleh protein hewani 7,9 gr.

Untuk memenuhi ………

- 27 -

Page 35: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Untuk memenuhi keperluan akan protein nabati sebanjak 39,25 gr sehari ini, dapat dibuat suatu kombinasi, terdiri dari beras 300 gr dan kedelai 50 gr sehari.

Beras 300 gr menghasilkan : 1095 kalori dan protein 22,5 gr. kedelai 50 gr menghasilkan 221 kalori dan protein 17,5 gr. hingga djumlah bersama 1316 kalori dan 40 gr protein, hingga dengan demikiankeperluan akan protein nabati (39,25 gr) sudah dilebihi sedikit,sedangkan keperluan akan kalori masih kurang 584 (1900-1316)

Kekurangan akan kalori mudah ditutup dengan tambahan bahan makan-an lainnja jang mengandung hidrat arang (misalnja: gula, djagung, ketella pohon, ketella rambat, katjang tanah, buah2an dan lain2) dan bahan makanan jang mengandung lemak (misalnja: minjak goreng, santan, katjang dll.), ditambah lagi dengan kalori jang didapat dari protein hewani. Berdasarkan perhitungan ini, maka tiap penduduk memerlukan untuk 1 tahun beras sebanjak 365 x 300 gr = 109,5 kg, dan kedelai 365 x 50 gr = 15,25 kg.

Mengenai kebutuhan beras Seksi Industri Pangan menetapkan pe-makaian per capita/tahun sebanjak 115 kg. kelebihannja, jaitu 115 kg – 109,5 kg = 5,5 kg per capita/tahun dapat digunakan sebagai “bufferstock”.

Seksi Industri Pangan telah menetapkan tahun 1962 sebagai permu-laan pelaksanaan program produksi beras dan kedelai berdasarkan per-hitungan ini tahun. Dalam tahun 1961 harus dipersiapkan dengan baik segala sjarat untuk pelaksanaan program ini.

Rentjana Pemerintah untuk menthukupi persediaan beras dalam tahun 1961 seperti termaksud dalam djawaban Sdr. Menteri Inti Produksi kepada pertanjaan2 Depernas. Lampiran III daftar 6 mengenai “Ichtiartarget dari rentjana Padi centra dan Intensifikasi Massal” menjebut-kan, bahwa:1. kebutuhan akan beras dalam tahun 1961, berdasarkan tafsiran djum-

lah penduduk sebanjak 91.956.000 dengan pemakaian 100 kg percapita/tahun adalah 9.196.000 ton.

2. produksi beras dalam tahun 1961 direntjanakan sebesar 8.515.000 ton, djadi kekurangannja adalah 9.196.000 – 8.515.000 = 681.000 ton jang akan ditutup dengan import.

Menurut angka2 dari Departemen pertanian, luas panen padi sawah dalam tahun 1958 ada : 4.124.000 ha. kekurangan beras dalam tahun 1961 ada 681.000 ton jang akan ditutup import.Djalan baru jang pertama jang direntjanakan Seksi Industri Pangan bertudjuan meniadakan import itu dan menambah produksi beras dalam negeri untuk menutup kekurangan beras itu.

Djalan baru ini adalah mengadakan pemupukan jang luas dengan pupuk Za (1 qt Za/ha dan Ds (½ qt Ds/ha).

Menurut buku ……….

- 28 -

Page 36: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Menurut buku “Menudju Masjarakat Tani Makmur” dari Departemen Pertanian (lihat halaman 6 bagian bawah) dikemukakan, bahwa dengan pemupukan seperti tersebut diatas dapat ditjapai tambahan hasil se-banjak 25 – 30% per ha. Kita ambil sadja angka jang paling rendah ialah 25%. Pemupukan luas ini didjalankan di Djawa dan Madura sadja dengan pertimbangan, bahwa distribusi pupuk lebih mudah didjalankan di Djawa/Madura daripada diluar Djawa.

Luas panen padi sawah di Djawa/Madura dalam tahun 1958 ada 4.124.000 ha. Kepada sebahagian luas panen padi di Djawa/ Madura inilah kita bebankan penambahan produksi sebanjak 681.000 ton beras jang oleh Pemerintah direntjanakan untuk diimport tahun 1961.

Dengan pemupukan seperti tersebut diatas, tiap ha dapat menghasilkan lebih rata2 25%. Hasil padi sawah di Djawa dalam tahun 1958 ada 4.663.000 ton beras (9.226.000 ton padi kering) menurut Departemen Pertanian. Tambahan produksi beras sebanjak 681.000 ton ada 12,46% atau dibulatkan 13% daripada produksi beras dari 4.124.000 ha sawah di Djawa sebesar 4.663.000 ton. Dengan pemupukan tersebut diatas dapat ditjapai produksi lebih sebanjak 25% rata2. Djadi harus dilaksanakan pemupukan atas tanah seluas 13/25 x 4.124.000 ha = 2.144.480 ha.

Pupuk jang diperlukan untuk ini adalah : 2.144.480 qt Za (á 1 qt Za/ha) dan 1.072.240 qt Ds. atau 214.448 ton Za dan 107.224 ton Ds. harga dari pupuk sebanjak ini kalau diambil sebagai dasar 1 ton Za dan 1 ton Ds masing2 $ USA 55 c.i.f. jaitu : 214.448 ton + 107.244 ton = 321.692 ton á $ USA 55 c.i.f. = $ USA 17.691.960 atau 17.691.960 x Rp. 45,- devisen = Rp. 896.138.200 devisen.Import beras sebanjak 681.000 ton á Pound Sterling Inggris 32 c.i.f. berharga 681.000 x ₤ 32 = ₤ 21.792.000 atau 21.792.000 x Rp. 126,- devisen = Rp. 2.745.792.000 devisen.Ini berarti, bahwa dengan pemupukan luas jang digambarkan diatas, diperoleh penghematan Rp. Devisen sebanjak 2.745.792.000 – 896.138.200 = Rp. 1.849.653.800 devisen.

Produksi beras sendiri, ialah tersedianja beras itu setjara desentralisasi di negeri sendiri berarti pula meringankan beaja distribusi bila dibandingkan dengan distribusi beras import jang tiba di negeri di tempat2 pelabuhan dan msih harus diangkut ke pedalaman.Jang harus dipikirkan ialah: distribusi pupuk sebanjak 321.692 ton jang teratur hingga mentjapai tudjuannja dan kelak masuk tegen post-nja. Seksi berpendapat bahwa pembelian dan distribusi pupuk ini selu-ruhnja dikuasai oleh Pemerintah.Karena hanja 13/25 atau ± ½ dari djumlah areal sawah jang perlu pe-mupukan, maka dengan ini, apparat2 jang bersangkutan dapat memilih areal jang termudah dalam distribusi pupuk.

C. DUA DJALAN …….

- 29 -

Page 37: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

C. DUA DJALAN BARU UNTUK MENTJAPAI SELFSUPPORTING BERAS DALAM T A H U N 1962

Untuk mentjapai tudjuan selfsupporting mengenai beras dalam tahun 1962, Seksi Industri Pangan merentjanakan 2 djalan baru jaitu:

1. Melalui pemupukan jang luas Melalui pemupukan setjara luas dengan (lebih luas dari pada untuk tahun 1961), 1 qt + Za/ha dan ½ qt Ds/ha seperti jang telah dipaparkan diatas.Jang didjadikan dasar perhitungan ialah: djumlah penduduk dalam tahun 1962 sebanjak jang telah ditetapkan oleh Seksi Industri Pangan jaitu: 93.880.000 dan keperluan beras sebanjak 115 kg per capita setahun. Ini berarti, bahwa dalam tahun 1962 harus diproduksi beras sebanjak 93.880.000 x 115 kg = 10.796.200 ton. Dibandingkan dengan tahun 1961, berarti ini suatu tambahan produksi sebanjak 10.796.200 – 9.169.000 = 1.600.200 ton.Diatas sudah didjelaskan bahwa dengan pemupukan seluas 2.144.480 ha ditjapai tambahan produksi sebesar 681.000 ton beras. Luas tanah jang harus dipupuk dengan tjara tersebut diatas adalah 1.600.200--------------- x 2.144.480 ha = 5.039.001 ha dibulatkan 5.039.000 ha.681.000Djadi untuk mendapatkan tambahan hasil beras sebanjak 1.600.200 ton dalam tahun 1962, harus dipupuk sawah seluas 5.039.000 ha.Ini berarti semua luas tanah di Djawa (4.124.000 ha ditambah dengan 5.039.000 ha - 4.124.000 = 915.000 ha diluar Djawa).Keperluan pupuk Za untuk ini (1 qt Za/ha) ada 5.039.000 qt atau 503.000 ton, dan pupuk Ds (½ qt Ds/ha) ada ½ x 5.039.000 = 251.900 ton.Kedua djenis pupuk bersama ada 503.000 ton + 251.950 ton = 754.950 ton á $ U.S.A. 55 c.i.f. per ton = $ USA 4.124.000 = Rp. 1.868.501.250,- devisen.Angka2 ini kelak dapat ditindjau kembali, kalau sudah diketahui dengan pasti berdasarkan pengalaman dalam tahun 1961, berapa besar rata2 per ha tambahan produksinja dengan pemupukan itu.Djuga sesudah diketahui berapa tambahan luas ha sawah jang telah diper-oleh dari usaha pengeluasan irrigasi sedang dan ketjil serta seksi per-tama project Djatiluhur, jang akan memperbesar produksi beras.

2. Dengan penanaman Padi Gendjah Harum/tjiptaan Jagus diseluruh Djawa/Madura Djalan baru kedua untuk mentjapai selfsupporting beras dalam tahun 1962, jaitu dengan menanam Padi Gendjah Harum, padi djenis baru dari Klabu. Ada kemungkinan besar, bahwa mulai dengan tanaman padi rendengan diachir tahun 1961 bibit2 pada Gendjah Harum ini sudah dapat disebarkan diselu-ruh areal sawah hanja di Djawa dan Madura sadja untuk sementara ini. Artinja pada achir tahun 1962 sudah bisa ditjapai selfsupporting, de-ngan tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali.

Perhitungannja ……..

- 31 -

Page 38: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Perhitungannja adalah sebagai berikut:Luas sawah di Djawa dan Madura berdasarkan angka2 tahun1958 = 4.124.000 ha. Untuk dapat mentjukupi kebutuhan beras dalam tahun 1962, produksi beras harus sebanjak 10.796.200 ton. Berdasarkan angka2 produksi tahun 1958, maka:

1. Produksi padi sawah diluar Djawa ada : 4.458.000 ton2. Produksi padi ladang di Djawa/Madura ada : 311.000 ton3. Produksi padi ladang diluar Djawa ada : 1.073.500 ton

Total ada 5.842.000 ton padi kering atau 2.921.000 ton beras. Produksi padi sawah di Djawa ada 9.266.000 ton padi kering (rata2 per ha 22,47 qt padi kering atau 4.633.000 ton beras). Ditahun 1962 harus diproduksi 10.796.200 ton beras. Produksi beras dari padi sawah di luar Djawa dan padi ladang di Djawa/Madura dan diluar Djawa ada 2.921.000 ton. Masih ada kekurangan sebesar 10.796.200 ton - 2.921.000 ton = 7.875.108 ton beras.Kalau untuk sementara waktu dalam hal penjebaran bibit padi ini belum mungkin disebarkan diluar Djawa, produksi sebanjak itu ha-rus dipikulkan kepada sawah2 di Djawa dan Madura, maka hal ini berarti, bahwa produksi rata2 per ha harus 7.875.108 (ton beras) =

4.124.000 ha1,99 ton beras = 19,9 qt beras atau 39,8 qt padi kering.Hal ini mungkin tertjapai kalau didasarkan pada pengalaman2 jang sudah ada, bahwa ditanam sawah jang sedang dengan tidak mema-kai pupuk, produksi padi Gendjah Harum ada 52,5 qt padi kering/ha. Untuk tidak terlalu berspekulasi, hendaknja diadakan perhitungan jang berikut, jaitu sebahagian ditanam dengan pupuk kimia, dan sebahagian lagi tidak.

Jang tidak …………

- 31 -

Page 39: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Jang tidak dipupuk, misalnja produksinja per ha rata2 ada paling sedikit 30 qt padi kering. Tafsiran ini adalah safe untuk padi Gendjah Harum. Jang dipupuk, produksinja misalnja ada rata2 paling sedikit 60 qt padi kering. (Sudah ada pengalaman dengan pemupukan padi Genjah Harum, jai-tu dapat mentjapai produksi sebesar 97,5 qt/ha padi basah = 73,125 padi kering.)

Produksi jang harus ditjapai ada 7.875.108 ton beras atau dua kali padi kering = 15.750.160 ton = 157.502.160 qt padi kering.1.124.000 ha dengan pemupukan 1 qt Za/ha + ½ qt Ds/ha. Hasil 1.124.000 x 60 qt = 67.440.000 qt padi kering. Sisa tanah seluas 3.000.000 ha(4.124.000 – 1.124.000) tidak dipupuk. Hasilnja : 30.000.000 x 30 qt = 90.000.000 qt padi kering.Total 67.440.000 qt + 90.000.000 qt = 157.440.000 qt padi kering. Ar-tinja target 157.502.160 qt praktis sudah tertjapai.Pupuk jang dibutuhkan:1.124.000 qt Za dan 562.000 qt Ds. Total 1.687.000qt = 168.700 ton á $ USA 2.55 c.i.f. = $ USA 9.278.500 á Rp. 45 devisen = Rp. 417.532.500 devisen.Djalan baru kedua ini semata-mata didasarkan atas hasil penanaman dengan bibit gendjah Harum. Angka2 kelebihan telah dapat dibuktikan di Jajasan Penjelidikan Keilmiahan Pertanian di Klaten dan djuga oleh Dinas Perta-nian Rakjat di Jogjakarta.Klaten mentjapai hasil dengan tidak memakai pupuk ditanah jang sedang baiknja 79 qt padi basah/ha = 52,5 qt padi kering.Jogja (Dinas Pertanian Rakjat) dengan pemupukan mentjapai hasil 97,5 qt padi basah = 73,125 qt padi kering.Angka2 produksi per Ha dengan dan tanpa memakai pupuk, baru dapat di-ketahui dengan pasti sesudah panen dalam bulan April jang akan datang di Klaten.

D. DJALAN BARU penanamanKEDELAI untuk mentjapai kebutuhan giziSeksi Industri Pangan telah menetapkan, bahwa untuk mentjapai

nilai gizi jang minimum mengenai bahan makanan nabati, harus diberi per capita/tahun 109,5 Kg beras dan 18,25 Kg kedelai atau capita/hari 300 gram beras dan 50 gram kedelai.Ini berarti bahwa: - untuk tahun 1962 dengan djumlah penduduk seba-njak 93.880.000 harus diproduksi kedelai sebanjak 93.880.000 x 18,25 Kg = 1.713.310 ton. – Untuk tahun 1963, dengan penduduk sebanjak 95.475.000 dibutuhkan produksi kedelai sebanjak 95.475.000 x 18,25 Kg = 1.742.419 ton.

Menurut angka2 resmi, luas panen kedelai di Djawa/Madura dalam tahun 1958 ada 533.000 ha. Djadi kalau untuk sementara waktu hanja Djawa/Madura sadja jang dibebani produksi kedelai untuk tahun 1962

sebanjak ………..

- 32 -

Page 40: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

sebanjak 1.713.310 ton, maka produksi per ha harus 1.713.310 ton : 533.000 = 32,12 qt/ha.Untuk tahun 1963 dibutuhkan kedelai sebanjak 1.742.419 ton dan produksi per ha harus 1.742.419 ton : 533.000 = dibulatkan 33 qt/ha.Untuk tahun 1964 dibutuhkan 97.100.000 x 18,25 Kg = 1.772.075 ton atau rata2 per ha 33,24 qt.Untuk tahun 1965 dibutuhkan produksi kedelai sebanjak 98.750.000 x 18,25 Kg = 1.802.188 ton. Produksi rata2 per ha harus 1.802.188 : 533.000 = dibulatkan 36 qt.

Seleksi kedelai jang didjalankan oleh sdr. Jagus di Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Klaten sudah mentjapai taraf jang tinggi, artinja tidak lama lagi sudah akan tertjiptakan bebe-rapa djenis kedelai baru jang tinggi produksinja. Sekarang sudah ada petundjuk2 kearah itu, sebab sudah ada individu2 jang berpeng-hasilan teoritis 60 – 80 qt/ha wose kering. Dengan petundjuk2 ini maka produksi rata2 per ha jang dibutuhkan, jaitu untuk tahun 1962 – 32,12 qt/ha, untuk tahun 1963 – 33 qt/ha, untuk tahun 1964 – 33,24 qt/ha dan untuk tahun 1965 – 36 qt/ha dapat ditjapai dengan mudah, apa lagi kalau kedelai djenis baru ini sudah dapat ditanam diseluruh Indonesia dengan luas panen (dalam tahun 1958) sebe-sar 604.400 ha.

Kapan akan mulai dapat disebarkan benih2 kedelai djenis baru ini belum dapat dipastikan searang. Mungkin sekali 2 tahun lagi, dalam tahun 1962 dan kalau tidak dalam tahun 1963.

Peranan …….

- 33 -

Page 41: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Peranan Pemerintah Pusat/pemerintah Daerah/Swasta

Untuk melaksanakan produksi padi Gendjah Harum dan ke-delai djenis baru ini, Jajasan “Lembaga Penjelidikan Keilmi-ahan Pertanian” sebagai Swasta telah mempunjai rentjana (li-hat lampiran no….)Dalam pelaksanaan rentjana ini, Pemerintah Pusat dan Pemerin-tah Daerah dimohon bantuannja untuk pengawasan pelaksanaan rentjana ini.

Tenaga jang harus disediakan

(lihat lampiran no….)

Research jang harus dilakukan

Telah direntjanakan oleh Jajasan tersebut.(lihat lampiran no….)

Perbandingan dengan pengalaman diluar negeri

Tidak diperoleh bahan perbandingan.

RENTJANA USAHA

Rentjana usaha jang tertentu belum dapat dibuat; harus menunggu hasil2 pelaksanaan pertama daripada rentjana ini. Djadi rentjana dari tahun ke tahun hendaknja disusun kelak, didasarkan pada hasil2 jang njata akan diperoleh.

KEUNTUNGAN

Sudah djelas, bahwa keuntungan jang akan ditjapai ada banjak sekali.

SARAN-SARAN LAIN

Bab V …………..

- 34 -

Page 42: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

BAB VUNTUK BAHAN MAKANAN CHEWANI

A. Produksi dan nilainjaa. Bidang PERIKANAN DARAT dalam tahun 1958

Luas sumber perikanan Darat (angka2 dikutip dari Djawatan Perikanan Darat Departemen Pertanian).

SUMBER PERIKANAN DARAT Th. 1958 (DALAM HA)

Propinsi Sawah Kolam Tambak Djumlah Daerah pe-nangkapan

Djumlah semua

Djawa Barat 61.755 15.985 21.618 99.358 34.658 134.016Djawa Tengah 10.571 1.473 22.102 34.146 21.721 55.867D.I. Jogja 74 40 40 114 243 357Djawa Timur - 1.322 49.560 54.639 23.348 77.987DJAWA/MADURA 72.400 18.820 93.280 188.257 79.970 268.277

A T J E H - - - - - -Sumatera Utara 1.654 1.036 293 2.987 159.116 162.099Sumatera Barat 1) - - - - - -R i a u 1) - - - - - -D j a m b i - 80 - 80 17.000 17.080Sumatera Selatan 5.085 1.946 - 7.031 3.518.000 3.525.031S U M A T E R A 6.739 3.062 293 10.098 3.694.116 3.704.210

Kalimantan Barat - - - - 2.230.000 2.230.000Kalimantan Tengah - - - - 2.530.000 2.530.000KalimantanSelatan 30 194 926 1.150 1.065.000 1.066.100Kalimantan Timur - - - - 2.229.824 2.229.824KALIMANTAN 30 194 926 1.150 8.054.824 8.055.924

S U L A W E S I 5.060 1.500 24.800 31.360 77.960 109.350

NUSA TENGGARA

6.314 281 3.186 9.781 15.268 25.049

M A L U K U - 50 - 250 287 337

IRIAN BARAT - - - - - -

I N D O N E S I A 90.573 23.907 122.485 240.696 11.922.425 12.163.121

Sumber : Djawatan Perikanan Darat

1) Karena gangguan keamanan

Hasil ……..

- 35 -

Page 43: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

HASIL PERIKANAN DARAT (angka2 dikutip dari Djawatan Perikanan Darat Departemen Pertanian).

HASIL PERIKANAN DARAT Th. 1958(dalam ton)

Propinsi Sawah Kolam Tambak Djumlah Daerah pe-nangkapan

Djumlah semua

Djawa Barat 9.072 29.817 5.811 44.770 7.305 52.075Djawa Tengah 483 1.507 5.612 7.602 6.349 13.951D.I. Jogja 65 78 - 143 150 293Djawa Timur 133 616 16.395 17.144 6.149 23.293DJAWA/MADURA 9.753 32.018 27.888 69.659 19.953 89.612

A T J E H - - - - - -Sumatera Utara 176 196 58 403 2.837 3.240Sumatera Barat 1) 13 11 - 24 1.313 27R i a u - 5 - 5 1.319 1.324D j a m b i - - - - 2.423 2.423Sumatera Selatan 314 656 - 1.970 19.980 21.950S U M A T E R A 1.503 814 58 2.402 26.562 28.964

Kalimantan Barat - 70 - 70 26.437 26.507Kalimantan Tengah - - - - 27.280 27.280KalimantanSelatan 19 1.767 112 1.898 42.530 44.328Kalimantan Timur - - - - 41.159 41.159KALIMANTAN 19 1.837 112 1.968 137.306 139.274

S U L A W E S I 544 433 320 1.297 10.383 11.680

NUSA TENGGARA 458 103 768 1.329 1.665 2.994

M A L U K U - 4 - 4 20 24

IRIAN BARAT - - - - - -

I N D O N E S I A 12.277 35.236 29.146 76.659 195.889 272.548

Sumber : Djawatan Perikanan Darat

Nilai ………..

- 36 -

Page 44: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Nilai produksi Perikanan Darat (angka2 dikutip dari Djawatan Perikanan Darat Departemen per-

tanian).

Daftar: Nilai produksi perikanan darat dalam 1958

Propinsi Nilai dalam Rp.:

Djawa Barat 789.457.000Djawa Tengah 141.044.610D.I. Jogja 3.038.410Djawa Timur 310.961.550DJAWA/MADURA 1.244.501.570

A T J E H -Sumatera Utara 55.242.000Sumatera Barat 1) 270.000R i a u 22.839.000D j a m b i 77.850.990Sumatera Selatan 219.500.000 -88S U M A T E R A 375.701.990

Kalimantan Barat 561.418.260Kalimantan Tengah 218.240.000KalimantanSelatan 748.699.920Kalimantan Timur 905.498.000KALIMANTAN 2.433.856.180

S U L A W E S I 165.856.000

NUSA TENGGARA 26.946.000

M A L U K U 240.000

I N D O N E S I A 4.247.101.740

Dalam daerah penangkapan telah dimasukkan:Sungai2Danau2Rawa2Waduk2Dan lain-lainKesimpulan2 mengenai Bidang perikanan Darat.Jang terutama diperhatikan oleh Seksi Industri Pangan dibidang Perikanan Darat adalah hal perikanan diperairan umum dan dianta-ra ini terutama jang terletak di Kalimantan.Dari angka2 jang disadjikan dapat diambil keksimpulan bahwa:– hasil perairan umum di Djawa/Madura (luas 79.970 HA)

ada 19.953 ton, djadi rata2/HA ada 250 Kg.– hasil perairan umum diSumatera (luas 3.694.116 HA) ada

26.562 ton, djadi rata2/HA ada 7 Kg.– hasil perairan umum di Kalimantan (luas 8.054.824 HA) ada

137.306 ton, djadi rata2/HA ada 17 Kg.– hasil perairan umum diSulawesi (luas 77.960 HA) ada 10.383

ton, djadi rata2/HA ada 133 Kg.Hasil rata2/HA jang paling rendah terdapat di Sumatera (hanja

7 Kg/HA)

- 37 -

Page 45: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

2. Bidang PERIKANAN LAUT dalam tahun 1959

HASIL Perikanan Laut (angka2 dikutip dari Djawatan Perikan-an Laut).

NILAI PRODUKSI Perikanan Laut (angka2 dikutip dari Djawatan Perikanan Laut).

PERIKANAN LAUTPRODUKSI 1959(PERIKANAN)

Daerah Produksi (kg) Harga (Rupiah)

Djawa Barat 19.525.924 93.149.609Djawa Tengah 27.166.589 117.627.756Djawa Timur 28.030.281 102.845.444Madura 40.898.653 169.605.841Sumatera 124.639.095 388.871.695Kalimantan 90.558.540 543.351.240Indonesia Timur 92.505.225 499.328.215

Djumlah 423.324.307 1.914.779.800

Tahun 1958 421.000.000 -

Sumber: Djawatan Perikanan Laut Pusat Bagian Statistik/Dokumentasi.

Kesimpulan2 mengenai bidang produksi Perikanan Laut tidak ada

Bidang kehewanan ………….

- 38 -

Page 46: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

3. Bidang KEHEWANAN dalam tahun 1958 (angka2 diikuti dari Dja-watan Kehewanan)

DJUMLAH ternak (kuda, sapi, kerbau)

DJUMLAH TERNAK DI INDONESIA TAHUN 1985

Propinsi Kuda: Sapi: Kerbau:

Djawa Barat 40.460 129.136 788.314Djawa Tengah 70.911 911.761 612.464D.I. Jogja 6.754 131.930 26.547Djawa Timur 68.939 2.677.004 324.365

DJAWA/MADURA 187.064 3.850.731 1.751.690

A T J E H 3.231 21.084 17.334Sumatera Utara 18.696 44.680 78.276Sumatera Barat 1) 7.620 85.442 75.729R i a u 45 6.375 22.670D j a m b i 63 5.635 17.627Sumatera Selatan 604 48.550 47.392

S U M A T E R A 30.259 211.766 259.028

Kalimantan Barat 28 68.000 650Kalimantan Te- )ngah Kalimantan )Selatan )

1.004 9.714 25.305

Kalimantan Timur - 2.922 7.152

KALIMANTAN 1.032 80.636 33.107

S U L A W E S I 69.945 150.246 133.905

NUSA TENGGARA 224.322 517.568 292.629

M A L U K U 6.689 4.381 34.841

IRIAN BARAT -- 107 --

I N D O N E S I A 519.311 4.815.435 2.505.200

Sumber: Djawatan Kehewanan.

Nilai ternak …………..

- 39 -

Page 47: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

NILAI ternak (kuda/sapi/kerbau) dalam rupiahDaftar: Nilai kuda/sapi/kerbau dalam tahun 1958.

N i l a i d a l a m Rp.:Propinsi Kuda: Sapi: Kerbau:

Djawa Barat 50.680.000 197.549.500 794.602.000Djawa Tengah 70.911.000 911.761.000 612.464.000D.I. Jogja 6.754.000 131.930.000 26.547.000Djawa Timur 68.939.000 2.677.904.000 324.365.000

DJAWA/MADURA 197.284.000 3.919.144.500 1.575.978.000

A T J E H 3.231.000 21.084.000 26.001.000Sumatera Utara 28.044.000 134.040.000 234.828.000Sumatera Barat 1) 15.240.000 170.884.000 189.322.500R i a u 67.500 19.125.000 68.010.000D j a m b i 94.500 16.905.000 52.881.000Sumatera Selatan 1.208.000 145.650.000 142.176.000

S U M A T E R A 46.885.000 507.688.000 713.218.500

Kalimantan Barat 56.000 136.000.000 1.300.000Kalimantan Tengah/Selatan 2.008.000 19.428.000 50.610.000Kalimantan Timur -- 5.844.000 14.304.000

KALIMANTAN 2.064.000 161.272.000 66.214.000

S U L A W E S I 52.458.750 112.684.500 100.428.750

NUSA TENGGARA 168.241.500 288.176.000 146.314.500

M A L U K U 6.689.000 6.571.500 52.261.500

IRIAN BARAT - 160.500 -

I N D O N E S I A 474.622.250 4.995.697.000 2.836.415.250

Produksi …………..

- 40 -

Page 48: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

PRODUKSI dan NILAI produksi susuDaftar: Produksi dan nilai produksi susu dalam tahun 1958.

Propinsi Produksi (liter) Nilai (Rp.)

Djawa Barat 10.100.000 112.000.000Djawa Tengah 6.000.000 45.000.000D.I. Jogja 500.000 3.750.000Djawa Timur 8.000.000 48.000.000

DJAWA/MADURA 24.600.000 208.750.000

A T J E H 50.000 450.000Sumatera Utara 2.000.000 18.000.000Sumatera Barat 80.000 720.000R i a u - -D j a m b i 2.000 20.000Sumatera Selatan 250.000 2.500.000

S U M A T E R A 2.382.000 21.690.000

Kalimantan Barat 35.000 315.000Kalimantan Tengah/Selatan 150.000 1.200.000Kalimantan Timur 25.000 187.500

KALIMANTAN 210.000 1.702.500

S U L A W E S I 200.000 2.400.000

NUSA TENGGARA 100.000 800.000

M A L U K U 8.000 120.000

IRIAN BARAT - -

I N D O N E S I A 27.500.000 235.462.000

Djumlah …………..

- 41 -

Page 49: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

DJUMLAH ternak (kambing/domba/babi) tidak diperoleh angka2nja

NILAI (kambing/domba/babi) dalam rupiah

Daftar: Nilai (kambing/domba/babi) dalam tahun 1958 (dihitung dalam Rp.)

Propinsi Kambing: Domba: Babi::

Djawa Barat 158.531.550 180.989.850 64.398.000Djawa Tengah 170.468.200 57.895.100 37.902.000D.I. Jogja 23.196.200 5.327.800 4.098.000Djawa Timur 137.054.800 36.484.200 21.446.250

DJAWA/MADURA 489.250.750 280.696.950 127.844.250

A T J E H 2.630.400 877.200 4.230.000Sumatera Utara 40.121.500 2.452.750 258.564.000Sumatera Barat 7.870.800 1.098.500 10.307.000R i a u 7.257.750 94.250 27.880.500D j a m b i 3.318.500 726.750 5.940.000Sumatera Selatan 23.791.750 2.232.250 43.129.500

S U M A T E R A 84.990.700 7.481.700 350.051.000

Kalimantan Barat 5.100.000 234.000 225.000.000Kalimantan Tengah/Selatan 2.194.800 246.450 922.500Kalimantan Timur 1.552.050 - 53.066.000

KALIMANTAN 8.846.850 480.450 279.088.500

S U L A W E S I 13.175.200 712.100 112.289.400

NUSA TENGGARA 21.483.800 6.241.300 436.115.250

M A L U K U 10.154.350 15.957.900 41.930.400

IRIAN BARAT 480.150 - 6.600

I N D O N E S I A 628.381.800 311.570.400 1.347.225.400

DJUMLAH…………..

- 42 -

Page 50: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

DJUMLAH ajam/itiktidak diperoleh angka2nja

NILAI ajam/itik dalam rupiah

Daftar: nilai ajam/itik dalam tahun 1958, dihitung dalam Rp.:

P r o p i n s i Ajam: Itik:

Djawa Barat 268.980.000 35.860.000Djawa Tengah 260.650.000 34.750.000D.I. Jogja 49.920.000 6.650.000Djawa Timur 296.790.000 39.570.000

DJAWA/MADURA 876.340.000 116.830.000

A T J E H 23.250.000 3.100.000Sumatera Utara 46.250.000 7.500.000Sumatera Barat -------)R i a u ) ………. 55.540.000 7.400.000D j a m b i -------------)Sumatera Selatan 50.145.000 6.680.000

S U M A T E R A 175.185.000 24.680.000

Kalimantan Barat 22.845.000 3.040.000Kalimantan Tengah/Selatan 34.160.000 5.480.000Kalimantan Timur 9.270.000 1.210.000

KALIMANTAN 66.275.000 9.730.000

S U L A W E S I 98.095.000 11.740.000

NUSA TENGGARA 80.670.000 10.750.000

MALUKU/IRIAN BARAT 13.995.000 1.860.000

I N D O N E S I A 1.310.560.000 175.590.000

PRODUKSI telur…………..

- 43 -

Page 51: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

PRODUKSI telur ajam dan itik dihitung dalam butir

Daftar: Produksi telur ajam/itik dalam tahun 1958, dihitung dalam butir.

P r o p i n s i Ajam: Itik:

Djawa Barat 236.702.400 204.202.000Djawa Tengah 229.372.000 198.075.000D.I. Jogja 43.929.600 37.905.000Djawa Timur 261.175.200 225.549.000

DJAWA/MADURA 771.179.200 665.731.000

A T J E H 20.460.000 17.670.000Sumatera Utara 40.700.000 42.750.000Sumatera Barat )R i a u ) 48.875.200 42.180.000D j a m b i )Sumatera Selatan 44.127.600 38.076.000

S U M A T E R A 154.162.800 140.676.000

Kalimantan Barat 20.103.600 17.328.000Kalimantan Tengah/Selatan 30.060.800 31.236.000Kalimantan Timur 8.157.600 6.897.000

KALIMANTAN 58.322.000 55.461.000

S U L A W E S I 86.323.600 66.918.000

NUSA TENGGARA 70.989.600 91.275.000

MALUKU/IRIAN BARAT 12.315.600 10.602.000

I N D O N E S I A 1.153.292.800 1.030.863.000

Produksi seluruhnja, termasuk jang ditetaskan.

NILAI ………

- 44 -

Page 52: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

NILAI produksi telur ajam dan itik dihitung dalam rupiah

Daftar: Nilai produksi telur ajam/itik dalam tahun 1958, dihitung dalam Rp.

P r o p i n s i Telur ajam: Telur itik:

Djawa Barat 483.204.800 425.904.000Djawa Tengah 344.058.000 346.631.250D.I. Jogja 65.894.400 66.333.750Djawa Timur 261.175.200 338.323.500

DJAWA/MADURA 1.154.332.400 1.177.192.500

A T J E H 40.920.000 35.340.000Sumatera Utara 81.400.000 85.500.000Sumatera Barat )R i a u ) 122.188.000 84.360.000D j a m b i )Sumatera Selatan 110.319.000 114.228.000

S U M A T E R A 354.827.000 319.428.000

Kalimantan Barat 60.310.800 43.320.000Kalimantan Tengah/Selatan 75.152.000 62.472.000Kalimantan Timur 16.315.200 10.345.500

KALIMANTAN 151.778.000 116.137.500

S U L A W E S I 215.809.000 167.395.000

NUSA TENGGARA 106.484.400 91.275.000

MALUKU/IRIAN BARAT 30.789.000 26.505.000

I N D O N E S I A 2.014.019.800 1.897.933.000

Produksi seluruhnja, termasuk jang ditetaskan.

S a l i n a n ………

- 45 -

Page 53: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

S a l i n a n

Productie : Schema Animal PROTEIN selama 3 tahun

Djenis hasil produksi

P e r k e m b a n g a n p r o d u c t i e t a h u n k e :Djuml. 1959 (dasar) I = 1960 II = 1961 III = 1962

Djuml.ekor Daging Kg Protein Kg Djuml.ekor Daging Kg Protein Kg Djuml.ekor Daging Kg Protein Kg Djuml.ekor Daging Kg Protein Kg

A. Persediaan sendiri

I. Daging, isi perut dll.a. Pemotongan resmi didalam/diluar rumah potong.

Kuda 6.500 812.500Sapi 770.000 96.250.000Kerbau 280.000 56.000.000Kambing 800.000 14.400.000Domba 270.000 4.860.000Babi 520.000 33.280.000

205.602.500 205.602.500 205.602.500 205.602.500

b. Potongan gelapKuda 81.250Sapi 19.250.000Kerbau 11.200.000Kambing 28.800.000Domba 9.720.000Babi 14.976.000

84.027.250 84.027.250 84.027.250 84.027.250

289.629.750 57.925.950 289.629.750 57.925.950 289.629.750 57.925.950 289.629.750 57.925.950

Ajam 232.182.000 348.273.000 69.654.600 243.866.000 365.799.000 73.159.800 287.502.000 431.253.000 86.250.600 331.960.000 497.940.000 99.588.000Itik 5.920.000 8.880.000 1.776.000 6.020.000 9.030.000 1.806.000 6.130.000 9.195.000 1.839.000 6.240.000 9.360.000 1.872.000

646.782.750 129.356.550 664.458.750 132.891.750 730.077.750 146.015.550 507.300.000 159.385.950DagingII. Susu

Perusahaan Rakjat

30.000.000 30.000.000 1.143.300 32.700.000 33.681.000 1.246.197 35.500.000 36.565.000 1.352.905 38.300.000 39.449.000 1.457.613

III. TelurAjam 703.296.000 28.131.840 769.098.000 30.763.920 898.656.000 35.946.240 1.034.880.000 41.395.200Itik 1.006.400.000 50.320.000 1.347.583.920 67.378.196 1.692.168.000 84.608.400 2.709.900.000 135.495.000

78.451.840 9.414.200 98.143.116 11.777.174 120.554.640 14.466.557 176.890.200 21.226.824

D J U M L A H 139.914.070 145.915.121 161.835.012 182.070.387

Djakarta, Desember 1959.-A.n. KEPALA DJAWATAN KEHEWANAN PUSAT

Kepala Bagian Peternakan

t.t.d.

(dokterhewan Soewoso).-

46

Page 54: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

S a l i n a n

DAFTAR : Perintjian pengeluaran modal untuk membesar productie animal

protein dari D J A W A T A N K E H E W A N A N

No. D j e n i s Usaha

D j u m l a h Kebutuhan

Harga Kesatuan

PEMBAGIAN UNTUK TAHUN KE :I II III

1 G e r a k a n memper-ternakan a j a m

a. 1.000 ekor ajam Rp. 500,-- Rp. - 5000 ek.9.000 ekor ajam ״ 200,-- - 1.150.000,-- -

b. ongkos pengangkutan dari dalam negeri

- - 175.000,-- 175.000,--

c. Kursus untuk pendidikan 20.000 orang enters dari kader desa

- 1.000.000,-- 750.000,-- 7.750.000,--

d. Alat2 penjuntikan bagi 20.000 enters

- 7.500.000,-- 15.000.000,-- 7.500.000,--

e. Kebutuhan vaccine - 1.000.000,-- 3.000.000,-- 3.000.000,--f. Keperluan ongkos2 pro-

paganda, penerangan dsb.

- 5.000.000,-- 5.000.000,-- 5.000.000,--

g. Induk fokstation 2 tem-pat dan exploitatienja selama 5 tahun

״ 10.000.000,-- 10.000.000,-- 3.500.000,-- 3.500.000,--

24.500.000,-- 28.575.000,-- 19.925.000,--

2. Gerakan mempertinggi memperluas penghasil-an susu ternak rakjat dan daging

a. imp. 700 ek. sapi perah Rp. 47.000,-- 100 4.700.000,-- 9.400.000,-- 9.400.000,--

b. imp. 100 ek. kambing perahS.

״ 15.000,-- 100 ek. 1.500. 000,-- 200 ek. -,-- 200 ek. -,--

c. imp. 100 ek. sapi perahE.

״ 9.000,-- 100 ek. 2.700. 000,-- 300 ek. 2.700. 000,-- 300 ek. 2.700. 000,--

d. imp. 300 ek. babi daging 10.000,-- 100 ek. 1.000. 000,-- 100 ek. 1.000. 000,-- 100 ek. 1.000. 000,--

e. ongkos pengangkutan dalam Negeri

-,-- 200. 000,-- 150. 000,-- 150.000,--

f. Kursus pendidikan melker dari kader desa 20.000 orang.

-,-- 1.500. 000,-- 1.500. 000,-- 1.500.000,--

g. Alat-alat keperluan kursus -,-- 1.000. 000,-- -,-- .000,--h. ongkos propaganda-penerangan

pertundjuakan, premieering dsb.

״ 12.500,-- 6.000. 000,-- 5.500. 000,-- 3.000.000,--

18.600. 000,-- 20.250. 000,-- 17.750.000,--

3. Perbaikan makanan a. 1 installatie + bangunan Rp. 6.000.000,-- -,-- 6.000. 000,-- -,--

b. penjebaran bibit rumput ״ -,-- -,-- 400. 000,-- 600.000,--

D J U M L A H 43.100. 000,-- 55.225. 000,-- 38.275.000,--

Djakarta, Desember 1959.-A.n. KEPALA DJAWATAN KEHEWANAN PUSAT

Kepala Bagian Peternakan

t.t.d.

(dokterhewan Soewoso).-

- 47 -

Page 55: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kesimpulan2 mengenai produksi dibidang kehewanan tidak ada.

Bab VI. UNTUK BAHAN-BAHAN MAKANAN LAINNJA serta BAHAN-BAHAN KEPERLUAN LAINNJAGula, Minjak Kelapa, Garam, Minjak Tanah, Rokok, Tjengkeh dan Kertas Sigaret.

A. G U L A Gambaran keadaan sekarang

Angka2 jang tersedia mengenai gula umumnja adalah angka2 tahun 1958 sedangkan angka2 tahun 1959 hingga sekarang belum bisa diperoleh. Berdasarkan angka2 resmi dari Pemerintah maka situasi produksi dalam berat dan nilai (menurut harga pabrik untuk gula perkebunan), luas areal dan disusun menurut daerah, dalam tahun 1958 adalah sebagai berikut:

Luas tanaman Perkebunan

(HA)

Luas dan produksi gula dari perkebunan dan tanaman rakjat jang digiling oleh pabrik

tahun 1958.

Propinsi Luas tanaman Rakjat (HA)

Produksi gulaBerat (ton) Nilai Rp.

Djawa Barat 4.804,2 3.345,6 73.221 Rp. 219.663.000Djawa Tengah 14.662,3 2.901,8 189.637 568.911.000 ״ Djawa Timur 33.180,3 15.436,8 473.414 1.420.242.000 ״

INDONESIA 52.646,8 21.684,2 736.272 Rp. 2.208.816.000

Luas, produksi (berat dan nilai) gula rakjat dalam tahun 1958

Propinsi Luas (HA) Produksi (ton) Nilai (Rp.)

Djawa Barat 4.100 16.000 48.000.000Djawa Tengah 5.880 30.000 90.000.000D.I. Jogja 542 250 750.000Djawa Timur 30.650 233.600 700.800.000

Djawa/Madura 41.172 279.850 839.550.000

A t j e h 681 3.405 10.215.000Sumatera Utara 275 250 750.000Sumatera Barat - - -R i a u 300 70 210.000D j a m b i 105 70 210.000Sumatera Selatan - - -

Sumatera 1.361 3.795 11.385.000

Propinsi ………….

- 48 -

Page 56: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Propinsi Luas (HA) Produksi (ton) Nilai (Rp.)

Djawa/Madura 41.172 279.850 839.550.000

Sumatera 1.361 3.795 11.385.000

Sulawesi 250 1.560 7.680.000

Nusa Tenggara 505 350 1.050.000

INDONESIA 43.288 285.555 856.665.000

Ditindjau dari sudut djumlah produksi gula perkebunan dan gula rakjat diseluruh Indonesia jang berdjumlah 736.272 ton + 285.555 ton = 1.021.827 ton untuk tahun 1958. apabila kita ambil dasar kebutuhan 30 gram gula sehari per capita, maka dengan djumlah penduduk tahun 1958 sedjum-lah 87,7 djuta orang kebutuhan konsumsi dalam negeri seluruhnja berdjum-lah 947.000 ton setahun atau dibulatkan mendjadi 950.000 ton setahun atau dibulatkan mendjadi 950.000 ton. Menurut Nota Keuangan Negara 1960 halaman II/4 kebutuhan dalam negeri setahun ditaksir 600 a 700.000 ton. Mengingat taksiran kebutuhan seorang sedjumlah 30 gram sehari masih di-anggap sedikit maka antjer2 kebutuhan gula sedjumlah 950.000 ton adalahdapat dipertanggung djawabkan. Kebutuhan untuk tahun2 berikutnja dinaik-kan dengan 1,7% sesuai dengan perkembangan penduduk tiap tahun.

Untuk konsumsi dalam negeri oleh Pemerintah dalam tahun 1958 di-sediakan 783.000 ton diantara mana 252.000 ton adalah sisa tahun 1957dari hasil gula perkebunan. Apabila Pemerintah dapat mengeksport gulasedjumlah 350.000 ton setahun menurut kwantum jang telah diizinkan olehDewan Gula Internasional, dengan sendirinja persediaan gula untuk kon-sumsi berkurang. Eksport gula dalam tahun 1958 adalah 87.100 ton seharga Rp. 83,9 djuta devisen dan dalam 1957 adalah 144.200 ton. Djikalau di-ingat bahwa dalam tahun 1930 produksi gula perkebunan sadja berdjumlah2,9 djuta ton, jang dieksport adalah 2,2 djuta ton dengan djumlah pendu-duk 60,7 djuta orang, maka persediaan sekarang dari hasil produksi gulaterasa belum tjukup besar untuk dapat melantjarkan peredarannja. Padatahun 1940 produksi gula masih berdjumlah 1,6 djuta ton (gula perkebunan)sedangkan eksportnja berdjumlah 804.000 ton dan djumlah penduduk padawaktu itu adalah 70,4 djuta orang. Menurut laporan Bank Indonesia 1958/1959 rakjat banjak pula jang lebih suka mengolah sendiri tebunja men-djadi gula karena keuntungannja lebih banjak dan harganja dipasar lebihtinggi daripada gula pasir pabrik. Usaha rakjat untuk mengolah sendiritebu mendjadi gula masih belum didorong untuk berkembang lebih pesatdengan membantu kaum tani dengan alat2 penggilingan.

Tentang pembiajaan sekarang

Jajasan Tebu Rakjat (Jatra) suatu bagian daripada Kementerian Pertanian dahulu dalam tahun panen 1958/59 telah menjediakan kreditsebanjak Rp. 150 djuta kepada petani tebu,

untuk keperluan ……….

- 49 -

Page 57: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

untuk keperluan tanaman seluas kl. 40.000 HA. pada tahun 1957/1958 telahdiberikan Rp. 135 djuta untuk kl. 41.000 HA.

Menurut laporan Bank Industri Negara 1956 dan 1957 maka dalam tahun 1957 untuk 4 perkebunan gula disediakan pembiajaan Rp. 148.390.000,-. Pabrik2 gula jang ada penjertaan modal dari B.I.N. dan mendapatkan pin-djaman dari bank ini adalah:

P.T. Cultuur Mij Modjopanggung, penjertaan Tulungagung statuter seluruh modal

pindjaman (1957)

Rp. 13.434.000Rp. 17.350.000Rp. 23.428.000

P.T. Perusahaan Perkebunan Pagottan, Madiun.

penjertaanseluruh modal statuter

pindjaman (1957)

Rp. 10.120.000Rp. 30.000.000Rp. 29.034.000

P.T. Perseroan Perkebunan Tjepiring, Kendal.penjertaan modal

seluruh modal statuterpindjaman (1957)

Rp. 12.120.000Rp. 20.200.000Rp. 20.843.000

P.T. Cultuur Mij Tjukir, Djombang.penjertaan modal

seluruh modal statuterpindjaman (1957)

Rp. 2.060.000Rp. 3.100.000Rp. 13.989.000

P.T. Pabrik Gula Krebet Baru, Malangpenjertaan modal

seluruh modal statuterpindjaman tiap tahun

paling tinggi.

Rp. 8.006.000Rp. 40.000.000Rp. 30.000.000

Situasi sekarang tahun 1958 dan 1959 adalah sangat berlainan de-ngan tahun 1957 dimana perusahaan2 Belanda belum diambil alih oleh Pe-merintah. Bahan2 mengenai permodalan pabrik2 gula jang telah diambil alihbelum tersedia. Sekalipun Balanda mungkin tidak meninggalkan uang cashtjukup atau tidak ada sama sekali di pabrik2 atau saldo rekening courantdi bank2nja jang tradisional ternjata kosong atau kurang, tetapi per-usahaan-perusahaan Belanda tersebut tetap mempunjai likwiditet berupabarang2 modal alat2 produksi dan stock barang2 baku dan penolong, ba-rang-barang djadi dan tenaga2 kaum buruh jang terlatih jang sanggup me-njelenggarakan terus perusahaan2 perkebunan gula.

Kegiatan sektor pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah/Partikelir.Mengenai kegiatan pemerintah Pusat dalam sektor industri gula

ini selama belum diambil alih baru terbatas kepada financiering tebuRakjat seperti sudah diterangkan dimuka,

menetapkan …….

- 50 -

Page 58: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

menetapkan harga gula untuk pasar dalam negeri dengan memungut accijns, mengusahakan eksport gula melalui NIVAS, menutup kerugian rupiah karena harga eksport lebih rendah dari ongkos produksi dengan membebankan ke-pada harga dalam negeri, alokasi devisen untuk mengimport barang2 baku.

Pemerintah Daerah lebih banjak mendjadi aparat pelaksanaan atau pengawas mengenai masalah tebu rakjat, djaminan areal buat pabrik serta irigasi, tenaga kerdja setempat terutama mengenai buruh seizoen.Pemerintah Daerah jang langsung menguasai pabrik gula seperti D.I. Jogja-karta, dengan sendirinja mengurusi langsung management sampai produksi dan distribusi gulanja. Peranan Pemerintah Pusat dan Daerah Swatantra sesudah perusahaan2 itu diambil alih seharusnja diperbesar.

Usaha partikulir sesudah perusahaan2 Belanda diambil alih men-djadi lebih sempit jaitu jang dahulu dimiliki oleh Oei Tiong Ham Concern.Peranan mereka jang besar adalah dalam soal distribusi gula dimana PPGImemegang rol terbesar atau praktis memonopoli pendjualan gula didalamnegeri. Seluruh usaha produksi gula rakjat berupa gula mangkok masihtetap berdjalan dan seperti sudah didjelaskan dimuka rakjat lebih suka mengolah sendiri tebu rakjat daripada menjerahkannja kepada pabrik ka-rena keuntungannja dengan ini lebih banjak.

Pengolahan gulaMengenai gula perkebunan diolah dalam tahun 1958 di 52 pabrik de-

ngan areal tanah seluas 52.000 HA. dalam tahun 1959 soal areal tanah ini merupakan kesulitan jang terbesar jang akan menghambat produksigula kristal. Ini disebabkan karena harga sewa tanah oleh pabrik ter-njata djauh lebih rendah daripada kalau ditanami oleh kaum tani dengandjenis tanaman lain. padahal perlu ditindjau apakah dilihat dari sudutrendement tanah dan harga pasar jang ditetapkan oleh Pemerintah harga sewa itu tidak bisa ditinggikan tanpa menaikkan harga gula.

Situasi sekarang adalah sangat djauh daripada keadaan sebelumperang duniakedua. Kalau diambil tahun2 1930 – 1940 – 1953 dan 1958terdapat gambaran seperti berikut:

Tahun Pabrik jg bekerdja

Luas HA Produksi ton

Eksport ton

1930 179 199.000 2.970.000 2.223.0001940 85 92.000 1.607.000 804.0001953 50 50.000 600.000 150.0001958 52 52.000 770.213 87.167

Pabrik baru jang mungkin belum dimasukkan dalam angka tahun 1958adalah Pabrik Gula “Madu Kismo” di Jogjakarta. Tetapi pada umumnja me-nambah djumlah pabrik jang bekerdja memerlukan waktu jang agak pandjang

Kemunduran ……….

- 51 -

Page 59: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kemunduran pabrik jang bekerdja dan produksi sebelum perang adalah karena krisis besar didunia tahun 1929 a/d 1933 jang telah menggontjangkan pasar dunia tradisionil dari eksport gula Indonesia. Sedangkan sesudah perang dunia kedua negeri2 jang biasa mengimport gula terutama dibenua Eropa sekarang sudah dapat memprodusir sendiri gula dan malahan beberapa negeri sampai mengeksportnja.

Mengenai distribusi gulaKeadaan pada waktu sekarang menundjukkan bahwa peredaran gula

dipasar bebas dan kedaerahan2 berdjalan tidak lantjar. Kematjetan dalam transport dan manipulasi dalam perdagangan menjebabkan harga resmi Pemerintah dan harga pasar bebas djauh berbeda.Harga resmi menurut ketentuan Menteri Perdagangan jang baru sesudah dinaikkan mulai tanggal 25 April 1958 mendjadi:

Kwalitet SHS Rp. 440 per kwintal. " SHS " 430 " "

Tetapi harga etjeran sekarang (Djuli 1959) adalah Rp. 9.50 per Kg. Sedangkan gula djawa atau aren Rp. 11.66 per Kg.

Dilihat dari sudut harga pasar bebas jang harus dibajar oleh para konsumen nampak manipulasi dalam proses produksi Gula jang ditandai oleh banjaknja perantara2 jang tidak perlu dari pabrik ke konsumen atau dari tangan kesatu distributor besar ke pendjual etje-ran atau detailis. Karena itu problim penjederhanaan aparatur distri-busi adalah sangan urgent dengan menghilangkan sebanjak mungkin perantara2 jang tidak perlu.

Mengenai tenaga jang tersediaSampai sekarang belum ada angka2 resmi mengenai ini djuga dari

Departemen Pertanian. Karenanja perlu mengadakan penindjauan ke be-berapa pabrik untuk didjadikan dasar perhitungan tenaga kerdja menu-rut djenisnja jang diperlukan dalam proses produksi gula.Berdasarkan keadaan jang njata dipabrik gula Tjepiring jang dapat di-anggap merupakan kapasitet rata2 dari tiap pabrik di Indonesia maka untuk satu pabrik jang bekerdja terdapat:

Administratir 1Pemegang buku 1M a s e n i s 3Chemiker 1H.T.O. 2Fabricageshef 1Sinder 11Transportir 4Buruh tetap 780(tukang besi,tukang batudan lain2)

menurut ………

- 52 -

Page 60: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Menurut Laporan Bank Industri Negara pabrik Tjepiring me-rupakan pabrik jang sudah dipimpin dan dikerdjakan sendiri oleh orang2 Indonesia. Mengenai pabrik2 lain sekalipun belum diketahui apakah tena-ga-tenaga ahlinja memenuhi sjarat2 ataukah tidak bisa diambil pedoman keadaan tenaga dipabrik Tjepiring tersebut diatas. Menurut pendengaran dari salah seorang anggauta seksi Pangan maka sekarang ini baru ada tenaga ahli tjukup untuk 20 pabrik gula. Hal ini berarti suatu kekura-ngan jang mempengaruhi djuga lantjar dan tidaknja produksi gula perke-bunan.

Jang masih perlu didapat keterangan lebih landjut mengenai penilaian keadaan sekarang dilapangan gula adalah soal2 berikut:

1) Pembeajaan jang disediakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerin-tah Daerah Swatantra untuk produksi gula perusahaan2 jang telah diambil alih.

2) Djumlah tenaga ahli atau kedjuruan jang tersedia untuk pabrik2 gula, berapa kekurangannja dan usaha2 pendidikan tenaga ahli jang ada sekarang.

3) Kalkulasi harga pabrik atau ongkos produksi gula dan penetapan harga sekarang bagi pendjual etjeran.

4) Bagaimana penjaluran gula ke pasar bebas dan siapa sadja jang ditunduk sebagai distributor besar dan bagaimana kedudukan NIVAS dan PPGI.

5) Djuga perlu diketahui penetapan harga sewa tanah di masing2 daerah.

6) Bagaimana situasi bahan baku sekarang dan rentjana persediaan selandjutnja?

Gambaran keadaan jang dinginiDengan produksi tahun 1958 sedjumlah 736.000 ton gula perkebunan

+ 285.000 ton gula mangkok = 1021000 ton dan kebutuhan per kapita 30 gram sehari atau seluruhnja 950.000 ton gula dan untuk eksport ± 100.000 ton ternjata peredaran gula untuk keperluan Rakjat masihmengalami keseretan seperti terbukti dengan masih adanja pendjualan gula dengan harga 200% sampai 600% dari harga resmi di pasar bebas.dengan belum mempersoalkan faktor transport, ekonomi dan moneter jangmempengaruhi peredaran barang2konsumsi pokok, maka dapatlah diambilsebagai antjer2 tingkat produksi dihubungkan dengan kebutuhan padatahun 1940 sebagai keadaan dimana peredaran gula adalah lantjar dan terbeli oleh Rakjat.

Pada tahun ………..

- 53 -

Page 61: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Pada tahun 1940 keadaannja adalah sebagai berikut:

Produksi Eksport Sisa untuk dalam negeri

Ton Ton TonGula per- 1,6 djutakebunan

804.000 796.000 ton

Kebutuhan dalam negeri adalah 774.000 ton dengan perhitungan per ka-pita 30 gram sehari dan djumlah penduduk 70,4 djuta orang. Terdapat kelebihan gula kristal 3% dari kebutuhan dalam negeri. Apabila ditambah dengan produksi gula mangkok dengan sendirinja prosentasi kelebihan itu bisa mendjadi 30% apabila diambil sebagai antjer2 produksi gula Rakjat 200.000 ton.Untuk mentjapai selfsupporting dalam artian peredaran gula lantjar se-hingga harga resmi bisa mendjadi kenjataan dipasar bebas dan tidak mu-dah didjadikan bahan spekulasi maka seharusnja ada persediaan untuk konsumsi dalam negeri 130% dari kebutuhan. Djuga harus ada kelebihan produksi gula perkebunan sedjumlah kurang lebih 300.000 ton untuk ke-mungkinan eksport. Prpoduksi ini harus bisa ditjapai dalam tahun 1961/ 1962 dan 1960 harus dapat disiapkan rentjana untuk memenuhi djatah seperti memetjahkan problem areal, tenaga teknis, pengairan, pupuk dan lain2.

Produksi 130% daripada kebutuhan tahun 1961 ditambah keperluan untuk eksport 300.000 ton gula perkebunan berarti 1,3 djuta ton + 0,3 djuta ton = 1,6 djuta ton.djikalau kapasitet produksi perkebunan dan gula mangkok seperti tahun 1958 berarti harus ada tambahan produksi 1,6 djuta ton – 1,021 djuta ton = 579.000 ton atau dibulatkan mendjadi 600.000 ton. Djikalau diambil perbandingan produksi gula perkebunan adalah 70% dan gula Rakjat adalah 30% maka harus ada kenaikan produksi gula perkebunan 420.000 ton dan gula mangkok 180.000 ton dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 1958. Tetapi adalah lebih terdjamin apa-bila tambahan 600.000 ton dibebankan pada pabrik gula kristal.

Kenaikan produksi itu dapat ditambah dengan dua djalan:1) perluasan areal tanaman tebu;2) intensifikasi dengan mempertinggi rendement tanaman per HA.Penambahan produksi gula perkebunan dengan 600.000 ton berarti

tambahan areal tanaman tebu dengan 60.000 HA apabila didasarkan ke-pada rendement 1958 untuk 1 HA adalah 10,4 ton gula.Dengan kapasitet 52 pabrik jang bekerdja seperti tahun 1958 berarti rata2 tiap pabrik harus menambah areal dengan rata2 Ha atau tambahan kurang lebih 110% dari kapasitet areal sekarang. Dengan menepuh per-luasan areal ini berarti harus dipetjahkan problem sewa tanah jang sekarang mendjadi sebab kesulitan dalam mendapatkan areal pabrik gula. Sewa tanah per Ha ternjata lebih rendah daripada kalau tanah ini ditanami padi, palawidja dll dalam waktu jang lebih pendek daripada masa penjewaan tanah. Produksi tahun 1961/1962 belum didasarkan kepada pendirian pabrik baru.

Djalan ………

- 54 -

Page 62: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Djalan intensifikasi harus ditempuh untuk meninggikan produksi jang akan berarti pula pengurangan djumlah areal jang dibutuhkan untuk menambah produksi. Tahun 1958 produksi gula pasir adalah 104 kwintal gula per Ha. dalam tahun 1940 adalah 17,9 kwintal per HA. Harus dapat diadakan research dalam tahun 1960 untuk menemukan sebab2 kemunduran rendement per HA tersebut sampai 40% dibandingkan dengan tahun 1940. Dalam tahun 1961 rendement per HA harus dinaikkan sampai 150 kwintal per HA atau dinaikkan dengan ± 50% dari tahun 1958.

Atas dasar perhitungan rendement 1961 dinaikkan mendjadi 150 kwintal/HA akan berarti kenaikan produksi dengan 50% x 736.000 = 368.000 ton gula perkebunan, dengan djumlah pabrik dan areal seperti tahun 1958. tinggal kurang lebih 232.000 ton gula jang masih harus di-tempuh dengan djalan perluasan areal sedjumlah 15466 HA jang rata2 un-tuk satu pabrik diperlukan perluasan areal +300 HA.

Kemunduran rendement 1958 dibandingkan dengan tahun 1940 itu kemungkinan besar sekali karena fabricage, petundjuk teknis tanaman, bibit, pengairan, pemeliharaan, pupuk dan lain2.

Produksi gula mangkok atau gula rakjat harus dapat dipertahankan. Kemungkinan mengembangkan perindustrian Rakjat ini adalah besar apabila usaha membantu rakjat dengan alat2 penggilingan diperbesar jang telah dimulai di Djawa Timur dimana alat2 itu dibikin di Surabaja. Hendaknja dalam tahun 1960 diselidiki kapasitet pembikinan alat2 penggilingan itu dan ditempuh djalan perluasan produksi itu. Tetapi dalam djatah produksi gula 1961/1962 gula mangkok produksinja dianggap tetap.

Usaha pemeliharaan tawon supaja diadakan untuk produksi madu. Produksi gula direntjanakan ditempat2 dimana sudah ada pabrik gula jaitu di Djawa dan produksi gula Rakjat ditempat2 terutama jang belum ada pabrik gulanja jaitu diluar Djawa. Pendirian pabrik gula diluar Djawa supaja merupakan projek pabrik gula modern jang baru sama sekali dan djangan hanja sekadar memindah pabrik gula jang sudah ada di Djawa. Sebab ini adalah tidak ekonomis dan bisa menimbulkan kesulitan2 baru dalam perlengkapan, pengangkutan, memetjahkan tenaga dan areal diluar Djawa. Mengenai Pabrik Madu Kismo supaja diadakan tindjauan untuk mengetahui beaja dan kapasitet produksi sebagai antjer2 untuk pendirian pabrik baru.

Dalam menjelenggarakan perluasan produksi gula seperti jang di-rentjanakan diatas hendaknja Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pertanian mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I dan II. Sebaiknja djatah produksi gula dapat diawasi langsung pleh Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang bersangkutan.

Apabila kita ambil dasar 52 pabrik jang bekerdja maka diperlukan tenaga2 ahli dan kedjuruan jang seimbang pula.Dengan mengambil antjer2 Pabrik Gula Tjepiring jang menurut Bank Indus-tri Negara merupakan pabrik jang sudah dipimpin dengan tenaga bangsa Indonesia sendiri,

maka untuk ………….

- 55 -

Page 63: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

maka untuk 52 pabrik jang ada sekarang diperlukan tenaga2 seperti berikut:

Administratir 52 x 1 = 52 orangPemegang buku 52 x 1 = 52 "Masenis 52 x 1 = 156 "Chemiker 52 x 1 = 52 "

(Opzeter-tanaman kepala)

H.T.O. 52 x 1 = 104 "

Kepala fabricage 52 x 1 = 52 "Sinder 52 x 1 = 575 "

Pengurus Transport 52 x 1 = 208 "Buruh tetaptukang2 besi, batu, dll 52 x 1 = 104 orang.

Dalam tahun 1961 harus dapat dipenuhi minimal djumlah tenaga ahli dan kedjuruan tersebut diatas untuk dapat mengatasi rentjana pe-nambahan produksi.

Indonesia adalah anggauta dari International Sugar Council atau Dewan Gula Internasional, setelah dengan resmi menjerahkan dokumen ratifikasi perdjadjian gula internasional pada tanggal 21 Februari 1958. dalam Konvensi Gula jang telah diamandir, Indonesia mendapat djatah eksport sebanjak 350.000 ton untuk tahun 1958, tetapi hanja dapat direalisasi sebanjak 87.000 ton.

Baik produksi maupun konsumsi gula sedunia dari tahun ke tahun menundjukkan kenaikan. Angka2 1956/1957 dan 1957/1958 adalah seperti berikut:

Produksi Konsumsi Produksi KonsumsiTon Ton Ton Ton

Amerika Utara dan selatan 17,7 djuta 14,3 djuta 18,3 djuta 14,6 djutaEropa 14 djuta 17,7 djuta 15,1 djuta 18,1 djutaA s i a 6 djuta 6,7 djuta 6,1 djuta 6,8 djutaAfrika 2,2 djuta 2 djuta 2,3 djuta 2,36 djutaAustralia 1 djuta 0,7 djuta 1,4 djuta 0,71 djuta

Djumlah sedunia :

41,4 djuta 41,8 djuta 43,4 djuta 42,7 djuta

Produksi gula terbesar didunia masih dipegang oleh Kuba dengan tingkat produksi tahun 1957/1958 sebesar 5,7 djuta ton dan djatah eksport menurut Konvensi Gula dari 1 djuta ton.

Dengan berpedoman ………

- 56 -

Page 64: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Dengan berpedoman kepada djatah produksi dan kebutuhan tahun 1961 maka seterusnja dalam tahun 1962/1963 diadakan perkembangan produksi sesuai dengan perkembangan djumlah penduduk. Dengan djumlah kenaikan penduduk setahun rata2 1,7% maka perlulah ada tambahan pro-duksi setahun sedikitnja 2% dari tahun2 sebelumnja. Pertambahan itu ditempuh melalui perluasan areal, mendirikan pabrik2 baru diluar Djawa, usaha meninggikan rendement per HA.

Tambahan areal harus pula diusahakan adanja tambahan djumlah buruh tetap dan seizoen jang antjer2nja sudah ditetapkan dalam no. (f).

Pembeajaan : Jang masih harus dipetjahkan adalah beaja untuk mentju-kupi rentjana perluasan areal dan rentjana mempertinggi rendement serta research jang diperlukan untuk itu.

Dalam soal mendirikan pabrik baru perlu didapatkan hasil pembea-jaan pabrik Gula Madu Kismo dalam rupiah dan devisen jang bisa didjadi-kan pedoman untuk membangun pabrik2 gula jang baru.

Jang mengenai perluasan areal perlu dipetjahkan tjara2 penjewa-an jang tidak merugikan kaum tani. Sistim sewa tanah jang lama perlu diganti dengan sistim baru. Misalnja dapat ditempuh dengan djalan me-netapkan bersama antara organisasi2 tani dan pabrik untuk menetapkan tjara2 pembajaran sewa.

Sebagai dasar misalnja dapat ditetapkan rendement per HA dan dinilai bagian bagi kaum tani menurut harga pasar jang ditetapkan Pemerintah. Harga menurut pabrik sudah termasuk keuntungan pabrik, penjusutan, penggantian alat2 produksi, dan ongkos lain2. Selebihnja dapat diserahkan kepada kaum tani untuk pembajaran sewa tanah jang disesuaikan paling sedikit sama dengan hasil tanah itu untuk tanaman padi, palawidja dan lain 2 dalam waktu jang sama dengan masa penjewaan.

B. MINJAK KELAPA (KOPRA) ……..

- 57 -

Page 65: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

B. MINJAK KELAPA (KOPRA)Situasi produksi minjak kelapa dalam tahun 1958 menurut berat, nilai dan susunan daerah adalah sebagai berikut:

DST I

Perusahaan2 jang melapor Djumlah perusaha-an jang lapor

Djumlah produksi kg.

N i l a i a Rp. 10 per kg

Djakarta Raya 141 284 892 Rp. 1 412 848 920 16Djawa Barat 56 869 464 Rp. 568 694 640 19Djawa Tengah 113 946 132 Rp. 1 139 461 320 15Djawa Timur 169 312 968 Rp. 1 693 129 680 33Sumatera Utara 1 800 000 Rp. 18 000 000 7Sumatera Tengah 14 865 828 Rp. 148 658 280 7Sumatera Selatan 900 000 Rp. 9 000 000 7Kalimantan 24 698 640 Rp. 246 986 400 19Sulawesi 37 872 000 Rp. 378 720 000 10Nusatenggara 36 000 000 Rp. 360 000 000 9Maluku 2 160 000 Rp. 21 600 000 1

Seluruh Indonesia 599 709 924 Rp. 5 997 099 240 143

Menarik perhatian adalah kenjataan bahwa djumlah perusahaan jang melapor hanja 143 sedangkan menurut daftar adalah 215. di Sumatera Utara menurut daftar ada 35 perusahaan, Sumatera Tengah 15, Sumatera Selatan 12, Kalimantan 31 dan Nusatengga-ra 15 dan di lain2 daerah menurut daftar adalah sedikit le-bih tinggi daripada laporan. Kemungkinan besar banjak perusaha-an jang tidak bekerdja karena kesulitan bahan pokok kopra. Perusahaan2 minjak kelapa tersebut diatas pada mulanja se-mua adalah perusahaan swasta. Sesudah diambil alih berapa perusahaan jang mendjadi milik Pemerintah belum djelas. Djikalau ada pembeajaan jang harus disediakan maka hal itu adalah dalam hubungan dengan pembelian kopra untuk keperlu-an pembelian kopra dari para penghasil kelapa. Pembelian ini dilakukan dahulu oleh Jajasan Kopra jang telah dilikwi-dasi dan diganti oleh IKKI jang melakukan pembelian kopra untuk keperluan konsumsi dalam negeri. IKKI (Induk Kopera-si Kopra Indonesia) memerlukan uang cash untuk melakukan pembelian itu jang seharusnja disediakan oleh Pemerintah untuk melantjarkan pembelian, jang daerah kerdjanja baru meliputi Kalimantan Barat dan Djawa Barat.Keseretan dalam produksi minjak kelapa terutama sekali ka-rena kesulitan dalam pengangkutan kopra dan pembelian2 jang disebabkan karena kurang sesuainja harga pembelian

koperasi ………

- 58 -

Page 66: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

koperasi dengan harga pasar bebas.Dalam tahun 1958 tidak diadakan eksport kopra karena kesu-litan pasar serta penjelundupan2 oleh petualang2 PRRI-Permesta.Tetapi djuga karena harus terutama sekali memenuhi kebutuhan akan konsumsi dalam negeri.Hingga sekarang problim minjak kelapa sebagai kebutuhan se-hari-hari dari Rakjat belum terpetjahkan setjara baik karena kesulitan dalam persediaan dimana perusahaan-perusahaan mi-njak kelapa banjak bekerdja dibawah kapasitet ada jang hanja 15 sampai 25% sadja dari kapasitet dalam tahun 1959.Untuk menghasilkan 599 709 ton minjak kelapa diperlukan ku-rang lebih 1 djuta ton kopra kering jang rendemennja rata2 untuk minjak kelapa 60%.Produksi kopra tahun 1957 adalah 1,2 djuta ton sedangkan ta-hun 1958 adalah 1 djuta ton menurut Djawatan pertanian Rakjat dan menurut keterangan JM. Menteri Suprajogi kepada Depernas produksi kopra 1958 adalah 1,4 djuta ton. Angka ini masih harus diteliti lagi mana jang benar. Tetapi pada dasarnja da-pat ditarik kesimpulan bahwa produksi kopra untuk konsumsi dalam negeri sebenarnja adalah tjukup ketjuali kalau harus dikurangi untuk eksport. Terasa sekarang sumber kesulitan po-kok mengenai produksi minjak kelapaadalah kesulitan pengang-kutan atau distribusi kopra dan hasil minjak kelapanja. Mengenai tenaga sebenarnja tidak ada kesulitan jang berarti sebab pada umumnja pabrik2 banjak jang terpaksa mengurangi tenaga kerdja karena harus bekerdja dibawah kapasitet.

Djikalau dilihat dari sudut kebutuhan akan konsumsi minjak kelapa didalam negeri maka dengan djumlah penduduk 92,3

92,3djuta dalam tahun 1961 diperlukan ------ x 800.000 ton kopra =

68,4135% x 800.000 ton kopra = 1 080 000 ton kopra. (Sebelum perang kebutuhan dalam negeri adalah 800 000 ton kopra dengan djumlah penduduk 68,4 djuta).Setjara teoritis sudah terpenuhi kebutuhan dalam negeri me-ngenai kopra untuk produksi minjak kelapa. Tetapi tetap me-rupakan problim terbesar adalah soal pembelian dan pengang-kutan kopra untuk konsumsi dalam negeri. Produksi sebelum perang adalah 1,3 djuta ton kopra atau 60% lebih daripada kebutuhan dengan persediaan eksport 500 sampai 600 000 ton kopra.Karena itu untuk tahun 1961 adalah penting untuk merealisasi angka produksi kopra dalam tahun 1961 sedjumlah 1,5 djuta ton.

untuk ……….

- 59 -

Page 67: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

untuk mentjapai produksi itu harus diperluas usaha perema-djaan pohon2 kelapa jang sedapat mungkin melebihi rentjana Pemerintah 30 000 HA setahun, disamping mengintensifkan pemberantasan hama kelapa. Areal tanaman kelapa sekarang ada-lah seluas 1,6 djuta HA.Jang penting adalah melantjarkan pembelian kopra dari peta-ni dan melantjarkan pengangkutan kopra itu untuk produksi dalam negeri. Djikalau harga kopra achir Desember 1958 ma-sih tetap menurut IKKI jaitu Rp. 650 per kwintal maka per-lu disediakan beaja oleh bank2 Pemerintah kepada badan pem-belian kopra atas dasar kwantum jang dibutuhkan oleh produ-sen minjak kelapa. Kematjetan pembelian kopra achir2 ini terutama sekali karena tidak adanja persediaan uang kontan bagi badan pembelian kopra. Mengingat akan sulitnja barang2 sandang pangan jang diperlukan oleh petani2 kelapa maka ada-lah penting untuk memenuhi kebutuhan tekstil, garam, gula dan lain2 dengan harga jang rendah.Pendirian pabrik minjak kelapa baru sebaiknja dilakukan di luar Djawa ditempat penghasil kopra.Pendirian pabrik drum atau pabrik kaleng supaja segera di-laksanakan untuk dapat memenuhi sendiri akan kebutuhan da-lam negeri dan melantjarkan eksport minjak kelapa.Atas dasar djatah produksi tahun 1961 hendaknja untuk tahun2 berikutnja diperhitungkan kenaikan produksi 2% jang seimbang dengan kenaikan djumlah penduduk kl. 1,7% setahun.Tentang beaja jang harus disediakan oleh Pemerintah untuk modal kerdja badan2 pembelian kopra guna konsumsi dalam ne-geri sebesar 1 djuta ton dalam tahun 1961 perlu disediakan modal beredar untuk keperluan djual beli kopra sebesar Rp. 1 miljar. Dasar perhitungannja adalah mendjamin pembelian kopra untuk kapasitet produksi minjak kelapa paling sedikit

1 000 000dua bulan jaitu sebesar ---------------- x Rp. 6.5000 =

6untuk dapat merealisasi produksi kopra sebesar 1½ djuta ton dalam tahun 1961 perlu segera diadakan research mengenai kemungkinan intensifikasi dengan menggunakan rabuk dan mengintensifkan pemberantasan hama kelapa setjara massal.

C. GARAM ………..

- 60 -

Page 68: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

C. GARAMMengenai produksi garam ini dapat dibagi dua, jaitu garam

jang diproduksi oleh Pemerintah melalui Perusahaan Garam Soda Negeri (PGSN) dan garam jang diusahakan oleh Rakjat sendiri jang lazim disebut garam Rakjat.

Berdasarkan bahan2 PGSN sendiri maka luas areal peng-garaman PGSN adalah sebesar 6000 HA dengan hasil produksi rata2 50 ton per Ha semusim. Daerah2 pegaraman PGSN itu terdapat di 6 tempat jaitu: Gresik, Geresik Putih, Sampang, Pamekasan, Nem-bakor dan Sumenep. Semendjak tahun 1939 hingga sekarang produksi tertinggal adalah tahun 1951 sebesar 481.000 ton karena iklim baik dan jang terendah adalah tahun 1955 sedjumlah 46.000 tonjang alasannja adalah karena iklim djelek.

Situasi produksi garam PGSN 3 tahun terachir adalah seper-ti berikut:

1957 347.000 ton1958 234.603 ton1959 300.000 ton (taksiran)

Keadaan pegaraman Rakjat menurut susunan daerah, produksi luas HA dan nilai dalam tahun 1958 adalah sebagai berikut:

Luas (HA)

Produksi (ton)

Nilai (Rp.)

Djawa Barat 187 7480 Rp. 11.668.800Djawa Tengah 1050 42000 " 65.520.000D.I. Jogjakarta - - -Djawa Timur 1448 56523 " 88.155.880

Djawa/Madura 2685 106003 Rp. 165.344.680

Sulawesi 2000 120000 Rp. 187.200.000

Nusa Tenggara 443 11426 Rp. 17.724.560

I N D O N E S I A 5128 237429 Rp. 370.269.240

Kesulitan jang menjolok selama ini mengenai produksi garam Rakjat menurut Pemerintah adalah kwalitet jang belum baik dan kekurangan modal. Akibatnja belum semua areal pegaraman Rakjat dapat dikerdjakan misalnja diambil tjontoh di Madura misalnja areal sebenarnja 2.410 HA baru dikerdjakan 1.448 HA. Seluruh areal jang baik buat pegaraman Rakjat ditaksir 6.090 HA.Melalui Bank Tani Nelajan oleh Pemerintah telah dikeluarkan kre-dit Rp. 2.373.284,-- untuk seluas 469,2 HA atau tiap HA diperlu-kan kredit sebesar Rp. 5000,--

Pada pokoknja …………

- 61 -

Page 69: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Pada pokoknja mengenai processing pembuatan garam masih di-dasarkan kepada penguapan air laut jang tergantung kepada mata-hari dan musim. Dilihat dari sudut kebutuhan untuk makan penga-wetan ikan dan industri jang ditaksir berdasarkan pemakaian se-karang seluruhnja berdjumlah 427.000 ton setahun (menurut kete-rangan Menteri Soeprajogi).

Tetapi keadaan sekarang belum mendjamin lantjarnja distri-busi garam untuk pangan Rakjat seperti terbukti dari harga pa-sar bebas jang masih tinggi dan alokasi ke daerah2 jang tidak lantjar selain karena kurangnja persediaan terutama djuga ka-rena kesulitan transport.

Pada dasarnja harus ditjegah sekeras-kerasnja terulangnja kedjadian jang menjedihkan dimana Indonesia harus mengimport garam dari negara lain untuk dimakan. Seluruh kebutuhan garam untuk konsumsi, industri perikanan dan industri lainnja harus sepenuhnja dapat ditutup dengan produksi sendiri baik oleh Pe-merintah maupun oleh rakjat. Berdasarkan djumlah penduduk da-lam tahun 1961 sebesar 92,3 djuta orang dan konsumsi tiap orang 200 gram sebulan atau 2,4 Kg setahun maka:Kebutuhan garam konsumsi adalah 222.000 ton.Kebutuhan industri perikanan 450.000 ton.Kebutuhan industri lainnja 25.000 tonKebutuhan seluruhnja adalah 697.000 ton.

Kebutuhan industri perikanan dan industri lainnja berda-sarkan target Pemerintah. Dibandingkan dengan produksi tahun 1958 sebesar 234.603 ton + 237.429 ton = 472.032 ton masih harus diperlukan tambhan produksi sebesar 224.968 ton atau dibulat-kan mendjadi 225.000 ton. Hal ini harus dapat ditempuh oleh garam Pemerintah dengan mentjapai tingkat produksi seperti dalam tahun 1951 dengan djumlah produksi 480.000 ton.Agar dapat didjamin tertjapainja produksi ini supaja diatasi processing dengan sistem “boilers” djadi tidak menggantungkan semata-mata kepada matahari dan musim. Djikalau PGSN mendjadi-kan processing sistem “boilers” ini sebagai rentjana djangka pandjang supaja diubah mendjadi rentjana djangka pendek dengan segera mengeluarkan beaja setjukupnja untuk keperluan pertjo-baan (experiment) pada setengah tahun terachir 1960, dengan beaja kira2 untuk ini Rp. 20 djuta.

Areal pegaraman Rakjat jang belum dikerdjakan supaja di-kerdjakan seluruhnja, djadi harus dapat ditambah dengan 6090 HA – 5128 HA = 962 HA. Untuk ini supaja dapat disedia-kan beaja sebesar 962 x Rp. 5000 = Rp. 4,8 djuta atau dibulat-kan mendjadi Rp. 5 djuta.

Kegiatan …………

- 62 -

Page 70: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kegiatan peningkatan produksi garam Pemerintah dan Rakjat itu dilakukan ditempat-tempat jang sudah diselidiki oleh Pemerintah seperti tersebut dimuka. Dengan perluasan produksi garam Pemerintah dan Rakjat tersebut diatas akan ditjapai produksi jang besar sekali kemungkinannja melebihi djatah untuk 1961 tadi. Dengan ini masih ada persediaan un-tuk kemungkinan eksport.

Pemerintah Pusat supaja mendjamin financieringnja dan Pemerintah Daerah Swatantra supaja mengawasi pelaksanaan pro-duksi di daerah2 dan mentjegah masuknja produsen2 garam Rak-jat dalam perangkap kaum lintah darat atau tengkulak2 kaum spekulan.

Apabila diambil seluruh kebutuhan garam dalam negeri 1961 tersebut diatas jaitu 697.000 ton maka per kapita adalah 7,5 Kg. Di Amerika Serikat kebutuhan itu berdjumlah 13 Kg per djiwa setahun dan Negeri Belanda berdjumlah 7 Kg per djiwa setahun.

Tentang tenaga kedjuruan dapat digunakan tenaga jang tersedia sedangkan untuk keperluan penggunakan sistim “boilers” supaja diperbantukan beberapa tenaga teknisk menengah dan te-naga kedjuruan rendahan sebanjak luasnja penggunaan sistim boilers.

Untuk target tahun 1962-1963-1964-1965 ditingkatkan produksi garam dengan kl. 2% dari tahun2 sebelumnja untuk me-menuhi kebutuhan akan tambahnja penduduk dengan rata2 1,7% setahun.

D. MINJAK TANAHProduksi minjak tanah (kerosene) dalam tahun 1958

adalah 10% lebih rendah daripada 1957 sedangkan kebu-tuhan tahun 1958 naik dengan 10% (Sumber Laporan Bank Indonesia 1958/1959). Situasi produksi kerosine dalam tahun2 se-djak 1955 adalah sebagai berikut: (Sumber Biro Pusat Statistik).

1955 - 1.638.000 ton1956 - 1.655.000 ton1957 - 1.668.000 ton1958 - 1.575.000 tonPemakaian minjak lampu (kerosene) semendjak tahun 1955

hingga dengan tahun 1958 adalah seperti berikut:(Sumber Djawatan Pertambangan)

1955 - 717.000 ton1956 - 797.000 ton

1957 ………….

- 63 -

Page 71: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

1957 - 911.000 ton1958 - 1.002.000 ton

Angka2 tersebut diatas menundjukkan bahwa produksi kero-sine melebihi pemakaian kerosene didalam negeri selama ini. Sebagian dari hasil kerosene dieksport keluar negeri. Tetapi.hingga sekarang masih sering terdjadi keseretan2 dalam pere-daran minjak tanah untuk konsumsi Rakjat dimana harga etjeran pasar bebas berkisar antara 150% sampai 200% harga resmi Pe-merintah.

Jang melajani konsumsi dalam negeri akan minjak tanah adalah Stanvac, BPM dan NIAM (Permindo) Permina, PTMRI djuga melajani kebutuhan akan minjak tanah didaerah-daerah. Menge-nai tenaga jang tersedia masih perlu dipetjahkan pendidikan tenaga ahli bangsa Indonesia dan penggunaan tenaga2 ahli asing masih terdiri hanja dari ahli2 Barat.

Sampai sekarang hasil devisen maskapai2 minjak asingmasih sepenuhnja dikuasai oleh modal asing berdasarkan let alone agreement atau “special arrangements” jang pada achir tahun 1960 perdjandjian istimewa akan berachir. Hasil devisen itu djika didasarkan atas angka2 eksport minjak mentah dan hasil2 minjak dari tahun 1955 sampai sekarang misalnja, adalah seperti berikut:

1955 - Rp. 2.460.djuta1956 - Rp. 2.560.djuta1957 - Rp. 3.676.djuta1958 - Rp. 3.218.djuta

Angka2 tersebut masih berdasarkan kurs 1 $ = Rp. 11,4.Mengingat imbangan antara produksi minjak tanah (kero-

sine) dan pemaiakain didalam negeri masih terdapat kelebihan jang besar maka jang mendjadi problim besar adalah melantjar-kan peredaran minjak tanah tersebut sehingga tidak terdapat kenaikan harga dipasar bebas dan dapat disesuaikan dengan harga resmi jang belum dinaikkan. Sebab sedjak Djanuari 1960 harga minjak tanah telah dinaikkan oleh Pemerintah.

Persediaan untuk memenuhi kebutuhan seharusnja tidak dikurangi seperti jang terdjadi dalam tahun 1958. Djikalau diambil niveau persediaan tahun 1958 dihubungkan dengan kebu-tuhan penduduk sebagai keadaan normal maka pada waktu itu diperlukan per kapita 11,42 KG setahun maka dalam tahun 1961 diperlukan persediaan sebesar 11,42 x 92,3 djuta = 1.054.000 ton jang sepenuhnja masih dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Jang …………

- 64 -

Page 72: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Jang penting sekarang untuk dapat melantjarkan peredar-an minjak tanah guna keperluan konsumsi Rakjat adalah Pemerin-tah menguasai seluruh bagian distribusi minjak tanah dari mas-kapai2 asing. Maskapai2 asing diharuskan memenuhi seluruh ke-butuhan riil akan minjak tanah bagi konsumsi dalam negeri.

Untuk dapat melantjarkan transport kedaerah-daerah Pemerintah supaja dapat memiliki 3 kapal tanker minjak a 2000 ton paling sedikit untuk dapat melajani pengangkutan minjak ke daerah2 dari Sumatera, Kalimantan dan kedaerah-daerah pe-makai.

Tambang minjak Sumatera Utara (Permina) dan PTMRI su-paja dapat diusahakan seluas-luasnja untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan untuk eksport. Agar Pemerintah dapat membea-jai keperluan akan pembangunan tambang minjak negara maka dengan sendirinja semua hasil devisen maskapai minjak asing setelah kontraknja berachirpada tahun 1960 tidak diperpandjang lagi dan dikuasai sepenuhnja oleh Pemerintah. Dengan ini masa-lah pembiajaan devisen dapat diatasi.

Permindo jang merupakan perusahaan tjampuran Pemerintah dengan BPM supaja didjadikan perusahaan Pemerintah sepenuh-nja. Mengenai tenaga2 ahli minjak supaja mengutamakan pendi-dikan tenaga bangsa Indonesia dan untuk mempertjepat pendidik-an itu supaja ditempuh djuga djalan pengiriman tenaga2 ke-luar negeri jang tidak berat kedunia kapitalis tetapi djuga kedunia sosialis. Begitupun dalam menggunakan tenaga asing supaja sesuai dengan politik bebas dan aktif mendatangkan dju-ga tenaga2 asing dari negara2 sosialis untuk membantu mengada-kan penjelidikan2 serta mendidik tenaga ahli bangsa Indonesia.

Target tahun2 1962, 1963, 1964, 1965 supaja dinaikkan sesuai dengan berkembangnja djumlah penduduk dan kebutuhan riil jang bertambah. Djika diambil sebagai dasar kenaikan kebutuhan konsumsi minjak tanah 1958 jang naik dengan 10% di-bandingkan dengan tahun 1957 maka djuga untuk tahun2 sesudah 1961 diadakan kenaikan persediaan untuk dalam negeri sebesar 10% dari tahun2 sebelumnja dan kenaikan produksi jang seim-bang dengan keperluan konsumsi dalam negeri dan eksport.

E. ROKOKDalam soal produksi rokok harus dipetjahkan produksi

tembakau, tjengkeh dan kertas sigaret, semuanja sebagai ba-han rokok. Kapasitet produksi rokok sigaretdari perusahaan2 jang mendapatkan lisensi adalah 163.000 batang/semenit. Sedjak tahun 1953 produksi dari tahun ke tahun terus meningkat.

Dalam ………

- 65 -

Page 73: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Dalam mempersoalkan masalah tembakau maka dapatlah dibagi dalam dua golongan terpenting, jaitu tembakau untuk export jaitu tembakau Djawa dan Deli dan tembakau untuk kon-sumsi dalam negeri jaitu tembakau Virginia. Atau djuga dapat disebut tembakau serutu (Besuki, Lumadjang, Vosrtenlandes,Banjumas dan Deli) dan tembakau sigaret (Sulawesi, Bondjonegoro, Besuki, Madura, Jogja, Solo dan tempat2lain di Madiun, Kediri, Pekalongan, Bali Lombok jang masih sedikit). Buat konsumsi dalam negeri ada pula tembakau lain lagi jaitu tem-bakau randjangan jang terutama untuk rokok kretek, rokok lintingan dan sugi (Kedu, Sumatera Tengah).

Sesuai dengan tugas seksi pangan maka jang akan diba-has adalah tembakau sigaret dan tembakau randjangan untuk konsumsi dalam negeri, atau konkritnja tembakau Virginia dan krosok. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sedjumlah 17.000 ton tembakau Virginia setahun sampai sekarang sebagian masih diimpor.

Tahun 1955 masih diimport 10.000 ton. Produksi 6.500 ton8.500 ״ ״ 8.500 ״ ״ 1956 ״ ton12.000 ״ ״ 5.000 ״ ״ 1957 ״ ton״ ״ 3.300 ״ ״ 1958 ״ -

Nilai import tembakau tahun 1958 adalah Rp. 43 djuta devisen.Krosok dapat dihasilkan sepenuhnja didalam negeri.Mengenai tjengkeh, produksi hanja 3000 ton sedangkan

kebutuhan adalah 12.000 ton atau 75% masih diimport. Import tahun 1958 berdjumlah 8.300 ton dengan nilai harga Rp. 81 djuta devisen. Penjebaran bibit pohon tjengkeh sedjak tahun 1955 hingga tahun 1957 sudah berdjumlah 1.400.000 pohon. Distribusinja masih tetap tidak terlepas dari sasaran kaum spekulan, sehingga menjebabkan melondjaknja harga, serta sukar didapat oleh para produsen rokok.

Mengenai kertas sigaret, sampai sekarang belum diproduksi sendiri didalam negeri. Import tahun 1958 berdjumlah 3.686 ton dengan harga Rp. 25,6 djuta devisen.

Mengenai tenaga kerdja ketjuali untuk memenuhi tenaga ahli pertanian guna meninggikan kwalitet tembakau pada umumnja belum mendjadi problim.

Pada tahun 1961 supaja dapat selfsupporting dalam soal produksi tembakau Virginia guna memenuhi kebutuhan perusahaan2 rokok didalam negeri. Dari 17.000 ton tembakau untuk produksi perusahaan rokok 5000 ton adalah tembakau krosok Djawa dan 12.000 ton adalah tembakau Virginia. Sedjak tahun 1957 kebu-tuhan tembakau Virginia untuk dalam negeri sudah meningkat

mendjadi ……….

- 66 -

Page 74: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

mendjadi 17.000 ton. Menurut taksiran Pemerintah untuk 12.000 ton Virginia dipergunakan modal sebesar Rp. 200 djuta atau untuk 17.000 ton diperlukan kl. Rp. 280 djuta.

Selfsupporting dalam tembakau Virginia pada tahun 1961 tidaklah sulit untuk ditjapai apabila Pemerintah dapat menje-diakan kredit jang tjukup untuk membantu para produsen tembakau. Sebab umumnja kaun tani lebih suka menanam tembakau Virginia mengingat hasilnja jang lebih menguntungkan daripada tebu mi-salnja.

Mengenai tjengkeh supaja usaha mempertjepat perluasan produksi dengan memperluas tanaman bibit segera dipeladjari dan direalisasi. Dana untuk ini agar dapat didjalankan tana-man2 pertjobaan2 jang intensif supaja dapat disediakan setju-kupnja. Djuga dipeladjari kemungkinan mengadakan usaha penanam-an pohon tjengkeh setjara masaal dengan mengikutsertakan Rak-jat, dengan bantuan2 teknis dan materiil setjukupnja dari pe-merintah.

Produksi kertas sigaret djuga harus segera dipetjahkan dengan mendirikan projek pabrik kertas baru jang diperlengkapi setjukupnja. Supaja pabrik ini sedapat mungkin didirikan di-daerah-daerah penghasil bahan2 mentahnja dan dekat dengan alat2 perhubungan jang ada.

Tenaga2 ahli jang diperlukan adalah terutama sekali tenaga ahli pertanian untuk mempeladjari setjara chusus masa-lah2 kwalitet2 tembakau dan jang mengenai pasaran tembakau di-luar negeri. Tenaga2 ahli itu selain untuk keperluan perkebun-an2 besar djuga untuk dapat memberikan kursus2 kepada kaum ta-ni tembakau. Djikalau ditindjau dari sudut djumlah omprongan atau oven dalam tahun 1957 sebesar 4000 dan kalau diambil se-bagai ukuran untuk 10 omprongan satu tenaga ahli maka untuk keperluan produksi tembakau Virginia dibutuhkan paling sedikit 400 tenaga2 ahli belum terhitung tenaga2 jang diperlukan untuk tembakau eksport diperkebunan2 besar.

Dengan sendirinja harus dapat dipikirkan keseimbangan antara keperluan areal untuk tembakau dan tanaman2 penting lain-nja seperti beras, tebu dan lainnja.

Berhubung dengan perentjanaan tahun2 1962, 1963, 1964, dan 1965 supaja dapat diadakan kenaikan produksi rokok jang se-imbang pula dengan naiknja djumlah penduduk. Kenaikan produksi tembakau selama ini supaja dapat dilandjutkan untuk tahun2 ter-sebut diatas.

KESIMPULAN ………

- 67 -

Page 75: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

KESIMPULAN UMUM

Berdasarkan angka2 resmi dari Pemerintah situasi sekarang me-ngenai keadaan produksi dan kebutuhan barang2 makanan atau kebutuhan pokok tersebut adalah sebagai berikut:

Barang: Produksi 1958 Taksiran kebu-tuhan setahun:

Keterangan:

Gula:a. Per-kebu-nan

b.Rakjat man-kok

736.272 ton

289.000 ton

870.000 ton 1958 disediakan konsumsi dalam negeri 783.000 ton. (252.000 ton sisa 1957). Kebutuhan gula sekarang 30 gram sehari – 10 kg setahun per capita. Nota keuangan II/4 kebu-tuhan setahun 600 a 700.000 ton.

Minjak kelapa:

599.710 ton 600.000 ton Berdasarkan angka konsum-si 1000.000 ton kopra rendement 60%.

Garam:a. PGSN

b. Rakjat

234.603 ton

237.420 ton

685.000 ton Menurut nota PGSN per ca-pita 4 kg setahun untuk makan dan industri.menurut Dep. Pertanian ke-terangan spr. 200 gram sebulan.industri 475.000 ton seta-hun. Semuanja 685.000 ton setahun.

Minjak tanah:

1.501.000 ton 1.002.000 ton Konsumsi 1958 naik 10% produksi turun 10%. Tiap tahun konsumsi naik.

Rokok: - 1958 produksi rokok si-garet 263.000 batang/se-menit.

Tjengkeh 3.000 ton 12.000 ton Import 1958: 8.300 ton.

Kertas sigaret - 3.684 ton Berdasarkan import 1958.

Kesimpulan ……..

- 68 -

Page 76: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Kesimpulan mengenai produksi dan kebutuhan barang2 tersebut.

Selama belum ada angka2 lain jang dapat merubah situasi kese-imbangan antara produksi dan kebutuhan maka dari angka2 tersebut dapat ditarik kesimpulan setjara global bahwa:

Gula: produksi dihubungkan dengan kebutuhan dalam negeri djika di-gabungkan dengan hasil produksi gula rakjat tidak terdapat kekurangan.Hanja sadja apabila eksport gula dilakukan dalam djumlah jang besar dengan mengurangi persediaan untuk keperluan dalam negeri akan menjebabkan pula kesulitan2 dalam memenuhi kon-sumsi gula. Sekalipun begitu sekarang sangat dirasakan bahwa peredaran gula untuk konsumsi rakjat tidak berdjalan lantjar dibanjak daerah dan harga pasar dan harga resmi masih djauh berbeda.Problem memperbesar produksi tetap penting untuk mengatasi kematjetan2 sekarang. Masalah lain seperti luas areal ta-naman tebu, kapasitet pabrik sekarang, barang2 buku, produksi gula rakjat dll. adalah masalah2 penting jang harus dipe-tjahkan.

Minjak kelapa: Mengingat produksi bahan pokok kopra tjukup, ma-lahan mengeksport maka sebenarnja terletak kepada memperbesar produksi pabrik2 minjak kelapa dan menindjau kemungkinan mendorong produksi minjak jang dilakukan oleh rakjat sen-diri. Soal organisasi penampungan dan penjaluran produksi kopra, perlu dipetjahkan.

Garam: Produksi garam PGSN dan pergaraman rakjat ternjata dibawah kebutuhan untuk makanan dan industri termasuk pengawetan ikan. Tetapi tingkat produksi ini masih harus dikembangkan untuk dapat mengatasi manipulasi dan menampung kebutuhan industri dalam rangka pembangunan.Soal politik pembikinan, pendjualan garam pemerintah, bahan2 jang diperlukan untuk memperbaiki tjara2 pembikinan garam, soal kematjetan distribusi garam dibeberapa tempat dll. djuga merupakan problem jang harus dipetjahkan.

Minjak tanah: Produksi minjak tanah tjukup dan sewaktu2 dapat diperbesar untuk memenuhi kebutuhan dengan meningkatkan djumlah penduduk. Tetapi sekarang terasa kesulitan dalam peredaran dan harga minjak. Djuga problem penguasaan minjak tanah untuk konsumsi dalam negeri belum terpetjahkan dan masih tergantung sebagian besar kepada persediaan jang di-produksi oleh maskapai minjak asing. Penting memetjahkan djuga rentjana persediaan jang harus ditjukupi oleh tam-bang2 minjak milik negara jang semuanja ditindjau kembali.

Rokok ………..

- 69 -

Page 77: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

Rokok: Angka mengenai produksi rokok, baru produksi rokok putih jang merupakan sebagian sadja dari konsumsi rakjat. Produksi rokok kretek belum didapat angkanja. Tetapi jang terang dalam soal bahan pokok seperti kertas sigaret dan tjengkeh masih tergan-tung kepada import, jang harus dipetjahkan kemungkinan self-supporting dalam negeri. Jang sudah pasti mesti dipetjahkan adalah bagaimana sama sekali tidak mengimport tembakau, ker-tas sigaret dan rokok. Soal2 seperti mendorong industri ro-kok rakjat dll. perlu dipetjahkan.

RENTJANA ……..

- 70 -

Page 78: Laporan - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSeksi “Industri Pangan” dibentuk oleh Sidang Pleno Depernas pada tanggal 15 Desember 1959 di Bandung. TUGAS SEKSI Mendjelaskan

RENTJANA PRODUKSI DARI TAHUN 1961 s/d TAHUN 1965

NAMA BARANG

RENTJANA PRODUKSI MODAL TENAGAKETERANGANTahun Djumlah Naik Konstan ! Modal Kerdja AHLI/KEDJURUAN

Atas Tengah Bawahan

Gula pasir dan mangkok

1961/1962 1.600.000 ton 60% Rp. 2000 djuta 416 835 41.600 Dibandingkan dengan produksi 1958 gula pasir dan mangkok. Biaja kerdja diperkirakan kenaikan harga sewa tanah dengan rata-rata 50%

1962/1963 1.632.000 ton 2% -.- -.- -.-1963/1964 1.665.000 ton 2% -.- -.- -.-1964/1965 1.698.000 ton 2% -.- -.- -.-

Minjak ke-lapa/Kopra

1961 1.500.000 ton 7% Rp. 1000 djuta -.- -.- -.- Dibandingkan dengan produksi 1958 = 1,4 djuta ton menurut Menteri Supra-jogi, menurut Djawatan Pertanian 1 djuta ton. Rendemen Kopra untuk minjak kelapa 60%.

1962 1.530.000 ton 2%1963 1.561.000 ton 2%1964 1.592.000 ton 2%1965 1.624.000 ton 2%

GARAM PGSN dan Rakjat

1961 697.000 ton 47% Rp. 25 djuta -.- -.- -.- Dibandingkan dengan angka produksi garam PGSN dan Rakjat tahun 1958.1962 711.000 ton 2%

1963 725.000 ton 2%1964 740.000 ton 2%1965 755.000 ton 2%

Minjak tanah

Persediaan Kon-sumsi Dalam Ne-geri

1961 1.054.000 ton 5% Dari tingkat persediaan 1958 untuk Konsumsi Dalam Negeri.1962 1.159.000 ton 10%

1963 1.275.000 ton 10%1964 1.403.000 ton 10%1965 1.543.000 ton 10%

Rokok Tem-bakau Vir-ginia

1961 17.000 ton 42% Rp. 280 djuta 400 Dibandingkan produksi 1957.1962 17.340 ton 2%1963 17.600 ton 2%1964 18.040 ton 2%1965 18.400 ton 2%

Tjengkeh 1961 Rp. 100 djuta x) berhasil dan tidaknja tergantung kepada lama dan luasnja usaha penanaman.

196219631964 x)1965 12.000 ton

Kertas sigaret

1961 4.000 ton 5% Mendirikan satu pabrik modern.1962 4.200 ton 5%1963 4.410 ton 5%1964 4.630 ton 5%1965 4.860 ton 5%