laporan kasus 1 rm fin

38
LAPORAN KASUS SEORANG LAKI-LAKI DENGAN NYERI LE NGAN ATAS KIRI KELOMPOK 8 Irfan Sugiyanto 030.08.128 Mohammad Fachri Ibrahim 030.09.156 Muhamad Rosaldy 030.09.158 Muhammad Taufiq Hidayat 030.09.160 Mutiara Citraristi 030.09.162  Nabila Syafira Audi S 030.09.163  Nabila Zaneta 030.09.164  Najua Saleh 030.09.166  Nanda Anessa Minanti 030.09.168  Ni Made Rai Wahyuni S 030.09.170  Novia Alrosa 030.09.172 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 15 April 2011

Upload: wahyuni-setiawati

Post on 05-Jul-2015

600 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 1/38

 

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI DENGAN NYERI LENGAN ATAS KIRI

KELOMPOK 8

Irfan Sugiyanto 030.08.128

Mohammad Fachri Ibrahim 030.09.156

Muhamad Rosaldy 030.09.158

Muhammad Taufiq Hidayat 030.09.160

Mutiara Citraristi 030.09.162

  Nabila Syafira Audi S 030.09.163

  Nabila Zaneta 030.09.164

  Najua Saleh 030.09.166

  Nanda Anessa Minanti 030.09.168

  Ni Made Rai Wahyuni S 030.09.170

  Novia Alrosa 030.09.172

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta, 15 April 2011

Page 2: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 2/38

 

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah

dapat berupa trauma langsung misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan trauma

tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau

radius distal patah.(1)

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan

dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau

kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita

 berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. 

Page 3: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 3/38

 

LAPORAN KASUS

Lembar 1

Seorang penderita laki-laki masuk ke UGD jam 21.00 dengan keluhan nyeri pada lengan

atas kiri, menggunakan mitela pada lengan kirinya. Penderita ditemani oleh seorang pengantar.

Lembar 2

Biodata

  Nama : Tn. Asampezet

Usia : 25 tahun

Pekerjaan : Petinju kelas bulu, bagian keamanan di supermarket

Alamat : Jl. Kenangan No.1 Perumnas 1 Bekasi

Penanggung jawab : Panitia pertandingan

Status perkawinan : Belum kawin

Penderita membawa surat pengantar dari dokter pertandingan. Saat bertanding tinju,

mendapat pukulan swing  keras dari lawan tanding yang mendarat di lengan bawah kiri, ketika

sedang dalam posisi pertahanan dimana kedua lengan merapat berusaha melindungi dada.

Setelah itu penderita terjatuh dengan siku kiri membentur lantai. Penderita merasa sangat

kesakitan pada lengan atas kiri, sehingga tidak dapat melanjutkan pertandingan dan dinyatakan

kalah knock out oleh wasit, pada awal ronde pertama (jam 20.30). lengan kiri atas sangat nyeri

sehingga tidak dapat digerakan. Penderita mengaku tidak ada pukulan pada kepala, tidak ada

gangguan kesadaran, tidak mual dan tidak muntah. Baru sekali ini mengikuti pertandingan.

Tidak ada riwayat sakit pada tulang/otot/sendi dimanapun

Tidak menderita : penyakit darah tinggi, batuk lama, penurunan berat badan

Tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba

Page 4: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 4/38

 

Lembar 3

Pemeriksaan status generalis : (survey awal) : wajah penderita tampak kesakitan, tidak 

 pucat, kesadaran compos mentis

A : tak ada tanda-tanda sumbatan, bicara jelas, mulut bersih, tak ada gigi yang lepas

B : napas spontan, suara bersih, hembusan baik, gerakan napas dada baik dan simetris, RR 20/m

C : sifat dan kwalitas denyut jantung baik, nadi regular isi cukup, HR 84/m, TD 120/80 mmHg

(pemeriksaan di lengan kanan), tak ada tanda-tanda perdarahan; Temp. 36° C.

D : kesadaran penuh, atentatif dan orientatif, reflex pupil baik, respon motorik dan sensorik baik 

(pada bagian yang tidak cedera)

E : kepala dan wajah tek ditemukan jejas/hematom/luka, leher t.a.k., totaks dan punggung t.a.k.,

abdomen t.a.k., genital eksterna t.a.k, ekstremitas : lengan dan tangan kanan t.a.k., lengan dan

tangan kiri lihat status lokalis, tungkai dan kaki kanan/kiri t.a.k.

TB 170 cm, BB 57,2 kg

Status lokalis : lengan dan tangan kiri

Posisis duduk (mitela dilepas pelan-pelan)

Look :

Lengan kiri menggantung lunglai, tak tampak deformitas pada sendi bahu, siku maupun

 pergelangan tangan, tengah-tengah lengan atas bengkak dan memar, tak ada sianosis di akral

Feel :

Teraba agak hangat dan keras pada lokasi otot biseps dan nyeri tekan, lengan bawah dan

tangan tidak dingin. Sensibilitas area dorsum manus berkurang. Pulsasi nadi a. radialis dan

a.ulnaris : cukup, regular 

Page 5: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 5/38

 

Move :

Gerakan aktif sendi bahu : dalam batas normal, gerak aktif siku: tidak mampu dilakukan

karena nyeri, gerak pasif siku: membuat nyeri daerah pembengkakan, tidak bias melakukan

dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan.

Lembar 4

X-foto lengan atas kiri AP/L :

Elektromyografi : neurofraksis N. Radialis

Lab. darah rutin :

Hemoglobin : 16 g/dL

Hematokrit : 48%

Eritrosit : 5,5 j/mm3

Leukosit : 7000/mm3 

Trombosit : 350.000/mm3

LED : 20 mm/jam

Gol. Darah : AB

Page 6: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 6/38

 

BAB II

PEMBAHASAN

Status Pasien

I.  IDENTITAS PASIEN

  Nama : Tn. Asampezet

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Kenangan No.1 Perumnas 1 Bekasi

Pekerjaan : Petinju kelas bulu, bagian keamanan di supermarket

Status perkawinan : Belum kawin

II.  ANAMNESIS

  Keluhan utama : Nyeri pada lengan atas kiri

  Riwayat penyakit sekarang : 

  Dimana terasa nyeri? 

  Apakah nyeri menyebar? 

  Apakah nyeri di permukaan atau di dalam? 

  Kapan nyeri dimulai? 

  Apakah timbul nyeri mendadak atau perlahan? 

 Apakah ada kejadian tertentu yang tampaknya menimbulkan nyeri saat nyeritersebut dimulai?trauma? jika iya bagaimana posisi saat trauma? 

  Kapan nyeri timbul? (pagi, siang, malam)? 

  Seberapa sering nyeri timbul? 

  Apakah nyeri terus menerus atau hilang timbul? 

  Seberapa lama nyeri tersebut menetap? 

Page 7: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 7/38

 

  Apa yang kira-kira memicu nyeri?

  Apa yang menyebabkan nyeri bertambah parah (misalnya gerakan atau perubahan

 posisi)?

  Apa yang menyebabkan nyeri berkurang? (misalnya tidur/beristirahat/duduk)?

  Seperti apa nyeri terasa? (misalnya berdenyut, tumpul, tajam, seperti terbakar,

tertusuk)?

  Seberapa berat nyerinya?

  Apakah nyeri mengganggu aktivitas di rumah atau bekerja?

  Terapi apa yang telah didapatkan?bagaimana hasilnya?

  Apakah tangan masi bisa digerakan?

  Apakah ada demam?

  Mengapa memakai mitela pada lengan bawah?

  Riwayat penyakit dahulu 

  Apakah sebelumnya pernah mengalami trauma?

  Apakah memiliki riwayat penyakit jantung?

  Apakah pernah menderita keganasan/tumor?

  Apakah memiliki penyakit tulang/otot/sendi? (misalnya osteoporosis)?

  Riwayat penyakit keluarga 

 Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung?

  Apakah ada anggota keluarga lain yang menderita keganasan?

  Riwayat kebiasaan 

  Apakah sering mengkonsumsi alcohol/rokok?

  Apakah sering mengangkat beban berat?

  Apakah kurang aktivitas?

III.  HIPOTESIS 

  Trauma lengan atas kiri

  Osteoporosis

   Myocardial infarction

  Infeksi pada lengan atas kiri 

  Tumor lengan atas kiri 

Page 8: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 8/38

 

IV.  PEMERIKSAAN FISIK  

Interpretasi status generalis 

  No Penilaian Hasil Pemeriksaan

fisik 

Hasil Normal Keterangan

1 Keadaan Umum Tampak kesakitan,

tidak pucat, atentif,

orientatif 

 Normal

2 Kesadaran Compos mentis Compos

mentis

 Normal

3 Berat Badan 57,2 kg

4 Tinggi badan 170 cm

5 Tekanan Darah 120/80 mmHg <120 sist dan

<80diast

 Normal

6 Frekuensi Napas 20/m 14-18x/menit

Tidak 

terdapat

retraksi

 Normal

7 Frekuensi Nadi 84/m, nadi regular,

isi cukup

60-100 kali

dalam

keadaan

istirahat

 Normal

8 Suhu 36°C 36,5°C ± 

37,2° C

Subnormal

(35°C-36,5°C)

9 Kepala Kepala dan wajah

tidak ditemukan

 jejas/hematom/luka

 Normosefali,

tidak ada

 jejas

 Normal

10 Mata Refleks pupil baik Bulat,

reguler,

isokor,

miosis

 Normal

Page 9: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 9/38

 

dengan

 penyinaran

11 Telinga - -

12 Hidung Napas spontan,

hembusan baik 

 Napas

spontan,

tanpa sekret

 Normal

13 Mulut Tak ada tanda

sumbatan, bicara

 jelas, mulut bersih,

tak ada gigi lepas

Bersih, tak 

ada

sumbatan,

gigi utuh

 Normal

14 Tenggorokan Tak ada tanda

sumbatan, suara

 bersih

Tidak 

hiperemis,

tak ada

sumbatan

T1-T1

 Normal

15 Leher Tak ada kelainan Tidak ada

 benjolan/jejas

 Normal

16 Toraks (paru) Gerak napas dan

dada baik dan

simetris, tak ada

kelainan

Gerakan

simetris saat

statis dan

dinamis

 Normal

17 Toraks (jantung) Sifat dan kwalitas

denyut jantung

  baik, tak ada

kelainan

Ins : Iktus di

ICS IV garis

midclavicular 

kiri

Per : redup

Aus : S1-S2

reguler,

 bising(-),

irama derap

(-)

 Normal

Page 10: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 10/38

 

 

18 Abdomen dan Viscera Tak ada kelainan Normal

19 Genitalia Eksterna Tak ada kelainan Normal

20 Ektremitas Atas dan

Bawah

Lengan dan tangan

kanan : tak ada

tanda perdarahan,

respon motorik dan

sensorik baik,tak 

ada kelainan,

lengan dan tangan

lihat status lokalis,

tungkai dan kaki

kanan/kiri tak ada

kelainan

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik hampir semua hasil dalam keadaan normal.

  Namun suhu tubuh pasien mengalami sedikit penurunan dari batas normalnya. Suhu

tubuh berfluktuasi secara fisiologik sepanjang hari, terendah pada pagi hari saat bangun

tidur, tertinggi sekitar pukul 15.00 ± 17.00. suhu tubuh dipengaruhi oleh makan, aktivitas,suhu sekitar dan ovulasi pada wanita. Dalam kasus ini penurunan suhu tubuh

kemungkinan besar dipengaruhi oleh factor lingkungan suhu sekitar pada malam hari

 pasien datang. Hasil ini juga tidak mendukung hipotesis infeksi, tumor, dan m yocardial 

infarction yang telah dikemukakan sebelumnya.

Interpretasi status lokalis

 No

1

Penilaian Hasil pemeriksaan fisik  

Lengan dan

tangan kiri

Look : lengan kiri menggantung lunglai, tak tampak deformitas

  pada sendi bahu, siku maupun pergelangan tangan, tengah-

tengah atas bengkak dan memar, tak ada sianosis di akral

Feel : teraba agak hangat dan keras pada lokasi otot biseps dan

nyeri tekan, lengan bawah dan tangan tidak dingin, sensibilitas

area dorsum manus berkurang, pulsasi nadi a. radialis dan

Page 11: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 11/38

 

a.ulnaris cukup, reguler 

Move : gerakan aktif sendi bahu dalam batas normal, gerak aktif 

siku tidak mampu dilakukan karena nyeri, gerak pasif siku

membuat nyeri daerah pembengkakan, tidak bisa melakukan

dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lengan menggantung lunglai dan terdapat

 bengkak dan memar pada sekitar setengah bagian lengan atas menunjukan adanya cedera

akibat jatuh dan siku kiri membentur lantai. Hantaman yang kuat pada siku oleh lantai

menyebabkan fraktur os. Humerus terutama bagian distal yang mana menjadi tumpuan

 pada saat pasien terjatuh dan menghantam lantai. Bagian tulang yang fraktur kemudian

menekan jaringan di sekitar fraktur yang menyebabkan kerusakan jaringan sekitar serta

  pembuluh darah kecil sehingga terjadi reaksi inflamasi berupa bengkak dan memar.

Bagian yang fraktur juga menekan otot-otot yang ada disekitarnya yang pada kasus ini

adalah M. biceps brachii sinistra sehingga terdapat nyeri pada penekanan. Namun cedera

ini tidak sampai mengakibatkan rupturnya arteri sehingga aliran darah dan perfusi oleh a.

radialis / a. ulnaris ke bagian distal lengan kiri masih baik. Kompresi tulang akibat fraktur 

menyebabkan terganggunya impuls saraf ke perifer. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik 

gangguan impuls terjadi pada N. radialis yang mengakibatkan kurangnya sensibilitasdorsum manus yang mana merupakan inervasi dari N. radialis disamping N. ulnaris. Lesi

 N. radialis menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot dorsal lengan atas, dorsal dan radial

lengan bawah (supinator) dan dorsal tangan. Gerakan aktif dari sendi bahu menandakan

tidak adanya lesi nervus yang diakibatkan dislokasi sendi sehingga funsi otot-ototnya pun

masih baik (M. deltoideus, M. pectoralis mayor, M. latissimus dorsi, M. infraspinatus, M.

teres minor, M. levator scapulae, dll), gerakan pasif juga menimbulkan nyeri, tidak bisa

melakukan dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan menandakan

terganggunya fungsi otot-otot dorsal lengan bawah (supinator), dan dorsal tangan yang

  berperan dalam melakukan gerakan-gerakan tersebut terutama M. brachioradialis, M.

  biceps brachii, M. triceps brachii, M.brachialis, M. supinator, dan otot-otot extensor 

tangan (M. extensor carpi radialis longus, M. extensor carpi radialis brevis, M. extensor 

digitorum communis, M. extensor digiti V proprius, M. extensor carpi ulnaris, M.

Page 12: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 12/38

 

extensor pollicis brevis, M. extensor pollicis longus, M. extensor indicis proprius, M.

abductor pollicis longus) yang juga di inervasi oleh N.radialis sehingga posisi

 pergelangan tangan pasien terkulai tak bisa extensi atau disebut ³Wrist Drop´.

V.  PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Interpretasi X-foto

Pada hasil foto didapatkan fraktur yang lokasinya terdapat di tulang humerus

sinistra. Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh

adanya rudapaksa. Jika dihubungkan dengan kasus, fraktur pada tulang ini termasuk ke

dalam fraktur yang disebabkan oleh trauma berat, yaitu si penderita terkena pukulan

keras dari lawannya ketika sedang bertinju. Selain itu tipe trauma ini hádala trauma

eksternal. Trauma eksternal yaitu trauma yang disebabkan oleh faktor dari luar; misalnya

terkena pukulan, tabrakan, jatuh dan segala rudapaksa luar lainnya. Pada hasil foto, tidak 

dijumpai satupun fragmen yang keluar dari kulit (kulit memiliki densitas intermediet),

  jadi kami mengelompokkannya ke dalam fraktur tertutup, dimana tulang tidak 

  berhubungan dengan dunia luar dan dengan keadaan kulit yang masih utuh. Kami

menduga tempat pada tulang yang terkena fraktur terdapat di bagian batang/diafisis.

Menurut garis frakturnya, patahan tulang ini berbentuk transversal atau melintang dan

mengalami pergeseran ad aksim (angulasi), yaitu patahan tulang membentuk sudut.

Selain itu, kedua ujung fragmen tidak saling bersinggungan (terutama pada tampak 

lateral) kemungkinan merupakan fraktur komplit. Struktur tulang pasien normal dan pada

riwayat tidak ditemukan pernah menderita penyakit tulang. Tidak didapatkan dislokasi

 pada sendi bahu maupun siku.

Interpretasi Laboratorim Darah Rutin

  Nilai normal Hasil Keterangan

HB 13,5-17,5 16 g/dl Normal

Eritrosit 4,5-5,9 5,5 j/mm Normal

Leukosit 4000-11000 7000 /mm Normal

Trombosit 150000-450000 350000 Normal

Hematokrit 41-53 48% Normal

Page 13: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 13/38

 

LED 0-10 20 mm/jam Meningkat

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB dan hematokrit yang normal,

dapat dikatakan bahwa tidak ada anemia pada pasien ini. Pada nilai eritrosit dan trombosit juga

didapatkan masih dalam batas normal yang berarti tidak didapatkan adanya anemia. Pada hasil

leukosit didapatkan nilai yang normal jadi tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi dari virus

ataupun bakteri. dari hasil LED didapatkan peningkatan sebesar 10 mm/jam, kenaikan ini

kemungkinan dikarenakan adanya inflamasi yang disebabkan adanya pembengkakan didaerah

trauma yang menyebabkan tubuh menghasilkan sitokin yang menghasilkan IL1, IL6 dan TNF.

Ke tiga sel tersebut beredar di sirkulasi darah dan saat melewati hepar, mereka memacu hepar 

untuk mengeluarkan protein fase akut. Protein fase akut tersebut yang dapat mempengaruhi

kekentalan darah atau viskositas darah sehingga mempengaruhi nilai LED dalam darah.

VI.  PATOFISIOLOGI KASUS(2)

 

Tn.Asampezet datang dengan diantar seseorang, memakai mitela pada lengan

kirinya, dari hasil anamnesis diketahui bahwa, tuan tersebut merupakan seorang petinju

kelas bulu, dan baru saja selesai bertanding, dan mengalami cedera lengan kiri seusai

 bertanding. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan ada nyeri tekan dan jejas di daerahM.Bicep brachii. Diketahui bahwa pasien mendapat pukulan keras di daerah tersebut.

Dari hasil radiologis didapatkan bahwa terdapat fraktur humerus sinistra 1/3 distal. Ada

indikasi bahwa pasien ini mengalami fraktur dari pukulan langsung lawannya yang

memukul didaerah anterior lengan atas kiri , yaitu di daerah M.Biceps brachii. Walaupun

sebenarnya otot-otot yang mengisi ruang fascial lengan atas, selain M.biceps brachii yaitu

M.coracobrachialis yang berinsersi pada pertengahan sisi medial corpus humeri dan

 berorigo ujung processus coracoideus dan M. brachialis yang berinsersi pada permukaan

 permukaan anterior processus coronoideus ulnae, dan berorigo di pertengahan bawah sisi

depan humerus, ketiga otot yang mengisi fascia anterior lengan atas ini sendiri

dipersyarafi oleh N.Musculocutaneus. M.Biceps brachii sendiri tidak berorigo ataupun

 berinsersi di humerus.

Page 14: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 14/38

 

Yang berbahaya dari pukulan tersebut bukan pada jejas yang ditinggalkan pada

otot-otot yang berada di fascia anterior lengan atas tersebut, tetapi fraktur corpus humerus

yang diakibatkannya. Fraktur ini sering terjadi. Pergeseran fragmen-fragmen tergantung

 pada hubungan tempat fraktur dengan insertio Musculus deltoideus, Bila garis fraktur ini

terletak di proximal dari tempat insertio dari musculus deltoideus, fragmen proximal akan

di adduksi oleh M.pectoralis major, M.lattisimus dorsi, M.teres major, dan fragmen distal

akan ditarik ke proximal oleh M.deltoideus,M. triceps bracii, dan M. buceps brachii.

  Namun, jika disesuaikan pada hasil radiologi pada kasus ini, fraktur tersebut justtru

  berada di distal insertio M.deltoideus, maka, fragmen proximal akn di abduksi oleh

M.deltoideus sedangkan fragmen distal akan ditarik ke proximal oleh M. Biceps dan

M.triceps brachii. Pada fraktur ini, N. radialis dapat cedera , karena Nervus ini melingkari

sisi dorsal lengan atas didalam sulcus spiralis diantara caput-caput M.triceps brachii,

Syaraf ini menembus septum intermusculare lateral diatas siku dan melanjutkan diri ke

distal menuju ke fossa cubiti di depan siku, diantara musculus brachialis dan

  brachioradialis. Didalam sulcus spiralis N.radialis berjalan bersama dengan vasa

  profunda brachii, dan berhubungan langsung dengan permukaan posterior corpus

humeri, tak heran pada fraktur corpus humeri bisa langsung menekan N.radialis ini. N.

Radialis ini mempersyarafi semua otot-otot dorsal dan sisi radialis lengan atas dan

 bawah.Y

aitu otot-otot extensor lengan atas seperti M.triceps brachii dan semua ototextensor lengan bawah, serta otot sisi radialis lengan bawah seperti M.brachoradialis,

M.extensor carpi radialis, dan M.supinator. Paparan fraktur terhadap N.radialis ini

termanifestasi secara klinis maupun hasil EMG. Tangan pasien yang dalam posisi terkulai

(drop hand) menandakan bahwa pasien ini sulit supinasi dan ekstensi lengan bawah.

 Neuropraksis N.radialis yang terlihat pada hasil EMG semakin memperkuat bahwa telah

terjadi lesi pada nervus ini yang mengakibatkan gangguan motorik untuk otot-otot yang

dipersarafi oleh N.radialis dan sensorik.

VII.  DIAGNOSIS 

Berdasarkan hasil anamnesis berupa adanya trauma jatuh dan terpukul ,

 pemeriksaan fisik berupa lengan kiri menggantung lunglai, adanya bengkak dan memar 

  pada pertengahan lengan atas kiri (Look), perabaan yang hangat dan keras serta nyeri

Page 15: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 15/38

 

tekan pada lokasi otot biseps (Feel), tidak adanya gerak aktif siku karena nyeri, tidak 

mampu melakukan dorsifleksi pergelangan tangan maupun ekstensi jari-jari tangan,

laboratorium berupa peningkatan LED serta penunjang berupa X- foto dan

elektromyografi yang masing masing telah menunjukan adanya fraktur pada os. Humerus

dan neurofraksis N. Radialis sinistra, maka diagnosis pada kasus ini adalah : Fraktur

Tertutup Transversal os. Humerus Sinistra bagian 1/3 Distal dengan Neurofraksis

N. Radialis Sinistra. Hipotesis osteoporosis, m yocardial infarction, maupun

tumor/keganasan dapat disingkirkan melalui anamnesis tidak adanya riwayat sakit pada

tulang/otot/sendi dimanapun, tidak menderita hipertensi, batuk lama, penurunan berat

  badan, tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba

ditambah dengan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorim yang menyatakan keadaan

cardiovascular yang baik. Hipotesis infeksi disingkirkan melalui pemeriksaan fisik yang

tidak menyatakan tanda-tanda inflamasi dari mikroorganisme berupa peningkatan suhu

tubuh ataupun peningkatan kadar leukosit pada pemeriksaan darah.

VIII.  DIAGNOSIS BANDING 

  Dislokasi sendi glenohumeral

Dislokasi bahu paling sering dialami oleh mereka yang masih muda dan

  biasanya diakibatkan oleh abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna traumatic yang berlebihan pada ekstremitas atas kaput humeri biasanya tergeser ke anterior dan

inferior melalui robekan traumatic pada kapsul sendi bahu. Secara khas pasien

tampak duduk membungkuk, menopang lengan yang mengalami cedera dengan

tangan yang normal, lengan yang cedera tersebut biasanya berada dalam posisi

fleksi dan menjauhi dada atau sisi tubuh. Kaput humeri dapat dengan mudah

diraba di bagian anterior aksila. Dapat juga diraba cekungan di bawah origo

sentral otot deltoideus pada akromion. Pada pemeriksaan awal perlu juga

diperiksa keadaan neurovascular dari ekstremitas yang mengalami cedera , yaitu

dengan memeriksa sensasi di insersio otot deltoideus humerus. Daerah ini

menerima persarafan sensoris dari saraf aksilaris. Jika terdapat daerah anestetik 

local dengan batas jelas maka kemungkinan terjadi cedera saraf aksilaris.

Demikian pula kemampuan penderita untuk menegangkan otot deltoideus secara

Page 16: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 16/38

 

minimal dalam usahanya memulai abduksi juga merupakan factor untuk menilai

fungsi saraf aksilaris. Fungsi saraf aksilaris perlu untuk abduksi bahu sehingga

 pasien dapat menempatkan lengan secara fungsional. saraf ini sering mengalami

cedera pada dislokasi(3). Diagnosis ini disingkirkan melaui hasil pemeriksaan fisik 

  berupa tidak adanya deformitas pada sendi bahu serta adanya gerak aktif dari

sendi bahu. Hasil pemeriksaan penunjang berupa X-foto lateral lengan atas kiri

  juga memperlihatkan gambaran sendi ini dalam keadaan normal, tidak ada

 pergeseran.

  Dislokasi sendi humeroulna

Gangguan saraf ulnaris juga terjadi dalam frekwensi yang sama dengan

gangguan saraf aksilaris pada dislokasi bahu. Kelumpuhan saraf ulnaris sangan

  berpengaruh pada funsi tangan. Diagnosis banding ini juga telah disingkirkan

dengan adanya hasil pemeriksaan fisik berupa tidak adanya deformitas pada siku

maupun pergelangan tangan dan hasil X-foto AP lengan kiri atas yang

memperlihatkan gambaran sendi humeroulna dalam keadaan normal, tidak ada

 pergeseran/dislokasi .

IX.  PENATALAKSANAAN 

Penatalaksanaan untuk mengunrangi nyeri nyeri dapat diberikan obat anti

inflamasi non-steroid. Prinsip penanganan patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

 penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada fraktur humerus dapat dilakukan tindakan

konservatif memberikan hasil yang baik karena fraktur humerus sangat baik daya

 penyembuhannya. Dilakukan immobilisasi dengan gips u-slab atau hanging cast selama 6

minggu(4)

. Edukasi pasien terhadap pasien berupa imobilisasi tempat fraktur selama

sekitar 10-12 minggu serta latihan gerakan aktif dan pasif, terutama di persendian

anggota gerak yang patah dan semua sendi yang tidak imobilisasi mulai dilakukan secara

teratur pada hari pertama. 

Page 17: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 17/38

 

X.  PROGNOSIS 

Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

 panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau

direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya

mudah dikontrol dengan bidai gips(3)

. Prognosis pada kasus ini adalah :

  Ad vitam : Bonam

  Ad fungsionam : Dubia ad bonam

  Ad sanationam : Dubia ad bonam

Page 18: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 18/38

 

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA 

ANATOMI(5)

 

Anatomi extremitas superior

Ekstremitas superior merupakan kerangka apendikular yang terdiri dari clavicula,

scavula, humerus, radius, ulna dan manus.

Os. Clavicula tampak sebagai osteum yang mirip seperti huruf S yang melngkung,

Os.

Clavicula menghubungkan lengan atas batang tubuh yang ujung medialnya bersendi pada

manubriumsterni melalui articulation sternoclavicularis dan bagian lateralnyabersendi pada

acromion melalui articulation mioclavicularis.

Os. Scapula terletak pada posterolateral thorax, menutupi costa II sampai VII. Os.

Scavula menghubungkan clavicula pada acromion dan caput humeri pada cavitas glenoidalis

yang disebut articulation humeri. Otot-otot yang menutupi scavula bagian anterior adalah M.

subscavularis dan M. serratus anterior. Otot bagian posterior adalah M. infraspinatus, M. teresminor, M. teres mayor dan M. latissimus dorsi.

Os. Humerus adalah lengan bagian atas atau nama lain brachii. Pada Os. Humerus terdiri

dari 3 yaitu bagian proximal yang di sebut caput humeri yang menghubungkan antara humerus

dengan scapula yang disebut articulation scapula, bagian corpus yang mempunyai dua cirri yang

mencolok yaitu tuberositas deltoidea di sebelah laterlal dan sulcus nervi radialis di sebelah

medial. Bigian distal humerus memiliki dua permukaan artikular, sebuah capitulum humeri di

sebelah lateral untuk bersendi dengan caput radiidan sebuah troclhea di sebalah medial untuk 

 bersendi dengan ulna. Otot yang berada pada humerus adalah M. biceps brachii dan M. triceps

 brachii.

Os.ulna terletak bagian medial di lengan bawah dan tulangnya lebih panjang . pada ujung

  proksimal ulna terdapat olecranon di sebelah belakang dan proceeus coronoideus di sebelah

Page 19: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 19/38

 

depan. Pada permukaan bagian anterior olecranon terdapat incisura trochlearis yang menampung

trochlea humeri. Pada sisi lateral processus coronoideus terdapat incisura radialis dan di sebelah

distal processus coronoideus terdapat tuberositas ulnae. Pada ujung dist al terdapat seperti

kepala yang berbentuk kerucut yang di sebut processsus styloideus.

Os. Radius terletak bagian leteral dari lengan bawah dan tulangnya lebih pendek.ujung

 proksimal radius terdiri da ri sebuah kepala yang menyerupai cakram, sebuah leher yang pendek 

dan sebuah tuberosita. Bagian proksimalnya berbentuk cekunguntuk bersendi dengan capitulum

humeri. Ujung distal radius memiliki sebuah inc isura ulnaris disebelah medial. Otot-otot yang

ada pada Os. Ulnaris dan Os. Radius adalah M. pronator teres M. flexor carpi radialis M.

Palmaris longus M. flexor carpi ulnaris M. flexor digitorum superficialis M. flexor pollicis

longus M. flexor digitorum longus M. suprinator M. pronator Quadratus. 

Persarafan extreminitas superior(5)

 

Page 20: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 20/38

 

Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N. Medianus,

 N. ulnaris, N. radialis.

  N.Musculocutaneus mempesyarafi otot-otot flexor lengan atas yaitu M.

coraccobrachialis, M. biceps bracii dan M. brachialis. Nervus ini akan berakhir sebagai N.

cutaneus antebrachii lateralis yang mengurus kulit sisi radialis lengan bawah.

  N. Medianus adalah saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan fossa

cubitalis dengan melintas antara caput musculus pronator teres. Lalu nervus medianus ini

melintas di sebelah dalam musculus flexor digitorum superficialis dan melanjutkab ke distal

antara otot ini dan musculcus flexor digitorum profundus

 N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan dengan lintas antara caput musculus flexor 

carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke distal antara musculus flexor carpi ulnaris dan

musculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superficialis di pergelangan tangan dan

mengurus persyarafan kulit sis bagian medial.

  N. radialis muncul pada fossa cubiti antara musculus brachialis dan musculus

  brachioradialis. Setelah memasuki lengan bawah, nervus radialis terpecah menjadi ramus

  profundus dan ramus superficialis. Ramus profundus dilepaskan anterior terhadap epicondilus

lateralis humerus, lalu menembus musculus supinator. 

Page 21: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 21/38

 

 

FUNGSI TULANG(4) 

Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat

melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang

dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan

manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ

yang kita butuhkan untuk melakukan aktifitas sehari±hari. Sehingga kita tidak dapat

membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita.

Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang :

Page 22: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 22/38

 

1.   F ungsi mekanik , sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk 

 pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak 

 pasif.

2.   F ungsi Prot ektif , Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.

3.   F ungsi  M etabolik , Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang

 penting seperti kalsium dan phospat.

4.   F ungsi H emopetik , berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.

Secara anatomi ( dilihat dari bentuknya ), tulang terbagi dua :

1.  Tulang Pipih ( Tulang-tulang kepala, tulang rahang, dll )

2.  Tulang panjang ( Tulang-tulang lengan, paha, punggung, dll )

Bagian luar tulang ( bagian yang keras ) disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah

mengalami kalsifikasi sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan kuat. Sedangkan bagian

dalam yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terkalsifikasi

sempurna, sehingga bersifat porous atau berpori.

HISTOLOGI(6)

Histologi Tulang

Tulang rawan dan tulang keras yang terdapat pada tubuh manusia adalah termasuk ke

dalam jaringan penyokong. Jaringan penyokong adalah suatu jaringan yang berfungsi sebagai

  penghubung antara satu jaringan dengan jaringan lainnya dan yang terutama adalah untuk 

  penyokong tubuh. Jaringan penyokong terdiri dari 2 unsur yaitu sel dan zat antar sel atau

matriks atau zat intraselular yg terdiri dari serat dan substansia dasar.

1.  Tulang Rawan

Tulang rawan banyak terdapat pada masa fetal dan pada masa dewasa proporsi dari

tulang rawan sebagai penyokong tubuh mulai berkurang. Pada orang dewasa tulang rawan

terdapat pada permukaan sendi tulang, saluran napas, daun telinga, dan diskus intervertebralis.

Page 23: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 23/38

 

Tulang rawan terdiri dari sel ±sel (kondroblas, kondrosit, dan fibroblas), matriks, lakuna,

dan perikondrium. Pada matriks tulan rawan terdapat serat ± serat (kolagen dan elastin) dan juga

substansia dasar seperti proteoglikan dan glikosaminoglikan. Pembuluh darah, saluran limfe, dan

serat saraf tidak terdapat pada tulang rawan.

y  Pembentukan Tulang Rawan

Sel mesenkim membulat dan cabang ± cabangnya menghilang menjadi kondroblas, lalu

kondroblas bermitosis dan mensintesa matriks.

Pertumbuhan tulang rawan melaluli 2 tahap yaitu pertumbuhan interstitial atau endogen

dan pertumbuhan aposisional atau eksogen. Pada pertumbuhan interstitial terjadi mitosis dari

kondrosit. Pertumbuhan ini terjadi pada tulang rawan yang masih muda, lempeng epifisis tulang

 panjang, dan tulang rawan sendi. Apabila pada pertumbuhan apoposional terjadi diferensiasi sel

 perikondrium dap roses ini terjadi setelah pertumbuhan interstitial berhenti.

Berdasarkan kompenen ± komponen matriksnya, tulang rawan dibagi menjadi 4 yaitu

tulang rawan hialin, tulang rawan elastin, tulang rawan fibrosa atau fibrokartilago, dan tulang

rawan turgesen atau tulang rawan kondroid.

a)  Tulang Rawan Hialin

Berasal dari kata Hyalos yang berarti kaca. Tulang

rawan hialin ini yang paling banyak dijumpai. Terdapat

  pada permukaan sendi (tidak ada perikondrium), iga,

lempeng epifisis, hidung, laring, trakea, dan bronkus.

Tulang rawan ini memiliki perikondrium dan terdiri dari

sel ±sel kondrogenik, kondroblas, dan kondrosit mudayang terletak di perifer (berbentuk lonjong) dan apabila agak ke tengah berbentuk bulat

 berkelompok dinamakan sel isogen atau ³Nest Cell´. Tulang rawan ini bermatriks homogeny

yang terdiri dari kolagen tipe II dan substansia dasar amorf (proteoglikan, asama hialuronat,

dan glikosaminoglikan). Pada tulang rawan ini juga dapat ditemukan adanya asbest faserung

 pada fase degenerasi tulang rawan.

Page 24: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 24/38

 

 b)  Tulang Rawan Elastis

Tulang rawan ini cenderung berwarna kekuningan.

Terdapat pada cuping telinga, dinding saluran telinga

luar, tuba audtoris eustachii, epiglottis, dan bagian laring

tertentu. Pada tulang rawan ini juga terdapat

  perikondrium dan sel ±sel yang terdapat pada tulang

rawan ini sama denga yang terdapat pada tulang rawan

hialin. Matrik pada tulang rawan elastic beserat karena terdiri dari serat kolagen tipe II juga

terb\dapat banyak serat elastin halus.

c)  Tulang Rawan Fibrosa

Tulang rawan fibrosa terdapat pada diskus interventebralis, ligament (permukaan tulang

rawan), dan simphisis pubis. Pada tulang arawan ini tidak terdapat perikondrium dan sel ± 

selnya masih sama dengan tulang rawan hialin dan berbentuk gepeng. Matriksnya terdiri dari

sedikit amorf, berwarna kemerahan, dan terdiri dari serat kolagen tipe I.

d)  Tulang Rawan Turgesen

Tulang rawan ini memiliki beberapa nama lan diantaranya adalah tulang rawan kondroid,

  jaringan ikat kondroid, tulang rawan vesikulosa, jaringan fibrohialin, dan pseudo kartilago.

Tulang rawan ini hanya terdapat pada tendo Achilles rana. Memiliki tekanan osmotis (turgor)

yang tinggi dan tidak memiliki perikondrium. Sel ± selnya terdiri dari kondrosit yang besar ± 

 besar dan tidak memiliki sel isogen. Matriks pada tlang rawan ini adalah serat kolagen kasar 

2.  Tulang

Tulang adalah bagian tubuh yang paling keras karena fungsi utamanya adalah sebagai

kerangka tubuh manusia ditunjang dengan fungsi-fungsi lainnya yaitu sebagai penunjang otot,  pelindung organ-organ vital, tempat dibuatnya sumsum tulang, dan juga sebagai tempat

 penyimpanan atau cadangan Ca, P, dan mineral lainnya.

Tulang terdiri dari matriks organik dan anorganik. Matriks organik pada tulang terdapat

sebanyak 30 ± 40% yang materinya mirip dengan tulang rawan. Terdiri dari serat kolagen tipe I

Page 25: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 25/38

 

dan substansia dasar (substansia osteomukoid) yang terdiri dari kompleks mukopolisakarida

(proy\tein non kolgaen) dan protein resisten (protein tahan asam). Lalu ada matriks anorganik 

yang mendominasi pada tulang yaitu sebanyak 60 ± 70% dan hal ini lah yang membuat tulang

  bersifat keras. Terdiri dari garam tulang yang terdapat dalam bentuk kristal hidroksi apatit,

kalsium , dan unsur ± unsur lain seperti kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium florida,

magnesium florida, sitrat , dan klorida.

Ada empat sel ± sel yang terdapat pada tulang keras yaitu osteogenik, osteoblas, osteosit,

dan osteoklas.

Pada daerah degenerasi, sel ± sel kondrosit banyak yang sudah pecah, lalu lakunanya

 bersambungan antara satu dengan yang lain. Sebagian sudah diisi dengan jaringan ikat sumsum

tulang. Pada daerah penulangan, sel ±sel osteogenik bersama dengan jaringan ikat yang ikut

masuk bersama pembuluh darah yang tumbuh menembus periosteum mengisi daerah bekas

lakuna kondrosit. Lalu sel ± sel osteogenik ini kemudian menjadi sel ± sel osteoblas yang

tersusun berderet ± deret sepanjang tepi balok tulang rawan. Sel ini membentuk tulang yang

 berwarna lebih kebiruan karena mengandung banyak zat kapur dan terbentuklah balok ± balok 

tulang. Osteoblas yang sudah dikelilingi oleh matriks tulang kemudian disebut sebagai osteosit.

Sel besar dengan inti banyak yang disebut sebagai osteoklas biasanya terletak pada cekungan

yang disebut lakuna Howship.

y  Sel Osteoprogenitor atau Sel Osteogenik 

Sel ini berasal dari sel mesenkim . bentuknya seperti gelendong juga berinti gepeng.

Terdapat inti kromatin halus dan sitoplasma yang bercabang. Sel ini juga ditemukan di

 permukaan tulang pada lapisan periosteum dan endoesteum.

y  Sel Osteoblas

Sel osteoblas ini berbentuk seperti kubis atau pyramid, berinti besar dan mempunyai 1

anak inti juga sitoplasmanya yang basofil. Sel ini banyak ditemukan di permukaan tulang

dan sel inilah yang mensintesa komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I,

Page 26: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 26/38

 

  proteoglikan, dan glikoprotein). Sel ini juga mengendapkan komponen anorganik dari

matriks tulang.

y  Sel Osteosit

Osteosit adalah osteoblas yang dikelilingi oleh matriks berbentuk gepeng dan

sitoplasmanya basofilik. Sel osteosit ini terdapat di dalam lakuna dan tonjolan ± tonjolan

sitoplasmnya saling berhubungan melalui gap junction.

y  Sel Osteoklas

Sel osteoklas merupakan sel tulang yang paling besar. Sel ini dapat bergerak sebagai

makrofag dan memiliki banyak inti. Sitoplasmanya asidofilik dan terletak dalam lakuna

Howship. Sel osteoklas ini berasal dari monosit ± monosit yang menyatu dan bertugas

untuk mensekresi asam kolagenase.

Tulang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tulang primer dan tulang sekunder. Tulang

 primer atau yang biasa disebut sebagai tulang immatur karena biasanya terdapat pada embrio,

 penyembuhan fraktur, dan reparasi lainnnya. Tulang primer atau immatur ini memiliki cirri khas

yaitu serat ± serat kolagennya halus dan tidak teratur, tulang ini memiliki sedikit adar mineral

tetapi memiliki banyak osteosit. sel primer ini bersifat sementara kecuali di tempat ± tempat

tertentu speerti di sutura tulang pipih kepala, soket gigi, dan insersi beberapa tendon. Tulang

sekunder atau tulang matur terdapat pada orang dwewasa an cirri khasnya terdapat serat ± serat

kolagen yang tersusun membentuk lamel ± lamel sejajar satu sama lain atau konsentris

mengelilingi pembuluh darah.

Page 27: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 27/38

 

 

NYERI(7)

   Neurofisiologi nyeri

y  Proses fisiologik 

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses:

1.  Transduksi nyeri

Proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor 

nyeri.

2.  Transmisi nyeri

Melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer 

ke terminal di medula spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari

medula spinalis ke otak.

3.  Modulasi nyeri

Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat

mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis.

4.  Persepsi nyeri

Page 28: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 28/38

 

 Nyeri yang dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.

y  Modifikasi masukan nyeri

Terdapat tiga tingkatan tempat informasi saraf yang dapat dimodifikasi sebagai respon

terhadap nyeri kronik 

1.  Luas dan durasi respon terhadap stimulus di sumbernya dapat dimodifikasi.

2.  Perubahan kimiawi dapat terjadi dalam setiap neuron atau bahkan dapat menyebabkan

 perubahan pada karakteristik anatomi neuron di sepanjang jalur penghantar nyeri.

3.  Pemanjangan stimulus dapat menyebabkan modulasi neurotransmiter yang

mengendalikan arus informasi dari neuron ke reseptor-reseptornya.

y  Reseptor nyeri dan stimulasi

Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut mendapat

rangsangan yang mengganggu bergantung pada keadaan nosiseptor. Nosiseptor adalah

saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri.ujung-ujung saraf 

  bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis,

suhu, listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri. Distribusi nosiseptor bervariasi di

seluruh tubuh dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan

subkutis, otot rangka, dan sendi.Saraf perifer terdiri dari akson tiga tipe neuron yang berlainan: neuron aferen atau

sensorik primer, neuron motorik, dan neuron pascaganglion simpatis. Serat-serat aferen

 primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran, derajat mielinisasi, dan kecepatan hantaran.

Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki

kecepatan hantaran tertinggi. Serat-serat ini berespon terhadap sentuhan, tekanan, dan

sensasi kinetik. Namun serat-serat ini tidak berespon terhadap rangsangan sehingga tidak 

dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya serat aferen primer A-delta yang

  bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta serat aferen primer C yang tidak 

  bermielin berespon secara maksimal apabila mendapat rangsangan nyeri sehingga

diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Aferen primer C dan A-delta dapat dibedakan oleh

dua tipe nyeri yang ditimbulkan yaitu nyeri lambat dan nyeri cepat. Sinyal nyeri cepat

disalurkan ke medula spinalis oleh serat A-delta dan dirasakan dalam waktu 0,1 detik.

Page 29: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 29/38

 

 Nyeri cepat biasanya memiliki lokalisasi yang jelas dengan kualitas menusuk, tajam, atau

elektris. Nyeri lambat disalurkan oleh serat aferen C dan dirasakan 1 detik setelah

rangsangan, memiliki lokalisasi yang kurang jelas dengan kualitas seperti terbakar,

 berdenyut, atau pegal. Nyeri lambat dipicu oleh rangsangan mekanis, suhu, atau kimiawi

di kulit atau sebagian besar jaringan atau organ dalam dan biasanya disertai kerusakan

 jaringan.

y  Jalur nyeri di sistem saraf pusat

A.  Jalur Asendens

Serat nyeri C dan A-delta halus, yang masing-masing membawa nyeri akut tajam dan

kronik lambat, bersinaps di substansia gelatinosa tanduk dorsal, memotong medula

spinalis dan naik ke otak di cabang neospinotalamikus atau cabang paleospinotalamikus

traktus spinotalamikus anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang terutama

diaktifkan oleh aferen perifer A-delta, bersinaps di nukleus ventro posterolateralis (VPN)

talamus dan melanjutkan diri secara langsung ke korteks somatosensorik girus pasca

sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi yang tajam dan berbatas tegas.

Cabang paleospinotalamikus yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer C adalah suatu

  jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formasio retikularis batang otak dan

struktur lain yang merupakan asal dari serat ± serat lain yang berjalan ke talamus. Serat ± 

serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem limbik serta korteks serebrum.Serat nyeri C aferen bersinaps terutama di substansia gelatinosa (lamina II dan III) kornu

dorsalis, sedangkan serat nyeri A-delta terutama bersinaps di lamina I dan V.

B.  Jalur Desendens

Jalur-jalur desendens serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum ke bawah ke

medula spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang

melalui suatu mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan lapisan

lain kornu dorsalis. Jalur desendens dapat mempengaruhi impuls nyeri di tingkat spinal.

Salah satu jalur desendens yang telah diidentifikasi sebagai jalur penting dalm sistem

modulasi nyeri atau analgesik adalah jalur yang mencakup tiga komponen.

Page 30: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 30/38

 

1.  Bagian pertama adalah substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea

 periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi aquaduktus

Sylvius.

2.   Neuron ±neuron dari daerah 1 mengirim impuls ke nukleus Rafe magnus (NRM) yang

terletak di pons bagian bawah dan medula bagian atas dan nukleus retikularis

 paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.

3.  Impuls ditransmisikan dari nukleus ke bawah kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu

kompleks inhibitorik nyeri yang terltak di kornu dorsalis medula spinalis.

Jalur desendens yang memodulasi nyeri dapat menghambat sinyal nyeri yang datang di

tingkat medula spinalis. Neuron ± neuron yang mengandung endomorfin di substansia

grisea periakuaduktus dan substansia gelatinosa berperan aktif dalam modulasi nyeri.

Zat-zat kimia yang disebut neuroregulator juga mempengaruhi masukan sensorik ke

medula spinalis. Neuroregulator ini dikenal sebagai neurotransmiter. Zat P suatu

neuropeptida adalah neurotransmiter spesifik nyeri yang terdapat diantara kornu dorsalis

medula spinalis. Neurotransmiter SSP lain yang terlibat dalam transmisi nyeri adalah

asetilkolin, norepinefrin,epinefrin, dopamin, dan serotonin.

  Penilaian Intensitas Nyeri

Alat bantu yang paling sering digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri  pasien adalah bentuk-bentuk skala analog visual (SAV) yang terdiri darisebuah garis

horizontal tang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0-10. Pasien

diberitahu bahwa 0 menyatakan ³tidak nyeri sama sekali´ dan 10 menyatakan ³nyeri

 paling parah yang dapat mereka bayangkan´. Pasien kemudian diminta untuk menandai

angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka

rasakan pada suatu waktu. SAV modifikasi yang digunakan untuk anak (atau orang

dewasa dengan gangguan kognitif) menggantikan angka dengan kontinum wajah

tersenyum sampai menangis.

Page 31: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 31/38

 

 

KLASIFIKASI FRAKTUR 

  Definisi

Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas struktur tulang/ lempeng epifisis/permukaan rawan sendi

 baik secara total maupun parsial, karena trauma langsung ataupun tidak langsung.

  Klasifikasi

y  Berdasarkan penyebab1.  Fraktur traumatik 

Trauma mekanis langsung/tidak langsung

2.  Fraktur patologis

Penyakit lokal tulang/penyakit umum

3.  Fraktur stress

Page 32: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 32/38

 

Trauma berulang-ulang pada satu titik 

y  Berdasarkan terminologi (klinis)

1.  Fraktur tertutup (closed fr, simple fr)

2.  Fraktur terbuka (open fr, compound fr)

3.  Fraktur komplikata

4.  Fraktur non komplikata

y  Berdasarkan terminologi tempat (radiologi)

1.  Fraktur shaft (fr.diafisis)

2.  Fraktur metafisis

3.  Fraktur epifisis/lempeng epifisis

4.  Fraktur intra artikuler 

5.  Fraktur ekstra kapsuler 

y  Berdasarkan terminologi tingkat/bentuk (radiologi)

1.  Fraktur komplit

2.  Fraktur inkomplit

3.  Fraktur kominutif 4.  Fraktur segmental

5.  Fraktur depresi

6.  Fraktur kompresi

7.  Fraktur multipel

8.  Fraktur garis rambut, fraktur linear, fraktur greenstick, fraktur buckle

9.  Fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral

10. Fraktur tidak bergeser 

11. Fraktur bergeser 

  Disloc. Ad latus (lateral/ medial/ anterior/posterior)

  Disloc. Ad axim (angulasi)

Sering ditemukan pada tulang panjang

  Disloc. Ad peripheriam (rotasi)

Page 33: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 33/38

 

  Disloc. Ad longitudinale cum distractionem (distraksi)

Umpamanya pada patah tulang patela karena tonus M. Quadriseps femoris

  Disloc. Ad latus cum contractionem (over-riding)

Fraktur yang menyebabkan tulang menjadi pendek, umumnya disebabkan tarikan dan

tonus otot.

  Fraktur impaksi

  Fraktur avulsi

Patah tulang disebabkan oleh tarikan pada inersi tendo otot atau ligamentum

12. Fraktur dislokasi

13. Fraktur stabil

14. Fraktur tak stabil

Macam-macam fraktur (7)

Page 34: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 34/38

 

y  Fraktur transversal

Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam

ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula,

maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

y  Fraktur oblik 

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit

diperbaiki.

y  Fraktur spiral

Fraktur yang ditimbulkan akibat torsi pada ekstremitas, hanya menimbulkan sedikit kerusakan

 jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

y  Fraktur segmental

Dua fraktur berdekatanpada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari

suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki

  pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan

 pengobatan secara bedah.

y  Fraktur kominuta

Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

y  Fraktur kompresi

Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya ,seperti

satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

y  Fraktur patologik 

Page 35: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 35/38

 

Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses

 patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling

sering dari fraktur-fraktur tersebut adalah tumor primer atau tumor metastasis.

y  Fraktur greenstick 

Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih

utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami

remodeling ke bentuk dan fungsi normal.

y  Fraktur avulsi

Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak 

ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila terjadi ketidakstabilan sendi yang

menyebabkan kecacatan maka perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk membuang atau

meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.

y  Fraktur sendi

Apabila geometri sendi terganggu dan tidak ditangani secara tepat, maka akan menyebabkan

osteoartritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.

y  Fraktur tertutup atau simpel

Fraktur dengan kulit yang tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak 

tercemar oleh lingkungan.

y  Fraktur terbuka atau gabungan

Fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting dari fraktur 

tersebut adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat fraktur. Fragmen fraktur 

dapat menembus kulit pada saat cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada

 posisinya semula. Pada keadaan tersebut maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian

antibiotika secara intravena diperlukan untuk mencegah osteomielitis. Pada umumnya operasi

irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah

terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi.

Page 36: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 36/38

 

Penyembuhan Fraktur

Jika suatu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah

dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentu pada daerah

tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk 

tulsng primitive (osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan

mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) di sekitar 

lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen

satunya dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut

dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas

meyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan ttulang provisional ini akan menjalani transformasi

metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami

remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas tulang baru dan

osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara.

Page 37: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 37/38

 

KESIMPULAN 

Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dikarenakan adanya

trauma langsung ataupun tidak langsung pada os.humerus. fraktur dapat menyebabkan putusnya

kontinuitas struktur tulang di bagian proksimal, tengah dan distal. Pada kasus ini didapatkan

adanya keluhan pembengkakan dan nyeri di bagian lengan atas tangan kiri. Di diagnosa pasien

ini mengalami fraktur di bagian os.humerus sinistra. Dari pemeriksaan radiologis didapatkan

adanya gambaran fraktur pada os.humerus sinistra yaitu berupa fraktur pada pada os.humerus

sinistra yaitu berupa fraktur yang berbentuk transversa pada os.humerus. pada fraktur os.humerus

 juga dapat menimbulkan manifestasi klinis seperti droop hand dikarenakan n.radialis yang juga

terkena trauma. Pada fraktur os.humerus dilakukan penatalaksanaan secara konservatif dan tidak 

dilakukan secara bedah. Dikarenakan os.humerus memiliki tingkat penyembuhan yang baik.Dilakukan juga tindakan imobilisasi dengan gips u slab atau hanging cast. 

Page 38: Laporan Kasus 1 Rm Fin

5/6/2018 Laporan Kasus 1 Rm Fin - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-1-rm-fin 38/38

 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Rasjad C. Sistem Muskuloskeletal. In : Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu

Bedah. 2nd

ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran EGC; 2005.p.840

2.  Snell RS. Extremitas Superior. In : Snell RS, editor. Anatomi Klinik.6 th ed. Jakarta :

EGC;2006.p.452,538

3.  Carter MA. Fraktur dan Dislokasi. In : . In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th

ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran

EGC; 2006.p.1365, 1368-9

4.  Mansjoer Arif. Bedah Ortopedi. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu I,

Setiowulan Wiwiwek, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd

ed. Jakarta:Media

Aesculapius.; 2000. P.3545.  Moore K, Agur A. Extreminitas Superior. In : Moore K, Agur A, editors. Anatomi Dasar 

Klinis. Jakarta: Hipokrates; 2003.p. 281-4, 315-6

6.  Eroschenko VP. Tulang Rawan dan Tulang. In : Eroschenko VP, editor. Atlas Histologi

di Fiore dengan Korelasi Fungsional. 9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran

EGC;2003.p.39-59

7.  Hartwig MS, Lorraine MW. Nyeri. In : Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku Buku kedokteran

EGC; 2006.p.1064-9, 1083