laporan geofisika asli

Upload: tobermardain

Post on 08-Jan-2016

246 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

geofisika

TRANSCRIPT

Laporan

GEOFISIKA EKSPLORASI

GEOLISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCHLUMBERGER DIBAWAH PERMUKAAN BUMI DESA PANCURAN KEC, SUWAWA SELATAN.TOBER MARDAIN471413005

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALOFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIANPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI2015Laporan

GEOFISIKA EKSPLORASI

GEOLISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCHLUMBERGER DIBAWAH PERMUKAAN BUMI DESA PANCURAN KEC, SUWAWA SELATAN.TOBER MARDAIN471413005

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALOFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIANPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI2015

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan praktikum Makalah Mata Kuliah Geofisika Eksplorasi ini. Kemudian sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW yang diutusan Allah untuk menuntun semua hamba (manusia), dan keluarga serta sahabat yang mengikuti petunjuk-Nya.Dalam penulisan laporan ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa penulis ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, motivasi, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak.Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan, baik dari segi sistematika maupun konsepsi keilmiahannya. Sehingganya penulis sangat berharap kepada para pembaca yang budiman agar kiranya dapat memberikan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan penulis pada masa-masa mendatang. Semoga bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Gorontalo, Juni 2015

Penulis

Bab 1 Pendahuluan1.1 Latar BelakangGorontalo adalah suatu kabupaten yang terdapat dilengan utara Sulawesi yang memiliki struktur geologi berupa sesar, dan dikenal dengan sesar Gorontalo.Secara regional daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan. Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus sejak Eosen Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai darat, atau merupakan suatu runtunan regresif. Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas. Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan. Peristiwa tektonik di pulau Sulawesi telah berlangsung mulai Tersier awal oleh penunjaman Sulawesi Utara, menghasilkan tegasan Utara - Selatan. Pada masa ini terjadi pengangkatan dan kegiatan magmatisma yang menghasilkan batuan plutonik dan gunungapi yang tersebar luas di daratan Sulawesi utara dengan pola sebaran berarah barat barat laut timur tenggara. Periode kedua ditandai dengan terbentuknya sesar-sesar mendatar menganan berarah baratlaut - tenggara. Sesar terbesar menurut T. Apandi dan S. Bachri (1997) adalah sesar Gorontalo yang menghasilkan fault trap dan kemudian membentuk depresi graben dengan memotong struktur yang terbentuk sebelumnya. Periode ketiga dicirikan dengan munculnya penunjaman Sangihe Timur dengan arah tegasan hampir barat-timur sampai utara-selatan yang diduga mulai aktif pada Kuarter Awal dan menghasilkan lajur gunungapi Kuarter yang tersingkap di daerah selatan. Periode selanjutnya adalah terbentuknya sesar-sesar muda yang memotong dan rejuvenasi dari struktur yang terbentuk sebelumnya dimana tegasan yang membentuk struktur muda ini merupakan resultan dari dua gaya yang ada dan juga menghasilkan gaya releasing yang diduga kuat sebagai pemunculan manifestasi panas bumi pada daerah panas bumi Suwawa.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah Untuk mengatahui model infers pada lokasi praktikum Untuk mengetahui resistibilitas sebenarnya pada lokasi praktikum.1.3 Manfaat Agar dapat mengetahui model infersi dilapangan, serta mengetahui resistibilitas sebenarnya pada lokasi praktikum

Bab II Tinjauan Pustaka2.1 Geologi RegionalBatuan di daerah panas bumi Suwawa dapat dibagi dalam 7 satuan batuan yang terdiri dari 4 (empat) batuan vulkanik, 2 (dua) batuan Plutonik (Granit-Diorit), 1 (satu) batuan sedimen dan 1 (satu) batuan endapan permukaan. Batuan-batuan vulkanik di daerah penyelidikan tersebut diperkirakan berasal dari satu titik pusat erupsi, yaitu Pinogoe - Balangga. Batuan sedimen di daerah penyelidikan berupa gamping kristalin (kalkarenit), dan endapan permukaan yang digolongkan ke dalam satuan aluvium. Urut-urutan batuan tsb dari tua ke muda adalah sbb: sedimen/batu gamping, batuan vulkanik tua, batuan non vulkanik/plutonik, batuan vulkanik muda dan endapan permukaan (gambar 2). MAP didaerah Suwawa terdapat di Libungo (75 820 C), Lombongo (45 550 C), dan Pangi (50 580 C). Kenampakan manifestasi panas bumi tsb kepermukaan masing-masing dikontrol oleh sesar Libungo, Lombongo dan Pangi yang berarah barat laut tenggara. (Idral, 2005).2.2 Geomorfologi RegionalBerdasarkan pada morfologinya, pola aliran sungai, tingkat erosi dan jenis batuan di daerah panas bumi Suwawa dapat dikelompokkan menjadi 3 (empat) satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran rendah (SDR), satuan morfologi vulkanik G. Balangga dan Pinogoe (SVBP) dan satuan morfologi vulkanik G. Mogi dan Lompotoo (SVML).a. Satuan morfologi dataran pantai (SDR)Satuan morfologi dataran rendah secara umum tersebar di daerah-daerah di sepanjang sungai Bone yang merupakan dataran graben hingga pinggir pantai selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 -150 m di atas permukaan laut. Dataran pantai ini dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan penduduk setempat sebagai areal pemukiman, objek parawisata, areal penampungan hasil laut, pelabuhan untuk para nelayan, dan juga untuk lahan pertanian/perkebunan masyarakat. Batuannya berupa satuan batuan endapan danau Limboto dan endapan pantai yang sebagian besar merupakan hasil dari erosi air dan abrasi laut. Satuan morfologi ini dibentuk oleh batupasir, konglomerat, boulder-boulder lava lapukan batuan vulkanik dan lempung umumnya hasil longsoran dari batuan yang lebih tua (endapan aluvium).Seluruh aliran sungai di daerah panas bumi Suwawa bermuara ke Teluk Tomini, laut selatan. Lembah sungai ke arah hulu berbentuk V yang mencirikan stadium erosi vertikal lebih kuat dibandingkan dengan stadium erosi horizontal, sedangkan di sungai utama berbentuk melebar hingga bentuk U. Pola aliran sungai yang merupakan kelanjutan dari arah hulu umumnya setengah bercabang (sub-dendritik) dengan bantaran sungai tidak terlalu tinggi dan lembah sungai melebar, mencirikan tingkat pengikisan horizontal lebih dominan dibanding arah vertikal. Tingkat pengikisan seperti ini umumnya terjadi pada musim penghujan. Pengendapan material cenderung lebih tebal di bagian muara dibandingkan pada hulu sungai.Beberapa anak sungai merupakan sungai musiman (intermitten) dan hanya sungai besar saja yang merupakan sungai yang berair sepanjang tahun, seperti Bone, Tapa Dua, Wido, Mogi Kiki dan Lombongo.b. Satuan morfologi vulkanik G. Pinogoe - Balangga (SVBP)Satuan morfologi vulkanik G. Pinogoe - Balangga menempati bagian selatan, tenggara, dan baratdaya. Satuan ini mempunyai ketinggian antara 150-650 m dpl, umumnya berupa areal kehutanan namun ada sebagian kecil di lereng-lereng yang agak rendah berupa perkebunan dan ladang masyarakat setempat. Puncak-puncak terjal ini dibentuk oleh batuan vulkanik Tersier bawah - Kuarter bawah (plistosen) yang berupa aliran lava gunung Pinogoe Balangga - Mandulangi dan aliran piroklastik gunung Pinogoe.Pola alirannya pada jenis morfologi ini menunjukkan pola memancar (radial) dari hulunya dan selanjutnya ke arah hilir berpola sejajar (pararel) dan setengah mendaun (subdendritik hingga dendritik) serta setengah menangga (subtrellis) pada saat memasuki sungai Bone. Lembah sungai umumnya berbentuk V di daerah hulu yang mencirikan stadium erosi vertikal lebih kuat apabila dibandingkan dengan stadium erosi horizontal.c. Satuan morfologi vulkanik G. Mogi dan Lompotoo (SVML)Satuan morfologi vulkanik G. Mogi dan Lompotoo (SVML) mempunyai ketinggian antara 150-1400 m di atas permukaan laut (dpl). Satuan morfologi ini terdapat di bagian utara yang memanjang dari barat ke timur. Satuan ini berupa areal kehutanan dan perkebunan masyarakat setempat dan hutan lindung/Suaka alam.Satuan morfologi G. Mogi dan Lompotoo dibangun oleh batuan produk vulkanik G. Mogi dan juga G. Lompotoo yang merupakan tubuh batuan plutonik (granit, diorit) yang telah mengalami tingkat erosi kuat dan silisifikasi serta terpatahkan dan membentuk bukit-bukit berbentuk kerucut-kerucut. Di bagian tengah timur ditempati oleh satuan diorit lava G. Payango (Tmdb) yang tersilisifikasi dan terubah. Wilayah ini memiliki cukup prospek kandungan bahan galian berupa endapan tembaga porfiri dan emas yang terdapat di sekitar Tapadaa, Motomboto dan Atingola pada batuan Gunungapi tua (tersier).2.3 Metoda GeolistrikMetode Geolistrik merupakan metode pendugaan bawah permukaan dengan survey geofisika dilakukan untuk tujuan eksplorasi sumber daya mineral, hidrokarbon, geothermal, juga studi masalah lingkungan, dan geoteknik. Dengan demikian metode geolistrik merupakan cabang dari metode geofisika yang menggunakan sifat sifat listrik dalam rangka mendeteksi bawah permukan bumi.Metode Geolistrik tersebut juga terdiri dari berbagai macam metode tergantung pada macam variable yang digunakan dalam iterprestasi. Reynolds (1997) membagi metode geolistrik menjadi tiga, yaitu :1. Metode tahanan jenis listrik2. Metode potensial diri ( self-potential )3. Metode polarisasi induksi.Metode Geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui elektroda dan mengukur beda potensial antara dua elektroda potensial dari arus yang ditimbulkan.

2.4 Metoda Geolistrik Konfigurasi SchlumbergerGeolistrik resistivity merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi (Hendrajaya dan Idam, 1990). Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point) (Apparao, 1997). Pada metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, yaitu : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol, Rectangle Line Source dan sistem gradien 3 titik (Hendrajaya dan Idam, 1990).Dalam praktikum ini metoda geolistrk yang digunakan adalah metoda schlumberger, karena memiliki keunggulan atau kemaampuan untuk mendeteksi adanya sifat tidak homogen lapisan batuan pada permukaan yaitu membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2 (Anonim, 2007a).

Gambar Rangkaian elektroda konfigurasi Schlumberger.

Bab III Metoda Kerja3.1 AlatAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:- Kompas, kompas digunakan untuk menentukan arah bentangan yang dituju, hal ini ditujuankan untuk mengetahui kelurusan suatu bentangan.

Gambar 1. Kompas Geologi- GPS (global position system) tipe 550 oregon, digunakan untuk mengambil koordinat mata air panas serta koordinat di tiap-tiap titik.

Gambar 2 global position system (GPS).- Roll Meter, digunakan untuk mengukur bentangan sesuai arah yang di tunjukan oleh kompas.

Gambar 3. Roll Meter- Palu Geologi, digunakan untuk memukul elektroda yang di tancapkan ke dalam tanah.

Gambar 4. Palu Geologi Satu Set Alat Geolistrikdigunakan untuk mengetahui bentangan bawah permukaan berupa lapisan batuan yangmerupakan lapisan batuan pembawa air.

Gambar 5 Satu Set Alat Geolistrik Payung, berfungsi untuk melindungi alat dari cahaya matahari dan hujan.

Gambar 6 Payung

Buku Catatan Lapangan, untuk mencatat data yang ada dilapangan yang sesuai dengan pengamatan.

Gambar 7 buku catatan lapangan Kamera, digunakan untuk mengambil gambar saat dilapangan.

Gambar 8. Kamera

3.2 BahanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah HCL, untuk mengetahui batuan karbonat

Gambar 9 Hydrogen Klorida Kertas lakmus, untuk mengetahui pH manifestasi panas bumi.

Gambar 10 Kertas Lakmus

3.3 Prosedur Kerja3.3.1 Pengamatan Manifestasi Panas Bumi KoordinatTahap pengambilan koordinat diawali dengan mengkalibrasi kembali agar lebih akurat dengan ketinggian di daerah praktikum dengan ketinggian dari permukaan laut.Koordinat juga memiliki fungsi sebagai data yang bisa dipakai di aplikasi yang membutuhkan titik koordinat dilapangan. Dan dapat diolah kembali dengan aplikasi agar untuk mengetahui data 2 dimensi dan 3 dimensi bawah permukaan.Pengambilan koordinat juga merupakan salah satu hal yang penting karena untuk pengamatan secara regional bahkan secara detail harus memerlukan koordinat dengan menggunakan pengambilan citra bahakan data dari satelit.Dilokasi praktikum titik awal pengambilan koordinat berada pada sumber mata air panas yang menghadap arah timur. Dan dibentangkan kearah U-S dengan panjang 200m dari mata air panas.ket:pengambilan koordinat

Gambar 11. Sketsa pengambilan koordinat dilapangan

Sifat fisikSifat fisika merupakan sifat materi yang dapat dilihat secara langsung dengan indra. Sifat fisika antara lain wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan, kelarutan, kekeruhan, dan kekentalan.Lokasi praktikum terdapat dua titik mata air panas yang harus diketahui sifat fisiknya, jika sifat fisiknya baik maka dapat dimanfaatkan untuk rileksasi/terapi, untuk peternakan ikan, untuk mempercepat pertumbuhan sayur dan buah, serta untuk memanaskan ruangan (umumnya di Negara-negara yang memiliki 4 musim).a. Lokasi Mata Air Panas dengan koordinat N 00o 31 16.6 E 123o 08 41.6 dengan elevasi 15 mdpl. Kondisi fisik mata air desa Pancuran ini memiliki tingkat suhu diatas 78o C, warna jernih, dengan rasa sedikit asin, tidak berbau dan memiliki diameter 2m. dan memiliki tingkat pH 6. Serta terdapat endapan garam (putih) dan endapan oksida besi (kuning kecoklatan).b. Mata air panas yang kedua terdapat padda koordinat N 00o 31 10.6 E 123o 08 41.1 dengan elevasi 18 mdpl. Suhu 80o C, jernih, sedikit asin, tidak berbau, dan memiliki diameter 1,5 m. dengan pH