laporan fraksionasi biomassa

Upload: yozie-anugrah

Post on 10-Feb-2018

375 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    1/29

    LAPORAN PRAKTIKUM

    LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I

    FRAKSIONASI BIOMASSA

    Disusun oleh:

    Kelompok 4

    Kelas C

    ANTONI ALAMSYAH (1107114210)

    YOZIE ANUGRAH (1107114140)

    AISYAH DEWI RANTI (1107111852)

    EDO PRIMA ARIF (1107121208)

    ANGELINA (1107155397)

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2013

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    2/29

    ABTRAK

    Fraksionasi biomassa adalah proses pemisahan biomassa menjadi komponen-komponen penyusun utamanya yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin tanpa

    merusak dan merubah komponen tersebut menjadi senyawa lain. Fraksionasi

    biomassa merupakan salah satu konsep pengolahan biomassa yang dianggap

    mampu memberikan produk yang masimal serta mampu meminimalkan dampak

    negatif terhadap lingkungan. Tujuan dari praktikum ini adalah menjelaskan

    pengaruh variasi lamanya waktu pemasakan terhadap perolehan selulosa dan

    lignin pada proses fraksionasi. Metode yang digunakan adalah metode organoslov,

    yaitu proses pemasakan menggunakan pelarut organik. Pemasakan dilakukan

    dengan bahan baku, pelarut dan katalis di dalam erlenmeyer yeng dilengkapi

    dengan kondensor refluks. Recovery lignin dilakukan dengan mensentrifus sampel

    black liquor yang didapat setelah pemasakan. Bahan baku yang digunakan adalah

    kayu pohon jeruk purut dengan pelarut asam asetat 80%. Perbandingan berat

    biomassa dengan berat pelarut adalah 1 : 10. Dengan bahan baku biomassa

    sebanyak 50 gr, diperoleh pulp sebanyak 22,6 gr (45,2%) untuk waktu pemasakan

    2 jam dan 17,405 gr (34,81%) untuk proses pemasakan dengan waktu 3 jam. Lignin

    yang dapat direcovery adalah sebesar 99,7% untuk waktu pemasakan 2 jam dan

    85,97% untuk waktu pemasakan 3 jam.

    Kata kunci: frakionsasi, hemiselulosa, lignin, selulosa.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    3/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangPerkembangan peradaban masyarakat yang mengeksploitasi sumber daya

    alam secara berlebihan dan disertai dengan perusakan lingkungan yang serius

    bukanlah sebuah fenomena baru. Untuk mengatasi resiko tersebut, masyarakat

    harus mulai mempersiapkan perubahan dari pembangunan yang didasarkan pada

    sumber daya alam non-terbarukan, menuju sumber daya alam yang terbarukan agartidak lagi bergantung pada sumber bahan bakar fosil. Biomassa merupakan salah

    satu solusi yang paling tepat untuk produk energi yang berkelanjutan (Villaverde et

    al., 2010).

    Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan. Biomassa

    dapat dijadikan salah satu alternatif. Salah satu keunggulan biomassa jika

    digunakan sebagai sumber energi dibandingkan dengan sumber fosil yaitu dapat

    mengurangi limbah organik karena memafaaatkan limbah. Sampah organik seperti

    sampah pertanian (jerami, tongkol), limbah pengolahan biodiesel (cangkang biji

    jarak pagar, cangkang sawit), sampah kota, limbah kayu, ranting, dan pengolahan

    kayu (sawdust) merupakan limbah yang keberadaanya kurang bermanfaat

    (Novitasari, 2010).

    1.2 Tujuan

    Menjelaskan pengaruh variasi waktu pemanasan 2 jam dan 3 jam pada

    proses fraksionasi biomassa dengan bahan baku kayu pohon jeruk purut.

    1.3 Tinjauan Pustaka1.3.1 Pengenalan Biomassa

    Biomassa adalahbahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis.

    Diantara sumber-sumber biomassa terbarukan seperti kayu contohnya yaitu kayu

    jati, kayu mahoni, kayu cendana dan sebagainya, bukan kayu contohnya rumput,

    pelepah sawit, ubi, limbah pertanian, jerami, gandum, ampas tebu, batang dan

    tongkol jagung adalah contoh biomassa yang dapat diolah menjadi energi dan dapat

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    4/29

    menjadi obyek dari penelitian yang penting agar dapat memenuhi kebutuhan

    manusia.

    Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Contoh

    penggunaan biomassa secara langsung yaitu menggunakan kayu sebagai kayu

    bakar, sedang penggunaan biomassa secara tidak langsung yaitu penggunaan kertas

    dalam kehidupan sehari-hari. Kayu terlebih dahulu diproses untuk menjadi kertas.

    1.3.2 Komponen Kimiawi BiomassaDidalam biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu selulosa,

    hemiselulosa dan lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan

    berlignoselulosa.

    1. SelulosaSelulosa merupakan komponen kimia biomassa yang paling banyak,

    jumlahnya mencapai hampir setengah bagian biomassa dan sebagai struktur dasar

    pada dinding sel tanaman. Selulosa terdapat pada semua tanaman, organisme

    tumbuhan yang primitif dan pada binatang jenis tunicin (Fengel dan Wegener,

    1985).

    Selulosa adalah polimer glukosa yang tidak bercabang. Bentuk polimer ini

    memungkinkan selulosa saling menumpuk atau terikat menjadi bentuk serat yang

    sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit -D

    glukopiranosadi dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi yang dapat

    dilihat pada Gambar 1.1. Derajat polimerisasi selulosa tergantung pada jenis

    tanaman dan umumnya dalam kisaran 200 27000 unit -D glukopiranosa

    (Saadah, 2010).

    Gambar 1.1Struktur Selulosa (Hu, 2008)

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    5/29

    Selulosa dapat larut dalam asam pekat (seperti asam sulfat 72%) yang

    mengakibatkan terjadinya pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Hidrolisis

    selulosa dapat terhalang oleh lignin dan hemiselulosa yang ada di sekitarnya,

    namun laju hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan temperatur dan

    tekanan (Fengel dan Wegener, 1985).

    Selulosa digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulpdan

    kertas. Selulosa juga digunakan dalam pengolahan kopi dan dalam industri farmasi

    sebagai zat untuk membantu sistem pencernaan serta proses fermentasi dari

    biomassa menjadi biofuel, seperti bioetanol (Saadah, 2010).

    2. HemiselulosaHemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki

    rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai

    bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer yang

    terdapat pada biomassa. Pada berbagai jenis tanaman, jumlah dan jenis monomer

    penyusun hemiselulosa berbeda-beda.

    Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula. Namun,

    perbedaannya yaitu selulosa hanya tersusun dari glukosa, sedangkan hemiselulosa

    tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa

    terdiri dari monomer gula yang memiliki 5-6 atom karbon (C-5 sampai C-6),

    misalnya: xilosa, mannosa, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil

    rhamnosa, asam glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat (Saadah,

    2010). Xilosa adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di

    biosfer setelah glukosa. Stuktur penyusun dari hemiselulosa dapat dilihat pada

    Gambar 1.2. Jumlah hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa sebesar 11%

    hingga 37 % (berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis

    daripada selulosa, tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol dari pada

    gula C-6.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    6/29

    Gambar 1.2Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa (Isroi, 2008)

    3. LigninLignin adalah molekul kompleks yang tersusun dari unit phenylphropane

    yang terikat di dalam struktur tiga dimensi. Lignin berfungsi sebagai pengikat

    matrik selulosa. Lignin dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu lignin

    guasil dan lignin siringil. Lignin guasil dapat ditemukan pada kayu lunak sebagai

    produk polimerisasi dari koniferil alkohol. Sedangkan lignin siringil terdapat pada

    kayu keras sebagai hasil polimerisasi sinapil alkohol. Unit-unit pembentuk lignin

    terdiri dari p-koumaril alkohol, koniferil alkohol, dan sinapil alkohol yang

    merupakan senyawa induk pembentuk makromolekul lignin dan terikat satu sama

    lain baik dengan ikatan ester maupun dengan ikatan karbon seperti yang

    ditampilkan dalam Gambar 1.3.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    7/29

    Gambar 1.3 Struktur Lignin (Brunowet al.,1995)

    Lignin mempunyai kelarutan yang sangat rendah dalam kebanyakan pelarut.

    Lignin dapat larut dalam asam organik pekat dan alkali encer, namun tidak larut

    dalam air maupun asam mineral kuat. Lignin dapat diisolasi dengan cara

    menghidrolisis, mengekstraksi atau mengubah menjadi turunan lignin. Lignin

    sangat tahan terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia.

    Lignin memiliki energi yang tinggi karena jumlah karbon yang relatif tinggi

    dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa, (Saadah, 2010).

    Tabel 1.1Komposisi Lignoselulosa Berbagai Biomassa

    BiomassaLignin

    (% berat)

    Selulosa

    (%berat)

    Hemiselulosa

    (%berat)

    Kayu Keras 2330 3849 1926

    Kayu Lunak 1634 4045 714

    Rumput Espato 1719 3338 2732

    Bambu 2131 2643 2626

    Batang Jagung 1434 3545 2028

    Ampas Tebu 1924 3244 2732

    Jerami gandum 1621 2935 2632

    Jerami Padi 1216 2836 2328

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    8/29

    BiomassaLignin

    (% berat)

    Selulosa

    (%berat)

    Hemiselulosa

    (%berat)

    Sabut kelapa 38,9 30,6 19,9

    Sabut sawit 31,9 34,3 27,2

    Batang sawit 22,6 45,8 25,9

    Pelepah sawit 1820 3745 2325

    Tandan kosong sawit 1517 3642 25-27

    (Sumber: Tim Penyusun 2013)

    Lignoselulosa, terutama yang timbul dari residu pertanian, limbah hutan,

    limbah kertas dan tanaman energi, dapat dijadikan sebagai sumber daya energi

    potensial terbarukan. Lignoselulosa yang terdiri dari tiga komponen yang dominan

    yakni, selulosa, hemiselulosa dan lignin, dapat digunakan untuk tujuan lain selain

    produksi energi. Pada saat ini biomassa yaitu lignoselulosa merupakan sumber

    ekonomis bahan bakar cair, makanan, bahan baku, dan serat.

    1.3.3 Proses OrganosolvProses pembuatan pulp secara komersial (kraft dan teknologi sulfit)

    menghasilkanpulpberkualitas tinggi, tetapi fraksi seperti lignin dan hemiselulosa

    (berat sekitar 50% dari berat kering kayu) sering terbuang atau pemanfaatannya

    belum optimal seperti sebagai sumber energi.

    Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan

    bahan kimia organik seperti metanol, etanol, aseton, asam asetat, asam formiat dan

    lain-lain. Proses ini telah terbukti sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya

    hutan dan tidak merugikan lingkungan dibandingkan dengan proses sulfit dan kraft

    yang memberikan masalah bagi lingkungan yaitu bau yang disebabkan olehsenyawa belerang. Oleh karena itu, permasalahan yang dihadapi oleh industripulp

    dan kertas dapat diatasi oleh proses organosolv. Selain itu proses organosolv

    memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemenpulpyang dihasilkan

    tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan

    unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-

    products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat

    kemurnian tinggi.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    9/29

    Pembuatan pulp dengan organosolv (berdasarkan pemanfaatan pelarut

    organik sebagai media delignifikasi) dapat digunakan sebagai teknologi pemurnian

    biomassa, karena produk yang dihasilkan terdiri dari selulosa serta liquor yang

    terdiri dari hemiselulosa dan lignin yang bebas dari belerang. Asam hidrolisis dapat

    digunakan untuk menghidrolisis hemiselulosa menjadi monomer pembentuk

    hemiselulosa.

    Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang

    pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping

    dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell

    (menggunakan asam asetat), dan proses organocell (menggunakan metanol).

    Organosolv ekstraksi diakui sebagai metode alternatif yang efektif untuk

    delignifikasi. Lignin yang dihilangkan dari matriks padat dapat dicapai dengan

    menggantikan senyawa sulfur oleh pelarut organik. Senyawa organik menghasilkan

    delignifikasi dari bahan baku yang lebih baik dari pada proses kraft. Proses

    organosolv dapat dirancang sebagai metode fraksionasi lebih dari metode pulping.

    Artinya, proses fraksionasi organosolv dapat dioperasikan pada hampir semua

    bahan baku untuk menghasilkan komponen utama dari jaringan tumbuhan

    (selulosa, hemiselulosa dan lignin) dalam bentuk yang lebih baik. Pada tabel 1.2

    ditampilkan hasil farksionasi biomassa dengan berbagai macam umpan biomassa

    dan kondisi operasi tertentu.

    Tabel 1.2Hasil Percobaan Fraksionasi Biomassa dengan Berbagai Umpan dan

    Kondisi Proses

    Feed StockOrganosolv

    Solvent

    Pulping

    Temperature

    Cooking

    Time

    Pulp

    Yield

    (%)

    Hemicellu lose

    Degradation

    (%)

    Delignification

    (%)

    Dhaincha,

    kash and

    Banana

    stem

    70%, 80%,

    90%

    Formic acid

    80oC60-

    120 min

    52,9-

    62,150-60 75-83

    Beech80%formic

    acid110-130oC 180 min 45- 50 85-95 80-90

    Rice straw70-98%

    formic acid90- 115oC

    30-120 min

    32,1-69,8

    72-85 85-90

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    10/29

    Feed StockOrganosolv

    Solvent

    Pulping

    Temperature

    Cooking

    Time

    Pulp

    Yield

    (%)

    Hemicellu lose

    Degradation

    (%)

    Delignification

    (%)

    Wheat straw

    formic acid-

    acetic acid-

    H2O

    (30/60/10)

    85oC 4 hours 47,2 76,5 94,1

    Zhangs

    work

    88%formic

    acid60oC 8 hours - 85 70

    (Sumber: Zhang et al.,2008)

    1. Proses AcetosolvPenggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses

    acetosolv. Proses ini menggunakan pelarut utama yaitu asam asetat (93%) dan 0.5

    - 3.0% HCI sebagai katalisnya (Wistara, 2007).Proses acetosolvdalam pengolahan

    pulpmemiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang

    limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian

    yang cukup tinggi, dan hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil

    daur ulang limbah kraft(Fadillah, 2008). Keuntungan dari prosesacetosolvadalah

    bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses

    pembakaran bahan bekas pemasak. Selain itu proses tersebut dapat dilakukan tanpa

    menggunakan bahan-bahan organik. (Isroi, 2008). Proses ini menghasilkan by-

    product berupa furfuraI, levulinic acid, hydroxyl methyl furfural, metanol, dan

    methyl acetat(Wistara, 2007).

    2. Proses FormacellSebagai proses yang murah dan mudah tersedia pelarut organik, asam

    formiat menunjukkan potensi sebagai agen kimia untuk fraksionasi biomassa.Proses fraksionasi biomassa dengan pelarut asam formiat ditunjukkan pada

    Gambar 1.4Selama terjadi proses pembentukanpulpdengan pelarut asam formiat,

    lignin larut ke dalam cairan hitam karena terjadi pembelahan lignino-4 obligasi,

    sementara hemiselulosa terdegradasi menjadi mono- dan oligosakarida,

    meninggalkan padatan selulosa dalam residu. Ketika air ditambahkan ke cairan,

    lignin mengendap dan memisahkan dari cairan hitam. Setelah menghasilkan pulp,

    asam formiat dapat direcycledengan proses distilasi untuk digunakan kembali.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    11/29

    Gambar 1.4Prosedur Fraksionasi Lignoselulosa oleh Asam Formiat denganRecycle

    Pelarut (Zhang, et al, 2009)

    Fraksionasi dengan asam formiat dapat dilakukan dengan konsentrasi 60-

    90%, dan suhu 80-120oC. Tekanan 1-1,7 atm. Pada temperatur 80oC asam formiat

    kurang reaktif terhadap lignin dan hidrolisis hemiselulosa, sedangkan pada

    temperatur 107-110oC asam formiat sangat reaktif terhadap lignin sehingga proses

    delignifikasi berjalan dengan cepat, akan tetapi hidrolisis terhadap polisakarida juga

    terjadi terutama terhadap hemiselulosa dan selulosa.

    Asam formiat sebagai pelarut memiiki memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

    a. Proses fraksionasi dapat dilakukan pada temperatur dan tekanan yang relatifrendah.

    b. Cocok untuk banyak sumber biomassa.c. Mempunyai selektivitas yang tinggi terhadap proses delignifikasi dan

    mempertahankan selulosa.

    3. EsterPulpingKayu dimasak pada suhu tinggi (sampai dengan 200 oC) dengan pelarut

    berupa air, ethyl acetate, dan asam asetat dengan komposisi yang sama. Ester

    pulping ini dianggap memiliki keunggulan dalam bahan kimianya. Tetapi sampai

    saat ini proses esterpulpingbelum dikembangkan lebih lanjut(Wistara, 2007).

    4. Proses MiloxProses milox merupakan proses pemasakan tiga tahap yang terdiri dari

    pemasakan dengan asam formiat - asam performiat - asam formiat. Proses ini

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    12/29

    menghasilkan pulp dengan bilangan kappa sangat rendah, yaitu 7 - 11 yang

    memungkinkan proses pemutihanpulphanya dengan peroksida dan atau ozone.

    5. Process AlcellProses Alcell merupakan sebuah proses organosolv berpelarut etanol-air

    yang ramah lingkungan. Adapun kelebihan dari proses ini adalah:

    a) Dengan media pemasak berupa alkohol dan air, proses iniakan bebas darimasalah bau akibat senyawa sulfur yang di alami proses kraftdan sulfit.

    Emisi senyawa turunan sulfur yang berhubungan dengan hujan asam tidak

    akan terjadi.

    b) By-products Alcell bersifat renewable. Lignin Alcelldapat menggantikanresin PF yang dibuat dari petrokimia yang bersumber pada bahan

    nonrenewable. Asam asetat yang dihasilkm juga bisa mengganti asam asetat

    yang diproduksi dari metanol dan CO.

    c) Limbah cair yang memiliki komposisi klor dapat dikurangi atau bahkandihilangkan. Penelitian menunjukkan bahwa derajat purih standar dapat

    diperoleh tanpa menggunakan senyawa berklor.

    1.3.4 DelignifikasiDelignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses

    delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan -aril eter dalam makromolekul lignin.

    Ikatan -aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada

    makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut

    disebabkan oleh adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak,

    sehingga lignin yang lepas dari makromolekul lignoselulosa dapat larut dalam

    larutan pemasak (Sarkanen, 1990).

    Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat delignifikasi dan

    selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi

    antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan dan waktu reaksi.

    1.3.5 Produk Turunan Biomassa

    Untuk mendapatkan berbagai macam produk turunan maka biomassa harus

    dipilah dari komponen penyusunnya. Pemilahan komponen penyusun biomassa

    dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya yaitu metode fraksionasi.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    13/29

    Metode ini dilakukan dengan menggunakan pelarut organik yang mampu memilah

    biomassa secara secara selektif menjadi selulosa, hemiselulosa, dan lignin,

    sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku sejumlah produk. Beberapa pelarut

    organik yang digunakan sebagai media fraksionasi biomassa adalah alkohol, asam

    organik, amina, keton, ester, fenol, dan turunan fenol (Shatalov et al, 2006). Adapun

    produk turunan biomassa dapat dilihat pada Gambar 1.5.

    Gambar1.5 Pohon Industri Fraksionasi Biomassa (Tanskanen, 2007)

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    14/29

    BAB II

    METODOLGI PERCOBAAN

    2.1 Alat dan bahan

    2.1.1 Alat

    1. Erlenmeyer berukuran 1000 ml2. Kondensor refluks3. Pemanas4.

    Kuvet

    5. Alat sentrifugasi6. Kertas saring

    Gambar 2.1Skema Alat Fraksionasi Biomassa

    2.1.2 Bahan

    1. Kayu pohon jeruk purut (yang telah dihancurkan)2. Asam organik, asam asetat 80%3. Katalis HCl4. Aquadest

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    15/29

    2.2 Variabel Percobaan

    Pada percobaan ini, variabel yang diamati adalah pengaruh waktu

    pemanasan terhadap perolehan selulosa dan lignin.

    2.3 Prosedur Percobaan

    Secara umum, proses percobaan fraksionasi biomasa dari bahan baku kayu

    pohon jeruk purut disajikan pada Gambar 2.2berikut:

    Pemasakan

    Penyaringan dan

    Pencucian

    Pengeringan RecoveryLignin

    Kayu Pohon Jeruk Purut

    HCl

    Air Air

    Air

    Padatan

    (Selulosa)

    Black Liquor

    Padatan

    (Lignin)

    Gambar 2.2 Skema Percobaan Fraksionasi Biomassa

    Kayu pohon jeruk purut yang telah dihancurkan sebanyak 50 gram

    dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu cairan pemasak yaitu asam asetat

    80% dimasukkan dengan komposisi 1 : 10 (m/m). Kondensor refluks dipasang

    sebagai penutup reaktor dan sirkulasi air pendingin dialirkan. Kemudian pemanas

    diopersikan, setelah cairan mulai mendidih (menghasilkan refluks), katalis HCl

    dimasukkan ke dalam reaktor melalui bagian atas kondensor dan waktu dicatat

    sebagai awal proses pemasakan. Waktu pemasakan divariasikan yaitu 2 jam untuk

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    16/29

    run pertama dan 3 jam untuk run kedua. Setelah waktu pemasakan tercapai,

    pemanas dimatikan dan reaktor didinginkan.

    Setelah reaktor dingin, sirkulasi air pendingin dimatikan dan kondensor

    dilepaskan dari reaktor. Hasil dari fraksionasi biomassa disaring dengan

    menggunakan kain kasa, kemudian diperas agar semua cairan pemasak turun dan

    ditampung. Setelah itu, padatan dicuci dengan dengan air sampai bersih dan

    filtratnya kelihatan jernih. Padatan yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan

    oven sampai beratnya konstant. Persentase perolehanpulp(selulosa) dapat dihitung

    menggunakan rumus berikut:

    Perolehan Pulp=Beratpulpkering

    Berat bimassakeringx 100% ........................................... (2.1)

    Untuk lignin, 10 ml black liquor diencerkan menjadi 100 ml dengan

    menambahkan air.Black liquoryang telah diencerkan dimasukan ke dalam 3 buah

    tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 ml dan disentrifus dengan kecepatan

    2000 rpm selama 10 menit. Setelah selesai,supernatantyang terbentuk dipisahkan

    dengan cara disaring dengan kertas saring. Padatan yang diperoleh dikeringkan

    dalam oven sampai beratnya konstan, dan diperoleh berat lignin yang di dari sampel

    black liquor. Lignin yang diperoleh dari proses dapat dihitung dengan rumus

    berikut:

    Perolehan lignin=berat lignin sampel x

    Volume black liquor

    Volume sampel

    Berat lignin dalam bahan bakux 100%........................ (2.2)

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    17/29

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil Percobaan

    Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variabel waktu pemasakan

    selama 2 jam dan 3 jam diperoleh pulpsebesar 45,2% dan 34,82%. Lignin yang

    dapat di-recoverydari black liquordengan pengenceran 1 : 9 adalah sebesar 99,7%

    dan 85,97% dari berat lignin dalam bahan baku kayu pohon jeruk purut yang

    termasuk kayu keras yaitu sebesar 30% dari massanya.

    Tabel 4.1 Hasil percobaan dari setiap waktu pemasakan

    Waktu Pemasakan Perolehan Selulosa (%) Perolehan Lignin (%)

    2 jam 45,2 99,7

    3 jam 34,82 85,97

    3.2 Pembahasan

    Pada praktikum fraksionasi biomassa yang telah dilakukan, komponen yang

    ingin dipisahkan adalah selulosa dan lignin dari kayu pohon jeruk purut dengan

    menggunakan pelarut asam asetat. Varibel yang diamati adalah pengaruh variasi

    waktu pemasakan terhadap persentase perolehan selulosa dan lignin. Bahan baku

    yang digunakan adalah kayu pohonjeruk purut yang telah di hancurkan sebanyak

    50 gram. Pemasakan dilakukan dengan larutan pemasak asam setat 80% dengan

    perbandingan 1 : 10 yaitu sebanyak 500 gram atau sekitar 480,8 ml. Saat proses

    pemasakan, katalis HCl pekat sebanyak 5 ml ditambahkan setelah pelarut mendidih

    dan menghasilkan refluks. Setelah penambahan katalis, warna pelarut berubah

    menjadi hitam kecoklatan. Warna tersebut timbul karena lignin pada biomassa larut

    dalam larutan pemasak. Setelah proses pemasakan, dilakukan penyaringan untuk

    memisahkan black liquor denganpulp/selulosa. Pulp yang didapat dicuci dengan

    air hingga filtratnya jernih kemudian dioven untuk mendapatkan beratpulp kering.

    Persentase selulosa yang diperoleh pada kedua variasi waktu pemasakan dapat

    dilihat pada Gambar 3.1.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    18/29

    Gambar 3.1Perbandingan Perolehan Selulosa pada Variasi Waktu Pemasakan

    Dari Gambar 3.1diatas dapat dilihat bahwa persentase perolehanpulppada

    waktu pemasakan 2 jam lebih besar dari pada waktu pemasakan 3 jam. Hal ini

    menunjukan bahwa lamanya waktu pemasakan mempengaruhi hasil fraksionasi

    biomassa. Semakin lama waktu pemasakan berarti semakin lama waktu kontakantara biaomassa dengan pelarutnya yang menyebabkan proses pemisahan

    komponen-komponen dalam biomassa menjadi lebih optimal. Dengan kata lain,

    jika waktu pemasakan lebih lama, maka lignin dan hemiselulosa yang terlarut lebih

    besar sehingga beratpulpyang dihasilkan lebih kecil. Jumlah selulosa yang didapat

    pada percobaan ini sesuai dengan persentase selulosa pada referensi, yaitu untuk

    kayu keras memiliki kandungan selulosa 3849%.

    Proses recoverylignin dilakukan dengan mengambil 10 ml black liquor dandiencerkan menjadi 100 ml dengan menambahkan air. Kemudian 10 ml dari black

    liquor encer di sentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Hasil

    sentrifus teridiri dari lapisan cair dan padatan. Padatan berupa lignin dipisahkan

    dengan cara disaring dengan kertas saring kemudian dioven untuk mendapatkan

    berat lignin kering. Presentase recovery lignin pada kedua variasi waktu pemasakan

    dapat dilihat pada Gambar 3.2.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    2 jam 3 jam

    PerolehanSelulosa(%)

    Waktu Pemasakan

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    19/29

    Gambar 3.2Perbandingan Lignin pada Variasi Waktu Pemasakan

    Dari Gambar 3.2terlihat bahwa perolehan lignin pada waktu pemasakan 2

    jam lebih besar dari waktu pemasakan 3 jam. Hal ini tidak sesuai jika dihubungkan

    dengan pengaruh waktu pemasakan terhadap presentase perolehan komponen-

    komponen biomassa. Seharusnya, semakin lama waktu pemasakan, semakinbanyak lignin yang terlarut dalam pelarut dan semakin besar presentase

    perolehannya. Ketidak sesuaian ini dapat terjadi karena ketidak telitian pada

    pengukuran kertas saring dan lignin menggunakan neraca analitik. Neraca analitik

    yang digunakan menunjukan angka yang terus berubah karena adanya hembusan

    udara/angin disaat pengukuran. Selain itu, ketidak telitian juga bisa terjadi pada saat

    pengukuran sampel dan pada saat pengenceran black liquor saat proses lignin.

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    2 jam 3 jam

    Lignin(%)

    Waktu Pemasakan

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    20/29

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan1. Lamanya waktu pemasakan mempengaruhi hasil perolehan selulosa dan

    lignin pada proses fraksionasi biomassa.

    2. Persentase perolehan selulosa adalah sebesar 45,2% untuk proses denganwaktu pemasakan 2 jam dan 34,81% untuk proses dengan waktu pemasakan

    3 jam.3. Presentase lignin pada waktu pemasakan 2 jam dan 3 jam adalah berturut-

    turut sebesar 99,7% dan 85,97%.

    4.2 Saran1. Saat mengambil dan memasukan katalis kedalam reaktor sebaiknya

    dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan sarung tangan tebal karena

    katalis yang digunakan adalah asam kuat.

    2. Pada saat menyaringpulp dari black liquor, gunakan lah masker yang tebaldan berlapis karen black liquor hasil proses pemasakan mengeluarkan bau

    yang sangat menyengat.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    21/29

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunow, G., Karhunen, P., Lundquist, K., Olson, S., dan Stomberg, R, 1995,

    Investigation of Lignin Models of the Biphenyl Type by X-Ray

    Crystallographydan NMR Spectroscopy. J. Chem. Crystallogr.

    Fadillah. 2008. Biodelignifikasi Batang Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih

    Phanerochaete chrysosporium.Surakarta.

    Fengel, D dan Wegener, G, 1985, Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi,

    Translated from the English by H. Sastrohamidjojo, Yogyakarta, Gajah Mada

    University Press.

    Friska, J, Indrawati, R. 2005. PembuatanPulpdari Bahan Baku Non Kayu Dengn

    Proses Organosolv. Universitas Riau, Pekanbaru.

    Hu, G. 2008,Feedstock Pretreatment Strategies for Producing Ethanol from Wood,

    Bark, And Forest Residu, Bioresources 3(1).

    Isroi. 2008. Karakteristik Lignoselulosa sebagai Bahan Baku Bioetanol,

    http://isroi.wordpress.com/, diakses pada 26 November 2013.

    Novitasari, Dwi. 2010. Biomassa Sebagai Pilihan Sumber Energi Terbarukan,

    http://www.kamase.org/, diakses pada 26 November 2013.

    Saadah. 2010. Produksi Enzim Selulosa oleh Aspergillus niger,

    http://eprints.undip.ac.id/,diakses pada 26 November 2013.

    Sarkanen, K. S., 1990, Chemistry of Solvent Pulping, Tappi Journal.

    Shatalov, A. A. And Pereira H., 2006, Papermaking Fibers from Giant Reed

    (Arundo Donax L.) by Advanced Ecologically Friendly Pulping and Bleaching

    Technologies, Bioresource Technology.

    Tanskanen J, 2007,Paper, Bioenergy and Green Chamical from Nonwood Residues

    by A Novel Biorefenery, PEGRESS Project, University of Oulu.

    Tim Penyusun, 2013, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia I,

    Universitas Riau, Pekanbaru.

    Villaverde J J, Ligero P, de Vega A. 2009. Formic and Acetic Acid As Agents for A

    Cleaner Fractionation of Miscanthus x giganteus. Department of Physical

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    22/29

    Chemistry and Chemical Engineering, University of A Coruna, A Coruna

    15071, Spain.

    Wistara, N J, Kemampuan Teknologi Pulp dan Kertas Mutakhir Dalam

    Mewujudkan Suatu Green Industri, http://repository.ipb.ac.id/, diakses pada

    26 November 2013.

    Zhang M, Qi W, Liu R, Su R, Wu, He Z. 2008. Fractionating lignocellulose by

    formic acid: Characterization of major components, School of Chemical

    Engineering and Technology, Tianjin University.

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    23/29

    LAMPIRAN 1

    LEMBAR PERHITUNGAN

    1. Neraca Massa Percobaana. Run 1. Waktu pemasakan 2 jam Pemisahanpulp/selulosa

    Pemasakan2 jam

    Penyaringan

    Oven

    Pencucian

    Biomassa kering 50 gr- kadar air 10%

    Asam asetat 80% 480,8 ml- kadar air 20%

    PulpBlack liquor

    PulpBlack liquor

    Black liquor 440 ml

    AirAirBlack Liquor

    Pulp

    HCl pekat 5 ml

    Air

    Pulp 22,60 gr

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    24/29

    Recovery lignin

    Pengenceran

    Sentrifugasi

    Penyaringan

    Oven

    Air 90 ml

    Black liquor encer 10 ml

    Black liquor encer

    Black liquor encer

    Lignin

    Lignin 0,034 gr

    Black liquor 10 ml

    Black liquor encer 90 ml

    Black liquor encer

    Lignin

    Black liquor encer

    b.

    Run 2. Waktu pemasakan 3 jam Pemisahanpulp/selulosa

    Pemasakan3 jam

    Penyaringan

    Oven

    Pencucian

    Biomassa kering 50 gr- kadar air 10%

    Asam asetat 80% 480,8 ml- kadar air 20%

    PulpBlack liquor

    PulpBlack liquor

    Black liquor 416 ml

    AirAirBlack Liquor

    Pulp

    HCl pekat 5 ml

    Air

    Pulp 17,405 gr

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    25/29

    Recovery lignin

    Pengenceran

    Sentrifugasi

    Penyaringan

    Oven

    Air 90 ml

    Black liquor encer 10 ml

    Black liquor encer

    Black liquor encerLignin

    Lignin 0,031 gr

    Black liquor 10 ml

    Black liquor encer 90 ml

    Black liquor encerLignin

    Black liquor encer

    2. Persiapan bahan baku dan pelarut Berat bahan baku (kayu pohon jeruk purut) = 50 gr Bahan baku : pelarut (asam asetat 80%) = 1 : 10 (m/m) Berat pelarut = 50 gr x 10 = 500 gr asam asetat = 1,05 gr/ml air = 1 gr/ml pelarut = (0,8 x asam asetat) + (0,2 x air)

    = ((0,8 x 1,05) + (0,2 x 1)) gr/ml

    = (0,84 + 0,2) gr/ml

    = 1,04 gr/ml

    V pelarut = m pelarut/ pelarut= 500 gr/(1,04 gr/ml)

    = 480,8 ml

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    26/29

    3. Persentase perolehan pulpa. Run 1. Waktu pemasakan 2 jam Berat alumunium foil = 3,43 gr Beratpulpkering + alumunium foil (setelah pengovenan)

    o Penimbangan 1 = 26,20 gro Penimbangan 2 = 26,11 gro Penembangan 3 = 26,04 gro Penimbangan 4 = 26,03 gr

    Beratpulp kering = (26,033,43) gr= 22,60 gr

    Perolehanpulp = (beratpulp kering/berat biomassa) x 100%= (22,60 gr/50 gr) x 100%

    = 45,2 %

    b. Run 2. Waktu pemasakan 3 jam Berat alumunium foil = 2,73 gr Beratpulpkering + alumunium foil (setelah pengovenan)

    o Penimbangan 1 = 20,142 gro Penimbangan 2 = 20,135 gro Penembangan 3 = 20,135 gr

    Beratpulp kering = (20,1352,73) gr= 17,405 gr

    Perolehanpulp = (beratpulp kering/berat biomassa) x 100%= (17,405 gr/50 gr) x 100%

    = 34,81 %

    4. Persentase lignin 10 ml black liquor + 90 ml air = 100 ml black liquor encer 10 ml black liquor encer disentrifus (mewakili 1 ml black liquor)a. Run 1. Waktu pemasakan 2 jam V black liquor = 440 ml

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    27/29

    Berat kertas saringo Kertas saring 1 = 1,09 gro Kertas saring 2 = 1,00 gro Kertas saring 3 = 1,04 gr

    Sampel 1o Berat lignin + kertas saring 1 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,127 gr Penimbangan 2 = 1,123 gr Penimbangan 3 = 1,123 gr

    o Berat lignin = (1,1231,09) gr= 0,033 gr

    Sampel 2o Berat lignin + kertas saring 2 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,033 gr Penimbangan 2 = 1,033 gr

    o Berat lignin = (1,0331,00) gr= 0,033 gr

    Sampel 3o Berat lignin + kertas saring 3 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,089 gr Penimbangan 2 = 1,077 gr Penimbangan 3 = 1,076 gr

    o Berat lignin = (1,0761,04) gr= 0,036 gr

    Berat lignin dalam 1 ml black liquor = (0,033 + 0,033 + 0,036) gr/3= 0,034 gr

    % reovery lignin =

    100%

    =

    ,34

    5 100%

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    28/29

    = (14,96 gr/15 gr) x 100%

    = 99,7%

    b. Run 2. Waktu pemasakan 3 jam V black liquor = 416 ml Berat kertas saring

    o Kertas saring 4 = 1,07 gro Kertas saring 5 = 1,09 gro Kertas saring 6 = 1,07 gr

    Sampel 1o Berat lignin + kertas saring 4 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,104 gr Penimbangan 2 = 1,104 gr

    o Berat lignin = (1,1041,07) gr= 0,034 gr

    Sampel 2o Berat lignin + kertas saring 5 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,121 gr Penimbangan 2 = 1,113 gr Penimbangan 3 = 1,113 gr

    o Berat lignin = (1,1131,09) gr= 0,023 gr

    Sampel 3o Berat lignin + kertas saring 6 (setelah pengovenan)

    Penimbangan 1 = 1,108 gr Penimbangan 2 = 1,105 gr Penimbangan 3 = 1,105 gr

    o Berat lignin = (1,1051,07) gr= 0,035 gr

    Berat lignin dalam 1 ml black liquor = (0,034 + 0,023 + 0,035) gr/3= 0,031 gr

  • 7/22/2019 laporan fraksionasi biomassa

    29/29

    % reovery lignin =

    100%

    =,3

    6

    5 100%

    = (12,896 gr/15 gr) x 100%

    =85,97%