laporan draf akhir kawasan strategis provinsi banten lama dan kawasan hal ulayat masyarakat baduy
DESCRIPTION
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat hikmat dan pengetahuan yang diberikan kepada tim penyusun Laporan Draf Akhir Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di Kota Serang Dan Kawasan Baduy di Kabupaten Lebak) dapat selesai dengan baik.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.Berdasarkan kajian hukumnya, terkait dengan kawasan banten lama, kawasan strategis ini mendapat perlindungan dari RTRW Banten 2030, yakni PERDA No 2 Tahun 2011. Sedangkan KSP Masyarakat Adat Baduy, selain mendapat perlindungan dari RTRW tersebut juga terdapat perlindungan lainnya berupa Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 Tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Pada pasal 4 didalam peraturan daerah tersebut disampaikan bahwa “Segala peruntukkan lahan terhadap hak ulayat Masyarakat Baduy diserahkan sepenuhnya kepada Masyarakat Baduy”. Yang artinya Penataan ruang didalam KSP Masyarakat Adat Baduy yang mencakup sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dilandasi/didasari/diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat Baduy.Pada penyusunan konsep pengembangan kawasan, diharapkan kawasan penyangga yang masuk dalam kesatuan kawasan strategis provinsi dikaji lebih dalam sehingga kulitas rencana tata ruang menjadi lebih baik.Sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK), maka diharapkan Laporan Antara ini dapat memberikan proses untuk mengelurkan output atau keluaran (produk) berupa Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan, Insentif dan Disinsentif, dan pengaturan sanksi administratif di kedua KSP tersebut.Kata kunci pada laporan ini adalah kawasan inti, kawasan penyangga, KSP, Baduy, dan Banten Lama.TRANSCRIPT
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat hikmat dan pengetahuan yang
diberikan kepada tim penyusun Laporan Antara Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di
Kota Serang Dan Kawasan Baduy di Kabupaten Lebak) dapat selesai dengan baik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah Kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial,
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya,
antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk
warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.
Berdasarkan kajian hukumnya, terkait dengan kawasan banten lama, kawasan strategis ini
mendapat perlindungan dari RTRW Banten 2030, yakni PERDA No 2 Tahun 2011.
Sedangkan KSP Masyarakat Adat Baduy, selain mendapat perlindungan dari RTRW tersebut
juga terdapat perlindungan lainnya berupa Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32
Tahun 2001 Tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Pada pasal 4
didalam peraturan daerah tersebut disampaikan bahwa “Segala peruntukkan lahan terhadap
hak ulayat Masyarakat Baduy diserahkan sepenuhnya kepada Masyarakat Baduy”. Yang
artinya Penataan ruang didalam KSP Masyarakat Adat Baduy yang mencakup sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
dilandasi/didasari/diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat Baduy.
Pada penyusunan konsep pengembangan kawasan, diharapkan kawasan penyangga yang
masuk dalam kesatuan kawasan strategis provinsi dikaji lebih dalam sehingga kulitas rencana
tata ruang menjadi lebih baik.
Sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK), maka diharapkan Laporan Antara ini dapat
memberikan proses untuk mengelurkan output atau keluaran (produk) berupa Arahan
Zonasi, Pengaturan Perijinan, Insentif dan Disinsentif, dan pengaturan sanksi
administratif di kedua KSP tersebut.
Kata kunci pada laporan ini adalah kawasan inti, kawasan penyangga, KSP, Baduy, dan
Banten Lama.
Jakarta, Oktober 2014
Tim Penyusun
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .............................................................................. 6
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... 7
DAFTAR PETA ................................................................................ 8
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Maksud, Tujuan Dan Sasaran ...................................................................... 2
Maksud ............................................................................................. 2
Tujuan 2
Sasaran ............................................................................................. 3
Ruang Lingkup Studi ................................................................................... 3
Lingkup Wilayah ............................................................................. 3
Lingkup Pekerjaan ........................................................................... 3
Keluaran ....................................................................................................... 4
Sistematika Pembahasan .............................................................................. 4
BAB 2 REVIEW RTRW PROVINSI ......................................................... 1
KSP Banten Lama di dalam RTRW Provinsi Banten .................................. 1
KSP Banten Lama di dalam TUJAKSTRA RTRW Banten ............ 1
KSP Banten Lama di dalam Struktur Ruang RTRW Banten ........ 16
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Perkotaan ............... 17
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi20
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Prasarana Lainnya .. 22
KSP Banten Lama di dalam Rencana Pola Ruang RTRW Banten 27
KSP Banten Lama di dalam Arahan Pemanfaatan Ruang RTRW Banten 28
KSP Banten Lama di dalam Indikasi Program Utama RTRW Banten 29
KSP Banten Lama di dalam Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW
Banten ................................................................................ 31
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam RTRW Provinsi Banten ............ 40
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam TUJAKSTRA RTRW Banten 40
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Struktur Ruang RTRW Banten 55
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Perkotaan55
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi
............................................................................................ 56
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Prasarana Lainnya
............................................................................................ 60
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 4
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Pola Ruang RTRW Banten
............................................................................................ 62
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Kawasan Budidaya RTRW Provinsi
............................................................................................ 63
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Arahan Pemanfaatan Ruang RTRW
Banten ................................................................................ 69
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Indikasi Program Utama RTRW Banten
............................................................................................ 70
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Arahan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang RTRW Banten ........................................................ 72
BAB 3 REVIEW RTRW KOTA SERANG & KABUPATEN LEBAK ......................... 82
Review RTRW Kota Serang ...................................................................... 82
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Serang .......................................... 82
Kebijakan Penataan Ruang ........................................................................ 82
Strategi Penataan Ruang Penataan Wilayah Kota Serang ......................... 83
KSP Banten Lama di dalam RTRW Kota Serang ..................................... 93
KSP Banten Lama di dalam Sistem Jaringan RTRW Kota Serang95
KSP Banten Lama di dalam Pola Ruang RTRW Kota Serang ...... 98
KSP Banten Lama di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW Kota
Serang .............................................................................. 112
Review RTRW Kabupaten Lebak ........................................................... 122
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Tujuan Penataan Ruang .......... 122
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang 122
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam RTRW Kabupaten Lebak ........ 125
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pola Ruang RTRW Kabupaten Lebak
.......................................................................................... 128
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
RTRW Kabupaten Lebak ................................................. 133
BAB 3 ANALISIS ................................................................................ 1
Analisis Penguatan Nilai Strategis dan Isu Strategis ................................... 1
Nilai Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy 1
Isu Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy 2
Analisis Deliniasi Kawasan KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy 4
Kawasan Banten Lama .................................................................... 4
Kawasan Masyarakat Adat Baduy ................................................... 5
Analisis Regional (Kawasan Pengaruh) ....................................................... 1
Kawasan Banten Lama .................................................................... 1
Kawasan Permukiman Adat Baduy ................................................. 2
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung dan Optimasi Pemanfaatan Ruang 3
Analisis Kebutuhan Lainnya. ....................................................................... 4
BAB 4 RUMUSAN KONSEP RTR KSP ......................................................... 1
Rumusan Peranan dan Fungsi RTR Kawasan KSP ..................................... 1
Konsep Tujakstra dan Pengembangan Kawasan Banten Lama ................... 1
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 5
Rumusan Tujuan Penataan Ruang Kawasan Banten Lama ............. 1
Rumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Banten Lama 1
Rumusan Cakupan Kawasan Banten Lama ..................................... 2
Rumusan Konsep Pengembangan Kawasan Banten Lama .............. 2
Rumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan .................................. 1
Rumusan Rencana Pola Ruang Kawasan ........................................ 3
Konsep Tujakstra dan Pengembangan Kawasan Masyarakat Adat Baduy . 7
Rumusan Tujuan Penataan Ruang Kawasan Baduy ........................ 7
Rumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Permukiman Adat
Baduy ................................................................................... 7
Rumusan Cakupan Kawasan Permukiman Adat Baduy .................. 8
Rumusan Konsep Pengembangan Kawasan Baduy ......................... 8
Rumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan ................................ 11
Rumusan Rencana Pola Ruang Kawasan ...................................... 21
BAB 5 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN ...................................... 1
BAB 6 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN .................. 1
Arahan Penentuan Zonasi ............................................................................ 1
BAB 7 PENUTUP ............................................................................... 1
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 6
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Keterkaitan Tujakstra, Struktur dan Pola Ruang RTRW Banten .......................... 12
Tabel 2. 2. Keterkaitan Pola Ruang KSP Banten Lama .......................................................... 27
Tabel 2. 3. Prioritas Pemanfaatan Ruang ................................................................................. 28
Tabel 2. 4. Ruas Jalan Provinsi di Kota Serang ....................................................................... 30
Tabel 2. 5. Keterkaitan Tujakstra, Struktur dan Pola Ruang RTRW Banten .......................... 50
Tabel 2. 6. Keterkaitan Pola Ruang KSP dan RTRW Provinsi ............................................... 68
Tabel 2. 7. Prioritas Pemanfaatan Ruang ................................................................................. 70
Tabel 2. 8. Keterkaitan KSP Banten Lama dan Tujakstra Kota Serang .................................. 90
Tabel 2. 9. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP Banten Lama Sesuai RTRW Kota
Serang .................................................................................................................................... 121
Tabel 3. 1. Keterkaitan KSP Baduy dan Tujakstra Kabupaten Lebak ................................... 125
Tabel 3. 2. Perbedaan Baduy Dalam dan Baduy Luar ............................................................... 8
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1. Kawasan Inti Baduy ........................................................................................... 10
Gambar 3. 2. Kawasan Penyangga Baduy ................................................................................. 1
Gambar 3. 3. Analisis Regional Kawasan Banten Lama ........................................................... 1
Gambar 3. 4. Analisis Regional Kawasan Baduy ...................................................................... 2
Gambar 4. 1. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL1) ................................................. 3
Gambar 4. 2. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL1) ................................................. 3
Gambar 4. 3. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL2) ................................................. 4
Gambar 4. 4. Blok Kawasan Permukiman Banten Lama .......................................................... 1
Gambar 4. 5. Konsep Pengembangan Kawasan Permukiman Banten Lama ............................ 2
Gambar 4. 6. Konsep Rencana Struktur Ruang Banten Lama ................................................... 5
Gambar 4. 7. Konsep Rencana Pola Ruang Banten Lama ......................................................... 6
Gambar 4. 8. Konsep Cakupan Kawasan Baduy ....................................................................... 9
Gambar 4. 9. Konsep Cakupan Kawasan Baduy (BY1 dan BY2)........................................... 10
Gambar 4. 10. Indikasi Letak KAHULAM Baduy Menurut RTRW Banten .......................... 12
Gambar 4. 11. Indikasi Letak KAHULAM Baduy Menurut RTRW Kab. Lebak ................... 13
Gambar 4. 12. Sebaran Permukiman Perkotaan dan Perdesaan di Kec. Leuwidamar Dsk ..... 14
Laporan Draf Akhir
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 8
DAFTAR PETA
Peta 2. 1. Wilayah Kerja Pembangunan Provinsi Banten ........................................................ 19
Peta 2. 2. Sistem Pusat Kota Provinsi Banten .......................................................................... 25
Peta 2. 3. Rencana Struktur Ruang Provinsi Banten ................................................................ 26
Peta 2. 4. Rencana Struktur Ruang Kota Serang ................................................................... 108
Peta 2. 5. Rencana Pola Ruang Kota Serang ......................................................................... 109
Laporan Pendahuluan
Kata Pengantar | Hal | 9
Laporan Draf Akhir
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 1
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan
bahwa prinsip otonomi adalah mengurus dan mengatur pemerintahan di luar yang menjadi
urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta,
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sejalan dengan prinsip tersebut, dilaksanakan pula suatu prinsip otonomi yang
nyata dan bertanggung-jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk
menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap
daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah
juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dengan daerah lainnya, dan juga
mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah. Agar otonomi
daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak di capai, maka pemerintah
wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengaturan, perencanaan,
pemanfaatan, pelaksanaan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang tersebut meliputi aspek-aspek pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan, dimana untuk masing-masing aspek tersebut merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam mewujudkan ruang wilayah nasional,
provinsi, kabupaten, kota atau kawasan lainnya. Untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja
pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang, sementara pelaksanaan penataan
ruang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Banten Lama di Kota Serang dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy merupakan salah satu
Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Tahun 2010-
2030 dengan kepentingan social budaya yang lokasi wilayahnya berada di Kota Serang dan
Kabupaten Lebak.
Laporan Draf Akhir
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 2
Dengan demikian pengawasan yang akan dilakukan adalah terhadap kinerja aspek-aspek
pengaturan penataan ruang, pembinaan penataan ruang, perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Memperhatikan demikian banyak dan kompleksnya aspek penataan ruang yang perlu
mendapat pengawasan, di sisi lain secara administratif disebutkan bahwa unsur pengawasan
terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, maka perlu disusun “Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan
Banten Lama Di Kota Serang Dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy Di Kabupaten Lebak)”
Maksud, Tujuan Dan Sasaran
Maksud
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan yang diperuntukan
sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi,
2. Arahan perizinan,
3. Arahan insentif dan disinsentif, serta
4. Arahan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah provinsi.
Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah provinsi;
2. Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
3. Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
4. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
6. Melindungi kepentingan umum.
Laporan Draf Akhir
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 3
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah Indikasi arahan peraturan zonasi,
pengaturan perijinan, insentif dan disinsentif, serta pengaturan sanksi administratif kawasan
strategis provinsi sudut pandang sosial budaya.
Ruang Lingkup Studi
Lingkup Wilayah
Wilayah studi dalam kegiatan Penyusunan Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan,
Insentif dan Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan Strategis Provinsi
Sudut Pandang Sosial Budaya pada Kawasan Banten Lama Di Kota Serang dan Kawasan
Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan ini meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan dasar penentuan peraturan
zonasi pada sistem provinsi.
2. Arahan perizinan wilayah provinsi adalah arahan yang digunakan sebagai dasar
penyusunan ketentuan perizinan di wilayah kabupaten/kota.
3. Arahan insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam
rencana tata ruang dan Arahan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah,
membatasi atau mengurangi pertumbuhan, agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan ruang
pada kawasan lindung maupun budi daya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
serta Arahan disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
4. Arahan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi administratif kepada
pelanggar pemanfaatan ruang, yang akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota.
Laporan Draf Akhir
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 4
Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa laporan yang
berisikan tentang :
1. Dokumen Penyusunan Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan,Insentif dan
Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan Strategis Provinsi Sudut
Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di Kota Serang) dan Kawasan
Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
2. Data dan Analisis Kajian beserta Laporan Ringkasan.
3. Album Peta Wilayah Studi.
4. 1 (satu) Dokumen Laporan Materi Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan
Perijinan,Insentif dan Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan
Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama
Di Kota Serang) dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
Sistematika Pembahasan
Bab 1 Pendahuluan. Berisi mengenai permasalahan yang diungkapkan dalam
sub bab latar belakang, tujuan dilaksanakannya pekerjaan,
sasaran yang harus dicapai, manfaat pekerjaan bagi
pemerintah daerah dan pusat, keluaran pekerjaan, ruang
lingkup pekerjaan yang akan dilakukan, lingkup wilayah
kajian pekerjaan dan peta lokasi pekerjaan.
Bab 2 Review RTRW
Provinsi.
Berisi mengenai keterkaitan KSP Banten Lama dan KSP
Permukiman Adat Baduy dalam lingkup kota terhadap
RTRW Provinsi Banten
Bab 3 Review RTR Kota
Serang dan Kabupaten Lebak
Berisi mengenai keterkaitan KSP Banten Lama dan KSP
Permukiman Adat Baduy dalam lingkup kecamatan
terhadap masing-masing RTRW Kota Serang dan RTRW
Kabupaten Lebak
Laporan Draf Akhir
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 5
Bab 4 Rumusan Konsep RTR
KSP
Berisi mengenai rumusan konsep rencana tata ruang
kawasan strategis Banten Lama dan Permukiman Adat
Baduy
Bab 5 Rencana Kerja
Selanjutnya
Berisi rencana kerja yang dijabarkan dalam batasan waktu
yang telah ditetapkan,
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 1
BAB 2 REVIEW RTRW PROVINSI
Didalam bab ini, dijelaskan kajian keterkaitan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Banten
Lama didalam RTRW Provinsi Banten. Keterkaitan tersebut dijelaskan dalam beberapa
substansi yakni peranan KSP dalam struktur ruang skala provinsi dan pola ruang dalam skala
provinsi.
KSP Banten Lama di dalam RTRW Provinsi Banten
Didalam sub bab ini, diuraikan keterkaitan KSP Banten Lama dalam lingkup Kota Serang
sebagai Pusat Kegiatan Nasional serta peranan lainnya dalam lingkup wilayah provinsi
Banten. KSP Banten Lama yang berkedudukan di Kota Serang dibahas menurut keterkaitan
tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan arahan
pengendalian pemanfaatan ruangnya.
KSP Banten Lama di dalam TUJAKSTRA RTRW Banten
Sesuai dengan RTRW Provinsi Banten, dinyatakan bahwa tujuan penataan ruang provins
Banten adalah Mewujudkan Ruang Wilayah Banten sebagai Pintu Gerbang Simpul
Penyebaran Primer Nasional-Internasional yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan
melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang mendukung ketahanan pangan,
industri, dan pariwisata.
Sedangkan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Banten terdiri atas;
1. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang;
2. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan lindung;
3. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan budi daya;
4. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
5. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis.
Secara mendetail dijelaskan turunan dari tiap kebijakan sebagai berikut;
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan
dalam wilayah Provinsi Banten;
1. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai
dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 2
2. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat
pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.
3. Mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten
dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW); dan
4. Mewujudkan pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan
(PKWp) pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai upaya
sinergitas system pelayanan perkotaan nasional dan pengembangan
wilayah provinsi dan pengembangan wilayah kabupaten/kota.
2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang
merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah
Provinsi Banten; dan
1. Meningkatkan keterkaitan antar pusat atau antar kawasan perkotaan,
keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan kawasan
sekitarnya;
2. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;
3. Mengendalikan perkembangan kota atau perkotaan yang terletak di
pesisir pantai utara;
4. Mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di
sekitarnya.
5. Mengembangkan pusat penyebaran primer pelabuhan hub
internasional bojonegara yang didukung dengan berfungsinya
kawasan-kawasan strategis provinsi dan jaringan jalan cincin
Provinsi Banten; dan
6. Mewujudkan jembatan selat sunda sebagai jalur transportasi nasional
penghubung jawa – sumatera yang terhubung dengan sistem jaringan
jalan nasional lintas utara, tengah, dan selatan pulau jawa di wilayah
Provinsi Banten.
3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh
wilayah Provinsi Banten.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 3
1. meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan
pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
2. meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan
pembangkit tenaga listrik melalui memanfaatkan sumber energi
terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal;
3. mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan jaringan
energi/kelistrikan termasuk jaringan pipa dan kabel dasar laut;
4. mengembangkan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau
seluruh wilayah;
5. meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
6. mewujudkan sistem jaringan transportasi yang aman melalui
perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penanganan kawasan banjir
di permukiman wilayah Tangerang (Jabodetabekpunjur),
pengendalian ruang kawasan Bandara Soekarno Hatta, tertatanya
sistem jaringan energi, minyak dan gas alam, pengelolaan panas
bumi, dan pemanfaatannya secara aman;
7. mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan
kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis,
dan terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah
provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota
Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan
jaringan jalan tol; dan
8. mewujudkan pemanfaatan kawasan Selat Sunda secara produktif
dengan memperhatikan pembangunan infrastruktur ramah
lingkungan.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang meliputi:
1. peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi
perlindungannya;
1. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 4
2. meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan
konservasi;
3. mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam
kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan
dan/atau dapat merusak fungsi perlindungan kawasan lindung.
4. mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
meningkatkan fungsi kawasan lindung; dan
5. mewujudkan kawasan taman nasional dan kawasan lindung
khususnya di wilayah banten selatan yang memberi manfaat kepada
masyarakat sekitarnya dan mendukung pengembangan lingkungan
hidup nasional dan internasional dalam rangka pengendalian
perubahan iklim.
2. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
1. menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang
darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; dan
2. menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah
Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.
3. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup; dan
1. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup;
2. meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya;
3. meningkatkan kemampuan daya tampung lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke
dalamnya;
4. mengendalikan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 5
5. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
6. mewujudkan sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfatannya secara bijaksana, dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya; dan
7. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana.
4. perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang.
1. mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya
kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran
sungai dan beban di kawasan sekitarnya;
2. mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove
sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;
3. mempertahankan kawasan cagar alam, kawasan hutan lindung, taman
nasional, kawasan konservasi laut bagi kepentingan plasma nutfah,
ilmu pengetahuan dan keberlanjutan; dan
4. meningkatkan fungsi perlindungan kawasan setempat dan kawasan
perlindungan bawahnya.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kawasan Budi Daya,
meliputi
1. peningkatan produktivitas kawasan budidaya;
1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di
luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus
direhabilitasi menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi
lahannya;
2. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-
usaha intensifikasi dan diversifikasi pertanian; dan
3. mewujudkan kawasan budidaya melalui pengembangan hutan produksi,
pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata,
permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya secara produktif melalui
pemberdayaan masyarakat di perkotaan dan perdesaan.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 6
2. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi
daya; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan
budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan
dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses
masyarakat;
2. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;
3. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan
untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;
4. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau
untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
5. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang
bernilai ekonomi tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi Banten.
3. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
1. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada
kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana
dan potensi kerugian akibat bencana;
2. mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat
terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai
ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka
pada kawasan tersebut;
3. mengembangkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; dan
4. mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di
sekitarnya.
4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau
Kecil, meliputi;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 7
1. pelestarian lingkungan pesisir dan laut termasuk sempadan pantai sebagai
kawasan lindung, serta memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses
ke sempadan pantai;
1. mewujudkan pengelolaan sumberdaya secara terpadu melalui
penyusunan tata ruang pesisir dan laut dengan memperhatikan
keterkaitan ekosistem darat dan laut dalam satu bioekoregion;
2. mengoptimalkan dukungan pemda dan meningkatkan koordinasi antar
pemda untuk mengantisipasi perkembangan aktivitas ekonomi dan
industri di wilayah pesisir dan laut banten yang berpotensi merusak
lingkungan;
3. meningkatkan koordinasi antar sektor terkait dalam monitoring,
pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan lingkungan;
4. meningkatkan koordinasi penataan ruang, menata kembali peraturan
perundangan dan penegakan hukum dalam rangka pengendalian dampak
negatif pencemaran yang diakibatkan oleh segenap aktivitas ekonomi di
wilayah pesisir dan laut;
5. menyediakan sebagian kawasan sebagai kawasan lindung yang berfungsi
sebagai penyangga kehidupan;
6. meningkatkan pendanaan pengelolaan lingkungan melalui penerapan
pajak lingkungan terhadap aktivitas ekonomi di wilayah pesisir;
7. menyeimbangkan peningkatan dan pengembangan aktivitas ekonomi dan
kelestarian sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut; dan
8. mengintegrasikan wilayah hulu dan hilir dalam rangka melindungi
kawasan muara sungai, estuari, dan kawasan lain di daerah pesisir.
2. peningkatan kualitas lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. mengendalikan penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir dan
laut melalui implementasi tata ruang yang telah dilegalisasi; dan
2. mewujudkan rehabilitasi kawasan yang terdegradasi dan kawasan
penyangga.
3. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan laut,
pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. meningkatkan koordinasi penataan ruang dan penegakan hukum secara
partisipatif dalam mengelola lingkungan dan sumberdaya pesisir dan
laut;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 8
2. mengupayakan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari
lembaga kontrol sosial untuk monitoring aktivitas yang merusak
lingkungan; dan
3. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
4. peningkatan pemerataan nilai tambah melalui pemanfaatan sumberdaya laut,
pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat lokal;
1. mengoptimalkan dukungan pemda untuk memanfaatkan posisi strategis
dan pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan wilayah pesisir dan laut
secara terpadu dan berkelanjutan; dan
2. meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya berbasis karakteristik
ekosistem dan lingkungan lokal.
5. peningkatan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil.
2. mengendalikan berbagai kegiatan yang mengakibatkan terganggunya
ekosistem pada kawasan pulau-pulau kecil;
3. meningkatkan daya saing pulau-pulau kecil sesuai dengan potensinya
serta meminimalkan aspek-aspek penyebab ketertinggalan;
4. mengembangkan sistem transportasi pembuka akses wilayah tertinggal
dan terisolir khususnya pada kawasan pulau-pulau kecil; dan
5. mengalokasikan ruang untuk kepentingan umum pada pulau-pulau kecil
sebagai upaya menghindari penguasaan tanah secara keseluruhan.
6. pengembangan wisata bahari di pulau peruntukan pariwisata dan di pulau yang
ada permukimannya.
1. memanfaatkan peluang pasar pada kawasan wisata bahari Daerah untuk
pembangunan wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil;
2. meningkatkan pemanfaatan potensi wisata bahari untuk menangkap
peluang pasar domestik dan internasional di Daerah sebagai pintu
gerbang keluar dan masuk wilayah Ibukota DKI Jakarta;
3. meningkatkan promosi yang didasarkan atas keunggulan lokasi strategis
dan karakteristik sumberdaya untuk menangkap peluang dan minat
investasi di wilayah pesisir dan laut Daerah;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 9
4. mengoptimalkan ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk
menangkap pertumbuhan ekonomi pada kawasan wisata bahari Daerah;
5. meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku dan fungsi control
kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan;
6. meningkatkan peran daerah sebagai regulator kegiatan pariwisata yang
ramah lingkungan;
7. meningkatkan aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan di lokasi
strategis untuk menangkap peluang pasar domestik dan internasional.
5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis, meliputi;
1. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan
warisan budaya nasional dan daerah;
1. menetapkan kawasan strategis Provinsi Banten yang berfungsi lindung;
2. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan strategis Provinsi Banten
yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
3. mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis Provinsi
Banten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
4. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budidaya;
5. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan
strategis Provinsi Banten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;
6. mewujudkan rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Provinsi Banten; dan
7. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang secara produktif dan
berkelanjutan melalui pengendalian pembangunan kawasan-kawasan
strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di wilayah
kabupaten/kota.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 10
2. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai
warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar;
1. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan
ekosistemnya;
2. meningkatkan kepariwisataan;
3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
3. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien dan mampu
bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional;
1. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam,
kegiatan budidaya unggulan, dan posisi atau letak strategisnya sebagai
penggerak utama pengembangan wilayah;
2. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
3. mengintensifkan promosi peluang investasi;
4. memanfaatkan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan;
5. mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan dan efisiensi pemanfaatan kawasan;
6. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi;
7. mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan ruang
untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata secara produktif;
dan
8. mewujudkan terbentuknya sinergisitas interaksi ekonomi wilayah hulu
dan hilir pada pusat-pusat pertumbuhan dengan pemasaran regional dan
nasional melalui sistem jaringan transportasi wilayah dan nasional.
4. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antar kawasan;
1. memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
2. meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat
pertumbuhan wilayah;
3. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi
masyarakat;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 11
4. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;
5. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi; dan
6. mewujudkan terselenggaranya interaksi kawasan-kawasan strategis
nasional di Provinsi Banten dengan penataan struktur ruang dan pola
ruang di wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota.
5. pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa;
1. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya bangsa yang
mencerminkan jati diri yang berbudi luhur;
2. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
masyarakat; dan
3. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
6. pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau
turunannya; dan
3. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
7. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
1. mendelineasikan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan kemanan negara yang terletak di wilayah Provinsi
Banten;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
3. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan strategis dengan kawasan budidaya terbangun; dan
4. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 12
Untuk melihat keterkaitan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kawasan strategis
provinsi Banten, yakni KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang. Maka, dilakukan
pendekatan berupa analisis keterkaitan kuat dan lemah tiap strategi-kebijakan terhadap
struktur dan pola ruang yang terkait langsung dengan KSP Banten Lama dan dengan Kota
Serang secara umum.
Lebih detailnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 1. Keterkaitan Tujakstra, Struktur dan Pola Ruang RTRW Banten
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Tujuan
KEBIJAKAN I
Kebijakan 1.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Kebijakan 1.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Kebijakan 1.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
KEBIJAKAN II
Kebijakan 2.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Kebijakan 2.2
Strategi 1
Strategi 2
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 13
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Kebijakan 2.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Kebijakan 2.4
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
KEBIJAKAN III
Kebijakan 3.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 3.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Kebijakan 3.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
KEBIJAKAN IV
Kebijakan 4.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
Kebijakan 4.2
Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.3
Strategi 1
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 14
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 4.4
Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.5
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Kebijakan 4.6
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
KEBIJAKAN V
Kebijakan 5.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Kebijakan 5.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Kebijakan 5.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
Kebijakan 5.4
Strategi 1
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 15
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Kebijakan 5.5
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.6
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.7
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Berdasarkan analisis keterkaitan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
2. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
3. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
4. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
5. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
6. terdapat 6 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
7. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
8. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 16
9. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
10. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
11. terdapat 7 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
12. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
13. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
14. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
15. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.5 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
16. terdapat 7 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.6 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
17. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
18. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
19. terdapat 8 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
20. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
21. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.5 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
22. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.6 terkait erat dengan
pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
KSP Banten Lama di dalam Struktur Ruang RTRW Banten
Seperti yang diketahui bahwa KSP Banten lama merupakan KSP yang secara geografis
terletak didalam administrasi kecamatan Kasemen. Dimana Kecamatan Kasemen merupakan
kecamatan yang berada dalam wewenang administrative Kota Serang. Didalam Rencana Tata
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 17
Ruang Wilayah Provinsi Banten. Kota Serang merupakan kota yang memiliki peranan sangat
penting bagi nasional sehingga oleh RTRWN dan RTRW Provinsi Banten ditetapkan menjadi
Pusat Kegiatan Nasiona (PKN). Dan perlu diketahui juga bahwa Pusat Pemerintah Provinsi
Banten juga berada di Kota Serang.
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Perkotaan
Pada skala wilayah kota maka, KSP Banten Lama terkait dengan Pengembangan Wilayah
Kota Serang, dimana Kota Serang juga telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Serang-nya. Berdasarkan RTRW Provinsi yang telah dijelaskan pada sub bab diatas, oleh
RTRW Provinsi Banten, didalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya membagi Wilayah
Kerja Pembangunan Provinsi-nya menjadi 3. Yakni yakni: WKP I meliputi Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten
Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak.
Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP)
tersebut meliputi :
1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan
industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;
2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan
kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan,
pergudangan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;
3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan
kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 2.1.
Satuan wilayah pengembangan tersebut di atas memiliki fungsi :
1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.
2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai
motor penggerak pembangunan.
3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.
4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian wilayah.
Berdasarkan penetapan WKP tersebut, ditetapkan bahwa untuk Kota Serang masuk dalam
WKP II dengan arahan fungsi untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan,
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 18
kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan
pertambangan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 19
Peta 2. 1. Wilayah Kerja Pembangunan Provinsi Banten
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 20
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Terkait dengan system rencana pengembangan jaringan transportasi, KSP Banten Lama
terkait erat dengan beberapa system jaringan. Diantaranya ;
1. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat;
2. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut;
3. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara;
4. Rencana pengembangan angkutan massal.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Untuk rencana pengembangan system jaringan transportasi darat, beberapa jaringan jalan
yang terkait (berdampak) kepada pengembangan KSP Banten Lama adalah adanya rencana
pengembangan jaringan jalan nasional yang meliputi arteri primer (AP) dan kolektor primer
(KP) dan jalan tol/bebas hambatan, diantaranya;
1. Rencana meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan arteri primer di Provinsi
Banten meliputi Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Batas DKI Jakarta, Merak
– Cilegon – Ciwandan – Anyer – Carita – Labuan – Panimbang –Cigeulis – Cibaliung
– Muarabinuangeun – Malingping – Simpang – Bayah – Cisolok – batas Provinsi
Jawa Barat untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘Ring Barat-Selatan’
Provinsi Banten sebagai perwujudan pengembangan jaringan jalan arteri lintas selatan
pulau jawa, mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘Ring Utara’ pada ruas
Pantura Bojonegara – Banten Lama – Tirtayasa – Kronjo – Mauk – Teluknaga –
Bandara Soekarno Hatta.
2. Rencana pengembangan jaringan jalan tol/bebas hambatan antar kota di Provinsi
Banten meliputi Jembatan Selat Sunda, Tangerang – Merak, Cilegon – Bojonegara,
Serpong – Tigaraksa – Balaraja, Balaraja – Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta
(Lingkar Utara).
Selain itu juga ada rencana pengembangan jaringan jalan provinsi yang meliputi jaringan
jalan kolektor primer yang merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan
Nasional) dengan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) , yaitu ;
1. Rencana meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas
Tangerang – Serpong – batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah
Provinsi Banten – Provinsi Jawa Barat.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 21
Untuk pengembangan terminal transportasi darat, beberapa rencana pengembangan yang
terkait dengan KSP Banten adalah ;
1. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang tipe A Terminal
Pakupatan;
2. pengembangan terminal penumpang tipe B untuk melayani angkutan antar kota dalam
provinsi dan angkutan kota/pedesaan, yakni Terminal Tipe B Cipocokjaya.
Untuk pengembangan jaringan kereta api, yang meliputi jaringan jalur kereta api umum,
jaringan jalur kereta api khusus, serta stasiun kereta api, meliputi:
1. Rencana pengembangan jaringan prasarana kereta api yang menghubungkan
kawasan-kawasan industri, simpul-simpul transportasi utama antara lain
pembangunan jaringan prasarana baru pada lintas Stasiun Tonjong Baru – Pelabuhan
Bojonegara, Serpong – Tangerang – Bandara Soekarno Hatta, Lintas Serang –
Cikande – Cikupa – Serpong, dan Manggarai – Bandara Soekarno Hatta.
2. Rencana peningkatan aksesibilitas jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang
melayani kawasan perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang
– Rangkasbitung (CISEPARANG).
3. Rencana peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kereta api pada lintas
Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Jakarta.
4. Rencana pengembangan pelayanan angkutan kereta api bisnis dan eksekutif yang
melayani angkutan perkotaan terutama pada lintas Tangerang – Duri, Rangkasbitung
– Serpong – Tanah Abang dan lintas Merak – Cilegon – Serang – Rangkasbitung.
5. Rencana peningkatan aspek keselamatan transportasi kereta api dengan
pengembangan penyediaan sarana dan prasarana keselamatan terutama perlintasan
sebidang pada ruas jalan provinsi yang kepadatan lalu lintas kendaraannya tinggi.
6. Rencana peningkatan pelayanan sarana dan prasarana Stasiun Merak (Kota Cilegon),
Serang (Kota Serang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Pasar Anyar (Kota
Tangerang), Serpong (Kota Tangerang Selatan).
Selain itu juga, terdapat pengembangan jaringan penyeberangan yang terkait dengan
keberadaan KSP Banten Lama, yakni Pengembangan jaringan penyeberangan pengembangan
pelayanan angkutan penyeberangan yang melayani pulau-pulau berpenghuni diantaranya
penyeberangan Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir – Kepulauan Seribu, Karangantu – Pulau
Tunda, Grenjang – Pulau Panjang, Sumur – Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau Deli,
Labuan – Pulau Sangiang, Merak – Kepulauan Anak Gunung Krakatau.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 22
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Terkait pengembangan sistem jaringan transportasi laut, rencana pengembangan system
jarnigan transportasi laut yang terkait dengan KSP Banten Lama adalah pengembangan
pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat meliputi peningkatan Pelabuhan Perikanan
Pantai Karangantu sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang.
Rencana Pengembangan Angkutan Massal
Terkait dengan pengembangan angkutan massal, terkait dengan KSP Banten Lama adalah
pengembangan angkutan massal berupa pengembangan angkutan masal cepat di wilayah
Jabodetabekpunjur dalam sistem transportasi yang saling terkait dengan sistem transportasi
Provinsi DKI Jakarta dan pengembangan angkutan massal perkotaan Cilegon – Serang –
Pandeglang – Rangkasbitung (CISEPARANG).
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Prasarana Lainnya
Didalam RTRW Provinsi Banten, untuk KSP Banten Lama terdapat beberapa arahan rencana
prasarana yang terkait dengan pengembangan kawasannya diantaranya adalah;
1. Rencana pengembangan sistem jaringan energi;
2. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
3. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air;
4. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Energi
Didalam arahan rencana pengembangan sistem jaringan energi di Provinsi Banten, KSP
Banten Lama yang masuk dalam administrasi wilayah Kota Serang, terdapat beberapa sistem
jaringan yang terkait yakni;
1. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTET (500kV)
2. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTT (150 kV)
3. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTT (70 kV)
Juga terdapat Gardu Induk yang masuk dalam kesisteman jaringan energi listrik sebesar 10
kV yang berada di Pusat Kota Serang.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 23
Selain itu juga terdapat beberapa rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas
diantaranya;
1. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan
dan/atau tempat penyimpanan setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota;
2. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan
ke konsumen setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota;
3. Pengembangan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang meliputi pelaksanaan dan
pengendalian usaha eksplorasi dan eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna
serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan; mendukung dan menumbuhkembangkan
kemampuan daerah untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional dan regional;
mendorong terciptanya lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup;
4. Rencana transmisi dan distribusi gas diarahkan di Kota Cilegon, Kota Serang,
Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang
Selatan.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Telekomunikasi
Terkait rencana pengembangan system jaringan telekomunikasi skala provinsi, diarahkan
pengembangan system jaringan telekomunikasi meliputi jaringan terrestrial dan jaringan
satelit. Untuk pengembangan jaringan teresterial dilakukan secara menerus hingga seluruh
masyarakat dapat terlayani dari pelosok (tidak terlayani) hingga ke kawasan perkotaan.
Sedangkan untuk pembangunan Base Tranceiver Station (BTS), keterpaduan penggunaan
tower bersama diarahkan untuk dilakukan secara bersama dan diatur melalui keputusan
gubernur.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sesuai arahan dari RTRW Provinsi Banten, rencana pengembangan system jaringan sumber
daya air diarahkan untuk mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber
air permukaan dan sumber air tanah. Beberapa rencana pengembangan system jaringan
sumber daya air yang terkait dengan KSP Banten Lama sebagai berikut;
1. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri
dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan
air minum di wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 24
2. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam
mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air
minum di wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya;
3. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang.
4. Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang.
Selain itu juga terdapat rencana pengelolaan daerah aliran sungai dan pengendalian banjir
lintas batas administrasi daerah dan pemerintah kabupaten/kota, meliputi wilayah sungai
Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum (lintas provinsi).
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
Beberapa system jaringan prasarana wilayah lainnya yang terkait namun tidak langsung
terhadap KSP Banten, atau lebih luasnya sewilayah Kota Serang adalah ;
1. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Regional diarahkan pada TPST Bojong
Menteng di Kabupaten Serang yang dikelola bersama Kota Serang dan TPST Ciangir
di Kabupaten Tangerang yang dikelola bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
2. Tempat pengelolaan limbah industri B3, diarahkan di Kota Cilegon.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 25
Peta 2. 2. Sistem Pusat Kota Provinsi Banten
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 26
Peta 2. 3. Rencana Struktur Ruang Provinsi Banten
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 27
KSP Banten Lama di dalam Rencana Pola Ruang RTRW Banten
Berdasarkan hasil kajian, untuk Pola Ruang KSP Banten Lama dimana secara
kewilayahannya, rencana pengembangan pola ruangnya hutan lindung dan kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, hutan produksi dan pertambangan.
Berdasarkan RTRW Provinsi Banten, dinyatakan bahwa terdapat 4 KSP yang berada di Kota
Serang, diantaranya ;
1. Banten Water Front City di Kota Serang;
2. Kawasan Sport City di Kota Serang;
3. KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten) di Kota Serang;
4. Kawasan Situs Banten Lama di Kota Serang;
Berikut pada tabel 2.1 dibawah ini adalah uraian penjelasan mengenai arahan rencana pola
ruang yang terkait dengan KSP Banten Lama secara regional kewilayah Kota Serang.
Tabel 2. 2. Keterkaitan Pola Ruang KSP Banten Lama
NO RENCANA POLA RUANG
ADA/TDK
ADA
I KAWASAN LINDUNG
1 Kawasan Hutan Lindung X
2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
X
3 Kawasan Perlindungan Setempat; Berupa Danau dan Sempadan
Pantai
√
4 Kawasan Cagar Alam Pulau Dua seluas kurang lebih 30 Ha
(0,003%) dari luas Provinsi Banten
√
5 Kawasan cagar Budaya, Situs Banten Lama;
1. Pelestarian bangunan gedung dan/atau lingkungan cagar
budaya di Situs Kota Lama Banten;
2. Benteng Speelwijk;
3. Makam Keraton Kesultanan Banten.
√
6 Kawasan Rawan Tsunami √
II KAWASAN BUDIDAYA
1 Hutan Produksi X
2 Pertanian; kawasan budi daya tanaman pangan √
3 Perkebunan; kawasan budidaya lahan kering √
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 28
NO RENCANA POLA RUANG
ADA/TDK
ADA
4 Perikanan; kawasan budi daya perikanan, kawasan pengolahan
ikan, dan mengembangkan minapolitan
√
5 Pertambangan X
6 Industri; Industri Kecil √
7 Pariwisata; Kawasan Wisata Budaya Banten Lama; √
8 Permukiman √
9 Kawasan Strategis Provinsi (KSP);
1. Banten Water Front City di Kota Serang;
2. Kawasan Sport City di Kota Serang;
3. KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten) di
Kota Serang;
4. Kawasan Situs Banten Lama di Kota Serang;
√
Sumber: analisis, 2014
KSP Banten Lama di dalam Arahan Pemanfaatan Ruang RTRW Banten
Berdasarkan arahan RTRW Provins Banten, Penentuan prioritas pemanfaatan ruang
diarahkan pada suatu upaya pengurangan keterisolasian daerah tertinggal melalui
peningkatan prasarana dan sarana komunikasi dan transportasi, serta pembangunan prasarana
dan sarana yang menunjang kegiatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat sehingga
memiliki keterkaitan dengan daerah lainnya. Untuk Kota Serang beberapa permasalahan
prioritas yang perlu mendapat penanganan sebagai berikut;
Tabel 2. 3. Prioritas Pemanfaatan Ruang
No Infrastruktur Langkah Penanganan
Drainase kota Penanganan bersama sesuai urusan
Pelebaran jalan Yumaga Penanganan bersama sesuai urusan
Penataan geometric simpang
sebidang
Penanganan bersama sesuai urusan
Kawasan situs banten lama Perlu pelestarian bersama pusat dan
daerah
Peningkatan status pelabuhan
perikanan nusantara
Karangantu
Penyiapan lahan oleh daerah,
pembangunan fisik oleh pusat
Pelebaran jalan lingkar
selatan/TB Suwandi (Kebon
Jahe-Kepandean)
Penanganan bersama sesuai urusan
Terminal Pakupatan Penanganan bersama sesuai urusan
Sumber: RTRW Provinsi Banten 2030.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 29
KSP Banten Lama di dalam Indikasi Program Utama RTRW Banten
Beberapa program/kegiatan terkait pengembangan KSP Banten Lama yakni Kota Serang
sebagai berikut;
1. Program utama perwujudan struktur ruang
a. Pengembangan system perkotaan yakni PKN Kota Serang hingga tahun 2015;
b. Pengembangan system prasarana utama berupa pengembangan system
jaringan transportasi darat yakni pengembangan dan pemantapan jaringan
jalan nasional meliputi:
i. jaringan jalan dari Tangerang – Merak;
ii. Batas Kota Cilegon – Batas Kota Serang;
iii. Jalan raya Cilegon;
iv. Jalan Tirtayasa;
v. Jalan Maulana Yusuf;
vi. Jalan Yusuf Martadilaga;
vii. Jalan TB A Khatib;
viii. Jalan Raya Pandeglang;
c. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan provinsi yang meliputi:
i. Jalan Serang – Cadasari;
ii. Jalan TB A Khatib;
iii. Jalan Yumaga;
iv. Jalan Raya Pandeglang;
v. Jalan Terate – Banten Lama;
vi. Jalan Banten Lama – Pontang;
vii. Jalan Trip Jamaksari;
viii. Jalan Ayip Usman;
ix. Jalan Lopang – Banten Lama;
x. Jalan Abdul Hadi;
xi. Jalan Letnan Jidun;
xii. Jalan Veteran;
xiii. Jalan KH Syam’un;
d. Perwujudan pemantapan terminal terkait, yakni terminal Pakupatan
e. Pengembangan dan pemantapan jaringan kereta api, meliputi:
i. Cilegon – Serang – Pandeglang – Rangkasbitung;
f. Pengembangan jaringan penyeberangan terkait, yakni :
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 30
i. Karangantu – Pulau Tunda
g. Pengembangan jaringan transportasi laut, berupa pemantapan pelabuhan
perikanan yaitu pelabuhan Karangantu.
h. Pengembangan angkutan massal yakni Cilegon – Serang – Pandeglang –
Rangkasbitung (CISEPARANG)
i. Pengembangan system jaringan sumber daya air dari perwujudan dan
pengembangan jaringan sumber daya air yakni CAT Serang – Tangerang.
j. Pengembangan system jaringan sumber daya air berupa pengembangan
wilayah sungai yakni WS Cidanau - Ciujung – Cidurian – Cisadane –
Ciliwung – Citarum (lintas provinsi)
2. Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
a. Rehabilitasi dan pemantapan kawasan lindung, yakni CA Pulau Dua;
b. Rehabilitasi dan pemantapan kawasan lindung, berupa kawasan konservasi
cagar budaya yakni Kawasan Banten Lama, Kota Serang.
c. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian di Kota Serang;
d. Pengembangan kawasan peruntukan perikanan di Kota Serang;
e. Pengembangan kawasan peruntukan Industri di Kota Serang;
f. Pengembangan kawasan peruntukan Pariwisata di Kota Serang;
g. Pengembangan kawasan peruntukan Permukiman di Kota Serang;
h. Pengembangan kawasan peruntukan Industri di Kota Serang;
Beberapa ruas jalan provinsi yang terkait dengan pengembangan KSP Banten Lama
diantaranya;
Tabel 2. 4. Ruas Jalan Provinsi di Kota Serang
No Ruas Nama Ruas Panjang
001 Pakupatan - Palima 10.320
002 Lopang – Banten Lama 7.216
003 Jl. Trip Jamaksari 1.500
004 Jl. Ayip Usman 2.380
005 Jl. KH Abdul Fatah Hasan 1.405
006 Jl. Abdul Hadi 0.715
007 Jl. TB Suwandi 3.259
008 Jl. Letnan Jidun 0.587
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 31
No Ruas Nama Ruas Panjang
009 Sempu – Dukuh Kawung 11.095
010 Jl. Veteran Serang 0.715
011 Jl. KH Syam’un Serang 0.530
012 Kramatwatu – Tonjong 4.759
013 Simpang Taktakan – Gn. Sari 13.040
014 Gunung Sari – Mancak – Anyer 21.450
015 Palima – Pasang Teneng 40.729
016 Terate – Banten Lama 12.350
017 Banten Lama – Pontang 16.080
069 Jl. Akses Pelabuhan Karangantu 0.996
Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, 2014.
KSP Banten Lama di dalam Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW
Banten
Berdasarkan UU Penataan Ruang No.26 tahun 2007 pasal 36 ayat 1, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan peraturan zonasi yaitu “ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang”. Peraturan zonasi tercantum di dalam Pasal 35 yang menyatakan bahwa
pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Pada hakekatnya Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
lingkungan yang spesifik. Zoning adalah pembagian wilayah ke dalam zona-zona, dan
menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang (ketentuan hukum yang berbedabeda),
sedangkan Zoning Regulation adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona
pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan
pembangunan.
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai panduan mengenai ketentuan teknis pemanfaatan ruang
dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya.
Berdasarkan komponen dan cakupan Peraturan Zonasi, maka fungsi Peraturan Zonasi
adalah :
1. Sebagai perangkat pengendalian pembangunan.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 32
Peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, menyeragamkan arahan
peraturan zonasi di seluruh wilayah provinsi untuk peruntukan ruang yang sama, serta
sebagai arahan peruntukan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan
dilarang, serta intensitas pemanfaatan ruangyang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan
pembangunan sampai ke tata cara pembinaannya.
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.
Peraturan Zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat
operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat
makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3. Sebagai panduan teknis pengembangan pemanfaatan lahan.
Indikasi arahan peraturan zonasi mencakup panduan teknis untuk pengembangan
pemanfaatan lahan, meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan. Indikasi arahan peraturan
zonasi untuk PKN Kota Serang:
1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala internasional dan
nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai
dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
2. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan
intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya ke arah vertikal.
2. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi untuk PKN Kota
Serang;
1. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
2. Ketentuan pelarangan perubahan fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan;
3. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang memenuhi ketentuan ruang
pengawasan jalan;
4. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti, kecuali untuk pergerakan
orang/barang dan kendaraan;
5. Boleh pengembangan prasarana pelengkap jalan dengan syarat sesuai dengan
kondisi dan kelas jalan;
6. Dilarang aktivitas pemanfaatan budidaya sampai batas ruwasja sesuai dengan
kelas dan hirarki jalan.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 33
7. Boleh pengembangan prasarana terminal untuk terminal penumpang dan terminal
barang baik fungsi utama maupun penunjang pada kawasan-kawasan strategis.
3. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api terdiri dari:
1. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi;
2. Pada pemanfaatan ruang di sekitar pengawasan jalur kereta api terdapat ketentuan
pelarangan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian;
3. Adanya pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampaklingkungan
akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
4. Adanya pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api
dan jalan;
5. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur
kereta api.
4. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan terdiri dari:
1. Keselamatan dan keamanan pelayaran;
2. Ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;
3. Ketentuan pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan; dan
4. Pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan alur
pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan.
5. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan energi;
5. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti;
6. Di luar zona inti, di ijinkan pengembangan pertanian dan rth;
7. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang.
8. Penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait;
9. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa minyak dan gas bumi;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 34
dan harus memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kawasan di
sekitarnya;
10. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus memperhatikan jarak aman
dari kegiatan lain;
11. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur
transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
6. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi;
1. Pengaturan zonasi memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun
bumi dan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;
2. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti;
3. Di luar zona inti, di ijinkan pengembangan pertanian dan RTH;
4. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang;
5. Jarak aman saluran primer (zona inti) terhadap jalan dan rel kereta 15 m; terhadap
bangunan 15 m; terhadap pohon 8,5 m; terhadap RTH 10-11 m; terhadap jaringan
telekomunukasi lainnya dan jembatan besi 8,5 m.
7. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air;
1. Pengaturan zonasi memperhatikan perlindungan mata air;
2. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
3. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten/kota harus selaras
dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di kabupaten/kota yang
berbatasan;
4. Dilarang semua pemanfaatan pada zona in ti;
5. Di luar zona inti, diijinkan pengembangan pertanian dan rth;
6. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang;
7. Penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait.
8. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung;
1. Boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 35
2. Boleh untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah
bentang alam;
3. Dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan;
4. Dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengganggu bentang alam, menggangu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta
kelestarian lingkungan hidup;
5. Dilarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya, seperti perambahan hutan, pembukaan
lahan, penebangan pohon, dan perburuan satwa yang dilindungi;
6. Intensitas bangunan sangat rendah;
7. Pemanfaatan ruang untuk budidaya harus disertai pengawasan ketat dari provinsi.
9. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan yang mengurangi kualitas pantai pada area 100 meter
dari garis pasang tertinggi;
2. Dilarang semua kegiatan yang mengancam kerusakan pada pantai yang memiliki
ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria;
3. Dilarang kegiatan yang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan;
4. Dilarang kagiatan yang mengganggu bentang alam, mengganggu kelestarian
fungsi pantai, mengganggu akses terhadap kawasan sempadan pantai;
5. Diijinkan penanaman hutan bakau dan aktivitas konservasi lainnya;
6. Pembangunan prasarana dermaga;
7. Pembangunan prasarana tower penjaga keselamatan pengunjung;
8. Pembangunan struktur alami dan atau buatan untuk mencegah abrasi.
10. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai sejauh
100 meter di luar kawasan permukiman dan 50 meter di kawasan permukiman;
2. Dilarang semua kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan dan
menurunkan kualitas sungai;
3. Dibolehkan aktivitas wisata alam petualangan dengan syarat tidak mengganggu
kualitas air sungai;
4. Pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan teknis keamanan dan keselamatan
pengguna wisata.
11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan yang bersifat perubahan fungsi RTH;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 36
2. Diijinkan semua kegiatan untuk menambah RTH agar mencapai 30% dari luas
wilayah kota;
3. Pengawasan ketat dari pemerintah kota terkait kegiatan budidaya yang
mempengaruhi fungsi RTH atau menyebabkan perubahan fungsi RTH.
12. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai di kawasan
permukiman terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan budidaya pada areal sepanjang 15 meter;
2. Diijinkan aktivitas reboisasi lahan;
3. Dilarang semua jenis kegiatan yang menyebabkan perubahan fungsi lindung dan
perusakan kualitas air.
13. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk cagar alam terdiri dari:
1. Diijinkan untuk kegiatan reboisasi lahan;
2. Diijinkan untuk kegiatan wisata alam;
3. Diijinkan terbatas kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam;
4. Dilarang kegiatan pemanfaatan biota dilindungan peraturan;
5. Dilarang kegiatan yang mengurangi daya dukung dan daya tamping lingkungan;
6. Dilarang kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem, mengganggu
kelestarian flora fauna serta keanekaragaman hayati;
7. Diijinkan untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
14. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau terdiri
dari:
1. Diijinkan untuk kegiatan reboisasi lahan;
2. Diijinkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
3. Dilarang pemanfaatan kayu bakau;
4. Dilarang kegiatan yang mengurangi luas bakau atau mencemari ekosistem bakau;
5. Dilarang kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem, mengganggu
kelestarian flora fauna serta keanekaragaman hayati.
15. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan terdiri dari:
1. Diijinkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata;
2. Diijinkan bersyarat pendirian bangunan yang menunjang kegiatan wisata alam;
3. Dilarang kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya;
4. Dilarang kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang mempunyai
manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 37
5. Dilarang kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta wilayah
dengan bentukan geologi tertentu;
6. Dilarang kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.
16. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam dan
perlindungan geologi terdiri dari:
1. Dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di kawasan
rawan bencana di zona perlindungan mutlak;
17. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian terdiri
dari:
1. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah irigasi teknis,
kecuali untuk jaringan prasarana utama dan kepentingan umum sesuai dengan
perturan peundang-undangan;
2. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan
kualitas tanah untuk pertanian;
3. Diijinkan aktivitas pendukung pertanian;
4. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang terkena saluran
irigasi;
5. Boleh mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak mengganggu fungsi
pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;
6. Penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil pertanian, balai pelatihan teknis
nelayan;
7. Pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk pertanian;
8. Pengembangan saluran irigasi;
9. Pengembangan waduk dan embung;
10. Pengembangan lumbung desa modern;
11. Saluran irigasi tidak boleh disatukan dengan drainase dan tidak boleh diputus.
18. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan
terdiri dari:
1. Boleh mendirikan perumahan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
perkebunan;
2. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan
kualitas tanah untuk perkebunan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 38
3. Diijinkan aktivitas pendukung perkebunan, misalnya penyelenggaraan aktivitas
pembenihan;
19. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan dan
peternakan terdiri dari:
1. Dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas air sungai
/waduk untuk perikanan darat;
2. Diijinkan aktivitas pendukung aktivitas peternakan dan perikanan;
3. Penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil ikan, balai pelatihan teknis nelayan,
pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk perikanan, pusat
pembenihan ikan.
20. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri terdiri
dari:
1. Diijinkan mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri;
2. Diijinkan mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil di luar zona
penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan berkepadatan sedang;
3. Diijinkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di luar zona
penyangga peruntukan industri;
4. Penyelenggaraan perumahan buruh/karyawan, fasilitas umum/fasilitas khusus
skala lokal sebagai pendukung kegiatan industri;
5. Penyelenggaraan ipal;
6. Pemerintah memberi insentif bagi peningkatan integrasi kawasan industri dengan
kawasan budidaya produktif lainnya tanpa mempengaruhi fungsi utama masing-
masing kawasan.
21. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata terdiri
dari:
1. Diizinkan pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan skala daya tarik
pariwisatanya;
2. Boleh mengembangkan aktivitas perumahan dan permukiman dengan syarat di
luar zona utama pariwisata dan tidak mengganggu bentang alam daya tarik
pariwisata;
3. Dilarang pengembangan aktivitas industri dan pertambangan skala besar yang
mengganggu fungsi daya tarik wisata;
4. Intensitas bangunan atau besaran kdb dan klb disesuaikan dengan jenis dan
karakteristik daya tarik wisata;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 39
5. Pengembangan sarana sistem informasi pariwisata;
6. Pengembangan toko souvernir, kantin, restoran, rumah makan, mart, dan
komersial sesuai skala daya tarik wisata.
22. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman
perkotaan terdiri dari:
1. Diijinkan pengembangan rumah tunggal, apartemen, cluster perumahan;
2. Intensitas bangunan berkepadatan sedang – tinggi;
3. Zona perumahan harus terlayani oleh minimum satu moda sarana umum angkutan
massal pada kawasan berkepadatan sedang, dan minimum dua moda sarana umum
angkutan massal pada kawasan berkepadatan tinggi;
4. Boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan skalanya;
5. Diijinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya;
6. Dilarang pengembangan budidaya lainnya.
23. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya terdiri dari:
1. Kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan sejarah yakni cagar
budaya dan situs. Secara umum kawasan ini harus dilindungi dan salah satu fungsi
yang ditingkatkan adalah untuk penelitian dan wisata budaya. Untuk itu pada
radius tertentu harus dilindungi dari perubahan fungsi yang tidak mendukung atau
dari kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga mengganggu estetika dan fungsi
cagar budaya dan situs;
2. Bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan misalnya perumahan harus
dibatasi pengembanganya;
3. Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang misalnya
souvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang tanpa menghilangkan
identitas dan karakter kawasan;
4. Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk peningkatan
kegiatan atau perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat
mengganggu fungsi dasarnya;
5. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh dilakukan untuk
fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan dan jasa yang tidak terkait cagar
budaya dan pariwisata;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 40
24. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf i meliputi:
1. Diijinkan pengembangan untuk kepentingan pertahanan, olah raga, pertambangan,
dan telekomunikasi;
2. Boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan skalanya;
3. Diijinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam RTRW Provinsi Banten
KSP Permukiman Adat Baduy terletak di Kabupaten Lebak, tepatnya di sebelah selatan
wilayah Banten. Didalam sub bab ini, diuraikan keterkaitan KSP Permukiman Adat Baduy
dalam lingkup Kabupaten Lebak sebagai Pusat Kegiatan Wilayah serta peranan lainnya
dalam lingkup wilayah provinsi Banten. KSP Permukiman Adat Baduy yang berkedudukan
di Kabupaten Lebak dibahas menurut keterkaitan tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur
ruang, rencana pola ruang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruangnya.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam TUJAKSTRA RTRW Banten
Sesuai dengan RTRW Provinsi Banten, dinyatakan bahwa tujuan penataan ruang provins
Banten adalah Mewujudkan Ruang Wilayah Banten sebagai Pintu Gerbang Simpul
Penyebaran Primer Nasional-Internasional yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan
melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang mendukung ketahanan pangan,
industri, dan pariwisata.
Sedangkan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Banten terdiri atas;
1. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang;
2. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan lindung;
3. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan budi daya;
4. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
5. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis.
Secara mendetail dijelaskan turunan dari tiap kebijakan sebagai berikut;
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan
dalam wilayah Provinsi Banten;
1. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai
dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 41
2. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.
3. Mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten
dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW); dan
4. Mewujudkan pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan (PKWp)
pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai upaya sinergitas system
pelayanan perkotaan nasional dan pengembangan wilayah provinsi dan
pengembangan wilayah kabupaten/kota.
2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang
merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah
Provinsi Banten; dan
1. Meningkatkan keterkaitan antar pusat atau antar kawasan perkotaan,
keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya;
2. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan;
3. Mengendalikan perkembangan kota atau perkotaan yang terletak di pesisir
pantai utara;
4. Mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
5. Mengembangkan pusat penyebaran primer pelabuhan hub internasional
bojonegara yang didukung dengan berfungsinya kawasan-kawasan
strategis provinsi dan jaringan jalan cincin Provinsi Banten; dan
6. Mewujudkan jembatan selat sunda sebagai jalur transportasi nasional
penghubung jawa – sumatera yang terhubung dengan sistem jaringan jalan
nasional lintas utara, tengah, dan selatan pulau jawa di wilayah Provinsi
Banten.
3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh
wilayah Provinsi Banten.
1. meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut, dan udara;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 42
2. meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan pembangkit
tenaga listrik melalui memanfaatkan sumber energi terbarukan dan tidak
terbarukan secara optimal;
3. mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan jaringan energi/kelistrikan
termasuk jaringan pipa dan kabel dasar laut;
4. mengembangkan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau
seluruh wilayah;
5. meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
6. mewujudkan sistem jaringan transportasi yang aman melalui perbaikan
dan peningkatan infrastruktur, penanganan kawasan banjir di permukiman
wilayah Tangerang (Jabodetabekpunjur), pengendalian ruang kawasan
Bandara Soekarno Hatta, tertatanya sistem jaringan energi, minyak dan
gas alam, pengelolaan panas bumi, dan pemanfaatannya secara aman;
7. mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta
api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis, dan
terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah
provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota
Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan
jaringan jalan tol; dan
8. mewujudkan pemanfaatan kawasan Selat Sunda secara produktif dengan
memperhatikan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang meliputi:
1. peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi
perlindungannya;
1. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
2. meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan
lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi;
3. mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan
lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat
merusak fungsi perlindungan kawasan lindung.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 43
4. mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
meningkatkan fungsi kawasan lindung; dan
5. mewujudkan kawasan taman nasional dan kawasan lindung khususnya di
wilayah banten selatan yang memberi manfaat kepada masyarakat
sekitarnya dan mendukung pengembangan lingkungan hidup nasional
dan internasional dalam rangka pengendalian perubahan iklim.
2. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
1. menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang
darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; dan
2. menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah
Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.
3. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup; dan
1. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup;
2. meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dari tekanan perubahan
dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap
mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
3. meningkatkan kemampuan daya tampung lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke
dalamnya;
4. mengendalikan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
5. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
6. mewujudkan sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfatannya secara bijaksana, dan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
dan
7. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 44
4. perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang.
1. mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan
pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di
kawasan sekitarnya;
2. mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove
sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;
3. mempertahankan kawasan cagar alam, kawasan hutan lindung, taman
nasional, kawasan konservasi laut bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu
pengetahuan dan keberlanjutan; dan
4. meningkatkan fungsi perlindungan kawasan setempat dan kawasan
perlindungan bawahnya.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kawasan Budi Daya,
meliputi
1. peningkatan produktivitas kawasan budidaya;
1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di
luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus
direhabilitasi menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi
lahannya;
2. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-
usaha intensifikasi dan diversifikasi pertanian; dan
3. mewujudkan kawasan budidaya melalui pengembangan hutan produksi,
pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata,
permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya secara produktif melalui
pemberdayaan masyarakat di perkotaan dan perdesaan.
2. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi
daya; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan
budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan
dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses
masyarakat;
2. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 45
3. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan
untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;
4. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau
untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
5. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang
bernilai ekonomi tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi Banten.
3. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
1. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada
kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana
dan potensi kerugian akibat bencana;
2. mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat
terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai
ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka
pada kawasan tersebut;
3. mengembangkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; dan
4. mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di
sekitarnya.
4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau
Kecil, meliputi;
1. pelestarian lingkungan pesisir dan laut termasuk sempadan pantai sebagai
kawasan lindung, serta memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses
ke sempadan pantai;
1. mewujudkan pengelolaan sumberdaya secara terpadu melalui
penyusunan tata ruang pesisir dan laut dengan memperhatikan
keterkaitan ekosistem darat dan laut dalam satu bioekoregion;
2. mengoptimalkan dukungan pemda dan meningkatkan koordinasi antar
pemda untuk mengantisipasi perkembangan aktivitas ekonomi dan
industri di wilayah pesisir dan laut banten yang berpotensi merusak
lingkungan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 46
3. meningkatkan koordinasi antar sektor terkait dalam monitoring,
pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan lingkungan;
4. meningkatkan koordinasi penataan ruang, menata kembali peraturan
perundangan dan penegakan hukum dalam rangka pengendalian dampak
negatif pencemaran yang diakibatkan oleh segenap aktivitas ekonomi di
wilayah pesisir dan laut;
5. menyediakan sebagian kawasan sebagai kawasan lindung yang berfungsi
sebagai penyangga kehidupan;
6. meningkatkan pendanaan pengelolaan lingkungan melalui penerapan
pajak lingkungan terhadap aktivitas ekonomi di wilayah pesisir;
7. menyeimbangkan peningkatan dan pengembangan aktivitas ekonomi dan
kelestarian sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut; dan
8. mengintegrasikan wilayah hulu dan hilir dalam rangka melindungi
kawasan muara sungai, estuari, dan kawasan lain di daerah pesisir.
2. peningkatan kualitas lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. mengendalikan penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir dan
laut melalui implementasi tata ruang yang telah dilegalisasi; dan
2. mewujudkan rehabilitasi kawasan yang terdegradasi dan kawasan
penyangga.
3. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan laut,
pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. meningkatkan koordinasi penataan ruang dan penegakan hukum secara
partisipatif dalam mengelola lingkungan dan sumberdaya pesisir dan
laut;
2. mengupayakan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari
lembaga kontrol sosial untuk monitoring aktivitas yang merusak
lingkungan; dan
3. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
4. peningkatan pemerataan nilai tambah melalui pemanfaatan sumberdaya laut,
pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat lokal;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 47
1. mengoptimalkan dukungan pemda untuk memanfaatkan posisi strategis
dan pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan wilayah pesisir dan laut
secara terpadu dan berkelanjutan; dan
2. meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya berbasis karakteristik
ekosistem dan lingkungan lokal.
5. peningkatan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil.
2. mengendalikan berbagai kegiatan yang mengakibatkan terganggunya
ekosistem pada kawasan pulau-pulau kecil;
3. meningkatkan daya saing pulau-pulau kecil sesuai dengan potensinya
serta meminimalkan aspek-aspek penyebab ketertinggalan;
4. mengembangkan sistem transportasi pembuka akses wilayah tertinggal
dan terisolir khususnya pada kawasan pulau-pulau kecil; dan
5. mengalokasikan ruang untuk kepentingan umum pada pulau-pulau kecil
sebagai upaya menghindari penguasaan tanah secara keseluruhan.
6. pengembangan wisata bahari di pulau peruntukan pariwisata dan di pulau yang
ada permukimannya.
1. memanfaatkan peluang pasar pada kawasan wisata bahari Daerah untuk
pembangunan wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil;
2. meningkatkan pemanfaatan potensi wisata bahari untuk menangkap
peluang pasar domestik dan internasional di Daerah sebagai pintu
gerbang keluar dan masuk wilayah Ibukota DKI Jakarta;
3. meningkatkan promosi yang didasarkan atas keunggulan lokasi strategis
dan karakteristik sumberdaya untuk menangkap peluang dan minat
investasi di wilayah pesisir dan laut Daerah;
4. mengoptimalkan ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk
menangkap pertumbuhan ekonomi pada kawasan wisata bahari Daerah;
5. meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku dan fungsi control
kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan;
6. meningkatkan peran daerah sebagai regulator kegiatan pariwisata yang
ramah lingkungan;
7. meningkatkan aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan di lokasi
strategis untuk menangkap peluang pasar domestik dan internasional.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 48
5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis, meliputi;
1. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan
warisan budaya nasional dan daerah;
1. menetapkan kawasan strategis Provinsi Banten yang berfungsi lindung;
2. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan strategis Provinsi Banten
yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
3. mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis Provinsi
Banten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
4. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budidaya;
5. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan
strategis Provinsi Banten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;
6. mewujudkan rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Provinsi Banten; dan
7. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang secara produktif dan
berkelanjutan melalui pengendalian pembangunan kawasan-kawasan
strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di wilayah
kabupaten/kota.
2. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai
warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar;
1. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan
ekosistemnya;
2. meningkatkan kepariwisataan;
3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 49
3. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien dan mampu
bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional;
1. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam,
kegiatan budidaya unggulan, dan posisi atau letak strategisnya sebagai
penggerak utama pengembangan wilayah;
2. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
3. mengintensifkan promosi peluang investasi;
4. memanfaatkan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan;
5. mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan dan efisiensi pemanfaatan kawasan;
6. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi;
7. mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan ruang
untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata secara produktif;
dan
8. mewujudkan terbentuknya sinergisitas interaksi ekonomi wilayah hulu
dan hilir pada pusat-pusat pertumbuhan dengan pemasaran regional dan
nasional melalui sistem jaringan transportasi wilayah dan nasional.
4. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antar kawasan;
1. memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
2. meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat
pertumbuhan wilayah;
3. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi
masyarakat;
4. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;
5. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi; dan
6. mewujudkan terselenggaranya interaksi kawasan-kawasan strategis
nasional di Provinsi Banten dengan penataan struktur ruang dan pola
ruang di wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota.
5. pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 50
1. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya bangsa yang
mencerminkan jati diri yang berbudi luhur;
2. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
masyarakat; dan
3. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
6. pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau
turunannya; dan
3. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
7. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
1. mendelineasikan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan kemanan negara yang terletak di wilayah Provinsi
Banten;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
3. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan strategis dengan kawasan budidaya terbangun; dan
4. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Untuk melihat keterkaitan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kawasan strategis
provinsi Banten, yakni KSP Permukiman Adat Baduy yang berada di Kabupaten Lebak.
Maka, dilakukan pendekatan berupa analisis keterkaitan kuat dan lemah tiap strategi-
kebijakan terhadap struktur dan pola ruang yang terkait langsung dengan KSP Permukiman
Adat Baduy dan dengan Kabupaten Lebak secara umum.
Lebih detailnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 5. Keterkaitan Tujakstra, Struktur dan Pola Ruang RTRW Banten
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 51
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Tujuan
KEBIJAKAN I
Kebijakan 1.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Kebijakan 1.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Kebijakan 1.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
KEBIJAKAN II
Kebijakan 2.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Kebijakan 2.2
Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 2.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Kebijakan 2.4
Strategi 1
Strategi 2
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 52
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Strategi 3
Strategi 4
KEBIJAKAN III
Kebijakan 3.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 3.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Kebijakan 3.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
KEBIJAKAN IV
Kebijakan 4.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
Kebijakan 4.2
Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 4.4
Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.5
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 53
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Kebijakan 4.6
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
KEBIJAKAN V
Kebijakan 5.1
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Kebijakan 5.2
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Kebijakan 5.3
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
Kebijakan 5.4
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Kebijakan 5.5
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.6
Strategi 1
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 54
No Uraian Keterkaitan
Ya Tidak
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.7
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Berdasarkan analisis keterkaitan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
2. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
3. terdapat 6 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
4. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
5. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
6. terdapat 7 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
7. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
8. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
9. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
10. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
11. terdapat 8 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
12. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
13. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 55
14. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
15. terdapat 0 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.5 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
16. terdapat 0 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.6 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
17. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.1 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
18. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.2 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
19. terdapat 8 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.3 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
20. terdapat 6 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.4 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
21. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.5 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
22. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.6 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak;
23. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.7 terkait erat dengan
pengembangan KSP Permukiman Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Struktur Ruang RTRW Banten
Seperti yang diketahui bahwa KSP Permukiman Adat Baduy merupakan KSP yang secara
geografis terletak didalam administrasi Kecamatan Leuwidamar. Dimana Kecamatan
Leuwidamar merupakan kecamatan yang berada dalam wewenang administrative Kabupaten
Lebak. Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten, Kabupaten Lebak merupakan
kabupaten yang memiliki peranan penting bagi nasional sehingga oleh RTRWN dan RTRW
Provinsi Banten ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Dan perlu diketahui
juga bahwa masyarakat adat Baduy telah memiliki peranan penting dalam menjaga tatanan
air untuk wilayah Banten.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Perkotaan
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 56
Pada skala wilayah kabupaten maka, KSP Permukiman Adat Baduy terkait dengan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak juga telah memiliki
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten namun belum dilegislasi ditingkat DPRD.
Berdasarkan RTRW Provinsi yang telah dijelaskan pada sub bab diatas, oleh RTRW Provinsi
Banten, didalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya membagi Wilayah Kerja
Pembangunan Provinsi-nya menjadi 3. Yakni yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang,
Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota
Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP)
tersebut meliputi :
1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan
industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;
2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan
pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan,
pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;
3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan
kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 2.1.
Satuan wilayah pengembangan tersebut di atas memiliki fungsi :
1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.
2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai
motor penggerak pembangunan.
3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.
4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian wilayah.
Berdasarkan penetapan WKP tersebut, ditetapkan bahwa untuk Kabupaten Lebak masuk
dalam WKP III dengan arahan fungsi untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian,
pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Terkait dengan system rencana pengembangan jaringan transportasi, KSP Banten Lama
terkait erat dengan beberapa system jaringan. Diantaranya ;
1. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 57
2. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut;
3. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara;
4. Rencana pengembangan angkutan massal.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Beberapa pengembangan system jaringan jalan transpotasi darat yang terkait erat dengan
kabupaten Lebak, meliputi :
1. pengembangan jaringan jalan nasional;
2. pengembangan jaringan jalan provinsi;
3. pengembangan terminal;
4. pengembangan jaringan kereta api;
Pengembangan jaringan jalan nasional meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer,
dan jalan tol/bebas hambatan, melalui:
1. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan arteri primer di Provinsi Banten
meliputi Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Batas DKI Jakarta, Merak –
Cilegon – Ciwandan – Anyer – Carita – Labuan – Panimbang – Cigeulis –
Cibaliung – Muarabinuangeun – Malingping – Simpang – Bayah – Cisolok –
batas Provinsi Jawa Barat untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘Ring
Barat-Selatan’ Provinsi Banten sebagai perwujudan pengembangan jaringan jalan
arteri lintas selatan pulau jawa, mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘Ring
Utara’ pada ruas Pantura Bojonegara – Banten Lama – Tirtayasa – Kronjo – Mauk –
Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta.
2. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan kolektor primer di Provinsi Banten
meliputi Merak – Suralaya – Pulo Ampel Bojonegara – Cilegon, Tangerang –
Bandara Soekarno Hatta untuk menghubungkan simpul-simpul transportasi nasional,
Labuan – Saketi – Pandeglang – Rangkasbitung – Cipanas – batas Provinsi Jawa
Barat.
3. usulan jalan bebas hambatan prospektif (bersyarat)/jalan strategis nasional prospektif
Kragilan (Kabupaten Serang) – Warunggunung (Kabupaten Lebak) – Panimbang
(Kabupaten Pandeglang) – Bandar Udara Banten Selatan yang penetapannya
disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pengembangan jaringan jalan provinsi meliputi jaringan jalan kolektor primer yang
merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW (Pusat
Kegiatan Wilayah) dan antar PKW, yaitu :
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 58
1. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Bayah –
Cikotok – Citorek – Majasari – Cigelung – Rangkasbitung – Kopo – Cisoka –
Tigaraksa – Serpong untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘Ring Selatan-
Timur’ Provinsi Banten.
2. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan pada ruas Pontang – Ciruas –
Warung Gunung – Gunung Kencana – Malingping, ruas Warung Gunung –
Cipanas, Rangkasbitung – Citeras – Tigaraksa untuk melengkapi perwujudan
pengembangan jaringan jalan ‘cincin’ Provinsi Banten.
3. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi dan kabupaten pada ruas
Panimbang – Angsana – Munjul – Cikeusik – Muarabinuangeun, Panimbang –
Citeureup – Banyuasih – Cimanggu – Cigeulis – Wanasalam – Malingping, Citeurep
– Cibaliung – Cikeusik – Wanasalam – Malingping, Bayah – Cilograng – Cibareno –
batas Provinsi Jawa Barat untuk akses penghubung dan sekaligus pengembangan
wilayah Banten Selatan.
Pengembangan terminal meliputi terminal tipe A dan B dalam wilayah provinsi, meliputi:
1. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang tipe A meliputi
Terminal Merak (Kawasan Terminal Terpadu Merak – Kota Cilegon), Terminal
Pakupatan (Kota Serang), Terminal Poris Plawad (Kota Tangerang), Terminal
Kadubanen (Kabupaten Pandeglang), Terminal Kaduagung (Kabupaten Lebak).
2. pengembangan terminal penumpang tipe B untuk melayani angkutan antar kota dalam
provinsi dan angkutan kota/pedesaan meliputi Terminal Pandeglang (Kabupaten
Pandeglang), Labuan (Kabupaten Pandeglang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak),
Bayah (Kabupaten Lebak), Malingping (Kabupaten Lebak), Ciputat (Kota Tangerang
Selatan), Balaraja (Kabupaten Tangerang), Cipocokjaya (Kota Serang), Ciledug (Kota
Tangerang), Cimone (Kota Tangerang), Cadas (Kota Tangerang), Jatiuwung (Kota
Tangerang), Tanara (Kabupaten Serang), Cibeber (Kota Cilegon).
Pengembangan jaringan kereta api meliputi jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur
kereta api khusus, serta stasiun kereta api, meliputi:
1. meningkatkan aksesibilitas jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang melayani
kawasan perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang –
Rangkasbitung (CISEPARANG).
2. mengembangkan jaringan prasarana kereta api regional yang menghubungkan pada
kawasan wisata di wilayah Banten Selatan antara lain melakukan pembangunan
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 59
kembali jaringan prasarana ka yang tidak dioperasikan pada lintas Labuan – Saketi –
Malingping – Bayah, Saketi – Rangkasbitung, dan lintas Ciwandan – Anyer Kidul.
3. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kereta api yang padat
melayani transportasi perkotaan antara lain pada lintas Rangkasbitung – Serpong –
Tanah Abang dan Lintas Tangerang – Duri.
4. mengembangkan pelayanan angkutan kereta api bisnis dan eksekutif yang melayani
angkutan perkotaan terutama pada lintas Tangerang – Duri, Rangkasbitung – Serpong
– Tanah Abang dan lintas Merak – Cilegon – Serang – Rangkasbitung.
5. meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana Stasiun Merak (Kota Cilegon), Serang
(Kota Serang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Pasar Anyar (Kota Tangerang),
Serpong (Kota Tangerang Selatan).
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Rencana pengembangan system jaringan transportasi laut, terkait dengan system
pengembangan di Kabupaten Lebak meliputi:
1. mewujudkan pengembangan dan pengelolaan pelabuhan pengumpan antara lain
Pelabuhan Anyer, Pelabuhan Labuan, Pelabuhan Muarabinuangeun, Pelabuhan
Bojonegara Wadas, dan Pelabuhan Bayah.
2. pengembangan terminal khusus untuk mendukung potensi industri, pariwisata,
pertanian dan pertambangan di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Serang, dan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Teluk Naga Kabupaten
Tangerang merupakan terminal khusus sebagai bagian dari pengembangan Terminal
Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta).
3. pengembangan pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat meliputi peningkatan
Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang.
Kewenangan provinsi meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun di
Kabupaten Lebak, Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan, Carita, Sukanegara,
Sidamukti, Panimbang, Citeureup, Sumur, Cikeusik, Tamanjaya di Kabupaten
Pandeglang. Kewenangan kabupaten meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan
Tanjungpasir dan Kronjo di Kabupaten Tangerang, serta Pangkalan Pendaratan Ikan
Cituis di Kabupaten Tangerang. Kewenangan kota meliputi Pangkalan Pendaratan
Ikan Merak di Kota Cilegon.
Rencana Pengembangan Angkutan Massal
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 60
Rencana pengembangan angkutan massal merupakan arahan pengembangan angkutan massal
berupa pengembangan angkutan masal cepat di wilayah Jabodetabekpunjur dalam sistem
transportasi yang saling terkait dengan sistem transportasi Provinsi DKI Jakarta dan
pengembangan angkutan massal perkotaan Cilegon – Serang – Pandeglang – Rangkasbitung
(CISEPARANG).
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Sistem Prasarana Lainnya
Rencana sistem prasarana lainnya yang terkait dengan KSP Permukiman Adat Baduy di
Wilayah Kabupaten Lebak meliputi :
1. rencana pengembangan sistem jaringan energi;
2. rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
3. rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air;
4. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Sistem Jaringan Energi
Rencana pengembangan sistem jaringan energi terkait pengembangan kawasan strategis
provinsi permukiman masyarakat adat baduy, hanya rencana pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik. Sedangkan rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik dan
nuklir tidak diarahkan ke Kabupaten Lebak.
Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik c meliputi :
1. Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV
dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV diperlukan untuk menyalurkan
energi listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit baru diarahkan di Kabupaten
Tangerang, Kota Tagerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon;
2. Pengembangan sistem distribusi 20 KV dan tegangan rendah diperlukan untuk
menyalurkan energi ke kawasan yang ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota serta daerah yang belum berlistrik.
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, meliputi :
1. Jaringan terestrial
2. Jaringan satelit
Arahan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, terus ditingkatkan perkembangannya
hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 61
dalam upaya mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pengendalian
pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) untuk keterpaduan penggunaan
bersama atau tower bersama yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Gubernur dengan
memperhatikan usulan kabupaten/kota.
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana pengembangan sistem jaringan Jaringan sumber daya air diarahkan untuk
mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan dan sumber
air tanah. Rencana pengembangan sistem jaringan Jaringan sumber daya air meliputi:
a. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku
di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan
Kota Tangerang Selatan;
b. Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian;
c. Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian;
d. Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping;
e. situ/waduk/danau/rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon diarahkan untuk kolam penyimpanan
(retention pond).
Pengelolaan Daerah Irigasi diarahkan untuk kebutuhan pertanian pada tingkat jaringan teknis,
meliputi :
1. Daerah Irigasi Cibinuangeun di Kabupaten Lebak, luas areal 2.570 Ha
2. Daerah Irigasi Cikoncang di Kabupaten Lebak, luas areal 1.805 Ha
3. Daerah Irigasi Cilangkahan I di Kabupaten Lebak, luas areal 1.796 Ha
Pengelolaan daerah aliran sungai dan pengendalian banjir lintas batas administrasi daerah dan
pemerintah kabupaten/kota, meliputi wilayah sungai :
1. Cibaliung – Cisawarna.
2. Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum (lintas provinsi).
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Lainnya
1. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Regional diarahkan pada TPST
Bojong Menteng di Kabupaten Serang yang dikelola bersama Kota Serang dan TPST
Ciangir di Kabupaten Tangerang yang dikelola bersama dengan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 62
2. Dalam hal pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3, diarahkan di Kota
Cilegon.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Rencana Pola Ruang RTRW Banten
Berdasarkan RTRW Provinsi Banten, KSP Permukiman Adat Baduy yang terletak di
Kabupaten Lebak terdapat beberapa rencana pola ruang yang terkait langsung didalan KSP
tersebut, yakni tepat berada di Kecamatan Leuwidamar.
Rencana pola ruang yang berada di Kabupaten Lebak meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung; kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam.
Sedangkan kawasan budidaya yang tercakup didalamnya meliputi : kawasan peruntukan
hutan produksi; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perkebunan; kawasan
peruntukan perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata; dan kawasan peruntukan permukiman;
Kawasan Hutan Lindung.
Kawasan hutan lindung meliputi kurang lebih 20.646 Ha (2,39%) dari luas Provinsi Banten
yang terdapat di sebagian Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon.
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah kawasan
resapan air. Kawasan resapan air berada pada:
1. Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak;
2. Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak;
Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan pantai; sempadan sungai; kawasan
sekitar danau atau waduk; dan kawasan sekitar mata air. Sempadan pantai meliputi kurang
lebih 5.174 Ha (0,60%) dari luas Provinsi Banten yang berada pada: Kabupaten Serang; Kota
Serang; Kabupaten Tangerang; Kabupaten Pandeglang; Kabupaten lebak; dan Kota
Cilegon.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 63
Sempadan sungai dengan total panjang sungai 787,68 Km dengan luas sempadan sungai
kurang lebih 7.877 Ha (0,91%) dari luas Provinsi Banten sedangkan kawasan hutan untuk
DAS paling sedikit ditetapkan 30 (tiga puluh) persen meliputi: DAS Ciujung; DAS
Cidurian; DAS Cilemer; DAS Ciliman; DAS Cibanten; DAS Cidanao; DAS Cimanceuri;
DAS Cisadane; DAS Cibinuangeun; DAS Cihara; DAS Cimadur; dan DAS Cibareno.
Kawasan sekitar danau atau waduk meliputi kurang lebih 83.155,09 Ha (9,61%) dari luas
Provinsi Banten yang terdapat pada: Kabupaten Serang; Kabupaten Tangerang; Kota
Tangerang; Kota Tangerang Selatan; Kabupaten Pandeglang; Kabupaten Lebak; dan Kota
Cilegon.
Kawasan sekitar mata air meliputi kurang lebih 787 Ha (0,09%) dari luas Provinsi Banten
yang terdapat pada: Kabupaten Lebak; Kabupaten Pandeglang; dan Kabupaten Serang.
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : taman nasional; dan
kawasan cagar budaya.
1. Kawasan taman nasional yang berada di Kabupaten Lebak, yakni Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak seluas kurang lebih 42.925 Ha (4,96%) dari luas Provinsi
Banten.
2. Kawasan cagar budaya yakni Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Baduy seluas kurang
lebih 5.137 Ha (0,59%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di Kabupaten Lebak.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam, meliputi : rawan banjir; rawan tsunami; dan rawan gerakan
tanah.
1. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Lebak meliputi : berada pada daerah aliran
sungai Ciujung dan Cibinuangeun. Kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir pantai,
yakni Pantai Selatan (Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak).
2. Kawasan rawan gerakan tanah meliputi: Kecamatan Cigemblong; Kecamatan Lebak
Gedong; Kecamatan Sobang; Kecamatan Cibeber; Kecamatan Panggarangan
KSP Permukiman Adat Baduy terhadap Kawasan Budidaya RTRW Provinsi
Kawasan budidaya yang terkait dengan pengembangan Kawasan Permukiman Adat Baduy,
Kecamatan Leuwidamar yang berada dalam pemerintahan Kabupaten Lebak meliputi
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 64
kawasan hutan produksi, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industry,
pariwisata dan permukiman.
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pola ruang kawasan peruntukan hutan produksi seluas kurang lebih 58.091 Ha (6,71%) dari
luas Provinsi Banten yang diarahkan pada: Kabupaten Serang; Kabupaten Pandeglang; dan
Kabupaten Lebak.
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pola ruang kawasan peruntukan pertanian meliputi;
1. kawasan budi daya tanaman pangan seluas kurang lebih 216.577 Ha (25,03%) dari
luas Provinsi Banten yang diarahkan pada:
1. Kabupaten Serang;
2. Kota Serang;
3. Kabupaten Tangerang;
4. Kabupaten Pandeglang;
5. Kabupaten Lebak; dan
6. Kota Cilegon.
2. kawasan budi daya hortikultura diarahkan pada:
1. Kabupaten Serang;
2. Kabupaten Tangerang;
3. Kabupaten Pandeglang;
4. Kabupaten Lebak.
3. kawasan budi daya peternakan diarahkan pada:
1. Kabupaten Serang;
2. Kabupaten Tangerang;
3. Kabupaten Pandeglang;
4. Kabupaten Lebak.
4. kawasan budi daya lahan pertanian pangan berkelanjutan berada pada kawasan
perdesaan yang diarahkan pada:
7. Kabupaten Serang;
8. Kabupaten Tangerang;
9. Kabupaten Pandeglang; dan
10. Kabupaten Lebak.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 65
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Pola ruang kawasan peruntukan perkebunan meliputi kawasan budidaya lahan kering
mencapai kurang lebih 176.957 Ha (20,45%) dari luas Provinsi Banten yang diarahkan pada:
1. Kabupaten Serang;
2. Kota Serang;
3. Kabupaten Tangerang;
4. Kota Tangerang;
5. Kota Tangerang Selatan;
6. Kabupaten Pandeglang;
7. Kabupaten Lebak; dan
8. Kota Cilegon.
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pola ruang kawasan peruntukan perikanan diarahkan untuk mengembangkan perikanan
tangkap, kawasan budi daya perikanan, kawasan pengolahan ikan, dan mengembangkan
minapolitan pada:
1. Kabupaten Serang;
2. Kabupaten Tangerang;
3. Kabupaten Lebak;
4. Kabupaten Pandeglang;
5. Kota Serang.
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan, meliputi:
1. kawasan peruntukan pertambangan mineral
2. kawasan peruntukan pertambangan batubara
3. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi
4. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan mineral meliputi bahan galian logam (emas),
yang berada di Kabupaten Lebak, diantaranya:
1. Desa Cikotok;
2. Desa Warung Banten;
3. Desa Lebak Situ;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 66
4. Desa Sinargalih;
5. Desa Cimancak;
6. Desa Sukamulya;
7. Desa Cidikit;
8. Desa Citorek;
9. Desa Cikate;
10. Desa Kanekes;
11. Desa Guradog;
12. Desa Bojongmani;
13. Desa Caringin;
14. Desa Gunung Kendang; dan
15. Desa Bulakan.
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan batubara, diarahkan pada Kabupaten Lebak
yang berada pada:
1. Desa Cihara/Cimandiri;
2. Desa Darmasar, dan
3. Desa Bojongmanik.
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, diarahkan pada:
1. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang (WKP Kaldera Danau Banten Possible
115 MW, Gunung Karang Possible 170 MW);
2. Kabupaten Pandeglang (Gunung Pulosari Hipotetik 100 MW)
3. Kabupaten Lebak (Pamancalan Speculative 225 MW, Gunung Endut Speculative
100 MW Possible 40 MW, dan Ciseeng Hipotetik 100 MW).
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, diarahkan pada:
1. Blok Banten (3.999,00 km2);
2. Blok Rangkas (3.977,13 km2);
3. Blok Ujung Kulon (3.706,47 Km2);
4. Selat Sunda I (8.159,40 Km2);
5. Selat Sunda II (7.769,85 Km2);
6. Selat Sunda III (6.035,64 Km2).
Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan Industri yang diarahkan di Kabupaten Lebak yakni kawasan industry menengah dan
kecil.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 67
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan pariwisata terkait yang berada di Kabuapten Lebak, yakni Kawasan Wisata Budaya
Baduy di Kecamatan Leuwidamar dan Cimarga.
Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terkait pengembangan KSP Permukiman Masyarakat Adat
Baduy yakni di Kabupaten Lebak.
Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan strategis provinsi terkait pengembangan KSP Permukiman Masyarakat Adat Baduy
yang berada di dalam wilayah kabupaten Lebak, meliputi:
1. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, yakni kawasan
TNI AD komando pendidikan latihan tempur di Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak;
2. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, yakni Kawasan
Malingping di Kabupaten Lebak; dan Kawasan Bayah; serta Kawasan Kota
Kekerabatan Maja di Kabupaten Lebak;
3. termasuk yang sedang dikerjakan saat ini yakni kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial dan budaya, yakni kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten
Lebak.
4. kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, yakni Bendungan Karian di Kabupaten Lebak; Bendungan Pasir
Kopo di Kabupaten Lebak; Bendungan Cilawang di Kabupaten Lebak; Bendungan
Tanjung di Kabupaten Lebak; dan Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak;
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan, terkait didalam pengembangan RTRW Provinsi Banten
di Wilayah Kabupaten Lebak, yakni Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil diarahkan pada seluruh wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil di wilayah Provinsi Banten meliputi Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kota Cilegon.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 68
Berikut pada tabel 2.1 dibawah ini adalah uraian penjelasan mengenai arahan rencana pola
ruang yang terkait dengan KSP Masyarakat Adat Baduy secara regional kewilayah
Kabupaten Lebak
Tabel 2. 6. Keterkaitan Pola Ruang KSP dan RTRW Provinsi
No POLA RUANG ADA/TDK
KAWASAN LINDUNG
Kawasan Hutan Lindung √
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya (Kec. Cipanas dan Kec. Cibeber)
√
Kawasan Perlindungan Setempat; Berupa Sempadan Pantai dan sekitar
danau
√
Kawasan Cagar Alam Pulau Dua seluas kurang lebih 30 Ha (0,003%) dari
luas Provinsi Banten
√
Kawasan Taman Nasional; Taman Nasional Gunung Halimun-Salak √
Kawasan Cagar Budaya; Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Baduy seluas
kurang lebih 5.137 Ha
(0,59%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di Kabupaten Lebak;
√
Kawasan Rawan Bencana Banjir; DAS Ciujung dan DAS Cibinuangeun √
Kawasan Rawan Tsunami; Pantai Selatan √
Kawasan Rawan Gerakan Tanah;
Kecamatan Cigemblong; Kecamatan Lebak Gedong; Kecamatan Sobang;
Kecamatan Cibeber; Kecamatan Panggarangan
√
KAWASAN BUDIDAYA
Hutan Produksi √
Pertanian; kawasan budi daya tanaman pangan; budidaya tanaman
holtikultura dan pertanian pangan berkelanjutan
√
Perkebunan; kawasan budidaya lahan kering √
Perikanan; kawasan budi daya perikanan, kawasan pengolahan ikan, dan
mengembangkan minapolitan
√
Pertambangan Emas; Desa Cikotok; Desa Warung Banten; Desa Lebak
Situ; Desa Sinargalih; Desa Cimancak; Desa Sukamulya; Desa Cidikit;
Desa Citorek; Desa Cikate; Desa Kanekes; Desa Guradog; Desa
Bojongmani; Desa Caringin; Desa Gunung Kendang; dan Desa Bulakan.
√
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 69
Pertambangan Batu Bara; Desa Cihara/Cimandiri; Desa Darmasar, dan
Desa Bojongmanik.
Pertambangan Panas Bumi ; Pamancalan Speculative 225 MW, Gunung
Endut Speculative 100 MW Possible 40 MW, dan Ciseeng Hipotetik 100
MW).
Pertambangan minyak dan gas bumi; Blok Rangkas (3.977,13 km2);
Industri; Industri Menengah dan Kecil √
Pariwisata; Kawasan Wisata Budaya Permukiman Baduy; Leuwidamar
dan Cimarga
√
Permukiman Perkotaan √
Kawasan Strategis Provinsi (KSP);
(Hankam) kawasan TNI AD komando pendidikan latihan tempur di
Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak;
(Pertumbuhan Ekonomi) Kawasan Malingping di Kabupaten Lebak;
(Pertumbuhan Ekonomi) Kawasan Bayah di Kabupaten Lebak;
(Pertumbuhan Ekonomi) Kawasan Kota Kekerabatan Maja di Kabupaten
Lebak;
(Sosial Budaya) kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
(SDA/Teknologi Tinggi) Bendungan Karian di Kabupaten Lebak;
(SDA/Teknologi Tinggi)Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak;
(SDA/Teknologi Tinggi)Bendungan Cilawang di Kabupaten Lebak;
(SDA/Teknologi Tinggi)Bendungan Tanjung di Kabupaten Lebak;
(SDA/Teknologi Tinggi)Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak;
√
Sumber: RTRW Provinsi Banten 2030, 2014
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Arahan Pemanfaatan Ruang RTRW Banten
Berdasarkan arahan RTRW Provins Banten, Penentuan prioritas pemanfaatan ruang
diarahkan pada suatu upaya pengurangan keterisolasian daerah tertinggal melalui
peningkatan prasarana dan sarana komunikasi dan transportasi, serta pembangunan prasarana
dan sarana yang menunjang kegiatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat sehingga
memiliki keterkaitan dengan daerah lainnya. Untuk Kabupaten Lebak beberapa permasalahan
prioritas yang perlu mendapat penanganan sebagai berikut;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 70
Tabel 2. 7. Prioritas Pemanfaatan Ruang
No Infrastruktur Langkah Penanganan
Ruas Jln. Cikande –
Rangkasbitung
Sudah terkontrak dan perlu
dukungan penertiban kelebihan
muatan angkutan
Ruas Jln. Wr Gunung – Gn
Kencana
Penanganan secara bertahap
Waduk Karian Penyelesaian pembebasan lahan
Sumber: RTRW Provinsi Banten 2030.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Indikasi Program Utama RTRW Banten
Beberapa indikasi program utama yang terkait dengan KSP Masyarakat Adat Baduy adalah;
Perwujudan Struktur Ruang terkait KSP Masyarakat Adat Baduy
1. pengembangan system perkotaan PKW Rangkasbitung, PKWp Bayah dan PKL
Malingping.
2. Pengembangan system prasarana utama, berupa pengembangan system jaringan
transportasi darat yakni melalui pemantapan jaringan jalan nasional yakni Labuan -
Saketi - Pandeglang - Rangkasbitung - Cipanas - Batas Provinsi Jawa Barat;
Muarabinuangeun - Malingping - Simpang - Bayah - Cisolok - Batas Provinsi Jawa
Barat Merak - Bts.Kota Cilegon; Jln. Raya Pandeglang (Rangkasbitung); Bts.Kota
Rangkasbitung - Cigelung (Bts.Prov.Jawa Barat); Jln. Sunan Kalijaga
(Rangkasbitung); Jln. Raya Cipanas (Rangkasbitung); Simpang – Bayah; dan Bayah -
Cibarenok - Bts.Prov.Jawa Barat
3. Usulan jalan bebas hambatan prospektif (bersyarat)/jalan strategis nasional prospektif
yang penetapannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yakni
Kragilan (Kabupaten Serang) - Warunggunung (Kabupaten Lebak) - Panimbang
(Kabupaten Pandeglang) - Bandar Udara Banten Selatan
4. Pengembangan dan Pemantapan Jaringan Jalan Propinsi, yakni Bayah - Cikotok -
Citorek - Majasari - Cigelung - Rangkasbitung - Kopo - Cisoka - Tigaraksa –
Serpong; Pontang - Ciruas - Warung Gunung - Gunung Kencana – Malingping;
Warung Gunung – Cipanas; Rangkasbitung - Citeras – Tigaraksa; Panimbang -
Angsana - Munjul - Cikeusik – Muarabinuangeun; Panimbang - Citeureup -
Banyuasih - Cimanggu - Cigeulis - Wanasalam – Malingping; Citeureup - Cibaliung -
Cikeusik - Wanasalam – Malingping; dan Bayah - Cilograng - Cibareno - Batas
Provinsi Jawa Barat.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 71
5. Perwujudan pemantapan terminal, yakni terminal A Kaduagung.
6. Pengembangan dan pemantapan jaringan kereta api, yakni Cilegon - Serang -
Pandeglang – Rangkasbitung; Labuan - Saketi – Rangkasbitung; Saketi - Malingping
– Bayah
7. Pengembangan jaringan penyeberangan, yakni Muarabinuangeun-Pulau Deli.
8. Pengembangan system jaringan transportasi laut, yakni pengembangan pelabuhan
pengumpan yang meliputi pelabuhan Bayah dan Muarabinuangeun.
9. Pengembangan terminal khusus di Kabupaten Lebak;
10. Pemantapan pelabuhan perikanan yakni pelabuhan Binuangeun.
11. Pengembangan angkutan massal yakni Cilegon-Serang-Pandeglang-Rangkasbitung
(CISEPARANG)
12. Pengembangan system jaringan energy berupa SUTET (500kV) dan SUTT (150 kV)
13. Pengembangan jaringan sumber daya air, meliputi Bendungan Karian, Bendungan
Pasir Kopo, Bendung Ciliman, CAT Malingping, dan Situ/Waduk/Danau di
Kabupaten Lebak.
14. Pengembangan daerah Irigasi meliputi Daerah Irigasi Cibinuangeun di Kabupaten
Lebak, luas areal 2.570 Ha; Daerah Irigasi Cikoncang di Kabupaten Lebak, luas areal
1.805 Ha; Daerah Irigasi Cilangkahan I di Kabupaten Lebak, luas areal 1.796 Ha;
15. Rehabilitasi dan pemantapan prasarana situ/waduk/danau/rawa di kabupaten Lebak.
3. Pengembangan wilayah sungai yang meliputi WS Cibaliung – Cisawarna; Cidanau –
Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum (lintas provinsi).
16. Pengembangan jaringan prasarana lainnya, meliputi TPST Bojong Menteng di
Kabupaten Serang dan TPST Ciangir di Kabupaten Tangerang, serta pengelolaan
limbah B3 di Kota Cilegon.
Perwujudan Struktur Ruang terkait KSP Masyarakat Adat Baduy
1. Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Lindung yakni TN Halimun Salak; Hutan
Lindung di Kabupaten Lebak; Kawasan sekitar danau atau waduk; sempadan pantai;
sempadan sungai; kawasan rawan bencana; kawasan sekitar mata air; kawasan
konservasi cagar budaya di KAT Baduy Lebak.
2. Pengembangan kawasan budidaya peruntukan hutan produksi, perkebunan, perikanan,
pertambangan, industry, pariwisata, permukiman; dan
3. Pengembangan kawasan strategis lainnya.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 72
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
RTRW Banten
Berdasarkan UU Penataan Ruang No.26 tahun 2007 pasal 36 ayat 1, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan peraturan zonasi yaitu “ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang”. Peraturan zonasi tercantum di dalam Pasal 35 yang menyatakan bahwa
pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Pada hakekatnya Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
lingkungan yang spesifik. Zoning adalah pembagian wilayah ke dalam zona-zona, dan
menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang (ketentuan hukum yang berbedabeda),
sedangkan Zoning Regulation adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona
pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan
pembangunan.
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai panduan mengenai ketentuan teknis pemanfaatan ruang
dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya.
Berdasarkan komponen dan cakupan Peraturan Zonasi, maka fungsi Peraturan Zonasi
adalah :
1. Sebagai perangkat pengendalian pembangunan.
Peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, menyeragamkan arahan
peraturan zonasi di seluruh wilayah provinsi untuk peruntukan ruang yang sama, serta
sebagai arahan peruntukan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan
dilarang, serta intensitas pemanfaatan ruangyang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan
pembangunan sampai ke tata cara pembinaannya.
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.
Peraturan Zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat
operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat
makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3. Sebagai panduan teknis pengembangan pemanfaatan lahan.
Indikasi arahan peraturan zonasi mencakup panduan teknis untuk pengembangan
pemanfaatan lahan, meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan. Indikasi arahan peraturan
zonasi untuk PKN Kota Serang:
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 73
1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala internasional dan
nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai
dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
2. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan
intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya ke arah vertikal.
2. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi untuk PKN Kota
Serang;
1. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
2. Ketentuan pelarangan perubahan fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan;
3. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang memenuhi ketentuan ruang
pengawasan jalan;
4. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti, kecuali untuk pergerakan
orang/barang dan kendaraan;
5. Boleh pengembangan prasarana pelengkap jalan dengan syarat sesuai dengan
kondisi dan kelas jalan;
6. Dilarang aktivitas pemanfaatan budidaya sampai batas ruwasja sesuai dengan
kelas dan hirarki jalan.
7. Boleh pengembangan prasarana terminal untuk terminal penumpang dan terminal
barang baik fungsi utama maupun penunjang pada kawasan-kawasan strategis.
3. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api terdiri dari:
1. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi;
2. Pada pemanfaatan ruang di sekitar pengawasan jalur kereta api terdapat ketentuan
pelarangan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian;
3. Adanya pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampaklingkungan
akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
4. Adanya pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api
dan jalan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 74
5. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur
kereta api.
4. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan terdiri dari:
1. Keselamatan dan keamanan pelayaran;
2. Ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;
3. Ketentuan pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan; dan
4. Pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan alur
pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan.
5. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan energi;
1. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti;
2. Di luar zona inti, di ijinkan pengembangan pertanian dan rth;
3. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang.
4. Penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait;
5. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa minyak dan gas bumi;
dan harus memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kawasan di
sekitarnya;
6. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus memperhatikan jarak aman
dari kegiatan lain;
7. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur
transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
6. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi;
1. Pengaturan zonasi memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun
bumi dan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;
2. Dilarang semua pemanfaatan pada zona inti;
3. Di luar zona inti, di ijinkan pengembangan pertanian dan RTH;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 75
4. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang;
5. Jarak aman saluran primer (zona inti) terhadap jalan dan rel kereta 15 m; terhadap
bangunan 15 m; terhadap pohon 8,5 m; terhadap RTH 10-11 m; terhadap jaringan
telekomunukasi lainnya dan jembatan besi 8,5 m.
7. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air;
1. Pengaturan zonasi memperhatikan perlindungan mata air;
2. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
3. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten/kota harus selaras
dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di kabupaten/kota yang
berbatasan;
4. Dilarang semua pemanfaatan pada zona in ti;
5. Di luar zona inti, diijinkan pengembangan pertanian dan rth;
6. Di luar zona penyangga boleh pengembangan perumahan, perdangangan dan jasa,
serta industri skala kecil dan sedang;
7. Penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait.
8. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung;
1. Boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
2. Boleh untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah
bentang alam;
3. Dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan;
4. Dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengganggu bentang alam, menggangu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta
kelestarian lingkungan hidup;
5. Dilarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya, seperti perambahan hutan, pembukaan
lahan, penebangan pohon, dan perburuan satwa yang dilindungi;
6. Intensitas bangunan sangat rendah;
7. Pemanfaatan ruang untuk budidaya harus disertai pengawasan ketat dari provinsi.
9. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan yang mengurangi kualitas pantai pada area 100 meter
dari garis pasang tertinggi;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 76
2. Dilarang semua kegiatan yang mengancam kerusakan pada pantai yang memiliki
ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria;
3. Dilarang kegiatan yang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan;
4. Dilarang kagiatan yang mengganggu bentang alam, mengganggu kelestarian
fungsi pantai, mengganggu akses terhadap kawasan sempadan pantai;
5. Diijinkan penanaman hutan bakau dan aktivitas konservasi lainnya;
6. Pembangunan prasarana dermaga;
7. Pembangunan prasarana tower penjaga keselamatan pengunjung;
8. Pembangunan struktur alami dan atau buatan untuk mencegah abrasi.
10. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai sejauh
100 meter di luar kawasan permukiman dan 50 meter di kawasan permukiman;
2. Dilarang semua kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan dan
menurunkan kualitas sungai;
3. Dibolehkan aktivitas wisata alam petualangan dengan syarat tidak mengganggu
kualitas air sungai;
4. Pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan teknis keamanan dan keselamatan
pengguna wisata.
11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan yang bersifat perubahan fungsi RTH;
2. Diijinkan semua kegiatan untuk menambah RTH agar mencapai 30% dari luas
wilayah kota;
3. Pengawasan ketat dari pemerintah kota terkait kegiatan budidaya yang
mempengaruhi fungsi RTH atau menyebabkan perubahan fungsi RTH.
12. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai di kawasan
permukiman terdiri dari:
1. Dilarang semua kegiatan budidaya pada areal sepanjang 15 meter;
2. Diijinkan aktivitas reboisasi lahan;
3. Dilarang semua jenis kegiatan yang menyebabkan perubahan fungsi lindung dan
perusakan kualitas air.
13. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau terdiri
dari:
1. Diijinkan untuk kegiatan reboisasi lahan;
2. Diijinkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 77
3. Dilarang pemanfaatan kayu bakau;
4. Dilarang kegiatan yang mengurangi luas bakau atau mencemari ekosistem bakau;
5. Dilarang kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem, mengganggu
kelestarian flora fauna serta keanekaragaman hayati.
14. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan terdiri dari:
1. Diijinkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata;
2. Diijinkan bersyarat pendirian bangunan yang menunjang kegiatan wisata alam;
3. Dilarang kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya;
4. Dilarang kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang mempunyai
manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
5. Dilarang kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta wilayah
dengan bentukan geologi tertentu;
6. Dilarang kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.
15. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam dan
perlindungan geologi terdiri dari:
1. Dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di kawasan
rawan bencana di zona perlindungan mutlak;
16. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian terdiri
dari:
1. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah irigasi teknis,
kecuali untuk jaringan prasarana utama dan kepentingan umum sesuai dengan
perturan peundang-undangan;
2. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan
kualitas tanah untuk pertanian;
3. Diijinkan aktivitas pendukung pertanian;
4. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang terkena saluran
irigasi;
5. Boleh mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak mengganggu fungsi
pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;
6. Penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil pertanian, balai pelatihan teknis
nelayan;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 78
7. Pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk pertanian;
8. Pengembangan saluran irigasi;
9. Pengembangan waduk dan embung;
10. Pengembangan lumbung desa modern;
11. Saluran irigasi tidak boleh disatukan dengan drainase dan tidak boleh diputus.
17. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan
terdiri dari:
1. Boleh mendirikan perumahan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
perkebunan;
2. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan
kualitas tanah untuk perkebunan;
3. Diijinkan aktivitas pendukung perkebunan, misalnya penyelenggaraan aktivitas
pembenihan;
18. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan dan
peternakan terdiri dari:
1. Dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas air sungai
/waduk untuk perikanan darat;
2. Diijinkan aktivitas pendukung aktivitas peternakan dan perikanan;
3. Penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil ikan, balai pelatihan teknis nelayan,
pengembangan sarana dan prasarna pengembangan produk perikanan, pusat
pembenihan ikan.
19. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri terdiri
dari:
1. Diijinkan mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri;
2. Diijinkan mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil di luar zona
penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan berkepadatan sedang;
3. Diijinkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di luar zona
penyangga peruntukan industri;
4. Penyelenggaraan perumahan buruh/karyawan, fasilitas umum/fasilitas khusus
skala lokal sebagai pendukung kegiatan industri;
5. Penyelenggaraan ipal;
6. Pemerintah memberi insentif bagi peningkatan integrasi kawasan industri dengan
kawasan budidaya produktif lainnya tanpa mempengaruhi fungsi utama masing-
masing kawasan.
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 79
20. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata terdiri
dari:
1. Diizinkan pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan skala daya tarik
pariwisatanya;
2. Boleh mengembangkan aktivitas perumahan dan permukiman dengan syarat di
luar zona utama pariwisata dan tidak mengganggu bentang alam daya tarik
pariwisata;
3. Dilarang pengembangan aktivitas industri dan pertambangan skala besar yang
mengganggu fungsi daya tarik wisata;
4. Intensitas bangunan atau besaran kdb dan klb disesuaikan dengan jenis dan
karakteristik daya tarik wisata;
5. Pengembangan sarana sistem informasi pariwisata;
6. Pengembangan toko souvernir, kantin, restoran, rumah makan, mart, dan
komersial sesuai skala daya tarik wisata.
21. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman
perkotaan terdiri dari:
1. Diijinkan pengembangan rumah tunggal, apartemen, cluster perumahan;
2. Intensitas bangunan berkepadatan sedang – tinggi;
3. Zona perumahan harus terlayani oleh minimum satu moda sarana umum angkutan
massal pada kawasan berkepadatan sedang, dan minimum dua moda sarana umum
angkutan massal pada kawasan berkepadatan tinggi;
4. Boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan skalanya;
5. Diijinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya;
6. Dilarang pengembangan budidaya lainnya.
22. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya terdiri dari:
1. Kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan sejarah yakni cagar
budaya dan situs. Secara umum kawasan ini harus dilindungi dan salah satu fungsi
yang ditingkatkan adalah untuk penelitian dan wisata budaya. Untuk itu pada
radius tertentu harus dilindungi dari perubahan fungsi yang tidak mendukung atau
dari kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga mengganggu estetika dan fungsi
cagar budaya dan situs;
Laporan Draf Akhir
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 80
2. Bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan misalnya perumahan harus
dibatasi pengembanganya;
3. Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang misalnya
souvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang tanpa menghilangkan
identitas dan karakter kawasan;
4. Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk peningkatan
kegiatan atau perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat
mengganggu fungsi dasarnya;
5. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh dilakukan untuk
fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan dan jasa yang tidak terkait cagar
budaya dan pariwisata;
23. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lain meliputi:
1. Diijinkan pengembangan untuk kepentingan pertahanan, olah raga, pertambangan,
dan telekomunikasi;
2. Boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan skalanya;
3. Diijinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya.
Laporan Antara
Bab 2 Kajian RTRW Provinsi Banten | Hal | 81
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 82
BAB 3 REVIEW RTRW KOTA SERANG & KABUPATEN LEBAK
Review RTRW Kota Serang
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran, Kab Serang Provinsi Banten. Sebagai
ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi
Banten. Terdiri dari 5 (enam) kecamatan yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen,
Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan
Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah penduduk sekitar
523.384 jiwa dan Batas wilayah. Sebelah Utara yaitu Teluk Bantery Sebelah Timur yaitu
Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang, Sebelah Selatan yaitu Kec.
Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab. Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran,
Kec. Waringin Kurung dan Kec. Kramatwatu Kab. Serang. Dari 6 (enam) kecamatan tersebut
terdiri dari 20 Kelurahan dan 46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007
berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah
sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli2007 kemudian dimasukan dalam
lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748,
tertanegal 10 Agustus 2007.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Serang
Tujuan penataan ruang Kota Serang adalah untuk mewujudkan Kota Serang sebagai kota
pusat pelayanan perdagangan dan jasa, pendidikan, dan pariwisata religi di Provinsi Banten
yang produktif dan berkelanjutan serta meningkatkan potensi investasi dalam mendukung
Kota Serang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Kebijakan Penataan Ruang
Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Serang, beberapa kebijakan yang arahkan
sebagai berikut;
1. pengembangan pusat kegiatan secara merata dan berhierarki;
2. penetapan fungsi pusat pelayanan secara spesifik dan memiliki hierarki tingkat
pelayanan;
3. pengembangan kawasan permukiman pada masing-masing pusat pertumbuhan yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang;
4. pengembangan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten;
5. pengembangan fasilitas pendidikan regional;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 83
6. penyediaan sarana dan prasarana penunjang di pusat-pusat kegiatan dan antar pusat
kegiatan sesuai standar yang berlaku;
7. peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan basis ekonomi Kota Serang melalui sektor
perdagangan, jasa, pendidikan, dan pariwisata;
8. pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang berskala
regional dan nasional;
9. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
10. pelaksanaan konservasi kawasan lindung dan sumber daya air untuk keseimbangan
ekologi kota;
11. pengembangan dan penataan wisata religi Banten Lama;
12. pengembangan konsep ekowisata terhadap potensi-potensi kawasan wisata alam;
13. pengelolaan dan penataan ruang untuk sektor informal;
14. penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana;
15. penyediaan pedestrian di pusat kota;
16. penetapan RTH sebesar 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kota Serang; dan
17. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Strategi Penataan Ruang Penataan Wilayah Kota Serang
1. Strategi untuk mengembangkan pusat kegiatan secara merata dan berhierarki
meliputi:
1. menetapkan Pusat Pelayanan Kota Serang;
2. mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata dengan menetapkan
pembagian wilayah Kota Serang menjadi 4 (empat) sub pusat pelayanan kota;
3. mengembangkan pusat-pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah
kota secara proporsional;
4. menghubungkan antarsub pusat kota dan antara masing-masing sub pusat kota
dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan
merata;
5. mendukung pelayanan pusat kota dan sub pusat kota secara berimbang;
6. mengarahkan sentra-sentra budidaya yang mendukung pelayanan skala pusat kota
dan sub pusat kota;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 84
7. mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat lingkungan yang
berhierarki dan tersebar secara berimbang dan saling terkait menjadi satu kesatuan
sistem kota menuju pusat kota;
8. mendorong pembangunan dan pengembangan pusat-pusat lingkungan yang
selaras dan seimbang;
9. mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau
administrasi masyarakat pada sub wilayah kota secara merata; dan
10. mengembangkan sektor potensial untuk mendorong peningkatan investasi dan
pendapatan masyarakat.
2. Strategi untuk menetapkan fungsi pusat pelayanan secara spesifik dan memiliki
hierarki tingkat pelayanan meliputi:
1. menentukan hierarki pusat kegiatan pelayanan skala regional dan lokal yang
mencakup pusat kegiatan pelayanan sosial, komersial, dan pusat kegiatan wisata;
2. membagi wilayah kota menjadi 5 (lima) bagian wilayah kota, masing-masing
dilayani oleh pusat-pusat pelayanan dan menetapkan peran, fungsi dan struktur
kegiatan utama yang akan dikembangkan;
3. menempatkan fasilitas sosial dan ekonomi pada pusat-pusat kegiatan sesuai
dengan jangkauan pelayanan sehingga dapat terwujud hierarki pusat kegiatan
kota, sub pusat kegiatan kota hingga pusat kegiatan setingkat kelurahan dan desa
secara merata;
4. mendistribusikan pemanfaatan ruang terbangun pada pusat kegiatan secara merata
untuk mencegah kawasan permukiman padat; dan
5. mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan agar tetap terjadi
keseimbangan perkembangan antarwilayah.
3. Strategi untuk mengembangkan kawasan permukiman pada masing-masing pusat
pertumbuhan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang meliputi:
1. menata permukiman kumuh;
2. mengembangkan perumahan bagi masyarakat kurang mampu;
3. merencanakan infrastruktur permukiman secara terpadu; dan
4. mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman yang partisipatif.
4. Strategi untuk mengembangkan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten meliputi:
1. mendukung pembangunan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten;
2. merencanakan tata ruang pada kawasan sekitar pusat pemerintahan;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 85
3. mendukung pengembangan jaringan jalan yang menuju kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten; dan
4. mengantisipasi pertumbuhan kegiatan-kegiatan yang tidak terkendali.
5. Strategi untuk mengembangkan fasilitas pendidikan regional meliputi:
1. merencanakan persebaran sarana pendidikan berdasarkan skala pelayanannya;
2. mendukung pengembangan sarana pendidikan dan kawasan perguruan tinggi; dan
3. mengembangkan sarana dan prasarana yang mendukung fasilitas pendidikan
regional.
6. Strategi untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang di pusat-pusat kegiatan
dan antarpusat kegiatan sesuai standar yang berlaku meliputi:
1. mengembangkan sistem prasarana utama berupa jaringan transportasi jalan raya
dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sub pusat
pelayanan kota, dengan upaya:
1) mengatur rute arus pergerakan/lalu lintas melalui regulasi pemerintah kota,
berupa pengembangan jaringan pelayanan angkutan missal dan jaringan
lintas angkutan barang serta pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk
menghindari penumpukan jumlah pergerakan;
2) merevitalisasi fungsi-fungsi jalan untuk kesesuaian antara kondisi fisik
dengan persyaratan pada masing-masing fungsi jaringan jalan;
3) meningkatkan kapasitas ruas jalan utama kota; dan
4) meningkatkan akses melalui pengembangan jalan-jalan lingkar utara
selatan dan peningkatan kapasitas jaringan jalan dalam rangka
memperlancar arus lalu lintas;
2. mengembangkan sarana transportasi, dengan upaya:
1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum; dan
2) meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang beroperasinya
sarana transportasi;
3) mengembangkan pelayanan angkutan umum massal
3. mengembangkan prasarana transportasi, dengan upaya:
1) meningkatkan dan memperbaiki kualitas sarana dan prasarana terminal
tipe A dan tipe B; dan
2) membangun dan mengembangkan lokasi pelayanan uji kendaraan
bermotor (uji KIR);
4. mengembangkan sarana penunjang jalan, dengan upaya:
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 86
1) menambah sarana penunjang jalan;
2) meremajakan dan memperbaharui kembali sarana-sarana penunjang jalan
yang telah rusak atau mengalami penurunan kualitas fisik; dan
3) mengoptimalisasikan keberadaan sempadan rel kereta api;
4) membangun jalur khusus sepeda pada ruas jalur jalan utama dan kawasan
pusat perdagangan
5. mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan, dengan upaya:
1) mengembangkan dan menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar
mutu dan keandalan yang berlaku ke seluruh wilayah perkotaan;
2) membangun instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan
peningkatan jaringan distribusi, dan pengoptimalan sumber-sumber tenaga
listrik;
3) mendorong peningkatan jaringan listrik ke seluruh wilayah perkotaan;
4) mengembangkan sumber daya energi secara optimal dan efisien dengan
memanfaatkan sumber energi domestik serta energi yang bersih, ramah
lingkungan dan teknologi yang efisien ke seluruh wilayah perkotaan; dan
5) menyelaraskan pengembangan pelayanan listrik yang disesuaikan dengan
pengembangan perumahan dan kebutuhannya;
6. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi, dengan upaya:
1) mendorong peningkatan kualitas sambungan telepon dengan perbaikan
kabel telepon dan perluasan jaringan telepon yang diutamakan pada
kawasan komersial, industri, fasilitas umum, dan permukiman;
2) menempatkan telepon umum dan warung telekomunikasi (wartel) pada
pusat perbelanjaan, perkantoran, pendidikan, kesehatan, pusat lingkungan,
pusat pelayanan umum, terminal, dan sekitar permukiman;
3) menempatkan hot spot yang diarahkan pada ruang-ruang publik utama di
pusat kota, pendidikan, dan perkantoran; dan
4) menetapkan pemanfaatan menara (tower) bersama dalam penyediaan
antena telekomunikasi;
7. mengembangkan sistem jaringan sumber daya air, dengan upaya:
1) memperbaiki/normalisasi saluran irigasi;
2) meningkatkan jaringan irigasi untuk pertanian yang ada di kota;
3) memperbaiki bangunan air yang berada pada badan air di wilayah kota;
dan
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 87
4) mengoptimalisasikan keberadaan sempadan bangunan air;
8. mengembangkan sistem penyediaan air minum kota, dengan upaya:
1) mengembangkan sistem jaringan air bersih yang siap minum; dan
2) melindungi sumber mata air dan membuat sumur atau pompa yang
memanfaatkan air tanah secara terbatas;
9. mengembangkan sistem pengelolaan air limbah, dengan upaya:
1) mengolah limbah domestik dengan on site system diarahkan dengan sumur
resapan kemudian dialirkan ke saluran pematusan dan melalui penggunaan
Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT); dan
2) mengolah limbah industri dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL);
10. mengembangkan sistem persampahan, dengan upaya:
1) memperbaiki sistem pengangkutan persampahan dan penyediaan sarana
prasarana penunjang;
2) menata kembali lahan yang telah menggunakan sistem open dumping
menjadi sistem sanitary landfill; dan
3) meningkatkan pelayanan dan optimalisasi sumber daya yang ada melalui
peningkatan peran masyarakat;
11. mengembangkan sistem drainase, dengan upaya:
1) menurunkan debit limpasan dengan pembuatan bangunan resapan air;
2) memperbaiki dan/atau normalisasi saluran drainase; dan
3) membuat sudetan pada saluran drainase yang memiliki tingkat genangan
tinggi;
7. Strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan basis ekonomi Kota
Serang melalui sektor perdagangan, jasa, pendidikan, dan pariwisata meliputi:
1. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa skala regional;
2. mengembangkan potensi-potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);
3. mendukung pengembangan sarana pendidikan tinggi; dan
4. mengembangkan potensi-potensi pariwisata Kota Serang;
8. Strategi untuk mengembangkan kawasan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang
berskala regional dan nasional meliputi:
1. mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang siap melayani kegiatan
regional dan nasional;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 88
2. mengembangkan kawasan industri dalam rangka menunjang Pelabuhan
Bojonegara dan kawasan industri di Wilayah Kabupaten Serang; dan
3. mendorong kawasan budidaya secara optimal pada pusat Kota Serang.
9. Strategi untuk mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:
1. menyusun rencana detail dan rencana teknis tata ruang kawasan;
2. menyusun kebijakan-kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
3. membatasi perkembangan kegiatan budidaya pada wilayah Kota Serang bagian
selatan dan utara.
10. Strategi untuk melaksanakan konservasi kawasan lindung dan sumber daya air untuk
keseimbangan ekologi kota meliputi:
1. menjaga kelestarian cagar alam Pulau Dua;
2. memantapkan kawasan lindung dengan menjaga dan mengembalikan fungsi
kawasan;
3. membatasi kegiatan di kawasan lindung yang telah digunakan;
4. mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota untuk kegiatan jalur
hijau dan ruang terbuka hijau;
5. mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan sungai
sebagai bagian dari latar depan;
6. memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi vegetasi di
kawasan lindung sesuai dengan fungsi kawasan;
7. mengamankan kawasan lindung dari kegiatan yang cenderung mengganggu
penggunaan kawasan tersebut;
8. mendorong pemanfaatan kawasan lindung yang tidak mengganggu system ekologi
yang telah berjalan;
9. meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah yang berwenang dalam
penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan kelestarian dan keberlanjutan kawasan
lindung;
10. meningkatkan kerja sama antardaerah otonom yang berbatasan, khususnya terkait
Daerah Aliran Sungai (DAS); dan
11. mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap
kelestarian kawasan lindung.
11. Strategi untuk mengembangkan dan menata wisata religi Banten Lama meliputi:
1. merehabilitasi dan menata kawasan wisata Banten Lama;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 89
2. mempertahankan dan melestarikan delineasi kawasan cagar budaya Banten Lama;
3. mengamankan situs-situs cagar budaya Banten Lama; dan
4. mengembangkan atraksi dan sarana serta prasarana pariwisata.
12. Strategi untuk mengembangkan konsep ekowisata terhadap potensi-potensi kawasan
wisata alam meliputi:
1. mengembangkan kawasan penyangga disekitar Pulau Dua yang dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata;
2. mengembangkan kawasan ekowisata di Kecamatan Taktakan dan Kecamatan
Curug; dan
3. mengembangkan rute-rute wisata di Kota Serang.
13. Strategi untuk mengelola dan menata ruang untuk sektor informal meliputi:
1. mengembangkan dan menata kawasan Royal dan Pasar Lama;
2. mengembangkan dan menata sektor informal di lingkungan Pasar Induk Rau dan
pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Serang;
3. mengatur persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan
jenisnya;
4. mengembangkan kemitraan antara sektor formal dengan sektor informal;
5. menetapkan regulasi bagi keberadaan sektor informal; dan
6. menata dan mengelola sektor informal di kawasan cagar budaya Banten Lama.
14. Strategi untuk menyediakan ruang dan jalur evakuasi bencana meliputi:
1. mengidentifikasi kawasan-kawasan rawan bencana di Kota Serang;
2. merencanakan jalur-jalur evakuasi bencana; dan
3. menyediakan sarana dan prasarana mitigasi bencana.
15. Strategi untuk menyediakan pedestrian di pusat kota meliputi:
1. mengembangkan jalur pedestrian sepanjang jalur utama kota; dan
2. mengembangkan kawasan pendidikan, pariwisata, perdagangan, dan jasa yang
dilengkapi dengan pedestrian yang nyaman.
16. Strategi untuk menetapkan RTH sebesar 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah
Kota Serang meliputi:
1. mempertahankan kondisi luasan RTH yang ada sebesar kurang-lebih 39 (tiga
puluh sembilan) km2 atau 14% (empat belas persen) dari luas wilayah Kota
Serang;
2. melakukan pengadaan lahan untuk dijadikan RTH kota;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 90
3. mewajibkan pengembang perumahan untuk menyerahkan fasilitas RTH nya
menjadi RTH publik kota;
4. menata dan menyediakan RTH sesuai fungsinya;
5. membangun RTH pada ruas jalan utama kota;
6. membangun RTH pada lokasi fasilitas umum kota;
7. membangun RTH pada sempadan sungai, sempadan jaringan rel Kereta Api,
sempadan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
8. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);
9. menghijaukan halaman rumah, perkantoran, dan perdagangan; dan
17. Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
meliputi:
1. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
3. mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis nasional dengan fungi khusus pertahanan keamanan
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan
budidaya terbangun; dan
4. turut serta memelihara dan menjaga asset-aset pertahanan.
Berdasarkan tujuan, kebijakan dan strategi yang telah dijelaskan diatas maka beberapa
kebijakan dan strategi penataan ruang KSP Banten Lama yang terkait kuat maupun lemah
sebagai berikut:
Tabel 2. 8. Keterkaitan KSP Banten Lama dan Tujakstra Kota Serang
No Tujakstra Keterkaitan
Kuat Lemah
Kebijakan 1
Strategi 1.1
Strategi 1.2
Strategi 1.3
Strategi 1.4
Strategi 1.5
Strategi 1.6
Strategi 1.7
Strategi 1.8
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 91
No Tujakstra Keterkaitan
Kuat Lemah
Strategi 1.9
Strategi 1.10
Kebijakan 2
Strategi 2.1
Strategi 2.2
Strategi 2.3
Strategi 2.4
Strategi 2.5
Kebijakan 3
Strategi 3.1
Strategi 3.2
Strategi 3.3
Strategi 3.4
Kebijakan 4
Strategi 4.1
Strategi 4.2
Strategi 4.3
Strategi 4.4
Kebijakan 5
Strategi 5.1
Strategi 5.2
Strategi 51.3
Kebijakan 6
Strategi 6.1.1
Strategi 6.1.2
Strategi 6.1.3
Strategi 6.1.4
Strategi 6.2.1
Strategi 6.2.2
Strategi 6.2.3
Strategi 6.3.1
Strategi 6.3.2
Strategi 6.4.1
Strategi 6.4.2
Strategi 6.4.3
Strategi 6.4.4
Strategi 6.5.1
Strategi 6.5.2
Strategi 6.5.3
Strategi 6.5.4
Strategi 6.5.4
Strategi 6.6.1
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 92
No Tujakstra Keterkaitan
Kuat Lemah
Strategi 6.6.2
Strategi 6.6.3
Strategi 6.6.4
Strategi 6.7.1
Strategi 6.7.2
Strategi 6.7.3
Strategi 6.7.4
Strategi 6.8.1
Strategi 6.8.2
Strategi 6.9.1
Strategi 6.9.2
Strategi 6.10.1
Strategi 6.10.2
Strategi 6.10.3
Strategi 6.11.1
Strategi 6.11.2
Strategi 6.11.3
Kebijakan 7
Strategi 7.1
Strategi 7.2
Strategi 7.3
Strategi 7.4
Kebijakan 8
Strategi 8.1
Strategi 8.2
Strategi 8.3
Kebijakan 9
Strategi 9.1
Strategi 9.2
Strategi 9.3
Kebijakan 10
Strategi 10.1
Strategi 10.2
Strategi 10.3
Strategi 10.4
Strategi 10.5
Strategi 10.6
Strategi 10.7
Strategi 10.8
Strategi 10.9
Strategi 10.10
Strategi 10.11
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 93
No Tujakstra Keterkaitan
Kuat Lemah
Kebijakan 11
Strategi 11.1
Strategi 11.2
Strategi 11.3
Strategi 11.4
Kebijakan 12
Strategi 12.1
Strategi 12.2
Strategi 12.3
Kebijakan 13
Strategi 13.1
Strategi 13.2
Strategi 13.3
Strategi 13.4
Strategi 13.5
Strategi 13.6
Kebijakan 14
Strategi 14.1
Strategi 14.2
Strategi 14.3
Kebijakan 15
Strategi 14.1
Strategi 14.2
Kebijakan 16
Strategi 16.1
Strategi 16.2
Strategi 16.3
Strategi 16.4
Strategi 16.5
Strategi 16.6
Strategi 16.7
Strategi 16.8
Strategi 16.9
Kebijakan 17
Strategi 17.1
Strategi 17.2
Strategi 17.3
Strategi 17.4
Sumber: Analisis Ahli, 2014
KSP Banten Lama di dalam RTRW Kota Serang
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 94
Berdasarkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Serang, rencana struktur ruang
wilayah Kota Serang meliputi;
1. Pusat pelayanan kota;
2. Sub pusat pelayanan kota; dan
3. Pusat pelayanan lingkungan.
Pusat Pelayanan Kota meliputi kawasan pusat Kota Serang, yaitu Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya dengan pusat di Kelurahan Serang dengan fungsi primer
pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, dan fungsi sekunder perumahan, pertanian
lahan kering serta pariwisata buatan.
Sub Pusat Pelayanan Kota , meliputi:
1. Sub Pusat di Desa Kasemen, yang melayani Kecamatan Kasemen, diarahkan
mempunyai fungsi primer sebagai pariwisata religi dan pariwisata lainnya,
pertanian berkelanjutan, perikanan, pergudangan dan industri, serta fungsi
sekunder perumahan;
2. Sub Pusat di Desa Taktakan, yang melayani Kecamatan Taktakan, diarahkan
mempunyai fungsi primer sebagai resapan air, agropolitan, agribisnis pertanian
dan fungsi sekunder perumahan, pedagangan dan jasa, serta pergudangan dan
militer;
3. Sub Pusat di Desa Walantaka, yang melayani Kecamatan Walantaka, diarahkan
mempunyai fungsi primer perumahan skala besar, perdagangan dan jasa, industri,
dan fungsi sekunder pertanian lahan kering; dan
4. Sub Pusat di Desa Sukajaya, yang melayani Kecamatan Curug, diarahkan
mempunyai fungsi primer sebagai pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan
jasa, perumahan skala besar, dan fungsi sekunder agribisnis, serta pariwisata
buatan.
Pusat Pelayanan Lingkungan meliputi:
1. Wilayah Serang, mencakup Kelurahan Serang, Kelurahan Cipare, Kelurahan Kota
Baru, Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan, dan Kelurahan Lopang;
2. Wilayah Cipocok Jaya, mencakup Desa Dalung, Desa Tembong, Desa Karundang,
Kelurahan Cipocok, dan Kelurahan Penancangan;
3. Wilayah Kasemen, mencakup Desa Kasunyatan, Desa Margaluyu, Desa
Kasemen, Desa Banten, dan Desa Warung Jaud;
4. Wilayah Curug, mencakup Desa Cilaku, Desa Sukajaya, Desa Kemanisan, dan Desa
Curug,
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 95
5. Wilayah Walantaka, mencakup Desa Walantaka, Desa Kepuren, Desa Kalodran, Desa
Kiara, dan Desa Nyapah,
6. Wilayah Taktakan, mencakup Desa Taman Baru, Desa Drangong, Desa Panggungjati,
Desa Kuranji, dan Desa Sepang.
Berdasarkan paparan, tersebut maka dipastikan didalam struktur rencana kota Serang untuk
Kecamatan Kasemen ditetapkan sebagai sub pusat pelayanan kota dan pusat pelayanan
lingkungan.
KSP Banten Lama di dalam Sistem Jaringan RTRW Kota Serang
System jaringan prasarana kota Serang, meliputi beberapa jaringan diantaranya:
1. Sistem prasarana transportasi;
2. Sistem prasarana telekomunikasi;
3. Sistem prasarana sumber daya energi;
4. Sistem prasarana sumber daya air;
5. Sistem prasarana drainase dan pedestrian;
6. Sistem sarana dan prasarana persampahan;
7. Sistem sarana dan prasarana mitigasi bencana; dan
8. Sistem sarana dan prasarana air minum.
Sistem Prasarana Transportasi
Sistem prasarana transportasi terkait Banten Lama, meliputi ruas:
1. Jaringan Jalan Arteri Sekunder, meliputi Jalan Raya Pandeglang, Jalan Serang-
Bantenlama, dan Jalan Banten – Swahluhur;
2. Jalan local, meliputi Jalan Kasemen-Priyayi, Jalan Kasemen-Warungjaud, Jalan
Kasemen-Margasana, Jalan Kasemen-Tasikardi,
3. Jaringan Jalan Lingkungan, meliputi jalan-jalan yang berada di lingkungan
perumahan dan permukiman;
Selain itu juga mendukung program pengembangan jaringan jalan, sebagai upaya:
1. mendukung pengembangan Jalan Provinsi Banten yang ada di Kota Serang,
meliputi Jl. Yusuf Martadilaga, Jl. KH. Abdul Fatah Hasan – Jl. Abdul Hadi, Jl.
Tb. Suwandi – Jl. Letnan Jidun, Jl. Sempu – Dukuh Kawung, Jl. Veteran –
Sam’un, Jl. Tb. A. Khotib, Banten Lama – Pontang, Jl. Trip Jamaksari – Jl. Ayip
Usman, Jl. Kemang – Kaligandu, Pakupatan - Palima (Pakupatan - Jln Syech
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 96
Nawawi Al-Bantani), Simpang Taktakan – Gunung Sari, Lopang - Banten
Lama;
juga prasarana transportasi lainnya yang berada di Kecamatan Kasemen, yakni;
2. mengembangkan Terminal Tipe B di Sub Pusat Pelayanan Timur, Selatan dan
Utara;
2. mendukung status dan peran sarana dan prasarana perkeretaapian; dan
3. sarana pelabuhan laut meliputi pengembangan pelabuhan pengumpul di
Karangantu Kecamatan Kasemen.
Sistem Prasarana Telekomunikasi
System prasarana telekomunikasi meliputi pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler,
dan satelit. Dimana arahan pengembangannya dialokasikan pada suatu titik-titik tertentu
secara terpadu sesuai dengan perencanaan (Cell Planning) yang ditetapkan melalui peraturan
walikota.
Sistem Prasarana Sumber Daya Energi
System prasarana sumber daya energy meliputi pengembangan sarana dan prasarana
kelistrikan dan pengembangan sarana dan prasarana migas. Pengembangan prasarana dan
sarana kelistrikan meliputi:
1. pengembangan Gardu Listrik di Kelurahan Trondol;
2. pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
3. 500 KV dan Saluran Udara dan atau Kabel Tegangan Tinggi 150 KV;
4. pengembangan sistem distribusi 20KV pada daerah yang belum mendapatkan
aliran listrik; dan
5. daerah yang belum mendapatkan aliran listrik akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Walikota.
Pengembangan sarana dan prasarana migas meliputi :
1. pengembangan sarana dan prasarana migas di jalur Cilegon-Serang-Tangerang; dan
2. pengembangan Energi Alternatif bagi masyarakat Kota Serang melalui
pendistribusian gas melalui perpipaan.
Sistem Prasarana Sumber Daya Air
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 97
System prasarana sumber daya air, yang masuk dalam KSP Banten Lama yakni prasarana
pengairan baik untuk sawah irigasi teknis maupun non teknis. Arahan pengelolaan sumber
daya air meliputi:
1. pembangunan prasarana sumber daya air;
2. semua sumber air baku dari Situ Ciwaka, Situ Cikulur, serta Sungai Cibanten dan
sungai - sungai yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan
untuk berbagai kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. zona peruntukan daerah aliran sungai dilakukan dengan membagi tipologi daerah
aliran sungai berdasarkan tipologinya;
4. penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah
sungai tersebut pada zona kawasan lindung; dan
5. prasarana sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lintas wilayah
administratif dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi.
Sistem Prasarana Drainase dan Pedesterian
System prasarana drainase dan pedeterian meliputi pengembangan dan rehabilitasi jaringan
drainase Kota Serang serta penyediaan sarana dan prasarana pejalan kaki yang memadai di
sepanjang jalan perkotaan di Kota Serang.
Sistem Sarana dan Prasarana Persampahan
System prasarana persampahan meliputi pengembangan sistem manajemen pengelolaan
persampahan dan pengembangan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) dan Tempat
Pemrosesan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong. Prasarana yang digunakan lintas wilayah
secara administratif, Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPSA) terpadu yang dikelola
bersama untuk kepentingan antarwilayah di Bojong Menteng, Kabupaten Serang.
Sistem Sarana dan Prasarana Mitigasi Bencana
System sarana dan prasarana mitigasi bencana meliputi penyediaan rambu arahan jalur
evakuasi dan pengembangan prasarana jalan yang menjadi jalur evakuasi yaitu sepanjang
Jalan Nasional yang melalui Kota Serang, Jalan Raya Taktakan – Gunungsari sebagai jalur
evakuasi sebelah Barat, dan Jalan Raya Ciruas – Petir sebagai jalur evakuasi sebelah Timur.
Arahan pengembangan sarana dan prasarana mitigasi bencana meliputi:
1. Ruang Mitigasi Bencana Banjir dan Tsunami diarahkan untuk menuju jalur evakuasi
yang menuju daerah yang lebih tinggi yaitu Kecamatan Walantaka (Bagian Timur)
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 98
dan Kecamatan Taktakan (Bagian Barat) melalui Jalan-Jalan yang tersedia dan
diarahkan melalui jalan protokol; dan
2. Ruang Mitigasi Bencana Gempa antara lain Stadion Maulana Yusuf, Alunalun Barat
dan Timur, dan lahan-lahan kosong yang terdekat dengan permukiman masyarakat.
Sistem Sarana dan Prasarana Air Minum
System sarana dan prasarana air minum meliputi pengembangan sumber daya air permukaan
dan sumber air tanah yang dikembangkan dengan penyediaan air minum melalui system
perpipaan. Rencana pengembangan prasarana sumber air minum dikembangkan di lokasi Situ
Ciwaka Kecamatan Walantaka, Situ Cikulur Kecamatan Serang, Kecamatan Taktakan,
Cilandak Sayar dan Gelam, pengembangan air bersih dari saluran irigasi Pamarayan Barat.
Pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air minum dengan melakukan penurapan
mata air dan membangun sumur bor, serta pencegahan pencemaran pada Cekungan Air
Tanah (CAT).
KSP Banten Lama di dalam Pola Ruang RTRW Kota Serang
Beberapa fungsi pola ruang yang masuk dalam Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Kawasan Suaka Alam
2. Kawasan Pelestarian Alam
3. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
4. Kawasan Perlindungan Setempat
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
6. Ruang Terbuka Hijau
7. Kawasan Hutan Rakyat
8. Kawasan Pertanian
9. Kawasan Perikanan
10. Kawasan Pariwisata
11. Kawasan Permukiman
12. Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa, dan
13. Kawasan Budidaya lainnya
Kawasan Suaka Alam dan Pelesetarian Alam
Kawasan suaka yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi Pulau Dua (30 ha). Pulau Dua
atau yang dikenal dengan Pulau Burung, Secara administratif Pulau Dua termasuk Desa
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 99
Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan letak
geografisnya 106°-21’ BT dan 6°01 LS. Curah hujan rata-rata 1500-2000 mm per tahun yang
terbasah. Januari dan Agustus merupakan bulan terkering dengan temperatur rata-rata 26°C.
Ketinggian pulau antara 0-10 m dpl. Tanah bagian barat pulau agak kering sedangkan timur
umumnya rendah dan berawa. Tanah dengan kandungan pasir yang tinggi tidak mampu
menahan air hujan sehingga tanah di pulau ini umumnya kering. Sumber air tawar tidak ada.
Air rawa berasal dari laut yang menggenang ketika pasang. Pulau ini merupakan cagar alam
yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Pulau Dua memiliki lebih dari 85 jenis tumbuhan yang tumbuh, tetapi yang umum dan yang
mendominasi jenis api-api (Avicennia marina), bakau (Rhizopora apiculata), dan Diospyros
maritime di timur dan sedikit bakau. Bahkan pada garis pantai timur menghadap utara
dijumpai formasi tumbuhan api-api yang muda, kemungkinan pengaruh perluasan pulau.
Pada pantai timur di tempat terbuka kumpulan beluntas (Pluchea indica less) dan beberapa
semak kecil lainnya. Lebih ke arah laut, rumput tembaga/gelang laut (Sesuvium
portulacastrum L), dan rerumputan berdaun tajam yang sempat melukai beberapa teman,
serta rumput angin (Spinifex littoreus Merr).
Makin ke dalam pulau pada rawa-rawa didominasi api-api diselingi bakau (Rhizophora
apiculata) dan Sonnerata sp., Ki duduk, ki getah dan waru laut (Hibiscus tiliaceus L.).
Sementara di sebelah utara, tanahnya berpasir dan kering serta lebih tinggi. Tumbuhan yang
dapat dijumpai Ki ribut, Ki hoy, tulang ayam, kekapasan serta sawo kecik (Manilkara kauki
Dub). Tebing pantai dihiasi dengan dadap (Erythrina veriegata L), waru laut, dan kepuh
(Sterculia foetida).
Jumlah burung di pulau ini lebih dari 14 ribu ekor dari 108 jenis dengan jumlah yang migran
sekitar 29 jenis. Para migran yang diduga dari Australia, Jepang, atau Hong Kong itu hanya
sekadar cari makan, dalam penerbangannya yang cukup jauh itu untuk menghindari musim
dingin
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah Cagar Budaya adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
1. perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Sesuai dengan RTRW Provinsi Banten RTRW Kota Serang ditetapkan Situs Kota
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 100
Lama Banten merupakan kesatuan kawasan strategis provinsi yang didalam pekerjaan
ini menjadi kawasan Inti.
Sesuai definisinya bahwa Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang
memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Untuk itu kawasan kota lama banten meliputi :
1. Istana Keraton Kaibon
2. Istana Keraton Surosowan
3. Masjid Agung Banten
4. Vihara Avalokitesvara
5. Benteng Spellwijk
6. Museum Kepurbakalaan Banten Lama
7. Danau Tasikardi
Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan
Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon
besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang
sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan
melawan Kerajaan Banten.
Istana Keraton Surosowan, berada tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah
Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana
Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun 1672-1687, Istana ini
dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan,
Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini
berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter.
Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian
para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini
dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama,
Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama
kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia
adalah putra pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini
adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 101
karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun
kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya,
yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu
Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan
Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan
Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan
Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.
Vihara Avalokitesvara. Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia.
Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang
berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti.
Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat
tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan
bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis
dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.
Benteng Spellwijk. Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun
sekitar tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk
digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda dan
sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di
tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton
Surosowan.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000
m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa
Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton
Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala.
Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah
rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut
dibagi menjadi 5 kelompok besar.
1. Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca,
Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 102
2. Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun
Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
3. Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan
berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti
Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.
4. Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik
yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,
Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang
biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan
sebagai alat-alat rumah tangga.
5. Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau
Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi
lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.
Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua
Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak
Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki
Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5
meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki
kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum
Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat
keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal
sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya
ingin menguasai produksi lada.
Danau Tasikardi. Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, Danau tersebut
luasnya 5 Hektar dan bagian dasarnya dilapisi oleh Batu Bata, Pada masa itu danau ini
dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air
di Sungai Cibanten yang digunakan sebagai Pengairan Persawahan, danau ini juga
dimanfaatkan sebagai pasokan Air bagi keluarga Keraton dan Masyarakat sekitarnya. Air
dialirkan dari Pipa-Pipa yang terbuat dari Tanah Liat berdiameter 2-40 cm. Sebelum
digunakan air danau harus disaring dan diendapkan ditempat penyaringan khusus yang
dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau
Penyeringan Putih, dan Pengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 103
Gambar 2. 1. Kawasan Situs Banten Lama
Sumber: Michrob, 1993;62 dan olahan tim ahli
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 104
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasn lingdung yang befungsi melindungi
kawasan sepandan pantai,sepandan sungai,sekitar danau/waduk ,dan sekitar mata air.
beberapa kawasan perlindungan setempat yang berada di Kecamatan Kasemen sebagai
berikut:
1. Kawasan sekitar sempadan sungai di Cibanten;
2. Kawasan sekitar sempadan pantai di Karangantu dan Sawah Luhur;
3. Kawasan sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman yang mencakup
Cibanten, Kali Pembuangan Banten, Ciwatu, Ciwaka, Cilaku, Cikadueun, Cigeplak,
Kali Kubang, Kali Ciwatek, Kali Ciracas, Cikentang, Cirengas; dan
4. Kawasan pantai berhutan bakau/mangrove di Pulau Dua.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam, adalah kawasan yang potensial dilanda bencana alam baik itu
banjir (berulang) maupun rawan tsunami yang tidak memiliki frekuensi tetap. Beberapa
kawasan yang rawan bencana alam di Kecamatan Kasemen adalah:
1. Kawasan rawan tsunami di sepanjang pantai utara (pantura).
2. Kawasan rawan banjir di DAS Cibanten, Kali Pembuangan banten Ciwaku, Ciwaka,
Cilaku, Cikadeun, Cigeplak, Kali Kubang, Kali Ciwatek, Kali Ciracas, Cikentang, dan
Cirengas Wilayah
Ruang Terbuka Hijau.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW
Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan
untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:
1. Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;
2. Kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;
3. Area pengembangan keanekaragaman hayati;
4. Area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;
5. Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;
6. Tempat pemakaman umum;
7. Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 105
8. Pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;
9. Penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria
pemanfaatannya;
10. Area mitigasi/evakuasi bencana; dan
11. Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan
tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
Kawasan ruang terbuka hijau yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi : CA di Pulau
Dua (30 ha), TPU, Jalur SUTT/SUTET, Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, jalur
pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; serta kawasan hijau
perbatasan antar kabupaten
Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian adalah kawasan pemanfaatan sumber daya hayati untuk menghasilkan
bahan pangan, bahan baku industri dan atau sumber energy. Kawasan pertanian yang berada
di Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Sawah dengan sistem irigasi maupun irigasi setengah teknis yang terdapat di Wilayah
Kecamatan Kasemen dan Kecamatan Walantaka;
2. Sawah tadah hujan di seluruh kecamatan;
3. Pertanian lahan kering tersebar di seluruh kecamtan;
Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan adalah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perikanan,
baik berupa pertambakan (kolam) atau perikanan darat lainnya dan perikanan laut. Kawasan
perikanan yang memiliki fungsi tersebut yang ditetapkan di Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Rencana pengembangan kawasan pusat perikanan di Karangantu dan pengembangan
tempat penyimpanan ikan, pengembangan minapolitan serta wisata perikanan di
Karangantu;
2. Kawasan pengembangan utama komoditi perikanan di pantai utara di Karangantu;
3. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Karangantu; dan
4. Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Karangantu.
5. Kawasan budidaya perikanan air payau di Desa Banten dan Desa Sawah Luhur.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 106
Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata adalah Kawasan peruntukkan pariwisata adalah kawasan yang
diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. Beberapa kawasan pariwisata yang
ditetapkan di dalam Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Kawasan pengembangan pariwisata religi dan pariwisata lainnya di koridor utara,
Kecamatan Kasemen; dan
2. Kawasan pengembangan pariwisata buatan koridor tengah, di Serang, Cipocokjaya
dan Curug.
3. kawasan pengembangan pariwisata koridor utara meliputi potensi wisata alam,
minat khusus dan budaya antara lain : pantai berbagai peninggalan sejarah seperti
makam dan wisata khusus seperti ziarah, gedung-gedung tua, dan situs sejarah; dan
4. kawasan pengembangan pariwisata koridor tengah meliputi potensi wisata alam
buatan, minat khusus dan budaya antara lain : pusat pertokoan dan perdagangan
berbagai sarana wisata buatan, dan kerajinan cinderamata.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan. Di Kecamatan Kasemen, kawasan permukiman ditetapkan sebagai berikut:
1. Kepadatan rendah meliputi sub pusat pelayanan kota dan lingkungan
2. Kepadatan sedang, meliputi permukiman sub pusat pelayanan kota dan lingkungan;
Kawasan Industri dan Perdagangan Jasa
Kawasan industry adalah kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat
pemusatan industri dan/atau unit kegiatan industri. Berdasarkan kriterianya kawasan industry
dipersyaratkan : Tersedia sumber air baku cukup; Adanya sistem pembuangan limbah yang
baik; Tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat: Tidak terletak di kawasan
pertanian pangan lahan basah yang beririgasi dan yang berpotensi bagi pengembangan
irigasi; Tidak terletak di kawasan berfungsi lindung dan kawasan hutan produksi. Sedangkan
kawasan perdagangan jasa adalah kawasan yang berfungsi memfasiltiasi kegiatan transaksi
perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan dan masyarakat yang menjual
jasa.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 107
Beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan industry dan jasa perdagangan di
Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Perdagangan skala wilayah yakni pasar induk dan grosir meliputi tiap pusat
pelayanan;
2. Perdangangan skala kota yakni pertokoan dan pasar di setiap wilayah;
3. Perdagangan sektor informal di kawasan royal dan pasar lama;
4. Kawasan industri ringan di kec Walantaka, industri non kimia sebagai penunjang
pelabuhan Bojonegara dan Kawasan Pelabuhan Karangantu di Kecamatan
Kasemen
5. Perdaganan skala wilayah di tiap pusat wilayah.
Kawasan Budidaya lainnya yang tersebar di Kota Serang.
Beberapa kawasan budidaya yang terdapat di Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Kawasan pendidikan;
2. Kawasan kesehatan;
3. Kawasan pertambangan mineral non logam dan batuan;
4. Sarana transportasi;
5. Sarana perkentoran; dan
6. Sarana penunjang perkotaan lainnya.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 108
Peta 2. 4. Rencana Struktur Ruang Kota Serang
Sumber: RTRW Kota Serang
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 109
Peta 2. 5. Rencana Pola Ruang Kota Serang
Sumber: RTRW Kota Serang
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 110
Gambar 2. 2. Rencana Struktur Ruang KSP Banten Lama
Sumber: RTRW Kota Serang dan Analisis Tim, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 111
Gambar 2. 3. Rencana Pola Ruang KSP Banten Lama
Sumber: RTRW Kota Serang dan Analisis Tim, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 112
KSP Banten Lama di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW Kota Serang
Didalam sub bab ini, diuraikan keterkaitan pengendalian pemanfaatan ruang KSP Banten
Lama yakni Kecamatan Kasemen sesuai arahan penetapan oleh RTRW Kota Serang.
Peraturan Zonasi Kawasan Suaka Alam Dan Pelestarian Alam
1. Dalam kawasan suaka alam tidak diperkenankan dilakukan pengembangankegiatan
selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan;
2. Kawasan suaka alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai
berikut:
a. KLB paling banyak 0;
b. KDB paling banyak 0 %; dan
c. KDH paling sedikit 90%;
3. Kawasan pelestarian alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan
sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0,6;
b. KDB paling banyak 30 %;
c. KDH paling sedikit 70 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai;
4. Dalam kawasan cagar alam dan pelestarian alam tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya.
Peraturan Zonasi Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan
1. dalam kawasan ilmu pengetahuan non bangunan tidak diperkenankan dilakukan
pengembangan kegiatan selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan;
2. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan
halamannya diarahkan sebagai berikut :
a. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedungdan
halamannya tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau
menurunkan fungsi kawasan cagar budaya;
b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan
halamannya tidak dapat dialih fungsikan kecuali terjadi perubahan fungsi dan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
c. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan
halamannya masih diperkenankan dilakukan kegiatan pariwisata religius dan
ziarah sesuai ketentuan yang berlaku;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 113
d. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan
halamannya masih diperkenankan dilakukan budidaya lain yang menunjang
kegiatan pariwisata; dan
e. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan
halamannya masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai
ketentuan yang berlaku;
3. cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan objek bangunan harus mengikuti
ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0.9;
b. KDB paling banyak 30 %;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 3 (tiga) lantai;
4. cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan objek non bangunan harus mengikuti
ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0;
b. KDB paling banyak 0 %; dan
c. KDH paling sedikit 90%.
Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat
1. dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;
2. dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah
dan utilitas lainnya dengan ketentuan :
a. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya
b. di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
c. dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. dalam kawasan sempadan waduk/danau tidak diperkenankan dilakukan kegiatan
budidaya yang dapat merusak fungsi danau/waduk;
4. dalam kawasan sempadan waduk/danau diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang
pariwisata alam seseuai ketentuan peraturan perundangundangan;
5. dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
yang dapat merusak mata air;
6. dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan dilakukan kegiatan
penunjang pariwisata alam sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 114
7. kawasan perlindungan setempat harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan
sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0;
b. KDB paling banyak 0 %; dan
c. KDH paling sedikit 90 %.
Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana
1. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalamkawasan rawan
bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code)
sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta dilengkapi jalur evakuasi;
2. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada kawasan rawan
bencana;
3. dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan prasarana
penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan sistem peringatan
dini;
4. dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya
lain seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan, serta bangunan yang berfungsi
untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.
5. kawasan rawan bencana harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan
sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0,3;
b. KDB paling banyak 30 %;
c. KDH paling sedikit 50 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai.
Peraturan Zonasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau
1. Kawasan ruang terbuka hijau tidak diperkenankan dialihfungsikan;
2. Dalam kawasan ruang terbuka hijau masih diperkenankan dibangun fasilitas
pelayanan sosial secara terbatas dan memenuhi ketentuan yang berlaku;
3. Kawasan taman kota, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman
lingkungan perkantoran, hutan kota, Taman Pemakaman Umum (TPU), lapangan
olahraga, jalur di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi, serta sempadan pantai dan
sungai harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0,1;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 115
b. KDB paling banyak 10 %;
c. KDH paling sedikit 80 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai;
4. Kawasan Cagar Alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai
berikut:
a. KLB paling banyak 0;
b. KDB paling banyak 0 %;
c. KDH paling sedikit 90%;
5. Kawasan Lahan Pertanian Perkotaan harus mengikuti ketentuan umum intensitas
bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0,1;
b. KDB paling banyak 10 %;
c. KDH paling sedikit 70 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai;
6. Kawasan jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0;
b. KDB paling banyak 0 %; dan
c. KDH paling sedikit 60%.
Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian
1. Kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan tidak diperkenankan menggunakan
lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian lingkungan, misalnya
penggunaan pupuk yang menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, dan
pengolahan tanah yang tidak memperhatikan aspek konservasi;
2. Dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan berkelanjutan tidak diperkenankan
pemborosan penggunaan sumber air;
3. Peruntukan budidaya pertanian pangan berkelanjutan dan lahan kering diperkenankan
untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
kecuali lahan pertanian tanaman pangan yang telah ditetapkan dengan undang-
undang;
4. Pada kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah
dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 116
5. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian dan pendidikan;
6. Kegiatan pertanian tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung;
7. Lahan pertanian berkelanjutan dapat dialihfingsikan hanya untuk kepentingan umum
sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor 41 tahun 2009;
8. Kawasan pertanian harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai
berikut:
a. KLB paling banyak 0,4;
b. KDB paling banyak 20 %;
c. KDH paling sedikit 40%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai;
9. Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan penanaman
jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama
kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air;
10. Bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah jenis tanaman
perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;
11. Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan adanya
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana
wilayah;
12. Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan sepanjang
sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
13. Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan kajian
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
14. Kegiatan perkebunan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung; dan
15. Kawasan perkebunan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai
berikut:
a. KLB paling banyak 0,6;
b. KDB paling banyak 30 %;
c. KDH paling sedikit 60 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai.
Peraturan Zonasi Kawasan Perikanan
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 117
1. Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat
mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan prasarana sesuai
ketentuan yang berlaku;
2. Kawasan perikanan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3. Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian dan pendidikan;
4. Kegiatan perikanan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung;
5. Kawasan perikanan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai
berikut:
a. KLB paling banyak 2,4;
b. KDB paling banyak 60 %;
c. KDH paling sedikit 30%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 4 (empat) lantai.
Peraturan Zonasi Kawasan Pariwisata
1. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;
2. Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak
terkait dengan kegiatan pariwisata;
3. Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
4. Pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;
5. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali
bangunan pendukung kegiatan wisata alam;
6. Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan kajian lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
7. Kawasan pariwisata alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan
sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 0,9;
b. KDB paling banyak 30 %;
c. KDH paling sedikit 60 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 3 (tiga) lantai;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 118
8. Kawasan pariwisata buatan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan
sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 1,6;
b. KDB paling banyak 40 %;
c. KDH paling sedikit 40 %; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 4 (empat) lantai.
Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman
1. Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung
fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku;
3. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
4. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk ruang terbuka
hijau (RTH) perkotaan;
5. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan industry skala
rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan
lingkungan;
6. Kawasan perumahan yang dibangun oleh pengembang diwajibkan untuk dibangunnya
tandon penampungan air;
7. Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi;
8. Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan yang
mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan social masyarakat;
9. Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-unangan di bidang perumahan dan permukiman;
10. Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi harus mengikuti ketentuan umum intensitas
bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 10,5;
b. KDB paling banyak 70%;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 15 (lima belas) lantai;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 119
11. Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang harus mengikuti ketentuan umum intensitas
bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 6,5;
b. KDB paling banyak 65%;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 10 (sepuluh) lantai;
12. Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah harus mengikuti ketentuan umum intensitas
bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 3;
b. KDB paling banyak 60%;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.
Peraturan Zonasi Kawasan Perdagangan Dan Jasa
1. Peruntukan kawasan perdagangan dan jasa diperkenankan untuk dialihfungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Dalam kawasan perdagangan dan jasa masih diperkenankan dibangun prasarana
wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Kawasan perdagangan dan jasa harus dilengkapi dengan fasilitas social termasuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan;
4. Kawasan perdagangan dan jasa tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi;
5. Kawasan perdagangan dan jasa skala kesar harus mengikuti ketentuan umum
intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 7;
b. KDB paling banyak 70 %;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 10 (sepuluh) lantai;
6. Kawasan perdagangan dan jasa skala kecil harus mengikuti ketentuan umum
intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 3;
b. KDB paling banyak 60 %;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 120
Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Lainnya
1. Persebaran sarana dan prasarana perkotaan harus berdasarkan kebutuhan masyarakat;
2. Lokasi sarana transportasi ditentukan berdasarkan hasil kajian;
3. Lokasi pertambangan galian C ditentukan berdasarkan potensi galian yang ada di
Kota Serang;
4. Ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:
a. KLB paling banyak 3,5;
b. KDB paling banyak 70 %;
c. KDH paling sedikit 10%; dan
d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 121
Tabel 2. 9. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP Banten Lama Sesuai
RTRW Kota Serang
No Arahan Pemanfaatan
Arahan Pengendalian
Ket KLB KDB KDH
Tinggi
Bangunan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
KAWASAN LINDUNG
1 Kawasan Suaka Alam 0 0 90
2 Kawasan Pelestarian Alam 0,6 30 70
3 Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
dengan Objek Bangunan 0,9 30 10
4 Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
dengan Objek Non Bangunan 0 0 90
5 Kawasan Perlindungan Setempat 0 0 90
6 Kawasan Rawan Bencana 0,3 30 50 1
7 Kawasan Taman Kota, Taman
Lingkungan Perumahan Dan Permukiman,
Taman Lingkungan Perkantoran, Hutan
Kota, Taman Pemakaman Umum (TPU),
Lapangan Olahraga, Jalur di Bawah
Saluran Udara Tegangan Tinggi, serta
Sempadan Pantai dan Sungai
0,1 10 80 1
8 Kawasan Cagar Alam 0 0 90
9 Kawasan Lahan Pertanian Perkotaan 0,1 10 70
10 Kawasan Jalur Pengaman Jalan, Median
Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas dan
Pedestrian
0 0 60
KAWASAN BUDIDAYA
1 Kawasan Pertanian 0,4 20 40 2
2 Kawasan Perkebunan 0,6 30 60 2
3 Kawasan Perikanan 2,4 60 30 4
4 Kawasan Pariwisata Alam 0,9 30 60 3
5 Kawasan Pariwisata Buatan 1,6 40 40 4
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 122
No Arahan Pemanfaatan
Arahan Pengendalian
Ket KLB KDB KDH
Tinggi
Bangunan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
6 Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi Tidak diarahkan di Kec Kasemen
7 Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang 6,5 65 10 10
8 Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah 3 60 10 5
9 Kawasan Perdagangan dan Jasa Skala
Kesar 7 70 10 10
10 Kawasan Perdagangan dan Jasa Skala
Kecil 3 60 10 5
11 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Lainnya 3,5 70 10 5
Sumber: RTRW Kota Serang 2030, 2014
Review RTRW Kabupaten Lebak
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Tujuan Penataan Ruang
Sesuai dengan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak 2034, tujuan
penataan ruang Kabupaten Lebak adalah “Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten Lebak
yang Berdaya Saing Tinggi dan Berkelanjutan Berbasis Pertanian, Perkebunan, Pariwisata
dan Pertambangan.”
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan
Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Lebak. Sedangkan strategi
penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah
kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Lebak adalah
sebagai berikut :
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 123
1. Peningkatan ketahanan pangan dan agribisnis berbasis kewilayahan. Dalam mewujudkan
kebijakan tersebut, strategi yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kawasan pusat pengembangan
agropolitan;
2. Mengembangkan kawasan minapolitan; dan
3. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.
2. Pengoptimalan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan dengan strategi:
1. Mengembangkan kawasan wisata alam;
2. Mengembangkan kawasan wisata budaya;
3. Mengembangkan kawasan wisata buatan;
4. Mengembangkan kawasan wisata alam terpadu di bagian timur;
5. Mengembangkan kawasan objek wisata dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup dan budaya; dan
6. Mengembangkan dan menguatkan prasarana, sarana dan utilitas pendukung
kawasan wisata.
3. Pengembangan potensi pertambangan yang berwawasan lingkungan dengan strategi:
1. Mengembangkan kemitraan dalam rangka meningkatkan produksi dan
kemampuan usaha pertambangan;
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan bahan tambang secara efesien dan efektif
yang ramah lingkungan;
3. Meningkaatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan;
dan
4. Meningkatkan potensi hasil pertambangan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
4. Peningkatan kualitas pemerataan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana wilayah
1. Menetapkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki;
2. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana sesuai
dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;
3. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan;
4. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan sebagai
penunjang kawasan agropolitan;
5. Menciptakan pemerataan pembangunan wilayah;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 124
6. Mengembangkan dan meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan
energi terbarukan dan tidak terbarukan; dan
7. Mengembangkan sistem jaringan prasarana dan sarana antar pusat kegiatan
yang memungkinkan terjaganya akses antar pusat kegiatan/pelayanan.
5. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut,
strategi yang dapat dilakukan adalah:
1. Menetapkan kawasan di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi lindung
menjadi kawasan lindung;
2. Mempertahankan kawasan lindung yang telah ada agar sesuai dengan fungsi
perlindungannya;
3. Meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan
lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi; dan
4. Mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan
lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak
fungsi perlindungan kawasan lindung;
6. Peningkatan dan pemantapan fungsi dan peran kawasan strategis. Dalam mewujudkan
kebijakan tersebut, strategi yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomi
kawasan;
2. Meingkatkan sarana dan prasarana pendukung perkotaan;
3. Membatasi dan mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi
fungsi perlindungan kawasan;
4. Membatasi pengembangan prasana dan sarana di dalam dan si sekitar kawasan
yang ditetapkan untuk fungsi lindung yang dapat memicu perkembangan
kegiatan budi daya;
5. Mengotimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis
kawasan lindung melalui pemanfaatan untuk daya tarik wiata, pendidikan
berbasis lingkungan;
6. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.
Berdasarkan tujuan, kebijakan dan strategi yang telah dijelaskan diatas maka beberapa
kebijakan dan strategi penataan ruang KSP Masyarakat Adat Baduy yang terkait kuat maupun
lemah sebagai berikut:
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 125
Tabel 3. 1. Keterkaitan KSP Baduy dan Tujakstra Kabupaten Lebak
No Tujakstra Keterkaitan
Kuat Lemah
Kebijakan 1
Strategi 1.1
Strategi 1.2
Strategi 1.3
Kebijakan 2
Strategi 2.1
Strategi 2.2
Strategi 2.3
Strategi 2.4
Strategi 2.5
Strategi 2.6
Kebijakan 3
Strategi 3.1
Strategi 3.2
Strategi 3.3
Strategi 3.4
Kebijakan 4
Strategi 4.1
Strategi 4.2
Strategi 4.3
Strategi 4.4
Strategi 4.5
Strategi 4.6
Strategi 4.7
Kebijakan 5
Strategi 5.1
Strategi 5.2
Strategi 5.3
Strategi 5.4
Kebijakan 6
Strategi 6.1
Strategi 6.2
Strategi 6.3
Strategi 6.4
Strategi 6.5
Strategi 6.6
Sumber: Analisis Ahli, 2014
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam RTRW Kabupaten Lebak
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 126
KSP permukiman adat baduy didalam RTRW Kabupaten Lebak merupakan keterkaitan
struktur dan pola kawasan terhadap kawasan permukiman masyarakat adat Baduy yakni
Kecamatan Leuwidamar. Beberapa keterkaitan yang dikaji adalah system pusat pelayanan
kawasan, system jaringan transportasi, system jaringan energy, system jaringan
telekomunikasi, system jaringan sumber daya air, system pengelolaan prasarana dan sarana
persampahan dan system mitigasi bencana.
Sistem Pusat Pelayanan
Rencana pengembangan sistem pusat pelayanan di wilayah kabupaten adalah rencana
susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang
menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan
cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.
1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pusat pelayanan kecamatan,
pengembangan perdagangan jasa, pendidikan, permukiman, pertanian, dan pariwisata,
meliputi Cimarga, Muncang, Bojongmanik dan Leuwidamar;
2. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Cijaku meliputi PPL Kandagsapi dan Cipalabuh;
3. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Bojongmanik meliputi PPL Keboncau,
Cimayang dan Parakanbeusi.
4. Pusat Pelayanan lingkungan di Kec Muncang meliputi PPL Cikarang dan Ciminyak;
5. Pusat Pelayanan lingkungan di Kec Leuwidamar meliputi PPL Leuwidamar, PPL
Lebakparahiyang dan PPL Wantisari;
6. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Cimarga meliputi PPL Sarageni, Gununganten,
dan Margajaya.
Sistem Transportasi
Sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Lebak berupa jaringan lalu lintas dan
angkutan jalan, yang terdiri dari jaringan jalan, jaringan prasarana dan pelayanan sistem
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ). Beberapa system jaringan transportasi darat
yang terkait sebagai berikut:
1. Meliputi jalan provinsi; Rangkasbitung – Gunungkencana – Cijaku – Malingping,
Rangkasbitung – Sajira – Cipanas – Lebakgedong
2. Meliputi jalan kabupaten; Rangkasbitung – Leuwidamar, Leuwidamar – Gajrug,
Leuwidamar – Cirinten; seluruh ruas jalan kabupaten yang melintasi kec Cimarga,
Muncang, Bojongmanik dan Leuwidamar.
3. Terminal tipe C di Leuwidamar
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 127
Sistem Jaringan Energi
System jaringan energy terkait dengan pengembangan di Kecamatan Leuwidamar meliputi:
1. Pengembangan jaringan energi hingga menjangkau ke keseluruh kab Lebak.
2. Pengembangan jaringan SUTR 20 kV di kec Leuwidamar.
Sistem Jaringan Telekomunikasi
System jaringan telekomunikasi terkait pengembangan kawasan masyarakat adat Baduy
meliputi:
1. Pengembangan jaringan jaringan telepon (STO);
2. Pengembangan jaringan telepon nirkabel (BTS)
3. Pengembangana jaringan sistem satelit (BTS)
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air, beberapa pengembangan pengelolaan sumber daya air
meliputi :
1. Pengembangan sistem WS yang menjadi kewenangan nasional meliputi WS Ciliman -
Cibungur, Cibaliung – Cisawarna, Ciujung – Cidurian.
2. Pengembangan situ/waduk dan embung, meliputi Situ Cibolegar di Leuwidamar;
Situ Palayangan di Cimarga; Embung di Cimarga yang meliputi Jayamanik, Cikorab,
Cicae; Embung di Leuwidamar meliputi Cikiray, Cidamiang, Ciolot, dan Ciherang;
Embung di Muncang meliputi Cikere, Babakanwaluyu, Cikareo, Cirungga,
Curugbala, kadubugang; embung di Bojongmanik yakni embung Cisarodok.
3. Pengembangan sistem jaringan irigasi teknis, meliputi Irigasi teknis (kew Kab) di Kec
Muncang DI Cilaki; di Kec Muncang meliputi DI Cipeuyah, Cico’o Timur, DI
Eunyay; di Kec Leuwidamar yakni DI Cisimeut; di Kec Bojongmanik yakni DI
Cipanggelangan.
4. Pengembangan irigasi sederhana. Meliputi 15 DI Sederhana di Kec Muncang, 7 DI
Sederhana di Kec Cimarga, 13 DI Sederhana di Kec Leuwidamar, 13 DI Sederhana di
Kec Bojongmanik.
5. Pengembangna irigasi pedesaan. Meliputi 3 DI Pedesaan di Kec Muncang, 5 DI
Pedesaan di Kec Cimarga, 8 DI Pedesaan di Kec Leuwidamar, 5 DI Pedesaan di Kec
Bojongmanik.
Sistem Pengelolaan Prasarana Persampahan
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 128
Sistem pengelolaan prasarana persampahan terkait pengembangan kawasan masyarakat adat
Baduy meliputi:
1. Pembangunan TPA di Kec Leuwidamar;
2. Pengembangan TPS di seluruh kecamatan;
3. Pengembangan sistem pemilahan awal pada masing-masing PPL.
4. Pengelolaan limbah rumah tangga secara on-site dengan pembangunan jamban
keluarga, jamban komunal dan MCK;
5. Penanganan limbah secara oof-site dengan sistem perpipaan melalui pembangunan
IPAL;
6. Pengelolaan limbah padat den IPLT, dan
7. Penyediaan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.
8. Pengelolaan limbah industri di masing – masing kawasan.
Sistem Mitigasi Bencana
Sistem mitigasi bencana terkait pengembangan kawasan masyarakat adat Baduy meliputi :
1. Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana longsor di Kec Leuwidamar dan
Bojongmanik.
2. Pengembangan Sarana Wilayah yang meliputi kesehatan, pendidikan, peribadatan,
olahraga dan sosial budaya disesuaikan dengan hasil proyeksi kebutuhan.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pola Ruang RTRW Kabupaten Lebak
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Dibawahnya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten
Lebak yaitu kawasan resapan air. Kawasan resapan air di Kabupaten Lebak tersebar di
beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong,
Cileles, Cimarga, Cipanas, Cirinten, Gunungkencana, Lebakgedong, Leuwidamar,
Muncang, Sajira dan Sabang dengan luas 23.695,55 Ha atau sekitar 7,17 % dari luas
Kabupaten Lebak.
Kawasan Suaka Alam, Pelesetarian Alam dan Cagar Budaya.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Lebak merupakan
kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 129
kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya ini meliputi kawasan taman suaka
alam berupa Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan berupa Kawasan Baduy. Luas wilayah kawasan TNGHS di Kabupaten
Lebak adalah 16.380 Ha atau 4,96 % dari luas Kabupaten Lebak. Sedangkan luas kawasan
Baduy adalah 5.136,58 Ha atau 1,55 % dari luas Kabupaten Lebak.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lebak terdiri dari rencana DAM Karian,
sempadan sungai dan sempadan pantai. Luas rencana kawasan perlindungan setempat adalah
40.974,51 Ha atau 12,40 % dari luas Kabupaten Lebak dan tersebar di seluruh kecamatan.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan-kawasan yang memiliki potensi rawan longsor di Kabupaten Lebak sebesar
5.581,81 Ha (1,69% dari luas Kabupaten Lebak). Menurut karakteristik bencananya, maka
kawasan rawan longsor di Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Bojongmanik, Cibeber,
Cigemblong, Cilograng, Curugbitung, Lebakgedong, Leuwidamar, Panggarangan, dan
Sobang.
Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan terhadap longsor dapat memanfaatkan unsur alam, seperti penanaman
pohon pada wilayah potensial longsor.
b. Pengembangan organisasi masyarakat, yang siap dan siaga terhadap kemungkinan
tejadinya bencana alam.
c. Pembuatan Cek Dam penahan erosi di lereng gunung dan celah antar bukit dan atau
pembuatan DAM penahan dan kantong-kantong pasir yang mengatur erosi di daerah
pegunungan.
Kawasan Hutan Produksi
Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan
untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan
industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi akan dikembangkan dalam rangka mendukung
perekonomian wilayah dan kelestarian alam dan lingkungan (ekosistem).
Kawasan budidaya hutan di Kabupaten Lebak tersebar di 20 kecamatan, yaitu Kecamatan
Banjarasari, Bayah, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cijaku, Cileles, Cilograng,
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 130
Cimarga, Cipanas, Ciriten, Gunungkencana, Lebakgedong, Leuwidamar, Muncang,
Malingping, Panggarangan, Sajira, Sobang, dan Wanasalam.
Rencana luas kawasan hutan produksi di Kabupaten Lebak adalah 52.870,44 Ha (16%) dari
luas Kabupaten Lebak. Sebaran kawasan hutan produksi terbesar di Kabupaten Lebak
terdapat di Kecamatan Cibeber yaitu seluas 11.820,56 Ha (3,58 %) dari luas Kabupaten
Lebak.
Kawasan Pertanian
Kawasan tanaman pangan di Kabupaten Lebak juga diarahkan untuk dipertahankan sebagai
kawasan lahan pertanian berkelanjutan dengan luas sebesar 40.170 Ha berupa pertanian
pangan lahan basah. Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi kawasan peruntukan
pertanian pangan lahan basah, kawasan peruntukan pertanian pangan lahan kering dan
kawasan peternakan.
Wilayah potensial untuk pengembangan pertanian pangan lahan basah meliputi hampir
seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak. Rencana luas persawahan (lahan basah) di
Kabupaten Lebak tahun 2014-2034 adalah 40.170,11 Ha (12,15 %) dari luas Kabupaten
Lebak. Dengan memperhatikan kondisi ini, apabila dikembangkan seluruh lahan potensial
pertanian pangan lahan basah, maka pendapatan daerah dari sektor ini dapat ditingkatkan.
Kawasan peruntukan pertanian pangan lahan keringdi Kabupaten Lebak adalah 44.083,24 Ha
(13,34 %) dari luas Kabupaten Lebak yang terdistribusi hampir diseluruh kecamatan, kecuali
Kecamatan Bojongmanik, Cipanas, Rangkasbitung, Sobang dan Wanassalam.
Kawasan Perkebunan
Areal perkebunan di Kabupaten Lebak meliputi perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar
swasta (PBS), dan perkebunan besar negara (PTPN VIII). Bentuk pengusahaan perkebunan
adalah Perkebunan Besar Negara (PTPN) 4 Kebun/ Site, Perkebunan Besar Swasta (PBS) 8
kebun dan yang dominan adalah Perkebunan Rakyat.
Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Lebak sejumlah 22 jenis, dimana
dari 22 jenis komoditas tersebut terdapat beberapa komoditas yang memenuhi potensi cukup
baik dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Lebak yaitu karet, kelapa sawit,
kakao, kopi, aren, melinjo, cengkeh, kelapa dalam.
Rencana luas kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Lebak adalah 56.586,00 Ha
(17,12 %) dari luas Kabupaten Lebak yang terdistribusi di Kecamatan Banjarsari, Bayah,
Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cijaku, Cileles, Cilograng, Cimarga, Cipanas,
Cirinten, Kalanganyar, Leuwidamar, Malingping, Muncang, Panggarangan, dan Sobang.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 131
Kecamatan Leuwidamar diarahkan untuk pengembangan tanaman cengkeh dan kelapa aren,
kakao, karet dan kelapa.
Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan yang berada di kecamatan leuwidamar, yakni mineral dan batu bara,
panas bumi, minyak bumi dan gas bumi.
Kawasan Pariwisata
Objek dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Lebak dapat dikelompokkan menjadi tiga
satuan kawasan wisata yaitu :
1. Satuan kawasan wisata budaya, merupakan kumpulan objek dan daya tarik wisata budaya
seperti tempat bersejarah, pusat kerajinan, desa wisata, pusat budaya serta pertunjukan
seni dan museum. Untuk kategori ini, Kabupaten Lebak memiliki objek desa budaya
Baduy yang merupakan objek yang sangat terkenal. Desa Baduy berada di Kecamatan
Leuwidamar yang berjarak sekitar 20 Km dari Kota Rangkasbitung. Selain kawasan
Baduy, juga terdapat kawasan budaya seren taun di Kecamatan Cibeber, Situs Cibedug di
Kecamatan Cibeber dan Situs Kosala di Kecamatan Cipanas.
2. Satuan kawasan wisata alam, merupakan kumpulan obyek/ daya tarik wisata alam seperti
tempat istrirahat, hutan wisata, olah raga, pegunungan, bumi perkemahan, wisata agro,
wisata tirta, wisata geologi/pertambangan, wisata bahari, dan pantai. Untuk kategori ini,
Kabupaten Lebak memiliki objek Goa Sangkir di Kecamatan Bojongmanik, Curug
Indihiyang di Kecamatan Warunggunung, Air Panas Senanghati di Kecamatan
Malingping, daya tarik wisata bahari dengan kegiatan yang terfokus pada alam bahari
yaitu, kegiatan rekreasi pantai dan wisata bahari. Kabupaten Lebak memiliki panjang
garis pantai 91,42 Km². Oleh karena itu, terdapat beberapa potensi wisata pantai yang
cukup baik yang dapat dikembangkan seperti Pantai Sawarna (Kecamatan Bayah), Pantai
Ciantir (Kecamatan Bayah), Pantai Karang Tengah (Kecamatan Wanasalam), Pantai
Tanjung Panto (Kecamatan Wanasalam), Pantai Karang Taraje (Kecamatan Bayah), dan
lain-lain.
3. Satuan kawasan wisata buatan, merupakan kumpulan objek dan daya tarik alam yang
merupakan perpaduan antara buatan dan alami. Untuk katagori ini, terdapat di Kecamatan
Lebakgedong, Cipanas dan Malingping meliputi wisata arung jeram dan wisata
pemandian air panas.
Kawasan Permukiman
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 132
Rencana pola ruang kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Lebak adalah 30.798,49
Ha (9,32% dari luas Kabupaten Lebak) yang terdistribusi di seluruh kecamatan. Rencana
pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan untuk penampung kebutuhan
perkembangan wilayah adalah 14.529,49 Ha (4,40% dari luas Kabupaten Lebak), sedangkan
rencana pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan adalah 16.269 Ha (4,92
%) dari luas Kabupaten Lebak.
Pengelolaan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan tinggi adalah pada kawasan
perkotaan yang meliputi Kecamatan Cibadak, Cikulur, Cipanas, Kalanganyar,
Lebakgedong, Maja, Malingping, Rangkasbitung, dan Warunggunung dengan rata-rata
jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/Ha.
2. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman sedang
adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Wanasalam, Sajira dan
Bayah dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 15-25
unit/Ha.
3. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman rendah
adalah pada kawasan perdesaan yang meliputi Kecamatan Pangarangan, Cihara,
Cilograng, Cibeber, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Cileles, Gunungkencana,
Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cimarga, dan Curugbitung
dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 15 unit/Ha.
4. Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun) di
kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan atau
perkotaan tinggi seperti Rangkasbitung, Malingping, Maja dan Bayah dengan
mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman pendukungnya
seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau/limbah, jaringan telekomunikasi
dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan peruntukan Kasiba dan Lisiba.
Kawasan Industri
Pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kabupaten Lebak pada tahun 2010 mencapai 2,16
%. Pertumbuhan sektor industri tersebut merupakan pertumbuhan sektor terendah dari laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak.
Pengembangan industri kecil di Kabupaten Lebak meliputi :
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 133
1. Industri gula merah aren, tersebar di Kecamatan Muncang, Leuwidamar,
Bojongmanik, Sajira, Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber, Gunung Kencana,
Bayah dan Cipanas.
2. Industri bata, tersebar di Kecamatan Cimarga, Rangkasbitung, Sajira, Malingping dan
Warunggunung
3. Industri tenun Baduy, tersebar di Kecamatan Leuwidamar
4. Industri tempurung kelapa, tersebar di Kecamatan Leuwidamar
5. Industri pandai besi, tersebar di Kecamatan Bojongmanik, Cibeber dan
Rangkasbitung
6. Industri konveksi, tersebar di Kecamatan Rangkasbitung dan Cimarga
7. Industri anyaman pandan, tersebar di Kecamatan Cikulur, Cileles, Banjarsari, Cijaku,
Malingping dan Bojongmanik
8. Industri anyaman bambu, tersebar di Kecamatan Sajira, Cibeber, Rangkasbitung dan
Cibadak
9. Industri emping melinjo, tersebar di Kecamatan Warunggunung, Cikulur dan
Gunungkencana
10. Industri sale/keripik pisang, tersebar di Kecamatan Bayah
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya lainnya yang tersebar di Kota Serang.
KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW
Kabupaten Lebak
Peraturan Zonasi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar
Budaya
Kawasan pelestarian alam ditetapkan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
tumbuhan, satwa dan ekosistimnya atau ekosistim tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami. Untuk menjaga kondisi tersebut ditetapkan
ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam yang tidak
mengakibatkan penurunan fungsi lahan;
2. Diperbolehkan pembangunan prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi
kawasan dan bangunan pencegah bencana alam; dan
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 134
3. Tidak diperbolehkan dilakukan penebangan pohon dan perburuan satwa dalam
kawasan taman nasional yang dilindungi undang-undang.
4. Tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak kearifan lokal kawasan cagar budaya.
Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai untuk sungai
besar dan 50 m dari kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di
kawasan permukiman berupa sempadan sungai dibangun jalan inspeksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dengan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut
:
1. Dalam kawasan sempadan sungai, jenis pemanfaatan ruangnya untuk ruang terbuka
hijau.
2. Diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi untuk menunjang fungsi
taman rekreasi terbuka dan fungsi pengamanan sempadan; dan
3. Tidak diperbolehkan kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai.
Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka
dan fungsi pengamanan sempadan.
Sempadan mata air sekurang-kurangnya memiliki jari-jari 200 m di sekitar mata air yang
berfungsi untuk melindungi mata air. Untuk itu maka ditetapkan ketentuan umum peraturan
zonasi sebagai berikut :
1. Diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;
2. Diperbolehkan pemanfaatan sempadan mata air untuk air minum dan irigasi;
3. Tidak diperbolehkan kegiatan yang menyebabakan pencemaran kualitas air dan
daerah tangkapan air;
4. Tidak diperbolehkan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas
sumber air.
5. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan kegiatan budidaya terbangun
di dalam kawasan sekitar mata air dalam radius 200 (dua ratus) meter.
Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Untuk mencegah korban dan kerugian fisik
akibat bencana ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Diperbolehkan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 135
2. Diperbolehkan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana
alam; .
3. Diperbolehkan dengan syarat kawasan permukiman terbangun dengan intensitas
rendah didalam kawasan rawan bencana alam dan diterapkan building code,
dilengkapi jalur evakuasi;
4. Diperbolehkan dengan syarat adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian,
perkebunan dan kehutanan serta bangunan untuk mengurangi resiko akibat bencana
alam;
5. Tidak diperbolehkan kegiatan yang berdampak resiko akibat bencana alam.
Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian
Untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi kawasan pertanian lahan basah ditetapkan
ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Pada kawasan budidaya pertanian lahan basah perkenankan adanya bangunan
prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian
lahan basah.
2. Dalam kawasan pertanian lahan basah diperkenankan dimanfaatkan sebagai
kegiatan perikanan.
3. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian dan pendidikan.
Untuk menjaga fungsi dan optimalisasi kawasan pertanian lahan kering ditetapkan ketentuan
umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Pada kawasan budidaya pertanian lahan kering perkenankan adanya bangunan
prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian
lahan kering;
2. Diperbolehkan pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan industri;
3. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas; dan
4. Pengembangan sarana dan prasarana industri agro.
5. Dapat dimanfaatkan untuk fungsi perkebunan rakyat.
Peraturan Zonasi Kawasan Pertambangan
Untuk meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan pada kawasan pertambangan
ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 136
1. Dalam kawasan pertambangan, kegiatan pertambangan dibatasi agar tidak
mengakibatkan dampak lingkungan yang merugikan bagi lingkungan hidup biotic dan
abiotik di dalamnya maupun disekitarnya.
2. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan
dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan.
3. Pengharusan pemulihan rona bentang alam pasca penambangan, sesuai ketentuan
yang berlaku bagi kawasan pertambangan.
4. Pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan, harus
diintegrasikan dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan sesuai rencana
pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten.
5. Tidak diperkenankan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam kawasan
pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur ruang kabupaten.
Peraturan Zonasi Kawasan Industri
Dalam usaha mendorong optimalisasi fungsi kawasan peruntukan industri yang sesuai dengan
prinsip kelestarian lingkungan maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai
berikut :
1. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri diprioritaskan untuk mengolah bahan baku
lokal menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat.
2. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri dapat dilakukan untuk menampung
kegiatan aneka industri sesuai dengan karakteristik kawasan.
3. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun diperbolehkan pada
kawasan peruntukan industri.
4. Diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman baru pada kawasan peruntukan
industri, dengan pembatasan hanya untuk permukiman yang menunjang kegiatan
industri dan kegiatan buffer zone yang mampu mengurangi dampak bagi warga di
kawasan permukiman dari kecelakaan industri.
5. Diperbolehkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu bermukim di
kawasan peruntukan industri, tetapi dengan pembatasan kegiatan agar tidak
mengakibatkan kecelakaan industri.
Peraturan Zonasi Kawasan Pariwisata
Dalam upaya mendorong pengembangan dan optimalisasi kawasan pariwisata, maka
ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut:
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 137
1. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan yang tidak menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama
yang menjadi obyek wisata alam.
2. Harus dilakukan perlindungan situs warisan budaya setempat pada kawasan
wisata.
3. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata.
4. Diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata.
5. Diharuskan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan
hotel dan fasilitas penunjang pariwisata pada kawasan wisata.
6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir pada kegiatan penunjang wisata di
kawasan wisata.
7. Dihimbau penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai
dengan jenis jasa yang disediakan pada kawasan wisata.
Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan permukiman sebagai berikut:
1. Dalam kawasan permukiman dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata,
perdagangan, jasa, industri, dan lahan kering.
2. Pengharusan penerapan ketentuan tata lingkungan dan tata bangunan.
3. Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan.
4. Pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat pendirian dan penggunaan
bangunan.
5. Pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian
daerah yang rawan genangan air dan rawan banjir.
6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi setiap bangunan untuk kegiatan usaha
perdagangan dan jasa serta industri.
7. Kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan
permukiman setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional.
Laporan Draf Akhir
Bab 3 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 138
Bab 2 Pemahaman Pekerjaan | Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 1
BAB 4 ANALISIS
Analisis Penguatan Nilai Strategis dan Isu Strategis
Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis Kawasan Banten Lama dan Kawasan
Permukiman Adat Baduy merupakan uraian deskripsi yang menguatkan pentingnya kawasan
strategis provinsi untuk dikaji dan ditetapkan melalui rancangan rencana tata ruang dan
penyusunan peraturan daerahnya. Analisis penguatan nilai strategis dilihat dari catatan
sejarah kawasan, peranan geopolitik kawasan, kebijakan pemerintah dan dukungan kebijakan
dari internasional. Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis merupakan hal-hal yang
menjadi perhatian penting bagi provinsi Banten.
Nilai Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy
Nilai strategis adalah hal-hal penting kawasan sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari
Provinsi. Hal hal penting kawasan tersebut berupa peranan sejarah, peranan social, dan
peranan ekonomi wilayah provinsi Banten yang secara keruangan membentuk sturktur dan
pola keruangan wilayah. Nilai strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy
meliputi :
1. Kawasan Banten Lama sudah ada sejak tahun 1500, masa kesultanan Demak dan
memiliki cerita sejarah pembentukan Kota Banten dahulu dan kini.
2. Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah
satu Situs Warisan Dunia.
3. Kawasan permukiman adat Baduy telah ada sejak < abad 16 sebelum runtuhnya kerajaan
sunda.
4. Kawasan permukiman adat Baduy didukung dan dilindungi oleh peraturan daerah
kabupaten Lebak No. 32 tahun 2001 tentang perlindungan atas hak ulayat masyarkat
Baduy.
5. Kawasan permukiman adat Baduy, telah mengenal posisi politik tatanan air wilayah
Banten yang sangat penting, sehingga kejadian di tahun 1931 dikenal dengan “Dr
Mulhenfeld endangering the water supply for irrigation in the lowlands”.
6. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy mendapat
dukungan sebagai salah satu destinasi wisata Indonesia melalui ditetapkannya Peraturan
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 2
Presiden No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025
7. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy didukung
melalui telah ditetapkannya Undang Undang no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya
8. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy telah
ditetapkan melalui peraturan daerah No 2/2011, Tentang RTRW Provinsi Banten 2030.
9. Potensi Kawasan Pulau Dua atau lebih dikenal dengan ‘Pulau Burung” memiliki
interelasi kuat dengan situs-situs cagar budaya Banten Lama menjadi satu kesatuan Objek
Destinasi Kawasan Wisata Banten Lama;
10. Potensi Kawasan Pulau Dua atau lebih dikenal dengan ‘Pulau Burung” memiliki
keunggulan kawasan ilmu pengetahuan tentang burung di Asia, sebagai tempat transit
para unggas burung dari Australia;
11. Kawasan Banten Lama, merupakan kawasan situs dunia yang potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah, ilmu pengetahuan dan agama skala
nasional dan internasional;
12. Kawasan Banten Lama merupakan kawasan wisata cagar budaya yang diarahkan untuk
dapat mendukung Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Serang dengan fungsi peranan wisata
MICE (meeting, incentive, conference, exhibition).
Isu Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy
Isu strategis KSP Banten Lama dan KSP Baduy merupakan permasalahan yang dihadapi
kawasan sehingga perlu mendapat perhatian priorias oleh Provinsi Banten. Penyelesaian
permasalahan tersebut akan memberikan dampak baik bagi perkembangan kawasan masing-
masing baik kepada wilayah kota/kabupatennya juga kepada wilayah Banten. Beberapa
permasalahan yang menjadi perhatian khusus Provinsi Banten meliputi permasalahan
koordinasi lintas pengelola kawasan atau kelembagaan; permasalahan infrastruktur;
permasalahan promosi wisata; dan permasalahan degradasi lingkungan situs dan kawasan
adat Baduy. Berikut ini adalah beberapa isu strategis kawasan KSP:
1. Kawasan Banten Lama, yang merupakan kawasan situs cagar budaya telah terjadi
degradasi situs yang gawat darurat akibat tidak adanya pengendalian kegiatan di
sekitar situs;
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 3
2. Kegiatan perdagangan di sekitar situs telah merusak dan menurunkan daya tarik
wisata kawasan Banten Lama;
3. Masyarakat di sekitar situs terutama di Kecamatan Kasemen belum memahami arti
penting dan dampak situs cagar budaya bagi kehidupan kesejahteraan masyarakat;
4. Perlunya intervensi berupa penggiatan ‘desa sadar wisata’ untuk mendukung kawasan
Banten Lama sebagai kawasan wisata cagar budaya;
5. Perlunya kegiatan wisata cagar budaya berbasis masyarakat yang nyaman, aman dan
asri di kawasan inti Banten Lama dan seluruh desa yang ada di Kecamatan Kasemen;
6. Keberadaan suku asli Baduy yang masih kuat dengan nilai norma dan tradisi adat
istiadatnya memerlukan pengamanan dan pelestarian untuk perlindungan sebagai
bagian dari adat dan tradisi budaya bangsa.
7. Keberadaan obyek sejarah situs Banten Lama sebagai catatan sejarah perlu
pengamanan sebagai obyek pengembangan kebudayaan dan pariwisata daerah.
8. Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah Banten Lama yang perlu ditetapkan
sebagai pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata.
9. Belum optimalnya penataan ruang kawasan;
10. Belum optimalnya layanan infrastruktur jalan;
11. Belum optimalnya pengelolaan jaringan irigasi;
12. Masih adanya kawasan kumuh dan rawan air;
13. Masih adanya kemiskinan di perdesaan yang perlu ditangani melalui peningkatan
infrastruktur perdesaan;
14. Kerusakan pada daerah aliran sungai sebagai salah satu penyebab banjir dan
kekeringan;
15. Adanya peningkatan kebutuhan air baku di pedesaan dan perkotaan serta kawasan
industri, untuk itu diperlukan pembangunan sarana prasarana air baku seperti waduk,
embung dan bendung;
16. Keterbatasan dana dalam pemeliharaan jalan kota;
17. Kurangnya jalur alternatif dan jalan lingkar luar dalam upaya antisipasi dan
mengurangi kemacetan lalu lintas perkotaan;
18. Belum optimalnya upaya pelestarian kebudayaan daerah;
19. Belum optimalnya daya saing destinasi pariwisata
20. Belum optimalnya kesiapan destinasi untuk bersaing dikarenakan masih lemahnya
pengelolaan destinasi pariwisata dan belum memadainya dukungan transportasi dan
infrastruktur.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 4
21. Belum optimalnya kompetensi dan kapabilitas SDM pariwisata;
22. Belum optimalnya sinergitas dan kemitraan;
23. Belum optimalnya pemanfaatan data dan informasi;
Analisis Deliniasi Kawasan KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat
Baduy
Analisis deliniasi kawasan KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy meliputi
deliniasi kawasan inti dan kawasan penyangga. Beberapa dasar penentuan deliniasi kawasan
dapat berupa penetapan kebijakan spasial seperti RTRWN, RTRW Provinsi dan Undang
Undang Cagar Budaya. Selain itu juga analisis spasial struktur dan ruang kawasan yang
menjadi kawasan penyangga kawasan inti (situs) Banten Lama.
Kawasan Banten Lama
Deliniasi kawasan Banten Lama meliputi deliniasi kawasan inti dan kawasan penyangga.
Kawasan inti meliputi kajian sebaran situs yang berada di Kecamatan Kasemen dan situs
yang ada di Kecamatan Kramatwatu di Kabupaten Serang. Kawasan Inti selanjutnya disebut
sebaran situs situs cagar budaya termasuk didalamnya adalah kawasan permukiman yang ada
disekitar kawasan yang turut menjaga pelestarian situs dan menjadi masyarakat sadar wisata
cagar budaya.
Penetapan Kawasan Inti
Beberapa dasar penetapan kawasan inti, mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Ditetapkannya kawasan Banten Lama didalam melalui undang-undang No 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
2. Letak sebaran situs cagar budaya yang membentuk kesatuan kawasan sejarah situs
kerajaan Banten Lama;
3. Adanya penetapan luas kawasan situs cagar budaya oleh pemerintah daerah,
seperti Pemerintah Kota Serang yang menetapkan situs Banten Lama sebagai
Kawasan Strategis Kota (KSK) Kota Serang;
4. Kajian dari lembaga pendidikan Universitas Indonesia;
5. Dukungan kegiatan dari dinas bina marga dan tata ruang provinsi Banten, berupa
master plan revitalisasi kawasan banten lama;
6. Luas kawasan inti Banten Lama adalah 7 hektar.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 5
Penetapan Kawasan Penyangga
Penetapan kawasan penyangga Banten Lama, mempertimbangkan struktur dan pola ruang
kawasan eksisting dan analisis terhadap berbagai dokumen kebijakan spasial seperti
RTRWN, RTRW Pulau Jawa Bali, RTRW Provinsi Banten dan RTRW Kota Serang.
Berdasarkan hasil kajian kebijakan dan analisis struktur dan pola ruang kawasan secara
menyeluruh, kawasan penyangga Banten Lama meliputi desa yang berada di luar kawasan
BL 1 di Kecamatan Kasemen dan desa yang berada di Kecamatan Kramatwatu, kabupaten
Serang. Beberapa pertimbangan penetapan kawasan penyangga Banten Lama antara lain:
1. Ketersediaan data terkait spasial dan non spasial;
2. Dukungan antar pemerintahan daerah;
3. Adanya konektivitas antar kawasan penyangga dengan kawasan sekitar (antar
kecamatan);
4. Adanya arahan pengembangan dari rencana tata ruang wilayah/kawasan yang
lebih tinggi;
5. Adanya keterkaitan fungsi antar kawasan (berbeda administrative) yang memiliki
dampak pengembangan bersama yang kuat;
6. Kawasan penyangga kawasan inti selanjutnya disebut KSP Banten Lama adalah
kesatuan administrasi menyeluruh Kecamatan Kasemen.
Kawasan Masyarakat Adat Baduy
Propinsi Banten memiliki masyarakat
tradisional yang masih teguh dalam
menerapkan adat tradisi, yaitu Suku
Baduy atau disebut juga orang Kanekes
atau orang Baduy. Mereka merupakan
suatu kelompok masyarakat adat Sunda
yang tinggal di Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak. Penamaan “Baduy” berasal dari seorang peneliti Belanda karena masyarakatnya
nomaden (berpindah-pindah), juga karena adanya sungai Cibaduy dan Gunung Baduy yang
ada di bagian Utara wilayah tersebut (Garna, 1993)4. Sekitar tahun 1980-an, ketika KTP
(Kartu Tanda Penduduk) diberlakukan di sini, hampir tidak ada yang menolak dengan
sebutan ‘Urang Baduy’.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 6
Tatanan hukum adat masyarakat Baduy tidak otonom secara penuh, karena hanya merupakan
proses sosial dan merupakan hasil budi dan daya orang orang Baduy. Oleh karena itu, isi
terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep ‘tanpa perubahan
apapun’, atau perubahan sesedikit mungkin. Masyarakat Kanekes secara umum terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001)5. Kelompok
tangtu dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang
tinggal di 3 kampung (Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik). Kelompok masyarakat panamping
adalah dikenal sebagai Baduy Luar yang bisa juga disebut Baduy Pasisian. Mereka tinggal di
berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, yaitu di antaranya
Cikadu, Kadu Ketug, Kadu Kolot, Gajeboh, dan Cisagu.
Masyarakat adat Baduy tetap menjalankan adat istiadat yang diturunkan nenek moyangnya
secara arif dan taat, dan hingga sekarang masih dapat bertahan di lingkungan alamnya. Cara
hidup dan perilaku tradisional di tengah masyarakat yang berkembang menjadi unik dan
menarik. Masyarakat Baduy juga memiliki beberapa kearifan tradisional yang berkaitan
dengan lingkungan hidupnya, antara lain dalam pola pertanian yang khas dan konsep tentang
hutan dan kelestariannya. Mereka membagi dan menggolongkan hutan sesuai dengan
fungsinya, yaitu hutan untuk konservasi dan hutan untuk dimanfaatkan.
Masyarakat Baduy mengasingkan diri dari dunia luar dan dengan sengaja menolak
masyarakat lainnya dengan cara menjadikan daerahnya
sebagai tempat suci (di Panembahan Arca Domas) dan
keramat. Mereka tidak mendapatkan pengetahuan dari
sekolah sehingga tidak mengenal budaya tulis, karena
merupakan larangan yang harus dipatuhi. Hal ini
didukung oleh sebuah pernyataan bahwa “apabila orang
sudah pintar, maka akan jadi penipu”. Dengan demikian,
adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek
moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja, contohnya dokumen catatan penting
mengenai sejarah Baduy dan kisah-kisah magis atau bahkan dalam bentuk prasasti.
Arca Domas adalah bangunan berundak dengan 13 tingkatan dan pada tingkat paling atas
terdapat sebuah menhir berukuran besar, yang pemercaya dianggap melambangkan Batara
Tunggal, Sang Pencipta Roh, dan kepadanya pula roh-roh akan kembali.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 7
Monumen Lebak Sibedug juga merupakan bangunan berundak empat tingkat setinggi ± 6
meter. Di depan undak batu ini terdapat dataran yang di tengahnya terdapat sebuah menhir.
Menhir pusat ini ditunjang oleh batu-batuan berukuran kecil.
Mengenai fungsinya, B. van Tricht (1929) menduga bahwa Arca Domas bagi masyarakat
Baduy merupakan media pemujaan yang berkaitan dengan upacara mendatangkan hujan,
sementara Norman Edwin menganggapnya sebagai media upacara menyatakan terima kasih
ke Yang Maha Esa/Batara Tunggal ? (Sukendar, 1982: 64).
Upaya memberikan perlindungan terhadap tanah-tanah masyarakat Baduy sudah dilakukan
jauh sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini yang dirintis sejak Tahun 1986 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor :
203/B.V/Pem/SK/1968 Tanggal 19 Agustus 1968 tentang Penetapan Status Hutan
“Larangan” Desa Kanekes Daerah Baduy sebagai “Hutan Lindung Mutlak” dalam Kawasan
Hak Ulayat Adat Propinsi Jawa Barat. Berbagai kesulitan telah dihadapi dalam merumuskan
pemberian perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Hal ini berkaitan dengan hakikat
hukum adat yang hanya diakui dalam bentuk tak tertulis oleh persekutuan hukum yang
didasarkan pada kesamaan tempat tinggal (teritorial) dan keturunan (genealogis).
Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang mempunyai ciri kebudayaan dan adat istiadat yang
berbeda dengan masyarakat umum. Masyarakat Luar Baduy adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di luar di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, yaitu
Desa Kebon Cau, Blok Cijahe, Kecamatan Bojongmanik.
Wilayah Baduy memiliki luas 5.101,85 hektar yang terdiri dari 3.127 hektar Baduy Dalam
dan 1.975 hektar Baduy Luar. Berdasarkan data sensus kependudukan sampai dengan 26
Maret 2004, populasi warga Baduy (Luar dan Dalam) berjumlah 1.865 kepala keluarga (KK)
atau sekitar 7.265 jiwa yang tersebar di 59 dusun/kampung, dengan jumlah laki-laki 3.636
jiwa dan jumlah perempuan 3.629 jiwa. Sedangkan berdasarkan laporan hasil Juru Tulis Desa
Kanekes Tahun 2005, jumlah penduduk Baduy secara keseluruhan sebanyak 10.074 jiwa.
Terdiri dari 5.086 orang laki-laki dan 4.988 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga
yaitu 2.665 KK. Jumlah penduduk Baduy bertambah lagi hingga tahun 2006 menjadi 10.879
jiwa, yang terdiri dari 5.486 orang laki-laki dan 5.414 orang perempuan dengan jumlah 2.905
KK.
Masyarakat Baduy yang berada di Desa Kanekes terbagi menjadi dua kelompok. Masyarakat
Kajeroan/Tangtu yang dikenal dengan nama Baduy Dalam menempati tiga kampung yang
dipimpin oleh seorang Puun sebagai pemimpin adat tertinggi masyarakat Baduy. Kelompok
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 8
lainnya adalah Penamping atau Baduy Luar yang hidup lebih terbuka dan sudah terbiasa
berinteraksi dengan masyarakat lain namun tetap dengan batasan-batasan tertentu. Baduy
Dalam dan Baduy Luar hidup dalam satu kesatuan yang diikat oleh tata nilai dan sistem
budaya yang sama. Adapun perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. 2. Perbedaan Baduy Dalam dan Baduy Luar
No Perbedaan Baduy Dalam Baduy Luar
1 Cara
Berpakaian
Putih-hitam Hitam-hitam (mayoritas), tetapi
sudah ada yang berpakaian
bebas
2 Teknologi Tidak boleh memakai
barang
elektronik
Sudah banyak yang memiliki
barang elektronik (handphone,
radio)
3 Rumah Berpintu satu, tidak
menggunakan
paku, tanah tempat
membangun
rumah tidak
diratakan, terdiri dari
satu kamar
Pintu lebih dari satu (depan,
belakang/samping), sudah
menggunakan paku, tanah
diratakan dan banyak penyekat
ruangan
4 Mata Pencaharian Hanya ngahuma
(berladang) dan
mulai berdagang
Ngahuma dan berdagang serta
bisnis
5 Pemilikan
Lahan
Tidak ada (lahan
milik bersama),
turun-temurun
Ada hak kepemilikan pribadi
6 Kesehatan Hanya menggunakan
obat-obatan
dari alam
Banyak menggunakan obat
modern
7 Perilaku
terhadap Alam
Tidak menggunakan
bahan yang
mengandung zat
kimiawi
Banyak menggunakan bahan
yang mengandung zat kimia
Sumber: Yuliya Hasanah, 2008
Adapun batas-batas wilayah Baduy, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Lebak No. 32/2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy,
Bab III, Pasal 6 yang menyatakan bahwa Desa Kanekes memiliki batas-batas desa yaitu di
antaranya dengan Kecamatan Leuwidamar di bagian sebelah utara, berbatasan dengan Desa
Bojongmenteng, Desa Cisimeut dan Desa Nayagati. Di sebelah Barat, Desa Kanekes
berbatasan dengan 3 desa di Kecamatan Bojongmanik yaitu Desa Parakan Beusi, Desa Kebon
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 9
Cau dan Desa Karang Nunggal. Di bagian selatan, Desa Kanekes berbatasan dengan satu
kecamatan yaitu Kecamatan Cijaku, Desa Cikate. Di sebelah timur, Desa Kanekes berbatasan
dengan Kecamatan Muncang, tepatnya dengan Desa Karang Combong dan Desa Cilebang.
Demikian pula pada Bab III, Pasal 7 menyatakan bahwa wilayah Masyarakat Baduy yang
berlokasi di Desa Kanekes memiliki batas-batas alam.
Batas alam yang menjadi tanda suatu kawasan tertentu, di antaranya sebelah utara yaitu Kali
Ciujung sebagai batas alam antara Desa Kanekes dengan desa-desa lainnya. Di sebelah
selatan terdapat Kali Cidikit, dan di sebelah Barat terdapat Kali Cibarani serta Kali Cisimeut
di bagian timurnya.
Gambar 3. 1. Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar.
Sumber: Berbagai sumber, 2011
Penetapan Kawasan Inti
Beberapa dasar penetapan kawasan inti, mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32/2001 tentang Perlindungan atas Hak
Ulayat Masyarakat Baduy;
2. Materi teknis rencana tata ruang wilayah kabupaten Lebak;
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 10
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan
5. Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.
6. Kegiatan revitalisasi kawasan permukiman adat Baduy dari provinsi Banten
merupakan masukan bagi pekerjaan ini.
7. Kawasan inti Baduy memiliki luas 5.101,85 hektar yang terdiri dari 3.127 hektar
Baduy Dalam dan 1.975 hektar Baduy Luar.
Gambar 3. 2. Kawasan Inti Baduy
Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, 2011
Penetapan Kawasan Penyangga
Penetapan kawasan penyangga Baduy, mempertimbangkan struktur dan pola ruang kawasan
eksisting dan analisis terhadap berbagai dokumen kebijakan spasial seperti RTRWN, RTRW
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 11
Pulau Jawa Bali, RTRW Provinsi Banten dan RTRW Kabupaten Lebak. Berdasarkan hasil
kajian kebijakan dan analisis struktur dan pola ruang kawasan secara menyeluruh, kawasan
penyangga Baduy meliputi desa yang berada di luar kawasan BY 1 yakni Desa Kanekes di
Kecamatan Leuwidamar dan desa yang berada di Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan
Muncang, dan Kecamatan Cijaku. Beberapa pertimbangan penetapan kawasan penyangga
Baduy antara lain:
1. Ketersediaan data terkait spasial dan non spasial;
2. Dukungan antar pemerintahan daerah;
3. Adanya konektivitas antar kawasan penyangga dengan kawasan sekitar (antar
kecamatan);
4. Adanya arahan pengembangan dari rencana tata ruang wilayah/kawasan yang
lebih tinggi;
5. Adanya keterkaitan fungsi antar kawasan (berbeda administrative) yang memiliki
dampak pengembangan bersama yang kuat;
6. Kawasan penyangga kawasan inti selanjutnya disebut KSP Permukiman Adat
Baduy adalah kesatuan administrasi menyeluruh Kecamatan Leuwidamar,
sebagian wilayah di kecamatan Bojongmanik, sebagian wilayah di kecamatan
Muncang, sebagian wilayah di kecamtan Cijaku, sebagian wilayah kecamatan
Sobang.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 1
Gambar 3. 3. Kawasan Penyangga Baduy
Sumber: Analisis Tim Ahli, Tiar Pandapotan Purba, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 1
Analisis Regional (Kawasan Pengaruh)
Kawasan Banten Lama
Analisis regional atau analisis terhadap kawasan yang mempengaruhi Banten Lama
merupakan analisis keterkaitan kuat dan sedang antar kegiatan kawasan dimana Kawasan
Banten Lama sebagai penarik (objek) kegiatan yang menggerakkan barang dan orang untuk
dating ke kawasan.
Secara hirarki, kawasan banten lama memiliki dampak local, regional, nasional dan
internasional.
Gambar 3. 4. Analisis Regional Kawasan Banten Lama
Sumber: Analisis Tim Ahli, 2014
Berdasarkan data kunjungan wisatawan asing di Provinsi Banten dan hasil wawancara
dengan pengelola situs, pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat local saja
namun juga datang dari provinsi yang berbeda bahkan dari luar negeri. Untuk mencapai
kawasan banten lama, dukungan infrastruktur yang kuat dan handal sangat diperlukan selain
adanya dukungan dari sektor kelembagaan jasa wisata. Infrastruktur transportasi udara yakni
Soekarno Hatta menjadi peranan penting dalam katalisator kawasan. Selain itu akses
transportasi darat seperti jalan provinsi, jalan nasional dan jalan bebas dari interregional
pulau jawa menjadi penting. Untuk keterpaduan infrastruktur baik udara, darat dan moda
transportasi yang baik menjadi penting.
Internasional
Nasional
Provinsi Banten
Kota Serang
Kawasan Banten Lama
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 2
Selain itu, kesiapan kawasan Banten Lama dalam pengelolaan kawasan wisata cagar budaya
berbasis desa sadar wisata cagar budaya harus terus didorong dan diyakini dapat
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan inti, kawasan penyangga
dan umumnya provinsi Banten.
Kegiatan kegiatan skala nasional seperti MTQ wilayah provinsi, MTQ Nasional sebagai
bagian dari tema kegiatan harus menjadi daya Tarik regional kawasan Banten Lama. Juga
kegiatan lainnya seperti acara-acara khusus dan tematik didalam kawasan banten lama seperti
kegiatan pengelolaan air bersih tasikardi, kegiatan sejarah peperangan belanda dan lainnya
yang memiliki jadwal khusus dapat dikelola dengan baik dan dipromosikan ke kelembagaan
jasa wisata nasional dan internasional.
Kawasan Permukiman Adat Baduy
Analisis kawasan permukiman adat Baduy, didasarkan atas pertimbangan keterkaitan fungsi
kawasan sekitar dan konektivitas antar fungsi kawasan sekitar desa Kanekes, kecamatan
Leuwidamar. Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Kabupaten Lebak diketahui bahwa
selain fungsi pusat pelayanan kawasan dengan fungsi pusat pelayanan kecamatan,
pengembangan perdagangan jasa, pendidikan, permukiman, pertanian, dan pariwisata juga
memiliki peranan penting sebagai kesatuan fungsi ekologis kawasan lindung.
Gambar 3. 5. Analisis Regional Kawasan Baduy
Sumber: Analisis Tim Ahli, 2014
Kec. Leuwidimar
Kec. Muncang
Kec. Cijaku
Kec. Bojongm
anik
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 3
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung dan Optimasi Pemanfaatan
Ruang
Analisis daya dukung lahan dilakukan untuk menentukan wilayah mana saja yang secara
kriteria daya dukung lahan dapat dikembangkan/ digunakan untuk kawasan perumahan
permukiman perkotaan, penilaian terhadap daya tampung ruang (land capability) karena
keterbatasan fisik, dan analisis arah perkembangan fisik kota.
Penilaian daya dukung lahan, dipertimbangkan terhadap kondisi fisik dasar wilayah, yaitu :
1. Kondisi topografi kawasan;
2. Kondisi geologi dan jenis tanah; dan
3. Kondisi drainase kawasan.
Merujuk pada data karakteristik fisik dasar dan lingkungan binaan, di wilayah Kota Serang,
kondisi Kota Serang dan sekitarnya termasuk kategori sebagai berikut :
1. Kondisi topografi Kota Serang secara umum merupakan permukaan tanah yang relatif
datar dengan ketinggian berada diantara 5 - 50 m dpl dan kemiringan lahan rata-rata 0
- 5% sampai lebih dari 40%. Sesuai dengan kondisi topografi yang ada, pemanfaatan
ruang di Kota Serang diarahkan untuk disesuaikan antara kemiringan dan jenis
kegiatan yang akan direncanakan.
2. Secara geologis dan jenis tanah, kondisi tanah di wilayah Kota Serang,
diklasifikasikan sebagai Asosiasi Hidromorf, Pedsolik, Regosol, Regosol dengan > 90
m, Asosiasi Hidromorf Kelabu serta Asosiasi Grey Humus. Berdasarkan sifat-
sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi pengembangan
sebagai kawasan atau lahan budidaya dan faktor penghambat) yang bervariasi dari
rendah sampai tinggi. Sementara klasifikasi tanah lainnya boleh dibudidayakan, tetapi
dengan tetap memperhatikan pengendalian faktor-faktor pembatas masing-masing.
Sedangkan kondisi geologinya termasuk jenis Batuan gunung api, berupa breksi
gunung api, tufa dan lafa yang mengandung batu apung berwarna kuning, berbutir
sedang hingga kasar, batuan gamping koral, berwarna putih, pejal dan pada tempat
memperlihatkan pelapisan, batuan beku terobosan granodiorit dan Alluvial berupa
lumpur, pasir dan kerikil, bentuk satuan morfologi daratan yang mempunyai
kemiringan lereng yang datar dan landai. Jenis ini umumnya bersifat lepas dan
mempunyai tingkat penyerapan air yang cukup baik. Karena itu daya dukung lahan
termasuk kategori relatif terbatas (kepadatan rendah) dengan skor kriteria Keppres
antara 51 s/d 74.
Laporan Draf Akhir
Bab 4 Analisis | Hal | 4
3. Begitu juga secara klimatologis, curah hujan di wilayah ini cukup tinggi (berkisar
antara 1500-2000 mm). Kondisi curah hujan yang cukup berpengaruh terhadap
bahaya erosi. Karena itu, lahan di wilayah ini tidak mempunyai limitasi dari sisi
geologis dan klimatologis (curah hujan) dan termasuk kategori daya dukung lahan
tinggi.
Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan pada kawasan Kota Serang ditinjau dari potensi
fisik kawasan, terdapat 4 (empat) jenis kesesuaian lahan dalam pengembangan kota, yaitu :
1. Kawasan diperbolehkan, merupakan kawasan yang cukup potensial untuk
dikembangkan.
2. Kawasan diperbolehkan dengan syarat, Merupakan kawasan yang dapat
dikembangkan dengan memperhatikan aspek fisik dan daya dukung lahan.
3. Kawasan tidak diperbolehkan, Merupakan kawasan yang tidak dapat dikembangkan.
Kawasan ini secara fisik, daya dukung lahan tidak memungkinkan dikonversi
menjadi kawasan budidaya karena berada di daerah gerakan tanah tinggi, sempadan
sesar aktif dan kawasan lindung.
Analisis Kebutuhan Lainnya.
Analisis kebutuhan lainnya yang mencakup sarana dan prasarana kawasan Banten Lama,
yang secara administrative berada di Kecamatan Kasemen, Kota Serang dan Kecamatan
Kramatwatu di Kabupaten Serang mengikuti arahan perhitungan dan scenario pengembangan
sarana dan prasarana kawasan masing-masing yang tertuang didalam RTRW Kota Serang
2030 dan RTRW Kabupaten Serang.
Sedangkan untuk analisis kebutuhan lainnya meliputi sarana dan prasarana social dan umum,
mengikuti arahan proyeksi dan skenarion pengembangan sarana dan prasarana kawasan yang
tertuang di dalam RTRW Kabupaten Lebak 2034.
Laporan Pendahuluan
Bab 3Metodologi | Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 1
BAB 5 RUMUSAN KONSEP RTR KSP
Rumusan Peranan dan Fungsi RTR Kawasan KSP
1. Acuan perwujudan Kawasan Banten Lama dan Masyarakat Adat Baduy dalam rangka
keselarasan setiap rencana tata ruang terkait,
2. Acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah Provinsi dengan pemerintah
kabupaten/kota serta swasta dan masyarakat terkait perwujudan Kawasan Banten Lama
dan Masyarakat Adat Baduy; dan
3. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah Kawasan
Banten Lama dan Masyarakat Adat Baduy yang meliputi arahan peraturan zonasi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Konsep Tujakstra dan Pengembangan Kawasan Banten Lama
Rumusan Tujuan Penataan Ruang Kawasan Banten Lama
Tujuan penataan ruang KSP Banten Lama adalah mewujudkan tata ruang kawasan Banten
Lama sebagai kawasan pariwisata situs cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia
melalui sadar wisata dan lingkungan dalam rangka mendukung Kota Serang sebagai
Pusat Kegiatan Nasional.
Rumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Banten Lama
Dalam upaya untuk mewujudkan penataan ruang yang telah dijelaskan diatas, maka
kebijakan penataan ruang KSP Banten Lama meliputi;
1) Perlindungan karakter kawasan perdesaan dari dampak negatif pemanfaatan ruang
kawasan perkotaan yang dapat mengancam kualitas ruang Kawasan Banten Lama
sebagai kawasan cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia, strateginya
meliputi :
a. mempertahankan kawasan cagar budaya dari kerusakan permanen akibat
pemanfaatan ruang tanpa memperhatikan kepentingannya bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;
b. mencegah terjadinya pengalihan fungsi lahan ruang terbuka hijau,
persawahan, perkebunan, dan hutan;
c. membatasi perkembangan kawasan terbangun perkotaan; dan
d. membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang mengancam kerusakan situs
yang belum tergali, struktur geologi dan bentang pandang.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 2
2) peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antarpemangku kepentingan
dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Banten Lama.
Rumusan Cakupan Kawasan Banten Lama
Cakupan Banten Lama ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1. Perlindungan situs Istana Keraton Kaibon, Istana Keraton Surosowan, Masjid
Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng Spellwijk, Museum
Kepurbakalaan Banten Lama, dan Danau Tasikardi;
2. Sebaran situs sejarah dan purbakala yang belum tergali; dan
3. Pengendalian bentang pandang dari Masjid Agung Banten Lama hingga danau
tasikardi melingkar 2,5 km.
Rumusan Konsep Pengembangan Kawasan Banten Lama
Konsep pengembangan kawasan banten lama didasarkan atas pertimbangan bentang pandang
dari masjid agung banten lama hingga ke danau tasikardi. Zona ini disebut sebagai BL1 dan
Zona Penyangga meliputi kecamatan Kasemen di Kota Serang dan Kecamatan Kramatwatu
di Kabupaten Serang. Zoba BL 1 adalah radius pandang dari masjid agung Banten Lama
sejauh 2,5 km hingga danau tasikardi. Sedangkan zona penyangga meliputi seluruh
desa/kelurahan (diluar radius BL1) yang berada di Kecamatan Kasemen dan kelurahan/desa
yang masuk dalam administrasi pemerintah kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.
Desa/kelurahan yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi:
1. Kelurahan / Desa Banten;
2. Kelurahan / Desa Bendung;
3. Kelurahan / Desa Kasemen;
4. Kelurahan / Desa Kasunyatan;
5. Kelurahan / Desa Kilasah;
6. Kelurahan / Desa Margaluyu;
7. Kelurahan / Desa Mesjid Priyayi;
8. Kelurahan / Desa Pulo Panjang;
9. Kelurahan / Desa Sawah Luhur;
10. Kelurahan / Desa Terumbu;
11. Kelurahan / Desa Warung Jaud.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 3
Gambar 4. 1. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL1)
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Gambar 4. 2. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL1)
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 4
Gambar 4. 3. Konsep Cakupan Kawasan Banten Lama (BL2)
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 1
Rumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan
Rencana struktur ruang Kawasan Banten Lama ditetapkan dalam rangka mendukung upaya
pelestarian dan pengembangan Kawasan Banten Lama sebagai kawasan cagar budaya
nasional dan warisan budaya dunia. Rencana struktur ruang kawasan Banten Lama terdiri
atas:
1. Rencana sistem pusat permukiman; dan
2. Rencana sistem jaringan prasarana.
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Rencana sistem pusat permukiman diarahkan pada terbentuknya hierarki dan fungsi kawasan
permukiman perdesaan yang terintegrasi dalam pengembangan wilayah Kota Serang dan
Kabupaten Serang. Sistem pusat permukiman merupakan pusat kegiatan lokal berupa
Permukiman Banten Lama dengan kegiatan utama pemerintahan, pusat perdagangan dan
jasa, perikanan serta kegiatan lainnya dalam skala pelayanan kecamatan yang selaras
dengan upaya pelestarian Kawasan Banten Lama.
Rencana Sistem Pusat Permukiman meliputi;
1. Permukiman yang berada di kawasan cagar budaya berdasarkan penetapan RTRW Kota
Serang;
2. Permukiman berkepadatan rendah disisi selatan sepanjang jalan Banten Lama;
3. Permukiman kepadatan rendah mencakup seluruh kawasan yang berada di sisi timur;
4. Permukiman berkepadatan rendah mencakup kawasan yang masuk dalam radius
pengembangan kawasan banten lama di Kecamatan Kramatwatu di kabupaten Serang.
Gambar 4. 4. Blok Kawasan Permukiman Banten Lama
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 2
Gambar 4. 5. Konsep Pengembangan Kawasan Permukiman Banten Lama
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 1
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Rencana sistem jaringan prasarana kawasan banten lama meliputi:
1. Sistem jaringan transportasi;
2. Sistem jaringan kereta api;
3. Sistem jaringan penyeberangan ke Pulau Burung/P Dua
4. Sistem jaringan drainase dan pedestrian;
5. Sistem jaringan persampahan;
6. Sistem jaringan mitigasi;
7. Sistem jaringan air minum;
8. Sistem jaringan sumber daya air.
Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi ditetapkan dalam rangka mendukung kegiatan social masyarakat
dan ekonomi wilayah yang selaras dengan upaya pelestarian Kawasan Banten Lama sebagai
kawasan cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia. Sistem jaringan transportasi
meliputi system jaringan transportasi darat.
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat berupa sistem jaringan jalan yang terdiri atas jaringan jalan
dan lalu lintas dan angkutan jalan. Jaringan jalan terdiri atas:
1. Jaringan jalan arteri primer;
2. Jaringan jalan kolektor primer 2;
3. Jaringan jalan lokal; dan
4. Jaringan jalan strategis nasional.
Jaringan Jalan Arteri Primer
Jaringan jalan arteri primer meliputi:
1. Jalan Nasional Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Batas DKI Jakarta;
2. Jalan ‘Ring Utara’ pada ruas Pantura Bojonegara – Banten Lama – Tirtayasa – Kronjo
– Mauk – Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta;
3. Jalan Raya Serang – Cilegon.
Jalan Bebas Hambatan
Jaringan jalan toll/bebas hambatan yakni Tangerang – (Melintasi Kota Serang) Merak
Jaringan Jalan Arteri Sekunder
Jaringan Jalan Arteri Sekunder, meliputi Jalan Serang-Bantenlama, dan Jalan Banten –
Swahluhur;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 2
Jaringan Jalan Provinsi
Pengembangan Jaringan jalan provinsi banten dalam upaya mendukung pengembangan,
peningkatan dan pemantapan jalan “Ring Utara” meliputi:
1. Banten Lama – Pontang;
2. Lopang – Banten Lama.
Jaringan Jalan Lokal
Jaringan jalan lokal meliputi seluruh jaringan jalan local yang masuk dalam cakupan kawasan
Banten Lama.
Terminal
Pengembangan terminal tipe B di sub pusat pelayanan utara, di Desa Kasunyatan.
Sentral Parkir
Sentral parkir khusus ditetapkan dalam rangka menyediakan fasilitas parkir terpusat untuk
kendaraan pengunjung ke kawasan situs Banten Lama sebagai tempat pergantian moda
angkutan ke moda angkutan khusus situs situs yang ada. Sentral parkir khusus berada di Desa
Banten.
Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api
Mendukung pengembangan jaringan sarana dan prasarana kereta api di Kecamatan Kasemen
(Kota Serang) dan Kecamatan Kramatwatu (Kab Serang)
Sistem Jaringan Transportasi Penyeberangan
Pengembangan system jaringan transportasi penyeberangan dari pelabuhan karangantu –
pulau dua atau dikenal dengan ‘Pulau Burung” (kawasan wisata cagar alam/pelestarian alam).
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Mendukung pengembangan kawasan pelabuhan perikanan nusantara Karangantu juga sebagai
pelabuhan pengumpul di Kecamatan Kasemen.
Sistem Jaringan Drainase dan Pedesterian
Pengembangan dan peningkatan system jaringan drainase di dalam kawasan banten lama
disertai dengan pedestrian dan jalur pesepeda.
Sistem Jaringan Persampahan
Pengembangan dan peningkatan jaringan persampahan berupa TPS yang terintegrasi dengan
kesisteman pengelolaan persampahan Kota Serang.
Sistem Jaringan Mitigasi
Penyediaan rambu arahan jalur evakuasi dan pengembangan prasarana jalan yang menjadi
jalur evakuasi mengarah ke Pusat Pelayanan Kota Serang, dengan titik kumpul adalah jalan
Nasional dan stadium maulana yusuf.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 3
Sistem Prasarana Air Minum
Pengembangan system prasarana air minum berupa tendon-tandon air skala desa tersebar,
dilayani oleh dinas terkait kepada kawasan-kawasan rawan air. Pencegahan pencemaran CAT
yang ada.
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Arahan pengelolaan sumberdaya air, meliputi semua sumber air baku dari Sungai Cibanten
dan sungai - sungai yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan
untuk berbagai kepentingan.
Rumusan Rencana Pola Ruang Kawasan
Rencana pola ruang Kawasan Banten Lama ditetapkan dalam rangka mendukung upaya
pelestarian Kawasan Banten Lama sebagai kawasan cagar budaya nasional dan warisan
budaya dunia.
Kawasan Cagar Budaya. Kawasan cagar budaya pada BL-1 dan BL-2 terdiri atas:
1. Kawasan situs Istana Keraton Kaibon, Surosowan, benteng spellwijk, Masjid Agung
Banten, Vihara Avalokitesvara, Danau Tasikardi termasuk Museum Kepurbakalaan;
2. Kawasan konservasi Pulau Dua “P Burung”;
3. Kawasan perlindungan setempat;
4. Kawasan peruntukan pertanian;
5. Kawasan industry dan pergudangan; dan
6. kawasan peruntukan permukiman.
Dalam kawasan cagar budaya dapat ditetapkan zona inti, zona penyangga, zona
pengembangan, dan zona penunjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang cagar budaya. Kawasan situs banten lama meliputi situs Istana Keraton Kaibon,
situs Istana Surosowan, situs benteng spellwijk, situs masjid agung, situs vihara
avalokitesvara dan situs danau tasikardi
Kawasan situs Danau Tasikardi berada di Desa Kasunyatan, situs Istana Keraton Kaibon,
situs Istana Surosowan, situs benteng spellwijk, situs masjid agung, situs vihara
avalokitesvara berada di Desa Banten.
Kawasan Konservasi Pulau Dua “P Burung” Kawasan konservasi Pulau Dua atau yang dikenal dengan Pulau Burung terletak di Desa
Sawah Luhur Kecamatan Kasemen.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 4
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan sempadan sungai didalam kawasan banten lama meliputi sungai Cibanten; kawasan
sempadan pantai di Karangantu dan sawah luhur; kawasan pantai berhutan bakau di Pulau
Dua “Pulau Burung”.
Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tsunami di pantai utara desa banten
dan sawah luhur serta desa sisi utara di kecamatan kramatwatu Kabupaten Serang
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kawasan ruang terbuka hijau meliputi sempadan rel kereta api, sempadan sungai Cibanten,
sempadan pantai di desa Banten dan Sawahluhur, median jalan dan pengaman jalan dan
Pulau Dua ‘Pulau Burung” di Desa Sawahluhur.
Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian system irigasi teknis mapun setengah irigasi teknis meliputi di
sebagian desa Kasunyatan, sebagian desa Kilasah, sebagian desa sawahluhur dan sebagian
desa Terumbu.
Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikan meliputi pertambakan dan kawasan pelabuhan yakni sebagian
desa sawahluhur, sebagian desa banten.
Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan Kawasan industry dan pergudangan meliputi sebagian wilayah desa sawahluhur.
Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan peruntukan permukiman meliputi sebagian wilayah desa Banten, sebagian wilayah
desa Sawahluhur, sebagian wilayah desa Margaluyu, sebagian wilayah desa Kasunyatan,
sebagian wilayah desa Kasemen, sebagian wilayah desa Kilasan, sebagian wilayah desa
Terumbu, sebagian wilayah desa Mesjid Priyayi, sebagian wilayah desa Bendung, dan
sebagian wilayah desa Warung Jaud.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 5
Gambar 4. 6. Konsep Rencana Struktur Ruang Banten Lama
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 6
Gambar 4. 7. Konsep Rencana Pola Ruang Banten Lama
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 7
Konsep Tujakstra dan Pengembangan Kawasan Masyarakat Adat Baduy
Konsep tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kawasan masyarakat adat Baduy
merupakan usulan (draf) rumusan arahan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. Konsep
ini merupakan hasil tumpang tindih antar dokumen kebijakan spasial seperti RTRWN,
RTRW Jawa Bali, RTRW Provinsi Banten dan RTRW Kabupaten Lebak. Dokumen spasial
kegiatan revitalisasi kawasan masyarakat adat Baduy menjadi masukan dalam pekerjaan ini.
Rumusan Tujuan Penataan Ruang Kawasan Baduy
Tujuan Penataan Ruang KSP Masyarakat Adat Baduy adalah mewujudkan tata ruang
kawasan masyarakat adat baduy berdasarkan nilai social, budaya, dan lingkungan
Baduy dalam rangka menjamin kelestarian tata air wilayah banten dan kesejahteraan
masyarakat.
Rumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Permukiman Adat
Baduy
Dalam upaya untuk mewujudkan penataan ruang yang telah dijelaskan diatas, maka
kebijakan penataan ruang KSP Permukiman Adat Baduy meliputi;
1) Perlindungan karakter kawasan perdesaan dari dampak negatif pemanfaatan ruang
kawasan yang dapat mengancam kualitas ruang Kawasan Permukiman adat Baduy
sebagai kawasan budaya social dan lingkungan wilayah Banten, strateginya
meliputi :
a. mempertahankan kawasan permukiman adat baduy dari kerusakan
permanen akibat pemanfaatan ruang tanpa memperhatikan tata nilai
kelestarian hutan;
b. mencegah terjadinya pengalihan fungsi lahan ruang, persawahan,
perkebunan, dan hutan;
c. membatasi perkembangan kawasan terbangun; dan
d. membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang mengancam kerusakan situs
keramat budaya social Baduy dan lingkungan sekitarnya.
2) Peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antarpemangku kepentingan
dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Permukiman Adat Baduy.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 8
Rumusan Cakupan Kawasan Permukiman Adat Baduy
Cakupan Permukiman Adat Baduy ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1. Perlindungan kawasan permukiman adat Baduy dalam dan luar
2. Sebaran kawasan pertanian lahan pangan Baduy; dan
3. Pengendalian kawasan lindung Baduy.
Rumusan Konsep Pengembangan Kawasan Baduy
Konsep pengembangan kawasan banten lama didasarkan atas pertimbangan wilayah desa
Kanekes sebagai kawasan inti. Zona ini disebut sebagai BY1 dan Zona Penyangga (BY2)
meliputi kecamatan Leuwidamar, sebagian kecamatan Muncang, sebagian wilayah
kecamatan Cijaku, sebagian wilayah kecamatan Bojongmanik dan sebagian wilayah
kecamatan Sobang. Zona BL 1 adalah radius dari desa Kanekes hingga ke batas hutan
lindung di Kecamtan Muncang dan Sobang. Sedangkan zona penyangga meliputi seluruh
desa/kelurahan (diluar desa Kanekes BY1) berada di Kecamatan Leuwidamar dan
kelurahan/desa lainnya yang masuk dalam radius pengembangan kawasan Baduy.
Berdasarkan pengelompokkkannya Baduy Dalam terdiri atas Cibeo, Cikartawana dan
Cikeusik. Sedangkan Baduy Luar meliputi Ciboleger, Kaduketuk, Gajeboh, Cikadu, dan
Cisagu.
Desa/kelurahan yang berada di Kecamatan Leuwidamar meliputi Desa Bojongmenteng, Desa
Cibungur, Desa Cisimeut, Desa Cisimeut Raya, Desa Jalupang Mulya, Desa Kanekes, Desa
Lebak Parahiang, Desa Leuwidamar, Desa Margawang, Desa Nayagati, Desa Sangkanwangi
dan Desa Wantisari.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 9
Gambar 4. 8. Konsep Cakupan Kawasan Baduy
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Kec. Muncang, Kec Bojongmanik,
Kec. Cijaku, Sobang
Kec. Leuwidamar
Baduy Luar (Ciboleger,
Kaduketuk, Gajeboh, Cisagu, Cikadu)
Baduy Dalam (Cibeo,
Cikartawana, Cikeusik)
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 10
Gambar 4. 9. Konsep Cakupan Kawasan Baduy (BY1 dan BY2)
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 11
Rumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan
Rencana struktur ruang Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Baduy ditetapkan dalam rangka
mendukung upaya pelestarian dan pengembangan Kawasan Baduy sebagai kawasan cagar
budaya nasional dan warisan budaya dunia. Rencana struktur ruang kawasan baduy terdiri
atas:
1. Rencana sistem pusat permukiman; dan
2. Rencana sistem jaringan prasarana.
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Rencana sistem pusat permukiman diarahkan pada terbentuknya hierarki dan fungsi kawasan
permukiman perdesaan yang terintegrasi dalam pengembangan wilayah Kabupaten Lebak.
Sistem pusat permukiman merupakan pusat pelayanan kawasan berupa Permukiman Baduy
dengan kegiatan utama pemerintahan skala kecamatan dan desa, pengembangan
perdagangan dan jasa, pengembangan pendidikan, pengembangan permukiman,
pengembangan pertanian, dan pengembangan pariwisata yang selaras dengan upaya
pelestarian Kawasan Hal Ulayat Masyarakat Baduy (KAHULAM BADUY).
Rencana Sistem Pusat Permukiman meliputi;
1. Permukiman yang berada di kawasan cagar budaya berdasarkan penetapan RTRW
Provinsi Banten dan RTRW Kabupaten Lebak (Perlu Paduserasi/Harmonisasi);
2. Permukiman berkepadatan rendah di kawasan perdesaan di kecamatan Bojongmanik,
Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cimarga;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 12
Gambar 4. 10. Indikasi Letak KAHULAM Baduy Menurut RTRW Banten
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 13
Gambar 4. 11. Indikasi Letak KAHULAM Baduy Menurut RTRW Kab. Lebak
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 14
Gambar 4. 12. Sebaran Permukiman Perkotaan dan Perdesaan di Kec. Leuwidamar Dsk
Sumber: Analisis Ahli, 2014
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 15
Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Rencana sistem jaringan prasarana kawasan KAHULAM Baduy meliputi:
1. Sistem jaringan transportasi;
2. Sistem jaringan kereta api;
3. Sistem jaringan drainase dan pedestrian;
4. Sistem jaringan persampahan;
5. Sistem jaringan mitigasi;
6. Sistem jaringan air minum;
7. Sistem jaringan sumber daya air.
Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi ditetapkan dalam rangka mendukung kegiatan social masyarakat
dan ekonomi wilayah yang selaras dengan upaya pelestarian Kawasan Banten Lama sebagai
kawasan cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia. Sistem jaringan transportasi
meliputi system jaringan transportasi darat.
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat berupa sistem jaringan jalan yang terdiri atas jaringan jalan
dan lalu lintas dan angkutan jalan. Jaringan jalan terdiri atas:
1. Jaringan jalan arteri primer (Kew. Nasional);
2. Jaringan jalan kolektor primer (Kew. Provinsi);
3. Jaringan jalan lokal; dan
Jaringan Jalan Arteri Primer
Jaringan jalan arteri primer meliputi:
1. Jalan Raya Cipanas
2. Simpang Malingping-Muara Binuangeun
Jaringan Jalan Provinsi
Pengembangan Jaringan jalan provinsi banten dalam upaya mendukung pengembangan,
peningkatan dan pemantapan jalan “Ring Selatan” meliputi:
1. ruas jalan Saketi – Malingping – Simpang (Picung – Simpang Malingping);
2. ruas jalan Cipanas – Warungbanten.
Jaringan Jalan Lokal
Jaringan jalan lokal meliputi seluruh jaringan jalan lokal yang masuk dalam cakupan kawasan
KAHULAM Baduy dsk.
Terminal
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 16
Pengembangan terminal tipe C di Pusat Pengembangan Kawasan Leuwidamar, Terminal
Leuwidamar.
Sentral Parkir
Sentral parkir khusus ditetapkan dalam rangka menyediakan fasilitas parkir terpusat untuk
kendaraan pengunjung ke kawasan KAHULAM Baduy sebagai tempat pergantian moda
angkutan ke moda angkutan khusus kawasan yang ada. Sentral parkir khusus berada di
Leuwidamar.
Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api
1. Mengembangkan jaringan prasarana kereta api regional yang menghubungkan pada
kawasan wisata di wilayah Banten Selatan antara lain melakukan pembangunan kembali
jaringan prasarana kereta api yang tidak dioperasikan pada lintas Labuan – Saketi –
Malingping – Bayah dan Saketi – Rangkasbitung
2. Meningkatkan aksesibilitas jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang melayani
kawasan perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang –Rangkasbitung
(CISEPARANG).
Sistem Jaringan Energi
Pengembangan rencana jaringan listrik berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
dengan kapasitas sebesar 70 (tujuh puluh) kilovolt di/melintasi Kecamatan Leuwidamar dan
jaringan listrik berupa Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan kapasitas sebesar 20
(dua puluh) kilovolt meliputi seluruh Kecamatan.
Sistem Jaringan Telekomunikasi
1. Pengembangan jaringan satelit berupa pengembangan Base Transceiver Station (BTS)
bersama berada wilayah kabupaten Lebak.
2. Pengembangan jaringan telepon nirkabel dilakukan dengan membangun menara
telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) bersama.
3. Pengembangan jaringan telepon kabel berada di seluruh kecamatan Kabupaten Lebak.
Sistem Jaringan Drainase dan Pedesterian
Pengembangan dan peningkatan system jaringan yang terintegrasi dengan sistem satuan
wilayah sungai.
Sistem Jaringan Persampahan
Pengembangan dan peningkatan jaringan persampahan berupa pembangunan tempat
pemrosesan akhir (TPA) sampah di Cipanas dan Leuwidamar;
Sistem Jaringan Mitigasi
Pengembangan jalur evakuasi bencana longsor yang diarahkan di Kabupaten Lebak meliputi:
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 17
1. jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Bojongmanik;
2. jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Leuwidamar;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sobang.
Sistem Prasarana Air Minum
Pengembangan system prasarana air minum berupa tendon-tandon air skala desa tersebar,
dilayani oleh dinas terkait kepada kawasan-kawasan rawan air. Pencegahan pencemaran CAT
yang ada.
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengelolaan Wilayah Sungai strategis nasional yakni Wilayah Sungai Ciujung-Cidurian.
Pengembangan sumber daya air terutama adalah penetapan sumber-sumber air yang bisa
dimanfaatkan dengan melihat kondisi lapangan yang ada. Salah satunya adalah dengan
pemanfaatan waduk yang nantinya juga perlu direncanakan pengembangan waduk, telaga dan
bendungan, untuk cadangan sumber air. Pengembangan sumber daya air berupa embung
direncanakan ada di kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi untuk
pengembanganembung. Pengembangan embung ini dimaksudkan untuk kebutuhan air baku,
pertanian dan juga pengendalian banjir.
Situ/Embung terkait KAHULAM Baduy, yakni :
1. Situ Cibolegar, desa Cisimet di Kec. Leuwidamar;
2. Embung Cikiray, desa Intenjaya di Kec. Leuwidamar;
3. Embung Cidamiang, desa Cisimeut di Kec. Leuwidamar;
4. Embung Ciolot, desa Nayagati di Kec. Leuwidamar;
5. Embung Ciherang , desa Nayagati di Kec. Leuwidamar;
6. Embung Cikere, desa Sindangwangi di Kec. Muncang;
7. Embung Babakanwaluyu, desa Banjaririgasi di Kec. Muncang;
8. Embung Cikareo, desa Sindangwangi di Kec. Muncang;
9. Embung Cirungga, desa Sindangwangi di Kec. Muncang;
10. Embung Curugbala, desa Muncang di Kec. Muncang;
11. Embung kadubugang, desa Mekarwangi di Kec. Muncang;
12. Embung Cisarodok, desa Cimayang di Kec. Bojongmanik;
13. Embung Pasiripis, desa Cirompang di Kec. Sobang;
14. Embung Cikarambuay, desa Sobang di Kec. Sobang;
15. Embung Cilejet, desa Citujah di Kec. Sobang;
16. Embung Taman ligar, desa Majasari di Kec. Sobang;
17. Embung Rancakiarjali, desa Sinanglaya di Kec. Sobang;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 18
18. Embung Cigaleutuk, desa Majasari di Kec. Sobang;
19. Embung Cinangka, desa Sinarjaya di Kec. Sobang;
20. Embung Cikeuyeup Putih, desa Sinarjaya di Kec. Sobang.
Jaringan irigasi di Kabupaten Lebak terdiri dari jaringan teknis (primer, sekunder, tersier) dan
jaringan non teknis. Kedua jaringan ini hampir tersebar merata di kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Lebak. Kondisi saluran-saluran irigasi ini perlu perawatan karena sebagian dari
saluran-saluran ini, terutama saluran teknis mengalami kerusakan pada fisik bangunannya.
Selain itu perlu juga adanya peningkatan terhadap saluran non teknis dan semi teknis lainnya
agar berfungsi lebih optimal untuk mengairi seluruh persawahan areal persawahan yang ada
di Kabupaten Lebak.
Berikut ini daftar irigasi;
1. Irigasi Teknis:
1. DI Cilaki di Kec. Muncang;
2. Irigasi Semi Teknis:
1. DI. Cipeuyah di Kec. Muncang;
2. DI. Cico'o Timur di Kec. Muncang;
3. DI. Eunyay di Kec. Muncang;
4. DI. Cisimeut di Kec. Leuwidamar;
5. DI. Cipanggelangan di Kec. Bojongmanik.
3. Irigasi sederhana;
1. DI. Cikujang di Kec. Muncang;
2. DI. Cibiksir di Kec. Muncang;
3. DI. Cihamberang/ Cireong di Kec. Muncang;
4. DI. Leuwi Urug di Kec. Muncang;
5. DI. Cieksel di Kec. Muncang;
6. DI. Cikokompol di Kec. Muncang;
7. DI. Cireungis di Kec. Muncang;
8. DI. Cirangpang di Kec. Muncang;
9. DI. Ciminyak di Kec. Muncang;
10. DI. Cicareuheun di Kec. Muncang;
11. DI. Cikere di Kec. Muncang;
12. DI. Ciselagunung di Kec. Muncang;
13. DI. Cilunglum di Kec. Muncang;
14. DI. Cupalandak di Kec. Muncang;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 19
15. DI. Cibugang di Kec. Muncang;
16. DI. Citujah/ Ciupih di Kec. Sobang;
17. DI. Cikeuyeup di Kec. Sobang;
18. DI. Cisandingcatang di Kec. Sobang;
19. DI. Cijanotreng di Kec. Sobang;
20. DI. Cipicung di Kec. Sobang;
21. DI. Cipicung I di Kec. Sobang;
22. DI. Ranca Kalo di Kec. Sobang;
23. DI. Cimanual di Kec. Sobang;
24. DI. Karangbuai di Kec. Sobang;
25. DI. Citalahab di Kec. Sobang;
26. DI. Cikawah di Kec. Sobang;
27. DI. Cinangkaruka/ Cipeuteuy di Kec. Sobang;
28. DI. Cinangkaruka di Kec. Sobang;
29. DI. Cibalerangan di Kec. Sobang;
30. DI. Ciastim di Kec. Sobang;
31. DI. Cirompang di Kec. Sobang;
32. DI. Leuwimakam di Kec. Sobang;
33. DI. Ciwalang di Kec. Sobang;
34. DI. Ciparabakti di Kec. Sobang;
35. DI. Serdang Agung di Kec. Sobang;
36. DI. Cikabayan di Kec. Sobang;
37. DI. Cikadongdong di Kec. Leuwidamar;
38. DI. Cicanggo di Kec. Leuwidamar;
39. DI. Cicadek di Kec. Leuwidamar;
40. DI. Cisangiang di Kec. Leuwidamar;
41. DI. Cilengsor di Kec. Leuwidamar;
42. DI. Ciboleger di Kec. Leuwidamar;
43. DI. Cibeas di Kec. Leuwidamar;
44. DI. Cikekel di Kec. Leuwidamar;
45. DI. Ciangsana di Kec. Leuwidamar;
46. DI. Cisimeut Raya di Kec. Leuwidamar;
47. DI. Leuwi Damar di Kec. Leuwidamar;
48. DI. Cibogel di Kec. Leuwidamar;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 20
49. DI. Cikolear di Kec. Leuwidamar;
50. DI. Cimayang II di Kec. Bojongmanik;
51. DI. Cimayang di Kec. Bojongmanik;
52. DI. Cibatok di Kec. Bojongmanik;
53. DI. Tamiang di Kec. Bojongmanik;
54. DI. Cibeunyeur Girang di Kec. Bojongmanik;
55. DI. Cibeunyeur di Kec. Bojongmanik;
56. DI. Cimayang I di Kec. Bojongmanik;
57. DI. Cibengkung di Kec. Bojongmanik;
58. DI. Cimuli di Kec. Bojongmanik;
59. DI. Cicala di Kec. Bojongmanik;
60. DI. Cimindang di Kec. Bojongmanik;
61. DI. Cimayang Girang di Kec. Bojongmanik;
62. DI. Cikeuyeup di Kec. Bojongmanik;
4. Irigasi Pedesaan:
1. DI. Cikarag di Kec. Muncang;
2. DI. Cikeong di Kec. Muncang;
3. DI. Cikeuyeup/ Bondol di Kec. Muncang;
4. DI. Ciciung di Kec. Sobang;
5. DI. Cisereh di Kec. Sobang;
6. DI. Cijengkol di Kec. Sobang;
7. DI. Cimondene di Kec. Sobang;
8. DI. Sindang Agung di Kec. Sobang;
9. DI. Cilesang di Kec. Sobang;
10. DI. Cikaterkes di Kec. Sobang;
11. DI. Cibengkok di Kec. Sobang;
12. DI. Pasir Eurih di Kec. Leuwidamar;
13. DI. Parakan besi di Kec. Leuwidamar;
14. DI. Ciangsana/ Cisimeut di Kec. Leuwidamar;
15. DI. Ciujung Hilir di Kec. Leuwidamar;
16. DI. Cirangkas Hilir/ Swh landeuh di Kec. Leuwidamar;
17. DI. Cibarengkok di Kec. Leuwidamar;
18. DI. Cikadongdong di Kec. Leuwidamar;
19. DI. Ciherang di Kec. Leuwidamar;
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 21
20. DI. Ciareng di Kec. Bojongmanik;
21. DI. Cibiuk di Kec. Bojongmanik;
22. DI. Cibatu di Kec. Bojongmanik;
23. DI. Karangbuay di Kec. Bojongmanik;
24. DI. Batu di Kec. Bojongmanik.
Rencana Pengembangan Sarana Wilayah
rencana pengembangan sarana wilayah merupakan sarana yang sifatnya mendukung
kehidupan masyarakat diantaranya meliputi Sarana Kesehatan, Sarana Pendidikan,
Sarana Peribadatan, Sarana Olahraga dan Sarana Sosial Budaya lainnya mengikuti
scenario dan proyeksi pengembangan wilayah kabupaten.
Rumusan Rencana Pola Ruang Kawasan
Rencana pola ruang KAHULAM Baduy ditetapkan dalam rangka mendukung upaya
pelestarian kawasan sebagai kawasan cagar budaya nasional.
Berdasarkan arahan rencana pola ruang kawasan RTRW Kabupaten Lebak 2032, untuk
kawasan KAHULAM Baduy dsk terdapat kawasan lindung yang meliputi:
1. Hutan Lindung di Kec. Muncang;
2. Kawasan resapan air;
3. Kawasan sempadan sungai;
4. Kawasan sekitar danau/waduk di Kecamatan Leuwidamar dan Sobang;
5. KPA (TNGHS) di Kec. Sobang;
6. Kawasan Baduy di Baduy, Kec. Leuwidamar;
7. Kawasan rawan banjir di Kec. Leuwidamar;
8. Kawasan rawan longsor di Kec. Bojongmanik, Leuwidamar, dan Sobang;
9. Kawasan sempadan mata air di Kec. Sobang.
Kawasan Hutan Lindung.
Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan
guna pengaturan tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan
tanah. Kondisi kualitas dan kuantitas air di Kabupaten Lebak semakin berkurang. Kawasan
hutan lindung yang masuk dalam kawasan KAHULAM Baduy adalah Kecamatan Muncang
dengan luas indikatif mencapai 340, 95 Ha atau sama dengan 10,72% dari luas Kab. Lebak.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 22
Kawasan Resapan Air
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten
Lebak yaitu kawasan resapan air. Kawasan resapan air terkait KAHULAM Baduy meliputi
beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, dan Sobang.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat yang terkait dengan KAHULAM Baduy meliputi sempadan
sungai dan kawasan sekitar danau atau waduk. Kecamatan Bojongmanik terdapat sempadan
sungai seluas 1,213.54 Ha. Untuk Kecamatan Leuwidamar seluas 2,048.85 Ha, untuk
Kecamatan Muncang seluas 1,274.97 Ha, sedangkan Kecamatan Sobang mencapai 1,297.77
Ha dan luasan kawasan sekitar danau/waduk 25,20 Ha.
Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya ini meliputi kawasan taman suaka
alam berupa Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan berupa Kawasan Baduy. Luas wilayah kawasan TNGHS di Kabupaten Lebak
adalah 16.380 Ha atau 4,96 % dari luas Kabupaten Lebak. Untuk kawasan KAHULAM
Baduy tidak seluruhnya masuk dalam cakupan kajian, hanya sebagian wilayah saja.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan-kawasan yang memiliki potensi rawan longsor di KAHULAM Baduy. Menurut
karakteristik bencananya, maka kawasan rawan longsor terkait pengembangan kawasan
Baduy meliputi Kecamatan Bojongmanik, Leuwidamar dan Sobang.
Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi yang terkait dengan KAHULAM Baduy meliputi kawasan
sempadan mata air yang berada di Kecamatan Sobang.
Kawasan Budidaya
Adapun kawasan budidaya yang mencakup kawasan KAHULAM Baduy terdiri atas beberapa
kawasan yang membentuk pola ruang kawasan Baduy, diantaranya meliputi:
1. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi yakni kawasan hutan yang mempunyai fungsi
penghasil kayu dan bukan kayu, serta fungsi resapan air hujan yang secara status milik
negara. Kawasan yang termasuk didalamnya antara lain Kawasan Hutan Produksi Tetap,
Kawasan Hutan Produksi Terbatas, dan Kawasan Hutan yang Dikonversi;
2. Kawasan Peruntukkan Pertanian antara lain daratan yang secara fungsi dibudidayakan
untuk menghasilkan tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, perikanan, dan
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 23
peternakan. Kawasan Peruntukan Pertanian ini meliputi Kawasan Pertanian Tanaman
Lahan Basah, Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Kering, Kawasan produk perkebunan,
Kawasan Peternakan;
3. Kawasan Peruntukkan Pertambangan antara lain kawasan yang memiliki potensimineral
yang ekonomis dan dapat memberikan nilai tambah terhadapperekonomian masyarakat
maupun pendapatan daerah jikadieksploitasi secara bertanggungjawab;
4. Kawasan Peruntukkan Industri antara lain kawasan yang memiliki fungsi utama kegiatan
industri.
5. Kawasan Peruntukkan Pariwisata antara lain kawasan yang secara fungsi dapat
memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai nilai budaya lokal dan
keindahan alam;
6. Kawasan Peruntukkan Permukiman antara lain kawasan yang memiliki fungsi sebagai
tempat tinggal dan tempat kegiatan, serta tempat berkumpulnya tempat hunian;
7. Kawasan Peruntukkan Permukiman antara lain kawasan yang memiliki fungsi sebagai
tempat tinggal dan tempat kegiatan, serta tempat berkumpulnya tempat hunian;
8. Kawasan Peruntukkan Perikanan antara lain kawasan yang memiliki fungsi sebagai
kawasan budidaya perikanan.
Tabel 4. 1. Luasan Kawasan Budidaya di KAHULAM Baduy
Kawasan Budidaya Kecamatan/Luas (Ha)
Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang
Hutan Produksi Terbatas 831.86 276.17 1,706.15 2,306.48
Hutan Produksi Tetap - 150.83 - -
Perkebunan 3,402.05 2,694.94 357.62 1.24
Pertanian Pangan Lahan Basah 984.83 1,173.89 1,087.35 581.76
Pertanian Pangan Lahan Kering 64.23 748.85 115.79 -
Pertambangan 1,174.85 62.98 - 76.82
Permukiman Perdesaan 384.39 741.67 171.07 110.76
Permukiman Perkotaan 28.89 212.11 29.60 110.94
Total 6,871.10 6,061.44 3,467.58 3,188.00
% 2.99 2.64 1.51 1.39
Sumber: Materi Teknis RTRW Kab Lebak 2032, 2014.
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 24
Kawasan Hutan Produksi
Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan
untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan
industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi akan dikembangkan dalam rangka mendukung
perekonomian wilayah dan kelestarian alam dan lingkungan (ekosistem). Didalam kawasan
KAHULAM Baduy terdapat Hutan produksi terbatas yang berada di Kec. Leuwidamar,
Bojongmanik, Muncang dan Sobang. Sedangkan hutan produksi tetap hanya berada di Kec,
Leuwidamar.
Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan merata di miliki seluruh kecamatan yang masuk dalam KAHULAM
Baduy. Masing-masing luas kawasan perkebunan di Kec. Bojongmanik seluas 3,402.05 Ha,
di Kec. Leuwidamar seluas 2,694.94 Ha, di Kec. Muncang seluas 357.62 Ha dan di Kec.
Sobang seluas 581.76 Ha.
Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Lebak sejumlah 22 jenis, dimana
dari 22 jenis komoditas tersebut terdapat beberapa komoditas yang memenuhi potensi cukup
baik dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Lebak yaitu karet, kelapa sawit,
kakao, kopi, aren, melinjo, cengkeh, kelapa dalam.
Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah
Kawasan pertanian pangan lahan basah merata di miliki seluruh kecamatan yang masuk
dalam KAHULAM Baduy. Masing-masing luas kawasan perkebunan di Kec. Bojongmanik
seluas 984.83 Ha, di Kec. Leuwidamar seluas 1,173.89 Ha, di Kec. Muncang seluas 1,087.35
Ha dan di Kec. Sobang seluas 581.76 Ha.
Kawasan Pertanian Pangan Lahan Kering
Kawasan pertanian pangan lahan kering merata di miliki dibeberapa kecamatan yang masuk
dalam KAHULAM Baduy. Masing-masing luas kawasan perkebunan di Kec. Bojongmanik
seluas 64.23 Ha, di Kec. Leuwidamar seluas 748.85 Ha, dan di Kec. Muncang seluas 115.79
Ha.
Kawasan Pertambangan
Pertambangan mineral logam berupa emas, pasir besi, titanium, galena, mangan dan batubara
seluas kurang lebih 144.474 Ha dan tersebar di Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan
Muncang, Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Sobang
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 25
Pertambangan mineral bukan logam berupa batu gunung, pasir, kalsit, lempung, batu
gamping, tras, kaolin, zeolite, bentonit, feldspar, batu kuarsa seluas kurang lebih 146.498,3 ha
meliputi Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan
Bojongmanik.
Pertambangan batu bara di Kabupaten Lebak seluas 18.729 Ha yang tersebar di beberapa
kecamatan, yaitu Kecamatan Bojongmanik, dan Kecamatan Leuwidamar.
Kawasan pertambangan panas bumi seluas 25.770 Ha, meliputi Pertambangan Gunung
Endut (speculative 100 MW possible 40 MW), meliputi Kecamatan Sobang, Kecamatan
Leuwidamar, Kecamatan Muncang, Kecamatan Sajira, Kecamatan Cipanas dan Kecamatan
Lebakgedong.
Pertambangan minyak dan gas bumi di Kec. Leuwidamar
Kawasan Industri
Pengembangan industri kecil di Kabupaten Lebak yang terkait dengan pengembangan
kawasan KAHULAM Baduy meliputi :
1. Industri gula merah aren, tersebar di Kecamatan Muncang, Leuwidamar,
Bojongmanik, Sajira, Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber, Gunung Kencana,
Bayah dan Cipanas;
2. Industri tenun Baduy, tersebar di Kecamatan Leuwidamar;
3. Industri tempurung kelapa, tersebar di Kecamatan Leuwidamar;
4. Industri pandai besi, tersebar di Kecamatan Bojongmanik, Cibeber dan
Rangkasbitung;
5. Industri anyaman pandan, tersebar di Kecamatan Cikulur, Cileles, Banjarsari, Cijaku,
Malingping dan Bojongmanik.
Kawasan Wisata
Selain Kawasan Baduy sendiri yang memiliki daya tarik wisata, kawasan penyangga yang
memiliki daya tarik wisata adalah kec Bojongmanik yang memiliki Goa Sangkir sebagai
kawasan wisata geologi. Sedangkan di Kecamatan Sobang terdapat Kawah Cipanas.
Kawasan Permukiman Perdesaan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Lebak, kawasan permukiman perdesaan dikembangkan
dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan permukiman
perdesaan adalah di seluruh kecamatan dengan memperhatikan pengelompokkan eksisting
dan ketersediaan lahan untuk pertanian/mata pencaharian, serta tidak berada pada wilayah-
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rumusan Tujakstra & Konsep Pengembangan | Hal | 26
wilayah rawan bencana. Kawasan permukiman perdesaan meliputi seluruh kecamatan yang
masuk dalam kawasan pengembangan kawasan Baduy.
Kawasan Permukiman Perkotaan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Lebak, permukinan perkotaan dikembangkan dengan pola
linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama.Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi
dan memiliki lokasi yang strategis. Kawasan permukiman perkotaan meliputi seluruh
kecamatan yang masuk dalam kawasan pengembangan kawasan Baduy.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan budi daya, berupa perikanan budi daya air tawar yaitu
ikan mas, ikan nila, ikan gurame, ikan patin dan ikan lele berada di Kec. Muncang.
Laporan Pendahuluan
Bab 4 Rencana Kerja| Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 1
BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Banten Lama dan KAHULAM
Baduy merupakan acuan dalam perwujudan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Kawasan Banten Lama dan KAHULAM Baduy. Arahan pemanfaatan
ruang terdiri atas:
1. Indikasi program utama;
2. Indikasi sumber pendanaan;
3. Instansi pelaksana;
4. Indikasi waktu pelaksanaan.
Indikasi Program Utama
Program utama ditetapkan untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten, dan/atau masyarakat. Waktu pelaksanaan terdiri atas 5 (lima)
tahapan, sebagai dasar bagi pelaksana kegiatan, baik pusat maupun daerah dalam menetapkan
prioritaspembangunan pada Kawasan KSP Banten Lama dan KSP KAHULAM Baduy,
meliputi:
1. tahap pertama pada periode tahun 2015-2019;
2. tahap kedua pada periode tahun 2020-2024;
3. tahap ketiga pada periode tahun 2025-2029;
4. tahap keempat pada periode tahun 2030-2033; dan
Rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan
indikasi waktu pelaksanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 1
Tabel 5. 1. Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan Pemafaatan Ruang KSP Banten Lama
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
A KSP BANTEN LAMA
I PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
A Perwujudan Sistem Pusat Permukiman
1 Sistem Pusat Permukiman
1.1 Pusat Kegiatan Lokal Banten Lama
a Penataan dan pemantapan kualitas lingkungan pusat
kegiatan pemerintahan kecamatan Kasemen
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
b Penataan dan pemantapan kualitas lingkungan pusat
kegiatan perdagangan, jasa dan perikanan
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
B Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
1 Penyusunan rencana induk infrastruktur BL 1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
2 Sistem Jaringan Transportasi Darat
2.1 Jaringan Jalan Arteri Primer
Pemeliharaan kualitas ruas jalan nasional Merak – Cilegon –
Serang – Tangerang – Batas DKI Jakarta
Kec. Kasemen APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
Pemeliharaan kualitas ruas jalan nasional Jalan ‘Ring Utara’
pada ruas Pantura Bojonegara – Banten Lama – Tirtayasa –
Kronjo – Mauk – Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta
Kec. Kasemen APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
Pemeliharaan kualitas ruas jalan nasional Jalan Raya Serang
– Cilegon.
Kec. Kasemen APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
Pemeliharaan kualitas jalan bebas hambatan ruas
Tangerang- Merak
Kec. Kasemen APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
2.2 Jaringan Jalan Provinsi
Pengembangan, pemingkatan dan pemantapan jaringan jalan
provinsi dalam upaya mendukung jalan ‘ring utara’ yakni
ruas Banten Lama - Pontang
Kec. Kasemen APBD Provinsi dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, pemingkatan dan pemantapan jaringan jalan
provinsi dalam upaya mendukung jalan ‘ring utara’ yakni
ruas Lopang – Banten Lama
Kec. Kasemen APBD Provinsi dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 2
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2.3 Jaringan Jalan Lokal
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan ruas jalan
lokal yang masuk dalam cakupan wilayah kawasan Banten
Lama
BL-1 & BL-2 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████ ████ ████
2.4 Terminal
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan terminal tipe
B di sub pusat pelayanan utara
Desa
Kasunyatan
APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
2.5 Sentral Parkir
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan sentral parker
pengunjung kawasan situs Banten Lama
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
2.6 Jaringan Kereta Api
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan jaringan rel
kereta api yang melintasi kawasan situs Banten Lama
Kec. Kasemen
dan Kec.
Kramatwatu
APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Perhubungan ████ ████ ████ ████
2.7 Stasiun Kereta
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan stasiun
penumpang
Kec. Kasemen APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Perhubungan ████ ████
3 Sistem Jaringan Transportasi Laut
3.1 Pelabuhan Wisata
Pengembangan jaringan penyeberangan Pelabuhan Wisata
Karangantu – Pelabuhan Pulau Dua/Pulau Burung
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
3.2 Alur Penyeberangann
Pengembangan dan peningkatan alur penyeberangan
Pelabuhan Wisata Karangantu – Pelabuhan Pulau Dua/Pulau
Burung
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
3.3 Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pengembangan dan peningkatan pelabuhan perikanan
Karangantu
Desa Banten APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████ ████ ████
4 Sistem Jaringan Drainase dan Pedesterian
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan jaringan
drainase dan jalur pesepeda di BL-1
BL-1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan jaringan
drainase dan jalur pesepeda di BL-2
BL-2 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 3
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5 Sistem Jaringan Persampahan
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan jaringan
persampahan yang terintegrasi dengan kesisteman Kota
Serang
BL-1 & BL-2 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████ ████ ████
Pengembangan dan peningkatan TPS Terpadu BL-2 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
Pengembangan kelompok bank sampah di desa sadar wisata BL-1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
6 Sistem Jaringan Air Minum
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan jaringan air
minum terintegrasi dengan kesisteman perkotaan
BL-1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████ ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan penyediaan
air minum berupa IPA Umum
BL-1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan penyediaan
IPA Air Minum di desa sadar wisata
BL-1 APBD Kota dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah Kota
Serang ████ ████
7 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan sungai
Cibanten
BL-1 APBD Provinsi, APBD
Kota dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi CAT BL-1 & BL-2 APBD Provinsi, APBD
Kota dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
8 Sistem Jaringan Mitigasi Bencana
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan jalur
evakuasi bencana
BL-1 & BL-2 APBD Provinsi, APBD
Kota dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi bangunan dan
area evakuasi bencana
BL-1 & BL-2 APBD Provinsi, APBD
Kota dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 4
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi marka/tanda
mitigas bencana
BL-1 & BL-2 APBD Provinsi, APBD
Kota dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
II PERWUJUDAN POLA RUANG
A Pelestarian Situs Banten Lama
1 Penyusunan Rencana Induk Pelestarian
Penyusunan Rencana Induk Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya
Desa Banten APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████
2 Pelestarian Situs Banten Lama
a Perlindungan Situs Istana Keraton Kaibon Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
b Perlindungan Situs Istana Keraton Surosowan Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
c Perlindungan Masjid Agung Banten Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 5
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
d Perlindungan Vihara Avalokitesvara Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
e Perlindungan Situs Benteng Spellwijk Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
f Perlindungan Situs Danau Tasikardi Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
g Revitalisasi Danau Tasikardi Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
h Pemeliharaan Taman Situs Keraton Kaibon Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
Kementerian
Pendidikan dan ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 6
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
sumber lain yang sah Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
i Pemeliharaan Taman Situs Istana Keraton Surosowan Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
j Pemeliharaan Taman Masjid Agung Banten Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
k Pemeliharaan Vihara Avalokitesvara Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
l Pemeliharaan Taman Situs Benteng Spellwijk Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 7
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
m Pemeliharaan Taman Danau Tasikardi Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
n Revitalisasi Museum Kepurbakalaan Banten Lama Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
3 Pelestarian Cagar Budaya
a Perlindungan situs cagar budaya Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
b Pelestarian budaya tak benda Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
c Penelitian dan pemanfaatan cagar budaya Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 8
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
d Pembinaan masyarakat sadar pelestarian kawasan Kawasan
Banten Lama APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
B Konservasi Pulau Dua “P Burung”
Konservasi kawasan Pulau Dua “Pulau Burung” Kawasan
Banten Lama
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
C Kawasan Perlindungan Setempat
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan pantai sekitar pantai Karangantu
BL1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan pantai sekitar sawah luhur
BL 2 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan pantai sekitar Pulau Dua “P Burung”
BL 2 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
D Kawasan Rawan Bencana Alam
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan rawan tsunami di Pantai Utara Desa Banten
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 9
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan rawan tsunami di Pantai Utara Desa Sawah
Luhur
BL 2 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
E Kawasan Peruntukan Pertanian
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan pertanian
sebagian desa
Kasunyatan,
sebagian desa
Kilasah,
sebagian desa
sawahluhur
dan sebagian
desa Terumbu.
APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang ████ ████ ████ ████
F Kawasan Peruntukan Perikanan Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan perikanan
sebagian desa
sawahluhur,
sebagian desa
banten
APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
G Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan industry dan pergudangan
sebagian desa
sawahluhur
APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
H Kawasan Peruntukan Permukiman
Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan permukiman
BL 1 dan BL
2
APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████ ████
I Penataan Desa Wisata
a Penentuan dan penetapan desa potensial menjadi desa sadar
wisata
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 10
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
b Penyusunan masterplan revitalisasi desa sadar wisata BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████
c Penyiapan konsolidasi lahan untuk revitalisasi desa sadar
wisata
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████
d Pelaksanaan revitalisasi desa sadar wisata BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
e Rehabilitasi rumah tradisional berlanggam Banten BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
f Pembinaan masyarakat sadar wisata kreatif BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████
g Peningkatan kapasitas usaha komunitas setempat khas
Banten
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████
h Penguatan kelompok swadaya masyarakat wisata BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████ ████
J Penataan Kawasan Pendukung Kegiatan Pariwisata
Penyusunan Rencana Induk Pariwisata BL 1 APBN, APBD Provinsi,
APBD Kota, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif,
Kementerian
████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 11
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pekerjaan Umum,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
Penyusunan RTBL Kawasan Pendukung BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
Pelaksanaan fisik dan supervisi BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
K Penataan Kawasan Pendukung Banten Lama
a Penataan Kawasan Perdagangan dan Jasa
1 Penyiapan konsolidasi lahan penataan kawasan perdagangan
dan jasa di sekitar situs (bila diperlukan)
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
2 Revitalisasi kawasan pasar banten lama (karangantu)
menjadi pusat perdagangan jasa wisata
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
3 Penyusunan RTBL jalan koridor banten – karangantu BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
4 Relokasi kios-kios makanan/minuman dan souvenir ke
lokasi baru/terpusat.
BL 1 APBD Provinsi, APBD
Kota, dan/atau sumber lain
yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kota
Serang
████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 12
Tabel 5. 2. Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan Pemafaatan Ruang KSP KAHULAM Baduy
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
B KSP KAHULAM Baduy
I PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
A Perwujudan Sistem Pusat Permukiman
1 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Leuwidamar
Penataan dan pemantapan kualitas lingkungan pusat
kegiatan pemerintahan kecamatan Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
Penataan dan pemantapan kualitas lingkungan pusat
kegiatan perdagangan dan jasa Ds. Kanekes
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
Penataan dan pemantapan kualitas lingkungan pusat
kegiatan pariwisata budaya Ds. Kanekes
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
B Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
1 Penyusunan rencana induk infrastruktur berbasis daya
dukung dan kearifan lokal Ds. Kanekes (BY-1)
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
2 Jaringan Transportasi Darat
2.1 Jaringan Jalan Arteri Primer
Pemeliharaan kualitas ruas jalan nasional Jalan Raya
Cipanas BY 1 & BY 2
APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
Pemeliharaan kualitas ruas jalan nasional Simpang
Malingping-Muara Binuangeun BY 1 & BY 2
APBN dan/atau sumber
lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum ████ ████ ████ ████
2.2 Jaringan Jalan Provinsi
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan ruas jalan
provinsi dalam mendukung pengembangan jalan ‘ring BY 1 & BY 2
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
Pemerintah
Provinsi Banten, ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 13
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
selatan” ruas jalan Saketi – Malingping – Simpang (Picung
– Simpang Malingping);
sumber lain yang sah Pemerintah
Kabupaten
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan ruas jalan
provinsi dalam mendukung pengembangan jalan ‘ring
selatan” ruas jalan Cipanas – Warungbanten.
BY 1 & BY 2
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.2 Jaringan Jalan Kabupaten
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan ruas jalan
kabupaten dalam mendukung kawasan sosial budaya Baduy BY 1 & BY 2
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.3 Terminal
Pengembangan dan peningkatan terminal tipe C di pusat
pengembangan kawasan Leuwidamar Kec. Leuwidamar
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
2.4 Sentral Parkir
Pengembangan dan peningkatan sentral parker wisata
kawasan Baduy Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████
2.4 Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api
Pengembangan dan peningkatan serta pemantapan jaringan
kereta api, yakni pembangunan kembali jaringan kereta
yang tidak dioperasikan kembali rute lintas Labuan – Saketi
–Malingping – Bayah dan Saketi – Rangkasbitung
Kab. Lebak
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
Pengembangan dan peningkatan serta pemantapan jaringan
kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang –
Rangkasbitung (CISEPARANG).
Kab. Lebak
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
2.5 Sistem Jaringan Energi
Pengembangan dan peningkatan jaringan listrik SUTM (70
kV) Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
Kementerian
Energi, ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 14
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
sah Pemerintah
Provinsi
Pengembangan dan peningkatan jaringan listrik SUTR (20
kV) Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Energi,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
2.6 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan dan peningkatan jaringan telepon kabel Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Telekomunikasi,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
Pengembangan dan peningkatan STO Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Telekomunikasi,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
Pengembangan dan peningkatan serta pemantapan jaringan
satelit berupa BTS dan pembangunan tower bersama Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi
dan/atau sumber lain yang
sah
Kementerian
Telekomunikasi,
Pemerintah
Provinsi
████ ████ ████ ████
2.7 Sistem Jaringan Drainase dan Pedesterian
Pengembangan dan peningkatan system drainase yang
terintegrasi dengan wilayah sungai BY-1 & BY-2
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pengembangan dan peningkatan jalur pedestrian pada
kawasan Baduy Luar BY-1 & BY-2
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.8 Sistem Jaringan Persampahan
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan TPA di
Leuwidamar Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 15
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengembangan dan peningkatan TPST Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.9 Sistem Jaringan Mitigasi
Pengembangan dan peningkatan jalur dan ruang mitigasi
bencana
Kec. Leuwidamar,
Kec. Sobang, Kec.
Bojongmanik
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan rehabilitasi marka/tanda
mitigas bencana
Kec. Leuwidamar,
Kec. Sobang, Kec.
Bojongmanik
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.10 Sistem Jaringan Air Minum
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan penyediaan
air minum berupa IPA Umum Baduy Dalam &
Luar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan penyediaan
IPA Air Minum di desa wisata minat khusus Baduy Baduy Dalam &
Luar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
2.11 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan WS Ciujung-
Cidurian Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan pemantapan situ/embung di
Kec Leuwidamar Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 16
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengembangan, rehabilitasi dan pemantapan embung di Kec
Muncang Kec. Muncang
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan pemantapan embung di Kec
Sobang Kec. Sobang
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi DI Irigasi
Teknis
BY-2 Kec.
Muncang
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi DI Irigasi Semi
Teknis
BY-2 Kec.
Muncang,
Leuwidamar,
Bojongmanik
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi DI Irigasi
Sederhana
BY-2 Kec.
Muncang, Sobang
Leuwidamar,
Bojongmanik
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi DI Irigasi
Pedesaan
BY-2 Kec.
Muncang, Sobang
Leuwidamar,
Bojongmanik
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
II PERWUJUDAN POLA RUANG A Pelestarian Situs Baduy 1 Penyusunan Rencana Induk Pelestarian
Penyusunan Rencana Induk Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya Baduy BY-1
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████
2 Pelestarian Situs Baduy Perlindungan Situs Arca Domas Baduy (Zona Suci) Kec. Leuwidamar APBD Provinsi, APBD Provinsi Banten, ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 17
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah Pemerintah
Kabupaten
Perlindungan pemukiman Baduy Dalam Cibeo,
Cikartawarna, dan Cikeusik Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Perlindungan pemukiman Baduy Luar Ciboleger,
Kaduketuk, Gajeboh, Cisagu, dan Cikadu. Kec. Leuwidamar
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
Perlindungan hak ulayat atas tanah Ds. Kanekes
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten ████ ████ ████ ████
3 Pelestarian Cagar Budaya
Pelestarian situs cagar budaya Ds. Kanekes
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan ,
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pelestarian budaya tak benda Baduy Dalam dan
Baduy Luar
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Penelitian dan pemanfaatan cagar budaya
Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan,
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
████ ████ ████ ████
Pembinaan masyarakat sadar pelestarian kawasan Baduy
Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan, ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 18
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Provinsi Banten,
Pemerintah
Kabupaten
B Kawasan Hutan Lindung
Rehabilitasi, Pengembangan dan Peningkatan Fungsi
Kawasan hutan lindung
Sebagian wilayah
Kec. Muncang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
C Kawasan Resapan Air
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan resapan air
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Muncang,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
D Kawasan Perlindungan Setempat
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan perlindungan setempat
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Muncang,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
E Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam TNGHS
Sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 19
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
E Kawasan Rawan Bencana Alam
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan Rawan Bencana Alam
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
F Kawasan Lindung Geologi
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan Sempadan Mata Air
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
G Kawasan Hutan Produksi
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan hutan produksi terbatas
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan hutan produksi tetap Kec. Leuwidamar
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
H Kawasan Perkebunan
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan perkebunan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Kehutanan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 20
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Lebak
I Kawasan Pertanian Pangan
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan pertanian lahan pangan basah
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan pertanian lahan pangan kering
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
J Kawasan Konservasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
Penyusunan rencana induk peningkatan pertanian pangan
berkelanjutan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Penentuan batas deliniasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Pemeliharaan kawasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 21
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Lebak
Pengembangan usaha agribisnis (organic)
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Penguatan lembaga ekonomi perdesaan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu tanaman
pangan berkelanjutan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Penyaluran subsidi benih tanaman pangan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Pengelolaan system penyediaan dan pengawasan sarana
produksi tanaman pangan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Pertanian,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
J Kawasan Pertambangan
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi Kec. Leuwidamar, APBN, APBD Provinsi, Kementerian ████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 22
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
kawasan pertambangan mineral logam dan mineral bukan
logam
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah ESDM,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan pertambangan batu bara
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
ESDM,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan pertambangan panas bumi
sebagian wilayah
Kec. Sobang Kec. Leuwidamar,
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
ESDM,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Rehabilitasi, pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan minyak dan gas bumi Kec. Leuwidamar,
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
ESDM,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
K Kawasan Industri
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan kegiatan
industry kecil dan menengah
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Parekraf,
Kementerian
Industri dan
Perdagangan,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan | Hal | 23
NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2029
2030-
2033
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
L Kawasan Wisata
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan kawasan
wisata
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Kementerian
Parekraf,
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
M Kawasan Permukiman Perdesaan dan Perkotaan
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan kawasan
Perdesaan
Kec. Leuwidamar,
Sebagian wilayah
kec. Bojongmanik,
sebagian wilayah
Kec. Sobang
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
N Kawasan Perikanan
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan kawasan
Perikanan Budidaya air tawar
Sebagian wilayah
kec. Muncang
APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, dan/atau
sumber lain yang sah
Pemerintah
Provinsi Banten,
Pemerintah Kab.
Lebak
████ ████ ████ ████
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rencana Kerja Selanjutnya | Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP | Hal | 1
BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah diatur dalam undang - undang Nomor 26
Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang pasal 35, disebutkan bahwa : “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi”. Dengan demikian fungsi penge ndalian pemanfaatan ruang akan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan selanjutnya digunakan menciptakan tertib
tata ruang.
Dalam PP No. 26 Tahun 2008 pasal 85, disebutkan bahwa : “Arahan Pengendalian
pemanfaatan ruang Wilayah Nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan pemanfaatan ruang wilayah nasional yang terdiri dari indikasi
arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perijinan, arahan pemberian intensif dan
disintensif, dan arahan sanksi.
Arahan Penentuan Zonasi
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa :
1. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang.
3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan :
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
4. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi
untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas:
a. Sistem perkotaan nasional;
b. Sistem jaringan transportasi nasional;
c. Sistem jaringan energi nasional;
d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional;
e. Sistem jaringan sumber daya air;
f. Kawasan lindung nasional; dan
Laporan Draf Akhir
Bab 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP | Hal | 2
g. Kawasan budi daya.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 36, disebutkan bahwa peraturan zonasi
merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang
disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan
zonasi berisi ketentuan yang harus, yang boleh, atau yang tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar
ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan
bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain yang
dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan
keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan
jaringan listrik tegangan tinggi.
Laporan Draf Akhir
Bab 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP | Hal | 1
Tabel 6. 1. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP Banten Lama
Tujuan:
No Kawasan
Jenis Kegiatan Intensitas Pemanfaatan
Ruang Ketentuan Prasarana
dan Sarana Minimal Jenis kegiatan yang
diperbolehkan
Jenis kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan tidak diperbolehkan
KDB
Maks
KLB
Maks
KDH
Min (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rencana Kerja Selanjutnya | Hal | 1
Laporan Draf Akhir
Bab 5 Rencana Kerja Selanjutnya | Hal | 1
PENUTUP