laporan buta warna

23
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA BUTA WARNA OLEH: DWI PUTRI AGUSTIN 100210103041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNGETAHUAN UNIVERSITAS JEMBER

Upload: putri-memang-seorang-putri

Post on 02-Aug-2015

439 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Dwi Putri Agustin-Unej

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Buta Warna

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

BUTA WARNA

OLEH:

DWI PUTRI AGUSTIN

100210103041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNGETAHUAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: Laporan Buta Warna

I. JUDUL :

BUTA WARNA

II. TUJUAN :

Mengetahui tes buta warna

III. DASAR TEORI :

Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut mata

untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Buta warna bisa disebabkan karena faktor

genetis maupun faktor lain seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak

dan retina, maupun pengaruh sinar UV. Oleh karena itu, seseorang yang menderita defisiensi

warna tersebut, otaknya tidak mampu menerima jenis warna secara normal.Di dalam retina mata

itu terdapat tiga tipe reseptor warna, yaitu merah, biru, dan hijau. Anomali warna terjadi sebagai

hasil akibat kekurangan satu atau lebih dari reseptor warna tersebut.

( http://adiralaff.blogspot.com/2009/10/buta-warna.html )

Kemampuan melihat warna diklasifikasikan sebagai berikut:

Penglihatan Normal disebut juga trichromatic. Trichromats dapat mencocokkan

semua 3 warna dasar. Adanya kelainan dari mencocokkan ketiga warna dasar karena adanya

disfungsi dan sel kerucut, disebut anomalous trichromatic. Bentuk kelainan melihat warna

yang hanya bisa mencocokkan 2 macam warna dasar, yang disebabkan karena hilangnya

beberapa sel kerucut disebut dichromatic.

Bentuk buta warna yang sangat jarang terjadi adalah monochromatic.Monochromats

tidak bisa mendiskripstkan warna, dan hannya bisa menerima warna abu-abu. Tipe ini

dibedakan menjadi 2 berdasarkan kelainan anatominya yaitu:

1)      Rod monochromats (tidak terdapat sel kerucut pada retina), dan disertai

berkurangnya daya penglihatan.

Page 3: Laporan Buta Warna

2)      Cone monochromats (hanya memiliki satu macam sel kerucut), biasanya masih

memiliki aktivitas visual yang baik.

Selain dibedakan berdasarkan kelainan jumlah warna yang dapat dilihat seperti di

atas, masing-masing tipe dibedakan lagi berdasarkan jenis warna yang dapat dilihat, yaitu tipe

trichromatic dan dichromatic. Pada tipe ini terdapat 2 macam kelainan yaitu: protan dan

deutan. Protan dan Deutan pada trichromatic disebut protanomaly dan deuteranomaly,

sedangkan Protan dan Deutan pada dichromatic disebut protanopia dan deuteranopia.

Hanya terdapat pada tipe dichromatic yang disebut deuteranopia.

Tabel 1. Tipe Buta Warna dan Penyebabnya

Type Form Cause

Red Defects

Protanomaly Trichromatic Disfungsional sel kerucut L

Protanopia Dichromatics Hilangnya sel kerucut L

Deuteranomaly Trichromatic Disfungsional sel kerucut M

Deuteranopia Dichromatics Hialngnya sel kerucut M

Blue Yellow Defectss

Tritanopia Dichromatics Hilangnya sel kerucut S

Keterangan :

    * Protanomaly disebabkan disfungsional sel kerucut L (sel kerucut L juga disebut kerucut

Merah).

    * Protanopia disebabkan hilangnya sel kerucut L.

    * Deuteranomaly disebabkan disfungsional sel kerucut M (kerucut hijau).

    * Deuteranopia disebabkan hilangnya sel kerucut M.

Page 4: Laporan Buta Warna

    * Tritanopia disebabkan hilangnya sel kerucut S (kerucut biru).

(Jalmanggeng, 2008).

Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara.

Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus

digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.

Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik

dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk

lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan

melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal/pseudo-isochromaticism.

(Wartamedika, 2007)

dibawa oleh kromosm X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.

Muchlis menderita buta warna yang diturunkan dari kakeknya. Memang pada laki-laki risiko

menderita buta warna jauh lebih besar karena pada laki-laki mempunyai satu kromosom X saja,

sedangkan pada wanita mempunyai dua kromosom X sehingga kemungkinan besar wanita hanya

menjadi pembawa sifat (carrier).

Penyakit buta warna pun klasifikasinya bermacam-macam. Secara garis besar dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu monokromasi, dikromasi, dan trikromasi. Penyebabnya bisa karena

delesi, hibridisasi, ataupun penyisipan asam amino pada gen pigmen warna dalam sel kerucut

mata.

Untuk penanganan buta warna, sampai saat ini, belum ditemukan cara untuk

menyembuhkan buta warna turunan. Walaupun demikian, tersedia beberapa cara untuk

membantu penderitanya. Cara tersebut antara lain adalah :

1. Menggunakan kacamata lensa warna. Tujuannya, agar penderita dapat membedakan warna

dengan lebih mudah. Cara ini terbuktif efektif pada beberapa penderita.

Page 5: Laporan Buta Warna

2. Menggunakan kacamata dengan lensa yang dapat mengurangi cahaya silau. Biasanya

penderita buta warna dapat membedakan warna lebih jelas jika cahaya tidak terlalu terang

atau menyilaukan.

3. Jika tidak dapat melihat warna sama sekali (buta warna total), penderita dianjurkan

menggunakan kacamata lensa gelap dan mempunyai pelindung cahaya pada sisinya. Suasana

lebih gelap diperlukan karena sel rod, yaitu sel yang hanya bisa membedakan warna hitam,

putih, dan abu-abu, bekerja dengan lebih baik pada kondisi cahaya yang suram.

( http://adiralaff.blogspot.com/2009/10/buta-warna.html )

Fakta-fakta tentang Buta Warna;

Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki dibandingkan

perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu membedakan antara warna

hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita yang tak bisa mengenali perbedaan

antara warna merah dan hijau.

Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu.

Belum dapat dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian

menyebutkan sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna. Sementara

persentase perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%. Tingkat buta warna di

benua lain tentu bervariasi.

Tidak ada cara untuk mengobati buta warna, karena ia bukan penyakit melainkan cacat

mata. Bisa jadi seorang buta warna akan merasa tersiksa dengan keadaan ini. Sebagian

perusahaan menetapkan syarat bahwa pekerjanya harus tidak buta warna.

Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna, dilakukan tes dengan

menggunakan plat bernama Ishihara.

Sering kali orang awam menganggap penyandang buta warna hanya mampu melihat

warna hitam dan putih, seperti menonton film bisu hitam putih. Anggapan ini sebenarnya

salah besar.

Banteng ternyata buta warna. Kesan yang ditimbulkan warna merah mengakibatkan

binatang tersebut melonjak emosinya, bukan akibat warna merah itu sendiri.

Page 6: Laporan Buta Warna

Pada Perang Dunia II, serdadu yang buta warna dikirim untuk melakukan misi tertentu.

Ketidakmampuan mereka untuk melihat warna hijau dialihfungsikan untuk mendeteksi

adanya kamuflase yang dilakukan pihak lawan.

Artis terkenal yang buta warna diantaranya adalah Mark Twain, Paul Newman, Meat

Loaf, Bing Cosby, Bob Dole.

Setiap orang terlahir buta warna saat pertama kali lahir.

Emerson Moser, pembuat krayon senior, mengaku bahwa dirinya buta warna hijau-biru

dan tidak mampu melihat warna secara keseluruhan. Penyandang buta warna selalu

dihantui oleh pertanyaan “Warna apakah ini?”

Page 7: Laporan Buta Warna

IV. METODE PRAKTIKUM

4.1 ALAT DAN BAHAN

a. ruangan yang cukup terang

b. buku tes buta warna

4.2 CARA KERJA

Menyiapkan buku tes buta warna

Mempersilahkan peserta mata kuliah membentuk kelompok untuk menguji buta warna satu per

satu

Membuat data kelompok dan data kelas

Mmelakukan analisis lebih lanjut bagi mereka yang mengalami buta warna

Page 8: Laporan Buta Warna

V. HASIL PENGAMATAN

NO NAMA KESALAHAN KESIMPULAN

1 NOVITA 1 NORMAL

2 NURIA FIRLIYANTI - NORMAL

3 SRI WAHYU P.T - NORMAL

4 ARINTA DESTIARI 1 NORMAL

5 WASIATUS SA’DIAH - NORMAL

6 MIA AVIATUN 1 NORMAL

7 NATALIA LILIPALI 1 NORMAL

8 UMROATUL INAYAH 1 NORMAL

9 RISKA AYU - NORMAL

10 ANIS MUBASIROH 1 NORMAL

11 DAYU D SETIAWAN 2 NORMAL

12 APRI FITRI NINGTIAS 1 NORMAL

13 NURIA NUITRA DWI - NORMAL

14 VIKA FIRMA - NORMAL

15 DIAH PRAJNA - NORMAL

16 APRIS WAHYU - NORMAL

Page 9: Laporan Buta Warna

VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini adalah mengenai buta warna. Untuk mengetahui seseorang buta

warna atau tidak, dilakukan tes buta warna, yaitu dengancara seseorang yang akan dites buta

warna membaca plate pada buku tes. Lempengan-lempengan tersebut tersebut berupa angka-

angka yang tersusun dari titik-titik dengan warna dan ukuran tertentu. Jika normal, maka dapat

membaca benar antara 1-11, jika tidak normal/buta warna bila kurang dari itu. Pada praktikum

kali ini, praktikan dipersilahkan membentuk kelompok untuk menguji buta warna. Setiap

kelompok perwakilan 2 orang. Dalam satu kelas terdapat 8kelompok, sehingga praktikan yang

dites 16 orang. Hasilnya darisemua praktikan dengan jumlah 14 orang wanita dan 2 orang laki-

laki, dapat membaca semua plate yang ada. Ini berarti bahwa semua anggota kelompok

dinyatakan normal.

Pada umumnya buta warna disebabkan oleh faktor gen atau keturunan yang diwariskan

dengan cara bersilang. Dimana sifat dari ayah akan diturunkan pada semua anak yang

perempuan(baik carrier atau penderita), dan sifat dari ibu akan diturunkan pada semua anak yang

laki-laki. Laki-laki itu biasanya cenderung terkena buta warna karena gen yang berfungsi atau

bersifat resesif buta warna dibawa oleh kromosom X, dimana laki-laki hanya memiliki satu

kromosom X. Laki-laki juga tidak bisa sebagai carrier karena laki-laki hanya memiliki satu

kromosom X, sedangkan pada perempuan jarang terkena buta warna karena perempuan memiliki

dua kromosom x. Jika satu kromosom X membawa gen resesif c, maka perempuan tersebut

hanya pembawa atau normal carrier (XCXc). Jika dua kromosom X pada perempuan terpaut gen

resesif c maka disebut pendetita buta warna (XcXc).

Meskipun kami tidak bisa mendeteksi genotip dari probandus wanita, normal atau normal

heterozigot (carrier). Untuk penentuan genotip dari masing-masing probandus digunakan aturan

berikut ini:

Seperti pada literatur, karena buta warna bersifat resesif pada kromosom X maka dapat

dilambangkan dengan XC, sedangkan pasangan alelnya yang dominan pada huruf X tidak

dituliskan huruf C, untuk kromosom Y tidak diberi tanda, sehinggga didapatkan hal-hal berikut:

XCXC = perempuan normal

XCXc = perempuan carrier

XcXc = perempuan buta warna

Page 10: Laporan Buta Warna

XCY= laki-laki normal

XcY= laki-laki buta warna

Sehingga genotip untuk masing-masing probandus laki-laki pada percobaan ini

adalah XY. Karena mereka semua tidak buta warna, sedangkan untuk probandus wanita ada dua

kemungkinan yakni normal homozigot atau normal heterozigot. Untuk yang normal dominan

homozigot fenotipnya XX, sedangkan untuk normal heterozigot XXc. Untuk mengetahui apakah

wanitanya normal atau carrier dapat diketahui dari keturunannya nanti bila mereka menikah

dengan laki-laki normal.

Untuk mengetahui bermacam-macam kemungkinan daari pewarisan buta warna dapat

dilakukan persilangan/perkawinan berikut ini:

1. Perkawinan antara wanita normal dengan laki-laki normal.

P : ♀ XCXC >< ♂ XCY

G : XC XC . Y

F1: XCXC , XCY

(NORMAL) (NORMAL)

Dari persilangan diatas, dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita normal dengan

laki-laki normal akan menghasilkan keturunan XCXC (wanita normal) dan XCY (laki-laki

normal). Perkawinan tersebut mempunyai perbandingan ratio fenotip 1:1, bahwa kemungkinan

semua anaknya normal 100%, akan tetapi anak wanitanya normal heterozigotik/carrier 50% dan

anak laki-lakinya normal 50%.

Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan F1 dikawinkan

lagi.

2. Perkawinan antara wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki normal (XCY)

P : ♀ XCXc >< ♂ XCY

G : XC XC

Xc Y

F1: XCXC(normal) XCXc(carrier)

XCY(normal) XcY(penderita)

Dari persilangan diatas, dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita carrier kawin

Page 11: Laporan Buta Warna

dengan laki-laki normal maka akan menghasilkan dua anak normal,satu anak carrier, dan satu

anak penderita buta warna. Jadi dari hasil persilangan diatas perbandingan ratio fenotip(F1) yaitu

1:2:1. Sehingga peluang lahir anak normal 50%, peluang lahir anak perempuan carrier 25% dan

pekuang anak buta warna sebersar 25%. Dan dapat diketahui pula yang menurunkan sifat buta

warna adalah gen ibu.

Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya, maka dari hasil keturunan F1

dikawinkan lagi dengan hasil sebagai berikut:

Dengan F1 tadi: XCXC(normal) XCXc(carrier)

XCY(normal) XcY(penderita)

Maka P : ♀XCXC >< ♂XcY

G : XC Xc

Y

F1: XCXc(normal) XCXc(carrier)

XcY(penderita) XCY(normal)

Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita normal dikawinkan

dengan laki-laki penderita akan menghasilkan 1 anak normal, 2 anak carrier, dan 1 anak

penderita buta warna. Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:2:1. Jadi peluang

lahir anak perempuan carrier sebesar 50%, peluang anak laki-laki normal 25%, dan peluang anak

buta warna 25%.

3. Perkawinan antara wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki normal (XCY)

P : ♀ XcXc >< ♂ XCY

G : Xc XC,Y

F1 XCXc XcY

(carrier) (buta warna)

Dari persilangan diatas menunjukkan bahwa bila seorang wanita buta warna kawin

dengan laki-laki normal maka akan menghasilkan keturunan pertama yaitu wanita normal carrier

(XCXc) dan laki-laki buta warna (XcY). Namun pada kenyataannya, jika seorang penyidap buta

warna itu adalah ibunya, maka akan diwariskan secara silang pada anak laki-lakinya. Hal ini

disebabkan karena yang membawa penyakit adalah gonosomnya (kromosom kelamin). Dan dari

diagram diatas dapat diketahui perbandingan ratio fenotipnya sebesar 1:1 sehingga peluang lahir

Page 12: Laporan Buta Warna

anak perempuan normal carrier sebesar 50% dan peluang lahir anak laki-laki buta warna sebesar

50%.

Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya, maka dari keturunan hasil F1

disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:

Dengan F1: ♀ XCXc(carrier) ♂XcY(buta warna)

Maka : P : ♀ XCXc >< ♂ XcY

G : XC,Xc Xc,Y

F1: XCXc(carrier) XcXc(buta warna)

XCY(normal) XCY(normal)

Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita carrier dikawinkan

dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier, 2 anak normal dan 1 anak penderita.

Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:2:1. Maka peluang lahir anak

perempuan carrier sebesar 25%, anak laki-laki normal sebesar 50% dan peluang anak buta warna

25%.

4. Perkawinan antara wanita normal (XCXC) dengan laki-laki buta warna (XcY)

P : ♀ XCXC >< ♂ XcY

G : XC Xc,Y

F1: XCXc(carrier) XCY(normal)

Dari persilangan diatas dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita normal kawin

dengan laki-laki buta warna kana menghasilkan keturunan XCXc(carrier) dan XCY(normal).

Perkawinan tersebut mempunyai perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1, sehingga peluang anak

laki-laki normal sebesar 50% dan anak perempuan carrier sebesar 50%. Adapun yang

menurunkan sifat buta warna adalah gen ayah.

Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan hasil F1

disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:

Dengan F1 = ♀ XCXc(carrier) dan ♂ XCY(normal)

Maka : P : ♀ XCXc >< ♂ XCY

G : XC,Xc XC,Y

F1: XCXC(normal) XCXc(carrier)

XCY(normal) XcY(penderita)

Page 13: Laporan Buta Warna

Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita carrier kawin

dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier, 2 anak normal, dan 1 anak penderita.

Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2nya yaitu 1:2:1. Maka peluang lahir anak

perempuan carrier sebesar 25%, anak laki-laki normal sebesar 25%, anak perempuan normal

25%, dan anak laki-laki penderita 25%.

5. Perkawinan antara wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki buta warna (XcY)

P : ♀ XCXc >< ♂ XcY

G : XC,Xc Xc,Y

F1: XCXc(carrier) XcXc(buta warna)

XCY(normal) XcY(penderita)

Dari persilangan diatas menunjukkan bahwa bila ada seorang wanita carrier kawin

dengan laki-laki buta warna maka akan menghasilkan keturunan pertama(F1) antara lain wanita

carrier (XCXc), laki-laki normal (XCY), wanita buta warna (XcXc), dan laki-laki buta warna

(XcY). Dan dari persilangan dapat diketahui ratio fenotip (F1) yaitu 1:2:1 sehingga peluang lahir

anak normal sebesar 25%, anak normal carrier 25% dan anak buta warna sebesar 50%.

Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan hasil F1

disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:

Dengan F1 = ♀ XCXc(carrier) XcXc(buta warna)

XCY(normal) XcY(penderita)

Maka :

Misal P : ♀ XcXc >< ♂ XCY

G : Xc XC,Y

F2: XCXc(carrier)

XcY(penderita)

Artinya dari hasil persilangan F1didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita buta warna (XcXc)

dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier dan 1 anak penderita. Jadi dari hasil

persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:1. Maka peluang lahir anak perempuan carrier sebesar

50% dan anak laki-laki penderita sebesar 50%. Maka dapat disimpulkan yang menurunkan sifat

buta warna adalah gen ibu, walaupun ayahnya normal.

Page 14: Laporan Buta Warna

6. Perkawinan antara wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki buta warna (XcY)

P : ♀ XcXc >< ♂ XcY

G : Xc Xc,Y

F1: XcXc(buta warna) , XcY(buta warna)

Dari hasil persilangan diatas dapat diketahui apabila ada seorang wanita buta warna

kawin dengan laki-laki buta warna maka keturunan F1 100% buta warna (baik laki-laki maupun

perempuan). Jadi tidak pernah bisa menghasilkan keturunan yang normal karena semua

parentalnya penderita buta warna (buta warna merupakan penyakit yang diturunkan).

Page 15: Laporan Buta Warna

VII. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1) Semua probandus yang diteliti tidak buta warna, dengan genotip laki-laki XY dan genetip

perempuan XX atau XXC(carrier)

2) Buka warna lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan.

3) Buka warna adalah suatu penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c yang

terdapat pada kromosom X.

4) Hasil keturunan dari beberapa contoh persilangan

a. Wanita normal (XCXC) kawin dengan laki-laki (XCY) akan menghasilkan

keturunan F1 XCXC(wanita normal) dan XCY(laki-laki normal) dengan

perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1sehingga peluang anak perempuan lahir

normal sebesar 50% dan peluang anak laki-laki normal sebesar 50%.

b. Wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki normal (XCY) akan menghasilkan

keturunan 2 anak normal, 1 anak carrier, dan 1 anak buta warna dengan

perbandingan fenotip sebesar 1:2:1 sehingga peluang lahir anak normal sebesar

50%, perempuan carrier sebesar 25% dan peluang anak laki-laki buta warna

sebesar 25%.

c. Wanita buta warna (XcXc) kawin dengan laki-laki normal (XCY) akan

menghasilkan keturunan wanita carrier(XCXc) dan laki-laki buta warna (XcY),

dengan perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1 sehingga peluang lahir anak

perempuan carrier sebesar 50% dan anak laki-laki buta warna sebesar 50%. Dan

dapat diketahui juga F2 dengan menyilangkan kembali hasil F1 dengan

perbandingan ratio fenotip 1:2:1, dengan peluang lahir anak perempuan carrier

sebesar 25%, anak laki-laki normal 50%, dan peluang lahir anak perempuan buta

warna 25%.

d. Wanita normal (XCXC) dengan laki-laki buta warna (XcY) akan menghasilkan

keturunan XCXc(wanita carrier) dan XCY(laki-laki normal) dengan perbandingan

ratio fenotip sebesar 1:1 sehingga peluang anak laki-laki normal sebesar 50% dan

anak perempuan carrier sebesar 50%. Dan dapat diketahui juga F2 dengan

menyilangkan kembali hasil F1 dengan perbandingan ratio fenotip 1:1, dengan

Page 16: Laporan Buta Warna

peluang lahir anak laki-laki normal sebesar 50% dan anak perempuan carrier

sebesar 50%.

e. Wanita carrier (XCXc) kawin dengan laki-laki buta warna (XcY) akan

menghasilkan keturunan F1 antara lain wanita carrier(XCXc) sebesar 25%, wanita

buta warna(XcXc) dan laki-laki normal (XCY) sebesar 25%. Dan dapat diketahui

juga F2 dengan menyilangkan kembali hasil F1 dengan perbandingan ratio fenotip

1:1, dengan peluang lahir anak perempuan carrier sebesar 50% dan anak laki-laki

penderita buta warna sebesar 50%.

f. Wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki buta warna (XcY) akan menghasilkan

keturunan pertama 100% buta warna semua (laki-laki maupun perempuan)

g. Yang menurunkan sifat buta warna adalah gen ibu.

Page 17: Laporan Buta Warna

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, anne. 2010. Buta Warna. online: http://www.anneahira.com/pencegahan-

penyakit/buta-warna (diakses tanggal 25 desember 2011)

Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/buta-warna (diakses tanggal 25 desember 2011)

Campbhell, dkk. 2004. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Tim Pembina Genetika. 2011. Petunjuk Praktikum Genetika. Jember : Universitas Jember

Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember : Universitas Jember.