laporan bentos

Upload: nisakn11

Post on 09-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Komunitas Makrobentos di Kawasan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo

TRANSCRIPT

Komunitas Makrobentos di Kawasan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran

Titi Rindi ANTIKA 1, Rizka RAHMAWATI1, Ika Puspita SARI1, Kufah Nur AFIFAH1,Yohanes DANIAR1, Khoirun NISAK1Ekologi Project 2014, Laboratorium Ekologi1Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAKBentos yaitu organisme perairan yang hidupnya terdapat pada substrat dasar dari suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat) maupun yang bersifat vigil (bergerak bebas). Makrofauna bentik merupakan organisme yang hidup pada substrat suatu perairan yang memiliki ukuran tubuh lebih dari 0,5mm. Berdasarkan tempat hidupnya makrofauna bentik dibedakan menjadi 2 yaitu epifauna bentik dan infauna bentik. Makrofauna bentik biasa digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampling makrofauna bentik dengan tujuan untuk mengetahui dan mampu melaksanakan metode standard sampling makrofauna bentik pada area perairan mangrove, mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman makrofauna bentik, serta mengetahui kesamaan komunitas makrofauna bentik pada lokasi yang berbeda di Pantai Bama, Baluran. Penelitian dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 04 April 2014 pada pukul 13.00-15.00 WIB di kawasan perairan Mangrove Pantai Bama, Baluran untuk pengambilan sampel dan pada hari Jumat, 04 April 2014 pukul 16.00 17.00 WIB serta pada tanggal 11 April 2014 pukul 17.00 - 18.00 WIB untuk identifikasi sampel. Metode yang digunakan dalam pengamatan makrofauna bentik ini adalah metode belt-transect. Analisis data meliputi perhitungan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (), indeks richness Margalef (d), indeks evenness Pielou (J), dan indeks kesamaan komunitas Morisita Horn. Banyak ditemukan spesies makrobentos di perairan Pantai Bama, Baluran. Diantaranya yaitu pada zona lamun diketahui kelimpahannya 26 dengan spesies yang mendominan yaitu Holothuria atra dan jumlah banyaknya spesies yaitu 18 spesies. Pada zona transisi lamun-karang diketahui kelimpahannya 89 dengan spesies yang mendominan yaitu Holothuria atra dan jumlah banyaknya spesies yaitu 14 spesies. Pada zona mangrove diketahui kelimpahannya 42 dengan spesies yang mendominan yaitu Littorina scraba dan jumlah banyaknya spesies yaitu 12 spesies.Kata Kunci : Bentik, Epifauna, Infauna, Makrofauna, Substrat

1

1. PENDAHULUANPerairan Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki potensi yang kaya dengan beragam sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati. Selain memiliki potensi yang besar, beragamnya aktifitas manusia di wilayah pesisir menyebabkan daerah ini merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan kualitas perairan pesisir, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah. Keadaan lingkungan seperti tipe sedimen, salinitass, dan kedalaman di bawah permukaan memberi variasi yang amat besar dari satu daerah dasar lautan ke daerah dasar lautan yang lain. Sehingga tidak mengherankan jika hal ini menyebabkan perbedaan jenis-jenis hewan pada daerah yang satu dengan lainnya (Kovacs, 2000). Sedangkan pada tempat hidupnya, hewan dasar dibedakan atas epifauna yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Serta ada infauna yang hidupnya menggali lubang pada dasar lautan. Infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal, sedangkan epifauna terdapat pada semua substrat, akan tetapi lebih banyak hidup di daerah yang memiliki substrat yang keras seperti daerah intertidal. Umumnya adalah moluska, misalnya pada gastropoda dan bivalve (Pavluk, 2000).Bioindikator merupakan seluruh organisme atau populasi yang keberadaannya, mempunyai kemampuan bergerak dan kemampuan dalam merespon kondisi perubahan lingkungan dapat memberikan respon spesifik. Beberapa spesies dapat dikategorikan sebagai bioindikator apabila mempunyai karakteristik antara lain bersifat taksonimis (mudah diidentifikasi) dan dikenali dengan baik oleh awam, merupakan spesies yang bersifat kosmopolit, kelimpahannya dapat terhitung, memiliki variasi genetic dan ekologi yang rendah sehingga memudahkan dalam identifikasi, berukuran tubuh besar, memiliki mobilitas yang terbatas dan siklus hidup yang relative lama. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Berdasarkan ukuran hidupnya benthos terbagi menjadi dua yaitu makrofauna bentik dan mikrofauna bentik. Makrofauna bentik berukuran lebih dari 0,5mm , sedangkan mikrofauna bentik berukuran kurang dari 0,5mm (Montagna, 2004). Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. (Barbour, 1999) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.Keberadaan makrozoobentos yang mendiami daerah padang lamun menunjukan bahwa adanya kehidupan yang dinamik karena terjadi interaksi antar lamun dan biota-biota laut, terutama saling memanfaatkan dan saling membutuhkan dalam proses pertumbuhan dan berkembang biak. Adapula komunitas bentos yang memliki peranan penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagi makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai indicator suatu perairan. Dengan demikian menunjukan bahwa pada daerah padang lamun memiliki potensi yang cukup besar untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat serta menunjang produksi perikanan di wilayah pesisir (Mandavile, 2002). Pada penelitian ini akan dibahas tentang bagaimana mengetahui dan mampu melaksanakan metode standard sampling makrofauna bentik pada area perairan mangrove untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman makrofauna bentik, serta mengetahui kesamaan komunitas makrofauna bentik pada lokasi yang berbeda.

2

2. METODOLOGI

Gambar 1. Pengambilan Sampling Makrofauna Bentik

3

2.1 Waktu dan LokasiPenelitian komunitas makrobentos, Pengambilan sampling makrobentos dilakukan di kawasan Pantai Bama Taman Nasional Baluran, dengan titik koordinat masing-masing zonasi adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Titik Koordinat tiap ZonasiZonaTitik Koordinat

Lamun750'38.79"S dan 11427'41.47"E

Transisi Lamun- Karang 750'41.32"S dan 11427'44.39"E

Mangrove750'40.79"S dan 11427'39.38"E

Untuk pengambilan spesimen dilakukan pada hari jumat 04 April 2014 dan untuk identifikasi dilakukan pada hari Jumat, 04 April 2014 pukul 16.00 17.00 WIB serta pada tanggal 11 April 2014 pukul 17.00 - 18.00 WIB di Jurusan Biologi ITS, Surabaya.

2.2 Pengambilan SamplingPeralatan yang dibutuhkan dalam sampling makrobenthos antara lain peralatan skin diving (masker, snorkel, dan fins), meteran lapangan, toples plastik, kertas newtop, clipboard, alat tulis, dan kamera. Sedangkan untuk identifikasi sampel makrobenthos dibutuhkan buku identifikasi makrobenthos. Sampling makrofauna bentik dikoleksi dengan menggunakan metode transek sabuk (belt transect) dengan lebar area 0,5 meter ke arah kanan dan kiri garis transek. Metode transek sabuk bertujuan untuk menggambarkan kondisi populasi makrobentos yang bermacam-macam danjuga untuk mengetahui keberadaan makrobentos (jumlah, jenis dan lain-lain) sehingga pencatatan data jumlah individu yang ditemukan lebih teliti. Transek yang digunakan adalah transekyang sama untuk analisis lamun. Dimana setiap transekdilakukan di tempat yang berbeda. Semua jenis makrofaunabentik yang terdapat dalam transek dikoleksi (dimasukkan ke dalam plastik zip-lock yang telah diisi air laut). Spesimen hasil koleksi dipindah ke dalam wadah plastik yang juga telah diisi air laut untuk mempermudah identifikasi. Semua spesimen diidentifikasi hingga taksa spesies atau genus dan dihitung kelimpahannya. Setelah diidentifikasi, spesimen koleksi dikembalikan ke habitat asalnya.

2.3 Analisis DataAnalisis data meliputi perhitungan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener ( ), indeks richness Margalef (d), indeks evenness Pielou (J) dan indeks kesamaan komunitas MorisitaHorn. Indeks Diversitas Shannon-Wiener ( ) Dimana Pi : ni / NH: indeks diversitas Shannon-WienerPi: Porporsi jumlah individu spesies ke-iNi: jumlah individu spesies i dalam komunitasN: jumlah total individu semua spesies dalam komunitas

Dengan ketentuan :H