laporan 31 desember

Upload: jamalanshari

Post on 08-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    1/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Untuk menciptakan atau membangun sebuah konstruksi atau bangunan

    umumnya memakai beton yang digunakan sebagai struktur teknik sipil. Beton

    digunakan untuk pondasi kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Oleh karena itu

    pengtahuan tentang beton ini sangat diperlukan dan pelajari.

    Beton merupakan bahan kontruksi yang terdiri dari campuran bahan pengikat

    hidrolis(semen Portland), agregat sebagai bahan pengisi dan penguat, air sebagai

    material pereaksi dan bahan tambahan (aditif) bisa digunakan bila ada maksud

    tertentu, misalnya untuk mempercepat pengerasan atau manambah kekuatan, bahan

    aditif ini bisa terdiri dari : ply ash, gips, bubuk bata merah, dan lain-lain.

    Metode yang digunakan dalam perencanaan campuran beton didasarkan pada

    ketentuan Amerika Insitute (ACI) standar 211-1-91 yang dikombinasikan dengan

    Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 N-2.

    Berdasarkan bahan campuran yang disesuaikan dengan pelaksanaan, beton

    struktural dibagi menjadi 2 jenis :

    1. Beton tidak berudara di dalam (non air entrained concrete).

    2. Beton berudara di dalam (air entrained concrete).

    Kedua jenis beton ini kekuatan tekanannya sangat tergantung pada kepadatannya,

    daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan kekerasan agregat yang

    digunakan. Mutu dari suatu beton adalah tekanan yang dapat di terima oleh beton

    tersebut dalam satuan kg/cm2. Dimana mutu atau kualitas dari suatu beton sangat

    tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya : mutu bahan dasar,

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    2/25

    2

    komposisi campuran, faktor air semen, pelaksanaan campuran, kondisi temperatur

    tempat beton mengeras, perawatan dan umur dari benda uji beton itu sendiri. Faktor-

    faktor ini sangat penting untuk diperhatikan agar mendapatkan gradasi yang sesuai.

    Untuk mengetahui tingkat kekuatan atau keamanan suatu konstruksi yang

    akan dibangun, maka sangat perlu dihitung kekuatan beton tersebut. Sehingga untuk

    menghitung atau mengetahui tingkat kekuatan beton maka kita perlu melakukan

    pengujian atau pengetesan benda uji dari beton tersebut.

    Campuran beton yang telah selesai akan diisi ke dalam suatu tempat berbentuk

    silinder yang disebut sebagai benda uji. Sebelum dimasukkan mortar, silinder terlebih

    dahulu diolesi dengan oli agar beton tidak lengket ketika dikeluarkan dari cetakan.

    Pencampuran dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin

    pengaduk Mollen yang berkapasitas 120 liter dengan FAS 0,344 dan dengan nilai

    Slump yang ditetapkan 7,5 10 cm. Benda uji dicetak dalam cetakan baja berbentuk

    silinder yang berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm sebanyak 8 buah silinder benda

    uji. Tes pembebanan dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari dan 28 hari dengan

    menggunakan mesin pembebanan Ton Industri Manhein, Jerman

    Tujuan praktikum bahan bangunan ini agar kami dapat mengetahui kekuatan

    suatu beton, apakah beton tersebut memenuhhi standar dan layak digunakan, atau

    tidak, dan agar kami dapat mengetahui bagaimana caranya menghitung beton

    struktural dan beton non struktural.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    3/25

    3

    BAB II

    MATERIAL , BENDA UJI , DAN METODE PENELITIAN

    2.1 Material

    Material utama yang digunakan adalah agregat, yang meliputi Coarse

    Aggregate yaitu kerikil dengan butiran nya > 5mm dan Fine Aggregate yang meliputi

    pasir kasar (Coarse Sand), dan pasir halus (Fine Sand).

    Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan

    kohesif (kohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agregat menjadi

    suatu masa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air

    (hydration). Oleh karenanya semen ini dinamakan hidraulis (hydraulic cement).

    Semen hidraulis bisa juga dinamakan semen Portland (Portland cement). Semen yang

    digunakan ialah Andalas tipe 1.

    Air (water) yang dapat digunakan dalam campuran beton dan perawatannya

    harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-

    bahan yang dapat merusak beton. Dalam hal ini, sebaiknya digunakan air yang bersih

    dengan ketentuan pH 7 yang tersedia di laboratorium ilmu konsruksi dan bahan

    bangunan fakultas teknik Universitas Syiah Kuala. Tetapi karena kesulitan

    memperolehnya dan harga yang mahal, maka boleh dipergunakan yang terdapaat di

    alam, seperti air sumur, air sungai, air waduk dan lain-lain dengan ketentuan

    memenuhi kriteria air minum. Air yang digunakan adalah bersih dengan ketentuan PH

    $ 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di Lab.Konstruksi dan Ilmu Bahan

    Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    4/25

    4

    Yang mempunyai sifat-sifat : jernih, bersih, tawar, dan dapat diminum, dan juga harus

    bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, dan bahan-bahan

    yang dapat merusak beton.

    2.1.1 Aggregat

    Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati

    bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 mm 150 mm. Agregat yang digunakan

    adalah agregat alam yang berupa coarse agregat ( kerikil), coarse sand (pasir kasar),

    dan fine sand (pasir halus).

    Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi ,dan

    menempati sekitar 75% dari volume total beton.

    Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton :

    Menghemat penggunaan semen Portland

    Menghasilkan kekuatan besar pada beton

    Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton

    Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang

    padat

    A. Agregat Halus

    Agregat halus berukuran 0,075 mm 5 mm, dan meliputi pasir kasar (Coarse

    Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat

    sbb:

    Modulus halus butir 2.3 sampai 3.1

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    5/25

    5

    Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu

    banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-

    HARDER dengan larutan NaOH 3%.

    Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras,

    dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan

    temperatur.

    Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%

    (ditentukan terhadap berat kering). Bila lebih 5% harus dicuci.

    Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan diatas dapat

    juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari

    tidak kurang dari 95% dari kekkuatan adukan agregat yang sama tetapi

    dicuci dalam lar. NaOH 3% yang kemudian dicuci bersih dengan air pada

    umur yang sama.

    Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam

    besarnya.

    B. Agregat Kasar

    Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari

    batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan

    butirannya berukuran antara 5mm-150mm. Ketentuan agregat kasar antara lain :

    Modulus butir 6.0 sampai 7.1.

    Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji

    Rudeloff dengan beban uji 20 ton.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    6/25

    6

    Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak

    berpori.

    Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.

    Bila melampaui harus dicuci.

    Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yg dapat merusak

    beton, seperti zat yang relatif alkali.

    Persentase air sangat mempengaruhi di sini. Bila kadar air sedikit saja lebih,

    maka akan sangat berpengaruh pada mutu beton yang diinginkan. Kelebihan air akan

    mengakibatkan adanya rongga-rongga pada beton, sehingga beton menjadi kurang

    kokoh. Karena ketika beton sudah kering air yang datinya presentasinya lebih, akan

    menyisakan rongga-rongga udara.

    2.1.2Portland cement (PC)

    Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) kohesif

    (cohesive) yang memungkinkan melekatnya partikel-partikel agrregatvmenjadi suatu

    massa yang padat. Proses pengikatan ini berlangsung dengan adanya air atau

    hidration. Oleh karenanya semen ini dinamakan semen hidraulis (hydraulic

    cement).semen hidraulis biasa juga disebut semen Portland (Portland Cement).

    Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland terbagi dalam 5 jenis

    yaitu :

    Tipe I, yaitu untuk konstruksi secara umum.

    Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak

    tahan terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    7/25

    7

    Tipe III, yaitu untuk beton yang mengeras dengan cepat, dikenal dengan istilah

    beton dengan kekuatan awal tinggi.

    Tipe IV, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang

    rendah.

    Tipe V, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap

    Sulfat.

    Dalam percobaan ini, semen yang digunakan adalah semen Tipe I.

    Komponen-komponen utama dari semen Portland adalah batu kapur yang

    mengandung komposisi CaO (kapur, lime) dan lempung yang mengandung SiO2

    (silika),, Al2O3 (oksida aluminium) dan Fe2O3 (oksida besi).

    2.1.3 Air

    Air yang dapat dipergunakan dalam campuran beton dan perawatannya harus

    bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan

    yang dapat merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih, tetapi

    karena kesulitan memperolehnya / mahal maka boleh digunakan air yang terdapat di

    dalam alam seperti air sumur, air sungai, dan lain-lain dengan ketentuan memenuhi

    kriteria air minum.

    Pada percobaan ini, digunakan air dengan Ph dianggap 7 yang telah tersedia di

    Lab. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah.

    2.2 Benda Uji

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    8/25

    8

    Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda

    uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus ukurannya 15x15x15 cm, kubus

    ukuran 20x20x20 cm dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan

    PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15x15x15 cm sedangkan menurut ACI

    211.1-77 adalah silinder ukuran 15 cm dengan tinggi 30 cm.

    Pada percobaan digunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan

    tinggi 30 cm sebanyak 8 buah.

    2.3 Metode Pelaksanaan

    2.3.1 Sifat-sifat fisis agregat

    Untuk menentukan sifat-sifat fisis agregat, digunakan metode British Standard

    (BS) dan American Society for Testing for Material (ASTM).

    Berat jenis (Specific Gravity) agregat adalah perbandingan berat sejumlah

    volume agregat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang

    sama. Specific Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh

    permukaan(saturated surface dry)dan kering absolut(oven dry) berdasarkan metode

    BS 812. Pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan

    dalam air untuk kerikil; dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlows.

    Analisa saringan (sieve analysis) bertujuan menguraikan susunan butiran

    agregat yang diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan

    beberapa fraksi saringan. Pada pelaksanaannya perlu ditentukan batas max/min

    butiran sehubungan pengaruh terhadap sifat pekerjaan, penyusutan, kepadatan,

    kekuatan, dan juga faktor ekonomi dari beton. Peraturan beton bertulang indonesi

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    9/25

    9

    1971 mengusyratakan batas maximum butiran 31,5 mm dan batas minimum 0,25

    mm.Dalam hal ini saringan standar yang digunakan berdasarkan metode ASTM.

    2.3.2 Kandungan organis dalam pasir

    Jika agregat campuran beton mengandunakan bahan organik akan

    mengakibatkan proses hidrasi terganggu, sehingga dapat mengurangi kekuatan beton.

    Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan menggunakan metode

    Abrams Harder ASTM C-40-73.

    2.3.3 Komposisi Campuran Beton (Concrete Mix Design)

    Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton diteliti sifatnya,

    kemudian perencanaan komposisi campuran berdasarkan American Concrete Institude

    (ACI) 211.1-91.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    10/25

    10

    BAB III

    PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAl, PERHITUNGAN

    KOMPOSISI CAMPURAN BETON, DAN PEMBUATAN BENDA UJI

    3.1 Pelaksanaan Pemeriksaan Material

    3.1.1 Berat volume (bulk density)

    Tujuan : Pemeriksaan ini untuk menentukan berat volume pada

    aggregate

    Peralatan :

    1. Pengering (oven).

    2. Talam/baki. Untuk mengeringkan benda uji agregat.

    3. Tongkat pemadatan standar dari besi diameter 16 mm, panjng 60cm dan salah

    satu ujungnya dibulatkan.

    4. Mistar perata.

    5. Skop atau sendok pengisi agregat.

    6. Literan (container). Baja yang kaku berbentuk silinder dari plat baja dengan

    tutup.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    11/25

    11

    Bahan :

    1. Kerikil (course agregat).

    2. Pasir (fine agregat).

    Langkah Kerja :

    7. Timbang berat literan beserta tutup plat kaca.

    8. Literan didsi air penuh pada temperatur kamar, sehingga waktu ditutup pada

    plat kaca tidak terlihat gelembung-gelembung udara, lalu ditimbang beratnya.

    9. Berat air dalam literan.

    10. Timbang berat plat kaca.

    11. Masukkan benda uji ke dalam baskom sebanyak yang diteliti ( sekurang-

    kurangnya untuk 3 buah benda uji ).

    12. Benda uji dikeringkan dengan oven pada temperatur antara 1000C 1100C

    hingga terdapat berat tetap.

    13. Dengan menggunakan sendik/ sekop benda uji diisi kedalam literan secara

    hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran ( sebaiknya dijatuhkan dari

    ketinggian kurang dari 5 cm diatas permukaan literan ) hingga penuh.

    14. Ratakan permukaan benda uji dengan menggelinding tongkat stansar/

    menggeser mistar pada tepi atas literan.

    15. Tentukan berat literan beserta benda uji.

    16. Berat volume gembur dapat ditentukan dengan rumus :

    Perhitungan

    I. Berat literan : Wl = Wlk- Wk

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    12/25

    12

    II. Berat air dalam literan : Wa = Wlka - Wlk

    III. Volume literan : V1 = Wa / 1 = Wa

    IV. Berat benda uji : Wbu = Wlbu - Wl

    V. Volume benda uji : Volume literan

    VI. Berat volume benda uji : Wbv = Wbu / Vl

    3.1.2 Analisa saringan (sieve analysis)

    Tujuan : Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan

    perencanaan campuran agregat untuk beton

    Peralatan :

    1. Pengeringan ( oven ).

    2. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji.

    3. Satu set saringan standar ASTM 79 yang disesuaikan dengan ketentuan-

    ketentuan PBI 1971 yaitu sebagai berikut : 31,5;

    19,1;9,52;4,76;2,38;1,19;0,59;0,29 dan 0,149 mm.

    4. Baki/ talam penampung

    5. Sikat besi, sendok dan kuas.

    Bahan :

    1. Kerikil. Tiap benda uji diambil 2,5 kg.

    2. Pasir kasar.

    3. Pasir halus.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    13/25

    13

    3.1.3 Berat jenis (specific grafity)

    Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis aggregate

    Peralatan :

    1. Timbangan.

    2. oven.

    3. Kain lap.

    4. Baskom.

    5. Sendok.

    6. Ember plastik.\

    Bahan :

    1. Kerikil.

    Langkah Kerja : Pengukuran berat jenis dan absorbsi diawali dengan

    perendaman agregat selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam, agregat yang

    jenuh air tersebut dihamparkan di atas lantai sambil dibalik-balikkan dan

    diangin-anginkan untuk mengeringkan permukaannya secara merata.

    Untuk agregat halus atau pasir, keadaan kering air permukaan didapat

    dengan memasukkan pasir ke dalam kronis sebanyak 3 lapis yang tiap lapis

    dipadatkan dengan menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Setelah

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    14/25

    14

    diratakan, kronis diratakan dan diangkat vertikal ke atas. Keadaan kering air

    permukaan ditunjukkan dengan runtuhnya sebagian agregat halus atau pasir.

    Pasir dalam keadaan kering air permukaan dimasukkan ke dalam gelas

    dan ditimbang beratnya. Kandungan udara dalam pasir tersebut dihilangkan

    dengan mengisi air ke dalam gelas hingga penuh. Kemudian ditutup dengan

    plat kaca, lalu gelas dibolak-balik beberapa kali hingga udara pada agregat

    tersebut dapat keluar. Ini dilakukan hingga tidak terdapat lagi gelembung

    udara di dalam gelas. Kemudian gelas yang berisi pasir dan air tadi ditimbang

    beratnya. Selanjutnya airnya dibuang dan pasir diisi ke dalam kontainer yang

    telah diketahui beratnya dan kemudian dioven selama 24 jam dengan

    temperatur 105 C, lalu ditimbang beratnya. Dengan data yang telah diperoleh,

    dapat ditentukan berat jenis pasir kering permukaan dan kering oven dengan

    menggunakan persamaan:

    "'

    )(

    cc w ss

    s

    S S DgWWW

    WS

    ++

    =

    "'

    )(

    cc w ss

    s

    O DgWWW

    WS

    ++

    =

    Keterangan :

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    15/25

    15

    Sg(SSD) = berat jenis pasir jenuh air kering permukaan

    Sg(OD) = berat jenis pasir kering oven

    Ws = berat pasir jenuh air kering permukaan

    Wd = berat pasir kering oven

    Wcsw = berat gelas berisi pasir jenuh air kering permukaan dan air

    Wcw = berat gelas dan air

    Pengukuran berat jenis agregat kasar atau kerikil dilakukan dengan

    memasukkan kerikil tersebut ke dalam keranjang yang telah diketahui

    beratnya. Kerikil dan keranjang ditimbang di udara dan di atas air. Selanjutnya

    kerikil dioven selama 24 jam dengan temperatur 105 C. Agregat kasar atau

    kerikil dalam keadaan kering oven ditimbang beratnya. Selanjutnya dapat

    ditentukan berat jenis kerikil kering permukaan dan kering oven dengan

    menggunakan persamaan;

    ws

    sSSDg

    WW

    WS

    =)(

    ws

    dODg

    WW

    WS

    =)(

    Keterangan :

    Sg(SSD) = berat jenis kerikil jenuh air kering permukaan

    Sg(OD) = berat jenis kerikil kering oven

    Ws = berat kerikil jenuh air kering permukaan

    Wd = berat kerikil kering oven

    Ww = berat kerikil jenuh air kering permukaan dalam air

    3.1.4 Penyerapan (absorption}

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    16/25

    16

    Tujuan : Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorbsi

    merupakan persentase perbandinagn agregat dalam keadaan

    SSD dengan OD.

    Langkah Kerja :

    Selanjutnya setiap agregat dihitung absorbsi agregat tersebut dengan

    menggunakan persamaan:

    %100)(

    =

    d

    ds

    W

    WWW

    Keterangan :

    W = Water absorption

    Ws = berat agregat jenuh air kering permukaan

    Wd = berat agregat kering oven

    Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil nilai rata-ratanya.

    3.2 Perhitungan Rencana Campuran Beton Struktural (Mix Design)

    Kokoh beton yang diinginkan adalah 200 kg/cm2 (silinder) dengan tinggi

    slump 7,5 - 10 cm. Coarse agregate mempunyai diameter maksimum 31,5 mm dengan

    dry rodded weight 1,599 kg/m3. Bahan-bahan yang digunakan adalah Potland Cemen

    Type I PT. SAI dengan specific gravity 3,15. Coarse agregat dengan specific gravity

    OD 2,574 dengan absorption 3,12 % serta fineness modulus 7,139. fine sand dengan

    spesific gravity OD 2,493 dengan absorption 4,319 % serta Fineness modulus 2,505.

    Air yang digunakan adalah air yang memenuhi criteria air minum.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    17/25

    17

    Berat 1 m3 mortal diperhitungkan berdasarkan tabel ACI Standard 211.191,

    secara interpolasi diperoleh 1862,988 kg.

    Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah:

    air (netto) : 186,760

    kg

    semen : 345,852

    kg

    coarse aggregate : 1104,589

    kg

    jumlah : 1637,201

    kg

    berat fine agregat menjadi : 1862,988 1104,589 =

    758,399 kg

    berat fine sand = 0,798 x 758,399 =

    605,202 kg

    berat coarse sand = 0,202 x 758,399 =

    153,197 kg

    Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM

    (JISC/DOBOKUGAKKAI) :

    FMfs (x) + FMcs (1-x) = FMfa .1

    2,505 (x) + 3,962 (1-x) = 2,8

    2,505x + 3,962 - 3,962x = 2,8

    - 1,457x = - 1,162

    x = 0,758 (fine sand)

    1-x = 0,202 (coarse sand)

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    18/25

    18

    Berat FA menjadi = 1862,988 1104,589 = 758,399 kg

    berat FS = 0,798 x 758,399 = 605,202 kg

    berat CS = 0,202 x 758,399 = 153,197 kg

    Untuk mencampur 8 benda uji standar, maka komposisi campuran yang

    dibutuhkan dapat dihitung :

    V 1 b.uji = d2 h

    V 8 b.uji = 8 () (3,14) (15 cm)2 (30 cm)

    = 42390 cm3

    = 0,042390 m3

    0,05 m3

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga jenis aggregate yaitu coarse aggregate,

    coarse sand dan fine sand, meliputi beberapa bagian sebagai berikut :

    4.1 Sifat-sifat Fisis Material

    Tabel 4.1.1 Hasil sieve analysis Hasil penelitian sifat fisis agregat

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    19/25

    19

    Sifat-Sifat

    Fisis

    Agregat

    CA CS FS

    Specific Gravity SSD 2,655 2,645 2.601

    Specific Gravity OD 2,974 3,608 2,493

    Bulk Density (Kg/L) 1,559 1,643 1,450

    Water Absoption 3,121 3,608 4,319

    Fineness Modulus(FM) 7,139 3,2418 2,505

    Tabel 4.1.2. Hasil Penelitian Sieve Analysis

    UKURAN

    SARINGAN

    (mm)

    Persen rata-rata tinggal dalam

    saringan

    CA CS FS

    31,5 0.000 0.000 0.000

    19,0 32.367 0.000 0.000

    9,50 60.233 0.000 0.000

    4,75 3.833 19.221 0.000

    2,36 0.750 18.087 4.333

    1,18 0.650 25.999 5.667

    0,600 0.683 20.243 42.333

    0,300 0.684 10.421 33.400

    0,150 0.550 4.888 12.333

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    20/25

    20

    Sisa 0.250 1.141 1.934

    TOTAL 100.000 100.000 100.000

    Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi:

    a. Kuat tekan beton rata-rata

    n

    bibm

    =

    8

    744,803.1=bm

    468,225=bm

    Ket :

    Silinder yang digunakan sebagai benda uji adalah silinder dengan

    diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

    Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus:

    A

    Pbi =

    Keterangan :

    bi = Kuat tekan beton

    P = Beban hancur (ton)

    A = Luas penampang

    A = d2

    = (3,14)(15)2

    = 176,625 cm2

    Dari data yang didapat diatas kita dapat mengetahui standart deviasi dari beton

    tersebut : 182,266

    Faktor umur untuk waktu :

    3 hari = 0,4

    7 hari = 0,65

    14 hari = 0,88

    21 hari = 0,95

    28 hari = 1

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    21/25

    183.26=s

    21

    Deviasi standar merupakan tolok ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan

    pembetonan. Berdasarkan PBI 1971 Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus ;

    1

    )''(2

    =

    n

    bmbi

    s

    18

    934.798,4

    =s

    kg/cm2

    Kuat tekan karakteristik

    fc = fcr k.S

    = 225,468 - (1,65) (26,183)

    = 182,266 Kg/cm2

    Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase

    kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

    % kekuatan beton = 100Re xncanaMutuBeton

    ampuranMutuBetonC

    = 100200

    266,182x

    = 91 %.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    22/25

    22

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara

    menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil

    suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik sangat dipengaruhi oleh

    kualitas bahan pembentuknya . Disamping itu terdapat pula faktor-faktor tambahan

    lainnya, antara lain : Faktor Air Semen ( FAS ), proses pencampuran, proses

    pemadatan, proses perawatan dan umur benda uji.

    Dalam melakukan uji kekuatan beton kita harus memperhatikan toleransi umur

    pembebanan yang dibolehkan setelah benda uji dikeluarkan dari bak perendaman. Ini

    memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam praktikum. Kesalahan-kesalahan lain

    yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

    5.1 Kandungan organik pada aggregat.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    23/25

    23

    Bahan organik yang dikandung aggregate dapat mempengaruhi kekuatan

    beton. Bila pada pencucian aggregate tidak sempurna, akan menyebabkan kandungan

    kotoran organik dalam aggregate cukup tinggi, sehingga dapat merusak beton melalui

    proses-proses kimia yang berlangsung.

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Setelah melakukan praktikum dan menganalisa data-data yang diperoleh maka

    dapat disimpulkan :

    Dari hasil penelitian diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar )( bm 232,21

    kg/cm 2

    Kuat tekan beton rata-rata ( bm) dengan perawatan yang diperoleh dari 8 benda uji

    sebesar 383,87 Kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) sebesar 81,54 Kg/cm2 .Tinggi

    slump yang diperoleh 6 cm, yaitu tidak memenuhi syarat tinggi slump yang

    direncanakan yaitu 7,5cm 10 cm.

    Kesalahan-kesalahan pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan

    antara lain :

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    24/25

    24

    Kekeliruan dalam perhitungan perbandingan bahan-bahan pencampur yang

    digunakan. Kurangnya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton

    sehingga mempengaruhi komposisi campuran beton.

    6.2 Saran

    Masih banyak kekuranagan dalam pelaksanaan praktikum ini untuk

    memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat. Oleh karena itu, masih banyak hal yang

    harus diperbaiki dan ditingkatkan agar berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa

    mendatang.

    Bila ada yang ingin melakukan atau melanjutkan praktikum ini disarankan

    untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum. Praktikan juga

    diharapkan dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan praktikum. Ketelitian

    dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan, serta dituntut

    pula kekompakan antara sesama praktikan agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.

    Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih

    ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat

    dikurangi.

  • 8/7/2019 laporan 31 desember

    25/25

    25

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Hanafiah M.A. 1995. Panduan Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran

    Beton Stuktura,. Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT

    Unsyiah.

    Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. N.I.-2, Bandung :

    Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum dan

    Tenaga Listrik.

    Zaman Kamaruz dan Subhan Ahmad, Rencana Campuran Beton dengan FAS 0,50,

    Banda Aceh : Laboratorium Konstruksi Dan Bahan Bangunan FT Unsyiah.