lap . destilasi bubble cap

Upload: noer-khoiriyah

Post on 10-Mar-2016

236 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ujhjhjhj

TRANSCRIPT

LABORATORIUM PILOT PLANSEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016

MODUL: DESTILASI BUBBLE CAPPEMBIMBING: Dr. Ir. Ahmad Rifandi , MSc

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pilot Plant semester ganjilProgram Diploma III Jurusan Teknik Kimia

Oleh :

Kelompok : 11 & 12

Nama: 1. Suci Susilawati 131411029 2. Dila Adila 131411059 3. Rima Agustin M 131411061 3. Ulfa Nurul Azizah 131411063

Kelas : 3 A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIAJURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG2015

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPemisahan komponen yang memiliki sifat fisik atau kimiawi merupakan salah satu proses yang sering dijumpai pada bidang teknik kimia selain pencampuran, evaporasi, absorpsi dll. Distilasi atau dikenal dengan penyulingan bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi atau kemurnian satu atau lebih komponen yang biasanya produknya memiliki titik didih lebih rendah disebut produk atas. Sedangkan yang memiliki titik didih lebih tinggi akan diperoleh pada produk bawah dan jika lebih dari dua komponen maka dinamakan residu. Penggunaan pemanas kukus atau steam sangat besar pengaruhnya terhadap rancang bangun peralatanya sendiri. Di industri dalam bidang tehnik kimia pemisahan ini sering digunakan contohnya dalam industri minyak bumi untuk membuat zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ( fraksi). Dalam praktikum pilot plant akan dipelajari mengenai destilasi bubble cap yang berupa piringan dengan sejumlah lubang yang dilas pada risers atau chimey. Tiapa risers dipenuhi oleh sejumlah cap berbentuk bell untuk mempercepat uap melalui risers tersebut.

1.2 Tujuan Praktikuma. Melakukan pengamatan pada unit destilasi pada setiap sektorb. Mengetahui cara mengoprasikan alat destilasi skala pilot plant (industri)c. Mengetahui neraca panas yang terjadi dalam proses destilasi

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Dasar TeoriSeparasi atau pemisahan penyusun/komponen yang memiliki perbedaan sifat fisik ataupun kimiawi merupakan salah satu proses yang sering dijumpai pada proses teknik kimia selain pencampuran, reformasi dan lain-lain. Distilasi atau juga dikenal penyulingan sebagai proses pernisahan bertujuan meningkatkan konsentrasi atau kemurnian satu atau lebih komponen, yang biasanya produk yang bertitik didih lebih rendah atau yang disebut produk atas. Sedang produk yang lebih tinggi titik didihnya akan didapatkan sebagai produk bawah dan bila terdiri dari lebih satu komponen merupakan residu. Penggunaan pemanasan biasanya kukus [steam] sangat besar pengaruhnya selain rancang bangun dari peralatan sendiri.

Aturan fasa dan hukum RaoultSeperti pada sistem gas dan cair dibatasi oleh aturan fasa. Untuk campuran binair atau bayangan binair. (pseudobinary) terdapat dua penyusun, A dan B.; penyusun A lebih mudah teruapkan dibandingkan B. dan dua fasa yang diberikan persamaan:F = C - P + 26.1dalam hal ini P adalah jumlah derajat kebebasan sistem, maka diperoleh harga F adalah 2 ("mengacu kepada Geankoplis, Transport Proccesses and Unit Operations; hal. 574, pers. 10.2-1 atau McCabe, Smith, Herriot, Unit Operations of Chemical Engineering, hal 450).Dengan empat perubah suhu, tekanan, tereduksi yA dalam fasa uap dan xA dalam fasacair. Fraksi-fraksi B dapat dicari jika yA atau xA diketahui, karena yA + yB = 1,0 dan xA + xB = 1,0. Jika tekanan ditentukan, suhu dan susunan uap menyesuaikan dengan sendirinya.Dengan hukum Roult, sebagai hukum ideal, fasa uap-cair pada kesetimbangan dapat ditentukan.PA = P . Xa6.2Pada persamaan 2, PA adalah tekanan parsial uap A dalam satuan Pa (atm). PA adalah tekanan total uap A dalam Pa (atm). dan xA adalah fraksi mol A dalam fasa cair. Untuk sistem dengan larutan ideal atau tidak ideal mengikuti hukum Henry dalam larutan yang encer.T1Temperatur[oC]

Fraksi mol A. xA dan xB1,00,80,60,40,20

Gambar 6.1 Diagram titik didih dan grafik xyAA = penyusun yang lebih mudah teruapkanB = penyusun yang lebih sukar teruapkanJika larutan campuran binair dengan penyusun A dan B mematuhi hukum Raoult, maka diagram titik didih dapat dicari dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:PA = P . XAPA = PB (1 - XA)6.3PA = P yAPB = P (1 - yA)6.4PA + PB = P6.5P .XA + PB (1 - xA) = P6.6xA = (P - PB)/(PA - PB)6.7yA = PA/P = PA . xA/P6.8Seiain penerapan hukum Raoult telah dijabarkan di atas, suatu besaran keteruapan nisbi (), juga sering digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan x dan y. Untuk sistem binair teruapan nisbi penyusun A terhadap penyusun B dalam campurannya adalah:Keteruapan nisbi, AB = Keteruapan A/ Keteruapan BKeteruapan A = yA/xAKeteruapan B = (1 - yA)/(1 - xA)Sehingga diperoleh :AB = {yA/xA)/(1 - yA)/(1 - xA)} = yA(1 - xA)xA (1 - yA)6.9AB xA (1- yA) = yA(1 xA)6.10yA = AB xA/{1 + xA{AB - 1)}6.11Keteruapan nisbi ini sangat berguna dan dapat diterapkan jika harganya tetap, karena tidak bergantung pada keadaan cairan pada tekanan tertentu; walaupun tetap ada kemungkinan bergeser sedikit terhadap perubahan konsentrasi. Untuk campuran ideal:AB = (yA/xA)/(yB/xB)6.12AB = PA/PB6.13Harga PA/PB ini hampir selalu tetap pada rentang x = 0 sampai dengan x = 1,0. Jika harga AB lebih besar dari pada AB lebih besar dari pada 1,0 pemisahan apabila sistem biner mematuhi hokum Raoult atau bertingkahlaku ideal, penyimpangan AB sangat kecil terhadap rentang konsentrasi yang besar pada tekanan total tetap.

Distilasi berkesinambungan (jenis fraksionasi)Macam-macam cara distilasi serta teori dan kaidah-kaidahnya banyak dijumpai pada berbabagai buku acuan untuk teknik kimia. Distilasi berkesinambungan atau yang dikenal sebagai seperti unit distilasi yang ada pada laboratorium proyek pecontoh Jurusan Teknik Kimia Politeknik, merupakan jenis distilasi yang paling sering dijumpai dan digunakan oleh industri-industri kimia. Dengan cara memperbanyak tahap permukaan bidang sentuh antar fasa sepanjang kolom, pemisahan yang dihasilkan akan jauh lebih baik dibandingkan operasi dengan tahap tunggal. Fraksionasi itu sendiri berlangsung di dalam kolom fraksionasi, sebuah silinder tegak di dalamnya dilengkapai baik unggunan atau sekat yang diripta untuk memacu persentuhan antara fasa cair dan fasa uap.Umpan pada tahap awal pengumpanan berwujud cair dimasukkan ke dalam kolom terletak pada pertengahan ke atas kolom. Produk/serahan atas yang kaya akan penyusun yang lebih mudah teruapkan diperoleh pada pucuk kolom dan produk/serahan bawah yang kaya akan penyusun yang lebih sukar teruapkan diperoleh pada dasar kolom. Bagian kolom di atas titik pengumpanan disebut bagian peningkatan (rectifying section atau enriching section), sedangkan bagian kolom di bawah titik pengumpanan disebut bagian peluruhan (Stripping Section atau exhausting section). Fasa uap dihasilkan oleh kerja penangas ulang yang terletak pada bagian dasar kolom. Fasa cair di dalam bagian peningkatan dihasilkan oleh kerja pendingin yang terletak dekat bagian pucuk kolom tempat panas yang menyertai proses dilenyapkan.Pada setiap sekat/pelat (plate) di dalam kolom uap bersentuhan dengan cairan dan massa dipertukarkan; yaitu massa penyusun yang lebih sukar teruapkan dipindahkan dari fasa uap ke fasa cair, dan massa penyusun yang lebih mudah teruapkan dipindahkan dari fasa cair ke fasa uap. Jadi melaju turun sepanjang kolom dan dengan segera kaya akan penyusun yang lebih sukar teruapkan yang bertitik didih lebih tinggi, sedangkan uap akan melaju naik sepanjang badan kolom dan dengan segera kaya akan penyusun yang lebih mudah teruapkan yang bertitik didih lebih rendah. Di sini tampak terjadi penurunan suhu sepanjang kolom dari bawah ke atas yang berakibat terjadi pengembunan sebelum campuran uap mencapai puncak kolom dan pendingin: tentu saja bertitik embun lebih tinggi akan terembunkan terlebih dahulu.Neraca massa dan neraca kalor dalam perhitunganTata nama yang akan digunakan dalam perhitungan :F, D, W

laju umpan (feed), serahan atas (top product) produk/serahan bawah (bottom product) dalam satuan massa atau mol per satuan waktu.

ZF, XD, xwfraksi penyusun yang lebih mudah teruapkan dalam umpan, serahan atas dan serahan bawah dalam fraksi mol.

L, Vlaju molar cairan dan uap di dalam kolom

x, yfraksi mol penyusun yang lebih mudah teruapkan dalam fasa cair dan fasa uap.

HL, Hvenergi dalam/enthalpi molar fasa cair dan uap

BAB 3METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan Alat1. Unit distilasi2. Stopwatch3. Pompa tangan portable4. Ember Bahan1. Etanol teknis2. Air

3.2 Prosedur Kerja1. Membagi unit distilasi menjadi 6 sektor yaitu :a. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed areab. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskanc. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanasd. Sektor 4 adalah sektor kolom kesetimbangane. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin f. Sektor 6 adalah sektor sistem control pengendali2. Melakukan inventarisasi alat yang ada pada setiap sektor3. Melakukan pengamatan pada saat operasi dan shut down4. Dilakukan hal hal sebagai berikut :a. Sektor 1 (sirkulasi umpan T1)

b. Sektor 2

c. Sektor 6

3.3 Analisis DataInventarisasi AlatPeralatan dan FungsiA. Sektor 1Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penmpungan umpan T1, pompa yang mengatur sirkulasi umpan P2. T1 (Feed Tank) : Untuk menampung cairan umpan (air keran) sebelum disirkulasikan atau dialirkan ke sumptank. P2 (Feed Pump) : Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke dalam kolom distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam sumptank. Feed pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan dari T1-T1. A1 (Vapor Trap) : Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar dari pre-heater. W5 (Pre-Heater) : Sebagai pemanas awal cairan umpan. W4 (Distilat Cooler) : Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas TR-13 (Temp Feed) : Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi. FI-14 (Flow Distilat) : Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan. FI-17 (Flow Feed) : Untuk mengukur laju alir umpan. Va-1.1-Va-1.12 (Valve) : Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu, diantaranya: Untuk sirkulasi T1-T1 : Mengalirkan cairan dari T1 kembali ke T1 dengan bantuan pompa P2 dan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-1.7 dan Va-1.9 kemudian tutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5, Va-1.8 dan Va-1.10

Jalur UmpanVa-1.9Va-1.10Va-1.2Va-1.3Va-1.4Va-1.5Va-1.6Va-1.7Va-1.8Va-1.12Va-1.11Va-1.1

Alat-alat yang terlibat di dalam Section 1 adalah:SymbolDiscriptionTypeMaterialRemarks

T1Feed Tank-DURAN Glases-

P2Feed PumpCentrifugalStainless Steel-

A1Vapor TrapUNA 23 h/vGG 25-

W4Distillate CoolerCoil TypeDURAN GlasesDN 200

W5PreheaterMultiple Tube BayonetStainless SteelSteam Heated

FI-14Distillate ProductRotameterDURAN GlasesLocal Indication

FI-17Feed To DistillationRotameterDURAN GlasesLocal Indication

TR-13Preheater OutletWID../DDURAN Glases-

B. Sektor 2Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu T3 dan pompa yang mengatur sirkulasinya P3. P3 (Pompa Sirkulasi) Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke reboiler. V5 (Evaporator Feed from P3) Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke FFE. W2 (Falling Film Evaporator) Merupakan tempat terjadinya pemanasan. W3 (Cooler) Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump Tank. T3 (Sump Tank) Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan masuk ke kolom distilasi. TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom) Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE. TR 26 (Temperature Sumptank Vapor) Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank. FI 28 (Flow Feed Recycle) Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.Prosedur kerja sistem pengumpanan cairan pada FFE yaitu dengan membuka Valve Va-2.1, Va-2.2 dan Va-2.5 lalu menutup valve Va-2.1 dan Va-2.3 kemudian nyalakan pompa P3. sehingga cairan akan mengalir ke bagian atas FFE. Kemudian cairan yang panas akan turun dan masuk ke sumptank. Cairan panas ini akan berkontak dengan cairan dingin dalam sumptank sehingga semua cairan dalam sumptank akan mengalami kenaikan suhu tertentu. Alat-alat yang terlibat pada Section 2 adalah:SymbolDiscriptionTypeMaterialRemarks

T3Column Sump TankCylindricalDURAN Glases-

W3Sub CoolerCoil TypeDURAN GlasesDN 200

P3Circulation PumpSlide ChanelStainless Steel-

W2FFEShell and TubeStainless SteelDN 300

TR-21Sump Tank Bottom TemperatureWID../DDURAN Glases-

TR-26Sump Tank Bottom Vapor TemperatureWID../DDURAN Glases-

PR-18Collumn Bottom Absollute PressureBR 3208 DiapraghmaStainless Steel-

TI-22Evaporator Feed Recycle SumpMercuryDURAN GlasesLocal Indication

FI-28Evaporator Feed of Recycle SumpRotameterDURAN GlasesLocal Indication

LIA-19Collumn Sump Tank T3FUEST 25/RDURAN GlasesLocal Indication

SECTION 2

T 3TR26FI28TI22TR21LIA19PR18W 2P 3Jalur Zat yang DipanaskanW 3Va-2.1Va-2.2Va-2.3Va-2.4Va-2.5

C. Sektor 3Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil proses dikeluarkan. W2 (Falling Film Evaporator) : Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam yang tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan. A2 (Steam Trap) : Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE. FI 27 (Flow Condensat) : Untuk mengukur laju alir kondensat. FI 24 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke FFE. TR 23 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE TI 25 (Evaporator Steam Outlet) : Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari FFE. V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke FFE.Prosedur kerja untuk mengalirkan steam yaitu diawali dengan membuka aliran udara tekan pada panel control. Kemudian membuka valve pada bukaan tertentu. SECTION 3

Jalur PemanasTR23FI24V3V4STEAMFI27KONDENSATTI25

Alat-alat yang terlibat pada Section 3 adalah:SymbolDiscriptionTypeMaterialRemarks

TR-23Evaporator Steam Supply7HC1008-1DA11Stainless Steel-

FI-24Evaporator Steam RotameterStainless SteelLocal Indication

TI-25Evaporator Steam OutletDL02/25-11Stainless SteelLocal Indication

FI-27Evaporator KondensatRotameterStainless SteelLocal Indication

A 2Vapor TrappUNA 23 h/vGG 25-

V 3Evaporator Steam Supply77159-A10GG 25Pneumatic Control Valve

V 4Evaporator Steam Supply--Solenoid Valve

D. Sektor 4 TR 8 (Temperature Column Top Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas. TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua. TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama. PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah. PR 6 (Column Top Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

TR8SECTION 4

Kolom KontakK 1T 3

PR6PR18TR9TR10

Alat-alat yang terlibat pada Section 4 adalah:SymbolDiscriptionTypeMaterialRemarks

TR-8Column Top Vapor TemperatureWID../DDURAN Glases-

TR-92nd Column Feed Vapor TemperatureWID../DDURAN Glases-

TR-101st Column Feed Vapor TemperatureWID../DDURAN Glases-

PR-6Column Top Absollute PressureBR 3208 DiapraghmaStainless Steel-

PR-18Column Bottom Absollute PressureBR 3208 DiapraghmaStainless Steel-

D. Sektor 5 W1 (Condenser) : Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk V1 (Condenser Cooling Water) : Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor F14 (Condensor Cooling Water) : Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor F5 (Condensor Cooling Water flow observer) : Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE. TR 1 (Condensor water Supply Temperature) : Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry) : Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux. TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature) : Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor TIA 21 (Condensor Vent High Alarm) : Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm akan menyala. TRC 3 (Condensor Water Outlet) : Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.V4V1Cooling Water

SEKTOR 5

Sistem PendinginTRC3FI4F5TR1TI22T2VentTIA-2.1

Alat-alat yang terlibat pada Section 5 adalah:SymbolDiscriptionTypeMaterialRemarks

W 1CondenserShell and TubeDURAN GlasesDN 200

V 1Condenser Cooling WaterH77159-A10GG 25Pneumatic Control Valve

V 4Evaporator Steam Supply--Solenoid Valve

FI-4Condenser Cooling WaterRotameterStainless SteelLocal Indication

F-5Condenser Cooling Water AbsorberA 3 U exStainless SteelSwitching of Valve V3

TR-1Condenser Water Supply7HC108-10A11Stainless Steel-

TI-22Condenser Outlet Distillate TempMercuryDURAN GlasesLocal Indication

TIA-21Condenser Vent High AlarmMercuryDURAN GlasesLocal Indication

TRC-3Condenser Water Outlet7HC108-10A11Stainless SteelControl of Cooling Water

F. Sektor 6 2 Controller yaitu Pressure Controller (PIC) dan Temperature Controller : Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang diinginkan2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan Pressure Recorder yang ada pada alat distilasi. 3 pasang tombol on-off : Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan P3 (sump pump) Main Switch : untuk mensupply udara tekan Control Air Pressure Switch : untuk membuka aliran udara tekan

BAB 4DATA PENGAMATAN DAN HASIL PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil PengamatanTabel 4.1 Pengamatan Suhu pada Reboiler Unit DistilasiSensor Temperatur0CK

TI 2295368

TR 23125398

TI 2557330

TR 2690363

Tabel 4.2 Data Kapasitas PanasVapor Heat Capacity

abcd

Water34.047-0.009650.00003299-2.044E-08

Liquid Heat Capacity

abcd

Water18.2960.4721-0.0013380.000001314

Etanol-331.6024.137-0.014030.00001703

Tabel 4.3 Konsentrasi Komponen Feed InletKomponenVolume (L)%

Air10071.42857

Etanol4028.57143

Total140

4.1.1 Mencari Massa Komponen Feed InletNeraca MassaFeed inlet = Feed outlet

Tabel 4.4 Massa Komponen Feed InletFI 2828L/h

Massa air20Kg/h

Massa etanol6.4Kg/h

4.1.2 Mencari Massa Steam InletNeraca MassaSteam inlet = Steam outlet

Tabel 4.5 Massa Steam InletM steam21Kg/h

4.2 Hasil Pengolahan Data

BAB 5PEMBAHASAN dan KESIMPULAN

5.1 Pembahasan

Praktikum pilot plant yang berjudul destilasi bubble cap bertujuan untuk mengetahui neraca panas yang terjadi dalam proses destilasi Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi engineeringdrawingyang terdapat pada alat. Setelah memahami sketsa tersebut, selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap bentuk nyata terhadap peralatan tersebut. Setelah mengidentifikasi peralatan destilasi lalu masukan ethanol sebanyak 40 L dan air 100 L kedalam feed tank. Operasi awal dimulai dengan membukan saluran udara tekan . Bila saluran udara tekan belum dibuka, maka Control Panel tidak dapat dinyalakan, sehingga operasi tidak dapat berjalan fungsi udara tekan berfungsi untuk menggerakan instrumen-instrumen pengendali yang digerakkan secara pneumatik, misalnya untuk Control Valve . Untuk keamanan,maka peralatan destilasi tidak dapat beroprasi bila saluran udara tekan belum dibuka. Lalu langkah selanjutnya adalah menyalakan pompa untuk mengalirkan feed dengan cara menekan on P2 pada Control Panel . Pada saat feed dialirkan ada proses by pass pada saluran pengumpanan yang berfungsi untuk menghindari shock-load umpan , sehinga laju alir umpan dapat tetap terjaga dan resiko kerusakan alat dapat berkurang. Lalu steam dialirkan dengan cara membuka valve secara manual . Proses yang berlangsung diamati dengan cara mencatat suhu yang dapat dilihat langsung pada Temperature Indikator pada alat maupun Temperature Recorder yang terdapat pada Control Panel . Temperature Indikator yang diamati adalah TI 22 untuk feed inlet dengan suhu 950C dan TI 25 untuk steam outlet dengan suhu 57 0C . Temperature Recorder yang diamati adalah TR 23 untuk steam inlet dengan suhu 125 0C dan TR 26 untuk feed outlet dengan suhu 90 0C . Setelah didapatkan data lalu matikan peralatan destilasi , seluruh pompa dimatikan, Control Panel dimatikan dan yang terakhir saluran udara tekan ditutup. Maka, operasi sudah sepenuhnya selesai . Dari data yang didapat dilakukan pengolahan data untuk mengetahui neraca panas yang terjadi selama proses destilasi secara teori neraca panas yang terjadi adalah panas yang masuk sama dengan panas yang keluar namun pada praktikum didapatkan jika panas yang masuk tidak sama dengan panas yang keluar hal ini terjadi karena banyaknya losses atau kehilangan panas secara konduksi , dimana losses panas ini akan mengurangi besarnya energi kondensasi. Dengan kecilnya energi kondensasi maka efisiensi total dari sistem akan mengecil pula . Loses panas secara konduksi ini disebabkan oleh sistem destilasi ini tidak diisolasi dengan baik , disamping itu disebabkan oleh adanya kotoran dari air baku yang mengendap.

5.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA:

LAMPIRANMenghitung massa feed inlet1. Massa Water

2. Massa Etanol

Menghitung massa steam inlet

Menghitung Q Loss