landjutan islamologi.pdf

68
. -I J— HARGA l3M0j '/ ?> t? L LANDJUTAN ISLAMOLOGI \KAAN. UM U.l. 7 Oleh Mr. ALI BASJA LOEBIS ISI: ‘ilmu at-tafsir al-Qur’an, Sunnah dan Hadith, Sjari’ah dan fiqh, madzhab2 fisq, usul al-fiqh, kanm sufi, aliran2 dalam Islam: kaum Chawaridj, Sji’ah, Wahabi, Ahma- dijah, Nahdatul Ulama, Djabarijah dan Qadarijah, Mu’- tazilah, Murdjiah, modernisme di Mesir, Turki, Pakistan dan di Indonesia. untuk: S . M . A . / A (Sastera). P.G.A. ATAS, MADRASAH MENE- N(i|LtI ATAS, PENDIDIKAN HAKIM ISLAM NEGERI, PRwPEDEUSE PERGURUAN TINGGI UNTUK MATA PfcLADJARAN ISLAMOLOGI, AKADEMI ILMU AGAMA DJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA, B. I. HUKUM UNTUK MATA PELADJARAN ISLAMOLOGI. K^V ( gctuhu tan U 1 'at dibeli ditiap-tiap Toko Buku atau dipesan langsung pada I alamat kami sbb.: ebis, Djl. Danau Toba, Blok P III/8 , Pedjorapongan, Djakarta >ajar harga buku ditambah porto 10% , minimum Rp.

Upload: lamdieu

Post on 12-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landjutan islamologi.pdf

. -I J— HARGA l 3 M 0 j

' / ?> t ?

L

LANDJUTAN ISLAMOLOGI

\KAAN. UM U.l.

7

Oleh

Mr. ALI BASJA LOEBIS

ISI: ‘ilmu at-tafsir al-Qur’an, Sunnah dan Hadith, Sjari’ah dan fiqh, madzhab2 fisq, usul al-fiqh, kanm sufi, aliran2 dalam Islam: kaum Chawaridj, Sji’ah, Wahabi, Ahma- dijah, Nahdatul Ulama, Djabarijah dan Qadarijah, Mu’- tazilah, Murdjiah, modernisme di Mesir, Turki, Pakistan dan di Indonesia.

u n tu k :

S.M.A. /A (Sastera). P.G.A. ATAS, MADRASAH MENE- N(i|LtI ATAS, PENDIDIKAN HAKIM ISLAM NEGERI, PRwPEDEUSE PERGURUAN TINGGI UNTUK MATA PfcLADJARAN ISLAMOLOGI, AKADEMI ILMU AGAMA DJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA, B. I. HUKUM UNTUK

MATA PELADJARAN ISLAMOLOGI.K^V (gctuhu tan U 1

'at dibeli ditiap-tiap Toko Buku atau dipesan langsung pada I alamat kami sbb.:ebis, Djl. Danau Toba, Blok P III/8, Pedjorapongan, Djakarta >ajar harga buku ditambah porto 10%, minimum Rp.

Page 2: Landjutan islamologi.pdf

Bab I. LANDJUTAN ADJARAN2 ISLAM :I. Ilmu at-Tafsir al-Qur’an

(Ilmu menafsirkan al-Qur’an).

Al-Qur’an itu memuat diantaranja ajat-ajat jajng kurang djelas artinja, sehingga dapat ditafsirkan setjara beraneka warna. Selain daripada itu bahasa jang dipakai dalam al-Qur’an adalah bahasa ’Arab klassik, jang ber- beda dari bahasa ’Arab jang dewasa ini dipergunakan diberbagai-bagai negeri sebagai bahasa sehari-hari. . . . .

Untuk mengerti al-Qur’an dan maksud jang sebenarnja dari ajat-ajat, maka aiat-aiat al-Qur’an perlu ditafsirkan. Waktu Nabi masih hidup, maka beliau sendiri jang mendjelaskannja, tetapi setelah beliau berpulang kerah- matullah, maka kebutuhan menafsirkan ajat-ajat al-Qur’an tetap aaa.

Karena pekerdjaan ini sangat sutji, maka sudah barang tentu pada permulaannja banjak pengikut-pengikut Nabi jang tidak setudju atas usaha menafsirkan ajat-ajat al-Qur’an, karena mereka memperingatkan, bahwa Rasulullah pGrnah ittGngcliawatirkan, kalau-kalau dibGlakang haii ada orang-orang jang menafsirkannja berlainan daripada arti sebenarnja.

Diantara mereka iang tidak menjetudjui itu ialah Chalifah ’Umar dan ’Abdullah bin Mas’nd, jaitu seorang daripada sahabat Nabi. Jang disebut belakamgan ini menentang orang-orang menafsirkan al-Qur an dengan se- mau-viaunja sendiri. .

Tetapi biarpun bagaimana orang-orang semula pada achirnja kebutuhan akan tafsir tersebut adalah demikian kuatnj, sehingga achirnja para ulama menjetudjumja a s a Z f c a n Qur an t j g ditafsirkan menurut pendapat-pendapat sub]ektif ^atau menurut semau-mawnja sendiri (tafsir bi l-hawa). Tjara menafsirkan jang boleh dipakai ialah menafsirkan setjara ilmu pengetahuan (tafsir biilmin).

Dengan demikian maka berkembanglah usaha erang-orang mengada- kan tafsir (pengertian) dan ’Ilmu jang memberi pengertmn-pengertian ten- tang arti jang sebenarnja dari ajat-ajat Qur an dinamakan ilmu at-tafsir, suatu ilmu jang penting dalam peladjaran agama Islam. _

Tans merupakan pegangan bagi ahli tafsir dalam pekerdjaannja itu ;alih kebiasaan-kebiasaan, pendapat-pendapat, putusan-putusan maupun liraian-uraian dari Rasulullah jang berhubungan dengan usaha beliau Slhulu mengenai penafsiran dari ajat-ajat tersebut. Dengan demikian ^ kzrm rlu a h li tafsir itu mempeladjari lebih dahulu sunmh (kebiasaan) Jnhi atau keteranqan-keterangan dari sahabat-sahabat Nabi tentaing soal ini.

S a h i a n g dipandang oleh para ulama sebagai penafsiran setjara ’ilmu X tetahuan, karena berdasar sumiah dan hadith jang boleh dipertjaja.

Demikianlah tafsir al-Qur’an itu menolong pembatja menjelami al-Qur’an dan membukakan baginja berbagai rahasia jang suda a a terdjadi.

BEBERAPA AHLI TAFSIR.

1. Menurut sedjarah ahli tafsir jang pertama ialah .Abbas (saudara sepupu dari Rasulullah), Pe™ > Rpliau^tinggaldi Basra dan kemudian berdiam di Ta’if (dekat “ ahJ Behau tmgga

untuk mempeladjari agama Islam dan al-Qur an serta memberi

Page 3: Landjutan islamologi.pdf

peladjaran tentang tafsir Qur’an. Sajang dua buah karangannja tidak di-

kctemuk^aiak^tu tafsir Qur’an jang penting ialah. tafsir karangain lbnDiarir at-Tabari. . ... .

Nama tafsir ini ialah tafsir Djaririjjah. Beliau adalah seorang ahlinnama dan ahli sedjarah, jang pada abad ke-3 Hidjrah. (beliau m 'emnggaldunia pada tahun 310 H = 922 M) berhasil mengadakan suatu kumpulandan pensupasan setjara ’ilmu pengetahuan tentang sunnah dan hadithjang berhubungan dengan usaha memberi pengertian pada ajat-ajat Qur’antors cbut

Tafsir Djaririjjah ini adalah amat luas, terdiri dari 30 djilid, jang tidak mempunjai taranja maupun tidak dapat disamai oleh tafsir-tafsir lainnja. Tafsir ini meletakkan dasar, jang kemudian dipergunakan oleh ahli-ahli tafsir laiwnja untuk menjusun tafsir-tafsirnja masing-masing, jang a.i. dilakukan mereka berdasar nahu dan saraf (setjara paramasastra : artinja mengartikan ajat2 al-Qur’an menurut arti katanja), ada jang setjara lughat (filologisch), ada pula setjara sedjarah atau balaghah (poiitis).

Tadinja tafsir Djaririjjah ini dikira sudah hilang, tetapi untuing sekali diketemukan kembali diperpustakaan Emir Ha’il, suatu kota jan g letaknja di ’Arabia Tengah dalam tulisan tangan, lalu pada tahun 1903 ditjetak dan diterbitkan di Kairo (Mesir) dalam 30 djilid.

Karena sangat tebalnja, 5200 halaman format quarto, maka orang sangat segan mempeladjarinja. Apakah jang dipakai oleh Ibnu Djarir at- Tabari sebagai dasar mengadakan tafsirnja ?(1). arti kata jang terang dari al-Qur’an harus diturut, djadi tidak boleh

diartikan lain.(2V la memperhatikan, apa jang ditjeriterakan oleh sahabat-sahabat Nabi

dan oleh Imam-imam (pemimpin-pemimpin agama) dan ulama-ulama (ahli-ahli agama) pengikutnja Nabi ; kemudian ia perhatikan pula tjeri- tera-tjeritera dari Kitab-kitab Indjil dan Taurat, kalau perlu djuga dipergunakan untuk menafsirkain al-Qur’an ; oleh karena itu maka tafsir Djarir at-Tabari ini dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan tjeritera-tjeritera Nasrani dan Jahudi jarig dipergunakan dalam agama Islam.

(3 ). beliau tidak senang, kalau orang-orang memusingkan kepala tentang soal-soal jang ketjil jang termuat dalam al-Qur’an sebab pengetahuan tentang soal-soal ketjil itu tidak berguna dan kalau tidak tahu, d juga tidak merugikan. Kewadjiban kita harus pertjaja, apa jang sudah tertulis dalam al-Qur’an dengan djelas. Apa jang tidak tersebut dida- lamnja tidak perlu kita tjari-tjari.

(4 ). Dalam menafsirkan al-Qur’an itu beliau terutama m empergunakan sunnah Nabi dan disamping itu pengertian-pengertian bahasa, karena beliau sangat pandai dalam ilmu bahasa ’Arab dan tentaing sjair ’A rab. Tidak mengherankan buku Tabari ini sangat disukai, tidak sadja oleh ahli-ahli pengetahuan Timur tetapi djuga oleh Barat.Ia memimpin madzhab Djaririjjah, diambilkan dari namanja Ibnu

Djarir at-Tabari, jang sekarang sudah tidak ada lagi. Ketjuali ahli aaama, beliau seperti telah disebut diatas, adalah ahli sedjarah dan telah mengarang buku sedjarah dunia mulai dengan terdjadmja bum i (sedjak TMabi Adam) sampai pada waktu ia menulis bukunja. Para ahli sedjarah dan ahli Islam bangsa Eropah menghargai karangannja tersebut sebab merupakan sumber pertama u n tu k mempeladjan sedjarah agama Islam dalam waktu-waktu jang pertama dari agama itu.

Page 4: Landjutan islamologi.pdf

Buku sedjarahnja diterbitkan oleh M.J. de Goeje di Leiden (Ne?pri Belanda). dalam 15 djilid. UNegen

3. Tafsir lainnja ialah tafsir karangan az-Zamachsjari (meninppaldunia 538 H = 1143 M). J) J unwmiggaj. Tafsir ini adalah berdasarkan tafsir Ibnu Djarir, tetapi dalam tafsir ini jang dipentingkan ialah hal-hal balaghah (poetis), artinja indahnja bahasa dan susunan kata-kata dalam al-Qur’an mendjadi pusat perhatiannja

4. Tafsir jang terkenal di Indonesia ialah tafsir ad-Djalalaini, karangan duaorang jang bernama Djalal jaitu Djalal ad-Din al-Mahalli (meninggal dunia 864 H. = 1459 M.), dan Djalal ad-Din as-Sujuti (meninggal dunia 911 H = 1505 M). Di Djawa terkenal dengan nama Kitab tafsir Djalalen.

5. Tafsir al-Qur’an jang baru ialah misalnja tafsir al-Hakim karanganulama Mesir, jang bernama Muhammad Abduh (meninggal dunia 1905 M' Tafsii* ini dinamakan djuga tafsir Al-Manar (Menara Api), sebab dimuat dalam madjalah al-Manar oleh muridnja jang bennama Muhammad Rasjid Rida. .

6. Tafsir lainnja jang termasuk djuga baru, ialah tafsir al-Djawahir, ka­rangan ulama Mesir djuga, jang bernama Djauhari Tantawi (Tanta adalah suatu kota di Mesir), jang mentjoba memodemisir ’ilmu tafsir dengan menghubungkan ajat-ajat al-Qur’an dengan ’ilmu pengetahuan.

7. Dalam bahasa Indonesia terdapat tafsir dari Mahmud Junus, dari tahun 1951, bermama : Tafsir Al-Qur’an ’l-Karim, dan tafsir Adnan Loebis, tetapi jang terachir hanja mengenai satu djuz’ sadja, jaitu djuz’ Amma (djuz’ terachir), dan achirnja ada lagi tafsir dari M. Hasbi Ash-Shiddieqy, jaitu tafsir al-Quranul Madjied „An Nur”, jang baru meliputi djuz’ 1 dan djuz’ 2.

8. Dalam bahasa Inggeris pada tahun 1920 ada terdjemahan al-Qur’an jaitu The Holy Qur’an, Translation and Commentary (Terdjemahan dan Tafsirnja), karangan almarhum Maulana Muhammad ’Ali (meninggal dunia tahun 1951) dari golongan Ahmadijah jang berpusat di Lahore, seorang ahli fiikir dan penulis Islam dalam abad ke-20 ini. Uintuk membuat naskah- nja sadja beliau membutuhkan tidak kurang dari 8 tahun dengan 12 djam kerdja setiap harinja.

Karena ditulis dalam bahasa Inggeris, maka dengan tafsirnja jang maha penting ini tersebarlah sinar dan semangat Islam keseluruh dunia Anglo Saxon. Dalam tahun 1934 buku ini diterdjemahkan oleh Soedewo kedalam bahasa Belanda.

Masih banjak lagi djumlah tafsir al-Qur’an besar ketjil, jang semuanja jtu tidak dapat ldta scbut disini, ketjuali dua buah kitab tafsir jang masih niempunjai pengaruh besar sampai dewasa ini jaitu :

10. Tafsir ahli filsafat al-Razi, jang berhasil mengumpulkam segala xnatjam penafsiran selama 3 abad sesudah at-Tabari dan

11. Tafsir al-Baidhawi (meninggal dunia pada tahun 685 H = 1286 M)jang seabad kemudian mengumpulkan lagi penafsiran-penafsiran jang beragam-ragam itu dalam sebuah kitab tafsir. Tafsir al-Baidhawi ini sangat penting bagi kaum sunnah, sehingga merupakan dasar tafsir sampai dewasa ini. Salinan tafsir ini kebahasa Melaju dilakukan oleh Sjaich jLbdurrauf Fansuri dipermulaan abad ke- XVII pada masa kedjajaan Kera- djaan Atjeh. .

2. Sunnah dan Hadith.Nabi Muhammad itu dititahkani oleh Allah untuk mendjadi sumber

tauladan bagi umat manusia, kepada beliaulah diturunkan al-Qur’an dan wewenang untuk mendjelaskan dan menafsirkan ajat-ajat al-Qur’an.

Tjatatan : 1) Tafsir az-Zamachsjari ditolak oleh golongan Sunnah, kaum ortodoks dalam Islam oleh karena az-Zamachsjari adalah dari golongan Mu'tazllah, jang oleh golongan ortodoks (golonean gunnah) dianggap sesat (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam, halaman 51).

3

Page 5: Landjutan islamologi.pdf

Tuhan bersabda : „Kami telah menurunkan Kitab Sutji kepadamu (Muham­mad) hanja untuk mendjelaskan kepada mereka mengenai hal-hal jang menimbulkan perbedaan pendapat diantara mereka (al-Qur’an surah 16 ajat 64). Demikianlah Nabi Muhammad, untuk mendjalankan Pe- rintah Allah ini, melakukan tugasnja dengan berkata-kata dan berbuat Pada lain kesempatan beliau pernah mengeluarkan suatu peraturan ter- tulis jang dianggap oleh behau perlu untuk mendjelaskan ajat-ajat Qur’an itu; karena itulah maka Hadith (apa jang diriwajatkan tentang Nabi Muh­ammad) itu dianggap dalam Islam sebagai sumber jang kedua dari sjari’ah, sesudah al-Qur’an.

Pada abad pertama Hidjrah, sesudah Rasulullah meninggal dunia, maka pengikut-pengikutnja atau masing-masing orang Islam diwaktu itu berusaha sesungguh-sungguhnja untuk selalu ingat kepada sabda-sabda dan tindakan-tindakan Nabi selama beliau itu mengadjarkan agama Islam. Mereka berusaha untuk mengambil beliau sebagai tauladan hidup mereka sehari-hari dan dalam menuntut keagamaan, dengan demikian maka giat- lah mereka itu mengumpulkan segala sesuatu jang berhubungan dengan hidupnja Rasulullah, perbuatan-perbuatannja, apa jang telah pernah di- katakannja, apa jang pernah dilarang maupun diizinkannja.

Apakah sunnah Nabi itu ?Semua hal-hal jang tersebut diatas itu jang berhubungan dengan

verkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan darn sebagainja dari Rasulullah itu disebut sunnah (kebiasaan). Sebenarnja kata sunnah ini pada permu- laannja berarti kebiasaan berhala dari nenek-mojang jang pada umumnja sebelum Islam masuk sangat dihargai dan dihormati oleh orang-orang Arab.

Dalam arti jang demikian itu, maka sunnah berarti adat istiadat dari sesuatu tempat, sesuatu masjarakat jang teguh mempertahankan adatnja, tiada suka akan hal-hal baru. Kebalikan daripada sunnah ialah bid’ah artinja „hal-hal jang baru” , jang belum ada dizaman Nabi.

Tetapi lama kelamaan arti kata sunnah itu dipersempit mendjadi melulu adat-istiadat (kebiasaan) daripada Nabi Muhammad (the way o f life of the Prophet) dan dalam arti inilah selandjutnja kita memberi pengertiam pada kata sunnah. 1)

Adapun sunnah Nabi itu dipergunakan untuk menafsirkan al-Qur’an, jang kadang-kadang mengatur sesuatu hal itu dengan pendek sadja, se- hiinigga perlu diketahui sunnah Nabi untuk dapat menetapkan selandjutnja aturan-aturan agama Islam, jang tidak tersebut dalam al-Qur’an. Tjontoh seb u a h sunnah Nabi: Ump. Dalam al-Qur’an diwadjibkan kepada orang-orang Muslimin untuk salat tetapi tjaranja salat itu tidak disebut, sehingga Nabilah jang memberi tjontohnja. Demikian pula tentang zakat, puasa dan naik hadji maka Nabilah jang memberitahukan aturan-aturannja.

Unsur-unsur sunnah Nabi terdiri dari: _ 11. qaul (berasal dari kata qala.: berkata). Dengan qaul dimaksudkan se­

mua, apa sadja jang pernah diutjapkan, dibitjarakan, diputuskan, maupun jang diperintahkan dan dilarang oleh Nabi, pendek kata sab- da Nabi.

2. fi’il (perbuatan). Dengan fi’il dimaksudkan apa sadja jang pernah diper- buat, dilakukan, didjalankan, pendeknja tingkah laku Nabi.

T ja ta ta n : 1) Djadi K aum Sunnah ialali golongan Lrlam ja n g m engikuti s u n n a h (keb iasaan) N abi (Muhammad), artinja dia lan jang ditem puh, perbuatan2 dan tindakan2 N abi M uham m ad d id ja d ik a n mereka sebagai pegangan dalam m endjalankan agama Islam. K aum (golongan) Sunnah in i b erp ega n g venada salah satu madzhab jang empat. M ereka berpendapat, bahw a m en d jad i k eharu san b a g i penga- nut l s ^ m untuk menerlma salah satu m adzhab jang em pat. Dengan dem ikian g o lon g a n Sunnah itu bertaqlid/ dan karena m ereka m enentang hal2 |ang b a ru jan g belu m ada dizam an N ab i M uham m ad, hal2 bld'ah/ maka kaum Sunnah, disebut d juga k a u m o rth o d o k s . CBakri S iregar, S ed jarah K ebu da ja an Ijjlam, hal. 47).

4

Page 6: Landjutan islamologi.pdf

3. taqrir (penetapan) atau sukut (diam). Dengan taqrir atau sukut tersebut' dimaksudkan, segala sesuatu jang pernah dibenarkan oleh Nabi dengan

berdiam diri artinja tindakan-tindakan, ■ pembitjaraan-pembitjaraan orang lain, jang pernah dibenarkan atau tidak dilarang oleh Nabi dengan berdiam diri atau dengan tiada berkata apapun. ~

Sudah barang tentu dalam kegiatan dan usaha tergesa-gesanja me- ngumpulkan semuanja ini dalam masjarakat jang belum sempurna sistim bekerdjanja, dan pula mengingat bahwa tjara mengumpulkan sunan (sunnah-sunnah) itu adalah usaha-usaha suka-rela, tidak diatur oleh Negara atau oleh salah satit badan Pemerintah, maka dalam tahun-tahun pertama sesudah Nabi wafat, banjaklah terkumpul sunnah Nabi jang beraneka warna, banjak jang benar tetapi ada pula jang satu sama lainnja berten- tangan, apalagi sesudah beberapa golongan membiasakan dirinja membuat sunnah jang palsu dengan maksud, agar dapat mengatur masjarakat Islam menurut kepentingaim partai atau golongannja.

Sudah barang tentu hal jang demikian itu lama kelamaan' tidak dapat dipertanggung-djawabkan lagi, sehingga achirnja pada permulaan abad ke-2 dan ke-3 Hidjrah timbullah usaha dari terutama golongan-golongan iang hendak niengembangkan hukum Islam dan aturan-aturan agama Islam, untuk menentukan sunnah mana jang benar dan mana jang tidak benar.

Sebagai sumbgr sunnah Nabi, maka ditetapkan aturan-aturan sebagai berikut:1 Sumber pertama ialah isteri-isteri Nabi dan sahabat-sahabat Nabi,

karena mereka itu mendengar sendiri apa jang dibitjarakan oleh Nabi dan melihat tingkah lakunja dengan mata kepala sendiri.

2 Kemudian setelah sahabat-sahabat Nabi meninggal dunia, maka jang’ mendiadi sumber ialah para pengikutnja, jang dinamakan tabi’un, jaitu

■pengikut-pengikut generasi (orang-orang) pertama sesudah Nabi Mu­hammad.Cpcndah para pengikut tidak ada lagi, maka sumber ketiga adalah

' t ie r i te r a -t ie r i t e r a jang didapat dari para pengikut dan pengikut jaitunpnprasi kedua sesudah Nabi. Orang-orang ini masih dapat bertjampur gaul dengan para pengikut Nabi.nomitianlah sunnah Nabi itu diriwajatkan dari mulut kemulut dalam

bentuk™uatu tjeritera jang pendek, disebut hadith, jaitu „apa jang dinwa-iatkan atau ditjeriterakan” .

v i.r.jstb itu adalah riwajat tentang sunnah-sunnah Nabi, dan se- Djadi hadM, itu adalan land jut dalam bcntuk hacUtIlmua *unn5? Jma| an djuga al-Hadith. Selyndjutiija mereka menetapkan,bahwa t a d * )<■»? ^ ka? •'* haTUS memPuniai 2 • isnad <savM-ran) dan main (isi, teksnja).

Tjatatan : 1) B a g a i * da zaman mula Islam orang gemar m cnjcbut segala sesuatu Riwajat mcntjcritera a , ammad. Ini semua didasarkan pada ingatan dan disiarkan setjara

jang berhubungan dengan Nabi Muna disampaikan oleh cahabat2 Nabi ini ada kalanja kata2llsan terutama oleh sahabat2 " f n la sad jn . .Tang mendjadi pokcl; ialah pendirian danNabi sendiri. A da J a mulania hanja diriw ajatkan dari luar kepala sadja. D j i K a terdjadlPendapat Nabi. D jadiH adi p. kurang tegas dalam Qur’an, orang menetapkan pendirian de-sesuatu jang hukumnja t telah pernah dikemukakan oleh Nabi ketika menghadapi per-nean mengingat Pendapat ^ M S terdjadi pada pertengahan abad ke 8 Hid rahantara illn IS ^ bUnul DiuT:^dU|,: Abu I s h a q ^ n lmam Malik. CBakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam , halaman : 5 5 — 56).

Page 7: Landjutan islamologi.pdf

Kedua bagian dari hadith : ■1. Bagian pertama dari hadith, jang dinamakan isnad itu m em uat

nama orang jang berturut-turut tanpa ada putusnja m eriwajdith itu. Bagian ini dinamakan isnad, jaitu sandaran, backing, V Jdapat dipertjaja dan orang jang meriwajatkan itu disebut al-raw • > Tjontoh isnad : AOrang jang meriwajatkan berkata : Saja telah mendengar danatas tjeriteranja si B dan seterusnja, sampai achirnja pada oraS ° ulu? pertama mentjeriterakan hadith itu berkata : saja mendengar itaslah bersabda : ........................” i ■ sKarena kerap kali memulai dengan kata sabda, maka ada pula jang mengartikan hadith itu, jakni sabda Nabi. _ . . . g

2. Bagian kedua dari hadith itu dinamakan matn, isi tekstnja jaitu isi Jsebenarnja dari pada hadith, dalam tjontoh diatas ialah : „ ............ milihMereka mengumpulkan hadith-hadith jang demikian itu dan niemi ^ mana jang benar, mana jang palsu. Para ulama m engatakan w« benar atau tidalmja sesuatu hadith itu tergantung kepada orang J famentjeriterakannja, apakah ia dapat dipertjaja penuh atau tia ,hadith hanja boleh dipertjaja, apabila ditjeriterakan oleh oraHg- jang boleh dipertjaja berturut-turut djadi apabila isnadnja bo pertjaja berturut-turut.Untuk menetapkan, apakah jang meriwajatkan sesuatu hadith itu dapat

dipertjaja, maka para ulama menjelidiki: kedjudjuran dari or<wg-or y jang mentjeriterakannja (para al-rawi), kapan dan dimana orang-or & hidup, dengan siapa diantara mereka itu jang ada hubungannja sa • lain ; diselidiki djuga apakah orang-orang itu terkenal sebagai ,o & j stidak pernah berdjusta, dan orang jang teliti dan apakah achiaic m t ^ itu baik dan lengkap pula ingatannja. Demikianlah pada umum sjarai oagi seorang al-rawi. . .

Tiara m entjeriterakan berturut-turut itu diselidiki dengan demikian- sangot tehtmja, sehingga banjaklah hadith janq djatuh, dan achirnja ,tmg- gaUaVv betowapa ajumlah hadith jane ditieriterakan. oleh orang-orang jang: sungguh-sungguk benar dan sutji, tiada bernoda sedikit djuapun akaro. hadithnja. Tjara mentjeriterakan ini dipeladiari chusus oleh mereka itu, dengan memperbanding-bandingkannia dengan bahan-bahan scdjarah, sehingga terdapatlah kitab-kitab jang memuat riwajat hidup dan orang-

Pembagjan mereka itu dalam tabaqat, golongan-golongan atau kelas-kelas, seperti „Kitab Besar tentang Tabaqat” d an Ibn Sa ad (memnggal dunia 230 ii =.844 Masehi) dan jang terdiri dari 8 djilid jang

ini ,memPunjai arti jang amat penting. Pada achirnja da­lam abad ke-2 dan ke-3 Hidjrah terdapatlah persatuan faham tentang r

^ 3^9 benar, mana hadith jang palsu dan hal ini berhubungan. pula d ngan kemadjuan agama dan masjarakat serta ilmu pengetahuan Islam aiwaktu itu dalam arti telah tertjapai pada umumnja kepastian ten­tangtjara melaksanakan ibadat-ibadat, hukum-hukum Islam, veraturan- peraturan kenegaraan dan kem,a,sjarakatan. 2).

Hadith itu dibagi dalam 4 djenis :1. hadith jang sahih (sehat dan benar), jaitu hadith jang benar-benar

dapat dipertjaja, karena tidak ada tjatjadnja.Tjatatan : 1) Diantara para al-rawl jang term asjhur ialah : keem pat chalifah jang pertam a ditam-

bah lagi dengan Abdullah Ibn Mas’ud, Abdullah Ibn ’Abbas, Ibn -Omar, Zaid, Mu’adh, A bu Musa al-Ash’an dan Abu Hurairah.

Tjatatan : 2) Ibnu Sa'ad adalah seorang dari pada sahabat2 Nabi jang bersikap amat hati-hati terhadap penjelidikan hadith mana jang benar, m ana jang palsu.

Page 8: Landjutan islamologi.pdf

2. hadith jang hasan (baik), jaitu hadith jang biarpun ada tjatjadnja,tetapi masih dianggap baik, ump. isnadnja tidak lengkap, atau tidak dapat dipertjaja beberapa dari orang-orang jang meriwajatkan hadith itu, atau tidak terdapat persesuaian faham tentang isnadnja, tetapi isinja dapat dianggap baik.

3. hadith jang dha’if (lemah), jaitu hadith jang tidak terang apakah dapatdipertjaja atau tidak. Ump. berhubung dengan main atau karena orang-orang jang mentjeriterakannja itu tidak dapat dipertjaja, atau ump. matnmja bertentangan dengan apa jang telah ditetapkan oleh ulama atau isnadnja tidak dapat dipertjaja.

4. hadith jang maudhu’, jaitu hadith karangan belaka, jakni palsu.

H1MPUNAN HADITH. .Pengumpulan-pengumpulan hadith jang pertama kalinja mungkin

sekali dimaksudkan untuk tudjuan pembentukan hukum-hukum Islam, djadi hanja untuk mempeladjari hadith semata-mata dalam madzhabma- dzhab, aliran-aliran dalam hukum Islam. Tetapi lambat laun sedjak permulaan abad ke-3 H, maka hadith itu dipeladjari oleh ulama-ulama setjara bebas, tidak lagi dalam madzhab2. 2)

a Himpunan hadith itu ada jang disusun menurut orang-orang jang mentjeriterakannja (isnadnja). Hadith jang demikian itu disebut musnad dan iane penting diantaranja ialah Musnad Ahmad Ibn Hanbal jang me­ninggal dunia pada tahun 241 H. (= 855 M). ‘Musnad ini terdiri dari kira-kira30.000 hadith. . . .

h Tetapi umumnja himpunan hadith itu disusun menurut tsinja (matn-nia) dan dinamakan musannaf (artinja karangan, kitab) diantaranja jang sangat terkenal dan termasjhur ialah :1. Musannaf al-Buchari (meninggal • dunia 256 H = 870 M).0 Muslim » ” ivij.?■ ” Abu Dawud „ „ 275 H = 888 M).1 ” Tt-Tarmidzi „ „ 279 H = 892 M).f ” an-N asa’i „ „ 303 H — 915 M).« ’ ” Ibn Madjah „ 273 H — 886 M).

” jaitu menurut nama ulama-ulama jang menghimpunnja.K-opmm* musannaf ini diakui oleh umat Islam sebagai hadith-hadith

. atau hasan dan disusun dalam abad ke-3 H. Keenam kitab mijang sahih sinflkat „Kitab jang Enam,” (al-Kutub as-Sittah).

t S kumpulan al-Buchari (meninggal dunia 870 M) dan Muslim ( m e n i S l dunia 875 M) toilah jang paling sahih sehmgga kepada kedua- .'. ' “ flfher nama as-Sahitmni (Dm Kitab m Sehat), karena lumjalahh a S h a S th ia n g sahih dimuat didalamnja.

Terutama himpunan al-Buchan adalah demikian baiknja, sehrngg o ra n fi m e n g a ta k a n b ah w a h im p u n a n in i a d a la h J ™ P ™ « ^ T e i u l h ^ u r ’an. Ia te r d ir i d a r i 97 k ita b ja n g d ib a g i la g i d a la m 3.450

b a g i ' i w f i a l ) ’ k ita b m e m p e rso a lk a n hal-h al ja n g m e n g e n a i k e p e r t ja ja a n +forint conprti <talat vuasa, zakat, warisan, djual-beh, perkawi-

terdiri dari 5 atau 6 hadithjang berhubungan dengan salah satu hal aiata .1) Pada permulaannja hadith-hadith itu hanja dihafalkan oleh para sahabat Nabi, baru

Pada abad pertama Hidjrah diusahakan penylJsanma. •

Page 9: Landjutan islamologi.pdf

achtatB^ d a r n M S ,v J ltdithnia itu dari 10?-.000 buah hadith sampaimendjadi 7275 buah ai r ! rapi dan kritis dJumlah itu berkurang sud m em S i f c S ' V " d“ P n “ “ P ™ ” hadithnja itu bermak-kepada ahli-ahli bnVnm 11 ing seluas-luasnja dan sebanjak-banjaknja tjara siap sedS dan f Z . dan alim ula™ dipergunakannja Isiap sedia dan teratur.

™uk“ lainnja itu, jaitu dari Abu Dawud,,ti

mi,

Ul*-1 U T T Y llC L Z I n T i - A I n o n ’ * j -r-r x a i j i m ja i l u , J d l l u U d i i / l ULV L /uu/M 'W ,artinja sunnah sunnah t*1 Madjah tersebut dinamakan as-Sunan, ini, tidak sadia S ' Jan§ dl™ at didalam buku himpuinan keempat

Ada himnnno i! Jung sahih ietaPi djuga jang hasan. sedikit iane Jang ketJ-il men™at 40 buah hadith atau lebihdari h mnunan f ba’un artinia emPat V*luh. Ini adalah kutipanke?al Tfah^ t a i ? ' hadlih> ng besar- salah satu diantaranja jang ter- hadith Diadakann u- a dar* an-Nawawi, jang memuat 42 buah bahwa baranasiar>nJa hlmPu'nan arba’un itu adalah berdasar sabda Nabi, puluh maka r n/in u m.e™Pemn9<tikan kaum Islam dengan hadith empat para ulama Z Wmo a akan dibangkitkan oleh Allah diantara

hadith^tS f c!!l9d kemudian orang-orang masih menjusun himpunan Funan’hadith ia n ^ anja ltu nilainJa berada dibawah nilai dari pada him- akan kebenaran f keenam tersebut diatas. Kaum Sji’ah sendiri tidak pertjaja sebut diatas P Puda hadith Jang dikumpulkan oleh kaum Sunnah ter-utjapan-utfaDan S 3! ja pertjaja kePada hadith-hadith jang berasal dari nan hadith S - ■ an PenSlkut-pengikutnja. Mereka mempunjai himpu-hammad Ja’q u b a l -K u m ^ h31 ini’ umPamanj’a al'Kafi karangan dari Mu’liminTmendiad?tafnd]ia Rasulullah jang hendak didjadikan oleh kaum Mus- seperti Chalifah Ah! Dan/ tetapi dJuSa sahabat-sahabat Nabi jang terkemuka Nabi, s e p e r t i L ^ ’Umar> ’ uth™™ dan ’Ali serta lain-lain sahabat utjapan2 serta nSh, * dan Abu Hura^ah, dan djedjak dalam artihasa Arab athar ^ jg ^ a perhuat;an dari Pada mereka ini disebut dalam ba-

lisan, ^banTkpmi^o^u hadith itu ialah dari mulut he mulut, djadi setjara seperti tersebut diata? H ° men2adaka'n kumpulan-kumpulan hadith,

Jang M w p u n k a n setjara tertulis.

. Hadith itu ada ' 'pe'rkataan^m ka^m§ IsTa^ian1? ? 1311 pada zaman-zaman sesudah abadftu m l e t i i Z i T ^ ^ ^ r / s u d T ? 311 hiduPnJ'a’ maka Perlu seka« lainnia bertpnf an ’ selain darfnflda h-.tua dan tidak lagi terang ^ in jarraka sudah h□ an PerIu Pula d i S •! U hadith-hadith jang satu samattulah iann h / J a? g tentu hadith iann Y ^ DaIam hal -ian£ demikian itu, Mn^t.nh b.erlaku. Hadith ianJf lh tua itu dttiaddkan dan janq baru Mansugh, artinja jang ditiadak™ I , tua Jang ditiadakan itu disebut al- artmja png menwdakan ’ an ha<*ith jang baru itu disebut an-Nasiqh

Tafsir-tafsir hadith’ •Beliau menulis tafsir a t a fw terke«al a.i. ialah karangan al-Qastallanitafsjr hadith atas himnunann- a!lgan a^uchari, sedang an-Nawawi menulisi Muslim. 1)

Tjatatan : V Tiara m eirn.bH i ,Pada asasnja ulama2 berpend!.31 . Hadl,h :

nicndcngarkan polprlin-.nn itu scfjar? ’n «rhw.n " ranK hanja dapnt mpmpelatljari ilmu agama ci«.n„ nia setjara deinikian djuga. 5an <larl aeorang guru agama, jang m cm peroleh Pengetahu^*

Page 10: Landjutan islamologi.pdf

; ' 3. Sjari’ah dan Fiqh.1. Keadaan sebermula, jaitu bahwa perselisihan-perselisihan mengenai

sesuatu hal itu biasanja diserahkan kepada masing-masing kepala suku (sjeich) untuk mengaturnja menurut peraturan-peraturan kebiasaannja sendiri-sendiri, lambat laun tidak dapat lagi dibiarkan, oleh karena kaum Muslimin pada waktu itu membutuhkan suatu masjarakat Islam dan suatu Negara jang kuat, kokoh dan bersatu dalam segala-galanja, sehingga kuat menghadapi musuh baik dari luar maupun dari dalam. Dengan demikian maka masjarakat Islam diwaktu itu membutuhkan aturan-aturan lahir agama Islam jang dapat mengatur kebaktian mereka kepada Tuhan serta pera­turan-peraturan kehidupan dalam kekeluargaan dan kemasjarakatan. Pera­turan-peraturan lahir jang demikian itu dinamakan sjari’ah (hukum Islam), iaitu djalan jang harus dilalui dalam arti djalan jang benar untuk mendja- lankan perintah Tuhan atau mengikuti pimpinan-Nja.

Vumber-sumber sjari’ah ialah Qur’an dan Hadith; jang pertama jaitu nm4n memuat kewadjiban-kewadjiban orang Islam dan larangan-larangan teZhaZdM jauM nja, sedangkan jang kedua jaitu Hadith terutama ber-makmid lintulc mnpmikianlah al-Qur’an itu memuat didalamnja azas-azas keagamcmn, hu­kum volitik dan azas-azas mengatur soal-soal kemasjarakatan.

■Rerdasarkan kedua sumber inilah, maka para ulama jang djuga mem- nnniai Dengaruh besar dalam soal-so^l kemasjarakatan itu, kemudian me- niiisun siari’ah tersebut dan membaginja dalam 2 bagian : nTnpSturan-peraturan tentang kebaktian lahir kepada Tuhan, jaitu jang

Vfnr akan’ibadat, jang terdiri dari salat, zakat, saum (puasa), hadjdj f n a i k hadji) dan taharah (jaitu pembersihan din).norntvran-veraturan kehidupan dalam kekeluargaan dan icemasjara-

{ ZZr, pertiampuran kedua matjam soal ini, jang satu berhubungan “ i0" ' iZnaamaan dan jang lain dengan kemasjarakatan dalam satudOIlgSn KCCly \9nb rlsnat HmaViarnVan /Vlo’hlrcirAnn™ kiimDulan • sjar’ atau sjari’ah dapat dipahamkan, olehkareno

Islam diwaktu itu bertjampuraduk dengan soal-soal keagamaan dan seorang ulama itu dengan sendirmja adalah djuga sardjana

aU U nrlng-orang jang berpendapat, bahwa hanjalah bagian ke-2 dari - ^ fane dapat dinamakan Hukum Islam jang sebenarnja, antara

fjanpr.f Notomanto, Guru Besav dalam mata peladjaran Islam padalain Prof. M i. Gadjah Mada di Jogjakarta, oleh karena menurut beliau UmversitM NegOT jang ada persamaannja dengan hukumhanja bagian a seiUruhnja, sebagaimana dapat dilihat daripada jslbiasa, walaupu dibagi lag. dalam bagian-bagian sebagaidaripada bagian * ’ Jberikut : , .t1_rnakan Mu’amalat, jang mengurus a.i. soal-soal djual-beli,Bagian 1. . ^ n am_memmdjam, gadai, sarekat (vennootschap), pembenan

kuasa, sewa-menjewa, pemberian hadiah titipan ; n • o • S n a k a n Munakahat, memuat hal-hal perkawman pertje- Bagian 2. . dina ^ ^ se^ gainja> Batjalah karangan kami : „Hukum

-r - q Fara’idh memuat hal-hal warisan dan sebagamja."Raplan 4 J dinamakan Djinajat, memuat hal-hal kedjahatan-kedjahatan

dan hukuman-hukuman.

■---------------- --------- , ■>. w fia m m ir dengan soal kem asiarakatan/politik dalam satu wahju Tu.T jatatan : 1). ^ L ' ^ n kcpada kita bahwa <la lam Islam : A gam a tidak boleh dipisah dari Negara,

han <Qur'an) m enundjukkan k ‘ bersatu ,jengan Ne gara (teori m onism c dalam hubungan Agam a de. dengan lain perkataan A ga *ngan Negara).

Page 11: Landjutan islamologi.pdf

Bagian 5. : dinamakan aqdijah wassjahadat jang memuat hal-hal jang ber­hubungan dengan keputusan-keputusan hakim, persaksian dan sebagainja.

Bagan 6. : jang dinamakan ’ltq, jang memuat perihal melepaskan budak belian. x)

Sudah barang tentu peraturan-peraturan sjari’ah meliputi semua soal, baik jang termasuk dalam bagian ke-1 maupun dalam bagian ke-2 tersebut diatas. Dan oleh karena sjari’ah ini bersumber pada al-Qur’an jang mem- punjai nilai abadi, tidak tergantung kepada waktu dan tempat, maka kaum Islam jang berpendirian lama berpendapat pula, bahwa sjari’ah itu tetap berlaku untuk semua waktu dan tempat.

2. Ilmu jang mempeladjari sjari’ah itu dinamakan fiqh, jang mula- mula berarti : pengetahuan atau pengertian, tetapi kemudian mempunjai arti ilmu tentang kewadjiban-kewadjiban, jang merupakan ilmu jang amat penting dalam agama Islam. Kata jiqh itu berasal dari kata faqiha, artinja mengetahui atau mengerti. Ulama jang mempeladjari fiqh dinamakan faqih (djamaknja fuqaha. 2)

Kewadjiban faqih jang demikian itu ialah idjtihad, jaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat mengambil (menetapkan) peraturan- peraturan sjari’ah dari Qur’an atau Hadith. 3) Dan faqih jang melakukan idj­tihad jang demikian itu dinamakan mudjtahid, jakni ulama jang berilmu pengetahuan luas dan tadjam pikirannja. Mereka bekerdja bebas dari satu sama lainnja dan masing-masing meinjelidiki, apakah jang menurut penda- patnja merupakan peraturan siari’ah iang sebenarnja berdasarkan Qur’an dan Hadith.

Penjelidikan setjara bekerdja dengan bebas jang demikian itu ber- djalan sampai abad ke-3 Hidjrah.i .ara n^djtahid dibagi dalam tiga tingkat sebagai berikut :

+v, 7 1 dinamakan mudjtahid al-mutlaq, jaitu mudjtahid jangtaak terbatas haknja, jang ilmunja sangat luas dan olehkarena itu

dapat dengan merdeka dan tidak terbatas mengeluarkan pendapatnja „• tiap2 persoalan sjari’ah dan menetapkan peraturan-peraturanpariah dari al-Qur’an dan Hadith. 4) Mereka ini adalah para pe- mimpm madzhab.nia* 'Ke' ™adzhab mudjtahid: jaitu mudjtahid jang terbatas hak-

’ - i ^ masih dapat bekerdja dengan merdeka, tetapi sudah terba- hai\ i ■ Pat menetapkan peraturan-peraturan sjari’ah hanja dalam lavi • ditetapkan oleh mudjtahid jang pertama dan ber-

3 tingk^f ^an a dalam satu madshab sadja. .iang mudjtahid. Apabila diantara pendapat mudjtahidfatwa ,^an. ke-2 ada jang bertentangan satu sama lainnja, maka

----------- - mudJtahid berhak untuk menimbang pendapat-pendapat manaTjatatan : i> Ki(. , .I. Sjari’ah dan n J ,qh

keagamaan dan politik h ngatur kehidupan orang2 Muslimin dalam hal kekeluargaan, hukum , sosial, lah aturan2 jang m encL • , mengatur kehidupan seluruhnja. Jang terpen*ing dari aturan sjari’ah ia. dapat perhatian ialah- N lbadat' misalnja m engenai puasa, salat, dsb. sedangkan hal2 sjari’ah jang annja dengan agama m - i Perkawinan' kekel°a rga a n , w a ris a n , w a q a f dan lain2 hal jang erat hubung-

2) A ghnldes mengartit^153 ^ soal ch<tanan, larangan m akanan dan m in u m a n keras dsb. sumber-sumbernja : r,„„a,n flqh itu sebagai ilm o jang m engam bil peraturan-peraturan s ja ri'a h dari

3) Iqbab menjebut id it ih L d »n IJadith-pergerakan" dalam Isia-iT ? . ; tulis A .A.R. Gibb dalam bukunja Isb. hal. 16 ,.pokok atau prinsip nafsiran untuk mengisi tin*a dengan idjtihad, maka terbukalah kesem patan bagi terd jadin ja pe- madzhab maupun kemudia ? n9an2 dalam sistim hukum Islam, jang belum diisi o leh pemim pin24) Pemimpin2 madzhad • para ulama d engan idjm a’ mereka.itu tidak boleh seorang ’ui“ ll:alnia lmam as-Sjafi'l dianggap sebagai mudjtahid mutiaq, oleh karena al-Qur’an dan Hadith, baik'rf3 lainnja dari m adzhab Sjafi’ i m erobah pendapat as-S jafi'i jang berdasar pengetahuan Hukum Islam d-ialan 'd jm a ' ataupun qljas, karena untuk madzhab S ja fi’i, m aka

Dan untuk mengetahui r, j ambU dari Qur’an atau Hadith hanja boleh m elalui Imam as-Sjafi’ i rangan Ibn Had jar dan Ki£i£eE-i?Pat 11113111 as .S ja fi ’i orang harus m elalui Kitab Tuhfah (Hadiah) ka Adapun Tuhfah dan Nihalnh , iah ka rangan ar-Ramli dan kitab2 jang tjo t jok dengan itu"»eorang faklh dari madzahab s 1kom cntar pada buku NinIladj at-Talibin karangannja an-Nawawi"

Page 12: Landjutan islamologi.pdf

jang lebih benar dan pertimbangannja didasarkan langsung pada Qur’an dan Hadith. Menimbang setjara demikian itu dinamakan tar- djih al-aqwal, dan pendapat jang ditimbang lebih benar dinamakan ar-Radjih, artinja jang timbangannja lebih berat. Pendapat jang disalah- kan dinamakan al-Mardjuh, artinja jang beratnja kalah dengan beratnja pendapat jang berlawanan. Iqbal (halaman : 148) memberi kekuasaan jang lain kepada tingkat ke-3 dari idjtihad ini, jaitu : idjtihad dengan kekuasaan chusus, karena hanja boleh menentukan hukum Islam jang berlaku terhadap sesuatu perkara jang belum diatur oleh para pe- mimpin madzhab, jang disebut mudjtahid mutlak tadi.Dalam kitab fiqh jang bernama kitab Hasjijah, karangan faqih Mesir,

Ibrahim al-Badjuri (meninggal dunia 1861 M) beliau menulis, bahwa se- djak penghabisan abad jang ke-3 H tidak ada lagi mudjtahid.

Pendapatnja ini disetudjui oleh sebagian besar dari kaum Muslimin. Ini berarti bahwa sedjak itu orang tidak boleh lagi idjtihad, jaitu menjim- pulkarTperaturan-peraturan hukum Islam baik dari al-Qur’an maupun dari Hadith, biarpun bagaimana pandainja ulama itu. Tetapi seorang faqih lain­nja jang bernama Djalal ad-Din as Sujuti (meninggal dunia 1505 M) berpen- dapat, bahwa mudjtahid itu tetap ada sampai achir zaman, sebab Nabi telah bersabda : „Allah tiap-tiap tahun akan mengutus orang untuk mengatur lagi agama Islam” . *)

Menurut Badjuri pendapat diatas tidak benar, sebab „mengatur” itu bermaksud bukan idjtihad, tetapi hanja berarti menguatkan peraturan peraturan agama jang telah ada, karena menurut beliau dilarang orang-orang meneadakan pembaharuan pada peraturan-peraturan sjari’ah jang telah rlifptankan oleh para ulama (fukaha) dahulu berdasarkan persesuaianfaham antara mereka itu (idjma’ ) .

Lagi pula beliau bependapat, bahwa seorang jang melakukan idjtihad i t u harus luas pengetahuannja, tidak sadja dalam ilmu Qur’an dan Hadith, tPtani diuea dalam ilmu agama lainnja dan dalam ilmu-ilmu untuk mem- 5 , , mempeladjari agama seperti: ilmu bahasa Arab, filsafat, mantiq noSka) sedjarah dan lain-lainnja jang tidak didapat lagi pada orang-orang dpwasa ini Sekarang, menurut Badjuri, para ulama hanja boleh taqlid Mrtia iaitu melakukan sesuatu peraturan agama dengan menuruikan

nrana-orang lain tanpa tahu alasannja. Orang jang taqlid demikian itu dinamakain muqallid. Ada djuga ulama jang berpendapat lain daripada S?rt£??ersebut Selain daripada as-Sujuti tersebut diatas, golongan Zahi-

H a n eolongan Wahabi (Imam Muhammad Abdul Wahab) serta aliranI H a il aearaa Islam misalnja Djamaluddin al-Afghani (abad ke-19) danmuridnja^311! bernama Muhammad Abduh, Mufti Mesir tidak setudjudengan pendapat badjuri ialah : ajat al-Qur’an : ,,Kepada mereka jang id jtih a d Kami akan

Tjatatan 1) : , S!L T ain dasar ialah Hadi th Nabi jang meriwajatkan ketika M a'ad mene- menundjukkan djalan Kami ^ akan ^beridjtihad untuk membuat keputusannja sen diri apabila rangkan kepada Na memberi djawaban atas sesuatu soal” .Qur’an dan Hadith Tia 'A b d u lla h mufti dan guru agama dari m a d z h a b S j a f i ’ i d a n golongan

Tjatatan : 2) Saiia „ . j ang sudah lama hidup di Djakarta, pengarang kitab fiqh „ K ita b alortodoks, *eg.™” ®jahv, djuga berpendapat, bahwa orang2 tidak boleh idjtihad lagi, jang boleh hanja

taqlid sadja. hertaolid berpendapat, bahwa taqlid merupakan halangan untuk kem adju-Mereka jang tld*k . k seiamanja. Taqlid menjebabkan peradaban Islam dan hukum Islam m en -

an masjarakat M am untuK huklimJ (sjari’ah) itu harus tetap hidup.dja di mati> sed a n ge J 3 mereka, membuktikan bahwa ’ sjari’ ah Islam adalah hidup, bisa sesuai

Pensertian idjtiha , untuk tempat m a napun. SebaUknja taqlid m em bun uh inisiatip , menekandengan djaman apa J fl k M seSuai dengan zaman m odern, bahkan taqlid mengakibatkanvita iite it Is' ? f ’ ^ ‘ " ® f k„ e u k a n dalam persatuan Islam. Pendirian kontra taqlid ini bukan berarti pula perp®t ,® !£nn l di mereka jang tidak menerima taqlid ini bukanlah menentang pendapat pemuka kontra-m adzhab. Dja fca sendiri j akin, bahwa pemuka2 madzhab ini senantiasa mempergunakan

Jil f r nTivnrluktiP dan untuk kesempur naan hukum Islam atas dasar2 jang benar. Mereka idjtihad setjara p ele„aian j ang dikehendaki oleh sjari’ah pasti berdasarkan alasan2 jang logisdanPtepaat oleh karena tudjuan terutama dan m aksud sjari’ah adalah melandjutkan k e m a d ju a n dan Kesedjahteraan um at Islam. (Bakri Siregar. Sedja rah Kebudajaan Islam, halaman 44.

11

Page 13: Landjutan islamologi.pdf

Mereka brpendapat bahwa orang jang pandai dalam ilmu agama boleh me ukan idjtihad. Lagi pula kepandaian-kepandaian orang sekarang da- am lunu agama tidak kalah dengan ulama dari zaman dahulu.

Demikianlah aliran-aliran modern dalam agama Islam itu berpendapat anwa keterangan tentang agama Islam itu seharusnja datang dari Allah

dan Kasul-Nja, jaitu Nabi Muhammad, djadi bukan dari ulama jang tidak lberi kuasa apa-apa. Orang jang dapat idjtihad harus idjtihad, dan mere-

ita jang tidak dapat idjtihad tidak boleh hanja taqlid, tetapi harus ittiba, artinja menerima sesuatu aturan agama Islam dari seseorang, jang menun- ajukkan keterangan-keterangan dari sabda Allah atau sabda Rasul-Nja.

Kalau tidak ada ajat Qur’an jang bersangkutan, maka wadjib diterang- n oleh orang itu akan sunnah Nabi tentang hal jang ditanjakan. Orang

jang menenma ittiba dinamakan Muttabi.

! 4. Madzab Fiqh, Diatas telah diterangkan, bahwa fuqaha (ahli-ahli hukum Islam) masih lahi3 Sf ara ^ebas dan berdiri sendiri mengadakan peraturan-peraturan nhnri t o w A janS diambil dari Qur’an dan sunnah Nabi sampai achir n f ,„ e f sesudah abad ke-3 Hidjrah maka para ulama ber-pn ! ai epffldaian' pengetahuan agama dan ketjakapan-ketjakap-itn tiriJti , f adlama^ P ^ a n dari ulama jang kemudian daripada mereka cih Hanct akan demikian rupa sempurnanja, sehingga kepada mereka ma- tnran j.aj£ an usaha idjtihd, jaitu mengusahakan menjusun pera-ini mnicn I” SJ£UTah dari Qur’an dan Hadith. Karena pendapat jang kolot Hidirah ^ a an ^aQi para pengikut Islam sesudah abad ke-3fiah cilmn w ? a memasuki salah satu mazhad, jaitu aliran dalam ilmu Hidjrah ]ang telah didirikan oleh para fukaha dalam abad ketiga

madzhad^JuvnbSf ^ ^ h ilm^ fiqh mendjadikan sebab adanja madzhab- Delumlah tiukim „ man 16 dan seterusnja menulis sebagai berikut : kata belaka dari Islam. hanja mengetahui makna setjara kata-mengenai xnaksud inilik v Ur ^ I?Juga maksudnja harus difahami. Djustru a iaiYian pendapat jane hwa? i terbukti kemungkinan akan adanja per-hanja membutuhkan diawahn’n + Pun achirnja mereka pada hakekatnja seharusnja diambil sebnnni i • S Pertanj aa n-perta n j a an : apakah jang apakah jang Urtera dalam '■ cf l™pulan dari ajat-ajat Qur’an dan adjaran

Tjabang ilmu p JaIkedua pertanjaan diatas tadi ^ ang bertudjuan memberi djawaban atasorang ulama jang memnelart • >Ut Umu al'fikh (Hmu hukum Islam). Se-bekerdja sendiri setjara disebut fakih. Dahulu kala para fakihjang diambilnja dari ai * am usahanja menjusun hukum Islam

T jatatan: 1) Perkembangan hu* ^ T i a P - t i a P f a k i h j a n g t e r k e -1 . Masa M uham m ad : H ukum T , Islam menga lami ft j-

?■ f , S ; r r - n: >2™ S “ £*; s- S S m m4. Masa m udjandin : Masa ini m elahirk" n?na° h„ir Pada abad Pertama Hidjrah.

Muslim). Pada masa ini pU|a madzhab? i Jang m asjhur tentang Hadith lan Fiqh (al-Buchari,5. Masa m adzhab : masa tertutupnla Idifih^j berachir pada achir abad ke-3 Hidjrah.

mereka jang menentang taqlid sebao.i , sesudah abad ketiga Hidjrah. Masa ini dianggap oleh sampai dengan hantjurnja challfat AKKaV®sS T.1113* Sdapnja hukum Islam. Masa m addhab ini

q. Masa M uq allid in : Para ulam a m e n l S V i ? aBdad (1258). . .orang jang bertaqhd pula. Masa ini m niii ^ „ kepada umum tentang orang jang bertaqlid kepada(Bakri Siregar, Sedjarah Kebudaia-m tJi K*ra2 abad ke-13 Hidjrah sampai sekarang ini.“ “wan Islam, hala man 48, 49)

1 2 . . . . . . '

Page 14: Landjutan islamologi.pdf

rial harus menjelidiki apakah menurut pendapatnja sendiri ja(ng harus dianggap sebagai adjaran jang sebenamja berdasarkan kedua sumber diatas tadi. Dengan demikian maka para fakih dahulu itu mentjapai hasil jang satu sama lainnja berbeda-beda. Tjara bekerdja setjara berdiri sendiri tadi dari para faikih dahulu kala itu berlangsung sampai abad ke-3 Hidjrah. Namun diwaktu itu djuga, sebagian besar dari para fakih sudah merasa tidak mampu lagi untuk penjelidikan sendiri dari kedua sumber-sumber tadi dan! mereka berpendapat, bahwa untuk pekerdjaan penjelidikan itu diperlukan sedjumlah pengetahuaoi, keilmiahan dan ketadjaman otak ter- tentu, jang hanja dimiliki oleh orang-orang dulu. Djadi orang-orang mulailah lambat laun tambah banjak mengikuti sadja hasil-hasil jang telah ditjapai oleh para fakih dari masa itu dan selandjutnja, dalam garis-garis besarnja Hukum Islam, mendjadi vengikut dari salah satu fakih jang termasjhur', iang pandangan-pandangani dan utjapan-utjapannja telah diakui oleh sego- longan pengikut-pengikutnja. Dengan demikian maka timbullah madzhab- madzhab, jaitu aliran-aliran dalam fikh. _

Tentang terdjadinja dan perkembangannja madzhab mi dapat dikata- kain bahwa bermula seorang ahli hukum jang termasjhur (faqih) menga- diarkan adiarannja, sehingga lambat laun mendapat pengikutnja. Apabila rnad7hab itu disokong oleh pemerintah diwaktu itu, umpamanja hakim- hakimnia (qadhi) dan pegawai-pegawainja diambii dari pengamut-penganutmadzhab itu, maka banjak orang jang memasukinja

qP<matu madzhab tidak dapat madju, djika letaknja djauh dan djalan perdagangan, pendeknja jang terletak terpemtjil, djauh dan pusat perda- eanean kalifah diwaktu itu. _ .

Mula-mula terdapat, banjak sekali madzhab-madzhab, tetapi achirnja tinggal empat buah sadja, jang sampai sekarang ini mempunjax pengikut-peinigikutnja, jaitu :T Madzhab Hanafi suatu aliran jang mengutamakan kebebasan pendapat

Tibadi (ahl al-ra’i) jang amat gemar melakukan qijas (analogi) prwuu- i A bu Hanifah jang berusaha menjusun hukum Is-Imamnja b erdaSar HadjS) tetapi berdasar qijas dan istihsan, menjusun lam buka kan bukti jang iebih kuat daripada berdasar qijas,9ponfns bangsa Parsi dan sardjana hukum Islam jang termasjhur, me- seorang & tahun 15Q H _ ?67 M Madzhab inilah jang paling

iang lebih dahulu didirikan daripada madzhab-madzhab lam- “ Mnd7hab ini didirikan pada waktu Chalifah Bani Abbas memenn-

d a n o l e h karena itu maka dapat perlindungan jang seba.k-ud M q H?ri nemerintahan Bani Abbas a.l Harun al-Rasjid. Dua dan:

!i ipneikutnia jang bernama Abu Jusuf dan Muhammad asj-Sjaibam X h pemerintah Bani Abbas kedudukan-kedudukan jang tmggi

sebaSai haWm agama di Iraq, dan mereka berdua inilah jang terutama

Madzha^Hanafi*inf^berbeda^dengan madzhab-madzhab lainnja karena tikan daripada pemimpin-pemimpinnja, jang dengan berani menentu- kan adiaran-adiaralnnja sesuai dengan pendapat jang mereka anggap htnar (bi’l-ra’i). Pengaruhnja terutama terdapat di Asia Tengah: um- naman a di Turkestan, Buchara, Sarmrchand, djuga di Pakistan dan India dan oleh karena pengaruh Pemerintah Turki maka madzhab mi dianut di Turki.

II Madzhab Maliki jang beraliran hadith dan idjma dari Imam Malik ibn ' Anas meninggal dunia pada tahun 795 M. Madzhab ini tumbuh dan ber-

kembang di Medinah dan terkenal karena sikapnja jang terutama me-

13

Page 15: Landjutan islamologi.pdf

mentingkan sunnah (hadith) dan tidak s u d j u e a n peratur- pada madzhab Hanafi tersebut diatas 1 tu ja g daripada pemimpin-an-peraturan Hukum Islam atas pendapat-pendapat danpaaa y e

tersebut adalah seorang hakim agama di berhasil mengumpulkan hadith-hadith, ]ang ^ m ^ J? gar hukum nja sebagai dasar untuk memberi Putusa^'P^itiu^ ^ i 1DuIkannia dalamIslam. Semua daripada putusan-putusannj a itu ‘ P /£,jaian jangsebuah buku jang terkenal dengan nama *}Muw 3 ( ^ Marok.Didatarkan). Penganut-penganut dari madzhab H11 a lainnia jang ko, Aldjazairiah, Tunisia dan lain-lam daerah di A tidak turut madzhab lainnja dan djuga di Mesir.

III. Madzhab Sjafi’i didirikan oleh Imam qPorang tfengikutmeninggal diA>ia pada tahun 204 H .< = 820 “ ^ ^ S k l a n L a r dari Ibn Malik dan djuga dan Abu H a m f a h Belm herdasarkandari suatu ilmu pengetahuan hukum jang tegas d r]kan sistim jangpenjelidikannja setjara kritis dan tiaaizn. r>e m TSiam jang me- baru ini, maka beliau berhasil menjusun £matu ft sangat terikatrupakan these daripada adjaran-adjaran Ibn iviau. j s Abu Hanifah pikirannja pada hadith-hadith dan adjaran P ^ sejan(jjut- dengan mendasarkan adjaran jang disebut oeid. s suatu aturannja setjara qijas, jaitu dengan tjara mempeigu ^ persamaannja dari Qur’an atau Hadith terhadap sesuatu soal JJmg• ,dengan soal jang diatur dalam Qur’an atau Hadith ters ' ia ham.

Madzhab mi mempunjai pengikut-pengikutnja dt (Thailand),pir pada semua orang Islam, ditanah Melaju, dipesisir ^ elajU> dipesi-jang didiami oleh orang-orang jang berasal dari tan , , ^ Arabiasir India sebelah selatan, di Malabar dan di Koromu . Seiandjutnja Selatan: jakni di Hadramaut, Bahrain: diteluic , ■ ’ rhalif ah Banidibeberapa daerah Afrika Timur. Berkat sokongan oar , , •Abbas, maka madzhab ini djauh lebih penting daripada tn a a^ u

IV. Madzhab Hanbali dari Imam Ahmad Ibn Hanbal, jangpada tahun 855 M, seorang ulama dan ahli hukum Islam dari g ■

, Madzhab beliau terkenal, sebagaimana djuga madzhab dari Daud aU/Mhm; jakni madzhab Zahirijjah, dengan sikapnja jang serta fanatik.terhadap hal-hal baru jang dihubungkan, bahwatersebut diatas dengan Hadith-hadith, sehingga dapatlah dibdan^ banw. madzhab mi timbul sebagai reafrsi terhadap adjaran-adjaran J g dan ketiga madzhab tersebut diatas. Mula-mula Ibn Hanba murid dan as-S]afi’i; tetapi berbeda dengan as-Safi’i, beliau J - mengartikan Qur an dan hadith tetap menurut bunjinja kata-ka ■

Penganutnja terdapat di Iraq dan Syria. Dalam abad ke-18 madzhab ini berkembang lagi dengan pesatnja dengan timbulnja nja jang terkenal dengan nama kaum Wahabi di Arabia hidupnja mementingkan kepertjajaan pada ke-Esmn Tuhan, keriMupar. sutji dan mendjauhkan hal-hal jang baru (bid’ah) dan amat kerai3 pjrnoir annja. Bahwasanja kaum Wahabi itu dapat dinamakan pengiKUtJnaaz Hanbali, ialah karena untuk menguatkan pendiriannja, maka Kaum wa itu selalu bersandar kepada adjaran-adjaran Ibn Taimijah, Jai ypenganut Madzhab Hanbali jang termasjhur. Kaum Wahaoi aciur j

Page 16: Landjutan islamologi.pdf

berhasil membentuk Arabia baru, dibawah Radja Ibn Sa’ud. Mereka ianf* masuk empat madzhab ini dinamakan ahli sunnah wa al-djamaah Sunnah disim artinja djalan jang harus diturut oleh orang-orang Muslimin dalam hal agama Sebakknja dan pada sunnah dalam arti demikian itu ialah

, , ^ Jan.9 baru> jang menjimpang dari pada apa iangsudah ditetapkan oleh pemimpin-pemtmptri madzhab tersebut diatas.Djarrui’ah disini berarti „golongan jang berkumpul dengan erat”

(Gemeinschaft: pagujuban), jakni golongan kaum Muslimin ianff terbesar (majority party of Muslims). 1)

Adanja keempat madzhab ini tidak berarti, bahwa agama Islam ter- petjah-petjah mendjadi empat golongan, jang satu sama lainnja bermusuh- musuhan. Bukan, karena perbedaan-perbedaan jang terdapat hania me­ngenai bentuk formilnja sadja dalam hal-hal jang ketjil-ketjil (detail) tetapi mengenai soal-soal jang pokok mereka itu sefaham. Masing-masing madzhab mengakui Qur’an dan Sunnah. Masing-masing mengakui dirinja sebagai madzhab jang kolot, sehingga tepatlah nama sebutan madzhab (djurusan dalam sekolah) baginja. Hal ini biasanja dilupakan oleh ahli. Islam dari Bar at, jang menganggap bahwa achimja, pemba gian Islam dalam empat madzhab ini akan menimbulkan perpetjahan dunia Islam dalam empat dunia ketjil jang akan membahajakan satu sama lainnja. 2 )

Perlu diingat sebentar, bahwa perihal menjusun hukum Islam jang berdasarkan Qur’an dan Hadith itu oleh masing - masing madzhab tersebut adalah terlepas daripada pengaruh kekuasaan Chalifah maupun Sultan, tetapi seraata-mata diserahkan seluruhnja kepada alim ulama (fuqaha), sehingga Chalifah dan Sultan itu tidak lain kewadjibannja dari pada mengikutinja dan mendjalankannja.

Dan untuk maksud ini maka diseluruh Negeri diangkat haldm-hakim

^^Avdfa^orang-orang Muslimin diperbolehkan pindah dari satu madzhab kelain madzhab ? Djawabnja berupa-rupa : ada jang membolehkannja de­ngan leluasa, tetapi ada pula jang hanja memperbolehkannja kalau ada hal-hal jang memaksa.

Diwaktu dulu ada ulama Turki jang melarang orang berpindah madzhab ketjuali pindah kemadzhab Hanafi, jaitu madzhab jang resmi dianut oleh bangsa dan Pemerintah Turki. Tentu sadja madzhab lainnja tidak mufakat dengan pendapat ini. Umumnja madzhab jang dimasuki

_ i . . cpsndah Bagdad djatuh dalam tahun 1258, maka pada masa dunia Islam menghadap)I Jalatan: . a u iama lepakat untuk han|a m engakui 4 m adzhab tersebut diatas tndX. Kopu-

Keruntunannja ‘ u(j ah jitontuknn oleh snlah sntu dari madzhab jang empat ini, tidak akan dapntius.m Iiuuar ja a maita id jtih ad dihentikan dan orang hanja boleh ta k lid sadja. Mereka jang me-

h e r o e g a n g kepada salah satu madzhab jang empat tersebut, dan m en erim a segala kepu- tusin rmnrtirinn madzhab jang dianutnja. Ini berarti, bahwa tid ak m u n g k in diadakan perubahan atau Pandanean lain terhadap sesuatu soal peristiwa jan g keputusannja telah diambil oleh salah seorang pemuk-1 im dzhab iang empat, karena keempat pemimpin madzhab tadi adalah m u d ita h id m utlak , apa jang dikatakan mereka adalah benar. (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam, halaman 43 dan 47).

2) Perbedaan masing2 madzhab itu hanja m engenai hai2 k e tjil misalnja ialah (1). itu harus presis m enudju qiblah atau bolehkah kira2 (2), salat hari raja apakah harus dilakukan auua mesdjid disuatu tanah lapang ataukah lebih baik didalam inesdjid, djika tempatnja tjukup ? ” ’ atau tidakkah orang Muslimin memakan binatang2 jang hidupnja didalam tanah ? (djangkrik aso.) nadjis atau tidakkah andjing itu ?

Walaupun demikian, namun penganut2 faham m odern dewasa ini, misalnja M o h a m m a d ADdun, m um Mesir, tid ak m e n ie tu d ju i orang2 Islam m e n giku ti hania satu m adzhab. Mereka menjerukan um fiKasi (penjatuan) dari semua madzhab2 hukum Islam, oleh karena h u k u m I s l a m t i d a k b i s a diwakili oleh pen- dirian dan pandangan dari ratu madzhab sadja. Hukum Islam sewadjarnja merupakan suatu djumlah total dari semua pendirian dan pandangan segala madzhab. (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam, halaman 45). i

Lagi pula sepandjang jang telah tertjatat dalam Sedjarah tidak pernah para Imam madzhab Jang tersebut diatas menjatakan bahwa f a h a m dan pendapatnjalah jang benar, djuga tidak pernah men- fatwakan supaja kaum Muslimin hanja mengikuti atau men-taklid-i fahamnja sadja.

15

Page 17: Landjutan islamologi.pdf

mentingkan sunnah (hadith) dan tidak setudju dengan kebebasan dari pada madzhab Hanafi tersebut diatas itu jang menitik beratkan peratur- an-peraturan Hukum Islam atas pendapat-pendapat daripada pemimpin- pemimpinnja.Imam Malik tersebut adalah seorang hakim agama di Medinah jang berhasil mengumpulkan hadith-hadith, jang kemudian dipergunakan- nja sebagai dasar untuk memberi putusan-putusannja berdasar hukum Islam. Semua daripada putusan-putusannja itu dikumpulkannja dalam sebuah buku jang terkenal dengan nama al-Mmoattaj (Djalan jang Didatarkan). Penganut-penganut dari madzhab ini terdapat di Marok- ko, Aldjazairiah, Tunisia dan lain-lain daerah di Afrika lainnja jang tidak turut madzhab lainnja dan djuga di Mesir.

III. Madzhab Sjafi’i didirikan oleh Imam Muhammad Idris as-Sjafi’i, memnggal dunia pada tahun 204 H. ( = 820 Masehi) seorang pengikut dan lbn Malik dan djuga dari Abu Hanifah. Beliau meletakkan dasar dan suatu ilmu pengetahuan hukum jang tegas dan njata berdasarkan penjelidikannja setjara kritis dari Hadith. Berdasarkan sistim jang baru mi, maka beliau berhasil menjusun suatu hukum Islam jang me- rupakan these daripada adjaran-adjaran lbn Malik iang sangat terikat pikirannja pada hadith-hadith dan adjaran daripada Abu Hanifah dengan mendasarkan adjaran jang disebut belakangan ini selandjut-

>ra f i as> jaitu dengan tjara mempergunakan suatu aturan ripncr™ a hadith terhadap sesuatu soal jang ada persamaannja

J-ang diatur dalam Q ^ ’an atau Hadith tersebut. nir -nnrin o 1IU memPunJai pengikut-pengikutnja di Indonesia, ham-

Islam’ ditanatl Melaju, dipesisir Siam (Thailand), sir 0rang-orang jang berasal dari tanah Melaju, dipesi-Selatnv ■ ^ Malabar dan di Koromandel, di Arabiadiheberana rwf ^ Hjidramaut, Bahrain : diteluk Parsi, selandjutnjaAbbasm ak,^1’3!1 - Tlmur- Berkat sokongan dari Chalifah Bani nja ’ madzhab mi djauh lebih penting daripada madzhab lain-

pada\ahMfl8 5 5 ^ M J\hmad Ibn Hanbal, jang meninggal dunia P ua lanun 855 M, seorang ulama dan ahli hukum iflam dari Bagdad.

Da’u f r t - Z a h n i ^ l K s|bagabl:lana djuga madzhab dari Imamserta fanatik terhada^?7 fcn7 w ^m3J^ dengan sikapnja jang kerastersebut diatas d e n e L S L t dlhubun§kan oleh ketlga madzhabmadzhab ini timbul s e b ^ l r i f’ s,ehingga dapatlah dibilang, bahwadari ketiga mari7hak+ i reafrsi terhadap adjaran-adjaran jang lunakm S d to r i o S r ? t lT 3eb? diatas. Mula-mula Ibn Hanbal ini adalahmengartikanOur’anrf dengan as-Safi’i, beliau hanja maumengariiKan yur an dan hadith tetap menurut bunjinja kata-kata.

ini berkemban^\tgWioPat di Im<i dan Syria- Dalam abad ke-18 madzhab nia iane terkenal rifn 311 pesatnja dengan timbulnja pengikut-pengikut- h S n S S p S f t L f gan nama kaum Wahabi di Arabia Tengah jang S dan \ kePertJaJaan Pada ke-Esaan Tuhan, kehidupannnila hal-hal jang baru (bid’ah) dan amat keras pendiri-wlWhaii t aum Wahabi itu dapat dinamakan pengikut madzhab SS h^re^ en%Untuk menguatkan pendiriannja, maka kaum Wahabi

m hr £ ep(?da adjaran-adjaran Ibn Taimijah, jaitu seorang penganut Madzhab Hanbali jang termasjhur. Kaum Wahabi ini achirnja

14 .

Page 18: Landjutan islamologi.pdf

berhasil membentuk Arabia baru, dibawah Radja Ibn Sa’ud. • Mereka iang masuk empat madzhab ini dinamakan ahli sunnah wa al-djamaah Sunnah disini artinja djalan jang harus diturut oleh orang-orang Muslimin dalam hal agama.' Sebaliknja dari pada sunnah dalam arti demikian itu ialah bid’ah, artinja hal-hal jang baru, jang menjimpang dari pada apa iang sudah ditetapkan oleh pemimpin-pemimpin madzhab tersebut diatas.

Djama’ah disini berarti „golongan jang berkumpul dengan erat” (Gemeinschaft: pagujuban), jakni golongan kaum Muslimin iang terbesar (majority party of Muslims). 1)

Adanja keempat madzhab ini tidak berarti, bahwa agama Islam ter- petjah-petjah mendjadi empat golongan, jang satu sama lainnja bermusuh- musuhan. Bukan, karena perbedaan-perbedaan, jang terdapat hanja me­ngenai bentuk formilnja sadja dalam hal-hal jang ketjil-ketjil (detail), tetapi mengenai soal-soal jang pokok mereka itu sefaham. Masing-masing madzhab mengakui Qur’an dan Sunnah. Masing-masing mengakui dirinja sebagai madzhab jang kolot, sehingga tepatlah nama sebutan madzhab (djurusan dalam sekolah) baginja. Hal ini biasanja dilupakan oleh ahli Islam dari Barat, jang menganggap bahwa achirnja, pembagian Islam dalam empat madzhab ini akan menimbulkan perpetjahan dunia Islam dalam empat dunia ketjil jang akan membahajakan satu sama lainnja. 2 )

Perlu diingat sebentar, bahwa perihal menjusun hukum Islam jang berdasarkan Qur’an dan Hadith itu oleh masing - masing madzhab tersebut adalah terlepas daripada pengaruh kekuasaan Chalifah maupun Sultan, tetapi semata-mata diserahkan seluruhnja kepada alam ulama (fuqaha), sehingga Chalifah dan Sultan itu tidak lain kewadjibannja dari pada mengikutinja dan mendjalankannja.

Dan untuk maksud ini maka diseluruh Negeri diangkat hakim-hakim agama (qadhi).

Apakah orang-orang Muslimin diperbolehkan pindah dari satu madzhab kelain madzhab ? Djawabnja berupa-rupa : ada jang membolehkannja de­ngan leluasa, tetapi ada pula jang hanja memperbolehkannja kalau ada hal- hal jang memaksa.

Diwaktu dulu ada ulama Turki jang melarang orang berpmdah madzhab, ketjuali pindah kemadzhab Hanafi, jaitu madzhab jang resmi dianut oleh bangsa dan Pemerintah Turki. Tentu sadja madzhab^lainnja tidak mufakat dengan pendapat ini. Umumnja madzhab jang dimasuki

_ . , , h \ Sesudah Bagdad djatuh dalam tahun 1258, maka pada masa dunia Islam menghadapt ijatatan . a ulama sepakat untuk h a n ja m e n g a k u i 4 m a d z h a b tersebut diatas tadl. Kepu-

Keruntunannja l ’ ah ditentukan oleh salah satu dari madzhab jang em pat ini, tidak akan dapat tusan a u u a r Jdiit m a k a i d j t i h a d d ih e n t i k a n dan orang hanja boleh t a k l i d sadja. Mereka jang m e - aitenm a. uenga kepada salah satu madzhab jang empat tersebut, dan m e n e r im a segala kepu-nganut t a k i i a d f h a b j a n g dianutnja. Ini berarti, bahwa t i d a k m u n g k i n d ia d a k a n perubahan atau

loin terhadap sesuatu soal peristiwa jang keputusannja telah diambil oleh salah seorang ' ; ‘ f,nga h ; , ne empat, karena keempat pemimpin madzhab tadi adalah m u d j t a h l d m u t l a k , apa3Pa n T d1kTtakan me "eka adalah benar. (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam, halaman 43 dan 47).

2) Pprbpdaan masing2 madzhab itu hanja mengenai h a l2 k e t j i l misalnja ialah Cl) bersalat *tu haruc nresis menudju qiblah atau bolelikah kira2 (2), salat hari raja apakah harus dilakukan diluar m esd jid disuatu tanah lapang ataukah lebih baik didalam m eodjid. djika tempatnja tjukup ? O). boleh atau tidakkah orang Muslimin memakan binatang2 jang hidupnja didalam tanah ? (djangkrik dsb.) (4).

W a l a u o u n demikian, namun penganut2 faham m odern dewasa ini, misalnja M o h a m m a d A b d u h , m ufti M e s ir t i d a k m e n i e t u d i u l o r a n g 2 Is la m m e n g i k u t i h a n ja s a tu m a d z h a b . Mereka menjerukan u n i f i k a s i fpenjatuan) dari semua madzhab2 hukum Islam, oleh karena hukum Islam tidak bisa diwakili oleh pen- dirian dan pandangan dari satu madzhab sadja. Hukum Islam sewadjarnja merupaknn suatu djumlah total dari semua pendirian dan pandangan segala madzhab. (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan

Isla Laglapu?ansepaiidjang jang telah tertjatat dalam Sedjarah tidak pernah para Imam madzhab Jang tersebut diatas menjatakan bahwa faham dan pendapatnjalah jang^ benar, djuga tidak pernah men- fa tw ak an supaja kaum Muslimin hanja mengikuti atau men-taklid-i fahamnja sadja.

15

Page 19: Landjutan islamologi.pdf

mengizinkannja, tetapi madzhab jang ditinggalkannja itu tentu tidak merasa senang.

Dalam praktek djarang sekali orang berpindah madzhab. Hanja bisa kedjadian kalau orang pindah dari satu negeri kelain negeri jang ber- madzhab lain. Djuga dapat terdjadi orang masuk madzhab lain terhadap sesuatu hal, kalau madzhab lain itu tidak begitu keras aturannja terhadap sesuatu hal itu. Hal jang demikian itu dinamakan taqlid, jaitu memeluk madzhab lain terhadap sesuatu hal jang istimewa.

Umpama seorang hendak memelihara seekor andjing. Karena ia masuk madzhab Sjafi’i, maka hal itu dilarang, dengan demikian ia pindah ke- madzhab Maliki jang memperbolehkan memelihara andjing, karena tidak menganggap andjing itu nadjis.

Umumnja taqlid horizontal jang demikian itu (ada pula taqlid tegak1 urus : vertikal) diperkenankan buat orang jang bukan ahli agama, asal sadja untuk mentjegah kekatjauan, dan dilakukannja dengan sungguh- sungguh semua aturan-aturan jang berhubungan dengan hal itu menurut peladjaran madzhab jang ditaqlidkannja itu.

Perpindahan madzhab sering terdjadi ditempat-tempat dimana ter- dapat orang - orang dari beberapa mazhab jang hidup bersama-sama, umpamanja di Mekkah. Perpindahan dari suatu madzhab kelain madzhab jang terdjadi kafena sesUatu hal, tentu sadja tidak mendjadikan perobahan cialam keagamaan orang jang pindah madzhab itu.

Umpamanja ulama jang hidup dalam abad ke-5 Hidjrah jang bernama Muhammad bin Chalaf diberi orang nama sebutan „Hanfash” , oleh karena ia berturut-turut pindah madzhab. Mula-mula ia masuk madzhab Hanbali, kemudian masuk madzhab Hanafi, sesudah itu masuk madzhab Sjafi’i. Dalam nama sebutannja itu kelihatan dengan terang nama-nama dari madzhab itu. Dalam suatu keluarga bisa terdjadi, bahwa seorang anak masuk madzhab jang lain daripada madzhab bapaknja. Dulu pemah ter­djadi bahwa dua orang bersaudara jaitu Ahmad Sjanbari mendjadi pemimpin kaum Hanafi, sedang lainnja Muhammad Sjanbari, memimpin kaum Sjafi’i.

. 5. Usui A1 - Fiqh.

(Qur’an, Iladith, Idjma’ dan Qijas)

(dJ.am?k dari Perkataan asl: akar) berarti akar-akarift nh itu o l i i , ?r , akar-Qkar atau dasar-dasar daripada fiqh. TJsul

dasar-riaqsr mempeladjari dasar-dasar daripada figh,f u u\ > aturan-aturan sjari’ah. Dasar-dasar ini terutama ada- lm (1) Qur an dan (2) Hadith. Ketjuali itu ada djuga dasar lain seperti tajma dan qijas. Idjma’ artinja persesuaian faham (consen­sus), jaitu persesuamn faham atau pendapat dari para ulama jang hidup da­lam sesuatu masa, perihal suatu hukum sjari’ah. Perlu diingat, bahwa para ulama ini mempunjai pengaruh besar, tidak sadja terhadap soal keagamaan, tetapi djuga dalam menjusun aturan-aturan lahir agama Islam, jang dapat kita bandmgkan aengan perundang-undangan sesuatu negara dewasa ini.

Mereka dianggap sebagai mewakili masjarakat. Islam diwaktu itu dalam semua soal-soal jang mengenai keagamaan, kemasjarakatan, petu.n-

16

Page 20: Landjutan islamologi.pdf

dang-undangan dan sebagamja. Pengaruh mereka itu adalah demiMan besar, sehingga pada abad ke-2 Hidjrah ditentukan bahwa idjma’ dari kaum ulama itu mempunjai kekuatan mengikat. 1)

Idjma’ pulalah jang terutama merupakan ukuran bagi kaum Muslimin apakah sah, benar atau tidaknja sesuatu Hadith maupun tafsiran atas ajat-ajat al-Qur’an. Dan idjma’ pulaiah jang menentukan bagaimana seha­rusnja tiap-tiap kata dari kalimat-kalimat dalam Hadith atau ajat Qur’an itu diutjapkan, dilagukan, diartikan, dalam hal-hal apa mereka itu boleh dipergunakan dan sebagainja.

Idjma’ itu merupakan djuga ukuran jang amat penting dalam menju­sun aturan-aturan Hukum Islam (sjari’ah).

Apabila tentang sesuatu hal ada persamaan faham (idjm’a) antara para ulama dari abad ke-2 atau ke-3 Hidjrah, maka faham itu mendjadi dasar fiqh jang tidak boleh disangkal kebenarannja, dan para ulama sesudahnja itu tidak boleh mempunjai pendapat lain jang bertentangan, djadi wadjib mengikutinja dan dilarang keras untuk mengadakan faham-faham baru, umpamamja tentang arti dari kalimat-kalimat jang terdapat dalam al-Qur’an maupun Hadith.

Putusan jang demikian daripada ulama jang telah mempunjai perse- suaian faham jang demikian itu tidak boleh lagi ditawar-tawar. Dari sebab persesuaian faham dari antara para ulama tersebut tidak dapat ditjapai setjara berapat karena mereka itu terpentjar-pentjar hidupnja dikota Medinah, maka ada beberapa pendapat tentang adanja persamaan faham itu.

Persesuaian faham itu dipandang ada, kalau dalam sesuatu masa, tidak perduli masa apa, tentang sesuatu hal, baik jang m engenai agama maupun hukum Islam (sjari’ah) ada persesuaian faham diantara para ulama jang hidnn dalam masa itu, biarpun dalam masa sebelumnja itu mungkin ten­tang hal itu ada perselisihan antara para ulama.

Demikianlah pendapat umum, kalau ditindjau maka ada persesuaian sistim antara sistim idjma’ ini dengan sistim concili dari agama Katolik iaitu dalam kedua-duanja keputusan-keputusan jang berupa idjma’ para ulama dan keputusan-keputusan dari ulama-ulama Katolik pada concili itu merupakan dasar selandjutnja untuk menjusun sistim hukum daripada kedua agama itu.

TiaD tiap usaha dari ulama jang mentjoba memberikan pengertian lain tentang soal keagamaan maupun hukum dianggap sebagai orang jangmenganut bid’ah.

Kalau sekali terdapat persesuaian faham, maka orang-orang Islam jang hiduD sesudah masa itu, jaitu sesudah abad ke-2 dan ke-3 H, tetap tenkal pada faham itu dan tidak boleh seorang ulama mempermaklumkan pendapat lain. Dengan demikian lambat laun, banjak hal-hal jang tadinja mendjadi perselisihan atau persoalan mendapat keputusan jang tepa,t,— „

11 M e n u r u t Bakri S iregar, Sedjarah Kebudajaan Islam, h a la m a n 57, maka Ibn H an bal Tjatatan . 1) Men idjm a' sampai kepada masa sahabat iang em pat (Abu Bakar, Umar, Utman

hanja menerima P®"® . Hanbal • „B a ra n g slapa m endakw a id im a ' sesudah sahabat, adalah kedustaan dan ’AID. ®erkatalah d t' A b u H a n i f a h Ada pula perbedaan pendapat antara pengikut Hanafisemata2. Uemikia P , d apakah selandjutnja sebagai sumber hukum Islam selam d andengan pengikut Ibn Manual, aasar apu d pokok pendirian : sesuatu fang ba ik dandapatnd fte ^lm fi^k a i.^S e d a n g^^e g a n gm T i^ n h a n b a l ialah : apa ia n 9 p a „ n 9 be rm a nfa at u n tu k rak.a.banjak.

17

Page 21: Landjutan islamologi.pdf

Jma. diadakan berdasar doktrin : „tidak bisa sesatnja masjarakat Islam itu, jang diwakili oleh mereka (para ulama) jang karena pengetahu- annja jang luas mengenai agama Islam patut sekali memberikan putusan” . Dengan doktrin ini dimaksudkan, bahwa masjarakat Islam sebagai suatu kesatuan diperkenankan mengambil keputusan-keputusan mengenai hal-hal agama jang tidak diatur baik dalam Qur’an atau Hadith, maupun jang tiaak bisa diselesaikan dengan logika. Selain itu kekuatan idjma’ dari para tj hidup dalam sesuatu masa itu terutama pula didasarkan atasHadith, bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda : „Umatku tidak akan sefaham dalam hal jang sesat” .

Ketjuali itu ada lain hadith, jang meriwajatkan, bahwa Rasulullah menundjuk tiga hal jang dapat menghindarkan orang-orang Islam dari kesatuan jaikni : memegang teguh al-Qur’an, menuruti sunnah Nabi dain achirnja menuruti idjma’ orang-orang Islam jang diwakili oleh para ulama. Ada djuga jang mendasarkan idjma’ itu pada al-Qur’an Surah IV an-Nisa (Orang-orang perempuan) ajat 115 : „jang mengantjam hukuman pada orang-orang jang bersikap bermusuhan terhadap Rasulullah darn tidak menurut djalan orang-orang mu’min (orang-orang jang pertjaja)’ '. Djalan dari orang-orang jang pertjaja (sabil al-mu’mmin) ini dinamakan idjma’, faham jang sama.

Idjma’ itu merupakan dasar fiqh jang ke-3 sesudah Qur’an dan Hadith djadi merupakan dasar dari peraturan sjari’ah jang tidak ada dasarnja dalam al-Qur’an dan Hadith.

Mengenai pendapat2 tentang idjma dapat kiranja dikemukakan sbb. :1 . Idjma sebagaimana diartikan semula oleh Malik ibn Anas hanjalah

terbatas pada 70 orang ulama-fukaha jang ada dikota Medinah.Persesuaian faham dari mereka ini sadjalah jang merupakan ukuran

bagi Malik untuk menentukan mana hadith jang baik dari sedjumlah hadith jang dikumpulkannja dan achirnja mengumpulkan hadith-hadith jang baik itu dalam bukunja jang termasjur al-Muwatta.

Djadi Malik menerima persesuaian faham (idjma) dari para ulama di Medinah itu mengenai sesuatu peraturan sjariah jang bersumber pada ha-

fukaha dari Iraq, pengikut Abu Hanifah, sudah barang tentuS oT m11? 1 pendapat Malik, jang membatasi idjma itu hanja

Ftu Lrialu s S i t ? nali sadja- ,Mereka menganggap idjma jang demikianfukaha dari kareAanj? b.erPendapat, bahwa tidak sadja paraIslam adalah h<*rw a -’ tetapi djuga dari lain2 daerah Islam/negaraIslam adalah berwenang djuga mengadakan idjma.

nia idima^itiTh^nf! berPendaPat lain lagi. Menurut beliau tidak sepatut- terbatas pada para fukaha sadja (ahli2 hukum Islam).

IsUm seluruhnja p erdasarkan Persesuaian faham dari m asjarakatdari Dara ulama ^ v e r s a l agreem en t) jang tidak sadja terdiri

djuga dan lam2 golongan karya dalam masjarakatRouqqean r l n c den§ari kehendak umum (volonte general)’ dan Rousseau, dasar demokrasi atau kedaulatan Rakjat dewasa ini.

seluru^mSar^a^^tpnt1 nVenge^ai idj™ a’ sebagai persesuaian faham dari S £ eni&n£ oleh madzhab2 lainnja, oleh karena itu ne- ngikut2 Imam Sjafi i berusaha memperbaiki pandangan gurunja itu.

18

Page 22: Landjutan islamologi.pdf

Misalnja sadja Al-Ghazali jang dalam garis besarnja menjetudiui pen­dapat Sjafii mi, mengemukakan pendapatnja, bahwa sjarat persesuaian faham itu tjukup mengenai hal-hal pokok sadja tidak usah djuga mengenai sol-soal detail/ketjil-ketjil. Hal-hal ketjil ini dapat diserahkan pada para ulama (Batjalah : Ghazah, al Mustafa fi usul al-Fiqh, Cairo 1937 Diilid I halaman 115— 121). ’ J ’

4. Ibn al-Humam (meninggal dunia 861 Hidjrah) jang berusaha men- damaikan antara pendapat-pendapat Abu Hanifah dan Sjafri mengurangi makna idjma’ dari Imam Sjafi’i mendjadi suatu persesuaian faham (idjma’ ) dari para ulama jang hidup dalam satu generasi, tanpa perlu menunggu dulu liwatnja generasi jang duluan untuk mengadakan idjma’ jang baru.

5. Achirnja Iqbal mengartikan idjma’ itu suatu persesuaian faham sebagai hasil permusjawaratan jang menudju kepermufakatan dari Badan Legislatif sesuatu negara. Djadi menurut faham beliau tiap-tiap Badan Le- gislatif dalam Negara Islam dewasa ini berwenang melaksanakati kekuasa­an melakukan idjma’ dari pada ulama sebagai „ahl al-hall wa al-’aqd” . (Ba­tjalah War and Peace in the Law of Islam, karangan Majid Khadduri, ha­laman 32 dstnja).

PERBEDAAN ANTARA:Idjama’ :

(1) . Idjma’ artinja persesuaian pendapat (faham) dari para ulama jang hidup dalam sesuatu masa. Apabila tentang sesuatu hal ada persamaan faham antara para ulama, maka faham itu mendjadi dasar fiqh, jang tidak boleh disang- kal kebenarannja.

Fatioa :

diper-ketjilpara

(2). Para orang Muslim wadjib m enuruti faham itu, tidak boleh mempunjai pendapat jang berten- tangan.

Tjontoh idjma’ ialah peraturan-peraturan jang berhubungan dengan chalifah jang disusun berdasarkan adanja persesuaian faham.

(1). Fatwa artinja nasehat dari se­orang ulama tentang sesuatu soal fiqh. Fatwa itu diberikan sebagai djawaban atas pertanjaan : bagaimanakah aturan fiqh jang se­benarnja tentang sesuatu hal ? Dalam djawaban itu diterangkan hal jang ditanjakan masuk pasal mana dari kitab fiqh. Djadi fatwa itu harus diambil dari fiqh.(2). Mengenai fatwa-fatwa kenankan adanja perbedaan dalam k pendapat - pendapat fakih. i)

Tiatatan : 1) Kerapkali fatwa2 itu dihimpunkan djadi satu buku dan ditjetak. Untuk ahli agama flan ulama2 hlm punan2 fatwa itu berfaedah sekali buat praktek, sebab soal2 fiqh dengan djawaban- djawabannja telah teratur didalamnja, djadi kalau ada pertanjaan2, maka para hakim dan ulama tidak usah memberi sendiri djawabannja dengan mempeladjari kitab2 fiqh dengan susah pajah. Untuk mereka jang mempeladjari masjarakat Islam, maka himpunan2 fatwa itu berguna pula, sebab bisa memberi penerangan tentang pengarulf aturan2 Islam dalam lingkungan masjarakat, sosial ekonomis dan politik. Jang dibitjarakan dalam fatwa ialah soal2 baru jang belum ada pada waktu hidupnja ulama2 I b n Had|ar (penulis Tuhfah) dan ar-Ramli (penulis Nihaiah) dan oleh karena itu tidak dibitja­rakan dalam kedua buah buku jang penting dalam madzhab siafi’i itu.

H im pu na n fatw a iang ba nisk dipeladjarl di Indonesia Ialah :1) Bughyatu *I-Mustarshidin (1836 Masehi), jakni himpunan fatwa2 dari 5 orang ulama dari Tanah Arab

Selatan jang dihimpunkan oleh A b d u rra h m a n Husain Ba' A lw i: (2). Himpunan fatwa jang dikumpulkanoleh s e o r a n g ulama Indonesia suku Atjeh : A bdus Salam bin Idris (1889 M.): himpunan ini memuat fatwa2 dari beberapa orang ulama tentang hal rupa2 j ang menarik perhatian kaum Muslimin di Indonesia pada waktu itu. Orang jang memberikan fatwa disebut m ufti. T iap 2 faqih bisa mendjadi seorang m ufti, apabila ia dinegerinja dipandang sebagai orang jang pandai dalam ilm u sja ri'ah (fiqh) dan dipert|a ja °leh orang2 Muslim dinegerinja itu. Madjelis Pertimbangan Kesehatan dan Sjara’ dari Departemen K esehatan RI telah mengeluarkan 7 buah fatwa dalam lapangan Kesehatan a.i. mengenai : soal bedah 'nalat, tusukan lim pa, soal pem indahan darah, permanian buatan dsb.nja.

19

Page 23: Landjutan islamologi.pdf

Tjontoh fatwa ialah misalnja tentang minum rokok : seorang ulama be- sar memberi fatwa, bahwa minum rokok itu diperkenankan.

Fatwa itu lambat laun dapat masuk dalam kitab fiqh sebagia hal jang sudah tetap djawabnja, ini tidaklah lekas terdjadi, tetapi haus menunggu waktu jang lama sebab lebih dahulu harus ada persesuaian faham (idjma’) antara para ulama jang ternama tentang soal itu.

(4). Dasar ke-4 dari sjari’ah ialah qijas. Artinja qijas ialah „melakukan aturan jang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah (Hadith) tentang sesuatu hal pada hal lain, jang tidak ada aturannja dalam al-Qur’an dan Hadith, tetapi hampir sama maksudnja” . Qijas itu perlu berhubung dengan perkembangan masjarakat dan adanja hal-hal baru. Namun melakukan qijas itu haruslah selalu sesuai dengan Qur’an, dan Sunnah, djadi tidak boleh melakukan qijas tanpa ada batas-batasnja. Umpamanja dalam al-Qur’an dilarang riba dengan mas, perak, gandum, djawawut, kurma dan kismis. Apabila para ulama menetapkan bahwa riba dengan lain-lain barang jang berharga atau dengan lain2 barang makanan dilarang, maka ketetapan ini dilakukan setja­ra qijas.

Lain tjontoh ialah : Dalam al-Qur’an orang dilarang minum anggur, maka setjara qijas dilarang pulalah bagi orang Islam untuk meminum segala matjam minuman keras jang terdapat dewasa ini.

As-Sjafi’i jang membentuk madzhab Sjafi’i jang telah diterangkan diatas tadi, dapat dipandang sebagai fakih jang pertama membikm dasar- dasar fiqh sebagai sistim teratur. Disamping itu beliau menjempurnakan idjma’ dan membuat hubungan-hubungan antara penjelidikan bebas dengan sunnah.

As-Sjafi’i itu adalah fakih jang pertama jang menulis suatu ichtisar dari usul al-fiqh, jaitu perhubungan antara dasar satunja dengan dasar lainnja dan peraturan-peraturan jang harus dipergunakan pada furu atau tangkai-tangkainja dari fiqh. Tentu "sadja as-Sjafi’i pada waktu menjusun sistim ini mempergunakan bahan-bahan, tulisan-tulisan jang sudah ada. Djasa Imam Sjafi’i ialah bahwa ia dapat melihat soal-soal itu seluruhnja dan dapat memetjahkan soal-soal tersebut.

Ia mengemukakan sistim itu dalam bukunja : ar-Risalah fi ilm al-Usul, artinja brosur tentang ilmu dasar-dasar fiqh.

Sebabnja as-Sjafi’i menulis risalah itu ialah karena ia diminta oleh sahabatnja jang bernama ’Abdu ’r-Rahman bin Mahdi untuk memberi penerangan tentang beberapa soal fiqh. Balasan atas permintaannja itulah jang merupakan dasar untuk fiqh.

G. Bergstraesser, seorang ahli Islam bangsa Djerman bukan seorang Islam, memandang as-Sjafi’i itu sebagai orang jang pertama menjusun dasar ilmu hukum Islam (fiqh) dalam tulisan-tulisannja seperti Kitab al- Umm, jang mengenai usul-al fiqh itu (terdiri dari 7 djilid). Beliau pula berpendapat, bahwa hanja as-Sjafi’i lah jang berhasil membentuk ilmu hu­kum Islam jang teratur dan baik.

6. Kaum Sufi (Kaum Tasawuf Islam). .

Tasawuf ialah mistik Islam jang dilakukan oleh kaum Sufi, jaitu semua mereka jang berusaha supaja ada hubungan langsung antara djhvanja dengan Tuhan, dengan tjara kehidupan bertapa atau latihan-latihan lainnja misalnja dzikir. Djadi tudjuan kaum Sufi ialah : Uni'o mystica cum. Deo

20

Page 24: Landjutan islamologi.pdf

artinja bersatunja djiwanja sendiri dengan Tuhan cot- -t. bahasa Arab : wahdatu ’l-umdjud artinfa 3 /■ f* lb atau daIamdengan alam: seluruh alam berisi Tuhan f e m u a ^ n ^ ? ^ ? ntara Tuhan dipandang sebagai refleksi (tjermin) dari T^han f ada dalam dunia ini „that God is every thing and every thing is God rn.v? ^ bahasa ^ggeris : dan setiap sesuatu itu adalah Tuhan) Faham i ^ d^ i t - alah- a-pa Sad]'a’ pantheisme. 111 Jan§ demikian mi disebut

Kata sufi itu, menurut Noldeke, seorang ahli Islam t-v-berasal dan kata suf, jaitu pakaian jang lazim d S a k £ ^ ngSa Djei'man Sufi, jakni sehelai kain putih'jang d ib it d a r i b * u d £ a 0ran8'°™nS

tanda tahwa merek^Tudl^ m n d jau h kw dbi " d a r f h i d ^ l h™

s a orang-°rang sufi “ “karena mereka8itu untuk*mTka^Lras men™Sis pengemis-disebut djuga „m arabout” ( batja m a r a Z ^ l f v i pSkJteli? orang jang bertapa.jang berdiam didalam suatu r ib a t^ a s r a m a ^ r fp e J d e S Achirnja mereka diben pula sebutan ’ ikhwan jaitu saudara-saudara

Kaum Sufi itu melakukan mistik Islam, jang disebut tasawnf con^nn penulis Sufi jang kenamaan, disamping Ibn ’Arabi (meninggal dnnif 1240 Masehi) dan Ghazali (meninggal dunia tahun' h T m S I ^ T L g mS rupakan salah satu dan ketiga ahli mistik Islam jang terbesar dan diJrm ping Sinai (meninggal dunia tahun 1150 Masehi) dan Farid-al-Din ’AH^r merupakan salah satu ahh sjair-mistik jang terbesar dalam Islam ialVh Maulana Djalal al-Dm Rumi (1207-1273 Masehi), penganut adiara^’ hrhlv dak bebas” (freewill) dan adjaran tjinta kepada S h M s S S a i dasa mistik, menuhs dalam buku sjairnja jang termasjhur „Masnawi” (terdiri dari 25.000 sadjak) tentang golongan Sufi ini sebagai berikut ■ Kita hanja dapat mengatakan, bahwa dalam tasawuf itu terdapat perasaan satu dengan alam, perasaan satu dengan sesama. manusia, dengan semua machluk Tuhan achirnja perasaan satu dengan Tuhan. Orang-orang sufi bertudjuan ber­hubungan langsung dengan Tuhan atau persatuan djiwanja dengan Tuhan” .

Menurut seorang prof. Perantjis Massignon (Essai sur les origin es Lexique technique de la Mystique Musulmane), aliran Sufi ini pada permu- laannja berdasar atas peladjaran al-Qur’an dan sunnah Nabi diwaktu Nabi masih berada di Mekkah. ‘

Terutama peringatan dalam al-Qur’an akan adanja hari kiamat dan adanja neraka, mempengaruhi timbulnja aliran bertapa itu dan Nabi Pernah pula bersabda supaja orang-orang tobat dari melakukan dosa dan beriman kepada Tuhan, membelakangkan keduniawian dan dengan sem- Purna tunduk dan menjerahkan diri kepada Tuhan. i)

Tjatatan : 1) Sudah mulai dalam abad Pertama Hldlrah diseluruh daerah Tci*™ ____ -kehidupan sehari2 mempraktekkan dan mementingkan djiwa keagamaan jang b ertu d ju an L n iT m en gabd i kepada Tuhan. Untuk mereka itu, maka agama Islam merupakan ketertiban batin d -n buk^n kumpulan Peraturan2 lahir sadja. Pendirian mereka ialah : orang itu harus selalu ingat b i h m i S S ini hania sebentar sadia dan haI2 keduniawian seperti kekuasaan, kekajaan? k e n i n f ^ v semuanja tidak berguna, hanja pertjobaan untuk kehidupan jang abadi, jaitu

kaum Sufi jang mengatakan, bahwa hal keduniawian itu tidak usah dibuang tetar5 fiunakan itu semuanja dengan sebaik2nja untuk kehidupan achirat. Misalnla k e l f i i -^ t n gunakan untuk memberantas kedjahatan2 dan untuk memperlindungi orane2 iane 5iipergunakan untuk m enolong fakir miskin atau untuk m en jokongberdi?ta ja Mh2, m csdjid dsb. Mereka memperingatkan, bahwa manusia akan diadi i pada hari dan jang bersalah akan mendapat hukuman di Neraka. a 1 11,31,131 oleh Tuhan

21

Page 25: Landjutan islamologi.pdf

Hidup keduniawian tidak diutamakan, sebaliknja hidup diachiratlah jang diingat-ingat oleh kaum Sufi ini.

Dalam abad ke-2 Hidjrah timbul segolongan kaum Sufi jang mempro- pagandakan agama Islam. Mereka ini dinamakan Qussas, artinja orang jang bertjeritera; mereka memberi tafsir pada ajat-ajat Qur’an dengan tjeritera- tjeritera jang diambil mereka dari tjeritera-tjeritera orang Arab, Parsi, Hindu, Jahudi dan Nasrani. Dengan demikian masuk pulalah pengaruh- pengaruh asing dalam mistik Islam. Salah satu pengaruh jang penting ialah pengaruh Neo-Platonisme jang masuk dalam Islam berkat djasanja ahli filsuf Ibn Sina (Avicenna, 370 — 429 Hidjrah, 980 — 1036 Masehi). Neo- platonisme ialah tjara interpretasi jang meng-harmonier filsafat Aristoteles dengan filsafat Plato. '

Liwat Neo-Platonisme inilah orang-orang Islam dari abad ke-3 dan ke-4 Hidjrah mengenai adjaran-adjaran Aristoteles mengenai keagamaan. Filsafat Neo-Platonisme besar pula pengaruhnja terhadap aliran Sufi, misalnja adjaran emanasi, jaitu dunia ini adalah suatu perwudjudan dari hakekat Tuhan.

Mula-mula dasar peladjaran kaum Sufi itu ialah takut pada hari kiamat, tetapi sedjak berkat andjuran Djalaluddin Rumi mengenai tjinta kepada Tuhan, dasar takut berubah mendjadi dasar tjinta, hormat, takut karena tjinta kepada Tuhan. Tjinta kepada Tuhan ini, kata Rumi, jang me­rupakan baik permulaan maupun achir dari pada kita, adalah ,,obat” untuk menjembuhkan segala penjakit-penjakit kita.

Seorang Sufi wanita dari abad ke-2 Hidjrah jaitu Rabi’ah al-Adawijah, menjatakan, bahwa tjintanja terhadap Tuhan meliputi seluruh djiwanja, sampai tak ada tjinta atau hal lain jang ada dalam hatinja. Dalam abad ke-4 dan ke-5 Hidjrah aliran Sufi bertambah kuat. Kaum Sufi sedari semula tidak mau memperhatikan fiqh, jang diadjarkan dimadrasah-madrasah karena mereka ingin mendapat pengalaman dalam mentjapai persutuan djiwanja dengan Tuhan.

Dalam abad ke-5 Hidjrah timbul aliran untuk mengadakan penjesuaian (kompromi) antara peladjaran Sufi dan peladjaran agama tentang sjari’ah dan kalam (dogmatik).

Seorang ulama jang mengusahakan kompromi ini ialah al-Qusliairi (1072 Masehi). Djasa-djasa beliau ialah :1 . supaja orang-orang Sufi mendasarkan kembali kepertjajaannja atas

Qur’an dan Sunnah.y alaupun kukan seorang Sufi, dapat menjetudjui latihan-

latihan kaum Sufi untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, akanX i , . v , r S diV ??n kf pa.‘la kaum Sllfi’ supaja mereka sebelum

0 IdilhtHl’lstllizil Sufi, mempeladjari dahulu fiqh dan ilmuaUkalam, agar supaja tidak mendjadi sesat.Orang jang berdjasa sekali dalam menjesuaikan fiqh, kalam dengan

peladjaran tasawuf dari kaum Sufi ialah Imam al-Ghazali (1058-1111 Masehi), theoloog Islam jang terbesar sampai dewasa ini, dalam masanja guru ilmu fiqh dimadrasah tinggi Nizam al Mulk Perdana Menteri dalam dinasti Seldjuk di Naisabur Bagdad. Nizam al Mulk ini mendjadi termasj­hur karena bukunja Siamt-Nama (The Book of Government). Tjara menje­suaikan tadi dilakukan oleh beliau dengan memasukkan tasawuf kedalam agama Islam ortodoks jang hanja menganut fiqh dan kalam sadja.

Page 26: Landjutan islamologi.pdf

Tetapi beliau hanja 4 tahun mendjadi guru, sebab peladjaran fiqh tidak memuaskan hatinja. Dalam tahun 488 Hidjrah (1096 Masehi) penda­pat al-Ghazali tentang soal agama berubah, sesudah beliau beberapa waktu memikirkan soal apakah jang dinamakan kenjataan itu.

Dengan kemauan sendiri, maka beliau meninggalkan Bagdad untuk merantau selama 11 tahun. Dalam keadaan hidup sangat sederhana beliau mengundjungi Syria, Palestina, Mesir dan tanah Arab. Dalam waktu itu beliau menulis karangannja jang termasjhur bernama : *

Ihja ’ulum ad-Din, artinja „Perihal menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama” . ' :

Setelah al-Ghazali kembali di Bagdad (499 Hidjrah), beliau diperin- tahkan oleh Sultan Bagdad untuk mendjadi guru di Naisabur lagi, akan tetapi peladjarannja berlainan dari peladjaran pada waktu dahulu.

Dalam peladjaran jang baru itu, sebagaimana dapat dibatja dalam Ihja ’ulum ad- Din, beliau berhasil mengisi fiqh (sjari’ah) dan kalam (dogmatik, kepertjajaan agama) dengan tasawuf, jaitu dengan rasa tjinta kepada Tuhan. Inilah djasanja al-Ghazali terhadap agama Islam.

Dalam garis besar adjaran Ihja ’ulum ad-Din ialah sebagai berikut :1. Orang jang bersalat harus melakukannja itu dengan tertib menurut

peraturan Sjari’ah, tetapi disamping itu ia menurut ilmu al-kalam harus penuh kepertjajaan atas pentingnja salat itu dan achirnja menu­rut tasawuf mengusahakan, supaja djiwanja dengan bersalat itu dapat mendekati Tuhan, dapat mengadakan hubungan langsung dengan Tuhan.Djanganlah do’a sembahjang itu diutjapkan hanja karena kebiasaan, tidak dengan pikiran dan pengertian.

2. Sebaliknja orang Muslimin tidak boleh hanja memperhatikan kebati- nan sadja, tetapi disamping itu harus mendjalankan ibadat dengansungguh-sungguh.Oleh orang-orang Islam Imam al-Ghazali dipandang sebagai seorang

mudjaddid, jaitu orang jang membaharui atau membersihkan agama Islam dari hal-hai jang sesat, jakni dengan karangannja Ihja ’ulum ad-Din tsb.

Orang Islam, kata al-Ghazali, harus memperhatikan ketiga faktor itu (ficth ilmu al-kalam dan tasawuf) dan membandingkannja sebagai berikut : fiqh ’itu makanan sehari-hari, ilmu al-kalam (dogmatik) itu obat (djamu) iang harus diminum supaja orang sembuh dari sakit, jakni sakit tidak pertiaia pada aqaid, jaitu hal-hal jang harus dipertjajai oleh orang-orang Muslimin dan tasawuf itu adalah makanan rohani.

Maksudnja kitab ini ialah untuk menginsjafkan orang Islam, bahwa peladiaran-peladjaran mengenai sjari’ah (peraturan hukum Islam) dan kalam (kepertjajaan kepada dogma-dogma Islam) semuanja itu akan terasa sebagai suatu hal jang mati, apabila kedalam sjari’ah dan kalam itu tidak dihembuskan atau dimasukkan rasa tjinta kepada Tuhan, jang merupakan inti dari tasawuf. Itulah sebabnja mengapa bukunja itu bernama : hal meng­hidupkan kembali ilmu-ilmu agama, jaitu sjari’ah dan kalam tadi jang tanpa tasawuf dianggap sebagai hal-hal jang mati.

Demikianlah al-Ghazali dapat mengadakan kompromi synthese antara adjaran orang Islam jang ortodoks dengan adjaran-adjaran Sufi. Dikatakan kompromi, karena mendamaikan dua sikap jang saling bertentangan. Disatu pihak kaum ortodoks dalam Islam mengutamakan ketentuan-ketentuan formalisme dan upatjara-upatjara keagamaan seperti jang tertera dalam

Page 27: Landjutan islamologi.pdf

fiqh dan kalam, sedangkan dilain pihak kaum Sufi lebih mengutamakan kerohanian dan djiwa daripada arti menurut kata-kata dari fiqh atau sjari’ah. *) ,

Tentang tjinta jang dikemukakan oleh al-Ghazali tadi adalah pengaruh orang-orang Sufi atas dirinja, karena orang-orang Sufi itu sangatlah me­ngutamakan ketjintaan kepada Tuhan dan Rasulullah dalam menuntut agama itu* Demikianlah sampai Rumi menulis dalam bukunja Mathnawi (1270 Masehi) kalimat sebagai berikut : „Terpudjilah engkau, hai kebaha- giaan karena telah mengenai TJINTA, TJINTA jang merupakan obat bagi semua jang sakit dan penderitaan kami” . Ada djuga ulama jang tidak se- tudju dengan adjarannja al-Ghazali, misalnja Ibn Taimijjah dan Ibn Qaijjim al Djauzijjah dua orang pelopor reformisme Islam. 2)

Seorang penjair Sufi jang terkenal ialah Muhji’ddin ibn al-Arabi, jang meninggal dunia di Damsigh tahun 1240 Masehi. Adjaran agamanja ialah pantheistis. Beliau memandang Tuhan sebagai Zat jang bersatu dengan alam dan sebagai Zat jang Tertinggi. Pengaruh beliau besar sekali pada peladjaran Sufi, sehingga beliau disebut al-Sheikh al-Akbar (Doctor Maximus). Beliaulah jang pertama kalinja memakai istilah al-lnsan al-Kamil (manusia jang sempurna). Peladjaran tentang al-lnsan al-Kamil ini disem- purnakan oleh ahli-ahli Sufi lainnja, misalnja Abdul Karim ibn Ibrahim al-Djili, (767 —811 H). jang menulis buku : al-lnsan al-Kamil fi ma’rifati al-aival waal-awachir (orang jang sempurna dalam pengetahuan tentang hal- hal jang permulaan dan achir), jang dimaksud ialah : hal-hal jang gaib, jang tidak dapat dipikirkan.

Al-lnsan al-Kamil adalah orang jang sudah sepenuhnja mentjapai ke- satuan dengan Tuhan, jaitu para Nabi dari Adam sampai Nabi Muhammad dan para imli. Wali dalam dunia tasawuf adalah orang Sufi jang sudah dapat mentjapai deradjat jang paling tinggi. (K h u s u ’ l-K h u su s ) . Wali dapat diartikan sahabat Tuhan, orang jang dilindungi dengan istimewa oleh Tuhan.

Kedudukan wali ialah :1. Sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan.2. Sebagai kekuatan alam (kosmos).

Pemimpin semua wali dinamakan : Qutb. Ada orang-orang Sufi jang sangat menentang adjaran Islam, karena mengadjarkan, bahwa adalah tidak perlu semua adjaran mengenai dogma dan ibadah (peraturan lahir).

Bahkan ada seorang Sufi jang mem.persamakan dirinja dengan Tuhan, jaitu Mansur al-Halladj (858-922 M) jang berkata : ana’lhaq artinja saja ini adalah Kenjataan, Kebenaran, dengan lain perkataan: saja ini adalah

Tjatatan : 1) Pengaruh dan dfasa2 al-Ghazali dalam tasaw uf besar sekali. B e lia u la h jang m e m b e ri tem pat dan batas kepada ilmu tasaw uf, dengan tlada k e lu ar dari batas2 hukum Islam jang b e rsu m b e r pada Qur’an dan Hadith. (Bakri Siregar, Sedjarah Kebudajaan Islam h a l. 60).

Mengenai form allsm e jang tidak dihiraukan oleh orang2 Sufi dalam upatjara2 keagam aan, Bakri Si­regar dalam bukunja tersebut halaman 59 m enulis : ............ , pemilciran tasawuf itu ada bahajanja, jangbisa mengakibatkan tidak mengakui sama sekali hukum2 dan aturan2 jang dikemukakan oleh sum ber utama agama M am , jaitu Qur’an dan Hadith.

Pem ikiran tasawuf umpamanja bisa sampai pada kesimpulan, bah w a sem bahiang tidaklah m endjadi suatu keharusan, karena dalam pengertian perpaduan ro h manusia dengan segala alam, dengan segala machluk Tuhan dan dengan Tuhan sendiri itu, tiada jang disembali dan tiada pula penjem bah, tiada ttan tiada kamba. , -i'.; .. xi't j

2) M en urut D r. M oham m ad el Bahay, seorang P rofessor dalam Filsafat Islam di A l-Azhar (collo- qium 82), maka Ibn Ta im lja h dan Ibn Q e jilm adalah sardjana Islam2 dari abad fce-14 H idjrah jang pertamaS mempergunakan k rit lk set|ara ilm i|ah untuk m emperbaharui (reform ) pikiran Islam, jang naatl mtnimbulkan allran2 baru dalam Islam .

24

Page 28: Landjutan islamologi.pdf

t ah di B a g d a d sj ar i 'a h - P em erm - 922 M. iadihukum mati. *J> Dua o S n g ^ n d o n e s f a i l i . f n ” 3 itU- p a d a tahu” dan nasibnja sam a d engan al-H alladj ia la h : U D jaw a a d ja ra n1. Sheikh Siti Djenar.2. Ki Kebo Kenongo.

mengadjar ilmu jang'bertentaiSan ‘dengan ijS?S'hDd mak karena ia dJu^a karena itu dianggap sebagai oran? ia ^ *■ agama Islam, danBupati Pengging Ki Kebo Kenongo jaitu muridSheikh [c r " n .masJ'arakat-dihukum mati, baik karena ilmunja maupun karenf t n«r, djugaSultan Demak. 2) J maupun Karena ia berontak kepada

ORGANISASI TARIKAT.Waktu Imam al-Ghazali meninggal dunia t _ r ; u

ketjuali sjair Sufi timbul djuga banjak organisasi tarikat fait J l l n .M) kumpulan orang-orang Sufi untuk mendialankan +ai, kumpulan-sama dibawah seorang pemimpin. Tarikat berarti djalan kevada rZ nT ™ '

Pemunpin tarikat disebut Sheikh. Para muridnia m e S t a nlatihan Sufi itu dibawah pimpinannja. Pemimpin-pemimpin tlrikat (she khTlama kelamaan mendjaJ tersohor terutama karena keLktilnnfajanaUmrbiasa : mu djizat Sesudah meninggal dunia, maka arwah sheikh S id ia -PUdja. Demikianlah timbul pemudjaan wali dan kuburan kerarZt

Tidak semua tankah itu sama ; diantara mereka t ^mengenai upatjara agama dan dzikirnja ( = memperingatiTuhaS ^ uladapat berbeda-beda pendinan masmg-masing mengenai.- sjari’S kalamperang sabil dan sebagamja. Dengan latihan dzikir ini mereka mendjadisetengah sadar, dan katanja sesudah latihan-latihan itu mereka mendaoat perasaan puas dan bebas. , menaapai

Ketjuali dzikir ada pula latihan-latihan berupa menari bersama dPn<ran musik (disebut sama), tafakkur (semadhi), latihan napas dan sebagainja.

Djenis-djenis tarikah :1. Tarikah Qadirijah : asal mulanja di Bagdad; dan tarikah ini dinandane

paling tua. Pendirmja ialah seorang dari Bagdad bernama Sfteifc?

Tjatatan : 1) „AI-Hallad|", tulls Bakrl Siregar da lam bukunja tsb, halaraan fio fo -i i v .kan kasih kepada Allah jang mendjadi balasan dari Allah pada manusia i n n , , "t * ? mengemuka- mengaslhl dirinja sendiri". Mungkin inilah sebabnja mengapa al-Halladj ^dengan Tuhan, dalam arti tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan dirinja ^Jalan^ hai ^ i h ^ t n o a •Ihl Itu. Al-Halladl merupakan salah satu tjontoh dari kasihnia seseora™ , e ? i ^Pula tiontoh bagaimana seseorang menierahkan dirinia pada Tuhannla Bahkan ? Tuhannla dan M kjat di Bagdad waktu itu untuk membunuhnja, d a n tidak menjalahkan para hat,™ memohon P ^ a kan hukuman matinja, oleh karena pelukisan tent ang Tuhan dan tjara menjembah Pada rakjat Bagdad diwaktu itu adalah demikian Pit|ikn|a, sehingga tidTk m e^gherankin d l t o ^ ? &tjaraaberfik ir,^n^” ekaeIjangS p1tiikeitu.d iI,ann a membUnUh jang tidak nJnjetudju l

Aliran2 kebathinan itu ada Iang asalnja dari luar Indonesia, tetapi ada diuea k 1 5 P =rakjat sendiri. Ada jan# b*rdasar agama Islam, ada jang lebih tua. Dalam L 5 Jbedakan 2 aliran Jaitu : am garis besar dapat kita per-*• aliran kawulo Gusli, disini masih ada perbedaan antara machluk jane riihiHr, __

bikin, perbedaan antara Dunia dan Tuhan, sehingga aliran ini bersifat dualisme Jang m e -a- golongan Ingsun (Aku). Disini tidak ada lagi perbedaan tentang Dunia dan Ti.han

monlsme, seperti adjaran al-Halladj : ana al-Hakk. Tuhan, sehingga bersifatAhli sufi Indonesia lainnja ialah : Hamiah al Fansuri, Slamsuddin ,1 J . . . . .al-sjngkill. , uaain al Sumatranl dan A bdurraof

25

Page 29: Landjutan islamologi.pdf

Abdul Qadir al-Djilani (1077 — 1166 M.) Mula-mula Sheikh Abdul Qadir itu seorang ahli bahasa dan ahli sjari’ah dari madzhab Hanbali. Tulisannja pada umumnja berdasar atas peladjaran Islam jang uraura (ahli sunnah wal djamaah). Beliau adalah seorang sakti jang dapat melakukan mu’djizat (bahasa Inggeris : miracle-maker) dan seorang jang memperbaharui dan mentjegah runtuhnja agama Islam dizaman chalifah Abbasijah mendekati keruntuhannja. Ada sedjumlah buku- buku jang ditulis oleh murid-muridnja jang mentjeriterakan kesaktian dari al-Djilani. Beliau selalu berusaha hidup menurut perintah Tuhan dan tidak djemu - djemu beliau memberantas kezaliman jang terdapat dimasa hidupnja.Peladjaran tarikah Qadarijah tidak djauh berbeda dari peladjaran Islam jang umum, hanja sadja tarikah ini mementingkan kasih sajang ter- hadap sesama machluk, rendah hati dan mendjauhi fanatisme dalam keagamaan maupun politik. Keistimewaan tarikahnja ialah dzikir dengan menjebut-njebut nama Tuhan.

2. Tarikah Rifa’ijah di Iraq.Didirikan oleh saudara sepupu dari Abdul Qadir al-Djilani, jang ber­nama Ahmad al-Rifai. Tarikat ini agak janatik dan anggautanja dapat melakukan hal-hal jang adjaib, misalnja makan petjahan katja, berdja- lan diatas api, bermain-main dengan ular dan sebagainja.

3. Tarikat Maulawijah, jang didirikan oleh Maulwi Djalaladdin al-Rumi, jang meninggal dunia di Qonia (Anatolia, Turki). Dzikirnja disertai dengan tarian memutar-mutar badan diatas satu kaki. Tariani mistik jang demikian itu disebut sama’, suatu tjara untuk extasi ( = keadaan tidak sadar) agar bisa bersatu dengan Tuhan jang menggerakkan Alam Semesta dan segala jang hidup. Tarikat ini dulu dilarang oleh Pemerin- tah Turki. Penganut-penganutnja adalah bersifat pengasih dan tidak menghiraukan kepentingan diri sendiri dan hidup sederhana untuk tauladan bagi orang lain. Musik dan ecstasy (ketidak sadaran) jang di­lakukan oleh anggota tarikat ini memungkinkan mereka untuk menge- tahui sedikit tentang makna hidup dan kenjataan.

4. Tarikat Shadhilijah di Afrika Utara dan Arab : didirikan oleh Ali as- Shadhili. Ini adalah tarikat Afrika jang besar dengan tjabang-tjabang- nja seperti Madanijah. Djuga terdapat di Indonesia. 1)

5. Tarikat Khalwatijah jang dipropagandakan di Mesir dan Syria dalam abad ke-18 oleh Sheikh Mustafa al-Bhakri. Salah seorang dari tarikat lm bernama : Ahmad al-Tidjani, jang berasal dari Aldjazirah. iarocot Tidjamjah, didirikan oleh Ahmad al-Tidjani.iarikat ini dengan tjepat meluas di Afrika Barat dan dinegeri lain-lain

ATeSta' Di Afrika tarikat ini telah banjak mengislamkan orang-orang Neger..^qshibantiijah, mula - mula didirikan di Turkestan (Asia

, i ° h Bahir al-Din Naqshiban. Sekarang pengikut tarikat ini , Da jaK terdapat di Pakistan Turkisan, Tiongkok, Assam dan seba­gainja. y

8. Tarikat Sarmsijah jang berpusat di Lybia. Mula-mula didirikan dalamtahun loo7 M. oleh seorang sheikh asal dari Aldjazirah jang bernama Muhammad Ibn Ali-as-Sanusi, jang meninggal dunia dalam tahun 1857

Tjatatan : 1) Di Indonesia terdapat djuga tarikat2 : S jaltarijah, Naksiibandijah dan Qadiri|ah.

26

Page 30: Landjutan islamologi.pdf

Orang-orang Sufi mempersamakan kemadjuan kehidupan mereka se- perti suatu perdjalanan atau suatu berpergian ketempat sutji. Mereka jang dalam perdjalanan sedang mentjari Tuhan itu, menamakan dirinja seorang salik, artinja orang jang berpergian. Mereka melalui tarikah (djalan) dengan perlahan-lahan madjunja, setingkat demi setingkat (m.aqa- mat). Ada empat tingkatan dalam tasawuf jang menurut al-Ghazali harus didjalani oleh orang-orang Sufi jaitu :1. sjari’ah (dalam arti Sufi kemanusiaan sebab mula-mula orang Sufi itu

diadjar supaja mengabdikan diri kepada sesama manusia, tetapi Dr. W. F. Stutterheim menigartikannja : hukum Islam),

2. tariqah (tarikat) artinja djalan,3. ma’rifah (makrifat), artinja pengetahuan jang mendalam tentang

kebenaran,4. hakikah (hakekat) artinja kenjataan atau kebenaran tertinggi.

Maksudnja empat tingkatan diatas ialah agar orang-orang Sufi itu sebagai pendidikan pendahuluan harus mula-mula mempeladjari sjari’ah, kemudian memasuki djalan jang sebenamja untuk memperoleh pengeta­huan jang mendalam tentang kebenaran dan kenjataan tertinggi.

Golongan (kaum) Chawaridj (aliran pertama dalam Islam). Pem- bunuhan ’Uthman (Chalif jang ke-3) mengakibatkan perang saudara dian- tara orang-orang Islam. Sebagian daripada mereka mengangkat ’Ali, suaminja Fatimah puteri Nabi Muhammad, mendjadi chalifah jang ke-4. Lain bagian dari orang Islam memilih Mu’awijjah anaknja Abu Sufjan; jang tersebut terachir adalah musuh dan paman Nabi.

Mu’awijjah ini termasuk keluarga ’Uthman jang mendjadi gubemur di Syria. Ia datang dengan tentaranja ke Medinah untuk menjerang ’Ali jang didakwanja bermufakat dengan pengatjau-pengatjau di Medinah untuk membunuh ’Uthman atau mendakwa ’Ali tidak mau memperlindtingi ’Uthman.

Maka terdjadilah perang di Siffin. Mu’awijjah hampir kalah karena itu ia mengusulkan penghentian tembak menembak untuk kemudian me- njerahkan perselisihan mengenai siapakah jang berhak mendjadi chalifah itu kepada hakim-hakim pemisah. ’Ali jang lebih mementingkan persatuan Islam daripada perpetjahan karena perang saudara menjetudjuinja dan hakim pemisah memutuskan, bahwa Mu’awijjahlah jang berhak men­djadi chalifah, tetapi orang-orang dari pihak ’Ali tidak setudju sehingga ’Ali dibunuh pada tahun 40 Hidjrah oleh seorang jang fanatik dari golongan Chawaridj, jaitu segolongan tentara ’Ali jang keluar (charadja) dari bari-

Bab II. ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM.1. Kaum Chawaridj.

27

Page 31: Landjutan islamologi.pdf

sannja, artinja meninggalkan 'Ali, kai'ena tidak setudju diadakannia„nakim.-hakim pemisah” tersebut. Mereka bersembojan „Hanja Tuhan jang dapat memberi Keputusan” . .

Menurut mereka ’Alilah jang seharusnja mendjadi Imam atau Chalifah, oe • . au a^ jang diberi kemenangan oleh Allah di Siffin pada tanggal 26 Djuli, 657 Masehi, tetapi karena ’Ali menjerahkannja pada hakim-hakim pemisah maka mereka marah pada ’Ali dan menjatakan beliau itu tidak pantas lagi untuk mendjadi Imam.

Bagian dari tentara jang keluar tersebut mengadakan partai sendiri jang demokratis dan. jang mempunjai Imam sendiri. Dikatakan demokratis karena menurut kaum Chawaridj ini, maka tiap-tiap orang Muslim tanpa melihat keturunan, warna kulit dan bangsa, biarpun ia seorang budak belian dapat mendjadi imam (chalif) Islam asal kehidupannja dan tingkah- lakunja tidak dapat ditjela. Imam harus dipilih oleh rakjat setjara demo­kratis. Teranglah bahwa kedjengkelan mereka pada ’Ali merupakan sebab mengapa golongan chawaridj itu menentang Imam setjara turun temurun.

Orang jang telah melakukan dosa besar, misalnja membunuh dipan- dang oleh mereka sebagai seorang kafir; sembahjangnja tidak sjah, sebab sjahnja sesuatu tindakan keagamaan itu tergantung djuga daripada baiknja tingkah laku dan bersihnja hati.

Djadi dalam pemilihan seorang chalif tidaklah penting soal keturu- nan-keturunan Quraisj atau tidak ; haruslah chalif itu keturunan Quraisj, kata golongan sunnah wal djamaah; haruslah chalif itu turunan Rasulul­lah, chusus turunan ’Ali dengan Fatimah puteri Rasulullah, kata golongan Sji’ah; hanjalah pemilihan setjara bebas berdasarkan sifat-sifat keung- gulan dalam keagamaan dan kesusilaan dari seseorang jang menjebabkan ia dapat dipilih mendjadi chalif. Prinsip ini menentang adanja sistim ke- radjaan (radja karena keturunan !) dan sistim diktator sebagai kepala negara Islam. Dari sjarat-sjarat jang dimadjukan oleh kaum Chawaridj untuk dapatnja seseorang mendjadi chalif, terang pulalah, bahwa kaum Chawaridj itu mengutamakan kehidupan baik, misalnja dengan banjak bertapa dan puasa seperti pada permulaan agama Islam. Mereka berpendapat, bahwa orang jang djelek tingkah lakunja, biarpun teguh memegang ibadahnja, na- mun akan masuk neraka, oleh karena itu seorang chalif jang bertindak dje­lek boleh didaulat. Kaum Chawaridj itu di Afrika Utara terpetjah mendjadi bg3 golongan : pengikut-pengikut ’Abdallah ibn ’Ibad disebut golongan Ibaaijah, pengikut-pengikut ’Abdallah ibn Suffar disebut golongan Sufrijah,

kemudian golongan Azrakijah. Lain-lain sekte jang termasuk golongan Cnawaria] ialah golongan Maymuniah dan golongan Yazidiah.Telamn£rena Hasan dipilih oleh golongan ’Ali.tjahan karena perang sTudfraenm ^ PS UaiVUmat Islam dari? ada perPe’ durkan diri sebawi ^ gan kemauan sendiri la mengun-diakui sebagai chalifah cLuShnfa ^ COKUf pada umumnJamemerintah selama : 41 -132 h I w , chalifah Bani Umajjah jangm Hidjrah atau 661 - 750 Masehi.

2. Kaum Sji’ah.

a lsS S28

Page 32: Landjutan islamologi.pdf

sjahidJdidalam sesuatu peperanga^melawan .k®mudian mati-pada tanggal 20 Muftarram tahiSi 61 Hidjrah % 80 MaSw) arbela’ jaitu

PERBEDAAN :Golongan Suimah

(Ahli sunnah waldjamaah)(1) Chalifah itu tidak dapat dipan-

dang melulu sebagai seorang kepala agama, karena dalam hal-hal keagamaan jang ber- kuasa memberi fatwa, ialah bu- kan chalifah tetapi ulama.

Golongan Sji’ah./ '

(1) Menurut golongan Sji’ah, ma.a i n ’ t ' ” P!n ' " ' “ W dari

Isl a9 ialah Imom (cho. hfah), sebab beliaulah nenaf-sir Qur’an jang hidup, jang tak pernah salah” y

(2) Chalifah itu jdalam lapangan keagamaan dapat dipandang sebagai pembela dari sjari’ah, djadi sebagai wakil masjarakat Islam untuk mempertahankan peraturan-peraturan Islam.

Ia tak mempunjai kekuasaan untuk membuat peraturan-per­aturan agama, karena ini ada­lah pekerdjaan ulama.

Chalifah itu tidak mempunjai kekuasaan untuk menafsirkan Qur’an dan menetapkan dogma.

(2) Kalau golongan Sunnah wal- djamaah mempunjai para ula­ma untuk melakukan, idjma’ maka golongan Sji’ah mempu­njai Imam jang membuat per- aturan2 agama (sjari’ah) jang diambil dari Qur’an dan Sun­nah.

(3) Imam (chalifah) itu harus se- 1 orang Quraisj (suku-bangsanja dari Rasulullah).

(3) Menurut golongan Sji’ah chali­fah itu harus turunan Rasulul­lah, chusus turunan ’Ali de­ngan Fatimah puteri Rasulul­lah.

Sebaliknja menurut golongan Chawaridj tiap-tiap orang iang meme- nuhi sjarat-sjaratnja dapat mendjadi chalif, djadi pemilihan chalif setjara demokratis.

3. Kaum Wahabi (Abad ke-18 M.)Nama Wahabi diambil dari pendiri aliran tersebut iaitu Muhammad

ibn Abdul Wahab (1703-1787 M), seorang jang berasal dari negeri Nadjd (Arab Tengah). Beliau mempeladjari buku-buku karangan Taai Addin ibn Taimijah dan ibn Qajim al-Djauziad.

Taqi Addin ibn Taimijah (1263 — 1328 M) jang hidup dalam abad ke-14 M, adalah seorang ulama dari madzhab Hanbali, jang mau m em ber- sihkan agama Islam dari bid’ah jaitu hal-hal baru jang belum ada pada per- mulaan agama Islam, dengan Iain perkataan dari hal-hal ham iim» tirtalr berdasar Qur’an dan Sunnah Nabi.

TJatatan ! 1} Muhammad ibn Abdulwahab ini termasjhur sebagai ocmhah.™ tan reformer) agama Islam dengan djiwa merdeka nja. Karena itu tidMcTah ^ u Pemurni (purl- menentang keras pendirisn absolutismo dari madz-hab2. Ia mengakui h»k9 8 ankan djika ta*uean sendiri. mengajtui Hak2 geseorsa* mengambU kepu

29

Page 33: Landjutan islamologi.pdf

Hanja al-Qur’an dan Sunnah Nabi jang diakui oleh Ibn Taimijah seba­gai dasar agama. Idjma’ hanja diakuinja sampai kepada masa sahabat Nabi jang empat.

Beliau sangat mementingkan kepertjajaan kepada ke-Esaan Tuhan dan menentang pemudjaan Nabi-nabi, wali dan orang-orang keramat, djuga kuburan - kuburan mereka itu. Beliau menentang kaum Sup, misalnja peladjaran Ibn Arabi jang berbau pantheisme itu. Penganutnja jang teru- tama ialah : Ibn Qajim al Djauziad, jang sama giatnja dengan ibn Taimijah dalam mempropagadakan adjarannja.

Karena pengaruh mereka berdua, maka timbullah pada abad ke-13pergerakan Wahabi dan kemvdian aliranoMran modern dalam agama Is-

tam. f&adtiff hum Wahabi, jaitu Muhammad ibn Abdul Wahab-pun hendakmembersihkan agama Islam dari tambahan-tambahannja jang tidak ber­dasarkan Qur’an dan Sunnah, jaitu hal-hal bid’ah. Misalnja : memudja nabi, wali dan kuburan-kuburan mereka. Perbedaannja dengan lam-lam aliran (gerakan) modern dalam Islam ialah, bahwa gerakan Wahabi me- nolak idjtihad.

Orang-orang Wahabi memegang teguh kepertjajaan kepada ke-Esaan Tuhan dan karena itu menamakan golongannja sendiri : al-Muwahiddun, jaitu orang-orang jang mementingkan kepertjajaan kepada ke-Esaan Tu­han. Kaum Wahabi mau mengembalikan masjarakat Islam kepada zaman diwaktu Nabi masih hidup, mislnja :1. Mesdjid harus sederhana seperti dizaman Nabi, tidak usah pakai perhia-

san'-perhiasan dan menara.2. Minum rokok, kopi diharamkan; demikian pula musik, pakaian sutera,

perhiasan mas dan perak untuk laki-laki, meridirikan rumah diatas kuburan-kuburan, pemudjaan Nabi-nabi, wali-wali dan orang jang ma- ti sjahid, djuga tarikat Sufi. Semua diatas tadi dianggap mereka bid’ah.Dengan bantuan Muhammad ibn Sa’ud, emir dari Nadjdj, maka Mu­

hammad ibn Abd al-Wahab dapat meluaskan adjarannja dengan kekuatan sendjata. Beberapa negeri ditanah ’Arab ditaklukkan, djuga kota Medinah danMekkah (1806-1812).

Dewasa ini pendirian kaum Wahabi terhadap bid’ah dalam prakteknja sudah berubah. Misalnja otomobil, telepon, pesawat terbang sekarang su­dah dipergunakan oleh kaum Wahabi, walaupun dizaman Nabi Muhammad benda-benda itu belum ada.

Perubahan pendirian ini adalah berkat pimpinan almarhum Abdul Azis ibn Sa’ud, jang dewasa ini diganti oleh anaknja bernama Radja Sa’ud dari Saudi Arabia. Perbuatan-perbuatan kaum Wahabi dipulau Sumatera a.i. di Minangkabau, jaitu dalam perang Padri. Padri jaitu golongan Islam aliran Wahabi hendak membersihkan agama Islam dari adat istiadat jang berten- tangan d e n g a n a g a m a . Pemimpin golongan Padri ini ialah Tuanku Imam Bondjol dan pihak lawan ialah para Kepala Adat dan Pengiiulu jang di- bantu oleh Belanda (1812 — 1837). Dilain-lain daerah seperti Pakantan (Tapanuli Selatan) pembersihan agama Islam dari hal-hal jang baru (bid’ah) ini seperti telah terdjadi di Arabia itu dilakukan pula, walaupun tidak se- keras seperti ditanah Arab.

Seperti telah diuraikan diatas tadi, maka kaum Wahabi itu adalah pe- nganut-penganut dari madzhab Hanbali jang sikapnja keras itu.

30

Page 34: Landjutan islamologi.pdf

4. Ahmadijah Qadian dan Lahore.Jang membangkitkan gerakan ini ialah Mirza Ghularn Ahmad dari

Qadian (Pundjab) Pakistan sebelah Barat Laut (13-2-1835 — 26-5-1908), jang oleh golongan Ahmadijah Qadian dianggap sebagai Imam Mahdi jang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, sebagai Isa-Almasih untuk uniat Kristen, sebagai Krisna untuk orang-orang jang beragama Hindu dan sebagai TJtusan Djagad jang ditunggu-tunggu oleh setiap agama (Batjalah : „Suara dari La- ngit” penerbitan Djema’ah Ahmadijah Indonesia” .

Gerakan ini disebut Ahmadijah, karena mengikuti sifat Ahmad dari Nabi Muhammad. Dasar peladjaran Ahmadijah, hampir seperti peladjaran agama Islam jang umum, tetapi ada perbedaan-perbedaannja sbb. :

agama Islam jang umum. (sun­nah wal djamaah) .

Nabi Isa tidak disalib, jang disalib itu orang jang rupanja seperti Nabi Isa. Beliau sen­diri naik kesorga.

( 1.)

golongan Ahmadijah.

(1.) Menurut Ahmadijah Nabi Isa itu betul disalib, tetapi sesu­dah disalib tidak wafat. Sete- lah beliau sembuh dari luka- lukanja beliau pergi ke Kash­mir ; disanalah beliau mening­gal dunia setelah menjebar- kan agamanja. Sebagai makam beliau ditundjuk Sri Nagax, dekat Kashmir, jang terkenal sebagai kuburan Jusasa (Je­sus).

(2.) Perang djihad adalah perang dengan sendjata untuk mem- bela agama Islam.

. Djihad = berdjuang untuk* menegakkan ke-

hendak Tuhan.

(2.) Menurut golongan Ahmadijah perang djihad (sabil) itu ada­lah perang dengan sendjata rohani, jaitu propaganda. Un­tuk keperluan ini di Qadian didirikan suatu kumpulan : gerakan Ahmadijah.

B agi p e n g a n u t m istik Islam , m ak a djihad itu b e r a r t i : memerangi suara- s u a ra d ja h a t ja n g tim b u l d alam djiw a m anusia.

Pada tahun 1908 Mirza Ghulam Ahmad wafat dan sebagai pemimpin per- gerakan Ahmadijah jang disebut chalifah I diangkat salah seorang penga- nutnja jang tertua, bernama Maulvi Hakim Nurud Din (27 Mei 1908 la Maret 1914), sesudah beliau meninggal pada tahun 1914, maka anak Mirza Ghulam Ahmad jang bernama Mirza Mahmud chalifah ke-II setjara jang sesat, meminta kepada sekalian anggota, supaja bapaknja diakui se­bagai Nabi, ada jang berkata sebagai Nabi Isa dan Imam Mahdi jang didjan- djikan. Siapa jang tidak mau mengakui dikeluarkan dari perkumpulan. Ke- pertjajaan ini bertentangan dengan agama Islam dimana dikatakan bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi terachir. Oleh karena itu sebagian dari pa­da anggota perkumpulan Ahmadijah ini keluar diantaranja Maulana Mu-

31

Page 35: Landjutan islamologi.pdf

hamad Ali almarhum, jang kemudian mendirikan serta mengetuai sendiri perkumpulan Ahmadijah baru di Lahore bernama Ahmadijja Andjuman Isha’at-Islam Lahore.

Djadi sedjak tahun 1914 terdapat dua perkumpulan Ahmadijah :

I. Ahmadijah Qadian (jang asli). Mengaku Mirza Ghulam Ah­mad sebagai seorang Nabi sesu­dah Nabi Muhammad, djadi ti­dak mengaku Nabi Muhammad sebagai Nabi terachir (chatam an-Nabijjin). Disamping itu mengakuinja djuga sebagai Imam Mahdi dan Isa Almasih „jang telah datang dan djuga telah pergi” .

2. Ahmadijah Lahore: (berpusat di Rabwah, Pakistan Barat). Hanja mengaku Mirza Ghulam Ahmad sebagai mudjaddid, ja­itu orang jang membaharui atau membersihkan agama Is­lam dari hal-hal jang sesat. Djadi mereka mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai mu­djaddid pada permulaan abad ke-14.

Seorang Nabi itu, menurut al-Qur’an, adalah seorang jang memimpin, dan untuk itu ia dipilih oleh Tuhan dan mendapat bimbingan daripada-Nja kedjalan jang benar dan memberikan kepadanja sebuah Kitab serta ke- wibawaan untuk mengadili, achirnja kemampuan untuk membuat ramalan (surah 6 :88-90). Seorang Nabi mengikuti apa-apa jang diwahjukan kepada­nja, sedangkan seorang mudjaddid menaati apa jang diwahjukan oleh Tuhan kepada seorang Nabi, jang diikuti oleh mudjaddid tadi.

Orang jang dipandang oleh kaum Muslimin pada umumnja sebagai mudjaddid ialah : Imam al-Ghazali, jang meninggal dunia pada tahun 505 Hidjrah (1111 M), djadi pada permulaan abad ke-12.

Di Indonesia gerakan Lahore ini disebut: Gerakan Ahmadiah Indonesia Pusat Lahore. Para penjiarnja ialah : Djojosugito, Soedewo, Bupati Wiranata Kusumah. Sekolah-sekolah mereka terkenal dengan namaP.I.R.I. (Pereuman Islam Republik Indonesia).

5. Golongan Iqbal: •,Di Pakistan terkenal sekali nama Muhammad Iqbal (1873-1938) c

penjair dan filsuf^pertama^dari aliran Islam modern jang besar pengarn w gpenjau muucm jang Desar penpai-„uatas orang-orang Islam di Pakistan dan India. Beliau berseru kenaria Jaorang Muslimin untuk bangun, untuk bekerdja jang radjin dan unt»v ng‘punjai djiwa jang aktif. luk mem-

R b r f 3T f h ituI biTBarat itu adalah m atenalistis dan atheistis.Dengarlah, kata Iqbal kepada mereka jang setjara membabi buta

selalu menganggap baik, apa sadja jang berasal dari Barat, bahkan djuga hal-hal jang sebenarnja berbahaja bagi Islam dan bagi nilai-nilai jang ter­dapat dalam kebudajaan Islam dan djuga Iqbal berseru kepada mereka ]ang tidak menjadari adanja krisis jang sedang menimpa dunia Barat : seruan Iqbal itu berbunji :

„Saudara telah0menjerahkan dirinja pada perbudakan Barat,Tjelaan saja adalah tertudju padamu, bukan pada Barat” .

Page 36: Landjutan islamologi.pdf

Pada waktu itu pula beliau niengandjurkan kepada .orang-orang Islam terutama jang dari Pakistan supaja radjin menuntut ilmu dari Barat, begl- nilah kata Iqbal :

„Kekuatan Barat itu adalah disebabkan pengetahuan dan ilmu mereka ;Itulah api jang menjalakan lampu mereka. ’„Tuntutlah ilmunja, bukan pakaian-pakaian Barat” .Iqbal tidaklah djemu-djemu untuk mengemukakan, bagaimana pen-

tingnja menuntut ilmu itu. Filsafat dan ilmu pengetahuan itu kedua-duanja djika kerdja sama dengan agama nistjaja akan mengabdikan filsafat dan ilmu pengetahuan itu untuk kemanfaatan umat manusia. Tidak sesuatu bangsapun akan bisa mendjadi besar dan mulia tanpa bersatunja ketiga unsur itu.

(Dikutip dari karangannja Sa’eed Malik: The Survival of Islam and Muslims dalam Islamic Review, September 1954).

Demikianlah Iqbal, penjair dan filsuf Pakistan membakar semangat pemuda-pemuda Islam di India tidak sadja untuk madju tetapi djuga untuk mendirikan negara Islam terpisah dari India, jang achirnja terwudjud da­lam bentuk negara Pakistan dewasa ini.

Buku karangan beliau jang terkenal ialah Djawed-Nama, jang ditulis- nja dibawah pengaruh dari Masnawi, karangannja Rumi. Dalam Djawed- Nama Iqbal berchajal mendjeladjah langit bersama2 dengan Rumi sambil bertjakap-tjakap dengan para arwah dari orang-orang jang sudah meninggal lebih dahulu. Demikianlah dengan bantuan Rumi, maka Iqbal mengerti keadjaiban tjiptaan Tuhan. ,

6. Persjarikatan Muhammadijah : (Non-Politik).Persjarikatan Muhammadijah termasuk pula aliran baru dalam Agama

Islam. Perkumpulan ini didirikan oleh Kijai Hadji Ahmad Dahlan pada tang- gal 1 8 Nopember 1912. Tudjuannja ialah menjiarkan dan memperdalam peladjaran agama Islam dengan mengadakan penerangan2 „tabligh” , agama, sekolah-sekolah, rumah-rumah piatu dsb. Dalam pasal 2 dari Anggaran Da- sarnja maksud dan tudjuan Muhammadijah ini ditegaskan sbb. : jaitu me- negakkan dan mendjundjung tinggi (dan menegakkan) Agama Islam, sehingga dapat mewudjudkan masjarakat Islam jang sebenamja.

Gerakan Pemuda Muhammadijah pada tahun 1944 mendjadi baytdn pelatih jang tugasnja memelihara pengadjian anak-anak diluar sekolah.

Mula-mula Muhammadijah hanja untuk Jogjakarta sadja, akan tetapi lambat laun didirikan tjabang-tjabangnja diseluruh Indonesia.

Gerakan Muhammadijah mempunjai bagian wanita bernama Aisjah.Bagian ini didirikan karena K.H. Ahmad Dahlan berpendirian : „Dunia

tak dapat madju dengan sempurna, kalau kaum wanita tinggal dibelakang . Mulai th 1950 ’Aisjiah mendjadi badan otonomi dari Muhaxnmadiah.

7. Golongan Nahdatnl-Ulama.

Perkumpulan Nahdatul-Ulama ialah suatu perkumpulan ulama-ulama dan orang-orang Muslim lainnja jang berhaluan lama dan jang sangat me- ninggikan peladjaran-peladjaran dari madzhab Sjafi’i. Disamping itu per­kumpulan ini bertudjuan politik Negara Islam jang lebih moderate daripada Masjumi'

\ 33

Page 37: Landjutan islamologi.pdf

' 8. Kaum Djabarijah dan kaum Qadarijah :Kedua aliran diatas timbul karena persoalan kepertjajaan agama

(aqa’id) jang ada hubungannja dengan persoalan :Apakah manusia itu mempunjai kehendak jang merdeka (bebas) dan

karena itu bertanggung-djawab atas perbuatannja atau tidak ?

a. KAUM DJABARIJAH (aliran takdir) (kata Djabarijah berasal darikata djabara = memaksakan) pertjaja kepada Taqdir Tuhan jang mutlak, artinja Tuhanlah jang menetapkan semua kedjadian dialam dunia, djuga tindakan-tindakan manusia, djadi manusia tidak mempunjai kekuasaan sama sekali untuk menetapkan nasibnja, dengan perkataan lain : manusia itutidak mempunjai kehendak bebas, maka karena itu tidak bertangung-djawab atas perbuatannja. Demikianlah faham Djabarijah ini achirnja berakibat bahwa mereka menjamakan kepertjajaan pada Taqdir Allah itu dengan fa­ham jatalisme dan predestinasi (faham nasib kita itu telah terlebih dahulu ditentukan oleh Tuhan), penjamaan mana adalah tidak tepat!

b. KAUM QADARIJAH (aliran kehendak bebas).Sebaliknja kaum Qadarijah (kata Qadarijah berasal dari kata : qadara

= menetapkan qadar, qadar = nasib) berpendapat, bahwa manusia dapat menetapkan nasibnja sendiri, djadi menurut mereka ada qadar (nasib) dari manusia disamping Qadar dari Allah. Berhubung dengan pendirian ini, ma­ka kaum Qadarijah berpendapat, bahwa manusia itu mempunjai kehendak bebas dan karena itu bertanggung djawab atas perbuatan-perbuatannja. Demikian pula pendirian kaum Mu’tazilah. Adapun jang pertama-tama me- madjukan teori kehendak bebas ini (the doctrine of free-will) dalam Islam ialah : Ma’bad al-Juhani. Karena faham baru ini maka banjak penganut- penganut Qadarijah jang dihukum mati sebagai „orang-orang Islam jang menjeleweng” .

Dari kata qadar timbul kata taqdir, jang berarti kekuatan jang menen- tukan benda dan machluk hidup (determining power of things and beings).

Menurut aliran-aliran jang mengakui adanja kehendak bebas dari ma­nusia, maka manusia itu memiliki baik sifat-sifat djahat, maupun sifat- sifat jang baik. Antara kedua golongan sifat itu selalu terdapat persaing- an jang terus menerus, namun achirnja sifa-sifat jang baik altau suara- suara jang baik dalam batin manusia itulah jang akan menang.

Dalam al-Qur’an surah 4 ajat 79 Tuhan bersabda : ,,Kebaikan jang berupa apa sadja jang terlimpah padamu (hai manusia) datangnja adalah dari Tuhan, dan malapetaka jang berupa apa sadja jang engkau derita datangnja adalah dari engkau s e n d i r i m

Tuhan telah melengkapi umat manusia itu baik seorang demi seorang, maupun bersama-sama setjara kolektif dengan kemampuan-kemampuan dan sifat-sifat jang diperlukannja untuk mengalahkan hasrat-hasrat ber- buat djahat dari djiwanja. Apabila manusia itu gagal mengatasinja, maka itu disebabkan karena ia salah menggunakan sifat-sifat dan kemampuan- kemampuan tersebut dan tidaklah pada tempatnja menjalahkan Tuhan. Sebaliknja Tuhan itu mengetahui dan memaafkan banjak dari kekurangan- kekurangan kita.

Dalam al-Qur’an surah 42 ajat 30 Tuhan bersabda : „Dan malapetaka jangt berupa apa djuapun jang engkau derita itu adalah akibat dari per- buatanmu sendiri dan Tuhan itu Maha-pemaaf” .

Page 38: Landjutan islamologi.pdf

Mengenai sendjata-sendjata jang dikaruniakan Tuhan kepada umat ma­nusia Tuhan telah melimpahkan kepada orang seorang : kesadaran, akal,kekuatan berfikir, kekuatan untuk mengambil putusan sendiri dan kekua­tan untuk bertindak sendiri. Maka karunia-karunia diatas tadi masih di- bimbing oleh Allah kedjalan jang benar dengan diturunkan-Nja ajat-ajat Qur’an. Kesemuanja inilah jang disebut taqdir, jaitu penentuan mengenai apa jang baik dan apa jang djelek (pre-measurement of good and evil)), Taqdir inilah jang merupakan hukum jang bekerdja aktif didunia ini. Ting- gal pada manusia sendirilah untuk mengambil keputusan dan untuk ber­tindak didalam perangkaan Taqdir. Manusia itu hanjalah bertanggung dja- wab atas hal-hal jang termasuk dalam kekuasaan kita, sebagai manusia untuk bertindak ; dan manusia tidaklali bertanggung djawab diluamja pe­rangkaan Taqdir itu, tetapi kita hanja bertanggung djawab atas hal-hal jang dapat kita sadari dengan djiwa kita, tidak bertanggung djawab atas hal-hal diluarnja ; karena itu maka manusia itu mempunjai kehendak bebas. jang dibatasi oleh Takdir. Demikianlah menurut al-Qur’an, kepertjajaan kepada Taqdir itu tidaklah sama dengan kepertjajaan kepada fatalisme dan predestinasi.

(Dikutip dari karangannja : Dr. S.M. ’Abdullah, The Law of Predestina­tion and Human Action dalam Islamic Review, Maret 1952, beliau adalah seorang Muslim Pakistan, Imam dari Mesdjid The Shah Jehan, woking, England).

Dalam al-Qur’an Taqdir itu ditafsirkar sebagai mempunjai arti: Hukum- hukum jang tidak dapat ditawar-tawar lagi dari Tuhan, hukum-hukum ma­na menguasai seluruh alam dunia ini, termasuk manusia dan lain-lainnja apa sadja. Dengan perkataan lain, Taqdir adalah hukum alam dunia dari Tuhan jang mengatur hidupnja segala machluk Tuhan. Misalnja Taqdir-lah jang menentukan bahwa burung itu dapat terbang, sedangkan lain-lain binatang tidak. Taqdir adalah hukum Tuhan dan hukum alam dunia, namun loalau- pun demikian manusia itu masih mempunjai kehendak bebas. karena surah 90 ajat 8-10 dan surah 76 ajat 3 jang berturut-turut berbunji sbb. :

,,Apakah Kami tidak memberikan dua buah mata kepadanja dan se- buah lidah dan dua buah bibir, dan menundjukkan kepadanja kedua' buah djalan jang saling berlawanan itu” , dimaksudkan djalan keperbuatan-per- btiatan jang baik dan djalan keperbuatan-perbuatan jang djahat.

„Kami telah menundjukkan djalan jang benar kepadanja, atas penun* djukan mana ia akan berterima kasih atau malah tidak mempertjajainja” .

9. Kaum Mu’tazilah.(Kaum rasionalis di zaman chalifah Abbasijah dengan doktrinnja

„kehendak bebas” dalam Islam).Soal akal dan kepertjajaan sudah lama dipeladjari oleh orangrorang

Muslim. Dalam abad ke-2 Hidjrah orang Muslim mulai mempeladjari filsa- fah Junani. Karena pengaruh itu, maka akal didjadikan ukuran dalam ilmu kepertjajaan agama (aqa’id) atau dogmatik. Akal dipergunakan sebagai alat untuk memperkuat aqa’id, jakni untuk menerangkannja terhadap orang-orang jang tidak pertjaja kepada dogma itu. Maka karena itu aliran ini menolalc dogma/hadith djika bersifat irrasionil.

Akan tetapi lama kelamaan akal itu sangat mempengaruhi keper­tjajaan (dogma). Kurang lebih 730 M. Wasil ibn ’Ata mengadakan aliran Mu’tazilah. Aliran ini menamakan dirinja sebagai ahlu’l ’akal wa’t- tauhid, artinja golongan akal dan ke-Esaan Tuhan.

35

Page 39: Landjutan islamologi.pdf

nia S ^ 7-o ,,r^ fimPbin'pe.nVm?in Mu,tazilah mendasarkan peladjaran-iana bpnitu nont™’ /i ?n P1 /ama kelamaan akal memegang rol diadi kavm f ad -m Peladjaran mereka, sampai mereka men-seMnn^hnl' L ln T ^ il m , tidak pertjaja kepada sifat-sifat Tuhan,

, a sesuai dengan ke-Esaan-Nja dan tidak pertjajamempntlnSrn f ? f J ^ ertf ^ aW9an den3an keadilan. Kaum Mu’tazilah kphpnrtsiic hohna Maha Adil dari Tuhan. Manusia itu mempunjaiT?ihan iL n ih \ P memiUh sendiri tindakan jang djelek atau baik. m w i S a hJ J T ? °ra?g- j308 bertindak djelek dan menggandjar n*, J? ^^ lakuan baik. Tuhan tidak dapat mendjadi sebab tindak-mJhnJitnb6 ■ ^ manu? d j a d i bertentangan dengan pendapat kaumnncia it!. toiJani* berPendirian, bahwa semua perbuatan dan nasib ma­nusia itu tergantung kepada kekuasaan Tuhan dan pre-destinasi.

Mu’tazilah ini berakibat, bahwa Tuhan itu terbatas han ihi Mtlhl v ^ bertentangan dengan kepertjajaan, bahwa Tu- pninntror. n- \ as?’ tldak terbatas kekuasaan-Nja. Inilah sebabnja mengapa goiongan Djabarijah menentangnja.t i d a l F *tU kaum Mu’tazilah berpendapat, bahwa Qur’an itu adalah tirini l U naskah jang ada disamping singgasana Tuhan itu ia! n / w 1' Asal kata Mu’tazilah inf menurut setengah orangdjauh.knn J J kat3an w.asil ibn ’Ata: ,,1’tazala ’an ’a : „Kami men-iL ” dari Peladjaran-peladjaran jang lazim pada waktutiaia n iU]? Z h berpendapat pula, bahwa seorang Islam jang per-dan Qphphirjpe 3 jaran agama, djika melakukan dosa besardanaf b„ u ™ ja meninggal dunia tidak bertobat, maka ia akan men- riDada h £ ! ? n aba(?1 di Neraka, tetapi hukuman itu lebih ringan da- ’Ata ^ U, oran§ kafir- Demikian pulalah pendapat Wasil ibnmukmhi Jzn : 0ranS ianS melakukan dosa besar, apakah dia ituT d S tidak ^ t T,-dl^ ah oleh beliau- bahwa orang jang demikian itu S a t S a f fcSt T T J ileh karena itu hukumannja abadi dmeraka), dan kimln oran2 kafl> ? H ^ ena itu hukumannja lebih nngan daripada hu- m a n l d l a h S ^ J ’ oranS jang demikian itu berada diantara duagurunia iaM hpS r Pendapat beliau ini menjimpang dan pendapat gurunja jang bernama Imam Hasan Basri (wafat th. 116 Hidjrah).melakukan d o s a d ama’a^ berpendapat bahwa orang jang terserah kepada Allah ^ eninggal sebelum taubat> hukumannjaatau mengampuninja J ah men§hendaki akan menjiksa kepadanja

ADa^a™ al'Qur’an kata mereka, sebagai alat untuk Wahju-Nja !kata golongan MuSiiah611 3^ Muhammad bukanlah Sabda Allah sendiri, mauan-Nja. ’ tetaPl alat jang dibikin untuk menjatakan ke-

golongan^surniatTwafSi^6! ! ^ ^ umum dari orang Islam diwaktu itu : Tuhan, djadi tidak ’ maka Qur’an itu adalah abadi seperti djugaitu. Salah satu Demimni! , machluk jang ditjipta-Nja, jang tidak abaditazilah diwaktu itu iailh A onFan Islam jang menentang faham Mu’- berpegang pada k e ^ t i a ^ mad l bn Hanbal (780-855 M), jang selalu gang pada akal. pert am n , sedangkan golongan Mu’tazilah berpe-

38

Page 40: Landjutan islamologi.pdf

PENJESUAIAN ANTARA AKAL DAN KEPERTJAJAAN :Penjesuaian antara akal dan kepertjajaan diselenggarakan oleh Abu’l-

Hasan l-Asj’ari (873-935 M) di Basra. .Sedikit sedjarah mengenai al-Asj’ari, sebagafmana dapat dibatja

dalam karangannja Dr. A.H. M. Muhiy-uddin dalam The Islamic Review, Oktober 1954 ialah sbb. : Waktu al-Asj’ari lahir (873 Masehi) maka ge­rakan kaum rasionalis dalam ilmu agama Islam jang terkenal dengan nama kaum Mu’tazilah sedang mentjapai kedjajaannja, karena dilin- dungi oleh chalif al-M’amun dari chalifah Abbasijah. Bahkan Ahmad Ibn Abi Dawud, seorang Mu’tazilah jang terkemuka diwaktu itu didja- dikannja seorang Ketua Qadhi. Adjaran kehendak bebas dan adjaran bahwa Qur’an adalah tidak abadi dari kaum Mu’tazilah djuga, di­anut oleh al-M’amun, dan karena itu rakjat diharuskan pula untuk me- nganutnja, demikian pula mengenai adjaran kaum Mu’tazilah tentang sifat-sifat Tuhan, jang bertentangan sama sekali dengan apa jang telah berabad - abad lamanja diterima oleh orang - orang Islam ortodoks pada umumnja, jang merupakan rakjat djelata diwaktu itu; reaksi dari mereka terhadap aliran rasionalisme dari kaum Mu’tazilah bertambah keras setelah seorang pribadi besar jakni Imam Ahmad Ibn Hanbal me- mimpin mereka dalam menentang adjaran-adjaran kaum Mu’tazilah. Semua adjaran-adjaran kaum Mu’tazilah itu ditentang oleh Ibn Hanbal dengan menundjuk pada ajat-ajat al-Qur’an dan Hadith-hadith, atau achirnja menolak adjaran-adjaran mereka itu dengan berdiam diri sadja.

Achirnja adjaran-adjaran kaum Mu’tazilah itulah jang menderita kekalahan, sehingga adjaran-adjaran „manusia tidak mempunjai kehen­dak bebas” dan „al-Qur’an adalah abadi” .dari Ibn Hanbal berakar kembali dalam kepertjajaan umat Islam pada umumnja.

Sistim Ahmad Ibn Hanbal itu ialah berupa mengikuti sadja dengan setia kepada apa sadja jang disebut dalam al-Qur’an dan Sunnah tanpa menanjakan : mengapa, dimana dan kapan, baik dalam lapangan dogma (kepertjajaan agama), maupun dalam lapangan sjari’ah. Apabila orang orang dari golongan Mu’tazilah memadjukan alasan-alasan berdasar ratio tentang sesuatu kepertjajaan agama dan Ibn Hanbal tidak dapat men- djawabnja, maka beliau selalu mendjawab dengan pendek „Bila kaifa” , jakni tidak memberikan sesuatu keterangan atau pendjelasan menurut fikir, sedjauh mengenai sifat-sifat Tuhan, jang dalam al-Qur’an itu d> njatakan setjara anthropomorphis, artinja dibajangkan seperti sama sa­dja halnja dengan sifat-sifat manusia. Sesudah Ibn Hanbal meninggal dunia (855 Masehi), maka golongan tjerdik pandai (intelegensia) orang- orang Islam mulailah tidak puas dengan sistim Bila kaifa tersebut. Dian- tara mereka ini terdapatlah al-Asj’ari. Beliau mula-mula adalah penga- nut Mu’tazilah jang amat terkemuka sampai beliau berusia 40 tahun. Pada usia itulah beliau meninggalkan adjaran-adjaran kaum Mu’tazilah, bahkan beliau berdebat dengan sengit menentang al-Djubba’i bekas guru- nja dan pemimpin golongan Mu’tazilah diwaktu itu dan kemudian al- Asj’ari berbalik mendjadi penganut Ibn Hanbal. Sebabnja beliau keluar dari golongan Mu’tazilah ialah karena beliau merasa, bahwa Islam de­ngan mengikuti adjaran-adjaran dari golongan Mu’tazilah nistjaja akan menemui keruntuhannja. Namun pengaruh Mu’tazilah padanja itu tidak dapat dihilangkannja sama sekali. Demikianlah beliau mentjari dan achir­nja berhasil menemukan suatu djalan tengah, dengan lain perkataan menemukan suatu dasar dengan mengingat tuntutan akal bagi golongan ortodoks atau golongan Ibn Hanbal, jang sebelumnja itu dengan keras

37

Page 41: Landjutan islamologi.pdf

menolak penggunaan akal dalam menindjau kalam (science of theology, ilmu kepertjajaan agama). Dalam bukunja jang termasjhur : Risalah fi- Istihsan al-Khawdh fi ’I kalam (pengupasan setjara akal dari Kalam sebagai tjara untuk mentjapai kebenaran), beliau mengandjurkan betapa perlunja kalam itu dikupas djuga dari sudut ilmiah (akal), sebagai tjara untuk mentjapai kebenaran dan mengemukakan, bahwa tidaklah benar sikap kaum ortodoks (Ibn Hanbal) jang menolak diadakannja suatu penjelidikan setjara ilmiah terhadap dasar Islam jaitu Qur’an, penolakan mana biasanja mereka dasarkan pada kenjataan, bahwa Rasulullah tidak pernah mempersoalkannja setjara ilmiah tentang hal itu. Al-Asj’ari mendjawab, bahwa Rasulullah tahu tentang akan timbulnja pengupasan-pengupasan setjara ilmiah menge­nai kalam, namun pada waktu Nabi tidak timbul kebutuhannja, karena itu tidak pula beliau persoalkan.

Demikianlah al-Asj’ari meneruskan usahanja untuk memasukkan pe­ngaruh akal (pengaruh Mu’tazilah) dalam‘ Islam oi’todoks, sehingga de­ngan demikian bertentangan dengan adjarannja Ibn Hanbal, jang beru- saha keras sebaliknja menolak pengaruh akal masuk dalam kalam. Wa- laupun menghadapi tentangan keras dari penganut-penganut Ibn Han­bal, namun beliau melandjutkan usahanja itu, karena beliau jakin, bah­wa djika tidak memasukkan pengaruh akal dalam kalam, dengan lain perkataan, djika sistim kalam dari Ibn Hanbal tetap dipertahankan oleh umat Islam, maka akan timbul bahaja, bahwa kalam jang bersistim ortodoks tadi akan mendjadi beku dan karena itu tidak akan dapat menjesuaikan dirinja dengan perkembangan masjarakat jang bertambah kritis itu. Demikianlah al-Asj’ari berhasil menjusun sistim kalam _ de­ngan sistim baru, jang merupakan synthese dari faham Mu’tazilah jang hendak mengupas kalam dari sudut akal sadja dan faham ortodoks (Ibn Hanbal), jang menolak pengaruh akal dalam kalam. Tidaklah mengheraii- kan djika al-Asj’ari dianggap sebagai pembentuk al-kalam, karena sis­tim kalamnja jang lengkap dan sempurna dengan memakai metode dja lan tengah atau synthese tadi, diantara rasionalisme-Mu’tazilah dan sis­tim anthropomorphisme dari Ibn Hanbal, jang pertjaja letterlek kepa­da sifat-sifat Tuhan jang digambarkan sama dengan sifat-sifat manusia (anthropos). Mengenai sifat anthropomorphisme ini dari golongan sunvah wal. djamaah ada dua aliran, jaitu :1. aliran jang dianut oleh ulama-ulama salaf (sahabat-sahabat, tabi’it Nabi),

jaitu tentang artinja sifat-sifat itu diserahkan kepada Allah dengan meng’itikadkan (mempertjajai), bahwa Allah sutji dari sifat-sifat machluk.

2. aliran jang dianut oleh ulama-ulama cholaf (ulama-ulama sesudah ulama- ulama salaf) jaitu istilah-istilah jadum (tangan), wahdjun (muka) dsb. difahamkan kepada arti sesuai dengan kedudukan Allah, sehingga tidak memberi kesan akan persamaan Allah dengan machluk.

Misalnja kata istiwa (bersemajam) dan aidin (tangan) dsb. dalam al-Qur’an : „Tuhan bersemajam diatas arasj. Kami djadikan langit de­ngan tangan” , oleh ulama salaf kata istiwa diartikan ,,bersemajam” dan kata aidin diartikan „tangan” dengan pengertian tidak sebagaimana ber- semajamnja seorang radja atau lainnja, pula tidak sebagaimana tangan manusia.

Oleh ulama cholaf kata-kata tersebut difahamkan setjara luas jaitu kata istiwa diartikan „menguasai” dan kata aidin diartikan kekuasaan. Dikatakani djalan tengah, sebab walaupun sebenarnja al-Asj’ari menentang faham rasionalisme dari golongan Mu’tazilah, namun beliau masih mem-

38

Page 42: Landjutan islamologi.pdf

pergunakan metode rasionalismenja, seakan-akan kelihatannja beliau memi- hak kepada pendapat Ibn Hanbal, na mun dari pintu belakang memasukkan dalam adjarannja Ibn Hanbal pengaruh akal dari golongan Mu’tazilah. De- mikianlah dalam tiap-tiap adjaran mengenai kalam dari al-Asj’ari kita me­nemukan bersama-sama pengaruh Mu’tazilah dan pengaruh ortodoks Islam dari Ibn Hanbal. Tidaklah mengherankan mengapa penganut-penganut al- Asj’ari tidak sadja ditentang oleh golongan Mu’tazilah, tetapi djuga oleh pe­nganut-penganut Ibn Hanbal, jang disebut kaum ortodoks. Persamaannja dengan golongan ortodoks ialah bahwa al-Asj’ari, sebagaimana halnja djuga dengan Ibn Hanbal, berpegang teguh pada Qur’an dan Sunnah, tetapi al- Asj’ari masih mempergunakan alasan-alasan* jang dapat diterima oleh akal dalam mentjari kebenaran dalam kalam, djadi suatu sikap jang sebenarnja lebih mengunturigkan pihak Ibn Hanbal daripada pihak Mu’tazilah. Walau- pun demikian golongan Ibn Hanbal, terutama Ibn Taimijah, menentang ke­ras penganut-penganut al-Asj’ari dengan mengatakan, bahwa beliau, Ibn Taimijah, membenarkan sistim ortodoks dalam kalam jakni pertjaja setjara mutlak kepada kalam, dan karena itu menolak sikap spekulatif (ma- sih mau tawar menawar berdasar fikir atas hal jang telah ditetapkan oleh kalam* dari. al-Asj’ari.

Faham Mu’tazilah diatas dapat dipandang sebagai kompromi antara faham Chawaridj dan Murdji’ah. .

Kaum Chawaridj, jang mengutamakan kehidupan baik misalnja dengan bertapa seperti pada permulaan agama Islam, berpendapat bahwa : „Orang jang djelek tingkah lakunja, biarpun teguh memegang ibadahnja, namun akan masuk neraka” .

, Kaum Murdji’ah.Kaum Murdji’ah (kaum jang me nangguhkan) sebaliknja berpendapat,

bahwa kepertjajaan itu mengenai batin, jang tak dapat diselidiki betul tidak- nja, maka dosa seseorang itu harus kita serahkan kepada Tuhan sadja, jakni dipertangguhkan sampai hari Kiamat.

39

Page 43: Landjutan islamologi.pdf

Tjontoh Synthese tsb ialah sbb.Faham ortodoks a- tau umum jg diwa­kili oleh Ibn Han-, bal.

Faham Mu’tazilah (faham Raskmalis)

Faham, synthese dari al- Asj’ari

a. manusia itu tidak mempunjai kehen- dak bebas, karena adanja Takdir MU- TLAK dari Allah atas semua kedja- dian didunia ini.

b) Qur’an itu bukan machluk, djadi abadi karena Qur’­an itu Sabda Tu­han, djadi djuga abadi seperti Tu­han.

Manusia itu mempunjai kehendak bebas, karena Tuhan tidak dapat men­djadi sebab dari tindakan djelek dari manusia. Pen­dapat adanja kehendak be­bas ini dianut pula oleh ahli tasawuf Djalal ad-Din Rumi jang meminta kepa­da kita : „Untuk memper­hatikan baik tindakan2 Tu­han, maupun tindakan2 ki­ta sendiri” .

b) Qur’an itu tidak abadi djuga naskah jang ada disamping singgasana Tuhan, karena Allah membikin Qur’an seba­gai alat Wahju-Nja, dja- di bukan Sabda Allah sendiri, tetapi alat jang dibikin untuk menjata- kan kemauan-Nja, djadi seperti machluk tidak abadi sifatnja.

darimQ u S n naliS» nJ.enolak sl£at abadi H Eebah mereka berpen- a-rf* , bahwa dengan mengatakan sifat abadi dari .Qur'an maka Ini sa­ma sadja kita mengikuti dogmaj f ™ ' i f ntang sifat ABADI dari SABDA TUHAN Gqta al : 140)

Betul Tuhan jang menje- babkan semua kedjadian dan keadaan, betul tindak­an manusia itu disebabkan oleh kehendak Tuhan, teta­pi Tuhan memberi kepada machlukNja (manusia) ke- mungkinan untuk memilih dan bertindak. Manusia me- nentukan tindakan2-nja jang timbul dari pemilihan- nja, sehingga ia bertang- gungdjawab atas tindakan- nja.b) Menurut al-Asj’ari nas­

kah Qur’an jang ada didekat singgasana Tuhan bukan machluk, tetapi abadi seba­gai jang mengadakannja ja­itu Allah. Tetapi Qur’an jang tertulis dibumi ini se­bagai kitab2 biasa, semua- nja machluk, artinja barang jang ditjiptakan Tuhan dan karena itu tidak abadi. -

40

Page 44: Landjutan islamologi.pdf

SEBAB MUSABAB TIMBULNJA ALIRAN-ALIRAN BARU (M0DERXISME1DALAM AGAMA ISLAM :

Dalam bagian 'kedua dari abad ke-19 Masehi orang2 Islam mulai insaf, bahwa mereka tidak boleh ketinggalan dalam dunia m odem. Terutama dalam hal tehnik dan ilmu2 alam m ereka merasa ketinggalan dari dunia Barat. Sebagian dari mereka m enundjuk sebab ketinggalan itu ialah karena dalam soal keagamaan orang Islam tidak boleh lagi m elakukan idjtihad. Dalam surat2 kabar Negeri Islam pusat India, Mesir dan Turki pada waktu itu term u at pertanjaan2 apakah sebabnja orang2 Musli- min ketinggalan dari dunia Barat dan bagaimana memperbaikinja ? Djawabnja dise- butkan pula dalam su rat2 ka'bar itu. Umumnja djawaban itu berbagai2, tetapi pada umumnja ialah tiara mempertiaikinja itu harus dilakukan dengan pementjaran atau dengan memberi pfeladjaran pengetahuan2 modern. Semua modernisten jang berpu- sat di India, Mesir dan Turki berusaha untuk melenjapkan tachajul.

1. Modernisme di Mesir :Di Mesir m odernism e timbul atas in itiatif gerakan Salafijah jang didirikan dalam

iftcm seorang pemimpin Pan Islamisme Djamaladdin al-Afghani (1839 —1897) Jang datang dari Afghanistan dan penganutnja seorang Mesir jang bernama Munanimart Aoduh (1849 — 1905). Gerakan Salafiiah (dari kata salafa = nenek mojang jaitu ,,mereka jang kita ikuti” ) jang hendak membertahankan sunnah (tractisi) d a n nenek mojang jang besar, dari bapak2 ulama2 Islam, jaitu Nabi de­ngan sanabat„,nja mau membesarkan lagi agama Islam dan berpendapat, bahwa mere­ka tidak mem butuhkan apa2 dari dunia Barat, ketjuali satu hal, jaitu tehnik modern. K ™ u r a n a£ama Islam sesudah zaman Imam Ghazali menurut mereka disebabkan olen Karena peraturan2 Islam m endjadi beiku. Beku atau tidak dapat Iberkembang ini aiseba'bkan oleh karena adanja taklid, jaitu m enurut sadja apa jang diadjarkan oleh para ulama dengan tidak memeriksa betul apa tidak berdasarkan Sunnah. Untuk mem DesaiKan lagi a g a m a Islam maka perlu Islam dikembalikan pada djiwa Qur’an dan Minnah seperti djkehendaki oleh Ibn Taimijah jang terkenal dengan gerakan „me- murmkan agama Islam itu, dan karena itu pula gerakan Salafiah itu disebut djuga

*1?° Wa i ‘ Mereka mengandjurkan persatuan dari 4 madzhab mendjadi satu maaznab J a n g besar dan mengumpulkan semua orang-orang Islam dalam satu ke- satuan Islam iang kuat unt.uk menghadapi dunia Barat dan menentang masuk- nja KeDudaiaan dan pendjadjahan dunia Barat dalam negeri Islam. Penganut dari Muhammad Abduh jang paling terkem uka ialah seorang jang berasal dari Syria ber­nama. Mu lammad Rasjid Rida, jang xnenerbitkan madjallah bulanan jang bernama al- Mar.ar (M enara Api) niulai terbit tanggal 17 Maret 1898. Tudjuannja 'al-Manar ialah untuk memperd.iuangkan perobahan2 dalam lapangan sosisl, agama dan perekonomian, u n tu 'k membuktikan, bahwa Islam adalah agama jang tepat tiuat zaman sekarang, untuk m enghapuskan tachajul dan kepertjajaan2 jan'g sebenarnja bukan bagian dari agama Islam, untuk m eniadakan peladjaran? jang palsu dan tafsiran2 keliru tentang kepert]ajaan2 Islam, adat jang keliru dalam pemud*jaan2 wali2 dan ikuburan2nja dan praktek2nja tarikat2 Sufi, untuk mengandj urican persatuan diantara goIongan2 orang jLuslimm diseluruh dunia, untuk memadjukan pendidikan umum dengan memper- baiki i s i buku-buku peladjaran /m etode pendidikan dan untuk memadjukan ilmu pengetahuan modern dan kebudajaan, untuk mengandjurkan kepada bangsa-bangsa iang beragama Islam, agar supaja berlomba-lomba dengan bangsa2 lain dalam segala nal guna kem adjuan Nasional dari negerinja masing2.

M enurut Muhammad Rasjid Rida maka agama Islam itu mengatur orang2 Mus- limin seanteronja, tidak sadja dalam lapangan keagamaan, tetapi djuga dalam kehidu- pan perdata, sosial dan politik. Kemunduran agama Islam ialah karena kesalahan Pem erintahannja dan pemimpin2 agamanja. Pemerintahnia tidak tahu seluk toeluk agama Islam dan hukum nja, ulama2nja mengabaikan al Qur’an dan Sunnah dan me- ngabaikan pula peladjaran moral, jang bertudjuan menjempurnakan budi manusia, jang terdapat dalam peladjaran2 Islam. Mereka itu memperbesar perselisihan igolong- an dan m em perbanjak aturan2 hukum dan agama. Selandjutnja mereka itu menga­baikan pendidikan rakjat. Pemimpin2 (sieikh) dari tarikat2 Sufi dit.iela oleh al-Manar, karena para sjeikh ini mengadakan dzikir2, jang terdiri dari perkataan2 iang tidak berarti, sedangkan sembahjang2 jang wadjib tidak mereka perhatikan. Kaum Sufi mengadakan udiian bernjanji pada h ari 'kelahiran wali2J sedangkan aturan2 agama jang benar tidak didjalankan. Djadi h ati rakjat dikatjaukan oleh pemimpin2 tarikat itu dan rak jat pertjaja, bahwa sjeikh2 tersebut mempunjai kekuasaan gaib atas ke- selamatan hidup atau mati dan sesudah pemimpin2 itu meninggal dunia, maka kubu- ran-kuburannja dipudja2 karena m ereka dipandang sebagai perantara dengan Allah. Kepada beberapa wali seperti ’Abd al Qadir al Djilani diberi nama2 jang mulia dan

Page 45: Landjutan islamologi.pdf

kehormatan jang besar, jang sebenarnja hanja pantas bagi Allah. D it je la djuga oleh al-Manar perihal mempergunakan ajat al-Qur’an sebaffai djimat dan pemudjaanz oatu- batu, artja, pohn dsb.

Praktek lain jang sebenarnja tidak bertentangan dengan agama I s la m , misalnja menghias kiswah, jaitu tutup Ka’bah jang saban tahun dibawa dari Mesir ke Makkah dan arakan2 dari mahmal djuga ditjela, sebab semua merupakan bid’ah. M.R. Rida berpendapat, bahwa dasar kesalahan jang menjebabkan kemunduran agama Islam ialah karena kesederhanaan peladjaran agama Islam jang ada pada permulaannja, jang menjebabkan gampangnja tersiar agama tersebut, lama kelamaan hilang, karena ditambahnja peladjaran2 agama Islam itu dengan bid’ah. Hukum2 Islam ditambah sampai melebihi peraturan peraturan jang praktis jang mula2 diadakan oleh Qur’an dan Sunnah. Perhubungan ahli agama Islam dengan bangsa2 lain berakibatkan tim- bulnja ilmu keagamaan dan filsafat agama. Dengan agama Islam jang murni ke- masukan anasir-anasir jang sebetulnia bukan bagiannja dan agama Islam tidak lagi gampang dimengerti. Kalau dulu-dulu orang-orang dapat pengetahuan jang tjtikup dalam agama Islam dalam satu hari, sekarang orang-orang harus beladjar ber- tahun2 lamanja untuk mendapat pengetahuan itu. Berhubung dengan itu, maka se- baiknja orang Muslimin kembali kepada agama Islam jang murni, sebab semua dasar2 agama Islam jang terdiri dari (1 ) kepertjajaan jang benar, (2) peladjaran2 moral, (3) pra'ktek2 agama dan (4) dasar2 umum dari aturan perhubungan antara orang satu dengan orang lain telah lengkap pada waktu Nabi masih hidup. Diusul. kan oleh M.R. Rida supaja dibua’t sebuah kitab jang sederhana bahasanja jang me­muat peladjaran2 agama jang murni dan jang dapat diterima oleh semua aliran2 aga­ma. Kitab itu diterdjemahkan dalam semua bahasa dan (kitab itu akan menetapkan dasar2 kepertjajaan Islam jang dapat mempersatukan semua orang2 Muslimin; dim hal2 jang ketjil boleh ada perbedaan kepertjajaan, asal sadja, orang tidak memper- tjajai hal2 jang oleh sebuah madjelis keagamaan sudah ditetapkan sebagai hal jang bukan kepertjajaan Islam. Tentang peraturan2 jang mengatur perhufbungan sosial, perdata dan dagang ini semua harus dipisalikan sama sekali dari agama dan tidak seharusnja diatur dalam kitab2 fiqh- jang dipandang sebagai peraturan sutji jang ti­dak dapat dirubah selama-lamanja.Peraturan sosial, perdata dan dagang itu seharusnja dapat dirubah2 menurut keper- luan zaman. Peraturan2 fiqh dari 4 madzhab jang tidak boleh diubah2 itu merupakan salah satu sebab kemunduran agama Islam pada zaman sekarang- Selandjutnja beliau berpendapat bahwa agama Islam itu tidaklah bertentangan dengan ilmu pengetahuanmodern dan bahwa dalam ajat2 al-Qur’an terdapat teori2 modern.

2. Modernisme di Turki :

Di Turki terdapat pula aliran modernisme dr.lam Islam, jang menjebut dirinja kaum Reformis Agama dibawah pimpmannja Sajid Halim Pasia iane hiduD narts achir abad ke 19. Beliau berpendapat untuk menghindarkan krisis daLm agama Islam maka perlu mengadakan perobahan dalam aturan2nja; dengan m e m n e X a f a n id S orang dapat membuat peraturan2 jang sesuai clonnan jluan rakjat. Menurut beliau maka kem undunnn ^nrki “ A 6 ? 6 1 "orang2 terutama partai N asio n alism e T u rk i tid ak man m m ! ! i r i disebabkante r la lu m e m n t i n r t a n n a c m n o iic n * J- m an m e m p e rlia lik a n a g a m a Islam, dani Jr?n* dibawah p im p in a n Kemal Pasja Ataturk. Olehkaren a. i tu kaum reformis ingin kembali kepada internasionalisme Islam atau Pan-

s.u,dah barang tentu ditentang oleh partai nasionalisme. Atas j » ^ p> seorang penjair Turki, jang mengandjurkan agar seruan

bersembahj ng dan al.Q uran dibatiakan dalam bahasa Turki, dan agar kepada kaum wanita dalam haU perkawinan, pertjeraian, warisan disamakan dengan orang laki2, maka Pemermtah Turla bersikap : aturan2 dalam al-Qur’an dalam hal perkawinan dan wa nsan tidak labi diperhankan sama sekali, melainkan bagi mereka diperlakukan Undang2 Hukum perdata baru jang sama sekali meniru Undang2 Hukum Perdata Swiss.

3. Modernisme di Pakistan :

Jang mula2 mengadakan gerakan modernisme di India ialah Sir Sajid Ahmad Khan Bahadar (1^17 1898). Beliau berpendapat bahwa Islam dan ilmu Pengetahuanmodern itu tidaik bertentangan. Dan untuk membukti'kan ini maka beliau pada tahun 1875 mendirikan sebuah perguruan tinggi „Anglo Oriental College” jang pada tahun 1920 diganti dengan nama „Moslim University” di Aligarh.

Dalam perguruan tinggi inilah buat pertama kalinja diadjarkan ilmu2 pengeta­huan modern disamping peladjaran agama. Peladjaran keagamaan jang diberikan oleh beliau itu bersifat nasionalisme dan bertudjuan memodernisir m asjarakat Islam.

42

Page 46: Landjutan islamologi.pdf

Beliau tidak mau m engakui idjm a’ ulama jang tidak dapat dirobah2. Sekarang, me­nurut beliau, orang masih dapat idjtihad dan membuat idjma’ baru. Salah satu pe- ngikutnja jang kenam aan ialah Said Am ir Ali penulis butou : The Spirit of Islam. Dalam <buku ini penulis mengolokkan p ara ulama jang Ortodox jang tidak memper- bolehkan idjtihad lagi, disamping itu beliau membela agama Islam terhadap dunia Eropa Barat, jang seringkali mendjelekkan agama Islam, terutama dalam hal poligami dan adanja perbudakan dalam negeri Islam. •

Lain gerakan m odernism e di India (Pakistan) ialah gerakan dari golongan Iqbal dan gerakan Ahm adiah seperti telah diuraikan diatas.

4. Modernisme di Indonesia : .

Pengaruh Modernisme Islam jang datang di Indonesia dapat dibagi dua : 1) jang datang dari Mesir. (2 ) jang datang dari India. Pengaruh modernisme Mesir datang ke Indonesia liwat Djami’ah al-Islah wal Irsjad, disingkat al-Irsjad jang di­dirikan oleh Achmad Surkati pada tahun 1915 pendiri sekolah2 al-Irsjad. Salah satu adjaran Achmad Surkati jang m enundjukkan tanda modernisme ialah adjaran beliau bahwa „tidak ada perbedaan kafa’ah ( tingkatan, pangkat; ingat pada larangan per- kawinan karena perbedaan ikafa’ah!) antara orang2 Muslimin, misalnja antara golo­ngan jang sajid* (tu ru n an Nabi M uhammad) dan bukan sajid, ketjuali perbedaan ten­tang pengetahuannja dan taqwa,. jaitu takut pada Tuhan; beliau menentang peker- djaan taqlid dan m em berantas hal2 bid’ah.

Perkum pulan lain jang djuga men dapat pengaruh besar dari aliran Mesir baru ialah PERSIS (P ersatuan Islam ) jang didirikan di Bandung pada tahun 1923 oleh K.H.M. Zamzam dan K.H. Hassan. Perkum pulan ini selain toerfcudiuan membela Is­lam djuga melakukan petkerdjaan2 sosial jang berdasar agama Islam menurut aliran baru. Perkum pulan ini m enentang djuga pekerdjaan taqlid dan hal2 bid’ah.

Pengaruh modernisme India (P akistan) masuk ke Indonesia liwat Gerakan Ah­madijah Indonesia Pusat Lahore, jang banjak mendirikan sekolah2 (P. I. R. I.) serta menerbit'kan buku2 Islam modern. Sela ndjutnja pengaruh bukunja Said Amir Ali (dari golongan S ji’ah) “The Spirit of Islam” dan penjair Iqbal djuga mempengaruhi

besar sekali gerakan modernisme Islam di Indonesia. Lain perkumpulan jang menganut modernisme Islam, tetapi tidak langsung dipengaruhi oleh Mesir atau India ialah perkumpulan non politik : Muhammadijah.

Sebaliknja Madjelis Sjuro Muslimin Indonesia (Masiumi) jang telah dibubarkan oleh Pem erintah sedjak 17 - 8 -1960 (Keputusan Presiden R.I. No. 200 th. 1960) ialah suatu badan partai politik jang sedjak 7 Nopember 1945 bertudjuan :

a. menegakkan kedaulatan negara dan agama Islam.b. melakukan tjita 2 Islam dalam uru san kenegaraan.c. menentang faham komunisme.

L l t e r a t u r ja n g d ip ergu n a k a n :

1. Dr. Th. W . Juynboll, Handleiding tot de kennis van de Mohammedaanschewet volgens de leer derS ja fi’itische school, tjetakan ke-3, 1925. 2. H.A. R Gibb : Mohamme damsn.

3. Said A m ir A li, The Spirit o f Islam4. R. A . N icholson, The Mystics o f Islam. *5. Kuliah Islam ologi dari P rof. Mr. Notosusanto, Guru Besar dalam Islamologi dan Hukum Islam pada

Universitas N egeri Gadjah Mada di Jogjakarta, hampir keseluruliannja pada tiap2 bab dengan ditjo- tjokkan pada Madjalah2 "T h e Islamic Review ’', The Shah Jehan Mosque, Woking, Surrey, England.

0. N.P. Aghnldes/ The Background introduction to Mohammedan Law,

43

Page 47: Landjutan islamologi.pdf

BAB III.

AZAS PERGERAKAN DALAM STRUKTUR ISLAM.(dipetik intisarinja dari buku Sir. Mohammad IQBAL: ’’THE RECON­

STRUCTION OF RELIGIOUS THOUGHT IN ISLAM”, tjetakanSh. M. Ashraf, 1958).

Dalam bab ini Iqbal mengemukakan pertimbangan-pertimbangannja mengapa beliau pro idjtihad.

Sebagaimana kita ketahui, maka Ibrahim al Badjuri melarang dilaku- kannja idjtihad setelah terbentuknja keempat buah madzhab dalam hukum Islam, jaitu sedjak abad ke-III Hidjrah.

Pendapat-pendapat pro dan kontra idjtihad sampai sekarang ini masih terus ada, dan sama pula kuatnja. -

Untuk mejakinkan kita akan perlunja idjtihad itu guna menjusun hukum Islam jang baru, jang sesuai dengan panggilan zaman, maka Iqbal pada permulaan kupasannja mendjelaskan kepada kita dua funksi dari Islam.Pertama : Islam sebagai suatu gerakan kebudajaan/peradaban baru (Islam

as a cultural movement).Kedua : Islam sebagai suatu sistim kerohanian untuk mempersatukan

umat manusia didunia ini (Islam as an emotional system of uni­fication).

Sebagai suatu gerakan kebudajaan/peradaban baru, maka Islam me- nganut pandangan jang dinamis terhadap dunia semesta ini artinia tidak menentang perubahan-perubahan jang menudju keperbaikan. ’

Sebagai suatu sistim kerohanian untuk mempersatukan umat manusia didunia ini, maka Islam mendjundjung tinggi nilai-nilai orang seorang (se­perti azas kebebasan orang seorang, azas kebersamaan/equality dan azas kesetia-kawanan/solidarity) sebagai dasar untuk mempersatukan umat manusia. Artmja semua orang adalah hidup bebas merdeka, tidak ada perbedaan, semua orang diduma ini adalah sama deradjatnja, dan semua orang diduma ini harus salmg bersetiakawan.

Dan karena seluruh kehidupan manusia itu dari asal mulanja bersifat kerohanian, bukan suatu benda mati, maka Islam selandjutnja mengakui, bahwa setiap orang itu mungkin sadja membebaskan dirinja dari segala ikatan jang menghalang-halangi kemadjuannja, djadi kemungkinan eman- sipasi seseorang itu selalu ada.

Kesimpulan jang dapat kita tarik dari kedua funksi dari Islam tsb. diatas tadi, ialah, bahwa Islam itu bergerak amat dinamis dalam mengha- dapi kebudajaan/peradaban dan disamping itu mengakui serta memberikan kebebasan kepada setiap orang dalam bidang djiwanja, sudah barang tentu dalam batas-batas azas agama jang tak bisa dirobah-robah itu.

Djelasnja, sebagai selandjutnja diuraikan oleh Iqbal, maka Islam itu diturunkan tepat pada waktunja guna menggantikan kebudajaan/peradaban Islam sebagaimana dinanti-nantikan oleh bangsa-bangsa diluar tanah Arab. Dan pilihan tanah Arab sebagai tempat turunnja Islam adalah tepat pula, sebab orang-orang Arab itu tidak atau belum terpengaruh oleh

44

Page 48: Landjutan islamologi.pdf

kebudajaan/peradaban lama tadi, sehingga orang-orang Islam Arab de­ngan tidak ragu-ragu lagi menjebarkanlah kebudajaan/peradaban Islam baru itu tanpa tanggung-tanggungnja dan dengan penuh semangat.

Sebagai suatu sistim kerohanian untuk mempersatukan umat ma­nusia, maka Islam mengadjarkan prinsip TAUHID, jakni ke-Esaan Tuhan.

Tauhid menjebabkan semua orang pertjaja kepada satu Tuhan, semua orang adalah sama, jaitu machluk Tuhan dan karena itu semua orang adalah bebas (freedom), semua orang adalah sama (equal) dan karenanja harus hidup setia-kawan (solidarity).

Maka asas Tauhid ini haruslah dihidupkan oleh Islam, tidak sadja dalam kehidupan intelektuil (kebudajaan, peradaban), tetapi djuga dalam kehidupan kerohanian untuk mempersatukan umat manusia.

Jang abadi, djadi tidak bisa diobah-obah dan berobah-obah itu, kata Iqbal selandjutnja, ialah asas Tauhid, sedangkan kehidupan manusia itu beraneka warna dan senantiasa berobah-obah, maka karenanja azas Tauhid itu mendjadilah pegangan kita dalam hidup didunia ini, suatu kehidupan jang senantiasa berobah-obah itu.

Tetapi adanja prinsip-prinsip abadi dalam Islam, seperti azas Tauhid tadi, tidaklah menjebabkan Islam itu menentang perubahan-perubahan dalam hukum Islam guna menjesuaikan dirinja dengan zaman modern dan pengalaman-pengalaman baru. Djiwa inilah jang senantiasa menjebabkan Islam itu selalu berada dalam gerak.

Islam adalah Gerak. Maka sehubungan dengan Islam adalah selalu dalam gerak itu, Iqbal bertanja.: Apakah itu azas penggerak jang terdapat dalam strulctur Islam ? Pertanjaan ini beliau djawab dengan IDJTIHAD.

Idjtihad menurut Iqbal ialah: „Berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat membentuk suatu peraturan hukum Islam setjara bebas menge­nai suatu persoalan hukum” , sudah barang tentu dengan bersumber pada Qur’an dan Hadis.

Idjtihad itu tidak dilarang oleh agama Islam sedjak semula dan se­bagai bukti, maka Iqbal mengingatkan kita kepada usaha-usaha jang tak henti-henti dari para ulama dari zaman jang silam, jang tanpa hentinja melakukan idjtihad, sampai achirnja mereka itu berhasil dengan terben- tuknja keempat madzhab dalam hukum Islam. Maka keempat madzhab tsb. mengakui adanja idjtihad dalam tiga tingkatan :

Tingkat pertama: Kekuasaan penuh: dalam membentuk hukumIs]am ; dalam praktek jang termasuk dalam tingkat idjtihad ini ialah i)ara pemimpin madzhab. Karena kekuasaannja jang penuh itu, maka mereka disebut mudjtahid mutlak.

Tingkat kedua : Kekuasaan terbatas dalam membentuk hukum Islam, karena hanja boleh membentuk peraturan hukum Islam jang berlakunja terbatas pada suatu madzhab sadja. Karena itulah maka disebut madzhab mudjtahid.

Tingkat ketiga : kekuasaan chusus, karena hanja boleh menetapkanperaturan hukum Islam jang hanja chusus dapat diperlakukan terhadap sesuatu persoalan jang belum diatur oleh pemimpin madzhab, jaitu para mudjtahid dari tingkat pertama tadi.

Dalam bab ini jang dipersoalkan oleh Iqbal hanjalah idjtihad tingkat pertama, jaitu kekuasaan penuh untuk membentuk peraturan-peraturan hukum Islam.

45

Page 49: Landjutan islamologi.pdf

Iqbal menganggap pendirian melarang idjtihad itu suatu pendirian jang aneh sekali dan tidak sesuai dengan sistim hukum Islam jang ber- sendikan azas-azas dari Qur’an, karena Qur’an itu sendiri menganut pan- dangan jang dinamis terhadap kehidupan umat manusia.

Meskipun demikian, Iqbal mengerti 'djuga apa sebab-sebabnja seba- gian besar dari para ulama dari abad ke-III Hidjrah dengan terbentuknja keempat madzhab tadi, melarang dilakukannja idjtihad dan dengan demi­kian menurunkan deradjat hukum Islam jang sebenarnja dinamis dan

.penuh gerak itu mendjadi suatu kumpulan peraturan-peraturan sampai ’ sedetail-detailnja jang didjaga djangan "sampai dirobah-robah, sehingga mendjadi beku/immobil.

Adapun sebab-sebabnja itu ada tiga menurut Iqbal jaitu :1. sikap kaum ortodoks (kaum Sunni) jang hendak mempertahankan hu­

kum Islam jang telah ditetapkan oleh masing-masing madzhab jang empat, agar dengan demikian terpeliharalah persatuan umat Islam, sebab idjtihad itu akan menimbulkan pro dan kontra, djadi suatu perpetjahan dalam kalangan Islam, bahaja perpetjahan mana pada waktu itu sedang mengantjam persatuan Islam dengan timbulnja gerakan kaum Mu’tazilah (kaum rasionalis) pada zaman permulaan Chalifah Bani Abbasijah, gerakan mana menimbulkan pertentangan- pertentangan jang sengit dan menjedihkan diantara kaum Islam.

2. sikap massa jang terasing dari ilmu pengetahuan, jang karena itu dapat dibingungkan dan pikirannja diombang-ambingkan oleh golong­an Sufi karena adjaran-adjaran mereka jang muluk-muluk, a.i. rasio- nalisme, pemikiran bebas dsb. sedangkan para pemimpin negara di­waktu itu tidiak memberikan bimbingan jang sehat kepada mereka itu (ingatlah peristiwa al-Helladj jang amat memalukan kita itu) sehingga masa jang bodoh itu mentjari pegangannja dengan menaati radja peraturan-peraturan hukum Islam, sebagaimana telah ditetapkan dalam madzhab keempat tadi, dan karenanja menentang keras dilaku­kannja idjtihad guna merobah hukum Islam jang telah ada itu

3. sikap kaum konservatif, setelah dihantjurkannja oleh musuh kota Baghdad pada pertengahan abad ke-13 Masehi dan sebagai akibatnja terpetjah belahnja dan mendjadi mundurnja umat Islam, maka kaum k onservm t w ai her usaha untuk mentjapai suatu kejiidupan masjarakat baru berdasar rasa persatuan jang kokoh-kuat, hal mana hanja bisa tertjapai, liwat suatu organisasi jang kuat, jang dapat menolak segala perobahan maupun pembaharuan liwat idjtihad dari hukum Islam jang menurut pendapat mereka telah sempurna disusun sampai se- ketjil-ketjilnja oleh para ulama dari zaman jang lampau dan karenanja perlu dihormati.Mereka, para ulama dari abad 13 Masehi ini lupa, kata Iqbal, bahwa

nasib sesuatu bangsa itu banjak tergantung dari nilai dan kekuatan-kekuatan orang seorang, bukan dari adanja suatu organisasi jang mempunjai sekum- pulan peraturan-peraturan hukum Islam jang keras, sebagaimana para ula­ma sesudah djatuhnja kota Baghdad itu berpendirian.

Tidaklah mengherankan djika mula-mula Ibn Taimijah (lahir 1263 M.) kemudiana Sujuti (abad 16) menuntut adanja kebebasan beridjtihad. Ibn Taimijah sendiri, tulis Iqbal, hendak kembali keazas-azas pertama dari agama Islam untuk selandjutnja setjara idjtihad membersihkan agama Islam dari bid’ah, djadi menjusun kembali peraturan sjariah, dengan lain per-

46

Page 50: Landjutan islamologi.pdf

kataan meng-reform peraturan-peraturan sjariah. Ibn Taimijah menentang keras pendapat-pendapat orang jang menganggap hukum Islam dari ke­empat madzhab itu sebagai peraturan-peraturan jang final, jang tidak bo­leh lagi dirobah maupun ditambah.

Semangat dari adjaran Ibn Taimijah ini, berupa memperbaharui (meng-reform) hukum Islam dengan membersihkannja dari hal-hal bid’ad jakni dengan djalan kembali kepada azas-azas Islam jang semula itu mempengaruhi sepenuhnja gerakan Wahabi dalam abad ke XVIII, dan kemudian hampir semua aliran-aliran modernisme dalam Islam di Asia dan Afrika, gerakan Sanusiah dan Pan Islamisme. Djuga Mohammad lbn-i Tumart murid dari Ghazali jang berdjuang ditengah-tengah Muslim Spanjol jang sedang mengalami keruntuhannja itu mengandjurkan kebebasan ber- idjtihad sebagai satu-satunja djalan untuk memberikan semangat per- djuangan baru bagi Muslim Sepanjol. Dengan gerakannja jang disebut gerakan Wahabi tadi, maka Mohammad Ibn-i-Abdul Wahab (lahir dalam tahun 1700) dapat pulalah disamakan dengan Mohammad Ibn-i-Tumart tsb.

Di Turkipun telah sedjak lama idjtihad itu dilakukan oleh pemimpin- pemimpinnja. Misalnja sadja, tulis Iqbal, Halim Sabit menjusun teori baru mengenai hukum Islam jang berdasarkan konsepsi-konsepsi sosiologis (teori- teori kemasjarakatan) jang baru dari zaman modern. Diterangkan pula oleh Iqbal bagaimana semangat idjtihad itu mempengaruhi pemi- kiran dan kegiatan-kegiatan pada masa achir-achir ini di Turki.

Mengenai pemikiran di Turki ini, maka Iqbal mengemukakan adanja dua aliran pikiran:

Pertama: Alam pikiran Partai Nasionalis Turki, disatu pihak.KedHa : Alam pikiran Golongan Reformis dalam Agama, dilain pihak.Perbedaan kedua alam pikiran ini menampak dalam perbedaan pen­

dapat masing-masing mengenai hubungan Agama dengan Negara, meski- pun kedua alam pikiran tersebut nanti terbukti sepaham, bahwa mengenai soal-soal agama diperlukan idjtihad guna dapat menjesuaikan pandangan agama itu dengan tuntutan zaman dalam bidang bernegara modern.

Mengenai hubungan antara Agama dengan Negara, maka alam pikiran Partai Nasionalis menurut Iqbal ialah sbb :

Negara adalah diatas agama, karena itu bagi Partai Nasionalis Turki jang utama ialah Negara, bukan Agama. Karena Negara adalah diatas Agama, maka Agama tidak bisa terlepas dari pengaruh Negara ; dengan demikian maka funksi Agama dalam Negara itu tidaklah berdiri sendiri. Negara adalah faktor terpenting dalam kehidupan nasional/kehidupan se­suatu bangsa, karena itu maka Negaralah jang menentukan watak dan funksi (tugas) dari lain-lain faktor jang ikut djuga menentukan kehidupan nasional, termasuk faktor Agama. Akibat daripada pendirian ini ialah, bahwa Partai Nasionalis Turki mengadakan pemisahan jang tegas antara Negara dan Agama, sebagai dua kekuasaan jang satu sama lainnja terpisah. Kita dapat menjebutnja teori dualisme dalam hubungan Negara dengan Agama.

Iqbal tidak dapat menerima pendirian Partai Nasionalis Turki ini. Dengan tadjam beliau mengeritik teori pemisahan antara Negara dan Agama ini dalam Islam. Dikatakan oleh Iqbal, dalam ilmu tatanegara dan ilmu negara Eropa jang bersendikan agama Nasrani, teori pemisahan itu memang dapat dibenarkan. Kiranja Turki menurut Iqbal begitu sadja mengoper teori ini.

Page 51: Landjutan islamologi.pdf

r n w ! ^ US J ? bal ia?g alam Pikirannja sedjalan dengan alam pikiran itemhn , i j lmlS m ^gama di Turki, maka dalam Islam agama (soal hntan ,ai! ™e9®ra (soal zohir, keduniawian) adalah satu kenjataan,

• h , a su?u5 ,x sa^ benda. Untuk djelasnja, maka Iqbal selandjut- v>oi’tr> • 3 +’ a kerohanian itu menemukan kesempatan jang sebaik-h \ mewudjudkan dirinja hanja dalam dunia zohir, dunia ke-

n§an ain Perkataan dalam Negara. Djika dibalik, maka semua rohanian ** S keduniawian ini pada hakekatnja berakar dalam ke-

^ a l , JanS b e ra d a dalam lap an g an k e ro h a n ian /a g a m a, j clv^ Ul“ju d k an dalam keh id u p an b e rn e g a ra m e la h irk a n faham : keber-

j • , an (equality), kebebasan (freedom ) d an k esetiak aw an an (solidarity) diantara sem ua um at m anusia did u n ia ini. *

^dak sesuatu apapun didunia ini jang terlepas dari soal anian/keagamaan. Seluruh bumi adalah sutji, sebagaimana Nabi

. rn bersabda : „Keseluruhan dari bumi ini adalah mesdjid.”Dengan demikian, maka negarapun bersangkut paut dengan agama.

egara tak dapat dipisahkan dari agama. Tetapi bagi sedjarah kenega- tv* .7'roPa.b> ^ulis Iqbal, teori pemisahan Negara dengan Agama itu

f y a!i J a an’ Se.bab a§ama Nasrani jang semula, ketika ia baru mun- rnpn- mT* lm banja merupakan suatu gerakan keagamaan sadja, jang

+ n persoalan kenegaraan kepada Radja-Radja Romawi jang t? ^3g^ I1j-berh.ala itu’ dan ketika Negara menganut agama Nasrani,

din A f f / r ' 3 Eropah menganut agama Nasrani, maka NegaraS,a g berhadapan satu sama lainnja sebagai dua kekuasaan jang berbeda-beda. .

pprakari>aii!Cn'*a *jlam ^ u > k ata Iqbal, sed ari sem ula d isam p in g m eru p a k an L d a v o i r . t u 3’ djuga m eru p ak an su atu g erak an u n tu k m em b e n tu k su atu inn J bernegara, (sebagaim ana m en am p ak d a ri a ja t-a ja t al-Q ur’an jan g ditu ru n k an di M edinah itu .)

Annmn^i diterangka,n tadi diatas, bahwa djuga Gerakan Reformis dalam hohncnn k j v dibawah pimpinan Said Halim Pasja menghendaki ke- vii/inn , Kebebasan beridjtihad itu dibutuhkannja untuk me-

han- ,a * bukum Islam jang baru, karena agama Islam dimana-mana hiiknm-hntfim TerPen§arub oleh sifat-sifat kedaerahan, sehingga perlulah cifatm'a ia . an\itu disusun kembali (rebuild) seliingga sesuai dengan dan tpcotiQb-^niVers^’ abadi dengan unsur-unsurnja persamaan, kebebasan mens-reform T agi seluruh umat manusia. Disamping hendakzaman modpm m ang telah ada hing§a sesuai dengan panggilannpnnrfinri-rm r ’ a £erakan Reformis dalam Agama di Turki ini me­aner hproifat P^bentukan. Pan-Islamisme, sesuai dengan djiwa Islamalat untuk mpwwr^V’ jan? tidak mengenai batas kenegaraan dan sebagai

djudkan diantara umat manusia ini unsur-unsur abadi tsb.Nation a kebebasan b e rid jtih a d itu d ita rik o leh P a rta i

> Kata Iqbal, m eskipun dalam bidang kenegaraan ja n g su d ah

£ n "fla h L e m b a 'g a , £ } « * dengatt ^Partai Nasionalis Turki — liwat Madjelis Tinggi Nasionalnja —

I i J^Pergunakan kebebasan beridjtihad untuk dapat menjusun hukumHr- m j ang aru1 menSenai lembaga Khilafat jang sesuai dengan alam fi- kiran dan pengalaman modern dewasa itu.

48

Page 52: Landjutan islamologi.pdf

Menurut kaum Sunni, jaitu golongan umat Islam terbesar jang meng- ikuti salah satu dari keempat madzhab, iflaka pengangkatan seorang Imam i .tau Khalif itu adalah suatu keharusan jang mutlak. Maka pertanjaan jang pertama dalam hubungan ini, kata Iqbal, jang dapat kita madjukan ialah:

„Apakah kekuasaan dalam Negara khalifah ttu seharusnja berada di­tangan seorang tunggal sadja ? _ ,

Ini sudah barang tentu tidak sesuai lagi dengan faham demokrasi ■dewasa ini, jang dianut oleh pemuda-pemuda Turki diwaktu itu. M aka karena itu Madjelis Tinggi Nasional Turki melakukan idjtihad dan me- narik kesimpulan, bahwa sesuai dengan semangat Islam, maka kekuasaan itu dapat berada ditangan sekumpulan orang-orang, ataupun ditangan se- buah madjelis. Itulah hukum Islamnja jang baru hasil idjtihad mengenai lembaga Khalifah ini.

Iqbal membenarkan pendapat mereka ini, karena bentuk pemerin- tahan Republik, kata Iqbal, jang dihasilkan oleh idjtihad jang demikian itu adalah tidak sadja benar-benar sesuai dengan semangat Islam, tetapi djuga merupakan suatu keharusan dipandang dari tuntutan-tuntutan dari kekuatan-kekuatan baru jang dewasa ini tumbuh dan berkembang dimana- mana dalam dunia Islam.

Untuk dapat memahami hasil idjtihad Madjelis Tinggi nasional Turki mengenai lembaga Khilafat seperti diuraikan diatas tadi, maka Iqbal meng­anggap perlu mengemukakan pendirian Ibn-i-Khaldun, ahli sedjarah jang bertjorak kefilsafatan jang pertama dalam Islam mengenai lembaga ini. Ibn-i-Khaldun dalam bukunja PROLEGOMENA jang termasjhur itu me- njebut 3 pendapat jang berbeda-beda mengenai ide (tjita-tjita) untuk men- dirikan keradjaan khalifat untuk seluruh umat Islam didunia ini.

Pertama: Pendapat umum orang Islam jang menjatakan : Harus ada keradjaan Khalifah jang meliputi seluruh umat Islam didunia ini, sebab itu adalah kehendak Tuhan, mengingat lembaga itu adalah suatu lembaga keagamaan jang berasal dari Tuhan (a Divine Institution).

Kedua : Pendapat kaum Mu’tazilah jang berpendirian, bahwa keradja­an Khalifah jang hendak meliputi seluruh umat Islam didunia ini bukan- lah suatu keharusan, tetapi perlunja dibentuk lembaga demikian itu se- mata-mata tergantung pada kenjataan, apakah lembaga demikian itu masih dirasakan perlu atau tidak dengan mengingat keadaan-keadaan diwaktu itu.

Ketiga: P e n d a p a t d a ri Kaum Khawaridj jan g m enganggap bahwa lem baga d e m ik ia n itu tid a k p e rlu .

Nampaknja, kata Iqbal, Turki modern telah merobah sikapnja me­ngenai lembaga ini. Mula-mula ia berpendirian sebagai pendapat pertama, kemudian liwat idjtihad beralih kependapat kedua.

Peralihan kependapat kedua di Turki ini, menurut Iqbal, ialah karena di Turki pemimpin-pemimpinnja berpendapat, bahwa dalam tjara berfikir bernegara itu kita harus dibimbing oleh pengalaman-pengalaman kita di- masa jang lampau, jang setjara tidak salah' lagi menundjukkan kepada orangorang Turki suatu kenjataan, bahwa pembentukan suatu keradjaan Khalifeh jang meliputi seluruh umat Islam didunia ini dalam praktek ter- njata nagal.Keradjaan Khalifah jang bersifat universil demikian itu menurut alam fikirai orang-orang Turki dari Partai Nasionalis tadi hanja dapat dilaksana- kan jada zaman Keradjaan Raya (empire) Islam masih utuh.Sedjak runtuh-

49

Page 53: Landjutan islamologi.pdf

nja keradjaan ini, maka timbullah dari bekas keradjaan Islam Raya itu negara Islam.

Djadi beralihnja pendirian Partai nasionalis Turki kepada pendirian golongan Mu’tazilah, jang menganggap persoalan keradjaan Khalifah jang bersifat universil itu sebagai suatu hal jang tergantung pada kebu­tuhan ialah karena sedjak runtuhnja Keradjaan Khalifah Raya itu, maka pembentukan lembaga demikian itu ternjata selalu gagal, bahkan lembaga demikian itu merupakan penghalang dalam penjusunan dunia Islam mo­dern, penghalang pula dalam usaha mempersatukan kembali negara-negara Islam.

Iran, karena penganut Sjiah, dan Saudi Arabia karena kepentingan pribadinja sendiri dalam pembentukan Keradjaan Khalifah jang meliputi seluruh umat Islam didunia ini, sudah barang tentu, kata Iqbal, menen­tang pendapat Partai Nasionalis di Turki ini.

Namun mereka di Turki, menurut Iqbal, dapat kiranja membela diri- nja dengan mengemukakan : apa salahnja djika kita beladjar dari penga- laman dalam tjara berfikir kita bernegara. Qazi Abu Bakar Baqilani mem­beri tjontoh demikian djuga, ketika beliau meninggalkan sjarat untuk mendjadi seorang Khalifah haruslah ia seorang Quraisj, ketika beliau me- lihat bahwa kaum Quraisj sudah tidak berkuasa lagi dalam dunia politik, sehingga mereka tidak mampu lagi memegang tampuk pimpinan negara Islam. Bahkan berabad-abad sebelumnja, tulis Iqbal, Ibn-i-Khaldun me- nganut pendirian jang sama seperti Qazi Abu Bakar Baqilani.

Sedjak kekuasaan kaum Quraisj lenjap, kata Ibn-i-Khaldun, maka tidak ada djalan lain lagi ketjuali menerima sebagai Imam/Khalifah jaitu seorang terkuat, seorang jang paling kuasa jang berdiam dinegeri itu, djika memang ialah jang kebetulan berkuasa disitu. Dan jang paling ber­kuasa ini belumlah tentu seorang Quraisj.

Dengan demikian, kata Iqbal, Ibn-i-Khaldun jang menjadari kenjataan- kenjataan jang pahit jang tidak dapat disangkal lagi itu, mengusullcan suatu pandangan seperti telah diuraikan diatas tadi jang dapatlah kita anggap sebagai pandangan-pandangan pertama-tama jang masih samar- samar mengenai Islam International (Pan Islamisme) jang dapat dibenar­kan dewasa ini, sebab tidak mewadjibkan lagi seorang Quraisj (Arab) jang mengepalainja.

Demikianlah sikap Turki modern dewasa ini, kata Iqbal. Turki modern mentjari inspirasinja dari kenjataan-kenjataan jang diperolehnja dari pe- ngaiaman, ia tidak mau begitu sadja menerima pertimbangan-pertimbangan aaripara ulama dari masa jang lampau jang hidupnja dan tjara

rnja terpengaruh oleh sjarat hidup jang lain daripada mereka.. , Menurut hemat saja, kata Iqbal, maka pertimbangan-pertimbangan tsD. diatas (dan Abu Bakar Baqilani dan Ibn Khaldun), djika dinilai setjara djud.iur, menundjukkan lahirnja suatu tjita-tjita internasional, jang mes- kipun sebenarnja sudah merupakan inti sari dari Islam, namun sampai dewasa ini dikelabui ataupun terdesak oleh Imperialisme Arab dari abad- abad pertama tersiarnja agama Islam. Tjita-tjita baru jang bersemangat internasional mi, kata Iqbal, dengan djelas sekali terlukis dalam karya penjair nasional Turki bernama ZIA.

Zia, jang sjairnja terpengaruh oleh Auguste Comte telah banjak nem- pengaruhi tjara berfikir Turki dewasa ini dan sehubungan dengan tjiti-tjita

50

Page 54: Landjutan islamologi.pdf

Islam Internasional ini beliau mengandjurkan, agar semua negeri Islam hendaknjalah terlebih dahulu masing-masing mentjapai kemerdekaannja, kemudian barulah mereka itu semuanja menempatkan dirinja dibawah kekuasaan seorang Khalifah. Djika hal ini sekarang belum mungkin, maka kita haruslah menunggu sampai datang saatnja. Sementara menunggu itu, maka Khalifah haruslah menertibkan pemerintahannja dan meletakkan dasar bagi suatu negara modern jang dapat melakukan tugas-tugasnja.

Andjuran-andjuran dari Zia ini dengan terang sekali menundjukkan adanja haluan pokok baru dalam modern Islam. Sekarang ini, kata Iqbal, tiap-tiap penduduk Muslim dari suatu negeri haruslah buat sementara waktu memikirkan dirinja sendiri dulu, sampai semua penduduk Muslim dari masing-masing negara Islam itu sudah mendjadi kuat dan mampu benar untuk membentuk suatu perserikatan negara-negara Islam, jang para anggotanja tei'ikat dengan satu sama lainnja bagaikan dalam suatu keluarga.

Dalam semangat jang demikian itu, maka bagi Iqbal, sebagaimana beliau katakan, menampaklah seakan-akan Tuhan dengan pelan-pelan me- nanamkanlah pada umat-Nja kebenaran, bahwa Islam itu tidak sadja bukan- lah suatu faham Nasionalisme, tetapi djuga bukan suatu Imperialisme, melainkan Islam itu adalah suatu PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA, jang mengenai batas-batas buatan manusia dan perbedaan-perbedaan bangsa, tetapi itu semua hanja dimaksudkan untuk kemanfaatan masing- masing bangsa-bangsa itu, bukan untuk membatasi luas bergerak dari hidup bermasjarakat sesuatu anggota bangsa itu dengan anggota bangsa lainnja dari perserikatan Bangsa-bangsa kaum Muslimin tadi.

Bagaimana selandjutnja penjair Zia sampai berkesimpulan perlunja beridjtihad guna dapat meng-re/orm/menjusun kembali hukum Islam se­suai dengan tuntutan akal dari manusia, menurut Iqbal, didjelaskan oleh Zia dalam sjairnja „Agama dan Ilmu Pengetahuan

Bagi Zia Agama itu membimbing filsafat. Hanjalah dari agama kesusi- laan dan kesenian itu menerima sinar. Karena itu agama bertugas untuk mensutjikan dan membuat mulia djiwa manusia (to spiritualize the heart of man). Dan bagaimana hal ini bisa dilaksanakan oleh agama djika bahasa agama masih bahasa Arab. Itulah sebabnja maka Zia liwat idjtihad sampai kepada kesimpulan, bahwa di Turki itu tidak sadja adzan, tetapi djuga batjaan sembahjang serta Qur’an itu diterdjemahkan sadja dalam bahasa Turki, agar dengan demikian adjaran-adjaran agama itu betul-betul meresap dalam hatinja tiap-tiap orang.

Djanganlah kita menurut Zia mengikuti pendirian pemimpin-pemim- pin agama dewasa ini jang hanja merupakan ahli waris dari pada ulama- ulama pemimpin madzhab dari masa jang lampau, sedangkan para ulama-ulama itu terutama hanja berpedoman pada sunnah dan dengan demikian menjeret agama untuk mengikuti djalannja sunnah, bertentangan dengan kesimpulannja, bahwa agama itu harus menudju pada akal, dise- babkan agama itu adalah jang membimbing filsafat.

Perobahan bahasa agama kebahasa Turki itu, menurut Iqbal, tidak­lah terlepas dari usaha dimasa jang lampau dari Mohammad Ibn-i Tumart- Mahdi Muslim Spanjol — seorang Berber jang mendirikan gerakan Mu- wahidin. Bagi kepentingan orang-orang Berber jang buta huruf Arab, maka diharuskannjalah untuk menterdjemahkan serta membatja Qur’an dan azan itu dalam bahasa Berber.

Zia menjerang djuga hukum Islam tjiptaan madzhab dari masa jang51

Page 55: Landjutan islamologi.pdf

lampau jang tidak memberikan hak-hak jang sama kepada golongan wanita seperti kepada golongan lelaki. Beliau menuntut supaja hukum Islam diperbaruhi dan memberikan persamaan kedudukan kepada kaum wanita terhadap kaum lelaki dalam tiga hal : pertjeraian, hidup berpisah dandalam warisan. Pasti Qur’an itu tidaklah menghendaki adanja perbedaan jang tidak adil itu, dan karenanja kegandjilan itu hanjalah disebabkan oleh salah penafsiran dari para ulama dari zaman jang lampau.

Ketika Iqbal menguraikan pendapatnja tersebut diatas (1900 — 1938), meskipun sudah ada Muhammad Abduh dari aliran modern di Mesir (1849 -1905), namun beliau berpendapat bahwa pada waktu itu barulah Turki satu-satunja negara Islam diantara Negara-Negara jang berpen- duduk sebagian besar umat Islam, jang telah berhasil bangun dari tidur- nja, jang selama ini tertidur karena hanja mengikuti dogma-dpgma ke­agamaan seperti diadjarkan oleh ulama-ulama dari masa jang lampau, untuk kemudian sampai kepada suatu kesadaran, jaitu kesadaran bahwa ia mem­punjai hak kebebasan dalam memikirkan mana jang baik bagi dirinja.

Hanja Turki diantara negara Islam jang berhasil beralih dari alam tjita kealam kenjataan — suatu peralihan jang meminta perdjuangan hebat dalam alam fikir dan moral. Bagi Turki kesulitan-kesulitan jang senantiasa bertambah dalam bidang kehidupan jang senantiasa berubah- ubah dan bertambah luas itu pastilah akan menimbulkan keadaan-keadaan baru jang dengan sendirinja menjarankan pandangan-pandangan baru dan karena itu mengharuskan dilakukannja penafsiran-penafsiran baru mengenai azas-azas jang telah ada, sesuai dengan perkembangan kerohanian jang telah tertjapai di Turki itu. Djadi bukan hanja suatu persoalan akademis sadja jang diperbintjangkan oleh misalnja sesuatu bangsa jang djiwa/ rohaninja masih tetap beku akibat dari mengikuti sadja hukum-hukum Islam jang lama.

Dalam hal ni maka Iqbal memperingatkan kita kepada utjapannja Hobbes: „Agar kita tetap mempunjai pikiran dan perasaan jang sama, maka djanganlah mempunjai fikiran-fikiran dan perasaan-perasaan sama sekali” . Demikianlah, kata Iqbal, nasib sebagian besar dari umat Islam diberbagai negeri dewasa ini. Mereka ini setjara mekanis mengulangi nilai-nilai jang sudah usang, sedangkan orang-orang Turki sedang menju- sun nilai-nilai baru. Turki telah meliwati pengalaman-pengalaman jang maha hebat jang mengakibatkan ia melihat diri pribadinja. Bagi Turki hidup itu baru mulai bergerak, berobah, bertambah luas, hingga timbullah keinginan-keinginan baru disamping kesulitan-kesulitan baru jang meng­hendaki penafsiran-penafsiran baru liwat idjtihad.

Pertanjaan jang dihadapi oleh Turki sekarang ini dan jang akan dihadapi oleh lain-lain negara Islam dalam masa dekat ini ialah : Apakah Hukum Islam itu bisa diperkembangkan ? Djawabnja ialah : ,,Ja” , mes­kipun hal itu meminta pemikiran-pemikiran berat. Kemungkinan diper­kembangkan itu sebenarnja telah diutjapkan oleh Khalifah Umar walau­pun dengan samar-samar, jaitu pada saat terachir dari Nabi, pada saat mana beliau pernah berkata kepada Nabi : „Kitab Allah sudah tjukup bagi kami” .

Meskipun Iqbal mengakui adanja kemungkinan berkembangnja hukum. Islam itu, namun beliau tidak menghendaki agar perkembangan itu dike- mudikan oleh aliran liberalisme, karena aliran ini mempunjai dua akibat jang menurut Iqbal sangat merugikan Islam, jaitu:

52

Page 56: Landjutan islamologi.pdf

Pertama : Liberalisme mempunjai gelagat untuk bertindak sebagai suatu vr fcefcwatan memetjah belah persatuan Islam.

: b aham kebangsaan (race-idea) jang ditimbulkan oleh aliran libe­ralisme itu mempersempit pafidangan orang-orang Islam, jang sebenarnja menurut adjaran agamanja harus mempunjai pan- dangan jang luas terhadap pergaulan dengan sesama manusia.

Sehubungan dengan punt kedua ini, maka Iqbal memperingatkan kita kepada akibat dari Reformasi di Eropah jang ditimbulkan oleh gerakan Protestan itu. Akibatnja ialah bahwa Reformasi itu pada pokoknja adalah suatu gerakan politik, jang merugikan bidang agama dengan terdesaknja etika Nasrani jang bersifat universil itu oleh sistim .etika nasional setiap negara. Bahaja inilah jang dichawatirkan oleh Iqbal jang mungkin terdjadi dalam dunia Islam djika reformasi liwat idjtihad sebagaimana di- lakukan oleh para pemimpin agama dan politik di Turki itu karena terdorong oleh semangat liberalismenja/kebebasan berfikir itu tidak lagi mengenai batasnja jang diperbolehkan oleh agama Islam.

Apa jang diuraikan oleh Iqbal kepada kita sampai sekarang ini barulah suatu gambaran mengenai sedjarah dan bekerdjanja idjtihad dalam modern Islam.

Maka sekarang ini Iqbal akan menerangkan kepada kita apakah sedja­rah dan struktur Islam dari hukum Islam menundjukkan kemungkinan dilakukannja suatu penafsiran baru daripada azas-azasnja.

Dengan lain perkataan Apakah Hukum Islam itu mungkin diperkem- bangkan, mengalami evolusi ? Iqbal mendjawabnja dengan : ,,Ja” , demi­kian pula HORTEN, seorang professor dalam Philologi Semitic (bahasa Arab, Hebrew dan Suriah) pada Universitet di Bonn. Horten ketika me- njelidiki karja-karja ahli-ahli fikir Islam dalam bidang murni keagamaan menjatakan, bahwa sedjarah Islam pantas sekali djika dilukiskan sebagai hasil dari suatu saling pengaruh-mempengaruhi dari dua kekuatan jang satu sama lainnja berbeda, namun bersatu padu dan saling mengisi. Ada- pun kedua kekuatan itu menurut Professor Horten ialah : disatu pihak : unsur kebudajaan bangsa Arier dengan ilmu pengetahuan- nja,dilain pihak : unsur agama dari bangsa Semitic, jaitu bangsa Arab dilain pihak.

Orang-orang Islam selalu menjesuaikan pandangan keagamaannja pada unsur-unsur kebudajaan jang diterimanja dari suku-suku bangsa di- sekitarnja. Dari tahun 800 sampai tahun 1100, kata Horten, maka tidak kurang dari 100 sistim teologi timbul dalam Islam. Ini adalah suatu kenja­taan jang memberikan tjukup bukti bagaimana elastis/berlapang dadanja pemikiran Islam itu dan pula suatu bukti bagaimana tak henti-hentinja para ahli pikir Islam dalam masa jang lampau melakukan kegiatan- kegiatannja.

Maka, kata Iqbal, tidaklah mengherankan djika Horten menarik kesimpulannja sebagai berikut:

„Semangat Islam itu adalah begitu luas sehingga praktis tidak me­ngenai batas-batasnja. Dengan mengetjualikan hanja pandangan-pan- dangan berhala, maka semangat Islam itu telah mendjadikan miliknja/ mengassimilir semua pandangan-pandangan jang dapat diperolehnja dari suku-suku bangsa sekitarnja, dan memberikan kepada pandangan-pan-

53

Page 57: Landjutan islamologi.pdf

dangan itu suatu arah perkembangan chusus seperti jang dikehendaki oleh Islam.” .

Dengan mengemukakan pendapat Prof. Horten ini, maka Iqbal hendak membuktikan kepada kita, bahwa hukum Islam itu sebagai suatu unsur daripada semangat Islam diatas tadi, tidak menolak pandangan-pandangan dari suku-suku bangsa sekitarnja, ketjuali pandangan-pandangan berhala, sehingga dengan demikian dapatlah hukum Islam itu diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk Islamnja setempat. Sebagai tjontoh dapat kami kemukakan misalnja taklik at-talak (taklek), suatu lembaga pertjeraian antara orang-orang Islam di Djawa jang sebenarnja bukan asli Islam dari tanah Arab, tetapi berasal dari adat kebiasaan di Djawa sebe- lum agama Islam datang. Bahkan kita di Indonesia hanja mengenai Islam Indonesia, bukan Islam Arabiah.

Kemungkinan berkembangnja hukum Islam ini setjara chusus dike- mukakan pula oleh Professor Hurgronje, ahli Islam jang kenamaan dari zaman kolonial. Iqbal mengutip pernjataannia jang berbunji sbb. :

„Apa bila kita membatja sedjarah perkembangan Hukum Islam, maka kita menemukan disatu pihak, bahwa para ulama dari setiap abad, djika ada sadja alasan bagi mereka untuk bertindak, maka akan saling menuduh satu sama lainnja berbuat bid’ah — karena saling mengadakan peraturan-

, peraturan hukum Islam jang baru : — dan dilain pihak mereka itu djuga— jang saling tuduh menuduh tadi — dengan suatu tudjuan untuk lebih bersatu berusaha memperdamaikan perselisihan-perselisihan sematjam itu jang dulu pernah timbul diantara para ulama sebelumnja.”

Pandangan dari kedua sardjana Islam jang berasal dari Eropah tadi itu dengan djelas menerangkan kepada kita, bahwa dengan datangnja kembali hidup baru, maka semangat Islam jang tak mengenai batas-batas itu akan terpaksa memperkembangkan dirinja sendiri meskipun meng- hadapi sifat kolot jang tak mengenai kompromi dari para ulama kita.

Dan saja sendiri, kata Iqbal, tidak ragu-ragu bahwa dengan mempe­ladjari setjara mendalam perpustakaan hukum Islam jang begitu banjak itu pastilah akan menjebabkan para pengritik modern tidak lagi akan me- nganut pandangan bahwa hukum Islam itu adalah suatu hal jang berdiri- diam (stationary) dan tidak mampu untuk berkembang.

Sajangnja, kata Iqbal, masjarakat Islam jang konservatif di Pakis­tan ini belumlah siap sedia sama sekali untuk menghadapi suatu pertukar-fikiran/diskusi mengenai „Fiqh” (pekih), jang djika diselengga- rakan, kiranja akan membuat kebanjakan orang tidak senang dan disam- ping itu akan menimbulkan golongan-golongan jang satu sama lainnja saling bertentangan.

Meskipun demikian, Iqbal memberanikan diri mengemukakan bebe- rapa tjatatan untuk diperhatikan mengenai persoalan apakah hukum Islam itu mungkin berkembang.Pertama : K ita h a ru s in g at, b ahw a d a ri sem u la sa m p a i t im b u ln ja k e ra d ja ­

a n K h alifah A b b asijah b elu m a d a h u k u m Is la m ja n g d itu lisk a n d isam ping Q ur’an.

Kedua : Berharga djuga untuk ditjatat, bahwa sedjak kira-kira perte- ngahan dari abad pertama sampai permulaan abad ke-4 terdapat tidak kurang dari 19 aliran dalam hukum Islam. Kenjataan ini sadja tjukup menundjukkan, kata Iqbal, bagaimana tak henti-

54

Page 58: Landjutan islamologi.pdf

hentinja para ulama-ulama kita dimasa jang lampau bekerdja keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari peradaban (Islam) jang sedang bertumbuh itu.Dengan berkata demikian . itu Iqbal hendak menundjukkan kepada kita, bahwa hukum Islam itu harus dapat mengikuti per- kembangan bangsa, dalam hal ini umat Islam jang senantiasa bertambah besar dan madju itu. Ini berarti, bahwa hukum Islam itu supaja dapat memenuhi perkembangan tsb. haruslah bisa di- perkembangkan pula.Selandjutnja Iqbal melukiskan kepada kita sebab apa para ulama tadi terpaksa memperkembangkan pula hukum Islam ini dengan bertambah luasnja daerah jang dikuasai oleh Islam. Beliau berkata : „Dengan bertambah luasnja daerah jang di­kuasai oleh Islam dan sebagai akibatnja bertambah luasnja pan- dangan-pandangan orang-orang Islam, maka para ulama-ulama tadi itu terpaksa pula mengambil pandangan-pandangan jang lebih luas mengenai setiap persoalan, dan mempeladjari keadaan- keadaan hidup dan kebiasaan-kebiasaan setempat dari suku-suku bangsa jang baru sadja memeluk agama Islam itu.” Adapun tjara mengembangkan hukum Islam itu berdasarkan keadaan-keadaan setempat tadi disebut oleh Iqbal suatu tjara induktif (menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta chusus; dalam hal ini menjusun hukum Islam berdasarkan keadaan-keadaan chusus setempat tadi), dan bukan lagi setjara deduktif jakni menjusun hukum Islam berdasarkan asas-asas jang terdapat dalam Qur’an sadja tanpa menghiraukan keadaan chusus setempat.

Ketiga : Apabila kita mempeladjari keempat sumber dari hukum Islam, jaitu Qur’an, Hadis, Idjma’ dan Qijas, dan pertentangan-perten- tangan jang mereka timbulkan dikalangan para ulama, maka hilanglah sangkaan-sangkaan kita semula bahwa pendirian-pen- dirian dari madzhab-madzhab itu adalah keras dan tak dapat di- tawar-tawar, sehingga terang pulalah bagi kita adanja kemung- kinan bahwa hukum Islam jang telah ada itu selandjutnja masih dapat diperkembangkan.Karena itu pulalah maka Iqbal mengadjak kita setjara garis besar memperbintjangkan keempat sumber-sumber itu.

A. Qur’a n : Qur’an itu adalah sumber pertama dan terutama dari hukum Islam. Hanja sadja, Qur’an itu, menurut Iqbal, bukanlah suatu Kitab Undang-Undang, karena tudjuan utama dan Qur’an itu ialah untuk membangunkan pada orang-orang seseorang kesadaran jang lebih tinggi tentang hubungannja dengan Tuhan dan Alam Semesta.

Memang tidak diragu-ragukan lagi, kata Iqbal, Qur’an itu menggaris- kan beberapa azas-azas umum dan peraturan-peraturan jang bersifat undang-undang, chusus jang bersangkutan dengan keluarga sebagai dasar utama dari kehidupan bermasjarakat.

Tetapi mengapa peraturan-peraturan jang bersifat undang-undang tadi diturunkan sebagai bagian dari wahju Tuhan, sedanglcan wahju Tuhan itu mempunjai tudjuan terachir untuk meninggikan taraf hidup manusia.

Dengan bertanja demikian itu Iqbal hendak mejakinkan kita, bahwa

55

Page 59: Landjutan islamologi.pdf

undang-undang dalam Qur’an tersebut tidak boleh menghalang-halangi, malah harus ikut membantu proses perkembangan hidup manusia ketaraf jang senantiasa lebih tinggi. Ini berarti bahwa peraturan-peraturan jang bersifat undang-undang tersebut bisa diperkembangkan, demikian pula hukum Islam itu dapat diperkembangkan.

Sehubungan dengan pendapat Iqbal ini, maka teringatlah saja pada lembaga poligami jang diperbolehkan dalam al Qur’an, namun, sesuai dengan zaman modern, dibeberapa negara Islam dinjatakan sebagai terlarang, djika tidak memenuhi sjarat-sjarat tertentu, ataupun diharamkan atau dimakruhkan, tapi tidak pernah di sunnahkan.(Batjalah : „Hukum Perkawinan Islam” karangan kami halaman 12).Djawaban atas pertanjaan diatas tadi menurut Iqbal ialah kaiena Qur an itu menganggap perlu mempersatukan agama dengan negara, kesusi aan e- ngan politik (ketatanegaraan), karena itu mewahjukannja barang- arang.

Dapat saja tambahkan disini memang surah-surah jang di turunkan di Mekkah itu bersifat chas keagamaan dan kesusilaan, karena mengatur chusus hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan surah-surah jang diturunkan di Medinah itu adalah chas mengatur hubungan seseorang dengan orang lainja, djadi mengatur hidup bermasjarakat dan nia p d - negara dan politik.

Tetapi, kata Iqbal, jang perlu kita perhatikan dalam hubungan P alan apakah hukum Islam itu bisa diperkembangkan lala P Jpandangan jang dinamis dari Qur’an sebagaimana dahulu telah muraiKan.

Karena itu mendjadi terang sekalilah, bahwa Qur’an itu, kata Iqbal, menjetudjui sekali ide evolusi, hanja sadja dalam melangkan m aju iu semangat manusia masih terikat kepada hal-hal dari masa jang lampau,. dan karena itulah maka soal m e m p e r b a h a r u i/ m e n g -r e fo r m lemoaga-iem- baga lama dalam masjarakat Islam itu mendjadi suatu soal j'ang gampang. sekali dapat menjinggung perasaan, sehingga bertambah beratlah anggung, djawab mereka jang hendak mengadakan pembaharuan (reform) itu.

Islam itu pada hakekatnja tidak mengenai batas-batas territorial dan. tudjuannja ialah mentjiptakan pada achirnja suatu model untuk memper- satu-padukan seluruh umat manusia jang terdiri dari para penjokong- penjokongnja dari berbagai-bagai suku bangsa jang satu sama lainnja saling bertentangan itu dan kemudian merobahnja mendjadi satu bangsa jang memiliki kesadaran dan kepribadian sendiri.

Ini adalah suatu tugas jang berat, kata Iqbal, namun Islam berkat lembaga-lembaganja jang disusun setjara berhati-hati itu untuk sebagian besar telah berhasil menjusun sematjam kehendak dan kesadaran bersama diantara suku-suku bangsa tsb., hal mana bisa tertjapai berkat semangat eksperimen (pertjobaan-pertjobaan) sosial jang chas terdapat dalam Islam.

Kembali sekarang kepada dasar daripada asas-asas hukum (Undang- Undang) jang terdapat dalam Qur’an, maka terang benderanglah, kaia Iqbal, bahwa sifat mendalam dan luasnja semangat daripada asas-asas ini, bukannja tidak memberikan rMPgan luas bagi pemikiran dan kegiatan- kegiatan manusia dalam bidang pemikiran dan legislatif, tetapi benar-benar bertindak sebagai pembangun pikiran manusia.

P a ra ulama kita dari masa j|ang lampau sambil memperhatikan petun- ctjuk-petundjuk jang terdapat dalam dasar tadi berhasil menjusun sedjum-t

56 ........... .

Page 60: Landjutan islamologi.pdf

lah sistim hukum, dan mereka jang mempeladjari sedjarah Islam mengeta- hui, bahwa hampir separo dari kemenangan Islam sebagai suatu kekuatan’ sosial dan politis ialah berkat ketelitian dalam menjusun hukum Islam oleh para ulama tsb. ini.

Tetapi, kata Iqbal, biarpun bagaimana lengkap isinja, namun sistim- sistim hukum tsb. adalah iafsiran-tafsiran pribadi, dan karena itu tidak dapat dianggap sebagai mempunjai kata terachir dalam persoalan hukumIslam. , , _ . .

Saja mengetahui, kata Iqbal, bahwa para ulama-ulama dewasa inimenghendaki agar pendapat-pendapat dari madzhab-madzhab jang empat sekarang ini dianggap sebagai kata terachir mengenai hukum Islam, mes­kipun mereka tidak menjangkal adanja dalam teori kemungkinan untuk mengadakan idjtihad mutlak.

Selandjutnja beliau berkata : „Saja telah mentjoba untuk mendjelas- kan sebab-sebab, jang menurut hemat saja, menentukan sikap demikian dari para ulama itu, akan tetapi sedjak hal-hal berobah dan dunia Islam dewasa ini menghadapi dan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan baru jang ditimbulkan oleh perkembangan luar biasa dari pemikiran manusia dalam segala djurusan, maka saja, tidak melihat clasan mengapa sikap ulama jang menolak idjtihad itu masih harus dipertahankan lebih lama lagi. Apakah pemimpin-pemimpin madzhab pernah meminta agar tafsiran-tafsiran me­reka serta pertimbangan-pertimbangan mereka itu dianggap sebagai kata terachir mengenai hukum Islam ? Tidak pernah.”* Karena itulah, kata Iqbal, tuntutan generasi Muslim sekarang ini untuk

menafsirkan kembali (re-interpretasi) pokok-pokok dari azas-azas hukum Islam ditindjau dari sudut pengalaman mereka sendiri dan sjarat-sjarat jang sudah berlainan dari kehidupan modern ini, menurut hemat beliau dapat dibenarkan.

Adjaran dari Qur’an, kata Iqbal, bahwa hidup itu adalah suatu proses pentjiptaan setjara progressif mengharuskan bahwa tiap-tiap generasi itu dibimbing tetapi tidak mau dihalang-halangi oleh pekerdjaan dari generasi jang mendahuluinja, dan karena itu seharusnjalah diidzinkan untuk me- metjahkan persoalannja sendiri.

Djika Iqbal telah mengemukakan, bahwa hukum Islam itu dapat di- rerkembangkan, maka bagaimana pendirian beliau mengenai usul penjair Zia tsb. jang mengusulkan agar hukum Islam jang berlaku sekarang ini mengenai kedudukan jang tidak sama antara lelaki dan wanita dalam bi- dang pertjeraian, hidup berpisah dan pewarisan dirobah, sehingga lelaki dan perempuan mempunjai kedudukan jang sama ?

Iqbal menganggap persamaan kedudukan itu tidak perlu karena :1. dalam pertjeraian: si isteri pada waktu dilangsungkannja akad nikah

adalah bebas merdeka untuk memperoleh talaknja sisuami jang telah didjandjikan oleh suaminja kepadanja berdasar sjarat-sjarat jang telah ditentukan terlebih dahulu pada akad nikah itu. Teranglah bahwa jang dimaksudkan oleh Iqbal disini ialah apa jang di Indonesia ter­kenal dengan nama taklik at talak (taklek).

Dengan adanja taklik at talak ini, maka seorang isteri itu memper­oleh djaminan persamaan kedudukan dengan suaminja dalam soal per­tjeraian. .

2. pewarisan : persamaan kedudukan antara lelaki dan wanita sebagai

57

Page 61: Landjutan islamologi.pdf

mana diusulkan oleh Zia itu menurut Iqbal ialah berdasarkan salah faham dari Zia sendiri, jang setjara keliru menjimpulkan dari perbedaan dalam bagian warisan jang diterima oleh seorang lelaki dan oleh seorang wanita itu terdapatnja kedudukan jang lebih tinggi dari lelaki terhadap seorang perempuan.

Misalnja sadja:a. seorang anak perempuan sebagai ’ashabah bilghair, djadi anak perenx-

puan jang bersatu dengan anak laki-laki mendjadi ashabah, mempero- leh separo dari bagiannja anak laki-laki.

Demikian pula djika seorang tjutju perempuan bersatu mendjadi ashabah dengan tjutju laki-laki, saudara perempuan seibu sebapa de­ngan saudara laki-laki seibu sebapa, saudara perempuan sebapa dengan saudara laki-laki sebapa.

b. suami mendapat seperdua, djika jang diwarisi (orang jang meninggal- kan warisan itu) tidak ada meninggalkan anak atau tjutju jang mendjadi waris laki-laki atau perempuan, sedangkan djika jang ditinggalkan itu seorang isteri, maka isterinja hanja mendapat Va .Djadi dengan sjarat-sjarat tsb. diatas, djika si-isteri jang meninggal, maka sisuami mendapat separo dari warisan, sedangkan djika sisuami jang meninggal, maka siisteri hanja mendapat lA dari warisan, djadi

bagian laki-laki dan perempuan disinipun tidaklah sama.Djika dari perbedaan bagian warisan ini ditafsirkan perbedaan kedu­dukan antara lelaki dan perempuan, maka tafsiran itu, kata Iqbal, adk- lah keliru dan bertentangan dengan semangat Islam jang tertera dalam ajat berikut:

„Dan bagi wanita diadakanlah hak-hak atas para lelaki sama dengan hak-hak bagi lelaki atas para wanita

Bahwa pembagian warisan menurut al Qur’an itu (disebut dzawul faraid) sudah benar dan adil terhadap lelaki dan perempuan, Iqbal mengemuka- kan pertimbangan-pertimbangannja sbb.: ^1. bagian dari seorang anak perempuan (seperti diuraikan diatas tadi)

adalah ditentukan bukan karena menganggap perempuan itu berkedu- dukan lebih rendah daripada lelaki, tetapi ditentukan dengan meng- ingat gampang tidaknja seorang perempuan itu mentjari nafkahnja sendiri ( economic opportunities), dan kedudukan seorang wanita dalam susunan masjarakat, jang ia adalah merupakan salah satu dari anggo- tanja.

2. Selandjutnja, sesuai dengan teorinja Zia sendiri mengenai masjarakat, peraturan pewarisan seperti tertera dalam Qur’an haruslah ditindjau bukannja sebagai faktor jang berdiri sendiri dalam pembagian ke kajaan, tetapi sebagai satu faktor diantara lain-lain faktor jang semua- nja itu bekerdja sama untuk tudjuan jang sama, jaitu pembagian harta kekajaan tadi.

Iqbal bermaksud dengan mengemukakan ini, bahwa seorang anak perempuan memperoleh harta kekajaannja itu tidak hanja liwat wa- risan sadja, tetapi djuga liwat lain-lain tjara pemberian sehingga achirnja samalah kedudukan seorang wanita dengan seorang lelaki-

Bahkan kedudukan wanita itu dalam soal harta kekajaan mungkin lebih baik daripada kedudukan seorang suami, sebab sebagaimana di

58

Page 62: Landjutan islamologi.pdf

katakan oleh Iqba l: „Disamping seorang anak perempuan menu­rut hukum Islam dianggap pemilik penuh daripada harta jang diberi- kan kepadanja baik oleh ajahnja ataupun bakal suaminja pada ketika ia kawin itu, dan selandjutnja memiliki setjara mutlak mas kawin jangia terima dari pihak bakal suaminja itu..........., maka tanggung djawabuntuk memeliharanja selama hidupnja adalah sama sekali dibebankan diatas pundak suaminja.”

Maka, kata Iqbal, djikalau kita menilai pelaksanaan dari hukum warisan Islam dari sudut ini, maka kita akan berkesimpulan, bahwa tidaklah terdapat perbedaan materiil antara kedudukan ekonomis dari seorang anak perempuan dan seorang anak lelaki, dan djustru karena menampak adanja ketidak samaan dalam undang-undang mengenai bagian-bagian mereka inilah, maka hukum Islam mendjamin terda- patnja persamaan seperti dikehendaki oleh Zia tadi.

Menurut hemat kami, Iqbal menindjau seorang anak perempuan dalam kedudukannja sebagai seorang wanita jang achirnja pasti ka­win, hal mana terbukti dari kata-kata pemberian pada waktu perka- winan dan mas kawin. Bagaimana kalau mengingat dewasa ini begitu banjak wanita jang tidak berhasil mendapatkan seorang suami, dan tidak berhasil mentjari nafkah setjukupnja ? Apakah pembagian wa­risan satu banding dua itu masih adil ? Kita dapat mendjawabnja de­ngan, mengikuti pandangan Iqbal, bahwa pembagian demikian itu masih adil, asalkan disertai dengan pemberian hadiah oleh salah satu dari orang tua gadis itu semasa orangtuanja/salah satu daripadanja masih hidup. Tetapi bagaimana, kalau pemberian hadiah semasa hidup itu (disebut hibah) tidak terdjadi, maka pembagian warisan setjara satu banding dua itu tetaplah merugikan pihak wanita. Bagi anak-anak pe­rempuan jang demikian nasibnja itu saja menjetudjui sarannja Zia un- tuk mendjadikan bagian seorang anak perempuan sama dengan bagian- nja seorang anak lelaki, meskipun ini kelihatannja bertentangan de­ngan aturan warisan dalam al Qur’an, namun tidak bertentangan de­ngan djiwa Tauhid jang menghendaki persamaan antara setiap orang.

Tentang para anak perempuan jang tidak berhasil mendapatkan suami ataupun tidak mau kawin, tetapi telah mempunjai mata pentjaha- rian jang baik dalam masjarakat, maka pembagian warisan dengan per- bandingan satu dua tadi tidaklah begitu merugikan kedudukannja de­ngan adanja lain tjara pembagian harta kekajaan itu.

Bagaimanapun djuga, Iqbal tidak menghendaki perobahan dalam hukum warisan sebagaimana telah ditetapkan dalam Qur’an, maka an- djurannja kepada kita ialah : „djika kita mempeladjari hukum-hukum Islam itu dalam hubungannja dengan revolusi jang kiranja tidak lama lagi akan datang dalam kehidupan modern dibidang ekonomi, maka kita kiranja akan menemukan didalam azas-azas pokok dari hukum-hukum itu, aspek-aspek (pandangan-pandangan) jang sampai sekarang belum terbuka, aspek-aspek mana selandjutnja dapat kita perkembangkan de­ngan memperbaharui kepertjajaannja kepada kebidjaksanaan jang ter- kandung dalam azas-azas itu.”B. Hadis. Sumber kedua dari hukum Islam ialah Hadis, kebiasaan-

kebiasaan dari Nabi. Sehubungan dengan persoalan apakah hukum Islam itu bisa diperkembangkah, maka Iqbal membedakan hadis ini dalam dua golongan : ,Pertama : Hadis (Kebiasaan-kebiasaan) Nabi jang bersifat murm hukum.

59

Page 63: Landjutan islamologi.pdf

1

Kedua : Hadis (Kebiasaan-kebiasaan) Nabi jang bersifat bukan hukum.Kiranja Iqbal memaksuclkan dengan Hadis jang bersifat murni hukum,

jaitu Hadis jang mengatur hubungan seorang dengan seorang dalam hidup bermasjarakat jang setjara populer kita sebut hukum Islam, misalnja jang mengatur perkawinan, warisan, djual beli, hukuman, wakaf dsb-nja.

Mengenai Hadis golongan pertama ini, kata Iqbal, ada suatu perta- njaan jang sangat penting, jaitu seberapa djauhkah mereka mengrealiser adat kebiasaan orang-orang Arab dari zaman sebelum Islam, kebiasaan- kebiasaan mana jang dipertahankan (misalnja : bagian warisan sama rata bagi para asbah), dan mana jang diperlukan oleh Nabi. Adalah sulit sekali, kata Iqbal untuk mengetahuinja, karena para sardjana semula tidak selalu mentjurahkan perhatiannja pada adat kebiasaan dari zaman sebelum Islam ini. Pula tidak mungldn diketahui, aoakah kebiasaan-kebisaan jang dibiarkan terus berlaku oleh Nabi baik dengan tegas memperbo- lehkannia, maupun dengan diam-diam menjetudjuinja (sukut) adalah dimaksudkan oleh Nabi, agar dibuat berlaku untuk seluruh umat manusia.

Pemakaian adat kebiasaan orang Arab dari zaman sebelum Islam jang dibenarkan oleh Nabi itu diragu-ragukan oleh Iqbal, apakah dimaksud­kan djuga agar diperlakukan bagi seluruh umat manusia. Dan sebagai alasannja berpendapat demikian itu, maka Iqbal mengemukakan pendapat atau sikap dari dua ulama Islam : jaitu Sjah Wali Ullah dan Abu Ilanifah.a. Menurut Sjah Wali Ullah: maka tjara mengadjar oleh seorang Nabi

pada umumnja, ialah bahwa hukum jang disampaikan oleh Nabi itu memperhatikan setjara chusus kebiasaan-kebiasaan, tjara-tjara dan ke- istimewaan-keistimewaan dari suku bangsa, untuk mana ia setjara chu­sus diutus oleh Tuhan. Karena itu nabi jang mentjita-tjitakan tertja- painja prinsip-prinsip jang meliputi semua umat manusia, tidak dapat menjampaikan prinsip-prinsip jang berlainan kepada berbagai-bagai suku bangsa itu, dan tidak dapat pula membiarkan mereka menjusun sendiri hukum-hukumn j a.

Seorang Nabi, menurut Sjah Wali Ullah, bermaksud untuk mendidik suatu suku bangsa tertentu, untuk kemudian mempergunakannja seba­gai suatu inti atau suatu pusat guna pembentukan hukum Islam jang bersifat umversil. Dalam hal demikian itu, maka ia akan menitik be- ratKan perhatiannja pada prinsip-prinsip jang merupakan dasar dari kehidupan sosial dari seluruh umat manusia, dan memperlakukan prin-s^"Pr*ns*P a as ^al-hal konkrit dengan memperhatikan adat istiadat chas dan suku bangsa jang langsung dihadapinja itu.

Karena itu, kata Iqbal, hukum-hukum dari sjariah sebagai hasil dari memperlakukannja prinsip-prinsip tsb. (misalnja : aturan-aturan hukum jang mengatur hukuman bagi kedjahatan-kedjahatan) bolehlah dikata- kan hanja berlaku bagi suku bangsa itu.■ Bolehkah kita menjimpulkan dari uraian Iqbal diatas ini, bahwa per­aturan pidana ,,mentjuri, potong tangan” itu kalau begitu hanja dimak­sudkan untuk orang-orang Arab dari zaman dahulu sadja ?

Dan karena, kata Iqbal selandjutnja, soal mempertahankan hukum jang demikian itu bukanlah tudjuan terachir, maka hukum-hukum jang demikian itu tidaklah dapat setjara mutlak dipaksakan terhadap gene- rasi kemudian.

b. sikap Abu Hanifah : Barangkali, kata Iqbal, karena men gin gat. pertim- bangan diatas tadilah (hukum bagi sesuatu generasi, jang telah dibenar-

60

Page 64: Landjutan islamologi.pdf

kan o e abi, sehingga berupa hadis nabi, diangan dipaksakan bagi ge­nerasi emudian, apalagi bagi suku bangsa lainnja), maka Abu Hanifah, jang menjadari benar-benar tentang sifat universil dari agama Islam

? 0 Ja. tidak mempergunakan kebiasaan-kebiasaan nabi- 11 1 / alam ^ enJusun hukum Islam bagi madzhabnja. Dan karena itu

pu a a maka Abu Hanifah mempergunakan Istihsan, jaitu lebih meng- utama an penjusunan hukum Islam berdasarkan bukti-bukti jang lebih kuat aaripaaa berdasarkan qijas atau hadis. Adapun penggunaan Istih­san mi, kata Iqbal, mengharuskan penjelidikan jang seksama mengenai sjarat-sjarat jang benar-benar ada, djika kita hendak menjusun suatu peraturan hukum.

Iqbal membenarkan sama sekali pendirian Abu Hanifah terhadap Hadis, dan golongan pertama tadi.

C. Idjma : Adalah sumber ketiga dari Hukum Islam. Idjma’ itu bagi Iqbal merupakan faktor pembentuk hukum terpenting dalam Islam. (The most important legal motion in Islam).

Setelah menguraikan sebab-sebab mengapa idjma’ ini sedjak ber- achirnja zaman empat chalifah jang pertama tidak pernah diserahkan kepada suatu lembaga legislatif dinegara-negara Islam jang diperintah oleh chalifah Umma’jah dan Abbasijah, jaitu disebabkan para chalifah tsb. jang memerintah setjara mutlak, chawatir akan mendjadi amat ber- kuasanja badari legislatif ini, maka untuk masa sekarang ini dengan meng­ingat telah terbentuknja badan-badan legislatif dinegara-negara Islam. Iqbal mengandjurkan penjerahan kekuasaan idjma’ itu kepada badan legislatif itu sadja. Ini berarti beralihnja idjtihad oleh seseorang wakil dari sesuatu madzhab kepada idjma’nja se,suatu badan legislatif.

Meskipun idjma ini bagi Iqbal merupakan faktor pembentukan hukum Islam jang terpenting, namun beliau tidak berpendapat bahwa idjma ini dapat menjingkirkan Qur’an, karena idjma itu hanja bisa memperluas atau mempersempit berlakunja sesuatu aturan dari al-Qur’an.

Kemudian dipersoalkan oleh Iqbal, bagaimana kalau para sahabat Nabi chalifah jang empat pertama itu setjara sepakat (= setjara idjma) telah menentukan pendapatnja mengenai sesuatu hal, apakah generasi kemudian terikat pada putusan mereka itu ?

Menurut Iqbal adalah perlu, untuk mendjawab pertanjaan tsb., mem- bedakan antara idjma jang memuat:a. suatu keputusan jang ada hubungannja dengan suatu persoalan fakta,

kenjataan.b. suatu keputusan jang ada hubungannja dengan persoalan hukum.

Dalam hal jang pertama, misalnja kata Iqbal, ketika timbul pertanjaan, apakah kedua surah singkat jang terkenal dengan nama „Muawaza- tain” termasuk bagian dari Qur’an atau tidak, dan para sahabat Nabi tsb. setjara sepakat menentukan bahwa kedua surah tsb. merupakan bagian dari Qur’an, maka kita dari generasi kemudian adalah terikat pada kepu­tusan mereka itu. r

Dalam hal kedua, maka persoalannja hanjalah mengenai soal penafsiran, karena itu menurut Iqbal, dengan mengikuti pendapatnja Karkhi, generasi-generasi kemudian tidaklah terikat pada putusan dari para sahabat Nabi tersebut. .

Karkhi pernah berkata: „Kebiasaan-kebiasaan (sunnah) dari para sahabat Nabi adalah mengikat dalam hal-hal jang tidak dapat diterangkan

Page 65: Landjutan islamologi.pdf

^er pendapaT'Iqbal dan Karkhi mengenai idjma para satobat. Nabi hal-hal mengenai persoalan hukum jang tidak mengika p § .kemudian itu berarti dapatnja hukum Islam diperkembangkan o pgenerasi kemudian itu berdasarkan idjma pula. oocl,aiQ

Sehubungan dengan usulnja Iqbal agar idjma dewasa ^ dengan penjusunan alat-alat perlengkapan dari suatu neg , dewasa ini, diserahkan kepada suatu badan legislatif, badan er ^gg 1imat; tiap-tiap negara demokrasi, maka Iqbal mengandjurkan p ,Islam hal-hal sebagai berikut. .1. Agar para ulamanja berusaha untuk mendjadi bagian jang vital ;

dari Madjelis Legislatif jang ada d i n e g e r i n j a dan denga t . e ^ a s

dapat membantu dan membimbing permusjawaiatan s j mengenai persoalan-persoalan hukum.

2. memperbaharui sistim pendidikan dalam bidang hukum Islam sepei:jang terdapat sekarang ini, jakni dengan memperluas objeknja l sadja mengenai objek tradisionil seperti: mengenai perdjanajia -p djandjian, perkawinan, warisan, hukuman (pidana), (pers;aksian) dengan menggabungkannja dengan peladjaran ilmu hukum mo' ,(seperti jang diberikan dalam fakultas-fakultas hukum dan penge a masjarakat di Indonesia ini). . .D. Qiyas. Sumber keempat dari Fiqh ialah qiyas, jaitu tjara menju-

sun peraturan-hukum Islam mengenai sesuatu hal, jang disamping ada per- samaannja djuga mempunjai perbedaan dengan hal jang telah diatur aaiarn Qur’an. Misalnja dalam al-Qur’an dilarang riba atas mas jang iP1 •'f111' kan. Mas itu adalah barang berharga. Maka djika para ulama niene apKan suatu peraturan hukum Islam jang baru, misalnja melarang djuga riba atas uang kertas, karena uang kertas itu adalah djuga barang berharga, maka tjara menjusun peraturan baru demikian itu disebut setjara qiyas. Qiyas ini, jang merupakan prinsip utama dari madzhab Hanafi peraturan Hukum Islam, dan jang diartikan oleh Imam bj gai„nama lain bagi idjtihad, jang dilakukan dalam batas-batas bu j j jat- ajat Qur’an, menurut Iqbal boleh dilakukan setjara bebas mutia , n ch- perbolehkan djuga semasa hidupnja Nabi. _ , ■

Dengan demikian, maka hukum Islam itu lewat qiyas uapai J‘ m- perkembangkan. , .

Pada achir uraiannja Iqbal menarik kesimpulan, bahwa m<f.eka jang berpendapat bahwa pintu idjtihad telah tertutup (misalnja lbramm ai Ba- djuri, meninggal dunia 1861 Masehi) adalah suatu chajalan belaka, jang didengung-dengungkan buat sebagian karena pemikiran dalam maang hu­kum Islam telah mentjapai bentuknja jang tertentu itu dan untuk lam ba­gian disebabkan oleh kemalasan berfikir, jang chusus terdapat a oin masa kemerosotan djiwa, dan jang merupakan sebab mengapa para ahli fikir (pemimpin-pemimpin madzhab) didjadikan objek pemudjaan jang berle- bih-lebihan. .

Djika salah satu sebab mengapa Ibrahim al Badjuri melarang ldjtiha bagi generasi sesudah abad ke 3 Hidjrah itu, ialah karena ulama sesu d a n abad ke-3-Hidjrah tidak mungkin memiliki pengetahuan seluas para djtahid dari zaman sebelumnja, jang luas pengetahuannja tidak sacija daw ilmu Qur’an dan Hadis, tetapi djuga dalam ilmu agama lainnja dan daia

oleh Qijas, tetapi tidak mengikat dalam hal-hal jang dapat ditetapkan !

62

Page 66: Landjutan islamologi.pdf

mu-ilmu untuk membantu mempeladjari agama seperti: bahasa Arab ilsafah, mantiq sedjarah dll-nja, maka Sa.rk.ashi jang hidup dalam abad ke-X Iidjrah, sebagaimana dikatakan oleh Iqbal m enulis: ,,Apabila para penga- ut chajalan ini berpendapat, bahwa para penulis jang terlebih dahulu lempunjai lebih banjak keuntungan-keuntungannja, sedangkan penulis- enulis jang kemudian mempunjai lebih banjak kesulitan-kesulitan, maka endapat demikian itu adalah omong kosong, karena tidak sulit untuk dapat lemahami bahwa idjtihad bagi ulama-ulama jang kemudian adalah lebih ampang daripada bagi para ulama sebelumnja. Adalah suatu kenjataan ahwa tafsir-tafsir atas Qur’an dan Sunnah telah dikumpulkan dan didjadi- an satu, begitu pula diperbanjak begitu rupa sehingga mudjtahid (orang ang beridjtihad), dari zaman sekarang ini mempunjai bahan jang lebih ba- jak daripada ja n g ia butuhkan untuk melakukan penafsiran.”

Karena itu, kata Iqbal, djika ada ulama dari masa kemudian berpen- [irian, bahwa pintu idjtihad itu telah tertutup,. maka kita dari zaman ciodern Islam tidaklah terikat pada sikap ulama jang demikian itu, jang etjara sukarela mau melepaskan kebebasannja untuk mengemukakan pen- iapatnja sendiri.

Setelah kita ikuti dengan seksama uraian-uraian Iqbal seperti tsb. liatas tadi, maka beliau mengharapkan, agar dengan uraian-uraiannja sb- mendjadilah terang bagi kita, bahwa baik dalam prinsip-prinsip pokok, naupun dalam susunan daripada sistim hukum Islam, seperti kita dapati ekarang ini, tidaklah terdapat sesuatu jang membenarkan sikap dari me- eka jang menolak idjtihad itu. Dengan bersendjatakan pemikiran jang eliti dan pengalaman jang segar, maka dunia Islam itu, menurut Iqbal, eharusnjalah dengan berani menghadapi pekerdjaan rekonstruksi jang da dihadapannja.

Hania sadja, kata Iqbal, rekonstruksi (penjusunan kembali) dari kehi- lupan bennasjarakat kita ini, sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh baru „ ^k itar kita itu, tidak berarti hanja menjesuaikan diri dengan sjarat* iarat dari kehidupan modern, akan tetapi lebih djauh lagi daripada itu, aitu untuk achirnja mentjapai tudjuan Islam, jaitu meninggalkan taraf per- >udakan ataupun pengisapan atas orang oleh orang ketaraf pembebasan Ijiwa manusia sampai tertjapainja demokrasi kedjiwaan (spiritual demo­cracy) .

63

Page 67: Landjutan islamologi.pdf

297Loe

PENGARANG Loelois ,A li 2as ja

j u d u l : Lnjutan Islamology

N a m aTANGGAL

p i n j a m K e m b a l i

‘ ■■ ■ - , __ _____

2 2 7I'Oe C eod;

1 Ali "iacja" a r . j u v - e . n I s l o r n o l o ^

\ I

Page 68: Landjutan islamologi.pdf

P E RF A K