landasan filosofis pendidikan damai

Upload: dinar-riaddin

Post on 12-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PEACE EDUCATIONBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBelakangan ini masyarakat dunia dihantui rasa khawatir karena banyak peristiwa dan aksi kekerasan yang muncul seperti anarkisme perang, hingga terorisme global. di Indonesia, kasus berbeda tapi serupa juga tidak sedikit bisa dijumpai. Hal itu tampak seperti dalam berbagai kasus konflik dan anarkisme akibat perbedaan pandangan, pendapat, pikiran ideologi, etnik dan bahkan agama yang selalu saja muncul ditengah-tengah kondisi bangsa yang hingga kini terus didera masalah dan krisis berkepanjangan diberbagai bidang kehidupan, termasuk krisis dalam dunia pendidikan.Dalam dunia pendidikan misalnya tantangan yang dihadapi bukan pekerjaan yang ringan dan mudah tetapi sangat komplek. Kompleksitas masalah tersebut dapat dilihat dari berbagai dimensi diantaranya adalah rendahnya kualitas mutu pendidikan nasional, gonta-gantinya kurikulum dan masalah ujian nasional, hingga ancaman tantangan dan peluang mewujudkan "masyarakat damai" melalui instansi pendidikan.Melihat "benang kusut" dunia pendidikan seperti itu, tentu semua pihak, baik pemerintah maupun pihak lainnya perlu segera memikirkan dan mencari solusi alternatif atas ruwetnya problematika pendidikan di Indonesia.B. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan konsep peace education ? Siapa saja sasaran konsep peace education ? Apa yang perlu dilakukan guna mengubah budaya kekerasan kedalam bentuk budaya damai.C. Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep education Untuk mengetahui siapa saja sasaran konsep education Untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan guna mengubah budaya kekerasan kedalam bentuk budaya damaiBAB IIPEMBAHASANDalam kontek nasional kita sebagai bangsa masih lemah dilihat dari banyak aspek yang nyata-nyata lemah salah satunya bidang pendidikan. Kualitas pendidikan bangsa ini sebagai mana hasil publikasi the political and economic risk consultary (PERC) menunjukkan fakta demikian[1]. Apalagi ditambah dengan banyaknya konflik yang terjadi di belahan bumi Indonesia, misalnya kasus di Maluku, Ambon, Aceh, sebagai bangsa barbar dari pada bangsa yang beradap[2]Transformasi karakter dan budaya manusia hanya bisa dilakukan dengan perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir ke arah perdamaian hanya dapat dilakukan dengan pendidikan perdamaian (peace aducation)[3].A. Pengertian Sebelum memasuki uraian tentang konsep peace education itu sendiri tidak ada salah nya bila kita membahas apa kosep itu dan apa pula yang dimaksud peace education.Konsep ialah definisi sedangkan definisi ialah pengertian atau semua penyebutan ciri esensi suatu obyek dengan membuang semua ciri eksidensinya. Ciri esensi ialah ciri pokok, sedangkan ciri eksidensi ialah ciri yang tidak pokok. Ciri eksidensi boleh ada boleh tidak, tidak mengganti ada tidaknya obyek itu[4].Sedangkan peace education yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pendidikan perdamaian, menurut Prof Siu, tersusun dari dua kata yaitu pendidikan dan perdamaian.[5]Di bawah ini disajikan beberapa pengertian dan pendidikan (peace education): 1. Peace education ialah sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan dana pengembangan sikap, dan tingkah laku untuk tidak dalam keharmonisan dengan orang lain.[6]2. Peace education ialah model pendidikan yang mengupayakan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengatasi konflik atau masalah nya sendiri dengan cara kreatif dan tak dengan cara kekerasan[7]3. secara esensial, peace education ialah pendidikan yang mengajarkan rasa saling menghargai, mencintai , fairness, dam keadilan. Hal ii segala dengan rumusan pemikir pendidikan asal Amerika serikat. Ian hafi, bahwa "peace education is based on a philosophy that teachers nonviolence,. Love, compassion, trust, folirness. Cooperation and reverence for the human family and all rife on our plomet."[8] B. Konsep Peace EducationUpaya mewujudkan masyarakat damai yang harmonis merupakan tanggung jawab bersama, termasuk pendidikan. sebab, pendidikan mempunyai peran yang sangat vital tak saja sebagai transfer of knowledge, tetapi juga sebagai "ruru damari" hal ini pening km akhir-akhir ini sering muncul konflik sosial dan kekerasan yang mengakibatkan masyarakat resah, takut, cemas, dan tak lagi merasakan suasana damai. Damai seolah menjadi "impian " bagi banyak orang terutama bagi mereka yang berada didaerah konflik seperti di Papua, Aceh, Ambon, dan Poso[9].Fenomena tersebut juga mengajarkan betapa pentingnya pendidikan perdamaian (peace education) untuk diajarkan di dalam dunia pendidikan. Pendidikan perdamaian ini berdasarkan pada filosofy yang mengajarkan anti kekerasan, cinta, perasaan saling menyakini, percaya, keadilan, kerja sama. Saling menghargai dan menghormati sesama mahluk hidup di dunia ini. Hal ini adalah praktek sosial dengan nilai berbagai dimana sikap orang bisa memiliki kontribusi yang signifikan[10].Mengapa model pendidikan perdamaian perlu dikembangkan dan diberlakukan? Salah satu alasan mendasar adalah sejarah yang mengandung konflik di negara ini yang selalu berujung dendam, bukan damai. Bila kita mau menengok sejarah Indonesia, maka realitas konflik sosial yang terjadi sering kali mengambil bentuk kekerasan sehingga mengancam persatuan dan eksistensi bangsa. Tanpa pendidikan perdamaian, maka konflik sosial yang destructive akan terus menjadi suatu ancaman yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa[11].Bagi daerah yang tertimpa konflik, pendidikan perdamaian bisa diarahkan pada tiga segment besar masyarakat, yaitu:[12] 1) Mantan combatanUntuk mantan combatan baik laki-laki maupun perempuan, pemerintah melalui Dinas pendidikan dan Dinas Sosial bisa berperan untuk memberikan materi pendidikan perdamaian dengan mengandung kelompok masyarakat sipil yang konsep terhadap peace building 2) Aparatur pemerintah terutama polisi dan tentaraPendidikan perdamaian operator pemerintah bisa dilakukan oleh instansi terkait bekerja sama dengan kalangan akademisi. 3) Masyarakat biasaa. Anak- anak Pendidikan perdamaian untuk anak-anak bisa dilakukan melalui sekolah-sekolah dengan memasukkan kurikulum pendidikan perdamaian ke kurikulum instansi pendidikan umum maupun agama, misalnya dalam bentuk muatan local. Di sinilah kemudian dinas pendidikan memainkan peranannya b. Laki-laki dewasaPendidikan perdamaian untuk laki-laki bisa dilakukan misalnya melalui forum-forum pengajian di madrasah-madrasah dan musyawarah gampang. Disini diharapkan dinas sosial bekerja sama dengan lembaga agama atau adat bisa mempermainkan peranannyac. Perempuan dewasauntuk perempuan, pendidikan perdamaian bisa dilakukan melalui forum pengajian perempuan atau penyuluhan langsung dilapangan, disini, kelompok masyarakat sipil yang sudah terbiasa dengan program gender mainstreaming bisa memainkan perannya. Secara global, konsep pendidikan perdamaian perlu dilaksanakan dalam tingkat: individu, keluarga, masyarakat, dan dunia, konsep pendidikan perdamaian ini juga mengarah pada pemberdayaan masyarakat melalui skill, attitudes, and knowledge: to build, maintain, and restore relationships at all levels of human interaction, to develop positive approaches towards deating with conflicts-from the personal to the internasional, to create safe environments, both physically and emotionally. That nurtures each individual, to create a safe world and pustice and human rights, to build a sustainable and protect it from exploitation and war.[13]Selanjutnya, untuk mendesain pendidikan perdamaian secara praktis operasional tentu tak mudah. Tetapi, paling tak mau mencoba atau memiliki potical will untuk mendesainnya sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan damai yang relevan dengan kondisi dan situasi masyarakat kita adalah langkah awal yang perlu di lakukan. Pendidikan moral pancasila atau kewiraan, kepramukaan dan ke warga negaraan (civic education) sesungguhnya dilakukan sebagian dari proses usaaha membangun cara hidup damai saling hormat-menghormati untuk memperkuat wawasan kebangsaan (nasional).[14] Singkat nya penting peran pendidikan perdamaian adalah mendukung people power untuk membangun perdamaian.[15] C. Agenda Peace Education Era MilleniumPerwarahan bumi Indonesia menjelma sebagai mimpi buruk tatkala berbagai konflik yang penuh dengan kekerasan bertebaran di belahan bumi Indonesia. Budaya timur yang diidentikkan dengan keramaian. Toleransi, ke gotong royong, kasih sayang, santun, dan seabrek nilai baik lain seperti nya telah terkubur dalam perut bumi terdalam[16]. Apa yang harus di benahi guna mengembalikan citra Indonesia yang terlanjur buruk dalam kancah dunia internasional? Ada empat arti kekerasan. Keempat tingkat itu (http,// www. Peace. Ca/ mgmtnote.hlm) meliputi:[17] 1) Knowledge (change knowledge)2) Aktitude (change aktitudes- miutivation)3) Individual (change individual bahaviur)4) Group (ordazational) behayior (change group behavior)Apa yang harus kita perbuat pada tahun 2 mendatang demi kedamaianPertama: Perdebatan untuk menjadi individu yang baik, yaitu orang yang mengatasi untuk kebaikan secara keseluruhan itu merupakan pola perilaku yang di bangun dari kebaikan-kebaikan individu. Kedua: Membangun kembali nilai-nilai figuritas dimana elite politik sosial sebagai tempat bercermin, karena, akhir-akhir ini hampir semua ini cermin itu telah retak yang menyebabkan wajah sendiri tak enak dipandang.Ketiga: Apabila kita dapat menciptakan sejarah, jadilah pribadi yang unggul.Keempat: Mengembalikan orientasi kerja elite politik dan elite pengusaha kemisi penularan tugas pokok dan fungsinya, bukan menuntut hal-halnya. Untuk perlu ada kejujuran. Moralitas yang baik, dan memiliki kinerja yang pantas menjadi panutan.[18]Pendidikan untuk perdamaian dunia hanya mungkin terwujud didalam suatu pendidikan yang dimulai di dalam masyarakat local yang berbudaya.[19] Pendidikan perdamaian hanya sebuah contoh kecil dari upaya membangun pintu masuk bagi perbedaan dalam rangka menghadirkan sebuah perdamaian Indonesia yang luhur. Pendidikan kita akan melahirkan generasi baru Indonesia yang mampu mengafirmasi secara positif dan melihat sesamanya secara par cum pari (setara), semoga![20]BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Konsep ialah definisi. Sedangkan definisi adalah pengertian atau penyebutan semua ciri esensi suatu obyek dengan membuang semua ciri eksidensinya. Peace Education ialah sebuah model pendidikan yang mengajarkan arti kekerasan, cinta, perasaan saling mengasihi, percaya, keadilan kerja sama, saling menghargai dan menghormati sesama makhluk hidup di dunia ini. Secara global, konsep peace education perlu ditanamkan dalam tingkat. Individu. Keluarga, masyarakat dan dunia. Namun, bagi daerah yang tertimpa konflik, konsep education bisa di arahkan pada tiga sidemen besar polisi dan tentara, dan masyarakat biasa. Ada empat tingkatan guna mengubah budaya kekerasan kedalam bentuk damai dan anti kekerasan, yaitu: meningkatkan pengetahuan, dorongan dalam mengubah kelakuan, mengubah kelakuan pribadi, mengubah kelakuan psfgerkelompok.B. SaranSeperti yang telah diuraikan tadi di awal bahwa pendidikan perdamaian (peace education) bukan satu-satunya cara dalam membangun pintu masuk bagi perbedaan dalam rangka menghadirkan sebuah perdamaian. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk yang berfikir perlu mengupayakan pintu lain guna membuka perdamaian melalui pendidikan, khususnya dan dalam aspek lainnya pada umumnya. DAFTAR PUSTAKADanim, Sudarwan. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Renata Cipta, 2005.Muhatmin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada, 2007.Suyanto. Dinamika Pendidikan Nasional dalam Peraturan Dunia Global. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradapan (PSAP), 2006.Trlaar. Paradigma Baru Pendidikan Nasional . Jakarta: PT Rinata Cipta, 2000.LAMPIRANAkbar Metrid, Urgensi Pendidikan Perdamaian di Aceh. http: // www. Adetinstitute-Akbar-2505007- urgensi pendididkan- di-aceh. Htm, 25 mei 2007.Chirul Mahfud, Mengembangkan Model Pendidikan PerdamaianIzak Lattu, Kemendesakan. Pendidikan Perdamaian Agama-Agama (http: // izakthl. Edublogs. Org /Ridwan al-makassary, Peace Building untuk masyarakat Indonesia poska konfik: suayu kerangka konseptual untuk aksi (http: / www. Csrc. Or. Id / artikel / index. Php? Detail= 072303011312, 23 maret 2007 ) Yosi Arbianto, Ide Dari Konflik Ambon Yang Tak Kunjung Usai (http://www. Jawapos. Co. id / radar / index. Php? Act = detail& rid = 18040,7 Agustus 2008)http://bima-esw. Org/INDONESIA/Pendidikan / pnddkn-htm

[1] Suyatno, Dinamika Pendidikan Nasioanal: dalam peraturan dunia global (Jakarta: Pusat Studi Agama dan peradaban (PSAP), 2006)., hlm., 146[2] Sudirwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm., 167 [3] Akbar Meirio, Urgensi Pendidikan Perdamaian di Aceh (http://www.acehinstitute-akbar-250507-Urgensi-pendidikan-perdamaian-di-Aceh, 25 Mei 2007), hlm.,116[4]Daryanto, Evaluasi Pendidikan. ( Jakarta :PT Renata Cipta, 2005 ) hlm, 116 [5]Yosi Arbianto, ide dari konflik Ambon yang tak kunjung usai (http: //www.Jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&180, 7 Agustus 2008) [6]http: // bima- esw. Org / INDONESIA / pendidikan / pnddkn-htm [7] Muhaiamin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah, madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta : PT. rapigrafindo persada, 2007 )hlm, 137[8] Yosi Arbianto, ide dari konflik Ambon yang tak kunjung usai (http: //www.Jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&180, 7 Agustus 2008)[9] Chirul Mahfud, Mengembangkan Model Pendidikan Perdamaian[10] http: // bima- esw. Org / INDONESIA / pendidikan / pnddkn-htm[11] Chirul Mahfud, Mengembangkan Model Pendidikan Perdamaian [12] Akbar Mario. Urgensi Pendidikan Perdamaian di Aceh. [13]Yosi Arbianto, ide dari konflik Ambon yang tak kunjung usai (http: //www.Jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&180, 7 Agustus 2008) [14]Ibid [15] Ridwan al-makassary, Peace Building untuk masyarakat Indonesia poska konfik: suatu kerangka konseptual untuk aksi (http: / www. Csrc. Or. Id / artikel / index. Php? Detail= 072303011312, 23 maret 2007 ) [16]Danim, Agenda Pembaruan, hlm., 169 [17]Suyanto, Dinamika Pendidikan, hlm., 147[18] Danim, Agenda Pembauan, hlm., 169 [19] Tilaar, Paradigma Ban Pendidikan Nasional (Jakarta: PT: Rineka Cipta, 2000) hlm.,18[20] Izak Lattu, Kemerdekaan Pendidikan Perdamaian Agama-Agama (http://izaklattu,edublogs.org /2007/10/29/kemerdekaan-pendidikan-perdamaian-agama-agama/,29 Oktober 2008)Konsep Sulh dan Konstruksi Pendidikan Damai di IAIN Ar-Raniry: Kontribusi Kampus dalam Dakwah Perdamaian di Aceh

Oleh Fauzi Saleh[i]

A. Pendahuluan

Perguruan tinggi sebagai sosial agent memiliki tanggung jawab moral untuk ikut dalam mensosialisasikan dan memelihara perdamaian. Peran dan keterlibatan kampus sangat dirasakan penting mengingat bahwa ia tidak hanya sebagai tempat transfer of knowlege, tetapi media perjuangan demokrasi, desain dan rekayasa pembangunan masa depan dan proyeksi serta pioner perdamaian.IAIN Ar-Raniry, sebagai jantung masyarakat Aceh, berada garis terdepan untuk membawa panji perdamaian di negeri ini. Sebagai institut yang komposisi pelajaran agama lebih dominan, maka sulh yang merupakan konsep perdamaian tidak hanya dipelajari pada tataran teoritis sebagai salah satu materi dalam perkuliahan, tapi perlu diterjemahkan pada tataran praktis dalam suatu kerangka pembelajaran peace-based curriculum (kurikulum berbasis damai).Perdamaian abadi merupakan modal dasar membangun untuk menggapai sebuah negeri yang makmur, baldat thayyibat wa rabb al-ghafur (negeri yang sejahtera di bawah naungan Tuhan Yang Maha Pengampun). Rekonsiliasi menuju ke perdamaian yang kini tengah dijalani, dipelihara dan dilestarikan agar ia berumur panjang merupakan usaha yang continue demi mewujudkan perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam khususnya.Perdamaian di atas tadi tidak cukup sebatas penandatanganan Momerandum of Understanding (Nota Kesepahaman), tapi lebih dari itu perlu adanya faktor faktor pendukung agar ia dapat langgeng dan menjauhi sedapat mungkin hal yang dapat menggiring masyarakat ke kancah konflik. Ada empat krisis yang secara umum dapat mengganggu perdamaian itu yaitu ekonomi, politik, militer dan budaya dan pendidikan.[ii]Pendidikan yang tidak mampu menerjemahkan terutama konsep religiusitas dalam porsi yang sebenarnya mengakibatkan perpecahan dan peperangan. Salah satu kecenderungan manusia adalah mengaplikasi dan mewujudkan apa yang pernah dipelajari. Maka pendidikan harus lebih dari sekedar talqin (penyampaian) konsep-konsep yang sudah ada ataupun bahkan sekedar mendiskusikan hal-hal yang tidak menyentuh grass root (kebutuhan masyarakat tingkat bawah). Lebih dari itu, pendidikan hendaknya sekaligus menjadi sarana dialogis dalam membangun rekonsolidasi dan rekonsiliasi dengan muatan-muatan kurikulum yang mengacu ke arah tersebut. Dalam perspektif yang lebih luas, pendidikan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi, penyediaan kesempatan kerja, dan kesejahteraan sosial, pengagas dan pelanjut obor perdamaian di alam jagat raya ini.[iii]Pendidikan damai adalah suatu kemestian, karena konflik merupakan sunnah Allah dalam kehidupan. Konflik dapat berdampak positif dan dapat pula berimplikasi negatif. Artinya, konflik dapat dijadikan peluang bagi tumbuhnya inisiatif, kreatifitas, dan kompromi tapi ia dapat pula memicu kekerasan yang menyebabkan kehancuran. Pendidikan damai mencoba membangkitkan kreatifitas peserta didik dalam menghadapi konflik tanpa kekerasan sehingga konflik dapat berdampak positif bagi kehidupan. Karenanya, pendidikan damai dikembangkan dari nilai-nilai ke-Islam-an dan ke-Aceh-an yang tercermin dalam realita sosiokultural masyarakat Aceh. [iv]IAIN dianggap tepat untuk melakukan hal itu, pertama: ia merupakan institut yang berbasis agama dengan misi diemban di antaranya adalah mengedepankan perdamaian.[v] Kedua, IAIN telah mendapatkan tempat di hati masyarakat. Dengan demikian tidaklah susah untuk akademisi dan alumnusnya memamparkan program dan misinya kepada masyarakat.Dari aspek aksiologis, bila pendidikan damai ini dapat diakomodir dalam kurikulum IAIN maka; pertama: peran serta IAIN dalam mewujudkan masyarakat aman, damai, adil dan makmur akan lebih kongkret dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Kedua, IAIN akan mampu membumikan konsep-konsep Islam termasuk di dalamnya Konsep sulh dan selanjutnya dapat membuktikan antara sinkronisasi antara das sein (konsep yang diajarkan) dengan das solen (aplikasi dan implementasi di dalam masyarakat), artinya konsep sulh secara ideal yang dipelajari di bangku kuliah, maka secara praktis pragmatis dapat diterapkan di dalam kehidupan masyarakat dalam menyongsong MoU perdamaian yang telah ditandatangi setahun yang lalu di Helsinki.

B. Konsep[vi] sulh dalam IslamIslam memiliki konsep yang lebih holistik dan komprehensif terhadap perdamaian yang disebut dengan sulh. Sulh secara etimologis berarti memutuskan atau menyelesaikan persengketaan atau mengadakan perdamaian. Istilah sulh ditemukan dalam literatur fikih yang berkaitan dengan persoalan transaksi, perkawinan, peperangan dan pemberontakan. Secara terminologis, sulh didefinisikan sebagai akad yang ditentukan untuk menyelesaikan pertengkaran.[vii]Dasar hukum sulh dalam fikih adalah Qs al-Nisa/4: 128 tentang kasus percekcokan antara suami isteri karena salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka mereka dapat melakukan rekonsiliasi dengan beberapa kesepakatan antara kedua belah pihak.[viii] Dalam Qs al-Hujarat/9: 49 menyebutkan perang saudara (civil war) yang terjadi antara orang mukmin, maka hendaknya kedua belah pihak menempuh jalur dialogis. Rasulullah Saw menganjurkan perdamaian selama tidak mengacu kepada menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.[ix] Rasulullah Saw memerintahkan sahabatnya untuk melakukan sulh dengan kafir musyrik dalam hal bermuamalah maliyyah (transaksi ekonomi).[x]Ini menunjukkan bahwa sulh dapat dilakukan dengan siapa saja meskipun bukan orang yang tidak seakidah dengannya pada batas-batas tertentu. Sesuai dengan namanya, Islam yang secara harfiahnya berarti sejahtera dan damai - selalu mengacu pada saling menghargai dan menghormati dalam segala sikap dan tingkah laku pemeluknya meskipun dengan orang-orang yang tidak sepaham dengannya.Rahmat yang dijanjikan Islam ini bermakna terealisasinya kedamaian dan ketenteraman yang tidak hanya bagi pemeluknya tapi semua manusia dan setiap makhluk yang ada dalam kosmos ini. Ia memiliki dua implikasi: pertama, kedamaian bukanlah sesuatu yang hadir tanpa keterlibatan manusia. Ia akan menjadi realita kehidupan kalau manusia berperan aktif dalam mengaktualisasikan cita-cita Islam ini. Kedua, kehidupan damai menurut Islam terbuka kepada semua individu, komunitas, ras, pemeluk agama, dan bangsa yang mendambakannya. Para ahli dan praktisi conflict resolution (resolusi konflik) memahami damai bukan hanya bebas dari peperangan (absence of war) tapi mencakup adanya keadilan ekonomi, sosial, dan budaya, serta bebas dari diskriminasi ras, kelas, jenis kelamin, dan agama.[xi]Islam melihat damai dalam empat hubungan yang saling terkait: pertama: damai dalam konteks hubungan dengan Allah sebagai Pencipta, yaitu kedamaian yang terwujud karena manusia hidup sesuai dengan prinsip penciptaannya yang fitri; kedua: damai dengan diri sendiri lahir jika manusia bebas dari perang batin (split-personality); ketiga: damai dalam kehidupan bermasyarakat dapat terwujud jika manusia berada dalam kehidupan yang bebas dari perang dan diskriminasi, serta membuminya prinsip keadilan dalam kehidupan keseharian; dan keempat: damai dengan lingkungan terwujud dari pemanfaatan sumberdaya alam bukan hanya sebagai penggerak pembangunan tetapi juga sebagai sumber yang harus dilestarikan demi kesinambungan hidup generasi berikutnya. [xii]Nilai filosofis dari sulh adalah untuk menjaga rasa mawaddah (kasih sayang) dan ulfah (keterkaitan jiwa) antara kaum muslimin dan media preventif dari perpecahan dan rusaknya sendi-sendi kehidupan sosial yang sudah terbina, di samping itu juga menguatkan tali persaudaraan (ukhuwwah) dalam arti yang seluas-luasnya.[xiii] Karena urgensinya sebuah perdamaian (sulh), Islam membolehkan berdusta (kizb) yang bertujuan agar pihak-pihak bertikai bersedia untuk duduk di meja perundingan dalam rangka melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi. Penekanan pentingnya ini ditegaskan Rasulullah Saw dalam sebuah hadith yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa dusta dengan tujuan sulh di antara pihak yang bertikai itu tidak dianggap dusta.[xiv] Secara praktis-pragmatis, manusia akan terganggu kalau dizalimi. Peperangan dan pembunuhan, penghancuran harta benda dan intimidasi, ketidakadilan dan diskriminasi adalah bentuk penzaliman yang dapat menghambat kiprahnya sebagai manusia, anggota keluarga, dan masyarakat. Keterbatasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan berpartisipasi dalam dunia politik, serta pembiaran manusia hidup dalam keterpurukan, juga bentuk penzaliman yang dapat mengganggu jatidiri dan martabat manusia. Oleh karena itu, penyadaran untuk tidak menzalimi dan menolak penzaliman adalah proses penting bagi penciptaan kehidupan damai. Perlu dicermati bahwa upaya mewujudkan perdamaian merupakan pekerjaan sukar yang memerlukan biaya kemanusiaan yang mahal dan membutuhkan proses pentahapan yang berlangsung dalam rentang waktu panjang. Tapi, ini tidak berarti upaya tersebut tidak mungkin dilakukan terutama oleh orang yang mampu memahami dan mengikuti patronase ajaran Tuhan dan sunnah Allah yang sarat dengan nilai kasih sayang, kesalingan (reciprocality), dan kebersamaan dalam segala aspek kehidupan. Kedamaian dalam Islam dicapai diantaranya dengan memelihara keadilan. Sebagai acuan kedamaian, maka al-Quran memakai istilah untuk keadilan, yaitu qist seperti dalam Qs al-Araf/7: 29, adl seperti Qs al-Nahl/16: 90 dan mizan seperti Qs al-Rahman/55: 7. Perwujudan damai dengan nilai keadilan artinya memperoleh perlakuan yang sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain dalam hal persamaan hak, adanya keseimbangan, mengakui hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada pemiliknya serta memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi.[xv] Nuansa kedamaian Islam yang universal ini lebih jelas jika dipahami bila dipadukan konteks historis Aceh yang dengan cultural-religiusnya telah membangun hubungan diplomatis begitu luas serta kehidupan masyarakat yang saling menghormati satu sama lain, baik dengan orang yang berbeda ras, suku, agama dan seterusnya dengan mengacu pada nilai-nilai ke-Islaman.

C. Perspektif Ontologis dan Aksiologis Pendidikan Damai Pendidikan adalah upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, nilai, sikap dan pola taingkah laku yang bermanfaat bagi kehidupan.[xvi] Ia dilakukan dengan cara pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[xvii] Sedangkan damai berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang dan rukun.[xviii] Pendidikan damai berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi nilai-nilai (values) yang mengantarkan umat manusia ke arah kondisi yang tenteram, saling menghormati, menghargai dan memberikan apresiasi dalam kemajemukan dan kebhinekaan serta sikap kearifan dalam menyikapi konflik sebagai sunnah Allah yang tidak harus dihindari, akan tetapi perlu dikelola dengan baik melalui pengembangan potensi-potensi[xix] yang ada sehingga memberikan dampak positif bagi individu dan masyarakat.Pendidikan adalah designer (perancang) struktur masyarakat yang baik. Sementara ilmu pengetahun bertujuan melahirkan manusia yang baik sebagai makhluk individual. Dari individu-individu itulah melahirkan sebuah masyarakat. Baik tidaknya satu individu akan sangat mempengaruhi kondisi baik tidaknya masyarakat itu sendiri.[xx]Pendidikan harus mengacu pada sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara individu dan masyarakat dalam persaudaraan manusia, bukan hanya dari tinjauan kontrak sosial secara historis yang telah terjadi, melainkan juga dari tinjauan ikatan primordial yang telah terjadi antara seluruh manusia yang diciptakan Tuhan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Qs al-Araf/7: 172. Manusia pertama kali menyatakan dirinya dengan kata-kata jamak, yaitu bala syahidna! (Ya, kami menyaksikan), maksudnya setiap ruh menyatakan dirinya secara individual dalam hubungannya dengan yang lain dan Tuhan mereka.[xxi] Pendidikan yang bertujuan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran sunnah Allah ini adalah suatu kemestian. Pendidikan ini menanamkan nilai esensial Islam yang berlandaskan pada kepercayaan bahwa Allah adalah Salam (Damai) dan Sumber kedamaian. Ia menciptakan manusia dari satu jiwa yang dilengkapi dengan esensi fitri. Ini berarti bahwa nilai dasariah kemanusian adalah sama dan memiliki kelengkapan akal dan nafsu yang sama pula yang dalam aktifitasnya dibekali wahyu sebagai penuntun yang dalam Islam hal tersebut telah dielaborasikan dalam konsep sulh sebagaimana dijelaskan di atas. [xxii] Islam mendeskripsikan bahwa korelasi triparti individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan individu dengan Rabbnya merupakan suatu hubungan mesra yang berlandaskan atas dan untuk perdamaian eternal sesuai kefitrahan dasar yang diberikan oleh Dzat Pencipta. Melawan dan merusak perdamaian itu berarti melawan fitrah itu sendiri.Atas dasar itulah, pendidikan damai itu harus disosialisasikan kepada individu individu secara reciprocal (timbal balik), artinya setiap individu saling melakukan sharing untuk mewujudkan perdamaian itu dalam segala aspeknya yang lintas batas. Sehingga ia menjadi milik setiap orang tanpa melihat apa dan siapa, singkatnya tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya generasi muda dan mahasiswa. Pembelajaran pendidikan damai kepada mahasiswa merupakan bagian dari proses pemberdayaan generasi muda agar mampu mengelola konflik tersebut. Pendidikan yang sistematis ini akan dapat memberikan pemahaman yang tepat, baik tentang pengertian konflik, aspek kehidupan yang terkait dengannya, perbaikan dan pengembangan sikap yang wajar, maupun cara pengelolaan bila konflik itu terjadi.[xxiii]Dalam konteks ke-Aceh-an, Pendidikan damai yang dikembangkan mengkaji ulang kearifan nilai ke-Aceh-an yang diinspirasikan Islam, agama yang masuk ke Aceh melalui pendekatan damai seperti perdagangan yang saling menguntungkan sejak abad pertama Islam. Hubungan dagang Aceh meliputi Cina, Siam, India, Turki, Perancis, Inggris dan Belanda.[xxiv] Sejarah juga menjelaskan bahwa praktek adat istiadat di bumi Iskandar Muda ini sejak dahulu juga telah memberikan kontribusi dalam membina kerukunan dan perdamaian di dalam masyarakat.[xxv] Dengan demikian, hubungan politik, dagang, sosial budaya dan lainnya secara bertahap membangun komunitas yang cinta damai dalam bingkai agama tunggal rakyat Aceh. Latar sejarah ke-Islaman yang panjang, dimana rakyat Aceh bukan hanya menerima Islam dengan sepenuh hati tetapi juga menjadi pionir Islam di nusantara, bahkan Asia Tenggara, menjadikan Islam mengakar dalam kehidupan masyarakat sehingga melahirkan kultur Aceh yang Islami dan pemerintahan yang menerapkan syariat. Karenanya, perpaduan antara agama dan negara sangat kental dalam masyarakat, seperti terefleksi dalam ungkapan Hukom ngen adat, lagee zat ngen sifeut, yang berarti: (hukum [agama] dan adat tak dapat dipisahkan, ibarat zat dengan sifat). [xxvi]Disamping pengetahuan tentang latar belakang histroris di atas, peserta didik harus memiliki performance (penampilan) yang seirama dengan aspek kognitif dan afektif itu sendiri. Ini bermakna bahwa perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharian mencerminkan kalau mereka telah memperoleh pendidikan damai. Singkatnya, kurikulum ini disusun dengan mempertimbangkan materi inti pendidikan damai diperkaya dengan nilai adat lokal yang eksplisit, dimana peserta didik diharapkan dapat menguasainya. Selain itu, kurikulum ini juga mempertimbangakan substansi implisit yang mengacu pada perubahan sikap dan prilaku peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. [xxvii]

D. Eklektisisme[xxviii] Pendidikan Damai dari Muatan Konsep Sulh